Siga este enlace para ver otros tipos de publicaciones sobre el tema: Metanogenes.

Artículos de revistas sobre el tema "Metanogenes"

Crea una cita precisa en los estilos APA, MLA, Chicago, Harvard y otros

Elija tipo de fuente:

Consulte los 35 mejores artículos de revistas para su investigación sobre el tema "Metanogenes".

Junto a cada fuente en la lista de referencias hay un botón "Agregar a la bibliografía". Pulsa este botón, y generaremos automáticamente la referencia bibliográfica para la obra elegida en el estilo de cita que necesites: APA, MLA, Harvard, Vancouver, Chicago, etc.

También puede descargar el texto completo de la publicación académica en formato pdf y leer en línea su resumen siempre que esté disponible en los metadatos.

Explore artículos de revistas sobre una amplia variedad de disciplinas y organice su bibliografía correctamente.

1

Raharjo, Purnomo, Hananto Kurnio y Ediar Usman. "INDIKASI GAS BIOGENIK DI DELTA MUSI, KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN". JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 12, n.º 1 (16 de febrero de 2016): 33. http://dx.doi.org/10.32693/jgk.12.1.2014.244.

Texto completo
Resumen
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui indikasi keterdapatan gas biogenik di Delta Musi, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Analisis contoh sedimen menunjukkan jumlah bakteri metanogenik dari jenis Methanobacterium bryantii, Methanoplanus endosimbiosus dan Methanobacterium ivanovii berkisar antara 3,2 x 104 - 1,0 x 105 (CFU/gram). Bakteri ini melimpah pada kedalaman pemboran 15-17 meter dalam sedimen yang terdiri dari lanau hingga lempung pasiran, pasir halus-sedang, fragmen kuarsa, mineral hitam, gambut dan material organik. Hasil analisis laboratorium dari dua titik bor memperlihatkan kandungan karbon organik berkisar 2,2-13,4 % berupa submaceral Detrovitrinite (Humodetrinite) yang menunjukkan bahwa sedimen di daerah penelitian berpotensi terbentuk gas biogenik pada kedalaman sedimen 6-17,5 meter. Kata Kunci : bakteri metanogenik, energi baru terbarukan, Delta Musi, Banyuasin Sumatera Selatan The aim of the study is to identify the indication of biogenic gas occurence in the Musi Delta, District of Banyuasin, South Sumatera. Sediment samples analysis indicate methanogenic bacteria Methanobacterium bryantii, Methanoplanus endosimbiosus and Methanobacterium ivanovii as much as 3.2 x 104 to 1.0 x 105 (CFU / g). These bacteria are abundant at the core depth of 15-17 meters which sediments consist of silt to sandy clay sediment, fine-medium sand, quartz fragments, dark minerals, peat and organic material. From the laboratory analysis of two cores indicates the organic carbon content of 2.2-13.4 % as Detrovitrinite (Humodetrinite) which indicate that the sediments in study area are potential to form biogenic gas at the depth between 6 to 17.5 meters. Keywords : metanogenic bacteria, renewable, Musi Delta, Banyuasin South Sumatera.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
2

Iriani, Purwinda, Yanti Suprianti y Fitria Yulistiani. "Fermentasi Anaerobik Biogas Dua Tahap Dengan Aklimatisasi dan Pengkondisian pH Fermentasi". Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan 1, n.º 1 (8 de octubre de 2017): 1. http://dx.doi.org/10.33795/jtkl.v1i1.16.

Texto completo
Resumen
Produksi biogas pada skala rumah tangga umumnya menggunakan teknologi fermentasi anaerobik di dalam satu biodigester (satu tahap), yang mengakomodasi dua tahap utama prinsip pembentukan biogas, yakni tahap asetogenesis dan tahap metanogenesis. Permasalahan yang muncul dari penggunaan digester biogas satu tahap adalah ketidakseimbangan proses fermentasi (peningkatan laju beban organik, waktu retensi senyawa organik yang lebih cepat, dan produktivitas biogas yang menjadi tidak maksimal). Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan melakukan produksi biogas melalui sistem fermentasi anaerobik dua-tahap (two-stage anaerobic digestion), yang didukung dengan pengaturan pH pada proses metanogenik. Pada penelitian ini telah dilakukan proses aklimatisasi (aktivasi) bakteri yang menunjang proses asetogenik dan metanogenik pada skala laboratorium (19 L), dan selanjutnya menjadi inokulum untuk proses fermentasi skala pilot dengan kapasitas biodigester asetogenik 125 L dan metanogenik 500 L. Hasil proses aklimatisasi bakteri asetogenik pada media kotoran sapi menunjukkan adanya kestabilan pH yang dibutuhkan untuk reaksi asetogenik, yaitu pada kisaran pH 5-6, sedangkan kontrol menunjukkan perubahan pH yang masih ada di rentang pH netral yaitu 6-7. Kotoran sapi yang telah melalui proses asetogenik selama 2 minggu (pH awal 5,5), menjadi bahan baku pembuatan biogas pada digester metanogenik. Hasil dari proses metanogenik menunjukkan terjadinya peningkatan volume biogas dan komposisi gas metana (CH4) di dalam biogas. Komposisi CH4 tertinggi diperoleh pada hari ke-20 yakni 74,82% dengan volume produksi biogas tertinggi ada pada hari ke-22, dengan laju 8,87 L/hari. Potensi energi tertinggi yang diperoleh mencapai 217,66 kJ/hari.Generally, biogas production on the household scale is using one-stage anaerobic fermentation technology, which accommodates two main processes of biogas production, namely acetogenesis and methanogenesis. An obstacle of using one-stage biogas digester is the imbalance of the fermentation process that indicated by the increase of organic load rate and shorter retention time that lead to un-optimal biogas productivity. This research undertook the application of two-stage anaerobic digestion, supported by adjusting the initial pH for both acetogenic and methanogenic processes. Firstly, the research initiated by acclimatization (activation) process of acetogenic and methanogenic bacteria via fermentation in laboratory scale (19 L) digesters, separately. The results of acetogenic bacteria acclimatization process on cow dung media showed the pH stability needed for the reaction acetogenic, in the range of 5-6, while the control showed the pH changes still in the neutral pH range (6-7). The substrate from lab-scale acetogenic and methanogenic digester, then used as a starter for pilot-scale digester (125 L and 500 L, respectively). The mixture of water and cow dung were adjusted at initial pH 5.5 on acetogenic digester for 2 weeks. Those material were used for biogas production in the methanogenic digester. The result of the methanogenic process showed an increasing volume of biogas and the composition of methane (CH4) in the biogas. The highest CH4 composition was obtained on the 20th day, which reached 74.82%, and the highest volume of biogas production was at day 22, with the rate of 8.87 L/day. The highest energy potential obtained was 217.66 kJ/day.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
3

Zamojska-Jaroszewicz, Anna, Anna Matuszewska, Marlena Owczuk y Dorota Wardzińska. "Potencjał metanogenny mieszanek substratów pochodzenia rolniczego". Studia Ecologiae et Bioethicae 11, n.º 2 (30 de junio de 2013): 149–57. http://dx.doi.org/10.21697/seb.2013.11.2.09.

Texto completo
Resumen
The paper presents the results of research into the influence of organic fraction composition on yield and dynamics of anaerobic digestion of swine manure and silage maize mixtures. It defines the biological methane potential of individual mixtures and proposes the best option for biogas production on a larger scale.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
4

Nahdhlia, Badi'ah Lailun, Ahmad Syauqi y Hasan Zayadi. "Isolasi, Keanekaragaman Koloni dan Karakterisasi Bakteri Metanogenik pada Sedimen Kolam Ikan Lele (Clarias sp.)". BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) 6, n.º 1 (25 de julio de 2020): 1–9. http://dx.doi.org/10.33474/e-jbst.v6i1.274.

Texto completo
Resumen
Bakteri metanogenik adalah bakteri penghasil gas metan. Bakteri ini digolongkan sebagai Archaebacteria yang secara alami hidup di rawa-rawa, tanah becek, kolam dan dalam alat pencernaan hewan besar. Sedimen pada kolam ikan mengandung elemen nutrien yang terbentuk dari aktivitas makhluk hidup seperti sisa pakan dan kotoran ikan sehingga menjadi habitat yang sangat mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Penelitian bertujuan untuk mengetahui adanya bakteri metanogenik dan nilai indeks keanekaragaman pada sedimen kolam ikan lele (Clarias sp.) serta karakter bakteri metanogenik. Pengambilan sampel berasal dari kolam ikan lele (Clarias sp.) di Desa Bendosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Metode yang digunakan yaitu teknik isolasi anaerobik menggunakan media thioglikolat, morfologi sel dengan pewarnaan gram dan fisiologi dengan MR-VP. Hasil yang didapatkan adalah dalam sedimen kolam ikan lele (Clarias sp.) terdapat bakteri metanogenik dengan nilai indeks keanekaragaman koloni kolam A lebih tinggi dibanding kolam B. Keduanya menunjukkan keanekaragaman rendah. Kata kunci : bakteri, metanogenik, sedimen. ABSTRACT Methanogenic bacteria are methane gas producing methane. This bacteria are classified as Archaebacteria which naturally live in swamps, muddy soil, ponds and in the digestive organs of large animals. Sediments in fish ponds contain nutrient elements which are formed from the activity of living things such as food waste and fish feces making it a habitat that strongly supports the growth of microorganisms. The study aimed to determine the presence of methanogenic bacteria and the diversity index value in catfish (Clarias sp.) pond sediments and the characteristics of methanogenic bacteria. Sampling came from catfish (Clarias sp.) ponds in Bendosewu village, Talun sub-district, Blitar district. The method used is anaerobic isolation technique using thioglycolate medium, cell morphology with gram staining and physiology with MR-VP. The result obtained were in catfish (Clarias sp.) pond sediments there were methanogenic bacteria with a diversity index of pond A colonies higher than pond B colonies. Both are showing low diversity. Keywords :bacteria, methanogenic, sediment.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
5

Darlan, Yudi y Sahudin Sahudin. "GAS BIOGENIK DAN UNSUR MINERAL PADA SEDIMEN DELTA KAPUASKALIMANTAN BARAT". JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 10, n.º 3 (16 de febrero de 2016): 133. http://dx.doi.org/10.32693/jgk.10.3.2012.222.

Texto completo
Resumen
Gas metan biogenik merupakan gas metan yang terbentuk akibat aktivitas anaerobik. Gas biogenik yang terdapat di daerah penelitian merupakan gas biogenik yang terdapat pada sedimen Kuarter. Sedimen Kuarter yang mengalasi daerah telitian terdiri atas perselingan pasir dan lempung yang mengandung unsur pembentuk mineral dan material organik. Pada sumur bor BH-3 yang mengandung gas biogenik, kandungan bakteri metanogenik sebesar 1,5% dari total bakteri umum, kandungan karbon total sekitar 4%, unsur utama, unsur logam berat, dan unsur tanah jarang (REE) mengalami perubahan yang signifikan. Pada sumur BH-1, BH-2, dan BH-4 kandungan unsur-unsur tersebut tidak menunjukkan perubahan yang mencolok. Penelitian ini adalah untuk memahami keberadaan gas biogenik di daerah Delta Kapuas dengan melihat keragaman sedimen dan unsur pembentuk mineral Kata kunci: gas metan biogenik, bakteri metanogenik, karbon total, unsur utama, unsur logam berat, unsur tanah jarang, Delta Kapuas, Kalimantan Barat Biogenic methane was formed by anaerobic activity. The biogenic gas was found in the Quaternary sediments in the study area. This sediments consist of alternating sand and clay that contain the element-forming minerals and organic material. Analysis metanogenik bacteria(1,5%), total carbon content(4%), major elements, heavy metals, and rare earth elements (REE) in borehole BH-3 containing biogenic gas is significantly changing. In the borehole of BH-1, BH-2, and BH-4 content elements do not show significant changes. This research is to understand the existence of biogenic gas in the Kapuas Delta region by looking at the diversity of sediment and mineral-forming elements. Keywords: biogenic methane, bacteria metanogenik, total carbon, major elements, heavy metal elements, rare earths, Delta Kapuas, West Kalimantan
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
6

Kára, J., E. Janča y D. Herák. "Exploitation of anaerobic fermentation of bio-degradable wastes". Research in Agricultural Engineering 56, No. 1 (13 de marzo de 2010): 8–17. http://dx.doi.org/10.17221/20/2009-rae.

Texto completo
Resumen
The paper deals with assessment of biogas yield from mixtures of <I>Reynoutria</I> substrates and livestock manure. The aim was to perform laboratory experiments and suggest suitable fermenter operating conditions (dry matter content, pH, share of substrate components, thermic regime) for metanogenic digestion, then to determine its quality and assess the usability of such produced biogas.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
7

Etih, Hartati, Nurul Amaliyah Ikrima y Salafudin. "Circulation of Leachate Organic Solid Waste in Fixed Bed Reactor with Pressure Swing Absorption Technology". E3S Web of Conferences 73 (2018): 05002. http://dx.doi.org/10.1051/e3sconf/20187305002.

Texto completo
Resumen
Treatment of solid waste that can be applied to reduce solid waste into the landfill is the treatment of organic solid waste into a biogas. The largest component of biogas is CH4 and CO2 Alternative organic solid waste treatment is anaerobic digestion, besides reducing waste, this process can also produce renewable fuels. This research processed the leachate organic solid waste from Itenas cafetaria using fixed bed reactor. Volume reactor 180 liters with sponge filter media. An increase the concentration gas CH4 conducted using pressure swing absorption technology with pressure 1 bar on the reactor metanogen and -0,01 bar on stripper. Variation circulation a substrate for 0,30, 0,32, and 0,33 circulation per hour. Parameter measured are COD, TVA, pH, temperature, alkalinitas, and CO2, CH4. The result of this research obtained gas CH4 highest concentration of 90 % in a gas holder metanogen, and the highest CO2 24,36 % in a gas holder stripper on volumetric 0,33 circulation/hours.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
8

Antoshkina, A. I. y N. N. Ryabinkina. "Lower Carboniferous Siderites: A Product of Bottom Seeps and Bacterial Metanogenesis (Subpolar Urals)". Doklady Earth Sciences 478, n.º 2 (febrero de 2018): 139–42. http://dx.doi.org/10.1134/s1028334x18020010.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
9

Gamayanti, Kunty Novi, Ambar Pratiwiningrum y Lies Mira Yusiati. "PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH CAIRAN RUMEN DAN LUMPUR GAMBUT SEBAGAI STARTER DALAM PROSES FERMENTASI METANOGENIK". Buletin Peternakan 36, n.º 1 (13 de noviembre de 2012): 32. http://dx.doi.org/10.21059/buletinpeternak.v36i1.1274.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
10

Pikoli, Megga Ratnasari, Farah Muthia Zadfa y Irawan Sugoro. "Bakteri Denitrifikasi Inaktif Sebagai Suplemen Untuk Mengurangi Gas Metana dari Cairan Rumen Sapi". Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi 13, n.º 2 (20 de diciembre de 2017): 69. http://dx.doi.org/10.17146/jair.2017.13.2.3317.

Texto completo
Resumen
Gas metana dari ternak ruminansia merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, termasuk Indonesia. Gas metana yang bersumber dari peternakan berasal dari dua sumber emisi, yaitu pencernaan dan feses, sehingga produksinya dapat dikurangi melalui modifikasi pakan. Salah satu strategi untuk mengurangi produksi gas metana tersebut adalah dengan penambahan bakteri denitrifikasi, yang mengalihkan akseptor elektron untuk metanogenesis kepada denitrifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki potensi penambahan bakteri denitrifikasi yang diinaktivasi dengan iiradiasi sinar Gamma dalam menurunkan produksi gas metana dalam cairan rumen sapi, yang diuji secara in vitro. Pada penelitian ini diuji empat perlakuan, yaitu dengan penambahan bakteri denitrifikasi aktif, bakteri denitrifikasi yang diinaktivasi dengan iradiasi Gamma Cell 1000 Gy dan bakteri denitrifikasi yang diinaktivasi menggunakan autoklaf 1,5 tekanan atmosfir, 120°C selama 15 menit, seluruhnya pada cairan rumen sapi yang diberi substrat hijauan sorgum secara in vitro. Hasil pengukuran dari masing-masing parameter berupa nilai pH, amonia, volatile fatty acids total, asetat, propionat, butirat, biomassa bakteri, biomassa protozoa, produksi gas total dan produksi gas metana pada jam ke-24 dan 48 mendukung penurunan metanogenesis akibat penambahan bakteri denitrifikasi aktif dan inaktif. Pemberian bakteri denitrifikasi inaktif lebih besar menekan produksi gas metana dibandingkan dengan bakteri aktif. Penurunan produksi gas metana dari jam ke-24 sampai 48 dari perlakuan penambahan bakteri denitrifikasi inaktif-iradiasi, dan inaktif-autoklaf berturut-turut sebesar 41,5% dan 55,3%, yang lebih tinggi daripada dari bakteri denitrifikasi aktif dengan penurunan sebesar 13,6%.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
11

Corrales, Lucia Constanza, Diana Marcela Antolinez Romero, Johanna Azucena Bohórquez Macías y Aura Marcela Corredor Vargas. "Bacterias anaerobias: procesos que realizan y contribuyen a la sostenibilidad de la vida en el planeta". Nova 13, n.º 24 (15 de diciembre de 2015): 55. http://dx.doi.org/10.22490/24629448.1717.

Texto completo
Resumen
<p>Se realiza una revision sobre los aspectos degradativos de materia organica, obtención de energia y nutrientes de las bacterias anaerobias. La importancia de estos microorganismos es el papel que desempenan en los procesos que contribuyen al mantenimiento de la vida misma. Dentro del metabolismo para la descomposicion de macromoleculas, estos microorganismos realizan varios procesos: hidrolisis, acetogenesis y metanogenesis, entre otros, cobija reacciones que se realizan dependiendo de las caracteristicas particulares de la bacteria y de las funciones que cumplen dentro del ciclo degradativo, para la obtencion de nuevos productos dependiendo de las rutas bioquimicas o procesos fermentativos que alli se desarrollan.</p>
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
12

UTAMI, SRI, PURWINDA IRIANI y YANTI SUPRIANTI. "Sistem Monitoring pH dan Volume Biogas Digester Dua Tahap menggunakan Mikrokontroler". ELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika 7, n.º 1 (24 de enero de 2019): 126. http://dx.doi.org/10.26760/elkomika.v7i1.126.

Texto completo
Resumen
ABSTRAKBiogas merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang murah dan berkategori non-polusi. Kebutuhan untuk memonitor serta mengontrol plant biogas bertambah seiring kebutuhan mengoptimalkan stabilitas proses untuk mendapatkan performansi yang tinggi. Monitoring biogas dapat memberikan gambaran keseluruhan proses pembangkitan biogas dan digunakan untuk memprediksi proses fermentasi yang berlangsung. Selain itu, dapat pula meminimalkan gagalnya proses fermentasi dan menghasilkan biogas secara optimal. Dalam penelitian ini proses monitoring dilakukan pada digester dua tahap berbahan dasar ampas tahu dan difokuskan pada pH dan volume biogas yang dihasilkan menggunakan dfrobot sku Sen0160 dan YF-S201 serta solenoid valve sebagai aktuatornya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa set point pH 5.3 pada digester asetogenesis dapat dicapai pada hari ke enam untuk tiga percobaan. Dalam digester metanogenesis nilai pH dapat dijaga pada pH 7 ±0.3. Jumlah volume biogas tertinggi yang dihasilkan sebesar 97.2 L.Kata kunci: digester dua tahap, fermentasi, asetogenesis, metanogenesis ABSTRACTBiogas is one of an inexpensive and non-pollution renewable energy source. A requirement for optimization and stabilization of biogas plant affected on the need of monitor and control system in the plant. Biogas monitoring system represents a process in biogas generation and has the ability to predict fermentation. In addition, the system built can be used to control the fermentation process and to minimize the failure of the process. This means the process will produce biogas optimally. In this research, the monitoring system was used on two stages digester using tofu as raw material. pH and biogas volume produced are two focuses in this study using SKU Sen0160 dan YF-S201 as sensors and solenoid valve as an actuator. For three experiments data show, set point for pH (5.3) is achieved at day sixth for acetogenesis digester. For methanogenesis, pH can be maintained at 7 ±0.3. The highest volume of biogas produced was 97.2 L.Keywords: two stages digester, fermentation, acetogenesis, methanogenesis digester
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
13

Oshurkova, V. I., Е. А. Deshevaya, N. E. Suzina, N. E. Shubralova y V. A. Shcherbakova. "METHANOGENIC ARCHAEA IN THE SPACE ENVIRONMENT". Aerospace and Environmental Medicine 55, n.º 1 (2021): 63–69. http://dx.doi.org/10.21687/0233-528x-2021-55-1-63-69.

Texto completo
Resumen
Next phase of experiment TEST is aimed to evaluate microbial viability after a prolonged external exposure on the International space station (ISS). Methanogenic archaea isolated from various habitats have been tested in ground facilities for the ability to survive exposure to such open space factors as UV and vacuum. Methanosarcina mazei S-6T (VKM B-1636T) was found to be the most viable and, therefore, suitable for the experiment. Our investigations showed that the Methanosarcina mazei population maintained viability in the course of 24-month exposure. On this evidence we conclude that genome of this metanogenic archaea possesses mechanisms against the space vacuum, UV and thermal differences that, probably, underlie the ability of the strain to form peculiar cyst-like dormant cells.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
14

Cimochowicz-Rybicka, Małgorzata. "Methanogenic potential of anaerobic biomass. Laboratory and full-scale experiments Potencjał metanogenny biomasy beztlenowej. Doświadczenia laboratoryjne i techniczne". PRZEMYSŁ CHEMICZNY 1, n.º 9 (5 de septiembre de 2015): 66–68. http://dx.doi.org/10.15199/62.2015.9.8.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
15

MIKOŁAJCZYK, Katarzyna, Ewa PECKA-KIEŁB y Andrzej ZACHWIEJA. "METHANOGENESIS AND SYNTHESIS OF VOLATILE FATTY ACIDS IN THE RUMEN OF COWS AND THEIR CHANGEABILITY UNDER THE INFLUENCE OF ENSILED PLANT ADDITIVES". Folia Pomeranae Universitatis Technologiae Stetinensis Agricultura, Alimentaria, Piscaria et Zootechnica 351, n.º 52 (7 de enero de 2020): 25–32. http://dx.doi.org/10.21005/aapz2019.52.4.03.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
16

Nonci, Maimuna, Baharuddin Baharuddin, Burhanuddin Rasyid y Pirman Pirman. "SELEKSI BAKTERI METHANOTROF (PEREDUKSI EMISI GAS METAN DI LAHAN SAWAH) BERDASARKAN AKTIVITAS ENZIM METHAN MONOOKSIGENASE". Jurnal Ilmu Lingkungan 13, n.º 2 (15 de marzo de 2016): 87. http://dx.doi.org/10.14710/jil.13.2.87-91.

Texto completo
Resumen
Kehadiran bakteri metanotrof pada daerah rhizosfer padi sangat dibutuhkan untuk mereduksi metan yang dihasilkan oleh bakteri metanogen, sehingga tidak terjadi emisi gas metan ke atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan koleksi dan seleksi bakteri methanotrof asal rhizosfer tanaman padi yang mampu menghasilkan enzim metan monooksigenase. Pengambilan sampel dilakukan secara acak pada tiga fase pertumbuhan tanaman padi yaitu fase vegetatif, reproduktif dan pematangan. Koleksi isolat dilakukan dengan metode isolasi dan pemurnian. Seleksi isolat dilakukan dengan pengujian reaksi gram, motil, indol, aerob/anaerob dan aktivitas enzim monooksigenase dianalisis dengan metode kolorimetrik. Hasil penelitian diperoleh 52 koleksi isolat bakteri. Berdasarkan reaksi gram terseleksi 22 isolat gram negatif, berdasarkan analisis kolorimetrik diperoleh 10 isolat menghasilkan enzim metan monooksigenase.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
17

Fajri, Nindi. "EFEKTIFITAS KOTORAN SAPI SEBAGAI AKTIFATOR PEMBUATAN BIOGAS DARI JERAMI PADI". JURNAL MEDIA KESEHATAN 7, n.º 1 (13 de noviembre de 2018): 01–05. http://dx.doi.org/10.33088/jmk.v7i1.215.

Texto completo
Resumen
Biogas is gas mixture yielded by bacterium of metanogenik that happened at materials able to ravelled naturally in a condition anaerobik. Target of in this research is known by time depth forming of biogas of paddy hay with ox dirt aktifator. This research is research of eksperiment by using Posttest design group control only design. This research use two data analysis that is Univariat and Bivariate. Pursuant to result of test of anoway anova research of time depth mean forming of biogas with addition of ox dirt 3 singk during 11 day, addition of ox dirt 5 singk during 9 day, and addition of ox dirt 7 time depth mean singk forming of biogas during 8 day, while time depth forming of biogas at control during 17 day with value p = 0,000 = 0,05. That there is difference having a meaning of among/between time depth forming of biogas to addition of dirt aktifator with dose of aktifator 3 singk, 5 singk, and 7 singk.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
18

Putra, Alca Pratama. "Pengaruh Waktu Detensi pada Anaerobik Digester Sistem dua Tahap dengan Substrat Tanah Gambut terhadap Produktivitas Biogas". Jurnal Reka Lingkungan 7, n.º 2 (3 de septiembre de 2019): 56–67. http://dx.doi.org/10.26760/rekalingkungan.v7i2.56-67.

Texto completo
Resumen
AbstrakIndonesia memiliki 50% dari luas lahan gambut yang ada di dunia. Tanah gambut merupakan tanah yang berasal dari proses dekomposisi materi organik dari sisa tumbuhan. Materi organik yang terkandung dalam tanah gambut dapat dimanfaatkan sebagai substrat dalam pembentukan biogas. Keberadaan tanah gambut di Indonesia berkisar 21 juta hektar sehingga berpotensi besar dalam membuat biogas dari tanah gambut. Biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi tanah gambut sebagai substrat dalam pembentukan biogas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah two stage digestion system dimana tahap pembentukan asam dilakukan di reaktor hidrolisis secara batch sedangkan tahap pembentukan gas CH4 dilakukan di reaktor metanogenesis secara kontinu. Variasi yang digunakan pada penelitian ini adalah waktu detensi 1 hari dan 4 hari. Hasil optimum yang didapatkan pada variasi waktu detensi 4 hari dengan laju produksi biogas sebesar 395 ml/hari dan konsentrasi gas CH4 sebesar 61%. Kata Kunci : Tanah gambut, Biogas, Waktu detensi, two stage digestion system
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
19

Fajri, Nindi. "EFEKTIFITAS KOTORAN SAPI SEBAGAI AKTIFATOR PEMBUATAN BIOGAS DARI JERAMI PADI". JURNAL MEDIA KESEHATAN 7, n.º 1 (13 de noviembre de 2018): 01–05. http://dx.doi.org/10.33088/jmk.v7i1.215.

Texto completo
Resumen
Biogas is gas mixture yielded by bacterium of metanogenik that happened at materials able to ravelled naturally in a condition anaerobik. Target of in this research is known by time depth forming of biogas of paddy hay with ox dirt aktifator. This research is research of eksperiment by using Posttest design group control only design. This research use two data analysis that is Univariat and Bivariate. Pursuant to result of test of anoway anova research of time depth mean forming of biogas with addition of ox dirt 3 singk during 11 day, addition of ox dirt 5 singk during 9 day, and addition of ox dirt 7 time depth mean singk forming of biogas during 8 day, while time depth forming of biogas at control during 17 day with value p = 0,000 = 0,05. That there is difference having a meaning of among/between time depth forming of biogas to addition of dirt aktifator with dose of aktifator 3 singk, 5 singk, and 7 singk.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
20

Amrullah, Amrullah, Sulaiman Borahima y M. Lubis. "PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS". ILTEK : Jurnal Teknologi 12, n.º 01 (11 de abril de 2017): 1731–34. http://dx.doi.org/10.47398/iltek.v12i01.402.

Texto completo
Resumen
Salah satu inovasi dari pengembangan energi alternatif adalah biogas. Biogas merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang terbentuk melalui fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran sapi, sampah organik, serta bahan-bahan lainnya oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Biogas sangat potensial sebagai sumber energi terbaru karena kandungan methan (CH4) yang tinggi dan nilai kalornya cukup tinggi. CH4 mempunyai nilai kalor 50 Mj/kg. Methan (CH4) yang memiliki satu karbon dalam setiap rantainya, dapat menghasilkan pembakaran yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar berantai karbon panjang. Hal ini disebabkan karena jumlah CO2 yang dihasilkan selama pembakaran bahan bakar berantai karbon pendek adalah lebih sedikit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses terjadinya gas apabila perbandingan kotoran dan air yaitu : 1:1, 1:2, 1:3. Pada proses yang mengalami perubahan yang signifikan akan digunakan sebagai proses pencampuran selanjutnya. Pengukuran tekanan menggunakan manometer U, dengan waktu pengamatan interval waktu 2 jam. Tekanan biogas paling tinggi yaitu 0,432 kPa dengan perbandingan kotoran : air = 1:3 dan terendah 0,162 kPa dengan perbandingan air : kotoran = 1:1. Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan 1:3 lebih besar dibandingkan dengan 1:1 dikarenakan proses berkembang biaknya bakteri lebih cepat didalam digester.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
21

Ulumuddin, Yaya Ihya. "Metana: Emisi Gas Rumah Kaca dari Ekosistem Karbon Biru, Mangrove". Jurnal Ilmu Lingkungan 17, n.º 2 (9 de septiembre de 2019): 359. http://dx.doi.org/10.14710/jil.17.2.359-372.

Texto completo
Resumen
Kontribusi mangrove terhadap emisi metana global merupakan topik yang sedang diperdebatkan. Ini adalah kajian pustaka dari 154 makalah--yang diakses dari arsip daring, Web of Science– yang mendiskusikan tentang metana di ekosistem mangrove yang dikaji dari berbagai aspek. Namun demikian, hanya 35 makalah yang secara langsung melaporkan tentang volume emisi metana dari ekosistem mangrove. Selebihnya mengkaji tentang metana yang terlarut di dalam air poros (pore-water), mikrobioma dan organisme pembentuk metana, pemindahan gas metana melalui pasang surut, dan geokimia. Kajian emisis gas metana dari sedimen mangrove menunjukkan bahwa secara umum emisinya rendah. Namun, penilaian mendalam terhadap aspek-aspek kajian lainnya serta dikombinaiskan dengan informasi dari kajian-kajian di ekosistem lahan basah air tawar menunjukkan bahwa ekosistem mangrove mungkina menghasilkan emisi gas metana yang tinggi. Kondisi tertentu yang dapat menyebabkan tingginya emisi ini yaitu ketika ada polusi nutrisi di ekosistem mangrove. Hal ini menghasilkan kondisi lingkungan yang cocok bagi metanogen, yaitu kombinasi antara materi organik yang melimpah dan kondisi anerobik. Kemungkinan yang lain adalah ada jalur-jalur lain dalam pelepasan gas metana ke atmosfer. Hal ini disimpulkan dari aksioma bahwa emisi gas metana sedimen mangrove secara alami rendah tapi potensi produksi gas metana tinggi. Mengacu pada aksioma-aksioma ini, maka beberapa pertanyaan penelitian diajukan di sini untuk dijawab pada penelitian-penelitian di masa yang akan datang. Pertanyaan-pertanyaan penelitian ini diajukan untuk mendorong penelitian terkait gas metana di hutan mangrove Indonesia.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
22

Susetyo, Nasyiruloh Dwi, Fatkur Rhohman y M. Muslimin Ilham. "Perbandingan Zat Penyusun Dalam Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Energi Alternatif Biogas". Jurnal Mesin Nusantara 2, n.º 2 (7 de febrero de 2020): 109–18. http://dx.doi.org/10.29407/jmn.v2i2.14185.

Texto completo
Resumen
Limbah padat dan cair pada pembuatan tahu cukup menggangu masyarakat. Pembuatan tahu di kediri masih menggunakan cara tradisional sehingga tingkat efisiensi penggunaan sumber daya (air dan bahan baku) dirasakan masih rendah dan tingkat produksi limbahnya juga relatif tinggi. Bioenergy merupakan sumber energi yang dihasilkan oleh sumber daya hayati seperti tumbuh - tumbuhan, minyak nabati, dan limbah peternakan dan pertanian. Jenis energi yang dihasilkan berupa energi dalam bentuk gas, cair, atau padat. Energi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan panas, gerak, dan listrik tergantung pada alat yang digunakan dan kebutuhan pengguna. Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan dari aktivitas bakteri metanogenik pada kondisi anaerobik atau fermentasi bahan-bahan organik. Biogas merupakan produk dari pendegradasian substrat organik secara anaerobik. Karena proses ini menggunakan kinerja campuran mikroorganisme dan tergantung terhadap berbagai faktor seperti suhu, pH, hydraulic retention, rasio C:N dan sebagainya sehingga proses ini berjalan lambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui erbandingan zat penyusun dalam pemanfaatan limbah cair produksi tahu sebagai energi alternatif biogas. Untuk membuat biogas alat yang digunakan antara lain: Digester dan manometer. Bahan baku yang digunakan untuk komposisi pertama adalah limbah tahu cairan pertama 30 liter dengan 50 ml Em4 dan air kelapa 2 liter. Sedangkan untuk komposisi kedua adalah limbah tahu cairan pertama sebanyak 30 liter dengan 50 ml Em4 dan molase 500 ml. Data diambil selama 14 hari dengan pengamatan dilakukan setiap hari. Dari hasil uji prasyarat normalitas, diperoleh bahwa kedua data berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji prasyarat homogenitas, dinyatakan bahwa data bersifat homogen. Karena yang dibandingkan adalah 2 data, maka cukup menggunakan Uji-T. Dari hasil Uji-T, diperoleh bahwa komposisi kedua lebih baik daripada komposisi pertama. Sehingga daat disimpulkan bahwa pembuatan biogas dari limbah cair yang ditambahkan dengan molase memberikan hasil yang lebih baik daripada pembuatan biogas dari limbah cair tahu ditambah dengan air kelapa.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
23

Hlinková, Eva-Žofie, Zdeněk Varga y Jana Zábranská. "Biologická konverze energeticky bohatých plynů na biometan". Entecho 4, n.º 1 (30 de junio de 2021): 1–9. http://dx.doi.org/10.35933/entecho.2021.001.

Texto completo
Resumen
Přechod ze stávajících neobnovitelných zdrojů elektrické energie na zdroje obnovitelné se jeví jako vhodné řešení pro celosvětově narůstající spotřebu energie. Udržitelná technologie pro zpracování organických odpadů formou anaerobní fermentace produkuje bioplyn, z kterého se odstraněním oxidu uhličitého získává biometan – energeticky bohatý plyn kompatibilní se zemním plynem a využitelný jako biopalivo. Zaváděním externího vodíku, získaného z přebytečné energie z obnovitelných zdrojů, do procesu anaerobní fermentace dochází pomocí hydrogenotrofních metanogenů k redukci oxidu uhličitého na metan, čímž se zvyšuje výhřevnost bioplynu v ideálním případě až na biometan. V rámci této práce byla zkoumána technologie obohacování bioplynu pomocí vodíku přímým zaváděním do fermentoru tzv. metoda in-situ a s využitím externího bioreaktoru tzv. metoda ex-situ Získané výsledky z provozu laboratorních modelů insitu a ex-situ bioreaktoru poslouží k sestrojení poloprovozního modelu této technologie pro následné převedení do praxe. Abstract - EN The transition from existing sources of electricity to renewables seems to be a suitable solution for the global increase of energy consumption. Sustainable technology of anaerobic fermentation for the treatment of organic wastes produces biogas, from which is by removing carbon dioxide obtained biomethane – energy-rich gas compatible with natural gas and can be used as biofuel. Hydrogen obtained by using excess energy production from renewable sources, can be introduce into the anaerobic fermentation process. Hydrogenotrophic methanogens use external hydrogen for reduction of carbon dioxide to methane, which increases energetical potencial of biogas, ideally up to the level of biomethane. In this work, the technology of enrichment of biogas with hydrogen by direct introduction into the fermenter, the “in-situ” method and with the use of an external bioreactor, the “ex-situ method,” was investigated. The results obtained from the operation of laboratory models of insitu and ex-situ bioreactors will be used to build a pilot model of this technology for subsequent implementation in practice.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
24

Hermanto, Hermanto y Arba Susanty. "Produksi Biogas dari Limbah Kelapa Sawit Menggunakan Bioreaktor Up-Flow Anaerobik Sludge Blanket (UASB)". Jurnal Riset Teknologi Industri 9, n.º 1 (31 de agosto de 2016): 56–63. http://dx.doi.org/10.26578/jrti.v9i1.1704.

Texto completo
Resumen
Palm oil mills produce wastewater containing organic matter that has the potential to produce biogas as an energy source. Up-Flow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) bioreactor is a wastewater treatment technology that has a high organic content, with using microbiology to degrade the content of contaminants. The purpose of this study was to determine the amount of impairment of biogas production from wastewater COD and TSS POM using UASB bioreactor (Up Flow Anaerobic Sludge Blanket). This research method is done by designing asidogenik and methanogenic reactor, reactor assembling and testing reactor apparatus.The result from this research show UASB reactor that use to process the waste water from palm oil plant has the potential to produce biogas 22.8 to 26.4 liters with a daily production ranges from 0.3 to 3.3 liters. This biogas containing methane gas (CH4) ranged 36.92 - 48.08%. Optimal feeding time 10-12 days of incubation. The results of first experiment show the decrease level of COD of 983 mg / L or a decline of 98% and in the second trial is 972 mg / l or 97% .ABSTAKPabrik kelapa sawit menghasilkan limbah cair yang mengandung bahan organik yang berpotensi menghasilkan biogas sebagai sumber energi. Teknologi bioreaktor Up-Flow Anaerobik Sludge Blanket (UASB) adalah teknologi pengolahan limbah cair yang memiliki kandungan organik tinggi, dengan pemanfaatan mikrobiologi untuk mendegradasi kandungan kontaminan dalam limbah. Selain dapat mengurangi dampak negatif lingkungan, bioreactor UASB dapat menghasilkan energi berupa biogas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah produksi biogas, penurunan nilai COD dan TSS dari limbah cair PMKS dengan menggunakan bioreaktor UASB . Metode penelitian ini dilakukan dengan merancang disain reaktor asidogenik dan metanogenik, merangkai reaktor dan menguji coba rangkaian alat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa air limbah dari proses pengolahan pabrik minyak kelapa sawit berpotensi menghasilkan biogas sebesar 22,8 – 26,4 liter dengan produksi harian berkisar antara 0,3 – 3,3 liter. Waktu feeding optimal 10 – 12 hari inkubasi. Hasil penurunan percobaan 1 kadar COD sebesar 983 mg/l atau terjadi penurunan 98% dan pada percobaan 2 sebesar 972 mg/l atau terjadi penurunan 97 %. Kata kunci : UASB, limbah cair kelapa sawit, biogas.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
25

Ahmad, Anwar, Rumana Ghufran y Zularisam Abd Wahid. "EFFECT OF COD LOADING RATE ON AN UPFLOW ANAEROBIC SLUDGE BLANKET REACTOR DURING ANAEROBIC DIGESTION OF PALM OIL MILL EFFLUENT WITH BUTYRATE / SUVARTOJAMO CHDS POVEIKIS PALMIŲ ALIEJAUS GAMYBINIŲ NUOTEKŲ SU BUTIRATU ANAEROBINIO PŪDYMO PLOKŠTELINIAME REAKTORIUJE METU". Journal of Environmental Engineering and Landscape Management 20, n.º 4 (22 de noviembre de 2012): 256–64. http://dx.doi.org/10.3846/16486897.2012.656647.

Texto completo
Resumen
Palm oil Mill Effluent (POME) with concentrated butyrate was treated in a 4.5 l upflow anaerobic sludge blanket reactor (UASBR), run over a range of influent concentrations (16.5–46.0 g-COD l−1), chemical oxygen demand (COD) loading rates (1.5–11.5 g-CODl−1d−1) and 11–4 days hydraulic retention time (HRT) at 37 °C by maintaining pH between 6.5–7.5. The process consistently removed 97–99% of COD at loading rates up to 1.5–4.8 g-COD l−1d−1 by varying HRT (11–7.2 days). Butyrate is an important intermediate in the anaerobic degradation of organic matter. In sulphate-depleted environment, butyrate in POME (BOD/COD ratio of 0.5) is β-oxidised to acetate and hydrogen, by obligate proton reducers in syntrophic association with hydrogen utilizing methanogens. The conversion of acetate to methane appeared to be rate limiting step. Maximum biogas (20.17 ll−1d−1) and methane production (16.2 ll−1d−1) were obtained at COD loading rate of 4.80 gl−1d−1and HRT of 7.2 days. The biogas and methane production were higher in the presence of butyrate compared to control. The methane content of the biogas was in the range of 70–80% throughout the study while in control it was 60–65%. Finding of this study clearly indicates the successful treatment of POME with butyrate in UASBR. Santrauka Palmių aliejaus gamybinės nuotekos (POME) su koncentruotu butiratu buvo apdorotos 4,5 l talpos aukštyn tekančio aerobinio dumblo plokšteliniame reaktoriuje (UASBR). Nuotekos tekėjo įvairių koncentracijų (16,5–46,0 g – ChDS 1−1), cheminio deguonies suvartojimo (ChDS) normos (1,5–11,5 g – ChDS 1−1d.−1). Hidraulinio sulaikymo trukmė (HRT) nuo 11 iki 4 dienų, kai temperatūra 37 °C, pH palaikant 6,5–7,5. Vykstant procesui nuolat buvo pašalinama 97–99% ChD, kai tiekimo ir pakrovimo sparta 1,5–4,8 g – ChDS 1−1d.−1 kintant HRT(11–7,2 d.). Butiratas yra svarbus tarpininkas organinių medžiagų anaerobinio skilimo procese. Sulfatas iš aplinkos, butiratas iš POME (BDS/ChDS santykis 0,5) yra acetato ir vandenilio β oksidatoriai, priverčiantys protonų reducentus sintrofinės sąveikos su vandeniliu metu utilizuoti metanogenus. Acetato virtimas metanu pasirodė esąs greitį ribojantis veiksnys. Daugiausia biodujų (20,17 l 1−1 d.−1) ir metano (16,2 l 1−1 d.−1) susidarė tada, kai suvartojamo ChD tiekimo greitis buvo 4,80 g 1−1d.−1, o HRT – 7,2 dienos. Daugiau biodujų ir metano susidarė dalyvaujant butiratui, palyginti su kontroliniu pavyzdžiu. Biodujose metano kiekis tyrimo metu svyravo 70–80%, o kontroliniame buvo 60–65%. Šis tyrimas aiškiai parodė, kad POME su butiratu UASBreaktoriuje apdorojamas sėkmingai.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
26

Puspita Sari, Feby, Diana Hendrawan y Dwi Indrawati. "PENGARUH PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR PADA PROSES DEKOMPOSISI SAMPAH ORGANIK SECARA ANAEROB". INDONESIAN JOURNAL OF URBAN AND ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY 7, n.º 2 (20 de septiembre de 2016): 57. http://dx.doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v7i2.715.

Texto completo
Resumen
<p>Meningkatnya jumlah penduduk dengan segala aktivitasnya telah meningkatkan jumlah sampah dari hari ke hari. Sampah yang dihasilkan 80% berupa sampah organik. Salah satu sumber sampah organik yaitu berasal dari pasar. Sampah organik pasar merupakan sampah yang cepat membusuk dan dapat menimbulkan bau, oleh karena itu diperlukan teknologi terbarukan agar sampah organik dapat lebih bermanfaat. Seiring berjalannya waktu, timbul perhatian dalam pencarian dan penggunaan energi alternatif. Dengan melihat permasalahan sampah dan penyediaan energi maka dapat dipertimbangkan usaha pengolahan sampah menjadi biogas. Gas metana (CH4) yang terkandung dalam biogas dapat dijadikan sebagai bahan bakar. Dalam penelitian ini dilakukan penambahan bioaktivator untuk mempercepat proses dekomposisi sampah secara anaerob dengan tiga varisasi perlakuan. Variasi perlakuan berupa penambahan bioativator sebanyak 1 l (RA1), 1,5 l (RA2), dan 2 l (RA3). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik sampah organik pasar, menganalisis pengaruh penambahan bioaktivator terhadap parameter dekomposisi dan terbentuknya gas CH4, dan untuk menganalisis karakteristik kompos yang dihasilkan. Penentuan kadar air menggunakan metode gravimetri, penentuan kadar volatie solid (VS) dengan pembakaran pada suhu 550°C, untuk analisis C/N rasio dan densitas sampah menggunakan perhitungan secara matematis. Parameter berupa pH, suhu, dan kelembaban dilihat dari indikator parameter yang terdapat dalam rangkaian reaktor, dan untuk analisis biogas menggunakan metode Gas Chromatography. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa karakteristik sampah organik pasar untuk nilai kadar air sebesar 78,2%, kadar VS sebesar 33%, nilai C/N rasio sebesar 24, dan densitas sampah 230 kg/m3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi RA2 lebih cepat mendekomposisi sampah organik pasar dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan reaktor kontrol, yaitu pada hari ke-14 telah memasuki fase metanogenesis. Pada hari ke-14, pH pada variasi RA2 sebesar 6,5, suhu sebesar 36°C, dan kelembaban sebesar 75%. Hal ini didukung juga dengan analisis gas, yaitu kandungan gas CH4 pada variasi RA2 lebih tinggi dibandingkan dengan variasi lainnya yakni mencapai 17,46%. Karakteristik kompos berupa nilai kadar air pada variasi perlakuan dengan penambahan bioaktivator dan perlakuan kontrol sebesar 19% – 33,6%, kadar VS sebesar 19,7% – 28,4%, dan pH dalam kisaran 7,0 – 7,25. </p><p>Keywords: Anaerobic decomposition, traditional market waste, bioactivator, biogas. </p>
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
27

Irawan, Dwi y Kemas Ridhuan. "PENGARUH TEMPERATUR MESOFILIK TERHADAP LAJU ALIRAN BIOGAS DAN UJI NYALA API MENGGUNAKAN BAHAN BAKU LIMBAH KOLAM IKAN GURAME". Turbo : Jurnal Program Studi Teknik Mesin 5, n.º 2 (12 de septiembre de 2017). http://dx.doi.org/10.24127/trb.v5i2.238.

Texto completo
Resumen
The reserve lack of fossil fuels as a source of energy in contrast to increasing the energy demand growth as human populations, especially in indonesia. Biogas as renewable energy environmentally friendly could be one of solutions to current permasalah energy. Biogas produced with the help of bacteria metanogen or metanogenik. Biogas produced by take waste farm will bring value more. Waste management done with better than it can prevent the environmental pollution also provide added value of business cattle or the cultivation of fish. If dirt shaped mud and it is not so levels soon cleared ammonia in the water would rise and can threaten survival ikan-ikan preserved. The purpose of this study is to find influence temperature mesofilik against the rate of flow of biogas and hasill flame biogas. The method do first is preparing equipment for making a series of using drigen biogas, with varying temperature that 300C mesofilik, 350C, 400C. The result showed, the rate of flow of treatment t1 biogas 736,8 ml/day, as for treatment t2 the rate of flow of biogas 774,8 ml/day, and treatment t3 the rate of flow of biogas 748,75 ml/day and potential biogas 1,8719 ml / liters of raw materials with the same pressure on all the treatment 101.570,25 N/m2. The fiery show results flame blue biogas resulting from all treatment.The result showed treatment temperature impact on the rate of flow of biogas and results flame biogas.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
28

Yazid, Moch y Aris Bastianudin. "SELEKSI MIKROBA METANOGENIK MENGGUNAKAN IRRADIASI GAMMA UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PROSES DIGESTI ANAEROB PEMBENTUKAN BIOGAS". GANENDRA Majalah IPTEK Nuklir 14, n.º 1 (20 de enero de 2011). http://dx.doi.org/10.17146/gnd.2011.14.1.31.

Texto completo
Resumen
SELEKSI MIKROBA METANOGENIK MENGGUNAKAN IRRADIASI GAMMA UNTUK PENINGKATAN EFISIENSIPROSES DIGESTI AN-AEROB PEMBENTUKAN BIOGAS. Seleksi mikroba metanogenik menggunakan irradiasigamma sebagai upaya peningkatan efisiensi proses pembentukan biogas telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini,untuk mendapatkan isolat mikroba metanogenik yang mempunyai konstanta pertumbuhan spesifik (μ) tinggisehingga diharapkan dapat diaplikasikan untuk peningkatan efisiensi produksi biogas pada proses digesti anaerobdari kotoran ternak. Sebagai sumber mikroba digunakan sludge yang diambil dari dalam tangki digester instalasibiogas konvensional di dusun Marangan, Bokoharjo, Prambanan, Sleman. Adapun irradiasi dilakukan menggunakanIrradiator Gamma C0-60 dengan variasi dosis 0-25 kGy. Isolasi mikroba dilakukan dalam media pertumbuhan yangmengandung 30% rumen cair dalam suasana anaerob dengan penambahan campuran gas 80% H2 dan 20% CO2.Pengamatan pertumbuhan koloni dilakukan menggunakan sinar ultra violet (UV) gelombang panjang, sedangkanpertumbuhan mikroba ditentukan berdasarkan hasil analisis spektrofotometri dan penentuan gas metanmenggunakan gas kromatografi. Dari hasil penelitian ini didapatkan 4 isolat mikroba metanogenik (RB10, RB15,RB20 dan RB25) yang tumbuh pada perlakukan irradiasi dengan dosis 10-25 kGy. Dari hasil identifikasi dapatdiketahui bahwa isolat mikroba RB10 dan RB25 merupakan anggota dari genus Methanobacterium sedangkan isolatRB15 dan RB20 masing-masing termasuk genus Methanosarcina dan Methanospirillum. Nilai konstantapertumbuhan spesifik (μ) dari keempat isolat berkisar antara 0,022 – 0,031. Sedangkan efisiensi pembentukan gasmetan untuk masing-masing isolat berkisar antara 53.4%. - 67.6%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa isolatRB25 terpilih sebagai isolat yang memiliki konstanta pertumbuhan spesifik (μ) tertinggi yaitu 0,031 dan efisiensiproduksi gas metannya 67,6 %.Kata Kunci : biogas, irradiasi gamma, mikroba
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
29

Faturachman, Faturachman y Siti Marina. "JALUR MIGRASI DAN AKUMULASI GAS BIOGENIK BERDASARKAN PROFIL SEISMIK PANTUL DANGKAL DAN KORELASI BOR BH-2 DI PERAIRAN SUMENEP, JAWA TIMUR". JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 5, n.º 3 (16 de febrero de 2016). http://dx.doi.org/10.32693/jgk.5.3.2007.142.

Texto completo
Resumen
Pengambilan data seismik pantul dangkal di Perairan Sumenep dan pemboran inti sedalam 42 meter di pesisir selatan Sumenep dilakukan untuk memperlihatkan keadaan lapisan batuan dangkal. Profil seismik pantul dangkal memperlihatkan runtunan seismik A berumur Pra Kuarter dan runtunan seismik B berumur Kuarter – Resen. Runtunan A telah mengalami perlipatan dan pensesaran di mana di beberapa tempat diterobos oleh diapir lumpur, bahkan sampai ke permukaan laut. Runtunan B memperlihatkan pantulan transparan dan di beberapa tempat diterobos oleh diapir lumpur. Bor BH-2 memperlihatkan lempung hitam berumur Holosen – Resen yang ditemukan di atas Formasi Pamekasan yang berumur Pleistosen. Lempung hitam ini tersebar pada kedalaman 13.5 - 41 meter dengan kandungan gas metan sekitar 0.1 % mol yang terdeteksi pada kedalaman 17 – 18.5 meter dan 35.85 – 38.15 meter, serta didominasi oleh bakteri metanogenik Methanosarcina frisia yang menunjukkan lingkungan pengendapan estuaria. Kadar gas biogenik dangkal pada lempung hitam berjumlah kecil sehingga tidak potensial untuk dieksplorasi lebih lanjut. Kurangnya potensi gas biogenik dangkal di Perairan Sumenep kemungkinan disebabkan oleh proses tektonik, kondisi stratigrafi (sistem estuaria) dan struktur (rembesan gas ke atmosfer melalui patahan-patahan minor dan diapir lumpur) yang berpengaruh pada jalur migrasi dan akumulasi gas biogenik. Kata kunci: gas biogenik dangkal, migrasi, akumulasi, estuaria, diapir lumpur, lempung hitam Shallow seismic data acquisition in Sumenep waters and coring to 42 meter depth in shouthern coast of Sumenep were carried out to investigate a shallow sediment layers. The shallow reflection profiles indicate seismic sequence A of pre Quaternary and seismic sequence B of Quartenary Recent. Seismic sequence A was folded and faulted, whre in some places were intruded by mud diapirs which expose above water surface. Seismic sequence B indicates transparency reflection and in some places was intruded by mud diapirs. Core BH-2 indicates Holocene-Recent blacky clay that rest on the Pleistocene Pamekasan Formation. This blacky clay distribute at 13,5 – 41,5 meters depth with methane content about 0.1 % mol that detected at 17 – 18,5 meters depth and 35.05 – 38.15 meters depth, which is also dominated by metanogenic methanosarcinafrisia that indicates an estuaria depositional environment. The content of shallow biogenic gas within black clay is small, therefore it is inpotential to be futher explored. The lack of shallow biogenic gas in Sumenep waters. Key word : Shallow Biogenic Gas, Migration, Accumulation, Estuary, Mud diapir, Black clay.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
30

Sa'diyah, Aminatus. "PENENTUAN KUALITAS BIOGAS UNTUK PEMENUHAN ENERGI SKALA RUMAH TANGGA BERBASIS FUZZY LOGIC". e-NARODROID 1, n.º 2 (1 de julio de 2015). http://dx.doi.org/10.31090/narodroid.v1i2.65.

Texto completo
Resumen
Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (metan atau CH4) yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material yang dapat terurai (organik) secara alami dalam kondisi anaerob/tanpa oksigen. Komposisi biogas tiap 1 m3 mengandung 50-70 % metan (CH4), 30-40 % karbon dioksida (CO2), 5-10 % H2 , 1-2 % N2, 0,3 % H2O, dan hidrogen sulfida (H2S) dibawab 1 %. Telah dilakukan kajian tentang penentuan kualitas biogas menggunakan logika fuzzy. Metode yang digunakan adalah logika fuzzy mamdani dengan 3 input (CH4, CO2, dan H2S) serta output berupa kualitas biogas (Low, Medium, High). Dihasilkan grafik tiga dimensi berupa pengaruh kadar masing-masing gas terhadap kualitas biogas. Kata kunci : , kadar gas, fuzzy mamdani, kualitas
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
31

Setiarto, R. Haryo Bimo. "PROSPEK DAN POTENSI PEMANFAATAN LIGNOSELULOSA JERAMI PADI MENJADI KOMPOS, SILASE DAN BIOGAS MELALUI FERMENTASI MIKROBA". JURNAL SELULOSA 3, n.º 02 (12 de mayo de 2016). http://dx.doi.org/10.25269/jsel.v3i02.44.

Texto completo
Resumen
Microbial fermentation can processes lignocelluloses rice straw become several commodity with high value economics. Aerobic fermentation will results compost, and carbondioxyde. Meanwhile, anaerobic fermentation will results silase, biogas, and sludge. This review focused to doing comparative study about prospect and potency bioconversion rice straw to become biogas, silase, and compost by using microbial fermentation based on technoeconomical parameter. Compost from rice straw fermentation using Trichoderma sp., Trametes sp., and Aspergillus sp. which have quality: C/N ratio (18.88), C (35.11%) , N (1.86%), P2O5 (0.21%), K2O (5,35%), water activity (55%), Ca (4.2%), Mg (0.5%), Cu (20 ppm), Mn (684 ppm) and Zn (144 ppm). Moreover, silase from rice straw fermentation using Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus plantarum, and Plediococcus pentosomonas which have quality like acid flavour, it can not growth with fungi, it have green and yellow colour, pH 4.2, lactic acid composition (1.5-2.5%), butyric acid concentration (0.1%), acetic acid composition (0.5-0.8%), and composition N-NH3 (5-8%). Furthermore, biogas from rice straw fermentation using metanogenic bacteria (Methanobacterium and Methanobacillus) which have value 590 – 700 kcal per cubic, so it can results electricity energy from 1.25 to 1.50 kWH. It was equivalen with 0.5 kg liquid natural gas, 0.5 litres premium, and 0.5 litres diesel oil. From technoeconomical aspect, it can concluded that prospect bioconversion rice straw become biogas is more profitable to be applied in Indonesia based on parameter Benefit Cost Ratio because it will be gotten two advantages from once processes which are product biogas and compost from residual sludge.Keywords: rice straw, fermentation, compost, silase, biogas ABSTRAK Fermentasi mikroba mampu mengolah limbah lignoselulosa jerami padi menjadi beberapa komoditas dengan nilai ekonomi yang tinggi. Fermentasi secara aerob akan menghasilkan kompos, dan karbondioksida. Sementara itu proses fermentasi secara anaerob akan menghasilkan silase, biogas dan sludge. Review ini bertujuan melakukan studi komparatif terhadap prospek dan potensi pemanfaatan jerami padi menjadi biogas, silase maupun kompos melalui fermentasi mikroba ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis. Kompos jerami padi hasil fermentasi Trichoderma sp., Tremates sp., dan Aspergillus sp. memiliki kualitas: rasio C/N (18,88), C (35,11%) , N (1,86%), P2O5 (0,21%), K2O (5,35%), kadar air (55%), Ca 4,2%, Mg (0,5%), Cu (20 ppm), Mn (684 ppm) dan Zn (144 ppm). Kualitas produk silase jerami padi hasil fermentasi Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus plantarum, dan Plediococcus pentosomonas adalah berbau asam, tidak berjamur, berwarna hijau kekuningan, memiliki pH 4,2; kandungan asam laktat 1,5-2,5%, kandungan asam butirat 0,1%, kandungan asam asetat 0,5-0,8%; dan kandungan N-NH3 5-8%. Biogas jerami padi hasil fermentasi bakteri metanogenik Methanobacterium dan Methanobacillus memiliki nilai kalor 590 – 700 kkal per kubik, sehingga mampu membangkitkan energi listrik sebesar 1,25 – 1,50 kWH dan dapat disetarakan dengan 0,5 kg gas alam cair, 0,5 liter bensin, dan 0,5 liter minyak diesel. Secara ekonomi, prospek pemanfaatan jerami padi menjadi biogas lebih menguntungkan untuk diaplikasikan di Indonesia berdasarkan parameter Benefit Cost Ratio karena akan diperoleh dua keuntungan dalam satu kali proses produksi yaitu produk biogas serta kompos yang berasal dari sludge residu.Kata kunci: jerami padi, fermentasi, kompos, silase, biogas
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
32

Hilmi, Afif, Saimul Laili y Tintrim Rahayu. "Pengaruh Pemberian Limbah Biogas Cair dan Padat (Bio Slurry) sebagai Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea)". Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) 1, n.º 1 (7 de noviembre de 2018). http://dx.doi.org/10.33474/j.sa.v1i1.1417.

Texto completo
Resumen
The mustard greens green (Brassica juncea L.) is one of the vegetables that has a commercial value and prospects in the community. Bio-slurry or waste of biogas is a product of the biogas processing from a animals dung, human waste and plant by mixing them with water through the process without oxygen (anaerobic) in the room is covered with metanogen bacteria. The research was carried out by the experimental method with block radomized design. Based on the results of research the effect of biogas liquid waste and solid Bio Slurry as organic fertilizer to the plants growth of mustard greens green (Brassica juncea L.). The best dosage in the organic fertilizer provision of the form of a solid is 450g (P45), while a dosage of the liquid form is 30 ml and they are not different.The key word: organic fertilizer, Bio slurry, mustard greens green.ABSTRAKTanaman sawi hijau (Brassica junceaL.) merupakan salah satu kelompok sayuran yang memiliki nilai komersial dan prospek yang tinggi di kalangan masyarakat. Bio-slurry atau limbah biogas merupakan produk dari hasil pengolahan biogas berbahan campuran kotoran yaitu kotoran manusia, kotoran ternak dan tumbuhan, proses pengelolaannya dengan cara mencampurkan kotoran ternak dengan air melalui proses tanpa oksigen (anaerobik) di dalam ruang tertutup oleh bakteri metanogen. Penelitian ini dilakukan dengan metode deksperimen dengan rancangan acak kelompok. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pemberian limbah biogas cair dan padat (Bio Slurry) sebagai pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.). Dosis yang terbaik dalam pemberian pupuk organik dari limbah biogas (Bio Slurry) bentuk padatan dalah 450g (P45), sedangkan dosis yang terbaik pemberian pupuk organik dari limbah biogas (Bio Slurry) bentuk cair adalah 30 ml dan keduanya tidak berbeda.Kata kunci: pupuk organic, Bio slurry,sawi hijau
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
33

supriatin, Yati, I. Nyoman Aryantha y Rani Handriani. "KAJIAN PRODUKSI BIOGAS SKALA LABORATORIUM DENGAN INOKULUM KONSORSIUM ALAMI METANOGEN DARI LUMPUR WADUK JATILUHUR DALAM SUBSTRAT BUNGKIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L)". BIOSFER : Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi, 31 de agosto de 2017. http://dx.doi.org/10.23969/biosfer.v1i1.201.

Texto completo
Resumen
Kajian produksi biogas dengan substrat bungkil Jarak pagar (Jatropha curcas L) skala reaktor 2,5 liter ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum sebagai langkah awal untuk pengembangan biogas skala aplikasi. Penelitian diawali dengan penapisan sumber inokulum yang berasal dari kotoran sapi, sedimen waduk, dan cairan rumen sapi. Isolat bakteri tunggal dan konsorsium dibandingkan kemampuannya dalam menghasilkan biogas dengan konsentrasi gas metana tertinggi. Setelah diperoleh agen mikroba terbaik dilanjutkan pada tahap perlakuan menggunakan substrat bungkil jarak dengan rasio C/N 12,6 serta substrat campuran bungkil jarak dan limbah tapioka dengan rasio C/N 15 menggunakan 3 variasi konsentrasi inokulum yaitu 5%, 10%, 20% dengan 4 pengulangan. Substrat bungkil Jarak pagar dengan rasio C/N yang sudah diatur disterilkan terlebih dahulu sebelum diberi inokulum (umur 30 hari) diamati selama 70 hari dengan mengukur berbagai parameter fisika, kimia, dan biologi dalam sistem reaktor curah. Hasil penapisan agensia mikroba menunjukkan bahwa konsorsium alami dari sedimen Waduk Jatiluhur menghasilkan konsentrasi gas metana tertinggi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa substrat bungkil jarak dengan rasio C/N 12,6 dan konsentrasi inokulum 20% menunjukkan hasil yang paling baik. Biogas sudah mulai dihasilkan sejak hari ke-14 meningkat terus sampai akhir pengamatan hari ke-70 dengan total produksi sebanyak 2,822.25 mL dan rata-rata perhari sebanyak 40,31 mL. Dengan analisis GC, kandungan gas metana pada hari ke-49 sudah mencapai 60,57% ± 0,205 dan terus meningkat sampai hari ke 70 dengan konsentrasi 74,72% ± 0,256. Hasil ini dapat digunakan sebagai acuan dalam produksi biogas dengan substrat bungkil Jarak pagar skala aplikasi.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
34

Astawa, I. Nyoman, Deny Setiady, Priatin Hadi Wijaya, GM Hermansyah y Mario Dwi Saputra. "INDIKASI GAS BIOGENIK DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR". JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 14, n.º 2 (1 de marzo de 2017). http://dx.doi.org/10.32693/jgk.14.2.2016.354.

Texto completo
Resumen
Gas biogenik dikenal sebagai gas rawa atau gas dangkal yang terbentuk dari bakteri metanogenik pada lingkungan anaerobik, khususnya pada daerah-daerah yang tingkat sedimentasinya sangat tinggi.Tujuan penelitian untuk mengetahui secara lebih rinci akan keberadaan gas tersebut di Delta Mahakam. Sungai tersebut merupakan sungai terbesar dan terpanjang di wilayah Kalimantan Timur dan mempunyai tingkat sedimentasi sangat tinggi. Daerah tersebut sangat cocok untuk penelitian indikasi gas biogenik. Hasil penelitian ditandai dengan terdapatnya kantong gas pada rekaman strata box, yang berada pada kedalaman lebih dari 10 (sepuluh) meter. Berdasarkan analisis laboratorium terhadap sampel gas yang diambil di bekas lubang bor adalah gas metan.Kata kunci: rekaman strata box, gas metan, Delta MahakamBiogenic gas known as swamp gas or shallow gas formed by methanogenic bacteria in anaerobic environments, especially in areas that the sedimentation rate is very high. The objective of the research is to find out more detail the occurrence of gas in the Mahakam Delta. The river is the largest and longest river in the East Kalimantan, and it has a very high sedimentation rate. This area is very good to study the indication of the biogenic gas. The result is signed by gas pocket in the strata box records, whereas at a depth of more than 10 (ten) meters. Based on the laboratory analysis of the samples taken from the former gas borehole is a methane gas.Keywords: strata box records, methane gas, Mahakam Delta.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
35

Chusna, Firda Mahira Alfiata, Melly Mellyanawaty y Estin Nofiyanti. "Peningkatan Produksi Biogas dari Palm Oil Mill Effluent (POME) dengan Fluidisasi Media Zeolit Termodifikasi pada Sistem Batch". Jurnal Rekayasa Proses 14, n.º 1 (30 de junio de 2020). http://dx.doi.org/10.22146/jrekpros.56133.

Texto completo
Resumen
The production of crude palm oil (CPO) in Indonesia tends to increase over time. Palm oil mill effluent (POME) is the wastewater generated from the palm oil mill process with high organic content. POME is a potential source for anaerobic digestion due to its high organic content. The challenge of POME treatment using an anaerobic process is to enhance biogas production with high soluble chemical oxygen demand (sCOD) removal efficiency. The purpose of this study was to evaluate the effect of selected trace elements addition onto zeolite as immobilization media to the anaerobic digestion of POME in a fluidized batch system. Natural zeolite was used as the medium to immobilize microorganisms in an anaerobic fluidized bed reactor (AFBR). This study used three trace elements impregnated to natural zeolites, i.e. Ni2+, Zn2+, Mg2+. The result shows that Ni2+ and Zn2+ improve the methanogenesis process, prevent the accumulation of VFA as an intermediate product and increase the methane (biogas) production. Meanwhile, Mg2+ only reduced sCOD significantly but it did not affect methane production. Fluidization enhanced the performance of the POME anaerobic digestion process. The fluidization provide a positive effect to enhance biogas production and sCOD removal. The efficiency of sCOD removal in the entire reactors were 80.82%; 81.77%; 75.89% for AFBR-Ni; AFBR-Zn and AFBR-control respectively. The total volume of methane produced by the three AFBR were 163,04; 136,42; 62,79 (in ml CH4 / g sCOD) for AFBR-Ni; AFBR-Zn and AFBR-control, respectively. A B S T R A KProduksi crude palm oil (CPO) di Indonesia cenderung meningkat seiring bertambahnya waktu. Palm oil mill effluent (POME) adalah air limbah yang dihasilkan dari proses penggilingan kelapa sawit dengan kandungan organik yang tinggi. Tantangan dalam mengolah POME menggunakan proses peruraian anaerobik adalah untuk meningkatkan produksi biogas dengan efisiensi penurunan soluble chemical oxygen demand (sCOD) yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh penambahan trace element terseleksi pada media imobilisasi zeolit terhadap proses peruraian anaerobik limbah POME dengan sistem batch terfluidisasi. Zeolit alam berperan sebagai media imobilisasi mikroorganisme dalam anaerobic fluidized bed reactor (AFBR). Penelitian ini menggunakan tiga trace element yang diimpregnasikan pada zeolit alam yaitu Ni2+, Zn2+, Mg2+. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ni2+ dan Zn2+ sebagai trace element dapat meningkatkan proses metanogenesis dan mencegah akumulasi VFA sebagai produk antara serta meningkatkan produksi gas metana (biogas). Mg2+ sebagai trace element menurunkan sCOD dengan cukup signifikan namun tidak diimbangi dengan banyaknya metana yang dihasilkan. Fluidisasi meningkatkan performa dari proses peruraian anaerobik POME. Proses fluidisasi memberi pengaruh positif dalam meningkatkan produksi biogas dan soluble chemical oxygen demand (sCOD) removal. Nilai sCOD removal yaitu 80,82%; 81,77%; 75,89% berturut-turut untuk AFBR-Ni; AFBR-Zn dan AFBR-kontrol. Total volume metana yang dihasilkan oleh ketiga AFBR yaitu 163,04; 136,42; 62,79 (dalam ml CH4 / g sCOD) berturut-turut untuk AFBR-Ni; AFBR-Zn dan AFBR-kontrol.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
Ofrecemos descuentos en todos los planes premium para autores cuyas obras están incluidas en selecciones literarias temáticas. ¡Contáctenos para obtener un código promocional único!

Pasar a la bibliografía