Статті в журналах з теми "Kloroplast"

Щоб переглянути інші типи публікацій з цієї теми, перейдіть за посиланням: Kloroplast.

Оформте джерело за APA, MLA, Chicago, Harvard та іншими стилями

Оберіть тип джерела:

Ознайомтеся з топ-24 статей у журналах для дослідження на тему "Kloroplast".

Біля кожної праці в переліку літератури доступна кнопка «Додати до бібліографії». Скористайтеся нею – і ми автоматично оформимо бібліографічне посилання на обрану працю в потрібному вам стилі цитування: APA, MLA, «Гарвард», «Чикаго», «Ванкувер» тощо.

Також ви можете завантажити повний текст наукової публікації у форматі «.pdf» та прочитати онлайн анотацію до роботи, якщо відповідні параметри наявні в метаданих.

Переглядайте статті в журналах для різних дисциплін та оформлюйте правильно вашу бібліографію.

1

I P.A., Hendra-Wibawa, Kurniawan A., and Adjie B. "VARIASI KANDUNGAN GIZI DIOSCOREA HISPIDA YANG BERASAL DARI BALI DAN LOMBOK SERTA KERAGAMAN GENETIKNYA BERDASARKAN PCR SSCP." JURNAL WIDYA BIOLOGI 11, no. 01 (March 28, 2020): 1–13. http://dx.doi.org/10.32795/widyabiologi.v11i01.565.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Dioscorea hispida atau yang lebih dikenal dengan nama Gadung adalah salah satu jenis tumbuhan dari suku Dioscoreaceae. Umbi Dioscorea memiliki peran yang unik dalam masyarakat baik sebagai bahan pangan, maupun obat tradisional. Kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi dari Dioscorea menjadikannya salah satu bahan pangan alternatif. Umbi D. hispida dapat dikonsumsi, dijadikan keripik atau makanan olahan pengganti nasi setelah diolah terlebih dahulu. Umbi dari D. hispida diketahui beracun karena mengandung alkaloid, karena itu sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan insektisida dan rodentisida alami. Selain itu umbi Dioscorea dapat pula dimanfaatkan sebagai obat salah satunya karena memiliki kandungan steroidal sapogenin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi kandungan gizi D. hispida yang berasal dari beberapa wilayah di Pulau Bali dan Lombok, serta untuk mengetahui apakah terdapat variasi genetika pada D. hispida yang mungkin dipengaruhi oleh adanya perbedaan tempat tumbuh pada kedua pulau tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perbedaan tempat tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas kandungan gizi D. hispida. Perbedaan tempat tumbuh hanya berpengaruh terhadap kandungan kalsium oksalat, dimana kandungan kalsium oksalat D. hispida yang berasal dari Bali nyata lebih rendah dibandingkan dengan yang berasal dari Lombok. Hasil uji lanjutan pada level Provinsi menunjukkan bahwa kadar kalsium oksalat dari Bali Timur lebih rendah dari Bali Barat dan Utara. DNA kloroplast trnL-trnF dan DNA inti pgiC yang diuji tidak menunjukkan adanya variasi sekuensnya.
2

Balladona, Freta Kirana, Ismail Maskromo, Dewi Sukma, and Sudarsono Sudarsono. "Pengembangan Penanda Molekuler Berdasarkan Situs SNP dan Indel Genom Kloroplas Kelapa." JURNAL AGRONIDA 6, no. 1 (April 30, 2020): 1. http://dx.doi.org/10.30997/jag.v6i1.2548.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Saat ini informasi dasar mengenai silsilah, keragaman dan hubungan evolusi kekerabatan menggunakan marka molekuler pada kelapa di Indonesia masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan belum banyak dilaporkan urutan sekuens genom kelapa Indonesia yang dapat dijadikan dasar dalam pembuatan marka molekuler tersebut. Salah satu genom tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai penanda adalah sekuens genom kloroplas (cpDNA). Genom kloroplas merupakan penanda yang efisien untuk mempelajari evolusi dan sejarah populasi tanaman melalui filogenetik karena bersifat sangat konservatif, diwariskan secara maternal, memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan genom inti. Tujuan dari penelitian ini adalah pengembangan primer berdasarkan genom kloroplas berbasis situ SNP dan indels. Berdasarkan sembilan sekuens genom kloroplas pada tanaman palma, telah berhasil didisain 10 primer berdasarkan situs SNP dan 5 primer berdasarkan situs insersi delesi. Hasil validasi primer tersebut menggunakan DNA kelapa Indonesia didapatkan hasil bahwa 10 primer SNP berhasil teramplifikasi sedangkan indels hanya 2 primer berbasis PCR.Kata kunci: dalam, genjah, SNAP, primer
3

Nurtjahjaningsih, ILG, AYPBC Widyatmoko, and Anto Rimbawanto. "Variasi Genetik Pinus merkusii Menggunakan Penanda Mikrosatelit Kloroplas." JURNAL PEMULIAAN TANAMAN HUTAN 5, no. 3 (November 30, 2011): 119–28. http://dx.doi.org/10.20886/jpth.2011.5.3.119-128.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
4

Wahyuni,dkk, Sri. "Minyak Atsiri untuk Konservasi Cagar Budaya Berbahan Batu Tahap II." Jurnal Konservasi Cagar Budaya 11, no. 1 (June 2, 2017): 29–39. http://dx.doi.org/10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v11i1.167.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Lumutkerak/lichen merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kerusakan danpelapukan pada Cagar Budaya berbahan batu. Bahan kimia AC 322 selama ini merupakan satu-satunya bahanyang digunakan untuk mengatasi permasalahan lumut kerak yang menempel pada permukaan batu. Oleh sebabitu perlu dicari bahan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi lumut kerak/lichen. Pengembangan metodedan teknik konservasi berbahan tradisional mulai banyak dikembangkan.Bahan tradisional banyak sekali ditemui di alam. Salah satunya adalah minyak atsiri yang dapat digunakansebagai pestisida alami untuk mengatasi permasalahan lumut kerak/lichen. Pada tahun 2014, Balai KonservasiBorobudur bekerjasama dengan UniversitasIslam Indonesia dalam rangka penanganan lumut kerak menggunakanminyak atsiri. Minyak atsiri yang digunakan dalam penelitian adalah minyak atsiri cengkeh, minyak biji pala danminyak serai wangi.Tahun 2015 juga dilakukan kajian terhadap penggunaan minyak atsiri nilam, temulawak,dan terpentin untuk menghambat pertumbuhan lumut kerak pada Cagar Budaya batu andesit. Percobaan yangtelah dilakukan pada tahun 2014 dan 2015 hanya terbatas pada pengujian daya hambat pertumbuhan jamur.Mengingat lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dan alga, maka perlu dilakukan uji coba minyak atsiriuntuk menghambat pertumbuhan mikroalga. Kajian lanjutan pada tahun 2016, dilakukan pengujian minyak atsirisebagai bahan untuk menghambat pertumbuhan sel mikroalga. Minyak atsiri yang digunakan adalah minyak atsiritemulawak, nilam, pala dan cengkeh.Metode percobaan pengujian efektitasminyak atsiri untukmenghambat pertumbuhan selmikroalgadilakukan secara mikroskopis dengan melihat perubahan morfologi perubahan warna kloroplas dalam durasiwaktu 0, 3, 5, 7, 10, 15 hari dandilakukan pengamatan jumlah mortalitas sel mikroalga durasi waktu 0, 3, 15 hari.Pengamatan terhadap parameter perubahan morfologi warna kloroplas atau peluruhan warna kloroplas secaramikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x. Sedangkan penghitungankerapatan sel, mortalitas sel mikroalga dapat dilakukan dengan menggunakan metode kamar hitung ImprovedNeubauer. Variasi konsentrasi minyak atsiri adalah 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%. Hasil pengujian menunjukkanbahwa keempat minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan sel mikroalga dengan tingkat keefektifan temulawak> pala > nilam >cengkeh. Minyak atsiri temulawak konsentrasi 20% dengan waktu pengujian 15 hari menunjukkandaya hambat yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan sel mikroalga dengan mortalitas sel sebesar63,31%.
5

Manurung, Johannes, Hary Prakasa, Ulfa Jamily Tanjung, and Tri Harsono. "HUBUNGAN KEKERABATAN SPESIES DALAM GENUS Zanthoxylum MENGGUNAKAN SEKUEN GEN MATURASE K (matK) DNA KLOROPLAS." JURNAL BIOSAINS 4, no. 2 (July 9, 2018): 69. http://dx.doi.org/10.24114/jbio.v4i2.10166.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Genus Zanthoxylum merupakan anggota dari suku Rutaceae yang tersebar luas di Asia Tengah dan Amerika Utara. Genus ini memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang medis karena dapat menghasilkan minyak esensial serta dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber obat. Saat ini penelitian genus Zanthoxylum terfokus pada bidang fitokimia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kekerabatan spesies dalam genus Zanthoxylum menggunakan DNA kloroplas sekuen gen matK. Data sekuen gen matK diperoleh dari National Center for Biotechnology. Sebanyak 22 spesies dari genus Zanthoxylum yang berasal dari 13 negara digunakan dalam analisis ini. Data sekuen kemudian dianalisis hubungan kekerabatan dengan menggunakan program MEGA 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah nukleotida pada sekuen matK adalah 35,5% (T), 19,6% (C), 26,9% (A), dan 18,0% (G). Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa sekuen gen matK pada spesies dalam genus Zanthoxylum mengelompok ke dalam satu kelompok dan terpisah dari outgroup-nya (Citrus paradisi dan Melicope vitiflora). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa DNA kloroplas sekuen gen matK dapat digunakan untuk mengelompokkan spesies dalam genus Zanthoxylum terpisah dari genus lainnya (antar spesies) tetapi kurang dapat memisahkan spesies dalam genus yang sama (intra spesies). Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi awal untuk menganalisis hubungan kekerabatan spesies dalam genus Zanthoxylum menggunakan berbagai penanda molekuler.
6

Pramanik, Dewi, Nisa Istiqomah, and Liberty Chaidir. "Studi Tingkat Ploidi pada Lili (Lilium sp.) Hasil Kultur Antera Melalui Penghitungan Jumlah Kloroplas dan Kromosom." Jurnal Agro 3, no. 2 (December 31, 2016): 34–42. http://dx.doi.org/10.15575/864.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Lili (Lilium sp.) termasuk famili Liliaceae, merupakan tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena permintaan konsumen terus meningkat. Permintaan varietas tanaman yang seragam menuntut pengembangan hibrida F1. Perakitan tanaman hibrida dapat dihasilkan melalui pembentukan tanaman haploid. Salah satu metode untuk memproduksi tanaman haploid adalah dengan kultur antera. Pengecekan tanaman hasil kultur antera dapat dilakukan dengan penghitungan jumlah kloroplas dan jumlah kromosom, namun untuk lili hasil belum diperoleh informasi mengenai korelasi antara jumlah kloroplas pada sel penjaga stomata dengan jumlah kromosom, sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui korelasi antara jumlah kloroplas dengan jumlah kromosom serta mengetahui tingkat ploidi pada regeneran lili hasil kultur antera. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Cianjur dari Januari-Juni 2016. Terdapat 5 nomor lili yang diuji tingkat ploidinya. Setiap nomor terdiri dari 4 ulangan, setiap ulangan ada 4 botol dan masing-masing botol terdiri dari 3 planlet. Metode analisis yang digunakan yaitu statistik sederhana rata-rata dan standar eror dan dikorelasikan. Hasil penelitian menunjukkan planlet haploid terbanyak ditemukan pada nomor 2015.1.1 kelompok Longiflorum dengan jumlah 26,67% sedangkan planlet haploid yang jumlahnya paling sedikit ditemukan pada nomor 2015.S2.3 kelompok Oriental dengan jumlah 11,11%. Metode kultur antera dapat menghasilkan planlet haploid namun pada Lilium sp. persentase keberhasilannya masih rendah. Tidak diperoleh korelasi antara jumlah kloroplas dan kromosom. Penelitian lebih lanjut terkait tingkat ploidi tanaman lili dan pengujian jumlah kromosom dengan menggunakan flowcytometer perlu dilakukan. Lily (Lilium sp.), Liliaceae family, is an ornamental plant that has a high economic value as consumer demand continues to rise. The uniformity of crop varieties requires the development of F1 hybrids that can be generated through the formation of haploid plants. A method for producing haploid plant is by anther culture. Evaluation of anther culture can be done by counting the number of chloroplasts and the number of chromosomes in the regenerants. However, lilies yet obtained information on the correlation between the numbers of chloroplasts in stomatal guard cells with chromosome numbers. Therefore, the purpose of this research aimed to know the correlation between the number of chloroplasts and chromosomes and to determine ploidy level in the regenerants of lily from anther culture. This research was conducted at Tissue Culture Laboratory of Indonesian Ornamental Crops Research Institute (IOCRI), Cianjur from January to June 2016. There were 5 numbers of lilies regenerant from anther culture that evaluate for ploidy level test. Each number has four replications, each replication contained four bottles, and each bottle has three plantlets. The statistical analysis used statistical descriptive with average, standard error and correlation. The results showed, haploid plantlets were observed in 2015.1.1 plantlets from Longiflorum group with 26,67% while least number of haploid plantlets is found in 2015.S2.3 plantlets from Oriental group (11,11%). The method of anther culture is able to produce haploid plantlets but the success rate was low in Lilium sp. There were no correlation between the number of chloroplasts and chromosomes. Further studies related to the ploidy level of lilies from anther culture and the evaluation of chromosomes number by using flow cytometry requires to develop haploid plant of Lily.
7

DJS, Aulia Juanda, Febriana Roosmawati, and Kanda Haswen. "Analisa Jumlah Klorofil Daun Terhadap Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Pada Elevasi 300-600 MDPL di Kebun Pabatu." BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology) 3, no. 2 (August 27, 2020): 126–33. http://dx.doi.org/10.30743/best.v3i2.2849.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis. Fotosintesis adalah proses perubahan senyawa anorganik (CO2 dan H2O) menjadi senyawa organik (karbohidrat) dan O2 dengan bantuan sinar matahari. Klorofil adalah pigmen utama yang ditemukan dalam kloroplas. Tiga fungsi utama dalam proses fotosintesis, klorofil adalah pemanfaatan energi matahari, pemicu fiksasi CO2 untuk menghasilkan karbohidrat dan menyediakan energi bagi ekosistem secara keseluruhan. Karbohidrat yang dihasilkan dalam fotosintesis diubah menjadi lemak, protein, asam nukleat, dan molekul organik lainnya. Penelitian ini didanai di Taman Pabatu. Waktu penelitian adalah 3 bulan, yaitu dari bulan April - Juni 2018. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan jumlah ulangan 3 pohon yang ditanam pada tahun 2004, 2005, 2006 dengan pengambilan 6 sampel pada tiap daun pohon yang dipelihara berjumlah 9 pohon. , 17, dan 25 per tahun untuk penanaman. Kemudian klorofil pada daun di ukur dengan Clorofil Meter dengan mencari rata-rata klorofil daun.
8

Numba, Sudirman. "ANALISIS POLA SEGREGASI DNA GENOM KLOROPLAS HASIL HIBRIDISASI SOMATIK TANAMAN KENTANG MENGGUNAKAN TEKNIK RAPD (RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA)." AGROTEK: Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian 1, no. 2 (September 1, 2017): 75–85. http://dx.doi.org/10.33096/agrotek.v1i2.39.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
9

Gelyaman, Gebhardus Djugian. "Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bioavailabilitas Besi bagi Tumbuhan." Jurnal Saintek Lahan Kering 1, no. 1 (July 31, 2018): 17–19. http://dx.doi.org/10.32938/slk.v1i1.439.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Besi berperan penting dalam metabolisme tumbuhan, yang mana salah satunya adalah sebagai pembentuk kloroplas. Besi dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi defisiensi besi dapat menyebabkan muncul bercak-bercak kuning pada daun, yang menandakan gagalnya pembentukan klorofil atau yang dikenal dengan klorosis. Oleh karena itu, besi menjadi unsur esensial atau unsur hara mikro yang keberadaannya mutlak harus dipenuhi oleh tumbuhan. Besi sangat melimpah di alam yang dijumpai dalam bentuk mineralnya. Namun, ketersediaan besi bagi tumbuhan sangat rendah. Ketersediaan besi berkaitan dengan kelarutan besi dalam larutan tanah atau air di alam. Tulisan ini akan mereview faktor - faktor yang mempengaruhi ketersedian besi bagi tumbuhan meliputi pengaruh pH air dan tanah, peran bakteri, material organik tanah dan potensial reduksi tanah atau air. Faktor-faktor ini berinteraksi menghasilkan nilai pH dan potensial reduksi(E) tertentu di air maupun di tanah. Spesi besi yang dihasilkan berdasarkan korelasi antara nilai pH dan nilai reaksi redoks lingkungan dapat diprediksi menggunakan diagram pourbaix Fe dalam air dan tanah.
10

Wägele, Heike. "Photosynthesis and the role of plastids (kleptoplastids) in Sacoglossa (Heterobranchia, Gastropoda): a short review." AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT 3, no. 1 (April 1, 2015): 1. http://dx.doi.org/10.35800/jasm.3.1.2015.12431.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Title (Bahasa Indonesia): Fotosintesis dan peran plastida [kleptoplastids] pada Sacoglossa [Heterobranchia, Gastropoda]: tinjauan singkat. In this manuscript I will give a short summary of our knowledge on photosyn-thesis in the enigmatic gastropod group Sacoglossa. Members of this group are able to sequester chloroplasts from their food algae (mainly Chlorophyta) and store them for weeks and months and it was assumed for a long time that they can use chloroplasts in a similar way as plants do. Only few sacoglossan species are able to perform photosynthesis for months, others are less effective or are not able at all. The processes involved are investigated now for a few years, but are still not clear. However we know now that many factors contribute to this enigmatic biological system. These include extrinsic (environment, origin and properties of the nutrition and the plastids) and intrinsic factors of slugs and algae (behaviour, physiological and anatomical properties). Plastids are not maintained by genes that might have originated by a horizontal gene transfer (HGT) from the algal genome into the slug genome, as was hypothesized for many years. We therefore have to focus our research now on other factors to understand what actually contributes to this unique metazoan phenomenon which is not yet understood. In this review, some of these new approaches are summarized. Dalam tulisan ini saya akan memberikan ringkasan singkat tentang fotosintesis pada gastropoda kelompok misterius Sacoglossa. Organisme anggota dari kelompok ini mampu menyerap kloroplas dari alga makanan mereka (terutama Chlorophyta) dan menyimpannya selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, sehingga telah diasumsikan bahwa mereka dapat menggunakan kloroplas dengan cara yang sama seperti tanaman. Hanya sedikit spesies sacoglossan dapat melakukan fotosintesis selama berbulan-bulan, yang lain kurang efektif atau tidak mampu sama sekali. Proses yang terlibat diselidiki sekarang selama beberapa tahun, namun masih belum jelas. Namun kita tahu sekarang bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap sistem biologis misterius ini. Ini termasuk ekstrinsik (lingkungan, asal dan sifat gizi dan plastida) dan faktor intrinsik siput dan ganggang (perilaku, fisiologis dan sifat anatomis). Plastida tidak dikelola oleh gen yang mungkin berasal oleh transfer gen horizontal (HGT) dari genom alga ke dalam genom slug, seperti yang dihipotesiskan selama bertahun-tahun. Oleh karena itu kita harus fokus penelitian kami sekarang pada faktor-faktor lain untuk memahami apa yang sebenarnya memberikan kontribusi terhadap fenomena ini metazoan unik yang belum dipahami. Dalam ulasan ini, beberapa pendekatan baru dirangkum.
11

,, Musalamah, Ni Made Armini Wiendi, and Sri Rianawati. "Mutasi Induksi Dendrobium sylvanum var. flava Menggunakan Kolkisin secara In Vitro." Jurnal Hortikultura Indonesia 9, no. 1 (April 2, 2018): 54–62. http://dx.doi.org/10.29244/jhi.9.1.54-62.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
ABSTRACTIn Vitro mutation using colchicine on 2 month of self-pollinated protocorm like bodies of Dendrobium sylvanum var. flava was conducted to determine the effects of concentration and immersion duration in colchicine on proliferation of PLBs, and to identify of ploidy variants based on stomatal variable. Research was arranged using factorial completely randomized design with three factors in three replications. The first factor was concentration of colchicine, consisted of five concentrations (0.02; 0.04, 0.06; 0.08; dan 0.1%). The second factor was duration of immersion in the colchicine, consisted of four durations (1; 24; 48; 72 hours). The third factor was proliferation medium consisted of two concentrations of BAP (1; 0.5 mg L-1). Analysis of variance showed the significant effect of colchicine treatment on percentage of survived explants. LD50 in media 1 mg L-1 BAP was obtained at a colchicine concentration of 0.069% with duration immersion of 58.19 hours. On Media 0.5 mg L-1 BAP, LD50 was obtained at colchicine concentration of 0.054% with duration immersion of 47.63 hours. Percentage of solid polyploid mutant of Dendrobium sylvanum var. flava can not be determined on MV2 generation because the stomata leaf showed chimeras based on the chloroplast number in cell guard and stomata size.Keywords: colchicines, Dendrobium sylvanum, mutation, number of chloroplast stomatal density.ABSTRAKMutasi dengan kolkisin pada PLBs hasil selfing Dendrobium sylvanum var. flava umur 2 bulan dilakukan secara In Vitro dengan tujuan mempelajari pengaruh konsentrasi kolkisin, durasi perendaman dalam kolkisin, media proliferasi terhadap pertumbuhan PLBs Dendrobium sylvanum var. flava serta mengidentifikasi variasi ploidi berdasarkan variabel stomata. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap Faktorial 3 Faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama ialah konsentrasi kolkisin yang terdiri atas 5 taraf (0.02; 0.04, 0.06; 0.08; dan 0.1%). Faktor kedua ialah durasi perendaman yang terdiri atas 4 taraf (1; 24; 48; 72 jam). Faktor ketiga ialah media proliferasi media V&W yang ditambah BAP terdiri atas 2 taraf (1; 0.5 mg L-1). Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh kolkisin yang nyata terhadap variabel persentase hidup. LD50 pada media 1 mg L-1 BAP diperoleh pada konsentrasi 0.069 % dengan durasi perendaman 58.19 jam. Pada media 0.5 mg L-1 BAP, LD50 diperoleh pada konsentrasi 0.054 % dengan durasi perendaman 47.63 jam. Persentase mutan poliploid pada MV2 Dendrobium sylvanum var. flava ini belum dapat ditentukan karena stomata daunnya masih kimera berdasarkan karakter jumlah kloroplas sel penjaga dan ukuran stomata.Kata kunci: Dendrobium sylvanum, jumlah kloroplas, kerapatan stomata, kolkisin, mutasi.
12

Rai, Sonya Putri, and Ni Made Armini Wiendi. "Optimasi Produksi Bibit Tanaman Kentang (Solanum tuberosum) Kultivar Granola dengan Teknik Fotoautotrofik." Buletin Agrohorti 3, no. 1 (January 15, 2015): 28–38. http://dx.doi.org/10.29244/agrob.v3i1.14822.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Tanaman yang ditumbuhkan dalam kondisi in vitro pada umumnya tidak melakukan fotosintesis, lapisan kutikula dan jaringan pembuluh antara akar dan pucuk tidak berkembang serta stomata belum berfungsi dengan baik sehingga sulit bertahan pada saat aklimatisasi. Teknik fotoautotrofik perlu dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan planlet saat dipindahkan ke kondisi ex vitro. Penelitian ini bertujuan mempelajari respon pertumbuhan kentang kultivar Granola yang dikulturkan dengan sistem fotoautotrofik untuk menyediakan bibit kentang yang unggul dan bermutu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 2, analisis morfologi stomata dilakukan di Laboratorium Mikro Teknik, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan November 2014 hingga April 2015. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan terpisah. Percobaan pertama menggunakan bahan tanam buku tunggal, percobaan kedua menggunakan bahan tanam pucuk. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor, yaitu konsentrasi gula dan ventilasi. Pada percobaan pertama diperoleh bahwa peningkatan konsentrasi gula nyata meningkatkan jumlah daun dan buku tunas kentang (Solanum tuberosum). Interaksi gula yang rendah dan penambahan ventilasi menyebabkan peningkatan jumlah stomata dan kloroplas serta mengecilnya diameter stomata daun. Sebanyak 45 % planlet yang ditumbuhkan pada media dengan konsentrasi gula 25 gL-1 dengan ventilasi 1 serta 67 % planlet dari media gula 25 gL-1 dengan ventilasi 2 mampu bertahan selama aklimatisasi dan diduga dapat digunakan untuk produksi bibit. Pada percobaan 2 tidak terdapat planlet yang mampu bertahan pada tahap aklimatisasi.
13

Rai, Sonya Putri, and Ni Made Armini Wiendi. "Optimasi Produksi Bibit Tanaman Kentang (Solanum tuberosum) Kultivar Granola dengan Teknik Fotoautotrofik." Buletin Agrohorti 3, no. 1 (January 15, 2015): 28. http://dx.doi.org/10.29244/agrob.3.1.28-38.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
<p><em>Tanaman yang ditumbuhkan dalam kondisi in vitro pada umumnya tidak melakukan fotosintesis, lapisan kutikula dan jaringan pembuluh antara akar dan pucuk tidak berkembang serta stomata belum berfungsi dengan baik sehingga sulit bertahan pada saat aklimatisasi. Teknik fotoautotrofik perlu dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan planlet saat dipindahkan ke kondisi ex vitro. Penelitian ini bertujuan mempelajari respon pertumbuhan kentang kultivar Granola yang dikulturkan dengan sistem fotoautotrofik untuk menyediakan bibit kentang yang unggul dan bermutu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 2, analisis morfologi stomata dilakukan di Laboratorium Mikro Teknik, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan November 2014 hingga April 2015. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan terpisah. Percobaan pertama menggunakan bahan tanam buku tunggal, percobaan kedua menggunakan bahan tanam pucuk. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor, yaitu konsentrasi gula dan ventilasi. Pada percobaan pertama diperoleh bahwa peningkatan konsentrasi gula nyata meningkatkan jumlah daun dan buku tunas kentang (Solanum tuberosum). Interaksi gula yang rendah dan penambahan ventilasi menyebabkan peningkatan jumlah stomata dan kloroplas serta mengecilnya diameter stomata daun. Sebanyak 45 % planlet yang ditumbuhkan pada media dengan konsentrasi gula 25 gL<sup>-1</sup> dengan ventilasi 1 serta 67 % planlet dari media gula 25 gL<sup>-1</sup> dengan ventilasi 2 mampu bertahan selama aklimatisasi dan diduga dapat digunakan untuk produksi bibit. Pada percobaan 2 tidak terdapat planlet yang mampu bertahan pada tahap aklimatisasi.</em></p>
14

Andani Kesuma, Amarilis, Sri Nopitasari, Yasushi Yoshioka, Shogo Matsumoto, and Endang Semiarti. "Phenotype and genotype characterization of Phalaenopsis amabilis (L.) Blume Orchid Transformant Harboring Construct UBI::Cas9::U3::PDS3." Jurnal Hortikultura Indonesia 11, no. 3 (December 31, 2020): 212–20. http://dx.doi.org/10.29244/jhi.11.3.212-220.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Phalaenopsis amabilis (L.) Blume adalah tanaman hias “Puspa Pesona Indonesia” yang dapat ditingkatkan kualitasnya dengan teknik rekayasa genetika. Transformasi genetik dengan perantara Agrobacterium tumefaciens dan CRISPR/Cas9 digunakan dalam penelitian ini untuk pengeditan genom secara lebih spesifik dan presisi pada target sekuen gen PHYTOENE DESATURASE3 (PDS3) yaitu gen yang berperan penting pada biosintesis kloroplas. Dalam penelitian ini digunakan tanaman transforman umur 12 bulan yang ditumbuhkan dari protokorm yang telah diintegrasi dengan T-DNA pembawa konstruksi UBI::Cas9::U3::PDS3/plasmid pRGEB32. Pembuktian tanaman transforman tersebut masih mengandung konstruksi T-DNA tersebut perlu dilakukan, yaitu dengan karakterisasi secara genotipe dan fenotipe. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi P. amabilis transforman pembawa T-DNA dengan konstruksi UBI::Cas9::U3::PDS3 secara genotip dan fenotip dibandingkan dengan P. amabilis non-transforman. Karakterisasi genotipe dilakukan dengan mendeteksi integrasi T-DNA pembawa konstruksi UBI::Cas9::U3::PDS3 pada genom anggrek P. amabilis menggunakan beberapa primer yaitu HPT, Cas9, PDS3 dan trnL-F (primer kontrol internal). Analisis karakter fenotipe dilakukan dengan pengamatan morfologi dan analisis kadar klorofil menggunakan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genom anggrek P. amabilis transforman pembawa konstruksi UBI::Cas9::U3::PDS3 umur 12 bulan dapat teramplifikasi oleh semua primer. Analisis fenotipe P. amabilis transforman menunjukkan adanya perubahan warna tanaman dari hijau menjadi albino dengan kadar klorofil lebih rendah jika dibandingkan dengan P. amabilis non-transforman. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi CRISPR/Cas9 dapat digunakan untuk mengedit genom tanaman anggrek. Kata kunci: Anggrek, CRISPR/Cas9, klorofil, Phalaenopsis amabilis (L.) Blume, PHYTOENE DESATURASE 3 (PDS3), Transforman
15

Kalangi, Cindy, Vanda S. Kamu, and Maureen Kumaunang. "Barcode DNA Tanaman Leilem (Clerodendrum minahassae L.) Berdasarkan Gen matK." Jurnal MIPA 3, no. 2 (August 13, 2014): 108. http://dx.doi.org/10.35799/jm.3.2.2014.5861.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Gen matK merupakan gen pengkode protein maturaseK yang terdapat pada kloroplas tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan urutan nukleotida dari barcode DNA tanaman leilem (Clerodendrum minahassae L.) berdasarkan gen matK. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi: isolasi DNA total tanaman leilem, amplifikasi gen matK melalui PCR, sekuensing hasil PCR, serta penentuan barcode DNA leilem. Isolasi DNA total dari tanaman leilem telah dilakukan berdasarkan prosedur manual dari InnuPrep Plant DNA Kit yang dimodifikasi dengan menghasilkan larutan berwarna hijau kekuningan yang menunjukkan adanya klorofil yang larut. Gen matK parsial telah diisolasi dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan Primer Forward matK-1RKIM-f dan Primer Reverse matK-3FKIM-r. Analisis urutan nukleotida matK menghasilkan fragmen berukuran 843 pb. Kedua urutan nukleotida matK dari sampel tanaman leilem yang berasal dari Kauditan dan Tomohon menunjukkan hasil barcode DNA yang sama.MaturaseK is a protein encoded by matK gene which is located in plant chloroplast. The aim of this research was to determine the DNA barcode of leilem plant (Clerodendrum minahassae L.) based on matK nucleotides sequence. This research was done by isolating total DNA of leilem, amplified matK gene by PCR, sequencing the PCR product, and determined the DNA barcode of leilem. Total DNA of leilem plant was isolated by using the modified procedure from InnuPrep Plant DNA Kit. The DNA isolation resulted a green-yellowish solution which shows dissolved chlorophyll. Partial matK gene was amplified using PCR method with matK-1RKIM-f as forward primer and matK-3FKIM-r as reverse primer. Amplification by PCR resulted a 843 bp DNA fragment of matK. Both nucleotide sequences of matK from two samples of leilem plant taken from Kauditan and Tomohon showed the same DNA barcode.
16

Shabrina, Hasyyati, Ulfah J. Siregar, Deden D. Matra, and Iskandar z. Siregar. "KONFIRMASI JENIS DAN KERAGAMAN GENETIK SENGON RESISTEN DAN RENTAN INFEKSI KARAT TUMOR MENGGUNAKAN PENANDA DNA KLOROPLAS (Species confirmation and genetic diversity of Gall-rust resistant and susceptible sengon using chloroplast DNA marker)." Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 17, no. 2 (December 2020): 117–30. http://dx.doi.org/10.20886/jpht.2020.17.2.117-130.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
17

ROOSTIKA, I., R. PURNAMANINGSIH, and I. DARWATI. "PENYIMPANAN IN VITRO TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) MELALUI APLIKASI PENGENCERAN MEDIA DAN PACLOBUTRAZOL." Jurnal Penelitian Tanaman Industri 15, no. 2 (June 25, 2020): 84. http://dx.doi.org/10.21082/jlittri.v15n2.2009.84-90.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
<p>ABSTRAK</p><p>Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) adalah tanaman obatlangka asli Indonesia yang dikategorikan hampir punah. Konservasi in situtidak dapat diandalkan karena rusaknya habitat alami (hutan konservasi),sedangkan konservasi ex situ di lapang menghadapi kendala karenapurwoceng sulit dibudidayakan di luar habitat aslinya. Dengan demikian,konservasi in vitro merupakan alternatif yang dapat diterapkan untukmenghindari kepunahan tanaman purwoceng. Tujuan penelitian untukmengetahui efek dari kombinasi perlakuan pengenceran media dankonsentrasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan kultur purwoceng, dayaregenerasi dan stabilitas genetik pasca penyimpanan. Penelitian dilakukanpada tahun 2004 di Laboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian danPengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogorselama 9 bulan. Bahan tanaman yang digunakan bersumber dari koleksitanaman purwoceng di Kebun Percobaan Gunung Putri, Balai PenelitianTanaman Rempah dan Obat. Kegiatan penelitian mencakup: (1)Perbanyakan tunas in vitro purwoceng sebagai sumber eksplan denganmenggunakan regenerasi, yaitu media DKW + BA 1 ppm + Thidiazuron0,2 ppm + arginin 100 ppm, (2) Penyimpanan in vitro tunas purwocengdalam media DKW (1, ½, dan ¼ dosis) + paclobutrazol (0, 1, 3, dan 5ppm), (3) Regenerasi kultur purwoceng pasca penyimpanan in vitro padamedia regenerasi, dan (4) Evaluasi karakter sitologi kultur yang telahdisimpan melalui penghitungan jumlah kloroplas sel penjaga stomata.Rancangan percobaan disusun secara faktorial dalam lingkungan acaklengkap dengan 6 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanyainteraksi yang nyata antara pengenceran media dan konsentrasipaclobutrazol. Periode simpan kultur tidak dapat diperpanjang lebih dari 4bulan karena paclobutrazol mempunyai pengaruh penghambatan pertum-buhan yang sangat kuat sehingga sebagian besar kultur purwoceng mati.Efek residu paclobutrazol masih tampak pada jangka waktu lebih dari 4bulan pada tahap pemulihan, ditandai dengan adanya penampilan roset.Pengamatan ciri sitologi melalui penghitungan jumlah kloroplas selpenjaga stomata menunjukkan bahwa penggunaan paclobutrazol tidakmenyebabkan perubahan tingkat ploidi. Disimpulkan bahwa paclobutrazoltidak sesuai digunakan untuk penyimpanan in vitro purwoceng karenamenyebabkan pertumbuhan yang abnormal (roset) sekalipun pada tahapregenerasi pasca penyimpanan. Selanjutnya disarankan untuk mengguna-kan regulator osmotik, yang mampu meningkatkan potensi osmotik dalammedia dan memperlambat penyerapan nutrisi sehingga masa simpankemungkinan dapat diperpanjang tanpa menyebabkan pertumbuhan yangabnormal pada tahap regenerasi pasca penyimpanan.</p><p>Kata kunci : Pimpinella pruatjan Molk., penyimpanan in vitro, pengen-ceran media, dan paclobutrazol</p><p>ABSTRACT</p><p>Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) is an Indonesian medicinalplant categorized as endangered plant. In situ conservation is quiteimpossible since conservation forest has been damaged whereas ex situconservation in the field is difficult because the plant needs specificagronomical condition. In vitro conservation is therefore the only choice tobe applied. The objectives of the study were to find out the effects ofcombined treatment between media dilution and paclobutrazolconcentration to the growth of pruatjan cultures, the genetic regenerationand stability after preservation. The research was conducted at the TissueCulture Laboratory, the Indonesian Center for Agricultural Biotechnologyand Genetic Resources Research and Development for 9 months. The plantmaterials were taken from Gunung Putri. The activities included: (1)Propagation of in vitro shoots as explants source in DKW media + 1 ppmBA + 0.2 ppm Thidiazuron + 100 ppm arginin, (2) Preservation of in vitroshoots of pruatjan on DKW (full, half, and quarter strength) +paclobutrazol (0, 1, 3, and 5 ppm), (3) Regeneration of the cultures after invitro preservation, and (4) Evaluation of cytological character of preservedcultures through chloroplast guard cells counting. The experiment wasarranged factorially in Completely Randomized Design with 6replications. The result revealed that there was no interaction betweenmedia dilution and paclobutrazol concentration. Preservation period couldnot be prolonged more than 4 months because this compound stronglyinhibited the growth so that almost none of them could survive longer. Theresidual effect of paclobutrazol was still appeared more than 4 months inregeneration phase assigned by rossette performances. Observation ofcytological character through chloroplast guard cells counting revealedthat paclobutrazol could not change ploidy level of preserved pruatjancultures. It was concluded that paclobutrazol is not suitable for in vitropreservation of pruatjan since it causes abnormal growth on regenerationstep after preservation. Thus, it was suggested to use osmotic regulatorwhich can increase osmoticum potential in media and decrease nutritionabsorption so that preservation period may be prolonged without abnormaleffect on regeneration step after preservation.</p><p>Key words: Pimpinella pruatjan Molk., in vitro preservation, mediadilution, and paclobutrazol</p>
18

Diasasthisa, Dias, Darus J. Paransa, Desy MH Mantiri, Antonius Rumengan, Veibe Warouw, and Meiske Salaki. "ISOLASI PIGMEN KAROTENOID DARI KEPITING Grapsus sp. (CAROTENOID PIGMENTS ISOLATION FROM CRABS Grapsus sp.)." JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS 7, no. 2 (July 17, 2019): 104. http://dx.doi.org/10.35800/jplt.7.2.2019.24216.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Carotenoids are pigments with a range of red, orange and yellow colors. In carotenoid and chlorophyll plants are located in chloroplasts which undergo photosynthesis as well as photosynthetic bacteria and fungi. Carotenoid compounds have antioxidant activity, anticancer, as precursors of vitamin A and can enhance immunity. Crustaceans like crabs Grapsus sp. have carotenoid pigments, visible red, orange, and yellow are scattered in the carapace. Pigments found in crustaceans as well as crabs of Grapsus sp. generally sourced from food eaten by the crab. To determine the process of carotenoid pigment metabolism, each crab organ of Grapsus sp. isolated using thin layer chromatography separation method and column chromatography to determine the type of pigment contained therein. Pigment types identified in the crabs of Grapsus sp. males using the TLC method: β-carotene, Astasen type, Cantasantin, Astasantin, and Adonirubin. Pigment types identified in the crabs of Grapsus sp. males using the CC method: β-carotene, Astasen, β-cryptosanthine, Zeaxantine, and Cryptosanthine. Keywords : Grapsus sp., Thin Layer Chromatography, Column Chromatography, Carotenoids Pigments. Karotenoid merupakan pigmen dengan kisaran warna merah, orange dan kuning. Pada tumbuhan karotenoid dan klorofil terletak pada kloroplas yang mengalami proses fotosintesis seperti juga pada bakteri fotosintetik dan fungi. Senyawa karotenoid memiliki aktivitas antioksidan, antikanker, sebagai prekursor vitamin A dan dapat meningkatkan imunitas. Krustasea seperti kepiting Grapsus sp. mempunyai pigmen karotenoid, terlihat warna merah, jingga, dan kuning yang tersebar pada karapas. Pigmen yang terdapat pada krustasea demikian juga pada kepiting Grapsus sp. umumnya bersumber dari makanan yang dimakan oleh kepiting tersebut. Untuk mengetahui proses metabolisme pigmen karotenoid maka masing-masing organ kepiting Grapsus sp. diisolasi dengan menggunakan metode pemisahan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom untuk mengetahui jenis pigmen yang terkandung didalamnya. Jenis pigmen yang teridentifikasi pada kepiting Grapsus sp. jantan dengan metode KLT yaitu : β- karoten, Tipe Astasen, Kantasantin, Astasantin, dan Adonirubin. Jenis pigmen yang teridentifikasi pada kepiting Grapsus sp. jantan dengan metode KK yaitu : β- karoten, Astasen, β-kriptosantin, Zeaxantin, dan Kriptosantin. Kata Kunci : Grapsus sp., Kromatografi Lapis Tipis, Kromatografi Kolom, Pigmen Karotenoid.
19

Susilaningsih, Dwi. "Observation, Isolation and Characterization of Microalgal Red Tide Agent Dinoflagellates Prorocentrum sp. (Pengamatan, Isolasi dan Karakterisasi Mikroalga Red Tide dari Dinoflagellata Prorocentrum sp)." ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences 19, no. 3 (September 2, 2014): 149. http://dx.doi.org/10.14710/ik.ijms.19.3.149-158.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Spesies Dinophyte mempunyai habitat dari kutub, perairan tropis, tetapi semakin berlimpah di perairan tropis atau hangat. Dinophyte diduga sebagai penyebab terjadinya "red tide" sehingga nampak berwarna kuning kemerahan di laut ketikan malam hari disebabkan aktivitas bioluminescence.Penelitian ini menggunakan Dinophyte yang diisolasi dari pantai dan sampel air yang diperoleh dari di Prefektur Iwate, Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui taksonomi yang menyebabkan blooming. Spesies ini memiliki karakter yang spesifik bernbentuk oval (panjang 20-30 μm dan lebar 1-20 μm), kloroplas berwarna kuning, nukleus yang besar, dua flagel yang berbeda, yang salah satunya disebut flagellum transfer, tidak memiliki selaput tengah yang, ornament sel yang indah "theca"dengan tulang belakang. Berdasarkan hasil squensing pada 18 S rDNA, Dinophyte mempunyai kesamaan dengan strain Prorocentrum MBIC11147 (100%), Di masa yang akan datang penelitian Procentrum sp. bisa menggunakan sebagai model squensing, perilaku pasang mikroalga. Kata kunci: alga, Dinophyte, karakterisasi, isolation, Prorocentrum, red tide Dinophyte species inhabit from polar, temperate to tropical waters, but tend to be more abundant in tropical or warm waters. The Dinophytes is suspected as one of the genera causing red tide in the sea with their yellow-redish colour that make the sea glows in the night because of their bioluminescence activity. In this work, the Dinophyte was isolated from offshore, and water sample collected in Iwate Prefecture, Japan. Purposes of the studies were for understanding the taxonomic features in particular of the dinophytes that usually occur in blooming areas. The species has specific characters, such as oval shape ( 20-30 μm long and 1-20 μm wide), yellow chloroplast, large nucleus, possesses two different flagellas which one of them is specific called transfer flagellum, no middle furrow and beautiful ornament cell covering (theca) with spine. Based on the partial sequencing of the 18 S rDNA, the Dinophyte is precisely same as the reference strain Prorocentrum MBIC11147 (100%), which was determined as Prorocentrum sp. In the future, this study could be uses as model of sequel behavior of the microalgal red tide. Keywords: algae, Dinophyte, characterization, isolation, Prorocentrum, red tide
20

Temunović, Martina, Marco C. Simeone, Federico Vessella, and Jozo Franjić. "Taksonomski status misterioznoga “Zelenoga hrasta” (Quercus× viridis Trinajstić) iz Hrvatske, temeljen na filogenetskoj analizi." Šumarski list 142, no. 5-6 (June 28, 2018): 268. http://dx.doi.org/10.31298/sl.142.5-6.5.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
„Zeleni hrast“ je već dugo poznato i specifično stablo hrasta nepoznatoga podrijetla, koje raste u selu Islam Latinski blizu Zadra u Hrvatskoj, a procjenjuje se da je staro preko 200 godina (Slika 1). Svoje ime zahvaljuje činjenici što njegovo debelo kožasto zeleno lišće ostaje na stablu duboko u zimu. Zeleni hrast prema našim saznanjima po prvi puta u literaturi spominje Jedlowski (1955) te pretpostavlja kako se radi o križancu cera (Quercus cerris L.) i hrasta plutnjaka (Q. suber L.). Kasnije ga Trinajstić (1974) opisuje kao novi takson Quercus × viridis Trinajstić, hybr. nov. koji je prema njegovom mišljenju križanac cera (Q. cerris) i hrasta crnike (Q. ilex L.) (Slika 2). Nakon toga ovaj hrast bio je predmet mnogih istraživanja, kako taksonomskih, tako i ekoloških, botaničkih, anatomskih i morfoloških. Posljednji pregledni članak o zelenom hrastu (Müller i sur., 2003) zaključuje kako rezultati većine dosadašnjih istraživanja podupiru mišljenje koje je dao Jedlowski, a ne opis taksona od Trinajstića. Međutim, do danas taksonomski status zelenoga hrasta i njegovo podrijetlo ostaju neizvjesni. Stoga je u ovome radu po prvi puta provedena analiza filogenetskih odnosa zelenoga hrasta na temelju molekularnih biljega u odnosu na ostale blisko srodne vrste hrasta koje rastu u njegovoj široj regiji, uključujući sve potencijalne roditeljske vrste (Q. cerris, Q. ilex, Q. suber i Q. coccifera L.) kao i takson Q. crenata Lam. koji je poznat kao stabilni križanac vrsta Q. cerris i Q. suber u Italiji. Također su u analizu uključeni predstavnici skupine Quercus (Q. robur L., Q. petraea /Matt./ Liebl. i Q. pubescens Willd.) kao vanjske grupe. Ukupno naš set podataka uključivao je devet taksona i 16 jedinki roda Quercus L. (Tablica 1). Kako bismo konačno utvrdili taksonomski status zelenoga hrasta koristili smo kloroplastne (trnK-matK i trnH-psbA) i jezgrine (5.8S + ITS2) DNK biljege (tzv. DNK barkod regije) na temelju kojih smo rekonstruirali srodstvene odnose pomoću mreže haplotipova/ribotipova (Slika 3) te pomoću filogenetskoga stabla dobivenoga metodom maksimalne štedljivosti (Slika 4 i 5). Rezultati filogenetskih odnosa između zelenoga hrasta i ostalih zastupljenih taksona u ovome istraživanju (Slika 3, 4 i 5) ne podržavaju teoriju da je Q. ilex jedna od njegovih roditeljskih vrsta. Umjesto toga, molekularna filogenija nedvojbeno dokazuje kako je zeleni hrast zapravo takson poznat pod prihvaćenim nazivom Q. crenata, te potvrđuje alternativnu hipotezu kako se radi o križancu između vrsta Q. cerris i Q. suber. Pojedini autori u starijoj literaturi već su navodili svojtu Q. crenata na temelju morfoloških karakteristika za područje Istre i Kvarnera te Dalmacije, koristeći se uglavnom sinonimom Q. pseudosuber Santi (Strobl, 1872; Freyn, 1877; Richter, 1897; Schneider, 1906; Ascherson i Graebner, 1908-1913; Adamović, 1911; Hirc, 1916; Hayek, 1924, 1927; Lovrić, 1981). Međutim, kasnije Trinajstić (2006) ipak zaključuje kako takson Q. crenata nije zastupljen u hrvatskoj flori te je do danas ovo pitanje ostalo dvojbeno. U novije vrijeme vrsta Q. crenata zabilježena je samo u kulturi u Perivoju Vladimira Nazora u Zadru (Perinčić, 2010; Nikolić 2017). Na osnovi naših rezultata temeljnih na molekularnoj filogeniji sa sigurnošću zaključujemo da je vrsta Q. crenata prisutna u hrvatskoj flori.a
21

Eker, Seçil, and Onur Kolören. "Ordu İli’nde Urtica türlerinin kloroplast DNA trnL-F gen bölgelerini kullanarak genetik çeşitliliğinin belirlenmesi." Anadolu Journal of Agricultural Sciences, October 18, 2018, 202–8. http://dx.doi.org/10.7161/omuanajas.395875.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
22

YILMAZ, Aykut. "Quercus L. cinsine ait türlerde kloroplast DNA’ya ait psbA-trnH IGS bölgesinin kullanılarak filogenetik ilişkilerin değerlendirilmesi." Düzce Üniversitesi Bilim ve Teknoloji Dergisi, January 31, 2020. http://dx.doi.org/10.29130/dubited.637842.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
23

Mursyidin, Dindin Hidayatul, and Muhammad Irfan Makruf. "KEANEKARAGAMAN DAN KEKERABATAN GENETIK ARTOCARPUS BERDASARKAN PENANDA DNA KLOROPLAS matK & rbcL: KAJIAN IN SILICO." Floribunda 6, no. 5 (October 30, 2020). http://dx.doi.org/10.32556/floribunda.v6i5.2020.322.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Keanekaragaman dan Kekerabatan Genetik Artocarpus Berdasarkan Penanda DNA Kloroplas matK & rbcL: Kajian in Silico. Floribunda 6(5): 195–206. — Artocarpus merupakan genus dari famili Moraceae yang memiliki keanekaragaman spesies tinggi. Namun akibat degradasi dan konversi habitat secara berlebihan, keberadaannya mulai terancam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman dan kekerabatan genetik Artocarpus secara in silico menggunakan penanda DNA kloroplas (matK dan rbcL). Sebanyak 2 set sekuen matK dan rbcL dari 48 spesies Artocarpus telah dianalisis menggunakan beberapa software, yaitu BLAST, Clustal Omega dan MEGA-X, serta direkonstruksi secara filogenetik menggunakan metode Maximum Likelihood. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Artocarpus menunjukkan keanekaragaman genetik relatif tinggi pada tingkat nukleotida, terutama berdasarkan sekuen rbcL (0.56). Sementara itu, hasil analisis kekerabatan genetik menggunakan metode Maximum Likelihood, diperoleh gambaran bahwa Artocarpus secara umum terpisah menjadi dua (2) grup atau clade utama, baik berdasarkan sekuen matK, rbcL dan gabungan keduanya. Informasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mendukung program pemuliaan dan pelestarian Artocarpus, terutama di Indonesia.
24

SINTA, Masna Maya, Ni Made Armini WIENDI, and Syarifah Iis AISYAH. "Induksi mutasi Stevia rebaudiana dengan perendaman kolkisin secara in vitro (Induced mutation of Stevia rebaudiana through colchicine soaking in vitro)." E-Journal Menara Perkebunan 86, no. 1 (April 19, 2018). http://dx.doi.org/10.22302/iribb.jur.mp.v1i1.277.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Анотація:
Stevia rebaudiana Bert. is a plant producing steviol glycosides that have 200-300 times sweeter than sucrose. These steviol glycosides are produced in the leaves and then spread to all parts of the plant including stems. The use of superior stevia planting material is important for stevia sugar industry. One of the stevia breeding programme is to increase genetic diversity through colchicine soaking to produce polyploid plants. Polyploid plants usually have higher vigor than diploid plants. The purpose of this research was to induce genetic diversity of stevia through colchicine soaking in vitro. Single nodes of sterile stevia clone BS were soaked in colchicine at the concentration of 0.01; 0.02; 0.04; 0.08 and 0.1% for 48 and 72 hours, and in sterile aquadest as a control. Plantlet subcultures were done until MV4 (mutant vegetative 4). Putative mutants were observed by plantlet vigor and stomata analyses on MV5. Vigor of plantlets was observed by counting the number of leaves, nodes, roots, fresh weight and dry weight of the plantlet. Stomata analysis was performed by calculating stomata density, stomata size and chloroplast number in stomata guard cells. Results showed that colchicine soaking treatment increased significantly fresh weight and dry weight of putative mutants. Colchicine soaking treatment increased chloroplast number on stomata guard cell and stomata size, but decreased stomata density. Stevia soaked in colchicine for 48 hours at concentration 0.01-0.04% produce putative mutants with high chromosome numbers. [Key words: poliploidy, stomata, chloroplast, mutant]AbstrakStevia rebaudiana Bert. merupakan tanaman penghasil glikosida steviol yang memiliki tingkat kemanisan 200-300 kali lebih tinggi dibandingkan sukrosa. Glikosida steviol ini diproduksi di daun yang kemudian disalurkan ke bagian tanaman lainnya termasuk batang. Penggunaan klon terbaik stevia merupakan salah satu kunci penting keberhasilan industri gula stevia. Salah satu program pemuliaan tanaman stevia adalah meningkatkan keragaman tanaman melalui mutasi dengan kolkisin sehingga menghasilkan tanaman poliploid. Tanaman poliploid umumnya memiliki vigor lebih baik dibandingkan tanaman diploid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keragaman stevia melalui peren-daman kolkisin in vitro. Buku tunggal steril stevia klon BS direndam dalam kolkisin dengan konsentrasi 0,01; 0,02; 0,04; 0,08 dan 0,1% selama 48 dan 72 jam dengan perendaman dalam air steril sebagai kontrol. Sub kultur dilakukan hingga MV4 (mutan vegetatif 4). Pengamatan mutan putatif dilakukan meliputi analisis morfologi dan stomata pada MV5. Analisis morfologi dilakukan dengan mengamati jumlah daun, buku, akar, bobot basah serta bobot kering planlet. Analisis stomata dilakukan dengan menghitung kerapatan stomata, ukuran stomata serta jumlah kloroplas pada sel penjaga stomata. Hasil menunjukkan bahwa perendaman stevia pada kolkisin meningkatkan bobot basah serta bobot kering stevia in vitro. Perlakuan perendaman kolkisin meningkatkan jumlah kloroplas pada sel penjaga stomata serta ukuran stomata namun menurunkan kerapatan stomata. Perendaman stevia selama 48 jam pada konsentrasi kolkisin 0,01-0,04% menghasilkan mutan putatif dengan jumlah kromosom tertinggi.[Kata kunci: poliploidi, stomata, kloroplas, mutan]

До бібліографії