Щоб переглянути інші типи публікацій з цієї теми, перейдіть за посиланням: Neutrofily.

Статті в журналах з теми "Neutrofily"

Оформте джерело за APA, MLA, Chicago, Harvard та іншими стилями

Оберіть тип джерела:

Ознайомтеся з топ-50 статей у журналах для дослідження на тему "Neutrofily".

Біля кожної праці в переліку літератури доступна кнопка «Додати до бібліографії». Скористайтеся нею – і ми автоматично оформимо бібліографічне посилання на обрану працю в потрібному вам стилі цитування: APA, MLA, «Гарвард», «Чикаго», «Ванкувер» тощо.

Також ви можете завантажити повний текст наукової публікації у форматі «.pdf» та прочитати онлайн анотацію до роботи, якщо відповідні параметри наявні в метаданих.

Переглядайте статті в журналах для різних дисциплін та оформлюйте правильно вашу бібліографію.

1

Roselin, Dwiyana, Eryati Darwin, and Irvan Medison. "Hubungan Eosinofil dan Neutrofil Darah Tepi terhadap Derajat Keparahan Asma pada Pasien Asma di Bagian Rawat Inap Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 2010 – 2013." Jurnal Kesehatan Andalas 6, no. 1 (July 20, 2017): 175. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v6i1.666.

Повний текст джерела
Анотація:
Asma adalah penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan adanya infiltrasi sel-sel radang, termasuk eosinofil dan neutrofil. Kedua sel ini dapat melepaskan protein-protein yang mempunyai efek toksik langsung terhadap epitel saluran nafas sehingga terjadi kerusakan langsung pada epitel tersebut yang dapat memperburuk derajat serangan asma. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan eosinofil dan neutrofil terhadap derajat keparahan asma. Telah dilakukan penelitian cross sectional analytic untuk mengetahui hubungan eosinofil dan neutrofil darah tepi terhadap derajat keparahan asma di Bagian Rawat Inap Paru RSUP. Dr. M. Djamil Padang periode 2010 – 2013. Populasi adalah pasien yang didiagnosa menderita asma. Sampel adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis dari penelitian ini menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95%. Dari 31 pasien dengan asma, insiden terbanyak asma berada pada kelompok usia 41 – 60 tahun (48.4%), jumlah perempuan lebih banyak (71%) dibanding dengan laki-laki (19%) dan paling banyak datang denga asma persisten sedang (64.5%). Eosinifiia terdapat pada 1 kasus (3.3%). Analisis statistik menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna eosinofil darah tepi terhadap derajat keparahan asma (p>0.05). Neutrofilia terdapat pada 27 kasus (87%). Analisis statistik menunjukan bahwa tidak dapat mencari hubungan neutrofil darah tepi terhadap derajat keparahan asma.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
2

Kurnia, Kurnia, Dito Anggoro, Setyo Budhi, and Dwi Priyowidodo. "Ehrlichiosis pada kucing yang mengalami anemia dan indikasi gagal ginjal." ARSHI Veterinary Letters 4, no. 2 (May 31, 2020): 23–24. http://dx.doi.org/10.29244/avl.4.2.23-24.

Повний текст джерела
Анотація:
Kucing persia diperiksa sebanyak 2 ekor diperiksa tanggal 23 April 2019 dan 29 April 2019 dengan gejala lesu, mukosa pucat, tidak mau makan sejak 3-5 hari, dehidrasi dan mengalami penurunan berat badan dalam satu bulan terakhir. Kucing tersebut berasal dari pemilik berbeda yang memungkin pernah kontak dengan anjing. Pemeriksaan klinis menunjukkan kedua kucing mengalami anemia, lethargi dan abnormalitas ukuran ginjal yang membengkak pada kucing I dan atropi pada kucing II. Hasil pemeriksaan laboratorium kedua kucing mengalami anemia, SGPT/ALT turun, albumin normal, blood urea nitrogen (BUN) dan creatinin keduanya meningkat. Kucing I mengalami trombositopenia, leukositosis dengan neutrofilia dan protein plasma normal. Kucing II menunjukkan trombosit normal, neutrofilia dan total protein yang meningkat. Pemeriksaan preparat apus darah ditemukan inklusi intrasitoplasmik dalam neutrofil dari kedua kucing yang mengarah pada morula Ehrlichia sp. Diagnosa kedua kucing mengarah pada dugaan Ehrlichiosis. Penanganan anemia dan dehidrasi diberikan infus NaCl 0,9% intravena, injeksi Meylon dan Hematodin. Kondisi kedua kucing terus menurun, kucing I mati setelah 2 hari terapi dan kucing II mati setelah 5 hari terapi.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
3

Luthfi, Muhammad, Retno Indrawati, Ira Arundina, and Yoes Prijatna Dachlan. "Korelasi Jumlah Streptococcus mutans (S. mutans) dan Level Ekspresi Interlukin 8 (IL-8) pada Severe Early Childhood Caries." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 20, no. 2 (December 1, 2015): 142. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.9227.

Повний текст джерела
Анотація:
Karies gigi pada anak usia dini merupakan masalah kesehatan yang sangat serius karena merupakan penyakit infeksi kronis yang menular. Dalam beberapa tahun terakhir pandangan tentang neutrofil telah berubah secara dramatis. Neutrofil tidak hanya berperan sebagai pembunuh mikroba melalui proses fagositosis, pelepasan reactive oxigen species (ROS) dan peptida antimikrobialnya tetapi neutrofil turut mengatur aktifasi respon imun. Interleukin-8 (IL-8) berfungsi sebagai aktivator kuat dan kemoatraktan neutrofil oleh karena itu IL-8 merupakan mediator kunci dalam migrasi neutrofil ke lokasi peradangan dan infeksi. Untuk menganalisis hubungan dari jumlah S. mutans dan ekspresi IL-8 neutrofil saliva pada anak usia dini bebas karies dan severe early childhood caries (S-ECC). Perlakuan dilakukan pada dua kelompok yaitu isolasi dan menghitung jumlah S. mutans pada sampel saliva dan sampel hasil kumur dengan NaCl 1,5% yang diisolasi neutrofilnya kemudian dianalisis ekspresi IL-8 menggunakan flow cytometry dari 20 anak bebas karies dan 20 anak severe early childhood caries. Hasil nilai rata-rata diketahui bahwa jumlah S. mutans anak usia dini bebas karies lebih rendah (513.500,00±185.565,28 CFU/ml) dibandingkan dengan S-ECC (977.000,00±222.500,15 CFU/ml), sedangkan ekspresi IL-8 neutrofil saliva anak usia dini bebas karies lebih tinggi (3,31±0,50) dibandingkan dengan S-ECC (2,95+0,56). Penurunan ekspresi IL-8 neutrofil saliva kemungkinan sebagai penyebab meningkatnya jumlah S. mutans pada S-ECC.Correlation of Streptococcus mutans (S. mutans) Level and Interleukin 8 (IL-8) Expressions of Salivary Neutrophils in Severe Early Childhood Caries. Early childhood caries is a very serious health problem because it is a chronic infectious disease that is contagious. Dental caries begins after the primary teeth grow and develop on the tooth surface very quickly and progressively. In recent years the views of neutrophils have changed dramatically. Neutrophils not only act as a microbe killer through phagocytosis, the release of reactive oxigen species (ROS) and its antimicrobial peptide, but neutrophil activation also helps regulate the immune response. To analyze the relationship between the amount S. mutans and IL-8 expression of salivary neutrophils in severe early Childhood caries. Two groups, namely Isolation of S. mutans were performed on saliva samples taken from 20 caries-free and 20 severe early childhood caries and samples Nacl 1,5% mouthwash results of 20 caries-free and 20 severe early childhood caries salivary neutrophils that were analysis of IL-8 expression by flow cytometry. Based on the average value, it is known that S. mutans level in early Childhood caries-free is lower (513.500,00 +185.565,28 CFU/ml) in comparison to the severe early Childhood caries (977.000,00 +222.500,15 CFU/ml), but the expression of IL-8 neutrophil salivary neutrophils in early Childhood caries-free is higher (3,31+0,50) in comparison to the severe early Childhood caries (2,95+0,56). The increased S. mutans level is probably caused by the decrease in the expression of IL-8 salivary neutrophils in severe early childhood caries.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
4

Pinilih, Astri, and Bambang Sudarmanto. "Hubungan Kadar Serum Kuprum dengan Fungsi Fagositosis Neutrofil pada Anak Leukema Limfositik Akut." Sari Pediatri 20, no. 4 (January 28, 2019): 197. http://dx.doi.org/10.14238/sp20.4.2018.197-201.

Повний текст джерела
Анотація:
Latar belakang. Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang. Defek kualitatif neutrofil seperti kelainan kemotaksis, fagositosis dan migrasi neutrofil terjadi pada leukemia. Kuprum adalah mikronutrien yang berperan dalam fungsi neutrofil dan makrofag. Penurunan jumlah neutrofil dan gangguan fungsi neutrofil dikaitkan dengan defisiensi kuprum.Tujuan. Mengetahui hubungan kadar serum kuprum dengan fungsi fagositosis neutrofil pada anak leukemia limfositik akut.Metode. Penelitian observasional analitik dengan metode potong lintang pada 25 anak leukemia limfositik akut usia 1 – 10 tahun di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kadar serum kuprum dan indeks fungsi fagositosis diukur dan dianalisis dengan menggunakan korelasi Pearson.Hasil. Dua puluh lima anak yang memenuhi kriteria, terdiri dari 18 lelaki (72%) dan 7 perempuan (28%). Status gizi terdiri dari status gizi baik 12 anak (48%) dan malnutrisi 13 anak (52%). Fase kemoterapi terbanyak adalah induksi dan konsolidasi pada 17 anak (68%). Rerata kadar serum kuprum normal yaitu 1254,8 (464,77) µg/L. Rerata indeks fagositosis neutrofil menurun yaitu 53,08 (20)%. Tidak terdapat hubungan kadar serum kuprum dengan fungsi fagositosis neutrofil pada anak leukemia limfositik akut (p=0,364)Kesimpulan. Rerata indeks fagositosis neutrofil rendah pada anak leukemia limfositik akut dibandingkan nilai normal. Rerata kadar serum kuprum normal pada anak leukemia limfositik akut. Tidak terdapat hubungan kadar serum kuprum dengan fungsi fagositosis neutrofil pada anak leukemia limfositik akut.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
5

Maria, Maria, Nurlia Naim, and Zulfian Armah. "DESCRIPTION OF THE AMOUNT OF LYMPHOCYTE AND NEUTROPHIL RATIO IN ACUTE APPENDICITIS PATIENTS IN DR WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR HOSPITAL." Jurnal Media Analis Kesehatan 10, no. 2 (December 23, 2019): 119. http://dx.doi.org/10.32382/mak.v10i2.1300.

Повний текст джерела
Анотація:
Nilai leukosit terutama netrofil dan limfosit adalah pemeriksaan laboratorium dasar yang merupakan penanda yang sensitif pada proses inflamasi, dan dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis apendisitis( usus buntu) akut. Tujuan penelitian adalah mengetahui rasio neutrofil dan limfosit pada pasien apendisistis (usus buntu) akut. Penelitian dilakukan secara cross sectional analitik di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo periode Mei - Juni 2019. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisa secara deskriptidf. Diperoleh 30 sampel dengan apendisitis (usus buntu) akut. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 15 sampel (50%) dari 30 sampel menunjukkan peningkatan ratio neutrofil , sebanyak 4 sampel (13%) menunjukkan penurunan ratio neutrofil, dan sebanyak 11 sampel (37%) menunjukkan ratio neutrofil yang normal. Untuk pemeriksaan ratio limfosit didapatkan sebanyak 19 sampel (63%) menunjukkan penurunan ratio limfosit dan 11 sampel (37%) menunjukkan ratio neutrofil yang normal. Disimpulkan bahwa Pemeriksaan Rasio Neutrofil dan Limfosit baik digunakan dalam memprediksi apendisitis akut.Kata Kunci : Neutrofil, Limfosit, Apendisitis (Usus Buntu) Akut
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
6

Yanti, Henny Elfira, Fery H. Soedewo, and Puspa Wardhani. "CORRELATION OF NEUTROPHILS/LYMPHOCTES RATIO AND C-REACTIVE PROTEIN IN SEPSIS PATIENTS." INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY 23, no. 2 (March 29, 2018): 178. http://dx.doi.org/10.24293/ijcpml.v23i2.1143.

Повний текст джерела
Анотація:
Sepsis merupakan penyebab umum dari kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Diagnosis yang cepat dan tepat sangatdiperlukan. Salah satu respons fisiologis pada sistem imunitas terhadap inflamasi sistemik adalah peningkatan jumlah neutrofil danpenurunan jumlah limfosit. Rasio neutrofil/limfosit telah diketahui sebagai petanda inflamasi yang cepat, sederhana dan murah. Tujuanpenelitian ini adalah membuktikan adanya kenasaban antara rasio neutrofil/limfosit dan c-reactive protein di pasien sepsis. Penelitianbersifat ptong lintang observasional, dilakukan masa waktu Januari hingga Juni 2015. Sampel penelitian terdiri dari 42 pasien sepsisyang dirawat di Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Semua sampel dilakukan pemeriksaan jumlah limfosit, neutrofil,CRP. Hasil dianalisis menggunakan uji kenasaban Spearman’s. Rasio neutrofil/limfosit berkisar antara 3,42–57,47 (21,74±14,1). KadarCRP antara 1,22 mg/L–361,86 mg/L (158 mg/L±97,4 mg/L). Hasil penelitian tidak terdapat kenasaban antara RNL dan kadar CRPdi pasien sepsis (p=0,51). Tidak terdapat kenasaban antara RNL dan kadar CRP di pasien sepsis. Hal ini disebabkan adanya perbedaanjalur aktivasi antara neutrofil dengan CRP sehingga menyebabkan peningkatan CRP tidak sebanding dengan peningkatan jumlahneutrofil.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
7

Sriyani, Sriyani, Muhammad Sulchan, and Shofa Chasani. "Korelasi Rasio Neutrofil/Limfosit dengan Handgrip Strength pada Penyakit Ginjal Kronik Tahap Akhir." JNH (JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH) 6, no. 2 (August 1, 2018): 85. http://dx.doi.org/10.14710/jnh.6.2.2018.85-92.

Повний текст джерела
Анотація:
Latar belakang : Pada PGK tahap akhir biasa terjadi malnutrisi energi protein. Inflamasi yangberkelanjutan akan mempengaruhi status gizi, massa dan kekuatan otot yang diukur dengan HGS.Salah satu indikator inflamasi adalah rasio neutrofil/limfosit. Secara teoritik ada hubungan negatifantara rasio neutrofil/limfosit dan handgrip strength. Tujuan: Membuktikan adanya korelasi negatif rasio neutrofil/limfosit dengan HGS pada penyakitginjal kronik tahap akhir. Metode penelitian : Penelitian korelasional ini, dilakukan di unit hemodialisa RSUP Dr. KariadiSemarang selama bulan November 2016. Subyek 40 orang, ditetapkan dengan metode consecutivesampling, diwawancara dan menjalani pemeriksaan antropometri, HGS, pemeriksaanlaboratorium darah. Uji korelasi dilakukan dengan Uji Spearman. Hasil : NLR normal pada laki-laki 52,5 % dan perempuan 15 %. NLR buruk pada laki-laki 17,5 %dan perempuan 15 %. HGS normal pada laki-laki 7,5 % dan rendah 60%. Kategori HGS normalpada perempuan 12,5% dan HGS rendah sebanyak 20%. Nilai HGS terendah subyek laki-laki danperempuan adalah 14 kg/f dan tertinggi 34 kg/f dan 24 kg/f. Uji Spearman menunjukkan tidak adakorelasi antara rasio neutrofil/limfosit dengan HGS (r= 0,27, p=0,08). Simpulan : Korelasi negatif antara nilai handgrip strength dan rasio neutrofil/limfosit tidakdapat dibuktikan. Kata kunci :rasio neutrofil/limfosit, HGS, penyakit ginjal kronik
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
8

Wardhani, Ajeng Kurnia. "Hubungan Eosinopenia dan Rasio Neutrofil/Limfosit dengan Procalcitonin pada Pasien Sepsis." Jurnal Kesehatan Andalas 9, no. 1 (April 30, 2020): 48. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v9i1.1232.

Повний текст джерела
Анотація:
Procalcitonin adalah biomarker yang bermanfaat mendiagnosis sepsis, tetapi mahal dan waktu pemeriksaan lama. Eosinopenia dan rasio neutrofil/limfosit merupakan alternatif yang lebih murah dan cepat, namun efektivitasnya belum diketahui dengan jelas. Tujuan: Menentukan hubungan eosinopenia dan rasio neutrofil/limfosit terhadap procalcitonin pada pasien sepsis. Metode: Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan belah lintang. Subjek penelitian 43 pasien sepsis yang dirawat di RSUP Dr.Kariadi bulan Desember 2018 sampai Juni 2019, ada 22 pasien wanita dan 21 pria dengan kisaran usia 25–84 tahun. Data kadar procalcitonin, jumah eosinofil, neutrophil dan limfosit diambil secara retrospektif dari catatan medis pasien. Pasien dianggap sepsis bila menunjukkan nilai skor SOFA ≥2. Hasil: Didapatkan kadar procalcitonin antara 2,19 – 87,29 ng/mL dengan median 13,8 ng/mL, kadar eosinofil antara 0 – 0,01 × 103/µL dengan median 0,01 × 103/µL, serta rasio neutrofil/limfosit antara 7,59 – 68,36 dengan median 19,39. Uji korelasi spearman tidak menemukan hubungan yang bermakna antara kadar procalcitonin dengan kondisi eosinopenia (p = 0,929; r = 0,014) dan rasio neutrofil/limfosit (p = 0,879; r = –0,024). Peningkatan kadar procalcitonin ≥2 ng/mL, kondisi eosinopenia dengan kadar eosinofil absolut ≤0,05 × 103/µL, serta peningkatan rasio neutrofil/limfosit ≥5 diperkirakan sebagai biomarker yang bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sepsis, namun tidak menemukan adanya hubungan yang bermakna antara berbagai biomarker tersebut. Simpulan: Hasil penelitian ini belum mendukung penggunaan jumlah eosinofil dan rasio neutrofil/limfosit sebagai pengganti procalcitonin untuk membantu menegakkan diagnosis sepsis.Kata kunci: eosinopenia, procalcitonin, rasio neutrofil/limfosit, sepsis
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
9

Setianingrum, Elisabeth Levina Sari, and Purwanto A. P. "THE DIFFERENCE BETWEEN NEUTROFIL TOTAL, NEUTROPHIL / LYMPHOCYTE AND PLATELETS / LYMPHOCYTE RATIO IN NORMAL PATIENTS, NSTEMI, STEMI." INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY 25, no. 3 (April 13, 2019): 268. http://dx.doi.org/10.24293/ijcpml.v25i3.1445.

Повний текст джерела
Анотація:
Sindrom Koroner Akut(SKA) yaitu Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) dan ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) disebabkan oleh aterosklerosis pembuluh darah, merupakan proses inflamasi akut diawali kerusakan endotel. Neutrofil Absolut (NA), Neutrofil/Limfosit Ratio (NLR), Platelet/ Limfosit Ratio (PLR) merupakan petanda inflamasi sistemik pada penyakit inflamasi. Tujuan untuk membandingkan NA, NLR dan PLR sebagai petanda inflamasi pada pasien normal, NSTEMI dan STEMI . Penelitian observasional analitik dengan pendekatan belah lintang terhadap 101 pasien SKA di RSU Negeri yang terbagi menjadi 3 kelompok (normal, NSTEMI, STEMI). Leukosit, platelet dihitung dengan hematology analizer, limfosit dan neutrofil dengan hitung jenis . Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis dilanjutkan uji post hoc Mann-Whitney. Terdapat perbedaan NA,NLR pasien normal dengan NSTEMI dan pasien normal dengan STEMI (p=0,000). Tidak terdapat perbedaan PLR pada pasien normal dan NSTEMI, pasien normal dan STEMI, NSTEMI dan STEMI. Neutrofil Absolut dan Neutrofil/Limfosit Ratio sebagai faktor independent yang baik untuk petanda inflamasi sistemik menggambarkan prognosis penyakit.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
10

Hendrianingtyas, Meita. "Hubungan Gambar Darah Tepi dan Kadar Presepsin pada Pasien SIRS." JNH (JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH) 6, no. 1 (October 3, 2018): 1. http://dx.doi.org/10.14710/jnh.6.1.2018.1-8.

Повний текст джерела
Анотація:
Latar belakang : Pasien dengan kondisi sindrom respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome/ SIRS) berisiko menjadi sepsis, kegagalan organ dan kematian. Kadar presepsin (sCD14-ST) merupakan salah satu petanda sepsis. Adanya gambaran pergeseran ke kiri, neutrofil teraktivasi (vakuolisasi dan/ atau granulasi toksik) dari gambaran darah tepi dapat menunjukkan suatu keadaan inflamasi/ dan infeksi akut yang mengarah ke sepsis.Tujuan : Membuktikan hubungan antara presepsin dengan keadaan gambaran pergeseran ke kiri, vakuolisasi dan granulasi toksik neutrofil yang didapatkan dari gambaran darah tepiMetoda penelitian : Penelitian pada 34 pasien yang memenuhi kriteria SIRS di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kadar presepsin diperiksa dengan metoda chemiluminescent enzyme immunoassay (CLEIA), gambaran pergeseran ke kiri dan aktivasi neutrofil (granula toksik dan vakuolisasi) secara mikroskopis ditampilkan dalam positif atau negatif. Uji Gamma and Sommer untuk menganalisis data.Hasil : Diperoleh nilai hubungan antara kadar presepsin: r = 0,615; p = 0,2 dengan gambaran pergeseran ke kiri; r = 0,696 dan p = 0,003 dengan granulasi toksik dan r =0,775; p = 0,001 dengan vakuolisasi neutrofilSimpulan : Terdapat hubungan positif kuat antara gambaran pergeseran ke kiri, granulasi toksik dan vakuolisasi neutrofil dari gambaran darah tepiKata kunci : SIRS, presepsin, pergeseran ke kiri, neutrofil teraktivasi
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
11

Liana, Phey, Veny Larasati, Kemas M. Yakub, and Berliana Agustin. "Korelasi Hitung Leukosit dan Neutrofil dengan Kadar Neutrophil Extracellular Traps (NETs) Pada Pasien Keganasan dengan Demam Neutropenia." SRIWIJAYA JOURNAL OF MEDICINE 2, no. 2 (April 16, 2019): 76–82. http://dx.doi.org/10.32539/sjm.v2i2.56.

Повний текст джерела
Анотація:
Keganasan adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel abnormal yang berlebihandan menyebar ke organ tubuh lain. Demam neutropenia merupakan salah satu komplikasi pada keganasan karena mekanisme dasar penyakit tersebut dan efek samping dari kemoterapi. Leukosit, neutrofil dan neutrophil extracellular traps (NETs)berperan penting dalam proses keganasan dan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi hitung leukosit dan neutrofil dengan kadarneutrophil extracellular traps (NETs) pada pasien keganasan dengan demam neutropenia.Penelitian ini adalah penelitian analitik observasionaldengan desain cross sectional. Pasien keganasan dengan demam neutropenia yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 30 pasien pada bulan Maret-Agustus 2018 di Ruang Perawatan Departemen Kesehatan Anak RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang diambil sebagai sampel dengan teknik consecutive sampling. Hitung leukosit dan neutrofil diambil dari data sekunder pasien, dan kadar NETs diukur dengan menggunakan ELISA. Analisis pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman, hasil bermakna apabila p<0,05.Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat korelasi signifikan antara hitung leukosit (p=0,207;r=0,273) dan neutrofil (p=0,388;r=189) dengan kadar neutrophil extracellular traps (NETs) pada pasien keganasan dengan demam neutropenia.Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara hitung leukosit dan neutrofil dengan kadar neutrophil extracellular traps (NETs) pada pasien keganasan dengan demam neutropenia.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
12

Kakta, Benas, Lolita Grygalytė, Tomas Tamošuitis, and Neringa Balčiūnienė. "PACIENTŲ, PATYRUSIŲ SPONTANINĘ INTRASMEGENINĘ KRAUJOSRUVĄ, PERIFERINIO KRAUJO LEUKOCITŲ SĄSAJA SU LIGOS BAIGTIMI." Health Sciences 31, no. 4 (July 1, 2021): 26–32. http://dx.doi.org/10.35988/sm-hs.2021.116.

Повний текст джерела
Анотація:
Tikslas. Įvertinti pacientų, patyrusių spontaninę intrasmegeninę kraujosruvą (ISK), periferinio kraujo leukocitų ir jų populiacijų ryšį su ligos baigtimi. Metodika. Atlikta retrospektyvinė 74 pacientų, gydytų Lietuvos sveikatos mokslų universiteto ligoninės Kauno klinikų (LSMUL KK) Neurochirurgijos intensyvios terapijos skyriuje (NITS) 2018-2019 m. dėl patirtos spontaninės ISK, ligos istorijų analizė. Analizuoti tiriamųjų demografiniai rodikliai, periferinio kraujo leukocitai ir jų populiacijos, Glasgow komų skalės (GKS) įverčiai, ISK tūriai bei ligos baigtis. Rezultatai. Mirusių pacientų leukocitų, neutrofilų skaičius bei neutrofilų ir limfocitų santykis (NLS) buvo didesni, nei išgyvenusių (p<0,05). Atlikus tiesinę regresiją nustatyta, kad didesnis NLS siejasi su didesniu ISK tūriu (β=1,887, koreg. R2=0,051, p=0,03), tuo tarpu su mažesniu GKS įverčiu susijęs didesnis bendras leukocitų skaičius (β=-0,298, koreg. R2=0,062, p=0,018) ir absoliutus neutrofilų skaičius (β=-0,308, koreg. R2=0,064, p=0,017). Atlikus logistinę regresiją nustatyta, kad su didesne mirties tikimybe susijęs didesnis bendras leukocitų (GS=1,156, p=0,031), absoliutus neutrofilų skaičius (GS=1,167, p=0,024) ir NLS (GS=1,091, p=0,028). Išvados. Didesnis periferinio kraujo leukocitų skaičius susijęs su mažesniu GKS įverčiu ir didesne mirties tikimybe. Didesnis neutrofilų skaičius siejasi su mažesniu GKS įverčiu ir didesne mirties tikimybe, o didesnis NLS susijęs su didesniu ISK tūriu ir didesne mirties tikimybe.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
13

Ardina, Rinny. "Respon Inflamasi Pada Perokok Pasif Di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya Ditinjau Dari Jumlah Leukosit Dan Jenis Leukosit." JOURNAL OF MUHAMMADIYAH MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGIST 1, no. 2 (May 28, 2018): 31. http://dx.doi.org/10.30651/jmlt.v1i2.1495.

Повний текст джерела
Анотація:
Proporsi perokok pasif di Indonesia mencapai 40,5 persen dan 78,4 persen perokok pasif banyak terpapar asap rokok di dalam rumah.Setiap hembusan asap rokok mengandung 1015 radikal bebas oksidatif dan nikotinpenyebab leukositosis di dalam darah sebagai bentuk respon inflamasi.Jenis leukosit penunjuk inflamasi akibat asap rokok diawali neutrofilia, neutropenia, limfositosis, limfopenia dan monositosis sebagai bentuk respon inflamasi. Analisis deskriptif dengan rancangan cross sectional digunakan untuk memberikan gambaran respon inflamasi ditinjau dari jumlah leukosit dan jenis leukosit pada perokok pasif yang tinggal di kecamatan Pahandut kota Palangka Raya. Sampel yang diperoleh sebanyak 30 orang diambil dengan teknik Purposive Sampling dimulai dengan observasi, pembagian lembar inform consent, wawancara, pengisian kuesioner, pengambilan sampel darah dan pemeriksaan laboratorium menggunakan hematology analyzer dan apusan darah tepi. Data yang diperoleh dimuat dalam bentuk tabel dan dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk persentase (%). Pada 5 orang (17%) terjadi leukositosis, 2 orang (6%) neutropenia, 1 orang (3%) neutrofilia, 1 orang (3%) limfopenia, dan 6 orang (20%) limfositosis. Leukositosis menunjukkan penanda adanya perubahan imun sistemik, dimana selanjutnya terjadi rekrutmen sel inflamasi diantaranya neutrofil dan limfosit. Radikal bebas dan nikotin memicu inflamasi ditandai dengan neutrofilia dengan limfopenia relatif pada awal inflamasi dan selanjutnya berkembang menjadi limfositosis dengan neutropenia relatif.Proportion of passive smokers in Indonesia reached 40,5% and 78,4% of them were exposure of cigarette smoke in the house. Each puff of cigarette smoke contains 1015 of oxidative free radicals and nicotine that causes leukocytosis in the blood where it found as an inflammatory response. Either free radicals or nicotine can also cause of neutrophilia, neutropenia, lymphocytosis, lymphopenia, and monocytosis. This study aimed to overview of the inflammatory response in terms of white blood cell count and differential counting of leukocytes in passive smokers (housewives) who live in the district of Pahandut, Palangka Raya. Descriptive analysis with cross sectional design was used in this study. Samples obtained by 30 people were taken with Purposive Sampling technique. Procedure of collecting data starts from observation, distribution of informed consent, interview, answered of questionnaire, blood sampling and laboratory examination using hematology analyzer for measured of white blood cell count and peripheral blood smear for measured of differential counting of leukocytes. The data obtained were analyzed and described in percentage (%). This study found 5 people (17%) of leukocytosis, 2 people (6%) of neutropenia, 1 person (3%) of neutrophilia, 1 person (3%) of lymphopenia, and 6 people (20%) of lymphocytosis. Leukocytosis occurs because of the mechanism of leukocytes recruitment into inflammatory tissues and the types of leukocyte that increased are neutrophils and lymphocytes. Free radicals and nicotine play a major role in triggering inflammation. Acute inflammation cause of exposure of cigarette smoke characterized by neutrophilia and relative lymphopenia in the blood and it will be develop into chronic inflammation that characterized by lymphocytosis and relative neutropenia.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
14

Prasetyo, Yuly Eko, Uleng Bahrun, and Ruland DN Pakasi. "ANGKA BANDING NEUTROFIL/LIMFOSIT DI KARSINOMA PAYUDARA." INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY 21, no. 2 (March 27, 2018): 125. http://dx.doi.org/10.24293/ijcpml.v21i2.1090.

Повний текст джерела
Анотація:
Carcinoma Mammae (CM) is a malignancy of epithelial cells restricting at the breast ducts or lobes which causes very high mortalityrate. The Neutrophil/Lymphocyte ratio (NLR) is reflecting the inflamatory status, has been reported to be a prognostic indicator in somemalignant tumors. The purpose of this study is to know the NLR as an indicator of the progressivity of CM by analyzing it. A retrospectiveobservational study performed using data from the medical record of CM patients at Wahidin Sudirohusodo Hospital from January 2010up to December 2012. The diagnosis were established by the clinicians based on the result of histopathological exsamination, chest X-ray,abdominal ultrasound, bone scan and CT scan. The patients with surgical history, chemotherapy, radiotherapy, leukocytes >12.000/mm3and incomplete data were excluded from the analysis. The data distribution was analyzed using Kolmogorov-Smirnov test. The relationbetween NLR in CM was analized by One way ANOVA test and post hoc analysis. The result were 130 samples, consisting of 17 patientsin early stage, 71 in stage III and 42 in stage IV CM. In the early stage the mean of NLR were 1.69, 2.04 in stage III and 2.89 in stage IVand their differences were statistically significant (p<0.001). Post hoc analysis showed that the significant differences occurred betweenthe early stage and IV, as well as between stage III and IV. The mean of NLR were 2.28±1.02 in the non metastatic and 3.36±1.5 in themetastatic they were statistically significant (p<0.001). Based on the study results can be concluded that the neutrophil/lymphocyteratio can be used to assess the progressivity of CM. Further studies with larger samples were needed for the determination of the cut offpoint of NLR.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
15

Hervina, Hervina, Dwis Syahriel, and I. Gusti Ngurah Gede Swarga Prawira. "Infiltrasi Neutrofil Pada Penyembuhan Luka Insisi Gingiva Tikus Wistar Setelah Pemberian Vitamin D." JBN (Jurnal Bedah Nasional) 5, no. 2 (July 17, 2021): 39. http://dx.doi.org/10.24843/jbn.2021.v05.i02.p02.

Повний текст джерела
Анотація:
Latar belakang: Prevalensi periodontitis di Indonesia sebesar 74,1% lebih tinggi dibandingkan negara-negara lainnya di dunia. Perawatan periodontitis seperti tindakan bedah periodontal meliputi tindakan insisi akan menimbulkan luka pada gingiva. Penyembuhan luka pada rongga mulut harus diperhatikan agar tidak terjadi infeksi. Vitamin D memiliki efek antiinflamasi sebagai imunomodulator dalam mekanisme penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan efek antiinflamasi vitamin D terhadap infiltrasi neutrofil pada luka insisi gingiva tikus wistar. Metode: Rancangan post test only control group design pada 24 sampel yang dilakukan insisi pada gingiva labial insisivus rahang bawah, dibagi menjadi 6 kelompok: kontrol yaitu tanpa pemberian perawatan observasi hari ke-1 (K1) dan hari ke-3 (K2); perlakuan 1 (pemberian vitamin D 1000 IU per-oral/perhari) observasi hari ke-1 (P1) dan hari ke-3 (P2), perlakuan 2 (pemberian vitamin D 1000 IU per-oral/hari dan Povidone iodin 1% secara topikal ) observasi hari ke-1 (P3) dan hari ke-3 (P4). Pembuatan preparat dari jaringan gingiva area insisi dengan pewarnaan HE dan perhitungan jumlah sel neutrofil menggunakan mikroskop pembesaran 400 kali. Analisis data dengan Uji One Way Anova kemudian dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference. Hasil: Terdapat perbedaan rerata jumlah neutrofil pada keenam kelompok nilai F = 12,03 dan p = 0,000. Perbedaan terdapat pada P1-K1 (p=0,000), P1-P3 (p=0,021), P1-P2 (p=0,047), P3-K1 (p=0,01), P2-K2 (p=0,002), P2-K4 (p=0,047). Simpulan: Infiltrasi neutrofil pada penyembuhan luka insisi gingiva tikus lebih tinggi pada pemberian vitamin D pada hari ke-1 dibanding kontrol, dan infiltrasi neutrofil hari ke-3 lebih rendah dibanding hari ke-1 setelah pemberian vitamin D.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
16

Supriyana, Supriyana, Endah Aryati, Sadimin Sadimin, and Wahyu Jati Dyah Utami. "KEMAMPUAN OBAT KUMUR EKSTRAK JINTEN HITAM SEDIAAN KANTONG CELUP TERHADAP MONOSIT DAN NEUTROFIL PADA ADHESI STREPTOCOCCUS MUTAN." LINK 15, no. 2 (November 1, 2019): 36–41. http://dx.doi.org/10.31983/link.v15i2.5384.

Повний текст джерела
Анотація:
Jintan hitam mengandung senyawa antimikroba bersifat volatil dan non volatil dengan bermacam tingkat kepolaran. Penelitian sebelumnya dikemukakan semakin lama perendaman kantong celup berisi bahan herbal, kadar klorinnya semakin rendah, terutama pada perendaman kantong celup berisi ekstrak flavonoid dari jinten hitam. Adanya kandungan flavonoid ekstrak jinten hitam dan klorin yang dikeluarkan oleh kantong celup, perlu diketahui bagaimana ekstrak jinten hitam dengan sediaan kantong celup mempengaruhi respon inflamasi sel radang neutrofil yang sebelumnya dipapar Streptokokus mutan secara in-vitro. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratories, rancangan penelitian menggunakan the post test only control group design. Populasi penelitian ekstrak flavonoid jinten hitam dengan sediaan kantung celup jumlah sampel minimal 4 sampel untuk tiap kelompok perlakuan. Sampel dikelompok menjadi 10 kelompok yaitu 5 uji adhesi neutrofil dan 5 uji monosit. Hasil perhitungan viabilitas monosit yang dipapar S. mutans menunjukkan bahwa jumlah monosit yang viabel (hidup) pada inkubasi air seduhan 8 menit kantung teh celup ekstrak flavonoid jinten hitam paling tinggi, dan kelompok kontrol (kantung kosong) paling rendah, dan menunjukkan perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan (p0.05). Obat kumur dengan sediaan teh celup berisi ekstrak flavonoid jinten hitam mampu meningkatkan adhesi S mutans pada neutrofil, sehingga neutrofil sebagai sel imunitas dapat melakukan fagositosis dan membunuh S mutans.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
17

Kurniawati, Atik, Sulistiyani, and Arina Nur Rahmah. "PERAN EKSTRAK DAUN WUNGU (GRAPTOPHYLLUM PICTUM L. GRIFF) TERHADAP ADHESI STREPTOCOCCUS MUTANS PADA NEUTROFIL." Cakradonya Dental Journal 11, no. 2 (March 12, 2020): 128–34. http://dx.doi.org/10.24815/cdj.v11i2.16156.

Повний текст джерела
Анотація:
Streptococcus mutans (S. mutans) merupakan bakteri utama penyebab karies gigi yang mampu mendemineralisasi email, menginvasi dentin yang dapat berlanjut menjadi inflamasi pulpa (pulpitis). Streptococcus mutans menginvasi inang diawali dengan melakukan adhesi (perlekatan). Proses ini merupakan langkah awal dalam proses inflamasi. Oleh karena itu, adhesi Streptococcus. mutans pada sel inang perlu dicegah agar tidak terjadi infeksi oleh bakteri. Neutrofil merupakan sel pertahanan pertama yang datang pada proses inflamasi. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya adhesi tersebut bisa menggunakan bahan alami yang bersifat anti-inflamasi, salah satunya yaitu daun wungu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun wungu (EDW) terhadap adhesi bakteri Streptococcus. mutans pada neutrofil dan perbedaan indeks adhesi dalam berbagai konsentrasi dengan eksperimental laboratoris menggunakan the post test only control group design. Sampel terbagi menjadi 5 kelompok (klp): klp I/kontrol (tanpa inkubasi EDW), klp II (EDW 3,125%), klp III (EDW 6,25%), klp IV (EDW 12,5%), dan klp V (EDW 25%). Isolat neutrofil diinkubasi dengan EDW selama 3 jam, kemudian dipapar S. mutans selama 4 jam. Indeks adhesi dihitung berapa rata-rata jumlah S. mutans yang menempel pada 100 neutrofil. Simpulan penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun wungu berpotensi menurunkan indeks adhesi Streptococcus mutans. Kata kunci: adhesi, S. mutans, neutrophil, daun wungu
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
18

Prasetya, Rendra Chriestedy, Nunuk Purwanti, and Tetiana Haniastuti. "Infiltrasi Neutrofil pada Tikus dengan Periodontitis setelah Pemberian Ekstrak Etanolik Kulit Manggis." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 21, no. 1 (June 1, 2014): 33. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.8520.

Повний текст джерела
Анотація:
Periodontitis adalah inflamasi kronis yang disebabkan oleh bakteri periodontopatogen. Pada periodontitis terjadi peningkatan infiltrasi neutrofil yang berfungsi untuk memfagositosis bakteri yang menginfiltrasi jaringan gingiva. Kulit manggis mempunyai bahan aktif yaitu xanton yang mempunyai efek antiinflamasi dengan jalan menghambat sintesis PGE2 sehingga akan menurunkan infiltrasi sel inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui infiltrasi sel neutrofil pada periodontitis setelah pemberian ekstrak etanolik kulit manggis. Tikus wistar jantan sebanyak empat puluh delapan ekor diinduksi periodontitis dengan ligasi pada daerah subgingiva gigi anterior rahang bawah selama 7 hari. Setelah hari ke-7, ligasi dilepas selanjutnya tikus dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu ekstrak kulit manggis 30 mg/kg BB dan 60 mg/kg BB, ibuprofen dan saline. Tikus dikorbankan pada hari ke-1, 3, 5 dan 7 setelah perlakuan. Jaringan pada bagian anterior rahang bawah ditanam dalam paraffin dan dilakukan pemotongan serial kemudian diwarnai dengan hematoxylin eosin. Jumlah neutrofil dihitung di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Data jumlah neutrofil dianalisa dengan Two Way Anova. Hasil Two Way Anova menunjukkan perbedaan yang bermakna rerata sel neutrofil antar kelompok perlakuan (p<0,05) mengindikasikan pemberian ekstrak etanolik kulit manggis berpengaruh terhadap jumlah sel neutrofil. Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanolik kulit manggis mampu menurunkan infiltrasi sel neutrofil pada tikus yang diinduksi periodontitis.Neutrophil infiltration in rats with periodontitis after the granting of Ethanolic Extract Skin Mangosteen. Periodontitis is a chronic inflammatory disease caused by periodontopathic bacteria. When periodontitis occurs are followed by neutrophil infiltration. Mangosteen rind contains xanthone, an anti-inflammatory substance which inhibits the synthesis of PGE2 and therefore reduces inflammatory cells infiltration. This research aimed to study neutrophil cells infiltration in experimental-induced periodontitis rats after mangosteen rind ethanolic extract administration. Forty-eight male wistar rats were induced the periodontitis by putting silk ligature subgingivally around the neck of the anterior lower teeth for seven days. After the ligation had been taken out, the rats were divided into four groups and treated orally with mangosteen rind extract 60 mg/kg BB, 30 mg/kg BB, ibuprofen, and saline. The rats were sacrificed on the 1st, 3rd, 4th, seventh day after the treatment. Their anterior lower jaws were processed for paraffin embedded tissue, cut serially and stained with hematoxylin-eosin. The neutrophil cells were observed and counted under the microscope (400x). The data were analyzed using Anova. Anova result showed a significant difference among group (p<0,05) indicating that mangosteen rind ethanolic extract affected the number of neutrophils. In conclusion, mangosteen rind ethanolic extract reduced the number of neutrophil infiltration in periodontitis rats.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
19

Saputra, I. Made Yullyantara, W. Gustawan, MG Dwilingga Utama, and BNP Arhana. "Rasio Neutrofil dan Limfosit (NLCR) Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Infeksi Bakteri di Ruang Rawat Anak RSUP Sanglah Denpasar." Sari Pediatri 20, no. 6 (May 16, 2019): 354. http://dx.doi.org/10.14238/sp20.6.2019.354-9.

Повний текст джерела
Анотація:
Latar belakang. Rasio neutrofil dan limfosit (NLCR) memiliki potensi sebagai prediktor bakteremia pada pasien dengan infeksi yang didapat di masyarakat. Insidensi bakteremia, atau adanya bakteri hidup dalam darah, mencapai sekitar 1% kasus pada populasi. Angka kematian mencapai 25%-30% dan meningkat hingga 50% pada sepsis berat.Tujuan. Untuk mengetahui hubungan rasio neutrofil dan limfosit (NLCR) dengan kejadian infeksi bakteri.Metode. Sebuah studi kasus-kontrol dilakukan dengan meninjau rekam medis di RSUP Sanglah, Denpasar, pada periode Januari 2016 hingga Maret 2018. Data yang diambil adalah usia, jenis kelamin, kadar WBC, Neutrofil, limfosit, monosit, platelet, dan kultur darah. Kemudian dilakukan analisis hubungan antara rasio neutrofil dan limfosit terhadap infeksi aliran darah.Hasil. Selama periode studi didapatkan 98 pasien dengan hasil kultur positif dan 100 pasien dengan hasil kultur negatif. Dari total subjek yang dianalisis, didapatkan 116 (58,5%) subjek laki-laki dan 82 (40,9%) subjek perempuan. Median usia pada kelompok kasus adalah 12 bulan, sedangkan median usia pada kelompok kontrol adalah 24 bulan. Analisis kurva ROC menunjukkan nilai cut-off optimal untuk NLCR adalah 4,67. Rasio odd untuk hubungan antara NLCR dengan kejadian infeksi bakteri adalah 3,24 (95% IK 1,74 – 5,92) dan adjusted odds ratio sebesar 3,49 (95% IK 1,83-6,64).Kesimpulan. Nilai NLCR ≥4,67 merupakan faktor risiko untuk infeksi aliran darah yang berkembang. Hasil ini dapat digunakan sebagai titik potong untuk antibiotik yang awalnya diberikan untuk mencegah prognosis yang buruk (sepsis, kegagalan organ multipel, dan kematian).
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
20

Hafniana and Hasanul Arifin. "Perbandingan Efek Sevofluran dengan Halotan terhadap Jumlah Neutrofil." Jurnal Anestesi Perioperatif 5, no. 3 (December 2017): 187–91. http://dx.doi.org/10.15851/jap.v5n3.1169.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
21

Mujab, Saiful, and Wistiani Wistiani. "Perbandingan Fungsi Fagositosis Neutrofil pada Sindrom Nefrotik Resisten Steroid dengan Sindrom Nefrotik Sensitif Steroid." Sari Pediatri 17, no. 3 (November 8, 2016): 210. http://dx.doi.org/10.14238/sp17.3.2015.210-5.

Повний текст джерела
Анотація:
Latar belakang. Pasien sindrom nefrotik (SN) mempunyai kelainan fungsi sistem kekebalan tubuh karena kurang protein opsonindan reseptornya. Anak dengan sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) mempunyai prognosis yang lebih buruk dibandingkandengan sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS). Salah satu gangguan sistem imun yang pernah diteliti antara lain fungsi fagositosisneutrofil, tetapi hasilnya tidak konsisten.Tujuan. Membandingkan fungsi fagositosis neutrofil pada anak penderita SNRS dengan SNSS.Metode. Desain cross sectional dengan 2 kelompok, yaitu SNRS dan SNSS. Penelitian dilakukan di RS Dr. Kariadi Semarang padabulan Mei 2013 dengan pengambilan sampel secara consecutive sampling. Fungsi fagositosis neutrofil diukur dengan metode latexyang dinyatakan sebagai indeks fagositosis. Analisis statistik dikerjakan dengan Mann Whitney test.Hasil. Didapatkan 18 anak dengan SN yang terdiri atas 10 anak SNSS, serta 8 anak SNRS. Rerata indeks fagositosis neutrofildari kelompok SNSS lebih rendah daripada anak sehat, tetapi perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Rerata indeks fagositosisneutrofil dari kelompok SNRS bermakna secara statistik lebih rendah daripada anak sehat, tetapi tidak ada perbedaan yang bermaknasecara statistik antara kelompok SNRS dibandingkan dengan kelompok SNSS.Kesimpulan. Tidak ada perbedaan antara fungsi fagositosis neutrofil pada anak penderita SNRS dibandingkan dengan SNSS.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
22

Adyasa Manggala Putra, Idham, Dian Adi Syahputra, Muhammad Yusuf, Muntadhar Muhammad Isa, Safrizal Rahman, and Jufriady Ismy. "Uji Diagnostik Rasio Neutrofil-Limfosit Pada Apendisitis Akut Di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh." Journal Of The Indonesian Medical Association 71, no. 4 (September 21, 2021): 170–76. http://dx.doi.org/10.47830/jinma-vol.71.4-2021-426.

Повний текст джерела
Анотація:
Pendahuluan: Apendisitis akut adalah inflamasi yang terjadi pada apendiks vermiformis. Respon inflamasi pada apendisitis akut ditandai dengan aktivasi efektor seluler dan molekuler, termasuk rekrutmen dan aktivasi neutrofil. Rasio Neutrofil-Limfosit (RNL) adalah perbandingan jumlah neutrofil dengan limfosit digunakan sebagai tolak ukur sederhana. Metode: Penelitian uji diagnostik observasional analitik, desain studi cross sectional retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien apendisitis akut di RSU Zainal Abidin tahun 2018-2019. Subjek saat kedatangan dilakukan pemeriksaan darah, kemudian dihitung RNL, hasil hitung RNL dibandingkan dengan pemeriksaan patologi anatomi posapendektomi. Data dianalisis dengan analisis statistik deskriptif, kurva ROC dan uji diagnostik. Hasil: Sebanyak 176 pasien yang datang ke IGD dengan diagnosis apendisitis akut, didapatkan usia terbanyak 17-25 tahun (31,2%), 81 orang penderita laki-laki (46%), 95 orang penderita perempuan (54%). Dari hasil patologi anatomi (PA) terdapat 129 apendisitis akut dan 47 apendisitis kronik. Dari AUC ROC 0,96 didapatkan cut off point RNL > 3,209. Uji diagnostic didapatkan nilai sensitivitas 83,72% spesifisitas 82,98%, nilai duga positif 97,71% dan nilai duga negatif 65,00% dengan akurasi 83,52%. Kesimpulan: NLR dapat mendiagnosis apendisitis akut dengan NLR > 3,209, sensitivitas 93,72%, spesifisitas 82,98%.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
23

Asri, Rizky, Victor Pontoh, and Marselus Merung. "Neutrofil Darah Tepi pada Pasien Kanker Payudara Stadium Lanjut Sebelum dan Sesudah Dilakukan Tindakan." JURNAL BIOMEDIK (JBM) 11, no. 1 (March 4, 2019): 62. http://dx.doi.org/10.35790/jbm.11.1.2019.23213.

Повний текст джерела
Анотація:
Abstract: Worldwide, there were around 2.1 million breast cancer cases diagnosed in 2018. There was nearly 1 of 4 cancer cases among women with an incidence of 38,1 per 100.000 and mortality of 14,1 per 100.000. This study was aimed to determine whether there was a change in response score of systemic inflammation by using peripheral blood neutrophil level in female patients with advanced stage of breast cancer before and after treatment. This was an interventional analytical study with a cross sectional design, conducted at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. The results showed that there were 43 patients in the period of May 2018 to August 2018. The youngest age was 34 years and the oldest age was 70 years with a mean of 52.16 years (SD±10.002). The most frequent stage was III B (58.1%), followed by IIIC (25.6%), IIIA (11.6%), and IV (4.7%). Before treatment, the highest level of neutrophil was 55%, the lowest level was 12%, with a mean of 27.84% (SD±10.005). After treatment, the highest level of neutrophil was 45%, the lowest level was 11%, with a mean of 22.7% (SD±6.635). The paired-t test showed a very significant difference in peripheral blood neutrophil level between before and after treatment (P<0.001). Conclusion: There was a significant decrease of peripheral blood neutrophil level in breast cancer patients after treatment.Keywords: plasma neutrophil, advanced stage of breast cancerAbstrak: Di seluruh dunia, terdapat sekitar 2,1 juta kasus kanker payudara wanita yang didiagnosis pada tahun 2018, serta terhitung hampir 1 dari 4 kasus kanker di kalangan wanita dengan insidensi 38,1 per 100.000 dan kematian sebanyak 14,1 per 100.000. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menilai adanya perubahan skor respons peradangan sistemik dengan menggunakan kadar neutrofil darah tepi pada pasien kanker payudara stadium lanjut sebelum dan setelah terapi. Jenis penelitian ialah intervensional analitik dengan desain potong lintang, yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian mendapatkan 43 pasien sejak Mei 2018 s/d Agustus 2018. Usia termuda 34 tahun dan usia tertua 70 tahun dengan rerata usia 52,16 tahun (SD±10,002). Stadium terbanyak ialah stadium IIIB (58,1%), diikuti stadium IIIC (25,6%), stadium IIIA (11,6%), dan stadium IV (4,7%). Sebelum dilakukan tindakan didapatkan kadar neutrofil tertinggi 55%, kadar terendah 12%, dan rerata 27,84% (SD±10,005). Setelah dilakukan tindakan didapatkan kadar neutrofil tertinggi 45%, terendah 11%, dan rerata 22,7% (SD±6,635). Hasil uji t berpasangan mendapatkan perbedaan yang sangat bermakna dari kadar neutrofil sebelum dan sesudah terapi (P<0,001). Simpulan: Terdapat penurunan bermakna dari kadar neutrofil darah tepi pada pasien kanker payudara setelah dilakukan tindakan.Kata kunci: neutrofil darah tepi, kanker payudara stadium lanjut
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
24

Cabañas-Perianes, V., M. Berenguer Piqueras, E. Salido-Fiérrez, and J. M. Moraleda Jiménez. "Paciente con leucocitosis persistente y neutrofilia." Medicine - Programa de Formación Médica Continuada Acreditado 11, no. 21 (November 2012): 1326.e1–1326.e4. http://dx.doi.org/10.1016/s0304-5412(12)70458-4.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
25

Snchez-Valle, M. E., and F. Hernndez Navarro. "Protocolo diagn?stico de la neutrofilia." Medicine - Programa de Formaci?n M?dica Continuada Acreditado 9, no. 21 (November 2004): 1359–61. http://dx.doi.org/10.1016/s0211-3449(04)70207-6.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
26

Amanda, Devinqa Adhimah. "Rasio Neutrofil-Limfosit pada Covid-19; Sebuah tinjauan literatur." Wellness And Healthy Magazine 2, no. 2 (August 29, 2020): 219–23. http://dx.doi.org/10.30604/well.0202.8200100.

Повний текст джерела
Анотація:
Pada akhir bulan Desember 2019 di Wuhan didapati sekelompok pasien dibawa ke rumah sakit dengan diagnosis awal berupa pneumonia disertai dengan etiologi yang belum diketahui. Setelah diteusuri kembali, mereka memiliki keterkaitan dengan pasar tradisional di Wuhan yang menjual makanan laut dan beberapa satwa. Setelah diidentifikasi SARS-CoV2 merupakan penyebabnya, dengan penyakit yang disebut COVID-19. Batuk dan demam adalah gejala klinis utama dari COVID-19. Pada umumnya gejala klinis COVID-19 dialami ringan, namun terdapat beberapa pasien seiring berjalan penyakit jatuh ke kondisi yang berat. Rasio neutrofil-limfosit diketahui memiliki kemampuan untuk menggambarkan proses derajat penyakit dalam berbagai situasi klinis. Peningkatan rasio neutrofil-limfosit dapat digunakan sebagai penanda prognosis yang independen pada pasien COVID-19. Penilaian rasio neutrofil-limfosit dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan penanganan yang lebih tepat pada pasien sehingga meningkatkan kapasitas klinisi dalam evaluasi pasien COVID-19. Abstract: At the end of December 2019 in Wuhan, a cluster of patients were admitted to the hospital with initial diagnosis as pneumonia with the etiology remained unknown. After being traced back, they were linked to the traditional market in Wuhan that sell seafood and some animals. SARS-CoV2 was identified as a cause of this condition, with COVID-19 is the name of the disease. Both cough and fever are the main clinical symptoms of COVID-19. In general, clinical symptoms of COVID-19 is mild, but there were some patients as the disease progresses fall into severe conditions. The neutrophil-lymphocyte ratio is known to have the capability to describe the degree of disease in many clinical conditions. The escalation in the neutrophil-lymphocyte ratio is used as an independent marker for prognosis inpatient of COVID-19. Assessment of neutrophil-lymphocyte ratio could be taken into consideration in determining the more appropriate treatment inpatient thereby increasing the capacity of clinicians in the evaluation of COVID-19 patients.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
27

Santosa, Christin Marganingsih, Fajar Budi Lestari, Rini Widayanti, and Siti Isrina Oktavia Salasia. "Klasterisasi Staphylococcus aureus Resisten Neutrofil Berdasar Assesory Gene Regulator." Jurnal Sain Veteriner 38, no. 2 (August 1, 2020): 95. http://dx.doi.org/10.22146/jsv.50653.

Повний текст джерела
Анотація:
Staphylococcus aureus is recognized worldwide as a major pathogen causing subclinical intramammary infections in dairy cows and food poisoning due to its ability to produce enterotoxin. The study aimed to identify enterotoxins of S. aureus and clustering the enterotoxins based on assessory gene regulator (agr). Virulence of S. aureus to the host was characterized based on the response of polymorphonuclear cells to the infection. Twelve S. aureus could be isolated from milk cows in central of dairy farming in Sumedang West Java. The identification of S. aureus was based on cultural and biochemical tests and an amplification of a specific section of the 23S rRNA gene. The sensitivity test against antibiotics revealed that some isolates of S. aureus were resistant to penicillin and methycillin. By PCR amplification one or more staphylococcal enterotoxin genes could be observed five genes in combinations of sea (216 bp), seb (478 bp), seh (375 bp), sei (576 bp), and sej (142 bp). Clustering of S. aureus based on the assesory gene regulator could be grouped into 4 clusters for agr1 (1 isolat), agr2 (2 isolates), in combination for agr1 and agr2 (1 isolate), and for non agr (2 isolates). Based on the response of polymorphonuclear cell in vitro and in vivo assays, revealed that S. aureus strain I-2 (agr1 cluster) and P1 (agr1+agr2 cluster) were more resistant to polymorphonuclear cells and could survive intracellularly, indicated that these strains could be used as proper candidates to develop dignostic tool based on agr against staphylococcal mastitis.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
28

Tanjung, Adek Herlina, Nurnaningsih Nurnaningsih, and Ida Safitri Laksono. "Jumlah Leukosit, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit sebagai Prediktor Infeksi dengue pada Anak dengan Gizi Baik di Fasilitas Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas." Sari Pediatri 17, no. 3 (November 8, 2016): 175. http://dx.doi.org/10.14238/sp17.3.2015.175-9.

Повний текст джерела
Анотація:
Latar belakang. Infeksi virus dengue merupakan mosquito borne disease yang sering dijumpai di dunia. Demam pada awal sakitkarena infeksi dengue dan bukan dengue sangat sulit dibedakan. Di fasilitas kesehatan dengan sumber daya terbatas diperlukanpemeriksaan darah sederhana untuk membantu mendiagnosis dengue. Jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit pada awalpenyakit dapat membantu memprediksi diagnosis dengue.Tujuan. Mengetahui apakah jumlah leukosit, neutrofil, monosit, dan limfosit pada anak dengan gizi baik dapat digunakan sebagaiprediktor untuk infeksi dengue di fasilitas kesehatan terbatas.Metode. Nested case control yang terdapat dalam rancangan kohort. Digunakan data rekam medis Januari 2009 sampai Januari2011. Dilihat perbedaan pada hari ke-3 dan 4 jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit antara kelompok infeksi denguedan non dengue menggunakan chi square dan regresi logistik.Hasil. Terdapat 124 anak dengan gizi baik, terdiri atas masing-masing 62 anak kelompok dengue dan non dengue. Leukopenimerupakan prediktor untuk mendiagnosis dengue pada hari ke-3 demam dengan adjusted odds ratio 10,32 (IK 95% 4,31-24,53;p=0,001). Pada hari ke-4 demam, leukopeni dan limfositosis adalah prediktor untuk mendiagnosis dengue dengan adjusted oddsratio 13,84 (IK95% 4,92-38,88; p=0,001) dan 4,66 (IK95% 1,73-12,59; p=0,002).Kesimpulan. Leukopeni dan limfositosis pada anak dengan gizi baik merupakan prediktor untuk mendiagnosis infeksi denguepada awal demam.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
29

Mus, Rosdiana, Thaslifa Thaslifa, Mutmainnah Abbas, and Yanti Sunaidi. "Studi Literatur: Tinjauan Pemeriksaan Laboratorium pada Pasien COVID-19." Jurnal Kesehatan Vokasional 5, no. 4 (January 23, 2021): 242. http://dx.doi.org/10.22146/jkesvo.58741.

Повний текст джерела
Анотація:
Latar Belakang: Penyakit Corona virus 19 (COVID-19) yang disebabkan oleh SARS-COV-2 terjadi melalui droplet dengan menyerang saluran pernafasan melalui reseptor ACE2, menyebabkan pneumonia berat yaitu Acute Respiratory Distress Syndrome. Pemeriksaan laboratorium penting dalam menunjang diagnosis dan menilai prognosis penyakit COVID-19.Tujuan: Tinjauan ini menjelaskan peran diagnosis dan prognosis pengembangan COVID-19 pada tes laboratorium berdasarkan kemajuan penelitian terbaru SARS-CoV-2 yang telah dilaporkan.Metode: Penelitian bersifat studi literatur dengan menggunakan data sekunder. Sumber data penelitian berasal dari e-journal yaitu Google Scholar, Open Access, dan PubMed Central yang dilakukan skrining berdasarkan kata kunciHasil: Pemeriksaan imunoserologi menunjukan IgM dan IgG muncul secara berurutan pada hari ke 12 dan 14 setelah terinfeksi. Pemeriksaan hematologi melaporkan peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan jumlah limfosit. NLR tinggi pada pasien yang parah. Pemeriksaan kimia klinik menunjukan penurunan albumin, peningkatan CRP, LDH, kreatinin, AST dan ALT.Kesimpulan: Pemeriksaan imunoserologi dilakukan dengan pemeriksaan sel T, sel B serta menilai kadar immunoglobin (IgM dan IgG). Parameter hematologi digunakan untuk memprediksi keparahan COVID-19, termasuk limfosit, leukosit dan neutrofil. Peningkatan neutrofil-leukosit rasio (NLR) dapat digunakan sebagai marker untuk menilai faktor risiko COVID-19. Pada pemeriksaan kimia klinik ditemukan peningkatan kadar pada parameter fungsi hati, fungsi jantung, analisa gas darah dan penanda inflamasi.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
30

Rosary, Rosary, and Hikari Ambara Sjakti. "Penggunaan Granulocyte Colony-Stimulating Factor pada Pasien Tumor Padat yang Mengalami Neutropenia." Sari Pediatri 11, no. 6 (November 23, 2016): 428. http://dx.doi.org/10.14238/sp11.6.2010.428-33.

Повний текст джерела
Анотація:
Infeksi yang terkait dengan neutropenia pasca kemoterapi merupakan salah satu penyebab morbiditas danmortalitas yang cukup sering pada pasien kanker. Neutropenia pasca kemoterapi selain akan memperpanjanglama rawat dan meningkatkan risiko infeksi, juga menyebabkan tertundanya pemberian kemoterapi danpengurangan dosis kemoterapi. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kesintasan pasien.Hematopoietic growth-stimulating factor adalah sitokin yang mengatur proliferasi, diferensiasidan fungsi sel hematopoietik. Penggunaan granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) dan granulocytemacrophagecolony-stimulating foctor(GM-CSF) saat ini banyak diteliti pada pasien kanker yang berisikomengalami neutropenia. Pemberian G-CSF pada manusia menyebabkan peningkatan neutrofil yangbersirkulasi karena berkurangnya masa transit dari sel induk menjadi neutrofil matur, oleh karenanyazat ini sering dipakai untuk mengatasi neutropenia. Tujuan penulisan untuk mengetahui kegunaanyapada pasien tumor padat yang mengalami neutropenia.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
31

Purwadi, Joko, Sugiyarto Sugiyarto, and Rosiana Aprilia. "Evaluasi Kinerja Daun Meniran dan Daun Seledri Pada Darah, Hati dan Ginjal dengan Menggunakan Metode Response Surface." Jurnal Sains Matematika dan Statistika 7, no. 1 (January 1, 2021): 10. http://dx.doi.org/10.24014/jsms.v7i1.12433.

Повний текст джерела
Анотація:
Penelitian ini membahas megenai evaluasi kinerja daun Meniran dan daun Seledri pada organ darah, hati dan ginjal. Sampel pada daun Meniran dan daun Seledri masing–masing diambil sebesar 100 mg/BB dan 50 mg/BB. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode response surface. Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu eksperimen orde I merupakan tahap penyaringan faktor (screening) dan ekperimen orde II yang merupakan tahap optimalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang sesuai dan menghasilkan model yang optimal yaitu pada organ darah pada komponen trombosit dan pada komponen Neutrofil . Kondisi optimal pada komponen trombosit memberikan respon sebesar dengan kombinasi Meniran sebesar mg/BB dan Seledri sebesar mg/BB, sedangkan kondisi optimal pada komponen Neutrofil sebesar mcl kombinasi Meniran sebesar mg/BB dan Seledri sebesar mg/BB.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
32

Ferro, G. "Vasculite con doppia positività ANCA, anti MBG: è la stessa entità clinica o patologie distinte?" Giornale di Clinica Nefrologica e Dialisi 22, no. 3 (January 24, 2018): 1–3. http://dx.doi.org/10.33393/gcnd.2010.1219.

Повний текст джерела
Анотація:
È descritto il caso di una paziente con Sindrome pulmorenale e doppia positività sia per anticorpi antimembrana basale glomerulare (anti MBG) che per anticorpi anti citoplasma dei neutrofili (ANCA), quest'ultima positività evidenziatasi solo successivamente nel corso dell'evoluzione della malattia.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
33

Purnamasari, Risa. "Polisakarida Krestin dari Jamur Coriolus versicolor terhadap hitung Jenis Leukosit Mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis." BIOTROPIC The Journal of Tropical Biology 1, no. 2 (August 19, 2017): 16–30. http://dx.doi.org/10.29080/biotropic.2017.1.2.16-30.

Повний текст джерела
Анотація:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran polisakarida krestin (PSK) dengan waktu pemberian yang berbeda terhadap hitung jenis leukosit mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit betina dewasa jenis Mus musculus strain BALB/C, berumur 8-10 minggu, berat badan berkisar 25-30 g. Polisakarida krestin (PSK) diisolasi dari Coriolus versicolor yang diperoleh dari alam. Infeksi menggunakan Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv (ATCC 27294 T). Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 6 kelompok sebagai berikut: kelompok I, hanya diberi akuades; kelompok II, hanya pemberian PSK; kelompok III, hanya dengan infeksi Mycobacterium tuberculosis; kelompok IV, pemberian PSK sebelum infeksi Mycobacterium tuberculosis; kelompok V, pemberian PSK sesudah infeksi Mycobacterium tuberculosis; kelompok VI, pemberian PSK sebelum dan sesudah infeksi Mycobacterium tuberculosis. Pemberian PSK dilakukan selama 7 hari berturut-turut melalui gavage. Infeksi Mycobacterium tuberculosis dilakukan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 1 minggu melalui intraperitoneal. Hitung jenis leukosit dilakukan dengan mengelompokan masing-masing jenis leukosit dalam 100 sel leukosit pada apusan darah, dan data hasil pengamatan dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis, kemudian untuk mengetahui signifikansi dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Secara keseluruhan penelitian menunjukkan presentase jenis leukosit dengan jumlah tertinggi adalah neutrofil. Pada kelompok VI presentase monosit dan neutrofil meningkat melebihi normal, sedangkan presentase limfosit menurun, dan presentase basofil dan eosinofil tidak mengalami perubahan. Kesimpulan penelitian ini adalah PSK meningkatkan jumlah leuksosit mencit jenis neutrofil dan monosit pada waktu sebelum dan sesudah infeksi Mycobacterium tuberculosis
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
34

Hendrajid, Zulhaimi, Yuniasih M. J. Taihuttu, Parningotan Y. Silalahi, Laura B. S. Huwae, and Vina Z. Latuconsina. "JENIS LEUKOSIT MENCIT (Mus musculus) PASCA STRES AKUT DENGAN PERLAKUAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA (Myristica fragrans Houtt)." PAMERI: Pattimura Medical Review 2, no. 2 (January 19, 2021): 103–16. http://dx.doi.org/10.30598/pamerivol2issue2page103-116.

Повний текст джерела
Анотація:
Glukokortikoid merupakan salah satu jenis hormon stres yang akan menekan respons imun normal dengan jalan memblokade program sel T helper satu yang merupakan penghasil interferon gamma. Glukokortikoid dapat memberikan dampak terhadap penurunan bobot badan, penurunan sistem imunitas tubuh, dan perubahan diferensiasi leukosit. Pala (Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman tradisional Maluku dan mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat bersifat sebagai imunomodulator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis leukosit mencit yang diinduksi stres dan diberi ekstrak etanol biji pala. Penelitian ini merupakan eksperimen murni dengan desain post test only control group design. Mencit sebanyak 30 ekor di bagi menjadi lima kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol normal (KN), kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), ekstrak etanol biji pala konsentrasi 4% (P1) dan 16% (P2). Pada K-, K+, P1 dan P2 diberi perlakuan stres dengan metode FST (Forced Swim Test) selama enam menit. Kemudian, pada kelompok K+ diberi obat alprazolam dosis 0,2 ml, P1 dan P2 diberi ekstrak etanol biji pala sebanyak 0.5 ml. Perlakuan diberikan selama 7 hari dan pada hari ke-8 dilakukan koleksi darah mencit intrakardial. Data hasil pengamatan dianalisis dengan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan kelompok P1 dapat menurunkan persentase neutrofil, meningkatkan persentase monosit dan limfosit, sedangkan pada P2 dapat menurunkan persentase neutrofil dan monosit, meningkatkan persentase limfosit dan tidak berpengaruh terhadap persentase eosinofil dan basofil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ektsrak etanol biji pala tidak berpengaruh signifikan terhadap rata-rata persentase neutrofil, monosit, limfosit, eosinofil dan basofil (p>0,05).
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
35

Erianto, Mizar, Zulhafis Mandala, and Rio Chairul Anam. "Hubungan Jumlah Kadar Limfosit dan Neutrofil Segmen Pada Apendisitis Akut." Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada 12, no. 2 (December 31, 2020): 1088–93. http://dx.doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.473.

Повний текст джерела
Анотація:
Appendisitis merupakan salah satu kasus tersering dalam bidang bedah abdomen yang menyebabkan nyeri abdomen akut dan memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya seperti gangrenosa, perforasi bahkan dapat terjadi peritonitis generalisata. Apendisitis dapat ditemukan pada laki-laki maupun perempuan dengan risiko menderita apendisitis selama hidupnya mencapai 7-8%. Insiden tertinggi dilaporkan pada rentang usia 20-30 tahun. Metodologi: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain studi cross sectional menggunakan rekam medik sebagai data Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita Apendisitis yang tercatat dalam rekam medis. Data analisis menggunakan uji spearman. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 26 orang dengan presentase 65% yang memiliki angka limfosit yang abnormal. sebanyak 31 orang dengan presentase 77,5% yang memiliki angka netrofil yang abnormal. Pada variabel netrofil dengan kejadian appendisitis dengan mengunakan uji Spearman diperoleh nilai p value = 0,005 (p < 0,05). Pada variabel limfosit dengan kejadian appendisitis dengan menggunakan uji spearman diperoleh nilai p value = 0,058 (p < 0,05). Kesimpulan: Pada variabel netrofil dengan appendisitis terdapat hubungan yang signifikan. Sedangkan pada variabel limfosit dengan kejadian apppendisitis tidak terdapat hubungan yang signifikan.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
36

Widhyari, Sus Derthi, Setyo Widodo, I. Wayan Teguh Wibawan, Anita Esfandiari, and Chusnul Choliq. "PROFILES OF TOTAL LEUCOCYTES AND NETROPHILES LYMPHOCYTES RATIO IN PREGNANT ETAWAH CROSSBRED GOATS." Jurnal Veteriner 21, no. 4 (December 30, 2020): 581–87. http://dx.doi.org/10.19087/jveteriner.2020.21.4.581.

Повний текст джерела
Анотація:
This research aimed to determine the profiles of total leukocytes and neutrophil -lymphocyte ratio (N/L) in pregnant etawah crossbreed goats. Six etawah crossbreed goats around 3-6 years old and body weight around 30-50 kg were used in this study. Blood samples were taken from jugulars vein in non pregnant (K), and at gestational age 12, 14, 16 and 18 weeks. Blood is inserted into a tube that contains EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid) anticoagulant to obtain whole blood. Whole blood were analyzed to total leukocyte cells and leukocyte types. The results showed that total leukocytes profiles tend to increase during pregnancy. Lymphocytes stable until 16 weeks of pregnancy and tends to decrease at the end of pregnancy. The N/L ratio increase at the end of pregnancy, this condition indicates an increase in the number of neutrophils accompanied by decreased lymphocyte cells and can be found in etawah crossbreed at 18 weeks of gestation.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
37

Kartikadewi, Arum, and Ardhea Jaludamascena. "Pengaruh Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L), Merr) Terhadap Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) Pada Mencit BALB/C Yang Diinfeksi Salmonella Typhimurium." MEDICA ARTERIANA (Med-Art) 1, no. 1 (April 23, 2019): 22. http://dx.doi.org/10.26714/medart.1.1.2019.22-28.

Повний текст джерела
Анотація:
Latar BelakangRasio netrofil limfosit merupakan parameter yang mudah dan murah untuk mengukur respon inflamasi terhadap Salmonela thypimurium. Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) secara empiris digunakan untuk obat antibakteri dan anti inflamasi karena kandungan flavonoidnya. Penelitian bertujuan membuktikan pengaruh pemberian ekstrak bawang dayak terhadap Netrofil limfosit rasio (NLR) Mencit Balb/C yang dinfeksi Salmonella typimuriumMetodeDesain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan dengan menilai preparat sediaan apus darah tepi penelitian sebelumnya. Sediaan apus darah tepi didapatkan dari 24 ekor tikus yang terbagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu 3 kelompok tikus yang diinfeksi Salmonella typhimurium dosis 105CFU secara intraperitoneal (K+, P1 dan P2) dan 1 kelompok yang tidak diberikan perlakuan apapun (K-). Kelompok P1 diberi terapi ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 3,03mg/20gr.BB dan kelompok P2 diberi dosis 6,06 mg/20gr.BB selama 7 hari. Treatment diberikan 1 kali/ perhari 12 jam paska infeksi Salmonella typhimurium. Jumlah neutrofil dan jumlah limfosit didapatkan dengan penghitungan manual. Nilai NLR adalah jumlah neutrofil dibagi jumlah neutrofil. Uji rerata beda NLR dilakukan dengan one way anova dilanjutkan dengan post hoc LSD HasilRerata NLR tiap kelompok adalah (K-): 1,03+ 0,09; (K+): 1,35+0,18;( P1): 0,86+0,05 dan (P2): 1,19 +0,22. Rerata NLR antar kelompok berbeda bermakana (p=0,001). Perbedaan tersebut terlihat jelas di antara kelompok K- dan K+ (p= 0,002); antara kelompok P1 dan K+ (p=0,001) dan antara kelompok P1 dengan P2 (p=0,01).KesimpulanPemberian ekstrak bawang dayak dosis 3,03 mg/20gr.BB berpengaruh terhadap NLR mencit BALB/C yang diinfeksi Salmonela thypimurrium
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
38

Bastiawan, Dayat, Taukhid Taukhid, Mohamad Alifuddin, and Tri S. Dermawati. "PERUBAIIAN HEMA'TOLOGI DAN JARINGAN IKAN LELE DUMBO Clarias gariepinus YANG DIINFEKSI CENDAWA(Aphanomyces spt." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 1, no. 2 (April 18, 2017): 106. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.1.2.1995.106-115.

Повний текст джерела
Анотація:
Tuiuh puluh ekor lele dumbo dikerok begian punggungnya, spora cendawan Aphanomyces sp. diinfeksikan dengan kepadatan 200 spora/ml, Setiap dua hari sekalidilakukan pengambilan sampel untuk pembuatan histologi dan pengamatan perubahangembaren dareh meliputi: kadar hematokrit, haemoglobin, iumlah eritrosit dandiferensisi leukosit meliputi limfosit, monosit den neutrofil.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
39

Berenguer Piqueras, M., M. Blanquer Blanquer, F. Labaddia, and J. M. Moraleda Jiménez. "Protocolo diagnóstico de la neutrofilia aguda y crónica." Medicine - Programa de Formación Médica Continuada Acreditado 11, no. 21 (November 2012): 1313–16. http://dx.doi.org/10.1016/s0304-5412(12)70455-9.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
40

Sugiani, Desy, Sukenda Sukenda, Enang Harris, and Angela Mariana Lusiastuti. "PENGARUH KO-INFEKSI BAKTERI Streptococcus agalactiae DENGAN Aeromonas hydrophila TERHADAP GAMBARAN HEMATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI IKAN TILAPIA ( Oreochromis niloticus )." Jurnal Riset Akuakultur 7, no. 1 (April 30, 2012): 85. http://dx.doi.org/10.15578/jra.7.1.2012.85-91.

Повний текст джерела
Анотація:
Karakteristik hasil ko-infeksi buatan dari penyakit Streptococcosis dan MAS (Motile Aeromonas Septicemia) dapat dilihat dengan menggunakan parameter gambaran hematologi dan histopatologi. Ikan tilapia (Oreochromis niloticus) ukuran 15 g diinfeksi secara intra peritoneal dengan bakteri Streptococcus agalactiae dan Aeromonas hydrophila menggunakan dosis LD50. Perubahan pertahanan non spesifik ikan terhadap infeksi patogen dilihat dengan mengamati level hematokrit, neutrofil, limfosit, monosit, dan indeks fagositik darah ikan tilapia yang diambil dari arteri caudalis pada hari ke-3, 6, 9, 12, dan 15 setelah infeksi. Hasil analisis perubahan level hematokrit dan limfosit lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, level neutrofil lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, dan level monosit dan indeks fagositik fluktuatif selama masa perlakuan memperlihatkan adanya homeostasi gambaran darah ikan terhadap serangan infeksi antigen. Hasil histopatologi organ ginjal, otak, hati, dan limfa memperlihatkan dua pola karakter luka. Pola pertama, luka yang focal sampai terlihat adanya inflamasi dan perdarahan. Pola kedua, luka yang multifocal, luka parah (acute), nekrotik, dan luka inflamasi yang mengakibatkan deformasi sel-sel organ.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
41

Aria, Mimi, Verawati Verawati, Afdhil Arel, and Monika Monika. "Uji Efek Antiinflamasi Fraksi Daun Piladang (Solenostemonscutellarioides (L.) Codd) terhadap Mencit Putih Betina." Scientia : Jurnal Farmasi dan Kesehatan 5, no. 2 (November 16, 2015): 84. http://dx.doi.org/10.36434/scientia.v5i2.27.

Повний текст джерела
Анотація:
Telah dilakukan penelitian terhadap efek antiinflamasi dari fraksi-fraksi daun piladang (Solenostemon scutellarioides (L) .Codd) pada mencit putih betina. Hewan percobaan dibagi atas 5 kelompok yaitu kelompok I (kontrol diberi NaCMC 0,5%), kelompok II ( pembanding diberi asetosal 130 mg / kgBB), kelompok III, IV dan V yang diberikan fraksi heksan, fraksi etil asetat dan fraksi butanol masing-masing dengan dosis 400 mg/kgBB. Metode yang digunakan adalah edema buatan dan kantong granuloma. Edema atau peradangan pada tikus diinduksi dengan menyuntikkan karagen 1% secara subkutan. Suspensi fraksi diberikan secara oral selama 4 hari. Parameter yang diamati adalah volume edema dan jumlah leukosit pada edema dan darah tikus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi daun piladang memberi efek yaitu mengurangi volume edema dan mempengaruhi jumlah sel leukosit pada edema dan darah seperti sel neutrofil segmen, neutrofil batang, monosit dan limfosit secara signifikan (P <0,05), sedangkan efek pada sel eosinofil tidak signifikan (P> 0,05). Dari semua fraksi diuji, dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat dan fraksi butanol memiliki aktivitas antiinflamasi
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
42

Luhulima, Danny, Marwito Marwito, and Eva O. "NEUTROPHIL-LYMPHOCYTE COUNT RATIO IN BACTERIAL SEPSIS (Rasio Neutrofil-Limfosit Pada Sepsis Bakterial)." INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY 23, no. 3 (April 14, 2018): 257. http://dx.doi.org/10.24293/ijcpml.v23i3.1204.

Повний текст джерела
Анотація:
Sepsis akibat infeksi bakteri merupakan masalah kegawatdaruratan medik yang serius sehingga memerlukan penanganan cepat dantepat. Saat ini C-RP (C- reactive protein) dan PCT (procalcitonin) sering digunakan sebagai petanda sepsis bakterial. Sepsis adalah infeksiyang disertai inflamasi sistemik. Respons fisiologis terhadap inflamasi sistemik adalah peningkatan jumlah neutrofil dan penurunanjumlah limfosit, sehingga gabungan perbandingan neutrofil dan limfosit Neutrophil Lymphocyte Count Ratio (NLCR)) dapat digunakansebagai petanda sepsis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepekaan dan kekhasana dari uji NLCR di pasien sepsis akibatinfeksi bakteri. Terdapat 70 pasien SIRS dengan rentang usia 14–70 tahun di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur dan RS FK - UKI Jakartamasa waktu bulan Juli–September 2015. Penelitian ini merupakan studi observasional komparatif dan potong lintang. Hasil penelitianmenunjukkan uji NLCR terhadap sepsis bakterial berdasarkan kurva ROC memiliki kepekaan 97,8% dan kekhasan 84,0% pada cutoff ≥6,4 (AUC: 0,94, nilai p<0,05). Neutrophil lymphocyte count ratio dapat diandalkan sebagai petanda sepsis bakterial dengan ujikepekaan dan kekhasan yang baik.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
43

Christian, Dewi Prima, I. Gede Suwedagatha, Nyoman Golden, and I. Ketut Wiargitha. "Validitas Rasio Neutrofil Limfosit pada Apendisitis Komplikata di RSUP Sanglah Denpasar." JBN (Jurnal Bedah Nasional) 1, no. 1 (January 7, 2017): 1. http://dx.doi.org/10.24843/jbn.2017.v01.i01.p01.

Повний текст джерела
Анотація:
Tujuan: untuk mengetahui validitas rasio neutrofil limfosit (RNL) pada apendisitis komplikata. Metode: penelitian dilakukan secara observasional analitik dengan menggunakan desain studi kohort dengan mengambil sampel penderita apendisitis akut yang menjalani apendisektomi di RSUP Sanglah Denpasar, periode Oktober-Desember 2015. Data dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu RNL dengan cut of point >5 dan RNL dengan cut of point ?5 dan kemudian disesuaikan dengan temuan pemeriksaan histopatologi anatomi sebagai standar baku emas, komplikata dan non-komplikata. Data tersebut kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif, analisis kurva ROC, dan uji diagnostik. Hasil: pada penelitian ini diperoleh 62 sampel, dengan median umur 23 tahun, 32 orang penderita laki-laki, 30 orang penderita perempuan, 28 apendisitis non-komplikata, dan 34 apendisitis komplikata. Dari area under curve ROC 0,6229 dengan 95% CI didapatkan cut of point RNL >5 pada apendisitis komplikata, RNL ?5 pada apendisitis non-komplikata. Uji diagnostik didapatkan nilai sensitivitas 85,3%, spesifisitas 39,3%, dan tingkat akurasi 64,5%. Simpulan: RNL merupakan tolak ukur sederhana yang lebih baik untuk meramalkan apendisitis akut dibandingkan dengan penilaian Alvarado Score dan USG abdomen serta valid untuk membedakan apendisitis komplikata dan non-komplikata melalui cut of point RNL.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
44

Adi, Darmadi. "STUDI NEUTROFIL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD PETALA BUMI PEKANBARU." Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik 6, no. 1 (May 6, 2021): 11–15. http://dx.doi.org/10.52071/jstlm.v6i1.72.

Повний текст джерела
Анотація:
Typhoid fever is an acute fever caused by the salmonella bacteria which attacks the digestive tract and other organs of the body. The purpose of this study was to determine the percentage of neutrophil stab and neutrophil segments in patients with typhoid fever with titers 1/320 and to determine the morphology of neutrophil segments in patients with typhoid fever with titers 1/320. The design of this research is descriptive research, a descriptive cross-sectional study. The place and time of the study were carried out at Pekanbaru Petala Bumi General Hospital in December 2018 - June 2019. The samples used were EDTA blood patients with typhoid fever with widal 1/320 titer as many as 10 samples with non probability sampling purposive sampling.The results of this study are Neutrophil stab with a value of 2-6% as many as 2 respondents, and a value of> 6% as many as 8 respondents. Whereas in segment neutrophils with a value of 50-70% as many as 5 respondents and<50% 5 respondents. The conclusion of this study is on acute bacterial infections, Neutrophils Stab (young Neutrophils) has increased which is usually called a leftward shift (Shift to the left).Core neutrophil segment abnormalities such as hypersegmentation usually occur in infections, this hypersegmentation disorder is caused by a disruption of the neutrophil nucleus during infection.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
45

Marpaung, Deni Rahman, Fajar Apollo Sinaga, Wiwik Rismadayanti, Mandike Ginting, and Khairani Fitri. "PENGARUH AKTIFITAS FISIK MAKSIMAL TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT PADA ATLET SOFTBALL." Sains Olahraga : Jurnal Ilmiah Ilmu Keolahragaan 2, no. 1 (April 6, 2019): 1. http://dx.doi.org/10.24114/so.v2i1.12870.

Повний текст джерела
Анотація:
Aktifitas fisik maksimal dapat mempengaruhi kesehatan dan performance atlet akibat meningkatnya produksi radikal bebas di dalam tubuh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh aktifitas fisik maksimal terhadap jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada Atlet Softball Putri Universitas Negeri Medan. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan penelitian one group pretest posttest. Jumlah sampel berjumlah 11 orang. Pengukuran kadar leukosit dan hitung jenis leukosit dilakukan sebelum dan setelah melakukan aktifitas fisik maksimal. Hasil penelitian diperoleh rerata jumlah leukosit pretest 8,37 dan posttest sebesar 13,03; rerata jumlah neutrofil pretest 56,45 dan posttest 46,27; rerata jumlah limfosit pretest 33,27 dan posttest 42,90; rerata monosit pretest 6,45 dan posttest 7,63; rerata jumlah eusinofil pretest 3,81 dan posttest 3,18. Hasil uji-t berpasangan menunjukan bahwa aktifitas fisik maksimal dapat meningkatkan jumlah leukosit dan limfosit secara siknifikan sedangkan jumlah monosit meningkat tetapi tidak signifikan. Aktifitas fisik makismal dapat menurunkan hitung jenis neutrofil dan eusinofil, sedangkan hitung jenis basofil tidak ada perubahan. Kesimpulan penelitian adalah aktifitas fisik maksimal dapat mempengaruhi jumlah leukosit dan hitunh\g jenis leukosit.Kata Kunci: Aktifitas fisik maksimal, leukosit, hitung jenis leukosit
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
46

Maryani, Maryani, and Rosdiana Rosdiana. "PERANAN IMUNOSTIMULAN AKAR KUNING Arcangelisia flava Merr PADA GAMBARAN AKTIVASI SISTEM IMUN IKAN MAS (Cyprinus carpio L)." Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia 8, no. 1 (June 22, 2020): 22–36. http://dx.doi.org/10.36706/jari.v8i1.10328.

Повний текст джерела
Анотація:
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas benih dari ikan budidaya adalah dengan meningkatkatkan respon imun sehingga kebal terhadap serangan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan respon imun non spesifik dari ikan mas dengan pemberian dosis optimum ekstrak Akar Kuning. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan dosis ekstrak Arcangelisia flava Merr., dimana perbedaan dosis tersebut adalah sebagai berikut : A = dosis 0 gr/kg pakan, B = dosis 2,5 gr/kg pakan, C = dosis 5,0 gr/kg pakan, D = dosis 7,5 gr/kg pakan, dan E = dosis 10,0 gr/kg pakan. Parameter utama yang diamati adalah pemeriksaan jumlah Hb, He, total eritrosit, total leukosit, persentase neutrofil, monosit, limfosit, dan tingkat kelangsungan hidup (SR). Pengambilan darah selama penelitian, dilakukan sebanyak dua kali,yaitu pengambilan darah yang pertama dilakukan pada hari ke-14 setelah diberi ekstrak akar kuning, dan pengambilan darah kedua pada hari ke-30 setelah diberi ekstrak akar kuning dan diinfeksi bakteri A.hydrophila. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Arcangelisia flava Merr. sebagai imunostimulan mempengaruhi jumlah Hb, He, total eritrosit, total leukosit, persentase neutrofil, monosit, limfosit dan tingkat kelangsungan hidup Cyprinus carpio L yang terinfeksi oleh Aeromonas hydropila.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
47

Cahyadi, Danang Dwi, Nurhidayat, Chairun Nisa', Supratikno, Savitri Novelina, and Heru Setijanto. "Morfofisiologi dan Profil Biokimia Darah Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus) dari Wilayah Pesisir Kabupaten Garut." Acta VETERINARIA Indonesiana 6, no. 1 (October 1, 2018): 51–59. http://dx.doi.org/10.29244/avi.6.1.51-59.

Повний текст джерела
Анотація:
Aktivitas terbang pada kelelawar membutuhkan energi paling banyak dibandingkan dengan aktivitas lokomosi lainnya. Morfofisiologi dan profil biokimia darah diduga memiliki peranan penting terhadap kemampuan terbang hewan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfofisiologi eritrosit dan profil biokimia darah P. vampyrus. Penelitian ini menggunakan 15 ekor kelelawar dewasa dengan bobot badan antara 669,7 g sampai 1211,5 g (x̄ = 957,51 ± 177,52 g). Sampel darah diambil secara langsung melalui ventrikel kiri jantung. Pengamatan dan pengukuran terhadap preparat ulas darah menunjukkan bahwa morfologi eritrosit P. vampyrus mirip dengan mamalia secara umum dan mempunyai diameter rata-rata 7,15 ± 0,45 µm. Koefisien variasi ukuran eritrosit (RDWc) hewan ini sebesar 18,11 ± 1,16%. Pemeriksaan hematologi yang dilakukan menggunakan automated counter menunjukkan bahwa total eritrosit (8,89 ± 1,36 106/µl), konsentrasi hemoglobin (14,33 ± 2,38 g/dl), dan nilai hematokrit (42,13 ± 6,49%) P. vampyrus relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mamalia pada umumnya. Neutrofil dan limfosit merupakan komponen yang mendominasi jumlah leukosit. Adapun persentase jumlah neutrofil lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah limfosit. Penelitian ini memberikan informasi dasar yang dapat mendukung penelitian terkait dengan kemampuan terbang dari P. vampyrus.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
48

Aria, Mimi, Epi Supri Wardi, and Sintia Putri Ayu. "Uji Efek Anti-inflamasi Ekstrak Etanol Daun Piladang (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.) yang diberikan secara Topikal terhadap Mencit Putih Betina." PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) 17, no. 1 (July 31, 2020): 71. http://dx.doi.org/10.30595/pharmacy.v17i1.5503.

Повний текст джерела
Анотація:
Uji efek anti-inflamasi ekstrak etanol daun piladang (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.) pada mencit putih betina telah dilakukan secara topikal menggunakan metode modifikasi yaitu pembentukan edema buatan dan kantong granuloma. Induksi dilakukan dengan menginjeksikan karagen 2% (b/v) dalam NaCl fisiologis secara subkutan. Pengujian dilakukan menggunakan hewan percobaan yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol, 1 kelompok pembanding, dan 3 kelompok perlakuan. Ekstraknya diberikan secara topikal dalam bentuk salep selama 4 hari dengan variasi konsentrasi 0,5; 1; dan 2%. Parameter yang diamati meliputi volume edema, jumlah sel leukosit pada edema dan darah mencit putih betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun piladang memberikan efek anti-inflamasi topikal. Hal ini dapat dilihat dari penurunan volume edema dan pengaruh terhadap sel leukosit pada cairan eksudat dan darah seperti neutrofil segmen, neutrofil batang, monosit serta limfosit secara bermakna (P<0,05). Sedangkan pengaruh pada sel eosinofil tidak bermakna (P>0,05). Efek maksimal dari anti-inflamasi didapatkan pada konsentrasi 2% dengan volume edema terendah 0,09 mL dan sama dengan efek anti-inflamasi hidrokortison asetat 2,5% dengan volume edema terendah 0,09 mL.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
49

Fonteque, Joandes H., Mere E. Saito, Graziela Barioni, Ana C. dos S. Valente, Regina K. Takahira, and Aguemi Kohayagawa. "Leucograma e metabolismo oxidativo de neutrófilos em cabras da raça Saanen nos períodos de gestação, parto e pós-parto." Pesquisa Veterinária Brasileira 33, suppl 1 (December 2013): 63–70. http://dx.doi.org/10.1590/s0100-736x2013001300011.

Повний текст джерела
Анотація:
O presente estudo teve como objetivo a avaliação do leucograma e do metabolismo oxidativo de neutrófilos em fêmeas caprinas da raça Saanen, nos períodos de gestação, parto e pós-parto. Amostras de sangue foram colhidas de 20 fêmeas nulíparas da raça Saanen, clinicamente sadias por venipunção jugular aos 49 (M1), 42 (M2), 35 (M3), 28 (M4), 21 (M5), 14 (M6), sete (M7), três (M8) dias antes do parto, no dia do parto (M9), três (M10) e sete (M11) dias após o parto, para a realização do leucograma e dosagens séricas de cortisol, estradiol e progesterona. A partir de 28 dias (M4) antes do parto até sete dias do pós-parto (M11) foram colhidas amostras de sangue para a avaliação do metabolismo oxidativo de neutrófilos por meio do teste de redução do tetrazólio nitroazul (NBT). Os resultados demonstraram que no dia do parto houve aumento nas concentrações séricas de cortisol e estradiol, e diminuição da progesterona, leucocitose por neutrofilia e desvio à esquerda leve, diminuição dos linfócitos, aumento da relação neutrófilo:linfócito, eosinopenia, monocitose e basofilia. No sétimo dia do pós-parto houve leucocitose por neutrofilia e aumento da relação neutrófilo:linfócito. Não houve nos períodos de gestação, parto e pós-parto alterações significativas no metabolismo oxidativo dos neutrófilos. Conclui-se que o parto determina elevação da concentração sérica de cortisol e estradiol, e diminuição da progesterona determinando quadro de leucocitose por neutrofilia e desvio à esquerda leve, com diminuição dos linfócitos, aumento da relação neutróflo:linfócito, eosinopenia, monocitose e basofilia. Ao sétimo dia do pós-parto há leucocitose por neutrofilia, aumento da relação neutrófilo:linfócito e do fibrinogênio. A gestação, o parto e o período do pós-parto não alteram o metabolismo oxidativo de neutrófilos avaliado por meio do teste de redução do NBT.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
50

Syaify, Ahmad. "Pengaruh Level HBA1C Terhadap Fungsi Fagositosis Neutrofil (PMN) pada Penderita Periodontitis Diabetika." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 19, no. 2 (August 19, 2016): 93. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.9375.

Повний текст джерела
Анотація:
Latar belakang. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit sistemik yang sangat terkait dengan meningkatnya keparahan penyakit periodontal. Pada penderita DM diduga kuat bahwa keparahan periodontitis disebabkan oleh gangguan fungsi leukosit. Sel neutrofil (PMN) diketahui berperan besar di dalam system pertahanan jaringan periodontal. Kontrol glikemik pada penderita DM dapat diketahui dengan pemeriksaan level HbA1c. Tujuan. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh level HbA1c pada penderita periodontitis diabetika terhadap fungsi fagositosis sel PMN. Bahan dan Cara. Sel PMN dari darah tepi 15 pasien periodontitis terdiri 5 periodontitis tana DM, 5 periodontitis diabetika terkontrol (HbA1c<7) dan 5 periodontitis diabetika tidak terkontrol (HbA1C>7) diuji aktivitas fagositosinya dengan partikel lateks. Fungsi fagositosis dihitung dengan rumus indeks fagositosis (IF). Hasil. Terdapat perbedaan significant IF sel PMN subyek periodontitis diabetika tidak terkontrol (HbA1c>7) dengan periodontitis non DM. IF tertinggi pada subyek periodontitis non DM dan tertinggi pada periodontitis diabetika tidak terkontrol (HbA1c>7). Kesimpulan. Level HbA1c berpengaruh terhadap fungsi fagositosis sel PMN yang dilihat dari indeks fagositosis (IF). Background. Diabetes mellitus is a systemic condition that has long been associated with an increased and severity of periodontal disease. The severity of periodontitis in diabetic patients was thought caused by decreation of leukocytes function. Polymorphonuclear leukocytes (PMN) play a key role in the maintenance of gingival (HbA1c) level. Aims. The objective of this study was to analyse the influence of HbA1C level to fagositosis index on diabetic periodontitis patients. Material and Methods. PMN were taken from peripheral blood of 15 periodontitis patients consisted of 5 subject with uncontrolled DM (HbA1c>7), 5 subject with controlled DM (HbA1c<7), and 5 subject non DM as control. Phagocytosis function were determined using latex particle and coaunted by phagocytosis index (PI). Results. These analysis revealed a significant (p<0.05) different of PI between diabetic periodontitis who have HbA1c>7 and periodontitis non diabetic subjects. The higest PI was on diabetic periodontitis with HbA1c level >7 and the lowest PI was on non diabetic subjects. Conclusion. Level of HbA1c on diabetic periodontitis patient influence to phagocytosis function of PMN.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Ми пропонуємо знижки на всі преміум-плани для авторів, чиї праці увійшли до тематичних добірок літератури. Зв'яжіться з нами, щоб отримати унікальний промокод!

До бібліографії