Academic literature on the topic '1293-1350'

Majapahit adalah salah satu kerajaan terbesar yang ada di bumi nusantara yang berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan di era kepemimpinan raja ke empat yaitu Hayam Wuruk yang berkuasa dari tahun 1350 sampai dengan 1389. Perancangan Karakter Tokoh Hayam Wuruk ditujukan untuk anak-anak, agar anak-anak memahami tentang sejarah, khususnya tokoh-tokoh penting dalam sejarah tersebut. Lebih khususnya lagi tentang sejarah keberadaan Hayam Wuruk sebagai raja keempat Majapahit yang membawa Majapahit pada puncak kejayaan. Animasi seMajapahit adalah salah satu kerajaan terbesar yang ada di bumi nusantara yang berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan di era kepemimpinan raja ke empat yaitu Hayam Wuruk yang berkuasa dari tahun 1350 sampai dengan 1389. Perancangan Karakter Tokoh Hayam Wuruk ditujukan untuk anak-anak, agar anak-anak memahami tentang sejarah, khususnya tokoh-tokoh penting dalam sejarah tersebut. Lebih khususnya lagi tentang sejarah keberadaan Hayam Wuruk sebagai raja keempat Majapahit yang membawa Majapahit pada puncak kejayaan. Animasi sebagai media kreatif sangat digemari oleh anak-anak karena tersaji dengan audio-visual sehingga lebih mudah diingat dan menarik. Melalui film animasi, selain dapat mengenalkan Hayam Wuruk sebagai raja keempat Majapahit, juga meningkatkan ketertarikan dan keingintahuan anak-anak pada budaya local. Dapat juga menjadi media edukasi dan hiburan yang bisa mengerakkan para anak-anak untuk kreatif. Oleh sebab itu, ke depannya dalam mengembangkan film animasi dapat mengadaptasi budaya lokal sehingga menjadi konten global yang diminati di seluruh dunia.bagai media kreatif sangat digemari oleh anak-anak karena tersaji dengan audio-visual sehingga lebih mudah diingat dan menarik. Melalui film animasi, selain dapat mengenalkan Hayam Wuruk sebagai raja keempat Majapahit, juga meningkatkan ketertarikan dan keingintahuan anak-anak pada budaya local. Dapat juga menjadi media edukasi dan hiburan yang bisa mengerakkan para anak-anak untuk kreatif. Oleh sebab itu, ke depannya dalam mengembangkan film animasi dapat mengadaptasi budaya lokal sehingga menjadi konten global yang diminati di seluruh dunia.

Florence was the republic Machiavelli knew best. Chapter 6 investigates his representation in the Florentine Histories of the elite class in the republic’s first century (1250–1350), in which only the elite families punitively designated as magnates by popular governments are called “nobles” or “grandi.” Other elite families he calls “popolani nobili” or “potenti.” All elite families built factions that originated in the family and attracted partigiani. Antagonisms between factions (Guelfs vs. Ghibellines, Black Guelfs vs. White Guelfs) divided the city, engulfing it in violence. Machiavelli makes Corso Donati the emblematic figure of the magnates’ recklessness, vainglory, and self-destructiveness. To rein in magnate “arrogance” and “insolence,” the non-elite popolo, organized in guilds, legislated the Ordinances of Justice (1293), which the magnates tried repeatedly to overturn, culminating in failed insurrections in 1340 and 1343. Most readings of Machiavelli’s famous comparison of Rome and Florence (Histories 3.1) miss the observation that, whereas Rome went from equality to “great inequality,” Florence went from inequality to “mirabile” equality, making it suitable for republican government. Machiavelli critiques the pathology of elite factionalism in the speech in 3.5. Attempts by the popolo to restrain the factions of the non-magnate Albizzi and Ricci provoked elite Guelfs to launch a campaign of accusations of Ghibellinism, which in turn sparked resistance from guildsmen and workers. In the speech by an anonymous worker (3.13) Machiavelli shows understanding of the workers’ grievances, while denouncing some of their actions. He represents the elite’s reprimand in the speech by Luigi Guicciardini (3.11).