To see the other types of publications on this topic, follow the link: 15 § IKFN.

Journal articles on the topic '15 § IKFN'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic '15 § IKFN.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Pursetyo, Kustiawan Tri, and Abdul Manan. "PELATIHAN PEMIJAHAN IKAN HIAS AIR TAWAR NEON TETRA PADA PELAKU USAHA BUDIDAYA IKAN DI KECAMATAN KRAS, KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR." Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services) 1, no. 1 (2017): 11. http://dx.doi.org/10.20473/jlm.v1i1.2017.11-15.

Full text
Abstract:
Neon tetra (Paracheirodon innesi) as one of the commercial fish species of tetra group. Market prospects, especially for national, pretty good. The market outlook is also supported by the scarcity of ornamental fish farmers who cultivate them. One contributing factor, the lack of knowledge about the ratio of the number of parent couples who used because the sex ratio in spawning fish of each species is different. This is related to the determination of the effectiveness of the number of pairs of parent and efficient use of aircraft. One livelihood District of Kras is a fish farming businesses. With the current conditions in which the business prospects of ornamental fish are on the rise, the skills of ornamental fish breeding techniques Neon tetra is an advantage for fish farming businesses. The target outcomes of this community service program is Equipping fish farming businesses in the District Kras with knowledge of engineering and maintenance management of seed breeding freshwater fish neon tetra and increase their income by making freshwater fish neon tetra as commodity diversification ornamental fish.AbstrakNeon tetra (Paracheirodon innesi) sebagai salah satu jenis ikan komersial kelompok tetra. Prospek pasar terutama untuk nasional, lumayan bagus. Salah satu mata pencaharian Kabupaten Kras adalah usaha bertani ikan. Dengan kondisi terkini dimana prospek usaha ikan hias semakin meningkat, keterampilan teknik pemuliaan ikan hias Neon tetra merupakan keuntungan bagi usaha budidaya ikan. Metode yang digunakan menggunakan penyuluhan diskusi, pelatihan, monitoring, dan konsultasi. Hasil target program layanan masyarakat ini adalah Melengkapi usaha budidaya ikan di Kabupaten Kras dengan pengetahuan teknik dan manajemen pemeliharaan bibit ikan air tawar neon tetra dan meningkatkan pendapatan mereka dengan membuat ikan air tawar neon tetra sebagai komoditas diversifikasi ikan hias. Kemampuan memijahkan ikan terutama ikan hias sangat diminati oleh para petani di Kecamatan Kras, Kediri. Hal itu karena para petani sangat menginginkan untuk bisa membudidayakan ikan hias neon tetra tersebut. Para petani dapat mencoba memulai memijahkan sendiri ikan hias Neon Tetra dengan sampel ikan yang dierikan serta dapat berkonsultasi mengenai budidaya ikan hias Neon Tetra sewaktu- waktu di Laboratorium Perikanan FPK Unair.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Irianto, Hari Eko, Sugiyono Sugiyono, and Ninoek Indriati. "PENELITIAN PENGOLAHAN PRODUK CAMILAN IKAN KERING DARI IKAN SELAR KUNING (Selaroides leptolepis)." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 6, no. 3-4 (2017): 101. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.6.3-4.2000.101-110.

Full text
Abstract:
Penelitian pengolahan produk camilan ikan kering telah dilakukan dengan menggunakan bahan mentah ikan selar kuning. Penelitian dilaksanakan dua tahap, yaitu penelitian tahap pertama dan penelitian tahap ke dua. Pada penelitian tahap pertama diteliti pengaruh konsentrasi garam larutan perendam (3, 5, 10, dan 15%) dan lama waktu perendaman (0, 5, 10, dan 15 menit). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa larutan yang digunakan sebaiknya pada konsentrasi garam 3ok dan lama perendaman 15 menit).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Widawati, Lina. "Analisis Protein Kecap Ikan Belut (Monopterus albus) dengan Variasi Volume Ekstrak Nanas (Ananas comosus)." AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian 5, no. 2 (2018): 49–59. http://dx.doi.org/10.37676/agritepa.v5i2.778.

Full text
Abstract:
Ikan belut memiliki kandungan protein tinggi (18,49%) sehingga ikan belut dapat diolah menjadi kecap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein kecap ikan belut dan kualitas kecap ikan belut melalui uji organoleptik dengan penambahan volume ekstrak nanas. Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan variasi volume ekstrak nanas (5%, 10%, dan 15%). Analisis yang dilakukan adalah analisis protein dan analisis organoleptik (uji pembanding). Hasil penelitian didapat bahwa semakin tinggi volume ekstrak nanas maka semakin meningkat kadar protein yang dihasilkan, dimana kadar protein kecap ikan belut paling tinggi adalah pada kecap ikan belut dengan variasi volume ekstrak nanas 15% sebesar 10,57%. Berdasarkan parameter warna panelis menilai warna kecap ikan belut dengan variasi volume ekstrak nanas 5% berbeda dengan kontrol, sedangkan pada kecap ikan belut dengan variasi volume ekstrak nanas 10% dan 15% hampir sama dengan kontrol. Berdasarkan parameter rasa panelis menilai rasa kecap ikan belut dengan variasi volume ekstrak nanas 5% dan 10% berbeda dengan kontrol, sedangkan kecap ikan belut dengan variasi volume ekstrak nanas 15% hampir sama dengan kontrol. Berdasarkan parameter aroma panelis menilai kecap ikan belut dengan variasi volume ekstrak nanas 5% sangat berbeda dengan kontrol, variasi volume ekstrak nanas 10% berbeda dengan kontrol, dan variasi volume ekstrak nanas 15% hampir sama dengan kontrol. Berdasarkan parameter tekstur panelis menilai kecap ikan belut dengan variasi volume ekstrak nanas 5% lebih encer dibanding kontrol, sedangkan tekstur kecap ikan dengan variasi volume ekstrak nanas 10% dan 15% sama dengan kontrol.
 
 Kata Kunci : ikan belut, kecap ikan, protein, ekstrak nanas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Wahdian, Agus. "Tindak Tutur Dalam Transaksi Jual Beli Ikan di Pasar Keppo." Wacana Didaktika 4, no. 1 (2016): 1–15. http://dx.doi.org/10.31102/wacanadidaktika.4.1.1-15.

Full text
Abstract:
Tindak tutur digunakan oleh orang-orang atau masyarakat yang kegiatannya berhubungan dengan bahasa salah satunya yaitu sebagai penjual ikan di pasar. Untuk memberikan tuturan yang menarik perhatian pembeli, seorang penjual ikan harus mengolah kata-kata yang diujarkannya. Begitu juga dengan si pembeli dia tidak langsung terpengaruh dengan apa yang dikatakan oleh si penjual, keduanya sama-sama mengolah kata-kata untuk mencapai kesepakatan dalam bentuk bernegosiasi. Oleh karena itu, hal sedemikian menjadi fenomena tersendiri bagi penulis untuk meneliti lebih lanjut tindak tutur dalam transaksi jual beli ikan di pasar Keppo Pamekasan. Dari uraian di atas timbul permasalahan, yaitu tentang tindak tutur dalam transaksi jual beli ikan di pasar Keppo Pamekasan, dengan tujuan ingin memperoleh deskripsi yang objektif tentang tindak tutur yang digunakannnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi yaitu berupa pengamatan langsung kepada suatu objek yang akan diteliti, jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif sebab data yang diteliti berupa data perekaman. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ada tiga tahapan, (1) Reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan. Dari hasil analisis data yang dilakukan pada bab IV, yaitu berupa (1) pemilihan tindak tutur, tindak tutur ini dipilih karena mereka akan mengetahui segala tindak dan usaha dari si penjual dan pembeli ikan di pasar Keppo. Di dalam penelitian ini tindak tutur yang terjadi lebih banyak pada ketidaksetujuan dari harga yang diberikan dengan berbagai alasan yang diungkapkan. Dari ketidaksetujuan tersebut dari pihak penjual maupun pembeli terjadi suatu negosiasi yaitu tawar menawar dari pihak penjual dan pembeli ikan, dalam hal ini tentunya si penjual menginginkan ikan dengan harga yang tinggi meskipun kualitasnya rendah, begitu juga sebaliknya pembeli menginginkan ikan dengan harga yang murah meskipun kualitasnya tinggi. Dari hal tersebut munculah tindakan kompromi dari pihak si penjual dengan si pembeli
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Prihatiningsih, Prihatiningsih, Isa Nagib Edrus, and Bambang Sumiono. "BIOLOGI REPRODUKSI, PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning Bloch, 1791) DI PERAIRAN NATUNA." BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap 10, no. 1 (2018): 1. http://dx.doi.org/10.15578/bawal.10.1.2018.1-15.

Full text
Abstract:
Ikan ekor kuning (Caesio cuning) merupakan ikan ekonomis penting dan mendominasi hasil tangkapan bubu di perairan Natuna. Pada saat ini, produksinya merupakan dominan ke-2 setelah ikan bawal putih yaitu 2.891 ton/tahun (17,8% dari total produksi ikan). Populasi ikan ekor kuning sejak tahun 2008 menurun, diduga karena tingkat eksploitasi yang cenderung meningkat. Penelitian ini bertujuan mengkaji aspek biologi, meliputi reproduksi, pertumbuhan dan mortalitas ikan ekor kuning. Contoh ikan sebanyak 2.627 ekor dikumpulkan melalui tempat pendaratan ikan utama di Kijang, Pulau Bintan (Kepulauan Riau) dan Tanjung Pandan (Kepulauan Bangka Belitung) pada bulan Januari - Nopember 2014. Hasil penelitian menunjukkan sebaran ukuran panjang ikan ekor kuning berkisar antara 9,3-43,3 cmTL. Ikan yang tertangkap didominasi oleh belum matang gonad (immature). Musim pemijahannya berlangsung pada bulan Juni-Juli dan September-Oktober. Fekunditas telur yang matang gonad berkisar antara 13.355-151.632 butir. Panjang pertama kali ikan ekor kuning tertangkap dengan bubu adalah lebih kecil dari panjang pertama kali matang gonad (Lc<Lm), sehingga akan mengancam kelestariannya. Analisis pertumbuhan dengan uji-t diperoleh pertambahan panjang secepat pertambahan beratnya (isometrik). Aplikasi model analitik menggunakan program Electronic LEngth Frequency ANalisys-I (ELEFAN-I) diperoleh parameter pertumbuhan (=K) sebesar 0,6/tahun, panjang asimtotis (=L∞) sebesar 43,21 cmFL dan umur hipotesis ikan pada saat panjang sama dengan nol (=to) sebesar -0,24 tahun, sehingga persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy sebagai Lt = 43,21 (1–e-0,6(t-0,24)). Parameter mortalitas menunjukkan laju kematian alami (=M) sebesar 1,17/tahun, laju kematian karena penangkapan (=F) sebesar 1,21/tahun dan laju kematian total (=Z) sebesar 2,38/tahun. Berdasarkan nilai F dan Z tersebut maka diperoleh estimasi laju eksploitasi (exploitation rate) sebesar 0,58 atau dalam kondisi sudah melampaui nilai optimum (E=0,5), sehingga pengelolaannya perlu segera dilakukan agar potensi lestarinya terjaga. The yellowtail fusilier (Caesio cuning) is one of the economically important fish caught by trap nets in Natuna waters. At present, the production of the yellowtail fusilier in Bintan regency as a second dominant fish species after white pomfret of 2.891 tons/year (17.8% of total landed). Population of the yellowtail fusiliers is likely decreasing since 2008 due to the increasing exploitation of this species. This study aims to assess the biological aspects including reproduction, growth and mortality of the yellowtail fusiliers. Monthly length frequencies data of 2.627 fish samples were collected through main landing place in Kijang, Bintan Island (Riau islands) and Tanjung Pandan (Bangka Belitung Islands) during January until November 2014. The results showed that the length distribution of the yellowtail fusilier ranged between 9.3 - 43.3 cmTL. The fish caught was dominated by the immature stage. The spawning seasons occurred between June-July and September-October. Fecundity of mature fish ranged between 13.355-151.632 eggs. The length of first capture by trap nets was under the length of first mature (Lc<Lm), so that will threaten its sustainability. Based on t-test it is showed that the weight growth pattern as fast as length growth (isometric). By using the analytical model application with Electronic LEngth Frequency ANalisys-I (ELEFAN-I) program, showed that the growth parameter (=K) was 0.6/yr, asymtotic length (=L∞) was 43.21 cmFl, and age at zero length (=to) was -0.24 yr, so the Von Bertalanffy’s equation growth curve were Lt = 43.21 (1–e-0,6(t-0,24)). Mortality parameters showed the natural mortality rate (=M) was 1.17/yr, fishing mortality rate (=F) was 1.21/yr, and total mortality rate (=Z) was 2.38/yr. Based on the values of F and Z obtained exploitation rate of 0.58 was likely exceed the optimum level (E=0.50) so that, management measures to maintain its potential yield should be applied.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Kambey, Rama Presley, Rose O. S. E. Mantiri, and Markus T. Lasut. "Predatorism and Cannibalism of Fish Betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr.) In Lake Tondano, Minahasa regency, North Sulawesi." JURNAL ILMIAH PLATAX 7, no. 1 (2018): 49. http://dx.doi.org/10.35800/jip.7.1.2019.23217.

Full text
Abstract:
Aims of this study is to determine the ability of marble goby to prey other fish and other marble goby in Tondano Lake. This research was conducted in August 2017 to December 2017. Measure of aquarium used as container is 120 cm x 40 cm x 40 cm which was divided into 2 parts, equipped with a camera in addition to observe the reaction of predation on marble goby. To know the predation behaviour of marble goby, using sample size is <15 cm and> 15 cm, and the prey fish is used was silver barb (Puntius javanicus) size is 10 cm - 20 cm. To determine the cannibal behaviour is used marble goby size is <15 cm and> 20 cm, and prey another marble goby size is 10-20 cm. The results showed the fastest predatorism reaction of marble goby attack silver barb occurred is 6 minutes after treatment, and the fastest cannibalism reaction of marble goby occurred after 45 minutes.Keywords: Betutu, Lake Tondano, Cannibalism, Predation, Predatorism. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ikan betutu dalam memangsa ikan lain dan sesama ikan betutu di Danau Tondano. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai Desember 2017. Wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 120 cm x 40 cm x 40 cm yang dibagi menjadi 2 bagian dengan menggunakan sekat, dilengkapi dengan kamera untuk mengamati reaksi pemangsaan ikan betutu. Untuk mengetahui sifat predator ikan betutu digunakan sampel berukuran <15 cm dan >15 cm, dan mangsa yang digunakan adalah ikan tawes (Puntius javanicus) yang berukuran 10 cm - 20 cm. Untuk mengetahui sifat kanibal ikan betutu digunakan ikan betutu berukuran <15 cm dan >20 cm, dan mangsa ikan betutu berukuran 10-20 cm. Hasil penelitian menunjukkan reaksi tercepat predatorisme ikan betutu terhadap ikan tawes terjadi setelah 6 menit setelah perlakuan, dan reaksi tercepat kanibalisme ikan betutu terjadi setelah 45 menit.Kata kunci: Betutu, Danau Tondano, Kanibalisme, Pemangsaan, Predatorisme
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Fuah, Ricky Winrison, Diniah Diniah, and Gondo Puspito. "KOREKSI UKURAN MATA PANCING RAWAI TEGAK UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN SELAT SEMAU." Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) 2, no. 1 (2019): 25. http://dx.doi.org/10.15578/jkpt.v2i1.7580.

Full text
Abstract:
Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil di perairan Selat Semau yaitu rawai tegak. Operasi penangkapanikan menggunakan ukuran mata pancing nomor 18, 16 dan 15. Tujuan penelitian yaitu untuk menentukan ukuran mata pancing yang tepat dalam menangkap ikan pelagis kecil yang layak tangkap. Metode penelitian yang digunakan adalah experimentalfishing, dengan metode analisis data uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji Kruskal Wallis dan uji Mann-Whitney. Jumlah responden 12 orang. Hasil penelitian diperoleh presentase ukuran ikan tidak layak tangkap 65%-72% dan layak tangkap 28%-34% (nomor 18), tidak layak tangkap 26%-33% dan layak tangkap 67%-74% (nomor 16), tidak layak tangkap 23%-36% dan 64%-74% layak tangkap (nomor 15). Kesimpulannya adalah ukuran mata pancing nomor 16 dan 15 lebih tepat untuk menangkap ikan pelagis kecil layak tangkap. Saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukan penelitian tentang pengamatan gonad ikan sehingga dapat membuktikan mata pancing nomor 16 dan 15 menangkap ikan layak tangkap.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Purnamayati, Lukita, Eko Nurcahya Dewi, Sumardianto Sumardianto, Laras Rianingsih, and Apri Dwi Anggo. "Kualitas Kerupuk Kulit Ikan Nila Selama Penyimpanan." Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian 2, no. 2 (2019): 162. http://dx.doi.org/10.26877/jiphp.v2i2.3216.

Full text
Abstract:
Kulit ikan nila merupakan hasil samping dari produk filet ikan nila yang kurang dimanfaatkan, sedangkan apabila tidak segera diproses, kulit ikan nila akan mengalami kebusukan. Salah satu pemanfaatan kulit ikan nila adalah diolah menjadi kerupuk kulit. Kualitas kerupuk kulit ikan nila dipengaruhi oleh kandungan minyak setelah penggorengan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas kerupuk kulit ikan nila yang diproses dengan perlakuan spinner maupun tanpa spinner selama penyimpanan. Kerupuk kulit ikan nila dilakukan pengamatan kadar air, angka TBA dan analisis sensoris selama penyimpanan. Pengamatan dilakukan pada hari ke 0, 5, 10, dan 15. Hasil menunjukkan bahwa selama penyimpanan, kerupuk kulit ikan nila baik dengan perlakuan spinner maupun tanpa spinner mengalami peningkatan kadar air dan angka TBA tetapi masih memenuhi standar sampai pada penyimpanan hari ke 15, yaitu kadar air 5,43% dan angka TBA 0,36 mg malonaldehid/kg untuk kerupuk kulit ikan nila dengan perlakuan spinner sedangkan kerupuk kulit ikan nila tanpa perlakuan spinner memiliki kadar air 6,53% dan angka TBA 0,40 mg malonaldehid/kg. Secara keseluruhan, kerupuk kulit ikan nila dengan perlakuan spinner masih diterima panelis sampai pada penyimpanan hari ke 15 sedangkan kerupuk kulit ikan nila tanpa perlakuan spinner masih diterima panelis pada penyimpanan hari ke 10.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Rahmi, Rahmi, Rahmi Amir, and Usman. "BIOKONTROL IKAN PEMANGSA JENTIK DALAM PEMBERANTASAN VEKTOR NYAMUK PENYEBAB DEMAM BERDARAH DANGUE (DBD) di KOTA PAREPARE." Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan 1, no. 3 (2018): 265–71. http://dx.doi.org/10.31850/makes.v1i3.112.

Full text
Abstract:
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini menyerang semua kelompok umur dan muncul setiap tahun. Pengendalian DBD dilakukan dengan memanfaatkan ikan predator jentik seperti ikan cupang (Betta spp). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan memangsa dari ikan cupang (betta spp) berdasarkan variasi ukuran panjang badan dalam memangsa jentik nyamuk Aedes aegypti. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan uji Anova. Sampel adalah ikan cupang (Betta spp) dengan kelompok ukuran S (2,5-3,4 cm), M (3,5-5 cm) dan L (5,5 cm keatas). Hasil penelitian, menunjukkan ikan cupang ukuran L paling efektif dalam memangsa jentik dengan rata-rata memangsa 48,78 ekor dalam 15 menit dari pada ikan cupang ukuran S dengan rata-rata memangsa 36,50 ekor dalam 15 menit dan ikan cupang ukran M rata-rata memangsa 44,78 ekor dalam 15 menit. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan memangsa dari ikan cupang berdasarkan variasi ukuran panjang badan dengan (p=0,00). Disarankan untuk penanggulangan nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan dengan cara biologi yaitu dengan memanfaatkan ikan pemangsa jentik seperti ikan Betta spp.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Ekasari, Julie, Hilda Kemala Pasha, and Nur Bambang Priyoutomo. "Utilization of biofloc meal as a feed ingredient for Nile tilapia and common carp." Jurnal Akuakultur Indonesia 17, no. 1 (2018): 9. http://dx.doi.org/10.19027/jai.17.1.9-15.

Full text
Abstract:
<p align="center"><strong>ABSTRACT</strong></p><p>This study was aimed to evaluate the utilisation of biofloc meal collected from biofloc-based catfish intensive culture as a mix ingredient for Nile tilapia <em>Oreochromis niloticus</em> and common carp <em>Cyprinus carpio </em>diet. A control diet containing 29.03% crude protein was used in this experiment. Experimental diet was made by mixing 30% biofloc waste meal with the control diet and repelleted after the addition of 2% of binder. To determine the experimental feed digestibility, 0.5% of Cr<sub>2</sub>O<sub>3 </sub>was added as a marker for digestibility. The feed was offered to satiation at a frequency of 3 times a day for 28 days of experimentation. Nile tilapia and common carp juveniles with an initial average body weight of 11.72±0.04 g and 8.81±0.04 g, respectively, were used as the experimental animals. Each fish species were randomly stocked with a density of 10 fish/aquarium (30´45´30 cm<sup>3</sup>). The results showed that dry matter digestibility of diets with 30 % biofloc waste meal in both fish species were significantly lower than those of the controls (P<0.05). However, protein, lipid and phosphorus digestibilities of diets containing biofloc waste meal were significantly higher than those of the controls (P<0.05). Feeding with biofloc waste meal mixed feed to tilapia resulted in lower growth rate compared to that to fed control feed. On the other hand, similar treatment to common carp resulted in comparable growth rate to the control treatment.</p><p>Keywords: biofloc meal, digestibility, growth performance, tilapia, common carp</p><p> </p><p class="Default" align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p class="Default"><strong> </strong></p><p class="Paragraf">Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan tepung bioflok yang dikumpulkan dari limbah pemeliharaan ikan lele intensif berbasis teknologi bioflok sebagai campuran pakan untuk ikan nila <em>Oreochromis niloticus</em> dan ikan mas <em>Cyprinus carpio</em>. Pakan kontrol yang digunakan adalah pakan komersial dengan kadar protein 29,03%. Pembuatan pakan uji dilakukan dengan mencampurkan tepung limbah bioflok (30%) dengan pakan kontrol (67,5%) dan dibentuk pelet kembali setelah dilakukan penambahan <em>binder</em> sebanyak 2% dan Cr<sub>2</sub>O<sub>3 </sub>sebanyak 0,5% sebagai penanda untuk menganalisis kecernaan pakan dengan tepung limbah bioflok. Pakan diberikan secara <em>at satiation </em>dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari selama 28 hari pemeliharaan. Bobot rata-rata ikan awal adalah 11,72±0,04 g untuk ikan nila, dan 8,81±0,04 g untuk ikan mas dengan kepadatan awal masing-masing 10 ekor/akuarium (30´45´30 cm<sup>3</sup>). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kecernaan total pakan dengan tepung limbah bioflok baik pada ikan nila maupun ikan mas lebih rendah daripada pakan kontrol (P<0,05). Namun demikian, kecernaan protein, lemak, dan fosfor pakan dengan campuran tepung limbah bioflok lebih tinggi daripada kontrol (P<0,05). Pemberian tepung limbah bioflok sebanyak 30% sebagai campuran pakan menghasilkan laju pertumbuhan spesifik ikan nila yang lebih rendah (P<0,05), sedangkan perlakuan yang sama pada ikan mas memberikan laju pertumbuhan spesifik yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (P>0,05).</p><p class="Paragraf"> </p><p class="Paragraf">Kata kunci: tepung limbah bioflok, kecernaan, kinerja pertumbuhan, ikan nila, ikan mas</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Herry, Tri Wahyuni, Eka Wijayanti, Kusuma Arumsari, and Nusaibah. "Inovasi Pembuatan Probiotik dari Limbah Pengolahan Ikan Jambal Roti." Jurnal Airaha 8, no. 01 (2019): 033–36. http://dx.doi.org/10.15578/ja.v8i1.112.

Full text
Abstract:
Produksi ikan asin jambal roti menghasilkan produk utama berupa fillet daging ikan asin dan produk sampingan berupa isi perut ikan. produk sampingan ini biasanya dibuang dan menjadi masalah di lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan produk sampingan tersebut untuk dibuat probiotik yang kemudian dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi budidaya ikan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan tiga perlakuan dengan dosis isi perut ikan jambal 5%, 10% dan 15%. Parameter pengujian yang digunakan meliputi uji mutu bakteri probiotik dan aplikasi probioik pada ikan lele. Dari hasil penelitian didapat kandungan bakteri non pathogen, Lactobacillus sp. dan Bacillus sp. Kelimpahan bakteri probiotik pada masing - masing perlakuan pada kisaran 105 CFU/ml sesuai standar kandungan bakteri dalam probiotik komersil. Aplikasi probiotik pada ikan lele menghasilkan kelangsungan hidup (SR) pada dosis 5% ; 10%; 15 sebesar 90%; 93%; 95% dan efisiensi pakan (FCR) sebesar 0,92; 0,90; 0,82. Hasil terbaik ditunjukkan pada penggunaan probiotik dosis 15% dengan menghasilkan FCR yang lebih rendah dan SR yang lebih tinggi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Ariyanti, Ariyanti, Eni Masruriati, Tsani Imadahidayah, and Eka Nur Sulistianingsih. "Pemanfaatan kitosan dari cangkang kerang bulu (Anadara antiquata) sebagai pengawet ikan pari (Dasyatis sp.) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei)." Riset Informasi Kesehatan 9, no. 1 (2020): 12. http://dx.doi.org/10.30644/rik.v9i1.241.

Full text
Abstract:
Latar Belakang : Penggunaan senyawa anti mikroba yang tepat dapat memperpanjang umur simpan suatu produk serta menjamin keamanan produk. Untuk itu dibutuhkan bahan sebagai anti mikroba yang alami supaya tidak membahayakan bagi kesehatan. Penggunaan kitosan untuk menghambat aktivitas mikroba pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) akan diuji efektivitasnya.
 Metode : Pada penelitian ini kitosan yang digunakan sebagai anti mikroba diekstraksi dari cangkang kerang bulu (Anadara antiquata). Kitosan yang diperoleh kemudian digunakan sebagai anti mikroba ikan pari (Dasyatis sp.) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Kitosan dilarutkan dalam asam asetat dengan variasi konsentrasi kitosan 1%; 1,5%, 2% dan 2,5%. Lama waktu penyimpanan udang: 0 jam, 5 jam, 10 jam, 15 jam dan 20 jam.
 Hasil : Kitosan dari cangkang kerang bulu dapat digunakan sebagai pengawet alami ikan pari dan udang vaname. Konsentrasi optimal kitosan yang digunakan sebagai pengawet ikan pari adalah 2% dapat memperpanjang umur simpan ikan selama 15 jam. Sedangkan konsentrasi optimal kitosan yang digunakan sebagai pengawet udang vaname adalah 1,5% dapat memperpanjang umur simpan ikan selama 15 jam.
 
 Kesimpulan : Konsentrasi kitosan cangkang kerang bulu yang paling optimal sebagai pengawet alami ikan pari adalah 2% dapat memperpanjang umur simpan ikan pari selama 15 jam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Syahrizal, Syahrizal, Muarofah Ghofur, Safratilofa, and Rahmat Sam. "TEPUNG DAUN SINGKONG (Monihot utilissima) TUA SEBAGAI SUMBER PROTEIN ALTERNATIF DALAM FORMULA PAKAN IKAN LELE (Clarias gariepinus)." Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau 1, no. 1 (2016): 1. http://dx.doi.org/10.33087/akuakultur.v1i1.7.

Full text
Abstract:
AbstractThe feed as a source of energy for the growth of fish is a component of the most important costs 40-89% and the quality should be good. The solution is through research. Research in the form of meal cassava leaves (Monihot utilissima) parents as a source of alternative protein substitute for fish meal in feed formulation catfish (Clarias gariepinus). The design used Complete Random Design with 4 treatments and 3 repetitions. The results showed that for the growth and the survival between treatments were not significant (P <0.5), meaning that all treatments were no differences can be categorized and feed ingredients of flour cassava leaves can replace most of the presence of meal fish in fish feed formulas African catfish. Growth of the best catfish are on treatment A (55% meal cassava leaf: 00% fish meal) with daily growth of 8.27 grams was 2.61% and the B (40%% meal cassava leaves: 15% meal fish) 5.28 gram with daily growth is 1.86%, followed by C (15%% meal cassava leaves: 15% meal fish ) 1:51% and D (0% meal cassava leaves : 55% meal fish ) 1:33%. Catfish survival rate was not significant (P <0.5), and relatively equally well A (96.17%), B (94.77) and C (95.92) and the best in treatment for D (96.37 ). As users are advised to wear formulations in treatment B (40% meal fish and 15% meal cassava leaves old). Keywords: Catfish, Ffeed, Meal fish, Meal cassava leaves AbstrakPakan sebagai sumber energi bagi pertumbuhan ikan merupakan komponen biaya yang paling besar 40-89% dan kualitasnya harus baik. Solusinya melalui penelitian. Penelitian berupa tepung daun singkong (Monihot utilissima) tua sebagai sumber protein alternatif penganti tepung ikan dalam formulasi pakan ikan lele (Clarias gariepinus). Rancangan digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk pertumbuhan dan kelulusan hidup antar perlakuan tidak signifikan (P < 0,5), artinya semua perlakuan tidak ada perbedaan dan dapat dikatagorikan bahan pakan dari tepung daun singkong dapat mengantikan sebagian keberadaan tepung ikan dalam formula pakan ikan lele dumbo. Pertumbuhan ikan lele terbaik terdapat pada perlakuan A (55% tepung daun singkong : 00% tepung ikan) 8,27 gram dengan pertumbuhan harian adalah 2.61% dan pada B (40% % tepung daun singkong : 15% tepung ikan) 5,28 gram dengan pertumbuhan harian adalah 1.86%, diikuti C (15% % tepung daun singkong :15% tepung ikan) 1.51% dan D (0 % tepung daun singkong : 55% tepung ikan) 1.33%. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele tidak signifikan (P < 0,5), dan relatif sama baiknya A (96,17%), B (94,77) dan C (95,92) dan terbaik pada perlakuan untuk D (96,37). Sebagai pengguna disarankan memakai formulasi pada perlakuan B (40% Tepung ikan dan 15% tepung daun singkong tua). Kata kunci: Ikan lele, Pakan, Tepung ikan, Tepung Daun Singkong Tua
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Nuryati, Sri, N. A. Maswan, Alimuddin, et al. "Hematology of common carp following DNA vaccination and koi herpesvirus challenge test." Jurnal Akuakultur Indonesia 9, no. 1 (2010): 9. http://dx.doi.org/10.19027/jai.9.9-15.

Full text
Abstract:
<p>The study was aimed to determine the effectiveness of DNA vaccine doses on hematological aspect which represent immune response and its influence on common carp survival rate. DNA vaccines encoding the viral glycoprotein of koi herpesvirus (KHV) have been proved to highly protect the fish under laboratory condition. A dose of 12.5 µg/100 µl vaccine had resulted in a survival rate of 96.67 % during 30 days after challenge test with a lethal dose of KHV. Fish vaccinated using lower doses, i.e. 2.5 and 7.5 µg/100µl showed 100% mortality after 15 and 19 days challenge test respectively, whereas non vaccinated fish as a control showed 100% mortality after 17 days challenge test. Total leucocytes of the vaccinated fish were higher than control until 42 days post vaccination, but declined afterward. Phagocytic index of the vaccinated fish using 12.5 µg/100 µl was declined after 49 days post vaccination or 7 days post challenge test.</p> <p>Key words: DNA vaccine, Koi herpesvirus (KHV), leucocyte, phagocytic index,<em> Cyprinus carpio</em></p> <p> </p> <p>ABSTRAK</p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh vaksinasi menggunakan vaksin DNA dengan dosis berbeda terhadap gambaran darah ikan sebagai respresentasi tanggap kebal ikan mas serta pengaruhnya terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan mas. Vaksin DNA penyandi glikoprotein koi herpesvirus (KHV) dapat memberikan proteksi yang tinggi pada percobaan skala laboratorium. Vaksinasi dengan dosis 12,5 µg/100µl dapat mempertahankan kelangsungan hidup sebesar 96,67% selama satu bulan setelah uji tantang dengan virus KHV menggunakan dosis letal. Ikan yang divaksin dengan dosis yang lebih rendah yaitu 2,5 dan 7,5 µg/100µl mengalami kematian total berturut-turut setelah 15 dan 19 hari uji tantang, sedangkan ikan kontrol yang tidak divaksin mengalami kematian total setelah 17 hari uji tantang. Jumlah leukosit total ikan yang divaksinasi lebih tinggi dibanding dengan kontrol sampai hari ke-42, setelah itu mengalami penurunan. Indeks fagositosis ikan yang divaksin dengan dosis 12,5 µg/100µl mengalami penurunan setelah hari ke-49 atau 7 hari setelah uji tantang.</p> <p>Kata kunci: Vaksin DNA, Koi herpesvirus (KHV), leukosit, indeks fagositosis,<em> Cyprinus carpio</em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Yamin, Muhamad, Neltje Nobertine Palinggi, and Rachman Syah. "AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN." Media Akuakultur 3, no. 1 (2008): 40. http://dx.doi.org/10.15578/ma.3.1.2008.40-44.

Full text
Abstract:
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah salah satu jenis ikan karnivora yang membutuhkan kadar protein tinggi dalam pakannya. Untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mengoptimalkan pertumbuhan ikan perlu memperhatikan manajemen pakan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah aktivitas enzim protease di lambung dan usus ikan kerapu macan setelah pemberian pakan. Pengamatan yang dilakukan adalah aktivitas enzim protease dalam lambung dan usus ikan kerapu macan pada 12, 15, dan 18 jam setelah pemberian pakan. Dari hasil ini diperoleh nilai rata-rata aktivitas enzim protease dalam lambung ikan kerapu macan pada 12 dan 15 jam setelah pemberian pakan adalah 2,615 /mL dan 0,292 /mL. Pada 18 jam setelah pemberian pakan, aktivitas enzim proteasenya tidak ada. Sedang nilai rata-rata aktivitas enzim protease dalam usus pada 12, 15, dan 18 jam setelah pemberian pakan adalah 7,45 /mL; 6,08 /mL; dan 5,03 /mL. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas enzim protease di lambung dan usus menurun dengan semakin lamanya waktu setelah pemberian pakan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Yamin, Muhamad, Neltje Nobertine Palinggi, and Rachman Syah. "AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN." Media Akuakultur 8, no. 1 (2008): 40. http://dx.doi.org/10.15578/ma.8.1.2013.40-44.

Full text
Abstract:
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah salah satu jenis ikan karnivora yang membutuhkan kadar protein tinggi dalam pakannya. Untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mengoptimalkan pertumbuhan ikan perlu memperhatikan manajemen pakan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah aktivitas enzim protease di lambung dan usus ikan kerapu macan setelah pemberian pakan. Pengamatan yang dilakukan adalah aktivitas enzim protease dalam lambung dan usus ikan kerapu macan pada 12, 15, dan 18 jam setelah pemberian pakan. Dari hasil ini diperoleh nilai rata-rata aktivitas enzim protease dalam lambung ikan kerapu macan pada 12 dan 15 jam setelah pemberian pakan adalah 2,615 /mL dan 0,292 /mL. Pada 18 jam setelah pemberian pakan, aktivitas enzim proteasenya tidak ada. Sedang nilai rata-rata aktivitas enzim protease dalam usus pada 12, 15, dan 18 jam setelah pemberian pakan adalah 7,45 /mL; 6,08 /mL; dan 5,03 /mL. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas enzim protease di lambung dan usus menurun dengan semakin lamanya waktu setelah pemberian pakan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Widianto, Tri Nugroho, and Ahmat Fauzi. "Disain dan Kinerja Sistem Air Laut yang Direfrigerasi (ALREF) untuk Penampung Ikan pada Kapal Nelayan 10-15 GT." Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 13, no. 2 (2018): 165. http://dx.doi.org/10.15578/jpbkp.v13i2.517.

Full text
Abstract:
Sistem ALREF (air laut yang direfrigerasi) untuk penyimpanan ikan pada kapal 10-15 GT telah didisain dan diuji. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan: penentuan kriteria disain, pembuatan konsep dan analisis disain, konstruksi dan pengujian. Kriteria disain ditentukan berdasarkan referensi kapal 10-15 GT di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng Gunung Kidul, Yogyakarta. Bak penyimpan ikan dilengkapi pendingin sistem kompresi uap yang terdiri dari komponen utama berupa evaporator, kondensor, kompresor, palka, refrigerant dan katup ekspansi. Palka terbuat dari fiberglass dengan volume palka sekitar 2,03 m3. Palka menggunakan insulator stirofoam high density (densitas sekitar 34 kg/m3). Evaporator terbuat dari pipa tembaga dengan panjang 84 m, diameter 5/8 inchi dan tebal pipa 1,6 mm. Kondensor yang digunakan adalah Alfalaval McDEW 25 menggunakan sistem shell and tube, sedangkan kompresor yang digunakan adalah Blitzer Tipe LH IVY dengan refrigerant R-22. Hasil uji kinerja dengan beban air laut menunjukkan bahwa suhu air laut mencapai kisaran -0,8 sampai -0,4 oC selama 8,5 jam. Kebutuhan daya listrik sistem pendingin sebesar 2 kW. Uji kinerja dengan beban ikan selama 5 hari menunjukkan bahwa suhu ikan turun dari 27,8 oC menjadi berkisar -0,1 sampai -1 oC setelah 12 jam dan dapat dipertahankan selama pengujian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Aisiyah, Latifah Nur, and Ninik Rustanti. "KANDUNGAN BETAKAROTEN, PROTEIN, KALSIUM, DAN UJI KESUKAAN CRACKERS DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG UBI JALAR KUNING (IPOMOEA BATATAS L.) DAN IKAN TERI NASI (STOLEPHORUS SP.) UNTUK ANAK KEP DAN KVA." Journal of Nutrition College 2, no. 1 (2013): 145–53. http://dx.doi.org/10.14710/jnc.v2i1.2110.

Full text
Abstract:
Latar Belakang : Peningkatan konsumsi pangan tinggi protein dan betakaroten diharapkan dapat menanggulangi Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Kekurangan Vitamin A (KVA) pada anak. Selain itu, peningkatan konsumsi pangan tinggi kalsium dapat membantu proses pertumbuhan anak. Tepung ubi jalar kuning merupakan bahan pangan tinggi betakaroten, sedangkan tepung ikan teri nasi merupakan bahan pangan tinggi protein dan kalsium. Crackers yang disubstitusi tepung ubi jalar kuning dan tepung ikan teri nasi diharapkan mampu menjadi pangan alternatif diet tinggi protein, betakaroten, dan kalsium. Tujuan : Menganalisis pengaruh substitusi tepung ubi jalar kuning dan tepung ikan teri nasi terhadap kadar protein, betakaroten, kalsium, dan uji kesukaan crackers. Metode : Merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap dua faktor yaitu substitusi tepung ubi jalar kuning (5%, 10%, dan 15%) dan tepung ikan teri nasi (5% dan 10%). Analisis statistik dari kadar protein, betakaroten, dan kalsium menggunakan uji Anova Two Ways sedangkan uji kesukaan menggunakan uji Friedman dengan dilanjutkan uji Wilcoxon. Hasil : Kadar protein tertinggi pada crackers dengan substitusi tepung ubi jalar kuning 5% dan tepung ikan teri nasi 5% yaitu 10,25% per 100g. Kadar betakaroten tertinggi pada crackers dengan substitusi tepung ubi jalar kuning 15% dan tepung ikan teri nasi 10% yaitu 142,67µg per 100g. Kadar kalsium tertinggi pada crackers dengan substitusi tepung ubi jalar kuning 15% dan tepung ikan teri nasi 10% yaitu 46,07mg per 100g. Substitusi tepung ubi jalar kuning dan tepung ikan teri nasi berpengaruh nyata terhadap aroma, rasa, dan warna, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur crackers. Simpulan : Berdasarkan nilai gizi dan uji kesukaan, crackers yang direkomendasikan adalah crackers dengan substitusi tepung ubi jalar kuning 15% dan tepung ikan teri nasi 10%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Akbardiansyah, Akbardiansyah, Desniar Desniar, and Uju Uju. "KARAKTERISTIK IKAN ASIN KAMBING-KAMBING (Canthidermis maculata) DENGAN PENGGARAMAN KERING." Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 21, no. 2 (2018): 347. http://dx.doi.org/10.17844/jphpi.v21i2.23090.

Full text
Abstract:
Ikan kambing-kambing (Canthidermis maculata) merupakan ikan demersal yang potensial. Salah satu<br />produk olahan dari ikan kambing-kambing adalah ikan asin. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan<br />pengaruh konsentrasi garam dan lama penggaraman terhadap karakteristik ikan asin yang dihasilkan.<br />Penelitian dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama adalah preparasi bahan baku tahap kedua pembuatan<br />ikan asin menggunakan metode penggaraman kering dengan konsentrasi garam 5%, 10% dan 15% dengan<br />lama penggaraman 12 jam dan 24 jam. Analisis data pada pruduk ikan asin kering menggunakan rancangan<br />acak lengkap faktorial (RALF) dengan dua kali ulangan Ikan kambing-kambing yang digunakan sebagai<br />bahan baku dengan nilai organoleptik 7-9. Komposisi kimia dan total mikroba ikan kambing-kambing<br />dengan kadar air yaitu 77,00±0,32% abu 0,96±0,01% lemak 0,59±0,11% protein 20,58±0,16% karbohidrat<br />0,89±0,05% pH 6,46±0,03%, dan total mikroba 6,13x103. Konsentrasi garam dan lama penggaraman<br />berpangaruh nyata terhadap karakteristik ikan asin yang meliputi kadar garam, kadar air dan total mikroba,<br />konsentrasi garam 15% dengan lama penggaraman 24 jam merupakan perlakuan pruduk ikan asin terbaik.<br /><br />
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Melati, Bunga, Efrizal, and Resti Rahayu. "PENINGKATAN KUALITAS WARNA IKAN CUPANG (Betta splendens) Regan, 1910 MELALUI PAKAN YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG UDANG REBON SEBAGAI SUMBER KAROTENOID." Metamorfosa: Journal of Biological Sciences 4, no. 2 (2017): 231. http://dx.doi.org/10.24843/metamorfosa.2017.v04.i02.p15.

Full text
Abstract:
Warna menjadi indikator keindahan pada ikan hias, semakin cerah warna ikan maka akan semakin menarik dan harga jualnya pun akan semakin tinggi. Namun selama pemeliharaan ikan hias, warna sering menjadi kusam, kualitas warna menurun sehingga ikan hias tidak menarik lagi. Untuk itu perlu usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas warna ikan, salah satunya dengan memberi pakan yang mengandung sumber karotenoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung udang rebon terhadap kualitas warna pada ikan cupang. Penelitian ini dilakukan dengan metodeeksperimen yang disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari lima perlakuan dan empat kali ulangan selama 40 hari perlakuan.Perlakuan yaitu pemberian pakan tanpa penambahan tepung udang rebon (kontrol) dan pemberian pakan dengan penambahan tepung udang rebon 5%, 10%, 15%, dan 20%. Tingkat perubahan warna diamati setiap 10 hari menggunakan Toca Colour Finder memperlihatkan pemberian pakan dengan penambahan tepung udang rebon berbeda nyata pada taraf 5% terhadap tingkat perubahan warna baik pada sirip anal maupun sirip ekor ikan cupang. Pakan dengan penambahan tepung udang rebon 15-20% memberikan pengaruh yang baik dalam meningkatkan kualitas warna ikan cupang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Mukkun, Yusak, and Sumartini Dana. "PEMBUATAN ALAT PENGERING IKAN RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN PANEL SURYA." Jurnal Ilmiah Flash 2, no. 2 (2016): 47. http://dx.doi.org/10.32511/jiflash.v2i2.25.

Full text
Abstract:
Alat pengering ikan asin ramah lingkungan menggunakan integrasi panel surya dan energimatahari merupakan hasil pengembangan energi terbarukan yaitu pemanfaatkan energi mataharibaik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan penyimpanan solar cell, yangpenggunaannya dimaksimalkan dan diunggulkan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan pesisirpantai dengan produk yang didesain sedemikian rupa agar dihasilkan ikan kering yang bermutudan higienis untuk dikonsumsi, mengurangi ketergantungan pada cuaca, menekan kerugian yangdialami para nelayan pada saat panen raya, memperkecil kemungkinan kerusakan yang diakibatkanpembusukan, dan mempercepat proses dan tidak memerlukan lahan yang luas. Sinar mataharilangsung dan alat tambahan seperti fan atau blower diperlukan untuk mengalirkan udara pengeringke produk yang dikeringkan (konveksi paksa) dan sensor suhu sebagai pengontrol suhu dandiharapkan temperatur pengeringan yang lebih tinggi dari 500C harus dihindari karena dapatmenyebabkan bagian luar produk sudah kering, tapi bagian dalam masih basah. Khusus untukikan, temperatur pengeringan yang dianjurkan antara 40–500C. Ikan kering berbagai jenis yangdihasilkan dalam kapasitas 10 kg pada alat pengering ikan tanpa lampu pijar 15 Watt denganwaktu pengeringan selama 3 hari, menggunakan lampu pijar 15 watt pada malam hari, waktupengeringan ikan mencapai 2 hari dan menggunakan lampu pijar 15 watt ditambah kipas anginpada malam hari, waktu pengeringan ikan mencapai 2 hari
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Kartamihardja, Endi Setiadi, Kunto Purnomo, and Chairulwan Umar. "SUMBER DAYA IKAN PERAIRAN UMUM DARATAN DI INDONESIA-TERABAIKAN." Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia 1, no. 1 (2017): 1. http://dx.doi.org/10.15578/jkpi.1.1.2009.1-15.

Full text
Abstract:
Perairan umum daratan Indonesia mempunyai luas 13,85 juta ha yang terdiri atas 12,0 juta ha sungai dan paparan banjiran (flood plains), 1,8 juta ha danau alam (natural lakes) dan 0,05 juta ha danau buatan (man made lakes) atau waduk (reservoirs). Potensi perikanan tangkap di perairan umum daratan ditaksir mencapai 3.034.934 ton per tahun. Perairan umum daratan berperan penting sebagai sumber protein dan ketahanan pangan, sumber ekonomi masyarakat, sumber lapangan kerja, sumber plasma nutfah dan genetik, sumber devisa dan pendapatan asli daerah, serta obyek wisata alam (ecoturism). Perairan umum daratan yang terabaikan akan berdampak terhadap penurunan potensi luasnya, keanekaragaman jenis ikan, produksi ikan, kesempatan dan peluang kerja (peningkatan pengangguran), pendapatan asli daerah, dan fungsi estetika. Pengelolaan perairan umum dengan benar akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi minimal 20% dan fungsi ekologis, sehingga perikanan perairan umum daratan dapat dijadikan tumpuan pembangunan perekonomian masyarakat, khususnya nelayan. Berbagai upaya yang dilakukan untuk membangun perikanan perairan umum daratan antara lain mempromosikan akan penting dan peranan sub sektor perikanan, memberikan perhatian terhadap riset di bidang sumber daya perikanan, melakukan valuasi sumber daya, melaksanakan monitoring dan evaluasi (termasuk perbaikan statistik perikanan), mengembangkan ko manajemen dan kapasitas sumber daya manusia.Inland waters of Indonesia has a total area of 13.85 million ha composing of 12.0 million ha rivers and flood plains, 1.8 million ha natural lakes and 0.05 million ha man made lakes/ reservoirs. Total of fish potential yields of the inland waters was estimated to be 3,034,934 ton per yr. The inland waters plays an important role as source of protein and food security, source of economic and supporting livelihood of the peoples, source of employment, sources of genetics and germ plasm, contributing to foreign exchange and local government earning, and eco-tourism. The neglecting inland waters has affected on the decreasing potential area, fish potential yields, fish species diversity, employment opportunity, and local government earning and the ecological function. Management of the resources could impact on the increasing fish yields at least 20% and its ecological function, so that the inland waters fisheries can be used as a based of economic development of the peoples especially for the fishers. Some efforts which should be done in development of the inland waters fisheries are promotion of the role and importance of fisheries between other sectors, prioritizing research on fisheries resources, valuation of inland waters fisheries, monitoring and evaluation (including fisheries statistics), development of fisheries co-management and capacity building of the human resources.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Syakur, Abdus, and Ngurah N. Wiadnyana. "BIODIVERSITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN LOMBOK.SUMBAWA, NUSA TENGGARA AARAT." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 12, no. 2 (2017): 139. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.12.2.2006.139-148.

Full text
Abstract:
Penelitian ikan karang dilakukan pada bulan l\4aret 2005 di Perairan Lombok-Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan metode sensus visual yang mengikuti transek garis. Hasil identilikasi mencatat sekitar 207 spesies ikan karang yang berasal dari 14 famili darijenas ikan target, 15 famili dari jenis ikan mayor dan 1 famili dari jenis ikan indikator. Komposisi ikan karang yang dilemukan 50,60/0 ikan mayor, 34,506 ikan target, dan '13% ikan indikator' Sebaran populasi ikan tampak merata di seluruh lokasi dan tidak ada spesies ikan yang dominan sesuai dengan lndeks Keanekaragaman Shannon (H') dan Indeks Keseimbangan (E) yang berada pada kisaran tinggi, dan Indeks Dominasi Simson (2.) yang rendah. Indeks Hill's (Nl) untuk populasi ikan yang melimpah adalah 36 spesies dan.lumlah populasi ikan yang paling melimpah 20 spesies (N2).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Dewi, Rozanna. "PEMANFAATAN LILIN SARANG LEBAH SEBAGAI ANTIFUNGI PADA IKAN KAYU (KEUMAMAH)." Jurnal Teknologi Kimia Unimal 9, no. 1 (2020): 46. http://dx.doi.org/10.29103/jtku.v9i1.3036.

Full text
Abstract:
AbstrakIkan kayu (keumamah) merupakan salah satu makanan tradisional khas Aceh yang dibuat dari ikan tongkol, tuna, cakalang yang terlapisi tepung terigu dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Pada umumnya selama penyimpanan dan pemasaran di tempat terbuka, memungkinkan ikan tersebut terkontaminasi oleh mikroba, khususnya kapang. Lilin sarang lebah mengandung senyawa flavonoid yang berguna sebagai antimikroba yang dapat menghambat mikroorganisme patogen sehingga penggunaan lilin sarang lebah pada ikan kayu (keumamah) diduga dapat menghambat aktivitas antifungi pada ikan kayu (keumamah). Antifungi atau antimikroba adalah suatu bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme sehingga dapat mengendalikan mikroba maupun jamur, yaitu segala kegiatan yang dapat menghambat, membasmi, atau menyingkirkan mikroorganisme. Dengan dilakukannya studi ini diharapkan dapat diketahui apakah lilin sarang lebah dapat digunakan sebagai antifungi pada ikan kayu (keumamah), bagaimanakah konsentrasi terbaik lilin sarang lebah yang dapat digunakan sebagai antifungi, bagaimanakah perubahan yang terjadi pada ikan kayu (keumamah) selama waktu penyimpanan dengan metode organoleptik dan uji populasi kapang serta uji kadar air. Variabel yang digunakan suhu memanaskan sarang lebah 65oC, berat ikan keumamah 400 gr, waktu perebusan ikan 45 oC. Sedangkan variabel bebas adalah konsentrasi lilin sarang lebah (0%, 5%, 10%, 15%, 20%) dan waktu penyimpanan 15 hari dan 30 hari. Hasil penelitian menunjukkan konsentarsi 15% lilin sarang lebah adalah konsentrasi terbaik yang dapat menghambat pertumbuhan kapang dengan kadar air 17,704, organoleptik untuk setiap spesifikasi yaitu kenampakan, aroma, rasa, tekstur masih memenuhi syarat mutu standar SNI yaitu 10, 8, 7, 9 serta jumlah total koloni kapang 2,09 CFU/gr sampai waktu penyimpanan 30 hari.Kata kunci: Ikan kayu (keumamah), Lilin sarang lebah, Antifugi. Organoleptik, Total koloni kapang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Marliza, Hesti, Suhaera Suhaera, and Trinur Atika Saputri. "Analisis Kualitatif Formalin pada Ikan Asin di Pasar Jodoh Kota Batam." PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) 16, no. 2 (2019): 307. http://dx.doi.org/10.30595/pharmacy.v16i2.5692.

Full text
Abstract:
Ikan asin merupakan produksi bahan ikan segar yang ditambahkan garam sekitar 15-20%. Cara tradisional ini memiliki kekurangan seperti terkendala saat musim penghujan sehingga proses penjemuran ikan asin menjadi tidak sempurna yang mengakibatkan ikan asin cepat mengalami kerusakan, karena itu banyak pedagang ikan asin menggunakan bahan kimia berbahaya seperti formalin untuk mengawetkan ikan asin agar bertahan lama dan tidak membusuk. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kandungan formalin pada ikan asin yang dijual di Pasar Jodoh, Kota Batam. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif. Hasil dari pengujian 18 sampel ikan asin yang diambil dari Pasar Jodoh, Kota Batam, negatif mengandung formalin.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Edrus, Isa Nagib, Yudi Siswantoro, and Imam Suprihanto. "JENIS-JENIS DAN KEPADATAN IKAN KARANG DI PULAU PENATA BESAR, LEMUKUTAN, DAN PULAU KABUNG, PERAIRAN KALIMANTAN BARAT." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 13, no. 1 (2017): 21. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.13.1.2007.21-34.

Full text
Abstract:
Penelitian yang dilakukan pada bulan Juni 2004 ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi ikanikan yang hidup dan berasosiasi dengan karang serta memprediksi faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi keberadaan di wilayah perairan pulau-pulau kecil di Kalimantan Barat.Metode yang digunakan adalah sensus visual pada transek garis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jenis ikan karang berkisar antara 36 sampai dengan 51 jenis dengan kepadatan antara 10 sampai dengan 15 individu per m2. Rata-rata untuk Indeks keanekaragaman jenis (H), Indeks Dominasi (D), Indeks Keseimbangan (E), dan Irian Jaya Reef Diversity Index masing-masing 2,7; 0,1; 0,7; dan 4,5. Persentase ikan kelompok mayor rata-rata 66%, kelompok ikan target 19%, dan kelompok ikan indikator 15%. Sedangkan rata-rata persentase penggolongan ikan berdasarkan pada nilai ekonomi 66% ikan ekonomis rendah, 17% ikan ekonomis sedang, dan 17% ikan ekonomis tinggi. Faktor pembatas distribusi ikan adalah kekeruhan air yang cukup tinggi yang disebabkan oleh sedimen dari daratan. A study conducted in June 2004 aims to obtain data and information of fish living on and associating to coral reefs, and also to assume limitting factors for fish distribution. A sampling method used was visual census on a transect line. The result shows that the number of coral fish ranged from 36 to 51 species. The density of coral fish ranged from 10 to 15 indivdual per m2. The means of Diversity Indeces (H), Dominance Indeces (D), Eveness Indeces, and Irian Jaya Reef Diversity Index indeces were 2.7; 0.1; 0.7; and 4.5, respectively. The percentages of a major fish group, a target fish group, and an indicator fish group were average of 66, 19, and 15%, respectively. The mean percentages of marketable based fish groups consisted of 66% of low valuable fishes, 17% of fair valuable fishes, and 17% of high valuable fishes. The low level of body water transfarancy due to upland sediment was a limitting factor for the attendance of coral fish in the coral reef area of study sites.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Suroso, Erdi, Tanto Pratondo Utomo, Sri Hidayati, and Astri Nuraini. "Pengasapan Ikan Kembung menggunakan Asap Cair dari Kayu Karet Hasil Redestilasi." Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 21, no. 1 (2018): 42. http://dx.doi.org/10.17844/jphpi.v21i1.21261.

Full text
Abstract:
Asap cair dari kayu karet dapat digunakan sebagai bahan pengawet ikan kembung (<em>Rastrelliger kanagurta</em>) karena mengandung senyawa fenol dan asam organik yang bersifat sebagai senyawa anti bakteri dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi asap cair kayu karet redestilasi dan lama perendaman ikan terbaik pada pengasapan ikan kembung. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial (RAK Faktorial) dengan perlakuan konesntrasi asap cair (10, 15 dan 20%) dan lama perendaman (10, 15 dan 20 menit). Analisis yang dilakukan meliputi angka lempeng total, kadar air dan organoleptik. Hasil terbaik yaitu menggunakan konsentrasi asap cair kayu karet redestilasi 10% dan lama perendaman ikan selama 15 menit dengan nilai angka lempeng total 4,4×103 CFU/g pada hari ke-0 dan 4,7×104 CFU/g pada hari ke-6, kadar air di bawah 60% selama penyimpanan, dan sifat organoleptik berupa skor aroma 4,48 (netral)dan skor penerimaan keseluruhan 4,51 (netral).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Nihali, Mita Pratiwi, Rieny Sulistijowati, and Nikmawatisusanti Yusuf. "Pengawetan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Menggunakan Sari Daun Jambu Biji (Psidium guajava) Selama Penyimpanan Suhu Ruang." Jambura Fish Processing Journal 2, no. 2 (2020): 23–31. http://dx.doi.org/10.37905/jfpj.v2i2.4573.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu ikan tongkol (Euthynnus Affinis) yang diawetkan dengan sari daun jambu biji selama penyimpanan. Perlakuan pada penelitian ini adalah lama penyimpanan ikan tongkol dengan sari daun jambu biji 50% dengan taraf waktu 15 jam, 18 jam dan 21 jam. Penelitian ini dirancang menggunakan metode Multirater Rasch Model untuk mendapatkan data hasil mutu organoleptik dan dianalisis dengan Minifac. Data hasil mikrobiologi Total Plate Count (TPC) diperoleh melalui Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dianalis dengan Compare Means One-Way ANOVA. Hasil berdasarkan analisis rasch model menunjukkan bahwa penyimpanan ikan tongkol 15 jam merupakan perlakuan terbaik pada parameter kenampakan mata: bola mata rata; Insang: merah tua cemerlang dengan sedikit lendir; Daging: jaringan kuat, Tekstur: agak lunak agak elastic , dan pada peyimpanan 18 jam terbaik pada parameter bau yaitu segar spesifik ikan. Nilai mutu organoleptik lama penyimpanan 15 jam dan 18 jam memenuhi standar SNI 2729-2013. Hasil analisis mikrobiologi memberikan pengaruh nyata pada total bakteri pada penyimpanan 15 jam log 3,20 Cfu/gr, penyimpanan 18 jam log 5,22 Cfu/g, penyimpanan 21 jam log 5,67 CFU/gr dengan SNI 5 x 105.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Subamia, I. Wayan, Nina Meilisza, and Asep Permana. "PENINGKATAN KUALITAS WARNA KUNING DAN MERAH SERTA PERTUMBUHAN BENIH IKAN KOI MELALUI PENGAYAAN TEPUNG KEPALA UDANG DALAM PAKAN." Jurnal Riset Akuakultur 8, no. 3 (2016): 429. http://dx.doi.org/10.15578/jra.8.3.2013.429-438.

Full text
Abstract:
Ikan hias koi merupakan salah satu produk perikanan yang budidayanya telah dikuasai oleh petani ikan di beberapa daerah. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas warna benih ikan hias koi melalui pengayaan tepung kepala udang dalam pakan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan dosis tepung kepala udang dalam formulasi pakan sebagai sumber karotenoid yaitu: 0% (kontrol), 5%, 10%, 15%. Pakan yang diberikan diformulasikan dengan isoprotein (30%), dan isolipid (15%). Ikan yang digunakan adalah benih dan ditempatkan dalam hapa-hapa di kolam. Pengamatan yang dilakukan selama pemeliharaan adalah parameter kualitas warna yang dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan TCF (Toca Color Finder), sedangkan pengukuran kuantitatifnya dilakukan dengan pengukuran total karotenoid pakan dan jaringan tubuh ikan. Selain itu, dilakukan pula pengamatan parameter pertumbuhan panjang, dan bobot yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kualitas warna pada ikan koi optimal pada pemberian tepung kepala udang sebesar 10% dicirikan dari nilai warna kuning dan merah. Selama penelitian juga diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan bobot dan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik bobot dan panjang tubuh, dan sintasan pada semua perlakuan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Ariyanto, Didik, Evi Tahapari, and Sularto Sularto. "KERAGAAN BENIH IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypophthalmus) YANG DITEBAR SECARA LANGSUNG DI KOLAM PADA UMUR BERBEDA." Jurnal Riset Akuakultur 7, no. 2 (2012): 159. http://dx.doi.org/10.15578/jra.7.2.2012.159-170.

Full text
Abstract:
Budidaya ikan patin siam mengalami perkembangan yang cukup pesat sejakkeberhasilan pemijahan buatan pada tahun 1981. Pada pelaksanaannya, pembenihan ikan patin siam dilakukan secara indoor hatchery. Dalam sistem tersebut, dibutuhkan nauplii Artemia sebagai pakan awal larva ikan patin siam yang dilanjutkan dengan pemberian Moina dan Daphnia beku serta cacing darah (Tubifex) sebelum pemberian pakan buatan. Hal ini mengakibatkan adanya ketergantungan usaha pembenihan ikan patin siam terhadap pasokan beberapa jenis pakan alami tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaan ikan patin siam yang ditebar di kolam pendederan pada umur yang berbeda. Sasaran yang akan dicapai adalah menghilangkan ketergantungan pembenihan ikan patin siam terhadap pasokan beberapa jenis pakan larva ikan patin siam dan disubstitusi dengan pakan alami yang ada di kolam. Pada percobaan ini, larva patin siam ditebar pada umur 5, 10, dan 15 hari setelah menetas. Larva ditebar di kolam pendederan seluas 200 m2 dengan kepadatan 100 ekor/m2. Pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih ikan patin siam yang ditebar di kolam pada umur 5 hari setelah menetas mempunyai laju pertumbuhan spesifik sebesar 11,12% lebih baik daripada benih ikan patin siam yang ditebar pada umur 10 dan 15 hari setelah menetas, yaitu sebesar 8,41% dan 8,65%. Namun demikian, bobot individu (9,81-12,32 g), biomassa panen (118,77-141,91 kg) serta sintasan (54,53%-71,49%) pada akhir percobaan tidak berbeda nyata.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Suwetja, I. Ketut, Jenki Pongoh, and I. Gede Prabawa Suwetja. "HILIRISASI TEKNIK HANDLING IKAN MAS HIDUP SISTEM KERING KEPADA MASYARAKAT PERIKANAN DI PEDESAAN." MEDIA TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN 6, no. 2 (2018): 48. http://dx.doi.org/10.35800/mthp.6.2.2018.19536.

Full text
Abstract:
Penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan evaluasi teknik handling ikan mas hidup system kering kepada masyarakat perikanan di pedesaan telah dilakukan Teknik pemingsanan yang diaplikasikan ialah dengan suhu 8°C dan 8°C + 0,02 % minyak cengkeh. Dilanjutkan dengan penyimpanan dilakukan pada media sekam padi dingin dengan suhu 10-15°C. Pekerjaan selanjutnya ialah penyadaran ikan. Ikan disadarkan pada air habitat dilengkapi dengan aerator kapasitas 3 volt dan kemudian dilanjutkan dengan menghitung tingkat mortalitas ikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Adisaputra, Muhammad Wawan. "Kandungan mikroplastik pada ikan bawis (Siganus canaliculatus) dan ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) di perairan Bontang." Jurnal Ilmiah BioSmart (JIBS) 7, no. 1 (2021): 1–11. http://dx.doi.org/10.30872/jibs.v1i1.412.

Full text
Abstract:
Kandungan mikroplastik pada ikan bawis (Siganus canaliculatus) dan ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) di perairan Bontang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan mikroplastik pada ikan bawis (Siganus canaliculatus) dan ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) di perairan Bontang. Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel penelitian ikan bawis (Siganus canaliculatus) dan ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) yang terdapat di perairan laut Bontang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kandungan mikroplastik pada ikan bawis (Siganus canaliculatus) dan ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) dengan berbagai macam jenis dan ukuran. Mikroplastik yang ditemukan pada sampel ikan bawis (Siganus canaliculatus) terdapat kandungan mikroplastik yang memiliki panjang >150 μm sebanyak 57 partikel dan panjang <150 μm sebanyak 11 partikel. Kemudian ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) terdapat kandungan mikroplastik yang memiliki panjang >150 μm sebanyak 47 partikel dan panjang <150 μm sebanyak 15 partikel.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Kembuan, Jenifer M. M., Deidy Y. Katili, and Pience V. Maabuat. "PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA BERBAGAI PADAT PENEBARAN YANG DIPELIHARA DALAM WADAH TERKONTROL." JURNAL ILMIAH SAINS 19, no. 2 (2019): 111. http://dx.doi.org/10.35799/jis.19.2.2019.23931.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat penebaran yang cocok atau sesuai dalam mendukung pertumbuhan ikan nila. Analisis data yang digunakan yaitu ANAVA serta rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Meliputi benih ikan nila sebagai hewan uji yang dipelihara pada wadah plastik terdiri dari 3 perlakuan dan dan 3 kali ulangan yaitu (15 individu), (20 individu) dan (25 individu). Hasil penelitian menunjukkan padat penebaran memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan relatif dan biomassa benih ikan nila. Padat penebaran yang terbaik untuk mendukung pertumbuhan ikan nila adalah 15 individu perwadah sedangkan yang terendah adalah 25 individu perwadah. Mortalitas tertinggi terjadi pada padat penebaran (25 individu) sebesar 15,33 persen dan mortalitas yang paling rendah terdapat pada padat penebaran (15 individu) sebesar 0 persen.Kata Kunci : Ikan nila, padat penebaran, wadah terkontrol, pertumbuhan relatif. GROWTH OF OREOCHROMIS SEEDS (Oreochromis niloticus) IN VARIOUS STOCKING DENSITIES WHICH ARE MAINTAINED IN CONTROLLED CONTAINERS ABSTRACTThis study aimed to determine how much stocking density is suitable to support the growth of oreochromis. Analysis of the data used ANAVA and the design pattern used is a Complete Randomized Design (CRD). Test fish is oreochromis fish seeds that were kept in experimental containers consisted of 3 treatments and 3 replications, namely (15 individuals), (20 individuals) and (25 individuals). The results showed that the best stocking density that support the growth of tilapia was 15 individuals per container Plastic while the lowest was 25 individuals container Plastic, the studies results showed stocking density had an influence on the relative growth and biomass of oreochromis fish, the highest mortality occurred in treatment (density of 25 individuals) of 15,33 percent and the lowest mortality was in the (15 individuals) stocking density of 0 percent.Keywords: Oreochromis, stocking densities, controlled containers, relative growth.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Istiqlaal, Suci. "Ekstraksi dan Karakteristik Minyak Tulang Ikan Tuna (Thunnus albacares)." Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 13, no. 2 (2018): 141. http://dx.doi.org/10.15578/jpbkp.v13i2.546.

Full text
Abstract:
Limbah tulang tuna berpotensi untuk diolah menjadi minyak ikan yang banyak mengandung asam- asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisikokimia dan profil asam lemak minyak tulang ikan tuna. Ekstraksi minyak tulang ikan menggunakan 2 (dua) metode yaitu wet rendering dan curing menggunakan cuka lontar. Metode wet rendering menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan dua faktor yaitu suhu (40, 50, dan 60 oC) dan lama ekstraksi (15, 30, dan 45 menit), kemudian hasil terbaik dibandingkan dengan hasil metode perendaman dalam cuka lontar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor suhu dan lama waktu ekstraksi terhadap rendemen, bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan dan densitas minyak tulang ikan, dengan metode terbaik perlakuan suhu 40 oC dengan waktu esktraksi 15 menit. Hasil uji-t menunjukkan minyak hasil metode perendaman dalam cuka lontar memiliki kualitas lebih baik dibandingkan metode terbaik wet rendering (suhu 40 oC waktu esktraksi 15 menit), dengan bilangan asam sebesar 3,14 mg KOH/g, angka iod sebesar 79,08, angka penyabunan sebesar 188,30 mgKOH/g dan densitas sebesar 0,92 g/ml3, meskipun nilai rendemennya lebih rendah yaitu 27,33%. Minyak yang diekstrak dari tulang ikan tuna menggunakan metode terbaik wet rendering (suhu 40 oC waktu esktraksi 15 menit ) memiliki kadar asam palmitat (SFA) sebesar 14,09%, asam oleat (MUFA) 9,46% dan DHA (PUFA) sebesar 20,50% (PUFA), sedangkan yang menggunakan metode perendaman dalam cuka lontar, mengandung asam palmitat (SFA) sebesar 14,41%, asam oleat (MUFA) 10,01% dan DHA (PUFA) sebesar 23,81%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Bakhtiar, Deddy, Indra Jaya, Henry M. Manik, and Hawis H. Madduppa. "PENGUKURAN KEPADATAN IKAN TERUMBU SECARA EX SITU DENGAN METODE AKUSTIK." JURNAL ENGGANO 4, no. 1 (2019): 80–91. http://dx.doi.org/10.31186/jenggano.4.1.80-91.

Full text
Abstract:
Pendugaan kelimpahan ikan terumbu secara akustik masih jarang dilakukan karena tingginya keanekaragaman jenis dalam suatu agregasi sehingga sulit membedakan nilai hambur balik akustik tiap jenis ikan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis hubungan kepadatan ikan Abudefduf saxatilis, Scolopsis lineatus dan Chaetodon trifasciatus terhadap perubahan nilai volume backscattering strength (Sv) kemudian menganalisis tingkat kesesuaian pendugaan kepadatan ikan secara akustik dengan kepadatan ikan sebenarnya melalui pengukuran secara ex situ. Metode yang digunakan adalah metode kurungan untuk pengukuran akustik secara ex situ. Alat yang digunakan dalam pengukuran akustik adalah Echosounder Simrad EK-15 frekuensi 200 kHz. Hasil penelitian menunjukkan nilai hambur balik akustik ketiga ikan terumbu memiliki hubungan yang sangat tinggi dengan kepadatan ikan. Peningkatan kepadatan ikan ikan terumbu akan meningkatkan nilai hambur balik akustik secara linier. Pendugaan kepadatan ikan secara akustik menunjukkan bahwa ikan Abudefduf saxatilis dan ikan Scolopsis lineatus menghasilkan dugaan kepadatan ikan yang sama secara statistik dengan kepadatan ikan yang sebenarnya, sedangkan ikan Chaetodon trifasciatus menghasilkan dugaan kepadatan ikan yang berbeda dan cenderung lebih kecil dari kepadatan ikan yang sebenarnya.MEASUREMENT OF REEF FISH DENSITY USING EX SITU ACOUSTIC METHODS. Estimation of reef fish abundance using acoustic method is still rarely done. High diversity of species in an aggregation impacts on the difficult to distinguish the backscatter value for each species. Therefore, this research was proposed to analyze the relationship of fish density of Abudefduf saxatilis, Scolopsis lineatus and Chaetodon trifasciatus for the changing of volume backscattering strength value, then to analyze the conformity of estimate coral fish density comparing with actual reef fish density through ex situ acoustical measurements. Cage method was used in this research for ex situ acoustical measurement using Echosounder Simirad EK-15 200 kHz. The result showed that the acoustic backscattering value of three species had a high relationship with fish density. The density of Abudefduf saxatilis and Scolopsis Lineatus were statistically similar to the actual fish density, while the density of Chaetodon trifasciatus was different and tend smaller than the actual fish density.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Dwiyitno, Dwiyitno, Farida Ariyani, Teti Kusmiyati, and Harmita Harmita. "PERLAKUAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM UNTUK MENGHAMBAT PERKEMBANGAN HISTAMIN PADA PINDANG IKAN LISONG (Scomber australasicus GV)." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 11, no. 8 (2017): 1. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.11.8.2005.1-8.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan perendaman dalam larutan asam (sitrat dan laktat) pada ikan sebelum dilakukan pemindangan terhadap kandungan histaminpindang ikan lisong (Scomber australasicus CV). Pada penelitian ini ikan direndam dalam larutan asam sitrat dan asam laktat pada pH 4 dengan variasi lama perendaman 15,30 dan 45 menit. Selanjutnya ikan dipindang dalam larutan garam 15% selama 30 menit. Parameteryang diamati metiputi kadar air, histamin, jumlah bakteri pembentuk histamin, total volatile base (TVB) dan organoleptik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Mastuti, Indah, Zafran Zafran, and Ketut Mahardika. "PERKEMBANGAN JUMLAH EKTOPARASIT Pseudorhabdosynochus spp. PADA INSANG KERAPU HIBRIDA CANTIK (Epinephelus fuscoguttatus x E. polyphekadion) MELALUI METODE KOHABITASI." Media Akuakultur 16, no. 1 (2021): 33. http://dx.doi.org/10.15578/ma.16.1.2021.33-43.

Full text
Abstract:
Genus Pseudorhabdosynocus merupakan Monogenea yang sering menginfeksi ikan kerapu. Pengaruh perbedaan jarak antara ikan sakit dengan ikan sehat terhadap perkembangan jumlah Pseudorhabdosynochus spp. pada ikan kerapu hibrida “cantik” dipelajari dalam penelitian ini melalui metode kohabitasi. Kohabitasi dilakukan dengan dua metode yaitu (a) menempatkan lima ekor ikan sakit ke dalam keranjang dengan jarak 25 cm dari dasar bak, dan (b) menempatkan lima ekor ikan sakit ke dalam keranjang dengan jarak 10 cm dari dasar bak. Kedua keranjang tersebut diapungkan ke dalam bak plastik berbeda dengan volume 100 L air laut (33 ppt) yang masing-masing telah berisi 30 ekor ikan kerapu hibrida “cantik” sehat. Masing-masing lima ekor ikan dari kedua metode kohabitasi diambil pada hari ke-2, 4, 6, 8, 10, dan 15 pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi buatan menggunakan metode kohabitasi (b) lebih cepat menyebarkan Pseudorhabdosynochus spp. dari ikan sakit ke ikan sehat dibandingkan dengan metode kohabitasi (a). Perkembangan populasi Pseudorhabdosynochus spp. dan telurnya pada metode kohabitasi (b) lebih tinggi yaitu 1.495 ± 206,3 ekor/ikan dan 18,6 ± 3,8 telur/ikan dibandingkan dengan metode kohabitasi (a) yaitu 163,2 ± 16,3 ekor/ikan dan 3,8 ± 0,7 telur/ikan pasca 15 hari kohabitasi. Secara histopatologi, lamela insang yang terinfeksi Pseudorhabdosynochus spp. menunjukkan adanya hyperplasia epitel sel filamen insang yang menimbulkan fusi filamen. Kerusakan filamen di hampir semua lamela insang menyebabkan terganggunya sistem pernapasan ikan kerapu. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebaran Pseudorhabdosynochus spp. semakin cepat dengan semakin dekat jarak kontak antara ikan sakit dengan ikan sehat.Pseudorhabdosynocus is a genus of Monogenea that frequently infect grouper fish. This study aimed to observe the changes of density patterns of Pseudorhabdosynochus spp. in hybrid grouper gill through cohabitation. Two cohabitation methods were applied to understand the effects of distance between sick and healthy fish in terms of parasite infection. The cohabitation methos were arranged as follows: (a) five fish infected with Pseudorhabdosynochus spp. were placed into a basket at a distance of 25 cm from the bottom of the tank, and (b) five fish infected with Pseudorhabdosynochus spp. were placed into a basket at a distance of 10 cm from the bottom of the tank. The two baskets were floated into different plastic tanks of 100 L of seawater (33 ppt), each of which contained 30 healthy hybrid groupers. Each of the five fish from the two cohabitation methods was sampled on day 2, 4, 6, 8, 10, and 15 after cohabitation. The results showed that the spread of Pseudorhabdosynochus spp. from sick fish to healthy fish with the cohabitation method b was faster than the cohabitation method a. The development number of Pseudorhabdosynochus spp. and its eggs in the cohabitation method b were higher, reaching 1,495 ± 206.3 parasite/fish and 18.6 ± 3.8 eggs/fish than the cohabitation method a, 163.2 ± 16.3 parasite/fish and 3.8 ± 0.7 eggs/fish after 15 days of cohabitation. Histopathologically, gill lamella infected with Pseudorhabdosynochus spp. showed the presence of epithelial hyperplasia of gill filament cells causing fusion. Damage of the gill filament in all of gill lamella has caused disruption of the grouper breathing system. From these findings, it can be concluded that the spread of Pseudorhabdosynochus spp. was faster if the distance of direct contact between sick and healthy fish was closer.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Supriyanto, Supriyanto, and Listio Dharmawantho. "UJI KETAHANAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) STRAIN RAJADANU F-3 TAHAN PENYAKIT KHV TERHADAP CEK." Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 14, no. 2 (2016): 129. http://dx.doi.org/10.15578/blta.14.2.2016.129-132.

Full text
Abstract:
Ikan mas merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar penting yang dapat dibudidayakan di Indonesia dan telah memberikan kontribusi ekonomi cukup besar. Kegiatan ini bertujuan untuk menguji ketahanan ikan mas Rajadanu F-3 tahan penyakit KHV terhadap cekaman amonia. Pengujian dilakukan dalam skala laboratorium di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Sukamandi dengan cara perendaman dalam wadah botol berukuran 600 mL. Benih ikan mas yang diuji adalah ikan mas Rajadanu F-3 dan sebagai pembanding digunakan ikan mas Mantap. Ikan uji yang digunakan masing-masing sebanyak 10 ekor dengan bobot rata-rata 10–15 g/ekor. Pengamatan dilakukan selama 60 menit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada kadar amonia tinggi 3,71 mg/L; ikan mas Rajadanu F-3 mampu bertahan hidup sampai menit ke-35, sedangkan ikan mas Mantap hanya mampu bertahan hidup sampai menit ke-28. Hasil ini menunjukkan bahwa ikan mas Rajadanu F-3 memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap cekaman amonia dibandingkan dengan ikan mas Mantap
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Fatimah, Siti, Agustin Indrawati, and Angela Mariana Lusiastuti. "TOKSISITAS DAN IMUNOGENISITAS PRODUK EKSTRASELULER Mycobacterium fortuitum PADA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy)." Jurnal Riset Akuakultur 10, no. 2 (2015): 231. http://dx.doi.org/10.15578/jra.10.2.2015.231-241.

Full text
Abstract:
Mycobacterium fortuitum merupakan bakteri patogen dengan kejadian penyakit bersifat kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat toksisitas dan imunogenisitas produk ekstraseluler M. fortuitum pada ikan gurame. Pengujian toksisitas dilakukan pada ikan dengan bobot 15 g yang diinjeksi secara intraperitoneal (i.p) dengan konsentrasi ECP berbeda yaitu 7,15 μg/ikan; 14,3 μg/ikan; 28,6 μg/ikan; 57,2 μg/ikan; sedangkan kontrol dengan menggunakan PBS. Pengujian imunogenisitas dilakukan dengan menggunakan ikan seberat 25-30 g. Ikan dibagi dalam tiga perlakuan yaitu: ECP dengan Freund Incomplete Adjuvant (FIA), ECP, dan kontrol (sauthon broth). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ECP M. fortuitum hingga konsentrasi 57,2 μg/ikan tidak toksik pada ikan gurame. Sementara, tingkat imunogenisitas menunjukkan bahwa ikan yang diinjeksi dengan ECP ditambah FIA dan ECP saja memiliki respons imun non-spesifik dan spesifik yang lebih tinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa ECP M. fortuitum bersifat imunogenik pada ikan gurame sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai vaksin guna penanggulangan mycobacteriosis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Sundari, Sri, Sudarmaji Sudarmaji, and Deni Irawan. "APLIKASI TEKNIK RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (PCR-RAPD) SEBAGAI PENANDA GENETIK PADA IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata)." Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 15, no. 1 (2017): 1. http://dx.doi.org/10.15578/blta.15.1.2017.1-5.

Full text
Abstract:
Ikan betutu merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk konsumsi lokal dan komoditas ekspor. Dalam rangka pelestarian dan pengembangan budidaya ikan betutu, maka perlu dilakukan evaluasi keragaman genetik. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi aplikasi teknik PCR-RAPD sebagai penanda genetik pada ikan betutu sebagai dasar untuk analisis keragaman genetik ikan Betutu. Dalam kegiatan ini primer yang digunakan adalah OPC-4 dan OPC-8. Sampel yang digunakan adalah sirip ikan betutu yang berasal dari tiga populasi yaitu Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Primer OPC-4 menghasilkan amplifikasi 14-21 band/pita DNA dengan ukuran 300-2.100 bp, sedangkan primer OPC-8 menghasilkan amplifikasi 14-15 band dengan ukuran 330-2.100 bp.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Adam, Adam. "Implementasi Neural Network Untuk Menentukan Tingkat Kesegaran Daging Ikan Tongkol." INOVTEK POLBENG 9, no. 1 (2019): 1. http://dx.doi.org/10.35314/ip.v9i1.854.

Full text
Abstract:
Ikan tongkol merupakan ikan laut konsumsi paling populer di indonesia, jika dalam keadaan segar ikan tongkol enak dan lezat untuk dikonsumsi. Kesegaran ikan tongkol bergantung dari cara penyimpanan dan pengolahannya. Pada penelitian ini dirancang suatu sistem untuk menentukan tingkat kesegaran daging ikan dengan menggunakan neural network. Sistem ini memanfaatkan array sensor dengan menggunakan sensor gas dengan jenis yang berbeda. Data sensor diproses ke mikrokontroller dan mikrokontoler mengirimkan data sensor ke mini PC yang telah terprogram algoritma neural network. Hasil percobaan menunjukkan tingkat keberhasilan 80% dari 15 kali pengujian. Pada sistem ini diharapkan dapat menggantikan indra penciuman manusia dan membantu manusia untuk mendapatkan daging ikan tongkol yang segar dan layak konsumsi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Prakoso, Vitas Atmadi, and Young Jin Chang. "LAJU RESPIRASI INDUK IKAN BLACKHEAD SEABREAM Acanthopagrus schlegelii PADA SUHU PEMELIHARAAN YANG BERBEDA." Jurnal Riset Akuakultur 12, no. 2 (2017): 161. http://dx.doi.org/10.15578/jra.12.2.2017.161-167.

Full text
Abstract:
Laju respirasi hewan akuatik memiliki hubungan yang erat dengan metabolisme. Tingkat metabolisme hewan merupakan variabel yang dapat dipengaruhi faktor dalam maupun luar, salah satunya adalah suhu. Pada ikan, proses metabolisme juga berkorelasi dengan suhu. Salah satu jenis ikan yang perlu dikaji laju respirasinya adalah ikan blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii yang merupakan spesies ikan laut yang popular di Korea Selatan, sehingga diperlukan lebih banyak informasi lagi mengenai laju respirasi ikan ini untuk mengoptimalkan metabolisme ikan ini dan berdampak kepada produktivitas budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi laju respirasi induk ikan blackhead seabream pada beberapa tingkatan suhu. Ikan blackhead seabream (panjang total 29,3 ± 2,2 cm dan bobot tubuh 538,3 ± 43,0 g) diteliti menggunakan respirometer dalam sistem resirkulasi. Tiga kelompok percobaan dilakukan untuk mengukur laju respirasi berdasarkan perubahan suhu pemeliharaan (15°C, 20°C, dan 25°C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan laju respirasi meningkat secara linier dengan peningkatan suhu perlakuan, dengan nilai tertinggi sebesar 164,8 ± 30,7 mg O2/kg/jam pada 25°C dan nilai terendah sebesar 72,4 ± 8,1 mg O2/kg/jam pada 15°C. Sementara itu, frekuensi pernapasan berkorelasi positif terhadap kenaikan suhu. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perubahan suhu dari 15°C ke 25°C menyebabkan peningkatan laju respirasi pada induk ikan blackhead seabream.It is well known that a close relationship exists between respiration rate and metabolism in aquatic animal. In fish, the metabolic rate is influenced by internal or external factors, such as temperature. This research observed the respiration rate of blackhead seabream, Acanthopagrus schlegelii, which is one of the popular marine fish species in South Korea. Despite the fish popularity, very few information are available about the fish’s respiration rate which is important in order to optimize its metabolism and increase its aquaculture productivity. This study aimed to evaluate the respiration rate of adult blackhead seabream reared in media with different temperature settings. The fish (total length of 29.3 ±2.2 cm and body weight of 538.3 ± 43.0 g) were observed using a respirometer placed inside the recirculation systems. Three groups of experiments were set up to measure the fish’s respiration rate according to different rearing temperatures (15°C, 20°C, and 25°C). The results showed that there was a tendency of respiration rate increased linearly with the increase of temperature. The highest respiration rate was 164.8 ± 30.7 mg O2/kg/hour at 25°C and the lowest value was 72.4 ± 8.1 mg O2/kg/hour at 15°C which indicated that the respiratory rate positively correlated to the change in temperature. According to this study, it can be concluded that temperature changes from 15°C to 25°C led an increase in respiration rate of adult blackhead seabream
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Ahmad, Nasir, Oka Herdelah, Zulkhasyni Zulkhasyni, and Andriyeni Andriyeni. "PENGARUH PENYIPONAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) PADA SISTEM BIOFLOK." Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan 17, no. 1 (2019): 49. http://dx.doi.org/10.32663/ja.v17i1.505.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyiponan 0%, 15%, 30%, 45%, dan 60% untuk pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) pada sistem bioflok. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai 12 Juni 2016, yang berlokasi di Jl Bukit Barisan Kelurahan Tengah Padang Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan penyiponan bioflok yang digunakan sebagai berikut : P1= penyiponan bioflok 0%, P2 = penyiponan bioflok 15%, P3 = penyiponan bioflok 35%, P4 = penyiponan bioflok 45% , P5 = penyiponan bioflok 60%. Untuk melihat perbedaan tersebut dilakukan uji BNT. Penyiponan yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Calias gariepenus) pada sistem bioflok berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan berat, pertumbuhan panjang, konversi pakan, efisiensi pakan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang. Penyiponan terbaik terhadap pertumbuhan ikan lele sangkuriang adalah perlakuan P4 (penyiponan bioflok 45%)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Rahman, Nopriani, and Asri Silvana Naiu. "Karakteristik Kukis Bagea Tepung Sagu (Metroxylon sp.) Yang Disubstitusi Tepung Ikan Teri (Stolephorus indicus)." Jambura Fish Processing Journal 3, no. 1 (2021): 16–26. http://dx.doi.org/10.37905/jfpj.v3i1.7779.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan tepung sagu dengan tepung ikan teri (S. indicus) terhadap karakteristik hedonik dan kandungan proksimat kukis bagea, serta menentukan formulasi terbaik kukis bagea. Perlakuan ada penelitian ini adalah subtitusi tepung sagu dengan tepung ikan teri berbeda yaitu 0%, 15%, 25%, 35%. Penelitian ini dirancang menggunakan metode uji Kruskal-Wallis untuk uji hedonik dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk analisis proksimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi tepung sagu dengan tepung ikan teri memberikan pengaruh nyata terhadap semua karakteristik organoleptik hedonik dan kandungan proksimat kukis bagea (kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, dan kadar karbohidrat). Hasil uji bayes bahwa produk terpilih kukis bagea yaitu subtitusi 15% (tepung sagu 85gr : tepung ikan teri 15gr). Karakteristik kimia produk tersebut yakni kadar air 14,05%, kadar abu 1,80%, kadar lemak 3,75%, kadar protein 9,44% dan karbohidrat 68,56%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Anto, Anto, Deyvie Xyzquolyna, and Viene Valentine H. Ali. "SIFAT KIMIA DAN MIKROBIOLOGI BAKASANG IKAN OCI (Rastrelliger sp) DENGAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA." Pro Food 5, no. 1 (2019): 397. http://dx.doi.org/10.29303/profood.v5i1.94.

Full text
Abstract:
ABSTRACT
 This study aimed to determine the effect of oci fermentation time on total microbes, total lactic acid bacteria, water content, protein content, and pH value. The oci fish used are fresh oci fish from the fish market in Gorontalo, then fermented for 0, 3, 10 and 15 days. The research method used the experimental method through a complete randomized design pattern using variance analysis followed by the Duncan test. For 15 days fermented, the pH value, water content and microbial total decreased, but the protein content and the number of lactic acid bacteria increased. The bakasang of oci at the end of fermentation has a total lactic acid bacteria of 2.51x107 CFU/g, the water content of 65.56%, the protein content of 5.98%, and pH value of 6.0.
 Keywords: oci fish, fermentation, bakasang, lactic acid bacteria
 
 ABSTRAK
 Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa sifat kimia dan mikrobiologi bakasang ikan oci dengan lama fermentasi yang berbeda. Ikan oci yang digunakan adalah ikan oci segar dari pasar ikan di Gorontalo, lalu difermentasi selama 3, 10 dan 15 hari. Parameter pengamatannya meliputi sifat kimia yang terdiri dari kadar air, kadar protein, nilai pH. Sedangkan sifat mikrobiologi yang diamati yaitu total mikroba dan total bakteri asam laktat. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dan analisis sidik ragam dilanjutkan dengan uji Duncan. Selama 15 hari difermentasi, nilai pH, kadar air dan total mikroba menurun, namun kadar protein dan jumlah bakteri asam laktat mengalami peningkatan. Bakasang ikan oci pada akhir fermentasi mempunyai total bakteri asam laktat 2,51x107 cfu/g, kadar air 65,56%, kadar protein 5,98%, dan nilai pH 6,0.
 Kata kunci: ikan oci, fermentasi, bakasang, bakteri asam laktat
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Mansyur, Mariani Haji, and Sri Hajriani A.R. "Analisis Fisikokimia Sambal Ikan Teri (Stelephorus sp)." Gorontalo Agriculture Technology Journal 3, no. 2 (2020): 81. http://dx.doi.org/10.32662/gatj.v3i2.1210.

Full text
Abstract:
Sambal adalah produk olahan dari cabai (Capsicum sp) yang dilumatkan dan ditambahkan bahan tambahan lainnya yang memiliki cita rasa pedas dan berfungsi sebagai pelengkap dalam menyantap makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi sambal ikan teri yang terbaik, berdasarkan karakteristik fisikokimia (kadar air, vitamin C, dan pH) produk sambal ikan teri yang disimpan selama 3 minggu Tahapan metodologi penelitian ini dimulai dengan melakukan formulasi produk sambal yang ditambahkan ikan teri kemudian di lakukan analisis fisikokimia. Formulasi perlakuan yang dilakukan adalah : A. Konsentrasi ikan teri 10%, B. Konsentrasi ikan teri 15%, C. Konsentrasi ikan teri 20%, D. Konsentrasi ikan teri 25%, dan E. Konsentrasi ikan teri 30%. Hasil dari penelitian Formulasi sambal ikan teri yang terbaik berdasarkan hasil analisa vitamin C, pH dan kadar air adalah pada formulasi (A) yaitu penambahan ikan teri 10% yang disimpan selama 3 minggu. Rata-rata hasil analisa karakteristik vitamin C adalah 0,12%, pH adalah 5,96 dan kadar air adalah 35,16% yang disimpan selama 3 minggu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Nia Katarina, Happy, Winda Dwi Kartika, and Tia Wulandari. "KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI KELURAHAN TANJUNG SOLOK TANJUNG JABUNG TIMUR." Biospecies 12, no. 2 (2019): 28–35. http://dx.doi.org/10.22437/biospecies.v12i2.7643.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada bulan Agustus sampai September 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis ikan apa saja yang tertangkap oleh nelayan dan yang dijual di setiap bangsal ikan yang ada di Kelurahan Tanjung Solok. Sampel dikoleksi dari 4 bangsal ikan dan diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi. Hasil penelitian menunjukkan ikan hasil tangkapan nelayan terdiri atas 11 ordo, 23 famili dan 32 jenis. Jenis ikan yang paling banyak ditemukan berasal dari ordo Perciformes yang tersebar dalam 10 famili dan 15 jenis. Jenis ikan yang ditemukan di setiap bangsal tidak seluruhnya sama (bangsal 1 ditemukan 28 jenis ikan, bangsal II 23 jenis ikan, bangsal III 24 jenis, dan bangsal IV 25 jenis). Terdapat 17 jenis ikan yang dapat ditemukan di semua bangsal. Pada masing-masing bangsal jumlah jenis ikan yang ditemukan berbeda. Jenis alat tangkap yang paling umum digunakan nelayan di Kelurahan Tanjung Solok adalah gill net dan rawai
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Indrawati, Ayuningtyas, Isa Nagib Edrus, and Tri Aryono Hadi. "KARAKTERISTIK STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG TARGET DAN INDIKATOR DI PERAIRAN TAMAN NASIONAL KOMODO." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 26, no. 2 (2020): 75. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.26.2.2020.75-92.

Full text
Abstract:
Perairan karang Taman Nasional Komodo merupakan wilayah penangkapan ikan dan daerah tujuan wisata laut. Kondisi tutupan karang pada umumnya sudah di bawah 50%, namun dampak yang akan muncul terhadap ikan karang belum diteliti dan hal ini dibutuhkan bagi pengelolaan kawasan tersebut. Tujuan penelitian adalah mendapatkan karakteristik struktur komunitas ikan karang, meliputi komposisi, sebaran, kepadatan stok, dan biomassa ikan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2019 dengan mengunakan metode sensus bawah air pada transek garis permanen untuk masing-masing stasiun penelitian. Sensus visual mendapatkan 128 spesies ikan target dari 21 suku dan 30 spesies ikan indikator dari suku Chaetodontidae. Rata-rata kepadatan stok ikan target dan ikan indikator adalah masing-masing 182 ± 67 individu/350m2 dan 35 ± 15 individu/350m2. Ukuran panjang ikan terbanyak antara 15 cm – 30 cm. Biomassa ikan target sebesar 1.174 ± 617 kg/hektar. Ikan karang target dan ikan indikator yang memiliki sebaran luas masing-masing 13 spesies dan 2 spesies . Komposisi kehadiran jenis ikan target di lokasi penelitian hanya 3% yang berdistribusi sangat tinggi, 7% berdistribusi tinggi, 18% berdistribusi sedang, 21% berdistribusi rendah dan 51% berdistribusi sangat rendah. Sementara jenis-jenis ikan indikator yang intensitas distribusinya sangat tinggi dan tinggi hanya 7%, dan lainnya tergolong sedang (23%), rendah (40%) sampai sangat rendah (23%). Kondisi sebaran spesies diduga menyebabkan keanekaragaman ikan karang pada keseluruhan lokasi penelitian terhitung tinggi, tetapi rendah untuk masing-masing lokasi penelitian. Semua lokasi di dalam kawasan taman nasional maupun diluar taman diperlukan pemantauan dengan porsi yang sama dan dilakukan secara berkala.Coral Reef Waters of Komodo National Park are fishing grounds and marine tourism destinations. The last condition of coral cover percentages of the regions have sustained below of 50%, however, their future potential impacts on fishes have not been studied and these will be needed in other to manage the regions. The study aimed to update reef fishes data in terms of some features of a community reef fish structure including composition, distribution, density, and biomass. A study was carried out in June, 2019 by using an underwater census visual at a permanent transect belt in the respective study sites. A total of 128 target fish species were recorded belonging to 21 families and 30 indicator fish species of Cahetodontidae were succesfully identified. The density mean of target and indicator fishes are 182 ± 67 individual/350m2 and 35 ± 15 individual/350m2, respectively. Most of fish sizes ranged from 15 cm to 30 cm. The biomass mean of target fishes are 1,174 ± 617 kg/hectare. Only for 13 species of target fishes that have high distribution in overall the study sites and 2 species of indicator fishes, as well. Composition present of target reef fishes in the distribution area given were in levels of 3% very high, 7% high, 18% fair, 21% low,and 51% veri low. Meanwhile, those for indicator fishes were in levels of 7% very high and high, 23% fair, 40% low, and 23% veri low. There was mayor significant diversity of reef fishes for overall study sites, however those was minor for respective study sites.The whole locations weather in-side or out-side of Komodo National Park need the equal portion for priodical monitoring.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Wardani, Ratna Eka, Prayogo Prayogo, and Agustono Agustono. "POTENSI PENAMBAHAN Azolla sp. DALAM FORMULASI PAKAN IKAN LELE (Clarias sp.) TERHADAP NILAI KECERNAAN PROTEIN DAN KECERNAAN ENERGI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBEDAHAN." Journal of Aquaculture and Fish Health 6, no. 2 (2019): 94. http://dx.doi.org/10.20473/jafh.v6i2.11286.

Full text
Abstract:
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai ikan konsumsi. Permintaan pasar ikan lele di Indonesia semakin meningkat sehingga produksi yang dibutuhkan semakin tinggi, untuk itu dengan penambahan tepung azolla sebagai salah satu campuran bahan formulasi pakan ikan lele dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas ikan lele. Azolla sp. merupakan tanaman paku air yang selama ini dianggap sebagai gulma oleh para petani sehingga tidak dimanfaatkan, namun Azolla sp. memiliki kandungan protein yang cukup tinggi berkisar antara 24-30%sehingga dengan penambahan tanaman Azolla dapat menurunkan biaya produksi serta mempercepat pertumbuhan ikan lele. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tanaman Azolla sp..pada formulasi pakan terhadap nilai kecernaan protein dan kecernaan energi ikan lele menggunakan teknik pembedahan. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan perbedaan jumlah persen Azolla sp. yaitu menggunakan P0 sebagai kontrol dengan penambahan Azolla sp. 0%, P1 penambahan Azolla sp. 5%, P2 penambahan Azolla sp. 10%, P3 penambahan Azolla sp. 15%, P4 penambahan Azolla sp. 20%. Kemudian dilakukan ulangan sebanyak 4 kali. Hasil Penelitian ini menggunakan penambahan Azolla sp. terhadap nilai kecernaan protein berbeda nyata (P<0,05) sedangkan untuk penambahan Azolla sp. terhadap nilai kecernaan energi tidak berbeda nyata (P>0,05). Untuk kadar kecernaan protein tertinggi pada perlakuan P3 dengan penambahan Azolla sp. 15% dan kadar kecernaan energi tertinggi pada perlakuan P2 dengan penambahan Azolla sp. 10%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Putra, Ewang Mahendra, Gunanti Mahasri, and Luthfiana Aprilianita Sari. "INFESTASI EKTOPARAIT PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIPELIHARA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM AKUAPONIK DAN TANPA AKUAPONIK." Journal of Aquaculture and Fish Health 7, no. 1 (2018): 42. http://dx.doi.org/10.20473/jafh.v7i1.11242.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ektoparasit dan perbedaan infestasi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara pada sistem akuaponik dan tanpa akuaponik. Metode penelitian rnenggunakan kuasi eksperimen intact-group comparison dengan terdapat dua perlakuan. Hewan uji menggunakan ikan nila dengan bobot 6-7 g/ekor. Hewan uji dipelihara di akuarium kaca berukuran 40cmx30cmx30cm yang diisi air sebanyak 15 liter. Perlakuan yang diberikan berupa pemeliharaan ikan nila dengan menggunakan sistem akuaponik dan pemeliharaan ikan nila tanpa menggunakan sistem akuaponik. Parameter yang diamati adalah jenis ektoparasit dan infestasi ektoparasit pada ikan nila. Jenis parasit yang ditemukan menginfestasi ikan nila (Oreochromis niloticus) pada pemeliharaan dengan menggunakan akuaponik maupun tanpa akuaponik adalah Argulus sp. Terdapat perbedaan yang nyata antara infestasi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara dengan sistem akuaponik dan tanpa akuaponik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography