To see the other types of publications on this topic, follow the link: Adjektiva.

Journal articles on the topic 'Adjektiva'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Adjektiva.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Ambarita, Esron. "MORPHOLOGICAL ANALYSIS OF ADJECTIVE REDUPLICATIONS IN TOBA BATAK LANGUAGE." JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA 2, no. 1 (July 27, 2018): 130–37. http://dx.doi.org/10.32696/ojs.v2i1.157.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mengkaji pengulangan kata sifat dalam bahasa Batak Toba. Ada tiga masalah dalam penelitian ini: (1) jenis reduplikasi adjektiva dalam bahasa Batak Toba, (2) proses pembentukan reduplikasi adjektiva ditinjau dari perspektif infleksional dan derivasional, dan (3) mengungkap makna reduplikasi adjektiva tersebut. Pendekatan struktural diterapkan untuk menjawab ketiga permasalahan di atas. Data dijaring dari sumber lisan dan tertulis. Hasil analisa menunjukkan bahwa secara mendasar ada dua jenis reduplikasi adjektiva dalam bahasa Batak Toba, yaitu: (1) reduplikasi adjektiva penuh dan (2) reduplikasi adjektive sebagian. Reduplikasi adjektiva sebagian dikelompokkan lagi menjadi empat, yaitu: (2.1) menggunakan prefiks mar- dan um-, (2.2) menggunakan infiks -um-, (2.3) menggunakan sufiks -an dan -hian, dan (2.4) menggunakan konfiks marsi-i, ha-assa, ma-hu, pa-hu,sa-na, dan um-hian. Makna reduplikasi adjektiva dikelompokkan menjadi delapan bagian: (1) merujuk pada makna dasar adjektiva, (2) dalam kondisi seperti makna dasar adjektiva, (3) memiliki sifat seperi makna dasar adjektiva, (4) menunjukkan tingkat perbandingan, (5) menunjukkan perbedaan, (6) menunjukkan bahwa sesuatu atau seseorang memiliki sifat seperti makna dasar adjektiva, (7) menunjukkan bahwa sesuatu atau seseorang terlalu … seperti makna dasar adjektiva, dan (8) menyatakan tingkat perbandingan tentang sesuatu atau seseorang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Rosianingsih, Selvi, and Sudaryanto Sudaryanto. "ADJEKTIVA BERTARAF DALAM BERITA UTAMA HARIAN SUARA MERDEKA." Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 10, no. 2 (August 4, 2021): 74. http://dx.doi.org/10.31000/lgrm.v10i2.4754.

Full text
Abstract:
Adjektiva bertaraf banyak ditemukan dalam berita utama harian Suara Merdeka. Peneliti memilih adjektiva bertaraf untuk diteliti karena data yang ditemukan lebih memadai dibandingkan adjektiva jenis lain. Selain itu adjektiva bertaraf juga memiliki makna yang unik dalam jenis-jenisnya. Berdasarkan hal tersebut tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan jenis-jenis adjektiva bertaraf dalam berita utama di harian Suara Merdeka edisi Januari 2021, (2) mendeskripsikan makna dari jenis-jenis adjektiva dalam berita utama di harian Suara Merdeka edisi Januari 2021. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah berita utama harian Suara Merdeka. Data penelitian ini adalah adjektiva bertaraf. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap dan teknik lanjutan simak bebas libat cakap dan catat. Penelitian ini menggunakan kartu data dan tabulasi data sebagai alat bantu. Metode yang digunakan untuk menganalisis bentuk kata adalah metode agih dengan teknik bagi unsur langsung. Hasil penelitian dari jenis dan makna adjektiva bertaraf adalah: adjektiva bertaraf pemeri sifat sebanyak 64 data, bentuk adjektiva ukuran sebanyak 52 data, bentuk adjektiva warna sebanyak 6 data, adjektiva bentuk sebanyak 10 data, bentuk adjektiva waktu sebanyak 21 data, bentuk adjektiva jarak sebanyak 5 data, bentuk adjektiva sikap batin sebanyak 18 data, bentuk adjektiva cerapan sebanyak 9 data. Kata kunci : adjektiva bertaraf, berita, Suara Merdeka
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Iribaram, Siti Masitha. "Adjektiva Bahasa Ngalum." Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan 3, no. 2 (December 1, 2015): 114–21. http://dx.doi.org/10.31813/gramatika/3.2.2015.19.114--121.

Full text
Abstract:
Salah satu bahasa daerah yang terdapat di Provinsi Papua dengan jumlah penutur yang banyak adalah bahasa Ngalum. Bahasa Ngalum dituturkan oleh masyarakat suku Ngalum yang tinggal di Lembah Oksibil, Okisop, dan Okbon, Kabupaten Pegunungan Bintang. Seperti halnya bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Ngalum terdiri atas beberapa kelas kata. Salah satu di antaranya adalah adjektiva. dalam artikel ini, adjektiva bahasa Ngalum didasarkan pada adjektiva bahasa Indonesia dari segi perilaku semantisnya. Tulisan ini mengunakan metode deskriptif dengan tiga tahapan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Penyediaan data tulisan ini menggunakan metode cakap dengan teknik pancing sebagai teknik dasar dan teknik cakap semuka serta teknik catat sebagai teknik lanjutan. Analisis data menggunakan metode distribusional. Ada dua tipe pokok adjektiva, yaitu adjektiva bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas mencakupi (1) adjektiva pemeri sifat, (2) adjektiva ukuran, (3) adjektiva warna, (4) adjektiva waktu, (5) adjektiva jarak, (6) adjektiva sikap batin, dan (7) adjektiva cerapan dan adjektiva tak bertaraf yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Karyaningsih, Tri Yulianti, and Trisna Gumilar. "ADJEKTIVA BERMAKNA RUANG DALAM BAHASA RUSIA." Metahumaniora 9, no. 2 (January 6, 2020): 195. http://dx.doi.org/10.24198/metahumaniora.v9i2.25105.

Full text
Abstract:
Dalam bahasa Rusia terdapat adjektiva yang menyatakan makna ruang atau tempat, yakni berupa lokasi dan arah. Adjektiva demikian berbeda secara morfologis, sintaktis, dan semantis dengan adjektiva kualitatif biasa. Untuk itu, dalam artikel ini dibahas mengenai perilaku morfologis, sintaktis, dan semantisadjektiva bermakna ruang dalam bahasa Rusia.Metode yang digunakan dalam penelitian iniadalah metode deskriptif dengan model analisis morfologis, sintaktis, dan semantis. Data berupa adjektiva bermakna ruangberasal dari buku-buku gramatika,sementara data analisis berupa kalimatdiambildari korpus nasional bahasa Rusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adjektiva bermakna ruang merupakan adjektiva derivatif yang dibentuk dari nomina dan adverbia secara morfologis melalui afiksasi dan pembubuhan fleksi pemarkah adjektiva. Secara semantis, makna ruang pada adjektiva ditunjukkan oleh kata pembentuknya, yakni nomina dan adverbia bermakna tempat, serta prefiks pada adjektiva denominal. Adapun secara sintaktis, adjektiva ini umumnya bersifat atributif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Karyaningsih, Tri Yulianti, and Trisna Gumilar. "ADJEKTIVA BERMAKNA RUANG DALAM BAHASA RUSIA." Metahumaniora 9, no. 2 (January 6, 2020): 195. http://dx.doi.org/10.24198/mh.v9i2.25105.

Full text
Abstract:
Dalam bahasa Rusia terdapat adjektiva yang menyatakan makna ruang atau tempat, yakni berupa lokasi dan arah. Adjektiva demikian berbeda secara morfologis, sintaktis, dan semantis dengan adjektiva kualitatif biasa. Untuk itu, dalam artikel ini dibahas mengenai perilaku morfologis, sintaktis, dan semantisadjektiva bermakna ruang dalam bahasa Rusia.Metode yang digunakan dalam penelitian iniadalah metode deskriptif dengan model analisis morfologis, sintaktis, dan semantis. Data berupa adjektiva bermakna ruangberasal dari buku-buku gramatika,sementara data analisis berupa kalimatdiambildari korpus nasional bahasa Rusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adjektiva bermakna ruang merupakan adjektiva derivatif yang dibentuk dari nomina dan adverbia secara morfologis melalui afiksasi dan pembubuhan fleksi pemarkah adjektiva. Secara semantis, makna ruang pada adjektiva ditunjukkan oleh kata pembentuknya, yakni nomina dan adverbia bermakna tempat, serta prefiks pada adjektiva denominal. Adapun secara sintaktis, adjektiva ini umumnya bersifat atributif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Bety, Nur. "ADJEKTIVA BAHASA BENUAQ." LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan 14, no. 1 (December 30, 2019): 33. http://dx.doi.org/10.26499/loa.v14i1.1681.

Full text
Abstract:
This study aims to describe the types and process of adjective formation in Benuaq language using qualitative descriptive methods. Interview, notes, and literature study are instruments for collecting data. It uses descriptive analysis. Based on the results of the study, there are some adjectives in Benuaq language that have prefixes and infixes meaning 'like', 'as', 'same', 'mutual', and 'always'. It is ke-. Confix in Benuaq language is hardly found in the data of this study. The example of confix is se-yaq. That confix is only attached to reduplication of adjectives which means the most or superlative, similar to se-nya in Indonesian. The adjectives in Benuaq language show two main types, namely qualitative adjective denoting qualities and relative adjective expressing membership in a group. Qualitative adjectives express (1) characteristic, (2) size, (3) color, (4) time, (5) distance, (6) opinion, and (7) perception. Relative adjectives place reference bound to a particular group. Their presence cannot be qualified.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Marbun, Rutmaida, Rina Evianty, and Jujur Siahaan. "Die Analyse morphologische des adjektivs im roman ”eisprinzessin”." STUDIA Jurnal Pendidikan Bahasa Jerman 7, no. 1 (May 7, 2019): 60. http://dx.doi.org/10.24114/studia.v7i1.9948.

Full text
Abstract:
AuszugDas ZieldieserUntersuchung ist es, um Morphologische die Adjektiven herauszufinden und die Adjektive im Roman ‘Eisprinzessin’ zu beschreiben. In dieserUntersuchungwird deskriptive qualitative Methode verwendet. Die Datenquelle dieser Untersuchung ist die Adjektive im Roman ‘Eisprinzessin’ von Carla Blumberg. Die Untersuchung verwendet die Tecknik der Datensammlung, um die zu kennen, zu markieren, zu versammeln, zu analysieren, und mit dem Phänomen angesammelten die Adjektive zu verallgemeinen. Die Ergebnisse dieser Untersuchung gibt es 253 die Morphologische Adjektive, nämlich 46 die Morphologische Adjektive mit dem Präfix, 167 die Morphologische Adjektive mit dem Suffix, 5 die Morphologische Adjektive mit dem Interfiks und 35 die Morphologische Adjektive mit dem Komposition.Schlüsselwörter :Die Morphologische Des Adjektivs, Roman
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Mauludin, Agus Fajar, Ely Triasih Rahayu, and Anggita Stovia. "Penggunaan Na-Keiyoushi dalam lagu L'Arc en Ciel Album True." J-Litera: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra dan Budaya Jepang 3, no. 1 (May 10, 2021): 1. http://dx.doi.org/10.20884/1.jlitera.2021.3.1.3923.

Full text
Abstract:
Penelitian ini berjudul “Penggunaan Na-Keiyoushi dalam Lagu L’Arc en Ciel Album True”. Tujuanya adalah untuk mendeskripsikan pembentukan dan makna na-keiyoushi yang terdapat pada lirik lagu L’Arc en Ciel dalam album True. Teori yang digunakan yaitu adjektiva ~na (na-keiyoushi), morfologi, dan semantik. Data penelitian berupa penggalan lirik lagu dari 7 lagu yang digunakan sebagai sumber data. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik simak catat. Berdasarkan hasil analisis terhadap 17 data ditemukan: 1) Klasifikasi adjektiva ~na berdasarkan bentuk terdiri atas 3 (tiga) klasifikasi yaitu : a) “Adjektiva ~na yang diikuti kopula (shuushikei)” (2 data), b) “Adjektiva ~na yang menerangkan verba (renyoukei)” (2 data), dan 3) “Adjektiva ~na yang menerangkan nomina (rentaikei)” (13 data) ; 2) Klasifikasi adjektiva ~na berdasarkan maknanya, terdiri atas penelitian ini, adalah a) Menyatakan kondisi fisik, b) Menyatakan sifat manusia, c) Menyatakan kondisi suatu tempat, d) Menyatakan perasaan, e) Menyatakan kondisi alam, f) Menyatakan waktu, dan g) Menyatakan kondisi benda. Data yang paling banyak muncul adalah bentuk rentaikei yang bermakna menyatakan perasaan. Berdasarkah hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu adjektiva ~na digunakan untuk menyatakan perasaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Tito Prayogi, Dini Siamika, Ni Luh Sutjiati Beratha, and Ni Wayan Sukarini. "Perubahan Makna Adjektiva Berimbuhan Sufiks: Kajian Morfosemantiks." Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana 25, no. 1 (March 8, 2018): 26. http://dx.doi.org/10.24843/ling.2018.v25.i01.p04.

Full text
Abstract:
Proses pembentukan kata yang memengaruhi perubahan makna yaitu saat afiks melekat pada kata dasar. Dalam bahasa Inggris, afiks yang memiliki pengaruh besar dalam perubahan kategori dan juga makna kata adalah sufiks yang melekat pada akhir kata dasar. Perubahan kategori dan makna kata terjadi karena sufiks memiliki makna sendiri dan saat melekat pada kata dasar mengalami perubahan makna. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini difokuskan pada perubahan makna adjektiva yang dibentuk dari sufiks yang melekat pada kata dasar yang berbeda namun tetap membentuk adjektiva. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi karena data diperoleh dari novel. Selanjutnya, metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau menguraikan berbagai data yang dianalisis berdasarkan teori morfosemantiks. Analisis penelitian ini lebih rinci menguraikan perubahan makna yang terjadi pada proses makna leksikal dan makna gramatikal adjektiva dalam tataran kalimat. Hasil penelitian ini ditemukan delapan adjektiva yang mengalami perubahan makna kata karena dibentuk dari sufiks yang melekat pada kata dasar yang berbeda dari yang telah dikategorikan oleh Bauer (1983) dan Plag (2002). Meskipun demikian, sufiks pembentuk adjektiva yang melekat pada kata dasar yang berbeda dari kategori Bauer dan Plag tetap membentuk adjektiva dan mengalami perubahan makna kata.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Umiyati, Mirsa. "Prototipe Semantis Adjektiva Bahasa Indonesia: Kendala Dan Keunikannya." RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa 1, no. 1 (February 20, 2017): 61. http://dx.doi.org/10.22225/jr.1.1.13.61-80.

Full text
Abstract:
Bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa nasional yang menjadi bahasa nasional, selain digunakan sebagai bahasa sehari-hari, juga menjadi bahan penelitian bahasa yang tidak habis-habisnya dikaji baik dari sisi semantis, fonologi, morfologi dan sintaksis. Makalah ini menganalisis keunikan sisi semantis, terutama penentuan prototipe semantis adjektiva dalam bahasa Indonesia yang menunjukkan adanya kendala bagi bahasa Indonesia untuk masuk dalam kelompok-kelompok bahasa tertentu yang sudah dipilah berdasarkan kecenderungan pola prototipe semantis adjektivanya. Namun, analisis selanjutnya justru menunjukkan bahwa kendala dimaksud justru menjadi tabir pembuka ditemukannya varian pengelompokan bahasa-bahasa lain disamping pengelompokan yang telah ditemukan sebelumnya oleh Baker (2011) dan Dixon (2010). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa keunikan adjektiva bahasa Indonesia terletak pada jenis semantis adjektiva warna yang terbelah menjadi dua tipe perilaku, yaitu adjektiva warna yang merupakan salah satu dari prototipe semantis, yaitu prototipe warna, dan adjektiva jenis warna yang bukan merupakan prototipe karena merupakan bagian dari pototipe nilai (value).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Karenisa, Kity. "Adjektiva dalam Bahasa Maanyan (The Adjective in Maanyan Language)." JALABAHASA 14, no. 2 (November 30, 2018): 52. http://dx.doi.org/10.36567/jalabahasa.v14i2.207.

Full text
Abstract:
Berdasarkan pengamatan terhadap adjektiva dalam bahasa Maanyan, terutama pada ciri morfologisnya, perilaku adjektiva dalam bahasa Maanyan berbeda dengan perilaku adjektiva bahasa Austronesia pada umumnya. Kategori sintaksis kalimat yang berbeda mensyaratkan bentuk adjektiva yang berbeda, yaitu dengan pemarkah adjektiva {ma-} ataupun tanpa pemarkah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri adjektiva dalam bahasa Maanyan berdasarkan ciri morfologis, perilaku sintaksis, dan perilaku semantisnya. Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti dari bahasa yang dikuasainya sebagai penutur asli bahasa Maanyan, kemudian dikonfirmasi dengan penutur asli lainnya. Berdasarkan analisis diperoleh simpulan bahwa adjektiva dalam bahasa Maanyan dapat dikenali dari ciri bentuk atau ciri morfologis yang berupa monomorfemis dan polimorfemis, dari perilaku sintaksis, yaitu sebagai atribut dalam frasa nomina, dan dari perilaku semantis dengan makna yang mengikutinya. Based on the observation on adjective in Maanyan language, especially in morphological features, adjective behavior in Maanyan language is different from the adjective behavior in other Austronesian languages in general. Different categories of syntactic sentences require different forms of adjectives: with the adjective marker {ma-} or without the marker. This study aims to determine the characteristics of adjectives in Maanyan language based on morphological characteristics, syntactic behavior, and semantic behavior. The data in this study were collected by researcher native speakers of Maanyan language and then confirmed to other native speakers. Based on the analysis, it can be concluded that the adjective in Maanyan language can be recognized by the morphological characteristic of monomorphemic and polymorphemic, from its syntactic behavior, ie as attributes in the noun phrase, and from its semantic behavior to the meaning that follows.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Widiasri, Fathiyyah Sekar, and Agus Nero Sofyan. "NOMINALISASI BAHASA PRANCIS DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN EMMANUEL MACRON MENGENAI VIRUS COVID-19: KAJIAN MORFOSEMANTIS." BEBASAN Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan 8, no. 1 (June 30, 2021): 47–59. http://dx.doi.org/10.26499/bebasan.v8i1.159.

Full text
Abstract:
Judul penelitian ini adalah “Nominalisasi Bahasa Prancis dalam Teks Pidato Prsiden Emmanuel Macron Mengenai Virus Covid-19: Kajian Morfosemantis”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses morfologis nominalisasi verba dan adjektiva dalam bahasa Prancis dan mendeskripsikan perubahan makna yang dialami kata hasil nominalisasi verba dan adjektiva bahasa Prancis. Objek pada penelitian ini adalah nomina yang terbentuk dari verba dan adjektiva dalam bahasa Prancis. Data diperoleh dari teks pidato presiden Prancis Emmanuel Macron pada tanggal 16 Maret 2020 mengenai virus Covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan 42 data nominalisasi verba dan adjektiva. Pada nominalisasi verba, ditemukan 34 data yang terdiri dari 18 sufiks –ion, 9 sufiks –ement, 2 sufiks –ant, 2 sufiks –ure, 2 sufiks –eur, dan 1 sufiks –age. Sufiks-sufiks tersebut membentuk makna action ‘tidakan’, résultat de l’action ‘hasil dari tindakan’, agent ‘pelaku’, dan objet ‘objek’. Sedangkan pada nominalisasi adjektiva, ditemukan 8 data yang terdiri dari 6 sufiks –té, 1 sufiks –ence, dan 2 sufiks –iste. Sufiks-sufiks tersebut membentuk makna action ‘tindakan’, agent ‘pelaku’, dan état ‘keadaan’.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Weking, Christina Terentje. "DERIVASI BAHASA LAMAHOLOT DIALEK BAIPITO (DERIVATION OF LAMAHOLOT LANGUAGE OF BAIPITO DIALECT)." Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa 16, no. 2 (January 27, 2019): 133. http://dx.doi.org/10.26499/metalingua.v16i2.263.

Full text
Abstract:
Sebuah kata dalam bahasa Indonesia secara morfologi dibentuk dengan penambahan afiksasi sehingga kata tersebut mengalami perubahan bentuk dan makna yang dikenal dengan derivasi. Bahasa Lamaholot Dialek Baipito (BLDB) pun mengalaminya. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif dengan teknik agih. Teori yang digunakan adalah teori Morfologi Generatif yang dikemukakan oleh Aronnoff (2011) dan Booij (2005) mengenai pembentukan kata. Adapun tujuan untuk mengetahui: 1) kelas kata apa saja dalam BLDB yang mengalami proses derivasi; 2) bagaimana proses derivasi pada setiap kelas kata dalam BLDB; 3) bagaimana kaidah derivasi dalam BLDB; 4) apa makna yang timbul dari proses derivasi BLDB. Hasil penelitian ini adalah kelas kata yang mengalami derivasi yakni verba, adjektiva, dan nomina. Derivasi verba yaitu perubahan kelas kata dari kelas kata dasar verba menjadi nomina (nomina deverbal) dan perubahan kelas kata verba menjadi adjektiva (adjektiva deverbal). Derivasi adjektiva yaitu perubahan kelas kata dari kata dasar adjektiva menjadi nomina (nomina deadjektival) dan perubahan dari kelas kata adjektiva menjadi kelas kata verba (verba deadjektival). Derivasi nomina, yaitu perubahan kelas kata dari kelas kata nomina sebagai kata dasar menjadi kelas kata verba (verba denominal). Temuan lain dalam penelitian ini adalah derivasi bentuk lain dan derivasi zero. Proses yang menyebabkan terjadinya derivasi dalam BLDB ini karena adanya penambahan leksem lain berupa afiks-afiks, yaitu prefiks be-, ke-, pe(N)-; infiks -en-, -em-, -el-; sufiks -n; dan konfiks be--n. Perubahan bunyi ini, tidak banyak perubahan dan mengganggu pengucapan atau tuturan karena bunyi-bunyi fonem yang berubah terletak pada daerah artikulasi yang sama. Proses derivasi yang terjadi ini, secara umum dapat dikaidah. Makna yang ditimbulkan akibat derivasi BLDB juga berubah sesuai dengan yang dinyatakan oleh kata dasar. Kata Kunci: Afiksasi, Derivasi, Verba, Nomina, Adjektiva, Bahasa Lamaholot dialek Baipito
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Setyadi, Ary. "Unsur Tambahan dalam Frase Adjektiva." Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 12, no. 4 (November 1, 2017): 186. http://dx.doi.org/10.14710/nusa.12.4.186-195.

Full text
Abstract:
The adjective phrase consists of two functional elements, namely the core function which is filled by the adjective word (nature / state); and elements of function attributes, which are filled by additional elements (words added / adverbs); so understanding the adjective phrases can be explained: a combination of two or more words that made up the word adjective as the core element / center, and word / additional elements (words added / adverb) as attributes. Based on the data, it turns out the presence of additional elements in the adjective phrase has not received special attention by some Indonesian experts; so interestingly researched. Implementation of the strategic research base three stages, namely: I. provision / collection of data, II. Classification and data analysis, and III. Preparation / report writing. Phase I, the data obtained at the data source, both oral and written sources by referring method and recording technique. Phase II based on the behavior of additional elements on its ability to join the word adjective (nature / circumstances) as attributes and are optional. The data analysis is based on the application of linguistic theory in the field of syntax with the application of the `direct elements' method with techniques: substitution, deletion, expansion, permutation, and phrases. In accordance with the objectives to be achieved, which includes: 1. kinds of additional elements, which finally can be found many additional elements. 2. distribution / provision of an additional element layout, which ultimately has three distribution: a. located in front, b. located at the back; and c. can be located in front or behind. 3. The power capability of additional elements, which can eventually be found in combination of two or more additional elements. Phase III is ended by being able to present a research / study report as the objective to be achieved.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Tualaka, Diaspora. "BENTUK KHAZANAH EKOLEKSIKON PERTANIAN BAHASA WAIJEWA." Melanesia : Jurnal Ilmiah Kajian Bahasa dan Sastra 1, no. 1 (April 18, 2018): 105. http://dx.doi.org/10.30862/jm.v1i1.742.

Full text
Abstract:
<p>Tulisan singkat ini membahas tentang bentuk kekayaan ekoleksikon pertanian dalam bahasa Waijewa (BW). Khazanah bahasa diciptakan tidak terlepas dari lingkungan dimana bahasa itu hidup karena digunakan oleh penuturnya dalam lingkungannya. Dengan mengaplikasikan teori ekolinguistik yang dikemukakan oleh Haugen (1972) dan menggunakan metode deskriptif analisis data lingual BW ini dijelaskan. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa bentuk ekoleksikon pertanian BW dikategorikan dalam bentuk nomina, verba dan adjektiva yang secara morfologis, ekoleksikon pertanian yang berkategori nomina dalam BW terbentuk dari dua kategori kata, yakni NOMINA</p>+ ADJEKTIVA dan NOMINA + NOMINA. Ekoleksikon BW kategori verba terdiri atas verba asal dan verba turunan berbentuk kata majemuk. Dan yang termasuk ke dalam kategori adjektiva, secara semantik dapat menyatakan taraf atau tingkatan dan tidak bertaraf yang meliputi ukuran, warna, dan cerapan yang terkait dengan pancaindera.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Umiyati,, Mirsa. "Fungsi Predikatif Intransitif Adjektiva Bahasa Indonesia." RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa 2, no. 1 (February 22, 2017): 196. http://dx.doi.org/10.22225/jr.2.1.57.196-213.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Sigiro, Elisten Parulian. "BENTUK DAN CIRI ADJEKTIVA BAHASA DAYAK NGAJU." MABASAN 10, no. 1 (June 1, 2016): 31–45. http://dx.doi.org/10.26499/mab.v10i1.80.

Full text
Abstract:
The method used in this research is descriptive qualitative methods and techniques in this study reflect the reality on the facts (fact findings) that is in the field as it is. This research examines how the shape and characteristics of adjectives in BDNg. Thus, the researchers sought to describe objectively and accurately in accordance with the aspects of adjectives BDNg current conditions. In practice, this is done through two methods of data collection techniques, namely by using interview and documentation techniques. The findings of this research, that adjective BDNg can be marked by characteristic, namely (1) there is a possibility to join the particle beken 'not' and dia 'no' (2) can accompany a noun, or (3) may be accompanied by words labih 'more' , pangka 'most', tutu 'very', and labien 'very'. Meanwhile, based on variations in shape, adjectives can be distinguished BDNg its kind on the basis adjectives and adjectival derivative. Basic adjectives are adjectives that only consist of a single morpheme. Meanwhile, the derivative adjective derivative form BDNghave formed through the process of moving on word class and morphological processes, namely affixation, reduplication and compounding. Based their category, there is only one category of adjectives of adjectives BDNg, the adjectives predicative (adjectives that could occupy the position of the predicate in the clause). Furthermore, in its formation, adjectives BDNg formed through some process of affixation, reduplication and compounding.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Ermanto, Ermanto. "PROSES MORFOLOGI INFLEKSI PADA ADJEKTIVA BAHASA INDONESIA." Humanus 12, no. 2 (March 4, 2016): 41. http://dx.doi.org/10.24036/jh.v15i1.6411.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Aristia, Puti Novianti. "FRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR." LINGUA: Journal of Language, Literature and Teaching 14, no. 2 (May 2, 2017): 295. http://dx.doi.org/10.30957/lingua.v14i2.323.

Full text
Abstract:
The structure and principles of how to form adjective phrases in Japanese were investigated in this study. This qualitative study used content analysis as the research design and assigned Japanese Textbooks used for Japanese Course as the source of data. Corpus of Japanese utterances obtained from the textbook was selected as the research data, containing sentences, clauses, phrases, and discourses. Data were analyzed using linguistic theories of internal structure of tree diagram using X-bar. The study revealed that the structure of adjective phrases of Japanese served as the boundary sentence and pronoun. In addition, the principle of adjective phrases of Japanese consisted of: (1) adjective+noun, (2) pronoun+adjective, (3) noun+adjective, dan (4) adverb+adjective.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Laederach-Hofmann, Kurt, Clemens Turniger, Lutz Mussgay, and Ralph Jürgensen. "Sensorische und affektive Komponenten im Gebrauch von Schmerzwörtern bei Patienten mit Angina Pectoris und koronarer Herzkrankheit oder Syndrom-X." Zeitschrift für Klinische Psychologie und Psychotherapie 30, no. 3 (July 2001): 182–88. http://dx.doi.org/10.1026/0084-5345.30.3.182.

Full text
Abstract:
Zusammenfassung. Ziel: Untersuchung von Patienten mit Syndrom-X im Vergleich zu solchen mit koronarstenotisch bedingter Angina pectoris im Hinblick auf Unterschiede in verbal-inhaltlichen Aspekten der Schmerzbeschreibung. Methode: Einundsechzig Patienten mit Angina pectoris wurden untersucht, 32 davon mit Syndrom-X (Angina pectoris, abnorme Ergometrie und normale Koronarangiographie) und 29 mit koronarer Herzkrankheit (Angina Pectoris, abnorme Ergometrie, angiographisch dokumentierte koronare 1-3-Gefässerkrankung, kein vorgängiger Myokardinfarkt). Neben einem klinisch semi-strukturierten Interview werden dafür die Hamburger Schmerz Adjektiv Liste, die Schmerzempfindungsskala und die Berner Version des McGill Pain Questionnaire verwendet. Ergebnisse: Patienten mit Syndrom-X weisen bei sensorischen Adjektiven in der Hamburger Schmerz Adjektiv Liste und in der Schmerzempfindungsskala signifikant geringere Werte auf als solche mit koronare Herzkrankheit. Für die affektiven Adjektive gibt es lediglich signifikante Unterschiede in der Hamburger Schmerz Adjektiv Liste zwischen beiden Patientengruppen. Im McGill Pain Questionnaire erwiesen sich die Unterschiede zwischen den Gruppen sowie zwischen den Fragebögen als nicht signifikant. Schlußfolgerungen: Die Unterschiede in den Fragebogendaten erlauben zwar keine diagnostische Trennung der beiden Gruppen, zeigen jedoch eine höhere affektive Schmerzbewertung bei Angina pectoris mit koronarer Herzkrankheit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Asrianingsih, Asrianingsih, Zalili Sailan, and Marwati Marwati. "POLISEMI DALAM BAHASA TOLAKI." Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra) 4, no. 1 (January 28, 2019): 1. http://dx.doi.org/10.36709/jb.v4i1.10717.

Full text
Abstract:
Penelitian ini berjudul Polisemi dalam Bahasa Tolaki. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk polisemi dalam bahasa Tolaki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk polisemi dalam kelas kata verba, adjektiva, nomina, dan adverbia. Penelitian ini termakasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif dan metode penelitian lapangan. Data dalam penelitian ini berupa kosa kata bahasa Tolaki secara lisan maupun data yang ada dalam kamus. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak (observasi), metode cakap (wawancara), dan angket. Metode simak (observasi) adalah menyimak bahasa dari informan, sehingga metode ini diterapkan pada pembacaan kamus. Metode cakap (wawancara) adalah menanyakan kepada informan tentang kebenaran data yang ada dalam kamus tersebut. Sedangkan angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Data-data tersebut yang didapatkan dari sumber tertulis dicatat berdasarkan kelas kata verba terdiri dari, tekonda, lako, , mosalaki, pseudo, pewiso, tekoro, melele, dan sinimbi adjektiva terdiri dari, buna, ehe, magaga, meambo, dan mosa’a nomina terdiri dari, bungguno, holiwu, dan lohoro dan adverbia terdiri dari, auorunggi, dahu, lau-lau, dan nolia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam bahasa Tolaki terdapat beberapa kata yang merupakan polisemi pada kelas kata verba, adjektiva, nomina dan adverbia. Polisemi merupakan kata yang memiliki makna lebih dari satu dan saling berkaitan.Kata Kunci: polisemi, bahasa Tolaki
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Bichlmeier, H. "FALTINGS, VOLKERT F.: Etymologisches Wörterbuch der friesischen Adjektiva." Kratylos 58, no. 1 (2013): 137–42. http://dx.doi.org/10.29091/kratylos/2013/1/12.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Sekarsany, Angga, Nani Darmayanti, and Tatang Suparman. "TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA PROSES KELAHIRAN DENGAN TEKNIK HIPNOSIS (HYPNOBIRTHING)." Metahumaniora 10, no. 1 (April 30, 2020): 14. http://dx.doi.org/10.24198/metahumaniora.v10i1.26607.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur ilokusi serta mengetahui penanda tindak tutur ilokusi yang terjadi pada tuturan bidan kepada pasiennya dalam proses kelahiran dengan teknik hipnosis (hypnobirthing). Pada penelitian kali ini penulis akan menganalisis jenis dan penanda tindak tutur ilokusinya. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teori yang dikembangkan oleh Jhon R. Searle. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dan menggunakan teknik simak catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 32 data yang dianalisis, terdapat 3 jenis tindak tutur ilokusi, yaitu asertif, direktif, dan ekspresif. Di samping itu, ditemukan penanda dalam jenis tindak tutur ilokusi dengan jumlah 45 penanda yang terdiri dari adjektiva, adverbia, frasa adjektival, frasa nominal, frasa preposisional, frasa verbal, kategori fatis, nomina, pronomina, verba, dan verba kopula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses kelahiran dengan teknik hipnosis (hypnobirthing), seorang bidan memanfaatkan tindak tutur ilokusi dalam strategi tuturannya. Dalam hal tersebut seorang bidan dominan menggunakan tindak tutur asertif dan direktif serta penanda tindak tutur ilokusi yang dominan merupakan verba.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Sekarsany, Angga, Nani Darmayanti, and Tatang Suparman. "TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA PROSES KELAHIRAN DENGAN TEKNIK HIPNOSIS (HYPNOBIRTHING)." Metahumaniora 10, no. 1 (April 30, 2020): 14. http://dx.doi.org/10.24198/mh.v10i1.26607.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur ilokusi serta mengetahui penanda tindak tutur ilokusi yang terjadi pada tuturan bidan kepada pasiennya dalam proses kelahiran dengan teknik hipnosis (hypnobirthing). Pada penelitian kali ini penulis akan menganalisis jenis dan penanda tindak tutur ilokusinya. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teori yang dikembangkan oleh Jhon R. Searle. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dan menggunakan teknik simak catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 32 data yang dianalisis, terdapat 3 jenis tindak tutur ilokusi, yaitu asertif, direktif, dan ekspresif. Di samping itu, ditemukan penanda dalam jenis tindak tutur ilokusi dengan jumlah 45 penanda yang terdiri dari adjektiva, adverbia, frasa adjektival, frasa nominal, frasa preposisional, frasa verbal, kategori fatis, nomina, pronomina, verba, dan verba kopula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses kelahiran dengan teknik hipnosis (hypnobirthing), seorang bidan memanfaatkan tindak tutur ilokusi dalam strategi tuturannya. Dalam hal tersebut seorang bidan dominan menggunakan tindak tutur asertif dan direktif serta penanda tindak tutur ilokusi yang dominan merupakan verba.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Kubiatko, Milan. "Sémantický diferenciál jako jedna z možností zkoumání postojů k chemii u žáků druhého stupně základních škol." Scientia in educatione 7, no. 1 (July 21, 2016): 2–15. http://dx.doi.org/10.14712/18047106.277.

Full text
Abstract:
Příspěvek v první řadě poskytuje příklad, jak pracovat se sémantickým diferenciálem, v druhé řadě je zaměřen na zjištění postojů k chemii na základě dat získaných prostřednictvím sémantického diferenciálu. Chemie patří mezi málo oblíbené školní předměty, jak v domácím, tak i zahraničním prostředí. Na zkoumání vnímání chemie se nejčastěji používají dotazníky se škálovanými položkami. Použití sémantického diferenciálu patří mezi málo používané metody získávání dat. Cílem výzkumného šetření bylo zjistit postoje žáků základních škol k chemii za použití sémantického diferenciálu, dále byl zjišťován vliv ročníku a genderu na postoje žáků druhého stupně ZŠ k chemii. Výzkumného šetření se zúčastnilo 71 respondentů, kterým byl distribuován výzkumný nástroj s 20 adjektivy na 7bodové škále. Po obdržení dat byla stanovena reliabilita použitím Cronbachova alfa, která indikovala spolehlivost výzkumného nástroje. Použitím faktorové analýzy byla adjektiva rozdělena do čtyř dimenzí. Na základě průměrného skóre byl indikován neutrální postoj k chemii. Pomocí t-testu byl zjišťován rozdíl mezi skupinami proměnných gender a ročník. Chlapci vnímali chemii významně pozitivněji v porovnání s dívkami, mladší žáci vnímali chemii pozitivněji než starší.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Gumilar, Trisna, Tri Yulianty Karyaningsih, and Ladinata Ladinata. "Transposisi pada Penerjemahan Adjektiva Bahasa Rusia ke dalam Bahasa Indonesia." Metahumaniora 9, no. 1 (July 30, 2019): 28. http://dx.doi.org/10.24198/metahumaniora.v9i1.22869.

Full text
Abstract:
Transposisi pada penerjemahan tidak dapat dihindari karena pada setiap bahasa, bahkan pada unit-unit bahasa, terdapat sistem yang berbeda, seperti pada adjektivabahasa Rusia dan Indonesia. Untuk itu, dalam penelitian ini dibahas mengenai berbagai macam transposisi yang terjadi pada penerjemahan adjektiva bahasa Rusia ke dalam bahasa Indonesia serta alasan terjadinya transposisi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif dengan model komparatif. Sumber data penelitian diambil dari cerpen Rusia dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penerjemahan adjektiva bahasa Rusia ke dalam bahasa Indonesia terjadi transposisi level dan kategori berupa struktur, unit, kelas, dan intra-sistem. Beragam transposisi ini pada dasarnya terjadi karena adjektiva bahasa Rusia dan Indonesia, secara gramatikal, memiliki banyak perbedaan. Transpositions or shifts in translation cannot be avoided since in each language, even in language units, there are different systems, such as in Russian and Indonesian adjectives. Therefore, this study discussed the various types of transpositions in translation of Russian adjectives into Indonesian and the reasons for this transposition. The method used in this study is a qualitative-descriptive method with a comparative model. The source of the data is taken from Russian short stories and its translation in Indonesian. The results of the study showed that in translation of Russian adjectives into Indonesian there were level shifts and category shifts, viz. structures, units, classes, and inter-systems. These various transpositions basically occur because the adjectives in Russian and Indonesian have many differences grammatically.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Gumilar, Trisna, Tri Yulianty Karyaningsih, and Ladinata Ladinata. "Transposisi pada Penerjemahan Adjektiva Bahasa Rusia ke dalam Bahasa Indonesia." Metahumaniora 9, no. 1 (July 30, 2019): 28. http://dx.doi.org/10.24198/mh.v9i1.22869.

Full text
Abstract:
Transposisi pada penerjemahan tidak dapat dihindari karena pada setiap bahasa, bahkan pada unit-unit bahasa, terdapat sistem yang berbeda, seperti pada adjektivabahasa Rusia dan Indonesia. Untuk itu, dalam penelitian ini dibahas mengenai berbagai macam transposisi yang terjadi pada penerjemahan adjektiva bahasa Rusia ke dalam bahasa Indonesia serta alasan terjadinya transposisi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif dengan model komparatif. Sumber data penelitian diambil dari cerpen Rusia dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penerjemahan adjektiva bahasa Rusia ke dalam bahasa Indonesia terjadi transposisi level dan kategori berupa struktur, unit, kelas, dan intra-sistem. Beragam transposisi ini pada dasarnya terjadi karena adjektiva bahasa Rusia dan Indonesia, secara gramatikal, memiliki banyak perbedaan. Transpositions or shifts in translation cannot be avoided since in each language, even in language units, there are different systems, such as in Russian and Indonesian adjectives. Therefore, this study discussed the various types of transpositions in translation of Russian adjectives into Indonesian and the reasons for this transposition. The method used in this study is a qualitative-descriptive method with a comparative model. The source of the data is taken from Russian short stories and its translation in Indonesian. The results of the study showed that in translation of Russian adjectives into Indonesian there were level shifts and category shifts, viz. structures, units, classes, and inter-systems. These various transpositions basically occur because the adjectives in Russian and Indonesian have many differences grammatically.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Hasanah, Nadya, and Siti Ainim Liusti. "ADJEKTIVA INDERA DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI SUNGAI TARAB." Jurnal Bahasa dan Sastra 7, no. 1 (December 3, 2019): 68. http://dx.doi.org/10.24036/81072780.

Full text
Abstract:
The purpose of this study is to describe (1) the form of sensory adjectives in the Minangkabau language in Nagari Sungai Tarab, Sungai Tarab Subdistrict, Tanah Datar District, and (2) types of sensory adjectives in the Minangkabau language in Nagari Sungai Tarab, Sungai Tarab District, Tanah Datar. This type of research is a qualitative study using descriptive methods. The data source of this research is the Minangkabau language community in Nagari Sungai Tarab, Sungai Tarab Subdistrict, Tanah Datar. The findings of this study, namely (1) based on the shape, the amount of data on basic shape sense adjectives is more found than the derived form adjectives, (2) the most common form of derived adjectives is affixed sensory adjectives, and (3) based on the type, the amount of data the sense of sight adjectives are more numerous than the sense of smell adjectives, tactile sense adjectives, hearing sense adjectives, and taste sense adjectives.Keywords: Sensory Adjectives, Minangkabau language, Sungai Tarab
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Muta'allim, Muta'allim, Akhmad Sofyan, and Akhmad Haryono. "ADJEKTIVA SUPERLATIF BAHASA MADURA DIALEK KANGEAN: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK." LEKSEMA: Jurnal Bahasa dan Sastra 5, no. 1 (June 17, 2020): 15. http://dx.doi.org/10.22515/ljbs.v5i1.2057.

Full text
Abstract:
Superlative adjectives of Madura Kangean Dialect (MKD) are repetitive adjectives that has R+D+(-an) structure or paleng. Superlative adjectives in MKD are used to describe different functions of utterances according to the contexts. The native people of Kangean island possess a distinctive dialect called Kangean dialect. This study explored the functions of superlative adjectives in MDK. Theories used to determine the functions of superlative adjectives in this research are descriptive and pragmatic theory. This study employed participatory observation method. The data were obtained from interviews with the dialect speakers by voice recording and field note -taking. In addition, the researchers also used reflective-introspective method. The collected data were then transcribed into written form of orthographic transcription. The method applied for analyzing the data are equivalent and distributional method. Meanwhile, the methods used for displaying the results of data analysis are informal and formal steps. The results of this study indicate that superlative adjectives of MKD have different functions, such as for giving motivation, praise, reprimand, satire, advice, orders, blemishes and accusations.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Oktami, Nila, Ngusman Abdul Manaf, and Novia Juita. "NUANSA MAKNA SINONIM ADJEKTIVA SIKAP BATIN DALAM BAHASA INDONESIA." RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 12, no. 1 (February 27, 2019): 44. http://dx.doi.org/10.26858/retorika.v12i1.6578.

Full text
Abstract:
The purpose of this study was to determine the pair of synonyms and nuances of the meaning of the pair of synonyms of the Indonesian mental attitude adjective. This research is qualitative research using the descriptive method. The data of this study are the basic adjectives of the inner attitude of Indonesian. The results of this study indicate that (1) there are 26 pairs of Indonesian mental attitude adjectives that are proven to be synonymous and (2) all pairs of Indonesian mental attitude adjectives that prove synonymous with meaning nuances. Not all Indonesian mental attitude adjectives that have synonym and most synonymous pairs are adjunctive nuances of meaning on cognitive meaning anda a small part of emotive menaing.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Faltings, Volkert F. "Ergänzende Bemerkungen und Addenda zum Etymologischen Wörterbuch der friesischen Adjektiva." NOWELE / North-Western European Language Evolution 64-65 (April 1, 2012): 117–38. http://dx.doi.org/10.1075/nowele.64-65.07fal.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Putri, Dina Amrianti Andika, and Agustina Agustina. "PROSES PEMBENTUKAN ADJEKTIVA DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KECAMATAN NANGGALO KOTA PADANG." Jurnal Bahasa dan Sastra 6, no. 3 (February 15, 2019): 478. http://dx.doi.org/10.24036/81037480.

Full text
Abstract:
This study aims to describe the process of adjective formation in the Minangkabau language in Nanggalo Subdistrict, Padang City. This type of research is qualitative research using descriptive methods. The data of this study are the adjectives used by the people in Nanggalo Subdistrict, Padang City. The methods and techniques of data collection are carried out through two stages simultaneously, namely the smak method and proficient methods with detailed description techniques. The technique of analyzing data is done by identifying and classifying data based on groups, namely the process of forming adjectives. Based on the results of research and discussion, conclusions can be drawn as follows. The process of forming Minangkabau language adjectives in Nanggalo Subdistrict, Padang City is as follows: (1) affixed namely (a) prefix, (b) confix, and (c) combination of affixes, (2) duplicated namely (a) repeating all (dwilinga) and (b) confix R + infix, reset all + an, (3) compound namely (a) coordinative and (b) sub-coordinative, and (4) combined prefixes namely (a) A + R and (b) R + A.Keywords: Adjectives, Word-forming, Minangkabau Language
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Puspitosari, Dwi. "ANALISIS PENGGUNAAN ADJEKTIVA NOMINATIF DALAM BAHASA JEPANG (Berdasarkan Data Sintaksis Corpus)." Chi'e: Journal of Japanese Learning and Teaching 7, no. 1 (April 1, 2019): 101–5. http://dx.doi.org/10.15294/chie.v7i1.29600.

Full text
Abstract:
This study aims to identify nominative adjectives in Japanese that are difficult to categorize based on the occurred changes when these words are produced along with the other words. For non-native Japanese learners, this has become a challenging issue. The main reason is the adjective that was classified into two categories in accordance with their changes, i.e., i-adjectives and na-adjectives. These adjectives presented different forms of change that had a tendency of transforming into nouns when collaborating with other nouns. Not only did learners in elementary and secondary level face the difficulties, but also those in upper levels did. The data in this study focused on adjectives with a high frequency of use that were collected from "Gendai Nihongo Kakikotoba Kinko Koopasu". The data was analyzed based on the use of adjectives in sentences taken from the corpus data, which underwent different forms of changes. The results of this study indicated that there were many adjectives that underwent different forms of changes and could be classified into multiple word classes. Penelitian ini bertujuan untuk mngidentifikasi kata sifat-kata sifat yang bersifat nominatif dalam bahasa Jepang yang sulit dikategorikan berdasarkan perubahan saat berhadapan dengan kata lain. Bagi pembelajar bahasa Jepang non-native speaker, hal seperti ini merupakan permasalahan yang dirasa sulit. Alasannya adalah karena kata sifat yang menurut perubahannya diklasifikasikan menjadi dua yakni kata sifat -i dan kata sifat -na, mengalami perubahan yang tidak seragam dan cenderung menjadi nomina saat dihadapkan dengan nomina. Tidak hanya pada pembelajar tingkat dasar dan menengah, pembelajar tingkat atas pun mengalami kesulitan. Pada penelitian ini, data akan difokuskan pada kata sifat dengan frekuensi pemakaian yang tinggi dan dikumpukan dari “Gendai Nihongo Kakikotoba Kinko Koopasu”. Proses analisis data dilihat dari penggunaan kata sifat dalam kalimat diambil dari data corpus, yang mengalami perubahan tidak seragam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan banyak kata sifat yang mengalami perubahan tidak seeragam dan dapat diklasifikasikan ke dalam kelas kata ganda.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Sari, Suindah. "STRUKTUR, BENTUK, DAN ISI PERIBAHASA BAHASA KUTAI." LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan 15, no. 1 (June 30, 2020): 23. http://dx.doi.org/10.26499/loa.v15i1.1835.

Full text
Abstract:
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur, bentuk, dan isi peribahasa bahasa Kutai. Masalah penelitian yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu (1) struktur peribahasa bahasa Kutai, (2) bentuk peribahasa bahasa Kutai, dan (3) isi peribahasa bahasa Kutai. Untuk memecahkan masalah tersebut digunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peribahasa bahasa Kutai berstruktur frasa (frasa nomina, frasa verba, dan frasa adjektiva), klausa (klausa verbal dan klausa adjektival), dan kalimat (kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat). Peribahasa bahasa Kutai berdasarkan bentuknya terdiri atas ungkapan, pepatah/bidal, pemeo/semboyan, dan perumpamaan. Berdasarkan isinya, peribahasa bahasa Kutai berisi sifat/tindakan baik, sifat/tindakan buruk, nasihat, peringatan, dan sindiran. Kata kunci: peribahasa, bahasa Kutai, struktur, bentuk, isi AbstractThe purpose of this research is to describe structures, forms, and contents of Kutai proverbs. The research discusses about 1) the structure of Kutai proverbs, (2) forms of Kutai proverbs, and (3) contents of Kutai proverbs. It is qualitative and descriptive as well. The results show that Kutai proverbs contain of phrases (noun phrases, verb phrases, and adjective phrases), clauses (verbal clauses and adjective clauses), and sentences (single sentences, equivalent compound sentences, and multilevel compound sentences). Kutai proverbs based on its form consist of idioms, proverbs, motto, and parables. According to its contents, Kutai proverbs contain good deeds, bad deeds, advises, warnings, and satires. Keywords: proverbs, Kutai language, structure, form, content
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Nurhuda, Zamzam, and Ahmad Mada Dhoni A. "PENGGUNAAN JARGON DI LINGKUNGAN PENGEMUDI GOJEK TAMAN ALFA INDAH JOGLO (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)." Jurnal Sasindo UNPAM 8, no. 1 (June 1, 2020): 97. http://dx.doi.org/10.32493/sasindo.v8i1.97-119.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan makna khusus jargon yang digunakan di Lingkungan Pengemudi Gojek Taman Alfa Indah Joglo dan fungsi bahasa yang merepresentasikan penggunaan jargon di Lingkungan Pengemudi Gojek Taman Alfa Indah Joglo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Lingkungan Pengemudi Gojek Taman Alfa Indah Joglo. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik simak/sadap sebagai teknik dasarnya dan lanjutannya menggunakan teknik simak libat cakap dan teknik simak bebas libat cakap dengan metode cakap bertemu muka. Penyimakan terhadap dialog antarpengemudi dijaring melalui teknik rekam dengan menggunakan perekam berupa handphone. Pengumpulan data jargon ditranskip dalam bentuk teks dialog. Hasil penelitian menemukan data jargon sebanyak 34 jargon dari masing-masing bentuk, di antaranya: 5 jargon bentuk kata benda (nomina) di antaranya pantat, pancingan, nitik, skema, kardus. 8 jargon bentuk kata kerja (verba) di antaranya sesar, nge-bid, kacar, pantekin, nge-flash, ngalong, tembakin, gas. 10 bentuk kata sifat (adjektiva) di antaranya budek, bleged, begelap, gacor, ceki, paud, anyep, polos, penggaris, under. 1 jargon bentuk kata ganti pronomina (ganti sebutan) yaitu ther. 3 jargon bentuk frasa verba di antaranya putar balik, balik kanan, nangis darah. 1 jargon bentuk frasa adjektiva yaitu satu-satu acan. 6 jargon bentuk akronim di antaranya tupo, pf, pa, opik, pm, dan wd.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Kurzaj, Anna. "Zusammengesetzte Adjektive im deutsch-polnischen Vergleich anhand der Wörterbücher PWN." Germanica Wratislaviensia 146 (August 16, 2021): 89–104. http://dx.doi.org/10.19195/0435-5865.146.7.

Full text
Abstract:
In diesem Aufsatz werden die zusammengesetzten Adjektive im Deutschen und im Polnischen verglichen. In beiden Sprachen wurden sie bereits untersucht, jedoch wurden in jeder Sprache verschiedene Beschreibungsweisen eingesetzt. Das Ziel des Aufsatzes ist, die Unterschiede und Ähnlichkeiten in der Bildung von zusammengesetzten Adjektiven in beiden Sprachen zu untersuchen. Dargestellt wird eine quantitative und qualitative Analyse der möglichen Komposita anhand der untersuchten deutsch-polnischen Wörterbücher. Es lässt sich schlussfolgern, dass es im Deutschen mehr Möglichkeiten gibt, neue zusammengesetzte Adjektive zu bilden. Im Polnischen lassen sich immerhin auch einige feste Wortbildungsmuster erkennen, die bei der Bildung von neuen Adjektiven angewendet werden können. Außerdem gibt es in beiden Sprachen Konstruktionen, die äquivalent oder ähnlich sind.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Setiaji, Aria Bayu. "STRUKTUR METAFORA DALAM WACANA NARASI [Methafor Structural in Naration Text]." TOTOBUANG 6, no. 2 (March 23, 2019): 229. http://dx.doi.org/10.26499/ttbng.v6i2.108.

Full text
Abstract:
This study aims to describe the structure of metaphor in terms of topic elements, elements of image and sense elements in the narrative discourse. The data source in this study was obtained from a book collection of short stories and books on life travel stories in the form of published autobiographical books. The data of this study is an expression of metaphor in the form of phrases. Data collection techniques are done by documentation techniques, reading techniques, and note taking techniques. The results of this study indicate the topic elements in the structure of metaphors in narrative discourse forming five comparative concepts, namely (1) the concept of comparison of nouns, (2) the concept of comparison of nouns, (3) the concept of adjective noun, (4) the concept of adjective comparison -nomina, and (5) the concept of adjective-verb comparison. Image elements found in metaphorical structures include animal image elements, synesthesia image elements, anthropomorphic image elements, and abstract to concrete image elements. In the sense element or similarity point in this study found four similarity point categories, namely (1) the point of independence based on equality, (2) the point of similarity based on the function equation, (3) the point of similarity based on the equation of motion or direction, and (4) point similarity based on the equation of action. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur metafora yang ditinjau dari unsur topik, unsur citra dan unsur sense dalam wacana narasi. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari buku kumpulan cerpen dan buku kisah perjalanan hidup dalam bentuk buku autobiografi yang telah diterbitkan. Data penelitian ini adalah ungkapan metafora dalam bentuk frasa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, teknik baca, dan teknik catat. Hasil penelitian ini menunjukkan unsur topik pada struktur metafora dalam wacana narasi membentuk lima konsep perbandingan yaitu (1) konsep perbandingan nomina-nomina, (2) konsep perbandingan nomina-verba, (3) konsep perbandingan nomina-adjektiva, (4) konsep perbandingan adjektiva-nomina, dan (5) konsep perbandingan adjektiva-verba. Unsur citra yang ditemukan dalam struktur metafora meliputi unsur citra hewan, unsur citra sinestesia, unsur citra antropomofik, dan unsur citra abstrak ke konkret. Pada unsur sense atau titik kemiripan dalam penelitian ini ditemukan empat kategori titik kemiripan, yaitu (1) titik kemiripan berdasarkan persamaan sifat, (2) titik kemiripan berdasarkan persamaan fungsi, (3) titik kemiripan berdasarkan persamaan gerak atau arah, dan (4) titik kemiripan berdasarkan persamaan tindakan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Fatinah, Siti. "Pronomina Persona dalam Bahasa Muna." Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan 2, no. 2 (December 1, 2014): 133–46. http://dx.doi.org/10.31813/gramatika/2.2.2014.104.133--146.

Full text
Abstract:
Bahasa Muna (BM) memiliki bentuk pronomina persona yang berbeda dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lain di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pronomina persona dalam BM. Untuk memperoleh data digunakan metode simak, cakap, dan intropeksi. Data yang ada dianalisis dengan menggunakan metode padan intralingual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk pronomina persona dalam BM ada dua. Pertama, pronomina persona yang bisa berdiri sendiri sebagai morfem bebas, yang terdiri atas 3, yaitu (a) pronomina persona I (inodi/ indodi/idi ‘saya’; intaidi ‘kita berdua’; dan intaidi: mu ‘kita semua’);(b) pronomina persona II (ihintu ‘kamu’ atau ‘engkau’ dan ihintuumu atau ihintoomu ‘kamu sekalian’); (c)pronomina persona III (anoa ‘ia’ atau ‘dia’ dan andoa ‘mereka’). Kedua, pronomina persona yang dibubuhkanpada bentuk dasar verba, adjektiva, dan nomina sebagai morfem terikat. Pronomina ini ada ... yaitu (a) ae-, a-, ao-, -ku, dan -kanau yang berarti ‘saya’; (b) dae-, da-, dao-, da-e, dan -nto yang berarti ‘kita berdua’; (c) tae-, tao-, ta-, ta- ... -e, -mani, dan -kasami yang berarti ‘kami’; (d) omo-, ome-, o-, -gho, o-... -e, dan -mu yang berarti ‘kamu’ atau ‘engkau’; (e) omo- ... -mu, ome- ... -mu, o- ... -e:mu, -gho:mu, dan -omu yang berarti‘kalian semua’; (f) nae-, ne-, -no, -ane, dan no- ... -e yang berarti ‘ia/dia’; (g) dae-, do-, de-, -nda, -ndo, dando- ... -e yang berarti ‘mereka’. Pronomina persona yang berupa morfem terikat itu dibubuhkan pada bentuk dasar verba, adjektiva, dan nomina seperti prefiks, sufiks, dan simulfiks.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Sutiyani, Rizki, Supadi Supadi, and Marina Siti Sugiyati. "STRUKTUR KALIMAT DALAM TEKS ANEKDOT PADA BUKU TEKS SMA KELAS X." Jurnal Ilmiah KORPUS 2, no. 2 (January 9, 2019): 200–209. http://dx.doi.org/10.33369/jik.v2i2.6525.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan struktur kalimat dalam teks anekdot pada buku teks SMA kelas X (bagian abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda) yang dikaji dari segi fungsi, kategori, dan peran setiap unsur kalimat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat dalam teks anekdot yang bersumber dari buku teks SMA kelas X. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik catat. Data dianalisis dengan menggunakan teknik permutasi dan teknik parafrase. Hasil penelitian ini yaitu dari enam teks anekdot, hanya satu teks yang memiliki struktur teks anekdot lengkap. Lima teks lain memiliki struktur tidak lengkap. Selain itu, analasis kalimat berdasarkan fungsi, kategori, dan peran pada bagian abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda ditemukan (1) dari segi fungsi, dominan ditemukan kalimat lengkap, kalimat susun tertib, kalimat tunggal, dan kalimat majemuk, (2) dari segi kategori, fungsi S, P, O, Pel, dan Ket diisi oleh kategori nomina, frase nomina, verba, frase verba, adjektiva, frase adjektiva, numeralia, frase numeralia, preposisi, frase prepoisisi, konjungsi, frase konjungsi (3) dari segi peran, fungsi S berperan sebagai ‘pelaku’, ‘penderita’, ‘hal’, ‘pengalam’, ‘penerima’, dan ‘terjumlah’. Fungsi P berperan sebagai ‘tindakan/perbuatan’, ‘keadaan’, ‘sebab’, ‘pengenal’, ‘pemerolehan’, ‘jumlah’, dan ‘tempat’. Fungsi O berperan sebagai ‘hal’, ‘penderita’, ‘penerima’, ‘hasil, dan ‘jumlah’. Fungsi Pel berperan sebagai ‘penderita’, ‘hal’, ‘tindakan’, dan ‘keadaan’. Fungsi Ket berperan sebagai ‘syarat’, ‘kemungkinan’, ‘cara’ ,‘waktu’ , ‘tempat’, ‘arah’, ‘tujuan’, ‘alat’, ‘sebab’, ‘akibat’, dan ‘kondisional/keadaan’.Kata Kunci: Struktur kalimat, teks anekdot
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Hutri, Kemala, Deliana Deliana, and Khairina Nasution. "BENTUK DAN MAKNA REDUPLIKASI ADJEKTIVA DALAM BAHASA MINANGKABAU DIALEK SUNGAYANG DI KAB.TANAH DATAR." HUMANIKA 27, no. 2 (December 2, 2020): 95–104. http://dx.doi.org/10.14710/humanika.v27i2.33074.

Full text
Abstract:
This study aims to describe the forms and meanings of adjectival reduplication in the Minangkabau language, the Sungayang dialect in Kab. Tanah Datar. One of the regional languages in Indonesia. The method used in this research is descriptive qualitative, the data source is from oral and written data with data techniques using the listening method and proficient method, then data analysis using the matching method and the separate method through the markup reading technique. The results showed that the form of adjective reduplication in the Minangkabau language, Sungayang dialect, was (1) whole repetition, (2) partial repetition (3) repetition with phoneme changes, and (4) affix repetition. The meaning contained in the Minangkabau language reduplication is (1) the reduplication of the Minangkabau adjective in the basic form shows the plural meaning, (2) the meaning of reduplication which states the nature of a person who states what is meant by the root word, (3) the reduplication of the adjective in the Minangkabau language which Showing someone stating facts about the inheritance of the root word, (4) reduplication of the adjective in Minangkabau which shows the plural meaning of the root in question. Besides having a grammatical meaning, the reduplication of the Minangkabau language adjective also has idiomatic, metaphorical meanings and for refining or obscuring statements.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Herwandar, Ria, and Risa Utami Putriya Kesuma. "Norma dan Eksploitasi Tipe Semantis Properti Fisik Adjektiva Pada Frasa Nomina ’Eye’ dalam COCA." JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA 3, no. 4 (December 21, 2017): 325. http://dx.doi.org/10.36722/sh.v3i4.226.

Full text
Abstract:
<p><em>Abstrak - </em><strong>Penelitian ini berjudul “Norma dan Eksploitasi Tipe Semantis Properti Fisik Ajektiva pada Frasa nomina <em>‘Eye’</em></strong><strong><em> </em></strong><strong>d</strong><strong>alam COCA</strong><strong>”</strong><strong>.</strong><strong> </strong><strong>Bahasannya mengenai klasifikasi adjekitva terhadap nomina’eye’pada tipe semantis <em>PHYSICAL PROPERTY</em> di 50 frekuensi tertinggi dan 50 frekuensi terendah dari 500 frekuensi frasa nomina ‘eye’.</strong><strong> </strong><strong>Metode yang digunakan berdasarkan t</strong><strong>eori Creswell </strong><strong>dalam</strong><strong> </strong><strong><em>Research Design Qualitative, quantitative and Mixed Methods Approaches </em></strong><strong>(2009) </strong><strong> Hasil temuan dianalisis melalui teori yang diciptakann Hanks, ‘</strong><strong>L</strong><strong>exical Analysis Norms and Exploitations’ untuk melihat dinamika ekspoitasi frasa nomina <em>‘eye’</em></strong><strong><em></em></strong></p><p><strong><em> </em></strong></p><p><strong><em>Kata Kunci</em></strong><em>: Frasa nomina ‘Eye’ dalam COCA, Teori Hanks, Teori Creswell, </em></p><p> </p><p>Abstract - <strong>This research entitled </strong><strong>“</strong><strong>Norma dan Eksploitasi Tipe Semantis Properti Fisik Ajektiva pada Frasa nomina ‘Eye’</strong><strong> d</strong><strong>alam COCA</strong><strong>”</strong><strong>. The study is on the classification of semantic type for PHYSICAL PROPERTY in adjective of ‘eye’ as noun. The Method used is basing on Creswell theory in</strong><strong> Research Design Qualitative, quantitative and Mixed Methods Approaches (2009)</strong><strong>. The finding is analysed through Hanks’ theory ‘ Lexical Analysis Norms and exploitations’, to see the dynamic exploitation of noun Phrase’eye’.</strong><strong></strong></p><p> </p><p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Noun Phrase ‘Eye’ in COCA, Hanks Theory, Creswell Theory.</em><em></em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Sabri, Ikram, and Agustina Agustina. "SINONIM ADJEKTIVA DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN KACANG KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK." Jurnal Bahasa dan Sastra 6, no. 3 (February 15, 2019): 322. http://dx.doi.org/10.24036/81037240.

Full text
Abstract:
This study aims to describe: (1) the pair of adjective synonyms in Minangkabau Language at Kanagarian Kacang, District X Koto Singkarak, Solok Regency, and (2) types for the pair ofadjective synonymsin Minangkabau Language at Kanagarian Kacang, District X Koto Singkarak, Solok Regency. Type of this research is qualitative research with descriptive methods. Data of this research are adjectives in Minangkabau language in variety of oral and writing. The source of this research data are adjective synonyms in Minangkabau language. This research conducted in the community of Kanagarian Kacang, District X Koto Singkarak, Solok Regency. Result of this study concluded: (1) the pair of adjective synonyms in Indonesian language are standard adjectives in high percentage and non-standard adjectives in low percentage, and (2) four types of adjective synonyms in Minangkabau language are absolute synonymy, complete synonymy, descriptive synonymy, and near-synonymy.Keywords: synonyms, adjektive, language Minangkabau
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Nardiati, Sri. "PERILAKU SATUAN LINGUAL -(N)ING DALAM BAHASA JAWA (LINGUAL UNIT BEHAVIOR -(N)ING IN JAVANESE LANGUANGE)." Widyaparwa 44, no. 2 (December 28, 2016): 85–96. http://dx.doi.org/10.26499/wdprw.v44i2.143.

Full text
Abstract:
Penelitian ini berjudul Perilaku Satuan Lingual (n)ing dalam Bahasa Jawa. Teori yang digunakan dalam kajian ini ialah kategori kata dan analisis konstituen. Pengumpulan data menggunakan metode simak. Analisis menggunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa kehadiran satuan lingual (n)ing berfungsi sebagai penentu bagi unsur yang berposisi di sebelah kanannya. Satuan lingual tersebut dapat bervalensi dengan prakategorial, kata tugas, adjektiva, verba, dan nomina. Kehadiran (n)ing frekuentatif dalam bentuk frasa, antara lain frasa adjektival, frasa nominal, frasa verbal, dan frasa preposisional. Selain itu, satuan -(n)ing dapat hadir dalam bentuk kalimat meski dengan frekuensi yang sangat rendah. Satuan lingual tersebut dapat bervariasi dengan -e/ne dalam tingkat ngoko dan ipun/-nipun dalam tingkat kromo. Satuan lingual tersebut menandai hubungan makna pemilikan, pelaku, partitif, dan tujuan.The title of this study is Lingual Unit Behavior -(N)ing in Javanese Language". The theory is word category and constituent analysis. The data collection is recording. The analysis method is distributable method with direct element division technique. The collected data shows that the existence of lingual unit form -(n)ing functions as a determinant for elements positioned on the right. The (n)ing lingual unit form can be valence with pre-categorical, preposition, adjective, verb, and noun. Frequentative presence of (n)ing form in phrases, such as adjectival phrase, noun phrase, verbal phrase and prepositional phrase. In addition, -(n)ing lingual unit can be present in the form of a sentence even in the lowest frequency. The lingual unit form can be vary with -e/-ne in ngoko level and -ipun/-nipun in kromo level. This lingual unit marks semantic relations comprising possessive, agentive, portative, and goal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Nazar, Asrul. "GEJALA MAKNA PREFIKS BAHASA KEPULAUAN TUKANG BESI DIALEK KALEDUPA." Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton 4, no. 1 (June 20, 2019): 1–4. http://dx.doi.org/10.35326/pencerah.v4i1.284.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian untuk mengetahui Gejala Makna Prefiks Bahasa Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa Kaledupa. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Kaledupa terdapat beberapa macam prefiks yang dapat mengubah makna ketika ditambahkan kata dasar yaitu; no- dan po-. Prefiks no- yang dibentuk dari bentuk kata dasar yang berupa verba, maka hasil perubahan maknanya melalui prefiks no- tetap menjadi verba yang mengacu pada suatu tindakan. Prefiks po- jika digabungkan dengan bentuk kata dasar yang berupa, verba, nomina dan adjektiva maka hasil perubahan maknanya melalui prefiks po- akan menjadi verba tetap menjadi verba tetapi mengalami perubahan makna yang mengacu pada suatu aktivitas atau kegiatan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Matkowska-Jerzyk, Magdalena. "„Obouváme svět” — pár slov o jazyce reklamních textů společnosti Baťa." Slavica Wratislaviensia 174 (May 6, 2021): 111–21. http://dx.doi.org/10.19195/0137-1150.174.9.

Full text
Abstract:
V článku autorka uvádí komentáře a postřehy k reklamnímu jazyku české společnosti Baťa na základě vybraných příkladů — předválečného a moderního materiálu. V první části článku autorka představuje stav výzkumu problematiky jazyka české reklamy. Prezentuje také stručné definice reklamy, což jsou akronymy tvořené prvními písmeny slov definujících reklamní modely (SLB, AIDA, ADAM, DIPADA), s nimiž reklamní obsah uvedený v článku úzce souvisí. Druhá část pojednává o rozsahu marketingových aktivit souvisejících s jazykem Batových reklam. V souhrnu uvádí seznam lexikálních determinantů, které charakterizují slovní identitu značky Baťa. Nejčastější jsou adjektiva, stejně jako přivlastňovací a osobní zájmena, zejména ve 2. osobě množného čísla, což souhlasí s nejnovějšími výzkumy jazyka české reklamy.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Imamudin, Imamudin, and Haerudin Haerudin. "Interferensi Leksikal Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia di Lingkungan Pondok Pesantren Riyadhul Huda Kota Tangerang." Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 6, no. 2 (May 13, 2019): 23. http://dx.doi.org/10.31000/lgrm.v6i2.1614.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk interferensi leksikal bahasa Arab dalam bahasa Indonesia di Lingkungan Pondok Pesantren Riyadhul Huda Kota Tangerang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bentuk interferensi leksikal yang terdapat dalam penelitian ini berupa interferensi leksikal pada beberapa kelas kata dasar dan turunanannya. Bentuk interferensi terjadi pada kelas kata benda (nomina), kelas kata kerja (verba), kelas kata sifat (adjektiva), kelas kata pengganti (pronominal), kelas kata bilangan (numeralia), kelas kata keterangan (adverbia) dan kelas kata tugas. Jumlah interferensi leksikal dari hasil wawancara dialog santri yaitu sebanyak 57 kata, dengan interferensi paling banyak yaitu pada kelas kata kerja (verba).Kata kunci: Interferensi, Leksikal, Bahasa Arab
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Aimoly, Noce. "POLISEMI DALAM KITAB INJIL LUKAS BERBAHASA ALUNE." ARBITRER: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2, no. 3 (April 15, 2021): 367–80. http://dx.doi.org/10.30598/arbitrervol2no3hlm367-380.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan polisemi dalam Kitab Injil Lukas berbahasa Alune yang menjelaskan empat kelas kata dasar dan turunan berdasarkan kajian semantik. Penelitian menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan data secara alamiah berdasarkan teori. Dari 22 ayat firman Tuhan dalam Kitab Injil Lukas berbahasa Alune peneliti hanya menggunakan beberapa kosakata yang dianggap memiliki makna ganda (berpolisemi) sebagai bahan kajian berdasarkan kelas kata nomina, pronomina, verba, dan adjektiva. Hasil penelitian menujukan bahwa ternyata kasus polisemi bukan saja terjadi pada kata-kata yang berbahasa Indonesia saja seperti kata kaki yang bermakna kaki gunung, kaki manusia, kaki meja dan lain sebagainya melaingkan dalam bahasa Alune pun mengalami hal serupa seperti ai yang bermakna “kayu, salib, dan pentung”.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Mackinger, Herbert, Max Leibetseder, Martin Pachinger, and Reinhold Fartacek. "Kurze Berichte aus der aktuellen Forschung." Experimental Psychology 46, no. 2 (April 1999): 107–14. http://dx.doi.org/10.1026//0949-3964.46.2.107.

Full text
Abstract:
Zusammenfassung. In der Studie werden Bewertungsunterschiede positiv und negativ valenter Substantiva, Adjektiva und Verba auf den semantischen Dimensionen Valenz und Konkretheit zwischen depressiven (N = 20) und nichtdepressiven (N = 20) Versuchspersonen ermittelt. Es zeigten sich bei den Valenzurteilen signifikante Unterschiede zwischen diesen beiden Gruppen, hinsichtlich der grammatikalischen Kategorien und eine Interaktion zwischen dem Faktor Gruppe und den grammatikalischen Kategorien. Bei den Konkretheitsurteilen zeigte sich ein interpretierbarer Haupteffekt für den Faktor Gruppe und seiner Interaktion mit der grammatikalischen Kategorie, und seiner Interaktion mit grammatikalischer Kategorie und Wortvalenz. Aus diesen Ergebnissen resultiert, daß in der klinisch-experimentellen Forschung das semantische Begriffsverständnis der jeweiligen Untersuchungsgruppen vor der Durchführung von Experimenten überprüft werden muß, damit die hier beschriebenen Effekte nicht als Artefakte in die Interpretation der Ergebnisse eingehen.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Herwandar, Ria, and Lusi Lian Piantari. "Metonimia dan Metafora dalam Norma dan Eksploitasi Tipe Semantis Adjektiva Value Frasa Nomina Eye pada Coca." JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA 4, no. 2 (January 31, 2018): 79. http://dx.doi.org/10.36722/sh.v4i2.262.

Full text
Abstract:
<p><em>Abstrak</em><em> - </em><strong>Penelitian ini berjudul Metonimia dan Metafora dalam Norma dan Eksploitasi Tipe Semantis Adjektiva <em>Value</em> Frasa Nomina <em>Eye</em> Pada COCA ‘Penelitian ini mengkaji kolokasi terdekat dengan kata <em>eye</em> untuk mendapatkan makna prototipe dalam norma dan makna eksploitasi norma. Analisis kajian bertumpu pada <em>The Theory of Norms and Exploitations,</em> TNE karya Hanks (2013), sebuah teori bahasa yang berfokus pada kajian leksikal, berbasis kelola korpus dan teori bawah atas. Metodologi yang digunakan adalah metode pendekatan gabungan antara kualitatif sebagai pendekatan yang utama dan kuantitatif berdasarkan frekuensi kata dalam korpus. Lima puluh frasa nomina tertinggi dan lima puluh frasa nomin terendah dari 500 frekuensi di seleksi dan dipilah berdasarkan kategori tipe semantis ajektiva dengan fokus pada tipe semantis <em>value</em>. Jenis makna dalam norma dan eksploitasi bervariasi dengan inti perluasan makna literal terhadap metonimia dan metafora. Metonimia konseptual dan metafora konseptual di tingkat dasar yang diterapkan untuk frasa nomina <em>eye</em> adalah organ perseptual bersanding sebagai persepsi dan metafora konseptual melihat adalah menyentuh. Pada tingkat abstrak metafora konseptual menjadi berpikir, mengetahui atau mengerti adalah melihat.</strong></p><p> </p><p><strong><em>Kata Kunci</em></strong><em> – Norma dan Eksploitasi, Jenis dari Nilai Semantik, metonymy, metaphor, Frase kata benda “ eye” </em></p><p> </p><p><em>Abstract</em> - <strong>This reseach entitled ‘Metonymy and Metaphor in Norm and Exploitation Semantic Types Adjective Value of Noun Phrase Eye in COCA’. This research analyse adjacent collocation the noun eye in oder to identify the prototype meaning of norms and extention meaning of the exploitations. The research is based on The Theory of Norms and Exploitations, TNE by Hanks (2013), a lexical and bottom-up theory, based on corpus data. The methodology used is a mixed-method of qualitative and quantitative of frequency of word in corpus. 50 highest frequency of noun phrase eye and 50 lowest frequency noun phrase from 500 frequncy are selected and sorted out within the semantic type of the adjectives and focus on the semantic types of value. Type of meaning in norms and exploitations are varied with the core literal meaning extension towards metonymy and metaphor. The basic conceptual Metonymy and the conceptual of metaphor for eye is perceptual organ stands for perception and for metaphor seeing is touching.In the abstract level of conceptual metaphor is describes as thimking, knowing aand understanding is seeing.</strong></p><p><em> </em></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><strong><em> </em></strong><em>-</em><strong><em> </em></strong><em>N</em><em>orms and </em><em>E</em><em>xploitations, </em><em>S</em><em>emantic </em><em>T</em><em>ype of </em><em>V</em><em>alue, </em><em>M</em><em>etonymy, </em><em>M</em><em>etaphor, </em><em>E</em><em>ye noun phrase.</em><em></em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Fahrullah, Tb Ace. "GENDER DALAM NOMINA BAHASA ARAB: KAJIAN MORFOSEMANTIK." Sosiohumaniora 12, no. 2 (July 4, 2010): 191. http://dx.doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v12i2.5450.

Full text
Abstract:
Bahasa Arab adalah bahasa fleksi murni seperti halnya bahasa Latin atau Sansekerta. Bahasa fleksi adalah bahasa yang pembentukan katanya melalui deklinasi dan konjugasi. Deklinasi adalah perubahan bentuk kata (nomina, adjektiva, dan pronomina) yang disebabkan oleh kategori gramatikal gender, numeri, kasus dan konkordansi, sedangkan konjugasi adalah perubahan bentuk kata (verba) yang disebabkan oleh ketegori garamatikal kala, persona, dan numeri. Gender dalam bahasa Arab dinyatakan dengan pemarkah secara morfologis sehingga dapat dikenali bentuk maskulin dan feminin. Bahasa Arab mengenal dua gender, yaitu maskulin dan feminin. Secara umum nomina bergender maskulin tidak memiliki sufiks \ (-at/-un), sedangkan nomina bergender feminin adalah nomina yang dimarkahi oleh sufiks \ (-at/-un). contoh maskulin : /khadimun‘pembantu’,dan feminin /khadim-atun/‘pembantu wanita’ Kata kunci : Bahasa Arab, kelas kata, feminin dan maskulin.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography