To see the other types of publications on this topic, follow the link: AFMIR.

Journal articles on the topic 'AFMIR'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'AFMIR.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Mathurin, Jérémie, Emmanuel Dartois, Thomas Pino, Cécile Engrand, Jean Duprat, Ariane Deniset-Besseau, Ferenc Borondics, Christophe Sandt, and Alexandre Dazzi. "Nanometre-scale infrared chemical imaging of organic matter in ultra-carbonaceous Antarctic micrometeorites (UCAMMs)." Astronomy & Astrophysics 622 (February 2019): A160. http://dx.doi.org/10.1051/0004-6361/201833957.

Full text
Abstract:
Aims. The composition of comets and asteroids sheds light on the formation and early evolution of the solar system. The study of micrometeorites containing large concentrations of carbonaceous material (i.e. ultra-carbonaceous antarctic micrometeorites, UCAMMs) allows for unique information on the association of minerals and organics at surface of icy objects (comets) to be obtained. Methods. In this work we map the organic matter of UCAMMs collected in the Antarctic snow, at sub-wavelength spatial scales using the Atomic Force Microscope InfraRed (AFMIR) technique. The sample preparation did not involve any chemical pretreatment to extract organic matter. The AFMIR measurements were performed on a limited spectral coverage (1900–1350 cm−1) allowing chemical functional groups to be imaged at spatial scales relevant to the study of micrometeorites. Results. The AFMIR images reveal the variability of the functional groups at very small scales and the intimate association of carbon- and oxygen-bearing chemical bonds. We demonstrate the possibility to potentially separate the olefinic and aromatic C=C bonding in the subcomponents of the UCAMM fragment. These variations probably originate in the early mixing of the different reservoirs of organic matter constituting these dust particles. The measurements demonstrate the potential for analysing such complex organic-matter – mineral association at scales below the diffraction limit. The development of such studies and extension to the full infrared range spectral coverage will drive a new view on the vibrational infrared analysis of interplanetary material.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Dazzi, A., R. Prazeres, F. Glotin, and J. M. Ortega. "Analysis of nano-chemical mapping performed by an AFM-based (“AFMIR”) acousto-optic technique." Ultramicroscopy 107, no. 12 (November 2007): 1194–200. http://dx.doi.org/10.1016/j.ultramic.2007.01.018.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Mathurin, J., A. Deniset-Besseau, and A. Dazzi. "Advanced Infrared Nanospectroscopy Using Photothermal Induced Resonance Technique, AFMIR: New Approach Using Tapping Mode." Acta Physica Polonica A 137, no. 1 (January 2020): 29–32. http://dx.doi.org/10.12693/aphyspola.137.29.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Christina, Christina, Hidayat Hidayat, and Warnoto Warnoto. "Pengaruh Penambahan Roti Afkir dalam Pakan terhadap Kualitas Telur Ayam Ras." Buletin Peternakan Tropis 1, no. 2 (December 5, 2020): 54–63. http://dx.doi.org/10.31186/bpt.1.2.54-63.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan tepung roti afkir dalam ransum tehadap kualitas telur ayam ras. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2019 di Kota Bengkulu. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5 perlakuan dan 10 ulangan. Perlakuan terdiri dari P0 : ransum kontrol 0% tepung roti afkir, P1 : 10% tepung roti afkir, P2 : 20% tepung roti afkir, P3 : 30% tepung roti afkir, P4 : 40% tepung roti afkir. Variabel yang diamati adalah berat telur, warna yolk, indeks kuning telur, indeks putih telur, haugh unit, tebal kerabang, dan kedalaman rongga udara. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) jika berpengaruh nyata (P<0,05) maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukan bahwa, penggunaan tepung roti afkir level 10%, 20%, 30%, dan 40% dalam ransum berpengaruh tidak nyata terhadap berat telur (P> 0,05), indeks yolk, indeks albumein, Haugh Unit, tebal kerabang, dan rongga udara, namun berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap warna yolk dengan skor cenderung menurun. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung roti afkir dalam ransum dari level 20% atau lebih dapat menurunkan warna yolk, tetapi tidak menurunkan berat telur, indeks indeks yolk, indeks albumen, haugh unit, tebal kerabang dan ronggga udara.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Najib, Muhammad Ainun, Ida Bagus Komang Ardana, and Anak Agung Sagung Kendran. "Profil Lipid Serum Anak Babi Jantan Lepas Sapih yang diberi Tambahan Susu Afkir dalam Pakan." Indonesia Medicus Veterinus 9, no. 4 (July 31, 2020): 575–83. http://dx.doi.org/10.19087/imv.2020.9.4.575.

Full text
Abstract:
Pemanfaatan susu afkir sebagai makanan tambahan dalam pakan dipercaya dapat menambah bobot badan dibandingkan dengan tanpa tambahan susu afkir. Susu afkir merupakan susu sapi dalam kemasan yang direjek oleh pabrik dengan kondisi fisik dan nutrisi yang masih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian susu afkir dalam pakan standar CP-550 selama 30 hari terhadap kadar Kolesterol total, High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL) dan Trigeliserida (TG) anak babi persilangan (Duroc-Pietrain) jantan lepas sapih umur 30 hari. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari tiga perlakuan dan sembilan ulangan, dengan total 27 sampel babi. Kelompok babi sebagai kontrol diberi pakan standar (P0), kelompok babi yang diberi pakan standar dengan penambahan susu afkir 5% (P1), dan kelompok babi yang diberi pakan standar dengan penambahan susu afkir 10% (P2). Data hasil pemeriksaan dianalisis menggunakan uji Two Way ANOVA, untuk melihat pengaruh antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil analisis baik pada hari ke-15 dan ke-30 perlakuan menunjukan bahwa pemberian susu afkir 5% tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol total, HDL, dan LDL, sedangkan pada trigeliserida terjadi penurunan secara nyata. Pemberian 10% tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol total, HDL, dan LDL, sedangkan pada trigliserida terjadi peningkatan secara nyata. Waktu atau lama pemberian susu afkir berpengaruh sangat nyata terhadap kadar kolesterol, HDL, dan Trigliserida, sedangkan terhadap LDL tidak berpengaruh nyata. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan susu afkir dalam pakan 5% dapat digunakan tanpa meningkatkan profil lipid babi secara nyata, namun bila konsentrasi diberikan 10% dapat meningkatkan trigeliserida secara nyata.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Nusdiani, Nusdiani, Nuraini Nuraini, and Adnan Syam. "KUALITAS NUGGET DAGING AYAM PETELUR AFKIR YANG DISUBTITUSI OTAK SAPI." Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 2, no. 1 (January 10, 2015): 46. http://dx.doi.org/10.33772/jitro.v2i1.1077.

Full text
Abstract:
Penelitian bertujuan untuk memanfaatkan hasil sampingan karkas sapi dan meningkatkan nilai guna serta mengevaluasi tingkat kesukaan konsumen melalui uji nilai kesukaan dan uji fisik. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo, Kendari pada bulan Februari sampai bulan Maret 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap, 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas N1= daging ayam ras petelur afkir 100% dan otak sapi 0%, N2= daging ayam ras petelur afkir 90% dan otak sapi 10%, N3= daging ayam ras petelur afkir 80% dan otak sapi 20%, dan N4= daging ayam ras petelur afkir 70% dan otak sapi 30%. Variabel penelitian meliputi uji fisik (pH dan susut masak) dan uji sensorik (warna, aroma, tekstur, rasa, keempukan dan penampakan umum). Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap nilai pH dan susut masak nugget dimana subtitusi otak sapi pada nugget daging ayam petelur afkir hingga 30% meningkatkan nilai pH dan menurunkan susut masak serta tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0,05) terhadap nilai kesukaan nugget. Otak sapi dapat digunakan hingga 30% dalam pembuatan nugget daging ayam petelur afkir. Kata kunci: Nugget, Kualitas fisik, Tingkat kesukaan, Daging ayam dan Otak sapi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Handayani, Ida Ayu Lidya, Ida Bagus Komang Ardana, and Anak Agung Sagung Kendran. "Pemberian Susu Afkir dalam Pakan terhadap Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin (Hb), dan Nilai Packed Cell Volume (PCV) pada Anak Babi Crossbreed Jantan Lepas Sapih." Indonesia Medicus Veterinus 8, no. 3 (May 31, 2019): 273. http://dx.doi.org/10.19087/imv.2019.8.3.273.

Full text
Abstract:
Susu sebagai suplemen makanan sering digunakan oleh peternak untuk meningkatkan pertumbuhan. Untuk menekan biaya produksi, diperlukan bahan pakan alternatif yang murah dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, maka digunakanlah susu afkir yaitu susu sapi dalam kemasan yang telah ditolak oleh pabrik dengan kondisi fisik dan nutrisi yang masih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian susu afkir pada konsentrasi 5% dan 10% dalam campuran pakan terhadap jumlah eritrosit, kadar hemoglobin (Hb), dan nilai Packed Cell Volume (PCV) anak babi crossbreed jantan lepas sapih. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 9 ulangan, dengan total 27 sampel darah. Kelompok ternak babi sebagai kontrol (P0) yang diberi pakan standar (CP-550), kelompok ternak babi yang diberi pakan standar (CP-550) dikombinasikan dengan susu afkir 5% (P1), dan kelompok ternak babi yang diberi pakan standar (CP-550) dikombinasikan dengan susu afkir 10% (P2). Data hasil pemeriksaan dianalisis menggunakan uji sidik ragam (ANOVA), untuk melihat pengaruh antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan. Pemberian susu afkir dengan konsentrasi 5% (P1) dalam pakan dapat meningkatkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin secara nyata dan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai PCV, serta pemberian susu afkir dengan konsentrasi 10% (P2) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai PCV pada anak babi crossbreed jantan lepas sapih.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Nullah, Lija Numriah, Harapin Hafid, and Amiluddin Indi. "EFEK BAHAN FILLER LOKAL TERHADAP KUALITAS FISIK DAN KIMIA BAKSO AYAM PETELUR AFKIR." Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 3, no. 2 (May 10, 2016): 58. http://dx.doi.org/10.33772/jitro.v3i2.1688.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk olahan daging ayam petelur afkir yaitu bakso dengan nilai gizi sesuai dengan standar nasional produk olahan dan untuk mengevaluasi daya suka konsumen terhadap bakso ayam petelur afkir yang menggunakan filler lokal Sulawesi Tenggara melalui uji organoleptik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap, 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah P1= daging ayam petelur afkir 60% dan tepung sagu 25%, P2= daging ayam petelur afkir 60% dan tepung ubi kayu 25%, dan daging ayam petelur afkir 60% dan tepung talas 25%. Variabel penelitian meliputi uji kualitas fisik (susut masak dan pH), uji organoleptik (warna, aroma, tekstur, kekenyalan, dan rasa), dan uji kimia (kadar air, protein, lemak, dan abu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan filler lokal tidak berpengaruh nyata ( p>0,05) terhadap susut masak, kadar air, lemak, tekstur, kekenyalan, dan rasa bakso akan tetapi berpengaruh nyata ( p<0,05) terhadap pH bakso, kadar protein, abu dan warna bakso. Disimpulkan bahwa perlakuan terbaik didapat pada penambahan tepung sagu dan ubi kayu yang banyak disukai panelis.Kata kunci: Bakso Ayam, Filler Lokal, Kualitas Fisik, Organoleptik dan Kimia
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Prayitno, Salvian Setyo, Juni Sumarmono, and Agustinus Hantoro Djoko Rahardjo. "PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAGING ITIK AFKIR PADA EKSTRAK KULIT BUAH CARICA (CARICA CANDAMARCENSIS) TERHADAP KEEMPUKAN DAN SUSUT MASAK DAGING." JURNAL PETERNAKAN NUSANTARA 6, no. 1 (April 30, 2020): 15. http://dx.doi.org/10.30997/jpnu.v6i1.1815.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman daging itik afkir pada ekstrak kulit buah carica terhadap keempukan dan susut masak daging. Materi yang digunakan adalah itik Tegal betina afkir umur 96 minggu sebanyak 10 ekor dan kulit buah carica sebanyak 4 kg. Metode penelitian dilakukan secara eksperimental, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diuji adalah daging dada itik afkir direndam pada ekstrak kulit buah carica 20% selama 0 menit (1 detik) (P0), 30 menit (P1), 60 menit (P2), dan 90 menit (P3). Variabel yang diukur adalah keempukan dan susut masak daging. Hasil penelitian menghasilkan rataan keempukan daging dari perlakuan P0, P1, P2, dan P3 masing-masing adalah 0,0353; 0,0434; 0,0504; dan 0,0560 mm/g/detik. Rataan susut masak daging dari perlakuan P0, P1, P2, dan P3, masing-masing adalah 32,53%; 33,65%; 34,77%; dan 35,86%. Perendaman daging itik afkir pada ekstrak kulit buah carica dengan konsentrasi 20% berpengaruh sangat nyata (P
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

ANGRAINI, EZI. "Analisis Gizi Nata De Citrullus." JURNAL PENDIDIKAN DAN KELUARGA 12, no. 01 (July 8, 2020): 67. http://dx.doi.org/10.24036/jpk/vol12-iss01/765.

Full text
Abstract:
Abstrak -- Semangka (Citrullus Vulgaris) merupakan buah yang hampir ada disetiap daerah di Indonesia. Hasil panen buah semangka yang dijual biasanya berukuran sedang (±2 kg) dan besar (≥2 kg), sedangkan yang berukuran kecil (≤ 2 kg) kurang termanfaatkan dan dijual dengan harga relatif murah. Semangka dalam ukuran kecil ini dapat dikategorikan kedalam semangka afkir, yaitu semangka yang umur panen serta tingkat matangnya telah cukup tetapi ukurannya kecil, sehingga kurang termanfaatkan dan memiliki harga jual yang rendah. Salah satu alternatif pengolahan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan nilai jual dan memperpanjang umur simpan semangka ini adalah dengan pembuatan Nata de Citrullus. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan harga jual dan memperpajang umur simpan semangka afkir, serta mengetahui nilai gizi nata de citrullus. Dalam penelitian ini dilakukan analisis gizi nata semangka afkir. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nata dari semangka afkir ini mengandung protein 62,3%, air 99,03 %, abu 0,26 %, lemak 0,27 % dan karbohidrat 29,1 %. Sedangkan untuk kandungan antioksidannya setelah dilakukan pengujian terdapat 18,28 mg kandungan antioksidan didalam Nata de Citrullus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

N/A. "AFMR Annual Awards." Journal Of Investigative Medicine 52, no. 04 (2004): 265. http://dx.doi.org/10.2310/6650.2004.0019a.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

N/A. "AFMR Outstanding Investigator." Journal Of Investigative Medicine 52, no. 04 (2004): 265. http://dx.doi.org/10.2310/6650.2004.0019b.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Wahyuni, Dewi. "PERFORMANCE OF REJECTED DUCK THAT FED FERMENTED NON CONVENTIONAL AND COMMERCIAL FED RATION CONTAINING FLOUR LEAVES OF GELUGUR ACID." JURNAL PERTANIAN 11, no. 1 (April 28, 2020): 9. http://dx.doi.org/10.30997/jp.v11i1.2674.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya interaksi antara dosis pemberian tepung asam gelugur dan jenis ransum yang diberikan terhadap performa. Ternak yang digunakan adalah 16 ekor itik afkir umur 72 minggu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial 2x2, yang menjadi faktor A yaitu dosis pemberian tepung daun asam yang terdiri dari dua level perlakuan (0 dan 6%), sedangkan faktor B yaitu jenis pakan yang diberikan yang terdiri dari dua level perlakuan (ransum komersial dan ransum nonkonvensional terfermentasi). Parameter yang digunakan dalam penelitian, antara lain: pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, konversi pakan dan mortalitas. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara dosis pemberian tepung dan jenis ransum terhadap performa itik afkir. Pemberian dosis tepung daun asam maupun pemberian jenis ransum tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi, konversi itik afkir. Nilai mortalitas pada penelitian ini adalah 0% dengan kata lain tidak terdapat kematian untuk semua perlakuan. Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian sampai level 6% tepung daun asam gelugur dalam pakan nonkonvensional terfermentasi dan pakan komersial tidak menurunkan performa itik afkir.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Lee, Eunseok, Perry L. McCarty, Jeonghwan Kim, and Jaeho Bae. "Effects of FeCl3 addition on the operation of a staged anaerobic fluidized membrane bioreactor (SAF-MBR)." Water Science and Technology 74, no. 1 (April 19, 2016): 130–37. http://dx.doi.org/10.2166/wst.2016.186.

Full text
Abstract:
The effects on sulfur removal and membrane fouling resulting from FeCl3 addition to an anaerobic fluidized membrane bioreactor (AFMBR) in a staged AFMBR (SAF-MBR) was investigated. Total sulfur removal in the SAF-MBR was 42–59% without FeCl3 addition, but increased to 87–95% with FeCl3 addition. Sulfide removal in the AFMBR increased to 90% with addition of FeCl3 at a molar Fe3+/S ratio of 0.54 and to 95% when the ratio was increased to 0.95. Effluent sulfide concentration then decreased to 0.3–0.6 mg/L. Phosphate removals were only 19 and 37% with the above added FeCl3 ratios, indicating that iron removed sulfide more readily than phosphate. Neither chemical oxygen demand nor biochemical oxygen demand removal efficiencies were affected by the addition of FeCl3. When the AFMBR permeate became exposed to air, light brown particles were formed from effluent Fe2+ oxidation to Fe3+. FeCl3 addition, while beneficial for sulfide removal, did increase the membrane fouling rate due to the deposition of inorganic precipitates in the membrane pores.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Ramadhani, Anisa, Rr Riyanti, Veronica Wanniatie, and Dian Septinova. "PENGARUH KOMBINASI SARIPATI BUAH NANAS DAN PEPAYA TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING ITIK PETELUR AFKIR." JURNAL ILMIAH PETERNAKAN TERPADU 8, no. 3 (December 10, 2020): 126. http://dx.doi.org/10.23960/jipt.v8i3.p126-132.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi saripati buah nanas dan pepaya terhadap pH, daya ikat air, dan keempukan daging itik petelur afkir. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2019 – Januari 2020 di Laboratorium Produksi Ternak Jurusan Peternakan dan Laboratorium Instrumen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Materi penelitian menggunakan 20 potong bagian paha itik petelur afkir. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yaitu tanpa marinasi kombinasi saripati buah nanas dan pepaya (P0), marinasi 25% nanas + 75% pepaya (P1), marinasi 50% nanas + 50% pepaya (P2), dan marinasi 75% nanas + 25% pepaya (P3). Peubah yang diamati adalah nilai pH, daya ikat air (DIA), dan keempukan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis ragam dengan taraf nyata 5%, hasil yang berpengaruh nyata diuji lanjut menggunakan Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil analisis ragam bahwa marinasi daging itik dengan kombinasi saripati buah nanas dan pepaya tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap pH, daya ikat air, dan keempukan daging. Simpulan penelitian ini bahwa penambahan saripati buah nanas dan pepaya tidak berpengaruh terhadap pH, daya ikat air, dan keempukan daging itik petelur afkir. Kata Kunci: Daging itik afkir, Kualitas fisik, Nanas, Pepaya, Saripati
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Kwon, Daeeun, Theo Y. C. Lam, Minseok Kim, Giin-Yu Amy Tan, Po-Heng Lee, and Jeonghwan Kim. "Combined Effect of Activated Carbon Particles and Non-Adsorptive Spherical Beads as Fluidized Media on Fouling, Organic Removal and Microbial Communities in Anaerobic Membrane Bioreactor." Membranes 11, no. 5 (May 18, 2021): 365. http://dx.doi.org/10.3390/membranes11050365.

Full text
Abstract:
The combined effect of acrylonitrile butadiene styrene (ABS) spherical beads and granular activated carbon (GAC) particles as fluidized media on the performance of anaerobic fluidized bed membrane bioreactor (AFMBR) was investigated. GAC particles and ABS beads were fluidized together in a single AFMBR to investigate membrane fouling and organic removal efficiency as well as energy consumption. The density difference between these two similarly sized media caused the stratified bed layer where ABS beads are fluidized above the GAC along the membrane. Membrane relaxation was effective to reduce the fouling and trans-membrane pressure (TMP) below 0.25 bar could be achieved at 6 h of hydraulic retention time (HRT). More than 90% of soluble chemical oxygen demand (SCOD) was removed after 80 d operation. Biogas consisting of 65% of methane was produced by AFMBR, suggesting that combined use of GAC and ABS beads did not have any adverse effect on methane production during the operational period. Scanning Electron Microscope (SEM) examinations showed the adherence of microbes to both media. However, 16S rRNA results revealed that fewer microbes attached to ABS beads than GAC. There were also compositional differences between the ABS and GAC microbial communities. The abundance of the syntrophs and exoelectrogens population on ABS beads was relatively low compared to that of GAC. Our result implied that syntrophic synergy and possible occurrence of direct interspecies electron transfer (DIET) might be facilitated in AFMBR by GAC, while traditional methanogenic pathways were dominant in ABS beads. The electrical energy required was 0.02 kWh/m3, and it was only about 13% of that produced by AFMBR.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Palma, Juan L., Alejandro Pereira, Raquel Álvaro, José Miguel García-Martín, and Juan Escrig. "Magnetic properties of Fe3O4 antidot arrays synthesized by AFIR: atomic layer deposition, focused ion beam and thermal reduction." Beilstein Journal of Nanotechnology 9 (June 11, 2018): 1728–34. http://dx.doi.org/10.3762/bjnano.9.164.

Full text
Abstract:
Magnetic films of magnetite (Fe3O4) with controlled defects, so-called antidot arrays, were synthesized by a new technique called AFIR. AFIR consists of the deposition of a thin film by atomic layer deposition, the generation of square and hexagonal arrays of holes using focused ion beam milling, and the subsequent thermal reduction of the antidot arrays. Magnetic characterizations were carried out by magneto-optic Kerr effect measurements, showing the enhancement of the coercivity for the antidot arrays. AFIR opens a new route to manufacture ordered antidot arrays of magnetic oxides with variable lattice parameters.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

N/A. "EB2004 AFMR Symposia Abstracts." Journal Of Investigative Medicine 52, no. 02 (2004): S401. http://dx.doi.org/10.2310/6650.2004.17633.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Asben, Alfi, Deivy Andhika Permata, Ira Desri Rahmi, and Risa Meutia Fiana. "Pemanfaatan Bengkuang (Pachyrhizus Erosus) Afkir untuk Pembuatan Bedak Dingin pada Kelompok Wanita Tani Berkat Yakin Kec. Batang Anai Kab. Padang Pariaman." LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat 2, no. 1 (May 12, 2018): 37. http://dx.doi.org/10.25077/logista.2.1.37-47.2018.

Full text
Abstract:
ABSTRAK: Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengurangi kerugian petani dan pedagang bengkoang serta mengoptimalkan umbi bengkoang kelompok tani dengan peningkatan nilai tambah melalui produk bedak dingin. Umbi bengkoang yang tidak terjual lagi dan diangkap afkir dimana kurang layak untuk jadi produk olahan pangan dimanfaatkan untuk membuat bedak dingin. Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan tahapan : 1) Pembuatan dan pengujian bedak dingin bengkoang dengan menggunakan 3 (tiga) jenis ketuaan umbi bengkoang. Pengamatan yang dilakukan meliputi rendemen, derajat warna putih, pH dan uji organoleptik bedak dan uji iritasi ; dan 2) Penyuluhan dan demontrasi/pelatihan pembuatan bedak dingin pada kelompok mitra. Pada penyuluhan disampaikan: i) Potensi umbi bengkoang, ii) Faktor-foktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan bengkoang afkir, dan iii) Faktor yang diperhatikan dalam membuat produk bermutu baik dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah : 1) Bengkoang afkir (sisa yang tidak terjual) mempunyai potensi dan dapat serta aman untuk dijadikan bedak dingin; 2). Hasil penelitian (pengujian) bedak dingin bengkoang afkir memberikan hasil yang hampir sama dengan bedak dingin menggunakan bengkoang segar ataupun bengkoang yang panen tua (5-5.5 bulan). Pati bengkoang afkir lebih tinggi dari bengkoang segar dan kadar air yang lebih rendah; dan 3). Anggota kelompok wanita tani Berkat Yakin dapat memahami dan mampu membuat bedak dingin bengkoang afkir yang baik untuk dapat disimpan dalam waktu yang lama.Kata kunci: Bengkoang afkir, Bedak dingin, Pengabdian, Kelompok wanita tani Utilization of Reject Bengkoang (Pachyrhizus Erosus) on Cold Mask Production in Berkat Yakin Farmer Women Group at Sub District of Batang Anai District of Padang PariamanABSTRACT: The aim of the community service were to reduce losses of bengkoang farmers and traders, and also to optimize bengkoang tubers farmer groups with increased value added through cold mask products. Bengkoang tubers that not sell anymore and considered reject where less feasible to be food products used to make the cold mask. This community service was done by stages: 1) Making and testing of cold mask bengkoang by using 3 (three) maturity types of bengkoang tuber. The observations included rendement, white color, pH, organoleptic test of mask, and irritation test; and 2) Counseling and demonstration / training of making cold mask in group of partner. In the counseling delivered: i) Bengkoang tuber potency, ii) Factors to consider in determining reject bengkoang , and 3) Factors considered in making good quality products and can be stored for long periods. The results of this community service activity were: 1) Reject bengkoang (unsold remnant) has the potential and can and safe to be used as cold mask; 2). The cold mask product of reject bengkoang had same quality with cold mask using fresh bengkoang or old harvested bengkoang (5-5.5 month). Starch of reject bengkoang higher than fresh bengkoang and it’s water content is lower; and 3). Members of farmer women group Berkat Yakin can understand and able to make cold mask from reject bengkoang and good to be stored for a long time.Keywords: Reject bengkoang, Cold mask, Community service, Farmer women group
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Trisasiwi, Wiludjeng. "PEMBUATAN BIOETANOL DARI MINUMAN SERBUK AFKIR." AGROINTEK 10, no. 2 (December 28, 2016): 108. http://dx.doi.org/10.21107/agrointek.v10i2.2473.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Nurcholis, Nurcholis. "EFEKTIFITAS JAMU HERBAL TERHADAP KADAR LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING AYAM PETELUR UMUR 26 BULAN." JURNAL PETERNAKAN NUSANTARA 6, no. 2 (October 17, 2020): 57. http://dx.doi.org/10.30997/jpn.v6i2.3285.

Full text
Abstract:
Potensi ayam petelur di merauke cukup tinggi, dan pada ahirnya ayam-ayam ini akan dijadikan ayam afkir. Ayam afkir memiliki kekurangan selain karkas dagingnya cukup kenyal dan keras, ayam ini memiliki banyak lemak abdomen dan kandungan kolesterol. Jamu herbal memiliki kelebihan diantaranya kandungan antioksidan, minyak atsiri dan kurkumin dalam tumbuhan herbal mampu menurunkan kadar lemak dan kolesterol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas jamu herbal terhadap kandungan persentase kolesterol daging dan lemak abdomen. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, menggunakan 36 ekor ayam afkir petelur umur 26 bulan. Bahan penelitian menggunakan jamu herbal yang terdiri dari beberapa jensi tumbuhan diantaranya : Buah merah 30%; Kunyit 20%; Jahe 5%; temu lawak 25%; Kencur 20%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu herbal yang diberikan tidak memberikan pengaruh (P> 0.05) terhadap kolesterol R0 yaitu 131 mg, R1 sebanyak 130, 67 mg, R2 sebanyak 128,33 mg, dan R3 sebanyak 126 mg dan lemak R0 (4.6 %), R1 (4.23 %), R2 (4. 43 %), R3 (4.5 %), namun nilai persentase menunjukkan adanya kecenderungan menurun. Hal ini diduga pemberian jamu herbal cukup sedikit sehingga belum maksimal dalam mempengaruhi kadar kolesterol dan lemak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Salang, Frisandra. "Kapasitas Ovarium Ayam Petelur Aktif." Jurnal MIPA 4, no. 1 (February 11, 2015): 99. http://dx.doi.org/10.35799/jm.4.1.2015.6913.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas ovarium ayam petelur dengan menggunakan kontrol ayam petelur (Layer). Penelitian ini menggunakan15 ekor ayam petelur afkir yang berumur ± 1,5 tahun dan 2 ekor ayam aktif dilakukan sampling secara random dan dilakukan pembedahan pada bagian rongga perut (Abdominal.) Pengamatan dilihat dari keberdaan ovarium yang ditinjau dari berat dan jumlah ovarium, folikel, dan oosit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan ovarium ayam afkir dengan ayam aktif tdak berbeda jauh. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ayam afkir (culling) menunjukkan keberadaan ovarium yaitu berat ovarium, folikel, dan oosit tidak jauh berbeda dengan ayam aktif (Layer) dalam masa produksi.The aim of this research was to obtain knowledge about the ovary capacity at layer using layer as the control. This research used 15 ± 1,5 years old culled layers. Random sampling and abdominal surgery were done on 2 active layers.The observation was done on the exsistence of ovary based on its weight and amount, follicle and oocyte. The result show’s that the existence ovary of culled and active layers didn’t have too many differences. It is conclude that ovary of culled layer, such as weight, follicle, oocyte, were simllar to the ovary of active layer in production period.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Wilkie, David. "The 1st Afir International Colloquium." ASTIN Bulletin 20, no. 2 (November 1990): 119–22. http://dx.doi.org/10.2143/ast.20.2.2005436.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Tilley, James A. "The 2nd Afir International Colloquium." ASTIN Bulletin 21, no. 2 (November 1991): 161–63. http://dx.doi.org/10.2143/ast.21.2.2005359.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Wilkie, David. "The 3rd AFIR International Colloquium." ASTIN Bulletin 23, no. 2 (November 1993): 165–66. http://dx.doi.org/10.2143/ast.23.2.2005088.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Booth, Philip, Steven Haberman, and Alen Ong. "The 4th AFIR International Colloquium." ASTIN Bulletin 24, no. 2 (November 1994): 153–54. http://dx.doi.org/10.2143/ast.24.2.2005060.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Cairns, Andrew J. G. "The 5th AFIR International Colloquium." ASTIN Bulletin 26, no. 1 (May 1996): 3–4. http://dx.doi.org/10.2143/ast.26.1.563228.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Sherris, Mike. "The 6th Afir International Colloquium." ASTIN Bulletin 27, no. 1 (May 1997): 155–57. http://dx.doi.org/10.2143/ast.27.1.563213.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

N/A. "Experimental Biology Meeting AFMR Symposia." Journal Of Investigative Medicine 51, S2 (2003): S442. http://dx.doi.org/10.2310/6650.2003.10180.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

N/A. "Experimental Biology Meeting AFMR Abstracts." Journal Of Investigative Medicine 51, S2 (2003): S445. http://dx.doi.org/10.2310/6650.2003.10851.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

N/A. "EB2004 AFMR Symposia Keyword Index." Journal Of Investigative Medicine 52, no. 02 (2004): S405. http://dx.doi.org/10.2310/6650.2004.17624.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

N/A. "EB2004 AFMR Symposia Author Index." Journal Of Investigative Medicine 52, no. 02 (2004): S404. http://dx.doi.org/10.2310/6650.2004.17626.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Ohta, Hitoshi, Masato Sumikawa, Mitsuhiro Motokawa, Sumiko Noro, and Tokio Yamadaya. "Submillimeter Wave AFMR of Ba2Cu3O4Cl2." Journal of the Physical Society of Japan 64, no. 5 (May 15, 1995): 1759–65. http://dx.doi.org/10.1143/jpsj.64.1759.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Tanjung, Deswil Violla, Fiqih Ismawan, and Umar Wirantasa. "PERANCANGAN SISTEM APLIKASI INVENTORY TOKO OUTDOOR BERBASIS JAVA PADA CV LATAR OUTDOOR." Jurnal Humaniora Teknologi 6, no. 2 (June 23, 2021): 95–104. http://dx.doi.org/10.34128/jht.v6i2.80.

Full text
Abstract:
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui sistem yang berjalan dalam pencatatan pengadaan barang dan penjualan di inventory Toko Latar Outdoor menggunakan bahasa pemrograman Java Netbeans. Pengembangan sistem inventory menggunakan model waterfall. Sistem ini dirancang menggunakan Entity Relationship Diagram (ERD) sebagai perancangan database dan Data Flow Diagram (DFD) sebagai perancangan alur data. Sistem ini dibangun dengan bahasa pemrograman Java Netbeans dan database MySQL. Hasil dari Sistem inventory pada Toko Outdoor yaitu dapat mengetahui proses pemesanan dan pembelian barang, pencatatan data barang, pencatatan barang masuk, pencatatan barang keluar, pencatatan barang afkir, pencatatan pengembalian barang afkir dan pencatatan data supplier. Sehingga sistem ini dapat membantu pengurusan dalam mengolah data administrasi pada Toko Latar Outdoor.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Rasman, Rasman, Harapin Hafid, and Nuraini Nuraini. "Pengaruh Penambahan Buah Nangka Muda terhadap Sifat Fisik dan Organoleptik Abon Daging Itik Afkir." Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 5, no. 3 (September 9, 2018): 95. http://dx.doi.org/10.33772/jitro.v5i3.5726.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan organoleptik abon daging itik afkirdengan penambahan buah nangka muda. Bahan yang digunakan adalah daging itik afkir, buah nangka muda, bawang putih, bawang merah, kemiri, ketumbar, kelapa, gula merah, garam, air, dan minyak goreng. Rancanganpenelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan acak lengkap terdiri dari 4 perlakuan (A0: 100% daging itik, A1: 85% daging itik dan 15% nangka muda, A2:70% daging itik dan 30% nangka muda,A3:55% daging itik dan 45% nangka muda) dengan3 ulangan untuk peubah fisik, dan 15 panelis untuk pengujian organoleptik.Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan buah nagka muda padaabon itik afkir tidak berpengaruh nyata terhadap pH dan rendemen abon. Sifat organoleptik (aroma, warna, rasa, dan tekstur)abon daging itik afkir tidak berbeda nyata dengan penambahan buah nangka muda.Katakunci: Abon, daging itik afkir, buah nangka muda, sifat fisik, sifat organoleptik.ABSTRACT This study was conducted to determine the physical characteristics and organoleptic qualities of spent duck abon with the addition of unripe jackfruit. The materials used were spent duck meat, unripe jackfruit, garlic, shallot, candlenut, coriander, coconut, brown sugar, salt, water, and cooking oil. The design used in this study is completely randomized design consisted of 4 treatment (A0: 100% duck meat, A1: 85% duck meat and 15% unripe jackfruit, A2: 70% duck meat and 30% unripe jackfruit, A3: 55% duck meat and 45% unripe jackfruit) with 3 repetition for physical variables, and 15 panelists for organoleptic test. The results of this study suggested that addition of unripe jackfruit in spent duck abon showed no significant difference for pH and rendemen. Organoleptic qualities (aroma, color, flavor and texture) of spent duck abon showed no significant difference with unripe jackfruit aditition.Keywords: abon, spent duck meat, unripe jackfruit, physical characteristic, organoleptic qualities
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

N. K., Priskayani, I. N. S. Miwada, and N. L. P. Sriyani. "PENGARUH MARINASI RIMPANG KENCUR (Kaempferis galangal L) DAN LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU DINGIN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN TOTAL PLATE COUNT DAGING AYAM PETELUR AFKIR." Majalah Ilmiah Peternakan 23, no. 2 (September 1, 2020): 91. http://dx.doi.org/10.24843/mip.2020.v23.i02.p08.

Full text
Abstract:
Daging sebagai sumber protein yang mudah rusak jika disimpan terlalu lama pada suhu ruang. Oleh karena itu perlu adanya alternatif seperti pengawetan ataupun pemberian rempah alami yang dapat menghambat kerusakan pada daging. Rempah yang biasa ditambahkan yaitu kencur (Kaempferia galangal L) yang dibuat menjadi blend. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rimpang kencur dan penyimpanan suhu dingin pada daging ayam petelur afkir. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Mikrobiologi, Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Kampus Sudirman selama 2 bulan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor I yakni konsentrasi 0% dan 5% dan faktor II yakni lama penyimpanan hari ke-0, ke-5 dan ke-10. Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi daya ikat air, pH, susut masak dan total plant count. Hasil penelitian menunjukan marinasi dengan 5% blend kencur meningkatkan susut masak dan penurunan pH dan lama simpan 10 hari pada suhu dingin meningkatkan pH dan total plant count menurunkan daya ikat air dan susut masak. Terdapat interaksi antara marinasi blend kencur dan lama penyimpanan pada suhu dingin terhadap kualitas fisik dan total plant count daging ayam petelur afkir. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) marinasi 5% blend kencur (meningkatkan susut masak dan penurunan pH) dan lama simpan 10 hari pada suhu dingin (meningkatkan pH dan “total plate count”; menurunkan daya ikat air dan susut masak. (2) marinasi 5% blend kencur dengan 5 hari penyimpanan pada suhu dingin, merupakan perlakuan terbaik ditinjau pada kualitas fisik (nilai pH 5,23; daya ikat air 65,03%; susut masak 40,10%) dan total mikroflora/total plate count 1,08 x 10-4 cfu/g daging ayam petelur afkir. (3) terdapat interaksi antara marinasi blend kencur dan penyimpanan pada suhu dingin terhadap kualitas fisik (pH, daya ikat air, susut masak) dan total mikroflora/total plate count daging ayam peterlur afkir.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Webber, Sheila, and Bill Johnston. "The Age-Friendly Media and Information Literate (#AFMIL) City:." Journal of Information Literacy 13, no. 2 (December 3, 2019): 276. http://dx.doi.org/10.11645/13.2.2672.

Full text
Abstract:
This paper proposes a model for developing an Age-Friendly Media and Information Literate (#AFMIL) city. It starts by addressing general issues concerning ageing and ageism. Key features of UNESCO’s framework for a media and information literate city are described. The authors proceed to identify relevant international handbooks, guidelines and initiatives concerning age-friendly environments, cities for human rights, smart cities, creative cities and informational cities. Drawing on these documents, the authors outline a model for developing an #AFMIL city, centred on older people enacting three roles: their role as consumers of media and information; older people as represented in the media; and older people in their role as creators, critics and innovators. They highlight the role of librarians in this development.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

LaBarge, Nicole, Yaoli Ye, Kyoung-Yeol Kim, Yasemin Dilsad Yilmazel, Pascal E. Saikaly, Pei-Ying Hong, and Bruce E. Logan. "Impact of acclimation methods on microbial communities and performance of anaerobic fluidized bed membrane bioreactors." Environmental Science: Water Research & Technology 2, no. 6 (2016): 1041–48. http://dx.doi.org/10.1039/c6ew00237d.

Full text
Abstract:
Granular activated carbon was acclimated to different substrates, and then used in an anaerobic fluidized bed membrane bioreactor (AFMBR) to treat diluted domestic wastewater. Acetate acclimation produced the best results.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Giovannacci, Ilaria, Marco Meleti, Federico Garbarino, Anna Maria Cesinaro, Ema Mataca, Giuseppe Pedrazzi, Camilla Reggiani, et al. "Correlation between Autofluorescence Intensity and Histopathological Features in Non-Melanoma Skin Cancer: An Ex Vivo Study." Cancers 13, no. 16 (August 6, 2021): 3974. http://dx.doi.org/10.3390/cancers13163974.

Full text
Abstract:
Non-melanoma skin cancer (NMSC) is the most common malignant tumor affecting fair-skinned people. Increasing incidence rates of NMSC have been reported worldwide, which is an important challenge in terms of public health management. Surgical excision with pre-operatively identified margins is one of the most common and effective treatment strategies. Incomplete tumor removal is associated with a very high risk of recurrence and re-excision. Biological tissues can absorb and re-emit specific light wave-lengths, detectable through spectrophotometric devices. Such a phenomenon is known as autofluorescence (AF). AF spectroscopy has been widely explored for non-invasive, early detection of NMSC as well as for evaluation of surgical margins before excision. Fluorescence-aided diagnosis is based on differences in spectral characteristics between healthy and neoplastic skin. Understanding the biological basis of such differences and correlating AF intensity to histological features could improve the diagnostic accuracy of skin fluorescence spectroscopy. The primary objective of the present pre-clinical ex vivo study is to investigate the correlation between the intensity of cutaneous AF and the histopathological features of NMSC. Ninety-eight lesions suggestive for NMSCs were radically excised from 75 patients (46 M; 29 F; mean age: 79 years). After removal, 115 specific reference points on lesions (“cases”; 59 on BBC, 53 on SCC and 3 on other lesions) and on peri-lesional healthy skin (controls; 115 healthy skin) were identified and marked through suture stitches. Such reference points were irradiated at 400–430 nm wavelength, and resulting emission AF spectra were acquired through spectrophotometry. For each case, AFIR (autofluorescence intensity ratio) was measured as the ratio between the number of photons emitted at a wavelength ranging between 450 and 700 nm (peak: 500 nm) in the healthy skin and that was captured in the pathological tissue. At the histological level, hyperkeratosis, neoangiogenesis, cellular atypia, epithelial thickening, fibrosis and elastosis were quantified by light microscopy and were assessed through a previously validated grading system. Statistical correlation between histologic variables and AFIR was calculated through linear regression. Spectrometric evaluation was performed on 230 (115 cases + 115 controls) reference points. The mean AFIR for BCC group was 4.5, while the mean AFIR for SCC group was 4.4 and the fluorescence peaks at 500 nm were approximately 4 times lower (hypo-fluorescent) in BCCs and in SCCs than in healthy skin. Histological variables significantly associated with alteration of AFIR were fibrosis and elastosis (p < 0.05), neoangiogenesis, hyperkeratosis and epithelial thickening. Cellular atypia was not significantly associated with alteration of AFIR. The intensity of fluorescence emission in neoplastic tissues was approximately 4 times lower than that in healthy tissues. Histopathological features such as hyperkeratosis, neoangiogenesis, fibrosis and elastosis are statistically associated with the decrease in AFIR. We hypothesize that such tissue alterations are among the possible biophysical and biochemical bases of difference in emission AF between neoplastic and healthy tissue. The results of the present evaluation highlighted the possible usefulness of autofluorescence as diagnostic, non-invasive and real-time tool for NMSCs.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Tilley, James A. "Meandering Thoughts: Afir and the Millennium." ASTIN Bulletin 28, no. 2 (November 1998): 167–69. http://dx.doi.org/10.2143/ast.28.2.519063.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Mukhin, A. A., V. D. Travkin, S. P. Lebedev, A. S. Prokhorov, and A. M. Balbashov. "Gyrotropic properties of antiferromagnets near AFMR:." Journal of Magnetism and Magnetic Materials 183, no. 1-2 (March 1998): 157–59. http://dx.doi.org/10.1016/s0304-8853(97)00236-9.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Ohta, H., Y. Ikeuchi, S. Kimura, S. Okubo, H. Nojiri, M. Motokawa, S. Hosoya, K. Yamada, and Y. Endoh. "High field AFMR measurement of Bi2CuO4." Physica B: Condensed Matter 246-247 (May 1998): 557–60. http://dx.doi.org/10.1016/s0921-4526(97)00986-1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Rachmawati Rusydi, Nurfazilah, Salamah, Erniati, and Munawwar Khalil. "KOMBINASI KOTORAN BURUNG PUYUH, SUSU BUBUK AFKIR, DAN TAPIOKA TERFERMENTASI PADA MEDIA KULTIVASI CACING SUTERA (Tubifex sp)." Journal of Fish Nutrition 1, no. 1 (June 30, 2021): 48–58. http://dx.doi.org/10.29303/jfn.v1i1.158.

Full text
Abstract:
Cacing sutera (Tubifex sp.) merupakan pakan alami yang banyak digunakan pada kegiatan pembenihan ikan. Cacing sutera ini mampu memberikan nutrisi yang baik bagi pertumbuhan larva ikan dengan ukuran yang sesuai bukaan mulut larva dan bersifat atraktif. Namun, ketersediaan populasi cacing sutera sangatlah terbatas di alam dan membutuhkan pasokan cacing sutera dari kegiatan kultivasi cacing sutera. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kombinasi kotoran burung puyuh (K), susu bubuk afkir (S) dan tapioka (T) terfermentasi pada media kultivasi cacing sutera. Metode penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap Non-Faktorial dengan 4 (empat) taraf perlakuan dan 3 (tiga) kali ulangan. Taraf perlakuan penelitian terdiri atas A (K = 100%), B (K=50%, S=35%, T=15%), C (K=50%, S=25%, T=25%), D (K=50%, S=15%, T=35%). Tahapan penelitian terdiri atas persiapan bibit cacing sutera, aktivasi EM4 dalam fermentasi kombinasi kotoran burung puyuh, susu bubuk afkir, dan tapioka, persiapan media kultivasi cacing sutera, penebaran benih cacing sutera dan pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi, biomassa dan kandungan nutrisi serta rasio C/N terbaik diperoleh pada perlakuan C dengan puncak populasi 406 individu/wadah, biomassa 33,21 g/wadah, nutrisi protein dan lemak sebesar 51,7 ± 0,42% dan 14,56 ± 0,028%, dan rasio C/N 12,5:1. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah kombinasi kotoran burung puyuh 50%, susu bubuk afkir 25%, dan tapioka terfermentasi 25% memberikan nutrisi yang paling baik untuk kultivasi cacing sutera.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Lengkey, Hendronoto Arnoldus Walewengko, Sofi Margritje Sembor, Dani Garnida, Primiani Edianingsih, Nanah Nanah, and Roostita Lobo Balia. "Pengaruh Pemberian Margarin terhadap Sifat Fisiko Kimiawi dan Sensoris Sosis Ayam Petelur Afkir (The Effect of Margarine Application on Physicochemical and Sensory Properties of Culled Hens Layer Sausages)." Jurnal Agritech 36, no. 03 (December 21, 2016): 279. http://dx.doi.org/10.22146/agritech.16590.

Full text
Abstract:
Research was aimed to determine the effect of margarine application on the physicochemical and sensory properties of culled layer hens sausages. In addition to utilizing the culled layer hens meat as a source of animal protein, as well as to diversify food, so that the resulting product can be accepted by consumers. This study was conducted in a completely randomized experimental design with four treatments unidirectional pattern with margarine giving addition 0.0 %; 2.5 %; 5.0 % and 7.5 % with four replications. The data obtained were statistically tested by analysis of variance (ANOVA), if there is a noticeable difference, then it continued to Duncan's multiple range test. The analysis showed that the water content, fat content, and pH sausage has significant effect, but the protein content was not significantly between the sausages were not given margarine (P-1) and the sausages are given margarine (P-2, P-3 and P-4). The sausage produced will increase the protein content, fat content, and pH with increasing percentage of margarine given, otherwise the moisture content will decrease. Based on sensory testing (appearance, color, flavor, texture and total acceptance), culled layer hens sausage can be accepted by consumers. Sausages were given margarine value ranges between 7.0 to 8.4 (just like - really like) and were not given margarine has lower value ranging from 5.2 to 6.9 (neutral - just like). ABSTRAKPenelitian mengenai pengaruh pemberian margarin terhadap sifat fisiko kimiawi dan sensoris sosis ayam petelur afkir adalah untuk mengetahui penambahan margarin terhadap kualitas sosis ayam petelur afkir, selain itu untuk memanfaatkan daging ayam petelur afkir sebagai sumber protein hewani, dan untuk melakukan penganekaragaman pangan, sehingga produk yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak lengkap pola searah dengan empat perlakuan pemberian margarin 0,0 %; 2,5 %; 5,0 % dan 7,5 % dengan empat kali ulangan. Data yang diperoleh diuji secara statistik dengan analisa varian (ANOVA), apabila terdapat perbedaan yang nyata dilakukan Uji jarak berganda Duncan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar air dan kadar lemak dan pH sosis berpengaruh nyata namun kadar protein tidak berpengaruh nyata antara sosis yang tidak diberikan margarin (P-1) dan sosis yang diberikan margarin (P-2, P-3, dan P-4). Sosis yang dihasilkan akan semakin meningkat kadar protein, kadar lemak dan pH dengan bertambahnya persentasi margarin yang diberikan, sebaliknya kadar airnya akan menurun. Berdasarkan uji sensoris (tampilan, warna, flavor, tekstur dan total penerimaan), maka sosis ayam petelur afkir dapat diterima oleh konsumen. Sosis yang diberi margarin nilainya berkisar antara 7,0 – 8,4 (cukup suka – sangat suka) dan yang tidak diberi margarin nilainya lebih rendah yaitu berkisar antara 5,2 – 6,9 (netral – cukup suka). Kata kunci: Ayam petelur afkir; sifat fisik; sifat kimiawi; margarin; sosis; sifat sensorik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Candra Dewi, Sri Hartati, and Niken Astuti. "AKSEPTABILITAS DAN SIFAT DAGING ITIK AFKIR YANG DILAKUKAN CURING MENGGUNAKAN EKSTRAK KURKUMIN KUNYIT UNTUK MENGHAMBAT OKSIDASI LEMAK SELAMA PENYIMPANAN." Jurnal Agritech 34, no. 04 (February 11, 2015): 415. http://dx.doi.org/10.22146/agritech.9436.

Full text
Abstract:
Rejected-duck meat was obtained from old laying duck that unproductive aged 24-26 months. The purpose of this study was to determine the oxidation potential of curcumin extract and its potential in curing rejects the acceptability of duck meat and meat properties during frozen storage. The material used was 36 female rejected-duck the age range 24-26months. The experimental design used was completely randomized design with 3x4 factorial variation. This factor of 0.0 %; 0.1 % ; 0.2 % and 0.3 % curcumin extract and the curing time 5, 10 and 20 minutes. The parameters examined included the acceptability of duck meat cured was determined by the method of Hedonic Test, moisture content , fatcontent, fatty acids and peroxide value of frozen storage for 8 weeks. The results showed that duck meatwas acceptable salvage most of duck meat with curing using 0.3 % turmeric extract with a curing time for 10 minutes. The addition of curcumin turmeric extract the meat of rejected-ducks could inhibit fatty acid peroxidation approximately 39.55 m.eq in frozen storage for five weeks. Water content and fat showed no real difference. However, free fatty acids increased significantly up to 5 weeks. Peroxide value increased until the fifth week of 39.55 %, and then decreased. From thisstudy it can be concluded that the best use extract acceptability of curcumin 0.3 % with long curing 10 minutes, the frozen storagefor8weeks.Keywords: Rejected- ducks meat, curcumin, antioxidant, acceptability and quality of the meat ABSTRAKDaging itik afkir diperoleh dari itik petelur yang sudah tidak produktif yang berumur 24-26 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi oksidasi dari ekstrak kurkumin dan potensinya dalam curing daging itik afkir terhadap akseptabilitas dan sifat daging selama penyimpanan beku.Materi yang digunakan 36 ekor itik betina afkirdengan kisaran umur 24-26 bulan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial 3x4 dengan faktor variasi ekstrak kurkumin 0,0%; 0,1%; 0,2% dan 0,3% dan lama curing 5, 10 dan 20 menit. Parameter yang diteliti meliputi akseptabilitas daging itik curing ditentukan dengan metode Hedonic Test, kadar air, kadar lemak,asam lemak dan angka peroksida penyimpanan beku selama 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging itik afkir yang paling akseptabel adalah daging itik dengan curing menggunakan 0,3% ekstrak kunyit dengan lama curing selama 10 menit. Penambahan ekstrak kurkumin kunyit pada daging itik afkir mampu menghambat peroksidasi asam lemak sekitar 39,55% pada penyimpanan beku selama lima minggu. Kadar air dan lemak menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Namun asam lemak bebas mengalami kenaikan yang signifikan sampai minggu ke 5. Angka peroksida meningkat sampai minggu kelima sebesar 39,55 m.eq, kemudian menurun. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa akseptabilitas terbaik menggunakan ekstrak kurkumin 0,3% dengan lama curing 10 menit, pada penyimpanan beku selama 8 minggu.Kata kunci:Daging itik afkir, antioksidan kurkumin, akseptabilitas dan kualitas daging
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

SPERLING, J., D. PRVULOVIC, D. LINDEN, W. SINGER, and A. STIRN. "Neuronal Correlates of Colour-Graphemic Synaesthesia: Afmri Study." Cortex 42, no. 2 (2006): 295–303. http://dx.doi.org/10.1016/s0010-9452(08)70355-1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Balogh, Zsuzsanna, Takuya Mizukami, Jozef Bartunek, Carlos Collet, Monika Beles, Marzia Albano, Asim Katbeh, et al. "Mitral Valve Repair of Atrial Functional Mitral Regurgitation in Heart Failure with Preserved Ejection Fraction." Journal of Clinical Medicine 9, no. 11 (October 26, 2020): 3432. http://dx.doi.org/10.3390/jcm9113432.

Full text
Abstract:
Our objective was to describe the long-term effects of endoscopic mitral valve (MV) repair on outcome in patients with heart failure with preserved ejection fraction (HFpEF) and atrial functional mitral regurgitation (AFMR). In patients with HFpEF, even mild AFMR has been associated with poor outcome. The study population consisted of consecutive patients with HFpEF (left ventricular ejection fraction (LVEF) ≥ 50%, H2FPEF score ≥ 5) and AFMR, who underwent isolated, minimally invasive endoscopic MV repair (MVRepair group) (n = 131) or remained on standard of care (StanCare group) (n = 139). Patients with coronary artery disease or organic mitral regurgitation (MR) were excluded. Patients were matched using inverse probability of treatment weighting. Endpoints were all-cause mortality and a composite of all-cause mortality and HFpEF readmissions. The median follow-up was 5.03 years (interquartile range (IQR) 2.6–7.9 years). In the MVRepair group, the perioperative, 30-day, 1-year, and 5-year mortality were 0, 1%, 1%, and 12%, respectively. Additionally, 13 (10%) patients were readmitted for worsening HFpEF, while 2 (1%) individuals underwent redo MV surgery for recurrent MR. MVRepair compared with StanCare showed 21–29% (Standard Error (SE) 6–8%) and 19–26% (SE 6–8%) absolute risk reduction of all-cause mortality and HFpEF readmissions, respectively (all p < 0.05). MVRepair emerged as the strongest independent predictor of all-cause mortality (Hazard Ratio (HR) 0.16, 95% (Confidence Interval (CI) 0.07–0.34, p < 0.001) and HFpEF readmissions (HR 0.21, 95% CI 0.09–0.51, p < 0.001). At 5-year follow-up, in the MVRepair group, a total of 88% were alive and 80% were alive without readmission for HFpEF. We can conclude that endoscopic MV repair is associated with low perioperative mortality as well as high long-term efficacy, and appears to improve clinical outcome in patients with AFMR and HFpEF.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Ito, Takuma, Yu Harabuchi, and Satoshi Maeda. "AFIR explorations of transition states of extended unsaturated systems: automatic location of ambimodal transition states." Physical Chemistry Chemical Physics 22, no. 25 (2020): 13942–50. http://dx.doi.org/10.1039/d0cp02379e.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

MCGEE, ROBIN, DAVID WOLFE, and JAMES OLSON. "Multiple maltreatment, attribution of blame, and adjustment among adolescents." Development and Psychopathology 13, no. 4 (December 2001): 827–46. http://dx.doi.org/10.1017/s0954579401004059.

Full text
Abstract:
The study examined the predictive utility of blame attributions for maltreatment. Integrating theory and research on blame attribution, it was predicted that self-blame would mediate or moderate internalizing problems, whereas other-blame would mediate or moderate externalizing problems. Mediator and moderator models were tested separately. Adolescents (N = 160, ages 11–17 years) were randomly selected from the open caseload of a child protection agency. Participants made global maltreatment severity ratings for each of physical abuse, psychological abuse, neglect, sexual abuse, and exposure to family violence. Participants also completed the Attribution for Maltreatment Interview (AFMI), a structured clinical interview that assessed self- and perpetrator blame for each type of maltreatment they experienced. The AFMI yielded five subscales: self-blaming cognition, self-blaming affect, self-excusing, perpetrator blame, and perpetrator excusing. Caretaker-reported (Child Behavior Checklist) and self-reported (Youth Self Report) internalizing and externalizing were the adjustment criteria. Controlling for maltreatment severity, the AFMI subscales explained significant variance in self-reported adjustment. Self-blaming affect was the most potent attribution, particularly among females. Attributions mediated maltreatment severity for self-reported adjustment but moderated it for caretaker-reported adjustment. The sophistication and relevance of blame attributions to adjustment are discussed, and implications for research and clinical practice are identified.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Albrecht, Peter. "Announcement Concerning the 6th International AFIR Colloquium." ASTIN Bulletin 26, no. 1 (May 1996): 131. http://dx.doi.org/10.2143/ast.26.1.563239.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography