To see the other types of publications on this topic, follow the link: Akil baliğ.

Journal articles on the topic 'Akil baliğ'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Akil baliğ.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Arimbawa, I. Made Dwi Saputra, I. Made Saryana, and Putu Agus Bratayadnya. "DI BALIK KETERBATASAN PARA PENYANDANG DISABILITAS BALI DALAM FOTOGRAFI ESSAY." Retina Jurnal Fotografi 2, no. 1 (2022): 11–22. http://dx.doi.org/10.59997/rjf.v2i1.1223.

Full text
Abstract:
Di Bali sendiri sudah terdapat Yayasan khusus untuk orang orang dengan keterbatasan fisik atau penyandang disabilitas. Salah satunya adalah Yayasan Bunga Bali yang merawat penyandang disabilitas seperti tuna daksa, tuna rungu, dan tuna wicara. Disabilitas yang sudah sembuh dan mempunyai keluarga dapat kembali pulang ke rumahnya. Dengan sembuhnya kondisi mental maupun fisik dapat membuat mereka memiliki sebuah kelebihan. Sebab mereka tidak bisa terus menerus bertumpu pada keluarga mereka yang entah kapan bisa menemani dan merawat mereka. Ada beberapa penyandang disabilitas yang sudah keluar dari Yayasan dan mencari pekerjaannya dengan mandiri, ini merupakan hal yang positif dan dapatt digunakan sebagai contoh untuk para penyandang disabilitas lainnya agar bisa menjadi seperti mereka. Dari permasalahan tersebut memberikan inspirasi penulis sebagai ide dalam pembuatan karya foto yang dituangkan kedalam fotografi essay dengan teknik kolase dan foto hitam putih. Tujuan dari penelitian terfokus pada bagaimana penyandang disabilitas aktif dapat memeberikan semangat dan motivasi bagi disabilitas lainnya. Metode pelaksanaan yang digunakan bersumber dari data yang didapat dari wawancara, obervasi, dan analisis data. Hasil dari penelitan ini adalah 8 karya foto essay mengenai disabilias akif dari beberapa kabupaten yang ada di Bali. Karya foto yang telah dibuat diharapkan bisa memberikan gambaran kepada disabilitas lainnya serta masyrakat tentang bagaimana para disabilitas dengan keterbatasan yang mereka miliki bisa hidup mandiri dari usaha dan hasil kerja kerasnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Nisa', Khaerun. "Parunrungi Baju and Attarasa’s Tradition on Akil Balig Process of Konjo Community in Eastern Bulukumba." Al-Qalam 25, no. 2 (2019): 421. http://dx.doi.org/10.31969/alq.v25i2.737.

Full text
Abstract:
This study aims to determine the process of implementation the <em>parunrungi baju </em>and <em>attarasa’s </em>tradition in the Konjo community adult process, how is the existance of the <em>parunrungi baju </em>and <em>attarasa’s </em>tradition in the modern area, and how is the islamic perspective on the procession of tradition. The type of this research is qualitative descriptive research. Data sources are primary and secondary data. Researcher as a key instrument. Data collection methods are observation, deep interview and documentation. <em>Parunrungi baju </em>and <em>attrarasa’s </em>tradition is a traditional ceremony held by Konjo community in eastern Bulukumba, when a child enters adulthood. The traditional still exists carried out by the community of Konjo until now, as a way to appreciate the ancestrals heritage. According to the islamic perpective on the procession of the traditional ceremonies, such as the presentation of offerings and flattening of teeth <em>(attarasa)</em> is considered contradictory to the existing rules in islam.<br /><p align="center"> </p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Febriyanti, Novi, Fikri Amiruddin Ihsani, and Much Syarifudin Hamdani. "Implikasi Akal dan Relevansinya dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam." PAKAR Pendidikan 19, no. 1 (2021): 86–96. http://dx.doi.org/10.24036/pakar.v19i1.205.

Full text
Abstract:
Akal merupakan suatu potensi rohani yang terdapat dalam diri manusia. Akal memiliki banyak daya di antaranya daya berpikir, daya berkreasi, daya imajinasi, dan daya fantasi. Akal dan implikasinya dalam mencapai tujuan pendidikan Islam ini sangat penting dan menarik untuk dikaji dan diteliti lebih mendalam. Dengan memaksimalkan potensi akal diharapkan dapat membentuk manusia yang sempurna (insan kamil) sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Berdasarkan konteks ini, tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana implikasi akal dan relevansinya dalam mencapai tujuan pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Untuk dapat mengkaji fenomena ini dengan detail maka peneliti menggunakan studi kepustakaan yang menyinggung urgensi akal dan relevansinya dalam tujuan pendidikan Islam. Untuk dapat memahami keterkaitan akal dan pendidikan Islam dengan baik, peneliti juga mengkaji dokumen-dokumen yang selaras dengan tema yang dikaji. Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan oleh peneliti tersebut diperoleh hasil bahwa akal merupakan alat utama bagi manusia untuk memahami, berpikir, dan merenungi segala hal guna mendapat pemahaman maupun pengetahuan-pengetahuan mengenai sesuatu. Untuk mewujudkan manusia yang sempurna (insan kamil) sebagai tujuan pendidikan Islam, seseorang harus mendayagunakan akal secara maksimal, dengan selalu mengambil hikmah di balik segala sesuatu, mengingat manusia tidak mampu diberikan pelajaran tanpa ia mendayagunakan akalnya secara optimal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Putra, I. Made Daypri Yanta, and Moch Nur Efendi. "Pengolahan Meat Analogue Sate Babi Halal." Jurnal Ilmiah Pariwisata dan Bisnis 3, no. 3 (2024): 488–95. http://dx.doi.org/10.22334/paris.v3i3.747.

Full text
Abstract:
Tujuan dilakukan penelitian pengolahan Meat Analogue sate babi halal ini guna mengetahui potensi pengolahan Meat Analogue sate babi halal di Bali, tugas akir ini menganalisis dari rasa, aroma, tekstur, dan yang terkair yaitu warna dari Meat Analogue sate babi halal dan juga menganalisis dari minat beli meat analouge sate babi halal. Pendekatan tugas akir yang dilakukan dalam tugas akir ini adalah deskriptif kualitatif serta uji organoleptik. Serta tujuan di lakukakn penelitian Meat Analogue sate babi halal ini agar mengetahui biaya pengolahan yang di butuhkan selama membuat Meat Analogue sate babi halal ini. Berdasarkan hasil panelis pengolahan Meat Analogue yang di hasilkan sudah bisa dikatakan berhasil mengimplementasikan objek daging babi terkhususnya sate babi dari segi rasa tekstur, aroma, warna dan masih mempunyai kelemahan dan keunggulannya tersendiri. Untuk di bali di perkirakan saat ini potensi minat beli di Bali terbilang cukup tinggi dan masyarakat juga belum banyak yang tau mengenai Meat Analogue sate babi halal, sehingga target pasar untuk plant-based food salah satunya sate babi halal ini kemungkinan akan besar peminatnya untuk kedepannya. The purpose of this research on the processing of halal pork satay analogue is to find out the potential for processing halal pork satay analogue in Bali. halal pork satay Meat Analogue. The final assignment approach used in this final assignment research is descriptive, qualitative and organoleptic tests. As well as the purpose of doing research on this halal pork satay Meat Analogue in order to find out the processing costs needed while making this halal pork satay Meat Analogue. Based on the results of the Meat Analogue processing panelists that were produced it can be said that it has succeeded in implementing pork objects, especially pork satay in terms of taste, texture, aroma, color and still has its own advantages and disadvantages. For Bali, it is estimated that currently the potential interest in buying in Bali is quite high and not many people know about the Meat Analogue of halal pork satay, so the target market for plant-based food, one of which is halal pork satay, is likely to be in great demand in the future.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Is, Fadhilah. "WANITA MAYORITAS DI NERAKA, IMPERFEK AKAL DAN AGAMA: Antara Polemik, Solusi Dan Motivasi." Al-Bukhari : Jurnal Ilmu Hadis 1, no. 1 (2018): 53–80. http://dx.doi.org/10.32505/al-bukhari.v1i1.442.

Full text
Abstract:
Hadis tentang wanita adalah objek yang intens dikomentari oleh para orientalis dan feminis. Mereka mendeskripsikan bahwa Islam mendikotomikan dan menjustifikasi wanita sebagai second public. Hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhārī bahwa wanita adalah yang paling banyak menghuni neraka, karena banyak melaknat dan banyak mengingkari pemberian suami, dan kurangnya akal dan lemahnya agama wanita. Lafaz hadis ini baik tekstual ataupun konstektual tidak ada mengandung unsur misoginis, patriakhi, dikotomi, dan merendahkan wanita. Malah sebaliknya, memotivasi wanita untuk semangat menuntut ilmu, beribadah, takarub, bersedekah dan menjaga lisan. Di balik kekurangan wanita, sejatinya itulah kelebihan yang Allah berikan kepada mereka, agar saling melengkapi di antara sepasang manusia, laki-laki dan wanita.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Salenda, Kasjim. "Abuse of Islamic Law and Child Marriage in South-Sulawesi Indonesia." Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies 54, no. 1 (2016): 95. http://dx.doi.org/10.14421/ajis.2016.541.95-121.

Full text
Abstract:
This article examines the prevalence of child marriage in South-Sulawesi Indonesia including people’s perceptions and its factors contributing to child marriage and the use religion to justify their actions. They perceive child marriage as the marriage conducted prior to the age of 16 for woman and of 19 for man as stipulated in the Marriage Law No.1 of 1974, as well as the marriage before ‘akil balig’. Various determinants for child marriage are cultural norms or values of ‘siri’ (shame) for family honour; family prestige and kinship; uneducated parents; economic burden for family and inconsistency in legislation. No religious teachings or Islamic Law clearly support the prevalence of child marriage because the purpose of marriage in Islam is to perform a happy and harmonious relationship among the couple. The use of the Prophet Muhammad’s marriage to Aisha in the age of six as the fundamental basis for child marriage is unjustified.[Tulisan ini membahas kasus-kasus pernikahan anak di Sulawesi Selatan, termasuk persepsi masyarakat dan faktor-faktor pendukungnya diantaranya penggunaan dalil agama (Islam) untuk membenarkan tindakan tersebut. Masyarakat memahami pernikahan anak sebagaimana tercantum dalam UU Pernikahan No. 1 Tahun 1974 bahwa pernikahan anak terjadi pada usia dibawah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan dan atau mereka yang belum akil balig’. Beberapa factor dominan dalam pernikahan anak antara lain; norma adat lokal (‘siri), kehormatan keluarga dan kerabat, orangtua yang kurang terpelajar, beban ekonomi keluarga dan ketidakkonsisten penegakan peraturan. Pada dasarnya tidak ada ajaran Islam atau fiqih yang secara tegas mendukung pernikahan anak karena tujuan dari pernikahan dalam Islam adalah kebahagiaan dan keharmonisan hubungan antar suami istri. Menggunakan rujukan pernikahan Nabi Muhammad dengan Aisyah saat usia enam tahun merupakan perkara yang tidak bisa dibenarkan.]
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Suatama, Ida Bagus. "MULTIKULTURALISME USADA BALI." Widya Kesehatan 1, no. 1 (2019): 11–17. http://dx.doi.org/10.32795/widyakesehatan.v1i1.277.

Full text
Abstract:
Dua sistem pengobatan yang berkembang di era milenial saat ini adalah sistem Bio Medis kedokteran dan sistem Bio Kultural atau pengobatan tradisional. Usada Bali merupakan sistem pengobatan tradisional Bali yang sampai sekarang masih dilakukan di Bali. Usada Bali merupakan turunan dari Ayurweda. Ayurweda merupakan bagian dari Upaweda, sedangkan Upaweda merupakan bagian dari Weda Smerti. Masuk ke Bali pada abad X pada jaman Pemerintahan Raja Udayana. Sistem Usada Bali dasarnya adalah Empiriko Logis Magis Religius (pengalaman yang masuk akal dan ada unsur magis dan religious). Sistem pengobatan tradisional oleh WHO diakui sebagai Tradisional Medicine / Complementary and Alternative Medicine (TM/CAM). Kedatangan Dokter Wolfgank Von Wack tahun 1937 bertugas di Bali merupakan sebuah petunjuk bahwa Usada Bali kena pengaruh modernism. Secara legal formal sistem pengobatan Usada Bali mulai selangkah demi selangkah terpinggirkan. Dengan adanya regulasi Dasar Hukum legal formal dari Pemerintah tentang Pengobatan Tradisional, Usada Bali mulai mendapat perhatian. Gubernur Bali saat ini telah mempublikasikan dan akan menyediakan media bagi para Balian untuk praktek. Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) menyatakan Balian dapat bersinergi bila telah melewati standarisasi Fitofarmaka yang berlaku. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Rektor Universitas Hindu Indonesia menyambut dengan baik regulasi ini. Sekarang kesempatan dunia akademik mendapat peran lebih banyak agar Sistem Pengobatan Usada Bali semakin maju. Dalam penelitian ini diajukan tiga masalah yaitu: (1) Bagaimanakah eksistensi Usada Bali? (2) Bagaimanakah Usada Bali dalam multikulturalisme? (3) Dapatkah Usada Bali menunjang kehidupan masyarakat Bali?
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Mannan, Abd, and Atiqullah Atiqullah. "Kontribusi Pemikiran Ibnu Khaldun Terhadap Kontruksi Pendidikan Agama Islam." EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN 5, no. 2 (2023): 699–715. http://dx.doi.org/10.31004/edukatif.v5i2.4775.

Full text
Abstract:
Dalam memandang pendidikan Ibnu Khaldun berdasarkan pada hipotesis sesungguhnya manusia pada dasarnya “tidak tahu” (jahil), dan menjadi “tahu” (alim) melalui belajar. Maknanya, manusia termasuk dalam kelompok hewan, namun Allah telah memberikan suatu keistimewaan akal pikir, yang memungkinkan bagi mereka berperilaku secara teratur serta terencana, yang disebut akal pemilah (al-‘aql al-tamyizi); atau memungkin memahami macam daya pikir dan pendapat, timbal balik pada tata hubungan dengan sesama, yang disebut akal eksperimental (al-‘aql al-tajribi); serta memungkinkan bagi mereka untuk menggambarkan realitas-empiris dan non-empiris, yang disebut akal kritis (al-‘aql an-nadzori). Penelitian ini termasuk dalam jenis library reseach (kajian pustaka) dengan pendekatan kualitatif, dengan metode analisis data Content Analysis (analisis isi). Dari hasil penelitian ini didapat kesimpulan pertama, menurut Ibnu Khaldun tujuan pendidikan setidaknya meliputi tiga aspek, yaitu untuk meningkatkan pemikiran, peningkatan kemasyarakatan, dan aspek pengembangan iman dan takwa. Kedua, materi dalam pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun dapat dibagi kedalam Ilmu-ilmu naqliyah (ilmu agama) dan ilmu-ilmu ‘aqliyah (ilmu umum). Ketiga, beberapa metode yang ditawarkan Ibnu Khaldun dalam proses pembalajaran antara lain metode menghafal, diskusi atau dialog, widyawisata (riẖlah), pentahapan (tadrīj) dan pengulangan (tikrar).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Warami, Hugo, and Putu Chrisma Dewi. "Wacana Apec: Legitimasi Dan Signifikasi Perekonomian Bali (Kajian Wacana Kritis Parawisata)." RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa 1, no. 1 (2017): 168. http://dx.doi.org/10.22225/jr.1.1.22.168-184.

Full text
Abstract:
Wacana APEC dalam kajian ini akan dieskplorasi melalui paradigma kritis untuk melakukan konstruksi refleksif terhadap pengalaman wacana-wacana pariwisata yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat pelaku pariwisata di Bali. Fokus kajian pada wacana APEC ini mencakup (1) legitimasi dan (2) signifikasi konstruksi wacana yang berdampak langsung pada perekonomian Bali melalui perspektif critical discourse analysis (CDA). Perspektif ini memberikan penekanan pada determinasi pariwisata dan ekonomi kreatif, yakni segala sesuatu yang sedang, akan, dan nanti terjadi melalui wacana APEC, dan berdampak langsung pada kekuatan-kekuatan ekonomi. Legitimasi akan membantu membuat objektivasi yang sudah dilembagakan menjadi tersedia secara objektif dan masuk akal secara subjektif. Sedangkan signifikasi merupakan salah satu struktur wacana yang mengacu pada sistem, mengharuskan adanya relasi yang tidak dapat dipisahkan antara sebuah tanda dan realitas yang menjadi rujukannya serta bersifat ikonis. APEC 2013 yang diwacanakan berlangsung di Bali, akan berdampak besar pada pembangunan sektor pariwisata. Setidaknya, signifikasi perubahan dan dinamika yang terjadi di tingkat nasional, regional dan internasional akan dikonstruksi dan didayagunakan secara bersama dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang sama pada sesama negara anggota APEC. Untuk analisis CDA, fakta bahasanya diperoleh dari media massa (surat kabar lokal Bali), yakni (1) Bali Post dan (2) Media Bali Promosi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Susiolo, Rachmad K. Dwi. "PILIHAN RASIONAL INDIVIDU MENIKAH PADA USIA DINI DI KABUPATEN TRENGGALEK." Publicio: Jurnal Ilmiah Politik, Kebijakan dan Sosial 2, no. 2 (2020): 34–46. http://dx.doi.org/10.51747/publicio.v2i2.603.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan lebih mendalam tentang pernikahan dini yang ada di Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, jenis penelitian studi kasus pada pelaku perkawinan dini, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan teknik penentuan subjek menggunakan teknik purposive sampling dan studi teoritis yang digunakan oleh penulis menggunakan teori rasionalitas James Coleman. Pernikahan dini telah menjadi isu kontroversial hingga saat ini. Di Indonesia, pernikahan sebagian besar disebabkan oleh kesalahan interpretasi ajaran agama, budaya yang dianut, dan kondisi ekonomi yang buruk. Dalam istilah sosial-budaya, interpretasi agama dan budaya yang permisif dengan pernikahan dini cukup berpengaruh. Terutama melalui pemahaman agama yang dikelola oleh para pemimpin agama dan diajarkan kepada umatnya. Dalam fiqh salah satu syarat bagi seseorang untuk menikah adalah akil baliq. Namun kini usia puber Bali dapat ditemukan pada kisaran 9-10 tahun. Akselerasi ini merupakan hasil dari banyak pengaruh yang didapat anak-anak dari berbagai informasi, sehingga anak mengalami akselerasi menjadi pubertas. Dalam banyak kasus, diakui bahwa masalah kemiskinan dan konstruksi sosial yang bias telah menempatkan perempuan sebagai jenis kelamin kedua. Ini adalah realitas objektif yang menumbuhkan pernikahan dini. Ketika orang tua mengalami masalah ekonomi, anak perempuan sering "dikorbankan", diminta berhenti sekolah dan kemudian dikawinkan. Dengan menikahi putri mereka, orang tua berharap bahwa beban dan masalah ekonomi mereka akan diatasi. Pernikahan dini dampaknya akan terasa pada anak perempuan. Perkawinan muda menyebabkan kehamilan dan persalinan dini, yang berhubungan dengan mortalitas tinggi dan kondisi abnormal bagi ibu karena tubuh anak perempuan tidak sepenuhnya matang untuk melahirkan. Perkawinan awal memang terjadi di sejumlah daerah, salah satunya terjadi di kota Trenggalek, oleh karena itu penulis ingin mengungkap lebih dalam tentang pernikahan dini dan judul yang diambil adalah "Pilihan Rasional Individu yang Menikah pada Usia Dini di Kabupaten Trenggalek".
 Kata kunci: Pernikahan Dini, Pilihan Rasional, James Coleman
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Fransiska Desiana Setyaningsih. "MAKNA SIMBOLIS EKSPRESI BUDAYA DALAM FILM “DENIAS, SENANDUNG DI ATAS AWAN”." Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio 11, no. 2 (2019): 254–69. http://dx.doi.org/10.36928/jpkm.v11i2.158.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolis ekspresi budaya dalam film “Denias, Senandung di Atas Awan”. Penggunaan metode dan teknik Semiotik dari Roland Barthes dianggap mampu untuk mengungkap makna terutama berkaitan dengan ekspresi budaya yang ditampilkan dalam film tersebut baik berupa tanda verbal maupun tanda nonverbal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) ekspresi budaya, yakni (a) Tanda akil baliq bagi laki-laki melalui upacara pemasangan koteka yang selain sebagai tanda kesopanan juga sebaga tanda bagi laki-laki menuju arah pendewasaan; (b) Pemisahan rumah tinggal antara laki-laki dan perempuan sebagai tanda kemandirian; (c) Mitos suanggi, yaitu kepercayaan masyarakat setempat berkaitan dengan sosok menyeramkan dan dapat berubah wujud; d. Upacara berkabung yang ditandai dengan Potong jari yang dimaknai sebagai rasa kesedihan dan kehilangan mendalam, dan Mandi lumpur yang dimaknai sebagai cara menyucikan diri dari dosa
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Fransiska Desiana Setyaningsih. "MAKNA SIMBOLIS EKSPRESI BUDAYA DALAM FILM “DENIAS, SENANDUNG DI ATAS AWAN”." Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio 11, no. 2 (2019): 254–69. https://doi.org/10.36928/jpkm.v11i2.767.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolis ekspresi budaya dalam film “Denias, Senandung di Atas Awan”. Penggunaan metode dan teknik Semiotik dari Roland Barthes dianggap mampu untuk mengungkap makna terutama berkaitan dengan ekspresi budaya yang ditampilkan dalam film tersebut baik berupa tanda verbal maupun tanda nonverbal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) ekspresi budaya, yakni (a) Tanda akil baliq bagi laki-laki melalui upacara pemasangan koteka yang selain sebagai tanda kesopanan juga sebaga tanda bagi laki-laki menuju arah pendewasaan; (b) Pemisahan rumah tinggal antara laki-laki dan perempuan sebagai tanda kemandirian; (c) Mitos suanggi, yaitu kepercayaan masyarakat setempat berkaitan dengan sosok menyeramkan dan dapat berubah wujud; d. Upacara berkabung yang ditandai dengan Potong jari yang dimaknai sebagai rasa kesedihan dan kehilangan mendalam, dan Mandi lumpur yang dimaknai sebagai cara menyucikan diri dari dosa
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Sari, Anggy Paramitha. "GAMELAN BALI DALAM KONSTELASI FILOSOFIS DAN ESTETIK." Sphatika: Jurnal Teologi 15, no. 1 (2024): 34–46. http://dx.doi.org/10.25078/sphatika.v15i1.3153.

Full text
Abstract:
Kreativitas secara substantif tidak bisa dipisahkan dari unsur akal dan unsur rasa manusia. Beraneka ragam kesenian dan tradisi yang lahir dari kreativitas manusia akhirnya menjadi ciri khas dari masing-masing wilayah pembuatnya. Gamelan merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan tradisional Indonesia yang lahir dari beragam pertimbangan pikiran, gagasan, ide, rasa dan kreatifitas dari manusia. Gamelan adalah sekelompok alat musik dengan pola ketukan berbeda yang dipergunakan dalam memainkan lagu/gending. Awal mula kemunculan gamelan adalah ketika budaya hindu-budha mulai mendominasi nusantara. Terdapat beberapa jenis gamelan diantaranya gamelan jawa, gamelan sunda, gamelan banjar, gamelan minang dan gamelan bali. Kesemua jenis gamelan tersebut memiliki kekhasan masing-masing sesuai dengan daerah berkembangnya gamelan.Gamelan tidak hanya digunakan sebagai musik pengiring pada kesenian tradisional tetapi juga dipergunakan dalam bebagai ritual keagamaan. Di Bali, hampir semua kegiatan keagamaan khususnya dalam upacara agama hindu selalu mempergunakan iringan gamelan. Gamelan Bali merupakan salah satu unsur panca suara yang selalu ada dalam setiap upacara yajna di Bali. Panca suara ini tidak lepas dari konsep estetika hindu dimana pada setiap suara yang dihasilkan mempunyai makna filosofis. Gamelan Bali yang hadir dalam berbagai ritual hindu di bali bukan saja sebagai hiburan semata tetapi juga memiliki nilai magis yang dapat menggetarkan suasana. Artikel ini akan membahas mengenai filosofi gamelan bali dalam konstelasi estetik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

J, Irwan Supriadin. "AL-GHAZALI : REKONSILIASI SYARIAT DAN TASAWUF." FiTUA: Jurnal Studi Islam 3, no. 1 (2022): 67–81. http://dx.doi.org/10.47625/fitua.v3i1.378.

Full text
Abstract:
Tulisan ini merupakan studi literatur dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan menguraikan gagasan al-Ghazali dalam merekonsiliasi antara syariat dan tasawuf. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun al-Ghazali percaya kepada Rasa (Dzawq) namun tidak menyebabkan ia meragukan akal sebagai alat dalam mencapai kepada kebenaran. Akal dituntut untuk menganalisa dan memahami soal-soal agama, sedangkan konsep ma’rifat yang menjadi ciri khas dari al-Ghazali merupakan pengembangan dari konsep-konsep yang telah ada sebelumnya.. Dalam upayanya mendamaikan Syari’ah dan sufisme, al-Ghazali mampu memberikan penjelasan tentang hubungan erat antara syari’ah dengan tasawuf, namun di balik itu, al-Ghazali belum sepenuhnya mampu mendudukkan keduanya pada derajat yang sama. Hal tersebut terlihat dari stratifikasi –awam dan khawas- bagi kaum muslim yang melakukan amal shalih, sehingga secara tidak sadar ia kembali terjebak pada kecenderungan superioritas kaum sufi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Mukran H. Usman, A. Hawariah, Rosmita Rosmita, and Nurfatimah Muh. Tahir. "Tinjauan Hukum Islam terhadap Pernikahan dengan Wali Hakim (Studi Kasus di KUA Kecamatan Bulo, Kabupaten Polman)." BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang Hukum Islam 2, no. 2 (2021): 301–13. http://dx.doi.org/10.36701/bustanul.v2i2.365.

Full text
Abstract:
This study aimed to determine the cause of the marriage of guardian judges in the KUA, Bulo District, Polman Regency and to find out the review of Islamic law on this phenomenon. The research method used was field research with descriptive analysis techniques and applies a phenomenological and juridical-normative approach. The results showed that; 1) Among the factors in the occurrence of marriage with the guardian judge at the KUA, Bulo Sub-district, Polman Regency, is because there are no living lineage guardians and or no Muslim lineage guardians; 2) According to Islamic law, marriage with a guardian judge is legal if it has fulfilled the conditions and pillars that have been determined both in positive law and Islamic law, where the KUA Kecematan Bulo, Polman Regency stipulates that the guardian judge is a Muslim, akil, and balig.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Sri, A. A. Kade Sri Yudari, and I. Wayan Dauh. "Jejak Kuasa Majapahit dalam Kebertahanan Tradisi Mesabatan Biu di Desa Wisata Tenganan Dauh Tukad Kabupaten Karangasem, Bali." Arif: Jurnal Sastra dan Kearifan Lokal 1, no. 1 (2021): 114–32. http://dx.doi.org/10.21009/arif.011.08.

Full text
Abstract:
Tulisan ini mengkaji kearifan lokal yang dilakukan para pemuda Tenganan Dauh Tukad ketika memasuki masa akil balig, setiap tahun, pada bulan ketiga menurut perhitungan kalender setempat. Tujuan penelitian untuk mengetahui alasan tradisi mesabatan biu dipertahankan dan mengetahui makna simbol–simbol yang digunakan dalam atraksi. Dengan menggunakan metode kualitatif, analisis deskriptif interpretatif serta pendekatan antropologi sastra dapat mengungkap sikap dan perilaku masyarakat yang berpegang teguh pada keyakinan terhadap mitologi dan pemujaan leluhur. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tradisi mesabatan biu mengingatkan keperkasaan para pendahulu saat mempertahankan wilayah yang akhirnya jatuh di tangan penguasa Majapahit. Hal ini terbukti masih eksisnya bangunan suci Pura Dalem Majapahit sebagai simbol kuasanya. Adapun sarana yang digunakan hanyalah simbol bahwa wilayah tersebut merupakan perkebunan kelapa dan pisang. Semangat pantang menyerah mempertahankan wilayah terekspresi melahirkan tradisi perang-perangan yang unik. Kondisi demikian menjadikan desa Tenganan Dauh Tukad sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten Karangasem.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Harahap, Darwin. "Peran Mursyid dalam Meningkatkan Ibadah Lansia." Jurnal Al-Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam 4, no. 1 (2022): 155–70. http://dx.doi.org/10.24952/bki.v4i1.6002.

Full text
Abstract:
Sikap keagamaan lansia mangalami penurunan menjelang usia senjanya. Proses penurunan fisik ini ikut memberi pengaruh dalam perkembangan psikis, khususnya yang terkait dengan aspek spritualitas, dalam hal ini banyak diantara mereka mencari jalan untuk ketentraman hidup, kesenangan batin dan kebahagiaan diri sehingga mereka mecari tempat pondok parsulukan. Bimbingan seorang guru dianggap sebagai syarat mutlak bagi keberhasilan pengembangan spiritual. Seorang Mursyid (pembimbing) adalah seorang muslim akil dan balig memiliki pemahaman tentang agama Islam dan ilmu yang berkaitan dengan pensucian jiwa dianggap cocok memberikan bimbingan agar lansia bisa beribadah dengan khusuk. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dipadukan dengan fenomenologi, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil temuan yang didapatkan di lapangan adalah seorang mursyid dapat membimbing para lansia dengan baik dan mampu meningkatkan ibadah lansia seperti shalat fardu, sunnah, puasa dan mengaji dengan menggunakan bimbingan indivu dan kelompok.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Joni Tapingku, Abraham Sere Tanggulungan Dan. "MOTIF DAN NILAI DI BALIK PRAKTIK BEREBUT JENAZAH DI TORAJA." Al-Qalam 21, no. 2 (2016): 213. http://dx.doi.org/10.31969/alq.v21i2.228.

Full text
Abstract:
<p>Penelitian ini didasari oleh adanya praktik berebut jenazah di Toraja. Praktik ini terlihat tidak masuk<br />akal, mengingat konsekuensi pelaksanaan upacara kematian atau aluk rambu solo’ dalam masyarakat<br />Toraja yang berbiaya tinggi. Mengingat hal itu, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan<br />motif dan nilai yang mendasari praktik tersebut. Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif,<br />dan menetapkan Kecamatan Tondon, Kabupaten Toraja Utara, sebagai lokus penelitian, maka diperoleh<br />kesimpulan bahwa motif yang melatari praktik berebut jenazah ialah motif cinta kasih, mebala kollong,<br />egoisme dan ekonomi. Mendalam di balik motif itu terdapat nilai-nilai seperti nilai religius, kekeluargaan,<br />persekutuan, longko’ atau siri’, dan nilai pragmatisme-materialistis. Temuan ini menunjukkan bahwa<br />motif dan nilai yang mendasari praktik tersebut ada yang luhur dan sesuai dengan nilai-nilai keagamaan<br />(Kristiani) tetapi ada pula yang bertentangan.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Ahmad, Athoullah. "MAKNA BASMALAH DALAM PERSPEKTIF ILMU HIKMAT." ALQALAM 24, no. 3 (2007): 340. http://dx.doi.org/10.32678/alqalam.v24i3.1662.

Full text
Abstract:
Al-Qur'an bagi orang muslim tidak hanya dipahami makna harfiyah tetapi juga diyakini bahwa di balik huruf dan kalimatnya ada ''kekuatan magis" yang bisa dieksplorasi untuk kepentingan hidup manusia. Kekuatan magis hanya bisa dieksplorasi dari al-Qur'an apabila dilakukan secara jalan spiritual melalui perjuangan (mujahadah) dan latihan (riyadhah) yang tekun.Usaha pengembangan ilmu hikmat di kalangan sufi dilakukan dengan mengekplorasi tabir rahasia yang terdapat di balik huruf dan kalimat al-Qur'an. Berbeda dengan ilmu pengetahuan empiris yang mengandalkan rasio atau akal untuk memahami atau mendapat suatu pengertian, ilmu hikmat mengandalkan pada hati. Karena itu, yang terpenting dalam ilmu hikmat adalah keyakinan akan keabsolutan Tuhan, melakukan mujahadah dan riyadhah dengan membaca sejumlah ayat al-Qur'an yang diyakini memiliki kekuatan magis tersebut.Tulisan ini mengelaborasi tentang makna dan praktek pembacaan basmalah dalam perspektif ilmu hikmat. Sebab basmalah yang djjumpai di setiap awal surat al-Qur'an diyakini memiliki kekuatan spiritual dan magis bagi orang yang mengamalkannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Irwan, Irwan, Ahmad Kaerul Kholidi, Adi Faizun, Taufik Wahyudi, and Tia Noviana. "PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PENYULUHAN PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA DINI DI DESA BEBER LOMBOK TENGAH NTB." J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 2, no. 9 (2023): 6039–44. http://dx.doi.org/10.53625/jabdi.v2i9.4778.

Full text
Abstract:
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya untuk hidup berkeluarga melalui jalan pernikahan. Hal ini sebagai ikatan menjaga keberlangsungan hidup berkeluarga. Pernikahan difungsikan agar asal usul garis keturunan lewat garis ayah dan ibunya jelas. Islam memandang pernikahan boleh dilaksanakan ketika pihak laki dan perempuan sudah akil balig dan mumayyiz. Usia ini disinyalir secara psikologi pihak laki dan perempuan sudah mampu untuk berfikir danbertanggung jawab untuk menafkahi kehidupan keluarganya. Begitupula di Negara kita di Indonesia Dalam UUD Pernikahan pemerntah hanya mengatur batas usia minimal perempuan untuk menikah yakni 16 tahun. Aturan tersebut tertuang dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang pernikahan. Kemudian UU tersebut direvisi dengn UU Nomor 16 Tahun 2019 yang berlaku sejak 15 Oktober 2019. Dalam aturan tersebut menyebut bahwa usia minimal untuk menikah adalah 19 tahun baik untuk perempuan maupun laki-laki. hal tersebut sesuai dengan ketentuan Kemen PPPA dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa kategori anak adalah mereka yang usianya di bawah 18 tahun.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Agus Salim, Ridha Ahida, and Yusri Yaldi. "METODOLOGI ILMU PENGETAHUAN BUDAYA / KEMANUSIAAN." Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Indonesia 3, no. 1 (2024): 57–62. http://dx.doi.org/10.31004/jpion.v3i1.220.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metodologi ilmu pengetahuan budaya / kemanusiaan. Makalah ini ditulis dengan menggunakan metode library research yakni kajian terhadap beberapa literature atau karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan metodologi ilmu pengetahuan budaya / kemanusiaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ilmu pengetahuan adalah aktualisasi yang bersumber dari pengetahuan berasal dari akal dan peraturan, 2) Kebudayaan Penelitian kebudayaan suatu masyarakat, baik mengenai produk-produk budayanya, atau perilaku budayanya, atau gagasan yang ada di balik perilaku maupun produknya, cenderung menunjukkan hasil yang beragam, 3) Penelitian dapat menggunakan berbagai metode dan pendekatan, mulai dari penelitian lapangan hingga analisis tekstual.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Nurin Fauziyah, Susanti Tria Jaya, Fannidya Hamdani Zeho, and Suryono. "PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PUBERTAS PADA SISWA KELAS 5 DAN 6 DI SDN WATES KECAMATAN WATES." Jurnal Abdimas Pamenang 1, no. 2 (2023): 44–48. http://dx.doi.org/10.53599/jap.v1i2.161.

Full text
Abstract:
Abstrak Pubertas atau akil balig merupakan bagian dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, sikap atau perilaku, dan pematangan organ reproduksi. Umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. Dimasa ini adalah masa rawan bagi anak yang tidak dibekali dengan ilmu pengetahuan tentang pubertas, perilaku menjaga diri dan etika dalam menghadapi masa peralihan ini. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah anak dapat mengontrol dan menjaga diri di masa pubertasnya dengan memberikan pengertian-pengertian tentang perubahan pada dirinya. Penyampaian materi yang diberikan menggunakan media LCD, lembar balik dan tanya jawab. Hasil akhir dari pengabdian ini didapatkan anak-anak mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perubahan pada dirinya serta kesadaran tinggi tentang bagaimana upaya-upaya untuk menjaga dirinya di masa pubertas (100%). Oleh karena itu penting untuk dibuat suatu program inovasi untuk mengoptimalisasi pelayanan kesehatan anak di masa pubertas. Diharapkan program promosi kesehatan ini terus berlanjut sehingga membentuk generasi remaja yang berkualitas. Kata Kunci: Menjaga diri., Pubertas, Perubahan diri, Abstract Puberty or puberty is part of human development. This period is a period of change or transition from childhood to adulthood, where a child experiences physical changes, attitudes or behavior, and maturation of the reproductive organs. Generally begins at the age of 10-13 years and ends at the age of 18-22 years. This period is a vulnerable period for children who are not equipped with knowledge about puberty, self-care behavior and ethics in dealing with this transitional period. The purpose of this community service is that children can control and take care of themselves during puberty by providing insights about changes in themselves. Submission of material provided using LCD media, flipcharts and questions and answers. The end result of this dedication is that children gain increased knowledge about changes in themselves and high awareness of how to take care of themselves during puberty (100%). Therefore it is important to create an innovation program to optimize child health services during puberty. It is hoped that this health promotion program will continue to form a generation of quality youth. Keywords: Take care of yourself. Puberty, Change yourself.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Ayu Widyaningrum, Rahmatia. "KONSEP DOXA DALAM BUDAYA BALI DAN MAKASSAR: KOMPARASI TEKS GEGURITAN JAYAPRANA DAN SINRILIK I DATUK MUSENG." DIALEKTIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA DAN BUDAYA 11, no. 1 (2024): 125–37. http://dx.doi.org/10.33541/dia.v11i1.6077.

Full text
Abstract:
Abstrak Tulisan ini mengungkapkan konsep doxa yang terdapat di dalam teks Geguritan Jayaprana dan Sinrilik I Datu Museng. Keduanya adalah teks yang berkisah tentang lingkungan istana yang memiliki legitimasi membangun konstruksi budaya. Geguritan yang berbentuk puisi dibacakan dengan cara ditembangkan, begitu pula dengan Sinrilik yang disampaikan melalui nyanyian atau deklamasi dengan iringan musik tradisional. Keduanya berasal dari dua budaya berbeda, yaitu Bali dan Makassar. Namun, kedua karya sastra ini menggambarkan konsep doxa yang dianggap sebagai sebuah kebenaran tanpa perlu diperdebatkan. Terdapat perbedaan wacana dalam konsep doxa keduanya. Dalam Geguritan Jayaprana, konsep doxa yang dipakai adalah wacana orthodoxy atas tunduknya Jayaprana terhadap titah raja dan pati wrata (bunuh diri) yang dilakukan oleh Ni Layonsari sebagai bentuk kesetiaan istri kepada suaminya. Berbeda halnya dengan kisah dalam Sinrilik I Datu Museng, konsep doxa yang terlihat adalah wacana heterodoxy dengan berusaha melawan nilai-nilai yang berlaku yang diberikan oleh kelompok dominan (penjajah). Budaya siri’ untuk membela harga diri adalah hal yang wajib dilakukan dalam tradisi Bugis dan Makassar, seperti halnya semangat puputan yang terjadi di Bali. Kata Kunci: Doxa, Geguritan, Sinrilik, Bali, Makassar. Abstract This article elaborates on the concept of doxa as portrayed in the texts Geguritan Jayaprana and Sinrilik I Datu Museng, originating from revered royal settings and carrying significant cultural weight. Geguritan is presented in poetic form, and recited through singing, while Sinrilik is conveyed through singing or declamation with traditional musical accompaniment. Despite their distinct cultural origins in Bali and Makassar, both texts exemplify doxa as an accepted truth that transcends debate. It is important to note the disparities in the discourse surrounding the concept of doxa within both texts. In Geguritan Jayaprana, the concept of doxa highlights the discourse of orthodoxy, emphasizing Jayaprana's adherence to the king's command and Ni Layonsari's pati wrata (suicide) as an expression of spousal loyalty. Conversely, in Sinrilik I Datu Museng, the concept of doxa is rooted in the discourse of heterodoxy, depicting resistance against the prevailing values of the dominant colonizers. The cultural practice of siri', aimed at defending one's honor, is an obligatory facet of Bugis and Makassar traditions, akin to the puputan spirit in Bali. Keywords: Doksa, Geguritan, Sinrilik, Bali, Makassar, This article elaborates on the concept of doxa as portrayed in the texts Geguritan Jayaprana and Sinrilik I Datu Museng, originating from revered royal settings and carrying significant cultural weight. Geguritan is presented in poetic form, and recited through singing, while Sinrilik is conveyed through singing or declamation with traditional musical accompaniment. Despite their distinct cultural origins in Bali and Makassar, both texts exemplify doxa as an accepted truth that transcends debate. The concept of doxa is investigated within the framework of genetic structuralism theory, also known as Pierre Felix Bourdieu's constructivist structuralism. It is important to note the disparities in the discourse surrounding the concept of doxa within both texts. In Geguritan Jayaprana, the concept of doxa highlights the discourse of orthodoxy, emphasizing Jayaprana's adherence to the king's command and Ni Layonsari's pati wrata (suicide) as an expression of spousal loyalty. Conversely, in Sinrilik I Datu Museng, the concept of doxa is rooted in the discourse of heterodoxy, depicting resistance against the prevailing values of the dominant colonizers. The cultural practice of siri', aimed at defending one's honor, is an obligatory facet of Bugis and Makassar traditions, akin to the puputan spirit in Bali. Keywords: Doksa, Geguritan, Sinrilik, Bali, Makassar,
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Sudiatmaka, Ketut, and I. Gusti Ayu Apsari Hadi. "MODEL PARAREM DESA ADAT DALAM MENCIPTAKAN TATANAN KEHIDUPAN BARU DI DESA UMEANYAR, KECAMATAN SERIRIT, KABUPATEN BULELENG." Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) 8, no. 1 (2022): 126–38. http://dx.doi.org/10.23887/jkh.v8i1.43878.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistematika dalam bentuk konstruksi hukum pararem yang ideal bagi Desa Adat sebagai upaya menciptakan tatanan kehidupan baru (new normal) dan sekaligus pengintegrasian maupun penegakan hukum yang berlaku di Desa Adat Umeanyar, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris dengan mengumpulkan data penelitian berupa wawancara yang melibatkan Bendesa Adat Desa Umeanyar sebagai informan dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan Pararem No. 060/DA.Um/PRRM/VI/2020 memiliki konstruksi yang telah sesuai sebagaimana ketentuan menurut Peraturan Gubernur Bali No. 4 Tahun 2020 bahwa pararem disusun dalam bahasa Bali dan Bahasa Indonesia serta harus disosialisasikan kepada masyarakat desa adat. Selain itu dalam rangka pengintegrasian dan penegakan hukum pararem ini juga memuat sanksi dengan tingkat pembinaan, peringatan, hingga pamidanda seperti sanksi akilo beras, dasa kilo beras hingga selae kilo beras. Upaya pengintegrasian pararem hendaknya melibatkan segenap pihak mulai dari Bendesa Adat, Perbekel, Satgas Covid di wewidangan desa adat setempat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Huang, Hao, and Joti Rockwell. "RELATIONAL PRACTICES IN BALI: BALINESE HINDUISM, SUBAK, AND MUSIC." International Journal of Asia Pacific Studies 19, no. 1 (2023): 173–90. http://dx.doi.org/10.21315/ijaps2023.19.1.8.

Full text
Abstract:
In a 2019 interview, the musician, dancer, and educator I Nyoman Wenten discussed the centrality of Balinese religious practices, emphasising that sacred artistic offerings and questions about the natural environment are “always intertwined”. What accounts for this kind of intertwinement in Bali? In this article, this question is approached by exploring Balinese Hindu concepts including tri hita karana and sekala/niskala, which are related to post-1945 Balinese Hinduism while also connecting to the millenniumold water irrigation system of subak. Scholarship about subak has mainly occurred in the areas of anthropology, environmental analysis, and tourism related studies, but there are broad connections to Bali’s well-documented musical traditions as well. This article suggests how Balinese ideas about spirituality, engagement with the natural world, and approaches to the arts involve forms of “relational practice”. Some ways in which Bali has hosted a multiplicity of religious and artistic processes that have nurtured productive and enduring relationships among people, nature, and the sacred are discussed. The article proceeds by first providing some history and concepts involving Balinese Hinduism. Then, aspects of subak as social processes akin to artistic practice are considered, after which music and the arts as they relate to concepts including tri hita karana and sekala/niskala are discussed. The article concludes that relational practices are historical traditions to learn from and adapt as ways to navigate a changing present. Regularly shared artistic pursuits and communal offerings are ways of drawing immediate human interactions together with the natural environment and beyond.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Warohmah, Mawaddah, Ida Haryati, Ihsan Sajali, and Syahril Azidan. "Internalisasi Nilai-nilai Teologi Islam Pada Ceramah Ustadzah Hj. Mimi Jamilah Mahya, M.Irk." Robbayana: Jurnal Pendidikan Agama Islam 2, no. 2 (2024): 57–72. https://doi.org/10.71029/robbayana.v2i2.55.

Full text
Abstract:
Teologi Islam adalah kajian tentang keyakinan dan konsep ketuhanan dalam Islam yang berpusat pada keimanan kepada Allah, sifat-sifat-Nya, serta hubungan-Nya dengan alam semesta dan manusia. Dalam teologi Islam, wahyu berperan sebagai sumber utama untuk menjawab keterbatasan akal dalam memahami aspek-aspek transendental kehidupan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis internalisasi nilai-nilai teologi Islam yang disampaikan dalam ceramah Ustadzah Hj. Mimi Jamilah Mahya, M.Irk pada 21 September 2024, yang dilakukan secara daring melalui Zoom Meeting. Ceramah dengan tema teologi Islam ini membahas dua aspek utama dalam kandungan agama, yaitu keimanan dan hukum-hukum Islam Pada aspek keimanan, dijelaskan pentingnya manusia membutuhkan agama sebagai kebutuhan manusia yang muncul dari keterbatasan akal dalam memahami hal-hal tertentu, seperti sifat dan nama Allah, perkara gaib, serta petunjuk tentang kebaikan dan keburukan. Pada aspek hukum-hukum Islam, kajian difokuskan pada hikmah di balik kehalalan dan keharaman yang diatur oleh syariat, seperti larangan mengonsumsi babi dan khamar. Larangan ini dijelaskan memiliki hikmah yang dapat dibuktikan secara ilmiah, seperti dampak kesehatan dan pembentukan karakter manusia. Penekanan diberikan pada keimanan sebagai landasan ketaatan, yang kemudian diperkuat oleh kajian ilmiah modern. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitis. Data dikumpulkan melalui observasi langsung pada ceramah beliau, wawancara mendalam dengan audiens, serta analisis rekaman ceramah yang disampaikan di berbagai kesempatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ceramah ini mampu memberikan pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara iman, akal, dan wahyu dalam Islam. Ceramah juga berhasil mengintegrasikan nilai-nilai teologi dengan pendekatan rasional dan ilmiah untuk memperkuat keyakinan umat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa internalisasi nilai-nilai teologi Islam dalam ceramah ini berperan penting dalam membangun kesadaran akan pentingnya wahyu sebagai pedoman hidup manusia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Damanik, Siti Nurmawan, and Erikson Sihotang. "PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM DALAM RANGKA MENINGKATKAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI PROVINSI BALI." Jurnal Ilmiah Raad Kertha 7, no. 2 (2024): 34–38. http://dx.doi.org/10.47532/jirk.v7i2.1168.

Full text
Abstract:
Implementation of the Government Agency Performance Accountability System (SAKIP) is important in efforts to strengthen Government Agency Performance Accountability reports or AKIP, in order to realize government administration that is free of corruption, collusion and nepotism (KKN). Accountability for the performance of government agencies is the obligation of every Regional Apparatus to account for the success or failure of implementing programs or activities in order to achieve the organization's mission in a measurable manner, performance targets which will be compiled into a government agency performance report (LKjIP) periodically every year. The implementation of SAKIP is carried out to produce quality performance accountability reports by referring to the Presidential Regulation of the Republic of Indonesia Number 29 of 2014 concerning the Performance Accountability System for Government Agencies and other statutory regulations. The preparation of the LKjIP for regional apparatus is carried out every year by referring to the Regulation of the Minister for Use of State Apparatus and RB Number 53 of 2014 concerning Technical Instructions for the Preparation of Agency Performance Agreements, Performance Reporting and Procedures for Reviewing Government Agency Performance Reports.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Saniantara, Pebri, and Trianasari. "Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Restoran di Era Pandemi di Hotel The Laguna Nusa Dua Bali." Jurnal Manajemen Perhotelan dan Pariwisata 6, no. 1 (2023): 241–49. http://dx.doi.org/10.23887/jmpp.v6i1.47172.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kepuasan pelanggan serta strategi yang bisa diterapkan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan restoran. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan metode wawancara dan dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah Manager Food and Beverage Service, Assistant Manager Food and Beverage Service, Supervisor dan Staff Food and Beverage Service Hotel The Laguna Resort and SPA Nusa Dua, Bali. Objek dalam penelitian ini adalah strategi dalam meningkatkan kepuasan pelanggan. Penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Faktor penurunan kepuasan pelanggan dapat terbagi menjadi dua faktor yakni faktor internal seperti kualitas makanan dan minuman, kualitas pelayanan, minat kerja dan kesiapan karyawan, kebersihan, hygiene dan sanitasi, lokasi restoran, harga dan kemudahan serta faktor eksternal seperti kompetitor sejenis dan pelanggan yang penuh akal (2) Strategi yang dapat diambil pihak restoran dalam meningkatkan kepuasan pelanggan adalah strategi peningkatan kualitas makanan dan minuman, strategi peningkatan sumber daya manusia, dan strategi manajemen waktu. Dari hasil penelitian ini mungkin dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai strategi dalam meningkatkan kepuasan pelanggan restoran dalam ruang lingkup yang lebih luas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Jamaluddin, Jamaluddin. "ABDUL GAFUR: KETERLIBATAN ULAMA SASAK DALAM JARINGAN ULAMA (1754-1904)." Al-Qalam 22, no. 1 (2016): 49. http://dx.doi.org/10.31969/alq.v22i1.307.

Full text
Abstract:
<p>TGH. Abdul Gafur adalah salah seorang <em>tuan guru</em> yang berpengaruh pada masanya. Ia telah terlibat dalam jaringan ulama Haramain dan Nusantara pada abad ke 18 Masehi, hal ini terlihat pada hubungan antar dirinya dengan beberapa gurunya di Makkah dan murid-muridnya di tanah air. TGH. Abdul Gafur oleh pengikut dan keturunannya biasa dipanggil dengan sebutan Syekh Abdul Gafur sementara di kalangan keluarga raja Bali-Cakra ia dikenal sebagai Dukuh Gafur. Seperti halnya dengan beberapa da’i sebelumnya yang mengajarkan Islam di Lombok adalah keturunan Jawa. Ia adalah keturunan dari Jawa, orang tuanya berasal dari kota wali Demak Jawa Tengah, lahir pada pertengahan abad ke-18 tepatnya pada tahun 1754 M, dan meninggalnya pada awal abad ke-20, yaitu tahun 1904, jadi umurnya 150 tahun. Abd Gafur dimakamkan di Sumbek, samping kanan mesjid kuno Sumbek. Mesjid Kuno Sumbek adalah masjid dengan arsitektur kuno masjid Nusantara yang dibangun oleh Abdul Gafur.</p>Beberapa pemikiran dari TGH. Abdul Gafur antara lain: menurutnya bahwa bahwa hukum Islam terdiri dari dari tiga bagian (dalam kitab yang ditulis <em>Us}u>l al-Tah{qi>q</em>). Kitab ini menguraikan tentang pembagian hukum, menurutnya hukum itu ada tiga yaitu, 1) hukum akal, hukum yang disandarkan kepada akal pikiran; 2) hukum syara’, hukum yang disandarkan kepada syar’i; 3) hukum adat, hukum yang didasarkan pada adat atau kebiasaan yang terjadi di masyarakat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Salakay, Selvianus, and Yohana Nahuway. "Efektifitas Komunikasi Interpersonal dalam Bimbingan Konseling Guru dan Murid di SMP Negeri 9 Ambon." Jurnal Ilmu Komunikasi Pattimura 1, no. 1 (2022): 20–35. http://dx.doi.org/10.30598/vol1iss1pp20-35.

Full text
Abstract:
Perkembangan fisiologi siswa pada jenjang umur akil-balik secara psikologis masih dihadapkan pada pencarian jati diri dan rentan pada perbuatan yang melanggar aturan sekolah dan menimbulkan banyak persoalan. Menghadapi kondisi seperti ini di butuhkan Guru Bimbingan Konseling yang dapat memainkan peran khusus ketika berhadapan dengan siswa yang bermasalah. Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengkaji dan mengetahui tentang pola komunikasi interpersonal yang efektif dalam bimbingan konseling antara guru dan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Ambon. Pengambilan informan secara purposive sampling yakni guru bimbingan konseling dan siswa dengan kriteria yang sedang atau pernah membuat masalah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Analisis data model interaktif dimana data direduksi, disajikan dan diverifikasi atau menarik kesimpulan yang terarah. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola komunikasi interpersonal dalam bimbingan konseling antara guru dan siswa memperlihatkan lima aspek penting. Aspek keterbukaan memperlihatkan bahwa siswa yang bermasalah lebih banyak memilih berkata tidak jujur atau tidak terbuka. Akhirnya guru menerapkan teknik komunikasi persuasif dalam penyelesaian masalah siswa. Aspek empati memperlihatkan adanya rasa empati dan peduli yang tinggi dari guru bimbingan konseling terhadap permasalahan siswa. Aspek dukungan memperlihatkan guru bimbingan konseling memahami permasalahan siswa dan memberikan penguatan dan motivasi agar bisa keluar dari permasalahannya. Aspek sikap positif memperlihatkan bahwa sikap positif guru sangat mempengaruhi suasana interaksi dan komunikasi siswa. Aspek kesamaan atau kesetaraan memperlihatkan perlakuan guru terhadap siswa dilakukan sama. Kesimpulan pola komunikasi interpersonal yang efektif dalam bimbingan konseling antara guru dan siswa memperlihatkan lima aspek penting yakni keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesetaraan/kesamaan sangat berperan dalam tercapainya efektifitas komunikasi antara guru Bimbingan Konseling dan siswa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Salakay, Selvianus, and Yohana Nahuway. "Efektifitas Komunikasi Interpersonal dalam Bimbingan Konseling Guru dan Murid di SMP Negeri 9 Ambon." Jurnal Ilmu Komunikasi Pattimura 1, no. 1 (2022): 20–35. http://dx.doi.org/10.30598/jikpvol1iss1pp20-35.

Full text
Abstract:
Perkembangan fisiologi siswa pada jenjang umur akil-balik secara psikologis masih dihadapkan pada pencarian jati diri dan rentan pada perbuatan yang melanggar aturan sekolah dan menimbulkan banyak persoalan. Menghadapi kondisi seperti ini di butuhkan Guru Bimbingan Konseling yang dapat memainkan peran khusus ketika berhadapan dengan siswa yang bermasalah. Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengkaji dan mengetahui tentang pola komunikasi interpersonal yang efektif dalam bimbingan konseling antara guru dan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Ambon. Pengambilan informan secara purposive sampling yakni guru bimbingan konseling dan siswa dengan kriteria yang sedang atau pernah membuat masalah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Analisis data model interaktif dimana data direduksi, disajikan dan diverifikasi atau menarik kesimpulan yang terarah. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola komunikasi interpersonal dalam bimbingan konseling antara guru dan siswa memperlihatkan lima aspek penting. Aspek keterbukaan memperlihatkan bahwa siswa yang bermasalah lebih banyak memilih berkata tidak jujur atau tidak terbuka. Akhirnya guru menerapkan teknik komunikasi persuasif dalam penyelesaian masalah siswa. Aspek empati memperlihatkan adanya rasa empati dan peduli yang tinggi dari guru bimbingan konseling terhadap permasalahan siswa. Aspek dukungan memperlihatkan guru bimbingan konseling memahami permasalahan siswa dan memberikan penguatan dan motivasi agar bisa keluar dari permasalahannya. Aspek sikap positif memperlihatkan bahwa sikap positif guru sangat mempengaruhi suasana interaksi dan komunikasi siswa. Aspek kesamaan atau kesetaraan memperlihatkan perlakuan guru terhadap siswa dilakukan sama. Kesimpulan pola komunikasi interpersonal yang efektif dalam bimbingan konseling antara guru dan siswa memperlihatkan lima aspek penting yakni keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesetaraan/kesamaan sangat berperan dalam tercapainya efektifitas komunikasi antara guru Bimbingan Konseling dan siswa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Dewi, Ghina Kartika, Muhamad Ramdhani, and Weni A. Arindawati. "FENOMENA SILENT READER DALAM GRUP WHATSAPP BARISTA KOPI KENANGAN KARAWANG." Jurnal Common 5, no. 1 (2021): 1–11. http://dx.doi.org/10.34010/common.v5i1.3772.

Full text
Abstract:
Penggunaan Whatsapp di kehidupan sehari-sehari sebagai salah satu manusia modern berkomunikasi tanpa terbatas ruang dan waktu. Whatsapp menawarkan kemampuan mengirim pesan dan mebuat grup obrolan whatsapp bermanfaat untuk menyebarkan informasi secara praktis masifnya penggunaan fitur grup obrolan ini bisa dibentuk berdasarkan kesamaan profesi, keluarga, atau atas dasar pertemanan. Didalam grup obrolan Whatsapp terdapat admin yang dapat mengundang dan mengeluarkan anggota dalam grup obrolan whatsapp. Dan terdapat anggota grup obrolan Whatsapp yang akif yang selalu memberikan opini atau menyebarkan informasi, selain itu terdapat anggota grup obrolan whatsapp yang pasif disebut silent reader. Silent reader ini tidak memberikan respon. Sehingga seorang komunikator tidak mendapatkan umpan balik terhadap informasi yang di sebarkan dalam grup obrolan Whatsapp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana seseorang dalam menggunakan fitur grup obrolan aplikasi Whatsapp dapat berperan menjadi seorang silent reader, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi isi obrolan grup Whatsapp, wawancara kepada 5 informan yang berada dalam grup obrolan Whatsapp Barista Kopi Kenangan Karawang cabang Yogya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwwa selektivitas, keterlibatan dan kebutuhan seseorang dapat berperan sebagai seorang silent reader dalam grup obrolan whatsapp. 
 
 Kata Kunci: Obtolan Grup Whatsapp, Feedback, Silent Reader
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Syarifah Reny Anggraini, Tengku Khairina, and Luqman Luqman. "MAQASHID SYARIAH PEMIKIRAN AT-TAHIR IBN ASHUR." Holistik Analisis Nexus 2, no. 9 (2024): 16–21. http://dx.doi.org/10.62504/nexus893.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mengkaji pemikiran At-Tahir Ibn Ashur mengenai Maqashid Syariah, yang berfokus pada tujuan utama hukum Islam untuk mencapai kesejahteraan dan kebaikan universal dalam kehidupan manusia. Ibn Ashur, seorang ulama besar dari Tunisia, dikenal dengan pandangan progresif dan inovatifnya dalam hukum Islam. Beliau menekankan pentingnya memahami tujuan di balik setiap hukum syariah dan menerapkannya sesuai dengan kondisi zaman modern. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif dan studi literatur, penelitian ini menggali konsep maqashid al-syariah yang dikembangkan oleh Ibn Ashur, termasuk perlindungan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, serta penambahan elemen-elemen baru yang relevan dengan perkembangan sosial dan ekonomi masa kini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Ibn Ashur tentang maqashid syariah dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kontemporer, seperti kesehatan publik melalui program vaksinasi, pengelolaan lingkungan untuk menjaga kesehatan dan sumber daya alam, serta pemanfaatan teknologi untuk pendidikan dan pengetahuan. Karya-karya Ibn Ashur, termasuk "Maqashid al-Syariah al-Islamiyah" dan "Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir", memberikan kontribusi signifikan dalam memperkaya pemahaman umat Islam tentang syariah dan menawarkan panduan praktis untuk menghadapi tantangan modern. Dengan demikian, pemikiran At-Tahir Ibn Ashur tentang maqashid syariah tetap relevan dan aplikatif dalam konteks kehidupan sehari-hari di era modern.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Nurdin, Muh Nur Islam Nurdin, and Irfan Jaya. "Analisis Nilai-nilai Pendidikan Islam Humanis pada Konsep Kurikulum Merdeka: Telaah Pemikiran Abdurrahman Mas’ud." HEUTAGOGIA: Journal of Islamic Education 3, no. 1 (2023): 91–102. http://dx.doi.org/10.14421/hjie.2023.31-07.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini ialah mengkaji secara mendalam tentang nilai-nilai Islam humanis dalam konsep kurikulum merdeka. Jenis penelitian yaitu basis kepustakaan menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan paradigma kritis. Penelitian ini terdiri dari dua sumber data utama yakni website Kemendikbudristek tentang Kurikulum Merdekai sebagai sumber primer dan artikel-jurnal, buku-buku, dan sumber lain yang relevan sebagai sumber sekunder. Hasil penelitian menunjukkan Kurikulum Merdeka mengandung nilai-nilai Pendidikan Islam Humanis yaitu nilai pengembangan akal sehat yang terdapat dalam karakteristik pengambangan kompetensi, prinsip memperhatikan hasil kajian umpan balik dan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik, nilai humanisme menuju kemandirian yang terdapat dalam paradigma kurikulum merdeka, nilai semangat keilmuan yang terdapat dalam salah satu aspek dalam mewujudkan tujuan kurikulum merdeka yaitu menumbuhkan kemauan untuk belajar, nilai simbol yang terdapat dalam projek penguatan profil simbol, nilai mengedepankan fungsi daripada simbol yang terdapat dalam aspek prinsip kurikulum yaitu prinsip berfokus pada kompetensi dan prinsip bergotong royong, dan nilai Keseimbangan reward dan punishment yang terbaca dari pengurangan konten dan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik. Diharapkan, temuan ini memberikan kontribusi signifikan dalam memahami nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum merdeka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Sudiani, Ni Nyoman. "Makna Simbol-simbol Uparengga pada Upacara Mekala-kalaan dalam Perkawinan Umat Hindu Etnis Bali." Jurnal PASUPATI 6, no. 2 (2019): 147. http://dx.doi.org/10.37428/pspt.v6i2.40.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna yang terkandung pada simbol-simbol uparengga pada upacara makala-kalan dalam perkawinan umat Hindu etnis Bali sehingga semua umat Hindu dapat memahami makna sarana upakara pada upacara mekala-kalan dan selanjutnya umat memiliki keyakinan terhadap proses upacara mekala-kalan untuk membentuk rumah tangga yang sukhinah. Adapun pertanyaan yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah “Apakah Makna Simbol-simbol Uparengga pada Upacara Mekala-kalan dalam Perkawinan Umat Hindu etnis Bali?”. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) uparengga yang digunakan dalam upacara makala-kalan antara lain: (1) Sanggah Surya, (2) tetimpug, (3) tikeh dadakan, (4) benang putih, (5) tegen-tegenan, (6) suhun-suhunan, (7) sapu lidi 3 katih (batang), (8) sambuk (serabut) kupakan (dibuka), dan (9) dagangan; dan b) makna yang terkandung dalam simbol-simbol uparengga tersebut antara lain: (1) Sanggah Surya merupakan simbol (nyasa) sthana manifestasi Sang Hyang Widhi (Tuhan), dalam hal ini adalah merupakan sthananya Dewa Surya, untuk memberikan pencerahan dan kehidupan kepada kedua mempelai, (2) Tetimpug memiliki makna sebagai alat komunikasi secara niskala (alam gaib) kepada Bhūta Kala dan secara sakala (alam nyata) kepada umat sekitar bahwa upacara makala-kalaan atau upacara perkawinan segera dimulai, (3) Tikeh dadakan (tikar kecil), memiliki makna kesucian prakrti sebagai alas untuk Purusa melakukan aktivitas, (4) Benang Putih sebagai simbol pembatas waktu dan jarak; (5) Tegen-Tegenan merupakan simbol dari pengambil alihan tanggung jawab yang bersifat sekala-niskala, (6) Suhun-Suhunan adalah simbol keinginan untuk mendirikan rumah tangga yang sukhinah dengan memantapkan keinginan kedua mempelai, (7) Sapu Lidi 3 katih (batang) memiliki makna kerja keras dan makna lahir, hidup dan mati, (8) Sambuk (serabut) kupakan (dibuka) mengandung makna penyatuan keluarga untuk membentuk rumah tangga yang suhkinah dan setiap rumah tangga akan mengalami masalah, oleh karena itu harus dipecahkan dengan akal sehat, dan (9) dagangan mengandung makna adanya masalah yang harus didiskusikan atau disepakati sebelum mengambil suatu keputusan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Fernando, Riky, and Hudaidah Hudaidah. "Degradasi Sistem Pendidikan Kontemporer di Indonesia." Jurnal Humanitas: Katalisator Perubahan dan Inovator Pendidikan 6, no. 2 (2020): 108–18. http://dx.doi.org/10.29408/jhm.v6i2.3287.

Full text
Abstract:
Berbicara mengenai masalah pendidikan di Indonesia adalah membahas hal yang sangat luas, fluktuatif, relatif, dan dinamis. Pendidikan adalah sebuah aset atau rangkaian proses pendewasaan manusia melalui pemberdayaan, baik secara akal, mental, maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusian yang diamanahkan sebagai seorang hamba dihadapan Khaliq-Nya dan sebagai “pemelihara (khalifah) di muka bumi ini”. Pendidikan bukanlah sekedar proses nilai moral untuk menjadi benteng pada diri dari akses negatif arus globalisasi ataupun modernisasi. Melainkan, bagaimana nilai moral yang telah ditanamkan didalam pendidikan mampu menjubahi sebagai pembebas dari parameter kebodohan dan keterbelakangan. Kondisi kotemporer ditengah-tengah gairah reformasi pendidikan nasional, tentunya perlu melihat arti dari sebuah makna pendidikan dalam kehidupan berbangsa ini. Degradasi sistem pendidikan ini dijadikan tolak ukur bagaimana situasi pendidikan di Indonesia. Kemorosotan moral dan nilai akan menentukan kualitas pendidikan kotemporer disaat ini. Degradasi pendidikan ini di awali dari eksistensi pendidikan dalam sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan yang mempunyai mutu disaat ini mengalami kemunduran dalam pelaksanaan maupun timbal balik dari hasil yang telah dilaksanakan, perlu memperhatikan. Pertama, degradasi pendidikan harus diiringi dengan penanaman moral dalam sistem pendidikan di Indonesia, sebagaimana telah dilaksanakan pendidikan karakter. Kedua, pendidikan harus ditingkatkan kualitasnya dari segi sumberdaya manusia (output of education) serta komponen yang ada di dunia pendidikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Supraptiningsih, Umi, and Erie Hariyanto. "PERKAWINAN ANAK: Pandangan Ulama dan Tokoh Masyarakat Pamekasan." Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender 15, no. 2 (2019): 96–105. http://dx.doi.org/10.15408/harkat.v15i2.13466.

Full text
Abstract:
Abstract. Child marriages as well as the prosession are happen due to the role of both ulama (the Islamic leaders) and the community leaders. This paper aimed at exploring the perception of ulama and the community leaders in line with the factors of child marriage as well as the minimum age of marriage. The descriptive qualitative were implemented in this study. Meanwhile, the data were gathered by conducting observation, interview, and documentation. The first finding of the study is in line with the factors of child marriages. The educational background of the parents and the children, economic factors, cultural factors, and the uncontrolled relationship among teens were regarded to influence the child marriage in Pamekasan. Second, the ulama and the community leader argued that the child marriage should be avoided because it determine the life of the spouse after marriage. It must be considered that marriage is a time to realize the happy family (sakinah). Therefore, maturation is important in attempt to mentally and economically prepare for the marriage. Also, the limitation of marriage is not merely about the minimum age, but also the preoparation and the in-depth understanding of the spouse. Third, there is no clear statement in Alquran regard to the minimum age of marriage. Alquran stated akil baligh as the requirement. Meanwhile, the marriage law stated that minimum age for man is 19 years old and 16 years old for woman. In child protection laws, the minimum age for both man and woman are 18 years old. Abstrak. Perkawinan Anak dapat terjadi karena peran serta dari para ulama atau tokoh masyarakat, begitu pula prosesi perkawinan dengan restu keduanya. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui peranan ulama dan tokoh masyarakat Kabupaten Pamekasan dalam terwujudnya perkawinan anak serta pendapat tentang batasan usia perkawinan. Metode penelitian mengunakan pendekatan kualitatif (qualitative approach) dan metode deskriptif, sedangkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ada beberapa temuan dalam penelitian ini yaitu pertama Perkawinan anak masih saja terjadi diwilayah Kabupaten Pamekasan, hal ini dilatar belakangi beberapa faktor, yaitu faktor rendahnya pendidikan baik dari orang tua maupun anak, tidak adanya aktifitas atau kegiatan karena selepas dari pesantren atau MA mereka menganggur, faktor ekonomi, faktor budaya atau tradisi, dan faktor pergaulan bebas; kedua Para ulama dan tokoh masyarakat berpendapat bahwa perkawinan anak harus dihindarikarena berdampak pada kelangsungan rumah tangga yang tentunya pasca perkawinan adalah waktu yang panjang untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah. Pendewasaan perkawinan penting karena untuk mempersiapkan mental dan ekonomi dalam sebuah perkawinan. Batasan perkawinan tidak hanya sekedar usia namun persiapan dan pemahaman hak dan kewajiban bagi pasangan yang harus matang. Ketiga Batasan usia pernikahan dalam Al Qur’an dan hadis tidak secara jelas disebutkan hanya menjelaskan akil baliq, sedangkan dalam Undang- Undang Perkawinan usia 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan. Dalam UU Perlindungan ana laki-laki dan perempuan sama yaitu 18 tahun ke atas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Kasmi, Mauli, Fery A. M. Liuw, Edy Santoso, and Moh Ilyas. "PENDEKATAN PENENTUAN KUOTA KARANG HIAS EKSPOR UNTUK MENUNJANG PEMANFAATAN SECARA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN." JURNAL GALUNG TROPIKA 6, no. 2 (2017): 134–45. http://dx.doi.org/10.31850/jgt.v6i2.268.

Full text
Abstract:
Karang keras (Ordo Scleractinia) termasuk hewan yang tercatat dalam CITES (Convention of International Trade in Endangered Species) sebagai hewan yang diperdagangkan untuk memenuhi kebutuhan aquarium rumah tangga di negara-negara maju. Sulawesi Selatan merupakan salah satu sumber karang hias bagi eksportir Jakarta dan Bali. Ada 11 middleman (supplier) yang tergabung dalam anggota Asosiasi Koral dan Ikan Hias Sulawesi (AKIS) yang memiliki penampungan karang hias dan bermukim di Makassar. Perairan pulau Spermonde Makassar dan Pangkep sebagai konsentrasi penangkapan karang hias di Sulsel. Masalah yang dihadapi dalam perdagangan karang hias adalah penentuan kuota untuk ekspor belum memiliki standar yang lestari bagi kelangsungan populasi, khususnya di kawasan perairan pulau Spermonde Pangkep. Tujuan penelitian adalah mengestimasi dan menganalisis kelimpahan jenis karang hidup dan kondisi tutupan karang sebagai salah satu komponen terpenting dalam penentuan kuota perdagangan untuk dijadikan model penentuan kuota ekspor karang hias dari alam. Metode penelitian observasi dan wawancara terhadap responden dan pengambilan data di instansi atau perusahaan terkait. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan jenis dan jumlah yang telah terdaftar dalam kuota koral Sulsel lima tahun terakhir masih layak dimanfaatkan dengan pemanfaatan 2,5% dari jumlah stok karang di alam. Pemanfaatan karang hias di kawasan konsentrasi penangkapan karang hias tutupan karang umumnya masih baik dan jenis-jenis karang hias yang dimanfaatkan umumnya masih diperoleh di ketiga zona reef (flat, cress, dan slope).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Anjaya, Carolina Etnasari, Andreas Fernando, and Yonatan Alex Arifianto. "Penderitaan Kristus dalam Formasi Spiritual yang Mengedukasi Orang Percaya." Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan 8, no. 1 (2022): 1–11. http://dx.doi.org/10.47543/efata.v8i1.52.

Full text
Abstract:
Di balik penderitaan Tuhan Yesus sejatinya ada prinsip-prinsip dan makna yang sangat penting untuk dipahami dan teladani. Pemahaman penderitaan Tuhan di kayu salib tidak hanya sebatas pada perkara penebusanNya atas dosa manusia dan bukti kasihNya kepada umat manusia, namun lebih daripada itu. Tujuan penelitian memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai makna penderitaan Kristus dari perspektif pendidikan Kristen. Bagaimana sikap dan responNya dalam menjalani rangkaian penderitaan merupakan fokus penelitian ini dan melaluinya menjadi refleksi orang percaya tidak hanya sebatas ketika menghadapi penderitaan, namun dalam menjalani totalitas kehidupan. Hasil penelitian ini adalah pemahaman bahwa serangkaian kisah penderitaan Kristus memiliki makna pendidikan bagi orang percaya. Melalui rangkaian pengalaman penderitaan Tuhan Yesus, orang percaya mendapatkan pendidikan mengenai formula kehidupan yang harus dijalani umatNya secara total. Orang percaya mendapatkan teladan nyata bagaimana kehidupan harus dijalani dan karakter apa yang harus dimiliki agar berkenan padaNya. Secara garis besar formula tersebut sebagai berikut: pertama, kasih kepada Tuhan dan sesama sebagai fondasi kehidupan. Kedua, hidup yang terus terhubung dengan Tuhan melalui doa dan firman Tuhan. Ketiga, perubahan pola pikir/akal budi dan penguasaan diri. Keempat, kekuatan bertahan dalam penderitaan. Kelima, pengampunan tanpa syarat. Keenam, rela melepaskan segala sesuatu- hidup tidak terikat dengan dunia. Ketujuh, kerendahanhati, melepaskan egoisme dan kepentingan diri. Kedelapan, bertanggungjawab secara total, berintegritas, rela berkorban, hidup penuh syukur tanpa sungut-sungut Kesembilan, percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan taat serta mengandalkanNya dalam segala perkara. Metode yang digunakan adalah kualitatif melalui kajian pustaka mengenai tema penderitaan dan penebusan Tuhan Yesus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Syahfitri, Athiyyah Riri, and Tastaftiyan Risfandy. "PERAN DIREKSI WANITA DALAM KEBIJAKAN DIVIDEN DI INSTITUSI KEUANGAN DI INDONESIA." Prosiding Simposium Nasional Multidisiplin (SinaMu) 4 (February 6, 2023): 213. http://dx.doi.org/10.31000/sinamu.v4i1.7887.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mengkaji tentang kebijakan dividen pada direksi wanita pada perusahaan Indonesia khususnya pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 6 tahun, dari tahun 2015-2020. Dengan menggunakan model regresi OLS, kami menemukan bahwa direksi wanita berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hasil ini menunjukkan bahwa kehadiran wanita dalam direksi sangat penting untuk pengambilan keputusan pembayaran dividend di perusahaan di Indonesia. Salah satu alasan yang masuk akal di balik temuan kami adalah karena direktur wanita memiliki gaya kepemimpinan interaktif yang lebih memperhatikan pemegang saham. Hasil kami memberikan wawasan kepada pembuat kebijakan bahwa kehadiran perempuan di perusahaan publik berdampak positif pada kebijakan dividen yang pada akhirnya dapat mengurangi masalah keagenan dalam perusahaan.Kata Kunci: direksi wanita; kebijakan dividen; perbankan IndonesiaThis research examines the dividend policy of female directors in Indonesian companies, especially in the banking sector which is listed on the Indonesia Stock Exchange for 6 years, from 2015-2020. Using OLS regression, we find that female director positively affect dividend policy. These results indicate that the presence of women as directors is very important for corporate decision-making especially dividend payment. One plausible reason behind our findings is those female directors have an interactive leadership style that is more concerned about shareholders. Our results provide policymakers with insight that the presence of women in public companies positively impacts on dividend policy and the end, their presence can reduce agency problems within the company. Keywords: female directors; dividend policy; Indonesia commercial banks
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Lestari, Erawati Dwi. "REDUKSI SUPERIORITAS BARAT DALAM ALIH WAHANA NOVEL GERBANG DIALOG DANUR KARYA RISA SARASWATI DAN FILM “DANUR; I CAN SEE GHOST” KARYA AWI SURYADI." Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran 6, no. 2 (2022): 49–62. http://dx.doi.org/10.29407/jbsp.v6i2.19192.

Full text
Abstract:
Selama ini karya sastra horor kerap dipandang sebelah mata. Sastra horor juga sering disebut sebagai karya picisan dengan bumbu seks di sana-sini. Jalinan cerita pada sastra horor dianggap tidak masuk akal dan hanya memberi efek ketakutan. Padahal jika diteliti lebih dalam, sastra horor dapat memberi sumbangan bagi perkembangan sastra. Gerbang Dialog Danur (2015) karya Risa Saraswati merupakan novel bergenre horor populer yang mendekonstruksi konsep hantu sebagai makhluk menyeramkan dan pengganggu. Di awal tahun 2017, novel ini diadaptasi ke dalam film berjudul “Danur: I Can See Ghost” oleh Awi Suryadi. Usai diangkat ke layar putih, ada beberapa perbedaan antara karya asal dengan hasil adaptasi. Dalam novel, beberapa tokoh hantu Belanda dikisahkan secara jelas oleh pengarang. Namun setelah dialihwahanakan, setidaknya hanya tiga hantu Belanda yang ditampilkan. Kemunculan mereka pun terbilang jarang, bahkan masa lalu ketiganya tidak digambarkan secara utuh. Sementara hantu lokal yang sebelumnya tampil inferior dalam novel, berubah menjadi superior dalam film. Peniadaan dan pengurangan jumlah hantu Belanda, kemunculan hantu pribumi yang lebih dominan, serta perubahan sifat hantu lokal dalam film adaptasi, memperlihatkan adanya pergeseran superioritas yang sebelumnya menempatkan hantu Belanda sebagai pihak yang berkuasa. Hal ini menunjukkan adanya ‘ruang’ yang diberikan bagi hantu pribumi dalam karya adaptasi, yang sebelumnya didominasi oleh hantu Belanda di dalam novel. Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori alih wahana dan poskolonial guna memperlihatkan representasi Barat dan Timur yang tergambar pada tokoh hantu Belanda dan Indonesia di dalam novel maupun film adaptasi, melihat makna yang terdapat di balik pengurangan jumlah tokoh, penambahan adegan dalam film, serta perubahan sifat tokoh hantu Belanda dan Indonesia di dalam film sebagai hasil dari proses alih wahana.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Wafiyah, Wafiyah. "PRIORITAS BERDAKWAH PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA DI INDONESIA." Jurnal Ilmu Dakwah 35, no. 2 (2017): 269. http://dx.doi.org/10.21580/jid.v35.2.1610.

Full text
Abstract:
<p>This paper explains religion views to colonization, Dutch colonization in Indonesian, the da’wah priorities during Dutch colonization era, the Dutch responses toward Indonesian resistance, and the Indonesian responses toward Dutch colonization in Indonesia. Dutch colonists, trade monopoly, voyage and politics power that happened in Indonesia have really contradicted against Indonesian tradition. Although they often lost during the wars, but the agitation of Islam did not reduce their spirit to fight the Dutch. From this phenomenon, Dutch colonists, then, tried to eliminate Islamic influences from Indonesian people through:The negative effects of Dutch colonization, then, encouraged the emergence of Muslim Organizations and nationalistic movements concerning on the aspects of da’wah, education, economic social and politics.</p><p align="center"><strong>***</strong></p><p>Tulisan ini menggambarkan tentang pandangan agama terhadap penjajahan Belanda di Indonesia, prioritas dakwah pada masa penjajahan Belanda, respon penjajah Belanda terhadap perlawanan bangsa Indonesia untuk menghilangkan pengaruh Islam di Indonesia dan respon balik masyarakat Indonesia terhadap penjajahan Belanda. Penjajah Belanda, monopoli perdagangan, pelayaran dan kekuasaan politik. Hal ini sangat bertentangan dengan tradisi di Indonesia. Karenanya menyulut reaksi sengit bangsa Indonesia untuk memerangi mereka. Walau selalu kalah namun agitasi Islam tidak menyurutkan semangat bangsa Indonesia untuk tetap memerangi Belanda, karena itulah penjajah Belanda berusaha menghilangkan pengaruh Islam bagi bangsa Indonesia. Kondisi negatif bangsa Indonesia akibat terjajah oleh Belanda, dipengaruhi juga oleh gerakan pembaharuan di luar negeri, juga ajaran Islam yang memerintahkan umatnya untuk menggunakan akal dalam merealisasikan ajaran Islam agar tujuan rahmatan lil alamin bisa tercapai, mendorong para da’i untuk mengambil langkah-langkah pembaharuan, melalui organisasi Islam yang bergerak dalam bidang : dakwah, pendidikan, sosial ekonomi dam politik.</p><p> </p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Wafiyah, Wafiyah. "PRIORITAS BERDAKWAH PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA DI INDONESIA." Jurnal Ilmu Dakwah 35, no. 2 (2017): 269. http://dx.doi.org/10.21580/jid.v35i2.1610.

Full text
Abstract:
<p>This paper explains religion views to colonization, Dutch colonization in Indonesian, the da’wah priorities during Dutch colonization era, the Dutch responses toward Indonesian resistance, and the Indonesian responses toward Dutch colonization in Indonesia. Dutch colonists, trade monopoly, voyage and politics power that happened in Indonesia have really contradicted against Indonesian tradition. Although they often lost during the wars, but the agitation of Islam did not reduce their spirit to fight the Dutch. From this phenomenon, Dutch colonists, then, tried to eliminate Islamic influences from Indonesian people through:The negative effects of Dutch colonization, then, encouraged the emergence of Muslim Organizations and nationalistic movements concerning on the aspects of da’wah, education, economic social and politics.</p><p align="center"><strong>***</strong></p><p>Tulisan ini menggambarkan tentang pandangan agama terhadap penjajahan Belanda di Indonesia, prioritas dakwah pada masa penjajahan Belanda, respon penjajah Belanda terhadap perlawanan bangsa Indonesia untuk menghilangkan pengaruh Islam di Indonesia dan respon balik masyarakat Indonesia terhadap penjajahan Belanda. Penjajah Belanda, monopoli perdagangan, pelayaran dan kekuasaan politik. Hal ini sangat bertentangan dengan tradisi di Indonesia. Karenanya menyulut reaksi sengit bangsa Indonesia untuk memerangi mereka. Walau selalu kalah namun agitasi Islam tidak menyurutkan semangat bangsa Indonesia untuk tetap memerangi Belanda, karena itulah penjajah Belanda berusaha menghilangkan pengaruh Islam bagi bangsa Indonesia. Kondisi negatif bangsa Indonesia akibat terjajah oleh Belanda, dipengaruhi juga oleh gerakan pembaharuan di luar negeri, juga ajaran Islam yang memerintahkan umatnya untuk menggunakan akal dalam merealisasikan ajaran Islam agar tujuan rahmatan lil alamin bisa tercapai, mendorong para da’i untuk mengambil langkah-langkah pembaharuan, melalui organisasi Islam yang bergerak dalam bidang : dakwah, pendidikan, sosial ekonomi dam politik.</p><p> </p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Somawati, Ayu Veronika. "Implementasi Etika Deep Ecology Dalam Perspektif Filsafat Hindu Di Desa Medahan Dan Desa Keramas." Jurnal Penelitian Agama Hindu 9, no. 3 (2025): 1–17. https://doi.org/10.37329/jpah.v9i3.3599.

Full text
Abstract:
Water holds a highly significant position in the lives of Hindus, not only as a basic necessity but also as an essential element in religious and social activities. However, over time, the quality and quantity of water in Bali have degraded, including in the villages of Medahan and Keramas in Blahbatuh Subdistrict, Gianyar Regency. This research aims to rediscover the values of deep ecology ethics in the efforts to preserve the water sources in these two villages to ensure that the water sources remain sustainable and can be passed down to future generations. This research uses observation, interviews and documentation studies to collect data, as well as qualitative descriptive methods to present research results. Based on research results, it was found that Medahan and Keramas villages have numerous water sources that are socially and spiritually significant. The community preserves them through the construction of sacred sites, the instilling of beliefs about the importance of water sources, the installation of warning signs, and communal efforts to clean the water sources. These water conservation actions, practiced and passed down by the community, are closely linked to the principles of deep ecology ethics, which urge humans to respect nature and recognize the rights of nature as equal to human rights. This ethic asserts that all living beings possess intrinsic value and are deserving of moral consideration. The implementation of deep ecology ethics emphasizes love and reverence for nature, akin to love for God. This research shows that the preservation of water sources in Medahan and Keramas is not only an ecological action but also a spiritual expression that reflects harmony between humans, nature, and God.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

H Nanda, Dendy. "Representasi Etnis Muslim Rohingya di Media Massa Islam." Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah 2, no. 1 (2020): 93–111. http://dx.doi.org/10.32939/ishlah.v2i1.19.

Full text
Abstract:
Melihat pemberitaan tentang etnis rohingya beberapa waktu belakangan ini seringkali kita disuguhkan dengan gambaran atau pemberitaan oleh media kita terutama media yang bernafaskan Islam. Berbagai bentuk pemberitaan di tampilakan oleh media tersebut. Dengan kemasan yang berbeda-beda antara satu media dengan media yang lain. Tentu akan berbeda antara media yag beraliran nasionalis dana media yang berideologikan agama. Mulai dari sudut pandang berita, pembahasaan di teks, maupun foto atau gambar yang ada di media tersebut. Menarik bila kita cermati bagaimana media yang berideologikan Islam dalam mengemas pemberitaanya. Seringkali kita melihat media Islam di Indonesia menampilkan berita tentang etnis rohingya dengan sangat mengebu-gebu. Terkadang penulisannya cendrung provokatif dan kelihatan seperti sangat mendramatisir. Mulai dari judul berita, konten dari berita tersebut hingga foto-foto yang ditampilakan. Seperti yang menjadi kepala berita di media online Arrahmah.com ketika mengemas berit dengan judul “Setan Gundul Budha Myanmar Harus Diberi Pelajaran Setimpal” (Arrahmah.com, akses15 Juni 2013), ini tentu sangat terlihat provokatif dan sebagai media yang membawa simbol agama tentu hal ini akan sulit diterima dengan akal sehat. Contoh lainnya “Muslim Rohingya menderita diskriminasi dan penganiayaan yang hampir tak pernah henti” (Arrahmah.com, akses 15 Juni 2013). Dari dua contoh pemberitaan diatas dapat kita lihat bagaimana ada dua dikotomi yang berbeda yang ditampilkan oleh media Arrahman.com. Disatu sisi orang Budha Myanmar di hadirkan dengan sangat hina dengan kata-kata yang cendrung sangat melecehkan dengan kata “Gundul”, sedangkan disisi lain orang muslim rohingya ditampilkan dengan kondisi sangat memprihatinkan dengan menggunakan kata “penganiyaan yang hapir tak penah henti”. Tentu berita itu sangat sangat provokatif dan mengandung unsur propaganda. Padahal bila kita pelajari dalam kaidah jurnalistik, setiap wartawan harus bersikap profesional dan netral. Dimana harus ada keseimbangan fakta dalam suatu pemberitaan, namu tidak dengan apa yang terjadi di media Arrahmah.com. Keberpihakan inilah yang semakin penulis anggap relefan dengan apa yang dikatakan oleh paradigma kritis bahwa tidak ada media yang bisa netral, selalu ada kepentingan di balik pemberitaanya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Fad, Mohammad Farid, and Ali Imron. "Legal Protection of Muzakki in Zakat Crowdfunding: Analysis of Maqasid Asy-Syari'ah." Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum 55, no. 1 (2021): 95. http://dx.doi.org/10.14421/ajish.v55i1.961.

Full text
Abstract:
Abstract: The concept of crowdfunding is rooted in the concept of crowdsourcing. It utilizes a "crowd" of people to provide feedback and solutions to develop a startup's activities. Along with its development, the crowdfunding model was adopted in the technique of collecting zakat funds to improve the management of more productive zakat assets. This study attempts to critically describe the practice of zakat crowdfunding from the perspective of maqasid asy-syari'ah, along with the concept of legal protection for muzakki (zakat payers). A qualitative method was used in this study. For analysis, the authors used a descriptive-analytical method and normative empirical approach to systematically describe and analyze the facts found factually and accurately. This study revealed the principles of hifz ad-din, hifz al-nafs, hifz al-‘aql, hifz al-mal, hifz al-nasl and hifz al-'ird are found in the application of muzakki legal protection in crowdfunding zakat, so from the viewpoint of fiqh, it is permissible. This implementation will reduce unemployment and economic disparities. Besides, it strengthens the country's economic infrastructure to achieve benefits, which become the goal of maqasid asy-syari'ah. Thus, preventive legal protection for the muzakki of crowdfunding zakat is very urgent to protect the worship interests of prospective muzakki.Abstrak: Konsep crowdfunding berakar dari konsep crowdsourcing yang memanfaatkan "kerumunan" orang untuk memberikan umpan balik dan solusi untuk mengembangkan kegiatan suatu perusahaan rintisan. Seiring perkembangannya, model crowdfunding diadopsi dalam teknik pengumpulan dana zakat demi peningkatan pengelolaan harta zakat yang lebih produktif. Artikel ini berupaya mendeskripsikan secara kritis tentang praktek zakat crowdfunding dalam perspektif maqasid asy-syari’ah, beserta konsep perlindungan hukum bagi muzaki. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif serta pendekatan empiris normatif, guna menggambarkan serta menganalisis secara sistematis fakta-fakta yang ditemukan secara faktual dan cermat. Dari kajian yang telah dilakukan diperoleh temuan bahwa dalam zakat crowdfunding terdapat perlindungan hukum terhadap muzakki terutama dalam hal perlindungan agama (ḥifẓ ad-dīn), perlindungan jiwa (hifz al-nafs), perlindungan akal (hifz al-‘aql), perlindungan harta (hifz al-mal), perlindungan keturnan (hifz al-nasl) dan perlindungan terhadap kehormatan diri (hifz al-‘ird). Dengan demikian, praktik zakat crowdfunding secara fikih adalah diperbolehkan. Terwujudnya perlindungan hukum bagi muzaki dalam zakat crowdfunding telah berdampak positif terhadap berkurangnya angka pengangguran, kesenjangan ekonomi dan sekaligus memperkuat infrastruktur ekonomi negara hingga tercapai kemaslahatan yang menjadi tujuan maqasid asy-syari’ah. Dengan demikian, perlindungan hukum preventif bagi muzakki crowdfunding zakat sangat urgen demi melindungi kepentingan beribadah muzakki.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Fawaz, Fawaz. "PEMIKIRAN PENDIDIKAN TGH. AHYANI MUKHTAR KEDIRI LOMBOK BARAT." Jurnal Penelitian Tarbawi 3, no. 2 (2019): 84–103. https://doi.org/10.37216/tarbawi.v3i2.159.

Full text
Abstract:
Sejak sejarah manusia lahir mewarnai rutinitas kegiatan alam ini, pendidikan sudah merupakan barang penting dalam komunitas social, adam yang memulai kehidupan baru dijagat raya ini, senantiasa dibekali akal untuk berfikir dan memahami setiap yang ia temukan dan kemudian menjadikannya sebagai konsep atau pegangan hidup. Dengan kata lain bahwa pemikiran merupakan ide, gagasan yang sifatnya abstrak yang dituangkan dalam bentuk realita, jadi pemikiran pendidikan islam merupakan ide, gagasan mengenai pendidikan secara islam yang dituangkan dalam realita, dimana pemikiran yang berisi mimpi-mimpi dan cita-cita seseorang akan tampak bila dikonstruksikan dalam bingkai pendidikan seperti memdirikan lembaga pendidikan, berupa pondok pesantren dan juga berupa majlis ta’lim. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang bersifat tradisonal, mempunyai pengaruh yang kuat dan luas dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam membentuk dan memelihara kehidupan keagamaan masyarakat muslim pada umumnya. Begitu penting persolaan pendidikan bagi semua ummat yang selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat, untuk membuat generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka, sekaligus menginginkan perubahan hidup sekaligus mengusahakannya kearah yang lebih baik. Akan tetapi manakala stabilitas suatu bangsa terguncang atau kemajuan terhambat, maka yang pertama ditijau adalah sistem pendidikan. Kilas balik perkembangan dan perjalanan pendidikan islam dimulai dari sistem yang amat sederhan beberapa pengkajian kita-kitab tertentu (klasik) yang berasal dari hasil pemikiran para ulama, ulam dari timur tengah abad pertengahan yang masih dipertahankan oleh beberapa lembaga pendidikan pondok pesantren, disamping mengikuti pola pendidikan moderen (klasikal). Sebagaimana yang dibutuhkan oleh peserta didik dan dunia usaha serta kebutuhan negara, yang kemudian melahirkan pendidikan formal baik yang dibina oleh departemen agama dan departemen pendidikan nasional dan inilah yang kemudian melahirkan pola pendidikan madrasah dan sekolah islam. Atas dasar inilah peneliti mengangkat permasalahan ini, dengan rumusan maslah bagaimanakah pemikiran TGH. Ahyani Mukhtar tentang pendidikan isla dan bagaimanakah sistem pendidikan dipodok pesantren Al-Mukhtariah . Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan metode Obsevasi, Wawancara, dokumen dalam menganalis data, peneliti menggunakan analisis induktif Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah pemikiran TGH. Mukhtar tentang pendidikan islam yang secara teori dan empiris yang terdiri dari tujuh komponen yaitu tujuh pendidikan. Pendidik/guru, murid, metode, kurikulum, alat/media, dan evaluasi. Adapun pelaksanaan sitem pembelajaran dipondok pesantren Al-mukhtariah cukup baik dan program sesuai dengan peraturan para Asatidz dan para santri yang ada di pondok pesantren Al-mukhtariah, terutama pada program pendidikan Diniah dengan berbagai metode yang setandar dalam pengkajian kitab-kitab yang secara umum digunakan oleh para asatidz atau tuan guru kepada para santrinya seperti metode wetonan, metode sorongan dantidak terlepas juga dari metode ceramah, tanya jawab, dan metode ekperimen.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Dadang Supriatna. "PELAKSANAAN INOVASI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMOTIVASI APARATUR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT." VISIONER : Jurnal Pemerintahan Daerah di Indonesia 12, no. 1 (2020): 155–78. http://dx.doi.org/10.54783/jv.v12i1.269.

Full text
Abstract:
Pelayanan publik merupakan suatu tolok ukur kinerja pemerintah yang paling kasat mata. masyarakat dapat menilai langsung kinerja pemerintah berdasarkan pelayanan yang diterimanya. Untuk itu kualitas pelayanan publik di semua kementerian/lembaga adalah suatu hal yang mendasar yang harus segera ditingkatkan. Peningkatan pelayanan publik, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) menerapkan kebijakan bahwa sejak 2014 adalah tahun inovasi pelayanan publik. Seluruh instansi pemerintah, baik di pusat maupun daerah diharapkan dapat membuat suatu ide kreatif atau jawaban terhadap cara kerja/metode pelayanan publik. KemenPAN-RB mengumpulkan dan menilai inovasi-inovasi yang telah dilakukan di sejumlah instansi di seluruh Indonesia, sehingga bisa terus bersaing secara sehat dengan instansi-instansi lain.
 Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik maka peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan suatu upaya yang harus dilakukan secara terus menerus, berkelanjutan dan harus dilaksanakan oleh semua para aparatur pemerintah untuk berinovasi dalam rangka memenuhi harapan masyarakat, dengan demikian pemerintah daerah perlu memotivasi pegawai dalam melaksanakan pekerjaan agar mempunyai semangat tinggi sehingga akan timbul inovasi dalam dirinya, secara tidak langsung membuka akal dan pikiran atau ilmu pengetahuannya sehingga pegawai berkinerja tinggi dan produktif. Untuk memotivasi pegawai, pimpinan organisasi harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan oleh para pegawai, sehingga terwujudnya pelayanan publik yang ber kualitas yang merupakan salah satu ciri dari pemerintahan yang baik sebagai tujuan dari pendaya gunaan aparatur negara.
 Berdasarkan pengamatan penulis selama penelitian pada pemerintah daerah Kabupaten Sumedang, ternyata masih ditemui beberapa indikasi masalah yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan publik masih rendah. Hal ini terlihat dari indikator: 1) Fasilitas kerja yang kurang memadai, sehingga pelayanan yang diberikan pegawai kepada masyarakat terkesan lamban. 2) masih adanya pegawai yang belum profesional dalam menangani pekerjaan sehingga masih ada beberapa pekerjaan yang tidak selesai tepat waktu. 3) Ada sebagian pegawai yang bersikap kurang ramah terhadap masyarakat.
 Permasalahan tersebut diduga karena pemerintah daerah dalam pelaksanaan motivasinya belum optimal. Hal ini diindikasikan sebagai berikut. 1) Diduga pemerintah daerah kurang memberi penghargaan kepada pegawai yang berprestasi. 2) Diduga pemerintah daerah dalam pendelegasian wewenang kurang memberikan bimbingan kepada pegawai sehingga masih ada pegawai yang belum bisa menyelesaikan tugas dengan baik. 3) Diduga pemerintah daerah dalam memberikan perhatian timbal balik kepada para pegawai masih kurang baik.
 Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi Kepustakaan dan studi lapangan melalui observasi, wawancara dan angket. Data hasil angket dianalisis melalui analisis kualitatif, yaitu data-data yang diperoleh di lapangan dianalisis kemudian ditarik simpulan dan dalam pembahasannya menggunakan teknik analisis kualitatif dengan menggunakan persentase.
 Hasil menunjukkan bahwa angka rata-rata pelaksanaan motivasi, yaitu 64% dan apabila dihubungkan dengan kriteria analisis data maka baru mencapai predikat Cukup, sehingga akan berpengaruh terhadap upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik. Sementara tingkat kualitas pelayanan publik baru mencapai rata-rata 63% dan apabila dihubungkan dengan kriteria analisis data maka baru mencapai predikat cukup.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Sun, Kaleb Yefune, Yonky Pernando, and M. Ibnu Safari. "Perancangan Sistem IoT pada Smart Door Lock Menggunakan Aplikasi BLYNK." JUTSI (Jurnal Teknologi dan Sistem Informasi) 1, no. 3 (2021): 289–96. http://dx.doi.org/10.33330/jutsi.v1i3.1360.

Full text
Abstract:
Abstract: This review portrays the plan of IoT on Keen entryway locks are keys that can be utilized to make a commonsense and productive security framework in homes and different structures. The update highlight is added with Remote. Remote is an electromagnetic telecom network that utilizations waves rather than links. The motivation behind this Keen Entryway Lock is to expand proficiency and diminish manual opening from within, however if you open the entryway from an external perspective, it is sufficient to utilize a cell phone. in the investigation, when a guest came, the guest saw a sensor warning before the entryway and afterward moved toward the notice sensor that had been planned with the past blynk application, the blynk application sent a notice through a cell phone, after the property holder realized that there was somebody before him and just opened the lock Savvy Entryway Lock by utilizing a cell phone if the property holder knows the guest. after guests see the green light the entryway has been opened, following a couple of moments the entryway will naturally lock once more. then, at that point, there is a press button from the indirect access to open the entryway in a crisis if the capacity of the cell phone doesn't attempt to open the entryway. the programmed work that I made in the entryway lock framework permits clients to effortlessly control and bind together the climate and states of the house without a moment's delay prior to going into or going out. Keywords: Smart Door Lock; Wireless; Smartphone; Android; Blynk; Abstrak: Ulasan ini menggambarkan rencana IoT pada kunci pintu masuk Keen adalah kunci yang dapat digunakan untuk membuat kerangka keamanan yang masuk akal dan produktif di rumah dan bangunan lain. Sorotan pembaruan ditambahkan dengan Remote. Remote adalah jaringan telekomunikasi elektromagnetik yang memanfaatkan gelombang daripada tautan. Alasan di balik Kunci Pintu Masuk Keen ini adalah untuk meningkatkan keterampilan dan mengurangi pembukaan manual dari dalam, tetapi jika Anda membuka pintu dari sudut pandang eksternal, cukup menggunakan ponsel. dalam pemeriksaan, ketika tamu datang, tamu melihat peringatan sensor sebelum pintu masuk dan kemudian bergerak menuju sensor pemberitahuan yang telah direncanakan dengan aplikasi blynk sebelumnya, aplikasi blynk mengirimkan pemberitahuan melalui ponsel, setelah pemilik properti menyadari bahwa ada seseorang di depannya dan baru saja membuka kunci Savvy Entryway Lock dengan memanfaatkan ponsel jika pemilik properti mengenal tamu tersebut. setelah tamu melihat lampu hijau pintu masuk telah dibuka, beberapa saat kemudian pintu masuk secara alami akan terkunci kembali. Kemudian, pada saat itu, ada tombol tekan dari akses tidak langsung untuk membuka pintu dalam keadaan darurat jika kapasitas ponsel tidak berusaha untuk membuka pintu. Pekerjaan terprogram yang saya buat dalam kerangka kunci pintu memungkinkan klien untuk dengan mudah mengontrol keadaan rumah tanpa penundaan sesaat sebelum masuk atau keluar Kata kunci: Pintu Pintar; Wireless; Smarphone; Android; Blynk;
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Adipati-Tindagi, Magdalena Grace K. "MASA ‘ADOLESCENCE’ DAN POSTMODERINTAS: TUGAS PERKEMBANGAN ANAK REMAJA DAN ANCAMAN TATA NILAI “NEW MORALITY” MELALUI MEDIA TELEVSI." Missio Ecclesiae 2, no. 2 (2013): 143–62. http://dx.doi.org/10.52157/me.v2i2.30.

Full text
Abstract:
Alfred Kinsey, seorang ahli Zoology, dua buku karangannya yang telah mengguncangkan nilai-nilai kesusilaan dalam kehidupan seksual di dunia yaitu “Sexual Behavior in the Human Male” dan “Sexual Behavior in the Human”. Kinsey menuliskan “alam memenangkan kesusilaan.” Mereka yang menjalankan kehidupannya dengan berorientasi pada norma-norma agama dan dapat dicap oleh Kinsey sebagai “korban kesusilaan”. Kinsey menempatkan manusia di samping binatang. Pandangan biologis ini, mengakibatkan Kinsey menyebut “manusia human animal” dan “human mammal,” menurut Kinsey adalah baik kalau manusia memakai daya seksual seperti binatang, dan tidak baik kalau manusia menempatkan kesusilaan di atas alam. Menurut Scheneumann, pandangan manusia yang bilogis ini jauh berbeda dari pandangan manusia menurut Alkitab, manusia diciptakan menurut peta dan gambar Allah (Kej.1:27; 2:27). Dengan demikian manusia tidak dipimpin oleh insting, melainkan kepribadian yang terdiri dari satu trinitas kecil, yaitu roh, jiwa, tubuh; sehingga kehidupan seksual merupakan bagian integral dari kepribadian seluruhnya dan ditentukan oleh faktor-faktor fisiologis, psikologis, dan rohaniah. Telah dikemukakan sebelumnya tentang dasar filsafat revolusi moral, sejak zaman pencerahan (enlightenment), dunia Barat mengalami perubahan di segala bidang kehidupan termasuk teologi dan etika. Ada krisis moral yang melanda seluruh dunia, tatanan hidup masyarakat dengan nilai-nilai moral yang bersifat tradisional dan kuno, seperti pernikahan, keluarga, Negara yang dulu berlaku diubah. Revolusi moral ditujukan secara khusus di bidang etika dan kesusilaan. Moral baru ini tidak lain dari satu reaksi alam abad ke-20, yang mengganti hukum-hukum atau norma-norma kehidupan yang dari perintah Allah sebagai ketaatan manusia kepada Tuhan, sumber kebahagiaan manusia diganti dengan kepercayaan pada diri sendiri dan menjadi abad dasar pada tingkah laku kebebasan perilaku terhadap aturan-aturan tradisional. Tinjauan filsafat yang melandasi paham “New Morality” seperti yang diuraikan dari ilmu filsafat, sosiologi, psikologi dan teologi, dan postmodernitas. Jadi, paham kebebasan tingkah laku berkembang dan bersumber dari aliran-aliran yang dikemukakan di atas. Suatu pemberontakan manusia terhadap Allah, gereja dan tradisi, berawal dari abad pencerahan di mana manusia merasa diri akil balig, dan menggusur keberadaan Allah dari kehidupan manusia. Dengan semboyan-semboyan, God Is dead, Glory To Man. Para penganut moralitas baru, ingin membebaskan dirinya dari kesusilaan yang berdasarkan hukum gereja, tuntutan masyarakat yang selama ini diterima dan disetujui sebagai norma-norma perbuatan sikap manusia yang beradab. Pengaruh postmodernitas yang menunjuk pada situasi dan tata sosial, produk teknologi informasi, globalisasi, fragmentasi gaya hidup, konsumerisme yang berlebihan, dll. Manusia yang hidup di milenium baru ke-21 ini dilanda oleh gejala atau faktor yang sangat mempengaruhi norma-norma moral yang melibatkan tindakan-tindakan etisnya, yaitu apa yang dikenal dengan istilah ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Teknologi informasi maju dengan pesatnya. Sebagai hasil informasi dari media cetak maupun media audio visual (televisi) yang mengubah wajah dunia. Televisi adalah media potensial sekali untuk menyampaikan informasi tetapi membentuk perilaku seseorang, baik kearah negatif maupun positif. Menurut Dwyer, sebagai media audio visual, televisi mampu merebut 94 % saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu membuat orang mengingat 50% dari apa yang mereka lihat walau hanya sekali tayang, atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi setelah 3 jam kemudian, 65 % setelah tiga hari kemudian. Masa awal remaja (12-15 tahun) adalah masa yang amat meresahkan, oleh karena pada masa pubertas seseorang mengalami perubahan, baik secara fisik maupun perubahan yang lain, mulai dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, berbarengan dengan perkembangan fisik, moral, emosi dan sosial, dan minat dari kehidupan seksual sampai kepada kehidupan religiositasnya. Oleh karenanya, peran pendampingan sangat diperlukan bagi penyesuaian diri secara positif terhadap setiap perubahan yang ada, agar anak mencapai tugas perkembangannya secara maksimal di usianya. Semoga!.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography