To see the other types of publications on this topic, follow the link: Akrilamidas.

Journal articles on the topic 'Akrilamidas'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 39 journal articles for your research on the topic 'Akrilamidas.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Muchtaridi, Muchtaridi. "Kopi Mengandung Zat Penyebab Kanker Akrilamida, Berhentikah Kita Minum Kopi?" Farmasetika.com (Online) 3, no. 1 (May 15, 2018): 14. http://dx.doi.org/10.24198/farmasetika.v3i1.16792.

Full text
Abstract:
Kopi adalah minuman terkemuka di seluruh dunia setelah air mineral. Manfaat dan risikonya masih menjadi kontroversi dikarenakan bukti yang tersedia dapat diandalkan untuk mendukung potensi mempromosikan kesehatan. Minum kopi dikaitkan dengan manfaat kesehatan dan energi, seperti hidup lebih lama dan mengurangi risiko banyak penyakit. Namun, akrilamida terbentuk sebagai produk sampingan ketika biji kopi dipanggang. Tingkat akrilamida dalam kopi instan memiliki dua kali dibandingkan dengan kopi panggang. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) telah mengklasifikasikan akrilamida sebagai ''karsinogenik pada manusia'' meskipun efek toksikologi akrilamida masih dipelajari pada model hewan. Kandungan akrilamida rata-rata 250 μg / kg dalam setiap 50 g kopi bubuk yang diseduh dari 6-8 gelas yang kita minum akan terpapar akrilamida 12,5 mg. Namun, hubungan antara asupan akrilamida dan kanker pada manusia belum terbukti. Kandungan polifenol dalam kopi yang menghambat proses oksidasi yang berbahaya dalam tubuh, membantu melawan zat karsinogenik dalam kopi meskipun kita masing-masing minum kopi sambil mengonsumsi akrilamida. Kopi panggang yang diolah sendiri dan diambil tanpa gula mungkin memiliki kandungan polifenol tinggi dan tingkat akrilamida tidak besar. Jadi, jika Anda seorang peminum kopi, buat kopi sendiri dan minum tanpa gula.Kata kunci: Kopi, akrilamida, karsinogenik, kanker
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Wulandari, Devyana Dyah, and Uswatun Hasanah. "PENGARUH WAKTU PEMANGGANGAN TERHADAP KADAR AKRILAMIDA PADA PISANG RAJA ULI (Musa paradisiaca L.)." Jurnal Kimia Riset 6, no. 1 (June 28, 2021): 86. http://dx.doi.org/10.20473/jkr.v6i1.27773.

Full text
Abstract:
Akrilamida merupakan zat karsinogenik yang terbentuk akibat proses pemanasan suhu tinggi dan kelembaban rendah pada makanan yang kaya akan karbohidrat. Akrilamida paling banyak ditemukan pada produk nabati olahan seperti kentang (kentang goreng dan keripik kentang), serealia (kukis dan roti) serta kopi. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis pengaruh waktu pemanggangan terhadap kadar akrilamida pada pisang raja uli (Musa paradisiaca L.). Penetapan kadar akrilamida dilakukan menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) pada pisang raja uli yang dipanggang selama 20 menit, 25 menit, dan 30 menit dengan suhu 150ᵒC. Hasil menunjukkan bahwa kadar akrilamida pada kelompok kontrol (pisang tanpa perlakuan) yaitu sebesar 1,735 ppm, pada pemanggangan sampel pisang selama 20 menit sebesar 1,198 ppm, pada sampel pisang yang dipanggang selama 25 menit sebesar 2,276 ppm, pada sampel pisang yang dipanggang selama 30 menit sebesar 0,917 ppm. Dapat disimpulkan bahwa kadar akrilamida tertinggi terdapat pada pisang raja uli yang dipanggang selama 25 menit dengan nilai signifikansi P sebesar 0,312 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan waktu pemanggangan terhadap kadar akrilamida.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Rosita P, Ayik. "PENGEMBANGAN DAN VALIDASI METODE AKRILAMIDA PADA UBI JALAR GORENG SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS-DENSITOMETRI." Journal of Pharmacy Science and Technology 3, no. 1 (April 18, 2021): 146. http://dx.doi.org/10.30649/pst.v3i1.107.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilakukan karena sebelumnya belum ada laporan tentang metode kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri untuk analisis akrilamida dalam ubi jalar goreng. Hasil penelitian menggunakan lempeng KLT silika gel 254 menunjukkan bahwa retardation factor berkisar 0,4-0,5 dengan eluen metanol: benzena (2:1) dan dianalisis di panjang gelombang maksimum 200 nm. Linieritas standar akrilamida diuji dalam rentang konsentrasi 120-300 ppm dan koefisien korelasi (r) lebih besar dari 0,99, dengan batas deteksi 17,45 ppm dan batas kuantitatif 52,36 ppm. Persiapan sampel dilakukan dengan cara ekstraksi pelarut menggunakan etanol 70%. Presisi memberikan hasil 2,67% dan nilainya lebih kecil dari 16% sesuai literatur. Persen recorvery 98,18% dan sesuai dengan literature yaitu 98% -102%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode KLT Densitometri pada penentuan akrilamida selektif, presisi, dan akurat dimana pada penetapan kadar akrilamida pada ubi jalar goreng mengandung akrilamida sangat sedikit dimana konsentrasinya kurang dari 230,32 ng sehingga sampel ini sangat aman untuk dikonsumsi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Swantomo, Deni, Kartini Megasari, and Rany Saptaaji. "PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER SUPERABSORBEN DENGAN MESIN BERKAS ELEKTRON." Jurnal Forum Nuklir 2, no. 2 (November 1, 2008): 143. http://dx.doi.org/10.17146/jfn.2008.2.2.3286.

Full text
Abstract:
PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER SUPERABSORBEN DENGAN MESIN BERKAS ELEKTRON. Polimer superabsorben adalah suatu polimer yang dapat mengabsorpsi air dan mempunyai daya serap sampai beberapa kali lipat dibandingkan berat polimernya. Polimer superabsorben dapat dimanfaatkan dalam banyak bidang diantaranya pembungkus makanan, teknik konstruksi, industri kimia, pengolahan limbah dan bahan pembuat sensor. Bahan utama polimer superabsorben adalah poliakrilamida. Poliakrilamida mempunyai kekurangan dalam kekuatan fisik dan kestabilan terhadap suhu. Dalam penelitian ini telah dilakukan pembuatan komposit polimer superabsorben menggunakan monomer akrilamida dan zeolit alam. Komposit polimer superabsorben dibuat dengan proses polimerisasi dan grafting akrilamida dengan zeolit alam menggunakan iradiasi mesin berkas elektron. Variabel yang dipelajari adalah dosis radiasi 15; 25; 28; 35; 48 kGy dan perbandingan akrilamida terhadap zeolit 0,5 : 1; 1 : 1; 2:1. Bertambahnya dosis radiasi akan meningkatkan konversi komposit yang dihasilkan dan kapasitas absorpsi polimer superabsorben. Setelah tercapai ikatan polimer yang sempurna, penambahan dosis radiasi akan menurunkan kapasitas absorpsi. Semakin besar perbandingan akrilamida terhadap zeolit akan menaikkan konversi komposit yang dihasilkan dan kapasitas absorpsi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Butue, Leobernard, Fatimawali Fatimawali, and Defny S. Wewengkang. "PENETAPAN KADAR AKRILAMIDA PADA KENTANG GORENG YANG BEREDAR DI RESTORAN CEPAT SAJI DI KOTA MANADO DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS." PHARMACON 8, no. 3 (August 28, 2019): 612. http://dx.doi.org/10.35799/pha.8.2019.29384.

Full text
Abstract:
ABSTRACTAcrylamide has been classified as a cancer causing compound or potentially carcinogenic in humans. Acrylamide is produced from foods that contain high carbohydrates with temperatures over 1200C in processing. One of foods that are popular and potentially produce acrylamide compounds was fried potato. This study aims to determine the levels of acrylamide contained in french fries using UV-Vis Spectrophotometry method. Samples were obtained from 3 fast food restaurants in the City of Manado. In this study the analysis of acrylamide compounds from 3 samples were carried out at 267 nm wavelength using an aquadest blank with 2 repetitions. The estimated result of three samples are K samples of 0.69 µg/g, M of 0.58 µg/g, and T samples of 0.67 µg/g. The three samples did not contain acrylamide because the levels obtained were still below the detection limit (LOD) of 1.54 µg/g. Keywords: Acrylamide, French Fries, UV-Vis Spectrophotometry, Fast Food Restaurants in Manado. ABSTRAKAkrilamida telah diklasifikasikan sebagai senyawa yang menyebabkan kanker atau berpotensi sebagai karsinogenik pada manusia. Akrilamida dihasilkan dari makanan yang mengandung karbohidrat tinggi dengan suhu lebih dari 1200C pada pengolahannya. Makanan yang banyak digemari serta berpotensi menghasilkan senyawa akrilamida salah satunya adalah kentang goreng. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar akrilamida yang terkandung dalam kentang goreng dengan menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis. Sampel diperoleh dari 3 restoran cepat saji di Kota Manado. Pada penelitian ini analisis senyawa akrilamida dari 3 sampel dilakukan pada panjang gelombang 267 nm menggunakan blanko aquadest dengan 2 kali pengulangan. Hasil perhitungan dari ketiga sampel adalah sampel K sebesar 0,69 µg/g, M sebesar 0,58 µg/g, dan sampel T sebesar 0,67 µg/g. Ketiga sampel tidak mengandung akrilamida karena kadar yang didapat masih berada di bawah batas deteksi (LOD) yang didapat yaitu 1,54 µg/g. Kata Kunci: Akrilamida, Kentang Goreng, Spektrofotometri UV-Vis, Restoran cepat saji di Manado
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Fadri, Rince Alfia, Kesuma Sayuti, Novizar Nazir, and Irfan Suliansyah. "REVIEW PROSES PENYANGRAIAN KOPI DAN TERBENTUKNYA AKRILAMIDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN." Journal of Applied Agricultural Science and Technology 3, no. 1 (February 28, 2019): 129–45. http://dx.doi.org/10.32530/jaast.v3i1.82.

Full text
Abstract:
Makalah ini berisi tinjauan komprehensif terhadap literatur tentang proses penyangraian kopi dan pembentukan akrilamida sebagai hasil sampingan proses pengolahan biji kopi diterbitkan antara tahun 2008 hingga 2018. bagian besar penelitian bersifat empiris dan sebagian besar studi berfokus pada proses pengolahan kopi dan efek akrilamida pada kesehatan tubuh. Temuan penting lainnya, sebagian kajian menganggap bahwa kopi mampu meningkatkan kesehatan tubuh. Ulasan ini menyajikan pemahaman yang lebih baik tentang manfaat dan bahaya kopi serta pengaruh penyangraian terhadap mutu kopi yang dihasilkan. Tinjauan ini juga menyoroti tentang alat sangrai kopi yang relatif kurang dieksplorasi. Akademisi, peneliti dan kelompok tani dapat menggunakan hasil kajian ini sebagai pedoman dalam menyangrai kopi. Penyangraian dengan waktu dan suhu yang efektif dapat mengurangi pembentukan akrilamida pada kopi, namun perlu kajian literatur terbaru yang berkaitan dengan proses pengolahan kopi terutama pada proses penyangraian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Asra, Ridho, Rusdi Rusdi, Sofia Nofianti, and Nessa Nessa. "Perbandingan Akrilamidakopi Bubuk Tradisional Dan Luwak Dengan Metode HPLC." Jurnal Katalisator 4, no. 2 (October 31, 2019): 61. http://dx.doi.org/10.22216/jk.v4i2.4644.

Full text
Abstract:
<p><em>Akrilamida merupakan senyawa kimia terdapat pada kopi yang disangrai pada suhu diatas 120 ˚C, berpotensi menyebabkan kanker pada manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kandungan akrilamida dalam kopi bubuk tradisional dan kopi luwak dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Fase gerak yang digunakan asetonitril: aquabidest (15: 85, v/v), dengan detektor Photodioday-Array (PDA) pada ℷ 200 nm. Akrilamida dalam sampel kopi bubuk teridentifikasi pada waktu retensi (tR) ± 6,8 menit. Metode ini terbukti valid dengan linearitas y = 356468 + 293761 x, koefisien korelasi (r) = 0,9993, batas deteksi 1,9901 µg/mL dan batas kuantitasi 6,6337 µg/mL, presisi dengan % SBR = 0,207 %, akurasi dengan % perolehan kembali kopi bubuk tradisional dan kopi bubuk luwak 99 % dan 104 %. Kadar akrilamida dalam sampel kopi bubuk 1 sampai 6 berturut-turut adalah 1115 ± 12,17 µg/g sampel (1), 687 ± 7,58 µg/g sampel (2), 1461 ± 63,89 µg/g sampel (3), 221 ± 3,54 µg/g sampel (4), 128 ± 3,24 µg/g sampel (5), 195 ± 1 µg/g sampel (6). Dari keenam sampel kopi bubuk menunjukkan bahwa kadar akrilamida masing-masing sampel berkisar antara 128 sampai 1461 µg/g. Kadar yang diperoleh melebihi batas aman konsumsi akrilamida yang dikeluarkan oleh WHO</em></p><p><em><br /></em></p><p><em><em>Acrylamide is a chemical compound found in roasted coffee at temperatures above 120 ˚C which can potentially cause cancer in humans. The purpose of this research was to analyze acrylamide contents in traditional ground coffee and civet ground coffee by using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method. This analysis was carried out by isocratic elution system, the mobile phase of acetonitrile : aquabidest (15 : 85, v/v), using the stationary phase of the Shimadzu Shimpack ODS C18 column (250 × 4.6 mm), flow rate of 0.5 mL/minute, injection volume 20 µL, with a Photodioday-Array (PDA) detector at a wavelength of 200 nm. Acrylamide in ground coffee samples was identified at retention time (tR) ± 6.8 minutes. This method is proved valid with the linearity y = 356468 + 293761 x, correlation coefficient (r) = 0.9993, limit of detection 1.9901 µg / mL and limit of quantitation 6.6337 µg / mL, precision with % RSD = 0.207 %, acuracy with % recovery of traditional ground coffee and luwak ground coffee 99 % and 104 %. Acrylamide levels in 1 to 6 ground coffee samples in a row is 1115 ± 12.17 µg / g samples (1), 687 ± 7.58 µg / g samples (2), 1461 ± 63.89 µg / g samples (3), 221 ± 3.54 µg / g sample (4), 128 ± 3.24 µg / g sample (5), 195 ± 1 µg / g sample (6). Of the six ground coffee samples showed that the acrylamide levels of each sample ranged from 128 to 1461 µg / g. The levels obtained exceed the safe limits of acrylamide consumption released by WHO</em></em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Abidin, A. Zainal, G. Susanto, N. M. T. Sastra, and T. Puspasari. "Sintesis dan karakterisasi polimer superabsorban dari akrilamida." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 11, no. 2 (October 2, 2018): 84. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2012.11.2.5.

Full text
Abstract:
Synthesis and Characterization of Superabsorbent from Acrylamide Superabsorbent polymer (SAP) is a material that can absorb water in a large amount in a short time. In this research, the polymer has been synthesized from acrylamide monomer (Am) using N,N methylene bisacrylamide (MBA)as a cross-linker and ammonium persulphate (APS) as an initiator. Effects of MBA and APS on the SAP characteristic were studied by varying composition of MBA and APS each of 0.1%-wt, 0.2 %-wt, 0.6 %-wt and 1.0 %-wt. SAP was characterized by measuring its absorption capacity to distilled water. Based on the experiment, the highest absorption capacity for 1 gram SAP is 14.5 gram water. The highest absorption is produced by SAP with APS 0.2 %-wt and MBA 0.6 %-wt. Further studies by using SEM showed that SAP which had high absorption capacity contained a lot of pores with the waving surface. Therefore, the surface contact area between SAP and water is high. Keywords: acrylamide, absorption capacity, superabsorbent polymerAbstrakSuperabsorbent Polymer (SAP) merupakan polimer yang dapat menyerap air dalam jumlah yang sangat banyak. Dalam penelitian ini, polimer tersebut disintesis dari monomer akrilamida menggunakan crosslinker N,N-metilene bisakrilamide (MBA) dan inisiator amonium persulfat (APS). Pengaruh crosslinker dan inisiator terhadap karakteristik SAP dipelajari dengan melakukan variasi komposisi APS dan (MBA) masing-masing sebesar 0,1 %-b, 0,2 %-b, 0,6 %-b, dan 1 %-b. Karakteristik produk SAP dipelajari dengan FTIR untuk menganalisis gugus fungsi yang terbentuk untuk menunjukkan bahwa polimerisasi betul terjadi dan produknya berupa SAP. Pengukuran kemampuan absorpsi SAP terhadap air destilasi menunjukkan bahwa kapasitas absorpsi terbesar yang dihasilkan oleh superabsorbent polymer dari penelitian ini sebesar 14,5 gram air dalam 1 gram produk SAP yang dibuat. Kapasitas terbesar ini dimiliki oleh SAP dengan 0,2 %-b APS dan 0,6 %-b MBA. Studi lebih lanjut dengan SEM menunjukkan bahwa SAP yang memiliki kapasitas absorpsi tertinggi itu mempunyai morfologi permukaan yang berombak dan jumlah pori yang tertinggi sehingga luas permukaan kontak antara SAP dan air juga tertinggi. Kata kunci: akrilamida, kapasitas absorpsi, superabsorbent polymer
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Kavuşan, Hülya Serpil, and Meltem Serdaroglu. "Bir Isıl İşlem Kontaminantı Akrilamid: Oluşum Mekanizmaları ve Et Ürünlerinde Akrilamid Oluşumunun Azaltılmasına Dair Stratejiler." Turkish Journal of Agriculture - Food Science and Technology 7, no. 2 (February 21, 2019): 173. http://dx.doi.org/10.24925/turjaf.v7i2.173-185.1944.

Full text
Abstract:
Acrylamide is a carcinogenic and mutagenic compound which is formed by the oxidation of the acrolein compound or the as a result of reactions between reducing sugars and asparagine amino acids. Although acrylamide is mostly seen in carbohydrate-based foods, frying, steaming and baking processes lead to formation of acrylamide also in protein containing meat products with composite structure. Type and the cycle of frying oil, the precursors present in the system, the cooking method, temperature, time and storage can be listed as factors affecting acrylamide formation in meat products. The adverse effects of acrylamide on health create a need for application of acrylamide reduction strategies. These strategies encompass the reduction of the precursor substances, heat treatment time and temperature as much as possible, addition of various cations, enzymes, amino acids and antioxidants to the system and removal of the resulting acrylamide compound from the system. In this review, it was aimed to clarify the factors affecting the formation of acrylamide and strategies for reducing the amount of acrylamide in meat products.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Wun Pin, Lim, Airul Ashri, Muntaz Abu Bakar, Wan Yaacob Wan Ahmad, and Mohd Azwani Shah Mat Lazim. "PENYEDIAAN DAN PENCIRIAN HIDROGEL BERASASKAN KANJI/AKRILAMIDA DARIPADA UBI Stemona curtisii." Malaysian Journal of Analytical Science 20, no. 1 (February 15, 2016): 157–70. http://dx.doi.org/10.17576/mjas-2016-2001-17.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Hasanah, Aliya Nur. "Optimasi Kondisi Pemisahan Glibenklamid Kombinasi Metformin dengan KCKT-SPE MIP Akrilamid." Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology 3, no. 2 (June 28, 2016): 38. http://dx.doi.org/10.15416/ijpst.v3i2.8527.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan dan divalidasi metode analisis glibenklamid dalam plasma menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik dengan pretreatment menggunakan SPE C-18 dan SPE-MIP monomer akrilamid. 1 mL metanol dan 1 mL akuabides digunakan sebagai conditioning agent, 1 mL metanol 5% dalam akuabides digunakan sebagai washing agent, dan 1 mL asetonitril digunakan sebagai eluting agent. Hasil ekstraksi dianalisis menggunakan kolom C18 (Shimadzu) 150 x 4,6 mm, ukuran partkel 5 µm, fase gerak 55:45 v/v asetonitril dan triflouro acid 0,1% dengan kecepatan alir 1 mL/menit, deteksi dilakukan pada 227 nm dengan standar internal gliklazid. Metode analisis divalidasi berdasarkan parameter linieritas, presisi, akurasi, selektivitas/spesifisitas, Limit of Detection (LOD), Limit of Quantification (LOQ) dan kesesuaian sistem. Dapat disimpulkan bahwa metode analisis yang digunakan memiliki validitas sesuai dengan yang dipersyaratkan dan SPE-MIP monomer akrilamid memberikan hasil ekstrasi yang lebih optimal dibandingkan dengan SPE C-18.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Varga, János, László Janovák, Erika Varga, Gábor Erős, Imre Dékány, and Lajos Kemény. "Akril alapú szöveti expanderek sebészeti felhasználhatóságának vizsgálatar." Magyar Sebészet 63, no. 1 (February 1, 2010): 16–22. http://dx.doi.org/10.1556/maseb.63.2010.1.3.

Full text
Abstract:
Absztrakt Bevezetés: Az akrilamid (AAm), akrilsav (AAc) és N-izopropil-akrilamid (NIPAAm) felhasználásával előállított hidrogélek in vitro igen kedvező duzzadási tulajdonságokat mutatnak, melyeket a gélek összetételével is befolyásolni lehet. Célkitűzésünk az volt, hogy megvizsgáljuk az akril alapú hidrogélek in vivo viselkedését és potenciális szerepüket a sebészetben. Anyag és módszer: Kísérleteink során altatásban henger alakú hidrogéleket ültettünk patkányok bőre alá. Az 1. csoportban (n 6) AAm expandert alkalmaztunk, a 2. csoportban (n = 6) AAc hidrogélt implantáltunk, a 3. csoportban (n = 6) pedig NIPAAm expandert ültettünk be. A műtét után az állatokat 18 napig observáltuk, az expanderek átmérőjét és hosszát naponta mértük. Eltávolítás után meghatároztuk a hidrogélek nedves tömegét és reológiai tulajdonságait, az állatok bőréből és az expandereket körülvevő kapszulákból pedig szövetmintát vettünk. Eredmények: Az expanderek két hét alatt elérték tágulásuk maximumát. Az implantált hidrogélek tömege számottevően növekedett. A NIPAAm polimerek tartották meg a legjobban beültetés előtti alakjukat. A szövettani vizsgálat súlyos szövetkárosodást tárt fel AAc expander beültetése esetén, a másik két csoportban egészséges bőrt nyertünk. Következtetés: A vizsgált hidrogélek közül a NIPAAm tűnik a legalkalmasabbnak sebészeti felhasználásra.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Sanyoto, Nugroho Tri, Toto Trikasjono, and Damar Damar. "STUDI PENDAHULUAN PEMBUATAN FOTOREAKTOR." Jurnal Forum Nuklir 8, no. 2 (October 18, 2017): 159. http://dx.doi.org/10.17146/jfn.2014.8.2.3709.

Full text
Abstract:
STUDI PENDAHULUAN PEMBUATAN FOTOREAKTOR. Telah dilakukan studi pendahuluan pembuatan fotoreaktor yang digunakan untuk melakukan reaksi fotokimia photobiological dengan sistem panas dan penyinaran ultra violet (IN). Sistem ini terdiri dari mikrokontroler ATMega 16, keypad matriks 3 xx 4, pemanas dan pcnampil LCD (Liquid Crystal Display). Suhu dibangkitkan dengan pemanas dapat diatur waktunya dengan menggunakan keypad. Tegangan analog yang dihasilkan oleh sensor suhu SHT11 dan sensor cahaya LOR (Light Dependent Resistor) diolah ADC (Analog to Digital Converter) pada mikrokontroler untuk dikonversikan menjadi nilai suhu dan intensitas cahaya yang terukur. Tampilan pada LCD 16 x 2 untuk mempermudah pembacaan. Hasil pengujian alat digunakan sampel akrilamida cair dengan perlakuan panas dan penyinaran berubah menjadi gel.Kata kunci: Fotoreaktor, suhu dan sensor, reaksi fotokimia, photobiological
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Swandi, Harmita, Armini Hadriyati, and Mukhlis Sanuddin. "VALIDASI DAN ANALISIS KADAR AKRILAMIDA PADA KOPI TUNGKAL DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)." EKOLOGIA 20, no. 1 (April 1, 2020): 40–44. http://dx.doi.org/10.33751/ekologia.v20i1.1983.

Full text
Abstract:
Acrylamide is a chemical compound found in roasted coffe at temperature above 120⁰C. potential to couse cancer in humans. The coffee used by processed at home in the village of Betara sub-district, Tanjung Jabung Barat, Kuala Tungkal, Jambi. The purpose of this study is to compare acrylamide content traditional coffee powder with the high performance liquid chromatography method (HPLC). The phase of motion used acetonitril : phosphate acid (80:20 v/v), using C18 or oktadesil silica (ODS) with size 250 nm × 4,6 mm,injection volume 20 μl, detector genesys 10S UV-Vis at wavelength 203 nm. Acrylamide is ground coffee was identified at retention time (tR) ± 5,825 minute. This method is proven valid with linearity y = 20717x + 28752, correlation coefficient (r) = 0,998%, the limit of detection 0, 32109 ppm and the limit of quantitation 1,07031 ppm, orecision with &#60;2%. Acrylamide levels in coffee powder 1 to 4 respectively are 72,065 μg/g sample (1), 66,922 μg/g sample (2), 60,215 μg/g sample (3), and 61,422 μg/g sample (4). The four coffee samples showed that the acrylamide levels of each sample exceeded the safe limit of consumption of acrylamide released by FDA is 2 μg/g.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Harahap, Yahdiana, Harmita Harmita, and Binsar Simanjuntak. "OPTIMASI PENETAPAN KADAR AKRILAMIDA YANG DITAMBAHKAN KE DALAM KERIPIK KENTANG SIMULASI SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI." Majalah Ilmu Kefarmasian 2, no. 3 (December 2005): 154–63. http://dx.doi.org/10.7454/psr.v2i3.3392.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Zovko, Mira, Željka Vidaković-Cifrek, Želimira Cvetković, Jasna Bošnir, and Sandra Šikić. "Assessment of acrylamide toxicity using a battery of standardised bioassays / Procjena toksičnosti akrilamida pomoću standardiziranih biotestova." Archives of Industrial Hygiene and Toxicology 66, no. 4 (December 1, 2015): 315–21. http://dx.doi.org/10.1515/aiht-2015-66-2715.

Full text
Abstract:
Acrylamide is a monomer widely used as an intermediate in the production of organic chemicals, e.g. polyacrylamides (PAMs). Since PAMs are low cost chemicals with applications in various industries and waste- and drinking water treatment, a certain amount of non-polymerised acrylamide is expected to end up in waterways. PAMs are non-toxic but acrylamide induces neurotoxic effects in humans and genotoxic, reproductive, and carcinogenic effects in laboratory animals. In order to evaluate the effect of acrylamide on freshwater organisms, bioassays were conducted on four species: algae Desmodesmus subspicatus and Pseudokirchneriella subcapitata, duckweed Lemna minor and water flea Daphnia magna according to ISO (International Organization for Standardisation) standardised methods. This approach ensures the evaluation of acrylamide toxicity on organisms with different levels of organisation and the comparability of results, and it examines the value of using a battery of low-cost standardised bioassays in the monitoring of pollution and contamination of aquatic ecosystems. These results showed that EC50 values were lower for Desmodesmus subspicatus and Pseudokirchneriella subcapitata than for Daphnia magna and Lemna minor, which suggests an increased sensitivity of algae to acrylamide. According to the toxic unit approach, the values estimated by the Lemna minor and Daphnia magna bioassays, classify acrylamide as slightly toxic (TU=0-1; Class 1). The results obtained from algal bioassays (Desmodesmus subspicatus and Pseudokirchneriella subcapitata) revealed the toxic effect of acrylamide (TU=1-10; Class 2) on these organisms.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Erdemli, Mehmet Erman, Eyüp Altınöz, Zeynep Aksungur, Zümrüt Doğan, Harika Gözükara Bağ, and Yusuf Türköz. "Gebe Ratlara uygulanan Akrilamid ve E Vitaminin Plasenta Dokusu Üzerine Olası Etkilerinin Araştırılması." Turkish Journal of Agriculture - Food Science and Technology 5, no. 4 (April 6, 2017): 349. http://dx.doi.org/10.24925/turjaf.v5i4.349-352.1084.

Full text
Abstract:
Investigate the changes that occur in the placenta tissues of pregnant rats that were administered acrylamide (AA) and vitamin E as a protective agent during pregnancy. Thirty rats that were proven positive for pregnancy with vaginal smear test were randomly distributed into control, corn oil, vitamin E, acrylamide and vitamin E + acrylamide groups. Pregnant rats were decapitated on the 20th day of the experiment. Malondialdehyde (MDA), reduced glutathione (GSH), total antioxidant capacity (TAS), total oxidant capacity (TOS) and Xanthine oxidase (XO) levels were measured in placenta tissues. It was determined that acrylamide application during pregnancy statistically significantly increased MDA, TOS and XO levels and reduced GSH and TAS levels in the placenta tissue of pregnant rats when compared to all other groups, and GAS and TAS levels statistically significantly increased in vitamin E administered group when compared to all other groups and TOS and XO levels were decreased to control group levels. It was observed that orally administered AA changed the antioxidant / oxidant equilibrium favoring the oxidants by increasing MDA, XO and TOS levels in pregnant rats and caused oxidative stress, while vitamin E administration returned the antioxidant / oxidant equilibrium back to normal levels, preventing oxidative stress induced toxicity.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Putri, Suriati Eka. "Pengaruh Perbandingan Monomer dan Crosslinker terhadap Karakter Pori Keramik Berpori Gelcasting Porous Ceramic Matrix Lapindo Mud." Chemica: Jurnal Ilmiah Kimia dan Pendidikan Kimia 18, no. 2 (December 2, 2017): 14. http://dx.doi.org/10.35580/chemica.v18i2.5890.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan monomer dan crosslinker terhadap karakter pori keramik berpori gelcasting dengan matriks lumpur lapindo. Prinsip dasar metode gelcasting adalah polimerisasi in situ. Monomer yang digunakan akrilamid (AM) dan crosslinker metilenbiskrilamid (MBAM). Polimer yang terbentuk bertindak sebagai template pori pada saat sintering. Pada penelitian ini dikaji perbandingan AM:MBAM sebesar 6:1; 12:1; 18:1; 24:1. Diameter pori diukur menggunakan metode bubble point. Pori yang dihasilkan sebesar 0,33 μm hingga 2,02 μm.Kata kunci: Lumpur Lapindo, Keramik, Pori, Gelcasting ABSTRACTThis study aims to determination the influence of ratio monomer and crosslinker toward pore character of gelcasted ceramic matrix Lapindo mud. The principle gelcasting method is polymerization insitu. Monomer used was acrylamide (AM) and crosslinker methylenbisacrylamide (MBAM). Polymer act as pore template while sintering process. This research study ratio AM:MBAM of 6:1; 12:1; 18:1; 24:1. Pore diameter was measured by bubble point method. The range of pore was 0,33 μm until 2,02 μm.Keywords: Lapindo Mud, Ceramics, Pores, Gelcasting
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Wulandari, Winda Trisna, and Rosmaya Dewi. "SELULOSA DARI AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN PADA MINYAK BEKAS PENGGORENGAN." KOVALEN: Jurnal Riset Kimia 4, no. 3 (January 28, 2019): 332–39. http://dx.doi.org/10.22487/kovalen.2018.v4.i3.10920.

Full text
Abstract:
Penggorengan minyak dapat menyebabkan asam lemak yang terdapat di dalamnya mengalami oksidasi menghasilkan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan, diantaranya adalah senyawa peroksida, aldehid dan akrilamid. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan senyawa-senyawa berbahaya tersebut adalah dengan cara penggunaan adsorben. Akhir-akhir ini banyak dikembangkan adsorben yang berasal dari serat alami. Salah satunya adalah selulosa yang terkandung 40-50% dalam ampas tebu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan selulosa dari ampas tebu sebagai adsorben pada minyak bekas penggorengan. Ekstraksi selulosa dari ampas tebu dilakukan dengan cara menambahkan 250 mL larutan NaOCl 0,735% dan 150 mL larutan NaOH 17,5 %. Pengujian adsorben dilakukan dengan cara menambahkan selulosa ke dalam minyak bekas penggorengan selama 1x24 jam dan 2x24 jam. Kemudian dilakukan pengukuran kualitas minyak goreng. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perendaman minyak jelantah dengan menggunakan selulosa selama 2x24 jam dapat menurunkan bilangan asam sampai dengan 52,31% dan menurunkan bilangan peroksida mencapai 68,36%, akan tetapi nilai kadar airnya meningkat sebesar 45,29%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa selulosa dari ampas tebu berpotensi sebagai adsorben pada minyak bekas penggorengan.Kata kunci: selulosa, ampas tebu, adsorben, minyak jelantah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Blažic, Roko, Katarina Lenac, and Elvira Vidović. "Priprava celuloznih hidrogelova modificiranih 2-dimetilaminoetil-metakrilatom i srebrovim nanočesticama." Kemija u industriji 69, no. 5-6 (2020): 269–79. http://dx.doi.org/10.15255/kui.2020.013.

Full text
Abstract:
Hidrogelovi su materijali koji se odlikuju mogućnošću upijanja velike količine vode. Celuloza je vrlo rasprostranjen biokompatibilan i biorazgradljiv polisaharid s hidrofilnim OH skupinama u strukturi koje omogućuju raznovrsne modifikacije. Uvođenjem novih funkcijskih skupina na osnovni polisaharidni lanac moguće je mijenjati svojstva hidrogela kako bi se pripremili hidrogelovi željenih svojstava: antibakterijska svojstva, osjetljivost na vanjske podražaje i slično. U ovom radu provedeno je graftiranje dimetilaminoetil-metakrilata (DMAEMA) na celulozu. Polimerizacija DMAEMA na celulozu provedena je u otapalu &lt;i&gt;N,N&lt;/i&gt;-dimetil acetamid/LiCl uz peroksidni inicijator pri temperaturi od 90 °C te &lt;i&gt;N,N&lt;/i&gt;-metilen-&lt;i&gt;bis&lt;/i&gt;-akrilamid (MBA) kao umreživačem. U pripravljene hidrogelove unesene su i nanočestice srebra, dobro poznate po antibakterijskim svojstvima. Relativni udio PDMAEMA u hidrogelovima određen je pomoću infracrvene spektroskopije. Morfologija osušenih uzorka i prisutnost srebra određene su pretražnom elektronskom mikroskopijom koja je pokazala da je dodatkom PDMAEMA i sušenjem hidrogelova ekstrakcijom zamrzavanjem dobivena vrlo porozna struktura. Na taj način pospješeno je i vezanje nanočestica srebra na hidrogelove. Uzorci kopolimera priređeni sušenjem u sušioniku pokazuju veći stupanj bubrenja u deioniziranoj vodi (~ 109 %) u odnosu na čistu celulozu (80 %). Isti materijali sušeni ekstrakcijom zamrzavanjem i tako oblikovani u porozne hidrogelove pokazuju znatno veće vrijednosti stupnja bubrenja (256 % i 505 %) naspram čiste celuloze (80 %).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

JAMI, MOHAMMED SAEDI, MAIZIRWAN MEL, AYSHA RALLIYA MOHD ARIFF, and Qabas Marwan Abdulazeez. "INVESTIGATION OF BIOFLOCCULANT AS RENEWABLE DEWATERING AID IN SLUDGE TREATMENT." IIUM Engineering Journal 19, no. 1 (June 1, 2018): 15–23. http://dx.doi.org/10.31436/iiumej.v19i1.735.

Full text
Abstract:
Sludge treatment is one of the most important and expensive steps in water and wastewater treatment plants. Chemical conditioners such as polyaluminum chloride, aluminum sulfate, Fenton’s reagent, gypsum, and polyacrylamide can produce byproducts that cause health and environmental problems. Moringa oleifera (MO) seeds can be used as a natural alternative to chemical conditioners. The bioactive materials have to be extracted from MO seeds for better performance. In this study, the treatment methods of MO seeds were the bioactive extraction by NaCl (1 M) and oil extraction by hexane solvent, as well as the untreated (crude) seeds powder. Synthetic sludge samples were prepared using kaolin suspension (5% w/v). The most effective coagulant-form was determined based on the values of settling velocity (Vs) and sludge volume index (SVI). Results showed that extraction by NaCl gave the best results of 0.41 cm/min of settling velocity and 63.39 ml/g of SVI. A SVI value greater than 150 ml/g indicates poor settling qualities whereas the control sludge of the current study was 100 ml/g. The most effective coagulant-form was optimized with respect to three process conditions: MO seeds dosage, mixing speed, and contact time. The experiments were designed using 2 Level Factorial-Design by Design-Expert software. The optimum process conditions were seeds dosage of 3246 mg/l, mixing speed of 102 rpm, and mixing time of 29 min. MO seeds can be considered as a natural coagulant that can be used as main sludge conditioner. ABSTRAK: Rawatan kotoran mendapan adalah salah satu rawatan penting dan termahal dalam merawat air dan sisa­ kumbahan loji. Perapi kimia seperti poli-aluminium klorida, aluminium sulfida, reagen Fenton, gipsum, dan poli-akrilamida menghasilkan sisa, di mana memberi kesan kepada kesihatan dan alam sekitar. Benih Moringa oleifera (MO) boleh digunakan sebagai bahan ganti semula jadi kepada perapi kimia. Bahan bio-aktif perlu diekstrak daripada benih MO bagi memberi kesan terbaik. Dalam kajian ini, kaedah rawatan menggunakan benih MO adalah dari ekstrak bio-aktif NaCl (1 M) dan ekstrak minyak dari bahan larut hexane, serta serbuk benih tidak dirawat (mentah). Sampel sintetik kotoran mendapan disediakan dengan menggunakan ampaian kaolin (5% w/v). Bentuk kogulan yang paling efektif didapati berdasarkan nilai halaju malar (Vs) dan indeks ketumpatan kotoran mendapan (SVI). Keputusan menunjukkan ekstrak NaCl memberi keputusan terbaik pada halaju malar 0.41 cm/min dan bacaan pada SVI 63.39 ml/g. Nilai SVI lebih besar daripada 150 ml/g menunjukkan kualiti kadaran malar kurang baik berbanding 100 ml/g kajian kawalan semasa kotoran mendapan. Bentuk kogulan yang paling efektif telah dioptimumkan pada tiga keadaan proses: dos benih MO, halaju campuran dan tempoh campuran. Eksperimen dibentuk menggunakan 2 Level Factorial-Design daripada perisian Design-Expert. Keadaan optimum proses adalah pada 3246 mg/l dos benih, 102 rpm halaju campuran, dan tempoh campuran selama 29 min. Benih MO boleh di kategori sebagai kogulan semula jadi dan boleh digunakan sebagai perapi utama bagi kotoran mendapan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Hermanto, Sandra, and Robiatul Adawiyah. "Analisis Kadar Akrilamida Dalam Sediaan Roti Kering Secara KCKT." Jurnal Kimia VALENSI 2, no. 1 (November 1, 2010). http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v2i1.235.

Full text
Abstract:
Akrilamida merupakan zat yang berbahaya dan berpotensi menyebabkan kanker pada sekitar 2% kasus tiap tahun di dunia. Akrilamida biasanya ditemukan pada makanan yang diproses menggunakan suhu tinggi (di atas 150ºC), misalnya pada roti kering. Penetapan kandungan akrilamida dalam sediaan roti kering yang beredar di wilayah Jakarta Timur telah dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Preparasi sampel dilakukan dengan teknik ekstraksi menggunakan pelarut diklorometan dan etanol (1:15). Pengukuran kadar akrilamida dilakukan dengan kolom C18 (reverse phase) dengan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 210 nm dengan fase gerak asam fosfat 85% dalam asetonitril:air (5:95), laju alir 0.5 ml/menit. Hasil analisis menunjukkan waktu retensi yang dibutuhkan untuk mengelusi akrilamida adalah 7.1 menit, dengan koefisien variasi 0.67% dan presisi sebesar 0,38%, 0,74% dan 0,21% serta uji perolehan kembali 98,18%. Pembuatan kurva kalibrasi pada rentang konsentrasi 0,1-1,6 μg/ml menghasilkan koefisien linieritas 0.999982 dan batas deteksi 0.0126 μg/ml serta batas kuantitasi 0.0420 μg/ml. Kadar akrilamida untuk ketiga sampel produk roti kering yaitu 0.0541 ± 0.0270 (sampel 1); 0.0851 ± 0.0629 (sampel 2); and 0.3445 ± 0.2539 μg/g (sampel 3). Kadar akrilamida pada masing-masing sampel masih berada di bawah ambang batas standar yang dikeluarkan FDA.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

"Pembentukan Akrilamida Dalam Makanan Dan Analisisnya." Pharmaceutical Sciences and Research 3, no. 3 (December 2006). http://dx.doi.org/10.7454/psr.v3i3.3403.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Nizamlıoğlu, Nizam Mustafa, and Sebahattin Nas. "Gıdalarda Akrilamid Oluşum Mekanizmaları, Gıdaların Akrilamid İçeriği ve Sağlık Üzerine Etkileri." Akademik Gıda, September 2, 2019, 232–42. http://dx.doi.org/10.24323/akademik-gida.613588.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Fadhilah, Raudhatul. "DESALINASI AIR ASIN MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA BAKTERI AKRILAMIDA-ASETAT." AR-RAZI Jurnal Ilmiah 5, no. 1 (February 25, 2017). http://dx.doi.org/10.29406/arz.v5i1.647.

Full text
Abstract:
ABSTRACTClean water crisis that still happening in some parts of the world led to the development of water processing techniques continue to be made. One source of water comes from the oceans which have a high salt density. Water processing techniques that developing rapidly in the processing of salty water is membranes desalination. In this study, the cellulose membrane of acrylamide bacteria was synthesized using the basic ingredients of a banana peel. Escalation of membrane selectivity in absorbing salts and minimizing blockage (fouling) was performed by doping acetic acid into the cellulose membrane of acrylamide bacteria. Measurement by using spectrophotometry UV-Vis technique (λ = 490 nm) on a standard series of NaCl concentration of 0 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 2000 ppm obtained line equation y = 0.0002x + 0.0986 R ² = 0.8286. The results showed that the rejection coefficient (R) of bacterial cellulose which is doped with acetic acid was higher (R = 62.15%) than the cellulose acrylamide bacteria without acetic acid (R = 44.65%). Thus, the cellulose membrane of acrylamide bacteria which is doped with acetic acid is more selective thanthe cellulose membrane of acrylamide bacteria without doped with acetic acid. The addition of acetic acid causes the membrane pore tighter, therefore the membrane's ability to absorb the salt also increases.Keywords: acrylamide, saltwater, fouling, membrane, acetate bacterial cellulose
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Syahputra, Akhmad Rasyid, and Darsono Darsono. "Pembuatan Komposit Akrilamida-g-Bagas Sebagai Absorben Menggunakan Radiasi Berkas Elektron." Jurnal Kimia dan Kemasan 36, no. 1 (April 13, 2014). http://dx.doi.org/10.24817/jkk.v36i1.1900.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

YERLİKAYA, Fatma Hümeyra, Aysun TOKER, and Yeşim YENER. "Effects of Acrylamide Treatment on Oxidant and Antioxidant Levels in Rats." Kafkas Universitesi Veteriner Fakultesi Dergisi, 2013. http://dx.doi.org/10.9775/kvfd.2012.8518.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Boyacı Gündüz, Cennet Pelin, Ayşe Kevser Bilgin, and Mehmet Fatih Cengiz. "Bazı Ticari Kraker, Bisküvi ve Bebek Bisküvilerindeki Akrilamid Miktarları." Akademik Gıda, April 15, 2017, 1. http://dx.doi.org/10.24323/akademik-gida.305277.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

ERDEMLİ, Zeynep. "AKRİLAMİD; FETOTOKSİK ETKİLERİ VE TOKSİK ETKİLERDEN KORUNMAK İÇİN ÖNLEMLER." İnönü Üniversitesi Sağlık Hizmetleri Meslek Yüksek Okulu Dergisi, July 2, 2021. http://dx.doi.org/10.33715/inonusaglik.847535.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Purwaningsih, Henny, Tun Tedja Irawadi, Zainal Alim Mas’ud, and Anas Miftah Fauzi. "Rekayasa Biopolimer Jerami Padi dengan Teknik Kopolimerisasi Cangkok dan Taut Silang." Jurnal Kimia VALENSI 2, no. 4 (May 23, 2012). http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v2i4.266.

Full text
Abstract:
Kopolimerisasi cangkok dan taut silang akrilamida (AAm) terhadap jerami padi dilakukan dalam suasana hampa udara menggunakan aliran gas N2 dengan amonium persulfat (APS) sebagai inisiator dan N,N’-metilena-bis-akrilamida (MBAAm). Pencirian dilakukan dengan teknik mikroskopi pemayaran elektron (SEM) untuk melihat morfologi permukaan, teknik spektroskopi FTIR untuk melihat gugus fungsi, dan teknik DTA untuk menganalisis ketahanan produk terhadap suhu. Kajian dilakukan terhadap swelling capacity produk hasil rekayasa. Spektra FTIR dan mikrograf menunjukkan bahwa kopolimerisasi cangkok dan taut silang telah terjadi pada biopolimer selulosa jerami padi. Produk hasil rekayasa memiliki ketahanan termal yang lebih baik dan indeks kristalinitas yang lebih tinggi dari isolat selulosanya. Nisbah dan efisiensi pencangkokan berturut-turut adalah 66,14-78.15% dan 13,23-16.63%. Swelling capacity sebelum proses hidrolisis berkisar antara 8,16- 12,20 g g-1. Proses hidrolisis terhadap produk hasil rekayasa mampu meningkatkan swelling capacity hingga 12,5 kali kapasitas awal. Selulosa adalah polimer alam dengan kelimpahan yang banyak, tidak mahal, tidak beracun, mudah didegradasi, dan termasuk ke dalam sumberdaya alam yang dapat diperbarui. Saat ini, pemanfaatan selulosa sebagai bahan baku alternatif di dalam industri (starting material) cenderung meningkat. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya jumlah cadangan bahan baku yang berasal dari sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui seperti minyak dan batu bara. Selain itu, perhatian dunia Internasional akan isu-isu yang terkait dengan masalah lingkungan pun cenderung meningkat. Selain memiliki beberapa keunggulan, selulosa juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan polimer sintetik, yaitu adanya ikatan hidrogen intra- dan antarmolekul yang kuat pada selulosa sehingga sulit diakses oleh senyawa lain. Modifikasi terhadap selulosa perlu dilakukan untuk memenuhi persyaratan dalam penerapannya di industri. Modifikasi kimia melalui kopolimerisasi cangkok dengan berbagai monomer sintetik diketahui dapat memperbaiki sifat-sifat seperti kemampuan menyerap air, elastisitas, kemampuan tukar ion, ketahanan terhadap termal, dan ketahanan terhadap serangan mikroba (McDowall et al. 1984). Berbagai jenis polimer dapat dicangkok (grafting) ke rantai selulosa melalui gugus hidroksil pada posisi C2, C3, dan C6 (Enomoto- Rogers et al. 2009). Gugus hidroksil pada C2 dan C3 adalah gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon sekunder, sedangkan gugus hidroksil pada C6 terikat pada atom karbon primer. Kereaktifan dan kemasaman gugus hidroksil primer dan sekunder ini berbeda. Dengan memilih monomer yang tepat, maka kekuatan mekanik dan stabilitas termal material berbasis selulosa yang dimodifikasi dengan teknik pencangkokan dapat ditingkatkan (Princi 2005). Selain itu, polisakarida yang telah dimodifikasi tersebut dapat menghasilkan produk berstruktur makromolekular seperti gel atau hidrogel, resin polimer, membran atau material komposit yang dapat diaplikasikan sebagai material separator dalam teknologi separasi (Crini 2005). Beberapa kajian polimerisasi cangkok terhadap bahan berbasis selulosa telah banyak dilaporkan. Princi et al. (2005) melakukan modifikasi selulosa melalui kopolimerisasi cangkok menggunakan monomer metil metakrilat dan etil akrilat. Khan et al. (2009) melaporkan telah melakukan modifikasi pada permukaan serat kulit pohon Okra dengan teknik pencangkokan menggunakan monomer akrilonitril, inisiator K2S2O8, dan katalis FeSO4. Rendemen produk teknologi hasil pencangkokan diperoleh sebesar 11.43% pada suhu 70 C selama 90 menit menggunakan 3 x 10-2 mol akrilonitril melalui kopolimerisasi cangkok akrilamida menggunakan irradiasi diikuti dengan hidrolisis menggunakan larutan alkali. Produk akhir yang diperoleh berupa hidrogel yang bersifat superabsorben dengan kemampuan menyerap (swelling capacity) mencapai 10 kali di dalam air destilata dan 3 kali dalam larutan NaCl. Huang et al. (2009) melaporkan telah memodifikasi ampas tebu yang terlebih dahulu diaktivasi secara mekanik, lalu dilanjutkan dengan kopolimerisasi cangkok menggunakan monomer asam akrilat dan pasangan redoks NH2S2O8/Na2SO3 sebagai inisiator. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivasi secara mekanik mempengaruhi sifat produk kopolimerisasi cangkok ampas tebu, dimana rendemen dan efisiensi pencangkokan meningkat dengan meningkatnya waktu aktivasi. Doane et al. (2009) juga melaporkan telah melakukan modifikasi pati yang berasal dari berbagai sumber dengan teknik pencangkokan dilanjutkan dengan taut silang untuk mendapatkan polimer superabsorben dengan kemampuan menyerap yang cukup tinggi. Di Indonesia, jerami padi adalah limbah pertanian yang dihasilkan dalam jumlah cukup banyak setiap tahunnya. Menurut Kim dan Dale (2004), nisbah jerami padi terhadap padi yang dipanen adalah 1.4, artinya untuk menghasilkan 1 ton padi akan menghasilkan 1.4 ton jerami padi. Pada tahun 2011, total produksi padi menurut data BPS mencapai 67.31 juta ton, sehingga jerami padi akan diperoleh sebanyak 94.23 juta ton. Selama ini jerami padi di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar jerami padi dibakar setelah proses penggabahan selesai. Dari berbagai kajian diketahui bahwa komponen utama dinding sel pada jerami padi adalah selulosa. Kandungan selulosa yang cukup besar ini menjadikan jerami padi sebagai sumber selulosa yang cukup potensial. Menurut Sun et al. (2000), komposisi jerami padi terdiri atas selulosa 36,5%, hemiselulosa 33,8%, lignin 12,3%, bahan ekstraktif 3,8%, abu 13,3%, dan silika 70,8%.Penelitian ini bertujuan mendapatkan (1) produk kopolimerisasi cangkok akrilamida dan taut silang N,N’-metilena-bis-akrilamida sebagai suatu upaya rekayasa biopolimer dari selulosa jerami padi; (2) karakteristik produk hasil rekayasa yang dilakukan melalui analisis gugus fungsi dengan teknik spektroskopi IR (infrared), analisis morfologi permukaan dengan teknik dievaluasi melalui nisbah pencangkokan dan efisiensi pencangkokan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Saputra, Andrian, Karna Wijaya, Mohd Noor Ahmad, and Iqmal Tahir. "Penggunaan Metode Semiempirik AM1 Untuk Pemilihan Monomer Fungsional Efektif Pada Prasintesis Polimer Tercetak Diazinon." Jurnal Kimia VALENSI 3, no. 1 (March 8, 2017). http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v3i1.323.

Full text
Abstract:
Pemilihan monomer fungsional yang efektif untuk sintesis Molecular Imprinted Polymer (MIP)untuk diazinon dapat dilakukan dengan pendekatan kimia komputasi dengan menerapkan metode semiempirik AM1. Proses seleksi menggunakan parametermomen dipol, energi interaksi, dan ikatan hidrogen yang terbentuk. Energi interaksi yang optimum menunjukkan kompleks yang terbentuk stabildan mengindikasikan MIP akan dapat terbentuk baik.Semua perhitungan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software Hyperchem 7.5. Hasil penelitian menunjukkan monomer fungsional efektif untuk prasintesis polimer tercetak diazinon yaitu akrilamida, asam akrilat, asam metakrilat, hidroksi etil metakrilat, asam urokanat, asam itakonat, dan asam urokanat etil ester. Hasil ini secara teoritik dapat memberikan informasi mengenai monomer fungsional efektif yang dapat digunakan sebagai pertimbangan sintesis MIP untuk diazinon dengan selektivitas relatif baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

ÇİMEN, Orhan. "TAKSİFOLİNİN SIÇANLARDA AKRİLAMİDLE İNDÜKLENEN MİDE HASARINA KARŞI KORUYUCU ETKİSİNİN HİSTOPATOLOJİK DEĞERLENDİRİLMESİ." Journal of Anatolia Nursing and Health Sciences, September 27, 2020. http://dx.doi.org/10.17049/ataunihem.796766.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Gunarti, Neni Sri, Lilis Tuslinah, and Saeful Amin. "PERBANDINGAN KADAR AKRILAMIDA PADA MINYAK GORENG BEKAS SEBELUM DAN SESUDAH DIJERNIHKAN DENGAN KARBON AKTIF." Pharma Xplore : Jurnal Ilmiah Farmasi 1, no. 1 (May 1, 2016). http://dx.doi.org/10.36805/farmasi.v1i1.50.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

AYDOĞAN AYAZ, Elif, and Bora BAĞIŞ. "PROTEZ TEMİZLEYİCİLERİNİN AKRİLAMİD İLAVELİ PROTEZ KAİDE MATERYALLERİN YÜZEY PÜRÜZLÜLÜĞÜNE ETKİSİ." Atatürk Üniversitesi Diş Hekimliği Fakültesi Dergisi 26, no. 1 (2016). http://dx.doi.org/10.17567/dfd.18419.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

AYDOĞAN AYAZ, Elif, and Bora BAĞIŞ. "PROTEZ TEMİZLEYİCİLERİNİN AKRİLAMİD İLAVELİ PROTEZ KAİDE MATERYALLERİN YÜZEY PÜRÜZLÜLÜĞÜNE ETKİSİ." Atatürk Üniversitesi Diş Hekimliği Fakültesi Dergisi 26, no. 2 (September 30, 2016). http://dx.doi.org/10.17567/dfd.45496.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

İnce, Sinan, Ulaş Acaröz, Damla Arslan-Acaröz, Nuray Varol, Zeki Gürler, İsmail Küçükkurt, Hasan Hüseyin Demirel, and Abdullah Eryavuz. "Sıçanlarda Akrilamid ile İndüklenen Oksidatif Strese Karşı Taurinin Koruyucu Etkisi." Kocatepe Veterinary Journal, October 25, 2018, 1–12. http://dx.doi.org/10.30607/kvj.466888.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

SEÇİLMİŞ CANBAY, Hale, Mahmut DOĞANTÜRK, and Yusuf YILMAZ. "Türk Siyah Çayı, Hazır Kahve ve Türk Kahvesi Örneklerinin Akrilamid İçeriği." Süleyman Demirel Üniversitesi Fen Bilimleri Enstitüsü Dergisi, April 26, 2019, 234–39. http://dx.doi.org/10.19113/sdufenbed.532233.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Öter, Çiğdem, and Özlem SELÇUK ZORER. "Uranil iyonlarının sulu çözeltilerden amidoksimatlı poli[N-(3,4-disiyanofenil) akrilamid] üzerine adsorpsiyonu." European Journal of Science and Technology, December 31, 2019, 131–44. http://dx.doi.org/10.31590/ejosat.610868.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Prabowo, M. Hatta, Ari Wibowo, and Fitri Yuliani. "IDENTIFIKASI DAN ANALISIS AKRILAMIDA DALAM KOPI SERBUK (TUBRUK) DAN KOPI INSTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI." Jurnal Ilmiah Farmasi 9, no. 1 (March 21, 2012). http://dx.doi.org/10.20885/jif.vol9.iss1.art1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography