To see the other types of publications on this topic, follow the link: Anaerob.

Journal articles on the topic 'Anaerob'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Anaerob.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Crisnaningtyas, Farida, and Hanny Vistanty. "PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI FORMULASI DENGAN METODE ANAEROB-AEROB DAN ANAEROB-KOAGULASI." Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 7, no. 1 (May 10, 2016): 13–22. http://dx.doi.org/10.21771/jrtppi.2016.v7.no1.p13-22.

Full text
Abstract:
Studi ini membahas mengenai pengolahan limbah cair industri farmasi dalam skala laboratorium dengan menggunakan konsep anaerob-kimia-fisika dan anaerob-aerob. Proses anaerob dilakukan dengan menggunakan reaktor Upflow Anaerobic Sludge Bed reactor (UASBr) pada kisaran OLR (Organic Loading Rate) 0,5 – 2 kg COD/m3hari, yang didahului dengan proses aklimatisasi menggunakan substrat gula. Proses anaerob mampu memberikan efisiensi penurunan COD hingga 74%. Keluaran dari proses anaerob diolah lebih lanjut dengan menggunakan dua opsi proses: (1) fisika-kimia, dan (2) aerob. Koagulan alumunium sulfat dan flokulan kationik memberikan efisiensi penurunan COD tertinggi (73%) pada kecepatan putaran masing-masing 100 rpm dan 40 rpm. Uji coba aerob dilakukan pada kisaran MLSS antara 4000-5000 mg/L dan mampu memberikan efisiensi penurunan COD hingga 97%. Hasil uji coba menunjukkan bahwa efisiensi penurunan COD total yang dapat dicapai dengan menggunakan teknologi anaerob-aerob adalah 97%, sedangkan kombinasi anaerob-koagulasi-flokulasi hanya mampu menurunkan COD total sebesar 72,53%. Berdasarkan hasil tersebut, kombinasi proses anaerob-aerob merupakan teknologi yang potensial untuk diaplikasikan dalam sistem pengolahan limbah cair industri farmasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Wuniarto, Erwin, Julius Sampekalo, and Cyska Lumenta. "Analysis of sago starch fermented with aerobic and anaerobic processes as alternative material for fish meal." AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT 2, no. 2 (October 1, 2014): 35. http://dx.doi.org/10.35800/jasm.2.2.2014.12397.

Full text
Abstract:
Title (Bahasa Indonesia): Analisis pati sagu yang difermentasi dengan proses aerob dan anaerob sebagai bahan alternatif pengganti tepung ikan Fish meal is commonly used as the main ingredient in aqua feeds. In this study, sago (Metroxylon spp.) starch was fermented through aerobic and anaerobic processes using Rhizophus sp. The duration of fermentation was 10 days. Based on proximate analysis, the unfermented sago starch had protein content of 1.11%, while the fermented one showed five to eight times increased protein level. The carbohydrate, lipid, and ash contents were found to decline in both aerobic and anaerobic fermentation. On the other hand, water content and crude fiber increased in both aerobic and anaerobic processes. Tepung ikan umumnya digunakan sebagai bahan baku utama dalam pakan organisme budidaya. Dalam penelitian ini, bahan pati sagu (Metroxylon spp.) difermentasi secara aerob maupun anaerob dengan menggunakan Rhizopus sp. Lamanya fermentasi adalah 10 hari. Berdasarkan hasil uji proksimat, kandungan protein pati sagu tanpa fermentasi adalah 1,11 %, sedangkan bahan pati sagu yang difermentasi memperlihatkan peningkatan kandungan nilai proteinnya sebanyak lima sampai delapan kali. Kandungan karbohidrat, lemak, dan kadar abu berkurang pada kedua fermentasi aerob dan anaerob. Sebaliknya, kadar air dan serat kasar meningkat pada kedua proses aerob dan anaerob.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Koleangan, Harry S. J. "AN APPLICATION PROGRAM TO ANALYZE EQUILIBRIUM pH USING VB.NET." JURNAL ILMIAH SAINS 11, no. 1 (April 1, 2011): 61. http://dx.doi.org/10.35799/jis.11.1.2011.44.

Full text
Abstract:
An application program to analyze equilibrium pH of an anaerobic waste solution model had been developed. The equilibrium pH was analyzed using bisection method written in VB.NET 2008 Express Edition program language. Application of the program on the secondary data showed that pH of an anaerobic waste solution was 6.56. PROGRAM APLIKASI UNTUK MENGANALISA KESEIMBANGANpH MENGGUNAKAN VB.NETABSTRAKTelah dilakukan penelitian untuk membuat sebuah program aplikasi dalam menganalisis keseimbangan pH dari model sampah anaerob. Keseimbangan pH dianalisis menggunakan metode biseksi dengan bahasa pemrograman VB.NET 2008. Penerapan program pada data sekunder menunjukkan bahwa pH dari sampah anaerob adalah 6,56.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Desiana, D., and Tjandra Setiadi. "Uji potensi metana biokimia terhadap biolumpur dengan pengolahan awal ozonisasi dan sonikasi." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 5, no. 1 (October 2, 2018): 385. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2006.5.1.7.

Full text
Abstract:
The anaerobic digestion is a basic technique in reducing bio-sludge. The eficiency process anaerob doing based on value ratio COD and BOD. One simple test for knowing biochemical methane potential was developed in 1779 by Owen group. A study on BMP (Biochemical Methane Potential) and ATA (Anaerobic Toxicity Assay) on bio-sludge were carried out in this research. The effect of pretreatment to biodegradability and toxicity were also studied The results of experiments showed that toxicity of raw bio-sludge, ozonation, and sonication on bio-sludge have no toxic effect to the production rate of gas on low concentration (around 4%), but it has been toxic on higher concentration. The potential measurement of methane production that was developed by Owen et al., was not accurate enough to be applied on bio-sludge. The extended ATA measurements gave a better result especially on low concentration (around 4%) or on COD level around 1.500 mg/L. Based on extended ATA measurement, biochemical methane production was relatively high as biodegradability valued around 62%. Keywords: Anaerobic Digestion, ATA, BMP, BOD, COD AbstrakProses anaerob merupakan teknik yang paling fundamental untuk mengurangi biolumpur. Uji efisiensi proses anaerob selama ini dilakukan berdasarkan nilai rasio nilai COD dan BOD. Pada tahun 1979, kelompok Owen mengembangkan suatu uji sederhana untuk mengetahui potensi pembentukan metana biokimia yang relatif lebih mewakili kondisi anaerob sebenarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan metoda uji potensi pembentukan metana terhadap biolumpur. yakni berdasarkan uji ATA (Anaerobic Toxicity Assay) lanjutan dan metoda BMP (Biochemical Methane Potential) yang dikembangkan oleh kelompok Owen. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan uji tingkat racun (ATA). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat racun biolumpur segar, biolumpur hasil ozonasi, dan biolumpur hasil sonikasi cenderung tidak menghambat laju produksi gas pada konsentrasi rendah (4%), namun bersifat raczm pada konsentrasi lebih tinggi, untuk biolumpur, perhitungan potensi pembentukan metana dengan metoda BMP yang dikembangkan oleh kelompok Owen kurang tepat, namun uji ATA lanjutan memberikan hasil lebih baik, terutama pada konsentrasi uji yang rendah (sekitar 4 %) atau pada beban COD berkisar 1.500 mg/L. Potensi pembentukan metana biokimia berdasarkan uji ATA lanjutan ternyata relatif tinggi, dengan nilai biodegradabilitas yang mencapai sekitar 62%.Kata Kunci: ATA, BMP, BOD, COD, Proses Anaerob
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Ahmad, Adrianto, Said Zul Amraini, and Yance Andre Luturkey. "Kinerja bioreaktor hibrid anaerob bermedia tandan dan pelepah sawit dalam penyisihan cod." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 10, no. 3 (October 2, 2018): 134. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2011.10.3.4.

Full text
Abstract:
Performance of anaerobic hybrid bunch-frond palm mediated bioreactor in COD elimination The high contents of Chemical Oxygen Demand (COD) in palm oil mill wastewater is able to cause the obstructed connection between air and a receiver of water body so that can make the lessening oxygen solubility in the receiver of water body. Hence, it is important to do innovation to get a good technology process of wastewater in order that the contents of COD become low. One of the wastewater processes can be done by using hybrid anaerobic bioreactor in eliminating COD that exists in palm oil mill wastewater. This research uses two units of hybrid anaerobic bioreactor i.e. hybrid anaerobic bioreactor mediated immobilization cell of empty stem palm and hybrid anaerobic bioreactor mediated immobilization cell of in 2.5 m3 of work volume. The process is done by using variation of imposition organic rate i.e. 10, 12.5, 14.28, 16.6, 20, 25, 33.3, and 50 kg COD/m3-day. The result of research showed that the highest eliminating COD is 82.67% in 14.28 kg COD/m3-day in bioreactor filled with empty palm fruit bunch and 84% for imposition organic rate 16.6 kg COD/m3-day in bioreactor filled with palm midrib. Therefore, both hybrid anaerobic bioreactors can be used for processing oil palm mill wastewater in high load of COD. Keywords: hybrid bioreactor, COD, wastewater, palm midrib, empty stem palmAbstrakKandungan Chemical Oxygen Demand (COD) yang tinggi dalam limbah cair pabrik minyak sawit dapat menyebabkan terhambatnya kontak antara udara dengan badan air penerima sehingga mengakibatkan berkurangnya kelarutan oksigen dalam badan air penerima tersebut. Oleh karena itu, penting dilakukan terobosan baru untuk mendapatkan teknologi pengolahan limbah cair yang handal agar kandungan COD menjadi rendah. Salah satu teknologi pengolahan limbah cair tersebut adalah bioreaktor hibrid anaerob. Penelitian ini bertujuan mengkaji kinerja beberapa jenis bioreaktor hibrid anaerob dalam penyisihan COD dalam limbah cair pabrik minyak sawit. Pada penelitian ini digunakan dua unit bioreaktor yakni bioreaktor hibrid anaerob dengan media imobilisasi sel tandan kosong sawit dan bioreaktor hibrid anaerob dengan media imobilisasi sel pelepah sawit dengan volume kerja 2,5 m3. Proses pengolahan dilakukan dengan variasi laju pembebanan zat organik, yaitu10; 12,5; 14,28; 16,6; 20; 25; 33,3; 50 kg COD/m3hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyisihan COD yang tertinggi dicapai sebesar 82,67% dengan laju pembebanan organik 14,28 kg COD/m3hari pada bioreaktor bermedia tandan kosong sawit dan 84% untuk laju pembebanan organik 16,6 kg COD/ m3hari pada bioreaktor bermedia pelepah sawit. Dengan demikian, kedua bioreaktor hibrid anaerob ini dapat digunakan untuk mengolah limbah cair industri minyak sawit dengan beban COD tinggi.Kata kunci: bioreaktor hibrid, COD, limbah cair, pelepah sawit, tandan kosong sawit
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Mirandri, Syafiyyah Dzikra, and Yayok Suryo Purnomo. "PENURUNAN KADAR DETERGEN (LAS) DAN FOSFAT DENGAN METODE BIOFILTER AEROB-ANAEROB DAN ANAEROB-AEROB." EnviroUS 1, no. 2 (March 9, 2021): 67–75. http://dx.doi.org/10.33005/envirous.v1i2.39.

Full text
Abstract:
Limbah laundry identik dengan pencemar bahan organik berupa detergen (LAS) dan fosfat, apabila bahan tersebut dibuang langsung ke lingkungan dan terakumulasi akan menimbulkan fenomena eutrofikasi. Biofilter merupakan pengolahan biologis dengan bakteri biakan melekat, dalam prosesnya media adalah tempat melekat dan tumbuhnya bakteri. Biofilter kombinasi merupakan kombinasi proses pengolahan anaerob dengan aerob atau pun sebaliknya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektifitas dan optimalisasi pengolahan limbah laundry dalam menurunkan kadar detergen (LAS), dan fosfat dengan metode Biofilter kombinasi. Variabel yang diperlakukan dalam penelitian ini yaitu kombinasi sistem biofilter aerob-anaerob dengan biofilter anaerob-aerob dan waktu sampling (2, 4, 6, 8, dan 10 jam). Variasi kombinasi sistem biofilter aerob-anaerob dapat menurunkan kadar detergen (LAS) sebesar 97,08% dan fosfat sebesar 85,39%, sistem biofilter anaerob-aerob dapat menurunkan kadar detergen (LAS) sebesar 97,19% dan fosfat sebesar 82,51%. Variabel waktu sampling menghasilkan efisiensi penurunan kadar detergen (LAS) sebesar 88,95 – 98,83%, dan fosfat sebesar 84,82 – 86,96% secara stabil. Kata kunci: Biofilter Aerob-Anaerob, Biofilter Anaerob-Aerob, Air Limbah Laundry, Detergen (LAS), Fosfat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Saputra, Beny, Agus Sutanto, Mia Cholvistaria, Suprayitno Suprayitno, and Nala Rahmawati. "IDENTIFIKASI BAKTERI PEREDUKSI SULFAT PADA KAWAH AIR PANAS NIRWANA SUOH LAMPUNG BARAT." BIOLOVA 2, no. 2 (August 30, 2021): 122–27. http://dx.doi.org/10.24127/biolova.v2i2.1089.

Full text
Abstract:
Abstrak: Bakteri pereduksi sulfat atau Sulfate-reducing bacteria (SRB) adalah jenis bakteri obligat anaerob kemolitrotof memanfaatkan donor electron H2. Kemampuan SRB mereduksi sulfat menjadi sulfida mampu mengendapkan logam toksik meliputi Cd, Cu, dan Zn sebagai logam sulfida. SRB memerlukan substrat organik seperti asam piruvat yang dihasilkan oleh aktivitas anaerob lainnya. Mekanisme SRB dalam melakukan reduksi sulfat, sulfat digunakan sebagai sumber energi sebagai akseptor elektron dan menggunakan sumber karbon (C) sebagai donor elekton dalam metabolisme dan bahan penyusun sel. Pada kondisi anaerob bahan organik akan berperan sebagai donor elektron. Pembentukan senyawa sulfida melalui proses reduksi yang ditandai oleh penambahan elektron dari bahan organik yang menyebabkan turunnya konsentrasi sulfat dan naiknya pH lingkungan. SRB pada kawah air panas nirwana ini hidup secara anaerob pada suhu lingkungan 600C - 1000C dengan pH 7,4 tingkat kekeruhan air cukup keruh dan kandungan air yang mengandung blerang dengan indikator bau seperti telur busuk dan lingkungan sekitar terdiri dari sedimen batu kapur. Abstract : Sulfate-reducing bacteria (BPS) is a type of chemolithotroph obligate anaerobic bacteria that utilize H2 electron donors. The ability of BPS to reduce sulfate to sulfide is able to precipitate toxic metals including Cd, Cu, and Zn as metal sulfides. BPS requires organic substrates such as pyruvic acid which is produced by other anaerobic activities. The BPS mechanism in reducing sulfate, sulfate is used as an energy source as an electron acceptor and uses a carbon source (C) as an electron donor in metabolism and cell building material. Under anaerobic conditions, organic matter will act as an electron donor. The formation of sulfide compounds through a reduction process is characterized by the addition of electrons from organic matter which causes a decrease in sulfate concentration and an increase in environmental pH. BPS in this nirvana hot spring crater lives anaerobically at an environmental temperature of 600C - 1000C with a pH of 7.4 the level of turbidity of the water is quite cloudy and the water content contains sulfur with an indicator of smell like rotten eggs and the surrounding environment consists of limestone sediments
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Truzsi, Alexandra, Ildikó Bodnár, and Zoltán Fülöp. "A debreceni szennyvíztisztító telep biogáz termelő fermentációs folyamatainak nyomon követése kémiai módszerekkel." International Journal of Engineering and Management Sciences 2, no. 1 (March 20, 2017): 79–83. http://dx.doi.org/10.21791/ijems.2017.1.15.

Full text
Abstract:
A szennyvíziszap kezelésének egyik gazdaságos módja az anaerob lebontás, melyet széles körbe alkalmaznak szennyvíziszapok stabilizálására és nagy szerves anyag tartalmú szennyvizek tisztítására is [1]. Minden jól működő anaerob fermentor megegyezik abban, hogy benne a szerves anyag átalakul metán tartalmú biogázzá, amely fedezi többek között a szennyvíztisztító telep hő- és villamosenergia-fogyasztásának jelentős részét. A biogáz mennyiségének növelése kiemelt feladat, melyet az anaerob lebontás folyamatainak alapos megismerésével érhetünk el [2]. Jelen tanulmány célja a Debreceni Vízmű Zrt. Szennyvíztisztító Üzemében az anaerob szennyvíziszap kezelésének optimalizálása. Kutatómunkánkban kiemelten vizsgáltuk a rothasztó tornyokban lejátszódó folyamatokat, s azok hatását a biogáz kihozatalra, minőségre.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Urbán, Edit, and Márió Gajdács. "Az anaerob baktériumok szerepe az agyi tályogokban : Irodalmi összefoglaló." Ideggyógyászati szemle 74, no. 1-2 (2021): 17–25. http://dx.doi.org/10.18071/isz.74.0017.

Full text
Abstract:
Az agytályog még napjainkban is potenciálisan súlyos következményekkel járó, életveszélyes betegség, ami jelentős diagnosztikus kihívást jelent nemcsak az idegsebészeknek, mikrobiológusoknak, de a neurológusoknak, pszichiátereknek, infektológusoknak, sürgősségi és intenzív osztályok orvosainak is – hiszen a gyakran láztalan, szisztémás infekció jeleit nem mutató beteg panaszai, tünetei hátterében az etiológia sokszor lassan tisztázódik. Az agyi tályog etiológiája általában polimikrobiális, leggyakrabban különféle aerob és obligát anaerob bakté­riumokkal. Minden infektív ágens kiváltotta kórképben a lehetséges kórokozók számbavételével kell tevékeny­ségünket megtervezni. Az agyi tályogok anaerob etioló­­giá­jára vonatkozó epidemiológiai tanulmányok gyakran jelentek meg az 1960-as és 1980-as évek között, manapság azonban erről a témáról nagyon kevés aktuális publikáció áll rendelkezésre. Az anaerob baktériumok szerepe a kórképben nagyon sokáig feltehetőleg aluldiagnosztizált volt, mivel sok laboratórium nem rendelkezett az anaerob baktériumok számára is megfelelő laboratóriumi felkészültséggel. A jelen összefoglaló közlemény célja az elérhető szakirodalom összefoglalása az obligát anaerob baktériumok agytályogokra vonatkozó etiológiájára vonatkozóan, beleértve ezek gyakoriságát és a jelenlegi terápiás ajánlásokat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Moenir, Misbachul, S. Sartamtomo, and Sri Moertinah. "PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEH BOTOL DENGAN TEKNOLOGI BIOLOGIS ANAEROBIK UASB – WETLAND." Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 5, no. 2 (November 1, 2014): 59–66. http://dx.doi.org/10.21771/jrtppi.2014.v5.no2.p59-66.

Full text
Abstract:
Industri minuman ringan merupakan salah satu industri yang mengeluarkan air limbah dengan beban organik yang cukup tinggi. Sistem pengolahan air limbah yang berkategori low rate seperti sistem activated sludge yang sekarang diterapkan di industri kurang sesuai lagi untuk mengolah air limbah yang mengandung cemaran organik tinggi dan bersifat kompleks terlarut. Sistem Up-flow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) adalah salah satu proses anaerobik dengan efisiensi tinggi yang dapat beroperasi pada beban organik tinggi. Proses pengolahan dengan wetland sebagai pengolahan lanjutan dapat menurunkan kadar cemaran organik lebih lanjut. Pada penelitian digunakan air limbah yang berasal dari salah satu industri teh botol di Jawa Tengah. Sumber mikroba anaerob yang digunakan sebagai seeding reaktor UASB (2 unit paralel) berasal dari lumpur anaerob yang terbentuk pada pengolahan air limbah industri tahu yang telah berfungsi dengan baik. Waktu tinggal dalam reaktor UASB secara total selama 19 jam dengan debit 2.297 l/hari. Pengolahan lanjutan dari reaktor UASB dilakukan dengan pengolahan wetlandHasil penelitian menunjukkan bahwa reaktor UASB I dan II dapat mereduksi COD dengan efisiensi tertinggi 88,51% dan pengolahan dengan wetland tertinggi 85,02%, selanjutnya pengolahan air limbah dengan kombinasi UASB dan wetland dapat mereduksi beban cemaran COD antara 97,65 – 98,90 % dan hasil effluen sudah memenuhi baku mutu air limbah industri minuman dalam botol menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012, yaitu COD = 35,44 mg/l, TSS = 16 mg/l, dan BOD5 = 13,44 mg/l.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Crisnaningtyas, Farida, and Hanny Vistanty. "PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI FORMULASI DENGAN METODE ANAEROB-AEROB DAN ANAEROB-KOAGULASI." Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 7, no. 1 (May 10, 2016): 13. http://dx.doi.org/10.21771/vol7no1tahun2016artikel919.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Aristiana, Titin, and Yayok Suryo Purnomo. "PENURUNAN KADAR COD, TSS, DAN AMMONIA TOTAL (NH3-N) PADA AIR LIMBAH PEMOTONGAN PUYUH DENGAN MENGGUNAKAN BIOFILTER ANAEROB-AEROB." EnviroUS 1, no. 1 (August 29, 2020): 22–27. http://dx.doi.org/10.33005/envirous.v1i1.14.

Full text
Abstract:
Pengolahan air limbah pemotongan unggas dilakukan secara biologis, karena pengolahan biologis mampu menurunkan beban organik dengan baik. Pengolahan biologis berbagai macam jenis, salah satunya yaitu Biofilter Anaerob-Aerob. Biofilter Anaerob-Aerob merupakan pengolahan kombinasi antara pengolahan anaerob dan pengolahan aerob. Biofilter Anaerob-Aerob pengolahan biologis dengan bakteri melekat, sehingga membutuhkan media sebagai tempat tumbuh dan berkembang mikroorganisme. Tujuan dari pengolahan ini yaitu mengetahui efektifitas penurunan COD, TSS, dan Ammonia Total (NH3-N) dalam meremoval beban organik pada air limbah pemotongan unggas. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini yaitu media, debit, dan waktu sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jenis media sarang tawon merupakan media yang terbaik dalam menurunkan kadar COD, TSS dan Ammonia Total (NH3-N). Efisiensi penurunan kadar COD, TSS, dan Ammonia Total (NH3-N) pada media sarang tawon sebesar 90%; 82%; dan 65%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Bakosné Diószegi, Mónika. "Fekvő elrendezésű anaerob reaktor tervezése." Műszaki Tudományos Közlemények 9, no. 1 (2018): 35–38. http://dx.doi.org/10.33895/mtk-2018.09.04.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Diadon, Arland, Tony K. Timpua, and Anselmus Kabuhung. "EFEKTIVITAS BIOFILTER ANAEROB AEROB MEDIA BATA STYROFOAM SISTEM ALIRAN KE ATAS DALAM MENURUNKAN KADAR BOD, COD DAN COLIFORM PADA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT PROF. Dr. V.L. RATUMBUYSANG MANADO." Jurnal Kesehatan Lingkungan 9, no. 1 (August 8, 2019): 26–39. http://dx.doi.org/10.47718/jkl.v9i1.640.

Full text
Abstract:
Kendala paling banyak dijumpai oleh Rumah Sakit untuk membuat IPAL yakni teknologi yang ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan dana yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah air limbah tersebut masih terbatas karena itu perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya, menggunakan sumber daya yang mudah di dapat serta harganya terjangkau. Penelitian ini dilakukan membuat prototip alat biofilter anaerob aerob media bata Styrofoam sistem aliran ke atas, mengatur debit, mengatur waktu tinggal, mengambil sampel dan mengukur kadar BOD, COD dan Coliform. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas biofilter anaerob aerob media bata Styrofoam sistem aliran ke atas dalam menurunkan kadar BOD, COD, dan coliform air limbah rumah sakit, untuk mengetahui hubungan debit dan waktu tinggal terhadap efektivitas biofilter anaerob aerob media bata Styrofoam dalam menurunkan kadar BOD, COD dan Coliform air limbah rumah sakit. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan rangkaian waktu seperti pretest dan post-test. Sampel diambil sebelum dan sesudah pengolahan sebanyak 30 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biofilter anaerob aerob media bata Styrofoam mampu menurunkan BOD 85,25 % - 93,65%, COD 87,79% - 94,19% dan coliform 85% - 96,87%. Hasil uji statistik ada perbedaan dan korelasi yang signifikan debit dan waktu tinggal terhadap penurunan kadar BOD, COD dan coliform air limbah rumah sakit sebelum dan sesudah pengolahan dengan biofilter anaerob aerob media bata Styrofoam sistem aliran ke atas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biofilter anaerob aerob media bata Styrofoam sistem aliran keatas efektif menurunkan kadar BOD, COD dan coliform dengan efisiensi rata-rata 90%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Gajdács, Márió, Gabriella Terhes, and Edit Urbán. "Az anaerob baktériumok által okozott véráramfertőzések gyakorisága 2005–2009 és 2013–2017 között egy egyetemi központban. Retrospektív összehasonlító vizsgálat." Orvosi Hetilap 161, no. 19 (May 2020): 797–803. http://dx.doi.org/10.1556/650.2020.31705.

Full text
Abstract:
Absztrakt: Bevezetés: Az anaerob baktériumok fontos etiológiai szerepet töltenek be invazív infekciókban, klinikailag szignifikáns kórokozók véráramfertőzésekben és szeptikémiában, valós prevalenciájukról azonban világszerte, így hazánkban is kevés adat áll rendelkezésre. Célkitűzés: Az anaerob baktériumok által okozott, mikrobiológiai diagnózissal igazolt véráram-infekciók gyakoriságának összefoglaló értékelése a Szegedi Tudományegyetem (SZTE) klinikáin a beküldött hemokultúraminták retrospektív elemzésével. Módszer: A vizsgálat során 5 éves periódus (2013. 01. 01.–2017. 12. 31.) alatt az SZTE klinikáiról beküldött hemokultúraminták elemzése történt; az összehasonlítás alapját egy hasonló időtartamú (2005–2009), ugyanezen központban elvégzett vizsgálat képezte. Eredmények: 2013 és 2017 között átlagosan 23 274 ± 2756 hemokultúrapalack vizsgálata történt meg, melyek közül átlagosan 10,5% volt pozitív, és 0,4% volt pozitív anaerobokra (3,5–3,8/1000 palack). A klinikailag szignifikáns anaerob kórokozók közül a Bacteroides/Parabacteroides csoport (39,9%) és a Clostridium fajok (32,8%) fordultak elő a legnagyobb arányban. Következtetések: Az anaerob baktériumok viszonylag alacsony számuk ellenére fontos etiológiai tényezőknek tekinthetők véráramfertőzésekben. Eredményeink felhívják a figyelmet a modern identifikálómódszerek jelentőségére az adekvát anaerobdiagnosztikában. Orv Hetil. 2020; 161(19): 797–803.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Apelabi, Maria Margareta, Rasman Rasman, and Rostina Rostina. "PENGARUH PROSES BIOFILTER AEROB ANAEROB TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD PADA LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA (STUDI LITERATUR)." Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat 21, no. 1 (July 23, 2021): 104. http://dx.doi.org/10.32382/sulolipu.v21i1.2089.

Full text
Abstract:
Limbah cair rumah tangga atau domestik adalah air buangan dari kegiatan sehari- hari yang berasal dari limbah dapur, kamar mandi, toilet, cucian, dan sebagainya. Air limbah rumah tangga mengandung bahan organik, apabila tidak dilakukan pengolahan maka akan mencemari badan air. Air limbah dengan nilai BOD tinggi menunjukkan jumlah pencemar yang tinggi terutama pencemar yang disebabkan oleh bahan organik.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses biofilter aerob, anaerob, dan kombinasi anaerob aerob terhadap penurunan kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) pada air limbah rumah tangga. Jenis penelitian ini adalah studi literatur yaitu melakukan pengkajian terhadap jurnal, buku-buku pengetahuan dan sebagainya yang memiliki kaitan dengan penelitian ini.Hasil pengkajian pada 11 jurnal, menunjukkan biofilter aerob, biofilter anaerob, dan biofilter kombinasi anaerob aerob dengan waktu tinggal paling lama dan luas permukaan media besar efektif untuk menurunkan kadar BOD pada air limbah rumah tangga.Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam mendesain dan membuat alat pengolahan air limbah sendiri agar air limbah rumah tangga tidak mencemari sungai dan tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia. Kata Kunci : Biofilter, BOD, Limbah Cair Rumah Tangga
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Sumual, Acika, Fatimawali Fatimawali, and Trina E. Tallei. "UJI ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ASAM LAKTAT HASIL FERMENTASI SELADA ROMAIN (Lactuca sativa var. longifolia Lam.)." PHARMACON 8, no. 2 (May 28, 2019): 306. http://dx.doi.org/10.35799/pha.8.2019.29296.

Full text
Abstract:
ABSTRACTLactic Acid Bacteria (LAB) are a group of Gram-positive bacteria that produce lactic acid as the major metabolic end product. They are cocci or rods, nonsporulating and are anaerobic or facultative anaerobes bacteria. Most LABs are probiotics that are known to have good benefits to health, such as inhibiting some pathogens. This study was aimed to examine the potential probiotics properties of LAB isolates from Romaine lettuce fermentation which is included antibacterial activity of isolates. The isolates are spread on MRS agar supplemented with 1% of CaCO3 and then purified by using streak method to obtain pure isolates. The results showed that there are 4 isolates from Romaine lettuce fermentation which have the potential to inhibits some pathogens.Key words: Lactic acid bacteria, fermentation, Romain lettuce, potential probiotic ABSTRAKBakteri Asam Laktat (BAL) merupakan sekelompok bakteri Gram positif yang menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir metabolisme. Berbentuk kokus atau batang, tidak memiliki spora dan bersifat anaerob atau fakultatif anaerob. Sebagian besar BAL merupakan probiotik yang diketahui memiliki manfaat baik bagi kesehatan, seperti memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan isolat BAL dari hasil fermentasi selada Romain sebagai probiotik potensial yang mencakup aktivitas antibakteri isolat. Isolat bakteri ditumbuhkan pada media MRS agar yang ditambahkan 1% CaCO3 kemudian dimurnikan menggunakan metode gores (streak) sehingga diperoleh isolat murni yang kemudian diuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke empat isolat yang diperoleh dari hasil fermentasi selada romain yang berpotensi memiliki aktivitas penghambatan bakteri patogenKata kunci: Bakteri asam laktat, fermentasi, selada Romain, probiotik potensial
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Pardiansyah, Dedi, Nasir Ahmad, Firman Firman, and Suharun Martudi. "PUPUK ORGANIK CAIR DARI AIR LIMBAH LELE SISTEM BIOFLOK HASIL FERMENTASI AEROB DAN AN AEROB." Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan 17, no. 1 (June 15, 2019): 76. http://dx.doi.org/10.32663/ja.v17i1.507.

Full text
Abstract:
Air limbah budidaya lele sistem bioflok di dalamnya berupa akumulasi residu organik yang berasal dari sisa pakan, kotoran lele, partikel-partikel pakan serta bakteri dan alga, karna itu air limbah budidaya ikan lele sistem bioflok dapat diolah menjadi pupuk organik khususnya pupuk organik cair. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dengan perlakuan adalah proses fermentasi secara Aerob (A) dan proses fermentasi secara Anaerob (B). Tiap perlakuan diulang sebanyak 8 kali sehingga diperoleh 16 unit percobaan. Selanjutnya Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ikan lele sangat baik. Di mana pertumbuhan terus meningkat sekat pengamatan hari ke-10 hingga akhir penelitian. Sedangkan kandungan N, P dan K didalam POC yang dihasilkan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara POC yang difermentasi dengan cara Aerob dan Anaerob. Kandungan POC yang difermentasi dengan cara Aerob ; N = 1,645, P = 0,326 dan K = 1,143 sedangkan yang difermentasi secara Anaerob; N = 2,189, P = 0,278 dan K = 1,165.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Maharani, Puspita Laksmi, Prijanto Pamoengkas, and Irdika Mansur. "PEMANFAATAN POME SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA LAHAN PASCATAMBANG BATUBARA The Application of POME (Palm Oil Mill Effluent) as Organic Fertilizer for Ex-Coal Mine Soil." Journal of Tropical Silviculture 8, no. 3 (March 19, 2018): 177–82. http://dx.doi.org/10.29244/j-siltrop.8.3.177-182.

Full text
Abstract:
Processing of palm oil generates enormous quantities of wastewater commonly called palm oil mill effluent (POME). The aim of the research was to evaluate the effect of POME as organic fertilizer on Melaleuca cajuputi seedling. The research was conducted at PT. Bukit Asam from November 2016 until March 2017. POME used was from PT. Bumi Sawindo Permai at Tanjung Enim, South Sumatera. POME from Fat pit, cooling pond, anaerob pond and maturity pond were applied to seedlings at nursery with different concentrations of POME Fat pit (625, 417, and 208 mL), Cooling pond (695, 463, dan 232 mL), Anaerob pond (738, 492, dan 246 mL), and Maturity pond (968, 645, dan 323 mL). The result showed that POME from Anaerob pond 246 mL increased the growth of M. cajuputi with plant high 47.35 cm and stem diameter 5.57 mm and total dry weight of CM (Calopogonium mucunoides) was 26.83 g.Key words: ex-coal mine soil, Melaleuca cajuputi, POME
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Nugraha, Cahyadi Setya, Nugroho Chandra Wijaya, Wulida Putri Romadona, Hendi Rengga Akhsani, and Dewi Rizqi Arrochimi. "Daur Ulang Air Limbah Domestik untuk Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh dengan Penggunaan Reaktor Biofilter Anaerob Aerob dan Pengolahan Lanjutan." MATRAPOLIS: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 1, no. 1 (August 11, 2020): 57. http://dx.doi.org/10.19184/matrapolis.v1i1.19222.

Full text
Abstract:
RT 002, RW 003 Kelurahan Bataran, Kecamatan Patrang termasuk kawasan permukiman kumuh sesuai dengan SK Bupati Jember Nomor 188.45/ 338/1.12/ 2016 Tentang penetapan lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Jember. Salah satu upaya dalam penanganan permukiman kumuh di Kota Jember adalah dengan adanya Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan atau RP2KP-KP. Terdapat tiga rencana pembangunan yang diterapkan di RT 002, RW 003 Kelurahan Baratan yaitu perbaikan kondisi rumah, pembangunan TPS dan pembangunan MCK. Program pembangunan MCK yang telah dilaksanakan di RT 002 RW 003 Kelurahan Baratan pada kondisi eksistingnya tidak dapat digunakan oleh masyarakat ketika musim kemarau karena tidak adanya pasokan air. Pengguaan reaktor biofilter anaerob aerob dan pengolahan lanjutan dapat memenuhi kebutuhan air dalam program pembangunan MCK di Kelurahan Baratan. Metode dalam perencanaan ini dilakukan secara kuantitaitf dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan menghitung kebutuhan air serta buangan limbah yang dihasilkan, sedangkan kualitatif dilakukan dengan studi literature terkait reaktor biofilter anaerob aerob dan pengolahan lanjutan serta dilanjutkan pada tahap implementasi desain serta strategi penerapanya. Reaktor anaerob aerob dan pengolahan lanjutan secara umum merupakan teknik daur ulang limbah domestik untuk dirubah menjadi air bersih sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Hasil dari adanya pembahsan ini adalah berupa strategi progam yang ditangani oleh Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya dan organisasi masyarakat setempat. Dengan adanya reaktor biofilter anaerob aerob dan pengolahan lanjutan pasokan air untuk keperluan MCK akan tetap terpenuhi sehingga program pembangunan MCK di RT 002 RW 003 dapat bermanfaat bagi masyarakat sehingga penganganan permukiman kumuh di Kota Jember dapat semakin berkualitas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Erdélyi, Eszter, Andrea Ambrus, Linda Szabó, Ágnes Kiricsi, Erzsébet Nagy, László Rovó, and Zsolt Bella. "A mikrobiológiai vizsgálatok szerepe a peritonsillaris tályog kezelésében hat év anyagának retrospektív elemzése alapján." Orvosi Hetilap 161, no. 44 (November 1, 2020): 1877–83. http://dx.doi.org/10.1556/650.2020.31843.

Full text
Abstract:
Összefoglaló. Bevezetés és célkitűzés: A peritonsillaris tályog a leggyakoribb mély nyaki infekció. Olyan fül-orr-gégészeti kórkép, amely megfelelő kezelés nélkül életveszélyes szövődményekkel járhat. Döntő jelentőségű az empirikus antibiotikumválasztás, melyhez ismerni kell a leggyakoribb kórokozókat és a várható rezisztenciát. Módszerek: A 2012 és 2017 között peritonsillaris tályog miatt kezelt esetek retrospektív feldolgozását végeztük. Összesítettük a sebészi beavatkozás során vett minták aerob és anaerob irányú tenyésztési eredményeit, valamint az empirikusan választott antibiotikumokat. A rutinszerű mikrobiológiai tenyésztés alapján meghatároztuk a leggyakoribb kórokozókat. Az adatokat nemzetközi felmérések eredményeivel hasonlítottuk össze. Eredmények: A vizsgált 6 év során 217 esetben kezeltünk peritonsillaris tályogos beteget. A tenyésztési eredményeket csak 146 esetben tudtuk elemezni. Ebből 47 esetben került sor Fusobacterium species (ebből 25 esetben Fusobacterium necrophorum), 31 esetben Actinomyces species és 29 esetben Streptococcus pyogenes izolálására. Az esetek kétharmadában vegyes aerob/anaerob baktériumflórát izolált a laboratórium. Következtetés: A tályogok kezelésében önmagában a sebészi beavatkozás – az anaerob környezet megszüntetésével – jelentős klinikai javulást eredményez. A jól választott antibiotikum meggyorsíthatja a lefolyást, és csökkentheti az esetleges szövődményeket. Nagy jelentősége van a megfelelő mikrobiológiai mintavételnek, nem vagy nehezen gyógyuló esetekben ez teremtheti meg a célzott antibiotikumterápiára történő váltás lehetőségét. Felmérésünk alapján a peritonsillaris tályogok jelentős részét vegyes baktériumflóra okozza, így a szájüregi anaerob baktériumokra is ható amoxicillin–klavulánsav vagy antibiotikum kombinációjának (2. vagy 3. generációs cefalosporinok kombinálva klindamicinnel vagy metronidazollal) alkalmazása javasolt mint empirikus antibiotikumterápia. Orv Hetil. 2020; 161(44): 1877–1883. Summary. Introduction and objective: Peritonsillar abscess is the most common deep neck infection. Without adequate treatment, this otolaryngological disease pattern can cause life-threatening complications. The empirical choice of antibiotics is crucial which requires knowledge of the most common pathogens and the potential resistance. Methods: A retrospective analysis of cases treated for peritonsillar abscess was performed between 2012 and 2017. We summarized the aerobic and anaerobic culture results of the surgical samples and the empirically selected antibiotics. The most common pathogens were determined via routine microbiological culture tests. We compared our data with the results of international studies. Results: During the 6-year study at our Clinic, 217 patients with peritonsillar abscess were treated. The microbiological tests were available for analysis in only 146 cases. In 47 cases, Fusobacterium species (including 25 cases with Fusobacterium necrophorum), in 31 cases Actinomyces species and in 29 cases Streptococcus pyogenes were isolated. In 2/3 of the patients, polymicrobial infection was detected. Conclusion: In the treatment of peritonsillar abscesses, surgical intervention can result in clinical improvement because of the elimination of the anaerobic milieu. A well-chosen antibiotic can accelerate the healing process and reduce the complication rate. Proper microbiological sampling is of great importance, and in cases of non-recovery or poor recovery, this may create the opportunity to switch for targeted antibiotic therapy. The results of this study show that polymicrobial flora is very important for the development of the peritonsillar abscess, thus the recommended antibiotic therapy is amoxicillin–clavulanic acid or 2nd/3rd generation cefalosporin combined with metronidazol or clindamycin. Orv Hetil. 2020; 161(44): 1877–1883.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Lindawati, Yumi, Ameta Primasari, and Dwi Suryanto. "Fusobacterium Nucleatum : Bakteri Anaerob pada Lingkungan Kaya Oksigen (Dihubungkan dengan Staterin Saliva)." Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM) 1, no. 1 (October 2, 2018): 181–88. http://dx.doi.org/10.32734/tm.v1i1.58.

Full text
Abstract:
Fusobacterium nucleatum pada plak gigi berperan penting sebagai jembatan peralihan antara kolonisasi bakteri awal plak gigi dengan kolonisasi bakteri berikutnya, khususnya bakteri anaerob obligat. Fusobacterium nucleatum merupakan bakteri anaerob obligat, namun membran terluar F. nucleatum secara spesifik mengikat asam amino ke-21 dan 26 dari molekul staterin yang berasal dari saliva sehingga memungkinkan bakteri ini dapat tumbuh pada saliva dan plak supragingiva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan jumlah koloni F. nucleatum, konsentrasi staterin, korelasi keduanya pada saliva dan plak supragingiva. Penelitian observasional ini menggunakan desain cross- sectional pada 28 sampel Unstimulated whole saliva menggunakan metode spitting dan plak supragingiva matang dilekatkan pada paper point nomor 60 dari pasien di Instalasi Periodonsia RSGMP FKG USU. Konsentrasi staterin dihitung menggunakan ELISA, jumlah koloni F. nucleatum dengan mengkultur sampel pada media Crystal Violet Erythromicyn, dilakukan perhitungan manual pada piring petri. Penelitian ini menemukan pertumbuhan koloni F. nucleatum dari sampel saliva dan plak supragingiva dalam jumlah sedikit. Median konsentrasi staterin diperoleh pada saliva 1,5 µg/ml (x=2,35±2,71 µg/ml) pada plak supragingiva 223 µg/ml (x=332±242 µg/ml). Secara teoritis bakteri ini berhubungan dengan staterin, akan tetapi pada penelitian ini secara statistik tidak dapat dikorelasikan pertumbuhannya dengan staterin. Simpulan penelitian ini membuktikan bahwa F. nucleatum dapat diperoleh dari lingkungan yang mengandung oksigen seperti pada saliva dan plak supragingiva, akan tetapi keterkaitannya dengan staterin saliva pada lingkungan tersebut memerlukan penjelasan lebih lanjut. Fusobacteriumnucleatum on dental plaque plays an important role as a transitional bridge between early bacterial colonization of dental plaques and subsequent bacterial colonization, especially obligate anaerobes. Fusobacteriumnucleatum is an obligate anaerobic bacteria, but the outer nucleatum membrane specifically binds to the 21st and 26th amino acids from the statherin molecule which comes from saliva, allowing this bacteria to grow in saliva and supragingival plaque. The objective of this study was to determine the presence and the number of fusobacteriumnucleatum colonies, statherine concentrations, their correlation to saliva and supragingival plaque. This observational study used a cross-sectional design in 28 unstimulated whole saliva samples using spitting and mature supragingival plaque methods attached to number 60 paper points from patients at Installation Periodonsia RGGMP FKG USU. The concentration of statherin was calculated using ELISA, the number of F. nucleatum colonies by culturing samples on the Violet Erythromicyn Crystal media. Manual calculations were made on petri dishes. This study found small amounts of F. nucleatum colonies from saliva and supragingival plaque samples. The median statherine concentration was found at saliva 1.5 µg / ml (x = 2.35 ± 2.71 µg / ml) and at supragingival plaques 223 µg / ml (x = 332 ± 242 µg / ml). Theoretically, this bacteria is related to statherine, but its growth can not be statistically correlated with statherine in this study. The conclusion of this study proved that F. nucleatumcould be obtained from oxygen rich environment such as saliva and supragingival plaque, but its association with saliva in the temperature required further explanation.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Rachma, Annisa, Purbowatiningrum Ria Sarjono, and Agustina L. N. Aminin. "Isolasi Bakteri Termofilik Sumber Air Panas Gedongsongo dengan Media Pengaya Minimal YT (Yeast Tripton) serta Identifikasi Genotipik dan Fenotipik." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 12, no. 3 (December 1, 2009): 66–71. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.12.3.66-71.

Full text
Abstract:
Eksplorasi mikroorganisme baru merupakan suatu hal yang penting, karena mikroorganisme mempunyai potensi yang sangat luas sebagai sumber biomolekul baru seperti enzim, antimikroba, antikanker, agen bioremediasi, dan penghasil bahan bakar hayati. Hingga saat ini, kurang dari 1% bakteri di alam yang berhasil dikultivasi. Kebutuhan industri terhadap biomolekul yang tahan terhadap kondisi ekstrem sangatlah tinggi. Salah satu sumber biomolekul yang potensial adalah bakteri termofilik. Indonesia kaya akan habitat termofilik, khususnya sumber air panas, namun eksplorasinya masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat tunggal bakteri termofilik dari sumber air panas Gedong Songo dengan media minimal YT (Yeast Tripton) dalam kondisi anaerob serta melakukan identifikasi bakteri termofilik tersebut secara genotipik dan fenotipik. Pada penelitian ini dilakukan isolasi bakteri termofilik sumber air panas Gedongsongo dengan media pengaya minimal YT pada kondisi anaerob serta identifikasi bakteri secara genotipik dan fenotipik. Identifikasi genotipik dilakukan dengan menggunakan analisis urutan nukleotida gen 16S rRNA. Identifikasi fenotipik dilakukan melalui uji morfologi meliputi uji pewarnaan gram dan uji mikroskop. Selain itu dilakukan uji potensi enzim ekstraseluler termostabil, meliputi amilase, protease, β-galaktosidase, dan selulase. Hasil penelitian diperoleh isolat tunggal bakteri termofilik anaerob yang diberi nama isolat GS Ytan, dengan karakteristik bentuk batang, gram positif, dan memiliki kemiripan dengan bakteri kelompok Anoxybacillus sp. dengan tingkat kekerabatan sebesar 97-99 %. Isolat GS YTan memiliki hubungan terdekat dengan Anoxybacillus sp. AF/04 dan Anoxybacillus sp. HT14. Isolat GS YTan memiliki potensi enzim ekstraseluler termostabil amilase, protease dan β-galaktosidase.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Deffy, Trisca, Widya Nilandita, and Ida Munfarida. "Bioremediation of Tofu Industrial Wastewater Using Anaerobic-Aerobic Solution of EM4." Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan 17, no. 3 (November 24, 2020): 233–41. http://dx.doi.org/10.14710/presipitasi.v17i3.233-241.

Full text
Abstract:
This research using a bioremediation treatment process with anaerobic-aerobic system by mixing tofu liquid waste and EM4 solution into the reactor. The variation of EM4 solution that will be used in this research is 1/20 of concentration with 1/10 of concentration and detention time. This research was conducted for 8 days. The result showed that EM4 solution was able to reduce BOD, COD, and TSS by usinng variations in concentration and detention time. The most significant decrease in BOD, COD, adn TSS levels occured on the 8 day. BOD levels for the first reactor at a concentration of 1/10 with a removal efficiency of 48,98% and a second reactor with removal efficiency of 48,98%. For the 1/20 concentration the removal efficiency was 37,33% and in second reactor the removal efficiency was 37,34%. COD levels for the first reactor at a concentration of 1/10 with a removal efficiency of 61,82% and a second reacotor with removal efficiency of 62,10%. For the 1/20 concentration the removal efficiency was 30,39% an in second reactor the removal efficiency was 34,98%. TSS levels for the first reactor at a concentration 1/20 with removal efficiency of 41,17% and in the second reactor the removal efficiency of 43,59%. At 1/20 concentration the removal efficiency of TSS levels was 1,02% in the first reactor and in the second reactor the removal efficiancy was 5,10%. Bioremediation using EM4 solution can be used to reduce levels of BOD, COD, and TSS of tofu liquid waste according to the applicable quality standards
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Indriyati, Indriyati, and Diyono Diyono. "PENGOLAHAN EFLUEN REAKTOR FIXED BED SECARA KOAGULASI." Jurnal Teknologi Lingkungan 12, no. 3 (December 1, 2016): 277. http://dx.doi.org/10.29122/jtl.v12i3.1236.

Full text
Abstract:
effluent dari reaktor fixed bed pengolahan limbah cair pembuatantahu masih mengandung organik tinggi dan memiliki banyak padatan tesusensi , sehingga warnaair limbah tidak cukup jernih , dan sulit diturunkan secara anaerob. Tujuan percobaan dari proses ini dalah untuk menghasilkan air limbah untuk embuatan tahu menjadi lebihjernih. berdasarkan alasan diatas, maka dilakukan pengolahan limbah cair dengan menggunakan proses koagolasi menggunakan Alumunium sulfat dan Ca (OH)2 yang ditambahkan ke efluen reaktor fixed bed dengan variasi dosis sulfat Alumunium : mulai dari 0,5; 1,0 ; 1,5; 2,5; 5,0; 7,5 gramdan batuan Ca (OH)2. Akan meningkatkan alkanitas, sampai PH 8.0. Hasil percobaan menunjukan bahwa, percobaan yang menggunakan koagulan Almunium sulfat secukupnya dan penambahan Ca(OH)2 untuk menstabilkan pH, sehingga diperoleh kualitas hasil pengolahan yang baik, dan sesuai dengan perfomance efluen reactor fixed bed yang jernih. Selain itu, aplikasi Ca(OH)2 dapat membantu meningkatkan konerja koagulan yang dapat dilihat dari ukuran flok sedimentasi dari effluen anaerob
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Pratnamas, Dian. "Pendampingan Penyusunan Ded Bio Digester Kel. Agung Lawangan, Kota Pagaralam." NGABDIMAS 1, no. 1 (June 7, 2018): 18–22. http://dx.doi.org/10.36050/ngabdimas.v1i1.120.

Full text
Abstract:
Satu kebijakan Pemerintah Indonesia adalah pemanfaatan atau pengolahan limbah kotoran ternak sebagai energi alternatif (biogas) skala rumah tangga yang ramah lingkungan untuk memenuhi keperluan rumah tangga itu sendiri. Biogas biasanya dikenal sebagai gas rawa atau lumpur. Gas campuran ini didapat dari proses perombakan kotoran ternak menjadi bahan organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob). Selama proses fermentasi, biogas pun terbentuk. Sumber energi biogas dapat dimanfaatkan ditengah-tengah kelangkaan energi minyak bumi. Penggunaan dari energi biogas sebagai bahan bakar berdampak positif karena mengurangi pencemaran lingkungan. Sangat diharapkan penggunaan teknologi baru ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat ditengah kelangkaan energi minyak bumi dan harga minyak bumi yang cukup melambung pada masa kini.Biodigester adalah suatu sistem yang mempercepat pembusukan bahan organik. Darinya terbentuk biogas dan senyawa-senyawa lain yang dihasilkan melalui pembusukan anaerob. Biogas tersebut dapat digunakan untuk bahan bakar memasak, memanaskan, pembangkit listrik, juga menjalankan mesin.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

ADI SEMARTA, I. WAYAN WINDU. "Proses Seeding dan Aklimatisasi pada Anaerobic Trickling Reactor." Jurnal Reka Lingkungan 8, no. 1 (June 11, 2020): 38–49. http://dx.doi.org/10.26760/rekalingkungan.v8i1.38-49.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Pertumbuhan biomassa terlekat ditentukan oleh proses seeding dan aklimatisasi. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui proses seeding dan aklimatisasi pada anaerobic trickling reactor. Metoda penelitian yang digunakan meliputi persiapan reaktor hidrolisis dan 3 buah anaerobic trickling reactor dengan media yang berbeda, serta persiapan bahan meliputi inokulum dan substrat. Parameter yang diukur yaitu densitas, kadar air dan volatil, C-Organik, NTK, pH, temperatur, TAV, COD, dan alkalinitas mengacu pada SNI dan standard methods. Hasil penelitian ini yaitu saat proses seeding, nilai pH 6,87 hingga pH 7,52, temperatur 27oC hingga 28oC, dan ketiga media mengalami pertambahan berat rata-rata sebesar 0,5421 gram/media (bioball rambutan) (12,93 %), 0,7158 gram/media (bioball bola) (11,47 %), dan 0,0449 gram/media (media straws) (13,95 %). Steady state aklimatisasi terjadi pada hari ke-14 hingga hari ke-20 yang ditandai dengan penurunan konsentrasi COD yang konstan. Selama seeding dan aklimatisasi terbentuk biogas. Kesimpulan penelitian ini yaitu proses seeding dan aklimatisasi ditandai dengan terbentuknya lapisan biofilm dan adanya penurunan konsentrasi COD substrat.Kata kunci: Anaerob, Seeding dan Aklimatisasi, Anaerobic Trickling Reactor
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Djarwanti, Djarwanti. "APLIKASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAPIOKA DENGAN SISTIM ABR DAN UAF." Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 6, no. 1 (May 31, 2015): 29–34. http://dx.doi.org/10.21771/jrtppi.2015.v6.no1.p29-34.

Full text
Abstract:
Dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan beberapa industri tapioka telah menerapkan IPAL dengan sistim biologi anaerob. Pada umumnya pembuatan IPAL ini tidak dilandasi kajian faktor-faktor yang mempengaruhi dalam disain reaktor, sehingga pemilihan jenis reaktor menjadi kurang tepat.Kajian ini bertujuan membandingkan kelayakan teknis dan kelayakan ekonomis penerapan pengolahan air limbah tapioka dengan sistem ABR (Anaerobic Baffled Reactor) dan sistem UAF (Upflow Anaerobic Filter). Sistim ABR telah diterapkan di Sentra Sekalong dan sistim UAF diterapkan di Sentra Margoyoso, Jawa TengahData yang digunakan untuk penelitian bersumber pada hasil penelitian dan penerapan prototipe IPAL industri tapioka di sentra Sekalong dan sentra Margoyoso.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem UAF layak menggantikan sistem ABR dalam pengolahan air limbah industri tapioka ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis. Waktu tinggal proses degradasi bahan organik didalam sistim UAF lebih pendek sehingga volume bangunan lebih kecil, kebutuhan lahanpun menjadi lebih kecil. Untuk kapasitas 20 m3/hari biaya konstruksi sistem UAF lebih murah 47,77% dibanding sistem konvensional menggunakan ABR.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Sitaresmi, Trias, Nita Kartina, Aida Fitri Viva Yuningsih, Indrastuti Apri Rumanti, Nafisah, Untung Susanto, and Yudhistira Nugraha. "Penampilan Agronomi Galur-Galur Padi Sawah Tadah Hujan Toleran Kondisi Anaerob pada Fase Perkecambahan." Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) 49, no. 1 (April 30, 2021): 7–15. http://dx.doi.org/10.24831/jai.v49i1.34187.

Full text
Abstract:
Budidaya padi di sawah tadah hujan dengan sistem tebar benih langsung memerlukan varietas yang beradaptasi baik pada kondisi ekosistem tersebut dan toleran terhadap tingkat oksigen rendah selama berkecambah atau anaerobic germination (AG). Penelitian bertujuan mengevaluasi penampilan agronomi galur-galur padi dilakukan di sawah tadah hujan, serta toleransinya terhadap kondisi AG. Evaluasi toleransi cekaman kondisi anaerob dilakukan di rumah kaca BB Padi pada bulan Februari 2020. Materi yang digunakan adalah 12 genotipe padi. Penapisan AG dilakukan dengan merendam benih dalam air dengan ketinggian 10 cm selama 10 hari. Pengujian daya hasil dilakukan di sawah tadah hujan Sumedang dan Pati pada musim hujan 2020. Percobaan disusun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan empat ulangan. Toleransi terhadap kondisi AG dapat diidentifikasi berdasarkan karakter persentase daya pulih, panjang tunas dan akar, dan biomassa. Karakter-karakter tersebut saling berkorelasi nyata, positif, dan kuat. Galur IR 83381-B-B-6-1, IR 129336:11-19-Ski-0-Kn-3 dan B14897E-SKI-9-7-2 memiliki toleransi AG lebih baik daripada Inpari 30 dan Inpari 39. Dari hasil pengujian lapangan, dua galur memiliki rata-rata GKG setara dengan Inpari 30 dan Inpari 39, serta konsisten cukup tinggi yaitu IR 129336:11-19-Ski-0-Kn-3 (5.61 ton ha-1) dan B14316E-KA-15 (6.04 ton ha-1). Hasil pengujian ini dapat dilanjutkan dengan uji multi lokasi pada galur IR 83381-B-B-6-1, IR 129336:11-19-Ski-0-Kn-3 dan B14897E-SKI-9-7-2 dengan mempertimbangkan daya hasil dan adaptasinya sehingga dapat dilepas menjadi varietas toleran AG. Kata kunci: cekaman abiotik, perkecambahan anaerob, tebar benih langsung
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Oktiawan, Wiharyanto, Mochtar Hadiwidodo, and Purwono Purwono. "PENGGUNAAN BIOCATALYS ELECTROLYSIS DALAM PENURUNAN KONSENTRASI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) LIMBAH DOMESTIK." Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan 13, no. 2 (October 29, 2016): 81. http://dx.doi.org/10.14710/presipitasi.v13i2.81-87.

Full text
Abstract:
Secara umum air limbah kegiatan rumah tangga (domestik) dibuang langsung menuju badan air seperti sungai dan danau. Pengolahan limbah cair secara biologis (aerob) sering menghasilkan lumpur dalam jumlah besar. Jumlah lumpur dapat dikurangi dengan pengolahan anaerob. Sistem bioelektrokimia merupakan salah satu terobosan teknologi yang memungkinkan untuk mengolah limbah sekaligus menghasilkan energi berupa gas metana. Penggunaan biocatalys electrolysis dapat mengatasi kelemahan proses anaerob secara konvensional dalam penurunan konsentrasi TSS dan COD limbah domestik salah satunya mampu menghasilkan gas H2 dari proses elektrolisis. Penambahan daya ekternal sebesar 6 volt mampu menyisihkan TSS sampai kadar 82 mg/l dari kadar semula 157 mg/l. Tegangan 12 volt mampu menurunkan kadar COD sampai 47,46 mg/l dari kadar awal 223 mg/l. Penyisihan TSS paling rendah pada waktu elektrolisis 15 menit dengan kadar 87 mg/l. Penambahan waktu elektrolisis sebanding dengan penurunan konsentrasi COD limbah domestik. Pada penelitian ini kualitas maupun kuantitas gas metana tidak diketahui secara jelas. Selain gas metan, produk fermentasi juga belum diketahui.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Al Kholif, Muhammad, and Rhenny Ratnawati. "PENGARUH BEBAN HIDROLIK MEDIA DALAM MENURUNKAN SENYAWA AMMONIA PADA LIMBAH CAIR RUMAH POTONG AYAM (RPA)." WAKTU: Jurnal Teknik UNIPA 15, no. 1 (February 3, 2017): 1–9. http://dx.doi.org/10.36456/waktu.v15i1.426.

Full text
Abstract:
Limbah rumah potong ayam (RPA) umumnya mengandung zat pencemar seperti Biological Oxygen Deman (BOD), Chemical Oxygen Deman (COD) dan Amonia yang tinggi. Umumnya senyawa pencemar tersebut terbentuk dalam pencernaan lipid. Kandungan ammonia pada limbah rumah potong ayam umumnya melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan. Biofilter anaerob merupakan salah satu metode pengolahan limbah cair yang dapat diterapkan untuk mengolah air limbah RPA. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengkaji kemampuan beban hidrolik media dalam menurunkan senyawa amonia pada air limbah RPA. Beban hidrolik media yang digunakan terdiri dari tiga variasi yaitu diantaranya 0,006 m3/m2media.hari, 0,009 m3/m2media.hari dan 0,015 m3/m2media.hari. Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media karbon aktif untuk menurunkan beban pencemar ammonia pada air limbah RPA dengan sistem biofilter anaerob tercelup aliran upflow. Reaktor yang digunakan dalam percobaan ini adalah terdiri dari 3 reaktor dengan ukuran berbeda-beda. Efisiensi penyisihan kandungan amonia disimpulkan bahwa penerapan beban hidrolik media 0,006 m3/m2media.hari mampu menyisihkan senyawa ammonia lebih dari 95%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Riyaldi, Aldi Slamet, Bambang Supriatno, and Sri Anggraeni. "Desain Kegiatan Laboratorium Alternatif: Memfasilitasi Keterampilan Literasi Kuantitatif Siswa melalui Praktikum Respirasi Anaerob." Bioedusiana: Jurnal Pendidikan Biologi 6, no. 1 (June 30, 2021): 104–20. http://dx.doi.org/10.37058/bioed.v6i1.3103.

Full text
Abstract:
Kegiatan praktikum sangat esensial bagi pembelajaran biologi di sekolah. Namun belum banyak kegiatan praktikum biologi yang mendukung pada kemampuan literasi kuantitatif siswa. Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran mengenai kualitas desain kegiatan laboratorium (DKL) materi respirasi anaerob yang tersedia di lapangan serta mengembangkan DKL alternatif yang dapat memfasilitasi keterampilan laiterasi kuantitatif siswa. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan ANBUCOR (Analisis, Buat, Coba, dan Rekonstruksi). Tahapan penelitian meliputi analisis DKL lapangan, pembuatan DKL alternatif, uji coba, dan rekonstruksi. Instrumen penelitian berupa rubrik penilaian dan catatan lapangan. Hasil analisis terhadap DKL yang terdapat di lapangan menunjukan bahwa pada umumnya DKL telah relevan dengan tuntutan kurikulum namun terdapat kelemahan pada aspek kompetensi yaitu pada indikator interpretasi dan representasi data. Hasil pengembangan diperoleh DKL alternatif bersifat eksperimen mencakup alat praktikum yang mendukung kegiatan kuantifikasi dan lembar kerja yang didukung oleh keberadaan beberapa komponen literasi kuantitatif diantaranya kalkulasi, interpretasi, representasi, dan analisis/ aplikasi. Dengan demikian DKL alternatif untuk materi respirasi anaerob yang dikembangkan dapat memfasilitasi keterampilan literasi kuantitatif siswa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Akhmadi, Zainal, Suharno Suharno, and Kholisotul Hikmah. "Biofiltration Performance of Coconut Shell and Plastic Waste Made from Egg Holders for Medical Wastewater Treatment." Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 19, no. 1 (April 1, 2020): 62. http://dx.doi.org/10.14710/jkli.19.1.62-67.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Pengelolaan limbah cair medis dari fasilitas pelayanan kesehatan memegang peran penting bagi lingkungan dan keamanan masyarakat luas. Pencemar yang terkandung di dalamnya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan hasil dari pengolahan limbah cair medis (IPAL) dengan menggunakan tempurung kelapa dan plastic bekas tempat telur sebagai media biofiltrasi untuk menurunkan kadar BOD dan COD di Puskesmas Siantan Hulu.Metode: Penelitian ini merupakan jenis quasi-eksperimen. IPAL yang diaplikasikan adalah continuous flow dengan volume 2000 liter dan dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu pengendapan awal, bak anaerob, bak aerob dan bak pengendapan akhir. Proses pembiakan mikroorganisme dilakukan secara alami dengan membiarkan media direndam dalam bak anaerob dan aerob selama 14 hari. Penelitian inti dilakukan secara kontinyu dengan lama tinggal 6 hari sesudah melewati ketebalan media tempurung kelapa dan plastic bekas yang berbeda, yaitu 20:40 cm, 40:40 cm dan 60:20 cm. Hasil dianalisis menggunakan uji t berpasangan dan uji One-Way Anova serta rumus efisiensi penurunan parameter.Hasil: Diperoleh hasil bahwa ada perbedaan kadar BOD dan COD sebelum dan sesudah melewati media biakan lekat (p=0,000) dengan berbagai ketebalan media. Berdasarkan waktu tinggal, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan terhadap kadar BOD dan COD (p=0,985 dan p=0,142). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara kombinasi anaerobic dan aerobic, aplikasi 20 cm tempurung kelapa dan 60 cm plastic bekas selama 6 hari menghasilkan penurunan tertinggi, yaitu dengan efisiensi rata-rata 94,3% dari rata-rata 130 mg/l menjadi 6,2 mg/l dan COD 96,6% dari rata-rata 217,2 mg/l menjadi 7,3 mg/l..Simpulan: Penelitian ini menghasilkan kadar BOD dan COD yang sesuai (<NAB), menjadi 6,2 md/l dan 7,3 mg/l. Modifikasi ini menurunkan BOD dengan rata-rata efisiensi 94,3% dan COD 96,6%. Disimpulkan bahwa ketebalan media yang terbaik adalah 20:60 cm tempurung kelapa dan plastik bekas dan waktu tinggal 1 hari.ABSTRACT Background: Health facilities waste water management is a crucial environmental and public safety issue. These pollutants should be treated by the proper treatment before release to the municipal drainage. This study aims at presenting the results of waste water treatment modification which used coconut shell and plastic as biofiltration media to decrease organic pollutants (BOD and COD) at Public Health Center of Siantan Hulu.Methods: This study is a quasy experiment. The type of wastewater treatment that is used in this research is a continuous flow which has total volume 2000 litter and divided into 4 zones, i.e presedimentation, anaerob zone, aerobic zone and post sedimentation zone. Seeding microorganism has done naturally by letting media in anaerob and aerob zone for 14 days. The main research were conducting by continuous operation under 6 days retention time after treated by different media depth of coconut shell and plastic, i.e 20:60cm, 40:40cm and 60:20cm. The results analyzed by paired sample t-test, one-way anova, and also proportional efficiency formula. Results: It obtained that there was difference of BOD and COD level before and after through various bed depth of media (p=0,000). Based on retention time, it was not found any difference towards BOD and COD content (p=0,985 and p=0,142). The result of experiment shows that within the combined anaerobic and aerobic process using 20 cm coconut shell and 60 cm of plastic media under condition 6 days retention time, the average of removal efficiency of BOD reached to 96,6% from 130 mg/l into 6,2 mg/l and COD 94,3% which 217,2 mg/l down to 7,3 mg/l.. Conclusion: Application of coconut shell and plastic waste media filtration for medical wastewater treatment resulted appropriate BOD and COD content, into 6,2 mg/l and 7,3 mg/l respectively. This modification decreases BOD with the average of percentage efficiency stood at 94,3% and COD at 96,6%. It was found to be the best media with an appropriate coconut shell:plastic waste bed depth of 20:60 cm with 1 day of retention time.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Iswanto, Bambang, Widyo Astono, and Yulfi Rezi. "PENGARUH PENAMBAHAN GAS HIDROGEN TERHADAP PENINGKATAN GAS METAN (CH4) PADA PROSES DEKOMPOSISI SAMPAH ORGANIK." INDONESIAN JOURNAL OF URBAN AND ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY 8, no. 1 (June 18, 2016): 97. http://dx.doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v8i1.723.

Full text
Abstract:
Pengaruh penambahan gas hidrogen terhadap peningkatan gas metan (CH4) pada proses dekomposisi sampah organik yang dilakukan di WorkShop Teknik Lingkungan Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis karakteristik sampah organik (sayur) dan pengaruhnya terhadap penambahan gas hidrogen (H2) dengan sistem anaerob pada produksi gas metan, dan kondisi optimum proses pembentukan gas metan dengan menggunakan tiga variasi dosis penambahan gas hidrogen. Pada reaktor RH1 penambahan gas H2 sebanyak 900 L, reaktor RH2 sebanyak 1800 L, reaktor RH3 sebanyak 2700 L. Analisis karakteristik sampah organik meliputi analisis fisik dan kimia. Analisis fisik berupa komposisi sampah dan densitas sampah. Komposisi sampah merupakan persentase dari jenis sampah yang digunakan. Analisis kimia sampah yang diukur adalah kadar air, C/N rasio, dan Volatile Solid (VS) yang dilakukan di Laboratorium Lingkungan Universitas Trisakti. Pengukuran pH menggunakan pH meter, untuk pengkuruan suhu menggunakan thermometer dan untuk pengukuran kelembaban dilihat pada humiditymeter, ketiganya terdapat pada rangkaian reaktor. Pengukuran gas metan menggunakan metode Gas Chromatography yang diuji di Laboratorium Rekayasa Produk Kimia dan Bahan Alam, Universitas Indonesia. Hasil analisis laboratorium didapatkan nilai kadar air sebesar 78,2%, kadar VS sebesar 33%, nilai C/N rasio sebesar 24, dan densitas sampah 230 kg/m3. Karakteristik sampah organik tersebut masih dalam kisaran optimum dalam dekomposisi sampah secara anaerob.Nilai pH dan suhu bahan dengan adanya penambahan gas hidrogen selama penelitian masih dalam kondisi optimum untuk proses dekomposisi sampah organik secara anaerob. Dalam waktu 55 hari proses dekomposisi dengan variasi penambahan bioaktivator, pH bahan berkisar antara 5,75 – 7,5, suhu bahan berkisar antara 32˚C – 36˚C, dan kelembaban bahan berkisar antara 32,5% – 70%. Namun kelembaban pada semua reaktor belum memenuhi kisaran optimum dalam proses dekomposisi sampah organik secara anaerob hal ini ditandai dengan kelembaban bahan pada semua reaktor mencapai 32,5%. Berdasarkan hasil analisis gas dari laboratorium, produksi biogas terbesar pada pengukuran hari ke 39 terlihat bahwa volume biogas pada reaktor RH2 adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 28,2% dengan jumlah penambahan gas hidrogen sebanyak 1,8 m3, dan kondisi parameter seperti pH adalah 7, suhu 36°C, dan kelembaban 50%. Dari hasil perhitungan ! yang merupakan persentase gas H2 yang bereaksi menghasilkan CH4, maka nilai ! reaktor RH2 adalah yang paling besar dengan nilai 0,2261 dengan kecepatan reaksi ∆# ∆$=8,0594x10/012345 6789 . Kata kunci : Kata kunci : Biogas, Sampah Sayur, Anaerob Digestion, Gas Hidrogen, Gas Metan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Indrawati, Dwi, Bambang Iswanto, and Aji Khairul Umam. "PENGARUH RESIRKULASI LEACHATE PADA PROSES DEKOMPOSISI SAMPAH ORGANIK SECARA ANAEROB." INDONESIAN JOURNAL OF URBAN AND ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY 6, no. 5 (September 20, 2016): 113. http://dx.doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v6i5.708.

Full text
Abstract:
Sampah merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi baik oleh negara-negara berkembang maupun negara-negara maju di dunia. Masalah sampah merupakan masalah yang umum dan telah menjadi fenomena universal di berbagai negara, dengan titik perbedaannya terletak pada jumlah dan jenis sampah yang dihasilkan. Jumlah penduduk yang semakin meningkat berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan, sedangkan lahan untuk pembuangan sampah semakin sulit. Sehingga diperlukan sebuah teknologi yang dapat mempersingkat waktu dekomposisi sampah agar lahan yang tersedia cukup untuk menampung sampah yang dihasilkan. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membantu manusia untuk mencari energi alternatif. Energi alternatif dijadikan energi terbarukan yang bersifat ramah lingkungan. Permasalahan di atas dapat dikombinasikan menjadi sebuah solusi untuk mengurangi kecenderungan dampak pencemaran lingkungan dan potensi sumber energi terbarukan. Dalam penelitian ini dilakukan resirkulasi leachate untuk mempercepat proses dekomposisi sampah secara anaerob dengan tiga varisasi perlakuan. Variasi perlakuan berupa volume awal resirkulasi leachate 4,5 liter (RL1), 9 liter (RL2), dan 13 lliter (RL3). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik sampah organik pasar, menganalisis pengaruh resirkulasi leachate terhadap parameter dekomposisi, mengetahui dosis leachate yang diresirkulasi terhadap terbentuknya gas metan (CH4), dan menganalisis karakteristik kompos hasil proses dekomposisi sampah organik. Penentuan kadar air menggunakan metode gravimetri, penentuan kadar volatie solid (VS) dengan pembakaran pada suhu 550°C, untuk analisis C/N rasio dan densitas sampah menggunakan perhitungan secara matematis. Parameter berupa pH , suhu, dan kelembaban dilihat dari indikator parameter yang terdapat dalam rangakaian reaktor, dan untuk analisis biogas menggunakan metode Gas Chromatography. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa karakteristik sampah organik pasar untuk nilai kadar air sebesar 78,2%, kadar VS sebesar 33%, nilai C/N rasio sebesar 24, dan densitas sampah 230 kg/m3 . Reaktor RL2 dengan volume awal resirkulasi 9 liter (50% volume awal) adalah reaktor paling optimum dengan kecepatan peningkatan gas metan setelah resirkulasi leachate terbesar yaitu 0,87% per hari, dan penurunan gas karbon dioksida terbesar yaitu 0,86% per hari. Reduksi sampah pada reaktor RL2 juga yang terbesar yaitu 77,5%. Karakteristik kompos berupa nilai kadar air pada variasi perlakuan dengan resirkulasi leachate dan perlakuan kontrol sebesar 19% – 33,6%, kadar VS sebesar 19,7% – 28,4%, dan pH dalam kisaran 7,0 – 7,25. Kata kunci: Dekomposisi anaerob, sampah pasar, resirkulasi leachate, biogas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Puspita Sari, Feby, Diana Hendrawan, and Dwi Indrawati. "PENGARUH PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR PADA PROSES DEKOMPOSISI SAMPAH ORGANIK SECARA ANAEROB." INDONESIAN JOURNAL OF URBAN AND ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY 7, no. 2 (September 20, 2016): 57. http://dx.doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v7i2.715.

Full text
Abstract:
<p>Meningkatnya jumlah penduduk dengan segala aktivitasnya telah meningkatkan jumlah sampah dari hari ke hari. Sampah yang dihasilkan 80% berupa sampah organik. Salah satu sumber sampah organik yaitu berasal dari pasar. Sampah organik pasar merupakan sampah yang cepat membusuk dan dapat menimbulkan bau, oleh karena itu diperlukan teknologi terbarukan agar sampah organik dapat lebih bermanfaat. Seiring berjalannya waktu, timbul perhatian dalam pencarian dan penggunaan energi alternatif. Dengan melihat permasalahan sampah dan penyediaan energi maka dapat dipertimbangkan usaha pengolahan sampah menjadi biogas. Gas metana (CH4) yang terkandung dalam biogas dapat dijadikan sebagai bahan bakar. Dalam penelitian ini dilakukan penambahan bioaktivator untuk mempercepat proses dekomposisi sampah secara anaerob dengan tiga varisasi perlakuan. Variasi perlakuan berupa penambahan bioativator sebanyak 1 l (RA1), 1,5 l (RA2), dan 2 l (RA3). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik sampah organik pasar, menganalisis pengaruh penambahan bioaktivator terhadap parameter dekomposisi dan terbentuknya gas CH4, dan untuk menganalisis karakteristik kompos yang dihasilkan. Penentuan kadar air menggunakan metode gravimetri, penentuan kadar volatie solid (VS) dengan pembakaran pada suhu 550°C, untuk analisis C/N rasio dan densitas sampah menggunakan perhitungan secara matematis. Parameter berupa pH, suhu, dan kelembaban dilihat dari indikator parameter yang terdapat dalam rangkaian reaktor, dan untuk analisis biogas menggunakan metode Gas Chromatography. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa karakteristik sampah organik pasar untuk nilai kadar air sebesar 78,2%, kadar VS sebesar 33%, nilai C/N rasio sebesar 24, dan densitas sampah 230 kg/m3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi RA2 lebih cepat mendekomposisi sampah organik pasar dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan reaktor kontrol, yaitu pada hari ke-14 telah memasuki fase metanogenesis. Pada hari ke-14, pH pada variasi RA2 sebesar 6,5, suhu sebesar 36°C, dan kelembaban sebesar 75%. Hal ini didukung juga dengan analisis gas, yaitu kandungan gas CH4 pada variasi RA2 lebih tinggi dibandingkan dengan variasi lainnya yakni mencapai 17,46%. Karakteristik kompos berupa nilai kadar air pada variasi perlakuan dengan penambahan bioaktivator dan perlakuan kontrol sebesar 19% – 33,6%, kadar VS sebesar 19,7% – 28,4%, dan pH dalam kisaran 7,0 – 7,25. </p><p>Keywords: Anaerobic decomposition, traditional market waste, bioactivator, biogas. </p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Ködöböcz, László, Borbála Biró, Ilona Dusha, Zoltánné Izsáki, Lajos Sáry, and Mihály Kecskés. "Rhizobium törzsek túléloképessége különbözo vivoanyagokban." Agrokémia és Talajtan 52, no. 3-4 (November 1, 2003): 395–408. http://dx.doi.org/10.1556/agrokem.52.2003.3-4.11.

Full text
Abstract:
A lucerna magoltására alkalmas két Sinorhizobium meliloti törzs túléloképességét ellenoriztük laboratóriumi körülmények között. Az oltás szempontjait figyelembe véve a baktériumtörzsek túléloképességét a magfelszínen, folyékony táptalajban, talajban és mezogazdasági hulladék felhasználásával készített komposztban ellenoriztük 1-6 hetes idotartamban. A kiindulási sejtszámhoz képest a törzsek túléloképességét (pusztulását és esetleges szaporodását) az általunk módosított, szelektív táplemezes kitenyésztéssel követtük nyomon antibiotikum marker segítségével. Megállapítást nyert, hogy a különféle lucernamagvak felszínén a Rhizobium törzsek túléloképességét a fajtatulajdonságok erosen befolyásolják. A fajták és az oltóanyagok közötti kompatibilitás-vizsgálatoknak tehát a mikrobiális oltóanyagok alkalmazásánál nagy jelentosége van. Talajokban a Rhizobiumok perzisztenciáját a talajok kötöttsége, alacsony pH-ja és a tápanyag-szegény körülmények is gátolhatják. Az alkalmazott törzsek vivoanyagának a nagy szerves- és tápanyagtartalmú komposztok a legmegfelelobbek. Az anaerob módon eloállított komposzt a vizsgált törzsek túléloképességéhez kedvezobb körülményeket biztosít. Ennek oka feltételezésünk szerint a biotikus tényezok kedvezobb alakulása, azaz az anaerob körülményekhez adaptálódott konkurens mikrobák kisebb fokú versenyképessége lehet. Feltételezéseinket a sterilizált komposztban kimutatott nagyobb mértéku túléloképesség támasztja alá. A megfelelo komposztok ilyen irányú felhasználásával kiváltható a tozegek alkalmazása, az oltóanyag-eloállítási technológia gazdaságosabbá teheto.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Soraya, Cut, Santi Chismirina, and Rizki Novita. "PENGARUH PERASAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) SEBAGAI BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Enterococcus faecalis SECARA IN VITRO." Cakradonya Dental Journal 10, no. 1 (September 4, 2018): 1–9. http://dx.doi.org/10.24815/cdj.v10i1.10609.

Full text
Abstract:
Enterococcus faecalis (E. faecalis) adalah salah satu bakteri Gram positif fakultatif anaerob yang termasuk flora normal dalam rongga mulut, namun bakteri ini dapat menjadi patogen dan memiliki peran utama sebagai penyebab lesi periradikuler persisten setelah perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar, salah satu tahapannya adalah dengan irigasi. Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan salah satu tanaman umbi lapis yang mengandung senyawa-senyawa antimikroba. Penelitian dengan desain eksperimental laboratories ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perasan bawang putih terhadap pertumbuhan E. faecalis. Enterococcus. faecalis yang telah dikultur pada media CHROM agar VRE dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C dalam suasana anaerob, dilakukan uji konfirmasi dengan pewarnaan Gram dan penentuan kekeruhan bakteri dengan spektrofotometer. Uji pengaruh perasan bawang putih terhadap pertumbuhan E. faecalis dilakukan dengan metode difusi agar pada media MHA. Data hasil pengukuran dianalisis dengan oneway ANOVA dengan α=0,05 dan dilanjutkan dengan uji Least Significance Difference (LSD). Disimpulkan bahwa perasan bawang putih memiliki pengaruh terhadap E. faecalis pada konsentrasi 25% dan 50% dengan kemampuan daya hambat lemah, sedangkan pada konsentrasi 75% dan 100% dengan kemampuan daya hambat yang sedang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Budhijanto, Wiratni, Sholahuddin Al Ayyubi, and Khalid Abdul Latif. "Evaluasi Rangkaian Anaerobic Fluidized Bed Reactor (AFBR) dan Micro Bubble Generator (MBG) untuk Pengolahan Air Lindi Sampah." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 18, no. 1 (January 14, 2020): 1. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2019.18.1.1.

Full text
Abstract:
Abstrak. Timbulan air lindi adalah masalah serius pada tempat pengolahan sampah akhir (TPA) di Indonesia. Kandungan komponen organik pada sampah Indonesia yang mencapai 70-75% dari total timbulan sampah menyebabkan tingginya produksi lindi sebagai cairan hasil pembusukan. Studi ini bertujuan mengoptimalkan proses pembersihan air lindi dengan rangkaian proses anaerob yang diikuti dengan proses aerob pada skala mini pilot plant. Peruraian anaerobik dijalankan dalam anaerobic fluidized bed reactor (AFBR) dengan media imobilisasi mikroorganisme yang difluidisasi. Tahap selanjutnya adalah proses peruraian secara aerob dengan aerasi menggunakan micro bubble generator (MBG). Pilot plant yang didirikan di tempat pengolahan akhir (TPA) Piyungan di Yogyakarta ini terdiri atas AFBR dengan volume 500 L dan bak aerasi dengan MBG berukuran 500 L. Pengamatan data kualitas air (soluble chemical oxygen demand (sCOD) dan volatile fatty acid (VFA)) pada input/output AFBR dan input/output MBG serta volume biogas yang dihasilkan di AFBR dilakukan secara berkala selama 70 hari start-up di mana reaktor mulai dioperasikan secara kontinu setelah inokulasi secara batch dan 50 hari operasional pada kondisi steady state. Walaupun telah dioperasikan selama lebih dari sebulan, performa AFBR setelah tercapai kondisi steady state belum optimal karena baru mencapai kurang lebih 30% pengurangan kandungan senyawa organik. Performa yang lebih baik teramati pada proses aerob dengan aerasi menggunakan MBG. Proses tersebut berhasil menurunkan sCOD sampai 60%. Studi awal ini menunjukkan bahwa rangkaian AFBR dan MBG berpotensi untuk mengatasi masalah pencemaran air lindi di TPA. Optimalisasi kinerja unit ini terutama ditentukan oleh proses start-up yang dipengaruhi oleh teknik inokulasi. Kata Kunci: fluidisasi, imobilisasi mikrobia, lindi, peruraian aerob, peruraian anaerob, sampah. Abstract. Evaluation of Anaerobic Fluidized Bed Reactor (AFBR) and Micro Bubble Generator (MBG) for Landfill Leachate Treatment. Landfill leachate emission is a very serious problem in Indonesian landfill sites. High organic fraction in Indonesian garbage, which accounts for 70-75% of total municipal solid waste amount, emits high flow rate of leachate as the result of decay process. This study aims to optimize landfill leachate treatment by means of anaerobic process followed by aerobic process. The anaerobic digestion was carried out in AFBR in which microbial immobilization media was fluidized. The next stage was aerobic digestion by applying novel aeration technology using MBG. The pilot plant was installed in Piyungan Landfill Site in Yogyakarta, which consisted of 500 L AFBR and 500 L MBG units. Observation was conducted periodically for 70 days of start-up when the unit was operated continuously after batch inoculation followed by 50 days of steady-state operation. The measurement was taken as soluble chemical oxygen demand (sCOD) and volatile fatty acids (VFA) on the input/output of AFBR and input/output of MBG. The biogas volume production in the AFBR was also measured. AFBR performance was not optimal since even after achieving a steady state condition (for one-month operation), it could only reduce less than 30% organic content. A better performance was observed in the aerobic process where MBG was used for the aeration. It could reduce 60% of sCOD. This preliminary study showed that the coupling of AFBR and MBG units is potential for landfill leachate treatment. Optimization of this unit depended on the inoculation technique during the start-up period. Keywords: aerobic digestion, anaerobic digestion, fluidization, landfill leachate, microbial immobilization, municipal solid waste. Graphical Abstract
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Mellyanawaty, Melly, Chandra Wahyu Purnomo, and Wiratni Budhijanto. "PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT ALAM TERMODIFIKASI SEBAGAI MEDIA IMOBILISASI BAKTERI TERHADAP DEKOMPOSISI MATERIAL ORGANIK SECARA ANAEROB." Jurnal Rekayasa Proses 11, no. 1 (August 2, 2017): 36. http://dx.doi.org/10.22146/jrekpros.26353.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan zeolit alam termodifikasi sebagai media imobilisasi terhadap dekomposisi material organik pada proses anaerobic digestion. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan cara mengimpregnasi ion besi(Fe2+)ke dalam zeolit yang telah dibentuk menjadi cincin Raschig. Impregnasi yang dilakukan adalah impregnasi basah. Dalam penelitian ini digunakan 3 variasi konsentrasi larutan Fe2+ yaitu 10 mg/L; 100 mg/L dan 2000 mg/L. Dari hasil impregnasi zeolit menggunakan ketiga konsentrasi tersebut diperoleh kadar Fe2+ yang terdeposit ke dalam zeolit berturut-turut: 0,0016 mgFe2+/gZeo; 0,0156 mgFe2+/gZeo; 0,3125 mgFe2+/gZeo dan 0 mgFe2+/gZeo digunakan sebagai kontrol. Zeolit termodifikasi Fe2+ kemudian ditambahkan ke dalam reaktor anaerobik yang dijalankan secara batch. Perbandingan volume media zeolit dan cairan adalah 1:1. Substrat yang digunakan berupa campuran limbah distillery spent wash dengan konsentrasi soluble Chemical Oxygen Demand (sCOD) 10.000 mg/L dan keluaran dari digester aktif kotoran sapi sebagai inokulum. Perbandingan volume distillery spent wash terhadap inokulum sebesar 2:1. Proses anaerobik dijalankan selama 28 hari.Jika dibandingkan dengan data Total Solid (TS) dan Volatile Solid (VS), hasil percobaan menunjukkan bahwa data analisis sCOD memberikan data yang lebih akurat dan konklusif untuk mengukur perubahan material organik dalam proses peruraian anaerobik menggunakan media imobilisasi. Dari keempat variasi kadar Fe2+ yang digunakan dalam penelitian ini, Fe2+ dengan kadar 0,0156 mgFe/gZeo memberikan efisiensi penurunan material organik (sCOD) tertinggi yaitu 66,73%. Sedangkan Fe2+ dengan kadar 0,3125 mgFe/gZeo mampu meningkatkan produksi biogas sebesar 43%. Namun secara keseluruhan proses peruraian anaerobik yang menggunakan zeolit termodifikasi Fe2+ menghasilkan biogas lebih banyak daripada kontrol (zeolit tanpa Fe2+).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Elystia, Shinta, Shinta Indah, and Denny Helard. "EFISIENSI METODE MULTI SOIL LAYERING (MSL) DALAM PENYISIHAN COD DARI LIMBAH CAIR HOTEL (Studi Kasus: Hotel �X� Padang)." Jurnal Dampak 9, no. 2 (July 1, 2012): 98. http://dx.doi.org/10.25077/dampak.9.2.98-105.2012.

Full text
Abstract:
ABSTRAKDalam penelitian dilakukan pengolahan limbah cair Hotel yang bersumber dari dapur dan laundri dengan metode Multi Soil Layering (MSL). Tujuan penelitian ini untuk menentukan efisiensi penyisihan COD dan mempelajari pengaruh faktor variasi material organik dalam campuran tanah pada lapisan anaerob dan variasi Hydraulic Loading Rate (HLR) terhadap efisiensi pengolahan limbah cair hotel dengan metode MSL. Dua buah reaktor MSL berdimensi 50 x 15 x 100 cm dengan lapisan batuan yang sama pada kedua reaktor berupa kerikil berukuran 35 mm serta lapisan anaerob berupa campuran tanah dengan arang (reaktor 1) dan campuran tanah dengan serbuk gergaji (reaktor 2) dengan rasio komposisi 2 : 1. Limbah dialirkan pada masing-masing reaktor dengan variasi HLR 500, 750, dan 1.000 l/m2hari. Konsentrasi COD sebelum diolah adalah 132,600201,240 mg/l, setelah diolah dengan MSL konsentrasi berubah menjadi 12,48088,920 mg/l. Secara umum, variasi material organik dalam campuran tanah tidak begitu berpengaruh pada penyisihan COD. Variasi HLR cukup berpengaruh, dimana HLR 500 l/m2hari memberikan efisiensi penyisihan COD yang lebih tinggi. Efisiensi penyisihan COD yang diperoleh pada penelitian ini berturut-turut pada reactor 1 berkisar antara 55 -90 % dan pada reactor 2 berkisar antara 56-89%. Hasil menunjukkan bahwa kedua reaktor mampu menyisihkan COD pada limbah cair hotel.Kata Kunci: COD, limbah cair hotel, multi soil layering (MSL)ABSTRACTResearch COD removal from hotel wastewater stemmed from laundry and kitchen with Multi Soil Layering method (MSL) was conducted. The aim were to observe COD removal efficiency and to study the effect of organic material variation in soil as the anaerob layer as well as the effect of various hydraulic loading rate (HLR). In this research, there were two MSL reactors with dimension of 50 x 15 x 100 cm. Aerob layers of both reactors in the form of gravel 3-5 mm sized while anaerob layers are composed from soil mixed with charcoal (reactor 1) and soil mixed with sawdust (reactor 2) with ratio 2:1. HLR of wastewater for each reactor are 500, 750, and 1.000 l/m2day. Concentration of COD was 132,600-201,240 mg/l. COD concentration successively reduced to 12,480-88,920 mg/l.This result indicated both reactors can cast aside COD and also neutralize hotel liquid waste pH. In general, organic material variation of in soil mixture, that is sawdust and charcoal did not show any significant influence. HLR of 500 l / m2/day allowed the best removal efficiency at each contaminant parameters. As a whole efficiency removal of COD at this research successively at reactor 1 ranged from 55-90%, and 56-89%.Key Words:COD, hotel wastewater, multi soil layering (MSL)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Syafila, Mindriany, Tjandra Setiadi, Abdul Haris Mulyadi, and Esmiralda. "Kajian Biodegradasi Limbah Cair Industri Biodiesel pada Kondisi Anaerob dan Aerob." ITB Journal of Sciences 39, no. 1&2 (2007): 166–78. http://dx.doi.org/10.5614/itbj.sci.2007.39.1-2.9.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Fitzke, B., S. U. Geißen, and A. Vogelpohl. "Ein anaerob betriebener Membranbioreaktor zur vollständigen Kohlenstoffelimination aus schwach belasteten Abwässern." Chemie Ingenieur Technik 75, no. 4 (April 7, 2003): 447–50. http://dx.doi.org/10.1002/cite.200390090.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Busse, Martin W., Daniela Grube, Michael Thomas, Antina Schulze, and Uwe Tegtbur. "Determination of the “Anaerob Threshold” by Lactate Blood Kinetics in Rowers." Medicine & Science in Sports & Exercise 38, Supplement (May 2006): S236. http://dx.doi.org/10.1249/00005768-200605001-01915.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Neshart, Neshart, Rosdiana Rosdiana, Dwiprayogo Wibowo, and Ahmad Syarif Sukri. "Perencanaan Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan Metode Biofilter Anaerob – Aerob." Jurnal TELUK: Teknik Lingkungan UM Kendari 1, no. 1 (June 11, 2021): 14–19. http://dx.doi.org/10.51454/teluk.v1i1.118.

Full text
Abstract:
Planning design of wastewater treatment plant in a market is needed to improve the quality of water that will be discharged so it doesn’t pollute the environment and the near. The goal of this study is to determine the discharge of wastewater will be treated and the design of treatment basin in the wet lods area of Mandonga Traditional Market. Result of wastewater is 7.88 m3/day with a waste concentration of pH 7, BOD 64.2 mg/day, and TSS 2.130 mg/day. Wet Lods Wastewater Treatment Plant in Mandonga Traditional Market has 6 compartments such as a control tub with the fine filter addition which has a volume of 0.072 m3/day, the initial settling tank has a volume of 1 m3/day, anaerobic biofilter has a volume of 1.83 m3/day, aerobic tubs have a volume of 0.42 m3/day, the final settling tank I has a volume of 1.1 m3/day and the final settling tub II has a volume of 1.1 m3/day.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Gunadi, Dwi, and Bagus Kuncoro. "IMPLEMENTASI PENERAPAN MODEL LATIHAN PROGRESIF PADA KLUB ATLETIK ADIOS UTP SURAKARTA." BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 1, no. 3 (July 21, 2020): 216–21. http://dx.doi.org/10.31949/jb.v1i3.298.

Full text
Abstract:
Pembinaan prestasi atletik klub ADIOS UTP Surakartaadalahsalah satu tempat latihan para atlet atletik yang terdiri dari beberapa nomor lomba diantaranya jalan, lari lempar dan lompat.Dalam pengabdian masyarakat ini, berlangsung pada 6 Mei 2020 sampai 29 Mei 2020 dihadiri 17 peserta, 1 pelatih dan 1 asisten pelatih ADIOS UTP SURAKARTA. Kegitan berupa penyampaian materi dan praktek langsung implementasi model latihan progresif dalam menunjang prestasi atlet khusunya nomor lomba yang membutuhkan energi anaerob dan merancang program latihan pengembangan jangka menengah. Dalam menghasilkan kemampuan kondisi fisik dan teknik yang maksimal pada klub atletik ADIOS, peserta dibagi dalam 3 kelompok terdiri dari kelompok lari, lempar dan lompat. Setiap kelompok melakukan praktek langsung setelah diberikan penjelasan oleh tim pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat. Hasil praktek setiap sesi pertemuan dilakukan pendampingan evaluasi secara biomekanika, sistem faal dan metodik latihan secara terstruktur. Dari hasil evaluasi diperoleh hasil dan manfaat dari kegiatan pengabdian ini diantaranya Implementasi model latihan progresif dalam menunjang prestasi atlet khusunya nomor lomba yang membutuhkan energi anaerob dapat dipahami atlet, asisten pelatih dan pelatih. Pelatih dan asisten pelatih mampu lebih mudah dalam membuat Program latihan pengembangan jangka menengah dalam menghasilkan kemampuan kondisi fisik dan teknik yang maksimal pada klub atletik ADIOS.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Timpua, Tony Kurtis, and Robinson Pianaung. "UJI COBA DESAIN MEDIA BIOFILTER ANAEROB AEROB DALAM MENURUNKAN KADAR BOD, COD, TSS DAN COLIFORM LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT." Jurnal Kesehatan Lingkungan 9, no. 1 (August 8, 2019): 75–80. http://dx.doi.org/10.47718/jkl.v9i1.646.

Full text
Abstract:
Rumah Sakit selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan, juga merupakan sumber penghasil limbah cair yang memiliki sifat infeksius, patologis dan beracun, sehingga berpotensi menularkan penyakit bagi masyarakat dan mencemari lingkungan sekitarnya. Pengolahan limbah cair rumah sakit menjadi masalah serius karena untuk membuat Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC) yang memenuhi syarat memerlukan biaya yang mahal. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menemukan teknologi pengolahan limbah cair yang sederhana tetapi efektif menurunkan kadar parameter imbah cair, mudah dibuat, menggunakan marterial lokal, dan harganya terjangkau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetehui efektivitas desain media biofilter anaerob aerob dalam menurunkan kadar BOD, COD, TSS, dan Coliform limbah cair rumah sakit, melalui metode eksperimen dengan Rancangan Rangkaian Waktu (Time Series Design). Hasil penelitian menujukkan penurunan kadar BOD pada kapasitas aliran 30 l/jam waktu deteni 6 jam (73,29%), COD (76,94%), TSS (76,60%) dan Coliform (83,87%). Dengan demikian disimpulkan bahwa desain media biofilter anaerob aerob dengan media botol kemasan air mineral 330 ml kapasitas aliran 0,5 liter/menit waktu detensi 6 jam lebih efektif dibandingkan dengan media botol kemasan air mineral 600 ml dan gelas kemasan air mineral 200 ml. Untuk itu disarankan perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui hubungan waktu detensi, kapasitas aliran terhadap efektifitas media biofiltrasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

O, Nur Indradewi, Hery Purnobasuki, Eko Prasetyo K., Arya Zulfikar P., Indah Purnamasari, and Mega Rosita. "Kajian Hubungan Konsentrasi Ammonia Dan Chemical Oxygen Demand (COD) Dalam Pengolahan Air Limbah Secara Anaerob." Jurnal Purifikasi 15, no. 2 (July 26, 2015): 108–13. http://dx.doi.org/10.12962/j25983806.v15.i2.30.

Full text
Abstract:
Amonia adalah inhibitor dari proses anaerobik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh konsentrasi ammonia terhadap penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD). Penelitian ini mengkaji air limbah sintetik dengan konsentrasi ammonia 2500 mg/l dan 5000 mg/l. Volume air limbah sintetik dalam reaktor anaerobic adalah 10 liter. Waktu operas ional reaktor adalah 16 hari. Pada air limbah dengan konsentrasi ammonia 2500 mg/l, di hari ke-0 nilai COD sebesar 3816,96 mg/l dan setelah hari ke-16 nilai COD turun menjadi 1023,97 mg/l. Pada air limbah dengan konsentrasi 5000 mg/l, di hari ke-0 nilai COD sebesar 3453,44 mg/l dan setelah hari ke-16 nilai COD turun menjadi 833,467 mg/l. Berdasarkan data tersebut, efisiensi penyisihkan COD pada konsentrasi 2500 mg/l adalah 73,17% dan pada kosentrasi 5000 mg/l adalah 75,86%
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Kholif, Muhammad Al. "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DALAM MENURUNKAN KANDUNGAN AMONIA PADA LIMBAH CAIR RUMAH POTONG AYAM (RPA) DENGAN SISTEM BIOFILTER ANAEROB." WAKTU: Jurnal Teknik UNIPA 13, no. 1 (March 23, 2016): 13–18. http://dx.doi.org/10.36456/waktu.v13i1.54.

Full text
Abstract:
Karakteristik limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri RPA sangat bervariasi. kandungan bahan organik tinggi disertai konsentrasi bahan padat dan lemak yang relatif tinggi mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Limbah rumah potong ayam umumnya mengandung zat pencemar seperti BOD, COD dan Amonia ynag tinggi. Kandungan ammonia pada limbah rumah potong ayam umumnya melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan. Tujuannya adalah mengetahui kemampuan biofilter anaerobik dalam menurunkan kandungan amonia pada air limbah RPA. Sampel diambil langsung pada bak pencucian ayam setelah bulu tercabut. Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media bioball dan media pecahan batu kali untuk menurunkan beban pencemar amonia pada air limbah RPA dengan sistem biofilter anaerob tercelup aliran upflow. Reaktor yang digunakan dalam percobaan ini adalah terdiri dari 4 reaktor dengan ukuran berbeda-beda. Pada reaktor pertama dan kedua memiliki volume 0,04 m3 dan pada reaktor ke tiga dan ke empat bervolume 0,018 m3. Efisiensi penyisihan kandungan amonia disimpulkan bahwa penerapan media bioball lebih besar menyisihkan kandungan amoni dari pada media pecahan batu kali yaitu lebih dari 90%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Ihsan, Taufiq, Shinta Indah, and Denny Helard. "PENYISIHAN KALIUM DARI LIMBAH CAIR PERSAWAHAN DENGAN METODE MULTI SOIL LAYERING (MSL)." Jurnal Dampak 10, no. 2 (July 1, 2013): 133. http://dx.doi.org/10.25077/dampak.10.2.133-141.2013.

Full text
Abstract:
Metode Multi Soil Layering (MSL) telah diujicobakan untuk menyisihkan kalium pada limbah cair persawahan.Lokasi pengambilan sampel berada di daerah Tunggang, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Pauh, KotaPadang. Hasil analisis karakteristik limbah cair tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi melebihi standarkonsentrasi kalium pada air. Penelitian ini menggunakan 2 buah reaktor berbahan fiberglass, berbentuktrapesium untuk sisi tegaknya, dengan dimensi panjang dan lebar alas 37 cm, panjang dan lebar sisi atas 44 cmdan tinggi 60 cm, serta lapisan aerob berupa batuan kerikil berdiameter 3-5 mm. Kedua reaktor dibedakan atasmaterial organik dalam campuran tanah pada lapisan anaerob, dimana reaktor 1 terdiri dari campuran tanahandisol dan arang, sedangkan reaktor 2 terdiri dari campuran tanah andisol dengan serbuk gergaji. Limbahcair ini dialirkan pada variasi konsentrasi antara 1,048 6,237 mg/l, serta pada Hydraulic Loading Rate (HLR)dengan variasi 1.000, 2.000, dan 4.000 l/m2hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua reaktor mampumenyisihkan kalium mencapai 100% baik pada reaktor 1, maupun pada reaktor 2. Variasi material organikdalam campuran tanah pada lapisan anaerob, variasi konsentrasi influen, dan variasi HLR berpengaruh padapenyisihan kalium. Efisiensi penyisihan kalium didapatkan lebih tinggi pada reaktor 2 pada variasi konsentrasiinfluen terkecil, dengan pengaliran limbah cair pada HLR 1000 l/m2hari. Secara umum MSL dapatdiaplikasikan pada pengolahan limbah cair persawahan.Kata Kunci : Limbah cair persawahan, MSL, kalium
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography