To see the other types of publications on this topic, follow the link: Aritmia.

Journal articles on the topic 'Aritmia'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Aritmia.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Asteggiano, Riccardo. "Aritmie cardiache e cancro." CARDIOLOGIA AMBULATORIALE 30, no. 2 (July 31, 2022): 60–66. http://dx.doi.org/10.17473/1971-6818-2022-2-8.

Full text
Abstract:
La reale incidenza delle aritmie e della morte improvvisa è di difficile valutazione per la peculiare condizione dei pazienti oncologici, a causa di sintomi e segni concomitanti e confondenti. Tuttavia ogni tipo di aritmia può presentarsi in questi soggetti, sia spontaneamente che a causa di condizioni favorenti, che per effetto tossico del trattamento del cancro. È comunque essenziale, perché spesso modificabile e riducibile, valutare il rischio aritmico nei pazienti con cancro. Modesti interventi, come la correzione di una dis-ionia o evitare il concomitante trattamento con farmaci con potenziale effetto prolungante il QTc, possono evitare aritmie pericolose e letali. Ciò è di particolare importanza oggi, essendo di molto migliorata con le nuove terapie sia la qualità della vita che la sopravvivenza dei pazienti oncologici.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Daindes, Tommy, and Hauda El Rasyid. "Ventrikular Takikardia Refrakter Pada STEMI & Stroke." Jurnal Kesehatan Andalas 7 (October 17, 2018): 111. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v7i0.861.

Full text
Abstract:
Pasien STEMI memiliki resiko 4 kali lebih tinggi untuk mengalami aritmia ventrikel yang umumnya terjadi dalam 48 jam pertama setelah onset. Dengan kondisi penyakit penyerta berupa stroke dengan skor severitas berat atau stroke hemoragik, intervensi koroner perkutan (IKP) atau pemberian obat - obatan anti trombotik tidak dapat dilakukan pada fase - fase awal. Optimalisasi obat - obatan anti-iskemik dan anti-aritmia menjadi strategi utama. Aritmia sendiri cukup sering dijumpai selama fase akut stroke, namun mekanisme aritmia ventrikel pada sindroma koroner akut (SKA) dan fase akut stroke masih diperdebatkan. Terlalu absurd jika hanya memikirkan kelainan jantung sebagai penyebab aritmia, mengabaikan kejadian neurologis yang juga sedang terjadi. Beberapa penelitian menunjukkan STEMI & stroke akut dapat memicu timbulnya aritmia ventrikel melalui mekanisme yang berbeda. Laporan Kasus ini dibuat untuk memberikan contoh praktikal dari ilustrasi diatas. Pada kasus ini pasien memiliki 2 entitas penyakit akut disaat bersamaan, yakni STEMI dan stroke. Pasien juga mengalami aritmia ventrikular yang refrakter. Pada akhirnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa aritmia yang timbul bukan hanya diakibatkan oleh kelainan kardiovaskular semata, yang lebih umum dipahami, tetapi juga sebagai komplikasi dari kelainan akut neurologis. Diperlukan penanganan multi-disiplin ilmu dan komperhensif untuk optimalisasi manajemen pasien ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Niendy Alexandra Yosephine and Ratnadewi. "Penggunaan Artificial Neural Network pada Sinyal Elektrokardiogram untuk Mendeteksi Penyakit Jantung Aritmia Supraventrikular." INFORMASI (Jurnal Informatika dan Sistem Informasi) 13, no. 1 (May 12, 2021): 14–23. http://dx.doi.org/10.37424/informasi.v13i1.69.

Full text
Abstract:
Aritmia supraventrikular adalah salah satu jenis gangguan irama jantung yang bersumber dari nodus AV atau impuls listrik di atrium, dengan keadaan jantung yang berdetak lebih cepat dari normal. Aritmia supraventrikular masih dapat diobati dengan obat tertentu sehingga akan sangat membantu penderita bila penyakit tersebut terdeteksi lebih awal. Pemrosesan sinyal elektrokardiogram (EKG) terhadap penyakit Aritmia supraventrikular perlu dilakukan untuk mendeteksi lebih awal adanya permasalahan pada jantung khususnya penyakit aritmia supraventrikular. Artificial Neural Network (ANN) digunakan untuk mendeteksi penyakit jantung Aritmia supraventrikular dan jantung normal karena kelebihannya dalam mengklasifikasi suatu data dengan tepat, proses yang singkat dan pengelolaan mandiri. Hasil akhir dalam penelitian ini didapatkan nilai tertinggi dalam keberhasilan mengklasifikasi berasal dari struktur algoritma Multi-Layer Perceptron. Nilai akurasi hasil pengujian tertinggi berasal dari metode pelatihan menggunakan Resilient Backpropagation yaitu sebesar 87,5%. Nilai specificity hasil pengujian tertinggi berasal dari metode pelatihan menggunakan Levenberg Marquard sebesar 83,3%. Nilai sensitivity hasil pengujian tertinggi berasal dari metode pelatihan menggunakan Resilient Backpropagation yaitu sebesar 100%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Effendi and Adhitya. "Pencegahan dan Tata Laksana Aritmia Maligna pada Pasien Infark Miokard Akut." Journal Of The Indonesian Medical Association 68, no. 4 (October 2, 2019): 186–89. http://dx.doi.org/10.47830/jinma-vol.68.4-2018-84.

Full text
Abstract:
Infark Miokard Akut (IMA) dapat menyebabkan gangguan elektrofisiologis yang akan menimbulkan aritmia. Aritmia yang sering terjadi pada pasien IMA dapat berupa aritmia ventrikular maligna dalam bentuk Ventrikular Takikardia (VT) ataupun Ventrikular Fibrilasi (VF). Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penanganan yang tidak adekuat. Angka kejadian VT maupun VF dapat dilihat dari lokasi terjadinya IMA. IMA menyebabkan terjadinya kondisi hipoksia sel dan asidosis, yang jika dibiarkan akan menyebabkan gangguan elektrofisiologi karena terjadi perubahan potensial istirahat menjadi -60mV dan juga penurunan kecepatan konduksi. Perubahan elektrofisiologi tersebut akan menyebabkan proses re-entry pada daerah iskemi. Ada beberapa prediktor yang dapat memprediksi terjadinya aritmia ventrikel pada IMA. Prediktor-prediktor tersebut dapat membuat kita sebagai dokter untuk mempersiapkan diri dan memberikan tatalaksana yang tepat dan adekuat pada pasien sedini mungkin.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Ayu Agung Laksmi, Ida, Komang Yogi Triana, and Putu Wira Kusuma Putra. "Hubungan Hipertensi dan Aritmia Dengan Mortalitas Pasien Congestive Heart Failure." Journal Center of Research Publication in Midwifery and Nursing 2, no. 2 (December 27, 2018): 39–44. http://dx.doi.org/10.36474/caring.v2i2.55.

Full text
Abstract:
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan progresif dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang. Selain usia dan jenis kelamin, faktor penting lainnya yang dapat memperberat kondisi pasien adalah adanya hipertensi dan aritmia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara hipertensi dan aritmia dengan mortalitas pasien CHF di RSUD Mangusada. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dan aritmia dengan mortalitas pasien CHF di RSUD Mangusada. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional study) menggunakan uji analisis korelasi Lambda. Hasil penelitian menunjukkan nilai p pada variabel hipertensi adalah 0.847 dimana p > (0.05) sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara riwayat hipertensi dengan mortalitas pasien CHF nilai p = 0.00 dimana p < (0.05) sehingga Ho gagal ditolak yang berarti bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara Aritmia dengan mortalitas pasien CHF dengan nilai korelasi 0.498 yang berarti kekuatan korelasi sedang. Aritmia memiliki korelasi yang signifikan terhadap mortalitas pasien CHF, sedangkan hipertensi tidak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Anggraini, Putri, Abdurrahman Wahid, and Noor Diani. "GAMBARAN KEJADIAN ARITMIA DAN KEJADIAN MORTALITAS PADA PASIEN STEMI DI RSUD ULIN BANJARMASIN." Dunia Keperawatan 4, no. 2 (January 19, 2017): 100. http://dx.doi.org/10.20527/dk.v4i2.2512.

Full text
Abstract:
ABSTRAKAritmia merupakan gangguan irama pada jantung bisa cepat, lambat dan ireguler. Komplikasi dari STEMI salah satunya adalah aritmia disebabkan adanya gangguan konduksi listrik dan sel jantung pada jantung. Angka kejadian aritmia 50% yang dapat mengakibatkan kematian. Tujuan penelitian mengetahui gambaran kejadian aritmia dan mortalitas pada pasien STEMI di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini adalah pasien STEMI yang mengalami komplikasi aritmia dari 4 september 2015 – 31 desember 2015 dengan tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan jenis sampling aksidental. Instrumen yang digunakan lembar EKG dan lembar observasi. Hasil penelitian kejadian aritmia berjumlah 11 responden (65%), tidak aritmia 6 responden (35%). Kejadian mortalitas didapatkan 2 responden (12%). Rata – rata umur responden 57 tahun. Jenis kelamin laki – laki terdapat 15 responden (88%), perempuan 2 responden (12%). Kesimpulan prevalensi kejadian aritmia pada pasien STEMI tinggi, ditemukan irama sinus takikardi dan sinus bradikardi dapat mengakibatkan kematian.Kata – kata kunci: aritmia, mortalitas, STEMI.ABSTRACTArrhythmias are disturbances in the heart rhythm become fast, slow or irregular. Arrhythmia is a complication of STEMI. These arrhythmias can damage electrical conduction and cardiac cells in the heart. The incidence of arrhythmias is 50%, which can lead to death. The objective to describe the incidence of arrhythmias and an overview mortality in STEMI patients at the General Hospital of Ulin Banjarmasin. The methods of study was using a descriptive with cross sectional design to STEMI patients. This study has been done since 4 September 2015-31 December 2015 using accidental sampling technique. Instruments used ECG and observation sheet. The results of this study total incidence of arrhythmias were 11 respondents (65%), non arrhythmia 6 respondents (35%). The incidence of mortality was two respondents (12%). 15 respondents (88%), 2 female respondents (12%). It can be concluded the prevalence of arrhythmias in patients with STEMI is high, found with sinus tachycardia and bradycardia may result in death.Keywords: arrhythmias, mortality, STEMI.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Hanifa, Amalia. "Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Aritmia Menggunakan Certainty Factor." Jurnal SANTI - Sistem Informasi dan Teknik Informasi 2, no. 1 (June 15, 2022): 41–48. http://dx.doi.org/10.58794/santi.v2i1.63.

Full text
Abstract:
Sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer yang dirancang untuk mempresentasikan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar. Dengan sistem pakar ini, masyarakat biasa pun dapat menyelesaikan masalahnya atau hanya sekedar mencari suatu informasi berkualitas yang sebenarnya hanya dapat diperoleh dengan bantuan para ahli di bidangnya. Pada penelitian ini dijelaskan cara Sistem Pakar mendiagnosa penyakit Aritmia dengan menggunakan metode Certainty Factor. Dengan menggunakan metode Certainty Factor didapatkan nilai kemiripan dengan kasus sebelumnya gangguan yang dialami penderita Aritmia. Sebagai hasil akhir kesimpulannya sistem ini mudah digunakan (user-friendly) dan mudah dikembangkan dan berguna bagi yang ingin mengetahui penyakit Aritmia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Sungkono, Sungkono, and Adam Adam. "MANAGEMEN HIPOKALEMIA PADA PASIEN PASKA CABG: STUDI KASUS." Quality : Jurnal Kesehatan 15, no. 1 (June 3, 2021): 37–43. http://dx.doi.org/10.36082/qjk.v15i1.211.

Full text
Abstract:
Hipokalemi merupakan kondisi dimana kadar kalium serum < 3,5 mmol/L. Hipokalemia akut paska bedah jantung sering terjadi akibat kehilangan urin, dan pergeseran intraseluler serta akibat hemodilusi setelah CPB (Cardiopulmonary bypass). Hipokalemia dapat memprovokasi terjadinya aritmia melalui perubahan pada sifat elektrofisiologi miosit jantung, termasuk peningkatan fase depolarisasi. Mempertahankan kadar kalium serum 4,5 mmol/L setelah operasi jantung dapat mengurangi terjadinya aitmia. Artikel ini merupakan studi kasus yang menggambarkan managemen keperawatan pada hipokalemia paska operasi CABG hari ke nol. Setelah dilakukan intervensi keperawatan berupa mempertahankan keseimbangan elektrolit (kalium) dalam range normal pasien tidak mengalami aritmia. Penerapan intervensi keperawatan managemen keseimbangan elektrolit (kalium) dapat mencegah terjadinya aritmia paska bedah CABG dan dapat meningkan outcomes pasien.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Fachrian, Dedy, and Mohamad Sofyan Harahap. "Pengaruh Remote Ischemic Preconditioning Terhadap Angka Kejadian Aritmia dan Acute Kidney Injury Pada Pasien Dewasa Pasca Operasi Bedah Jantung." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 8, no. 2 (July 1, 2016): 122. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v8i2.19811.

Full text
Abstract:
Latar Belakang : Cedera reperfusi (IRI) akibat klem aorta saat operasi jantung mengakibatkan kematian kardiomiosit, gangguan fungsi kontraktilitas jantung, aritmia, dan kematian. Penggunaan CPB juga memicu terjadinya acute kidney injury (AKI) yang prevalensinya mencapai 30%. Salah satu pencegahannya adalah mempersiapkan miokardium terhadap efek buruk dari klem aorta. Mempersiapkan (preconditioning) miokardium ini pada dasarnya adalah untuk meningkatkan stimulasi dari mekanisme kardioprotektif bawaan melalui tindakan pemberian iskemia yang tidak mematikan secara periodik. Pemberian iskemik pada otot rangka lengan atau tungkai dengan menggunakan manset bertekanan secara periodik dan durasi yang singkat dapat memberikan proteksi pada miokardium dan ginjal dari IRI. Hal ini diharapkan dapat mencegah aritmia dan AKI setelah operasi jantung.Tujuan : Mengetahui apakah RIPC dapat mencegah aritmia dan Acute Kidney Injury (AKI) pada pasien setelah operasi bedah jantung dengan klem aorta dan menggunaan mesin CPB.Metode : Penelitian ini merupakan jenis uji klinis acak terkontrol. Sampel sebanyak 30 pasien yeng terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (K) 15 subjek dan perlakuan (P) 15 subjek. Kelompok perlakuan setelah dilakukan induksi anestesi dan sebelum dilakukan sternotomi akan diberikan prosedur RIPC yaitu dengan melakukan pengembangan manset pada salah satu lengan atas sampai 200 mmHg dan dipertahankan selama 5 menit kemudian manset di kempiskan dan hal ini dipertahankan sampai 5 menit. Siklus ini kemudian diulangi lagi sehingga lama prosedur ini memakan waktu selama 20 menit. Sedangkan pada kelompok kontrol manset dipasang pada salah satu lengan atas subjek dan dibiarkan tidak dikembangkan selama 20 menit. Selama operasi lama tindakan ligasi aorta diukur dan jika lama ligasi aorta lebih dari 20 menit maka penelitian dilanjutkan tetapi jika lama ligasi aorta kurang dari 20 menit maka subjek penelitian di drop out dari penelitian. Setelah dilakukan pembukaan ligasi aorta, pemantauan akan adanya aritmia dimulai sampai 24 jam kedepan. Setelah operasi selesai dan pasien di transfer ke ICU, pada perawatan jam ke 12, 24, 36, 48, 60 dan 72 jam perawatan dilakukan pemantauan produksi urine dan pengambilan sampel darah dan diperiksa kadar serum kreatinin.Hasil : Aritmia didapatkan pada 11 subjek kontrol dan 2 subjek perlakuan dengan Atrial Fibrilasi merupakan jenis aritmia yang paling banyak didapatkan yaitu 9 subjek pada kontrol dan 1 subjek pada perlakuan. AKI didapatkan pada 11 subjek kontrol dan 1 subjek perlakuan. Pada uji Mann-Whitney didapatkan penurunan angka kejadian aritmia pada kelompok perlakuan yang berbeda bermakna (p=0,01) serta penurunan angka kejadian AKI pada kelompok perlakuan yang berbeda bermakna (p=0,04).Kesimpulan : Tindakan RIPC dengan 2 siklus iskemia dan reperfusi pada kelompok perlakuan terbukti menurunkan angka kejadian aritmia dan AKI pasca operasi jantung secara bermakna dibanding kelompok kontrol.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Permata Sari, Ayu. "Peran Akupunktur sebagai Terapi Penunjang untuk Fibrilasi Atrium." Unram Medical Journal 11, no. 4 (December 30, 2022): 1240–45. http://dx.doi.org/10.29303/jku.v11i4.795.

Full text
Abstract:
Fibrilasi Atrium (FA) merupakan suatu takiaritmia yang sering terjadi dan prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia. FA menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas, termasuk stroke, gagal jantung dan penurunan kualitas hidup pasiennya. Pengobatan yang ada saat ini untuk penanganan FA memiliki efek samping pro-aritmia, prosedural yang mahal dan kompleks, tindakan invasif memiliki tingkat keberhasilan yang rendah, biaya yang tinggi dan efek jangka panjang dalam konsumsi obat anti-aritmia yang sangat banyak ke organ lain di luar jantung. Akupunktur adalah suatu metode yang banyak diteliti untuk permasalahan aritmia jantung, salah satunya untuk fibrilasi atrium. Akupunktur bekerja dengan menstimulasi saraf otonom, menurunkan aktivitas simpatis dan vagal, sehingga menurunkan induksi FA di jantung. Lebih lanjut, terapi akupunktur dibandingkan dengan obat-obatan anti-aritmia amiodaron tidak lebih kurang manfaatnya dalam jangka panjang, namun dengan akupunktur efek samping yang timbul lebih sedikit. Penelitian terbaru mencoba juga penusukan akupunktur pada daun telinga yang merupakan cabang nervus vagus dan hasilnya diperoleh perubahan irama jantung segera menjadi irama sinus, tanpa dilakukan tindakan kardioversi baik farmakologi atau pun elektrik. Oleh sebab itu akupunktur dapat dipertimbangkan menjadi salah satu pilihan terapi penunjang untuk pasien dengan fibrilasi atrium.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Akbar, Muhammad Alif, and Satria Mandala. "IoT on Heart Arrhythmia Real Time Monitoring." Indonesian Journal on Computing (Indo-JC) 3, no. 2 (September 17, 2018): 1. http://dx.doi.org/10.21108/indojc.2018.3.2.170.

Full text
Abstract:
<div class="page" title="Page 1"><div class="layoutArea"><div class="column"><p><span>Monitoring jantung telah populer sejak 5 tahun terakhir. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai produk monitoring jantung berbasis wearable sensor. Umumnya komunikasi yang digunakan pada sistem tersebut adalah menggunakan radio telemetri dengan biaya opera- sional yang mahal. Beberapa riset mencoba menggunakan konsep internet of things (IoT) untuk mengatasi hal tersebut. Namun demikian, desain komunikasi IoT yang ada belum efisien. Ini disebabkan riset yang ada hanya berfokus pada bagaimana hasil baca sensor dapat dipantau secara realtime. Untuk mengatasi hal tersebut, riset ini mengusulkan sebuah arsitektur IoT berbasis cloud untuk memonitor aritmia, salah satu jenis penyakit jantung yang umum ditemukan. Deteksi aritmia yang diusulkan adalah pengembangan algoritma deteksi aritmia berbasis Tsipuras et al, dengan menggunakan deteksi fitur R. Sistem yang diusulkan pada paper ini telah diuji menggunakan dataset MIT-BIH dan menghasilkan akurasi 93.11% terhadap 3 kelas aritmia, yaitu PAC, PVC dan VT. Menariknya, dengan penerapan IoT, efisiensi algoritma deteksi fitur R meningkat 30% dibanding yang diusulkan oleh Pan dan Tompkins. Terbukti dengan rendahnya waktu rata-rata eksekusi tiap sampel data, yaitu sekitar 0.00749 ms.</span></p></div></div></div>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Andreoli, Chiara, Pinzagli, M. Gabriella, and Savarese, Gianluca. "Una causa imprevista di aritmia ipocinetica." Cardiologia Ambulatoriale, no. 1 (March 30, 2019): 73–78. http://dx.doi.org/10.17473/1971-6818-2019-1-7.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Oliveto, Rocco. "Un riscontro occasionale di aritmia cardiaca." Medico e Bambino 40, no. 1 (January 28, 2021): 53–54. http://dx.doi.org/10.53126/meb40053.

Full text
Abstract:
The paper describes a clinical case of asymptomatic intermittent Wolff-Parkinson-White syndrome detected in an 8-year-old boy on the occasion of a sports medical certificate for non-competitive sporting activity. Recent guidelines suggest a personalised cardiological approach.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Paulus Lucky Tirma Irawan, Bryan Asa Kristian, and Windra Swastika. "RANCANG BANGUN APLIKASI MONITORING JANTUNG UNTUK KONDISI ARITMIA BERBASIS ANDROID." Jurnal Teknik Ilmu Dan Aplikasi 3, no. 2 (October 14, 2022): 146–52. http://dx.doi.org/10.33795/jtia.v3i1.99.

Full text
Abstract:
Hingga saat ini penyakit jantung adalah salah satu penyakit yang sangat berbahya. Hal ini dikarenakankejadiannya sangat sulit untuk diprediksi. Meski begitu terdapat beberapa variabel yang dapat dijadikan acuanuntuk mengetahui kapan seseorang dikatakan memiliki potensi yang tinggi untuk mengalami serangan jantung.penyakit jantung bisa dideteksi lebih awal dengan mengetahui gangguan irama jantung (aritmia) yang terjadi.Aritmia merupakan kelainan elektrofisiologi jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan sistem konduksijantung serta gangguan pembentukan dan penghantar impuls. Contoh dari aritmia ini adalah Atrial fibrilasi. Atrialfibrilasi terjadi karena sinyal-sinyal listrik tidak terorganisir dalam atrium dan ventrikel yang menyebabkan detakjantung sangat cepat, lambat dan tidak teratur. Di dalam dunia medis sendiri terdapat teorema waktu kritis yanglebih dikenal dengan Golden Period. Istilah tersebut menandakan waktu kritis maksimal penanganan pasiensebelum terjadi kerusakan permanen dan kematian. Berdasarkan teori ini, kemungkinan penderita selamat dariserangan jantung mendekati nol bila ditangani setelah 10 menit sejak serangan jantung pertama terjadi. Dalampenelitian ini akan dikembangkan sebuah sistem pemantauan berkelanjutan terhadap tanda vital tubuh yangterintegrasi dengan perangkat komunikasi cerdas. Sistem ini dapat menjadi alat pengawas detak jantung secaraotomatis dan realtime, sehingga mampu menghindarkan penggunanya dari resiko serangan jantung, danmeningkatkan kewaspadaan akan kondisi jantung. Aplikasi ini akan menggunakan smartband sebagai pembacadetak jantung, serta menggunakan teknologi Location Based Service yang berfungsi sebagai penentu lokasi.Berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan seluruh fitur utama termasuk fitur darurat yang berfungsi untukmengirimkan notifikasi kepada whitelist contact apabila pengguna dalam kondisi aritmia telah bekerja sesuaispesifikasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Chandra, Evelyne, and Denny Suwanto. "Deteksi Dini untuk Mencegah Kematian Mendadak Akibat Aritmia." Cermin Dunia Kedokteran 48, no. 6 (August 12, 2021): 303. http://dx.doi.org/10.55175/cdk.v48i6.1429.

Full text
Abstract:
<p>Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab 30% kematian di dunia ( 17 juta jiwa) dan 25% nya ( 4 juta jiwa) merupakan kematian jantung mendadak. Kematian jantung mendadak menggambarkan kematian alami yang tidak diduga dengan penyebab jantung dalam periode singkat, umumnya ≤1 jam sejak timbulnya gejala, pada seseorang yang tidak memiliki keluhan sebelumnya. Salah satu etiologi kematian jantung mendadak adalah aritmia jantung, yang umumnya dapat dicegah dengan implantable cardioverter defibrillator (ICD). Skrining dan asesmen risiko dapat mencegah kematian jantung mendadak pada berbagai populasi individu dengan atau tanpa penyakit jantung. Artikel ini membahas deteksi dini potensi kematian jantung mendadak untuk pencegahan primer.</p><p>Cardiovascular diseases are responsible for 30% of global mortality rate annually, approximately 25% of which caused by sudden cardiac deaths. Sudden cardiac death is defined as unpredictable death, with cardiovascular cause as the presumed etiology, within 1 hour from the onset of symptoms in previously asymptomatic individual. Arrhythmia is one of the most prevalent cause, potentially preventable with implantable cardioverter defibrillator (ICD). Sudden cardiac death may be preventable by risk screening and severity assessment. This article sought to elaborate early detection as a part of primary prevention continuum in sudden cardiac death.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Yusra Pintaningrum, Yusra. "FIBRILASI VENTRIKEL: MENGENALI AWITAN HINGGA TATALAKSANA." Unram Medical Journal 10, no. 2 (July 18, 2021): 494–501. http://dx.doi.org/10.29303/jku.v10i2.558.

Full text
Abstract:
Aritmia merupakan suatu kondisi yang merujuk pada setiap gangguan frekuensi, regularitas, lokasi asal, atau konduksi impuls listrik jantung. Fibrilasi ventrikel (FV) merupakan salah satu bentuk dari aritmia yang cukup sering ditemukan. FV ditandai dengan kondisi denyut jantung cepat dan aktivitas listrik yang tidak teratur. FV dapat ditimbulkan akibat beberapa kondisi meliputi ischemic heart disease, chronic kidney disease, hipertensi, kardiomiopati, kelainan aorta, kelainan katup jantung, dan gangguan pasca operasi. Ditinjau dari perjalanannya, FV ini diawali dengan adanya otomatisitas ektopik, peningkatan aktivitas listrik, dan blok searah karena kelainan konduksi sehingga mengakibatkan adanya aliran reentry. Terdapat beberapa alat diagnostik FV, antara lain elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi, magnetic resonance imaging (MRI), angiografi CT koroner dan angiografi koroner, pengujian elektrofisiologi, serta pemeriksaan laboratorium. FV dapat ditangani dengan tindakan cardio-pulmonary resuscitation (CPR), defibrilasi, pemberian medikamentosa, dan tindakan post-cardiac arrest.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Fradisa, Lisa, Ida Suryati, Kalpana Kartikaa, and Veviola Fitri. "HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG ARITMIA DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PENANGANAN ARITMIA DI RUANGAN CVCU DAN IGD RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH." Jurnal Kesehatan Tambusai 2, no. 4 (December 31, 2021): 302–9. http://dx.doi.org/10.31004/jkt.v2i4.3193.

Full text
Abstract:
Sudden death or commonly known as sudden cardiac death is defined as an unexpected death or death process that is too fast. About 93% of sudden deaths are caused by arrhythmias, meaning that deaths occur due to heart rhythm disturbances that cause blood circulation failure. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge of nurses about arrhythmias and attitudes of nurses in handling arrhythmias in the CVCU and IGD rooms at Dr. Adnaan WD Payakumbuh. This study uses a descriptive correlation method with a cross sectional approach.. The sample in this study was 34 respondents. The results of the statistical test of univariate analysis showed that the respondents had good knowledge (61.8%) and had a positive attitude (61.8%). The results of the bivariate test showed that there was a relationship between nurses' knowledge about arrhythmias and nurses' attitudes in handling arrhythmias p value = 0.000 (p 0.05). It was concluded that there was a relationship between nurses' knowledge about arrhythmias and nurses' attitudes in handling arrhythmias in the CVCU and IGD rooms at Dr. Adnaan WD Payakumbuh. Therefore, hospitals can provide opportunities for nurses to continue their education and schedule training for nurses who have not attended training and those who have attended training are expected to attend counseling about arrhythmias once a month which aims to increase knowledge and attitude of nurses in the management of arrhythmias. Keywords: Knowledge, Arrhythmia Management, Attitude
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Ratna Lestari Budiani Buana and Imroatul Hudati. "Review: Analisis Fitur Deteksi Aritmia dan Metode Deep Learning untuk Wearable Devices." Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi 11, no. 1 (February 23, 2022): 61–69. http://dx.doi.org/10.22146/jnteti.v11i1.3381.

Full text
Abstract:
Aritmia merupakan salah satu gangguan jantung, yang mungkin tidak berbahaya dalam waktu dekat, tetapi dapat mengakibatkan abnormalitas jangka panjang. Meskipun tidak berbahaya, harus ada penanganan medis yang segera dilakukan dan perubahan lifestyle menjadi lebih baik. Deteksi aritmia umumnya dilakukan dengan elektrokardiograf (EKG) long recording menggunakan monitor Holter dan kemudian dianalisis ritmenya. Perekaman dengan Holter yang memerlukan waktu beberapa hari dapat mengganggu fisiologis pasien. Banyak penelitian telah dilakukan untuk membangun algoritme pendeteksian aritmia, dengan beragam sumber data, fitur, dan juga metode pendeteksian. Namun, permasalahan yang umum dihadapi oleh banyak peneliti adalah masalah waktu komputasi dan kompleksnya fitur yang dideteksi. Studi ini dilakukan untuk melakukan review terhadap penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan penggunaan data, fitur, dan juga metode deep learning yang dapat menyelesaikan masalah waktu komputasi dan memungkinkan implementasi pada wearable devices. Studi diawali dengan pencarian literatur terkait, kemudian melihat basis data yang digunakan untuk membangun model deteksi. Selanjutnya, review dilanjutkan dengan menelaah fitur EKG yang digunakan dan juga metode deep learning yang diimplementasikan. Dari hasil review yang dilakukan, data yang umum digunakan adalah data yang bersumber dari dataset MIT-BIH, meskipun penggunaan data dinilai masih perlu pre-processing yang cukup rumit. Convolutional neural network (CNN) merupakan metode yang banyak digunakan, walaupun waktu komputasi menjadi salah satu pertimbangan. Analisis yang paling tepat untuk pendeteksian gangguan ritme dan memiliki waktu komputasi yang rendah adalah fitur interval sinyal EKG dengan analisis di domain waktu. Fitur tersebut nantinya akan digunakan sebagai masukan deep learning. Dengan begitu, waktu komputasi akan dapat banyak dikurangi, terutama ketika diterapkan pada wearable devices.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Hutasuhut, Masyuni, Tugiono Tugiono, and Asyahri Hadi Nasyuha. "Analisis Aritmia (Gangguan Irama Jantung) Menerapkan Metode Certainty Factor." JURNAL MEDIA INFORMATIKA BUDIDARMA 5, no. 4 (October 26, 2021): 1386. http://dx.doi.org/10.30865/mib.v5i4.3289.

Full text
Abstract:
The heart is one of the most important organs for humans that functions to pump oxygenated blood, the heart can experience problems, one of which is arrhythmia, arrhythmia is a heart rhythm disorder or pattern of rapid changes from a normal heart rate. Heart rhythm disturbances (arrhythmias) are patterns of rapid change from the normal heart rate. This becomes a problem when not handled properly and correctly because it can cause disruption of the heart's function, even in more severe cases it can cause sudden death. An expert system is one of the artificial intelligence of humans that studies how an expert thinks in solving a problem, making decisions or drawing conclusions from a number of facts. An expert system is a system that adopts the expertise of an expert that can be used to overcome certain problems, one of which is diagnosing arrhythmias. This study applies Certainty Factor analysis which can provide additional knowledge to the public, especially knowledge on heart disease. So that arrhythmia analysis with this certainty factor method can be applied to a system that helps the general public in preventing and overcoming heart rhythm disorders
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Haryosuprobo, Ig R., Yohanes Soegiarto, and FX Suryadi. "Ekstraksi Ciri Sinyal EKG Aritmia Menggunakan Gelombang Singkat Diskrit." Techné : Jurnal Ilmiah Elektroteknika 15, no. 02 (October 3, 2016): 149–64. http://dx.doi.org/10.31358/techne.v15i02.151.

Full text
Abstract:
Angka kematian akibat penyakit jantung terutama penyakit jantung koroner tergolong sangat tinggi. Oleh karena itu, deteksi dan penanganan dini penyakit jantung ini dapat mencegah kerusakan permanen pada jaringan jantung.Sinyal EKG yang sama, yang diperoleh dari elektrokardiograf dapat diinterpretasikan berbeda-beda oleh para dokter. Hal itu disebabkan karena ragam penyakit jantung yang sangat banyak sehingga untuk mendiagnosa dengan tepat kelainan jantung tertentu seorang dokter harus memiliki keahlian khusus serta pengalaman yang memadai. Pada penelitian ini akan diimplementasikan Ekstraksi Sinyal EKG Aritmia Menggunakan Gelombang Singkat Diskrit. Jenis pola jantung yang akan diteliti meliputi jantung Normal, Atrial Fibrilation, Ventricular Takikardia, Ventricular Fibrilation, serta Penyakit Jantung Koroner (PJK). Tahap pertama penelitian adalah preprocessing yang meliputi penghapusan derau dan normalisasi sinyal. Tahap kedua adalah ekstraksi ciri menggunakan dekomposisi wavelet, sedangkan tahap selanjutnya adalah identifikasi sinyal EKG menggunakan JST backpropagation. Tahapan-tahapan tersebut berlaku untuk proses pelatihan maupun proses pengujian. Data penelitian terdiri atas data riil berupa grafik rekaman EKG dan data simulasi yang diambil dari MIT-BIH database. Hasil simulasi menunjukkan akurasi jaringan sebesar 97% dari total 187 data. Akurasi paling baik (100%) dicapai pada EKG Atrial Fibrillation, sedangkan akurasi terendah (79%) yaitu saat mengenali EKG Ventricular Fibrillation
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Karseno, Iradewi, and Reza Sudjud. "Komplikasi Multi Organ pada Pasien yang Menjalani Operasi Double Valve Replacement." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 13, no. 2 (July 1, 2021): 125–33. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v13i2.31578.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Penggantian lebih dari satu katup jantung digolongkan sebagai operasi risiko tinggi dengan risiko komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan operasi penggantian satu katup jantung.Kasus: Seorang wanita usia 35 tahun dengan stenosis katup aorta berat, regurgitasi katup aorta moderat dan stenosis katup mitral berat disertai atrial fibrilasi menjalani operasi double-valve replacement. Komplikasi yang ditemukan di intensive care unit (ICU) berupa perdarahan yang signifikan, fibrilasi atrial, cedera ginjal akut dan perdarahan intrakranial.Pembahasan: Komplikasi yang mungkin ditemukan setelah penggantian dua katup jantung meliputi koagulopati, cedera ginjal akut, aritmia dan gangguan serebrovaskular. Koagulopati dapat menyebabkan perdarahan yang signifikan dan instabilitas hemodinamik sehingga harus diberikan tatalaksana yang tepat. Aritmia dapat disebabkan oleh imbalans elektrolit. Cedera ginjal akut sering ditemukan pascaoperasi jantung terbuka dan sebaiknya dilakukan hemodialisis sesegera mungkin. Tatalaksana gangguan serebrovaskular dapat bersifat konservatif atau operasi. Keputusan tatalaksana gangguan serebrovaskular harus disesuaikan menurut kondisi klinis pasien.Kesimpulan: Deteksi dini dan tatalaksana yang cepat dan tepat sangatlah penting untuk menghindari morbiditas dan mortalitas pascaoperasi yang signifikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Yudha, Sal Sabila Eka Pratama, Mayda Waruni Kasrani, and Aswadul Fitri Saiful Rahman. "Pembuatan Prototipe Sistem Pemantauan Gejala Aritmia dan Hipoksemia Berbasis IoT." Jurnal Teknik Elektro Uniba (JTE UNIBA) 7, no. 1 (November 1, 2022): 284–89. http://dx.doi.org/10.36277/jteuniba.v7i1.147.

Full text
Abstract:
Teknologi oximeter pintar terus mengalami perkembangan. Namun, masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan pada penelitian sebelumnya, kekurangan tersebut diantaranya kelengkapan dan keakuratan pada alatnya. Alat ini dibangun menggunakan sensor MAX30100 untuk memantau denyut dan kadar oksigen dalam darah karyawan PT PLN (Persero) UP2D KALTIMRA. Sistem yang berbasis Internet of Things (IoT), dimana notifikasi pemantauan detak jantung pasien akan langsung terhubung ke smartphone pegawas K.3/security PT. PLN (Persero) UP2D Kaltimra. Pada penelitian ini didapatkan hasil pengujian alat yang memuaskan. Dalam pengujian sensor detak jantung (BPM) dan kadar oksigen (SpO2) dalam darah, didapatkan rata-rata tingkat kesalahan masing-masing sebesar 0,85 % dan 0,58%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Wardhana, Wisnhu, and Cindy Elfira Boom. "Penanganan Perioperatif Pasien Penyakit Jantung Kongenital Dewasa dengan ASD, Suspek Hipertensi Pulmonal, LV Smallish." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 9, no. 2 (July 1, 2017): 71. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v9i2.19826.

Full text
Abstract:
Penyakit jantung kongenital dewasa / grown-up congenital heart disease (GUCH) yang menempati urutan teratas dengan insidensi 10% dari jantung kongenital asianotik pada dewasa adalah atrial septal defect (ASD). Terapi optimal ASD masih kontroversial. Operasi direkomendasikan pada pasien usia pertengahan dan usia tua dengan pintasan kiri ke kanan yang bermakna. Komorbid yang paling sering didapatkan pada defek kongenital pada usia dewasa muda adalah gangguan hemodinamik, hipertensi pulmonal, aritmia, penyakit kardiovaskular dan penyakit resprasi. Dilaporkan pasien perempuan usia 29 tahun dengan atrial septal defect(ASD) dengan hipertensi pulmonaldan Left Ventricle (LV) Smallishyang dilakukan operasi penututupan defek atrial atau ASD closure. Persiapan preoperasi mencakup anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Perubahan patologi utama adalah peningkatan resistensi vaskuler paru dan perubahan sekunder terhadap peningkatan aliran darah dari pintasan kiri ke kanan. Masalah yang dihadapi pada pasien perioperasi ini adalah ukuran jantung kiri baik atrium maupun ventrikel kiri yang kecil memberikan dampak hemodinamik tidak stabil berupa aritmia dan pulmonal hipertensi saat dilakukan penutupan defek. Pemberianobat topangan jantung (nitroglyserin, milrinone, norepinephrine, adrenaline) dan pembuatan Patent Foramen Ovale (PFO) memberikan hasil hemodinamik yang stabil selama operasi dan di ruang perawatan Intensive Care Unit (ICU).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Földesi, Csaba László. "Implantálható aritmia detekciós és terápiás eszközök műtétei Magyarországon 2014–2016 között." Cardiologia Hungarica 47, no. 4 (2017): 250–57. http://dx.doi.org/10.26430/chungarica.2017.47.4.250.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Laksono, Sidhi. "INTERPRETASI EKG NORMAL PRAKTIS BAGI PEMULA: SUATU TINJAUAN MINI." JURNAL KEDOKTERAN 7, no. 1 (December 25, 2021): 1. http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v7i1.408.

Full text
Abstract:
Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) merupakan uji diagnostik untuk melihat gambaran aktivitas elektrik dari listrik jantung, sehingga dapat diketahui gangguan listrik jantung atau aritmia. EKG ini rutin dilakukan untuk melihat gangguan listrik jantung, sehingga diperlukan kemampuan praktisi medis dalam membaca interpretasinya. Secara praktis, EKG dapat dibaca melalui 8 tahapan mulai dari menentukan irama sinus hingga morfologi gelombang T. Dari tinjauan mini ini akan dibahas secara ringkas dan praktis dalam menginterpretasikan EKG bagi praktisi medis.Kata kunci: EKG; interpretasi praktis; praktisi medis
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Afroni, M. Jasa, Bambang Minto Basuki, and Affan Bachri. "Algoritma Pendeteksi Titik Ekstrim Pada Sinyal ECG Untuk Analisis Awal Gejala Aritmia." JE-Unisla 5, no. 2 (September 15, 2020): 400. http://dx.doi.org/10.30736/je.v5i2.514.

Full text
Abstract:
Checking a patient's heart health is often done by recording the heart's electrical signals in the form of an Electrocardiogram (ECG). To identifya heart condition, it is customary to look at several extreme maximum and minimum points on the ECG signal known as PQRST points. Theheight of the extreme points and the distance (interval) between the points can be used to detect symptoms of heart disease such as arrhythmias.This study uses a Matlab-based maximum and minimum extreme point detection algorithm to detect PQRST points and analyze the position ofthese points to detect arrhythmia symptoms. Based on the test results using data obtained from Physionet MIT-BIH and cardiac patients at SaifulAnwar Hospital Malang, detection of the PQRST point can be done quickly and accurately using this method. However, this method is onlyintended to assist medical personnel in reading ECG signal recordings, not to replace the role of medical personnel in carrying out the diagnosis
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Di Lullo, Luca, Fulvio Floccari, Antonio De Pascalis, Vincenzo Barbera, Giovanni Barbera, Moreno Malaguti, and Alberto Santoboni. "Fibrillazione Atriale e Malattia Renale Cronica." Giornale di Clinica Nefrologica e Dialisi 26, no. 1 (December 2, 2014): 69–74. http://dx.doi.org/10.33393/gcnd.2014.865.

Full text
Abstract:
La fibrillazione atriale (FA) rappresenta la più comune forma di aritmia riscontrabile nella pratica clinica quotidiana, soprattutto nei pazienti affetti da cardiopatia ischemica cronica e da malattia renale cronica (CKD), ed è spesso correlata all’età avanzata e alla presenza di altre comorbidità, come ipertensione arteriosa, diabete mellito e vasculopatia polidistrettuale. Negli ultimi 20 anni si è assistito a un progressivo incremento dell’incidenza della fibrillazione atriale nei pazienti affetti da malattia renale cronica, soprattutto nei pazienti sottoposti al trattamento sostitutivo della funzione renale. (Cardionephrology)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Habibah, Siti. "Manajemen Hipertensi Pulmonal Perioperatif pada Bedah Jantung." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 10, no. 3 (November 1, 2018): 188. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v10i3.20724.

Full text
Abstract:
Pembedahan pada pasien dengan hipertensi pulmonal merupakan pembedahan dengan kategori risiko tinggi dan merupakan tantangan besar untuk dokter anestesi maupun bedah. Hipertensi pulmonal merupakan salah satu penyebab utama peningkatan morbiditas dan mortalitas perioperatif. Komplikasi serius yang dapat terjadi diantaranya adalah gagal jantung kanan, aritmia dan kematian dini pascaoperasi. Pasien dengan hipertensi pulmonal membutuhkan evaluasi dan manajemen penyakit yang komprehensif untuk mengurangi risiko secara optimal dan meningkatkan outcome. Pada tulisan ini dijelaskan mengenai patofisiologi, penilaian praoperasidan penanganan perioperatif pasien PH yang akan menjalani bedah jantung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Hayati, Hanifah, and Sri Sutarni. "LAPORAN KASUS: VERTIGO PADA PASIEN STROKE ISKEMIK VERTEBROBASILER DAN SYOK HIPOVOLEMI." Callosum Neurology 3, no. 2 (May 28, 2020): 54–57. http://dx.doi.org/10.29342/cnj.v3i2.110.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Vertigo merupakan gejala yang paling sering timbul pada stroke iskemik vertebrobasiler. Mekanisme penyebab yang paling sering adalah emboli. Syok hipovolemi pada stroke iskemik vertebrobasiler merupakan kasus yang jarang terjadi. Laporan Kasus: Seorang wanita usia 56 tahun datang ke IGD dengan keluhan lemas dan pusing berputar onset akut. Pusing berputar dirasakan terus menerus, intensitas sedang, disertai mual, muntah dan keringat dingin. Sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, dikatakan oleh keluarga pasien mengalami penurunan nafsu makan dan minum. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipotensi, paresis nervus VII dan XII dextra UMN, hemiparese dextra, dan refleks babinski bilateral. Positif hasil radiologi CT scan kepala menunjukan iskemik lakunar di medulla oblongata, laboratorium ditemukan adanya hemokonsentrasi, imbalans eletrolit, hiperglikemi, dan penurunan fungsi ginjal. Pasien diberikan rehidrasi intravena, balans cairan, antiplatelet dan terapi simptomatis sesuai keluhan. Diskusi: Stroke iskemik vertebrobasiler disebabkan oleh mekanisme embolik, trombotik, atau hemodinamik. Penyebab mekanisme hemodinamik adalah penurunan aliran darah sistem vertebrobasiler yang sering terjadi pada usia tua. Pada pasien ini terdapat gangguan hemodinamik yaitu hipotensi akibat syok hipovolemik sehingga aliran darah menuju otak berkurang. Kondisi hipovolemi yang parah akan menyebabkan iskemik otak yang diperberat oleh aritmia dan hiperglikemi. Kesimpulan: Vertigo sebagai gejala utama stroke iskemik vertebrobasiler merupakan kasus yang memiliki tingkat mortalitas dan morbiditas tinggi. Iskemik pada kasus ini kemungkinan disebabkan oleh syok hipovolemi dan diperberat adanya aritmia jantung. Penting bagi klinisi untuk dapat mendiagnosis dan memberikan terapi dengan tepat pada pasien stroke vertebrobasiler . Kata Kunci: Vertigo, Stroke Vertebrobasiler, Syok Hipovolemik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Izzuddin, Abdurrohman, Siti Fahma Dinianty, and Zainab Nazaahah. "KOMPLIKASI ARITMIA DAN LUARANNYA PADA PASIEN COVID-19: TELAAH SISTEMATIS DAN META-ANALISIS." Indonesian Journal for Health Sciences 5, no. 2 (September 30, 2021): 99–107. http://dx.doi.org/10.24269/ijhs.v5i2.3822.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Ismail, Ii, Dewi Purnamawati, Wati Jumaiyah, and Fitrian Rayasari. "Peningkatan Kemampuan Perawat dalam Interpretasi EKG Normal dan Aritmia dengan Metode Angka “3”." Jurnal Keperawatan Silampari 4, no. 2 (March 12, 2021): 405–14. http://dx.doi.org/10.31539/jks.v4i2.1924.

Full text
Abstract:
This study aims to determine the effect of the number 3 method on nurses' ability to interpret normal ECG and arrhythmias. The research method used a quasi-experimental design with one group pre-test and a post-test with a control group. The results showed that there was a significant difference in the mean score of nurses in the interpretation of normal ECG and arrhythmias in both the intervention and control groups (p-value 0.007 and 0.002). The multiple linear regression test showed that the treatment variable contributed to the nurse's ability to interpret normal ECG and arrhythmias with a p-value of 0.002 with a negative linear pattern (Nurses' ability = 66.099 - 9.156 (treatment). In conclusion, there is a significant difference in the average score of nurses in interpretation. Normal ECG and arrhythmia in both the intervention and control groups. However, the intervention group with the number 3 method had a greater difference in mean values ​​than the control group. Statistically, the more research treatments, the nurses' ability to interpret normal ECG and arrhythmias would decrease. Keywords: Arrhythmia, Normal EKG, Interpretation of ECG, Number Method 3
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Lőrincz, István, Zoltán Szabó, József Simkó, Eszter Szánthó, Kitti Barta, Márta Füzi, and Gyula Szigeti. "Atrial fibrillation and the autonomous nervous system." Orvosi Hetilap 149, no. 43 (October 1, 2008): 2019–28. http://dx.doi.org/10.1556/oh.2008.28466.

Full text
Abstract:
A vegetatív idegrendszer fontos és döntő szerepet játszik a pitvarfibrilláció kialakulásában, fenntartásában, fennmaradásában és megszűnésében. Az autonóm tónus befolyásolhatja az aritmia szubsztrátját és a triggermechanizmusokat. Összefoglaló munkánkban áttekintjük a vegetatív idegrendszer és a pitvarfibrilláció kapcsolatát, leírjuk a speciális neuroanatómiai viszonyokat, ismertetjük a baroreflex és más autonóm reflexek szerepét a pitvarfibrilláció elindításában, fenntartásában és megszűnésében. Kitérünk továbbá arra, hogy a pitvarfibrilláció kuratív gyógyítására alkalmazott percutan katéterablatio, a pulmonalis vénák izolációjának kiegészítése neuroablatióval hogyan és milyen mechanizmusok alapján befolyásolhatja ezen autonóm hatásokat s azok következményeit. Befejezésül kísérletet teszünk a gyógyszeres terápia összefoglalására. A vagális és adrenerg pitvarfibrilláció elkülönítése napjainkban még csak igen csekély terápiás konzekvenciával jár.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Pranata, Raymond, Veresa Chintya, Emir Yonas, and Vito Damay. "A Case Report of Elderly Woman with Supraventricular Tachycardia associated with Intracranial Bleeding." Indonesian Journal of Cardiology 38, no. 3 (September 29, 2017): 179–84. http://dx.doi.org/10.30701/ijc.v38i3.782.

Full text
Abstract:
Background The neurogenic cardiac injury is related to brain injury-induced cat­echolamine and neuro-inflammatory responses and is more likely in those with the most severe neurological insult. Case Report A 78 years-old female presented to the emergency department after being found lying on the floor with a laceration on the head. On physical examination GCS 3, BP 140/90 mmHg, HR 190 bpm, respiratory rate 25x/minute. PMH of hypertension and diabetes were denied. ECG showed supraventricular tachycardia of 186 bpm. Labora­tory exams showed hyponatremia, hypokalemia, and leukocytosis. CT scan revealed subarachnoid hemorrhage, intracerebral hematomas, chronic subdural hematoma, midline shift and subfalcine herniation. The systemic catecholamine ‘storm’ driven by the central neuroendocrine axis massively increases sympathetic outflow, activates the adrenal gland and may lead to arrhythmia. Increased ICP, Midline shift, and subsequent physical compression of the brainstem and hypothalamic autonomic centers can trigger catecholamine responses that could instigate an arrhythmia. Suboptimal cardiac output and cerebral perfusion worsen secondary brain injury leading to a worse prognosis. Since cardioversion failed, amiodarone was administered. Cardioversions failed to convert to sinus rhythm and amiodarone was administered. Therapy to reduce intracranial pressure was also administered. The patient passed away 4 hours after admission. Conclusion Arrhythmia related to brain injury may lead to suboptimal cerebral perfu­sion and leads to further autonomic derangements leading to a vicious cycle of cerebral and cardiovascular injuries. This condition should be accounted for swiftly to prevent secondary brain injuries and myocardial ischemia. Abstrak Latar Belakang Respons katekolamin dan radang terhadap cedera otak menyebabkan cedera jantung neurogenik yang lebih sering terjadi pada kerusakan neurologis yang berat. Laporan Kasus Seorang perempuan 78 tahun datang ke IGD setelah ditemukan tergeletak di lantai dengan robek pada kulit kepala. Pada pemeriksaan fisik ditemukan GCS 3, TD 140/90 mmHg, detak jantung 190 kali/menit, laju pernafasan 25 kali/menit. Riwayat hipertensi dan diabetes disangkal. EKG menunjukan takikardia supraventrikular takikardi 186 kali/menit. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hipona­tremia, hipokalemia dan leukositosis. CT scan menunjukan perdarahan subaraknoid, perdarahan intraserebral, perdarahan subdural kronis, midline shift dan herniasi subfalcine. Badai katekolamin sistemik yang dicetuskan oleh aksis neuroendokrin pusat meningkatkan outflow simpatetik yang mengaktifkan kelenjar adrenal dan menyebabkan aritmia. Peningkatan tekanan intrakranial, midline shift, dan penekanan batang otak serta pusat autonomik hipotalamus dapat mencetuskan respon katekolamin yang dapat menyebabkan aritmia. Curah jantung yang tidak optimal dan perfusi otak yang buruk menyebabkan cedera otak sekunder yang mengarah pada prognosis yang buruk. Karena kardioversi gagal merubah irama menjadi sinus maka amiodaron diberikan. Pengobatan untuk menurunkan tekanan intrakranial juga diberikan. Pasien meninggal 4 jam setelah masuk rumah sakit. Kesimpulan Aritmia yang berhubungan dengan cedera otak dapat menyebabkan perfusi otak yang suboptimal serta menyebabkan ketidaktera­turan otonom dan menyebabkan lingkaran setan kerusakan otak dan jantung-pembuluh darah. Hal ini harus segera ditangani untuk mencegah cedera otak sekunder dan iskemi miokardial.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Hamdani, Rita, and Finesa A. Hasye. "Efek Latihan Fisik Terhadap Remodeling Jantung." Jurnal Kesehatan Andalas 8, no. 2 (May 14, 2019): 427. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v8.i2.p427-437.2019.

Full text
Abstract:
Latihan fisik sangat bermanfaat bagi individu yang sehat maupun yang memiliki resiko untuk terjadinya Penyakit Kardio Vaskular (PKV). Latihan fisik teratur menurunkan risiko PKV dengan cara: mengurangi trigliserida, meningkatkan kolesterol HDL, menurunkan tekanan darah, meningkatkan metabolisme glukosa serta sensitivitas insulin, mengurangi berat badan dan mengurangi respon inflamasi. Pada dasarnya ada dua cara untuk membedakan antara hipertrofi jantung fisiologis dan patologis: remodeling LV patologis disertai dengan disfungsi LV (baik diastolik, sistolik, atau keduanya) dan meningkatnya ketidakseimbangan antara massa otot dengan angiogenesis, sedangkan remodeling LV fisiologis meningkatkan fungsi ventrikel dan terdapat keseimbangan antara pertumbuhan massa otot dan angiogenesis. Hipertrofi jantung fisologis memberikan efek kardioprotektif dan tidak terkait dengan gagal jantung. Sedangkan hipertrofi patologis dikaitkan dengan keparahan penyakit kardiovaskular yang menyebabkan peningkatan risiko gagal jantung, aritmia dan berakhir kematian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Hamdani, Rita, and Finesa A. Hasye. "Efek Latihan Fisik Terhadap Remodeling Jantung." Jurnal Kesehatan Andalas 8, no. 2 (May 14, 2019): 427. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v8i2.1021.

Full text
Abstract:
Latihan fisik sangat bermanfaat bagi individu yang sehat maupun yang memiliki resiko untuk terjadinya Penyakit Kardio Vaskular (PKV). Latihan fisik teratur menurunkan risiko PKV dengan cara: mengurangi trigliserida, meningkatkan kolesterol HDL, menurunkan tekanan darah, meningkatkan metabolisme glukosa serta sensitivitas insulin, mengurangi berat badan dan mengurangi respon inflamasi. Pada dasarnya ada dua cara untuk membedakan antara hipertrofi jantung fisiologis dan patologis: remodeling LV patologis disertai dengan disfungsi LV (baik diastolik, sistolik, atau keduanya) dan meningkatnya ketidakseimbangan antara massa otot dengan angiogenesis, sedangkan remodeling LV fisiologis meningkatkan fungsi ventrikel dan terdapat keseimbangan antara pertumbuhan massa otot dan angiogenesis. Hipertrofi jantung fisologis memberikan efek kardioprotektif dan tidak terkait dengan gagal jantung. Sedangkan hipertrofi patologis dikaitkan dengan keparahan penyakit kardiovaskular yang menyebabkan peningkatan risiko gagal jantung, aritmia dan berakhir kematian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Marlisa, Marlisa, and Dian Nur Pratiwi. "GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG INTERPRETASI EKG PADA PASIEN ARITMIA DI RUANG ICCU RSUD DR PIRNGADI MEDAN." Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) 13, no. 3 (April 26, 2019): 196–200. http://dx.doi.org/10.36911/pannmed.v13i3.590.

Full text
Abstract:
Perubahan pola hidup masyarakat dan gaya hidup yang kurang sehat pada penyakit kardiovaskuler (jantungdan pembuluh darah) adalah penyebab kematian yang utama di seluruh dunia. Kematian akibat peyakitjantung mengalami angka kejadian yang semakin tinggi. Kelainan pada jantung dapat dideteksi dengan alatelektrokardiogram (EKG) yang memerlukan pengetahuan dalam perekaman dan interpretasinya.Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang interpretasiEKG. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang melibatkan 13perawat yang bekerja di ruang ICCU RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan metode totalsampling. Alatpengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi 20 item pertanyaan dan lembar observasi berisi 8item pernyataan. Analisis data adalah analisis univariat yang menjelaskan bahwa tingkat pengetahuanperawat dari hasil kuesioner adalah cukup (46,2%) sedangkan dari hasil observasi adalah kurang (46,2%).Dari hasil penelitian ini, maka perawat perlu dibekali ilmu pengetahuan tentang EKG dan interpretasinyamelalui pelatihan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Alfaray, Ricky Indra, Deisha Laksmitha Ayomi, and Yan Efrata Sembiring. "Multiple Large Atrial Thrombus Due To Rheumatic Heart Disease And Present Of Atrial Fibrillation With No Sign Of Stroke: How Is It Possible?" Qanun Medika - Medical Journal Faculty of Medicine Muhammadiyah Surabaya 3, no. 2 (July 22, 2019): 191. http://dx.doi.org/10.30651/jqm.v3i2.2327.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Atrial fibrillation is the most common arrhythmia associated with stroke and in the rheumatic heart disease patient’s atrial fibrillation can easily cause thromboembolism. Thromboembolism is the major complication also in patients of mitral stenosis with atrial fibrillation. A 54-year-old woman with uncontrollable movements in the right arm, stomach, right leg and painful swelling at right ankle joint was admitted to the emergency department. Transesophageal echocardiogram revealed rheumatic heart disease affecting two valves and thrombus in left atrial extending towards left atrial appendage. Heart rate was 120 beats per minute. ECG showed atrial fibrillation. A patient has undergone mitral and aortic valves replacement surgery and left atrial thrombus evacuation. Despite the involvement of two heart valves and the presence of large thrombus, the patient did not show any sign of brain infarction. This is a contradiction with a theory which implies that atrial fibrillation is the most common arrhythmia associated with stroke and in the rheumatic heart disease patient’s atrial fibrillation can easily cause thromboembolism and become stroke. This study evaluates many factors founded in the patient that make this anomaly may happen.Keywords : atrial fibrillation, rheumatic heart disease, thromboembolism strokeCorrespondence to : rickyindraalfaray@gmail.comABSTRAK Atrial fibrilasi merupakan jenis aritmia yang berkaitan erat dengan stroke dan cenderung menyebabkan thromboembolism. Thromboembolism merupakan komplikasi mayor dari mitral stenosis dengan atrial fibrilasi. Seorang wanita berusia 54 tahun masuk ke unit gawat darurat dengan keluhan utama gerakan tak terkendali pada lengan kanan, perut, kaki kanan, serta bengkak yang menyakitkan di sendi pergelangan kaki kanan. Echocardiogram transesophageal menunjukan gambaran penyakit jantung rematik pada dua katup dan trombus di atrium kiri meluas menuju valve atrium kiri. Detak jantung 120 kali per menit. EKG menunjukkan fibrilasi atrium. Pasien menjalani operasi penggantian katup mitral dan aorta serta evakuasi trombus pada atrium. Meskipun terdapat abnormalitas pada dua katup jantung ditambah dengan ditemukan adanya trombus besar pada atrium, pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infark otak. Ini bertentangan dengan teori yang mengimplikasikan bahwa atrial fibrilasi adalah aritmia paling umum yang berhubungan dengan stroke dan pada penyakit jantung reumatik. Pasien dengan fibrilasi atrium dapat dengan mudah terjadi tromboemboli hingga bermanifestasi stroke. Studi ini mengevaluasi berbagai faktor yang memungkinkan anomali kasus seperti ini dapat terjadi.Kata kunci : fibrilasi atrium, penyakit jantung rematik, stroke thromboemboliKorespondensi : rickyindraalfaray@gmail.com
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Rizqa Aulia Rahmah, Irma Novrianti, and Syuhada Syuhada. "Gambaran penggunaan antikoagulan pada pasien ST-Elevatıon Myocardıal Infarctıon (STEMI)." Journal Borneo 2, no. 1 (March 31, 2022): 1–7. http://dx.doi.org/10.57174/jborn.v2i1.15.

Full text
Abstract:
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbanyak. ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI) salah satu klasifikasi dari Infark Miokard Akut (IMA). IMA timbul dari kerusakan permanen pada otot jantung karena suplai oksigen yang tidak mencukupi. Adanya IMA dapat merusak fungsi sistol dan diastol, serta menambah kejadian yang tidak diharapkan seperti aritmia pada pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat penggunaan antikoagulan pada pasien STEMI yang menggunakan terapi fibrinolitik. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan melihat catatan medis pasien STEMI yang menjalani rawat inap di RS “X” kota Tarakan periode 2017-2018. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua pasien STEMI menerima terapi antikoagulan. Sebanyak 92,31 % menggunakan enoxaparin dan 7,69 % pasien menggunaan fondaparinux dengan karakteristik pasien sebanyak 12 penyakit penyerta. Pemberian antikoagulan pada pasien STEMI membantu menjaga kondisi arteri setelah proses reperfusi ketika telah diberikan fibrinolitik sehingga tidak menyebabkan terjadinya reoklusi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Suhanda, Parta, Maman Rusmana, and Siti Wasliyah. "PENINGKATANA KUALITAS HIDUP MENURUNKAN KOMPLIKASI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA." Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) 1, no. 2 (November 30, 2014): 69–76. http://dx.doi.org/10.36743/medikes.v1i2.128.

Full text
Abstract:
Tingkat insidensi gagal ginjal kronik (GGK) di Indonesia akhir-akhir ini cenderung meningkat sebesar 200 – 250 orang tiap 1 juta penduduk pertahun (Bakri, 2005), diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai dua kalinya (Go et al., 2004; Stevens et al., 2006). Komplikasi yang seringkali ditemukan pada penderita GGK adalah anemia, gagal jantung, (Alam Syamsir & Hadibroto Iwan, 2007), hipertensi pulmonal (Adelwhab et.al,2009), hiperkalemia dan aritmia (Kartikasari, 2010). Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kualitas hidup dan kejadian komplikasi pasien gagal ginjal kronis yang sedang menjalani terapi Haemodialisa di RSU Tangerang. Penelitian observasional analitik menggunakan rancangan cross sectional dengan sampel klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSU Tangerang yang berjumlah 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan responden yang kualitas hidup kurang baik berisiko 0,3 kali untuk terjadi komplikasi dibanding responden yang kualitas hidupnya baik. Pasien dengan kualitas hidup baik diharapkan dapat mengurangi timbulnya komplikasi.Kondisi ini didukung oleh beberapa faktor dimana pendidikan tergolong pendidikan tinggi, lama menjalani HD rata-rata.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Puspita Dewi, Inggriane. "KUALITAS TIDUR PASIEN GAGAL JANTUNG DAN PENANGANANNYA." Jurnal Keperawatan Komprehensif 3, no. 1 (November 30, 2017): 18. http://dx.doi.org/10.33755/jkk.v3i1.80.

Full text
Abstract:
Prevalensi gagal jantung meningkat seiring dengan usia, dan mempengaruhi 6-10% individu lebih dari 65 tahun. Penderita gagal jantung sering mengalami hipersomnia di siang hari, tetapi kurang tidur atau sering terbangun dari tidur di malam hari karena sesak. Gangguan tidur ini dapat berupa SDB (sleep disordered breathing), DMS (difficulties maintaining sleep) dan EDS (excessive daytime sleepiness) lebih sering terjadi pada lansia dengan gagal jantung. Literature review ini bertujuan untuk menemukan bukti-bukti (evidence) kualitas tidur pada pasien gagal jantung serta penanganannya. Studi literatur dari beberapa jurnal yang bersumber dari medline, dengan kata kunci Sleep Quality dan Heart Failure, sebanyak 5 jurnal dipilih untuk direview. Hasilnya adalah kekurangan tidur pada penderita gagal jantung berdampak terhadap kualitas hidupnya, cenderung menderita depresi yang berdampak terhadap peningkatan kematian, sudden cardiac death dan ventrikuler aritmia. Penanganan berupa terapi farmakologis dan non farmakologis. Implikasi terhadap ilmu keperawatan dari masalah kualitas tidur pasien gagal jantung, diupayakan mengembangkan model terapi regimen non farmakologi, dengan mempertimbangkan aspek psikososial dan spiritual.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Szili-Török, Tamás, Szabolcs Szeghy, Attila Kardos, László Környei, Dóra Paprika, András Szatmári, and András Temesvári. "Treatment of arrhythmias associated with surgery for congenital heart disease using transcatheter ablation." Orvosi Hetilap 149, no. 3 (January 1, 2008): 115–19. http://dx.doi.org/10.1556/oh.2008.28180.

Full text
Abstract:
A veleszületett szívbetegségek miatt végzett szívsebészeti beavatkozások után nem ritka a ritmuszavarok megjelenése. A ritmuszavarok egy része a szívbetegség előrehaladása miatt lép fel, de jelentős hányada éppen a szívsebészeti műtétek következményeként jön létre. A gyógyszeres próbálkozások gyakran csődöt mondanak ezekben az esetekben, az intervenciós kezelés pedig bonyolult lehet az aritmia kiindulásának összetett jellege miatt. Célkitűzés és módszer: A szerzők közleményükben a veleszületett szívbetegség miatt operált betegeiknél 2004 és 2006 között végzett katéteres ablatiós beavatkozások eredményeit foglalják össze retrospektív elemzéssel. Eredmények: A vizsgált időszakban 26 esetben végeztek katéteres ablatiós beavatkozást, 24 betegnél eredményesen (92%). Kiújulás miatt ismételt beavatkozásra 3 esetben került sor (11%). Jelentős szövődményt nem észleltek, kisebb szövődmény (vérömleny a szúrás helyén) 4 esetben fordult elő. Következtetések: Ebben a betegcsoportban a katéteres ablatiók hatásásos esélyt nyújtanak a gyógyszeres kezeléssel szemben, kis megterhelést rónak a betegekre, és gyógyító eljárásnak számítanak. Ugyanakkor az összetett ritmuszavarok kezelése megfelelő szakértelmet és technológiai hátteret kíván, a klasszikus aritmiákhoz képest a beavatkozás megismétlése gyakrabban válik szükségessé.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Rosyidi, Viddy Agustian, Ulfia Dwi Novita, and Lusia Lusia Oktora Ruma Kumala Sari. "An Optimasi Polivinil Pirolidon dan Kitosan dalam Sediaan Mucoadhesive Buccal Film Diltiazem HCl." Pustaka Kesehatan 7, no. 3 (October 25, 2020): 177. http://dx.doi.org/10.19184/pk.v7i3.11543.

Full text
Abstract:
Diltiazem HCl adalah golongan benzoatiazepin penghambat kanal kalsium (calcium channel blocker) yang digunakan dalam pengobatan angina pektoris, aritmia, dan hipertensi. Diltiazem HCl mengalami first pass metabolism di hati, waktu paruh yang pendek yakni 3-5 jam dan bioavailabilitas diltiazem pada pemberian oral sekitar 40%. Sediaan mucoadhesive buccal film diltiazem HCl melepaskan obat ke mukosa buccal sehingga dapat menghindari first pass metabolism karena absorpsinya melalui sistem vena yang mengalir dari pipi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh polimer polivinil pirolidon (PVP) dan kitosan terhadap swelling index, waktu tinggal dan kekuatan mucoadhesive diltiazem HCl dalam sediaan mucoadhesive buccal film diltiazem HCl. Sediaan film dilakukan evaluasi swelling index, kekuatan mucoadhesive dan waktu tinggal mucoadhesive. Jumlah optimum untuk PVP adalah 1 mg dan kitosan sebesar 25 mg. Kombinasi polimer dengan jumlah tersebut dapat menghasilkan swelling index, kekuatan mucoadhesive, dan waktu tinggal mucoadhesive yaitu 3,641; 63,867 gF; dan 352,667 menit dan nilai desirability tertinggi yaitu 0,727. Kata kunci: mucoadhesive buccal film, diltiazem HCl, PVP, kitosan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Kurnia, Andy. "Diagnosis dan Tata Laksana Ekstrasistol Ventrikular." Cermin Dunia Kedokteran 49, no. 5 (May 1, 2022): 254. http://dx.doi.org/10.55175/cdk.v49i5.1863.

Full text
Abstract:
<p>Ekstrasistol ventrikel atau <em>ventricular extrasystole</em> merupakan salah satu aritmia ventrikel yang ditandai dengan adanya kompleks QRS abnormal yang muncul lebih awal (prematur) dibandingkan ritme sinus normal. Ekstrasistol ini tidak didahului oleh adanya aktivitas atrial (gelombang P). Tipe atau jenis ekstrasistol ventrikel pada elektrokardiografi perlu dipahami agar dapat menentukan tindakan atau tata laksana khusus untuk mencegah penurunan fungsi jantung atau kardiomiopati serta menurunkan risiko henti jantung mendadak.</p><p> </p><p>Ventricular extrasystole is a ventricular arrhythmia characterized by the presence of an abnormal or bizzare QRS complex appears earlier (premature) than the normal sinus rhythm. This extrasystole is not preceded by atrial activity (P wave). The type of ventricular extrasystole on electrocardiography should be recognized to determine specific treatment to prevent cardiomyopathy and reduce risk of sudden cardiac arrest.<strong></strong></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Berticarahmi, Berticarahmi, and Pujiarto Pujiarto. "Asuhan Keperawatan pada Pasien Pre Operasi Prostatektomi dengan Masalah Keperawatan Ansietas Menggunakan Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Distraksi Lima Jari." Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung 7, no. 1 (April 29, 2019): 1. http://dx.doi.org/10.47218/jkpbl.v7i1.54.

Full text
Abstract:
Penderita pre operasi khususnya pre operasi prostatektomi biasanya timbul rasa cemas atau ansietas seperti sulit tidur, aritmia, muncul perasaan tidak nyaman, rasa khawatir yang berlebihan dan bisa sampai menyebabkan panik. Ansietas perlu mendapat perhatian dan intervensi keperawatan karena keadaan emosional pasien yang akan berpengaruh kepada fungsi tubuh pasien menjelang operasi. Ansietas yang tinggi dapat memberikan efek dalam mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Relaksasi nafas dalam dan distraksi lima jari adalah dua terapi yang dapat dikombinasikan guna mengatasi masalah ansietas pada pasien pre operasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pemberian terapi nafas dalam dan distraksi lima jari pada pasien pre operasi prostatektomi dengan masalah gangguan kecemasan atau ansietas. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilakukan dengan dua responden pre operasi prostatektomi dengan masalah ansietas. Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa terapi relaksasi nafas dalam dan distraksi lima jari dapat menurunkan ansietas pada pasien pre operasi prostatektomi. Diharapkan penelitian relaksasi nafas dalam dan distraksi lima jari pada pasien pre operasi dengan masalah kecemasan ini dapat membantu berbagai pihak dalam menyelesaikan masalah ansietas pada pasien pre operasi prostatektomi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Asmi, Yulistia, and Harnavi Harun. "GITELMAN SYNDROME." Human Care Journal 5, no. 2 (May 25, 2020): 517. http://dx.doi.org/10.32883/hcj.v5i2.731.

Full text
Abstract:
Sindroma Gitelman, dikenal sebagai hipokalemia-hipomagnesemia familial, merupakan kelainan tubular autosom resesif yang ditandai dengan alkalosis metabolik, hipokalemik dengan hipomagnesemia dan hipokalsiuria. Sindrom Gitelman muncul pada usia remaja atau dewasa muda namun sering tidak terdiagnosis sampai dewasa. Sindroma Gitelman merupakan penyakit tubular renal yang paling sering pada ras kaukasian, dengan prevalensi 1:40000. Gejala klinis berupa cepat lelah dan kelemahan umum, tetani, parestesia, poliuria, atau nokturia. Sindrom Gitelman berat dapat berupa perubahan status mental, kejang, rabdomiolisis, kondrokalsinosis, dan aritmia ventrikel. Telah dilaporkan pasien laki-laki usia 19 tahun dengan keluhan utama lemah pada keempat anggota gerak disertai kram dan kesemutan, poliuria, nokturia, sesak nafas, dan berdebar-debar. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kekuatan motorik keempat ekstremitas menurun. Pemeriksaan penunjang ditemukan kadar kalium serum 1,9 mmol/L, magnesium serum 1,5 g/dL, analisa gas darah kesan alkalosis metabolik, kalium urin 270 mmol/24 jam, magnesium urin 99,84 g/24 jam, kalsium urin 54,7 mg/24 jam, serta hitung transtubular K gradient sebesar 53,02. Terapi pada pasien adalah terapi substitusi dengan pemberian kalium intravena
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Rofii, Mohammad. "IDENTIFIKASI FIBRILASI ATRIUM PADA ISYARAT ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)." Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer 9, no. 1 (April 1, 2018): 231–40. http://dx.doi.org/10.24176/simet.v9i1.2080.

Full text
Abstract:
Jantung merupakan salah satu organ penting yang terdapat pada tubuh manusia. Fungsi vital yang diperankan oleh organ jantung berpengaruh besar terhadap kondisi seseorang yang dapat dilihat dari isyarat fisiologi yang dihasilkan oleh aktivitas kelistrikan jantung yang dapat diukur dan direkam berupa electrocardiogram (EKG). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kelainan jantung atau aritmia berupa atrial fibrillation (AF) pada isyarat EKG. Data penelitian yang digunakan berasal dari Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang yang terdiri dari data pasien dengan kasus atrial fibrillation (AF) dan data ECG normal atau normal sinus rhythm (NSR). Data yang diambil dalam bentuk data cetak, selanjutnya di lakukan scanning untuk mendapatkan data citra digital agar dapat diproses dengan komputer. Pada penelitian ini terdapat beberapa tahapan, diantaranya adalah pra-pengolahan, ekstraksi ciri, dan klasifikasi. Proses ekstraksi ciri berdasarkan ciri statistik (mean, standard deviation, kurtosis, variance, skewness) isyarat periodogram dari EKG, selanjutnya diklasifikasi menggunakan algoritma Support Vector Machine (SVM) dan Naive bayes Classifier (NBC) sebagai algoritma pembanding. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini, SVM memiliki kinerja yang lebih baik dengan nilai akurasi sebesar sebesar 84,0%, sensitivitas 80,5%, dan spesifisitas 92,8%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Rahminiwati, Min, Widia Safitri, and Deni Noviana. "Gabungan Ekstrak Rimpang Temulawak, Daun Tanjung, dan Daun Belimbing Manis Berdasarkan Electrocardiogram Berpotensi Sebagai Antiaritmia pada Kucing." Jurnal Veteriner 20, no. 3 (November 27, 2019): 409. http://dx.doi.org/10.19087/jveteriner.2019.20.3.409.

Full text
Abstract:
Mimusops elengi L. , Averrhoa carambola L. and Curcuma xanthorrihiza Roxb singly were reported to have hypothensif effect. Mechanism underlying decrease of blood pressure was suggested through modification of cardiac activity. The Effect of Mimusops elengi L., combined with Averrhoa carambola L. and Curcuma xanthorrihiza Roxb extract on cardiac activity were studied using ECG on 12 male cats that were grouped to be a control group administered aquadestilata, and treatment group administered extract of 21 mg and 82 mg/2 kg bw orally respectively. The extracts were given 3 h prior to ECG. The results showed a decrease in P wave, QRS complex and the speed of the heart rate after administration of combination of extract . However QT and PR intervals were increased. This showed that the extract can weaken a contraction of the Atria and ventricles, prolonging the onset of the occurrence of atrial contraction towards ventricular contraction, extending the onset of contraction and relaxation of the ventricles and cause a decrease in heart rate. Based the cardiogram, It was concluded that their combination is valuable for treatment of aritmia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Theola, Jason, Nurul Mutmainna Yakub, Valentino Ryu Yudianto, and Bunga Cecilia Sinaga. "Defek Septum Ventrikel: Diagnosis dan Tata Laksana." Cermin Dunia Kedokteran 50, no. 3 (March 1, 2023): 133–37. http://dx.doi.org/10.55175/cdk.v50i3.656.

Full text
Abstract:
Defek septum ventrikel (VSD) adalah kelainan jantung kongenital yang ditandai dengan adanya hubungan abnormal antara ventrikel kiri dan kanan jantung, sehingga menimbulkan gangguan hemodinamik. VSD merupakan kelainan jantung bawaan yang paling sering ditemui pada anak-anak, serta merupakan kelainan kedua paling sering ditemui pada orang dewasa setelah katup aorta bikuspid. Sebagian besar VSD menutup spontan, namun VSD yang gagal menutup dapat menimbulkan komplikasi seperti hipertensi arteri pulmoner, disfungsi ventrikel, dan risiko aritmia. Diagnosis VSD komprehensif melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan tata laksana dan prognosisnya. Ventricular septal defect is a congenital heart disorder characterized by an abnormal connection between the left and the right ventricle of the heart, causing hemodynamic disturbances. VSD is the most common congenital heart defect in children, and is the second most common abnormality in adults after the bicuspid aortic valve. Most VSDs close spontaneously, but failure to close can lead to complications such as pulmonary arterial hypertension, ventricular dysfunction, and the risk of arrhythmias. Diagnosis needs to be comprehensive through history, physical examination, and other supporting examinations for treatment planning and prognosis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Grden, Darko, Nada Kučer, Blanka Beer Ljubić, Dora Ivšić Škoda, Karol Šimonji, Nika Brkljača Bottegaro, Martina Crnogaj, Iva Šmit, and Jelena Gotić. "EKG u hrvatskog posavca i lipicanca - frekvencija i ritam." Veterinarska stanica 51, no. 1 (February 4, 2020): 33–45. http://dx.doi.org/10.46419/vs.51.1.4.

Full text
Abstract:
Cilj istraživanja je bio ustvrditi standardne vrijednosti za frekvenciju srčnog rada i učestalost srčanog aritmija u hrvatskog posavca i lipicanca. U istraživanje su bila uključena 82 zdrava konja, različitog spola i dobi, 32 lipicanca i 50 posavaca. Svim je konjima u baznovršnom odvodu snimljen EKG u trajanju od 5 minuta. Iz snimljenog elektrokardiograma je određena srčana frekvencija, ritam i tip eventualne aritmije. Ustvrđena srednja vrijednost frekvencije (±SD) za sve konje uključene u istraživanje je 52,9 (±12,7) otkucaja u minuti, što je znatno više od bilo koje od objavljenih vrijednosti za konje do sada. Ustvrđena je učestalost aritmija od 2,4 %. Visoka frekvencija i niska učestalost srčanih artimija mogu biti pasminska karakteristika, ali mišljenja smo da su ove vrijednosti posljedica neprikladnosti primjene ambulantne elektrokardiografije u konja. Smatramo da je za istraživanje elektrokardiografskih karakteristika konja uvijek potrebno životinjama snimiti 24 satni Holter EKG u uobičajenim uvjetima držanja.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

YURDAM, Ferhat, and Muhittin Doruk TATLI. "Is the magnesium phosphate ratio a predictor of arrhythmia in patients undergoing hemodialysis?" Journal of Health Sciences and Medicine 6, no. 1 (January 12, 2023): 128–33. http://dx.doi.org/10.32322/jhsm.1207234.

Full text
Abstract:
Aim: Koroner arter hastalığı, kalp yetmezliği, aritmi veya hiperkalemi nedenli ani ölüm son dönem böbrek yetmezliği hastalarında kardiyovasküler nedenlerin büyük çoğunluğunu oluşturmaktadır. Kanda bulunan Magnezyum, endotel fonksiyonu, damar tonusunun düzenlenmesi ve miyokardiyal uyarılabilirlik gibi kardiyovasküler fonksiyonları düzenleyen birçok süreçte önemli rol oynamaktadır. bu çalışmadaki amacımız; hemodiyaliz alan son dönem böbrek yetmezliği hastalarında Mg / P oranının aritmiyi öngörücülüğünü saptamaktır. Material and method: 18 yaşından büyük, kardiyoloji polikliniğine başvuran, kronik böbrek yetmezliği nedeniyle hemodiyaliz almakta olan ardışık 103 hasta çalışmaya dahil edildi. Ocak 2018 – Ekim 2022 tarihleri arasında 24 saatlik ritm holter ECG ile monitörize hastalar alındı. Hastalar 24 saatlik ritm holter EKG’ de aritmi saptananlar (grup 1: 51 hasta) ve saptanmayanlar (grup 2: 52 hasta) olarak 2 gruba ayrılarak analiz edildi. Result: Çalışmadaki hastaların yaş ortalamaları grup 1’ in grup 2’ ye kıyasla anlamlı daha yüksekti (66.96±10,27 ve 62,21±10,50, p=0.02, sırasıyla). Hastaların 24 saatlik ritm Holter EKG’ leri incelendiğinde en sık izlenen aritmi %18.4 (n=19)’ lük oran ile ventriküler ekstrasistol iken ikinci sırada %9.7 (n=10)’ lik oranı ile paroksismal AF’ ydi. ROC curve analizi (Resim-1) göstermiştir ki LVEF
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography