To see the other types of publications on this topic, follow the link: Asam karboksilat.

Journal articles on the topic 'Asam karboksilat'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Asam karboksilat.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Habibie, Sudirman. "Chelation and Metal-Ion Complex Formation of Chitosan Treated Cotton." Majalah Ilmiah Pengkajian Industri 8, no. 3 (2019): 93–100. http://dx.doi.org/10.29122/mipi.v8i3.3652.

Full text
Abstract:
Chitin dan chitosan adalah bahan “chelate” yang sangat kuat untuk ion transisi logam terutama tembaga, nikel dan merkuri, dan sifat-sifat ini yang akan intensif di bahas. Pada studi ini kain kapas (cotton) dikerjakan dengan larutan chitosan-asam polikarboksilat untuk memperoleh kain kapas-chitosan yang mengandung gugus group karboksilat (-COOH) dan gugus amina (-NH2) fungsional. Penggunaan asam polykarboksilat (asam sitrat dan maleik) pada pelarutan chitosan menghasilkan group karboksil 0,5 meqs/g pada kain yang dicelup dengan larutan chitosan asam karboksilat. Kemudian kain kapas yang telah mengandung gugus karboksilat dan gugus amina ini dicelupkan pada larutan garam logam (garam tembaga dan seng). Terbukti bahwa larutan garam tembaga (copper) memberikan warna biru pada kain, hal ini mengindikasikan telah terjadi reaksi kompleks atau “Chelate”. Implikasi dari hasil ini maka diperkirakan kandungan group karboksil dan amina ini akan mempengaruhi pada pencelupan kain, namun hal ini tidak diuji.Kata kunci : Chitosan, Kain Kapas, Chelate, Asam asetat, Asam citrate, Asam maleik, Tembaga sulphate, Tembaga acetate.AbstractChitin and chitosan are powerfull chelating agents for transition metal ions, particularly copper, nickel and mercury, and these properties have been extensively reviewed. In this study, cotton fabric has been treated with chitosan- polycarboxylic acid solution to form chitosan treated cotton fabric containing carboxyl (-COOH) and amine (-NH2) functional groups. The use of polycarboxylic acids (citric and maleic acids) to dissolve chitosan has given carboxyl groups 0.5 meqs/g into chitosan treated cotton fabrics. Instead, the complexing of the treated cotton samples with copper and zinc salts was examined. The copper salt solutions gave blue fabrics confirming easily that complexing or chelation had occurred. There are implications for dyeing cotton making use of these groups but this was not investigated.Keyword : Chitosan, Cotton fabric, Chelation, Acetic acid, Citric acid, Maleic acid, Copper (II) sulphate, Copper (II) acetate.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Ferdiansyah, Rival, Seno Aulia Ardiansyah, Revika Rachmaniar, and Indriani Yuniar. "REVIEW: PENGARUH PEMBENTUKAN KOKRISTAL MENGGUNAKAN KOFORMER ASAM KARBOKSILAT DENGAN METODE SOLVENT EVAPORATION DAN SOLVENT DROP GRINDING TERHADAP BIOAVAILABILITAS ZAT AKTIF." Jurnal Ilmiah Farmako Bahari 12, no. 1 (2021): 28. http://dx.doi.org/10.52434/jfb.v12i1.987.

Full text
Abstract:
Kelarutan merupakan faktor fisikokimia penting yang mempengaruhi bioavailabilitas dan efektivitas terapi obat. Sekitar 40% atau lebih dari kandidat obat yang tersedia memiliki kelarutan yang rendah dalam air sehingga kelarutan dari zat aktif perlu ditingkatkan agar bioavailabilitasnya ikut meningkat, salah satunya dengan cara teknik kokristalisasi. Dalam studi ini akan dikemukakan review terkait pengaruh pembentukan kokristal zat aktif yang memiliki kelarutan rendah dalam air menggunakan koformer golongan asam karboksilat dengan metode solvent evaporation dan solvent drop grinding terhadap peningkatan bioavailabilitas. Zat aktif yang berhasil dibuat kokristal dengan peningkatan bioavailabilitas menggunakan koformer golongan asam karboksilat dengan metode solvent evaporation yaitu apixaban, aceclofenac, klorbipram, telmisartan, paliperidon, dan metronidazol, sedangkan untuk metode solvent drop grinding diantaranya ketokonazol, meloksikam, dipfluzin, asam galat, gliclazid, dan itrakonazol. Berdasarkan kajian pustaka, dapat disimpulkan bahwa pembentukan kokristal menggunakan koformer golongan asam karboksilat dengan metode solvent evaporation dan solvent drop grinding berpotensi meningkatkan bioavailabilitas zat aktif. Peningkatan terjadi karena terbentuk ikatan hidrogen antara zat aktif dengan koformernya serta adanya fase kristal baru yang menandakan kokristal telah terbentuk dan mengindikasikan peningkatan kelarutan sehingga bioavailabilitasnya ikut meningkat.
 
 Kata kunci: Bioavailabilitas, kokristal, koformer golongan asam karboksilat, kokristal, solvent drop grinding, solvent evaporation.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Ismillayli, Nurul, Siti Raudhatul Kamali, Saprini Hamdiani, and Dhony Hermanto. "Interaksi Asam Humat Dengan Larutan Urea, SP36 dan KCl dan Pengaruhnya Terhadap Efisiensi Pemupukan." Jurnal Pijar Mipa 14, no. 1 (2019): 77. http://dx.doi.org/10.29303/jpm.v14i1.815.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan studi interaksi asam humat dengan larutan urea, super fosfat 36 (sp36), dan kalium klorida (KCl) dengan menggunakan metode spektrofotometri Infra Red (IR). Penggunaan asam humat diketahui dapat meningkatkan ketersediaan, pengambilan nutrien pada tanaman dan efisiensi pemupukan urea, SP36 dan KCl. Akan tetapi, gugus fungsi asam humat yang berperan pada interaksi dengan pupuk belum dikaji. Penelitian dilakukan dengan menginteraksikan asam humat dan larutan pupuk urea, SP36 dan KCl dengan perbandingan massa 1:5. Interaksi asam humat dengan ketiga pupuk diketahui dengan membandingkan spektra IR asam humat murni dengan asam humat setelah bereaksi dengan ketiga pupuk. Adanya pergeseran serapan bilangan gelombang mengindikasikan terjadi interaksi. Pengaruh penambahan asam humat pada efisiensi pemupukan dilakukan dengan menghitung kadar nitrogen, fosfor dan kalium pada sampel tanaman jagung menggunakan metode Kjehdahl dan spektrofotometri UV-Vis. Hasil karakterisasi dengan spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) menunjukkan bahwa struktur hipotetik asam humat memiliki gugus fungsional –OH, alifatis, eter, aromatis dan karboksilat. Interaksi asam humat dengan ketiga pupuk terjadi pada gugus fenol, aromatis dan karboksilat yang ditunjukkan dengan adanya pergeseran serapan pada daerah 3421 cm-1, 1611 cm-1dan 1375 cm-1. Penambahan asam humat pada pemupukan dasar dapat meningkatkan efisiensi pemupukan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Devi Indah Anwar, Lela Mukmilah Yuningsih, Nur Laila Arizal, and Fitri Khairani Nasution. "POTENSI LIMBAH KULIT JAGUNG UNTUK ASAP CAIR SEBAGAI PENGAWET MAKANAN MELALUI METODE PIROLISIS." Jurnal Inovasi Teknik Kimia 10, no. 1 (2025): 35–38. https://doi.org/10.31942/inteka.v10i1.12551.

Full text
Abstract:
Kulit jagung merupakan limbah biomassa yang mengandung bahan lignoselulosa seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Dengan adanya kandungan bahan lignoselulosa tersebut, kulit jagung berpotensi digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan asap cair sebagai pengawet makanan melalui metode pirolisis. Asap cair merupakan produk yang diperoleh dari kondensasi uap yang dihasilkan selama pirolisis yang mengandung senyawa organik teroksidasi, seperti keton, aldehida, fenol, dan asam karboksilat. Senyawa-senyawa tersebut berperan sebagai antioksidan dan antibakteri, serta mempunyai rasa dan bau yang khas pada asap cair. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hasil pirolisis limbah kulit jagung untuk asap cair sebagai pengawet makanan. Pirolisis kulit jagung dilakukan pada temperatur 75o C dan 115o C selama 2 jam, yang akan menghasilkan asap dan selanjutnya dikondensasikan menjadi asap cair. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan temperatur pirolisis mempengaruhi volume dan kadar asam asap cair hasil pirolisis. Pirolisis pada suhu 75o C menghasilkan 650 mL asap cair dengan kadar asam sebesar 3,3%, sedangkan pirolisis padasuhu 115o C menghasilkan 800 mL asap cair dengan kadar asam 3,8%. Berdasarkan hasil penelitian, limbah kulit jagung melalui proses pirolisis berpotensi digunakan sebagai bahan baku asap cair untuk pengawet makanan, yaitu memenuhi SNI 8985:2021
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Lb, Fahmijal, Ridwan Yusuf Lubis, and Ratni Sirait. "PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI SABUT KELAPA DENGAN AKTIVASI MENGGUNAKAN H3PO4 UNTUK ADSORPSI AIR GAMBUT." JOURNAL ONLINE OF PHYSICS 8, no. 2 (2023): 23–28. http://dx.doi.org/10.22437/jop.v8i2.20677.

Full text
Abstract:
Sabut kelapa merupakan limbah perkebunan yang kurang dimanfaatkan . Dalam bagian sabut kelapa memiliki kandungan lignin dan selulosa yang menjadi dasar bahwa sabut kelapa bisa dijadikan karbon aktif. Tahapan yang dilakukan pada pembuatan karbon aktif meliputi proses preparasi sampel, karbonisasi, pengayakan dan aktivasi menggunakan asam fosfat, kemudian proses uji yang terdiri dari uji sifat fisis, karakterisasi menggunakan FTIR, XRD, SEM dan uji Adsorpsi. Variasi asam fosfat yang dilakukan yaitu 0%, 8%, 10% dan 12%. Hasil terbaik diperoleh pada variasi konsentrasi 12% dengan nilai kadar air 6,92%, kadar zat mudah menguap 16,11%, kadar abu sebesar 7,47%, dan kadar karbon murni 76,42%. Untuk uji karaterisasi FTIR menghasilkan gugus fungsi O-H asam karboksilat, N-H amina, C=C cincin aromatik, C=C alkena, C-H alkana, C-O asam karboksilat, dan C-H cincin aromatik. XRD menunjukkan fasa kristal yang berbentuk kubik, dan uji SEM menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam fosfat menjadikan karbon aktif memiliki pori-pori yang lebih banyak. Hasil adsorpsi menunjukkan beberapa parameter telah memenuhi standar PERMENKES Tahun 2017 tentang air bersih diantaranya warna dan Besi (Fe) dengan persentase penurunan warna sebesar 97,5% dan Besi (Fe) sebesar 86,21%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Sambolinggi, Salomina, Andi Murlina Tasse, and Rahim Aka. "SUPLEMENTASI ASAM LEMAK TERPROTEKSI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG." Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 2, no. 1 (2018): 1. http://dx.doi.org/10.33772/jitro.v2i2.3795.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi ayam kampung umur 10 minggu yang diberi ransum dengan suplementasi asam lemak terproteksi asam lemak terproteksi. Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam kampung yang dibagi ke dalam 12 plot kandang. Penelitian ini terdiri atas 3 perlakuan (P0= ransum komersial 100 %, P1= ransum komersial + campuran garam karboksilat kering 3%, P2= ransum komersial + hidrolisat minyak sayur 3%), dan 4 ulangan. Rataan konsumsi ransum 53,52 ± 3,96 (P0), 38,86 ± 5,12 (PI) dan 50,72 ± 6,41 (P2), pertambahan bobot badan 17,41 ± 4,80 (P0), 18,89 ± 2,77 (PI), dan 16,22 ± 1,29 (P2), konversi ransum 6,11 ± 1,46 (P0), 3,92 ± 1,06 (PI), dan 5,71 ± 1,09 (P2). Analisis data menggunakan sidik ragam dilanjutkan dengan uji Kontras Ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi asam lemak terproteksi dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam kampung umur 10 minggu. Kesimpulan bahwa (1) pemberian ransum dengan suplementasi asam lemak terproteksi 3% CGKK (Campuran garam karboksilat kering) pada ayam kampung selama 3 minggu cenderung meningkatkan konsumsi bahan kering dan pertambahan bobot badan tetapi menurunkan konversi ransum dan (2) pemeberian ransum dengan suplementasi asam lemak terproteksi 3% HMS (Hidrolisat minyak sayur) pada ayam kampung selama 3 minggu cenderung meningkatkan konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.Kata kunci: Suplementasi, Asam Lemak Terproteksi dan Performans Ayam Kampung
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Agus Triawan, Deni, Ria Nurwidiyani, Nesbah Nesbah, et al. "PEMBUATAN ASAP CAIR DARI KULIT KOPI (Coffea sp.) DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS." Jurnal Teknologi Pertanian 24, no. 1 (2023): 1–8. http://dx.doi.org/10.21776/ub.jtp.2023.024.01.1.

Full text
Abstract:
Pengolahan kopi (Coffea sp.) melalui penggilingan akan menghasilkan limbah kulit kopi yang tidak termanfaatkan dan hanya ditumpuk di sekitar lokasi pengolahan. Kulit kopi (Coffea sp.) mengandung lignin dan selulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan asap cair. Asap cair memiliki beberapa kegunaan diantaranya dapat diaplikasikan sebagai koagulan karet alam (lateks). Asap cair dihasilkan melalui proses pirolisis selama 6 jam dengan suhu ± 350◦C. Rendemen asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis kulit kopi sebesar 19,6% dengan karakteristik berbau asap, berwarna coklat kemerahan dengan berat jenis sebesar 1,007 ± 0,003 gr/mL, pH 3,62 ± 0,021, dan kadar asam total 9,75 ± 0,025%. Analisis menggunakan spektrofotometer FTIR menunjukkan adanya vibrasi gugus –OH, C=O dan C-O yang diduga berasal dari gugus karboksilat. Asap cair diaplikasikan sebagai koagulan lateks dengan konsentrasi (dalam v/v) yaitu 5%, 10%, 15%, dan 20% serta lateks murni tanpa perlakuan sebagai kontrol negatif dan asam formiat 2% (v/v) sebagai kontrol positif. Pada konsentrasi asap cair 15% waktu koagulasi lateks menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penggunaan asam formiat 2%. Pada konsentrasi asap cair yang lebih tinggi yaitu 20% (v/v), proses koagulasi menggunakan asap cair lebih cepat dibandingkan dengan asam formiat 2% (v/v). Penggunaan asap cair dari kulit kopi pada proses koagulasi lateks mampu memperpendek waktu koagulasi serta menghilangkan bau busuk pada lateks namun mengubah warna lateks alami menjadi abu-abu. Berdasarkan hasil penelitian tersebut asap cair kulit kopi (Coffea sp.) dapat digunakan sebagai koagulan lateks untuk menggantikan asam formiat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Yurleni, Yurleni, Rudi Priyantoi, and Komang G. Wiryawan. "Kandungan Lemak, Koesterol dan Profile Asam-asam Lemak Daging Kerbau Yang Disuplementasi Pakan Campuran Garam Karboksilat Kering." Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan 21, no. 1 (2018): 9–16. http://dx.doi.org/10.22437/jiiip.v21i1.5404.

Full text
Abstract:
Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh suplementasi campuran garam karboksilat kering (CGKK) yang berasal dari minyak ikan terhadap kandungan lemak, kolesterol dan profil asam-asam lemak daging kerbau. Daging berasal dari kerbau jantan umur 1,5-2 tahun yang dipelihara secara intensif selama 2,5 bulan dengan pemberian pakan hijauan 35% dan konsentrat 65%. Suplementasi CGKK berbahan dasar minyak ikan lemuru ditambahkan sebanyak 45 g/kg konsentrat. Setelah pemeliharaan ternak dipotong. Untuk analisa daging digunakan otot longissimus dorsi. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap apabila ada perbedaan di uji'dengan uji lanjut Least Square MeansModels (LSMEAN). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa suplementasi CGKK menurunkan kandungan asam-asam lemak jenuh daging kerbau dan meningkatkan kandungan asam-asam lemak tak jenuh daging kerbau. Dapat disimpulkan bahwa suplementasi CGKK meningkatkan profil asam-asam lemak tak jenuh terutama asam lemak omega-3 yaitu EPA dan DHA.
 Kata kunci : kerbau, suplementasi, minyak ikan, asam-asam lemak daging.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Adinata, Ika Pratiwi Khosimah, Khairul Anam, and Dewi Kusrini. "Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Fraksi Aktif Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dan Uji Aktivitas Larvasida terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 16, no. 2 (2013): 42–45. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.16.2.42-45.

Full text
Abstract:
Identifikasi senyawa metabolit sekunder fraksi aktif daun jarak pagar (Jatropha curcas L.) dan uji aktivitas larvasida terhadapl nyamuk Aedes aegypti telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas L.) sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti serta mengisolasi dan mengidentifikasi jenis senyawa larvasida yang terkandung dalam ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas L.). Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Ekstrak kental etanol dipartisi berturut-turut dengan n-heksana dan etil asetat. Dari hasil uji aktifitas larvasida terhadap fraksi n-heksana, etil asetat dan air diperoleh bahwa fraksi etil asetat memiliki aktifitas paling tinggi dengan nilai LC50 0,11%. Fraksi etil asetat kemudian difraksinasi menggunakan kromatografi cair vakum sebanyak dua kali hingga diperoleh isolat aktif (fraksi EG3). Isolat fraksi aktif diduga mengandung asam fenolat yang menyerap sinar UV-Vis pada λmax 227 nm dan 251 nm. Hasil analisis ini diperkuat dengan analisis spektrum inframerah yang menunjukkan adanya gugus fungsi O-H ulur, C-H aromatik ulur dan C=C aromatik yang menandakan adanya senyawa fenol. Adanya gugus fungsi C=O, C-O dari asam karboksilat dan benzen tersubstitusi menandakan adanya asam karboksilat, di mana gugus fungsi yang dimiliki isolat identik dengan gugus fungsi asam fenolat secara umum.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Putrawan, I. Dewa Gede Arsa, Adli Azharuddin, Dendy Adityawarman, and Dicka Ar Rahim. "Sintesis Merkaptoetil Karboksilat sebagai Bahan Baku Stabiliser Termal Polivinil Klorida: Variasi Sumber Asam Lemak." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 18, no. 2 (2020): 47. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2019.18.2.3.

Full text
Abstract:
Abstrak. Merkaptoetil karboksilat merupakan bahan baku stabiliser termal polivinil klorida atau polyvinyl chloride (PVC) berbasis timah organik. Stabiliser termal perlu ditambahkan ke dalam resin PVC sebelum diekstrusi untuk mencegah kerusakan karena pengerjaan panas. Stabiliser termal PVC dari timah organik dikenal sangat efektif, khususnya untuk aplikasi PVC kaku seperti pipa dan bingkai jendela. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi sintesis merkaptoetil karboksilat dari asam lemak dan merkapto etanol dengan variasi sumber asam lemak yang meliputi asam lemak sawit, dedak padi dan biji kapuk. Percobaan dilakukan dalam sebuah reaktor partaian (batch) dengan asam kuat sebagai katalis. Percobaan dilakukan pada temperatur 60-80°C dan ekses merkapto etanol 10%. Kinerja sintesis dievaluasi melalui pengukuran kadar gugus merkaptan dan angka asam dalam produk serta perolehan produk. Pada rentang temperatur 60-80°C, ketiga asam lemak memberikan produk dengan kadar merkaptan pada rentang 6,4-7,8%. Temperatur 70°C merupakan temperatur terbaik karena menghasilkan produk dengan kadar merkaptan tertinggi tanpa memadat selama penyimpanan. Pada temperatur ini, produk memiliki angka asam pada rentang 11-41 mg KOH/g dan perolehan pada rentang 70-81%. Ketiga sumber asam lemak memberikan produk dengan kadar merkaptan yang mencukupi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku stabiliser PVC. Mempertimbangkan kualitas produk dan ketersediaan di pasaran, distilat asam lemak sawit dipandang sebagai bahan baku yang paling baik. Kata kunci: asam lemak, merkaptoetil karboksilat, polivinil klorida, stabiliser termal. Abstract. Synthesis of Mercaptoethyl Carboxylate as Raw Materials for Polyvinyl Chloride Thermal Stabilizer: Variation in Fatty Acid Source. Mercaptoethyl carboxylate is a raw material for organotin-based polyvinyl chloride (PVC) thermal stabilizer. Thermal stabilizers need to be added to the PVC resin before extruded to prevent degradation due to heat treatment. Organotin PVC stabilizers are known to be very effective, especially for rigid PVC applications such as pipes and frames. This study was aimed to evaluate the synthesis of mercaptoethyl carboxylate from fatty acids and mercaptoethanol with various sources of fatty acids including palm, rice bran and kapok seed fatty acids. The experiment was carried out in a batch reactor with a strong acid as a catalyst. The experiments were conducted at 60-80°C and 10% mercapto ethanol excess. The performance of synthesis was evaluated by measuring mercaptan and acid contents and yield. In the range of 60-80°C, all three fatty acids provided products with mercaptan levels in the range of 6.4-7.8%. A temperature of 70°C is the best temperature as it gave a product with the highest mercaptan content without solidification during storage. At this temperature, the product had acid values in the range 11-41 mg KOH/g and yields in the range of 70-81%. Considering product quality and availability in the market, palm fatty acid distillate was seen as the best raw material. Keywords: fatty acid, mercaptoethyl carboxylate, polyvinyl chloride, thermal stabilizer. Graphical Abstract
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Dewi, Rini Kartika. "NATROSOL SEBAGAI SALAH SATU BAHAN PENGENTAL (THICKENER) PADA PRODUKSI BIOETANOL GEL DARI LIMBAH DAUN TEBU." Indonesian Chemistry and Application Journal 2, no. 1 (2018): 12. http://dx.doi.org/10.26740/icaj.v2n1.p12-18.

Full text
Abstract:
Kemajuan teknologi pada bidang energi memberikan dampak posistif terhadap perkembangan energi alternatif, dimana salah satunya adalah modifikasi bioetanol menjadi bahan bakar gel (bioethanol gel/ fuel gel). Fuel gel banyak digunakan sebagai bahan bakar skala rumah tangga ataupun bahan bakar portabel untuk kegiatan di luar rumah. Beberapa kelebihan dari bioethanol gel antara lain merupakan energi terbarukan, hasil pembakaran bersih (tidak berasap, tidak berbau), penyalaan mudah serta memudahkan dalam distribusi. Bioetanol gel terdiri dari etanol, bahan pengental/ thickener (umumnya material turunan selulosa) dan neutralizer. Natrosol merupakan bahan pengental produksi Aqualon yang memiliki bahan aktif hidroksietilselulosa. Gugus fungsi O-H alkohol (1), C-H alkana (5) dan C-O ester (6) yang terbaca pada spektra FTIR menunjukkan keberadaan bahan aktif hidroksietilselulosa. Selain itu terdapat gugus fungsi O-H asam karboksilat (2) dan C=O (3) yang menunjukkan adanya campuran bahan lain yang merupakan senyawa asam karboksilat di dalam Natrosol. Proses pembuatan bioetanol gel adalah dengan menambahkan etanol hasil distilasi dengan kadar 96% dengan penambahan pengental (thickener), akuades dan triisopropanolamina (sebagai penstabil). Pengental berupa natrosol dan karbopol dengan variasi 0,5; 1,5; 2.0; 2.5 gram, dicampurkan dengan 31 gram akuades dan diaduk sampai terbentuk gel, hasilnya ditambahkan 75 gram etanol dan triisopropanolamina. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap gel bioetanol yang terbentuk dengan mengamati analisis nyala dengan pengamatan asap yang terbentuk, warna api, emisi gas dan lama penyalaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Siahaan, Suria Bersinar, and Marham Sitorus. "SINTESIS METIL SINAMAT DENGAN REAKSI ESTERIFIKASI ANTARA ASAM SINAMAT DALAM GETAH KEMENYAN TOBA (STYRAX PARALLEONCOMUD PERK) DAN METANOL." CHEDS: Journal of Chemistry, Education, and Science 7, no. 2 (2023): 168–73. http://dx.doi.org/10.30743/cheds.v7i2.8129.

Full text
Abstract:
Pada penelitian ini dilakukan sintesis metil sinamat dari asam sinamat kemenyan Toba. Asam sinamat diekstraksi dari lateks benzoin Toba kemudian dianalisis dengan FTIR. Ekstrak asam sinamat sebanyak 82,6% disintesis menjadi metil sinamat melalui reaksi esterifikasi dengan katalis HCl, kemudian produk esterifikasi yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan instrumen FTIR dan GC-MS. Hasil analisis FTIR asam sinamat menunjukkan bahwa ikatan O-H, C=C, C=O, C-O (asam karboksilat) dan C-H sesuai dengan gugus fungsi asam sinamat. Analisis FTIR terhadap metil sinamat menunjukkan bahwa produk tersebut merupakan senyawa ester dengan adanya ikatan ester C-O dan C=O yang didukung oleh aroma produk yang harum seperti aroma anggur. Hasil analisis GC-MS terhadap metil sinamat menunjukkan kandungan metil sinamat sebesar 34,4% dengan nilai m/e sebesar 162 sesuai dengan m/e metil sinamat dengan tingkat kemiripan sebesar 93%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Hadi, Sutopo, and Hapin Afriyani. "Studi Perbandingan Sintesis dan Karakterisasi Dua Senyawa Organotimah(IV) 3-Hidroksibenzoat." ALKIMIA : Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan 1, no. 1 (2017): 26–31. http://dx.doi.org/10.19109/alkimia.v1i1.1327.

Full text
Abstract:
Senyawa organotimah(IV) karboksilat dan semua turunannya menunjukan aktivitas biologi sangat kuat dan dikenal memiliki aktivitas penghambatan yang tinggi bahkan pada konsentrasi yang sangat rendah sehingga golongan senyawa ini sangat menarik untuk terus dipelajari. Melanjutkan keberhasilan dalam sintesis senyawa organotimah(IV) karboksilat pada beberapa penelitian sebelumnya, dalam makalah ini kami laporkan hasil sintesis senyawa difeniltimah(IV) di-(3-hidroksibenzoat) dan trifeniltimah(IV) 3-hidroksibenzoat dari bahan awal senyawa difeniltimah(IV) oksida dan trifeniltimah(IV) hidroksida dengan ligan asam 3-hidroksibenzoat . Senyawa hasil sintesis dikarakterisasi dengan beberapa teknik spektroskopi dan mikroanalisis unsur. Hasil analisis menunjukan kedua senyawa hasil sintesis memiliki kemurnian yang baik dengan waktu refluks 4 jam dan nilai persen rendemen berturut-turut 92,66% dan 88,60%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Wanda, Nikmat, Suryati Suryati, Meriatna Meriatna, Syamsul Bahri, and Agam Muarif. "Perbandingan Karakteristik Biokomposit Kitosan-Pektin Untuk Pembalut Luka Primer Dengan Menggunakan CMC (Karboksimetil Selulosa) Dan Alginat." Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) 3, no. 5 (2023): 735. http://dx.doi.org/10.29103/cejs.v3i5.10281.

Full text
Abstract:
Biokomposit adalah suatu material komposit yang merupakan gabungan dari polimer alami sebagai fasa organiknya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji bagaimana pengaruh penambahan CMC dan alginat terhadap campuran kitosan dan pektin untuk menghasilkan biokomposit. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya tetapi Pembuatan ini menggunakan kitosan dan gelatin sebagai matriks serta gliserol sebagai aditif sedangkan penelitian ini menggunakan kitosan dan pektin sebagai matriks serta CMC dan alginat sebagai aditif dengan variasi konsentrasi (w/v) 2%, 3%, 4%, 5% dan 6%. Dari hasil penelitian diperoleh daya swelling Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) sebesar 628,12%, Biokomposit (Kitosan-Pektin-Alginat) sebesar 518,18%. Daya absorbsi Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) sebesar 528,12% dan Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) sebesar 170%. Daya ketebalan Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) sebesar 3 mm dan Biokomposit (Kitosan-Pektin-Alginat) sebesar 2 mm. Daya kuat Tarik Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) didapat sebesar 2,07 MPa dan Biokomposit (Kitosan-Pektin-Alginat) didapat sebesar 1,91 MPa. Daya elongasi Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) didapat sebesar 18,5% dan Biokomposit (Kitosan-Pektin-Alginat) didapat sebesar 10,6%. Untuk analisa gugus FTIR membran biokomposit ini mengandung senyawa C-H (Alkana) C=O (Asam karboksilat), C-N (Amina), CO (Asam karboksilat) dan senyawa gugus O-H.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Maulinda, Leni, Nasrul ZA, and Nurbaity Nurbaity. "Hidrolisis Asam Lemak Dari Buah Sawit Sisa Sortiran." Jurnal Teknologi Kimia Unimal 6, no. 2 (2018): 1. http://dx.doi.org/10.29103/jtku.v6i2.471.

Full text
Abstract:
Asam lemak merupakan unit pembangun yang sifatnya khas untuk setiap lemak, disebut juga asam alkanoat atau asam karboksilat. Penelitian ini menggunakan bahan baku buah sawit sisa sortiran untuk menghasilkan asam lemak. Buah sawit sisa sortiran adalah buah sawit yang sudah melewati waktu panen TBS (Tandan Buah Segar) dengan kadar asam lemaknya yang tinggi. Bila buah sawit sisa sortiran ini diolah dengan TBS akan menurunkan kualitas CPO (Crude Palm Oil) yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengaktifkan enzim lipase yang terdapat pada buah kelapa sawit yang akan menghidrolisa trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Buah sawit dipisahkan dari inti buah kemudian diblender dengan volume etanol 40%, 45%, 50%, 55% dan 60% (dari berat sampel). Kemudian dilanjutkan dengan penyimpanan 1, 2, dan 3 hari pada suhu 30C, 35C, 40C, 45C, dan 50C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar asam lemak terbaik yaitu 48,7% didapatkan pada suhu 30C, penambahan etanol 60% dan lama penyimpanan 3 hari, dengan densitas 0,907 gr/ml, bilangan peroksida 13,5 meq/kg dan kadar air 0,07%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Purbaya, Mili, Hussin Moh Nor, and Didin Suwardin. "SINTESIS ASAM DIMER DARI MINYAK BUNGA MATAHARI DENGAN REAKSI DIELS-ALDER UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKU SELF-HEALING RUBBER." Jurnal Penelitian Karet 33, no. 1 (2015): 83. http://dx.doi.org/10.22302/jpk.v33i1.174.

Full text
Abstract:
Sintesis asam dimer yang bersumber dari minyak bunga matahari telah dilakukan dengan menggunakan reaksi Diels-Alder. Reaksi ini dilakukan dengan mereaksikan asam linoleat yang terkandung di dalam minyak bunga matahari dengan asam akrilat. Hasil reaksi diharapkan dapat digunakan untuk sintesis self healing rubber. Karet ini memiliki kemampuan untuk dapat tersambung kembali setelah diputuskan menjadi beberapa bagian. Reaksi Diels-Alder dikonfirmasi dengan melakukan analisis nuclear magnetic resonance (NMR) dan infra merah spektroskopi. Hasil reaksi menunjukkan bahwa ikatan rangkap karbon di dalam asam linoleat bereaksi dengan asam akrilat untuk menghasilkan asam dimer. Reaksi ini dikonfirmasi dengan munculnya sebuah puncak infra merah yang cukup luas pada kisaran 3600 – 2300 cm-1. Puncak ini mewakili ikatan hidrogen yang terbentuk dalam asam dimer. Hasil analisis karbon NMR juga menunjukkan pembentukan asam dimer pada puncak 173,2 ppm. Puncak NMR ini mewakili karbon yang berada di dalam gugus fungsional asam karboksilat (- COOH). Diterima : 24 Desember 2014; Direvisi : 15 Februari 2015; Disetujui : 10 April 2015 How to Cite : Purbaya, M., Nor, H., & Suwardin, D. (2015). Sintesis asam dimer dari minyak bunga matahari dengan reaksi diels-alder untuk menghasilkan bahan baku self-healing rubber. Jurnal Penelitian Karet, 33(1), 83-90. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/174
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Hidayat, Firman Adji Nur, and I. Gusti Made Sanjaya. "Pengaruh Variasi Penimbangan Terhadap Akurasi Penentuan Bilangan Asam Pada Alkyd Resin." Unesa Journal of Chemistry 11, no. 3 (2023): 160–64. http://dx.doi.org/10.26740/ujc.v11n3.p160-164.

Full text
Abstract:
Alkyd resin adalah polyester yang dimodifikasi dengan penambahan asam lemak dan komponen lainnya. Alkyd berasal dari poliol dan asam organik termasuk asam dikarboksilat atau asam karboksilat anhidrat dan minyak trigliserida. Kualitas suatu alkyd resin ditentukan berdasarkan parameternya antara lain: kadar zat padat, viskositas, bilangan asam, warna dan kejernihan. Bilangan asam yang tinggi dapat menyebabkan cat mudah menguning, oleh karena itu diperlukan ketelitian dalam melakukan analisa bilangan asam. Untuk mengetahui bilangan asam dilakukan dengan metode titrasi asidimetri. Produk A, B, dan C ditimbang masing-masing: 0.5g, 2g, 4g, 6g, 8g, 10g, 12g, 14g, ke dalam erlenmeyer 300 ml yang di dalamnya telah berisi 100 ml pelarut. Masukkan magnetic stirer lalu aduk hingga larut sempurna di atas pemanas listrik. Tambahkan 2 tetes indikator phenolphthalein 1% ke dalam erlenmeyer. Tuang larutan KOH 0.2 alkoholik ke dalam buret 50ml. Titrasi dilakukan hingga terjadi perubahan dari larutan tak berwarna menjadi merah muda. Catat volume yang didapatkan (ml). Dari penelitian yang dilakukan semakin kecil sampel yang ditimbang maka penyimpangan hasil analisa bilangan asam dari penimbangan sampel secara teori (10 gram) semakin besar. Berdasarkan % akurasi yang diizinkan adalah yaitu 3% maka variabel penimbangan yang dapat ditoleransi adalah 8–14 gram. Penimbangan sampel kurang dari 8-gram atau di atas 14 gr akan menghasilkan bilangan asam yang memiliki penyimpangan yang sangat besar.
 
 Kata kunci : Alkyd resin, Bilangan asam, Larutan KOH, Titrasi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Dhafin Rizky, Arnanda, Sutrisno Sutrisno, and Parlan Parlan. "Hidrolisis minyak biji asam jawa (tamarindus indica linn) menjadi asam lemaknya dan uji aktivitas antibakteri." Jurnal MIPA dan Pembelajarannya 2, no. 2 (2021): 100–104. http://dx.doi.org/10.17977/um067v2i2p100-104.

Full text
Abstract:
Saponification tamarind seed oil used potassium hydroxide and acidification with hydrochloric acid is produced fatty acid in the form of soft white solid, has melting point 50-55 degrees celcius. The result of this hydrolysis positive test of unsaturation. It has an acid number of 115.36, saponification number of 114.80, and iodine number of 53.34. The success of hydrolysis of oil into fatty acid is characterized by identification of IR spectra showing O-H vibration with moderate intensity and widening, C=O vibration of carboxylic acid with strong intensity. Fatty acids of tamarind seed have the potential as antibacterial to test bacteria Staphylococcus aureus and Escherichia coli with diameter respectively 7.31 mm and 7.58 mm.
 
 Minyak biji asam jawa yang disaponifikasi menggunakan kalium hidroksida dan pengasaman dengan asam klorida dihasilkan asam lemak berupa padatan lunak berwana putih, memiliki titik lebur 50-55 derajat celcius. hasil hidrolisis ini positif uji ketidakjenuhan, bilangan asam 115,36, bilangan penyabunan 114,80, dan bilangan iod 53,34. Keberhasilan hidrolisis minyak menjadi asam lemak ditandai dari identifikasi spektrum IR yang menunjukkan vibrasi ulur O-H dengan intensitas sedang dan melebar serta vibrasi ulur C=O asam karboksilat dengan intensitas kuat. Asam lemak biji asam jawa berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan zona hambat masing-masing 7,31 mm dan 7,58 mm.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Meriatna, Meriatna, and Rina Lestari. "Pembuatan Asam Asetat dari Air Cucian Kopi Robusta dan Arabika dengan Proses Fermentasi." Jurnal Teknologi Kimia Unimal 7, no. 1 (2019): 61. http://dx.doi.org/10.29103/jtku.v7i1.1169.

Full text
Abstract:
Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa organik yang mengandung gugus asam karboksilat, yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Kandungan glukosa dalam air cucian kopi (arabika dan robusta) memungkinkan untuk difermentasi menjadi asam asetat. Dalam proses fermentasiini glukosa akan diubah menjadi alkohol menggunakan ragi roti (Saccharomycescerevisiae) kemudian alkohol akan diubah menjadi asam asetat menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik asam asetat berbasis limbah hasil cucian kopi arabika dan robusta. Fermentasi alkohol berlangsung selama 48 jam (anaerob) kemudian dilanjutkan dengan fermentasi asam asetat. Metode penelitian dilakukan dengan memvariasikan waktu fermentasi yaitu 7, 10 dan 14 hari serta jumlah bakteri yaitu 10, 20, 40 dan 60 ml. Analisa yang dilakukan meliputi kadar asam asetat dilakukan secara volumetrik dengan larutan NaOH 0,1 N, yield asam asetat, densitas serta viskositas. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kadar asam asetat tertinggi pada waktu fermentasi 10 hari dengan jumlah bakteri sebanyak 60 ml yaitu 65,25 g/l untuk kopi arabika dan 62,05 g/l untuk kopi robusta. Yield asam asetat nilai tertinggi pada waktu fermentasi 10 hari dengan jumlah bakteri sebanyak 60 ml yaitu 85,82% untuk kopi arabika dan 78,34 % untuk kopi robusta. Densitas asam asetat nilai tertinggi pada waktu fermentasi 10hari, penambahan jumlah bakteri 60 ml yaitu 1,087 g/ml untuk kopi arabika dan 1,087 untuk kopi robusta. Sementara untuk viskositas diperoleh nilai terbaik padawaktu fermentasi 10 hari dengan penambahan jumlah bakteri 40 ml pada masing-masing jenis air cucian kopi arabika dan robusta yaitu 1,224 Cp Kata Kunci:asam asetat, fermentasi, limbah cair, kopi arabika, kopi robusta
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Yulianti, Eny, RIf'atul Mahmudah, Ainul Ma'rifah, and Ulal Azmiyani. "Adsorpsi Logam Ni dan Cu pada Limbah Cair Laboratorium Kimia menggunakan Biosorben Batang Jagung Termodifikasi Asam Sitrat." ALCHEMY 7, no. 1 (2019): 13. http://dx.doi.org/10.18860/al.v7i1.7933.

Full text
Abstract:
<p class="BodyAbstract">Corn stalk contains 40-50% cellulose, 20-40% hemicellulose, 4-15% lignin which had potential as biosorbent in binding metal ions. In this study, demineralization and modification by adding citric acid (1.5 M and 2 M) of corn stalk were conducted to convert hydroxyl groups into carboxylic. Then, it was analyzed its functional groups using Boehm titration and FTIR. The modified corn stalk was applied directly to chemical laboratory liquid waste which contains multicomponent of heavy metal ions. By modifying the corn stalk, the number of hydroxyl and carboxylic groups increased, but the number of lactone group was constant. The success of the modification was characterized by the appearance of ester uptake at 1734 cm<sup>-1</sup> and increased adsorption ability. The variations in the concentration of citric acid in modification corn stalk showed that biosorbent with addition 1.5 M citric acid had higher in the number of acid site than addition 2 M citric acid to absorb Ni and Cu.</p><p> <br /> Keywords: Corn stalk, citric acid, biosorbent, functional group</p><p class="BodyAbstract"><strong> </strong></p><p class="BodyAbstract"><strong> </strong></p><p>Batang jagung mengandung sekitar 40-50% selulosa, 20-40% hemiselulosa, 4-15% lignin yang berpotensi sebagai biosorben pengikat ion logam. Pada penelitian ini dilakukan demineralisasi dan modifikasi dengan penambahan asam sitrat (1,5 M dan 2 M) untuk mengubah gugus hidroksil pada selulosa membentuk karboksilat. Selanjutnya, dianalisis gugus fungsinya menggunakan titrasi Boehm dan FTIR. Hasil modifikasi diaplikasikan langsung pada limbah cair laboratorium kimia yang mengandung banyak jenis ion logam berat. Biosorben batang jagung setelah dimodifikasi mengalami peningkatan jumlah gugus fungsi hidroksil dan karboksilat, tetapi gugus lakton tetap. Keberhasilan modifikasi ditandai dengan munculnya serapan ester pada 1734 cm<sup>-1 </sup>dan peningkatan kemampuan adsorpsi. Dari hasil variasi konsentrasi asam sitrat diperoleh informasi bahwa biosorben dengan penambahan asam sitrat 1,5 M mempunyai situs asam lebih tinggi dan mempunyai kemampuan adsorpsi terhadap ion logam Ni dan Cu lebih besar dibanding penambahan asam sitrat 2 M.</p><p><span style="text-decoration: line-through;"> </span></p><p>Kata kunci: Batang jagung, asam sitrat, biosorben, gugus fungsi</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Tasse, Andi Murlina. "Karakteristik Rumen Secara Invintro Ransum dengan Penambahan Campuran Garam Karboksilat Kering (CGKK)." Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo 5, no. 3 (2023): 252. http://dx.doi.org/10.56625/jipho.v5i3.41212.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi campuran garam karboksilat kering (CGKK) terlindung asam lemak pada pakan terhadap karakteristik invitro rumen. Formulasi campuran ransum total dan suplemen CGKK sebagai berikut: R0 = Konsentrat mengandung 70% TDN, 17% PK dan tidak mengandung CGKK, R1 = Konsesntrat mengandung 70% TDN, 17% PK dan 1,5% CGKK, R2 = Konsesntrat mengandung 70% TDN, 17% PK dan 3% CGKK, R3 = Konsentrat mengandung 70% TDN, 17% PK dan 4,5 CGKK , R4 = Konsesntrat mengandung 70% TDN, 17% PK dan 6% CGKK. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pH rumen, konsentrasi NH3, dan produksi VFA. Hasil yang diperoleh dari Penambahan DCM dalam ransum adalah penurunan pH rumen tetapi meningkatkan konsentrasi amonia total VFA dan NH3. 
 
 Kata Kunci: Invitro, Rumen, CGKK
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Muhamad Reza, Pahlevi, Saputro M. Ramadhan, Sodik Jajang Japar, and Pratama Reza. "PENINGKATAN SIFAT FISIKOKIMIA KELARUTAN DAN DISOLUSI RAMIPRIL DENGAN KRISTAL MULTIKOMPONEN MENGGUNAKAN KOFORMER GOLONGAN ASAM KARBOKSILAT." Pharmacoscript 8, no. 1 (2025): 123–32. https://doi.org/10.36423/pharmacoscript.v8i1.2040.

Full text
Abstract:
Salah satu tantangan utama pengembangan obat saat ini adalah kelarutan yang buruk, karena diperkirakan 40% dari semua obat yang baru dikembangkan memiliki kelarutan dan permeabilitas yang buruk. Akibatnya, kandidat baru yang memasuki jalur pengembangan obat gagal karena sifat biofarmasi yang tidak optimal. Ramipril termasuk ke dalam BCS kelas II dengan nilai pKa 5,2 dan memiliki kelarutan air yang buruk dengan nilai bioavailabilitas yang rendah yaitu 28%. Absorbsi ramipril setelah pemberian oral yaitu 50%-60%. Keterbatasan sifat fisikokimia yang dimiliki ramipril dapat diatasi dengan modifikasi kristal salah satunya dengan pembentukkan kristal multikomponen menggunakan teknik kokristalisasi. Pendekatan dalam memperbaiki sifat fisikokimia ramipril dengan konteks kelarutan dan disolusi masih jarang dilakukan, sehingga dengan teknik kokristalisasi dalam modifikasi kristal ramipril menjadi suatu novelty dalam penelitian ini. Pendekatan dengan kristal multikomponen bertujuan untuk meningkatkan sifat fisikokimia ramipril seperti kelarutan dan disolusi. Metode yang digunakan dalam preparasi kristal multikomponen dengan teknik kokristalisasi yaitu liquid assisted grinding menggunakan koformer golongan asam karboksilat seperti asam tartrat dengan perbandingan 1:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelarutan kristal multikomponen ramipril 4,35 mg/10 mL dan ramipril murni 1,69 mg/10 mL dalam aquadest. Kristal multikomponen ramipril terdisolusi 73,27% dan ramipril murni 51,74% selama 60 menit menggunakan media aquadest. Modifikasi kristal ramipril menggunakan teknik kristal multikomponen menggunakan metode liquid assisted grinding memberikan dampak perubahan sifat fisikokimia dalam meningkatkan kelarutan dan laju disolusi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Muhdarina, Muhdarina, Nurhayati Nurhayati, Mhd Reza Pahlepi, Zetria Pujiana, and Syaiful Bahri. "Penyiapan Arang Aktif Pelepah Kelapa Sawit sebagai Adsorben Asam Lemak Bebas dari CPO (Crude Palm Oil)." al-Kimiya 7, no. 1 (2020): 7–13. http://dx.doi.org/10.15575/ak.v7i1.6497.

Full text
Abstract:
Limbah pelepah sawit (LPS) dihasilkan secara periodik dari perkebunan kelapa sawit. Keberadaan LPS ini berpeluang digunakan sebagai bahan baku adsorben. LPS telah diubah menjadi arang aktif pelepah sawit (APS) melalui langkah karbonisasi pada temperatur 600oC selama waktu bervariasi (30, 60, dan 120 menit). APS yang diperoleh dilakukan analisis kadar air, abu dan zat menguap. APS juga dikarakterisasi dengan FTIR untuk menentukan gugus fungsi, keasaman permukaan dengan tirasi Bhoem serta SEM untuk mendeteksi morfologi permukaan. Kemampuan APS untuk menjerap asam lemak bebas (ALB) dari CPO dipelajari pada waktu adsorpsi dan dosis adsorben yang bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua APS memiliki kadar air, abu dan zat menguap yang sangat rendah, sehingga memenuhi SNI 06-3730-1995. Gugus fungsi yang dimiliki APS di antaranya C-O, O-H, C-O-C, C=O, C-C (aromatik) dan C-H. APS mengandung 14 mmolg-1 total asam dengan mayoritas asam fenolat sebanyak 12,3 mmolg-1, sisanya sebagai asam karboksilat dan laktonat. Morfologi permukaan arang aktif membentuk rongga-rongga dengan ukuran yang semakin besar dan tersusun rapat seiring dengan lamanya waktu karbonisasi. Hasil uji adsorpsi ALB yang paling baik ditunjukkan oleh APS60 yang mampu menjerap hingga 77,8% ALB pada waktu adsorpsi 60 menit dan 1 g dosis adsorben. Dengan demikian, LPS layak dikembangkan menjadi arang aktif dan digunakan sebagai adsorben untuk mengurangi kadar asam lemak bebas dalam CPO.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Nitratama, Dhayu, Puspita Maharani Dyaningrum, and Caecilia Pujiastuti. "Pembuatan Matriks Gel dari Kalium Silikat dan Kalium Humat dengan Proses Asidifikasi." Chempro 3, no. 2 (2023): 69–72. http://dx.doi.org/10.33005/chempro.v3i2.277.

Full text
Abstract:
Asam humat merupakan senyawa humat yang tidak larut dalam air pada suasana asam, namun larut pada pH tinggi. Fungsional utama yang terdapat pada asam humat adalah asam karboksilat, alkohol, fenol, karbonil, fosfat, sulfat, amida, dan sulfide. Penelitian ini sekam berfokus untuk menganalisa karakteristik Gel K-Si-Humat dari Tanah gambut dan Abu padi. Penelitian ini menggunakan tanah gambut yang diekstraksi dengan kalium hidroksida 2.5N sebanyak 500ml,hasil ekstraksi disaring dan filtratnya dibuat untuk ekstraksi abu sekam padi. Hasil ekstraksi kedua mempunyai kandungan kalium silika humat. Dilakukan proses Asidifikasi dengan larutan HCl 0.5N , 1N ,1.5N , 2N ,2.5N dilakuakan proses ini sampai pH 5,6,7,8,9. Lalu dibiarkan 2hari untuk jadi gel, kemudian saring dan ambil endapannya. Endapannya dioven dengan suhu 100’C.Hasil ditimbang dan dianalisa xrf dan FTIR. Hasilnya Adanya serapan kuat yang melebar pada bilangan gelombang 3200cm -1 hingga 3700cm -1 menunjukan adanya vibrasi ulur -OH pada hal ini menunjukan adanya pengaruh ikatan hidrogen pada senyawa humat.Adanya serapan pada bilangan gelombang 1100- 1150 cm -1 menunjukan vibrasi ulur Si-O-Si. Begitu juga adanya serapan pada bilangan gelombang 166cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur O=P-OH hasil dari ekstraksi asam humat. Dan untuk Xrf hasilnya kandungan kalium terbanyak pada konsentrasi HCl 0.5N pH 9 56.4%, kandungan silika terbanyak pada konsentrasi HCl 0.5N pH 5 10.2%, dan kandungan humat terbanyak pada konsentrasi HCl 2.5N pH 5 0.74%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Anindya, Ellavida, Agustono Agustono, and Boedi Setya Rahardja. "PENGARUH PENAMBAHAN COD LIVER OIL PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP KANDUNGAN OMEGA-3 (EPA DAN DHA) DI DAGING UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)." Journal of Aquaculture and Fish Health 6, no. 1 (2019): 8. http://dx.doi.org/10.20473/jafh.v6i1.11269.

Full text
Abstract:
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai perdagangan ekonomi yang memiliki prospek. Permintaan pasar dalam negeri dan luar negeri terhadap udang galah cukup tinggi menjadikan Indonesia sebagai pengirim udang galah di dunia. Asam lemak omega-3 merupakan asam lemak karboksilat yang posisi ikatan rangkap pertamanya terletak pada atom karbon nomor tiga dari ujung gugus metilnya. Omega-3 asam lemak tak jenuh yang sangat penting untuk kesehatan udang galah. Derivat asam lemak omega-3 salah satunya eicosapentaenoic acid (EPA) dan Decosaheksaenoic acid (DHA) termasuk dalam asam lemak esensial. Sumber asupan asam lemak omega-3 dapat dihasilkan salah satunya dengan penambahan minyak hati ikan kod. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Cod Liver Oil pada pakan komersial terhadap kandungan eicosapentaenoic acid (EPA) dan Dekosaheksaenoic acid (DHA) pada daging udang galah (Macrobrachium rosenbergii ). Metode penelitian ini menggunakan rancangan Acak Lengkap (RAL) dan perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan perbedaan dosis cod liver oil (CLO) yang berbeda yaitu P0 sebagai kontrol dengan dosis CLO 0%,P1 dosis CLO 3%,P2 dosis CLO 6%, P3 dosis CLO 9%, dan P4 dosis CLO 12%. Setiap perlakuan dilakukan ulangan 4 kali. Hasil penelitian ini menggunakan cod liver oil terhadap kandungan DHA tidak berbeda nyata (P>0,05). Sedangkan untuk kandungan EPA berbeda nyata (P<0,05). Untuk dosis tertinggi pada kandungan EPA pada perlakuan P4 dengan dosis cod liver oil 12% dan DHA didapatkan hasil tertinggi pada perlakuan P2 dosis cod liver oil 6% .
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Wulandari, Anita, and Wahyu Kanti Dwi Cahyani. "PENGARUH TAHU SUSU DENGAN KONSENTRASI ASAM CUKA DAN PENAMBAHAN SUSU SAPI (Fresh Milk)." JURNAL AGROSAINS : Karya Kreatif dan Inovatif 8, no. 1 (2023): 1–8. http://dx.doi.org/10.31102/agrosains.2023.8.1.1-8.

Full text
Abstract:
Kedelai pada umumnya digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan tahu. Susu merupakan salah satu bahan pangan, yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu produk yang bisa dibuat dengan bahan susu ini adalah Tahu Susu. Asam cuka/asam asetat adalah senyawa organic yang mengandung gugus asam karboksilat, yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Metode penelitian yang digunakan metode eksperimental, rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu faktor konsentrasi cuka dan penambahan susu dengan perlakuan P1 (20%+1 liter susu), P2 (cuka 25% +2 liter susu), P3 (cuka 30%+3 liter susu) dengan 3 perlakuan dan diulang 3 kali ulangan. Parameter yang diamati adalah rendemen curd, tekstur dan rasa. Apabila terjadi pengaruh dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian pada rendemen curd tertinggi adalah P2(cuka 25%+2 liter susu) dengan nilai 1,94%. Sedang kesukaan rasa dan tektur pada P3 (cuka 30%+3liter susu) dengan nilai 7, dan pada tektur nilai tertinggi pada 6,83. Sedangkan penentuan yang terbaik pada penelitian pada perlakuan cuka sebesar 25%. Kesimpulannya pengaruh penambahan ini dipengaruhi pada jumlah cuka dan susu sehingga dapat menghasilkan tekstur dan rasa tahu susu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Hajijah, Hajijah, Nasrul ZA, Suryati Suryati, Meriatna Meriatna, and Sulhatun Sulhatun. "PENGARUH KONSENTRASI PELARUT ASAM SITRAT DAN SUHU PADA TAHAP DEMINERALISASI TERHADAP KARAKTERISTIK KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG VANNAMEI (LITOPENEUS VANNAMEI)." Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) 3, no. 4 (2023): 517. http://dx.doi.org/10.29103/cejs.v3i4.11116.

Full text
Abstract:
Kitosan merupakan senyawa varian senyawa kitin yang ditemukan dikulit banyak mengandung krustasea salah satunya yaitu udang. Pembuatan kitosan adalah proses yang paling sederhana dan efektif. Kitosan pada penelitian ini yang digunakan adalah kulit udang vannamei. Udang vannamei dapat dibuat kitosan karena mengandung senyawa kitin. penelitian dibuat untuk bertujuan mengkaji pelarut pengaruh konsentrasi asam sitrat dan suhu pada tahap demineralisasi proses dalam pembuatan kitosan dari limbah kulit udang vannamei. Parameter digunakan untuk membuat kitosan dari kulit udang vannamei. Parameter digunakan untuk mengkaji kadar air, rendemen, kelarutan,viskositas, derajat deastilasi, dan gugus fungsi. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya menggunakan HCL sebagai pelarut pada tahap demineralisasi dari konsentrasi 20%, 30%, 40% dan 50% dan suhu 400C, 500C,600C dan 700C. Pada penelitian ini digunakan konsentrasi pelarut asam sitrat dan suhu dari tahap demeniralisasi pada proses pembuatan kitosan. Hasil pengujian yang terbaik adalah pada konsentrasi pelarut asam sitrat 50% dengan suhu 700C yakni berupa kadar air air sebesar 0,03%, rendemen sebesar 0,25%, kelarutan sebesar 87,9%, viskositas sebesar 3,18%, derajat deastilasi (DD) sebesar 64,58%. Hasil uji FTIR diperoleh gugus fungsi amina ulur vibrasi pada gelombang 3251,98 cm-1, gugus asetamida ulur vibrasi pada gelombang 1660,71 cm-1 dan vibrasi ulur pada gelombang 1259,52 cm-1 menunjukkan pada gugus fungsi asam karboksilat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Anggraeni, Eka Vany, and Khairul Anam. "Identifikasi Kandungan Kimia dan Uji Aktivitas Antimikroba Kulit Durian (Durio zibethinus Murr.)." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 19, no. 3 (2016): 87–93. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.19.3.87-93.

Full text
Abstract:
Ekstraksi, fraksinasi, uji aktivitas antimikroba dengan metode difusi agar serta identifikasi kandungan kimia dari fraksi aktif dari kulit durian (Durio zibethinus Murr.) telah dilakukan. Dari maserasi dari kulit durian (Durio zibethinus Murr) yang dilakukan menggunakan pelarut etanol 96%, diperoleh ekstrak etanol kulit durian. Kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi dengan pelarut n-heksana, kloroform, etil asetat, dan metanol sehingga diperoleh masing-masing fraksi n-heksana, kloroform, etil asetat, dan metanol. Dari ekstrak dan fraksi kulit durian, kemudian dilakukan uji aktivitas antimikroba, hingga diperoleh fraksi teraktif adalah fraksi etil asetat. Identifikasi kandungan kimia dalam fraksi aktif etil asetat kulit durian dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis preparatif. Sedangkan uji kemurnian isolat dianalisis menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis dan didapatkan isolat E.2.2.2. Isolat berbentuk serbuk putih dan karakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan panjang gelombang maksimum 205 nm, 236 nm, dan 270-300 nm. Analisis dengan spektofotometer FTIR menunjukkan adanya gugus O-H, =C-H aromatik, C=C aromatik, substitusi aromatik, C=O asam karboksilat, C=C alkena dan C-O eter. Sedangkan Analisis Kromatografi Lapis Tipis dengan pembanding senyawa standar asam fenolat, diduga bahwa isolat E.2.2.2 adalah asam ferulat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Siregar, Barita Juliano, Sarah Nahdah Zhaafirah Sangadji, Ofa Suzanti Betha, and Estu Mahanani Dhilasari. "Review Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Berkhasiat terhadap Tulang dan Sendi menurut Al-Qanun Fi’l Tibb II." Pharmaceutical and Biomedical Sciences Journal (PBSJ) 4, no. 2 (2023): 91–11. http://dx.doi.org/10.15408/pbsj.v4i2.25611.

Full text
Abstract:
Al-Qanun Fi’l Tibb II merupakan buku materia medica karya Ibnu Sina yang terkenal di dunia. Buku tersebut menjelaskan secara rinci mengenai monografi tanaman berkhasiat terhadap organ tubuh, salah satunya terhadap tulang dan sendi. Akan tetapi dalam buku tersebut belum memuat komponen major metabolit sekunder yang diduga berperan penting dalam memberikan efek farmakologis. Penelitian ini ditujukan untuk menginventarisasi tumbuhan yang terdapat di dalam buku Al-Qanun Fi’l Tibb II dan melakukan literatur review terkait kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman tersebut. Metode penelitian dilakukan dengan literature review melalui studi kepustakaan. Hasil pengambilan data menunjukan terdapat 74 tanaman yang berkhasiat terhadap tulang dan sendi diantaranya memiliki komponen major metabolit sekunder seperti senyawa terpen, flavonoid, alkaloid, tanin, alil isotiosianat, saponin, glikosida, alkohol lemak, asam fenolat, benzofenon, kuinon, sekoiridoid, kumarin, stilbene, anthrone, naftalen, benzaldehida dan asam karboksilat. Terpen merupakan metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan dalam tanaman yang berkhasiat terhadap tulang dan sendi. Bioaktivitas yang ditemukan pada tanaman diantaranya antigout, antioksidan, osteoprotektif, antiosteoporosis, antibakteri, antiinflamasi dan analgesik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Anggraini, Gadis, Hayun Hayun, and Catur Jatmika. "Sintesis dan Uji Aktivitas Anti-inflamasi Senyawa 2‐Hidroksi‐N‐(Piridin‐2‐il)Benzamida Tersubstitusi Basa Mannich Morfolin dan N-Metilpiperazin." Jurnal Penelitian Pendidikan IPA 9, no. 1 (2023): 1–8. http://dx.doi.org/10.29303/jppipa.v9i1.2319.

Full text
Abstract:
Asam salisilat memiliki aktivitas anti-inflamasi dan antioksidan, namun dapat menimbulkan efek samping pada saluran cerna. Modifikasi gugus karboksilat senyawa tersebut menjadi turunan amida dapat menjadi solusi untuk mengatasi kekurangannya. Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa analog salisilamida,2‐hidroksi‐N‐(piridin‐2‐il)benzamida (1) dan turunan basa Mannich-nya (2a-b). Berdasarkan uji aktivitas penghambatan denaturasi protein senyawa sintesis menunjukkan aktivitas antiinflamasi, dengan rentang nilai IC50 = 0.121-0.145 mM. Aktivitas tersebut lebih rendah dibandingkan piroksikam yang digunakan sebagai senyawa standar (IC50 = 0,0073 mM). Hasil penambatan molekuler menunjukkan bahwa rasio afinitas ikatan COX-2/COX-1 dan interaksi ligan semua senyawa hasil sintesis tidak selektif terhadap COX-2.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Hasmila, Ita, Muhammad Danial, and Netti Herawati. "Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Etil Asetat Kulit Batang Mangrove Pedada (Sonneratia caseolaris)." Chemica: Jurnal Ilmiah Kimia dan Pendidikan Kimia 20, no. 1 (2019): 45. http://dx.doi.org/10.35580/chemica.v20i1.13616.

Full text
Abstract:
ABSTRAK
 
 Penelitian eksplorasi ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder dari ekstrak etil asetat kulit batang mangrove Sonneratia caseolaris yang diperoleh dari daerah pinggiran Sungai Tallo Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Isolasi dilakukan dalam beberapa tahap yaitu maserasi, partisi, fraksinasi, uji kemurnian dan identifikasi. Hasil penelitian berupa isolat murni berbentuk serbuk berwarna cokelat muda yang terdekomposisi pada suhu 140 0C. Pengujian dengan FeCl3 menunjukkan bahwa isolat positif flavonoid. Hal ini didukung oleh beberapa data spektrum FTIR pada isolat yang menunjukkan bilangan gelombang (cm- 1) yakni: 3380.93 (OH), 2954.95 (OH asam karboksilat), 1697.36 (C=O asam karboksilat), 1606.7 (C=C alkena); 2926.01 dan 2852.72 (CH3 dan CH2); 1359.82 (NO2); 1446.61 (C=C aromatik), 1211.3; 1188.15 dan 1037.7 (C-O alkohol) dan 1107.14 (C−O aril eter).
 
 Kata kunci: Isolasi, Etil Asetat, Sonneratia caseolaris, Flavonoid
 
 
 ABSTRACT
 
 This exploratory research have aim to isolate and identification the secondary metabolite compound contained in the etil acetate extract bark of Sonneratia caseolaris from Tallo River side, Paccerakkang district, Makassar City, South Sulawesi. Isolation were doned in several stages, were maceration, partitioning, fractionation, purity testing and identification. The result was obtained of pure isolate, it was light-brown powder with decompotition of 1400C. Identification result with FeCl3 test showed this isolate was flavanoid compound. It obtained with data spectrum of infrared result, where isolate showed several wave number (cm-1) were: 3380.93 (OH), 2954.95 (OH acid carboxilate), 1697.36 (C=O acid carboxilate), 1606.7 (C=C alchena); 2926.01 and 2852.72 (CH3 and CH2); 1359.82 (NO2); 1446.61 (C=C aromatic), 1211.3; 1188.15 and 1037.7 (C-O alcohol); 1107.14 (C−O aril eter).
 
 Keywords: Isolation, Etil Acetate, Sonneratia caseolaris, Flavonoid
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Fitra Adinda, Ressa, Muhammad Faisal, and Fauzi Muhammad Djuned. "Characteristics of Liquid Smoke From Young Coconut Shells at Various Pyrolysis Temperature." Elkawnie 9, no. 1 (2023): 24. http://dx.doi.org/10.22373/ekw.v9i1.14225.

Full text
Abstract:
Abstract: Young coconut shells contain wood components, such as hemicellulose, cellulose, and lignin. These compounds can be used as raw materials for liquid smoke. The physical and biological characteristics of liquid smoke from young coconut shells pyrolysed at various temperatures were investigated in this study. Specifically, young coconut shells were pyrolysed at 300°C–420°C in a slow pyrolysis reactor. To eliminate tar, the liquid smoke was distilled at 190°C. Further, the chemical content of the liquid smoke was quantified using Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Acetic acid and phenol compounds were identified using high performance liquid chromatography (HPLC) and ultraviolet-vis spectrophotometry. The gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) data revealed that liquid smoke contains over 15 chemical components, including phenolic acid, carboxylic acid and its derivatives. Antibacterial, minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum killing concentration (MKC) tests were performed to analyse the antimicrobial properties of liquid smoke in inhibiting the growth of Escherichia coli and Salmonella enterica sv Typhimurium. The pyrolysis temperatures affected the composition of the produced liquid smoke. The highest phenol and acetic acid content were found at 340°C and 380°C, where lignin is degraded into phenolic compounds and cellulose is degraded to produce acetic acid. The results of the antibacterial test showed that the maximum inhibition zone was obtained at 420°C, and at 340°C and 380°C the bacteria were inhibited and died.Abstrak: Tempurung kelapa muda mengandung komponen kayu seperti hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Senyawa ini dapat digunakan sebagai bahan baku asap cair. Karakteristik fisik dan biologis asap cair dari tempurung kelapa muda yang dipirolisis pada berbagai suhu diselidiki dalam penelitian ini. Tempurung kelapa muda dipirolisis pada suhu 300 °C - 420 °C dalam reaktor pirolisis lambat. Untuk menghilangkan tar asap cair didistilasi pada suhu 190 °C. Selanjutnya, kandungan senyawa kimia asap cair dikuantifikasi menggunakan gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS). Senyawa asam asetat dan fenol diidentifikasi menggunakan high performance liquid chromatography (HPLC) dan Spektrofotometri UV-Vis. Data gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) menunjukkan bahwa asap cair mengandung lebih dari 15 komponen kimia, termasuk asam fenolik, asam karboksilat dan turunannya. Uji antibakteri, Minimum Inhibitory Concentrantion (MIC) dan Minimum Killing Concentrantion (MKC) dilakukan untuk menganalisis sifat antimikroba asap cair dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Salmonella enterica sv Typhimurium. Temperatur pirolisis mempengaruhi komposisi asap cair yang dihasilkan. Kandungan fenol dan asam asetat tertinggi ditemukan pada suhu 340°C dan 380°C, dimana pada suhu tersebut lignin terdegradasi menjadi senyawa fenol dan selulosa terdegradasi menghasilkan asam asetat. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa zona hambat maksimum diperoleh pada suhu 420 °C, pada suhu 340 °C dan 380 °C bakteri ditemukan terhambat dan mati.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Mukhlis, Mukhlis, and Bambang Widyanto. "ANALISA KOROSI MATERIAL PADA PROSES HYDROTREATING POLY FATTY ACID DESTILLATE." Jurnal Teknologi Maritim 1, no. 1 (2018): 43–48. http://dx.doi.org/10.35991/jtm.v1i1.424.

Full text
Abstract:
Kajian ini bermaksud untuk menentukan material yang tahan korosi untuk peralatan proses hydrotreating Poly Fatty Acid Distillate (PFAD). Pengujian korosi ini dilakukan terhadap baja tahan karat feritik dan austenik dengan metode imersi dalam autoclave. Hasil pengujiaa ini untuk melengkapi pengujian yang sama yang telah dilakukan pada material baja karbon, baja krom-moly dan baja tahan karat martensitic. Autoclave dioperasikan pada tekanan sekitar 15,7÷ 29,42 bar, temperatur 140 ÷ 300°C, kadar TAN 45 ÷ 169,19 mg KOH/ml per sampel minyak dan kadar air 0 ÷ 17% volume. Kemudian, karakterisasi material dan media digunakan FTIR-GCMS, mikroskop cahaya, scanning electron microscope, dan uji kehilangan berat material. Dari hasil FTIR-GCMS diketahui adanya agen korosi berupa asam karboksilat, namun belum dapat dipastikan secara signifikan bahwa asam tersebut adalah asam naftanik. Sementara itu, hasil pengamatan dengan mikroskop cahaya dan SEM terlihat profil permukaan material yang terkorosi. Ketika uji imersi dilakukan pada temperatur 300°C, tekanan 29,42s/d 34,3, kadar air 17% volume and nilai TAN 169,19 mg KOH / gr sampel minyak, terlihat bahwa temperature dan nilai TAN berpengaruh signifikan terhadap laju korosi. Setelah membandingkan hasil penelitian ini dan sebelumnya, baja tahan karat austenik memilik ketahanan korosi yang baik pada proses hydro-treating media yang mengandung Poly Fatty Acid Distillate (PFAD).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Akmal, Akmal, Sukriming Sapareng, and Taruna Shafa Arzam AR. "PENGARUH DEKOMPOSER Trichoderma harzianum dan Pleurotus ostreatus (Tri-Po) TERHADAP PENGOMPOSAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT." Journal TABARO Agriculture Science 5, no. 2 (2022): 610. http://dx.doi.org/10.35914/tabaro.v5i2.1020.

Full text
Abstract:
Penelitian ini difokuskan pada kemampuan Trichoderma harzianum + Pleurotus ostreatus (Tri-Po) sebagai dekomposer dalam pembusukan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) menjadi kompos, sehingga dapat digunakan sebagai pupuk organik yang bernilai ekonomis. Tahapan pengomposan tandan kosong kelapa sawit dengan perlakuan Trichoderma harzianum + Pleurotus ostreatus adalah pencacahan, inokulasi, inkubasi, pembubutan, dan pemanenan. Selama proses pengomposan dilakukan selama ± 60 hari, dilakukan pengamatan terhadap sifat fisik kompos meliputi perubahan suhu, kadar air, pH dan C/N ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama proses pengomposan terjadi perubahan suhu, kadar air, pH dan rasio C/N kompos yang menurun dan hampir stabil pada akhir proses pengomposan. Perubahan ini disebabkan adanya aktivitas mikroorganisme dalam mendegradasi bahan organik, senyawa asam seperti karboksilat dan fenol serta mineralisasi senyawa organik lainnya seperti protein, asam, dan peptida dari tandan kosong kelapa sawit. Trichoderma harzianum + Pleurotus ostreatus mampu mendegradasi tandan kosong kelapa sawit dengan hasil degradasi terbaik dan berperan dalam memperoleh selulosa sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk bernilai tambah seperti kompos dan dapat menurunkan rasio C/N dengan mengkonversi C organik menjadi CO2 dan hilangnya Nitrogen dalam bentuk NH3
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Tangapo, Agustina. "Potensi Metabolik Komunitas Bakteri Endofit dan Rhizosfer Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Berdasarkan Analisis Community-Level Physiological Profiles (CLPP)." Jurnal MIPA 9, no. 1 (2020): 18. http://dx.doi.org/10.35799/jmuo.9.1.2020.27159.

Full text
Abstract:
Aktivitas metabolik dari komunitas bakteri endofit dan rizosfir diukur untuk membandingkan tingkat community-level physiological profiling (CLPP) menggunakan Biolog Ecoplates. Hasil penelitian kami menunjukkan kepadatan bakteri meningkat dengan urutan: endofit<rhizosfer. Keragaman mikroba dinilai oleh kekayaan spesies, jumlah spesies dan indeks kesamaan. Aktivitas total mikroba tertinggi diamati pada mikroba rhizosfer. CLPP menunjukkan bahwa bakteri bisa memanfaatkan semua kelompok sumber karbon sebagai berikut karbohidrat, asam amino, asam karboksilat, polimer, amina/amida, dan senyawa fenolik. Karbohidrat yang paling dimanfaatkan. Total metabolic activity of endophytic and rhizosphere of bacterial community of sweet potato was measured to compare the community-level physiological profiles (CLPP) using by Biolog Ecoplates. Result of our study revealed that bacterial density increased in the following order: endophytes < rhizosphere. The microbial diversity assessed by species richness, the total number of species present and species evenness. The highest total microbial activity was observed for the rhizosphere. The CLPP revealed that the bacteria could differentially utilize all the groups of carbon sources as follows carbohydrate, amino acid, carboxilyc acid, polymer, amine/amide, and phenolic compound. Carbohydrate was most utilized.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Indriyanti, Erwin, Ariani Hesti Wulan, and Barry Anggoro. "AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SECARA IN-VIVO PADA SENYAWA N-FENIL-P-METOKSINAMAMIDA." Kieraha Medical Journal 6, no. 2 (2024): 169–77. https://doi.org/10.33387/kmj.v6i2.9154.

Full text
Abstract:
Obat antiinflamasi steroid memiliki beberapa efek samping utama seperti iritasi dan ulserasi saluran cerna, sedangkan beberapa obat antiinflamasi nonsteroid dengan substitusi gugus amina dapat meningkatkan aktivitas antiinflamasi, gastroprotektif, dan analgesik, namun bukan berarti tidak memiliki efek samping. Turunan asam sinamat termodifikasi memiliki beberapa senyawa aktif yang lebih kuat dengan efek samping yang minimal. Senyawa N-fenil p-metoksi sinamamida (NFPMS) merupakan senyawa termodifikasi asam p-metoksi sinamat (APMS) melalui reaksi amidase dengan fenilamina melalui katalis dietilamina menggunakan pereaksi antara Desikloheksilkarbodiimida (DCC). Metode sonokimia merupakan salah satu alternatif green chemistry dalam modifikasi sintesis senyawa ini, dengan beberapa keunggulan seperti lebih efisien, mudah dilakukan, rendemen tinggi, waktu singkat, dan ramah lingkungan. Kristal hasil sintesis NFPMS diuji titik leleh, KLT, FTIR, dan NMR. Hasil sintesis NFPMS menghasilkan % rendemen sebesar 89,82%, sedangkan NFPMS 193-195˚C. Uji KLT mempunyai nilai Rf sebesar 0,9 (NFPMS). Hasil overlay FT-IR kedua senyawa menunjukkan perbedaan pola serapan khas gugus -OH karboksilat (hanya pada APMS) dan gugus amino (NFPMS). Senyawa NFPMS dapat memberikan efek antiinflamasi pada tikus jantan yang diinduksi karagenin dengan dosis efektif 400 mg/KgBB
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Zain, Anisya Salsabila, Alvin Rizani Ardiansyah Santosa, Budhijanto Budhijanto, and Bima Prasetya Pancasakti. "Analysis of Tensile Strength and Age of Gelatin-Based Polyamide Adhesive and Adipic Acid with Variation in the Amount of Borax as Anti-fungal." Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan 6, no. 1 (2022): 1–5. http://dx.doi.org/10.21776/ub.rbaet.2022.006.01.01.

Full text
Abstract:
Perekat yang banyak digunakan saat ini adalah perekat sintesis yang terbuat dari minyak bumi yang merupakan sumber daya alam tidak terbarukan yang saat ini cadangannya sudah mulai menipis. Oleh karena itu, pembuatan perekat berbasis bahan alami (bioadhesive) perlu untuk dilakukan. Salah satu perekat dari bahan alami adalah perekat poliamida yang merupakan hasil polimerisasi dari senyawa yang mempunyai gugus karboksilat dan amina. Pembuatan perekat dilakukan dengan mereaksikan asam adipat dan gelatin dengan bantuan katalis asam p-toluensulfonat. Selain itu, boraks sebagai anti jamur dan minyak sawit sebagai plasticizer juga ditambahkan. Reaksi polimerisasi dijalankan secara batch pada suhu 90℃ dan tekanan 1 atm dengan variasi rasio mol boraks:gelatin 0, 0,17, 0,2, 0,25, 0,33, 0,5, dan 1. Produk perekat diaplikasikan pada balok kayu dan diuji kuat tarik serta diamati pertumbuhan jamurnya. Hasil kuat tarik terbaik yaitu perekat dengan rasio mol boraks:gelatin 0,25 dengan nilai kuat tarik untuk curing time 1, 3, 7, dan 14 hari masing-masing adalah 1576, 2197, 3387, dan 3708 kPa. Sedangkan dari hasil pengamatan jamur, dapat diketahui bahwa penambahan mol boraks dapat menghambat pertumbuhan jamur pada perekat poliamida.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Zulqurnain, Muhammmad, Ana Nurjanah, and First Ambar Wati. "STUDI IN SILICO SENYAWA HIBRID GABUNGAN PIRAZINAMIDA DENGAN ASAM 4-(2-AMINOTIAZOL-4-IL)BENZOAT." Jurnal Crystal : Publikasi Penelitian Kimia dan Terapannya 6, no. 1 (2024): 1–8. http://dx.doi.org/10.36526/jc.v6i1.3299.

Full text
Abstract:
Saat ini, kasus TB terus menjadi tantangan global dengan lebih dari 10 juta kasus baru setiap tahun, dan lebih dari 500.000 di antaranya resisten terhadap obat TB. Indonesia menyumbang sekitar 10% dari total kasus TB global dan menempati peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah kasus TB tertinggi di dunia. Peningkatan kasus TB kambuh dipicu oleh resistensi terhadap obat TB sehingga memerlukan pengembangan obat baru yang efektif, singkat dalam pengobatan, dan tidak rentan terhadap Mycobacterium tuberculosis. Pirazinamida merupakan salah satu obat komersial untuk menangani tuberkulosis. Cincin pirazin memiliki peran penting dalam aktivitas bakterisidal. Senyawa yang mengalami N-substitusi dengan 4-feniltiazol-2-amin dan perpanjangan fenil dengan subtitusi gugus asam karboksilat telah terbukti memiliki aktivitas yang efektif. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis in silico terhadap senyawa hibrid yang mengombinasikan pirazinamida dengan Asam 4-(2-aminotiazol-4-il)benzoat. Studi in silico melibatkan penelitian studi penambatan, sifat fisikokimia, dan sifat farmakokinetik. Hasil analisis menunjukkan bahwa senyawa hibrid (5) dan (6) memiliki potensi sebagai penghambat protein InhA dan dapat dianggap sebagai kandidat obat oral.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Pratiwi, Chanifah Dwi Happy, Busroni Busroni, and Achmad Sjaifullah. "Modifikasi Kitin Hasil Isolasi Autolisis Dari Limbah Udang Putih (Litopenaeus vannamei) Dengan Anhidrida Maleat." BERKALA SAINSTEK 8, no. 2 (2020): 46. http://dx.doi.org/10.19184/bst.v8i2.14223.

Full text
Abstract:
Limbah udang banyak mengandung protein, mineral dan kitin sehingga dapat dijadikan sebagai sumber kitin. Kitin pada limbah udang dapat diisolasi secara kimiawi dan enzimatis. Isolasi secara kimiawi memberikan dampak yang kurang baik terhadap lingkungan karena penggunaan bahan-bahan kimia untuk mengisolasi kitin tersebut akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu isolasi kitin dilakukan secara enzimatis autolisis untuk mengurangi penggunaan bahan kimia dengan menggunakan enzim protease yang terdapat dalam limbah udang itu sendiri dengan cara di-blender dan diinkubasi selama 10 hari pada pH 2 menggunakan asam fosfat. Kitin hasil isolasi mengandung kadar N 6,6 % pada hari terakhir inkubasi. Kitin yang diperoleh diturunkan menjadi kitin maleat dengan memanaskan kitin dan anhidrida maleat pada fase padat pada suhu 120o C dalam waktu 3,5 jam. Modifikasi kitin menjadi kitin maleat digunakan untuk meningkatkan sifat hidrofilistas kitin. Karakterisasi FTIR dari kitin yang dimodifikasi dengan anhidrida maleat menunjukkan terbentuknya gugus fungsi baru yaitu ikatan ester yang ditunjukkan oleh vibrasi dari –C=O ester pada bilangan gelombang 1712 cm-1. Uji peningkatan hidrofilisitas dilakukan melaui uji daya serap air untuk mengetahui kemampuan kitin maleat dalam menyerap air. Kitin mempunyai daya serap air 0,97g/g sedangkan kitin maleat yaitu 2,78g/g. Gugus karboksilat (-COOH) yang terikat pada kitin maleat yang menyebabkan meningkatnya kemampuan daya serap air kitin maleat karena adanya gugus karboksilat (-COOH) yang bersifat hidrofilik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Tasse, Andi Murlina, La Ode Nafiu, Fanny Yulia Irawan, La Ode Arsad Sani, and Harapin Hafid. "Pengaruh Pemberian Asam Lemak Terproteksi dalam Bentuk Campuran Garam Karboksilat Kering Terhadap Performa dan Metabolit Darah Kambing PE Fase Pertumbuhan." Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 7, no. 1 (2020): 59. http://dx.doi.org/10.33772/jitro.v7i1.8582.

Full text
Abstract:
ABSTRAKTujuan penelitian ini untuk mengetahui efek pemberian asam lemak terproteksi yang berasal dari hasil samping pengolahan limbah ikan terhadap performa kambing peranakan etawa dalam pertumbuhan. Penelitian dilaksanakan di kandang ternak Desa Alebo, Kabupaten Konawe Selatan dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari. Materi penelitian meggunakan 16 ekor kambing peranakan etawa berumur 4-6 bulan dan bobot badan 10-12 kg. Pakan yang digunakan terdiri atas hijauan dan asam lemak terproteksi (ALT) sebagai campuran garam karboksilat kering (CGKK). Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri atas T1= 0 g ALT; T2 = 200 g ALT; T3 = 250 g ALT, dan T4 = 300 g ALT. Variabel penelitian meliputi kosumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan kambing peranakan Etawa fase pertumbuhan. Rataan konsumsi pakan (Kg BK/ekor/minngu) T1 = 4,58; T2 = 5,68; T3 = 6,19; dan T4 = 6,48. Rataan pertambahan bobot badan (kg/ekor/minggu) T1 = 0.43, T2 = 0.90, T3 = 1.44 dan T4 = 1.42. Rataan konversi pakan T1 = 10,63; T2 = 7,61. Disimpulkan bahwa pemberian asam lemak terproteksi (ALT) yang berasal dari hasil sampig pengolahan limbah ikan (200-300 g/ekor/hari) meningkatkan konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan, dan memperbaiki efisiensi konversi pakan kambing peranakan etawa fase pertumbuhan.Kata kunci: asam lemak terproteksi, kambing PE, performa,ABSTRACTThe purpose of this research was to know the effect of applying protected fatty acids originated from by-product of fish processing on performance growth phase ettawa crossbred. The study was conducted at Cattle Pen located at Alebo village, South Konawe Regency, and Laboratory of Nutrition Science and Feed Technology, Faculty of Animal Science, Halu Oleo University, Kendari. The materials used 16 Etawa crossbred aged 4-6 months and weighed 10-12 kg. The feeds were applied consist of roughage and protected fatty acid (PFA), as dry carboxylate salt mixture, DCM. The research design was Complete Randomized Design with 4 treatments and 4 repeatition. The treatments were T1= 0 g PFA; T2 = 200 g PFA; T3 = 250 g PFA; and T4 = 300 g PFA. Variable were feed intake, gain, and feed conversionl. The results of research showed that the treatments had a very significant effect (P<0.01) on the feed consumption, weekly gain, and feed conversion on the growth phase. The average feed consumption (kg dry mater/head/week) T1 = 4.58; T2 = 5.68; T3 = 6.19; and T4 = 6.48. The concluded that application of protected fatty acid (PFA), originated from by-product of fish processing (200-300 g/head/day) increased dry matter intake, weekly gain, and improved feed conversion efficiency etawa crossbred.Keywords: ettawa crossbred, performance, protected fatty acid
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Dera, Santy. "Pengaruh pH Larutan Terhadap Nukleasi dan Pertumbuhan Kristal Barium Sulfat Didalam Pipa Beraliran Laminar: Pengamatan Kristal Menggunakan SEM-EDX dan XRD." Gorontalo Journal of Infrastructure and Science Engineering 1, no. 2 (2018): 37. http://dx.doi.org/10.32662/gojise.v1i2.490.

Full text
Abstract:
Kerak barium sulfat merupakan kasus yang sangat umum terjadi di dalam industry minyak dan gas bumi. Adanya kerak ini mempengaruhi produksi minyak dan gas bumi, sehingga menimbulkan masalah teknis yaitu dapat menghambat laju alir, sehingga tekanan pada pipa akan semakin tinggi dan menyebabkan pipa akan pecah dan rusak. Hasil penelitian ini menyajikan tentang pengendapan kristal barit dibawah pengaruh nilai pH (6,8,10) larutan, konsentrasi Ba2+ (2500ppm, 3000ppm, 3500ppm) dan konsentrasi aditif asam lauric (5,10,20 ppm) dengan suhu konstan 300C dan laju alir 30ml/menit. Dalam kegiatan penelitian ini percobaan pengerakan BaSO4 di dalam pipa uji dilakukan dengan mereaksikan BaCL2.2H2O dan Na2SO4. Larutan dialirkan pada pipa beraliran laminar. Adapun pipa uji berisi lima kupon terbuat dari baja tahan karat (stainless steel). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penambahan zat aditif asam laurat dan meningkatnya nilai pH memperpanjang waktu induksi sehingga semakin lama terbentuknya inti kristal. Hal itu di akibatkan karena pH larutan mampu meningkatkan protonasi gugus asam karboksilat dari aditif sehingga mampu menghambat laju pertmbuhan kristal. Analisa SEM menunjukkan bahwa morfologi kristal BaSO4 berbentuk seperti bunga yang mengindikasikan bahwa bentuk kristal ini merupakan ciri khas kristal barit. Hasil analisis EDX menunjukkan bahwa elemen utama yang terbentuk pada sample adalah Ba, S, dan O. Sementara hasil analisis XRD memastikan bahwa kristal barium sulfat (barite), ini membuktikan kerak yang terbentuk adalah kristal barite sebagai kerak padat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Yaqin, Istna Nur’ainul, Juni Ekowati, Kholis Amalia Nofianti, and Suzana Suzana. "Pemanfaatan Iradiasi Gelombang Mikro pada Sintesis Metil orto-metoksisinamat." Jurnal Sains Farmasi & Klinis 8, no. 2 (2021): 157. http://dx.doi.org/10.25077/jsfk.8.2.157-163.2021.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah mensintesis senyawa metil orto-metoksisinamat (MOMS) yang terbukti berdasarkan uji in silico dapat digunakan mengobati penyakit kardiovaskular, yaitu sebagai antiplatelet. Sintesis MOMS dilakukan dari material awal asam orto-hidroksisinamat (AOHS) dengan metode iradiasi gelombang mikro dan membandingkan profil KLT selama proses reaksi sintesis pada tiga daya iradiasi gelombang mikro tersebut (120, 280 dan 400Watt). Reaksi yang digunakan adalah reaksi metilasi pada gugus OH asam karboksilat dan gugus fenolik dari senyawa AOHS dengan dimetil sulfat sebagai agen pemetilasi. Kondisi reaksinya diatur dalam suasana basa K2CO3 menggunakan pelarut aseton. Pengambilan sampel pada proses reaksi sintesis dilakukan setiap 30 detik pada masing-masing daya microwave dan dievaluasi noda yang terbentuk pada plat kromatografi lapisan tipis (KLT), dan dilanjutkan sampai reaksi sempurna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesempurnaan reaksi semakin cepat dengan bertambahnya daya microwave. Prosentase hasil yang diperoleh 72%. Berdasarkan analisis senyawa menggunakan spektrofotometer FT-IR, spektrometer 1H-NMR dan 13C-NMR, disimpulkan bahwa reaksi sintesis senyawa MOMS dapat dilakukan dengan memanfaatkan iradiasi gelombang mikro, hal ini disebabkan adanya gugus polar pada AOHS yang dapat menyerap iradiasi gelombang mikro. Semakin tinggi daya yang digunakan pada reaksi metilasi AOHS, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan reaksi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Zuhra, Aldilla, Lukman Hakim, Azhari Azhari, Suryati Suryati, and Rizka Mulyawan. "PENGGUNAAN LIMBAH KULIT PISANG AMBON Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN DALAM PEMBUATAN SABUN MANDI TRANSPARAN." Jurnal Teknologi Kimia Unimal 12, no. 1 (2023): 58. http://dx.doi.org/10.29103/jtku.v12i1.11625.

Full text
Abstract:
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam lemak yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi asam lemak dengan alkali bebas. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Pembuatan sabun mandi padat transparan ini menggunakan bahan baku minyak kelapa, minyak jarak dan NaOH dengan penambahan kulit pisang ambon sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini agar dapat memanfaatkan limbah kulit pisang yang ada di lingkungan dan mempelajari pengaruh variasi jumlah etanol pada pembuatan sabun mandi transparan. Metode yang digunakan dalam pembuatan sabun mandi padat transparan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode panas. Pada penelitian ini hasil yang didapatkan stabilitas busa tertinggi terjadi pada persentase kulit pisang ambon 50% dengan nilai 97%, dan derajat keasaman (pH) pada persentase kulit pisang ambon 20% dengan nilai 9,8. Uji organoleptik yang paling disukai oleh panelis adalah sabun transparan yang terbuat dari persentase kulit pisang ambon 20% dengan volume etanol 40 ml. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini ialah semakin rendah persentase kulit pisang ambon yang digunakan, maka pH yang dihasilkan semakin tinggi begitu pula dengan stabilitas busa semakin tinggi persentase kulit pisang ambon yang digunakan maka stabilitas busa akan semakin baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Abdillah, Eric Kurnia, Reza Ismail Abdul Rahman, Lestari Nugrahini, Nur Islamiyah, and Taufani Tasmin. "PENGGUNAAN KOMBINASI OBAT ANALGETIKA PADA PASIEN PASCA OPERASI DI RUMAH SAKIT X JAKARTA." JURNAL FARMASI KRYONAUT 1, no. 2 (2022): 7–13. http://dx.doi.org/10.59969/jfk.v1i2.16.

Full text
Abstract:
Analgesik adalah obat yang selektif mengurangi rasa sakit dengan bertindak dalam sistem saraf pusat atau pada mekanisme nyeri perifer, tanpa secara signifikan mengubah kesadaran. Analgesik menghilangkan rasa sakit, tanpa mempengaruhi penyebabnya. Nyeri merupakan sensasi yang mengindikasikan bahwa tubuh sedang mengalami kerusakan jaringan, inflamasi, atau kelainan yang lebih berat seperti disfungsi sistem saraf. Oleh karena itu nyeri sering disebut sebagai alarm untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan yang lebih parah. Rasa nyeri seringkali menyebabkan rasa tidak nyaman seperti rasa tertusuk, rasa terbakar, rasa kesetrum, dan lainnya sehingga mengganggu kualitas hidup pasien atau orang yang mengalami nyeri. 
 Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit X Jakarta pada bulan November 2017 dengan 
 metode penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan melihat data rekam medis pasien pasca operasi dengan metode retrospektif, serta pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling periode Januari-Juni 2017. 
 Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, ditemukan kejadian Drug Related Problem dengan kategori penggunaan obat tanpa indikasi sebanyak 1 pasien (7,59%). Dapat disimpulkan bahwa Pasien pasca operasi sebanyak 55,43% berjenis kelamin laki-laki dan 44,57% berjenis kelamin perempuan.Usia remaja sebanyak 11,96%, dewasa 48,91% dan lansia 39,13% Jenis operasi major sebanyak 52,57% dan operasi minor 40,43%. Pola penggunaan obat yang diperoleh 38,04% digunakan turunan pirazolin, 35.87% turunan asam karboksilat pirolizin, 15,22% turunan asam asetat, 5,43% turunan fenamat, 3,26% turunan asam propionat, dan 2,18% turunan para aminofenol. Dosis yang digunakan dari setiap terapi secara keseluruhan telah sesuai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Prasetya, Andreas Yoppy Aprianto, and Isdiriayani Nurdin. "Korosi Alumunim dalam larutan asam sitrat." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 11, no. 2 (2018): 116. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2012.11.2.8.

Full text
Abstract:
The corrosion of Allumunium in citric acid sollutionCitric acid is a carboxylic acid that is widely used as an additive in the beverage industry. Aluminum cans are often used as a beverage packaging due to its lightweight, space efficient, and low production costs. Contact between citric acid and the aluminum cans may cause corrosion reactions that lead contamination of beverages by corrosion products. This study aims to test the aluminum resistance against citric acid at the concentration of 1, 2, and 4 %-wt, and temperature of 40 °C, 50 °C, and 60 °C. The specimen used is a 1 cm2 aluminum plate with a purity of 99.07%. The experiment consists of aluminum corrosion rate measurements using the Tafel method and aluminum corrosion mechanism prediction using cyclic-voltammetry method. The research results show that aluminum is corroded into Al3+ by citric acid solution in a one-stage reaction with activation energy of 65.01 kJ/mol. The corrosion products are not stable, it forms amorphous aluminum salts. The aluminum corrosion rate increases with rising citric acid concentration and temperature that can be classified in "negligible" to "medium" category.Keywords: aluminum, citric acid concentration, corrosion, temperature AbstrakAsam sitrat merupakan asam karboksilat yang banyak digunakan sebagai aditif pada industri minuman. Kaleng aluminium sering dipakai sebagai kemasan minuman karena sifatnya yang ringan, efisien ruang, dan biaya produksinya rendah. Kontak asam sitrat dengan kemasan berupa kaleng aluminium dapat menyebabkan reaksi korosi yang berujung kontaminasi produk korosi terhadap minuman. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahanan aluminium terhadap korosivitas asam sitrat pada konsentrasi 1, 2, dan 4 %-b, serta temperatur 40 °C, 50 °C, dan 60 °C. Logam yang digunakan merupakan pelat aluminium dengan kemurnian 99,07% dan luas permukaan 1 cm2. Penelitian mencakup pengukuran laju korosi aluminium dengan metoda Tafel dan prediksi mekanisme korosi aluminium dengan metoda voltametri siklik. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa aluminium terkorosi dalam larutan asam sitrat menjadi Al3+ dengan satu tahap reaksi searah dan energi aktivasi sebesar 65,01 kJ/mol. Produknya bersifat tidak stabil, langsung membentuk garam aluminium amorf. Laju korosi aluminium meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam sitrat dan temperatur, termasuk golongan korosi “dapat diabaikan” hingga “sedang”.Kata kunci: aluminium, konsentrasi asam sitrat, korosi, temperatur
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Joni, Radite Praeko Agus Setiawan, and Kiman Siregar. "Analisis Karakteristik Tandan Kosong Sawit Menggunakan Metode FT-IR dan Pirolisis-GCMS." G-Tech: Jurnal Teknologi Terapan 7, no. 2 (2023): 377–85. http://dx.doi.org/10.33379/gtech.v7i2.2251.

Full text
Abstract:
Tandan kosong sawit (TKS) adalah limbah hasil dari proses pengolahan minyak sawit yang terdiri dari serat dan kulit yang masih mengandung minyak. TKS dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik atau dalam proses pirolisis untuk menghasilkan bio-oil, biogas, dan biochar. Penelitian ini adalah untuk menganalisis komposisi kimia dan menentukan profil karakteristik tandan kosong sawit menggunakan metode FT-IR dan Pirolisis-GCMS. Ini membantu untuk memahami lebih baik tentang kualitas tandan kosong sawit dan potensinya sebagai sumber bahan baku. Hasil uji menunjukkan kandungan kimia TKS yang beragam dan gugus-gugus fungsional seperti hidrokarbon, alkohol, aldehyde, asam, hidroksi, karboksilat, keton, klorida, nitrat, nitril, amina, fenol, hidrogen sulfida, sulfur, dan oksigen. Nilai kalor TKS bervariasi antara 4.000 - 4.400 kkal atau 16,6 - 18,48 kJ per metrik ton. Pirolisis pada suhu 400oC menghasilkan senyawa yang memiliki gugus hidrokarbon alifatik dan asiklik, serta kandungan metana yang lebih tinggi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Jalaluddin, Jalaluddin, Zulnazri Zulnazri, Ishak Ibrahim, Lukman Hakim, and Siti Hardiana Daulay. "PROSES PEMBUATAN SABUN PADAT DENGAN PROSES SAFONIFIKASI MELALUI REAKSI MINYAK JARAK DAN VCO DENGAN NaOH DAN MENAMBAHKAN BUBUK COKLAT (Theobroma cacao L.)." Jurnal Teknologi Kimia Unimal 12, no. 1 (2023): 23. http://dx.doi.org/10.29103/jtku.v12i1.11611.

Full text
Abstract:
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam lemak yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi asam lemak dengan alkali bebas. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Pembuatan sabun mandi padat ini menggunakan bahan baku minyak kelapa, minyak jarak dan NaOH dengan penambahan bubuk coklat sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini agar dapat memanfaatkan bubuk coklat yang ada di lingkungan. Metode yang digunakan dalam pembuatan sabun mandi padat pada penelitian ini yaitu menggunakan metode panas. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya, yang belum pernah dilakukan adalah penambahan bubuk coklat pada pembuatan sabun ini. Pada penelitian ini hasil yang didapatkan stabilitas busa tertinggi terjadi pada NaOH 40% dan bubuk coklat 3 gr dengan nilai 83,78%, dan derajat keasaman (pH) pada persentase NaOH 20% dan 2 gr bubuk coklat dengan nilai 9,5. Uji organoleptik yang paling disukai oleh panelis adalah sabun padat yang terbuat dari persentase NaOH 40% dengan bubuk coklat 3 gr. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini ialah semakin rendah persentase bubuk coklat yang digunakan, maka pH yang dihasilkan semakin tinggi begitu pula dengan stabilitas busa semakin tinggi persentase bubuk coklat yang digunakan maka stabilitas busa akan semakin baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Dewi, Febrina Aulia, Iyan Sopyan, and Taofik Rusdiana. "Pemilihan Jenis Koformer dan Metode Preparasi dalam Sistem Penghantaran Sediaan Ko-Amorf." Jurnal Sains Farmasi & Klinis 8, no. 3 (2021): 242. http://dx.doi.org/10.25077/jsfk.8.3.242-257.2021.

Full text
Abstract:
Ko-amorf adalah suatu sistem multikomponen padat yang mengandung zat aktif dan molekul dengan berat molekul rendah lainnya (koformer) yang dapat berupa eksipien atau zat aktif yang relevan secara farmakologis. Formulasi ko-amorf yang dibuat dengan metode preparasi dan jenis koformer yang berbeda dapat menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam stabilitas fisik dan profil disolusi suatu bentuk ko-amorf. Tujuan penulisan dari artikel review ini adalah untuk menggali informasi lebih dalam tentang sistem ko-amorf, klasifikasi ko-amorf, karakterisasi ko-amorf serta pengaruh jenis koformer dan metode preparasi ko-amorf terhadap pembentukan ko-amorf. Artikel review ini disusun dengan literature search melalui PubMed, MDPI dan Science Direct dengan memasukkan kata kunci co-amorphous, co-amorphous formulations, co-amorphous stabilizers, co-amorphous drug formulations. Dari review ini ditemukan terdapat beberapa jenis koformer yang dapat digunakan untuk pembentukan ko-amorf yaitu dapat berupa zat aktif yang relevan secara farmakologis dan eksipien seperti diantaranya yaitu asam amino, asam karboksilat, asam tanat, quercetin, sakarin dan nikotinamid. Dan untuk metode preparasi ko-amorf yang dapat digunakan diantaranya yaitu ball milling, cryomilling, melt quenching/ quench cooling, hot melt extrusion, solvent evaporation, spray drying, freeze drying hingga teknologi seperti supercritical antisolvent dan microwave technique. Keberhasilan pembentukan ko-amorf ditentukan diantaranya oleh pemilihan jenis koformer yang melibatkan berbagai sifat yang perlu dipertimbangkan, seperti Tg, potensial ikatan hidrogen, ketercampuran/ miscibility, atau perilaku kristalisasi. Sifat zat aktif dan eksipien seperti stabilitas termal, suhu leleh dan kecenderungan kristalisasi zat aktif dan eksipien, menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode preparasi ko-amorf.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Rastini, Endah Kusuma. "PEMBUATAN SERBUK KARBON AKTIF DARI LIMBAH BAMBU SEBAGAI PENYANGGA KATALIS LOGAM DALAM SINTESIS BIOFUEL SECARA FISCHER-TROPSCH." Indonesian Chemistry and Application Journal 2, no. 1 (2018): 19. http://dx.doi.org/10.26740/icaj.v2n1.p19-25.

Full text
Abstract:
Sintesis Fischer-Tropsch merupakan rute alternatif untuk konversi biomassa menjadi bahan bakar cair yang cukup menjanjikan karena produk biofuel yang dihasilkan memiliki karakteristik identik dengan bahan bakar fosil. Biomassa dikonversi menjadi gas sintesis (CO dan H2) melalui polimerisasi menjadi hidrokarbon rantai panjang (wax) dan selanjutnya dipotong-potong melalui proses perengkahan menghasilkan hidrokarbon rantai pendek (C5-C12) yang merupakan biofuel. Penggunaan karbon aktif sebagai penyangga dapat menghasilkan biofuel secara langsung. Penelitian ini bertujuan karakterisasi serbuk karbon aktif sebagai penyangga katalis logam yang akan digunakan dalam sintesis Fischer-Tropsch dan memanfaatkan limbah bambu sebagai sumber karbon aktif. Pembuatan karbon aktif dari bambu ini dilakukan dengan kombinasi aktivasi Karbonisasi-H3PO4 (A), Karbonisasi-H3PO4-Steam (B). Bambu dikecilkan ukurannya, dikeringkan dan diarangkan pada 5000C dengan aliran gas nitrogen dalam reaktor karbonisasi, diserbukkan, selanjutnya diaktivasi dengan H3PO4 85% dan dicuci sampai pH netral. Setelah pengeringan, sampel difungsionalisasi dengan HNO3 65%, dinetralkan, dikeringkan dan dikalsinasi pada 7000C. Struktur kristal pada karbon aktif dianalisa menggunakan XRD. Karbon aktif hasil berbagai urutan aktivasi memiliki profil XRD yang identik dan sudah menunjukkan spektra khas untuk karbon aktif. Karbon aktif yang dihasilkan sudah sesuai dengan struktur kristal berdasarkan sudut difraksi hasil analisis XRD. Aktivasi karbon yang diawali dengan steam kemudian ditreatment dengan asam fosfat (B) menunjukkan hasil yang lebih baik dalam hal terbentuknya gugus fungsi oksigen. Spektra gugus fungsi alkohol, fenol, karbonil, karboksilat muncul dengan intensitas yang cukup besar dibandingkan perlakuan aktivasi tanpa menggunakan steam. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi aktivasi fisik (steam) dan aktivasi kimia (asam fosfat) meningkatkan terbentuknya gugus fungsi oksigen dibandingkan proses fungsionalisasi menggunakan asam nitrat saja.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Ngadiwiyana, Ngadiwiyana, Ismiyarto Ismiyarto, and Ayu Ratri Kartika Iriany. "Oksidasi 3-(3,4-dimetoksifenil)-propanol dengan Menggunakan Oksidator Piridinium Klorokromat (PCC)." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 10, no. 3 (2007): 68–71. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.10.3.68-71.

Full text
Abstract:
3-(3,4-dimetoksfenil)-propanol mudah dioksidasi menjadi bentuk aldehida-nya menggunakan piridinium klorokromat (PCC) tanpa menimbulkan oksidasi lebih lanjut membentuk asam karboksilat. PCC telah disintesis dengan mereaksikan reacting HCl dan CrO3, diikuti dengan penambahan piridin dalam larutan pada suhu 0oC dan hasilnya 85%. Sedangkan, reaksi oksidasi dari 3-(3,4-dimetoksfenil)-propanol dengan PCC sebagai oksidator dilakukan dalam diklorometan selama 3 jam dan direfluks pada suhu 30oC dan rasio mol alkohol:PCC adalah 1:2. Produk oksidasi diekstraksi menggunakan dietileter dan diuapkan, menghasilkan 71,3% dari produk oksidasi dengan indeks refraksi sebesar 1,57. Data FT-IR menunjukkan adanya penyerapan yang kuat pada gugus karbonil (C=O) pada bilangan gelombang 1724,2 cm-1 dan penyerapan CH aldehida pada 2723,3 cm-1, diperkuat oleh data GC-MS di tR = 20.797 menit yang menunjukkan ion molekuler pada m/e = 194 dan puncak dasar pada m/e = 151 yang mewakili struktur 3-(3,4-dimetoksfenil)-propanal
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography