To see the other types of publications on this topic, follow the link: Askorbatas.

Journal articles on the topic 'Askorbatas'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Askorbatas.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Poppy, Titis Oktafiana, Khabibi Khabibi, and Agustina L. N. Aminin. "Pemanfaatan Kitosan Termodifikasi Asam Askorbat sebagai Bahan Antimikroba pada Daging Ayam Karkas Broiler." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 19, no. 2 (August 1, 2016): 38–44. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.19.2.38-44.

Full text
Abstract:
Daging ayam yang umumnya berupa daging ayam karkas broiler merupakan salah satu bahan pangan yang banyak dikonsumsi dan mudah busuk sehingga diperlukan bahan pengawet alternatif alami dan tidak berbahaya seperti kitosan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kitosan termodifikasi asam askorbat yang digunakan sebagai pengawet pada daging ayam karkas broiler pada suhu dingin. Dan untuk memperoleh data kemampuan pengawetan antara kitosan dan kitosan termodifikasi asam askorbat serta menentukan konsentrasi efektif asam askorbat yang ditambahkan dalam modifikasi kitosan sebagai pengawet daging ayam. Metode yang digunakan untuk dalam pengawetan adalah metode coating. Gugus fungsi kitosan-asam askorbat dianalisis menggunakan FTIR dan untuk menguji kemampuan kitosan termodifikasi asam askorbat sebagai pengawet daging ayam dilakukan analisis Angka Lempeng Total (ALT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kitosan termodifikasi asam askorbat lebih baik dibandingkan kitosan tanpa modifikasi. Konsentrasi asam askorbat optimum adalah pada konsentrasi 40 mmol/L dan mampu mengawetkan daging ayam hingga 4 minggu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Pasaribu, Sudana fatahillah, Herviana Herviana, and Fahmil Usman. "Literatur Review: Potensi Asam Askorbat dalam Penanganan Gangguan Kesehatan Mental." Jurnal Kesehatan 14, no. 1 (March 24, 2021): 1–5. http://dx.doi.org/10.32763/juke.v14i1.208.

Full text
Abstract:
Latar belakang:Gangguan kesehatan mental menurut WHO seperti skizofrenia, depresi, cacat intelektual, penyalahgunaan narkoba, gangguan afektif bipolar, demensia, cacat intelektual dan gangguan perkembangan termasuk autisme. Gangguan kesehatan mental dapat tangani dengan bermacam terapi. Asam askorbat merupakan salah satu vitaminyang berfungsi dalam penurunan masalah kesehatan mental sebab asam askorbat berperan penting dalam memberikan fungsi sebagai kofaktor enzimatik yang berpartisipasi dalam biosintesis myelinsheatholeh sel schwann, dan norepinefrin dalam pengaturan mood.Tujuan: Tinjauan literaturini bertujuanuntuk mengetahui potensi asam askorbat dalam penanganan gangguan kesehatan mental.Metode:Metodeyang digunakan pada tinjauan literatureyaitu menggunakan metode berbentuk naratif. Data diambildaribeberapa artikelpenelitianyang memenuhi kriteria inklusi.Hasil:Hasil tinjauan liteatur ditemukan 4 artikelsesuai kriteria inklusi, asam askorbatdidalam otak memiliki konsentrasi sangat tinggi dibandingkan dengan organ lain, konsentrasi asam askorbat dalam otak mencapai 10 mmol / L. Berdasarkan empat penelitian menunjukkan bahwa asam askorbat dapat menurunkan gangguan kesehatan mental dikarenakan peran asam askorbat dalam pembentukan norepinefrinkatekolamin, myelinsheatholeh sel schwann, pelepesan asetilkolindan keseimbangan glutamateregik. Kesimpulan: Pada tinjauan literatur ini dapat disimpulkan konsumsi asam askorbat yang cukup dapat menurunkan gangguan kesehatan mental.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Meilasari, Fadhila, Juni Safitri Muljowati, and Aris Mumpuni. "Pengaruh Asam Askorbat terhadap Pertumbuhan Colletotrichum coccodes Penyebab Antraknosa pada Tanaman Cabai Merah." BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed 2, no. 2 (July 19, 2020): 203. http://dx.doi.org/10.20884/1.bioe.2020.2.2.1918.

Full text
Abstract:
Patogen Colletotrichum coccodes merupakan salah satu patogen yang dapat menginfeksi tanaman cabai dan menyebabkan penyakit antraknosa terutama pada bagian buah dan daun. Tanaman dengan kandungan asam askorbat tinggi memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap serangan patogen. Tanaman cabai yang tahan memiliki kandungan asam askorbat yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman cabai toleran maupun rentan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kemampuan tumbuh patogen C. coccodes pada medium yang diberi asam askorbat dan mengetahui pengaruh inokulasi patogen C. coccodes terhadap kandungan asam askorbat pada daun cabai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikologi dan Fitopatologi, Laboratorium Lingkungan, & Greenhouse Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Penelitian ini menggunakan dua uji yaitu uji in vitro dan uji in planta dengan metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL), Uji in vitro menggunakan A) Medium PDA diberi asam askorbat; B) Medium PDB diberi asam askorbat dengan perlakuan penambahan asam askorbat sebanyak 0 mg.L-1 (kontrol); 0,25 mg.L-1; 0,50 mg.L-1; 0,75 mg.L-1; dan 1 mg.L-1, diulang sebanyak lima kali. Variabel bebas yang digunakan yaitu berbagai dosis asam askorbat, variabel terikatnya adalah pertumbuhan patogen C. coccodes. Parameter utama yaitu diameter koloni dan bobot kering miselium. Uji in planta menggunakan tiga varietas cabai (V1: Cabai merah hot chili; V2 Cabai merah keriting; V3: Cabai merah besar), uji A) Uji intensitas penyakit pada tanaman dan B) Uji kandungan asam askorbat. Masing-masing kelompok uji diulang sebanyak lima kali. Variabel bebas yang digunakan adalah varietas cabai merah, variabel terikatnya adalah nilai kerusakan tanaman berdasarkan kategori yang diamati pada waktu pengamatan yang ditentukan. Parameter utama yaitu intensitas penyakit, dan parameter pendukung yaitu periode masa inkubasi, kandungan asam askorbat pada daun cabai, temperatur, kelembaban dan pH tanah. Data uji in vitro dan uji in planta yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95%, dan perlakuan yang memberikan perbedaan nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian pada uji in vitro menujukkan bahwa patogen C. coccodes memiliki kemampuan tumbuh yang baik pada medium PDA dan medium PDB dengan penambahan asam askorbat. Hasil penelitian pada uji in planta, inokulasi patogen C. coccodes pada daun cabai merah dapat meningkatkan kandungan asam askorbat pada tanaman cabai merah Kata kunci : Colletotrichum coccodes, Cabai Merah, Antraknosa, Asam askorbat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Prasetyo, Wawan, Khabibi Khabibi, and Didik Setiyo Widodo. "Adsorpsi Ion Logam Mg(II) Menggunakan Kitosan Termodifikasi Asam Askorbat." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 17, no. 2 (August 1, 2014): 70–74. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.17.2.70-74.

Full text
Abstract:
Modifikasi kitosan-asam askorbat dan pemanfaatannya sebagai adsorben ion logam Mg(II), ion logam Cd(II), dan campuran ion logam Mg(II)-Cd(II), juga dilakukan penentuan pH dan waktu kontak optimum untuk adsorpsi ion Mg(II), serta mengetahui kemampuan adsorpsi kitosan-asam askorbat terhadap ion Mg(II) telah dilakukan. Tahapan penelitian terdiri dari penentuan derajat deasetilasi dari kitosan awal, proses re-deasetilasi, dan penentuan derajat deasetilasi kitosan dari hasil re-deasetilasi menggunakan FTIR. Setelah itu kitosan hasil re-deasetilasi dimodifikasi menggunakan asam askorbat dan dianalisis menggunakan FTIR dan SEM. Kitosan asam-askorbat digunakan untuk menentukan pH dan waktu kontak optimum adsorpsi terhadap ion logam Mg(II) serta kemampuannya sebagai adsorben pada ion logam Mg(II), Cd(II), dan campuran ion logam Mg(II)-Cd(II). Ditemukan bahwa pH dan waktu kontak optimum adsorpsi kitosan-asam askorbat terhadap ion logam Mg(II) yaitu pada pH 5 dan waktu kontak 12 jam. Kemampuan adsorpsi pada uji ion logam Mg(II) sebesar 24,66 mg/g, Cd(II) sebesar 24,71 mg/g serta kemampuan adsorpsi kitosan asam-askorbat pada uji campuran ion logam Mg(II) dan Cd(II), didapatkan Mg(II) sebesar 24,45 mg/g, Cd(II) sebesar 24,61 mg/g.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Pramesti, Sintya Tunggal, Khabibi Khabibi, and Nor Basid Adiwibawa Prasetya. "Pemanfaatan Kitosan Termodifikasi Asam Askorbat sebagai Adsorben Ion Logam Besi(III) dan Kromium(III)." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 15, no. 2 (August 1, 2012): 70–75. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.15.2.70-75.

Full text
Abstract:
Penelitian pemanfaatan kitosan termodifikasi asam askorbat sebagai adsorben ion logam berat, yaitu besi (III) dan kromium (III) telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh kitosan termodifikasi asam askorbat, menentukan pH optimum adsorpsi ion Fe(III) dan Cr(III) oleh kitosan termodifikasi asam askorbat dengan variasi pH adsorpsi, serta menentukan kapasitas adsorpsi maksimum kitosan termodifikasi asam askorbat terhadap ion logam Fe(III) dan Cr(III). Derajat deasetilasi kitosan diperoleh menggunakan FTIR. Berat molekul kitosan dihitung menggunakan persamaan Mark-Houwink. Uji kelarutan kitosan dilakukan menggunakan CH3COOH, HNO3 dan HCl. Morfologi permukaan kitosan dikarakterisasi dengan SEM. Adsorpsi ion logam Fe (III) dan Cr (III) dilakukan dalam larutan pH 2-6 dengan melakukan variasi konsentrasi ion logam adalah 50; 100; 150; 200 dan 250 ppm. Ion logam Fe(III) dan Cr (III) yang tidak terserap dianalisis dengan SSA. Penentuan kapasitas adsorpsi maksimum dilakukan dengan menggunakan persamaan isotherm Langmuir. Dari data penelitian diperoleh derajat deasetilasi kitosan adalah 64,74% dan berat molekul sebesar 39966,85 g/mol. Hasil uji kelarutan terhadap kitosan termodifikasi asam askorbat menggunakan asam-asam encer seperti CH3COOH, HNO3 dan HCl menunjukkan kitosan termodifikasi asam askorbat relatif tidak larut terhadap asam-asam encer dibandingkan dengan kitosan beads. Morfologi permukaan kitosan termodifikasi asam askorbat menunjukkan adanya pori yang menyebar dan tidak beraturan. pH optimum adsorpsi untuk ion logam Fe(III) pada pH 4 dan ion logam Cr(III) pada pH 3. Kapasitas adsorpsi maksimum Fe(III) sebesar 12,658 mg/g dan 13,157 mg/g untuk logam Cr(III)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Yuliawati, Nasriyatun, Aris Mumpuni, and Juni Safitri Muljowati. "Pengaruh Cercospora sp. terhadap Kandungan Asam Askorbat pada MekanismePatogenisitas Bercak Daun Tanaman Cabai : Kajian secara In vitro dan In planta." BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed 2, no. 2 (July 28, 2020): 280. http://dx.doi.org/10.20884/1.bioe.2020.2.2.1896.

Full text
Abstract:
Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora sp. merupakan salah satu faktor pembatas produksi cabai merah. Terjadinya penyakit bercak daun ditentukan oleh keberhasilan patogenesis oleh jamur Cercospora sp. Selain itu, cabai merah yang tahan terhadap penyakit bercak daun memiliki kandungan asam askorbat lebih tinggi daripada cabai merah yang rentan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kemampuan tumbuh patogen Cercospora sp. pada medium yang diberi asam askorbat dan mengetahui pengaruh inokulasi patogen Cercospora sp. terhadap kandungan asam askorbat pada daun cabai merah (C. annuum L.). Penelitian ini menggunakan eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Uji secara in vitro percobaan yang dilakukan terdiri atas medium PDA maupun PDB yang diberi asam askorbat dengan konsentrasi 0 mg.l-1, 0,25 mg.l-1, 0,5 mg.l-1, 0,75 mg.l-1 dan 1,0 mg.l-1. Uji secara in planta yaitu menggunakan varietas cabai merah hot chili, varietas cabai merah besar dan varietas cabai merah keriting. Perlakuan yang dicobakan meliputi perhitungan intensitas penyakit dan kandungan asam askorbat pada daun cabai merah. Uji in vitro parameter utama yang diamati yaitu diameter koloni jamur Cercospora sp., dan bobot kering miselium. Uji in planta parameter utama yang diamati yaitu intensitas penyakit, sedangkan parameter pendukung yaitu periode inkubasi penyakit, kandungan asam askorbat pada daun cabai merah, temperatur dan kelembapan udara. Data uji in vitro yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95%, kemudian perlakuan yang memberikan perbedaan nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Data uji in planta yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95%, kemudian perlakuan yang memberikan perbedaan nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa patogen Cercospora sp. mampu tumbuh dengan baik pada medium PDA maupun medium PDB yang diberi asam askorbat. Inokulasi patogen Cercospora sp. dapat meningkatkan kandungan asam askorbat pada daun cabai merah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Setiawan, Sarno, Irawan, and Alfath Fanidya. "Uji Proteksi Kombinasi Antioksidan Asam Askorbat dan EDTA sebagai Pengkelat Pb Darah terhadap Kadar Hemoglobin Tikus (Mus musculus)." Jurnal Zarah 7, no. 1 (May 30, 2019): 7–12. http://dx.doi.org/10.31629/zarah.v7i1.848.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat proteksi antioksidan (kombinasi EDTA dan asam askorbat) terhadap kadar hemoglobin tikus putih yang dipapar timbal asetat. Jumlah perlakuan dibagi menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok perlakuan dipapar Pb asetat 175 mg/kg BB kecuali kelompok kontrol. Kelompok kontrol, kelompok kontrol negatif, kelompok I (Na2EDTA 150 mg/kg BB), kelompok II (Na2EDTA 250 mg/kg BB), kelompok III (Na2EDTA 150 mg/kg BB dan asam askorbat 300 mg/kg BB), dan kelompok IV (Na2EDTA 250 mg/kg BB dan asam askorbat 500 mg/kg BB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki kadar hemoglobin tertinggi yaitu 13,1 gr/100 ml, sedangkan kelompok kontrol negatif yaitu 6,3 gr/100 ml, kelompok I yaitu 7,2 gr/100 ml, kelompok II yaitu 7,7 gr/100 ml, kelompok III yaitu 9,3 gr/100 ml, dan kelompok IV yaitu 8,3 gr/100 ml. Data tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh asam askorbat dan Na2EDTA dalam menormalkan kadar hemoglobin tikus putih. Kombinasi antioksidan paling efektif yaitu 300 mg/kg BB asam askorbat dengan 150 mg/kg BB Na2EDTA. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa f hitung < f tabel , sehingga Ho diterima artinya ada pengaruh induksi timbal asetat secara oral pada tikus terhadap kadar hemoglobin. Semakin banyak tikus putih diinduksi timbal asetat, maka kadar hemoglobin semakin rendah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Zulfikar, Teuku Muhammad. "Proses Induksi Sel Daun Tembakau (Nicotiana Tabacum)." Jurnal Nasional Komputasi dan Teknologi Informasi (JNKTI) 4, no. 1 (February 22, 2021): 75–80. http://dx.doi.org/10.32672/jnkti.v4i1.2758.

Full text
Abstract:
Abstrak-Proses pemeliharaan sel tumbuhan saat ini sudah sering dilakukan, salah satunya adalah proses induksi sel daun tembakau (Nicotiana tabacum). Dari induksi sel daun tembakau dapat dihasilkan berbagai produk, diantaranya adalah quinone. Proses ini banyak dilakukan karena disamping produk yang dihasilkan lebih murni, keutuhan sifat quinone juga dapat terjaga. Selain itu bahan baku yang digunakan tersedia dengan cukup. Suplai oksigen yang rendah sangat efektif untuk meningkatkan produksi quinone. Untuk mengurangi suplai oksigen yang masuk dapat digunakan asam askorbat sebagai anti oksidan karena senyawa ini mudah bereaksi dengan oksigen. Callus dipindahkan ke medium cair yang telah ditambahkan dengan asam askorbat. Pertumbuhan sel dalam medium cair diamati melalui berat sel segar yang diperoleh, dimana berat sel segar naik dengan naiknya konsentrasi asam askorbat dan mencapai optimum pada konsentrasi asam 0,50 mg/l. Kandungan quinone ditentukan dengan menggunakan alat HPCL, dimana kandungan quinone yang paling banyak diperoleh pada konsentrasi asam askorbat 0,50 mg/l yaitu sebesar 0,4030 ppm.Kata kunci: Induksi Sel, Daun Tembakau dan Quinone
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Aryani, Aryani, and Evnaweri Evnaweri. "KAJIAN PEMBERIAN ASAM ASKORBAT (VITAMIN C) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP KETENGIKAN ABON IKAN LELE (Clarias batrachus)." Fish Scientiae 4, no. 7 (June 16, 2016): 1. http://dx.doi.org/10.20527/fs.v4i7.1126.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mempelajari kajian pemberian asam askorbat (vitamin C) dengan konsentrasi yang berbeda terhadap ketengikan abon ikan lele (Clarias batrachus) yang disimpan pada hari ke-1 dan ke-15, dengan parameter pengujian kimia dan organoleptik. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi asam askorbat (vitamin C) yang optimal pada pembuatan abon ikan Lele (Clarias batrachus). Penelitian ini menggunakan 4 (empat) perlakuan yaitu tanpa pemberian asam askorbat, pemberian asam askorbat 1%, 2% dan 3%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian asam askorbat dengan konsentrasi yang berbeda tidak berbeda nyata untuk nilai kadar air, tetapi untuk nilai kadar lemak, nilai kadar ketengikan dan nilai organoleptik berbeda nyata dan berbeda sangat nyata antar perlakuan, dimana perlakuan A yang terbaik selama penyimpanan hari ke-1, sedangkan penyimpanan hari ke-15, perlakuan D yang terbaik.This research study about of the added ascorbic acid with different concentrate on fish abon rancidity which storage on day-1 and day-15, the parameters is chemist and organoleptic. Contribute from this researchs are to know the optimally ascorbic acid concentrate on make fish abon. This research use 4 (four) treatments are: no added ascorbic acid, added ascorbic acid 1%, 2% and 3%. Result from this research are added ascorbic acid with the different concentrate no significant to water basis but to lipid, rancidity and organoleptic significant and very significant inter treatment, which treatment A is the best during day-1 storage, and treatment D is the best during day-15 storage.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Sefthymaria, Sefthymaria, Rahmad Nuryanto, and Taslimah Taslimah. "Pengaruh Variasi Chelating Agent terhadap Karakteristik Produk pada Sintesis Elektrolit Padat NaMn2-xMgxO4 dengan Metode Sol-Gel." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 18, no. 3 (December 1, 2015): 79–84. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.18.3.79-84.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh variasi chelating agent pada sintesis elektrolit padat NaMn2-xMgxO4 dengan metode sol-gel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi asam (asam askorbat, asam sitrat dan asam maleat) sebagai chelating agent terhadap kristalinitas, ukuran kristal, konduktivitas dan morfologi dari material yang dihasilkan. Tahapan penelitian ini meliputi pencampuran reagen, evaporasi, pengeringan dan kalsinasi. Produk kalsinasi dikarakterisasi menggunakan XRD, multimeter dan SEM-EDS. Mineral penyusun elektrolit padat meliputi NaMnO2, MnO2 MgO dan Na2O. Kristalinitas terendah dan konduktivitas tertinggi dimiliki oleh produk yang menggunakan asam askorbat sebagai chelating agent, dengan nilai konduktivitas 1,91 x 10-4 Scm-1; ukuran kristal 26,09 nm dan ukuran aglomerasi 0,66 μm. Elektrolit padat NaMn2-xMgxO4 yang dihasilkan untuk variasi chelating agent asam askorbat memiliki formula spinel NaMn1,32Mg0,68O4.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Adiandri, Resa Setia, Sigit Nugraha, and Ridwan Rachmat. "Karakteristik Mutu Fisikokimia Jamur Merang (Volvarella Volvacea) Selama Penyimpanan Dalam Berbagai Jenis Larutan Dan Kemasan." Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 9, no. 2 (January 4, 2017): 77. http://dx.doi.org/10.21082/jpasca.v9n2.2012.77-87.

Full text
Abstract:
Jamur merang merupakan komoditas sayuran yang bernilai ekonomi tinggi dan prospektif. Tetapi dalam keadaan segar daya simpannya sangat terbatas karena kadar airnya cukup tinggi dan setelah panen masih mengalami respirasi menghasilkan senyawa kimia yang dapat mempercepat kerusakan jamur merang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mutu fisikokimia jamur merang selama penyimpanan dalam berbagai jenis larutan dan kemasan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah jenis larutan yang terdiri dari: A1 (asam askorbat 0,05%); A2 (asam sitrat 1% ), A3 (garam dapur 2%), A4 (asam askorbat 0,05% + asam sitrat 1 % + garam dapur 2%), A5 (natrium metabisulfit 0,1% + garam dapur 0,2% + asam askorbat 0,1% + asam sitrat 0,1% + kalium karbonat 0,1%), dan A6 (kontrol). Sedangkan faktor kedua adalah jenis kemasan yaitu B1 (standing pouch) dan B2 (gelas plastik). Suhu penyimpanan untuk semua perlakuan sekitar 16 ± 5oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan cenderung mengalami perubahan mutu fisikokimia selama penyimpanan yang berpengaruh terhadap daya simpannya. Perlakuan dalam kemasan standing pouch dengan penambahan larutan asam askorbat 0.05% + asam sitrat 1% + garam 2% menunjukkan perlakuan dengan daya simpan terlama yaitu 9 hari (10 hari setelah panen) dengan karakteristik mutu fisikokimia sebagai berikut: indeks browning 157,89, tekstur 865,67 gram, konsentrasi CO2 10,49 %, nilai kejernihan larutan 25,60%, pH 4,24, dan hasil uji hedonik untuk warna 4,67, tekstur 4,41 dan aroma 4,45.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Cahyadi, Wisnu. "PENGARUH KONSENTRASI GULA STEVIA DAN PENAMBAHAN ASAM ASKORBAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOKTIL BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia)." Pasundan Food Technology Journal 5, no. 2 (July 31, 2018): 154. http://dx.doi.org/10.23969/pftj.v5i2.1046.

Full text
Abstract:
Bawang dayak merupakan salah satu umbi yang mengandung kadar antioksidan yang tinggi serta dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, sehingga dapat dilakukan diversifikasi pengolahan bawang dayak sebagai makanan fungsional yaitu pembuatan koktil bawang dayak. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah memanfaatkan tanaman bawang dayak sebagai bahan baku koktil, dan mempelajari pengaruh konsentrasi gula stevia serta pengaruh penambahan asam askorbat terhadap karakteristik koktil bawang dayak. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3 x 3 dan ulangan sebanyak 3 kali. faktor yang pertama yaitu konsentrasi gula stevia (A) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu a1(0.1%), a2 (0.2%), dan a3 (0.3%) serta konsentrasi asam askorbat (B) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu b1 (200 ppm), b2 (400 ppm), dan b3 (600 ppm). Respon pada penelitian ini adalah respon organoleptik yang meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur. Respon kimia meliputi kadar antioksidan, kadar vitamin C, dan pH serta respon fisik yang meliputi kadar total padatan terlarut. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa konsentrasi gula stevia berpengaruh nyata terhadap kadar total padatan terlarut (0Brix), rasa, nilai pH, penambahan asam askorbat berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C, nilai pH, warna, rasa. Berdasarkan hasil scoring statistic bahwa produk koktil bawang dayak yang terpilih adalah a3b1 (konsentrasi gula stevia 0.3%, dengan konsentrasi asam askorbat 200 ppm) memiliki nilai kadar antioksidan sebesar 700.293 ppm pada pengenceran 1000 ppm.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Khamidah, Ita Noor, Muhammad Cholid Djunaidi, and Khabibi Khabibi. "Pemanfaatan Kitosan Termodifikasi Asam Askorbat Sebagai Adsorben Ion Logam Kobalt (II) dan Nikel (II)." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 14, no. 1 (April 1, 2011): 21–25. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.14.1.21-25.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan kitosan termodifikasi asam askorbat sebagai adsorben ion logam Co(II) dan Ni(II). Tujuan penelitian ini adalah membuat kitosan termodifikasi asam askorbat, menentukan pH optimum dan kapasitas adsorpsi maksimum untuk adsorpsi ion Co(II) dan Ni(II) oleh kitosan termodifikasi asam askorbat. Penentuan derajat deasetilasi dilakukan menggunakan spektrofotometer FTIR. Penentuan berat molekul dilakukan menggunakan viskometer ubblohde. Uji kelarutan kitosan termodifikasi dengan kitosan butir sebagai pembanding dilakukan menggunakan larutan asam-asam encer seperti CH3COOH, HCl, HNO3. Sedangkan analisis morfologi permukaan kitosan termodifikasi dan kitosan butiran dilakukan dengan Scanning Electron Microscopy (SEM). Adsorpsi ion logam Co(II) dan Ni(II) dilakukan pada variasi pH 2-6 dan variasi konsentrasi larutan 90; 120; 150; 180; 210 ppm. Ion logam Co(II) dan Ni(II) yang tidak terserap, dianalisis dengan SSA. Penentuan kapasitas adsorpsi maksimum dilakukan dengan menggunakan persamaan isotherm Langmuir. Dari data penelitian diperoleh derajat deasetilasi kitosan adalah 64,74% dan berat molekul sebesar 39.966,85 g/mol. Hasil uji kelarutan menunjukkan kitosan termodifikasi asam askorbat relatif tidak larut terhadap asam-asam encer dibandingkan dengan kitosan butiran. Morfologi permukaan kitosan termodifikasi menunjukkan adanya pori yang menyebar dan tidak beraturan sehingga dapat digunakan sebagai adsorben. pH optimum adsorpsi ion logam Co(II) dan Ni(II) adalah pH 4. Kapasitas adsorpsi maksimum ion Co(II) sebesar 11,364 mg/g dan ion Ni(II) sebesar 5,988 mg/g.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Suryanita, Suryanita, Aliyah Aliyah, Yulia Yusrini Djabir, Elly Wahyudin, Latifah Rahman, and Risfah Yulianty. "IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL KULIT JERUK BALI (Citrus maxima Merr.)." Majalah Farmasi dan Farmakologi 23, no. 1 (May 9, 2019): 16–20. http://dx.doi.org/10.20956/mff.v23i1.6461.

Full text
Abstract:
Penyakit degenerative disebabkan karena antioksidan yang ada didalam tubuh tidak mampu menetralisir peningkatan konsentrasi radikal bebas, sehingga perlu adanya antioksidan dari luar untuk menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Kulit buah jeruk Bali merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki kandungan senyawa flavonoid yang bersifat antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah jeruk Bali. Identifikasi kandungan senyawa kimia dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, sedangkan uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode penangkapan radikal 2,2- difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) dengan asam askorbat sebagai pembanding. Hasil penelitian memperlihatkan esktrak etanol kulit buah jeruk Bali mengandung Flavanoid, Saponin, Alkaloid, Triterpenoid/Steroid, dan Tanin, sedangkan hasil uji kuantitatif fenolik total dan flavonoid total masing-masing diperoleh hasil 4,96% dan 0,34%. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah jeruk Bali dan asam askorbat masing-masing menunjukkan nilai IC50 574,02 bpj dan 4,63 bpj. Hasil ini memperlihatkan bahwa ekstrak kulit buah jeruk Bali memiliki aktivitas antioksidan yang lemah jika dibandingkan asam askorbat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Purwadi, Ronny, Vita Wonoputri, Febri Ulfa Fitriana, and Najwa Shufia Choliq. "Variasi Antioksidan dalam Pembuatan Protected Active Dried Yeast." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 19, no. 1 (July 1, 2021): 1. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2020.19.1.1.

Full text
Abstract:
Abstrak. Penggunaan antioksidan pada pembuatan protected active dried yeast (PADY) dapat memperpanjang umur simpan ragi kering. Antioksidan yang sering digunakan adalah antioksidan sintesis BHA dan BHT yang diduga bersifat karsinogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif antioksidan yang lebih aman. Lima antioksidan yaitu asam sitrat, asam askorbat, tokoferol, natrium eritrobat, dan askorbil palmitat pada rentang konsentrasi 0,025-0,5% diuji pada suspensi ragiuntuk mempelajari efek inhibisi dari antioksidan tersebut. Uji laju produksi CO2 menunjukkan sifat noninhibisi dari asam askorbat, natrium eritorbat, asam sitrat, dan tokoferol, sedangkan sifat inhibisi askorbil palmitat dan BHT perlu diteliti lebih lanjut. Formulasi antioksidan terpilih untuk produksi PADY adalah asam sitrat 0,5%, asam askorbat 0,5%, dan tokoferol 0,5%. Pengeringan ragi dengan spray dryer menghasilkan PADY dengan kadar air sesuai standar. PADY dengan sifat fisik terbaik adalah variasi asam sitrat 0,5% dan asam askorbat 0,5% karena kelarutan dalam air yang baik serta granula yang lebih halus. Stabilitas vitalitas PADY diukur selama 45-50 hari, dan didapatkan PADY dengan antioksidan asam askorbat 0,5% memiliki konstanta laju kematian terendah, yaitu 0,0492/hari, setara dengan umur simpan 20 hari. Dengan demikian, formulasi antioksidan asam askorbat 0,5% berpotensi untuk dikembangkan pada produksi PADY. Kata kunci: antioksidan, ragi kering, stabilitas, vitalitas. Abstract. Variation of Antioxidant in Production of Protected Active Dried Yeast. The use of antioxidants in production of protected active dried yeast (PADY) can increase dried yeast’s shelf life. Usually, the antioxidants used are synthetic antioxidants such as BHA and BHT, which are known to be carcinogenic. Therefore, the aim of this research is to study antioxidant alternative that is safer. Five antioxidants, i.e. citric acid, ascorbic acid, tocopherol, sodium erythorbate, and ascorbyl palmitate in concentration range of 0.025-0.5% were tested on yeast suspension to study its inhibitory effect. CO2 production rate test showed noninhibitory characteristic of ascorbic acid, sodium erythorbate, citric acid, and tocopherol, whereas ascorbyl palmitate and BHT showed inhibitory characteristic. Formulations of antioxidants selected are 0.5% citric acid, 0.5% ascorbic acid, and 0.5% tocopherol. Spray drying of yeast resulted in PADY with moisture content within standard. PADYs with the best physical properties are 0.5% citric acid and 0.5% ascorbic acid variation due to good water solubility and finer granules. Vitality stability of PADY was measured for 45-50 days. PADY with 0.5% ascorbic acid had the lowest death rate constant, i.e. 0.0492/day, which is equivalent to 20-days shelf life. Thus, ascorbic acid antioxidant formulation of 0.5% can be developed in the production of PADY. Keywords: antioxidant, dried yeast, stability, vitality.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Marakka, Mahadir, Robeth Victoria Manurun, and Arifin Arifin. "Fabrikasi dan Karakterisasi Sensor Elektrokimia Asam Askorbat Berbasis Teknologi Film Tebal dengan Menggunakan Elektroda Pasta Karbon." Jurnal Fisika Indonesia 24, no. 1 (June 16, 2020): 43. http://dx.doi.org/10.22146/jfi.v24i1.53018.

Full text
Abstract:
Fabrikasi sensor elektrokima asam askorbat berbasi filem tebal telah berhasil dilakukan dengan menggunakan pasta kerbon sebagai elektroda kerja yang tercetak di permukaan subtrat alumina. Proses pendeteksian sensor dilakukan dengan teknik siklik voltametri dengan menvariasikan konsentrasi larutan asam askorbat. Sensor elektroda yang difabrikasi menunjukkan puncak oksidasi asam askobat pada potensial 0,2 V terhadap elektroda Ag/AgCl. Hasil siklik voltemetri menunjukkan puncak arus oksidasi yang meningkat seiring dengan kenaikan konsentsi yang di berikan. Dari data asrus di peroleh hasil karakterisasi dengan kelinieritasn sensor sebesar 0,7799, presisi 10,6 s/d 26,3 %, sensitivitas 1,65329x10-8 A/µM.cm2, dan keakurasian 83 s/d 152,62 %.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Sulasmi, Ni Wayan, I. Made Supartha Utama, and I. Gusti Ketut Arya Arthawan. "Pengaruh Pelapisan Gel Lidah Buaya dengan Campuran Asam Askorbat dan Kalium Sorbat terhadap Susut Bobot, pH dan Organoleptik Buah Melon Potong Segar." Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) 9, no. 2 (September 29, 2021): 159. http://dx.doi.org/10.24843/jbeta.2021.v09.i02.p02.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Buah melon yang telah mengalami pengolahan minimal memiliki sifat mudah rusak (perishable) dengan masa simpan yang relative singkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh pelapisan gel lidah buaya dengan campuran asam askorbat dan kalium sorbat terhadap susut bobot, pH dan organoleptik buah melon potong segar atau proses minimal. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu konsentrasi asam askorbat (0%, 1.5% dan 3%) dan kalium sorbat (0%, 0.2% dan 0.4%). Percobaan ini diulang sebanyak tiga kali dengan suhu penyimpanan 5±2?C. Hasil penelitian menunjukkan asam askorbat dan kalium sorbat berpengaruh nyata terhadap nilai susut bobot, pH dan atribut organoleptik buah melon potong segar. Asam askorbat dan kalium sorbat mampu menghambat kehilangan bobot, mempertahankan nilai organoleptik dan menurunkan nilai pH sehingga aktivitas pertumbuhan jamur dan kapang terhambat pada buah potong tersebut. Gel lidah buaya dengan penambahan asam askorbat 3% dan kalium sorbat 0,2% merupakan perlakuan yang memberikan nilai atribut organoleptik terbaik selama penyimpanan. Kombinasi ini mampu mempertahankan nilai warna dan tekstur hingga hari ke 14 serta mempertahankan aroma hingga hari ke 10. ABSTRACT Melon fruit which is undergone a minimal process is easy to damage (perishable) with short shelf life. This study aims to determine the effect of coating aloe vera gel with a mixture of ascorbic acid and potassium sorbate on weight loss, pH, and organoleptic of fresh-cut melons. This study using a completely randomized design (CRD consisted of two treatment factors, namely ascorbic acid (0%, 1.5%, and 3%) and potassium sorbate (0%, 0.2% and 0.4%)). The experiment was replicated three times with a storage temperature of 5 ± 2?C. The results showed that ascorbic acid and potassium sorbate significantly affected the weight loss, pH, and organoleptic values ??of fresh-cut melons. Ascorbic acid and potassium sorbate can inhibit weight loss, maintain organoleptic values ??, and reduce the pH value of fresh-cut melons so that the activity of fungal and mold growth is inhibited. Aloe vera gel with the addition of 3% ascorbic acid and 0.2% potassium sorbate was the treatment that gave the best organoleptic value during storage. This combination can maintain the value of color and texture up to day 14 and maintain aroma until day 10.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Napitupulu, Besman. "Kajian Beberapa Bahan Penunda Kematangan Terhadap Mutu Buah Pisang Barangan Selama Penyimpanan." Jurnal Hortikultura 23, no. 3 (May 25, 2016): 263. http://dx.doi.org/10.21082/jhort.v23n3.2013.p263-275.

Full text
Abstract:
<p>Pisang Barangan merupakan buah tropik yang spesifik lokasi dan sebagai sumberdaya genetik di Sumatera Utara yang pemasarannya telah sampai ke Jakarta, Riau (Batam), Jambi, Bandung, dan provinsi lainnya. Dalam upaya untuk memperpanjang masa simpan pisang Barangan beberapa bahan penunda kematangan digunakan yaitu kalium permanganat (KMnO), kalsium hidroksida Ca(OH), dan asam askorbat. Tujuan pengkajian ialah untuk mendapatkan alternatif teknologi penunda kematangan dalam upaya memperpanjang masa simpan buah pisang Barangan. Penelitian dilakukan pada Bulan Mei sampai dengan Desember 2009 di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penyimpanan pisang Barangan dilakukan dalam bentuk tandan dan sisir yang dikemas dengan sistem udara termodifikasi. Pisang Barangan dalam bentuk tandan yang dikemas dalam plastik polietilen densitas rendah dengan memasukkan etilen absorben (KMnO24), Ca(OH), dan asam askorbat diperoleh masa simpan segar mencapai 25 hari dan merupakan perlakuan terbaik, kemudian diikuti perlakuan dengan memasukkan KMnO24 dan Ca(OH) yang dapat memperpanjang masa simpan segar pisang Barangan selama 20 hari. Demikian juga halnya pisang Barangan dalam bentuk sisir dikemas dengan sistem udara termodifikasi menggunakan plastik polietilen densitas rendah dikemas dengan menambahkan KMnO4, Ca(OH), dan asam askorbat yang merupakan kemasan primer, selanjutnya dikemas ke dalam kotak karton sebagai kemasan sekunder, menghasilkan ketahanan simpan buah pisang Barangan segar selama 25 hari pada suhu kamar. Perlakuan dengan memasukkan bahan penunda kematangan KMnO24, Ca(OH), dan asam askorbat menunjukkan mutu buah pisang Barangan masih layak pasar pada penyimpanan 20 dan 25 hari disimpan suhu kamar. Implikasi hasil kajian ini merupakan metode penggunaan bahan penunda kematangan diharapkan dapat digunakan petani dan pedagang untuk memperpanjang ketahanan simpan buah pisang Barangan dalam bentuk tandan maupun sisir sehingga penataan dan jangkauan distribusi pemasaran dapat diperluas. </p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Krisnandika, A. A. Keswari, Eny Widajati, and Abdjad Asih Nawangsih. "Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas Flourescens Rh4003 dan Asam Askorbat untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Padi Hibrida." Buletin Agrohorti 5, no. 2 (May 22, 2017): 205. http://dx.doi.org/10.29244/agrob.5.2.205-212.

Full text
Abstract:
<em>Padi hibrida memiliki glume terbuka yang berperan penting pada laju perlambatan viabilitas benih selama penyimpanan. Serta untuk mencapai hasil panen padi hibrida yang optimal membutuhkan asupan nutrisi yang berkualitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh formula lapisan benih dengan penambahan bakteri Pseudomonas fluorescens RH4003 sebagai Pertumbuhan Tanaman Memnghasilkan Rhizobakteri dan asam askorbat sebagai antioksidan, menghambat viabilitas benih padi hibrida dalam penyimpanan. Penelitian ini terdiri dari tiga seri percobaan, yaitu menggunakan 3 varietas padi hibrida (DG-1, Intani dan SL-8), Rancangan percobaan yang digunakan yaitu petak bersarang dengan enam kali periode penyimpanan sebagai petak utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lapisan yang menggunakan asam askorbat merupakan perlakuan terbaik dari semua variabel viabilitas hampir pada semua varietas. Perlakuan dengan menggunakan bakteri memiliki hasil yang signifikan (p &lt; 0.01) meningkatkan laju pertumbuhan dan indeks vigor pada minggu keenam penyimpanan sebesar 22.48% per etmal dan 83.33% untuk varietas benih padi SL-8. Lapisan DG-1 yang menggunakan asam askorbat pada minggu keenam mengakibatkan indeks vigor tertinggi (90 %) yang signifikan (p&lt;0.5) dan peningkatan yang sangat signifikan pada perkecambahan benih dan indeks vigor minggu kesembilan penyimpanan untuk varietas SL-8 SHS (92.67% dan 73.33%).</em>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Krisnandika, A. A. Keswari, Eny Widajati, and Abdjad Asih Nawangsih. "Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas Flourescens Rh4003 dan Asam Askorbat untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Padi Hibrida." Buletin Agrohorti 5, no. 2 (May 22, 2017): 205–12. http://dx.doi.org/10.29244/agrob.v5i2.16800.

Full text
Abstract:
Padi hibrida memiliki glume terbuka yang berperan penting pada laju perlambatan viabilitas benih selama penyimpanan. Serta untuk mencapai hasil panen padi hibrida yang optimal membutuhkan asupan nutrisi yang berkualitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh formula lapisan benih dengan penambahan bakteri Pseudomonas fluorescens RH4003 sebagai Pertumbuhan Tanaman Memnghasilkan Rhizobakteri dan asam askorbat sebagai antioksidan, menghambat viabilitas benih padi hibrida dalam penyimpanan. Penelitian ini terdiri dari tiga seri percobaan, yaitu menggunakan 3 varietas padi hibrida (DG-1, Intani dan SL-8), Rancangan percobaan yang digunakan yaitu petak bersarang dengan enam kali periode penyimpanan sebagai petak utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lapisan yang menggunakan asam askorbat merupakan perlakuan terbaik dari semua variabel viabilitas hampir pada semua varietas. Perlakuan dengan menggunakan bakteri memiliki hasil yang signifikan (p < 0.01) meningkatkan laju pertumbuhan dan indeks vigor pada minggu keenam penyimpanan sebesar 22.48% per etmal dan 83.33% untuk varietas benih padi SL-8. Lapisan DG-1 yang menggunakan asam askorbat pada minggu keenam mengakibatkan indeks vigor tertinggi (90 %) yang signifikan (p<0.5) dan peningkatan yang sangat signifikan pada perkecambahan benih dan indeks vigor minggu kesembilan penyimpanan untuk varietas SL-8 SHS (92.67% dan 73.33%).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Wardaniati, Isna, and Rahma Yanti. "UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL PROPOLIS LEBAH TRIGONA (Trigona itama) MENGGUNAKAN METODE DPPH." JOPS (Journal Of Pharmacy and Science) 2, no. 1 (April 1, 2020): 14–21. http://dx.doi.org/10.36341/jops.v2i1.1257.

Full text
Abstract:
Propolis lebah trigona (Trigona itama) merupakan bahan alami dari resin atau getah berbagai tanaman yang dikumpulkan lebah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol propolis lebah trigona (Trigona itama). Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH dengan asam askorbat sebagai pembanding. Alat yang digunakan adalah microplate reader dengan panjang gelombang maksimum pengukuran adalah 520 nm. Parameter yang digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan adalah (Inhibition Concentration). Berdasarkan penelitian ini, sampel ekstrak etanol propolis lebah trigona (Trigona itama) memiliki nilai lebih besar dibandingkan asam askorbat sehingga sampel menunjukkan aktivitas antioksidan kategori sedang dengan nilai sampel sebesar 105,11 ppm dan nilai pembanding sebesar 7,24 ppm sebagai aktivitas antioksidan kategori sangat aktif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Febrianti, Novi, Irfan Yunianto, and Risanti Dhaniaputri. "Kandungan Antioksi dan Asam Askorbat pada Jus Buah-Buahan Tropis." JURNAL BIOEDUKATIKA 3, no. 1 (May 9, 2015): 6. http://dx.doi.org/10.26555/bioedukatika.v3i1.4130.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Purwanto, Yohanes, and Ririn Effendi. "The Use of Ascorbic Acid and Aloevera to Inhibit Browning in Fresh-Cut ‘Malang’ Apple." Jurnal Keteknikan Pertanian 04, no. 2 (October 1, 2016): 1–8. http://dx.doi.org/10.19028/jtep.04.2.203-210.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Surya, Alfin, and Dwi Putri Rahayu. "ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL KULIT PETAI (Parkia speciosa Hassk) DENGAN METODE 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl." JOPS (Journal Of Pharmacy and Science) 4, no. 2 (June 17, 2020): 1–5. http://dx.doi.org/10.36341/jops.v4i2.1342.

Full text
Abstract:
Indonesia merupakan negara dengan produksi petai terbanyak di kawasan Asia Tenggara. Pada umumnya, masyarakat mengonsumsi petai hanya bagian bijinya saja, sedangkan bagian kulitnya tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja sehingga menjadi limbah. Limbah ini menyebabkan pencemaran lingkungan dan turut memberi kontribusi pada banjir. Kulit petai (Parkia speciosa Hassk.) diduga memiliki kandungan senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan dalam menangkal radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol kulit petai (Parkia speciosa Hassk.) dengan waktu maserasi selama 72 jam. Penelitian ini menggunakan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH) dan asam askorbat yang sudah diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang kuat sebagai kontrol positif. Dari penelitian tersebut didapatkan nilai IC50 pada kulit petai sebesar 13,4 µg/mL dan 6,9504 µg/mL µg/mL pada asam askorbat sebagai kontrol positif. Dari nilai IC50 yang didapat diketahui bahwa ekstrak metanol kulit petai memiliki aktivitas antioksidan yang kuat untuk melawan radikal bebas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Wulandari, Winda Trisna. "ANALISIS KANDUNGAN ASAM ASKORBAT DALAM MINUMAN KEMASAN YANG MENGANDUNG VITAMIN C." Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi 17, no. 1 (February 26, 2017): 27. http://dx.doi.org/10.36465/jkbth.v17i1.187.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Salim, Muhammad Fajrin, Johnly A. Rorong, and Dewa G. Katja. "Aktivitas Penstabil Oksigen Singlet dari Hasil Fraksinasi Ekstrak Metanol Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) terhadap Fotooksidasi Asam Askorbat." Jurnal MIPA 6, no. 2 (October 25, 2017): 62. http://dx.doi.org/10.35799/jm.6.2.2017.17761.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas penstabil oksigen singlet dari hasil fraksinasi ekstrak metanol daun kayu manis (Cinnamomum burmanii) terhadap fotooksidasi asam askorbat dengan menggunakan cahaya dan eritrosin sebagai sensitiser. Serbuk daun kayu manis diekstraksi secara maserasi dengan metanol 95 % selama 3 x 24 jam, selanjutnya ekstrak yang diperoleh difraksinasi berturut-turut dengan pelarut n-heksan, etil asetat, butanol dan air. Penentuan kandungan total fenolik diukur dengan metode Folin-Ciocalteu dan aktivitas penstabil oksigen singlet diukur dengan laju penurunan konsentrasi asam askorbat. Hasilnya menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki kandungan total fenolik tertinggi yaitu 166,888 mg/g diikuti dengan fraksi butanol, n-heksan, dan air. Fraksi etil asetat juga memiliki aktivitas penstabil oksigen singlet yang kuat, ditunjukkan dengan laju kerusakan fotooksidatif asam askorbat yang kecil yaitu -0,75 μg.mL-1.min-1A study of singlet oxygen quenching activity has been done from the fractination result of methanol extract of cinnamon leaf (Cinnamomum burmanii) against photo-oxidation of ascorbic acid by using light and erythrosine as sensitized. The cinnamon leaf powder was extracted by macerating with 95% methanol for 3 x 24 hours, then the extracts obtained was fractionated successively with n-hexane, ethyl acetate, butanol and water solvent. The determination of total phenolic content was measured by the Folin-Ciocalteu method and the singlet oxygen quenching activity was measured by the rate of decrease in ascorbic acid concentration. The results show that the ethyl acetate fraction has the highest total phenolic content of 166,888 mg/g followed by the fraction of butanol, n-hexane, and water, respectively. The ethyl acetate fraction also has a strong singlet oxygen quenching activity, indicated by a small photo-oxidative damage rate of ascorbic acid of -0.75 μg.mL-1.min-1
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Setyawibawa, Rachmmad, Atmiral Ernes, and Eko Sutrisno. "Pengaruh Lama Pengeringant terhadap Kandungan Vitamin C pada Varietas Cabai Rawit Merah, Keriting, Dorset Naga dan Carolina Reaper." Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno 3, no. 1 (April 30, 2018): 263. http://dx.doi.org/10.24843/jitpa.2018.v03.i01.p01.

Full text
Abstract:
Cabai merupakan tanaman yang memiliki komponen antioksidan yang tinggi, seperti asam askorbat, total fenol, dan pigmen karotenoid. Vitamin C dikenal dengan asam askorbat, merupakan vitamin yang larut air dan diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan dalam tubuh. Pengukuran kandungan vitamin C penting dilakukan, untuk mengetahui kandungan vitamin C pada bubuk cabai. Metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan vitamin C dengan menggunakan uji iodimetri. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Two Way-ANOVA dengan taraf signifikansi 5%. Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel perlakuan. Variable pertama adalah 4 varietas cabai yaitu cabai rawit merah, keriting, dorset naga dan carolina reaper. Variable kedua adalah lama pengeringan, dengan 3 level pengeringan yaitu 6 jam, 7 jam dan 8 jam. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh nilai rerata tertinggi vitamin C pada R1 (Cabai rawit merah) selama T3 (8 jam) sebesar 4,5 %, kadar air 1,959 gram dengan rendemen 20,6 % dan rerata terendah vitamin C pada R1 (Cabai rawit merah) selama T1 (6 jam) sebesar 1,2 %, kadar air 1,971 gram dengan rendemen 20,2 %.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Nurdin, Said, and Afnizar Huzaimi. "Pemakaian Asam Askorbat Untuk Produksi Koenzim Quinine Dengan Induksi Sel Nicotiana Tabaccum." REAKTOR 5, no. 1 (June 13, 2017): 31. http://dx.doi.org/10.14710/reaktor.5.1.31-34.

Full text
Abstract:
Koenzim quinine merupakan produk intraseluler nicotiana tobaccum, sehingga untuk mengisolasikannya diperlukan penambahan antioksidan. Penelitian penambahan antioksidan berupa sam askobat dengan variasi konsentrasi bertujuan untuk menyelidiki tingkat efektifitas pemakaian senyawa tersebut dengan proses induksi sel menurut perubahan waktu. Proses induksi berlangsung melalui penambahan inokulum ke dalam nutrient sampai terbentukkan callus. Callus dipindahkan ke dalam media pemeliharaan yang telah diberikan nutrien, sehingga tumbuh dan berkembang menjadi sel baru. Pertumbuhan sel di dalam medium cair diamati melalui berat sel segar yang diperoleh. Perkembangan berat sel segar dan produksi koenzim quinine kasar pada berbagai konsentrasi vitamin C tersebut ditentukan dengan menggunakan HPLC dan pendeteksiannya spectrometer Shimadzu SPD-10 A pada panjang gelombang 275 nm. Hasil pembentukan koenzim quinine diuji pada hari ke- 1, 3, 5,6 dan 7 dengan konsentrasi 0,5 mg/l. nilai optimalnya dicapai sebesar 0,3598 ppm, 0,3641 ppm, 0,3675 ppm, 0,3699 ppm dan 0,3718 ppm, dan pada konsentrasi asam askorbat = 0,7 mg/l menunjukkan produksi koenzim quinine, sbanyak 0,3920 ppm, 0,3791 ppm, 0,3996 ppm, 0,4005 ppm dam 0,4030 ppm.Kata kunci : asam askorbat, antioksidan, coenzim quinine, induksi sel, nicotiana tabaccum, inokulum, nutrient, callus, medium
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Mardiah, Elida. "MEKANISME INHIBISI ENZIM POLIFENOL OKSIDASE PADA SARI BUAH MARKISA DENGAN SISTEIN DAN ASAM ASKORBAT1." Jurnal Riset Kimia 4, no. 2 (February 11, 2015): 32. http://dx.doi.org/10.25077/jrk.v4i2.126.

Full text
Abstract:
ABSTRACT The mechanism of polyphenol oxidase enzyme inhibition was studied by isolation of enzyme from the passion fruite juice (Passiflora Sp). The extracted enzyme polyphenol oxidase has an optimum activity at pH 5,6 and temperature of 300 C using a pirogalol substrate. The pattern of inhibition of the enzyme polifenol oxsidase studied using cysteine and ascorbic acid. Cystein of 10 mM consentration can inhibit the enzyme polyphenol oxidase activity as 97.25%, ascorbic acid with the same concentration can inhibit the enzyme polyphenol oxsidace 96.5%. The pattern of inhibition of cysteine is more likely to be competitive, while non-competitive with ascorbic acid. Keyword: polyphenol oxsidase, inhibition, cysteine, ascorbic acid
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Yuliantini, Anne. "PENGEMBANGAN METODE ANALISIS CEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) PADA ASAM ASKORBAT DENGAN TEKNIK SSA." Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi 18, no. 1 (March 28, 2018): 125. http://dx.doi.org/10.36465/jkbth.v18i1.313.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Nurmastika, Ayssa, Danang Erwanto, Aulia Dewi Rosanti, and Farrady Alif Fiolana. "Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar Asam Askorbat pada Buah dengan Metode Titrasi Iodimetri." Setrum : Sistem Kendali-Tenaga-Elektronika-Telekomunikasi-Komputer 7, no. 1 (June 21, 2018): 147. http://dx.doi.org/10.36055/setrum.v7i1.3401.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Kusumawati, Anggun Hari, Kesya Yonathan, Dadan Ridwanuloh, and Ike Widyaningrum. "FORMULASI DAN EVALUASI FISIK SEDIAAN MASKER SHEET (SHEET MASK) KOMBINASI VCO (VIRGIN COCONUT OIL), ASAM ASKORBAT DAN α-TOCOPHEROL." Pharma Xplore : Jurnal Ilmiah Farmasi 5, no. 1 (May 7, 2020): 8–14. http://dx.doi.org/10.36805/farmasi.v5i1.975.

Full text
Abstract:
Kulit yang sehat dapat mencerminkan kesehatan seseorang. Menjadikan kulit sehat, bersih dan cerah merupakan idaman semua orang terutama pada wanita. Antioksidan melindungi tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel seperti mengalami kulit keriput, timbul flek hitam, dan wajah kusam. Virgin Coconut Oil mengandung asam lemak jenuh yaitu asam kaproat, asam kaprilat, asam kaprat, asam laurat (±53%), asam miristat dan tokoferol (0,5 mg/100g), dan kombinasi asam askorbat dengan α-tocopherol untuk menambah efektifitas whitening pada sheet mask. Penelitian ini bertujuan membuat sheet mask dengan sifat fisik yang baik, formulasi dibuat dengan konsentrasi zat aktif yang berbeda dan dilakukan uji sifat fisik meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, uji iritasi. Hasil uji organoleptik dan uji homogenitas masing-masing formulasi memiliki warna putih, bau khas sakura, memiliki tekstur semi cair dan uji homogenitas dapat dikatakan homogen, hasil uji viskositas (F1) 244,4 ± 27,5 cps (F2) 242,1 ± 12,8 cps, (F3) 261,4 ± 29,6 hasil uji pH (F1) 5,81 ± 0,047 (F2) 5,39 ± 0,049 (F3) 5,28 ± 0,043 masing-masing formulasi sudah optimal sesuai dengan kriteria yang ada, dan hasil uji iritasi dari 40 panelis tidak terjadi iritasi hal ini disebabkan karena pH sediaan masih dalam rentang pH kulit yaitu 4-6. Kata kunci: Virgin Coconut Oil, Sheet mask, α-tocopherol, Asam askorbat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Erwanto, Danang, Yudo Bismo Utomo, Farrady Alif Fiolana, and Mochtar Yahya. "Pengolahan Citra Digital untuk Menentukan Kadar Asam Askorbat pada Buah dengan Metode Titrasi Iodimetri." MULTITEK INDONESIA 12, no. 2 (December 30, 2018): 73. http://dx.doi.org/10.24269/mtkind.v12i2.1290.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Retnaningtyas, Erma. "Pemberian Air Rebusan Ketumbar terhadap Pengurangan Kadar Kolesterol pada Wanita di Desa Domas Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik." Journal for Quality in Women's Health 2, no. 2 (August 20, 2019): 43–48. http://dx.doi.org/10.30994/jqwh.v2i2.37.

Full text
Abstract:
Ketumbar merupakan salah satu rempah-rempah yang berkhasiat untuk terapi menurunkan kadar kolesterol . Kandungan asam linoleat, asam oleat, asam palmitat, asam stearat, dan asam askorbat pada ketumbar dapat menaikkan HDL. Kolesterol yang dibutuhkan oleh tubuh secara normal diproduksi sendiri dalam jumlah yang tepat. Kolesterol juga dapat meningkat jika sering mengkonsumsi makanan dengan kadar kolesterol tinggi. Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimen rancangan One Group pra test – post test design. Populasi yang digunakan sebanyak 48 responden, sample yang digunakan sebanyak 30 responden yaitu wanita dengan kolesterol di desa Domas. Menggunakan teknik Purposive Sampling.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Samodra, E. P., and H. Cahyono. "Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Ongole dengan Pemberian Asam Askorbat dan Penyimpanan pada Suhu 50C." Sains Peternakan 8, no. 1 (March 1, 2010): 26. http://dx.doi.org/10.20961/sainspet.8.1.26-31.

Full text
Abstract:
<p>The research was conducted to investigate the effect of soaking meat of Peranakan Ongole cattle with ascorbic acid and storage duration at 50C on physical quality of meat. The experiment was done in Complete Randomised Design by factorial 3 x 3. First factor was ascorbic acid with 3 levels (0%, 5%, 1%), and second factor is storage duration with 3 levels (0, 5, and 6 days). Variables that were measured: tenderness, cooking loss, water holding capacity and pH. Data were analyzed by variance analysis and the significant result were tested by Duncan’s test. Tenderness average for ascorbic acid ranging between 1,60 – 1,62 kg/cm2, and for storage duration was increased from 1,83 to 1,38 kg/cm2. Cooking loss average for ascorbat acid ranged from 43,33 to 44,89%, and for storage duration increased from 40,00 to 47,00%. Water holding capacity average for ascorbic acid ranging between 32,88 – 33,65%, but for storage duration decreased from 34,61 to 32,32%. The pH average for ascorbic acid ranging from 5,99 to 6,16, and increased for storage duration from 6,43 to 5,84. It can be concluded that physical quality of beef cattle was not affected<br />bay ascorbic acid up to 1%, but was significantly decreased by storage duration (p&lt;0,05).</p><p>Key words: Pernakan Ongole meat, ascorbat acid, storage time</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Samodra, E. P., and H. Cahyono. "Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Ongole dengan Pemberian Asam Askorbat dan Penyimpanan pada Suhu 50C." Sains Peternakan 8, no. 1 (March 1, 2010): 26. http://dx.doi.org/10.20961/sainspet.v8i1.4744.

Full text
Abstract:
<p>The research was conducted to investigate the effect of soaking meat of Peranakan Ongole cattle with ascorbic acid and storage duration at 50C on physical quality of meat. The experiment was done in Complete Randomised Design by factorial 3 x 3. First factor was ascorbic acid with 3 levels (0%, 5%, 1%), and second factor is storage duration with 3 levels (0, 5, and 6 days). Variables that were measured: tenderness, cooking loss, water holding capacity and pH. Data were analyzed by variance analysis and the significant result were tested by Duncan’s test. Tenderness average for ascorbic acid ranging between 1,60 – 1,62 kg/cm2, and for storage duration was increased from 1,83 to 1,38 kg/cm2. Cooking loss average for ascorbat acid ranged from 43,33 to 44,89%, and for storage duration increased from 40,00 to 47,00%. Water holding capacity average for ascorbic acid ranging between 32,88 – 33,65%, but for storage duration decreased from 34,61 to 32,32%. The pH average for ascorbic acid ranging from 5,99 to 6,16, and increased for storage duration from 6,43 to 5,84. It can be concluded that physical quality of beef cattle was not affected<br />bay ascorbic acid up to 1%, but was significantly decreased by storage duration (p&lt;0,05).</p><p>Key words: Pernakan Ongole meat, ascorbat acid, storage time</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Admojo, Lestari, and Ari Indrianto. "PENCEGAHAN BROWNING FASE INISASI KALUS PADA KULTUR MIDRIB DAUN KLON KARET (HEVEA BRASILIENSIS MUELL ARG) PB 330." Jurnal Penelitian Karet 34, no. 1 (July 18, 2016): 25. http://dx.doi.org/10.22302/jpk.v0i0.220.

Full text
Abstract:
Perbaikan teknik perbanyakan dan mutu bibit klonal karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) dapat dilakukan melalui teknik kultur jaringan. Kendala teknik tersebut diantaranya masih tingginya intensitas browning pada tahap inisiasi kalus. Browning umumnya disebabkan oleh senyawa fenolik yang biasanya muncul dan terakumulasi ketika eksplan dilukai. Penelitian ini bertujuan mengetahui metode eliminasi browning yang efektif diantara perlakuan perendaman eksplan dalam asam askorbat, arang aktif+sukrosa, subkultur berulang yang diinkubasi dalam ruang gelap dan terang. Bahan eksplan yang digunakan adalah eksplan midrib daun klon karet PB 330 yang ditanam pada media induksi kalus MS+2,4-D 5 ppm. Masing-masing menggunakan 10 botol sebagai ulangan dan ditanam sebanyak 2 eksplan per botol. Pengamatan meliputi waktu awal browning, waktu rata-rata eksplan mengalami browning, intensitas browning dan jumlah eksplan browning hingga 35 hari setelah tanam (HST). Data dari 10 eksplan untuk masing-masing perlakuan selanjutnya dianalisis dengan analisis ragam dari Rancangan Faktorial dan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test untuk data yang berbeda nyata. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perendaman eksplan dalam 100 mg/L asam askorbat steril selama 30 menit, yang diinkubasi dalam ruang gelap efektif menurunkan intensitas browning hingga 7,5% dengan jumlah eksplan yang mengalami browning dapat ditekan hingga 30%. Diterima : 6 Januari 2016 / Direvisi : 30 Mei 2016 / Disetujui : 24 Juni 2016 How to Cite : Admojo, L., & Indrianto, A. (2016). Pencegahan browning fase inisasi kalus pada kultur midrib daun klon karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) PB 330. Jurnal Penelitian Karet, 34(1), 25-34. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/220
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Bakar, Abu, Kiman Siregar, and Ratna Ratna. "Pendugaan Penurunan Kandungan Asam Askorbat Brokoli(Brasisca oleracea Var. Italica) Selama Penyimpanan Dingin Menggunakan Pendekatan Persamaan Arrhenius." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian 4, no. 1 (February 1, 2019): 638–47. http://dx.doi.org/10.17969/jimfp.v4i1.10163.

Full text
Abstract:
Menganalisis mutu selama penyimpanan dapat dilakukan dengan mengendalikan kondisi penyimpanan tertentu serta menduga laju penurunan mutu yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk menduga penurunan kandungan asam askorbat (Brassica oleracea Var. Italica) selama penyimpanan mengunakan pendekatan persamaan Arrhenius. Brokoli disimpan dengan variasi suhu yaitu suhu 5 ⁰C, 10 ⁰C, dan 20 ⁰C. Analisis dilakukan 3 hari sekali hingga panelis menolak dengan parameter susut bobot, tingkat kekerasan, Klorofil, Kalsium, vitamin C (Asam Asam dan uji organoleptik yaitu warna, rasa, aroma dan tekstur.Model Arrhenius berdasarkan kandungan vitamin C (asam askorbat) menghasilkan umur simpan pada brokoli yaitu pada suhu 5°C dengan kemasan adalah 21 hari dengan nilai R² adalah 0,97, pada suhu 10°C dengan kemasan didapatkan umur simpan 21 hari dengan nilai R² adalah 0,98, pada suhu 20°C didapatkan umur simpan yaitu 6 hari dengan nilai R² adalah 0,97.Perlakuan terbaik pada penelitian ini yang mampu mempertahankan mutu simpan brokoli dan memiliki umur simpan yang lama, yaitu penyimpanan pada suhu 5°C dengan berdasarkan parameter susut bobot terendah sebesar 11,5%, tingkat kekerasan tertinggi sebesar 0,7 kg/cm², penyimpanan suhu 5 °C dengan kemasan 21 hari penurunan kandungan vitamin C (asam askorbat) terendah yaitu 21,2 mg , dan penurunan klorofil sebesar 0,35 mg/1gr.Establishment Of Ascorbic acid Of Broccoli (Brassica oleracea Var. Italica) , During Storage With Arrhenius ApproachAbstract. Analyzing quality during storage can be done by controlling certain storage conditions as well as suspecting the rate of degradation that occurs. This study aims to estimate the decrease in ascorbic acid content (Brassica oleracea Var Italica) during storage using the Arrhenius equation approach. Broccoli is stored with temperature variations of 5 ⁰C, 10 ⁰C, and 20 ⁰C. Analysis is done every 3 days until panelist refused with weight loss parameter, hardness level, chlorophyll, calcium, vitamin C acid acid and organoleptic test that is color, flavor, aroma and texture. Arrhenius model based on vitamin C content (ascorbic acid) produces shelf life at broccoli ie at 5 ° C with packing is 21 days with R² value is 0.97, at 10 ° C with packaging obtained by 21 days saving life with R² value is0.98, at 20 ° C we have a shelf life of 6 days with R² value is 0.97. The best treatment in this study is able to maintain the quality of broccoli and has a long shelf life, ie storage at 5 ° C based on the lowest weight loss parameter of 11.5%, the highest hardness level of 0.7 kg / cm², storage temperature of 5 ° C with the 21 day packs of decrease in vitamin C content (ascorbic acid) the lowest is 212 mg, and the decrease of chlorophyll by 0.35 mg / 1gr.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Susana, Ivitri, Ahmad Ridhay, and Syaiful Bahri. "KAJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BATANG KECOMBRANG (Etlingera elatior) BERDASARKAN TINGKAT KEPOLARAN PELARUT." KOVALEN: Jurnal Riset Kimia 4, no. 1 (May 13, 2018): 16–23. http://dx.doi.org/10.22487/kovalen.2018.v4.i1.10178.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas antioksidan ekstrak batang kecombrang (Etlingera elatior) berdasarkan tingkat kepolaran pelarut. Penelitian ini diawali dengan melakukan ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan, selanjutnya dengan pelarut etil asetat, dan etanol. Hasil ekstraksi dengan masing-masing pelarut diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH. Hasil penelitian menyatakan bahwa nilai IC50 pada ekstrak n-heksan, etil asetat, etanol masing – masing adalah 711,67 ppm, 760,73 ppm, 535,78 ppm dan sebagai pembanding asam askorbat diperoleh nilai IC50 51,78 ppm. Berdasarkan hasil yang diperoleh, aktivitas antioksidan terbaik adalah pada tingkat pelarut bersifat polar (ekstrak etanol) dibandingkan dengan tingkat kepolaran pelarut lainnya.Kata Kunci : Batang Kecombrang, Ekstraksi, Antioksidan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Boangmanalu, Rain Kihara, Fachreza Erdi Pratama, Afina Dwi Rachmawati, and Bella Puteri Irinda. "Teknologi Voltametri HDME, Sensitif Deteksi Asam Urat dalam Tubuh." Farmasetika.com (Online) 3, no. 3 (May 25, 2019): 31. http://dx.doi.org/10.24198/farmasetika.v3i3.21626.

Full text
Abstract:
Pada masyarakat sekarang ini, pemeriksaan asam urat sudah menjadi hal yang biasa dan sering dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan karena asam urat menjadi salah satu faktor penting dalam metabolisme tubuh. Tingkat konsentrasi asam urat dapat mengindikasikan atau dikaitkan dengan gout, kegemukan, diabetes, kolesterol, tekanan darah, penyakit ginjal dan penyakit hati. Teknik pemeriksaan asam urat sangat beragam dengan tingkat akurasi dan sensivitas yang berbeda-beda pula. Metode voltametri dengan Hanging Mercury Drop Electrode (HMDE) memiliki potensi pengembangan terbaik dari metode voltametri lain misalnya glassy carbon electrode yang memiliki kelemahan yaitu selektivitas kurang pada sampel urin yang mengandung asam askorbat (vitamin C).Keyword : Asam urat, voltametri, hanging mercury drop electrode(HMDE)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Syafrinal, Syafrinal, and Sari Ramadhani. "UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BATANG DALU – DALU (Salix tetrasperma Roxb) MENGGUNAKAN METODE DPPH (1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL)." JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN 8, no. 1 (May 2, 2019): 1–7. http://dx.doi.org/10.32520/jtp.v8i1.486.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit batang Dalu – Dalu (Salix tetrasperma Roxb) dengan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan n-heksana ,etil asetat dan metanol. Aktivitas antioksidan diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan dinyatakan sebagai nilai IC50. Hasil pengukuran secara spektrofotometri menunjukkan bahwa fraksi n-heksana memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah dengan nilai IC50 sebesar 713,58 ppm, fraksi etil asetat dan metanol memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 9,14 ppm dan 12,68 ppm serta asam askorbat sebagai kontrol positif memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dengan IC50 sebesar 10,65 ppm.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Kusumaningtyas, Dyah Ika, and Puji Purnama. "ANALISA KADAR FOSFAT (P-PO4) DI PERAIRAN SUNGAI CITARUM DAN ANAK SUNGAINYA DENGAN METODE ASAM ASKORBAT." BULETIN TEKNIK LITKAYASA Sumber Daya dan Penangkapan 15, no. 1 (October 17, 2017): 23. http://dx.doi.org/10.15578/btl.15.1.2017.23-29.

Full text
Abstract:
Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat dengan panjang 350 km, bersumber dari Gunung Wayang (Bandung) dan bermuara ke Laut Jawa sebelah timur Jakarta. Permasalahan di Sungai Citarum diakibatkan pesatnya urbanisasi dan pertumbuhan penduduk yang berdampak pada bertambahnya limbah yang dihasilkan (Birry dan Meutia, 2012). Masukan limbah industri maupun domestik ke sungai dapat menjadi sumber masukan fosfor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas perairan (Effendi, 2003).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Tjahjani, Susy, Tri Hanggono Achmad, and Din Syafruddin. "Asam L Askorbat Meningkatkan Viabilitas HUVEC dalam Kultur P. falciparum yang Diinkubasi dengan Artemisinin Bergantung Konsentrasi." Majalah Kedokteran Bandung 43, no. 2 (2011): 66–71. http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v43n2.53.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Maesaroh, Kiki, Dikdik Kurnia, and Jamaludin Al Anshori. "Perbandingan Metode Uji Aktivitas Antioksidan DPPH, FRAP dan FIC Terhadap Asam Askorbat, Asam Galat dan Kuersetin." Chimica et Natura Acta 6, no. 2 (August 26, 2018): 93. http://dx.doi.org/10.24198/cna.v6.n2.19049.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Suryani, Erma, and Virna Muhardina. "Pengaruh Konsentrasi Asam Askorbat dan Waktu Perendaman terhadap Kadar Air dan Bilangan Peroksida pada Minyak Kopra." Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia 8, no. 1 (April 1, 2016): 29–32. http://dx.doi.org/10.17969/jtipi.v8i1.5252.

Full text
Abstract:
(Effect of Ascorbic Acid Concentration and Soaking Time on Water Content And Peroxide Numbers of Copra Oil) ABSTRACT. Copra oil is a product produced from the dried coconut through several stages of drying until the moisture content reaches 5-6%. Copra oil susceptible to oxidation due to containing high fat content. This causes the oil susceptible to rancidity, discoloration and odor. One of the efforts to prevent the oxidation of foods high in fat can be done with the giving ascorbic acid as an antioxidant. The purpose of this study was to determine the ascorbic acid concentration and coconut meat soaking time in the solution as well as to determine the effect of ascorbic acid on the water content and peroxide numbers of copra oil. This study used a Complete Randomized Design (CRD) with 2 factorial and three levels: (1) ascorbic acid concentration (0.5%, 1% and 1.55%) and (2) soaking time (10 minutes, 20 minutes and 30 minutes). The results showed that ascorbic acid concentration has significant effect (P≤0,01) on peroxide number. While soaking time has significant effect on the water content and peroxide.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Sukasih, Ermi, and Setyadjit Setyadjit. "Pengaruh Perendaman Asam Askorbat dan Natrium Bisulfit pada Dua Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Tepungnya (Effect of Ascorbic Acid Soaking and Sodium Bisulphite on Two Varieties of Shallot (Allium ascalonicum L.) on Physical and Organoleptical Character of Shallot Powder)." Jurnal Agritech 36, no. 03 (December 21, 2016): 270. http://dx.doi.org/10.22146/agritech.16589.

Full text
Abstract:
Recently, there is an increase of shallot production in Indonesia. One alternative of flesh shallot processing is shallot powder making which can be used during the off season. The aim of the study was to observe the effect of immersion in ascorbic acid and sodium bisulphite on two varieties of shallot on physical and organoleptic characters of shallot powder. Drying was done using tray dryer. Experimental design used was factorial completely randomised design. The first factor was the type of immersion agent and duration time and the second factor was shallot varieties (Bima and Sembrani). Statistical mean test was using Tukey Honestly Significant (HSD). The result showed that the treatments significantly affected parameters such as moisture content, ascorbic acid, total phenol, anthocyanin, and antioxidant activity, free radical inhibition and color (chroma). From ranking test the best treatment was Bima variety with 0.2% ascorbic acid treatment for 30 min. Characteristic of the best treatment was with moisture content 4.03±0.79 % (w/w), ash content 4.45±0.13 % (w/w), fat content 1.24±0.64 % (w/w), protein content 15.56±0.28 % (w/w), 61.94±4.11 mg/100g, total phenolics 256.39±16.26 ppm, anthocyanins 50.70±2.31 ppm, quercetin 2612.40±408.94 ppm, antioxidant activity ekuivalent, 225.72±4.0 µg/mL, inhibition free radical 83.05±1.69 %, 85.02 hue value (yellowish red) and aroma score 3.2 (strong), brightness score 4.2 (bright) and color 1.25 (pale red). ABSTRAKKenaikan cukup signifikan pada produksi bawang merah terjadi di Indonesia. Salah satu alternatif pengolahan bawang merah segar adalah melalui pengolahan menjadi tepung sehingga tetap tersedia saat langka dan harganya tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perendaman asam askorbat dan natrium bisulfit pada dua varietas bawang merah terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik tepung yang dihasilkan. Pengeringan dilakukan dengan tray dryer. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial, faktor pertama jenis bahan dan lama perendaman dan faktor kedua adalah varietas bawang merah (Bima dan Sembrani). Analisis statistik menggunakan metode Tukey Honestly Significant Data (HSD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter kadar air, vitamin C, total fenolik, antosianin, aktivitas antioksidan, inhibisi radikal bebas dan warna (chroma). Berdasarkan uji peringkat diperoleh perlakuan terbaik adalah tepung bawang merah dari varietas Bima dengan perlakuan perendaman asam askorbat 0,2 % selama 30 menit. Karakteristik dari tepung bawang ini memiliki kadar air 4,03 ± 0,79 % (bb), kadar abu 4,45 ± 0,13 % (bb), lemak 1,24 ± 0,64 % (bb) protein 15,56 ± 0,28 % (bb), vitamin C 61,94 ± 4,11 mg/100 g, total fenol 256,39 ± 16,26 ppm, antosianin 50,70 ± 2,31 ppm, kuersetin 2612,40 ± 408,94 ppm, aktivitas antioksidan ekuivalen 225,72 ± 4,07 µg/mL, inhibisi radikal bebas 83,05 ± 1,69 %, nilai oHue 85,02 (kuning kemerahan) dan skor aroma 3,2 (kuat), skor kecerahan 4,2 (terang) dan skor warna 1,25 (merah pucat). Kata kunci: Asam askorbat; tepung bawang merah; perendaman; natrium bisulfit
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Rahmayanti, Maya. "Recovery Emas dalam Sistem Au tunggal dan Sistem Multilogam (Au/Cu) Menggunakan Adsorben Asam Askorbat Termodifikasi Magnetit." ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia 16, no. 2 (September 18, 2020): 179. http://dx.doi.org/10.20961/alchemy.16.2.36129.179-189.

Full text
Abstract:
<p>Limbah elektronik mengandung banyak logam yang bernilai guna antara lain tembaga (Cu), besi (Fe), timah (Sn), timbal (Pb), seng (Zn), emas (Au) dan perak (Ag). Di antara logam tersebut, logam yang memiliki nilai ekonomi tertinggi dan banyak disimpan sebagai investasi kekayaan dalam jangka panjang adalah emas (Au), namun jumlah kandungan emas dalam elektronik lebih kecil dibandingkan logam yang lain. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan <em>recovery</em> emas dari limbah elektronik. Studi diawali dengan mempreparasi asam askorbat termodifikasi magnetit (Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA) dan digunakan sebagai adsorben Au dalam sampel simulasi. Sampel simulasi terdiri dari sistem Au tunggal (larutan HAuCl<sub>4</sub><sup>-</sup>) dan sistem multilogam (Au/Cu). Pengaruh pH larutan HAuCl<sub>4</sub><sup>-</sup> terhadap kemampuan adsorpsi [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup>, kinetika dan isoterm adsorpsidipelajari pada sistem Au tunggal. Sementara itu, pengaruh keberadaan ion logam Cu terhadap kemampuan Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA untuk <em>recovery</em> emas dipelajari dalam sistem multilogam (Au/Cu). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode <em>batch</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorpsi [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup> pada Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA optimum pada pH 4 dan kesetimbangan adsorpsi tercapai pada jam ke-30. Model kinetika adsorpsi mengikuti model kinetika pseudo orde dua Ho dan model isoterm adsorpsi mengikuti model isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi sebesar 0,09900 mol/g. Keberadaan ion logam Cu berpengaruh terhadap kemampuan Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA dalam mengadsorpsi [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup> dalam sistem multilogam (Au/Cu). </p><p><strong>Gold Recovery in a Single Au and Multi-metal (Au/Cu) Systems Using Ascorbic Acid-Modified Magnetite Adsorbent.</strong> Electronic waste contains many valuable metals, including copper (Cu), iron (Fe), lead (Sn), lead (Pb), zinc (Zn), gold (Au), and silver (Ag). Among these metals, the metal that has the highest economic value and can be stored for a long-term wealth investment is gold (Au), but the amount of gold content in electronic devices is smaller than other metals. This research was a preliminary study of gold recovery from electronic waste. The study began by preparing magnetite-modified ascorbic acid (Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA) and was used as an adsorbent agent of gold in a simulated sample. The simulation sample consisted of a single Au system (HAuCl<sub>4</sub><sup>-</sup> solution) and a multi-metal system (Au/Cu). The effect of pH of the HAuCl<sub>4</sub><sup>-</sup> solution on the ability of [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup> adsorption, kinetic and isotherm adsorptions were studied in a single Au system. Meanwhile, the effect of the Cu metal ions content on Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA capacity for gold recovery was studied in a multi-metal system. The method used in this research was the batch method. The results showed that optimum adsorption of [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup> onto Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA at pH 4 and adsorption equilibrium was reached at 30 hours. The adsorption kinetics model followed the second-order pseudo-Ho kinetics model, and the adsorption isotherm model followed the Langmuir isotherm model with an adsorption capacity of 0.09900 mol/g. The presence of Cu metal ions affected the capacity of Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA in the [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup>adsorption in a multi-metal system (Au/Cu).</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Rahmayanti, Maya. "Recovery Emas dalam Sistem Au tunggal dan Sistem Multilogam (Au/Cu) Menggunakan Adsorben Asam Askorbat Termodifikasi Magnetit." ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia 16, no. 2 (September 18, 2020): 28. http://dx.doi.org/10.20961/alchemy.16.2.36129.28-38.

Full text
Abstract:
<p><strong>ABSTRAK. </strong>Limbah elektronik mengandung banyak logam yang bernilai guna antara lain tembaga (Cu), besi (Fe), timah (Sn), timbal (Pb), seng (Zn), emas (Au) dan perak (Ag). Di antara logam tersebut, logam yang memiliki nilai ekonomi tertinggi dan banyak disimpan sebagai investasi kekayaan dalam jangka panjang adalah emas (Au), namun jumlah kandungan emas dalam elektronik lebih kecil dibandingkan logam yang lain. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan <em>recovery</em> emas dari limbah elektronik. Studi diawali dengan mempreparasi asam askorbat termodifikasi magnetit (Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA) dan digunakan sebagai adsorben Au dalam sampel simulasi. Sampel simulasi terdiri dari sistem Au tunggal (larutan HAuCl<sub>4</sub><sup>-</sup>) dan sistem multilogam (Au/Cu). Pengaruh pH larutan HAuCl<sub>4</sub><sup>-</sup> terhadap kemampuan adsorpsi [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup>, kinetika dan isoterm adsorpsidipelajari pada sistem Au tunggal. Sementara itu, pengaruh keberadaan ion logam Cu terhadap kemampuan Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA untuk <em>recovery</em> emas dipelajari dalam sistem multilogam (Au/Cu). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode <em>batch</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorpsi [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup> pada Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA optimum pada pH 4 dan kesetimbangan adsorpsi tercapai pada jam ke-30. Model kinetika adsorpsi mengikuti model kinetika pseudo orde dua Ho dan model isoterm adsorpsi mengikuti model isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi sebesar 0,09900 mol/g. Keberadaan ion logam Cu berpengaruh terhadap kemampuan Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA dalam mengadsorpsi [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup> dalam sistem multilogam (Au/Cu). </p><p><strong>ABSTRACT. Gold Recovery in a Single Au and Multi-metal (Au/Cu) Systems Using Ascorbic Acid-Modified Magnetite Adsorbent.</strong> Electronic waste contains many valuable metals, including copper (Cu), iron (Fe), lead (Sn), lead (Pb), zinc (Zn), gold (Au), and silver (Ag). Among these metals, the metal that has the highest economic value and can be stored for a long-term wealth investment is gold (Au), but the amount of gold content in electronic devices is smaller than other metals. This research was a preliminary study of gold recovery from electronic waste. The study began by preparing magnetite-modified ascorbic acid (Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA) and was used as an adsorbent agent of gold in a simulated sample. The simulation sample consisted of a single Au system (HAuCl<sub>4</sub><sup>-</sup> solution) and a multi-metal system (Au/Cu). The effect of pH of the HAuCl<sub>4</sub><sup>-</sup> solution on the ability of [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup> adsorption, kinetic and isotherm adsorptions were studied in a single Au system. Meanwhile, the effect of the Cu metal ions content on Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA capacity for gold recovery was studied in a multi-metal system. The method used in this research was the batch method. The results showed that optimum adsorption of [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup> onto Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA at pH 4 and adsorption equilibrium was reached at 30 hours. The adsorption kinetics model followed the second-order pseudo-Ho kinetics model, and the adsorption isotherm model followed the Langmuir isotherm model with an adsorption capacity of 0.09900 mol/g. The presence of Cu metal ions affected the capacity of Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>/AA in the [AuCl<sub>4</sub>]<sup>-</sup>adsorption in a multi-metal system (Au/Cu).</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Amiria, Farah, Harwoko Harwoko, and A. Haris Budi Widodo. "Efek Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana) pada Perlekatan Komposit pasca In-Office Bleaching." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 1, no. 1 (June 1, 2015): 32. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.8897.

Full text
Abstract:
Hidrogen peroksida pada perawatan in-office bleaching meninggalkan residu yang dapat menghambat polimerisasi pada sistem resin bonding. Asam askorbat 10% sebagai antioksidan dapat mengeliminasi residu peroksida sebelum proses penumpatan. Kulit buah manggis (Garcinia mangostana) memiliki aktivitas antioksidan yang berpotensi untukmenggantikan peran asam askorbat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek gel ekstrak kulit buah manggis dalam memperbaiki perlekatan komposit pada gigi pasca in-office bleaching. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Sebanyak 25 gigi premolar pertama rahang atas dilakukan in-office bleaching danselanjutnya dibagi menjadi 5 kelompok terdiri dari kontrol negatif (tanpa agen antioksidan), kontrol positif (asam askorbat 10%), dan kelompok perlakuan gel ekstrak kulit buah manggis 10%, 20%, dan 40%. Perlekatan komposit ditentukan dengan uji geser, dilanjutkan pengamatan mikrostruktur permukaan email. Hasil penelitian menunjukkan nilai perlekatan komposit pada kelompok kontrol negatif dan kontrol positif berturut-turut sebesar 25,82±2,88 Mpa dan 37,68±1,06 Mpa. Pada kelompok perlakuan gel ekstrak kulit manggis 10%, 20%, dan 40% diperoleh nilai perlekatan berturut-turut sebesar26,54±2,68; 32,64±2,33; dan 57,34±1,51 Mpa. Nilai perlekatan komposit pada pemberian gel ekstrak kulit manggis 20% dan 40% berbeda signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif maupun kontrol positif (p<0,05). Kenaikan konsentrasi gel ekstrak kulit manggis memberikan peningkatan jumlah fraktur email. Gel ekstrak kulit manggis 20% dan 40% dapat memperbaiki perlekatan komposit sehingga berpotensi sebagai agen antioksidan pada gigi pasca in-office bleaching. Effect of Mangosteen Gel on Shear Bond Strength Of Composite Post In-Office Bleaching. The residual peroxide after in-office bleaching inhibits the polymerization of the resin bonding systems. Ascorbic acid (10%) as anti-oxidant agent has a potential to remove the residual peroxide before restoration procedure. Mangosteen extracthas an anti-oxidant potential that can be used to remove the residual peroxide. The aim of the study is to prove the effect of mangosteen extract gel to improve shear bond strength of composite post in-office bleaching. The experimental laboratory design was implemented to this research. The study was carried out on 25 maxillary first premolars thathad been applied in-office bleaching procedure. The teeth were divided into five groups as follow: negative-control group (without anti-oxidant agent), positive-control group (10% ascorbic acid), and the treatment groups (10%, 20%, and 40% mangosteen extract gel). Shear bond strength of the specimens was tested and followed by microstructuretesting on email. The results show that negative-control and positive-control group scores were 25,82±2,88 Mpa and 37,68±1,06 Mpa, followed by the scores of 10%, 20%, and 40% mangosteen extract gel groups which were 26,54±2,68; 32,64±2,33; and 57,34±1,51 Mpa respectively. Significant higher shear bond strength values were observed in 20% and 40% mangosteen extract gel groups compared to the negative-control and positive-control group (p<0,05). The increasing concentration of mangosteen extract gel provided increasing number of email fractures. Mangosteen extract gel 20% and 40% improve the shear bond strength of composite, confirming its potential as an antioxidant agent for the teeth post in-office bleaching.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Indriyani, Indriyani, Gusriani Gusriani, and Mursyd Mursyd. "Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Terhadap Sifat Kimia Tepung Umbi Suweg Yang Dihasilkan." Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi|JIITUJ| 4, no. 2 (December 31, 2020): 81–87. http://dx.doi.org/10.22437/jiituj.v4i2.11597.

Full text
Abstract:
Suweg merupakan salah satu jenis tanaman umbi-umbian yang banyak menghasilkan karbohidrat. Kandungan karbohidrat yang tinggi pada umbi suweg memungkinkan umbi suweg bisa digunakan sebagai pengganti tepung terigu.Permasalahannya adalah dihasilkan tepung umbi suweg yang berwarna kurang cerah.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai macam perlakuan pendahuluan terhadap sifat kimia tepung umbi suweg yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 5 perlakuan yaitu : P0 : Tanpa perlakuan, P2 : Penambahan asam askorbat 4%, P3 : Penambahan Natrium Metabisulfit 2500 ppm, P4 : Hot water Blanching suhu 100 selama 5 menit dan P5 : Steam blanching selama 5 menit.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pendahuluan tidak berpengaruh terhadap daya serap air, daya serap minyak dan kadar asam oksalat tapi berpengaruh nyata terhadap protein
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography