To see the other types of publications on this topic, follow the link: Aurat.

Journal articles on the topic 'Aurat'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Aurat.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Batool, Feroza, and Ra'ana Malik. "BACKLASHES TO AURAT MARCH IN PAKISTAN: OPINIONS OF ORGANIZERS AND OPINION LEADERS." Pakistan Journal of Social Research 04, no. 03 (2022): 17–28. http://dx.doi.org/10.52567/pjsr.v4i03.682.

Full text
Abstract:
This study attempted to explain the difference in opinion between the Aurat March organizers and the religious leaders. In-depth interviews were conducted with Aurat March organizers and religious leaders. Thematic analysis is implied to analyze interviews. The study concluded that in the perspective of Aurat March organizers, Aurat March is a symbolic movement for strong resistance against discrimination exploitation and suppression of women in private and public lives. Aurat March is the continuity of the legacy of the feminist movement in the country. Posters of Aurat March were the real voices of women’s everyday experiences and undressed issues. On the contrary, religious leaders believed that all the raised demands in Aurat March were immoral and challenging to religion. From their perspective, Aurat March aiming to destroy the family system and create chaos against the religion. Keywords: Aurat March, women, religious leaders, women’s movement, women’s rights.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Majri, Athifa Khalisha, Uswah Khairani, Putri Zahara, Nyai Ai Nurjanah, and Wismanto Wismanto. "Pentingnya Pendidikan Menjaga Aurat Antara Mahram dalam Islam." MARAS: Jurnal Penelitian Multidisiplin 2, no. 1 (2024): 163–76. http://dx.doi.org/10.60126/maras.v2i1.165.

Full text
Abstract:
Dalam Islam, setiap kaum muslimin wajib taat dan patuh kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Menutup aurat merupakan kewajiban dalam Islam. Pakaian yang dipakai hendaklah menutupi aurat dan harus didasari oleh keimanan dan ketaqwaan serta berharap pada keridhaan Allah semata. Pentingnya menutup aurat telah banyak disebutkan dalam Al-Qur’an dan sunnah. Kewajiban untuk menutup aurat juga dijelaskan dengan rinci dalam kedua sumber tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pentingnya menjaga aurat antar mahram menurut Al-Qur'an dan sunnah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Kajian ini akan membahas tentang pentingnya menjaga aurat antara mahram berdasarkan dalil dengan memberikan hujjah mengenai pentingnya menjaga aurat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Marzuki, Suryadi, Shukri Ahmad, and Nor Hanani Ismail. "Text Analysis and Context of Muslim Women's Aurat According to Four Sects." Revista de Gestão Social e Ambiental 18, no. 7 (2024): e06887. http://dx.doi.org/10.24857/rgsa.v18n7-101.

Full text
Abstract:
Objectives: This study aims to identify the laws and restrictions of the Aurat of Muslim women according to the opinion of the four sects in dealing with Mahrams, foreign men, other Muslim women, and non-Muslim women. Methods: This study uses a qualitative method through a textual and contextual content analysis approach. This analysis uses the books of muktabar from the four sects. The data obtained was then deductively and comparatively analyzed to create a law based on the views of the four sects. Results: The results of the study show that the scholars of the four sects are unanimous and unequivocal in their view that women are obligated to cover their aurats during socializing. However, the study also found that there is disagreement among them regarding the restriction of women's aurat in front of mahrams, foreign men, fellow Muslim women, and non-Muslim women. Conclusion: Each sect adheres to its opinion based on the evidence, reasons and methods it uses in determining the right and restriction of aurat of Muslim women in public.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Aisyah, Fitri Alim. "Hijab wanita muslimah." Ushuly: Jurnal Ilmu Ushuluddin 1, no. 1 (2022): 1–14. http://dx.doi.org/10.52431/ushuly.v1i1.542.

Full text
Abstract:
Abstrak: Skripsi ini secara umum bertujuan untuk mejelaskan hijab itu berupa pakaian yang longgar dan dijulurkan ke seluruh tubuh hingga mendekati tanah sehingga tidak membentuk lekuk tubuh. Skripsi ini merupakan kajian library research yang dimaksudkan untuk mengetahui penafsiran surat al-Ahzab ayat 59 yang mana dalam penafsiran tersebut dijelaskan bahwasanyya seluruh tubuh wanita itu merupakan aurot, termasuk wajah dan telapak tangan. Oleh sebab itu, kaum muslimah diwajibkan memakai jilbab. Sedangkan tiap ulama’ itu berbeda beda dalam menafsiri sebuah hijab. Ibnu Katsir mewajibkan wanita menutup seluruh badannya atas dasar seluruh tubuh wanita adalah aurat, sedangkan menurut M. Quraish Shihab Seluruh tubuh wanita adalah aurat dan wajib untuk ditutupi tetapi keawjiban tersebut gugur dengan sebab difungsikan sebagai berhias.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Syahridawati, Syahridawati. "Fenomena Fashion Hijab dan Niqab Perspektif Tafsir Maqāsidi." Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 22, no. 2 (2020): 135. http://dx.doi.org/10.22373/substantia.v22i2.8206.

Full text
Abstract:
Hijab fashion has become a growing trend in Indonesia, leading to the emergence of various new hijab styles. These new styles have influenced more women to wear a hijab; however, their motivation to wear one is not merely to cover their head, but also to immerse in the current hijab trend. It is, thus, important to investigate the real purposes of hijab by referring to the Quran, hadith, and the views of ulema (Muslim scholars). This research is library research employing a qualitative approach. It discusses the hijab fashion from the maqāṣidi interpretation. Through this interpretation, it was found that covering up the ‘aurah’ (forbidden parts of body to be exposed) is part of hifẓ karāmah (maintaining honor). There are three purposes of wearing a hijab: 1) To cover oneself physically and mentally, 2) To protect humans from climate hazards and social harms (bilateral function), 3) To improve one’s appearance for positive intentions (additional function). AbstrakFenomena fashion hijab semakin berkembang di Indonesia dan melahirkan trend baru dalam berhijab. Dengan banyaknya mode hijab yang ada memicu semangat para wanita untuk berhijab, akan tetapi pemakaian hijab di sini tidak semata-mata untuk menutup aurat, tetapi ada unsur mengikuti mode di dalamnya. Oleh sebab itu penting untuk dikaji mengenai konsep berhijab yang sebenarnya dengan merujuk pada al-Qur’an, hadis serta pendapat ‘ulama. Tulisan ini membahas mengenai fashion hijab ditinjau dari perspektif tafsir maqāṣidi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yang menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui tafsir maqāṣidi, dapat diketahui bahwasanya menutup aurat adalah bagian dari hifẓ karāmah (menjaga kehormatan). Ada tiga fungsi dari menutup aurat. Pertama, fungsi dasar, yakni menutup aurat secara zahir dan batin. Kedua, fungsi ganda (bilateral) yang melindungi manusia dari bahaya iklim dan kerugian sosial. Ketiga, fungsi tambahan, yakni menutup aurat salah satu sarana untuk menghias diri dan berpenampilan bagus dalam hal positif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Masri, Masri Masri. "Eksistensi Aurat Wanita dalam Fiqih." Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 6, no. 1 (2019): 15. http://dx.doi.org/10.24252/al-qadau.v6i1.7527.

Full text
Abstract:
Penelitian ini membahas Eksistensi Aurat wanita dalam Fiqih. ini mengacu pada fikih aurat wanita yang dirumuskan berdasarkan petunjuk dalil-dalil dari al-Quran dan sunnah. Aurat adalah bagian badan yang tidak boleh kelihatan (menurut hukum Islam); kemaluan; organ untuk mengadakan perkembangbiakan. Dalam Islam, menutup aurat yakni sebuah kewajiban bagi mereka yang telah dewasa (ba<ligh-mumayyiz). Dasar mengenal kewajiban menutup aurat adalah bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Kemudian diramu oleh para ulama hingga menghasilkan fikih aurat yang merupakan bagian dari pada fikih wanita This study discusses the existence of female aurat in Fiqh. this refers to the female genitalia fiqh which is formulated based on the instructions of the postulates of the Koran and the Sunnah. Aurat is a part of the body that cannot be seen (according to Islamic law); pubic; organ for breeding. In Islam, closing aurat is an obligation for those who are adults (baligh-mumayyiz). Basic knowledge of the obligation to cover the genitals is sourced from the Qur'an and the Sunnah. Then mixed by the scholars to produce the Jurisprudence which is part of the female Jurisprudence.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Senjaya, Arip. "PUISI DAN AURAT." Jurnal Membaca (Bahasa dan Sastra Indonesia) 3, no. 2 (2018): 169. http://dx.doi.org/10.30870/jmbsi.v3i2.5238.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Munthe, Mahyudin. "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kebiasaan Masyarakat Mandi di Sungai Satu Tempat Antara Laki-Laki dan Perempuan." Abdurrauf Journal of Islamic Studies (ARJIS) 1, no. 3 (2024): 192–207. http://dx.doi.org/10.58824/arjis.v1i3.63.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kebiasaan mayarakat Kuta Batu Kec. Simpang Kanan yang mempraktekkan mandi satu tempat antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan penelitia kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua pendapat pertama, membuka aurat di tempat pemandian tidak mengapa karena sangat susah menutup aurat, kedua, dilarang dalam Islam karena memperlihatkan aurat. Alasan mandi sungai satu tempat antara laki-laki dan perempuan karena tidak adanya sumur di rumah, sudah menjadi kebiasaan masyarakat Kuta Batu sejak dahulu. Jika ditinjau dalam pandangan Islam, bahwa mandi satu tempat antara laki-laki dan perempuan yang terjadi di Desa Kuta Batu merupakan perbuatan yang sangat dilarang, karena membuka aurat. Sedangkan setiap umat muslim dan muslimat wajib menutup aurat, dengan menutup aurat menghindari dari perbuatan zina
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Firdaus, Allail Meylda, Yuke Yolanda, and Sri Haningsih. "PERSEPSI ANGGOTA AKHWAT LEMBAGA DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA TERHADAP WANITA MUSLIMAH YANG MEMPERLIHATKAN AURATNYA KEPADA WANITA NON MUSLIM PERIODE 2021/2022." At-Thullab : Jurnal Mahasiswa Studi Islam 5, no. 1 (2023): 1292–302. http://dx.doi.org/10.20885/tullab.vol5.iss1.art7.

Full text
Abstract:
Aurat merupakan batasan minimal dari tubuh laki-laki maupun perempuan (dalam kitab anggota tubuh yang wajib ditutupi atau sesuatu yang tidak boleh diperlihatkan pada selain muhrim (Pulungan, 2018). Aurat wanita yang wajib untuk ditutupi ketika berhadapan dengan laki- laki yang bukan muhrimnya adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Sebagian ulama ada yang menambahkan pendapat kedua telapak kaki juga tidak termasuk aurat (Oktariadi, 2016). Adapun batasan aurat sesama wanita mencakup bagian pusar sampai lutut. Namun, ada beragam pendapat ulama terkait batasan aurat wanita muslimah dengan wanita non muslim. Sebagian berpendapat bahwa batasan aurat wanita muslimah di hadapan wanita non muslim berbeda dengan di hadapan wanita muslimah. Sebagian yang lain berpendapat bahwa aurat wanita muslimah di hadapan wanita non muslim, sama halnya dengan di hadapan wanita muslimah. Perbedaan ini terjadi dikarenakan adanya multitafsir terhadap QS. An- Nur/ 24 ayat 31. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi anggota akhwat Lembaga Dakwah Universitas Islam Indonesia, dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui kuiseoner dengan jumlah sampel yang diambil adalah 32 responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,50% menyatakan wanita muslimah tidak dapat memperlihatkan auratnya kepada wanita non muslim. Sedangkan 37,50% lainnya menyatakan bahwa wanita muslimah dapat memperlihatkan auratnya kepada wanita non muslim. Kata Kunci: Aurat Wanita Muslimah, Batasan Aurat, Persepsi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Mukhtar S., Muhammad, and Mardia Mardia. "Aurat dan Pakaian Perempuan." Al-Maiyyah : Media Transformasi Gender dalam Paradigma Sosial Keagamaan 12, no. 2 (2020): 71–82. http://dx.doi.org/10.35905/al-maiyyah.v12i2.690.

Full text
Abstract:
Isu aurat dan pakaian adalah masalah kontekstual-historis. Ini berarti bahwa batas aurat dan bagaimana tatacara berpakaian adalah masalah budaya lokal. Perkembangan budaya juga mempengaruhi konsepsi nilai dalam tindakan dan pola interaksi masing-masing anggota masyarakat. Berbagai masalah justru bermunculan di masyarakat yang memunculkan opini pro dan kontra terkait dengan masalah alat aurat dan pakaian wanita, khususnya masalah pembatasan aurat pada wanita dan hukum untuk menutupnya, kriteria pakaian atau pakaian yang digunakan untuk menutupinya. Terkait dengan aurat dan pakaian perempuan terdapat beberapa ketentuan, yaitu, pertama, seorang perempuan tidak boleh menampakkan auratnya (aurat besar) kecuali di hadapan suaminya; kedua,batasan minimal pakaian perempuan yang berlaku secara umum adalah menutup aurat bagian atas (al-juyub al-‘ulwiyyah), yaitu daerah payudara dan bawah ketiak, dan menutup aurat bagian bawah (al-juyub as-sufliyah), bentuk berpakaian semacam ini bukan yang harus diperlakukan dalam melakukan interaksi sosial dalam masyarakat, tetapi dituntut untuk berpakaian sopan sesuai dengan etika, moral, dan adat masyarakat setempat; ketiga, Alqur’an dan sunnah secara pasti melarang segala aktivitas baik pasif maupun aktif yang dilakukan seseorang bila diduga dapat menimbulkan ransangan birahi kepada lawan jenisnya. Keempat, QS. An-Nur ayat 31 dan QS. Al-Ahzab ayat 59 merupakan tuntunan etika dan moral dalam berpakaian bagi perempuan agar mereka terhindar dari gangguan sosial ketika mereka keluar rumah untuk memenuhi kebutuhannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Mahmad Robbi, Ahmad Akram. "Analisis Aurat Atlet Muslim Di Temasya Olimpik 2020: Kajian Menurut Perspektif Fiqh Islami." Journal of Fatwa Management and Research 27, no. 1 (2022): 31–49. http://dx.doi.org/10.33102/jfatwa.vol27no1.430.

Full text
Abstract:
Perundangan Islam telah memperuntukkan hukum khusus terhadap tatacara pemakaian yang mewajibkan setiap individu Muslim menutup aurat. Ketetapan batasan aurat ini telah dinyatakan secara jelas di dalam al-Quran dan al-Sunnah. Walaubagaimanapun, apabila berbicara soal aktiviti riadah dan sukan di peringkat antarabangsa seperti Temasya Sukan Olimpik, seringkali isu-isu aurat para atlet Muslim akan berbangkit. Hal ini kerana terdapat beberapa acara sukan yang memperuntukkan pakaian yang tidak mematuhi garis panduan aurat yang dianjurkan oleh agama Islam. Rentetan daripada itu, para atlet Muslim seringkali dijadikan subjek kecaman dan kritikan berbaur negatif sehingga menyebabkan mereka tersekat di dalam dilema antara mematuhi perintah agama dalam konteks menutup aurat dan penglibatan mereka dalam bidang kesukanan professional. Bedasarkan metode kualitatif yang menggunakan pendekatan kajian kes melalui pemerhatian dan analisis dokumen, kajian ini mendapati bahawa berlaku pertembungan antara kod pemakaian atlet Muslim dengan peruntukan mematuhi ketetapan menutup aurat seperti yang termaktub dalam al-Quran dan al-Sunnah. Justeru, melalui kajian ini beberapa cadangan dan panduan dikemukakan untuk menambahbaik kod pemakaian para atlet professional seiring dengan kehendak syarak.
 Kata kunci: Olimpik, atlet, Muslim, sukan, aurat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Rauf, Rusmin Abdul. "JILBAB DAN BATASAN AURAT; TANGGAPAN TERHADAP HUSAEN MUHAMMAD." Jurnal Ushuluddin: Media Dialog Pemikiran Islam 24, no. 1 (2022): 98–109. http://dx.doi.org/10.24252/jumdpi.v24i1.27692.

Full text
Abstract:
Artikel ini bertujuan untuk membaca secara kritis pandangan Husaen Muhammad terhadap Batasan aurat perempuan. Menurut Husaen Muhammad, Batasan aurat perempuan bukan sesuatu yang disepakati seluruh ulama atau ijma’. Banyak sekali perbedaan pendapat di dalamnya. Batasan itu harus merujuk kepada istilah “apa yang biasa tampak”. Hal yang biasa tampak ini tentu berbeda pada setiap kebudayaan, sehingga Batasan aurat perempuan pun tentu berbeda sesuai dengan kebudayaan masing-masing. Pandangan ini tentu saja berbeda dengan penjelasan para ulama yang biasanya dinyatakan dengan seluruh tubuh Wanita adalah aurat kecuali wajah dan tangan. Artikel ini menemukan bahwa Batasan aurat perempuan adalah ijma’ ulama, sehingga merupakan sesuatu yang telah qath’i. Oleh karena itu, pandangan Husaen Muhammad perlu dibaca secara kritis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Fiya, Hikma. "AURAT DALAM AL-QURAN." Ushuly: Jurnal Ilmu Ushuluddin 1, no. 2 (2022): 202–20. http://dx.doi.org/10.52431/ushuly.v1i2.584.

Full text
Abstract:
Abstrak Dalam penelitian ini dijelaskan maksud daripada penafsiran Qs Al-Ahzab: 59 yang mana didalamnya terkandung perintah menutup aurat dan batasan-batasan aurat perempuan, penelitian ini mengambil corak penafsiran Al-Ad?bi Al-Ijt?ma’i yaitu corak penilitian yang berikblat pada kemasyarakatan. oleh karenanya muncul pendapat-pendapat yang dirasa lebih relevan untuk diangkat karena ulama’ menafsirkan sesuai dengan keadaan masyarakat pada masanya dan keadaan geografisnya. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) atau telaah pustaka sumber datanya terdapat sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-analisis. Dengan menganalisis berbagai sumber baik primer maupun sekunder menghasilkan kesimpulan: 1) seluruh ulama’ menyatakan wajibnya menutup aurat perempuan. 2) adapun batasan-batasan Aurat pada dasarnya terjadi ikhtilaf antar para Ulama’ dalam setiap generasi akan tetapi tidak perbedaan yang segnifikan perbedaan tersebut dipengaruhi oleh budaya dan kondisi geografis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Auliya, Sefri, and Hidayatul Azizah Gazali. "Meninjau Ulang Dekonstruksi Konsep Aurat Wanita Dalam Teori Batas Ala Muhammad Syahrur." Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis 2, no. 1 (2020): 37–60. http://dx.doi.org/10.15548/mashdar.v2i1.1359.

Full text
Abstract:
Muhammad Syahrur is one of the figures who is concerned in the issue of female Aurat. Although his presence is very controversial, but he still tries to formulate his own concept. According to him, Allah SWT has set the period of Aurat concept since the time of the Prophet Adam and Eve. In fact, for him the measurement of Aurat is ashame and has nothing to do with halal and haram. Through the Theory of boundary, Syahrur sets minimum and maximum limits to deconstruct the concept of females’ Aurat. However, this method is considered wrong because it is to eliminate the sacredity of religious texts and contradict with the opinions among majority of scholars.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Khan, Saad Ali. "MEN’S ENGAGEMENT WITH FEMINIST MOVEMENT: AURAT MARCH AND GENDER JUSTICE IN PAKISTAN." Pakistan Journal of Social Research 04, no. 04 (2022): 724–33. http://dx.doi.org/10.52567/pjsr.v4i04.886.

Full text
Abstract:
This article aims to explore and analyze men's engagement with feminist struggles in Pakistan, especially in Aurat March since 2018. Based on participant observations and semi-structured interviews conducted with men/boys who have participated in Aurat March, this article attempted to understand men’s participation in social movements like Aurat March. It is reflected in the study that men who have been engaged with feminism and feminist struggles in Pakistan can not only relate to feminism or gender justice but also problematized issues like patriarchy and violence against women. For these men, such movements aiming for gender justice are not only women-centric rather are beneficial for the whole society. According to the respondents the Aurat March, as a gender transformative movement, has the potential to bring diverse groups together for the cause of women and gender rights. Men who have been actively participating in Aurat March have conceptualized feminism, problematized patriarchy, identified challenges faced by women, and necessitated more men to ally with such movements. This study also reflected a significant aspect that not all men are the same or relate to hegemonic forms of masculinity; rather some men resist those gender-oppressive ideologies and structures that are detrimental to the progress of society. Keywords: Feminisms, Aurat March (AM), Men and Masculinity, Gender Justice, patriarchy
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Arwitasari, Arwitasari, Halimatuzzahro Marzuki, and Wirna Hayati. "Teaching Islam Through Cultural Symbol: Educational Values of Rimpu in Bima West Nusa Tenggara." el-Tarbawi 16, no. 2 (2023): 269–86. http://dx.doi.org/10.20885/tarbawi.vol16.iss2.art5.

Full text
Abstract:
Covering aurat is one of Islamic teachings in which its implementation can vary according to the local cultural context. In Bima, West Nusa Tenggara, Rimpu stands as the symbols for women in adhering to Islamic law by covering their aurat properly. This present research is a qualitative study with an ethnographic approach to understand the cultural meaning of Rimpu. The findings of this study implies: (1) the educational values in Rimpu are cultural values containing moral, decency, aesthetics, and religious values as the identity and cultural symbol of the Bima community, especially for Bima women who preserve Rimpu culture as a symbol of Islamic law. By using Rimpu, Bima women adhere to the teachings of the Quran to cover their aurat properly, (2) Rimpu culture is a symbol of women's morality in performing good or bad deeds. For this reason, Rimpu culture symbolizes good morality for women. As in Islamic teachings regarding aurat, Rimpu teaches the limits of aurat, protects women when they leave their homes, preserves the honour of women from the direct gaze of non-mahram men, and control direct interaction and communication with men.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Iskandar, Riki, and Danang Firstya Adji. "Menutup Aurat Dalam Pandangan Ulama Kontemporer." Madania: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 12, no. 1 (2022): 28. http://dx.doi.org/10.24014/jiik.v12i1.19479.

Full text
Abstract:
Di era modern ini, jilbab memang sudah marak digunakan oleh kalangan muslimah baik anak-anak maupun dewasa. Tetapi yang menjadi problemnya, masih banyak wanita muslim yang memakai jilbab namun tidak sesuai dengan tuntunan syariat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengungkapkan pandangan ulama kontemporer terhadap menutup aurat dan batasan-batasan aurat perempuan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kepustakaan (library research) dengan teknik analisis isi. Penelitian ini menemukan bahwa perintah menutup aurat dilandaskan pada Q.S Al-Ahzab [33] : 59 ; Q.S An-Nur [24]:31 ; HR. Tirmidzi : 2794 dan HR. Abu Dawud : 4104. Namun dalil tersebut tidak menentukan batas-batas aurat secara terperinci sehingga mengandung berbagai interpretasi dan menjadi titik ikhtilaf di kalangan para ulama, termasuk ulama kontemporer. Menurut Hamka dan Yusuf Al-Qardhawi bahwa batasan aurat perempuan ialah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, sehingga memakai jilbab hukumnya wajib. Kemudian menurut Syahrur, batasan aurat perempuan terbagi dua : pertama, apa yang membuat perempuan tersebut merasa malu jika menampakkan bagian-bagian tertentu anggota tubuhnya atau disebut sebagai batas minimal (Al-Hadd Al-Adna); kedua, seluruh tubuh perempuan kecuali wajah dan tangan atau disebut sebagai batas maksimal (Al-Hadd Al-A’la). Lalu menurut Quraish Shihab, ia beragumen bahwa rambut wanita tidaklah wajib ditutupi karena redaksi dalam Q.S An-Nur [24] : 31 tidak memerintahkannya. Dengan demikian, menurutnya memakai jilbab bukanlah sebuah perintah melainkan suatu anjuran. Dari keempat ulama kontemporer di atas, pendapat yang menuai kontroversi di kalangan umat Islam ialah penafsiran Syahrur dan Quraish Shihab karena dianggap tidak selaras dengan ijma’ jumhur ulama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Khushbakht, Syeda Mehmoona, and Munazza Sultana. "The Women Activism in Pakistan: An Analysis of ‘Aurat March." Al-Milal: Journal of Religion and Thought 2, no. 2 (2020): 50–69. http://dx.doi.org/10.46600/almilal.v2i2.144.

Full text
Abstract:
In Pakistan, although women’s activism was initiated since the country came into existence, but a diverse activism was observed by the nation in the form of ‘Aurat March during 2018-2020. The current study examines the Western feminism, what it was initiated for and its accomplishments in the current time. By employing a discourse analysis approach to the ‘Aurat March event, this study highlights the women’s activism in Pakistan, ‘Aurat March and the antipathy faced by organizers and supporters from the public because of its strange slogans and ridiculous placards. It also observes the relationship between western feminism and ‘Aurat March activism from the perspective of the social, cultural, and religious transformation of society. The study finds the need to raise a constructive and logical voice for women’s rights with support of the public to eradicate social evils instead of focusing on insignificant matters. It has further recommended that there is a need to build a framework in which one may be able to differentiate women’s rights in the context of western feminism and the limitation of women’s emancipation in Islamic context.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Igiris, Muamar P., Naskur Naskur, and Muliadi Nur. "Konsep Gender terhadap Batasan Aurat Anak Angkat Perspektif Hukum Islam." SPECTRUM: Journal of Gender and Children Studies 2, no. 1 (2022): 34–45. http://dx.doi.org/10.30984/spectrum.v2i1.398.

Full text
Abstract:
Anak merupakan salah satu karunia terbesar yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia semasa dia hidup. Banyak orang yang telah menikah mendambakan akan hadirnya seorang anak untuk melengkapi kehidupan berumah tangga mereka. Karena peran seorang anak sangat besar bagi kedua orang tuanya, maka banyak dari para orang tua yang merasa cemas jika pernikahan mereka belum di karuniai seorang anak. Maka dari itu tidak jarang ada beberapa orang tua yang merasa tidak memiliki kesempatan untuk mempunyai anak sendiri justru membuat keputusan untuk mengadopsi anak, baik anak itu masih dalam keadaan bayi atau justru telah dewasa. Dalam pengadopsian inilah sering terjadi ketidaktahuan oleh para orang tua yang mengadopsi anak tersebut mengenai batasan aurat diantara anak tersebut dan mereka sebagai orang tua. Dalam penelitian ini metode penulisan yang penulis gunakan adalah studi literatur atau kajian pustaka. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari literatur, penulis menyimpulkan bahwa batasan aurat dari anak angkat terhadap orang tua angkatnya dapat dilihat berdasarkan status nasab dan jenis kelamin dari anak tersebut. Jika anak tersebut masih merupakan keponakan dari salah satu pasangan suami istri itu maka batasan auratnya disesuaikan dengan jenis kelamin. Atau dengan kata lain jika yang di adopsi anak perempuan dari keponakan ayahnya maka batasan auratnya cukup dijaga dengan pakaian yang sopan. Tapi berbeda jika anak tersebut tidak memiliki ikatan nasab maka batasan aurat yang perlu dijaga adalah batasan aurat sama seperti orang yang bukan bagian dari mahram kita. Kesimpulan nya adalah batasan aurat bergantung kepada status nasab yang menyebabkan mahram atau tidak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Bahtiar, Elang Saepudin, H. Syahroni Ma’shum, and Hinggil Permana. "Inseminasi Buatan Pada Manusia Menurut Hukum Islam." Al-I'tibar : Jurnal Pendidikan Islam 9, no. 1 (2022): 21–28. http://dx.doi.org/10.30599/jpia.v9i1.1084.

Full text
Abstract:
Abstrak
 Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseacrh) dengan menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklarifikasi, menyusun dan menginterpretasinya (Surakhmad, 1980:147). Metode deskriptif yang dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara alamiah (Djajasudarma 1993:8-9).
 Dalam inseminasi buatan ada dua cara untuk pengambilan sel telur, yaitu dengan Laparoskopi dan USG (Ultrasonografu). Dengan cara laparoskopi folikel akan tampak jelas pada lapang pandangan laparoskopi kemudian indung telur dipegang dengan penjepit dan dilakukan persiapan. Cairan folikel yang berisi sel telur ditampung dalam tabung. Cairan tersebut diperiksa di bawah mikroskop untuk meyakinkan apakah sel telur ini sudah ditemukan. Adapun cara USG, folikel yang tampak di layar ditusuk dengan jarum melalui vagina kemudian dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel telur seperti cara pengisapan laparoskopi.
 Yang perlu dianalisis pada pengambilan ovum tersebut adalah persoalan melihat aurat sendiri. Syafi’iyah dan Hanabilah dalam satu riwayat menyatakan bahwa semua badan wanita merdeka adalah aurat sedang menurut Hanafiyah dan Malikiyah menyatakan bahwa semua bdan wanita adalah aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Aurat itu dilarang dibuka di hadapan laki-laki lain. Akan tetapi mereka sepakat kalau karena dharurat seperti berobat, boleh dibuka. Yusuf al-Qardhawy dalam kitabnya Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam menyatakan bahwa dalam kondisi dharurat atau hajat, memandang atau memegang aurat diperbolehkan dengan syarat keamanan dan nafsu birahi terjaga.
 Kata Kunci: inseminasi buatan, kemanusiaan, hukum islam
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Rahmawati, Erma, Fikri Abdul Aziz, and Gina Raudhatul Jannah. "The Phenomenon of the Hijab Wrapping Tightly in the Qur'an Sunnah Review and its Comparison with the Veil and Burqa." Bulletin of Islamic Research 2, no. 1 (2024): 93–112. http://dx.doi.org/10.69526/bir.v2i1.24.

Full text
Abstract:
Islam sets various norms for its followers, including Muslim women, who are required to cover their aurat, maintain good character, and beautify their speech. Various types of coverings such as jilbab, hijab, khimar, niqab, and burqa serve the same function but have different forms. The niqab covers the face except for the eyes, while the burqa covers the entire face. Although modern technology makes it easier for Muslim women to choose comfortable and fashionable clothing, many prioritize trends over the function of covering the aurat. The interpretation of the Qur'an and Hadith regarding how to cover the aurat needs to be understood and applied correctly. This study uses an interpretative approach to understand tafsir literature. The hijab aims to protect women's dignity, and although slavery has been abolished, the hijab remains relevant to distinguish free women and maintain morality. The hijab controversy often arises due to differing interpretations of religion and gender. The majority of scholars agree that a woman's entire aurat should be covered except for the face and hands. This study provides an understanding of the meanings of hijab, niqab, and burqa and invites society, especially women, to understand and implement these teachings according to Sharia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Nasir, M. "Sudut Pandang Feminis Muslim tentang Menutup Aurat." Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 6, no. 1 (2019): 1. http://dx.doi.org/10.24252/al-qadau.v6i1.7529.

Full text
Abstract:
Fikih aurat dalam ranah beragam pendapat ulama dan cendekiawan kontemporer. Fikih aurat akan menghasilkan fikih hijab. Dimana hijab terdiri dari jilbab, khimar, burqah, dir sabigh, milhafat, dan sebagainya. Melalui istidlal, para ulama fikih (baca: al-fuqaha) telah merumuskan batasan aurat bagi wanita dan pria, baik di luar atau di dalam rumah atau di dalam ibadah semisal shalat, ihram, dan sebagainya. Istidlal ulama-ulama ini tidak dianggap mewakili ajaran islam. Maka hadirlah para cendekiawan kontemporer dengan metode istiqra< mengorek kembali dalil-dalil yang digunakan oleh para ulama dan menghadirkan pandangan bahwa jilbab itu tidak wajib. Dan dianggap inilah ajaran Islam yang membebaskan. Dalam penelitian ini, penulis akan mengurai 4 tokoh feminis muslim yang dirasa dapat mewakili latarbelakang para penggugat jilbab. Fikih aurat diverse opinions of scholars and contemporary scholars. Jurisprudence Fikih aurat willproduce hijab. Where hijab consists of jilbab, khimar, burqah, dir sabigh, milhafat, and so on. Through istidla<l, the jurists (read: al-fuqaha) has defined the limits within women and men, either outside or inside the home or in worship such as prayer, ihram, and so on. Istidla<l these clerics are not considered to represent the teachings of Islam. When the idea of contemporary scholars with methods istiqra pry back the arguments used by the scholars and presents the view that the veil was not obligatory. And this is the doctrine of Islam is considered liberating. In this study, the authors will parse 4 Muslim feminist figures were deemed to represent the background of the plaintiffs jilbab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Adnan, Zulhamdi, and Zulhamdi Adanan. "KLASIFIKASI AURAT MENURUT PERSPEKTIF ULAMA MAZHAB." Media Syari'ah : Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial 24, no. 1 (2022): 43. http://dx.doi.org/10.22373/jms.v24i1.10303.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Nurul hidayah, Laila. "KONSEP MUHAMMAD SHAHRU TENTANG AURAT PEREMPUAN." Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan 14, no. 02 (2020): 216–39. http://dx.doi.org/10.37680/adabiya.v14i02.211.

Full text
Abstract:
In Islam, clothing does not only function as jewelry and body armor from heat and cold, but more importantly is to cover the nakedness. Al-Qur'an al-Karim shows the obligation of women to cover their bodies in His words, "And let them not show their jewels, except those which (normally) appear from them,". Parts of female limbs that are not allowed to be seen by others are aurat. Islamic scholars agree that all women's bodies are aurat, in addition to the face and two palms. What is meant by the jewelry that appears is the face and two palms. While what is meant by khimar is a headgear, not a face covering like a veil, and what is meant by jaib is chest. The women have been ordered to put a cloth over his head and spread it to cover her chest. By doing library research, that is, research whose main object is books or other sources of literature, meaning that data is sought and found through literature review of books relevant to the discussion, a minimum limit of aurat according to Muhammad Shahrur is that dress cover the juyub, while the maximum limit is dressing which covers all parts of the body besides the face and palms.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Manzoor, Asma. "Aurat Justuju aur Nisai Andaz e Fikar." Pakistan Journal of Gender Studies 21, no. 2 (2021): 153–54. http://dx.doi.org/10.46568/pjgs.v21i2.584.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Eliza, Mona, and Afifi Fauzi Abbas. "Fikih Perempuan Tentang Aurat dan Busana Muslimah." AL-IMAM: Journal on Islamic Studies, Civilization and Learning Societies 4 (December 26, 2023): 95–102. http://dx.doi.org/10.58764/j.im.2023.4.51.

Full text
Abstract:
In Islam, understanding the aurat and ethics of Muslim women's clothing is very important, reflecting compliance with religious teachings, the identity and dignity of a Muslim woman. Aurat, which must be covered from non-mahram views in accordance with the Koran and Sunnah, and Muslim dress, which emphasizes fulfilling the requirements of awrah, is not only a religious requirement but also a way to maintain purity and avoid slander. This awareness helps shape the dignified character and personality of Muslim women, and strengthens their identity in society, enabling them to appear elegant without sacrificing religious values. This understanding also supports the creation of a harmonious social environment that respects diversity. Therefore, understanding the importance of aurat and Muslim dress is not only in worship and religious observance, but also in the formation of social identity and contribution to a mutually respectful society. This shows how Islam moderates religious understanding with respect for oneself and positive social development of society.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Salsabila, Qabila, Reza Pahlevi, and Ali Masrur. "PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG AURAT PEREMPUAN MENURUT MUHAMMAD SYAHRUR." Al-Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al- Qur'an dan Tafsir 2, no. 2 (2017): 177–98. http://dx.doi.org/10.15575/al-bayan.v2i2.1897.

Full text
Abstract:
Pada kasus menutup aurat Muhammad Syahrur menafsirkan batasan aurat yang sangat signifikan dari para mufassir maupun mufaqqih lain. Dia mempunyai teori yang dinamakan Nazhariyat al-Hudud atau biasa disebut dengan teori limit yang terbagi menjadi dua yaitu batas maksimal (Hadd al’A’la) dan batas minimal (Had al-Adna) dengan menutup bagian atas (al-Juyub al-Ulwiyyah) dan menutup bagian bawah (al-Juyub as-Sufliyah). Dalam menjawab permasalahan di atas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research) dengan metode penyajian data secara “Deskriptif Analysis” dengan menggambarkan bagaimana Muhammad Syahrur menafsirkan tentang aurat perempuan dalam surah al-Nūr [24]: 31, al-Aḥzāb [33]: 59 dan al-Aḥzāb [33]: 53. Dengan teori batasnya, Muhammad Syahrur mencoba untuk menerapkan ayat-ayat muhkamat Alquran dalam realita kehidupan dengan batasan-batasannya.Hasil dari penelitian ini ialah bahwa Syahrur beranggapan hukum-hukum yang terdapat dalam Alquranbersifat elastis yang bisa ditarik dan disesuaikan dengan tempat dan zaman. Dalam menurutp aurat ada tiga ketentuan terkait dengan pakaian bagi perempuan:1). Dilarang atau tidak di perbolehkannya terbuka (telanjang) kecuali hanya suaminya, 2). Batasan minimal perempuan secara umum menurutnya adalah menutup daerah intim bawah (al-Juyub as-Sufliyyah). Bagian ini disebut sebagai aurat berat (al-‘Awrah al-Mughallazah). Bagian inlah yang harus ditutupi ketika berhadapan dengan orang-orang yang empat belas disebutkan di dalam surah an-Nur 31. Dan menutup daerah intim atas (al-Juyub al-Ulmiyyah), 3). Pakaian untuk aktivitas dan bersosialisasi, ketentuannya berawal dari batas minimal kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Batasan ini pun memiliki tingkatan-tingkatan hingga sampainya kepada batas maksimal yang hanya memperlihatkan wajah dan kedua telapak tangan. Maka Konsekuensi perempuan yang menampakkan bagian al-Juyub menurutnya berarti ia telah melanggar Hudud Allah. Muhammad Syahrur berpendapat bahwa jilbab (kerudung) atau tutup kepala baginya bukan termasuk pada prinsip keislaman ataupun keimanan seseorang, melainkan hanya mengikuti kebiasaan masyarakat secara umum.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Baig, Fatima Zafar, Muhammad Zammad Aslam, Nadia Akram, Kashaf Fatima, Alisha Malik, and Zafar Iqbal. "Role of Media in Representation of Sociocultural Ideologies in Aurat March (2019–2020): A Multimodal Discourse Analysis." International Journal of English Linguistics 10, no. 2 (2020): 414. http://dx.doi.org/10.5539/ijel.v10n2p414.

Full text
Abstract:
The researchers have explored the role of print media and social media to present the social, cultural and political ideologies through the support of liberal feminist women in Aurat March 2019–2020. Moreover, the researchers have identified the connection/s between the language and power in the construction of ideologies, specifically through the media (print and social media). Print media, specifically print social media, has a negative impact due to its lesser amount of validity and a positive keeping wide coverage. For this study, researchers took three articles from three different local newspapers about the specific topic “Aurat March”. These articles along with the posters (which were present in the specific articles) of Aurat March have been analyzed. The researchers collected the data through a qualitative approach and purposive sampling. The research is exploratory and multi-directional. Fairclough’s model of critical discourse analysis is used for the analysis. The findings of the study have suggested that media discourse is intentionally crafted to create specific ideologies. As media has created and represented different socio-cultural ideologies in Aurat March. Media can play a positive and negative role in language and power. However, the impact of the media’s ideologies is depending on the feedback of the concerned society.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Syeda Mehmoona Khushbakht. "The Aurat March (2018-2022) in the Context of Gendered-Islamophobia: A Case of Muslim Women’s Identity in Pakistan." Journal of Islamic Thought and Civilization 12, no. 2 (2022): 271–85. http://dx.doi.org/10.32350/jitc.122.19.

Full text
Abstract:
The role and identity of Muslim women around the world is one of the crucial issues in the current era. Women rights’ activists and other contributors seek to highlight women issues through their work and marches. The present research explores that how these marches are contributing hugely in presenting the image of women in any country to the world. The researcher addresses the cultural and religious differences in terms of gendered Islamophobia and the impact of Aurat March while constructing or contesting the women identity in Pakistani society. Through an analysis of Aurat March, researcher highlights the ways in which the biased representation of Muslim women lives can be either limiting or encouraging. The impact of these events can be reason of rise in negative attitudes and scattered stereotypes, or it might initiate peaceful dialogues and affective measures. The research also analyzes that how a minor negligence can be an additional certificate in the world of Islamophobia and an increase in international narratives against Muslims, Islam, and Pakistani society. The research paper seeks to argue how Aurat March, influenced by secular modern trends transmit Islamophobic stereotypes towards Islam: Muslim women, in general, and Pakistan in specific context. The paper will conclude by analyzing the important insights to counter the gendered Islamophobia in the lives of Muslim women while limiting themselves into gender, culture, and religion.
 Keywords: Aurat March, gender discourses, Islamophobia, Muslim women, Pakistan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Fathony, Alvan, and Abdur Rahman Nor Afif Hamid. "REKONSTRUKSI PENAFSIRAN TENTANG AYAT–AYAT AURAT PEREMPUAN DI NUSANTARA PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAHRUR." JURNAL ISLAM NUSANTARA 4, no. 2 (2021): 126. http://dx.doi.org/10.33852/jurnalin.v4i2.222.

Full text
Abstract:
The problem aurat of woman is becoming a utopian reference for women living in Indonesia, due to the shift in the changing function of clothing from covering the aurat to simply a lifestyle. The result of this is the way women dress, how to make them look attractive wearing them, not how to make them comfortable wearing them. Thus the author brings together the thoughts of Muhammad Syahrur on this phenomenon which for the author is considered a problem in this predominantly Islamic country, namely Indonesia. This study uses a research library research method which is still relevant to the situation of Islamic law across the ages, especially in Indonesia. The aim is to try to reveal the thoughts of Muhammad Syahrur who use the hudud theory in interpreting Quranic verses, especially aurat of women verses which are considered controversial with mufassirs and fuqoha, in this case must be competible with Indonesian culture. The results of the literature review show that in the view of Muhammad Syahrur, the reactualization of the aurat of women text by understanding and studying the Koran is highly dependent on the socio-cultural context. Syahrur tried to apply his understanding of the texts of the Quran in the reality of life. According to him, the provisions of the Quran are elastic in that we can adjust the Quranic text depending on the context and conditions of the times.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Hamidah, Didah, Aep Saepudin, and Mujahid Rasyid. "Implikasi Pendidikan dari Quran Surat Al-Ahzab Ayat 59 tentang Perintah Menutup Aurat terhadap Etika Berbusana dalam Islam." Bandung Conference Series: Islamic Education 2, no. 2 (2022): 331–37. http://dx.doi.org/10.29313/bcsied.v2i2.3390.

Full text
Abstract:
Abstract. This verse explains the necessity of women to take care of themselves, in it it says that there will be slander that can damage women if they do not carry out the obligation to cover their genitals in the ethics of dress that has been explained in Islam. The formulation of the problem emerges, namely: (1) What are the opinions of the commentators regarding Q.S. Al-Ahzab verse 59? (2) What is the essence of the Q.S. Al-Ahzab verse 59? (3) What are the opinions of education experts about educational efforts in covering the aurat on the ethics of Islamic dress? (4) What are the educational implications of Q.S. Al-Ahzab verse 59 against the command to cover the genitals on the ethics of dress in Islam?. This study uses a descriptive-analytical method with the collection technique of literature (study literature) by reviewing studies on interpretations, books, literature, notes, reports related to the subject matter of the research. From this research, obtained the content of Qs. Al-Ahzab verse 59 that women must be able to cover their genitals and also carry out ethics in dress to avoid things they don't want, and also when women try to leave their negligence and continue to try to maintain their genitals in accordance with the ethical guidance of dress in Islam, then the love of Allah swt. area will go down. According to education experts, there are efforts to cover the genitals of dress ethics in Islam, namely by providing understanding by parents and accompanied by self-awareness.
 Abstrak. Ayat ini menerangkan keharusan kaum perempuan melindungi diri, didalamnya dikatakan bahwa akan terjadi fitnah yang dapat merusak diri kaum perempuan jika tidak melaksanakan keharusan menutup aurat dalam etika berbusana yang sudah dijelaskan dalam Islam. Munculah rumusan masalah yaitu: (1) Bagaimana pendapat para mufassir mengenai Q.S. Al-Ahzab ayat 59? (2) Apa esensi yang terkandung dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 59? (3) Bagaimana pendapat para ahli pendidikan tentang upaya edukasi dalam menutup aurat terhadap etika berbusana Islam? (4) Bagaimana implikasi pendidikan dari Q.S. Al-Ahzab ayat 59 terhadap perintah menutup aurat terhadap etika berbusana dalam islam?. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan teknik pengumpulan yaitu kepustakaan (study literature) dengan penelaahan studi terhadap tafsir, buku, literatur, catatan, laporan yang berhubungan dengan pokok masalah penelitian. Dari penelitian ini, diperoleh isi kandungan Qs. Al-Ahzab ayat 59 bahwa kaum perempuan harus dapat menutup aurat juga melaksanakan etika dalam berbusana yang sudah dianjurkan dalam Islam agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkannya, dan juga saat kaum perempuan berusaha meninggalkan kelalaiannya serta terus berusaha dalam menjaga aurat sesuai dengan tuntunan etika berbusana dalam Islam, maka kasih sayang Allah Swt. yang luas akan turun. Menurut para ahli Pendidikan terdapat upaya dalam menutup aurat terhadap etika berbusana dalam Islam yaitu dengan cara diberikannya pemahaman oleh orang tua dan dibarengi dengan kesadaran diri sendiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Razzaq, Aneeqa, and Uzma Ashiq Khan. "Exploring the Concept of Feminism among Young Urban women." Pakistan Journal of Gender Studies 22, no. 2 (2022): 1–24. http://dx.doi.org/10.46568/pjgs.v22i2.621.

Full text
Abstract:
Aurat March is held every year to highlight the issues of women. The present research was conducted to see how much women know about feminism along with Aurat March. A quantitative method with survey design was used for the present research and a semi-structured questionnaire was developed to collect data from 350 young women of Lahore, Pakistan and15 to 24 years age range was selected. Standpoint theory by Dorothy E. Smith was taken as a theoretical framework to study the results. This research mainly covered the concept of feminism, its growth over time, how ‘Aurat March’ had played its role in the development of feminism, and how it was contributing to shaping the identity of young women. Content analysis was used for open-ended questions and one-way ANOVA along with descriptive statistics was used for closed-ended ones. Results showed that education plays no role in the increment of knowledge and in its quality. This study will help in filling the gaps in Pakistani literature and be base of future studies.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Hanapi, Agustin, Muhammad Husnul, Sarina Aini, Asmuliadi Lubis, and Siti Dian Natasya Solin. "Women Who Wear the Face Veil: Following Trends, Influenced by Studies, or Covering Their Aurat?" Media Syari'ah : Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial 25, no. 2 (2023): 267. http://dx.doi.org/10.22373/jms.v25i2.17286.

Full text
Abstract:
Perspektif Islam tentang cadar terikat dan dibatasi oleh konsep aurat. Sebagian ulama memandang wajah bukan termasuk aurat untuk itu wajah tidak harus ditutup dengan cadar. Sebagian yang lain melihat dan menyimpulkan wajah sebagai aurat perempuan sehingga wajib bagi perempuan menutup wajah dengan cadar. Perspektif budaya, sosial dan politik juga mengikuti trend cadar di tengah masyarakat. Di Aceh penggunaan cadar dari tahun ke tahun cenderung meningkat khusunya setelahTsunami. Di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry terdapat sepuluh mahasiswi pengguna cadar yang sempat diwawancarai dengan beberapa alasan berbeda, di antaranya karena ikut-ikutan senior tanpa mengetahui dalil dan urgensinya lebih dalam, sering mengikuti kajian, karena menggunakan cadar dipahami sebagai sunnah dan terinspirasi dari orang lain. Motivasi penggunaannya berbeda-beda sesuai struktur pemahaman terhadap hukum cadar, keimanan atau sekedar mengikut trend. Tidak hanya itu, isu cadar ini juga memunculkan ragam pandangan dan penolakan dari kalangan feminisme. Untuk itu, tulisan ini dikemukakan untuk memperoleh gambaran detail dan rinci tentang hukum cadar dan berbagai respon terhadap penggunaannya di tengah-tengah masyarakat juga mengemukakan hasil wawancara terhadap sepuluh orang mahasiswi pengguna cadar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Roziqin, Ahmad Khoirur. "Jilbab, Hijab Dan Telaah Batasan Aurat Wanita." Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist 1, no. 2 (2019): 256–79. http://dx.doi.org/10.35132/albayan.v1i2.41.

Full text
Abstract:
Hijab or headscarves in Indonesian terms are clothes that cover a woman’s body, which is also God’s command in the Koran. Although there are small number of Ulama who argue that it is not an obligation because they do not us command verb (fi’il amr).
 The different is even more striking not obligatory or not because the majority of Ulama sya that hijab or headscarves is obligatory ot in ither terms the obligation to wear hijab for women. But the main point in this paper is which part of the woman’s body that must be closed. Whether all body or any party of the body that may be opened.
 It is important ti discuss woman’s genitals because in some areas of Islam, there are those cover all the bodies and some other areas that show face and two palms. Therefore, more extensive research is needed in discussing this matter. Plus it is strengthened by opinions of Ulama, in order too enlighten the views of Islamic people in the issue of hijab or headscarves.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Firdiyah, Ratih, and Winda Primasari. "Kampanye Sosial Gerakan Menutup Aurat di Bekasi." Jurnal Ilmu Komunikasi 16, no. 1 (2019): 89. http://dx.doi.org/10.31315/jik.v16i1.2685.

Full text
Abstract:
Gerakan Menutup Aurat (Gemar) Bekasi adalah kampanye sosial yang dijalankan oleh 22 komunitas muslim di Bekasi yang membangkitkan kesadaran perempuan muda muslim untuk memakai hijab atau busana muslimah mengikuti aturan Islam atau syar I pada awal 2017. Penelitian ini meneliti kampanye sosial yang digunakan oleh GEMAR dalam perspektif model kampanye lima tahap fungsi pembangunan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif melalui wawancara mendalam yang diterapkan dalam proses pengumpulan datanya. Temuan penelitian menunjukkan bahwa dengan mengikuti lima tahap fungsional pembangunan, GEMAR dapat membangkitkan kesadaran perempuan muslim di Bekasi untuk memakai busana muslimah atau syar’i
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Fitria, Riri. "Batas Aurat Muslimah dalam Pandangan al-Albaniy." TSAQAFAH 8, no. 2 (2012): 249. http://dx.doi.org/10.21111/tsaqafah.v8i2.24.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Purhasanah, Siti, Dindin Sofyan Abdullah, Ibnu Imam Al Ayyubi, and Rifqi Rohmatulloh. "Kewajiban Menutup Aurat dalam Perspektif Al-Quran." Al-Fahmu: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir 2, no. 1 (2023): 53–61. http://dx.doi.org/10.58363/alfahmu.v2i1.31.

Full text
Abstract:
Covering the genitals is not only a matter of wearing clothes that cover the genitals but to protect oneself, honoring and protecting oneself from something bad and unwanted. This study aims to find out the Al-Quran's perspective on the obligation to cover the genitals Muslims should know, especially women, how to cover the genitals properly according to Islamic law. The method used in this study is a descriptive qualitative research method with a literature study approach that refers to several commentary books to serve as research data sources and data collection techniques in the form of a study of commentary books on education. The focus of the research that will be raised is in the form of educational values ​​regarding the obligation to cover the private parts contained in the Qur'an. The data collection technique used in this study was the library research method, namely library research. The data analysis technique used in this research is the descriptive method. At present, many things are not well known by some Muslims who until now have not been moved to cover their genitals, even though covering their genitals is known to have many benefits and a positive impact on oneself.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Dharmayani, Dharmayani, Agus Hermanto, Imam Nur Hidayat, Habib Ismail, and Iwannudin Iwannudin. "KONSEP BURDAH DALAM PERSPEKTIF JAMA'AH TABLIGH." Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 7, no. 1 (2022): 44–60. http://dx.doi.org/10.25217/jf.v7i1.2303.

Full text
Abstract:
Aurat is a part of the body that must be covered in Islamic teachings. The female genitalia are all parts of the body except the palms and the face. In the concept of Jama'ah Tablighi, burdah is a cloth to cover the face, like a veil. This study aims to examine in depth the concept of burdah which is an effort to cover the genitals in the perspective of the Tablighi Jama'ah. This research is a qualitative type in the form oflibrary research, with a historical-philosophical approach namely studying the concept of burdah historically and philosophically so as to find the correct meaning. The results of this study indicate that in the concept of Jama'ah Tablighi, burdah is an effort to cover the aurat for Muslim women, this is done because women are the ones who become the motivation for da'wah for their husbands, so that all things that are owned by the wife are only for her husband, including the beautiful face. is a source of slander if not guarded. Because the face is a source of slander, the face becomes aurat for women and must be protected by covering it.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Salahudin, Salahudin, and Rabwan Satriawan. "Olahraga Lari dalam Pandangan Agama Islam." JURNAL PENDIDIKAN OLAHRAGA 12, no. 1 (2022): 17–27. http://dx.doi.org/10.37630/jpo.v12i1.1139.

Full text
Abstract:
Olahraga lari merupakan kegiatan yang populer dan memiliki manfaat kesehatan yang signifikan. Dalam konteks agama Islam, penting untuk memahami pandangan agama terhadap olahraga lari. Artikel ini membahas pandangan Islam terhadap olahraga lari.Dalam agama Islam, menjaga kesehatan dan kebugaran fisik sangat dianjurkan agar seseorang dapat melaksanakan ibadah dengan baik. Pandangan Islam terhadap olahraga lari mencakup beberapa aspek, seperti tujuan yang baik dalam berlari untuk menjaga kesehatan dan memperkuat tubuh. Moderasi dan keseimbangan juga ditekankan, sehingga olahraga lari tidak berlebihan atau terlalu keras. Selain itu, perlindungan aurat juga menjadi perhatian penting dalam olahraga lari. Pria dan wanita Muslim diharapkan untuk menjaga aurat mereka saat berlari dengan mengenakan pakaian yang longgar dan menutupi aurat. Prioritas ibadah juga harus dijaga, sehingga waktu olahraga tidak mengganggu waktu-waktu ibadah yang penting. Etika dan adab juga menjadi bagian integral dalam pandangan Islam terhadap olahraga lari. Umat Muslim diajarkan untuk menjaga sikap sportivitas, menghormati orang lain, dan menghindari perilaku yang merugikan. Dengan memahami pandangan Islam terhadap olahraga lari, umat Muslim dapat melaksanakan kegiatan fisik ini dengan keyakinan dan kesadaran akan prinsip-prinsip agama yang relevan. Olahraga lari menjadi sarana untuk menjaga kesehatan tubuh dan memperoleh manfaat fisik serta spiritual yang selaras dengan ajaran agama Islam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Dicky Mohammad Ilham, Aep Saepudin, and Eko Surbiantoro. "Implikasi Pendidikan dari Al-Quran Surat An-Nur Ayat 30-31 tentang Perintah Menjaga Pandangan terhadap Pendidikan Akhlak." Bandung Conference Series: Islamic Education 2, no. 2 (2022): 596–605. http://dx.doi.org/10.29313/bcsied.v2i2.4078.

Full text
Abstract:
Abstract. This research is motivated by how Muslims and Muslim women in association can protect themselves, hold their views and maintain their genitals according to the perspective of the Qur'an. This study uses a descriptive-analytical method of collection technique, namely library research by examining in depth various interpretations and books related to the main research problem. His study aims to determine: (1). The contents of the content of Q.S An-Nur verses 30-31 according to the opinions of the commentators. (2). The essence of Q.S An-Nur verses 30-31 (3). Opinions of experts on moral education. (4). The educational implications contained in Q.S An-Nur verses 30-31 about maintaining the view of a Muslim towards moral education. From this study, the contents of Q.S An Nur verses 30-31 which contain the values of moral education that humans must keep their eyes, maintain their genitals and cover their genitals. The concept of covering the genitals for men is that they are ordered to keep their gaze and their genitals on women who are not their mahram. Likewise, women are commanded to guard their gaze and their private parts towards men who are not their mahram. In Islam, the female genitalia limit is the entire body except the face and palms, while the male genitalia limit is between the navel to the knees. The implications contained in the Qur'an Surah An Nur verses 30-31 (1). The behavior of a Muslim must be based on the Qur'an and Hadith, because a Muslim is obliged to keep his eyesight in order to avoid immoral acts. (2). Islam is very concerned about the distribution of sexual desire in accordance with the right rules and ethics. (3). Covering the aurat for every Muslim is an obligation that must be fulfilled. By covering the genitals, you can avoid crimes such as sexual harassment, and avoid other dangers. So from the importance of self-awareness and guidance from the family about covering the genitals for every Muslim. (4). Reflect on yourself by regretting the sins that have been committed in earnest.
 
 Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh bagaimana kaum muslim dan muslimah dalam pergaulan agar dapat menjaga diri, menahan pandangannya serta memelihara kemaluan sesuai perspektif Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis teknik pengumpulan yaitu kepustakaan (library reasearch) dengan mengkaji secara mendalam berbagai tafsir dan buku yang berhubungan dengan pokok masalah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1). Isi kandungan Q.S An-Nur ayat 30-31 menurut para pendapat para mufassir. (2). Esensi Q.S An-Nur ayat 30-31 (3). Pendapat para ahli tentang pendidikan akhlak. (4). Implikasi pendidikan yang terkandung dalam Q.S An-Nur ayat 30-31 tentang menjaga pandangan seorang muslim terhadap pendidikan akhlak. Dari penelitian ini, diperoleh isi kandungan Q.S An Nur ayat 30-31 yang mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak bahwa manusia harus menjaga pandangan mata, memelihara kemaluannya serta menutup aurat. Konsep menutup aurat bagi kaum laki-laki yaitu diperintahkan untuk menjaga pandangan dan kemaluannya terhadap perempuan yang bukan mahramnya. Demikian juga bagi perempuan diperintahkan untuk menjaga pandangan dan kemaluannya terhadap laki-laki yang bukan mahramnya. Dalam Islam batas aurat perempuan yaitu seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, sedangkan batas aurat laki-laki yaitu antara pusar sampai lutut. Implikasi yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat An Nur ayat 30-31 (1). Perilaku seorang muslim harus berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist, sebab seorang muslim di wajibkan untuk menjaga pandangan agar terhindar dari perbuatan maksiat. (2). Islam sangat memperhatikan penyaluran hasrat seksual sesuai dengan aturan dan etika yang benar. (3). Menutup aurat bagi setiap muslim adalah suatu kewajiban yang harus ditunaikan. Dengan menutup aurat dapat terhindar dari kehajatan seperti pelecehan seksual, dan terhindar dari marabahaya lainnya. Maka dari pentingnya kesadaran diri dan bimbingan dari keluarga tentang menutup aurat bagi setiap muslim. (4). Muhasabah diri dengan menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan dengan sungguh-sungguh.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Muslim, Muslim, and Ichwan Ichwan. "PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK USIA DINI." PELANGI: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Islam Anak Usia Dini 2, no. 1 (2021): 60–73. http://dx.doi.org/10.52266/pelangi.v2i1.576.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peran orangtua dalam pendidikan seks pada anak usia dini serta pemahaman orangtua terhadap istilah seks. Penelitian ini adalah penelitian fenomenologis dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan informan penelitian dilakukan dengan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dimaksudkan untuk mengungkap peran orang tua dalam pendidikan seks bagi anak usia dini. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian: (1) Pemahaman orangtua tentang istilah seks adalah hubungan badan antara laki-laki dan perempuan (2) Peran orangtua dalam pendidikan seks pada anak usia dini yaitu (a) menjelaskan perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan (b) pembiasaan menutup aurat serta menjelaskan batasan aurat (c) pembiasaan menggunakan toilet serta mengajarkan cara membersihkan diri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Muhammad Sulton. "Konsep Hijab Dalam Alquran." Al-Kauniyah 3, no. 1 (2022): 16–30. http://dx.doi.org/10.56874/alkauniyah.v3i1.872.

Full text
Abstract:
Menutup aurat bagi seorang muslimah adalah kewajiban sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an. Pakaian yang menutup aurat ini biasa disebut jilbab. Dalam perkembangannya jilbab bukan sebatas dipahami sebagai sebuah kewajiban agama. Namun meluas menjadi gaya hidup sebagaian perempuan. Jilbab akhirnya tidak hanya sebuah perwujudan kesalehan sebagaimana yang diharapkan perintah agama. Jilbab disisi lain merupakan manifetasi dari fenomena sosial. Hal ini diperkuat dengan maraknya penggunaan jilbab pada sebagian masyarakat karena alasan politik, hukum, dan lainnya. Beragama alasan yang melatarbelakangi penggunaan jilbab di kalangan muslimah. Realitas ini pada akhirnya merujuk pada sebuah kesimpulan bahwa jilbab bukan semata-mata representasi kesalehan muslimah. Tetapi jilbab juga menjadi life style bagi sebagian muslimah agar terkesan atau menghadirkan suasana religius dalam kehidupan yang dijalaninya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Hasbullah, Hasbullah, and Sofuan Jauhari. "MENELISIK MAKNA HIJRAH DALAM AL-QUR’AN." Ushuly: Jurnal Ilmu Ushuluddin 2, no. 1 (2023): 55–76. http://dx.doi.org/10.52431/ushuly.v2i1.571.

Full text
Abstract:
The trend of hijrah being a new choice in the life of a Muslim today hijrah is connoted with repentance, which tends to be synonymous with significant changes to the way of dressing that was not closed aurat, dressed tight, now changed to cover aurat, dress more Syar'i with a long veil and loosely dressed, some even wear veils. This research uses qualitative methods with this type of library reaserch and uses data collection techniques with the collection of records, books, books and others referring to the research of Maryam verse 46, al-Mu'minun verse 67, al-Furqon verse 30, al-Muzzammil verse 10, and al-Muddatsir verse 5 by consolidating the interpretation of Ibn Katsir Muhammad Quraish Shihab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Kristianto, Aris. "Pesan Dakwah Perintah Menutup Aurat Surat An-Nūr Ayat 31 Perspektif Antropologi Quran." Bil Hikmah: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam 1, no. 1 (2023): 211–32. http://dx.doi.org/10.55372/bilhikmahjkpi.v1i1.18.

Full text
Abstract:
Berbagai saluran informasi dakwah tentang perintah menutup aurat bagi muslimah sudah sering disampaikan. Namu, tidak sedikit pula yang meragukan bahkan menuduhnya sebagai pakaian budaya Arab dan sebagian lain hanya menjadikan tren berbusana. Menerangkan pesan dakwah yang bersumber dari Allah dan tradisi Arab yang bersifat taghyir (rekonstruksi) sebagai respons Al-Quran tentu tidaklah mudah, salah satunya dibutuhkan pendekatan antropologi Quran. Melalui pendekatan yang menerima tradisi Arab tetapi memodifikasinya dengan menambahkan ketentuan baru yang lebih universal, maka muslimah dapat menyelami adanya dialektika antara Al-Quran dan tradisi Arab. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan pesan dakwah perintah muslimah pendekatan antropologi Quran yang perlu diinternalisasikan pada subjek dan objek dakwah. Metodologi studi adalah kualitatif, data dikumpulkan berdasarkan sumber kepustakaan yang mengkaji tentang keadaan tradisi Arab yang mendapatkan respons turunnya Surat An-Nūr ayat 31. Hasil studi menjelaskan bahwa pesan dakwah perintah muslimah menutupi aurat memiliki peran signifikan bagi mad’unya. Dengan memerhatikan dialektika Al-Quran dan tradisi Arab hingga turunnya ayat 31 tersebut, maka pesan dakwah perintah Allah dapat terpahami. Melalui tiga metode dialektika Al-Quran dalam merespons tradisi Arab, yaitu tahmil, tahrim dan taghyir, maka metode taghyir sangat relevan dalam mengubah mindset dai dan mad’uw yang tercerahkan melalui beberapa tahapan enkulturasi menutup aurat dalam berbusana muslimah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Irhami, Rahayu, M. Irfan Syaifuddin, Inggit Ayuning Pandini, and Shuhita Endah Palupi. "Penutup Aurat bagi Perempuan Transgender dalam Hukum Islam." Media Syari'ah : Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial 22, no. 2 (2021): 167. http://dx.doi.org/10.22373/jms.v22i2.8413.

Full text
Abstract:
AbstractThis study describes the review of Islamic law related to the sale and purchase of workdays conducted by factory workers Oil palm Fabrique in Simpang Nibung Rawas Village, South Sumatra Province. This paper is field research by interviewing 13 factory workers to get an overview of buying and selling working days. This study also uses a literature review from Islamic legal sources and MUI fatwas to explain the appropriateness of buying and selling working days with Islamic legal principles. In practice, buying and selling working days is not following the provisions of the MUI DSN Fatwa because the ujrah imposed on the seller is determined by one party, the buyer, and the amount of the ujrah is expressed in terms of percentage rather than in nominal form. Besides, there is a mechanism that causes the transaction to contain gharar elements such as the sale of working days that are not yet owned, and the presence of gharar elements creates a new element, namely usury. Sales of working days that are not yet owned by workers cause at the end of the agreement the seller is required to pay the principal receivables accompanied by profits determined by the buyer that can be equated with borrowing money with interest. This research suggests that factory workers borrow funds from Islamic financial institutions that are more in line with Islamic legal guidance This research suggests factory workers not to continue the practice of buying and selling weekdays because there are elements of gharar and usury in it and to consider Islamic financial institutions and zakat institutions as a solution for lending funds.AbstrakPenelitian ini menjelaskan mengenai kajian Hukum Islam terkait jual beli hari kerja yang dilakukan oleh buruh pabrik CV. Sawit yang ada di DesaSimpang Nibung Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian lapangan (field research) dengan mewancarai 13 buruh pabrik untuk mendapatkan gambaran praktik jual beli hari kerja. Penelitian ini juga menggunakan literature review dari sumber-sumber hukum Islam dan fatwa MUI dalam menjelaskan kesesuaian praktik jual beli hari kerja dengan prinsip hukum Islam. Dalam praktiknya jual beli hari kerja tidak sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN MUI karena ujrah yang dikenakan kepada penjual ditentukan oleh satu pihak yaitu pembeli dan besarnya keuntungan dinyatakan dengan bentuk prosentase dan bukan dalam bentuk nominal. Selain itu, terdapat alur mekanisme yang menyebabkan bahwa transaksi tersebut mengandung unsur gharar seperti penjualan hari kerja yang belum dimiliki, serta adanya unsur gharar tersebut menimbulkan unsur baru yaitu riba. Penjualan hari kerja yang belum dimiliki oleh buruh menyebabkan saat akhir perjanjian penjual diharuskan membayar pokok piutang disertai keuntungan yang di tentukan oleh pembeli yang dapat disamakan dengan peminjaman uang dengan bunga. Penelitian ini menyarankan para buruh pabrik untuk tidak melanjutkan praktik jual beli hari kerja karena terdapat unsur gharar dan riba yang diharamkan dalam Islam serta mempertimbangkan lembaga keuangan syariah dan lembaga zakat sebagai solusi peminjaman dana.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Faruq, Umar. "Kritik atas Kontroversi Hadis tentang Aurat Laki-laki." MUTAWATIR 3, no. 1 (2015): 140. http://dx.doi.org/10.15642/mutawatir.2013.3.1.140-165.

Full text
Abstract:
<p>This article discusses two seemingly contradictory hadith, is t tradition of male genitalia. There is a hadith which states that the thigh is including for male genitalia, so that should be covered, and there is another tradition that informs that the Prophet ever -in some circumstances-lifting clothes so it looks his thigh. This seems contradictory hadith then tried to reconcile with utilizing the science of hadith traditions that are concerned in this matter, namely <em>mukhtalif al-h</em><em>adîth</em>. By the several methods of settlement, the authors take the methods of <em>al-jam‘</em>. Under this settlement, it can be seen that the two traditions is basically not contradictory, both are <em>maqbûl</em> and <em>ma‘mul bih</em>, prohibition to open thighs is <em>makrûh tanzîh</em> arbitrate and be open is allowed if there is an intent.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

WEINREICH, J., and HK MUELLER-BUSCHBAUM. "ChemInform Abstract: The Oxoargentato(I)-aurat(III), Ba4AgAuO6." ChemInform 24, no. 4 (2010): no. http://dx.doi.org/10.1002/chin.199304026.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Yani, Fitri, Benny Prasetiya, and Heri Rifhan Halili. "HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN DAN MOTIVASI MEMAKAI JILBAB TERHADAP PERILAKU ISLAMI MAHASISWI STAI MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO." Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman 6, no. 1 (2022): 24–36. http://dx.doi.org/10.46773/imtiyaz.v6i1.307.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilakukan berawal dari sebuah pemikiran bahwa jilbab adalah suatu kewajiban bagi perempuan. Jilbab digunakan untuk menutup aurat. Dengan jilbab juga kita bisa terhindar dari perbuat yang tidak menyenangkan. Perilaku islami adalah tingkah laku seseorang dalam mentaati perintah Allah Swt. Jadi kita sebagai perempuan sebisa mungkin harus menutup aurat yang kita miliki.Kecuali telapak tangan dan juga wajah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan dan motivasi memakai jilbab dengan perilaku islami pada mahasiswa mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Probolinggo. Subjek pada penelitian ini merupakan mahasiswi-mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Probolinggo dengan sampel yang diambil sebanyak 30 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan linier yang signifikan antara kebiasaan dan motivasi memakai jilbab dengan perilaku islami.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Tarar, Marghoob, Rana Hamza Arif, Khawaja Abdul Rahman, et al. "Feminism in Pakistan and Emerging Perspectives." Journal of Humanities and Social Sciences Studies 2, no. 6 (2020): 252–59. http://dx.doi.org/10.32996/jhsss.2020.2.6.25.

Full text
Abstract:
Since March 2019, local NGOs in Pakistan are organizing “Aurat March” (Women March) in month of March to raise voice against indigenous feminine issues and violence against women. In hindu-originated society like Pakistan, where Islamic women rights haven’t implemented in its true spirit yet, digesting such a “liberal” act is not easily digestible. Thus different intellectual classes took social media on fire to outdo each other and central topic of cross arguments was slogans raised in the March. Raising slogans is a traditional way of weaker class in society to demonstrate against discrimination and emit emotional suffocation. To study underlying meanings of much debated slogans of Aurat March in Pakistan, discourse analysis is employed which also facilitated to indicate emerging dimension socio-religious debates and opinions towards feminism in Pakistan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Rahayu, Titik Endang, and Eko Hero. "KONSTRUKSI IDENTITAS SOSIAL “MUSLIMAH MOTIVATIONS RIAU” DALAM GERAKAN HIJRAH MELALUI INSTAGRAM." Medium 9, no. 2 (2022): 185–200. http://dx.doi.org/10.25299/medium.2021.vol9(2).7844.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui secara mendalam mengenai konstruksi identitas sosial “Muslimah Motivations Riau”. Penelitian ini memfokuskan pada konstruksi identitas sosial “Muslimah Motivations Riau” dalam gerakan hijrah yang dilakukan komunitas tersebut melalui media sosial instagram. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 7 (tujuh) informan, yang terdiri dari pendiri, ketua, sekertaris, divisi sosial, dan anggota yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semiterstruktur, observasi, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi sosial yang terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu ekternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa “Muslimah Motivations Riau” melewati 3 (tiga) tahapan dalam teori konstruksi sosial, yaitu ekternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. (1) Pada tahap ekternalisasi terjadi proses penilaian terhadap muslimah, proses pembentukan “Muslimah Motivations Riau” yang dapat membuat muslimah sadar untuk menutup aurat, proses pengenalan komunitas kepada masyarakat, dan proses penyesuaian diri dengan visi misi, serta pengurus dengan member; (2) pada tahap objektivasi terjadi proses interaksi melalui media sosial dan secara langsung, sehingga terjadi proses penilaian terhadap proses interaksi tersebut, serta proses penyadaran akan posisi dalam komunitas dengan mewajibkan member untuk aktif dan datang dalam setiap kegiatan; (3) pada tahap internalisasi terjadi proses penanaman nilai-nilai dan keyakinan tentang kewajiban untuk menutup aurat bagi muslimah, perubahan dalam diri member yang sadar untuk menutup aurat sesuai syariat Islam dan senantiasa memberikan manfaat baik bagi masyarakat di sekitarnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography