To see the other types of publications on this topic, follow the link: Bagan Apung.

Journal articles on the topic 'Bagan Apung'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Bagan Apung.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Adjiatma, Bangkit Reksa, Zulkarnain -, Sulaeman Martasuganda, Vita Rumanti Kurniawati, and Dwi Putra Yuwandana. "PENGGUNAAN IKAN TEMBANG (Sardinella gibbosa) SEBAGAI UMPAN PADA ATRAKTOR UMPAN VERTIKAL TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 4, no. 1 (2021): 059–72. http://dx.doi.org/10.29244/core.4.1.059-072.

Full text
Abstract:
Bagan apung merupakan salah satu jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan dioperasikan pada malam hari dengan bantuan lampu sebagai atraktor (light fishing). Penggunaan umpan vertikal berisi ikan rucah tembang akan mempermudah mengumpulkan ikan kembali karena adanya potensi ikan untuk meloloskan diri saat hauling. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan komposisi hasil tangkapan bagan apung dengan penggunaan umpan vertikal dengan bagan apung kontrol, mengetahui pengaruh penggunaan umpan vertikal terhadap jumlah total hasil tangkapan bagan apung, dan menentukan frekuensi hauling bagan apung. Penelitian ini menggunakan metode experimental fishing atau uji coba langsung di lapang melalui kegiatan operasi penangkapan ikan. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis statistik. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil tangkapan bagan apung yang dioperasikan sebanyak 20 kali ulangan memperoleh 19 jenis ikan hasil tangkapan dengan lima jenis ikan dominan yang tertangkap yaitu ikan tembang (Sardinella gibbosa), ikan lisong (Euthynnus affinis), ikan pepetek (Leiognathus equulus), ikan semar (Mene maculate), dan cumi-cumi (Loligo sp). Berdasarkan experimental fishing yang dilakukan bahwa penggunaan umpan secara vertikal berisi ikan tembang berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan bagan apung dan frekuensi hauling bagan apung perlakuan berjumlah 82 kali, frekuensi tersebut lebih banyak dibandingkan dengan bagan apung kontrol yang hanya berjumlah 50 kali.
 Kata kunci: atraktor, bagan apung, hauling, umpan, vertikal
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Zulkarnain, Bronx Andar Hutagalung, Mulyono S. Baskoro, Fis Purwangka, and M. Syarif Budiman. "PENGGUNAAN UMPAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) YANG DIPASANG SECARA VERTIKAL PADA BAGAN APUNG DI PERAIRAN PALABUHANRATU." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 5, no. 2 (2023): 235–43. http://dx.doi.org/10.29244/core.5.2.235-243.

Full text
Abstract:
Umpan vertikal cacing tanah (Lumbricus rubellus) digunakan pada alat tangkap bagan apung untuk memperkuat fungsi cahaya lampu pada bagan apung untuk menarik dan mengumpulkan kawanan ikan dan terkonsentrasi di bawah sumber cahaya lampu. Penggunaan umpan vertikal sebelumnya dilakukan dengan atraktor ikan tembang (Sardinella gibbosa). Ikan tembang tidak selalu tersedia selama musim penangkapan sehingga digunakan atraktor berupa cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang berasal dari darat dan tersedia sepanjang tahun. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh umpan vertikal dan menentukan frekuensi hauling dari bagan apung penelitian dengan penggunaan umpan cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang dipasang secara vertikal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental fishing dengan pengulangan sebanyak 20 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan atraktor cacing tanah sebagai umpan yang dipasang secara vertikal berpengaruh terhadap hasil tangkapan dengan nilai signifikansi uji Mann-Whitney sebesar 0,014. Bagan apung perlakuan memperoleh 944,2 kg dan pada bagan apung kontrol seberat 435.2 kg. Penggunaan umpan vertikal juga berpengaruh nyata terhadap frekuensi hauling bagan apung dengan nilai signifikansi uji Mann-Whitney sebesar 0,002. Bagan apung perlakuan melakukan 118 kali hauling dan bagan apung kontrol 101 kali hauling.
 Kata kunci: bagan apung, cacing tanah, umpan vertikal
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Praja, Ardan, Lantun Paradhita Dewanti, Izza Mahdiana Apriliani, and Pringgo Kusuma Dwi Noor Yadi Putra. "POLA SEBARAN DAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN PADA ALAT TANGKAP BAGAN APUNG DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 8, no. 4 (2024): 429–39. https://doi.org/10.29244/core.8.4.429-439.

Full text
Abstract:
Operasi penangkapan alat tangkap bagan apung memiliki hubungan yang erat dengan persebarannya, karena sebaran bagan apung dapat memengaruhi hasil tangkapan ikan. Seiring dengan perkembangan teknologi citra satelit dapat dimanfaatkan untuk pemantauan sebaran alat tangkap bagan apung. Riset ini bertujuan untuk menentukan pola sebaran bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu dan mengidentifikasi operasi penangkapan ikan pada alat tangkap bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada nelayan. Pengumpulan data sekunder memanfaatkan citra satelit Sentinel-2 pada tahun 2019-2023 di perairan Teluk Palabuhanratu, kemudian hasil rekaman citra satelit di digitasi manual menggunakan software ArcGIS. Titik-titik sebaran alat tangkap bagan apung hasil dari digitasi manual dianalisis menggunakan analisis tetangga terdekat (nearest neighboor analysis) yang hasilnya berupa indeks T. Hasil analisis tetangga terdekat (indeks T) di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun 2019-2023 adalah 1,23, 1,09, 1,14, 0,90, dan 0,95 yang berarti selama 5 tahun pola sebaran alat tangkap bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu adalah acak. Pengoperasian bagan apung terdiri dari persiapan, perjalanan menuju fishing ground, penurunan jaring (setting), penarikan jaring (hauling), dan perjalanan kembali menuju fishing base. Operasi penangkapan ikan dilakukan dalam one day fishing. Hasil tangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu mencakup ikan pelagis kecil. Kata kunci: analisis tetangga terdekat, citra satelit, ikan pelagis kecil
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Zalzati, Josat Ilyazuth, Zulkarnain ., and Sulaeman Martasuganda. "PENGGUNAAN ATRAKTOR UMPAN IKAN RUCAH TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 3, no. 1 (2019): 13–23. http://dx.doi.org/10.29244/core.3.1.13-23.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian untuk memberikan informasi mengenai komposisi ikan hasil tangkapan bagan apung penelitian dan pengaruh penggunaan umpan ikan rucah pada alat tangkap bagan apung yang dibandingkan dengan bagan apung standar yang biasa nelayan gunakan di Teluk Palabuhanratu. Pengambilan data dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, dengan metode experimental fishing. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan secara langsung di lapangan. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan bagan apung yang dioperasikan sebanyak 19 kali ulangan memperoleh 14 jenis ikan hasil tangkapan dengan total berat hasil tangkapan sebesar 1356,58 kg. Perlakuan dari penggunaan umpan ikan rucah telah memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat total hasil tangkapan yakni bagan apung dengan umpan ikan rucah memperoleh ikan hasil tangkapan seberat 961,58 kg, sedangkan bagan apung tanpa umpang memperoleh ikan hasil tangkapan seberat 395 kg.Kata Kunci : Bagan apung, ikan rucah, penggunaan atraktor, Teluk Palabuhanratu, umpan ikan rucah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Zulkarnain, Ronny Irawan Wahju, Fis Purwangka, Indah Ainun Firdaus, and M. Syarif Budiman. "PENGGUNAAN BOOSTER RUMPON (FAD) UNTUK PEMIKAT DAN PENGUMPUL IKAN YANG EFEKTIF PADA ALAT TANGKAP BAGAN APUNG." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 7, no. 1 (2023): 001–13. http://dx.doi.org/10.29244/core.7.1.001-013.

Full text
Abstract:
Pengoperasian alat tangkap bagan apung selalu mengandalkan cahaya lampu, baik dari penggunaan jenis lampu maupun daya lampu yang digunakan. Sifat pasif dalam pengoperasian bagan apung adalah menunggu berkumpulnya ikan di bawah sumber cahaya dalam waktu menunggu yang cukup lama. Pada Kondisi tersebut, jumlah pengangkatan jaring (hauling) menjadi sedikit dan akan mempengaruhi jumlah tangkapan ikan yang diperoleh. Ketepatan solusi dengan inovasi teknologi alat bantu pengumpul ikan yang akan dilakukan adalah menyempurnakan solusi yang pernah diimplementasikan, yaitu peningkatan penggunaan alat bantu pemikat dan pengumpul ikan dari penggunaan atraktor rumpon atau atraktor umpan pada pengoperasian bagan menjadi penggunaan booster rumpon (FAD) yang merupakan kombinasi penggunaan atraktor rumpon dan atraktor umpan vertikal. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan komposisi hasil tangkapan, menentukan pengaruh penggunaan booster rumpon (perlakuan) terhadap jumlah hasil tangkapan dan jumlah hauling, serta menentukan pendapatan bagan perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan atraktor rumpon dan umpan vertikal pada bagan apung perlakuan memberikan hasil tangkapan dan jumlah jenis ikan yang lebih banyak dibandingkan dengan bagan apung kontrol. Penggunaan booster rumpon berpengaruh secara signifikan baik terhadap peningkatan jumlah tangkapan maupun jumlah hauling bagan apung. Persentase produksi bagan apung yang menggunakan booster rumpon terhadap bagan kontrol meningkat hingga 165,1 % dengan pendapatan bersih sebesar Rp13.883.414.0 dan rata-rata pendapatan bersih adalah Rp694.170,7/trip.
 Kata kunci: bagan apung, booster rumpon berumpan, pemikat ikan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Imaduddin, Azhari, Zulkarnain ., and Mokhamad Dahri Iskandar. "PENGGUNAAN ATRAKTOR UMPAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 3, no. 1 (2019): 1–11. http://dx.doi.org/10.29244/core.3.1.1-11.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi hasil tangkapan, frekuensi hauling dan pengaruh atraktor umpan cacing tanah terhadap hasil tangkapan bagan apung. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental fishing dengan melakukan kegiatan operasi penangkapan sebanyak 20 kali ulangan (trip) di lapangan. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat total hasil tangkapan bagan apung perlakuan yakni 1401,1 kg dengan 13 jenis ikan dan bagan apung standar tanpa atraktor umpan 545,5 kg dengan 8 jenis ikan selama 20 ulangan (trip). Selanjutnya untuk melihat adanya perbedaan frekuensi hauling antara kedua bagan apung digunakan uji statistik Mann Whitney yang menunjukkan nilai P value atau Asymp Sig. (2-tailed) (0.09 > 0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan atau pengaruh yang signifikan terhadap hasil tangkapan kedua bagan apung pada taraf kepercayaan 95%. Akan tetapi penggunaan atraktor umpan cacing tanah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berat hasil tangkapan bagan apung dengan nilai Asymp Sig. (2-tailed) (0,03 < 0,05) pada taraf kepercayaan 95%.Kata kunci : Atraktor umpan cacing tanah, kantong umpan, light fishing, komposisi hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu, waktu hauling, jumlah hauling
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Rusda, Reza Putri Ramadani, Noorce C. Berek, and Honey I. Ndoen. "Analysis of Differences in Knowledge and Attitudes of Bagan Apung Fishermen About Work Safety Before and After Participating in K3 Promoting." Pancasakti Journal Of Public Health Science And Research 2, no. 3 (2022): 218–24. http://dx.doi.org/10.47650/pjphsr.v2i3.482.

Full text
Abstract:
Peluang kecelakaan juga dapat ditimbulkan oleh sikap, kemampuan, dan rendahnya informasi Nelayan Bagan Apung tentang keselamatan kerja di laut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada perbedaan pengetahuan dan sikap Nelayan Bagan Apung tentang keselamatan kerja sebelum dan sesudah mengikuti promosi K3. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental, menggunakan analisis data kuantitatif dengan desain penelitian one group pretest posttest design. Analisis data pada penelitian ini menggunakan program komputer SPSS yaitu uji Wilcoxon Signed Test, pada tingkat kepercayaan 95% dan batas kemaknaan P<0,05. Sampel berjumlah 32 yang diambil menggunakan teknik convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan p-value = 0,000 pada pengetahuan nelayan bagan apung dan p-value = 0,00 pada sikap nelayan bagan apung. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap nelayan bagan apung yang dapat dilihat dari hasil pengetahuan terdapat peningkatan dari perlakuan 1 – perlakuan ke 4 sebanyak 68,75% dan hasil sikap terdapat peningkatan dari perlakuan 1 – perlakuan ke 4 sebanyak 75%. Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada pengetahuan dan sikap nelayan bagan apung. Saran dari penelitian ini yaitu nelayan bagan apung di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang perlu menerapkan keselamatan kerja dalam proses kerja, khususnya pada penggunaan alat pelindung diri seperti pelampung dan sarung tangan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Notanubun, Juliant, Imanuel M. Thenu, Yuliana A. Ngamel, and Anthon D. Kilmanun. "PENGARUH WAKTU PENARIKAN JARING TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG DI DESA OHOITAHIT KOTA TUAL." Jurnal Perikanan Unram 13, no. 2 (2023): 407–16. http://dx.doi.org/10.29303/jp.v13i2.530.

Full text
Abstract:
Salah satu daerah penangkapan ikan pelagis kecil yang cukup potensial di Kota Tual adalah di Perairan Desa Ohoitahit di mana aktivitas penangkapan oleh nelayan yang mendiami kawasan pesisir tersebut, umumnya menggunakan alat tangkap bagan apung dengan lampu sebagai sumber cahaya, bagan termasuk dalam kelompok jaring angkat. Di Indonesia, terdapat beragam jenis bagan, seperti bagan rakit, bagan perahu, bagan tancap dan bagan apung. Saat ini, nelayan lebih memilih menggunakan bagan apung karena perkembangan teknologi yang semakin maju. Penelitian yang lakukan bertujuan memberikan informasi tentang jenis-jenis ikan yang tertangkap pada bagan apung berdasarkan waktu penarikan jaring serta menentukan waktu penarikan jaring terbaik berdasarkan hasil tangkapan bagan apung di Perairan Ohoitahit Kota Tual. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperime, informasi diamati dalam studi mencakup berat keseluruhan, per jenis ikan, dan parameter lingkungan yang diamati secara visual. Data yang diperoleh diproses menggunakan teknik analisis varians (ANOVA) pada taraf kepercayaan 99%. Spesies ikan yang tertangkap meliputi; Tongkol, Sarlinya, Teri, Lalosi, dan Layang, yang semuanya merupakan ikan pelagis kecil yang hidup dalam kelompok. Studi menunjukkan bahwa berat tangkapan terbesar tercatat pada fase pengangkatan II dan III, yaitu sebesar 134 kg dan 153 kg.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Notanubun, Julianus, Simon Marsol Picaulima, Anton Daud Kilmanun, and Yuliana Anastasia Ngamel. "Pelatihan Penggunaan Lampu Celup Bawah Air Dalam Penangkapan Ikan Bagi Nelayan Bagan Apung Di Ohoi Selayar Kabupaten Maluku Tenggara." ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT 7, no. 2 (2024): 584. http://dx.doi.org/10.62411/ja.v7i2.2156.

Full text
Abstract:
Cahaya lampu merupakan alat bantu penangkapan dalam operasi penangkapan ikan yang berfungsi untuk menarik ikan dan memfokuskannya pada area penangkapan. Penggunaan cahaya lampu yang efektif dan efesien dapat meningkatkan hasil tangkapan dan menurunkan biaya operasional penangkapan ikan khususnya pada perikanan bagan apung. Teknologi cahaya lampu celup bawah air yang dikembangkan praktisi perikanan saat ini sangat efektif dan efesien digunakan nelayan kecil di perikanan bagan apung, namun sampai saat ini teknologi tersebut belum dapat digunakan oleh seluruh nelayan kecil di Indonesia karena keterbatasan kemampuan dalam mengoperasikan alat bantu penangkapan tersebut. Tujuan PkM adalah memberikan pengetahuan dan ketrampilan penggunaan lampu celup bawah air (Lacuba) dalam kegiatan penangkapan ikan pada perikanan bagan apung. Metode yang digunakan dalam PkM adalah pelatihan dengan materi teori dan praktik. Materi teori terkait dengan konsep lampu celup bawah air dan manfaat ekonomisnya. Materi praktik mengenai aplikasi lampu celup bawah air pada bagan apung. Peserta pelatihan berjumlah empat belas orang yang merupakan nelayan kecil bagan apung Ohoi Selayar. Kegiatan pelatihan tersebut berjalan dengan baik dan lancar dan hasil evaluasi menunjukan bahwa sebagian besar nelayan kecil yang mengikuti pelatihan tersebut sangat memahami materi yang disampaikan dan terampil dalam mengoperasikan Lacuba sebagai alat bantu penangkapan ikan pada bagan apung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Risamasu, Fonny J. L., Chaterina A. Paulus, and Alexander L. Kangkan. "TINGKAT KERAMAHAN ALAT TANGKAP BAGAN APUNG DAN GILL NET YANG BEROPERASI DI PERAIRAN TELUK KUPANG." TECHNO-FISH 3, no. 2 (2019): 98–111. http://dx.doi.org/10.25139/tf.v3i2.2124.

Full text
Abstract:
Perairan Teluk Kupang memiliki potensi ikan cukup melimpah. Alat tangkap yang dikembangkan nelayan untuk menangkap ikan yakni Bagan Apung dan Gill Net. Hasil tangkapan yang diperoleh memiliki jenis ikan dan ukuran bervariasi karena penggunaan mata jaring (mesh size) berbeda ukurannya. Penelitian telah dilaksanakan bulan Juli sampai September 2019, bertujuan mendeskripsikan tingkat keramahan Bagan Apung dan Gill Net serta menentukan proporsi indikator penilaian tingkat keramahan alat tangkap. Metode yang digunakan dalam penelitian yakni wawancara dilakukan pada 15 nelayan Bagan Apung dan 14 nelayan Gill Net terkait 9 kriteria penilaian tingkat keramahan alat tangkap menurut FAO 1995. Nilai setiap kriteria diberi skor 1- 4, kemudian dibuat rangking dengan nilai maksimum 36. Berdasarkan skor penilaian 9 kriteria, kemudian ditentukan proporsi indikator penilaian untuk kategori I-IV. Observasi lapangan dilakukan di tempat pendaratan ikan/pasar ikan untuk mengetahui jenis dan ukuran ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap pada Bagan Apung dan Gill Net bervariasi baik jenis, bentuk tubuh maupun ukuran ikan. Hasil analisis 9 kriteria menunjukkan bahwa Gill Net mempunyai nilai tingkat keramahan lingkungan sebesar 30.0 lebih tinggi dari Bagan Apung sebesar 29.46, namun keduanya tergolong sangat ramah lingkungan. Hasil analisis proporsi indikator penilaian untuk kategori I - IV menunjukkan bahwa Bagan Apung dan Gill Net sudah memenuhi 9 kriteria penilaian tingkat keramahan alat tangkap. Namun proporsi penilaian indikator untuk kategori I-IV pada kriteria penilaian No.1, Bagan Apung mempunyai selektifitas dalam menangkap ikan sangat tidak ramah lingkungan/sangat berdampak dari pada Gill Net, sedangkan 8 kriteria lain sudah memenuhi syarat kriteria tingkat keramahan alat tangkap.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Sastrawidjaja, Sastrawidjaja, and Manadiyanto Manadiyanto. "KELAYAKAN USAHA DAN PEMASARAN CUMI-CUMIASIN DI KECAMATAN KOMODO, KABUPATEN MANGGARAI, NUSA TENGGARA." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 9, no. 6 (2017): 57. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.9.6.2003.57-63.

Full text
Abstract:
Cumi-cumi (Loligo spp) adalah salah satu komoditas hasil perikanan laut unggulan di Pulau Flores. Usaha penangkapan cumi-cumi dilaksanakan nelayan menggunakan bagan apung di sekitar Selat Sape. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi kelayakan usaha dan margin pemasaran nelayan bagan apung yang menangkap cumi-cumi dilokasi penelitian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Kerihi, Anthon, and Yunita Yunita. "ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBUATAN BAGAN APUNG BARU (STUDI PADA NELAYAN BAGAN APUNG DI OESAPA, KOTA KUPANG)." JURNAL AKUNTANSI : TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS 9, no. 1 (2021): 109–18. http://dx.doi.org/10.35508/jak.v9i1.3984.

Full text
Abstract:
ABSTRAK
 Penataan jaring angkat sebagai usaha di bidang kelautan dan perikanan, serta memproduksi ikan dengan mengikuti kondisi laut dan cuaca yang dapat berubah dan mempengaruhi kegiatan produksi sehingga memberikan pendapatan yang tidak pasti dan sulit diprediksi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah produksi ikan dengan menggunakan jaring angkat ini dapat dikatakan layak dari aspek hukum, pasar dan pemasaran, manajemen, teknis dan operasional, ekonomi, sosial, amdal, dan keuangan. Sebelum merekomendasikan kepada investor, diperlukan analisis kelayakan investasi untuk mengetahui tingkat kelayakannya. Analisis dilakukan dengan proyeksi 10 tahun menggunakan skenario pesimis, moderat dan optimis. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah, legalisasi kegiatan usaha, merancang strategi pemasaran, mengetahui kegiatan teknis dan operasional, menentukan empat fungsi manajemen, mengetahui dampak positif ekonomi, sosial, dampak negatif terhadap lingkungan dan menentukan perkiraan penjualan di masa mendatang dengan menghitung untung / rugi. , arus kas, penilaian kelayakan finansial (NPV, IRR, PP dan PI) dan analisis sensitivitas. Setelah dilakukan analisa, ditemukan bahwa investasi ini layak dan dapat direkomendasikan pada setiap skenario dan tentunya skenario optimis menghasilkan tingkat kelayakan yang lebih baik dibandingkan dengan skenario lainnya.
 Kata Kunci: Analisis Kelayakan, Investasi, Lift Net, Industri Perikanan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Kerihi, Anthon S. Y. "ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBUATAN BAGAN APUNG BARU (STUDI PADA NELAYAN BAGAN APUNG DI OESAPA, KOTA KUPANG)." Jurnal Akuntansi dan Keuangan 9, no. 2 (2021): 91. http://dx.doi.org/10.29103/jak.v9i2.3897.

Full text
Abstract:
Estabilishing of a lift net as a business in the field of marine and fisheries, as well as producing fish by following the conditions of the sea and weather which can change and affect production activities so as to provide income that is uncertain and difficult to predict. Therefore, this research was conducted with the aim to find out whether fish production using this lift net can be said to be feasible in the aspects of law, market and marketing, management, technical and operational, economic, social, EIA, and finance.Before recommending to investors, an investment feasibility analysis is needed to determine the level of feasibility. The analysis was carried out with 10-year projections using a pessimistic, moderate and optimistic scenario. Some things that need to be done are, legalizing business activities, designing marketing strategies, knowing technical and operational activities, determining four management functions, knowing the positive economic, social impacts, negative impacts on the environment and determining future sales estimates calculating profit / loss, cash flows, financial feasibility assessment (NPV, IRR, PP and PI) and sensitivity analysis.After the analysis, it was found that this investment is feasible and can be recommended in every scenario and of course the optimistic scenario produces is better level of feasibility compared to other scenarios.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Ahmad, Junaidi, and Mardiana. "RANCANG BANGUN MINIATUR MEKANISME PENGANGKAT JARING PADA BAGAN APUNG." AUSTENIT 7, no. 1 (2015): 13–21. https://doi.org/10.5281/zenodo.4547535.

Full text
Abstract:
Indonesia adalah negara maritim dengan luas wilayah lebih dari separuhnya daerah perairan yang terbantang luas, negara ini juga kaya akan hasil perairannya dikarenakan Indonesia berada dalam daerah yang strategis yang terjepit antara dua benua asia dan australia, serta dua samudera pasifik dan samudera hindia. Mekanisme pengangkat jaring ini bertujuan untuk membantu kerja nelayan agar lebih mudah dan cepat dengan waktu yang sangat effisien serta hasil yang memuaskan, dengan mengkombinasikan dari berbagai aspek seperti mekanisme pengangkat dan motor listrik dengan daya yang sesuai, serta dengan perhitungan yang tepat maka dapat diciptakan suatu sistem mekanisme pengangkat jaring yang dapat mengangkat hasil tangkapan yang memuaskan bagi para nelayan dengan menghemat tenaga dan waktu. Sehingga nantinya frekuensi penangkapan yang sebelumnya hanya 4-5 kali penangkapan dalam semalam, dapat menjadi 5-7 kali menangkapan dalam semalam dengan menekankan waktu penarikan jaring lebih cepat dari pada dengan proses manual melalui tenaga manusia. Sehingga harapan dengan pembuatan mekanisme pengangkat jaring ini nantinya dapat dikembangkan kembali dengan menggunakan perhitungan dan prototipe dengan skala nyata agar dapat bermanfaaat bagi para nelayan Indonesia kedepannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Riantoro, Muhamad Rizki, Budhi Hascaryo Iskandar, and Fis Purwangka. "POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PERIKANAN BAGAN APUNG DI PPN PALABUHANRATU, JAWA BARAT." Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan 8, no. 2 (2018): 221–36. http://dx.doi.org/10.24319/jtpk.8.221-236.

Full text
Abstract:
Fokus perhatian pada penelitian ini adalah aktivitas perikanan bagan di atas kapal angkutnya. Aktivitas pada kapal angkut inilah yang paling banyak memiliki potensi risiko berbahaya. Kecilnya area pada kapal angkut, dengan jumlah penumpang yang banyak dan ditambah dengan berat jumlah barang yang diangkut tersebut dapat menyebabkan peluang kecelakaan yang tinggi. Kondisi tersebut juga diperparah dengan situasi di atas kapal angkut yang tidak terdapat seorang penumpang pun yang menggunakan alat keselamatan dan APD (Alat Perlindungan Diri), dan juga tidak tersedianya alatalat tersebut di dalam kapal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko kerja pada kegiatan perikanan bagan apung, dan mengidentifikasi pengetahuan nelayan bagan apung terhadap keselamatan kerja.. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada potensi kecelakaan kerja di kapal angkut dan bagan apung di Palabuhanratu. Data primer didapatkan dari hasil pengamatan langsung dan wawancara terhadap beberapa pihak terkait dengan keselamatan kerja nelayan. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti literatur, dokumen serta arsip yang ada pada instansi terkait. Pengolahan data dilakukan dengan analisis keselamatan kerja (Job Safety Analysis/JSA). Hasil penelitian ini menunjukkan, (1) berdasarkan JSA diperoleh bahwa risiko yang timbul terbagi dalam 3 kategori yakni kategori tidak parah (88%), parah (12%) dan sangat parah (0%); (2) nelayan bagan memiliki pengetahuan yang dikategorikan cukup baik mengenai keselamatan kerja dan prosedur kerja di kapal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Iskandar, Mokhamad Dahri, Denta Tirtana, Mulyono S. Baskoro, and Gondo Puspito. "PERBEDAAN JUMLAH DAN UKURAN HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG PADA WAKTU HAULING YANG BERBEDA." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 8, no. 1 (2024): 055–67. http://dx.doi.org/10.29244/core.8.1.055-067.

Full text
Abstract:
Ikan berkumpul di lokasi penangkapan bagan dengan berbagai tujuan. Beberapa peneliti menunjukan bahwa salah satu alasan ikan berkumpul di lokasi penangkapan bagan untuk melakukan pemangsaan. Salah satu alasan ikan berkumpul di sekitar bagan adalah pemangsaan. Waktu pemangsaan tiap spesies berbeda, sehingga keberadaan tiap spesies di lokasi penangkapan akan berbeda. Pada penangkapan ikan dengan bagan apung, nelayan akan melakukan kegiatan hauling pada saat ikan telah banyak berkumpul di lokasi penangkapan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengungkap aktifitas hauling yang berbeda terhadap hasil tangkapan bagan. Tujuan dari penelitian ini untuk menetukan bobot ikan yang tertangkap, jenis ikan yang tertangkap, sebaran ukuran ikan yang tertangkap dan keragaman ikan yang tertangkap pada bagan apung pada berbagai periode hauling. Pengambilan data dilakukan dengan metode uji coba penangkapan di laut. Pengambilan data dilakukan selama 10 hari dengan tiap trip penangkapan sebagai satu ulangan. Untuk menganalisis adanya perbedaan bobot ikan yang tertangkap dan ukuran panjang spesies dominan pada berbagai periode hauling digunakan Uji Kruskal Wallis. Keragaman hasil tangkapan yang diperoleh pada berbagai waktu hauling dianalisis dengan index Shannon Wiener. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis terhadap bobot ikan yang tertangkap pada berbagai waktu hauling diperoleh nilai probabilitas 0,041 (P < 0,05). Hal ini berarti bobot hasil tangkapan antara waktu hauling yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata. Hasil Uji Kruskall Wallis pada ukuran panjang ikan dominan menunjukan hasil tangkapan ikan layang dan cumi-cumi berbeda nyata taraf kepercayaan 95%. Keanekaragaman tertinggi terjadi pada waktu hauling tengah malam dengan nilai indeks keragaman 1,956.
 Kata kunci: bagan apung, distribusi ukuran, hauling, hasil tangkapan, keragaman, Kruskal Wallis
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Nur Azizah, Lutfiana. "Pengembangan Kapasitas Komunitas Nelayan Bagan dan Lingkungan Sosialnya di Kabupaten Kolaka." Jurnal Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial 5, no. 1 (2024): 39–52. http://dx.doi.org/10.52423/jkps.v5i1.27.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan kapasitas komunitas nelayan yang menggunakan metode pekerjaan kapal bagan apung Kabupaten Kolaka. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Melalui teknik purposive sampling, informasi pengembangan kapasitas nelayan diperoleh melalui 10 orang informan dengan karakteristik pemilik usaha perikanan dengan kapal bagan apung, nelayan pengguna kapal motor tempel, buruh nelayan, pemerintah Dinas Perikanan Kabupaten Kolaka, dan ketua kelompok nelayan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, strudi literatur dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan pengkodingan deskriptif yaitu open coding, axial coding dan selective coding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kapasitas nelayan tangkap kapal bagan apung dideskripsikan dengan pengembangan tingkat individu sebagai kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang diperoleh dari penyuluhan, pelatihan dan pengalaman kerja. Kemudian terdapat pengembangan tingkat institusional yang berupa pengembangan kelompok nelayan dalam meningkatkan mekanisme kerja berdasarkan budaya dan organisasi kelompok nelayan dan mekanisme pengambilan keputusan dalam pemanfaatan bantuan pemerintah, serta manajemen konflik. Adapun pengembangan tingkat sistem dilakukan dengan pemanfaatan teknologi dan alat-alat penangkapan ikan, kapasitas dalam strategi kepemimpinan, dan interaksi sosial nelayan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Khairul, Wazir Mawardi, and Mochammad Riyanto. "PENGGUNAAN LAMPU LIGHT EMITTING DIODE (LED) BIRU TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG DI KABUPATEN ACEH JAYA." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 1, no. 2 (2018): 235–43. http://dx.doi.org/10.29244/core.1.2.235-243.

Full text
Abstract:
Nelayan bagan apung di Aceh menggunakan lampu neon berwarna putih sebagai alat bantupenangkapan ikan. Saat ini berkembang lampu Light Emitting Diode (LED) biru sebagai alternatifsumber cahaya pada perikanan bagan yang hemat energi, namun belum diketahui efektivitasnya.Penelitian ini membandingkan hasil tangkapan antara lampu neon warna putih dan LED biru. Tujuandari penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi hasil tangkapan lampu neon dan LED biru.Pengambilan data dilakukan dengan uji coba penangkapan ikan dengan mengoperasikan 2 unit bagansecara bersamaan di lokasi yang berdekatan selama 10 hari operasi pada bulan September-Oktober 2016di Gampoeng Lhoek Kruet, Kabupaten Aceh Jaya. Bagan pertama dengan menggunakan lampu neonsebagai kontrol dan bagan kedua dengan lampu LED biru. Komposisi hasil tangkapan bagan denganLED biru terdiri dari 6 spesies ikan yaitu teri (Stolephorus insularis ) sebesar 47%, rebon (Mysis relicta)20%, layur (Trichiurus savala) 7%, cumi-cumi (Mastigoteuthis Flammea) 3%, gerot-gerot (Pamadasysmaculatus) 7% dan talang-talang (Scomberoides commersonnianus) 16%. Penggunaan lampu LEDsecara signifikan meningkatkan total tangkapan sebesar 31,15% dibandingkan dengan lampu neon.Lampu LED biru ini cocok untuk menangkap ikan layur dan cumi-cumi.Kata kunci: bagan apung, lampu biru, lampu neon, light emitting diode (LED).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Sabdillah Sahar, Mirdan, Suharty Roslan, and Sarpin. "The Impacts of the Use of the Bagan Apung on the Socio-Economic Life of Fishermen Communities." Indonesian Journal of Social and Environmental Issues (IJSEI) 1, no. 1 (2020): 22–27. http://dx.doi.org/10.47540/ijsei.v1i1.2.

Full text
Abstract:
This study aims to determine the considerations or reasons why fishing communities use of the Bagan Apung and their impact on the socio-economic life of the fishing communities of Pasir Putih Village, Lembo District, North Konawe Regency. This type of research is using qualitative descriptive. Data collection techniques in this study were carried out through observation, interviews, and documentation. The results in this study indicate that using the Bagan Apung by fishermen is due to the consideration that it is simple to make, simple to use, and quickly gets the catch. The impact of the use of the Bangan Apung on the socio-economic life of the fisherman community, namely social impacts includes education, social interaction, and health. While the economic impact includes income, expenditure, and investment.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Olii, Muhammad Yasin Umsini Putra, Devti Wirnianti Marada, Izza Mahdiana Apriliani, and Gillang Fernando. "PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG MENGGUNAKAN LAMPU NEON DAN LAMPU LED DI PERAIRAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 9, no. 1 (2025): 043–49. https://doi.org/10.29244/core.9.1.043-049.

Full text
Abstract:
Penangkapan ikan dengan teknologi light fishing telah menjadi metode andalan nelayan untuk menarik ikan menggunakan cahaya. Namun, permasalahan efisiensi pencahayaan dalam praktik ini masih menjadi perhatian, terutama di Perairan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil tangkapan bagan apung yang menggunakan lampu LED dan lampu neon. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental penangkapan ikan, di mana proses penangkapan dilakukan langsung di lapangan. Data hasil tangkapan dianalisis untuk menghitung total berat tangkapan per trip maupun hauling dalam satuan kilogram (kg). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagan apung dengan lampu LED menghasilkan tangkapan sebesar 721 kg, sedangkan bagan apung dengan lampu neon hanya menghasilkan 495 kg. Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua jenis pencahayaan. Lampu LED memiliki keunggulan dalam menghasilkan intensitas cahaya yang lebih efisien dan panjang gelombang yang mampu menembus perairan lebih dalam, sehingga lebih efektif menarik ikan dan turut meningkatkan keberhasilan penangkapan. Rekomendasi dari penelitian ini adalah penggunaan lampu LED dapat diadopsi secara luas oleh nelayan sebagai alternatif pencahayaan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Kata kunci: alat bantu penangkapan, hasil tangkapan ikan, lampu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Hartina, Wa Ode, Nurdiana Azis, Wa Ode Piliana, and Syamsul Kamri. "Perbandingan penerimaan nelayan tangkap bagan apung sebelum covid-19 dan era new normal di Desa Katela Kecamatan Tiworo Kepulauan Kabupaten Muna Barat." Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan 10, no. 2 (2025): 195–202. https://doi.org/10.33772/jsep.v10i2.141.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penerimaan yang diperoleh nelayan tangkap bagan apung sebelum Covid-19 dan pada era new normal di Desa Katela Kecamatan Tiworo Kepulauan Kabupaten Muna Barat. Penelitian dilakukan pada Bulan Desember 2020 sampai Januari 2021. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling. Data diperoleh melalui wawancara, pencatatan, observasi dan studi literatur. Analisis data yang digunakan yaitu analisis penerimaan dan analisis uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata penerimaan nelayan tangkap bagan apung sebelum Covid-19 dan pada era new normal di Desa Katela diperoleh nilai signifikansi 0,104 dan lebih besar dari 0,05.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Affanta, Wan Alga, and Riena F. Telussa. "Analisis Kelayakan Usaha Perikanan Bagan Apung di Pelabuhanratu Sukabumi, Jawa Barat." Jurnal Ilmiah Satya Minabahari 5, no. 1 (2019): 64–72. http://dx.doi.org/10.53676/jism.v5i1.79.

Full text
Abstract:
Teknik penangkapan ikan menggunakan bagan apung dilandaskan pada pemanfaatan tingkah laku (behavior) ikan target terutama sifat fototaksis ikan. Hasil tangkap ini merupakan variabel yang fluktuatif, baik terhadap waktu maupun terhadap tempat. Faktor-faktor yang mempengaruhi fishing ground diantaranya parameter oseanografi, dan sifat ikan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut menyebabkan sebaran ikan dan zona potensi tangkap ikan akan berbeda-beda. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Dilakukan dengan cara observasi, wawancara secara langsung kepada nelayan dan juga pencatatan secara sistematis dengan menggunakan kuesioner terlampir terhadap objek yang akan diteliti. Sampel diambil menggunakan metode purposive sampling metode ini adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Metode analisis data yang digunakan yaitu perhitungan Kelayakan Finansial seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP. Hasil penelitian menunjukan bahwa aspek-aspek yang diketahui dari perhitungan kelayakan usaha perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah aspek ekonomis meliputi : Investasi Rp.48.000.000, biaya Tetap pertahun bernilai Rp.17.572.000, biaya Variabel pertahun Rp.51.840.000, penerimaan pertahun Rp.300,753,000. Hasil analisis usaha kritria investasi dengan cara menghitung nilai NVP, Net B/C, IRR, dan PP diperoleh nilai NVP Sebesar Rp. 54.264.000 pada tingkat suku bunga 12%. Nilai tersebut menunjukan bahwa usaha perikanan bagan apung di Palabuhanratu dapat memberikan manfaat bersih selama umur proyek 5 tahun kedepan dan usaha perikanan bagan apung ini dikatakan layak. Nilai Net B/C bernilai 1,05 hal ini menunjukan kontribusi manfaat bersih terhadap biaya selama umur proyek 5 tahun dengan tingkat suku bunga 12%. Berdasarkan perhitungan nilai IRR sebesar 51,76% dan Payback Period (PP) bernilai 1,7.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Dollu, Efrin Antonia, Angriani P. H. Dasing, and Yulianto Tell. "Pengaruh fase bulan terhadap produktivitas hasil tangkapan bagan apung di perairan teluk Mutiara Kabupaten Alor." JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP 8, no. 2 (2023): 125–31. http://dx.doi.org/10.35800/jitpt.8.2.2023.48419.

Full text
Abstract:
Bagan Apung fishing gear is one of the fishing gear that uses light as a tool in the fishing process. Floating Bagan fishing gear is a fishing gear that produces a high enough value for fishery production. The value of marine fishery production sometimes experiences instability which can be caused by several factors including oceanographic, weather or climate factors and the period of the moon phase. The research method used in this study was observation or following the fishing operation directly on Bagan Apung as many as 16 trips. Data analysis was carried out to see the effect of the catch on the moon phase using the t test and the BNT follow-up test. The composition of the catch shows that the crescent phase has a catch composition of 33% or with a total catch of 884 kg. The first bright spring moon phase with a catch composition of 17% or with a total catch of 454 kg, the full moon phase with a composition of 13% or with a total catch of 346 kg. The second semi-bright moon phase with a composition of 37% or with a total catch of 987 kg. The results of the t test and further test (BNT) showed that there was a moon phase on the catch of Bagan Apung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Silaban, Joharis, Mustaruddin, and Deni Achmad Soeboer. "PENENTUAN ALAT TANGKAP UNGGULAN UNTUK IKAN PELAGIS KECIL DI PALABUHANRATU SUKABUMI." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 1, no. 2 (2018): 225–34. http://dx.doi.org/10.29244/core.1.2.225-234.

Full text
Abstract:
Pantai Palabuhanratu terletak pada titik koordinat 70- 70 12’ lintang selatan dan 1060 21’ - 1060 31’ bujur timur. Perairan teluk ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga kondisi perairan dan ikan yang terdapat di perairan teluk banyak dipengaruhi oleh perairan Samudera Hindia (PPN Palabuhanratu 2007). Permasalahan yang menyangkut keberlanjutan perikanan tangkap adalah perilaku nelayan, produktivitas penangkapan, tingkat pendapatan, ketersediaan sumberdaya ikan dan kegiatan pengelolaan (manajemen) perikanan tangkap ikan pelagis kecil itu sendiri. Untuk mengoptimalkan perikanan pelagis kecil secara berkelanjutan maka dibutuhkan analisis dengan menggunakan skoring untuk menentukan alat tangkap unggulan untuk perikanan pelagis kecil. Usaha penangkapan ikan pancing ulur memiliki nilai tertinggi berdasarkan aspek lingkungan sedangkan bagan apung adalah alat tangkap yang memiliki nilai tertinggi berdasarkan aspek teknik,sosial dan ekonomi. Secara keseluruhan alat tangkap bagan apung merupakan alat tangkap yang unggul untuk perikanan pelagis kecil. Kesimpulan dari penelitian ini adalah alat tangkap unggulan untuk perikanan pelagis kecil di perairan Pelabuhanratu berdasarkan aspek teknik, ekonomi, sosial dan lingkungan yaitu bagan apung.Kata kunci: keberlanjutan, skoring, pengelolaan, unggulan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Bubun, Rita L., Domu Simbolon, Tri Wiji Nurani, and Sugeng H. Wisudo. "TROPIK LEVEL PADA DAERAH PENANGKAPAN IKAN YANG MENGGUNAKAN LIGHT FISHING DI PERAIRAN SULAWESI TENGGARA (Trophic level in Fishing Ground by Using Light Fishing in Southeast Sulawesi)." Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management 5, no. 1 (2016): 57. http://dx.doi.org/10.29244/jmf.5.1.57-76.

Full text
Abstract:
<p>ABSTRACT<br />The Interaction biology of species in the fishing ground caused by displacement energy from one species to another species and create the structure of patterns trophic level. The objectives of this studi are to determine structure of trophic level and composition of dominant spesies in fishing ground by light fishing in waters of the east Southeast Sulawesi. The research method is survey method. Primary data are using simple random sampling of the fish entrails composition of the purse seine and “bagan apung” unit. Analysis of data using analysis trophic level to determine the patterns of trophic level in the fishing ground by using light fishing and descriptive analysis to determine the composition of species based on trophic level. The result showed: (i) The patterns of trophic level in waters of the east Southeast Sulawesi are (I) phytoplankton; (II) zooplankton; (III) shrimp and squid in TL 3,2; (IV) small pelagic fish in TL 3,7; predatory fish in TL 4.2 up; (ii) Composition of dominant spesies in the purse seine is 60% to consumer groups 5 inTL 4,2 up and bagan apung is 66% consumer groups 4 in TL 3,7.</p><p><br />Key words: fishing ground, light fishing, trophic level</p><p>-------</p><p>ABSTRAK</p><p>Interaksi biologi antarspesies di daerah penangkapan ikan disebabkan adanya proses pemangsaan antara satu spesies dengan spesies lainnya yang membentuk struktur dalam tropik level. Tujuan penelitian menentukan pola tropik level dan komposisi spesies dominan yang terbentuk di daerah penangkapan ikan menggunakan light fishing di perairan bagian timur Sulawesi Tenggara. Metode penelitian adalah metode survei dengan obyek penelitian hasil tangkapan ikan unit penangkapan purse seine dan bagan apung. Pengumpulan data primer melalui observasi dengan pengambilan sampel simple random sampling terhadap jenis ikan hasil tangkapan untuk identifikasi komposisi isi perut. Analisis data menggunakan analisis tropik level untuk menentukan pola tropik level dalam proses pemangsaan antara spesies di daerah penangkapan menggunakan light fishing dan analisis deskriptif untuk menentukan komposisi kelompok konsumen berdasarkan tropik level. Hasil penelitian menunjukkan: (i) Pola tropik level yang terbentuk di perairan bagian timur Sulawesi Tenggara yaitu (I) fitoplankton; (II) zooplankton; (III) udang dan cumi-cumi pada TL 3,2; (IV) ikan pelagis kecil pada TL 3,7; (V) ikan predator pada TL 4,2 atau lebih; (ii) Komposisi spesies pada purse seine 60 % didominasi spesies kelompokkonsumen 5 pada TL 4,2 atau lebih dan bagan apung 66 % didominasi spesies kelompok konsumen pada TL 3,7.</p><p><br />Kata kunci: daerah penangkapan ikan, light fishing, tropik level</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Zulkarnain, Sulaeman Martasuganda, Sugertiani, Fis Purwangka, and Ronny Irawan Wahju. "PENGGUNAAN PERBEDAAN WARNA LAMPU PADA PENGOPERASIAN JARING POCONG TERHADAP HASIL TANGKAPAN BENUR LOBSTER (PUERULUS)." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 8, no. 4 (2024): 399–406. https://doi.org/10.29244/core.8.4.399-406.

Full text
Abstract:
Sebagai alat tangkap yang bersifat pasif, pocongan menjadi shelter bagi benur lobster. Bahan pembuat pocongan adalah jaring nilon monofilamen mesh size 1 inch dengan tinggi jaring 1,5-2 m. Pocongan dioperasikan pada malam hari dengan bagan apung atau perahu dan menggunakan cahaya lampu LED warna putih, baik permukaan maupun bawah air. Tujuan penelitian ini untuk menentukan komposisi hasil tangkapan benur lobster sebagai hasil tangkapan utama dan juvenil lainnya sebagai by-catch dan menentukan pengaruh penggunaan cahaya lampu LED warna kuning dan putih pada pengoperasian alat tangkap pocongan. Kegiatan experimental fishing dilakukan selama 10 trip dengan 2 perlakuan (lampu LED warna kuning dan putih) dan 3 unit pocongan untuk setiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lampu warna kuning memberikan jumlah hasil tangkapan benur lobster lebih banyak dibandingkan dengan lampu putih dan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Penggunaan lampu warna kuning memberikan jumlah hasil tangkapan by-catch lebih sedikit dibandingkan dengan lampu putih. Kata kunci: bagan apung, benur lobster, nilon monofilamen, pocongan, warna lampu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Sulaiman, Muhammad, Mulyono S. Baskoro, Am Azbaz Taurusman, Sugeng Hari Wisudo, and Roza Yusfiandayani. "PERBEDAAN HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG YANG MENGGUNAKAN LAMPU MERKURI DENGAN LAMPU LED." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 21, no. 2 (2015): 123. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.21.2.2015.123-130.

Full text
Abstract:
<p>Teknik penangkapan ikan dengan alat tangkap bagan di Indonesia khususnya di Kabupaten Barru umumnya masih menggunakan lampu merkuri yang mana membutuhkan energi listrik yang cukup besar. Salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan energi listrik yang besar ini dapat digunakan jenis lampu hemat energi seperti lampu Light Emitting Diode (LED). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jenis ikan yang dominan tertangkap, komposisi jenis, dan berat ikan tertangkap antara bagan yang menggunakan lampu merkuri dengan lampu LED. Penelitian dilakukan di perairan Kabupaten Barru-Selat Makassar, Sulawesi Selatan. Lokasi pengamatan terletak pada posisi 4°22’48,7"-4°33’47,8"LS sampai dengan 119°25’05,0"-119°33’42,7"BT. Pengamatan lapang/uji coba penangkapan dilakukan pada periode Oktober-Nopember 2012 dan April-Mei 2013 (sebanyak 50 Trip penangkapan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi hasil tangkapan bagan yang menggunakan lampu merkuri dan lampu LED didominasi oleh ikan teri hitam, teri putih, kembung lelaki, tembang, cumi-cumi, dan peperek, masing-masing sebanyak 90% dan 83%. Dengan komposisi jenis hasil tangkapan yang demikian ini menunjukkan bahwa lampu LED dapat digunakan sebagai alat bantu penangkapan ikan karena mampu memikat jenis ikan target dan cenderung hasil tangkapannya sama dengan menggunakan lampu merkuri yang digunakan nelayan bagan. Terdapat perbedaan berat hasil tangkapan bagan yang menggunakan lampu merkuri dari pada yang menggunakan lampu LED, namun dari nilai hasil tangkapan tampak tidak berbeda. Berat jenis hasil tangkapan yang dominan tertangkap dengan lampu LED sebanyak17,49 kg/watt sedangkan lampu merkuri sebanyak 4,89 kg/watt. Hasil ini menunjukkan bahwa bagan dengan lampu LED mendapatkan tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan bagan lampu merkuri.</p><p><br /><em>Fishing techniques with lift-net fishing gear in Indonesia especially in Barru Regency still usemercury lamp which require considerable electrical energy. Lamps that require low energy is an alternative that </em><em>can be used to reduce the use of electrical energy. Lamps that require low energy, longevity, low heat radiation, and is resistant to shocks is a Light Emitting Diode (LED). The purpose of this research was to </em><em>determine differences in the dominant fish species caught, species composition, and weight of fish caught between the lif net fishing gear that uses a mercury lamp with LED lamp. The research was </em><em>conducted in Barru waters regency, Makassar Strait, South Sulawesi on October-November 2012 and April-May 2013 (50 trips). Observation sites located on 4° 22' 48,7"- 4° 33' 47,8" LS up to 119° 25' 05,0"-</em><em>119° 33' 42,7" BT. The composition of the catch between mercury lamps and LED lamps was dominated by black anchovy, white anchovy, indian mackerel, sardines, squid and golden ponyfish, respectively 90% and 83%. These results indicate that the LED lights can be used as fishing tools because it is able to attract the target fish species and tend to catch higher than mercury lamps that commonly used. The difference in weight of the catch by using a mercury lamp was statistically better than the LED lights, but the value of the catch of the two types of lamps are not statistically different. Catches based upon the weight per electrical power used to indicate that the LED lights (17.49 kg / watt) is better than themercury lamp (4.89 kg / watt).</em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Darondo, Franky Adrian, Elsari Tanjung Putri, Jul Manohas, et al. "ANALISIS TEKNIS PENGOPERASIAN BAGAN APUNG (FLOATING BAGAN) DI PERAIRAN DESA BATU PUTIH KOTA BITUNG SULAWESI UTARA." Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology 20, no. 4 (2024): 188–96. https://doi.org/10.14710/ijfst.20.4.188-196.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Wally, Sakina, Dionisius Bawole, and Yolanda Marla Tania Nangkah Apituley. "PENDAPATAN USAHA PERIKANAN BAGAN APUNG DI NEGERI TULEHU KABUPATEN MALUKU TENGAH." PAPALELE (Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan) 7, no. 1 (2023): 47–56. http://dx.doi.org/10.30598/papalele.2023.7.1.47.

Full text
Abstract:
Fishing using a floating lift net contributes a positive impact on the fishermen of Tulehu village, but problems faced by fishermen in fishing often affect their income. This study aims to analyze the income of the floating lift net business in Tulehu village. The results showed that the number of fishing activities for floating lift net during the non-fishing season were 55 trips and during the fishing season 138 trips. Fixed costs incurred during the non-fishing season was Rp32,971,175 and in the fishing season was Rp13,294,150, while variable costs during the non-fishing season was Rp19,361,175 and during the fishing season was Rp25,042,200. Based on the costs incurred, the floating lift net business earns an average profit of Rp59,045,620 during the non-fishing season and Rp247,597,600 during the fishing season. Research should be continued with an analysis of the financial feasibility of the business, so it can be seen whether the business is feasible or not.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Safingi Alamsyah, Berbudi Wibowo, and Yaser Krisnafi. "Perhitungan Daya Roller Pada Alat Tangkap Bagan Tancap." Jurnal Airaha 9, no. 01 (2020): 007–17. http://dx.doi.org/10.15578/ja.v9i01.152.

Full text
Abstract:
Bagan Tancap Pangandaran merupakan alat tangkap ikan tradisional yang digunakan nelayan untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil seperti ikan teri dan udang rebon. Teknik pengoperasianyang masih tradisional membuat bagan tancap menjadi kurang produktif dan sangat tergantung dengan kekuatan nelayan yang mengoperasikannya. Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui jumlah daya yang diperlukan untuk mengangkat jaring dan hasil tangkapan pada saat haulling di atas bagan sehingga bisa dijadikan acuan sebagai perancangan alat bantu penarik bagan (roller). Analisis yang digunakan adalah analisis untuk mengetahui luasan struktur alat tangkap, hasil tangkapan, drag force, gaya apung dan gravitasi dimana hasil hitungan tersebut disajikan secara numerik yang kemudian digunakan sebagai dasar menentukan besaran beban yang di terima. Hasil penelitian menunjukan dimana pada Bagan Tancap yang memiliki dimensi panjang, lebar, dan tinggi berukuran 10 x 10 x 15 meter serta dengan hasil tangkapan per setting sebanyak 200 kg, roller bagan tersebut harus dapat memngangkat beban minimal sebesar 4488,4 Newton apabila beban tersebut sudah ada diatas permukaan air. Namun hasil tangkapan dan alat tangkap yang diangkat roller bagan dengan kecepatan 0,05 meter/detik menghasilkan beban sebesar 327,2 Newton pada saat di kolom perairan dengan densitas 1025 kg/m3. Maka daya minimal yang diperlukan oleh roller bagan yaitu sebesar 22,44 kW.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Sihotang, Martien Andrew, Zulkarnain, Rivaldi Abdul Rasyid, et al. "Diseminasi Booster Rumpon kepada Masyarakat Nelayan dalam Kegiatan PPK-Ormawa di Desa Sangrawayang." Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM) 6, no. 1 (2024): 1–10. http://dx.doi.org/10.29244/jpim.6.1.1-10.

Full text
Abstract:
Desa Sangrawayang merupakan wilayah yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan. Kondisi tersebut menjadikan masayarakat di Desa Sangrawayang banyak melakukan aktivitas yang memanfaatkan sumberdaya perairan laut, seperti kegiatan penangkapan ikan. Alat tangkap yang banyak digunakan yakni bagan apung dan bagan tancap. Selain itu ada juga bagan khusus yang digunakan untuk wisata pancing. Hasil tangkapan nelayan yang mengalami penurunan dan stagnan di Desa Sangrawayang membutuhkan inovasi alat bantu untuk meningkatkan hasil tangkapan yang dapat berdampak pada kesejahteraan nelayan. Atraktor rumpon protein hewani (booster rumpon) menjadi salah satu alat yang dapat digunakan guna membantu peningkatan hasil tangkapan nelayan bagan di Desa Sangrawayang. Masyarakat nelayan membutuhkan edukasi dalam pembuatan booster rumpon untuk mengoptimlkan pemahaman nelayan dalam membuat alat bantu tersebut sehingga dapat berkelanjutan dan masyarakat nelayan dapat melakukan pembuatan alat bantu secara mandiri. Penggunaan booster rumpon yang digunakan di Desa Sangrawayang menunjukkan perbedaan hasil tangkapan yang cukup signifikan, yakni sebesar 88% jika dibandingkan dengan hasil tangkapan bagan yang tidak menggunakan booster rumpon. Peningkatan hasil tangkapan menjadikan pendapatan nelayan juga ikut meningkat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan di Desa Sangrawayang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Mujaddid, Ashabul, and Fentiny Nugroho. "Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan Tangkap di Kelurahan Kolakaasi Kabupaten Kolaka." Pekerjaan Sosial 20, no. 1 (2021): 130–37. http://dx.doi.org/10.31595/peksos.v20i1.304.

Full text
Abstract:
Kondisi sosial ekonomi para nelayan di Kelurahan Kolakaasi menggambarkan aktivitas kerja, relasi dalam masyarakat dan pemanfaatan aset sebagai modal dalam mengembangkan kapasitas. Mereka bekerja sebagai nelayan pada Kapal Bagan yang beroperasi pada kurun waktu 3 hingga 4 bulan di laut. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan jenis deskriptif. Wawancara mendalam dilakukan dengan teknik purposive sampling pada kriteria nelayan tangkap pemilik Bagan Apung dan buruh nelayan. Hasil penelitian menunjukkan kondisi sosial ekonomi nelayan dideskripsikan oleh beberapa komponen. Pertama, situasi operasional kerja nelayan menunjukan pemanfaatan Kapal Bagan sebagai kapal operasional dan penguasaan alat tangkap perikanan saat melaut. Kedua, adanya keterampilan kerja yang produktif dengan mengandalkan komitmen kerja serta kemampuan fisik dan mental nelayan saat berada di wilayah operasional kerja. Ketiga, terdapat kelompok nelayan untuk melakukan swadaya. Dan keempat, adanya modal ekonomi nelayan yang berupa penghasilan dan pengelolaannya sebagai suatu aset.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

., Yadudin, M. Fedi A. Sondita, Zulkarnain ., and Fis Purwangka. "PENGARUH PENGGUNAAN RUMPON PORTABLE DAN JENIS LAMPU SETTING TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN TANCAP DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT." ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut 2, no. 3 (2018): 253–62. http://dx.doi.org/10.29244/core.2.3.253-262.

Full text
Abstract:
Semakin berkembangnya teknologi, penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan pada perikanan bagan di Palabuhanratu banyak mengalami perubahan, yaitu semua bagan baik bagan apung maupun bagan tancap yang sebelumnya menggunakan lampu petromaks pada saat ini sudah menggunakan lampu listrik. Jenis lampu yang digunakan pada penelitian ini adalah light emitting diode (LED) yang memiliki keunggulan hemat energi dan memiliki umur teknis yang tahan lama. Alat bantu lainnya yang sering digunakan pada perikanan tangkap adalah rumpon. Rumpon sudah lama digunakan pada perikanan tangkap sebagai alat pemikat ikan. Penggunaan rumpon pada bagan tancap bertujuan untuk mengumpulkan ikan pada siang hari sehingga pada malam hari nelayan bisa melakukan kegiatan penangkapan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Membandingkan hasil tangkapan di antara dua unit bagan yang masing-masing dilengkapi dengan 4 unit rumpon portable namun dengan jenis lampu yang berbeda, yaitu lampu LED (Bagan A) dan lampu standar (bagan B). (2) Membandingkan hasil tangkapan di antara dua unit bagan yang masing-masing dilengkapi dengan lampu standar namun dengan jumlah rumpon portable yang berbeda, yaitu 4 unit rumpon (Bagan B) dan 2 unit rumpon (Bagan C). Penelitian ini menggunakan metode experimental fishing dengan ulangan sebanyak 20 kali (trip). Uji t statistik menyimpulkan perbedaan hasil tangkapan signifikan di antara bagan A dan B untuk ikan udang rebon, layur, dan teri (α = 0,05). Uji t statistik juga menyimpulkan perbedaan pada hasil tangkapan yang signifikan di antara bagan B dan C untuk ikan teri, tembang, layur dan udang rebon (α = 0,05).Kata kunci: hasil tangkapan, LED (light emitting diode), rumpon portable.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Sulkhani, Eko, Ari Purbayanto, Sugeng Hari Wisodo, and Wazir Mawardi. "LAMPU LED BAWAH AIR SEBAGAI ALAT BANTU PEMIKAT IKAN PADA BAGAN APUNG." Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan 5, no. 1 (2014): 83–93. http://dx.doi.org/10.24319/jtpk.5.83-93.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

M. Affan, Junaidi. "IDENTIFIKASI ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN PADA BAGAN APUNG DI PERAIRAN KRUENG RAYA." Jurnal Sains Riset 8, no. 2 (2019): 40–45. http://dx.doi.org/10.47647/jsr.v8i2.40.

Full text
Abstract:
Lift-nets is one of the important fisheries sectors that become the source of coastal comunity livelihood in Krueng Raya, Aceh Besar. The operation of the fishing gear is always supported by the fishing tools that can assist the operation process, as well as the lift-nets that exist in the Krueng Raya area. The main fishing tools on the lift-nets in Krueng Raya are lights, generator and roller. The lack of data and information on the characteristics of fishing equipment becomes an obstacle to improve the development of lift-nets. This study aims to identify fishing equipment used in lift-nets at Krueng Raya. The data were collected by interviewed and directed field observation. Descriptive analysis showed the fishing equipment used in lift-nets in Krueng Raya used neon and mercury lamps, the generator capacity is 15000 watts and roller made of bayur wood (Pterospermum javanicum). The updates of the fishing equipment used in lift-nets at Krueng Rayacan still be made.
 
 Kata kunci: Krueng Raya, Lift Net
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Ta’alidin, Zamdial. "PEMANFAATAN LAMPU LISTRIK UNTUK PENINGKATAN HASIL TANGKAPAN PADA BAGAN APUNG TRADISIONAL DI PELABUHAN RATU." Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada 6, no. 1 (2004): 9. http://dx.doi.org/10.22146/jfs.9038.

Full text
Abstract:
The objectives of this research were to know the effect of different light sources on the total catch, species composition and size of fish captured by traditional lift net. This research was conducted at the Pelabuhan Ratu Waters,West Java.Fishing experiment was conducted for 12 hours each night, for 5 night. Fishing operation was conducted alternately for two hours using kerosene lamp and electric lamp.The light illumination, temperature, salinity and water current were measured after setting the gear, while the catch data were measured after hauling. The maximum light penetration of kerosene lamp was able to reach 9 m depth (at the center of lift net), 8 m (at the middle of lift net) and 6 m (at the corner of lift net). In addition, by using kerosene and electric lamps, the light penetration was able reach 11 m (at center and midlle of lift net) and 12 m (at the corner of lift net).The total catch of lift net using kerosene lamp was 85.12 kg (9,086 fishes) comprise of 12 spesies with sizes 5.3 – 42.7 cm, while the total catch using combination of kerosene and electric lamps was 148.67 kg (12,685 fishes) comprise of 18 spesies with sizes 5.95 – 52.78 cm.The results showed, that the combination of kerosene and electric lamps was able to increase the total catch.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Yusfiandayani, Roza, Bambang Riyanto, Mohamad Rafi, and Heriyanto. "Productivity of Amino Acid Fish Aggregation at Raft Liftnet in Palabuhanratu Waters, Sukabumi." Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 24, no. 2 (2019): 135–43. http://dx.doi.org/10.18343/jipi.24.2.135.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Suryanti, Suryanti. "KAJIAN TINGKAT SAPROBITAS DI MUARA SUNGAI MORODEMAK PADA SAAT PASANG DAN SURUT." Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology 4, no. 1 (2008): 76–83. https://doi.org/10.14710/ijfst.4.1.76-83.

Full text
Abstract:
Muara sungai mengalami fluktuasi salinitas yang disebabkan oleh pasang surut air laut. Fitoplankton merupakan produsen primer yang mampu membentuk zat organik dari zat anorganik. Fitoplankton dapat melakukan fotosintesis yang menghasilkan karbohidrat dan oksigen serta merupakan awal dari rantai makanan di perairan. Kondisi ekologis di daerah muara sungai Morodemak diperkirakan akan semakin menurun akibat meningkatnya pemanfaatan wilayah pantai secara intensif. Kapal-kapal dan bagan apung banyak bersandar di muara sungai ini. Tambak-tambak intensif juga telah banyak dibangun. Keadaan ini diduga menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan muara sungai Morodemak. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana kondisi lingkungan muara sungai Morodemak. Pengamatan dilakukan berdasarkan analisis SI (Saprobik Indeks) dan TSI (Tropik Saprobik Indeks) untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran yang terjadi. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fitoplankton yang berada di perairan Muara Sungai Morodemak berikut parameter fisika dan kimia. Kelimpahan fitoplankton pada Muara Sungai Morodemak pada waktu pasang adalah 35.415 Ind/L dengan 16 genera dan pada waktu surut 27.684 Ind/L dengan 15 genera. Nilai SI pada saat pasang adalah 1,18 dan 1,00 pada saat surut serta nilai TSI 1,32 pada saat pasang dan 1,34 pada saat surut. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada saat pasang tingkat pencemaran di muara lebih tinggi dibandingkan pada saat surut. Nilai SI dan TSI fitoplankton dapat diketahui bahwa kondisi perairan muara sungai Morodemak tercemar sedang sampai ringan. Tingkat pencemaran yang lebih tinggi pada saat pasang dibandingkan pada saat surut tersebut mengindikasikan bahwa parameter-parameter pencemar lebih berasal dari kegiatan-kegiatan di laut dibandingkan kegiatan-kegiatan di darat, seperti bersandarnya kapal-kapal penangkap ikan dan bagan apung di muara sungai. Kata kunci : Saprobitas, Muara sungai, Pasang Surut
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Aswar, Muhammad Baharuddin Arif, Faisal Mahmuddin, and Anugrah Darma Lestari. "Perancangan Automatic Transfer Switch (ATS) Pembangkit Listrik Hybrid Panel Surya dan Generator untuk Bagan Apung." Jurnal Penelitian Enjiniring 25, no. 2 (2022): 141–48. http://dx.doi.org/10.25042/jpe.112021.09.

Full text
Abstract:
Design of Automatic Transfer Switch (ATS) Hybrid Solar Panel and Generator Power Plant for Floating Fishnet. Fishing business with floating nets has great benefits for small-scale fisheries. The development of the floating fishnet is quite good in Indonesia, especially in terms of production and fishing production. The problem of lack of lighting sources is the main problem faced by fishermen on the floating fishnet because the source of electricity used usually comes from conventional power plants (gasoline generators). Hybrid power plant is one of the power plant innovations that can take advantage of the use of renewable energy and become a solution to produce alternative energy on a floating fishnet. Automatic Transfer Switch (ATS) of hybrid power generation system is designed for automatic switch when the main power generation system has reached the specified voltage limit of 11V and is also designed for automatic switch when the backup power generation system has reached the specified voltage limit of 10V. The results obtained indicate that the main power generation source supplies 240W of load for 44 minutes with an average consumption current of 0.182A, while the backup power source supplies 240W for 28 minutes with an average current of 0.177A.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Taufiq, Taufiq, Wazir Mawardi, Mulyono S. Baskoro, and Zulkarnain Zulkarnain. "REKAYASA LAMPU LED CELUP UNTUK PERIKANAN BAGAN APUNG DI PERAIRAN PATEK KABUPATEN ACEH JAYA PROPINSI ACEH." Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan 6, no. 1 (2016): 51–67. http://dx.doi.org/10.24319/jtpk.6.51-67.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Notanubun, Christy Agathys, Willem Talakua, and Stevanus Marelly Siahainenia. "ANALISIS ASPEK TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN BAGAN APUNG (LIFT NET) DI OHOI SELAYAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA." PAPALELE (Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan) 5, no. 1 (2021): 1–12. http://dx.doi.org/10.30598/papalele.2021.5.1.1.

Full text
Abstract:
The utilization rate of small pelagic fish in Fish Management Area-714 was moderate exploited. Utilization of small pelagic fish uses several fishing tools, one of which is a lift net. There are 27 floating charts (lift net) on Ohoi Selayar, consisting of 12 boat-lift net businesses and 15 raft-lift net businesses which differ in construction. The purpose of this research is to describe the technical conditions and to analyze the financial condition of the lift net fishery business. The research method is a survey method, with primary and secondary data collection. Sampling was using purposive sampling method. Data analysis was descriptive qualitative and descriptive quantitative. The results showed that the technical aspects of the lift net include: the construction size of the raft-lift net 14.8 m x 13.6 m and the boat-lift net 23.2 m x 24 m. The construction parts are the counterweight, the lift net housing, the support posts, the net rollers, the anchor railings. The auxiliary components consist of: nets, lighting devices, bodies and transport machines and embankments. The method of operating a lift net includes: preparation to fishing ground, setting, immersing, hauling and sorting. The number of fishing activities for the raft-lift net averaged 180 trips/year and the boat-lift net 182 trips/year. Based on the criteria of financial ratio analysis with a non-time value of money (R/C and PP) approach, it can be concluded that the business of the raft-lift net and boat-lift net at the research location is financially feasible to develop.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Apriliani, Izza Mahdiana, Indah Riyantini, Emma Rochima, and M. Fahmi Ikmal. "Laju Tangkap dan Hasil Tangkapan Bagan Apung pada Jarak Penempatan Berbeda di Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Indonesia." Jurnal Perikanan dan Kelautan 8, no. 1 (2018): 88. http://dx.doi.org/10.33512/jpk.v8i1.3794.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Melica, Melica, Fika Dewi Pratiwi, and Andi Gustomi. "Keanekaragaman dan Status Konservasi Jenis-Jenis Ikan yang Didaratkan di PPI Batu Belubang Kabupaten Bangka Tengah." Journal of Tropical Marine Science 7, no. 1 (2024): 37–44. http://dx.doi.org/10.33019/jour.trop.mar.sci.v7i1.4192.

Full text
Abstract:
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Batu Belubang merupakan salah satu PPI di Bangka Tengah yang kegiatan usaha perikanan masih berjalan hingga saat ini. Namun, nelayan sekitar masih kurang mengetahui informasi tentang status perlindungan dan kurangnya data tentang status jenis ikan tersebut. Minimnya data tersebut menjadikan nelayan melakukan penangkapan yang berlebihan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis ikan yang didaratkan di PPI Batu Belubang, mengklasifikasi alat tangkap yang digunakan nelayan Batu Belubang dan mengetahui status konservasi jenis ikan yang didaratkan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-April 2023 di PPI Batu Belubang. Penelitian ini menggunakan metode survei dan observasi dengan analisis data secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12 famili yang teridentifikasi, yaitu Carangidae, Clupeidae, Engraulidae, Scombridae, Sphyraenidae, Terapontidae, Ariidae, Leiognathidae, Nemipteridae, Siganidae, Synodontidae dan Loligonidae. Klasifikasi alat tangkap yang digunakan nelayan yaitu jaring angkat (bagan perahu dan bagan apung) dan pancing. Status konservasi berdasarkan IUCN ditemukan sebanyak 12 spesies tergolong Least Concern, satu spesies Near Threatened, dua spesies Data Deficient dan empat spesies lainnya Not Evaluated. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa keberlanjutan perikanan khususnya spesies yang terancam punah memerlukan pengelolaan oleh pemangku kepentingan terkait seperti dilakukannya sosialisasi dari penyuluh perikanan mengenai status konservasi dan jenis-jenis ikan yang sudah terancam punah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Julianus, Notanubun, and Wilhelmina Patty. "PERBEDAAN PENGGUNAAN INTENSITAS CAHAYA LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG DI PERAIRAN SELAT ROSENBERG KABUPATEN MALUKU TENGGARA KEPULAUAN KEI." JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS 6, no. 3 (2010): 134. http://dx.doi.org/10.35800/jpkt.6.3.2010.157.

Full text
Abstract:
One of potential fishing grounds for small pelagic fish in Southeast Mallucas Regency is Rosenberg Strait waters. In this region, a study on the effect of different light intensities of floating lift net on fish catches was carried out. The analyses were done on light distribution of 4 light intensities different: Petromaks Lamp and Underwater Lamps of each 18 watt, 36 watt and 54 watt. This study showed that catches of floating lift net using different light intensities were statistically significantly different. The use of 36 watt and 54 watt underwater lamp yielded the same amount of catches but higher than that of 18 watt-underwater lamp and petromaks, both in number and species. Catches consisted of 17 species, 16 fishs and 1 mollusca. Number of species and size also varied with light intensity used. There were 13 fishs species dominated by Stolephorus indicus as much as 46.9 kg or 22% for petromaks catches, 14 fishs species dominated by Rastrelliger kanagurata as much as 64 kg (31%) for 18 watt underwater lamp, 17 fishs species dominated by Rastrelliger kanagurata as much as 76 kg (28%) for 36 watt underwater lamp, and 15 fishs species dominated by Stolephorus devisi as much as 54.8 kg (22%) for 54 watt underwater lamp, respectively. Based on the results, it is recommended that the use of light intensity in fishing operations of floating lift net should be 36 watt and 54 watt underwater lamps, due to high catches, both in number and species. Beside that, since light fishing has also caught illegal fish size, number of this fishing gear type should be controlled.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Erki, Erki, Shahril Budiman, Zamzami A. Karim, and Junriana Junriana. "Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat di Desa Mengkait Kecamatan Siantan Selatan Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2019-2020." Jurnal Administrasi Pemerintahan Desa 2, no. 2 (2021): 109–15. http://dx.doi.org/10.47134/villages.v2i2.24.

Full text
Abstract:
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Desa Mengkait Kecamatan Siantan Selatan Kabupaten Kepulauan Anambas untuk mengurangi angka kemiskinan dan mensejahtrakan masyarakat yaitu dengan pemberdayaan masyarakat melalui (1), Bagan Apung, (2), Pembangunan Pelabuhan RT 009 Temiang, (3) Pembangunan Pelabuhan Nelayan Dusun II, (4), Bantuan Nelayan, dan (5) BLT-Desa. Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisisi efektivitas pemberdayaan masyarakat di desa Mengkait. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk keefektivan dari program pemberdayaan masyarakat di Desa Mengkait Kecamatan Siantan Selatan Kabupaten Kepulauan Anambas sudah dapat dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari 4 (empat) indikator yang bisa diakatakan baik yaitu indikator Ketetapan Sasaran Program, Sosialisasi Program, Tujuan Program, dan Pemantauan Program. Kondisi yang terjadi pada masyarakat dan wilayah penerima program pemberdayaan saat ini lebih baik dari sebelum-sebelumnya, seperti meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya bongkar muat ikan dan barang di pelabuhan. Saran yang diberikan penulis yaitu ditingkatkan lagi program-program pemberdayaan masyarakat dibidang Kelautan dan Perikanan agar semakin lebih baik lagi dari sebelum-sebelumnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Amos, Christianti Triagneriauly, Revols Dolfi Chistian Pamikiran, Patrice Nelson Isaak Kalangi, and Henry James Kumajas. "Pengaruh warna lampu light emitting diode dalam air terhadap hasil tangkapan ikan Teri (Stolephorus commersonii) dengan bagan." JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP 4, no. 2 (2019): 45. http://dx.doi.org/10.35800/jitpt.4.2.2019.24225.

Full text
Abstract:
Lift nets is one of the fishing gear which operate at the night. This fishing gear are using light as a aids to attract fish into the fishing area. Research on the use of LED lights in water on lift nets is carried out in Tateli Weru Waters, with the aim to see how the effect of using different color underwater LED lights on anchovy catches (Stolephorus commersonii), and knowing the amount of anchovy (Stolephorus commersonii) catch on lift net using the experimental method, where data is analyzed using Completely Randomized Block Design (RCBD), and continued by Least Significant Difference test (LSD). Trial of anchovy fishing (Stolephorus commersonii) was conducted in December 2018 for 10 days by operating boat lift nets using green, blue and green-blue LED lights. The results showed that the use of LED light colors in blue water had a very significant effect on the amount of anchovy catch (Stolephorus comersonii) compared to to the color of LED lights in green-blue and green water. Whereas the use of LED light colors in blue-green water with green is not statistically significantly different from the amount of anchovy caught (Stolephorus comersonii).ABSTRAKBagan merupakan salah satu alat penangkapan ikan yang dioperasikan pada malam hari. Alat tangkap ini menggunakan cahaya lampu sebagai alat bantu untuk menarik ikan masuk ke dalam area penangkapan. Penelitian mengenai penggunaan lampu LED dalam air pada bagan dilakukan di Perairan Tateli Weru, dengan tujuan untuk melihat bagaimana pengaruh penggunaan lampu LED bawah air dengan warna yang berbeda terhadap hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus commersonii), serta mengetahui jumlah hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus commersonii) pada bagan dengan menggunakan metode eksperimental, dimana data dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Uji coba penangkapan ikan teri (Stolephorus commersonii) dilakukan pada bulan Desember 2018 selama 10 hari dengan mengoperasikan bagan apung menggunakan lampu LED hijau, biru dan hijau-biru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan warna lampu LED dalam air biru memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus comersonii) dibandingkan warna lampu LED dalam air hijau-biru dan hijau. Sedangkan antara penggunaan warna lampu LED dalam air hijau-biru dengan hijau secara statistik tidak berbeda nyata terhadap jumlah hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus comersonii).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Umar, Chairulwan, and Endi Setiadi Kartamihardja. "HUBUNGAN PANJANG- BERAT, KEBIASAANMAKAN DAN KEMATANGANGONAD IKAN BILIH (Mystaecoleucus padangensis) DI DANAUTOBA, SUMATERAUTARA." BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap 3, no. 6 (2017): 351. http://dx.doi.org/10.15578/bawal.3.6.2011.351-356.

Full text
Abstract:
Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) diDanau Toba adalah jenis ikan introduksi dari Danau Singkarak, Sumatera Barat. Pada saat ini terdapat kecenderungan ukuran individu menurun, hal ini antara lain disebabkan oleh penangkapan yang intensif menggunakan alat tangkap bagan apung dengan ukuran mata jaring relatif kecil (< 1,25 inci). Penelitian ini bertujuan untuk melihat beberapa aspek biologi meliputi ukuran panjang dan bobot, kebiasaan makan, tingkat kematangan gonad dan fekunditasnya. Hasil penelitian diperoleh hubungan panjang dan bobot individu bersifat allometrik positif dengan panjang total rata-rata 12,6 cmdan bobot rata-rata 19,8 g/ekor. Dari analisa lambung ikan bilih pemakan detritus (78,2 – 92,9 %), fitoplankton dan zooplankton sebagai pakan tambahan (4,9 – 11,5 %) serta seresah tumbuhan sebagai pakan pelengkap (1,9 – 1,8 %). Hasil pengamatan ikan bilih yang matang gonaddiperoleh nilai fekunditasnya rata-rata berkisar antara 5.262 – 16.117 butir telur. Hasil pengamatan TKG dan jumlah telur menunjukkan ikan bilih dapat bertelur danmemijah sepanjang tahun dan berkembang dengan baik sehingga ikan ini tetap lestari walaupun adanya eksploitasi yang cukup intensif. Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) in Toba Lake was introduce from Singkarak Lake,West Sumatra. At present the growth was decreased, it caused by intensive fishing and the uses of lift net with small mesh size (under 1,25 inch). This research aims to know some biological aspects of bilih such as length - weight, relationship food habit, level of gonadal maturity, and fecundity. The results showed that growth pattern of bilih positive allometric with average length of about 12,6 cm and average weight of about 19,8 gr/each. Bilih detritus feeding (78,2 – 92,9%), phytoplankton and zooplankton as additional food (4,9 – 11,5%) and seresah tumbuhan as complement food (1,9 – 1,8%). Fecundity of ranged from 5.262 – 16.117. TKG observation and eggs gain showed that bilih could development and spawn in long years and growth well enough, so that bilih can stlll growth rapidly eventhough there is an exploitation.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Kobesi, Petrus, Rilus A. Kinseng, and Satyawan Sunito. "KELAS DAN POTENSI KONFLIK NELAYAN DI KOTA KUPANG (Studi Kasus Nelayan Di Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur)." Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 9, no. 2 (2019): 157. http://dx.doi.org/10.15578/jksekp.v9i2.7918.

Full text
Abstract:
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam melimpah; salah satunya perikanan tangkap. Potensi ini didukung oleh luas perairan mencapai 200.000 km2 dan letak yang sangat strategis. Hal yang sama juga dengan Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang Nusa Tenggara Timur memiliki kekayaan alam laut yang melimpah sehingga masyarakat pesisir pantai memilih melaut sebagai sumber penghidupan ekonomi kelaurga. Dalam proses penangkapan ikan oleh nelayan; seringkali memperlihatkan cara-cara yang bersifat eksploitasi sehingga berpotensi konflik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui formasi kelas, potensi konflik dan pengelolaan konflik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan paradigma kritis. Hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan teknologi penangkapan mengakibatkan terbentuknya kelas sosial nelayan. Terdapat 4 kelas nelayan di Kecamatan Kelapa Lima yakni nelayan buruh, nelayan kecil, nelayan menengah dan nelayan besar. Adapun potensi konflik yang mengemuka, yakni konflik yang dipicu oleh hubungan produksi antara pemilik perahu dengan nelayan buruh. Konflik yang dipicu oleh cara produksi dan penggunaan alat penangkapan antara bagan apung dengan bagan tanam. Konflik yang dipicu oleh tumpang tindih wilayah penangkapan antara nelayan purse seine dengan nelayan pukat. Pengelolaan konflik dilakukan oleh berbagai pihak yang memiliki otoritas sebagai mediator seperti pemerintah, tokoh agama dan pemilik perahu. Title: Class and Potential Conflict of Fishers in Kupang City (Case Study of Fishers in Kelapa Lima sub-district, Kupang City, East Nusa Tenggara)Indonesia is blessed with rich natural resources; one of which is capture fisheries. This potential is supported by an area of water reaching 200,000 km2 and a very strategic location. The same thing also with Kelapa Lima Subdistrict, Kupang City, East Nusa Tenggara has abundant natural resources of the sea so that coastal communities choose to go to sea as a source of family economic livelihood. In the process of fishing by fishers; often shows ways that are exploitative so that the potential for conflict. The purpose of this study is to determine class formation, potential conflicts and conflict management. The method used in this study is a qualitative method using a critical paradigm. The results showed that changes in fishing technology resulted in the formation of a social class of fishers. There are 4 classes of fishers in Kelapa Lima Sub-district namely labor fishers, small fishers, medium fishers and big fishers classes. The potential for conflicts that arise are, the potential for conflict triggered by the production relations between boat owners and labor fishers. Conflict triggered by the method of production and use of capture equipment between floating and planting charts. Conflict triggered by overlapping fishing areas between purse seine fishers and trawlers. Conflict management is carried out by various parties who have authority as mediators such as the government, religious leaders and boat owners.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Azizah, Noor, and Gondo Puspito. "SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK (Selection on bait and hook number of vertical line)." Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management 3, no. 2 (2016): 169. http://dx.doi.org/10.29244/jmf.3.2.169-175.

Full text
Abstract:
<p>ABSTRACT<br />Experimental research on vertical line using different bait and hook size to catch hairtail has been conducted in Palabuhanratu waters. Three kinds of bait were hairtails (Trichiurus sp.), sardine (Sardinella sp.), and mackerel (Rastrelliger sp.). Number of hooks consisted of 8, 9 and 10. All fishing operations were done on floating lift net. From the experiment, bait of sardine was more effective to catch hairtails of Trichiurus savala than hairtails and mackerel. The three baits cought 69, 54 and 46 hairtails of Trichiurus savala, respectively. While, bait of hairtails was more suitable to catch hairtails of Trichiurus haumela. Bait of hairtails, sardine and mackerel cought 11, 7 and 1 hairtails of Trichiurus haumela. Hook number 8 gave the greatest number of catch, i.e. 62 hairtails of Trichiurus savala and 11 hairtails of Trichiurus haumela.</p><p><br />Keywords: Hairtails, vertical line, bait, hook number, and Palabuhanratu.</p><p>-------</p><p><br />ABSTRAK<br />Operasi penangkapan layur dengan menggunakan jenis umpan dan ukuran mata pancing yang berbeda telah dilakukan di perairan Palabuhanratu. Jenis umpan yang dipakai adalah layur (Trichiurus sp.), tembang (Sardinella sp.), dan kembung (Rastrelliger sp.). Adapun ukuran mata pancing yang digunakan terdiri atas nomor 8, 9 dan 10. Operasi penangkapan dilakukan di atas bagan apung. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa umpan tembang paling efektif untuk menangkap layur bedog (Trichiurus savala), selanjutnya layur dan kembung. Masing-masing menghasilkan 69; 54 dan 46 ekor. Adapun umpan layur lebih efektif untuk menangkap layur meleu (Trichiurus haumela) dibandingkan dengan tembang dan kembung. Masing-masing menangkap 11, 7 dan 1 ekor layur meleu. Mata pancing nomor 8 menghasilkan jumlah tangkapan layur bedog dan layur meleu terbanyak, yaitu 62 dan 11 ekor.</p><p><br />Kata kunci: Layur, rawai tegak, umpan, nomor mata pancing dan Palabuhanratu</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Habibie, Sudirman, Mahendra Anggaravidya, Akhmad Amry, and Eryanti Kalembang. "Penggunaan Bahan Tekstil Sebagai Penguat Pada Pembuatan Pipa Apung." Jurnal Inovasi dan Teknologi Material 1, no. 1 (2019): 1–10. http://dx.doi.org/10.29122/jitm.v1i1.3564.

Full text
Abstract:
Pipa apung banyak digunakan pada industri pengerukan dan industri perminyakan. Dari penggunaannya maka spesifikasi pipa apung harus mempunyai daya lentur (elasticity), kekuatan (strength), tahan air (water proof), tahan minyak (oil resistance), dan tahan panas (hot resistance). Untuk itu pada pembuatannya, pipa apung membutuhkan bahan baku yang baik diantaranya adalah bahan tekstil (kanvas) sebagai penguat yang terdiri dari serat-serat tekstil. Dari hasil penelitian serat nylon mempunyai keunggulan sebagai penguat tekstil baik itu digunakan dalam bentuk benang maupun bentuk kain untuk pembuatan pipa apung. Pada pembuatan hose, bagaimanapun ikatan antara nylon dan karet sangat dibutuhkan untuk menerima beban yang besar, untuk itu dibutuhkan suatu adhesif yang dapat menyatukan antara nylon dan karet. Dari pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pipa apung buatan BPPT telah memenuhi standard penggunaan pada industri perminyakan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography