Academic literature on the topic 'Berita industri'
Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles
Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Berita industri.'
Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.
You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.
Journal articles on the topic "Berita industri"
1
Anggraeni, Ary, and Eka Wenats Wuryanta. "Industri Religi Pada Media Online." Communications 2, no. 2 (2020): 61–73. http://dx.doi.org/10.21009/communications.2.2.4.
Full textAbstract:
Dunia pers memasuki era baru, hal ini ditandai dengan berkembangkan media online. Dengan sifatnya yang papperless media online lebih hemat dalam pengoperasiannya. Penelitian ini mengulas tentang fakta banyaknya berita-berita tentang ibadah umrah hampir setiap hari di berbagai media online, tanpa memberikan penjelasan tentang masalah yang hampir selalu menyertai pada saat pelaksanaan ibadah umrah. Dilihat dari sudut pandang ekonomi politik, pemberitaan umrah merupakan komoditas yang menguntungkan bagi pemilik media. Oleh karena itu, berita-berita tentang umrah terus dieksploitasi guna meningkatkan rating berita media online tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori Ekonomi Politik Media dari Vincent Moscow (2009), dengan mengambil salah satu entry concept nya yaitu komodifikasi. Dengan pendekatan kritis, penulis mencoba meneliti komodifikasi pemberitaan umrah pada media online Tribunnews.com. Disimpulkan bahwa komodifikasi berita umrah di media online Tribunnews.com merupakan bagian dari komodifikasi Islam. Komodifikasi dilakukan dengan membuat banyak liputan yang berisi informasi tentang umrah. Komodifikasi juga terkait dengan banyaknya khaalayak pembaca Tribunnews.com yang jumlahnya banyak sehingga menarik pengiklan untuk beriklan di Tribunnews.com.
2
Oktavianti, Roswita. "PERUBAHAN BUDAYA TINGGI BERITA INVESTIGASI MENJADI BUDAYA POPULER." Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni 2, no. 2 (2019): 491. http://dx.doi.org/10.24912/jmishumsen.v2i2.2460.
Full textAbstract:
Karakteristik media massa sebagai sumber informasi terus berubah mengikuti dinamika regulasi dan perkembangan industri media. Perubahan ini berdampak tidak hanya pada program hiburan tetapi juga program siaran berita. Sebagai konten dengan budaya tinggi (high culture), program berita investigasi seharusnya diproduksi melalui sejumlah tahapan investigatif dengan konten dan kualitas yang berbeda dengan berita reguler. Pada kenyataannya, pekerja media dituntut bekerja secara instan mengikuti logika industri media. Berita investigasi berubah dari semula memiliki budaya tinggi menjadi budaya populer (popular culture). Dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus maka penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pekerja media menciptakan berita investigasi dari budaya tinggi menjadi budaya populer. Teknik pengumpulan data primer berupa wawancara dilakukan kepada informan, pekerja media di salah satu program investigatif televisi swasta. Penelitian menemukan bahwa industri budaya pada berita investigasi dilakukan pada tidak hanya pada konten tetapi juga sumber daya manusia di dalamnya. Berita investigasi diproduksi oleh jurnalis yang sebagian besar tanpa kompetensi investigasi. Berita investigasi berpatokan pada besarnya kuantitas berita yang dihasilkan, durasi produksi yang singkat, efisiensi anggaran, selera pasar, serta kepentingan pemilik dan pengiklan. Perubahan program berita investigasi dari budaya tinggi ke budaya populer ini pada akhirnya berdampak pada kualitas berita investigasi.
3
Aunurrahman, Aunurrahman, Maliqul Hafis, and Sahrawi Sahrawi. "PELATIHAN MENGHADAPI BERITA PALSU DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DI KABUPATEN KUBU RAYA." GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 3, no. 2 (2020): 241. http://dx.doi.org/10.31571/gervasi.v3i2.1575.
Full textAbstract:
Pelatihan menghadapi berita palsu di era revolusi industri 4.0 ini bertujuan untuk membangun pengetahuan dan kemampuan dasar siswa dalam menghadapi berita palsu atau “hoax” yang sering kali menyebar secara daring dan dapat merugikan banyak orang. Pelatihan ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien di Kubu Raya yang diikuti oleh 28 siswa yang terdiri dari siswa kelas 8 (sebanyak 4 siswa), kelas 9 (sebanyak 15 siswa), dan kelas 10 (sebanyak 9 siswa). Siswa diberikan materi mengenai berita palsu seperti indikator elemen berita yang perlu diperhatikan, dampak dari berita palsu, dan cara mencegah penyebaran berita palsu. Selesai pelatihan diberikan, siswa diminta untuk mengisi kuesioner persepsi akhir. Respon para siswa menunjukkan adanya perkembangan pengetahuan akan indikator berita palsu yang sangat diperlukan mereka untuk mengenali berita palsu. Dengan mengenali indikator tersebut, para siswa paham apa yang akan mereka lakukan selanjutnya, seperti mengecek kebenaran berita tersebut dan tidak membagi berita tersebut apabila dianggap palsu ke media sosial ataupun layanan sosial daring yang bisa berdampak negatif bagi orang lain. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan menghadapi berita palsu bermanfaat bagi siswa dalam mengenali berita palsu melalui indikator yang telah diajarkan dan tindakan apa yang perlu dilakukan seandainya mereka menemukan berita yang dibagi ke akun sosial media ataupun layanan sosial mereka.
4
Devianto, Yudo, and Saruni Dwiasnati. "Rancang Bangun Web Portal Berita Sebagai Sumber Informasi Berita Tentang Pertanian." JATISI (Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi) 8, no. 2 (2021): 534–46. http://dx.doi.org/10.35957/jatisi.v8i2.792.
Full textAbstract:
Pada era teknologi 4.0, perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi sangat pesat saat ini, terutama teknologi jaringan internet. Hampir semua belahan dunia memanfaatkan teknologi tersebut untuk mencari dan menyebarkan informasi.Begitu juga Indonesia, hampir sebagian besar warga negaranya memanfaatkan teknologi internet tersebut untuk mencari dan menyebarkan informasi. Berdasarkan hasil survey APJII 2018 pengguna internet masih memiliki persentase paling tinggi di pulau Jawa dan Sumatera. Kami bermaksud membuat suatu portal berita, namun portal berita ini akan menginformasikan hanya berita tentang pertanian saja, yang dimaksud dengan pertanian disini adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi. Portal berita ini akan dikhususkan untuk menginformasikan hasil pertanian dan produk-produk yang dihasilkan oleh pedesaan, agar dapat dikenal secara luas dan diharapkan dengan dikenal secara luas akan meningkatkan perekonomian masyarakat desa tersebut. Hal tersebut sejalan dengan undang-undang nomor 6 tahun 2014 “Tentang Desa”, pasal 86 “Sistem Informasi Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan “. Aplikasi portal berita E-News ini dirancang untuk dapat menginformasikan berita berkaitan dengan sektor pertanian. Dengan adanya informasi berita dari portal berita E-News ini masyarakat luas dapat mengetahui perkembangan sektor pertanian, serta khususnya para petani mendapatkan tambahan informasi yang berhubungan dengan sektor pertanian.
5
Nugroho, Aditya, and Mulharnetti Syas. "MEDIAMORFOSIS TV ONE PADA ERA MEDIA BARU." Jurnal Ranah Komunikasi (JRK) 3, no. 1 (2019): 23. http://dx.doi.org/10.25077/rk.3.1.23-33.2019.
Full textAbstract:
Abstrak
Media baru berkembang sangat pesat sehingga menyebabkan industri televisi sebagai media lama harus beradaptasi mengikuti perubahan tersebut. Salah satu strategi yang dilakukan industri televisi adalah dengan melakukan mediamorfosis dan konvergensi media untuk tetap dapat bersaing. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mediamorfosis yang dilakukan oleh TV One sebagai industri televisi berita di Indonesia dan konvergensi jurnalistik yang diterapkan TV One dengan media lain yang tergabung dalam Viva Grup, yaitu ANTV dan Viva.co.id. Pada penelitian ini digunakan paradigma konstruktivisme, metodologi kualitatif, dan dengan metode penelitian fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mediamorfosis diimplementasikan oleh TV One dengan melakukan konvergensi jurnalistik yang meliputi konvergensi newsroom, konvergensi newsgathering, dan konvergensi konten. Redaksi TV One bekerjasama secara langsung dengan media lain yang tergabung di dalam Viva Grup. TV One sebagai news center. Kesimpulan penelitian ini adalah, TV One belum menerapkan semua level konvergensi jurnalistik karena terdapat perbedaan konten berita yang signifikan di antara ketiga media yang tergabung di dalam Viva Grup. Namun demikian, keputusan TV One, sebagai televisi berita, untuk melakukan konvergensi jurnalistik merupakan satu langkah maju untuk mempertahankan eksistensinya dan memberikan pelayanan terbaik kepada pemirsa.
6
Wijayanti, Asri, and Irsyadi Shalima. "Kesantunan Berbahasa pada Judul Berita Politik di Media Massa Online." Transformatika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 4, no. 1 (2020): 28. http://dx.doi.org/10.31002/transformatika.v4i1.1934.
Full textAbstract:
<span>Judul berita politik di media massa online sering ditulis dengan memanfaatkan daya ilokusi kuat dengan memperhatikan pula aspek kesantunan. Dengan demikian, setiap judul berita politik mengandung unsur-unsur kesantunan yang beragam. Kesantunan berbahasa dalam judul berita menunjukkan adanya strategi penyampaian pesan oleh penulis beritaTujuan utama penulis dengan memanfaatkan ilokusionari force adalah untuk menarik minat pembaca sebanyak-banyaknya demi komersialisme dalam industri persuratkabaran. Penelitian ini dilaksanakan secara kualitatif dengan menggunakan data berupa judul-judul berita politik di media massa online. Data dikumpulkan dengan metode simak dan teknik bebas libat cakap. Peneliti mengobservasi keberagaman data di berbagai portal berita online. Selanjutnya, judul-judul berita tersebut dicatat untuk dijadikan data penelitian. Proses selanjutnya adalah analisis data yang menggunakan metode padan pragmatik. Data dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori kesantunan. Hasil penelitian ini adalah adanya pematuhan terhadap maksim-maksim kesantunan Leech, seperti kebijaksanaan, penerimaan, kemudahan, kerendahan hati, kecocokan, dan kesimpatian. Hasil analisis juga menunjukkan adanya pelanggaran terhadap maksim-maksim tersebut dengan tujuan yang sama dari alasan pematuhan terhadap maksim-maksim dalam prinsip kesantunan, yaitu menarik minat pembaca sebanyak-banyaknya</span>.
7
Iksander, Iksander. "Peluang Baru dalam Jurnalisme Online." Studia Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi 2, no. 2 (2019): 9–18. http://dx.doi.org/10.47995/jik.v2i2.26.
Full textAbstract:
Editor Media Sosial (EMS) adalah pekerjaan yang muncul dari penetrasi teknologi digital terhadap industri jurnalistik. Sebagai sebuah pekerjaan baru, Editor Media Sosial masih berada dalam posisi yang kurang jelas dalam ruang redaksi awalnya. Kendati adanya fakta yang membingungkan ini, namun masih saja ada orang dari ruang redaksi online yang ditugaskan untuk mencari perhatian komunitas lewat perbincangan maya, selain membuat posting terbaru mengenai suatu berita di beranda Facebook atau memberikan informasi tertentu pada laman Twitter. Karenanya, makalah ini ditujukan untuk mendefinisikan peranan EMS, posisinya dalam ruang redaksi dan organisasi media. Lebih lanjut, makalah ini juga mendiskusikan kecenderungan pekerjaan ini dan masa depannya Disimpulkan bahwa masih ada banyak nama untuk mendefinisikan tugas sebagai EMS. Temuan lainnya juga menyimpulkan bahwa editor jenis ini telah terintegrasi ke dalam organisasi redaksi secara baik dan mampu beradaptasi dengan kerja ruang redaksi. Simpulan lainnya adalah bahwaEMS bekerja dalam ketrampilan ganda, yakni membuat para pengguna lain terlibat dalam proyek crowdsourcing sekaligus bagaimana mengirimkan berita yang bernilai tinggi kepada pembaca.Simpulan penting lainnya adalah EMS pada dasarnya adalah seorang jurnalis itu sendiri, sehingga ia harus membuat berita dalam secara cepat sekaligus bagaimana membuat berita tersebut akurat.
8
Suhartono and Amar Ma'ruf. "APLIKASI PORTAL BERITA MENGGUNAKAN WIDGET RECYCLERVIEW PADA ANDROID STUDIO." Jurnal MediaTIK 3, no. 1 (2020): 10. http://dx.doi.org/10.26858/jmtik.v3i1.14367.
Full textAbstract:
Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan aplikasi portal berita menggunakan fitur widget recyclerview pada android studio yang memenuhi standar kualitas ISO 9126 dari aspek functionality, reliability, portability dan usability serta mengetahui tanggapan atau respon pengguna aplikasi yang telah dihasilkan. Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) dengan menggunakan model Iteratif sebagai model pengembangan yang terdiri atas empat tahapan, yaitu analysis, design, code, dan test. Aplikasi ini dibangun dengan menggunakan Android Studio. Pengujian kualitas functionality dilakukan dengan validasi oleh dua pengguna ahli. Reliability diuji dengan menggunakan pengujian white-box. Portability diuji pada sistem operasi android dengan versi yang berbeda. Pengujian usability menggunakan metode kuesioner dengan System Usability Qustionaire oleh Lewis J.R. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket atau kuesioner. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan skala likert. Berdasarkan hasil pengujian aspek kualitas diketahui: (1) aspek functionality dinyatakan lolos karena setiap fungsi dapat berjalan dengan baik, (2) hasil aspek reliability lolos dengan tidak adanya kesalahan logika, (3) hasil pengujian aspek portability aplikasi dapat dioperasikan pada sistem operasi android yang berbeda (lolos), (4) hasil usability dengan rata-rata nilai System Usability Qustionaire oleh Lewis J.R sebesar 84% (Sangat Baik). Tanggapan respoden terhadap aplikasi ini dapat dilihat pada pengujian usability yang hasilnya berada pada kriteria sangat baik. Penelitian yang relevan terkait dengan penilitian ini adalah penelitian tentang aplikasi portal berita berbasis android, yang menampilkan berita-berita dari database website lampungnewspaper.citm.co.id telah berhasil digunakan. menghubungkan antara dua platform yang berbeda yaitu platform android dan database webserver menggunakan library volley. semua fungsi pada aplikasi dapat dijalankan dengan baik, seperti menu kategori. berita, pemprov, pemkot, finansial, properti, health dan beauty, industri dan umkm, enjoy lampung, ekobang, otobisnis, headline berita terkini, about, dan help. Aplikasi portal berita kompatibel pada sistem operasi android. Namun, penelitian tersebut belum menggunakan fitur widget recyclerview pada aplikasi yang dihasilkan dalam penangan data set yang ditampilkan pada aplikasi.
9
Ramadhan, M. Failasuf, Audrey Vania Zachrani Kinasih, and Ditha Aditya Pernikasari. "Manajemen Produksi Siaran Berita Liputan 6 SCTV Selama Pandemi Covid-19." Jurnal Audiens 2, no. 2 (2021): 227–34. http://dx.doi.org/10.18196/jas.v2i2.11780.
Full textAbstract:
Latar belakang penelitian ini adalah adaptasi media penyiaran di masa pandemi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen produksi siaran berita di Liputan 6 SCTV selama pandemi virus Corona seiring adanya kebijakan pembatasan jarak yang terjadi di DKI Jakarta. Selain itu juga, adakah perubahan yang terjadi dalam proses produksi siaran berita di Liputan 6 SCTV. Penelitian ini juga untuk mengetahui bagaimana cara Liputan 6 SCTV sebagai salah satu program dari industri media dalam beradaptasi selama masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, dokumen, arsip dan beberapa kasus. Berdasarkan hasil analisis, awalnya dalam peliputan berita, reporter melakukan wawancara dilakukan secara langsung dengan narasumber. Namun, selama pandemi Covid-19 wawancara dilakukan dengan menggunakan perantara media conference seperti zoom, skype, dan lainnya. Apabila kegiatan liputan diperuntukkan di daerah zona merah maka liputan dilakukan dengan jarak 100 meter memanfaatkan perantara dari narasumber yang tinggal di daerah tersebut untuk mendapatkan informasi yang akurat.
10
Yoedtadi, Moehammad Gafar, Riris Loisa, Genep Sukendro, Roswita Oktavianti, and Lusia Savitri Setyo Utami. "ANALISIS KOMODIFIKASI KONTRIBUTOR DALAM PRODUKSI BERITA TELEVISI." Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni 5, no. 1 (2021): 213. http://dx.doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i1.9777.2021.
Full textAbstract:
The pattern of news production in the Indonesian television broadcasting industry generally uses two human resources, namely permanent journalists and temporary journalists. Regular journalists are organic employees of television companies. Meanwhile, journalists who are not permanent or contributors only work under a news sale and purchase contract. They are not the organic employees of the television company. They only get honorarium when the news airs. As a result of such a working relationship, the contributors' bargaining position is very weak in front of the television station management. The coverage and news agenda will follow the tastes of television stations. News coverage that is at risk of not airing will be avoided. As a result, there has been neglect of the ideal function of the media in serving the public interest. Based on the political economy theory of media, there has been a commodification of labor in the television news production process. The object of this research is the process of commodification of contributors in the production of television news.Meanwhile, the subjects of this study were television contributors, and news producers of Jakarta television stations.Other contributors who became research informants were in West Java and Ambon. This research uses a qualitative approach with a case study method. Collecting data using in-depth interviews, observation and literature study. The results showed that there has been a commodification of contributors in the production of television news. Television management exploits contributors. Television management promotes false consciousness among contributors who are unaware of the commodification. Pola produksi berita pada industri penyiaran televisi Indonesia umumnya memanfaatkan dua sumber daya manusia, yakni jurnalis tetap dan jurnalis lepas. Jurnalis tetap adalah karyawan organik dari perusahaan televisi. Sementara jurnalis lepas atau kontributor hanya bekerja berdasarkan kontrak jual beli berita. Mereka bukan karyawan organik perusahaan televisi. Mereka hanya mendapat imbalan honor ketika beritanya ditayangkan. Akibat dari hubungan kerja semacam itu, posisi tawar kontributor sangat lemah dihadapan manajemen stasiun televisi. Agenda peliputan dan berita akan mengikuti selera stasiun televisi. Peliputan berita yang berisiko tidak tayang akan dihindari. Akibatnya terjadi pengabaian fungsi ideal media dalam melayani kepentingan publik. Makalah ini hendak membedah proses komodifikasi kontributor berdasarkan teori ekonomi politik media. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Objek dari penelitian ini adalah proses komodifikasi kontributor dalam produksi berita televisi. Sementara itu subjek dari penelitian ini adalah para kontributor televisi, dan para produser berita stasiun televisi Jakarta. Kontributor lain yang menjadi informan penelitian berada di wilayah Jawa Barat dan Ambon. Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi komodifikasi kontributor dalam produksi berita televisi. Manajemen televisi melakukan eksploitasi tenaga kontributor. Manajemen televisi mempromosikan kesadaran palsu kepada para kontributor sehingga tidak menyadari adanya komodifikasi tersebut.
Dissertations / Theses on the topic "Berita industri"
1
Tyreus, Maria, and Sofie Hagström. "Fashion Thinking : En studie om hur design kan berika varumärken inom modebranschen." Thesis, Södertörns högskola, Institutionen för samhällsvetenskaper, 2013. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:sh:diva-22258.
Full textAbstract:
Det finns mycket forskning om hur design bygger starka varumärken, men den är inte branschspecifik. Modebranschen är en komplex företagsmiljö med ständigt förändrade marknadsvillkor. Detta kräver att modeföretag arbetar med effektiva strategier för att kunna differentiera sig mot konkurrenterna, där varumärket ses som ett verktyg. Avsikten med denna uppsats är att studera tre modeföretags designprocess och hur man, med hjälp av design som verktyg, kan förmedla sin varumärkesidentitet till konsumenterna i form av en varumärkesupplevelse. Denna studie är av kvalitativ karaktär och består av tre individuella intervjuer med centrala personer från valda företag (Mayla, Minna Palmqvist och Whyred), samt individuella intervjuer och gruppintervjuer med konsumenter. Insamlad data har analyserats med hjälp av en modifierad modell av The Corporate Branding Model och The Brand Design Management Model. Med hjälp av modellen identifierades modeföretagens varumärkesidentitet och deras designprocess kartlades. Sedan studerades hur designarbetet formar varumärkesupplevelsen hos konsummeterna och skapar en varumärkesimage. Studien visade att den interna synen på varumärket och varumärkesimagen är likartad, därmed lyckas alla tre företag kommunicera sin varumärkesidentitet genom sin designprocess. Denna studie kompletterar den befintliga designforskningen, som är generell och inte branschspecifik, genom att kartlägga hur designkompetens kan nyttjas för varumärkesuppbyggnad specifikt inom modebranschen.There is much research into how design as a strategy builds strong brands, but the existing research is not specific for any industry. The fashion industry is a complex business environment with constantly changing market conditions. This requires that fashion companies working with effective strategies, where the brand is seen as a tool, differentiate themselves from the competition. The purpose of this paper is to study three fashion companies’ design processes and how they can use design as a tool to convey their brand identity to consumers as a brand experience. This study is qualitative in nature and consists of three individual interviews with key persons from selected companies (Mayla, Minna Palmqvist and Whyred), as well as individual interviews and group interviews with consumers. Collected data was analyzed using a modified model of the Corporate Branding Model and the Brand Design Management Model. By using the model, the brand identity of each fashion company was identified, and their design processes were analyzed. Then the study explored in which way the design process forms the brand experience of consumers and creates a brand image. The result is that the internal perception of the brand and the brand image are assumed to be similar, thereby each company succeeds to communicate their brand identity through their design process. This study complements the existing general and non-industry specific design research by charting how design expertise of the fashion industry can be used for brand building.
En bilaga (bilder som har använts i uppsatsens metod) har tagits bort ur dokumentet på grund av upphovsrättsliga skäl.
2
Michel, Basile. "Les quartiers créatifs : une dynamique de club : analyse croisée des quartiers des Olivettes (Nantes), du Panier (Marseille) et Berriat (Grenoble)." Thesis, Angers, 2017. http://www.theses.fr/2017ANGE0017/document.
Full textAbstract:
Depuis une vingtaine d’années, les activités culturelles et créatives (art, architecture, etc.) sont plébiscitées par les pouvoirs publics et les scientifiques pour leur rôle culturel mais aussi économique, social et urbain. Leur agglomération spatiale dans d’anciens quartiers industriels et ouvriers fait peser de multiples enjeux sur ces territoires. Planifiée par les décideurs politiques ou construite par des dynamiques spontanées, cette agglomération transforme des espaces en friche en quartiers créatifs. Ces quartiers sont le lieu d’ancrage de clusters qui lient les travailleurs créatifs dans un réseau social d’échange et de coopération marqué par l’entre-soi. L’objectif de cette thèse est d’interroger le fonctionnement et les enjeux des quartiers créatifs en vérifiant l’hypothèse de la mise en place d’un club de travailleurs créatifs au sein de ces territoires. Défini comme un regroupement volontaire d’individus autour de la jouissance exclusive de biens et de services, le club est porteur à la fois de dynamiques collectives de partage et de logiques d’entre-soi et de ségrégation. Questionner son existence dans les quartiers créatifs introduit une réflexion autour de la cohésion et de la fragmentation sociales d’une part, et de la créativité et de l’innovation d’autre part.Fondée sur une analyse qualitative croisée de trois quartiers créatifs des villes de Nantes, Marseille et Grenoble, cette thèse montre comment des clubs de travailleurs créatifs se forment dans ces territoires, quel est leur fonctionnement et quels sont leurs impacts sociaux et économiquesFor twenty years, cultural and creative activities (art,architecture, etc.) have been promoted by public authorities and scientists for their cultural, economic,social and urban roles. Their spatial agglomeration informer industrial districts implies multiple issues on these territories. Planned by political decision-makers or resulting from spontaneous dynamics, this agglomeration transforms industrial wasteland into creative quarters.Clusters that link creative workers in collaborative social networks are embedded in these quarters. These social networks are characterized by cooperation and a senseof togetherness.This thesis aims to question the functioning and the stakes of creative quarters by confirming the hypothesis of the establishment of a creative workers’ club within these territories. The club is defined as a voluntary grouping of individuals around the exclusive enjoymen tof goods and services. It carries both collective dynamics of sharing and logics of exclusion and segregation.Questioning its existence in creative quarters induces a reflection on social cohesion and fragmentation on the one hand, and creativity and innovation on the other one. Based on a qualitative analysis of three creative quarters in the cities of Nantes, Marseille and Grenoble, this thesis illustrates how clubs of creative workers are formed in these territories, how they work and what their social and economic impacts are
3
Arbex, Luiz Frederico Sarkis. "Visualização dos dados estatísticos da Uerj: proposta de dashboards baseados no trabalho de Jacques Bertin." Universidade do Estado do Rio de Janeiro, 2013. http://www.bdtd.uerj.br/tde_busca/arquivo.php?codArquivo=6378.
Full textAbstract:
Coordenação de Aperfeiçoamento de Pessoal de Nível SuperiorOs painéis de gráficos estatísticos conhecidos como dashboards são utilizados comumente naárea de Business Intelligence (BI) para a visualização de grandes sistemas organizados de dados. A presente dissertação propõe embasar o projeto de dashboards pelas teorias de Jacques Bertin, formuladas nas obras Sémiologie Graphique e La Graphique et le Traitement Graphique de linformation. Considerando este referencial, e ainda parâmetros do design de informação e da visualização de dados, foram desenvolvidos dashboards que apresentam dados sobre a política de reserva de vagas da Universidade do Estado do Rio de Janeiro, sistematizados pelo projeto de BI dessa instituição. O objetivo foi não apenas o de atender aos requisitos convencionais de um dashboard, mas sobretudo o de apresentar outras perspectivas informativas. Nesse sentido, investigam-se as especificidades dos métodos de Bertin e sua expansão para o domínio dos sistemas interativos.
The panels of statistical charts known as dashboards are employed in the area of Business Intelligence (BI) for the visualization of large-scale organized systems of data. This Masters Thesis proposes to base the design of dashboards by theories of Jacques Bertin, formulated in the books Sémiologie graphique and La graphique et le traitement de linformation. Considering this framework, and further parameters of information design and data visualization, it were developed dashboards that present data about the policy of quotas from the State University of Rio de Janeiro, systematized by the BI project of that institution. The goal was not only to meet the requirements of a conventional dashboard, but rather to present other perspectives of information. Accordingly, we investigate the specific methods of Bertin and its expansion into the area of interactive systems.
4
Lee, Jin Kook. "Building environment rule and analysis (BERA) language and its application for evaluating building circulation and spatial program." Diss., Georgia Institute of Technology, 2011. http://hdl.handle.net/1853/39482.
Full textAbstract:
This study aims to design and implement a domain-specific computer programming language: the Building Environment Rule and Analysis (BERA) Language. As a result of the growing area of Building Information Modeling (BIM), there has been a need to develop highly customized domain-specific programming languages for handling issues in building models in the architecture, engineering and construction (AEC) industry. The BERA Language attempts to deal with building information models in an intuitive way in order to define and analyze rules in design stages. The application of the BERA Language aims to provide efficiency in defining, analyzing and checking rules. Specific example applications implemented in this dissertation are on the evaluation of two key aspects: building circulation and spatial programming.
The objective of this study is to accomplish an effectiveness and ease of use without precise knowledge of general-purpose languages that are conventionally used in BIM software development. To achieve the goal, this study proposes an abstraction of the universe of discourse - it is the BERA Object Model (BOM). It is a human-centered abstraction of complex state of building models rather than the computation-oriented abstraction. By using BOM, users can enjoy the ease of use and portability of BIM data, rather than complex and platform-dependent data structures. This study also has reviewed and demonstrated its potential for extensibility of BOM. Not only its lateral extensions such as structural building elements, but also the vertical extensions such as additional properties for existing BOM objects are good examples. In current BERA Language Tool, many computed and derived properties/relations have been proposed and implemented, as well as some basic data directly from the given building model.
Target users of the BERA Language are domain experts such as architects, designers, reviewers, owners, managers, students, etc., rather than BIM software developers. It means that the people who are interested in the building environment rule and analysis are the potential users. The BERA Language Tool comprises many libraries to alleviate common but unnecessary problems and limitations that are encountered when users attempt to analyze and evaluate building models using commercially available tools. Combined with other libraries which populate rich and domain-specific datasets for certain purposes, the BERA Language will be fairly versatile to define rules and analyze various building environmental conditions.
5
Gazzurelli, Jean-Loup. "Trajectoires contemporaines du textile dans les Basses-Pyrénées. Contribution à l'histoire de l'industrialisation de la France du Sud-Ouest." Thesis, Pau, 2017. http://www.theses.fr/2017PAUU1042.
Full textAbstract:
Ce travail s’inscrit dans une tendance historiographique récente visant à mieux comprendre la « vocation industrielle (…) beaucoup trop souvent sous-estimée » du Sud-Ouest de la France. Il tente pour cela de reconstituer les trajectoires des activités textiles à l’œuvre dans le département des Basses-Pyrénées au cours de la période contemporaine, à partir de l'étude des entreprises et de leur environnement, des statistiques et discours sur l'industrialisation, et des « cycles de vie » des articles fabriqués et commercialisés. L’étude met d’une part en évidence l’importance, la structuration et la diversité des activités textiles : les Basses-Pyrénées se caractérisent en effet par la grande variété des fabrications, en renouvellement constant (tissage, bonneterie, confection), et s’imposent même comme le principal espace de production de certains articles à la diffusion internationale (bérets, linge basque, lainages des Pyrénées, sandales). Elles présentent en parallèle des filières complètes, parfois uniques dans le Sud-Ouest, pour différentes matières premières (coton, lin, laine, jute).D’autre part, le maintien sur la longue durée des organisations productives diffuses, le recours massif à l’énergie hydraulique et la domination de la petite entreprise familiale s’articulent avec l’adoption souvent rapide des innovations techniques et une forte capacité de reconversion de multiples centres industriels ruraux ou urbains.Enfin, bien que limitée par la concurrence des grandes régions industrielles françaises vis-à-vis desquelles elles peuvent apparaître comme périphériques, les trajectoires textiles des Basses-Pyrénées parviennent à s’inscrire dans différentes échelles, du local à l’international. Elles témoignent d’échanges techniques et l’élargissement du capitalisme familial s’inscrivent dans des logiques endogènes et exogènes. L’exploitation des opportunités régionales joue à ce titre un rôle prépondérant : proximité de l’Espagne, cohérence vestimentaire d’une vaste aire pyrénéenne, extension des débouchés par l’émigration et la demande touristique, exploitation de l’aura régionaliste du Béarn, du Pays Basque et des Pyrénées. La position excentrée des Basses-Pyrénées, tout en étant une source de marginalisation économique, est un facteur de dynamisme industriel certes limité mais solidement inscrit dans la longue duréeThis study comes within the scope of a recent historiographical trend to change perception of the industrialisation of the South-West of France which is often approached from the perspective of underdevelopment . It aims at reconstructing the « paths » of different textile industries in the Basses-Pyrénées / Pyrénées-Atlantiques from late 18th century to late 20th century, based on the study of produce, markets, producting organisations, firms, views and representations. The research points out the importance, structuring and the diversity of textile industries : complete industrial processes can be found in Basses-Pyrénées for several fibres (cotton, linen, wool, jute) and some products are produced and sold by millions (berets, sandals and, to a leaser extent, basque linen, wool of the Pyrénées...). The maintain of “soft” producting organisations, the massive use of hydraulic power and the domination of family businesses are also linked with fast technical changes and strong ability of industrial reconversion inside various industrial countries and small or middle-sized towns.In the end, these industrial “paths” reveal the economical integration of Basses-Pyrénées on different scales, from local to international, as regards raw material, markets or technical, or financial and human movements. The exploitation of regional opportunities plays a major role in the continuity of these textile industries : proximity of Spain, continuing consumption in the pyrenean area, emigration to America, tourism, regionalistic vogue for Bearn, Basque Country and Pyrénées
6
Guimarães, Pedro Maciel. "Créer ensemble : l'apport des collaborateurs de création à l'oeuvre de Manoel de Oliveira." Thesis, Paris 3, 2009. http://www.theses.fr/2009PA030127.
Full textAbstract:
Un film est une œuvre de collaboration qui se nourrit des différentes sensibilités des professionnels qui le font et qui épaulent, de manière plus ou moins significative, son auteur. Notre réflexion se situe au moment charnière de toute œuvre artistique, sa création. L’étude de la poétique du film, des processus de sa fabrication, permet d’en comprendre plus profondément les enjeux esthétiques. En abordant spécifiquement les relations de collaboration chez le réalisateur portugais Manoel de Oliveira, il s’agit d’enquêter sur la façon dont les rapports idéologiques, personnels et professionnels que le cinéaste noue avec quelques-uns de ses collaborateurs déterminent la conception de l’image, du montage, du choix des acteurs et du processus d’adaptation d’une œuvre littéraire. Les professionnels choisis sont l’acteur portugais Luis Miguel Cintra, la monteuse française Valérie Loiseleux, le directeur de la photographie suisse Renato Berta et la romancière portugaise Agustina Bessa-Luis. En analysant ces relations bilatérales, ce travail se demande comment la présence du collaborateur influence la conception de la mise en scène d’Oliveira et comment le fait d’être un interlocuteur privilégié du réalisateur portugais détermine la suite de la carrière de quelques-uns de ces collaborateurs. Sans mettre en doute le cinéma d’auteur, nous croyons néanmoins au cinéma de collaboration, un cinéma qui dit « nous » au lieu de « je », où le collaborateur est non seulement un témoin du faire cinématographique, mais aussi une surface sensible, une présence active et constamment mise à l’épreuve dans le processus de création qu’il intègre – et qui l’intègreA film is a collaboration work that feeds on the different sensibilities of the professionals who make it and contribute, more or less significantly, to its author. This study focuses on the key moment of every work of art, its creation. The study of the poetics of film – the making of film – allows for a more profound understanding of the aesthetic challenges involved. Specifically addressing the collaborative relationships of Portuguese filmmaker Manoel de Oliveira, involves inquiring how the ideological, personal and professional relationships the filmaker has with his collaborators determines his concepts of image, editing, his choice of actors and the process of adapting a literary work. The chosen professionals are Portuguese actor Luis Miguel Cintra, French editor Valerie Loiseleux, Swiss Cinematographer Renato Berta and Portuguese novelist Agustina Bessa-Luis. By analyzing these bilateral relationships, this study questions how the presence of the collaborators influences the concept of Oliveira’s scene setting, as well as how being a privileged interlocutor of the Portuguese filmmaker influences the careers of these collaborators. Without calling the author’s work into question, we believe in collaborative cinema, a cinema that says « us » instead of « me ». A cinema where the collaborator is not only a witness to the making of films, but also a sensitive surface and an active presence put to the test in the creation process which he integrates and integrates him
7
Στεφάνου, Παύλος. "Development of scale-bridging methodologies and algorithms founded on the outcome of detailed atomistic simulations for the reliable prediction of the viscoelastic properties of polymer melts." Thesis, 2011. http://nemertes.lis.upatras.gr/jspui/handle/10889/4563.
Full textAbstract:
In this thesis we design and develop algorithms for predicting the rheological behavior of polymer melts based on the results of detailed atomistic simulations and guided by theories of the Dynamics of Polymers and fundamental Principles of Science of the Non-Equilibrium Thermodynamics. More specifically:
1) We propose a new rheological constitutive model for the time evolution of the tensor conformation tensor C of chains in a polymer melt (and hence the stress tensor τ) using the generalized bracket formalism of Beris and Edwards. The new constitutive model includes terms that describe a whole range of phenomena and are successfully used to describe the rheological properties of commercial polyethylene resins.
2) We developed a new methodology that allows direct connection of the results of atomistic simulations with molecular reptation theory for entangled polymers. The final result of the methodology is the calculation of the function ψ(s,t) which expresses the probability that the segment s along the contour of the primitive path remain in the original tube after time t.
3) We extended the Rouse theory for systems without polymer chain ends, as the polymer rings. While there have been previous theoretical work, a comprehensive analysis of the Rouse model of cyclic polymers was still lacking; here we develop the theory in its entirety.Στα πλαίσια της παρούσας διατριβής σχεδιάσαμε και αναπτύξαμε αλγορίθμους πρόβλεψης της ρεολογικής συμπεριφοράς πολυμερικών τηγμάτων βασιζόμενοι στα αποτελέσματα λεπτομερών ατομιστικών προσομοιώσεων, καθοδηγούμενοι όμως από Θεωρίες της Δυναμικής των Πολυμερών αλλά και από θεμελιώδεις αρχές της Επιστήμης της Θερμοδυναμικής Εκτός Ισορροπίας. Πιο συγκεκριμένα: 1) Προτείνουμε αρχικά ένα νέο ρεολογικό καταστατικό μοντέλο για τη χρονική εξέλιξη του τανυστή διαμορφώσεων C των αλυσίδων σε ένα πολυμερικό τήγμα (και κατ’ επέκταση για τον τανυστή των τάσεων τ) κάνοντας χρήση του φορμαλισμού των γενικευμένων αγκυλών των Beris και Edwards. Το νέο καταστατικό μοντέλο περιλαμβάνει όρους που περιγράφουν ένα ολόκληρο φάσμα φαινομένων και χρησιμοποιήθηκε με επιτυχία για την περιγραφή των ρεολογικών ιδιοτήτων εμπορικών ρητινών πολυαιθυλενίου. 2) Αναπτύξαμε μια καινούργια μεθοδολογία που επιτρέπει την άμεση σύνδεση των αποτελεσμάτων των ατομιστικών προσομοιώσεων με τη μοριακή θεωρία του ερπυσμού για διαπλεγμένα πολυμερή. Το τελικό αποτέλεσμα της μεθοδολογίας είναι ο υπολογισμός της συνάρτησης ψ(s,t) που εκφράζει την πιθανότητα το σημείο s κατά μήκος του περιγράμματος του πρωτογενούς δρόμου των αλυσίδων να παραμένει στον αρχικό σωλήνα μετά από χρόνο t. Επεκτείναμε τη θεωρία Rouse και για συστήματα πολυμερικών αλυσίδων δίχως άκρα, όπως αυτά των πολυμερικών δακτυλίων. Παρότι στίγματα της θεωρίας είχαν παρουσιαστεί και σε προηγούμενες εργασίες από άλλους ερευνητές, στην παρούσα διατριβή αναπτύξαμε τη θεωρία στην ολότητά της.
Books on the topic "Berita industri"
1
75 Jahre Bernina: Der rote Faden in der Welt des Nähens = 75 years Bernina : the red thread in the world of sewing. Bernina International AG, 2006.
2
Indonesia. Departemen Perindustrian. Perpustakaan Pusat., ed. Indeks artikel majalah Berita industri, 1983 s/d 1987. Perpustakaan, Departemen Perindustrian, Biro Hubungan Masyarakat, 1988.
3
Schraubmontage 2016. VDI Verlag, 2016. http://dx.doi.org/10.51202/9783181022702.
Full textAbstract:
Vorwort Schraubverbindungen sind in allen Bereichen der Industrie ein wesentliches Element für die Montage unterschiedlichster, teils hochkomplexer Komponenten. Höchste Tauglichkeit in Bezug auf die gewünschte Haltbarkeit und der notwendigen funktionalen Sicherheit stehen hier im Blickpunkt und erfordern daher die besondere Beachtung. Bereits heute und mit vorgezeichneter Gewissheit auch in Zukunft, werden die hohen Ansprüche an die Schraubtechnik hinsichtlich der Prozessfähigkeit und der rechtlichen Absicherung noch steigen. Dem Entwickler wird bereits in der Planungsphase die Verantwortung für die richtige Auswahl der für seine Anforderungen geeigneten Verbindungstechnik übertragen. Diese Auswahl hat unmittelbare Auswirkungen auf die zu verwendende Technik, die Prozessabsicherung, die Qualitätsüberwachung sowie auf die finale Produkthaftung und dies alles unter dem Druck der Wirtschaftlichkeit. Das VDI-/VDE-GMA-Fachgremium erarbeitet neue und aktualisiert bereits bestehende...
4
Technische Zuverlässigkeit 2017. VDI Verlag, 2017. http://dx.doi.org/10.51202/9783181023075.
Full textAbstract:
Die Sicherstellung einer von Kundenseite gewünschten hohen Zuverlässigkeit erfordert im Zeitalter der Industrie 4.0 und der zunehmenden Komplexität der Systeme eine ständige Weiterentwicklung bekannter Ansätze. Letztendlich muss die Zuverlässigkeit eines Produktes über den gesamten Produktlebenslauf betrachtet werden und beherrschbar sein. Derzeitige Bemühungen betrachten sowohl die Weiterentwicklung von analytischen Zuverlässigkeitsmethoden als auch umfassendere Datenanalysen und optimierte Zuverlässigkeitstests. Die VDI Wissensforum GmbH und die VDI-Gesellschaft Produkt- und Prozessgestaltung (GPP) führt bereits zum 28. Mal die Tagung Technische Zuverlässigkeit (TTZ) durch. Der vorliegende Tagungsband enthält die Manuskripte der Referenten, soweit sie zum Zeitpunkt der Drucklegung vorlagen. Vorher fand ein Review des Programmausschusses statt. Der Tagungsleiter und die Mitglieder des Programmausschusses danken allen, die beim Gelingen der Veranstaltung mitgewirkt haben. ...
5
Ab. Wahab, Norlida, and Nurli Yaacob. Pengurusan sungai mengikut undang-undang. UUM Press, 2016. http://dx.doi.org/10.32890/9789670876467.
Full textAbstract:
Buku ini membincangkan aspek pengurusan sungai menurut undang-undang.Isu yang diketengahkan dan menjadi perkara utama perbincangan ialah sungai yang menjadi sumber utama membekalkan air kepada manusia. Namun, akibat daripada faktor yang pelbagai termasuk aktiviti manusia, kualiti air sungai berada pada tahap yang membimbangkan. Pencemaran yang berlaku terhasil daripada pembuangan sisa industri, domestik dan sebagainya menjejaskan kualiti air sungai yang sepatutnya membekalkan air bersih untuk kehidupan.Undang-undang dilihat sebagai salah satu mekanisme luaran yang mampu menjamin pengurusan sungai yang sempurna supaya terhindar dari sebarang unsur pencemaran. Selain itu, kerangka perundangan yang sedia ada diaplikasi di Malaysia menjadi punca perwujudan kerangka institusi yakni agensi atau jabatan yang ditubuhkan bagi tujuan melaksana dan menguatkuasakan perundangan tersebut.Atas dasar ini maka skop perbincangan adalah tertumpu kepada tiga perkara iaitu masalah pencemaran dan pengurusan sungai, peruntukan undang-undang yang terpakai di Malaysia, dan agensi yang terlibat dalam melaksana dan menguatkuasakan undang-undang.
6
25. Deutscher Materialfluss-Kongress. VDI Verlag, 2016. http://dx.doi.org/10.51202/9783181022757.
Full textAbstract:
Das Thema Industrie 4.0 beherrscht nach wie vor die fachliche Diskussion auf Fachtagungen und Entwicklerkonferenzen. Neben vielen, zum Teil weit in die Zukunft reichenden Visionen werden aber bereits auch eine Vielzahl Erfolg versprechender Lösungsansätze eingeführt. Die Intralogistik ist dabei in besonderem Maße betroffen und in vielen Bereichen Vorreiter auf dem Weg zur „intelligenten Fabrik“. Unter dem Thema „Logistik in einer digitalen Welt“ wird sich daher der 25. Deutsche Materialfluss-Kongress Mitte März 2016 schwerpunktmäßig mit diesem Themenfeld befassen. Neben neuen Innovationsthemen vor allem erste bewährte Lösungsansätze im Vordergrund. Darüber hinaus werden wieder in bewährter Weise neue Entwicklungen rund um das Thema Lager- und Materialflusstechnik aufgezeigt und diskutiert. Zum Abschluss wird der Astrophysiker Hans-Peter Nollert mit seinem Vortrag „Mit dem Computer durch die Welt des Albert Einstein“ relativistische Effekte simulieren und visual...
7
Heiß, Tanja, Martin Camphausen, and Jochen A. Werner, eds. Generation Hashtag. Medizinisch Wissenschaftliche Verlagsgesellschaft, 2019. http://dx.doi.org/10.32745/9783954664931.
Full textAbstract:
Die Generation Hashtag lässt sich nicht durch Geburtsjahre bestimmen. Sie ist eine Bewegung im Gesundheitswesen, die nicht anprangern, sondern durch den generationsübergreifenden Dialog gestalten möchte. Was treibt den Wandel voran und wie kann er gelingen? Dafür braucht es Inhalte statt Phrasen, Diskurs statt Schablone und Revolution statt Stagnation. Einige junge Vertreter dieser Generation Hashtag sind bereits erfolgreich als Führungskräfte im Gesundheitswesen – in Vereinen, der Industrie, Start-ups oder Initiativen. Sie übernehmen täglich Verantwortung und gehen neue Wege, um die Transformation im Management einzuläuten. Grund genug, sich zu fragen: - Wie ticken die Führungskräfte der Zukunft? - Welchen Anspruch haben junge Menschen an die Arbeitswelt von morgen? - Welche Anforderungen werden an Führungskräfte in Zeiten der Digitalisierung gestellt? - Womit motiviere ich junge Talente zu Höchstleistungen? - Wie binde ich Millenials & Co. langfristig an mein Unternehmen? - Wie wirkt sich das Kommunikationsverhalten der Digital Natives auf die Arbeitswelt im Gesundheitswesen aus? Diese und weitere Fragen beantworten die Autoren umfassend und praxisorientiert. Den Austausch suchen sie dabei mit zwölf Persönlichkeiten aus dem Gesundheitswesen und dem Management, die zu den relevanten Hashtags ein Statement setzen.
8
The Behring Sea question: Embracing the fur sealing industry of the north Pacific Ocean and the international agreement between Russia and Great Britain. Govt. Print. Bureau, 1993.
9
Knieps, Günter, and Volker Stocker, eds. The Future of the Internet. Nomos Verlagsgesellschaft mbH & Co. KG, 2019. http://dx.doi.org/10.5771/9783748902096.
Full textAbstract:
Strong dynamics and multifaceted innovations characterise the Internet. In this rapidly evolving ecosystem, challenges but also questions concerning innovation, integration and sustainability arise. The Internet of things brings disruptive innovations which are no longer limited to communication applications, but rather spur the transition of traditional network industries into intelligent (smart) networks. Critical requirements are QoS differentiated All-IP bandwidth capacities combined with sensor networks, geopositioning services and big data. In this volume, leading international researchers present their latest findings on the dynamics of the Internet in the future, covering a variety of current and highly relevant issues related to the Internet of things, 5G, interconnection, Internet ecosystem innovation and network neutrality. With contributions by Günter Knieps, Volker Stocker, Bert Sadowski, Onder Nomaler, Jason Whalley, Thomas Fetzer, Johannes M. Bauer, William Lehr, Iris Henseler-Unger, Falk von Bornstaedt, Marlies Van der Wee, Frederic Vannieuwenborg, Sofie Verbrugge, Christopher S. Yoo, Jesse Lambert
10
Eklöf, Bo, Kjell Lindström, and Stig Persson, eds. Ultrasound in Clinical Diagnosis. Oxford University Press, 2011. http://dx.doi.org/10.1093/oso/9780199602070.001.0001.
Full textAbstract:
On October 29th 1953 in Lund, Sweden, Inge Edler, cardiologist, and Hellmuth Hertz, physicist, performed the first successful Ultrasoundcardiogram (UCG), later renamed Echocardiogram. A few weeks later, on December 16th, the neurosurgeon Lars Leksell diagnosed an intracranial bleeding in a 16-month-old boy using the same equipment, and Echoencephalography was born. The Lundensian obstetrician Bertil Sunden was in 1962 able to take the first ultrasound picture of twins in pregnancy. These three world premieres at the Lund University were the foundation for the tremendous development of diagnostic ultrasound. Before it is too late, the history in Lund will be told, and with this history as background Ultrasound in Clinical Diagnosis brings together some of the leading ultrasound experts of today to bring us up to date with the use of ultrasound in its ever-increasing importance for diagnosis in many areas of medicine. Peter wells writes in his Foreword that "this fascinating book serves more than one purpose: it is an historical record of the pioneering developments in clinical ultrasonic diagnosis that took place in Lund... what we now recognise as one of the greatest medical innovations of the twentieth century... Besides its historical content, this book also includes scholarly reviews of the state-of-art in adult and paediatric cardiology, obstetrics and gynaecology, vascular disease in several countries and, primarily from technical perspective, radiology, as well as an overview of contrast studies". Other chapters describe the development in ophthalmology and oto-rhino-laryngology as well as the industrial development of ultrasound equipment. This book will be valuable and interesting to those who are interested in the development of ultrasound diagnosis in medicine.
Book chapters on the topic "Berita industri"
1
Fritsch, Klaus. "Die Zustandsstörerhaftung für Bereits Sanierte Industrie-Grundstücke." In Altlastensanierung ’90. Springer US, 1990. http://dx.doi.org/10.1007/978-1-4899-3806-0_16.
Full text
2
Vullings, Ramon, and Marc Heleven. "Kapitel 3: Jemand hat Ihr Problem bereits gelöst." In Not Invented Here – Cross Industry Innovation. Carl Hanser Verlag GmbH & Co. KG, 2016. http://dx.doi.org/10.3139/9783446451520.003.
Full text
3
Wolf, Stefan, Max Michael Jordan, Inessa Seifert, Marco Evertz, and Roman Korzynietz. "Wie Industrieproduktion nachhaltig gestaltet werden kann." In Klima. Springer Berlin Heidelberg, 2020. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-662-62195-0_9.
Full textAbstract:
ZusammenfassungAuch wenn bereits Fortschritte hin zu einer nachhaltigeren Industrieproduktion erzielt wurden, so ist der Status quo noch weit von wirklicher Nachhaltigkeit entfernt. Um einen nachhaltigen Gleichgewichtszustand zu erreichen, muss die Emission von Treibhausgasen fossilen Ursprungs in die Atmosphäre gänzlich eingestellt werden. Dieses ist verbunden mit einer tiefgreifenden Transformation der Industrie.
4
Hilborn, Ray, and Ulrike Hilborn. "Modern Industrial Fisheries Management." In Overfishing. Oxford University Press, 2012. http://dx.doi.org/10.1093/wentk/9780199798131.003.0004.
Full textAbstract:
What is an example of a well-managed fishery? On September 10, 2009, the Economist published an article on Bluefin tuna and Eastern Bering Sea pollock entitled “A Tale of Two Fisheries: How to Pillage the Oceans Deliberately, and by Accident.” The article...
5
Lucks, Kai. "26 Industrie 4.0 ist bei Bosch bereits Realität – Stefan Aßmann." In Praxishandbuch Industrie 4.0. Schäffer-Poeschel, 2017. http://dx.doi.org/10.34156/9783791038520-321.
Full text
6
"Enclosing the Fisheries: People, Places, and Power." In Enclosing the Fisheries: People, Places, and Power, edited by Marie E. Lowe. American Fisheries Society, 2008. http://dx.doi.org/10.47886/9781934874059.ch7.
Full textAbstract:
<em>Abstract</em>.—Federal restricted access management plans for Alaska’s fisheries have resulted in Bering Sea/Aleutian Island crab fisheries rationalization implemented in 2005. While rationalization of fisheries addresses problems of overcapitalization and inefficiencies in the industry, it does not explicitly address equitable distribution of shares to local communities or provide for the future participation of these communities. The Bering Sea/Aleutian Island crab rationalization program establishes a new precedent in rights-based fisheries management schemes by privileging processors with quota share. Through considerable and historical processor influence over local, state, and federal political processes, processor quota share was freely allocated to eligible processors because of the industry’s claim to a long-standing and capital intensive investment in crab fisheries. Processor parent companies can rely on diversification of their investments, and their stake in the industry is protected through direct processor quota shares. Local income diversification strategies diminish, however, with the passage of each restricted-access management program and the currently identified protections for local communities are inadequate to ensure their participation in the crab fisheries of the future. As a complement to the aim of achieving economic efficiency, the social context of fisheries needs to be considered in the design of rationalization programs for local fishermen and communities who too have a long-standing investment in Bering Sea fisheries resources.
7
O. Coggins, Andrew. "Globalization of the Cruise Industry: A Tale of Ships Part II - Asia Post 1994." In Education, Human Rights and Peace in Sustainable Development. IntechOpen, 2020. http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.88157.
Full textAbstract:
Cruising has grown over 7% a year since 1980. Sustained rapid expansion in North America, followed by local expansion in Europe and Asia, has made cruising a global industry, with 365 ships and estimated sales of $37.8 US billion (CIN, 2017). This global development has been fueled by innovation and introduction of market changing resident ships appealing to the mass traveler which were quickly matched by competitors, establishment of industry and port marketing organizations, awareness of cruising as a vacation option, and availability of suitable port and berthing facilities. When these four conditions coexisted the industry experienced rapid growth. Since 1966, the cruise industry has developed from a Miami-centered industry to a global industry centered in North America, Europe, Asia, and Australia/New Zealand. Given the high cost of state-of-the-art ships, their deployment is a good indication of industry’s confidence in market growth. This chapter chronicles the development of the Asian cruise industry from 1994 through 2017. Data from Cruise Industry News Annual Reports (CIN) and Berlitz Complete Guide to Cruising and Cruise Ships (Ward) are examined and conclusions are drawn.
8
Balas, Can Elmar. "An Artificial Neural Network Model as the Decision Support System of Ports." In Advances in Civil and Industrial Engineering. IGI Global, 2016. http://dx.doi.org/10.4018/978-1-4666-8648-9.ch002.
Full textAbstract:
The new feasibility analysis model proposed in this study for coastal projects consists of three interrelated decision support models: 1) Artificial Neural Network (ANN) to determine the rates and capacity of cargo by considering the economical development of hinterland 2) Queuing model to determine the waiting to service time and the berth occupancy ratios by waiting time modeling of ships using discrete queuing simulation 3) Importance Sampling Monte Carlo (ISMC) to simulate ship arrivals/departures from the quays and to estimate income/expenditure parameters of the coastal project. As a case study, the proposed model was applied to the Iskenderun Pier in Turkey and the future loading/unloading cargo rates of pier were predicted by ANN's. The superiorities of this proposed simulation-ANN model to other classical investment planning methods were the inclusion of uncertainties in the investment parameters like the change of cargo and costs variables in time, and the determination of project benefit/cost with an improved accuracy when compared to classical decision support models.
9
Strange, Jason G. "You Can’t Eat Scenery." In Shelter from the Machine. University of Illinois Press, 2020. http://dx.doi.org/10.5622/illinois/9780252043031.003.0004.
Full textAbstract:
The second of three chapters exploring the history of homesteading in the area around Berea, Kentucky, chapter 3 presents the story of rural subsistence from the late 1800s up to the economic boom generated by World War II. The chapter is framed in terms of the “parable of enclosure”--the idea that yeoman farmers would not voluntarily trade independent livelihood for capitalist wage labor--and argues that as industry and technology generated ever more advanced consumer goods (for example, refrigerators, radios, antibiotics), the peasant way of life became outmoded; once wage labor became available in the factories of the north, millions of Appalachians left the mountains. But, as the chapter documents, some chose to return to a homesteading life, forming an overlooked back-to-the-land movement.
10
Maršál, Karel, and Bertil Sundén. "The development of ultrasound in obstetrics and gynaecology in Sweden." In Ultrasound in Clinical Diagnosis. Oxford University Press, 2011. http://dx.doi.org/10.1093/oso/9780199602070.003.0011.
Full textAbstract:
In the field of obstetrics, the advent of diagnostic ultrasound was most welcome because of the obvious lack of a non-invasive method providing information on the fetus in utero. The subsequent very fast and widespread use of ultrasound in clinical obstetrics was vindication that the method fulfilled the expectations and that it literally ‘opened a window into the uterus’. Ultrasound enabled direct examinations of fetal anatomy, measurements of fetal size and growth, and recording of intrauterine activities. Nowadays, 97 % of all pregnant women in Sweden undergo at least one ultrasound examination during their pregnancy. The early positive results reported from the application of ultrasound in cardiology and neurosurgery at Lund University elicited interest to test the method on pregnant women at the Department of Obstetrics and Gynecology in Lund. In 1957, Alf Sjövall, then professor in obstetrics and gynaecology, discussed over a lunch-table with neurosurgeon Lars Leksell his very first experience of diagnosing subdural hematoma using ultrasound. Professor Sjövall asked then Bertil Sundén, who worked at his department, to investigate early pregnancies with the Krautkrämer echoscope belonging to Leksell. The aim was to examine whether it would be possible to detect echoes from the fetus in early pregnancies and to differentiate it from myomatous enlargements of the uterus and from ovarian tumours. The Krautkrämer echoscope offered only an A-mode display of ultrasound signals so no tangible results were obtained as the origin of the echoes could not be identified. At that time, it was unknown whether or not ultrasound might have any harmful effects on embryonic tissue and therefore these first investigations in early pregnancies were done on patients admitted for interruption of pregnancy. After that Ian Donald published the first description of an echoscope generating a two dimensional display in 1958, Bertil Sundén went on a three-week visit to Professor Donald in Glasgow. There he met electronic engineer Tom G. Brown, employed by Smiths Industrial Division in Glasgow, who had built Donald’s machine. During his stay in Glasgow Sundén performed several investigations on obstetric and gynaecological patients using Brown’s equipment that was the only one of its type.
Conference papers on the topic "Berita industri"
1
Arifianto, Endra Yuafanedi, Oke Oktavianty, Ishardita Pambudi Tama, Sari Fitri Safira, and Lailatul Fajriyati. "Perancangan Pemasaran Industri Kreatif Sub-Sektor Kuliner Dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah." In SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER 2020 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER. UM Jember Press, 2021. http://dx.doi.org/10.32528/psneb.v0i0.5156.
Full textAbstract:
Persaingan ketat di industri kreatif sub-sektor kuliner saat ini menjadi fokus utama pemerintah. Dibentuknya klasterisasi bertujuan untuk memberikan sinergi antar pelaku usaha dan mengembangkan industri kreatif. Kota Malang mengalami pertumbuhan yang signifikan pada industri kreatif subsektor kuliner dalam dua tahun terakhir. Dimana 20.000 pendatang berupa mahasiswa baru per tahunnya dapat menjadi target pasar yang tepat bagi pelaku usaha industri kreatif sub-sektor kuliner. Selain itu dukungan alokasi dana desa menjadikan Malang menjadi lokasi yang strategis untuk membuka transaksi jual beli atau sewa guna usaha industri kreatif pada sub-sektor kuliner. Dalam penelitian ini ditentukan faktor bauran pemasaran yakni harga, produk, tempat, promosi, bukti fisik, SDM, dan tempat pada industri kreatif sub-sektor kuliner yang paling dominan guna mempengaruhi keputusan masyarakat untuk membeli dan menjadi konsumen. Metode yang digunakan adalah analisis bauran pemasaran dengan Smart PLS yang berguna untuk menghitung dan menentukan faktor yang paling berpengaruh terhadap keputusan masyarakat dalam membeli produk dan menjadi pelanggan. Hasil yang didapat dari analisis menggunakan perangkat lunak Smart PLS yakni diperoleh faktor paling dominan berupa aspek proses dengan nilai koefisien 0,538. Kemudian diikuti dengan aspek tempat dengan nilai koefisien sebesar 0,415.
2
Arifianto, Endra Yuafanedi, Susenohaji Susenohaji, Dian Dinanti, and Dea Damaris. "Strategi Pengembangan Industri Wisata Era New Normal." In SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER 2020 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER. UM Jember Press, 2021. http://dx.doi.org/10.32528/psneb.v0i0.5164.
Full textAbstract:
Aktivitas bisnis industri wisata Cafe Sawah Pujon Kidul mengalami penurunan pendapatan dengan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang dilakukan pemerintah daerah Kota Batu. Perkembangan industri wisata di Kota Batu sangat mendukung peningkatan pendapatan desa. Khususnya industri wisata yang dikelola oleh masyarakat setempat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). Industri wisata mampu memberikan pertumbuhan ekonomi mikro masyarakat sekitar secara signifikan. Adanya pandemi covid 19 menjadi hambatan perkembangan usaha industri wisata. Untuk itu, penelitian ini bertujuan memberikan rekomendasi strategi pengembangan industri wisata di era new normal. Era kebiasaan dan tingkah laku masyarakat dengan memperhatikan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari hari. Pengumpulan data dengan cara wawancara, diskusi, brainstorming dan pengisian kuisioner kepada responden. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan analisis Internal Faktor Evaluation (IFE), External Faktor Evaluation (EFE) dan Bisnis Model Canvas dalam menyusun strategi pengembangan industri yang tepat di era new normal. Hasil Matrik Internal-Eksternal memiliki skor nilai 3,0 ; 2,8 artinya berada di sel IV atau menggunakan strategi yang tumbuh dan membangun. Strategi tumbuh dan membangun dengan pendekatan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Sedangkan BMC memberikan rekomendasi perbaikan sembilan elemen sesuai dengan kondisi di lapangan saat ini.
3
Zhang, Wangshu, Junhong Liu, Zujie Wen, Yafang Wang, and Gerard de Melo. "Query Distillation: BERT-based Distillation for Ensemble Ranking." In Proceedings of the 28th International Conference on Computational Linguistics: Industry Track. International Committee on Computational Linguistics, 2020. http://dx.doi.org/10.18653/v1/2020.coling-industry.4.
Full text
4
Zhang, Wangshu, Junhong Liu, Zujie Wen, Yafang Wang, and Gerard de Melo. "Query Distillation: BERT-based Distillation for Ensemble Ranking." In Proceedings of the 28th International Conference on Computational Linguistics: Industry Track. International Committee on Computational Linguistics, 2020. http://dx.doi.org/10.18653/v1/2020.coling-industry.4.
Full text
5
Suppa, Marek, Katarína Benešová, and Andrej Švec. "Cost-effective Deployment of BERT Models in Serverless Environment." In Proceedings of the 2021 Conference of the North American Chapter of the Association for Computational Linguistics: Human Language Technologies: Industry Papers. Association for Computational Linguistics, 2021. http://dx.doi.org/10.18653/v1/2021.naacl-industry.24.
Full text
6
Bouzekri, Hamza, Gulgun Alpan, and Vincent Giard. "Integrated Laycan and Berth Allocation Problem." In 2019 International Conference on Industrial Engineering and Systems Management (IESM). IEEE, 2019. http://dx.doi.org/10.1109/iesm45758.2019.8948110.
Full text
7
Purwaningtyas, Dewi, and Dirvi Surya Abbas. "Pengaruh Profitabilitas, Likiuditas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2017-2018)." In SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER 2020 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER. UM Jember Press, 2021. http://dx.doi.org/10.32528/psneb.v0i0.5179.
Full textAbstract:
Penelitian ini bermaksud untuk mengevaluasi pengaruh profitabilitas, likiuditas, leverage, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen terhadp Nilai Perusahaan yang diukur dengan Tobin Q. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2017-2018. Kemudian pengambilan sampel menggunakan system purposive sampling dan diperoleh 15 perusahaan. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2017-2018. Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. Hasil kajian menyatakan bahwa Leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan Kebijakan Dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
8
Neale, Vicki L., Gary S. Robinson, Thomas A. Dingus, and Robert E. L. Davis. "Long-Haul Drivers' Perspective on Sleeper Berth Usage and Fatigue in the Trucking Industry." In International Truck & Bus Meeting & Exposition. SAE International, 1998. http://dx.doi.org/10.4271/982784.
Full text
9
Xiao-le Han, Zhi-qiang Lu, and Li-feng Xi. "A proactive approach for simultaneous berth and quay crane scheduling problem with stochastic handling time." In Industrial Engineering (CIE39). IEEE, 2009. http://dx.doi.org/10.1109/iccie.2009.5223886.
Full text
10
Praharani, L., R. G. Sianturi, D. A. Kusumaningrum, and O. Parlindungan. "Berat Lahir dan Mortalitas Anak Sapi Belgian Blue dari Rumpun Resipien dan Ketinggian Tempat Berbeda." In Teknologi Peternakan dan Veteriner Mendukung Kemandirian Pangan di Era Industri 4.0. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2019. http://dx.doi.org/10.14334/pros.semnas.tpv-2019-p.33-42.
Full textReports on the topic "Berita industri"
1
Keihauer, Silke, Martin Führ, and Julian Schenten. Marktchancen für "nachhaltigere Chemie" durch die REACH-Verordnung - Am Beispiel globaler Lieferketten in der Textil- und Sportartikel-Industrie (SuSport). Sonderforschungsgruppe Institutionenanalyse, 2019. http://dx.doi.org/10.46850/sofia.9783941627697.
Full textAbstract:
Dieser Bericht dokumentiert die Ergebnisse des Forschungsprojekts „Marktchancen für ‚nachhaltigere Chemie‘ durch die REACH-Verordnung [Sustainable Sporting Goods - SuSport]“. Ziel des im Jahr 2018 abgeschlossenen Projektes ist es, eine „nachhaltigere Chemie“ in der textilen Lieferkette zu unterstützen und dabei den Blick von der „reaktiven“ Compliance Position auf eine „proaktive“ Beyond Compliance Perspektive zu erweitern. Strategisch stützt sich dieser Ansatz auf folgende Überlegung: Wer morgen noch „Compliant“ sein will, muss heute bereits „Beyond Compliance“ agieren. Mit einer solchen Strategie ist nicht nur die Rechtskonformität gewährleistet, es lassen sich viel-mehr auch neue Marktchancen erschließen.4 Die Notwendigkeit für diesen Perspektivenwechsel ergibt sich bereits aus der normativen Ausgangssituation Ein solcher Perspektivenwechsel und die damit verbundenen Veränderungen bedeuten für die Akteure der Textilbranche eine große Herausforderung Denn letztlich führt dies zu der Frage, wie man ein Chemikalienmanagement in der globalen Lieferkette organisiert Aus diesem Kontext ergeben sich die Empfehlungen für die Akteure der textilen Lieferkette Methodisch bestand die Herausforderung darin, die vorherrschenden Denk- und Argumentationsmuster der beteiligten Akteure der textilen Kette für die Ziele dieses Vorhabens zu öffnen Es bleibt abzuwarten, ob der entstandene Prozess ein Momentum erzeugt, der zu den gewünschten Veränderungen in der textilen Lieferkette führt erste Schritte in diese Richtung sind aber bereits erkennbar.
2
Health hazard evaluation report: HETA-87-419-2010, Dresser Industries, Berea, Kentucky. U.S. Department of Health and Human Services, Public Health Service, Centers for Disease Control, National Institute for Occupational Safety and Health, 1990. http://dx.doi.org/10.26616/nioshheta874192010.
Full text