To see the other types of publications on this topic, follow the link: Biologiska indikatorer.

Journal articles on the topic 'Biologiska indikatorer'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 31 journal articles for your research on the topic 'Biologiska indikatorer.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

BAHARUDIN, BAHARUDIN, M. R. SUHARTANTO, S. ILYAS, and A. PURWANTARA. "PERUBAHAN BIOLOGIS DAN FISIOLOGIS SEBAGAI INDIKATOR MASAK BENIH KAKAO HIBRIDA." Jurnal Penelitian Tanaman Industri 17, no. 2 (June 19, 2020): 41. http://dx.doi.org/10.21082/jlittri.v17n2.2011.41-50.

Full text
Abstract:
<p>ABSTRAK</p><p>Program pengembangan dan rehabilitasi tanaman kakao membutuh-kan benih bermutu. Mutu benih antara lain ditentukan oleh saat panenyang tepat, terutama berhubungan dengan masak fisiologis. Beberapaindikator penting yang berkaitan dengan masak fisiologis benih adalahkarakteristik biologis dan fisiologis. Penelitian telah dilaksanakan diKebun Induk Benih Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember,Laboratorium Fisika dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB,serta Rumah Kaca Balai Penelitan Bioteknologi Perkebunan Indonesia,Bogor pada bulan Februari-September 2008. Penelitian ini bertujuan untuk(1) mempelajari perubahan biologis dan fisiologis selama perkembanganbenih kakao hibrida, (2) mengetahui hubungan antar berbagai karakterbiologis dan fisiologis benih yang mencerminkan mutu benih, dan (3)menentukan saat panen yang tepat benih kakao hibrida TSH 858 xSca 6 dan ICS 60 x Sca 6. Benih yang digunakan berasal dari hasilpersilangan buatan antara kakao TSH 858 x Sca 6 dan ICS 60 x Sca 6.Umur panen benih yang digunakan dalam penelitian adalah 120, 135, 150,165, dan 180 hari yang dihitung saat setelah antesis, dan setiappengamatan diulang 4 kali. Analisis data disajikan dalam bentuk grafikdengan data primer ditambah standar deviasi dalam program Excel danuntuk mengetahui hubungan dari masing-masing karakter mutu benihdilakukan ”analisis path” menggunakan SAS dari Windows v 9.1. Hasilpenelitian menunjukkan dua fase perkembangan benih. Fase perkem-bangan hingga masak fisiologis (fase 1) dan fase setelah masak fisiologis(fase 2) kakao hibrida TSH 858 x Sca 6 dan ICS 60 x Sca 6. Masakfisiologis benih kakao hibrida TSH 858 x Sca 6 tercapai pada saat 150HSA dan ICS 60 x Sca 6 pada 165 HSA. Daya kecambah, indeks vigor,K CT -R, T 50 , bobot basah dan bobot kering benih, karotenoid dan antosianinbenih dan buah, jumlah daun, dan tinggi bibit dari benih kakao hibridaTSH 858 x Sca 6 dan ICS 60 x Sca 6 mencapai maksimum pada saatmasak fisiologis dan menurun pada fase kedua. Selama periodeperkembangan benih terjadi penurunan total klorofil benih dan buah,sedangkan warna buah kuning mengalami peningkatan. Karakter yangberhubungan langsung dengan mutu benih pada saat masak fisiologisbenih kakao hibrida TSH 858 x Sca 6 dan ICS 60 x Sca 6 adalah warnabuah kuning, indeks vigor, total klorofil benih dan buah, karotenoid danantosianin benih, T 50 , tinggi bibit, K CT -R, dan bobot kering benih.</p><p>Kata kunci: Theobroma cacao, biologi benih, fisiologi benih, karakteristikbenih, mutu benih</p><p>ABSTRACT</p><p>Biological and Physiological Changes as Indicator ofMaturity of Hybrid Cacao Seed</p><p>The development and rehabilitation programs of cacao need highquality seeds. The high quality of cacao seeds is influenced by seedsphysiological maturity and harvesting time. Several important indicatorsrelated to the seed physiological maturity are biological and physiologicalcharacters. The research objectives were: (1) to study biological andphysiological changes during of seed development, (2) to study on thecorrelation of various characteristics related with seeds physiology andquality, (3) to determine the most appropriate harvesting time for hybridcacao seed of TSH 858 x Sca 6 and ICS 60 x Sca 6. The research wasconducted at Coffee and Cacao Research Institute of Indonesia(Puslitkoka) in Jember, IPB Biophysics and Seeds and TechnologyLaboratory and Biotechnology Research Institute for Estate CropsIndonesia glass house in Bogor from February to September 2008. Theseeds were originated from hand pollination of TSH 858 vs Sca 6 and ICS60 vs Sca 6 hybrids from Puslitkoka Jember. The seeds for this researchwere harvested on: 120, 135, 150, 165, and 180 days after anthesis (DAA);with four replications each. Data were analyzed and presented as graphs,standard deviation in excel; while the relationship of each character ofseeds quality was determined using path analysis by SAS for Windows v.9.1. The results showed that the seed physiological changed on two phasesduring its development. The first phase started from seeds development upto physiological maturity for TSH 858 x Sca 6 and as well ICS 60 x Sca 6hybrids, and second phases started after physiological maturity. Thephysiological maturity of each seeds is 150 DAA for TSH 858 x Sca 6 and165 DAA for ICS 60 x Sca 6 hybrids. Seed germination percentage, vigorindex, germination rate (K CT -R and T 50 ), wet and dry weight of seed, seedsand fruits carotenoid content, seed and fruit anthocyanin content, numberof leaves, and height of seedling reached maximum when seed achievedphysiological maturity and decreased afterward. During seed development,there was decreasing of seeds and fruits chlorophyll content and increasedfor the yellow color of fruit. The characters which showed directcorrelation with seeds quality during seed development of TSH 858 x Sca6 and ICS 60 x Sca 6 hybrids are: yellow color of fruit, vigor index,chlorophyll content for seeds and fruit, seed carotenoid and anthocyanincontent, germination rate (T 50, K CT -R), seedling height and seed dry weight.</p><p>Key words: Theobroma cacao, seed biological, seed physiological, seedcharacteristic, seed quality</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Nangin, Sernando Rizky, Marnix L. Langoy, and Deidy Y. Katili. "Makrozoobentos Sebagai Indikator Biologis dalam Menentukan Kualitas Air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara." Jurnal MIPA 4, no. 2 (May 6, 2015): 165. http://dx.doi.org/10.35799/jm.4.2.2015.9515.

Full text
Abstract:
Makrozoobentos dapat digunakan sebagai parameter biologis dalam menentukan kualitas sungai karena hidupnya relatif diam di dasar sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos. Penelitian dilakukan pada musim panas yaitu bulan Mei sampai Juni 2015. Lokasi penelitian ditentukan dari bagian hulu, tengah dan hilir sungai dengan 3 ulangan di setiap lokasi. Kualitas air Sungai Suhuyon ditentukan berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos Shannon Wiener (H’) menurut kriteria Wilhm (1975). Makrozoobentos di Sungai Suhuyon terdiri dari 3 Filum, 4 Kelas, 10 Bangsa, 21 Suku dan 22 Marga. Kualitas air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara berdasarkan indeks keanekaragaman termasuk dalam kategori tercemar sedang (H’=2,45).Macrozoobenthos can be used as a biological parameter in determining water quality of the river because they relatively stick on the riverbed. This study aims to determine water quality of Suhuyon river in North Sulawesi based on macrozoobenthos biodiversity index. The study was conducted during dry season, from May to June 2015. Three locations chosen for this study were the upstream, midstream and downstream part of the river, with 3 replications in each location. The quality of Suhuyon river was determined by Shannon Wiener biodiversity index (H’) of macrozoobenthos using classification of Wilhm (1975). Macrozoobenthos in Suhuyon river consisted of 3 Phylum, 4 Classes, 10 Orders, 21 Families and 22 Genus. Based on biodiversity index, water quality of Suhuyon River is categorized into moderately polluted (H’=2.45).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Saputri, Endang Tita, and Makhfud Efendy. "KEPADATAN BAKTERI COLIFORM SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN BIOLOGIS DI PERAIRAN PESISIR SEPULUH KABUPATEN BANGKALAN." Juvenil:Jurnal Ilmiah Kelautan dan Perikanan 1, no. 2 (August 31, 2020): 243–49. http://dx.doi.org/10.21107/juvenil.v1i2.7579.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Marmita, Rifgah, Ratna Siahaan, Roni Koneri, and Marnix L. Langoy. "MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS DALAM MENENTUKAN KUALITAS AIR SUNGAI RANOYAPO, MINAHASA SELATAN, SULAWESI UTARA." JURNAL ILMIAH SAINS 13, no. 1 (May 15, 2013): 57. http://dx.doi.org/10.35799/jis.13.1.2013.2033.

Full text
Abstract:
MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS DALAM MENENTUKAN KUALITAS AIR SUNGAI RANOYAPO, MINAHASA SELATAN, SULAWESI UTARA ABSTRAK Sungai Ranoyapo merupakan sungai terpanjang di Wilayah Minahasa dengan panjang sekitar 60, 5 Km. Sungai Ranoyapo adalah sungai utama DAS Ranoyapo yang memiliki luas sekitar 87,154 Ha. Sungai Ranoyapo melintasi kawasan pertanian, perkebunan, permukiman penduduk, dan industri. Limbah yang berasal dari kawasan tersebut mempengaruhi kualitas air Sungai Ranoyapo. Makrozoobentos dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi sungai karena hidupnya relatif diam di dasar sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas air Sungai Ranoyapo berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos. Penelitian dilakukan pada musim hujan yaitu Januari-Maret 2013. Lokasi penelitian ditentukan dari bagian hulu, tengah dan hilir sungai dengan 3 ulangan di tiap lokasi. Kualitas air Sungai Ranoyapo ditentukan berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos dari Shannon Wiener (H’) menurut kriteria Staub et al (1970). Makrozoobentos di Sungai Ranoyapo terdiri dari 3 Filum, 5 Kelas, 13 Bangsa, 21 Suku, dan 23 Marga. Indeks keanekaragaman makrozoobentos dari Stasiun I (hulu), Stasiun II (tengah) dan Stasiun III (hilir) yaitu 2,43; 2,06; dan 1,77. Kualitas air Sungai Ranoyapo di Stasiun I dan di Stasiun II telah tercemar ringan dengan indeks H’: 2,0 – 3,0 (H’>2). Kualitas air Sungai Ranoyapo di Stasiun III telah tercemar sedang dengan indeks H’ sekitar 1,0 – 2,0 (H’ <2). Kata kunci: Sungai Ranoyapo, kualitas air, pencemaran air, keanekaragaman makrozoobentos MACROZOOBENTHOS AS BIOINDICATOR IN DETERMINING WATER QUALITY OF RANOYAPO RIVER, SOUTH MINAHASA, NORTH SULAWESI ABSTRACT Ranoyapo River is the longest river in the Minahasa Region with its length of 60.5 Km. Ranoyapo River is the main river watershed Ranoyapo which its area of 87.154 ha. Ranoyapo River crosses agricultural, plantation, resident, and industry areas. Waste originated from those areas will affect water quality of Ranoyapo River. Macrozoobenthos can be used as a biological parameter in determining the condition of the river because they relatively slow move on the riverbed. This study aims to determine the water quality of the River Ranoyapo based on biodiversity index of macrozoobenthos. The study was conducted during the rainy season i.e. from January to March 2013. Three locations were chosen from upstream, midstream and downstream river with 3 replications in each location. The quality of Ranoyapo River was determined by the biodiversity index Shannon Wiener (H') of macrozoobenthos using classification of Staub et al (1970. Macrozoobenthos of Ranoyapo River consisted of 3 Phyla, 5 Classes, 13 Orders, 21 Families, and 23 Genus. Biodiversity index (H’) of macrozoobenthos from up (Station I), middle (Station II) and downstream (Station III) respectively were 2.43; 2.06, and 1.77. The quality of Ranoyapo River at up and middle were lightly polluted with index H’: 2.0 to 3.0 (H '> 2.0) and at down was moderately polluted with index H ': 1.0 to 2.0 (H' <2). Keywords: Ranoyapo River, water quality, water pollution, macrozoobenthos biodiversity
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Setiawan, Dional, Harnavi Harun, Syaiful Azmi, and Drajad Priyono. "Biomarker Acute Kidney Injury (AKI) pada Sepsis." Jurnal Kesehatan Andalas 7 (July 29, 2018): 113. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v7i0.838.

Full text
Abstract:
Sepsis didefinisikan sebagai infeksi bersama dengan manifestasi sistemik dari infeksi. Sepsis berat adalah penyebab 50% kasus acute kidney injury (AKI) pada pasien kritis. Patofisiologi cedera ginjal akut (AKI) pada sepsis disebabkan oleh respon inflamasi, toksin dan perubahan hemodinamik glomerulus. Tingkat keparahan disfungsi ginjal tergantung pada tingkat keparahan sepsis. Perubahan laju filtrasi glomerulus (GFR) adalah fenomena AKI yang terlambat. Diagnosis AKI dengan mengukur kreatinin serum. Sayangnya, kreatinin adalah indikator yang kurang dapat diandalkan selama perubahan akut pada fungsi ginjal. Munculnya penanda biologis baru dalam lingkup AKI sangat membantu bagi dokter untuk dapat mendiagnosa awal AKI. Penanda biologis AKI bisa menjadi komponen serum atau urin. Penanda biologis urin menjanjikan untuk mendeteksi awal AKI, sehingga dapat berguna untuk diagnosis dini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Sedana, I. Gusti Made Arya, Ni Made Darmadi, and I. Wayan Arya. "Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai Yeh Sungi di Kabupaten Tabanan Dengan Menggunakan Indikator Biologis NVC Ikan dan Keragaman Jenis Makrozoobenthos." GEMA AGRO 23, no. 1 (May 3, 2018): 79. http://dx.doi.org/10.22225/ga.23.1.662.79-91.

Full text
Abstract:
Water is a major component of life processes on earth, good quantity and quality of water is highly coveted by humans. River as one type of waters and become a living medium for aquatic organisms, to measure the level of water pollution one of them by using bioindicator method. Bioindicators are organisms that have biological responses that can indicate the entry of certain pollutants in the environment. The purpose of this research is to know river pollution based on Nutrition Value Coeficient (NVC) fish and Makrozoobenthos that live in it. The value of NVC (Nutrition Value Coefficient) of fish varies on each station in the downstream and upstream segments of the Yeh Sungi river, this illustrates that at each station and on different river segments shows different levels of pollution. Waters with clean categories up to the contaminated waters will be found larvae insect , insects and snails. So on headwaters with macrozoobenthos conditions like this describe the condition of clean waters up to be contaminated, so if associated with the value of NVC fish then the headwaters of Yeh Sungi including the contaminated waters category.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Mustafa, Akhmad, Rachmansyah Rachmansyah, and Kamariah Kamariah. "KARAKTERISTIK TANAH DI BAWAH TEGAKAN JENIS VEGETASI MANGROVE DAN KEDALAMAN TANAH BERBEDA SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS UNTUK TANAH TAMBAK DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT." Jurnal Riset Akuakultur 6, no. 1 (April 30, 2011): 139. http://dx.doi.org/10.15578/jra.6.1.2011.139-156.

Full text
Abstract:
Kondisi lahan mangrove sangat ekstrem, sehingga vegetasi yang tumbuh merupakan vegetasi yang telah beradaptasi dan berevolusi dengan kondisi tersebut. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanah di bawah tegakan vegetasi mangrove dan kedalaman tanah berbeda yang dapat dijadikan indikator biologis untuk memprediksi karakteristik tanah untuk budidaya tambak. Pengukuran dan pengambilan contoh tanah dilakukan di bawah tegakan paku laut (Acrostichum aureum), bakau (Rhizophora apiculata), api-api (Avicennia alba), dan nipah (Nypa fruticans) masing-masing pada kedalaman tanah 0-0,25 m dan 0,50-0,75 m di hutan mangrove Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Kualitas tanah yang diukur langsung di lapangan adalah pHF, pHFOX, dan potensial redoks, sedangkan yang dianalisis di laboratorium adalah kandungan air, pHKCl, pHOX, SP, SKCl, SPOS, TPA, TAA, TSA, pirit, karbon organik, N-total, PO4, Fe, Al, tekstur, dan nilai n. Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui perbedaan kualitas tanah antar vegetasi mangrove pada kedalaman yang sama, sedangkan Uji T dilakukan untuk mengetahui perbedaan kualitas tanah antar kedalaman pada vegetasi mangrove yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegakan bakau, api-api, nipah, dan paku laut yang tumbuh pada tanah sulfat masam Kabupaten Mamuju diklasifikasikan sebagai Sulfaquent dan Sulfihemits untuk kategori Kelompok Besar. pHF tanah pada vegetasi dan kedalaman tanah yang berbeda relatif sama, tetapi peubah kemasaman tanah lainnya menunjukkan bahwa tanah vegetasi paku laut memiliki potensi kemasaman yang lebih rendah dibandingkan dengan vegetasi lainnya. Kesuburan dan sifat fisik tanah vegetasi paku laut lebih mendukung untuk lahan budidaya tambak daripada vegetasi lainnya (bakau, api-api, nipah). Kualitas tanah pada setiap vegetasi relatif sama pada kedua kedalaman, kecuali tanah vegetasi paku laut dan api-api yang memiliki pH dan kandungan PO4 yang lebih tinggi pada kedalaman 0-0,25 m daripada kedalaman 0,50-0,75 m. Keempat vegetasi yang dikaji dapat dijadikan indikator biologis keberadaan tanah sulfat masam, tetapi vegetasi paku laut memiliki kualitas tanah yang lebih baik untuk lahan budidaya tambak. Disarankan bahwa pengambilan contoh tanah untuk analisis di laboratorium pada tanah vegetasi bakau dan nipah yang belum terganggu tidak perlu dilakukan pada kedalaman 0,50-0,75 m, kecuali untuk tujuan tertentu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Izmiarti, Izmiarti, and Vivi Savitri. "Komunitas Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis Kualitas Air Sungai Masang Kecil yang Menerima Limbah Cair Industri Minyak Kelapa Sawit di Kinali Pasaman Barat." JURNAL BIOLOGI UNAND 6, no. 1 (February 15, 2018): 36. http://dx.doi.org/10.25077/jbioua.6.1.36-44.2018.

Full text
Abstract:
The industrial liquid waste of crude palm oil contains organic material that can lead to degradation of water quality and ultimately affect the macrozoobenthos communities living on the river bed. The Masang Kecil River in Kinali Pasaman Barat receives the liquid waste of the palm oil industry. The research aimed to find out the composition and structure of macrozoobentos community in Masang Kecil River and determine the water quality of river based on macrozoobenthic community structure was done in June 2017. The research was conducted by survey method with purposive sampling technique. Samples were collected on 3 stations: Station I before entering the liquid waste of palm oil industry, Station II after entering the waste, Station III is located after Station II which has been entered by Anak Aia stream. In each station collected three samples of macrozoobentos with a surber net size of 30x30 cm2. The results showed that macrozoobenthos community found 43 species consist of 33 species of Insecta, Oligochaeta 4 species, Gastropoda 3 species, Hirudinae 2 species, Arachnida and Turbellaria one species respectively. The largest number of individuals was shown by Insecta (71.89%) followed by Hirudinea (25.1%) and the other class was not more than 3%. The highest density is found at station III and the lowest at station I. The dominant species on station I were Stenelmis sp. and Psephenoides sp., stations II and III were Erphobdella sp. and Hydropsyche elisoma. The diversity index ranges from 1.49 to 3.01. The index of equitability ranges from 0.47 to 0.89, the dominant index ranges from 0.06 to 0.43. The similarity of communities between station ranged from 38.46 - 55.0%. Based on the index of diversity, water quality in Station I was classified as not polluted, Station II and III classified as moderate.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Mähler, Claudia, and Susann Ahrens. "Naive Biologie im kindlichen Denken:." Zeitschrift für Entwicklungspsychologie und Pädagogische Psychologie 35, no. 3 (July 2003): 153–62. http://dx.doi.org/10.1026//0049-8637.35.3.153.

Full text
Abstract:
Zusammenfassung. In der kognitiven Entwicklungspsychologie wird bereits seit einigen Jahren die Entwicklung bereichsspezifischen Wissens innerhalb fundamentaler Rahmentheorien, v.a. in den Wissensbereichen naive Physik, Biologie und Psychologie untersucht. Von besonderer Bedeutung ist dabei die Frage, ob Kinder kausale Mechanismen verschiedener Domänen (z.B. intentionale vs. mechanische Verursachung) auseinanderhalten können. In der vorliegenden Arbeit ging es um die Differenzierung zwischen naiver Biologie und Soziologie. Gelingt diese Differenzierung, sollten Kinder zwischen Beziehungen, die biologisch bedingt sind (Verwandtschaftsbeziehungen) und solchen, die sozial bedingt sind (Freundschafts- oder Nachbarschaftsbeziehungen), unterscheiden können. Je 25 vier- und sechsjährige Kindergartenkinder wurden in zwei Teilstudien mit kleinen Aufgaben konfrontiert, bei denen sie zwischen Personen ihres erfahrbaren Umfeldes (Eltern, Geschwister, Großeltern, Freunde, Kindergärtnerin, Kinderarzt) anhand des Beziehungstyps differenzieren sollten. Wissen Vorschulkinder, dass Verwandtschaftsbeziehungen auf bestimmte Personen begrenzt sind, Bekanntschaftsbeziehungen hingegen nicht (Teilstudie 1)? Unterscheiden sie zwischen Geschwistern und Freunden bezüglich eines möglichen Anfangs und Endes einer Beziehung (Teilstudie 2)? Für die hier gewählten Indikatoren zeigten sich deutliche Entwicklungsfortschritte im Altersbereich zwischen vier und sechs Jahren. Während die jüngeren Kinder noch keine deutliche Differenzierungsleistung zwischen Verwandtschafts- und Bekanntschaftsbeziehungen zeigen, scheinen die älteren sechsjährigen Kinder für die Besonderheit von Familienbeziehungen sensibilisiert zu sein. Die Ergebnisse weisen darauf hin, dass erst gegen Ende des Vorschulalters ein Verständnis spezifisch biologischer Kausalität im Sinne einer domänspezifischen Theorie erworben wird.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Siagian, Madju. "Pengaruh Budidaya Keramba Jaring Apung Trehadap Struktur Komunitas Perifiton pada Substrat yang Berbeda di Sekitar Dam Site Waduk Plta Koto Panjang Kampar Riau." Akuatika Indonesia 3, no. 1 (March 13, 2018): 26. http://dx.doi.org/10.24198/jaki.v3i1.23387.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan mengetahui struktur komunitas perifiton pada substrat yang berbeda dan mengetahui tingkat pencemaran waduk PLTA Koto Panjang sekitar dam site dengan perifiton sebagai indikator biologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter kualitas yang diamati suhu,kecerahan, CO2, nitrat, fosfat, dan oksigen memenuhi syarat dalam mendukung hidup perifiton. Nilai indeks keanekaragaman pada substrat yang berbeda berkisar 1,117-2,24975, indeks dominansi berkisar 0,24378-0,47126 dan indeks keseragaman berkisar 1-1,8. Dari nilai indeks-indeks tersebut di atas, perairan di sekitar dam site zona lakustrin Waduk PLTA Koto Panjang telah mengalami tekanan (gangguan) atau tercemar ringan, tidak ada spesies yang mendominasi dan keseragaman organisme berada dalam keadaan seimbang, tidak terjadi persaingan terhadap makanan dan ruang. Dalam penelitian ini terlihat bahwa pada substrat keramba (pelampung) jenis dan jumlah individu/jenis lebih rendah dibandingkan pada substrat daun, untuk itu disarankan melihat struktur komunitas perifiton pada jaring kerambanya dikaitkan dengan keberlanjutan aktivitas budidaya ikan dalam KJA di sekitar dam site Waduk PLTA Koto Panjang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Hayat, Muhammad Syaipul, Sutarno Sutarno, and Erwin Erwin. "Lorong Waktu Revolusi Saintifik pada Era Eksponensial." Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences 9, no. 1 (August 29, 2017): 41–50. http://dx.doi.org/10.30599/jti.v9i1.80.

Full text
Abstract:
Sejak awal perkembangannya pada abad 17 perkembangan sains dari masa ke masa terus mengalami kemajuan yang pesat. Bahkan perkembangan yang terjadi merubah paradigma berpikir para filsuf sains secara fundamental, pada akhirnya terjadi revolusi saintifik. Perkembangan sains terus terjadi hingga saat ini, bahkan kemajuannya bergerak semakin cepat, sehingga era saat ini disebut sebagai era eksponensial. Indikator dari revolusi saintifik di era eksponensial adalah banyaknya teknologi yang ditemukan oleh para ilmuwan sains modern yang sangat mutakhir dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. Beberapa contoh diantaranya adalah kemampuan teknologi dalam menjelajahi dunia maya, yang memudahkan masyarakat dalam komunikasi jarak jauh, berinteraksi, memperoleh informasi, layanan kesehatan, artificial intelligent, dan sebagainya. Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat dunia akibat dari revolusi sains di era eksponensial adalah dalam bidang bioteknologi. Para ilmuwan telah banyak menghasilkan penemuan-penemuan yang mencengangkan, yaitu diciptakannya sistem biologis yang baru, baik pada tingkat molekul, sel, atau organisme baru melalui metode biologi sintesis (syinthetic biology). Teknologi ini akan menjadi salah satu alternatif untuk produksi pangan yang murah, energi terbarukan, perakitan varietas tanaman tahan cekaman biotik dan abiotik, dihasilkannya vaksin, organisme baru, dan lain-lain. Artikel ini akan membahas pandangan filsafat terhadap revolusi saintifik pada era eksponensial.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Bhakti, Henny Dwi. "Aplikasi Artificial Neural Network (ANN) untuk Memprediksi Masa Studi Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Gresik." Eksplora Informatika 9, no. 1 (September 30, 2019): 88–95. http://dx.doi.org/10.30864/eksplora.v9i1.234.

Full text
Abstract:
Kualitas mahasiswa merupakan bagian penting dalam institusi pendidikan. Universitas perlu melakukan evaluasi performa mahasiswa untuk menjaga kualitas mahasiswa. Salah satu variabel indikator performa mahasiswa adalah informasi tentang lama masa studi mahasiswa. Prediksi lama masa studi dibutuhkan pihak manajemen Universitas dalam menentukan kebijakan preventif terkait pencegahan dini kasus Drop Out (DO). Artificial Neural Network (ANN) adalah suatu metode yang meniru jaringan syaraf biologis untuk mempelajari sesuatu. Salah satu implementasi ANN yang banyak digunakan adalah untuk memprediksi. Penelitian ini melakukan prediksi masa studi mahasiswa dengan menggunakan ANN dengan metode pembelajaran backpropagation. Variabel yang digunakan adalah nilai Indeks Prestasi Semester (IPS) 4 semester awal mahasiswa. Data dibagi menjadi data latih dan data uji. Dari hasil pelatihan dan pengujian didapatkan nilai Mean Square Error (MSE) dan Koefisien Relasi (R). MSE digunakan untuk melihat kesalahan rata-rata antara output jaringan dengan target. Nilai R digunakan untuk melihat kuat atau tidaknya hubungan linier antara 2 variabel. Nilai MSE dan koefisien relasi pelatihan adalah 0,016175 dan 0,94353 sedangkan nilai MSE dan koefisien relasi pengujian adalah 0,12188 dan 0,56071. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ANN dapat digunakan untuk memprediksi masa studi mahasiswa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

., Murniwati, Fadil Oenzil, Idson Kamal, and Minarni . "HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN DERAJAT KEASAMAN (pH) SALIVA PADA MAHASISWA JURUSAN TEKNIK SIPIL ANGKATAN 2010 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS." Cakradonya Dental Journal 9, no. 2 (May 4, 2018): 90–95. http://dx.doi.org/10.24815/cdj.v9i2.9745.

Full text
Abstract:
Saliva merupakan cairan biologis pertama yang terpapar oleh asap rokok di rongga mulut. Asap rokok mengandung berbagai macam zat kimia yang dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada saliva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan derajat keasaman (pH) saliva. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dengan sampel 48 mahasiswa jurusan Teknik Sipil angkatan 2010 Fakultas Teknik Universitas Andalas. Data kebiasaan merokok didapat melalui kuesioner dan pH saliva diukur menggunakan dental saliva pH indikator. Analisa data menggunakan Chi-Square dengan α=0,05. Penelitian menunjukkan jenis rokok yang dikonsumsi adalah rokok putih (75%) dengan konsumsi per hari sebanyak 5-14 batang (54,2%). Responden telah mengkonsumsi rokok secara rutin selama lebih dari 4 tahun (37,2%). Sebagian besar responden memiliki pH saliva berkategori asam (52,1%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis rokok yang dikonsumsi dengan pH saliva ( p>0,05 ). Terdapat hubungan yang bermakna antara tipe perokok dengan pH saliva ( p<0,05 ) dan antara lama periode merokok dengan pH saliva (p<0,05). Terdapat hubungan antara tipe perokok dan lama periode merokok dengan derajat keasaman (pH) saliva. Tidak terdapat hubungan antara jenis rokok dengan derajat keasaman (pH) saliva.Kata Kunci: Saliva, merokok, derajat keasaman
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Sukaesih, Nunung Siti, Hikmat Pramajati, Popi Sopiah, and Emi Lindayani. "Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan Melalui Program Pendampingan Teman Sebaya di Wilayah Kerja Puskesmas Cimalaka." E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 11, no. 4 (December 28, 2020): 405–13. http://dx.doi.org/10.26877/e-dimas.v11i4.3477.

Full text
Abstract:
Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi perubahan fisik maupun psikologis yang terjadi akan menimbulkan berbagai perilaku yang berisiko seperti kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, dan aborsi. Hal tersebut terutama dikarenakan pada masa remaja terjadi perubahan baik biologis maupun psikologis pada sistem reproduksinya. Informasi yang cukup dan terarah akan menghindari adanya kesalahan persepsi terhadap perubahan yang terjadi pada diri remaja tersebut. Metode pendidikan kesehatan dari teman sebaya dianggap lebih efektif dibandingkan dengan sumber informasi lainnya dan juga sebaya mempunyai peran yang cukup strategis dalam tahapan perkembangan psikososial remaja. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka sebagai tahap awal agar program ini berjalan lancar maka di dilaksanakan pelatihan pendidik sebaya dengan fokus utama adalah pada kesehatan reproduksi remaja untuk seluruh SMP dan SMA. Secara umum tahapan pendidikan sebaya meliputi introduction, investigation, interpretation, intervention, dan evaluation. Teknik pendidikan sebaya yang dilatihkan pada siswa adalah keterampilan attending, empathy, asking, genuine, confrontating, summarizing, dan problem solving. Indikator keberhasilan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat salah satunya adalah antusiasme dari seluruh sekolah yang menjadi khalayak sasaran dapat mengikutsertakan 6 orang siswanya untuk mengikuti kegiatan pelatihan pendidik sebaya selama 3 hari berturut-turut sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan dengan 100% kehadiran.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Nikhlani, Andi, and Komsanah Sukarti. "PERKEMBANGAN AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN LARVA RAJUNGAN Portunus pelagicus." Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 9, no. 2 (December 2, 2017): 443–52. http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v9i2.19280.

Full text
Abstract:
Keberlanjutan produksi larva rajungan Portunus pelagicus telah dilakukan, namun sintasan yang diperoleh belum stabil. Aktivitas pencernaan diketahui sangat terkait dengan jenis pakan yang dikonsumsi larva sehingga berdampak terhadap pertumbuhan dan sintasannya. Enzim amilase, lipase, pepsin dan tripsin merupakan indikator biologis yang dapat menunjukkan kesesuaian jenis pakan yang dikonsumsi larva melalui kemampuannya untuk mencerna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas enzim pencernaan pada larva rajungan. Data aktivitas enzim pencernaan yang diperoleh disajikan dalam bentuk grafik dan dianalisa secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas enzim amilase, lipase dan tripsin mulai terdeteksi pada larva umur satu hari. Pola aktifitas enzim amilase menunjukkan peningkatan sejak larva berumur satu hari hingga hari ketujuhbelas kemudian cenderung menurun sampai akhir penelitian. Aktivitas enzim tripsin tinggi pada hari kesatu, tapi cenderung menurun pada hari ketiga dan kelima, dan meningkat lagi pada hari ketujuh sampai hari terakhir penelitian. Aktivitas amilase dan tripsin tertinggi selama periode waktu tersebut terjadi pada larva umur sebelas hari, sedangkan aktivitas enzim lipase cenderung stabil dari awal sampai akhir penelitian. Aplikasi budidaya, pemberian pakan buatan dengan kandungan karbohidrat, protein dan lemak tinggi sebaiknya dilakukan saat larva berumur sebelas hari.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Aslianti, Titiek, and Afifah Afifah. "STUDI AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN LARVA IKAN KUWE, Gnathanodon speciosus YANG DIPELIHARA DENGAN JENIS PAKAN AWAL BERBEDA." Jurnal Riset Akuakultur 7, no. 1 (April 30, 2012): 49. http://dx.doi.org/10.15578/jra.7.1.2012.49-59.

Full text
Abstract:
Upaya kontinuitas produksi benih ikan kuwe, Gnathanodon speciosus telah dilakukan namun sintasan yang diperoleh belum stabil. Jenis dan ukuran pakan pada larva stadia awal seringkali menjadi penyebab utama kegagalan produksi benih. Aktivitas enzim pencernaan diketahui sangat terkait dengan jenis pakan yang dikonsumsi larva sehingga berdampak terhadap pertumbuhan dan sintasannya. Enzim protease, amilase, dan lipase merupakan indikator biologis yang dapat menunjukkan kesesuaian jenis pakan yang dikonsumsi larva melalui kemampuannya untuk mencerna. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas enzim pencernaan larva ikan kuwe yang diberi ransum pakan awal berbeda yaitu rotifer, gonad kerang, dan kuning telur ayam. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap 3 perlakuan dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim protease, amilase, dan lipase pada ketiga perlakuan mempunyai korelasi positif terhadap pertumbuhan. Aktivitas enzim pencernaan cenderung meningkat pada saat larva mulai menerima pakan eksogen (D-2), kemudian menurun pada D-3–D-7 selanjutnya relatif stabil hingga akhir penelitian (D-30). Pakan awal kuning telur menghasilkan pertumbuhan (TL = 13,3±1,77 mm) dan sintasan benih (55,42%) paling tinggi daripada rotifer (TL = 10,6±1,51 mm; SR 52,42%) maupun gonad kerang (TL = 12,7±2,67 mm; 52,45%). Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan produksi benih sebagai pasok yang kontinu dalam mendukung pengembangan budidaya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Putra, Raden Aditiyarma, Winny Retna Melani, and Ani Suryanti. "Makrozoobentos sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Senggarang Besar Kota Tanjungpinang." Jurnal Akuatiklestari 4, no. 1 (November 30, 2020): 20–27. http://dx.doi.org/10.31629/akuatiklestari.v4i1.2486.

Full text
Abstract:
Makrozoobentos merupakan organisme yang peka terhadap perubahan lingkungan sehingga sangat baik digunakan sebagai indikator biologis suatu perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis makrozoobentos, tingkat keanekaragaman, keseragaman, dominansi makrozoobentos dan kualitas perairan Senggarang Besar berdasarkan keberadaan makrozoobentos (menggunakan Family Biotic Index). Penelitian menggunakan metode survei. Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel makrozoobentos menggunakan line transect dengan transek kuadrat dan core sampler. Makrozoobentos yang ditemukan di Perairan Senggarang Besar yaitu: Anadara granosa, Canarium urceus, Capitella teleta, Cerithium coralium, Nerita ritena, Luidia columbia, Tapes literatus, Nassarius olivaceus, Pirenella cingulata, Planaxis sulcatus, Polymesoda erosa, Pythia scarabaeus, Semiricinula tissoti, dan Terebralia sulcata. Keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 2 (H'= 1,91) dan makrozoobentos yang mendominasi dari famili Certhiidae. Keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 3 (E= 0,94) dan makrozoobentos yang mendominasi dari famili Potamididae. Dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 1 (C= 0,52) dan makrozoobentos yang mendominasi dari famili Potamididae dan Cerithiidae. Dari keseluruhan parameter fisika-kimia, parameter nitrat dan fosfat tidak memenuhi baku mutu berdasarkan KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk biota laut. Kualitas perairan Senggarang Besar berdasarkan makrozoobentos sebagai bioindikator didapatkan bahwa, stasiun 1 (FBI= 6,94) dengan kategori buruk, stasiun 2 (FBI= 5,6) dengan kategori cukup, stasiun 3 (FBI= 7) dengan kategori buruk.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Lestiani, Alfira, Retno Sri Dewi Lestari, Rinjani Ayu Rizkia, Asri Mutia Pratiwi, Eka Putri Azrai, and Daniar Setyo Rini. "Survei keberagaman lumut dan pohon inang di kawasan Kebun Raya Bogor." Proceeding of Biology Education 4, no. 1 (January 31, 2021): 51–62. http://dx.doi.org/10.21009/pbe.4-1.5.

Full text
Abstract:
Lumut (Bryophyta) adalah kelompok tumbuhan tingkat rendah. Lumut memiliki peran yang sangat penting bagi ekosistem yaitu untuk menjaga sirkulasi hara, keseimbangan air, menjadi habitat penting bagi organisme lain, dan dapat digunakan sebagai indikator biologis lingkungan. Lumut hidup menempel pada berbagai macam substrat diantaranya batu, pohon, kayu, dan tanah. Kebun Raya Bogor merupakan kawasan konservasi ex situ dan merupakan representasi kekayaan tumbuhan Indonesia, salah satunya adalah lumut. Terdapat banyak tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya Bogor yang berpotensi menjadi tempat hidup dan basis tumbuh kembang lumut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis lumut dan substratnya di Kebun Raya Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada 25 November 2020. Pengambilan data dilakukan dengan mengindentifikasi spesies tanaman Lumut beserta pohon inangnya di sepanjang jalan Kenari di Kebun Raya Bogor. Penelitian ini menggunakan metode survei eksploratif dengan teknik sampling menggunakan kuadrat. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa Jumlah total spesies lumut yang ditemukan pada 7 pohon inang adalah 11 spesies yang dapat diidentifikasi yaitu Isopterygium sp., Lejeunea sp., Ectropothecium sp., Barbula unguiculata, Neckeropsis sp., Cirriphyllum piliferum, Radula javanica, Lopholejeunea sp., Symphyogyna sp., Sphagnum sp., dan Taxiphullum sp.. Jenis lumut yang paling banyak ditemukan di pohon (substrat) sekitar jalan Kenari Kebun Raya Bogor adalah jenis Lejeuneae sp.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Afrioza, Selvy, and Ibnu Baidillah. "HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS SEPATAN." Journal of Nursing Practice and Education 1, no. 2 (June 21, 2021): 169–80. http://dx.doi.org/10.34305/jnpe.v1i2.305.

Full text
Abstract:
Pelayanan kesehatan merupkan salah satu sub-sistem dari pelayanan kesehatan nasional. Berdasarkan Permenkes nomor 75 tahun 2014 yang wajib dilakukan puskesmas merupakan pelayanan yang berdasarkan komitmen nasional untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang terpadu. Adapun kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, karena pasien sebagai mahkluk bio-psiko-social memerlukan terpenuhinya harapan dari aspek kesehatan (biologis), aspek kepuasan (psikologis), serta aspek budaya (culture). Namun pada era JKN (jaminan kesehatan nasional) kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan menurun. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya informasi yang diberikan petugas kepada masyarakat, karena akan mempengaruhi persepsi pasien yang ingin berobat ke puskesmas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Sepatan. Metode penelitian ini dilakukan secara kuantitatif deskriptif analitik (Analytic Cross Sectional Study) dan teknik pengambilan sampel secara incidental sampling kepada 108 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan 33 pernyataan menggunakan skala Likert, kemudian data diolah menggunakan Software SPSS untuk analisa univariat dan bivariat (analisa chi square dan kolerasi). Berdasarkan hasil uji statistic terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kepuasan pasien dengan kualitas pelayanan kesehatan, dapat dilihat dari disribusi 4 dimensi tingkat pelayanan yaitu reliability (p-value 0,015), assurance (p-value 0,040), tangibles (p-value 0,001) dan empathy (p-value 0,034). Dengan dilakukannya pengukuran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas Sepatan, diharapkan seluruh petugas kesehatan yang bertugas dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Utami, Resti, and Kholifah Siti. "Model Pemberdayaan Ibu dalam Mencegah Stunting di Wilayah Pedesaan." Indonesian Journal of Health Science 12, no. 2 (April 9, 2021): 110–20. http://dx.doi.org/10.32528/ijhs.v12i2.4867.

Full text
Abstract:
Latar Belakang dan Tujuan: Pemberdayaan ibu dikaitkan dengan peningkatan gizi anak, dan keduanya mendukung pencapaian beberapa tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan suatu model pemberdayaan ibu dalam mencegah stunting di wilayah pedesaan. Penelitian menggunakan metode analitik deskriptif pendekatan cross sectional. Metode: Desain penelitian menggunakan analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data menggunakan data sekunder dan buku KIA. Penelitian dilakukan di Desa Biting, wilayah kerja Puskesmas Arjasa. Sampel dalam penelitian sebesar 100 responden. Penelitian mengoperasionalkan pemberdayaan ibu dengan menggunakan tiga domain resources (lingkar lengan atas/LILA, usia ibu, pendidikan ibu), agency (keputusan pemberian asi eksklusif), dan achievements (status gizi balita). Analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan Partial Least Squares. Hasil: Model pemberdayaan ibu yang didasarkan pada kerangka kerja Kabeer (1999) yang terdiri dari resources, agency, dan achievements telah fit berpengaruh dalam mencegah stunting di wilayah pedesaan yang ditunjukan dengan nilai GoF 0,773 dan predictive relevance 0,643 mendekati nilai 1. Simpulan dan Implikasi: Temuan ini memberikan beberapa penjelasan dan implikasi potensial bahwa: 1) pemberdayaan ibu berfungsi sebagai jalur dasar untuk mencegah stunting terutama meningkatkan gizi balita, 2) peningkatan ini dapat berasal dari peningkatan agency ibu yang berkaitan dengan keputusan untuk memberikan ASI eksklusif, 3) mekanisme biologis dan sosial dimana usia, nutrisi yang memadai dari wanita sebelum dan selama kehamilan (ditunjukan dengan indikator kecukupan energi lingkar lengan atas/LILA), dan pendidikan ibu mengoptimalkan transfer informasi ibu dalam mendukung keputusan pemberian asi eksklusif yang pada akhirnya dapat berkontribusi dalam mencegah stunting dengan meningkatkan gizi balita.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Muslim, Burhan. "SPATIAL AND TEMPORAL DISTRIBUTION STUDIES CONTENTS OF BOD, TSS AND DO WATER RIVER STONE ARAU PADANG CITY 2018." Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat 20, no. 1 (August 19, 2020): 104. http://dx.doi.org/10.32382/sulolipu.v20i1.1486.

Full text
Abstract:
Abstract Biological Oxygen Demand (BOD), Total Suspended Solid (TSS) and Dissolved Oxygen (DO) are indicators of water quality in water bodies. Non-polluted water has low BOD and TSS levels and high DO. Changes in these three parameters indicate a change in quality. This study aims to look at variations in the levels of BOD, TSS and DO spatially and temporarily in Batang Arau River, Padang City in 2018. The study was conducted by observing three stations, namely in the upstream, middle and downstream and in the morning and evening. The results showed that BOD and TSS levels tended to increase from upstream to downstream, while DO was the opposite. Temporar variation shows that BOD and TSS levels are low in the morning and increase during the day and evening, while DO is the opposite. Key word: Biological Oxygen Deman, Total Suspended Solid, Dissolved Oxygen Abstrak Kbutuhan Oksigen Biologis (BOD), Total Suspended Solid (TSS) dan Dissolved Oxygen (DO) adalah indikator kualitas air dalam badan air. Air yang tidak tercemar memiliki kadar BOD dan TSS yang rendah serta DO yang tinggi. Perubahan dalam ketiga parameter ini menunjukkan perubahan kualitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat variasi kadar BOD, TSS dan DO secara spasial dan temporer di Sungai Batang Arau, Kota Padang pada tahun 2018. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati tiga stasiun, yaitu di hulu, tengah dan hilir dan pada pagi hari, dan malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat BOD dan TSS cenderung meningkat dari hulu ke hilir, sedangkan DO adalah sebaliknya. Variasi temporer menunjukkan bahwa tingkat BOD dan TSS rendah di pagi hari dan meningkat pada siang dan malam hari, sedangkan DO adalah sebaliknya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Anna, Alif Noor. "Pendekatan Hidrologi untuk Penilaian Kegiatan Pengeloiaan DAS." Forum Geografi 8, no. 1 (July 20, 2016): 40. http://dx.doi.org/10.23917/forgeo.v8i1.4818.

Full text
Abstract:
Dalam evaluasi sumber daya air sasaran wilayahnya adalah daerah aliran sungai (DAS), karena pada DAS merupakan satu kesatuan sistem aliran energi, di dalamnya terdapat input, (berupa hujan), prosesor (kondisi DAS) dan output (limpasan bersama suspensinya). Disamping itu pemantauan hasil proses yang berhubungan dengan ekosistem akan lebih mudah dilakukan. Karakter DAS ditentukan oleh kondisi lingkungan fisik, biologik dan peradaban manusia pada kawasan tersebut. Karena DAS merupakan satu sistem dimana bila ada prosesor terdapat suatu perubahan, maka akan didapatkan hasil yang berbeda pada outputnya. Dengan kata lain satu lingkungan DAS terjadi perubahan, maka segera diikuti perubahan lingkungan yang lain. Dengan dasar pemikiran di atas, maka debit aliran sebagai keluaran bersama air, desimen dan unsur hara dapat dipakai untuk mengevaluasi kondisi DAS pada saat bersangkutan. Oleh karena itu pendekatan hidrologi dapat digunakan untuk mengevaluasi pengelolaan DAS. Indikator yang biasa dipakai adalah indeks Water Regime, koefisien aliran, sediment yield dan unsur kimia bersama unsur hara yang menyertainya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti Sri Mulat Y (1984), Sarwono (1986), M. Fachrudin (7986) dan Maryono (1990). Dari peneliti tersebut ternyata tidak semua parameter hidrologi digunakan untuk mengevaluasi pengelolaan DAS, hanya beberapa yang digunakan, namun dalam evaluasinya menggunakan data seri dengan cara melihat trend (kecenderungan) masing-masing parameter dari tahun ke tahun berikutnya. Dari hasil yang didapatkan ternyata parameter hidrologi mempunyai kecenderungan yang menurun setelah dilakukan pengelolaan DAS. Dari bukti diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan hidrologi dapat digunakan sebagai salah satu cara evaluasi pelaksanaan pengelolaan DAS. Namun pendekatan ini tidak dapat menunjukkan lokasi mana yang menghasilkan debit bersama suspensi dan unsur hara yang paling potensial. Di samping itu belum ada suatu kriteria yang baku guna menilai kondisi DAS, sehingga masih menyulitkan dalam analisanya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Widyaningsih, Wiwid, Supriharyono Supriharyono, and Niniek Widyorini. "ANALISIS TOTAL BAKTERI COLIFORM DI PERAIRAN MUARA KALI WISO JEPARA." Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) 5, no. 3 (December 20, 2016): 157–64. http://dx.doi.org/10.14710/marj.v5i3.14403.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Kali Wiso merupakan sungai yang berada di tengah kota Jepara. Perairan ini menjadi tempat pembuangan limbah-limbah secara langsung. Limbah tersebut diantaranya limbah domestik, limbah pasar, limbah kapal, serta limbah TPI. Berdasarkan masukan limbah tersebut menjadikan muara ini tercemar. Perairan yang tercemar dapat dilihat dari pengamatan secara fisika, kimia, maupun biologis. Kondisi perairan yang tercemar secara biologis dilihat dari keberadaan bakteri patogen yang ada di perairan. Indikator bakteri yang digunakan yaitu bakteri coliform, karena sifatnya yang berkorelasi positif dengan bakteri patogen lainnya. Pemanfaatan perairan ini digunakan untuk kegiatan pelabuhan, tempat bersandar kapal nelayan, serta kegiatan perikanan yang ada di sekitar perairan Jepara. Oleh karena itu perlu diketahui kepadatan bakteri coliform sehingga dapat bermanfaat sesuai dengan peruntukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui total bakteri coliform serta mengetahui adanya bakteri Escherichia coli. Penelitain ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di Muara Kali Wiso dengan dua kali pengulangan dalam kondisi pasang dan surut. Metode yang digunakan yaitu survei dengan teknik sampling purposive sampling. Metode analisa laboratorium yang digunakan berdasarkan SNI -01-2332-1991. Kepadatan bakteri coliform pada perairan muara Kali Wiso yaitu >110.000 sel/100ml dan bakteri Escherichia coli sebesar >110.000 sel/100ml. Pada kondisi pasang dan surut kepadatan bakteri coliform dan Escherichia coli memiliki nilai perikaraan yang sama, namun tidak menandakan bahwa total bakteri keduanya sama. Kepadatan bakteri coliform dan Escherichia coli telah melebihi batas kriteria mutu air yang telah ditetapkan. Keberadaan bakteri patogen ini bisa mengkontaminasi biota-biota yang ada di perairan. Sehingga jika biota tersebut dikonsumsi oleh manusia bisa menyebabkan gangguan kesehatan secara tidak langsung. Kata kunci: Muara Kali Wiso; Bakteri Coliform; Bakteri Escherichia coli ABSTRACT Kali Wiso is the river in the middle of Jepara. This river receives wastes disposal from surrounding across. The waste including domestic waste, market waste, ship waste, and waste from fish market. Based on the inputs of the waste that made the estuary polluted. Polluted waters can be seen from the observation of physical, chemical, and biological. The conditions of the waters which biologically polluted are recognized from the pathogenic bacteria existing in these waters. The indicator of bacteria used, namely coliform bacteria, because of its positive correlation with other pathogenic bacteria. The utilization of these waters is used for the activities of the port, fishing pout, and fishing activities in the waters around Jepara. Therefore, its important to know the density of coliform bacteria so that can be advantageous according to its purpose. The purpose of this study to determine total of coliform bacteria and the existence of Escherichia coli bacteria. This research conducted in March 2016 at Kali Wiso estuary with on the condition of ups and downs with two repetitions. The method used is a survey with purposive sampling technique. Laboratory analysis method used by ISO -01-2332-1991. The density of coliform bacteria in the waters of the Kali Wiso estuary is >110.000 cells/100ml and Escherichia coli bacteria is >110.000 cells/100ml. On the condition of ups and downs density of coliform bacteria and Escherichia coli have the same approximate value, but it does’nt signify that the total of bacteria both are the same. The density of coliform bacteria and Escherichia coli have exceeded the water quality criteria that have been set. The existence of these pathogenic bacteria can contaminate the biota in aquatic. Therefore, this biotics are consumed by humans, it can cause health problem indirectly. Keywords: Kali Wiso Estuary; Coliform Bacteria; Escherichia coli Bacteria
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Wulandari, Diah Anggraini, Ernawati Widyastuti, Ismiliana Wirawati, and Riyana Subandi. "Struktur Komunitas dan Keanekaragaman Makrobentos di Perairan Teluk Jakarta." Al-Kauniyah: Jurnal Biologi 14, no. 1 (April 30, 2021): 115–26. http://dx.doi.org/10.15408/kauniyah.v14i1.16277.

Full text
Abstract:
AbstrakTeluk Jakarta di perairan Laut Jawa terletak di sebelah utara Provinsi DKI Jakarta memiliki potensi sangat besar baik sumber daya perairannya maupun sebagai pusat aktivitas dan jasa-jasa lingkungan. Potensi pusat aktivitas meliputi sektor industri, perhubungan, perdagangan, perikanan, pariwisata, dan kependudukan. Namun kondisi perairan Teluk Jakarta semakin lama semakin kritis. Kondisi ini berpengaruh terhadap biota makrobentos seperti Mollusca, Crustacea, Echinodermata, dan Polychaeta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas makrobentos dan status pencemaran perairan Teluk Jakarta berdasarkan indikator biologis. Metode pengambilan sampel menggunakan Grab Smith McIntyre sebanyak tiga kali ulangan pada 9 lokasi yang berbeda. Sampel dianalisis untuk memperoleh keanekaragaman dan struktur komunitas makrobentos, indeks keanekaragaman (H’), indeks kemerataan jenis (J’), serta kualitas perairan Teluk Jakarta. Hasil menunjukkan perairan Teluk Jakarta didominasi oleh Polychaeta dengan persentase 53% (422 individu), Mollusca 33%, Crustacea 13%, dan Echinodermata 1% dengan total individu makrobentos, yaitu 793 individu. Kelimpahan makrobentos paling tinggi, yaitu Mollusca jenis Ennucula sp. (186 individu), Crustacea jenis Apseudes sp. (41 individu), dan Echinodermata jenis Aphiuridae (3 individu). Keanekaragaman jenis di perairan Teluk Jakarta termasuk kategori sedang dengan H indeks 1–2, kondisi perairan tercemar sedang, dan indeks kemerataan jenis (J’) makrobentos tinggi dengan nilai indeks >0,75 yang menunjukkan tidak adanya dominansi spesies. Abstract Jakarta Bay is located in the north of DKI Jakarta Province which has enormous potential in its water resources and as a center for environmental services. The center services include the industrial sector, transportation, trade, fisheries, tourism, and population. However, Jakarta Bay waters have suffered critical damage. This condition affects on macrobenthos such as Molluscs, Crustaceans, Echinoderms, Polychaete so the aims of this study is to determine the diversity pollution status of Jakarta Bay based on biological indicators. The sampling method use Grab Smith McIntyre with three replications in 9 different locations. Samples were analyzed to determine the diversity and structure community of macrobenthos, diversity index (H'), index of Evenness (J’) and the water quality of Jakarta Bay based on biological indicators. The results show that Jakarta Bay waters are dominated by Polychaete with a percentage of 53% (422 individuals), mollusks 33%, Crustaceans 13%, and Echinoderms 1% with a total of 793 individuals. Crustaceans consist of 23 species which are dominated by Apseudes sp. Mollusks consist of 265 individuals dominated by Ennucula sp and Echinoderms dominated by Amphiuridae. The level of species diversity in the waters of Jakarta Bay is included in the moderate category with H index 1–2, with moderate polluted waters, and the evenness index (J’) is in the high category with an index value >0,75. It indicate the absence of species dominance.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Kawuri, Lintang. "KONDISI PERAIRAN BERDASARKAN BIOINDIKATOR MAKROBENTOS DI SUNGAI SEKETAK TEMBALANG KOTA SEMARANG." Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) 1, no. 1 (October 4, 2012): 1–5. http://dx.doi.org/10.14710/marj.v1i1.200.

Full text
Abstract:
Sungai Seketak merupakan sungai yang bagian hulunya berada di wilayah Tembalang yaitu daerah yang sebelumnya berupa daerah terbuka untuk resapan air tetapi kini berubah fungsi menjadi daerah kampus dan permukiman. Perubahan fungsi tersebut diikuti peningkatan kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana, salah satunya adalah kebutuhan air. Untuk itu, rencana pembuatan waduk Diponegoro dengan membendung Sungai Seketak dianggap sebagai salah satu upaya konservasi air dan pengendalian daya rusak air. Kelompok makrobentos merupakan kelompok hewan yang relatif menetap di dasar perairan dan sering digunakan sebagai petunjuk biologis (indikator) kualitas perairan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 di Sungai Seketak Tembalang yang bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan pada stasiun I, II, dan III Sungai Seketak dan mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, serta keseragaman makrobentos di sungai Seketak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Hasil penelitian pada Stasiun I diperoleh nilai kelimpahan individu sebesar 589 ind./m2, indeks keanekaragaman jenis sebesar 1,14, dan indeks keseragaman sebesar 0,45; Stasiun II diperoleh nilai kelimpahan individu sebesar 273 ind./m2, indeks keanekaragaman jenis sebesar 0,83, dan indeks keseragaman sebesar 0,40; Stasiun III diperoleh nilai kelimpahan individu sebesar 319 ind./m2, indeks keanekaragaman jenis sebesar 1,01, dan indeks keseragaman sebesar 0,57 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perairan pada stasiun I dan III Sungai Seketak dalam kategori tercemar sedang hingga berat dan pada stasiun II dalam kategori tercemar berat.Kata kunci: Kondisi perairan, Sungai Seketak, MakrobentosAbstractSeketak River is a river in the upstream region at Tembalang. The area which was previously an open area for water absorption, has changed into the campus and residential areas. As a result, community needs for facilities, especially water, increased. Therefore, blocking the Seketak river to built Diponegoro reservoirs was planned as an effort to conserve water and to control the destruction by water force. Macrobenthos group is a group of animals that are relatively settled in the bottom waters and often used as biological indicator of water quality. The research were implemented on June-July 2012. The purpose of this study were determine the waters condition of the Station I, II, and III seketak river based on macrobenthos and find out the abundance, diversity, and uniformity of macrobenthos at Seketak River. The research were determined by survey method to collect information from representated population. The results of this research on the station I obtained individuals abundance value was 589 ind./m2, diversity index was 1,14, and uniformity index is 0,45; Station II individual values obtained individuals abundance value was 273 ind./m2, diversity index was 0,83, and uniformity index was 0,40; Station III obtained individuals abundance value was 319 ind./m2, diversity index was 1,01, and uniformity index was 0,57. The results of this research indicated that the water condition of the Station I and III was in the medium to heavily polluted category and water condition of the Station II was in the heavily polluted category.Key Words: Water Conditions, Seketak River, Macrobenthos
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Maramis, Redsway T. D., and Henny V. G. Makal. "KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KELIMPAHAN POPULASI SERANGGA AIR SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS CEMARAN AIR PADA DAS DI LANGOWAN." EUGENIA 17, no. 2 (August 2, 2011). http://dx.doi.org/10.35791/eug.17.2.2011.3529.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Aquatic insects are one of the organisms that are used in determining water contamination. Aquatic insects are sensitive to the presence of waste dumped in the river and some are resistant to such waste. One of insect resistant waste is Chironomidae. The research objective was to determine aquatic insect species, population abundance by calculating indices diversity and biotic index. Aquatic insects in the lake watershed Tondano were collected by kicks and Hand Picking. Result showed that seven orders, theerteen families and sixteen species had been identified. The number of highest aquatic insect was found in Noogan which were 13 species, whereas in karondoran were 9 species. Aquatic insects were identified including, Heptagenia sp, sp Baetis sp, Caenis sp., Hydropsyhe, sp and Chrironomidae. The highest aquatic insect populations were collected in Karondoran followed by Winebetan and Noogan. The highest diversity index of aquatic insects was found in Winebetan whereas the lowest was in Karondoran. The lowest value of the biotic index was identified in the region Noogan suggested that water in Noogan area was clean water compared to Winebetan and Karondoran. Key word: Types and aquatic insect populations
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

GOENADI, Didiek Hadjar. "Penilaian mutu tanah secara cepat berdasarkan faktor penentu aktivitas biologinya Rapid assessment of soil quality as based on its biology activity determining factors." E-Journal Menara Perkebunan 82, no. 2 (March 7, 2016). http://dx.doi.org/10.22302/iribb.jur.mp.v82i2.24.

Full text
Abstract:
Abstract Agricultural practices are still heavily dependent on the use those socalled marginally-suitable soils with low soil fertility level. On the other hand, fertilization has been long known offering fertility solution, but it is indicative that its efficiency is low without soil amelioration. The conditions have been intensified by climatic change phenomena particularly increased atmospheric CO2 concentration which widely affects the soilbiological activity and crop performance as well. This review tries to discuss a thought to find the right method to assist management in determining the right solution for the problems encountered in the field based on soil and plant indicators. The method should be simple, fast, and reliable to express close relationship between soil characteristics and plant performance. The indicators should be those of very important soil characteristics determining soil biological activities as a measure for its fertility. Moreover, the indicators used must have highly sensitive to climatic change, anthropogenic activities, and their impacts on soil biological activity are significant. Soil organic matter (chemistry), bulk density, soil texture, and infiltration rate(physics), and worm population and soil respiration (biology) are main characters related to whole soil pro-ductivity. In addition, chlorophyll content and root density are the most potentiallyrelated indicators to crop performanceAbstrakKegiatan pertanian masih banyak tergantung pada pe-manfaatan tanah-tanah sub-optimal yang memiliki hambatan berupa rendahnya kesuburan tanah. Di sisi lain, pemupukan telah menawarkan solusi untuk mengatasinya, tetapi pada tanah-tanah seperti itu tidak akan banyak manfaatnya jika kemampuan tanah tidak diperbaiki. Kondisi ini diperparah dengan fenomena perubahan iklim, khususnya peningkatan kadar CO2 atmosfir yang berpengaruh luas terhadap aktivitas biologi tanah dan kinerja tanaman. Tulisan ini mengulas tentang perlunya perangkat pengambilan keputusan di lapangan untuk memilih solusi praktis yang tepat untuk me-nyelesaikan hambatan pertumbuhan dan/atau produksi tanaman dengan memanfaatkan indikator tanah dan/atau tanaman secara tepat. Metode yang dikembangkan adalah berdasarkan teknik penetapan yang mudah, cepat, dan cukup akurat dalam menggambarkan hubungan antara indikator terpilih dan kinerja tanaman. Indikator yang dimaksud adalah sifat tanah yang paling penting dalam menentukan aktivitas biologi di dalam tanah sebagai penanda dari kesuburan-nya.Selain itu, indikator yang digunakan harus cukup peka dalam menanggapi perubahan iklim dan perlakuan budidaya dan pengaruhnya nyata terhadap aktivitas biologi di dalam tanah. Kadar bahan organik tanah (kimia), bobot isi, tekstur tanah, dan laju infiltrasi (fisik), dan populasi cacing dan respirasi tanah (biologi) merupakan faktor tanah yang secara praktis mewakili daya dukung tanah secara keseluruhan. Di sisi lain, indikator tanaman yang diperkirakan memiliki hubungan erat dengan pertumbuhan dan produktivitas adalah kadar khlorofil daun dan kerapatan akar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

GOENADI, Didiek Hadjar. "Penilaian mutu tanah secara cepat berdasarkan faktor penentu aktivitas biologinya Rapid assessment of soil quality as based on its biology activity determining factors." E-Journal Menara Perkebunan 82, no. 2 (March 7, 2016). http://dx.doi.org/10.22302/ppbbi.jur.mp.v82i2.24.

Full text
Abstract:
Abstract Agricultural practices are still heavily dependent on the use those socalled marginally-suitable soils with low soil fertility level. On the other hand, fertilization has been long known offering fertility solution, but it is indicative that its efficiency is low without soil amelioration. The conditions have been intensified by climatic change phenomena particularly increased atmospheric CO2 concentration which widely affects the soilbiological activity and crop performance as well. This review tries to discuss a thought to find the right method to assist management in determining the right solution for the problems encountered in the field based on soil and plant indicators. The method should be simple, fast, and reliable to express close relationship between soil characteristics and plant performance. The indicators should be those of very important soil characteristics determining soil biological activities as a measure for its fertility. Moreover, the indicators used must have highly sensitive to climatic change, anthropogenic activities, and their impacts on soil biological activity are significant. Soil organic matter (chemistry), bulk density, soil texture, and infiltration rate(physics), and worm population and soil respiration (biology) are main characters related to whole soil pro-ductivity. In addition, chlorophyll content and root density are the most potentiallyrelated indicators to crop performanceAbstrakKegiatan pertanian masih banyak tergantung pada pe-manfaatan tanah-tanah sub-optimal yang memiliki hambatan berupa rendahnya kesuburan tanah. Di sisi lain, pemupukan telah menawarkan solusi untuk mengatasinya, tetapi pada tanah-tanah seperti itu tidak akan banyak manfaatnya jika kemampuan tanah tidak diperbaiki. Kondisi ini diperparah dengan fenomena perubahan iklim, khususnya peningkatan kadar CO2 atmosfir yang berpengaruh luas terhadap aktivitas biologi tanah dan kinerja tanaman. Tulisan ini mengulas tentang perlunya perangkat pengambilan keputusan di lapangan untuk memilih solusi praktis yang tepat untuk me-nyelesaikan hambatan pertumbuhan dan/atau produksi tanaman dengan memanfaatkan indikator tanah dan/atau tanaman secara tepat. Metode yang dikembangkan adalah berdasarkan teknik penetapan yang mudah, cepat, dan cukup akurat dalam menggambarkan hubungan antara indikator terpilih dan kinerja tanaman. Indikator yang dimaksud adalah sifat tanah yang paling penting dalam menentukan aktivitas biologi di dalam tanah sebagai penanda dari kesuburan-nya.Selain itu, indikator yang digunakan harus cukup peka dalam menanggapi perubahan iklim dan perlakuan budidaya dan pengaruhnya nyata terhadap aktivitas biologi di dalam tanah. Kadar bahan organik tanah (kimia), bobot isi, tekstur tanah, dan laju infiltrasi (fisik), dan populasi cacing dan respirasi tanah (biologi) merupakan faktor tanah yang secara praktis mewakili daya dukung tanah secara keseluruhan. Di sisi lain, indikator tanaman yang diperkirakan memiliki hubungan erat dengan pertumbuhan dan produktivitas adalah kadar khlorofil daun dan kerapatan akar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Woroprobosari, Niluh R., Devina V. Wisaputri, and Muhammad H. Ni'am. "Gambaran Estimasi Usia Biologis dengan Menggunakan Metode Blenkin-Taylor (Modifikasi Sistem Demirjian) di Kota Semarang." e-GiGi 9, no. 1 (January 17, 2021). http://dx.doi.org/10.35790/eg.9.1.2021.32569.

Full text
Abstract:
Abstract: Unexpected incident such as natural disaster and accident often occur in many countries including Indonesia which causes many victims with unknown identity. Tooth is one of the indicators to assess and determine a person's identity. Blenkin-Taylor method is used for age estimation of an individual by using teeth. This study was aimed to obtain the estimation of biological age by using Blenkin-Taylor method in Semarang. This was a descriptive study with a cross sectional design. Samples were panoramic digital radiograph data of patients aged 5-15 years, copied in the form of a soft file. The observation and measurement were performed on seven teeth of right lower jaw by using the DICOM RadiAnt application. Data of observations and measurements of maturation scores were calculated and converted into the Blenkin-Taylor formula to determine the biological age. The results showed that the difference between biological and chronological age was ±0.32 years. This value was lower than the Blenkin-Taylor previous study result which was ±0,6 years. In conclusion, by using the Blenkin-Taylor method, there was a difference between biological age and chronological age as many as ±0,32 years in individuals aged 5-15 years old in Semarang.Keywords: biological age, the Blenkin-Taylor method, panoramic radiography Abstrak: Kejadian tidak terduga seperti bencana alam dan kecelakaan sering terjadi di berbagai negara, salah satunya di Indonesia yang menimbulkan banyak korban jiwa yang tidak diketahui identitasnya. Gigi merupakan salah satu indikator untuk menilai dan menentukan identitas seseorang. Salah satu metode dalam menentukan estimasi usia dengan menggunakan gigi ialah metode Blenkin-Taylor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran estimasi usia biologis dengan menggunakan metode Blenkin-Taylor di Kota Semarang. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Sampel penelitian ialah data file digital radiograf panoramik pasien berusia 5-15 tahun yang disalin ke dalam bentuk soft file, kemudian dilakukan pengamatan dan pengukuran pada 7 gigi regio kanan rahang bawah dengan menggunakan aplikasi RadiAnt DICOM. Hasil pengamatan dan pengukuran skor maturasi dihitung dan dikonversikan ke dalam rumus metode Blenkin-Taylor untuk menentukan usia biologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih usia biologis dan usia kronologis sebesar 0,32 tahun. Hal ini lebih kecil dibandingkan penelitian Blenkin-Taylor terdahulu sebesar 0,6 tahun. Simpulan penelitian ini ialah dengan mengggunakan metode Blenkin-Taylor terdapat selisih rerata usia kronologis dan usia biologis sebesar ± 0,32 tahun pada individu usia 5-15 tahun di Kota Semarang.Kata kunci: usia biologis, metode Blenkin-Taylor, radiograf panoramik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Rupp, N., and H. Moch. "Das FH-defiziente Nierenzellkarzinom erweitert das Spektrum der papillären Tumoren in der Niere." Der Pathologe, August 27, 2021. http://dx.doi.org/10.1007/s00292-021-00977-y.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungDas Fumarat-Hydratase(FH)-defiziente Nierenzellkarzinom (NZK) ist eine distinkte Entität, welche eine biallelische Inaktivierung des FH-Gens zeigt, die konsekutiv mit einem Expressions- bzw. Funktionsverlust des FH-Proteins einhergeht. Diese Alteration führt zu einer Akkumulation des Onkometaboliten Fumarat im Citratzyklus und vielfältigen Störungen des Zellhaushaltes und der DNA-Prozessierung. Das FH-defiziente NZK zeigt häufig ein morphologisch überlappendes Spektrum mit papillären NZK (Typ 2), wobei typischerweise ein Wechsel verschiedener Wachstumsmuster inkl. tubulozystischer, kribriformer und/oder solider Differenzierung zu beobachten ist. Eine typische, jedoch nicht spezifische morphologische Eigenschaft sind die prominenten eosinophilen, Viruseinschlußkörperchen-artigen Nukleolen mit perinukleolärem Halo. Der immunhistochemische Verlust der FH-Expression untermauert die Diagnose, kann in seltenen Fällen jedoch erhalten sein. Zumeist zeigen FH-defiziente NZK ein sehr aggressives biologisches Verhalten mit oftmalig primärer Metastasierung bei Diagnosestellung. Die initiale Beschreibung erfolgte als NZK in Assoziation mit dem Hereditären-Leiomyomatose-und-Nierenzellkarzinom(HLRCC)-Syndrom, welches zusätzlich kutane und uterine Leiomyome umfasst. Aktuelle Daten zeigen jedoch auch einen steigenden Anteil an sporadischen Fällen, sodass eine Unterscheidung (hereditär vs. sporadisch) angemessen erscheint. Bisher sind wenige, aber vielversprechende Daten bezüglich wirksamer systemischer therapeutischer Optionen beschrieben. Zusammenfassend ist eine korrekte Diagnose aufgrund des typischerweise biologisch aggressiven Verhaltens, gegebenenfalls vom Standard abweichender therapeutischer Optionen und möglichem Indikator einer hereditären Erkrankung von großer Bedeutung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Sudiartawan, I. Ketut, I. Wayan Treman, and I. Gede Budiarta. "STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR DI DESA BATUNUNGGUL KECAMATAN NUSA PENIDA." Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha 5, no. 2 (August 31, 2017). http://dx.doi.org/10.23887/jjpg.v5i2.20659.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batununggul Kecamatan Nusa Penida dengan tujuan untuk: (1)Mendeskripsikan karakteristik sumber daya pada wilayah pesisir Desa Batununggul Kecamatan Nusa Penida, dan (2) mendeskripsikan pengelolaan sumber daya pesisir di wilayah pesisir Desa Batununggul. Berkenan dengan itu penelitian dirancang sebagai penelitian deskriptif, dengan sampel jumlah sampel 55 orang (50%) dari populasi yang berjumlah 108 orang yang diambil secara proposive sampling. Data dikumpulkan melalui observasi dan kuesioner yang selanjutnya dianalisis menggunakan metode diskrptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Karateristik sumber daya pesisir Desa Batununggul sudah menunjukan indikator fisik dan bilogis dari karakteristik sumber daya pesisir daerah Batununggul yang masih dijaga dan di manfaatkan dengan baik tanpa merusak lingkungan fisik maupun biologis dari sumber daya pesisir tersebut, (2) cara pengelolaan sumber daya pesisir Desa Batununggul sudah di kelola dan dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat, ini dapat kita lihat dari hasil penangkapan ikan dan hasil dari pembudidayaan rumput laut, dan (3) cara pengelolaan sumber daya hayati, non hayati, dan buatan di Desa Batununggul tergolong sangat baik, ini dapat kita lihat dari hasil analisis data yang menunjukan para nelayan masih menggunakan cara tradisional untuk menangkap ikan dan membudidayakan rumput laut. Selain itu, penggunan pasir juga masih terjaga atau di batasi sehingga tidak menimbulkan abrasi di sekitaran daerah pesisir. Untuk di bidang pembangunan tempat rumah kelompok nelayan juga tidak merusak lingkungan setempat karena tempat rumah tersebut dibuat dan di tata rapi oleh masyarakat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography