To see the other types of publications on this topic, follow the link: Dari Proverbs.

Journal articles on the topic 'Dari Proverbs'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Dari Proverbs.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Akbari, Siti. "CITRAAN DALAM PERIBAHASA BANJAR." JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA 10, no. 1 (2020): 25. http://dx.doi.org/10.20527/jbsp.v10i1.8394.

Full text
Abstract:
Abstract Imagery in the Banjarese Proverb. This is a descriptive qualitative research. This research was aimed at looking at Banjarese Proverb objectively. Therefore, this research focused on the proverbs that were obtained and then reviewed using semiotic analysis. The data used as the object this research were those in the form of Banjarese proverbs, which were derived from several informants and from reading material.The results showed that of the 147 proverbs collected, and there were sixty-two proverbs were found showed visual images. Twenty-three proverbs that show hearing images. Eight proverbs that show palpable imagery. Six proverbs that show olfactory images. Forty-eight proverbs that show the image of taste.The results showed that the choice of words became unique in the Banjar proverbs. The overall image strengthens the local area drawn from the Banjar proverb. This is evident from the choice of words in the Banjar proverb. Key words: image, proverbs, Banjar Abstrak Citraan dalam Peribahasa Banjar. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini melihat peribahasa secara objektif. Oleh karena itu, penelitian ini fokus pada peribahasa yang diperoleh untuk kemudian ditelaah dengan menggunakan analisis semiotik. Adapun data dan sumber data yang dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah data berupa peribahasa Banjar yang bersumber dari beberapa informan dan dari bahan bacaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 147 peribahasa yang dikumpulkan, ditemukan enam puluh dua peribahasa yang menunjukkan citraan penglihatan. Dua puluh tiga peribahasa yang menunjukkan citraan pendengaran. Delapan peribahasa yang menunjukkan citraan perabaan. Enam peribahasa yang menunjukkan citraan penciuman. Empat puluh delapan peribahasa yang menunjukkan citraan pencecapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pilihan kata menjadi kekhasan dalam peribahasa Banjar. Citraan secara keseluruhan menguatkan lokal kedaerahan yang tergambar dari peribahasa Banjar. Hal itu terbukti dari pilihan kata yang ada di dalam peribahasa Banjar. Kata-kata kunci: citraan, peribahasa, Banjar
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Norvia, Norvia. "UNSUR EKOLOGI DALAM PERIBAHASA BANJAR ( ECOLOGY ELEMENTS IN BANJARESE PROVERBS)." JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA 11, no. 1 (2021): 46. http://dx.doi.org/10.20527/jbsp.v11i1.10562.

Full text
Abstract:
Abstract Ecology Elements in the Banjarese Proverbs. This research is motivated by the researcher's interest in preserving the Banjarese proverbs which is now starting to fade in its meaning due to ignorance of the ecological forms of flora, fauna, and culture which are used as a kias word in Banjarese proverbs. This study aims to describe (1) the ecological form of flora in the Banjarese proverbs (2) the ecological form of fauna in the Banjarese proverbs (3) The form of cultural ecology in the Banjarese proverbs. Sources of data are obtained from books and informants. The book used as a data source is a collection of Banjarese proverbs by Aliansyah Jumbawuya. The results of this study found that of the three classifications there were even more specific classifications, namely, (1) the Banjarese proverbs ecological flora consisting of vegetables, fruits, and wild plants, (2) Banjarese proverbs ecology fauna consisting of fauna habitat in land and water, and (3) the Banjarese proverbs of cultural ecology consists of three categories, namely home architecture, tools and living equipment, and systems of thought. Key words: ecology, oral tradition, Banjarese proverb Abstrak Unsur Ekologi Sastra dalam Paribasa Banjar. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti untuk melestarikan peribahasa Banjar yang sekarang mulai kabur dalam pemaknaannya akibat ketidaktahuan akan wujud ekologi flora, fauna, dan budaya yang dijadikan kata kias dalam peribahasa Banjar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) Wujud ekologi flora dalam peribahasa Banjar (2) Wujud ekologi fauna dalam peribahasa Banjar (3) Wujud ekologi budaya dalam peribahasa Banjar. Sumber data didapat dari buku dan informan. Adapun buku yang dijadikan sumber data adalah kumpulan peribahasa Banjar karya Aliansyah Jumbawuya. Hasil penelitian ini menemukan dari tiga klasifikasi tersebut di dapat penggolongan yang lebih spesifik lagi yakni, (1) peribahasa Banjar ekologi flora terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman liar, (2) peribahasa Banjar ekologi fauna terdiri dari fauna habitat di darat dan di air, dan (3) peribahasa Banjar ekologi budaya terdiri dari tiga kategori yakni arsitektur rumah, peralatan dan perlengkapan hidup, dan sistem berpikir. Kata-kata kunci: unsur ekologi, tradisi lisan, paribasa Banjar
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Abidin, Zainal. "Analisis Peribahasa Indonesia yang Disediakan KBBI Daring (Analysis of Indonesian Proverbs Provided by KBBI Online)." JALABAHASA 15, no. 2 (2019): 147. http://dx.doi.org/10.36567/jalabahasa.v15i2.369.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peribahasa Indonesia yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Dengan metode kualitatif, data yang berupa peribahasa dikumpulkan dari laman https://kbbi.kemdikbud.go.id dengan teknik simak dan catat. Setelah memilih fitur admin, data, cari entri, dan fitur penyaringan dalam daftar entri KBBI daring, dilakukan pencatatan dan analisis. Dari hasil pembahasan disimpulkan bahwa terdapat lima belas peribahasa yang memakai bagian tubuh sebagai lema induk. Sementara itu, peribahasa yang tidak memakai bagian tubuh sebagai lema induk ditemukan berjumlah seratus enam peribahasa. Pada peribahasa yang mengandung kata dada, jantung, dan jari, tidak ditemukan peribahasa yang memakai bagian tubuh tersebut sebagai lema induk.This research aims to describe the Indonesian proverbs contained in Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. With qualitative methods data in the form of proverbs are collected from the page https://kbbi.kemdikbud.go.id with the technique of listening and note taking. After clicking the admin, data, look for entries, and filtering features in the list of online KBBI entries, recording and analysis are performed. From the results of the discussion it was concluded that there were fifteen proverbs that used body parts as the parent body, while proverbs that did not use body parts as parent body were found to be one hundred and six proverbs. In proverbs that contain the words dada, jantung, and jari, there is no proverb that uses that part of the body as the parent entry.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Pujiastuti, Indah. "PERIBAHASA BAHASA REJANG." GENTA BAHTERA: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan 3, no. 2 (2017): 235–47. http://dx.doi.org/10.47269/gb.v3i2.18.

Full text
Abstract:
AbstrakPeribahasa merupakan ungkapan tradisional yang menjadi bagian dari sastra lisan. Di Masyarakat Rejang, peribahasa tersebut dimunculkan secara lisan di acara adat seperti pernikahan dan dimunculkan dalam peraturan adat Rejang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peribahasa dari Msayarakat Rejang khususnya masyarakat Kabupaten Rejang Lebong. Peribahasa tersebut dideskripsikan dari aturan adat yang sudah direkam dalam bentuk tulis yaitu Kelpeak Ukum Adat (Hukum Adat Rejang). Penelitian ini juga untuk mengetahui fungsi dari peribahasa tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yang bersumber dari hukum adat Rejang yaitu Kelpeak Ukum Adat Ngen Riyan Ca’o Kutei Jang yang memuat tentang tata cara bermasyarakat, hak dan kewajiban masyarakat, adat pernikahan, warisan, tarian, kepemimpinan, busana, bahasa, dan tulisan. Penelitian ini menitikberatkan pada analisis dokumen. Hasil yang didapatkan, bahwa 29 peribahasa yang ditemukan dalam hukum adat tersebut membahas tentang tatanan hidup masyarakat Rejang. Peribahasa tersebut berfungsi sebagai nasihat, larangan, teguran, pengajaran, gambaran tatanan sosial bermasyarakat. Kata Kunci: Peribahasa, Suku Rejang, Hukum Adat AbstractProverbs are traditional expressions that are part of oral literature. In Rejang Community, the proverb was raised orally in traditional events such as weddings and raised in the Rejang customary law. This study aims to describe the proverbs of Msayarakat Rejang, especially the people of Rejang Lebong Regency. The proverb is described from customary rules that have been recorded in written form of Kelpeak Ukum Adat (Custom Rejang Law). This research is also to know the function of the proverb. This research used qualitative approach with descriptive method that comed from customary law of Rejang namely Kelpeak Ukum Adat Ngen Riyan Ca’o Kutei Jang which contains about social, community and rights, customs, and writing. This study focused on content analysis. The results obtained, that the 29 proverbs found in the customary law is about the life order of the Rejang community. These proverbs serve as advice, prohibitions, admonitions, teachings, images of the social fabric of society. Keywords: Proverb, Rejang Community, Customary Law
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Kharina, Mia, Sudjianto Sudjianto, and Neneng Sutjiati. "ANALISIS MAKNA KOTOWAZA YANG TERKAIT DENGAN KANJI MUSIM DAN RELEVANSINYA DENGAN KEBUDAYAAN JEPANG." JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang 1, no. 2 (2016): 1. http://dx.doi.org/10.17509/japanedu.v1i2.3284.

Full text
Abstract:
Abstrak Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Evolusi kebudayaan berhubungan erat dengan kondisi lingkungan. Maka dari itu, budaya di setiap negara berbeda-beda berdasarkan lingkungannya. Salah satu faktor yang terlihat jelas adalah iklim atau musim di sebuah negara. Adanya perubahan musim mempengaruhi kebudayaan yang berkembang di masyarakatnya. Kemudian, salah satu unsur dari kebudayaan terdapat bahasa. Bahasa tidak terbatas dengan interaksi sehari-hari, tetapi banyak sarana sastra yang dapat dijadikan objek pembelajaran. salah satunya, peribahasa yang merupakan ajaran berdasarkan pola pikir orang Jepang dari zaman dahulu. Orang Jepang sering menggunakan peribahasa dalam mengungkapkan atau menggambarkan suatu keadaan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada kenyataannya sebagian pembelajar bahasa Jepang tidak memahami makna dari peribahasa bahasa Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu makna peribahasa dan relevansinya terhadap kebudayaan Jepang. Penulis membatasi peribahasa yang digunakan hanya peribahasa yang berkaitan dengan kanji musim (haru, natsu, aki, fuyu). Oleh karena itu penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1) apa sajakah peribahasa Jepang yang terkait dengan kanji musim (haru, natsu, aki, fuyu), 2) apa makna peribahasa tersebut dalam bahasa Indonesia, 3) adakah relevansi kebudayaan yang tersirat dalam peribahasa Jepang yang terkait dengan kanji musim (haru, natsu, aki, fuyu). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan kualitatif. Hasil dari penelitian ini, ditemukan 20 peribahasa yang berkaitan dengan kanji musim dan 12 diantaranya memiliki relevansi dengan kebudayaan Jepang berdasarkan musim. Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan adanya keterkaitan antara keadaan lingkungan atau kebudayaan yang berdasarkan musim mempengaruhi pembentukan peribahasa di sebuah negara. Kata kunci: peribahasa, makna, kebudayaan, musim AbstractsCulture is the way of life that developed and shared by a community that are passed from generation to generation. Cultural evolution is closely related with enviromental conditions. Therefore, the culture in each country is different based on environment. One of the obious factor is the climate or season in a country. The changing seasons affect the cultures that developed in the society. Then, one of the elements of culture are language. Language is not the daily interactions only, but many literary device that can be used as learning objects. One of them is proverb that teaching based on the mindset of Japanese people from ancient times. Japanese people often use proverbs to express or describe a situation in daily life. However, in fact most of Japanese language learners didn’t understand the meaning of Japanese proverbs. This research aims to find out the meaning of proverbs and relevance to the Japanese culture. Authors restrict to use proverbs which is related to kanji season (haru, natsu, aki, fuyu). Therefore, authors formulate the research problems as follow : 1) what are the Japanese proverbs which is associated with kanji season (haru, natsu, aki, fuyu), 2) what are the meaning of these proverbs in Indonesian, 3) is there any relevance of culture implicit in Japanese proverbs related kanji season (haru, natsu, aki, fuyu). The method used in this research is descriptive and qualitative research method. The result of this research, it was found 20 proverbs related to kanji season (haru, natsu, aki, fuyu) and 12 of them have relevance to the Japanese culture based on season. thus, it can be concluded there is a correlation between the state of environment or culture that is based on the proverbs season affect formation in a country. Keywords : proverb, meaning, culture, season
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Adam, Noor Hasnah, and Norhayati Ab. Rahman. "Simbol "Jantan Positif" dalam Ungkapan Melayu Tenas Effendy dari Gagasan Kritikan Melayu S. Othman Kelantan." Melayu: Jurnal Antarabangsa Dunia Melayu 14, no. 1 (2021): 115–40. http://dx.doi.org/10.37052/jm.14(1)no6.

Full text
Abstract:
This paper discusses about the symbol of “jantan” (male dominance) which have positive meanings, found in Malay proverbs by Tenas Effendy. This discussion uses the Framework of Malay Critiques by S. Othman Kelantan, which contains 10 principles. The underlying meanings in the “jantan” symbol will be analyzed to scrutinize the worldview of those who conceptualize these Malay proverbs as well as their association with the negative traits of male dominance. Malay proverbs that have been examined will be able to illuminate the inherent thought patterns of the Malay society, and at the same time, explore their vast knowledge of the world. Research on the Malay “Jantan” is important to analyze the lens in which was viewed by a predominantly oral society, as well as the explicit and implicit meanings of the symbols in Malay proverbs.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Oktavianus, Oktavianus. "SEMANGAT PROFESIONALISME DALAM PERIBAHASA MINANGKABAU." Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra 13, no. 2 (2013): 215. http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v13i2.293.

Full text
Abstract:
Abstrak Semangat Profesionalisme dalam Peribahasa Minagkabau. Semangat profesionalisme sangat penting dalam kehidupan manusia. Semangat profesionalisme itu dapat ditransfer menjadi bagian dari sikap, perilaku, tindakan dan kebiasaan seseorang dalam melakukan sesuatu. Nilai-nilai yang mendorong munculnya semangat profesionalisme dalam bentuk sikap, perilaku, dan tindakan profesional diperkirakan tersimpan juga dalam peribahasa setiap etnik di Indonesia termasuk peribahasa Minangkabau. Terkait dengan itu, tulisan ini merupakan suatu upaya untuk mencermati dan membicarakan semangat profesionalisme yang terkandung dalam peribahasa Minangkabau. Kajian dilakukan dari perspektif bagaimana bahasa mencerminkan sikap dan perilaku penuturnya. Data untuk kajian ini diambilkan dari sumber-sumber tertulis berupa kumpulan peribahasa yang telah didokumentasikan dan peribahasa-peribahasa yang digunakan dalam pertuturan sehari-hari masyarakat Minangkabau. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa peribahasa Minangkabau mengandung nilai-nilai yang dapat mendorong masyarakat Minangkabau untuk memelihara tindakan, kebiasaan, perilaku dan sikap profesional dalam kehidupan sehari-harinya. Kata kunci: Profesionalisme, profesional, nilai, dan peribahasa. AbstractThe spirit of professionalism in Minangkabau Proverbs. The spirit of professionalism is very essential in human life. The spirit of professionalism then can be transferred into someone’s attitude, behavior, action and habit in doing something It is assumed that the values triggering the spirit of professionalism in the form of professional attitude, behavior, and action can be found in the proverbs of every ethnics in Indonesia including Minangkabau proverbs. Thus, this writing is an attempt to observe and discuss the spirit of professionalism in Minangkabau proverbs. The study is done from the perspective of how language reflects the attitude and behavior of its speakers. The data for this study is collected from written documents of Minangkabau proverbs and the proverbs used in daily communication. The result of the study indicates that Minangkabau proverbs contains the values that can trigger Minangkabau people to keep their professional attitude, behavior, habit, and action in their daily life.Keywords : Professionalism, professional, values, and proverbs.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Saputra, Aa, Noviyanti Aneros, and Herniwati Herniwati. "ANALISIS MAKNA KOTOWAZA(PERIBAHASA) BAHASA JEPANG DALAM ANIME JUNJOU ROMANTICA 1 DAN 2." JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang 1, no. 3 (2016): 14. http://dx.doi.org/10.17509/japanedu.v1i3.5567.

Full text
Abstract:
Peribahasa dalam bahasa Jepang disebut dengan kotowaza. Kotowaza dalam bahasa Jepang sendiri adalah kata-kata pendek yang diceritakan secara turun temurun sejak dahulu kala, yang berisi kebenaran, sindiran, satire, dan pelajaran moral. Dalam penelitian kali ini penulis menitik beratkan pada kotowaza yang ada dalam anime Junjou Romantica 1 dan 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna konotatif atau makna denotatif yang terkandung dalam kotowaza yang ada dalam anime Junjou Romantica 1 dan 2serta mencari tahu termasuk kedalam klasifikasi peribahasa manakah kotowaza tersebut. Kemudian mencari tahu apakah kotowaza tersebut memiliki padanan makna dengan peribahasa Indonesia.Hasil dari penelitian ini terdapat 24 kotowazayang ada dalam anime Junjou Romantica 1 dan 2. Semua kotowazamengandung makna denotatif dan hanya empat kotowazayang mengandung makna konotatif, yaitu 叩けよさらば開かれん (tatakeyosaraba hirakaren), 袖すりあうも他生の縁 (sode suriau mo tashou no en), 月に叢雲花に風 (tsuki ni murakumo hana ni kaze), dan 縁は異なもの (en wa inamono). Kemudian terdapat tiga kotowaza yang tidak memiliki padanan makna dengan peribahasa Indonesia, yaitu旅の恥は掻き捨て (tabi no haji wa kakisute), 一度あることは二度ある (ichido aru koto wa nido aru), dan二度あることは三度ある (nido aru koto wa sando aru). A proverb in Japanese language is called as kotowaza. Kotowaza in Japanese language itself is used as advice, satire, warning, moral lesson as well as life motivation. In this study, the researcher focuses on kotowaza in anime called Junjou Romantica 1 and 2. This study aims to find out if there are any connotative or denotative meaning contained in anime Junjou Romantica 1 and 2as well as to find out its proverb classification. Finally, this study also tries to find out whether the proverb has an equivalent in Indonesian proverb or not. The result shows that there are 24 proverbs found in anime Junjou Romantica1and 2. All the proverbs have denotative meanings and only four proverbs have connotative meanings,such as叩けよさらば開かれん (tatakeyosaraba hirakaren), 袖すりあうも他生の縁 (sode suriau mo tashou no en), 月に叢雲花に風 (tsuki ni murakumo hana ni kaze), 縁は異なもの (en wa inamono). And there are only three proverbs that do not have any equivalents in Indonesian proverbs, such as 旅の恥は掻き捨て (tabi no haji wa kakisute), 一度あることは二度ある (ichido aru koto wa nido aru),and二度あることは三度ある (nido aru koto wa sando aru).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Farid, Rezqan Noor. "WISDOM VALUESIN THE BANJARESE PROVERBS." PAROLE: Journal of Linguistics and Education 5, no. 1 (2015): 50. http://dx.doi.org/10.14710/parole.v5i1.8642.

Full text
Abstract:
This study is aimed to reveal parts of Banjarese proverbs which contain wisdom values, to find kinds of wisdom values represented through the Banjarese proverbs, and to reveal social contexts influencing the producing and interpreting process of the proverbs. The data of this study are gathered and selected from several literatures of Banjarese which are then analyzed using critical linguistics. The results of this study show that the parts which contain the wisdom values of the Banjarese people are the clues of interpretation. The wisdom values are also related to the good and the bad behaviours of Banjarese people. It is also found that Islam, as the religion followed by the majority of the Banjarese people, influences the Banjarese culture and Banjarese proverbs. Studi ini bertujuan untuk mencari tahu bagian mana saja dari peribahasa bahasa Banjar yang mengandung nilai kerarifan, menemukan bentuk nilai kearifan didalamnya, dan mengetahui apakah terdapat suatu konteks social yang mempengaruhi proses pembentukan dan penginterpetasian peribahasa itu sendiri. Data dalam studi ini dirangkum dari beberapa literatur yang ditulis oleh orang Banjar sendiri yang dipilih dengan alasan hanya literatur tersebut lah yang tersedia pada waktu studi ini dibuat. Data tersebut kemudian dianalisa dengan metode linguistic kritis. Studi ini menunjukkan bagian dari peribahasa Banjar yang cenderung mengandung nilai kearifan adalah penanda interpretasi. Hasil studi ini juga menunjukkan nilai kearifan dalam peribahasa Banjar terkait dengan sikap yang tidak patut ditiru dan sikap yang pantas untuk diikuti. Dan diasumsikan juga bahwa agama islam, yang terhitung sebagai agama yang dipeluk mayoritas penduduk Banjar, ternyata memiliki pengaruh terhadap kebudayaan dan peribahasa Banjar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Kriswanto, Agus, and Juliana Sianturi. "Pujian yang Membebaskan atau Membelenggu?: Hermeneutik Feminis terhadap Amsal 31:10-31." Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 4, no. 1 (2023): 165–79. http://dx.doi.org/10.46305/im.v4i1.176.

Full text
Abstract:
The appreciation to “a virtuous woman” in Proverb 31:10-31 tend to be interpreted by patriarchal perspectives. Such interpretations view a virtuous woman as someone who should benefit man. This article intends to seek a fresh reading of Proverbs 31:10-31 by a feminist perspective. The method used to produce this reading is a feminist hermeneutics approach, which applies three steps of analysis: hermeneutics of suspicion, hermeneutics of remembrance, and hermeneutics of liberation. The result of this research is that the appreciation to women in Proverbs 31:10-31 should not be used as a means to legitimize male domination by shackling women in an ideal image that only benefits men, but rather as a means of remembering the women’s suffering and fighting power, as well as triggering creative efforts for women's liberation so that they can actualize their own potential. AbstrakPujian terhadap “istri yang cakap” di dalam Amsal 31:10-31 cenderung ditafsirkan dari sudut pandang patriakal. Tafsir yang demikian memandang istri yang cakap sebagai perempuan yang seharusnya menguntungkan laki-laki. Tulisan ini bermaksud memberikan pembacaan terhadap Amsal 31:10-31 dari sudut pandang feminis. Metode yang digunakan untuk menghasilkan pembacaan tersebut adalah dengan pendekatan hermeneutik Feminis, yang menerapkan tiga langkah analisis: hermeneutik kecurigaan, hermeneutik ingatan, dan hermeneutik pembebasan. Hasil penelitian ini adalah bahwa pujian terhadap perempuan dalam Amsal 31:10-31 semestinya tidak dijadikan sebagai sarana untuk melegitimasi dominasi laki-laki dengan membelenggu perempuan pada gambaran ideal yang hanya menguntungkan laki-laki, melainkan untuk dijadikan sebagai sarana mengingat derita dan daya juang perempuan serta memicu upaya kreatif untuk pembebasan perempuan agar dapat mengaktualisasikan potensi dirinya sendiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Kodariah dan Gugun Gunardi, Siti. "NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM PERIBAHASA SUNDA: KAJIAN SEMIOTIKA." Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 7, no. 1 (2015): 113. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v7i1.88.

Full text
Abstract:
AbstrakPenelitian ini menganalisis nilai-nilai kearifan yang terdapat dalam peribahasa Sunda. Penelitian dilakukan untuk menginventarisasi karakter dan falsafah masyarakat Sunda yang termuat dalam peribahasa Sunda agar nilai-nilai luhur yang terdapat dalam peribahasa Sunda tidak dilupakan dan tetap diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari buku kumpulan Babasan jeung Paribasa Sunda. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika Roland Barthes. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai kearifan apa saja yang terdapat dalam peribahasa Sunda. Penganalisasan dilakukan dengan cara pembagian nilai peribahasa berdasarkan nilai kearifan universal. Hasil analisis menunjukkan bahwa peribahasa Sunda mengandung unsur-unsur kearifan universal. Nilai-nilai tersebut meliputi: (1) berhubungan dengan Tuhan; (2) tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian; (3) kejujuran; (4) hemat dan sopan santun; (5) kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; (6) percaya diri, kerja keras, kreatif, dan pantang menyerah; (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati; (9) toleransi, cinta damai, dan persatuan. AbstractThis study analyzed the wisdom values contained in the Sundanese proverb. The study was conducted to inventory the character and philosophy of sundanese community which contained in the Sundanese proverb, in order to be not forgotten and still applied in everyday life. The source of the data that collected in this study is derived from a book of Babasan Jeung Paribasa Sunda. The method used in this study is a qualitative method with semiotic analysisapproach of Roland Barthes. The purpose of this study is to determine the values of any wisdom contained in the Sundanese proverbs. Analyzing the data by the division of the proverbs value based on universal moral values. The analysis showed that the proverb Sundamese contains elements of universal wisdom. Those values are: (1) relates to the God; (2) responsibility, discipline and self-reliance; (3) honesty; (4) saving and manners; (5) compassion, concern, and cooperation; (6) confident, hard working, creative, and never give up; (7) fairness and leadership; (8) good and humble; (9) tolerance, love peace, and unity.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Rahaya, Ivana Septia. "PEPATAH JAWA SEBAGAI PRINSIP HIDUP MASYARAKAT MODERN DALAM NOVEL IMPIAN AMERIKA KARYA KUNTOWIJOYO." ATAVISME 23, no. 2 (2020): 249–60. http://dx.doi.org/10.24257/atavisme.v23i2.637.249-260.

Full text
Abstract:
Perubahan pola pikir akibat globalisasi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah pemaknaan pepatah Jawa yang sedari dulu digunakan sebagai prinsip hidup masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna pepatah Jawa yang mencerminkan kehidupan masyarakat modern di Amerika dalam novel Impian Amerika karya Kuntowijoyo. Penelitian ini diharapkan mampu membuktikan bahwa pepatah Jawa tetap relevan dengan perkembangan zaman dan menyadarkan pembaca bahwa karya sastra bukan hanya hasil imajinasi pengarang tetapi juga merepresentasikan kehidupan sehingga mampu meningkatkan apresiasi pembaca terhadap karya sastra. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan antropologi sastra. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca catat. Analisis data menggunakan teknik analisis isi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa novel Impian Amerika karya Kuntowijoyo menggambarkan prinsip hidup masyarakat modern yang diambil dari pepatah Jawa. Prinsip hidup tersebut berhubungan dengan usaha masyarakat dalam menciptakan keselarasan antara individu dan Tuhan serta keselarasan antar individuKata Kunci: pepatah Jawa; masyarakat modern; prinsip hidup; globalisasi[Javanese Proverbs as a Principle of Modern Society’s Life in Kuntowijoyo’s Novel Impian Amerika] Changes of mindset because of the changing era affect so many aspects of life. One of them is the interpretation of Javanese proverb which has always been used as a principle of modern society's life. The purpose of this research is to explain and describe the meaning of Javanese proverb which is the principle of modern society’s life in Kuntowijoyo’s Novel Impian Amerika that reflect modern society’s life in America. This research is expected to be able to prove that Javanese proverbs which are an ancestral heritage still relevant to today’s modern conditions and remind the readers that literary works are not only the result of the author's imagination but can also represent life and other positive values, thereby increasing the reader’s appreciation of literary works. This research is a descriptive qualitative with a literary anthropology approach. Data collection technique was note-taking technique. The data were analyzed with content analysis technique. The results of this research prove that Impian Amerika illustrates the principle of modern society's life taken from the Javanese proverb. The principle of life is related to community efforts in creating harmony between individuals and God and individuals as well.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Sualang, Farel Yosua. "Keterikatan Pengambilan Keputusan, Konsistensi Sifat-Sifat Bijak dan Evaluasi Karakter dalam Pembentukan Integritas (Paralelisme Amsal 28:6; 19:1)." DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika 6, no. 1 (2023): 22–37. http://dx.doi.org/10.53547/diegesis.v6i1.378.

Full text
Abstract:
The groups of Proverbs 10-29 present a topical discussion, such as wealth, poverty, honesty, diligence, gentleness, etc. Proverbs 28:6; 19:1 speaks of the integrity of wise men who do not prioritize wealth. The problem is that interpreters limit the emphasis to elements essential to the formation of integrity in the assemblies of Proverbs 10-29, such as decision-making and character habituation. However, using a qualitative study of the sub-interpretive design of wisdom literature (especially considering the structure of parallelism, figurative language style), this article finds that there is an attachment between decision making, consistency in the nature of wisdom and character evaluation in the formation of integrity in a wise person. The attachment of these three elements is due to the existence of the wording pattern of item-evaluation and the character of the evaluation of parallelism Proverbs 28:6; 19:1.Keywords: Integrity; Parallelism; Book of Proverbs AbstrakKumpulan-kumpulan Amsal 10-29 menyuguhkan suatu pembahasan secara topikal, misalnya mengenai kekayaan, kemiskinan, kejujuran, ketekunan, kelemahlembutan, dll. Tidak terkecuali mengenai topik integritas, Amsal 28:6;19:1 membahas mengenai integritas dari orang bijak yang tidak mengutamakan harta kekayaan. Permasalahannya, para penafsir hanya membatasi penekanan elemem-elemen penting dalam pembentukan integritas dalam kumpulan-kumpulan Amsal 10-29, misalnya pengambilan keputusan dan pembiasaan karakter. Akan tetapi, dengan menggunakan kajian kualitatif sub interpretative design sastra hikmat (khususnya memperhatikan struktur paralelisme, gaya bahasa kiasan), artikel ini menemukan bahwa adanya keterikatan antara pengambilan keputusan, konsistensi pada sifat-sifat hikmat dan evaluasi karakter dalam pembentukan integritas pada seseorang yang bijak. Keterikatan ketiga elemen ini disebabkan oleh adanya pola perkataan item-evaluasi dan karakter evaluasi terhadap paralelisme Amsal 28:6; 19:1.Kata Kunci: Integritas; Paralelisme; Kitab Amsal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Baitanu, Yosiana Limiati, Romelus Blegur, and Nastiti Puspita Rini. "Potensi Destruktif dari Kemalasan terhadap Etos Kerja Kristen Berdasarkan Amsal 18:9." Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual 1, no. 2 (2023): 160–68. http://dx.doi.org/10.52157/mak.v1i2.222.

Full text
Abstract:
Laziness is a lifestyle that no one wants, because it disrupts ethical discourse in the work culture. The aim of this research is to investigate the issue of laziness in relation to the Christian work ethic by referring to the biblical text, namely Proverbs 18:9 which shows a bad precedent for God's decrees for His human creation. The research method used is hermeneutics or biblical interpretation in order to find the meaning of the text for the current context. Related to this, the author uses primary books for exegetical studies, as well as other supporting sources from books and journal articles. The results of this research are that laziness has the potential to be destructive and is contrary to the Christian work ethic which was originally established by God to be passed down from generation to generation in the history of human life. Laziness never brings benefits in any form because its nature is to damage figures that give the image of a lazy character.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Kristiawan, Ragil. "Kemalasan dalam Perspektif Kitab Amsal." Jurnal Ilmiah Tafsir Alkitab 1, no. 1 (2024): 22–32. http://dx.doi.org/10.69668/juita.v1i1.5.

Full text
Abstract:
Abstract Proverbs discusses issues that are relevant to everyone wherever they are. This book discusses horizontal issues regarding human relationships with each other. One issue that is quite important is laziness which has become a comprehensive problem in human life today. No previous research has conducted a biblical study regarding laziness from the perspective of the book of Proverbs. This research tries to answer the problem of how Proverbs views laziness. Through literature study using thematic interpretation of Proverbs, an assessment of lazy attitudes based on this book was produced: this attitude will not bring any benefits at all. For those who expect satisfactory results from lazy people, it will definitely result in disappointment. Laziness will give birth to forced labor, you will not succeed in everything you do, you will become the brother of the destroyer, you will starve, you will never reap, and you will not get anything in your life. The lazy person's life will ultimately be killed by his desires. The Book of Proverbs gives advice to lazy people so that they continue to learn from ants in terms of discipline. Even though ants are weak animals, they are famous for their craft. In the end, discipline is an effective medicine for all lazy attitudes that arise in the lives of believers in all places and times. Keywords: Lazy, Point of View, Proverbs Abstrak Kitab Amsal membicarakan topik-topik persoalan yang relevan dengan semua orang dimanapun mereka berada. Kitab ini membahas isu-isu horisontal berkenaan dengan hubungan manusia dengan sesamanya. Salah satu isu yang cukup penting adalah mengenai kemalasan yang telah menjadi masalah menyeluruh dalam kehidupan manusia di jaman sekarang. Penelitian-penelitian terhahulu belum ada yang melakukan kajian biblika mengenai kemalasan dalam sudut pandang kitab Amsal. Penelitian ini mencoba menjawab permasalahan tentang bagaimana cara pandang Amsal mengenai kemalasan. Melalui studi kepustakaan dengan menggunakan pendekatan tematis atas Amsal, maka dihasilkan penilaian akan sikap malas berdasarkan kitab ini: sikap ini sama sekali tidak akan membawa keuntungan. Bagi mereka yang mengharapkan hasil memuaskan dari orang yang malas pasti akan membuahkan kekecewaan. Kemalasan akan melahirkan kerja paksa, tidak akan berhasil dalam segala hal yang dilakukan, menjadi saudara si perusak, akan mengakibatkan kelaparan, tidak pernah menuai, serta tidak akan mendapatkan apapun dalam kehidupannya. Kehidupan si pemalas pada akhirnya akan dibunuh oleh keinginannya. Kitab Amsal memberikan saran kepada pemalas untuk mereka terus belajar kepada semut dalam hal kedisiplinan. Walaupun semut binatang yang lemah, tetapi mereka terkenal akan kerajinannya. Pada akhirnya, kedisiplinan merupakan obat yang ampuh bagi segala sikap malas yang timbul dalam kehidupan orang percaya di segala tempat dan jaman. Kata kunci: Malas, Sudut Pandang, Kitab Amsal
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Imayana, Imayana, Hermandra Hermandra, and Mangatur Sinaga. "Daun dalam Peribahasa Melayu: Kajian Semantik Kognitif (Daun in Malay Proverbs: A Cognitive Semantic Study)." JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 7, no. 4 (2024): 4017–25. http://dx.doi.org/10.54371/jiip.v7i4.4279.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna serta bentuk skema citra pada peribahasa kata daun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah simak dan catat. Penelitian ini menggunakan analisis semantik kognitif dengan bantuan skema citra. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deksiptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat 28 data peribahasa daun. Peneliti memfokuskan data yang akan diteliti dengan menyajikan peribahasa yang menggunakan kata daun. Selanjutnya diikuti dengan pemaknaan peribahasa serta menentukan ranah sumber dan ranah target. Terakhir, data disajikan berdasarkan skema citra yang terdapat pada peribahasa daun. Hasil dari penelitian ini, terdapat tujuh skema citra pada peribahasa daun yaitu skema citra tingkatan (hierarchial) didapati tiga data, dalam skema citra kekuatan (force) terdapat satu data, dalam skema citra ruang (container) didapati satu data, dalam skema citra penghubung (link) didapati satu data, dalam skema citra bagian-keseluruhan (part-whole) terdapat dua data, dalam skema citra aturan linear (source-path-goal) terdapat satu data, dalam skema citra tindakan (action) didapati satu data. Dari ketujuh skema citra yang disajikan, peribahasa kata daun yang paling banyak menggunakan skema citra tingkatan (hierarchial), berjumlah tiga data.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Douglas, Rynna Sha’erra Mindew, Mary Fatimah Subet, and Muhammad Zaid Daud. "JELMAAN REPTILIA DALAM AKAL BUDI MASYARAKAT IBAN: ANALISIS SEMANTIK INKUISITIF." Asian People Journal (APJ) 6, no. 2 (2023): 1–19. http://dx.doi.org/10.37231/apj.2023.6.2.318.

Full text
Abstract:
Abstract: Images of reptile animals are often debated in various fields such as science, education and their use in proverbs of Malay idioms and Iban idioms. Observation of the characteristics of animals in these classes makes the Iban community more sensitive toward their surroundings. In the Iban idioms, the images of reptiles used are due to the inherent properties of the animals that are equated or reflected in the nature and actions of men in the past. A total of 15 Iban idioms using images of reptiles were generated from Bup Sempama Iban, a book written by Casper Kayong Umping (2011).. The proverbs data were analyzed using the Semantic Inquisitive Approach by applying the Bridging Cross Reference toward the corpus data. Based on the analysis, the proverbs using the images of reptiles show the traits possessed by humans and they are conveyed by the use of proverbs (Sempama Jaku Iban) with implied meanings and subtle language to keep the recipient's heart or listeners. The merging of data, the applied theory, and the culture applied in this study has successfully explained the implicit meaning behind the Iban idioms and the reflection of the minds of the speakers.
 Keywords: Iban proverbs, iban mind, semantic inquisitive approach, bridging cross reference
 Abstrak: Imej haiwan kelas reptilia sering kali dibahaskan dalam pelbagai bidang seperti sains, pendidikan dan juga penggunaannya dalam peribahasa sama ada peribahasa Melayu dan peribahasa Iban. Pengamatan terhadap sifat-sifat haiwan tersebut menjadikan masyarakat Iban lebih peka terhadap persekitaran mereka. Dalam peribahasa Iban, imej reptilia digunakan adalah disebabkan oleh sifat yang ada pada haiwan tersebut yang disamakan atau direfleksikan kepada sifat dan tindakan manusia pada masa lalu. Sebanyak 15 data peribahasa Iban menggunakan imej reptilia dijana dari buku Bup Sempama Iban yang ditulis oleh Casper Kayong Umping. Data peribahasa dianalisis dengan menggunakan Pendekatan Semantik Inkuisitif dengan mengaplikasikan Rangka Rujuk Silang terhadap data korpus. Berdasarkan analisis yang dilakukan, peribahasa yang menggunakan imej reptilia menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia dan ia disampaikan dengan menggunakan peribahasa (sempama jaku Iban) yang mempunyai makna yang tersirat dan bahasa yang halus dengan tujuan menjaga hati penerima atau pendengar. Gabungan data peribahasa, teori yang diaplikasikan dan budaya yang digunakan dalam kajian ini telah berjaya merungkai makna implisit di sebalik sempama jaku Iban dan akal budi penuturnya.
 Kata kunci: peribahasa, sempama jaku Iban, akal budi, semantik inkuisitif, rangka rujuk silang
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Putri, Endrika Widdia. "Islam and Local Wisdom in the Minangkabau Proverb." Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam 19, no. 1 (2019): 125–40. http://dx.doi.org/10.21154/altahrir.v19i1.1567.

Full text
Abstract:
Abstract: Islam is the rahmat li al-‘a>lami>n religion that spreads goodness to all human beings. Islam is a religion that covers all aspects of human life. Whatever human problems in the world can be found a solution in Islam. The community only needs to be connected with Islam to be able to know all the solutions that will be given. A community also has local wisdom that can be a motto or a hardener in its life. One of the local wisdoms possessed by the Minangkabau community is the saying. Minangkabau people must be able to capture the meaning and make the life philosophy of these proverbs, so that they can be used as fighting spirit in life. These Minangkabau proverbs have existed since time immemorial who did not know who the creator was. This raises concerns about its unclear origin. However, after analyzing the Minangkabau proverbs, although it is not known who the author is, but it was found that the message conveyed in these proverbs did not contradict the Qur'an and Hadith. Minangkabau and Islamic proverbs also mutually reinforce and even the proverbs come from Islam.الملخص: الإسلام هو دين رحمة للعالمين التي تنتشر العطف إلى كل ركن من أركان إنسان، والإسلام هو الدين الذي يشمل جميع جوانب حياة الإنسان، بغض النظر عن مشاكل الإنسان في العالم يمكن حلها في الإسلام، الناس بحاجة للتواصل مع الإسلام لتكون قادرة على معرفة كل الحلول سوف تقدم، والمجتمع أيضا المعرفة المحلية التي يمكن أن يكون شعار أو القوة الدافعة في حياته، واحدة من المعرفة المحلية تمتلك المجتمع مينانغكابو هو يجب على، المجتمع المينانجكاباو-مكسيم المثل تكون قادرة على استيعاب معنى وفلسفة الحياة القول المأثور، المثل، بحيث يمكن أن يكون الروح صراع في الحياة، وقد وجدت-حكمة المثل مينانغكابو منذ زمن سحيق الذين لا يعرفون من هو الخالق، وهذا يثير مخاوف حول أصله ليس واضحا، ومع ذلك، وبعد إجراء تحليل للالمينانجكاباو-حكمة المثل، على الرغم من أنه لا يعرف من هو المؤلف، ولكن تم العثور على بكالوريوس رسالة هوا سلمت في المثل المأثور ذلك، يتعارض تماما مع القرآن والحديث، قائلا المثل مينانغكابو الإسلام أيضا يعزز بعضه بعضا والقول المأثور حتى، مثل أن مصدر يأتي من الإسلام Abstrak: Islam adalah agama rahmat li al-‘a>lami>n yang menyebarkan kebaikan kepada seluruh pelosok manusia. Islam adalah agama yang meliputi segala aspek kehidupan manusia. Apapun permasalahan manusia di dunia ini bisa ditemukan solusinya di dalam Islam. Masyarakat hanya perlu terhubung dengan Islam untuk bisa mengetahui segala solusi yang akan diberikannya. Suatu masyarakat juga mempunyai kearifan lokal yang bisa menjadi motto atau pengerak dalam hidupnya. Salah satu kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Minangkabau adalah pepatah-petitih. Masyarakat Minangkabau harus bisa menangkap makna dan menjadikan filosofi hidup pepatah-petitih tersebut, sehingga bisa dijadikan semangat juang dalam kehidupan. Pepatah-pepitih Minangkabau ini telah ada sejak dahulu kala yang tidak tahu siapa penciptanya. Ini menimbulkan kekhawatiran akan asalnya yang tidak jelas. Namun, setelah melakukan analisis terhadap pepatah-petitih Minangkabau, meskipun tidak diketahui siapa yang pengarangnya, tetapi didapati bahwa pesan yang disampaikan dalam pepatah-petitih tersebut, sama sekali tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadis. Pepatah-petitih Minangkabau dan Islam juga saling menguatkan dan malahan pepatah-petitih tersebut sumbernya berasal dari Islam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Anggasta, Maria Giovanie, and Elda Franzia. "ANALISIS SEMIOTIKA VISUAL PADA POSTER NGAYOGJAZZ 2011-2014." Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain 12, no. 2 (2016): 177. http://dx.doi.org/10.25105/dim.v12i2.57.

Full text
Abstract:
Abstract<br />The Visual Semiotic Analysis in 2011-2014 Ngayogjazz's Poster.<br />Ngayogjazz came with purpose to counter that opinion of jazz music was<br />luxury, elite, and deconstruct the mindset in public by organizing a jazz festival<br />that is not mainstream. In each implementation, Ngayogjazz always comes<br />with a tagline from Java proverb and it given Jazz flavor and also proverbs that is<br />used as aesthetic, intimate, and has become a habit of the Javanese in using<br />proverbs in daily life. Later Slang used because it could be interpreted as a play<br />subtly insinuating, and Slang for Javanesse, especially for people of Yogyakarta<br />it's not something new. Each poster shows that Ngayogjazz have different<br />concepts and unique every year. The message delivered to target audience in the<br />form of a sign and use denotative connotative as an element of visual semiotic.<br />From 2011 to 2014 Ngayogjaz's Poster have varieties of different visual<br />semiotics meanings annually and different tagline based on social, economic or<br />public life at that time.<br /><br /><br />Abstrak<br />Analisis Semiotika Visual pada Poster Ngayogjazz 2011-2014.<br />Ngayogjazz hadir bertujuan untuk melawan pendapat musik jazz yang<br />mewah, elite dan mendekonstruksi pemikiran masyarakat dengan<br />menyelenggarakan sebuah festival Jazz yang berbeda. Pada setiap<br />penyelenggaraannya, poster Ngayogjazz selalu hadir dengan tagline<br />dari plesetan peribahasa Jawa yang diberi cita rasa Jazz, karena<br />peribahasa merupakan estetika yang enak, akrab, dan sudah menjadi<br />kebiasaan orang Jawa dalam menggunakan peribahasa dalam<br />kehidupan sehari-hari. Pengertian plesetan itu sendiri adalah<br />menyindir secara halus, dan plesetan bagi masyarakat Jawa khususnya<br />Yogyakarta bukan sesuatu yang baru. Setiap poster acara Ngayogjazz<br />memiliki konsep yang berbeda dan unik tiap tahunnya. Pesan yang<br />disampaikan kepada khalayak sasaran dalam bentuk tanda dan<br />menggunakan makna denotatif dan konotatif sebagai unsur semiotika<br />visualnya. Poster Ngayogjazz dari tahun 2011 hingga 2014 memiliki<br />berbagai makna semiotika visual yang berbeda setiap tahunnya serta mempunyai tagline yang berbeda berdasarkan kondisi sosial, ekonomi<br />atau kehidupan pada masyarakat saat itu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Kelelufna, Jusuf Haries. "Tidak Patut Mendidik Menurut Jalan yang Patut: Studi Eksegesis Amsal 22:6." DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 5, no. 1 (2020): 18–36. http://dx.doi.org/10.30648/dun.v5i1.310.

Full text
Abstract:
Abstract. Proverbs 22:6 is generally understood as providing assurance of the good results when the education process was carried out properly. However, the reality is that there is good people who is basicly not highly educated, on the other hand, there is people who is well educated but having bad behavior. The purpose of this study was to explore the true meaning of good education for young people. The approach taken was exegesis to Proverbs 22:6 by analyzing the lexical, context and syntax of the Hebrew grammar. The result of the analysis showed that good education did not always end up good results because it was influenced by many factors in education process.Abstrak. Amsal 22:6 pada umumnya dipahami sebagai memberikan kepastian hasil didikan yang baik jika proses didikannya dilakukan dengan baik. Namun demikian, realitasnya ada orang baik namun tidak berpendidikan tinggi, dan sebaliknya, ada orang yang berpendidikan tinggi namun berperilaku buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali maksud sebenarnya didikan yang baik bagi orang muda. Pendekatan yang dilakukan adalah eksegesis terhadap Amsal 22:6 dengan cara menganalisis leksikal, konteks serta sintaks tata bahasa Ibraninya. Hasil analisis menunjukkan bahwa didikan yang baik tidak selalu menghasilkan yang baik oleh karena pendidikan dipergaruhi juga oleh banyak faktor.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Erlangga Satriawan, Vincentius Doni, and Nikolas Kristiyanto. "Potret Istri yang Cakap: Studi Komparasi antara Gambaran Istri dalam Amsal 31:10-31 dengan Gambaran Perempuan (Istri) Jawa." DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 7, no. 2 (2022): 509–30. http://dx.doi.org/10.30648/dun.v7i2.894.

Full text
Abstract:
Abstract. Patriarchal domination often causes gender bias. In this case, woman is considered to be in a subordinate position to man. This impression can also be seen in Javanese culture, in which woman are often seen as “konco wingking.” Therefore, this paper intends to examine the portrait of woman (wife) in Javanese culture by comparing them with the description of woman in Proverbs 31:10-31. This study is conducted by Martha Nussbaum's feminist interpretation. Through this study, an understanding was obtained that as described by woman in Proverbs 31:10-31, woman's position in Javanese culture does not always have to be interpreted as a limitation, but instead becomes a means of woman’s developing and controlling over her environment as the key to achieving happiness.Abstrak. Dominasi patriarki seringkali menyebabkan adanya bias gender. Dalam hal ini perempuan dianggap dalam posisi subordinat dari laki-laki. Kesan tersebut juga terlihat dalam budaya Jawa, di mana perempuan tidak jarang dianggap sebagai “konco wingking.” Oleh karena itu, tulisan ini bermaksud untuk mengkaji potret perempuan (istri) dalam budaya Jawa dengan mengkomparasikan dengan gambaran perempuan dalam Amsal 31:10-31. Studi ini memanfaatkan interpretasi feminis Martha Nussbaum. Melalui kajian ini diperoleh pemahaman bahwa sebagaimana gambaran perempuan dalam Amsal 31:10-31, posisi perempuan dalam budaya Jawa tidak selalu harus dimaknai sebagai pembatasan, namun justru menjadi sarana pengembangan dan kontrol perempuan terhadap lingkungannya sebagai kunci mencapai kebahagiaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Sualang, Farel Yosua, and Eden Edelyn Easter. "Integrasi Integritas dan Lingkungan Sosial untuk membentuk Reputasi: Analisis Sastra Hikmat Amsal 22:1-2." HUPERETES: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 2, no. 1 (2020): 52–71. http://dx.doi.org/10.46817/huperetes.v2i1.46.

Full text
Abstract:
This article describes the integration of integrity and the social environment that shapes a person's reputation based on the study of Proverbs 22:1-2, which uses the research method of wisdom literature analysis with 4 (four) interpretations, namely: literal interpretation, context, structure and figures of speech. This study aims to discover a concept and a sustainable application of integrity and the social environment to one's reputation. Even so, many interpreters (such as Solomon Olusola Ademiluka, Kathrine J. Dell and Allen P. Ross, and others) only emphasized a one-way process from reputation to social environment. However, reputation is not a single concept but departs from the factor of integrity and the social environment in its use of Proverbs 22:1-2. This process is based on the author's explanation of the factors of integrity (Integrity towards Personality, Integrity towards Emotional Intelligence) and social environmental factors (Social Environment towards Social Relations and Social Environment towards Generosity) which are interrelated with one another.Artikel ini menjelaskan mengenai integrasi integritas dan lingkungan sosial yang membentuk reputasi seseorang berdasarkan studi Amsal 22:1-2, yang mana menggunakan metode penelitian analisis sastra hikmat dengan 4 (empat) penafsiran, yaitu: penafsiran literal, konteks, struktur dan kiasan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu konsep dan penerapan secara berkelanjutan terhadap integrasi integritas dan lingkungan sosial terhadap reputasi seseorang. Sekalipun banyak penafsir (seperti: Solomon Olusola Ademiluka, Kathrine J. Dell dan Allen P. Ross dan lain-lain) hanya menekankan suatu proses searah dari reputasi kepada lingkungan sosial. Namun, reputasi bukan sebuah konsep tunggal, melainkan berangkat dari faktor integritas dan lingkungan sosial dalam penggunaannya Amsal 22:1-2. Proses ini didasarkan kepada penjelasan penulis mengenai faktor integritas (Integritas ke arah Kepribadian, Integritas ke arah Kecerdasan Emosional) dan faktor lingkungan sosial (Lingkungan Sosial ke arah Relasi Sosial dan Lingkungan Sosial ke arah Murah Hati) yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Ardiansyah, Soni, and Rois Nafi'ul Umam. "Menggali Makna Tradisi Pantang Larang Pada Masyarakat Melayu Sekadau." Jurnal Pendidikan, Kebudayaan dan Keislaman 3, no. 1 (2024): 44–54. http://dx.doi.org/10.24260/jpkk.v3i1.2189.

Full text
Abstract:
Pantang Larang merupakan suatu tradisi yang berisikan berbagai aturan hidup dan larangan bagi masyarakat Melayu Sekadau. Keberadaan tradisi pantang larang menjadi sebuah warisan leluhur yang dipertahankan hingga saat ini meskipun eksistensinya mulai berkurang seiring dengan perkembangan dan dinamika zaman. Adanya tradisi pantang larang idealnya dapat menjadi pengingat akan pentingnya memahami nilai normative dan kepercayaan terhadap hal-hal lain di luar diri manusia sehingga muncul adanya larangan atau pantangan dalam tradisi pantang larang tersebut. Tradisi pantang larang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat Melayu Sekadau sebagai tuntunan dalam menjalani kehidupan, sebagai sarana untuk saling mengingatkan, hingga mendorong perubahan bagi generasi berikutnya. Pepatah dalam tradisi pantang larang terdiri atas 5 jenis klasifikasi berkaitan dengan waktu, tempat, jenis kelamin, keselamatan jiwa, hingga aktivitas/perilaku manusia. Dari struktur kalimatnya, pepatah dalam tradisi pantang larang memiliki 2 jenis, yaitu pepatah dengan 2 struktur (sebab dan akibat), dan pepatah dengan 3 struktur (tanda, perubahan yang terjadi, dan akibat). Pantang larang is a tradition that contains various rules of life and prohibitions for the Sekadau Malay community. The existence of the abstinence and prohibition tradition is an ancestral heritage that is maintained to this day, although its existence is starting to wane along with the development and dynamics of the times. The existence of the abstinence and prohibition tradition can ideally be a reminder of the importance of understanding normative values ​​and beliefs in things other than humans so that prohibitions or taboos emerge in the abstinence and prohibition tradition. The abstinence and prohibition tradition plays a key role in the lives of the Sekadau Malay people as a guide in living life, as a means to remind each other, and to encourage change for the next generation. The adage in the abstinence and prohibition tradition consists of 5 types of classification relating to time, place, gender, safety of life, and human activity/behavior. From the sentence structure, proverbs in the pantang larang tradition have 2 types, namely proverbs with 2 structures (cause and effect), and proverbs with 3 structures (signs, changes that occur, and consequences).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Adoe, Yelvi Sofia, and Joko Sembodo. "Peranan Keluarga Menurut Amsal 22:6 Dalam Pembentukan Karakter Anak." Miktab: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 1, no. 1 (2021): 52. http://dx.doi.org/10.33991/miktab.v1i1.277.

Full text
Abstract:
The family is the main and first education to shape the good and bad of the human person. The family plays a role in shaping the attitude and personality patterns of children. Proverbs 22:6 teaches parents to teach wisdom to their children. Based on the text, the researcher describes the role of the family in the formation of children's character. With descriptive analysis, the researcher exposes Proverbs 22:6 so that the principles of education in the family are found. The conclusion of this study is that parents carry out the duties and responsibilities of children's education by providing attention and care, providing time together, fulfilling physical needs, and fulfilling spiritual needs. With a good education in the family, it is expected that children have good character and live in fear of God.Keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama untuk membentuk baik buruknya pribadi manusia. Keluarga berperan dalam membentuk pola sikap dan pribadi anak. Amsal 22:6 mengajarkan kepada orang tua untuk mengajarkan hikmat kepada anak-anak. Berdasarkan nas tersebut peneliti mendeskripsikan peranan keluarga dalam pembentukan karakter anak. Dengan analisis deskriptif peneliti mengeksposisi Amsal 22:6 sehingga ditemukan prinsip-prinsip pendidikan dalam keluarga. Kesimpulan dari penelitian ini adalah orang tua mengemban tugas dan tanggung jawab pendidikan anak dengan cara memberikan perhatian dan perawatan, menyediakan waktu bersama, mencukupkan kebutuhan jasmani, dan mencukupkan kebutuhan rohani. Dengan pendidikan yang baik dalam keluarga, diharapkan anak memiliki karakter yang baik dan hidup takut akan Tuhan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Sukayat, Tata. "The Relationship of Islamic Values and Sundaneseness in Sundanese Proverbs as Da'wah Messages." Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies 17, no. 1 (2023): 39–58. http://dx.doi.org/10.15575/idajhs.v17i1.25877.

Full text
Abstract:
The values of da'wah messages contain the essence of Islamic teachings that must be conveyed to the object of da'wah. In the da'wah process, a preacher must understand the condition and culture of the thing of his da'wah. Culture has a close relationship with Islam. One form of culture developed in Sundanese society is proverb, which can be used as moral messages in da’wah. Because Sundanese proverb are full of noble values of the nation, which are relevant to Islamic values, this study aims to analyze da'wah messages in Sundanese proverbs and describe the relationship between Islamic and Sundanese values as da'wah messages. The research method used is descriptive analysis. The data were obtained using library research techniques through several stages: heuristics, interpretation criticism, and historiography. The results of this study indicate: First, the values of da'wah messages are found in almost all Sundanese proverbs, both in aspects of humans as individual beings and humans as social beings, as well as proverb about human spirituality. Second, the relationship between Islam and Sundanese in the context of Sundanese proverbs containing Islamic values is included in the symbiotic paradigm category, like sugar and sweetness. This research implies that the noble values in Sundanese proverbs can be practised in everyday life and used to complement da'wah material suitable for the da'i to convey according to the context.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Udam, Geissler, and Paulus Kunto Baskoro. "Peran Orang Tua dalam Mengoptimalkan Kecerdasan serta Kehidupan Spiritual Anak Menurut Amsal 1:7." ELEOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 3, no. 2 (2024): 114–26. http://dx.doi.org/10.53814/eleos.v3i2.74.

Full text
Abstract:
Abstract: The role of parents is very important in a child growth perioed, both spiritually and physically. Often Christian families are not serious about educating their children. Currently, many families focus more on work and ignore their children’s education. Children’ education is handed overe to household assistants of children grow up on their own without God’s direction. In fact, the role of parents is very important fos children’s spiritual growth, especially in children’s intelligence and maturity. Because children are the successors of the family, church and nation. Educational attiention to children is very important. The author uses the basis of the Book of Proverbs as part of examining the role of parents in educating children. This research was conducted using descriptive qualitative methods. Namely research that focuses on exploring data from library soutces. The aim of this research is First, to explain how important the role of parent is in children’s education. Second, examine the role of parents in educating children according to The Book of Proverbs. Third, implementing the role of parents for today’s children in optimizing children’s intelligence and spiritual life. Abstrak: Peranan orang tua sangatlah penting dalam masa pertumbuhan seorang anak, baik dalam pertumbuhan secara rohani dan jasmani. Seringkali keluarga Kristen tidak serius dalam mendidik anak mereka. Saat ini banyak keluarga lebih befokus kepada pekerjaan dan mengabaikan pendidikan anak. Pendidikan anak diserahkan kepada asisten rumah tangga atau anak-anak bertumbuh sendiri tanpa arahan orang Tuhan. Padahal peran orang tua, sangat penting bagi pertumbuhan kerohanian anak, terutama dalam kecerdasan dan kedewasaan anak. Sebab anak adalah penerus keluarga, gereja dan bangsa. Perhatian pendidikan kepada anak sangat penting. Penulis menggunakan dasar Kitab Amsal sebagai bagian mengkaji peranan orang tua dalam mendidik anak. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskritif. Yaitu penelitian yang berfokus menggali data dari sumber-sumber pustaka. Tujuan dari penelitian ini adalah Pertama, menjelaskan betapa penting peranan orang tua dalam pendidikan anak. Kedua, mengkaji peranan orang tua dalam mendidik anak menurut Kitab Amsal. Ketiga, mengimplementasikan peranan orang tua bagi anak-anak masa kini dalam mengoptimalkan kecerdasan dan kehidupan spiritual anak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Adhiti, Ida Ayu Iran, Gede Sidi Artajaya, and Ida Ayu Pristina Pidada. "PAPINDAN DALAM BAHASA BALI." Stilistika : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Seni 11, no. 2 (2023): 311–24. http://dx.doi.org/10.59672/stilistika.v11i2.2855.

Full text
Abstract:
Abstrak
 Paribasa Bali adalah bahasa rinengga, yang dipakai sebagai alat untuk memperindah kata-kata dan pada saat berbicara atau melawak. Bahasa rinengga ini juga dapat dipakai sarana untuk mengeluarkan isi hati atau pikiran dengan perbandingan, sindiran mengenai keadaan dan tingkah laku manusia. Sementara yang dipakai untuk membandingkan adalah benda atau binatang. Beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut peribahasa dalam bahasa Bali seperti: basita paribasa, basita parihasa, paribahasa Bali, dan pralambang bahasa Bali. Sedangkan dalam karya sastra, ungkapan tradisi Bali yang kemudian dikenal dengan Paribasa Bali merupakan salah satu aspek dari kesenian Bali yang mengadung nilai-nilai luhur serta berpengaruh bagi pandangan masyarakat penuturnya. Sumber data penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan sumber data skunder. Sumber data primer diperoleh dari sejumlah penutur asli yang digunakan sebagai informan. Sumber data skunder diperoleh dari sumber data yang sudah ada, terutama sumber-sumber kajian pustaka sebagai perbandingan.Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan yakni mengumpulkan beberapa sumber yang terkait dengan papindan bahasa Bali. Metode ini dibantu sourcesdalam bahasa Bali. Papindan merupakan salah satu bentuk dari paribasa Bali. Ditinjau dari segi fungsi, papindan berguna dalam kehidupan berbahasa bagi masyarakat Bali. Di samping ditinjau dari segi bentuk dan fungsi, papindan juga dapat dikatakan mempunyai ciri-ciri yang spesifik.
 Abstract
 Paribasa Bali is a rinengga language, used as a tool beautify words in general conversation as well as in jest. Rinengga is also used as a means to realize one’s heart’s content or thoughts for comparison, as well as express satire concerning the state and the behavior of mankind. At the same time, it is used to compare objects and animals. A number of terms are used to describe proverbs in Balinese language, such as: basita paribasa, basita parihasa, paribasa bali, and pralambang bahasa bali. Within literature, tradisional Balinese phrases, known as Paribasa Bali, make up one aspect of Balinese art containing noble values, which influence the view of society’s speakers.tive speakers as informant.The secondary data sources are taken from the existing data sources, especially in literature review sources as comparison. The data collection is done from library method which is collecting several sources related to Balinese papindan.This method is helped bynote taking techniques which is collecting data belonging to the form and fuction of papindan in Balinese. The data source of this research consists of primary data sources and secondary data sources are taken from the numbers of na. Papindan constitutes a forms of Balinese proverb. Reviewed from a functional perspective, papindan is useful within the speaking life of Balinese society. Apart from being reviewed from a structural and functional perspective, papindan can also be said to have specific characteristics.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Obet Nego and Debby Chirst Mondolu. "Pentingnya Tongkat Didikan Dalam Pola Asuh Anak Berdasarkan Amsal 22:15 Sebagai Evaluasi Terhadap Permissive Parenting." SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 7, no. 1 (2020): 50–67. http://dx.doi.org/10.47154/scripta.v7i1.60.

Full text
Abstract:
Keluarga adalah kelompok sosial yang paling kecil, terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dimana individu berada untuk mempelajari banyak hal penting dan mendasar melalui pola asuh dan binaan orang tua serta anggota keluarga lainnya. Orang tua mempunyai peran penting bagi pertumbuhan jiwa anak dan dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian anak, sebab orang tua merupakan pendidik, pembimbing, dan pelindung bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, pembimbingan orang tua terhadap anak haruslah yang alkitabiah. Salah satunya untuk mengatasi permasalah Permissive Parenting yang banyak terjadi di dalam rumah tangga. Dengan demikian, Amsal 22: 15 dinilai sangat tepat untuk menjadi landasan untuk menjawab kekeliruan pola asuh yang selama ini umum terjadi di keluarga-keluarga Kristen. Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai makna Tongkat Didikan dalam Pola Asuh anak berdasarkan Amsal 22: 15. 
 The family is the smallest social group, consisting of father, mother and child. The family is the first social group where individuals are to learn many important and fundamental things through parenting and fostering parents and other family members. Parents have an important role for the child's soul growth and in laying the foundations of the child's personality, because parents are educators, guides, and protectors for their children. Therefore, parental guidance for children must be biblical. One of them is to overcome Permissive Parenting problems that often occur in the household. Thus, Proverbs 22:15 is considered very appropriate to be the basis for answering the errors of parenting that have been common in Christian families. In this paper, the author will discuss the meaning of the Educational Stick in Parenting based on Proverbs 22:15.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Pattinaja, Aska Aprilano, Hemy Bernard Warikry, and Farel Yosua Sualang. "Anting Emas di Jungur Babi: Analisa Penggunaan Kiasan terhadap Pola Perkataan Item-Evaluasi Menurut Amsal 11:22." LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya 7, no. 1 (2024): 1–16. http://dx.doi.org/10.53827/lz.v7i1.134.

Full text
Abstract:
Proverbs 11:22 is a unique section of Solomon's Proverbs because it contains a metaphor comparing an immoral woman to a gold ring on a pig's jaw. The debate about this verse is the misinterpretation of this verse as anti-feminist or misogynistic, which implies a misunderstanding of the intended context. There is a gap in the previous research which only discusses the study of the meaning and its embelamatical implications, thus not answering the need for a comprehensive explanation of the figurative context and meaning of the verse. Therefore, to provide the correct interpretation and perspective, this research is conducted in discussing the figurative meaning and analyzing the item-evaluation speech pattern, so as to interpret the figurative meaning of "gold ring in a pig's jaw" as the main factor of character building, as well as correcting the wrong understanding of the misinterpretation of Proverbs 11:22, based on the hermeneutical method of wisdom literature, with an intrepetitive design approach. This study found three things, namely, first, the figurative element, as an insult to people who live immorally. Second, the element of position, where there is a change in the position of status and appreciation as a result of the decision to live without moral ethics because it rejects wisdom. Third, the element of evaluation, which occurs as a form of judgment due to the decision to live immorally and results in the acceptance of social sanctions. These three elements are interrelated and form a pattern of warning and evaluation of life. The results found are a warning for everyone to act carefully in moral ethics that come from wisdom. Amsal 11:22 merupakan bagian amsal Salomo yang unik karena mengandung kiasan yang menyamakan wanita yang tidak susila dengan cincin emas di jungur babi. Perdebatan yang muncul dalam ayat ini adalah kesalahan penafsiran ayat ini sebagai anti feminim atau misoginis, yang berimplikasi pada pemahaman keliru tentang konteks yang dimaksud. Terdapat kesenjangan penelitian sebelumnya yang hanya membahas kajian makna dan implikasi embelamatiknya sehingga tidak menjawab kebutuhan penjelasan konteks kiasan dan makna ayat secara komprehensif. Oleh sebab itu untuk memberikan interpretasi dan perspektif yang tepat, maka penelitian ini di lakukan dalam membahas makna kiasan dan analisa pola perkataan item-evaluasi, sehingga dapat mengartikan makna kiasan “cincin emas di jungur babi” sebagai faktor utama pembentukan karakter sekaligus meluruskan pemahaman yang keliru atas kesalahan penafsiran dari Amsal 11:22, berdasarkan metode hermeneutika sastra hikmat, dengan pendekatan intrepetative design. Penelitian ini menemukan tiga hal, yakni pertama, elemen perkataan kiasan, sebagai hinaan bagi orang yang hidup asusila. Kedua, elemen posisi, dimana terjadinya perubahan posisi status dan penghargaan sebagai akibat keputusan untuk hidup tanpa etika moral karena menolak kebijaksanaan (hikmat). Ketiga, elemen evaluasi, yang terjadi sebagai bentuk penilaian akibat keputusan hidup asusila, dan berakibat penerimaan sanksi sosial. Ketiga elemen ini saling berkaitan, yang membentuk pola peringatan dan evaluasi hidup. Hasil yang ditemukan menjadi peringatan bagi semua orang agar bertindak dengan hati-hati dalam etika moral yang bersumber dari kebijaksanaan (hikmat).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Laurent, Ria, Antonius Setyawan Sugeng Nur Agung, Albert Rufinus, Kunto Nurcahyoko, and Efrika Siboro. "Rummaging English Idiomatic Expressions In Bohemian Rhapsody Movie." Efektor 10, no. 1 (2023): 30–42. http://dx.doi.org/10.29407/e.v10i1.19274.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana idiom bahasa Inggris digunakan dalam film Bohemian Rhapsody dengan menggunakan pengelompokan idiom berdasarkan teori Adelnia dan Dastjerdi untuk memberikan bentuk dan makna idiom dari film tersebut. Metode yang digunakan dalam
 The purpose of this study is to determine how English idioms are used in the film Bohemian Rhapsody by using the categorization of idioms indicated in Adelnia and Dastjerdi's theory to provide the form and meaning of the idioms from the film. It was conducted using a descriptive qualitative method. The instrument of collecting the data was dialogue from the movie Bohemian Rhapsody. The procedure of the research involved watching the movie, recognising, grouping, assessing the meaning, and determining the frequency of the idioms used. The findings of the study showed that 27,7% colloquialisms, 8,5% proverbs, 37,2% slang, 10,64% allusions, and 15,96% phrasal verbs were used in this film. The conclusions of this research can be used as an additional reference or comparison for further research, and also to encourage another researcher to provide a significant conclusion related to the topic with another point of view.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Dirgaprimawan, Bernadus. "Wisdom is A Tree of Life (Prov. 3:18): A Conceptual Metaphor." DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA 19, no. 1 (2023): 79–92. http://dx.doi.org/10.36383/diskursus.v19i1.357.

Full text
Abstract:
This article examines a proverbial saying "Wisdom is a tree of life" (Prov. 3:18) through the lens of conceptual metaphor. Such a metaphor works by mapping two conceptual domains. The direction goes from the SOURCE domain (an ancient myth of a miraculous tree that whets human’s appetite for eternal youth) to the TARGET domain (a concept of wisdom in life). Conceptual metaphor helps us to understand that the tree metaphor in Prov. 3:18 instills in the readers’ mind a kind of reward powerful enough to motivate them to pursue wisdomand to persevere in that quest. The boon will arouse their desire so that they will do anything. This article also suggests that the tree metaphor in Proverbs receives its fuller sense through Prov. 11:30; 13:12; 15:4. Conceptual metaphor, thus, enables the reader to notice a holistic presentation of the book of Proverbs, which has been all too often considered as a compilation of various self-contained sayings.
 Abstrak
 Artikel ini menganalisis ungkapan "Hikmat adalah pohon kehidupan" (Ams. 3:18) dengan perspektif metafora konseptual. Metafora konseptual adalah sebuah pendekatan linguistik yang menitikberatkan pemetaan relasi yang terjadi antara dua domain yang berbeda. Pada ayat tersebut, akan dicermati arah pergerakan dari domain SUMBER (yakni, sebuah mitos kuno tentang pohon mujarab yang berkhasiat menghidupkan) menuju domain TARGET (yakni, konsep kebijaksanaan dalam hidup). Tidak seperti metafora stilistika yang berfokus pada aspek keindahan bahasa metaforis itu sendiri, metafora konseptual lebih berfokus pada proses pemahaman kognitif yang ada dalam benak si pembaca. Melalui kajian konseptual ini, akan ditunjukkan bagaimana metafora pohon kehidupan (Ams. 3:18) beserta aspek mitologisnya menstimulasi imajinasi para pembaca tentang adanya ganjaran yang amat menggiurkan ketika seseorang mengejar hikmat. Ia akan tergerak untuk melakukan segala daya upaya dalam meraih hikmat demi memperoleh ganjaran tersebut. Artikel ini juga bertujuan menunjukkan bahwa ketiga pemunculan lain dari metafora pohon ini (pada Ams. 11:30; 13:12; 15:4) rupanya berperan menyajikan gambaran yang lebih utuh mengenai pohon mujarab ini. Apabila dilihat lebih luas lagi, keempat ayat secara bersama-sama mengikat seluruh isi kitab Amsal. Metafora konseptual tentang pohon kehidupan ini menawarkan sebuah gagasan holistik terhadap pembacaan kitab Amsal.
 Kata-kata Kunci: metafora stilistika, metafora konseptual, hikmat, pohon kehidupan, ganjaran
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Oktarina, Dwi. "KEBERAGAMAN MOTIF DALAM CERITA RAKYAT ULAR RENGGIONG DAN PUTRI GUNUNG LABU DARI BELITUNG TIMUR: ANALISIS MOTIF MODEL STITH THOMPSON." Sirok Bastra 8, no. 1 (2020): 35–46. http://dx.doi.org/10.37671/sb.v8i1.199.

Full text
Abstract:
Kabupaten Belitung Timur yang masuk ke wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung me miliki kekayaan budaya sastra lisan, khususnya cerita rakyat yang belum banyak dikaji. Selain cerita rakyat, wilayah ini juga kaya akan pantun, syair, mantra, juga peribahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberagaman motif cerita rakyat dalam dua legenda, yakni “Ular Renggiong” dan “Putri Gunung Labu” berdasarkan klasifikasi Motif Indeks Stith Thompson. Kajian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Kedua cerita menggambarkan kondisi sosial budaya masyarakat Melayu Belitung yang masih sangat kental menjaga tradisi dan adat dalam kehidupan. Setelah dianalisis, didapatkan hasil cerita “Ular Renggiong” memiliki sembilan motif, sementara “Putri Gunung Labu” memiliki 15 motif. Hal ini menandakan keberagaman motif cerita rakyat yang ada di wilayah Belitung Timur. East Belitung Regency in Bangka Belitung Province has it cultural richness includes diversity in anything that has to do with how people live. This region has it oral literary culture, especially folklore like folktale, pantun, syair, mantras, as well as proverbs. This study is focused on the motifs in the folktale. This research aimed to describe the motifs of the folktale "Ular Renggiong" and "Putri Gunung Labu" based on Thompson motif index classification. This research is a qualitative research using descriptive analysis method. Both folktale showed the socio-cultural conditions of the Belitung’s people who are still very strong in maintaining traditions and customs in life. The story of "Ular Renggiong" has 9 motives while "Putri Gunung Labu" has 15 motifs based on the Thompson Index Motif theory. This indicates the diversity of folktale motifs in the East Belitung region.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Saragih, Eliyansen. "Teologi Tentang Berpacaran Menurut Amsal 30:18-19." BIA': Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 1, no. 2 (2018): 164–78. http://dx.doi.org/10.34307/b.v1i2.40.

Full text
Abstract:
Dating is an irresistible phenomenon in today's youth life. Actually, dating is a way that brings youth in two directions, towards a good or bad life. Therefore all parties in the community must be wise to anticipate. Proverbs 30: 18-19 can be a theological basis for the phenomenon of dating. Interestingly, numerical poetry in this text can give direction about relationships between young men and women. In this text, we can see that poems direct all audiences through observing the movements of objects in nature, can observe the essence of the formation of relations between men and women. Practically, this text can be applied to equip young people in anticipating the phenomenon of dating. Every young couple who is committed to dating must be equipped with this theological basis, so that their lives can be constantly built physically, mentally and spiritually. To apply the text of the Proverbs 30: 18-19 is an attempt to answer it.Abstrak: Bepacaran adalah fenomena yang tak tertahankan dalam kehidupan remaja saat ini. Berpacaran adalah cara yang membawa kehidupan remaja ke dua arah, menuju kehidupan yang baik atau buruk. Semua pihak dalam masyarakat harus bijak mengantisipasinya. Amsal 30:18-19 dapat menjadi dasar teologis untuk fenomena berpacaran. Menariknya, sejumlah puisi dalam teks ini memberikan arahan tentang hubungan antara pria dan wanita. Dalam teks ini dapat dilihat bahwa penyair mengarahkan pembaca dengan mengamati pergerakan benda-benda di alam yang dapat menjadi dasar dari pembentukan hubungan antara pria dan wanita. Secara praktis, teks ini dapat diterapkan untuk memperlengkapi kaum muda dalam mengantisipasi fenomena berpacaran. Setiap pasangan remaja yang berkomitmen untuk berpacaran harus dilengkapi dengan dasar teologis ini, sehingga kehidupan mereka dapat terus dibangun secara fisik, mental dan spiritual. Menerapkan teks Amsal 30:18-19 merupakan upaya untuk menjawabnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Lesnussa, Johny, and Maria Maspaitella. "Penerapan Prinsip Iman dan Pengajaran dalam Amsal 3:1-12 Pada Jemaat Masa Kini." LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya 6, no. 1 (2023): 48–57. http://dx.doi.org/10.53827/lz.v6i1.118.

Full text
Abstract:
Church and family are the institutions that contribute the most to Christian faith education. The rapid development of educational facilities also has a negative influence on the faith of the younger generation. Various teachings can influence the younger generation if there is no filtering from the church or parents. The lack of response from the church to issues of religiosity in the younger generation can cause a decline in the quality of faith. This study presents the principles of faith and teaching based on Proverbs 3:1-12. Through a hermeneutical approach, this research produces an exposition that explains the application of the principles of faith and teaching based on Proverbs 3:1-12. The result is that faith in God is the foundation of Christianity and cannot be replaced by human knowledge or secular moral truth. The church is obligated to teach strictly about the principles of the Christian faith so that Christian generations are not easily swayed by various teachings.Gereja dan keluarga adalah lembaga yang paling berkontribusi dalam pendidikan iman Kristen. Berkembangnya sarana pendidikan yang sangat pesat juga memberikan pengaruh negatif terhadap iman generasi muda. Beragam ajaran dapat mempengaruhi generasi muda jika tidak ada penyaringan dari gereja maupun orang tua. Kurangnya respons gereja terhadap permasalahan religiositas generasi muda dapat menyebabkan penurunan kualitas iman. Penelitian ini memaparkan prinsip iman dan pengajaran berdasarkan kitab Amsal 3:1-12. Melalui pendekatan hermeunetis, penelitian ini menghasilkan suatu hasil eksposisi yang menjelaskan penerapan prinsip iman dan pengajaran berdasarkan Amsal 3:1-12. Hasilnya adalah iman kepada Allah adalah fondasi kekristenan dan tidak dapat digantikan dengan pengetahuan manusia atau kebenaran moralitas sekular. Gereja berkewajiban mengajarkan dengan ketat tentang prinsip-prinsip iman Kristen agar generasi Kristen tidak mudah terombang-ambingkan oleh berbagai macam pengajaran.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Jakirović, Marina. "Uloga medicinske sestre u procesu provođenja kliničkih ispitivanja." Sestrinski glasnik 26, no. 1 (2021): 57–60. http://dx.doi.org/10.11608/sgnj.26.1.10.

Full text
Abstract:
Klinička su ispitivanja znanstveno-medicinska ispitivanja koja se provode na zdravim ili bolesnim ispitanicima koji su dobrovoljno dali pristanak za sudjelovanje. Klinička ispitivanja važan su i neizostavan dio suvremene medicine, liječenja bolesti i zdravstvene skrbi. U provedbu kliničkih ispitivanja uključeni su razni profili stručnjaka, liječnika, medicinskih sestara i drugih zdravstvenih djelatnika te osoba u organizaciji ispitivanja, naručitelja ispitivanja, osiguranja zaduženog za sigurnost i etičnost provedbe ispitivanja.Iako velik broj medicinskih sestara diljem svijeta sudjeluje u kliničkim ispitivanjima, malo pažnje posvećuje se definiranju njihovih stvarnih uloga i vrednovanju njihova rada u procesu provođenja kliničkih ispitivanja. Za sudjelovanje u kliničkim ispitivanjima potrebno je temeljito razumijevanje procesa ispitivanja, stručne terminologije kao i poznavanje međunarodnih smjernica i načela Dobre kliničke prakse. Za kvalitetnu provedbu kliničkog ispitivanja vrlo je važna suradnja s ispitanikom i članovima ispitivačkog tima te njihova međusobna komunikacija.Na temelju pregleda dostupne literature u ovom će se radu prikazati značaj i uloga medicinske sestre kao člana multidisciplinarnog tima u provedbi kliničkih ispitivanja.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Warni, Warni, and Rengki Afria. "Analisis Ungkapan Tradisional Melayu Jambi: Kajian Hermeneutik." Sosial Budaya 17, no. 2 (2020): 83. http://dx.doi.org/10.24014/sb.v17i2.10585.

Full text
Abstract:
AbstrakSebagai bagian dari kebudayaan, ungkapan tradisional menarik untuk dikaji. Ungkapan tradisional sebagai khazanah tak benda mengandung nilai, makna, dan seni berbahasa masyarakat melayu Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi, mendokumentasi, mendeskripsi, dan menganalisis bentuk, jenis-jenis, fungsi, dan makna Ungkapan Tradisional Melayu Jambi: Kajian Hermeneutik. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data berupa ungkapan tradisional melayu Jambi . Data penelitian ini adalah pepatah, petitih, kias, peribahasa dalam bahasa Melayu Jambi. Hasil penelitian disimpulkan bahwa beberapa data ungkapan tradisional melayu Jambi, baik berupa peribahasa, pepatah, maupun perumpamaan. Masyarakat Melayu Jambi pada umumnya dalam bertutur bersifat tidak terbuka, sehingga mereka menggunakan kiasan-kiasan untuk menyampaikan pesan dalam tuturan tersebut. Ungkapan tradisional Melayu Jambi mempunyai fungsi dalam kehidupan bersosial dimasyarakat. Fungsi tersebut adalah: Sebagai sarana edukasi masyarakat, Sebagai nasehat, dan Sebagai khazanah budaya tradisi lisan. Implikasi teoritis dalam penggunaan metode yang tepat dapat menghasilkan analisis data yang akurat. Secara praktis hasil kajian ini dapat diimplikasikan sebagai rujukan, dan pembanding dari penelitian-penelitian selanjutnya yang mendalami kajian hermeneutik.Kata Kunci: ungkapan, tradisional, melayu jambi, hermeneuticAbstractAs part of culture, traditional expressions are interesting to study. Traditional expression as a treasure not object contains the value, meaning, and language arts Jambi Malay community. This research aims to inventory, document, describe, and analyze the shape, type, function and meaning of expressions Traditional Malay Jambi: Study hermeneutic. The method used is a qualitative descriptive method. Data source Jambi Malay traditional form of expression. This research data is the maxim, proverb, analogy, saying in Malay Jambi. The results conclude that the number of traditional Malay Jambi expression data, in the form of proverbs, sayings, or parables. Jambi Malay community in general in the converse is not open, so they use metaphors to convey the message in speeches. Jambi Malay traditional expression has a function in the life of the community socialization. These functions are: As a means of public education, As advice, and As a cultural treasure of oral tradition. Theoretical implications in the use of appropriate methods can result in accurate data analysis. In practice, the results of this study can be implied as a reference, and a comparison of further studies that delve into hermeneutic studies.Keywords: expressions, traditional, Jambi Malay, hermeneutic
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Supriatin, Yeni Mulyani. "TRADISI LISAN DAN IDENTITAS BANGSA: STUDI KASUS KAMPUNG ADAT SINARRESMI, SUKABUMI." Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 4, no. 3 (2012): 407. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v4i3.155.

Full text
Abstract:
Abstrak Tradisi lisan adalah warisan leluhur yang banyak menyimpan kearifan lokal, kebijakan, dan filosofi hidup yang terekspresikan dalam bentuk mantera, pepatah-petitih, pertunjukan, dan upacara adat. Tradsi lisan, yang terdapat di Nusantara, sekaligus juga menyimpan identitas bangsa karena pada tradisi lisan terletak akar budaya dan akar tradisi sebagai subkultur atau kultur Indonesia. Beberapa isu penting yang menghadang Indonesia saat ini, yakni kemiskinan, ketimpangan sosial, identitas, dan nasionalisme. Salah satu upaya penguatan identitas dan ideologi nasionalisme adalah dengan jalan memberikan perhatian yang lebih pada pembangunan dan pengembangan budaya. Dalam kaitan itu, makalah ini mengangkat kasus kampung adat di Sinarresmi, Sukabumi, yang memperlihatkan bagaimana komunitas adat di kampung tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari sumber daya alam yang ada di kampung tersebut. Mereka mengelola alam tanpa merusak alam, secara ekonomi bisa menafkahi diri mereka dari alam di lingkungan tersebut dengan pranata sosial yang berjalan harmonis.Penelitian ini menerapkan teori yang berkaitan dengan tradisi lisan yang dikemukakan, antara lain oleh Walter J. Ong, Vansina, dan Ikram, sedangkan metode yang digunakan adalah metode modern yang dipaparkan oleh Danandjaja. AbstractOral tradition is the heritage of the many stores local knowledge, wisdom, and philosophy of life is expressed in the form of incantations, proverbs-proverb, performances and ceremonies. Oral tradition , contained in the archipelago, as well as keep the identity of the nation because the oral tradition is cultural roots and the roots of the tradition as a subculture or culture of Indonesia. Some of the important issues facing Indonesia today, namely poverty, social inequality, identity, and nationalism. One of the efforts to strengthen the identity and ideology of nationalism is by giving more attention to the construction and development of culture. In that regard, this paper raised the case of indigenous villages in Sinarresmi, Sukabumi, which shows how the indigenous communities in the village is able to meet the daily living needs of the natural resources that exist in the village. They manage nature without destroying nature, can economically provide for themselves from the natural environment with a harmonious social order. This study applies the theory of oral traditions relating to the proposed, among others, by Walter J. Ong, Vansina, and Ikram, while the methods used are modern methods presented by Danandjaja.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Ringo, Samuel Siringo. "Peran Orang Tua Sebagai Fasilitator dalam Memberikan Pendidikan Seks bagi Anak Usia Dini Berdasarkan Amsal 4:1-4 dan Implikasinya Bagi PAK di Keluarga." Real Kiddos: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 1, no. 2 (2023): 98–111. http://dx.doi.org/10.53547/realkiddos.v1i2.362.

Full text
Abstract:
The purpose of this article is to determine the urgency of the role of parents as facilitators in providing sex education for early childhood. The method used in this article are through the collection articles and previous research, literature review, data collection and facts related to sex education for early childhood through news media and others. From research that has been done through theological studies based on Proverbs 4:1-4, it is concluded that; parents have duties and responsibilities in the phases of development and fulfillment of children's needs in this case related to children's needs in gaining a correct understanding of sex education . Based on the study in Proverbs 4:1-4 it can be seen that: Parents play the role of primary educators for children. Parents also act as teachers for children in understanding and sorting out good and correct understanding of sex so that in their daily lives they are able to distinguish what is good and right. The next role of parents is as a direction giver. Based on this description it can be concluded that parents have a very vital role in determining the direction and goals of children.Keywords: sex education; the role of parents; early age AbstrakTujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui urgenitas peranan orang tua sebagai fasilitator dalam memberikan Pendidikan seks bagi anak usia dini. Adapun metode yang digunakan dalam artikel ini adalah melalui pengumpulan artikel dan penelitian sebelumnya, tinjauan kepustakaan, pengumpulan data dan fakta terkait Pendidikan seks bagi anak usia dini melalui media berita dan lain-lain. Dari penelitian yang telah dilakukan melalui kajian teologis berdasarkan Amsal 4:1-4 maka diperoleh kesimpulan bahwa: orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab dalam fase-fase perkembangan dan pemenuhan kebutuhan anak dalam hal ini terkait dengan kebutuhan anak dalam mendapatkan pemahaman yang benar tentang Pendidikan seks. Berdasarkan kajian dalam Amsal 4:1-4 dapat dilihat bahwa: Orang tua berperan sebagai pendidik utama bagi anak. Orang tua juga berperan sebagai pengajar bagi anak dalam memahami dan memilah tentang pemahaman seks yang baik dan benar sehingga dalam kehidupannya sehari-hari mampu membedakan mana yang baik dan benar. Peran orang tua selanjutnya adalah sebagai pemberi arah. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang tua memiliki peranan yang sangat vital dalam menentukan arah dan tujuan anak.Kata Kunci: pendidikan seks; peran orang tua; usia dini
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Manurung, Well Therfine Renward, and Farel Yosua Sualang. "Hikmat berdiri Sebagai Hukum Perjanjian: Solusi Alternatif untuk Penyelesaian Sengketa Keuangan menurut Amsal 6:1-5." TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 3, no. 2 (2023): 100–113. http://dx.doi.org/10.53674/teleios.v3i2.63.

Full text
Abstract:
Abstract: Proverbs is a book which contains wisdom and is a very important book in the Old Testament besides the other books of wisdom. An important piece of wisdom in Proverbs 6:1-5 is the practical advice regarding an inexperienced person becoming a guarantor for others, thereby exposing himself to risks such as financial ruin, poverty or even debt. This research uses qualitative terms such as: analysis from the perspective of biblical theology, exegesis with an interpretative approach (interpretative design), specifically thematic study, in order to explore and obtain the meaning of words and the implementation of the phrases "fellow insurer", "agreement", "entangled and caught", "words of mouth", "escape" in a financial dispute. This article presents new insight on the concept of insurers, such as: Firstly, the concept of insuring is a risky concept for someone who becomes an insurer because an insurer will be under the power of the debtor. Secondly, liability is a form of insuring because it is a taking on of obligation and not a physical standing-in. Thirdly, the concept of insuring must pay attention to the factors of agreement and the competence of the parties to the agreement. Fourthly, an insuring agreement must provide a financial dispute resolution option, so that the parties can make a new agreement. Insurances that have occurred can be canceled with an agreement mechanism where the lender and the recipient of the loan release their rights and obligations.Abstrak: Amsal merupakan kitab hikmat sangat penting di dalam Perjanjian Lama selain kitab-kitab hikmat lainnya. Hikmat penting dalam Amsal 6:1-5 adalah pengaturan praktik menanggung utang sesama oleh seseorang yang tidak berpengalaman, sehingga kemudian membawa risiko bagi dirinya seperti kehancuran finansial, kemiskinan atau bahkan perbudakan utang. Penelitian ini menggunakan kaidah kualitatif yang meliputi: pengkajian dari sudut pandang teoligi biblika, eksegesis dengan pendekatan interpretative (interpretative design) khususnya studi tematik, sehingga pada akhirnya dapat menggali dan memperoleh makna kata serta implementasi frasa “penanggung sesama”, “persetujuan”, “terjerat dan tertangkap”, “perkataan mulut”, “lepaskan diri” dalam suatu sengketa finansial. Artikel ini memberi pemahaman yang baru mengenai konsepsi penanggungan, yaitu: pertama, konsepsi penanggungan merupakan suatu konsep yang beresiko bagi seseorang yang menjadi penanggung karena seorang penanggung akan berada dibawah kuasa dari pemberi hutang. Kedua, kewajiban merupakan wujud dari penanggungan karena dalam konsepsi ini yang terjadi adalah substitusi pihak yang melakukan kewajiban bukan penanggungan badan (fisik). Ketiga, konsepsi penanggungan harus memperhatikan faktor kesepakatan dan kecakapan para pihak dalam melakukan persetujuan. Kempat, dalam suatu persetujuan penanggungan harus menyediakan opsi penyelesaian sengketa keuangan, sehingga para pihak dapat melakukan persetujuan baru. Penanggungan yang telah terjadi dapat dibatalkan dengan mekanisme kesepakatan di mana pihak pemberi dan penerima pinjaman melepaskan hak dan kewajiban mereka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Atayoğlu, Şerifenur, and Doğan YÜCEL. "Investigation of Idioms and Proverbs in Turkish Language in Terms of the Functional Uses of the Language." Türk Edebiyatları Araştırma Dergisi 3, no. 1 (2022): 11–25. http://dx.doi.org/10.47580/tead.312.

Full text
Abstract:
Proverbs and idioms are unchanging parts of culture. Idioms and proverbs are of great importance in terms of both education and culture. Because the customs, traditions and beliefs of the society are hidden in the culture of that language. Proverbs and idioms; It is the biggest indicator of Turkish culture and the richness of Turkish. If this richness is utilized, language education, the rules of the language and the power of expression will be much more permanent. In this study, the functional use of language within the framework of language education of these anonymous products was evaluated and analyzed. Because proverbs and idioms are events that have already happened or are possible to live. Document analysis was used in the study. The aim of the study is to reveal idioms and proverbs about language in Turkish in the form of numerical data according to Jakobson's classification and to interpret the results. As a result, Of the 81 proverbs examined, 32 were used in referential function, 1 in emotional function, 18 in receiver activation function, 9 in channel control function, 2 in translingual function, 19 in poetic function. Of the 493 idioms, 169 were used in referential function, 81 in emotional function, 107 in receiver activation function, 62 in poetic function, 64 in channel control function, 10 in translingual function. In this study, it was seen that the functional use of language in proverbs and idioms was at the highest rate in referential function. While the lowest rate in idioms was seen in the extralinguistic function, in the proverbs it was seen in the function related to excitement. At the same time, a very low rate of translingual function was observed in proverbs.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Ginting, Saronisa. "Refleksi Teologis Pendidikaan Kristen Berdasarkan Amsal 22:6 Terhadap Tantangan Sosial yang dihadapi Generasi Z." ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 2 (2022): 66–84. http://dx.doi.org/10.54024/illuminate.v2i2.161.

Full text
Abstract:
If viewed logically, generation Z focuses on various problems, the problems that arise in generation Z have an impact on multidimensional, psychological, social, communication, moral, and spiritual problems, so that theological values really need to be fulfilled by the younger generation. generations to keep their behavior in check. life. To find answers, the research method used is descriptive qualitative using literature sources, while the discussion starts from the understanding of generation z, social phenomena faced by generation z, and reflection on Christian education theology based on Proverbs 22:6, and it is said that Christian education is not can be separated. from a Christian family, and parents must realize family Christian education from an early age.Keywords: generation z, christian education, technology, social challenges AbstrakJika dicermati secara logika, generasi Z nampaknya rentan dengan berbagai permasalahan, permasalahan yang muncul pada generasi Z berdampak pada multi dimensional yaitu permasalahan psikologis, sosial, komunikasi, moral, dan spiritual, nilai-nilai teologis sangat perlu dibenahi. dipahami oleh generasi muda untuk menjaga keseimbangan dalam perilaku mereka dalam kehidupan. Untuk menemukan jawaban, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan sumber-sumber literatur, sedangkan pembahasannya dimulai dari pemahaman generasi z, mengkaji fenomena sosial yang dihadapi generasi z, dan merenungkan teologi pendidikan Kristen berdasarkan Amsal 22:6, dan disimpulkan bahwa pendidikan Kristen tidak dapat dipisahkan dari keluarga Kristen, dan orang tua harus mewujudkan pendidikan keluarga Kristen sejak dini.Kata Kunci: generasi z, pendidikan kristen, teknologi, tantangan sosial
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Hidayat, M. Riyan, and M. Yusril Fuadi. "ajaz Al-Qur’an: Sebuah Diskursus Berfikir Dalam Pendidikan Islam." Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu al-Qur'an dan al-Hadits 16, no. 2 (2022): 219–38. http://dx.doi.org/10.24042/al-dzikra.v16i2.11745.

Full text
Abstract:
AbstractUnderstanding the figurative meaning of majaz al-Qur'an in the context of ulum al-Qur'an entails some effort. The author will explore allusions from the majaz in terms of meaning and wisdom. The position of majaz al-Qur'an differs from that of the discourse on proverbs, which deals with concrete examples. Therefore, this study explains how the position of majaz influences the cognitive development of its readers from the perspective of educational psychology. Furthermore, this study also explores the educational value of majaz al-Qur'an. The author employs a qualitative approach with descriptive analysis to address the concern mentioned above. The findings of this study lead to features of the formation of thought in terms of educational psychology in general and the complete meaning of educational values in particular.Keywords: Education; Majaz Al-Qur'an; Psychology; Thinking.AbstrakPembahasan majaz al-Qur’an dalam studi ulum al-Qur’an membutuhkan usaha yang keras dalam memahami makna kiasannya. Kiasan-kiasan dari majaz tersebut akan penulis telusuri makna serta hikmahnya. Posisinya majaz al-Qur’an berbeda dengan diskursus Amsal yang membahas secara kongkrit tentang permisalan. Selanjutnya, untuk mengungkap hal tersebut maka tulisan ini akan memaparkan bagaimana posisi majaz mampu membentuk konstruksi berfikir pembacanya melalui perspektif psikologi pendidikan lalu bagaimana nilai pendidikan yang terkandung dalam majaz al-Qur’an. Kemudian, untuk menjawab kegelisahan diatas maka penulis menggunakan metode kualitatif dengan deksriptif-analisis. Hasil penelitian ini selanjutnya mengarah pada aspek-aspek pembentukan berfikir yang ditinjau dari disiplin psikologi pendidikan secara umum dan secara spesifik terkandung di dalamnya makna yang penuh dengan nilai-nilai pendidikan. Kata Kunci: Berfikir; Majaz Al-Qur’an; Pendidikan; Psikologi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Adamu, Abdalla Uba. "“Komai Nisan Dare, Akwai Wani Online”: Social Media and the Emergence of Hausa Neoproverbs." Humanities 12, no. 3 (2023): 44. http://dx.doi.org/10.3390/h12030044.

Full text
Abstract:
This paper interrogates the changing paradigm in the evolution of traditional African proverbs in the postcolonial setting in which Hausa youth create proverbs centered around the power of both social media and their technologies. In this context, the notion of colonized subjects, cowering under the glare of English linguistic imperialism, is challenged by the Hausa youth through newly fabricated social media proverbs that acknowledge English terms, but use social media platforms to convey what I call ‘Hausa technofolk’ philosophy. This provides insight into how contemporary African youth force a new narrative in the notion of coloniality.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Eka, Priehadi Dhasa, Suwanto Suwanto, Agus Suhartono, Akhmar Barsah, and Sudiarto Sudiarto. "Manajemen Keuangan Untuk Meningkatkan Perekonomian Keluarga Kampung Serua Poncol Tangerang Selatan." BAKTIMAS : Jurnal Pengabdian pada Masyarakat 2, no. 2 (2020): 109–13. http://dx.doi.org/10.32672/btm.v2i2.2135.

Full text
Abstract:
Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk menggerakkan masyarakat agar melek mata, sadar bahwa sekarang ini harus cerdas dan bijak dalam manajemen keuangan dengan semakin kompetitif dan sulitnya mendapatkan tambahan penghasilan, maka yang dapat dilakukan yaitu memanajemen keuangan antara pendapatan dan pengeluaran seimbang agar terpenuhi semua kebutuhan keluarga, atau kata peribahasa tidak boleh besar pasak daripada tiangnya. Metode pengabdian dengan metode seminar, diskusi dan tanya jawab serta evaluasi secara personal. Hasil kegiatan penyuluhan manajemen keuangan pada Karang Taruna Di Kp. Serua Poncol Tangerang Selatan., dapat berbagi pengetahuan tentang mengelola keuangan sehingga tidak konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya dengan harapan ada kelebihan yang bisa ditabungkan sesuai kemampuannya secara berkelanjutan sehingga aman secara ekonomi. Kata Kunci: Manajemen Keuangan, Perekonomi KeluargaABSTRACTThe purpose of community service activities is to move the community to be literate, aware that now must be smart and wise in financial management with increasingly competitive and difficult to get additional income, then what can be done is managing financial between balanced income and expenditure so that all family needs, or proverbs must not be greater than the pole stake. The method of service is the method of seminars, discussions and questions and answers and personal evaluation. The results of financial management education activities at Karang Taruna Kp. Serua Poncol, South Tangerang, can share knowledge about managing finances so that it is not consumptive in meeting their needs with the hope that there will be advantages that can be combined according to their abilities in a sustainable manner so that it is economically safe.Keywords: Financial Management, Family Economy
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Perkas, Jaya. "Aplikasi Amsal 22:6 dalam Pendidikan Keluarga." HAGGADAH: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 2, no. 1 (2022): 79–86. http://dx.doi.org/10.57069/haggadah.v2i1.24.

Full text
Abstract:
This research is an attempt to explain the meaning of the word ‘Train up’ from the book of Proverbs 22:6 and its application in family education. The method that researchers use in writing this article is a qualitative method with an exegetical approach and literature study. The writer specifically exegeses the word ‘Train up’ to find a broader meaning of that word and to find out what the word is used for. After doing this the writer found that the meaning of the word ‘Train up’ was used in ancient times. The word turns out to have the meaning to train, to dedicate, to throttle and to initiate. Furthermore, the meaning of the word can be used and applied in family education. The success of families in educating their children is determined by how far they apply God's word in educating their children. Penelitian ini adalah suatu usaha untuk menjelaskan makna kata didiklah dari kitab Amsal 22:6 dan aplikasinya dalam pendidikan keluarga. Metode yang peneliti gunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan eksegesis dan studi kepustakaan. Penulis khusus melakukan eksegese terhadap kata didiklah untuk menemukan makna kata yang lebih luas dan mencari tahu penggunaan kata tersebut seperti apa.. Setelah melakukan hal tersebut penulis menemukan bahwa makna kata didiklah telah dipergunakan pada masa kuno. Kata tersebut ternyata memiliki arti melatih, mengkhususkan, menghambat dan memprakarsai. Selanjutnya makna kata tersebut dapat digunakan dan diaplikasikan dalam pendidikan Keluarga. Keberhasilan keluarga dalam mendidik anak ditentukan oleh seberapa jauh dia menerapkan firman Tuhan dalam mendidik anaknya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Siregar, Rahmadani. "Problematika komunikasi musyrif dalam pembinaan karakter mahasantri di ma’had Al-jamia’ah IAIN Padangsidimpuan." Komunika: Journal of Communication Science and Islamic Dakwah 6, no. 1 (2022): 80. http://dx.doi.org/10.32832/komunika.v6i1.7757.

Full text
Abstract:
<p class="14E-mail"><strong><em>Abstract</em></strong></p><p class="15bIsiAbstractBInggris"><em>This research is motivated by the existence of musyrif problems from the aspect of communication skills in developing the character of students at Ma'had Al-Jahami'ah Padangsidimpuan State Islamic Institute. This study aims to identify the problems of musyrif from the aspect of communication skills in developing the character of students at Ma'had Al-Jahami'ah IAIN Padangsidimpuan. This research approach uses inductive qualitative nature. Data collection is done by observing carefully, interviewing, and collecting documentation. The results of the research are the problems of musyrif from the aspect of the musyrif's communication skills which are characterized by the ability to use communication methods in developing student character, namely by (1) lectures, (2) habituation, (3) stories, (4) persuasion, (5) halaqah. , (6) mau'izhotil hasanah, (7) proverbs (8) advice, (9) guidance, (10) practicum, (11) warning, (12) discussion, (13) giving sanctions/punishments. One of the factors for not implementing student character development is that the musyif lack the ability to communicate in public because there is still fear and shame</em><em>.</em></p><p class="16aJudulAbstrak"><strong>Abstrak</strong></p><p class="16bIsiAbstrak">Penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya problematika musyrif dari aspek kemampuan komunikasi dalam pembinaan karakter mahasantri di Ma'had Al-Jahami’ah Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi problematika musyrif dari aspek kemampuan komunikasi dalam pembinaan karakter mahasantri di Ma'had Al-Jahami’ah IAIN Padangsidimpuan. Pendekatan penelitian ini menggunakan kualitatif yang bersifat induktif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati secara teliti, wawancara dan mengumpulkan dokumentasi. Hasil penelitian adalah problematika musyrif dari aspek kemampuan komunikasi para musyrif yang ditandai dengan kemampuan dalam menggunakan cara berkomunikasi dalam pembinaan karakter mahasantri yaitu dengan cara (1) ceramah, (2) pembiasaan, (3) cerita, (4) persuasif, (5) halaqah, (6) mau’izhotil hasanah, (7) amsal (8) nasehat, (9) suritauladan, (10) praktikum, (11) teguran, (12) diskusi, (13) pemberian sanksi/hukuman. Salah satu faktor ketidak terlaksananya pembinaan karakter mahasantri adalah para musyif kurang memiliki kemampuan komunikasi di depan umum karena masih ada rasa takut dan malu.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Ginting, Saronisa. "Peran Kecerdasan Spiritual Terhadap Generasi yang Dipulihkan." ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 5, no. 1 (2022): 17–32. http://dx.doi.org/10.54024/illuminate.v5i1.143.

Full text
Abstract:
AbstractAlong with the times and advances in science, affects various aspects of human life. On the one hand, with the advancement of human civilization, the realization of a modern human, a prosperous life, and facilities in several ways/fields. Spiritual intelligence means intelligence related to the psyche, mind, and instincts, while the restored generation is the generation that has managed to win over the negative effects of the times and become influencers. This article discusses the role of Spiritual Intelligence in the Restored Generation. Where will be discussed in several subtitles, namely 1) Spiritual Intelligence (Spiritual Quotient, the definition of spiritual intelligence, restored generation, recovered generation from temptation and challenges of depravity (Proverbs 7: 7); 4) The Role of Spirituality in the Restored Generation (Psalm 119: 9); The Restored Generation can Become a Source of Inspiration (1 Timothy 4:12), and the conclusion is that spiritual intelligence is a must-have for everyone, the virtue of spiritual intelligence is to form the correct attitude and perspective towards all aspects of life, a person who has a spiritual intelligence who well in Christ, of course, the wisdom and outlook on life will be more than anything else Keywords: intelligence, spiritual, generations, restored AbstrakSeiring perkembangan zaman dan kemajuan IPTEK, mempengaruhi berbagai aspek pada kehidupan manusia. Disatu sisi dengan kemajuan peradaban manusia terwujudnya manusia yang modern kehidupan yang sejahtera serta kemudahan-kemudahan dalam beberapa hal/ bidang. Kecerdasan spiritual berarti kecerdasan yang berkaitan dengan kejiwaan, batin, dan naluri, sedangkan generasi yang dipulihkan yaitu generasi yang berhasil menang dari dampak negatif zaman dan menjadi pemberi pengaruh. Artikel ini membahas tentang peran Kecerdasan Spiritual Terhadap Generasi yang Dipulihkan dalam beberapa sub judul yaitu Kecerdasan spiritual (spiritual quotient, defenisi kecerdasan spiritual, generasi yang dipulihkan, generasi yang dipulihkan dari godaan dan tantangan kebobrokan (Amsal 7:7); Peran spiritualitas terhadap generasi yang dipulihkan (Mazmur 119:9); generasi yang dipulihkan dapat menjadi sumber inspirasi (1 Timotius 4:12), dan kesimpulannya bahwa kecerdasan spiritual wajib dimiliki oleh setiap orang, keutamaan dalam kecerdasan spiritual adalah untuk membentuk sikap dan cara pandang yang benar terhadap segala aspek kehidupan, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik didalam Kristus, tentunya hikmat dan pandangan hidup yang dimiliki akan melebihi apapun Kata Kunci: kecerdasan, spiritual, generasi, dipulihkan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Shukri Khalid, Muhammad Shukri, and Roznim Mohamad Rasli. "MYSIMBA: Koswer Pembelajaran Multimedia Interaktif Bagi Pembelajaran Simpulan Bahasa Pelajar Darjah 6." Journal of Engineering, Technology, and Applied Science 3, no. 3 (2021): 102–13. http://dx.doi.org/10.36079/lamintang.jetas-0303.316.

Full text
Abstract:
Penyelidikan ini yang lebih tertumpu kepada asas salah satu bentuk peribahasa yang terdapat dalam silibus mata pelajaran bahasa Melayu iaitu simpulan bahasa. Metadologi Kajian dalam pembangunan koswer ini adalah menggunakan model ADDIE. Terdapat lima fasa terlibat dalam pembangunan koswer ini. Kaedah analisis yang digunakan fasa ini melibatkan analisis kandungan perlu difokuskan dari segi kesesuaian kandungan dan sasaran pengguna. Hal ini adalah kerana supaya koswer yang ingin dibangunkan mencukupi dan selaras dengan keperluan pengguna dari segi perisian dan perkakasan. Perisian yang digunakan adalah seperti Microsoft Words dan Microsoft Powerpoint dan perisian lain yang berkaitan seperti server dan sebagainya. Keberhasilan produk akan diuji melalui Technology Acceptance Model (TAM) yang digunakan dalam fasa penilaian yang akan menilai dari segi kebolehgunaan. Tegasnya, koswer ini juga dibangunkan untuk memudahkan pengajaran bagi pengajar atau guru-guru yang mengajar murid sekolah dan mengimplementasikan penggunaan multimedia dalam proses PdP. Ini bertujuan untuk menarik minat murid sekolah dalam proses mengenali simpulan bahasa dan seterusnya memudahkan proses PdP di dalam kelas. Impaknya, diharapkan koswer ini dapat memahirkan murid-murid sekolah terhadap penggunaan simpulan bahasa dalam sesi PdP dan kehidupan seharian.
 
 MYSIMBA: Interactive Multimedia Learning Courseware for Grade 6 Students' Idioms Learning
 Abstract: This research is more focused on basic one form of proverbs found in the Malay language syllabus of idioms. Research Methodology in the development of this courseware is using the ADDIE model. There are several phases involved in the development of this course. The method of analysis used in this phase involves content analysis should be focused in terms of content suitability and target users. This is because so that the courseware to be developed is adequate and in line with the needs of users in terms of software and hardware. The software used is like Microsoft Words and Microsoft Powerpoint and other related software such as servers and so on. Product success will be tested through the Technology Acceptance Model (TAM) used in the evaluation phase which will evaluate in terms of usability. Strictly speaking, this courseware was also developed to facilitate teaching for teachers or teachers who teach school children and implement the use of multimedia in the PdP process. This aims to attract school students in the process of recognizing idioms and further facilitate the PdP process in the classroom. As a result, it is hoped that this course will be able to educate school children on the use of idioms in PdP sessions and daily life.
 Keywords: ADDIE, Courseware, Instructional Technology.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Wahyuni, Tri. "Kritik dalam Ungkapan Bahasa Jawa: Kajian Semantik Kognitif (Criticism in Javanese Idioms: Cognitive Semantic Analysis)." JALABAHASA 16, no. 1 (2020): 97. http://dx.doi.org/10.36567/jalabahasa.v16i1.453.

Full text
Abstract:
Indonesia sangat kaya akan ragam budaya dan bahasa. Keanekaragaman tersebut terejawantah dalam ungkapan-ungkapan khas, seperti pantun atau peribahasa, yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat penuturnya. Budaya Jawa merupakan salah satu budaya besar yang bertahan hingga kini. Tulisan ini mengetengahkan kritik dalam ungkapan Jawa melalui kajian semantik kognitif yang bertujuan untuk mendeskripsikan ungkapan-ungkapan bahasa Jawa yang mengandung makna kritikan dan menguraikan makna filosofi dalam ungkapan-ungkapan tersebut. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan ancangan semantik kognitif. Metode yang digunakan adalah simak, agih, padan, dan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan teknik sadap dan perluas. Dari hasil analisis, terdapat 24 ungkapan bahasa Jawa yang mengandung kritik dan memunculkan makna personifikasi, yakni perpaduan konsep yang sama antara sifat binatang atau tokoh manusia dan sikap serta perilaku manusia. Kritik yang terdapat dalam ungkapan-ungkapan Jawa tersebut digunakan sebagai media kontrol sosial. Indonesia is very rich in diversity of cultures and languages. Those diversity is manifested in specific expressions, such as poems or proverbs, that reflect the local wisdom of the speaker community. Javanese culture known as a great culture that survives until today. This paper explores criticism in Javanese expressions in a form of cognitive semantic study. The aim of this paper is describing Javanese expressions that contain critical meanings and describing philosophical meanings in those expressions. This qualitative descriptive study used cognitive semantic design. The methods used were simak, agih, padan, and in-depth interview with tapping and expanding techniques. The analysis founded 24 Javanese expressions that contain criticism and give rise to the personification meaning, namely the combination of the same concepts between the nature of animals or human figures with human attitudes and behavior. Criticism in those Javanese idioms are used as a form of social control.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Simbolon, Budiono, Andhy Stephanus, and Maria Yehuryana. "Peran Pendidikan dalam Mengubah Karakter Anak Remaja Gereja Beth-El Tabernakel, Pematang Siantar." HAGGADAH: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 3, no. 1 (2022): 27–35. http://dx.doi.org/10.57069/haggadah.v3i1.40.

Full text
Abstract:
Today the impact of "Internet" information technology advances is having more adverse effects on youths with a father and mother's family background who are not at the top of technology. So as not to be able to provide assistance to teens who are much more advanced in their use of social media and the Internet. Such progress is certainly not without the adverse effects that inevitably affect the character of youth and if left to families will lose their children's future, and the nation will lose its generation. To overcome that bad effect, not in its entirety but it can be a learning for the next generation is education. The word of the Lord says to train your children to provide solace and joy (proverbs 29:27). Through education for teens, it is expected to minimize harmful effects from the Internet and pass through it can change the character and minimize bad effects from the Internet that backfire on the growth of youth character. In the role of god-fearing parents, church service can direct, guide, and tell which type of sites they are fit to visit. If parents fail to direct or guide them, then they can adversely affect the growth of the teen's psyche. Discipline is one essential part of a good education. Discipline teaches and trains the youth to take responsibility for themselves, as well as the Lord. Being taught the word of the Lord can prevent youth from becoming ensnared by free association and gaming dependence, leaving the youth in line for parental advice and direction. AbstrakSaat ini sorotan dampak kemajuan teknologi informasi “Internet” memberikan lebih banyak dampak buruk bagi remaja yang dilatar belakangi keluarga ayah dan ibu yang tidak menguasai kemajuan teknologi. Sehingga tidak dapat memberikan pendampingan kepada anak remaja yang jauh lebih maju dalam penggunaan media sosial dan internet. Kemajuan tersebut tentu tidak lepas dari dampak buruk yang tentu mempengaruhi karakter remaja dan jika dibiarkan keluarga akan kehilangan masa depan anak mereka, bangsa akan kehilangan generasinya. Untuk mengatasi dampak buruk itu sekalipun tidak secara keseluruhan namun dapat menjadi pembelajaran untuk generasi berikutnya adalah Pendidikan. Firman Tuhan berkata didiklah anakmu untuk memberikan ketentraman dan sukacita (Amsal 29:27). Melalui Pendidikan bagi anak remaja diharapkan dapat memperkecil pengaruh buruk dampak dari internet dan memalui Pendidikan dapat mengubah karakter dan memperkecil dampak buruk dari internet yang menjadi bumerang terhadap pertumbuhan karakter remaja. Peranan orang tua yang takut akan Tuhan, pelayanan gereja dapat mengarahkan, menuntun, memberitahukan jenis situs-situs mana yang pantas untuk mereka kunjungi. Jika kepada anak remaja orang tua tidak mengarahkan atau menuntun mereka, maka dapat memberikan dampak buruk bagi pertumbuhan kejiwaan anak remaja. Disiplin adalah satu bagian yang penting dari pendidikan yang baik. Disiplin mengajar dan melatih remaja untuk bertanggung jawab atas dirinya, juga kepada Tuhan. Didikan firman Tuhan yang diajarkan kepada remaja dapat menghentikan remaja agar tidak terjerat dalam pergaulan bebas dan ketergantungan dengan game, membuat remaja masih dapat mendengar nasehat dan arahan orang tua.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography