To see the other types of publications on this topic, follow the link: Ekokardiografi.

Journal articles on the topic 'Ekokardiografi'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Ekokardiografi.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Advani, Najib. "Frekuensi Ekokardiografi pada Fase Awal Penyakit Kawasaki." Sari Pediatri 20, no. 3 (November 28, 2018): 152. http://dx.doi.org/10.14238/sp20.3.2018.152-7.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Penyakit Kawasaki (PK) merupakan suatu vaskulitis akut, terutama menyerang balita. Aneurisme koroner terjadi pada 15%-25% pasien PK yang tidak diobati. Ekokardiografi merupakan sarana non-invasif dengan spesifisitas dan sensitivitas tinggi untuk mendeteksi kelainan koroner pada segmen proksimal. American Heart Association menganjurkan ekokardiografi pada tahap awal, dilakukan tiga kali, yaitu saat diagnosis, 1-2 minggu kemudian dan 4-6 minggu selanjutnya. Tujuan. Untuk mengetahui apakah pada pasien PK yang tanpa komplikasi, ekokardiografi saat awal cukup dilakukan dua kali berturut turut saja.Metode. Dilakukan studi retrospektif dari data rekam medis pasien Kawasaki di lima rumah sakit di Jakarta dan Tangerang beserta hasil ekokardiografi serial sejak Januari 2003 sampai Juli 2013. Semua pasien didiagnosis dan ditatalaksana oleh peneliti berdasarkan kriteria AHA 2004. Kriteria inklusi adalah semua pasien yang memenuhi kriteria diagnosis dan ekokardiografi pertama serta kedua hasilnya normal serta ekokardiogarfi diulang serial hingga akhir masa penelitian, minimal satu tahun.Hasil. Dari 503 pasien Kawasaki pada saat diagnosis, 163 menunjukkan dilatasi koroner dan 340 normal. Di antara 340 pasien tersebut, 228 memenuhi kriteria inklusi dan dilakukan ekokardiografi serial antara 1 hingga 10,5 tahun. Didapatkan bahwa jika hasil ekokardiografi pertama dan kedua normal maka hasil ekokardiografi selanjutnya hingga akhir masa pengamatan tidak tampak kelainan.Kesimpulan. Pada pasien Kawasaki dengan hasil pemeriksaan ekokardiografi pertama dan kedua menunjukkan arteri koroner normal, cukup dilakukan ekokardiografi dua kali dan tidak harus diulang. Hal ini terutama pada pasien yang mengalami kendala akses maupun biaya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

... "Yoğun Bakımda Ekokardiografi Kullanımı." Türk Yoğun Bakım Derneği Dergisi 10, no. 1 (April 15, 2012): 28–36. http://dx.doi.org/10.4274/tybdd.10.06.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Pujowaskito, Prihati, and Terawan Agus Putranto. "PENGENALAN TERHADAP IMUNOTERAPI REGENERATIF MAKROFAG UNTUK KARDIOMIOPATI TANPA OPSI PERAWATAN : SEBUAH TEROBOSAN BARU TERAPI PASIEN." Medika Kartika Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Volume 4 No 1 (October 31, 2020): 49–61. http://dx.doi.org/10.35990/mk.v4n1.p49-61.

Full text
Abstract:
Terapi imunoterapi memiliki peran menjanjikan dalam pengobatan pasien terbaru. Penerapan terapi sel untuk pengobatan penyakit kardiovaskular berpotensi mencapai tujuan terapi regenerasi kardiovaskular. Status terapi saat ini untuk kardiovaskular tidak memadai sehingga pengembangan alternatif yang aman dan efisien sangat diperlukan. Laporan kasus bertujuan membuktikan bahwa vaksin regeneratif makrofag dapat menjadi pilihan terapi untuk pasien kardiomiopati yang tidak memiliki pilihan terapi lain untuk perawatan. Metode dengan regeneratif makrofag dipilih berasal dari manusia yang dikembangkan menjadi vaksin untuk pasien kardiomiopati. Komponen darah monosit pasien dipisahkan dari komponen darah lain dan diberi perlakukan selama 4 hari. Monosit diprogram menjadi regeneratif makrofag. Ekokardiografi transthorakal dilakukan sebelum dan satu bulan setelah imunoterapi untuk mendukung tampilan klinis pasien. Pemeriksaan elektrokardiografi, x-ray thorax dan ekokardiografi dilakukan. Hasil elektrokardiografi sebelum dan sesudah terapi menunjukkan multipel ventrikel ekstrasistol. Hasil ekokardiografi sebelum terapi menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi diastolik, ventrikel hipokinetik dengan ejeksi fraksi yang rendah (44%). Hasil terapi vaksin regeneratif makrofag pada pasien menunjukkan terdapat perubahan bermakna pemeriksaan ekokardiografi yaitu hipertrofi ventrikel kiri, normokinetik, disfungsi diastolik, dan peningkatan ejeksi fraksi (56%). Imunoterapi vaksin regeneratif makrofag menghasilkan perubahan bermakna status klinis dan ekokardiografi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Fitri, Arni, Deni Noviana, Gunanti ., and Agik Suprayogi. "Penilaian Fungsi dan Dinamika Kerja Jantung melalui Ekokardiografi terhadap Pengaruh Kombinasi Anestesia Umum pada Babi Domestik (Sus domesticus)." Acta VETERINARIA Indonesiana 8, no. 3 (November 21, 2020): 22–30. http://dx.doi.org/10.29244/avi.8.3.22-30.

Full text
Abstract:
Protokol perawatan kardiovaskular yang baru diusulkan harus diuji pada hewan laboratorium, sebelum diterapkan oleh obat manusia. Untuk tujuan ini, hewan laboratorium yang banyak digunakan adalah babi. Menggunakan babi dalam penelitian ini seringkali memerlukan prosedur anestesi. Alat diagnostik yang paling banyak digunakan untuk kardiovaskular adalah ultrasonografi jantung atau ekokardiografi. Ekokardiografi dapat digunakan untuk mengevaluasi aliran volume darah dan kemampuan kontraksi jantung dengan perhitungan ekokardiografi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian kombinasi injeksi anestesi umum untuk fungsi dan dinamika jantung babi dengan menggunakan ekokardiografi. Pengamatan meliputi detak jantung (kali / menit), curah jantung (L / mnt), volume stroke (ml / mnt), fraksi ejeksi (%), dan pemendekan fraksional (%). Dalam penelitian ini, digunakan 9 babi jantan dan betina, usia 3-4 bulan dengan berat 25-30 kg, dibagi menjadi 3 kelompok kombinasi anestesi (ketamin dan acepromazine (KA); ketamin dan medetomidine (KM); tiletamine-zolazepam dan xylazine (ZX)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak satu pun dari tiga kelompok anestesi menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kinerja jantung. Kombinasi anestesi ZX paling baik diterapkan untuk operasi jantung babi karena kombinasi anestesi ini menghasilkan frekuensi denyut jantung yang stabil dan rendah dibandingkan dengan kelompok KA dan KM tetapi masih menunjukkan volume stroke yang tinggi, curah jantung, fraksi ejeksi dan nilai sortasi fraksional.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Rahayuningsih, Sri Endah. "Transposisi Arteri Besar: Anatomi, Klinik, Kelainan Penyerta, dan Tipe." Sari Pediatri 14, no. 6 (November 16, 2016): 357. http://dx.doi.org/10.14238/sp14.6.2013.357-62.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Transposisi arteri besar (TAB) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan (PJB) tipe sianotik yang bermanifestasi pada periode bayi baru lahir. Kelainan penyerta yang sering ditemukan adalah defek septum ventrikel (DSV), defek septum atrium (DSA), paten duktus arteriousus (DAP), dan left ventricular outflow tract obstruction.Tujuan. Mengetahui hubungan tipe transposisi dengan kelainan penyerta pada transposisi arteri besar.Metode.Penelitian merupakan penelitian deskriptif analitik. Populasi penelitian semua pasien yang datang ke Instalasi Pelayanan Jantung RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung untuk dilakukan ekokardiografi mulai Januari 2006 sampai Januari 2011. Subjek penelitian semua pasien TAB yang memenuhi kriteria inklusi. Diagnosis TAB ditegakkan berdasarkan ekokardiografi, dibagi 2 kelompok berdasarkan tipe tranposisi, yaitu transposisi komplet dan parsial. Kelainan penyerta TAB dibagi 2 kelompok, yaitu kelompok kelainan penyerta kompleks dan tidak kompleks.Hasil. Selama periode penelitian didapatkan 3910 anak yang dilakukan ekokardiografi. Ditemukan 54 anak TAB yang memenuhi kriteria inklusi. Usia termuda saat dilakukan ekokardiografi 4 hari, sedangkan tertua 13 tahun. Ditemukan 47 TAB disertai dengan DSV, tersering tipe perimembran sedangkan tipe doubly commitedpaling jarang ditemukan. Ditemukan 16 anak dengan stenosis pulmonal dan tipe stenosis yang terbanyak tipe infundibular. Transposisi arteri besar dengan kelainan penyerta kompleks ditemukan bersama-sama dengan kelainan lain, yaitu AVSD komplet, atresia mitral, atresia trikuspid, single ventricle,dan dekstrokardia situs inversus. Terdapat hubungan bermakna tipe transposisi dengan kelainan penyerta (p=0,01).Kesimpulan.Transposisi arteri besar dengan tipe transposisi komplet lebih sering disertai dengan kelainan penyerta kompleks.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Mert, Mustafa Kurthan. "Yenidoğan yoğun bakım ünitesinde hedefe yönelik neonatal ekokardiografi." Cukurova Medical Journal 44, no. 4 (December 30, 2019): 1386–91. http://dx.doi.org/10.17826/cumj.605898.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Rahayuningsih, Sri Endah. "Manifestasi Klinis dan Fungsi Ventrikel pada Kardiomiopati Dilatasi." Sari Pediatri 16, no. 6 (November 9, 2016): 403. http://dx.doi.org/10.14238/sp16.6.2015.403-8.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Kardiomiopati dilatasi merupakan kelainan miokardium yang memiliki angka harapanhidup 5 tahun yang semakin rendah dengan manifestasi klinis bervariasi. Fungsi kedua fungsi ventrikeldapat dinilai melalui ekokardiografi..Tujuan. Mengetahui hubungan manifestasi klinis dengan fungsi ventrikel pada kardiomiopati dilatasiMetode. Penelitian deskriptif analitik dengan data berdasarkan rekam medis dan data ekokardiografi pasienkardiomiopati dilatasi di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari2008–Desember 2012. Penilaian fungsi jantung melalui ekokardiografi dengan penentuan fraksi ejeksi(ventrikel kiri) dan penilaian tricuspid annular plane systolic excursion (TAPSE) (ventrikel kiri). Hubungankorelasi dianalisis dengan tes Spearman.Hasil. Didapatkan 43 anak dengan diagnosis kardiomiopati dilatasi. Keseluruhan pasien semua bayi/anakdengan kardiomiopati dilatasi datang dengan gagal jantung dan menunjukkan penurunan fungsi ventrikelkiri fraksi ejeksi 32,02% (15–50) dan terdapat penurunan fungsi ventrikel kanan, yaitu TAPSE 15,97 mm(12–21). Korelasi manifestasi klinis dengan fungsi ventrikel kiri dan kanan mendapatkan riwayat ISPAberulang tidak berhubungan dengan penurunan TAPSE. Riwayat keluarga, riwayat miokarditis sebelumnya,gangguan pertumbuhan, dan emboli sistemik menunjukkan arah korelasi negatif terhadap fraksi ejeksiberturut-turut (r=-0,71; p=0,649; r=-0,26, p=0,827; r=-0,118, p=0,45; r=-0,64; p=0,681). Emboli parumenunjukkan arah korelasi negatif terhadap TAPSE (r=0,166; p=0,288).Kesimpulan. Kardiomiopati dilatasi menyebabkan penurunan fungsi ventrikel kiri dan kanan, sertamenimbulkan manifestasi klinis yang berat dan prognosis yang jelek.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Hasye, Finesa, and Mefri Yanni. "PERBEDAAN EKOKARDIOGRAFI PADA JANTUNG ATLET, HIPERTENSI, DAN KARDIOMIOPATI HIPERTROFI." Majalah Kedokteran Andalas 43, no. 2 (May 1, 2020): 134. http://dx.doi.org/10.25077/mka.v43.i2.p134-147.2020.

Full text
Abstract:
Hipertrofi ventrikel kiri didefinisikan sebagai peningkatan massa ventrikel kiri. Peningkatan massa miokard karena latihan intensif yang teratur "jantung atlet" merupakan hal yang biasa. Meskipun terdapat korelasi langsung dengan beban latihan, hipertrofi miokard tidak hanya terjadi pada atlet. Jantung atlet dianggap sebagai fenomena fisiologis tanpa menimbulkan bahaya. Namun, bentuk lain hipertrofi miokard seperti kardiomiopati hipertrofi atau penyakit jantung hipertensi berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular. Echocardiography memainkan peran penting dalam diagnosis, strategi manajemen, dan prognostik penyakit kompleks ini. Perbedaan antara hipertrofi fisiologis dan patologis mungkin memiliki dampak besar, karena kardiomiopati hipertrofi yang tidak terdiagnosis merupakan salah satu penyebab paling umum kematian jantung mendadak pada atlet, sedangkan identifikasi penyakit kardiovaskular pada atlet dapat menjadi dasar untuk diskualifikasi dari kompetisi. Tinjauan pustaka ini akan membahas perbedaan hipertrofi fisiologis dan patologis.Kata kunci: Hipertrofi ventrikel kiri; jantung atlet; kardiomiopati hipertrofi; penyakit jantung hipertensi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

DS, Mutiara, Leonita Anniwati, and M. Aminuddin. "CORRELATION BETWEEN NT-PROBNP AND LEFT VENTRICULAR EJECTION FRACTION BY ECHOCARDIOGRAPHY IN HEART FAILURE PATIENTS." INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY 23, no. 2 (March 29, 2018): 114. http://dx.doi.org/10.24293/ijcpml.v23i2.1131.

Full text
Abstract:
Petanda biologis NH2-terminal fragment of proBrain Natriuretic Peptide (NT-proBNP) berguna untuk diagnosis dini, menyingkirkangejala klinis yang berasal dari luar jantung serta pemantauan pengobatan dan meramalkan perjalanan penyakit pasien gagal jantung.Pemeriksaan NT-proBNP dapat dilakukan secara otomatis, sehingga hasil tidak bersifat subjektif. Pemeriksaan ekokardiografi merupakanpemeriksaan penunjang yang telah umum digunakan untuk mendiagnosis gagal jantung. Namun, pemeriksaan ekokardiografi tidakselalu tersedia di seluruh rumah sakit, khususnya rumah sakit di daerah, serta memerlukan tenaga ahli untuk melakukan pemeriksaandan hasil pemeriksaan bersifat subjektif. Salah satu tolok ukur yang dinilai pada pemeriksaan ekokardiografi adalah fraksi ejeksiventrikel kiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kenasaban antara kadar NT-proBNP dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri yangdiperoleh dari pemeriksaan ekokardiografi. Penelitian bersifat quasi experimental dengan pendekatan pretest and posttest only withoutcontrol. Sampel penelitian berjumlah 41 orang, dikumpulkan selama bulan Februari–April 2015 dari Ruang Perawatan Jantung RSUDDr. Soetomo Surabaya. Pemeriksaan kadar NT-proBNP menggunakan metode chemiluminescent (Immulite 1000) dengan prinsip solidphasetwo site chemiluminescent immunometric assay. Hasil dianalisis secara statistik menggunakan uji kenasaban Spearman’s, ujit 2 sampel berpasangan, Kruskal Wallis dan Mann Whitney. Rentang kadar NT-proBNP sebelum dan sesudah pemberian pengobatandi pasien gagal jantung masing-masing antara 1.296–34.374 pg/mL dengan rerata 10.422,49 pg/mL (Simpang Baku (SB) 8.608,05)dan 997–34.401 pg/mL dengan rerata 8.899,41 pg/mL (SB 8.489,46). Rentang persentase fraksi ejeksi ventrikel kiri sebelum dansesudah pemberian pengobatan di pasien gagal jantung masing-masing antara 20–62% dengan rerata 35,61% (SB 10,00) dan 22–71%dengan rerata 41,49% (SB 10,96). Didapatkan perbedaan bermakna rerata kadar NT-proBNP serta persentase fraksi ejeksi ventrikel kirisebelum dan sesudah pemberian pengobatan di pasien gagal jantung dengan setiap nilai p=0,001. Didapatkan kenasaban negatif yangbermakna antara kadar NT-proBNP dan fraksi ejeksi ventrikel kiri di pasien gagal jantung sebelum dan sesudah pemberian pengobatandengan masing-masing nilai p=0,001, r=-0,81 dan nilai p=0,001, r=-0,80. Didapatkan kenasaban negatif yang bermakna antarakadar NT-proBNP dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri di pasien gagal jantung sebelum dan sesudah pemberian pengobatan. Berdasarkanhal tersebut maka pemeriksaan petanda biologis NT-proBNP dapat diusulkan untuk digunakan sebagai tolok ukur pilihan penggantiekokardiografi untuk gagal jantung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Pabuti, Aumas, Nanan Sekarwana, and Partini P. Trihono. "Kelainan Kardiovaskular pada Anak dengan Berbagai Stadium Penyakit Ginjal Kronik." Sari Pediatri 18, no. 3 (January 22, 2017): 220. http://dx.doi.org/10.14238/sp18.3.2016.220-5.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Penyakit kardiovaskular (PKV) merupakan penyebab orbiditas dan mortalitas tersering pada penyakit ginjal kronik (PGK) anak. Hipertrofi ventrikel kiri (LVH) dan disfungsi diastolik paling awal terlihat.Tujuan. Mengetahui proporsi PKV pada PGK stadium 1, hubungan stadium PGK dengan LVH, dan disfungsi jantung.Metode. Penelitian potong lintang analitik komparatif 26 subjek PGK anak di RS M Djamil Padang/ RS Hasan Sadikin Bandung. Dilakukan pemeriksaan urinalisis, hematologi rutin, ureum, kreatinin (eLFG), EKG, foto toraks, ekokardiografi. LVH dengan ekokardiografi bila left ventricular mass index (LVMI) >persentil 95 (38g/h2,7). Uji stastistik bermakna bila p<0,05.Hasil. Rerata umur subjek 9,1(3,8) tahun. LVH pada 1 dari 3 subjek PGK stadium 1 dan 61,5% pada PGK seluruh stadium, terbanyak stadium 5. Tidak terdapat hubungan bermakna stadium PGK dengan LVH (p=0,055), disfungsi diastolik (p=0,937) dan disfungsi sistolik (p=0,929).Kesimpulan. Pada PGK stadium 1 ditemukan LVH dan disfungsi diastolik. Tidak terdapat hubungan antara stadium PGK dengan LVH dan disfungsi jantung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Yanni, Mefri, Nia Kasmiati, and Nani Nani. "Pemeriksaan Diastolic Stress Test Dalam Menilai Gangguan Diastolik Dan Peningkatan Tekanan Pengisian Ventrikel Kiri." Jurnal Kesehatan Andalas 8, no. 2 (May 14, 2019): 419. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v8.i2.p419-426.2019.

Full text
Abstract:
Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri merupakan salah satu penyebab sesak napas saat aktifitas. Kondisi klinis ini sering ditemukan pada pasien dengan ganguan miokardium tahap awal seperti pasien penyakit jantung hipertensi maupun diabetes dan bersifat independen dari iskemia. Fraksi ejeksi ventrikel kiri umumnya normal dan meskipun sekelompok pasien ini disebut memiliki gagal jantung diastolik, gambaran fungsi diastolik saat istirahat dapat ditemukan normal. Uji latih secara invasif untuk menilai gambaran hemodinamik pada pasien tersebut merupakan baku emas untuk diagnosis gagal jantung diastolik, namun membutuhkan biaya, risiko dan persiapan yang besar sehingga dapat menghambat penggunaan pemeriksaan ini secara luas pada praktek klinis sehari-hari. Berdasarkan rekomendasi American Society of Echocardiography/European Association of Cardiovascular Imaging, pemeriksaan invasif ini dapat digantikan dengan pemeriksaan non invasif menggunakan uji stres ekokardiografi dengan supine bycycle atau treadmill. Diastolic Stress Test (DST) menggunakan ekokardiografi dapat menilai tekanan pengisian ventrikel kiri saat latihan dan berguna untuk menentukan diagnosis dan memberikan informasi prognostik. Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang pemeriksaan Diastolic Stress Test pada praktek klinis sehari-hari.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Yanni, Mefri, Nia Kasmiati, and Nani Nani. "Pemeriksaan Diastolic Stress Test Dalam Menilai Gangguan Diastolik Dan Peningkatan Tekanan Pengisian Ventrikel Kiri." Jurnal Kesehatan Andalas 8, no. 2 (May 14, 2019): 419. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v8i2.1020.

Full text
Abstract:
Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri merupakan salah satu penyebab sesak napas saat aktifitas. Kondisi klinis ini sering ditemukan pada pasien dengan ganguan miokardium tahap awal seperti pasien penyakit jantung hipertensi maupun diabetes dan bersifat independen dari iskemia. Fraksi ejeksi ventrikel kiri umumnya normal dan meskipun sekelompok pasien ini disebut memiliki gagal jantung diastolik, gambaran fungsi diastolik saat istirahat dapat ditemukan normal. Uji latih secara invasif untuk menilai gambaran hemodinamik pada pasien tersebut merupakan baku emas untuk diagnosis gagal jantung diastolik, namun membutuhkan biaya, risiko dan persiapan yang besar sehingga dapat menghambat penggunaan pemeriksaan ini secara luas pada praktek klinis sehari-hari. Berdasarkan rekomendasi American Society of Echocardiography/European Association of Cardiovascular Imaging, pemeriksaan invasif ini dapat digantikan dengan pemeriksaan non invasif menggunakan uji stres ekokardiografi dengan supine bycycle atau treadmill. Diastolic Stress Test (DST) menggunakan ekokardiografi dapat menilai tekanan pengisian ventrikel kiri saat latihan dan berguna untuk menentukan diagnosis dan memberikan informasi prognostik. Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang pemeriksaan Diastolic Stress Test pada praktek klinis sehari-hari.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Adriana, Riri, Dwi Prasetyo, and Sri Endah Rahayuningsih. "Perbedaan Myocardial Performance Index Ventrikel Kiri pada Remaja Obes dengan dan tanpa Sindrom Metabolik." Sari Pediatri 17, no. 4 (October 26, 2016): 307. http://dx.doi.org/10.14238/sp17.4.2015.307-11.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Myocardial performance index (MPI) merupakan pemeriksaan ekokardiografi yang lebih sensitif dalam mendeteksi disfungsi diastolik ventrikel kiri.Tujuan. Menentukan perbedaan MPI ventrikel kiri pada remaja obes dengan SM, obes tanpa SM, dan non-obes.Metode. Penelitian analitik potong silang pada 30 remaja obes (dengan dan tanpa sindrom metabolik) dan 30 non-obes usia 10-19 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dilakukan di Instalasi Pelayanan Jantung RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama November 2014–Januari 2015. Pemeriksaan MPI dilakukan dengan alat ekokardiografi GE tipe Vivid 7. Dilakukan pemeriksaan kolesterol total, trigliserida, LDL, HDL, dan gula darah menggunakan alat Architect. Kriteria SM ditegakkan apabila terpenuhi dua dari parameter trigliserida >150 mg/dL, HDL <40 mg/dL, GDP >100 mg/dL, hipertensi, dan kegemukan sentral. Perbedaan nilai MPI antara remaja obes dengan SM, obes tanpa SM, dan remaja non-obes ditentukan dengan uji ANOVA satu arah.Hasil. Nilai MPI pada remaja obes dengan SM, obes tanpa SM, dan remaja non-obes adalah 0,35, 0,36, dan 0,36 (p=0,778).Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan nilai MPI pada remaja obes dengan SM, obes tanpa SM, dan remaja non-obes.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Gunawan, Patricia Yulita, Erling David Kaunang, Max Frans Joseph Mantik, and Stefanus Gunawan. "Hubungan Dosis Kumulatif Doksorubisin Terhadap Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri pada Penyintas Leukemia Limfoblastik Akut." Sari Pediatri 20, no. 3 (November 28, 2018): 165. http://dx.doi.org/10.14238/sp20.3.2018.165-70.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Seiring meningkatnya angka harapan hidup anak dengan leukemia limfoblastik akut (LLA), kardiotoksisitas akibat kemoterapi seperti antrasiklin menjadi semakin penting. Evaluasi berkala fungsi sistolik ventrikel kiri melalui fraksi ejeksi (FE) dan fraksi pemendekan (FP) direkomendasikan untuk pemantauan efek samping kardiotoksisitas antrasiklin.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dosis kumulatif doksorubisin dengan fungsi sistolik ventrikel kiri pada penyintas LLA anak. Metode. Penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif dengan menilai perubahan FE dan FP menggunakan ekokardiografi pada penyintas LLA pada bulan Juli-September 2016 di bagian Ilmu Kesehatan Anak, RSU Prof. dr. R. D. Kandou, Manado. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson.Hasil. Terdapat total 18 penyintas LLA yang diteliti, termasuk 12 risiko standar dan 6 risiko tinggi. Fungsi sistolik ventrikel kiri semua penyintas masih dalam batas normal (FE 74,20 ± 11,37 %, FP 42,61 ± 9,98 %). Ditemukan adanya hubungan negatif sedang yang bermakna antara dosis kumulatif doksorubisin dan fungsi sistolik ventrikel kiri [FE (r=-0,532, p=0,012) dan FP (r=-0,518, p=0,014)]. Kesimpulan. Terdapat hubungan negatif antara dosis kumulatif doksorubisin dan fungsi sistolik ventrikel kiri pada penyintas LLA anak. Panduan lokal diperlukan untuk evaluasi ekokardiografi secara berkala pada penyintas LLA anak di Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Rizal, Rizki Ayu, Sri Endah Rahayuningsih, and Anggraini Alam. "Korelasi Nilai CD4 dengan Left Ventricular Mass Index pada Anak dengan Infeksi Human Immunodeficiency Virus." Sari Pediatri 22, no. 1 (June 24, 2020): 37. http://dx.doi.org/10.14238/sp22.1.2020.37-42.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan masalah kesehatan anak di beberapa negara. Pemeriksaan kadar CD4 adalah parameter terbaik untuk mengukur imunodefisiensi. Jantung sebagai salah satu organ yang dapat menjadi sumber morbiditas dan mortalitas pada pasien HIV belum menjadi perhatian khusus. Tujuan. Untuk mengetahui korelasi nilai CD4 dengan left ventricular mass index pada anak dengan infeksi HIV. Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang di klinik Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin bulan Januari 2020. Populasi penelitian ini adalah anak terdiagnosis HIV berusia >5 – <18 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis korelasi antara CD4 dan LVMI dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil. Kami melakukan pemeriksaan ekokardiografi pada 62 anak, dua anak memenuhi kriteria eksklusi berupa penyakit jantung bawaan, dan kelainan katup. Nilai CD4 absolut adalah 822 ± 380 sel/mm3. Korelasi negatif terjadi antara nilai CD4 dengan LVMI, tetapi tidak signifikan (r=-0,050, p=0,377).Kesimpulan. Abnormalitas kardiovaskular dapat terjadi pada anak HIV. Pada penelitian ini, nilai CD4 tidak berhubungan dengan peningkatan LVMI pada anak HIV, tetapi pemeriksaan ekokardiografi merupakan teknik yang berguna untuk mendeteksi abnormalitas kardiovaskular pada anak HIV.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Nova, Ria, Deny Salverra Yosy, and Bermansyah Bermansyah. "Akurasi Pemeriksaan Auskultasi Jantung dan Elektrokardiografi untuk Deteksi Kelainan Jantung pada Anak." Sari Pediatri 22, no. 3 (October 27, 2020): 164. http://dx.doi.org/10.14238/sp22.3.2020.164-8.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Tidak semua kelainan jantung menimbulkan gejala klinis. Pemeriksaan ekokardiografi tidak semuanya tersedia di fasilitas kesehatan terbatas.Tujuan. Untuk mendeteksi kelainan jantung pada siswa-siswi sekolah dasar di Palembang melalui pemeriksaan auskultasi jantung dan elektrokardiografiMetode. Desain penelitian uji diagnostik dengan pendekatan cross sectional pada siswa-siswa sekolah dasar di kota Palembang. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan November 2019. Subyek penelitian sebanyak 280 anak sekolah dasar. Semuanya dilakukan pemeriksaan auskultasi jantung, elektrokardiografi, dan ekokardiografiHasil. Subyek 280 anak sekolah dasar, terdiri dari 130 laki-laki dan 150 perempuan. Rerata umur 9,6 tahun (rentang 5-14) tahun. Median berat badan 27 kg. Pada pemeriksaan auskultasi ditemukan 79,2% normal, 9,2 % bising sistolik, 2,1 % bising diatolik, dan 7,1 % bising inosen. Hasil elektrokardiografi, normal 97,1%, sinus takikardi 1,4%, sinus bradikardi 0,4%, hipertrofi ventrikel kiri 0,7 %, right bundle branch block 0,4%. Hasil ekokardiografi, penyakit jantung rematik subklinis 20 anak, persisten foramen ovale 1 anak, pulmonal stenosis 2 anak dan hipertensi pulmonal primer 10 anak. Sensitivitas dan spesifisitas auskultasi jantung 90% dan 91%. Nilai prediksi positif dan negatif auskultasi jantung 57,69% dan 98,6%. Sensitivitas dan spesifisitas elektrokardiografi 6,06% dan 97,57%. Nilai prediksi positif dan negatif elektrokardiografi 25% dan 88,6%.Kesimpulan. Auskultasi jantung cukup akurat untuk deteksi awal kelainan jantung pada anak dibandingkan elektrokardiografi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Uygur, Fırat, Hakan Tanrıverdi, Bülent Altınsoy, Fatma Erboy, Ziyaeddin Aktop, and Meltem Tor. "PET/BT ve ekokardiografi ile tanı konan küçük hücreli akciğer kanserinin kardiyak metastazı." Ege Tıp Dergisi 55, no. 3 (September 1, 2016): 149–51. http://dx.doi.org/10.19161/etd.344214.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Leo, Henry, Sri Endah Rahayuningsih, Sri Sudarwati, and Anggraini Alam. "Korelasi Jumlah Cluster of Differentiation 4 dengan Fungsi Ventrikel Kanan pada Anak Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus." Sari Pediatri 22, no. 4 (December 24, 2020): 197. http://dx.doi.org/10.14238/sp22.4.2020.197-202.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit menular yang dapat memengaruhi kesakitan dan kematian pada anak. Pemeriksaan kadar CD4 adalah parameter terbaik untuk mengukur imunodefisiensi serta petunjuk progresivitas penyakit. Manifestasi kardiovaskular yang sering terjadi pada anak dengan infeksi HIV, antara lain, disfungsi ventrikel kanan dan hipertensi pulmonal. Kelainan ventrikel kanan pada pasien dengan HIV belum banyak diteliti secara luas.Tujuan. Untuk mengetahui korelasi antara jumlah CD4 dengan fungsi ventrikel kanan pada anak terinfeksi HIV.Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang di klinik Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin bulan Januari-Februari 2020. Populasi adalah anak terdiagnosis HIV berusia 5–<18 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Pengukuran fungsi ventrikel kanan diukur dengan tricuspid annular plane systolic excursion (TAPSE) secara ekokardiografi. Analisis korelasi antara CD4 dengan TAPSE dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil. Ekokardiografi dilakukan pada 62 anak terinfeksi HIV, dua anak dieksklusi karena memiliki penyakit jantung bawaan dan kelainan katup. Tidak ada korelasi antara CD4 dengan TAPSE (r=0,122, p>0,05). Terdapat korelasi positif lemah antara usia dan lama terapi ARV dengan TAPSE (r=0,371 dan 0,271, p<0,05).Kesimpulan. Abnormalitas kardiovaskular dapat terjadi pada anak dengan infeksi HIV walaupun dapat bersifat asimptomatik. Pada penelitian ini nilai CD4 tidak berkorelasi dengan adanya penurunan fungsi ventrikel kanan, tetapi usia dan lama terapi berkorelasi positif dengan fungsi ventrikel kanan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Siregar, Jeremia Immanuel, Imelda Maria Loho, and Idrus Alwi. "Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Endokarditis Infektif dengan Komplikasi Emboli Septik Pulmoner pada Pasien Hemodialisis Kronik." Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 2, no. 4 (February 1, 2017): 233. http://dx.doi.org/10.7454/jpdi.v2i4.92.

Full text
Abstract:
Pendahuluan. Endokarditis infektif (EI) pada pasien hemodialisis (HD) merupakan salah satu contoh EI yang terkait dengan perawatan kesehatan dan menjadi penyebab kematian kedua pada pasien HD setelah penyakit kardiovaskuler. Penggunaan kateter intravaskuler sebagai akses HD meningkatkan risiko kejadian bakteremia sebesar sepuluh kali lipat serta infeksi “metastatik” seperti EI dan emboli septik pulmoner sebesar 10-40%.Ilustrasi Kasus. Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan dyspnea d’effort, orthopnea, dan post-nocturnal dyspnea, disertai batuk dengan bercak darah dan demam tinggi sejak lima hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien menjalani HD kronik selama 15 bulan dengan menggunakan catheter double-lumen (CDL). Dari pemeriksaan fisik didapatkan ronki basah kasar bilateral, murmur pansistolik grade 3/6 pada sela iga keempat linea sternalis sinistra, dan gallop S3. Pada ekokardiografi ditemukan vegetasi di katup trikuspid dan pemeriksaan CT-scan toraks memberikan gambaran emboli septik pulmoner. Didapatkan satu dari tiga kultur darah yang positif untuk infeksi methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Pengobatan dengan vankomisin yang adekuat selama enam minggu memberikan kemajuan klinis signifikan, meskipun pada ekokardiografi evaluasi masih didapatkan adanya vegetasi. Pasien kemudian menjalani operasi pengangkatan vegetasi, perbaikan katup jantung, dan penggantian CDL, dimana kondisinya semakin membaik dan masih menjalani HD secara rutin hingga saat ini.Simpulan. Pengenalan dini EI dan emboli septik pulmoner pada pasien yang menjalani HD kronik dengan akses kateter intravaskuler sangat penting agar tatalaksana awal yang adekuat dan komprehensif dapat dilakukan. Hal ini dapat memperbaiki kondisi klinis serta memperpanjang kesintasan hidup pasien.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Solang, Albert Daniel, Najib Advani, and I. Boediman. "Ketajaman Klinis dalam Mendiagnosis Bising Inosen." Sari Pediatri 8, no. 1 (December 5, 2016): 32. http://dx.doi.org/10.14238/sp8.1.2006.32-6.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Bising inosen adalah bising yang tidak berhubungan dengan kelainanorganik atau kelainan struktural jantung. Kepustakaan menyebutkan bising inosenditemukan pada 50% populasi anak sehat. Bising ini tidak bersifat patologis tetapisering disalahartikan sebagai bising organik, sehingga dilakukan berbagai pemeriksaanpenunjang yang mahal yang sebenarnya tidak diperlukan. Ketajaman klinis seorang dokteranak dalam mendiagnosis bising inosen sangat penting untuk mengatasi biaya tinggidan rasa kecemasan orang tua terhadap kondisi anak. Ketajaman klinis ini dapat diperolehdengan pengalaman dan pelatihan khusus pengenalan bising jantung pada anak.Tujuan. Membandingkan sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan fisis denganpemeriksaan ekokardiografi (sebagai baku emas) dalam mendiagnosis bising inosen.Metode dan subyek penelitian. Desain penelitian adalah uji diagnostik. Populasiterjangkau pasien berusia 0 bulan–12 tahun yang berobat di Poliklinik Anak Umum RSDr. Cipto Mangunkusumo dari tanggal 1 Agustus sampai 31 Oktober 2005. Populasitarget adalah pasien dengan bising jantung tanpa sianosis. Baku emas ekokardiografidilakukan pada semua pasien dengan bising jantung untuk mengkonfirmasi hasilpemeriksaan fisis.Hasil. Sensitivitas diagnosis bising inosen berdasarkan pemeriksaan fisis oleh penelitiadalah 97% dan spesifisitas 50%. Nilai duga positif adalah 91% dan nilai duga negatif75%. Rasio kemungkinan untuk hasil positif adalah 1,94 dan hasil negatif adalah 0,6(hasil uji sedang).Kesimpulan. Pemeriksaan fisis oleh peneliti yang telah mendapat pelatihan khususpengenalan bising jantung, cukup dapat dipercaya sehingga dapat menurunkan keharusanpemeriksaan ekokardiografi yang mahal. Pelatihan berkala mengenal jenis-jenis bisingjantung pada anak bagi peserta Program Dokter Spesialis Anak (PPDS) 1 Ilmu KesehatanAnak dan dokter spesialis anak sebaiknya dilakukan untuk menambah kompetensi dalammendiagnosis bising inosen dan menghindari biaya tinggi pemeriksaan penunjang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Sukandar, Aris, and Sri Lilijanti. "Dampak Penutupan Defek Septum Ventrikel dengan Metode Kateterisasi Jantung Terhadap Ekokardiografi dan Status Gizi Antropometri." Sari Pediatri 22, no. 1 (June 24, 2020): 43. http://dx.doi.org/10.14238/sp22.1.2020.43-8.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Pasien defek septum ventrikel (DSV) yang merupakan penyakit jantung bawaan (PJB) yang rentan terjadi gangguan pertumbuhan. Saat ini, sebagian besar pasien DSV dapat dikoreksi dengan tindakan kateterisasi jantung dengan memasang suatu alat (device) untuk menutup defek anatomi yang ada sehingga diharapkan dapat memperbaiki fungsi jantung. Sebagai pemantauan efektifitas dari tindakan ini dapat dievaluasi salah satunya dengan ekokardiografi dan status gizi antropometri pasien.Tujuan. Menganalisis dampak penutupan defek septum ventrikel dengan metode kateterisasi jantung terhadap ekokardiografi (rasio LA:Ao) dan status gizi antropometri BB/TB.Metode. Penelitian ini observasional analitik dengan metode kohort retrospektif. Penelitian dilakukan di unit rawat jalan dan inap anak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta bulan Januari - Mei 2018. Subjek penelitian 35 pasien diambil secara konsekutif sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Data penelitian berupa usia, jenis kelamin, ukuran defek, rasio LA:Ao, dan status gizi antropometri BB/TB. Data penelitian diambil sebelum tindakan, 1-30 hari setelah tindakan, dan 3-6 bulan setelah tindakan kateterisasi jantung. Data diolah dengan SPSS 17.0 untuk menganalisis hubungan antar variabel.Hasil. Rasio LA:Ao 1-30 hari setelah tindakan kateterisasi jantung berbeda bermakna dengan sebelum tindakan (p=0,000), tetapi rasio LA:Ao 3-6 bulan setelah tindakan tidak berbeda bermakna dengan 1-30 hari setelah tindakan kateterisasi jantung (p=1,000). Status gizi antropometri BB/TB 1-30 hari setelah tindakan kateterisasi jantung tidak berbeda bermakna dengan sebelum tindakan (p=0,500), tetapi status gizi antropometri BB/TB 3-6 bulan setelah tindakan berbeda bermakna dengan 1-30 hari setelah tindakan kateterisasi jantung (p=0,008).Kesimpulan. Tindakan penutupan defek dengan metode kateterisasi jantung dapat memperbaiki rasio LA:Ao dan status gizi antropometri BB/TB pasien defek septum ventrikel.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Nopita, Ineu, Dedi Rachmadi, and Sri Endah Rahayuningsih. "Perbedaan Myocardial Performance Index-Tissue Doplpler Imaging Ventrikel Kanan pada Bayi Kurang Bulan dan Bayi Cukup Bulan." Sari Pediatri 13, no. 2 (November 17, 2016): 105. http://dx.doi.org/10.14238/sp13.2.2011.105-10.

Full text
Abstract:
Latar belakang.Bayi kurang bulan merupakan masalah di negara maju maupun negara berkembang. Pada bayi kurang bulan tahanan vaskular paru masih tinggi, sehingga tekanan di ventrikel kanan tinggi. Pengukuran fungsi ventrikel kanan sulit dilakukan dengan ekokardiografi standar karena bentuk geometri ventrikel kanan yang berbentuk “bulan sabit” dan trabekuler yang kasar.Myocardial performance index tissue doppler imaging (MPI-TDI) adalah cara pengukuran fungsi ventrikel kanan yang baru dikembangkan, merupakan penilaian fungsi ventrikel kanan pada fetus, anak, dan dewasa dengan berbagai penyakit jantung. Tujuan.Menilai apakah MPI-TDI pada bayi cukup bulan lebih tinggi dibandingkan dengan kurang bulan dan bagaimana korelasi antara MPI-TDI dan usia kehamilan.Metode.Penelitian dilakukan terhadap 36 bayi (17 bayi kurang bulan dan 19 bayi cukup bulan), berusia kehamilan 33–42 minggu, yang menjalani pemeriksaan MPI-TDI dengan menggunakan ekokardiografi, di Instalasi Pelayanan Jantung RS Dr. Hasan Sadikin periode Juli–Oktober 2010 dengan rancangan potong lintang. Analisis statistik yang digunakan adalah one wayANOVA untuk menilai perbedaan MPI-TDI bayi cukup bulan dan kurang bulan serta uji korelasi rankSpearman untuk menilai korelasi antara MPI-TDI dan usia kehamilan dengan kemaknaan hasil uji bila didapatkan p<0,05.Hasil.Didapatkan rerata MPI-TDI untuk bayi usia kehamilan <34 minggu adalah 0,31 (0,03), bayi usia kehamilan 34–36 minggu 0,32 (0,03) dan bayi usia kehamilan >37 minggu adalah 0,30 (0,03) (p=0,03). Nilai korelasi antara MPI-TDI dan usia kehamilan adalah (0,24) dengan nilai p=0,378. Kesimpulan.Didapatkan perbedaan MPI-TDI ventrikel kanan antara bayi kurang bulan dan cukup bulan. Tidak ada korelasi antara MPI TDI dan usia kehamilan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Kesumarini, Dian, and Herdono Poernomo. "Manajemen Perioperatif Operasi Arterial Switch pada Transposition of The Great Arteries with Intact Ventricular Septum." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 12, no. 2 (July 1, 2020): 11–22. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v12i2.24657.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Penyakit jantung bawaan (PJB) berkontribusi terhadap hampir sepertiga dari kelainan kongenital secara keseluruhan. Transposition of the great arteries (d-TGA) adalah satu kelainan jantung bawaan (PJB) yang kompleks. Tindakan arterial switch operation (ASO) menjadi pilihan koreksi pada kasus TGA. Tindakan ini mempunyai risiko morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.Kasus: Bayi berusia 42 hari dengan berat badan 3100 gram dirujuk ke Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita karena kelainan jantung. Pasien dilakukan diagnosik ekokardiografi dan didapatkan TGA dengan septum ventrikular yang intak (TGA-IVS), atrium septal defect (ASD) sekundum L-R shunt, dan patent ductus arteriosus (PDA). Prosedur pembedahan meliputi ASO menggunakan manuver Le Compte, pemotongan PDA, ASD ditutup sebagian dan disisakan 3mm. Durasi cardiopulmonary bypass (CPB) 136 menit dengan cross clamp 85 menit, diberikan tranfusi PRC, FFP, dan TC, lalu dipindahkan ke intensive care unit (ICU) dengan support adrenalin 0.05 mcg/kg/menit dan milrinone 0.375 mcg/kg/menit. Ekstubasi dilakukan 72 jam pascaoperasi.Pembahasan: Operasi arterial switch merupakan tindakan berisiko tinggi, dengan angka kematian dan morbiditas yang tinggi. Konsiderasi perianestesia pada pasien TGA ini di antaranya tatalaksana preanestesi, manajemen selama operasi, topangan hemodinamik, aritmia yang diakibatkan masalah pembuluh darah koroner, dan penilaian ekokardiografi epikardial pascaoperasi. Manajemen pascaoperasi penting untuk mengantisipasi efek dari CPB yang berpengaruh pada miokardium, sindroma curah jantung rendah, risiko infeksi, dan komplikasi lain yang sering terjadi pada infant setelah pembedahan ini.Kesimpulan: Manajemen preoperatif dengan mengenali faktor risiko, tatalaksana anestesia intraoperatif, myocardial protection, serta perawatan komprehensif pascaoperasi di ICU sangat menentukan outcomepasien yang menjalani prosedur ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Subroto, Fajar, and Najib Advani. "Gangguan Fungsi Jantung pada Thalassemia Mayor." Sari Pediatri 5, no. 1 (December 6, 2016): 12. http://dx.doi.org/10.14238/sp5.1.2003.12-5.

Full text
Abstract:
Penimbunan besi akibat tranfusi darah berulang pada thalassemia dapat mengakibatkanterjadinya komplikasi pada jantung. Gangguan kontraktilitas otot jantung dan iramajantung menunjukkan banyaknya besi yang tertimbun di serabut otot. Toksisitas besiterhadap jantung akan menyebabkan reaksi katalisis dalam sel miokardium dan jaringanparenkim sehingga membentuk hidroksi radikal bebas yang akan mengakibatkankerusakan sel. Kelainan fungsi jantung pada thalassemia‚ mayor terutama berhubungandengan gangguan fungsi ventrikel, septum intraventrikular serta diikuti dilatasi atriumkiri dan ventrikel kanan. Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dapat mencerminkanadanya gangguan fungsi hantaran jantung yaitu antara lain adanya perlambatan konduksiatrioventrikular. Pemeriksaan ekokardiografi jantung dapat lebih tepat menilai kelainananatomis dan penurunan fungsi kontraksi jantung antara lain dengan pengukuran fraksiejeksi ventrikel.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Hidayat, Dedet, Sri Endah Rahayuningsih, and Armijn Firman. "Gambaran Fraksi Ejeksi secara Ekokardiografi pada Anak Kurang Energi Protein di RSUP Hasan Sadikin, Bandung." Sari Pediatri 3, no. 2 (December 6, 2016): 54. http://dx.doi.org/10.14238/sp3.2.2001.54-60.

Full text
Abstract:
Sejak lama diketahui bahwa Kurang Energi Protein (KEP) berat dapat menyebabkankelainan kardiovaskular yang dapat menimbulkan kematian. Hal ini disebabkan olehatrofi jantung selama starvasi, tetapi masih tetap diperdebatkan mengenai kapan jantungpada anak KEP mulai menunjukkan gangguan fungsi. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui gambaran fraksi ejeksi (FE) ventrikel kiri anak dengan berbagai derajatKEP yang berkunjung ke Instalasi Rawat Jalan serta yang dirawat di Bagian Anak RumahSakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin, Bandung. Penelitian ini bersifat deskriptifdengan rancangan cross sectional dilakukan pada bulan Desember 2000 sampai Februari2001 dengan memeriksa FE 30 anak KEP I sampai III berdasarkan klasifikasi Waterlow,menggunakan alat ekokardiografi M-Mode. Pada penelitian ini didapatkan bahwa nilaiFE sudah mulai menurun pada 73,3% anak KEP I, 90,9% anak KEP II dan menurunpada seluruh anak KEP III. Kesimpulan: fraksi ejeksi sudah mulai terganggu pada sebagianbesar anak KEP I.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Djer, Mulyadi M., and Bambang Madiyono. "Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan." Sari Pediatri 2, no. 3 (December 6, 2016): 155. http://dx.doi.org/10.14238/sp2.3.2000.155-62.

Full text
Abstract:
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan jantung yang sudah didapat sejaklahir. Manifestasinya klinis bergantung dari berat ringan penyakit, mulai dari asimtomatissampai dengan adanya gejala gagal jantung pada neonatus. Dengan berkembangnyateknologi, terutama dengan ditemukannya ekokardiografi, banyak kelainan jantungbawaan asimtomatis yang dapat dideteksi. Tata laksana meliputi non-bedah dan bedah.Tata laksana non-bedah meliputi pengobatan medikamentosa dan kardiologi intervensi,sedangkan tata laksana bedah meliputi bedah paliatif dan operasi definitif. Tujuan tatalaksana medikamentosa dan bedah paliatif adalah untuk mengatasi gejala klinis akibatkomplikasi PJB sambil menunggu waktu yang tepat untuk dilakukan operasi definitif.Akhir-akhir ini telah dikembangkan kardiologi intervensi, suatu tindakan yang memberiharapan baru bagi pasien PJB tanpa operasi, namun saat ini biayanya masih cukuptinggi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Rahman, Mahrus A. "Fungsi Sistolik dan Diastolik Ventrikel Kiri pada Anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut Pasca Terapi Daunorubisin." Sari Pediatri 7, no. 3 (December 5, 2016): 160. http://dx.doi.org/10.14238/sp7.3.2005.160-8.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Pengobatan utama limfomia limfoblastik akut (LLA) adalah kemoterapi.Sitostatik yang paling sering memberikan efek samping pada sistem kardiovaskuler adalahgolongan antrasiklin yaitu doksorubisin dan daunorubisin. Tanda awal kardiomiopatikarena antrasiklin adalah gangguan fungsi diastolik. Adanya gangguan fungsi ventrikeldapat dibuktikan dengan metode radionuklid dan ekokardiografi Doppler.Tujuan penelitian. Memperoleh data fungsi diastolik dan sistolik ventrikel kiri, dimensiventrikel kiri, dan status gizi pada anak dengan LLA pasca terapi daunorubisin.Metode. Penelitian cross sectional meneliti fungsi diastolik dan sistolik ventrikel kiripada 19 anak LLA pasca terapi daunorubisin. Sebagai kontrol penelitian 21 anak LLAtanpa terapi daunorubisin dan 18 anak sehat. Pemeriksaan fungsi dan dimensi ventrikelkiri dilakukan dengan pemeriksaan ekokardiografi 2D, M mode dan Doppler. Analisisstatistik hasil penelitian dilakukan dengan mempergunakan uji ANOVA dan Chi-square.Hasil. Terdapat 12 dari 19 anak pada kelompok studi dan 5 dari 21 anak pada kelompokkontrol LLA yang mengalami gangguan fungsi diastolik ventrikel kiri dengan pola penurunanrelaksasi. Pola penurunan relaksasi terdapat pada kardiomiopati hipertrofi maupunkardiomiopati dilatasi, hipertrofi ventrikel kiri karena berbagai sebab, penyakit jantungiskemik, preload yang menurun, dan afterload yang meningkat. Pada kelompok kontrolLLA juga sudah terdapat gangguan fungsi diastolik ventrikel kiri. Disamping daunorubisinterdapat faktor lain yang mempengaruhi fungsi diastolik ventrikel kiri, penyakitnya sendiridan obat-obat lain. Gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri hanya didapatkan pada 1 anakkelompok studi. Hal ini disebabkan oleh dosis kumulatif daunorubisin yang masih relatifrendah dan follow up yang masih pendek. Tidak terdapat perubahan dimensi ventrikel kiripada kelompok studi dibandingkan kelompok kontrol; belum terjadi kardiomiopati yangberhubungan dengan dosis kumulatif yang tinggi dan penggunaan yang lama untuktimbulnya manifestasi klinis. Pada kelompok studi tidak didapatkan perbedaan yang bermaknaantara gizi dengan timbulnya gangguan fungsi diastolik.Kesimpulan. Pada anak dengan penyakit leukemia limfoblastik akut pasca terapidaunorubisin dosis kumulatif 120 mg/m2 telah mengalami gangguan fungsi diastolikventrikel kiri, sedangkan fungsi sistolik tidak terganggu. Dimensi ventrikel kiri tidakmengalami perubahan. Tidak terdapat perbedaan status gizi pada anak dengan fungsidiastolik ventrikel kiri terganggu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Nugraha, Nikko, and Hauda El Rasyid. "PERANAN ELEKTROKARDIOGRAFI PADA HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI." Human Care Journal 5, no. 2 (May 25, 2020): 465. http://dx.doi.org/10.32883/hcj.v5i2.732.

Full text
Abstract:
<p><em>Hipertensi merupakan massalah kesehatan global dan faktor risiko utama morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular (PKV). Pemeriksaan baku emas untuk mendiagnosis HVK adalah dengan menggunakan ekokardiografi dan magnetic resonance imaging (MRI). Tidak semua fasilitas kesehatan mampu melakukan pemeriksaan ini dan mahal. Elektrokardiografi (EKG) merupakan pemeriksaan yang dimiliki hampir di semua fasilitas kesehatan. Pemeriksaan ini murah dan mudah untuk digunakan. tahun 2009, American Heart Association/American College Cardiology Fondation/Heart Rhythm Study (AHA/ACCF/HRS) mengeluarkan daftar 36 kriteria EKG untuk diagnosis HVK namun sensitivitasnya relative rendah. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menjelaskan peranan EKG untuk memprediksi hipertrofi ventrikel kiri khususnya pada hipertensi.</em><strong> </strong></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Tobing, Ramona. "Kelainan Kardiovaskular pada Sindrom Gawat Nafas Neonatus." Sari Pediatri 6, no. 1 (December 6, 2016): 40. http://dx.doi.org/10.14238/sp6.1.2004.40-6.

Full text
Abstract:
Sindrom gawat napas neonatus(SGNN) atau respiratory distress syndrome (RDS)merupakan penyebab morbiditas utama pada anak. Sindrom ini paling banyak ditemukanpada BBLR terutama yang lahir pada masa gestasi < 28 minggu. Penyebab terbanyak(SGNN) adalah penyakit membran hialin (PMH) yang terjadi akibat kekurangansurfaktan. Kelainan paru ini membawa akibat pada sistem kardiovaskular sepertiterjadinya pengisian ventrikel kiri yang menurun, penurunan isi sekuncup, curah jantungyang menurun, bahkan dapat terjadi hipotensi sampai syok. Resistensi pembuluh darahparu yang meningkat dapat menimbulkan hipertensi pulmonal persisten. Pada bayiyang sembuh dari PMH dapat terjadi duktus arteriosus persisten (DAP). Pemeriksaanpenunjang radiologis, laboratorium, EKG dan ekokardiografi sangat diperlukan untukmembantu menegakkan diagnosis RDS. Tata laksana penyakit ini sangat tergantungpada tingkat gangguan kardiovaskular yang terjadi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Sejati, Arif, Idrus Alwi, Muhadi Muhadi, and Hamzah Shatri. "Parameter Klinis dan Ekokardiografi Strain untuk Memprediksi Keparahan Stenosis Berdasar Skor Gensini pada Penyakit Jantung Koroner Stabil." Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 6, no. 3 (October 1, 2019): 133. http://dx.doi.org/10.7454/jpdi.v6i3.344.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Munadi, Munadi, M. Yamin, Anna Ujainah, and Cleopas Martin Rumende. "Korelasi Forced Expiratory Volume in 1 Second % Prediksi dengan Tekanan Rerata Arteri Pulmonalis Menggunakan Ekokardiografi pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil." Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 3, no. 4 (January 27, 2017): 177. http://dx.doi.org/10.7454/jpdi.v3i4.50.

Full text
Abstract:
Pendahuluan. Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi tersering pada penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Angka kematian akan meningkat tajam apabila pasien PPOK sudah mengalami komplikasi ini. Selama ini pengukuran tekanan arteri pulmonalis hanya diukur pada saat pasien PPOK eksaserbasi dirawat di ruang intesif dengan cara invasif menggunakan alat right heart catherization (RHC). Data kelompok PPOK stabil yang mengalami hipertensi pulmonal yang diukur dengan cara non invasif masih relatif sedikit yang dipublikasi. Saat ini sudah ada ekokardiografi yang dapat digunakan sebagai pengganti RHC pada kelompok PPOK stabil. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penurunan forced expiratory volume in 1 second (FEV1) % prediksi dengan peningkatan rerata tekanan arteri pulmonalis (mean pulmonary arterial pressure, mPAP) dan mencari titik potong terbaik secara klinis antara FEV1 % prediksi dan mPAP.Metode. Studi potong lintang pada lima puluh delapan subjek PPOK stabil yang dilakukan spirometri dan pengukuran mPAP dengan menggunakan ekokardiografi doppler pada potongan short axis setinggi aorta.Hasil. Nilai rerata FEV1 % prediksi 26,6 (SB 4,7) dan rerata mPAP 37,61 (18,1-59) mmHg. 74 % subjek mengalami hipertensi pulmonal, dengan karakteristik 24 % ringan, 31 % sedang dan 19 % berat. Terdapat korelasi negatif kuat antara penurunan FEV1 % prediksi dengan peningkatan mPAP. Semakin turun FEV1% prediksi semakin meningkat mPAP. Nilai titik potong terbaik secara klinis 55,3 % dengan sensitivitas 93%.Simpulan. FEV1 % prediksi berkorelasi negatif yang sangat kuat dengan tekanan rerata arteri pulmonalis. FEV1 % prediksi 55,3 % memiliki kemampuan yang cukup baik membedakan PPOK stabil yang sudah mengalami hipertensi pulmonal.Kata Kunci: ekokardiografi, FEV1 %, mPAP, PPOK stabil, spirometri Correlation of Forced Expiratory Volume in 1 Second Prediction with Mean Pulmonary Arterial Pressure Using Echocardiography in Stable Chronic Obstructive Pulmonary Disease Introduction. Pulmonary hypertension is the most common complication of chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Mortality rate will increase when COPD complication with pulmonary hypertension. Right heart catheterization (RHC) is the most common tool to measure mean pulmonary arterial pressure (mPAP) either in COPD patients with exacerbations treated in intensive care unit. Data of pulmonary hypertension in stable COPD group is still relatively rare. Alternatively to RHC, nowadays echocardiography is used to measure mean pulmonary arterial pressure in stable COPD group.Methods. A cross-sectional study was conducted on fifty-eight stable male COPD patients (mean age: 67,6) underwent spirometry. Mean pulmonary arterial pressure was measured using transthoracic echocardiography at short axis view in aortic level. Results. Mean value of forced expiratory volume in 1 second (FEV1)% was 26,6 % (SD 4,7) with median value of mean pulmonary arterial pressure was 37,61 mmHg (range 18,3-59). As many as 74% subjects were pulmonary hypertension; 24 % mild, 31 % moderate and 19% severe respectively. The correlation test showed a significant strong-negative correlation (r = -0,948, p <0,001). The best cut-off point of FEV1% prediction, which had a clinical value correlated with mPAP, was 55,3% with the sensitivity 93 %. Conclusions. Forced expiratory volume in one second (FEV1)% prediction has a significant correlation with mean pulmonary arterial pressure in stable COPD patients. The cut-off point FEV1% prediction 55,3% has a good capability to discriminate pulmonary hypertension in stable COPD patient. Keywords: echocardiography, FEV1% prediction, mean pulmonary arterial pressure, stable COPD
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Lubis, Bastian, Akhyar H. Nasution, Bellinda Magdalena, and Dis Bima Purwaamidjaja. "Peran Angiografi Pada Emboli Paru." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 10, no. 1 (March 1, 2018): 16. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v10i1.20709.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Emboli paru sering tidak terdeteksi karena gejalanya tidak spesifik dan tidak dapat dicegah. Angka kematian PE berkisar 100.000 hingga 200.000 kematian di Amerika Serikat. Bahkan angka ini dapat bertambah bila tidak ditangani segera. Dibutuhkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan alat peneunjang seperti EKG, foto thorak, D dimer, fibrinogen, ekokardiografi dan prosedure yang canggih seperti CT angiografi.Kasus: Ada 4 kasus yang dilaporkan. Kasus pertama, kedua dan ketiga terjadi emboli paru setelah post operasi. Kami menggunakan skoring Wells dan Geneva untuk mendukung diagnosis emboli paru. Sedangkan kasus keempat berbeda, dengan menggunakan D-dimer, desaturasi dan peningkatan jantung kanan merupakan tanda emboli di paru.Diskusi: Angka kecacatan emboli paru dapat menurun dengan diagnosis yang cepat dan pengobatan yang baik. Pengobatan yang tepat menggunakan heparin atau streptokinase bahkan DSA merupakan modalitas bila terjadi emboli massive.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Fatmasari, Afni, and Fauzar Fauzar. "Pleuropericardial Effusion Tuberculosis." Jurnal Kesehatan Andalas 8, no. 1S (January 22, 2019): 94. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v8i1s.928.

Full text
Abstract:
Pleuropercardial Effusion Tubercullosis adalah suatu keadaan dimana meningkatnya jumlah cairan di kavum pleura dan rongga perikardium yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tubercullosis. Keadaan ini disebut dengan tuberkulosis ekstraparu dan merupakan kasus yang jarang terjadi. Telah dilaporkan laki-laki 57 tahun dengan keluhan utama sesak nafas sejak 1 bulan yang meningkat 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Batuk dan berkeringat malam sejak 9 bulan yang lalu, sudah dilakukan pemeriksaan BTA sputum dengan hasil negatif yang tidak sembuh dengan pemberian anti biotik. Pada pemeriksaan fisik dan rontgent dada terdapat efusi pleura dan kardiomegali, dari ekokardiografi terdapat efusi perikardium. Cek ADA pada cairan efusi perikardium didapatkan hasil 168,2 U/L, analisis cairan pleura yaitu eksudat, LDH 275, jumlah sel 600, MN 60 %, dan BTA cairan pleura negatif. Pasien diterapi dengan obat anti tuberkulosis kategori 1 selama 9 bulan dan kortikosteroid.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Advani, Najib, and Lucyana Alim Santoso. "Peran foto toraks sebagai alat bantu diagnostik pada fase akut penyakit Kawasaki." Sari Pediatri 20, no. 6 (May 16, 2019): 331. http://dx.doi.org/10.14238/sp20.6.2019.331-4.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Belum ada pemeriksaan penunjang yang dapat memastikan diagnosis penyakit Kawasaki (PK) yang saat ini ditegakkan menggunakan kriteria klinis. Pemeriksaan penunjang tambahan dapat membantu dalam menegakkan diagnosis, meskipun tidak definitif.Tujuan. Mengetahui apakah foto toraks dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik pada penyakit Kawasaki.Metode. Penelitian ini adalah penelitian retrospektif data rekam medis pasien penyakit Kawasaki di beberapa rumah sakit sejak Januari 2003 hingga Desember 2018. Kriteria inklusi adalah anak yang memenuhi kriteria diagnostik penyakit Kawasaki dari American Heart Association baik komplit maupun inkomplit serta memiliki data lengkap klinis, ekokardiografi dan foto toraks.Hasil.Terdapat 916 subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan 786 (86%) diantaranya memiliki kelainan foto toraks. Kelainan terbanyak yang dijumpai adalah bercak infiltrat bilateral (84%). Tidak ada perbedaan bermakna pada frekuensi kelainan foto dada pada PK komplit maupun inkomplit.Kesimpulan. Tingginya angka kejadian kelainan paru pada foto toraks anak dengan PK, maka foto toraks dapat digunakan sebagai alat diagnostik tambahan pada kasus PK inkomplit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Syamsi, Khairunnisa, Didik Hariyanto, and Rahmatina B. Herman. "Korelasi Kadar NT- proBNP dengan Fungsi Fraksi Ejeksi Ventrikel Kiri pada Gagal Jantung Anak." Sari Pediatri 22, no. 1 (June 24, 2020): 30. http://dx.doi.org/10.14238/sp22.1.2020.30-6.

Full text
Abstract:
Latar belakang. NT proBNP sudah digunakan secara luas sebagai penanda terpercaya untuk mengetahui disfungsi ventrikel dan gagal jantung pada dewasa, penelitian pada bidang pediatrik masih terbatas.Tujuan. Mengetahui korelasi antara kadar NT- proBNP dengan fungsi fraksi ejeksi ventrikel kiri pada gagal jantung anak.Metode. Penelitian analitik observasional dengan concecutive sampling terhadap 23 orang anak pasien gagal jantung menggunakan nilai modifikasi Ross ≥7. Penilaian fraksi ejeksi ventrikel kiri dilakukan dengan alat ekokardiografi Philip HD 11 XE M-Mode dengan menggunakan tranducer pediatrik berfrekuensi 8-12 MHz. Pengukuran kadar NT- proBNP dengan The Elecys 2010 pro-BNP II assay. (Roche diagnostic; Mannheim, Germany). Pengolahan data dengan Uji Korelasi Pearson.Hasil. Terdapat korelasi kuat kadar NT- proBNP dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (r=-0,624; p=0,001). Pemodelan prediksi regresi linier didapatkan hubungan antara NT- proBNP dengan fungsi fraksi ejeksi ventrikel kiri adalah fraksi ejeksi = 60,935 -0,001 *NT-Pro BNP.Kesimpulan. Korelasi bermakna antara peningkatan kadar NT- proBNP dengan penurunan fungsi fraksi ejeksi ventrikel kiri pada anak penderita gagal jantung. NT- proBNP dapat dipertimbangkan untuk menilai fungsi fraksi ejeksi ventrikel kiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Yurizali, Bun, and AM Hanif. "COMPLETE ATRIOVENTRICULAR SEPTAL DEFECTS DENGAN POLISITEMIA SEKUNDER." Jurnal Kesehatan Andalas 8, no. 2 (May 14, 2019): 444. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v8.i2.p444-449.2019.

Full text
Abstract:
Atrioventricular septal defect (AVSD) adalah kelainan berupa defek pada septum atrioventrikular (AV) di atas atau bawah katup AV, disertai kelainan katup AV; terjadi akibat pertumbuhan yang abnormal dari endokardial cushion pada masa janin. AVSD mewakili 4% sampai 5% bawaan cacat jantung. Dilaporkan seorang pasien laki–laki 20 tahun dengan keluhan sesak nafas saat beraktivitas dan berkurang dengan istirahat, disertai bibir dan kuku jari yang membiru, sakit kepala hilang timbul, muka kemerahan, demam, lemah letih lesu dan dada rasa berdebar-debar. Adanya sianosis, kulit kemerahan, Konjungtiva hiperemis, peningkatan JVP, hepatojugular refluks, bentuk dada abnormal. Bunyi jantung reguler, terdengar bising sistolik di RIC VI, blowing, grade 4/6, punctum maximum di apeks, penjalaran ke Axilla. Bising sistolik di RIC V linea strenalis dektra, grade 4/6, blowing punctum maksimun di RIC V linea sternalis dektra. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan polisitemia. Pada rontgent dada terdapat kardiomegali, dari ekokardiografi adanya CAVSD, hipertensi pulmonal Moderate-severe, Left arch, fungsi RV yang menurun. Pada pasien dilakukan prosedur flebotomi untuk mengurangi kepekatan darah. Pengobatan hipertensi pulmonal pada pasien ini adalah dengan pemberian diuretik dan dorner.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Yurizali, Bun, and AM Hanif. "COMPLETE ATRIOVENTRICULAR SEPTAL DEFECTS DENGAN POLISITEMIA SEKUNDER." Jurnal Kesehatan Andalas 8, no. 2 (May 14, 2019): 444. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v8i2.1023.

Full text
Abstract:
Atrioventricular septal defect (AVSD) adalah kelainan berupa defek pada septum atrioventrikular (AV) di atas atau bawah katup AV, disertai kelainan katup AV; terjadi akibat pertumbuhan yang abnormal dari endokardial cushion pada masa janin. AVSD mewakili 4% sampai 5% bawaan cacat jantung. Dilaporkan seorang pasien laki–laki 20 tahun dengan keluhan sesak nafas saat beraktivitas dan berkurang dengan istirahat, disertai bibir dan kuku jari yang membiru, sakit kepala hilang timbul, muka kemerahan, demam, lemah letih lesu dan dada rasa berdebar-debar. Adanya sianosis, kulit kemerahan, Konjungtiva hiperemis, peningkatan JVP, hepatojugular refluks, bentuk dada abnormal. Bunyi jantung reguler, terdengar bising sistolik di RIC VI, blowing, grade 4/6, punctum maximum di apeks, penjalaran ke Axilla. Bising sistolik di RIC V linea strenalis dektra, grade 4/6, blowing punctum maksimun di RIC V linea sternalis dektra. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan polisitemia. Pada rontgent dada terdapat kardiomegali, dari ekokardiografi adanya CAVSD, hipertensi pulmonal Moderate-severe, Left arch, fungsi RV yang menurun. Pada pasien dilakukan prosedur flebotomi untuk mengurangi kepekatan darah. Pengobatan hipertensi pulmonal pada pasien ini adalah dengan pemberian diuretik dan dorner.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Erwin Affandi Soeriadi Koesoemah, Badai Bhatara Tiksnadi, A Hussein S Kartamihardja, and Muhammad Arifin Fahmi. "Sidik Perfusi Miokard SPECT/CT Pada Pasien Dekstrokardia Dengan Dugaan Penyakit Arteri Koroner." Journal Of The Indonesian Medical Association 71, no. 2 (June 22, 2021): 94–99. http://dx.doi.org/10.47830/jinma-vol.71.2-2021-289.

Full text
Abstract:
Pendahuluan: Sidik perfusi miokard (SPM) merupakan prosedur pemeriksaan non-invasif untuk melihat aliran darah, viabilitas, serta kontraktilitas otot-otot jantung. SPM merupakan salah satu modalitas penting menggunakan radionuklida dalam tatalaksana penyakit jantung. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) merupakan teknologi yang diterapkan pada pemeriksaan SPM yang dapat dikombinasikan dengan CT scan. Dekstrokardia merupakan suatu kelainan letak dan posisi jantung, yaitu jantung terletak pada hemithorak kanan yang disertai dengan gangguan perfusi.Kasus: Dilaporkan seorang wanita, usia 51 tahun, datang dengan keluhan nyeri dada kanan hilang timbul sejak 2 tahun terakhir. Nyeri dada muncul terutama pada saat beraktivitas, menjalar sampai ke punggung, dan kadang disertai sesak nafas. Pemeriksaan ekokardiografi sebelumnya menunjukkan jantung terletak di dada kanan. Pemeriksaan CT scan memberikan hasil inkonklusif. Pasien dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan SPM atas indikasi dugaan PJK dengan dekstrokardia.Diskusi: Pasien dengan dekstrokardia memiliki risiko untuk mengalami iskemik miokard yang sama dengan pada populasi umum. Pemeriksaan SPM dapat digunakan untuk mendeteksi PJK pada pasien dekstrokardia.Kesimpulan: SPM SPECT/CT dapat memberikan informasi fungsional dan membantu dalam menentukan tipe dekstrokardia pada pasien dengan kecurigaan penyakit jantung koroner.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Furnia, Ira, Dwi Prasetyo, and Lelani Reniarti. "Korelasi Kadar Ion Kalsium Serum dengan Dimensi, Fungsi Sistol dan Diastol Ventrikel Kiri pada Thalassemia Mayor dengan Hemosiderosis." Sari Pediatri 17, no. 3 (November 8, 2016): 195. http://dx.doi.org/10.14238/sp17.3.2015.195-9.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Kalsium berperan penting dalam kontraksi miokardium. Besi bebas/non-transferrin bound iron (NTBI) padathalassemia mayor (TM) dengan kelebihan besi (hemosiderosis) masuk ke dalam sel jantung menggunakan L-typ e calcium channel(LTCC) sehingga mengganggu transportasi kalsium.Tujuan. Menganalisis korelasi kadar ion kalsium serum dengan dimensi, fungsi sistol, dan diastol ventrikel kiri pada TM yangsudah mengalami hemosiderosis.Metode. Penelitian potong lintang dilaksanakan dari Desember 2014–Januari 2015 melibatkan 67 kasus TMusia 7–14 tahun yangdisertai hemosiderosis. Pemeriksaan kadar ion kalsium serum menggunakan metode ion selective electrode (ISE) dan pemeriksaandimensi serta fungsi jantung menggunakan ekokardiografi 2 dimensi, M-mode, dan Doppler oleh dokter spesialis kardiologi anak.Analisis korelasi dengan uji Spearman dan Pearson.Hasil. Uji korelasi Spearman menunjukkan korelasi negatif yang signifikan antara kadar ion kalsium serum dan left ventricularposterior wall thickness/LVPWd (r=-0,25; p=0,04). Uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi negatif yang signifikan antara kadarion kalsium serum dan ejection fraction/EF (r=-0,294; p=0,016) serta fractional shortening/FS (r=-0,252; p=0,039), tetapi tidakdengan fungsi diastol (p>0,05).Kesimpulan. Semakin rendah kadar ion kalsium serum maka semakin tinggi nilai LVWP, EF, dan FS. Kadar ion kalsium serumtidak berkorelasi dengan fungsi diastol.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Sari, Oktaviliana, Ria Nova, Herman Bermawi, and Erial Bahar. "Perbandingan Efektifitas dan Keamanan Parasetamol Intravena dan Ibuprofen Oral pada Penutupan Duktus Arteriosus Persisten pada Bayi Kurang Bulan." Sari Pediatri 17, no. 4 (October 26, 2016): 279. http://dx.doi.org/10.14238/sp17.4.2015.279-84.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Duktus arteriosus persisten (DAP) pada bayi kurang bulan (BKB) dapat menimbulkan gangguan hemodinamika sehingga perlu segera ditutup. Salah satu cara penutupan adalah dengan obat penghambat siklooksigenase (COX), khususnya ibuprofen. Mengingat efek samping yang ditimbulkan ibuprofen, parasetamol yang bekerja menghambat peroksidase mulai diperkenalkan sebagai alternatif dengan efektifitas setara dan efek samping yang minimal.Tujuan. Membandingkan efektifitas dan keamanan antara parasetamol intravena dan ibuprofen oral untuk penutupan DAP pada BKB.Metode. Uji klinis terbuka, acak terkontrol pada bayi dengan usia gestasi ≤37 minggu yang dikonfirmasi DAP dengan menggunakan ekokardiografi. Dilakukan randomisasi blok untuk menerima parasetamol intravena atau ibuprofen oral. Hasil utama yang dinilai adalah respon terapi penutupan duktus arteriosus (DA), efek samping yang timbul, dan kejadian reopening.Hasil. Penutupan DAP terjadi pada 33 dari 36 (91,6%) BKB yang mendapat parasetamol intravena dan 29 dari 40 (72,5%) yang mendapat ibuprofen oral (p=0,03). Pada kelompok ibuprofen, efek samping yang timbul berupa trombositopenia (28,5%) dan perdarahan saluran cerna (25,7%), sedangkan pada kelompok parasetamol intravena tidak dijumpai efek samping. Reopening terjadi hanya pada satu bayi di kelompok ibuprofen oral.Kesimpulan. Parasetamol intravena lebih efektif dan lebih aman dibandingkan ibuprofen oral untuk penutupan DAP pada BKB.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Hartawan, I. Nyoman Budi, Antonius H. Pudjiadi, Abdul Latief, Rismala Dewi, and Irene Yuniar. "Validitas Stroke Volume Variation dengan Ultrasonic Cardiac Output Monitor (USCOM) untuk Menilai Fluid Responsiveness." Sari Pediatri 17, no. 5 (July 12, 2016): 367. http://dx.doi.org/10.14238/sp17.5.2016.367-372.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Stroke volume variation (SVV) adalah parameter hemodinamik untuk menilai fluid responsiveness. Pengukuran SVV dapat dilakukan dengan USCOM yang merupakan alat pemantauan hemodinamik non invasif berbasis ekokardiografi Doppler.Tujuan. Mengetahui nilai cut-off point (titik potong optimal) SVV dengan USCOM sebagai prediktor fluid responsiveness pada pasien dengan ventilasi mekanik.Metode. Penelitan dilaksanakan di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan menggunakan peningkatan stroke volume (SV) setelah challenge cairan ringer laktat 10 mL/kg berat badan selama 15 menit sebagai indek. Subyek penelitian adalah pasien dengan usia ≥1 bulan dan ≤18 tahun yang menggunakan ventilasi mekanik. Peningkatan nilai SV ≥10% disebut responder dan <10% disebut non responder. Pengukuran SV dengan USCOM dilakukan sebelum dan setelah fluid challenge, dan pengukuran SVV dilakukan sebelum challenge cairan.Hasil. Terdapat 32 subyek ikut serta dalam penelitian. Area under curve (AUC) subyek ventilasi mekanik adalah 76,6% (IK95%:60,1%-93,1%), p<0,05. Titik potong optimal SVV adalah 30%, dengan sensitivitas 72,7% dan spesisifitas 70%.Kesimpulan. Ultrasonic cardiac output monitor (USCOM) memiliki validitas yang baik untuk menilai SVV pada pasien dengan ventilasi mekanik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Apandi, Putria Rayani, Sri Endah Rahayuningsih, and Rahmat Budi Kuswiyanto. "Perbedaan Fungsi Ventrikel Kiri pada Anak Gizi Kurang dan Gizi Normal dengan Metode Myocardial Performance Index." Sari Pediatri 23, no. 2 (August 31, 2021): 110. http://dx.doi.org/10.14238/sp23.2.2021.110-14.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Gizi kurang pada anak menyebabkan perubahan pada komposisi tubuh, berupa berkurangya masa otot jantung yang akan menyebabkan kelainan pada fungsi kardiovaskuler. Myocardial performance index (MPI) adalah pemeriksaan fungsi ventrikel yang tidak terpengaruh geometri jantung. Pemeriksaan MPI pada anak gizi kurang belum pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan fungsi ventrikel pada gizi kurang dan gizi normal.Metode. Rancangan penelitian ini adalah potong lintang yang dilakukan pada anak sekolah berumur 6-11 tahun di Kotamadya Bandung selama September – Desember 2014 di 10 Sekolah Dasar. Subyek penelitian di pilih secara random kemudian dibagi menjadi gizi kurang dan gizi normal berdasarkan WHO 2007. Fungsi ventrikel diukur dengan ekokardiografi transtorakal dengan metode Myocardial performance index. Uji t berpasangan dipakai untuk membedakan fungsi ventrikel kiri pada gizi kurang dengan signifikansi P<0,05. Hasil. Rerata MPI ventrikel kiri pada anak gizi kurang adalah 0,37±0,07 dan pada gizi normal adalah 0,35±0,08. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna fungsi ventrikel kiri dengan metoda Myocardial Performance Index pada kedua kelompok.(CI95%:-0,012–0,058 P:0,191)Kesimpulan. Fungsi ventrikel kiri pada anak gizi kurang dan gizi normal yang diukur dengan Metode myocardial performance index tidak berbeda bermakna.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Kaunang, David, Damaris Pali, and Jeanette I. Ch Manoppo. "Hubungan antara Profil Lipid, Ketebalan Tunika Intima Media Arteri Karotis dan Masa Ventrikel Kiri pada Remaja Obes." Sari Pediatri 16, no. 5 (November 9, 2016): 319. http://dx.doi.org/10.14238/sp16.5.2015.319-24.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Obesitas pada anak merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular. Belumdiketahui apakah profil lipid pada anak obes akan berpengaruh terhadap ketebalan tunika intima media(KIM) arteri karotis dan selanjutnya menyebabkan perubahan pada masa ventrikel kiri (MVK).Tujuan. Mengetahui hubungan antara profil lipid, ketebalan tunika intima media arteri karotis dan massaventrikel kiri pada remaja obes.Metode. Dilakukan penelitian observasional analitik dengan metode potong lintang terhadap 37 remajaobes berusia 13-18 tahun dari bulan November 2013- Februari 2014. Kriteria eksklusi adalah obesitasdengan penyakit penyerta dan obesitas endogen. Pemeriksaan profil lipid yaitu kolesterol total, LDL, HDLdan trigliserida. Penilaian KIM arteri karotis dan MVK dilakukan dengan ekokardiografi. Analisis deskriptifuntuk menganalisis karakteristik dan analisis korelasi menggunakan uji Pearson.Hasil. Kadar rerata kolesterol total 186,45 mg/dL, LDL 128,83 mg/dL, HDL 45,83 mg/dL, trigliserida110,75 mg/dL, KIM 0,67 mm, dan MVK 393 gr. Terdapat hubungan bermakna antara kadar HDL denganKIM arteri karotis (r= -0,338, p=0,02). Tidak didapatkan hubungan antara kadar kolesterol total, LDL dantrigliserida dengan KIM (secara berturut-turut r= 0,079, p=0,320; r= 0,085, p=0,309; r=0,116, p=0,247),dan tidak didapatkan hubungan antara KIM dan MVK (r=0,109, p=0,261).Kesimpulan. Semakin tinggi kadar HDL, semakin rendah ketebalan tunika intima media arteri karotis.Ketebalan tunika intima-media arteri karotis tidak berhubungan dengan masa ventrikel kiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Kaunang, David, Irna Chandra, and Stefanus Gunawan. "Hubungan Ketebalan Intima Media Arteri Karotis dan Massa Ventrikel Kiri pada Remaja Obes." Sari Pediatri 17, no. 4 (October 26, 2016): 249. http://dx.doi.org/10.14238/sp17.4.2015.249-54.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Obesitas pada anak berhubungan dengan peningkatan risiko kematian yang disebabkan aterosklerosis dan kardiomiopati pada saat dewasa. Ketebalan intima media (KIM) arteri karotis dan massa ventrikel kiri (MVK) adalah penanda awal aterosklerosis dan kardiomiopati yang dapat diperiksa sejak usia dini.Tujuan.Mengetahui hubungan antara KIM arteri karotis dan MVK pada remaja obes. Metode.Penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang terhadap 45 remaja usia 13-18 tahun dari bulan November 2013 – Februari 2014. Subyek dibagi menjadi obes dan tidak obes berdasarkan IMT menurut umur dan jenis kelamin. Penilaian KIM dan MVK dengan ekokardiografi. Pengolahan data dengan uji Mann-Whitney, uji t tidak berpasangan. Hubungan antara KIM dengan MVK ditentukan dengan uji regresi linier.Hasil.Terdapat perbedaan bermakna antara KIM remaja obes (rerata 0,79 mm, SB 0,77) dibandingkan tidak obes (rerata 0,23 mm, SB 0,22) (p<0,001). Rerata MVK remaja obes 456,75 g (SB 204,39) berbeda bermakna dengan rerata MVK tidak obes 138,24 g (SB 24,19) (p<0,001). Terdapat hubungan antara KIM dengan MVK pada remaja obes (r=0,374 p=0,006).Kesimpulan. Ketebalan intima media arteri karotis dan MVK pada remaja obes berbeda bermakna dibandingkan tidak obes. Pada remaja obes terjadi peningkatan KIM dan MVK. Terdapat hubungan peningkatan KIM arteri karotis dengan peningkatan MVK pada remaja obes.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Pratama, Achmad Yudha Aditya, Sri Lilijanti Widjaja, and Harsono Salimo. "Hubungan antara Nilai Red Cell Distribution Width dan Fungsi Ventrikel Kiri pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Asianotik." Sari Pediatri 18, no. 5 (March 29, 2017): 339. http://dx.doi.org/10.14238/sp18.5.2017.339-44.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Abnormalitas fungsi sistolik dan diastolik dari ventrikel kanan dan kiri banyak ditemukan pada pasien dengan PJB asianotik. Di Indonesia, fasilitas untuk menilai fungsi ventrikel kiri berupa ekokardiografi tidak selalu tersedia di rumah sakit perifer sehingga diperlukan penanda lain sebagai alternatif, di antaranya, red cell distribution width (RDW).Tujuan. Menganalisis hubungan nilai RDW dan fungsi ventrikel kiri (ejeksi fraksi, fraksi pemendekan dan rasio E/A) pada anak dengan PJB asianotik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Metode. Penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional, subjek 33 anak PJB asianotik. Hubungan antara kadar RDW dan parameter fungsi ventrikel kiri dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil. Di antara 33 subjek terdapat 17 laki-laki (51,5%). Didapatkan jenis PJB asianotik VSD (ventricle septal defect) 10 pasien (30,3%), ASD (atrial septal defect) 15 pasien (45,5%) dan PDA (patent ductus arteriosus) 8 pasien (24,2%). RDW berkorelasi signifikan dengan rasio E/A pada PJB asianotik secara keseluruhan (r -0,342; p=0,026). Pada VSD dan PDA, RDW tidak berkorelasi dengan parameter fungsi ventrikel kiri apapun. Namun pada ASD, RDW berkorelasi signifikan dengan ejeksi fraksi (r -0,491; p=0,032). Kesimpulan. Didapatkan hubungan antara RDW dengan parameter fungsi ventrikel kiri, terutama rasio E/A pada pasien PJB asianotik. Selain itu, juga terdapat hubungan antara RDW dengan ejeksi fraksi pada pasien ASD.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Chumairoh, Siti. "Tindakan Percutaneous Coronary Interventio Pada Penilaian Grade Disfungsi Diastolik dan Tekanan Pengisian Ventrikel Kiri pada Pasien Gagal Jantung." ARKAVI [Arsip Kardiovaskular Indonesia) 3, no. 1 (January 1, 2018): 192–99. http://dx.doi.org/10.22236/arkavi.v3i1.3688.

Full text
Abstract:
Gagal jantung merupakan kumpulan gejala kompleks yang dihasilkan dari gangguan struktural atau fungsional dari pengisian ventrikel kiri atau pemompaan ventrikel kiri. Disfungsi diastolik mempunyai pengaruh besar pada status keluhan, kapasitas fungsional, terapi, dan prognosis baik pada gagal jantung diastolik maupun gagal jantung sistolik terlepas dari etiologi dasar. Variabel kunci yang direkomendasikan untuk penilaian kelas disfungsi diastolik ventrikel kiri yaitu rasio E/A, rasio E/e’ dan Left Atrial Volume Indeks (LAVI). Penulisan menggunakan metode deskriptif. Dengan total jumlah 100 pasien gagal jantung sistolik dan diastolik. Berdasarkan total pasien, didapatkan 83% pasien dengan Heart Failure with reduced Ejection Fraction (HFrEF) EF < 50% dan 17% pasien dengan Heart Failure with perserved Ejection Fraction (HFpEF) EF ≥ 50%. Pada HFrEF 19.3% pasien dikategorikan grade I, 7.2% pasien grade II, 30.1% pasien dengan grade III, dan 42.2% pasien mengalami disfungsi diastolik. 80% pasien mengalami peningkatan pengisian ventrikel kiri dan 20% pasien dengan pengisian ventrikel kiri normal. Sedangkan pada HFpEF 17.5% pasien grade I, 23.5% pasien grade II, 6% pasien grade III, dan 53% pasien disfungsi diastolik. 47% pasien dengan pengisian ventrikel kiri normal dan 53% pasien dengan pengisian ventrikel kiri meningkat. Sebanyak 99% pasien mengalami disfungsi diastolik, dan 75% pasien mengalami peningkatan pengisian ventrikel kiri. KataKunci: Gagal Jantung, Disfungsi Diastolik, Tekanan Pengisian Ventrikel Kiri, Ekokardiografi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Herlambang, Galih, Sri Lilijanti Widjaja, Yulidar Hafidh, and Harsono Salimo. "Hubungan rasio netrofil limfosit dengan hipertensi arteri pulmonal pada anak dengan penyakit jantung bawaan asianotik." Sari Pediatri 21, no. 2 (September 6, 2019): 96. http://dx.doi.org/10.14238/sp21.2.2019.96-101.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Hipertensi arteri pulmonal (HAP) merupakan komplikasi yang sering terjadi penyakit jantung bawaan (PJB). Peningkatan tekanan vaskular paru disebabkan oleh disfungsi sel endotel paru yang ditandai oleh inflamasi perivaskular. Rasio neutrofil limfosit (RNL) merupakan salah satu penanda biologis inflamasi yang murah dan mudah dan berhubungan dengan penyakit jantung.Tujuan. Untuk mengetahui hubungan RNL dengan HAP pada anak dengan PJB asianotik.Metode. Penelitian potong lintang pada pasien anak usia 1 bulan – 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan sianotik yang dirawat dan/atau poliklinik anak RSUD dr. Moewardi Surakarta antara Januari 2018 – Januari 2019. Diagnosis HAP berdasarkan pemeriksaan ekokardiografi Doppler. Semua subyek dilakukan pemeriksaan darah rutin lengkap. Analisis data dengan uji t tidak berpasangan, uji Mann Whitney dan uji chi square/fisher exact test. Hasil. Tiga puluh pasien PJB asianotik (aliran sistemik ke paru) terdiri atas 17 anak laki-laki, 13 anak perempuan. Hipertensi arteri pulmonal terjadi pada 17 pasien dan tidakHAP sebanyak 13 pasien. Defek PJB paling banyak defek septum atrium (DSA) dan defek septum ventrikel (DSV). Rasio neutrofil limfosit pada HAP lebih tinggi daripada tidak HAP pada anak dengan PJB asianotik (3,56±1,07 vs 2,04±0,34; p<0,001). Nilai cut off point RNL sebesar 2,355 dengan nilai AUC sebesar 0,901 dengan sensitivitas 84,2% dan spesifisitas 84,6%. Kesimpulan. Peningkatan RNL berhubungan dengan HAP pada anak dengan PJB asianotik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Wilar, Rocky, and J. M. Wantania. "Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Episode Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan." Sari Pediatri 8, no. 2 (December 5, 2016): 154. http://dx.doi.org/10.14238/sp8.2.2006.154-8.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang seringdiderita oleh anak-anak. Gangguan hemodinamik pada penyakit jantung bawaan (PJB)dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang berulang. Banyak faktor risiko yangberhubungan dengan terjadinya ISPA.Tujuan penelitian. Mengetahui episode dan lamanya ISPA pada anak dengan PJBdan faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya ISPA tersebut.Metoda. Jenis penelitian ini adalah studi longitudinal (prospektif), sejak 10 Nopember2004 sampai 10 Juni 2005 pada 47 anak yang menderita PJB (29 tipe non sianotik dan18 tipe sianotik) yang berusia 6 bulan sampai 12 tahun. Diagnosis PJB berdasarkan atasanamnesis, pemeriksaan fisik, EKG dan ekokardiografi. Diagnosis ISPA berdasarkananamnesis dan pemeriksaan fisik. Dilakukan kunjungan rumah tiap bulan pada pasienuntuk mengevaluasi episode dan lamanya ISPA. Kriteria inklusi tidak menderita kelainanbawaan yang lain (misalnya bibir sumbing), berdomisili di kota Manado dan mendapatpersetujuan dari orang tua/wali. Analisis statistik menggunakan analisis deskriptif, regresilinear sederhana dan multipel.Hasil. Terdapat perbedaan episode dan lamanya ISPA antara PJB non sianotik dan PJBsianotik (p<0,001). Terdapat hubungan antara episode ISPA dengan umur dan statusgizi (p<0,001). Terdapat hubungan antara lamanya ISPA dengan tipe PJB (p<0,01).Kesimpulan. Episode ISPA pada pasien PJB lebih sering dibandingkan dengan anak normal.Episode ISPA pada PJB sianotik lebih sering dibandingkan PJB non sianotik. Pasien PJBsianotik apabila mengalami ISPA lebih lama dibanding PJB non sianotik. Umur danstatus gizi sangat berhubungan dengan episode ISPA pada anak-anak dengan PJB.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Suwarniaty, Renny, Teddy Ontoseno, Bambang Permono, and Sudigdo Sastroasmoro. "Pengaruh Kadar Feritin Serum terhadap Fungsi Ventrikel Kiri pada Thalassemia Mayor yang Mendapat Transfusi Multipel." Sari Pediatri 9, no. 3 (November 30, 2016): 178. http://dx.doi.org/10.14238/sp9.3.2007.178-84.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Thalassemia adalah penyakit darah yang bersifat diturunkan, transfusi darah secara teraturmerupakan satu-satunya cara untuk memperpanjang hidup.Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh kadar feritin serum terhadap fungsi ventrikel kiri pada pasienthalassemia mayor yang mendapatkan transfusi multipel.Metode. Penelitian dengan rancang bangun cross sectional. Dilakukan di Divisi Hematologi - OnkologiRS Dr Sutomo Surabaya dari bulan Agustus-November 2006. Pengambilan sampel secara konsekutif,dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan jumlah transfusi darah yang telah diterima.Hasil. Subjek penelitian 61 anak rerata kadar serum feritin pada kelompok 1: 768,7, kelompok 2: 2338,8,kelompok 3: 5207,3. Hasil ekokardiografi EF < 64% kelompok 1: 3 dari 18 anak (16,7%), kelompok 2: 2dari 15 anak (13,3%), kelompok 3: 8 dari 28 anak (28,6%). Rasio E/A < 1,5 kelompok 1: 6 dari 18 anak(33,3%), kelompok 2: 3 dari 15 anak (20,0%), kelompok 3: 12 dari 28 anak (42,9%). Rasio E/A > 2,5kelompok 1: 1 dari 18 anak (5,6%), kelompok 2: 1 dari 15 anak (6,7%), kelompok 3: 4 dari 28 anak(9,8%). Dengan analisis regresi logistik, ternyata tidak ada hubungan bermakna antara kadar feritin serumdengan gangguan fungsi ventrikel kiri pada subyek penelitian. (p > 0,05)Kesimpulan. Terdapat hubungan antara lama transfusi dengan rasio E/A yang > 2,5, namun tidakdidapatkan hubungan antara kadar serum feritin dengan gangguan fungsi ventrikel kiri pada pasientallasemia mayor yang mendapatkan transfusi secara multipel.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Pratama, Yanuar Surya, Andita Chairunnisa, Udin Bahrudin, Ilham Uddin, Mochamad Arif Nugroho, Muchlis Achsan Udji Sofro, and Tri Nur Kristina. "Korelasi Antara Jumlah Cd4 Dengan Global Longitudinal Strain Ventrikel Kiri Pada Penderita Human Immunodeficiency Virus." Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine 8, no. 1 (March 23, 2021): 48–54. http://dx.doi.org/10.36408/mhjcm.v8i1.495.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Jumlah CD4 merupakan parameter penting pada penderita HIV dan berhubungan dengan peningkatan risiko disfungsi sistolik. Hingga saat ini, korelasi antara jumlah CD4 dengan parameter global longitudinal strain (GLS) sebagai indikator fungsi sistolik subklinis masih belum jelas. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan metode belah lintang. GLS ventrikel kiri diperiksa menggunakan ekokardiografi dua dimensi. Jumlah CD4 baseline dan nadir diperoleh dari rekam medis sedangkan jumlah CD4 aktual dan CD4 percentage (CD4%) diperiksa menggunakan metode flow cytometry. Hasil: Total 37 pasien HIV asimptomatik mengikuti penelitian dengan rerata umur 31,95± 7,54 tahun dan median durasi penggunaan ARV adalah 34 bulan. Median CD4 baseline dan CD4 nadir adalah 272 sel/uL dan 223 sel/uL, sedangkan rerata CD4 aktual dan CD4% adalah 516,08±252,03 sel/uL dan 19,66±7,97 %. Semua subyek penelitian memiliki fungsi sistolik normal. Rerata GLS ventrikel kiri adalah 17,02±0,71. GLS ventrikel kiri berkorelasi positif dengan CD4 aktual (r=0,43; p=0,008) dan CD4% (r=0,349; p=0,034). Penderita HIV dengan jumlah CD4 aktual ?400 sel/uL memiliki GLS ventrikel kiri yang lebih baik dibandingkan dengan yang <400 sel/uL (p=0,022). Kesimpulan: Jumlah CD4, terutama CD4 aktual dan CD4 percentage berkorelasi dengan disfungsi sistolik subklinis yang diukur dengan global longitudinal strain pada penderita HIV asimtomatik. Hal ini mungkin dapat menjelaskan peran CD4 terhadap patogenesis gagal jantung pada penderita HIV.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography