To see the other types of publications on this topic, follow the link: Empan temporel.

Journal articles on the topic 'Empan temporel'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 36 journal articles for your research on the topic 'Empan temporel.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Nello, Élisabeth. "Appréhender l’expérience et le cours d’existence de personnes malades chroniques sur des empans temporels longs : conception d’outils méthodologiques." Savoirs 45, no. 3 (2017): 67. http://dx.doi.org/10.3917/savo.045.0067.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Simamora, Jenny Teresia, and Elistia Liza Namigo. "Pemetaan Magnitude of Completeness (Mc) untuk Gempa Sumatera." Jurnal Fisika Unand 5, no. 2 (April 1, 2016): 179–86. http://dx.doi.org/10.25077/jfu.5.2.179-186.2016.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan estimasi nilai Mc, nilai-b dan nilai-a menggunakan data gempa bumi dari katalog USGS (United States Geological Survey) dari Januari 1970 sampai Maret 2015 dengan batas 90°BB - 106°BB dan 6°LU - 6°LS dengan skala magnitudo Mw≥4 SR sampai 9 SR pada kedalaman maksimum 300 km yang meliputi wilayah Sumatera dan Samudera Hindia. Dalam penelitian ini digunakan Software ZMAP under MATLAB. Estimasi Mc dilakukan secara spasial dan temporal dengan menggunakan dua metoda yaitu metoda MAXC dan EMR. Variasi nilai Mc secara spasial kemudian dipetakan dengan bin size 250 secara spasial dan secara temporal persepuluh tahun untuk melihat evolusi nilai Mc selama empat dekade terakhir. Dari analisis diatas, diperoleh Mc sekitar 4,2 SR sampai 5,6 SR (nilai Mc rata-rata adalah 4,6 SR), Nilai-b berkisar 0,6 sampai 1,1 dan variasi nilai-a berkisar 5 sampai 7,5. Berdasarkan pemetaan nilai Mc, Sumatera bagian utara dan daerah lepas pantai barat Sumatera memiliki nilai Mc yang rendah yaitu (4.6-4,9) SR. Ini menandakan bahwa data gempa untuk daerah-daerah tersebut cukup lengkap di banding daerah lain. Berdasarkan pemetaan nilai-b dan nilai-a, wilayah yang memiliki tingkat kegempaan yang relatif tinggi dan memiliki potensi gempa-gempa besar adalah wilayah Aceh, Simeulue, Nias, Mentawai dan sekitar Bengkulu. Variasi Mc secara temporal relatif menurun selama empat dekade terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perekaman data gempa relatif baik.Kata Kunci: pemetaan Mc, nilai-b, nilai-a, MAXC, EMR.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Hantono, Dedi, Zubair Butudoka, Aditha Agung Prakoso, and Danang Yulisaksono. "Adaptasi Seting Ruang Pasar Jiung Terhadap Kehadiran Pasar Temporer Di Jalan Kemayoran Gempol Barat Jakarta." Jurnal Arsitektur ZONASI 2, no. 2 (June 17, 2019): 75. http://dx.doi.org/10.17509/jaz.v2i2.13628.

Full text
Abstract:
Pasar Jiung adalah pasar tradisional yang berada pada empat sisi jalan di daerah Kemayoran Jakarta Pusat yaitu tepatnya berada pada sisi Jalan Benyamin Sueb, Jalan Haji Ung, Jalan Kemayoran Gempol Barat dan Jalan Kemayoran Gempol Utara. Pada sisi dalam deretan kios-kios pasar tersebut terdapat permukiman padat penduduk. Pada umumnya kios-kior pasar yang ada dimiliki oleh warga dari permukiman tersebut. Mereka berhuni sekaligus berdagang sudah dalam wakrtu yang cukup lama. Namun keberadaan Pasar Jiung beberapa tahun belakangan ini sedikit “terusik” dengan kehadiran pasar temporer yang menempati lokasi yang sama dengan Pasar Jiung yaitu pada ruas Jalan Kemayoran Gempol Barat. Deretan kios pasar temporer ini terbuat dari konstruksi yang bisa dibongkar-pasang. Melihat keberadaan pasar temporer yang masih hadir sampai saat ini menandakan bahwa kehadiran pasar temporer ini telah diterima oleh masyarakat Pasar Jiung. Hipotesa ini diperkuat dengan melakukan penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan menjadikan alasan utama diterimanya pasar temporer ini. Masyarakat Pasar jiung pun melakukan beberapa penyesuaian dengan hadirnya pasar baru tersebut. Selain Pasar Jiung itu sendiri, daerah di sekitarnya juga melakukan beberapa penyesuaian seting ruang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Nainggolan, Oriana Tio Parahita. "The Impact of Music in Increasing Intelligence: A "Gendhing Lancaran" Experiment on Spatial-Temporal Ability." Journal of Music Science, Technology, and Industry 2, no. 1 (January 15, 2019): 113. http://dx.doi.org/10.31091/jomsti.v2i1.606.

Full text
Abstract:
The purpose of this research was to investigate the influence of the Javanese gamelan pieces, namely gendhing lancaran towards the increasing of the spatial-temporal ability. The subjects of this research consist of 60 elementary school students in the fourth grade. By using random methods, those subjects are grouped into two groups those are 30 students on the experiment group and 30 others on the control group. The subjects were assigned to one of two conditions: listening gendhing lancaran (for the experiment group) or no music (for the control group). As a spatial-temporal task, CFIT (culture fair intelligence test) was administered before and after listening gendhing lancaran. The experiment group is scored significantly higher than the non-music group on CFIT. These data support this research as the elements of sounds produced by various music instruments can give stimulus or influence spatial-temporal ability. Tujuan penelitian ini adalah menginvestigasi pengaruh tetembangan gamelan Jawa, yaitu gendhing lancaran terhadap peningkatan kemampuan spasial-temporal. Subjek penelitian ini adalah 60 murid sekolah dasar di kelas empat. Dengan menggunakan metode acak, subjek-subjek tersebut dijadikan ke dalam dua kelompok, yaitu 30 dalam kelompok eksperimen dan 30 lainnya dalam kelompok pengawasan. Mereka dikaitkan dengan salah satu dari dua kondisi: mendengar gendhing lancaran (untuk kelompok eksperimen) atau tidak mendengar musik tersebut (untuk kelompok pengawasan). Sebagai tugas spasial-temporal, CFIT (culture fair intelligence test) dicatat sebelum dan sesudah mendengar gendhing lancaran. Kelompok eksperimen secara signifikan bernilai lebih tinggi dibandingkan kelompok pengawasan melalui CFIT. Data ini mendukung penelitian ini di mana elemen-elemen bunyi yang dihasilkan berbagai alat musik dapat memberikan stimulus atau pengaruh pada kemampuan spasial-temporal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Radiarta, I. Nyoman, and Erlania Erlania. "ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL KONDISI KUALITAS PERAIRAN MELALUI PENDEKATAN STATISTIK MULTIVARIAT DI TELUK GERUPUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT." Jurnal Riset Akuakultur 10, no. 3 (September 30, 2015): 435. http://dx.doi.org/10.15578/jra.10.3.2015.435-447.

Full text
Abstract:
Kondisi kualitas perairan dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik dan proses alami. Statistik multivariat, seperti analisis klaster (cluster analysis/CA) dan analisis komponen utama (principal component analysis/PCA), telah digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis kondisi kualitas perairan dan mengidentifikasi parameter kualitas air yang memengaruhi secara keruangan (spasial) dan waktu (temporal) di kawasan Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat. Data kondisi kualitas perairan di 16 titik pengamatan dikumpulkan selama enam bulan program pemantauan dari bulan Juli-Desember 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CA mengklasifikasikan enam bulan pengamatan menjadi dua periode; periode satu: Juli-September 2013, dan periode dua: Oktober-Desember 2013. Pengelompokkan ini berhubungan dengan pola musim tanam rumput laut di lokasi penelitian. CA juga mengklasifikasikan stasiun pengamatan menjadi tiga kelompok besar sesuai dengan kesamaan karakteristik kualitas air. PCA yang diaplikasikan pada seluruh data menghasilkan empat komponen utama dengan ragam kumulatif 69,93%. Analisis PCA selama enam bulan pengamatan (Juli-Desember) menunjukkan bahwa parameter utama yang memengaruhi variasi kualitas air terutama adalah: suhu, pH, dan konduktivitas. Penelitian ini menunjukkan efektivitas statistik multivariat untuk analisis dan interpretasi kondisi kualitas perairan baik secara spasial dan temporal. Pendekatan ini dapat berguna bagi pengelolaan dan evaluasi kondisi kualitas perairan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

ROBIAL, S. M., S. NURDIATI, and A. SOPAHELUWAKAN. "ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) BERBASIS EIGEN VALUE PROBLEM (EVP) PADA DATASET SUHU PERMUKAAN LAUT INDONESIA." Journal of Mathematics and Its Applications 15, no. 1 (July 1, 2016): 1. http://dx.doi.org/10.29244/jmap.15.1.1-12.

Full text
Abstract:
<p>Data global Suhu Permukaan Laut (SPL) hasil observasi dari tahun ke tahun dibatasi penggunaannya untuk menentukan variasi spasial dan temporal. Analisis dilakukan terhadap data SPL di wilayah perairan Indonesia selama 600 bulan. Metode yang digunakan untuk analisis tersebut adalah metode Empirical Orthogonal Function (EOF) berbasis Eigen Value Problem (EVP). Metode ini lebih dikenal sebagai metode Principal Component Analysis (PCA). Metode EOF bertujuan mereduksi data yang berukuran besar menjadi beberapa mode tanpa menghilangkan informasi dari data yang diamati. Analisis dengan metode tersebut menghasilkan empat komponen utama terbesar yang diinisialkan dengan mode EOF1, EOF2, EOF3 dan EOF4. Mode EOF1 menjelaskan 51.4% dari variasi total dan merupakan pola dominan yang mewakili hampir seluruh data. Mode EOF2 menunjukkan 26.7% dari variasi total. Mode EOF3 dan EOF4 masing-masing menjelaskan 11.2% dan 4.9% dari variasi total. Setiap mode EOF mengandung koefisien yang memuat variabel berupa data grid dan vektor eigen. Data grid menggambarkan letak geografis dan vektor eigen menggambarkan dimensi ruang. Efektifitas dari empat mode EOF yang dihasilkan tersebut dipertahankan untuk dapat menghampiri data asli. Hampiran data asli diperoleh dengan menentukan nilai norm error dari hasil reduksi menggunakan teknik error norm matriks. Teknik ini menghasilkan pola hubungan antara tingkat kesalahan relatif (relative error) dan mode EOF. Pola hubungan yang diperoleh memperlihatkan bahwa semakin banyak mode yang diambil, maka kesalahan relatif akan semakin kecil.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Hadju, Zainal Abdul Azis. "Anotasi Spirit Unable dan Unwilling Terhadap Kejahatan Perang Israel Palestina." Jambura Law Review 1, no. 2 (July 29, 2019): 167–91. http://dx.doi.org/10.33756/jalrev.v1i2.1990.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Apa yang menjadi pertimbangan utama suatu entitas diakui sebagai negara oleh hukum internasional dan Bagaimana relasi antara spirit International Criminal Court (ICC) dengan prinsip unable and willing terhadap Palestina menurut hukum internasional. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, dengan pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus, dan pendekatan historis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pasal 1 Konvensi montevidio menyebutkan bahwa ada empat kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah negara baru untuk menjadi sebuah negara berdaulat, yaitu; adanya populasi yang tetap, wilayah, pemerintah, dan kapasitas negara sebagai penunjang dalam melakukan hubungan dengan negara lain. Terdapat pula pengakuan terhadap suatu negara yang terbagi dalam dua bentuk yakni pengakuan secara de jure maupun secara de facto, Palestina telah diakui secara de jure karna dalam praktiknya yang dibuktikan dengan melakukan perjanjian internasional dengan beberapa negara. Bahwa, ICC memiliki empat macam yuridiksi yakni, yuridiksi personal, kriminal, temporal dan territorial. Pasal 17 ayat 2 dan ayat 3 menentukan negara yang dianggap tidak mau (unwilling). ketidaksediaan (unable). Berkenan dengan hal itu kita dapat kembali ke prinsip otomatis yaitu locus delicti bahwa Israel melakukan kejahatan perang di wilayah palestina dan didukung dengan yurisdiksi dari mahkamah tersebut, maka ICC sudah lebih dari cukup untuk mengadili Israel dengan menggunakan yuridiksi prinsip otomatis yang terkandung dalam statute roma 1998. Kriteria unwilling dan unable dapat diperluas penegakkan melalui Pasal 13 Statuta Roma 1998 yang menyatakan bahwa ICC memiliki tiga kewenangan untuk memeriksa kejahatan internasional, jika terdapat suatu kenyakinan bahwa salah satu dan atau seluruh pihak melakukan kejahatan internasional sesuai dengan Pasal 5 Statuta Roma 1998.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Nurwansah, Illam, Yayat Sudaryat, and Ruhaliah Ruhaliah. "KALIMAT BAHASA SUNDA DALAM TEKS PROSA SUNDA KUNO ABAD KE-16 (Analisis Struktur dan Semantis)." LOKABASA 8, no. 2 (May 23, 2018): 181. http://dx.doi.org/10.17509/jlb.v8i2.14199.

Full text
Abstract:
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis struktur kalimat dengan menggunakan pendekatan tagmémik. Sumber data diambil dari transliterasi teks Carita Parahiyangan yang memakai berbahasa Sunda kuno. Penelitian ini dilakukan karena belum ada analisis mengenai struktur kalimat bahasa Sunda kuno secara mendalam, sebagai informasi linguistik bahasa Sunda temporal. Metode yang dipakai yaitu analisis deskriptif. Bentuk kalimat yang terdapat dalam bahasa Sunda kuno berupa kalimat lengkap dan kalimat ringkasan. Kalimat tunggal sederhana yang ditemukan memiliki tiga pola yaitu (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, sedangkan kalimat tunggal perluasan terdapat empat pola yaitu (1) S-P-K, (2) K-S-P-K, (3) S-P-O-K, dan (4) S-P-Pel-K. Kalimat majemuk setara yang ditemukan berupa kalimat asindetis dan sindetis. Kalimat majemuk asindetis tersusun dari dua klausa, tiga klausa dan empat klausa, sedangkan kalimat sindetis tersusun dari dua klausa. Pola kalimat majemuk bertingkat yaitu berupa kalimat majemuk bertingkat subjektif dan adverbial. Hubungan makna unsur kalimat yang ditemukan yaitu berdasarkan peran semantis subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Hubungan makna antarklausa dalam kalimat majemuk setara terdapat dua jenis yaitu (1) kalimat pertentangan, dan (2) kalimat lanjutan. Hubungan makna antarklausa kalimat majemuk bertingkat terdapat enam jenis, yaitu (1) kalimat waktu, (2) kalimat syarat, (3) kalimat penyebab, (4) kalimat akibat, (5) kalimat pernyataan, dan (6) kalimat guna.AbstractThis research has purpose to analyze sentence structure by using tagmémik approach. Sources of data are taken from Carita Parahiyangan transliteration text that uses ancient Sundanese. This research is conducted because there is no analysis about ancient Sundanese sentence structure deeply, as temporal linguistic information of Sundanese. The method used is descriptive analysis. The sentence forms contained in ancient Sundanese consists of complete sentences and summary sentences. Simple sentences found have three patterns i.e. (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-C, while single sentences extension have four patterns i.e. (1) S-P-A, (2) A-S-P-A, (3) S-P-O-A, and (4) S-P-C-A. Compound sentences are found in the form of asindetis and syndetic sentences. Asindetis compound sentences are composed of two clauses, three clauses, and four clauses, while the syndetic sentences are composed of two clauses. Multilevel compound sentence pattern that is in the form of compound sentences with subjective and adverbial level. Relation of the sentence meaning found is based on the role of semantic subject, predicate, object, complement and adverb. The meaning relation between clauses in equal compound sentences consist two types i.e. (1) conflicting sentences, and (2) advanced sentences. The meaning relation between clauses in different degree compound sentences consist of six types i.e. (1) temporal sentence, (2) requirement sentence, (3) causal sentence, (4) effect sentence, (5) statement sentence, and (6) order sentence.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Trinugroho, Trinugroho, Alfi Satriadi, and Muslim Muslim. "Sebaran Thermal Front Musiman di Wilayah Perairan Selat Madura Menggunakan Single Image Edge Detection." Journal of Marine Research 8, no. 4 (October 31, 2019): 416–23. http://dx.doi.org/10.14710/jmr.v8i4.24815.

Full text
Abstract:
Thermal front didefinisikan sebagai pertemuan antara dua masa air dengan karakteristik suhu yang berbeda sehingga membentuk gradien suhu. Thermal front merupakan salah satu proses oseanografi penting yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, kimia, maupun biologi di laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran thermal front musiman di perairan Selat Madura, Jawa Timur. Deteksi thermal front dilakukan pada lapisan permukaan laut dengan menggunakan citra AquaMODIS untuk suhu permukaan laut. Citra AquaMODIS yang digunakan memiliki resolusi spasial sebesar 1 km x 1 km dan resolusi temporal selama satu hari. Metode yang digunakan untuk mendeteksi fenomena ini adalah metode Single Image Edge Detection (SIED) yang diperkenalkan oleh Cayula dan Cornilon pada tahun 1992. Metode ini menggunakan prinsip deteksi tepi piksel yang mempertimbangkan nilai gradien suhu dan pola arah dari piksel yang memiliki gradien suhu. Hasil yang diperoleh berupa sebaran spasial dan temporal fenomena thermal front di perairan Selat Madura. Sebaran temporal berdasarkan komposit harian dalam satu musim selama empat tahun dari tahun 2012 – 2016. Rata – rata kejadian thermal front tiap musim sebanyak 446 kali pada musim barat, 1893 kali pada musim peralihan I, 1038 kali pada musim timur, dan 2375 kali pada musim peralihan II. Penyebab utama kejadian front di perairan Selat Madura adalah akibat adanya arus eddy dan masukan masa air laut dari wilayah timur Selat Madura. Thermal front defined as an ecounter of two water masses which has different temperature (thermal) characteristics and create a thermal gradient. Thermal front is one of the most important oceanographic proceses that can make a significant impact to physical, chemical, and biological process in the ocean. The aim of this research is to understand seasonal thermal front distribution in Madura Strait, East Java. Thermal front was detected in the surface layer of water, using AquaMODIS for Sea Surface Temperature (SST). AquaMODIS image which used in this research has 1 km x 1 km spatial resolution and one day (24 hours) temporal resolution. Front detection in this research is using Single Image Edge Detection by Cayula Cornilon (1992). This method is using edge detection of pixel, considering the value of thermal gradient and pattern of the pixel edge. The result of this research is spatial and temporal distribution of thermal front in Madura Strait. Temporal distribution are based on composite result of daily front detection in seasonal range for four years from 2012-2016. Seasonal average of front occurence is 446 times in western season, 1893 times in Transition I, 1038 times in eastern season and 2375 times in Transition II. The main cause of front in Madura strait is eddy current and water masses ecounter from eastern area of Madura.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Zahid, Ahmad, M. F. Rahardjo, Lenny S. Syafei, and Rini Susilowati. "Ekologi Trofik Komunitas Ikan di Perairan Segara Menyan, Subang, Jawa Barat (Trophic Ecology of the Fish Community in Segara Menyan Coastal Lagoon, Subang, West Java)." ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences 20, no. 3 (September 1, 2015): 170. http://dx.doi.org/10.14710/ik.ijms.20.3.170-186.

Full text
Abstract:
Pengetahuan mengenai ekologi trofik merupakan dasar dalam memahami ekosistem secara keseluruhan yang dapat dijelaskan melalui pola hubungan trofik interspesies ataupun interserikat. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan ekologi trofik meliputi indeks trofik dan jenis makanan dominan, serikat dan tingkat trofik, dan variasi spasial dan temporal komunitas ikan di estuari Segara Menyan. Pengambilan ikan contoh dilakukan setiap bulan pada zona berbeda. Ikan contoh dipisahkan berdasarkan waktu dan lokasi pengamatan, dianalisis isi saluran pencernaannya. Analisa data meliputi indeks vakuitas, jumlah total organisme makanan, jenis makanan dominan, luas relung makanan, dan tingkat trofik. Pada pengamatan 106 spesies ikan, sebanyak 1-380 saluran pencernaan ikan diamati. Sebanyak lima dari 106 spesies memiliki nilai indeks vakuitas “0” dan jumlah makanan yang dikonsumsi bervariasi mulai dari empat hingga 27 jenis makanan. Secara umum, luas relung ikan adalah rendah berkisar 0,20-0,78 dan kebanyakan berada pada kisaran 0,20-0,48. Zooplankton merupakan jenis makanan paling dominan dikonsumsi oleh ikan. Komunitas ikan dikelompokkan dalam tujuh serikat trofik, yaitu detritivora, fitoplanktivora, zooplanktivora, zoobentivora, moluskivora, krustasivora, dan pisivora. Tingkat trofik komunitas ikan berkisar 2,05-4,73. Faktor perubahan ontogenetik, persediaan makanan, karakteristik habitat, dan ruaya beberapa spesies ikan memengaruhi variasi spasio-temporal jejaring makanan di Segara Menyan. Kata kunci: interaksi trofik, laguna, ikan, variasi spasio-temporal, serikat trofik Knowledge of trophic ecology is one way to understanding the whole ecosystem which explained by trophic relationship pattern (interspecies or interguild). The objective research was described of the trophic ecology, i.e. trophic index and dominant prey, trophic guild and trophic level, and spatio-temporal variation of fish community in Segara Menyan coastal lagoon. Fish were collected monthly for one year at three zones. Fish samples were placed in separate labelled plastic bags according to the time scale and location sampling, then gut contents were analyzed. The data of vacuity index, number of prey, prey dominant, diet breadth, and trophic level were analyzed. For each of 106 fish species, between 1 and 380 stomachs, were examined. The vacuity index was also different among species. Five of 106 species had a vacuity index of “0” and total number of food items consumed varied between fish species, ranging from three items to 27 items. The overall diet breadth (Bi) was relatively low among species, ranging from 0.20 to 0.78, with most of them between 0.20 and 0.48. Calanoid copepods comprised the most common food item consumed by all the fishes examined. Fishes occurring can be broadly categorized into seven different trophic guilds. The trophic level of fish communities ranged from 2.05 to 4.73. Spatio-temporal variation of food web was influenced of ontogenetic shift, food availability, habitat characteristic, and migration of some species in Segara Menyan coastal lagoon. Keywords: trophic interaction, lagoon, fishes, spatio-temporal variation, trophic guild
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Taopan, Lisky. "Pemarkah Kohesi dalam Rubrik Tapaleuk Harian Pos Kupang." RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa 3, no. 1 (September 27, 2017): 170–87. http://dx.doi.org/10.22225/jr.3.1.166.170-187.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mengkaji “Pemarkah Kohesi dalam Rubrik Tapaleuk Harian Pos Kupang” yang bertujuan mendeskripsikan jenis dan penggunaan pemarkah kohesi dalam bahasa Melayu Kupang. Wacana yang dikaji adalah wacana yang berisi kisah hidup sepasang suami-istri yang memparodikan isu-isu hangat di kota Kupang dan sekitarnya. Hasil kajian menunjukan bahwa rubrik Tapaleuk menggunakan empat aspek kohesi garamatikal, yaitu referensi, subtitusi, elipsis, dan konjungsi. Aspek referensi atau pengacuan yang ditemukan yakni referensi persona, referensi demonstratif, dan referensi komparatif. Selanjutnya, aspek subtitusi atau penggantian yang ditemukan yakni subtitusi verba dan subtitusi klausa. Kemudian, aspek elipsis atau pelesapan yang ditemukan yakni elipsis verba dan elipsis nomina. Terakhir, aspek konjungsi atau kata hubung yang ditemukan yakni konjungsi aditif, konjungsi adversatif, konjungsi temporal, konjungsi kausal. Aspek-aspek ini digunakan sebagai pemarkah kohesi gramatikal baik dalam tataran antarklausa, antarkalimat maupun antarparagraf. Selain aspek kohesi gramatikal, ditemukan pula aspek kohesi leksikal. Aspek-aspek tersebut antara lain berupa aspek repetisi, kolokasi, hiponim, meronim, antonim, dan sinonim. Setiap aspek kohesi leksikal tersebut digunakan sebagai pemarkah kohesi leksikal antarkalimat maupun antarparagraf. Penggunaan pemarkah kohesi membuat sebuah wacana menjadi kohesif dan padu. Kata kunci: Pemarkah kohesi, bahasa Melayu Kupang
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Halil, Amrih. "PENGARUH PENYIMPANGAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS CENGKEH DI KABUPATEN MALANG." Seminar Nasional Geomatika 2 (February 9, 2018): 145. http://dx.doi.org/10.24895/sng.2017.2-0.407.

Full text
Abstract:
<p>Penyimpangan curah hujan merupakan bagian dari gejala atmosfer yang memberikan pengaruh terhadap berbagai sektor salah satunya sektor perkebunan. Kabupaten Malang merupakan kabupaten terbesar ketiga yang memiliki perkebunan rakyat cengkeh di Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpangan curah hujan terhadap produktivitas cengkeh di Kabupaten Malang dengan studi kasus di empat kecamatan yakni Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, Ampelgading. Variabel yang digunakan yaitu curah hujan dan produktivitas cengkeh. Data yang dibutuhkan adalah curah hujan dan produktivitas cengkeh selama 26 tahun (1990-2015). Analisis yang digunakan berupa analisis temporal dan statistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyimpangan curah hujan dengan wilayah terdampak paling luas terjadi pada tahun 1997 dan 2010 dimana sebaran wilayahnya berada di utara, timur, tenggara, pusat dan barat laut daerah penelitian. Selain itu penyimpangan curah hujan mempunyai pengaruh terhadap produktivitas cengkeh di daerah penelitian. Periode penyimpangan curah hujan mempunyai pengaruh lebih besar pada periode setelah bunga muncul jika dibandingkan dengan periode sebelum bunga muncul dan bunga sampai dengan panen pada produktivitas cengkeh di daerah penelitian.</p><p><strong>Kata Kunci :</strong> Penyimpangan curah hujan, produktivitas, cengkeh</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Bongert, Markus, Johannes Gehron, Marius Geller, Andreas Böning, and Philippe Grieshaber. "In silico study of the dynamic interaction between extracorporeal circulation and native circulation." Current Directions in Biomedical Engineering 4, no. 1 (September 1, 2018): 55–58. http://dx.doi.org/10.1515/cdbme-2018-0014.

Full text
Abstract:
AbstractAn in silico investigation of modelled Extracorporeal Life Support (ECLS) via a femoral arterial cannula revealed the existence of both a defined separation zone between the opposing flows (ECLS, native flow) and different ranges dependent on flow distribution. The interaction between pulsating native circulation and constant ECLS flow is dynamic. A transient simulation model was developed to investigate the dynamic influence on this fluid mechanical interaction. The in silico model is based on a CT-generated 3D model derived from a life-sized silicon aorta. A geometric standard cannula (16Fr) is inserted femoral. Inlet boundary conditions such as the temporal flow profile of a subject from the left ventricle (native circulation) and the flow from the femoral cannula are varied such that during transient simulations the summed flow (total perfusion) is 5.5 l/min. The outlet pressure boundary conditions at the branching arteries are selected such as to model the downstream vascular system. Transient simulations revealed the dynamic effects of different flow fractions (Heart - ECLS) on the flow. Stationary simulations show a separation zone between the two flows, the position of which respectively the ECLSrange, oscillates dependent of the native circulation. Furthermore, it was noted that a raised pulse was impedimental to ECLS. This can be partly compensated by increasing the length of cannula inserted. At the same time the ECLS supply for the brain can improve at the cost of performance post-bifurcation. Increasing the ECLS fraction to above 50% flow led to retrograde flow combined with blood suction from the femoral artery. The EMPAC project model has been further developed to include investigation of the dynamic effects of blood flow. This has made it possible for the first time to analyse in detail and evaluate the temporal effects of both opposing flows streams. A subsequent investigation explains whether aortic elasticity plays a significant role.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Zairion, Zairion, Yusli Wardianto, Achmad Fahrudin, and Mennofatria Boer. "DISTRIBUSI SPASIO-TEMPORAL POPULASI RAJUNGAN (Portunus pelagicus) BETINA MENGERAMI TELUR DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG TIMUR." BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap 6, no. 2 (December 31, 2015): 95. http://dx.doi.org/10.15578/bawal.6.2.2014.95-102.

Full text
Abstract:
Distribusi spasio-temporal populasi rajungan betina yang mengerami telur (BEF) telah dikaji di perairan pesisir Lampung Timur. Penelitian dilakukan pada tiga stratifikasi kedalaman perairan: <5 m (strata S1), antara 5-10 m (strata S2), dan >10 m (strata S3) serta empat sub-area (A1-A4) di setiap stratum dari bulan Maret 2012-Februari 2013. Kelimpahan populasi rajungan BEF diindikasikan dengan proporsi rajungan BEF/betina tidak mengerami telur (NBF) dan BEF/total individu. Perbedaan proporsi dianalisis dengan uji ANOVA satu arah. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi rajungan BEF bervariasi secara spasial, ditemukan mulai dari strata S1 dan meningkat ke strata S3. Daerah pemijahan dan pembiakan yang dominan terdapat pada kedalaman air >5 m dan di sub-area A2 dan A3. Secara agregat, BEF ditemukan sepanjang tahun dengan dua puncak kelimpahan (Mei dan September-Oktober) sebagai puncakmusimpemijahan dan pembiakan. Proporsi rajungan BEF secara spasio temporal tumpang tindih dengan daerah penangkapan rajungan pada hampir semua musim. Diperlukan strategi pengelolaan pemanfataan yang sesuai untukmenunjang keberhasilan reproduksi, diantaranya penangkapan menggunakan alat yang dapat mempertahankan BEF dalam keadaan hidup selama terperangkap, kemudian melepaskannya atau memeliharanya di area tertentu sampai menetaskan telurnya sehingga dapat meningkatkan produksi larva dan pada akhirnya dapat mempertahankan populasi dan stok.Spatial-temporal distribution of berried females (BEFs) Portunus pelagicus was studied in East Lampung coastal waters. An investigation was conducted at three water depth stratifications, i.e., less than 5 m (stratum S1), between 5-10 m (stratum S2) and more than 10 m (stratum S3), as well as four sub-areas (A1 A4) in each of stratifications from March 2012 to February 2013. The abundance of BEF population was indicated by their proportion to non-berried females (NBFs) and to the total individual crabs, while the differences among the results were tested by one-way ANOVA test. The results showed that the proportions of BEFs varied spatially, increased from stratum S1 to S3. Spawning and breeding seemed to dominantly occur at water depth more than 5 m and A2 and A3 sub-areas. BEFs were found throughout the year with two peaks of its occurrence, i.e. in May and in September to October, and those months were considered as peak of spawning and breeding seasons. The spatial and temporal occurrence of BEFs overlapped with crab fishing grounds in most fishing seasons. An appropriate fisheries management strategy is required for their reproduction success. Capturing crab by using eco-friendly fishing gear that render caught BEFs alive and releasing them or keeping them in certain area for hatching their eggs would enhance larvae production to maintain population and stock.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Kusuma, Bagus, Bagus Kusuma Wijaya, and Wayan Eny Mariani. "DAMPAK PANDEMI COVID-19 PADA SEKTOR PERHOTELAN DI BALI." Warmadewa Management and Business Journal (WMBJ) 3, no. 1 (February 28, 2021): 49–59. http://dx.doi.org/10.22225/wmbj.3.1.2021.49-59.

Full text
Abstract:
Pandemi COVID-19 (corona virus dease – 19) atau yang juga dikenal dengan nama virus Corona saat ini sedang melanda dunia. Terdapat lebih dari 3.900.000 kasus positif terinfeksi virus corona di seluruh dunia dan telah menelan korban jiwa lebih dari 270.000 jiwa. Indonesia sebagai negara dengan kepadatan penduduk nomor empat di dunia diperkirakan akan mendapat pengaruh yang sangat signifikan dan dalam periode waktu yang mungkin lebih lama dari negara lain karena tingkat disiplin yang masih kurang. Dampak pandemi ini ternyata tidak saja pada dunia kesehatan, tetapi juga sangat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Saat ini, masyarakat dianjurkan untuk melakukan social distancing, dimana kegiatan belajar, bekerja, dan beribadah dilakukan di rumah. Selain itu, anjuran tentang protocol kesehatan dari WHO (World Health Organization) seperti rajin mencuci tangan, menjaga kesehatan dan kebersihan serta selalu mengenakan masker apabila harus keluar rumah juga terus menerus digaungkan. Hal ini tentu berdampak pada kondisi ekonomi masyarakat secara umum, di mana banyak masyarakat dirumahkan karena perusahaan tempat mereka bekerja telah berhenti beroperasi baik secara temporer maupun permanen dengan adanya pandemi ini. Salah satu industri yang sangat terdampak oleh pandemi adalah industri pariwisata, dimana didalamnya terdapat sektor akomodasi wisata atau perhotelan. Sektor ini secara umum didominasi oleh perusahaan besar baik dalam negeri maupun milik asing, sektor perhotelan lumpuh beberapa bulan terakhir.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Nuraini, Cut, and Suprayitno Suprayitno. "KARAKTER LINGKUNGAN PERUMAHAN BERBASIS SPACE ATTACHMENT YANG ADAPTIF DAN RESPONSIF DI MANDAILING." NALARs 20, no. 1 (January 13, 2021): 61. http://dx.doi.org/10.24853/nalars.20.1.61-72.

Full text
Abstract:
ABSTRAK. Space-attachment adalah konsep keterikatan ruang yang dikembangkan dari teori place- attachment atau keterikatan tempat yang menggambarkan keterikatan manusia dengan tempat hidupnya berdasar atribut sosial dan lingkungan. Konsep space-attachment pertama kali diungkap berdasar analisis pengembangan teori place-attachment berbasis bincar-bonom di salah satu lingkungan perumahan perdesaan pegunungan di Mandailing, yaitu Singengu. Menarik untuk diteliti apakah lingkungan perumahan/ permukiman lain di kawasan tersebut memiliki ciri yang sama sesuai dengan temuan riset sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi hasil riset sebelumnya dan merumuskan karakter desain perumahan perdesaan pegunungan yang berbasis space-attachment khususnya dalam konteks adaptif dan responsif lingkungan. Penelitian ini menggunakan paradigma rasionalistik dengan metode kombinasi (mixed-methods) antara deskriptif-kualitatif dan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter desain perumahan berbasis space-attachment yang adaptif dan responsif ditunjukkan pada: 1) aspek keterbacaan (kemudahan mengenali tempat), 2) unsur keragaman (variasi dan perbedaan tempat aktifitas), 3) aspek temporal (ruang-ruang temporal), dan 4) setting tempat (sesuai dengan kondisi lingkungan/ kontur). Empat karakter tersebut menegaskan karakter lingkungan perumahan berbasis space-attachment, bahwa lingkungan perumahan perdesaan di Mandailing tidak hanya terikat dengan tempat (place) yang menitikberatkan pada ‘fisik tempat’ yang bersifat fisik, tetapi lebih terikat kepada space (ruang) yang menitikberatkan pada ‘non-fisik ruang’ dan bersifat tak teraga. Kata kunci : Karakter, Lingkungan Perumahan, Space-Attachment, Adaptif, Responsif. ABSTRACT. The concept of space attachment is developed from place-attachment theory, which describes humans' attachment to their place of life-based on social and environmental attributes. The concept of space-attachment was first revealed based on an analysis of the development of a place-attachment theory based on bincar-bonom in one of the mountainous residential areas in Mandailing, namely Singengu. It is interesting to study whether other housing/settlement environments in the Mandailing area have the same characteristics as previous research findings. This study aims to verify previous research results and formulate the character of the mountainous housing environment based on space-attachment, especially in the context of adaptive and environmentally responsive. This study uses a rationalistic paradigm with a mixed-method between descriptive qualitative and case studies. The results showed the adaptive and responsive character of the housing environment based-on space-attachment in legibility aspects (ease of recognizing places), elements of diversity (variations and differences in places of activity), temporal aspects (temporal spaces), and setting of the place (according to environmental conditions/contours). These four characters emphasize the character of the housing environment based on space-attachment. The rural housing environment in Mandailing is tied to a place that focuses on 'physical place,' which is physical. Still, it is more tied to space focuses on 'non -physical space 'and intangible. Keywords : Character, Housing Environment, Space-Attachment, Adaptive, Responsive
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Gurgel, Amanda Lopes, and Jacimária Fonseca de Medeiros. "CARACTERIZAÇÃO DAS CONDIÇÕES CLIMÁTICAS DE PAU DOS FERROS-RN." Revista Geotemas 8, no. 2 (December 28, 2018): 100–115. http://dx.doi.org/10.33237/geotemas.v8i2.3180.

Full text
Abstract:
O Semiárido Brasileiro possui características climáticas particulares, caracterizadas pelas elevadas temperaturas, escassez e irregularidade das precipitações pluviométricas, baixos níveis de umidade e elevadas taxas de evaporação. Inserido neste contexto, o município de Pau dos Ferros - RN se configura como objeto de estudo desta pesquisa, tendo como escopo principal realizar uma análise das condições climáticas locais para o espaço-temporal de 30 anos, período de 1973 a 2002. O arcabouço metodológico utilizado nesta pesquisa se encontra ancorado em Medeiros (2016). Os dados de precipitação foram adquiridos na EMPARN e os de temperatura foram estimados no software Estima-T. Esses, foram fundamentais para a análise do comportamento dos elementos climáticos (temperatura e precipitação), e posterior, aplicação do balanço hídrico climatológico, segundo proposta de Thornthwaite e Mather (1955). Por meio destes, tornaram-se possíveis evidenciar o déficit hídrico no município na maior parte do ano, em virtude de taxa de evaporação superior ao acumulado pluviométrico. Os dados gerados pelo balanço hídrico subsidiaram a definição da tipologia climática, sendo subúmido seco, com alto índice efetivo de umidade, subtipo d, com características de pequeno ou nenhum excedente hídrico. Assim sua fórmula climática se classifica como ‘C¹ d A’, ou seja, Megatérmico Subúmido Seco com pequeno ou nenhum excedente de água. Palavras-chave: Análise climática. Pau dos Ferros-RN. Tipologia climática.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Manginte, Mervin, Eko Prasetyo, and Maximillian Ch Oley. "Hubungan Kadar Interleukin 6 Serum dan Klasifikasi CT Marshal pada Penderita Cedera Otak Berat Akibat Trauma." JURNAL BIOMEDIK (JBM) 11, no. 1 (March 4, 2019): 41. http://dx.doi.org/10.35790/jbm.11.1.2019.23210.

Full text
Abstract:
Abstract: Increase of interleukin 6 (IL-6) level occurs in the brain after traumatic brain injury (TBI), however, studies about IL-6 as a prodictor based on CT-scan is still limited. This study was aimed to evaluate the relationship between serum IL-6 level and CT Marshall classification in patients with severe TBI. This was an observational study with a cross sectional design. There were 20 patients with severe TBI admitted at the Emergency Surgery Installation of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in this study. CT-scan was performed on them to determine the CT Marshall classification and to categorize the hemorrhage location (extra-axial, intra-axial, both), hemisphere (midline/diffuse, dextral, sinistral), and area (frontal, parietal, temporal, occipital, multiple). Venous blood sample used for IL-6 examination was drawn less than 24 hours after trauma. The results showed that mean IL-6 level was 22.0060 pg/mL (SD 4.64494 pg/mL). Patients were distributed relatively uniform in 4 detected categories (diffuse injury II, III, V, and VI) of CT Marshall classification. Final regression model consisted of IL-6, age, and temporal injury as predictors. The Spearman coefficient correlation showed rs = -0.005 (P=0.491). Conclusion: There was no significant relationship between serum Il-6 level and CT Marshall classification, albeit, both of them increased consistantly following the severity of TBI and could be potential predictors to determine the prognosis of severe TBI patients.Keywords: IL-6, CT Marshall, severe TBIAbstrak: Pada cedera otak berat akibat trauma (COBT) terjadi peningkatan ekspresi IL-6 di otak namun penelitian mengenai kemampuannya untuk memrediksi hasil berdasarkan klasifikasi CT scan masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara kadar IL-6 serum dan klasifikasi CT Marshall pada pasien dengan COBT. Jenis penelitian ialah observasional dengan desain potong lintang. Hasil penelitian mendapatkan 20 pasien yang dirawat dengan COBT di IRDB RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. CT-scan segera digunakan untuk menentukan klasifikasi CT Marshall dan untuk mengategorikan lokasi (ekstra-aksial, intra-aksial, keduanya), belahan (garis tengah/difus, dekstra, sisnitra), dan area otak yang terlibat dalam cedera. Sampel darah vena untuk IL-6 diambil kurang dari 24 jam setelah trauma. Hasil penelitian mendapatkan rerata kadar IL-6 22,0060 pg/mL (SD 4,64494 pg/mL). Pasien didistribusikan relatif seragam dalam empat kategori yang terdeteksi (difus cedera II, III, V, dan VI) dari klasifikasi CT Marshall. Model regresi akhir terdiri dari IL-6, usia, dan cedera pada area temporal sebagai prediktor. Korelasi antara kadar IL-6 serum dan klasifikasi CT Marshall dianalisis dengan koefisien korelasi Spearman dan mendapatkan rs = -0,005 (P=0,491). Simpulan: Walaupun secara statistik tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar Il-6 serum dan CT Marshall namun keduanya secara konsisten meningkat mengikuti COBT dan dapat menjadi prediktor potensial untuk menentukan prognosis pada pasien dengan COBT.Kata kunci: IL-6, CT Marshall, COBT
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Gondhowiardjo, Tjahjono D. "Dikotomi Paradigma dalam Pendidikan dan Pelayanan Oftalmologi." Ophthalmologica Indonesiana 44, no. 1 (February 28, 2018): 1. http://dx.doi.org/10.35749/journal.v44i1.154.

Full text
Abstract:
Edisi ini menampilkan dua makalah terkait dengan keberhasilan penatalaksanaan trauma bolamata yang dapat mengancam kebutaan. Makalah pertama menunjukkan pentingnya untuk segera melakukan pemeriksaan neuro imaging pada dugaan adanya benda asing intra okular, yang sangat membantu penatalaksaan dan tindakan bedah selanjutnya. Makalah kedua, memperlihatkan bahwa pemberian methylprednisolon intra vena awitan dini (kurang dari 24 jam) pasca trauma tumpul pada syaraf optik (Neuropati Optik Traumatik) dapat memberikan perbaikan tajam penglihatan yang signifikan, walaupun tidak didapatkan adanya faktor-faktor yang bisa dijadikan sebagai prediktor. Disisi lain, ketebalan serabut syaraf retina (RFNL) di kuadrant temporal yang terlihat dengan pemeriksaan digital Optical Coherence Tomography (OCT) dapat menjadi prediktor fungsi penglihatan sentral pada penderita Non Arteritik Iskemik Neuropati (NAION). Secara tidak langsung, ketiga makalah tsb menunjukkan bahwa sekalipun mungkin terdapat ketergantungan kita pada bantuan pemeriksaan imaging digital, namun ketajaman eksekusi klinis tetap harus menjadi hal utama dalam penanganan kedaruratan penglihatan. Kondisi pasien yang berpotensi menyebabkan kebutaan dan relatif sering dijumpai adalah ulkus kornea; yang menurut World Health Organization (WHO) merupakan penyebab kebutaan ke empat di dunia. Sayangnya, makalah deskriptif terkait ulkus kornea yang ditampilkan terasa penuh dengan duplikasi penampilan data (pada teks, grafik atau tabel), sehingga kita kurang dapat menga mbil manfaat pembelajaran. Hal itu, disebabkan karena kurang menampilkan substansi yang seharusnya dapat di tonjolkan, yang justru mungkin menjadi faktor pembeda atau kesamaan (compare and contrast) dengan laporan serupa yang berasal dari insititusi dengan situasi dan lingkungan yang berbeda. Begitu pula dengan kesimpulan yang terasa datar dan umum. Makalah yang menunjukkan adanya keterkaitan yang bermakna pada aktivitas luar gedung yang kurang dari empat (4) jam per hari pada pelajar sekolah dengan kondisi myopia, kedalaman pembahasan-nya akan menjadi lebih tajam apabila dilakukan analisa bi variate. Issu yang menarik ini, telah menjadi dasar kebijakan dalam kurikulum pendidikan sekolah dasar di Negara maju, yang meng-alokasi-kan sejumlah waktu tertentu bagi para peserta didik untuk beraktifitas /belajar diluar gedung. Katarak, adalah keadaan yang hampir selalu terjadi pada penderita pasca vitrektomi, terutama dengan penggunaan minyak silikon. Tindakan fakoemulsifikasi merupakan treatment of choice untuk keadaan tsb, namun termasuk dalam katagori tindakan yang sulit; sehingga dalam era BPJS ini masuk dalam kriteria yang seharusnya di tangani pada rumah sakit rujukan tipe A. Artikel yang ditampilkan, menunjukkan bahwa tindakan fakoemulsifikasi terbukti dapat meningkatkan kemampuan penglihatan penderita dengan angka komplikasi yang rendah apabila dilakukan oleh operator yang handal, namun kemungkinan terjadi nya re-detachment terpantau meningkat pada penderita yang minyak silikon nya telah dikeluarkan. Hal ini merupakan suatu kenyataan dan implementasi langsung dari konsep “volume pressure” sebagai bagian dari homeostasis regulasi cairan akueous bolamata.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

IZU BELLOSO, Miguel José. "Los órganos administrativos transitorios." Revista Vasca de Administración Pública / Herri-Arduralaritzarako Euskal Aldizkaria, no. 120 (August 30, 2021): 407–34. http://dx.doi.org/10.47623/ivap-rvap.120.2021.13.

Full text
Abstract:
LABURPENA: Administrazio-organoen sailkapenek jakintzat eman ohi dute organo guztiek izaera egonkorra eta iraunkorra dutela. Ez dute kontuan hartzen guztiz normala dela zenbait administrazio-organo aldi baterako izaeraz ez ezik, baita izaera iraunkorraz ere, sortzea, xede jakin batez, maiz administrazio-prozedura bakar bat izapidetzeko, eta hura amaituta, desegin egiten direla. Hala legegileak nola zientzia-doktrinak ez diete jaramonik egiten organo horiei, eta administrazio-organoei aplikatu beharreko araudi orokor gehienak ez dira bateragarriak haien izaerarekin. ABSTRACT: Classifications of administrative bodies or agencies usually assume that all of them are stable and permanent. They ignore the absolutely normal existence of administrative bodies that are created not only temporarily, but also transitory, with a specific task, often for the processing of a single administrative procedure, at the conclusion of which they are dissolved. Both the legislator and the scientific doctrine do not pay attention to these bodies, most of the general regulations applicable to administrative agencies are incompatible with their nature. RESUMEN: Las clasificaciones de los órganos administrativos suelen dar por supuesto que todos los órganos tienen carácter estable y permanente. Ignoran la existencia, absolutamente normal, de órganos administrativos que se crean con un carácter no solo temporal, sino transitorio, con una misión determinada, a menudo para la tramitación de un único procedimiento administrativo, a cuya conclusión quedan disueltos. Tanto el legislador como la doctrina científica no prestan atención a estos órganos, la mayor parte de la normativa general aplicable a los órganos administrativos resulta incompatible con su naturaleza.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Kurniawan, Melina O., Eko Prasetyo, and Maximillian Ch Oley. "Hubungan Kadar Interleukin 10 Serum dan Klasifikasi CT Marshall pada Pasien Cedera Otak Berat akibat Trauma." JURNAL BIOMEDIK (JBM) 11, no. 2 (July 4, 2019): 97. http://dx.doi.org/10.35790/jbm.11.2.2019.23321.

Full text
Abstract:
Abstract: Increased level of interleukin 10 (IL 10) in patients with severe traumatic brain injury (TBI) has been documented, yet studies of its ability to predict the outcome based on the Marshall CT classification are still limited and lacks of clarity. This study was aimed to evaluate the relationship between serum level of IL 10 and the Marshall CT classification among patients with severe TBI. This was an analytical observational single-center study with a cross-sectional design. Immediate CT scans were used to determine the Marshall CT classification and to categorize the location (extra-axial, intra-axial, both), hemisphere (midline/diffuse, dextral, sinistral), and area (frontal, parietal, temporal, occipital, multiple) of the injury. Venous blood sample for IL 10 was taken less than 24 hours of trauma in the Intensive Care Unit. Age and gender were also recorded. Variable selection was run in stepwise forward fashion. Proportional odds models were conducted to assess the changes in the Marshall CT classification related to levels of IL 10. There were 25 patients admitted consecutively to the emergency room (ER) with severe TBI included in this study. The results showed that the mean IL 10 was 107.3 pg/ml (SD 16.2 pg/ml). Patients were distributed almost uniformly within four detected categories (diffuse injury II, III, V, and VI) of the CT Marshall classification. Final regression model consisted of IL 10, age, and injury on temporal area as predictors. Controlling for the others, every 10 pg/ml additional of IL 10 increased the odds to higher (worse) categories in the CT Marshall classification by about 1.95 (95% CI 1.16 – 3.30) times. Conclusion: Interleukin 10 is a potential predictor for the CT Marshall classification in patients with severe TBI.Keywords: IL 10, Marshall CT classification, TBIAbstrak: Peningkatan kadar serum interleukin 10 (IL 10) pada pasien dengan cedera otak traumatik (COT) berat telah didokumentasikan, namun studi tentang kemampuannya untuk memrediksi hasil berdasarkan klasifikasi CT Marshall masih terbatas dan belum jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara kadar serum IL 10 dan klasifikasi CT Marshall pada pasien COT berat. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan desain potong lintang. CT scan digunakan untuk menentukan klasifikasi CT Marshall dan untuk mengategorikan lokasi (ekstra-aksial, intra-aksial, keduanya), hemisfer (garis tengah/ difus, dekstra, sinistra), dan area (frontal, parietal, temporal, oksipital, multipel) otak yang terkena cedera. Sampel darah vena untuk IL 10 diambil kurang dari 24 jam pasca trauma. Usia dan jenis kelamin juga dicatat. Seleksi variabel dilakukan secara bertahap. Digunakan model regresi proporsional odds untuk menilai perubahan klasifikasi CT Marshall terkait dengan kadar IL 10. Hasil penelitian mendapatkan 25 pasien dengan COT berat yang masuk ke Instalasi Rawat Darurat Bedah (IRDB). Rerata IL 10 ialah 107,3 pg/ml (SD 16,2 pg/ml). Pasien didistribusikan hampir seragam dalam empat kategori (cedera difus II, III, V, dan VI) dari klasifikasi CT Marshall. Model regresi akhir terdiri dari IL 10, usia, dan cedera pada area temporal sebagai prediktor. Sebagai kontrol, setiap peningkatan IL 10 sebanyak 10 pg/ml meningkatkan kemungkinan klasifikasi CT Marshall yang lebih tinggi (lebih buruk) sekitar 1,95 (95% CI 1,16-3,30) kali lebih tinggi. Simpulan: IL10 merupakan prediktor potensial untuk klasifikasi CT Marshall pada pasien dengan COT berat. Kata kunci: IL 10, klasifikasi CT Marshall, COT
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Nugroho, Jalu Tejo, Nanik Suryo Haryani, Fajar Yulianto, and Mohammad Ardha. "RAINFALL THRESHOLDS FOR LANDSLIDE IN GARUT REGENCY, WEST JAVA USING HIMAWARI-8 DATA." JURNAL GEOGRAFI 13, no. 1 (February 15, 2021): 37. http://dx.doi.org/10.24114/jg.v13i1.18049.

Full text
Abstract:
Landslide was one of natural disasters that affected by the weather. The intensity of landslide in Indonesia tended to increase from year to year with a larger area distribution. Remote sensing was a method that can be used to support disaster mitigation and response activities including landslide because this technology allows monitoring and analysis both spatially and temporally. One of the remote sensing satellites that can be used for monitoring landslide was Himawari-8. This weather satellite was launched in 2014 and had a temporal resolution of 10 minutes making it effective for meteorological, environmental and disaster observations. This research has used Himawari-8 rainfall data which extracted from cloud top temperature to determine the intensity of rainfall that causes landslide in Garut Regency. The daily accumulation of rainfall for five days before the landslide event up to five days after the landslide event has been investigated statistically to analyze the conditions of rainfall that trigger landslides. Rainfall thresholds for landslide was determined by the intensity maximum of daily accumulation. It was found that the intensity of rainfall that has potential to cause landslides based on the threshold value is as follows: Malangbong District 60.3 mm/day, Banjarwangi District 32.3 mm/day, Pasirwangi District 36.9 mm/day, Cisewu District 35.1 mm/day and Talegong District 52.8 mm/day. Landslide in four districts have corresponded with the day where the intensity of rainfall was maximum. Meanwhile for Talegong District, the landslide was occurred a day after its maximum.Keywords: rainfall, Himawari-8, landslide, remote sensing, thresholdLongsor merupakan salah satu bencana alam yang dipengaruhi oleh cuaca. Intensitas longsor di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan sebaran wilayah yang lebih luas. Penginderaan jauh merupakan metode yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan mitigasi dan tanggap bencana termasuk longsor karena teknologi ini memungkinkan pemantauan dan analisis baik secara spasial maupun temporal. Salah satu satelit penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk pemantauan longsor adalah Himawari-8. Satelit cuaca ini diluncurkan pada tahun 2014 dan memiliki resolusi temporal 10 menit sehingga efektif untuk pengamatan meteorologi, lingkungan dan bencana. Penelitian ini menggunakan data curah hujan Himawari-8 yang diekstrak dari suhu puncak awan untuk mengetahui intensitas curah hujan penyebab longsor di Kabupaten Garut. Akumulasi curah hujan harian selama lima hari sebelum kejadian longsor sampai dengan lima hari setelah kejadian longsor diteliti secara statistik untuk menganalisis kondisi curah hujan yang memicu terjadinya longsor. Ambang batas curah hujan untuk longsor ditentukan oleh intensitas maksimum akumulasi harian. Diketahui bahwa intensitas curah hujan yang berpotensi menimbulkan longsor berdasarkan nilai ambang batas adalah sebagai berikut: Kecamatan Malangbong 60,3 mm / hari, Kecamatan Banjarwangi 32,3 mm / hari, Kecamatan Pasirwangi 36,9 mm / hari, Kecamatan Cisewu 35,1 mm / hari dan Kecamatan Talegong 52,8 mm / hari. Tanah longsor di empat kecamatan telah sesuai dengan hari dimana intensitas curah hujan maksimal. Sedangkan untuk Kecamatan Talegong, longsor terjadi sehari setelah maksimumnya.Kata kunci: curah hujan, Himawari-8, longsor, penginderaan jauh, ambang batas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Susanto, Agus, M. Yanuar Joko Purwanto, Bambang Pramudya, and Etty Riani. "MODEL PERAN ANTAR KELEMBAGAAN DESA DALAM PENYEDIAAN AIR BAKU MELALUI PARADIGMA KEPEDULIAN AIR (Studi Kasus Desa Bendungan, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)." Jurnal Matematika Sains dan Teknologi 19, no. 2 (September 12, 2018): 89–105. http://dx.doi.org/10.33830/jmst.v19i2.111.2018.

Full text
Abstract:
Based on water balance and temporal water sufficiency analysis in Ciliwung Hulu watershed, it shows that Ciseuseupan sub watershed belongs toinsufficient water category. Of the 8 villages in the Ciseuseupan sub watershed, there is a Bendungan village that is not enough water category in the provision of raw water, because in the provision of raw water is still dependent on natural reliability such as rivers, springs, wells, and others. This research discusses insufficient water solutions at the village level with one of them is institutional analysis through concern of water paradigm. The method used is ISM (Interpretative Structural Model), with emphasis on 4 (four) elements structured in relation to the provision of raw water ie: (1) needs of the program, (2) the main obstacle, (3) purpose program, and (4) institutions involved in program implementation. Therefore, it is required an independent water provision expert, involving various parties. The purpose of this research is to build an institutional role model in the provision of concern of water paradigm. The results show that: to realize a new paradigm in the provision of raw water, the main constraint is quality of human resources (village officials, communities, and NGOs), which must be resolved first, so that they can participate together to build the infrastructure by adequate socialization. Berdasarkan analisis neraca air dan ketercukupan air temporal DAS Ciliwung Hulu menunjukkan bahwa Sub DAS Ciseuseupan termasuk ke dalam kategori kurang cukup air dalam penyediaan air baku. Dari delapan desa yang ada di Sub DAS tersebut, Desa Bendungan merupakan salah satu desa yang ketercukupan airnya termasuk dalam kategori tidak cukup, sebab dalam penyediaan airnya masih mengandalkan alam, seperti sungai, air tanah melalui sumur, mata air, dan lain-lain. Penelitian ini menjelaskan solusi ketidak cukupan di tingkat desa, dimana salah satunya adalah dengan analisis peran antar kelembagaan melalui paradigma kepedulian air. Metode yang digunakan adalah ISM (Interpretative Structural Model), yang menekankan pada empat elemen yang berhubungan dengan penyediaan air baku, yaitu: (1) kebutuhan program, (2) kendala utama, (3) tujuan program, dan (4) lembaga yang terkait dengan program. Oleh karena itu, diperlukan ahli penyediaan air mandiri, yang melibatkan berbagai pihak. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun struktur model kelembagaan penyediaan air baku melalui paradigma kepedulian air. Hasil analisis menunjukkan bahwa: untuk merealisasikan paradigma baru di dalam penyediaan air baku,kendala utamanya adalah kualitas sumber daya manusia (aparat desa, masyarakat, dan LSM) yang harus diatasi terlebih dahulu agar mereka dapat berpartisipasi bersama-sama untuk membangun infrastruktur air melalui sosialisasi yang memadai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Fakhriana, Hasymi. "EKSOFORA DALAM BAHASA BANJAR (EXOPHORA IN BANJARESE LANGUAGE)." JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA 7, no. 2 (January 26, 2018): 259. http://dx.doi.org/10.20527/jbsp.v7i2.4426.

Full text
Abstract:
Eksofora dalam Bahasa Banjar. Penelitian ini membahas mengenai eksofora dalam bahasa Banjar.Eksofora adalah hal atau fungsi menunjuk kembali kepada sesuatu yang ada di luar bahasa atau padasituasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis eksfora dalam tuturan bahasa Banjar.Metode yang digunakan metode deskripsif dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitianyang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan. Data yang digunakan dalampenelitian ini dibagi menjadi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primerberupa tuturan lisan yang diperoleh dari informan yang menguasai bahasa Banjar. Data sekunderberupa informasi yang diperoleh dari buku-buku cerita berbahasa Banjar. Data yang diambil dalampenelitian ini berupa sejumlah ujaran yang berupa kata, frasa, dan kalimat yang menyangkut masalaheksofora. Pengumpulan data ini menggunakan metode simak. Istilah menyimak di sini tidak hanyaberkaitan dengan pengunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis.Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Dalam teknik selanjutnya, teknik sadapini diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap,catat dan teknik rekam. Teknik libat cakap maksudnya si peneliti melakukan penyadapan itu dengancara berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak pembicaraan.Selanjutnya teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simakdengan teknik lanjutan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah modelinteraktif dilakukan melalui empat tahap kegiatan, yaitu (a) pengumpulan data, (b) reduksi data,(c) penyajian data, dan (d) penyimpulan/verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 1)Wujud kata atau frasa yang tergolong deiksis persona dalam bahasa Banjar meliputi a) bentuk bebas, b)bentuk terikat, c) bentuk dasar, dan d) bentuk turunan. 2) Wujud kata atau frasa yang tergolong deiksiswaktu dalam bahasa Banjar meliputi a) pronomina penunjuk temporal, b) pronomina penunjukkandeskriptif, dan c) promonima penunjukkan dimensional. 3) Wujud kata dan frasa yang tergolong deiksistempat dalam bahasa Banjar meliputi a) pronomina penunjuk lokotif. 4) Kategori deiksis yang eksoforadalam tuturan bahasa Banjar meliputi a) pronomina persona pertama, b) pronomina persona kedua, c)pronomina persona ketiga, d) pronomina yang direduplikasikan, dan e) sifat khas leksem persona dalambahasa Banjar. 5) Ciri sintaksis yang memperlihatkan gejala eksofora dalam bahasa Banjar meliputia) fungsi sintaksis unsur-unsur kalimat (menduduki fungsi subjek, objek, dan keterangan) b) Peransemantik unsur-unsur kalimat (pelaku, pengalam, peruntung).Kata-kata kunci: eksofora, deiksis, bahasa banjar
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Jamil, Zehra, Azra Naseem, Eman Rashwan, and Sumrah Khalid. "Blended learning: call of the day for medical education in the global South." Scholarship of Teaching and Learning in the South 3, no. 1 (April 4, 2019): 57. http://dx.doi.org/10.36615/sotls.v3i1.73.

Full text
Abstract:
Blended learning (BL) is an e-learning approach that combines the strengths of both online and face-to-face learning, creating meaningful interactions between students, teachers, and resources. This paper explores students’ expectations and satisfaction with, and participation in, a basic science course offered through BL approaches in an undergraduate medical education programme in Pakistan. Developmental anatomy (embryology) was redesigned as a BL course and offered to a hundred first-year students. Both online activities and technology-assisted face-to-face interactive discussions were used in each topic. Students’ expectations were gathered at the start of the course and perceptions regarding their satisfaction with the course was collected at the end of the course via questionnaires. A temporal analysis of the website use was conducted to determine any changes in use across the course. The data shows that students were satisfied with their experience in the course. Their expectations regarding technology and pedagogy were met. Online individual learning activities were rated higher than collaborative discussions. Face-to-face discussions received a high rating compared to online learning activities. Students’ access to the website varied throughout the course and declined over time. However, some activity was noted before the exams. Students made extensive use of WhatsApp. In basic science subjects, BL has the potential to offer learners some control over content, learning sequence, and pace and time of learning. Unless made part of an assessment scheme, online discussions and other activities are not likely to be seen as useful learning strategies by students. Teachers’ skills in designing and facilitating BL courses are critical to the success thereof. How to cite this article: JAMIL, Zehra; NASEEM, Azra; RASHWAN, Eman; KHALID, Sumrah. Blended learning: call of the day for medical education in the global South. Scholarship of Teaching and Learning in the South. v. 3, n. 1, p. 57-76, Apr. 2019. Available at: https://sotl-south-journal.net/?journal=sotls&page=article&op=view&path%5B%5D=73&path%5B%5D=35 This work is licensed under the Creative Commons Attribution 4.0 International License. To view a copy of this license, visit http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Ali, Muhammad, Erwin Asidah, and Husmiati Husmiati. "Peran Pemerintah Daerah Terhadap Penyelesaian Permasalahan Korban Bencana Gempa (Studi Di Dinas Sosial Kabupaten Lombok Barat)." JIAP (Jurnal Ilmu Administrasi Publik) 7, no. 2 (September 30, 2019): 153. http://dx.doi.org/10.31764/jiap.v7i2.1273.

Full text
Abstract:
Abstrak: Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara-Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Pemerintah Daerah terhadap penyelesaian permasalahan korban bencana gempa di Dinas Sosial Kabupaten Lombok Barat berjalan cukup baik, walaupun masih terdapat hambatan yang terjadi terhadap penyelesaian permasalahan korban bencana gempa. Peran Dinas Sosial yang dilakukan terhadap korban bencana gempa yaitu, melaksanakan bantuan sosial (dengan fokus untuk dampak bencana temporer), melakukan rehabilitasi sosial (dengan fokus untuk dampak bencana permanen) dan melakukan pemberdayaan sosial (berbentuk penguatan dan pengembangan dengan fokus untuk dampak bencana berkelanjutan). Faktor penghambat Dinas Sosial terhadap penyelesaian permasalahan korban bencana gempa di Kabupaten Lombok Barat yaitu akses jalan yang rusak dan sempit yang berada di perbukitan menjadi kendala yang dihadapi dalam pendistribusian logistik, dan kurangnya kesadaran masayarakat yang melakukan penggalangan dana untu meminta izin terlebih dahulu terhadap Dinas Sosial, dikarenakan jika melakukan penggalangan dana tanpa izin Dinas Sosial bisa saja terjerat hukum karena dianggap pungutan liar. Abstract Geographically Indonesia is an archipelago located at the confluence of four tectonic plates, namely the Continent of Asia, the Continent of Australia, the plate of the Indian Ocean and the Pacific Ocean. In the south and east of Indonesia there is a volcanic arc that extends from the island of Sumatra-Java-Nusa Tenggara-Sulawesi, whose sides are old volcanic mountains and lowlands which are partly dominated by swamps. These conditions are very potential and prone to disasters such as volcanic eruptions, earthquakes, tsunamis, floods and landslides. The research method used is a qualitative descriptive approach. The method used is the method of interview, observation and documentation. The results showed that the role of the Regional Government in solving the earthquake victims 'problems in the West Lombok District Social Service went well, although there were still obstacles that occurred in solving the earthquake victims' problems. The role of the Social Service carried out on earthquake victims is to implement social assistance (with a focus on the impact of temporary disasters), carry out social rehabilitation (focusing on the impact of permanent disasters) and carry out social empowerment (in the form of strengthening and development with a focus on the impact of sustainable disasters) . The Social Agency's inhibiting factor for resolving earthquake disaster victims in West Lombok Regency, namely access to damaged and narrow roads in the hills is an obstacle faced in the distribution of logistics, and a lack of awareness of the people who raise funds to seek prior permission from the Office of Social Affairs. because if raising funds without permission, the Social Service could be caught in a law because it is considered a illegal levy.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Udell, J., B. Zinman, C. Wanner, M. Von Eynatten, J. T. George, I. Zwiener, S. S. Lund, S. Hantel, and D. Fitchett. "193Qualifying event proximity, cardiovascular risk, and benefit of empagliflozin in patients with type 2 diabetes and stable atherosclerosis in the EMPA-REG OUTCOME trial." European Heart Journal 40, Supplement_1 (October 1, 2019). http://dx.doi.org/10.1093/eurheartj/ehz747.0053.

Full text
Abstract:
Abstract Background In type 2 diabetes, the temporal proximity of an atherosclerotic cardiovascular (CV) event can impact prognosis, but whether timing influences sodium glucose co-transporter 2 inhibitor effects is unknown. We explored the association of time from last qualifying CV event before randomisation (myocardial infarction [MI], stroke, coronary artery disease or peripheral arterial disease) with CV outcomes and benefit of empagliflozin (EMPA) in EMPA-REG OUTCOME. Methods Patients (pts) were randomised to EMPA 10 mg, 25 mg or placebo and followed for 3.1 years (median). Risk of major adverse CV events (3P MACE: CV death, MI, stroke), CV death or hospitalisation for heart failure (HHF) were evaluated using Cox regression in subgroups of ≤1/>1 year since last qualifying CV event. Qualifying event stratification was possible in 6796 (97%) pts. Results In the overall population, N=6796 (4547 EMPA and 2249 placebo pts), median (Q1, Q3) time from last CV event was 3.8 (1.5–7.6) years. Overall, 1214 (EMPA 841; placebo 373) and 5582 (EMPA 3706; placebo 1876) pts had a last qualifying CV event ≤1 and >1 year, respectively. Pts with more recent events had similar risk for CV outcomes compared with pts >1 year from qualifying event (Figure). Moreover, the benefit of EMPA on CV outcomes was consistent between pts enrolled ≤1 or >1 year from the qualifying CV event (all p-interaction >0.05; Figure). Conclusion Although most pts had a qualifying CV event >1 year before randomisation in EMPA-REG OUTCOME, the benefits of EMPA appear to extend to pts with more recent CV events. Acknowledgement/Funding Boehringer Ingelheim & Eli Lilly and Company Diabetes Alliance
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Hj. Ali, Noraida, Masita Abdul Jalil, and Noor Azliza Che Mat. "Ciri–ciri Temporal dalam Sistem Capaian Berita." Jurnal Teknologi, February 25, 2012. http://dx.doi.org/10.11113/jt.v41.707.

Full text
Abstract:
Kertas kerja ini memfokus kepada penyelidikan terhadap konsep penggunaan temporal dalam pengarkiban berita. Ia meliputi perwakilan data temporal menggunakan teknik setem masa (timestamp) dan capaian maklumat menggunakan teknik pengindeksan bagi pengurusan data sejarah berita. Temporal mengandungi empat ciri yang utama iaitu tajuk berita, kategori berita, status masa dan tahun (era). Status masa dan tahun (era) melibatkan logik temporal bagi proses capaian berita. Logik temporal membincangkan mod operasi masa seperti sebelum, selepas, antara, semenjak dan sehingga. Oleh itu, gabungan antara data sejarah berita dan enjin temporal akan menjadikan proses capaian berita lebih mudah, cepat dan tepat. Untuk merealisasikan konsep ini, satu model iaitu Sistem Capaian Berita Bertemporal telah dibangunkan. Kertas kerja ini akan membincangkan bagaimana konsep temporal diterapkan ke dalam sistem ini. Kata kunci: Perwakilan masa, setem masa, hubungan aljabar, perwakilan temporal This paper focuses on the research on the usage of temporal concept in News Archiving. It covers temporal data representation using “timestamp” technique, and indexed–based information retrieval technique in managing news archive data. Temporal classification contains four main characteristics such as title of news, time status, news category, and the years (era). Time status and year (era) criteria involve temporal logic for news retrieval process. Temporal logic discusses the operation modes between historical data and temporal engine will make retrieving news for references easier, more efficient, and accurate. To realize this research, one model called the Temporal Based Archiving News Retrieve System was developed. This paper will discuss how temporal concept was applied in this system. Key words: Time representation, timestamp, algebra relationship, temporal representation
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Pelealu, Olivia C. P. "MEKANISME IMUN TERBENTUKNYA KOLESTEATOMA." JURNAL BIOMEDIK (JBM) 4, no. 2 (January 31, 2013). http://dx.doi.org/10.35790/jbm.4.2.2012.757.

Full text
Abstract:
Abstract: Chronic suppurative otitis media associated with cholesteatoma is still a problem that causes high morbidity and mortality. That is due to the cholesteatoma destruction of surrounding bony structures that leads to fatal complications. Cholesteatoma acts benign but is a destructive middle ear tumor. It is characterized by hyperproliferative keratinocytes associated with a progressive and destructive accumulation of desqumated epithelia and keratin in the middle ear or other parts of temporal bones with pneumatization. There are four theories of cholesteatoma: invagination, invasion, metaplasia, and implantation. The main mechanisms of bone destruction are mechanical due to a pressure effect, biochemical factors, and cellular factors related to both innate and adaptive immunities. These immune responses are regulated by immune cells, cytokines, adhesive molecules, degrading enzymes, and osteoclasts.Key words: cholesteatoma, proliferative, bone resorption, cytokines, osteoclastAbstrak: Otitis media supuratif kronis dengan kolesteatoma masih merupakan masalah penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena kolesteatoma dapat menyebabkan destruksi tulang sekitarnya, sehingga mudah mengakibatkan komplikasi fatal. Kolesteatoma menyerupai tumor jinak telinga tengah tetapi bersifat destruktif. Kelainan ini ditandai oleh adanya hiperproliferasi keratinosit disertai akumulasi deskuamasi epitel atau keratin di dalam telinga tengah atau bagian lain tulang temporal yang berpneumatisasi, yang bersifat progresif dan destruktif. Terdapat empat teori pembentukan kolesteatoma yaitu metaplasi, invaginasi, invasi, dan implantasi. Terjadinya destruksi tulang melalui faktor mekanis akibat efek penekanan, faktor biokimia, dan faktor seluler yang berkaitan dengan respon imun alamiah maupun adaptif yang diatur oleh sel-sel imun, sitokin, molekul adhesif, enzim degradasi, dan osteoklas.Kata kunci: kolesteatoma, proliferasi, resorbsi tulang, sitokin, osteoklas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Salaswati, Sartika. "KALIBRASI RADIOMETRI VICARIOUS KAMERA MULTISPEKTRAL SATELIT LAPAN-A3/IPB DI WILAYAH BUKIT JADDIH MADURA." Jurnal Teknologi Dirgantara 18, no. 1 (November 6, 2020). http://dx.doi.org/10.30536/j.jtd.2020.v18.a3212.

Full text
Abstract:
Satelit LAPAN-A3/IPB merupakan satelit mikro eksperimental yang memiliki misi penginderaan jauh sebagai salah satu misi utamanya. Dalam melaksanakan misi penginderaan jauh tersebut, satelit LAPAN-A3/IPB dilengkapi dengan muatan utama berupa kamera multispektral empat kanal (merah-hijau-biru-inframerah dekat) jenis pencitraan pushbroom dengan resolusi spasial 15 meter dan lebar sapuan 120 km serta resolusi radiometri 16 bit dan resolusi temporal 21 hari. Untuk menghasilkan data citra pengamatan yang memiliki kualitas standar setiap saat, salah satu kalibrasi yang harus dilakukan adalah kalibrasi radiometri vicarious yang dilakukan setelah satelit mengorbit. Penelitian ini menganalisis hasil kalibrasi radiometri vicarious untuk kamera multispektral satelit LAPAN-A3/IPB di wilayah bukit Jaddih Madura yang telah dilakukan pada tahun 2018 lalu. Dengan membandingkan data citra observasi yang dihasilkan satelit dan data radiansi hasil pengukuran lapangan dengan menggunakan spektrometer, diperoleh koefisien radiansi yang menyatakan hubungan antara data digital number citra kamera multispektral dengan data radiansi sensor ToA (Top-of-Atmosphere). Analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa koefisien radiansi yang dihasilkan kalibrasi radiometri vicarious di bukit Jaddih Madura tidak berbeda jauh dengan koefisien radiansi yang dihasilkan pada beberapa kalibrasi radiometri vicarious sebelumnya. Analisis temporal juga menunjukkan bahwa koefisien radiansi yang dihasilkan dengan menggunakan data observasi bukit Jaddih pada periode waktu lainnya juga menghasilkan nilai koefisien radiansi yang sama. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil kalibrasi radiometri vicarious yang dihasilkan cukup akurat. Walaupun demikian, akurasi kalibrasi radiometri vicarious yang dilakukan dapat ditingkatkan dengan menggunakan data atmosfer yang dihasilkan sensor sunfotometer. Kata kunci: kalibrasi radiometri vicarious, kamera multispektral, satelit LAPAN-A3/IPB, bukit Jaddih Madura, radiansi ToA (Top-of-Atmosphere)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Hamuna, Baigo, Yunus P. Paulangan, and Lisiard Dimara. "Kajian suhu permukaan laut mengunakan data satelit Aqua-MODIS di perairan Jayapura, Papua." DEPIK 4, no. 3 (December 31, 2015). http://dx.doi.org/10.13170/depik.4.3.3055.

Full text
Abstract:
<p><strong><em>Abstract. </em></strong><em>Information about sea surface temperature (SST) very important role in ocean and fisheries study. Aqua-MODIS satellite data very important to monitoring SST periodically exchange. The aim or this study to analyze temporal distribution and spatial SST in Jayapura waters of Papua Province. SST data from Aqua-MODIS satellite used on June 2011 to May 2015 period. Descriptive analysis on this research consist of temporary SST analysis base on monthly and seasonal fluctuating of SST in time series graph, and spatial analyze base on color degradation visualization on monthly average SST distribution map. The result show that temporal pattern variations in Jayapura waters experience decreasing in four years of monthly SST. Variations of SST in Jayapura waters are 25°C-31°C with dominant SST revolve 27°C-29°C. The maximum SST value in November (29.25°C) and the minimum in March (27.86°C). Variability of SST value in Jayapura waters be affected by moonson. SST value on east monsoon and intermediate II tend more higher than SST on west monsoon and intermediate I. Spatial distribution of SST in offshore tends highly than spatial distributions near from coastal.</em><strong><em></em></strong></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: SST; Aqua-MODIS; </em><em>Variability Temporal and</em><em> </em><em>Spatial; Jayapura Waters</em><em></em></p><p><strong>Abstrak. </strong>Informasi suhu permukaan laut (SPL) dalam bidang kelautan dan perikanan memiliki peran yang sangat penting. Data satelit Aqua-MODIS sangat baik untuk pemantauan perubahan SPL secara berkala. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sebaran temporal dan spasial SPL di perairan Jayapura, Papua. Data yang digunakan adalah data SPL dari sensor satelit Aqua-MODIS periode Juni 2011 sampai Mei 2015. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang meliputi analisis SPL secara temporal berdasarkan fluktuasi SPL bulanan dan musiman dalam bentuk grafik deret waktu, dan analisis spasial berdasarkan visualisasi degradasi warna pada peta sebaran rata-rata SPL bulanan. Hasil penelitian menunjukan bahwa variasi temporal SPL bulanan di perairan Jayapura selama empat tahun cenderung mengalami penurunan. Nilai SPL di perairan Jayapura bervariasi antara 25°C-31°C dengan SPL dominan berkisar antara 27°C-29°C. Nilai SPL maksimum terjadi pada bulan November (29.25°C) dan minimum pada bulan Maret (27.86°C). Variabilitas nilai SPL di perairan Jayapura dipengaruhi oleh musim, SPL pada musim timur dan musim peralihan II cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan SPL pada musim barat dan musim peralihan I. Sebaran spasial SPL di perairan lepas pantai cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan SPL di perairan dekat pesisir.</p><strong>Kata kunci</strong> : SPL; Aqua-MODIS; Variabilitas Temporal dan Spasial; Perairan Jayapura
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Arie, Febryola, Taufiq F. Pasiak, and Martha M. Kaseke. "Hubungan kinerja otak dengan spiritualitas diukur dengan menggunakan Indonesia spiritual health assessment pada tokoh agama Kristen Gereja Mawar Sharon di Sulawesi Utara." Jurnal e-Biomedik 4, no. 2 (July 12, 2016). http://dx.doi.org/10.35790/ebm.4.2.2016.14663.

Full text
Abstract:
Abstract: To date, studies on brain field are growing and now they have touched the spiritual dimension. Amin divided the brain into five major systems, namely the prefrontal cortex, basal ganglia, the limbic system, gyrus cingulatus, and temporal lobes. One of the tools that can be used to measure the relationship between the performance of the brain and spirituality is Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA). There are four components of spirituality: spiritual experiences, positive emotion, meaning of life, and rituals. This sudy was aimed to determine the relationship between the performance of brain and the spirituality of religious leaders of Mawar Sharon Church in North Sulawesi. This was a descriptive analytical study with a survey method. Data were analyzed with Spearman correlation test. Subjects were 50 Christian religious leaders of Mawar Sharon Church in North Sulawesi. The results showed that there was a weak but significant correlation between gyrus cingulatus and spiritual experiences as well as positive emotions; and between the temporal lobe and meaning of life and ritual. Conclusion: There was a weak but significant correlation between the brain performance and the human spirituality measured by ISHA in religious leaders of Mawar Sharon Church in North Sulawesi.Keywords: brain, ISHA, spirituality Abstrak: Dewasa ini penelitian mengenai ilmu otak semakin berkembang bahkan hingga saat ini pendekatannya telah menyentuh dimensi spiritual. Amin membagi otak ke dalam lima sistem utama yaitu korteks prefrontalis, ganglia basalis, sistem limbik, girus singulatus, dan lobus temporalis. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur hubungan antara kinerja otak dengan spiritualitas ialah instrumen Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA). Terdapat empat komponen spiritualitas yaitu pengalaman spiritual, emosi positif, makna hidup, dan ritual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kinerja otak dengan spiritualitas pada tokoh agama Gereja Mawar Sharon di Sulawesi Utara. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan metode survey. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Subjek penelitian ialah 50 orang tokoh agama Kristen Gereja Mawar Sharon di Sulawesi Utara. Hasil penelitian mendapatkan hubungan lemah namun bermakna antara girus singulatus dengan pengalaman spiritual dan emosi positif, dan lobus temporalis dengan makna hidup dan ritual. Simpulan: Terdapat hubungan yang lemah namun bermakna antara kinerja otak dengan spiritualitas manusia diukur menggunakan ISHA pada tokoh agama Kristen Gereja Mawar Sharon di Sulawesi Utara. Kata kunci: otak, ISHA, spiritualitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Pakaya, Putra, Taufiq F. Pasiak, and Sonny J. R. Kalangi. "Hubungan kinerja otak dan spiritualitas manusia diukur dengan Indonesia Spiritual Health Assessment pada tokoh agama Islam di Kabupaten Bolaang Mongondow." Jurnal e-Biomedik 5, no. 1 (January 18, 2017). http://dx.doi.org/10.35790/ebm.5.1.2017.15889.

Full text
Abstract:
Abstract: Human brain contains about 100 billion cells that have complex functions as the central control of all activities. The brain is an organ in which the interaction of soul and body (mind body interaction) occurs and is very influential on human spirituality. Spirituality is built by four observable aspects, as follows: spiritual experience, positive emotion, meaning of life, and ritual. Health Law of the Republic of Indonesia Number 36 Year 2009 Chapter I Article 1 Paragraph 1 defines health by integrating the spiritual aspect as part of the definition of health. Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA) is a neuroscience-based test that includes human spirituality profile so it can find spirituality and its relation to brain performance. This study was aimed to determine the relationship of brain performance and human spirituality among Islamic religious leaders in Bolaang Mongondow. This was an observational study with a cross sectional design. There were 57 Islamic religious leaders as respondents. Data were retrieved by distributing questionnaires ISHA to the respondents. The statistical analysis showed that the correlation between temporal lobes and spiritual experience had an r value = 0.304 and p value = 0.022. Conclusion: There was a relationship between the performance of the brain and human spirituality in particular the relationship between the temporal lobe and spiritual experience among Islamic religious leaders in Bolaang MongondowKeywords: brain performance, spirituality Abstrak: Otak manusia berisi sekitar 100 miliar sel yang memiliki fungsi kompleks sebagai pusat pengendali seluruh aktivitas manusia. Otak merupakan organ tubuh dimana terjadinya interaksi ‘jiwa’ dan ‘badan’ (mind body interaction) yang sangat berpengaruh terhadap spiritualitas manusia. Spiritualitas dibangun oleh empat aspek yang dapat diamati yaitu pengalaman spiritual, emosi positif, makna hidup, dan ritual. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Bab I Pasal 1 ayat 1mendefinisikan kesehatan, yaitu dengan memasukkan aspek spiritual sebagai bagian dari batasan sehat. Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA) merupakan uji berbasis neurosains yang memuat tentang profil spiritualitas manusia sehingga dapat mengetahui spiritualitas dan kaitannya dengan kinerja otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja otak dengan spiritualitas manusia pada tokoh agama Islam di Kabupaten Bolaang Mongondow. Jenis penelitian ialah observasional dengan desain potong lintang. Terdapat 57 orang tokoh agama Islam di Kabupaten Bolaang Mongondow sebagai responden. Data diambil dengan cara membagikan kuisioner ISHA kepada responden. Hasil analisis statistik menunjukkan korelasi antara lobus temporalis dengan pengalaman spiritual (r=0,304; p=0,022). Simpulan: Pada tokoh agama Islam di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat hubungan antara kinerja otak dengan spiritualitas manusia khususnya hubungan one to one antara lobus temporalis dan pengalaman spiritual.Kata kunci: kinerja otak, spiritualitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Dalili, Fitria Angraini, Taufiq F. Pasiak, and Sunny Wangko. "HUBUNGAN KINERJA OTAK DENGAN SPIRITUALITAS MANUSIA DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN INDONESIA SPIRITUAL HEALTH ASSESSMENT PADA DOSEN STAIN MANADO." Jurnal e-Biomedik 1, no. 1 (March 13, 2013). http://dx.doi.org/10.35790/ebm.1.1.2013.4358.

Full text
Abstract:
Abstract: Neuroscience is a science about the nervous system especially the brain. According to Daniel Amen who used SPECT to watch brain activity that was associated with the soul, brain was divided into five main systems: prefrontal cortex, limbic system, ganglia basalis, gyrus cingulatus, and temporal lobe. A person’s spirituality is related to the purpose and meaning of his/her life as a manifestation of one’s relationship with God. Spirituality has four dimensions, namely the meaning of life, positive emotions, spiritual experiences and rituals. In Indonesia, Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA) is used to assess a person’s spirituality. The purpose of this research was to determine the relationship of spirituality with the human brain among Manado STAIN lecturers. This was a descriptive analytic study with 30 respondents. The results were analyzed by using the Spearmen correlation analysis. There was a significant correlation between the performance of the human brain and spirituality, in this case the relationship was between the prefrontal cortex and the meaning of life. Conclusion: There was a strong relationship between the human brain and spirituality. Keywords: brain, ISHA, spirituality. Abstrak: Neurosains adalah ilmu yang mempelajari tentang semua hal yang berkaitan dengan sistem saraf, dalam hal ini otak. Daniel Amen yang menggunakan SPECT dalam mengamati aktivitas otak yang berhubungan dengan jiwa, membagi otak ke dalam lima sistem utama: cortex prefrontalis, sistem limbik, ganglia basalis, gyrus cingulatus, dan lobus temporalis. Spiritualitas seseorang berkaitan dengan tujuan dan makna hidup kehidupan secara keseluruhan, sebagai manifestasi hubungannya dengan Tuhan. Spiritualitas mempunyai empat dimensi yaitu makna hidup, emosi positif, pengalaman spiritual, dan ritual. Di Indonesia, alat ukur spiritual yang digunakan yaitu Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kinerja otak dengan spiritualitas manusia pada dosen STAIN Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan jumlah responden 30 orang. Hasil penelitian dianalisis dengan analisis korelasi Spearmen yang menunjukkan adanya korelasi bermakna antara kinerja otak dan spiritualitas manusia, dalam hal ini hubungan antara cortex prefrontalis dan makna hidup. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kinerja otak dan spiritualitas manusia. Kata kunci: otak, ISHA, spiritualitas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Samel, Mirachel D. "HUBUNGAN KINERJA OTAK DENGAN SPIRITUALITAS DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN INDONESIA SPIRITUAL HEALTH ASSESSMENT PADA TOKOH-TOKOH AGAMA KRISTEN GMIST (PENDETA) DI RESORT TAHUNA." Jurnal e-Biomedik 2, no. 1 (February 13, 2014). http://dx.doi.org/10.35790/ebm.2.1.2014.4550.

Full text
Abstract:
Abstract: Neuroscience is a science about the nervous system. The development of neuroscience has touched the spiritual dimension. There are four things if combined will result spirituality, they are meaning of life, positive emotions, spiritual experience and rituals. Daniel Amen divides brain into five major systems namely prefrontal cortex, limbic system, basal ganglia, gyrus cingulatus, and temporal lobes. Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA) is a tools that can measure and describe the correlation of spirituality with brain. This study aimed to determine the correlation between the brain performance with the spirituality in christian religious leaders GMIST (pastor) at resort Tahuna. This was a descriptive studywith analytical survey method. Sample of this research was GMIST pastors amount of 33 people. The Spearman correlation test showed a P value 0.017 between the basal ganglia and spiritual experience which indicated that the correlation was significant. Conclusion: There was significant correlation between the brain performance with the human spirituality measured by using ISHA in Christian religion leaders GMIST (pastors) at Tahuna resort.Keywords: brain, ISHA, Christian religious leaders, spiritualityAbstrak: Neurosains adalah ilmu yang mempelajari mengenai sistem saraf. Perkembangan neurosains telah menyentuh dimensi spiritual. Terdapat empat hal bila digabungkan menghasilkan spiritual yaitu makna hidup, emosi positif, pengalaman spiritual dan ritual. Daniel Amen membagi otak dalam lima sistem utama yaitu korteks prefrontalis, sistem limbik, ganglia basalis, girus singulatus, dan lobus temporalis. Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA) adalah alat yang digunakan untuk mengukur hubungan spiritualitas dengan otak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kinerja otak dengan spiritualitas pada pendeta GMIST di Resort Tahuna. Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif dengan metode survei analitik. Sampel penelitian adalah pendeta-pendeta GMIST di Resort Tahuna sebanyak 33 orang. Data penelitian dianalisis dengan uji korelasi spearman. Hasil uji korelasi spearman antara ganglia basalis dan pengalaman spiritual menunjukan nilai P = 0,017 ini berarti kedua variabel memiliki hubungan yang bermakna. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kinerja otak dan spiritualitas manusia diukur dengan menggunakan ISHA pada tokoh-tokoh agama kristen GMIST (pendeta) di Resort Tahuna.Kata kunci: otak, ISHA, tokoh agama Kristen, spiritualitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Dadana, Jendy Cliff. "HUBUNGAN KINERJA OTAK DENGAN SPIRITUALITAS MANUSIA DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN INDONESIA SPIRITUAL HEALTH ASSESSMENT PADA PEMIMPIN AGAMA DI KOTA TOMOHON." Jurnal e-Biomedik 1, no. 2 (November 12, 2013). http://dx.doi.org/10.35790/ebm.1.2.2013.5469.

Full text
Abstract:
Abstract: Neuroscience is a science about the nervous system or neurons. The development of neuroscience has touched the spiritual dimension. There are four things if being combined will result in spirituality, as follows: meaning of life, positive emotions, spiritual experiences, and rituals. By using SPECT, Daniel Amen divided the brain into five major systems namely prefrontal cortex, limbic system, basal ganglia, gyrus cingulatus, and temporal lobes. All these five systems have correlation with spirituality. There are tools that can measure and describe the correlation of spirituality with brain inter alia Indonesia Spiritual Health Assessment..(ISHA).)This study aimed to determine the correlation between the brain performance with the spirituality in religious leaders in Tomohon city. This was a descriptive study with analytical survey method. Samples were 51 GMIM priests. Data of this study were analyzed by using the Spearman correlation test. The results showed that the average value of the brain, especially the limbic system, was 5.80 (good), where as the spirituality, especially ritual, was 155.50 (very good). The Spearman Correlation test showed a P-value = 0,013, which means the correlation between the two variables was significant. Conclusion: There was a significant correlation between the brain performance and the human spirituality measured by using ISHA in religious leaders at Tomohon City. Keywords: brain, ISHA, religious leaders, spirituality Abstrak: Neurosains adalah ilmu yang mempelajari tentang sel saraf atau neuron. Perkembangan neurosains telah menyentuh dimensi spiritual. Terdapat empat hal yang bila digabungkan akan menghasilkan spiritualitas yaitu makna hidup, emosi positif, pengalaman spiritual, dan ritual. Melalui jasa SPECT, Daniel Amen membagi otak dalam lima sistem utama yaitu: korteks prefrontalis, sistem limbik dalam, ganglia basalis, girus singulatus, dan lobus temporalis. Kelima sistem ini memiliki hubungan dengan spiritualitas. Alat yang dapat mengukur spiritualitas serta menggambarkan hubungannya dengan otak, antara lain ialah Indonesian Spiritual Health Assessment (ISHA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja otak dan spiritualitas pada pemimpin agama di kota Tomohon. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode survei analitik. Sampel penelitian ialah pendeta-pendeta GMIM dengan jumlah 51 orang. Data penelitian dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Nilai rata-rata otak khususnya sistem limbik yaitu 5,80 (baik), sedangkan spiritualitas khususnya ritual yaitu 155,50 (sangat baik). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan nilai P = 0,013 yang berarti hubungan kedua variabel bermakna. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kinerja otak dan spiritualitas manusia diukur dengan menggunakan ISHA pada pemimpin agama di kota Tomohon. Kata kunci: ISHA,otak, pemimpin agama, spiritualitas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography