To see the other types of publications on this topic, follow the link: Epilit.

Journal articles on the topic 'Epilit'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Epilit.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Jabborov, Mehroj Akmal o'g'li. "ZOMIN MILLIY TABIAT BOG'I BRIOFLORASINING YETAKCHI OILALAR VA KAMYOB TURLAR BO'YICHA TAHLILI." Innovative Development in Educational Activitiesv 2, no. 1 (2023): 88–93. https://doi.org/10.5281/zenodo.7539187.

Full text
Abstract:
Dunyoda yuz berayotgan iqlim o‘zgarishlari qurg‘oqchilikka o‘ta sezgir bo‘lgan biologik xilma-xillikning muhim komponentlari holatiga salbiy taʼsir ko‘rsatmoqda. Bu o‘rinda yo‘sinlar ekologik plastikligining yuqoriligi va atrof-muhit holatiga ko‘ra o‘zgaruvchanligi alohida ahamiyatga ega bo‘lib, arid hududlarda ular holatini baholash va ekologik guruhlarini asoslash qurg‘oqchil hududlarda o‘simliklar olamini shakllanishi to‘g‘risidagi maʼlumotlarni to‘ldiradi. Shunga ko‘ra, arid hududlaridagi yo‘sinlarni inventarizatsiyalash, ularning shakllanish qonuniyatlarini o‘rganish, kamyob turlarni aniqlash va muhofaza qilish muhim ahamiyatga ega.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Singh, Narinder, and Michael Genesereth. "Epikit." ACM SIGART Bulletin 2, no. 3 (1991): 143–51. http://dx.doi.org/10.1145/122296.122318.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Nabila, Fitriya, Dewi Sulistyowati, Indarti Isolina, Rahmaa Yani, Diana Vivanti Sigit, and Mieke Miarsyah. "Keanekaragaman jenis-jenis epifit pteridophyta dan epifit spermatophyta di kawasan Kebun Raya Bogor." Proceeding of Biology Education 4, no. 1 (2021): 36–50. http://dx.doi.org/10.21009/pbe.4-1.4.

Full text
Abstract:
Kenakaragaman hayati yang sangat tinggi banyak ditemukan di negara tropis salah satunya meliputi negara Indonesia. Indonesia berada pada garis khatulistiwa dengan faktor-faktor lingkungan yang mendukung kehidupan beragam tumbuhan. Adapun jenis tumbuhan yang sering dijumpai di Indonesia merupakan epifit. Kebun Raya Bogor sebagai daerah konservasi mempunyai beranekaragam koleksi jenis-jenis epifit diantaranya epifit jenis pteridophyta dan spermatophyta. Kenekaragaman epifit Pteridophyta dan epifit Sprematophyta di Kebun Raya Bogor sangat menarik untuk diteliti dan memberi informasi data keanekragaman epifit. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi keanekaragaman data hayati epifit pteridophyta serta spermatophyta di Kebun Raya Bogor. Penelitian dilakukan di Lokasi Koleksi Paku-pakuan (Fern Collection) Kebun Raya Bogor. Metode penelitian yag digunakan ialah descriptive method lalu pengambilan sampel dengan teknik purposive dengan menggunakan plot berukuran 10x10 meter dengam total luas area 640 meter. Data yang diamati dalam setiap plot adalah nama jenis epifit, jumlah individu (densitas) dan jumlah kemunculan (frekuensi). Indeks Nilai Penting (INP) spesies yang tergolong tinggi yaitu Asplenium nidus dengan nilai INP sebesar 78,93% dan INP terendah terdapat pada spesies Drynaria sparsisora, Pyrrosia lanceolata, dan Trichomanes sp. sebesar 2,32%. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) keseluruhan diperoleh hasil sebesar 1,20 dengan rincian indeks keanekaragaman epifit pteridophyta sebesar 1,00 dan epifit spermatophyte 0,65 maka dapat disimpulkan bahwa indeks keanekaragaman jenis epifit Pteridophyta dan epifit Spermatophyta di Kebun Raya Bogor dikategorikan sedang. Berdasarkan hasil tersebut maka perlu dilakukan pelestarian tumbuhan epifit beserta inangnya. Penelitian lebih lanjut perlu juga dilakukan dengan menggunakan sampling wilayah yang lebih luas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Nafisah, Juhriah, Sri Amintarti, and Amalia Rezeki. "Identifikasi Tumbuhan Makro Epifit di Taman Biodiversitas Hutan Hujan Tropis Mandiangin." Jurnal Jeumpa 10, no. 2 (2023): 293–302. http://dx.doi.org/10.33059/jj.v10i2.8625.

Full text
Abstract:
Taman Biodiversitas Hutan Hujan Tropis Mandiangin merupakan kawasan hutan yang terletak di lembah bukit manjai. Kawasan tersebut memiliki banyak tumbuhan makro epifit yang menempel pada kulit batang pohon. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi tumbuhan makro epifit yang terdapat dalam kawasan Taman Biodiversitas Hutan Hujan Tropis Mandiangin. Metode penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan pengambilan sampel tumbuhan makro epifit menggunakan teknik jelajah acak. Sampel selanjutnya didokumentasikan dan diidentifikasi. Selain itu juga dilakukan pengukuran parameter faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kecepatan angin. Hasil penelitian ditemukan terdapat 4 famili dari 10 spesies tumbuhan makro epifit di kawasan Taman Biodiversitas Hutan Hujan Tropis Mandiangin, yaitu Polypodiaceae, Asplenaceae, Orchidaceae, dan Dryopteridaceae. Terdapat 6 spesies anggrek yang bersifat epifit dengan pertumbuhan batang simpodial, sedangkan 4 spesies pteridophyta yang bersifat epifit yang memiliki sorus terletak pada bawah permukaan daun dan tersebar hingga tepi daun. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kawasan Taman Biodiversitas Hutan Hujan Tropis Mandiangin memiliki rentang suhu, kelembaban, intensitas cahaya, serta kecepatan angin yang ideal untuk pertumbuhan makro epifit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Wanma, Alfredo, Apristina A. Penasifu, and Jackobus Wanggai. "POTENSI DAN KEANEKARAGAMAN ANGGREK EPIFIT DI HUTAN MANGROVE SELAT SORENDIWERI, KABUPATEN SUPIORI, PROVINSI PAPUA." Bio-Lectura : Jurnal Pendidikan Biologi 9, no. 2 (2022): 255–64. http://dx.doi.org/10.31849/bl.v9i2.11640.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan keanekaragaman anggrek epifit di hutan mangrove Selat Sorendiweri Kabupaten Supiori Provinsi Papua. Teknik penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan dengan menggunakan 8 plot tunggal ukuran 30m x 30m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan anggrek epifit terdiri atas 1 famili, 10 genera dan 17 spesies. Dendrobium subulatum, Appendicula reflexa dan Bulbophyllum ovalifolium merupakan spesies anggrek epifit yang memiliki dominansi tinggi. Keanekaragaman spesies anggrek epifit di hutan mangrove Selat Sorendiweri menunjukkan keanekaragaman sedang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Darmianti, Sri, Asmawati Munir, and Lili Darlian. "JENIS-JENIS EPIFIT DAN POHON INANGNYA DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM NAPABALANO KABUPATEN MUNA." AMPIBI: Jurnal Alumni Pendidikan Biologi 5, no. 4 (2022): 151. http://dx.doi.org/10.36709/ampibi.v5i4.28322.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis-jenis tumbuhan epifit dan pohon inang di kawasan Hutan Cagar Alam Napabalano Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode yang digunakan adalah metode eksplorasi dengan teknik jelajah. Teknik analisis data secara deskriptif. Hasil penelitian ditemukan 16 spesies epifit, 9 spesies dari familia Orchidaceae dan 7 spesies dari familia Polypodiaceae dan 10 spesies pohon inang dari 10 familia. Pohon inang yang banyak berasosiasi dengan epifit adalah Tectona grandis, kemudian Elmerillia celebica Dandy sedangkan pohon inang yang sedikit berasosiasi epifit yaitu Shorea koordesii Bl, Ficus benjamina L., Eucalyptus deglupta Bl., Pterocarpus indicus Willd., Anthocephalus cadamba Miq., Schleichera oleosa Lour., dan Pterospermum javanicum Jungh., rata-rata ditempati 1 spesies epifit. Epifit yang banyak berasosisi dengan pohon inang yaitu dari genus Cymbidium dengan 5 spesies pohon dan genus Drynaria dengan 4 spesies pohon, sedangkan epifit yang sedikit berasosiasi dengan pohon inang yaitu Acriopsis javanica Reinw., Aerides odorata Lour., Davallia denticulate (Brum.) Mett., Drymoglossum piloselloides (Linn.) Pr., Elaphoglossum rimbachii J., Nepholepis falcata (Cap.) C. Chr. Pomatocalpa kunstleri (Hk.f) J.J.S., Phalaeonepsis denevei J.J.S., Phymatodes scolopendria (Burm. F.) Ching., Schoenorchis juncifolia Bl., Thrixspermum formolnum (Bl.) Rehbf., dan Vanda limbata Bl., yang masing-masing berasosiasi dengan 1 spesies pohon.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Shofiana, Wulan, Sudarsono Sudarsono, and Budiwati Budiwati. "INVENTARISASI JENIS-JENIS TUMBUHAN EPIFIT DI KEBUN BIOLOGI FMIPA UNY." Kingdom (The Journal of Biological Studies) 6, no. 2 (2017): 121–30. http://dx.doi.org/10.21831/kingdom.v6i2.6806.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan epifit, jenis inang tumbuhan epifit, dan pemetaan sebaran tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY. Metode yang digunakan adalah metode survai sensus yakni survai yang dilakukan untuk memperoleh data dari masing-masing anggota populasi satu per satu, mendata seluruh individu dari populasi tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY. Survai sensus biasanya dilakukan jika populasinya relatif kecil dan mudah dijangkau. Variabel penelitian yang digunakan luas wilayah, jumlah individu, jumlah jenis dibatasi tumbuhan epifit Spermatophyta dan epifit Pteridophyta, komposisi jenis dan kondisi abiotik yaitu suhu udara, intensitas cahaya, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Penelitian ini dilakukan November 2016-Januari 2017 di kawasan Kebun Biologi FMIPA UNY. Ditemukan 11 jenis Aggrek dari 1 famili, yakni Agrostophyllum cyathiforme, Appendicula sp, Cattleya sp, Coelogyne spesiosa, Dendrobium agrostophyllum, Dendrobium aphyllum, Dendrobium crumenatum, Dendrobium labulatum, Mycaranthes latifolia, Phalaenopsis amabilis, dan Vanda sp dari Famili Orchidaceae. Tumbuhan Paku ditemukan 8 jenis dari 2 Famili yakni Asplenium nidus dari Famili Aspleniaceae, Drymoglosum piloselloides, Drynaria quercifolia, Drynaria sparsisora, Nephrolepis cordifolia, Platycerium bifurcatum, Pyrrosia longifolia, Pyrrosia sp dari Famili Polypodiaceae. Kata kunci: Inventarisasi, Epifit, Spermatophyta, Pteridophyta
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Banuaji, Heru, Niniek Widyorini, and Sigit Febrianto. "Hubungan Kelimpahan Epifit ( Microalgae ) dengan Nitrat dan Fosfat pada Lamun ( Cymodocea Serrulata ) di Pulau Panjang, Jepara." Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) 10, no. 2 (2022): 72–78. https://doi.org/10.14710/marj.v10i2.28268.

Full text
Abstract:
Epifit merupakan organisme yang menempel pada lamun dan memiliki peran penting dalam daur hara, menyediakan perlindungan, penyedia pakan, dan sebagai bioindikator terhadap kerusakan ekosistem. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2019 di Pulau Panjang dan analisa data dilakukan di Laboratorium Pengelolaan Sumberdaya Ikan dan Lingkungan FPIK Undip. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel lamun untuk diambil epifitnya dan pengukuran kualitas perairan seperti kedalaman, kecerahan, pH, salinitas, kecepatan arus, nitrat, dan fosfat. Pengukuran pada variabel fisika adalah sebagai berikut, yaitu kedalaman perairan 30-126 cm, kecepatan arus 0,027-0,588 m/s, dan suhu 28-310C. Nilai kelimpahan epifit adalah 1180,54-5486,02 Individu/cm2 . Nilai keanekaragaman adalah 1,3-2,22. Nilai keseragaman 0,76- 0,97, dan nilai dominansi adalah 0,15-0,35. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa nitrat dan fosfat mempengaruhi kelimpahan epifit sebesar 9,1% sedangkan 90,9% di pengaruhi oleh faktor lain. Hubungan antara nitrat, fosfat dengan epifit lemah yaitu sebesar 30,2%. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa nitrat mempengaruhi kelimpahan epifit sebesar 97,3%, dan fosfat mempengaruhi kelimpahan epifit sebesar 82,02%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Chandra, Dessy Mutiara, Iqbar Iqbar, and Saida Rasnovi. "Keragaman Jenis Anggrek Epifit di Kawasan Rainforest Lodge Kedah Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian 5, no. 4 (2020): 216–24. http://dx.doi.org/10.17969/jimfp.v5i4.15884.

Full text
Abstract:
Kedah adalah salah satu gerbang menuju Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dari bagian Kabupaten Gayo Lues. Kedah memiliki kawasan hutan hujan tropis (tropical rainforest) dengan status hutan lindung dan berbatasan dengan TNGL. Hutan hujan tropis Kedah lebih dikenal dengan Rainforest Lodge Kedah, memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi termasuk anggrek epifit, namun keragamannya belum terdata. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian keragaman anggrek epifit yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan menghitung indeks keragaman jenis anggrek epifit di kawasan Rainforest Lodge Kedah. Keragaman anggrek epifit didata dengan metode analisis vegetasi garis berpetak dan lokasi cuplikan ditentukan dengan acak terstruktur. Empat transek dengan panjang 120 m dibuat untuk meletakkan 6 plot dengan ukuran 20 m x 20 m pada masing-masing transek tersebut. Hasil analisis vegetasi ditemukan 35 jenis anggrek epifit yang didominasi oleh jenis Dendrochilum simile Blume dan Appendicula hexandra (J.Koenig) J.J.Sm. Anggrek-anggrek ini merupakan anggota dari 20 genus dengan genus dominan yaitu Appendicula dan Dendrochilum. Dilihat dari indeks nilai penting yang dimiliki, anggrek jenis Appendicula hexandra (INP: 27,67%) dan Dendrochilum simile (INP: 25,73%) merupakan jenis yang lebih penting dari 33 jenis lainnya. Indeks nilai penting anggrek epifit terendah adalah jenis Coelogyne miniata (Blume) Lindl. (INP: 1,25%) dan Agrostophyllum tenue J.J.Sm (INP: 1,25%).Secara keseluruhan kawasan Rainforest Lodge Kedah memiliki keragaman anggrek epifit dengan nilai sedang yang disimpulkan dari indeks keragaman yang dihasilkan yaitu 2,889.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Dewa Putu Darma, I., Wenni Setyo Lestari, Arief Priyadi, and Rajif Iryadi. "PAKU EPIFIT DAN POHON INANGNYA DI BUKIT PENGELENGAN, TAPAK DAN LESUNG, BEDUGUL, BALI." Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 15, no. 1 (2018): 41–50. https://doi.org/10.59465/jphka.15.1.41-50.

Full text
Abstract:
Paku epifit merupakan tumbuhan paku yang tumbuh menempel pada pohon inang (phoropyte) atau bebatuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serta persebaran paku epifit dan pohon inangnya di kawasan hutan Bedugul Bali. Kegiatan ini dilakukan dengan metode purposive random sampling. Hasil penelitian mencatat 24 jenis tumbuhan paku epifit yang teramati di kawasan hutan Bedugul Bali. Jumlah tersebut tersebar di Bukit Pengelengan 16 jenis, di Bukit Tapak 12 jenis dan di Bukit Lesung 12 jenis. Jenis paku epifit yang persebaranya terbatas hanya di satu area studi adalah Arthropteris palisotii, Goniophlebium subauriculatum, Loxogramme avenia, Oleandra pistillaris, Asplenium caudatum, Belvisia mucronata, Ctenopteris obliquata, Davallia pentaphylla, Davallia solida, Drynaria sp., Hymenophyllum sp., Monogramma trichoidea dan Neprolepis sp1. Sedangkan jenis yang tersebar di lebih dari satu area studi adalah Asplenium nidus, Belvisia spicata, Davallia denticulata, Goniophlebium percisifolium, Pyrrosia varia dan Selliguea enervis. Jenis paku epifit yang berdistribusi paling luas adalah Belvisia spicata dan Davallia denticulata. Keanekaragaman pohon inang tercatat 33 jenis (Bukit Pengelengan 22 jenis, Bukit Tapak 21 jenis dan Bukit Lesung 11 jenis). Jenis pohon inang yang disenangi oleh jenis tumbuhan paku epifit bervariasi, di Bukit Pengelengan adalah Platea latifolia, di Bukit Tapak adalah Syzygium zollingerianum dan di Bukit Lesung adalah Engelhardia spicata.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Tarigas, Meilinda Tria, Apriansyah Apriansyah, and Ikha Safitri. "Struktur Komunitas Mikroalga Epifit Berasosiasi Pada Sargassum sp. Di Perairan Desa Sepempang Kabupaten Natuna." Jurnal Laut Khatulistiwa 3, no. 2 (2020): 61. http://dx.doi.org/10.26418/lkuntan.v3i2.37932.

Full text
Abstract:
Mikroalga epifit merupakan organisme yang dapat hidup menempel pada substrat seperti makroalga. Epifit memiliki peran penting dalam meningkatkan produktivitas primer dan bioindikator perairan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas mikroalga epifit berasosiasi pada Sargassum sp. di perairan Desa Sepempang, Kabupaten Natuna. Penelitian dilaksanakan pada bulan januari juni 2019. Pengambilan sampel mikroalga epifit dilaksanakan secara in situ. Penelitian dilakukan dengan metode survey dan penentuan stasiun pengambilan sampel secara purposive sampling. Lokasi pengambilan sampel makroalga terdiri dari 4 stasiun dengan rona lingkungan yang berbeda. Hasil identifikasi mikroalga epifit terdiri dari 8 kelas, 36 ordo, 50 famili dan 65 genus. Kelas bacillariophyceae (diatom) ditemukan dominan dengan persentase kelimpahan (72.67%), dimana kelimpahan diatom pennate (81.69%) dan diatom sentris (18.31%). Genus yang dominan ditemukan adalah Navicula, Nitzschia, Synedra, Cocconeis dan Pinnularia. Nilai indeks keanekaragaman (H) berkisar 3.04-3.18, indeks keseragaman (E) berkisar 0.77-0.83, indeks dominasi (C) berkisar 0.06-0.07, dan nilai indeks Similaritas Sorensen (ISS) berkisar 75.55-87.80%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Nursanti, Nursanti, Zuhratus Saleh, Fhilza Rhamadhani, and Fawwaz Dinanty. "EPIFIT DAN LIANA DI HUTAN SEKUNDER DATARAN RENDAH KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI." Jurnal Silva Samalas 7, no. 2 (2024): 1. https://doi.org/10.33394/jss.v7i2.14223.

Full text
Abstract:
Sebapo Institut adalah area wisata edukasi yang terletak di Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi, berupa hutan sekunder dataran rendah (Lowland tropical rain forest) bekas terbakar tahun 1997 yang sedang mengalami tahapan suksesi sekunder menuju hutan klimaks. Keseimbangan ekosistem hutan dapat terganggu oleh bencana alam maupun aktivitas manusia. Kebakaran hutan yang terjadi 22 tahun lalu menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati, terjadi perubahan pada struktur hutan dan komposisi hutan. Perubahan pada struktur dan komposisi pohon memberi pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan epifit dan liana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari jenis-jenis epifit dan liana di hutan hujan tropis dataran rendah 22 tahun setelah kebakaran. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis vegetasi dengan petak tunggal berukuran 100 m x 100 m. Data yang diambil meliputi lingkar batang tumbuhan penopang ≥5 cm serta nama lokal dan nama ilmiah. Tumbuhan liana dan epifit yang ditemukan diidentifikasi untuk mengetahui jenisnya, indeks keanekaragaman dan kemerataan epifit dan liana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 744 individu liana dari 35 spesies yang tergolong ke dalam 19 famili dan 4 individu epifit dari 2 spesies yang tergolong 2 famili. Jenis liana yang sering ditemukan pada inang di dalam plot adalah Gnetum latifolium Blume, sedangkan untuk jenis epifit yaitu Asplenium nidus L dan Davallia denticulata (Burm. F) Mett. Ex Kuhn.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Efendi, Siska, Guswandi Alfitrah, and Awaluddin Awaluddin. "STRUKTUR KOMUNITAS TUMBUHAN PAKU EPIFIT YANG BERASOSIASI DENGAN TANAMAN KELAPA SAWIT." Jurnal Bioconcetta 8, no. 2 (2023): 61–77. http://dx.doi.org/10.22202/bc.2022.v8i2.4863.

Full text
Abstract:
Penelitian bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis keanekaragaman tumbuhan paku epifit pada tanaman kelapa sawit. Metode yang digunakan adalah metode observasi dan identifikasi langsung serta studi pustaka. Teknik pengambilan sampel menggunakan Metode Slovin. Penelitian dilakukan di kebun rakyat di Nagari Gunung Selasih, Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Penelitian dilaksanakan dari bulan September-November 2017. Dari penelitian yang telah dilakukan maka dihitung nilai Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, Indeks Nilai Penting (INP) Dan Keanekaragaman Shannon Wiener. Dari hasil identifikasi ditemukan 16 spesies paku epifit. Spesies dengan kelimpahan tertinggi yaitu G. Verrucosum. Indeks Nilai Penting (INP) paku epifit tertinggi terdapat pada spesies G. verrucosum. Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Shannon-Wiener menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman paku epifit pada tanaman kelapa sawit berada dalam kondisi yang rendah (0,85).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Hartati, Sri, S. Wiyono, S. H. Hidayat, and M. S. Sinaga. "Seleksi Khamir Epifit Sebagai Agens Antagonis Penyakit Antraknosa Pada Cabai." Jurnal Hortikultura 24, no. 3 (2016): 258. http://dx.doi.org/10.21082/jhort.v24n3.2014.p258-265.

Full text
Abstract:
Antraknosa merupakan penyakit penting pada tanaman cabai yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi cukup besar. Khamir merupakan salah satu mikroba yang telah diketahui berpotensi sebagai agens antagonis pada berbagai produk pascapanen. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat-isolat khamir epifit yang berpotensi sebagai agens antagonis penyakit antraknosa pada cabai. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan dan Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, dari bulan April sampai Desember 2013. Khamir epifit diisolasi dari daun dan buah cabai merah yang diperoleh dari pertanaman cabai di Rancabango dan Panjiwangi (Kabupaten Garut) dan Dramaga (Kabupaten Bogor). Patogen penyebab antraknosa yaitu <em>Colletotrichum acutatum</em> diisolasi dari buah cabai bergejala dari pertanaman cabai di Panjiwangi. Khamir hasil isolasi diuji patogenisitasnya pada benih dan buah cabai. Khamir nonpatogenik diseleksi potensi antagonismenya terhadap penyebab penyakit antraknosa. Diperoleh 43 isolat khamir epifit, semua isolat bersifat nonpatogenik berdasarkan hasil uji patogenisitas. Seleksi potensi antagonisme isolat khamir epifit menghasilkan 23 isolat yang berpotensi sebagai agens antagonis C. <em>acutatum</em>. Empat belas isolat khamir epifit menyebabkan penghambatan penyakit antraknosa lebih besar dibandingkan mankozeb.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Maarisit, Ismariani, Esther D. Angkouw, Remy E. P. Mangindaan, Natalie D. C. Rumampuk, Henky Manoppo, and Elvy Like Ginting. "Isolation and Antibacterial Activity Test of Seagrass Epiphytic Symbiont Bacteria Thalassia hemprichii from Bahowo Waters, North Sulawesi." Jurnal Ilmiah PLATAX 9, no. 1 (2021): 115. http://dx.doi.org/10.35800/jip.9.1.2021.34320.

Full text
Abstract:
Seagrass is a higher plant and has the ability to produce bioactive compounds such as antibacterial. Seagrass is also a host to a variety of bacteria. Bacteria that live in the host will produce the same compounds as the host's body. The utilization of symbiotic bacteria with seagrasses as producers of bioactive compounds such as antibacterial can be used as a solution to reduce excessive seagrass uptake in nature. On the other hand, bacteria have the advantage of being fast and easy to grow and can be mass-produced and more economical. This study aims to isolate and test the antibacterial activity of the epiphytic bacteria of seagrass symbionts. Epiphytic bacteria of seagrass symbionts were grown on Nutrient Agar media directly in the field and bacterial isolation was carried out based on the morphological characteristics of the bacterial isolates. The antibacterial activity test was carried out using the disc method with the test bacteria Stapylococcus aureus, Streptococcus mutans, Escherichia coli, Salmonella thypi, and antibiotics as positive controls. The ability of bacteria to produce antibacterial was indicated by the formation of an inhibition zone around the paper disc containing the epiphytic bacteria of the seagrass symbiont T. hemprichii. A total of 3 isolates of epiphytic bacteria were isolated from T. hemprichii seagrass from Bahowo Waters, Tongkaina Village, Bunaken District, these isolates are namely Epifit 1, Epiphyte 2, and Epiphyte 3. Epiphyte 2 isolate had antibacterial activity against S. mutans, S. aureus, and S. thypi test bacteria, Epiphyte 3 isolate had antibacterial activity against S. mutans, and S. thypi test bacteria.Key words: Bacteria; Antibacterial; T. hemprichii; symbionts; BahowoAbstrakLamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi dan memiliki kemampuan menghasilkan senyawa bioaktif seperti antibakteri. Lamun juga merupakan tempat hidup atau inang dari berbagai bakteri. Bakteri yang hidup pada inang akan menghasilkan senyawa yang sama dengan tubuh inangnya. Pemanfaatan bakteri yang bersimbiosis dengan lamun sebagai produsen senyawa bioaktif seperti antibakteri dapat dijadikan sebagai solusi dalam mengurangi pengambilan lamun yang berlebihan di alam. Dilain pihak, bakteri memiliki keunggulan karena pertumbuhan bakteri yang cepat dan mudah tumbuh, dapat diproduksi secara massal dan lebih ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menguji aktivitas antibakteri dari bakteri epifit simbion lamun T. hemprichii dari Perairan Bahowo. Bakteri epifit simbion lamun ditumbuhkan pada media NA secara langsung di lapangan dan isolasi bakteri dilaksanakan berdasarkan karateristik morfologi isolat bakteri. Uji aktivitas bakteri dilakukan menggunakan metode cakram dengan bakteri uji S. aureus, S. mutans, E. coli, dan S. thypi dan antibiotik sebagai kontrol positif. Kemampuan bakteri menghasilkan antibakteri ditandai dengan terbentuknya zona hambat disekitar kertas cakram yang mengandung bakkteri epifit simbion lamun T. hemprichii. Sebanyak 3 isolat bakteri epifit berhasil diisolasi pada lamun T. hemprichii dari Perairan Bahowo, Kelurahan Tongkaina, Kecamatan Bunaken yaitu Epifit 1, Epifit 2, dan Epifit 3. Isolat epifit 3 memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji S. thypi, isolat Epifit 2 terhadap bakteri uji S. mutans, S. aureus, dan S. thypi, isolat Epifit 3 terhadap bakteri uji S. mutans, dan S. thypi.Kata kunci: Bakteri; Antibakteri; T. hemprichii; Simbion; Bahowo
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Tarigan, Tresya Br, Emmy Harso Kardhinata, and Jamilah Nasution. "Inventarisasi Jenis Tumbuhan Berbunga Epifit Yang Berpotensi Sebagai Tanaman Hias di Kawasan Taman Wisata Alam Sicike-Cike Dairi Sumatera Utara." Jurnal Ilmiah Biologi UMA (JIBIOMA) 2, no. 2 (2020): 69–77. http://dx.doi.org/10.31289/jibioma.v2i2.259.

Full text
Abstract:
Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan berbunga epifit yang berada di Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike dan potensinya sebagai tanaman hias. Pengambilan sampel dilapangan dilakukan secara sengaja (purposive sampling) menggunakan line transect yaitu membuat plot (20 x 20 m) sebanyak 5 plot dan jarak setiap plot 50 m. Data jenis-jenis tumbuhan berbunga epifit yang diperdagangkan diperoleh dengan melakukan wawancara dengan para pedagang hias di Berastagi. Hasil penelitian yang dilakukan ditemukan 25 jenis tumbuhan epifit yang terdapat di kawasan hutan Sicike-cike, yang terdiri dari 6 famili, 14 Genus. Famili Orchidaceae merupakan famili yang paling banyak jenisnya dijumpai yaitu 18 spesies, yang tergolong ke dalam 8 genus. Famili Araceae merupakan famili kedua terbayak yaitu 2 spesies, yang tergolong ke dalam 2 genus. Famili Rubiaceae yaitu 2 spesies. Famili Melastomataceae, famili Urticaceae dan famili Gesneriaceae ditemukan masing-masing yaitu 1 spesies. Data hasil wawancara yang dilakukan dengan pedagang tanaman hias ditemukan 3 famili tumbuhan epifit, yaitu Orchidaceae, Bromeliaceae, dan Asclepiadaceae. Dari hasil yag ditemukan di TWA Sicike-cike dan pedagang tanaman hias hanya ada satu jenis tumbuhan epifit yang diperjualbelikan yaitu Ceologyne speciosa, sedangkan di pedagang online ditemukan Trichotosia ferox dan Bulbophyllum laxiflorum yang diperjualbelikan sebagai tanaman hias
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Baden, H. P. "Epilyt for scalp psoriasis." Archives of Dermatology 127, no. 2 (1991): 274b—274. http://dx.doi.org/10.1001/archderm.127.2.274b.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Baden, Howard P. "Epilyt for Scalp Psoriasis." Archives of Dermatology 127, no. 2 (1991): 274. http://dx.doi.org/10.1001/archderm.1991.01680020146033.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Hidayat, Maulana, Warsidah Warsidah, and Ikha Safitri. "Struktur Komunitas Mikroalga Epifit Pada Padina dan Caulerpa di Perairan Pulau Kabung Kalimantan Barat." Jurnal Laut Khatulistiwa 4, no. 1 (2021): 29. http://dx.doi.org/10.26418/lkuntan.v4i1.44535.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas mikroalga epifit pada Padina dan Caulerpa, kualitas lingkungan perairan dan korelasi kepadatan mikroalga epifit dengan parameter lingkungan perairan di Pulau Kabung Kalimantan Barat. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 dengan menggunakan metode survei dan penentuan stasiun pengambilan sampel secara purposive sampling yang terdiri dari tiga stasiun berdasarkan rona lingkungan. Stasiun I terdapat dermaga kapal, stasiun II terdapat aktivitas penduduk dan stasiun III tanpa aktivitas penduduk. Struktur komunitas mikroalga epifit pada Padina dan Caulerpa di perairan Pulau Kabung terdiri dari 5 divisi, 7 kelas, 45 ordo, 62 famili dan 76 genus. Kepadatan tertinggi mikroalga epifit di Perairan Pulau Kabung terdapat di stasiun III dengan nilai (4873 ind/5g) pada Padina dan kepadatan terendah yaitu stasiun I (2653 ind/5g) pada Caulerpa. Genus yang paling mendominasi adalah Amphora, Nitzchia, Pinnularia, Synedra, Chlamydomonas dan Botrydiopsis. Kisaran indeks keanekaragaman (H') berkisar antara (3,58-3,71), indeks keseragaman (E)(0,84-0,89), indeks dominansi (C) (0,03-0,04) dan indeks similaritas Sorensen (89,70-94,28%). Parameter lingkungan perairan Pulau Kabung yang berkolerasi sempurna terhadap kepadatan mikroalga epifit adalah suhu, DO, salinitas, konduktivitas, arus dan nitrat dengan nilai 1 sampai -1, sedangkan kedalaman, fosfat dan pH cenderung tidak menunjukkan korelasi yang signifikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Kurniawan, Febri Yuda, and Nureni Dhuha Mustika. "Distribusi dan Kemelimpahan Spesies Anggrek Epifit di Hutan Wanagama, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta." JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi) 5, no. 2 (2022): 83. http://dx.doi.org/10.30595/jrst.v5i2.8438.

Full text
Abstract:
Konservasi anggrek alam diperlukan melihat semakin menurunnya keanekaragaman spesies di bumi akibat aktivitas manusia dan degradasi lingkungan. Dengan mengetahui pola distribusi dan kemelimpahan dari spesies anggrek alam dapat membantu dalam upaya konservasi. Hutan Wanagama merupakan hutan buatan yang bersifat kering, tandus dengan topografi berupa batuan gamping dan kandungan air yang minimal. Selain dijumpai 100 flora di Hutan Wanagama, spesies anggrek alam juga dapat dijumpai pada wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi, kemelimpahan dan strategi konservasi yang dapat diterapkan bagi anggrek epifit yang ada di Hutan wanagama. Metode yang digunakan adalah metode plotless. Jalur yang dilewati direkam menggunakan GPS Esensial dan divisualisasi dengan Google Earth Pro. Berdsarkan hasil inventarisasi ditemukan empat spesies anggrek epifit yaitu Rhynchostylis retusa, Aerides odorata, Dendrobium crumenatum, dan Dendrobium secundum dengan pola persebaran mengelompok (clump). R. retusa merupakan anggrek epifit dengan kemelimpahan tertinggi. Kemelimpahan dan distribusi anggrek epifit dipengaruhi oleh kondisi iklim mikro, ketinggian, tipe habitat, persebaran biji dan tipe reproduksi vegetatif. Strategi konservasi yang dapat diterapkan di Hutan Wanagama yaitu penerapan ekowisata berbasis edukasi konservasi anggrek alam dan konservasi in situ.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Ruma, Maria Longa. "INVENTARISASI JENIS-JENIS TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) DI TAMAN HUTAN RAYA PROF. IR. HERMAN JOHANNES KECAMATAN AMARASI KABUPATEN KUPANG." INDIGENOUS BIOLOGI : JURNAL PENDIDIKAN DAN SAINS BIOLOGI 5, no. 1 (2022): 33–48. https://doi.org/10.33323/indigenous.v5i1.314.

Full text
Abstract:
Tumbuhan paku (Pteridophyta) mempunyai manfaat yang penting dalam ekosistem hutan dan manusia. Tumbuhan paku berperan dalam pembentukan humus dan melindungi tanah dari erosi, menjaga kelembaban tanah, menjadi tempat bersarang dari banyak spesies semut dan invertebrata lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku, jenis-jenis tumbuhan paku terestrial dan epifit dan tumbuhan yang menjadi inang tumbuhan paku epifit. Penelitian dilakukan pada musim kemarau di Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johannes. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan observasi, ekplorasi dan koleksi serta dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh 22 jenis tumbuhan paku yang terdiri dari 16 jenis tumbuhan paku terestrial dan 6 jenis tumbuhan paku epifit serta diperoleh 3 jenis tumbuhan yang menjadi inang tumbuhan paku epifit. Permasalahan yang ditemukan di lokasi penelitian adalah adanya kerusakan hutan akibat penebangan pohon secara ilegal, penyerobotan lahan, dan perburuan satwa liar serta adanya area rekreasi yang mengakibatkan terancamnya keanekaragaman hayati termasuk tumbuhan paku di Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johannes.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Kurniawan, Iwan, and Jessica Viade Agustin. "Biodiversitas Anggrek Epifit Di Hutan Lindung Coban Talun." JURNAL GREEN HOUSE 3, no. 2 (2025): 01–09. https://doi.org/10.63296/jgh.v3i2.46.

Full text
Abstract:
Anggrek termasuk dalam famili orchidaceae yang merupakan suatu keluarga tanaman bunga – bungaan yang paling besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis anggrek epifit dengan menghitung tingkat keanekaragaman jenis serta membandingkan tingkat keanekaragaman jenis anggrek epifit yang ada pada masing-masing blok pengamatan di Hutan Lindung Coban Talun. Penelitian dilakukan dengan metode survei dan observasi langsung di lapangan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode plot sampling berbentuk lingkaran berdiameter 20 meter. Penempatan sampel plot pertama pada masing-masing blok ditentukan secara sengaja (purposive sampling) di habitat anggrek epifit. Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa komposisi jenis anggrek epifit pada 3 petak, yaitu petak 40A terdapat 25 jenis (342 individu) termasuk dalam family Orchidaceae dan satu diantaranya yaitu Pholidota Sp.1 termasuk dalam family Manidae, indeks nilai penting( INP) yaitu -2.922 dengan nilai kemerataan yaitu 0,908 sehingga dapat dikategori keanekaragaman sedang, kemerataan tinggi komunitas stabil. Pada petak 42A sebanyak 24 jenis (511 individu) termasuk dalam family Orchidaceae satu di antaranya yaitu Manidae, indeks nilai penting( INP) yaitu -2,964 dengan nilai kemerataan yaitu 0,933 sehingga dapat dikategori keanekaragaman sedang, kemerataan tinggi komunitas stabil. Pada petak 43A yang ditemukan sebanyak 23 jenis (385 individu) termasuk dalam family Orchidaceae, indeks nilai penting (INP) yaitu -2,792 dengan nilai kemerataan yaitu 0,890 sehingga dapat dikategori keanekaragaman sedang, kemerataan tinggi komunitas stabil, Hal ini bisa saja diakibatkan oleh faktor lingkungan serta ketinggian tempat. Total keseluruhan jenis anggrek epifit yang dijumpai pada 3 petak yaitu 25 jenis. Pada perbadingan blok 1 dan 2, blok 1 dan 3, blok 2 dan 3 tidak ada perbedaan keanekaragaman jenis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Sedayu, Agung, Rosa Maulivia, Hilda Shavina, Nurlaelatul Hilaliah, Muhammad Fadhil Haritsah, and Rizhal Hendi Ristanto. "PROTALIUM ASSOCIATION WITH VARIOUS EPIPHYTE GROUPS IN THREE TYPES OF HOST TREE." Al-Kauniyah: Jurnal Biologi 12, no. 2 (2019): 150–56. http://dx.doi.org/10.15408/kauniyah.v12i2.9523.

Full text
Abstract:
AbstrakSalah satu kelompok epifit vaskular penting adalah paku-pakuan dengan fase awal pertumbuhannya disebut sebagai protalium. Tumbuhnya protalium di suatu lokasi menjadi penentu bahwa lokasi tersebut potensial ditumbuhi paku-pakuan dewasa. Asosiasi antara protalium dengan tumbuhan lainnya mungkin bermanfaat untuk menentukan potensi satu jenis inang sebagai tempat hidup dari banyak jenis tumbuhan epifit. Oleh karena itu, dilakukan studi asosiasi antara protalium dengan paku dewasa, lumut, liken dan epifit spermatofita pada tiga jenis pohon inang, yaitu Archontophoenix alexandrae, Bichofia javanica dan Dacrycarpus imbricatus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Purposive Sampling untuk menentukan tiga jenis pohon inang dengan besar masing-masing diameter pohon (DBH) adalah 30–100 cm. Pengambilan sampel protalium dan epifit vaskular lain diambil pada masing-masing zonasi menggunakan milimeter block. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima kombinasi, yaitu protalium dengan paku, lumut dengan epifit spermatofita, protalium dengan epifit spermatofita, protalium dengan lumut dan paku dengan lumut. Asosiasi positif dengan nilai tertinggi adalah 23,12, dua kombinasi yang memiliki asosiasi negatif ialah liken dengan lumut dan antara epifit spermatofita dengan liken, dan tiga kombinasi yang tidak berasosiasi ialah protalium dengan liken, paku dengan liken, dan paku dengan epifit spermatofita. Hal tersebut menunjukkan bahwa protalium berbagi karakter habitatnya dengan tiga kelompok tersebut dan tidak dengan kelompok lainnya. Penelitian ini sangat berguna untuk mengetahui jenis pohon dan karakteristik lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan protalium.Abstract One of important epiphyte vascular groups is ferns which the beginning phase of their growth is called protalium. Protalium’s growth in one location becomes indicator that the location has a potential to be grown by mature ferns. Association between protalium and other plants may become beneficial to determine the potential of a host species as the host of many epiphytes. Therefore, research about association between protalium and mature ferns, mosses, lichens, spermatophyte epiphyte also was conducted on three species of host tree there are Archontophoenix alexandrae, Bichofia javanica and Dacrycarpus imbricatus. Purposive sampling method was used in this research to determine three types of host trees with the size of 30–100 cm for each tree diametre. Sampling of protalium and other vascular epiphytes was taken in each zonasing using milimeter block. The research showed there are five combinations, protalium with ferns, mosses with spermatophyte epiphytes, protalium with spermatophyte epiphytes, protalium with mosses and fern with mosses. Positive association with the highest value is 23.12, two combinations with negative association are lichen with mosses and spermatophyte epiphyte with lichens, three combinations that aren’t associated, protalium with lichens, ferns with lichens and ferns with spermatophyte epiphyte. It showed that protalium shares its habitat character with those three groups, not with other group. This study has valuable benefits of knowing tree species and enviromental characteristic that are suitable for protalium growth.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Yolanda, Rossa, and Diah Anggraini. "GALERI ANGGREK INDONESIA DI JAKARTA." Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) 1, no. 1 (2019): 20. http://dx.doi.org/10.24912/stupa.v1i1.3973.

Full text
Abstract:
Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat aktivitas berbagai aspek kehidupan, di dalamnya termasuk kegiatan pariwisata. Arsitektur berperan tidak hanya sebagai penyedia fasilitas pariwisata, namun menjadi dapat menjadi daya tarik pariwisata itu sendiri terutama melalui pengolahan dan kehadiran wujud fisik arsitektur. Selain wujud fisik arsitektur yang menarik, program yang diberikan harus mempunyai daya tarik bagi wisatawan. Wisata Anggrek menjadi pilihan karena dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara karena Jenisnya yang beragam dan cara hidupnya pun unik. Cara hidup anggrek dijadikan ide dalam proyek ini. Anggrek dapat hidup secara epifit dan semi epifit ( menempel pada tumbuhan lain ), terestrial ( tanah ), dan saprofit ( benda mati ). Selain cara hidup, iklim yang sesuai untuk tanaman anggrek juga harus diperhatikan, karena anggrek mampu hidup di berbagai iklim di Indonesia. Sehingga pada proyek ini ruang untuk anggrek dibagi menjadi 4 yaitu, anggrek epifit – semi epifit – saprofit, anggrek terestrial, anggrek pada iklim dingin, dan herbarium anggrek. Aktivitas utama pada keempat ruang untuk anggrek adalah observasi. Selain aktivitas observasi, terdapat juga aktivitas interaksi, meliputi merangkai bunga dan merawat bunga, sekaligus memiliki aktivitas pendukung yaitu, berbelanja dan kuliner. Proyek ini diharapkan menjadi tujuan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara karena mampu mewadahi beragam koleksi Anggrek Indonesia, menjadi pusat pameran anggrek di Indonesia dan menumbuhkan rasa cinta terhadap flora dan alam tempat tinggalnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Samudra, Sesilia Rani, Islita Alis Dwiana, Maria Dyah Nur Meinita, and Tri Retnaningsih Soeprobowati. "Struktur Komunitas Mikroalga Epifit yang Melekat Pada Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Di Waduk Penjalin." MAIYAH 3, no. 4 (2024): 248. https://doi.org/10.20884/1.maiyah.2024.3.4.13771.

Full text
Abstract:
Waduk Penjalin terletak di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang secara umum banyak dimanfaatkan untuk irigasi, pariwisata, dan sebagai sarana perikanan tangkap. Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tumbuhan gulma yang mudah ditemukan di permukaan perairan Waduk Penjalin, di mana sebagian tubuhnya terendam di dalam air. Eceng gondok dapat menjadi substrat bagi tempat hidupnya mikroalga atau yang disebut sebagai mikroalga epifit. Keberadaan mikroalga epifit pada eceng gondok dapat dijadikan sebagai indikator kualitas perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas mikroalga epifit yang melekat pada eceng gondok, termasuk nilai kelimpahan, keanekaragaman, serta dominansinya. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2022. Metode yang digunakan yaitu purposive sampling dengan pengambilan sampel dari lima stasiun yang berbeda. Mikroalga epifit dari kelas Bacillariophyceae paling banyak ditemukan dengan total kelimpahan 60.367 ind/cm² (46%). Genera yang ditemukan meliputi Gomphonema, Peridinium, Staurastrum, Navicula, Pediastrum, Aulacoseira, Pachus, Ulothrix, Botryococcus, dan Synedra menunjukkan bahwa perairan Waduk Penjalin telah mengalami eutrofikasi. Indeks eanekaragaman berkisar antara 1,03-1,88 dan indeks dominasi berkisar antara 0,19-0,30. Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa perairan Waduk Penjalin telah mengalami pencemaran bahan organik pada tingkat sedang. Oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan agar eutrofikasi yang terjadi tidak semakin tinggi dan memperburuk kondisi Waduk Penjalin.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Lubis, Rukiah, Nopriyeni, Pariyanto, Nasral, and Merri Sri Hartati. "KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN EPIFIT DAN PARASIT DI HUTAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU." Jurnal Riset dan Inovasi Pendidikan Sains (JRIPS) 2, no. 1 (2023): 28–39. http://dx.doi.org/10.36085/jrips.v2i1.4744.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan epifit dan parasit di Hutan Pendidikan dan PelatihanUniversitas Muhammadiyah Bengkulu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2020 dengan melakukan survey langsung ke lokasi penelitian, sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan garis transek yang dibuat secara sistematik dan mengambil data primer. Pembuatan herbarium dan identifikasi setiap sampel dilakukan di laboratorium Univeristas Muhammadiyah Bengkulu. Sedangkan data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Dari hasil penelitian ditemukan Jenis-jenis tumbuhan epifit yang ditemukan sebanyak 7 (tujuh) spesies, yaitu Asplenium nidus, Asplenium. sp, Drynaria querofolia, Hymenoplepis spicata, Dendrium lamelantum, Dendrium crumenantum swartz, Cymbidium pubescens dan tumbuhan parasit hanya 1 (satu) spesies, yaitu Lorantha sp; yang paling banyak ditemukan adalah jenis Asplenium nidus, sedangkan yang paling sedikit ditemukan jenis Lorant sp.
 Kata Kunci : Epifit, Parasit, Hutan Pendidikan dan Pelatihan UM_Bengkulu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Marwah, Sitti, Muhammad Andra Aulianto, and Albasri Albasri. "IDENTIFIKASI JENIS ANGGREK EPIFIT PADA HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH MANDU-MANDULA, KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI (TNRAW)." Jurnal Celebica : Jurnal Kehutanan Indonesia 2, no. 2 (2021): 68. http://dx.doi.org/10.33772/jc.v2i2.24179.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis anggrek epifit pada ekosistem hutan hujan dataran rendah Mandu-Mandula di Taman Nasional Rawa AopaWatumohai. Penelitian ini menggunakan metode jelajah (Survey Eksploratif) dengan menjelajahi hutan dataran rendah Mandu-Mandula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis Anggrek epifit yang ditemukan sebanyak 9 jenis antara lain Vanda miniata (Lindl.) L.M.Gardiner., Cleisostomasimondii (Gagnep.) Seidenf., Cymbidium finlaysonianumWall ex. Lindl., Dendrobium crumenatumSwatz., Dendrobium litoraleSchltr., Dendrobium sp., Luisiajavanica J.J. Smith, Taeniophyllum sp., dan Vandopsislissochiloides (Gaud.) Pfitz.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Tatiana Rumaropen and Inggrid Nortalia Kailola. "Jenis Anggrek Epifit dan Teresterial di Kampung Koryakam dan Kampung Napisndi Distrik Supiori Barat Kabupaten Supiori Provinsi Papua." JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA 8, no. 2 (2022): 335–41. http://dx.doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.367.

Full text
Abstract:
Anggrek merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Anggrek dibedakan menjadi empat macam yaitu terestrial, epifit, saprofit, dan litofit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis–jenis anggrek epifit dan terestrial, di Distrik Supiori Barat Kampung Koryakam dan Kampung Napisndi. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu, metode Jelajah dan metode wawancara, data dianalisa secara deskriptif. Anggrek yang diidentifikasi adalah anggrek yang hanya memiliki bunga, sehingga mudah untuk diidentifikasi hingga tingkat spesies. Anggrek yang diidentifikasi berjumlah 9 jenis yaitu, teridiri dari satu jenis anggrek terestrial Spathoglotis plicata, dan 8 anggrek epifit Eria javanica, Cleisostoma litoreum, Dendrobium mirbelianum, Coelogyne asperata, Robiquetia gracillistipes, Bulbophyllum hymenocrateum, Bulbophyllum calichroma, dan Bulbophyllum sp. Hasil penelitian yang didapat di Kampung Koryakam 3 jenis yaitu, Spathoglotis plicata, Eria javanica, dan Cleisostoma litoreum. Sementara di Kampung Napisndi jenis yang ditemukan sebanyak 6 jenis yaitu, Dendrobium mirbelianum, Coelogyne asperata, Robiquetia gracillistipes, Bulbophyllum hymenocrateum, Bulbophyllum sp1, dan Bulbophyllum sp2.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Andries, Angelia Elisabeth, Roni Koneri, and Pience Veralyn Maabuat. "Inventarisasi Tumbuhan Paku di Ruang Terbuka Hijau Kampus Universitas Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara." JURNAL BIOS LOGOS 12, no. 2 (2022): 140. http://dx.doi.org/10.35799/jbl.v12i2.42343.

Full text
Abstract:
Campus Green Open Space is room which open the area dominated by vegetation good that covers trees, shrubs, grass, and vegetation Closing land. This study aims to make an inventory of fern species found in the Green Open Space, Sam Ratulangi University Manado. Data retrieval techniques using the direct roaming method and documentation. The results showed that 6 families and 17 species of ferns live in green open spaces at the Sam Ratulangi University Campus. The family with the highest number of species found was Pteridaceae, while the lowest were Thelypteridaceae and Cibotiaceae. Drynaria sparsisora and Pyrrosia lanceolata were fern species found in all study sites. The ferns found generally live epifits and some grow above the groundKeywords: Ferns; Inventory; Pteridaceae; Drynaria sparsisoraABSTRAK Ruang terbuka hijau kampus meliputi lahan terbuka yang dimana kawasannya didominasi oleh vegetasi baik itu meliputi pepohonan, semak, rumput, maupun vegetasi penutup tanah. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menginventarisasi spesies tumbuhan paku yang terdapat di ruang terbuka hijau Kampus Universitas Sam Ratulangi Manado. Teknik pengambilan data menggunakan metode jelajah secara langsung dan dokumentasi. Hasil penelitian didapatkan 6 famili dan 17 spesies tumbuhan paku yang hidup di ruang terbuka hijau Kampus Universitas Sam Ratulangi. Famili yang paling banyak ditemukan jumlah spesiesnya adalah Pteridaceae, sedangkan yang terendah Thelypteridaceae dan Cibotiaceae. Drynaria sparsisora dan Pyrrosia lanceolata merupakan spesies tumbuhan paku yang ditemukan pada semua lokasi penelitian. Tumbuhan paku yang ditemukan umumnya hidup secara epifit dan beberapa tumbuh di atas tanah.Kata kunci: Tumbuhan paku; Inventarisasi; Pteridaceae; Drynaria sparsisora
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Sirami, Elieser. "TINGKAT DAN TIPE ASOSIASI ENAM JENIS PAKU EPIFIT DENGAN POHON INANG DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI." JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA 1, no. 1 (2019): 18–27. http://dx.doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss1.25.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan tingkat asosiasi antara enam jenis paku epifit dengan pohon inang di TWA Gunung Meja Manokwari. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik survei sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah pengambilang contoh sistematik. Data yang dikumpulkan adalah jumlah individu enam jenis paku epifit, dan jenis dan jumlah individu pada pohon inang. Tingkat asosiasi ditentukan berdasarkan indeks Jaccard dan indeks Dice. Sedangkan tipe asosiasi ditentukan menggunakan tabel kontingensi 2 x 2 melalui perbandingan nilai harapan dan nilai pengamatan. Hasil penelitian menunjukkann bahwa tingkat asosiasi antara paku epifit dan pohon inang bervariasi dari rendah sampai tinggi, dan sekitar 81,40% terjadi asosiasi positif dan 18,60% negatif. Asosia tertinggi terjadi antara Asplenium nidus L., dan Pometia coreaceae dan Pometia acuminata. Pyrrosia numularifolia dengan Cerbera floribunda, Decaspermum fruticosum dan Dracontomelum dao. Psilotum complanatum Sw., dengan Spathiostemon javensis. Faktor-faktor yang menentukan terjadinya asosiasi adalah distribusi pohon inang, tekstur batang, kekuatan batang dan alelopati.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Rikardus Nosi, Mamie Elsyana Pellondo'u, and Pamona Silvia Sinaga. "Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Hutan Cagar Alam Mutis, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur." JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA 9, no. 2 (2023): 263–73. http://dx.doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss2.512.

Full text
Abstract:
Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan paku dan tingkat keanekaragamannya di kawasan hutan Cagar Alam Mutis, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling, dimana pengambilan data menggunakan metode kuadrat yaitu dengan membuat transek dan setiap transek dibagi menjadi beberapa plot pengamatan. Total titik pengambilan sampel berjumlah 16 plot dengan menggunakan 2 transek. Selanjutnya tiap satu transek dibuat masing-masing 8 plot pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 14 jenis tumbuhan Paku yang terdiri dari 5 jenis tumbuhan paku yang hidup di pohon (kategori tumbuhan epifit) dan 9 jenis tumbuhan paku yang hidup di tanah (kategori tumbuhan terestrial). Indeks keanekaragaman jenis (H’) tumbuhan paku epifit sebesar 1,093 dan jenis paku terestrial dengan nilai indeks keragaman H’ sebesar 1,169 yang secara keseluruhan masih dalam kisaran (sedang). Indeks nilai penting tertinggi tumbuhan paku epifit adalah dari jenis Devalia canariensis (84,30%), sedangkan tumbuhan paku terestrial adalah jenis Nephrolepis biserrata (70,31%).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Devayani, Cantik Sitta, Retno Hartati, Nur Taufiq-Spj, Hadi Endrawati, and Suryono Suryono. "Analisis Kelimpahan Mikroalga Epifit Pada Lamun Enhalus acoroides Di Perairan Pulau Karimunjawa, Jepara." Buletin Oseanografi Marina 8, no. 2 (2019): 67. http://dx.doi.org/10.14710/buloma.v8i2.23739.

Full text
Abstract:
Padang lamun berfungsi sebagai daerah asuhan, pemijahan, tempat mencari makan dan habitat bagi biota laut, diantaranya: ikan, meiofauna, maupun mikroalga epifit. Mikroalga epifit dapat digunakan sebagai salah satu unsur indikator dalam ekosistem perairan terkait dengan kesuburan dan pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan mikroalga epifit pada daun lamun Enhalus acoroides yang dilakukan pada Oktober 2018 dengan metode diskriptif. Penentuan stasiun penelitian menggunakan metode purposive random sampling dengan tiga stasiun yaitu di perairan Pantai Nyamplungan (Stasiun 1), Pantai Bobi (Stasiun 2) dan Pelabuhan Syahbandar (Stasiun 3). Sampel daun lamun E. acoroides dipotong menjadi tiga bagian, yaitu ujung (UA dan UB), tengah (TA dan TB) dan pangkal (PA dan PB) daun. Untuk mendapatkan sampel mikroalga epifit dilakukan dengan metode pengerikan. Hasil penelitian di semua stasiun ditemukan tiga kelas yakni Bacillariophyceae, Dinophyceae dan Cyanophyceae. Genus yang paling banyak ditemukan adalah Navicula, Rhizosolenia, Oscillatoria, Gonyaulax dan Prorocentrum. Kelimpahan total mikroalga epifit tertinggi terdapat pada Stasiun 3 (11.234 sel/cm2) dan terendah pada Stasiun 2 (6.717 sel/cm2). Kelimpahan mikroalga epifit pada ujung daun bagian permukaan atas (UA) menghasilkan jumlah tertinggi yakni 5.682 sel/cm² dan bagian yang terendah terdapat pada posisi tengah daun bagian permukaan bawah (TB) sebanyak 3.292 sel/cm². Posisi menempel pada bagian lamun berpengaruh terhadap kelimpahan mikro alga epifit. Seagrass bed has a function as nursery, spawning, and feeding ground, as well as a habitat for marine biota such as fish, meiofauna, and epiphytic microalgae. Epiphytic microalgae can be used as one of the indicators in aquatic ecosystems related to productivity and pollution. The aims of this study were to know the composition and abundance of epiphytic microalgae on Enhalus acoroides leaves. This research was done on October 2018 by using descriptive method. The sample was taken from three stations, ie. Nyamplungan (Station 1), Bobi Beach (Station 2) and Syahbandar Port (Station 3). The seagrass samples of Enhalus acoroides leaves were cut into three parts i.e. tip (UA & UB), middle (TA & TB) and base (PA & PB) part of the leaves to obtain the samples of epiphytic microalgae by using scratching method. The results of the study found three classes, i.e. Bacillariophyceae, Dinophyceae and Cyanophyceae. The genus most commonly found were Navicula, Rhizosolenia, Oscillatoria, Gonyaulax and Prorocentrum. The highest total abundance of epiphytic microalgae was at Station 3 (11.234 sel/cm2) and the lowest at Station 2 (6.717 sel/cm2). The abundance of epiphytic microalgae based on different part of seagrass leaves showed that the upper surface of the leaf tip (UA) has highest abundance (5.682 cell/cm²) and the bottom surface of the middle leaf (TB) has the lowest abundance (3.292 cell/cm²). The posisiton of attachment affect on the abundance of epiphyte microalgae.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Cho, Yong Won. "Presidential Message–Epilia: Epilepsy and Community." Epilia: Epilepsy and Community 1, no. 1 (2019): 1. http://dx.doi.org/10.35615/epilia.2019.00001.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Baden, Howard P. "Management of fingertip cracking with Epilyt." Journal of the American Academy of Dermatology 20, no. 6 (1989): 1135. http://dx.doi.org/10.1016/s0190-9622(89)80202-6.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Nugraha, Baghya, Asri Peni Wulandari, and Ida Indrawati. "ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI PADA KARANG LUNAK DI CAGAR ALAM PANGANDARAN." BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi 18, no. 1 (2020): 25. http://dx.doi.org/10.24198/biotika.v18i1.24824.

Full text
Abstract:
Penelitian dimaksudkan untuk mengisolasi dan menidentifikasi jamur yang terdapat pada karang lunak yang berada di lokasi Pantai Barat Cagar Alam Pananjung Pangandaran, dari penelitian ini bertujuan mengetahui jenis jenis jamur yang ditemukan dari sampel karang lunak yang diperoleh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan tiga tahapan. Tahap pertama pengambilan sampel dilapangan dengan metode memotong bagian tubuh karang lunak. Tahapan kedua isolasi jamur yang ada pada bagian karang lunak kedalam medium agar dengan dua jenis penanaman yaitu penanaman permukaan luar tubuh sampel (epifit), atau penanaman bagian dalam tubuh sampel (endofit). Tahap ketiga identifikasi jamur dengan menggunakan metode moist chamber yang kemudian di cocokan dengan buku identifikasi. Dari hasil yang didapatkan terdapat dari karang lunak jenis Euphyllia Sp. didapatkan sembilan isolat dengan tiga isolat pada sampel yang diisolasi secara epifit, dan enam spesies yang terdapat pada isolat pada sampel yang diisolasi secara endofit. Jamur yang isolasi secara epifit adalah Saccharomyces Sp. dan Cladosporium Sp. dan jamur yang berasal dari isolasi secara endofit adalah Neurospora Sp., Apergillus Sp., Saccharomyces Sp., dan Geotrichum Sp.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Ulviani, Yemi, Kasrina Kasrina, and Irdam Idrus. "PENGEMBANGAN LKS BERDASARKAN IDENTIFIKASI TUMBUHAN PAKU EPIFIT PADA BATANG KELAPA SAWIT." Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 1, no. 1 (2017): 105–12. http://dx.doi.org/10.33369/diklabio.1.1.105-112.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan desain Lembar Kerja Siswa berdasarkan identifikasi tumbuhan paku (Pteridophyta) epifit. Penelitian ini terdiri dari 6 tahapan yaitu 1) Tahap identifikasi masalah dan potensi 2) Pengumpulan informasi 3) Desain produk 4) Validasi desain 5) Revisi 6) Uji keterbacaan LKS. Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi kelas X MIPA 1 SMAN 3 kota Bengkulu. Teknik pengumpulan data pada penelitian adalah angket dan observasi. Hasil penelitian teridentifikasi 8 Jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) epifit pada batang kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan pembuatan LKS. Uji kelayakan LKS pada aspek kelayakan isi diperoleh skor 18 dengan persentase kategori sangat baik 90%, aspek penyajian diperoleh skor 6,7 persentase kategori sangat baik 83%, aspek kebahasaan diperoleh skor 6,3 persentase kategori baik 78% dan aspek kegrafisan diperoleh skor 14,3 dengan persentase kategori sangat baik 89% serta secara keseluruhan diperoleh skor 45,3 dengan pesentase kategori sangat baik 87%. Hasil uji keterbacaan siswa secara keseluruhan menunjukkan skor 35,7 dengan persentase kategori sangat baik. Berdasarkan hasil validasi dan uji keterbacaan, dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan layak dan memiliki kualitas baik.Kata kunci: Pengembangan LKS, Paku epifit
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Rico Taareluan, Rico, Letha L. Wantania, Elvy L. Ginting, et al. "AMPLIFIKASI GEN 16S-rRNA BAKTERI EPIFIT PADA ALGA MERAH Kappaphycus alvarezii." JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS 8, no. 1 (2020): 116. http://dx.doi.org/10.35800/jplt.8.1.2020.27696.

Full text
Abstract:
Bacteria are microscopic organism found living in marine algae. So far, species of bacteria in marine algae are not well known. In this study, epiphytic bacteria in algal species of Kappaphycus alvarezii (red algae) were isolated to amplify their 16S-rRNA gene. Sample K.alvarezii was collected from the island of Nain. The isolated epiphytic bacteria from the red algae K.alvarezii were grown in Nutrient Broth (NB) media. DNA extraction was carried out using InnuPREP DNA Mini Kit. 16SrRNA genes was performed using primer pair of 8F and 1492R. Two different character of epiphytic bacteria were successfully isolated from K. alvarezii. 16S-rRNA genes from the two isolates was successfully amplified, indicated by the presence of DNA band in each sample gel electrophoreses at around 1500 bp.Keywords : Amplification, 16S-rRNA Genes, Kappapchycus alvarezii, Bacterial, Epiphytic Abstrak Bakteri adalah organisme mikroskopis yang ditemukan hidup di alga laut. Sejauh ini, spesies bakteri di alga laut belum dikenal. Dalam penelitian ini, bakteri epifit pada spesies alga Kappaphycus alvarezii (alga merah) diisolasi untuk memperkuat gen 16S-rRNA mereka. Sampel K.alvarezii dikumpulkan dari pulau Nain. Bakteri epifit terisolasi dari alga merah K.alvarezii ditanam dalam media Nutrient Broth (NB). Ekstraksi DNA dilakukan dengan menggunakan InnuPREP DNA Mini Kit. Gen 16S-rRNA dilakukan dengan menggunakan pasangan primer 8F dan 1492R. Dua karakter bakteri epifit yang berbeda berhasil diisolasi dari K. alvarezii. Gen 16S-rRNA dari dua isolat berhasil diamplifikasi, ditunjukkan oleh adanya pita DNA pada setiap sampel gel elektroforesis sekitar 1500 bp. Kata Kunci: Amplifikasi, gen 16S-rRNA, Kappapycus alvarezii, Bakteri, Epifit
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Jusri, Jusri, Nilda Yanti, Henny Poerwanty, and Sofyan Sofyan. "IDENTIFIKASI TUMBUHAN PAKU YANG BERPOTENSI EPIFIT PADA BATANG TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)." Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan 11, no. 2 (2022): 59–71. http://dx.doi.org/10.51978/agro.v11i2.453.

Full text
Abstract:

 Dalam upaya meningkatkan produksi dan produktifitas kelapa sawit maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap kebun kelapa sawit, salah satunya yaitu dengan adanya pengelolaan gulma yang tepat. Salah satu yang perlu dilakukan yaitu pengendalian tumbuhan paku yang berpotensi epifit pada batang tanaman kelapa sawit. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini yaitu untuk mengetahui jenis- jenis tumbuhan paku yang berpotensi sebagai tumbuhan epifit pada batang. Tanaman kelapa sawit, serta mengidentifikasi akibat yang ditimbulkan terhadap tanaman kelapa sawit. Selain itu untuk menentukan tumbuhan paku yang lebih tinggi populasinya di kebun kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara XIV Unit. Kebun Keera-Maroangin. Tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan pemeliharaan maupun dalam upaya peningkatan hasil produksi serta produktivitas pada perkebunan kelapa sawit. Metode yang digunakan adalah purposive sampling yang dilakukan pada TBM2, TBM3, dan TM dengan mengumpulkan data mengenai jenis tumbuhan paku epifit, jumlah populasi dan pengaruh yang ditimbulkan. Jenis tumbuhan paku yang ditemukan berpotensi epifit pada batang tanaman kelapa sawit yaitu ada 8 jenis spesies dari 3 jenis famili yaitu, paku harupat (dryopteridaceae), paku tupai (davalliaceae), paku kaki tupai (davalliaceae), pakis kutil (polypodiaceae), pakis staghorm (polypodiaceae), paku sisik naga (polypodiaceae), paku daun kepala tupai (polypodiaceae), paku simbar pedang (polypodiaceae). Dari 8 jenis spesies tumbuhan paku yang ditemukan, jenis yang paling banyak ditemui dari ke 3 plot yaitu paku harupat dengan total 732 populasi yang menyebar secara mengelompok diseluruh plot, sedangkan jenis yang paling sedikit ditemui yaitu pakis kutil dengan total 22 populasi yang menyebar secara teratur.
 
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Sofiyanti, Nery, and Putri Handayani Harahap. "INVENTARISASI DAN KAJIAN PALINOLOGI JENIS-JENIS TUMBUHAN PAKU (PTERODOFITA) EPIFIT DI KAWASAN UNIVERSITAS RIAU, PROVINSI RIAU." Jurnal Biologi Tropis 19, no. 2 (2019): 214. http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v19i2.1266.

Full text
Abstract:
Abstrak : Tumbuhan paku (Pteridofita) epifit banyak di jumpai di kawasan Universitas Riau. Karakteristik spora pada tumbuhn apaku memegang peranan penting dalam kajian taksonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis pteridofita epifit di kawasan ini dan mengkarakterisasi sporanya. Metode pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode eksplorasi. Setiap jenis yang dijumpai didokumentasikan, dibuat herbarium, dideskripsi dan diidentifikasi. Spora dikoleksi dari daun yang sudah dewasa dan dibuat preparat menggunakan metode asetolisis. Preparat spora diamati dan didokumentasikan menggunakan mikroskop digital. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk gambar dan tabel serta dianalisis secara deskriptif. Hasil inventarisasi paku epifit di kawasan Universitas Riau mengidentifikasi 18 jenis paku epifit, yang tergolong ke dalam 6 famili yaitu Aspleniaceae, Davalliaceae, Nephrolepidaceae, Polypodiaceae Pteridaceae and Thelypteridaceae. Namun kajian palinologi hanya dilakukan pada 11 jenis yang sudah menghasilkan spora. Hasil pengamatan spora menunjukan bahwa semua jenis paku epifit mempunyai tipe dasar spora monolete, berbentuk ginjal dan hanya mempunyai satu laesura pada bagian ventral. Ukuran spora yang dijumpai adalah besar dan sangat besar, dengan ornamentasi permukaan Lohpat, verukat berpapila verukat, tuberkulat, ekinat pendek dan ekinat panjang. Morfologi spora yang ditemukan pada penelitian ini menunjukan karakteristik yang berbeda pada setiap jenis. Namun masih perlu dilanjutkan pengamatan menggunakan Scanning Electron Microscopy untuk mendapatkan oramentasi lebih detilKata kunci : paku epifit, palinologi, spora, monolete, UNRI Abstract : Ephypitic ferns are commonly found in University of Riau area. Spore characteristics play important role in taxonomical words. This study aimed to identify ephypitic pteridophyte species from this area and characterize their spore. Samples were collected using exploration method, and were then documented, prepared for herbarium, described and identified. Spore grains were collected from mature leaves and prepared by using acetolysis method. The spores were then observed and documented using digital microscope. Data were presented in figures and tables and describtively analized. The inventory of ephypitic ferns from University of Riau area identified a total of 18 fern species belong to 6 families, i.e. Aspleniaceae, Davalliaceae, Nephrolepidaceae, Polypodiaceae, Pteridaceae and Thelypteridaceae. Palinologycal study had been carried out from 11 species that produced spore. We observed the basic spore type of examined ephypitic ferns, monolete, with reniform shape and one laesura at the ventral part. The size of spore observed were big and very big spore, with surface ornamentation Lohpate, papillous verucate, verucate, tuberculate,, short echinate and long echinate. Spore morphology observed in this study showed the characteristic among the examined species. The further study using Scanning Electron Microscopy is neccesary to obtain detail spore ornamentation.Keywords: ephypitic fern, palynology, spore, monolete, UNRI
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Antonius, Antonius. "INVENTARISASI ANGGREK (Orchidaceae) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG BUKIT BETUNG KENEPAI SINTANG KALIMANTAN BARAT." PIPER 19, no. 2 (2023): 161–70. http://dx.doi.org/10.51826/piper.v19i2.922.

Full text
Abstract:
Kawasan Hutan Lindung Bukit Betung Kenepai merupakan kawasan hutan dengan tutupan hutan masih asli, sehingga masih kaya akan flora dan fauna endemik kawasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis anggrek (Orchidaceae) epifit dan teresterial. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei 2023, menggunakan metode eksplorasi sepanjang jalur pendakian. Hasil penelitian ditemukan 16 jenis anggrek, yang terdiri dari 10 jenis anggrek epifit (Apendicula sp, Bulbophyllum auratum, Coelogyne sp, Cymbidium finlaysonianum, Cymbidium sp, Dendrobium crumenatum, Dendrobium secundum, Dendrobium Smithianum, Dendrobium sp dan Grammotophylum speciosum) dan 6 jenis anggrek teresterial (Arundina graminifolia Ascocentrum miniatum, Bromheadia finlaysoniana, Vanda sp, Vanda tricolor dan sp.).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Prawito, Haryono, Suslam Pratamaningtyas, Yuni Agung Nugroho, and Toni Artaka. "KEANEKARAGAMAN JENIS ANGGREK HUTAN (EPIFIT) DI RESORT PTN RANU DARUNGAN SEKSI PTN WILAYAH IV BIDANG PTN WILAYAH II TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU." Agrika 17, no. 2 (2023): 208. http://dx.doi.org/10.31328/ja.v17i2.5161.

Full text
Abstract:
Anggrek adalah tanaman herba dengan bunga yang berbentuk sangat beragam dan tergolong famili Orchidaceae. Berdasarkan tempat tumbuhnya, anggrek dibagi menjadi anggrek epifit dan terrestrial. Umumnya anggrek dapat tumbuh pada dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 50-600 m dpl dan tumbuh dengan baik pada ketinggian 700-1100 m dpl anggrek dengan suhu 5-18 °C. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi keragaman spesies anggrek epifit dan pohon inang habitat anggrek epifit. Penelitian dilakukan di wilayah hutan Resort PTN Ranu Darungan (Blok Loji dan Ranu Lingga Rekisi) pada bulan Mei-Juli 2023. Metode yang dilakukan yaitu deskriptif eksploratif menggunakan metode cek lapang dengan membuat plot pengamatan dengan ukuran 20m x 20m sebanyak 20 plot yang terdapat pada setiap lokasi penelitian. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisa secara deskriptif penyebarannya dengan menghitung kerapatan (Di), kerapatan relatif (RDi), frekuensi (Fi), frekuensi relatif (RFi) dan indeks nilai penting (INP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 1455 individu anggrek epifit dari 52 spesies, 21 genus anggrek epifit dan 151 pohon inang yang terbagi dalam 19 famili. Beberapa genus anggrek epifit yang tidak teridentifikasi sampai tingkatan spesies yaitu : Podochilus sp., Phreatia sp., dan Thelasis sp. Populasi yang mempunyai penyebaran paling luas yaitu spesies Eria monostachya Lindl. dengan INP 38.808%. Pohon inang yang dijumpai yaitu: Pasang (Lithocarpus elegans Bl.), Jaranan (Lannea coromandelica Houtt. & Merr.), Rampelas (Ficus ampelas Burm.f.), Danglu (Engelhardtia spicata Lechen ex Bl.), Suren (Garuga floribunda Decne.), Sembung (Blumea balsamifera L.) dan Gintungan (Bischofia javanica). Keanekaragaman anggrek epifit termasuk dalam kategori sedang karena memiliki nilai total 1.349. ABSTRACTOrchids are herbaceous plants with very diverse flowers and belong to the Orchidaceae family. Based on where they grow, orchids are divided into epiphytic and terrestrial orchids. Generally, orchids can grow in the lowlands to mountains at an altitude of 50-600 m above sea level and grow well at an altitude of 700-1100 m above sea level with temperatures of 5-18 °C. This research aims to identify the diversity of epiphytic orchid species and the host trees in epiphytic orchid habitat. The research was conducted in the forest area of the PTN Ranu Darungan Resort (Blok Loji and Ranu Lingga Rekisi) in May-July 2023. The method used was exploratory descriptive using the field check method by making observation plots measuring 20m x 20m with 20 plots in each research sites. The data obtained were tabulated and analyzed descriptively for distribution by calculating density (Di), relative density (RDi), frequency (Fi), relative frequency (RFi) and important value index (INP). The research results showed that 1455 individual epiphytic orchids were found from 52 species, 21 genera of epiphytic orchids and 151 host trees divided into 19 families. Several genera of epiphytic orchids that have not been identified to species level are: Podochilus sp., Phreatia sp., and Thelasis sp. The population with the widest distribution is the species Eria monostachya Lindl. with an INP of 38,808%. The host trees found were: Pasang (Lithocarpus elegans Bl.), Jaranan (Lannea coromandelica Houtt. & Merr.), Rampelas (Ficus amelas Burm.f.), Danglu (Engelhardtia spicata Lechen ex Bl.), Suren (Garuga floribunda Decne.), Sembung (Blumea balsamifera L.) and Gintungan (Bischofia javanica). The diversity of epiphytic orchids is included in the medium category because it has a total value of 1,349.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Wahyuni, Titik Tri, Rahayu Widyastuti, and Dwi Andreas Santosa. "KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN MIKROARTHROPODA PADA MIKROHABITAT KELAPA SAWIT." Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 17, no. 2 (2015): 54. http://dx.doi.org/10.29244/jitl.17.2.54-59.

Full text
Abstract:
Acari dan Collembola merupakan mikroarthropoda yang hidup di tanah dan lapisan serasah. Dalam ekosistem mikroarthropoda berperan aktif dalam proses dekomposisi yaitu dalam fragmentasi bahan organik sehingga dapat mempercepat penghancuran bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kelimpahan dan keanekaragaman mikroarthropoda pada berbagai mikrohabitat kelapa sawit. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu pengambilan sampel, ekstraksi dan identifikasi fauna tanah. Plot pengambilan sampel diambil dengan jarak 50 x 50 m yang terdiri dari 5 titik, setiap titik terdiri dari 11 mikrohabitat. Sampel diambil pada beberapa mikrohabitat kelapa sawit yaitu tanah dengan jarak 0 m; 1 m; 3m dari tanaman kelapa sawit, gawangan kompos, pelepah pada ketinggian 30 cm; 90 cm; 150 cm, epifit pada ketinggian 30 cm; 90 cm; 150 cm dan tonggak. Sampel diambil pada bulan Januari 2014. Ekstraksi mikroarthropoda menggunakan Kempson Extractor, sedangkan identifikasi dilakukan sampai tingkat subordo untuk Acari dan famili untuk Collembola. Kelimpahan dan keanekaragaman mikroarthropoda dihitung menggunakan rumus kelimpahan menurut Meyer dan indeks keanekaragaman Shanonn (Shannon’s diversity index). Untuk mengetahui perbedaan kelimpahan dan keanekaragaman mikroarthropoda di berbagai mikrohabitat digunakan analisis sidik ragam satu arah (one-way ANOVA) dan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan mikroarthropoda tertinggi ditemukan pada pelepah dan epifit. Kelimpahan Acari tertinggi ditemukan pada mikrohabitat epifit dengan ketinggian 30 cm yaitu 4,408 individu m-2, sedangkan kelimpahan Collembola tertinggi ditemukan pada mikrohabitat pelepah dengan ketinggian 150 cm yaitu 6,173 individu m-2. Kondisi mikroklimat pada mikrohabitat pelepah dan epifit lebih sesuai untuk kehidupan mikroarthropoda dibandingkan dengan mikrohabitat yang diteliti. Keanekaragaman mikroarthropoda pada mikrohabitat kelapa sawit tergolong rendah berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon.<br />Kata kunci: Kelimpahan, keanekaragaman, mikroarthropoda, mikrohabitat, kelapa sawit
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Lestari, Rita Dwi Ayu, Apriansyah Apriansyah, and Ikha Safitri. "Struktur Komunitas Mikroalga Epifit Berasosiasi Pada Padina sp. di Perairan Desa Sepempang Kabupaten Natuna." Jurnal Laut Khatulistiwa 3, no. 2 (2020): 40. http://dx.doi.org/10.26418/lkuntan.v3i2.37844.

Full text
Abstract:
Mikroalga epifit merupakan organisme bentik yang hidup menempel pada berbagai habitat atau substrat makroalga. Kelimpahan dan keanekaragaman jenis mikroalga berpotensi sebagai bioindikator pencemar kualitas perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas mikroalga epifit berasosiasi pada padina sp. di perairan Desa Sepempang, Kabupaten Natuna. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2019. Pengambilan sampel makroalga dan pengukuran parameter lingkungan dilaksanakan secara in situ dan pengambilan data fisika-kimia dilkukan dalam tiga hari pada musim timur pada bulan Januari dengan metode survey dan penentuan stasiun pengambilan sampel secara purposive sampling yang terdiri dari empat stasiun dengan rona lingkungan yang berbeda yaitu zona daerah dermaga, zona daerah pemukiman, zona budidaya ikan dan zona non aktivitas. Hasil penelitian mendapatkan komposisi kelimpahan 9 kelas, 41 ordo, 58 famili dan 81 genus. Mikroalga yang dominan ditemukan adalah kelas bacillariophyceae dengan persentase kelimpahan (70,03%), genus yang mendominan ditemukan adalah Navicula, synedra, nitzschia, cocconeis, pinnularia dan grammatophora. Nilai indeks keanekaragaman (H') berkisar 3.61-3.93, indeks keseragaman (E') berkisar 0.85-0.91, indeks dominansi (C) berkisar 0.02-0.04 dan nilai indeks similarita Sorensen berkisar 81.53-92.62%. Parameter lingkungan perairan Desa Sepempang yang mempengaruhi kelimpahan dan pertumbuhan mikroalga epifit yaitu suhu, kecepatan arus, kedalaman dan oksigen terlarut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Fauziah, Asyifa, Hasanuddin Hasanuddin, Dewi Andayani, Cut Nurmaliah, and Wardiah Wardiah. "JENIS PTERIDOPHYTA YANG TERDAPAT DI KAWASAN WISATA BRAYEUN KECAMATAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR." Jurnal Jeumpa 9, no. 1 (2022): 705–11. http://dx.doi.org/10.33059/jj.v9i1.5520.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah pteridophyta, jenis pteridophyta epifit dan teresterial serta jenis pteridophyta dimorfisme yang terdapat di kawasan Wisata Brayeun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli tahun 2021. Penelitian ini menggunakan metode survei eksploratif dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian: (1) Terdapat 23 Jenis pteridophyta yang tergolong kedalam 13 familia (2) Pada Kawasan Wisata Brayeun ditemukan 15 jenis pteridophyta yang hidup secara teresterial dan 6 jenis pteridophyta yang hidup secara epifit yaitu Drymoglossum piloselloides, Drynaria quercifolia, Microsorium fortunei, Pyrrosia lanceolata, Aspelium nidus dan Davalia trichomanoides (3) ditemukan 4 jenis pteridophyta dimorfisme yaitu Stenochlaena palustris, Pteris ensiformis, Drymoglossum piloselloides dan Drynaria quercifolia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Paboski, Alvon. "Epifit dalam Karya Seni Lukis Realis Kontemporer." Serupa The Journal of Art Education 11, no. 2 (2022): 137. http://dx.doi.org/10.24036/stjae.v11i2.117281.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Widyantoro, Arief. "Studi Keragaman Anggrek Epifit di Kepulauan Sula." Metamorfosa: Journal of Biological Sciences 8, no. 2 (2021): 230. http://dx.doi.org/10.24843/metamorfosa.2021.v08.i02.p06.

Full text
Abstract:
Exploration of epiphytic orchids is very important at this time because the natural habitats of the orchids have begun to be damaged due to the forest conversion into plantations. Epiphytic orchids is a plant that grows upon another trees are scattered in limited, permanent and converted production forests. However, the expansion of coconut, clove and cocoa plantations has resulted in a narrowing of the forest area, resulting in reduced natural habitat for epiphytic orchids. The study aimed to establish the species of epiphytic orchids in Sula Islands, North Maluku. The study used a survey method with a descriptive approach and plots were determined by purposive sampling. The results found 6 species of epiphytic orchids in 8 plots i.e. Cymbidium finlaysonianum, Grammatophyllum scriptum, Trichoglottis latisepala, Brachypeza sp., Pomatocalpa spicata, and Aerides sp. Epiphytic orchids, C. finlaysonianum dominate the forest area reaching 77,29% respectively. There were 9 host trees that had been found, i.e Shorea sp., Cythea sp., Mangifera indica, Heritiera sp., Thesphesia macrophylla, Artocarpus sp., Calophyllum inophyllum, Ficus sp., and Cocos nucifera.
 Keywords: Epiphytic orchids, host trees, diversity, Sula Islands
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Weber, K. J., A. W. Blakers, and K. R. Catchpole. "The Epilift technique for Si solar cells." Applied Physics A: Materials Science & Processing 69, no. 2 (1999): 195–99. http://dx.doi.org/10.1007/s003390050990.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Ponce Cárdenas, Jesús. "De un epílio inédito y un poeta desconocido: Céfalo y Pocris de Antonio Cuadrado Maldonado." Lectura y Signo, no. 5 (November 21, 2010): 151. http://dx.doi.org/10.18002/lys.v0i5.3543.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Keller, Amy, Sara E. Hull, Hanan Elajaili, et al. "(–)-Epicatechin Modulates Mitochondrial Redox in Vascular Cell Models of Oxidative Stress." Oxidative Medicine and Cellular Longevity 2020 (June 9, 2020): 1–12. http://dx.doi.org/10.1155/2020/6392629.

Full text
Abstract:
Diabetes mellitus affects 451 million people worldwide, and people with diabetes are 3-5 times more likely to develop cardiovascular disease. In vascular tissue, mitochondrial function is important for vasoreactivity. Diabetes-mediated generation of excess reactive oxygen species (ROS) may contribute to vascular dysfunction via damage to mitochondria and regulation of endothelial nitric oxide synthase (eNOS). We have identified (–)-epicatechin (EPICAT), a plant compound and known vasodilator, as a potential therapy. We hypothesized that mitochondrial ROS in cells treated with antimycin A (AA, a compound targeting mitochondrial complex III) or high glucose (HG, global perturbation) could be normalized by EPICAT, and correlate with improved mitochondrial dynamics and cellular signaling. Human umbilical vein endothelial cells (HUVEC) were treated with HG, AA, and/or 0.1 or 1.0 μM of EPICAT. Mitochondrial and cellular superoxide, mitochondrial respiration, and cellular signaling upstream of mitochondrial function were assessed. EPICAT at 1.0 μM significantly attenuated mitochondrial superoxide in HG-treated cells. At 0.1 μM, EPICAT nonsignificantly increased mitochondrial respiration, agreeing with previous reports. EPICAT significantly increased complex I expression in AA-treated cells, and 1.0 μM EPICAT significantly decreased mitochondrial complex V expression in HG-treated cells. No significant effects were seen on either AMPK or eNOS expression. Our study suggests that EPICAT is useful in mitigating moderate ROS concentrations from a global perturbation and may modulate mitochondrial complex activity. Our data illustrate that EPICAT acts in the cell in a dose-dependent manner, demonstrating hormesis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Savira, Elza Novelia, Indriyanto Indriyanto, and Ceng Asmarahman. "IDENTIFIKASI JENIS DAN KONDISI POPULASI TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) DI BLOK KOLEKSI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN." JURNAL RIMBA LESTARI 1, no. 1 (2021): 23–34. http://dx.doi.org/10.29303/rimbalestari.v1i1.19.

Full text
Abstract:
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman memiliki Blok Koleksi yang salah satunya berfungsi melestarikan jenis-jenis tumbuhan, termasuk jenis-jenis tumbuhan paku (Pteridophyta). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku, kerapatan populasi tiap jenis, serta jenis tumbuhan paku yang dominan. Penelitian dilakukan secara survai dengan metode garis berpetak dengan intensitas sampling sebesar 2%. Luas Blok Koleksi adalah 141,18 ha, luas seluruh plot sampel adalah 28.236 atau sebanyak 70 buah plot. Hasil penelitian teridentifikasi 16 jenis tumbuhan paku yang terdiri atas 3 jenis paku epifit, 4 jenis paku epifit dan terestrial, dan 9 jenis paku terrestrial pada kondisi tegakan hutan yang tersusun oleh 39 jenis tumbuhan dengan kerapatan 1.078,4 individu/ha. Jenis tumbuhan paku yang ditemukan yakni Adiantum pediantum, Asplenium pellucidum, Athyrium japonicum, Cyclosorus parasiticus, Davallia denticulata,Drynaria sparsisora, Thelypteris sp., Stenoclaena polustris, Goniophlebium verrucosum, Leucostegia pallida, Nephrolepis dicksoniades, Pteris grandifolia, Selliguea deckokii, Diplazium simplivicacium, Pteris mulfida, dan Vittaria elongata. Kisaran kerapatan dari tumbuhan paku yakni sebesar 3.333,57 pohon/ha yang diikuti oleh tiga jenis tumbuhan paku yang dominan yakni Davallia denticulate, Stenoclaena polustris, Leucostegia pallida dengan nilai INP sebesar 14,55, 11,42, dan 10,4. Selanjutnya terdapat pula jenis tumbuhan penopang paku epifit yakni Tangkil (Gnetum gnemon), kelapa (Cocos nucifera), randu (Ceiba pentandra), jengkol (Pithecellobium lobatum), nangka (Artocarpus heterophyllus) dengan jenis tumbuhan penopang yang dominan yakni jenis tangkil (Gnetum gnemon)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!