To see the other types of publications on this topic, follow the link: Estetisk praktik.

Journal articles on the topic 'Estetisk praktik'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Estetisk praktik.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Skårberg, Odd. "Musikkterapi som estetisk praksis:." Norsk Tidsskrift for Musikkterapi 7, no. 1 (January 1998): 24–34. http://dx.doi.org/10.1080/08098139809477917.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Stenøien, Jorun M., and Ann-Marie Laginder. "Praktisk-estetisk læringsinteresse - en motkulturell verdi?" Nordisk kulturpolitisk tidsskrift 18, no. 02 (November 3, 2015): 184–97. http://dx.doi.org/10.18261/issn2000-8325-2015-02-04.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Rustam, Junaidy Suparman. "Aesthetic Expression dalam Praktik Keperawatan." JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis's Health Journal) 8, no. 1 (June 30, 2021): 75–81. http://dx.doi.org/10.33653/jkp.v8i1.640.

Full text
Abstract:
Aesthetic expression adalah hubungan yang unik antara pasien dan perawat dengan melakukan tindakan kepedulian yang berdasarkan pada pengalaman hidup, keyakinan individu, pengembangan diri, dan memungkinkan perawat dapat melihat dan mengintegrasikan diri mereka ke semua tindakan asuhan keperawatan. Studi ini merupakan tradisional literatur review yang bertujuan untuk mengeksplore penerapan aesthetic expression dalam praktek keperawatan. Kriteria inklusi pada studi literatur ini antara lain; jurnal yang membahas tentang bentuk penerapan aesthetic expression dalam praktek keperawatan, artikel bebahasa Inggris dan Indonesia, artikel terbitan tahun 2009-2020. Strategi penelusuran literatur review ini dilakukan dengan mengakses beberapa data base seperti Proquest, CINAHL, Elsevier/Science Direct, Pubmed, dan Google Schoolar dengan menggunakan kata kunci aesthetic, aesthetic expression, nursing care, nursing practice, estetika dan praktik keperawatan, Hasil dari literatur review menemukan beberapa bentuk penerapan asthetic expression dalam praktek keperawatan meliputi terapi music,terapi dance, puisi, humor, dan visual. Studi selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian tentang penerapan aesthetic expression khususnya pada spesifikasi bidang dalam praktek keperawatan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Christoffersen, Svein Aage. "Teologisk estetikk – fra praktisk teologi til fundamentalteologi." Teologisk tidsskrift 1, no. 03 (September 17, 2012): 283–301. http://dx.doi.org/10.18261/issn1893-0271-2012-03-05.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Lima, Jadi S. "MENUJU SUATU ESTETIKA YANG KRISTIANI." VERBUM CHRISTI: JURNAL TEOLOGI REFORMED INJILI 2, no. 2 (September 7, 2017): 289–318. http://dx.doi.org/10.51688/vc2.2.2015.art4.

Full text
Abstract:
Tulisan ini adalah suatu eksplorasi atas visi-visi tentang estetika sebagaimana didapati di dalam teori dan praktik sejak Plato sampai zaman Modern. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah menggali akar-akar dari identitas Kekristenan dan Ibrani sebagaimana kita dapat temui di dalam teks Alkitab dan praktik pada kedua tradisi. Perbandingan akan dilakukan antara visi Yunani tentang keindahan demi keindahan itu sendiri yang dianggap sakral, yang barangkali merupakan asal-muasal dari gerakan 'seni demi seni itu sendiri' ("l'art pour l'art") yang muncul di era Modern, dengan alternatif pada visi Ibrani tentang keindahan, yaitu keindahan sebagai respon terhadap kekudusan Allah dan kesenian sebagai sesuatu yang merujuk pada hal yang melampaui dirinya sendiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Afkari, Sulistiyowati Gandariyah. "DINAMIKA PERTUMBUHAN PENDIDIKAN ISLAM PERIODE PERTENGAHAN." TANJAK: Journal of Education and Teaching 1, no. 1 (January 29, 2020): 73–86. http://dx.doi.org/10.35961/tanjak.v1i1.82.

Full text
Abstract:
Praktik pendidikan dan kehidupan intelektual pada masa Dinasti Safawi ini secara keseluruhan diarahkan untuk memperkokoh doktrin paham Syi’ah. Pada satu sisi paham Syi’ah demikian keras diinjeksikan pada seluruh lapisan dan wilayah kesadaran intelek rakyat demi memperkokoh posisi kekuasaan para Syah. Dan pada sisi lain penguatan birokrasi hingga penggunaan kekerasan militeristis dijadikan alasan untuk memperkuat keyakinan ajaran syiah. Adapun system dan praktek pendidikan pada masa Dinasti Safawi ini, semata mata didominasi oleh tiga jenis pendidikan: pertama pendidikan indoktrinatif sebagai kurikulum inti dalam seluruh pusat pendidikan untuk memantapkan paham Syi’ah demi terwujudnya patriotisme masyarakat untuk mengabdi kepada mazhab keagamaan.Dan kedua pendidikan estetika dengan penekanannya pada seni karya yang dihadapkan mampu mendukung sector industry dan perdagangan Dinasti Safawi. Ketiga pendidikan militer memperkuat armada perang
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Kapoyos, Richard Junior. "Paradigma Pendidikan Seni Melalui Ideologi Liberal dan Ideologi Konservatif dalam menghadapi Era Revolusi Industri 4.0." Musikolastika: Jurnal Pertunjukan dan Pendidikan Musik 2, no. 1 (June 20, 2020): 39–50. http://dx.doi.org/10.24036/musikolastika.v2i1.38.

Full text
Abstract:
Landasan paradigma pendidikan adalah unsur dari kebudayaan bangsa. Melalui ideologi liberal pendidikan seni akan memberi ruang pada individu untuk mengembangkan kepercayaan diri dengan kebebasan yang dimiliki. Pendekatan pendidikan dalam seni melalui paham konservativisme lebih kepada perlunya melestarikan dan meneruskan keyakinan dan praktik seni yang sudah mapan. Sedangkan pendidikan multikultural berfungsi sebagai penguatan karakter individu agar mampu bersikap humanis, demokratis, dan pluralis. Sudut pandang pendidikan seni melalui ideologi liberal dan konservatif bermakna bahwa pendidikan seni mengarah kepada dua hal, yaitu sebagai media pendidikan ekspresif artistik dan sebagai apresiatif estetis. Pada hakekatnya pendidikan seni memiliki subtansi sebagai pendidikan kreatif dan pendidikan estetika yang berfungsi sebagai media dalam upaya pengembangan kreativitas budaya. Sehingga dengan sendirinya subtansi pendidikan seni secara langsung sebagai perwujudan nilai karakter subjek didik. Dengan metode pembelajaran melalui pendidikan seni, pendidik harus berfungsi sebagai agen pembaharuan yang berperan sebagai komunikator dan berfungsi sebagai pelayanan yang dilandasi olah rasa, profesional dan selalu memiliki kesadaran akan tanggung jawab serta berfungsi sebagai narasumber yang terpercaya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Indra Wirawan, Komang. "Liturgi Sakralisasi Barong-Rangda: Eksplorasi Teo-Filosofis Estetik Mistik Bali." Mudra Jurnal Seni Budaya 34, no. 3 (September 6, 2019): 417–27. http://dx.doi.org/10.31091/mudra.v34i3.800.

Full text
Abstract:
Barong-Rangda selalu hadir dalam praktik-praktik beragama Hindu di Bali. Sosok yang dicitrakan sebagai Hyang Siwa dan Hyang Bhatari Uma selalu dihubungkan dengan dunia mistik, dan Rangda selalu dikaitkan dengan tokoh Calonarang bernama Datengdirah, yakni janda Girah dalam lotar Calonarang. Dalam kepercayaan masyarakat Hindu di Bali, Rangda adalah perwujudan dari Hyang Bhatari Durga sakti Bhatara Siwa dan sebagai penguasa kuburan yang dihubungkan dengan hal-hal yang menakutkan. Demikian pula Barong selalu dilekatkan dengan murthi Siwa dalam perwujudannya sebagai Banaspati Raja. Menariknya Barong-Rangda bukan saja dipahami sebagai simbol suci, tetapi dihayati dalam penghayatan yang beragam. Menariknya, sosok Barong-Rangda juga ditarikan oleh orang khusus yang disebut nyolahang Barong-Rangda atau menarikan sosok Barong-Rangda dalam ruang ritual dan pentas kesenian sakral. Berdasarkan hal tersebut, menarik untuk mengkaji liturgi sakralisasi Barong-Rangda, sehingga menemukan beberapa makna di dalamnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Indra Wirawan, Komang. "Teo-Estetika-Filosofis Topeng Sidakarya Dalam Praktik Keberagamaan Hindu Di Bali." Mudra Jurnal Seni Budaya 36, no. 2 (June 11, 2021): 230–36. http://dx.doi.org/10.31091/mudra.v36i2.1283.

Full text
Abstract:
Topeng Sidakarya memeliki peranan penting dalam setiap upacara yadnya bagi umat Hindu di Bali. Upacara yadnya belum dinyatakan selesai sebelum dipentaskannya tarian sakral ini, sehingga dalam setiap prosesi ada pementasan tarian yang tergolong tari wali. Jenis tarian ini adalah bergenre tari topeng dengan atribut yang khas menampakan ketuaanya. Sidakarya secara literal berarti pekerajaan yang sudah tuntas atau selesai. Melalui pementasan tarian ini, masyarakat Hindu yang melangsungkan upacara yadnya diyakini sudah selesai menjalankan yadnya, dan tentunya ada pemberkatan di dalamnya. Tarian sakral yang menunjukan kesan magis, dan tidak saja dipandang sebagai pelengkap ritus yadnya, tetapi juga kaya makna teologi, keindahan dan filosofis yang berhubungan dengan praktik beragama Hindu di Bali yang di dalamnya tidak terlepas dari konsep satyam, siwam dan sundaram.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Probosiwi, Probosiwi. "Habitus Creativity of Elementary Teacher Education Department Students in Creating "Batik Cap"." International Journal of Creative and Arts Studies 6, no. 2 (July 24, 2020): 79–96. http://dx.doi.org/10.24821/ijcas.v6i2.3425.

Full text
Abstract:
ABSTRACTThe purposes of this research are finding out the behaviour and creativity patterns of students in making “batik cap”. Subjects of this research were students of the Primary School Teacher Education Department at Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta who took the Art and Skills Education course in the even semester of the Academic Year 2018/2019. The stages of the process analyzed include making batik designs, creating “batik cap” masters, “batik cap” artworks, and finishing the artworks. The research method is qualitative research. Data collection techniques are done by interview, observation, and document review. The data analysis technique used is narration. The results showed that 4P concept contains habitus as a system of practical production schemes, systems of perception, and appreciation practically related to aesthetics that allow for non-aesthetic responses within an object, differently defined in terms of philosophical logic. Students did the practices they had followed the procedure of creative thinking quite well. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola perilaku dan kreativitas siswa dalam pembuatan “batik cap”. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang mengambil mata kuliah Pendidikan Seni dan Keterampilan pada Semester Genap Tahun Akademik 2018/2019. Tahapan proses yang dianalisis meliputi pembuatan desain, master "batik cap", karya seni "batik cap", dan menyelesaikan karya seni. Metode penelitian adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan tinjauan dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep 4P berisi habitus sebagai sistem skema produksi praktis, sistem persepsi, dan penghargaan yang secara praktis terkait dengan estetika yang memungkinkan respons non-estetika dalam suatu objek, berbeda didefinisikan dalam hal logika filosofis. Mahasiswa melakukan praktik cukup baik dengan mengikuti prosedur berpikir kreatif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Pučiliauskaitė, Saulenė. "L. WITTGENSTEINO ESTETIKOS PAMOKOS." Problemos 75 (January 1, 2008): 108–18. http://dx.doi.org/10.15388/problemos.2008.0.1993.

Full text
Abstract:
Straipsnyje aptariamos L. Wittgensteino mintys apie estetiką. Pagrindinis dėmesys yra skiriamas 1938-ųjų metų paskaitoms, t. y. estetikai, kylančiai iš „lingvistinio posūkio“. „Lingvistinio posūkio“ estetikos sritimi tampa žodžio „gražus“ vartojimo sritis. Straipsnyje pateikiamos skirtingų estetikos lygmenų aptartys bei paties Witttgensteino – neįvykusio menininko – mintys apie meninės kūrybos praktiką. Joje svarbiausios yra originalumo ir genialumo sąvokos. Pagrindiniai žodžiai: estetika, grožis, menas, originalumas, genialumas.Wittgenstein’s Lessons of AestheticsSaulenė Pučiliauskaitė Summary The article discusses Wittgenstein’s thoughts about aesthetics. The focus is laid on his lectures of 1938, where he develops a new notion of aesthetics. We calls it the ‘aesthetics of the linguistic turn’. The area of such an aesthetics is the linguistic use of the word ‘beautiful’ in all possible situations. The article investigates different levels of this use and also discusses Wittgenstein’s – who had a certain artistic praxis –thoughts about real aesthetic activities. The central items of this discussion are originality and geniality. Keywords: aesthetics, beauty, art, originality, geniality.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Ramadhan, Triandi Purnama. "PERAN VISUALISASI LABEL KEMASAN PRODUK MINUMAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN." ARTic 3 (March 15, 2019): 103–12. http://dx.doi.org/10.34010/artic.2019.3.2489.103-112.

Full text
Abstract:
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok bisnis yang apabila dilihat dari aset dan omzet berada di bawah Usaha Besar. Namun produk UMKM biasanya memiliki kriteria yang unik, baik dari segi bahan baku, jumlah produksi, maupun target pasar. UMKM masih dinilai memiliki kelemahan dalam hal desain kemasan. Salah satunya yaitu terbatasnya kemampuan dalam penggunaan tools dan teknologi dalam membuat desain kemasan yang unik dan mewakili identitas merek. Maka solusi para pelaku UMKM adalah memilih jenis kemasan siap pakai yang tersedia di pasaran, sehingga besar kemungkinan satu bentuk kemasan dapat digunakan oleh banyak merek. Fruits Up dan Mon Chérie merupakan contoh pelaku UMKM di Bandung yang sama-sama membuat produk minuman rasa buah. Dengan kategori produk dan target pasar yang sama, akan dilihat bagaimana visualisasi label kemasan yang mereka ciptakan ditinjau dengan bagan teori ‘estetika terapan’. Berdasarkan hasil analisis dengan metode campuran dengan strategi eksploratoris sekuensial, diketahui bahwa peran visualisasi pada label kemasan merupakan elemen utama untuk membedakan identitas mereka dengan produk lain, serta sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan dan keunikan dari masing-masing produk UMKM. Unsur-unsur visual yang baik pada label harus memenuhi kaidah estetik, mudah dibaca (readable), mudah dimengerti (understandable), dan tepat sasaran. Suatu desain kemasan dapat dipengaruhi oleh maker (keunikan produk, kapasitas produksi, permodalan, penggunan teknologi, tools, dan skill) dan juga end user (need, will, lifestyle), yang kemudian dapat menghasilkan impact pada aspek estetik, praktis, dan simbolik konsumennya. Kesimpulan dari interpretasi konsumen diketahui bahwa komposisi warna dan ilustrasi lebih efektif dibandingkan unsur visual lainnya dalam membantu konsumen untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan pembelian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Ramadhan, Triandi Purnama. "PERAN VISUALISASI LABEL KEMASAN PRODUK MINUMAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN." ARTic 3 (March 15, 2019): 103–12. http://dx.doi.org/10.34010/artic.v3i0.2489.

Full text
Abstract:
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok bisnis yang apabila dilihat dari aset dan omzet berada di bawah Usaha Besar. Namun produk UMKM biasanya memiliki kriteria yang unik, baik dari segi bahan baku, jumlah produksi, maupun target pasar. UMKM masih dinilai memiliki kelemahan dalam hal desain kemasan. Salah satunya yaitu terbatasnya kemampuan dalam penggunaan tools dan teknologi dalam membuat desain kemasan yang unik dan mewakili identitas merek. Maka solusi para pelaku UMKM adalah memilih jenis kemasan siap pakai yang tersedia di pasaran, sehingga besar kemungkinan satu bentuk kemasan dapat digunakan oleh banyak merek. Fruits Up dan Mon Chérie merupakan contoh pelaku UMKM di Bandung yang sama-sama membuat produk minuman rasa buah. Dengan kategori produk dan target pasar yang sama, akan dilihat bagaimana visualisasi label kemasan yang mereka ciptakan ditinjau dengan bagan teori ‘estetika terapan’. Berdasarkan hasil analisis dengan metode campuran dengan strategi eksploratoris sekuensial, diketahui bahwa peran visualisasi pada label kemasan merupakan elemen utama untuk membedakan identitas mereka dengan produk lain, serta sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan dan keunikan dari masing-masing produk UMKM. Unsur-unsur visual yang baik pada label harus memenuhi kaidah estetik, mudah dibaca (readable), mudah dimengerti (understandable), dan tepat sasaran. Suatu desain kemasan dapat dipengaruhi oleh maker (keunikan produk, kapasitas produksi, permodalan, penggunan teknologi, tools, dan skill) dan juga end user (need, will, lifestyle), yang kemudian dapat menghasilkan impact pada aspek estetik, praktis, dan simbolik konsumennya. Kesimpulan dari interpretasi konsumen diketahui bahwa komposisi warna dan ilustrasi lebih efektif dibandingkan unsur visual lainnya dalam membantu konsumen untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan pembelian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Briseid, Lars Gunnar. "Fra teori til praksis –– med Levende Historie. Erfaringer fra et tverrfaglig prosjekt som kobler sammen fag og praktisk-estetiske virkemidler i lærerstudenters øvingspraksis." Norsk pedagogisk tidsskrift 95, no. 03 (July 1, 2011): 198–215. http://dx.doi.org/10.18261/issn1504-2987-2011-03-04.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Kusumo, Norman. "ESTETIK CROWN LENGTHENING DENGAN METODE MINIMAL INVASIF: EVALUASI 1 TAHUN." Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi 15, no. 1 (May 31, 2019): 21. http://dx.doi.org/10.32509/jitekgi.v15i1.785.

Full text
Abstract:
Latar belakang: senyum ideal merupakan hasil evaluasi dari analisa wajah dan komposisi gigi. Prinsip desain senyum seperti kategori tipe muka, posisi incisal edge, komponen gigi dan ketinggian gingival merupakan kunci dari harmoni senyum ideal. Metode konvensional crown lengthening dengan pembukaan flap saat koreksi tulang terkadang dapat menimbulkan resiko black triangle. Laporan kasus: pasien datang ke praktik pribadi dengan alasan keluhan estetik. Profil muka didapat long straight, posisi incisal edge saat senyum terlihat lebih dari 3 mm gingival exposure. Chu’s gauge digunakan untuk mengukur proporsi ideal gigi, gingival dan tulang alveolar. Koreksi tulang saat crown lengthening dilakukan tanpa membuka flap (flapless) pada, sehingga mengurangi resiko black triangle. Pembahasan: laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan teknik crown lengthening tanpa pembukaan flap bedasarkan kontrol 1 tahun pasca pembedahan. Prosedur crown lengthening dengan koreksi tulang alveolar dilakukan tanpa membuka flap dan dilakukan kontrol observasi pasien selama 3 bulan dan 1 tahun. Kesimpulan: observasi klinis 1 tahun terlihat stabil. Pengurangan tulang dengan metode flapless pada crown lengtheningmerupakan alternatif yang menawarkan hasil yang cukup menjanjikan.Latar belakang: senyum ideal merupakan hasil evaluasi dari analisa wajah dan komposisi gigi. Prinsip desain senyum seperti kategori tipe muka, posisi incisal edge, komponen gigi dan ketinggian gingival merupakan kunci dari harmoni senyum ideal. Metode konvensional crown lengthening dengan pembukaan flap saat koreksi tulang terkadang dapat menimbulkan resiko black triangle. Laporan kasus: pasien datang ke praktik pribadi dengan alasan keluhan estetik. Profil muka didapat long straight, posisi incisal edge saat senyum terlihat lebih dari 3 mm gingival exposure. Chu’s gauge digunakan untuk mengukur proporsi ideal gigi, gingival dan tulang alveolar. Koreksi tulang saat crown lengthening dilakukan tanpa membuka flap (flapless) pada, sehingga mengurangi resiko black triangle. Pembahasan: laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan teknik crown lengthening tanpa pembukaan flap bedasarkan kontrol 1 tahun pasca pembedahan. Prosedur crown lengthening dengan koreksi tulang alveolar dilakukan tanpa membuka flap dan dilakukan kontrol observasi pasien selama 3 bulan dan 1 tahun. Kesimpulan: observasi klinis 1 tahun terlihat stabil. Pengurangan tulang dengan metode flapless pada crown lengthening merupakan alternatif yang menawarkan hasil yang cukup menjanjikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Santiko, Aditya Ayat, and Murti Indrastuti. "Preparasi Minimal pada Pembuatan Gigi Tiruan Cekat dengan Fiber Reinforced Composite (FRC)." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 17, no. 1 (November 9, 2016): 12. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.15977.

Full text
Abstract:
Dalam praktek sering kali dokter gigi dihadapkan pada pasien yang kehilangan gigi anterior dan ingin segera dibuatkan gigi tiruan karena alasan estetik. Gigi tiruan yang dibuat bisa berupa gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) atau gigi tiruan cekat (GTC). Pada GTSL, adanya plat pada palatum menyebabkan rasa tidak nyaman, selain itu pasien setiap kali harus buka pasang gigi tiruan kembali sehingga cukup merepotkan. Oleh karena itu pada umumnya pasien ingin dibuatkan GTC dan hal ini memang sesuai dengan indikasi GTC. Hal yang menjadi pertimbangan pada pembuatan GTC adalah pengasahan permukaan gigi secara keseluruhan bila akan dibuat desain full crown. Pada perkembangan desain GTC ada desain yang disebut resin bonded bridge atau adhesive bridge yaitu GTC yang dibuat pada gigi abutment yang dipreparasi minimal pada bagian palatal saja dan dilekatkan secara mikromekanikal antara retainer sayap logam dan gigi yang telah dipreparasi. Pasien wan ita usia 22 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof Soedomo UGM karena kehilangan gigi insisif sentral kiri atas. Pada kasus ini dilakukan pembuatan GTC dengan bahan fiber reinforced composite (FRC). Pembuatan bridge dengan bahan FRC dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pada makalah ini akan dibahas pembuatan bridge FRC secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan gigi artlfisial komposit. Hasil menunjukkan estetis yang baik, kontrol setelah 2 bulan tidak ada perubahan warna dan pasien merasa puas dengan penampilannya, jaringan gingiva di sekitarnya normal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Pratama, I. Gede Yudha. "KAJIAN ESTETIKA SANDAL GUNUNG SEBAGAI TREND MASA KINI." Jurnal Da Moda 2, no. 2 (May 2, 2021): 36–41. http://dx.doi.org/10.35886/damoda.v2i2.188.

Full text
Abstract:
Sandal gunung kini menjadi trend di lingkungan masyrakat khususnya dalam kalangan anak muda. Hal ini dikarenakan muculnya lifestyle baru bagi sebagian besar kalangan anak muda sebagai seorang pendaki untuk menunjukan jati dirinya mereka dengan mengikui trend zaman sekarang, yaitu mendaki gunung. Sandal gunung merupakan salah satu dari sekian banyak perlengkapan dalam pendakian gunung yang wajib dibawa maupun digunakan oleh seorang pendaki. Dilihat dari posisinya didalam daftar perlengkapan pendakian, sandal gunung masih berada di bawah posisi sepatu gunung. Dalam pengamatan objek pada Sandal Gunung ini akan berpedoman pada fenomena membenda suatu objek dalam teori estetika, ada sembilan unsur atau aspek pemandu dalam fenomena desain yang terdiri dari material, teknik/ skill/ tools, energy/ daya, socio culture spiritual, psycho, bio physics, status symbol, artistic, dan fungsi praktis utiliter. Serta didukung dengan teori mayall yang memaparkan objek mulai dari sisi essence, important, desirable, perpomance, ergonomics dan aesthetic. Sandal Gunung di kalangaan anak muda menjadi produk yang sangat memperhatikan muatan yang bersifat fungsi praktis utiliternya beserta kaidah-kaidah efisien, efektif dan health safety dengan berorientasi pada desain masa kini cenderung berorientasi ke arah muatan yang bersifat rasa dan menggugah emosi penggunanya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Sari, Sasmita, and Martono Achmar. "HIDROGEL SEBAGAI MEDIA TANAM ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN NILAI ESTETIKA TANAMAN HIAS DAN RUANGAN UNIK." INTEGRITAS : Jurnal Pengabdian 2, no. 2 (December 30, 2018): 101. http://dx.doi.org/10.36841/integritas.v2i2.252.

Full text
Abstract:
Teknologi hidrogel dapat dimanfaatkan sebagai solusi untuk media tanam di dalam ruangan. Hidrogel adalah jaringan polimer tiga dimensi dengan ikatan silang (crosslinked) pada polimer hidrofilik, yang mampu swelling atau menyimpan air dan larutan fisiologis sampai dengan ribuan kali dari berat keringnya, serta tidak mudah larut. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman hias menggunakan media hidrogel maka dilakukan dengan cara bekerjasama dan menggunakan jejaring organisasi ibu-ibu PKK di desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Kegiatan dilakukandi bulan Juli 2018. Pelaksanaan kegiatan terdiri dari 4 (empat) metode, yaitu metode survey, metode ceramah, metode praktek atau pendampingan dan metode monitoring. Kegiatan yang dilakukan antara lain sosialisasi, diskusi terfokus atau FGD, praktek atau pendampingan, monitoring dan evaluasi. Dari hasil pengabdian banyak pengalaman dan manfaat yaang diperoleh. Ibu-ibu PKK sangat antusias mengikuti praktek atau pendampingan karena budidaya tanaman hias dengan dengan media hidrogel merupakan ilmu baru.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Julistiyana, Maria Ulfa Yudha. "PEMBELAJARAN PRAKTIK LANGSUNG MENYAKSIKAN MAJESTY of MASTERPIECES UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SENI PERTUNJUKAN SEBAGAI PENGALAMAN ESTETIKA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS ISLAM BALITAR." Konstruktivisme: Jurnal Pendidikan & Pembelajaran 10, no. 1 (January 22, 2018): 63–73. http://dx.doi.org/10.30957/konstruk.v10i1.455.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan penerapanmodel pembelajaran praktik langsung atau hands–on learningsupaya dapat memberikan pengalaman apresiasi seni pertunjukanuntuk meningkatkan kemampuan berkreatifitas dan berinovasidalam proses berkarya. Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan jenis pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Hasil analisis data setelah penelitian tersebut menunjukanpeningkatan yang signifikan pada siklus I yaitu 76,31% dan siklus IIyaitu 97,36%. Penilaian tes yang meliputi jumlah ketuntasan nilaikemampuan awal mahasiswa yaitu 10 dari 38 mahasiswa denganketuntasan 26,31%. Hasil tersebut menunjukan penerapan metodepembelajaran praktik langsung dapat memberikan pengalamanestetika dan meningkatkan pengalaman apresiasi seni pertunjukan.Selain itu dapat juga meningkatkan kemampuan berkreativitas danberinovasi dalam proses berkarya mahasiswa PGSD UniversitasIslam Balitar..
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Bonde, Lars Ole. "Kommentar til «Musikkterapi som estetisk praksis»: Den terapeutiske betydning af musik som fortælling – og omvendt." Norsk Tidsskrift for Musikkterapi 7, no. 1 (January 1998): 35–39. http://dx.doi.org/10.1080/08098139809477918.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Julistiyana, Maria Ulfa Yudha. "PEMBELAJARAN PRAKTIK LANGSUNG MENYAKSIKAN MAJESTY of MASTERPIECES UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SENI PERTUNJUKAN SEBAGAI PENGALAMAN ESTETIKA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS ISLAM BALITAR." Konstruktivisme: Jurnal Pendidikan & Pembelajaran 10, no. 1 (January 1, 2018): 63–73. http://dx.doi.org/10.30957/konstruk.v10i1.507.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran praktik langsung atau hands–on learning supaya dapat memberikan pengalaman apresiasi seni pertunjukan untuk meningkatkan kemampuan berkreatifitas dan berinovasi dalam proses berkarya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil analisis data setelah penelitian tersebut menunjukan peningkatan yang signifikan pada siklus I yaitu 76,31% dan siklus II yaitu 97,36%. Penilaian tes yang meliputi jumlah ketuntasan nilai kemampuan awal mahasiswa yaitu 10 dari 38 mahasiswa dengan ketuntasan 26,31%. Hasil tersebut menunjukan penerapan metode pembelajaran praktik langsung dapat memberikan pengalaman estetika dan meningkatkan pengalaman apresiasi seni pertunjukan. Selain itu dapat juga meningkatkan kemampuan berkreativitas dan berinovasi dalam proses berkarya mahasiswa PGSD Universitas Islam Balitar..
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Andreas, Rino. "Komodifikasi Ruang dalam Program Televisi di Indonesia." SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial 17, no. 1 (August 14, 2020): 21–30. http://dx.doi.org/10.21831/socia.v17i1.32668.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih dalam fenomena komodifikasi ruang hunian yang ditayangkan di program televisi d’SIGN NET. Ruang yang menjadi fasilitas pemenuhan kebutuhan individu ditransformasikan menjadi kepentingan ekonomi. Dalam konteks mekanisme pasar, ruang bukanlah entitas yang netral dan alamiah, melainkan dibentuk, dikonstruksikan dan direproduksi untuk memenuhi hasrat, gaya hidup, dan budaya konsumsi sebagai implikasi praktik-praktik adanya industri media. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode semiotika Roland Barthes yang di tampilkan di program d’SIGN NET. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ruang hunian urban dikonstruksikan oleh media dengan mengacu pada konsep interior, klasik, minimalis, maupun kontemporer kelas menengah atas atau elite. Tata ruang, posisi, maupun warna menjadi konten estetik ruang hunian yang ideal, di antaranya ruang tamu, ruang tidur, dapur, ruang anak, kamar mandi dan sebagainya. Lebih lanjut, tayang ini merepresentasikan ruang sebagai objek fetish sebagai konten media, yang pada akhirnya bertujuan meningkatkan rating, maupun iklan dan menjadi bagian dari arus kapitalisme.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Rosyid, Nur. "MENGENALKAN ANTROPOLOGI INDERAWI DALAM MEMAHAMI PERTAUTAN INSTRINSIK AGAMA DAN SENI: PANDANGAN AWAL." Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. 20, no. 1 (August 14, 2019): 83–100. http://dx.doi.org/10.52829/pw.v20i1.177.

Full text
Abstract:
Tulisan ini dimaksudkan untuk menawarkan cara pandang baru dalam memahami pertautan intrinsik antara agama dan seni yang seringkali tumpang tindih dalam diskursus sosial-budaya di Indonesia. Pertautan keduanya terletak pada “ketergelaran”, yakni wilayah kecenderungan “rasa”, yang disebut “rasa keagamaan” dan “citarasa estetika”. Kedua hal tersebut sebenarnya merupakan hasrat yang dibentuk oleh dan melalui kecenderungan pengalaman-pengalaman ketubuhan dan penginderaan. Hasrat dan selera penting di dalam pembentukan etos tertentu, karena tidak hanya memotivasi orang untuk terus datang ke pergelaran, memilih jenis pergelaran, maupun mempergelarkan praktik seni dan agama tertentu, tetapi juga terus-menerus menciptakan suatu kecenderungan “menikmati”, mengalami, dan mempersepsi. Kecenderungan menikmati inilah yang disebut sebagai praktik konsumsi, yakni sebentuk hasrat akan suatu kebutuhan yang dengan pemenuhannya ia berkaitan dengan pengalaman ketubuhan dan penginderaan. Dalam hal ini, pengalaman-pengalaman inderawi berdasar atas intensionalitas terhadap apa yang dilihat, dirasakan, didengarkan, diraba, disentuh, atau lebih tepatnya apa yang selayaknya dialami dan dipersepsi. Hasrat tersebut berkaitan dengan (re)produksi ingatan-ingatan, sensasi, dan “rasa” tertentu yang (di)hadir(kan) dari dan dalam praktik sehari-hari.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Maijar, Andri. "FILM “TROPY BUFFALO” SEBAGAI SEBUAH PARODI KEBUDAYAAN MINANGKABAU DALAM ESTETIKA POSMODERN." Journal of Urban Society's Arts 5, no. 1 (December 31, 2018): 29–36. http://dx.doi.org/10.24821/jousa.v5i1.2199.

Full text
Abstract:
Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai penyebarluasan nilai-nilai budaya baru. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisi sebuah salah satu film yang mengangkat lokalitas budaya masyarakat Minangkabau yaitu Film Thropy Buffalosutradarai Vanni Jamin. Analisis film ini melakukan pendekatan terhadap Parodi, yang merupakan bagian dari Estetika Posmodern. Praktek budaya posmodernisme ditandai dengan suatu pergeseranyaitu dari estetika produksi ke estetika konsumsi di mana nilai-nilaipermainan dalam estetika menunjukkan kenaikan yang penuh daya. Parodi adalah satu bentuk dialog sebagaimana konsep dialog yang bertujuan mengekspresikan perasaan tidak puas, tidak senang, tidak nyaman berkenaan dengan intensitas gaya atau karya masa lalu yang dirujuk, dan menjadi semacam bentuk oposisi atau kontras di antara berbagai teks, karya atau gaya lainnya dengan maksud menyindir, mengecam, mengkritik, atau membuat lelucon darinya. Dalam film Film Tropy Buffalo, penulis melihat bahwa film tersebut merupakan representasi dari kebudayaan minangkabau yang kemudian di parodikan sebagai bentuk perlawanan oleh pengkarya dalam melihat kehidupan masyarakt Minangkabau.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Falah, Riza Zahriyal. "Nilai-Nilai Estetika Dalam Penataan Lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini Di Kabupaten Kudus." ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 7, no. 1 (June 20, 2019): 65. http://dx.doi.org/10.21043/thufula.v7i1.4839.

Full text
Abstract:
<div class="WordSection1"><p class="BABI">Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan berupa pemahaman guru pendidikan anak usia dini di kabupaten Kudus tentang pemikiran estetika dalam pendidikan, penerapan nilai-nilai estetika dalam lingkungan pendidikan anak usia dini di kabupaten kudus, dan hambatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Partisipan/responden yang menjadi subyek dalam penelitian ini berjumlah 10 orang guru dari 5 lembaga pendidikan anak usia dini. Hasil penelitian ini adalah masih kurangnya pemahaman guru terhadap kajian aksiologi, utamanya estetika. Namun begitu, dalam praktik penataan lingkungan, para guru sudah melakukan penataan berdasarkan prinsip-prinsip estetika, antar lain karena adanya kegiatan perkumpulan gugus sekolah, dan secara otodidak belajar melalui media sosial dan internet. Penerapan nilai estetika dalam penataan lingkungan pendidikan ditunjukkan dengan pemilihan warna cerah untuk pengecatan dinding, pintu, pagar, wahana bermain, dan lain-lain. Warna yang digunakan tidak hanya satu warna saja, namun memadukan banyak warna. Kemudian hiasan di dalam dan di luar kelas dibuat dengan semenarik mungkin, baik berbentuk hiasan tempel maupun gantung. Hiasan ini ada bersifat hiasan saja, ada yang disesuaikan dengan tema pembelajaran. keamanan terhadap lingkungan belajar juga diperhatikan dengan penggunaan meja, kursi, lemari, dan papan tulis yang disesuaikan dengan tubuh siswa. Hambatan yang muncul dalam penerapan nilai estetika di lingkungan pendidikan antara lain karena ketiadaan/kurangnya biaya. Kemudian rasio guru dan siswa yang melebihi standar.</p></div>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Probosiwi, Probosiwi. "PENGETAHUAN DASAR SENI RUPA DAN KETERAMPILAN SERTA PEMBUATAN BAHAN AJAR DENGAN TEKNIK MONTASE." Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat 1, no. 2 (December 31, 2018): 275. http://dx.doi.org/10.12928/jp.v1i2.336.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penulisan ini adalah bagaimana mengajarkan kepada para guru sekolah dasaragar dapat membuat bahan ajar berbasis seni rupa dan keterampilan. Hal ini mengarah pada caraatau metode pembelajaran yang menarik dengan melakukan praktik melalui pendampingan. Gurudalam menjalankan proses pembelajaran dibutuhkan suatu bahan ajar karena digunakan untukmembantu guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dan dari proses belajar mengajar ini akandiperoleh suatu hasil yang pada umumnya disebut hasil pengajaran. Salah satu bentuk bahan ajaradalah karya seni dan keterampilan dua dimensi yaitu montase pada media kertas sebagai bentukrepresentasi suatu ide atau fenomena yang terjadi di sekitarnya. Proses pembuatan menggunakankaidah unsur dan prinsip dasar seni rupa untuk menghasilkan karya yang estetis
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Husna, Assaidatul, Muhammad Adi Sukma Nalendra, and Nabilah. "WORKSHOP DESAIN PEMASARAN DIGITAL MELALUI APLIKASI CANVA DAN MOBILE PHOTOGRAPHYKEPADA PELAKU UMKM FOOD AND BEVERAGE DI TIBAN CENTER BATAM." Jurnal Sains Teknologi dalam Pemberdayaan Masyarakat 2, no. 1 (July 31, 2021): 17–24. http://dx.doi.org/10.31599/jstpm.v2i1.624.

Full text
Abstract:
Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Batam mencapai 81.486 UMKM. Strategi pemasaran sangatlah penting bagi UMKM. Dari sekian banyak UMKM yang ada di Kota Batam, tidak seluruhnya melakukan program pemasaran yang maksimal terutama dalam masa pandemi Covid-19 saat ini. Banyak UMKM yang belum mengetahui tentang pentingnya strategi kampanye dan estetika dalam mengkomunikasikan produknya. Untuk mendorong kemandirian UMKM dalam menjalankan fungsi promosi, diperlukan pencerdasan penggunaan media praktis seperti template dan teknis perancangan komunikasi berbasis visual.Media praktis yang digunakan adalah media Canva dan mobile photography.Pengabdian masyarakat dalam bidang UMKM menjadi sangat relevan dan penting dilakukan terutama dimasa pandemi saat ini demi mewujudkan UMKM yang kuat dan mandiri serta berkualitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Rodiah, Ita. "New Historicism: Kajian Sejarah dalam Karya Imajinatif Ukhruj Minha Ya Mal’un Saddam Hussein." Jurnal Kajian Islam Interdisipliner 4, no. 2 (November 28, 2020): 125. http://dx.doi.org/10.14421/jkii.v4i2.1102.

Full text
Abstract:
Penelitian ini membuktikan bahwa kajian kesusastraan dengan menggunakan new historicism mampu mengungkap pelbagai kekuatan budaya, sosial, ekonomi, dan politik yang menyetubuh dan menyelinap dalam setiap sela teks sastra yang merupakan ranah estetik (aesthetic richness). Penelitian ini mengungkapkan bahwa karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan pelbagai konteks zaman dan praksis budaya, sosial, ekonomi, serta politik yang melingkupinya. Penelitian ini tidak sependapat dengan konsep new criticism John Crowe Ransom (The New Criticism, 1941 dan Criticism as Pure Speculation, 1971) dan William K. Wimsatt dan Monroe Beardsley (The Intentional Fallacy, 1946 dan The verbal Icon, 1954) yang mengatakan bahwa karya sastra merupakan autotelic artefact. Sehingga menjadi tidak tepat ketika pemahaman terhadap sastra dikaitkan dengan pengarang, pembaca, maupun konteks di luar karya sastra. Penelitian ini mendukung konsep new historicism Stephen Greenblatt (Practicing New Historicism, 2000) yang menyatakan bahwa dunia imajinatif-estetis tidak pernah terlepas dari relasi kekuasaan dunia realitas yang termanifestasi dalam karya sastra sebagai apresiasi estetis individu dan praksis budaya, sosial, ekonomi, dan politik. Berdasarkan interpretasi kritis new historicism Greenblatt terhadap novel Ukhruj Minha Ya Mal’un diperoleh hasil penelitian berupa pemahaman karya imajinatif yang penuh dengan simbol yang lebih lengkap dan dalam (deeper understanding of value) dengan melibatkan konteks ekstrinsikalitas karya sastra di dalamnya dan novel Ukhruj Minha Ya Mal’un hadir sebagai tanggapan reflektif-imajinatif Saddam Hussein sebagai pengarangnya.[This research proves that literary studies using new historicism can reveal the various cultural, social, economic, and political forces that intercourse and sneak in every literary text: aesthetic richness. This research reveals that literary works cannot be separated from the various contexts of the era and the cultural, social, economic, and political praxis that surround them. This study disagrees with the concept of new criticism John Crowe Ransom (The New Criticism, 1941 and Criticism as Pure Speculation, 1971) and William K. Wimsatt and Monroe Beardsley (The Intentional Fallacy, 1946 and The verbal Icon, 1954) literature is an autotelic artifact. So it is not appropriate when the understanding of literature is associated with authors, readers, and contexts outside of literary works. This research supports Stephen Greenblatt's new historicism concept (Practicing New Historicism, 2000), which states that the imaginative-aesthetic world is never separated from the power relations of the world of reality which are manifested in literature as an individual aesthetic appreciation and cultural, social, economic, and political praxis. Based on the critical interpretation of Greenblatt's new historicism of the Ukhruj Minha Ya Mal'un novel, the research results are in the form of a deeper understanding of imaginative works of symbols (deeper understanding of value) involving the context of the extrinsicality of literary works in it and the novel Ukhruj Minha Ya Mal. 'un appears as the reflective-imaginative response of Saddam Hussein as the author.]
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Sumiyati, Sri, Endro Sutrisno, and Irawan Wisnu Wardana. "IbM VERMI KOMPOSTING BAGI KELOMPOK TANI NGUDI MAKMUR KABUPATEN SEMARANG MENUJU PERTANIAN ORGANIK BERWAWASAN LINGKUNGAN." E-DIMAS 7, no. 2 (October 28, 2016): 90. http://dx.doi.org/10.26877/e-dimas.v7i2.1137.

Full text
Abstract:
Kelompok Tani Ngudi Makmur belum melakukan pengelolaan limbah peternakan secara baik dan benar. Limbah peternakan yang berupa kotoran ternak, sisa pakan, dan sisa alas kandang tersebut hanya ditumpuk begitu saja di dekat kandang ternak. Limbah peternakan yang tidak dikelola dengan baik tersebut akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar antara lain timbul masalah bau, banyak lalat, dan dari aspek estetika kurang baik. Tujuan dari kegiatan Iptek bagi Masyarakat ini adalah sosialisasi dan praktek langsung pembuatan pupuk vermicompos. Metode yang digunakan adalah: 1) Melakukan penyuluhan ke mitra sasaran, 2) Praktek langsung pembuatan pupuk vermicompos, 3) Praktek langsung penggunaan pupuk vermicompos di lahan perkebunan milik anggota kelompok Tani Ngudi Makmur. Hasil yang diperoleh berupa Pupuk Vermicompos dengan angka rasio C/N sebesar 20, 68. Pupuk Vermicompos yang diproduksi oleh Anggota Kelompok Tani Ngudi Makmur sudah memenuhi standar 70/Peraturan Menteri Pertanian/SR.140/10/2011 Tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah, angka rasio C/N sebesar 15-30. Kata kunci: vermicompos, rasio C/N, limbah
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Asmuki, Asmuki. "UPAYA GURU PAI DALAM MEMBENTUK KARAKTER RELIGIUS MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI SMP MUHAMMADIYAH KARANGASEM BALI." Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman 2, no. 2 (October 12, 2018): 84–100. http://dx.doi.org/10.35309/alinsyiroh.v2i2.3323.

Full text
Abstract:
Bangsa yang memiliki karakter yang kuat akan menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat.tetapi kondisi bangsa ini yang semakin menunjukkan perilaku anti budaya dan anti karakter dan mengalami krisis moral seperti praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang semakin marak pada lembaga pemerintahan Fenomena di atas jelas mendapatkan kritikan terutama dalam dunia pendidikan, karena dunia pendidikan kita saat ini dinilai lebih memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama) dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif volatif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengalaman, antara gnosis dan praxis dalam kehidupan nilai agama. Atau dalam praktik pendidikan agama berubah menjadi pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral, padahal inti dari pendidikan agama adalah pendidikan moral. Kalau kita simak pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah dalam tataran etika maupun estetika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam riset kali ini akan dikaji pembentukan karakter religious disebuah sekolah umum yang berafisiliasi organisasi keagamaan di Karang Asem Bali
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Thamrin, Gandadinata, and Rosmaya Nainggolan. "Pelatihan Manajemen Skit Bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia Cipanas." Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) 2 (December 14, 2019): 841–47. http://dx.doi.org/10.37695/pkmcsr.v2i0.499.

Full text
Abstract:
Pelayanan di gereja sering menggunakan drama singkat (skit) sebagai salah satu metoda penyampaian pesan rohani kepada jemaat baik jemaat dewasa maupun anak-anak terutama pada hari-hari perayaan natal dan paskah. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilakukan atas permintaan Senat Mahasiswa STT Cipanas untuk mengembangkan kemampuam mereka dalam membuat drama singkat yang dapat dipakai dalam pelayanan tanpa menghilangkan estetika drama sebagai karya seni. Pelatihan dilakukan dalam dua hari. Hari pertama: pemaparan materi berupa teori dan konsep drama sebagai sebuah karya seni serta menampilkan beberapa contoh drama. Hari kedua: praktek secara langsung yang meliputi praktek manajemen, perencanaan, dan strategi membuat drama singkat. Kegiatan ini ditanggapi positif oleh peserta. Peserta memiliki tambahan pengetahuan dasar tentang manajemen skit, perencanaan, dan strategi membuat skit yang efektif dan efisien dalam pelayanan di gereja.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Berglund, Emilia, Karin Lager, Jennifer Lundqvist, and Jan Gustafsson Nyckel. "Det dubbla kompetenskravet." Forskning i Pædagogers Profession og Uddannelse 3, no. 1 (May 15, 2019): 15. http://dx.doi.org/10.7146/fppu.v3i1.113978.

Full text
Abstract:
I föreliggande studie undersöks lärarstudenters utveckling av kompetenser inom lärarutbildningen. Studien har sin bakgrund inom de utbildningstrender som har som ambition att föra samman en socialpedagogisk omsorgstradition med en skolämnesinriktad utbildningstradition, där vi menar att lärarutbildningen för lärare i fritidshem utgör ett exempel. Fokusgruppintervjuer har använts för att intervjua 16 avgångsstudenter på lärarprogrammet med inriktning mot arbete i fritidshem på ett lärosäte i Sverige. Intervjuerna analyserades med hjälp av tematisk analys och visar att utbildningen erbjuder skilda lärandemiljöer för utveckling av kompetenser som svarar mot ett dubbelt kompetenskrav: Återskapare, Medskapare och Nyskapare. Analysen tydliggör både skillnader och likheter mellan de tre kompetenserna men det är samtidigt viktigt att se dem som komplementära. Återskapare kännetecknas av en anpassad och reproducerad kompetensutveckling där studenterna aktivt väljer att bli antingen lärare inom fritidshemmet eller i sitt praktisk estetiska skolämne. Medskapare kännetecknas av att studenterna anpassar sig till utbildningens genomförande och producerar en parallell kompetens och blir lärare i fritidshemmet och sitt skolämne. Nyskapare har drag av en produktiv - kreativ kompetens där studenterna använder sina praktisk estetiska ämneskunskaper inom fritidshemmets verksamhet, och sin fritidspedagogiska kompetens i undervisningen av det praktisk estetiska ämnet. Resultatet diskuteras avslutningsvis i relation till utbildningens förmåga att erbjuda en kreativ kompetens. Abstract“The dual competence requirement - A study of teacher student competences in a new teacher education” examines students dealing with a dual competence requirement in teacher education. The study has its’ background in educational trends that aim to bring together a social pedagogical tradition with an educational tradition, with a focus on teacher training in School age educare (fritidshem). Focus group interviews have been used to interview 16 students in teacher education at a university in Sweden with a focus on working in school-age educare. A thematic analysis was implemented, where development of three different competences emerged that correspond to a dual competence requirement, which is Re-creators, Co-Creators and Innovators. The analysis highlights both the differences and similarities between the three competences, while also showing how the competences complement each other. The Re-creators are characterized by adapted and reproduced skills development, in which the student actively chooses to become either a teacher in the school-age educare or his subject. The Co-creators are characterized by the students adapting to the education’s implementation and producing parallel skills and becoming teachers in the school-age educare and their subject. The Innovators feature a productive creative competence in which the students use their practical aesthetic subject knowledge in the school-age educare activities, and their school-age educare skills in the teaching of the practical aesthetic subject. Findings are discussed in relation to the offering of creative skills.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Andrijauskas, Antanas. "Idealistinės meno filosofijos įtaka ekspresionizmo estetikai ir meno praktikai." Problemos 37 (September 29, 2014): 80–92. http://dx.doi.org/10.15388/problemos.1987.37.7197.

Full text
Abstract:
Straipsnyje siekiama atskleisti ekspresionizmo meninės praktikos ryšius su iracionalistine ir formalistine meno filosofija. Didžiausias dėmesys skiriamas formalistiniam ekspresionizmo sparnui, kuriame ryškus estetizmas, nihilizmas ir polinkis į formą. Ekspresionistai, kaip ir F. Nietzsche, buvo įsitikinę, kad techninė civilizacija ir masinės kultūros formavimasis grasina menininkui jo dvasios praradimu, individo laisvės apribojimu ir meno nužmoginimu. Į vidinį menininko pasaulį, jo sąmonę ekspresionistai žvelgė kaip į aukščiausią absoliučią realybę, sugebančią per psichologines būsenas išreikšti būties tiesas. Apsiribojusi daugiausia formaliųjų meno kūrinio pusių analize, formalistinė estetika faktiškai eliminavo turinio kategoriją. Pasisakydama už meno atitrūkimą nuo realaus gyvenimo, ji kartu filosofiškai pateisino beprasmį estetizmą ir meno suvedimą į grynai formalias struktūras. Ekspresionistai ignoravo socialiai reikšmingus idealus, suabsoliutino vidinės ekspresijos reikšmę, linko į maksimalų spalvos ir formos autonomiškumą.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Adnyana, I. Wayan, Anak Agung Gede Rai Remawa, and Ni Luh Desi In Diana Sari. "Metafora Baru dalam Seni Lukis Kontemporer Berbasis Ikonografi Relief Yeh Pulu." Mudra Jurnal Seni Budaya 34, no. 2 (May 23, 2019): 223–29. http://dx.doi.org/10.31091/mudra.v34i2.704.

Full text
Abstract:
Artikel ini merupakan luaran penelitian terapan tahun ketiga, bertujuan untuk mengungkap penciptaan seni lukis kontemporer berbasis ikonografi relief Yeh Pulu. Penciptaan seni lukis dilakukan melalui dua tahap: analisis ikonografi untuk menemukan konsep, dan tahap penciptaan karya. Tahap analisis menggunakan teori ikonologi Panofsky melalui tiga tingkatan analisis: pra-ikonografi, analisis ikonografi, dan analisis ikonologi. Artikel ini mengedepankan pada analisis (interpretasi) ikonologis untuk menginvestigasi makna dari motif, simbol, dan alegori atas konteks budaya yang melekat pada objek analisis (D’Alleva, 2005). Interpretasi ini menemukan konsep metafora baru, yakni kepahlawanan orang-orang biasa. Pada praktik penciptaan seni lukis kontemporer, metafora dibentuk dengan tiga pendekatan estetik, yakni pembingkaian ulang, perombakan ulang, dan pemindahan ke ruang atau lokus global kontemporer. Artinya, figur ikonik relief Yeh Pulu dibingkai ulang dalam ruang lanskap baru, memindahkan yang kuno ke dalam konteks tata kehidupan masa kini, termasuk mobilitas pada ruang-ruang global.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Pramitha, Renny, Syafdaningsih Syafdaningsih, and Sri Sumarni. "PENGEMBANGAN PAPAN FLANEL BERMAIN POLA UNTUK ANAK KELOMPOK B DI TK PERMATA BUNDA PALEMBANG." Jurnal Pendidikan Anak 7, no. 2 (July 25, 2019): 122–30. http://dx.doi.org/10.21831/jpa.v7i2.24455.

Full text
Abstract:
Pengembangan papan flanel bermain pola untuk anak kelompok B di TK Permata Bunda Palembang telah dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan alat permainan papan flanel bermain pola yang valid dan praktis untuk anak kelompok B. Pengembangan dilakukan dengan menggunakan model Rowntree mencakup perencanaan, pengembangan, evaluasi. Teknik mengumpulkan data menggunakan metode wawancara, walkthrough, observasi. Pada tahap evaluasi dilakukan evaluasi formatif yang dilakukan oleh Tessmer, yaitu tahap self evaluation, expert review diperoleh nilai rata-rata dari para ahli sebesar 3,67 kategori sangat valid karena materi sesuai dengan indikator yaitu materi bermain pola yang sesuai dengan perkembangan kognitif anak kelompok B. Dari segi media juga sesuai dengan indikator yaitu bahan yang efektif dan efisien, desain tampilan, estetika. One-to-one dan small evaluation bertujuan untuk melihat kepraktisan ialah praktis jika para pakar dan praktisi menyatakan bahwa produk yang dikembangkan dapat diterapkan. Hasil tahap one-to-one evaluation dan small group evaluation dengan indikator mampu mengenal bentuk buah, mengenal konsep warna dan mengenal konsep pola diperoleh nilai rata-rata sebesar 87% kategori sangat praktis. Praktis artinya papan flanel bermain pola menarik minat anak dalam mengenal konsep pola melalui metode bermain. Kelemahan dari produk ini adalah memerlukan biaya yang besar untuk membuatnya dan sukar menempel pada benda yang berat. Untuk peneliti selanjutnya harus lebih mengembangkan papan flanel bermain pola yang dibuat dengan biaya yang murah dan memiliki daya rekat yang lebih kuat agar dapat menempelkan benda yang berat. Kata Kunci: pengembangan papan flanel, bermain pola, anak kelompok b
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Himawan, Willy, Setiawan Sabana, and A. Rikrik Kusmara. "Pengaruh Pariwisata pada Keberagaman Seni Rupa sebagai Modal Kultural Bali: Studi pada Komunitas dan Perhelatan Seni Rupa di Wilayah Denpasar, Klungkung, dan Singaraja." Journal of Urban Society's Arts 3, no. 2 (October 31, 2016): 96–101. http://dx.doi.org/10.24821/jousa.v3i2.1478.

Full text
Abstract:
Pulau Bali terkenal sebagai salah satu tujuan wisata terbesar di dunia yang berkaitan erat dengan budaya Bali. Perkembangan seni rupa modern tidak dapat dipisahkan dari sejarah kolonialisme pada tahun 1900-an melalui pengembangan awal pariwisata yang memengaruhi perkembangan praktik seni Bali dan wacananya. Studi kualitatif ini akan melihat Bali sebagai kawasan-kawasan yang berbeda dalam spektrum perkembangan seni rupa yang dipengaruhi oleh konteks perkembangan pariwisata di tiap wilayah. Metode yang digunakan adalah aksi partipatoris di lapangan dengan pendekatan hermeneutik untuk memahami konteks, makna, dan nilai estetik yang terbangun dalam kegiatan-kegiatan seni rupa di Klungkung dalam kegiatan komunitas Batu Belah dalam acara Global Change Art Climate 2015, di Denpasar dan sekitarnya dalam kegiatan komunitas Sprites Art 2015, dan di Buleleng dalam kegiatan komunitas Segara Lor pada Buleleng Festival 2013. Perbedaan dalam konteks pengembangan pariwisata di daerah-daerah tertentu di Bali telah memengaruhi perkembangan dan perbedaan makna dan nilai estetika karya seni di sana. The Tourism Influence on Art Diversity as a Cultural Capital of Bali: Study on the Community and Art Events in Denpasar, Klungkung dan Singaraja. The island of Bali is famous as one of the largest tourist destination in the world. The development of modern art cannot be separated from the history of colonialism in the 1900s through the early development of Balinese art activities and their studies. This qualitative study sees Bali as different regions in the spectrum of the development of art which influenced by the context of the development of tourism in each region. The method used in this study is the action partipatoris field (participatory action field research) with a hermeneutic approachto understand the context, meaning, and aesthetic value that are built in the activities of art in Klungkung by among others are Batu Belah community in “The Global Change Art Climate 2015”, in Denpasar “Sprites activities Art” in 2015, and in Buleleng in activities “Segara Lor in Buleleng Festival 2013”. Differences in the context of the development of tourism in certain areas in Bali have influenced the development and meaning differences, and the aesthetic value of the works of art there.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Ismanto, Idealita. "BUDAYA SELFIE MASYARAKAT URBAN Kajian Estetika Fotografi, Cyber Culture, dan Semiotika Visual." REKAM: Jurnal Fotografi, Televisi, dan Animasi 14, no. 1 (August 15, 2018): 67. http://dx.doi.org/10.24821/rekam.v14i1.2138.

Full text
Abstract:
Penelitian ini membahas eksistensi individu yang dikonstruksi berdasarkan budaya visual. Selfie dan media sosial pada budaya visual sebagai wujud eksistensi merupakan kata yang tepat untuk menyikapiperkembangan eksistensi masyarakat. Persoalan yang diangkat membahas bagaimana budaya selfie dapat terjadi pada masyarakat urban, mengkaji budaya selfie melalui kajian estetika fotografi, cyberculture, dan semiotika visual serta perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat urban. Metode yang digunakan adalahobservasi dan wawancara. Kegiatan analisis data dimulai dari tahap pengumpulan data, tahap reduksi, tahap penyajian data, serta tahap penarikan kesimpulan dengan penelitian kualitatif. Dapat disimpulkan bahwa praktik baru dalam cyberculture dan budaya visual yakni selfie, media sosial sebagai ranah eksistensi, masyarakat menjadikan selfie sebagai eksistensi diri yang narsisme. Masyarakat saling beradu eksistensi dengan media sosial yang berobjekkan wisata dan kesenian. AbstractSelfie Culture of Urban Society (Study of the Aesthetic of Photography, Cyberculture, and Visual Semiotics). This research discusses the existence of individuals constructed based on visual culture. Selfie and social media in the visual culture as a form of existence is the right word to address the development of society’s existence. The issues raised would discuss how the selfie culture can occur in the urban society, how the study of selfie culture through the aesthetic of photography, cyberculture studies, and the visual semiotics and also the social changes that occur in the urban societies. The method employed was observation and interview. The data analysis activities were started from the data collection step, the reduction step, the data presentation step, and the conclusion with qualitative research. It can be concluded that the new practice in cyberculture and visual culture, which is selfie, in the social media as the realm of existence, society makes selfie as the existence of narcissistic self. Communities collide with the existence of social media consisting touristy tourists’ attraction and arts.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Saifullah, Muhammad. "WAJAH ALQURAN DAN HADIS DALAM BINGKAI MEME: dari Estetis Menjadi Lukratif." Riwayah : Jurnal Studi Hadis 5, no. 1 (June 24, 2019): 13. http://dx.doi.org/10.21043/riwayah.v5i1.5041.

Full text
Abstract:
<p>Seiring dengan lahirnya generasi Muslim baru yang melek digital serta adanya tekstur dunia maya yang berbeda sama sekali dengan dunia nyata, rupanya itu berdampak pada pergeseran cara resepsi masyarakat Muslim Indonesia kontemporer atas Teks Sucinya. Jika sebelumnya mungkin bisa dirangkum menjadi tiga pola: eksegis, estetis, dan fungsional, maka kali ini ceritanya bisa berbeda. Artikel ini mencoba untuk menginvestigasi pergeseran di muka melalui meme-meme di media sosial, khususnya Instagram, yang memuat baik kutipan ayat Alquran atau teks hadis. Salah satunya adalah meme unggahan akun @taaruf_nikah yang menuangkan interpretasi ringkas surah al-Zumar (39): 10 dalam latar rerumputan menguning silir oleh angin, bangkai kursi di tengahnya, fon identik, dan kesinambungan warna yang menyatu. Di situ tertulis, “Yang sabar ya.” Untuk melihat meme ini sebagai semata resepsi estetis, saya kira akan ada banyak hal yang dibuang, mengetahui yang mengunggah adalah tim kreatif dari akun yang mendaku dirinya sebagai agen biro jodoh daring. Namun, ketika dipahami sebaliknya, ia cukup menyisakan titik-titik keindahan. Dari sini, artikel ini tergoda untuk mengamati sejauh mana meme-meme Alquran dan hadis diproduksi dan kemudian dikonsumsi yang akhirnya berujung pada pembentukan wacana keberagamaan di benak masyarakat virtual Indonesia. Artikel berpendapat jika pergeseran paling mencolok bersemayam pada lahirnya pola resepsi lukratif, semacam fungsional tapi lebih praktis.</p><p>Along with the birth of digitally literate Muslim generation and cyberspace texture in which does not resemble to its real world at all, it apparently influences upon shift of how contemporary Indonesia Moslems receive (doing reception) their sacred texts. If before one could cover it become three patterns: exegesis, aesthetic, and functional reception, so that nowadays within digital world the emergence story diverges. This article wants to investigate a mentioned shift through memes in social media chiefly Instagram contained either Quran’s quote or hadith’s. One of them is what account @indonesiabertauhid has uploaded in regard with al-Zumar (39): 10. It depicts the simple interpretation with long mature grass backdrop, a carcass seat in the centre, and breaf punch line, including their identical font. One affords to find writing such, “Yang sabar ya.” To render these memes as merely the fruit of aesthetic reception, I deem it shall disband many things, knowing that the creative team is standing under account which claims itself as online matchmaker agent, but to conversely treat, it also remains some scenic points probably. The article therefore interests to disclose to what extent those memes are produced and consumed within which culminates upon religious making-meaning among virtually Indonesian. All in all, it can be argued that a strikingly shift occurs on birth of so-called lucrative reception, such functional yet rather practical.</p><p> </p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Munawaroh, Hidayatu. "Implementasi Pembelajaran Tari Dalam Mengembangkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini." Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini 2, no. 2 (June 29, 2017): 25–34. http://dx.doi.org/10.14421/jga.2017.22-03.

Full text
Abstract:
Anak usia Taman Kanak-kanak (TK) merupakan sosok individu yang unik dan memiliki karakteristik yang unik, baik dari segi kognitif, sosial, emosi, bahasa, fisik, maupun motorik, dan sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat. Pembelajaran tari merupakan pengalaman estetis anak yang dapat menumbuhkan kreativitas dan membantu perkembangan jasmani dan rohani anak. Pembelajaran tari untuk anak usia Taman Kanak-kanak dapat dilakukan melalui salah satu unsur dalam tari itu sendiri, salah satunya adalah unsur waktu. Dalam unsur waktu terdapat elemen tempo, ritme, aksen, dan durasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak. Dalam pelaksanaannya, diharapkan anak dapat diberikan pembelajaran secara aktif untuk mengembangkan aspek-aspek kemampuan yang sesuai dengan perkembangan anak. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaannya menjadi hal amat penting. Guru dapat menerapkan konsep melalui metode demontrasi dan praktek langsung dalam suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Aryati, Azizah. "MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT (Upaya Memahami Eksistensi Manusia)." EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis 7, no. 2 (December 8, 2018): 79. http://dx.doi.org/10.29300/jpkth.v7i2.1602.

Full text
Abstract:
Filsafat manusia atau antropologi filsafat merupakan bagian integral dari sistem Filsafat yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Sebagai bagian dari sistem filsafat, secara metodis ia memiliki kedudukan yang kurang lebih setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya seperti; etika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial dan estetika. Semua cabang filsafat tersebut pada prinsipnya bermuara pada esensi manusia dengan menyoroti gejala dan kejadian manusia secara sintesis dan reflektif, serta memiliki ciri-ciri ekstensif, intensif dan kritis. Kalau demikian, maka dengan mempelajari filsafat manusia bererti kita dibawa ke dalam panorama pengetahuan yang sangat luas, dalam dan kritis, yang menggambarkan esensi manusia. Panorama pengetahuan seperti itu, paling tidak memiliki manfaat ganda yakni manfaat praktis dan teoritis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Nurhidayati, Titin. "Pemikiran Seyyed Hossein Nasr: Konsep Keindahan dan Seni Islami dalam Dunia Pendidikan Islam." FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman 10, no. 1 (March 19, 2019): 27–44. http://dx.doi.org/10.36835/falasifa.v10i1.150.

Full text
Abstract:
Dalam perwujudan pendidikan, perbuatan atau kerja merupakan realisasi akal. Akal bekerja untuk memahami kebenaran secara utuh, melalui pikiran yang memikirkan alam, manusia dan sejarah, sedangkan melalui qolbu-nya, ia memahami firman-firman Tuhan dan sunnah Allah dalam kehidupan alam semesta. Perbuatan ini pada dasarnya adalah perbuatan kreatif, karena tersimpan dalam proses penciptaan. Perbuatan kreatif pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai, baik nilai estetika, logika ataupun etika. Dalam praktek penciptaan lembaga-lembaga pendidikan itu mempunyai nilai keindahan. Kemudian nilai logika memberikan tuntutan untuk menyusun konsep dan rencana-rencana kerja yang masuk akal. Sedangkan nilai etika memberikan batasan-batasan agar perbuatan kreatif itu tetap berada dalam wawasan moral dan untuk tujuan moral
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Masbur, Masbur. "KONSTRUKSI DAN MODEL PRAKSIS PENDIDIKAN INKLUSIF (Suatu Analisis dengan Pendekatan Sosio-Eksploratif)." JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling 1, no. 2 (March 30, 2016): 136. http://dx.doi.org/10.22373/je.v1i2.602.

Full text
Abstract:
Pendidikan merupakan suatu proses interaksi dua arah yang bertujuan untuk memberikan pengaruh terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik, pengaruh tersebut dapat terstimulus secara signifikan tanpa terbatas dalam memori setiap individu. Pendidikan juga tidak hanya terbatas pada individu yang sempurna lahir dan bathin saja, tetapi pendidikan itu juga dapat dirasakan oleh komponen lain yang masih kurang dari segi psikologi, mental, atau dar segi fisiologisnya. pendidikan inklusif merupakan sebuah konsep pembelajaran yang menempatkan siswa berkebutuhan khusus dan siswa biasa dalam satu ruang sosial dengan kedudukan yang sejajar. Pendidikan yang menghargai perbedaan ini didasari oleh konsep kebermaknaan perbedaan yang unik pada tiap orang dan masyarakat. Ia merupakan pendidikan yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bersosialisasi dengan sesama yang beragam baik dari segi fisik, agama, suku, dan lain-lain. Pendidikan multikultural mengandaikan sekolah dan kelas dikelola sebagai simulasi arena kehidupan nyata yang plural, terus berkembang dan berubah. Hal ini didasari oleh adanya kepekaan dan solidaritas di antara peserta didik. Potensi transedental, intelektual, moral dan estetis dikembangkan dengan cara mengintegrasikan nuansa moralitas dan spiritual di dalam kurikulum. Pelajaran agama pun tidak sekadar merupakan penyalehan individu namun lebih dari itu, pelajaran agama yang diberikan berfungsi untuk penyalehan sosial. Sikap dan sifat yang umumnya berkembang di masyarakat plural seperti di Indonesia antara lain memiliki solidaritas buta, etnosentrisme, partikularis, eksklusif serta masalah mayoritas-minoritas yang berujung pada ketidakadilan di dalam masyarakat. Sebagai negara yang memiliki beragam etnis, religi dan budaya, Indonesia perlu menerapkan pola pendidikan yang mampu menghadapi keberagaman.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Zulkifli, Zulkifli. "Seni Rupa di Era Disrupsi: Dampak Teknologi dalam Medan Sosial Seni Rupa." Gondang: Jurnal Seni dan Budaya 5, no. 1 (June 1, 2021): 134. http://dx.doi.org/10.24114/gondang.v5i1.24964.

Full text
Abstract:
Era disrupsi melahirkan perubahan besar dalam dunia seni rupa, dipicu oleh perkembangan teknologi digital-virtual dalam revolusi industri 4.0. Artikel ini mengkaji tentang eksistensi seni rupa di era disrupsi. Sejauhmana teknologi berdampak dalam medan sosial seni rupa, apakah teknologi dapat mengancam eksistensi perupa atau seniman, dan apakah teknologi dapat mereduksi nilai-nilai karya seni rupa konvensional. Sejalan dengan metode deskriptif-kualitatif, pembahasan dilakukan berdasarkan pendekatan sosiologi seni, didukung dengan pendekatan visual culture dan kreativitas seni. Hasil kajian menjelaskan bahwa: Pertama, teknologi era disrupsi secara umum berdampak positif dalam medan sosial seni rupa. Dalam medan sosial penciptaan, teknologi mendukung sistem kerja yang lebih praktis dan produktif. Dalam medan sosial penyajian seni, teknologi virtual sangat mendukung sosialisasi dan promosi karya secara luas. Begitu juga dalam medan sosial pengkajian seni, teknologi virtual dapat mengundang partisipasi masyarakat global. Kedua, teknologi tidak dapat menggantikan eksistensi perupa yang berorientasi ekspresi estetis, kecuali yang berorientasi menghasilkan karya fungsional. Secara umum, teknologi mendukung aktivitas kesenirupaan. Ketiga, nilai seni rupa tidak tereduksi oleh teknologi, karena nilai karya melekat pada karakter atau roh yang dilahirkan perupa, bukan yang dihasilkan teknologi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Vitasurya, Vincentia Reni, and Purwanto Hadi. "EMPYAK RAGUMAN, TRADISI DAN ESTETIKA RUMAH TRADISIONAL JAWA YANG SEMAKIN MEMUDAR." Jurnal Arsitektur KOMPOSISI 12, no. 3 (May 29, 2019): 187. http://dx.doi.org/10.24002/jars.v12i3.1868.

Full text
Abstract:
Abstract: Traditional Javanese houses known for their rich traditions are symbolized by the use of ornaments, construction and building materials. Empty raguman is one of the architectural elements of a Javanese house, in the form of an inner roof coating that functions as a ceiling. The sweetness made of bamboo blades arranged in a certain pattern is a symbol of the level of socio-economic ability of the homeowner. Its existence functions aesthetically and describes a strong tradition. The tradition of making empyak began with processing bamboo, assembling and installing fish is a manifestation of the value of mutual cooperation in Javanese society in the past. At present, empyak raguman is rarely found in traditional Javanese houses built in the modern era. The loss of this element is due to changes in the lifestyle of traditional communities in urban and rural areas. This paper aims to review the beauty of tradition, tradition and aesthetics in Javanese homes. The method used is literature review and its comparison with the practice of implementing it in some cases of traditional houses. The tradition of putting up a lot of raguman has not been carried out anymore, but the existence of empiri raguman which is still preserved is a symbol of pride for traditional homeowners. The results of this study are one of the inputs to preserve traditional values in Javanese houses.Keywords: empyak raguman, javanese house, traditional architecture, tradition, aestheticsAbstrak: Rumah tradisional Jawa dikenal kaya tradisi yang disimbolkan melalui penggunaan ornamen, konstruksi dan bahan bangunan. Empyak raguman adalah salah satu elemen arsitektur rumah Jawa, berupa pelapis atap bagian dalam yang berfungsi sebagai langit – langit. Empyak raguman terbuat dari bilah bambu yang disusun dengan pola tertentu menjadi simbol dari tingkatan kemampuan sosial ekonomi pemilik rumah. Keberadaannya berfungsi secara estetika dan menggambarkan tradisi yang kuat. Tradisi pembuatan empyak dimulai dengan pengolahan bambu, merangkai dan memasang empyak merupakan perwujudan nilai gotong royong masyarakat Jawa di masa lalu. Saat ini, empyak raguman jarang ditemukan pada rumah tradisional Jawa yang dibangun pada era modern. Hilangnya elemen ini karena perubahan gaya hidup masyarakat tradisional di perkotaan dan di perdesaan. Tulisan ini bertujuan mengulas kembali empyak raguman, tradisi dan estetikanya dalam rumah Jawa. Metode yang digunakan adalah kajian literatur dan komparasinya dengan praktek pelaksanaannya pada beberapa kasus rumah tradisional. Tradisi memasang empyak raguman sudah tidak dijalankan lagi namun keberadaan empyak raguman yang masih terpelihara menjadi simbol kebanggaan bagi pemilik rumah tradisional. Hasil kajian ini menjadi salah satu masukan untuk melestarikan nilai – nilai tradisional pada rumah Jawa.Kata Kunci: empyak raguman, rumah Jawa, arsitektur tradisional, tradisi, estetika
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Syarifuddin, Syarifuddin, and Dewi Sartika. "PENDIDIKAN BERBASIS STEM (SAINS, TEKNOLOGI, ENGGENERING DAN MATEMATIKA) DAN IMPLIKASI PADA DOMAIN AFEKTIF." eL-Muhbib: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Dasar 3, no. 2 (September 1, 2020): 139–53. http://dx.doi.org/10.52266/el-muhbib.v3i2.385.

Full text
Abstract:
Artikel ini mendeskripsikan tentang konsep pendidikan berbasisSTEM dan implikasinya pada domain Afektif. Pendidikanberbasis STEM merupakan konsep pendidikan yangmengintegrasikan beberapa mata pelajaran Sains, Teknologi,enggenering dan Matematika, STEM telah dikembangkandiberbagai Negara maju dan Negara berkembang. PendidikanSTEM tidak bermakna hanya penguatan praksis pendidikandalam bidang-bidang STEM secara terpisah, melainkanmengembangkan pendekatan pendidikan denganmengintegrasikan sains, teknonogi, enggenering, danmatematika, dengan memfokuskan proses pendidikan padapemecahan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari, dan jugatentang sikap, motivasi, tanggung jawab terhadap tugas,bekerjasama, dll. Domain Afektif merupakan domain yangpenting yang harus dimunculkan karena ia berhubungan denganpengalaman-pengalaman peserta didik di lingkungan belajarnya,selain dari itu pula domain afektif menjadi pemicu peserta didikuntuk menjadi manusia yang mulia, Domain afektif berhubungandengan spiritual, moral, motivasi, emosional, sosial dan estetika.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Damayanti, Aulia, and Shafira Kurnia Supandi. "Pendekatan bidang ortodontik-periodontik pada perawatan migrasi gigi patologis." Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran 32, no. 2 (November 30, 2020): 77. http://dx.doi.org/10.24198/jkg.v32i2.28568.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPendahuluan: Periodontal abses dapat menyebabkan migrasi gigi patologis (ekstrusi) dan defek intraoseus. Pada kondisi ini perawatan ortodontik-periodontik merupakan pendekatan terapeutik yang dapat memposisikan kembali gigi yang telah mengalami migrasi patologis dan memperbaiki kondisi periodontal. Terapi multidisiplin sangat penting dalam praktik kedokteran gigi untuk mencapai hasil yang optimal. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk menggambarkan pendekatan bidang ortodontik-periodontik pada perawatan migrasi gigi patologis. Laporan kasus: Laki-laki, 35 tahun dengan keluhan utama gigi inisisivus kanan atas abses, goyang, dan nyeri. Secara klinis pada gigi 11 terdapat kegoyangan derajat tiga, poket periodontal bagian mesial 7mm, resesi 3mm, dan kontak prematur pada gigi 41. Pemeriksaan radiografi terlihat kerusakan tulang yang parah. Penatalaksanaan kasus, pada kunjungan pertama, pemberian medikasi oral sebagai terapi darurat, kunjungan kedua adalah scaling dan root planing, occlusal adjustment, dan splinting pada kunjungan ketiga. Kemudian pemasangan ortodontik cekat pada rahang atas dilakukan pada kunjungan berikutnya, untuk mengembalikan posisi gigi insisivus lateral yang ekstrusi. Setelah mencapai posisi yang sesuai, dilakukan bone graft pada gigi. dapat mengembalikan posisi gigi yang mengalami ekstrusi, mengurangi kegoyangan gigi dan mengembalikan fungsi estetik pasien. Simpulan: pendekatan bidang ortodontik-periodontik pada perawatan migrasi gigi patologis menunjukkan keberhasilan setelah kontrol enam bulan pasca bedah ditandai dengan gambaran panoramik adanya penambahan densitas serta tinggi tulang yang signifikan pada daerah defek, gigi insisivus sentral atas kembali ke posisi normal dan kepuasan pasien tercapai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Anam, Ahsonul, and Sugiono Sugiono. "PERANCANGAN ALAT PENGARANGAN SAMPAH DEDAUNAN." Jurnal Teknik Mesin Cakram 3, no. 2 (October 29, 2020): 107. http://dx.doi.org/10.32493/jtc.v3i2.7559.

Full text
Abstract:
Abstrak : RTH atau taman kota menghasilkan banyak sekali limah dedaunan, walaupun sering dibersihkan, namun sampah dedaunan dibuang/dikembalikan ke lahan tanaman. Hal ini mengakibatkan limbah dedaunan berserakan, teronggok atau bahkan jatuh ke saluran pembuangan air (drainase) bisa menyebabkan terhambatnya aliran air pembuangan, yang menjadikan sarang penyakit dan bau busuk yang menyengat. Cara yang efektif penanganan limbah dedaunan adalah dengan memanfaatkannya menjadi briket. Namun bila dedaunan langsung dibriketkan, akan memberikan kesan yang kurang baik kepada pengguna, karena masih terlihat sampah dedaunan. Sebaliknya bila limbah dedaunan diarangkan, maka kesan sampah menjadi hilang. Pengarangan limbah dedaunan, secara mudah, sederhana dan murah, digunakan drum bekas, dibakar menggunakan udara terbatas kemudian didinginkan. Hal ini menimbulkan masalah, misalnya timbulnya asap hitam dan bau. Untuk mengatasi hal tersebut, dirancang bangun alat pengarangan menggunakan tenaga pemanas listrik walau mahal, namun memberikan kesan bersih, praktis dan estetis. Sebagai tahap awal alat pengarangan ini dilakukan sekali uji coba menggunakan bahan baku sampah dedaunan, dengan pengisian bahan baku 80 % dan suhu pengarangan 250oC selama 5 jam. Hasil pengarangan yang baik hanya terjadi pada daerah yang dikelilingi pemanas listrik saja.Kata kunci: RTH, limbah dedaunan, pengarangan, alat pengarangan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Wibowo, Udik Budi. "KEPEMIMPINAN (UNTUK) PEMBELAJARAN: JEMBATAN UNTUK MEMPERKUAT PEMBENTUKAN KARAKTER." Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi 4, no. 2 (January 5, 2017): 194. http://dx.doi.org/10.21831/jppfa.v4i2.12425.

Full text
Abstract:
Pendidikan dipandang belum dapat melahirkan dalam jumlah banyak manusia pintar, bermoral, dan profesional, yang mampu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan ketaqwaan dalam perilaku keseharian. Sehubungan dengan itu kepemimpinan untuk pembelajaran dapat dijadikan strategi dan solusi guna menjawab keprihatinan bangsa tersebut. Kepemimpinan untuk pembelajaran berkaitan dengan pengelolaan penjaminan kualitas pembelajaran, yang dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif untuk mengembangkan potensi peserta didik seutuhnya sehingga dapat mencapai prestasi akademik dan non-akademik yang maksimal, serta bermanfaat bagi kehidupan sendiri dan lingkungannya. Kepemimpinan pembelajaran mengutamakan praktek-praktek pendidikan yang ideal dengan landasan kebenaran, keadilan, kemanusiaan, dan estetika (keindahan); sehingga dapat melahirkan insan-insan yang berkarakter mulia dan profesional.Kata kunci: kepemimpinan untuk pembelajaran, kualitas pembelajaran, insan berkarakter, dan pengembangan sekolah LEADERSHIP (FOR) LEARNING: BRIDGE TO STRENGTHEN THE CHARACTER BUILDINGAbstractEducation couldn’t have been produced a large number of peoples who smart, have high moral standards, and professional, yet; who capable to give priority to human values and faithful in daily live. In keeping with the nation concern, leadership for learning could be use as a strategy or an alternative solution. Leadership for learning concerned with learning quality assurance management, which can create condusive learning environment to develop the wholeness student potential, so he/she could reach maximum academic and non-academic achievement, which is worthwhile for him/her-self live, and the environment. Leaderhip for learning consider as most important the ideal of educational practices, based on truth, justice, humanity, and aesthetics; so it could provide a large number of noble and professional peoples.Keywords: leadership for learning, learning quality, noble people, and school improvement
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Rahardja, Untung, Qurotul Aini, and Andhika Dwi Putra. "PENERAPAN EDITING VIDEO MENGGUNAKAN KINEMASTER SEBAGAI SARANA MEDIA PROMOSI BLOCKCHAIN PADA INSTAGRAM." MAVIB Journal 2, no. 1 (August 31, 2020): 27–38. http://dx.doi.org/10.33050/mavib.v2i1.1131.

Full text
Abstract:
Perkembangan teknologi semakin maju dengan pesat setiap saat, membuat manusia membutuhkan informasi yang dapat diakses secara cepat, tepat dan mudah. Salah satu nya yaitu informasi tentang teknologi terbaru seperti Blockchain. Namun, pengetahuan tentang blockchain masih minim di telinga khalayak umum, sehingga cara untuk mempromosikan & memberi informasi tentang blockchain tersebut melalui video yang terlihat menarik yang disebarluaskan oleh media informasi seperti Instagram. Namun video promosi harus terlihat bagus dan menarik agar mendapatkan jumlah viewers, oleh sebab itu diperlukan adanya aplikasi praktis untuk editing video dengan memberikan nilai estetika, sehingga bisa terlihat lebih menarik dibanding video asli nya. Penelitian ini menerapkan cara penyebaran informasi dan promosi Blockchain melalui video yang telah diedit dengan Kinemaster dan disebarluaskan di media sosial Instagram, dengan langkah-langkah standar editing video dan analisa data untuk isi konten video blockchain. Terdapat 2 manfaat, yaitu pertama mengetahui cara dasar editing standar untuk video promosi dengan aplikasi di android dan mengetahui informasi tentang Blockchain yang masih belum banyak dikenal. Diharapkan editing video dengan aplikasi ini bisa membuat video tersebut lebih menarik sehingga memikat orang-orang untuk mengetahui tentang Blockchain lewat Instagram.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Alfathy, Ragil Meita, Mahardika Prasetya Aji, and Sulhadi Sulhadi. "Analisis Variasi Warna Terhadap Kualitas Daya Serap dan Kuat Tarik Tissue Napkin Paper." JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika) 2, no. 1 (October 29, 2017): 25. http://dx.doi.org/10.26737/jipf.v2i1.201.

Full text
Abstract:
<p>Tisu telah menjadi kebutuhan sehari–hari masyarakat dunia karena tisu merupakan benda pembersih praktis yang dapat dibawa kemana–mana. Inovasi yang dilakukan oleh para produsen adalah dengan memberikan corak motif bahkan warna untuk menambah nilai estetika dari tisu terutama pada <em>tissue napkin paper</em> atau kertas tisu serbet. Seiring berjalannya waktu, nilai estetika pada <em>tissue napkin paper</em> menjadi pertimbangan utama konsumen dalam pemilihan tisu dibandingkan fungsi utama kertas <em>tissue napkin paper</em> sebagai alat pembersih sehingga konsumen melupakan kualitas fisik dari <em>tissue napkin paper</em>. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi potensi perbedaan kuat tarik dan daya serap <em>tissue napkin paper</em> dengan dan tanpa <em>colourant</em>. <em>Tissue napkin paper</em> dihitung volume air yang terserap secara radial dan gaya yang dibutuhkan tisu dengan luas permukaan 0,042m<sup>2</sup> untuk merobeknya, sehingga diketahui bahwa <em>tissue napkin</em> berwana merah, hijau, kuning dan putih memiliki persentase kualitas daya serap secara berturut-turut 38,89%, 42,78%, 41,67%, 46,67% dan daya kuat tarik 78,3N/m<sup>2</sup>; 103,3N/m<sup>2</sup>; 140,4N/m<sup>2</sup>; 141,5N/m<sup>2</sup>. <em>Colourant</em> mengubah struktur pore menjadi lebih sempit dan jarak permukaan serat selulosa menjadi semakin panjang. Sehingga terjadi penurunan daya serap dan kuat tarik tissue napkins paper dengan <em>colourant</em> meskipun tidak dalam taraf yang signifikan.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography