To see the other types of publications on this topic, follow the link: Etika-estetika.

Journal articles on the topic 'Etika-estetika'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Etika-estetika.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Stoškus, Krescencijus. "Estetika ir etika." Problemos 22 (September 29, 2014): 21–26. http://dx.doi.org/10.15388/problemos.1978.22.6226.

Full text
Abstract:
Etikos ir estetikos sekcijoje nagrinėta Vilniaus universiteto etikos ir estetikos studijų istorija, nurodytos problemos, nagrinėtos šiuose kursuose, svarstyta, kaip buvo suprantama etika senajame Vilniaus universitete, analizuota estetinis suvokimas, I. Kanto grožio samprata, meno progreso kriterijai, estetikos mokslo samprata, E. Slovackio estetinės pažiūros, dorovės reiškiniai, doroviniai vaikų ir tėvų santykiai šeimoje, neotomistinė etika Lietuvoje, dorovės samprata amerikiečių neofroidizme, marksistinė etika, metaetika. Diskusijose daugiausiai akcentuota humanistinė bei praktinė etikos reikšmė, stengtasi griežčiau apibrėžti ir surasti tikslesnę „moralės kalbą“.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Zanzibar, Zanzibar. "Estetika dan Etika dalam Dakwah Digital: Studi pada Desain konten Islami di Instagram." ASIA-PACIFIC JOURNAL OF PUBLIC POLICY 10, no. 1 (2024): 89–100. http://dx.doi.org/10.52137/apjpp.v10i1.227.

Full text
Abstract:
Artikel ini bertujuan untuk membahas bagaimana elemen estetika dan etika dapat diintegrasikan dalam desain konten dakwah di media sosial, khususnya Instagram. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menganalisis contoh-contoh nyata dari akun Instagram yang berhasil memadukan estetika dan etika dalam konten dakwah mereka. Penelitian ini menemukan bahwa desain konten dakwah di Instagram yang memadukan elemen estetika (daya tarik visual) dan etika (kejujuran, penghormatan terhadap nilai- nilai Islam, sensitivitas) dapat meningkatkan penerimaan dan efektivitas pesan dakwah di kalangan audiens yang beragam. Penelitian ini terbatas pada analisis konten Instagram, sehingga perlu eksplorasi lebih lanjut pada platform media sosial lainnya. Artikel ini memberikan wawasan tentang penerapan prinsip-prinsip desain dalam konteks dakwah digital, khususnya dalam menjaga keseimbangan antara estetika dan etika, yang belum banyak dieksplorasi dalam penelitian sebelumnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Abadi, Totok Wahyu. "Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika." KANAL: Jurnal Ilmu Komunikasi 4, no. 2 (2016): 187. http://dx.doi.org/10.21070/kanal.v4i2.1452.

Full text
Abstract:
Science is essentially neutral. The neutrality of science depends on man. Ontologically and axiologically, it is man who determines and gives judgments about good and bad. Einstein says that science without religion is blind, and religion without knowledge is paralyzed. For that, in the axiological side, science must make a more useful contribution to human life. This paper explain how axiology as one of the main pillars of philosophy reveals issues of value, ethics, morals, and aesthetics.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Leirissa, R. Z. "François Valentijn Antara etika dan estetika." Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia 10, no. 2 (2008): 207. http://dx.doi.org/10.17510/wjhi.v10i2.193.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Ribič, Jakob. "Estetika in etika, gledališče in vojna." Amfiteater 11, no. 2 (2023): 132–38. http://dx.doi.org/10.51937/amfiteater-2023-2/132-138.

Full text
Abstract:
Prav v trenutku, ko pišem te vrstice, iz Gaze prihajajo poročila in novice o grozljivem napadu na tamkajšnjo bolnišnico; kakršenkoli približno ustrezen opis, ki bi lahko artikuliral neizmerljivo tragedijo, ki jo je ta napad povzročil, pa tudi docela nerazsodno, nečlovečno in – povejmo kar naravnost – povsem noro odločitev za ta napad, se mi zdi v tem trenutku pravzaprav nemogoč. Omenjam pa ta dogodek kljub vsemu zato, ker historični trenutek, v katerem živimo, prikaže v vsej njegovi brutalnosti in krutosti. Tragedija, povezana z njim, je namreč le ena od mnogih travmatičnih posledic vojne med Hamasom in Izraelom, pri čemer to nikakor ni edina vojna, ki poteka ta trenutek; predsednica republike je na nedavnem Frankfurtskem knjižnem sejmu omenila, da se po vsem svetu trenutno odvija najmanj 55 spopadov, k temu pa lahko pripišemo še kar nekaj geopolitičnih konfliktov in napetosti, ki morda še niso prešli v stanje vojne, so pa zato vse bolj militantno nastrojeni. Vse to pritrjuje ugotovitvi Zale Dobovšek iz uvoda njene knjige Gledališče in vojna, da je namreč vojna »razdrobljeno, a permanentno zgodovinsko stanje« (12), da se je fenomen vojne »skozi tisočletja izkazal kot dominantna oblika življenja« (25) in da je človek »po vsej verjetnosti več časa preživel v vojni kot v miru« (prav tam). Prav zato se zdi, naj se sliši še tako cinično in žalostno, da je besedilo, ki ga je Dobovšek sprva pisala v okviru svoje doktorskeraziskave, kasneje pa objavila še v knjižni izdaji pri založbi Mestnega gledališča ljubljanskega, izjemno relevantno in aktualno. Vtis je torej, da premislek o razmerju med gledališčem in vojno prihaja v pravem času.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Mulyana, Mulyana. "NILAI-NILAI ETIKA DAN ESTETIKA DALAM PROSESI UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT JAWA: WAHANA PEMBENTUKAN KARAKTER MULIA." Kejawen 1, no. 1 (2021): 68–76. http://dx.doi.org/10.21831/kejawen.v1i1.40557.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kandungan kultural dalam prosesi upacara perkawinan Jawa. Kandungan kultural yang paling mendasar adalah nilai etika dan estetikanya. Nilai etika berkaitan dengan proses dan muatan pembentukan karakter, moral, atau kepribadian orang menjadi lebih baik dan positif. Para pelaku prosesi harus mengikuti irama kedisiplinan dan karakteritik upacara pengantin Jawa. Irama prosesi dan substansi yang terkandung dalam prosesi itu sendiri menuntut tumbuhnya nilai-nilai positif etika, misalnya hormat, patuh, setia, disiplin, kerja keras, cekatan, pintar, dan tanggung jawab. Di samping pembentukan etika, prosesi ini juga menuntut dikembangkannya nilai-nilai estetika (bahasa, budaya, sosial). Pendekatan yang digunakan ialah sosiolinguistik, sosiokultural, dan dilengkapi dengan discourse analysis. Data yang digunakan berupa prosesi perkawinan Jawa dalam upacara perkawinan yang diselenggarakan oleh masyarakat Jawa di wilayah Yogyakarta. Hasil dari penelitian ialah; pertama, upacara perkawinan dapat membentuk sikap mental dan karakter yang mantap, diantaranya: disiplin, mandiri, ramah, berwibawa, dan bisa diteladani. Kedua, unsur-unsur estetika linguistik yang digunakan antara lain tembung saroja, tembung garba, yogyaswara, keratabasa, tembung entar, paribasan, bebasan, saloka, pepindhan, pralambang, purwakanthi, panambang ha-, seselan –in-, seselan –um-, tembung kawi, dan diksi religiusitas. Nilai-nilai estetika kultural dan sosial yang ditemukan antara lain nilai estetika dalam hubungan sosial, persaudaraan, dan anasir budaya Jawa (estetika rumah, busana, dan makanan). Nilai Etika dan estetika tersebut seiring dengan dinamika ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Jawa, yang menjadi konteks upacara perkawinan Jawa, mengalami dinamika dan perubahan-perubahan yang lentur dan akomodatif. Namun perubahan itu tidak menghilangkan substansi utama pentingnya nilai budi pekerti luhur dalam budaya perkawinan adat Jawa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Ujang Maulana Yusup. "Reinterpretasi Estetika Tradisional Dan Etika Kontemporer Dalam Tarian Daerah." Journal of International Multidisciplinary Research 2, no. 9 (2024): 53–60. http://dx.doi.org/10.62504/jimr867.

Full text
Abstract:
Seni pertunjukan, khususnya tarian daerah, berperan penting dalam merefleksikan dan memperbarui estetika budaya tradisional dalam konteks etika kontemporer. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses reinterpretasi estetika tradisional dalam tarian daerah serta dampaknya terhadap keberlanjutan budaya. Metode penelitian menggunakan studi literatur sistematis untuk mengumpulkan dan menganalisis teori-teori terkait, dengan fokus pada interaksi antara estetika tradisional dan nilai-nilai etika kontemporer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarian daerah menggabungkan elemen estetika tradisional seperti gerakan, kostum, dan musik dengan nilai-nilai etika kontemporer yang muncul akibat globalisasi dan perkembangan teknologi. Penafsiran ulang elemen tradisional memungkinkan seniman untuk menciptakan karya yang relevan dan menarik di era modern, sekaligus menjaga keberlanjutan budaya. Studi kasus seperti Tari Pendet dan Tari Saman menunjukkan bagaimana reinterpretasi dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya sambil beradaptasi dengan tuntutan kontemporer. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun reinterpretasi membawa tantangan dalam menjaga autentisitas, ia juga membuka peluang untuk pelestarian dan inovasi budaya yang lebih luas. Dengan demikian, seni tarian daerah tetap menjadi medium vital dalam melestarikan dan memperbarui warisan budaya di tengah dinamika zaman.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Bielskis, Andrius, and Egidijus Mardosas. "Du prasmingo gyvenimo šaltiniai: estetika ir etika." Problemos 89, no. 89 (2016): 62. http://dx.doi.org/10.15388/problemos.2016.89.9887.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Pašić Kodrić, Mirzana. "Etika, estetika i ideologija u dječjoj književnosti." Libri et liberi 10, no. 2 (2021): 253–63. http://dx.doi.org/10.21066/carcl.libri.10.2.5.

Full text
Abstract:
Iako zanimanje za etiku, filozofiju morala, traje oduvijek i ne jenjava, čini se da znanstvenu zajednicu, u novije vrijeme, u filozofiji ništa ne zanima više od toga područja. S izraženijim propitivanjima kulture 21. stoljeća, pitanje ljudskoga djelovanja u kontekstu poimanja kreiranja „dobra ili zla“ doživljava vrhunac i to vrlo oprječnih i suprotstavljenih znanstvenih analiza i interpretacija. Stalno se raspravlja o (ne)etičnosti svijeta koji nas okružuje, prečesto i površno shvaćajući ili tek doživljavajući taj pojam, a u umjetnosti i književnosti upravo razvoj suvremenih književnih teorija doprinosi i intenzivnijem razvoju etičke kritike, interdisciplinarne poveznice filozofije i znanosti o književnosti. Ovaj rad kroz različite kritičke pristupe raspravlja o ulozi etike i etičke kritike, estetike i ideologije u dječjoj književnosti te kritički analizira pozitivne i negativne vidove danih fenomena.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Rohman. "Etika, Estetika dan Strategi Dakwah Di Pedesaan." Dakwatuna: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam 11, no. 1 (2025): 69–79. https://doi.org/10.54471/dakwatuna.v11i1.3438.

Full text
Abstract:
This research aims to present and try to analyze what are the urgent components in dealing with rural communities so that da'wah messages can be accepted and practiced by them. Ethics, aesthetics and strategy have inseparable ties in conveying and spreading Islamic values in the world of da'wah. The methodology used in this research is qualitative, while the type is a literature study without involving field or laboratory observation analysis. The result is that the components of da'wah which include ethics, aesthetics, and da'wah strategies each have four components. Ethics, First, openness and tolerance, Second, exemplary. Third, justice. Fourth, caution in communication. Dawah aesthetics, First, language that is easy to understand. Second, creativity in message delivery. Third, respect for local traditions. Fourth, interesting delivery. And da'wah strategies, First, social and cultural mapping, Second, communal approach. Third, the role of local actors, and Fourth, contextualization of messages.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Anwar. "ETIKA DAN ESTETIKA GURU PROFESIONAL DI ERA MILLENIAL." EDU RESEARCH 3, no. 4 (2022): 1–5. http://dx.doi.org/10.47827/jer.v3i4.77.

Full text
Abstract:
Guru menjadi pilar dasar dalam dunia pendidikan yang berpengaruh pada maju tidaknya pendidikan suatu negara. Apalagi di era millennial seperti sekarang ini di butuhkan guru professional dalam membentuk suatu karakter pendidikan yang berkemajuan. Sebagai tenaga pengajar tentunya guru perlu memiliki etika dan estetika sebagai guru professional di era millennial. Penguasaan akan teknologi canggih tersedia akan membantu guru tetap eksis dalam dunia pembelajaran. Pemanfaatan etika dan estetika guru professional di era millennial seperti sekarang ini tentunya sangat di butuhkan guna mencapai sistem pembelajaran yang berkemajuan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Zuhri, Irpan, and Sumaryati Sumaryati. "Tinjauan Aksiologi Terhadap Aliran Psikologi Behaviorisme." Jurnal Filsafat Indonesia 5, no. 2 (2022): 123–28. http://dx.doi.org/10.23887/jfi.v5i2.41392.

Full text
Abstract:
Analisis teori behaviorisme jika ditinjau dengan aksiologi maka akan merefleksikan bidang filsafat dengan ilmu psikologi. Selain itu hal tersebut juga merefleksikan nilai-nilai danimplementasi behaviorisme agar tetap berdampak positif dan berguna bagi kehidupan manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai aksiologi yang ada pada aliran psikologi behaviorisme meliputi etika dan estetika. Adanya telaah aliran behaviorisme secara aksiologi tentunya akan berdampak positif terhadap pengetahuan nilai aksiologi aliran atau pendekatan behaviorisme sehingga dapat diketahui kebermanfaatan dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi pustaka dengan teknik analisis isiyaitu dengan kajian dari isi buku, artikel atau jurnal kemudian dilanjutkan kategorisasi hasil kajian yang kemudian diakhiri dengan penyimpulan dan saran kajian. Hasil penelitian menunjukkan konsep etika yang ada pada aliran behaviorisme berkaitan dengan teori moral yang dikemukakan Immanuel Kant yaitu pada konsep kewajiban yang dikehendaki dan dilandasi tanggung jawab atau otonomi. Kemudian konsep estetika pada aliranbehaviorisme memenuhi konsep estetika Immanuel Kant, yaitu estetika secara subjektif dan objektif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Nor Amaliah. "PERMASALAHAN PERKEMBANGAN MINAT SEKOLAH YANG BERBASIS AGAMA DALAM PERSPEKTIF TEOLOGIS, CRITERIOLOGIS DAN AKSIOLOGIS SERTA SOLUSI ALTERNATIFNYA." Ed-Humanistics : Jurnal Ilmu Pendidikan 6, no. 1 (2021): 771–78. http://dx.doi.org/10.33752/ed-humanistics.v6i1.1460.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penyusunan ini merupakan buat mangupas sebagian permasalahan pertumbuhan atensi sekolah yang berbasis agama dalam perspektif teologi, criteriologi serta aksiologi. Teologi ialah ilmu yang menekuni seluruh suatu yang berkaitan dengan kepercayaan beragama. Permasalahan madrasah yang jadi atensi teologi dalam penyelenggaraan madrasah dibutuhkan pendirian, pegangan hidup serta pola pandang berfikir manusia. Criteriologi ialah cabang filsafat yang berupaya buat menetapkan benar ataupun tidaknya sesuatu benak ataupun pengetahuan bersumber pada dimensi tentang kebenaran. Aksiologi yakni ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, semacam etika serta estetika. Etika bersangkutan dengan permasalahan kebaikan, sebaliknya estetika dengan permasalahan keelokan.
 Kata Kunci: Madrasah, teologis, crieteriologis dan aksiologis
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Varlina, Vivi, and Putri Kaila Syauqiyah. "Analisis Film Midsommar Berdasarkan Perspektif Estetika Media dan Etika Visual." Jurnal SASAK : Desain Visual dan Komunikasi 6, no. 1 (2024): 231–48. http://dx.doi.org/10.30812/sasak.v6i1.3964.

Full text
Abstract:
Film Midsommar adalah film bergenre horor yang disutradarai oleh Ari Aster. Film ini ditundapenayangannya di Indonesia karena harus melewati berbagai ketentuan sensor dari Lembaga Sensor Film. Berbeda dari film bergenre horor pada umumnya yang memiliki pencahayaan gelap dansuram, Midsommar menyematkan elemen-elemen visual yang cerah dan terkesan ceria. Penelitianini bertujuan untuk mengungkap alasan dibalik pelarangan penayangannya di Indonesia berdasarkandisiplin ilmu desain komunikasi visual, khususnya dalam perspektif estetika media dan etika visual.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif melalui studi pustaka dan observasi film Midsommar, dengan pendekatan komunikasi visual dan estetika media digunakan untukmenggali aspek-aspek visual yang membuat visual film Midsommar menjadi unik. Hasil penelitianini menjelaskan narasi psikologis yang terbangun dalam film ini tidak terlepas dari elaborasi unikelemen-elemen visual, framing, dan teknik pengambilan gambar. Berdasarkan hasil penelitian jugaditemukan bahwa film Midsommar menekankan genre horor pada tekanan emosi audiens yang disampaikan melalui estetika visual. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan estetikayang tidak konvensional dalam genre horor dapat mempengaruhi persepsi dan penerimaan penontonsecara signifikan. Selain itu, studi ini memberikan wawasan penting mengenai pentingnya mempertimbangkan aspek estetika dan etika visual dalam proses penyensoran film.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Aziz, Abd. "AL-QUR’AN DAN SASTRA: ANTARA ETIKA, ESTETIKA, DAN PROFETIKA." Al Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an 20, no. 1 (2020): 147–63. http://dx.doi.org/10.53828/alburhan.v20i1.159.

Full text
Abstract:
This paper aims to explore the meaning of a verse in the Al-Qur'an which is actually a message, bringing memories to reality, namely that although it is integrated into the Arabic linguistic system, the text of the Al-Qur'an has its own characteristics. The Qur'an, a unique text, makes use of a certain lively and dynamic 'linguistic code' to transfer its distinctive 'treatise'. This peculiarity was later recognized by the Arabs, and even made the people who attacked the treatise admire. Starting from the various uniqueness possessed by the Al-Qur'an, and moreover, there arose a challenge from the Qur'an itself to the Arabs to replicate, duplicate, and create something new on a number of texts such as the Qur'an, for example the letter -a letter in short, gave birth to the idea of ​​the absolute 'incommensurability (i'jaz)' of the Qur'an. A study of solving social complexity that can create harmony amidst the variability of society.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Suprianto, Hendra. "Metafisika, Epistemologi, Metodologi, Logika, Etika, Estetika, dan Sejarah Filsafat." Journal of Innovation in Teaching and Instructional Media 4, no. 2 (2024): 168–76. http://dx.doi.org/10.52690/jitim.v4i2.755.

Full text
Abstract:
This article is intended to describe the branches of philosophy and the history of philosophy and their scope, both descriptively and analytically. From the results of the review it can be seen that there are 6 branches of philosophy, namely metaphysics, epistemology, methodology, logic, ethics and aesthetics. Metaphysics is a branch of philosophy that discusses the problem of existence. Aristotle does not use the term metaphysics but uses the term protophilosophia. Epistemology comes from Greek, namely episteme means knowledge and logos means word, thought and knowledge. The methodologies commonly used are Bayani methodology and Burhani methodology. Logic cannot be separated from the process of finding out the values of truth and authenticity. Ethics is the main branch of philosophy that studies values or qualities which are the study of moral standards and judgments. Aesthetics is a science that discusses beauty, how it is formed, and how someone feels it.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Shohibul Kafi, Muhammad, Muhammad Rizal Ma'arif, and Eko Setiawan. "Antara Logika, Etika, dan Estetika dalam Pendidikan Agama Islam." JURNAL PUSAKA 12, no. 1 (2022): 34–42. http://dx.doi.org/10.35897/ps.v12i1.780.

Full text
Abstract:
Balance in education is very important, which includes logic, ethics and aesthetics. This study discusses theimportance of logic, ethics and aesthetics in Islamic religious education. Logic serves as the main source inseeking knowledge, both about the world and the hereafter. With the power of logic and the human mind will beable to find the true truth. In order to strengthen logic, a branch of Kalam was formed. The role of ethics inIslamic religious education is as the main pillar of the search for knowledge and in practicing that knowledge.This is confirmed by the main purpose of sending the Prophet Muhammad is to give a good determination aboutmorals and ethics. While the main supporting factor in Islamic religious education is the emergence of aesthetics(art) in the educational process. This aesthetic is used as an intermediary to achieve the core goals of Islamicreligious education, and the existence of aesthetics is expected to provide a different color and style in education,as has been done by most members of the Wali Songo. The conclusion of this study is that it is important to havecontinuity between logic, ethics and aesthetics in Islamic religious education.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Legi, Hendrik, and Devarsh Gevariel Dean Legi. "Pendidikan Sebagai Proses Filosofis: Antara Nalar, Etika, dan Estetika." Jurnal Pendidikan Indonesia 3, no. 1 (2025): 15–28. https://doi.org/10.62007/joupi.v3i1.413.

Full text
Abstract:
Education as a philosophical process plays an important role in shaping individuals who have critical thinking, moral integrity, and appreciation of beauty through the integration of reason, ethics, and aesthetics. This study aims to analyze the implications of philosophical education for civilization building using descriptive qualitative methods based on the philosophy of education. Data were obtained through a literature study of philosophy of education books, academic journals, and previous research results. The analysis techniques used were content analysis and thematic analysis to understand the relationship between philosophical education and civilization. The results show that reason plays a role in developing logical, innovative and critical thinking which is the basis for the development of science and technology. Ethics acts as a moral foundation that shapes individual character to have social responsibility, honesty, and empathy in social life. Aesthetics complements education with the value of beauty and creativity that contribute to the formation of culture and art in social life. The integration of these three aspects in the curriculum allows learners to develop intellectually, morally and aesthetically so that they can make a real contribution to the development of civilization. Unbalanced education in these three aspects tends to produce individuals who lack harmony, both in thought and action. Therefore, the education system must be designed holistically so that it not only produces graduates who excel academically, but also have high morality and cultural awareness. Education based on this philosophy is expected to shape a more advanced, civilized, and dignified civilization.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Suharson, Arif. "ESTETIKA DAN ETIKA WUWUNGAN RUMAH TRADISIONAL JAWA DALAM ERA GLOBAL." CORAK 8, no. 2 (2019): 123–31. http://dx.doi.org/10.24821/corak.v8i2.2794.

Full text
Abstract:
Philosophically, the ornamental art of wuwungan on top of Javanese traditional houses is characterized by such high Javanese esthetic and ethical values. It is necessary to re-actualize the existence and essence of the Javanese ornamental art of wuwungan in the era of industrial revolution 4.0. This cultural and traditional literacy will be necessary to strengthen the national characters and values in anticipation of the rapidly global era transformation. The new cultural values in the digital era are expected to ensure improvement of survival and establishment of new understandings inspired by local cultural diversity, appreciation, and knowledge to ensure the successful actualization of Javanese traditional cultural values.This is a qualitative study and accordingly this study will employ the qualitative method using the analytical interaction method through the grounded research. This study urges the re-actualization of understanding about Javanese philosophy in the form of the ornamental art of wuwungan in Javanese traditional houses that represents Javanese esthetic and ethical values. Javanese traditional local culture can serve as the local traditional identity and is a part of Indonesian national culture. Therefore, they have to be re-actualized and represented in the adjusted and adapted forms to meet the current condition of global. The technological advancement can serve as a smart tool to enhance the innovative and creative industry based on local cultures and global discourses. Key Words: Wuwungan, Javanese Traditional House, Industrial Revolution, Global. Seni hias wuwungan pada atap rumah tardisional Jawa memiliki karakteristik di dalamnya terkandung falsafah hidup orang Jawa dimana terdapat muatan ajaran luhur yang mantap dan mendalam menyangkut nilai estetika dan etika. Reaktualisasi terhadap eksistensi dan esensi seni hias wuwungan Jawa dibutuhkan. Hal ini dapat dijadikan sebagai literasi budaya tradisi menghadapi derasnya arus perubahan zaman yang serba cepat untuk memperkuat nilai-nilai karakter bangsa. Pengaruh-pengaruh budaya baru di era digital menjadi satu daya hidup untuk memberikan bentuk pemahaman baru atas inspirasi kekayaan budaya lokal, apresiasi, dan pengetahuan baru dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran luhur budaya Jawa secara luas.Penelitian ini akan memberikan penjelasan secara kualitatif, sehingga metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan metode interaksi analisis melalui grounded research. Urgensi penelitian ini terkait dengan reaktualisasi pemahaman tentang filosofi hidup orang Jawa melalui seni ornamentasi wuwungan rumah tradisional Jawa dibalik wujud visual yang tampak berdasarkan korelasi Estetika dan Etika Jawa. Keunggulan budaya lokal Jawa sebagai identitas tradisi merupakan bagian budaya nasional Indonesia yang bernilai dapat diaktualisasikan kembali dalam representasi baru menyesuaikan dengan gerak perkembangan global. Kemajuan teknologi menjadi sarana cerdas untuk memajukan kreatifitas dalam peranannya memajukan industri kreatif yang inovatif berbasis tradisi budaya lokal dalam wacana global. Kata Kunci: Wuwungan, Rumah Tradisional Jawa, Revolusi Industri, Global
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Hasibuan, Ummi Kalsum, Jamaris Jamaris, and Solfema Solfema. "Peran Konselor untuk Membentuk Etika dan Estetika Siswa di Sekolah." Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan 7, no. 1 (2023): 58. http://dx.doi.org/10.30598/jbkt.v7i1.1718.

Full text
Abstract:
The purpose of this study is for counselors to know how to form the ethics and aesthetics of students at school. The essence of the counselor is always to provide advice or direction about student problems or complaints so that the ethics and aesthetics of students who have good morals are formed. The method used in this research is carried out using books, magazines, and journals that examine the role of counselors in schools. The results of this study are counselors who play a role in the formation of ethics and aesthetics for students at the Baitul Hikmah al-Zain Foundation participate in adding to existing activities at school such as the program to welcome students in the morning which will foster aesthetic value in students, making extracurricular activities this al- The Qur'an which values religion to form encourages students to have good ethics, and so on.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Budiwiyanto, Joko. "ESTETIKA INTERIOR RUMAH JAWA DALAM ALIH FUNGSI RUMAH JAWA MENJADI RESTORAN." Panggung 33, no. 2 (2023): 267–84. http://dx.doi.org/10.26742/panggung.v33i2.2432.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya rumah Jawa yang dibongkar dan digunakan kembali menjadi bangunan restoran. Rumah Jawa sebagai rumah tempat tinggal masyarakat Jawa yang penuh makna filosofis dan simbolis diubah menjadi tempat makan dan minum yang bersifat publik. Penggunaan rumah Jawa menjadi restoran banyak mengabaikan fungsi, makna, dan penataan interiornya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan estetika interior rumah Jawa dalam alih fungsi menjadi restoran yang disebabkan karena adanya perubahan budaya masyarakat pendukungnya. Untuk mencapai tujuan digunakan penelitian kualitatif interpretatif dengan pendekatan estetika. Hasil penelitian adalah alih fungsi rumah Jawa baik berbentuk joglo maupun limasan lebih didasarkan pada pemenuhan selera penggunanya, baik selera pengunjung maupun selera pemilik yang dimaksudkan sebagai daya pikat bagi pengunjung. Etika budaya dan tradisi sudah mulai dihilangkan. Orang hanya melihat bentuk rupa yang indah sebagai daya tarik saja. Selera estetis hanya didasarkan pada permukaan benda, tanpa melihat nilai filosofis dan maknanya dibalik benda indah itu sendiri. Perubahan ini akan menyebabkan adanya perubahan estetika, yaitu dari estetika Jawa menjadi estetika selera.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Khoiri, Annisauf, Daroe Iswatingsih, and Sudjalil Sudjalil. "ANALISIS TANDA PADA ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT BUGIS-BONE KAJIAN SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCE." Lingua Franca:Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 6, no. 2 (2022): 133. http://dx.doi.org/10.30651/lf.v6i2.11698.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adaalah untuk mendeskripsikan tanda yang digunakan dalam adat pernikahan masyarakat Bugis-Bone dan mendeskripsikan makna tanda pada tahapan pernikahan masyarakat Bugis-Bone. Tahapan pernikahan yang digunakan mappesek-pesek, madduta, mapettu ada, walasuji, mappassili, mappacci, mappasikarawa, mapparola. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dengan pendekatan semiotika Charles Sanders Pierce tanda berdasarkan objeknya yaitu ikon, indeks dan simbol. Data penelitian berupa sebuah peristiwa pernikahan, pernyataan narasumber berbentuk kata, frasa, klausa, dan kalimat. Sumber data penelitian berasal dari hasil wawancara bersama tokoh masyarakat, indo botting dan ditunjang dengan buku, skripsi, youtube, jurnal dan sumber lain yang relevan dengan rumusan masalah. Berdasarkan hasil analisis, dalam tahapan pernikahan memiliki tiga tanda, yaitu ikon; ikon topologis, ikon diagramatik, ikon metafora dan empat macam makna, yaitu makna religi, makna etika; etika normatif, menggambarkan nilai-nilai moral, etika deskriptif, makna estetika; keindahan individual, keindahan hasil pemikiran kreatif, keindahan seni secara gabungan, estetika mempunyai sifat irit (ekonomi) dan makna filosofi; perilaku bersama, sikap terbuka, sikap bijaksana, dan sikap kritis. Analisis semiotika ini bisa dipergunakan sebagai ide, menambah khazanah keilmuan tentang tanda berdasarkan objeknya, dan memberikan informasi berupa nilai-nilai budya pernikahan Bugis-Bone.Kata Kunci: makna, pernikahan dan semiotika
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Žiemytė, Rasa. "Wittgensteino estetikos samprata." Problemos 54 (October 1, 2014): 82–91. http://dx.doi.org/10.15388/problemos.1998.54.6890.

Full text
Abstract:
Straipsnyje analizuojama L. Wittgensteino estetikos samprata ankstyvuoju ir vėlyvuoju jo kūrybos laikotarpiu. Parodoma, kad estetikos sampratai L. Wittgensteino kalbos koncepcija reikšminga tuo, kad tiek ankstyvuoju, tiek vėlyvuoju periodu jai yra pajungiamos visos, taip pat ir estetinės, problemos. Ankstyvajam L. Wittgensteinui etika, estetika, kaip ir mistika, yra tai, ko prasminga kalba išreikšti neįmanoma, todėl apie tai reikia tylėti. Etika ir estetika atsiduria už kalbos, o etinis ir estetinis subjekto santykis išveda už pasaulio ribų. Estetinės problemos vėlyvojoje L. Wittgensteino filosofijoje turi ne mistikos, o kalbinių žaidimų statusą. Estetiką filosofas atriboja nuo mokslo: estetinio išgyvenimo patyrimo neįmanoma nei išmokyti, nei išmokti. Aptariama kalbos žaidimų ir gyvenimo formos samprata bei žodžio prasmės apibrėžtis L. Wittgensteino „Filosofiniuose tyrinėjimuose“. Estetinis išgyvenimas visada lieka estetinio kalbos žaidimo neverbaliniame kontekste. Estetinių išgyvenimų atveju būtent mimika, kinestetiniai pojūčiai yra adekvatesnė tokio išgyvenimo išraiška. Reikšmingi estetikos elementai yra estetinės reakcijos – pasitenkinimas ar nepasitenkinimas, komfortas ar diskomfortas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Noreikienė, Jurgita. "Ankstyvasis Wittgensteinas apie etiką, estetiką ir Dievą: iš Loginio filosofinio traktato juodraščių." Problemos 57 (September 29, 2014): 102–10. http://dx.doi.org/10.15388/problemos.2000.57.6826.

Full text
Abstract:
Straipsnyje pristatomos L. Wittgensteino „Užrašų knygelės“ – dienoraščių tipo „Loginio filosofinio traktato“ juodraščiai. Teigiama, kad „Užrašų knygelių“ atradimas nebepajėgė pakeisti įsitvirtinusios „Traktato“ pozityvistinės interpretacijos, bet atvėrė naujas šio L. Wittgensteino veikalo interpretavimo galimybes. Aptariamas metafizinis subjektas, kuris yra formalus konstruktas, aspektas, kurio atžvilgiu galima filosofiškai aptarti pasaulio egzistavimą ir kalbos reprezentacines galimybes. Etika yra kalbėjimas apie absoliučias vertes, kylančias iš to, kad pasaulis yra, ir žmogaus laikyseną egzistuojančio pasaulio atžvilgiu. Estetika yra kalbėjimas apie žiūrą, kuri pagauna daiktą kaip egzistuojantį, mato, kad pasaulis yra. Religija – būdas mąstyti apie Dievą kaip pasaulio prasmę, t. y. apie tą stebuklą, kad pasaulis yra. Daroma išvada, kad metafizika, etika, estetika, religija – tai bandymai kalbėti apie tą patį, kas rodosi per kalbą, per logiką ir per pasaulį ir kartu apie tai, kad pasaulis yra. Visi šie kalbėjimo būdai yra „mistiški“: jie kalba ne apie tai, kas yra pasaulyje, o apie pasaulio ribas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Adriana, Raya, Ayona Wulan Ramadhanti, and Muhammad Muttaqien. "Pelanggaran Etika Pariwara Indonesia dalam Iklan Pengobatan Alternatif di Media Luar Griya." Jurnal Audiens 5, no. 4 (2024): 735–43. https://doi.org/10.18196/jas.v5i4.549.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pelanggaran etika dalam iklan pengobatan alternatif di media luar griya daerah Yogyakarta, khususnya iklan pengobatan ambeien dan klaim penyembuhan kanker tanpa operasi, dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan pengobatan alternatif mengobati tanpa operasi di media luar griya daerah Yogyakarta melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI) dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, terutama dalam hal klaim penyembuhan tanpa bukti ilmiah, penggunaan bahasa yang vulgar, serta janji penyembuhan instan yang berpotensi menyesatkan. Iklan-iklan ini juga ditempatkan di lokasi yang tidak sesuai, melanggar aturan estetika dan ketertiban publik. Penelitian ini menyoroti pentingnya kepatuhan terhadap standar etika dalam periklanan untuk melindungi konsumen, khususnya dalam iklan kesehatan, serta perlunya literasi etika di kalangan praktisi periklanan dan masyarakat. Penelitian lanjutan disarankan untuk menggali regulasi yang lebih rinci guna melindungi konsumen dari iklan yang tidak jujur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Aprillia Yanti, Aprillia Yanti, Syakira Rifdatun Syakira Rifdatun, Novia Rosyidatud Novia Rosyidatud, and Rian Damariswara Rian Damariswara. "Analisis Nilai-Nilai Kehidupan Yang Ada Dalam Novel “Tuhan Maaf Aku Kurang Bersyukur” Karya Malik Al Mughis." Jurnal Pendidikan 32, no. 2 (2023): 291–302. http://dx.doi.org/10.32585/jp.v32i2.4128.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui nila-nilai kehidupan yang ada pada novel "Tuhan Maaf Aku Kurang Bersyukur" serta membuka pikiran masyarakat di Indonesia agar dapat merasakan nikmat hidup dengan selalu bersyukur terhadap keadaan hidup yang kita jalani dalam rintangan kehidupan dengan cara tetap bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis isi dengan menggunakan metode kepustakaan. Data untuk penelitian ini diperoleh dengan membaca novel “Tuhan Maaf Aku kurang bersyukur” Karya Malik Al Mughis Secara berulang-ulang. Hasil penelitian ini terdapat nilai-nilai kehidupan yang pada Novel “Tuhan Maaf Aku kurang bersyukur” Karya Malik Al Mughis diantaranya 1) nilai moral 2) nilai sosial 3) nilai religious 4) nilai budaya 5) nilai pendidikan 6) nilai etika 7) nilai estetika 8) nilai patriotik/perjuangan 9) nilai ekonomi. Kata-kata Kunci: nilai-nilai kehidupan, nilai moral, nilai sosial, nilai religious, nilai budaya, nilai pendidikan, nilai etika, nilai estetika, nilai patriotik/perjuangan, nilai ekonomi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Untari, Dhian Tyas, and Budi Satria. "Konsep Etika dan Estetika Dalam Meningkatkan Service Quality Perbankan; Sebuah Kajian Literatur." Jurnal Kajian Ilmiah 20, no. 3 (2020): 231–36. http://dx.doi.org/10.31599/jki.v20i3.299.

Full text
Abstract:
Demand of bank services is increasingly day by day, and in outher way, competition of banking industry also rigorous. And it made banking industry more colerfull than before. Product feature and fast, easy also save services is a key of successful competition in baking industry. To invent product and excellence service quality is related to how we can improve our human resources. Every human resources must understand about professional ethic and aesthetics of behavior. That is very important for them because they alweys having interaction with bank customer. This is a conceptual paper that will discribe the relation between ethic, aesthetics and service quality in banking industry. And expected this paper will give a new discourse to develop banking industry in Indonesia by increasing competitiveness of humand resourses 
 Key words : Ethic, aesthetics, service quality
 
 Abstrak
 Permintaan jasa bank semakin hari semakin hari, dan di luar itu persaingan industri perbankan juga semakin ketat. Dan itu membuat industri perbankan lebih penuh warna dari sebelumnya. Fitur produk dan layanan yang cepat, mudah juga menyimpan adalah kunci dari persaingan yang sukses di industri kue. Menemukan kualitas produk dan layanan yang prima berkaitan dengan bagaimana kita dapat meningkatkan sumber daya manusia kita. Setiap SDM harus memahami tentang etika profesi dan estetika perilaku. Itu sangat penting bagi mereka karena mereka selalu berinteraksi dengan nasabah bank. Ini adalah makalah konseptual yang akan menggambarkan hubungan antara etika, estetika dan kualitas layanan di industri perbankan. Dan diharapkan tulisan ini dapat memberikan wacana baru untuk mengembangkan industri perbankan di Indonesia dengan meningkatkan daya saing sumber daya manusia
 Kata kunci: Etika, estetika, kualitas pelayanan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Tarihoran, Valent. "TORTOR PINING ANJEI PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN KAJIAN TERHADAP ETIKA DAN ESTETIKA." Gesture : Jurnal Seni Tari 6, no. 1 (2017): 42. http://dx.doi.org/10.24114/senitari.v6i1.5698.

Full text
Abstract:
Pining Anjeitortor dance tortor is entertainment on Simalungun society. Tortor dance creations that this is taken from folklore Simalungun. This study aims to determine how the shape and Ethics and Aesthetics Tortor Pining Anjei the Community Simalungun. To discuss the purpose of the study above, use the theories related to the topic of this research is the theory of the Presentation Form AM. Hermin K theory of Manner and Costum Ethics and Aesthetics of Dharsono theory.Time used in the research to discuss Tortor Pining Anjei In Simalungun Study on Public Ethics and Aesthetics for 2 months ie June 2016 to July 2016. The research site is in Pamatang Raya, Simalungun, North Sumatra. Analysis of the data in this study using a qualitative descriptive, data collection techniques by observation, library research, interviews, and documentation.The results based on the data collected can be seen that Tortor Pining Anjei as dance entertainment for the community Simelungun pick ethical values ​​and aesthetics that can be seen from the movement, as well as the clothing worn in Tortor Pining Anjei. Ethical values ​​contained therein are tortor movement which moved from the activities and habits of the people Simalungun. And also ethics in Simalungun tor tor-like hands that should not be open too wide, and must not exceed the ears. It is clear that a woman should be polite. Ethics in a dress no where used clothing is Marabit Top. However Marabit Top fashion is clothing worn by women Simalungun society. Aesthetic value can be observed from the movement of the arms, legs and head. Motion carried out can be seen with a good, neat, organized, and flexible. In addition to aesthetics in motion, there is also the aesthetic in the distinctive fashion Simelungun like Ragi Pane and suriSuri makes Tortor Pining Anjei more beautiful views.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Rodiah, Ita. "Blasphemy dalam Karya Sastra: Sebuah Catatan antara Etika dan Estetika Artistik." JURNAL INDO-ISLAMIKA 6, no. 1 (2020): 139–62. http://dx.doi.org/10.15408/idi.v6i1.14799.

Full text
Abstract:
Artikel ini mengkaji persinggungan nilai antara etika dan estetika-artistik dalam karya sastra, kendatipun keduanya dapat berjalan berdampingan, tetapi tidak dapat disangkal dalam beberapa praktiknya terkadang menimbulkan pergesekan. Blasphemy dan kebebasan subjek creator-licentia poetica-merupakan dua contoh yang mewakili persinggungan nilai tersebut. Beberapa pendekatan dari pelbagai mazhab teori kesusastraan dipaparkan dalam artikel ini. Argumentasi yang menjadi dasar dari masing-masing pendekatan dalam teori kesusastraan tersebut seakan menutup diri dari pelbagai kemungkinan yang muncul pada pihak lain, oleh karena itu, penulis berupaya mengemukakan kembali konsep strukturalisme genetik yang diperkenalkan oleh Bourdieu sebagai sebuah bentuk pendekatan yang mengakomodasi persinggungan, setidaknya dua nilai tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Ibadiyah, Istiqamatul, and Imayah Imayah. "Etika, Estetika, dan Religiusitas Legenda Dalam Cerita Jokotole dan Dewi Ratnadi." Jurnal Ilmiah FONEMA : Jurnal Edukasi Bahasa dan Sastra Indonesia 1, no. 2 (2018): 122. http://dx.doi.org/10.25139/fn.v1i2.1239.

Full text
Abstract:
Abstrak. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena pendekatan ini mendefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori nilai. Dalam penelitian ini ada beberapa temuan hasil analis, yaitu: Pertama, sebagai Nilai etika, aspek yang ditemukan berupa sikap ibu terhadap anaknya, supaya anaknya memiliki Akhlak, memberi hadiah kepada ibunya sebagai bentuk penghormatan, tetap mengahargai pemberian dari seorang raja, sifat seseorang yang tidak mau berbagi mengakibatkan berdampak pada desa tersebut kekurangan air; Kedua, Nilai estetika, aspek yang ditemukan berupa seorang perempuan melahirkan tanpa mengeluarkan darah dan tidak mengeluarkan ari-ari, anak yang kreatif, berkat kepintarannya diberi hadiah seorang putri raja, berkat kesabarannya selama ini, keajaiban datang dalam hidup, Dewi Ratnadi berubah menjadi cantik dan sudah tidak cacat lagi, sumber air yang dibuat kencing Dewi Ratnadi dipercaya dapat membuat sembuh semua penyakit kulit, setiap tongkat yang ditancapkan mengeluarkan air dan mnejadi sumber mata air, sumber mata air di Omben dipercaya dapat membuat kulit bersih dan cantik; Ketiga, Nilai agama, Aspek yang di temukan berupa pernah putus asa karena berbeda dengan saudara lainnya dan doa yang dikabulkan oleh Allah. Kata Kunci; Etika, Estetika, Religiusitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Setiawan, Iwan, Zakaria Husin Lubis, and Kholillurrohman Kholillurrohman. "Kajian Al-Qur’an tentang Estetika, Etika dan Fungsi dalam Desain Masjid." Blantika: Multidisciplinary Journal 2, no. 11 (2024): 472–90. http://dx.doi.org/10.57096/blantika.v2i11.241.

Full text
Abstract:
Seni arsitektur adalah bagian dari khazanah keilmuan dari sekian banyak disiplin ilmu. Keberadaannya sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia dari masa ke masa. Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri seorang hamba kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan dan penciptanya. Didalamnya berisikan rangkaian konsep yang mengungkapkan hubungan geometris yang kompleks, hirarki bentuk dan ornamen, serta makna simbolis yang sangat dalam. Arsitektur Islam merupakan salah satu jawaban yang dapat membawa pada perbaikan peradaban. Di samping hal tersebut pada arsitektur Islam terdapat esensi dan nilai-nilai Islam yang dapat diterapkan tanpa menghalangi pemanfaatan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekspresikan esensi tersebut. Konsep Arsitektur Islami adalah sebuah konsep yang bernafaskan Islam, dimana didalamnya berisikan penjiwaan yang menyatu berlandaskan syariat-syariat Islam. Pendekatan terhadap penggunaan material, ruang, waktu, metode, dan sudut pandang yang tolak ukurnya bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis. Dan apabila ditelaah secara mendalam konsep arsitektur Islam lebih mengusung pada nilai-nilai universal yang dimuat oleh ajaran Islam. Nilai-nilai ini nantinya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa arsitektur yang tampil dalam berbagai bentuk yang diinginkan dengan tidak melupakan esensi dari arsitektur itu sendiri, serta tetap berpegang pada tujuan utama proses berarsitektur yaitu sebagai bagian dari beribadah kepada Allah SWT. Lebih jauh menelaah mengenai masjid sebagai representasi bangunan arsitektur Islami, dimana masjid adalah sebuah hasil karya seni rancang bangun yang sangat fundamental dan monumental, karya arsitektur masjid merupakan perwujudan dari puncak ketinggian pengetahuan teknik dan metoda membangun, material, ragam hias, dan filosofi di suatu wilayah sesuai konteksnya. Selain itu masjid juga menjadi titik temu berbagai bentuk seni, mulai dari seni spasial, ruang dan bentuk, dekorasi, hingga seni suara. Berdasarkan hal tersebut diatas, pentingnya sebuah konsep rancang bangun yang berkaitan dengan estetika, etika dan fungsi pada masjid didalam rangka menghasilkan sebuah karya bangunan yang baik. Dimana masjid sebagai simbol bangunan arsitektur Islami yang secara normatif harus sesuai dengan nilai-nilai dan norma syari’at Islam. Penelitian ini bersifat Library research yang mencoba menelaah dan meneliti sejauh mana kerangka konsep dan teori membangun yang ada selama ini dengan kondisi kontekstual yang berlangsung pada saat ini disertai dengan implikasi dan solusinya. Dengan penelitian secara descriptif kualitatif dan metode analitis interpretatif diharapkan nanti akan memberikan pemahaman tentang pemikiran sebuah Konsep Estetika, Etika dan Fungsional Bangunan Arsitektur pada masjid dalam Persfektif Al-Qur’an.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Taralita, Tiara, Fatimah Azzahra Muhammad, Salvani Salvani, Nur Aisya Pettalolo, Jordan G. Kasehung, and Ichsanto Permadi. "OPERASI PLASTIK DALAM LENSA SYARIAH ISLAM : ANTARA KECANTIKAN DAN KESEHATAN." Jurnal Kesehatan Tambusai 6, no. 1 (2025): 446–60. https://doi.org/10.31004/jkt.v6i1.38971.

Full text
Abstract:
Operasi plastik pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu rekonstruktif untuk memperbaiki fungsi tubuh akibat cedera atau cacat, dan estetika untuk mempercantik penampilan. Saat ini operasi plastik adalah cabang kedokteran yang semakin berkembang dan dikenal luas. Dalam pandangan agama Islam, operasi untuk alasan medis diperbolehkan, tetapi dilarang jika bertujuan untuk mengubah penampilan tanpa alasan medis yang jelas. Dengan meningkatnya operasi plastik di dunia, muncul berbagai tantangan seperti risiko bagi pasien dan penyalahgunaan praktik. Kajian ini membahas operasi plastik dari sudut pandang agama, hukum, dan etika agar dapat dilakukan secara aman dan sesuai aturan. Jenis penelitian merupakan metode literature review, yaitu menganalisis sejumlah artikel bersumber dari jurnal yang terindeks sinta dan scopus, dengan rentang waktu 5 tahun terakhir. Hasil Literature Riview ini bahwa Operasi plastik adalah prosedur medis yang rumit dengan berbagai aspek, mulai dari hukum dan agama hingga etika dan dampak sosial-psikologis. Bedah plastik diizinkan untuk tujuan medis, tetapi dilarang jika semata-mata untuk estetika. Dijelaskan bahwa dokter bedah plastik memiliki tanggung jawab hukum yang besar, termasuk memberikan informasi yang lengkap, menjalankan prosedur yang tepat, dan menangani komplikasi, karena bedah plastik dapat berdampak signifikan pada identitas dan citra diri seseorang, baik positif maupun negatif. Kesimpulannya, Operasi plastik terdapat dua jenis: rekonstruktif untuk memperbaiki fungsi tubuh, dan estetika untuk mempercantik penampilan. Dalam pandangan agama Islam, operasi diperbolehkan jika karena alasan medis, tapi dilarang jika ditujukan untuk mengubah bentuk tanpa alasan medis yang jelas. Di Indonesia, aturan dibuat untuk melindungi pasien dari risiko hukum dan komplikasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Titin Kusayang, Harmalis Eko Kuntarto. "PENDIDIKAN MORAL ANAK USIA DINI DALAM PERSFEKTIF ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, DAN AKSIOLOGI." Jurnal Tunas Pendidikan 5, no. 1 (2022): 49–58. http://dx.doi.org/10.52060/pgsd.v5i1.874.

Full text
Abstract:
Artikel ini bertujuan menganalisis konsep pendidikan moral anak usia dini dilihat dari sudut pandang ontologi, epistimologi, dan aksiologi dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Temuan dalam riset ini menunjukkan bahwa berdasarkan sudut pandang ontologi pendidikan moral anak usia dini merupakan upaya pembinaan dan penanaman nilai-nilai susila, akhlak dan budi pekerti yang ditujukan kepada anak usia nol tahun sampai dengan usia enam tahun agar anak memiliki bekal yang akan dilalui sepanjang kehidupannya. Selanjutnya berdasarkan sudut pandang epistimologi bahwa dalam penanaman nilai-nilai moral pada anak usia dini bisa bersumber dari dua unsur, pertama, bersumber dari pendidikan keluarga yakni dengan menggunakan metode bercerita, bermain, berdiskusi dan berkaryawisata. Kemudian unsur yang kedua pendidikan pra sekolah, yakni guru memiliki peranan dalam penanaman nilai moral pada anak usia dini, dengan menggunakan metode bernyanyi, bersajak, outbond, bermain peran dan lain-lain. Dan berdasarkan sudut pandang aksiologi bahwa etika dan estetika merupakan dua hal yang sangat penting diperhatikan dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak usia dini. Etika hal-hal yang berkaitan dengan norma-norma kesusilaan dan baik buruknya tingkah laku manusia, sedangkan estetika hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Helmy, Muh Irfan. "Dimensi Etika, Estetika dan Hukum dalam Ayat-Ayat al-Qur’an tentang Pakaian." Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat 16, no. 1 (2020): 61–77. http://dx.doi.org/10.24239/rsy.v16i1.540.

Full text
Abstract:
In the Qur'an, the Quranic verse about clothing is an important theme which is worth elaborating to reveal the purpose of mentioning it. The urgency of the Quranic verse about clothing is illustrated by the terms which the Qur'an uses when talking about clothing. The Qur'an uses different terms, namely libas, zinah, labus, tsiyab and sarabil, all of which show the meaning of covering and protecting. This article aimed to reveal the dimensions contained in the terms of clothing used by the Qur'an. In addition, this article also aimed to reveal the meaning of the terms of clothing in the context of culture and people's tradition when the Qur'an was descended. Using a thematic method and a historical-sociological approach to the terms of clothing in the Qur'an, this article came to the finding that dressing in principle is commandment of Allah as evidence of His love for humans. The main function of clothing is as a cover of aurat (body parts required by Islam to be covered) reflecting that human having higher degree than other creatures. Human contentment on clothes and jewelry is basically in accordance with human nature. Humans are given freedom to make clothes to fulfill their needs by observing the criteria established by the Sharia. Islam is totally concerned about the ethics of dressing in worship and instructs to wear clean, holy and simple clothing. The Qur'an commands a muslim female believer to cover her head, neck and chest with a hijab so that it cannot be seen by others and is evidence of every muslim female believer in maintaining her honor and dignity.
 Dalam al-Qur’an tema pakaian termasuk tema penting yang layak dielaborasi untuk mengungkap tujuan dari penyebutan tema pakaian tersebut. Urgensi tema pakaian tergambar dari term-term yang digunakan al-Qur’an ketika berbicara tentang pakaian. Al-Quran menggunakan istilah-istilah yang berbeda, yaitu libas, zinah, labus, tsiyab dan sarabil, yang semuanya menunjukkan kepada arti menutupi dan melindungi. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap dimensi-dimensi yang terkandung dalam term-term pakaian yang digunakan al-Qur’an. Disamping itu, artikel ini juga bertujuan untuk mengungkap pemaknaan term-term pakaian tersebut dalam konteks budaya dan tradisi masyarakat saat al-Qur’an diturunkan. Dengan menggunakan metode tematik dan pendekatan historis-sosiologis terhadap term-term pakaian dalam al-Qur’an, artikel ini sampai pada temuan bahwa bererpakaian pada prinsipnya adalah perintah Allah sebagai bukti kasih saying-Nya kepada manusia. Fungsi utama dari pakaian adalah sebagai penutup aurat yang mencerminkan ketinggian derajat manusia dibanding makhluk lain. Kecintaan manusia kepada pakaian dan perhiasan pada dasarnya sesuai dengan fitrah manusia. Manusia diberi kebebasan untuk membuat pakaian dalam memenuhi kebutuhannya dengan memperhatikan kriteria yang ditetapkan syariat. Agama Islam sangat memperhatikan etika berpakaian dalam beribadah dan memerintahkan untuk memakai pakaian bersih, suci dan sederhana. Al-Qur’an memerintahkan perempuan mukmin untuk menutup kepala, leher dan dadanya dengan hijab sehingga tidak dapat terlihat oleh orang lain dan menjadi bukti setiap perempuan mukmin dalam menjaga kehormatan dan harga dirinya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Juršėnas, Nikodemas. "Nikolajaus Hartmanno filosofinė antropologija." Problemos 51 (September 29, 2014): 113–15. http://dx.doi.org/10.15388/problemos.1997.51.6960.

Full text
Abstract:
Pristatomas N. Hartmanno tekstas „Žmogaus padėtis pasaulyje“. Jo tikslas – iš besiplėtojančios tuo metu Vokietijoje antropologijos pozicijų naujai, moderniai apžvelgti žmogaus, kaip istorijos ir kultūros subjekto, problemą. Filosofas ją siejo su istorija, pažinimo raida, mąstymu, logika, psichologija, etika, estetika ir kitais mokslais apie žmogų. N. Hartmannas savo daugiasluoksnės pasaulio sandaros teorijoje bando aiškinti žmogaus kultūrinę, istorinę veiklą, jo globalią patirtį, t.y. pateikti gilesnį, išsamesnį ir šiuolaikiškesnį žmogaus paveikslą.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Nurhidayati, Titin. "Pemikiran Seyyed Hossein Nasr: Konsep Keindahan dan Seni Islami dalam Dunia Pendidikan Islam." FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman 10, no. 1 (2019): 27–44. http://dx.doi.org/10.36835/falasifa.v10i1.150.

Full text
Abstract:
Dalam perwujudan pendidikan, perbuatan atau kerja merupakan realisasi akal. Akal bekerja untuk memahami kebenaran secara utuh, melalui pikiran yang memikirkan alam, manusia dan sejarah, sedangkan melalui qolbu-nya, ia memahami firman-firman Tuhan dan sunnah Allah dalam kehidupan alam semesta. Perbuatan ini pada dasarnya adalah perbuatan kreatif, karena tersimpan dalam proses penciptaan. Perbuatan kreatif pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai, baik nilai estetika, logika ataupun etika. Dalam praktek penciptaan lembaga-lembaga pendidikan itu mempunyai nilai keindahan. Kemudian nilai logika memberikan tuntutan untuk menyusun konsep dan rencana-rencana kerja yang masuk akal. Sedangkan nilai etika memberikan batasan-batasan agar perbuatan kreatif itu tetap berada dalam wawasan moral dan untuk tujuan moral
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Wittgenstein, Ludwig. "Užrašų knygelės 1914-1916 (Ištraukos)." Problemos 57 (October 1, 2014): 94–102. http://dx.doi.org/10.15388/problemos.2000.57.6825.

Full text
Abstract:
L. Wittgensteino „Užrašų knygelių“ ištraukose svarstomi Dievo, žmogaus, pasaulio, valios, kūno, tikėjimo, mąstymo, gyvenimo tikslo, etikos, estetikos klausimai. Gyvenimo prasmė, t. y. pasaulio prasmė pavadinama Dievu. Pasaulis nepriklauso nuo žmogaus valios. Gyvenimo problemos sprendimas yra šios problemos išnykimas. Būties tikslą išpildo tas, kuriam nereikalingas joks kitas tikslas, išskyrus patį gyvenimą. Tikėti Dievą reiškia suprasti klausimą apie gyvenimo prasmę, suvokti, kad pasaulio faktas dar nėra visa tikrovė, matyti, kad gyvenimas turi prasmę. Mirtis nėra gyvenimo įvykis, ji nėra pasaulio faktas. Etika neaiškina pasaulio, ji turi būti pasaulio sąlyga, kaip ir logika. Etika ir estetika yra viena. Etika yra transcendentali. Valia yra subjekto nuostata pasaulio atžvilgiu. Valios aktas yra ne veikimo priežastis, bet pats veiksmas, jis nėra patyrimas. Visas patyrimas yra pasaulis, ir jam nereikalingas subjektas. Žmogaus kūnas yra pasaulio dalis tarp kitų pasaulio dalių (gyvūnų, augalų, daiktų ir t. t.). Menas yra išraiška, geras meno kūrinys yra baigta išraiška.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Fatihah, Siti Rohmatul. "KONSEP ETIKA DALAM DAKWAH." Jurnal Ilmu Dakwah 38, no. 2 (2019): 241. http://dx.doi.org/10.21580/jid.v38.2.3886.

Full text
Abstract:
<p><em>Da'wah must be done with science. People who have an interest in plunging into the world of da'wah are required to understand the rules and mechanisms of dakwah fully intact before further practicing it. </em><em>If one is forced to do da'wah without controlling or understanding knowledge (among other things related to ethics and aesthetics of da'wah), not only the process and the result is not good, but also the consequences can be dangerous, both for the image of Islam, da'wah, and religious life in general . Because, deeper and broader understanding and understanding of religious teachings, community life, and ways of preaching (including ethics and aesthetics), the dakwah is shown more wise, wise, touching, interesting, memorable, and longing.</em></p><p align="center"><em> </em></p><p align="center"><em>****</em></p><p align="center"><em> </em></p>Dakwah harus dilakukan dengan ilmu. Orang yang memiliki minat terjun ke dunia dakwah di wajibkan memahami aturan-aturan dan mekanisme dakwah dengan utuh secara sempurna sebelum lebih jauh mempraktikkannya. Jika seseorang memaksakan diri melakukan dakwah tanpa menuguasai atau memahami ilmu (antara lain berkaitan dengan etika dan estetika dakwah), bukan hanya proses dan hasilnya yang kurang baik, tetapi juga akibatnya dapat menjadi berbahaya, baik bagi citra Islam, dakwah, maupun kehidupan keagamaan pada umumnya. Karena, semakin dalam dan luas pemahaman serta waawasan dai terhadap ajaran agama, kehidupan masyarakat, serta cara berdakwah (termasuk di dalamnya etika dan estetika), maka dakwah yang ditunjukkan semakin arif, bijak, menyentuh, menarik, mengesankan, dan dirindukan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Jb., Masroer Ch. "SPIRITUALITAS ISLAM DALAM BUDAYA WAYANG KULIT MASYARAKAT JAWA DAN SUNDA." Jurnal Sosiologi Agama 9, no. 1 (2017): 38. http://dx.doi.org/10.14421/jsa.2015.091-03.

Full text
Abstract:
Wayang kulit merupakan bentuk seni dan kebudayaan tertua di pulau Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Seni wayang kulit pada mulanya merupakan pemujaan agama lokal yang memiliki dimensi spiritualitas yang bertemu dengan estetika budaya. Dimensi spiritualitas wayang kulit terkait dengan pelaku dari kesenian itu, terutama masyarakat yang melahirkan kebudayaan wayang, yaitu seniman dan penikmat wayang. Kedudukan sosial keagamaan seniman dan penikmat wayang sangat berpengaruh dalam corak pertunjukan wayang kulit. Di Jawa, wayang kulit memiliki spiritualitas Islam yang bertemu dengan budaya Kejawen, sehingga keislaman yang diekspresikannya masuk ke dalam kebudayaan “asli” Jawa, melahirkan spiritualitas keislaman yang heterodok. Berbeda dengan wayang kulit di masyarakat Sunda, yang menonjolkan nuansa keislamannya dalam mengeskpresikan spiritualitas wayang kulit baik dalam simbol maupun isi.Hal ini ditunjukkan dari model-model wayang kulit yang dibuatnya yang mengalami improvisasi dan kombinasi dengan budaya Arab dimana tempat agama Islam itu berasal, seperti pakaian sorban Arab pada tokoh wayang, dan munculnya kelompok Punokawanan yang terdiri dari sembilan wali yang mencerminkan sembilan tokoh penyebar agama Islam. Selain itu, ekspresi spiritualitas wayang kulit di Sunda lebih kepada filosofi dan spiritualitas Islam yang berbasis pada ortodoksi agama yang membawa pesan etika dan sosialita secara simbolis. Kata Kuci : Wayang Kulit, Spiritualitas Islam, Simbol Etika dan Estetika.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Permatasari, Intan, Alis Triena Permanasari, and Hadiyatno Hadiyatno. "FUNGSI DAN NILAI TARI COKEK SIPATMO DI KAMPUNG WISATA BUDAYA TEHYAN KOTA TANGERANG." Gesture: Jurnal Seni Tari 13, no. 1 (2024): 37. http://dx.doi.org/10.24114/gjst.v13i1.56000.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Tari Cokek Sipatmo di Kampung Wisata Budaya Tehyan yang mempunyai fungsi dan nilai dalam pertunjukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi dan nilai pada Tari Cokek Sipatmo di Kampung Wisata Budaya Tehyan kota Tangerang. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan display data, dan uji keabsahan data menggunakan metode triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukan bahwa Tari Cokek Sipatmo memiliki fungsi sebagai sarana pertunjukan dan sarana Pendidikan. Dikatakan sebagai sarana pertunjukan, karena tarian ini ditampilkan dalam berbagai acara seperti kegiatan Kampung Wisata Budaya Tehyan, penyambutan tamu, festival-festival seni, dan hari-hari besar nasional lainnya. Fungsi sebagai sarana Pendidikan diterapkan menjadi materi dalam ekstrakulkuler di SMK Kristen Gracia dan edukasi kepada masyarakat Kampung Wisata Budaya Tehyan. Nilai-nilai yang terkandung dalam tari cokek sipatmo yaitu nilai estetika dan nilai etika. Nilai estetika meliputi wiraga, wirasa dan wirama, sedangkan nilai etika ditunjukan dari gerak-gerak yang menggambarkan kesopanan dan menjaga prilaku dalam pergaulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tari Cokek Sipatmo perlu dilestarikan dengan mempertahankan fungsi dan nilai yang terkandung di dalamnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Arissuta, Dona Prawita, and Desy Nurcahyanti. "Estetika Keseharian Perajin Gerabah Desa Pagerjurang Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten." Jurnal Penelitian Inovatif 4, no. 3 (2024): 1641–454. http://dx.doi.org/10.54082/jupin.611.

Full text
Abstract:
Penelitian ini membahas tentang kehidupan dan kondisi sosial masyarakat Perajin Gerabah di Pagerjurang. Tepatnya berlokasi di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Estetika sehari-hari menjadi penekanan keseharian para Perajin Gerabah Pagerjurang. Implementasi estetika tersebut tampak dari segi cara mereka memilah dalam proses produksi dan tingkah laku keseharian. Konsep estetika yang mereka anut tidak sekedar menekankan pada tindakan fisik, tetapi juga pergumulan dengan beragam dinamika sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Peristiwa keseharian memberikan peluang untuk mengetahui konflik yang terjadi antara seni dan kerajinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep estetik menurut para Perajin Gerabah Pagerjurang. Cara berpikir mereka mempengaruhi wujud akhir dari hasil akhir. Selanjutnya lebih kompleks yakni soal relasi antara praktik seni dengan masyarakat. Irisan antara modernitas dengan pengalaman hidup pedesaan yang menyisakan ketidakmerataan dan konflik sosial di Desa Pagerjurang yang berdampak pada keseharian para Perajin Gerabah, produksi, penjualan, dan keberlangsungan tradisi gerabah di Desa Pagerjurang. Metode yang dipergunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan mereduksi dan menganalisis hasil wawancara, studi pustaka, dan secara Etnografi tinggal bersama perajin untuk mengamati, serta memperoleh data akurat. Temuan atau hasil penelitian yakni terlihatnya persilangan antara persoalan estetika dan etika keseharian di tengah masyarakat pedesaan yang terus berubah secara dinamis, dipengaruhi oleh produktivitas para perajin.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Simanjuntak, Mardohar Batu Bornok. "Memeriksa Inkonsistensi Estetika Dampak Immanuel Kant versus Gagasan Proto-Naturalisme Non-Deterministik David Hume dalam Etika Kantian." Dekonstruksi 10, no. 02 (2024): 31–38. http://dx.doi.org/10.54154/dekonstruksi.v10i02.228.

Full text
Abstract:
Teori estetika yang digagas Immanuel Kant mempergunakan pendekatan dampak, sebaliknya etika Kantian menempuh pendekatan proses. Teks kajian estetik Kantian diterbitkan oleh Kant setelah dua teks yang pertama, termasuk di dalamnya argumentasi Kant tentang ontologi moral. Inkonsistensi ini dicoba untuk dibedah dari perspektif estetika analitis, dan terutama kajian dari pemeriksaan teks yang dilakukan oleh Sally Sedgwick dan Dabney Townsend. Dari penelusuran yang dilakukan, ketidakkonsistenan Kant terjadi karena ada dua ragam relasi, yaitu relasi kausal spasio-temporal dan relasi non-kausal non-spasio-temporal. Pelacakan lebih lanjut menunjukkan bahwa gagasan Kant tentang non-kausal non-spasio-temporalitas dikembangkan dari karakter aksidental dalam persepsi-rasawi yang digagas oleh David Hume. Penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa pengembangan gagasan yang dilakukan Kant didasarkan pada bangun argumentasi Hume yang memiliki karakteristik Proto-Naturalisme non-Deterministik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Saleh, Akhmad Khairul. "Dimensi Aksiologi Pendidikan Islam." Cognitive: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 1, no. 1 (2023): 50–62. http://dx.doi.org/10.61743/cg.v1i1.14.

Full text
Abstract:
Aksiologi merupakan cabang filsafat membahas tentang nilai. Nilai dapat diartikan hal yang berharga, berkualitas bermakna bagi kehidupan manusia, dengan memandang melalui kadar baik dan buruk (etika) indah atau jelek (estetika). Pendidikan Islam merupakan suatu tindakan pengembangan potensi anak didik, dengan tujuan untuk merealisasikan idealitas Islam. Sumber nilai terbagi menjadi dua; nilai ilahiyah yang bersumber dari yang maha kuasa dengan perantara wahyu melalui Rosul-Nya. Sedangkan nilai insaniyah, tumbuh atas kesepakatan manusia dan berkembang dari peradapan manusia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Irawati, Irawati, Hosan Hosan, Sonika Sonika, Rida Jelita, and Delvi Fransiska. "Penguatan Kerukunan Harmonis Melalui Moderasi Beragama Studi Kasus Siswa di SMK Maitreya Provinsi Riau." Jurnal sosial dan sains 5, no. 3 (2025): 577–88. https://doi.org/10.59188/jurnalsosains.v5i3.32090.

Full text
Abstract:
Penguatan kerukunan harmonis sebagai proses estetika kehidupan senantiasa mengamalkan estetika kehidupan, barulah seseorang dapat memancarkan sifat kodrati yang mulia, sunya, dan bahagia. Semangat moderasi beragama dapat mengaplikasikan hidup mulia dan nilai-nilai komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan; dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal. Internalisasi diri peserta didik dalam moderasi sesuai nilai universal tersebut, dengan latar belakang sekolah berbasis moral etika dunia satu keluarga. penelitian ini untuk mendeskripsikan penguatan kerukunan harmonis melalui moderasi beragama studi kasus pada SMK Maitreya Provinsi Riau. Pengumpulan data dilaksanakan dengan metode campuran konvergen atau paralel dengan mengumpulkan data menggabungkan kuantitatif dan kualitatif secara simultan, menggabungkan data, membandingkan hasilnya, dengan teknik wawancara, observasi, kuesioner, data dianalisis dengan model purposive sampling kepada 3 informan pimpinan sekolah dan kuesioner kepada 352 orang peserta didik. Penelitian menunjukkan penguatan kerukunan harmonis melalui program moderasi beragama terintegrasi dengan pembelajaran moral etika, pembelajaran “Kasih” dengan budaya hidup tanpa kekerasan, bervegetarian, mengasihi kehidupan, melindungi, mengasihi kehidupan, dan memuliakan kehidupan. Penguatan pembelajaran kasih, berjiwa kasih, perilaku dan senyuman kasih mewujudkan nilai budaya kasih sekolah Maitreya. Lembaga sekolah Maitreya terintegrasi dengan stakeholder membangun sekolah sebagai satu keluarga, dengan budaya kasih semesta bersama peserta didik membentuk kepribadian luhur dalam kehidupan nyata, mendorong semangat hidup yang dinamis dan positif, membangun wawasan yang benar tentang nilai-nilai hidup harmonis, keindahan hidup yang mengasihi alam semesta, menampilkan pribadi yang indah kodrati sebagai implementasi visi dan misi sekolah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Ningrat, Hadi Kusuma. "Etika Keilmuan dan Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan (Sebuah Kajian Aksiologis)." Biota 9, no. 1 (2018): 96–117. http://dx.doi.org/10.20414/jb.v9i1.41.

Full text
Abstract:
Secara aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan teknologi harus selalu mengacu pada wawasan yang kudus dan kemanusiaan. Dengan kata lain, penekanan pada aspek vertical dan horizontal sebagai landasan moral dalam berkarya dan berinovasi merupakan keniscayaan yang harus dilakukan. Dengan berlandaskan iman dan berorientasi pada kemaslahatan manusia sebagai visi dan misi perjuangan tentu peradaban dunia akan menapaki era emas, dimana nilai-nilai kemanusiaan terjaga dan sarat nilai ketuhanan. Untuk itu, dalam konteks ini agama, etika, estetika, dan aturan adat harus tetap terjaga. Jangan sampai pengembangan ilmu pengetahuan menganut konsep barat yang sekuler dan antroposentris yang bias membuat dunia semakin berantakan dan gersang nilai ketuhanan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

FITRIA, FITRIA PITRI. "PERILAKU SOSIAL WANITA RAWAN SOSIAL TERKAIT DENGAN NORMA, ETIKA DAN ESTETIKA LINGKUNGAN DI PRUMPUNG." Jurnal Ilmiah Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan 20, no. 01 (2020): 54–67. http://dx.doi.org/10.21009/plpb.201.05.

Full text
Abstract:
Abstract
 This study aims to describe the views of the public towards Social Vulnerable Women (SVW) related to norms, ethics, and environmental aesthetics, orientation and patterns of education dissemination in the SVW family, as well as the impact of implementing education on reproductive prostitution for SVW children. This research was conducted using a qualitative approach. The subjects used in this study were four SVW families consisting of children who went to school and did not attend school as well as mothers who worked as SVW, residents living in the Prumpung area. The results of this study show that as migrants who worked as SVW in Prumpung, they were maintaining their behavior with local residents. Although the work they do is contrary to norms, ethics, and environmental aesthetics. As SVW all their lives, they want to get out of that dark life. Second, people's views on SVW's social behavior in Prumpung are related to the norms, ethics and environmental aesthetics of Prumpung. The community around the beginning did not like the presence of the SVW, but over time the people or natives finally accepted their existence. This is evidenced by the establishment of rented houses, restaurants and taxibike services to service SVW. Third, the factors that support SVW's social behavior related to norms, ethics and environmental aesthetics include increasing economic needs and the lack of education they have.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Wachid B.S., Abdul. "Lukisan Peleburan Cinta yang Erotik: Puisi Sufi di antara Estetika dan Etika Cinta Ilahiyah." Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies 43, no. 2 (2005): 475. http://dx.doi.org/10.14421/ajis.2005.432.475-499.

Full text
Abstract:
The ecstatic experience of a Sufi often drives him or her to producing such unusual sayings ordinarily called as shathiyya, which are sometimes problematic for common people. This is due to the fact that the expressions are not in common language; they are articulated in “the language of heart”, which is figurative and symbolic, since they state conative experiences. In this regard, love poems with their erotic expressions are chosen as a media for a Sufi’s reflection. In addition, the writer discusses the rationale of Sufis in connection with their erotic-love poetic illustrations. Some poems of Sufi Poets, such as those of Sana’i, Rabi‘a al-Adawiyya, Sa‘di, Jami‘,and Amir Hamzah, are elaborated for a further appreciation of the Sufis’ shathiyya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Mafirja, Sulma. "Pengembangan Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Pelayanan BK di Sekolah." Satya Widya 34, no. 1 (2018): 22–30. http://dx.doi.org/10.24246/j.sw.2018.v34.i1.p22-30.

Full text
Abstract:
Abstrak: Pendidikan karakter merupakan salah satu gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etika), olah rasa (estetika), olah pikiran (literasi), dan olah raga (kinesteti) dengan dukungan melibatkan publik dan kerja sama antar sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sementara layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu program layanan yang turut andil dalam pelaksanaan program di sekolah. Sehingga diharapkan implementasi penguatan pendidikan karakter melalui pelayanan BK di sekolah dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan efektif dan efesian, agar dapat mencapai tujuan yang lebih optimal bagi perkembangan nilai-nilai karakter yang ada pada peserta didik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Mulya, Farah Afza, and Irma Fauziah. "Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pagelaran Wayang Kulit." Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya 8, no. 1 (2024): 56. http://dx.doi.org/10.55115/widyacarya.v8i1.2522.

Full text
Abstract:
Wayang kulit merupakan bagian dari bentuk budaya lokal Indonesia yang telah ada dan bertahan sejak zaman nenek moyang. Pertunjukan wayang kulit tidak hanya ditujukan untuk hiburan semata, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang dapat diwujudkan dalam setiap sendi kehidupan. Citra manusia diwujudkan melalui permainan wayang. Seni wayang kulit berkembang sebagai sarana penanaman nilai dan penyebaran agama Islam yang cukup efektif. Nilai pendidikan dalam pertunjukan wayang kulit didasarkan pada nilai-nilai logika, etika, teologis, dan estetika. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji, menjelaskan dan menggali nilai pendidikan yang disampaikan melalui pertunjukan wayang kulit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Tunaitis, S. "J. H. Abichtas - Vilniaus universiteto profesorius." Problemos 8 (September 29, 2014): 53–57. http://dx.doi.org/10.15388/problemos.1971.8.5833.

Full text
Abstract:
Straipsnyje aptariami Vilniaus universiteto profesoriaus, vokiečių filosofo J. H. Abichto gyvenimo ir kūrybos svarbiausi bruožai. Pradėjęs nuo etikos, jis palaipsniui palietė beveik visas to meto filosofijai, ypač l. Kanto mokyklai, būdingas problemas. Jis skirsto savo filosofiją į dvi dalis – spekuliatyvinę ir praktinę – pagal dvejopą žinių pobūdį. Spekuliatyvinių žinių sfera yra tiriami objektai, o praktinių žinių – veiksmais sukuriami objektai. Tyrimo objektus teikia žmogaus sugebėjimai: vaizdiniai, jausmai, valia. Pagal tai spekuliatyvinė filosofija skirstoma į teorinę, jausmų ir valios filosofiją. J. H. Abichto praktinė filosofija apima tiesos meną (logiką), kalbos meną (nurodymus, kaip išreikšti žinias), atvaizdavimo meną (estetiką) ir gyvenimo meną (teisę, etiką, auklėjimą). Logika, kalbos menas, estetika yra paruošiamosios pakopos gyvenimo menui: etikai, teisei, auklėjimui. Etika ir teisės filosofija yra glaudžiai susijusios. Tarp etikos ir teisės J. H. Abichtas nustatė subordinacijos santykį, teisę pajungdamas etikai. Žmogaus prigimtis yra nekintama ir viena, todėl tarp teisės ir etikos negali būti prieštaravimo. Jos liečia tuos pačius dalykus, tik skirtingu požiūriu: teisė leidžia, o etika įsako.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography