To see the other types of publications on this topic, follow the link: Farmakognostik.

Journal articles on the topic 'Farmakognostik'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 45 journal articles for your research on the topic 'Farmakognostik.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Handayani, Reti Puji, Jenta Puspariki, and Restu Amalia Hermanto. "STUDI PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK KLABET (Trigonella foenum-Graecum L.) SEBAGAI HERBAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI ASI." Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan) 7, no. 2 (2023): 73–80. http://dx.doi.org/10.51873/jhhs.v7i2.264.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Stunting merupakan salah satu masalah gizi global, termasuk di Indonesia. Setiap ibu menyusui akan mengupayakan berbagai cara agar dapat menyusui anaknya dengan lancar, termasuk menggunakan pendekatan alternatif dengan mengonsumsi bahan herbal sesuai tradisi dan pengalaman secara empiris seperti biji klabet yang berpotensi sebagai galaktagogum dalam peningkatan jumlah ASI melalui perangsangan aktivitas protoplasma sel-sel sekretoris kelenjar air susu, namun begitu evaluasi ilmiah terkait profil secara farmakognostik belum banyak ditemukan dengan mengacu sesuai acuan standar WHO Guidelines dan Farmakope Herbal Indonesia sehingga mendorong untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Tujuan Penelitian: Mendokumentasikan dan membandingkan data secara organoleptik, morfologi, maupun anatomi yang memberi wawasan tentang potensi biji labet sebagai produk herbal untuk meningkatkan kuantitas ASI melalui pengamatan karakteristik terhadap tumbuhan yang dianalisis. Metode Penelitian: Metode penelitian deskriptif yang dilakukan di laboratorium melalui pemeriksaan bentuk sel dan jaringan tumbuhan, pengamatan bentuk fisik serta pemeriksaan menggunakan panca indra dari bagian tumbuhan yang masih segar dari tumbuhan Klabet (Trigonella foenum-graecum L) sehingga bisa memberikan hasil data analisis farmakognostik. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa pengamatan secara organoleptik dan morfologi biji klabet memiliki bentuk belah ketupat, warna coklat, aroma khas rempah, rasa agak pahit dan tekstur keras. Sementara pada pengamatan anatomi menggunakan mikroskop diperoleh fragmen pengenal berupa kulit biji, epidermis luar, epidermis dalam, endosperm, sklerenkim dan bulir pati. Kesimpulan: Biji klabet yang diteliti telah sesuai secara organoleptik, morfologi, dan anatomi dengan mengacu pada literatur Materia Medika pada Studi Farmakognostik Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L.).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Pelu, Aulia Debby, and Jayanti Djarami. "Studi Farmakognostik Tanaman Harendong Bulu (Clidemia Hirta) asal Maluku." JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan) 6, no. 4 (2021): 314. http://dx.doi.org/10.30829/jumantik.v6i4.10008.

Full text
Abstract:
Harendong Bulu with the Latin name Clidemia hirta is a plant that belongs to the Melastomataceae family, this plant usually has medicinal properties. This study aims to obtain morphological, anatomical, organoleptic data, and identify the chemical content of the harendong bulu (Clidemia hirta) plant. The research design used is an experimental laboratory. Morphological examination showed that the harendong bulu (Clidemia hirta) belongs to the class of magnoliopsida with woody stems, the shape of the stem is round, the surface of the stem is hairy, scaly and brown in color and the root system is tapped. Anatomical examination showed that the harendong bulu (Clidemia hirta) plant has epidermis, endodermis, cuticle, stomata, vessels, xylem and phloem, periskel, cortex, and calcium oxatate crystals. On organoleptic examination, the leaves of Harendong Bulu (Clidermia hirta) have a bitter and sweet taste and a characteristic odor, while the stems have a bitter taste and a characteristic odor, and the roots have an astringent bitter taste and odorless. Chemical identification of harendong bulu leaf powder obtained positive results for tannins (catechols and pyrogalotanins), dioxyanthraquinones, steroids, saponins, glycosides and phenols.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Djarami, Jayanti, and Risman Tunny. "Studi Farmakognostik Tanaman Inai (Lawsonia inermis Linn) asal Maluku." JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan) 8, no. 1 (2023): 8. http://dx.doi.org/10.30829/jumantik.v8i1.12600.

Full text
Abstract:
<p><em>Plants are a source of chemical compounds, both chemical compounds resulting from primary metabolism or called primary metabolites such as carbohydrates, proteins and fats which are used by the plant itself for its growth, as well as a source of secondary metabolites such as alkaloids, flavanoids, steroids/terpenoids, saponins and tannins. The design of this study was a experimental laboratory, in which morphological, anatomical, organoleptic examinations were carried out, and identification of the presence of chemical compounds in the Henna plant (Lawsonia inermis Linn) from Maluku. Morphological collation showed that the henna plant (Lawsonia inermis Linn) has single leaves facing each other. The stem is woody and thorny stems, has a taproot system. On anatomical examination, there are stomata in cross-sections and longitudinal leaves and also have vascular bundles (both xylem and phloem) in plants. In the organoleptic test, the leaves have a bitter taste and a distinctive odor at leave, while the stems and roots are tasteless and odorless. Test results Identification of the chemical content of the henna plant extract (Lawsornia inermis Linn) contains phenols, flavonoids, tannins (catechols and pyrogalotanins), saponins, steroids, and glycosides. Be observed from the chemical content of the henna plant, it can be concluded that the henna plant has medicinal properties, one of which is that it can heal cuts which the community can use for traditional medicine. It is recommended that further research be carried out to carry out pharmacological tests of henna plants on experimental animals.</em></p><p><strong><em> </em></strong><em>Keywords: Pharmacognostic Study, Henna, Chemical Content, Traditional Medicine</em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Saubari, Yanti, Kunti Nastiti, and Mambang Mambang. "Uji Farmakognostik dan Identidikasi Senyawa Pada Beberapa Tingkatan Fraksi Ekstrak Etanol Daun Lengkuas (Alpinia Galanga)." Journal Pharmaceutical Care and Sciences 1, no. 1 (2020): 102–10. http://dx.doi.org/10.33859/jpcs.v1i1.27.

Full text
Abstract:
ABSTRAK
 
 Latar Belakang: Daun Lengkuas (Alpinia Galanga) merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia. Tumbuhan ini digunakan sebagai pembersih luka sehabis melahirkan, air mandi bagi penderita rematik, dan sebagai stimulasia.
 Tujuan: Mengetahui tentang hasil Uji Farmakognostik dan Identifikasi Senyawa Pada Beberapa Fraksi Ektrak Etanol Daun Lengkuas (Alpinia Galanga)
 Metode: proses ekstraksinya menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% dilakukan selama 3 x 24 jam, di uapkan dengan rotary vacuum evaporatour sampai ekstrak kental kemudian difraksinasi dengan pelarut yang berbeda dan dideteksi senyawa metabolt sekunder denga metode uji warna dan KLT
 Hasil: Uji makroskopis meliputi warna dau hijau licin dengan panjang 40cm, lebar 8cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal daun tumpul, pertulangan meyirip. Uji mikroskopis yaitu adanya epidermis, parenkim, dan stomata. Hasil Parameter fisiko-kimia susut pengeringan yaitu 0,23%, Sari pelarut dengan pelarut tertentu larut air dan larut etanol yaitu 0,405% dan 0,395%. Hasil skrining fitokimia senyawa yang didapat pada fraksi n-hrksan, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol yaitu steroid, tanin, fenolik, terpanoid, alkaloid, saponin, dan flavanoid. Hasil KLT fraksi n-heksan dengan fase gerak metanol:ammonium (5:0,25) dengan peyemprotan dragenroff warna merah bata (alkaloid).
 Simpulan: pengujian farmakognostik memenuhi persyaratan dan ekstrak Daun Lengkuas (Alpinia Galanga)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Handayani, Selpida, Abd Kadir, and Masdiana Masdiana. "PROFIL FITOKIMIA DAN PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAUN ANTING-ANTING (Acalypha indica. L)." Jurnal Fitofarmaka Indonesia 5, no. 1 (2018): 258–65. http://dx.doi.org/10.33096/jffi.v5i1.317.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Fitriyanti, Nopita, and Revita Saputri. "KAJIAN FARMAKOGNOSTIK KULIT BATANG BALIK ANGIN (Mallotus paniculatus (Lam.) Mull. Arg)." Borneo Journal of Pharmascientech 3, no. 2 (2019): 200–208. https://doi.org/10.51817/bjp.v3i2.258.

Full text
Abstract:
ABSTRAKIndonesia kaya akan hasil alam yang dapat digunakan sebagai obat. Salah satukekayaan alam yang digunakan secara tradisional suku dayak Kalimantan yaituBalik Angin pada bagian kulit batang sebagai obat diare dan gusi bengkak. Dilihatdari segi potensinya maka perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untukmemberikan dasar ilmiah tentang gambaran farmakognostik secara kualitatif yangmeliputi pemeriksaan organoleptik, makroskopik, dan mikroskopik sertaidentifikasi senyawa kimia dan pengujian KLT dari ekstrak etanol 70%. Ujiorganoleptik memiliki hasilnya berupa bau khas, warna coklat, dan rasa sepat.Pada pengamatan makroskopik kulit Batang Balik Angin memiliki kulit batangtebal dengan tekstur keras, kasar, dan retak-retak pada permukaan luar, berwarnacoklat tua mudah mengelupas serta bergetah merah. Hasil pengamatanmikroskopik terdapat fragmen pengenal berupa sel epidermis, korteks, dan habluroksalat. Uji identifikasi senyawa kimia menunjukkan positif terhadap tanin,saponin, flavonoid, triterpenoid, dan kuinon. Profil KLT yang di peroleh adanya 5noda yang terpisah dengan eluen etil asetat : metanol : air (7 : 2 :1). Kata kunci : Balik Angin (Mallotus paniculatus (Lam.) Mull. Arg), kajianfarmakognostik, etanol 70%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Adawiyah, Rabiatul. "UJI IDENTIFIKASI FARMAKOGNOSTIK TUMBUHAN KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) DI KEBUN PERCOBAAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA." Anterior Jurnal 17, no. 1 (2017): 60–68. http://dx.doi.org/10.33084/anterior.v17i1.29.

Full text
Abstract:
Natural ingredients have been known and used all over the world for thousands of years ago. In Indonesia, the natural ingredients, better known as herbal or traditional medicine, has been widespread since the time of the ancestors until now and continues to be preserved as a cultural heritage. The wealth of natural resources that we have is an asset of future development, the problem is how we can exploit that potential wisely and wisely. Siri herbs (Aleurites trisperma) is one of the plants in Indonesia. Pecan sunan (Aleurites trisperma) is the name of the plant given to the plant species of pecan poison. In middle Kalimantan this plant has started cultivated in the field of agriculture as bioindustry and pesticide, there has been no research of the plant is used as a treatment. This study aims to obtain scientific data about the pharmacognostic picture of the hazelnut plants and to enrich the inventory of Indonesian medicinal plants, knowing the simplicia chemicals group of candlenut crops. The method used is experimental research with laboratory approach. The research was conducted with several stages of macroscopic, microscopic and leafy leaves extract obtained by maceration method and fatty test using soxhletation using 96% ethanol solvent. The results of the study on green leaf organoleptic, soft odor (no sting), tasting (preliminary), preliminary test of water content 13.09%, ash 0.9%, fat content 7.46%, crude fiber content 32.82% and phytochemical screening results showed the chemical content of positive sugars leaves contains tannins, alkaloids, saponins, steroids, and terpenoids.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Amin, Asni, and Martati Martati. "PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAN SKRINING KOMPONEN KIMIA HERBA SURUHAN (Peperomia pellucida L.(Kunth).) ASAL KOTA MAKASSAR." Jurnal Ilmiah As-Syifaa 1, no. 1 (2009): 1–5. http://dx.doi.org/10.33096/ja.v1i1.88.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Amin, Asni, and Martati Martati. "PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAN SKRINING KOMPONEN KIMIA HERBA SURUHAN (Peperomia pellucida L.(Kunth).) ASAL KOTA MAKASSAR." Jurnal Ilmiah As-Syifaa 1, no. 1 (2009): 1–5. http://dx.doi.org/10.33096/jifa.v1i1.88.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Waris, Risda. "PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS TUMBUHAN BAGORE (Caesalpinia crista Linn) ASAL DAERAH POLEWALI MANDAR SULAWESI BARAT." Jurnal Ilmiah As-Syifaa 3, no. 1 (2011): 12–19. http://dx.doi.org/10.33096/jifa.v3i1.120.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Waris, Risda. "PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS TUMBUHAN BAGORE (Caesalpinia crista Linn) ASAL DAERAH POLEWALI MANDAR SULAWESI BARAT." Jurnal Ilmiah As-Syifaa 3, no. 1 (2011): 12–19. http://dx.doi.org/10.33096/ja.v3i1.120.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Kadir, Abd, Ahmad Najib, and Fazlur Rachman. "PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS TUMBUHAN SARANG SEMUT (Myrmeco diapendans Merr. & Perry) ASAL KABUPATEN TELUK BINTUNI PAPUA BARAT." Jurnal Ilmiah As-Syifaa 4, no. 2 (2012): 190–95. http://dx.doi.org/10.33096/ja.v4i2.83.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Kadir, Abd, Ahmad Najib, and Fazlur Rachman. "PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS TUMBUHAN SARANG SEMUT (Myrmeco diapendans Merr. & Perry) ASAL KABUPATEN TELUK BINTUNI PAPUA BARAT." Jurnal Ilmiah As-Syifaa 4, no. 2 (2012): 190–95. http://dx.doi.org/10.33096/jifa.v4i2.83.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Handayani, Reti Puji, Jenta Puspariki, and Wulan Permatasari. "STUDI ANATOMI SIRIH CINA (Peperomia pellucida) SEGAR YANG TUMBUH DI KABUPATEN PURWAKARTA." Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan) 8, no. 1 (2024): 25–31. http://dx.doi.org/10.51873/jhhs.v8i1.282.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Sirih Cina (Peperomia pellucida) memiliki manfaat empiris sebagai obat. Bioaktivitas dominannya adalah sebagai antibakteri dengan senyawa aktif flavonoid, steroid, terpenoid, alkaloid, saponin, dan tannin. Evaluasi ilmiah terkait profil farmakognostik Sirih cina telah terdokumentasi dalam referensi Farmakope Herbal, namun karena bentuk segarnya memiliki nilai teurapetik yang tinggi dengan pengolahan sederhana, standarisasi dan dokumentasi masih memiliki kelemahan dalam pengamatan secara mikroskopis. Dengan hal ini penting untuk mengetahui anatomi sirih cina untuk memastikan kebenaran tanaman obat. Tujuan: Mendeskripsikan anatomi akar, batang, dan daun sebagai parameter kendali mutu Sirih cina segar sebagai tanaman lokal berkhasiat obat yang tumbuh di Purwakarta. Metode: Menggunakan penelitian deskriptif yang dilakukan di laboratorium melalui pemeriksaan jaringan akar, batang, dan daun sirih cina segar. Hasil: Anatomi akar sirih cina memiliki sel epidermis rapat tanpa ruang antar sel. Di bawah lapisan epidermis terdapat jaringan korteks berupa sel berukuran lebih besar dan memiliki ruang antar sel. Pada korteks, terdapat xilem akar seperti huruf x dan floem berada di sekitar xilem. Jaringan batang juga terdiri dari epidermis dan korteks seperti pada akar, yang membedakan adalah pola xylem floem pada korteks tidak membentuk pola seperti kupu-kupu dan terdapat jaringan kambium. Pada jaringan daun terdiri dari epidermis atas yang tebal, mesofil, dan epidermis bawah. Jaringan mesofil memiliki ciri berupa sel berwarna hijau yang berperan untuk fotosintesis. Simpulan: Jaringan pada akar sirih cina adalah epidermis, korteks, floem, xilem, pada organ batang adalah epidermis, parenkim, floem, xilem, kambium dan pada organ daun adalah epidermis dan mesofil.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Faramayuda, Fahrauk, Julia Ratnawati, and Akhirul Kahfi Syam. "KARAKTERISASI FARMAKOGNOSI DAUN FALOAK (Sterculia quadrifida R.Br)." Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian 7, no. 2 (2022): 173–80. http://dx.doi.org/10.37874/ms.v7i2.322.

Full text
Abstract:
Faloak secara empiris digunakan sebagai antimikroba, megobati penyakit tifus, mengatasi gangguan pada hati, laksatif, dan antimalaria. Faloak merupakan salah satu tumbuhan yang secara empiris digunakan sebagai obat tradisional di Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk studi dan pengembangan aktivitas biologi ekstrak daun faloak menjadi produk farmasi. Ekstraksi menggunakan cara maserasi dengan pelarut etanol dan menghasilkan rendemen 8,84% b/b. Parameter standarisasi ekstrak menunjukkan bobot jenis ekstrak 0,7543 ± 0,0060 g/mL, kadar sari larut air 54 ± 1,15% b/b, sari larut etanol 88,48 ± 1,05% b/b, kadar abu total 10,47 ± 0,16% b / b, abu larut air 8,01 ± 0,99% b / b, abu tidak larut asam 0,39 ± 0,03% b/b. Ekstrak etanol daun faloak mengandung flavonoid, kuinon, polifenol, steroid-triterpenoid, dan monoterpen-sesquiterpen. Ekstrak dianalisis kandungan kimianya menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam silica F254 dan menggunakan fasa gerak n-heksana: etil asetat (1:1), hasilnya terdapat bercak dengan Rf 0,21 memberi warna biru pada UV 365 nm dan bercak hitam berlatar hijau pada UV 254 nm. Total kandungan flavonoid pada ekstrak etanol daun faloak 5,31 ± 0,29% b / b dan total kandungan polifenol 1,79 ± 0,03% b / b. Dari hasil karakterisasi ini bisa menjadi dasar pemgembangan tanaman faloak menjadi bahan baku obat tradisional terstandar dan acuan untuk melakukan uji aktivitas farmakologi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Darmogray, S. V., and A. S. Filippova. "THE FARMAKOGNOSTIC STUDY OF GENUS CERASTIUM PLANT OF CENTRAL RUSSIA FLORA." I.P.Pavlov Russian Medical Biological Herald 24, no. 3 (2016): 126. http://dx.doi.org/10.17816/pavlovj20163126-132.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Kalonio, Donald Emilio, Elisabeth Natalia Barung, Benedicta Irene Rumagit, Adeanne Caroline Wullur, and Marco Antonio Timpalan. "Clerodendrum fragrans (Vent) Willd: Tinjauan Farmakognosi-Fitokimia dan Farmakologi." Ahmar Metastasis Health Journal 1, no. 4 (2022): 160–67. http://dx.doi.org/10.53770/amhj.v1i4.96.

Full text
Abstract:
Clerodendrum fragrans (Vent) Willd. adalah tanaman yang termasuk dalam genus Clerodendrum. Tanaman dalam genus ini memiliki keanekaragaman jenis yang unik, serta memiliki potensi pemanfaatan dalam terapi yang luas. Kandungan utama dari tanaman ini adalah fenolik, flavonoid, terpenoid dan steroid. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan tinjauan analisis sistematis tentang aspek farmakognosi-fitokimia dan aktivitas farmakologi tanaman C. fragrans (Vent) Willd. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Pencarian data ilmiah dilakukan pada database online Google Scholar, PubMed, dan ScienceDirect dengan menggunakan kata kunci “Clerodendrum fragrans”, “Clerodendrum chinense”, dan “Clerodendrum philippinum”. Berdasarkan data ilmiah yang diperoleh tanaman C. fragrans (Vent) Willd memiliki aktivitas aktivitas antidiabetes, antimikroba, antioksidan, analgesik, antipiretik, antiinflamasi dan larvasida. Hasil ini mengkonfirmasi potensi tanaman C. fragrans (Vent) Willd. sebagai alternatif pengobatan atau sebagai bahan baku obat melalui berbagai pengujian in-vitro dan in-vivo.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Ladeska, Vera, Rino Andriano Am, and Endang Hanani. "Colocasia esculanta L. (Talas): Kajian Farmakognosi, Fitokimia dan Aktivitas Farmakologi." Jurnal Sains dan Kesehatan 3, no. 2 (2021): 351–58. http://dx.doi.org/10.25026/jsk.v3i2.441.

Full text
Abstract:
Taro plant (Colocasia esculenta L.) belongs to the Araceae family is one of the most widely grown plants in Indonesia, and is widely used as a food ingredient. In some countries this plant has long been used for traditional medicine. Until now, there has not been found a review of taro plants that includes biology, chemical content and properties. This study aims to review the taro plant (C. esculenta L.) in terms of pharmacognosy, phytochemical and pharmacological properties. The research is compiled based on journals that have been collected by both national and international journals. The results of the study stated that in Indonesia, various types of taro are grown. In the stems, leaves and tubers there are various chemical compounds, depending on the planting area. Taro has activity as an antioxidant (medium category), antimicrobial, antibacterial.
 
 
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Amin, Asni. "SKRINING FARMAKOGNOSI TANAMAN ETNOFARMASI ASAL KABUPATEN BULUKUMBA YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIKANKER." Journal Of Tropical Pharmacy And Chemistry 1, no. 4 (2012): 267–76. http://dx.doi.org/10.25026/jtpc.v1i4.36.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Ladeska, Vera, and Mahara Dingga. "Kajian Farmakognosi dan Penetapan Kadar Flavonoid Total Herba Nanas Kerang (Tradescantia spathacea Sw.)." Jurnal Sains Farmasi & Klinis 6, no. 3 (2019): 254. http://dx.doi.org/10.25077/jsfk.6.3.254-264.2019.

Full text
Abstract:
Herba nanas kerang (Tradescantia spathacea Sw.) termasuk famili Commelinacea, secara tradisional digunakan untuk mengobati beberapa penyakit. Keamanan dan kualitas simplesia sangat penting sebagai bahan baku obat tradisional. Kajian farmakognosi diperlukan untuk karakteristik simplisia dan melengkapi data monografi ekstrak dengan mengevaluasi parameter kualitatif meliputi pengamatan organoleptik, makroskopik, mikroskopik, skrining fitokimia, pola kromatogram, fluoresensi dan pengukuran parameter kuantitatif yang meliputi penentuan kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar air dan kadar flavonoid total. Herba nanas kerang memiliki warna serbuk hijau kecoklatan, bau khas, tidak memiliki rasa, makroskopik herba memiliki tipe daun lanset, ujung runcing, warna permukaan hijau, permukaan bawah ungu tua. Batang bulat, herbaceous dengan akar utama tunggang. Mikroskopik herba terdapat fragmen pengenal seperti antosianin, epidermis bawah, stomata tipe parasitik, akar tipe poliark, berkas pengangkut dengan penebalan noktah dan spiral serta kristal jarum. Skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid. Hasil uji kuantitatif didapatkan kadar abu total 9,31%, kadar abu tidak larut asam 1,86%, kadar sari larut air 16,94%, kadar sari larut etanol 11,96%, kadar air 9,64% dan kadar flavonoid total 1,2426%/1 gram ekstrak. Penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan terhadap karakteristik herba nanas kerang yang bisa melengkapi data monografi ekstrak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Riyanti, Soraya, Ainun Jariya, and Eka Qurniati Syahputri. "Mini Review Tinjauan Farmakognosi dan Pemanfaatan Tanaman Kelor (Moringa oleifera L.) Sebagai Antidiabetes." Majalah Farmasetika 9, no. 7 (2024): 1–10. https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.59281.

Full text
Abstract:
Penderita diabetes setiap tahun prevalensinya terus mengalami peningkatan danmemerlukan obat antidiabetes yang digunakan setiap hari. Penggunaan obatantidiabetes dilaporkan menimbulkan efek samping seperti perut kembung, mual,gangguan pencernaan, dan hipoglikemik. Pemanfaatan bahan alam dalam membantumenangani kondisi hiperglikemia dapat menjadi alternatif dalam mengurangi efeksamping dari penggunaan obat antidiabetes. Tanaman kelor (Moringa oleifera L.)dilaporkan kaya akan nutrisi serta memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.Pemanfaatan tanaman kelor digunakan dalam menangani penyakit diabetes, kosmetik,sumber nutrisi dan juga sayuran. Tanaman kelor termasuk dalam suku Moringaceaeyang memiliki habitus berupa semak dengan batang berkayu. Morfologi daun kelor yaituberbentuk lonjong sampai bulat telur terbalik, ujung tumpul, pangkalnya membulat, dantepinya rata. Daun berwarna hijau sampai hijau kecoklatan, panjangnya antara 1-3 cm,dan lebarnya antara 4 mm-1 cm. Daun kelor kaya akan nutrisi yang dapat dimanfaatkansebagai bahan makanan terutama pada kondisi kekurangan nutrisi. Kelor mengandungsenyawa metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Handayani, Rezqi. "Uji Daya Hambat Ekstrak Metanol dan Fraksi Rimpang Lengkuas Merah (Alipinia purpuruta K Schoum) terhadap Bakteri Escherichia Coli." Jurnal Surya Medika 1, no. 2 (2016): 1–9. http://dx.doi.org/10.33084/jsm.v1i2.393.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas daya hambat ekstrak metanol dan fraksi rimpang lengkuas merah (Alipinia purpuruta K Schoum) terhadap pertumbuhan bakteri E.coli serta mengetahui perbandingan efektivitas daya hambat ekstrak metanol dan fraksi rimpang lengkuas merah (Alipinia purpuruta K Schoum) terhadap bakteri E.coli. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Mikrobiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah ekstraksi rimpang lengkuas merah, fraksinasi ekstrak etanol rimpang lengkuas merah dan uji daya hambat ekstrak etanol dan fraksi rimpang lengkuas merah terhadap pertumbuhan bakteri Escheria coli. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah ekstrak etanol dan fraksi rimpang lengkuas merah mempunyai daya hambat pada pertumbuhan bakteri E. coli dengan kekuatan daya hambat pada kategori lemah dengan dibuktikan adanya zona hambat pada media uji.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Za'amah Ulfah, Rini Prastiwi, and Hayati Hayati. "Review Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) Ditinjau Dari Segi Farmakognosi, Fitokimia, Dan Aktivitas Farmakologi." Farmasains : Jurnal Ilmiah Ilmu Kefarmasian 8, no. 2 (2021): 105–14. http://dx.doi.org/10.22236/farmasains.v8i2.5407.

Full text
Abstract:
Tanaman tanaman Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) merupakan tanaman yang banyak digunakan dalam pengobatan, kosmetik dan aromaterapi. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui cara mengidentifikasi dari segi farmakognosi, menentukan kandungan fitokimia, dan mengetahui berbagai aktivitas farmakologi yang terkandung dalam tanaman Gaharu. Pemeriksaan karakterisasi mutu ekstrak daun gaharu meliputi uji makroskopis, uji mikroskopis, penentuan kadar air. , kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar ekstrak larut air, kadar ekstrak larut etanol, dan susut pengeringan. Hasil dari studi literatur didapatkan data kadar air 4,32%, kadar sari larut air 12,09%, kadar sari larut etanol 9,56%, kadar abu total 7,78%, dan kadar abu tidak larut asam 0,62%. Kandungan senyawa dalam daun gaharu antara lain flavonoid, glikosida, tanin, dan triterpenoid. Tanaman gaharu memiliki beberapa aktivitas farmakologi seperti antibakteri, antidiabetes, antiinflamasi, anti rayap, dan antioksidan. Adanya kandungan senyawa metabolit sekunder ini membuat Gaharu mempunya aktivitas farmakologi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Novita Sari, Sartika, Rini Prastiwi, and Hayati Hayati. "Studi Farmakognosi, Fitokimia Dan Aktivitas Farmakologi Tanaman Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I.M. Johnston)." Farmasains : Jurnal Ilmiah Ilmu Kefarmasian 9, no. 1 (2022): 19–28. http://dx.doi.org/10.22236/farmasains.v9i1.5403.

Full text
Abstract:
Tanaman Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius (Mill.) I.M. Johnston) merupakan tanaman dari suku Euphorbiaceae yang berasal dari Semenanjung Yucatan, Meksiko. Tanaman pepaya jepang digunakan sebagai obat tradisional dengan memanfaatkan bagian tanaman, antara lain daun dan batang. Tanaman pepaya jepang mengandung banyak metabolit sekunder yang saling bersinergis dalam memberikan efek farmakologis. Review ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait kandungan senyawa aktif dan aktivitas farmakologis, dalam mengatasi berbagai penyakit. Berdasarkan beberapa penelitian diketahui tanaman pepaya jepang memiliki aktivitas farmakologis seperti antibakteri, antijamur, antioksidan, antidiabetes, hiperkolesterolemia, antiinflamasi, perbaikan pada kerusakan hati dan asam urat. Aktivitas farmakologis terjadi dengan berbagai mekanisme kerja dalam mengatasi berbagai penyakit. Senyawa kimia yang terkandung dalam pepaya jepang seperti saponin, flavonoid, tanin, alkaloid, fitat, glikosida sianogenik, dan terpenoid.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Ellycornia, Annysa, Nunung Nurhayati, Yonathan Tri Atmodjo Reubun, and Lia Warti. "STUDY PHARMACOGNOSY AND PHYTOCHEMICAL SCREENING OF Imperata cylindrica (L.) Raeusch." MIDWINERSLION Jurnal Kesehatan STIKes Buleleng 9, no. 2 (2024): 215–24. http://dx.doi.org/10.52073/mjksb.v9i2.426.

Full text
Abstract:
Imperata cylindrica L. Raeusch adalah salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan tradisional. Tujuan dari kajian skrining farmakognosi dan fitokimia adalah untuk membantu identifikasi dan standarisasi untuk menjamin kualitas bahan tanaman. Hasil uji menunjukkan buluh serbuk sari mikroskopis adalah fragmen kersik, serat, beam transporter, parenkim, dan serat lignin. Uji bubuk fluoresensi dan ekstrak etanol fluoresisasi alang-alang dengan penambahan HCl, H2SO4 dan HNO3. Skrining fitokimia Imperata cylindrica mengandung flavonoid, tanin, dan triterpenoid. Parameter fisikokimia Imperata cylindrica diperoleh kandungan ekstrak yang larut dalam air sebesar 16,52% ± 0,216, kandungan ekstrak yang larut dalam etanol sebesar 11,59% ± 0,036, kadar air sebesar 10,38% ± 0,308, kadar abu total sebesar 13,05% ± 0,209 dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,21% ± 0,005. Pola kromatografi ekstrak n-heksana diperoleh 8 bintik, 4 bintik diperoleh ekstrak diklorometan, dan ekstrak etanol diperoleh 4 bintik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Nurviana, Vera. "PROFIL FARMAKOGNOSI DAN SKRINING FITOKIMIA DARI KULIT, DAGING, DAN BIJI BUAH LIMUS (Mangifera foetida Lour)." Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi 16, no. 1 (2016): 136. http://dx.doi.org/10.36465/jkbth.v16i1.176.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Narsa, Anggga Cipta, Arifah Aidah Salman, and Wisnu Cahyo Prabowo. "Identifikasi Metabolit Sekunder dan Profil Farmakognosi Kulit Bawang Merah (Allium cepa L) Sebagai Bahan Baku Farmasi Terbarukan." Jurnal Sains dan Kesehatan 4, no. 6 (2022): 645–53. http://dx.doi.org/10.25026/jsk.v4i6.1551.

Full text
Abstract:
Bawang merah (Allium cepa L) merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Kulit bawang merah digunakan secara luas pada bagian umbinya namun pada bagian kulitnya sendiri masih terbatas, sedangkan kulit bawang merah memiliki potensi yang baik untuk digunakan menjadi bahan baku farmasi karena kandungan metabolit sekunder di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dari ekstrak etanol kulit bawang merah dan mengetahui hasil profil farmakognosi serbuk simplisia kulit bawang merah. Ekstrak kulit bawang merah diperoleh dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit bawang merah mengandung metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, terpenoid, dan saponin dan diperoleh karakterisasi parameter non spesifik kadar air 4,0086% ; kadar abu 7,5965% ; kadar abu tidak larut asam 0,6709%. Hasil penelitian menunjukkan terpenuhi syarat yang tidak melebihi batasan karakterisasi parameter non spesifik dan pada hasil mikroskopik menunjukkan karakteristik organel yang terpantau jelas sebagai profil mikroskopik kulit bawang merah serta pada hasil KLT ditunjukkan identitas yang khas dari profil pemisahan ekstrak kulit bawang merah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Nurqomariah, Juwita, and Muhlis Tahir. "Pengembangan Aplikasi Media Pembelajaran Berbasis Game Edukasi Tanaman Obat dan Herbal Madura." Jurnal Masyarakat Informatika 15, no. 2 (2024): 149–61. https://doi.org/10.14710/jmasif.15.2.68165.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan aplikasi media pembelajaran berbasis game edukasi yang mengenalkan tanaman obat dan herbal Madura kepada siswa kelas X jurusan Farmasi di SMKS Yannas Husada Bangkalan. Aplikasi ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi simplisia, herba, dan rimpang dalam mata pelajaran Farmakognosi, serta menumbuhkan minat belajar yang lebih tinggi melalui pendekatan yang interaktif dan berbasis teknologi. Pengembangan aplikasi menggunakan model Multimedia Development Life Cycle (MDLC) yang terdiri dari enam tahapan, yaitu concept, design, material collecting, assembly, testing, dan distribution. Hasil uji coba dari ahli media menunjukkan aplikasi ini mencapai tingkat pencapaian sebesar 88% dan berada pada kualifikasi sangat layak digunakan. Penilaian dari ahli materi juga menunjukkan pencapaian sebesar 88,89%, menandakan bahwa aplikasi ini valid dan sesuai untuk digunakan. Selain itu, pengujian yang dilakukan oleh siswa kelas X jurusan Farmasi SMKS Yannas Husada Bangkalan menunjukkan tingkat pencapaian sebesar 93%, yang juga mengindikasikan bahwa aplikasi ini sangat layak digunakan. Berdasarkan hasil-hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini efektif dan valid untuk digunakan sebagai media pembelajaran.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Anggyadinata, Frisma, Novyananda Salmasfattah, Nanang Ardianto, and Kevvy Buana Ibrahim. "EFEKTIVITAS DAUN KITOLOD (Isotoma longiflora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA MENCIT (Mus musculus)." JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG 16, no. 1 (2023): 88–98. http://dx.doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2472.

Full text
Abstract:
Luka bakar merupakan rusaknya jaringan, biasanya disebabkan beberapa faktor. Cara mengurangi resiko infeksi serta mencegah luka menjadi kronis yaitu mengobati luka secara tepat. Salah satu tumbuhan yang biasa digunakan dalam pengobatan tradisional adalah tanaman kitolod (Isotoma longiflora). ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sediaan ekstrak etanol 96% daun kitolod (Isotoma longiflora) pada pemulihan luka bakar pada mencit jantan (Mus musculus). Penelitian dilakukan pada Agustus sampai September 2023 bertempat di Laboratorium Kimia, Farmakognosi dan Hewan ITSK RS DR. Soepraoen. Metode yang digunakan adalah ultrasonik dengan menggunakan sampel daun kitolod. Hasil menunjukkan percepatan penyembuhan luka bakar dalam uji One Way ANOVA dengan nilai signifikansi p=0,003 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada data diameter luka bakar, dengan hasil terbaik diameter terkecil pada kontrol positif sebesar 9,678 mm, diikuti kontrol negatif 12,477 mm, konsentrasi 10% 13,683 mm, kontrol 40% 16,237 mm, dan diameter terbesar pada kontrol 20% 16,280 mm. Diketahui bahwa efektivitas salep ekstrak daun kitolod yang terbaik dalam proses penyembuhan luka bakar pada mencit adalah pada konsentrasi 10% dengan diameter luka bakar pada hari ke-14 sebesar 13,683 mm. Disarankan peneliti selanjutnya menguji efektivitas ekstrak daun kitolod menggunakan metode dan kosentrasi sediaan salep yang sama namun menempatkan hewan uji pada ruangan yang sesuai dengan ukuran mencit yang terkontrol suhu dan kelembaban lingkungannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Ikha Maulana Dewi, Ary Nahdiyani Amalia, and Indira Pipit Miranti. "Uji Efektifitas Antidiabetes Ekstrak Daun Teh-Tehan (Acalypha Siamensis) Pada Tikus Putih Wistar Jantan Yang Diinduksi Aloksan." Jurnal Mahasiswa Ilmu Kesehatan 2, no. 1 (2024): 126–36. https://doi.org/10.59841/jumkes.v2i1.938.

Full text
Abstract:
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit kronis kelainan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah melebihi batas normal (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, atau resistensi hormon insulin maupun kedua-duanya. Daun teh-tehan (Acalypha siamensis) mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan dan antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun teh-tehan (Acalypha siamensis) terhadap kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi aloksan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi dan Farmakognosi Stikes Ibnu Sina Ajibarang. Metode penelitian ini menggunakan posttes with control design dengan menggunakan subjek penelitian tikus jantan sebanyak 15 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (Aquadest), kelompok kontrol positif (Glibenklamid), dosis 100 mgkgBB, dosis 200 mg/kgBB, dan dosis 300 mg/kgBB. Pengujian efek antihiperglikemik ini menggunakan metode induksi aloksan 120 mg/kg yang dilakukan dengan cara merusak sel beta pankreas pada hewan uji. Parameter yang diamati berupa penurunan kadar glukosa darah pada hari ke-7 dan ke-10. Hasil uji yang diperoleh kemudian di analisis menggunakan software spss secara one-way ANOVA dengan nilai siginifakn p = 0,000 < 0,05 kemudian dilakukan uji lanjut LSD (Least Significant Differens). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak daun teh-tehan berpengaruh terhadap penurunkan kadar glukosa darah pada tikus diabetes akibat induksi aloksan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Qamariah, Nurul, Rezqi Handayani, and Akhmad Khadafi. "Pemanfaatan Tumbuhan Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam) Asal Kalimantan Tengah sebagai Obat Tradisional." Jurnal Surya Medika 2, no. 1 (2016): 14–22. http://dx.doi.org/10.33084/jsm.v2i1.364.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif atau metabolit skeunder yang dapat berkhasiat sebagai obat dan untuk mengetahui profil Kromatografi Lapis Tipis senyawa aktif yang terkandung dalam daun Sankareho. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah identifikasi senyawa kimia atau metabolit sekunder yaitu pati dan aleuron, tanin, katekol, flavonoid, alkaloid, saponin, dan steroid. Ekstraksi daun Sangkareho dilakukan dengan menggunakan metode perkolasi, kemudian ekstrak yang didapat difraksinasi untuk mendapatkan fraksi senyawa kimia sesuai dengan tingkat kepolaran (kloroform: etil acetat: n-butanol). Dari hasil fraksinasi dilakukan Kromatografi Lapis Tipis untuk melihat profil senyawa kimia secara KLT dengan menggunakan eluen polar dan non polar. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa daun Sangkareho(Callicarpa longifolia Lam) mengandung komponen senyawa kimia atau metabolid sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tanin dan steroid. Hasil fraksinasi didapatkan fraksi kloroform dan fraksi etil asetat. Dan dari hasil profil KLT ekstrak etanol, fraksi kloroform dan fraksi etil asetat daun Sangkareho menunjukkan hasil yang baik pada eluen non polar (n-heksan : etil asetat) dengan perbandingan 8:2; 7:3; dan 6:4 serta didapat nilai Rf yang bervariasi untuk tiap-tiap perbandingan eluen. Hasil uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menunjukkan bahwa eluen non polar dapat digunakan sebagai sistem pelarut pada penelitian selanjutnya yakni dalam analisis kromatografi lanjutan seperti kromatografi kolom maupun kromatografi cair kinerja tinggi yang mengarah ke tahap isolasi senyawa kimia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Puspitasari, Meyrika Dwi, Fendi Yoga Wardana, Ratih Tyas Widara, and Kevvy Buana Ibrahim. "UJI ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN CIPLUKAN (Physalis angulata L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli." JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG 16, no. 1 (2023): 78–87. http://dx.doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2452.

Full text
Abstract:
Penyakit infeksi merupakan gangguan yang dapat menyebabkan atau menularkan penyakit. Pada 2019 diperkirakan 13,7 juta kematian berasal dari penyakit infeksi, 5 bakteri yang paling sering menyebabkan penyakit infeksi adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa. Ciplukan (Physalis angulata L.) diperkirakan dapat digunakan sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini menguji aktivitas fraksi daun ciplukan terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini dilakukan pada Agustus - Oktober 2023 di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Mikrobiologi ITSK RS DR. Soepraoen. Penelitian ini merupakan kuantitatif eksperimental dengan sampel daun ciplukan yang dimaserasi kemudian dilanjutkan fraksinasi menggunakan n-heksana, etil asetat, dan etanol. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan kontrol negatif DMSO 50% dan kontrol positif kloramfenikol 30 μg. Aktivitas antibakteri ditandai dengan diameter zona bening pada sekitar cakram kemudian hasilnya dianalisis dengan One Way ANOVA. Hasil uji aktivitas antibakteri yang paling tinggi fraksi etanol 20% yaitu 8,4725 mm pada Staphylococcus aureus dan 11,6225 mm pada Escherichia coli. Pada fraksi n-heksana terhadap Escherichia coli tidak ditemukan aktivitas antibakteri. Berdasarkan hasil diketahui bahwa fraksi etanol konsentrasi 20% merupakan fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri paling efektif terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Berdasarkan uji One Way ANOVA pada setiap kelompok bakteri didapatkan perbedaan signifikan. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang sama namun menggunakan metode difusi sumuran.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Ibrahim, Kevvy Buana, Fendi Yoga Wardana, Bagus Dadang Prasetiyo, and Meyrika Dwi Puspitasari. "UJI KADAR VITAMIN C DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI FRAKSI KULIT BUAH MELINJO (Gnetum gnemon L)." JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG 16, no. 1 (2023): 65–77. http://dx.doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2451.

Full text
Abstract:
Melinjo (Gnetum gnemon L) di Indonesia banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan namun kulit buah melinjo sendiri dianggap limbah karena belum ada upaya pemanfaatannya secara maksimal dan belum ada penelitian mengenai detail kandungan senyawa aktif yang ada di dalamnya. Kulit buah melinjo diduga dapat berpotensi menjadi sumber vitamin C dan antioksidan alami yang dapat menekan aktivitas dari radikal bebas. Tujuan penelitian mengetahui kadar vitamin C dan aktivitas antioksidan dari fraksi kulit buah melinjo. Dilaksanakan pada Agustus hingga September 2023 di Laboratorium Farmakognosi dan Kimia ITSK RS DR. Soepraoen. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dilanjutkan fraksinasi. Penentuan kadar vitamin C menggunakan spektrofotometri UV-Vis, sedangkan penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Hasil kadar vitamin C tertinggi sebesar 7,3483 μg/mL pada fraksi etanol, diikuti etil asetat 7,0285 μg/mL dan n-heksan 3,6108 μg/mL. Hasil aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 tertinggi sebesar 279,35 μg/mL pada fraksi etil asetat, diikuti etanol 333,98 μg/mL, dan n-heksan 4077,31 μg/mL. Pelarut dengan kepolaran lebih tinggi mampu mengekstrak senyawa vitamin C dari simplisia lebih efisien dan pelarut yang bersifat semi polar mampu lebih efektif menarik senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan, jenis kepolaran dari sebuah pelarut mampu mempengaruhi jumlah serta jenis senyawa yang akan diekstraksi sesuai dengan kepolaran dari senyawa tersebut. Direkomendasikan pada penelitian selanjutnya menguji senyawa aktif antioksidan fraksi etil asetat dan metode lain pengujian aktivitas antioksidan kulit buah melinjo.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Anjani, Marshela, Fendi Yoga Wardana, Nanang Ardianto, and Maria Istiqomah. "UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENENTUAN NILAI SUN PROTECTION FACTOR (SPF) DARI FRAKSI DAUN VIOLET (Viola odorata L.)." JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG 16, no. 2 (2024): 485–95. http://dx.doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i2.2494.

Full text
Abstract:
Paparan radiasi sinar UV dalam waktu lama dapat memicu efek berbahaya pada kulit manusia, seperti kerutan dan kanker kulit. Dampak buruk tersebut dapat diminimalisir dengan penggunaan tabir surya sebagai pelindung sinar UV. Daun violet (Viola odorata L.) mempunyai kandungan senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan sekaligus zat aktif tabir surya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan mengukur nilai Sun Protection Factor (SPF) pada fraksi daun violet (Viola odorata L.). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Kimia ITSK RS dr. Soepraoen pada bulan Agustus sampai September 2023. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi yang kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi. Penentuan aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) dan penentuan aktivitas tabir surya menggunakan perhitungan Sun Protection Factor (SPF). Pengukuran nilai IC50 sebagai pengukur aktivitas antioksidan dengan spektrofotometri UV-Vis yang panjang gelombangnya 517 nm, sedangkan spektrofotometri UV-Vis yang digunakan untuk menentukan nilai SPF pada rentang panjang gelombang 290-320 nm. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antioksidan yang rendah dari fraksi-fraksi daun violet (Viola odorata L.), dengan nilai IC50 sebesar 1690 µg/mL untuk fraksi n-heksana, 1880 µg/mL untuk fraksi etil asetat dan 2130 µg/mL untuk fraksi etanol. Kategori perlindungan minimal pada konsentrasi 250 ppm ditunjukkan oleh nilai SPF fraksi n-heksana dan etil asetat, yaitu masing-masing 2,142 dan 2,807. Pada konsentrasi 250 ppm, nilai SPF fraksi etanol adalah 12,589, masuk dalam kategori perlindungan maksimal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Prasetyo, Bagus Dadang, Fendi Yoga Wardana, Krisna Indahyati, and Dhea Aliyyul Wardani. "IDENTIFIKASI PENETAPAN KADAR FLAVONOID DAN TOTAL FENOL PADA FRAKSI KULIT BUAH MELINJO (GNETUM GNEMON L.)." JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG 16, no. 1 (2023): 166–77. http://dx.doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2477.

Full text
Abstract:
Gnetum gnemon L atau sering dikenal dengan nama melinjo merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis seperti Asia Tenggara. Selain kandungan purin yang tinggi pada biji melinjo, ternyata kulit melinjo yang selama ini kurang dimanfaatkan ternyata memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah kandungan polifenol dan flavonoid yang dapat membantu mencegah penyakit asam urat yang sering terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk penetapan kadar metabolit fenol dan flavonoid pada fraksi kulit buah melinjo merah. Diselenggarakan pada bulan Agustus hingga September 2023 di Laboratorium Farmakognosi dan Kimia ITSK RS Dr Soepraoen Malang. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratorium dengan desain Quasi Experimental Design pada fraksi etanol, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana kulit melinjo. Populasi yang digunakan adalah kulit buah melinjo yang ada di RT 15 RW 03 Desa Bantur Kabupaten Malang Jawa Timur. Sampel penelitian menggunakan kulit buah melinjo yang kondisinya baik dan berwarna merah. Penelitian menunjukkan bahwa kandungan total flavonoid dalam etanol adalah 96%; etil asetat; fraksi n-heksana sebesar 14,2143 mgQE/g; 13,4707 mg QE/g; 31,1703 mg QE/g sedangkan total fenol dalam etanol 96%; etil asetat; fraksi n-heksana sebesar 10,4904 mgGAE/g; 5,5366 mgGAE/g; 9,6911mgGAE/g. Kesimpulan penelitian adalah kulit melinjo mengandung antioksidan seperti total fenol dan flavonoid yang cukup tinggi, sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai alternatif sumber obat alami untuk menurunkan kadar purin pada penyakit asam urat, dimana biji melinjo memiliki kandungan yang cukup tinggi Direkomendasikan uji penetapan kadar total fenol, flavonoid fraksi etil asetat pada fraksi kulit buah melinjo.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Handayani, Rezqi, and Heni Rusmita. "Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. F.) Bedd.) terhadap Bakteri Escherichia coli." Jurnal Surya Medika 2, no. 2 (2017): 13–26. http://dx.doi.org/10.33084/jsm.v2i2.356.

Full text
Abstract:
Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan berbagai tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan dihuni oleh berbagai suku dengan pengetahuan pengobatan tradisional yang berbeda. Indonesia memiliki lebih dari 1.000 jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat dan sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Salah satu tumbuhan khas Kalimantan yang berkhasiat sebagai obat tradisional adalah Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.). Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) merupakan tumbuhan yang lazim dikonsumsi oleh masyarakat sehari-sehari sebagai sayuran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Handayani et al. (2016) tentang Potensi Tumbuhan Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) sebagai Afrodisiaka, kandungan kimia/zat aktif pada simplisia dan ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) adalah alkaloid, saponin dan tanin. Alkaloid, saponin dan tanin merupakan senyawa metabolit sekunder yang dapat ditemukan di dalam tanaman dan diketahui dapat memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Kegiatan penelitian yang dilakukan dimulai dengan pembuatan ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) dengan metode ekstraksi sokletasi dan uji daya hambat ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan metode penanaman kertas cakram (paper disc) Kirby-Bauer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya hambat ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli serta untuk mengetahui konsentrasi ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Hasil penelitian rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) terhadap bakteri Escherichia coli baik pada konsentrasi 1%, 5%, 10%, dan 15% yaitu 0 mm, yang artinya ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) tidak mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Widodo, Harto, Abdul Rohman, and Sismindari Sismindari. "Pemanfaatan Tumbuhan Famili Fabaceae untuk Pengobatan Penyakit Liver oleh Pengobat Tradisional Berbagai Etnis di Indonesia." Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 29, no. 1 (2019): 65–88. http://dx.doi.org/10.22435/mpk.v29i1.538.

Full text
Abstract:
Abstract
 Liver disease is one of the leading causes of death globally. Recently, its prevalence and mortality rate continue to increase. It was reported that Indonesia’s hepatitis prevalence was 1.2% in 2013. Indonesia is the world second largest megabiodiversity country and inhabited by 1,068 ethnicities. Both are assets to explore medicinal plants as well as local knowledge to overcome various diseases. Ethnomedicine research by the National Institute of Health Research and Development (NIHRD) of Republic of Indonesia in year of 2012, 2015, and 2017 resulted in local etnopharmacology and medicinal plants in Indonesia. One important information is data on the use of medicinal plants for the treatment of liver disease by traditional healers from various ethnic groups in Indonesia. Analysis of the information set shows that the most widely used plant species for the treatment of liver disease by battra are included in Fabaceae family. Therefore, further studies of the literature regarding the use of empirical, compound content, therapeutic activities and pharmacology of plant species are used as support or even correction for their use in the treatment of liver disease. Various properties as antibiotics (against viruses, bacteria, parasites, fungi), anti-inflammation, antioxidants, hepatoprotectors, and immunomodulators support the use of these species for the treatment of liver disease. Further research is needed to provide basic data on its use in traditional medicine, obtain and develop new drug compounds, and reveal broader use, not to mention toxic and anti-nutritional compounds. This information is expected to be useful for those who are involved in the ethnobotany, botany, pharmacognosy, and pharmacology fields.
 Abstrak
 Penyakit liver termasuk salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian utama secara global, dengan angka kematian terus mengalami peningkatan. Hepatitis merupakan salah satu penyakit liver, prevalensi di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 1,2%. Sebagai negara megabiodiversitas nomor dua di dunia yang dihuni oleh 1.068 etnis/suku bangsa, Indonesia kaya akan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit. Riset etnomedisin oleh Badan Litbang Kesehatan RI pada tahun 2012, 2015, dan 2017 menghasilkan metadata pengetahuan lokal etnofarmakologi dan tumbuhan obat Indonesia. Salah satu informasi pentingnya yaitu data pemanfaatan tumbuhan obat untuk pengobatan penyakit liver oleh pengobat tradisional (battra) dari berbagai etnis di Indonesia. Analisis terhadap set informasi tersebut menunjukkan bahwa spesies tumbuhan paling banyak digunakan untuk pengobatan penyakit liver termasuk dalam famili Fabaceae. Oleh karena itu, dilakukan studi literatur mengenai pemanfaatan empiris, kandungan senyawa, aktivitas terapeutik dan farmakologi spesies-spesies tumbuhan tersebut sebagai dukungan atau bahkan koreksi terhadap pemanfaatannya untuk pengobatan penyakit liver. Berbagai khasiat sebagai antibiotik (terhadap virus, bakteri, parasit, jamur), anti-inflamasi, antioksidan, hepatoprotektor, dan imunomodulator menyokong pemanfaatan spesies tersebut untuk pengobatan penyakit liver. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk memberikan data dasar penggunaannya dalam pengobatan tradisional, mendapat dan mengembangkan senyawa obat baru, serta mengungkap pemanfaatan yang lebih luas tak terkecuali pula terhadap senyawa toksik dan anti-nutrisi. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi yang menggeluti bidang etnobotani, botani, farmakognosi, dan farmakologi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Kamar, Iqbal, Fazrina Zahara, and Dewi Yuniharni. "Identifikasi Parasetamol dalam Jamu Pegal Linu Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)." QUIMICA: Jurnal Kimia Sains dan Terapan 3, no. 1 (2021): 24–29. http://dx.doi.org/10.33059/jq.v3i1.3973.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya kandungan Bahan Kimia Obat (BKO) parasetamol dalam sediaan jamu pegal linu yang beredar di pasar Kota Langsa. Metode penelitian dilakukan secara deskriptif dan Eksperimental di Laboratorium Kimia dan Farmakognosi Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa dengan menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Sebanyak 5 sampel jamu yang diambil dengan Teknik Random Sampling. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil Nilai RF dari KLT diketahui bahwa sampel jamu pegal linu SB negatif mengandung Parasetamol dengan hasil Nilai Rf 0,27, 0,33, dan 0,22 ditiga kali pengulangan, sedangkan sampel jamu pegal linu SA, SC, SD, dan SE positif mengandung Parasetamol dengan hasil Nilai RF=1 di tiga kali pengulangannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 4 sampel jamu Positif mengandung BKO Parasetamol, sedangkan 1 sampel jamu Negatif mengandung BKO Parasetamol.
 Referensi :
 [1] Jayanti, R., Aprilia, H., Lukmayani. Y., Analisis Bahan Kimia Obat (BKO) Glibenklamid Dalam Sediaan Jamu Diabetes Yang Beredar Dipasaran. Prosiding Penelitian SPeSIA 2015. Surabaya: Prodi Farmasi FMIPA Unisba, 2015. p. 649-653.
 [2] Purwaningsih, E.H., Jamu, Obat Tradisional Asli Indonesia Pasang Surut Pemanfaatannya di Indonesia. Jakarta. eJKI. Departemen Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indo. 2017
 [3] Susila, P.O., Identifikasi dan Kuantifikasi Bahan Kimia Obat Sibutramin Dalam Jamu Pelangsing Yang Beredar Di Sekitar Surakarta Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-VY.Surakarta: Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2017. p. 15-16.
 [4] BPOM, Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Sekretariat Negara. Jakarta.Hal 7.
 [5] BPOM,Bahaya Jamu Yang Mengandung Bahan Kimia Obat.http://IK.pom.go.id/v201 2/q-a/bahaya-jamu-yang-mengandung-bko. 2015. Diakses Tanggal 26 Maret 2020.
 [6] Anggraeni, D.L., Rusdi, B dan Hilda, A.W., Pengembangan Metode Analisis Parasetamol dan Deksametason Pada Jamu Pegal Linu Menggunakan Metode Ekskresi Fasa Pada dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba. 2015.
 [7] Latif A,. Analisis Alupurinol Pada Sediaan Jamu Serbuk Asam Urat Yang Beredar di Purwokerto. Fakultas Farmasi- Universitas Muhammadiyah Purwokerta. 2018. p. 1145.
 [8] Isnan Ary Surahman, Analisis Bahan Kimia Obat Dalam Sediaan Jamu Cair Pegal Linu Tanpa Merek Dengan Metode Kltdensitometri, Skripsi Sarjana, Universitas Muhammadiyah Malang, 2017, p. 57
 [9] Hayun, Karina, M.A, Pengembangan dan Validasi Metode KLT. Desintrometri untuk Analisis Secara Simultan Parasetamol, Asam Mefenamat dan Ibu Profen dalam Jamu “Pegal Linu”. Jurnal Sains farmasi&Klinis. Sumatra Barat: Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. 2 (2) p.150-161
 [10] Harmita, Analisis Fisikokimia Kromatografi Volume 2. EGC. Jakarta. 2015. 9 (1).p.22.
 [11] Katno, Tingkat Manfaat, Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Karanganhya: B2P2TP-OT. 2018.
 [12] A. Wirastuti, A. A. Dahlia, and A. Najib, “Pemeriksaan Kandungan Bahan Kimia Obat (BKO) Prednison Pada Beberapa Sediaan Jamu Rematik,” Fitofarmaka Indones., vol. 3, no. 1, pp. 130–134, 2017.
 [13] F. Husna and S. R. Mita, “Identifikasi Bahan Kimia Obat Dalam Obat Tradisional Stamina Pria Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis,” Farmaka, vol. 18, no. 2, pp. 16–25, 2018.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Wibowo, Wibowo, Luluk Anisyah, and Nancy Ratu Jovancha. "Uji Mutu Spesifik dan Non-Spesifik Ekstrak Etanol 70% Daun Beluntas (Pluchea indica (L.) Less)." Malahayati Nursing Journal 6, no. 8 (2024): 3267–76. http://dx.doi.org/10.33024/mnj.v6i8.13173.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Pluchea indica leaves in Indonesia are used as a medicine to get rid of body odor, as a fever reducer (antipyretic), to increase appetite, to increase breast milk, and as a cough medicine. This study used a non-experimental design with analytic descriptive method using the ethanol extract of beluntas (Pluchea indica (L.) Less) leaves as subjects. The research was conducted in June 2023 at the Pharmacognosy Laboratory and Integrated Chemistry Laboratory, S1 Pharmacy Study Program, STIKes Panti Waluya Malang to conduct an extract quality test based on standardized extract quality parameters on young and old beluntas leaf simplicia. The materials used in this study were 70% ethanol extract of beluntas (Pluchea indica (L.) Less) leaves. Plant determination was carried out at the UPT Herbal Materia Medika Batu Laboratory. The results of the organolepsis test obtained the bauk has herbal beluntas leaves, bitter and astringent taste, green color in powder form. In the alkaloid test, Bouchardat reagent: produces a blackish brown color (+), Mayer's reagent: produces a clear white color (+), Dragendorf reagent: produces a yellow color (-) Alkaloid test results are positive (+), because from 3 times the reaction produces 2 which showed positive results, the flavonoid test obtained positive results because when 1 ml of concentrated HCl was dropped it produced an orange color, while the saponin test obtained a positive value because the sample produced 1-10 cm high foam after being shaken and allowed to stand. When dripped with 1 drop of HCl 2 N the foam does not disappear. The ethanol soluble compound was 69.17%, the water soluble compound content was 53.46%, the determination of the water content was 17.13%. Keywords: Beluntas leaves, ethanol extract, quality test ABSTRAK Daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less) di Indonesia digunakan sebagai obat untuk menghilangkan bau badan, sebagai penurun demam (antipiretik), peningkat nafsu makan, memperbanyak ASI, dan obat batuk. Penelitian ini menggunakan desain non eksperimental dengan metode deskriptif analitik dengan menggunakan subyek ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less). Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2023 di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Kimia Terpadu Prodi S1 Farmasi STIKes Panti Waluya Malang untuk melakukan uji mutu ekstrak berdasarkan parameter standarisasi mutu ekstrak pada simplisia daun muda dan tua beluntas. Bahan – bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol 70% daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less). Determinasi tanaman dilakukan dilakukan di UT Laboratorium Herbal Materia Medika Batu. Hasil penelitian pengujian organolepsis didapatkan bauk has herbal daun beluntas, rasa pahit dan sepat, warna hijau bentuk serbuk. Pada uji alkaloid didapatkan Pereaksi Bouchardat : menghasilkan warna coklat kehitaman (+),Pereaksi Mayer : menghasilkan warna putih bening (+), Perekasi Dragendrof : menghasilkan warna kuning (-) uji Alkaloid hasilnya Positif (+), karena dari 3 kali reaksi menghasilkan 2 yang menunjukan hasil positif, uji flavonoid didapatkan hasil positip dikarenakan saat diteteskan 1 ml HCl pekat menghasilkan warna jingga, sedangkan pada uji saponin didapatkan nilai positip dikarenakan sampel menghasilkan buih setinggi 1 – 10 cm setelah dikocok dan didiamkan saat ditetesi dengan 1 tetes HCl 2 N buih tidak hilang. Senyawa larut etanol 69,17 %, Kadar senyawa larut dalam air 53,46 %, penetapan kadar air didapatkan hasil 17,13 %. Kata Kunci: Daun Beluntas, Ekstrak Etanol, Uji Mutu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Forestryana, Dyera, Arnida Arnida, and Rahmat Yunus. "KAJIAN FARMAKOGNOSTIK TUMBUHAN JERUJU (HYDROLEA SPINOSA L.)ASAL DESA TELUK SELONG MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN." Borneo Journal of Pharmascientech 2, no. 2 (2018). https://doi.org/10.51817/bjp.v2i2.164.

Full text
Abstract:
KAJIAN FARMAKOGNOSTIK TUMBUHAN JERUJU (HYDROLEA SPINOSA L.)ASAL DESA TELUK SELONG MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN PHARMACOGNOSTIC STUDY OF JERUJU (HydroleaspinosaL.)FROM TELUK SELONG MARTAPURASOUTH BORNEO Dyera Forestryana*1 , Arnida2, Rahmat Yunus2 1STIKES Borneo Lestari, 2Universitas LambungMangkurat *dyera¬_forestryana@stikesborneolestari.com ABSTRAK Hydrolea spinosa L., dikenal dengan nama “Jeruju” di desa Teluk Selong Martapura. Daun jeruju digunakan untuk penyakit demam oleh masyarakat sekitar. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan data-data yang diperoleh dari investigasi jeruju sebagai obat herbal. Parameter studi farmakognostik digunakan sebagai alat untuk melakukan identifikasi keaslian tumbuhan. Investigasi farmakognostik dilakukan pada tumbuhan yang segar, serbuk daun dan anatomi daun jeruju yang memberikan karakter makroskopik dan mikroskopik (kualitatif) serta secara kuantitatif. Anatomi daun jeruju menunjukkan adanya stomata tipe anomositic, trikoma, kristal kalsium oksalat dan serat elemen. Serbuk daun jeruju diekstrak dengan etanol menggunakan metode maserasi. Identifikasi kimia serbuk daun menunjukkan adanya alkaloid, steroid, tanin, flavanoid dan beberapa karbohidrat. Spesifikasi kuantitatif farmakognostik jeruju digambarkan dengan bahan organik asing 0,01%, abu tidak larut asam 5,30%, abu larut air 4,21 %, abu total 5,85%, kadar sari larut air 26,30 %, kadar sari larut etanol 22,26% dan susut pengeringan 15,34%. Kata kunci : Hydrolea spinosa L., jeruju, kualitatif, kuantitatif, farmakognostik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Sutomo, Arnida, Hernawati Febri, and Yuwono M. "KAJIAN FARMAKOGNOSTIK SIMPLISIA DAUN KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa) ASAL PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN." January 1, 2010. https://doi.org/10.5281/zenodo.570312.

Full text
Abstract:
Karamunting telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Dilihat dari prospek yang sangat potensial sebagai bahan obat maka perlu dilakukan kajian farmakognostik sampel untuk pengendalian mutu dan keaslian simplisia. Penelitian ini bertujuan memberikan dasar ilmiah mengenai gambaran farmakognostik secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian secara kualitatif dan kuantitatif telah dideskripsikan. Identifikasi kimia menunjukkan hasil positif terhadap aleuron, tanin, katekol, alkaloid dan saponin. Karakteristik farmakognostik secara kuantitatif yaitu kadar abu sebesar 3,1%, kadar abu tidak larut asam 2,89%, kadar abu larut air 1,69%, susut pengeringan 14%, kadar sari larut air 0,48%, kadar sari larut etanol sebesar 0,36% dan bahan organik asing 0%. Hasil kromatogram diperoleh senyawa spesifik pada fase gerak kloroform : metanol : butanol (15: 2: 1) dengan nilai Rf 0,72 pada pengamatan dibawah lampu UV254 dan UV366. Pada fase gerak n-heksana : etil asetat (8 : 2) diperoleh dua senyawa yang spesifik dengan nilai Rf masing-masing 0,65 dan 0,78 dengan pengamatan dibawah lampu UV254 dan UV366.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Sutomo, Sutomo, Nadya Agustina, Arnida Arnida, and Fadilaturrahmah Fadilaturrahmah. "Studi Farmakognostik dan Uji Parameter Nonspesifik Ekstrak Metanol Kulit Batang Kasturi (Mangifera casturi Kosterm.)." Jurnal Pharmascience 4, no. 1 (2017). http://dx.doi.org/10.20527/jps.v4i1.5761.

Full text
Abstract:
ABSTRAK
 
 Kasturi (Mangifera casturi Kosterm.) merupakan salah satu tumbuhan endemik Kalimantan Selatan. Kulit batang M. casturi mengandung beberapa golongan senyawa yang berpotensi sebagai obat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan data hasil analisis farmakognostik, batas-batas maksimal kandungan senyawa tertentu dan profil kromatogram kandungan kimia ekstrak metanol kulit batang M. casturi. Analisis farmakognostik terhadap tumbuhan meliputi morfologi, anatomi, dan identifikasi kandungan kimia. Batasan maksimal kandungan senyawa tertentu berdasarkan parameter non spesifik meliputi kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, total bakteri dan kapang, dan kadar Pb dalam ekstrak. Karakteristik tumbuhan M. casturi yaitu memiliki batang berwarna coklat tua dengan permukaan kasar dan bergetah, daun berwarna hijau, berbentuk lancet, kulit buah matang berwarna coklat keunguan, daging buah berwarna kuning terang hingga jingga, berbau khas, berasa manis agak asam dan banyak mengandung serabut. M. casturi mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid, fenol dan saponin yang dibuktikan berdasarkan uji identifikasi kimia dan analisis secara KLT. Pengujian parameter non spesifik ekstrak metanol kulit batang M. casturi secara berturut-turut yaitu, kadar air 12,5±0,7%; kadar abu total 1,0±0,5%; kadar abu tidak larut asam 0,67±0,28%; tidak terdeteksi adanya pertumbuhan bakteri pada ekstrak kulit batang M. casturi; sedangkan total kapang yaitu 250 koloni/g; dan kadar Pb yaitu 3 mg/kg. 
 
 Kata Kunci: Kasturi, analisis, farmakognostik, Mangifera casturi, parameter non spesifik
 
 ABSTRACT
 
 Kasturi (Mangefera casturi Kosterm.) is one of the endemic plants of South Kalimantan. M. casturi bark contain several group of compounds potential to the treatment. This research aims to provide data analysis results pharmacognostic, maximum limits of certain compounds and profile chromatogram of chemical content of methanol extract from M. casturi bark. Pharmacognostic analysis of the plant include morphology, anatomy, and the identification of compounds. The maximum limits of certain coumpounds by non-specific parameters include water content, total ash, ash content insoluble in acid, total bacteria and fungi, and Pb content in the extract. M. casturi characteristic is having dark-brown stems with roughly surface and sticky, green leaves, lancet-shapes, fruit skin has a purplish brown colour, flesh of fruit has a bright yellow till orange colour, distinctive smell, slightly sour sweet taste, and contains lots of fiber. M. casturi bark contains alkaloids, flavonoids, terpenoids, phenols, and saponins that has been proved by chemical identification test and analysis of TLC. Non-specific parameter testing about methanol extract of M. casturi bark consecutively given, water content 12,5±0,7%; total ash 1,0±0,5%; ash content insoluble in acid 0,67±0,28%; undetected any bacterial contamination in the extract of M. casturi bark; while the total mold contamination is 250 colonies/g; and Pb contents is 3 mg/kg.
 
 Key words: Kasturi, pharmacognostic analysis, Mangifera casturi, non-specific parameter
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Handayani, Virsa, and Nurfadillah Nurfadillah. "KAJIAN FARMAKOGNOSTIK HERBA MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) dan HERBA MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.)." Jurnal Fitofarmaka Indonesia 1, no. 1 (2016). http://dx.doi.org/10.33096/jffi.v1i1.196.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Tari, Mayang, Ulik Alta, and Onny Indriani. "PENETAPAN KADAR FLAVONOID SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL PADA DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) DENGAN PERBEDAAN SUHU PENGERINGAN SIMPLISIA." Jurnal 'Aisyiyah Medika 7, no. 1 (2022). http://dx.doi.org/10.36729/jam.v7i1.776.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Daun jambu biji (Psidium guajava L) memiliki metabolit sekunder berupa flavonoid, flavonoid pada daun jambu biji dapat berkhasiat bagi kesehatan misalnya sebagai sitotoksik. Suhu pengeringan simplisia dapat mempengaruhi kadar flavonoid pada tanaman, suhu pengeringan yang berbeda menyebabkan kadar flavonoid yang berbeda. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana pengaruh suhu pengeringan simplisia daun jambu biji terhadap kadar flavonoidnya, suhu pengeringan yang digunakan yaitu suhu 30oC, 50oC dan70oC. Metode: Waktu penelitian pada bulan Juni-Agustus 2019 di Labolaturium Farmasi dan Labolaturiun Farmakognosi STIKES ‘Aisyiyah Palembang. Penelitian ini meliputi penyiapan sampel (pengambilan sampel, identifikasi tanaman, pembuatan simplisia), pemeriksaan uji mutu simplisia, pembuatan ekstrak cair, uji kualitatif flavonoid, uji kuantitatif flavonoid. Penetapan kadar flavonoid kuantitatif menggunakan reagen AlCl3 yang diukur secara spektrofotometri Visibel. Hasil: Kadar flavonoid yang paling tinggi didapatkan pada suhu 30oC+6oC sebesar 0,71 ± 0,02 %, pada suhu 50oC sebesar 0,61 ± 0,04% dan pada suhu sebesar 70oC 0,58 ± 0,05 %. Hasil perhitungan statistik menggunakan ANOVA satu arah pada suhu 30oC+6 oC dan 50oC menunjukan perbedaan yang nyata (p) < 0,05 dan pada suhu 50oC dan 70oC menunjukan tidak ada perbedaan (p) > 0,05. Pengeringan simplisia daun jambu biji dapat mempengruhi kadar flavonoid pada daun jambu biji, suhu pengeringan terbaik yaitu pada suhu 30oC+6oC. Saran: Perlu dilakukan pemeriksaan flavonoid menggunakan spesifik ke fraksinasi. Kata Kunci: Kadar Flavonoid, Suhu, Daun Jambu Biji, Spektrofotometri UV- Vis, Kuersetin
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Yogi Hernawan, Jarot, Hanita Christiandari, and Fenika Retnolia. "UJI SIFAT FISIK SEDIAAN LULUR (BODY SCRUB) BERAS KETAN PUTIH DAN PATI BENGKUANG (Pachyrhizus erosus Urb) SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI." Jurnal Permata Indonesia 16, no. 2 (2024). https://doi.org/10.59737/jpi.v16i2.330.

Full text
Abstract:
Lulur badan adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membersihkan kulit dari kotoran yang menyebabkan sel kulit mati, sedangkan krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Mengetahui uji sifat fisik sediaan lulur badan Beras Ketan Putih Dan Pati Bengkuang (Pachyrhizus erosus). Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Sampel yang digunakan adalah bengkuang. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasetika dan Farmakognosi Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta pada bulan Maret-Mei 2023. Variabel bebas dari penelitian ini adalah pati bengkuang 10%, 15%, 20%. Adapun variabel terikatnya adalah uji sifat fisik sediaan lulur badan pati bengkuang yang meliputi organoleptis, daya sebar, daya lekat, dan homogenitas. Berdasarkan hasil penelitian organoleptis pada keempat formulasi yaitu formulasi 0 berwarna putih, formulasi 1 berwarna putih tulang, formulasi 2 berwarna cream, formulasi 3 berwarna kecoklatan. Tekstur dari formulasi 0, formulasi 1, formulasi 2, formulasi 3 semi padat. Rata-rata nilai daya sebar formulasi 0: 5,83 cm; formulasi 1: 6,11 cm; formulasi 2: 5,81 cm; formulasi 3:5,15 cm. Rata-rata nilai daya lekat formulasi 0: 4,13 detik; formulasi 1: 4,20 detik; formulasi 2: 4,49 detik; formulasi 3: 5,59 detik. Hasil homogenitas keempat formulasi adalah homogen. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sediaan lulur (body scrub) pati bengkuang memiliki sifat fisik organoleptis, daya sebar, daya lekat dan homogenitas yang baik dan memenuhi syarat uji lulur (body scrub) pati bengkuang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!