Academic literature on the topic 'Fasies'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Fasies.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Fasies"

1

Al Haqiqi, Jundiya, Jenian Marin, and Tri Winarno. "Pemetaan Fasies Vulkanik berdasarkan Geomorfologi dan Stratigrafi Batuan Gunungapi pada Gunungapi Sindoro, Jawa Tengah." Jurnal Geosains dan Teknologi 2, no. 1 (2019): 24. http://dx.doi.org/10.14710/jgt.2.1.2019.24-32.

Full text
Abstract:
Gunungapi Sindoro merupakan salah satu gunungapi aktif yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan termasuk ke dalam jajaran gunungapi Kuarter di Pulau Jawa. Aktivitas vulkanisme Gunungapi Sindoro dapat dipelajari dari aspek vulkanostratigrafinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fasies vulkanik Gunungapi Sindoro berdasarkan aspek geomorfologi dan stratigrafi batuan gunungapi. Pemetaan fasies vulkanik dilakukan dengan analisis peta dan citra satelit, observasi lapangan, dan analisis petrografi. Geomorfologi daerah penelitian diklasifikasikan menjadi 13 satuan berdasarkan aspek genetiknya, mencakup kerucut utama, kerucut parasiter, punggungan aliran lava dan piroklastik, serta dataran antargunungapi. Litologi daerah penelitian dikelompokkan menjadi 22 satuan berumur Kuarter, terutama berupa endapan jatuhan freatik, kubah lava, aliran lava, endapan jatuhan piroklastik dan endapan aliran piroklastik. Satuan vulkanostratigrafi diklasifikasikan ke dalam Khuluk Sindoro yang terdiri atas Gumuk Kembang, Gumuk Kekep dan Gumuk Watu. Khuluk Sindoro juga termasuk ke dalam Bregada Sindoro-Sumbing. Berdasarkan sejarah dan endapan vulkanik yang ditemukan, dapat diinterpretasikan bahwa karakter letusan Gunungapi Sindoro didominasi oleh letusan tipe Strombolian.Berdasarkan geomorfologi dan stratigrafi, Gunung Sindoro dibedakan menjadi 9 fasies vulkanik meliputi Fasies Sentral Sindoro, Fasies Sentral Kembang, Fasies Sentral Kekep, Fasies Sentral Watu, Fasies Proksimal Sindoro, Fasies Proksimal Kembang, Fasies Proksimal Kekep, Fasies Proksimal Watu, dan Fasies Medial Sindoro.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Apriani, Ani. "METODE MARKOV CHAINS UNTUK ANALISA PERULANGAN FASIES DI SUB BASIN KILIRAN JAO SUMATRA BARAT." Angkasa: Jurnal Ilmiah Bidang Teknologi 8, no. 1 (2017): 1. http://dx.doi.org/10.28989/angkasa.v8i1.128.

Full text
Abstract:
Salah satu ironi dalam aplikasi geologi yaitu kita berhadapan dengan data fasies sebagai fungsi waktu, tetapi jarang dilakukan analisa statistiknya. Metoda Rantai Markov (Markov Chains) adalah salah satu cara untuk melakukan analisis perulangan fasies atau jenis batuan yang nantinya akan membantu dalam memprediksi dinamika sedimentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu melakukan analisa perulangan fasies dengan menggunakan metode markov chains. Metode statistik yang digunakan adalah deskriptif evaluatif dan diolah menggunakan Statistik Inferensial yaitu markov chains untuk mengetahui analisa perulangan fasies atau jenis batuan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hadirnya suatu fasies dalam arti luas,tergantung pada fasies sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan uji chi square dengan nilai x^hitung (10456) > x^tabel(51). Metode markov chains dapat melakukan analisa perulangan fasies yaitu dengan melihat matriks probabilitas transisi yang dapat memprediksi kehadiran fasies yang akan muncul selanjutnya sesuai dengan data yang ingin diketahui yang diprediksi dengan hadirnya fasies sebelumnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Hidayatillah, Ahmad Syauqi, Tri Winarno, and Rofiatun Khasanah. "Hubungan Antara Fasies Batugamping Terhadap Kualitasnya Sebagai Bahan Baku Semen Portland Menurut Kadar CaO dan Senyawa Terkait di Kuari B dan C, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Unit Palimanan, Cirebon." Jurnal Geosains dan Teknologi 3, no. 1 (2020): 1. http://dx.doi.org/10.14710/jgt.3.1.2020.1-11.

Full text
Abstract:
Batugamping merupakan sumberdaya alam kategori bahan galian industri nonlogam. Penelitian mengenai fasies dan kualitas batugamping di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Unit Palimanan dilakukan untuk mengetahui hubungan antara jenis fasies terhadap kualitas batugamping sebagai bahan baku semen portland. Penelitian dilakukan dengan pengamatan sampel batugamping secara makroskopis dan mikroskopis terhadap 20 singkapan batugamping Kuari B dan C. Setiap singkapan batugamping dilakukan pengambilan sampel hand speciment untuk analisis kualitas kimia menggunakan X-Ray Fluorescence dan analisis fasies lebih spesifik. Hasil analisis menyatakan bahwa batugamping Kuari B diklasifikasikan menjadi 3 fasies, yaitu packstone, bafflestone, dan rudstone yang terbentuk pada zonasi fasies reef core dan back-reef lagoon. Batugamping Kuari C diklasifikasikan menjadi 4 fasies, yaitu mudstone, wackestone, packstone, dan grainstone yang terbentuk pada zonasi fasies back-reef lagoon. Analisis kualitas kimia menunjukkan bahwa 8 sampel batugamping Kuari B berkualitas baik (kadar CaO>49%), sedangkan pada Kuari C didapati sebanyak 8 sampel berkualitas baik (kadar CaO >49%), 2 sampel berkualitas sedang (kadar CaO 40-49%) dan 2 sampel berkualitas rendah (kadar CaO<40%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis fasies batugamping yang bersifat grain supported seperti grainstone, packstone, bafflestone, dan rudstone cenderung menghasilkan batugamping dengan kualitas baik, sedangkan fasies batugamping yang bersifat matrix supported seperti mudstone dan wackestone akan menghasilkan batugamping dengan kualitas yang lebih buruk.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Moechtar, Rio Alcanadre Tanjung. "Evolusi Cekungan pada Periode Holosen Kaitannya dengan Fluktuasi Muka Air Laut, Tektonik dan Perubahan Iklim di Nabire dan Sekitarnya, Papua." Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral 20, no. 4 (2019): 237. http://dx.doi.org/10.33332/jgsm.geologi.20.4.237-248.

Full text
Abstract:
Daerah penelitian terletak di Kabupaten Nabire, Papua yang sebagian besar wilayahnya ditutupi endapan Kuarter. Penelitian bertujuan untuk mengungkap dinamika Kuarter serta interval proses pengendapan berdasarkan aspek sedimentologi dan stratigrafi. Metode yang dilakukan adalah pemboran dangkal menggunakan hand auger sebanyak 48 titik. Hasil pengeboran menunjukkan 7 (tujuh) fasies pengendapan, yaitu: endapan limpah banjir, endapan cekungan banjir, endapan sungai, endapan rawa bakau, endapan pantai, endapan laut dekat pantai, dan batuan pra-Holosen. Berdasarkan rekonstruksi penampang stratigrafi, kelompok fasies pengendapan tersebut terbagi menjadi dua interval periode pengendapan. Interval periode pengendapan pertama merupakan fasies muka airlaut tinggi (transgresi) dan tersusun atas sistem laut dan sistem rawa. Interval periode pengendapan kedua merupakan fasies muka airlaut rendah (regresi) dan tersusun atas sistem laut, sistem rawa dan sistem sungai. Hasil pentarikhan umur menggunakan metode pentarikhan radiokarbon menunjukkan bahwa batas antara periode pertama dan periode kedua terjadi pada kisaran umur 9.200-10.700 tahun yang lalu. Kemunculan sistem sungai pada periode kedua diakibatkan oleh turunnya muka air laut. Kondisi ini menunjukkan kecenderungan tingkat energi semakin mengecil, berkaitan dengan jumlah volume air ketika itu. Jumlah volume air tersebut berhubungan dengan tingkat kelembapan yang bergantung pada siklus perubahan iklim. Fasies endapan rawa bakau dicirikan dengan keterdapatan Rhizophora sp., Sonneratia alba, dan Bruguiera cylindrica, terjadi penipisan endapan gambut pada fasies tersebut. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa iklim menuju ke kering. Munculnya fasies pantai di bagian tengah fasies endapan rawa bakau membuktikan bahwa ketika muka airlaut turun secara global, secara lokal muka airlaut tinggi pada periode tertentu. Gejala ini cenderung berkaitan dengan turunnya dasar cekungan (base level) akibat tektonik.Katakunci : Muka air laut, tektonik, iklim, Holosen, Nabire
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Moechtar, Rio Alcanadre Tanjung. "Evolusi Cekungan pada Periode Holosen Kaitannya dengan Fluktuasi Muka Air Laut, Tektonik dan Perubahan Iklim di Nabire dan Sekitarnya, Papua." Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral 20, no. 4 (2019): 237. http://dx.doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v20i4.484.

Full text
Abstract:
Daerah penelitian terletak di Kabupaten Nabire, Papua yang sebagian besar wilayahnya ditutupi endapan Kuarter. Penelitian bertujuan untuk mengungkap dinamika Kuarter serta interval proses pengendapan berdasarkan aspek sedimentologi dan stratigrafi. Metode yang dilakukan adalah pemboran dangkal menggunakan hand auger sebanyak 48 titik. Hasil pengeboran menunjukkan 7 (tujuh) fasies pengendapan, yaitu: endapan limpah banjir, endapan cekungan banjir, endapan sungai, endapan rawa bakau, endapan pantai, endapan laut dekat pantai, dan batuan pra-Holosen. Berdasarkan rekonstruksi penampang stratigrafi, kelompok fasies pengendapan tersebut terbagi menjadi dua interval periode pengendapan. Interval periode pengendapan pertama merupakan fasies muka airlaut tinggi (transgresi) dan tersusun atas sistem laut dan sistem rawa. Interval periode pengendapan kedua merupakan fasies muka airlaut rendah (regresi) dan tersusun atas sistem laut, sistem rawa dan sistem sungai. Hasil pentarikhan umur menggunakan metode pentarikhan radiokarbon menunjukkan bahwa batas antara periode pertama dan periode kedua terjadi pada kisaran umur 9.200-10.700 tahun yang lalu. Kemunculan sistem sungai pada periode kedua diakibatkan oleh turunnya muka air laut. Kondisi ini menunjukkan kecenderungan tingkat energi semakin mengecil, berkaitan dengan jumlah volume air ketika itu. Jumlah volume air tersebut berhubungan dengan tingkat kelembapan yang bergantung pada siklus perubahan iklim. Fasies endapan rawa bakau dicirikan dengan keterdapatan Rhizophora sp., Sonneratia alba, dan Bruguiera cylindrica, terjadi penipisan endapan gambut pada fasies tersebut. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa iklim menuju ke kering. Munculnya fasies pantai di bagian tengah fasies endapan rawa bakau membuktikan bahwa ketika muka airlaut turun secara global, secara lokal muka airlaut tinggi pada periode tertentu. Gejala ini cenderung berkaitan dengan turunnya dasar cekungan (base level) akibat tektonik.Katakunci : Muka air laut, tektonik, iklim, Holosen, Nabire
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Siregar, Hans Elmaury Andreas, and Eki Komara. "PENENTUAN PERLAPISAN BATUGAMPING FORMASI RAJAMANDALA MENGGUNAKAN METODE GROUND PENETRATING RADAR DI DAERAH PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG." Buletin Sumber Daya Geologi 11, no. 3 (2016): 174–85. http://dx.doi.org/10.47599/bsdg.v11i3.29.

Full text
Abstract:
Batugamping Formasi Rajamandala sangat menarik untuk diteliti karena batuannya tersingkap secara luas di permukaan. Batugamping terbentuk di wilayah laut dangkal yang tersingkap menjadi perbukitan karena gejala tektonik berupa subduksi dan lipatan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Ground Penetrating Radar (GPR) untuk mengetahui sebaran fasies batugamping. Penelitian ini meliputi, pengambilan data pada frekuensi 75 MHz, pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak ReflexW, dan interpretasi data lapangan. Data bor digunakan untuk membantu interpretasi sebaran fasies dalam arah vertikal. Frekuensi antena yang digunakan adalah 75 MHz. Penggunaan frekuensi ini memberikan kemampuan resolusi yang cukup baik dengan jangkauan kedalaman yang memenuhi target. Proses pengolahan data GPR dilakukan dengan tahapan, penapisan noise, penguatan sinyal gelombang, proses bandpass frekuensi, dekonvolusi, stack trace, migrasi kirchoff, penapisan f-k-filter, dan penerapan koreksi statik. Data yang sudah diolah kemudian diinterpretasi dan dianalisis sehingga didapatkan sebaran fasies dan struktur batugamping. Daerah Cikamuning sekitar sumur X merupakan daerah slope dari terumbu, karena didominasi oleh fasies batugamping packstone-grainstone dan floatstone-rudstone dengan arah pengendapan timurlaut - baratdaya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Namigo, Elistia Liza. "PREDIKSI DISTRIBUSI SAND MENGGUNAKAN PEMODELAN GEOSTATISTIK." JURNAL ILMU FISIKA | UNIVERSITAS ANDALAS 6, no. 2 (2014): 45–51. http://dx.doi.org/10.25077/jif.6.2.45-51.2014.

Full text
Abstract:
Gambaran distribusi fasies dan heterogenitas geologi yang representatif sangat diperlukan dalam pengelolaan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi migas di bawah permukaan. Telah dilakukan pemodelan distribusi sand pada formasi Missisauga, lapangan Penobscot dengan menggunakan tiga algoritma berbasis grid yaitu Sequential Indicator Simulation (SIS) dan Truncated Gaussian Simulation (TGS) dan Multipoint Geostatistic (MPG). SIS dan TGS yang merupakan algoritma yang berbasis variogram, mampu menghasilkan model yang merepresentasikan korelasi spasial antar sumur dengan cukup baik namun belum secara optimal menangkap geometri fasies akibat sifat dari variogram yang hanya bisa memodelkan kontinuitas spasial antara dua lokasi pada satu waktu. TGS lebih unggul dibandingkan SIS pada aspek keterhubungan lateral dari sand channel dan distribusi fasies terlihat lebih well-ordered (sand-shalysand-shale).. MPG yang merupakan metode yang didasarkan pada data singkapan menawarkan korelasi lateral yang lebih baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Siftianida, Iffatul Izza, Agus Budhie Wijatna, and Bungkus Pratikno. "Aplikasi Isotop Alam untuk Pendugaan Daerah Resapan Air Bagi Mataair Di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat." Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi 12, no. 2 (2017): 97. http://dx.doi.org/10.17146/jair.2016.12.2.2274.

Full text
Abstract:
Mataair sebagai sumber airtanah di Kecamatan Cijeruk dimanfaatkan oleh warga sekitar maupun perusahaan air. Pemanfaatan air yang berlebihan menyebabkan terjadinya kekeringan air selama musim kemarau. Perlu adanya konservasi pada daerah resapan air bagi mataair di Kecamatan Cijeruk untuk menjaga ketersediaan air di mataair agar mencukupi permintaan air. Penentuan titik lokasi daerah resapan dan analisis kimia airtanah perlu dilakukan untuk memberi informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan konservasi pada daerah resapan mataair. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan: (1) menentukan asal usul dan genesis airtanah, (2) menentukan daerah resapan air bagi mataair, (3) mengetahui fasies airtanah, dan (4) mengetahui kualitas airtanah.Pengambilan sampel dilakukan di Kecamatan Cijeruk, dengan mengambil sampel airtanah yang berasal dari 10 lokasi sumber mataair yang digunakan oleh perusahaan air dan warga pada bulan Mei 2015. Rasio isotop D dan pada sampel air diukur dengan liquid water stable isotope analyzer LGR DLT-100 untuk menentukan genesis airtanah dan daerah resapan mataair. Analisis hidrokimia untuk mengetahui fasies dan kualitas airtanah. Parameter kimia yang digunakan adalah pH, Daya Hantar Listrik (DHL), Total dissolved Solid (TDS), dan ion mayor.Hasil penelitian menunjukan: (a) mataair berasal dari beberapa sumber yaitu air hujan dan airtanah, (b) daerah resapan CJR01, CJR02, CJR03, dan CJR04 berada pada elevasi 1988 – 2055 m.dpl, (c) daerah resapan CJR06 dan CJR09 pada elevasi 1379 – 1430 m.dpl, (d) daerah resapan mataair CJR07 dan CJR08 pada elevasi 811 – 836 m.dpl, (e) daerah resapan CJR05, dan CJR10 masing – masing berada pada elevasi 1475 mdpl, dan 1932 m.dpl, (f) fasies airtanah tergolong dalam fasies Mg-HCO3 (magnesium bikarbonat), dan (g) kualitas airtanah merupakan air tawar segar (fresh water).Kata kunci: deuterium, oksigen-18, resapan air, fasies, kualitas, airtanah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Listyani R.A., T., Purwita Rosa Nugrahani, Irghi Reynaldi Adam, and Raras Prabowo. "Proses Hidrokimia pada Air Dolina Kars Gunungsewu di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta." Jurnal Geosains dan Teknologi 4, no. 1 (2021): 11–20. http://dx.doi.org/10.14710/jgt.4.1.2021.11-20.

Full text
Abstract:
Salah satu permasalahan di daerah kars yang menarik untuk dikaji adalah masalah hidrokimia, khususnya pada subbentang alam eksokars yang berupa dolina.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena proses hidrokimia pada air dolina yang terjadi pada dua sub sistem hidrogeologi Panggang dan Wonosari-Baron, Kabupaten Gunungkidul. Metode yang dilakukan adalah survey hidrogeologi dilengkapi dengan uji sifat fisik/kimia air di laboratorium. Analisis hidrokimia dilakukan menggunakan diagram Piper dan grafik hubungan antar ion. Fasies hidrokimia pada musim kemarau pada umumnya berkembang sebagai fasies Ca,Na-bikarbonat, sedangkan pada musim hujan, air dolina didominasi oleh fasies Ca-bikarbonat. Hidrokimia air dolina sangat dipengaruhi oleh proses pelapukan disolusi batugamping sebagai proses utama, selain adanya pengayaan pada musim kemarau melalui proses evaporasi. Pada musim hujan, presipitasi ikut berperan penting dalam mempengaruhi hidrokimia air dolina melalui proses dilusi. Adapun proses antropogenik hanya menunjukkan intensitas yang kecil.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Kamal Roslan, Mohamad Hanif, Che Aziz Ali, and Kamal Roslan Mohamed. "Fasies dan Sekitaran Sedimen Formasi Singa di Langkawi, Malaysia." Sains Malaysiana 45, no. 12 (2016): 1897–904. http://dx.doi.org/10.17576/jsm-2016-4512-14.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography