To see the other types of publications on this topic, follow the link: Fenomenologi.

Journal articles on the topic 'Fenomenologi'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Fenomenologi.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Isfironi, Mohammad. "FENOMENOLOGI AGAMA: MENIMBANG TAWARAN AHIMSA-PUTRA DALAM MEMAHAMI AGAMA." Maddah : Jurnal Komunikasi dan Konseling Islam 1, no. 2 (July 10, 2019): 1–11. http://dx.doi.org/10.35316/maddah.v1i2.504.

Full text
Abstract:
Studi tentang fenomenologi agama dapat dilacak dari filosofi fenomenologi Husserl. Dalam versi murni Edmund Husserl "fenomenologi bertujuan untuk menemukan landasan bagi pengetahuan manusia. Fenomenologi mencoba menjelaskan persepsi individu sebagai pengalaman ruang, warna, dan cahaya. Fenomenologi tidak tertarik pada penjelasan. Fenomenologi menginginkan pengalaman langsung. Fenomenologi mendasarkan seluruh asumsinya pada apa yang disebut "life world", yang dapat diterjemahkan ke dalam dunia kehidupan sehari-hari, kurang lebih persis apa yang disebut Alfred Schutz sebagai "everyday life". Artikel ini mencoba menggambarkan tawaran paradigma dari Ahimsa-Putra untuk memahami fenomena keagamaan. Dalam bukunya, Ahimsa-Putra menjelaskan secara rinci bagaimana ide-ide fenomenologis dapat diterapkan dalam studi agama, dan bagaimana agama dapat didefinisikan secara fenomenologis. Selain itu, beberapa implikasi etis metodologis juga dijelaskan jika ada studi fenomenologis agama. Dengan berpegang pada paradigma fenomenologi, diharapkan para peneliti agama akan dapat memperoleh etnografi fenomenologis yang maksimal dari 'agama' dan 'kepercayaan' masyarakat
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Agustina, Dini, Mikhael Dua, and Frengki Napitupulu. "Analisis Pengalaman Fenomenologis Sebagai Pengungsi Refleksi Atas Realitas Sosial Masyarakat Pengungsi Rohingya." Action Research Literate 8, no. 4 (April 25, 2024): 578–84. http://dx.doi.org/10.46799/arl.v8i4.306.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana pengalaman fenomenologis pengungsi Rohingya menyangkut kehidupan mereka dan interpretasi tentang kehidupan individu dalam kehidupan bersama pengungsi lainnya. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana interpretasi peneliti secara fenomenologis tentang permasalahan kehidupan masyarakat pengungsi Rohingya dalam memahami dunia kehidupannya. Metode penelitian studi literatur digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi fenomenologi Husserl pada konteks masyarakat pengungsi Rohingya memberikan kesadaran terhadap konteks global. Fenomenologi transendental membantu mengeksplorasi dimensi universal dari pengalaman manusia, sementara teori lifeworld menempatkan pengalaman individu dalam konteks sosial yang lebih luas, sehingga dihasilkan solusi dan intervensi yang lebih kontekstual dan berpusat pada kebutuhan masyarakat pengungsi Rohingya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Baugerud, Tonje. "Å innta (de) andres perspektiv – en fenomenologisk undersøkelse av kjerneelementene i KRLE og RE i LK20." Prismet 74, no. 3 (October 5, 2023): 129–50. http://dx.doi.org/10.5617/pri.10619.

Full text
Abstract:
I denne artikkelen fokuserer jeg på kjerneelementet «Kunne ta andres perspektiv» som del av de nye kjerneelementene i fagene KRLE og Religion og etikk (RE). Jeg reflekterer over hvordan kritiske raseperspektiver og en fenomenologisk tilnærming kan utfordre og utvikle tankene og perspektivene som presenteres i kjerneelementet. Artikkelen gir en kort innføring i fenomenologi, med særlig vekt på Sara Ahmeds skeive fenomenologi, samt en begrunnelse for hvorfor fenomenologi er nyttig for KRLE- og RE-lærere. Den fenomenologiske undersøkelsen fordrer en forståelse av og innsikt i norsk kolonihistorie, og jeg gir overblikk over noen historiske linjer og hva dette innebærer i dag. Bevisstheten om denne historiske arven vil implementeres i en fenomenologisk undersøkelse av de nye kjerneelementene i KRLE og RE. Artikkelen viser hvordan de nye kjerneelementene er forankret i et sentralisert, hvitt perspektiv og hvilke utfordringer dette stiller lærere, elever og skolen overfor, og demonstrerer hvordan desentraliserte perspektiver kan bidra til å motvirke diskriminering og rasisme i KRLE- og RE-faget. Nøkkelord: KRLE, kjerneelement, rasisme, fenomenologi, norsk kolonihistorie
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. "FENOMENOLOGI AGAMA: PENDEKATAN FENOMENOLOGI UNTUK MEMAHAMI AGAMA." Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20, no. 2 (February 26, 2016): 271. http://dx.doi.org/10.21580/ws.2012.20.2.200.

Full text
Abstract:
<p class="IIABSBARU">In this article the author explains what is called ‘phenomeno­logical approach’ in the study of religion. Starting from Husserl’s philosophy of phenomenology, the author tracing its influences in social science through one of Husserl’s students, Alfred Schutz. Based on Husserl’s ideas developed by Schutz, the author presents his views how those ideas can be applied in the study of religion, and how religion can be defined phenomeno­logically. The author further explains some methodo­logical ethical implications of doing phenomeno­logical research on religion.</p><p class="IKa-ABSTRAK">***</p>Dalam tulisan ini penulis menjelaskan apa yang disebut ‘pen­dekatan feno­menologi’ dalam kajian agama. Berangkat dari filsafat fenomeno­logi Husserl, penulis melacak pe­ngaruhnya pada ilmu sosial melalui salah seorang murid Husserl, Alfred Schultz. Berdasarkan ide Husserl yang di­kembangkan oleh Schultz, penulis menyajikan pan­dang­an­nya bagaimana ide-ide itu dapat diterapkan dalam kajian agama, dan bagaimana agama dapat didefinisikan secara fenomenologis. Penulis selanjutnya menjelaskan beberapa impli­kasi etis metodologis jika me­lakukan kajian fenomeno­logis terhadap agama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. "FENOMENOLOGI AGAMA: PENDEKATAN FENOMENOLOGI UNTUK MEMAHAMI AGAMA." Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20, no. 2 (December 15, 2012): 271–304. http://dx.doi.org/10.21580/ws.20.2.200.

Full text
Abstract:
In this article the author explains what is called ‘phenomeno­logical approach’ in the study of religion. Starting from Husserl’s philosophy of phenomenology, the author tracing its influences in social science through one of Husserl’s students, Alfred Schutz. Based on Husserl’s ideas developed by Schutz, the author presents his views how those ideas can be applied in the study of religion, and how religion can be defined phenomeno­logically. The author further explains some methodo­logical ethical implications of doing phenomeno­logical research on religion.***Dalam tulisan ini penulis menjelaskan apa yang disebut ‘pen­dekatan feno­menologi’ dalam kajian agama. Berangkat dari filsafat fenomeno­logi Husserl, penulis melacak pe­ngaruhnya pada ilmu sosial melalui salah seorang murid Husserl, Alfred Schultz. Berdasarkan ide Husserl yang di­kembangkan oleh Schultz, penulis menyajikan pan­dang­an­nya bagaimana ide-ide itu dapat diterapkan dalam kajian agama, dan bagaimana agama dapat didefinisikan secara fenomenologis. Penulis selanjutnya menjelaskan beberapa impli­kasi etis metodologis jika me­lakukan kajian fenomeno­logis terhadap agama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

WAAL, HELGE. "AVHENGIGHETENS FENOMENOLOGI." Rus & samfunn 6, no. 04 (November 8, 2012): 26–29. http://dx.doi.org/10.18261/issn1501-5580-2012-04-12.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Djatmiko, Sigit. "FENOMENOLOGI MUSIK." Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan 15, no. 28 (October 28, 2016): 108–13. http://dx.doi.org/10.32795/ds.v15i28.63.

Full text
Abstract:
The Kraftwerk music group from Dusseldorf, Germany, began to be famous since 1974. The prominent feature of the Kraftwerk is that they were trying to be the pioneer of the alteration from the acoustic and electric music into the electronic music. Their mission was dehumanizing the music to produce impersonal sounds and with the “musicians” which would rather be considered as machine tools than as human. The works of the Kraftwerk arguably became the blueprint for the sort of avantgarde music, the prototype for kinds of music that celebrated the shift from the sounds of the guitar strings and the human vocal into the sounds of strum combination. In sum, the main aim of the Kraftwerk was to fully merge with the technology, to stop playing the instruments, and let the instruments play themselves.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Ytre-Arne, Brita. "Papirets fenomenologi." Norsk medietidsskrift 20, no. 01 (March 11, 2013): 2–4. http://dx.doi.org/10.18261/issn0805-9535-2013-01-01.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Ahmed, Sara. "Vithetens fenomenologi." Tidskrift för genusvetenskap 31, no. 1-2 (June 13, 2022): 48–69. http://dx.doi.org/10.55870/tgv.v31i1-2.3655.

Full text
Abstract:
The paper suggests that we can usefully approach whiteness through the lens of phenomenology. Whiteness could be described as an ongoing and unfinished history, which orientates bodies in specific directions, affecting how they ‘take up’ space, and what they ‘can do’. The paper considers how whiteness functions as a habit, even a bad habit, which becomes a background to social action. The paper draws on experiences of inhabiting a white world as a non-white body, and explores how whiteness becomes worldly through the noticeability of the arrival of some bodies more than others. A phenomenology of whiteness helps us to notice institutional habits; it brings what is behind to the surface in a certain way.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

SZKLARSKI, ANDRZEJ. "Empirisk fenomenologi." Nordisk Psykologi 56, no. 4 (January 2004): 274–88. http://dx.doi.org/10.1080/00291463.2004.10637449.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Daniel. "Studi Fenomenologi." ELEOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 3, no. 1 (July 31, 2023): 84–95. http://dx.doi.org/10.53814/eleos.v3i1.84.

Full text
Abstract:
Abstract: The aim of this research is to understand natural phenomena regarding social problems related to education in Makkaliki Village. The phenomenon of dropping out of school and children's work practices has an impact on the low interest in going to school in Makkaliki Village, which results in the village being left behind. This research was conducted using a phenomenological study so that researchers understand and interpret phenomena through observation, in-depth interviews and documentation. Based on a phenomenological study, it was found that the problem of underdevelopment in Makkaliki village was caused by a lack of awareness of the importance of education for the younger generation. The wrong paradigm about education has had a negative impact on Makkaliki village. Therefore, through this article, role of Christian religious education in increasing educational awareness as an effort to modernize Makkaliki village. These roles is carried out by teaching an educational philosophy based on Christian teachings and motivating the younger generation to have an interest and determination to go to school. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami fenomena alamiah mengenai permasalahan sosial yang berkaitan dengan banyaknya remaja putus sekolah di Desa Makkaliki. Fenomena putus sekolah dan praktik kerja anak berdampak pada rendahnya minat bersekolah di Desa Makkaliki yang mengakibatkan desa tersebut tertinggal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi fenomenologi dengan memahami dan menafsirkan fenomena melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Berdasarkan kajian fenomenologi ditemukan bahwa permasalahan keterbelakangan di Desa Makkaliki disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan pada generasi muda. Paradigma yang salah mengenai pendidikan telah membawa dampak buruk bagi Desa Makkaliki. Oleh karena itu melalui artikel ini ditemukan fakta bahwa pendidikan agama Kristen berperan dalam meningkatkan kesadaran pendidikan sebagai upaya modernisasi desa Makkaliki. Peran tersebut dilakukan dengan mengajarkan filosofi pendidikan berdasarkan ajaran Kristiani dan memotivasi generasi muda agar mempunyai minat dan tekad untuk bersekolah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Bukian, Putu Agus Windu Yasa, and I. Wayan Sujana. "STUDI FENOMENOLOGI." Kalam: Jurnal Agama dan Sosial Humaniora 12, no. 1 (January 30, 2024): 1–9. http://dx.doi.org/10.47574/kalam.v12i1.198.

Full text
Abstract:
Gender inequality is the issue most frequently discussed at every meeting in every field. In particular, gender inequality is carried out under the pretext of implementing a religious tradition or maintaining local wisdom. The aim of this research is to conduct a phenomenological study of gender roles in the implementation of religious traditions in Kubucepatn Village. This research method uses a qualitative study with a phenomenological approach. The samples taken were 3 mothers from Kubucepatn Village, 1 village head, 1 trusted community religious figure. This research took 1 month with data collection techniques using in-depth interviews and the instrument used an interview guide. The results of the research were further analyzed using a thematic review and then triangulation was carried out. The research results found that there were 3 big themes found in this research, namely patrilineal culture, maintaining traditions and income as a trigger for happiness. The conclusion is that there are 3 major themes found in the phenomenological study in Kubuaddan Village.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Janutama, Herman Sinung. "Fenomenologi Sejarah Nuswantara." Buletin Al-Turas 20, no. 1 (January 29, 2020): 31–44. http://dx.doi.org/10.15408/bat.v20i1.3743.

Full text
Abstract:
Abstrak Tulisan ini mencoba mengemukakan mengenai hakikat kebudayaan Nuswantara dalam kaitannya dengan Islam sebagai rahmatan lil ngalamin . Upaya te9rsebut dilakukan dengan menggunakan beberapa macam pendekatan: pendekatan historis, semiotik, dan feminis;sehingga dapat menemukan fakta baru yang sebelumnya belum pernah mengemuka. Pendekatan historis memperhatikan literatur-literatur berbagai bangsa yang terindikasi pernah melakukan interaksi dengan Nuswantara seperti bangsa Semit (dalam hal ini Arab), Cina, dan Asian Selatan. Pendekatan tersebut berhasil menunjukkan adanya keterpengaruhan budaya-budaya lokal di beberapa wilayah di Nuswantara oleh budaya bangsa- bangsa asing itu yang dibagi ke dalam tiga pola: Pola Aceh-Sumatera (PAS) yang didominasi budaya Arab, Pola Sulawesi- Maluku (PSM) yang didominasi Arab-Cina, dan Pola Pulau Jawa (PPJ) yang menyatukan budaya Arab, Cina, dan Asia Selatan. Pendekatan Semiotik menggali simbol-simbol yang muncul dari interaksi antara bangsa tersebut sehinga ditemukan fakta bahwa simbol-simbol yang ada seperti Sanskerta dan Cina merupakan simbol transmisi sistem petanda Islam. Pendekatan feminisme mengupas berbagai macam fenomena dalam kebudayaan Nuswantara dari sudut feminim- maskulin. Pendekatan ini berhasil mengukuhkan bahwa Islam sebagai rahmatan lil ngalamin terjewantahkan dalam jiwa masyarakat Nuswantara yang memuliakan olah-rasa sebagai ekslporasi kenyataan feminitasnya.---Abstract This paper tries to present the cultural fact of Nuswantara in relation to Islam as rahmatan lil ngalamin.This effort is done by using several kinds of approaches: historical approach, semiotic, and feminist; so that it can find new facts that had previously not been shown.The historical approach notice the literatures of many races which had a interaction with Nuswantara such as Semitic race (in this case Arabic race), Chinese, and South Asian.The results showed the presence of various local cultures influenced by foreign nations culture that is divided into three patterns: Pattern Aceh-Sumatra (PAS), which is dominated by Arab culture, patterns of Sulawesi-Maluku (PSM), which is dominated by Arab-Chinese, and Patterns Java (RPM) that combines these culture: Arabic, Chinese, and South Asia. Semiotic approach excavates symbols emerge from the interaction between the races which discovers the fact that symbols of Sanskrit and Chinese are symbols of Islam transmission system. Feminism approach analyzes a wide range of phenomena which is showing in Nuswantara cultur on feminine-masculine view. This approach works to strengthen that Islam as rahmatan lil ngalamin shows in Nuswantara people that honor the soul-felt as a exploration of their feminities.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Sariola, Sakari. "Fenomenologi och Alkohol." Alkoholpolitik 2, no. 3 (August 1985): 116–21. http://dx.doi.org/10.1177/145507258500200307.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Adamiak, Marzena. "Feminizm a fenomenologia – w kontekście poszukiwania albo konstruowania kobiecej tożsamości." Etyka 45 (December 1, 2012): 62–72. http://dx.doi.org/10.14394/etyka.463.

Full text
Abstract:
Jednym z istotnych współcześnie obszarów oddziaływania fenomenologii jest myśl feministyczna. Związki między feminizmem a fenomenologią obecne są przede wszystkim w refleksji na temat cielesności, tożsamości, a także spotkania z Innym. Interpretacja fenomenologii przez pryzmat współczesnych koncepcji feministycznych umożliwia inspirującą recepcję oraz identyfikowanie problemów fenomenologii z odmiennej perspektywy. Natomiast ponieważ fenomenologia jest sposobem myślenia poprzez poszukiwanie i opis źródłowych doświadczeń, feminizm odnajduje w fenomenologii metodę pozwalającą docierać do istoty kobiecości. Warto więc zapytać, na ile użyteczny jest fenomenologiczny punkt wyjścia dla feministycznego opisu płci kulturowej?
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Rasyidi, Ahyar, Rahmad Hidayat, Noor Hilmah, Zainudin Sahbana, Mukhlis Mukhlis, Muhammad Yusuf, and Harlina Harlina. "Type Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an sebagai Program Unggulan di Kalimantan Selatan." Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan 17, no. 1 (February 15, 2023): 647. http://dx.doi.org/10.35931/aq.v17i1.1899.

Full text
Abstract:
<em>Artikel ini bertujuan untuk mendiskripsikan mengenai type pondok pesantren tahfiz yang dalam pelaksanaan pendidikannya memiliki program unggulan yaitu program hafalan Al-Qur’an. Program tersebut memiliki nilai jual kepada masyarakat sekitarnya. Terbukti bahwa dengan adanya program unggulan hafalan tahfiz, banyak masyarakat yang memilih menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren ini untuk menyeimbangkan antara program Pendidikan Islam namun tetap bisa menghafal Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis sebagaimana dikemukakan oleh Alfred Schutz, dan Peter L Berger, Tujuan dari pendekatan fenomenologi adalah untuk memahami keyakinan semua orang, termasuk interpretasi yang paling kontroversial dalam tradisi. Fenomenologi tidak berusaha menganalisis atau menjelaskan suatu peristiwa, akan tetapi konsep dasar fenomenologi adalah makna. Adapun hasil penelitian mengungkapkan bahwa di Kalimantan Selatan terdapat dua pondok pesantren yang memiliki program hafalan Al-Qur’an sebagai program unggulannya yaitu: 1) Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur′an Nurul Hidayah Tapin, 2) Pondok Pesantren Modern An-Najah Cindai Alus Puteri Kab Banjar. Kedua pondok pesantern tersebut telah mewarnai pondok pesantren tahfiz lainnya yang memang secara khusus memprogramkan pendidikan tahfiz dalam prosen pendidikannya. Pesantren tersebut masih tetap eksis walaupun telah banyak pondok yang memang fokus di bidang tersebut, namun tetap ada untuk melengkapi antusias masyarakat pada Pendidikan tahfiz Al-Qur’an.</em>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Mu’ammar, Moh Nadhir. "Analisis Fenomenologi Terhadap Makna dan Realita." Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 13, no. 1 (June 20, 2017): 120. http://dx.doi.org/10.23971/jsam.v13i1.573.

Full text
Abstract:
<p>Phenomenology is precisely this deepening of self consciousness, this restless search for what lies back of the objects in which we ordinarily and scientifically lose our <em>attention</em>, or as we now call it our <em>intention</em>. Phenomenology is not merely the theory that this is so, but the putting it into practice, the urge to explore its interminable vistas. As a discipline, it is distinct from but related to other keys in philosophy: such as ontology, epistemology, logics, and ethics. The discipline of phenomenology is defined by its domain of study, its methods, and its main results. This paper globally makes a try at exploring the history and varieties of phenomenology. Phenomenology has been practiced in various guises for centuries, but it came into its down in the early 20<sup>th</sup> century in the works of Husserl, Heidegger, Merleau-Ponty and others. Phenomenological issues of intentionality, consciousness, and first-person perspective have been prominent in recent philosophy of mind.</p><p>Fenomenologi lebih tepatnya ialah pendalaman kesadaran-diri, pencarian yang gelisah ini terhadap sesuatu di balik objek-objek yang di dalamnya kita --biasanya dan secara ilmiah-- mengalahkan <em>perhatian</em> kita, atau seperti yang kita sekarang menyebutnya <em>tujuan</em>. Fenomenologi bukan hanya teori bahwa ini adalah begitu, tapi menempatkan dalam praktiknya, dorongan untuk mengeksplorasi pandangan-pandangan yang tak berkesudahan. Sebagai satu disiplin, ia berbeda dari dan terkait dengan kunci-kunci lain dalam filsafat: seperti ontologi, epistemologi, logika, dan etika. Tulisan ini secara umum akan mencoba mengeksplorasi sejarah dan varietas fenomenologi. Fenomenologi telah berurat-akar selama berabad-abad, namun berbunga pada karya-karya Husserl, Heidegger, Merleau-Ponty dan lain-lain. Isu-isu fenomenologis mengenai intensionalitas, kesadaran, dan perspektif orang-pertama cukup menyolok pada filsafat pikiran akhir-akhir ini.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Halkis, Mhd. "FENOMENOLOGI : ALTERNATIF PENGEMBANGAN ILMU." Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman 14, no. 1 (September 14, 2017): 35. http://dx.doi.org/10.24014/af.v14i1.3901.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Rosdiawan, Ridwan. "Fenomenologi Islamisme dan Terorisme." Al-Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan Islam 8, no. 1 (August 2, 2018): 194–225. http://dx.doi.org/10.15642/ad.2018.8.1.194-225.

Full text
Abstract:
Abstract: There are three mainstream theories which elucidate the relationship between Islamic doctrine and political actions that lead to terrorism acts of its believers: Firstly: they who believe that justification of violence and terror acts is inherent products of religious doctrine. Secondly: those who view that terrorism is profane matters, unrelated to religious doctrine whatsoever. Thirdly, opinion that state that terrorism is syncretism as well as interrelative modification between politics and religion. Although the three theories differ in concluding the role of religion in terrorism, they share some analytical approach, which put religion as doctrine and politics as political drive in every terrorism act. To measure the more dominant motive of the two can be done using two perspectives of phenomenology. First perspective views islamist movement as a form of anti modernism which emerges as a cure for western-type of modernization. The west is the enemy. Second perspective concludes that the movement is phenomenon of manifestation as well as response to post-modern development. Islamism emerges as something different, echoing cultural autonomy, alternative political entity as well as moral ideological critique of secularism brought by modernism. Key words: Islamism, terrorism, phenomenology
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Thalib, Mohamad Anwar. "Peningkatan Pemahaman Mahasiswa Jurusan Akuntansi Syariah tentang Penggunaan Fenomenologi dalam Riset Akuntansi Budaya." Eastasouth Journal of Impactive Community Services 1, no. 02 (March 30, 2023): 57–73. http://dx.doi.org/10.58812/ejimcs.v1i02.39.

Full text
Abstract:
Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa jurusan akuntansi syariah tentang penggunaan fenomenologi dalam riset akuntansi budaya. Pelatihan ini dibagi menjadi tiga sesi yaitu penjelasan materi tentang fenomenologi dan kelima analisis datanya, pemberian contoh fenomenologi dalam riset akuntansi budaya, dan pelatihan penggunaan fenomenologi dalam riset akuntansi budaya. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman mahasiswa jurusan akuntansi syariah tentang penggunaan fenomenologi dalam riset akuntansi budaya. Hal ini tercermin melalui jawaban para peserta pelatihan yang telah mampu menyusun instrumen pertanyaan yang berfokus pada pendekatan fenomenologi, serta para peserta telah mampu mengidentifikasi noema, epoche, noesis, Intentional analysis, eidetic reduction dari setiap jawaban hasil wawancara
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Gultom, Andri Fransiskus. "Objektivisme Nilai dalam Fenomenologi Max Scheler." De Cive : Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 4, no. 4 (April 28, 2024): 141–50. http://dx.doi.org/10.56393/decive.v4i4.2107.

Full text
Abstract:
Penelitian ini berfokus pada dua problem utama dalam nilai: (1) pencarian pada hakikat nilai dalam jejak-jejak pemikiran Max Scheler (2). nilai dalam tegangan objektivisme dan subjektivisme. Nilai-nilai itu dalam pemikiran Scheler lebih didasari oleh filsafat yang memengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi-hermeneutis dengan langkah-langkah: pertama, melakukan pembacaan tekstual in sensu stricto pada beberapa karya Scheler, kedua, mengaitkan teks dengan problem nilai dengan konteks. Ketiga, reduksi fenomenologis. Keempat, interpretasi dan apropriasi. Temuan penelitian, pertama, penyelesaian problem nilai antara objektivitas dan subjektivitas. Kedua, hakikat nilai ditemukan Scheler merupakan satu jenis objek yang sama sekali tidak dapat dimasuki oleh rasio. Rasionalisme modern menurunkan nilai ke posisi yang lebih rendah atau berusaha untuk menggabungkannya dengan entitas rasio. Para rasionalis melakukan penyesuaian dengan logique du coeur yang tidak memiliki kaitan dengan logika intelek, namun yang menetapkan hierarki dan hukum yang sama tepatnya dengan jenis logika yang terakhir. Dengan istilah yang khas Scheler, nilai menyatakan diri pada kita melalui persepsi sentimental dalam preferensi, cinta, dan benci.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Sihabuddin, Sihabuddin. "Pendekatan Fenomenologi dalam Studi Islam." Autentik : Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar 2, no. 2 (June 29, 2020): 108–14. http://dx.doi.org/10.36379/autentik.v2i2.28.

Full text
Abstract:
Religion is the gift of God Almighty which is intended for humans (Muslims) as a guide to getsafety in the world and the hereafter, because in Islam there are rules that must be followed byindividuals and groups in order to distinguish between good (constructive-moralist) and which isbad (degradation-immoralis). Nevertheless, studying religion that collaborates science is notsomething that is prohibited. In fact, the correlation between religion and science is somethingthat is very likely to be carried by religious scholars, including in Islam. Understanding of theIslamic religion which has tended to be “theologically-normative” for decades has closed Islamicthinkers to study the phenomenon of Islam, such as understanding the practices of religiousteachings that tend to be ritualistic in each of the Muslims themselves. To understand it, aspecial method is needed called “phenomenology”, where this method describes the experienceof the religious practice of religious adherents consciously of the religious phenomena that arecarried out.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Loihala, Maria, and Elisabeth Samaran. "STUDI FENOMENOLOGI “PERMASALAHAN PASIEN BPJS." Nursing Arts 13, no. 1 (June 13, 2019): 41–53. http://dx.doi.org/10.36741/jna.v13i1.87.

Full text
Abstract:
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS adalah lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011.Masih banyak masyarakat yang belum tahu teknis mendapatkan pelayanan sesuai dengan aturan main BPJS Kesehatan. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional terhadap kepuasan pasien rujukan luar Papua di wilayah kerja BPJS kota Sorong Tahun 2018.Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Pasien BPJS Di Wilayah Kerja BPJS Kota Sorong. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel titik jenuh.Hasil penelitian menunujukkan permasalahan pasien BPJSdi wilayah kerja BPJS Kota Sorong yaitu masalah rujukan yaitu rujukan berjenjang yang cukup ribet, ruang inap yang sering penuh, sistem kerja yang lambat yaitu ketidaktahuan sistem informasi online dan antrian panjang akibat sistem kinerja yang lambat, kurangnya sosialisasi, serta lambatnya proses verifikasi klaim yang diajukan fasilitas kesehatan pada BPJS Kesehatan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Dahl, Espen. "Inkarnasjon, kors og smertens fenomenologi." Teologisk tidsskrift 4, no. 02 (June 2, 2015): 148–62. http://dx.doi.org/10.18261/issn1893-0271-2015-02-04.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Y, Yuangga Kurnia. "Pendekatan Fenomenologi Dalam Komunikasi Antaragama." Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama 13, no. 1 (November 12, 2018): 43–70. http://dx.doi.org/10.24042/ajsla.v13i1.2942.

Full text
Abstract:
This paper will research the phenomenological approach in interfaith communication. The great development of communication media in this global era remains a classic problem of communication, that is an interfaith and interreligion communication. The strength globalization’s flow which is destroying every borders between nations, regions and cultures, unfortunately, is not strong enough to destroy one solid wall, the border of religion and faith’s differences. That problem becomes bigger and more complicated when the borders of religions and faiths create an unhealthy and unsmooth communication among people, as individual or communal. A lot of religious sentiments and communal violences based on religious view’s differences and misunderstanding among faiths – which is happen from centuries ago - take place for the umpteenth time in many cities in Indonesia dan many countries in another hemisphere. Phenomenological approach is a theoretical perspective based on concept “back to the things themselves”. In other words, this study is a structural consciousness that allows those consciousness to discover and understanding the objects outside of it. In Husserl’s phenomenology, he made an epoche and eidetic vision as starting point of this perspective. Both of that concepts are a main and basic concept which is needed in interfaith communication to postponing judgement and looking with their own believer’s perspective. This approach is radically needed to smooth out the interfaith communication. This approach also allows the transcultural communication and identity transformation from one religion’s followers to another to reach a mutual agreement and decrease religious sentiments which are born from subjectivity of one religion’s followers in judging another religions and their followers.Keywords: Phenomenology, epoche, interfaith communication, cross-cultural communication
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Distinarista, Hernandia, Anggorowati Anggorowati, Mardiyono Mardiyono, Meidiana Dwidiyanti, and Muchlis Achsan Udji Sofro. "Pengalaman Survivor Cancer : Studi Fenomenologi." Jurnal Keperawatan Soedirman 12, no. 3 (January 17, 2018): 134. http://dx.doi.org/10.20884/1.jks.2017.12.3.753.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Widarda, Dodo. "TELAAH FENOMENOLOGI ATAS MIKRAJ RUHANI." Syifa al-Qulub 2, no. 1 (July 20, 2017): 26–34. http://dx.doi.org/10.15575/saq.v2i1.2391.

Full text
Abstract:
Positivisme sebagai basis pandangan dunia memiliki kecenderungan reduksionistik ketika berbicara realitas. Karena telah mengakibatkan dehumanisasi, telah menuai kritik secara filosofis. Kritik tersebut salah satunya berasal dari fenomeologi, sebuah disiplin ilmu yang dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan, termasuk untuk berbicara karamah wali. Tulisan ini bertitik dari pertanyaaan, 1. Bagaimanakah pendekatan fenomenologi ketika berbicara karamah wali? 2. Bagaimanakah pendekatan fenomeologi atas peristiwa mikraj ruhani Sunan Gunung Djati?Dari dua pertanyaan tersebut penulis mendapatkan jawaban. 1. Hal-hal khawariqul ‘adah (sesuatu yang keluar dari kelajiman) bisa didekati melalui fenomenologi. Melalui prinsip back to the thing themselves (kembali sesuatu pada hakikatnya sendiri), karamah para wali, yang tertolak lewat positivisme serta saintisme, merupakan fakta mental yang benar-benar terjadi. 2. Mikraj ruhani Sunan Gunung Djati yang bertemu Rasulullah, dengan pendekatan fenomenologi, bukanlah sesuatu yang tertolak kemungkinannya. Pengalaman ruhani tersebut adalah bagian integral dari hagiografi spiritual seperti juga para wali sufi yang lain: Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, ‘Abd Al-Aziz Al-Dabbagh, Syaikh Ahmad Tijani, dan lain-lain.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Musrifah, Musrifah. "Komunikasi Perempuan Bercadar: Studi Fenomenologi." Jurnal Askopis 2, no. 1 (March 30, 2018): 33–48. http://dx.doi.org/10.32494/ja.v2i1.37.

Full text
Abstract:
An objective view the reconstructed media creates stereotypes veiled women with a negative stigma as the wife of a terrorist, exclusive, bigoted and even hypocritical. This study aims to describe verbal and nonverbal communication veiled women with other veiled women, with their family (husband and children) as well as with the general public. This study utilized qualitative method with phenomenological perspective. The research was conducted in several communities of veiled women in 4 villages in Lamongan and Gresik. Result of this study shows that veiled women used some Arabic terms while communicating in their own community. They also bear certain labeling which embedded by the people around them. This becomes a part of their verbal communication which they establish with their own community. Whilst, their nonverbal communication shown in form of body language, physical appearance, paralanguage, colors, spatial orientation, personal distance and artifacts.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Sanjani, Galuh Amelia, and Ainur Rochmaniah. "Fenomenologi Komunikasi Antarbudaya Anggota HIMMPAS." Jurnal Pustaka Komunikasi 6, no. 2 (September 30, 2023): 309–26. http://dx.doi.org/10.32509/pustakom.v6i2.3039.

Full text
Abstract:
In everyday life, we always communicate with various kinds of people from various cultural, educational, economic and social backgrounds, this then makes us carry out intercultural communication. This also happened in one of the Student Activity Units (UKM) of Muhammadiyah University of Sidoarjo, namely HIMMPAS (Muhammadiyah Student Association of Sidoarjo Nature Lovers). This study aims to analyze the phenomenology of intercultural communication in the adaptation process of HIMMPAS members at Muhammadiyah University of Sidoarjo. The research method used in this research is qualitative with a phenomenological approach. The writing format is in the form of a case study by describing the subject's experiences with the epoch method. Data collection techniques in this study used observation, literacy studies, and interviews. Based on Uncertainty Reduction Theory, assumes that interaction is very important because the purpose of communication is to reduce uncertainty between strangers when meeting and having conversations. This study concludes that intercultural communication occurs among HIMMPAS members when members from Sidoarjo interact with members from outside Sidoarjo as well as between members from outside Sidoarjo and members who also come from outside Sidoarjo.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Sitepu, Ruth Jelina Br, and Lyna M. N. Hutapea. "Studi Fenomenologi terhadap Pasien Hipertensi." Jurnal Keperawatan Silampari 6, no. 1 (September 30, 2022): 235–42. http://dx.doi.org/10.31539/jks.v6i1.4270.

Full text
Abstract:
This study aims to examine phenomenological studies of hypertensive patients. This research method is qualitative research with a descriptive phenomenological approach that uses the Colaizzi model. Research results: Identified in 4 themes, namely: 1. Knowledge, 2. Activities, 3. Stress/Emotional Levels, 4. Family History. In conclusion, Through the experience of clients who suffer from hypertension, information about knowledge, activities, stress/emotional levels, and family history are essential in influencing their health condition both before experiencing hypertension and after suffering from hypertension. Keywords: Hypertension, Experience, Qualitative
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Sumantri. "KEMUNCULAN PANDEMI CORONA VIRUS-19 DALAM PENYELIDIKAN ISU-ISU SOSIAL DI INDONESIA." JISMA: Jurnal Ilmu Sosial, Manajemen, dan Akuntansi 1, no. 3 (August 18, 2022): 309–14. http://dx.doi.org/10.59004/jisma.v1i3.84.

Full text
Abstract:
Derajat pemahaman masyarakat terhadap keberadaan virus Corona di Indonesia merupakan ujian dalam menjalankan program penanganan pandemi virus corona dan membuat keanehan sosial yang sering terjadi di tengah pandemi virus corona. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keberadaan virus Corona dalam sudut pandang fenomenologi sosial dengan memanfaatkan teknik penelitian pemeriksaan fenomenologis, ide kajian yang dilakukan adalah investigasi memukau dari informasi yang diperoleh dari masyarakat sekitar dan kesejahteraan buruh. eksperimental. Konsekuensi dari penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi karena virus Corona dapat membuat masalah sosial yang pada dasarnya tidak memiliki premis logis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Jaroń, Magdalena Maria. "Czy fenomenologia wystarczy? Pogranicza abstrakcjonizmu na przykładzie twórczości Marty Tomczyk." Ogrody Nauk i Sztuk 5, no. 5 (February 8, 2020): 586–93. http://dx.doi.org/10.15503/onis2015.586.593.

Full text
Abstract:
Niniejszy artykuł stanowi próbę krytycznego zmierzenia komplementarności fenomenologii (nie tylko w ujęciu lévinasowskim) i możliwości jej wykorzystania podczas odkrywania i badania wyjątkowych dzieł, którymi współczesną kulturę obdarza Marta Tomczyk. Artystka, dokonując szczerej autowiwisekcji w jednym ze swoich cyklów obrazów, zaprasza odbiorcę do spotkania z Innym. Należy jednak zadać pytanie: czy fenomenologia Lévinasa, opowiadająca o spotkaniach i poznawaniu Innego, będąca tą fenomenologią, która wychodzi poza ramy Husserlowskiego myślenia, jest wystarczająca?
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Fitriani, Dara, and Asta Juliarman Hatta. "RELEVANSI PEMIKIRAN DAN KARYA ARSITEKTUR TADAO ANDO DALAM PERSPEKTIF FENOMENOLOGI." Journal Of Building Architecture 1, no. 1 (July 20, 2023): 21–27. http://dx.doi.org/10.56190/jba.v1i1.10.

Full text
Abstract:
Tadao Ando adalah salah satu arsitek berkelas internasional yang berasal dari Jepang. Hasil pemikiran Tadao Ando tergambar dalam karya-karya arsitekturnya yang berbentuk sederhana namun terlihat monumental dan menggunakan material beton ekspos dan telah dikenal di dunia. Konsep dan ide yang diterapkan dalam karya bangunannya tercermin dan berkaitan erat dengan pemahaman tokoh-tokoh arsitek yang bersifat fenomenologi seperti Edmund Husserl, Martin Heidegger, Merleau Ponty dan tokoh fenomenologi lainnya. Namun Tadao Ando tidak pernah mengungkapkan secara eksplisit bahwa konsep dan pemikiran yang digunakan Tadao Ando dalam merancang bangunan menggunakan pemahaman fenomenologi. Hasil karyanya berakar dari pemikiran, cara belajar dan memahami arsitektur dengan membawa asal muasal kebudayaan Eastern-Japanese yang kemudian ia terapkan dalam merancang bangunan. Cara berpikir dan teori dari Norberg-Schulz dan K. Frampton juga menjadi dasar pedoman yang diperhatikan oleh Tadao Ando dalam memahami ilmu arsitektur. Fokus dan Lingkup pada artikel ini adalah untuk mengkaji pemikiran dan karya arsitektur Tadao Ando dalam perspektif fenomenologi. Tahap pengumpulan data serta penyusunan artikel menggunakan kajian studi literatur. Data literatur yang telah dikumpulkan kemudian akan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian mengungkap bahwa pemikiran Tadao Ando dalam desain secara tidak langsung dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran fenomenologi arsitektur berdasarkan prinsip-prinsip fenomenologi yang dibandingkan dengan karya-karya Tadao Ando.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Zgórecki, Przemysław. "Fenomenologia człowieczeństwa człowieka w ujęciu Jean-Yves Lacoste’a." Ruch Filozoficzny 78, no. 2 (December 14, 2022): 161–76. http://dx.doi.org/10.12775/rf.2022.018.

Full text
Abstract:
Jean-Yves Lacoste jest mało znanym w Polsce współczesnym francuskim myślicielem. Niniejszy artykuł przedstawia krótko jego naukową biografię i dorobek oraz prezentuje jego główny filozoficzny projekt fenomenologii człowieczeństwa człowieka (l’humanité de l’homme), którą on sam nazywa fenomenologią liturgii. W tekście przeanalizowane zostaną źródła myśli Lacoste’a. Artykuł podejmie kilka ważnych pytań, które wypływają z rozważań nad myślą Lacoste’a. Dlaczego zamiast stawiać pytanie o bycie, należy raczej zapytać o człowieka (questio de homine)? Dlaczego fenomenologia liturgii jest zarazem fenomenologią człowieczeństwa człowieka (l’humanité de l’homme)? Dlaczego leży ona w centrum dysputy o człowieku (disputatio de homine)? Jakie jest jej odniesienie do transcendentalnej analityki jestestwa zaproponowanej przez Heideggera? Wreszcie przeanalizowana zostanie krótko dyskusja, która narasta wokół Lacoste’a wraz ze wzrostem zainteresowania jego myślą.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Triadi, Feby. "CALABAI DALAM TUBUH LELAKI TELAAH EPISTEMOLOGI FENOMENOLOGI PADA NOVEL KARYA PEPI AL-BAYQUNIE." Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora 4, no. 1 (November 22, 2019): 29–40. http://dx.doi.org/10.36869/pjhpish.v4i1.69.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana pengaruh Epistemologi Fenomenologi Edmud Husserlmengenai kesadaran dalam penulisan karya sastra milik Pepi Al-Bayqunie. Metode yang digunakan adalah pengumpulan bahan-bahan tertulis untuk mengungkap letak Fenomenologi dalam novel. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa, Pepi sebagai seorang aktivis keagamaan, menarasikan hal yang dianggap tabu, sebagai kesadaran diri sendiri, dengan memahami gejala Fenomenologi dan menjadikan kesadaran kolektif, guna konstruksi nilai pada masyarakat. Dengan begitu melihat tiga peran kesadaran bahasa, simbol dan makna, memberikan penafsiran untuk menjangkau seberapa luas khazanah pemikiran dan kreativitas penulis dalam membangun narasi-narasi yang mendukung data. Tentu ini tidak dilakukan begitu saja, tanpa adanya perenungan disertai dengan kesadaran individu yang dapat diterima secara kolektif. Maka dengan begitu dipastikan Fenomenologi menampakkan dirinya sebagai sesuatu yang emik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Arif Al Wasim. "TITIK TEMU ISLAM NUSANTARA BERKEMAJUAN DALAM PERSPEKTIF FENOMENOLOGI EDMUND HUSSERL (1859 – 1938)." AN NUR: Jurnal Studi Islam 12, no. 1 (April 1, 2020): 47–72. http://dx.doi.org/10.37252/an-nur.v12i1.80.

Full text
Abstract:
Dinamika wacana keislaman di Indonesia berkembang seiring perkembangan wacana keilmuan. Kajian keislaman dan penafsiran ajaran agama memunculkan wacana-wacana baru keislaman, di antaranya wacana Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan. Sementara itu, fenomenologi yang digagas dan dikembangkan oleh Edmund Husserl (1859 – 1938) menempatkan objek penelitian dalam sudut pandang pengamat, di mana pengamat dituntut untuk menangguhkan dan mengurungkan penilaian-penilaian subjektif. Sehingga pengamat dapat memperoleh gambaran yang lebih objektif dan apa adanya terhadap objek yang dikaji. Wacana Islam Nusantara menawarkan nuansa keislaman dengan mengakomodasi kearifan lokal, sementara Islam berkemajuan menawarkan nuansa keislaman yang lebih modern dan progresif. Dengan pendekatan fenomenologis wacana Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan menemukan titik temunya. Nuansa Islam Nusantara Berkemajuan membawa nuansa Islam yang progresif dengan tetap berpegang pada kearifan lokal keIndonesiaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Tawarika M. Pandiangan, Alissa P. Simbolon, Ida Nurjana Tamba, Vinolya Lidevia Br Manik, Mantasia Hasibuan, Rian TR Simanjuntak, and Jamaludin. "UPAYA PENCEGAHAN PUTUS SEKOLAH MELALUI DIAGNOSIS DINI KEBUTUHAN PEMBELAJARAN." ARIMA : Jurnal Sosial Dan Humaniora 1, no. 4 (April 16, 2024): 39–43. http://dx.doi.org/10.62017/arima.v1i4.1029.

Full text
Abstract:
Putus sekolah adalah tindakan pemberhentian siswa untuk mengikuti secara formal kegiatan belajar pada lembaga pendidikan formal yang sudah sempat ditempuh. Faktor penyebab terjadinya fenomena putus sekolah dapat ditelusuri dari berbagai sisi. Metode penelitian yang digunakan yakni penelitian kualitatif dengan paradigma alamiah yang bertumpu pada fenomenologis. Fenomenologi merupakan kajian interpretatif yang bersifat fakta tentang pengalaman manusia. Pencegahan tindakan ini dilakukan upaya diagnosis dini pada kebutuhan pembelajaran sebagai upaya pencegahan atau mengurangi fenomena ini. Kerjasama antara Pemerintah bersama pihak pertelevisian dan berbagai organisasi profesi keguruan, menguatkan peran Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam filterisasi sebab akibat putus sekolah, serta pembukaan program layanan bimbingan dan konseling secara luas di seluruh Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Saleh, Gunawan, and Muhammad Arif. "FENOMENOLOGI SOSIAL LGBT DALAM PARADIGMA AGAMA." Jurnal Riset Komunikasi 1, no. 1 (February 28, 2018): 88–98. http://dx.doi.org/10.24329/jurkom.v1i1.16.

Full text
Abstract:
The LGBT movement began in Western societies. The forerunner to the birth of this movement was the formation of the Gay Liberation Front (GLF) in London in 1970. The movement was inspired by previous liberation movement in the United States in 1969 which took place at the Stonewall. LGBT campaign focuses on the efforts of awareness to the lesbian, gay, bisexual, and transgender people and the general public that their behavior is not an aberration so they deserve the sexual rights as everyone else. Theological issues during this indeed become an important point in the debate over homosexuality and LGBT in General. This research aims to know the LGBT within the paradigm of religion and social impact through social phenomenology study with a qualitative approach. This approach is considered able to reveal in depth. From the results of this research, it can be concluded that all religions (Islam, Christianity, Hinduism, and Buddhism) looked at LGBT is sexual behavior which is deviant and unacceptable by all existing religions, especially in Indonesia. It is also a social impact with an LGBT sexual behavior as a distorted structure will impact the community. Then it will also be damaging to the process of regeneration and descent so that the impact on the quality of human resources in the future.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Bahri, Saiful. "Fenomenologi Ramadanomic Di Negeri Junjungan Bengkalis." IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita 8, no. 1 (June 19, 2019): 117–23. http://dx.doi.org/10.46367/iqtishaduna.v8i1.156.

Full text
Abstract:
Allah SWT. tidak hanya memberi tugas kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi melainkan juga melengkapi kebutuhan manusia itu sendiri dalam bentuk limpahan rezeki. Kesempurnaan nikmat itu telah Allah SWT. gariskan sebelum Rasulullah SAW. wafat, itu lah wahyu terakhir. Kesempurnaan nikmat itu begitu melimpah turun di bulan suci Ramadhan. Geliat ekonomi sangat jelas terlihat bahkan sebelum bulan suci itu tiba. Dialah Ar-Rahman Ar-Rahim dan Khairur Raziqin yang mencurahkan rezeki-Nya kepada bumi pertiwi dan khususnya Negeri Junjungan Bengkalis. Fenomena ekonomi di bulan suci itu pada akhirnya dikenal dengan istilah Ramadanomic yang menjadi kajian kali ini. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif, kajian sederhana ini diharapkan memberi pencerahan meskipun hanya seperti “setetes embun pagi”.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Pranestianegara, Witang, and Rida Perwita Sari. "Fenomenologi Revaluasi Aset di Sektor Publik." Owner 6, no. 3 (July 12, 2022): 3139–50. http://dx.doi.org/10.33395/owner.v6i3.1011.

Full text
Abstract:
This study aims to explore a problem or issue raised, namely the revaluation of assets in the public sector. The phenomenology used in describing the experiences of state asset managers and financial reports focuses on asset evaluation activities to find the essence of the experiences they face from their point of view. This research was conducted on 3 (three) Technical Implementation Units of the East Java Regional Transportation Human Resources Development Unit with the status of a Public Service Agency (BLU) Work Unit. The data used is primary data from direct interviews with informants supported by audited 2015-2021 financial report data at the East Java level. The informants used are asset managers and the preparation of financial reports from Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun, Politeknik Penerbangan Surabaya dan Politeknik Pelayaran Surabaya. The results of the study found that the revaluation of assets resulted in an increase in the value of fixed assets, especially in the land account which experienced an increase (appreciation). This increase in value affects the value of fixed assets in the Government's balance sheet financial statements. Through the Revaluation of State-Owned Assets (BMN) it encourages improvements in the administration and management of BMN assets, namely being able to determine the cost of maintaining assets appropriately in the post-revaluation period in order to be effective. The results of the revaluation of state-owned assets still require supervision and control in order to continue to provide maximum impact in optimizing the function of assets in order to increase state revenues.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Kirana, Sylva Indah, Ribut Purwaningrum, and Rian Rokhmad Hidayat. "Studi Fenomenologi Identitas Diri Anggota Clique." Jurnal Psikoedukasi dan Konseling 4, no. 1 (June 17, 2022): 30. http://dx.doi.org/10.20961/jpk.v4i1.34534.

Full text
Abstract:
<p><strong>Abstract</strong>: This study aims to determine the meaning of forming the self-identity of students who are members of a clique at school. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach. The subjects in this study were three students with the initials IPA, RS, and YF. The three subjects are members of a different clique at school, where all members are female. The data collection carried out in this study used interview, observation, and documentation techniques. The method used to analyze the data is done in three ways: data reduction, data presentation, and drawing conclusions and verification. Test the validity of the data using source triangulation and technique triangulation. The results showed that the background of the formation of the clique was caused by the similarities between members in terms of gender and interest and liking for something. The three subjects have differences in interpreting the process of forming self-identity. The image of the clique at school affects how the subject views his identity. The three subjects felt the influence of the clique in forming self-identity, namely, understanding the uniqueness of the self that distinguishes it from others and its role in the clique.</p><p><strong>Abstrak</strong>: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari pembentukan identitas diri peserta didik yang menjadi anggota dari sebuah <em>clique </em>di sekolah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek pada penelitian ini adalah tiga orang peserta didik berinisial IPA, RS, dan YF. Ketiga subjek merupakan anggota dari sebuah <em>clique </em>yang berbeda di sekolah, dimana seluruh anggotanya berjenis kelamin perempuan. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dilakukan dengan melalui tiga cara yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan dan verifikasi. Uji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan trianggulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang terbentuknya <em>clique </em>disebabkan oleh adanya kesamaan antar anggotanya, baik dari segi jenis kelamin maupun minat dan kesukaan terhadap sesuatu. Ketiga subjek memiliki perbedaan dalam memaknai proses pembentukan identitas diri. Citra <em>clique </em>di sekolah berpengaruh terhadap cara subjek memandang identitas dirinya. Ketiga subjek merasakan adanya pengaruh <em>clique </em>dalam membentuk identitas diri, yaitu memahami keunikan diri yang membedakan dengan orang lain serta memahami perannya didalam <em>clique</em>.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Zaidah, Nuning. "FENOMENOLOGI PENUBUHAN MEMBANGUN TOKOH DALAM TEATRIKAL." GETER : Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik 2, no. 1 (April 1, 2019): 1–7. http://dx.doi.org/10.26740/geter.v2n1.p1-7.

Full text
Abstract:
Teater modern maupun tradisional adalah dunia imajinasi, maka kebenaran ditampilkan adalah kebenaran yang tercipta atas imajinasi yang terbangun. Pengalaman ketubuhan dalam membangun karakter tokoh dapat di selidiki melalui bagaimana manusia mengalami pengalaman terhadap ruang, waktu, benda, getaran suara, aroma, gerak, suhu, dan sensasi dalam tubuhnya. Tubuh adalah media tak tergantikan untuk mengalami dan berinteraksi dengan dunia material, dunia sosial maupun dunia mental spiritual. Pendekatan fenomenologi pada tubuh mencermati peristiwa memungkinkan munculnya pengertian bahwa sensasi terhadap gerak dan teknik ketubuhan diluar keseharian akan hadir baik pada tokoh pemeran maupun penonton. Keterpaduan pertunjukan teater beserta komponen inilah yang menjadikan alat pengalaman penubuhan. Kata kunci : fenomenologi, penubuhan, teater
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Elsi, Mariza, Dian Rahmi, and Anisa Febristi. "Fenomenologi Trauma Geriatric di Kota Padang." Jurnal Ilmiah Kesehatan 3, no. 2 (August 31, 2021): 55–63. http://dx.doi.org/10.36590/jika.v3i2.154.

Full text
Abstract:
Hampir di setiap negara maju, proporsi orang berusia lebih dari 60 tahun tumbuh lebih cepat dari kelompok usia lainnya, dilihat dari aspek biologis lansia tergolong usia dengan proses penuaan yang ditandai dengan turunnya daya tahan fisik, periset mengklaim bahwa setiap individu di atas 65 tahun pernah mengalami jatuh satu kali dalam setahun. Tujuan Studi ini mengeksplorasi pengalaman lansia yang pernah mengalami trauma atau jatuh serta hal yang mereka harapkan menggunakan metode fenomenologi interpretative yang dilakukan di Kota Padang. Pemilihan partisipan dengan cara memilih acak daerah di lingkup kota padang sebanyak 6 partisipan yang masuk kategori elderly menurut WHO. Metode Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan open ended interview dengan pertanyaan semi struktur selama 30-60 menit. Wawancara direkam dengan voice recorder serta bantuan field not untuk mencatat hal yang tidak dapat direkam. Berdasarkan hasil wawancara Lima tema telah teridentifikasi anatara lain, gambaran perasaan lansia tentang penurunan kondisi fisik, keadaan yang menyebabkan jatuh, penanganan utama pada saat kejadin trauma/jatuh, kemampuan mengkondisikan jatuh berulang, ketersediaan pelayanan kesehatan lansia. Simpulan tema-tema yang sudah ditemukan memperlihatkan bahwa tenaga kesehatan perlu memberikan pelayanan khusus kepada lansia yang mengalami penurunan fungsi, dan menyadari bahwa lansia yang mengalami trauma mempunyai keterbatasan dan kesulitan karena ketidakmampuan fisik sehingga membutuhkan penanggulangan dan promosi kesehatan agar trauma berulang dapat dihindari.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Abu Hassan, Badrul Redzuan. "Analisis Fenomenologi Khalayak Sinema Tamil Malaysia." Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of Communication 37, no. 4 (December 30, 2021): 37–55. http://dx.doi.org/10.17576/jkmjc-2021-3704-03.

Full text
Abstract:
Sinema Tamil tempatan merupakan sebahagian daripada industri perfileman nasional. Pengaruh sinema ini dilihat mula berkembang sejak beberapa tahun kebelakangan ini sehingga berjaya mencapai kutipan pecah panggung menerusi Vedigundu Passange arahan Dr. Vimala Perumal. Namun, cabaran industri ini bukanlah disebabkan statusnya sebagai sinema minoriti, tetapi perlu bersaing dengan industri perfileman India khususnya Kollywood yang bertaraf global dan sentiasa dijadikan ukuran perbandingan. Tujuan utama makalah ini ialah untuk mengimbau dan memahami sikap dan pengalaman penontonan filem-filem berbahasa Tamil dalam kalangan khalayak masyarakat India di negara ini. Pendekatan fenomenologi telah digunakan sebagai panduan untuk melakukan penelitian tentang bagaimana khalayak membina pengetahuan, kesedaran dan pengalaman individu selaku subjek yang menonton filem-filem Tamil tempatan dan Kollywood. Menggunakan kaedah temubual berfokus, dapatan kajian dapat dirumuskan dalam 3 aspek: pertama, khalayak sinema Tamil tempatan hari ini majoritinya ‘mendewasa’ dengan keetnikan Tamilnadu atau jingoisme Bollywood dan masih bergelut untuk menerima kelainan dan inovasi pada naratologi, sinematografi, penataan muzik atau seni lakon, dan penggunaan teknologi komputer dan kesan khas; kedua, khalayak sinema Tamil tempatan dilihat mula menyedari fungsi Bahasa Tamil dan Sekolah Jenis Kebangsaan Tamil sebagai penanda keetnikan masyarakat Tamil; dan ketiga, pendekatan fenomenologi telah mendedahkan walaupun kesedaran dan afiniti kolektif khalayak tempatan telah dibina oleh imaginari ‘tanah leluhur’ secara signifikan, mereka komited untuk membuktikan daya ketahanan mereka dalam menghadapi pengaruh imaginari berdiaspora itu. Kesimpulannya, sikap ambivalen dalam kalangan khalayak filem Tamil negara ini mungkin terbentuk dari imaginari ketamilan yang global. Mereka seharusnya turut sedar akan implikasi daripada konstruksi dan konsumsi imaginari ini ke atas payung kebudayaan negara ini. Kata kunci: Diaspora, keetnikan, Sekolah Jenis Kebangsaan Tamil, sinema Tamil, vernakular.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Runesi, Yasintus T. "FENOMENOLOGI: LOGOS PARTISIPATIF DAN TABERNAKEL SEMESTA." Lumen Veritatis: Jurnal Filsafat dan Teologi 10, no. 2 (April 1, 2020): 221–40. http://dx.doi.org/10.30822/lumenveritatis.v10i2.479.

Full text
Abstract:
The natural environment suffered under dominion of science, mother earth in distress and progress is no longer treated as sacrosanct. This is calling for our responsibility, and requires more serious attention from all parties, at all levels of spheres of life. In this article, I will be presented a programmatic reading of the ecological and environmental crisis from phenomenological perspective. In the first part, it will be shown that this crisis is rooted in naturalisme, i.e dualistic point of views. As a critique of this form of thoughts, a theoretical response will be demonstrated through eco-phenomenology as an interdisciplinary theory in the second part of this article, which followed by a reformulation of the concept of logos (reason) in the third part of this article based on concept logos of life from Anna-Teresa Tymieniecka and Henryk Skolimowski’s participatory mind. The fourth part is a reflection of creation as a tabernacle of the universe, a place where the divine name resides, and will be closed with a small conclusion.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Putra, D. I. Ansusa. "EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI PERSPEKTIF ESOTERIK-FENOMENOLOGI." ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 19, no. 2 (December 28, 2018): 185–208. http://dx.doi.org/10.18860/ua.v19i2.5019.

Full text
Abstract:
This paper is a comprehensive study of sufi epistemology through interpretations of natural phenomena. The study of the triagle causality relationship between God, humans, and nature can be a binocular for studying the sufistic epistemology globally. In sufistic studies, studying natural phenomena is one way to reach the essence of God. Whereas the existence of God can be studied through His signs. This paper uses an approach from a theological scholar, Patrick Masterson, who concusively found a new approach that accommodates esoteric and exoteric dimensions simultaneously. The author considers this approach feasible to use to understand the sufistic epistemology, especially those related to natural phenomena.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Dwiyoso, Hertoto, M. Harri Susanto, and David Kaluge. "ANALISIS FENOMENOLOGI BANK MENDIRIKAN KOPERASI KREDIT." Journal of Indonesian Applied Economics 2, no. 1 (May 15, 2008): 1–2008. http://dx.doi.org/10.21776/ub.jiae.2008.002.01.7.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Muhaimin, Muhaimin. "Pergeseran Otoritas Hukum Islam Perspektif Fenomenologi." MADANIA: JURNAL KAJIAN KEISLAMAN 22, no. 1 (July 3, 2018): 99. http://dx.doi.org/10.29300/madania.v22i1.914.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Indarsih, Fajar, and Fawait Syaiful Rahman. "Membijaki Produk Pesantren dalam Tinjauan Fenomenologi." MUNAQASYAH : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pembelajaran 4, no. 1 (November 28, 2021): 54–67. http://dx.doi.org/10.58472/mnq.v4i1.130.

Full text
Abstract:
Abstract Pesantren is one of the alternative institutions in continuing the process of Iqra '(reading). Iqra '(reading) can be done anywhere and on all objects. However, it is necessary to arrange a system that can bind all its sub-subs to obtain significant iqra' (reading) results. Pesantren is a form of representation of Islamic education. Exploring pesantren products means assessing the output of graduates according to the competence of graduates. Santri while in Islamic boarding schools receive complex education, not only in the field of religion but also in the areas of financial, time, and social management. Currently, the work of the students is spread all over the world. The task of the students is to continue the struggle of the teachers in conveying the truth.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Tumanggor, Roxsana Devi, and Merry Saira Saragih. "Perawatan Postpartum Suku Simalungun: Studi Fenomenologi." Tropical Public Health Journal 2, no. 2 (October 10, 2022): 78–89. http://dx.doi.org/10.32734/trophico.v2i2.8793.

Full text
Abstract:
Masa nifas atau masa postpartum adalah masa sejak bayi dilahirkan hingga plasenta lepas dari rahim, dan ini berlanjut sampai enam minggu berikutnya. Beberapa budaya dan suku di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat beberapa tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun dalam penanganan ibu sebelum dan setelah melahirkan. Namun, masih belum banyak penelitian yang dilakukan terkait persepsi budaya perawatan ibu nifas pada suku suku di Indonesia termasuk suku Simalungun. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perawatan ibu nifas menurut suku Simalungun di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah studi fenomenologi dengan teknik in-depth interview. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling terhadap sepuluh partisipan yang dilaksanakan pada bulan April – Juni 2018. Setiap partisipan diwawancarai dengan pertanyaan terstruktur sekitar 45-60 menit. Transkrip hasil wawancara dibaca berulang ulang untuk menganalisis tema dan sub tema. Analisa data dilakukan dengan thematic analysis. Hasil penelitian menunjukkan enam tema perawatan ibu nifas menurut suku Simalungun, yaitu (1) Pengaturan Fisik Ibu Post Partum, (2) Pantangan Makanan Tertentu (3) Pembatasan Aktivitas (4) Dukungan Keluarga (5) Tradisi Sebelum Kelahiran Bayi (6) Perawatan Setelah Kelahiran Bayi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan strategi dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap ibu nifas berbasis budaya. Sehingga kearifan lokal budaya tertentu bisa menjadi salah satu pendekatan kesehatan berbasis komunitas. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan dapat menjadi sumber pengetahuan pada penelitian berikutnya tentang perawatan ibu nifas dengan berbagai suku di Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography