Academic literature on the topic 'Feromon'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Feromon.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Feromon"

1

Kovačić, Marin, and Zlatko Puškadija. "Feromoni medonosne pčele (Apis mellifera L.)." Stočarstvo 71, no. 1-2 (August 25, 2017): 9–19. http://dx.doi.org/10.33128/s.71.1-2.2.

Full text
Abstract:
Podjelu uloga između članova pčelinje zajednice, kao i funkcioniranje pčelinje zajednice omogućuje savršena komunikacija, a ona se kod pčela odvija pomoću pčelinjeg plesa i najvećim dijelom putem feromona. Feromoni u pčelinjoj zajednici imaju ulogu spajanja pčela kao jedinki u jednu kohezivnu zajednicu, tzv. superorganizam. Također, feromoni imaju ključnu ulogu u svim aspektima života pčelinje zajednice, od razmnožavanja, do sakupljanja hrane i obrane zajednice. U ovom su radu obrađene žlijezde koje izlučuju feromone, kao i uloga pojedinih feromona na ponašanje pčelinje zajednice.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Hasyim, Ashol, Wiwin Setiawati, and Rini Murtiningsih. "Perilaku Memanggil Ngengat Betina dan Evaluasi Respons Ngengat Jantan terhadap Ekstrak Kelenjar Feromon Seks pada Tanaman Cabai Merah." Jurnal Hortikultura 23, no. 1 (March 30, 2013): 72. http://dx.doi.org/10.21082/jhort.v23n1.2013.p72-79.

Full text
Abstract:
Helicoverpa armigera merupakan hama penggerek buah pada tanaman cabai merah di Indonesia. Kehilangan hasil akibat serangan H. armigera dapat mencapai 60%. Pengendalian yang umum dilakukan ialah menggunakan insektisida secara intensif, yang dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Feromon seks merupakan salah satu alternatif cara yang dapat digunakan untuk memonitor dan mengendalikan H. armigera. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perilaku kawin ngengat betina H. armigera dan untuk mengevaluasi respons ngengat jantan terhadap feromon seks dari kelenjar ngengat betina dara H. armigera pada tanaman cabai merah. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Sayuran dan di lahan petani di Desa Pabedilan Kaler, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon dari Bulan April 2009 sampai dengan Maret 2010. Penelitian dilakukan pada tiga tahap kegiatan yaitu : (1) perilaku memanggil betina dara dilakukan dengan cara memasukkan 20 ekor betina dara ke dalam vial plastik (10 ml) dan diberi makan larutan sukrosa 10%. Perilaku memanggil diamati setiap jam sepanjang malam, dimulai dari saat periode gelap mulai pukul 18.00 – 06.00, perlakuan diulang tiga kali, (2) untuk mengetahui respons ngengat jantan terhadap feromon seks dilakukan menggunakan tabung olfaktometer. Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok terdiri atas lima perlakuan dan diulang lima kali, dan (3) evaluasi feromon seks dilakukan di lahan petani di Kabupaten Cirebon. Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok terdiri atas enam perlakuan dan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku memanggil betina dara H. armigera mulai umur 1 hari mencapai maksimum pada hari ketiga pada periode 7 sampai 8 jam setelah scotophase. Respons ngengat jantan tertinggi terhadap feromon seks diperoleh dari ekstrak kelenjar feromon asal betina dara umur 4 hari sebesar 20,33% dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya kecuali dengan betina dara umur 2 dan 3 hari. Kerusakan buah cabai terendah dan berbeda nyata diperoleh dari perlakuan feromonoid seks + insektisida (9,25%) diikuti feromon seks + insektisida (16,13%), dan insektisida (13,55%). Kerusakan buah cabai tertinggi (49,29%) diperoleh pada perlakuan kontrol. Kombinasi antara penggunaan feromon dengan insektisida mampu menekan kehilangan hasil buah cabai merah akibat serangan H. armigera sebesar 61,10 – 62,18 % bila dibandingkan dengan kontrol. Feromon seks merupakan senyawa kimia yang efektif untuk memonitor dan mengendalikan populasi H. armigera pada tanaman cabai di lapangan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Sahetapy, Betty, Ester D. Masauna, Darwanti Darwanti, and Nureny Goo. "Pengaruh Ketinggian Perangkap Feromon terhadap Penggerek Buah Kakao Conopomorpha cramerella Snell. (Lepidoptera: Gracillaridae)." Agrikultura 32, no. 3 (February 9, 2022): 290. http://dx.doi.org/10.24198/agrikultura.v32i3.35296.

Full text
Abstract:
Hama penggerek buah kakao/PBK (Conopomorpha cramerella Snell.) merupakan salah satu hama yang pada tingkat serangan berat dapat mengakibatkan kehilangan hasil kakao mencapai 90%. Penelitian ini bertujuan untuk menguji teknologi pengendalian hama PBK yang ramah lingkungan yaitu penggunaan perangkap feromon seks pada aspek posisi ketinggian perangkap yang efektif. Penelitian dilaksanakan di desa Banda Lama, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah yang berlangsung dari bulan Januari sampai Maret 2019. Penelitian ini menguji ketinggian perangkap feromon pada tiga posisi ketinggian perangkap feromon yang berbeda yaitu ketinggian 1 m, 2 m dan 3 m. Data yang diambil adalah jumlah tangkapan imago C. cramerella tiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkap feromon dengan ketinggian 1 m yang paling efektif memerangkap hama PBK dengan jumlah tangkapan 85 ekor dan rerata populasi imago terperangkap adalah 10,63 ekor/bulan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Sahetapy, Betty, Ester D. Masauna, and Rieske Luhukay. "Uji Efektivitas Perangkap Feromon Terhadap Hama Oryctes rhinoceros L. dan Intensitas Kerusakan pada Tanaman Kelapa di Desa Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Pulau Ambon." Agrikultura 29, no. 1 (April 6, 2018): 19. http://dx.doi.org/10.24198/agrikultura.v29i1.16922.

Full text
Abstract:
ABSTRACTEffectiveness trial of pheromone traps against Oryctes rhinoceros L. and its damage intensity on coconut tree at Batulahat Village, Nusaniwe District, Ambon IslandThe research aimed to determine the efficacy of traps containing pheromone in catching the coconut pest, coconut rhinoceros beetle (Oryctes rhinoceros L.) and its effect on reducing the damage severity caused by the pest. The experiment was conducted by observing the damage intensity before treatment and continued with the efficacy testing of the traps containing pheromone (Ethyl 4-methyloctanoate) against the population of the coconut rhinoceros beetle. The damage intensity was measured following the traps treatment. The result demonstrated that the average of damage intensity before and after treatment were 13.33% and 9.61%, respectively. This indicated the effectiveness of traps in catching the coconut rhinoceros beetle. The number of O. rhinoceros caught during the experiment was analysed using quantitative analysis model. The highest number of coconut rhinoceros beetle caught was 9 bettles/2 months at traps containing pheromone. Whilst, the number of coconut rhinoceros beetle caught at traps containing pheromone with lamp demonstrated lower number of coconut rhinoceros beetle. Furthermore, the lower damage intensity at the experimental location was categorized as low. This was due to good agricultural practice implemented by the farmer.Keywords: Coconut, Pheromone, Damage intensityABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan perangkap feromon dalam memerangkap hama Oryctes rhinoceros L. dan pengaruhnya terhadap intensitas kerusakan yang disebabkan oleh hama tersebut. Penelitian dilakukan dengan menghitung Intensitas Kerusakan (IK) yang disebabkan oleh hama O. rhinoceros dan dilanjutkan dengan menguji efektivitas perangkap feromon (Ethyl 4-methyloctanoate) terhadap perkembangan populasi hama tersebut. Intensitas kerusakan dihitung dengan menggunakan formula IK untuk tanaman yang terserang dan yang tidak terserang O. rhinoceros sebelum dan sesudah aplikasi feromon. Hasil penelitian menunjukkan rerata IK sebelum dan sesudah aplikasi feromon masing-masing sebesar 13,33% dan 9,61%. Terjadi penurunan IK karena efektivitas feromon dapat memerangkap hama O.rhinoceros. Jumlah tangkapan O. rhinoceros tiap perlakuan dianalisa dengan model analisis kuantitatif sederhana. Jumlah tangkapan O. rhinoceros terbanyak dengan rerata tangkapan 9 ekor/2 bulan atau sama dengan 4,75 ekor/bulan pada perangkap berferomon saja. Sementara perangkap feromon dan lampu menghasilkan jumlah tangkapan hama O. rhinoceros yang lebih rendah. Lebih lanjut, rerata IK hama O. rhinoceros di desa Latuhalat tergolong kategori ringan karena sistem kultur teknik dari petani setempat sudah dilakukan dengan baik sehingga areal pertanaman kelapa cukup terawat.Kata Kunci: Kelapa, Feromon, Intensitas kerusakan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

,, Yuliani, and Ai Resti Anggraeni. "PENGGUNAAN BEBERAPA PERANGKAP UNTUK MENGENDALIKAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI PANDANWANGI (Oryza sativa var. Aromatic)." Pro-STek 1, no. 1 (February 4, 2020): 10. http://dx.doi.org/10.35194/prs.v1i1.817.

Full text
Abstract:
Padi pandanwangi merupakan padi lokal Cianjur varietas jenis padi bulu (Javanica), padi ini tumbuh pada ketinggian 450-800 mdpl, umur tanaman mulai dari penanaman sampai panen mencapai 155 hari lebih lama daripada padi pada umumnya. Karena lamanya umur tanam padi Pandanwangi mengakibatkan populasi penggerek batang padi dapat berkembang dengan baik di areal penanaman tersebut dikareanakan ketersediaan makanannya selalu tersedia, untuk menekan populasi penggerek batang padi Pandanwangi dilakukan teknik penangkapan hama tersebut menggunakan perangkap lampu, perangkap feromon dan perangkap methyleugenol perangkap tersebut merupakan perangkap yang dapat memerangkap hama tanaman padi. Penelitian ini dilaksanakan di areal penanaman padi Pandanwangi milik Fakultas Sains Terapan Unsur pada bulan Maret-April, menggunaan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kelompok dengan satu sampel dalam masing-masing kelompok, perangkap A (lampu), B (feromon), C (yellow sticy trap) dan D (methyleugenol). Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan hasil yang paling tinggi pengaruhnya terhadap populasi penggerek batang padi Pandanwangi yang terperangkap adalah perangkap A (lampu) diteruskan dengan perangap B (feromon).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Rahmawati, Dian, Fransiscus Xaverius Wagiman, Tri Harjaka, and Nugroho Susetya Putra. "Detection of Cocoa Pod Borer Infestation Using Sex Pheromone Trap and its Control by Pod Wrapping." Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 21, no. 1 (July 31, 2017): 30. http://dx.doi.org/10.22146/jpti.22659.

Full text
Abstract:
Cocoa pod borer (CPB), Conopomorpha cramerella Snellen (Lepidoptera: Gracillariidae) is a major pest of cocoa. Detection of the pest infestation using sex pheromone traps in the early growth and development of cocoa pods is important for an early warning system programme. In order to prevent the pest infestation the young pods were wrapped with plastic bags. A research to study the CPB incidence was conducted at cocoa plantations in Banjarharjo and Banjaroya villages, District of Kalibawang; Hargotirto and Hargowilis villages, District of Kokap; and Pagerharjo village, District of Samigaluh, Yogyakarta. The experiments design used RCBD with four treatments (sex pheromone trap, combination of sex pheromone trap and pod wrapping, pod wrapping, and control) and five replications. As many as 6 units/ha pheromone traps were installed with a distance of 40 m in between. Results showed that one month prior to the trap installation in the experimental plots there were ripen cocoa pods as many as 9-13%, which were mostly infested by CPB. During the time period of introducting research on August to Desember 2016 there was not rambutan fruits as the CPB host, hence the CPB resource was from infested cocoa pods. The CPB moth trapped as many as 0−7 (1.13 ± 0.14) moths/6 traps/12 observations. The seed damage due to CPB larvae in the pheromone trap treatments (23.98%) was relatively similar with the control (20.25%). Seed damage rate in combination treatment of pheromone trap and pod wrapping (0.59%) was relatively the same with the pod wrapping (0.20%). The pheromone trap was more usefull for monitoring tool rather than for control, meanwhile pod wrapping was an effective control measure of CPB. IntisariPenggerek Buah Kakao (PBK), Conopomorpha cramerella Snellen (Lepidoptera: Gracillariidae) merupakan salah satu hama utama kakao. Deteksi serangan hama PBK dengan perangkap feromon seks pada awal pertumbuhan dan perkembangan buah kakao penting dilakukan sebagai sistem peringatan dini. Dalam upaya pencegahan serangan hama tersebut dilakukan pembrongsongan buah muda. Penelitian dilakukan di kebun kakao rakyat di Desa Banjarharjo dan Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Desa Hargotirto dan Hargowilis, Kecamatan Kokap, serta kebun PT Pagilaran di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Yogyakarta. Percobaan dengan empat perlakuan (perangkap feromon, kombinasi perangkap feromon dan brongsong, brongsong, kontrol) dan lima ulangan menggunakan rancangan RCBD. Perangkap feromon sebanyak 6 unit/ha dipasang dengan jarak antar perangkap sekitar 40 m. Hasil percobaan menunjukkan bahwa satu bulan sebelum pemasangan perangkap terdapat buah tua sebanyak 9−13 % dan umumnya terserang PBK. Selama kajian berlangsung tidak terdapat buah rambutan sebagai inang PBK sehingga sumber PBK diduga hanya dari buah kakao yang terserang. Ngengat PBK yang tertangkap yaitu sebanyak 0−7 (1,13±0,14) ekor/6 perangkap/12 pengamatan. Intensitas kerusakan biji akibat ulat PBK pada perlakuan perangkap feromon (23,98%) relatif sama dengan kontrol (20,25%). Kerusakan biji kakao pada perlakuan kombinasi perangkap feromon dan pembrongsongan (0,59%) relatif sama dengan pembrongsongan saja (0,20%). Perangkap feromon lebih berfungsi sebagai alat monitoring daripada alat pengendalian PBK, sedangkan pembrongsongan buah merupakan teknologi pengendalian PBK yang efektif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Sukmana, Septian Enggar, and Ely Nur Rahayu. "Agen Otonom Untuk Ketepatan Penembakan Pada Game Roket Berbasis Ant Colony Optimization." Applied Technology and Computing Science Journal 3, no. 1 (September 1, 2020): 58–63. http://dx.doi.org/10.33086/atcsj.v3i1.1587.

Full text
Abstract:
ACO berbasis klasifikasi diterapkan pada game Rocket Tank untuk membantu karakter rocket dalam menembak target (tower) secara tepat. Pada paper ini, roket berfungsi sebagai sarang semut dan tower sebagai sumber makanan. Agen semut dijalankan secara acak dan berjalan menemukan sumber makanan. Sumber makanan yang ditemukan didefinsikan sebagai target yang harus ditembak, dasar dari penentuan sumber makanan adalah jumlah bobot feromon yang terkumpul tanpa nilai jarak. Implementasi yang dilakukan pada paper ini adalah membandingkan penerapan ACO berbasis klasifikasi (melibatkan bobot feromon pada sumber makanan) dengan ACO state-of-the art dengan hasil pada 100 kali iterasi adalah ACO berbasis klasifikasi mampu menembak secara tepat pada sasaran dibandingkan dengan ACO state-of-the art dengan peningkatan jumlah tembakan yang lebih banyak pada ACO berbasis klasifikasi dibandingkan ACO state-of-the art.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Suryadi, Yadi. "THE APPLICATION OF BIORATIONAL PESTICIDES ON PADDY STEM BORER AND BACTERIAL LEAF BLIGHT." Jurnal Penelitian Saintek 24, no. 1 (May 16, 2019): 21–31. http://dx.doi.org/10.21831/jps.v24i1.23420.

Full text
Abstract:
This study was aimed at determining the effectiveness of pheromone traps for controlling yellow paddy stem borer (Scabpophaga. Incertulas) insects and testing the effectiveness of biocontrol agents consisting of a mixture of endophytic bacterial cultures (Bacillus firmus E65 and Burkholderia sp E76) and insect pathogens (Serratia marcescens, SKM) based on kaolin bioformulation to control HDB disease. Tests were carried out on the conditions of farmers’ organic land in Cianjur, West Java by installing pheromones to catch male insects in the experimental plots, and applying kaolin-based biopesticide formulations (2.5 g / L). The results show that the application of pheromone traps by using 100 traps in an area of 10 ha, caused the population of male insects to be caught to decrease by less than 40 moths per month. It also effects stem borers to decrease into zero infestations, while stem borer infestation in plots that are not applied to pheromones show <10% infestation. The effect of bioformulation on non-Sintanur cultivars on other minor pests also decrease compared to controls (cv. Sintanur). Kaolin-based bioformulation shows a decrease in bacterial leaf blight of about 84.7% compared to untreated (without bioformulation) plots.APLIKASI PESTISIDA BIORASIONAL TERHADAP PENGGEREK BATANG DAN HAWAR DAUN BAKTERI PADIPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas perangkap feromon untuk mengendalikan serangga penggerek batang padi kuning (PBPK) (Scirpophaga. incertulas) dan menguji efektifitas agen biokontrol yang terdiri atas campuran kultur bakteri endofitik (Bacillus firmus E65 and Burkholderia sp E76) dan patogen serangga (Serratia marcescens, SKM) berbasis bioformulasi kaolin untuk mengendalikan penyakit HDB. Pengujian dilakukan pada kondisi lahan organik petani di Cianjur Jawa Barat dengan cara memasang feromon untuk menangkap serangga jantan pada petak percobaan, dan melakukan aplikasi formulasi biopestisida berbasis kaolin (2,5 g/L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi perangkap feromon dengan mengguna-kan 100 perangkap pada area seluas 10 Ha, menyebabkan populasi serangga jantan yang tertangkap menurun kurang dari 40 ngengat per bulan, dan serangan hama penggerek batang juga menurun menjadi nol infestasi, sementara serangan hama penggerek batang pada petak yang tidak diaplikasi feromon menunjukkan <10% infestasi. Pengaruh bioformulasi pada kultivar non-Sintanur terhadap hama minor lainnya juga menurun dibandingkan dengan kontrol (cv. Sintanur). Bioformulasi berbasis kaolin menunjukkan penurunan penyakit hawar daun bakteri sekitar 84,7% dibandingkan dengan petak tanpa perlakuan (tanpa bioformulasi).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Basköy, Salim, Dursun Ekmekci, Huseyin Altinkaya, and Mustafa Yilmaz. "Gezgin Satıcı Problemi için Feromonal Yapay Arı Koloni (fYAK) Algoritması." Academic Perspective Procedia 2, no. 3 (November 22, 2019): 1107–14. http://dx.doi.org/10.33793/acperpro.02.03.123.

Full text
Abstract:
Yapay arı koloni (YAK) ve karınca koloni optimizasyonu (KKO), farklı t&amp;uuml;rden bir&amp;ccedil;ok optimizasyon problemine başarıyla uygulanmış ve ge&amp;ccedil;erli &amp;ccedil;&amp;ouml;z&amp;uuml;mler &amp;uuml;retebilmiş algoritmalardır. YAK, k&amp;acirc;şif arıların rassal arama faaliyetiyle başarılı bir keşif yeteneğine sahiptir. Ancak s&amp;ouml;m&amp;uuml;r&amp;uuml; faaliyetine iş&amp;ccedil;i arıların yanı sıra g&amp;ouml;zc&amp;uuml; arılar da katılsa da yerel aramada yetersizdir. KKO ise başarılı bir s&amp;ouml;m&amp;uuml;r&amp;uuml; yeteneğine rağmen, arama b&amp;ouml;lgelerini yeterince tarayamamaktadır. Bu &amp;ccedil;alışmada KKO&apos;nun feromon bileşeni YAK&apos;a entegre edilerek geliştirilen feromonal YAK (fYAK) algoritması tanıtılmış ve gezgin satıcı problemi (GSP) &amp;ccedil;&amp;ouml;z&amp;uuml;m&amp;uuml;ndeki performansı tartışılmıştır.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Ngadiwiyana, Ngadiwiyana, Bayu Refindra Fitriadi, and Ismiyarto Ismiyarto. "Pemanfaatan Geraniol Dari Minyak Sereh Sebagai Senyawa Penarik Lebah Madu." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 11, no. 1 (April 1, 2008): 1–5. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.11.1.1-5.

Full text
Abstract:
Produksi minyak sereh di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Akan tetapi, pemanfaatan dari minyak sereh masih sangat kurang. Minyak sereh diisolasi dari daun sereh wangi Jawa (Cymbopogon Winterianus Jowwit). Minyak sereh ini mengandung bermacam senyawa, salah satunya senyawa geraniol. Senyawa ini memiliki struktur yang sama dengan feromon yang digunakan oleh lebah madu (A. Mellifera) dalam berkomunikasi dengan lebah madu lain. Metode yang digunakan dalam mengisolasi minyak sereh dari daun sereh adalah metode distilasi uap. Pengkayaan kandungan geraniol dalam minyak sereh digunakan refluks. Distilasi fraksinasi vakum dilakukan untuk mengisolasi geraniol dari minyak sereh. Minyak sereh yang digunakan dalam penelitian ini diisolasi dari 10 kg daun sereh wangi dengan distilasi uap dan menghasilkan minyak sereh sebanyak 42,5 mL (0,373%) dengan warna kuning bening mengkilat bau khas sereh. Data kromatogram GC-MS minyak sereh menunjukkan kandungan geraniol sebanyak 65,34%. Kandungan geraniol dalam minyak sereh meningkat menjadi 81,96% setelah direfluks dengan larutan NaOH dalam etanol akibat terjadinya reaksi hidrolisis geranil asetat menjadi geraniol. Geraniol diperoleh dari minyak sereh dengan distilasi fraksinasi vakum pada tekanan 110 mmHg. Geraniol yang diperoleh terbukti mampu menarik lebah madu.Kata kunci: Minyak sereh, geraniol, feromon, lebah madu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources

Dissertations / Theses on the topic "Feromon"

1

Acín, Viu Patricia. "Identificación de feromonas y proteínas implicadas en la percepción feromonal de lepidópteros plaga." Doctoral thesis, Universitat de Barcelona, 2009. http://hdl.handle.net/10803/1825.

Full text
Abstract:
El orden Lepidoptera incluye un amplio número de especies responsables de grandes pérdidas económicas tanto a nivel agro-forestal como de productos almacenados. Para el control de estos insectos se han utilizado insecticidas de tipo químico que a la larga han ocasionado el desarrollo de resistencia a los mismos, así como una gran persistencia en el medio ambiente y en otros organismos no diana. Esto ha supuesto la necesidad de desarrollar nuevas alternativas de control menos agresivas y de mayor especificidad de la especie a controlar. La olfacción es primordial para la supervivencia de los lepidópteros, por ello, la alteración del sistema de percepción supone una potente estrategia para el manejo de estas especies. A lo largo de esta tesis se han estudiado diferentes aspectos de la fisiología olfativa en varias especies de lepidópteros considerados plaga. Uno de los estudios realizados ha sido la identificación de la composición feromonal hallada en la variedad española de Spodoptera exigua, plaga causante de enormes daños en invernaderos. A su vez, la utilización de técnicas analíticas, electrofisiológicas, comportamentales así como la realización de pruebas de campo ha permitido la obtención de una formulación feromonal óptima para su control. Este estudio, típico en el área de ecología de insectos, se ha complementado con el análisis pionero de las proteínas olfativas expresadas en las antenas de machos y hembras de diferentes especies, profundizando de esta manera en las bases moleculares de este sistema de percepción. Para la realización de este estudio se han utilizado varias técnicas proteómicas como 2D electroforesis, MALDI-TOF MS Y MS/MS, las cuales nos han permitido observar que existe una expresión diferencial de las OBPs, grupo de proteínas de gran relevancia en la olfacción, en ambos sexos. Finalmente la combinación de ambos tipos de estudios ha conseguido descifrar en su mayoría el tipo de comunicación química existente en la polilla Paysandisia archon, especie importada de Argentina y que se ha convertido en una plaga importante de las palmeras. Todos los resultados obtenidos apuntan a que este lepidóptero parece haberse adaptado en gran medida a la vida diurna, perdiendo así la capacidad de emisión de feromonas de largo alcance por parte de la hembra.

PALABRAS CLAVE: Fisiología de insectos, Ecología química, Feromonas, Proteómica.
Many species responsible for important damage to agriculture, forestry and stored products belong to the order Lepidoptera. Due to environmental and public health problems in addition to an incoming tolerance derived from the expanded application of pesticides, new alternatives have been developed in order to control these insect pests. Olfaction is crutial for Lepidoptera reproductive success, therefore the disruption of their perception system could be a good management tool. In this thesis, several aspects of the olfactory physiology in different pest species have been studied. One of these studies was the identification of the pheromone blend found in the Spanish strain of the species Spodoptera exigua, where an optimum formulation for its control was obtained using analytical, electrophysiological and behavioural techniques. This study, typical in insects chemical ecology, was complemented with a pioneering analysis of the olfactory proteins expressed in antennae of males and females in different Lepidoptera species. Thanks to different proteomic techniques used in this study such as 2DE, MALDI-TOF MS and MS/MS, a differential expression in an important olfactory group of proteins, like the OBPs, was observed in both sexes. Finally the combination of both kinds of analyses deciphered partially the type of chemical communication existing in the moth species Paysandisia archon, important pest of palm trees, where the females seem to have lost the hability to emit long-distance pheromones probably due to a high adaptation to diurnal life.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Perea, Lugo Adriana Lucía. "Uso de ansiolíticos naturales para mejorar el bienestar animal de perros en colectivos." Doctoral thesis, Universitat Autònoma de Barcelona, 2019. http://hdl.handle.net/10803/667477.

Full text
Abstract:
Los perros en colectivos (refugios, perreras, criaderos, instalaciones de investigación) se enfrentan a una serie de condiciones subóptimas que comprometen su bienestar. En esta tesis se analizó el efecto de dos productos ansiolíticos naturales (una feromona apaciguadora sintética y un nutracéutico) sobre indicadores de bienestar, tanto de comportamiento como fisiológicos (concentración de cortisol en el pelo). Se observó que la exposición a la feromona sintética redujo la presencia de conductas repetitivas asociadas a estrés crónico: pacing (P<0,0001), standing in rear legs (P=0,02), así como ladridos (P=0,014) y vocalizaciones en general (P<0.0001). Además, la exposición a la feromona aumentó dos conductas relacionadas con las emociones positivas [interacción social (P= 0,007), juego con perro (P=0,03) y con juguete (P<0,0001)]. La administración del nutracéutico aumentó la frecuencia de conductas motoras: bouncing (P= 0.016), jump (P<0.0001), standing (P<0.0045), standing in rear legs (P=0.0002), sit (P=0.015), exploring (P=0.0023) y hide (P=0.009) y disminuyó dos conductas orales asociadas a emociones negativas bostezo (P=0.037) y lamido de labios (P=0.017). La concentración de cortisol en pelo aumentó durante la aplicación de la feromona (P<0,0068) y no mostró cambios en respuesta al nutracéutico (P=0,927). Los resultados de ambos estudios muestran que estos ansiolíticos naturales tienen la capacidad de modificar la conducta en los perros que viven en colectivos y enfatizan la importancia de combinar indicadores de comportamiento y fisiológicos en los estudios cuyo objetivo es evaluar el bienestar de los animales.
Dogs in groups (shelters, kennels, laboratory or research facilities) often face suboptimal living conditions that compromise their welfare. In this thesis, the effect of two natural anxiolytic products (a synthetic pheromone and a nutraceutical) on behavioural and physiological (concentration of cortisol in hair) indicators of welfare was studied. It was observed that the exposure to the synthetic pheromone reduced the presence of repetitive behaviours associated with chronic stress: pacing (P<0.0001), standing in rear legs (P= 0.02), as well as barking (P=0.014) and general vocalizations (P<0.0001). In addition, two behaviours related to positive emotions [social interaction (P=0.007) play with dog (P=0.03) or with toy (P<0.0001)] increased. The administration of the nutraceutical increased the frequency of locomotor behaviours: bouncing (P=0.016), jump (P<0.0001), standing (P<0.0045), standing in rear legs (P= 0.0002), sitting (P=0.015), exploring (P=0.0023) and hide (P=0.009) and decreased two oral behaviors associated with negative emotions [yawn (P=0.037) and lip licking (P=0.017)]. Hair cortisol concentration increased during the pheromone application (P<0.0068) and showed no significant changes due the nutraceutical administration P=0.927). The results of both studies show that these natural anxiolytics do have the ability to modify behavior in dogs that live in groups. The results also emphasize the importance of combining behavioural and physiological indicators in studies aimed at assessing animal welfare .
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Agustín, Pavón Mª Carmen. "Neuroquímica del refuerzo inducido por feromonas." Doctoral thesis, Universitat de València, 2008. http://hdl.handle.net/10803/10129.

Full text
Abstract:
Las feromonas sexuales masculinas atraen a de manera innata a las hembras de ratón. Estos estímulos no sólo son explorados intensa y preferentemente por las hembras sino que inducen preferencia condicionada de lugar (PCL), lo cual constituye una prueba de que la detección de las feromonas de macho es una recompensa para las hembras. Así pues, la utilización de feromonas sexuales proporciona un modelo novedoso para para el estudio de los mecanismos y las bases neurales de los procesos de refuerzo. En la tesis doctoral "Neuroquímica del refuerzo inducido por feromonas" se pretendió explorar cuales son los neurotransmisores que regulan el comportamiento de atracción innata por feromonas de macho y la adquisición de PCL, así como investigar sobre qué estructuras cerebrales estan actuando estos neurotransmisores. Para ello, se utilizó una aproximación farmacológica sobre protocolos comportamentales, y se complementó la información derivada de estos experimentos con lesiones de ciertos núcleos cerebrales. Adicionalmente, se compararon los resultados obtenidos con estos experimentos con el papel de algunos de los neurotransmisores estudiados en el refuerzo inducido por otras recompensas naturales, como el sabor dulce. En primer lugar, el estudio de los sistemas catecolaminérgicos (dopamina y noradrenalina) reveló que los fármacos agonistas dopaminérgicos, principalmente a través del receptor D1 de la dopamina, inhiben la atracción innata por feromonas de macho, mientras que ni los antagonistas dopaminérgicos ni los agonistas noradrenérgicos afectan al refuerzo de feromonas. A continuación se estudiaron diversos fármacos opioidérgicos, lo cual mostró que un antagonista genérico de opioides no afecta ni a la atracción innata ni a la adquisición de PLC, mientras que un agonista de los receptores µ de opioides elimina la preferencia innata por feromonas de macho. Los mismos fármacos produjeron un efecto opuesto sobre el consumo preferente de una solución azucarada, sugiriendo que estímulos químicos naturales recompensantes (sacarosa y feromonas sexuales), que son detectados por distintos sistemas sensoriales, utilizan diferentes mecanismos neurobiológicos para ejercer su efecto reforzante. Se estudiaron asimismo los efectos de fármacos serotonérgicos, pero los resultados obtenidos no arrojaron conclusiones sólidas acerca del papel de la serotonina en el refuerzo de feromonas. Por el contrario, al investigar el papel del óxido nítrico se demostró que la inhibición farmacológica de la síntesis de este neurotransmisor gaseoso bloquea la atracción innata por feromonas de macho. En el contexto de los datos anatómicos y neuroquímicos disponibles, se procedió por último a investigar el efecto de lesiones electrolíticas de la zona de proyección de la corteza vomeronasal (el sistema que detecta las feromonas atractivas en ratones) sobre el estriado ventral, que se supone el centro del sistema del refuerzo. Estas lesiones, comprendiendo la zona de los islotes de Calleja mediales, eliminaron la respuesta de atracción innata por feromonas de macho.En resumen, los resultados de esta tesis revelan que el comportamiento de atracción innata que muestran las hembras de ratón por feromonas sexuales de macho depende de las proyecciones de la corteza vomeronasal sobre el estriado ventral, que se inhiben por la activación farmacológica de los sistemas dopaminérgicos y opiáceos, y se facilitan por la acción del óxido nítrico. Este estudio tiene implicaciones para la comprensión profunda de los procesos del refuerzo, cuyo mal funcionamiento deriva en estados patológicos como las adicciones a drogas o a comportamientos compulsivos, así como para la comprensión de los mecanismos de la comunicación social en roedores.
Female mice display an innate attraction towards male sexual pheromones, which in addition are reinforcing to them, as demonstrated by the induction of conditioned place preference rewarded by male-soiled bedding. Thus, male sexual pheromones provide an original and advantageous model to study reward mechanisms and neural basis. The thesis "Neurochemistry of pheromone-induced reward" aimed to explore what neurotransmitters control innate attraction and place preference acquisition conditioned by male pheromones, as well as the brain nuclei where they are acting. To do so, it was used a pharmachological approach and lesions of brain nuclei upon behavioural protocols involving pheromone-elicited behaviours. Additionally, the results from these experiments were compared with the role of studied neurotransmitters in sweet reward. First, studies involving catecholaminergic systems revealed that dopaminergic agonists, through D1 receptor, inhibit innate attraction towards male pheromones, whereas dopaminergic or noradrenergic antagonists do not affect pheromone reward. Similarly, opioidergic agonists abolish innate attraction towards male pheromones, but this behavoiour and place preference acquisition are not affected by opioidergic antagonists. Quite the opposite, opioidergic antagonists reduce, and agonists do not affect, preference for a sucrose solution in front of plain water. On the other hand, nitric oxide synthesis inhibition blocked innate attraction towards male pheromones, whereas serotonergic drugs use gave rise to inconclusive results. Finally, electrolytic lesions of the zone of the ventral striatum which receives direct projections from the vomeronasal cortex (centred at the medial islands of Calleja) abolished innate attraction as well. Taken together, the results of the thesis reveal that innate attraction behaviour that show female mice for male sexual pheromones depends on vomeronasal projections upon ventral striatum, which are inhibited by dopamine and opioids and facilitated by nitric oxide.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Pilařová, Kateřina. "Diferenciace semiochemikálií mezi liniemi štěnice domácí (Cimex lectularius)." Master's thesis, Česká zemědělská univerzita v Praze, 2016. http://www.nusl.cz/ntk/nusl-258657.

Full text
Abstract:
Lineages of the common bedbug Cimex lectularius associated with bats and humans separated from each other tens or hundreds of thousands years ago. Currently, they are genetically isolated and some degree of postcopulatory reproduction barrier has been shown. This thesis aims to test the possible mechanisms of precopulatory isolation. Possible differences of semiochemicals between the host lineages were examined by experiments in arenas (four shelters, two unconditioned, one conditioned by scent of specific lineage and one by scent of non-specific lineage, put together in one arena, to which one bedbug male was introduced every time). For the experiment, six breeds (three from bat lineage and three from human lineage) which originated from different parts of Czech Republic were used.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Gavara, Vidal Aitor. "Cuantificación de feromonas en aire y su aplicación en métodos de control de plagas." Doctoral thesis, Universitat Politècnica de València, 2021. http://hdl.handle.net/10251/165412.

Full text
Abstract:
[ES] La confusión sexual es el método de control de plagas basado en semioquímicos que ofrece los mejores resultados y tiene mayor aceptación en el mercado. Este método se basa en la liberación al ambiente de la feromona sexual del insecto al que se pretende controlar en una cantidad suficiente para provocar un retraso o una reducción del apareamiento. Los estudios dedicados a la optimización de la feromona utilizada, la cual condiciona en gran medida el precio del uso de esta técnica, se basan en ensayos empíricos sobre parámetros como el número de emisores utilizados y su distribución, la carga inicial de feromona, etc. La cuantificación de la concentración de feromona en aire es un parámetro más directo y ofrece información valiosa tanto para realizar estudios destinados a optimizar el uso de los emisores disponibles, como para el desarrollo de nuevos dispositivos de emisión con un menor uso de feromona. En la presente tesis se ha desarrollado una metodología que permite la cuantificación de la concentración de feromona en aire en condiciones reales de campo basada en la captación de volátiles del aire y su posterior análisis mediante técnicas de cromatografía de gases y espectrometría de masas. Mediante el uso de esta metodología se ha estudiado la cantidad de feromona en aire a lo largo del ciclo de cultivo en campos tratados con confusión sexual para dos especies diferentes de importancia agronómica en los cultivos de la viña y del arroz, la polilla del racimo de la vid (Lobesia botrana Denis & Schiffermüller) y el barrenador del arroz (Chilo suppressalis Walker) tratados con diferentes tipos de emisores. Estos estudios han servido para conocer de qué manera se distribuye la feromona en aire a lo largo del tiempo en relación con la cinética de los emisores y cuáles son los mecanismos implicados en la confusión sexual en condiciones reales. Además, también se ha estudiado la dependencia climática de emisores pasivos en condiciones de campo puesto que tendrá relación con la cantidad de feromona en aire y puede repercutir en la eficacia del método de control. Los resultados obtenidos en las parcelas en las que se instaló la confusión sexual contra L. botrana muestran que la concentración de feromona en aire va cambiando a lo largo del ciclo de cultivo. Además, se observa que la cubierta vegetal produce un efecto tampón, de manera que la presencia de una masa foliar desarrollada actúa regulando la concentración de feromona en el aire y permite una distribución más homogénea. Mediante la correlación de la velocidad de emisión con los parámetros climáticos, se comprobó que la temperatura y velocidad del viento son parámetros determinantes y que esta dependencia es variable entre distintos tipos de emisores. Por otro lado, se determinó mediante bioensayos electrofisiológicos y de comportamiento que las concentraciones de feromona necesarias para desencadenar mecanismos de confusión no competitiva en machos de L. botrana estaban muy por encima de las cuantificadas en campo, por lo que se concluyó que los principales mecanismos que producen la confusión sexual en condiciones reales son los competitivos. En el caso de las captaciones realizadas en el arrozal, los valores obtenidos de la concentración de feromona en aire sirvieron para estudiar por qué con una colocación más temprana de los emisores se conseguía un mayor efecto en el control de la plaga. Además, se observó que, en este caso, la concentración de feromona en aire guardaba una relación más estrecha con la emisión que proporcionan los emisores de confusión sexual. Este hecho apoya la hipótesis de que una densa masa vegetal, menor en los arrozales que en la viña, puede proteger a la feromona de su lavado por efecto del viento.
[CA] La confusió sexual és el mètode de control de plagues basat en semioquímics que ofereix els millors resultats i té una major acceptació en el mercat. Aquest mètode es basa en l'alliberament de la feromona sexual de l'insecte que es pretén controlar a l'ambient en una quantitat suficient per a provocar un retràs o una reducció de l'aparellament. Els estudis dedicats a l'optimització de la feromona utilitzada, que condiciona en gran mesura el preu de l'ús d'aquesta tècnica, es basen en experiments empírics sobre paràmetres com el número d'emissors utilitzats i la seua distribució, la càrrega inicial de feromona, etc. La quantificació de la feromona en l'aire és un paràmetre més directe i ofereix informació valuosa tant per a realitzar estudis destinats a optimitzar l'ús dels emissors disponibles, com per al desenvolupament de nous dispositius d'emissió amb un menor ús de feromona. En aquesta tesis s'ha desenvolupat una metodologia que permet la quantificació de la concentració de feromona en aire en condicions reals de camp basada en la captació de volàtils de l'aire i el seu anàlisis mitjançant tècniques de cromatografia de gasos i espectrometria de masses. Mitjançant l'ús d'aquesta metodologia s'ha estudiat la quantitat de feromona en aire al llarg del cicle de cultiu en camps tractats amb confusió sexual per a dos espècies diferents d'importància agronòmica en els cultius de la vinya i de l'arròs, el corc del raïm (Lobesia botrana Denis & Schiffermüller) i el cucat de l'arròs (Chilo suppressalis Walker) tractats amb diferents tipus d'emissors. Aquests estudis han servit per a conèixer de quina manera es distribueix la feromona al llarg del temps en relació amb la cinètica dels emissors i quins són els mecanismes implicats en la confusió sexual en condicions reals. A més, també s'ha estudiat la dependència climàtica d'emissors passius en condicions de camp donat que tindrà relació amb la quantitat de feromona en aire i pot repercutir en l'eficàcia del mètode de control. Els resultats obtinguts en les parcel·les en les que es va instal·lar la confusió sexual contra L. botrana mostren que la concentració de feromona en aire va canviant al llarg del cicle de cultiu. A més, s'observa que la coberta vegetal produeix un efecte tampó, de manera que la presència d'una massa foliar desenvolupada actua regulant la concentració de feromona en l'aire i permet una distribució més homogènia. Mitjançant la correlació de la velocitat d'emissió amb els paràmetres climàtics, s'ha comprovat que la temperatura i la velocitat del vent són paràmetres determinants i que esta dependència és variable entre diferents tipus d'emissors. D'altra banda, s'ha determinat mitjançant bioassajos electrofisiològics i de comportament que les concentracions de feromona necessàries per a desencadenar mecanismes de confusió no competitiva en mascles de L. botrana estaven molt per damunt de les quantificades al camp, per la qual cosa es va concloure que els mecanismes principals que produeixen la confusió sexual en condicions reals són els competitius. En el cas de les captacions realitzades en els arrossars, els valors obtinguts de la concentració de feromona en aire van servir per a estudiar per què amb una col·locació més primerenca dels emissors s'aconseguia un major efecte en el control de la plaga. A més, es va observar que, en aquest cas la concentració de la feromona en aire guardava una relació més estreta amb l'emissió que proporcionaven els emissors de confusió sexual. Aquest fet suporta la hipòtesi de que una massa vegetal densa, menor en els arrossars que en les vinyes, pot protegir a la feromona del seu llavat per l'efecte del vent.
[EN] Mating disruption is the pest control method with better acceptation in market due to its results. This method is based on the releasing of the pheromone of the target insect into the environment with enough quantity to delay or to reduce their mating. Optimization-pheromone studies, which condition the use price of this technique a lot, are based on empirical essays about parameters such as the number of dispensers deployed and their distribution, pheromone initial content, etc. Airborne pheromone quantification is a more direct parameter that offers valuable information to do studies to optimize dispenser available use as to develop new dispensers with less pheromone emission. In this work, a methodology that allows the airborne pheromone quantification in real field conditions has been developed based on volatiles airborne sampling and their later analysis with gas chromatography techniques and mass spectrometry. Using this methodology, the airborne pheromone throughout the crop cycle in mating disruption treated fields against different agronomic important species, the European Grapevine Moth (Lobesia botrana Denis & Schiffermüller) and the Rice Stem Borer (Chilo suppressalis Walker), has been studied in vineyards and rice paddies treated with different types of dispensers. These studies have been useful to know how the pheromone is distributed along the time in relation to the dispensers' kinetics and which are the mechanisms involved in mating disruption in real conditions. Moreover, the climatic dependency of the passive dispensers in field conditions has also been studied as it will be related to the airborne pheromone quantity and it can affect the efficacy of the control method. The results show that the airborne pheromone concentration in mating disruption treated fields against L. botrana changes throughout the crop cycle. In addition, it is observed that canopy produces a buffer effect, so the presence of a developed foliage regulates the concentration of the airborne pheromone and allows a more homogeneous distribution. The correlation of emission rate with climatic parameters were useful to check that temperature and wind speed have an influence on dispensers' emission. On the other hand, with electrophysiological and behavioral bioassays, it was determined that higher airborne concentrations were needed to trigger non-competitive mechanisms in L. botrana males. In this way, it was concluded that competitive mechanisms are the ones acting in treated fields In rice paddies air samplings, airborne pheromone concentration data were used to study why an earlier dispensers' deployment achieved a better effect controlling the pest. Furthermore, it was observed a more direct relationship between airborne pheromone with dispensers' emission. This fact supports the hypothesis that thicker foliage, lesser in rice fields than in vineyards, can prevent pheromone from its washing by wind.
Gavara Vidal, A. (2021). Cuantificación de feromonas en aire y su aplicación en métodos de control de plagas [Tesis doctoral]. Universitat Politècnica de València. https://doi.org/10.4995/Thesis/10251/165412
TESIS
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Arvidsson, Staffan, Tomas Berglund, Anna Ehrenborg, Tari Parisa Ghiassi, Sofie Ledent, and Martin Nordstedt. "Nya dispenseringstekniker för feromoner : För ett hållbart jordbruk." Thesis, Uppsala universitet, Institutionen för biologisk grundutbildning, 2012. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:uu:diva-175091.

Full text
Abstract:
Projektets mål har varit att utveckla nya alternativa dispenseringstekniker för insektsferomoner som bekämpar skadeinsekter på fruktodlingar. Resultatet av projektet har gett tre teoretiskt möjliga förslag. Det första förslaget är en polymerbaserad feromondispensering som inte är baserad på någon nuvarande teknik. Förslaget är uppdelat i två koncept, antingen en polymer i gelform eller en gjuten polymer. Polymererna som ges i förslaget är biologiskt nedbrytbara och har egenskaper som inte finns i produkter på marknaden idag. Det andra förslaget grundar sig på vaxbaserad feromondispensering som är en nuvarande teknik. En vaxmassa blandas tillsammans med en specifik feromonlösing och appliceras direkt på ett bladverk eller i fällor. Genom att ha en definierad form på dispensrarna erhålls en bättre kontroll på utsöndring av feromon. Det tredje förslaget är en sprejbaserad feromondispensering även den grundas på nuvarande tekniker. Idén är att en sprejbehållare med tillhörande feromonlösning kan fjärrstyras genom att kopplas till ett kontrollsystem. Fördelen med tekniken är att en större kontroll över dispenseringen på fruktodlingsfältet kan uppnås utifrån information från en väderstation eller annan källa. Kontrollsystemet kan ställas in för att rätt mängd feromon skall släppas ut i olika väderförhållande.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Martínez, Ricós Joana. "Feromones sexuals: un nou estímul reforçant en ratolins." Doctoral thesis, Universitat de València, 2009. http://hdl.handle.net/10803/9498.

Full text
Abstract:
En ratolins existeixen certes feromones no volàtils i de caràcter sexual contingudes en la borumballa embrutada per mascles i que resulten innatament atractives per a les femelles. Els senyals volàtils emanats de la borumballa de mascles, en canvi, no resulten atractius en la primera experiència amb els mateixos, però poden adquirir propietats atractives de manera secundària després de l'exposició reiterada a aquests volàtils i als no volàtils innatament atractius de manera conjunta. Els dos primers objectius fonamentals d'aquesta tesi han estat estudiar si les feromones sexuals de mascle són detectades per l'òrgan vomeronasal, o si pel contrari, constitueixen un estímul olfactiu, i comprovar, igualment, si l'atracció induïda per volàtils depèn de la integritat del sistema vomeronasal.Per abordar aquests objectius es va comparar la preferència cap a senyals químics de mascle que mostren les femelles amb la funció vomeronasal interrompuda (mitjançant la lesió electrolítica del bulb olfactiu accessori), amb la què mostren les femelles amb la funció vomeronasal intacta (se'ls practicà una lesió simulada) en diferents situacions experimentals. Els resultats d'aquests experiments mostraren que les feromones contingudes en la borumballa embrutada per mascles intactes que resulten innatament atractives per a les femelles de ratolí són detectades per l'òrgan vomeronasal. També confirmaren que per tal que els volàtils puguen adquirir propietats atractives de manera secundària és necessària la seua associació amb un estímul detectat a través del sistema vomeronasal. A continuació comprovàrem si a més de ser innatament atractives, les feromones sexuals de mascle són reforçants per a les femelles, per a la qual cosa realitzàrem una sèrie d'experiments seguint un paradigma comportamental anomenat test d'adquisició de preferència de lloc, utilitzar per comprovar les propietats reforçants dels estímuls.Els resultats mostraren que les femelles de ratolí són capaces de detectar el gènere i l'estat de dominància dels conespecífics a través de senyals químics continguts en la borumballa embrutada pels mateixos. A més, revelaren que les feromones sexuals de mascle són reforçants per a les femelles de ratolí, però els senyals continguts en la borumballa embrutada per mascles castrat o altres femelles no.Per últim estudiàrem la via de transducció del reforç degut a feromones sexuals. Amb aquest objectiu, i donat que prèviament havíem comprovat que les feromones sexuals són detectades a través del sistema vomeronasal, analitzàrem l'expressió del proto-oncogen c-fos en distints nuclis vomeronasal (el nucli posteromedial de la amígdala cortical, els Illots de Calleja i l'Àrea de transició amígdalo-hipocàmpica). Aquesta expressió la comparàrem entre dos grups experimentals, un al què les femelles solament tenien accés a borumballa neta, i un altre en què les femelles eren exposades a borumballa de mascle. Els resultats indicaren que la via responsable de mitjançar aquest reforç no és la via dopaminèrgica tegment-estriatal clàssica, sinó que es la via que va des del nucli posteromedial de la amígdala cortical i l'àrea amígdalo-hipocàmpica als Illots de Calleja més ventromedials.En resum els resultats d'aquesta tesis mostren l'existència d'un nou estímul reforçant en ratolins, les feromones sexuals de mascle, que són detectades a través de l'òrgan vomeronasal. A més, hem vist que existeixen altres regions de l'estriat ventral, a part de les clàssiques, implicades en la codificació de les propietats reforçants dels estímuls naturals.
Male mice soiled bedding contains non volatile sexual pheromones that are innately attractive to females. Male volatile signals are, in contrast, not attractive to females in their very first contact with them, but can acquire secondary attractive properties by its association with the non volatile and innately attractive signals. In this work we analysed whether male sexual pheromones are detected through the accessory olfactory system, and if the association between non-volatiles and volatile signals is also dependent on the integrity of vomeronasal system. To do so, we carried out a battery of experiments in a group of females with a lesion in their accessory olfactory bulb (AOB) comparing their behaviour with that from another group of animals with a sham lesion in their AOB. In addition, we also analysed if male sexual pheromones are rewarding to female mice, using a behavioural paradigm named place preference test. Finally, we studied which would be the neural system that mediates these reinforcing properties. To do so, we compared c-fos expression in different vomeronasal nuclei in animals exposed to male-soiled bedding and animals exposed to clean bedding.The results of our experiments show that male sexual pheromones are detected through the vomeronasal organ and that the acquisition of secondary attractive properties by male volatile signals depends on its association with non volatiles signals also detected through the vomeronasal system. Furthermore we have demonstrated that male sexual pheromones have reinforcing properties to female mice, ant that the neural system that mediates these reinforcing properties is not the classical dopaminergic tegmento-estriatal projection, but the projections from some regions of the posteromedial cortical nucleus of the amygdala and the amygdalo-hypocampal area to the most ventromedial Islands of Calleja.The results from these experiments show the existence of a new reinforcing stimulus in mice, the sexual pheromones. In addition, these pheromones are detected through the vomeronasal organ. Moreover, we have shown that there are more regions a part from the classical ones in ventral striatum involved in mediating reinforcing properties of natural stimuli.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Afonso, Carlos Manuel Magalhães. "Comunicação química : feromonas sexuais em Megachile rotundata (F.)." Tese, Porto : [Edição do Autor], 1993. http://catalogo.up.pt/F?func=find-b&local_base=UPB01&find_code=SYS&request=000105367.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Afonso, Carlos Manuel Magalhães. "Comunicação química : feromonas sexuais em Megachile rotundata (F.)." Doctoral thesis, Porto : [Edição do Autor], 1993. http://hdl.handle.net/10216/64016.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Chire, E. Teófilo, and Richard Korswagen. "Feromonas sexuales : una alternativa en el control de plagas." Revista de Química, 2013. http://repositorio.pucp.edu.pe/index/handle/123456789/100141.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources

Books on the topic "Feromon"

1

Kanzaki, Ryōhei. Saibōgu konchū, feromon o ou. Tōkyō-to Chiyoda-ku: Iwanami Shoten, 2014.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Yoshimaru, Mieko. Shiawase ni naru feromon daietto: Josei horumon zo kyo de basuto appu seiritsu ya ko nenki mo kaisho . To kyo: Makino Shuppan, 2006.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Polovye feromony cheloveka: Noveĭshai︠a︡ seksologii︠a︡. Kharʹkov: KHNU imeni V. N. Karazina, 2005.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Feromony i razmnozhenie mlekopitai͡u︡shchikh: Fiziologicheskie aspekty. Leningrad: "Nauka, Leningradskoe otd-nie", 1988.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Skirkevičius, Algirdas. Feromonų tyrimai Lietuvoje. Vilnius: Academia, 1992.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Paiva, Maria Rosa. Feromonas de insetos. Curitiba, Paraná: [s.n.], 1985.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Shumnaliev, Dimitŭr. Ferodo: Roman. Sofii︠a︡: [s.n.], 2003.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Skirkevičius, Algirdas. Pheromones: Reference book = Feromonai : žinynas. Vilnius: Institute of Ecology, Vilnius Pedagogical University, 1997.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Ishmuratov, G. I︠U︡. Monoterpenoidy v khimii opticheski aktivnykh feromonov nasekomykh. Moskva: Nauka, 2012.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Konzelmann, Suzanne J. Institutional transplant and American corporate governance: The case of Ferodyn. Cambridge: ESRC Centre for Business Research, University of Cambridge, 2002.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources

Book chapters on the topic "Feromon"

1

"ferodo." In The Fairchild Books Dictionary of Textiles. Fairchild Books, 2021. http://dx.doi.org/10.5040/9781501365072.6036.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

"Las feromonas de la manzana." In El Arca de Noé, 171–74. ITESO, 2014. http://dx.doi.org/10.2307/j.ctvdmwz8c.42.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

"8β-(4′-Hydroxy-benzoyloxy)-humula-1(10),4(15),5-triene (Ferocin)." In Natural Compounds, 351. New York, NY: Springer New York, 2013. http://dx.doi.org/10.1007/978-1-4614-0539-9_771.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

"8α-(4′-Hydroxy-benzoyloxy)-1(10),4-germacradien-6β-ol (Ferolin; 8α-[4-Hydroxy-benzoyloxy]-6β-hydroxy-6,7-H-germacrene C)." In Natural Compounds, 272–73. New York, NY: Springer New York, 2013. http://dx.doi.org/10.1007/978-1-4614-0539-9_643.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Conference papers on the topic "Feromon"

1

NEGARA, ABDI. "Tanggapan hama penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella terhadap feromon seks dan intensitas serangannya di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah." In Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Masyarakat Biodiversitas Indonesia, 2015. http://dx.doi.org/10.13057/psnmbi/m010720.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Elhajji, Majdi, Brahim Attia, Abdelkrim Zitouni, Rached Tourki, Samy Meftali, and Jean-luc Dekeyser. "FeRoNoC: Flexible and extensible Router implementation for diagonal mesh topology." In 2011 Conference on Design and Architectures for Signal and Image Processing (DASIP). IEEE, 2011. http://dx.doi.org/10.1109/dasip.2011.6136890.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Mishra, Ravita. "FEROM (Feature extraction and refinement) using genetic algorithm." In 2015 International Conference on Applied and Theoretical Computing and Communication Technology (iCATccT). IEEE, 2015. http://dx.doi.org/10.1109/icatcct.2015.7456907.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Galán-Jiménez, Jaime, and Raúl Sánchez Romero. "Aprovechando el Poder de las Feromonas para Mejorar la Eficiencia Energética en Redes Definidas por Software." In XIII Jornadas de Ingenieria Telematica - JITEL2017. Valencia: Universitat Politècnica València, 2017. http://dx.doi.org/10.4995/jitel2017.2017.6498.

Full text
Abstract:
En los últimos años, la conciencia por la eficiencia energética se ha instalado de lleno en el seno de la sociedad. Aunque la comunidad investigadora ha realizado grandes esfuerzos en proponer soluciones para reducir el consumo de energía de las redes de comunicaciones, la mayoría de estas propuestas están pensadas para redes IP, para las cuales es necesaria la coordinación entre los distintos elementos que las componen. La aparición de las redes SDN (Software-Defined Networking) y el desacople del plano de datos del plano de control abre nuevos caminos para proponer algoritmos energéticamente eficientes a ejecutar por parte de un elemento lógicamente centralizado, el controlador SDN. En este artículo se propone un algoritmo basado en el comportamiento de las colonias de hormigas que permite la elección óptima, en términos de eficiencia energética, de los modos de operación de los enlaces de la red. Los resultados obtenidos tras su ejecución sobre topologías de red reales indican que es posible conseguir un ahorro de energía significativo, en torno al 30% para el caso en que la función de energía de los enlaces de la red sea de tipo lineal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Moschella, Demetrio, Gianluca Gatti, Emiliano Vitelli, Albenzio Lecce, Michele Perrelli, Calogero Pace, and Guido A. Danieli. "Experimental Validation of a Special Locking Drum Brake for Robotic Applications." In ASME 2008 9th Biennial Conference on Engineering Systems Design and Analysis. ASMEDC, 2008. http://dx.doi.org/10.1115/esda2008-59305.

Full text
Abstract:
The paper presents the development of a novel type of drum brake capable of locking a joint exploiting the effect of self excitation characteristic of this type of brake. A theoretical analysis based on the Reye assumption on wear is first presented, were conditions for self excitement are determined. An initial version of the brake was designed and tested, but it was soon discovered that actuation with solenoids was not appropriate. A second version was then developed where solenoids were replaced by a small motor and reducer placed inside the brake itself, but the resulting drum was too big for the application. Finally a version were the motor and reducer were placed outside the drum was designed. An ad hoc experimental test bed was built using a Maxon motor to control rotation and toque of the drum and to allow an initial wear of the ferodo in order to obtain compliant surfaces. Finally an electronic control of the brakes has been developed.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Azevedo, Ingrid Nayara Duarte, Caroline De Brito Ferreira, Mayara Almeida Da Silva, Josiany Souza Lins De Vasconcelos, and Tereza Cristina Raggi Cavalcante. "PROMOÇÃO DO BEM-ESTAR PARA GATOS ATENDIDOS OU HOSPITALIZADOS." In I Congresso On-line Nacional de Clínica Veterinária de Pequenos Animais. Revista Multidisciplinar em Saúde, 2021. http://dx.doi.org/10.51161/rems/1921.

Full text
Abstract:
Introdução: Os gatos estão cada vez mais presentes nos lares dos seres humanos, tendo um importante papel na manutenção do equilíbrio mental e saúde dos seus tutores. Em consequência dessa aproximação e do aumento de gatos domésticos, ocorreu a ampliação da demanda por médicos veterinários capacitados que proporcionem uma maior valorização do bem-estar desses animais durante o atendimento clínico. Objetivos: Descrever a importância da promoção do bem-estar para gatos atendidos ou hospitalizados. Material e Métodos: Foi realizada uma revisão de literatura através de livros, artigos, revistas e monografias atuais referentes ao tema abordado. Resultados: O bem-estar animal refere-se a maneira de como esse se relaciona de forma satisfatória com seu meio ambiente. Quando as condições ambientais são desfavoráveis, pacientes felinos manifestam comportamentos de desconforto e tendem a estar estressados durante o atendimento clínico, além disso, nessas situações estressantes, ocorre o aumento dos níveis de cortisol, o que induz alterações no sistema imunológico, retardo na recuperação nos casos de doenças ou pós-operatório e alterações hematológicas que podem levar ao subdiagnóstico. Dessa forma, experiências que induzem estados emocionais negativos nos gatos devem ser prevenidas ou minimizadas através da adoção de requisitos básicos que proporcionem o bem-estar para esses animais. Tais requisitos básicos incluem: a realização do atendimento por uma equipe treinada que observe o estado de saúde e comportamento do paciente com o mínimo de contenção possível e manipulação delicada, em um ambiente tranquilo (música clássica, feromonas e baixa intensidade luminosa), separado de outros animais e com instalações higiênicas que proporcionem proteção e conforto, podendo ser incluídos prateleiras, esconderijos, caixas, arranhadores e brinquedos dispersores de alimentos. Os animais hospitalizados devem ser colocados em áreas de hospitalização designadas especialmente para gatos, com disponibilização de alimento adequado para espécie e água fresca e limpa. Além disso, devem ser realizados procedimentos veterinários de maneira segura e que não estejam no horizonte visual ou auditivo de outros animais. Conclusão: Portanto, a maximização do bem-estar para gatos atendidos e hospitalizados resulta em animais mais saudáveis e mais adaptados ao ambiente, bem como melhoram a relação entre o médico veterinário, paciente e tutor.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography