To see the other types of publications on this topic, follow the link: Fotografi.

Journal articles on the topic 'Fotografi'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Fotografi.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Giersing, Sarah. "At fotografere håbet. Joakim Eskildsens værker." Magasin fra Det Kongelige Bibliotek 29, no. 1 (April 1, 2016): 18–23. http://dx.doi.org/10.7146/mag.v29i1.66970.

Full text
Abstract:
”Håbets fotograf” blev Joakim Eskildsen kaldt i Information juni 2015. Det var kunstkritikeren Rune Gade, der med dette udtryk satte fingeren på den optimisme, som karakteriserer kunstneren Eskildsens billeder. Ordene faldt i en anmeldelse af Det Nationale Fotomuseums udstilling “En verden jeg kan tro på”, og anmeldelsen var illustreret med et smukt fotografi af to børn på vej ud fra skyggen under et træ. Børnene har ryggen til fotografen, der betragter dem fra sin position inde under træet, hvis grene hænger helt til jorden. Lyset spiller i de tynde forårsblade i tusindvis af grønne nuancer, og de to børn løfter bladhanget til side, så de kan træde ud i solen med hinanden. Fotografiet er fra Eskildsens serie Home Works. Det er en parafrase over W. Eugene Smiths berømte fotografi “The Walk to Paradise Garden”, der på en næsten identisk måde viser to børn på vej ud i en lysning hånd i hånd.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Zen, Adrian Permana, and Vega Giri Rohadiyat. "Analisis Karya Fotografi: The Comedy Wildlife Photography of the Year." VISUALIDEAS 4, no. 1 (March 31, 2024): 42–50. http://dx.doi.org/10.33197/visualideas.vol4.iss1.2024.1911.

Full text
Abstract:
Genre fotografi Black and White (BW) menjadi genre fotografi yang diminati oleh komunitas fotografi dalam Indonesia ataupun luar negeri. Fotografer seperti Ansel Adams atau Michael Kenna menjadi inspirasi bagi fotografer untuk bisa memulai karya fotografi BW. Karya fotografi mempunyai identitas tersendiri yang menggambarkan ciri khas dari seorang fotografer. Ciri khas dapat diidentifikasi dari warna, bentuk, atau ide. Penulis akan membahas identitas dalam karya fotografi BW dengan mengevaluasi karya fotografi yang terdapat pada majalah “BnW Minimalism Magazine” dimana didalamnya terdapat karya-karya fotografi BW dengan aliran minimalisme. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menganalisa pemenang karya fotografi BW sebagai identitas dari majalah tersebut. Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini lebih mengacu kepada nilai-nilai estetetika dan simbol dalam foto sebagai ciri khas pada majalah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Zen, Adrian Permana. "Analisis Karya Fotografi: BnW Minimalism Magazine." VISUALIDEAS 2, no. 2 (September 8, 2022): 63–69. http://dx.doi.org/10.33197/visualideas.vol2.iss2.2022.906.

Full text
Abstract:
Genre fotografi Black and White (BW) menjadi genre fotografi yang diminati oleh komunitas fotografi dalam Indonesia ataupun luar negeri. Fotografer seperti Ansel Adams atau Michael Kenna menjadi inspirasi bagi fotografer untuk bisa memulai karya fotografi BW. Karya fotografi mempunyai identitas tersendiri yang menggambarkan ciri khas dari seorang fotografer. Ciri khas dapat diidentifikasi dari warna, bentuk, atau ide. Penulis akan membahas identitas dalam karya fotografi BW dengan mengevaluasi karya fotografi yang terdapat pada majalah “BnW Minimalism Magazine” dimana didalamnya terdapat karya-karya fotografi BW dengan aliran minimalisme. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menganalisa pemenang karya fotografi BW sebagai identitas dari majalah tersebut. Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini lebih mengacu kepada nilai-nilai estetetika dan simbol dalam foto sebagai ciri khas pada majalah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Mursalim, Muh Ainun Amri, Dedy Atmajaya, and Erick Irawadi Alwi. "Pengembangan Alat Bantu Timelapse Photography Berbasis Arduino." Buletin Sistem Informasi dan Teknologi Islam 2, no. 1 (February 26, 2021): 17–20. http://dx.doi.org/10.33096/busiti.v2i1.718.

Full text
Abstract:
Timelapse fotografi adalah sekumpulan hasil foto yang ditangkap oleh sensor kamera dan di bagi dalam beberapa frame yang menggambarkan urutan dari satu kejadian dengan cara beraturan dan berurutan. Genre fotografi ini sudah sangat lama ditekuni oleh para fotografer, baik fotografer yang baru mengenal fotografi maupun fotografer profesional. Timelapse fotografi adalah teknik dalam fotografi yang cukup rumit. Diperlukan kesabaran dan ketepatan waktu yang presisi untuk menghasilkan sebuah karya timelapse yang baik. Alat yang menjadi prioritas kebanyakan fotografer dalam menekuni dunia fotografi termasuk timelapse fotografi saat ini adalah kamera berjenis Mirrorless. Namun kamera jenis ini masih memiliki banyak kekurangan khususnya jika di terapkan sebagai alat untuk menghasilkan foto timelapse. Maka dari itu diperlukan sebuah alat yang dapat mendukung kamera Mirrorless ini sehinga ketika akan menghasilkan bahan timelapse yang baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Ronald, Regina Octavia, and Tri Karyono. "PERUBAHAN LANSKAP KREATIF DAN DIALOG ETIKA DALAM FOTOGRAFI: PENGARUH KECERDASAN BUATAN." specta 8, no. 1 (June 2, 2024): 15–34. http://dx.doi.org/10.24821/specta.v8i1.11334.

Full text
Abstract:
Kemajuan teknologi dari digital sampai kecerdasan buatan memberikan dampak perubahan pada kultur penciptaan visual fotografi. Mesin generator gambar yang menghasilkan imaji yang realis dikenal sebagai promptografi disandingkan sebagai penciptaan fotografi. Metodologi penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, pengumpulan data melalui observasi secara digital dan lapangan, dilengkapi dengan data dari diskusi grup terpumpun (FGD) dari para fotografer di Kota Bandung (n=8). Artikel ini berfokus pada analisis persepsi dan pengalaman dalam menyikapi fenomena kecerdasan buatan dalam penciptaan visual, serta bagaimana toleransi para fotografer dalam penyandingan karya visual hasil generator gambar dengan karya yang dihasilkan secara fotografis. Hasil analisis ini mengungkap perubahan dalam pendekatan kreatif fotografer seiring dengan imersi kecerdasan buatan dan memberikan kontribusi terhadap proses kreatif fotografi dengan memanfaatkan kecerdasan buatan. Simpulan artikel adalah teknologi kecerdasan buatan telah membentuk lanskap kreatif dalam fotografi dan seni visual, membuka peluang dan dialog etika yang perlu dipertimbangkan oleh seorang pengkarya fotografi. Creative Landscape Changes and Ethical Dialogue in Photography: The Influence of Artificial Intelligence. The advancement of technology, from digital to artificial intelligence, has impacted the cultural landscape of visual photography creation. Image-generating machines producing realistic imagery, known as promptography, are juxtaposed with traditional photography. The research methodology employed a qualitative approach, gathering data through digital and field observations, supplemented by focus group discussions (FGD) involving photographers in Bandung City (n=8). This article focuses on analyzing perceptions and experiences regarding the phenomenon of artificial intelligence in visual creation, as well as photographers' tolerance towards juxtaposing images generated by machines with traditionally produced photographic works. The analysis reveals changes in photographers' creative approaches with the immersion of artificial intelligence, contributing to the creative process of photography. The conclusion highlights that artificial intelligence technology has shaped the creative landscape in photography and visual arts, opening opportunities and ethical dialogues that photographers need to consider.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Fadlia, Adlien, and Arryadianta. "SMARTPHONE SEBAGAI MEDIA FASHION FOTOGRAFI." JSRW (Jurnal Senirupa Warna) 11, no. 2 (July 28, 2023): 175–89. http://dx.doi.org/10.36806/jsrw.v11i2.186.

Full text
Abstract:
Kemajuan teknologi smartphone telah mengubah dunia fotografi, termasuk fotografi fashion. Smartphone memungkinkan menangkap gambar dengan cepat dan perangkatnya dapat disimpan dengan mudah pada saku pakaian. Artikel ini, membahas peranan smartphone dalam fotografi fashion dan fungsinya sebagai alat yang cukup penting bagi para fotografer. Smartphone memungkinkan fotografer memotret, menyunting, berbagi gambar ke klien dan kolega secara cepat serta efisen, bahkan saat bepergian. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui studi literatur bersumber dari buku-buku dan internet tentang fotografi, kamera digital dan smartphone, serta sosial media. Data lain diperoleh melalui pengamatan pembelajaran fotografi fashion di Prodi Desain Produk Mode FSRD IKJ. Hasil penelitian ini : 1)penggunaan kamera smartphone mempercepat transfer informasi foto dan cepat terpublikasi, 2)tools pada kamera smartphone bersifat praktis dan memudahkan proses editing, 3)visualisasi fashion sebagai objek fotografi dapat dikemas lebih menarik serta menjadi media pemasaran produk fashion. Melalui platform media sosial, fotografer fashion memiliki saluran baru untuk menampilkan karya mereka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Kurniawan, Tony. "PENGARUH WARNA BAGI PENIKMAT FOTOGRAFI LANSKAP." ARTic 1 (March 15, 2018): 13–20. http://dx.doi.org/10.34010/artic.2018.1.2376.13-20.

Full text
Abstract:
Di awal tahun 1900-an fotografer berpikir bahwa mereka harus seperti pelukis dan membuat gambar yang tidak terlihat terlalu nyata. Hingga sampai saat ini fotografi lanskap terus berkembang. Hal tersebut menimbulkan dampak berupa munculnya representasi yang berbeda dari fotografi lanskap. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian dengan membedah foto – foto lanskap baik warna dan hitam putih dari beberapa fotografer di Indonesiadengan menggunakan analisis visual (komposisi, cahaya, warna, dan lain-lain). Berdasarkan analisis visual dari beberapa foto lanskap warna dan hitam putih didapatkan beberapa faktor yaitu cuaca dan cahaya mempengaruhi warna dan gelap terang, pengalaman dan pengetahuan fotografer mempengaruhi hasil foto. Representasi dari foto lanskap warna dipengaruhi oleh warna. Warna kekuning – kuningan memberikan kesan hangat sedangkan warna kebiru –biruan memberikan kesan dingin. Fotografi lanskap yang ditampilkan dengan hitam putih lebih berbicara mengenai ketajaman, detail, serta atmosfer yang terasa pada suatu tempat. fotografi lanskap hitam putih merepresentasikan alam menjadi terlihat tidak terlalu nyata. Foto lanskap hitam putih memberikan kesempatan untuk penikmat foto berimajinasi. Fotografi lanskap memiliki estetika dan keindahan karena fotografer sebagai pencipta foto memasukkan semangat petualangan, ekspresi diri dan bahkan budaya dalam berkarya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Kurniawan, Tony. "PENGARUH WARNA BAGI PENIKMAT FOTOGRAFI LANSKAP." ARTic 1 (March 15, 2018): 13–20. http://dx.doi.org/10.34010/artic.v1i0.2376.

Full text
Abstract:
Di awal tahun 1900-an fotografer berpikir bahwa mereka harus seperti pelukis dan membuat gambar yang tidak terlihat terlalu nyata. Hingga sampai saat ini fotografi lanskap terus berkembang. Hal tersebut menimbulkan dampak berupa munculnya representasi yang berbeda dari fotografi lanskap. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian dengan membedah foto – foto lanskap baik warna dan hitam putih dari beberapa fotografer di Indonesiadengan menggunakan analisis visual (komposisi, cahaya, warna, dan lain-lain). Berdasarkan analisis visual dari beberapa foto lanskap warna dan hitam putih didapatkan beberapa faktor yaitu cuaca dan cahaya mempengaruhi warna dan gelap terang, pengalaman dan pengetahuan fotografer mempengaruhi hasil foto. Representasi dari foto lanskap warna dipengaruhi oleh warna. Warna kekuning – kuningan memberikan kesan hangat sedangkan warna kebiru –biruan memberikan kesan dingin. Fotografi lanskap yang ditampilkan dengan hitam putih lebih berbicara mengenai ketajaman, detail, serta atmosfer yang terasa pada suatu tempat. fotografi lanskap hitam putih merepresentasikan alam menjadi terlihat tidak terlalu nyata. Foto lanskap hitam putih memberikan kesempatan untuk penikmat foto berimajinasi. Fotografi lanskap memiliki estetika dan keindahan karena fotografer sebagai pencipta foto memasukkan semangat petualangan, ekspresi diri dan bahkan budaya dalam berkarya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Zarzycka, Ewa. "Na fotografii wszystko jest inaczej. Fotografia jest tym, czym nie jest." Śląskie Studia Polonistyczne 19, no. 1 (July 22, 2022): 1–5. http://dx.doi.org/10.31261/ssp.2022.19.10.

Full text
Abstract:
Tekst jest próbą artykulacji indywidualnego doświadczenia fotografii, uchwycenia charakteru realnych i fikcyjnych powiązań z fotografią. Autorka eksploruje paradoks słów: „Fotografia jest tym, czym nie jest”. Podejmuje refleksję nad różnymi rodzajami pamięci związanej z fotografią oraz nad specyfiką fotograficznego archiwum „pamięci i wyobraźni”. Na fotografii wszystko jest inaczej to tekst wystąpienia Ewy Zarzyckiej pod tym samym tytułem, które miało miejsce w 1985 roku w Skokach w czasie sympozjum Fotografowie filozofujący. Podczas mówienia performerka wklejała do albumu fotografie, w wyniku czego powstał obiekt-album „nie do oglądania”.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Wardana, Daniel Wisnu. "Disaat Fotografi Jurnalistik Bukan Sekedar Pemberitaan." Magenta | Official Journal STMK Trisakti 1, no. 01 (August 26, 2017): 93–108. http://dx.doi.org/10.61344/magenta.v1i01.11.

Full text
Abstract:
Dewasa ini banyak foto yang ditampilkan oleh media sebagai foto pemberitaan. Namun bila ditelaah lebih jauh, bidang fotografi mempunyai berbagai jenis dan macamnya, diantaranya adalah bidang fotografi jurnalistik dan fotografi human interest. Tulisan ini mengangkat tentang cara memahami perbedaan antara fotografi jurnalistik dan human interest yang kemudian memunculkan sebuah konsep baru dalam dunia fotografi. Penulis memcoba membongkar kebiasaan fotografer jurnalistik yang sampai saat ini masih banyak yang memenggunakan fotografi human interest dalam pemberitaan. Fotografi merupakan pesan non verbal, yang berarti tak menggunakan kata-kata namun memberikan sebuah gambar dengan makna yang tersirat di dalamnya. Fotografi human interest merupakan foto seseorang (banyak orang) yang sedang melakukan suatu hal, ada sebuah interaksi antara objek dan apa yang dilakukannya. Fotografi jurnalistik dan human interest mempunyai batasan-batasan sehingga hasil foto yang dihasilkan mempunyai karakter tersendiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Fajar, Muhammad Maliq, Arief Johari, and Harry Atmami. "Analisis Visual Fotografi Pre-Wedding Konsep Street Fotografi Karya Naturallica Photo." Jurnal Desain 8, no. 3 (July 12, 2021): 207. http://dx.doi.org/10.30998/jd.v8i3.8579.

Full text
Abstract:
Fotografi <em>pre-wedding</em> merupakan salah satu bagian dari suatu rangkaian kegiatan sebelum memasuki tahap pernikahan. Untuk saat ini fotografi <em>Pre-wedding</em> sudah sangat populer untuk mendukung moment sebelum hari pernikahan. Baru-baru ini muncul suatu konsep fotografi dengan menggabungkan antara fotografi <em>pre-wedding</em> dengan street fotografi yang mungkin akan menjadi salah satu inovasi terbaru untuk dunia fotografi <em>pre-wedding</em>. Fotografi <em>pre-wedding</em> konsep street fotografi pada dasarnya adalah sebuah kegiatan sehari-hari dari pasangan tersebut yang sengaja didokumentasikan dalam bentuk foto, untuk mempertahankan definisi dari street fotografi itu sendiri maka tetap mempertahankan sebuah realitas yang ada tetapi dengan subjek diatur untuk melakukan pose oleh seorang fotografer.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Agung Lanang Pradnyana, I Wayan Wirya Sastrawan, and Agus Kurniawan. "Penerapan Tema Rancangan Modern Tropis pada Fasilitas Pusat Fotografi Digital di Denpasar." Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa 11, no. 1 (June 29, 2023): 108–15. http://dx.doi.org/10.22225/undagi.11.1.6946.108-115.

Full text
Abstract:
Fotografi menjadi salah satu pekerjaan professional yang bisa dicapai melalui pelatihan maupun uji kompetensi fotografi dan bisa menjadi lahan komersil bagi setiap orang terutama di kota besar seperti Denpasar. Perkembangan minat masyarakat Bali khususnya Denpasar dalam bidang fotografi dapat dilihat dari adanya sebuah komunitas Perhimpunan Fotografer Bali (PFB) dan ISI Denpasar yang memiliki program studi fotografi yang berlokasi di Kota Denpasar. Dilihat dari kondisi tersebut maka dibutuhkan sebuah wadah atau tempat bagi para peminat fotografi untuk melaksanakan pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi profesi. Melalui metode pengumpulan data baik studi literature, wawancara dengan pengelola dan observasi kemudian dilakukan anilisis data didapatkan bahwa para peminat fotografi memerlukan fasilitas penunjang kegiatan fotografi khususnya tempat pelatihan dan uji kompetensi. Fasilitas penunjang ini berupa ruang kelas teori, ruang komputer, ruang studio fotografi indoor dan outdoor, galeri fotografi dan retail kamera. Sehingga, hasil penelitian ini berupa merancang fasilitas pusat fotografi di Denpasar dengan penerapan tema rancangan modern tropis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Zilfahera, Zilfahera, Burhan Nasution, and Muhammad Heru Arie Edytia. "Perancangan Galeri Fotografi di Banda Aceh dengan Pendekatan Arsitektur Futuristik." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan 8, no. 1 (March 20, 2024): 170–80. http://dx.doi.org/10.24815/jimap.v8i1.26829.

Full text
Abstract:
Seiring berjalannya waktu perkembangan teknologi semakin maju, khususnya dalam dunia fotografi dimana minat masyarakat terhadap fotografi semakin tinggi diiringi dengan terbentuknya komunitaskomunitas fotografi dan dilengkapi dengan fasilitas untuk mendukung kagiatan fotografi seperti toko kamera dan alat fotografi. Sehingga dibutuhkan sebuah tempat yang mampu mewadahi semua kegiatan fotografi yang ada. Galeri fotografi adalah suatu bentuk dari tempat untuk mewadahi semua kegiatan fotografi seperti pameran, studio foto, kelas fotografi, community space untuk para pecinta fotografer melakukan kegiatan sharing dan gathering serta sebagai pusat rekreasi dan edukasi yang dapat digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat. Metode perancangan yang dilakukan dalam proses perancangan ini adalah dengan melakukan analisis pengguna, analisis besaran ruang serta analisis tapak. Arsitektur futristik adalah suatu paham kebebasan dalam mengekspresikan ide dengan cara inovatif dan dinamis. Tema arsitektur futuristic diterapkan pada ide bangunan, fasad bangunan, interior bangunan dan kecanggihan teknologi pada bangunan. Rancangan yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi wujud nyata dukungan terhadap perkembangan fotografi di Banda Aceh dan menjadikan rancangan sebagai pusat rekreasi dan edukasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Bolo, Andreas Doweng, and Mardohar Batu Bornok Simanjuntak. "Telisik Seruak Fotografis dalam Karya Eksperimental Krishnamurti Suparka." Dekonstruksi 10, no. 03 (July 2, 2024): 22–27. http://dx.doi.org/10.54154/dekonstruksi.v10i03.253.

Full text
Abstract:
Sejak proses fotografi analog ditemukan pada tahun 1822 oleh Joseph Nicéphore Niépce, persoalan ontologis dan epistemologis medium tersebut tidak pernah tuntas. Berbagai tawaran status pun dilekatkan pada fotografi dengan tujuan mendapatkan satu fondasi teoretik kokoh yang dapat menjawab pertanyaan mendasar seperti “apa itu fotografi” dan “bagaimana fotografi bekerja”. Problematika ini menjadi semakin kompleks saat fotografi digital dan kecerdasan buatan muncul. Konstruksi teori yang rapuh membuat jawaban definitif tentang disposisi fotografi menjadi semakin sulit untuk diraih. Tulisan ini mencoba menawarkan sebuah bangun pewacanaan yang menggamit sofistikasi persoalan semacam ini dengan menggunakan pendekatan seruak (emergence) sebagai titik awal. Upaya mengurai benang kusut diskursus fotografi ini kemudian dibenturkan dengan sebuah upaya eksperimental dari Krishnamurti Suparka dalam pameran dengan pendekatan proses dari bulan Maret hingga April 2024 di Galeri Orbital, Bandung. Dari telisik yang dipaparkan di makalah ini ditunjukkan bahwa seruak fotografis (terutama dari pendekatan Kant-Hawking) dalam karya Suparka berada dalam tahap formatif, yang sudah memberi ruang pada, tetapi masih menyisakan catatan panjang tentang kemenyeruakan sebuah karya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Zainnahar, Mastita Bibsy, and Wisnu Dwicahyo. "Memaknai Emosi Sebuah Kota Melalui Fotografi Jalanan." Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya 3, no. 2 (April 30, 2021): 144–50. http://dx.doi.org/10.30998/vh.v3i2.955.

Full text
Abstract:
Fotografi jalanan adalah salah satu genre yang banyak diminati karena keunikan yang dimilikinya, fokus utama fotografi jalanan adalah pergerakan manusia di dalam ruang publik yang memberikan sebuah cerita. Segmentasi fotografi jalanan adalah wilayah perkotaan karena memiliki dinamika dan ketegangan dibanding dengan pedesaan. Dalam teknik pengambilan fotografi jalanan insting seorang fotografer diperlukan agar tepat mengambil momen dan mampu mengendalikan cahaya agar foto yang dihasilkan tetap memiliki estetika. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, data yang dikumpulkan berasal dari buku dan jurnal ilmiah mengenai fotografi jalanan yang mendalam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana memaknai emosi sebuah kota melalui fotografi jalanan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam memaknai emosi sebuah kota lewat fotografi jalanan harus tahu dulu di mana fotografi jalanan itu bergerak dan apa yang ingin disampaikan tidak hanya sebuah estetika, tetapi ada cerita dan pesan di dalamnya. Fotografi jalanan bukan hanya tentang keramaian yang dilukis lewat cahaya, tetapi juga tentang gambaran sebuah emosi yang kuat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Mikhael, Fourina, I. Made Bayu Pramana, and Cokorda Istri Puspawati Nindhia. "Penerapan Teknik Creative Motion Dalam Fotografi Pernikahan Pada IMAJ Gallery." Retina Jurnal Fotografi 4, no. 1 (March 27, 2024): 22–30. http://dx.doi.org/10.59997/rjf.v4i1.3243.

Full text
Abstract:
Fotografi adalah sebuah media komunikasi, sebuah bahasa yang ada dalam sebuah gambar. Fotografi Pernikahan merupakan salah satu genre dalam dunia fotografi yang tidak hanya mengabadikan suatu kenangan, namun dalam pelaksanaannya terdapat proses kreatif dari fotografer. Creative Motion fotografi adalah teknik fotografi yang bertujuan untuk menangkap atau merekam subjek atau adegan yang sedang bergerak atau dalam gerakan. Tujuan penulis memilih Studi/Proyek Independen yang dilaksanakan di IMAJ Gallery untuk memberikan wawasan yang lebih baik tentang potensi artistik dan estetika yang dapat dihasilkan melalui penggunaan teknik ini, serta bagaimana hal tersebut dapat meningkatkan kualitas dokumentasi pernikahan di IMAJ Gallery. Pada tugas akhir ini menggunakan metode ialah eksplorasi, eksperimentasi, dan pembentukan. Hasil yang telah diperoleh selama mengikuti Studi/Proyek Independen ini dapat dijadikan sebagai pengalaman baru bagi IMAJ Gallery dalam mengikuti proses pengembangan genre fotografi pernikahan dengan teknik creative motion khususnya untuk menarik konsumen di era sekarang ini. Adapun hasil tugas akhir adalah berupa karya fotografi dan karya tulis. Dalam karya fotografi ini, penulis menampilkan 15 karya fotografi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Herwanto, Andhika Putra, and Andika Agung Sutrisno. "CONTINOUS LIGHT DAN ARTIFICIAL LIGHT PADA KARYA PORTRAIT FOTOGRAFI BANTENGAN." JADECS (Jurnal of Art, Design, Art Education & Cultural Studies) 4, no. 1 (September 22, 2019): 32. http://dx.doi.org/10.17977/um037v4i1p32-38.

Full text
Abstract:
Fotografi hadir sebagai unique distinction, yaitu kemampuannya berbicara (spoken) dan tulisan (writen) dan membuat menjadi partially (not complete), out of date (tidak bertahan lama). Pengetahuan subject dan implikasinya menjadi penting bagi fotografer selain persoalan teknikal optimalisasi lensa. Ketika membuat portrait, fotografer melakukan kegiatan menafsirkan objek (model) foto. Dalam fotografi, pencahayaan atau lighting dapat digolongkan ke dalam berbagai topik bahasan. Umumnya pembahasan tersebut berkaitan dengan sumber cahaya. Bila ditinjau dari sumbernya, cahaya yang ada bisa dibagi menjadi dua, yaitu cahaya alam (continous light) dan cahaya buatan (articial light)Kata kunci: fotografi portrait, continuous light, artificial light
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Zuki, Chandra Djoko. "KAJIAN PRA-IKONOGRAFI FOTOGRAFI LEVITASI." Jurnal Da Moda 1, no. 2 (May 2, 2020): 1–12. http://dx.doi.org/10.35886/damoda.v1i2.69.

Full text
Abstract:
Fotografi Levitasi adalah sebuah pendekatan visual fotografi kontemporer yang didasari oleh teknik fotografi tradisional, dimana visual foto memperlihatkan obyek yang seolah-olah sedang melayang di udara. Kajian terhadap aspek forma dalam fotografi levitasi dapat menjadi sebuah pengetahuan baru terhadap fenomena karya seni masa kini, yang mana dapat dilihat dalam fotografi levitasi karya Natsumi Hayashi, seorang seniman dan fotografer asal Jepang. Sebagai jembatan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan teori Ikonografi oleh Erwin Panofsky dan secara khusus akan menggunakan metode Pra-ikonografi. Melalui pendekatan teori ini dapat diketahui dengan detail dan terstruktur dari obyek gambar yang terlihat oleh indra terutama mata, seperti elemen visual fotografi meliputi aspek garis, bidang, bentuk, warna, serta prinsip-prinsip visual yang dikemas dalam beberapa pendekatan komposisi. Ini jenis yang sangat dasar untuk analisis formal. Pada akhirnya, dapat diketahui bagaimana estetika formal dari fotografi levitasi Jepang melalui analisa teknik fotografi, komposisi ruang, dan gestur melayang dari subyek.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Mufid, Rizad Aldi. "PERKEMBANGAN TEKNIK FOTOGRAFI." Retina Jurnal Fotografi 2, no. 2 (September 30, 2022): 296–301. http://dx.doi.org/10.59997/rjf.v2i2.2277.

Full text
Abstract:
Fotografi berasal dari kata foto yang berarti cahaya dan grafis yang berarti gambar. Secara harfiah fotografi bisa diartikan sebagai teknik melukis dengan cahaya. Fotografi merupakan gabungan ilmu, teknologi, dan seni. Perpaduan yang harmonis antara ketiganya bisa menghasilkan sebuah karya yang mengagumkan. Tentunya dengan skill serta sentuhan seni sang fotografer, sebuah foto bisa menjadi berarti.Tujuan penelitian ini adalah memaparkan mengenai perkembangan fotografi di era digital. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif berdasarkan riset dan deskripsi yang ada. Fotografi memiliki bermacam-macam manfaat dan tujuan baik untuk dokumentasi, penelitian, maupun sebagai media dalam ranah estetika. Dengan foto, suatu momen bisa bertutur. Pada hakikatnya, fotografi merupakan teknik untuk menghasilkan gambar yang tahan lama melalui suatu reaksi kimia yang terjadi, ketika cahaya menyentuh permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Wijaya, Revi Vereyanthi, and Rezi Erdiansyah. "Analisis Pengaruh Kinerja dan Keistimewaan Features Fotografer Terhadap Kepuasan Konsumen Jasa Fotografi Daus Vto Photowork (DVP)." Prologia 2, no. 2 (April 26, 2019): 466. http://dx.doi.org/10.24912/pr.v2i2.3731.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kinerja dan Keistimewaan Fitur Fotografer terhadap Kepuasan Konsumen Jasa Fotografi Daus Vto Photowork (DVP). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah 100 orang komsumen yang pernah menggunakan jasa Fotografi Daus Vto Photowork (DVP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen DVP ditemukan puas dengan hasil kinerja dan keistimewaan fitur yang diberikan fotografer. Berdasarkan analisis data statistik, indikator-indikator pada penelitian ini bersifat valid dan variabelnya bersifat reliabel. Berdasarkan hasil uji hipotesis disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kinerja dan keistimewaan fotografer terhadap kepuasan konsumen fotografi. Penelitian ini juga memberi masukkan dan apa saja yang perlu diperhatikan oleh Daus Vto Photowork (DVP) untuk memenuhi kepuasan konsumennya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Apriyanto, Fajar, and Kusrini Kusrini. "Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Dasar Fotografi bagi Fotografer Wisata KOMPAK di Pantai Pulang Sawal, Gunungkidul." Jurnal Pengabdian Seni 2, no. 2 (September 17, 2021): 127–40. http://dx.doi.org/10.24821/jps.v2i2.5926.

Full text
Abstract:
Komunitas Oesaha Masyarakat Pantai Kawasan Indrayanti (KOMPAK) adalah kelompok masyarakat lokal di Pantai Pulang Sawal, Gunungkidul yang mencari nafkah di sekitar pantai. Mereka melakukan berbagai aktivitas perekonomian yang terkait dengan pariwisata. Salah satunya adalah sebagai fotografer pengunjung wisata pantai. Para fotografer wisata tersebut mendapatkan ilmu fotografi secara otodidak baik dari sesama fotografer maupun dari media sosial. Karena itu, kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dasar fotografi anggota KOMPAK yang berprofesi sebagai fotografer. Kegiatan penyuluhan seni ini dilakukan dengan pendekatan Discipline-Based-Art-Education (DBAE) pada ranah praxis dan metode ceramah di dalam ruang untuk teori dan praktik di lokasi pantai untuk aplikasinya. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman tentang teori fotografi yang diperlihatkan dari kreativitas dan keterampilan saat pemotretan yang semakin beragam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Bufra, Fanny Septiani, Primadela Antari, and Deni Yuza Mahendra. "Rancang Bangun E-Commerce Jasa Fotografi di Kota Padang Berbasis Web." INFORMASI (Jurnal Informatika dan Sistem Informasi) 15, no. 1 (May 10, 2023): 46–58. http://dx.doi.org/10.37424/informasi.v15i1.217.

Full text
Abstract:
Penelitian ini memaparkan tentang e-commerce jasa fotografi di Kota Padang berbasis web menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL. Dari penelitian yang telah dilakukan pada beberapa fotografer di komunitas Minang Landscaper Kota Padang dapat disimpulkan bahwa kendala atau permasalahan yang sering dialami oleh fotografer adalah mempromosikan jasa fotografinya belum maksimal karena masih belum menggunakan website, sehingga informasi jasa fotografinya belum terlalu menyebar. Oleh karena itu, para customer sulit untuk mendapatkan informasi fotografer yang diinginkan. Aplikasi e-commerce jasa fotografi ini dibangun untuk membantu para fotografer khususnya di Kota Padang mendapatkan lebih banyak customer yang akan menggunakan jasa mereka. Metode pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah System Development life Cycle atau SDLC yang mana metode ini dapat memberikan gambaran input dan output yang jelas dari tahap awal hingga akhir. Diharapkan dengan adanya aplikasi ini para fotografer dapat mempromosikan dan mempublikasikan jasa fotografi sehingga terjadi transaksi antara fotografer dan customer yang saling memberikan keuntungan serta mendapatkan update portofolio dari setiap fotografer secara cepat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Setyanto, Daniar Wikan. "Penerapan Prinsip Nirmana Pada Penciptaan Karya Fotografi Makro." GESTALT 5, no. 2 (November 27, 2023): 83–94. http://dx.doi.org/10.33005/gestalt.v5i2.144.

Full text
Abstract:
Fotografi makro adalah genre fotografi yang berfokus pada pemotretan obyek dalam jarak sangat dekat dan berukuran kecil. Dengan fotografi makro kita bisa melihat detail dari benda atau obyek yang sulit dilihat oleh mata telanjang. Persoalannya adalah pada saat memotret makro fotografer memerlukan sebuah panduan komposisi agar bisa menghasilkan sebuah karya artistik. Disinilah peran nirmana dibutuhkan, melalui nirmana, fotografer bisa mendapatkan berbagai macam panduan artistik yang bisa mempercantik karya fotonya. Nirmana banyak mengeskplorasi prinsip seni rupa yang ada dalam fotografi seperti prinsip tata letak dan komposisi warna. Riset ini akan berfokus pada eksplorasi prinsip-prinsip nirmana dua dimensional (dwi matra). Penelitian ini penting karena akan mengingatkan kembali peran nirmana dalam proses kreatif memotret. Menerapkan prinsip nirmana adalah sebuah upaya untuk “back to basic” dalam aktifitas memotret. Sedangkan untuk akademik, riset ini penting karena merupakan titik temu dari dua mata kuliah dasar keahlian yaitu MK Nirmana dan MK Fotografi yang terdapat diberbagai program studi di fakultas seni rupa dan desain. Tujuan dari riset ini adalah untuk menghasilkan karya fotografi makro yang sesuai dengan prinsip nirmana. Riset ini akan mengeksplorasi obyek-obyek sederhana yang seringkali ada disekitar kita seperti bunga, daun, dan serangga. Proses penciptaan fotografi dalam riset ini akan difokuskan pada implementasi prinsip nirmana sehingga apapun obyek yang difoto akan disertai dengan penjelasan tentang prinsip-prinsip nirmana yang dipakai sebagai panduan estetis dengan menggunakan metode accidental photography.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Mazela, Anna. "Analiza fotograficznego medium w cyklu autoportretów Pawła Żaka pt. Bliski znajomy." Ogrody Nauk i Sztuk 4, no. 4 (February 15, 2020): 633–38. http://dx.doi.org/10.15503/onis2014.633.638.

Full text
Abstract:
Celem artykułu jest analiza cyklu fotografi i Pawła Żaka pt. Bliski znajomy, a dzięki temu odkrycie również istoty fotografii i jako fenomenu kulturowego. P. Żak jest artystą, któremu dokumentalizm fotografi i nie wystarcza, używa więc metafory zwierciadła do ukazania gry, jaka toczy się między osobą i jej lustrzanym odbiciem, a także między poszczególnymi zdjęciami. Cały cykl z 2004 r. stanowi metaforę wewnętrznego dialogu człowieka z samym sobą, opowieść o ludziach w ogóle, a także o artyście i jego narzędziu – fotografii.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Desintha, Siti, Syarip Hidayat, and Ira Wirasari. "MITOS KEMATIAN FOTO KARYA OSCAR MATULOH DENGAN PERSPEKTIF ROLAND BARTHES." Kalatanda : Jurnal Desain Grafis dan Media Kreatif 1, no. 2 (July 24, 2018): 163. http://dx.doi.org/10.25124/kalatanda.v1i2.1379.

Full text
Abstract:
Foto jurnalistik menekankan fakta dimana kekuatan berupa ide, gagasan dan naluri kecepatan fotografer dari sebuah peristiwa yang berlangsung singkat. Oscar Matuloh mendokumentasikan jejak gempa tsunami Aceh yang terangkum dalam buku fotografi Soulscape Road. Karya fotografi beliau memberikan gambaran betapa dahsyatnya bencana tsunami yang kemudian menjadi foto essai. Keilmuan fotografi erat kaitannya dengan nilai makna pesan yang terkandung didalamnya. Pada penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti struktur visual dalam fotografi dan mitos karya Oscar Matuloh. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memecahkan masalah perancangan terutama pada desain komunikasi visual mengenai struktur fotografi sebagai media penyampaian pesan yang efektif bagi khalayak sasarannya. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan fotografi sebagai media penyampaian pesan dan pendidikan. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. Pemilihan semiotika dikarenakan karya fotografi sejatinya memiliki tanda dan petanda pada setiap visualnya. Adapun tanda dalam fotografi karya Oscar Matuloh merupakan sekuensi kehancuran dan kematian. Karya beliau merupakan sebuah proses perenungan antara manusia dengan Sang Pencipta. Hal tersebut menjadi mitos bagi manusianya itu sendiri dimana mereka menjadi rapuh, tidak ada tempat aman dan nyaman untuk ditempati.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Anjani, Nurul Liza. "PERLINDUNGAN KARYA SENI FOTOGRAFI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA." LAW REFORM 8, no. 2 (January 1, 2013): 138. http://dx.doi.org/10.14710/lr.v8i2.12428.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui syarat suatu karya cipta fotografi agar memperoleh perlindungan Hak Cipta dan bagaimana bentuk perlindungannya. Tujuan lainnya adalah menguraikan dampak perlindungan Hak Cipta terhadap hak- hak seorang Pencipta (dalam hal ini fotografer) dan bagi pihak yang melanggar ketentuan Hak Cipta atas karya seni fotografi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Keseluruhan data dianalis menggunakan analisis kualiutiatif. Hasil penelitian ditemukan bahwa Untuk memperoleh perlindungan Hak Cipta, suatu karya seni fotografi tidak perlu melewati tahap pendaftaran terlebih dahulu, karena secara otomatis setelah karya tersebut diwujudkan dalam bentuk nyata dan dipamerkan ke khalayak umum maka karya tersebut telah memperoleh pengakuan Hak Cipta dan dilindungi Hak Cipta. Hasil lainnya adalah Perlindungan Hak Cipta atas karya seni fotografi diberikan untuk melindungi hak- hak seorang Pencipta yakni Hak Ekonomi dan Hak Moral.Kata Kunci: Fotografi, Karya Seni Fotografi, Hak Kekayaan Intelektual
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Jannah, Maylisa Hidayatul, and Yudhistira Ardi Poetra. "SOSIALISASI SERTIFIKASI KOMPETENSI OLEH ASOSIASI PROFESI FOTOGRAFI INDONESIA (APFI) PENGURUS CABANG BEKASI KEPADA FOTOGRAFER BEKASI." Retina Jurnal Fotografi 3, no. 2 (September 28, 2023): 259–67. http://dx.doi.org/10.59997/rjf.v3i2.2752.

Full text
Abstract:
Fotografi di Bekasi telah menjadi peranan penting dan alat komunikasi publik di semua bidang bisnis, ilmu pengetahuan, hiburan, seni budaya, dan lainnya. Melihat hal tersebut maka pentingnya melakukan sertifikasi kompetensi bagi para fotografer di Bekasi, bahwasanya sertifikasi dapat membangun kredibilitas para fotografer sehingga dapat menghasilkan karya-karya yang berkualitas dan kompeten dalam bidangnya. Maka dari itu APFI Pengcab Bekasi melakukan upaya dalam sosialisasi kegiatan dan komunikasi sebagai perencanaan dan pengarahan untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme. Penelitian ini memandang fenomena yang terjadi menggunakan konsep sosialisasi, komunikasi organisasi dan analisis SWOT. Dalam hal ini, peneliti berusaha menjelaskan bagaimana upaya dalam sosialisasi sertifikasi kompetensi yang dilakukan oleh APFI Pengcab Bekasi kepada fotografer Bekasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan upaya yang dilakukan APFI Pengcab Bekasi di antaranya adalah mengadakan kegiatan-kegiatan berbasis pelatihan fotografi, kegiatan pelatihan teori dan praktek fotografi, memberikan edukasi fotografi, kemudian melatih peningkatan keterampilan melalui lomba fotografi, serta menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan uji sertifikasi kompetensi dan bekerja sama dengan lembaga sertifikasi terkait. Kemudian komunikasi organisasi yang digunakan oleh APFI Pengcab Bekasi ini terbagi menjadi dua bagian, pertama komunikasi berdasarkan perilakunya yaitu komunikasi formal, komunikasi informal dan komunikasi nonformal. Lalu yang kedua, komunikasi berdasarkan ruang lingkupnya yaitu komunikasi internal (komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah) dan komunikasi eksternal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Ketut Gura Arta Laras. "SENTUHAN KREATIF AIR SEBAGAI OBJEK FOTOGRAFI." Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu 27, no. 2 (September 26, 2022): 184–89. http://dx.doi.org/10.54714/widyaaksara.v27i2.190.

Full text
Abstract:
Air dapat dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang, yang tidak hanya dilihat dari wujudnya melainkan dapat dilihat dari sumber dan pemanfaatannya. Dalam kehidupan ini, air mempunyai peranan yang sangat penting karena dapat digunakan dan dibutuhkan dalam kehidupan ini serta diberbagai aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat seperti kegiatan pertanian. Selain itu juga air dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatan upacara dalam hal ini upacara Agama Hindu dan dapat dilihat dari perspektif seni dalam hal ini fotografi. Apabila air mendapatkan setuhan kreatif dari para fotografer, maka air itu akan dapat digunakan sebagai sarana ungkap estetik untuk mewujudkan karya fotografi dan sekaligus estetika fotografi. Selain itu juga akan lebih menunjukkan keindahan atau estetika dari air tersebut. Dalam fotografi, faktor cahaya yang sangat menentukan hasil sebuah karya seni fotografi, karena cahaya sangat menentukan bentuk atau wujud dari karya seni fotografi. Ada tiga bentuk air sebagai objek fotografi, yaitu: sebagai objek tunggal (fokus), latar, dan sebagai sarana upacara. Dengan setragisnya kedudukan air dalam kehidupan ini, maka air sangat perlu dilestarikan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Suwanda, A. K. Patra. "Analisis Ekspresi Visual Fotografi Seni Pertunjukan Tari Sunda." TEKNO : Jurnal Penelitian Teknologi dan Peradilan 2, no. 1 (March 12, 2024): 78–97. http://dx.doi.org/10.62565/tekno.v2i1.29.

Full text
Abstract:
Sebagai salah satu alat komunikasi, fotografi senantiasa berperan menjadi media pendokumentasi dalam momen tertentu yang berfungsi sebagai penyampai pesan dan memiliki muatan estetis. Sebagai medium yang dapat merekam gambar dan momen peristiwa ataupun fenomena kehidupan, fotografi dapat menangkap dan menjadikannya catatan bentuk visual yang abadi. Dalam tulisan ini, materi yang akan dibahas bertema tentang seni pertunjukan, atau lebih spesifiknya lagi karya fotografi pertunjukan seni tari. Herfan Rusando, Fotografer yang telah berkimpung selama puluhan tahun di dunia seni pertunjukan di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung telah memunculkan beberapa karya seni fotografi yang menarik untuk dikaji dan dianalisis. Setidaknya ada 3 (tiga) buah karya fotogarfi yang akan ditelaah, yaitu : Tari Sulintang, Tari Padusari, dan Dramatari Somantri – Sokrasna. Metode untuk mengkaji ketiga karya tersebut yakni : Teori Estetika dan Metode Kualitatif Analisis Fotografi. Dipilihnya karya fotografi seni tari ini merupakan tantangan tersendiri, mengingat masih langkanya tulisan yang memuat tema fotografi seni pertunjukan. Diharapkan dengan munculnya tulisan ini ke permukaan ada pihak-pihak yang menyadari bahwa seni tari tradisi Sunda sebagai produk budaya bisa diapresiasi oleh berbagai kalangan dengan latar belakang yang berbeda.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Szylko-Kwas, Joanna. "Fotografia jako wypowiedź dziennikarska – odmiany gatunkowe." Studia Medioznawcze 19, no. 1 (April 8, 2019): 98–114. http://dx.doi.org/10.33077/uw.24511617.ms.2019.1.99.

Full text
Abstract:
Artykuł opisuje fotografię jako jeden z gatunków wypowiedzi dziennikarskich. Cel: Zbudowanie teorii fotografi i prasowej jako wypowiedzi dziennikarskiej. Integralną częścią wskazanej koncepcji jest wyróżnienie odmian gatunkowych fotograficznych wypowiedzi dziennikarskich. Celem pośrednim jest propozycja taksonomii rodzajów gatunkowych fotografi i prasowej w oparciu o kryterium celu i funkcji obrazu, miejsca i sposobu publikacji, tematu oraz o kryterium warsztatowo-gatunkowe. Metody badań: Dokonano analizy zawartości mediów. Wyniki: Zaproponowano klasyfi kację fotografi cznych odmian gatunkowych opartą o relację funkcji obrazu i funkcji nagłówka materiału prasowego, którego częścią jest zdjęcie. Wartość poznawcza: Zaprezentowana typologia może stanowić jedno z narzędzi do analizy dziennikarskich przekazów fotograficznych.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Wardana, Ketut Wisnu Jaya, I. Made Bayu Pramana, and Amoga Lelo Octaviano. "EKSPERIMEN FILTER KREATIF DALAM FOTOGRAFI PRE-WEDDING DI MAXHELAR PHOTOGRAPHY." Retina Jurnal Fotografi 2, no. 2 (September 30, 2022): 200–210. http://dx.doi.org/10.59997/rjf.v2i2.1285.

Full text
Abstract:
Penelitian ini membahas tentang Eksperimen Filter Kreatif Dalam Fotografi Pre-wedding di Maxhelar Photography. Eksperimen filter kreatif dalam fotografi pre-wedding ini bertujuan memperlihatkan inovasi-inovasi tentang filter kreatif yang bisa digunakan dalam pemotretan prewedding, Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana hasil filter kreatif digunakan dalam fotografi pre-wedding. Penelitian ini juga menjelaskan bagaimana cara pembutan filter kreatif dan bagaimana cara pemakaian filter kreatif dalam fotografi pre-wedding, penelitian ini juga bertujuan menjadi referensi dan juga mengasah kreatifitas saat melakukan pemotretan prewedding bagi penulis maupun fotografer lainnya. Kajian sumber yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dari jurnal, buku dan artikel yang berkaitan dengan fotografi pre-wedding, filter kreatif dan pengertian berkarya. Metode pelaksanaan yang digunakan saat melakukan penelitian yaitu motode observasi, wawancara, dan praktik kerja serta beberapa sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Filter kreatif dalam Fotografi Pre-wedding sebagai inovasi baru yang bisa di terapkan dalam pemotretan pre-wedding, dan sebagai pendukung memperindah hasil pemotretan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Agung, Maharian. "Pengolahan Coffe Nicky Secara Tradisional dalam Fotografi Dokumenter." Judikatif: Jurnal Desain Komunikasi Kreatif 5, no. 1 (June 5, 2023): 22–27. http://dx.doi.org/10.35134/judikatif.v5i1.123.

Full text
Abstract:
Fotografi dokumenter adalah salah satu cabang fotografi yang bertujuan untuk merekam kehidupan dan peristiwa yang signifikan secara visual. Dalam konteks ini, pengolahan kopi Nicky secara tradisional dapat menjadi topik menarik untuk dijelajahi dalam fotografi dokumenter. Pengolahan kopi Nicky merupakan proses tradisional dalam memproduksi kopi. Secara umum, pengolahan kopi ini melibatkan beberapa tahap, mulai dari panen buah kopi, pemisahan biji kopi dari buahnya, fermentasi, pengeringan, hingga pemanggangan biji kopi. Proses-proses ini sering dilakukan dengan cara yang masih mempertahankan metode tradisional, dengan menggunakan alat-alat sederhana dan alami. Dalam fotografi dokumenter, fotografer dapat mengeksplorasi dan menggambarkan setiap tahap dari proses pengolahan kopi Nicky secara tradisional. Mereka dapat mengabadikan momen petani kopi saat memetik buah kopi di kebun, proses memisahkan biji kopi dari buahnya secara manual, serta langkah-langkah fermentasi dan pengeringan yang dilakukan dengan alami. Dalam rangka mempromosikan pengolahan kopi Nicky secara tradisional, fotografi dokumenter dapat digunakan sebagai sarana untuk mengedukasi dan menginspirasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan tradisi dan keberlanjutan dalam industri kopi. Gambar-gambar yang dihasilkan juga dapat digunakan dalam pameran, buku, atau media sosial untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap warisan budaya ini. Metode penciptaan menggunakan riset dan Pemahaman, Identifikasi Lokasi dan Subjek, eksplorasi dan eksperimentasi. Karya fotografi yang dihasilkan dirangkai dan dipresentasikan dengan menggunakan metode naratif fotografi dari Eugene William Smith, yang mempertimbangkan pemilihan varietas fotografi sebagai elemen narasi visual fotografi. Hasil kreasinya berupa karya fotografi yang menceritakan tentang proses produksi dan para staf pertunjukan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Jędrzejewska, Paulina. "Antropologiczna analiza obrazu na przykładzie fotografii." Przegląd Socjologii Jakościowej 4, no. 1 (February 28, 2008): 36–70. http://dx.doi.org/10.18778/1733-8069.4.1.03.

Full text
Abstract:
Artykuł porusza tematykę antropologicznej analizy obrazu, jakim jest fotografia, który w interakcji z odbiorcą podlega interpretacji. W pierwszej części skupiłam się na założeniach teoretycznych dotyczących problematyki antropologii obrazu, a w szczególności semiologii. Następnie opisałam osoby badane, użyte narzędzia - fotografie oraz techniki badawcze: definicje pól semantycznych, mapę skojarzeń oraz model emocji Roberta Plutchika. Jedynym kryterium formalnym doboru próby zdjęć było wspólne występowanie całości bądź fragmentu człowieka i zwierzęcia. Materiał poddany analizie w tym artykule, a uzyskany w trakcie wywiadów dotyczy fotografii Krzysztofa Hejke Łódzkie podwórko z 1988 roku, która spośród dziesięciu analizowanych fotografii najbardziej podobała się badanym. Analizowałam go m.in. pod kątem emocji i skojarzeń wywołanych przez kontakt z tą fotografią oraz zbudowałam definicje pól semantycznych pojęcia fotografia. Omówiłam także interpretacje fotografii, której dokonali badani w kontekście intencji jej autora. W ostatniej części niniejszego tekstu przedstawiam wnioski mogące stanowić podstawę dla dalszych badań.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Abdul Kholik, Asep Soegiarto, Wina Puspita Sari, Muria Putriana, Ibnu Arya Fakhrizky, and Afriza Wihadi. "Perancangan Laboratorium Fotografi Berbasis Educational Space Di Sekolah Al Bunyan Bogor." Jurnal Abdimas Indonesia 4, no. 2 (June 8, 2024): 97–106. http://dx.doi.org/10.53769/jai.v4i2.615.

Full text
Abstract:
Seiring dengan perkembangan teknologi dan minat yang meningkat terhadap fotografi, banyak sekolah menengah yang mulai menawarkan kursus atau klub fotografi sebagai bagian dari kurikulum ekstrakurikuler. Namun, seringkali terdapat kendala dalam menyediakan ruang dan peralatan yang memadai untuk kegiatan tersebut. Dengan merancang ulang ruang fotografi menjadi sebuah Educational Space yang terintegrasi dengan baik di lingkungan sekolah, diharapkan dapat membuka peluang baru bagi pengembangan potensi kreatif dan akademik siswa dalam bidang fotografi. Metode pelaksanaan menggunakan model Hannafin and Peck dalam perencanaan pengabdian masyarakat ini akan mengikuti langkah-langkah yang terstruktur. Model ini terdiri dari lima langkah utama yang mencakup pengidentifikasian kebutuhan, perencanaan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Hasil kegiatan yang dilakukan adalah dengan tahapan seperti melakukan diskusi terperinci mengenai pembagian tugas bagi tim pelaksana, yang mencakup peran-peran seperti fotografer, videografer, penyusun TOR (Terms of Reference), dan asisten program. Pengimplementasian program mencakup pengenalan fungsi alat, tata cara penggunaan alat fotografi, serta penyiapan laboratorium fotografi di sekolah. Terakhir, evaluasi hasil kegiatan berupa survei dilakukan untuk menilai efektivitas program secara keseluruhan, memastikan manfaat maksimal sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Adityasasmara, Farhan. "KASSIAN CHEPHAS (1845-1912): Dari Kolektivitas Menuju Subjektivitas." Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan 17, no. 2 (October 2, 2017): 40–47. http://dx.doi.org/10.32795/ds.v17i02.87.

Full text
Abstract:
Secara garis besar tulisan ini berusaha menginventarisasi respon terhadap modernitas yang melanda bangsa kita. Kamera dan fotografi dipilih karena ia merupakan satu produk fisik dari modernitas. Sementara fotografer pertama Kassian Chephas dipilih karena ia hidup dalam dua dunia, yaitu kejawaan dan kemodernan. Kesimpulan yang dihasilkan dalam studi ini adalah: (1) dalam dunia fotografi menunjukkan adanya kesenjangan psikologis dan historis antara (seni) fotografi dan seni rupa di Indonesia; (2) terjadi perubahan orientasi dalam memandang diri, yaitu: dari diam-tengelam dalam arus kolektivitas menjadi subjek-otonom di tengah-tengah arus modernitas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Allo, Julio Steffanus Manuk. "ALPHA MALE PADA FOTO PRODUK ALPHA RULES DALAM FOTOGRAFI KOMERSIAL." Retina Jurnal Fotografi 3, no. 1 (March 31, 2023): 128–34. http://dx.doi.org/10.59997/rjf.v3i1.2270.

Full text
Abstract:
Penciptaan serta penulisan dari makalah ini nantinya akan berisi tentang seputar pengetahuan dalam keterkaitannya antara fotografi dengan periklanan sebuah produk, objek utama dalam fotografi ini adalah sebuah produk skincare pria dengan seorang pria dengan karakter alpha male yang akan menjadi model di dalam pemotretannya. Penulisan makalah ini juga akan memberikan pengetahuan tentang model pria dengan berjiwa alpha male yang tidak kalah menarik dengan model wanita feminim. Pembahasan makalah ini juga nantinya akan berguna untuk mencari tahu tentang hal-hal yang terkait dengan fotografi model dengan brand awareness suatu produk yang akan diiklankan serta fungsi dari fotografi model untuk penunjang penjualan sebuah produk pada iklan. Mengenai dengan perihal seorang model yang akan menjadi objek utama, pemilihan postur tubuh seorang alpha male serta aura dan karakter dari seorang model yang berjiwa alpha male yang akan menjadi objek utama dalam sebuah pemotretan untuk penjualan sebuah produk. Hal ini dilakukan agar model dengan produk yang menjadi objeknya akan memiliki karakter yang sama yaitu karakter alpha dengan begitu seorang model juga harus memperkuat karakter yang sama dari sebuah produk yang akan diiklankan. Peran dari seorang fotografer pun juga tidak kalah pentingnya disini. Karena pada saat sesi pemotretan, fotografer harus dapat memberikan pose-pose yang sesuai dengan karakter dari seorang model yang berjiwa alpha male bersama dengan produk yang akan diiklankan. Fotografer juga berperan penting dalam pemilihan beberapa angle atau sudut pengambilan gambar serta fotografer juga harus memperhatikan arah cahaya atau lighting yang akan diberikan pada objeknya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Darmawan, Yurif Setya. "REPRESENTASI VISUAL IMAGE DALAM FOTOGRAFI LANDSCAPE ANSEL ADAM." GESTALT 1, no. 2 (November 28, 2019): 159–68. http://dx.doi.org/10.33005/gestalt.v1i02.39.

Full text
Abstract:
Alam liar di daerah Amerika Barat (Wildwest) merupakan sebuah tempat yang sering dijadikan subjek fotografi sejak pertengahan abad 19, (Weber, 2002). Pada tahun 1860an, seorang fotografer bernama Charleton Watkins menyusuri San Fransisco hingga sampai pada lembah Yosimite. Charleton Watkins mengabadikan hamparan pemandangan lembah Yosimite menggunakan alat kamera dan menyimpannya dalam kepingan material film. Bersamaan dengan ditemukannya proses perekaman image foto kedalam kepingan film sehingga memberikan semangat manusia untuk melakukan ekspedisi di daratan Amerika. Fotografi diperthitungkan sebagai alat saintifik yang sempurna, fotografi dapat dijadikan sebagai bukti otentik dokumentasi di bidang keilmuan geografi, arkeologi, topografi dan lain sebagainya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Setyanto, Daniar Wikan, Puri Sulistiyawati, and Erisa Adyati Rahmasari. "Implementasi Nirmana pada Fotografi Portraiture 3D Anaglyph." ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia 4, no. 02 (August 28, 2018): 143–56. http://dx.doi.org/10.33633/andharupa.v4i02.1790.

Full text
Abstract:
AbstrakImplementasi teknologi 3D saat ini lebih banyak digunakan di dunia perfilman dan animasi, padahal teknologi tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan dalam fotografi, khususnya fotografi 3D. Sampai saat ini masih sedikit fotografer yang mendalami dan tertarik untuk melakukan eksperimen. Fotografi 3D menyimpan potensi untuk dikembangkan karena implementasi 3D dapat membuat media foto tersebut menjadi sangat unik. Fotografi sendiri merupakan salah satu dari bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), oleh karena itu ilmu fotografi seharusnya bergerak dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Melalui penelitian yang mengarah pada eksperimental fotografi dan citra 3D diharapkan dapat memberikan kontribusi kebaharuan dalam fotografi. Karya fotografi juga memerlukan sentuhan dari nirmana karena nirmana merupakan ilmu yang mempelajari unsur-unsur tata rupa. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan karya-karya fotografi portraiture nirmana dengan teknologi 3D anaglyph. Dengan menggunakan metodologi eksperimental, penelitian ini mengeksplorasi teknik penciptaan fotografi 3D anaglyph. Luaran karya fotografi 3D tersebut menjadi bukti bahwa sisi estetis nirmana dan teknologi fotografi 3D anaglyph merupakan ilmu yang saling berhubungan dan implementatif satu sama lain secara khusus dengan ilmu fotografi. Kata kunci : 3D anaglyph, fotografi, nirmana, portraiture AbstractThe implementation of 3D technology recently is more applicated in film and animation, whereas that technology has big potential to develop in photography, especially the 3D photography genre. Until now, only a few photographers have focused on this genre and are interested in conducting further experiments. 3D photography still has the potential to be developed because 3D applications can produce unique photos. Photography is one of the science and technology fields, therefore photography should move dynamically in line with technological developments. Through research that leads to experimental photography and 3D imagery is expected to contribute novelty in photography. Photographic work also requires nirmana touch because nirmana learns the elements of fine arts. The purpose of this research is to produce portraiture photography works of nirmana with anaglyph 3D technology. By using the experimental methodology, this study explores 3D anaglyph photography creation techniques. The output of 3D photography is evidence that nirmana aesthetic and 3D photography technology are interrelated and implementative especially with the science of photography. Keywords : 3D anaglyph, photography, nirmana, portraiture
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Setiyanto, Pamungkas Wahyu, and Irwandi Irwandi. "FOTO DOKUMENTER BENGKEL ANDONG MBAH MUSIRAN: PENERAPAN DAN TINJAUAN METODE EDFAT DALAM PENCIPTAAN KARYA FOTOGRAFI." REKAM: Jurnal Fotografi, Televisi, dan Animasi 13, no. 1 (September 14, 2017): 29. http://dx.doi.org/10.24821/rekam.v13i1.1580.

Full text
Abstract:
Metode EDFAT belum begitu dikenal dalam dunia akdemik fotografi. Namun, metode terebut sebenarnya sudah lazim di kalangan prktisi, khususnya fotografer jurnalistik. Untuk itu maka penelitian dan penerapan EDFAT menjadi penting dilakukan, mengingat dalam kenyataannya metode tersebut sangat efektif dan efisien.Peneletian ini merupakan upaya untuk memahami dan menerapkan metode EDFAT. Subjek penelitian ini ialah bengkel andong mBah Musiran yang berada di kawasan Jotawang, Yogyakarta.Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode EDFAT memang dapat diterapkan dalam penciptaan karya fotografi, terlebih jika sebelum pemotretan, fotografer terlebih dahulu menghimpun informasi yang berkaitan dengan subjek pemotretan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Soedjono, Soeprapto. "Fotografi Surealisme Visualisasi Estetis Citra Fantasi Imajinasi." REKAM 15, no. 1 (April 1, 2019): 1–12. http://dx.doi.org/10.24821/rekam.v15i1.3341.

Full text
Abstract:
ABSTRAKSebagaimana yang terjadi pada ranah seni sastra dan seni rupa, pengaruh surealisme sebagai moda artistik penciptaan karya seni, ternyata juga memengaruhi perkembangan bentuk dan genre baru di ranah fotografi. Sebagai bagian dari upaya-upaya penciptaan karya kreatif fotografis, beberapa fotografer menggunakan berbagai aspek dalam domain fotografi untuk juga bisa menampilkan karya-karya yang bernuansa surréal dan terkesan bersifat surealistis dengan berbagai teknik-teknik penciptaan visualnya. Prinsip-prinsip surealisme yang berkaitan dengan upaya memadukan elemen visual yang nyata dan yang bersifat tidak nyata (virtual, dream-like, fantasy) dalam karya-karya fotografi merekamenghasilkan sebuah fenomena ‘keraguan’ dalam menyikapi karya fotografinya. Hal ini terjadi karena yang selama ini karya fotografi diyakini sebagai medium penghasil karya seni visual yang nyata/realis dan merupakan satu bentuk representasi realitas yang faktual telah menjadi ‘ragu’ terhadap hasil karya fotografi surrealistic yang diciptakannya.Visualisasi bentuk-bentuk yang riil tertampilkan bertentangan dengan kelayakan konvensi logika visual alamiah realisme media fotografi yang ada. Namun, secara artistik tentunya kehadiran fotografi surealistik ini bisa dijadikan sebagai salah satu upaya alternatif penampilan visual karya seni fotografi yang ekspresif. Dalam arti bahwa ranah fotografi juga memiliki moda ungkapan ekspresif estetik yang juga memiliki kemungkinan untuk mengekplorasi aspek-aspek dunia mimpi bawah sadar, fantasi, yang bernuansa simbolisme visual dalam kancah pengembangan budaya visual yang bernilai ‘nyata - tidak nyata’. Surrealism Photography: Aesthetic Visualization of the Imagination Fantasy Imagery. As appeared in the sphere of literary and fine arts, the influence of surrealism as an artistic mode for the creation of works of art, apparently it also influences the development of new forms and genres in the sphere of photography. As part of the efforts to create photographic creative works, some photographers use various aspects in the photographic domain to also be able to present works which are surreal in nature and seem surrealistic in their various visual creation techniques. The principles of surrealism are associated with the attempts to combine visual elements which are real and not real (virtual, dream-like, fantasy) in photography works produce a phenomenon of ‘doubt’ in addressing the photographic work. This happens because all this time photography is believed to be a medium that produces visual art works that are real or realistic and is a form of factual reality representation which has become ‘doubtful’ of the surrealistic photographic works that it creates. The visualization of the real forms that appear is contrary to the feasibility of the natural visual logic conventions of the realism of the existing photographic media. However, artistically, the presence of this surrealistic photography can be used as an alternative attempt for the visual appearance of expressive photographic artworks. In the sphere of photography, it makes sense that it has an aesthetic expressive mode of expression which also has a possibility to explore the aspects of the subconscious self, fantasy, having the nuance of visual symbolical in the domain of developing visual culture which could be valued as ‘real-not real’.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Gunawan, Agnes Paulina. "Genre Fotografi yang Diminati oleh Fotografer di Indonesia." Humaniora 5, no. 2 (October 30, 2014): 1234. http://dx.doi.org/10.21512/humaniora.v5i2.3266.

Full text
Abstract:
When speaking of progress, photography is one of the things that is experiencing a quite vast development, and relatively wide in terms of technology or its visual feature. What it means by visual feature here is that in a long period of time, a lot has changed in its idea or concept. Also, it means the print media, or even its printing technique. Moreover he most basic of all is its character of the result in the photo itself. Whether the object taken, moment or time of the photo shoot, all these factors quite represent several genres in photography. For example, if the photography is making a human being to become its model, it might mean a modeling photo shoot, kids, or family photo shoot. Also it might mean a studio/indoor photo shoot or an outdoor photo shoot, when speaking of genre category. If the photo taken is a moment or an event, it might be a journalistic genre or a documentation one. Several themes or visual feature in a photo shoot will become one of the aspects for us the subject to be able to categorize the kind of genre they are. Hence, those genres definitely serve different functions.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Tanjung, Muhammad Rusdi. "FOTOGRAFI PONSEL (Smartphone) SEBAGAI SARANA MEDIA DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT MODERN." PROPORSI : Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif 1, no. 2 (May 10, 2016): 224–34. http://dx.doi.org/10.22303/proporsi.1.2.2016.224-234.

Full text
Abstract:
Perkembangan teknologi dan ide yang terjadi dalam bidang fotografi sangat berpengaruh terhadap karakteristik dan hasil karya fotografi di jaman sekarang. Kinerja hardware kamera yang disematkan pada smartphone semakin hari semakin baik dengan kualitas hasil gambar yang mampu di tangkap juga semakin memanjakan mata penggunanya. Sebuah foto memiliki nilai dokumentasi karena mampu merekam sesuatu yang tidak mungkin akan terulang kembali. Dengan dukungan kamera yang disematkan pada smartphone, sekarang ini semua orang adalah fotografer, karena mereka mampu menghasilkan foto dengan kualitas yang bagus. Aktivitas fotografi saat ini tidak lagi harus menggunakan kamera khusus, tetapi justru lebih banyak menggunakan kamera dari fasilitas handphone yang digunakan untuk mengabadikan segala kegiatan sehari hari.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Apriyanto, Fajar, Irwandi Irwandi, and Ade Aulia Rahman. "TRANSPARENT AFGHAN CAMERA: KARYA FOTOGRAFI PERFORMATIF DAN PARTISIPATORIS." spectā: Journal of Photography, Arts, and Media 2, no. 1 (February 16, 2019): 13–24. http://dx.doi.org/10.24821/specta.v2i1.2464.

Full text
Abstract:
AbstrakKemajuan teknologi fotografi digital dewasa ini bagi kalangan fotografer kreatif merupakan tantangan, namun di sisi lain juga merupakan sesuatu yang menjemukan. Foto-foto yang dihasilkan oleh para seniman fotografi masa kini tidak lagi terfokus pada persoalan reproduksi realitas secara harfiah, tetapi lebih pada penggunaan medium fotografi sebagai sarana penyuaraan ide. Muncul karya-karya yang mencerminkan eksplorasi lebih jauh melalui media fotografi, terutama di sisi sifat-sifat interaktif dalam fotografi. Dapat diduga hal ini terjadi karena ‘terlalu’ instannya proses fotografi digital sehingga menghilangkan selera para seniman untuk mencipta dengan kamera digital. Afghan camera merupakan salah satu jalan keluar bagi fotografer untuk keluar dari kejenuhan tersebut. Dalam penelitian ini afghan camera dihadirkan kembali dalam wujud karya performatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) studi pustaka; (2) rekonstruksi dan perancangan; (3) percobaan; dan (4) perwujudan. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, perancangan afghan camera memerlukan ketelitian dan perencanaan yang matang. Dengan demikian, transparent afghan camera dapat tetap berfungsi sebagai kamera serta dapat menjadi karya fotografi ruang interaktif dan performatif.Kata kunci: afghan camera, fotografi, partisipatoris AbstractTransparent Afghan Camera: A Performative and Participatory Photography. Nowadays the technology development of camera has been a challenge for creative photographers, but on the other side it has also become dull. Photographs created by photographers have not only focused on the reproduction of reality literally, but more to the use of photography as a medium in vocalizing ideas. Therefore, photographs reflecting a further exploration with photography, particularly on their interactivity, have emerged. It is assumed as because of the very instant process of digital photography, so it eliminates the passion of the artist to create photograph using a digital camera. Afghan camera is one of solutions for photographers to leave the boredom. In this research, afghan camera is represented in a performative way. The methods used were as follows; (1) literary study, (2) planning and reconstruction; (3) experimentation; and (4) materialization. The result showed that the planning to reconstruct the afghan camera had to be done carefully and thoroughly. The planning ranged from the material to the accuracy in the execution.Keywords: afghan camera, participatory, photography
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Susanto, Andreas Arie. "Fotografi adalah Seni: Sanggahan terhadap Analisis Roger Scruton mengenai Keabsahan Nilai Seni dari Sebuah Foto." Journal of Urban Society's Arts 4, no. 1 (April 30, 2017): 49–60. http://dx.doi.org/10.24821/jousa.v4i1.1484.

Full text
Abstract:
Tulisan ini bertujuan untuk menyanggah argumentasi Roger Scruton mengenai keabsahan nilai seni dari sebuah foto. Scruton berpendapat bahwa fotografi bukanlah karya seni. Fotografi hanyalah sebuah tindakan mekanis dalam menghasilkan suatu gambar, bukan representasi melainkan hanyalah peristiwa kausal, bukan gambaran imajinasi, tetapi hanya kopian. Fotografi mengandaikan adanya kemudahan dalam penciptaan seni. Pernyataan Scruton semakin dikuatkan dengan fenomena perkembangan teknologi yang sudah melupakan sisi estetis dan hanya berpasrah sepenuhnya pada tindakan mesin. Penekanan berlebihan terhadap keunggulan reduplikasi, proses instan, dan otomatisasi fotografi membuat fotografi kehilangan tempatnya di dunia seni. Akan tetapi, persoalan seni adalah persoalan rasa. Fotografi tetaplah sebuah seni dengan melihat adanya relasi intensional yang tercipta antara objek dan seorang fotografer dalam sebuah foto. Relasi intensional ini tercermin dalam proses, imajinasi, dan kreativitas fotografer di dalam menghasilkan sebuah foto. Lukisan dan fotografi adalah seni menurut rasanya masing-masing. Photography is an Art: A Disaproval towards Roger Scruton's Analysis on the Legitimacy of Art Value of a Photograph. This paper aims to disprove Roger Scruton's argument about the validity of the artistic value of a photograph. Scruton argues that photography is not a work of art. Photography is simply a mechanical action in producing a picture, not a representation but merely a causal event, not an imaginary image, but only a copy. Photography presupposes the ease of art creation. Scruton's statement is further reinforced by the phenomenon of technological development that has forgotten the aesthetic side and only entirely devoted to the action of the machine. The excessive emphasis on the benefits of reduplication, instant processing, and photographic automation makes photography lose its place in the art world. However, the issue of art is a matter of taste. Photography remains an art by seeing the intense relationships created between an object and a photographer in a photograph. This intense relationship is reflected in the process, imagination, and creativity of the photographer in producing a photograph. Painting and photography are arts according to their own taste.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Fiandra, Yosa, and Yayat Sudaryat. "Window Lighting sebagai Pembentuk Dimensi dan Karakter Objek Model dalam Fotografi Potret Hitam Putih." Waca Cipta Ruang 5, no. 1 (May 14, 2019): 349–56. http://dx.doi.org/10.34010/wcr.v5i1.1646.

Full text
Abstract:
Pencahayaan dalam fotografi merupakan hal yang sangat penting, tanpa cahaya tentu tidak akan ada gambar yang tercipta. Jendela merupakan bagian penting dari suatu bangunan, selain untuk sirkulasi udara, jendela juga berfungsi untuk mendapatkan cahaya dari luar dan juga sebagai penghubung ke pemandangan di luar bangunan, dalam dunia fotografi pencahayaan dari jendela menjadi salah satu media untuk membuat sebuah foto yang sangat natural, tehnik ini memanfaatkan sumber cahaya yang berasal dari jendela. Salah satu bentuk foto yang sangat menarik dalam menggunakan pencahayaan natural dari jendela, adalah ”Potrait Photography”, dengan pencahayaan natural ini seorang fotografer bisa menghasilkan suatu foto yang menarik dan alamiah dari objek model yang menjadi objek fotografinya, Tehnik ini merupakan salah satu tehnik pencahayaan dasar dalam fotografi, gambar yang dihasilkan akan terlihat sangat alamiah, sesuatu yang lebih alamiah lebih menunjukan suatu realitas. Kata Kunci : Cahaya, Jendela, Fotografi, Potret, Orang, Realitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Wiksana, Wiki Angga. "Studi Deskriptif Kualitatif tentang Hambatan Komunikasi Fotografer dan Model dalam Proses Pemotretan." Mediator: Jurnal Komunikasi 10, no. 1 (June 1, 2017): 121–31. http://dx.doi.org/10.29313/mediator.v10i1.2661.

Full text
Abstract:
Setiap individu tidak lepas dari proses komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Begitupun halnya terjadi pada seorang fotografer. Fotografer tidak bisa lepas dari interaksi sosial atau biasa disebut human relation, baik dalam berkomunikasi dengan foto model, asisten, tim, dan lingkungan sekitarnya. Bidang fotografi yang paling sering terjadi interaksi di antara manusia adalah fotografi model, karena pada bidang ini objek fotonya adalah manusia. Dalam penelitian ini, penulis melihat adanya interaksi antara fotografer dan modelnya. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan hambatan komunikasi antara fotografer dan model dalam proses pemotretan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam hal ini, teknik pengumpulan data tersebut dilakukan dengan wawancara mendalam, pengamatan, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian tentang hambatan komunikasi dalam interaksi fotografer dan foto model dalam proses pembuatan karya foto terjadi secara bervariasi, mulai dari hambatan psikologis, hambatan semantik, dan hambatan pengetahuan. Pada prinsipnya, hambatan komunikasi inilah yang terjadi antara fotografer dan model dalam proses pemotretan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Tanrere, Rezki Gautama. "Kajian Lighting Patterns Pada Karya Fotografi Model Pameran Kirana Dakara 2021." Ultimart: Jurnal Komunikasi Visual 14, no. 2 (December 24, 2021): 203–13. http://dx.doi.org/10.31937/ultimart.v14i2.2307.

Full text
Abstract:
Lighting patterns merupakan teknik pengaturan pencahayaan dalam fotografi potret yang memperhatikan bentuk cahaya dan bayangan pada wajah subjek yaitu seorang model. Teknik lighting patterns ini diterapkan pada karya-karya fotografi dalam pameran Kirana Dakara 2021 yang merupakan pameran oleh mahasiswa pengampu mata kuliah Advanced Photography program studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Multimedia Nusantara. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis lighting patterns memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Dengan pemilihan lighting patterns yang tepat hasil karya foto dapat memberikan pesan dan kesan yang sesuai dengan konsep maupun tema yang ingin dicapai oleh fotografer. Alhasil penggunaan berbagai jenis lighting patterns pada karya fotografi yang dipamerkan dalam Kirana Dakara 2021 dapat menjadi salah satu media visual yang ampuh dalam memperkenalkan karakter-karakter legenda nusantara.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Jati, Nico Kurnia. "Hiperrealitas Fotografi Jurnalistik." Nirmana 17, no. 1 (October 22, 2018): 16. http://dx.doi.org/10.9744/nirmana.17.1.16-21.

Full text
Abstract:
Fotografi jurnalistik menjadi seni pendokumentasian dan pengarsipan yang mengandung nilai berita sehingga penayangannyapun harus berdasar pada nilai realitas yang ada. Editing yang berlebihan di meja redaktur foto dapat merubah unsur realitas yang ada sehingga dapat mengakibatkan terhambatnya pesan yang akan disampaikan kepada khalayak, oleh karena itu foto jurnalistik harus selalu menge­depan­kan unsur realitas sebagai pertanggungjawaban fotografer, redaktur dan media kepada masya­rakat agar tidak menggiring opini yang multi interpretatif
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Aji, Daru Tunggul, and Fransisca Sherly Taju. "Representasi Visual dan Memori Kolektif dalam Foto Karya Hasan Sakri Ghozali." Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain 25, no. 1 (April 17, 2022): 7–16. http://dx.doi.org/10.24821/ars.v25i1.5628.

Full text
Abstract:
Materi visual dalam fotografi tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan, namun materi visual dalam foto mampu membangun daya sosial. Selain itu, kuasa visual dalam fotografi tidak sekadar membekukan realitas, namun juga mampu menghidupkan realitas, baik secara sinkronik maupun diakronik. Visualitas dalam fotografi menjadi sangat kompleks, terutama jika dikaitkan dengan fakta peristiwa dan aspek sosial. Karya Foto Jogja Dulu dan Sekarang dalam Satu Frame karya Hasan Sakri Ghozali, yang dipublikasikan melalui tribunjogja.com memuat materi visual ruang kota, Ia menyandingkan foto pada masa lampau dan dikomparasikan dengan kondisi saat ini. Foto-foto tersebut dikomposisikan dalam satu frame. Hal demikian dapat dikatakan sebagai bentuk “kolase komunikasi visual”. Tiga aspek yang ditawarkan oleh Gillian Rose pada Site of Image itself memberikan gambaran bagaimana modal teknologi membangun efek visual yang mampu membangun daya pukau dan merepresentasikan suasana ruang dalam fotografi, sedang dalam tataran komposisi dua buah foto dari masa yang jauh berbeda dihadirkan dalam satu frame membangun interpretasi terkait waktu fotografis. Pada sisi makna, secara sosial kota bukan sekadar ruang interaksi, namun kota menjadi ruang memori sekaligus ruang dimana sisi historis menjadi salah satu faktor bagi keberdayaan sebuah foto.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Zakrzewski, Piotr. "Utwór i nośnik utworu fotograficznego w działalności muzeów i archiwów kościelnych." Archiwa, Biblioteki i Muzea Kościelne 117, specjalny (December 30, 2021): 343–55. http://dx.doi.org/10.31743/abmk.13186.

Full text
Abstract:
Kategorie fotografii znajdujących się w muzeach i archiwach kościelnych są zróżnicowane. Różnorodność ta w połączeniu z faktem, że fotografia oddaje za pomocą środków technicznych obraz rzeczywistości, budzi pytania, czy i jakie fotografie są utworami podlegającymi ochronie prawno-autorskiej. Przeważa pogląd, że fotografia odzwierciedla obraz rzeczywistości, ale w sposób zmie­niony przez fotografa, co tym samym pozwala potencjalnie zakwalifikować ją do kategorii utworu. W polskim piśmiennictwie i orzecznictwie na przestrzeni lat zmieniało się postrzeganie wymagań, którym musi ona odpowiadać, aby mogła zostać uznana za utwór. Początkowo za takie uważano jedynie foto­grafie, odznaczające się artyzmem (pięknem) osiągniętym dzięki staraniom fotografa, np. estetyczne ustawienie osób, operowanie światłem. Pogląd taki wydaje się być ciągle prezentowany w piśmiennictwie niemieckim. Stopnio­wo rozpoczął się proces bardziej liberalnego postrzegania spełniania przez fotografie wymagań stawianych utworom. Kluczowe znaczenie przyznano subiektywnemu obrazowi rzeczywistości – utrwalonemu przez twórcę – który każdorazowo odróżnia się od kolejnego takiego obrazu nawet tej samej rze­czywistości. Jeżeli subiektywny obraz, oparty na wyborze fotografa, uchwyco­nego fragmentu rzeczywistości rozstrzyga o spełnieniu wymagań stawianych utworom, to każda fotografia jest utworem z wyjątkiem tych, które pozbawio­ne są elementu wyboru, np. zdjęcia legitymacyjne. Dominującemu stanowisku należy jednak zarzucić zbyt liberalne rozumienie przesłanek warunkujących powstanie utworu. W muzeach i archiwach znajdują się odbitki fotograficzne, które nie mogą być utożsamiane z utworem fotograficznym. Nośnik utworu fotograficznego oraz utwór fotograficzny są innymi kategoriami pojęciowymi i prawnymi, w szczególności pierwszy z nich jest rzeczą, wobec której przysłu­guje prawo własności, a drugi – przedmiotem prawa autorskiego. Posiadanie praw do nośnika nie daje prawa korzystania z autorskich praw majątkowych.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography