To see the other types of publications on this topic, follow the link: Gamelan.

Journal articles on the topic 'Gamelan'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Gamelan.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

-, Irma Tri Anggraeni, Brilindra Pandanwangi, and Denis Setiaji. "Video Gagasan Konstruktif “Gameland” sebagai Representasi Masa Depan Kebudayaan Gamelan di Indonesia." CITRAWIRA : Journal of Advertising and Visual Communication 4, no. 1 (June 18, 2023): 109–28. http://dx.doi.org/10.33153/citrawira.v4i1.5097.

Full text
Abstract:
Gamelan adalah salah satu warisan budaya pertunjukan yang tersebar di Indonesia. Melalui statusnya sebagai sebuah warisan, maka sudah menjadi keharusan untuk mempertahankan gamelan dari masa ke masa. Namun melihat perkembangan zaman yang ada, maka perlu adanya sebuah ide yang menjadi solusi untut mempertahankan serta membuat gamelan lebih muda diakses. Gameland menjadi sebuah gagasan yang mampu menjawab permasalahan tersebut. Gameland terbentuk sebagai ide konstruktif yang bertumbuh. Penggambaran Gameland tersebut tertuang dalam video gagasan konstruktif Gameland yang menghadirkan rangkuman dari realisasi ide konstruktif dalam sebuah video. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bentuk – bentuk representasi masa depan kebudayaan Indonesia dalam video gagasan konstruktif Gameland, menggunakan metode kualitatif dengan dasar teori semiotika Pierce.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Saepudin, Asep. "Laras, Surupan, dan Patet dalam Praktik Menabuh Gamelan Salendro." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 16, no. 1 (February 17, 2016): 52–64. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v16i1.1274.

Full text
Abstract:
Tulisan ini membahas tentang peranan laras, surupan, dan patet dalam praktik menabuh gamelansaléndro. Gamelan saléndro termasuk salah satu perangkat gamelan yang terdapat dalam karawitanSunda. Penyajian gamelan saléndro dalam karawitan Sunda memiliki keunikan tersendiri yang tidakditemukan pada musik lain yakni terdapat perbedaan laras antara gamelan yang digunakan denganlagu yang dinyanyikan oleh pesinden (vokalis). Oleh karena itu, tidak mudah untuk menyajikansebuah lagu dalam permainan gamelan saléndro karena harus memahami terlebih dahulu laras,surupan, dan patet sebagai jembatan bagi perbedaan laras ini agar terjalin nuansa musikal yangharmonis. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa laras, surupan, dan patet memilikiperanan sangat penting dalam praktik bermain gamelan saléndro, sebagai kunci utama yang harusdikuasai seorang pengrawit (lebih khusus bagi seorang perebab) untuk menyajikan lagu atau gending.Selain itu, disimpulkan pula bahwa laras, surupan, dan patet sebagai satu kesatuan yang utuh, memilikiketerkaitan satu sama lainnya dalam praktik menabuh gamelan saléndro.Laras, Surupan, and Patet in Playing Salendro Gamelan.This paper discusses the role of laras(musical scale), surupan, and patet (Jawa: pathet) concepts in playing salendro gamelan. Salendro gamelanis one of gamelan instruments in Sundanese gamelan music. The performance of salendro gamelan inSundanese gamelan has its own uniqueness which is not found in other musical genre or characteristics, thatthere is a different laras between the used gamelan and the song sung by vocalist. Therefore, it is not easy topresent a song in a salendro gamelan play because we should understand laras, surupan, and patet conceptsfor bridging the difference to create the harmonious musical nuance. Based on the result analysis, it may beconcluded that laras, surupan, and patet concepts play the important role in playing the salendro gamelan.They are the main keys for gamelan players who should master to play the song or gending. In addition, laras,surupan, and patet concepts as a unity relate to each other in playing the salendro gamelan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

I Putu Gede, Krisna Adinata, and Sujayathi Ni Wayan Masyuni. "Musical Creation “Jegong” | Tabuh Kreasi “Jegong”." GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan 3, no. 3 (August 25, 2023): 255–62. http://dx.doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v3i3.2074.

Full text
Abstract:
Building a work of art certainly goes through a lot of processes and stages, in this case an artist or a composer who explores several phenomena. Seeing this phenomenon, the stylists were motivated to create works that used ideas from a Balinese gamelan stylist's life experience of combining/collaborating both elements of Jegog gamelan and Gong Kebyar gamelan. In the form of depictions of gending, namely the life experience of playing gamelan and containing the structures, motifs and techniques of the two gamelans which are used as a form of percussion creations entitled Jegong. The purpose of making this work is to offer a new nuance to the Jegog gamelan in collaboration with the Gong Kebyar gamelan and to train arrangers to show their identity as potential composers in composing Balinese karawitan music. This Jegong work uses a method of creating works of art that uses the chopped pangi structure where this structure is used to create a composition work of Jegog stems in Jembrana Regency. To get the maximum artistic output, the stylist tries to convey Gong Kebyar playing in his own way and Jegog playing in his own way which is the focal point of the work made by the stylist to become innovative, creative and traditional ideas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Basset, Catherine. "Gamelan, architecture sonore (et Gamelan mécanique)." Moussons, no. 8 (December 1, 2005): 157–70. http://dx.doi.org/10.4000/moussons.2274.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Tenzer, Michael. "Gamelan, architecture sonore (et Gamelan mécanique)." Moussons, no. 8 (December 1, 2005): 171–76. http://dx.doi.org/10.4000/moussons.2276.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Kurniawan, Septian Yoga, T. Arie Setiawan P, and Jasson Prestiliano. "Perancangan Realtime Board Game untuk Melestarikan Alat Musik Tradisional Jawa Tengah dengan Menggunakan Soundtrack dan Mechanics Tile Placement." Nirmana 19, no. 2 (October 11, 2021): 74–83. http://dx.doi.org/10.9744/nirmana.19.2.74-83.

Full text
Abstract:
Alat musik tradisional adalah sebuah warisan budaya dalam suatu daerah. Namun dengan adanya perkembangan jaman, musik tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat setempat. Masyarakat lebih suka mendengarkan dan memainkan alat musik modern dibandingkan musik tradisional yang kedepannya bisa menimbulkan kepunahan dari warisan budaya itu sendiri. Salah satu alat musik tradisional yang harus dilestarikan adalah gamelan. Gamelan berasal dari Jawa yang terdiri dari beberapa alat musik yang dimainkan secara bersamaan. Gamelan dimainkan ketika acara adat dan pertunjukan tari tradisional seperti kuda lumping. Maka dari itu dibutuhkan sebuah media untuk melestarikan dan memperkenalkan musik tradisional kepada masyarakat yang belum sadar akan pentingnya menjaga warisan budaya tersebut yaitu Board Game. Board Game dengan Gameplay yang menggunakan Soundtrack untuk mengenalkan gambaran musik gamelan dipilih karena bukan hanya sekedar permainan, namun juga bisa menjadi media edukasi untuk melestarikan alat musik tradisional bagi pemainya. Setelah memainkan permainan ini, pemain lebih tertarik untuk melestarikan kebudayaan daerah dan secara tidak langsung pengetahuan mengenai alat musik tradisonal Jawa Tengah bisa tersebar melalui permainan ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Darya, I. Wayan. "Eksistensi Gamelan Gong Gede Saih Pitu Dalam Ritual Agama Hindu Di Banjar Kebon Singapadu ( Perspektif Teologi Hindu )." Jurnal Penelitian Agama Hindu 2, no. 2 (December 4, 2018): 510. http://dx.doi.org/10.25078/jpah.v2i2.652.

Full text
Abstract:
<p><em>Types of gamelan that exist in the earth comes from the voice of Genta Pinara Pitu which became the inspiration of the birth gamelan in the realms of the Gods, Rsi, and also on the nature of Bhuta Kala. Furthermore, humans are also inspired to create various types of gamelan, including gamelan Gong Gede Saih Pitu in Banjar Kebon Singapadu. Gamelan can be used as a ritual medium that essentially has a deep theological meaning. Tones of the gamelan are the nyasa (sacred symbols) of the ista dewata who control all directions which form a circle called the pemgider bhuana. Playing one tone means having direct contact with one of the gods. However, the understanding of the existence of Gamelan Gong Gede Saih Pitu about the concept of ideas, structure, barrel, patih / saih, and the type of tetabuhan that it uses, need to be studied further to deepen the existence of Gong Gede Saih Pitu gamelan in Hindu theological perspective hindu ritual. This research uses qualitative research method with theological approach. Problem solving using Structural Theory, Symbol Theory, and Structural Functional Theory to dissect the gamelan's theatrical structure, function, and meaning of Gong Gede Saih Pitu in Banjar Kebon Singapadu.</em></p><p><em>Data obtained from the text and obtained in the field through observation and interview, then processed and analyzed in accordance with the theory used with the method of theological approach, then obtained the result that the gamelan Gong Gede Saih Pitu as a form of art that developed today, has the theological concept derived from the sound of pale pent in the pangider bhuana circle, and its existence not only as an accompaniment of ritual procession and as a cultural development, but has a religious function and psychological function, and contains philosophical-theological meaning, aesthetic meaning, and grandeur, and dignity, which shows how great the concept of the gamelan is as the implementation of Hindu theological tones.</em></p><p><em>Through the results of this research will materialize the understanding of gamelan theology contained in the lontar Prakempa and Aji Gurnitha, and dismissed the notion of the use of gamelan in Hindu rituals as a tradition of mule keto which is identical with the euphoria of splendor to enliven the atmosphere of the ceremony.</em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Fausta, Ega. "Sari Oneng Parakansalak Gamelan Tuning System and Its Comparison with Machjar’s Theory." International Journal of Visual and Performing Arts 1, no. 1 (June 1, 2019): 15–26. http://dx.doi.org/10.31763/viperarts.v1i1.6.

Full text
Abstract:
The research of measuring laras of Sari Oneng Parakansalak gamelan uses convergent parallel mixed methods. It attempts to find out the interval arrangement, which forms a scheme called laras system. This research give a provides clues about the existence of pelog gamelan in Sunda which is still debated until nowadays, which becomes the main reason why the writer is interested to measure the laras of Sari Oneng Parakansalak gamelan. In this research, laras theory of R.M.A. Koesoemadinata is used as the comparison to investigate what kind of laras is the laras scheme resulted from Sari Oneng Parakansalak gamelan’s interval arrangement. The result of this research is in form of persentation numbers which reveals the similarity between laras system of Sari Oneng Parakansalak gamelan and laras theory of R.M.A. Koesoemadinata. Besides giving a conclusion about the conformity between laras theory of R.M.A. Koesoemadinata and the fact found in the field, this research also informs about Sundanese pélog gamelan, which its existence is still hesitated/questioned by some Sundanese society. This study uses Da Tuner Lite which is validated with Korg Orchestral Tuner (OT-12) as the measuring instrument. The data of each waditra and the average of whole measured waditra are used to analyze the data of measurement result. From those two techniques, it can be detected that there are some waditra which are inappropriate to be used as samples. Therefore, the result of this study is taken from three waditra saron which indicates that Sari Oneng Parakansalak gamelan tends to have laras pélog djawar with its 87,19% of similarity. That result can also reveal that pélog gamelan really exists in Sundanese culture, proven by Sari Oneng Parakansalak gamelan which is made in Sumedang in 1825.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Widyanta, Nugrahanstya Cahya. "GAMELAN SOEPRA AS A RECONTEXTUALIZATION OF JAVANESE GAMELAN." Jantra. 14, no. 2 (December 27, 2019): 139–48. http://dx.doi.org/10.52829/jantra.v14i2.92.

Full text
Abstract:
Gamelan Soepra is an adaptation of Javanese gamelan. The difference lies in the tuning system and the physical form of the gamelan foot which is made higher. This difference has shifted the contextual meaning of Javanese gamelan. This descriptive qualitative research collected the data from field observations. Javanese gamelan has its own philosophical meanings which contain noble values. For example, the cross-legged sitting position on the floor for Javanese gamelan player implies the meaning of modesty. Gamelan Soepra does not have such meaning because of the higher physical form of its foot. The Gamelan has its own philosophical meaning.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Lin, Peihan. "A Gamelan Palette: Examining the Integration of Indonesian Javanese Gamelan Elements in Debussys Piano Work." Advances in Humanities Research 6, no. 1 (June 27, 2024): 37–42. http://dx.doi.org/10.54254/2753-7080/6/2024062.

Full text
Abstract:
Debussys Pagodas fosters an attractive musical dialogue within the rich traditions of Indonesian Gamelan. This exploration surpasses geographical boundaries, as Debussy integrates Gamelans distinctive timbres and rhythmic intricacies into a Western piano repertoire. Through the juxtaposition of resonant tones and percussive elements, Pagodas becomes intriguing cross-cultural encounter. It invites listeners to navigate an intricate weave of Javanese musical influence within Debussys impressionistic language. This musical dialogue progresses organically while Debussy navigates East and West intersections. This creates a sonic tapestry that resonates with the mystique of Gamelan traditions and the haunting expression of Debussys artistic vision. Pagodas is a testament to the transformative power of cross-cultural musical conversations. In this piece, Debussys mastery transcends borders to shape a harmonious synthesis of diverse musical worlds.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Risnandar, Risnandar. "Pelarasan Gamelan Jawa." Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni 13, no. 2 (July 11, 2018): 98–113. http://dx.doi.org/10.33153/dewaruci.v13i2.2508.

Full text
Abstract:
Penelitian gamelan tuning adalah merumuskan teknik penyetelan gamelan Jawa. Gamelan pelaras. Belum ada teori atau cara kerja penyetelan gamelan, harmonisator umumnya masih mengandalkan insting dan pengalaman. Hal ini mengakibatkan generasi berikutnya sulit untuk meniru generasi senior, dan ada kemungkinan ilmu laras gamelan terdistorsi karena kematian Umpu untuk menyelaraskan gamelan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan teknik dan juga mencari jawaban terhadap perspektif pelaku. Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan masalah yang terkait dengan teknik tuning, merujuk pada musik gamelan yang ada, dan menentukan rentang, serta gamelan gamelan. Mulai dari sudut pandang ini, penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif untuk mengumpulkan dan mengolah data dari aktor, pemilik gamelan, dan seniman sebagai pengguna. Laras gamelan Jawa. ABSTRACTJavanese gamelan tunings research is an attempt to formulate a Javanese gamelan tunings techniques. There are various issues that still a mystery in Pelaras gamelan. There has been no theory or the workings of gamelan tunings, pelaras generally still rely on instinct and experience. This resulted in the next generation is difficult to imitate the senior generation, and it is possible gamelan tunings science is distorted due to the death of Umpu pelaras gamelan. This study aims to formulate techniques and also seek answers gamelan tunings issues from the perspective of the perpetrator (pelaras gamelan). The focus of this study is to reveal the problems associated with the technique tunings, mbabon process (refer to the existing gamelan tones), and specify ranges, as well as embat gamelan. Starting from this point of view, the study will use a method kulalitatif to collect and process data from pelaras (actor), the owner of gamelan, and artists as a user. Through this way is expected to uncover problems Javanese gamelan tunings.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Saputra, Novyandi. "Situasi Gamelan Solo Raya: Studi Kasus Gamelan Kyai Rejeki di Kabupaten Boyolali." Pelataran Seni 4, no. 2 (February 11, 2022): 59. http://dx.doi.org/10.20527/jps.v4i2.12733.

Full text
Abstract:
IntisariSolo Raya merupakan daerah basis gamelan. Gamelan tersebar dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakatnya. Salah satunya adalah keberadaan gamelan Kyai Rejeki atau gamelan Gombang yang bergaya semarangan di desa Gombang kecamatan Sawit kabupaten Boyolali. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi frekuensi, jangkah nada-nada dan satu gembyangan dari gamelan Kyai Rejeki (Gamelan Gombang). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitaif sebagai metode bantu dalam peghitungan sistem nada. Observasi, wawancara dan data ukur menjadi data fundamental yang digunakan selama penelitian. Gamelan kyai Rejeki atau yang lebih akrab disebut gamelan Gombang merupakan salah satu gamelan terkemuka dan yang menjadi patron atau babonan gamelan-gamelan yang ada di sekitar kabupaten Boyolali sampai daerah Klaten dengan gaya semarangan. Gamelan kyai rejeki merupakan gamelan gaya semarangan dengan kebanyakan permainanannya berada pada wilayah nada tinggi termasuk dalam hal garapan. Penelitian ini berhasil mengidetifikasi sistem nada, jarak antar nada dan gembyangan. Peneliti juga menemukan adanya kebiasaan permainan dan garapan gamelan ini berada pada wilayah nada-nada yang tinggi.Kata kunci: gamelan kyai rejeki, gombang, sistem laras, slendro, boyolali AbstractSolo Raya is a gamelan base area. Gamelan spread and became an inseparable part of people's lives. One of them is the existence of the Kyai Rejeki gamelan or Gombang gamelan with semarangan style in Gombang village, Sawit sub-district, Boyolali district. The purpose of this study was to identify the frequency, range of notes and one gembyangan of the Kyai Rejeki Gamelan (Gombang Gamelan). In this study, researchers used qualitative methods and quantitative methods as auxiliary methods in calculating the tone system. Observations, interviews and measurement data became the fundamental data used during the research. Kyai Rejeki Gamelan or more familiarly called Gombang Gamelan is one of the leading gamelan and the patron or babonan of gamelan around Boyolali district to Klaten area with semarangan style. Kyai Rejeki gamelan is a Semarangan style gamelan with most of its playing in the high-pitched region, including in terms of production. This study succeeded in identifying the tone system, the distance between notes and its gembyangan. The researcher also found that the habit of producing and playing this gamelan was in the high-pitched region.Keywords: kyai rejeki gamelan, gombang, tuning system, slendro, boyolali
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Solekhan. "Pendeteksian Notasi Gamelan Menggunakan Metode Short Time Fourier Transform." Simetris : Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer 2, no. 1 (June 28, 2013): 78. http://dx.doi.org/10.24176/simet.v2i1.105.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Indonesia memiliki warisan budaya yang sangat banyak. Gamelan merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan. Usaha untuk pelestarian gamelan perlu dilakukan agar musik gamelan jangan sampai punah apalagi diakui negara lain. Notasi musik diperlukan sebagai panduan untuk memainkan suatu musik. Dalam memainkan gamelan diperlukan adanya notasi musik sebagai panduan untuk memudahkan generasi mendatang dalam memainkan musik gamelan. Penelitian kali ini mendeteksi notasi musik gamelan dari sinyal audio gamelan. Kata kunci: gamelan, STFT
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Handayani, Andri, and Kelli Swazey. "Contestation in Gamelan Making Rituals: Tensions between Old and New Understandings." Jurnal Humaniora 30, no. 3 (October 2, 2018): 305. http://dx.doi.org/10.22146/jh.35463.

Full text
Abstract:
Performing ritual before making gamelan as one of stages of producing gamelan orchestra has changed. The decision of gamelan masters to perform ritual is affected by their worldview, socio-religious and economic changes in their surroundings. This research aims to identify contestation in gamelan making rituals especially the tensions that occur between old and new understanding of gamelan masters. The study was conducted from March 2013 to April 2015. Semi-structured interview was applied to 6 out of 10 gamelan masters in Wirun Village, Sukoharjo District, Central Java. The result finds that gamelan masters apply strategies such as purification, negotiation and commercialization to adapt to the changes in Wirun. These strategies occur based on the understanding of old and younger generation of gamelan masters in Wirun. Purification can be defined as gamelan masters attempt to purify their religious principle from other external influence. There are two types of purification conducted by gamelan masters; purification of Javanese belief and purification of Islamic teachings. Negotiation hitherto is a way for gamelan masters to perceive their religious perspective and Javanese traditions flexibly. While, commercialization is taken by gamelan masters who only perceive gamelan as an industrial commodity and who prioritize the market value disregarding religious values in making the gamelan. The strategies serve to allow gamelan masters to sustain their identity as gamelan craftsmen.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Handayani, Andri, and Kelli Swazey. "Contestation in Gamelan Making Rituals: Tensions between Old and New Understandings." Jurnal Humaniora 30, no. 3 (October 2, 2018): 305. http://dx.doi.org/10.22146/jh.v30i3.35463.

Full text
Abstract:
Performing ritual before making gamelan as one of stages of producing gamelan orchestra has changed. The decision of gamelan masters to perform ritual is affected by their worldview, socio-religious and economic changes in their surroundings. This research aims to identify contestation in gamelan making rituals especially the tensions that occur between old and new understanding of gamelan masters. The study was conducted from March 2013 to April 2015. Semi-structured interview was applied to 6 out of 10 gamelan masters in Wirun Village, Sukoharjo District, Central Java. The result finds that gamelan masters apply strategies such as purification, negotiation and commercialization to adapt to the changes in Wirun. These strategies occur based on the understanding of old and younger generation of gamelan masters in Wirun. Purification can be defined as gamelan masters attempt to purify their religious principle from other external influence. There are two types of purification conducted by gamelan masters; purification of Javanese belief and purification of Islamic teachings. Negotiation hitherto is a way for gamelan masters to perceive their religious perspective and Javanese traditions flexibly. While, commercialization is taken by gamelan masters who only perceive gamelan as an industrial commodity and who prioritize the market value disregarding religious values in making the gamelan. The strategies serve to allow gamelan masters to sustain their identity as gamelan craftsmen.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Jarmani, Jarmani. "The Effect of Learning Gamelan Art on Emotional Intelligence." International Journal on Social Science, Economics and Art 12, no. 1 (May 30, 2022): 39–45. http://dx.doi.org/10.35335/ijosea.v12i1.65.

Full text
Abstract:
Adolescents are increasingly confronted with emotional issues, demanding a solution such as adolescent emotional intelligence development. Traditional Indonesian music, notably Javanese gamelan, can help adolescents develop emotional intelligence. People who follow a set of rules and limits undertake Javanese gamelan exercises. When practicing gamelan, the individual must hit his gamelan tool and listen to the gamelan played by his colleagues in the gamelan group to generate a harmonic gamelan sound. The study's findings revealed a link between the severity of Javanese gamelan music training and emotional intelligence, with the higher the intensity of Javanese gamelan music training, the higher the emotional intelligence. The intensity variable of Javanese gamelan music training can contribute 30.25 percent to the emotional intelligence variable. In contrast, the remaining 69.75 percent is influenced by elements other than the intensity variable of Javanese gamelan music training. Beyond the intensity variables of Javanese gamelan music training, the family, non-family, physical, and psychological environments all have a role.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Aryanto, Agustinus Sani. "Gamelan Soepra: Konsep dan Perilaku Musikal untuk Mencapai Tujuan Pendidikan." Journal of Music Science, Technology, and Industry 1, no. 1 (August 31, 2018): 111. http://dx.doi.org/10.31091/jomsti.v1i1.507.

Full text
Abstract:
ABSTRAKGamelan Soepra adalah seperangkat gamelan yang diadaptasi dari gamelan Jawa dan memiliki nada diatonik seperti pada alat musik Barat. Dalam permainannya, gamelan Soepra dikolaborasikan dengan alat musik Barat seperti combo band dan string section. Gamelan Soepra diciptakan oleh seorang Jesuit asal Belanda bernama Henricus Constant van Deinse, SJ pada tahun 1957. Gamelan Soepra menjadi musik pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kolese Loyola Semarang, Jawa Tengah, sejak 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui esensi dari gamelan Soepra sebagai sarana pembelajaran seni musik serta mendiskripsikan konsep, perilaku musikal, dan bunyi dalam musik gamelan Soepra di SMA Kolese Loyola Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan kajian literatur. Adapun pendekatan yang digunakan adalah musikologi untuk menganalisis instrumentasi pada gamelan Soepra. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teori aktivitas musikal Alan P. Merriam untuk membedah perihal konsep, perilaku musikal, dan bunyi dalam gamelan Soepra dan teori dari Herbert Read untuk membedah fungsi pembelajaran gamelan Soepra sebagai sarana pendidikan seni musik di SMA Kolese Loyola. Hasil penelitian menunjukan bahwa SMA Kolese Loyola Semarang mempunyai metode tersendiri dalam mengenalkan gamelan melalui bentuk yang berbeda yaitu gamelan Soepra. Tangga nada diatonik dalam gamelan Soepra memiliki kekuatan dan kelemahan. Siswa menjadi lebih mudah dalam memainkan gamelan Soepra dengan berbagai genre lagu baik pentatonik maupun diatonik tetapi karakter tangganada pentatonik gamelan Jawa menjadi hilang. Melalui gamelan Soepra, siswa mampu mengenal kebudayaan Barat dan Timur baik dari alat musik maupun repertoar lagu yang dibawakan. Pengadaan konser rutin gamelan Soepra memberi pengalaman nyata bagi siswa baik dalam proses, persiapan, hingga pementasannya.Kata kunci: Gamelan Soepra, karawitan Jawa, diatonik, musik pendidikan. ABSTRACTSoepra Gamelan is a set of gamelan adapted from Javanese Gamelan and has diatonic note like westen musical instruments. Soepra Gamelan is played with combo band and string section. Soepra Gamelan was created by a Jesuit from Netherlands Henricus Constant Van Deinse SJ in 1957. Soepra Gamelan has become a music subject in Loyola Senior High School Semarang since 2011. This research is to know the essence of Soepra Gamelan as a music learning means and to describe concept, musical behaviour, and the sound of Soepra Gamelan in Loyola Junior High School Semarang. Method in this research is qualitative using observation, interview, and literature study. This research is based on musicology approach. The approach is used to analyze instrumentalitation in Soepra Gamelan. The data is analyzed by using Musical Activity Theory by Alan P Merriam regarding the concept, musical behaviour, and the sound of Soepra Gamelan while Herbert Read theory is used to analyze the function of learning as a musical educational means in Loyola Senior High School Semarang. The result of this research is that Loyola Senior High School Semarang has a special method in introducing gamelan. Musical scale in Soepra Gamelan has an advantages and disadvantages (positive and negative impacts). Students can play many genre of songs in pentatonic and diatonic musical scale easily but, however, the characters of Javanese musical scale are disappeared. Through Soepra Gamelan, the students can recognize western and eastern culture from musical instrument and repertoire songs. Routine concert in performing the gamelan gives a real experience to the students in terms of process, preparation, and performance.Keywords: Soepra Gamelan, Javanese karawitan, diatonic, music education.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Ardana, I. Ketut. "Re-Actualization Balinese Gamelan Harmony for Renewal Knowlegde of the Balinese Music." International Journal of Creative and Arts Studies 8, no. 1 (June 28, 2021): 51–69. http://dx.doi.org/10.24821/ijcas.v8i1.5514.

Full text
Abstract:
Balinese music has a variety of gamelan that develops in the community. Balinese gamelan is a central object in the development of Balinese musical knowledge. One of the most problematic is the harmony system. In the context of Balinese music knowledge, the harmony system is an element that is often discussed its existence. The 'harmony system' has been recognized through the dualistic concept. This concept is the source of the technique for playing the Balinese Gamelan. Knowledge of the harmony system with this dualistic concept is based on the object of research by Gamelan Gong Kebyar. Gamelan Gong Kebyar is indeed very closely related to the dualistic system. However, this system is not relevant to several other Balinese Gamelan, one of which is the Gamelan Gambang. Therefore, knowledge of the harmony system in Balinese music needs to be updated. This update is an actualization of knowledge about gamelan harmony. The problems discussed in this article are what is Balinese Gamelan harmony, what is the roles of Balinese Gamelan harmony and the concept of Balinese musical harmony. This reaserch uses a mix method, namely qualitative and quantitative methods. Musicology approach as a qualitative method while sound physics as a quantitative method. Re-aktualisasi Harmoni Gamelan Bali untuk Pembaruan Pengetahuan Musik Bali Abstrak Karawitan Bali memiliki ragam gamelan yang berkembang di masyarakat. Gamelan Bali merupakan objek sentral dalam pengembangan pengetahuan karawitan Bali. Salah satu yang paling bermasalah adalah sistem harmoni. Dalam konteks pengetahuan karawitan Bali, sistem harmoni merupakan unsur yang sering dibicarakan keberadaannya. Sistem harmoni terepresentasi melalui konsep dualistik. Konsep inilah yang menjadi sumber teknik memainkan Gamelan Bali pada umumnya. Pengetahuan sistem harmoni dengan konsep dualistik ini berdasarkan objek penelitian Gamelan Gong Kebyar. Gamelan Gong Kebyar memang sangat erat kaitannya dengan sistem dualistik. Namun sistem ini tidak relevan dengan beberapa Gamelan Bali lainnya, salah satunya Gamelan Gambang. Oleh karena itu, pengetahuan tentang sistem harmoni dalam karawitan Bali perlu dimutakhirkan. Pembaruan ini merupakan aktualisasi pengetahuan tentang harmoni gamelan. Permasalahan yang dibahas dalam artikel ini adalah apa yang dimaksud dengan harmoni Gamelan Bali, batasan harmoni Gamelan Bali dan model harmoni secara musikal gamelan Bali. Penelitian ini menggunakan mixmethode , yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan musikologi sebagai metode kualitatif sedangkan fisika bunyi sebagai metode kuantitatif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Sari, Anggy Paramitha. "GAMELAN BALI DALAM KONSTELASI FILOSOFIS DAN ESTETIK." Sphatika: Jurnal Teologi 15, no. 1 (March 31, 2024): 34–46. http://dx.doi.org/10.25078/sphatika.v15i1.3153.

Full text
Abstract:
Kreativitas secara substantif tidak bisa dipisahkan dari unsur akal dan unsur rasa manusia. Beraneka ragam kesenian dan tradisi yang lahir dari kreativitas manusia akhirnya menjadi ciri khas dari masing-masing wilayah pembuatnya. Gamelan merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan tradisional Indonesia yang lahir dari beragam pertimbangan pikiran, gagasan, ide, rasa dan kreatifitas dari manusia. Gamelan adalah sekelompok alat musik dengan pola ketukan berbeda yang dipergunakan dalam memainkan lagu/gending. Awal mula kemunculan gamelan adalah ketika budaya hindu-budha mulai mendominasi nusantara. Terdapat beberapa jenis gamelan diantaranya gamelan jawa, gamelan sunda, gamelan banjar, gamelan minang dan gamelan bali. Kesemua jenis gamelan tersebut memiliki kekhasan masing-masing sesuai dengan daerah berkembangnya gamelan.Gamelan tidak hanya digunakan sebagai musik pengiring pada kesenian tradisional tetapi juga dipergunakan dalam bebagai ritual keagamaan. Di Bali, hampir semua kegiatan keagamaan khususnya dalam upacara agama hindu selalu mempergunakan iringan gamelan. Gamelan Bali merupakan salah satu unsur panca suara yang selalu ada dalam setiap upacara yajna di Bali. Panca suara ini tidak lepas dari konsep estetika hindu dimana pada setiap suara yang dihasilkan mempunyai makna filosofis. Gamelan Bali yang hadir dalam berbagai ritual hindu di bali bukan saja sebagai hiburan semata tetapi juga memiliki nilai magis yang dapat menggetarkan suasana. Artikel ini akan membahas mengenai filosofi gamelan bali dalam konstelasi estetik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Putri, Yasintha Nur. "KREASI GAMELAN SORAWATU DI DESA GIRIMUKTI KABUPATEN MAJALENGKA: DESAIN ORGANOLOGI DAN KOMPOSISI MUSIK." SWARA - Jurnal Antologi Pendidikan Musik 2, no. 3 (December 1, 2022): 67–80. http://dx.doi.org/10.17509/swara.v2i3.38428.

Full text
Abstract:
Penelitian ini berjudul Gamelan Sorawatu di Desa Girimukti Kabupaten Majalengka: Desain Waditra dan Komposisi Musik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses terciptanya gamelan sorawatu, kreativitasnya dan bagaimana cara untuk memahami gamelan sorawatu secara organologi dan komposisi musik dalam kaya/ lagu kaulinan budak. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif karena penulis ingin berfokus pada pengamatan yang mendalam terkait melestarikan, mengembangkan serta memperkenalkan waditra Gamelan Sorawatu. Hasil penelitian Ini mengungkapkan bahwa waditra gamelan sorawatu ditemukan di Desa Girimukti Kabupaten Majalengka. Kemudian waditra gamelan sorawatu memiliki fungsi pendidikan, kesinambungan budaya, komunikasi, dan hiburan. Teknik permainan waditra gamelan sorawatu adalah menggunakan teknik permainan prosesual, carukan, kempyung, call and respon dan waditra gamelan sorawatu dimainkan oleh 7 orang pemain. Kata kunci: Gamelan Sorawatu, organologi, waditra, teknik permainan gamelan sorawatu, komposisi musik, Kaulinan Budak
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Warto, Warto. "DIGITALISASI GAMELAN DAN PENYEBARAN NILAI ADILUHUNG BUDAYA ISLAM." IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya 10, no. 2 (July 10, 2012): 242–54. http://dx.doi.org/10.24090/ibda.v10i2.61.

Full text
Abstract:
This paper reveals the development of gamelan in digital form which is done in many different forms, ranging from stand-alone e-gamelan, Internet-based e-gamelan, and e-gamelan in mobile devices. Gamelan musical instruments has been a Javanese cultural identity since time immemorial. Gamelan Javanese cultural identity that has, in fact full of Islamic values. Therefore, with the digitization gamelan, this is tantamount to doing good and as a means to draw closer to Allah SWT.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Agustana, I. Putu, I. Made Rudita, and I. Nyoman Surianta. "GAMELAN GONG KEBYAR SEMBILAN BILAH DI DESA KELECUNG." WIDYANATYA 2, no. 01 (April 1, 2020): 8–12. http://dx.doi.org/10.32795/widyanatya.v2i01.620.

Full text
Abstract:
Gamelan merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia yang telah berkembang sebagai musik sejak jaman prasejarah hingga saat ini. Perkembangan gamelan di Bali sangat pesat terutama yang dapat kita amati sejak abad XX ini. Gamelan Bali berbentuk seni karawitan instrumental yang memiliki laras pelog dan selendro. Gamelan Jawa, Bali, Sunda sering sekali mewakili Indonesia di pentas dunia sehingga dianggap sebagai musik tradisi Bangsa Indonesia. Kata gambel atau gembel berarti ‘pukul’, jadi digembel sama dengan dipukul. Instrumen musik yang cara memainkannya digembel, namanya gembelan, lalu menjadi gamelan. Gamelan Gong Kebyar merupakan gamelan golongan baru yang lahir dan berkembang pada abad ke XX di Bali utara. Gamelan Gong Kebyar (selanjutnya disebut Gong Kebyar) adalah ansambel perkusi yang diturunkan dari gamelan Gong Kuna terdiri dari berjenis-jenis instrumen. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa kini gamelan Gong Kebyar sudah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dan dahsyat. Gamelan Gong Kebyar yang baru muncul pada permulaan abad ke XX pada dewasa ini sudah mampu mengalahkan perkembangan gamelan Bali lainnya yang sudah ada sebelumnya. Sebagai suatu bentuk seni pertunjukan Bali yang paling popular hingga saat ini dan salah satu gamelan yang tergolong sedikit unik ini yaitu Gong Kebyar dengan sembilan bilah nada di Desa Kelecung yang akan di bahas dalam penelitian ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Widoyanti, Virki, Hermanto Tri J, and Widjiati Widjiati. "- Musik Mozart Memiliki Ekspresi Brain Deriverd Neurotrophic Factor Tertinggi Pada Serebrum dan Serebellum Rattus norvegicus Dibandingkan Dengan Gamelan Jawa, Sunda Dan Bali Selama Kehamilan." Jurnal Ilmu Kesehatan 8, no. 2 (May 8, 2020): 103. http://dx.doi.org/10.32831/jik.v8i2.243.

Full text
Abstract:
Pendahulan: Musik dapat memengaruhi sistem saraf parasimpatis atau sistem saraf otomatis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Paparan musik Mozarts, gamelan Jawa, Sunda, dan Bali memengaruhi faktor neurotropik yang ada di otak. Metode: Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan desain random post-test onlydalam desain kelompok kontrol yang digunakan oleh hewan percobaan Rattus norvegicus sebagai model. Hasil: Ada perbedaan ekspresi brain deriverd neurotrophic factor yang signifikan pada anak Rattus norvegicus antara kelompok dengan p = 0,018 (rata-rata 1,60 ± 0,42 untuk kelompok kontrol, 4,00 ± 1,85 untuk kelompok musik mozart, 3,00 ± 0,96 untuk orang Jawa Kelompok gamelan, 2,48 ± 0,68 kelompok Gamelan Sunda, dan 2,16 ± 1,27 pada kelompok Gamelan Bali) juga di otak kecil dengan p = 0,022 (rata-rata 1, 44 ± 0,29 untuk kelompok kontrol, 3,92 ± 1,81 untuk acara Mozart, 3.04 ± 0.94 grup gamelan Jawa, 2.92 ± 0, 41 grup gamelan Sunda, dan 2.57 ± 1.053 grup gamelan Bali). Kesimpulan: Ada perbedaan ekspresi brain deriverd neurotrophic factor pada serebrum dan serebellum Rattus norvegicus antara yang terpapar musik Mozart, gamelan Jawa, Sunda, Bali dan kontrol. Key words : Mozart, Javanese Gamelan, Sundanese Gamelan, Balinese Gamelan, Brain Deriverd Neurotrophic Factor
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Handayani, Andri, and Kelli Swazey. "RITUAL PEMBUATAN GAMELAN DI DESA WIRUN, KABUPATEN SUKOHARJO." Jurnal Gama Societa 2, no. 1 (February 27, 2019): 1. http://dx.doi.org/10.22146/jgs.35697.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ragam ritual yang dilaksanakan oleh pembuat gamelan sebelum membuat gamelan dan hal yang melatarbelakangi pelaksanaan ritual tersebut. Metode penelitian yang dilakukan adalah observasi, wawancara dan studi pustaka. Penelitian ini dilaksanakan dari Maret 2013 sampai dengan April 2015. Peneliti mewawancarai 6 dari 10 ahli pembuat gamelan di desa Wirun, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Pengamatan berpartisipasi bertujuan untuk mengumpulkan data spesifik sebagai data primer. Sebagai data sekunder, penulis mengumpulkan data dari ilmuwan terkait dengan topik yang dibahas. Penelitian ini menemukan bahwa ahli pembuat gamelan memiliki pandangan dunia mereka sendiri dalam membuat gamelan. Pembuatan gamelan tidak hanya menempa bahan logam menjadi alat musik. Akan tetapi, bagi para ahli pembuat gamelan ada ritual pembuat gamelan meskipun setiap pembuat gamelan mempunyai pandangan tersendiri dalam melaksanakan ritual tersebut. Ritual- ritual yang dilaksanakan meliputi Slametan Gongso Ageng, berpuasa, tidak tidur semalaman (begadang) dan menghindari berhubungan seksual di malam sebelum pembuatan gamelan. Slametan Gongso Ageng hanya dilakukan dalam pembuatan gong yang diameternya lebih dari satu meter. Pelaksanaan ritual bertujuan untuk meminta berkah dari Tuhan untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembuatan gamelan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Jarmani, Jarmani. "The Effect of Learning Gamelan Art on Emotional Intelligence." Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik 5, no. 1 (June 30, 2022): 75–81. http://dx.doi.org/10.26740/vt.v5n1.p75-81.

Full text
Abstract:
Teenager are increasingly confronted with emotional issues, demanding a solution such as adolescent emotional intelligence development. Traditional Indonesian music, notably Javanese gamelan, can help teenager develop emotional intelligence. People who follow a set of rules and limits undertake Javanese gamelan exercises. When practicing gamelan, the individual must hit his gamelan tool and listen to the gamelan played by his colleagues in the gamelan group to generate a harmonic gamelan sound. This study used quantitative approaches in conjunction with a sample size of 135 UWK Surabaya students. The Java Gamelan Music Exercise Intensity Scale (r = 0.848) and the Emotional Intelligence Scale (r = 0.772) are used as data-gathering instruments in the sampling technique. The product-moment correlation method was used to analyze the data, and the result was 0.550. The study's findings revealed a link between the severity of Javanese gamelan music training and emotional intelligence, with the higher the intensity of Javanese gamelan music training, the higher the emotional intelligence. The intensity variable of Javanese gamelan music training can contribute 30.25 percent to the emotional intelligence variable. In contrast, the remaining 69.75 percent is influenced by elements other than the intensity variable of Javanese gamelan music training. Beyond the intensity variables of Javanese gamelan music training, the family, non-family, physical, and psychological environments all have a role.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Nugroho, Yosaphat Yogi Tegar, and Ekawati Marhaenny Dukut. "Pengaruh Negosiasi Budaya Pada Pertunjukan Musik Gamelan Soepra Terhadap Generasi Centennial." Musikolastika: Jurnal Pertunjukan dan Pendidikan Musik 4, no. 2 (December 26, 2022): 85–103. http://dx.doi.org/10.24036/musikolastika.v4i2.93.

Full text
Abstract:
Gamelan is the work of adiluhung from the Indonesian nation, and is synonymous with Javanese society. In its development, Javanese Gamelan began to be degraded by global culture. Centennial generation children are considered more interested in pop music than their own cultural output, such as Javanese Gamelan. Henricus Constant Van Deinse, SJ in 1957 had an interest in Javanese gamelan, and innovated to modify the tone shape of gamelan by combining it with Western musical instruments so that it could attract the attention of the younger generation. When Van Deinse's gamelan was staged at an event in Senayan, it happened that Indonesian president Ir. Soekarno was present at the event, and was named Gamelan Soepra (Soegijapranata) in 1965. This is in accordance with the origin of the gamelan from Central Java and its famous hero is Mgr. Soegijapranata. This study aims to examine Gamelan Soepra in the perspective of hybrid culture theory. This research uses a qualitative approach, and the method used is purposive sampling by directly appointing informants who are considered gamelan experts. The result of this study is to know the philosophy and ensemble format of Javanese gamelan, as well as cultural hybrid products in the form of soepra gamelan, and its influence on the centennial (Z) generation.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Kristi, Tania, and Hendrokumoro Hendrokumoro. "Onomatope dalam Istilah-istilah Gamelan Jawa." Arnawa 1, no. 1 (June 5, 2023): 41–54. http://dx.doi.org/10.22146/arnawa.v1i1.11244.

Full text
Abstract:
Onomatopoeia in Javanese is attached to the Javanese musical art activity called gamelan or Karawitan. Just as music is related to sounds, there are various gamelan terms which are onomatopoeia. The lack of research on the onomatopoeia of these terms motivated a preliminary study of how onomatopoeia is formed in Javanese gamelan terms and its use in both verbal and written. Data was taken from literature studies and independent reflection based on the author's observation experiences. Next, the data is classified based on word form and the use of terms in gamelan practice. This research found onomatopoeia in Javanese gamelan terms which are dominated by secondary forms of onomatopoeia, namely imitations of sounds from the gamelan instruments being played. Meanwhile, based on word formation, onomatopoeia of gamelan terms consists of (1) root words as basic words, (2) root words plus formative, (3) root words doubled, (4) two or more root words, and (5) compound words. Based on their use, these terms are divided into four functions, namely as a basis for naming gamelan instruments, naming gamelan percussion techniques, and to describe gamelan sounds. The use of these terms can also be seen verbally and written. === Onomatope dalam bahasa Jawa melekat pada aktivitas seni musik Jawa yang disebut dengan gamelan atau seni karawitan. Sebagaimana musik berhubungan dengan suara dan bunyi-bunyian, ada berbagai istilah gamelan yang merupakan bentuk onomatope. Minimnya penelitian tentang onomatope istilah-istilah tersebut memotivasi kajian awal terhadap pembentukan onomatope dalam istilah gamelan Jawa dan fungsi atau penggunaannya baik secara tertulis maupun secara verbal. Data diambil dari studi literatur dan refleksi mandiri berdasarkan pengalaman observasi penulis. Berikutnya, data diklasifikasikan berdasarkan pembentukan kata dan penggunaan istilah-istilah dalam praktik gamelan. Penelitian ini menemukan jenis onomatope dalam istilah-istilah gamelan Jawa yang didominasi bentuk onomatope sekunder, yaitu tiruan-tiruan bunyi dari instrumen gamelan yang dimainkan. Sementara itu, berdasarkan pembentukan katanya, onomatope istilah-istilah gamelan terdiri dari (1) akar kata sebagai kata dasar, (2) akar kata ditambah formatif, (3) akar kata diduakalikan, (4) dua akar kata atau lebih, dan (5) kata majemuk. Berdasarkan penggunaannya, istilah-istilah ini terbagi dalam empat fungsi yaitu sebagai dasar penamaan instrumen gamelan, penamaan teknik tabuh gamelan, dan untuk mendeskripsikan bunyi gamelan. Penggunaan istilah-istilah ini juga dapat dilihat secara lisan dan tertulis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Pradana, Kadek Angga Wahyu, I. Wayan Rai S, and I. Wayan Suherta. "The The Musicality of Gamelan Gong Kebyar Mepacek as a North Bali Traditional Music Identity." Randwick International of Social Science Journal 4, no. 2 (April 30, 2023): 241–53. http://dx.doi.org/10.47175/rissj.v4i2.653.

Full text
Abstract:
The purpose of this research was to reveal the musicality of Gamelan Gong Kebyar Mepacek as the identity of North Bali's traditional music. Many researchers have carried out numerous research studies on Gong Kebyar. However, there has not been a single study on the musicality of Gong Kebyar Mepacek's gamelan, which has caused this gamelan to become the hallmark of North Bali's traditional music. How is Gamelan Gong Kebyar Mepacek's musicality measured?. What is the influence of the musicality of Gamelan Gong Kebyar Mepacek on the traditional Balinese music being played? This research was conducted using qualitative methods from the perspective of ethnomusicology. All data that has been collected through observation, interviews, and literature studies is analyzed using ethnomusical theory. The results of the study show that the musicality of Gamelan Gong Kebyar Mepacek has shorter pitch repertoire, a faster closing technique, a faster gending tempo, and a louder gamelan sound compared to Gong Kebyar gamelan in general. To measure the pitch of the Gong Kebyar mepacek gamelan tuner, a tuner was used in the Studio One 5 digital audio workstation (DAW) application. The effect of this mepacek gamelan model on the traditional music played can be seen in the tempo, which is the maximum speed that can be achieved by the musicians playing the gamelan. This means that by pacing the gamelan blades, the drummers do not need to wait long to close the gamelan chords.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Prehara, Kenny, and Rahayu Supanggah. "“TOWARDS GAMELAN POP”." Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni 12, no. 2 (July 16, 2019): 62–70. http://dx.doi.org/10.33153/dewaruci.v12i2.2528.

Full text
Abstract:
ABSTRAK“Towards Gamelan Pop” adalah karya seni musik yang lahir akibat bentuk permasalahan yang sedang populer saat ini, misalnya korupsi, kurangnya kepedulian terhadap lingkungan hidup, radikalisme, tindak pelanggaran hukum, dan kerusakan moral. Fenomena tersebut dikaitkan dengan bentuk musik pop yang sedang diminati oleh banyak kalangan masyarakat. “Towards Gamelan Pop” mengangkat kisah legenda setempat di daerah Kompleks Candi Gedong Songo yaitu Kisah Ramayana dengan tujuan menarik generasi muda untuk mencintai kesenian tradisi nusantara. Karya musik ini memadukan instrumen gamelan dengan gaya bernyanyi pop dan diperankan oleh 6 tokoh, yaitu Rama, Shinta, Rahwana, Wibisana, Hanoman, dan Semar. Karya musik ini dipentaskan di Kompleks Candi Gedong Songo dengan durasi 60 menit yang terbagi dalam sebelas karya lagu, yaitu Rimba Raya, Aku, Satu, Penjara Emas, Hanoman Obong, Petuah yang Dianggap Sampah, Eling lan Waspada, Gerhanamu, Impas, Mandi Api, dan Sigaraning nyawa.Kata kunci : populer, pop, Kisah Ramayana, generasi muda, gamelan.Abstract“Towards Gamelan Pop” is the musical art work form due to the problems that are popular today, such as corruption, the lack of concern towards the environment, radicalism, acts of lawlessness, and moral damage. These phenomena are associated to a form of pop music that is in demand by many people in the community. “Towards Gamelan Pop” lifts the local legends from the Gedong Songo temple complex that is the story of Ramayana, which its purpose is to attract the younger generation to love thetraditional arts of the archipelago. This musical work blends gamelan instruments with pop singing style and performed by six characters, namely Rama, Shinta, Rahwana, Wibisana, Hanoman, and Semar. This musical work is staged in the Gedong Songo complex with a duration of 60 minutes divided into eleven song parts, namely “Rimba Raya” (the Great Jungle), “Aku” (I), “Satu” (One), “Penjara Emas” (the Golden Prison), “Hanoman Obong” (Ignited Hanoman), “Petuah yang Dianggap Sampah” (Unconsidered Wisdom), “Eling lan Waspada” (Keep in Mind and Alert), “Gerhanamu” (Your Eclipse), “Impas” (Breakeven), “Mandi Api” (Bathe in Flames), and “Sigaraning Nyawa” (Soulmate).Keywords: popular, pop, Ramayana Legend, young generation, gamelan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Ayers, Lydia, and Andrew Horner. "The Woodstock Gamelan." Journal of the Acoustical Society of America 109, no. 5 (May 2001): 2367. http://dx.doi.org/10.1121/1.4744328.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Kartomi, Margaret J. "The gamelan Digul." Asian Studies Association of Australia. Review 13, no. 3 (April 1990): 81–83. http://dx.doi.org/10.1080/03147539008712641.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Arms, Jay M. "Tuning "American Gamelan": Transforming Javanese Gamelan Tunings in North America." Asian Music 52, no. 1 (2021): 88–120. http://dx.doi.org/10.1353/amu.2021.0001.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Santosa, Iwan Budi. "IMAJINER RUANG KEPALA DALAM REKAMAN GAMELAN AGÊNG DENGAN TEKNIK STEREOFONIK." Acintya Jurnal Penelitian Seni Budaya 12, no. 2 (May 7, 2021): 148–57. http://dx.doi.org/10.33153/acy.v12i2.3579.

Full text
Abstract:
ABSTRACT The presentation of Javanese gamelan cannot always be present in the midst of our busy lives. In order to present musical karawitan whenever needed by the audience, it requires the recording of Javanese gamelan that can represent the original sound. Javanese people generally realize that the presentation of Javanese gamelan will be better if it is presented in pendapa. To find musical recordings as a performance in pendapa, it needs to consider the recording equipment used as well as recording techniques so that the sound will be obtained in accordance to the original sound and can bring the soul or spirit of Javanese gamelan. In order to get the gamelan recording in accordance to the original sound and to present the soul or spirit of the gamelan, the recording equipment used must adjust to the sound characteristics of the gamelan instruments and the recording uses stereophonic techniques. Stereophonics is a recording technique that is done in order to produce sounds in according to the original sound where the listeners feel to see a live performance. Keywords: Javanese Gamelan, recording, stereophonic. AbastrakPenyajian gamelan Jawa tidak selalu bisa hadir di tengah kesibukan kita. Untuk menyajikan musik karawitan setiap kali dibutuhkan oleh penikmatnya, diperlukan rekaman gamelan Jawa yang dapat merepresentasikan suara aslinya. Masyarakat Jawa umumnya menyadari bahwa penyajian gamelan jawa akan lebih baik jika disajikan dalam pendapa. Untuk mengetahui rekaman musik sebagai sebuah pertunjukan dalam pendapa perlu memperhatikan alat perekam yang digunakan serta teknik perekamannya agar didapat suara yang sesuai dengan suara aslinya dan dapat memunculkan jiwa atau ruh gamelan Jawa. Untuk mendapatkan rekaman gamelan yang sesuai dengan suara aslinya dan menghadirkan jiwa atau ruh dari gamelan tersebut, alat perekam yang digunakan harus menyesuaikan dengan karakteristik bunyi dari alat musik gamelan tersebut dan perekamannya menggunakan teknik stereofonik. Stereophonics adalah teknik perekaman yang dilakukan untuk menghasilkan suara yang sesuai dengan suara aslinya dimana pendengar merasakan secara langsung pertunjukannya. Kata kunci: Gamelan Jawa, rekaman, stereofonik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Sumirat, Putra Adi. "Aplikasi Alat Musik Gamelan Jawa pada Perangkat Android." Emitor: Jurnal Teknik Elektro 14, no. 1 (March 24, 2014): 24–32. http://dx.doi.org/10.23917/emitor.v14i1.12774.

Full text
Abstract:
Gamelan Jawa merupakan suatu peninggalan kebudayaan Indonesia yang semakin tergeser oleh masukkya kebudayaan barat yang mempengaruhi cara bermusik masyarakat Indonesia. Maka dari itu perlu dibuat Gamelan Jawa dalam bentuk yang baru agar kesenian ini dapat dilestarikan dengan cara yang modern. Salah satunya adalah, dengan membuat aplikasi Gamelan Jawa pada perangkat smartphone berbasis android. Metode penelitian yang dilakukan pertama adalah merekam suara dan mengambil foto Gamelan, kemudian suara diolah dengan software Audacity untuk memotong setiap notasi Gamelan. Tahap selanjutnya adalah mendesain sistem dengan software Eclipse yang sudah terpasang ADT, kemudian sistem diuji dengan SDK. Dan untuk desain gambar Gamelan menggunakan software Adobe Potoshop serta untuk mengedit audio menggunakan software Audacity. Aplikasi Gamelan Jawa berbasis android ini memiliki tujuh pasang Gamelan laras slendro dan pelog, serta satu buah kendang siter. sistem dalam aplikasi ini dapat menghasilkan suara Gamelan yang diinginkan jika ikon pada aplikasi tersebut disentuh. Perangkat aplikasi ini juga dapat dimainkan dengan dua jari yang memungkinkan dua suara yang berbeda pada saat yang bersamaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Pamungkas, Benidiktus Candra, and Udi Utomo. "Pengalaman Belajar Gamelan Soepra dalam Paradigma Pedagogi Reflektif." Mudra Jurnal Seni Budaya 37, no. 2 (April 27, 2022): 156–64. http://dx.doi.org/10.31091/mudra.v37i2.1414.

Full text
Abstract:
Gamelan Soepra merupakan alat musik Gamelan Jawa yang memiliki tangga nada diatonis kromatis milik SMA Kolese Loyola Semarang. Gamelan diatonis yang memiliki berbagai jenis instrumen tersebut mampu berkolaborasi dengan Alat Musik Modern. Hal tersebut memunculkan pengalaman bermusik yang baru terlebih pengalaman mempelajari cara bermain gamelan untuk generasi muda. Dalam paradigma pedagogi reflektif (PPR), pengalaman menjadi salah satu unsur utama dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman belajar Gamelan Soepra dan bagaimana proses siswa dalam mengalami pembelajaran Gamelan Soepra. Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data adalah observasi, wawancara dan studi dokumen. Pembelajaran Gamelan Soepra memberikan pengalaman langsung tentang apa itu Gamelan Soepra, bagaimana cara memainkan gamelan dan cara me-mathet, serta bagaimana siswa mampu membuka diri dan berlatih bermain musik secara berkelompok untuk menghasilkan musik yang harmonis. Siswa tidak hanya dilatih secara kompetensi bermusik, namun mereka juga dibentuk untuk menjadi pribadi yang terbuka, peduli, memiliki hati nurani, dan berkomitmen terhadap pilihannya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah referensi untuk mengembangkan metode belajar terutama pembelajaran musik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Julia, Julia, Tedi Supriyadi, and Prana Dwija Iswara. "Improving Prospective Primary School Teachers’ Skill in Playing Gamelan Degung: An Action Research in Indonesia." Harmonia: Journal of Arts Research and Education 18, no. 2 (January 3, 2019): 117–30. http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v18i2.15698.

Full text
Abstract:
Prospective primary school teachers had low skill in playing gamelan degung (Indonesian Gamelan). To improve skills in playing gamelan degung correctly, prospective primary school teachers need to be taught techniques of ringing, muffling (menengkep), and memorizing the compositions. Therefore, this research seeks to improve students in playing gamelan degung. The action research report presented in this article exemplified the work of the involved collaborative team in making reflective-critical steps to change the students’ ability from their initial state of being unable to play gamelan degung properly to be able to play gamelan composition properly. The results of the action had shown changes in the ability of students in playing gamelan degung with 97.6% skill change level of the students and 57.15% success rate of students improving from the inept category to the adept category in playing gamelan degung. As a result, the skills of prospective primary school teachers in playing gamelan degung can be improved through some development steps in action research.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Teuku Iskandar, Teuku Umar Ilany, and Marzelan Salleh. "MALAY GAMELAN: PLAYING TECHNIQUES OF THE KEROMONG AND GAMBANG." International Journal of Creative Industries 3, no. 8 (December 5, 2021): 01–12. http://dx.doi.org/10.35631/ijcrei.38001.

Full text
Abstract:
Malay gamelan is a traditional music ensemble that accompanies the Joget Gamelan dance and was found in the palace of Johor-Riau, Pahang, and Terengganu in the 19th century, before disappearing in 1942. Malay Gamelan was exclusively taught in the palace orally, that is, through the process of listening, observing, memorising, and repeating; much like other classical Malay traditional arts. This study was initiated to discuss some aspects of Malay gamelan music in detail as there is little documentation regarding Malay gamelan in the academic world. Several writings on Joget Gamelan were produced based on the 1966 discovery in Terengganu and the inaugural performance in 1969 at the University of Malaya. However, attention to the different aspects of Malay gamelan music was not exhaustive. This study explores the playing techniques of keromong and gambang that were traditionally taught and passed down among Malay gamelan practitioners. A qualitative method was used in this research, whereby the earliest recordings of Malay gamelan music were analysed and interviews were conducted with informants, or also known as adiguru of Malay gamelan practitioners who studied directly with the last generation of Terengganu court musicians. The objective of this study is to 1) identify the techniques of keromong playing in Malay gamelan, and 2) identify the techniques of gambang playing in Malay gamelan. Findings from this study will provide an understanding of the musical instruments and what defines the style of Malay gamelan music, as well as become a guide for future researchers and practitioners in efforts to conserve and preserve the Malay traditional art.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Widiartha, I. Made, and A. A. I. N. Karyawati. "APLIKASI GAMELAN CARUK BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE SINTESIS SUARA MODIFIED FREQUENCY MODULATION." Jurnal Ilmu Komputer 11, no. 1 (April 9, 2018): 37. http://dx.doi.org/10.24843/jik.2018.v11.i01.p05.

Full text
Abstract:
Gamelan caruk merupakan salah satu gamelan klasik khas bali yang sudah ada sejak abad ke-15 dan dikategorikan sebagai gamelan tua (wayah). Gamelan ini sangat dibutuhkan dan memegangperanan penting dalam pelaksanaan upacara adat di bali khususnya upacara Dewa yadnya dan Pitrayadnya. Keberadaan gamelan caruk saat ini sudah sangatlah langka, para pemain gamelan iniumumnya sudah berusia lanjut. Seiring berjalannya waktu, banyaknya budaya asing yang masuk kebali dan pola hidup era teknologi canggih saat ini telah berdampak pada menurunnya minatmasyarakat bali utamanya generasi muda untuk berinteraksi dengan gamelan bali khususnya gamelancaruk ini.Melihat keadaan ini tentunya sangat diperlukan sebuah langkah terobosan untuk melestarikandan meningkatkan minat generasi muda bali terhadap gamelan tradisional khususnya gamelan caruk.Salah satu strategi yang dapat dilakukan sebagai upaya pelestarian gamelan tradisional bali adalahdengan melakukan digitalisasi perangkat gamelan caruk dan membangun aplikasi perangkat lunakgamelan dalam media berbasis mobile. Dengan adanya aplikasi mobile ini diharapkan dapat menjadijembatan untuk generasi muda dalam mengenal dan membangkitkan daya tarik generasi muda padagamelan tradisional bali. Perkembangan teknologi saat ini telah mampu untuk mendigitalisasi suarainstrumen dan merepresentasikannya kedalam aplikasi perangkat lunak. Untuk dapat membangkitkansuara gamelan caruk ke dalam bentuk digital dapat digunakan teknik sintesis suara yaitu Modifiedfrequency modulation (ModFM).Dalam penelitian ini telah berhasil dibangun aplikasi gamelan caruk berbasis mobile denganmemanfaatkan suara hasil sintesis dengan penerapan metode ModFM. Dari hasil penelitiandidapatkan bahwa suara terbaik hasil sintesis ini didapat melalui perbandingan frekuensi sinyalpembawa dan pemodulasi adalah 1:7. Suara hasil sintesis telah memiliki nada yang sama dengansuara dataset yang dibuktikan dengan seluruh frekuensi dasar suara hasil sintesis berada pada rentangtoleransi frekuensi dasar masing-masing bilah
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Arya Putraka, Agus Ngurah. "Estetika Visual Gamelan Gong Kebyar Lelengisan Di UPT. Pusat Dokumentasi Lata Mahosadhi Instut Seni Indonesia Denpasar." Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni 7, no. 2 (October 17, 2019): 126–33. http://dx.doi.org/10.31091/sw.v7i2.822.

Full text
Abstract:
Sesuai dengan visi misi ISI Denpasar yaitu sebagai “Pusat Unggulan Seni Budaya (Centre of Excellent) Berbasis Budaya Lokal Berwawasan Universal” Dengan dasar itulah ISI Denpasar mendirikan UPT. Pusat Dokumentasi Lata Mahosadhi ISI Denpasar pada tanggal 16 juni 1997, dimana pada UPT. Pusat Dokumentasi ISI Denpasar terdapat beragam koleksi perangkat keras seni. Gamelan merupakan instrument yang tidak terpisahkan dengan adat dan kebudayaan masyarakat pulau Bali. Salah satu gamelan yang dominan dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap gamelan di Bali ialah gamelan gong kebyar. Dari segi visual gamelan gong kebyar memiliki beragam tampilan, ada yang terdapat ukiran ornamen dengan warna emas (meprada) pada bagian pelawah ataupun terampa gamelan, juga terdapat gamelan gong kebyar yang tidak menggunakan ornamen sebagai hiasan pada plawah atau terampa, gamelan gong kebyar ini disebut sebagai gamelan gong kebyar lelengisan. Bila dilihat secara visual koleksi gong kebyar lelengisan yang dimiliki oleh UPT. Pusat Dokumentasi Lata Mahosadhi ISI Denpasar memiliki bentuk yang polos namun unik dan kelasik, sehingga penulis ingin meneliti gamelan lelengisan berdasarkan unsur estetika visual berdasarkan dari mana gamelan lelengisan tersebut berasal, serta kapan gamelan gong kebyar lelengisan ini dibuat. Adapun metode yang akan digunakan dalam proses penelitian ini ialah dengan metode pengumpulan data kualitatif, dengan pengumpulan data primer dan skunder, kemudian menganalisa kedua sumber data tersebut sehingga akan didapat suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga pada akhirnya kesimpulan dari penelitian dapat digunakan sebagai refrensi ilmiah dan sebagai bahan ajar untuk kegiatan perkuliahan di Institut Seni Indonesia Denpasar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Lesmideyarti, Dwi, Sarimuddin Sarimuddin, and Supria Supria. "Virtual Musik Gamelan Dengan Menggunakan Sensor Kinect." INOVTEK Polbeng - Seri Informatika 3, no. 1 (June 3, 2018): 9. http://dx.doi.org/10.35314/isi.v3i1.258.

Full text
Abstract:
Perkembangan seni musik saat ini menjadikan generasi muda dari budaya musik tradisional, salah satunya adalah musik gamelan. Generasi muda lebih muyukai hiburan berupa band, game yang didukung dengan teknologi yang canggih sedangkan gamelan sudah mulai ditinggalkan. Usaha untuk mendekatkan kembali generasi muda pada musik tradisional gamelan dengan cara membuat musik virtual. Perancangan virtual musik gamelan terdiri dari gerakan pada tangan kanan operator dengan menggunakan sensor kinect. Variasi nada pada Virtual musik gamelan terdiri dari 6 nada. Penelitian diharapkan dapat membantu meningkatkan minat generasi muda untuk memainkan musik gamelan. Metode pengujian pada penelitian ini termasuk pengumpulan data, analisa data, perancangan aplikasi dan teori interaksi desain. Pengujian virtual musik gamelan dengan oleh sepuluh orang pengguna diantaranya adalah anak-anak dan dewasa. Virtual musik gamelan mudah diimplementasikan karena tampilan yang user friendly dan gerakan yang dilakukan seakan akan secara alami.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Azhar, Handri Jir, Ferry Hadary, and Syaifurrahman Syaifurrahman. "Designing of Robot Gamelan Music using ATmega 16 Microcontroller." IAES International Journal of Robotics and Automation (IJRA) 6, no. 2 (June 1, 2017): 121. http://dx.doi.org/10.11591/ijra.v6i2.pp121-130.

Full text
Abstract:
This paper presents a robot concept which is the robot can play the instrumental Gamelan music. Gamelan is a percussive instrument. Instrumental Gamelan music keys are consist of 2 octaves in 15 tones. Robot Gamelan music is using proportional-derivative (PD) control system. PD control of the robot is by controlling DC gear motor position to desired Gamelan key position. Robot Gamelan music using ATmega 16 microcontroller as a controller. Feedback of PD control is using magnetic rotary encoder (MRE) sensor. PD control is using the constant. The constant functions of PD control are determining the pulse width modulation (PWM) toward DC gear motor velocity in order to reposition a gamelan key position and pushing down the errors.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Radha, Aghastya, and I. Ketut Garwa. "Introduction to the Gamelan Semar Pagulingan in the Batur Traditional Village | Pengenalan Gamelan Semar Pagulingan Di Desa Adat Batur." GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan 4, no. 2 (June 7, 2024): 170–78. http://dx.doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v4i2.3071.

Full text
Abstract:
Batur Village, Kintamani District, Bangli Regency, is well-known for Gong Gede and Baris Dance arts. Still, in the field of arts, especially musical art in middle-class gamelan, one of which is the Semar Pagulingan gamelan, it is essential. This is because the people of Batur Village are more focused on Old Gamelan, such as Gong Gede. At the same time, the middle-class gamelan (Semar Pagulingan) is not yet well known for its characteristics, functions and techniques; is like the gong gede gamelan. Therefore, Batur Village submitted a letter requesting that there be KKN students in Batur Village to provide a clear path to the Semar Pagulingan gamelan. In Batur Village, no pioneers know about the Semar Pagulingan gamelan. The Semar Pagulingan gamelan has a patet system, which is unlike Gong Kebyar or Gong Gede. Our solution at this Thematic Real Work Lecture (KKNT) is training in the Semar Pagulingan gamelan on tempek undagi, which the author will initiate. In this way, students can provide reinforcement, training and knowledge.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Basuki, Ribut, Resmana Lim, Christine Wonoseputro, and Sienny Thio. "KONSERVASI DAN REGENERASI CAMPURSARI UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA DESA BEGAGANLIMO, KEC. GONDANG, MOJOKERTO." SHARE "SHaring - Action - REflection" 8, no. 1 (March 31, 2022): 49–54. http://dx.doi.org/10.9744/share.8.1.49-54.

Full text
Abstract:
Desa Begaganlimo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto ingin mengembangkan desa wisata. Permasalahan utama masyarakat, desa Begagan Limo yang memiliki banyak situs peninggalan kerajaan Majapahit ini memiliki aset berupa gamelan dan kelompok campursari yang tidak tergarap dengan baik. Masyarakat ingin meningkatkan Wisata Budaya ke situs-situs peninggalan Majapahit dengan mengembangkan seni gamelan / campursari. Namun jumlah seniman masih terbatas, keterampilannya masih perlu diasah dan dikemas-kinikan, dan ketrampilan mengelola wisata budaya pengelolaan masih perlu ditingkatkan. Solusi yang diusulkan, terutama yang dapat dilaksanakan di masa pandemi ini adalah pelatihan gamelan/campursari, penambahan alat musik gamelan, pelatihan pengelolaan obyek wisata budaya, dan pelatihan pembuatan situs daring. Namun mereka perlu tempat untuk melaksanakan kegiatan tersebut, dan tempat itu adalah desa wisata Begagan Limo sendiri yang perlu ditingkatkan kondisinya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah 1) Identifikasi kebutuhan pelatihan gamelan dan pelengkapan peralatan gamelan dengan metode observasi bersama para seniman, 2) Pelaksanaan pelatihan dan pelengkapan gamelan dengan metode workshop dengan mengundang pelatih/pakar gamelan, dan 3) Pelatihan dan regenerasi pemain gamelan dan tari. Saat ini gamelan sudah dilengkapi dan dilaras. Latihan sudah berjalan secara rutin dan regenerasi dengan mengajari anak-anak dan remaja sedang berjalan. Di bulan Desember 2020 dilakukan uji coba pertunjukan dalam skala kecil dengan harapan dapat mendukung wisata yang sudah mulai tumbuh di desa Begaganlimo.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Aldiansyah, Diky, Basnendar Herry Prilosadoso, and Denis Setiaji. "Analisis Semiotika Poster Video Gagasan Konstruktif GAMELAND." CITRAWIRA : Journal of Advertising and Visual Communication 4, no. 1 (June 21, 2023): 79–108. http://dx.doi.org/10.33153/citrawira.v4i1.5098.

Full text
Abstract:
Menurut Kurniasih dalam Sitompul Poster adalah alat komunikasi visual berupa gambar dan teks yang saling tergabung dalam elemen-elemen visual berupa ilustrasi, tipografi, warna, tata letak, dan konsep penggambarannya. Poster berfungsi sebagai media informasi publik yang bertujuan untuk menyampaikan informasi dari produk yang ditawarkan dan memiliki peran penting didalamnya, seperti poster dari video gagasan konstruktif GAMELAND. Video gagasan konstruktif GAMELAND merupakan sebuah konsep video gagasan berjudul “GAMELAND: Inovasi Ruang Pertunjukan, Pendidikan, dan Industri Berbasis Virtual dalam menciptakan Era Baru Gamelan Dunia” yang dalam pemecahannya dibuat secara konstruktif. Gagasan GAMELAND diikutsertakan dalam perlombaan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) dalam skim Video Gagasan Konstruktif (VGK). Poster GAMELAND merupakan jenis poster infografis, terdapat penanda verbal dan nonverbal yang dapat dianalisis berdasarkan teori semiotika Ferdinand de Saussure.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Sukadana, I. Wayan. "NILAI AGAMA DALAM GAMELAN GAMBANG." VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia 1, no. 1 (April 2, 2018): 89–96. http://dx.doi.org/10.32795/vw.v1i1.180.

Full text
Abstract:
Seni dan agama bagi masyarakat Hindu di Bali tidak bisa dipisahkan. Hal itu dapat dibuktikan, dalam pelaksanaan upacara yadnya yang dilakukan oleh umat Hindu Bali. Gamelan Gambang adalah gamelan golongan tua memiliki Laras Pelog Tujuh Nada. Secara fisik Gamelan Gambang dibentuk oleh instrumen berbilah dengan menghasilkan warna Suara bilahan Bambu dan Bilahan Tembaga. Sebagai salah satu bentuk kesenian, barungan Gamelan Gambang di Bali, memiliki kedudukan strategis dan penting dalam aktivitas yang bersifat ritual khususnya di setiap daerah di Bali. Oleh karena itu, Gamelan Gambang ini perlu dilestarikan. Nilai-nilai agama Hindu yang terkandung dalam Gamelan Gambang yaitu: nilai religi, nilai estetika, dan nilai etika.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Hidayati, Khotim Hidayati, and Nur Nafiiyah Nafiiyah. "APLIKASI ALAT MUSIK TRADISIONAL GAMELAN JAWA BERBASIS ANDROID." Jurnal Teknika 9, no. 1 (March 1, 2017): 10. http://dx.doi.org/10.30736/teknika.v9i1.3.

Full text
Abstract:
Musik gamelan Jawa adalah karya seni musik tradisional yang merupakan produk seni dan budaya asli Indonesia yang perlu dijaga kelestariannya. Musik gamelan Jawa merupakan identitas bangsa Indonesia, yang sekaligus merupakan hasil karya seni musik tradisi yang sangat tinggi nilainya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun aplikasi gamelan jawa sebagai media pelestarian budaya dan media pembelajaran instrumen gamelan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Sistem ini dibangun dengan menggunakan software eclipse yang sudah terpasang ADT, kemudian sistem diuji dengan SDK. Desain gambar gamelan menggunakan software Adobe Potoshop. Hasil penelitian memberikan kemudahan terhadap masyarakat untuk belajar mengetahui tentang gamelan jawa serta membantu memperkenalkan kebudayaan tradisional Indonesia dari perangkat mobile berbasis android.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Firdaus and Dimas Satrio Wijaksono. "PRODUKSI FILM DOKUMENTER “SPIRIT OF JAVA GAMELAN”." Medium 10, no. 1 (April 12, 2022): 106–21. http://dx.doi.org/10.25299/medium.2022.vol10(1).9056.

Full text
Abstract:
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya. Salah satu dalam bidang seni pertunjukan yaitu Yogyakarta Gamelan Festival. Yogyakarta Gamelan Festival merupakan festival yang diselenggarakan secara rutin selama 26 tahun dan berskala internasional untuk mewadahi pertemuan para pemain dan pecinta musik gamelan seluruh dunia. Karya tugas akhir berupa film dokumenter yang berjudul “Spirit of Java Gamelan” bertujuan untuk mengetahui bagaimana event Yogyakarta Gamelan Festival dapat dilaksanakan secara konsisten selama 26 tahun. Film dokumenter ini dibuat berdasarkan pada teori, komunikasi massa, komunikasi persuasif, film, film dokumenter, sinematografi, tata suara, tata cahaya editing dan budaya. Pengumpulan data menggunakan metode riset, observasi, studi pustaka dan wawancara. Data tersebut penulis kumpulkan lalu dianalisis untuk dijadikan dalam bentuk film dokumenter berdurasi 17 menit yang menceritakan tentang bagaimana event Yogyakarta Gamelan Festival dapat dilaksanakan secara konsisten selama 26 tahun. Kata Kunci: Budaya, Film dokumenter,Yogyakarta Gamelan Festival
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Hastuti, Khafiizh, Pulung Nurtantio Andono, Guruh Fajar Shidik, Edi Noersasongko, and Arry Maulana Syarif. "Gamelan Composer: a Rule-Based Interactive Melody Generator for Gamelan Music." International Journal on Engineering Applications (IREA) 8, no. 4 (July 31, 2020): 148. http://dx.doi.org/10.15866/irea.v8i4.19356.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Janurangga, I. Kadek, and I Wayan Diana Putra. ""Gamelan dan Energi" Karya Musik Baru Untuk Gamelan dan Perangkat Elektronik." Jurnal Riset dan Pengabdian Masyarakat 2, no. 1 (January 18, 2022): 73–90. http://dx.doi.org/10.22373/jrpm.v2i1.1257.

Full text
Abstract:
The existence of Gamelan which assisted by today’s digital media is attract the enthusiasm of many people from all generations. With the presence of digital media as a tool that makes it easier to work in the creation of art, the music industry is expanding. Apart from that, the electronic music presented by an idealist person has purpose and intent of sound that is outside the industrial habits that occur. Gamelan and Energy is an art work designed on the basis of the creator's awareness that the presence and advancement of technology must coexist with the traditions inherent in society. Movement and development became a strong foundation for designing and creating this work. The elaboration of traditional Balinese creation methods and music creation methods by Roger Session became the basis for the process of forming this work. Electronic devices and acoustic instruments in the form of gamelan are used as the medium of expression in this work. Gamelan as an object of the sound reality is the basis of footing and Energy as power or strength in carrying out a form of development that refers to the existence of the subject in this work. In addition, energy as power or strength is also presented in electronic devices as a medium for manipulating sound. Each part of the compositional structure in this work implements a process of creating music based on movement and development.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Wismantoro, Yohan, and Karis Widyatmoko. "Pendampingan Membangun Portal Aplikasi Android Gamelan Wirun Untuk Memperluas Pasar Gamelan." ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT 4, no. 2 (May 9, 2021): 184. http://dx.doi.org/10.33633/ja.v4i2.240.

Full text
Abstract:
Ekonomi kreatif merupakan bagian yang integral dan semakin strategis dalam perencanaan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Gamelan, merupakan salah satu warisan budaya bangsa serta kemanusiaan yang potensial untuk dikembangkan dalam rangka pengembangan industri kreatif, peningkatan kesejahteraan masyarakat serta penanaman nilai-nilai luhur budaya bangsa. Secara empiris, kontribusi industri kreatif terhadap pembangunan. Pembuatan aplikasi android Gamelan Wirun dibuat untuk strategi penetrasi pasar dan perluasan pasar, yaitu meningkatkan penjualan gamelan melalui teknologi. Aplikasi ini dapat diakses melalui play store android di smartphone. Dengan demikian pasar menjadi langsung, artinya pembeli gemelan dimanapun baik lokal, nasional maupun di seluruh dunia dapat langsung berinteraksi melalui program Aplikasi Gamelan Wirun. Melalui pendampingan dan pelatihan, pemahaman dan awareness pengrajin terhadap penggunaan teknologi untuk transaksi menjadi semakin tinggi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography