To see the other types of publications on this topic, follow the link: Geosintetika.

Journal articles on the topic 'Geosintetika'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 16 journal articles for your research on the topic 'Geosintetika.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Chirică, Raluca Ioana. "Research on the Selection of Geosynthetics for Infrastructure Works." Romanian Journal of Transport Infrastructure 3, no. 2 (December 1, 2014): 26–36. http://dx.doi.org/10.1515/rjti-2015-0025.

Full text
Abstract:
Rezumat Materialele geosintetice sunt utilizate la scară largă în lucrările de infrastructura transporturilor şi protecţia mediului. Armăturile din geosintetice permit realizarea unor lucrări inginereşti dificile şi chiar imposibil de realizat, cum ar fi execuţia de terasamente pe terenuri slabe sau foarte slabe de fundare sau construcţia de lucrări de susţinere complexe. Interacţiunea geosintetic - pământ (frecarea între feţe şi/sau caracteristicile de încleştare) reprezintă un element cheie ce joacă un rol important în cazul structurilor din pământ armat sau în alte aplicaţii unde este importantă rezistenţa materialului geosintetic la alunecare sau smulgere. De asemenea, fluajul sub acţiunea încărcărilor de lungă durată reprezintă una dintre cele mai importante proprietăţi a materialelor geosintetice utilizate ca armături. Încercarea la fluaj permite stabilirea duratei de exploatare a lucrărilor care înglobează materiale geosintetice. Încercările efectuate pe materialele geosintetice trebuie să fie în conformitate cu cerinţele unei anumite aplicaţii practice şi să aibă ca scop comun alegerea celei mai potrivite soluţii. De exemplu, în cazul unei lucrări de armare a unui masiv de pământ, este necesară atât cunoaşterea caracteristicilor de tip efort - deformaţie ale materialului geosintetic utilizat, cât şi determinarea parametrilor de interacţiune pământ-material geosintetic. În lucrare se prezintă încercările de performanţă efectuate pentru ansamblul pământgeogrilă în cadrul acestui studiu, precum şi rezultatele obţinute şi concluzii privind utilizarea geogrilelor în cadrul lucrărilor de îmbunătăţire a caracteristicilor pământului. Este evidenţiat rolul unei selecţii corecte a materialului geosintetic care urmează a fi utilizat pentru lucrări de pământ armat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Adam, Tommy, and Andryan Suhendra. "APLIKASI MATERIAL GEOSINTETIK PADA KONSTRUKSI TIMBUNAN DI ATAS TIANG (PILED EMBANKMENT)." JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil 1, no. 1 (August 2, 2018): 231. http://dx.doi.org/10.24912/jmts.v1i1.2262.

Full text
Abstract:
Timbunan di atas tanah lunak merupakan tantangan bagi insinyur geoteknik karena karakteristik tanah yang tidak diinginkan. Perkuatan geosintetik dengan dukungan tiang adalah salah satu cara yang bisa menyelesaikan karakteristik tanah yang tidak diinginkan ini. Skripsi ini akan membandingkan kuat tarik geosintetik dengan menggunakan metode BS 8006 dengan metode elemen hingga dua dimensi dan bagaimana geosintetik mempengaruhi timbunan. Skripsi ini membahas mengenai perbedaan antara perhitungan kuat tarik geosintetik dengan metode BS 8006 dengan metode elemen hingga karena metode perhitungan BS 8006 tidak memperhitungakan tanah dasar dalam memperhitungkan kuat tarik geosintetik. Skripsi ini juga membahas mengenai peningkatan nilai faktor keamanan sebesar 20% yang disebabkan oleh pemasangan geosintetik pada dasar timbunan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Pangestu, Indra Jaya, and Andryan Suhendra. "ANALISIS PERBANDINGAN EFEK GAYA GEMPA PADA DINDING PENAHAN TANAH GRAVITASI DENGAN DINDING PENAHAN TANAH GEOSINTETIK." JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil 2, no. 3 (October 30, 2019): 107. http://dx.doi.org/10.24912/jmts.v2i3.5814.

Full text
Abstract:
Gempa menjadi salah satu peristiwa alam yang sering terjadi di Indonesia. Gempa dapat memberikan dampak yang destruktif dalam dunia konstruksi khususnya dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah harus dibuat kuat terhadap gaya gempa yang terjadi sehingga tidak terjadi keruntuhan. Terdapat berbagai macam tipe dinding penahan tanah yang dapat digunakan. Penulis menganalisis efek gaya gempa terhadap dua tipe dinding penahan tanah yaitu dinding penahan tanah gravitasi dan dinding penahan tanah geosintetik. Penulis menganalisis efek dari gaya gempa terhadap kedua jenis dinding penahan tanah dengan perhitungan manual dan dengan software berbasis metode limit equilibrium atau metode kesetimbangan gaya dengan beberapa perbedaan ketinggian dinding penahan tanah. Pada analisis manual setelah diberikan efek gempa terhadap stabilitas geser, stabilitas guling dan stabilitas daya dukung tanah dihasilkan nilai faktor keamanan dinding penahan tanah geosintetik lebih besar dibandingkan nilai faktor keamanan dinding penahan tanah gravitasi untuk ketiga beda tinggi dinding. Pada analisis menggunakan software metode kesetimbangan gaya setelah diberikan efek gempa, dihasilkan nilai faktor keamanan terhadap stabilitas global dinding penahan tanah geosintetik lebih besar dibandingkan dinding penahan tanah gravitasi untuk ketiga beda tinggi dinding. Sehingga dapat dikatakan dinding penahan tanah geosintetik memiliki ketahanan terhadap efek gempa lebih baik dari dinding penahan tanah gravitasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Suhendra, Andryan. "Aplikasi Produk Geosintetik untuk Pekerjaan Reklamasi Pantai." ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications 4, no. 2 (December 1, 2013): 764. http://dx.doi.org/10.21512/comtech.v4i2.2511.

Full text
Abstract:
Besides opening new land to the hilly terrain, reclamation of beach and other watery land is one of the alternatives of residential land compliance which is pretty much applied. However, the reclamation work often encounteres some obstacles, such as the soft subgrade with a low carrying capacity and the possibility for consolidation reduction which is large and long and high sea waves that could potentially cause abrasion during both construction and after construction. The use of geosynthetic materials as an alternative material supporting the reclamation work in Indonesia is still limited. The project owner and executives tend to use conventional methods though the use of geosynthetic can provide benefits and ease of implementation. Some of the advantages of using geosynthetic materials in reclamation work with soft soil foundation is a faster execution of the work, loss reduction of embankment material into the soft subgrade, and lower maintenance costs. This paper discusses geosynthetic products as well as its application to the reclamation work that comes with examples of projects that have been or are being carried out and in Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Nugroho, Soewignjo Agus, and Inna Kurniati. "Pengamatan Lendutan dan Rambatan Retak pada Perkerasan Lentur Diperkuat Geosintetik Akibat Beban Siklik." Jurnal Teknik Sipil 13, no. 4 (December 1, 2010): 159. http://dx.doi.org/10.5614/jts.2006.13.4.1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Firmansyah, Yosia, and Andryan Suhendra. "ANALISIS STABILITAS TIMBUNAN DI ATAS KONSTRUKSI TIANG DAN GEOSINTETIK MENGGUNAKAN PROGRAM ELEMEN HINGGA." JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil 3, no. 3 (August 21, 2020): 809. http://dx.doi.org/10.24912/jmts.v3i3.8525.

Full text
Abstract:
soft soil is a challenge for geotechnical engineer due to the characteristics of the soil that cause over settlement. Geosynthetic reinforcement is used on piles to correct undesirable soft soil characteristics. This thesis will use the BS 8006 methods and 3D software that use the finite element method to compare the geosynthetic tensile strength and how geosynthetic influences the embankment. The author will use the 3D software in the hope that it will produce a more accurate analysis compared to the 2D software. This thesis will compare the calculation of the geosynthetic tensile strength with the finite element method and the BS 8006 method. This is done because the calculation method BS 8006 does not take into account the subgrade in analyzing the geosynthetic tensile strength. This geosynthetic material has been proven to reduce slippage and channel load to the pile. This reinforcement of poles and geocyntetics can increase embankment safety factor by at least 0.35.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Dwityagana, I. Made Putra. "Desain Penahan Tanah dengan Perkuatan Geotekstil." Widya Teknik 13, no. 02 (November 19, 2019): 16–25. http://dx.doi.org/10.32795/widyateknik.v13i02.506.

Full text
Abstract:
Kondisi lereng dengan beban yang besar dan kemiringan yang curam dapat menyebabkan terjadinya kelongsoran. Diperlukan sebuah perkuatan lereng, salah satunya yaitu dengan geotekstil. Geotekstil sering digunakan karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain mudah dalam pelaksanaan dan dapat meningkatkan stabilitas lereng secara efektif. Studi kasus mengenai desain penahan tanah dengan perkuatan geotekstil ini dilakukan di Jalan Raya Bedugul-Singaraja, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui desain penahan tanah dengan perkuatan geotekstil pada lokasi tersebut. Adapun desain yang dimaksud meliputi panjang geotekstil yang diperlukan (panjang penjangkaran, panjang nonacting dan panjang overlap), jarak vertikal antar geotekstil (Sv). Data-data yang dibutuhkan adalah data primer meliputi : g tanah, kohesi tanah (c), sudut geser (f) tanah. Analisis desain dilakukan dengan perhitungan manual dengan menggunakan metode Rankine. Analisis data meliputi spasi antar lapisan geosintetik (Sv), tegangan izin (Tall), tegangan lateral tanah (s’h), kuat tarik geosintetik yang dibutuhkan (Preq), panjang penjangkaran + panjang nonacting (L), panjang overlap (Lo), tekanan aktif tanah (Pa). Selanjutnya diperlukan analisis untuk menghitung stabilitas terhadap faktor penyebab kegagalannya, yaitu kontrol stabilitas internal dan stabilitas eksternal. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa spasi antar lapisan geotekstil berturut-turut sebesar 0,30 m, 0,40 m, 0,50 m. Preq sebesar 55 kN/m. Diperoleh hasil L dengan panjang 3,00 m pada kedalaman 0,50 m, 1,00 m, 1,50 m, dan 1,90 m, serta L dengan panjang 2,00 m pada kedalaman 2,30 m, 2,70 m, 3,00 m, 3,30 m, dan 3,60 m. Lo diperoleh hasil yang sama yaitu 1,00 m pada setiap kedalaman. Hasil penelitian yang diperoleh telah memenuhi kontrol stabilitas eksternal yang meliputi kegagalan geser, kegagalan guling, kegagalan daya dukung tanah dasar serta kontrol terhadap stabilitas internal yang meliputi putusnya tulangan dan tercabutnya tulangan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Sastrawinata, Sastrawinata, and Andryan Suhendra. "STUDI PENGARUH MATERIAL GEOSINTETIK DALAM DISTRIBUSI BEBAN KERJA PADA KONSTRUKSI JALAN DI ATAS TANAH LUNAK." JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil 3, no. 1 (February 25, 2020): 59. http://dx.doi.org/10.24912/jmts.v3i1.7055.

Full text
Abstract:
Soft soil is commonly become the main problem in various types of construction processes. It causes a very big load distribution in soils that will affect the construction process that will take place. Soft soils have a low bearing capacity which can result in loss, costs that become more expensive to construction safety, that is, structures that are made unable to stand stable and are not sturdy. This can be prevented by stabilizing soft soils using geotextile reinforcement. Geotextile material works using membrane effect method which only relies on its own tensile strength which can help to reduce the load distribution that occur on sof soils. In one of the road projects in Jakarta, road will be made with very soft soil subgrade. To reduce the load distribution, embankment is carried out on existing land with geotextile reinforcement in between. This geotextile material is proven to reduce the load distribution that occurs in soft soils so the value of the load distribution will be smaller. For more effective use, the geotextile used in this project must be placed at 0,2 metres height above the subgrade. AbstrakTanah lunak seringkali menjadi sumber masalah yang paling banyak terjadi pada berbagai jenis proses kontruksi. Tanah ini menyebabkan distribusi beban yang terjadi sangatlah besar sehingga akan berpengaruh terhadap proses konstruksi yang akan berlangsung. Tanah lunak mempunyai daya dukung yang sangat kecil yang dapat mengakibatkan kerugian, mulai dari kerugian biaya yang menjadi lebih mahal hingga keselamatan konstruksi, yaitu struktur yang dibuat tidak mampu berdiri stabil dan tidak kokoh. Hal ini dapat dicegah dengan menstabilisasi tanah lunak dengan menggunakan perkuatan geotekstil. Material geotekstil bekerja menggunakan metode membrane effect yang hanya mengandalkan kuat tariknya sendiri yang dapat membantu mengurangi distribusi beban yang terjadi pada tanah lunak. Pada salah satu proyek jalan di Jakarta, akan dibuat jalan dengan tanah dasar tanah yang sangat lunak. Untuk membantu dalam mengurangi distribusi beban yang terjadi, dilakukan penimbunan tanah di atas tanah eksisting dengan perkuatan geotekstil di antaranya. Material geotekstil ini terbukti dapat mengurangi distribusi beban yang terjadi pada tanah lunak sehingga nilai distribusi beban yang terjadi menjadi lebih kecil. Untuk penggunaan yang lebih efektif, letak geotekstil yang digunakan pada proyek ini harus diletakkan pada ketinggian 0,2 meter di atas tanah dasar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Hidayat, Irpan, and Andryan Suhendra. "Aplikasi Geofoam Sebagai Material Timbunan di Atas Tanah Lunak." ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications 2, no. 1 (June 1, 2011): 106. http://dx.doi.org/10.21512/comtech.v2i1.2722.

Full text
Abstract:
Geofoam is a geosintetik material made of Expanded Polystyrene (EPS) and Xtruded Polystyrene (XPS), which has a low weight property which makes geofoam widely used as a lightweight fill material and has been applied in Europe, especially in Eastern Europe. This is a preliminary research that emphasizes on the use of geofoam as a fill material on soft ground through theoretical analysis using Plaxis program. Supporting data used covers data of basic and fill ground taken from specific locations which are planned for subsequent research as a field test. Based on the Plaxis program results, the use of geofoam as a fill material give a higher safety factor value with a smaller deformation compared to laterite soil. This result indicates that the use of geofoam as a fill material can be considered to be applied in the country.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Syuhada, Syahidus, Zakaria Zakaria, Rahmat Kurniawan, and Erdina Tyagita Utami. "ANALISIS MODEL ELEMEN HINGGA PERKUATAN LERENG MENGGUNAKAN SOIL NAILING (STUDI KASUS : LERENG DAERAH LAHAT, SUMATERA SELATAN)." FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil) 8, no. 1 (June 29, 2020): 36–45. http://dx.doi.org/10.33019/fropil.v8i1.1721.

Full text
Abstract:
ntuk menghadapi masalah kelongsoran lereng, banyak metoda yang digunakan, misalnya mengubah geometri dari lereng, membuat perkuatan dinding penahan tanah, vegetasi, dan masih banyak lainnya. Salah satu ,metoda yang banyak digunakan adalah soil nailing. Perkuatan lereng dengan menggunakan soil nailing yaitu dengan memanfaatkan tiang beton bertulang yang dimasukkan ke tanah. Tanah dan beton bertulang diharapkan membentuk suatu struktur yang kuat di depan lereng, seperti prinsip perkuatan dengan timbunan dengan geosintetik. Seiring dengan berkembangnya metoda komputasi, dapat digunakan program komputer dengan basis perhitungan metoda elemen hingga. Untuk memodelkan perkuatan soil nailng tidak tersedia di dalam program elemen hingga, sehingga digunakan pendekatan material untuk memodelkan hasil perkuatan yang mendekati perilaku dari soil naling. Telah banyak dimodelkan struktur perkuatan lereng soil nailing dengan model plate dan geogrid. Untuk perilaku dari soil nailing cenderung menyerupai elemen node to node pada program FEM tersebut, sehingga patut untuk diketahui perilaku soil nailing ketika dimodelkan dengan node to node. Analisis model dilakukan dengan variasi panjang penanaman soil nailing dan kemiringan soil nailing. Dari hasil permodelan dapat dilihat perilaku material node to node mendekati hasil SF dengan material set geogrid. Semakin besar sudut pemasangan, hasil SF relatif sama. Perbedaan antara hasil SF dari material set geogrid / node to node dengan plate adalah sebesar 0.02 % - 5.12%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Harryanto, Harryanto, and Andryan Suhendra. "STUDI PENGARUH KEMIRINGAN, JARAK, DAN PANJANG SOIL NAILING TERHADAP STABILITAS LERENG." JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil 3, no. 3 (August 21, 2020): 749. http://dx.doi.org/10.24912/jmts.v3i3.8377.

Full text
Abstract:
Soft soil is commonly become the main problem in various types of construction. This type of soil has a low carrying capacity that could affect the stability of structure on it. As time goes by, there’s a various way to improving the stability of soil, such as using geotextile as the reinforcement. This material works by using membrane effect which only relies on its own tensile strength which can helps the subgrade by bearing the loads of embankment. In one project, embankment will be made with a very soft soil subgrade. To make sure the stability of the embankment, geotextile reinforcement is used. To save costs, the length of geotextile anchoring must be planned. The lower that embankment, the shorter geotextile anchoring is used. Meanwhile if the tensile capacity is getting higher, the shorter geotextile anchoring that will be used. And in this study, the ratio between the length of geotextile anchoring and the tensile strength is 0,9. Tanah lunak seringkali menjadi sumber berbagai masalah terhadap proses pada berbagai jenis konstruksi. Tanah lunak memiliki daya dukung yang kecil sehingga sangat berpengaruh terhadap proses konstruksi yang akan berlangsung dan terhadap stabilitas struktur yang berada di atasnya. Seiring berkembangnya zaman, salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas tanah yaitu dengan menggunakan perkuatan berupa geotekstil. Geotekstil merupakan suatu geosintetik yang berbentuk seperti karpet atau kain yang bersifat permeable (tidak kedap air). Cara kerja geotekstil yaitu dengan menggunakan metode membrance effect dimana hanya menggunakan kuat tariknya sendiri yang dapat membantu tanah dasar untuk memikul beban agar struktur yang berada di atasnya menjadi lebih stabil. Pada suatu proyek akan dibuat timbunan dengan ketinggian yang beragam di atas tanah dasar yang lunak. Material geotekstil terbukti dapat menstabilkan timbunan yang berada di atas tanah lunak. Untuk menghemat biaya yang dikeluarkan maka panjang penjangkaran yang digunakan harus direncanakan. Untuk timbunan yang rendah, panjang penjangkaran geotekstil yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan timbunan yang lebih tinggi dan apabila kekuatan tarik geotekstil ingin ditingkatkan maka panjang penjangkaran yang dibutuhkan akan semakin kecil, begitupun juga sebaliknya dan pada penelitian kali ini rasio panjang penjangkaran terhadap kuat tarik yang didapatkan adalah sebesar 0,9.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Pramulandani, Arzunnita, and Indra Noer Hamdhan. "Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Geocell Menggunakan Metode Elemen Hingga (PLAXIS 2D)." RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil 6, no. 2 (February 24, 2021): 86. http://dx.doi.org/10.26760/rekaracana.v6i2.86.

Full text
Abstract:
ABSTRAKLereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horizontal. Salah satu tindakan penanganan bencana longsor pada lereng melakukan perkuatan lereng menggunakan bahan geosintetik seperti geocell. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh geocell terhadap kestabilan lereng, sehingga dapat diketahui karakteristik pemasangan geocell yang dapat meningkatkan faktor keamanan suatu lereng. Penelitian ini melakukan variasi jarak antar vertikal geocell dengan spesifikasi geocell dan data tanah yang telah didapatkan untuk dilakukannya tahap pemodelan dengan perkuatan geocell sampai mendapatkan nilai faktor keamanan lebih besar dari nilai faktor keamanan minimum. Pemodelan dilakukan menggunakan program PLAXIS 2D. Perkuatan dengan geocell efektif digunakan pada tanah lempung, sehingga pemasangan jarak vertikal geocell yang paling efektif terdapat pada jarak 1 meter berdasarkan panjang geocell 6 m, dengan kemiringan lereng 1:1, kuat tarik 14,5 MPa dan didapatkan nilai SF lebih besar dari /batas minimum, semakin rapat pemasangan geocell mampu meningkatkan nilai faktor keamanan dengan rata-rata sebesar 7%.Kata kunci: faktor keamanan, geocell, stabilitas lereng, timbunanABSTRACTSlope is the surface of the earth that forms a certain angle of inclination with a horizontal plane. One of the prevention to overcome landslides on slopes is to strengthen slopes using geosynthetic materials such as Geocells. This study aims to analyze the effect of geocells on slope stability, so that the characteristics of geocell installation can be known which can increase the safety factor of a slope. This study varies the distance between vertical geocells with geocell specifications and soil data that has been obtained for the modeling phase with geocell reinforcement to obtain the safety factor value greater than the minimum safety factor value. Modeling is done using 2D PLAXIS program. Reinforcement with geocells is effectively used on clay soils, so that the most effective vertical geocell spacing is at a distance of 1 meter based on the geocell length of 6 m, with a slope of 1: 1, tensile strength 14.5 MPa and the SF value is greater than / minimum limit, the denser the geocell installation can increase the value of the safety factor by an average of 7%.Keywords: safety factor, geocell, slope stability, embankment
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Rusdiansyah, Rusdiansyah. "PENGARUH ADANYA MATERIAL BERPORI TERHADAP KARAKTERISTIK KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG LUNAK LAHAN BASAH." Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan Teknik Sipil 1, no. 2 (December 1, 2018): 127. http://dx.doi.org/10.31602/jk.v1i2.1788.

Full text
Abstract:
Salah satu cara untuk mempercepat aliran air maupun laju konsolidasi tanah lempung lunak lahan basah yaitu dengan menambahkan material porous didalam tanah maupun menggunakan drainasi vertical. Selama ini telah berkembang teknologi percepatan konsolidasi dengan vertical drain berbahan geosintetis. Selain berbahan geosintetis, bahan lainnya untuk material vertical drain masih terus dikembangkan untuk mencari keandalan yang ekonomis.Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana derajat konsolidasi yang dihasilkan dari hasil pengujian konsolidasi tanah lempung lunak lahan basah yang ditambahkan adanya material berpori (berbahan pasir, sekam padi, dan arang kayu). Selain itu juga bagaimana pengaruh drainase (material berpori) radial, n (perbandingan diameter benda uji dan diameter drainase (material berpori)dari masing-masing material berpori.Dalam penelitian ini dilakukan uji konsolidasi dengan benda uji menggunakan tanah lempung lunak lahan basah. Pada bagian tengah benda uji diberi lubang berdiameter 0,75cm, 1cm, dan 1,5cm, kemudian ditambahkan material berpori berbahan pengisi berupa pasir, sekam padi, dan arang. Dari ketiga material berpori tersebut, selanjutnya akan dibandingkan sesamanya terkait kinerja material berpori sebagai sistem drainase (material berpori) didalam tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa material sekam padi, pasir, dan arang dapat digunakan sebagai bahan drainase (material berpori) untuk tanah yang berkonsolidasi karena mampu meningkatkan nilai derajat konsolidasi (U%).Apabila ditinjau pada satu satuan waktu maka untuk jenis material drainase (material berpori)) berbahan sekam dapat menghasilkan derajat konsolidasi yang lebih besar dibandingkan material drainase (material berpori) berbahan pasir maupun arang.Material drainase (material berpori) berbahan sekam dapat menghasilkan nilai koefisien konsolidasi (Cv), nilai koefisien permeabilitas (k), dan nilai koefisien perubahan volume (mv) yang lebih besar dibandingkan dengan material drainase (material berpori) berbahan pasir dan arang.Nilai koefisien konsolidasi (Cv) semakin meningkat seiring dengan peningkatan nilai rasio diameter (n) hingga mencapai rasio diameter yang optimum (nopt), selanjutnya sesudah nilai rasio diameter optimum tercapai maka koefisien konsolidasi akan mengalami penurunan. Rasio diameter optimum pada tanah lempung lunak yang berkonsolidasi didapat pada nilai 6(enam).Kata kunci : Konsolidasi tanah, drainase (material berpori) vertical,derajat konsolidasi,koefisien permeabilitas, koefisien konsolidasi dan tanah lempung lunak lahan basah.One way to accelerate water flow and the rate of consolidation of wetland soft clay soil is by adding porous material in the soil and using vertical drainage. So far there has been a development of consolidation acceleration technology with a vertical drain made from geosynthetics. Apart from geosynthetics, other materials for vertical drain material are still being developed to find economical reliability. The problem in this research is how the degree of consolidation resulting from the consolidation test of wetland soft clay soil is added by the presence of porous material (made from sand, rice husk, and wood charcoal). In addition, also the effect of radial drainage (porous material), n (comparison of the diameter of the specimen and drainage diameter (porous material) of each porous material. In this study a consolidation test was carried out with specimens using soft soil wetlands. the center of the specimen was given a hole with a diameter of 0.75cm, 1cm, and 1.5cm, then added porous material made from fillers in the form of sand, rice husk, and charcoal. porous material) in the soil The results showed that rice husk, sand and charcoal material can be used as drainage material (porous material) for the soil that consolidates because it can increase the value of the consolidation degree (U%). for the type of drainage material (porous material) made from chaff can produce console degrees idasi which is bigger than drainage material (porous material) made from sand or charcoal. Drainage material (porous material) made from chaff can produce consolidated coefficient values (Cv), permeability coefficient value (k), and volume change coefficient value (mv) which is greater than the drainage material (porous material) made from sand and charcoal. The value of the consolidation coefficient (Cv) increases along with the increase in the diameter ratio (n) until it reaches the optimum diameter ratio (nopt), then after the optimum diameter ratio value is reached, the coefficient of consolidation will decrease. The optimum diameter ratio in soft clay that consolidates is obtained at a value of 6 (six). Keywords: Soil consolidation, vertical drainage (porous material), degree of consolidation, permeability coefficient, consolidation coefficient, and wetland soft clay soil.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Sartimbul, Aida, Rafika Devi Agustin, Dhira Khurniawan Saputra, Defri Yona, Syarifah Hikmah Julinda Sari, Feni Iranawati, and Nurin Hidayati. "Dapatkah Megabentos Epifauna Tumbuh pada Geobag? Studi Kasus di Desa Banyuurip, Gresik." Buletin Oseanografi Marina 10, no. 2 (March 25, 2021): 133–42. http://dx.doi.org/10.14710/buloma.v10i2.34971.

Full text
Abstract:
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah abrasi di wilayah pesisir pantai Desa Banyuurip, Gresik. Upaya yang dilakukan salah satunya adalah reboisasi mangrove, namun upaya tersebut belum efektif, sehingga salah satu solusinya adalah dengan dipasangnya geosyntheticbag (geobag), yang merupakan kantong ramah lingkungan berisi pasir yang disusun dan dapat berfungsi sebagai perangkap sedimen dan pelindung pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pada bulan ke berapa biota dapat tumbuh pada geosintetik dan struktur komunitas biota yang tumbuh menggunakan metode random transek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa megabentos epifauna dapat tumbuh pada geobag pada bulan ke-4 setelah pemasangan, yang terdiri dari 3 spesies yaitu Metopograpsus sp., Ostrea edulis, dan Fistulobalanus albicostatus. Kelimpahan jenis megabentos pada bulan ke-4 rata-rata mencapai 198 individu/m2, sedangkan kelimpahan pada bulan ke-5 mencapai 259 individu/m2. Hasil perhitungan indeks struktur komunitas megabentos pada bulan ke-4 dan ke-5 secara berurutan meliputi indeks keanekaragaman (H’) bernilai 0,10 dan 0,11; indeks keseragaman (c) bernilai 0,09 dan 0,10; dan indeks dominansi bernilai 0,96 dan 0,96. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa geobag berfungsi sebagai pencegah abrasi serta sekaligus dapat menyatu dengan media di sekitarnya sehingga diklaim ramah lingkungan, karena dapat ditumbuhi biota yang tidak mengganggu atau merubah struktur komunitas biota di wilayah tersebut. Various attempts have been made to solve the abrasion in the coastal area of Banyuurip Village, Gresik. To overcome this problem, the community planted the mangroves, but these have not been effective. One solution to this problem is to install a geosynthetic bag (geobag), which is an environmentally friendly bag that is arranged and can be function as a sediment trap. The purpose of this study was to determine when the megabenthos can grow in the geosynthetic and how the community structure grow using the quadrant random transect method. The result showed that epifaunal megabenthos could grow on geobag at the fourth month after installation, which consisted of 3 species. The abundance of megabenthos at the 4th month averaged 198 individuals/m2, while the abundance at the 5th month reached 259 individuals/m2. The structure index (H’) in January and February were 0.10 and 0.11, respectively. The similarity index (C) were 0.09 and 0.10, and while the dominance index was 0.96 and 0.96. This study is suggested that the geobag can be function both as a deterrent to abrasion and simultaneously integrate with the surrounding media and be claim as environmentally friendly, because it can be overgrown with biota that does not disturb or change the structure of the biota community in the area.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Setiawan, Bambang, Raden Harya Dananjaya, and Fitria Anggraeni. "PENGARUH VARIASI LAPIS GEOSINTETIK TERHADAP SAFETY FACTOR TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK." Matriks Teknik Sipil 8, no. 1 (May 8, 2020). http://dx.doi.org/10.20961/mateksi.v8i1.41527.

Full text
Abstract:
<p>Tanah lunak merupakan jenis tanah yang sering dijumpai di Indonesia. Tanah lunak merupakan jenis tanah yang tidak aman untuk didirikan konstruksi di atasnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan beberapa sifat tanah lunak yaitu memiliki nilai <em>CBR</em> dan <em>N-SPT</em> yang rendah, gaya geser yang rendah, kadar air tinggi, koefisien permeabilitas yang rendah, daya dukung yang rendah, dan resiko adanya <em>settlement</em> atau penurunan yang besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi lapis geosintetik terhadap perubahan nilai <em>safety</em> <em>factor, settlement,</em> dan tegangan tanah pada tanah lunak. Variasi yang digunakan pada penelitian ini adalah variasi jenis geosintetik, jumlah lapis geosintetik, dan jarak antar lapis geosintetik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif melalui pengumpulan data sekunder serta pemodelan dengan analisis metode elemen hingga (MEH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi lapis geosintetik paling optimum dapat meningkatkan nilai <em>safety factor </em>sebesar 23,79%, menurunkan nilai <em>settlement</em> sebesar 2,60%, dan meningkatkan tegangan tanah sebesar 0,17%.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Zuhri, Abdurrahman, Bambang Setiawan, and Noegroho Djarwanti. "PENGARUH VARIASI MUKA AIR TANAH PADA TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN GEOSINTETIK, SHEAR KEY, DAN TIANG PANCANG DI ATAS TANAH LUNAK." Matriks Teknik Sipil 8, no. 1 (May 8, 2020). http://dx.doi.org/10.20961/mateksi.v8i1.41532.

Full text
Abstract:
<p>Tanah lunak memiliki karakteristik daya dukung yang sangat rendah, selain itu nilai kompresibilitasnya cukup tinggi dan waktu konsolidasi terjadi dalam waktu yang sangat lama. Penggunaan perkuatan geosintetik, <em>shear key</em>, dan tiang pancang berfungsi untuk meningkatkan stabilitas timbunan di atas tanah lunak. Air menjadi faktor utama yang sangat berpengaruh pada tanah lunak. Perbedaan kedalaman muka air tanah (MAT) memiliki pengaruh terhadap kestabilan timbunan yang telah diberi perkuatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan perkuatan geosintetik, <em>shear key</em>, dan tiang pancang akan meningkatkan stabilitas timbunan di atas tanah lunak, dengan urutan kenaikan nilai SF terhadap model tanpa perkuatan dari tertinggi ke yang terendah berturut-turut yaitu: tiang pancang, geosintetik, dan <em>shear key</em>. Semakin tinggi elevasi MAT, nilai <em>SF</em> yang dihasilkan akan semakin kecil. Rata-rata penurunan nilai SF terhadap kenaikan elevasi MAT dari yang terbesar ke yang terkecil berturut-turut yaitu: tiang pancang, geosintetik, dan <em>shear key</em>.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography