Academic literature on the topic 'Gereja Kristen Muria Indonesia'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Gereja Kristen Muria Indonesia.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Gereja Kristen Muria Indonesia"

1

Kurnia Jatilinuar, Setya Rahdiyatmi, and Bagas Arga Saputra. "Pelatihan Gending Gerejawi Kepada Kelompok Sabda Laras Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta." Jurnal Pengabdian Seni 1, no. 2 (December 21, 2020): 75–83. http://dx.doi.org/10.24821/jas.v1i2.4711.

Full text
Abstract:
Kelompok Karawitan Sabda Laras merupakan sekelompok jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Yogyakarta yang mengupayakan realisasi dari inkulturasi dalam lingkungan gereja. Namun, tidak adanya pelatih tetap sejak tahun 2017 berdampak pada jumlah anggota yang tidak bertambah tetapi justru berkurang, dan hingga saat ini belum ditemukan strategi atau metode untuk menyemarakkan/memajukan grup. Pelatihan bagi kelompok Karawitan Sabda Laras diperlukan untuk meningkatkan kemampuan menabuh gamelan dengan lagu gerejawi. Pelatihan dilakukan melalui program Penyuluhan Seni ISI Yogyakarta, yang diselenggarakan pada bulan Maret-Agustus 2020. Pelatihan awalnya diselenggarakan dengan tatap muka, namun karena pandemi covid-19 maka pelatihan dilanjutkan secara daring. Materi yang diberikan yaitu lagu S’mua Baik”, “Betapa Kita Tidak Bersyukur”, dan “Angkatlah Hati-Mu pada Tuhan”. Materi ini diberikan untuk menambah vocabulary lagu-lagu gerejawi. Materi diberikan melalui grup whatsapp dengan media video (link youtube) dan google site. Hasil pelatihan ini antara lain menambah kemampuan dan pengetahuan mengenai teknik tabuhan instrumen dan garap, terutama dalam hal menggubah lagu gerejawi dengan menggunakan media gamelan dan beberapa variasi tabuhan sebagai bagian dari aransemen lagu. Selain itu, peserta dapat menguasai lagu “S’mua Baik”, “Betapa Kita Tidak Bersyukur”, dan “Angkatlah Hati-Mu pada Tuhan”. The Karawitan Sabda Laras group is a group of members of the Indonesian Muria Christian Church (GKMI) Yogyakarta which strive for the realization of inculturation within the church environment. However, the absence of a permanent coach since 2017 has an impact on the number of members who have not increased but instead decreased, and until now there has been no strategy or method to enliven / advance the group. Training for the Karawitan Sabda Laras group is needed to improve the ability to beat the gamelan with ecclesiastical songs. The training was carried out through the ISI Yogyakarta Art Counseling program, which was held in March-August 2020. The training was initially held face-to-face, but due to the Covid-19 pandemic the training was continued online. The materials given were the songs S'mua Baik "," How We Are Not Grateful ", and" Raise Your Heart to God ". This material is given to add to the vocabulary of ecclesiastical songs. The material is given through the whatsapp group with video media (link youtube) and google site. The results of this training, among others, increase the ability and knowledge of the technique of instrument beats and work on, especially in terms of composing ecclesiastical songs using gamelan media and several variations of wasps as part of song arrangement. In addition, the participants were able to master the songs "S'mua Baik", "How We Are Not Grateful", and "Raise Your Heart to God".
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Purwanto, Heri. "Misi Ekologis: Memaknai Ulang Misi Gereja Kristen Muria Indonesia di Tengah Bencana Alam dan Krisis Ekologi." Aradha: Journal of Divinity, Peace and Conflict Studies 1, no. 2 (August 31, 2021): 181. http://dx.doi.org/10.21460/aradha.2021.12.705.

Full text
Abstract:
AbstractThe mission will always change. This change occurs because of a shift in the mission paradigm in line with the context. The mission is not anymore understood and defined in a traditional, exclusive, and singular way, otherwise the mission needs to be modified to be more open, inclusive, and have multiple meanings. In fact, the mission will always follow its context and locality. The mission of the ecological vocation of the church is needed by the world amid the global ecological crisis and various natural disasters that occured at this time. One of factors that causes ecology crises and natural disasters is natural damaged. It is caused by human who does exploitation to the nature massively. Theologically, the church is called to work on God’s kingdom mission as a work of salvation for the world. The mission of salvation is not only for humans but also for whole of creation as a universal union with God. In implementing this ecological mission, Gereja Kristen Muria Indonesia through the Mennonite Diakonia Service (MDS) have participated in carrying out various forms of the church’s mission, including ecological, as a church integral mission to overcome crisis and natural disasters in Indonesia. AbstrakMisi akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran paradigma misi seiring dengan konteksnya. Misi tidak lagi dipahami dan didefinisikan secara tradisional, eksklusif, dan tunggal. Sebaliknya, misi perlu dimodifikasi agar lebih terbuka, inklusif, dan memiliki banyak arti. Faktanya, misi itu akan selalu mengikuti konteks dan lokalitasnya. Misi panggilan ekologi gereja sangat dibutuhkan oleh dunia di tengah krisis ekologi global dan beragam bencana alam yang terjadi saat ini. Salah satu faktor yang menyebabkan krisis ekologi dan bencana alam adalah kerusakan alam yang terjadi berbagai tempat. Ini disebabkan oleh manusia yang melakukan eksploitasi terhadap alam secara besar-besaran. Secara teologis, gereja dipanggil untuk mengerjakan misi kerajaan Allah sebagai karya keselamatan bagi dunia. Maka, misi keselamatan itu bukan hanya bagi manusia tetapi juga bagi seluruh ciptaan sebagai kesatuan universal dengan Tuhan. Dalam menjalankan misi ekologis, Gereja Kristen Muria Indonesia melalui Mennonite Diakonia Service (MDS) turut serta menjalankan berbagai bentuk misi gereja, termasuk ekologis, sebagai misi integral gereja untuk mengatasi krisis ekologi dan bencana alam di Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Widiyanto, Iwan Firman, Albertus Dwi Saputra, Daryanto Daryanto, Joko Suwiknyo Tyas Mahendra, and Akris Mujiyono. "Studi Fenomenologi terhadap Karunia Membedakan Roh yang Dimiliki Jemaat GKMI Srumbung Gunung." SOTIRIA (Jurnal Theologia dan Pendidikan Agama Kristen) 4, no. 1 (July 1, 2021): 47–58. http://dx.doi.org/10.47166/sot.v4i1.34.

Full text
Abstract:
This phenomenological research aims to describe the phenomenon of the ability to distinguish spirits possessed by the members of the Indonesian Muria Christian Church, Srumbung Gunung. There were six church members studied, consisting of men and women from various educational levels. By using a phenomenological approach, the ability to distinguish spirits is a complex reality. Science needs to understand this phenomenon empathetically so that it will be able to explore the wealth contained in it. A scientific approach that is too positivistic towards the phenomenon of the spirit will damage and shallow reality. Abstrak Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena kemampuan membedakan roh yang dimiliki oleh jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia Srumbung Gunung. Terdapat enam anggota jemaat yang diteliti, terdiri dari laki-laki dan perempuan dari berbagai tingkat pendidikan. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi menghasilkan bahwa kemampuan membedakan roh merupakan sebuah kenyataan yang kompleks. Ilmu Pengetahuan perlu memahami fenomena ini secara empatik sehingga akan dapat mengeksplorasi kekayaan yang terdapat didalamnya. Pendekatan keilmuan yang terlalu positivistic terhadap fenomena roh akan merusak dan mendangkalkan realitas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Sianipar, Desi. "PENGGUNAAN PENDEKATAN SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI GEREJA." Jurnal Shanan 3, no. 2 (October 28, 2019): 115–27. http://dx.doi.org/10.33541/shanan.v3i2.1582.

Full text
Abstract:
Tulisan ini memuat pembahasan tentang penggunaan pendekatan Shared Christian Praxis (SCP) dalam pendidikan agama Kristen. Pendekatan ini dikembangkan oleh Thomas H. Groome pada tahun 1980-an dan sudah banyak digunakan dalam berbagai kegiatan pengajaran baik di gereja maupun sekolah di Eropa dan Amerika. Akan tetapi di lingkungan Protestan Indonesia, penggunaan pendekatan ini masih sangat jarang. Tulisan mengenai pendekatan ini pun masih sedikit, khususnya terkait dengan pendidikan agama Kristen di gereja-gereja Protestan. Pendekatan ini sangat baikdigunakan dalam pembelajaran di program katekisasi, penelaahan Alkitab, sermon, retreat, pertemuan pastoral, dan program pengajaran lainnya karena pendekatan ini bersifat aktif, inisiatif, reflektif, intuitif, kreatif, dialogis, kritis, emansipatif, dan partisipatif. Dengan menerapkan pendekatan ini dengan benar, maka upaya indoktrinasi, dominasi pengajar terhadap murid, dan pengajaran yang monolog dapat dihapuskan. Tulisan ini dihasilkan melalui riset kepustakaan (library research) dengan metode kualitatif deskriptif. Kesimpulan dari tulisan ini adalah pendekatan SCP bermanfaat dalam pendidikan agama Kristen di gereja, khususnya menyangkut: waktu belajar yang fleksibel, kesiapan emosional dan fisik dalam menerima pembelajaran, danmensinergikan teologi dan PAK dalam pembelajaran.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Santoso, David Iman. "Kristologi Kitab Wahyu." Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 6, no. 1 (April 1, 2005): 29–43. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v6i1.137.

Full text
Abstract:
Kitab Wahyu ditulis adalah untuk menghibur dan menguatkan orang Kristen dan gereja pada waktu itu, yang mengalami banyak kekecewaan, penderitaan dan penganiayaan di bawah pemerintahan Romawi. Kitab ini ditulis agar mereka membaca dan menjadi tabah dan tetap bertahan menghadapi segala penderitaan, tetap setia dan berpegang teguh pada iman mereka, serta selalu berharap dan memandang pada Kristus yang adalah Anak Domba Allah yang menang, sebab orang Kristen dan gereja pada waktu mengalami banyak penganiayaan di bawah pemerintahan Romawi, bahkan banyak yang mati syahid (6:9-11; 7:14.) Oleh sebab itu dalam kitab Wahyu ini ajaran tentang person Kristus sangat ditonjolkan, yang sering kali digambarkan penuh dengan kemenangan dan kemuliaan. Kristus sebagai Anak Domba Allah, sebagai Alfa dan Omega di dalam banyak hal bahkan dikisahkan setara dengan Allah. Rasul Yohanes bisa menulis semuanya ini karena memang Kristus menyatakan diri-Nya dan memberikan visi-Nya kepadanya. Dr. Walvoord mengatakan bahwa tujuan penulisa kitab Wahyu adalah “to reveal Jesus Christ as the glorified One in contrast to the Christ of the Gospels, who was seen in humiliation and suffering.” Oleh sebab itu dalam tulisan ini kami berusaha untuk memaparkan person Kristus yang begitu berkuasa dan mulia, namun yang juga begitu peduli dan memperhatikan gereja-Nya. Dan kemuliaan Kristus itu pada akhirnya akan dinyatakan sepenuhnya dalam parousia, suatu pengharapan yang terakhir dan yang selalu dinantikan oleh setiap orang yang percaya. Bagi kami, gereja dan orang Kristen di Indonesia hari ini perlu sekali banyak membaca dan merenungkan kitab Wahyu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Kristiyanto, Eddy. "Julianus Mojau Meniadakan atau Merangkul?: Pergulatan Teologis Protestan dengan Islam Politik di Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012, xxvi + 447 hlm." DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA 12, no. 1 (April 22, 2013): 143–50. http://dx.doi.org/10.36383/diskursus.v12i1.128.

Full text
Abstract:
Satu lagi, buku teologi (sosial) yang berbobot terbit! Berawal dari penelitian yang dimaksudkan untuk penyusunan disertasi pada The South East Asia Graduate School of Theology (SEAGST), 2004, Pendeta Gereja Masehi Injili di Halmahera, Julianus Mojau menyodorkannya kepada khalayak ramai di Indonesia. Argumen utama buku ini dapat diformulasikan dalam pertanyaan berikut ini: bagaimana model teologi sosial sebagaimana dihasilkan oleh tokoh-tokoh Kristen Protestan dan dokumen-dokumen yang meretas dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia selama kurun waktu tiga dasawarsa, konkretnya semasa pemerintahan Orde Baru? Selama kurun waktu tersebut, Mojau mengenali tiga model teologi sosial di lingkungan Kristen Protestan, yakni teologi sosial modernisme, liberatif, dan pluralis. Ketiga model itu diuraikan dengan sangat runtut, gamblang, sistematis, kritis, berikut logika analitik yang memperlihatkan keluasan dan kedalaman wawasan penulis. Terminologi “teologi sosial” ramai dimanfaatkan dalam blantika percaturan keilmuan di lingkungan Kristen Protestan Indonesia setelah (alm.) Pendeta Eka Darmaputera, Bernard Adeney-Risakotta, Martin Lukito Sinaga, dan Th. Sumartana menggantangnya pada awal tahun 2000.Ditunjukkannyadengan sangat jelas, bahwa “praksis” yang mengawali suatu proses berteologi sudah muncul jauh sebelum angka tahun tersebut. Pada prinsipnya segala teologi adalah teologi sosial, menurut kesimpulan A.G. Hoekema, (hlm. xv), meskipun J.S. Aritonang memberikan batasan simpel dan meyakinkan, yang intinya: “Berteologi di tengah realitas sosial yang kompleks,” itulah Teologi Sosial, (hlm. xiii). Setelah Pendahuluan yang panjang (26 halaman), yang memaparkan duduk perkara dan hal ikhwal diskursus yang diusung, berturut-turut dari Bab 1 (tentang teologi sosial modernisme, hlm. 27-142), Bab 2 (tentang teologi sosial liberatif, hlm. 143-279) dan Bab 3 (teologi pluralis, hlm. 280-365), Bab 4 (retrospeksi dan prospek teologi sosial pasca Orde Baru, hlm. 366-403) penulis memperlihatkan kajian dan analisis secara kritis ketiga model kategori teologi sosial Kristen Protestan di Indonesia. Ketiga model teologi tersebut ditempatkan oleh penulis dalam babak Orde Baru Indonesia (tahun 1969-1990-an) di bawah rezim Soeharto dan dalam pertautannya dengan Islam Politik. .............. Sebagai paparan dan kajian ilmiah yang mengedepankan pandangan putera-puteri terbaik Kristen Protestan berikut dokumen-dokumen DGI/PGI, karya Mojau ini tidak mampu menyembunyikan keyakinannya bahwa kebangkitan Islam Politik hanyalah sebuah euforia artikulasi kesadaran politis-humanistis yang sedang mencari format yang cocok dalam perubahan zaman di tengah proses transisional. Justru karena itulah Gereja-gereja perlu merangkul dan membuka komunikasi serta dialog yang tulus dengan saudara-saudara penganut Islam Politik sebagai sesama yang merindukan kedamaian, kebaikan, dan keadilan. Perjuangan bersama itulah yang dimaksudkan agar politik sebagai kearifan menatalayani kehidupan bersama tercapai. Dalam pembacaan saya, buku ini sangat inspiratif, kaya dengan informasi, mengedepankan pandangan secara komprehensif tanpa menghilangkan sikap kritis dan tajam. Ini fenomenal dan monumental! Mungkin inilah satu-satunya karya yang “berani” mengritik karya T.B. Simatupang. Mojau sendiri, menurut saya, memperlihatkan diri sebagai pribadi yang memegang teguh spirit Protestan sejati, yakni selalu bersikap kritis terhadap segala bentuk deifikasi. Karya ini akan lebih baik lagi jika ada indeks nama atau masalah pada halaman-halaman akhir. Selain itu, istilah “modernisme” yang diimbuhkan pada Teologi Sosial di mata saya memiliki konotasi lain, yakni aliran modernisme yang dikecam oleh (alm.) Pius X sebagai “biang dari segala kesesatan.” Tetapi di atas segala-galanya, analisis Mojau yang tajam membuat lorong-lorong kebuntuan koeksistensi damai dan adil dengan Islam Politik dapat diurai. Dengan demikian tanda tanya pada judul buku ini terjawab dengan pasti. (A. Eddy Kristiyanto, Program Studi Ilmu Teologi, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Dawa, Markus Dominggus L. "Konteks Pelayanan Kristen di Indonesia." Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 1, no. 2 (October 1, 2000): 193–202. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v1i2.39.

Full text
Abstract:
Tulisan Winfrid Prayogi dalam Veritas edisi yang lalu menggoda saya untuk mempertajam apa yang sudah dibicarakannya, khususnya yang berkaitan dengan situasi pluralitas agama di Indonesia. Apa yang hendak saya pertajam di sini berhubungan dengan konteks Indonesia yang didominasi oleh masyarakat yang beragama Islam. Suka atau tidak suka, harus kita akui bahwa sebenarnya kita tinggal-menetap dan melayani Tuhan di tengah-tengah “masyarakat Islam.” Gereja apa pun juga yang ada di bumi Indonesia ini, baik yang berbasis suku atau etnis tertentu maupun yang lintas etnis, tidak bisa tidak harus mempertimbangkan dengan serius kondisi riil Indonesia ini. Sebagai seseorang yang dididik dalam lembaga pendidikan teologi Injili dan beraktivitas di sekitar kota Malang, Jawa Timur, maka pikiran saya ini akan banyak dipengaruhi oleh hal-hal itu. Tesis yang hendak saya ajukan di sini adalah bahwa bila gereja memandang serius panggilannya untuk melayani Tuhan di bumi Indonesia ini maka tidak bisa tidak harus memahami Islam adalah suatu keniscayaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Sinulingga, Risnawaty. "Gereja dan Pelayanan Mahasiswa Kristen : Sebuah Studi Pertumbuhan Gereja Mula-Mula dan Implikasinya bagi Pelayanan Mahasiswa Kristen di Universitas Sumatra Utara." Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 8, no. 2 (October 1, 2009): 277–88. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v8i2.183.

Full text
Abstract:
Pelayanan mahasiswa Kristen ada di hampir setiap perguruan tinggi di Indonesia, termasuk pada perguruan tinggi negeri. Pelayanan mahasiswa Kristen yang dimaksudkan adalah persekutuan interdenominasi di kampus atau antar kampus, seperti PelmaKri (Pelayanan mahasiswa Kristen), Perkantas (Persekutuan Kristen Antar Universitas) atau KMK (Kebaktian Mahasiswa Kristen). Disebut pelayanan mahasiswa bukan saja karena fokus pelayanan adalah mahasiswa dan alumninya tetapi juga karena mayoritas dari pelaku pelayanan adalah mahasiswa dan alumni. Pelayanan mahasiswa Kristen menonjol bukan saja karena jumlah dan jenis kegiatannya, tetapi juga unik dalam kegiatan penginjilan dan pemuridannya, serta penting pengaruhnya. Tetapi pada umumnya, pelayanan mahasiswa Kristen kurang memiliki hubungan yang harmonis dengan gereja. Boleh dikatakan pelayanan mahasiswa Kristen tidak mementingkan kerja sama dengan gereja. Gereja sendiri tidak memberikan dukungan yang cukup, serta kurang memanfaatkan dampak positif dari pelayanan mahasiswa tersebut. Hal ini terjadi karena gereja tidak mengenal kegiatan mahasiswa yang berbentuk gerakan interdenominasi ini dengan baik, bahkan cenderung untuk mencurigainya. Padahal kegiatan pelayanan mahasiswa Kristen ini mempunyai banyak kemiripan dengan gereja mula-mula yang bertumbuh secara luar biasa pada Kisah Para Rasul. Dengan latar belakang pemikiran seperti dikemukakan di atas, tampaknya diperlukan pengenalan yang benar mengenai pertumbuhan gereja mula-mula yang luar biasa itu dan kesamaannya dengan pelayanan mahasiswa Kristen, mengingat pelayanan mahasiswa dapat menjadi faktor pendukung pertumbuhan gereja pada masa kini. Dengan pemaparan ini diharapkan para pemimpin gereja akan lebih mengenali pelayanan mahasiswa Kristen tersebut serta mendorong kerja sama yang baik di antara keduanya. Salah satu pelayanan mahasiswa Kristen dapat ditemukan pada Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis melayani di universitas ini sebagai Pendeta dan Pembina kegiatan mahasiswa Kristen. Karena itu, bahasan bagi pelayanan mahasiswa dalam artikel ini akan diwakili oleh pelayanan mahasiswa Kristen di kampus USU yang bernama Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen (selanjutnya disebut UKM KMK USU).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Dawa, Markus Dominggus L. "Menjadi Jemaat Multikultural : Suatu Visi untuk Gereja-Gereja Tionghoa Injili Indonesia yang Hidup di Tengah Konflik Etnis dan Diskriminasi Rasial." Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 7, no. 1 (April 1, 2006): 127–44. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v7i1.157.

Full text
Abstract:
Etnis Tionghoa adalah bagian dari keanekaragaman bangsa ini. Meski berkali-kali hal ini coba disangkali dan mungkin hendak dihapuskan dari kenyataan bangsa ini, etnis Tionghoa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari negeri ini. Etnis Tionghoa bukan orang asing di negeri ini. Etnis Tionghoa juga adalah salah satu pemilik sah sekaligus pendiri bangsa ini. Gereja-gereja Kristen Tionghoa harus menyadari benar kenyataan tersebut. Sebagai bagian dari keseluruhan etnis Tionghoa di Indonesia, gereja-gereja Kristen Tionghoa adalah juga pemilik sah dan sekaligus pendiri bangsa ini. Kesadaran ini perlu dipupuk dan diperkuat dalam ingatan orang-orang Kristen Tionghoa agar di tengah-tengah berbagai luka sejarah yang dipikulnya, gereja-gereja Kristen Tionghoa dapat menjadi alat Tuhan menyembuhkan keutuhan hidup bangsa yang terus bergumul dengan keanekaragamannya ini. Di tengah bangsa yang terus berjuang untuk menjadi bangsa yang menerima etnis Tionghoa sebagai pemilik sah dan pendiri bangsa ini, gereja-gereja Tionghoa mendapat kesempatan istimewa untuk menjadi zona rekonsiliasi antar-etnis, khususnya di antara etnis Tionghoa dan non-Tionghoa. Kalau demikian maka pertanyaan selanjutnya yang penting untuk didiskusikan adalah: Bagaimana caranya? Bagaimana caranya supaya gereja-gereja Kristen Tionghoa dapat berperan menjadi alat Tuhan yang membawa kesembuhan kepada hidup bangsa ini? Dalam bagian ini saya akan mendiskusikan apa yang saya sebut jemaat multikultural. Untuk maksud itu, saya akan mengajak kita melihat terlebih dahulu apa yang dikatakan Alkitab mengenai jemaat multikultural, selanjutnya kita akan melihat beberapa gagasan sejenis yang telah diungkapkan oleh beberapa orang. Pertama-tama saya akan mengangkat pemikiran Andrew Sung Park, profesor teologi di United Theological Seminary, Dayton, Ohio, dalam bukunya Racial Conflict & Healing: An Asian-American Theological Perspective. Selanjutnya saya akan mengangkat hasil penelitian gereja-gereja di AS yang dilakukan oleh sebuah tim dari Emory University, yang dipimpin oleh Charles R. Foster dan Theodore Brelsford dan dibukukan dalam buku We Are the Church Together: Cultural Diversity in Congregational Life. Terakhir saya akan membahas sedikit salah satu dokumen penting Presbyterian Church in the United States (PCUSA) tentang visi mereka menjadi gereja multikultural dan dibukukan dalam buklet yang berjudul “Living the Vision: Becoming A Multicultural Church.” Di bagian akhir, berangkat dari diskusi di bagian sebelumnya, saya akan coba tunjukkan bagaimana jemaat multikultural dapat menjadi alat yang sangat efektif membawa kesembuhan kepada luka-luka disintegrasi bangsa ini dan selanjutnya beberapa gagasan tentatif tentang bagaimana jemaat multikultural dapat diwujudkan dalam gereja-gereja Tionghoa masa kini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Hergianasari, Putri, Elisabeth Priscila Tamtalahitu, Aveliani Mega Elfrieda Sinaga, and End Tresya Twanggin. "Pendampingan: Gereja Kristen Indonesia Tegalrejo dalam Menghadapi New Normal." Magistrorum et Scholarium: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1, no. 2 (January 29, 2021): 296–305. http://dx.doi.org/10.24246/jms.v1i22020p296-305.

Full text
Abstract:
The importance of this community activity is carried out to provide assistance to the Tegalrejo Indonesian Christian Church in facing the New Normal. The objectives, firstly to provide assistance to the church, second to socialize to the Indonesian Christian Church Tegalrejo congregation, especially Sunday School children applying Clean and Healthy Behavior in facing the New Normal. The method used is the making of a Clean and Healthy Behavior videos with church administrators, socialization to Sunday school children. The result of this community service is a Clean and Healthy Behavior video for Sunday School children, an increase in the capacity of church administrators in arranging procedures for conducting worship, increasing the capacity of Sunday school children in implementing Clean and Healthy Behavior in the New Normal era. ABSTRAK Pentingnya kegiatan masyarakat ini dilakukan untuk memberikan pendampingan kepada Gereja Kristen Indonesia Tegalrejo dalam menghadapi New Normal. Tujuan, pertama memberikan pendampingan kepada gereja, kedua mensosialisasikan kepada jemaat GKI Tegalrejo terutama anak-anak Sekolah Minggu penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menghadapi New Normal. Metode yang digunakan adalah pembuatan video PHBS dengan pengurus Gereja, sosialisasi pada anak-anak Sekolah Minggu. Hasil dari pengabdian masyarakat ini adalah video PHBS untuk anak Sekolah Minggu, Peningkatan kapasitas pengurus gereja dalam menyusun tata cara pelaksanaan ibadah, peningkatan kapasitas anak-anak sekolah minggu dalam melaksanakan PHBS di era New Normal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources

Dissertations / Theses on the topic "Gereja Kristen Muria Indonesia"

1

He, Nikolaas. "Motivating and implementing comprehensive ministry in the Christian Church of Sumba." Theological Research Exchange Network (TREN), 1985. http://www.tren.com.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Books on the topic "Gereja Kristen Muria Indonesia"

1

Yoder, Lawrence M. Tunas kecil: Sejarah Gereja Kristen Muria Indonesia. [Semarang: Komisi Literatur Sinode GKMI, 1985.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Yoder, Lawrence M. The Muria story: A history of the Chinese Mennonite Churches of Indonesia. Kitchener, Ont: Pandora Press, 2006.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Yoder, Lawrence M. The Muria story: A history of the Chinese Mennonite Churches of Indonesia. Kitchener, ON: Pandora Press, 2007.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Indonesia, Gereja Kristen. Tata gereja Gereja Kristen Indonesia. Jakarta: Badan Pekerja, Majelis Sinode, Gereja Kristen Indonesia, 2003.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Indonesia. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan. Profil gereja-gereja, yayasan, pendidikan agama, dan keagamaan Kristen di Indonesia. Jakarta]: Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, 2007.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Setiabudi, Natan. Bunga rampai pemikiran tentang Gereja Kristen Indonesia (GKI). [Jakarta?]: Suara GKYE Peduli Bangsa, 2002.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Tomatala, Yakob. Kepemimpinan Kristen: Mencari format kepemimpinan gereja yang kontekstual di Indonesia. Jakarta: Institut Filsafat Theologi & Kepemimpinan Jaffray, YT Graduate School of Leadership, 2002.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Aritonang, Jan S. Yubileum 50 tahun GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia): Tinjauan sejarah dan pandangan ke depan. Pematangsiantar: Kolportase Pusat GKPI, 2014.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Nasional, JK-LPK (Organization) Konsultasi. Gereja, lembaga pelayanan Kristen, dan reformasi: Laporan Konsultasi Nasional VI Jaringan Kerja Lembaga Pelayanan Kristen di Indonesia, Salatiga, 28 Juni-1 Juli 1999. Jakarta: JK-LPK, 1999.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Sihombing, P. T. D. Pendeta Mangaradja Hezekiel Manullang, gelar Tuan Manullang: Pahlawan perintis kemerdekaan bangsa Indonesia & pelopor semangat kemandirian gereja di tanah Batak, 1887-1979. [Jakarta]: diterbitkan oleh Albert-Orem Ministry kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan, 2008.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography