To see the other types of publications on this topic, follow the link: Hakam.

Journal articles on the topic 'Hakam'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Hakam.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Mubarrak, Zahrul, and Muhammad Irfan Nur. "Wewenang Hakam Dalam Menyelesaikan Sengketa Rumah Tangga (Syiqaq) Dalam Fiqh Syafi’iyyah." Jurnal Al-Nadhair 2, no. 2 (2023): 77–100. http://dx.doi.org/10.61433/alnadhair.v2i2.39.

Full text
Abstract:
Dalam masyarakat tidak jarang terjadi kegagalan suatu keluarga dalam membina rumah tangga. Terkadang perceraian dipandang menjadi jalan yang terbaik bagi kedua belah pihak setelah upaya perdamaian gagal diupayakan. Kewajiban hakim untuk mendamaikan pihak-pihak yang berperkara, sangat menganjurkan untuk menyelesaikan setiap perselisihan dan persengketaan melalui pendekatan. Akan tetapi suami istri tidak segera menyelesaikan atau oleh karena suami istri tidak menemukan cara pemecahan yang rasional maka hakim dalam Pengadilan Agama dapat mengangkat Hakam (juru damai). Timbullah tanda tanya bagaimana konsep hakam dalam perpektif mazhab Syafi’i. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan diskriptif analisis yaitu menggambarkan konsep dalam kajian fikih tentang otoritas hakam dalam menyelasikan perkara syiqaq di dalam mazhab Syafi’i. Teknik analisis data dilakukan dengan pendekatan content analisis. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah terjadi khilaf pandangan ulama mazhab Syafi’i mengenai konsep hakam, ada ulama yang berpendapat bahwa hakam pada posisi wakil dan ada ulama yang berpendapat bahwa hakam pada posisi hakim. Ulama Syafi’iyyah seperti Imam Al-Mawaridi telah menjelaskan bahwa hakam memiliki wawenang adalah memberikan solusi terbaik, kalau memang bisa untuk ishlah maka wajib melakukan. Kalau tidak mungkin maka boleh berpaling kepada cerai atau khulu’. Hakam tidak berhak untuk menceraikan suami istri. Namun kalau berdasarkan pendapat mereka adalah hakim, maka hakam memiliki hak untuk menceraikan keduanya. Hakam boleh untuk mewakili bagi suami istri atau salah satunya yang jauh. Hakam tidak boleh untuk mengambil hak suami istri untuk diserahkan kepada pihak yang lain tanpa izin mereka. Hakam tidak boleh untuk melakukan fasakh terhadap suami istri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Tanzilulloh, M. Ilham. "STATUS HAKAM DALAM SISTEM PERADILAN AGAMA DI INDONESIA." Kodifikasia 14, no. 1 (2020): 109. http://dx.doi.org/10.21154/kodifikasia.v14i1.2022.

Full text
Abstract:
Dalam sebuah tatanan kehidupan dinamika tentang perselisihan selalu ada dan tidak akan pernah padam. Dimana perselisihan itu terkadang membuat sebagian orang terjerumus dalam hal-hal yang negatif misalnya pembunuhan dan lain sebagainya. Manfaat al-Qur’an diturunkan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup umat muslim termasuk juga mendamaikan bagi orang yang berselisih. Salah satu ayat menjelaskan bahwa jika ada pasangan suami dan istri yang bertengkar secara terus menerus (shiqa<q) maka harus diangkat juru damai (hakam). Begitu pula dijelaskan dalam Undang – undang bahwa hakim dapat mengangkat hakam dalam perkara perceraian. Namun kenyataannya dalam lingkup Pengadilan Agama seringkali tidak memakai hakam dikarenakan sudah ada mediator. Dengan menggunakan analisis descriptive comparative, penelitian ini membahas tentang keberadaan hakam dalam Pengadilan Agama di Indonesia. Hasilnya adalah hakam masih tetap dipakai dengan catatan sepanjang ijtihad hakim menyatakan bahwa perkara perceraian termasuk dalam kategori shiqa<q. Begitu pula sebaliknya, jika dinyatakan belum masuk maka pengangkatan hakam tidak diperlukan. [In the dynamic of life the conflict and tension will always exist and it likelihood will never disappear. Whereas the conflict sometimes make some people fall into the negative things such as murder and so forth. The benefits of al-Qur'an revealed is to improve the quality of Muslim’s life, including reconciling those who are in conflict. One of the verses explains that if there are husband and wife who quarrel continuously (shiqa<q) then a peacemaker (hakam) should be appointed. It is also explained in the law that judges can appoint hakam in the divorce cases. But in reality within the scope of the Religious Courts often do not use hakam because there are already judge mediators. By using a descriptive comparative analysis, this study discusses the existence of hakam in the Religious Courts in Indonesia. The result is that hakam is still used as long as the judge's ijtihad states that the divorce case is included in the category of shiqa<q. And vice versa, if it is not the category of shiqa<q, then the appointment of hakam is not needed.]
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Susylawati, Eka. "PERSELISIHAN DAN PERTENGKARAN SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA." AL-IHKAM: Jurnal Hukum & Pranata Sosial 3, no. 1 (2019): 81–94. http://dx.doi.org/10.19105/al-lhkam.v3i1.2598.

Full text
Abstract:
Salah satu alasan yang sering dijadikan dalil oleh suami dan/atau isteri ketika mengajukan perceraian adalah bahwa antara keduanya terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran serta tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Hal ini disebabkan ketika suami dan/atau isteri berkeinginan untuk bercerai, tetapi tidak memiliki dalil yang cukup, maka alasan perselisihan dan pertengkaran selalu dapat dipergunakan. Di pengadilan agama, alasan tersebut lazim disebut dengan syiqâq. Dalam Pasal 76 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 dinyatakan bahwa dalam perkara syiqâq sebelum hakim memutuskan perkara perceraian, haruslah terlebih dahulu mendengar keterangan dari keluarga atau orang-orang terdekat dan dapat pula mengangkat hakam yang bertindak sebagai arbitrator. Praktik di pengadilan agama, pengangkatan hakam jarang dilakukan, karena pengadilan lebih sering mencukupkan pada kesaksian dari keluarga atau kerabat terdekat. Alasan lain adalah bahwa dengan kehadiran hakam, biasanya akan membuat proses penyelesaian perkara memerlukan waktu yang relatif lama, jika dibandingkan dengan tidak adanya hakam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Datumula, Sarfika. "Mediasi Dalam Penyelesaian Perkara Perceraian Di Luar Pengadilan." Innovative: Journal Of Social Science Research 3, no. 2 (2023): 14550–64. http://dx.doi.org/10.31004/innovative.v3i2.2090.

Full text
Abstract:
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepa­katan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Penyelesaian sengketa suami isteri dapat ditempuh dengan damai, dengan menentukan dan menunjuk satu orang juru damai dari pihak keluarga suami dan keluarga isteri. Konsep ini sesuai dengan QS. An-Nisa’ ayat 35, agar sengketa rumah tangga dapat diselesaikan dengan baik dan dapat diterima oleh semua pihak. Fase mediasi yang dilaksanakan oleh hakam ini adalah merupakan fase kedua, sedangkan fase pertama adalah diselesaikan sendiri oleh suami dan isteri yang bersengketa. Proses penyelesaian melalui hakam adalah jalur diluar litigasi, dengan manfaat dapat diselesaikan dengan waktu relatif singkat, dapat diterima oleh semua pihak dan dapat menyimpan rahasia perselisihan suami isteri. Peranan hakam sebagai mediator dalam penyelesaian sengketa perceraian atas dasar syiqaq, sangatlah bermanfaat dan berarti dalam memberi masukan pada hakim guna ikut menyelesaiakan perselisihan yang terjadi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Dimon, Zanariah, Zaini Yusnita Mat Jusoh, Sharifah Hana Abdul Rahman, and Nurhidayah Azahari. "Hakam Sebagai Kaedah Penyelesaian Alternatif Bagi Shiqaq dalam Perkahwinan." Journal of Muwafaqat 6, no. 1 (2023): 73–86. http://dx.doi.org/10.53840/muwafaqat.v6i1.144.

Full text
Abstract:
Hakam adalah orang tengah atau penimbang tara yang dilantik oleh mahkamah untuk menyelesaikan pertikaian atau shiqaq di antara suami isteri. Shiqaq adalah pertelingkahan yang tidak dapat diselesaikan lagi antara suami dan isteri sehingga menyebabkan keduanya tidak dapat hidup bersama menjalankan tanggungjawab dan saling menghormati antara satu sama lain. Fungsi Hakam adalah untuk menamatkan pertelingkahan antara suami dan isteri dengan cara mendamaikan atau memisahkan kedua-duanya dengan talak atau khuluk. Sesungguhnya, proses timbang tara melalui kuasa hakam memberikan manfaat kepada institusi kekeluargaan Islam dalam menyelesaikan konflik sebagai kaedah penyelesaian alternatif di mahkamah syariah. Walau bagaimanapun, pelaksanaan hakam dalam peruntukan undang-undang mahupun arahan amalan masih lagi tidak begitu jelas. Tidak semua negeri memperuntukkan prosedur yang jelas mengenai kuasa Hakam kecuali di beberapa negeri seperti Selangor dan Negeri Sembilan. Kaedah-kaedah Hakam (Negeri Selangor) 2014 yang telah diperkenalkan oleh Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Selangor (JAKESS) telah banyak membantu menyelesaikan kes-kes perceraian yang tertunggak. Berdasarkan rekod pada tahun 2019 sebanyak 11,161 kes daripada 11,860 kes yang didaftarkan telah berjaya diselesaikan. Kajian ini merupakan kajian kualitatif yang melibatkan pengumpulan data melalui analisis dokumen terhadap Kaedah-kaedah Hakam (Negeri Selangor) 2014 yang terpakai di negeri Selangor. Objektif kajian adalah untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan hakam sebagai kaedah penyelesaian alternatif bagi shiqaq dalam perkahwinan di negeri Selangor. Hasil kajian mendapati bahawa Kaedah-kaedah Hakam (Negeri Selangor) 2014 telah menerapkan elemen-elemen yang khusus dan terperinci mengenai pelaksanaan proses timbang tara melalui peruntukan-peruntukan yang meliputi pelantikan hakam, fungsi, tatacara majlis tahkim, jawatankuasa hakam, etika hakam dan aduan terhadap panel hakam. Oleh itu, jelas bahawa hakam merupakan antara kaedah alternatif yang penting bagi menyelesaikan shiqaq dalam perkahwinan. Kajian ini diharapkan dapat memberi panduan dan manfaat kepada pelaksanaan hakam di negeri-negeri yang lain. Hakam is a mediator or arbitrator appointed by the court to resolve disputes or shiqaq between husband and wife. Shiqaq is an unresolved dispute between a husband and wife that makes them impossible to live together in order to carry out their responsibilities and to respect each other. Apparently, the function of Hakam is to end the conflict between husband and wife by either reconciling or separating them through divorce or khuluk. Indeed, the arbitration process through the power of hakam provides benefits to Islamic family institutions in resolving conflicts as an alternative method of dispute resolution in sharia courts. However, the implementation of hakam in legal provisions or the practice instructions is still vague and unclear. Falling under the state jurisdiction, a clear procedure regarding the authority of Hakam is not available except in some states such as Selangor and Negeri Sembilan. The Hakam (Selangor State) 2014 Rules introduced by the Selangor State Syariah Justice Department (JAKESS) is of a great assistance in resolving outstanding divorce cases. Based on records in 2019, 11,161 cases out of 11,860 registered cases were successfully resolved. This study is using the qualitative approach involving data collection through document analysis of the Hakam Rules (Selangor State) 2014 that are currently applicable in Selangor. The objective of the study is to give a clear picture of the implementation of hakam as an alternative dispute resolution method for shiqaq in marriage in Selangor. The results of the study found that the Hakam Rules (Selangor State) 2014 has embedded specific and detailed elements regarding the implementation of the weighing arbitration process through the provisions that cover pertaining to the appointment of hakam, functions, proceedings of the tahkim session, the committees of hakam, the ethics of hakam and complaints against the panels of hakam. Accordingly, it is clear that hakam is one of the important alternative methods to resolve shiqaq in marriage. Hence, this study is expected to provide guidance and benefit for the implementation of hakam in other states.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Chaq, Moh Dliya`ul, and Samsul Maarif. "PERAN HAKAM DALAM PERKARA CERAI GUGAT DENGAN ALASAN SYIQAQ." Minhaj: Jurnal Ilmu Syariah 1, no. 1 (2020): 18–34. http://dx.doi.org/10.52431/minhaj.v1i1.276.

Full text
Abstract:
Saat ini banyak kritikan yang diajukan kepada lembaga peradilan. Peradilan dianggap sebagai lembaga yang sangat formal dan terkesan jauh dari masyarakat. Selain itu, penyelesaiannya dianggap tidak menyelesaikan masalah yang dihadapi, bahkan justru menimbulkan permasalahan yang baru, seperti adanya permusuhan antara suami istri beserta masing-masing keluarganya sebagai akibat putusan perceraian. Untuk menghindari hal tersebut, maka sebelum berperkara hakim diwajibkan untuk mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa.
 Salah satu gugatan yang sering terjadi adalah karena alasan syiqaq, yaitu perselisihan yang tajam dan terus menerus antara suami istri. Apabila terjadi hal yang demikian maka suami isteri harus segera diberi nasehat dengan cara mengutus Hakam sebagai juru damainya. Hal ini dilakukan agar upaya perdamaian bisa dilakukan secara optimal, tidak sekedar formalitas dan diharapkan dapat mengurangi angka perceraian. Penerapan Hakam sebagai upaya penyelesaian perselisihan karena alasan syiqaq di berbagai pengadilan tingkat pertama menghadapi banyak kendala, baik teknis maupun non-teknis. Karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengkaji efektifitas peran hakam dalam menengahi masalah perceraian tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Qisom, Shobikhul, Wahyu Firman Ekasila, and Fathurrahman Masrukan. "Manajemen Perawatan Masjid Baitul Hakam Pelindo III Perak Surabaya." Masjiduna : Junal Ilmiah Stidki Ar-Rahmah 2, no. 1 (2019): 53. http://dx.doi.org/10.52833/masjiduna.v2i1.51.

Full text
Abstract:
ABSTRACTBaitul Hakam Pelindo III mosque is an asset of a Pelindo Company, the management of maintainance of this mosque, including the the maintenance of the park with its cleanliness, the cleanliness of wudhu area, toilet and the cleanliness of the main area of the mosque. The process of maintaining activities are written in SOP, however the official are divided into two devisions, namely: internal and external official. The external official is the cleaning servicer from BSI, so the cleanliness of the mosque could be mainly devided into two, from the mosque and BSI. The aims of this research are to explain the management of maintenance of Hakam Pelindo III Surabaya mosque, explain and give data about facilities are in Baitul Hakam mosque and inform the budget of maintanance Baitul Hakam. The method of this research is qualitative with descriptive approach. The results of this research on the management of maintance Baitul Hakam mosque are to : explain the management of maintance if Baitul Hakam from management approach generally and explain the activities of maintaining abaitul Hakam, the explain the various facilities and its maintance. The final is to explain the sum of budget that is used for maintaining Baitul Hakam Pelindo mosque.ABSTRAKMasjid Baitul Hakam Pelindo III Surabaya adalah aset dari perusahaan Pelindo III Surabaya, manajemen perawatan di masjid ini meliputi perawatan taman beserta kebersihannya, kebersihan tempat wudhu dan toilet dan kebersihan ruang utama masjid aktivitas perawatan tertulis dalam Standard Operating Procedure (SOP) namun pegawai masjid terbagi dua yaitu dari pegawai internal dan pegawai eksternal, pegawai eksternal masjid yaitu cleaning servis dari BSI (Best Servis Indonesia) karena itu SOP kebersihan terbagi menjadi dua juga dari masjid dan dari BSI. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat memaparkan manajemen perawatan masjid Baitul Hakam Pelindo III Surabaya, menjelaskan dan memberi data fasilitas yang ada di masjid Baitul Hakam dan menginformasikan anggaran perawatan masjid Baitul Hakam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian manajemen perawatan masjid Baitul Hakam adalah menjelaskan manajemen perawatan masjid Baitul Hakam dari sisi manajemen secara umum dan menjelaskan aktivitas perawatan di masjid Baitul Hakam surabaya, kemudian menjelaskan ragam fasilitas serta pengelolaannya terakhir menjelaskan total anggaran yang dikeluarkan masjid dari perawatan tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Muslem, Muslem, and Siti Aminah Binti Abd Samat. "Mekanisme Majelis Tahkim Dalam Penyelesaian Sengketa Rumah Tangga (Analisis Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Nomor 2 Tahun 2003 Seksyen 48 tentang Penambahan Kaedah-Kaedah Hakam di Mahkamah Rendah Syariah Shah Alam, Selangor, Malaysia)." Media Syari'ah 20, no. 1 (2020): 75. http://dx.doi.org/10.22373/jms.v20i1.6502.

Full text
Abstract:
Majelis Tahkim sebagai proses penyelesaian sengketa (syiqāq) yang melibatkan pertemuan suami dan isteri bersama dengan Hakam untuk tujuan perdamaian atau perceraian dengan lafaz talak atau dengan khuluk. Berdasarkan fakta empiris menyatakan bahwa salah satu provinsi yang paling menonjol menggunakan metode Majelis Tahkim ini adalah Provinsi Selangor. Sebagaimana yang diketahui oleh penulis bahwa praktek Majelis Tahkim di Mahkamah Rendah Syariah Shah Alam menggunakan Kaedah-Kaedah Hakam yang diterapkan khusus di Provinsi Selangor sahaja yang berbeda dengan provinsi yang lain di Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran bagaimana praktek Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Nomor 2 Tahun 2003 Seksyen 48 mengenai penambahan Kaedah-Kaedah Hakam (Negeri Selangor) terhadap pelaksanaan Majelis Tahkim dalam penyelesaian sengketa rumah tangga (syiqāq) di Mahkamah Rendah Syariah Shah Alam. Penulisan skripsi ini adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme Majelis Tahkim dalam penyelesaian sengketa rumah tangga dan keunggulan Kaedah-Kaedah Hakam yang digunakan. Oleh itu, penulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis. Dari hasil penelitian penulis dapat disimpulkan bahwa mekanisme Majelis Tahkim dalam penyelesaian sengketa rumah tangga di Mahkamah Rendah Syariah Shah Alam menggunakan Kaedah-Kaedah Hakam terdapat beberapa keunggulan antaranya menjelaskan tentang Hakam dan proses Majelis Tahkim secara rinci sebagai panduan Hakam. Seterusnya, proses Majelis Tahkim ini mampu mengurangi beban Mahkamah Syariah dalam menyelesaikan kasus yang banyak di meja Mahkamah. Oleh hal yang demikian, diharapkan bagi pihak kerajaan perundangan untuk memberlakukan Kaedah-Kaedah Hakam ini bagi semua provinsi di Malaysia agar Hakam mendapatkan panduan lebih mendalam terkait Hakam dan proses Majelis Tahkim. Tahkim Assembly as a dispute resolution process (SYIQĀQ) involving a husband and wife meeting along with Hakam for peace or divorce with the pronunciation of Talak or with Khuluk. According to empirical facts, it states that one of the most prominent provinces using the method of the Tahkim assembly is Selangor province. As it is known by the authors that the practice of the Tahkim assembly in Shah Alam Sharia court used the essential methods applied in the province of Selangor only different from other provinces in Malaysia. This study aims to obtain an overview of the enactment of Islamic Family Law number 2 the year 2003 section 48 on the addition of the Hakam methods (Selangor State) on the implementation of the Tahkim assembly in the settlement of household disputes (SYIQĀQ) in the Syariah low court of Shah Alam. The writing of this thesis is aimed at knowing how the Tahkim assembly mechanisms in the settlement of household disputes and the excellence of the Hakam methods used. Thus, this writer uses a descriptive method of analysis. From the results of the author's research can be concluded that the mechanism of the Tahkim assembly in the settlement of household disputes in Shah Alam Syariah low court using the essential methods there are several advantages between explaining Hakam and the process of Tahkim assembly in detail as a guide to Hakam. Subsequently, the Tahkim assembly process was able to reduce the burden of sharia Court in resolving many cases at the Court table. Therefore, it is expected for the legal government to enforce this Hakam method for all provinces in Malaysia for Hakam to obtain a more in-depth guide to the Hakam and the process of the Tahkim assembly.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Huzaimah, Arne. "MENELAAH PELAKSANAAN PENGANGKATAN HAKAM PADA PERKARA SYIQAQ DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA DAN MAHKAMAH SYAR’IYAH MALAYSIA." Nurani: Jurnal Kajian Syari'ah dan Masyarakat 19, no. 1 (2019): 15–26. http://dx.doi.org/10.19109/nurani.v19i1.1940.

Full text
Abstract:
Syiqaq is a constant dispute and quarrel between husband and wife. To overcome the problem of syiqaq, then Allah SWT has arranged it directly in the Qur'an, the letter an-Nisa (4) verse 35, namely by adopting the hakam that comes from the family of each party to reconcile the two husband and wife. The implementation of the appointment of the rights applied in the procedural law of the religious court in Indonesia is not imperative, it all depends on the judge's judgment. Hakam in the Indonesian Religious Court only functions to reconcile the two parties (husband and wife) who are at loggerheads and not the authority to decide. So Hakam only serves as a mediator not an arbitrator. At the Malaysian Syar'iyyah Court, Hakam must obtain full authority from his principal. Husband may give full authority to the husband Hakam to pronounce divorce to his wife before the Court, and the wife can give full power to his wife Hakam to do khuluk or accept Lafaztalak before the Court.
 keywords: Hakam, Pengadilan Agama, Mahkamah Syar’iyyah
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Anggraeni, Farah Nur, and Malik Ibrahim. "PERAN MEDIASI DALAM MENANGGULANGI ANGKA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA WONOSOBO TAHUN 2012." Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum 7, no. 2 (2022): 217. http://dx.doi.org/10.14421/al-mazaahib.v7i2.2863.

Full text
Abstract:
Mediasi merupakan proses penyelesaian suatu sengketa yang dibantu pihak ketiga melalui suatu perundingan atau pendekatan mufakat antara kedua belah pihak, dimana orang yang menjadi penengah suatu sengketa menurut Peraturan Mahkamah Agung PERMA disebut mediator. Dengan meningkatnya perceraian di Pengadilan Agama Wonosobo peran mediasi sangat dibutuhkan untuk mengurangi penumpukkan perkara. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana peran/efektifitas praktik mediasi dalam mengatasi jumlah perkara yang semakin meningkat, dan apakah praktik tersebut sudah sesuai dengan konsep hakam dan Hukum Islam. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran / efektifitas pelaksanaan mediasi di PA Wonosobo pada tahun 2012 masih kurang berhasil atau kurang maksimal. Hal tersebut disebabkan dua hal, baik dari aspek PA (hakim) maupun dari aspek para pihak yang berperkara. Dari aspek hakim dari sebelas hakim yang bertugas di PA Wonosobo hanya satu orang yang sudah mengikuti pelatihan mediasi (bersertifikat). Sedangkan dari para pihak yang berperkara yaitu banyaknya perkara verstek, serta para pihak yang belum memahami pentingnya mediasi disamping hal tersebut diperkuat oleh motifasi dari para pihak yang berperkara hanya untuk bercerai saja, disamping bila rumah tangganya diteruskan hanya mendatangkan kemadhorotan, sehingga perkara gugatan perceraian dikabulkan. Praktik mediasi di PA Wonosobo tahun 2012 tersebut sudah sesuai dengan konsep hakam dalam Hukum Islam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Mauludi, Mauludi, Muhammad Supriyanto, and Airlangga Bramayudha. "Manajemen Pengelolaan Aset Pada Tempat Ibadah." Masjiduna : Junal Ilmiah Stidki Ar-Rahmah 2, no. 2 (2019): 80. http://dx.doi.org/10.52833/masjiduna.v2i2.53.

Full text
Abstract:
ABSTRACTThe aim of this research is to describe management related to asset management in places of worship. The object of research is the garden assets. This research was conducted at Baitul Hakam Pelindo III Perak Mosque in Surabaya. This research uses a qualitative method with a descriptive approach. This study uses data collection techniques through interviews, observation and documentation. Number of informants, namely 1. Deputy chairman of takmir 2. Garden employees. In general, it can be concluded that the Baitul Hakam Mosque is a typical office mosque because it is located in the Pelindo office area. Garden management activities at Baitul Hakam Pelindo III Perak Surabaya Mosque are also running or in accordance with existing theories and realities. Namely applying management elements which include Man (human), Money (money), Materials (objects), Machines (machines / tools), Methods (ways), and Markets (markets). Takmir Baitul Hakam Mosque has also carried out functions in the management process which include planning, organizing, actuating, and controlling. In addition, it can also be seen that the work system implemented by the Baitul Hakam Takmir Mosque such as a finger scan every entry and return, various rewards and punishments for employees can also make the park management activities at Baitul Hakam Mosque run well.ABSTRAKTujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan terkait Manajemen Pengelolaan aset pada tempat ibadah. Objek penelitian ada pada aset pertamanan. Penelitian ini dilaksanakan di masjid Baitul Hakam Pelindo III Perak Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Jumlah informan, yaitu 1. Wakil ketua takmir 2. Pegawai taman. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa Masjid Baitul Hakam adalah tipikal masjid perkantoran dikarenakan letaknya di area perkantoran Pelindo. Kegiatan manajemen pertamanan di Masjid Baitul Hakam Pelindo III Perak Surabaya juga berjalan atau ada kesesuaian dengan teori dan realitas yang ada. Yaitu menerapkan unsur-unsur manajemen yang di antaranya Man (manusia), Money (uang), Materials (benda), Machines (mesin/alat), Methods (cara), dan Markets (pasar). Takmir Masjid Baitul Hakam juga telah menjalankan fungsi-fungsi di dalam proses manajemen yang diantaranya adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawaasan (controlling). Selain itu juga dapat diketahui bahwa sistem kerja yang diterapkan oleh Takmir Masjid Baitul Hakam seperti finger scan setiap masuk dan pulang, berbagai reward dan punishment bagi para pegawai juga dapat membuat aktivitas manajemen pertamanan di Masjid Baitul Hakam berjalan dengan baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Asnawi, Syukri, Khairul Fahmi, and Abdul Manan Manan. "PENYELESAIAN NUSYUZ SUAMI OLEH TUHA PEUT DI KABUPATEN NAGAN RAYA." AHKAMUL USRAH: Jurnal S2 Hukum Keluarga dan Peradilan Islam 3, no. 2 (2024): 38–45. https://doi.org/10.22373/ahkamulusrah.v3i2.5007.

Full text
Abstract:
Tulisan ini merupakan hasil penelitian penulis dengan menganalisa pola penyelesaian kasus nusyuz suami terhadap istri oleh tuha peut sebagai hakam di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, dimana umumnya jika terjadi nusyuz suami kewajibannya ini diselesaikan secara adat melalui Tokoh adat gampong yang diutus sebagai hakam. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pola dan upaya penyelesaian kasus nusyuz suami terhadap istri oleh tuha peut sebagai hakam dan menganalisis efektifitas pola penyelesaian kasus nusyuz suami terhadap istri oleh tuha peut sebagai hakam. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa upaya penyelesaian nusyuz suami ini dengan cara mediasi yang di lakukan kantor geuchik ataupun dirumah suami istri tersebut, penyelesaian tersebut dilakukan melalui adat gampong setelah mendapatkan laporan dari pihak-pihak suami istri. Adapun pola penyelesaian kasus nusyuz suami terhadap istri ini memiliki beberapa tahapan yaitu (a)Tahapan pelaporan. (b) Penerimaan Laporan. (c) Tahapan Persidangan. (d) Tahapan pembacaan putusan dan pemberian sanksi. Sedangkan efektifitas pelaksanaan perdamaian yang di lakukan oleh tuha peut gampong sebagai hakam dalam mengatasi nusyuz suami di kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya sudah efektif, namun ada beberapa faktor yang memang tidak bisa untuk diselesaikan oleh tokoh adat gampong sebagai hakam. Keberhasilan atau kegagalan hakam berpengaruh dengan faktor yang mendukung terjadinya proses perdamaian
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Armiadi, Armiadi, and Muhamad Al-Fattah Bin Abu Bakar. "Peran Hakam (Juru Damai) dalam Mengatasi Perceraian (Studi Di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, Malaysia)." El-USRAH: Jurnal Hukum Keluarga 1, no. 1 (2019): 37. http://dx.doi.org/10.22373/ujhk.v1i1.5563.

Full text
Abstract:
Hakam merupakan suatu istilah perwakilan untuk urusan suami istri atau sering disebut juru damai yang diutus pada saat terjadi perselisihan rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang peran dan upaya hakam (juru damai), kendala-kendala serta efektifitas dibentuknya hakam sebagai juru damai dalam upaya mengurangi angka perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Malaysia. Dalam menyusun artikel ini, penulis menggunakan metode kajian lapangan (field research) dengan menggunakan beberapa teknik yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data-data yang terkumpul tersebut bersumberkan kepada data primer yaitu data-data yang peneliti peroleh dari lapangan dan data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari buku-buku, ensiklopedia, dan karya tulisan ilmiah yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti. Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Dalam kajian ini, penulis mendapati bahwa peran hakam (juru damai) adalah mendamaikan atau menjadi penengah antara pasangan suami istri yang sedang bersengketa, dengan cara meneliti dan mencari titik akar permasalahan dengan harapan dapat didamaikan. Hakam (juru damai) berupaya untuk mencari tahu apa yang menjadi penyebab perselisihan atas kebijaksanaan mereka untuk mendapatkan jalan terbaik dalam proses perdamaian. Penulis juga mendapati bahwa adanya kendala-kendala yang timbul dari proses perdamaian tersebut, antaranya adalah tidak ada kerjasama dari para pihak, tidak ada insentif yang diberikan kepada hakam (juru damai), sulit untuk menemukan perwakilan dari pihak yang bersengketa jika pihak yang disengketakan tidak memiliki keluarga, hakam (juru damai) yang saling bertukar atas perintah Mahkamah dan sampai saat ini Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang belum menerbitkan suatu kaidah-kaidah khusus tentang kriteria hakam (juru damai). Adapun peran hakam (juru damai) di dalam mengatasi perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Malaysia masih kurang efektif karena statistik perceraian yang telah dikeluarkan ternyata masih mengalami angka peningkatan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Mohamad Cusairi, Rafidah, Mahdi Zahraa, and Rukhaiyah Abd Wahab. "ROLE AND ETHICS OF HAKAM IN RESOLVING MATRIMONIAL DISPUTES." International Journal of Law, Government and Communication 9, no. 36 (2024): 316–22. http://dx.doi.org/10.35631/ijlgc.936023.

Full text
Abstract:
Conflicts and disagreements are part and parcel of married life. As revealed in the Qur’an the best way to resolve conflict in family is by the efforts of the spouses themselves. In the event of failure to restore harmony between the spouses, Islam laid out other remedies from outside the conjugal home where competent third parties are available to assist in resolving the conflict. In Malaysia, provisions relating to third party intervention can be found, for instance, under sections 47 and 48 of Part V on the Dissolution of Marriage of the Islamic Family Law (Selangor) Enactment 2003. The sections respectively provide clauses for conciliatory committee and arbitration. The courts, under s. 48 will appoint two hakam (arbitrators) to act for the husband and the wife. In agreement with the Islamic law of Tahkim, it is recommended that where possible, for a hakam to be from among the family of the spouses. This paper seeks to examine first, the role of Hakam in a Tahkim process and, second, the ethics of Hakam. To achieve this, apart from field research, the Hakam Rules 2014 of Selangor was referred to to examine detailed aspects on the qualifications, role and ethics of Hakam. A minor fieldwork was conducted at Shah Alam Syariah Subordinate Court. 20 case files involving settlement reached through tahkim sessions were examined. Separate interviews with Syariah Court Judge as well as ‘court-annexed’ hakam were also carried out. The findings suggest that besides emphasizing on the principal requirements, it is equally important to pay greater attention to promoting additional qualification and nurturing relevant skills in the light of the hakam duties as third party in resolving family disputes. Furthermore, maintaining the characteristic as hakam by following the code of ethics is another key to the successfulness of majlis tahkim.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Bahri, Samsul, Gt Muhammad Irhmana Husin, and Abdan Rahim. "KEBIJAKAN AL-HAKAM DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEMAJUAN DI ANDALUSIA." FIKRUNA: Jurnal Ilmiah Kependidikan dan Kemasyarakatan 7, no. 2 (2025): 724–37. https://doi.org/10.56489/fik.v7i2.310.

Full text
Abstract:
Pada abad ke-10 Masehi, Andalusia (Spanyol Modern) berada di bawah pemerintahan Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir (961-976 M). Masa ini dikenal seabagai “Zaman Keemasan Islam” di Andalusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap peran Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir dalam perkembangan pendidikan dan kehidupan intelektual di Andalusia di masa pemerintahannya. Al-Hakam seorang negarawan cendekiawan yang sangat konsen terhadap dunia pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk merealisasikan misinya tesebut dia melakukan beberapa kebijakan, yaitu: pengembangan perpustakaan, pendidikan gratis, pengembangan kurikulum, pengajian kitab, pengembangan uiversitas. Kebijakan Al-Hakam tersebut berdampak pada: meningkatnya kesadaran intelektual Masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan, pengaruh terhadap perkembangan zpendidkan di Eropa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Wibowo, Hari Santoso, and Andi Muhammad Yusril. "PEMBERDAYAAN UNTUK MENGURANGI KEMISKINAN JAMAAH MASJID MELALUI PROGRAM NASI BUNGKUS." Masjiduna : Junal Ilmiah Stidki Ar-Rahmah 4, no. 1 (2021): 25. http://dx.doi.org/10.52833/masjiduna.v4i1.75.

Full text
Abstract:
Kemiskinan menjadi problematika yang selalu ada hingga saat ini. Semua pihak diharapkan berperan serta untuk membantu mengurangi kemiskinan. Masjid Baitul Hakam Pelindo III Surabaya berupaya mengoptimalkan fungsinya sebagai lembaga dakwah dan sosial agar dapat membantu memberi solusi dalam mengurangi kemiskinan dengan cara memberdayakan jamaahnya pada pelaksanaan salah satu programnya, yaitu “Program Nasi Bungkus”. Penelitian ini mengenai bagaimana proses pelaksanaan program nasi bungkus yang dilakukan oleh Masjid Baitul Hakam. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif studi kasus pada Program Nasi Bungkus Masjid Baitul Hakam Pelindo III Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bagaimana program pembagian nasi bungkus yang diselenggarakan oleh Masjid Baitul Hakam melibatkan jamaahnya dalam proses pengadaan nasi bungkus, sehingga secara tidak langsung dapat membantu meningkatkan perekonomian jamaah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Auhaina, Adillya Kafilla, and Khairunnisa Etika Sari. "Peran Perpustakaan Khalifah al-Hakam II dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan pada Zaman Keemasan Islam di Spanyol." Thaqafiyyat : Jurnal Bahasa, Peradaban dan Informasi Islam 21, no. 1 (2023): 17. http://dx.doi.org/10.14421/thaq.2022.21102.

Full text
Abstract:
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui peran perpustakaan Khalifah al-Hakam II yang pada saat itu ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan baik dan pesat, sehingga dikenal sebagai masa keemasan Islam di Andalusia, Spanyol. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan jenis penelitian kepustakaan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dinasti Bani Umayyah II di Andalusia didirikan oleh Abdurrahman ad-Dakhil (756-1031 M), dari kepemimpinannya terdapat salah satu periode yang paling menonjol yaitu pada masa Hakam II pada 961-976 M Khalifah al-Hakam II memiliki kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, salah satunya diwujudkan dalam Perpustakaan Cordoba yang pembangunannya didirikan oleh Muhammad I, kemudian dikembangkan oleh Abdurrahman III dan kemudian pengembangan perpustakaan tersebut diperbaharui ketika masih di bawah kepemimpinan Hakam II, dengan mencapai puncaknya Perpustakaan Cordova menjadi yang terbesar dan terbaik. Peran Perpustakaan Khalifah al-Hakam II adalah pengembangan perpustakaan, pendirian sekolah dan universitas, perubahan dari perpustakaan swasta menjadi perpustakaan umum, buku gerakan penerjemahan, dan menghadirkan cendekiawan muslim dalam bidang bahasa dan sastra, filsafat, pendidikan dan akal, agama, dan sains.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Sersar, Sameh Ibrahim. "Reply to Dr Abdel Hakam." European Journal of Cardio-Thoracic Surgery 29, no. 1 (2006): 125–26. http://dx.doi.org/10.1016/j.ejcts.2005.10.004.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Ramadhani, Putri. "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WANITA DI TINJAU DARI HUKUM ISLAM." Juripol 4, no. 1 (2021): 427–36. http://dx.doi.org/10.33395/juripol.v4i1.11185.

Full text
Abstract:
Perlindungan hukum terhadap wanita sebagai korban KDRT perspektif Hukum Islam yaitu dengan adanya pihak ketiga (hakam) untuk membantu menyelesaikan masalah kekerasan terhadap wanita terutama istri, Dan apabila hakam tidak dapat mencegah kekerasan tersebut maka diserahkan keputusannya kepada hakim untuk mengadakan talak untuk melindungi istri. Namun telah di jelaskan dalam Alquran dan Hadis bahwa orang yang melakukan KDRT akan mendapatkan sanksi atau balasan yang setimpal sesuai dengan perbuatannya. Perspektif Hukum Positif telah dijelaskan dalam UU RI Nomor 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT menyatakan bahwa segala bentuk kekerasan merupakan pelanggaran HAM dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan, serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus. Istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga berhak mendapatkan perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, advokat dan lembaga sosial lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan. Jadi penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kekerasan terhadap istri dalam Hukum Islam dan Hukum Positif tidak dibolehkan karena dimata Allah swt laki-laki maupun perempuan semua sama derajatnya dan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan (Innallaha laa yuhibbul mufsidin).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Syafuri, B. "PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DAULAH UMAYAH II." ALQALAM 22, no. 1 (2005): 44. http://dx.doi.org/10.32678/alqalam.v22i1.1438.

Full text
Abstract:
Sejarah Islam di Spanyol khususnya Daulah Umayah II bisa dibagi menjadi lima periode. Periode pertama tahun 756-912 M. dipimpin oleh Khalifah Abdurrahman I, periode kedua tahun 912-1013 M. dipimpin oleh Khalifah Hisyam, periode ketiga tahun 1013-1086 M. dipimpin oleh Khalifah Hakam I, periode keempat tahun 1086-1248 M. dipimpin oleh Khalifah Abdurrahman II, dan periode kelima tahun 1248-1492 M. dipimpin oleh Khalifah Muhammad I.
 Kebijakan-kebijakan Khalifah Hakam II yaitu mengadakan upacara­upacara keagamaan dengan secara ketat dan melaksanakan ajaran-ajaran sunnah di seluruh wilayah kekuasaan Daulah Umayah II, Pembangunan Rumah Sakit Umum, Sarana Pemukiman, Sumber daya alam, Sarana transportasi, menjaga ketentraman dan toleransi.
 Peristiwa peperangan pun terjadi pada masa Khalifah Hakam II dengan kejadian orang-orang Kristen mulai bangkit untuk melakukan gerakan-gerakan perlawanan terhadap kekuasaan Daulah Umayah II. Tetapi kemajuan Daulah Umayah II pada masa Khalifah Hakam II terkenal pula kerena pengembangan ilmu dan kebudayaannya, mencintai kesusasteraan dan ilmu pengetahuan serta membiarkan kemewahan hatinya kepada para cendekiawan.
 Kata Kunci: Daulah Umayah, Khalifah, Sejarah Islam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Hilal, Moh, Elma Habibah Naila, and Andi Alfarisi. "Peran Netizen sebagai Hakam dalam Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga (Studi terhadap Group Facebook “Curhat Masalah Rumah Tangga Indonesia”)." Indonesian Journal of Islamic Law and Civil Law 4, no. 2 (2023): 109–22. http://dx.doi.org/10.51675/jaksya.v4i2.527.

Full text
Abstract:
Perkembangan teknologi saat ini semakin canggih, membawa perubahan besar bagi umat manusia dalam segala aspek kehidupan nya, tak terkecuali tentang Hakam (juru damai) yang saat ini telah banyak dilakukan oleh netizen akibat postingan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai permasalaha keluarga, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana pandangan hukum Islam terhadap peran netizen sebagai Hakam dan mengapa netizen memilih media sosial sebagai tempat membagikan permasalahan keluarga. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif-empiris dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil akhir dari kajian ini adalah Islam memperbolehkan netizen berperan sebagai hakam untuk keharmonisan keluarga karena sama-sama mempunyai tujuan baik yaitu mendamaikan keluarga yang bersengketa, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah an-Nisa’ ayat 35, juga karena sikap ketergantungan netizen terhadap media sosial itu sendiri yang lebih memilih media sosial dalam membagikan aktifitas hidupnya terutama masalah keluarga karena lebih mudah dan lebih bisa leluasa jika dibandingkan dengan secara manual karena merasa tidak enak terlebih kepada pihak keluarganya
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Nento, Fauzan, and Titin Samsudin. "The Case of Syiqaq in Judges’s Gorontalo Religion Court Perspective." Al-Mizan 14, no. 2 (2018): 220–39. http://dx.doi.org/10.30603/am.v14i2.936.

Full text
Abstract:
Penelitian ini membahas persepsi hakim di Pengadilan Agama Gorontalo tentang perkara syiqaq. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode pengumpulan data berupa pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan deksriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan perkara syiqaq di Pengadilan Agama menimbulkan gesekan persepsi antara syariat Islam, undang-undang perkawinan serta Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia sehingga menimbulkan kontroversial di era sekarang ini. Perceraian karena syiqaq mempunyai karakteristik, yaitu melibatkan 2 orang hakam atau juru damai dari kedua belah pihak, namun dalam aktualisasi di dalam lembaga Peradilan Agama telah berubah sehingga syiqaq tidak nampak lagi dan hanya menjadi satu wacana teori saja.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Sumanto, Dedi, and Syamsinah Syamsinah. "Medisi dan Hakam dalam Hukum Acara Peradilan Agama." Al-Mizan 11, no. 1 (2015): 152–62. http://dx.doi.org/10.30603/am.v11i1.994.

Full text
Abstract:
This paper discusses mediation and hakam (peacemaker) in procedural law the Religious Courts. This article uses the legal approach and it is analyzed by qualitative descriptive method. The results showed that mediation is a step that is carried out through the Islamic Court judges mediators to facilitate dialogue, assist the parties to clarify the needs and desires of justice seekers, set up guide, assist the parties in rectifying differences of views and work towards an acceptable the parties in the settlement binding
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Yusupova, Janar, Dilrabo Anvarova, Sardorbek Omonov, and Komron Raximov. "DASTURLASHNI O'RGANUVCHILAR UCHUN YARATILGAN "ONLINE HAKAM" TIZIMLARI TAHLILI." SCHOLAR 2, no. 1 (2024): 233–37. https://doi.org/10.5281/zenodo.10480708.

Full text
Abstract:
  Hozirgi kunda AT sohasi bilan tanilgan kompaniyalar tomonidan dasturlash bo‘yicha ko‘plab sovrinli musobaqalar tashkil qilinmoqda. Jumladan ACM ICPC, Google codejam, Facebook hacker cup, Yandex Algorithm musobaqalari. Bu musobaqalarni o‘tirishdan maqsad kuchli dasturchilarni saralab olish va ularni ish o‘rni bilan ta’minlashdan iborat. Bu musobaqalar aqliy sport(“mind sport”) turi bo‘lib, bunda berilgan algoritmik masalalarni C, C++, Java, Python, Kotlin va boshqa dasturlash tillarida tez va xatosiz dasturini tuzishi lozim bo‘ladi. Musobaqada yaxshi natija ko‘rsatgan qatnashuvchilar sovrinlar bilan taqdirlanadi. Odatda bu musobaqalarda barcha davlatlardan qatnashishadi va ularning soni 100000 gacha bo‘lishi mumkin. Shuning uchun bu musobaqalarni 2 yoki 3 bosqichda o‘tkazishadi. Dastlab saralash bosqichlari va oxirida final bosqichi bo‘ladi. Odatda bu musobaqalarda 10 tadan 15 tagacha masalalar qo‘yiladi va shu masalalar soniga qarab 4 yoki 5 soat vaqt ajratiladi. Musobaqa ACM qoidasi bo‘yicha baholanadi. Bu qoidaga ko‘ra ko‘p masala yechgan ishtirokchi baholash tizimida yuqorida joylashadi, agar yechgan masalalari soni teng bo‘lib qolsa unda jarima vaqti bo‘yicha baholanadi. Jarima vaqti yechgan masalalarning yechgandagi vaqtlari yig‘indisiga teng bo‘ladi va har bir noto‘gri yechim uchun qo‘shimcha 20 daqiqa qo‘shiladi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Cabañero Subiza, Bernabé, and Valero Herrera Ontañón. "Nuevos datos para el estudio de la techumbre de la ampliación de al-Hakam II de la mezquita aljama de Córdoba: cuestiones constructivas." Artigrama, no. 16 (December 9, 2022): 257–83. http://dx.doi.org/10.26754/ojs_artigrama/artigrama.2001168429.

Full text
Abstract:
El presente artículo aborda las cuestiones constructivas de la techumbre de la Gran Mezquita de Córdoba. Los dos siguientes estudios que forman esta pequeña serie de trabajos sobre esta cubierta de madera se espera que se publiquen por orden cronológico de aparición en las revistas Cuadernos de Madinat al-Zahra’ y Madrider Mitteilungen, de tal manera que el primero abordará el análisis de la policromía de la techumbre y el segundo el estudio de sus elementos decorativos.
 Las piezas que se conocen pertenecen a un mismo estilo y a una sola techumbre que cubría exclusivamente el espacio ampliado a instancias del califa al-Hakam II entre los años 961 y 966. Con la construcción de esta techumbre mucho más rica que la del resto de la sala de oración se pretendió recalcar todavía más la idea de que la ampliación de al-Hakam II es en la práctica una mezquita completamente autónoma dentro de otra mezquita.
 Esta techumbre de época de al-Hakam II enfatizaba las tres naves centrales de la sala de oración, a las que se accedía por vanos diferentes a los de las otras ocho, constituyendo un evidente precedente del plan arquitectónico de la Segunda Kutubiyya almohade de Marrakech (Marruecos).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

حمد البياتي, ياسر رشيد. "Image manifestations in the poetic realism of Yahya bin al-Hakam al-Ghazal." JOURNAL OF LANGUAGE STUDIES 6, no. 4, 2 (2023): 226–38. http://dx.doi.org/10.25130/jls.6.4.2.19.

Full text
Abstract:
In our research, we dealt with an important personality from Andalusia famous for its beauty and magic, and he is the poet (Yahya bin Hakam Al-Ghazal Al-Andalusi). The research relied primarily on (Divan of Yahya ibn al-Hakam al-Ghazal, collection and investigation by Dr. Muhammad Radwan al-Daya - Dar al-Fikr, Damascus, Syria) 1st edition, 1993 AD, as well as the book (Yahya ibn Hakam al-Ghazal, Prince of the Poets of Andalusia in the third century AH and ambassador of the Prince of Andalusia to the Emperor of Constantinople and King of the Normans 250 AH - 864 AH) authored by Muhammad Salih al-Bundaq, 1st Edition, Dar Al-Afaq Al-Jadidah (Beirut - 1979 AD). And other sources, and this study adopted an artistic approach based on attracting poetic texts and analyzing them to show the places of beauty in which the artistic image was evident, in addition to that other studies are presented in the folds of the pages. The poetic image he has, and the second topic, marked by (realism in the poetry of the deer), came to study the realism in the poet's poetry and the manifestations of the poetic image in the most important purposes for which he wrote the deer.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Cuenca Abellán, Belén. "Islam y Arte. El simbolismo del templo microcósmico en la maqsura califal de al-Hakam II." Imago crítica. Revista de Antropología, Comunicación y Estudios Culturales, no. 9 (December 15, 2023): 283–323. http://dx.doi.org/10.30827/ic.28989.

Full text
Abstract:
En el presente trabajo se profundizará sobre las conexiones estéticas y simbólicas que ofrece la macsura de al-Hakam II, construida en el siglo X, con la estructura del llamado templo microcósmico. Este modelo de templo se desarrolló en el Mediterráneo debido a las distintas formas de entender el concepto de lo sagrado en un sentido mucho más abstracto en el tiempo de la Antigüedad Tardía. El ejemplo más ilustrativo del templo microcósmico es Santa Sofía de Constantinopla, pero lo que aquí interesa es cómo pudo encajar esta forma de entender el lugar de culto, asociada al mundo cristiano, en un contexto islámico como fue la Córdoba Omeya del siglo X. Partiendo de investigaciones anteriores realizadas por Ruiz Souza, Dodds, Ewert o Calvo Capilla sobre la macsura de al-Hakam II se ha llevado a cabo una labor exhaustiva de análisis de la arquitectura religiosa tardoantigua para poder compararla con los nuevos lugares de culto islámicos, concretamente, del periodo Omeya. Como resultado se han hallado importantes paralelismos visuales, más conocidos, pero también simbólicos, que llevan a pensar en que al-Hakam II recuperó en su ampliación de la Mezquita de Córdoba toda una serie de elementos iconográficos que relacionaban este espacio con el templo microcósmico. De este modo, el segundo califa de al-Andalus legitimaba su poder en conexión con los emperadores romano-orientales y con los soberanos de Occidente.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Challacombe, Jean F., Michael R. Altherr, Gary Xie, et al. "The Complete Genome Sequence of Bacillus thuringiensis Al Hakam." Journal of Bacteriology 189, no. 9 (2007): 3680–81. http://dx.doi.org/10.1128/jb.00241-07.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Bacillus thuringiensis is an insect pathogen that is widely used as a biopesticide (E. Schnepf, N. Crickmore, J. Van Rie, D. Lereclus, J. Baum, J. Feitelson, D. R. Zeigler, and D. H. Dean, Microbiol. Mol. Biol. Rev. 62:775-806, 1998). Here we report the finished, annotated genome sequence of B. thuringiensis Al Hakam, which was collected in Iraq by the United Nations Special Commission (L. Radnedge, P. Agron, K. Hill, P. Jackson, L. Ticknor, P. Keim, and G. Andersen, Appl. Environ. Microbiol. 69:2755-2764, 2003).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Roslan, Putera Areff, Ezad Azraai Jamsari, Mohamad Zulfazdlee Abul Hassan Ashari, Burhanuddin Jalal, and Raja Muhammad Imran Raja Abdul Aziz. "[Muhammad Ibn Abi ‘Amir’s Political Involvement According to The Chronicle Of Ibn Hayyan Al-Qurtubi] Penglibatan Politik Muhammad Ibn Abi ‘Amir Menurut Catatan Ibn Hayyan Al-Qurtubi." Jurnal Islam dan Masyarakat Kontemporari 22, no. 1 (2021): 176–89. http://dx.doi.org/10.37231/jimk.2021.22.1.558.

Full text
Abstract:
Abstract
 Muhammad ibn Abi ‘Amir was a de facto leader of al-Andalus during the Umayyad rule based in Cordoba. Caliph al-Hakam II had appointed him to hold some political positions to strengthen Umayyad rule in Cordoba (al-Andalus) and al-Maghrib (North Africa). Muhammad ibn Abi ‘Amir’s political appointment was seen as a special position in Cordoba administration. This analysis is seen through the readings of the authoritative primary source written by Ibn Hayyan al-Qurtubi. Hence, the purpose of this article is to scrutinize Ibn Hayyan al-Qurtubi’s biography as an al-Andalus historian in the 5H/11AD Century in his work, al-Muqtabas fi Akhbar Balad al-Andalus. In addition, this research also describes the involvement of Muhammad ibn Abi ‘Amir in the Umayyad administration in Cordoba during the reign of Caliph al-Hakam II based on the chronicle of Ibn Hayyan al-Qurtubi. On the whole, this article is a qualitative research using historical study and content analysis in gathering and analyzing data from relevant primary and secondary sources. Based on Ibn Hayyan al-Qurtubi’s description in al-Muqtabas, this research argues that Muhammad ibn Abi ‘Amir was an authoritative political figure in 4H/10AD Century of the Umayyad rule in Cordoba. His political appointments were held in the fields, of administration, judiciary, military, security, international relations and finance. This research also concludes that Ibn Hayyan al-Qurtubi was a preeminent historian in al-Andalus through his work, al-Muqtabas fi Akhbar Balad al-Andalus, which is seen as his biggest contribution in the corpus of knowledge on Islamic history and civilization in al-Andalus.
 Keywords: Political history, al-Andalus, Cordoba, Muhammad ibn Abi ‘Amir, Umayyad Caliphate, Caliph al-Hakam II, Ibn Hayyan al-Qurtubi
 
 Abstrak
 Muhammad ibn Abi ‘Amir ialah seorang pemimpin de facto al-Andalus pada zaman pemerintahan Kerajaan Umawiyyah di Cordoba. Pihak Khalifah al-Hakam II telah melantik beliau untuk menjawat beberapa jawatan politik utama bagi memperkukuh pengaruh Kerajaan Umawiyyah di Cordoba (al-Andalus) dan di al-Maghrib (Afrika Utara). Pelantikan politik Muhammad ibn Abi ‘Amir ini turut memperlihatkan kedudukan istimewa yang diterima beliau dalam pemerintahan di Cordoba. Pencerakinan tersebut dilihat menerusi penelaahan terhadap sumber primer berwewenang yang ditulis oleh Ibn Hayyan al-Qurtubi. Oleh itu, penulisan ini bertujuan untuk meneliti biografi Ibn Hayyan al-Qurtubi sebagai tokoh sejarawan al-Andalus pada abad ke-5H/11M melalui karyanya, al-Muqtabas fi Akhbar Balad al-Andalus. Di samping itu, kajian ini turut memerihalkan penglibatan Muhammad ibn Abi ‘Amir dalam Kerajaan Umawiyyah di Cordoba pada era pemerintahan Khalifah al-Hakam II berdasarkan catatan Ibn Hayyan al-Qurtubi. Secara keseluruhannya, artikel ini merupakan kajian kualitatif dengan menggunakan reka bentuk kajian sejarah dan analisis kandungan dalam mengumpul serta menganalisis maklumat daripada sumber primer dan sekunder yang relevan. Berasaskan pemerian Ibn Hayyan al-Qurtubi dalam al-Muqtabas, kajian ini menghujahkan bahawa Muhammad ibn Abi ‘Amir ialah seorang tokoh politik berwibawa abad ke-4H/10M era Kerajaan Umawiyyah di Cordoba. Antara penglibatan politik yang disandang oleh Muhammad ibn Abi ‘Amir adalah meliputi bidang pentadbiran, kehakiman, ketenteraan, keselamatan, hubungan antarabangsa dan juga kewangan. Kajian ini turut menatijahkan Ibn Hayyan al-Qurtubi sebagai seorang tokoh sejarawan terulung di al-Andalus menerusi hasil karyanya, al-Muqtabas fi Akhbar Balad al-Andalus yang dilihat sebagai sumbangan terbesar beliau dalam korpus kelimuan sejarah dan tamadun Islam di al-Andalus.
 Kata kunci: Sejarah politik, al-Andalus, Cordoba, Muhammad ibn Abi ‘Amir, Kerajaan Umawiyyah, Khalifah al-Hakam II, Ibn Hayyan al-Qurtubi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Arief, Muhammad. "Konflik Dalam Pernikahan Menurut Perspektif Para Mufassir." Wathan: Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora 2, no. 2 (2025): 293–305. https://doi.org/10.71153/wathan.v2i2.287.

Full text
Abstract:
Pernikahan dalam Islam merupakan fitrah manusia sekaligus bentuk ibadah yang menyempurnakan keimanan. Namun, dalam praktiknya, pernikahan tidak lepas dari dinamika konflik antara suami dan istri yang dapat memengaruhi stabilitas rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penafsiran para mufassir, baik klasik maupun kontemporer, terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan konflik pernikahan serta solusi yang ditawarkan. Metode yang digunakan adalah tematik (maudhu’i) dengan pendekatan kualitatif melalui studi kepustakaan (library research) dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik dalam pernikahan menurut para mufassir harus diselesaikan secara damai dan bijaksana. Peran hakam sebagai penengah sangat ditekankan dalam penyelesaian konflik. Quraish Shihab menambahkan bahwa apabila jalan damai tetap tidak tercapai meskipun melalui peran hakam, maka perceraian merupakan opsi damai yang dapat diambil. Diskusi ini menunjukkan pentingnya musyawarah, kesabaran, dan sikap saling memaafkan dalam menyelesaikan konflik rumah tangga. Solusi yang ditawarkan para mufassir sangat relevan dalam membangun pernikahan yang harmonis dan berkeadilan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Noterisa, Siti, Beti Setiawati, and Hadma Yuliani. "Pengenalan Huruf Hijaiyah Melalui Media Gambar di TPA Al-Hakam." Jurnal Pengabdian Masyarakat (JUDIMAS) 2, no. 2 (2024): 359–67. http://dx.doi.org/10.54832/judimas.v2i2.328.

Full text
Abstract:
Penggunaan media gambar dalam pengenalan huruf Hijaiyah di TPA Al-Hakam. Dengan fokus pada anak usia dini, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengingatan huruf Hijaiyah melalui pendekatan visual. Metode penelitian dilakukan menggunakan komunikasi langsung melalui pendekatan langsung kepada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan visual melalui media gambar efektif untuk meningkatkan kemampuan anak-anak dalam mengenal dan mengingat huruf Hijaiyah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

-, Imamuddin, and Abdul Karim Ali. "Analisis Hukum Solat Laylat Al-Qadr Dalam Kitab Tarjuman Karangan Kh. Abdul Hamid Analysis of the Islamic Law of Laylat Al-Qadr Prayer in the Book of Tarjuman by Kh. Abdul Hamid." Al-Basirah Journal 12, no. 2 (2022): 37–54. http://dx.doi.org/10.22452/basirah.vol12no2.3.

Full text
Abstract:
Kajian ini akan memperbahaskan pandangan KH. Abdul Hamid terhadap hukum solat Laylat al-Qadr dalam kitab Tarjuman (sekitar tahun 1800-1900 M). Kitab ini adalah kitab asas tauhid dan fiqh. Namun, hukum-hakam fiqh yang lebih banyak diperbincangkan. Mulai daripada bab taharah, salat, puasa, zakat, warisan, muamalah, haji, pernikahan bahkan hukum halal-haram secara umum. Sebahagian masyarakat masih mengamalkan solat Laylat al-Qadr. Dengan solat ini, diharapkan dapat berjumpa dengan malam yang mulia iaitu Laylat al-Qadr yang munculnya setahun sekali. Objektif kajian ini adalah mengenalpasti pandangan KH. Abdul Hamid terhadap solat Laylat al-Qadr. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengkaji menggunakan metode kualitatif iaitu kajian perpustakaan. Kajian ini mendapati bahawa pengamalan solat Laylat al-Qadr berlandaskan kepada hadith yang tidak dapat dijadikan hujah sebab hadith tersebut mawdu’ (palsu). Oleh itu, solat ini tidak dapat diamalkan kecuali diganti dengan solat sunat mutlak atau yang lainnya yang diiktiraf oleh syarak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Faiz, Aiman, Deni Supardi Hambali, Mulyadi Mulyadi, and Imas Kurniawaty. "Tinjauan Studi Pustaka Tahapan Domain Afektif untuk Mengukur Karakter Siswa." Jurnal Basicedu 6, no. 4 (2022): 5508–15. http://dx.doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3092.

Full text
Abstract:
Berawal dari sebuah diskusi dengan peneliti lain yang bertanya apakah karakter dapat dinilai atau diukur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan indikator terkait konsep internalisasi nilai (karakter) dan tahapan internalisasi nilai yang dapat dijadikan tolok ukur dalam mengetahui karakter siswa di Sekolah. Penelitian ini menggunakan studi pustaka untuk menelaah dan mendeskripsikan pertanyaan penelitian terkait apakah karakter dapat diukur. Hasil penelitian, karakter dapat diukur melalui teori domain afektif Krathwohl atau tahapan internalisasi nilai yang diungkapkan oleh Hakam. Adapun sintaks yang perlu dilakukan guru adalah dengan menyusun indikator karakter yang ingin dicapai, menggunakan pendekatan dan strategi yang dipilih, menjadi pengamat dan pewawancara untuk mendapatkan data tentang siswa atau individu, mengolah data yang sudah ditemukan menggunakan teori domain afektif Krathwohl dan internalisasi nilai dari Hakam. Dengan pertanyaan utama terkait apakah karakter dapat diukur maka jawabannya dapat diukur berdasarkan langkah-langkah sistematis yang sudah dijelaskan sebelumnya. Karena pada hakikatnya perbuatan mendidik tentu dapat dievaluasi/ diukur, namun kuncinya ada pada teori yang relevan atau sesuai dengan apa yang sedang dibahas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Yoriadi, Didi, Andriani Andriani, and Abdul Hakam. "Liquefaction Potential Analysis Using Various Methods (Case Study of Railway Bridge in Sintuk Toboh Gadang District, Padang Pariaman Regency, West Sumatera)." Journal of Applied Engineering and Technological Science (JAETS) 6, no. 2 (2025): 889–906. https://doi.org/10.37385/jaets.v6i2.6115.

Full text
Abstract:
The earthquake that rocked West Sumatra with a magnitude of 7.9 SR, a depth of 71 km, and an epicenter of 0.84 LS - 99.65 BT around 57 km Southwest of Pariaman on 30 September 2009 has caused damage to infrastructure and buildings and caused 383 fatalities. One of the problems caused by the earthquake is the liquefaction phenomenon. Liquefaction was reported to have occurred in Padang in the form of sand ejection coming out of cracks in the ground after the 7.9 SR earthquake in 2009. This study aims to determine the liquefaction potential of the Sintuk Toboh Gadang railway, Pariaman, using various liquefaction potential analysis methods so that the most practical and convincing method is obtained among these methods. In this study, the methods used to predict liquefaction are the Tsuchida (1970), Seed & Idriss (1971), Shibata & Teparaksa (1988), and Hakam (2020) methods. Field testing was conducted at four CPT test points, four NSPT test points, and machine drilling tests. The results showed that using the Tsuchida (1970) method, soil deposits at the four points tended to have liquefaction potential. The Seed & Idriss (1971) method showed that points 3, with depths of 8m and 14m, and point 4, with a depth of 8m, had liquefaction potential, while the Shibata & Teparaksa (1988) method using CPT data showed that at depths <10 meters there was a tendency for liquefaction to occur at the four points reviewed. The study's results using the Hakam (2020) method resemble the method proposed by Seed & Idriss (1971). It can be concluded that among the four methods, the most practical and convincing method is the Hakam (2020) method.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Abad Castro, Concepción. "El "oratorio" de al-Hakam II en la mezquita de Córdoba." Anuario del Departamento de Historia y Teoría del Arte 21 (November 27, 2009): 9–30. http://dx.doi.org/10.15366/anuario2009.21.001.

Full text
Abstract:
En este trabajo abordamos una nueva interpretación del proceso constructivo de la ampliación de al-Hakam II en la mezquita de Córdoba. Basándonos en los textos árabes, proponemos una cronología más detallada para las diferentes fases en las que se fueron configurando el "oratorio" y las "maqsuras" del califa. Finalmente, presentamos una interpretación iconográfica del tramo que precede al mihrab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Selfia, Mega, Meli Yuli Yanti, Hadma Yuliani, and Zaitun Qamariah. "Pengenalan Angka Dalam Bahasa Arab Dan Bahasa Inggris Menggunakan Media Gambar Pada TK/TPA Al-Hakam Palangka Raya." MESTAKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 3, no. 3 (2024): 261–66. http://dx.doi.org/10.58184/mestaka.v3i3.359.

Full text
Abstract:
The introduction of numbers in Arabic and English through pictures and singing at TK/ TPΑ Al- Hakam Palangka Raya is an activity that is quite popular with children. This devotion aims to ensure that children can recognize numbers in Arabic and find out the effectiveness of teaching methods using picture media and the addition of singing methods. The service method is carried out using direct or offline communication through a direct approach to children, which is held in 1 meeting. The objects of this service are class 1A children at Al- Hakam Kindergarten/ TPA Palangka Raya. The tools and materials used in this research are image media. The results of this service show that the image media and singing method are very effective in developing knowledge of recognizing Arabic and English numbers in early childhood in class 1A. The children seemed to pay good attention and were enthusiastic about following the teaching of number recognition during class, the children also seemed to be united in pronouncing the numbers in Arabic and English well.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Trigiyatno, Ali. "Shiqaq dan Penyelesaiannya dalam Hukum Islam." Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 4, no. 2 (2020): 201–16. http://dx.doi.org/10.24090/mnh.v4i2.3718.

Full text
Abstract:
Marriage which is intended to buid a good and blased family sometimes gets a trouble such as disloyality. Disloyality might be done by husband, wife or both of them. Shiqaq therapy is usually applied to overcome disloyality by having two people (hakam) from both side to find the best solution such as reconciliation or a recommendation to get divorce.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Salman, Salman. "Implementation of Mediation and Hakam in Divorce Case in Religious Court." International Journal of Nusantara Islam 8, no. 2 (2020): 274–81. http://dx.doi.org/10.15575/ijni.v8i2.12407.

Full text
Abstract:
The resolution of divorce cases in the Religious Courts is still more dominant in the orientation of the litigation process than the non-litigation process, even though the spirit of suppressing the increase in the divorce rate from year to year is one of the missions that the Religious Courts want to achieve. Mediation institutions are actually established to encourage the realization of these ideals, but the results are still far from adequate. In fact, there are other ways in Islamic law that are believed to be effective in reducing the divorce rate, namely hakam. Unfortunately the rights have not been maximally applied by judges in resolving divorce cases at the Religious Courts
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Namozov, Azamat Tog'ayevich, and Diyorbek Akbarovich Jo'rayev. "Kurashchilarning texnik-taktik mahorati. Kurash musobaqasida ishlatiladigan iboralar va ishoralar." Multidisciplinary Journal of Science and Technology 5, no. 5 (2025): 757–65. https://doi.org/10.5281/zenodo.15453006.

Full text
Abstract:
Ushbu maqolada kurashchilarning texnik‑taktik mahorati, musobaqa jarayonida ishlatiladigan iboralar va ishoralar tahlil qilinadi. Tadqiqotda nazariy va amaliy manbalar asosida kurashchilarning texnika va taktika elementlarini identifikatsiya qilish, musobaqa davomida murabbiy va hakam o‘rtasida qo‘llaniladigan kommunikatsiya vositalarini o‘rganish ko‘zda tutilgan. Natijalar amaliy tavsiyalar shaklida taqdim etilib, milliy kurashni o‘qitish metodikasiga yangicha yondashuvlar taklif etiladi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Shah, Sayed Sikander. "Mediation in Marital Discord in Islamic Law: Legislative Foundation and Contemporary Application." Arab Law Quarterly 23, no. 3 (2009): 329–46. http://dx.doi.org/10.1163/157302509x454726.

Full text
Abstract:
AbstractMediation as a method of marriage conflict resolution has recently emerged as one of the most workable institutionalized techniques in Western jurisdictions. In Islamic law, although ipso facto, it was given legislative recognition centuries ago under the principle of tahkim; its potential as a viable reconciliation technique was somewhat obscured by juridical technicalities. Indisputably, mediation was the underlying ratio legis for the institution of hakam (arbitration). In practice, however, mediation was not the sole prerogative of the arbitration. It was instituted and carried out through numerous culturally specific methods, both formal and informal. In the Malaysian scene, mediation in family dispute is part of the ongoing daily job of Shari'ah lawyers, judges and officers in religious departments. However, critiques believe that neither the agents under traditional hakam nor Shari'ah practitioners of Shari'ah bodies have the necessary training and soft skills to act as effective go-betweens in resolving marital conflicts in the contemporary setting. The alternative, therefore, is to create a body such as a “Conciliatory Committee” using the pattern for a Western mediation model. Thus this paper, while agreeing with this idea, proposes an integrated method of doing this within the hybrid framework of both arbitration and modern mediation techniques consistent with Islamic legal methodology.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Melby, Joel O., Kyle L. Dunbar, Nhat Q. Trinh, and Douglas A. Mitchell. "Selectivity, Directionality, and Promiscuity in Peptide Processing from aBacillussp. Al Hakam Cyclodehydratase." Journal of the American Chemical Society 134, no. 11 (2012): 5309–16. http://dx.doi.org/10.1021/ja211675n.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Iqbal, Muhammad, Azhari Yahya, and Husni Kamal. "POLA PENYELESAIAN SENGKETA DALAM RUMAH TANGGA MELALUI PERADILAN ADAT GAMPONG DI ACEH." Jurnal Geuthèë: Penelitian Multidisiplin 3, no. 1 (2020): 383. http://dx.doi.org/10.52626/jg.v3i1.72.

Full text
Abstract:
Surat An-Nisa ayat 35 menyatakan bahwa satu tahapan penyelesaian sengketa (rumah tangga) haruslah mengutuskan seorang hakam (juru damai) dengan tujuan agar permasalahan mencari sumber masalah diantara keduanya dan kemudian mendamaikan kembali keduanya. Penjelmaan ayat tersebut tercermin dalam prilaku masyarakat adat Aceh dimana dalam penyelesaian permasalahan cek-cok (perselisihan ringan) dalam rumah tangga diselesaikan melalui peradilan adat dengan harapan para pihak yang bersengketa bisa saling memaafkan, rukun, damai dan tidak lagi mengulagi kesalahan yang sama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Al Bajuri, Azzuhri. "Konseling Keluarga Dalam Perspektif Hukum Islam." Jurnal An-Nahl 7, no. 1 (2020): 44–50. http://dx.doi.org/10.54576/annahl.v7i1.4.

Full text
Abstract:
Islam mengatur seluruh lini kehidupan, termasuk konsep menyelesaikan permasalahan keluarga. Konseling keluarga merupakan salah satu metode dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam keluarga, namun aspek hukum akan timbul bilamana keluarga salah dalam menerapkan konseling keluarga, seperti mengkonsultasikan permasalahan keluarga kepada orang yang salah dan tidak menemukan solusi. Konsep Hakam dalam QS. An-Nisa [4]: 35 sebagai orang yang menengahi dalam permasalahan keluarga, juga bisa disebut sebagai konselor keluarga hingga terjadi konseling keluarga yang bisa memberikan solusi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Lowry, Joseph, and Jonathan E. Brockopp. "Early Maliki Law: Ibn Abd al-Hakam and His Major Compendium of Jurisprudence." Journal of the American Oriental Society 122, no. 1 (2002): 91. http://dx.doi.org/10.2307/3087658.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

McCartt, A. Daniel, Sean D. Gates, Jay B. Jeffries, Ronald K. Hanson, Lydia M. Joubert, and Tony L. Buhr. "Response ofBacillus thuringiensisAl Hakam Endospores to Gas Dynamic Heating in a Shock Tube." Zeitschrift für Physikalische Chemie 225, no. 11-12 (2011): 1367–77. http://dx.doi.org/10.1524/zpch.2011.0183.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Dutton, Y. "Review: Early Maliki Law: Ibn 'Abd al-Hakam and his Major Compendium of Jurisprudence * Jonathan E. Brockopp: Early Maliki Law: Ibn 'Abd al-Hakam and his Major Compendium of Jurisprudence." Journal of Islamic Studies 13, no. 1 (2002): 42–49. http://dx.doi.org/10.1093/jis/13.1.42.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Abdul Manan Ismail and Ahmad Syukran Baharuddin. "Prinsip Ketelitian Dalam Pengeluaran Fatwa." Journal of Fatwa Management and Research 26, no. 2 (2021): 360–67. http://dx.doi.org/10.33102/jfatwa.vol26no2.421.

Full text
Abstract:
Ketelitian dalam menghasilkan hukum merupakan salah satu prinsip yang penting dalam fatwa. Terdapat dua elemen penting dalam menilai prinsip ini. Pertama, tidak menyerahkan urusan mengeluarkan hukum hakam kepada golongan yang bukan ahlinya. Kedua, kecermatan golongan yang berkelayakan untuk mengeluarkan hukum dalam proses memberi fatwa. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis secara ringkas prinsip tersebut berdasarkan pandangan para fuqaha. Metodologi yang digunakan ialah analisis dokumen melalui penulisan ulama terhadap prinsip kecermatan fatwa dan pemilihan pendapat berdasarkan asas ilmu dan kemaslahatan. Artikel ini memperlihatkan kepentingan prinsip ketelitian dalam pengeluaran sesuatu fatwa bagi memastikan kemaslahatan ummah terpelihara.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Tillier, Mathieu. "Le cadi et le sauf-conduit (amān) : les enjeux juridiques de la diplomatie dans l'Orient abbasside." Islamic Law and Society 19, no. 3 (2012): 201–21. http://dx.doi.org/10.1163/156851912x603201.

Full text
Abstract:
AbstractThe employment of jurists or qādī-s for diplomatic missions, in the first centuries of Islam, is still little understood. The case of the qādī Ibrāhī;m b. al-Jarrāh, who took a part in the surrender of the Egyptian governor 'Ubayd Allāh b. al-Sarī b. al-Hakam in 211/826, sheds light on the diplomatic use of qādī-s. With their special knowledge of legal books and formulas, qādī-s were increasingly seen by rulers as important experts who could use law to constrain the power of political rivals.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Sears, Stuart D. "The Legitimation of al-Hakam b. al-cAs: Umayyad Government in Seventh-Century Kirman." Iranian Studies 36, no. 1 (2003): 5–25. http://dx.doi.org/10.1080/021086032000062587.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Kraidy, Marwan M. "Star Academy as Arab Political Satire." International Journal of Middle East Studies 40, no. 3 (2008): 369–71. http://dx.doi.org/10.1017/s0020743808080938.

Full text
Abstract:
The previous excerpt is taken from a column by Syrian journalist Hakam al-Baba, published in the London-based Pan-Arab newspaper al-Quds al-ʿArabi. Al-Baba, a middle-aged Syrian journalist known for his biting sarcasm, has written some of the most perceptive critiques of Syrian and Arab media, including a famous 2005 article in the Syrian daily Tishreen, in which he relates his experience of harassment by the mukhābarāt. In the excerpted column, al-Baba uses the raging Pan-Arab controversies over reality TV for a critique of Arab political dependence on the United States.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography