To see the other types of publications on this topic, follow the link: Hermeneutik.

Journal articles on the topic 'Hermeneutik'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Hermeneutik.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Simanjuntak, Wilda. "Perpaduan Cakrawalamu dan Cakrawalaku: Hermeneutik Gadamer dan Sumbangsihnya bagi Pendidikan Teologi di Indonesia." GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian 5, no. 1 (April 28, 2020): 65. http://dx.doi.org/10.21460/gema.2020.51.413.

Full text
Abstract:
AbstractReading messages from the past to fi nd their implications for the present is a difficult task of interpretation. Certain hermeneutical skills are needed to prevent failure to bridge the gap in perspective between writers andreaders, and to meet the contextual needs. The focus of this article is the framework of Hans-Georg Gadamer’s hermeneutic theory. Studying Gadamer provides important benefits for contextual hermeneutic studies. This article suggests that Gadamer’s hermeneutics is beneficial for theological education struggling to overcome the diversity of horizons in the process of discovering the meaning of scriptures. AbstrakMembaca pesan dari masa lalu, menemukan implikasinya bagi masa sekarang adalah tugas memaknai yang tidak mudah. Dibutuhkan keterampilan hermeneutis tertentu untuk mencegah kegagalan menjembatani kesenjangan cara pandang yang ada di antara penulis dan pembaca, dan memenuhi kebutuhan lingkungan yang kontekstual. Fokus artikel ini adalah kerangka teori hermeneutik Hans-Georg Gadamer. Hasil studi terhadap Gadamer ini memberi manfaat penting bagi studi hermeneutik dalam semangatnya mencarimakna yang kontekstual. Studi ini menyarankan bahwa hermeneutik Gadamer bermanfaat bagi pendidikan teologi yang selalu bergumul mengatasi kepelbagaian horizon dalam proses menemukan makna Kitab Suci.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Bielskis, Andrius. "NAUJOS HERMENEUTIKOS SAMPRATOS LINK: GENEALOGIJA VERSUS HERMENEUTIKA." Problemos 73 (January 1, 2008): 48–59. http://dx.doi.org/10.15388/problemos.2008.0.2019.

Full text
Abstract:
Straipsnyje analizuojami Hanso Georgo Gadamerio ir Alasdairo MacIntyre’o hermeneutinės filosofijos koncepcijos bei Nietzsche’s genealogijos skirtumai. Teigiama, kad Ricoeuro pagarsėjusi skirtis tarp tikėjimo ir įtarumo hermeneutikų klaidina, jei Nietzsche’s genealogija suprantama ir interpretuojama ontologiškai. Užuot Nietzsche’s filosofiją supratus kaip įtarumo hermeneutiką, kur kas tikslingiau Nietzsche’s ir Foucault interpretacinę filosofiją suprasti taip, kaip ją supranta patys autoriai, t. y. kaip genealogiją. Atskiriant gadamerišką hermeneutiką ir nyčišką genealogiją ir perinterpretuojant Gadamerio hermeneutiką MacIntyre’o tradicijos-nulemtos ir tradiciją-formuojančios filosofijos koncepcijos plotmėje, galima suformuluoti alternatyvią hermeneutikos sampratą. Straipsnyje teigiama, kad hermeneutika turi būti suprantama kaip tiesiogiai susijusi su tradicija, t. y. hermeneutika ne tik moraline ir intelektualine prasme priklauso nuo tradicijos, bet ir leidžia ją tęsti. Pagrindiniai žodžiai: hermeneutika, genealogija, tradicija, ontologija, valia galiai.Towards a New Account of Hermeneutics: Genealogy versus Hermeneutics Andrius Bielskis SummaryThe essay analyses the difference between Hans-Georg Gadamer’s and Alasdair MacIntyre’s conceptions of hermeneutic philosophy, on the one hand, and Nietzschean genealogy, on the other. It argues that Ricoeur’s famous distinction between ‘hermeneutics of faith’ and ‘hermeneutics of suspicion’ in the light of the ontological reading of Nietzsche’s genealogy is misleading. Rather than trying to understand Nietzsche’s philosophy as the hermeneutics of suspicion, it is more accurate to see Nietzsche’s and Foucault’s interpretive philosophy in terms of genealogy. The contrast between Gadamerian hermeneutics and Nietzschean genealogy, the one hand, as well as reading Gadamer hermeneutics in the light of MacIntyre’s conception of tradition-constituted and tradition-constitutive philosophical inquiry, on the other, allow us to formulate an alternative conception of hermeneutics. The essay argues that hermeneutics is inevitably linked to tradition: hermeneutics depend on and draws its moral and intellectual resources from tradition as well as determines and continues tradition further.Keywords: Hermeneutics, genealogy, tradition, ontology, will to power.: Calibri, sans-serif;">
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

TALUPUN, JOHANA SILVANA. "RESENSI BUKU : ASIAN BIBLICAL HERMENEUTICS AND POSKOLONIALISM; CONTESTING THE INTERPRETATIONS." KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi 2, no. 1 (December 17, 2018): 90–101. http://dx.doi.org/10.37196/kenosis.v2i1.35.

Full text
Abstract:
Buku Asian Biblical Hermeneutics and Poskolonialism; Contesting the Interpretations ditulis oleh R.S.Sugirtharajah, seorang Profesor di bidang Biblical Hermeneutic. Ia lahir di Sri Lanka dan memiliki pendidikan pascasarjana di India dan Inggris. Sebagai seorang pakar di bidang Biblical Hermeneutic tentu banyak karya telah dihasilkannya yang berhubungan dengan studi Alkitab. Dua karya yang dirintisnya dan sangat di kenal dunia adalah teori kritis tentang studi Alkitab yaitu postcolonial criticism dan perhatiannya pada marginal interpretative voice dengan bukunya yang sangat terkenal yaitu Voices from the Margin.Buku Asian Biblical Hermeneutics and Poskolonialism; Contesting the Interpretations yang merupakan kumpulan esai dari hasil penelitiannya di India. Tesis yang didikembangkannya adalah sebuah pendekatan hermeneutik Alkitab yang dirasa lebih cocok untuk dikembangkan di Asia. Pendekatan hermeneutik ini dipakainya untuk menentang pendekatan hermeneutik lain yang sudah dikembangkan sebelumnya. Buku ini dibagi atas dua bagian. Bagian pertama terdiri dari empat bab dan bagian kedua, tiga bab. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa kolonialisme telah memainkan peran yang penting pada interpertasi terhadap tradisi keagamaan baik Hindu maupun Kristen di India selama dan setelah Inggris berkuasa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Widiono, Andi. "KAJIAN HERMENEUTIK PADA “KUMPULAN LEGENDA DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG” KARYA ACHMAD. D." GENTA BAHTERA: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan 5, no. 2 (January 14, 2020): 155–64. http://dx.doi.org/10.47269/gb.v5i2.88.

Full text
Abstract:
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam buku Kumpulan Legenda Daerah di Provinsi Lampung karya Achmad. D. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu legenda yang dijadikan sebagai objek penelitian dianalisis dan diinterprestasikan. Langkah awal yang penulis lakukan adalah menganalisis unsur intrinsik legenda meliputi tema, penokohan, dan latar, selanjutnya menganalisis kajian hermeneutik yang difokuskan pada pemahaman teks dan simbol. kajian hermeneutik yang dapat direlevansikan yaitu dari pemahaman teks seperti nama Lampung. Hal ini dapat mengetahui asal usul daerah Lampung dan seluk beluknya. Menurut kajian hermeneutik, yang dapat direlevansikan yaitu dari simbolnya adalah Raja. Simbol raja mempunyai makna pemimpin pada sebuah daerah pada zaman lampau yang didapat dari garis keturunan. Dalam hal ini, dapat diterapkan jiwa kepemimpinan yang baik, bijkasana, adil, pandai, dan tanggung jawab melalui simbol raja dalam legenda yang dikaji dengan ilmu hermeneutik. Kajian hermeneutik melalui karya sastra jenis legenda merupakan langkah awal untuk melakukan pendidikan tentang tata cara penganalisisan suatu karya sastra yang baik dan bermutu. Dalam hal melakukan pembelajaran sastra, dituntut untuk melakukan kegiatan-kegiatan menggali unsur-unsur pembangun karya sastra tersebut baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Serta dapat diarahkan cara mengkaji sebuah legenda dengan pendekatan hermeneutik melalui pemahaman teks dan simbol. Dari hasil kajian hermeneutik tersebut yang meliputi pemahaman teks dan simbol terdapat nilai-nilai moral, pandangan hidup, agama, dan kebudayaan.Kata Kunci: legenda, hermeneutik, pemahaman teks dan symbol Abstract: The purpose of this study was to determine the meaning contained in the book Collection of Local Legends in Lampung Province by Achmad. D. The method used is descriptive method, which is a legend that is used as an object of research analyzed and interpreted. The first step that the authors do is analyze the intrinsic elements of the legend including themes, characterizations, and settings, then analyze the hermeneutic study which is focused on understanding texts and symbols. hermeneutic studies that can be relevant are from understanding texts such as the name Lampung. It can find out the origin of the Lampung region and its ins and outs. According to a hermeneutic study, one that can be evaluated is that of the symbol is the King. The symbol of the king has the meaning of a leader in an area of the past that is obtained from the lineage. In this case, a good, wise, fair, clever, and responsible leadership spirit can be applied through the symbol of the king in legends which are studied with hermeneutic science. Hermeneutic study through literary works of legend is the first sitep to conduct education about the procedures for analyzing a good and quality literary work. In terms of learning literature, it is demanded to carry out activities to explore the building elements of the literary work both intrinsic and extrinsic. And can be directed how to study a legend with a hermeneutic approach through understanding texts and symbols. From the results of the hermeneutic study which includes understanding texts and symbols, there are moral values, outlook on life, religion, and culture.Keywords: legend, hermeneutics, understanding of texts and symbols
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Simon, John, Henderikus Nayuf, and Resty T. Arnawa. "Hermeneutik post-strukturalis atas Yohanes 4:1-26." KURIOS 9, no. 1 (April 30, 2023): 119. http://dx.doi.org/10.30995/kur.v9i1.312.

Full text
Abstract:
This paper studies John 4: 1-26 in a post-structuralist hermeneutical perspective. Hermeneutics is the art of understanding, namely understanding a text, aiming to reveal the meaning contained in the text. In this case, what is meant is a post-structuralist hermeneutics which assumes that the meaning of a text lies not behind the text but in front of it. With this assumption, the meaning is beyond the author's interests, thus opening up the possibility for the polysemy of meaning found by the reader today. Four successive contextual concerns that can be examined hermeneutically in the narrative of John 4:1-26 are the context of injustice, poverty, radicalism, and ecological damage. These four context challenges are also the challenges facing the churches in Indonesia, which they grapple with in the 16th Session of the Communion of Churches in Indonesia (CCI) in Nias and the 17th in Sumba. The results of the hermeneutics study arrived at the praxis of the holistic liberation of Jesus to overcome these four challenges. They can be used as a praxis for the holistic ministry of the churches today. AbstrakTulisan ini adalah sebuah kajian atas Yohanes 4:1-26 dengan perspektif hermeneutik post-strukturalis. Hermeneutik adalah sebuah seni memahami, yaitu memahami teks, yang tujuannya untuk mengungkap makna yang terdapat di dalam teks. Hermeneutik yang dimaksud adalah hermeneutik post-strukturalis yang basisnya bahwa makna teks tidak terletak di belakang teks melainkan di depannya. Karena makna ada di depan teks, maka makna melampaui kepentingan pengarang, yang berarti membuka kemungkinan bagi polisemi makna yang ditemukan oleh pembaca masa kini. Secara berturut-turut empat keprihatinan kontekstual yang dapat ditelaah secara hermeneutis ke atas narasi Yohanes 4:1-26 adalah konteks ketidakadilan, kemiskinan, radikalisme dan kerusakan ekologi. Keempat tantangan konteks ini juga menjadi tantangan gereja-gereja di Indonesia seperti yang digumuli dalam Sidang Raya Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) XVI di Nias dan XVII di Sumba. Hasil kajian secara hermeneutis menibakan pada praksis pembebasan Yesus yang holistik, untuk mengatasi keempat tantangan konteks tersebut dan dapat dijadikan praksis pelayanan holistik gereja-gereja di hari ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Gunawan, Yehuda Indra, and Abraham Pontius Sitinjak. "Pardes, Empat Tingkat Penafsiran Kitab Ibrani: Menimbang Sod Sebagai Penafsiran Esoterik Yang Mengundang Polemik." HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen 6, no. 2 (December 21, 2021): 139–48. http://dx.doi.org/10.52104/harvester.v6i2.66.

Full text
Abstract:
Pardes (sometimes written as 'PaRDeS') represents an abbreviation for: Peshat, Derash, Remez, and Sod apart from having different levels of search for meaning, but also unique in their way of interpretation. The advent of Pardes' hermeneutics has given direction to the world of Jewish hermeneutics. Pardes was the benchmark for hermeneutics in the Jewish tradition. Pardes becomes the standard in the steps of interpretation, mainly to examine the literary structure of the biblical text by considering the text as a whole based on their source language and combining relevant secondary and tertiary (third) background materials. Yet many theologians consider Sod, the highest level for interpreting the "hidden meaning", as an incomprehensible endeavor. The Sod approach in a unique way, namely esoteric interpretation, is regarded as something that cannot be revealed with certainty. Sod is doubtful about the level of accuracy in interpreting the biblical text. This article wants to review the extent of this hermeneutic interpretation polemic, and whether the esoteric approach of Sod in Pardes is still relevant for biblical hermeneutics today? This article will review it based on library research.AbstrakPardes (kadang ditulis ‘PaRDeS’) mewakili singkatan untuk: Peshat, Derash, Remez, dan Sod selain memiliki tingkatan yang berbeda dalam pencarian makna, tetapi juga memiliki keunikan tersendiri dalam cara menafsir. Hadirnya hermeneutik Pardes telah memberi arahan bagi dunia hermeneutik Yahudi. Pardes-lah yang menjadi tolok ukur hermeneutik dalam tradisi Yahudi. Pardes menjadi standar dalam langkah-langkah menafsir, utamanya untuk memeriksa struktur sastra dalam teks Kitab Suci dengan mempertimbangkan teks secara keseluruhan berdasarkan bahasa sumber mereka dan menggabungkan bahan latar belakang sekunder dan tersier (ketiga) yang relevan. Namun banyak teolog menganggap Sod, tingkatan tertinggi untuk menafsirkan “makna tersembunyi”, sebagai upaya yang tak mungkin dapat terselami. Pendekatan Sod dengan caranya yang khas yaitu penafsiran esoterik dianggap sebagai sesuatu yang tak mungkin dapat diungkap secara pasti. Sod diragukan tingkat keakuratannya dalam menafsir teks Kitab Suci. Artikel ini ingin mengulas sejauh mana polemik penafsiran hermeneutik ini, dan apakah pendekatan esoterik Sod dalam Pardes ini masih relevan bagi hermeneutik biblical di masa kini? Artikel ini akan mengulasnya berdasarkan riset kepustakaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Nurani, Shinta. "Praktik Penafsiran Hermeneutik K.H.A. Rifa'i." Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat 2, no. 1 (May 28, 2018): 65. http://dx.doi.org/10.14421/panangkaran.2018.0201-04.

Full text
Abstract:
This paper discuss about the practice of hermeneutical interpretation by a nineteenth-century scholar, K.H. Ahmad Rifa'i in his works. Some of the books he wrote are an attempt of interpretive practice that is organized thematically rather than an orderly mushafi, fiqh-style using hermeneutic principles that always connect between text, context and contextualization based on socio-cultural conditions and realities that occurred in the era of colonialism. The use of hermeneutic principles in each of his works aims to produce a contextual, modernist, reformative interpretation, and in accordance with the needs of the society at that time. The existence of works and da'wah K.H.A. Rifa'i became an intellectual weapon against and rebelled against colonialism. The patterns of thought, attitude and behavior of noncooperation are passed on to Jam'iyah Rifa'iyah generation until now.[Tulisan ini membahas praktik penafsiran hermeneutis yang dilakukan oleh seorang ulama abad ke-19, K.H. Ahmad Rifa’i dalam karya-karyanya. Beberapa kitab yang ditulisnya merupakan sebuah upaya praktik penafsiran yang disusun secara tematik bukan secara tertib mushafi, bercorak fiqh dengan menggunakan prinsip-prinsip hermeneutik yang selalu menghubungkan antara teks, konteks dan kontekstualisasi berdasarkan kondisi serta realitas sosio-kultural yang terjadi pada era kolonialisme. Penggunaan prinsip hermeneutik dalam setiap karyanya bertujuan untuk menghasilkan penafsiran yang kontekstual, modernis, reformatif, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat itu. Keberadaan karya dan dakwah K.H.A. Rifa’i menjadi senjata intelektual untuk melawan dan memberontak terhadap kolonialisme. Pola pemikiran, sikap dan tingkah laku noncooperation diwariskan kepada generasi Jam’iyah Rifa’iyah hingga sekarang ini.]
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Apituley, Margeretha Martha Anace. "Hermeneutik Kontekstual:Sebuah Konstruksi Berdasarkan Filsafat Hermeneutik Modern." ARUMBAE: Jurnal Ilmiah Teologi dan Studi Agama 2, no. 2 (December 6, 2020): 137–54. http://dx.doi.org/10.37429/arumbae.v2i2.450.

Full text
Abstract:
This paper seeks to see how important pre-understanding is in a contextual hermeneutic process. Therefore, by referring to the concept of pre-understanding in modern hermeneutics, both developed by Schleiermacher, Dilthey, Heidegger, Habermas, Ricoeur and Gadamer through a literature study, the author tries to see their constructive significance for contextual hermeneutics in Indonesia. In the end, it must be recognized that as a hermeneutic creature as Heidegger said, humans are not free from pre-understanding and pre-understanding is a prerequisite for doing hermeneutics. However, this pre-understanding must be criticized too, because not everything of it is emancipatory for life or even destructive tends to live.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Tarlam, Alam. "Hermeneutik dan Kritik Bible." AL-KAINAH: Journal of Islamic Studies 1, no. 2 (December 28, 2022): 103–18. http://dx.doi.org/10.69698/jis.v1i2.16.

Full text
Abstract:
Bible merupakan salah satu kitab suci tertua di dunia digunakan oleh Yahudi dan Kristen. Bibel sebagai awal mula kajian hermeneutik untuk memahami sebuah teks. Tuntutan realitas pembacaan teks era sekarang meniscayakan pengayaan metodologis, terutama pada teks-teks sakral semisal kitab suci keagamaan. Dalam konteks ini, para pemikir Islam di bidang Tafsir al-Qur’an mencoba mengkaji hermeneutika. Suatu cabang ilmu menafsirkan teks yang tidak lagi memungkinkan dikonfirmasi kepada pencipta/penulisnya. Sebagaimana kebenaran relatif yang dikandung oleh ta’wil (alegoric) yang dikenal dalam tafsir al-Qur’an klasik, Hermeneutika juga menyuguhkan produk analisis yang mengandung kebenaran relatif. Itulah sebabnya, Hermeneutika membutuhkan “rukun” atau persyaratan agar produk analisisnya sedekat mungkin kepada maksud pencipta teks. Melalui analisis filsafat bahasa, makalah ini mencoba memberikan gambaran umum bagaimana hermeneutika bekerja sebagai suatu pendekatan dalam pengkajian Bible. Berdasarkan analisis tersebut ditemukan bahwa Hermeneutik dan Bibel adalah satu kesatuan bahasan yang sangat berhubungan, karena giron atau kajian hermeneutika yaitu mengkaji pemahaman teks temasuk Bible.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Irfan Syahroni, Muhammad. "ALIRAN HERMENEUTIKA DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM." eJurnal Al Musthafa 2, no. 1 (January 15, 2022): 68–84. http://dx.doi.org/10.62552/ejam.v2i1.33.

Full text
Abstract:
Al-Qur’an sebagai teks keagamaan umat Islam akan selalu menjadi perbincangan dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena sifat Al-Qur’an yang berbeda dengan kitab-kitab lain. Al-Qur’an merupakan kalam Ilahi yang mempunyai sifat otoritatif (bahasa Tuhan). Gerakan wacana keislaman yang bersumber dari Al-Qur’an tak pernah berhenti bahkan semakin kencang, karena dalam Al-Qur’an terdapat dua gerak yaitu sentripetal dan sentrifugal. Aliran hermeneutika di dunia barat dibagi menjadi enam macam, yaitu: (1) hermeneutika reproduktif-empatis-psikologistis Friedrich Schleiermacher; (2) hermeneutika reproduktif-empatis-epistemologis Wilhem Dilthey; (3) hermeneutika ontologis Martin Heidegger; (4) hermeneutika filosofis Hans-Georg Gadamer; (5) hermeneutika kritis Jurgen Habermas dan Paul Ricoeur; dan (6) hermeneutika dekonstruktif Jacques Derrida. Sementara itu, aliran hermeneutik dalam Islam dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) kelompok objektif dipelopori Fazlur Rahman, Mohammed Arkoun dan Nasr Hamid Abu Zaid. Hermeneutik objektif menggunakan hermeneutik dalam tataran intelektual saja; (2) kelompok non-objektif dipelopori Farid Esack dan Ali Asghar Engineer. Pendidikan bukan menanamkan doktrin, tetapi menyiapkan peserta didik untuk bisa menghadapi kenyataan yang terus berubah. Peserta didik diharapkan dapat menginterpretasikan diktum-diktum agama dengan pengalaman yang terus berubah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Kantohe, Angelly Christisya. "Solidaritas Yesus Terhadap Kaum Miskin: Studi Hermeneutik Lukas 21:1–4 dengan Perspektif Subaltern Gayatri Spivak." GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian 6, no. 2 (October 22, 2021): 249. http://dx.doi.org/10.21460/gema.2021.62.626.

Full text
Abstract:
AbstractThis article aims to offer a hospitable hermeneutic to marginal groups by addressing humanitarian topics especially in relation to poverty issues. Biblical narratives pay much attention to the poor who are so ignored and silenced that their existence in public life is denied. Using Spivak’s subaltern theory of hermeneutics, this article reads Luke 21:1–4 from the perspective of the minority. Subaltern hermeneutics invites readers to embrace the spirit of Jesus in fighting against oppression. Jesus’ empathy toward the minority calls contemporary readers to represent the voices of the silenced and the oppressed. The goal is that both the oppressors and the oppressed are healed to celebrate life together. AbstrakTulisan ini bertujuan untuk menawarkan sebuah pendekatan hermeneutik yang ramah terhadap kelompok-kelompok marginal sehingga dapat dihidupi dan dipakai untuk menyikapi persoalan-persoalan kemanusiaan khususnya berkaitan dengan isu kemiskinan. Narasi-narasi Alkitab menyatakan betapa kaum miskin sering kali terabaikan dan terbungkam sehingga suaranya tidak dapat didengar bahkan eksistensinya luput dari perhatian masyarakat. Menggunakan teori hermeneutik subaltern dari Spivak, artikel ini membaca teks Lukas 21:1–4 dari sudut pandang kaum minoritas. Hermeneutik subaltern dipakai untuk membaca teks tersebut guna mengajak para pembaca untuk meneladani semangat Yesus dalam memerangi bentuk-bentuk penindasan. Perilaku keberpihakan Yesus terhadap kaum minoritas mengundang para pembaca untuk turut melibatkan diri sebagai perwakilan suara-suara kaum tertindas yang terbungkam. Tindakan tersebut membuka ruang bagi setiap orang, baik para pelaku penindasan maupun korban-korban yang tertindas, untuk memperoleh pemulihan dan merayakan kehidupan bersama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Fath, Amir Faishol. "Paradigma Realis Dalam Penafsiran Hassan Hanafi." Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir 7, no. 01 (May 30, 2022): 19. http://dx.doi.org/10.30868/at.v7i01.2338.

Full text
Abstract:
Tulisan ini menjelaskan tentang metodologi tafsir realis, tematis, temporal, transformatif, eksperimental yang dilakukan Hassan Hanafi. Metodologi tafsir yang ditawarkannya menunjukkan pembaruan pemikirannya yang mengarah kepada legitimasi proyek pembaruannya yang bercorak kiri. Ia menolak pretensi objektivistik sebagaimana lazim dalam hermeneutik al-Quran modern dan ia menegaskan subjektivitas dan kepentingan (ideologis) yang menjadi tujuan penafsirannya. Temuan dalam artikel ini adalah bahwa Hassan Hanafi membalik paradigma tekstualis hermeneutika klasik menjadi paradigma realis dan ia juga memiliki orientasi ilmiah objektif hermeneutik al-Quran modern yang dikembalikan kepada orientasi subjektif sebagaimana dalam hermeneutik klasik. Ini yang membuat kepentingan ideologisnya membuat pemikiran hermeneutikanya menjadi kontradiksi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Khalifi, Ahmad Zordan. "Hans George Gadamer dengan Filsafat Hermeneutis." JURNAL ISLAMIKA GRANADA 1, no. 3 (May 15, 2021): 98–105. http://dx.doi.org/10.51849/ig.v1i3.90.

Full text
Abstract:
Cara berpikir para filsuf memiliki ciri khas tersendiri dalam melihat realitas. Dalam banyak pemikiran ini, pasti ada upaya untuk memperbaiki berbagai sistem pada saat itu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan menelaah sumber-sumber kepustakaan yang diperoleh penulis. Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengetahui apa yang terjadi dengan proyek filsafat Hans George Gadamer tentang hermeneutika. Untuk memperoleh pemahaman yang maksimal, Gadamer mengajukan empat teori: bias hermeneutik, lingkaran hermeneutik, “aku” kepada “kami” dan interpretasi dialektis. Keempat teori ini bukanlah hal baru dalam tradisi penafsiran. Hal ini karena prinsip dasar hermeneutika adalah upaya penafsiran untuk memahami teks.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Abdulloh Labib. "PENDEKATAN HERMENEUTIK DALAM STUDI ISLAM." Qolamuna : Jurnal Studi Islam 8, no. 1 (July 30, 2022): 16–29. http://dx.doi.org/10.55120/qolamuna.v8i1.655.

Full text
Abstract:
This article aims to explain and provide insight that hermeneutics is one of the approach or theory that can help someone to understand the text of the scriptures. the presence of hermeneutics is also very influential on Islamic studies which basically have the nuances of "multi-interpretation". The hermeneutic approach in Islamic studies, especially as a new alternative in interpreting the meaning of the verses of the Qur'an, should be understood as a way to bring out a deeper meaning from the verses of the Qur'an. In addition, the hermeneutic approach has its own characteristics and gives rise to great hermeneutic figures in Islam and their works have different principles on a meaning and language to be achieved in order to explain the intent of a text from the author with a clearer and better understanding. Keywords: Hermeneutics, Interpretation, Approach, Islamic Studies
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Sagala, Kordin, and Ayub Rusmanto. "Hubungan Antara Anugerah dan Iman Serta Perbuatan dalam Keselamatan Berdasarkan Kajian Hermeneutik Efesus 2:8-10." Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) 5, no. 2 (August 22, 2023): 165–79. http://dx.doi.org/10.59177/veritas.v5i2.236.

Full text
Abstract:
This research elaborates on the relationship between grace and faith and works in salvation based on a hermeneutic study of Ephesians 2:8-10. This research will focus more on how the concept of salvation remains relevant throughout the ages despite the many teachings of salvation that contradict the Word of God. The research method is based on a qualitative method built on a literature study approach and a biblical hermeneutic approach. This research uses inductive-descriptive biblical hermeneutic studies related to the subject matter as the basis of hermeneutic studies concerning the relationship between grace and faith and works in salvation. Based on the hermeneutic study of Ephesians 2:8-10, the author finds that every Christian needs to be reminded and taught about the grace of salvation so that they continue to grow in their spirituality by producing good fruit for the glory of God. Salvation by God's grace is the most fundamental teaching of the Christian faith and never changes throughout the ages. Grace and faith and works in salvation are inseparable parts of God's complete and holy design for sinful man who has saved him.AbstrakPenelitian ini mengurai seputar hubungan antara anugerah dan iman serta perbuatan dalam keselamatan berdasarkan kajian hermeneutik Efesus 2:8-10. Penelitian ini akan lebih memfokuskan pada bagaimana konsep keselamatan tetap relevan di sepanjang zaman di samping banyaknya ajaran keselamatan yang bertolak belakang dengan Firman Allah. Metode penelitian ini didasarkan pada metode kualitatif yang dibangun dengan ancangan studi literatur (literature study) dan ancangan hermeneutik Alkitab. Penelitian ini menggunakan kajian hermeneutik biblikal secara induktif-deskriptif yang berkaitan dengan pokok bahasan sebagai dasar kajian hermeneutik yang menyangkut hubungan antara anugerah dan iman serta perbuatan dalam keselamatan. Berdasarkan kajian hermeneutik dari Efesus 2:8-10, penulis menemukan bahwa setiap orang Kristen perlu diingatkan dan diajarkan tentang anugerah keselamatan sehingga terus bertumbuh dalam kerohaniannya dengan menghasilkan buah-buah yang baik untuk kemuliaan Tuhan. Keselamatan yang bersumber dari anugerah Allah adalah pengajaran yang paling mendasar bagi iman Kristen dan tidak pernah berubah sepanjang masa. Anugerah dan iman serta perbuatan dalam keselamatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan sebagai rancangan yang utuh dan kudus dari Tuhan bagi manusia berdosa yang telah menyelamatkannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Humamurrizqi, Humamurrizqi. "Elemen-Elemen Hermeneutika dalam Penafsiran Quraish Shihab : Telaaah Atas Buku Wawasan al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Berbagai Persoalan Umat." Journal al Irfani: Ilmu al Qur'an dan Tafsir 1, no. 02 (August 11, 2021): 20–32. http://dx.doi.org/10.51700/irfani.v1i02.75.

Full text
Abstract:
Meskipun Quraish Shihab dalam praktik penafsirannya tidak menyebutkan istilah hermeneutik, tetapi jika diperhatikan dalam praktik penafsirannya Quraish Shihab sudah mempraktikkan bagaimana sebenarnya langkah kerja hermeneutik itu sendiri. Nuansa hermeneutik yang sangat mnonjol dalam penafsirannya adalah pertama, pemaparan konteks makro, dalam konteks ini adalah pemaparan sejarah perempuan sebelum turunnya al-Qur’an, kedua, pemaparan terkait korelasi (munasabah) ayat satu dengan yang lainnya dan ketiga pemaparan terkait pendapat para salafus shalih (para pendahulu) yang memang mempunyai kapasitas dalam ranah kajian tafsir, keempat, upaya kontekstualisasi dan reaktualisasi ayat dengan konteks kekinian. Menggunakan aspek hermeneutik tersebut, pada akhirnya Quraish Shihab menegaskan bahwa al-Qur’an sebagai kitab pedoman telah mendudukkan dan menempatkan perempuan pada tempat yang sewajarnya, perbedaan kelamin tidak menjadi perbedaan kedudukan ataupun kemuliaan. Tidak ada istilah kaum perempuan didominasi oleh kaum laki-laki, kedua-duanya baik laki-laki dan perempuan tetap serta di hadapan Allah. Yang menjadi perbedaan antara keduanya adalah kualitas ketakwaannya. Kata Kunci : Elemen, Hermeneutika, Penafsiran, Quraish Shihab
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Efruan, Erni M. C. "KONTRIBUSI GAGASAN JÜRGEN HABERMAS BAGI HERMENEUTIKA POSTMODERN." Missio Ecclesiae 3, no. 1 (April 30, 2014): 17–34. http://dx.doi.org/10.52157/me.v3i1.35.

Full text
Abstract:
Pertama, konteks sosial postmodern terdiri dari banyak bagian dan berubah-ubah, yang memengaruhi hermeneutika seseorang. Hermeneut menjadi titik tolak hermeneutika, dan ini menyebabkan hermeneutika menjadi penting. Karenanya, bila hermeneut meninggalkan makna teks dan maksud penulis, maka ia akan tenggelam dalam lautan relativitas postmodern, dan tak ada dimensi metanaratif yang absolut. Kedua, pewahyuan ilahi itu sendiri terkondisi secara budaya karena dikomunikasikan kepada berbagai budaya dalam berbagai bahasa yang tidaklah netral dan tak dapat dihapuskan oleh postmodern. Ketiga, teologi kritis bisa memberi kemungkinan mengerjakan refleksi-diri terus-menerus. Kritis atas kenyataan dunia harus dibarengi dengan kritik terhadap diri sendiri. Untuk itu diperlukan sebuah pola hermeneutik yang kritis atas teks-teks mapan yang ada. Keempat, jika hendak menginterpretasi secara benar dan tepat, maka kita harus mengupayakan dialog antara bahasa dan pengalaman di satu sisi dengan tindakan di sisi lain. Tidak memisahkan teori dan praksis, tidak melepaskan fakta dari nilai semata-mata untuk mendapat hasil yang objektif. Kelima, bahasa mencakup seluruh makna dan oleh sebab itu hermeneutika memiliki implikasi yang universal. Pentingnya sosiologi pengetahuan sebagai suatu sarana penafsiran. Keenam, kekuatan-kekuatan ideologis mengendalikan hermeneutika hampir semua orang. Calvinis atau Armenian, Reformed atau Dispensasional, Teolog Proses atau Pembebasan, tiap komunitas orang percaya telah memberikan kecenderungan-kecenderungan ideologis tertentu yang menuntun penafsiran. Karenanya, hermeneutika harus membebaskan pemahaman dari ideologi. Ketujuh, pemahaman hermeneutik sifatnya global, yaitu mengandaikan adanya tujuan khusus. Setiap komunikasi yang sehat adalah komunikasi dimana setiap partisipan bebas untuk menentang klaim-klaim tanpa ketakutan akan koersi, intimidasi, deceit dan sebagainya. Melalui tindakan komunikatif, pemahaman hermeneutik mempunyai bentuk yang hidup, yaitu kehidupan sosial Postmodern.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Zainal Abidin, Salman, and Mazlan Ibrahim. "Analisis Perbandingan Metode Hermeneutik dan Tafsīr Bi Al-Ra’yī dalam Penafsiran Al-Qur’an." al-Irsyad: Journal of Islamic and Contemporary Issues 3, no. 2 (December 30, 2018): 43–59. http://dx.doi.org/10.53840/alirsyad.v3i2.5.

Full text
Abstract:
Hermenutics, a metode of interpretating al-Qur’an, was first introduced by a controversial Muslim Scholar, Hasan Hanafi. His effort is followed by some other muslim scholars such as Fazlur Rahmān, Naṣr Ḥāmid Abū Zayd and Muḥammad Arkoun. Apparently, Hermeneutics is similar to Tafsīr bi al-Ra’yī which employs a pure reason and logic as the medium of interpretating al-Qur’an. However, to a certain extent, Hermeneutics has significant differences from the concept of Tafsīr bi al-Ra’yī which encourage a large number of muslim scholars to reject Hermenutics in understanding al-Qur’an. Hence, this article is meant to epistemologically eloborate Hermeneutics in terms of its definition, history, development, scholars and its comparison with Tafsīr bi al-Ra’yī. ABSTRAK Hermeneutik sebagai sebuah metode memahami al-Qur’an mula diperkenalkan oleh Hasan Hanafi. Usaha beliau ini kemudiannya diikuti oleh sarjana-sarjana lain antaranya Fazlur Rahman, Nasr Hamid Abu Zaid dan Muhammad Arkoun. Metode Hermeneutik jika dibandingkan dengan tradisi keilmuan Islam dalam memahami al-Qur’an adalah mirip dengan Tafsīr bi al-Ra’yī yang meletakkan akal sebagai medium berijtihad memahami ayat-ayat al-Qur’an. Walau bagaimanapun, terdapat beberapa aspek perbezaan yang ketara antara Hermeneutik dan Tafsīr bi al-Ra’yī yang mendorong penolakan sebahagian sarjana Muslim terhadap aplikasi Hermneutik dalam memahami al-Qur’an. Justeru, artikel ini merungkaikan epistemologi Hermeneutik yang merangkumi definisi, sejarah kemunculan, sejarah perkembangan, tokoh-tokoh yang terlibat dan seterusnya perbandingannya dengan Tafsīr bi al-Ra’yī.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Kriswanto, Agus, and Juliana Sianturi. "Pujian yang Membebaskan atau Membelenggu?: Hermeneutik Feminis terhadap Amsal 31:10-31." Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 4, no. 1 (April 30, 2023): 165–79. http://dx.doi.org/10.46305/im.v4i1.176.

Full text
Abstract:
The appreciation to “a virtuous woman” in Proverb 31:10-31 tend to be interpreted by patriarchal perspectives. Such interpretations view a virtuous woman as someone who should benefit man. This article intends to seek a fresh reading of Proverbs 31:10-31 by a feminist perspective. The method used to produce this reading is a feminist hermeneutics approach, which applies three steps of analysis: hermeneutics of suspicion, hermeneutics of remembrance, and hermeneutics of liberation. The result of this research is that the appreciation to women in Proverbs 31:10-31 should not be used as a means to legitimize male domination by shackling women in an ideal image that only benefits men, but rather as a means of remembering the women’s suffering and fighting power, as well as triggering creative efforts for women's liberation so that they can actualize their own potential. AbstrakPujian terhadap “istri yang cakap” di dalam Amsal 31:10-31 cenderung ditafsirkan dari sudut pandang patriakal. Tafsir yang demikian memandang istri yang cakap sebagai perempuan yang seharusnya menguntungkan laki-laki. Tulisan ini bermaksud memberikan pembacaan terhadap Amsal 31:10-31 dari sudut pandang feminis. Metode yang digunakan untuk menghasilkan pembacaan tersebut adalah dengan pendekatan hermeneutik Feminis, yang menerapkan tiga langkah analisis: hermeneutik kecurigaan, hermeneutik ingatan, dan hermeneutik pembebasan. Hasil penelitian ini adalah bahwa pujian terhadap perempuan dalam Amsal 31:10-31 semestinya tidak dijadikan sebagai sarana untuk melegitimasi dominasi laki-laki dengan membelenggu perempuan pada gambaran ideal yang hanya menguntungkan laki-laki, melainkan untuk dijadikan sebagai sarana mengingat derita dan daya juang perempuan serta memicu upaya kreatif untuk pembebasan perempuan agar dapat mengaktualisasikan potensi dirinya sendiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Markschies, Christoph. "Theologische Hermeneutik – Erinnerung an ein Jahrhundertprojekt." Poetica 49, no. 3-4 (October 11, 2019): 383–97. http://dx.doi.org/10.30965/25890530-04903007.

Full text
Abstract:
This article contextualises Rudolf Bultmann’s account of hermeneutics, one of the most influential contributions to the philosophical and theological tradition of hermeneutics since the 18th century. Not only does the article provide a detailed description of a fundamental shift from the hermeneutic understanding of a text to the self-understanding of the interpreter of a text; it also highlights the consequences of that very shift for the hermeneutic interpretation of texts. The article concludes with an examination of the particular capacities and limits of this notable “project of the century”.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Bedjo Oetomo, Thomas. "Makna Pandangan Eskatologi “Premelianisme” Bagi Orang Percaya Masa Kini." Jurnal Missio Cristo 5, no. 2 (October 31, 2022): 120–40. http://dx.doi.org/10.58456/missiocristo.v5i2.28.

Full text
Abstract:
The Bible is a source of accurate doctrine. The application of hermeneutic principles by theologians produces views. The dissimilarity in the use of hermeneutic principles results in the alteration of the doctrines that are believed. There is dissimilarity in the doctrine of eschatology among theologians, due to differences in hermeneutic principles in interpreting biblical texts. Discrepancy of theological understanding will also be followed by the diversity of church denominations. Dissimilarity of church doctrine is a necessity and until the second coming of Christ, it is impossible to make similarity. This fact should not keep the church busy seeking to justify its own doctrine and demean the doctrines of other churches. As a result, the church can forget its main mandate, which is to carry out the Great Commission of Christ. ABSTRAK BAHASA INDONESIA Alkitab adalah sumber doktrin yang akurat. Penerapan prinsip hermeneutik oleh para teolog menghasilkan pandangan-pandangan. Disimilaritas penggunaan prinsip hermeneutik mengakibatkan terjadinya alterasi doktrin yang diimani. Adanya disimilaritas doktrin eskatologi di kalangan para teolog, dikarenakan perbedaan prinsip hermeneutik dalam menginterpretasikan teks-teks Alkitab. Diskrepansi paham teologi akan diikuti pula keragaman denominasi gereja. Disimilaritas doktrin gereja adalah sebuah keniscayaan dan sampai kedatangan Kristus kedua kalipun, mustahil untuk dijadikan similaritas. Fakta ini sebaiknya tidak membuat gereja sibuk mencari pembenaran doktrinnya sendiri-sendiri dan merendahkan doktrin gereja-gereja lain. Akibatnya gereja bisa melupakan mandat utamanya, yaitu menyelenggarakan Amanat Agung Kristus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Hetharie, Yosa Marianta. "Saling Menghormati di dalam Kasih Kristus." CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika 4, no. 1 (May 11, 2023): 92–111. http://dx.doi.org/10.46348/car.v4i1.115.

Full text
Abstract:
Tulisan ini menawarkan sebuah pembacaan feminis terhadap teks Efesus 5: 22-33 yang berfokus pada pemahaman kembali kata-kata “tunduklah” dan “kepala”. Persoalannya adalah kedua kata tersebut seringkali dipergunakan sebagai alasan untuk melakukan pembenaran terhadap tindakan subordinasi bahkan kekerasan terhadap perempuan. Metode yang digunakan adalah hermeneutika feminis Elisabeth Schüssler Fiorenza, khususnya model hermeneutik kecurigaan. Upaya reinterpretasi menggunakan model hermeneutik tersebut bertujuan untuk menginvestigasi secara lebih mendalam penggunaan kata tersebut dalam teks dan konteks penulisannya. Hasil yang saya tawarkan adalah pemahaman yang tidak lagi menyudutkan perempuan, bahkan melanggengkan berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Anwar, Latifah. "HERMENEUTIKA HADIS MUHAMMAD SYAHRUR." TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin 20, no. 1 (July 6, 2021): 116–43. http://dx.doi.org/10.30631/tjd.v20i1.141.

Full text
Abstract:
Muhammad Syahrur’s point of view about hadith and sunnah was very different from hadith preacher expert. Syahrur declared that hadith was Prophet Muhammad’s life as a prophet (messenger) and hadith was the result of his interaction with the certain events in the different situation when he was alive. Muhammad Syahrur positioned hadith and sunnah as the result of history product which happened in Prophet Muhammad’s life and did not accommodate law legitimation. Further, he mentioned some rejected hadith practices, although it was identified as hadith shahih, or written in Shahihain. In understanding hadith, Syahrur equalized hermeneutics to ta’wil. He also referred to linguistic method proposed by Abu ‘Ali al-Farisi, which was presented by Ibn Jinni and Abd al-Qahir al-Jurjani, then inserted linguistic hermeneutics elements. Linguistic hermeneutics is the affirmation that every human language does not have synonym element. Then, every word might be disappeared throughout the history development, until create new utterance with the new meaning. Pandangan Muhammad Syahrur tentang hadis dan sunnah sangat berbeda dengan ulama hadis. Syahrur menyatakan bahwa hadis adalah kehidupan Nabi Muhammad Saw. sebagai seorang nabi (pembawa berita) dan hadis merupakan hasil interaksi beliau dengan kejadian-kejadian tertentu dalam situasi tertentu pula ketika beliau masih hidup. Muhammad Syahrur memosisikan hadis atau sunnah sebagai hasil dari produk sejarah yang terjadi dalam kehidupan Nabi Saw. dan tidak memuat legitimasi hukum. Bahkan ia memaparkan beberapa bentuk hadis yang ditolak meskipun hadis tersebut dikenal sahih, atau tertera di dalam kitab Shahihain. Dalam memahami hadis, Syahrur menyamakan hermeneutik dengan ta’wil dan ta’wil adalah hermeneutik. Ia juga berpegang kepada metode lingusitik Abu ‘Ali al-Farisi, yang direpresentasikan oleh Ibn Jinni dan ‘Abd al-Qahir al-Jurjani kemudian menambahnya dengan unsur-unsur hermeneutika lingustik. Hermeneutika linguistik adalah penegasan bahwa setiap bahasa manusia tidak memiliki unsur sinonimitas. Kemudian, setiap kata bisa saja lenyap sesuai dengan perkembangan sejarah, hingga mendatangkan ungkapan baru yang bermakna baru.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Vigsø, Orla. "Kommunikation som kærlighedskamp - hermeneutik og sprogfilosofi hos Ricæur." Slagmark - Tidsskrift for idéhistorie, no. 25 (February 4, 2018): 93–104. http://dx.doi.org/10.7146/sl.v0i25.103810.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

J. Raden, Matthias. "Hermeneutik der Entsprechung oder Hermeneutik der Nichtentsprechung." Evangelische Theologie 48, no. 3 (March 1, 1988): 217–32. http://dx.doi.org/10.14315/evth-1988-0304.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Hartenstein, Friedhelm. "Neutestamentliche Hermeneutik aus alttestamentlicher Sicht. Theologische Anmerkungen zum Entwurf von Ulrich Luz." Evangelische Theologie 77, no. 1 (February 1, 2017): 57–70. http://dx.doi.org/10.14315/evth-2017-0108.

Full text
Abstract:
Abstract Published in 2014, the Theologische Hermeneutik des Neuen Testaments (Theological Hermeneutics of the New Testament) by Ulrich Luz challenges its readers to a theological response through its intentionally personal accountability and its dialogical structure. This essay approaches the discussion from the perspective of the neighboring discipline of Old Testament scholarship. It reconstructs the basic intentions of Luz’s conception and tries to integrate it into the present theological landscape regarding the question of biblical hermeneutics (II./ III.). Afterwards it discusses Luz’s treatment of the Old Testament related to this background and formulates impulses for further discussion of the issue (IV.). It concludes with five theses (»Für eine biblische Hermeneutik der zweiteiligen Bibel«/»For a biblical hermeneutics of the two-partite Bible«) intended to serve the communication about a common subject of the biblical disciplines and Protestant theology as a whole (V.).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Grüny, Christian. "Hermeneutik in Bewegung." Zeitschrift für Ästhetik und Allgemeine Kunstwissenschaft 60, no. 2 (2015): 49–65. http://dx.doi.org/10.28937/1000106265.

Full text
Abstract:
Die musikalische Hermeneutik ist ein umstrittenes Unternehmen, das heute vor allem für eine historisch-kulturwissenschaftliche Analyse musikalischer Bedeutungen steht. Daneben besteht aber eine wilde Alltagshermeneutik, in der das Verstehen mit dem alltäglichen Umgang mit Musik verwoben ist. Meg Stuarts Tanzstück Built to last wird gelesen als Reflexion auf diese Alltagshermeneutik. Es wendet Stuarts Technik der Erforschung und Verfremdung von Ausdrucksbewegung auf die Bewegung der und zur Musik an, und sein dezidiert »falscher« Umgang mit der klassischen Musik lässt mehr über deren Gegenwart erkennen als ein formalerer, »richtiger« Ansatz. <br><br>Musical hermeneutics is a controversial issue. Today it is primarily associated with historical research into musical meanings in the context of cultural studies. Besides this, there is an everyday hermeneutics where understanding is inextricably linked to the daily use of music. Meg Stuart’s dance piece Built to last is interpreted as a reflection of this everyday hermeneutics. It applies Stuart’s technique of researching and distorting expressive movement to the movement of and to music, and its decidedly “wrong” way of doing this reveals more about classical music’s presence than a more formal, “right” approach.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Šimić, Krešimir. "Od Riœurove biblijske hermeneutike prema tjelesnoj hermeneutici." Bogoslovska smotra 92, no. 1 (2022): 89–114. http://dx.doi.org/10.53745/bs.92.1.4.

Full text
Abstract:
Paul Ricoeur je svojom fenomenološkom hermeneutikom izvršio značajan utjecaj na biblijsku egzegezu. U radu se stoga prvo analizira njegova studija Biblical Hermeneutics (1975.) u kojoj su egzemplificirane osnovne točke Ricoeurove hermeneutike i njezine primjene na biblijske tekstove. Iako se drži da je takva hermeneutika važan korektiv tzv. strukturalističke ideologije za koju autonomija teksta podrazumijeva potpuno dokidanje referencijalne dimenzije jezika, u članku se ističe da ona nije dostatna i da zanemaruje inkarnacijsku logiku. Stoga se sugerira da biblijska hermeneutika treba ne samo pisani tekst vratiti diskursu nego uputiti u Tijelo, koje nije puka interpretativna zajednica, već događanje »novog stvaranja«. Bivanjem u Tijelu »rađa« se jedna nova – tjelesna hermeneutika.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Maskhuroh, Lailatul. "Implikasi Hermeneutik Al Qur’an dalam Epistemologi Islam." Urwatul Wutsqo: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman 9, no. 2 (January 14, 2021): 261–74. http://dx.doi.org/10.54437/urwatulwutsqo.v9i2.212.

Full text
Abstract:
Hermeneutics one of the philosophical disciplines of language, began to sound its resonance in 1998 which was first introduced by Hasan Hanafi. The pros and cons of this science still resonate with its loyal followers, and vice versa. There are professors of Islamic universities who have not recognized this knowledge from the beginning, but have not dampened the development of this science itself. So that there are those who equate hermeneutic science such as the science of interpretation and takwil. In Indonesia Aksin wijaya, Sahiron Syamsuddin, Muqsith Ghazali are lecturers who are persistent in developing this hermeneutic theory which is still productive until now. Hermeneutics is needed to understand the Koran, especially to answer contemporary problems oriented to human values ??that have not yet been resolved in classical interpretations according to Sayyid Husein Nasr. This is one of the reasons for accepting hermeneutics. There are also those who reject it and some are moderate, for example M. Quraish shihab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Morenz, Ludwig D. "Hieroglyphische Hermeneutik." Zeitschrift für Ägyptische Sprache und Altertumskunde 149, no. 1 (June 1, 2022): 72–79. http://dx.doi.org/10.1515/zaes-2020-0014.

Full text
Abstract:
Summary Following the tradition of ancient hieroglyphic reception, the Byzantine author Ioannes Tzetzes from the 12th century AD used a list of Egyptian hieroglyphs for his commentary on the Iliad for Homer exegesis. The signs and their composition produce a special web of meaning in which relationships to the Iliad can be seen, most clearly in the hieroglyphic ARCH and the theme of the battle for Troy. At the same time, this is not a simple exegesis, but an intercultural bridging of Ancient Egypt – Hellas – Byzantium.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Kablitz, Andreas. "Literarische Hermeneutik." Zeitschrift für Literaturwissenschaft und Linguistik 51, no. 4 (December 2021): 589–628. http://dx.doi.org/10.1007/s41244-021-00241-z.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungAusgehend von einer Interpretation des Beginns von Thomas Manns Roman Buddenbrooks, wirft dieser Beitrag die Frage nach der Ursache der spezifischen Affinität literarischer Texte zu einer hermeneutischen Bearbeitung auf. In kritischer Auseinandersetzung mit den Theorien Jurij M. Lotmans sowie einiger Vertreter der sog. Rezeptionsästhetik wird hier eine andere Begründung für das Erfordernis der Interpretation literarischer Texte gesucht. Sie rückt das allgemeine, für sprachliche Kommunikation generell geltende Prinzip der Unterstellung von Kohärenz und Sinnhaftigkeit jeglicher Äußerung ins Zentrum. Diese »regulative Idee« gewinnt eine zusätzliche Dimension in fiktionalen Texten, deren Gegenstände nicht unabhängig von dieser Kommunikation existieren, weshalb sich nach der Funktion ihrer Mitteilung und darum ebenfalls nach ihrer Bedeutung fragen läßt. Eine abschließende Interpretation des Beginns von Madame Bovary gilt der Überprüfung der in diesem Beitrag entwickelten Theorie.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Klinkmann, Sven-Erik. "Hermeneutik = humaniora?" Budkavlen 85 (June 13, 2023): 93–95. http://dx.doi.org/10.37447/bk.130427.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

BOER, THEO DE. "Ricœurs Hermeneutik." Allgemeine Zeitschrift für Philosophie (AZP) 16, no. 3 (1991): 1–24. http://dx.doi.org/10.5771/0340-7969-1991-3-1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Zendrato, Anugrah Saro Iman, Yusuf Tandi, and Milla Widyawati Kusuma Wardhani. "Studi Hermeneutika Dalam Analisis Teks Dan Konteks." SERVIRE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 1, no. 2 (October 29, 2021): 57–73. http://dx.doi.org/10.46362/servire.v1i2.99.

Full text
Abstract:
To understanding text and konteks analysis in hermeneutics study, I wrote this article for unterstanding the bible have method to analyze text and context. All story in bible written in any curtain culture, and basiclly social study sciencetifically done to support readers understanding beginning of context. History is past incident who made to handbook of life. Hermeneutics is descriptive knowledge and also theory or philosophy purpose exegesis. Untuk memahami analisis teks dan konteks dalam hermeneutik, saya menulis artikel ini untuk memahami bahwa Alkitab memiliki cara untuk menganalisis teks dan konteks. Semua cerita alkitabiah ditulis dalam konteks budaya tertentu, dan studi sosial dasar dilakukan secara ilmiah untuk membantu pembaca memahami konteks awalnya. Sejarah adalah peristiwa masa lalu yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan. Hermeneutik adalah ilmu deskriptif dan merupakan teori atau filsafat penafsiran makna.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Hauqola, Nurkholis. "HERMENEUTIKA HADIS: Upaya Memecah Kebekuan Teks." Jurnal THEOLOGIA 24, no. 1 (March 2, 2016): 261–84. http://dx.doi.org/10.21580/teo.2013.24.1.324.

Full text
Abstract:
Abstract: “Standardization” of hadith’ interpretation is a religious understanding manifest Top of Form “Establishment” in hadith interpretation is a manifesto carries religious understanding entity; not only in the form of interpretation entity, understanding entity, truth entity, Islam entity, but also the other entity in religion. In contemporary lives of people the Prophet hadith presents in a “stagnant” and poor application consequently. It ignites a breakthrough to break up the stagnant sphere for shake “indigenization” of the hadith in order to correspond with reality epoch. In hadith interpretation, one of them is hermeneutic approaches. This hermeneutic approach could be achieved using 3 compositions; (1) meaning within the text (internal interpretation of the hadith text, (2) meaning behind the hadith text (things around interpretation of the hadith), (3) meaning in front of the text (“the opposite” interpretation of the hadith text). These three compositions of the interpretation have focus, target, and method in which are completed one another. They examine not only the horizon of the text (matan), the originator of the horizon (the Prophet), the reader (rijal al-hadith, mukharrij al-hadith, also mufassir), but also its contextuality. Nevertheless, for “established” hadith diciplines, hermeneutic is a “supporting instrument” (not replacing instrument), however, it is perceived able to create interpretation by combining textuality element and hadith contextuality through this hermeneutic approach at once, since a text could only come together in a context. Abstrak: “Pembakuan” pemaknaan hadis merupakan manifesto pemahaman agama yang mengusung ketunggalan; baik dalam bentuk penafsiran tunggal, pemahaman tunggal, kebenaran tunggal, Islam tunggal, dan ketungalan-ketunggalan lain dalam beragama. Akibatnya, hadis-hadis Nabi hadir di tengah kehidupan umat kekinian dalam bentuknya yang “beku” dan miskin aplikasi. Perihal tersebut memantik terobosan untuk memecah kebekuan demi “pribumisasi” hadis agar sesuai dengan realitas zaman. Salah satunya adalah pendekatan hermeneutik dalam penafsiran hadis. Pendekatan hermeneutik dalam penafsiran hadis dapat dilakukan melalui 3 (tiga) lapis penafsiran, yaitu: (1) penafsiran “dari dalam” teks hadis (meaning within the text); (2) penafsiran “terhadap hal-hal di sekitar” teks hadis (meaning behind the text); dan, (3) penafsiran “yang melawan” teks hadis (meaning in front of the text). Ketiga lapis penafsiran ini memiliki fokus, sasaran, serta metode yang antara satu dengan lainnya saling melengkapi. Ia mengkaji bukan hanya horison teks (matan), tetapi juga horison penggagas (Nabi), pembaca (rijal al-hadis, mukharrij al-hadis, serta mufassir), dan kontekstualitasnya. Meskipun hermeneutik merupakan “alat bantu” (bukan pengganti) bagi ilmu-ilmu hadis yang telah “mapan”, namun melalui pendekatan hermeneutik dirasakan mampu melahirkan pemaknaan yang menggabungkan unsur tekstualitas dan kontekstualitas hadis sekaligus, mengingat sebuah teks hanya bisa menemukan maknanya dalam konteks. Kata-kata Kunci: ḥadīṡ, hermeneutic, textuality, contextualization, interpretation
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Surya, Alan, and Fenny Mahdaniar. "Peta Teori Hermeneutik dan Implikasinya dalam Komunikasi Dakwah." Bil Hikmah: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam 2, no. 1 (January 30, 2024): 169–90. http://dx.doi.org/10.55372/bilhikmahjkpi.v2i1.23.

Full text
Abstract:
Kajian hermeneutik yang ada saat ini telah terfragmentasi pada teori hermeneutik berdasarkan ilmuwan-ilmuwan hermeneutik tertentu, dengan paradigma dan corak metodologi yang tersendiri. Penelitian hermeneutik yang ada selama ini pun, banyak mengkaji pada aspek metodologis dan implementasi teori hermeneutik tertentu dalam konteks pemaknaan teks tertentu. Namun, sejauh ini belum ada penelitian hermeneutik yang berfokus pada upaya memetakan teori-teori hermeneutik, terlebih, ketika teori hermeneutik tersebut hendak diimplementasikan dalam memaknai teks-teks komunikasi dakwah. Tujuan penelitian ini hendak memahami peta posisi atas beberapa teori hermeneutik, serta implikasi posisi teori-teori tersebut pada komunikasi dakwah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan akademisi maupun praktisi komunikasi dakwah dalam menentukan teori hermeneutik yang lebih relevan untuk digunakan dalam memaknai teks-teks komunikasi dakwah. Penelitian ini memfokuskan kajian teori hermeneutik mulai paradigma objektif teks hingga dekonstruksi teks. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian kepustakaan deductive-interpretive. Hasil temuan menunjukkan bahwa teori hermeneutik yang relevan digunakan untuk memaknai teks komunikasi dakwah adalah yang merujuk pada komunikator (pembuat teks) sebab komunikatorlah yang paling memahami maksud dari apa yang ingin ia sampaikan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Prabawa, Anarbuka Kukuh, and Muh Mukti. "Interpretasi Makna Gramatis dan Psikologis Tembang Macapat dengan Analisis Hermeneutika Schleiermacher." Indonesian Journal of Performing Arts Education 2, no. 2 (November 8, 2022): 1–15. http://dx.doi.org/10.24821/ijopaed.v2i2.7113.

Full text
Abstract:
AbstractThis study aims to reveal the philosophical meanings behind the Macapat song with grammatical and psychological interpretations through Schleiermacher's hermeneutic theory. This study is qualitative with a literature study technique using Schleiermacher's philological and hermeneutic approach analysis. Philology is used to identify words in the Macapat songs sentence from fiber texts, including Serat Wulangreh, Wedhatama, and others. Meanwhile, Schleiermacher's hermeneutics focuses on being used as an analytical tool to interpret the relationship between the meaning of the word (grammatical) and the meaning of the author's expression (psychological). The results of the study found the meaning of moral messages from 11 kinds of Macapat songs, each of which has its own philosophy, the sequence includes Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmaradana, Gambuh, Dhandhanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, and Pocung. The connection of the 11 Macapat songs represents the stages of human life, from the womb to death. The philosophical meaning behind the Macapat song is a reminder of one's awareness of its origins and acts as a true human being who always includes God in every step.AbstrakKajian ini bertujuan untuk mengungkap makna-makna falsafah dibalik tembang Macapat dengan interpretasi gramatikal dan psikologikal melalui teori hermeneutika Schleiermacher. Metode kajian ini berjenis kualitatif dengan teknik studi literatur menggunakan analisis pendekatan filologi dan hermeneutik Schleiermacher. Filologi digunakan untuk mengidentifikasi kata pada kalimat tembang Macapat dari naskah-naskah serat, antara lain: Serat Wulangreh, Wedhatama, dan selainnya. Sementara hermeneutika Schleiermacher terfokus digunakan sebagai alat analisis untuk menafsirkan keterkaitan antara makna kata (gramatic) dengan makna ungkapan ekspresi dari pengarang (psychological). Hasil kajian ditemukan makna pesan moral dari 11 macam tembang Macapat yang masing-masing mempunyai falsafah tersendiri, urutannya meliputi Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmaradana, Gambuh, Dhandhanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pocung. Keterkaitan ke-11 tembang Macapat merupakan representasi tahap kehidupan manusia sejak dari alam kandungan hingga meninggal. Kesimpulannya bahwa makna falsafah dibalik tembang Macapat merupakan pengingat kesadaran seseorang akan asal muasalnya dan berlaku menjadi manusia sejati yang senantiasa mengikutsertakan Tuhan dalam setiap langkahnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Mamahit, Ferry Y. "Hermeneutika Peleburan Dua Horizon Anthony Thiselton dan Tantangan dari Antropologi Lintas Budaya." Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 18, no. 1 (September 20, 2019): 33–46. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v18i1.320.

Full text
Abstract:
Masalah klasik dalam hermeneutika alkitabiah adalah bagaimana menjembatani kesenjangan antara teks Alkitab yang berkonteks budaya kuno dan pembacanya yang berkonteks budaya modern. Salah satu pendekatan yang diajukan untuk mengatasi persoalan tersebut adalah model peleburan horizon-horizon (the fusions of horizons), yang kemudian dikembangkan oleh Anthony Thiselton dengan peleburan dua horizonnya (the fusions of two horizons). Meski pendekatan hermeneutis yang dilakukan oleh Thiselton sangat komprehensif dan serius dalam menjembatani kesenjangan ini, pendekatan konteks berkultur tunggalnya (baca: budaya Barat) ini belum dapat menjawab tantangan dari antropologi lintas-budaya, khususnya kompleksitas konteks budaya pembaca modern yang berkarakter beragam, berlapis dan bersilang. Jadi, pendekatan ini perlu mempertimbangkan pendekatan hermeneutis yang lebih sensitif terhadap kompleksitas tersebut sebagai tambahan atau pelengkap pendekatan peleburan horizon-horizon (addenda hermeneutica). Kata-kata Kunci: Anthony Thiselton, hermeneutika alkitabiah, peleburan-peleburan horizon, kompleksitas konteks budaya, hermeneutika kontekstual English : The classic problem in biblical hermeneutics is how to bridge the gap between the ancient cultural context of the biblical texts and the modern cultural context of the reader. One of the approaches proposed to deal with this issue is the model of the fusion of horizons that is later on developed by Anthony Thiselton with his fusions of two horizons. Albeit comprehensive and severe in bridging the gap, his mono-cultural (Western) approach to the context has not yet answered the challenge from cross-cultural anthropology, especially the complexity of the culture of the modern reader characterized by varied, multi-layered and cross-culturally. The approach thus needs to consider a hermeneutical approach that is more sensitive to that complexity as addition into or compliment to the fusions of horizons approach (addenda hermeneutica). Keywords: Anthony Thiselton, biblical hermeneutics, the fusions of horizons, the complexity of cultural context, contextual hermeneutics
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Sa'adah, Qimyatussa’adah. "PERSPEKTIF INTERPRETIF-HERMENEUTIK." Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) 1, no. 1 (August 23, 2017): 18–28. http://dx.doi.org/10.32486/aksi.v1i1.101.

Full text
Abstract:
Riset-riset akuntansi kini berkembang dengan menggunakan multiparadigma. Selain positivistik, saat ini paradigma interpretif, kritis dan posmodernisme juga diterapkan dalam riset-riset akuntansi. Paper ini bertujuan untuk medeskripsikan paradigma interpretif, khususnya pendekatan hermeneutik, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan hermeneutik dalam riset akuntansi sebagai bagian dari riset akuntansi multiparadigma.Teologi dan linguistik adalah dua cabang ilmu yang telah lebih dulu menerapkan hermeneutik sebagai metode penafsiran. Pendekatan hermeneutik menekankan pada proses menerjemahkan, menginterpretasikan dan menafsirkan teks. Dalam proses tersebut, hermeneutik menganggap bahwa realitas adalah subjektif.Dalam riset akuntansi, hermeneutik dapat digunakan sebagai metode analisis data, terutama dalam bentuk teks. Hermeneutik dapat digunakan dengan berbagai kombinasi dan berbagai perspektif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Rumaijuk, Mesrin. "Komparasi Metode Hermeneutik Pentakosta dan Metode Hermeneutik Gereja Masehi Adven Hari Ketujuh." Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) 6, no. 2 (October 18, 2023): 78–102. http://dx.doi.org/10.54345/jta.v6i2.108.

Full text
Abstract:
Komparasi Metode Hermeneutik Pentakosta dan Metode Hermeneutik Gereja Masehi Adven Hari Ketujuh. Hermeneutik, terkait dengan Alkitab, secara umum dipahami sebagai usaha memahami maksud semula dari teks, selanjutnya maksud tersebut dimanifestasikan dalam sebuah bentuk tindakan yang disesuaikan dengan konteks. Metode yang digunakan dalam hermeneutik tidak selalu sama antara denominasi gereja yang ada. Begitu pula yang terlihat antara hermeneutik Pentakosta dan hermeneutik gereja Masehi Adven Hari Ketujuh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi literatur. Penulis menggambarkan beberapa detail terkait metode hermeneutik Pentakosta dan metode hermeneutik gereja Masehi Adven Hari Ketujuh. Selanjutnya melihat adanya kemungkinan persamaan dan perbedaan di antara keduanya. Hasil yang diperoleh, sekalipun gereja Masehi Adven Hari Ketujuh bercorak Injili yang berbeda dengan Pentakosta, namun diperoleh adanya kesamaan metode hermeneutik yang digunakan oleh keduanya. Selain kesamaan, tentu saja terdapat perbedaan. Dalam hal ini, persamaan harus dijadikan sebagai tali pengikat yang mempererat antara kaum Pentakosta dan Adven, selanjutnya perbedaan tidak boleh dipahami sebagai pertentangan namun lebih kepada keberagaman spektrum dalam dunia hermeneutik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Anwar, M. Shoim. "Lingkar Struktur Novel Tarian Setan." ATAVISME 17, no. 2 (December 29, 2014): 192–204. http://dx.doi.org/10.24257/atavisme.v17i2.9.192-204.

Full text
Abstract:
The title of Saddam Hussein’s novel, Tarian Setan, from hermeneutic perspective, leads to the behavior of the antagonist that must be resisted and shunned. Human power is not eternal. Power obtained from deceitful means will ultimately be devastating, both for the rulers and the ruled parties. In terms of power and ideology, the leaders will be in the two circles, the circle of positive and negative circle as mandate text. When political ambition and power no longer hold ethics, wherever and whenever, it will destroy the foundations of life in society. Key Words: hermeneutics; title; theme; plot; characterization Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan muatan politis dan ideologis dalam judul, tema dan alur, tokoh, serta amanat novel Tarian Setan karya Sadam Hussein dengan teori hermeneutik. Sumber data penelitian ini adalah novel berjudul Tarian Setan (terjemahan dari novel Akhreej Minha Ya Mal’un karya Sadam Hussein) yang diterbitkan oleh penerbit Jalasutra tahun 2006. Penelitian menghasilkan temuan bahwa judul novel karya Saddam Hussein, Tarian Setan, dari perspektif hermeneutik, mengarah pada perilaku tokoh antagonis yang harus dilawan dan dijauhi. Kekuasaan manusia tidak abadi. Kekuasan yang diperoleh dengan cara culas akhirnya akan menyengsarakan, baik bagi penguasa maupun pihak-pihak yang dikuasai. Dari sisi kekuasaan dan ideologinya, para tokoh akan berada dalam dua lingkaran, yaitu lingkaran positif dan lingkaran negatif sebagai pengemban amanat teks. Ketika ambisi politik dan kekuasaan tidak lagi memegang etika, di mana pun dan kapan pun, akan menghancurkan sendi-­sendi kehidupan dalam masyarakat
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Tahir, Abdul Hafid, and Muhammad Yusri AR. "Penerapan Hermeneutik dalam Ilmu Linguistik Application of Hermeneutics in Linguistics." MANDAR: Social Science Journal 1, no. 1 (July 5, 2022): 56–62. http://dx.doi.org/10.31605/mssj.v1i1.1744.

Full text
Abstract:
The Hermeneutics that are part of The Science of Philosophy are closely related to the science of linguistics in general. For this reason, the focus of his study is how the application of Hermeneutics in Linguistics, which is related to oral and written linguistic interpretations. The purpose of this study is to examine the relationship between Hermeneutics and Linguistics. This research uses qualitative research methods. The results of the research are expected to contribute to the world of education, especially learning related to linguistics. The results of this study found that Hermeneutics which is part of Philosophy is present to complement the study of linguistic science related to the interpretation or interpretation of a word meaning. All forms of interpretation include an understanding. To make an interpretation, the fundamental thing that must be possessed is that we must understand or understand the word itself before it is used. In essence, if we already understand or understand the word, we have actually carried out the interpretation process. In Hermeneutic Sciences, the process of understanding and interpretation constitutes a Hermeneutic circle.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

İsbir, Erdal. "The place of hermeneutical reflection in liberal theories of ethics and politicsHermeneutik refleksiyonun liberal etik ve politik kuramlardaki yeri." Journal of Human Sciences 14, no. 2 (May 8, 2017): 1590. http://dx.doi.org/10.14687/jhs.v14i2.4510.

Full text
Abstract:
The Habermas-Gadamer debate focused on the task and scope of hermeneutics has constituted on the claim of that understanding and interpretation is a linguistic inter-subjective interaction not an intellectual subjective activity. Hermeneutical reflection, rose from this interaction, has a critical task that illuminates pre-conditions of subject in the process of understanding and interpretation. The emphasis of this study is on the ethical and political effects of this task, but not on the debate of whether this critical task has a linguistic restriction. Even though Gadamer, Habermas and Ricoeur have properly remarked that the critical task of hermeneutical reflection founded on self-consciousness is practical, none of them had improved theories of ethics and politics referring this practical task. In this study, I will discuss the place and the importance of the hermeneutical reflection in the discourse ethics of Apel, in the pragmatic relativism of Rorty, and in Taylor’s the ethics of authenticity and the politics of recognition. Those theories found on the task of hermeneutical reflection, which exalts individuality, therefore they are liberal theories. Exposing hermeneutical effects on those theories that are a result of “the linguistic turn” will indicate the practical value of hermeneutics. In addition, I will mention that those liberal theories can involve some dangers and aims to justify asking whether a hermeneutical theory of ethics and politics is necessarily "liberal". Extended English abstract is in the end of PDF (TURKISH) file. ÖzetHermeneutik refleksiyonun işlevi ve kapsamına odaklanan Gadamer-Habermas tartışması, anlam ve yorumun, öznenin bir zihinsel bir etkinliği değil de özneler arası dilsel bir etkileşim olduğu kabulü üzerinden yürütülmektedir. Anlama ve yorum sürecinde öznelerarası etkileşimle ortaya çıkan hermeneutik refleksiyonun, öznenin kendi ön-koşullarını aydınlatan eleştirel bir işlevi vardır. Bu çalışmanın odak noktası, bu işlevin dilsel sınırlar içinde olup olmadığı tartışması değil, bu işlevin etik ve politik kuramlardaki etkisidir. Gadamer, Habermas ve Ricoeur, hermeneutik refleksiyonun öz-bilinci kuran eleştirel işlevinin pratik olduğunu belirtmiş olsalar da, bu pratik işlev üzerinden etik ve politik bir kuram geliştirmemişlerdir. İşte bu çalışma, Apel’in söylem etiğinde; Rorty’nin pragmatik rölativizminde, Taylor’un sahicilik etiği ve tanınma politikasında, hermeneutik refleksiyonun nasıl bir yere sahip olduğunu göstermek amacındadır. Bu etik ve politik kuramlar, hermeneutik refleksiyonun bireyselliği yükselten işlevine dayandığından, liberal kuramlardır. “Dile dönüş” olgusunun sonucu olan bu kuramlardaki hermeneutik etkilerin açığa çıkarılması, hermeneutiğin pratik değerini gösterecektir. Ayrıca liberal etik ve politik kuramların içerebileceği tehlikelere de değinmek isteyen bu çalışma, hermeneutik temelli etik ve politik bir kuram liberal olmak zorunda mıdır sorusunun da haklılığın göstermek amacındadır.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Purba, Jhon Leonardo Presley, Yonathan Wingit Pramono, and Robinson Rimun. "Implementasi Arkeologi Alkitabiah (Biblical Archaeology) Dalam Hermeneutik Sebagai Metode Penafsiran Alkitab." New Perspective in Theology and Religious Studies 2, no. 2 (December 15, 2021): 65–81. http://dx.doi.org/10.47900/nptrs.v2i2.51.

Full text
Abstract:
Abstract Biblical archaeology has very important roles in the method of hermeneutic interpretation to obtain an accurate, valid, precise and accountable interpretation of the Bible. Through a qualitative approach with a literature study method, this study concludes that biblical archaeology in hermeneutics has the implementations as a tool to reveal the historical context and cultural meaning of a text by understanding the archaeological relationship with the biblical text, as a tool to identify the text to adapt its content to the context of the Ancient Near East through the identification of historical, cultural, social, and religious issues provided by archaeological data, as a tool to build the construction of biblical-archaeological exegesis by combining both of data sources through critical thinking to adjust archaeological data with biblical data, as a tool control for context history and a tool produce more accurate historical information for listeners for more accurate application.Abstrak Arkeologi alkitabiah dalam metode penafsiran hermeneutik untuk mendapatkan penafsiran Alkitab yang akurat, valid, teliti dan dapat dipertanggungjawabkan sangat penting. Melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi literature, penelitian ini menyimpulkan bahwa arkeologi alkitabiah dalam hermeneutik memiliki implementasi sebagai alat untuk mengungkap konteks historis dan makna budaya sebuah teks dengan memahami hubungan arkeologi dengan teks Alkitab, sebagai alat untuk mengidentifikasi teks untuk menyesuaikan kontennya dengan konteks Timur Dekat Kuno melalui identifikasi sejarah, budaya, sosial, dan masalah-masalah keagamaan yang disediakan oleh data-data arkeologi, sebagai alat membangun konstruksi eksegesis alkitabiah-arkeologis dengan menggabungkan kedua sumber data tersebut melalui pemikiran kritis untuk menyesuaikan data arkeologi dengan data alkitabiah, sebagai alat kontrol untuk konteks sejarah dan alat menghasilkan informasi historis yang lebih akurat bagi pendengar agar penerapan lebih akurat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

MALIK, ADAM. "KEEFEKTIFAN METODE HERMENEUTIK DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SOPPENG RIAJA KABUPATEN BARRU." KONFIKS : JURNAL BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 1, no. 1 (December 15, 2016): 80. http://dx.doi.org/10.26618/jk.v1i1.163.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keefektifan metode hermeneutik dalam pembelajaran apresiasi puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru yang berjumlah 160 orang yang terbagi ke dalam empat kelas. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purpose random sampling, artinya penentuan sampel dilakukan secara sengaja dengan jumlah yang representatif pada kelas penelitian. Hal ini didasarkan atas pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan karakteristik penelitian. Sampel penelitian ditetapkan kelas VIII-2 berjumlah 40 orang sebagai kelas eksperimen dan VIII-4 sebanyak 40 orang sebagai kelas kontrol. Teknik yang digunakan mengumpulkan data penelitian adalah teknik tes. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik inferensial statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika guru menerapkan metode hermeneutik, maka pembelajaran apresiasi puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru meningkat. Hal ini tampak berdasarkan temuan bahwa metode hermeneutik efektif diterapkan dalam pembelajaran apresiasi puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Hal ini tampak pula pada nilai yang diperoleh siswa, yakni kemampuan siswa pada kelas kontrol belum memadai dengan tingkat ketuntasan hanya mencapai 57,5% yang mampu memperoleh nilai 70 ke atas. Hal ini berbeda dengan kemampuan siswa meningkat pada kelas eksperimen dengan kategori mampu dengan tingkat ketuntasan mencapai 92,5% yang memperoleh nilai 70 ke atas. Keefektifan strategi ini diketahui pula berdasarkan hasil perhitungan nilai t (tes signifikansi untuk desain 2). Perbandingan hasil kemampuan kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan bahwa nilai t hitung sebanyak 4,29> nilai t tabel 2,02. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima, yaitu metode hermeneutik efektif diterapkan dalam pembelajaran apresiasi puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru (H1).Kata kunci: metode hermeneutik, apresiasi, puisi AbstracThis study was aimed to describe the effectiveness of teaching methods in hermeneutic appreciation of poetry eighth grade students of SMP Negeri 1 Soppeng Riaja Barru . This research was classified into experimental research. The population of this study was overall eighth grade students of SMP Negeri 1 Soppeng Riaja Barru totaling 160 people, divided into four classes. Sampling in this study was used the technique of random sampling purpose, meaning that sampling was done deliberately by the number of the class representative on the study. It was based on the consideration of the limitations of time, effort, money, and study characteristics . The research sample was set of class VIII - 2 of 40 students as a class experiment and VIII - 4 as many as 40 students as the control class. The techniques used to collect research data was a test technique. The data obtained were analyzed by using descriptive statistics and inferential statistics inferential statistics . The results showed that when teachers use hermeneutics method, the appreciation of poetry teaching eighth grade students of SMP Negeri 1 Soppeng Riaja Barru increased. This was evident by the finding that effective hermeneutic method applied in the teaching poetry appreciation eighth grade students of SMP Negeri 1 Soppeng Riaja Barru . It also appeared on the values obtained by the student, the student's ability to control the class was not sufficient to achieve the level of mastery only 57.5 % were able to obtain a score of 70 and above. This was in contrast with the ability of the students increased in the experimental class with category were able to achieve 92.5 % completeness level who scored 70 and above. The effectiveness of this strategy in mind also based on the calculation of the value of t ( test of significance for the design of 2 ) . Comparison of the results of the control and experimental class capabilities was indicated that as many as 4.29 t value > t table value of 2.02 . This was suggested that the hypothesis of the proposed research was accepted , the hermeneutic method effectively applied in learning poetry appreciation eighth grade students of SMP Negeri 1 Soppeng Riaja Barru ( H1 ) .Key word: Hermeneutic method, appreciation, poetry
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Elling, Barbara, Dieter Krusche, and Alois Wierlacher. "Hermeneutik der Fremde." German Quarterly 66, no. 2 (1993): 285. http://dx.doi.org/10.2307/407505.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Lengert, Rudolf. "Handlungsperspektiven der Hermeneutik." Bildung und Erziehung 41, no. 3 (September 1988): 259–70. http://dx.doi.org/10.7788/bue.1988.41.3.259.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Klauk, Tobias, Niels Klenner, and Tilmann Köppe. "Literarische – Hermeneutik – Verstehen." Zeitschrift für Literaturwissenschaft und Linguistik 51, no. 4 (November 2, 2021): 797–806. http://dx.doi.org/10.1007/s41244-021-00221-3.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungDer Beitrag erläutert anhand von Beispielen die Konturen einer literarischen Hermeneutik, deren zentrales Ziel in der ästhetischen Wertschätzung des literarischen Textes besteht: Nicht das Verstehen der Bedeutung des Textes steht hier also im Vordergrund, sondern die Würdigung von dessen literarischen Errungenschaften (S. H. Olsen). Ergänzt wird die beispielgestützte Erläuterung durch die Angabe von Gründen, die für ein entsprechendes Interpretationsprogramm sprechen; zudem deuten wir an, dass die literaturwissenschaftliche Interpretationspraxis einer so verstandenen Hermeneutik zumindest nahezustehen scheint.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Bleumer, Hartmut, Stephan Habscheid, Constanze Spieß, and Niels Werber. "Hermeneutik und Germanistik." Zeitschrift für Literaturwissenschaft und Linguistik 51, no. 4 (December 2021): 565–67. http://dx.doi.org/10.1007/s41244-021-00242-y.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Dickel, Sascha, and Martin Neumann. "Hermeneutik sozialer Simulationen." Sozialer Sinn 22, no. 2 (January 1, 2021): 353–87. http://dx.doi.org/10.1515/sosi-2021-0013.

Full text
Abstract:
Zusammenfassung Der Beitrag verbindet zwei weit auseinander liegende methodische Welten. Wir schlagen vor, das Verfahren der hermeneutischen Sequenzanalyse zur Interpretation Agentenbasierter Modellierungen zu verwenden, einer sich aktuell verbreitenden Methode sozialwissenschaftlicher Forschung. Ihr Ziel besteht in der technikgestützten Konstruktion von Szenarien, in denen spezifische soziale Konstellationen durchgespielt werden. Das konkrete Simulationsmodell, welches wir dabei exemplarisch heranziehen, bezieht sich auf Gewalteskalationen innerhalb krimineller Netzwerke. Die Simulationsresultate sind als narrative Szenarien formuliert, die hier exemplarisch einer Sequenzanalyse unterzogen werden. Damit demonstrieren wir, dass hermeneutische Sequenzanalysen zur Strukturgeneralisierung und Validierung Agentenbasierter Modelle eingesetzt werden kann. Darauf basierend schlagen wir eine digitale Hermeneutik vor, welche soziale Simulation mit der Dimension des sozialen Sinnes verbindet.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography