To see the other types of publications on this topic, follow the link: Histologi.

Journal articles on the topic 'Histologi'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Histologi.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Putra, I. Komang Susila Semadi, Putu Suastika, Ni Nyoman Werdi Susari, and Ni Luh Eka Setiasih. "HISTOLOGICAL STRUCTURE AND DUODENALHISTOMORPHOMETRY OF ADULT FEMALE BALI CATTLE." Indonesia Medicus Veterinus 10, no. 1 (January 31, 2021): 82–93. http://dx.doi.org/10.19087/imv.2020.10.1.82.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur histologi, histomorfometri, dan perbedaan struktur histologi sertahistomorfometri duodenum sapi bali.Penelitian ini menggunakan 10 ekor sapi bali betina berumur 4-5 tahun yang dipotong di Rumah Potong Hewan PesanggaranDenpasar. Sampel duodenum diambil pada tiga bagian berturut-turut yaitu bagian kranial, desenden dan asenden, kemudian sampeldifiksasi dengan larutan Neutral Buffered Formalin(NBF) 10% yang selanjutnya dibuat preparat histologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin(HE).Hasil pengamatan struktur histologi disajikan secara deskriptif kualitatif, sedangkan data histomorfometri disajikansecara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan, struktur histologi duodenum tersusun atas empat lapisan, yaitu tunika mukosa, submukosa, muskularis dan serosa.Perbedaan struktur histologi duodenum pada bagian kranial, desenden dan asenden ditemukan pada bentuk vili, ada tidaknya nodullimfoideus (payer’s patch), kontinuitas lamina muskularis mukosa dan kepadatan kelenjar Brunner.Pengukuran histomorfometri menunjukkan bahwa ketebalan tunika mukosa, submukosa, muskularis dan serosa pada bagian kranial berturut-turut 490,12±55,604 μm, 1283,00±223,716 μm, 1905,74±282,900 μm, 263,30±14,837 μm, pada bagian desenden berturut-turut 591,02±66,854 μm, 554,36±62,573 μm, 972,36±110,316 μm, 215,78±23,190 μmdan pada bagian asenden berturut-turut 655,70±87,828 μm, 420,14±101,476 μm, 808,78±120,716 μm, 143,50±27,804 μm. Histomorfometri tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan serosa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara bagian kranial dengan desenden dan asenden.Tidak ada perbedaan yang signifikan antara bagian desenden dengan asenden pada tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada ketebalan tunika serosa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Mujimin, Mujimin. "TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOLOGI GONAD." Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 4, no. 2 (December 29, 2016): 13. http://dx.doi.org/10.15578/blta.4.2.2005.13-17.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Krüger, Per Gøran. "Kronen på verket i histologi." Tidsskrift for Den norske legeforening 133, no. 2 (2013): 205. http://dx.doi.org/10.4045/tidsskr.12.1172.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Saraswati, Tyas Rini. "Diskripsi Perbandingan Histologi Organ Saluran Reproduksi Puyuh yang Diberi Perlakuan Serbuk Kunyit Sebelum Masak Kelamin dan yang Tidak Diberi Perlakuan Serbuk Kunyit." Buletin Anatomi dan Fisiologi 1, no. 1 (October 25, 2016): 6. http://dx.doi.org/10.14710/baf.1.1.2016.6-12.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui histologi organ saluran reproduksi pada puyuh betina umur 9 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. 5 ekor puyuh betina diberi perlakuan serbuk kunyit selama 1 bulan sebelum masak kelamin dan 5ekor puyuh betina tidak diberi perlakuan serbuk kunyit. Masing-masing perlakuan dipelihara sampai umur 9 bulan. Pada akhir perlakuan puyuh di dekapitasi, diisolasi organ saluran reproduksi, yaitu magnum, isthmus, dan uterus dan dibuat preperat histologi dengan metode paraffin dan pewarnaan Haematoxylin dan Eosin. Dilakukan deskripsi histologi pada organ magnum, isthmus dan uterus. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa saluran reproduksi pada puyuh umur 9 bulan yang diberi perlakuan serbuk kunyit selama 1 bulan sebelum masak kelamin berkembang lebih baik dari pada saluran reproduksi puyuh yang tidak diberi perlakuan serbuk kunyit. Kata kunci : histologi saluran reproduksi, puyuh, serbuk kunyit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Mujimin, Mujimin, and Sri Suratmi. "Teknik Mencampur Larutan Fiksasi untuk Histologi." Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 12, no. 1 (November 17, 2016): 43. http://dx.doi.org/10.15578/blta.12.1.2014.43-46.

Full text
Abstract:
Abstrak lengkap dapat dlihat pada full PDFFiksasi merupakan salah satu bagian dalam metode histologi. Fiksasi adalah pemberian perlakuan tertentu terhadap elemen elemen jaringan, terutam inti sel atau nukleusnya sehingga dapat diawetkan dalam kondisi yang sedikit banyak mendekati keadaan aslinya. Tujuan percobaaan ini adalah untuk mengetahui teknik mencampur larutan fiksasi yang digunakan untuk mengawetkan organ/jaringan ikan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Nadeak, Bernadetha. "Hipertensi Sekunder akibat Perubahan Histologi Ginjal." Sari Pediatri 13, no. 5 (November 17, 2016): 311. http://dx.doi.org/10.14238/sp13.5.2012.311-15.

Full text
Abstract:
Ginjal merupakan organ yang berperan penting dalam mengatur tekanan darah. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular degeneratif dengan insidens yang meningkat dari tahun ke tahun. Sel juksta glomerular di dalam ginjal berperan penting dalam terjadinya hipertensi karena dalam juksta glomerulus dihasilkan renin. Renin berfungsi mengubah angiotensinogen menjadi angiotensinogen I, dan oleh pengaruh enzim proteolitik konvertase diubah menjadi angiotensin II yang berfungsi sebagai vasokonstriktor. Selanjutnya korteks kelenjar adrenal untuk melepaskan aldosteron yang mempengaruhi tubulus kontortus distalis untuk mereabsorbsi NaCl dan air. Kelainan pada sel juksta glomerular dapat mengakibatkan hipersekresi renin, sehingga mempengaruhi tekanan darah sistemik. Kelainan pembuluh darah yang sering menimbulkan hipertensi adalah stenosis (penyempitan) karena aterosklerosis, displasia (stenosis non aterosklerosis) dinding arteri di lapisan intima, lapisan media dan adventisia juga turut berperan. Di dalam lapisan intima terjadi fibroplasia intima, yaitu penimbunan jaringan fibrous sehingga lumen arteri menyempit. Pada lapisan media terjadi fibroplasia media, yaitu penimbunan jaringan fibrous dan atrofi otot polos, sehingga lumen arteri menyempit. Pada lapisan adventisia, terjadi penggantian dengan jaringan kolagen yang meluas ke jaringan ikat sehingga menjadi kaku dan sempit. Kelainan pada parenkim ginjal dapat berupa proliferasi sel dan jaringan parut. Jaringan parut itu akan menarik jaringan sekitarnya termasuk jaringan vaskular arteri interlobaris yang akan mengganggu vaskularisasi ginjal. Semua kelainan ini akan menimbulkan hipoksia ginjal, sehingga merangsang pelepasan renin yang berkibat terjadinya hipertensi renoparenkim dan renovaskular.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Krüger, Per Gøran. "Cytologi og histologi - nyttig for studenter." Tidsskrift for Den norske legeforening 133, no. 2 (2013): 205. http://dx.doi.org/10.4045/tidsskr.12.1173.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

QUENSEL, ULRIK. "Studier öfver den kroniska gastritens histologi." Nordiskt Medicinskt Arkiv 25, no. 24 (April 24, 2009): 1–34. http://dx.doi.org/10.1111/j.0954-6820.1893.tb00353.x.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

QUENSEL, ULRIK. "Studier öfver den kroniska gastritens histologi." Nordiskt Medicinskt Arkiv 25, no. 30 (April 24, 2009): 1–53. http://dx.doi.org/10.1111/j.0954-6820.1893.tb00362.x.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Ekayanti, Ni Wayan. "Penerapan PBL Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Pembelajaran Histologi otot bagi Mahasiswa Pendidikan Biologi." Indonesian Journal of Educational Science (IJES) 1, no. 1 (September 1, 2018): 32–36. http://dx.doi.org/10.31605/ijes.v1i1.138.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hasil belajar histologi jaringan otot melalui penerapan PBL berbasis Lesson Study pada mahasiswa pendidikan Biologi FKIP Unmas Denpasar. Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 3 siklus, yang dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran PBL berbasiskan Lesson Study. Penelitian dilaksanakan di Unmas Denpasar dari bulan November sampai dengan Desember 2017 dengan subjek 21 orang mahasiswa mahasiswa semester III Tahun Akademik 2017/2018. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan lembar observasi dan LKM. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil belajar histologi meningkat dari siklus 1 ke siklus 3, dan semua kelompok belajar termasuk katagori baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan PBL berbasis Lesson Study mampu meningkatkan hasil belajar histologi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Yogini, Ni Wayan Adya Puttry Purna, Ngurah Intan Wiratmini, and Ni Gusti Ayu Manik Ermayanti. "Gambaran Histologi Lambung Dan Duodenum Mencit (Mus musculus L.) Jantan Yang Diberi Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Setelah Diinduksi Monosodium Glutamat (MSG)." Metamorfosa: Journal of Biological Sciences 8, no. 1 (March 29, 2021): 18. http://dx.doi.org/10.24843/metamorfosa.2021.v08.i01.p02.

Full text
Abstract:
Daun kersen (Muntingia calabura L.) mengandung senyawa antioksidan yang mampu mencegah kerusakan pada jaringan hewan. Monosodium glutamat (MSG) merupakan bahan penyedap yang pada kadar berlebih dapat menyebabkan kerusakan struktur histologi duodenum serta meningkatkan sekresi asam lambung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histologi lambung dan duodenum mencit (M. musculus) yang diberi ekstrak daun kersen setelah diinduksi MSG, serta untuk mengetahui dosis ekstrak daun kersen yang memberikan hasil uji terbaik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 25 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi 5 perlakuan yang terdiri dari 2 kontrol yaitu kontrol negatif (K-) hanya diberi akuades, dan kontrol positif (K+) diberi MSG dosis 0,7 mg/g bb serta 3 perlakuan yang diberi MSG sebanyak 0,7 mg/g bb serta ekstrak daun kersen dosis 0,075 mg/g bb (P1), dosis 0,15 mg/g bb (P2) dan dosis 0,3 mg/g bb (P3). Ekstrak daun kersen dan MSG diberikan secara oral sekali sehari selama 28 hari. Parameter yang diamati pada histologi lambung yaitu erosi vili dan infiltrasi sel radang dan pada histologi duodenum yaitu erosi vili, nekrosis dan infiltrasi sel radang. Hasil penelitian menunjukkan seluruh parameter pada histologi lambung dan duodenum mencit terjadi penurunan tingkat kerusakan yang berbeda nyata (P<0,05) pada seluruh perlakuan (P1, P2, dan P3) dibandingkan kontrol positif (K+) sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun kersen mampu memperbaiki kerusakan pada lambung dan duodenum mencit yang diinduksi MSG dengan dosis yang memberikan hasil uji terbaik adalah 0,3 mg/g bb.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Eristiawan, I. Gede Erick, Ni Luh Eka Setiasih, Luh Gede Sri Surya Heriyani, and Ni Nyoman Werdi Susari. "HISTOLOGICAL STRUCTURE AND HISTOMORPHOMETRY OF THESMALL INTESTINE OF BALI CATTLE JEJUNUM." Indonesia Medicus Veterinus 10, no. 1 (January 31, 2021): 71–81. http://dx.doi.org/10.19087/imv.2020.10.1.71.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui struktur histologi dan perbedaan histomorfometri jejunum sapi bali pada bagian anterior, medial, dan posterior. Sebanyak10 sampelsapi bali betina berusia empat sampai lima tahun diambil di Rumah Potong Hewan PesanggaranDenpasardigunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.Organ jejunum diambil pada bagian anterior, medial, dan posterior untuk selanjutnya difiksasi menggunakan larutan Neutral Buffered Formalin(NBF) 10%, kemudian diberi pewarnaan Hematoksilin-Eosin(HE) untuk dijadikan preparat histologi.Hasil pengamatan struktur histologi disajikan secara deskriptif kualitatif, sedangkan data histomorfometri disajikan secara deskriptif kuantitatif.Hasil penelitian menemukan jejunum tersusun atasempatlapisan; tunika mukosa, submukosa, muskularis,dan serosa.Pengukuran histomorfometri menunjukkan ketebalan tunika mukosa, submukosa, muskularis dan serosa pada bagian anterior secara berturut-turut 655,44±73,34 μm, 191,98±25,78 μm, 799,04±58,97μm, 122,68±32,90μm, pada bagian medial 726,04±52,87 μm, 174,96±34,09 μm, 885,14±69,74 μm, 138,84±28,71 μm dan pada bagian posterior 770,92±37,28 μm, 211,08±27,99 μm, 958,74±60,97 μm, 273,2±46,56 μm.Terdapat perbedaan yang signifikan dalam ketebalan tunika mukosaantara bagian anterior dengan medial dan posterior, tunika submukosa antara bagian medial dengan posterior,tunika muskularis antara bagian anterior dengan posterior,tunika serosa antara bagian anterior dengan medial dan posterior, serta antara bagianmedial dengan posterior, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan histomorfometri dari ketiga bagian jejenumsapi bali
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Rousdy, Diah Wulandari, and Elvi Rusmiyanto Pancaning Wardoyo. "HISTOLOGI LIMPA DAN HEMATOLOGI MENCIT YANG DIINFEKSI Escherichia coli SETELAH PEMBERIAN ASAM HUMAT GAMBUT KALIMANTAN." Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) 5, no. 2 (December 26, 2018): 168. http://dx.doi.org/10.29122/jbbi.v5i2.2900.

Full text
Abstract:
Spleen Histology and Hematology of Mice Infected by Escherichia coli after Oral Administration of Humic Acid from Borneo PeatABSTRACTHumic acid compounds have an immunostimulatory effect. The aim of this research was to determine the effect of humic acid on the spleen of mice infected with Escherichia coli. The study used a completely randomized design with six treatments and five replicates. The treatments were normal control, negative control, positive control of isoprinosine, humic acid dose of 62.5; 125; and 250 mg/kg body weight (BW). The results showed that E. coli infection caused diarrhea symptoms and significant weight loss. There were significant differences (P<0.05) on hematocrit value and a total leukocyte count of humic acid, in which isoprinosine treatment was higher than those of negative control and normal control. There was no significant difference in the spleen weight of the mice subjected to the different treatments, but through histologic observations a significant difference (P<0.05) was found in the histologic size of the spleen. Humic acid treatment of 250 and 125 mg/kg BW resulted in the widest white pulp (495.8 ± 58.2 µm) and the highest leukocytes count (6725 ± 1018 cell/mL), respectively. On the red pulp serving as negative control numerous clusters of lymphocyte cells were found.Keywords: Escherichia coli, humic acid, peat soil, spleen, white pulp ABSTRAKSenyawa asam humat mempunyai potensi imunostimulan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian asam humat terhadap organ limpa mencit yang diinfeksi bakteri Escherichia coli. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan enam perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan tersebut yakni kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif isoprinosin, asam humat dosis 62,5; 125; dan 250 mg/kg berat badan (BB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi bakteri E. coli pada mencit menyebabkan mencit mengalami gejala diare dan penurunan berat badan yang signifikan. Perbedaan signifikan (P<0,05) pada nilai hematokrit dan jumlah leukosit total perlakuan asam humat dan isoprinosin lebih tinggi dibandingkan kontrol negatif dan kontrol normal. Tidak terdapat perbedaan nyata (P>0,05) pada berat limpa mencit antar perlakuan, melalui pengamatan histologi ditemukan perbedaan ukuran histologi limpa mencit. Perlakuan asam humat 250 mg/kg BB mempunyai ukuran pulpa putih (495,8 ± 58,2µm) dan perlakuan asam humat 125 mg/kg BB mempunyai nilai leukosit tertinggi (6725 ± 1018 sel/mL). Pada pulpa merah perlakuan kontrol negatif ditemukan banyak sel limfosit yang menggerombol.Kata Kunci: asam humat, Escherichia coli, limpa, pulpa putih, tanah gambut
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Hilmarni, Hilmarni, Almahdy Almahdy, and Helmi Arifin. "Kajian Toksisitas Serbuk Biji Mahoni terhadap Perkembangan Tingkah Laku, Histologi Hati serta Hematologi Anak Mencit." Jurnal Sains Farmasi & Klinis 2, no. 1 (December 29, 2015): 15. http://dx.doi.org/10.29208/jsfk.2015.2.1.49.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian serbuk biji mahoni (Swietenia macrophylla King) terhadap perkembangan tingkah laku, gambaran histologi hati serta profil hematologi anak mencit. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih betina sebanyak 45 ekor dibagi secara acak menjadi 5 kelompok. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol diberi NaCMC 0,5%. Kelompok 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut diberi serbuk biji mahoni dengan dosis 5, 10, 15, dan 20 mg/ 20gBB/hari mulai masa janin hingga masa laktasi selesai. Toksisitas perkembangan dilakukan dengan metoda test perilaku berurutan, observasi terhadap histologi dengan pewarnaan Hematoxilin-Eosin serta penghitungan profil hematologi. Hasil penelitian menunjukan pemberian serbuk biji mahoni menyebabkan penyimpangan tingkah laku pada uji refleks dan uji motorik PND-8 dan PND-10, serta pada uji penglihatan PND-14 hingga PND-18. Sedangkan pada pengamatan histologi hati dan profil hematologi anak mencit tidak menunjukan adanya pengaruh.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Tistama, Radite, Vahnoni Lubis, and Isnaini Nurwahyuni. "Perubahan Histologi dan Fisiologi Latisifer pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) yang diberi Asam Jasmonat dan Asam Naftalen Asetat Eksogen." Buletin Anatomi dan Fisiologi 2, no. 1 (March 29, 2017): 1. http://dx.doi.org/10.14710/baf.2.1.2017.1-10.

Full text
Abstract:
Produktivitas tanaman karet tergantung pada faktor dominan seperti jumlah latisifer dan aktivitas metabolism lateks. Perkembangan histologi dan fisiologi latisifer tanaman karet dipengaruhi oleh jenis klon dan interaksi antara zat pengatur tumbuh eksogen dengan klon. Perubahan histologi dan fisiologi latisifer Hevea brasiliensis diteliti dengan aplikasi asam jasmonat, asam naftalen asetat dan kombinasi keduanya pada permukaan tunas lateral muda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh menginduksi jumlah pembuluh kateks tetapi mengurangi perkembangan tebal kulit dan ukuran sel latisifer. Kombinasi JA dengan NAA paling efektif menginduksi jumlah pembuluh lateks pada klon metabolisme tinggi PB 260. Zat pengatur tumbuh memacu perubahan aktivitas fisiologi pada klon metabolisme rendah IRR 42. Analisis histologi kulit dan fisiologi lateks pada tunas muda tanaman karet dapat digunakan sebagai pendeteksi potensi produktivitas dan sifat metabolisme tanaman karet. Kata kunci: Latisifer Hevea, asam jasmonat, asam naftalen asetat, metabolisme lateks
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Zakiah, Noni, Yanuarman Yanuarman, Frengki Frengki, and Munazar Munazar. "Aktifitas Hepatoprotektif Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Terhadap Kerusakan Hati Tikus yang Diinduksi dengan Parasetamol." AcTion: Aceh Nutrition Journal 2, no. 1 (May 12, 2017): 25. http://dx.doi.org/10.30867/action.v2i1.33.

Full text
Abstract:
For a long period, the therapy of liver diseases that carried out against liver diseases is still a challenge for modern medicine. The drugs used in the treatment of liver diseases such as antiviruses, diuretics, and antibiotics could cause some serious side effects. Annona muricata plants or better known as soursop plant has long been widely used as traditional medicine. This study was aimed to determine the hepatoprotective effects of ethanol extract of soursop (Annona muricata L.) leaves on liver histologist pattern of the mice of Sprague-Dawley thread that exposed to high doses of paracetamol. The dosages of the ethanol extract of soursop leaves of 200 mg/Kg BW, 400 mg/Kg BW and 600 mg/Kg BW orally for 14 days, then 2 hours after induction of final dose, induced with paracetamol 2.5 g/kg BW orally. Furthermore, through the observation of mice liver histologic, the level of damages in mice liver cells, including conditions of hepatocytes, necrosis, pyknocytosis, karyorrhexis, karyolysis were recorded. The results showed that ethanol extract of soursop leaves with a dose of 600 mg/kg BW showed significant hepatoprotective effects characterized by a relatively normal hepatocytes condition after exposure to high doses of paracetamol. The final conclusion was that the ethanol extract of soursop leaves provide hepatoprotective effects.Keywords: Annonamuricata L., hepatoprotective, paracetamol, liver histologySelama ini terapi yang dilakukan terhadap penyakit hati masih merupakan tantangan bagi pengobatan modern. Obat-obat yang biasa digunakan pada pengobatan penyakit hati diantaranya adalah antivirus, diuretic dan antibiotik yang dapat menimbulkan beberapa efek samping yang serius. Tumbuhan Annona muricata (sirsak) telah lama digunakan sebagai obat tradisional yang luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap gambaran histologis hati tikus putih galur Sprague dawley yang terpapar parasetamol dosis tinggi. Dosis yang digunakan adalah ekstrak etanol daun sirsak (EEDS) dosis 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB dan 600 mg/kg BB per oral selama 14 hari, kemudian 2 jam setelah pemberian dosis akhir, diinduksi dengan parasetamol 2,5 g/kg BB per oral. Selanjutnya dilakukan pengamatan histologi hati tikus, dicatat tingkat kerusakan pada sel hati tikus, meliputi kondisi hepatosit, nekrosis, piknositosis, karioreksis, kariolisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirsak dosis 600 mg/kg BB memperlihatkan efek hepatoprotektif yang signifikan yang ditandai dengan kondisi hepatosit yang relatif normal setelah terpapar dengan dosis tinggi parasetamol. Dari hasil penelitian disimpulkan pemberian ektrak etanol daun sirsak memberikan efek hepatoprotektifKata kunci: Annona muricata L., hepatoprotektif, parasetamol, histologi hati
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Utami, Sinta Wahyu, I. Made Sudarma, and Candra Dwipayana Hamdin. "Efek Pemberian Eugenol Isolat Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap Histologi Pankreas Tikus Diabetes." JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA 17, no. 2 (October 29, 2019): 160. http://dx.doi.org/10.35814/jifi.v17i2.694.

Full text
Abstract:
Diabetes melitus merupakan penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia, dari tahun ketahun prevalensinya terus meningkat. Sehingga sebagian peneliti mulai melakukan eksplorasi bahan alam dalam pencegahan maupun penanganan diabetes melitus. Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum) mengandung senyawa eugenol yang secara ilmiah dapat menurunkan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian eugenol isolat bunga cengkeh terhadap histologi pankreas tikus diabetes. Bunga cengkeh diektraksi menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksan, kemudian eugenol disolasi menggunakan metode asam-basa kemudian diuji dengan KLT. Pengaruh pemberian eugenol dilihat dengan menginduksi aloksan dengan dosis 125 mg/kgBB secara intraperitoneal kemudian emulsi eugenol dosis 10 mg/ KgBB dibandingkan dengan glibenklamid 1,35 mg/KgBB secara oral selama 14 hari kemudian dilakukan histologi pankreas. Pengamatan hasil histologi pankreas dilakukan dengan membuat preparat pankreas menggunakan pengecatan Hematoxilin Eosin (HE). Hasil penelitian menunjukan tikus yang diinduksi aloksan mengalami kerusakan sel pankreas. Namun, setelah diberikan perlakukan glibenklamid dan senyawa eugenol mampu memperbaiki sel pankreas yang mengalami kerusakan akibat pemberian aloksan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Huda, Fajar Miftachul, Makhfud Effendy, Insafitri, and Wahyu Andy Nugraha. "KARAKTERISTIK PENYAKIT WHITE BAND DISEASE DAN WHITE SYNDROME SECARA VISUAL DAN HISTOLOGI PADA KARANG Acropora sp. DARI PULAU GILI LABAK SUMENEP MADURA." Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 10, no. 3 (December 1, 2018): 711–18. http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v10i3.18382.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPenyakit white band disease dan white syndrome yang menyerang karang Acropora sp. di Pulau Gili Labak merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan, sebab terjadinya kematian terumbu karang yang disebabkan oleh penyakit karang bukan hanya akan berpengaruh pada fungsi ekologis terumbu karang namun juga akan mempengaruhi fungsi ekonomis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi penyakit karang dengan metode histologi dengan studi kasus di Pulau Gili Labak, Poteran, Sumenep-Madura. Pengambilan sampel penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017 di perairan Pulau Gili Labak Kabupaten Sumenep. Penelitian deteksi penyakit pada jaringan karang dengan metode histologi dilakukan pada Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Analisa data dilakukan dengan metode analisa deskriptif. Ditemukan jaringan karang Acropora sp. yang terserang penyakit white band disease dan white syndrome yang terjadi banyak perbedaan antara jaringan karang yang sehat dengan yang sakit. Umumnya pada jaringan karang yang sehat terlihat susunan sel pada jaringan karang terlihat masih baik dan utuh, sedangkan pada jaringan karang yang sakit menunjukan bahwa jaringan mengalami degradasi disebabkan oleh jaringan yang lisis dan nekrosis, jaringan sakit terlihat hilang dan mulai hancur. Penyakit white band disease dicirikan dengan adanya jaringan yang mengelupas dari skeleton karang, sedangkan penyakit white syndrome hilangnya jaringan dimulai pada epidermis terlebih dahulu lalu merambat kedalam skeletonnya. ABSTRACTWhite band disease and white syndrome attacking Acropora sp. on the island of Gili Labak is one of the issues that need to be considered, because the loss of coral caused by disease will not only affect the ecological function of coral reefs but will also affect the economic function. The sampling of this research was conducted in April 2017 in the waters of Gili Labak Island of Sumenep Regency. Research on detection of coral tissue disease by histology method was done at Histology Laboratory Faculty of Medicine Universitas Brawijaya Malang. Data analysis was done by descriptive analysis method. Acropora sp. who are affected by white band disease and white syndrome showed the difference between healthy and affected coral tissues. Generally, on healthy coral tissue, the structure of the cells in coral tissue looks good and intact, whereas in diseased coral tissue show tissue degradation caused by lysis tissue and necrosis, tissue is lost and starts to disintegrate. The white band disease is characterized by the presence of peeling tissue from coral skeleton. While white syndrome disease loss of tissue begins in the epidermis first then propagate into their skeleton.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Fitriani, Fitriani, Husmimi Husmimi, and Muslim Akmal. "Aplikasi Metode Emersi Fiksatif Berbeda terhadap Morfologi Histologi Testis dan Epididimis Kambing Lokal(Capra sp.)." Jurnal Agripet 18, no. 1 (April 1, 2018): 24–29. http://dx.doi.org/10.17969/agripet.v18i1.8848.

Full text
Abstract:
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat morfologi histologi testis dan epididymis kambing lokal(Capra sp.) dengan umur 1-1,5 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorik dengan menggunakan 6 testis dan 6 epididimis yang diambil secara acak dan masing-masing di fiksasi dalam fiksatif formalin dan neutral buffered formaline (NBF) 10% dengan waktu fiksasi 15 hari. Pembuatan dan pengamatan jaringan testis dan epididimis dilakukan di laboratorium histologi FKH Unsyiah. Pengamatan mikroskopis secara kualitatif yang diamati pada 10 tubulus testis dan epididimis. Hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif. Secara mikroskopik, gambaran struktur jaringan testis dan epididimis kambing terlihat jelas. Ruang antar membran tubulus pada metode emersi fiksatif formalin masih terlihat longgar, sedangkan pada metode emersi fiksatif NBF terlihat padat. Pengerutan sel sangat terlihat pada fiksatif formalin dibandingkan fiksatif NB, namun autolisis sel terlihat tidak nyata pada kedua fiksatif tersebut. Secara umum, kondisi membran tubulus terlihat utuh pada testis dan epididimis dengan fiksatif formalin dan NBF, namun sedikit terlihat degenerasi hidropis pada ruang antar sel dalam tubulus seminiferus. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perbedaan hasil pada preparat testis dan epididimis dengan menggunakan fiksatif berbeda, kemungkinan dapat dipengaruhi oleh jenis bahan fiksatif, ukuran dan struktur yang berbeda pada kedua organ. Pemilihan metode emersi fiksatif pada jaringan testis dan epididimis sangat penting untuk mempermudah pengamatan morfologi histologi.(Application of different fixative emersi methods for histological morphology of testicular and epididymal local goats (Capra sp.))ABSTRACT. This research was conducted to observe the histological morphology of testicular and epididymal tissues of local goats at the same age (1-1,5 years old). This research is laboratory experimental research using 6 testes and epididymis 6 taken randomly and each fixed in fixative neutral buffered formalin (nbf) and formaline 10% with a 15 day fixation time. Preparation and observation of the epididymis and testicle tissue is performed in the laboratory of histology FKH Unsyiah. Qualitative microscopic observations were observed in 10 testes and epididymal tubules. The observations analyzed descriptively. Microscopically, the picture of tissue structure of the testes and epididymis of kacang goats is evident.The intermediate space of the tubules in the formalin fixation emersy method still looks loose, whereas in NBF fixative emersy method looks solid. Cell shrinking is highly visible in formalin fixation compared with NBF fixation, but cellular autolysis appears to be invisible in both fixation methods. Generally, tubular membrane conditions are seen intact on the testes and epididymis with formalin and nbf fixation. Differences in results on testicular and epididymal preparations using different fixative materials, may be affected by different types of fixation, size and structure in both organs. The selection of a fixative emersi method on testicular tissue and epididiymis is essential to evaluate the histologic morphology.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Kodariah, Liah, and Aziz Ansori Wahid. "Pengaruh Ekstrak Biji Ketumbar (Coriandrum Sativum) Terhadap Kadar Trigliserida Dan Gambaran Histologi Hati Tikus (Rattus Novergicus) Yang Diinduksi Oleh Pakan Tinggi Lemak." Jurnal Biotek Medisiana Indonesia 9, no. 1 (September 30, 2020): 47–54. http://dx.doi.org/10.22435/jbmi.v9i1.3899.

Full text
Abstract:
AbstrakHiperlipidemia merupakan salah satu penyebab penyakit jantung koroner yang ditandai dengan adanya penumpukan lemak yang disebabkan oleh kadar trigliserida tinggi. Hiperlipidemia dapat mengakibatkan perlemakan hati (fatty-liver) sehingga hepatosit mengalami kerusakan dan peningkatan aktivitas enzim trans-aminase. Hati memiliki peran penting untuk metabolisme lipid karena lipid diangkut di dalam darah sebagai lipoprotein yang dibentuk di dalam hati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh ekstrak biji ketumbar terhadap kadar trigliserida serum darah dan gambaran histologi hati tikus putih yang diinduksi pakan tinggi lemak. Penelitian menggunakan metode eksperimen, sampel sebanyak 24 ekor tikus putih galur Wistar dikelompokkan kedalam 6 kelompok, yaitu: K1 (tikus diberi pakan normal dan diberi akuades), K2 (tikus hanya diberi pakan tinggi lemak), K3 (tikus diberi pakan tinggi lemak dan simvastatin dosis 0,18 mg/kg BB/hari), K4, K5, dan K6 (tikus diberi pakan diet tinggi lemak dan diberikan ekstrak biji ketumbar dengan dosis masing-masing 5,4 mg/kg BB/hari, 10,8 mg/kg BB/hari, dan 21,6 mg/kg BB/hari). Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan kadar trigliserida serum darah tikus sebelum dan setelah diberikan ekstrak biji ketumbar. Pada gambaran histologi K1, K3, K4, K5, dan K6 didapatkan gambaran histologi hati yang normal, sedangkan pada K2 ditemukan sel kariolisis (nekrosis). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji ketumbar berpengaruh terhadap penurunan kadar trigliserida serum darah tikus dan adanya perubahan histologi hati pada kelompok tikus yang diberikan ekstrak biji ketumbar dengan kelompok yang tidak diterapi.Kata kunci: biji ketumbar, trigliserida, histologi, hati, hiperlipidemia.AbstractHyperlipidemia is one of the causes of coronary heart disease marked by the accumulation of fat caused by high triglyceride levels. Hyperlipidemia can cause fatty liver so that hepatocytes experience damage and increase the activity of the transaminase enzyme. The liver has an important role in lipid metabolism because lipids are transported in the blood as lipoproteins formed in the liver. The purpose of this study is to investigate the effect of coriander seed extract on blood serum triglyceride levels and the histological picture of white rat liver induced by high-fat feed. The study used an experimental method in which a sample of 24 white rats were grouped into 6 groups, K1 (rats were given normal feed and given aqua dest), K2 (rats were only given high-fat feed), K3 (rats were given high-fat feed and simvastatin dose 0. 18 mg/kg/day), while K4, K5, and K6 (rats were fed a diet high in fat and given coriander seed extract at a dose of 5.4 mg/kg/day, 10.8 mg/kg/day, and 21.6 mg/kg/day respectively). The results showed a decrease in rat serum triglyceride level before and after coriander seed extract was given. In the histological features of K1, K3, K4, K5, and K6, a normal histological picture of the liver was found, while karyolysis cells (necrosis) were observed in K2 group. Based on the results of the study, the coriander seed extract might affect the reduction in rat serum triglyceride level as well as the histological changes of liver in rats treated with coriander seed extract as compared to the untreated group.Keywords: coriander seed, triglyceride, histology, liver, hyperlipidemia
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Safratilofa, Safratilofa. "HISTOPATOLOGI HATI DAN GINJAL IKAN PATIN (Pangasionodon hypopthalmus) YANG DIINJEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila." Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau 2, no. 2 (October 31, 2017): 83. http://dx.doi.org/10.33087/akuakultur.v2i2.21.

Full text
Abstract:
Aeromonas hydrophila is one of the pathogen that cause Motil Aeromonad Septicaemia (MAS) disease in “Patin” fishery. This study was conducted to see pathological changes in “Patin” that injected by Aeromonas hydrophila. Target of observed organs were its liver and kidney. The Bacterial infection was done by intramaskular injection with a concentration of 108 CFU / ml. Before the infection application it needed to apply a bacteria confirmation test first with API 20 E as a media to convince that the species of using bacteria was really A. hydrophila. This research was a descriptive study. The results showed that there had inflammatory cells infiltration, extensively degenerately and necrosis. There had been extensively necrosis in the liver organ.Keywords: Histology, Aeromonas hydrophila, Pangasionodon hypopthalmusAeromonas hydrophila merupakan salah satu patogen penyebab timbulnya penyakit Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) pada usaha budidaya ikan patin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan patologi pada ikan patin yang diinjeksi dengan bakteri Aeromonas hydrophila. Organ target yang diamati melalui histologi yaitu hati dan ginjal. Infeksi bakteri dilakukan melalui injeksi secara intramaskular dengan kepadatan 108 CFU/ml. Sebelum digunakan, dilakukan uji konfirmasi bakteri terlebih dahulu dengan media API 20 E yang menunjukkan bahwa spesies bakteri yang digunakan adalah A. hydrophila Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pada organ ginjal sudah terjadi infiltrasi sel radang secara ekstensif, degenerasi dan nekrosis. Pada organ hati sudah terjadi nekrosis secara ekstensif.Kata kunci: Histologi, Aeromonas hydrophila, Pangasionodon hypopthalmus
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Ichsan, Muhammad Imaduddin Nur, Rahmat Bakhtiar, Emil Bachtiar Moerad, and Hadi Irawiraman. "HUBUNGAN ANTARA KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) DENGAN SUBTIPE HISTOLOGI KANKER PARU DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA." Jurnal Kedokteran Mulawarman 7, no. 3 (December 29, 2020): 23. http://dx.doi.org/10.30872/j.ked.mulawarman.v7i3.4313.

Full text
Abstract:
Kanker paru merupakan penyakit utama keganasan dan memiliki jumlah kematian terbesar di dunia. Kanker paru dibagi menjadi dua kelompok, yakni small cell lung cancer (SCLC) dan non-small cell lung cancer (NSCLC). NSCLC memiliki jenis antara lain adenocarcinoma, squamous cell carcinoma, dan large cell carcinoma. Penggunaan CEA (carcinoembryonic antigen) sebagai penunjang diagnosis non-invasif dapat digunakan untuk skrining kanker, prognostik dan indikator prediktif terapi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat hubungan kadar CEA sebelum dilakukan terapi dengan subtipe histologi kanker paru di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Penelitian cross sectional dilakukan pada 114 pasien kanker paru yang didiagnosis dengan pemeriksaan patologi anatomi. Kadar kuantitatif CEA dan subtipe kanker paru merupakan variabel penelitian. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan fisher exact test. Subtipe terbanyak adalah non-small cell lung cancer (NSCLC) dengan jenis adenocarcinoma, dan kadar CEA ≥5ng/dl lebih banyak ditemukan. Stadium IV paling sering ditemukan saat terdiagnosis. Komplikasi terbanyak adalah efusi pleura. Analisis hubungan kadar CEA dengan subtipe histologi kanker paru menunjukkan p-value sebesar 0,439 (α> 0,05). Terdapat hubungan kadar kuantitatif CEA penderita kanker paru sebelum dilakukan terapi dengan subtipe histologi kanker paru di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Panjaitan, Ruqiah Ganda Putri, Eko Sri Wahyuni, and Mutmainnah Mutmainnah. "Validitas preparat histologi sebagai media pembelajaran submateri pencemaran air." JPBIO (Jurnal Pendidikan Biologi) 5, no. 1 (April 7, 2020): 20–26. http://dx.doi.org/10.31932/jpbio.v5i1.564.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas preparat histologi sebagai media pembelajaran pada submateri pencemaran air kelas X SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kuantitatif. Penelitian ini terdiri dari dua tahapan yakni tahapan pembuatan preparat dan validasi media. Validasi media preparat dilakukan oleh validator, dan instrumen penilaian berupa kuesioner yang terdiri dari aspek tampilan media preparat, ketepatan materi, dan mikroteknik. Hasil validasi menunjukkan nilai rata-rata total validasi untuk preparat 1.1 sebesar 3,83; preparat 1.2 sebesar 3,83; preparat 2.1 sebesar 3,81; preparat 2.2 sebesar 3,83; preparat 3.1 sebesar 3,85; dan preparat 3.2 sebesar 3,85. Dapat disimpulkan bahwa preparat histologi valid digunakan sebagai media pembelajaran pada submateri pencemaran air.Kata kunci: Media pembelajaran, preparat histologi, pencemaran air The validity of microscope slides on sub-materi water pollution as learning media. This research aims to evaluate the validity of microscope slides as learning media on sub-materi water pollution. The research method used is descriptive method with the form of quantitative research. This research consists of two phases: creating and the validation of media microscope slides. Microscope slides media validation was performed by validator. The instrument of assessment is questionnaire which consisting of appearance of media, material accuracy, and microtechniques. The result showed total average of microscope slides 1.1 is 3.83; microscope slides 1.2 is 3.83; microscope slides 2.1 is 3.81; microscope slides 2.2 is 3.83; microscope slides 3.1 is 3.85; and microscope slides 3.2 is 3.85. It is concluded the microscope slides microscope slides are valid as learning media on sub materi water pollution.Keywords: Instructional media, microscope slides, water pollution
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Messelt, Edward B. "En bok som gjør det lettere å lære histologi." Tidsskrift for Den norske legeforening 135, no. 23/24 (2015): 2203. http://dx.doi.org/10.4045/tidsskr.15.1021.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Apriliyani, Nur Indah, Muhammad Anwar Djaelani, and Silvana Tana. "Profil Histologi Duodenum Berbagai Itik Lokal Di Kabupaten Semarang." Bioma : Berkala Ilmiah Biologi 18, no. 2 (April 21, 2018): 144. http://dx.doi.org/10.14710/bioma.18.2.144-150.

Full text
Abstract:
Local duck had been widely cultivated not only as a producer of eggs processed as salted egg but also there are cultivated as broiler ducks. The efforts to improve the productivity of ducks can be seen from the effectiveness of the process of absorption of nutrients in the duodenum, so the use of energy in the metabolic process can be optimized for adding mass and volume of the cell. This study aims to determine the duodenum profile of the histological structure covered the lumen diameter, villous height and number of goblet cells of Magelang ducks, Tegal ducks and Pengging ducks .This study used a completely randomized design (CRD) with three treatments (Magelang ducks, Tegal ducks and Pengging ducks) and 6 replications. The measured variable was the long intestine tenue, lumen diameter, villous height and number of goblet cells. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) with a differentiation factor was the type of duck. The realdifferences data were analyzed using advanced test of Duncan at the level of 95%. The results showed long intestine tenue, lumen diameter and height of the villi were not significantly different at each Magelang ducks, Tegal ducks, Pengging ducks. The number of goblet cells in Magelang ducks and Tegal ducks showed significantly different, but not on Pengging Ducks. The conclusion of the study was the length of the intestine tenue, lumen diameter and height of villous had no real effect on three types of ducks. Keywords: Local ducks, duodenum, histological
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Mujimin, Mujimin. "HISTOLOGI BERBAGAI JENIS/TINGKATAN GONAD IKAN KERAPU SUNU (Plectropomus leopardus)." Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 7, no. 2 (December 23, 2016): 101. http://dx.doi.org/10.15578/blta.7.2.2008.101-103.

Full text
Abstract:
Mengetahui daur hidup ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus) sangat diperlukan dalam mempelajari dinamika populasi. Sebagai pegangan yang dimaksud ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma (testis), sedangkan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur (ovarium), kedua organ tersebut dinamakan gonad. Untuk menentukan tingkat kematangan gonad ikan secara pasti perlu dibuat preparat histologinya melalui proses sebagai berikut: fiksasi, dehidrasi, clearing (penjernihan), embedding (penanaman sampel), blocking (pengeblokan), sectioning (pengirisan), peletakan pada gelas obyek, dan staining (pewarnaan) juga penutupan (covering). Hasil dari histologi yang dilihat di bawah mikroskop padatingkatan awal (I, II, III) oosit berwarna kebiru-biruan, pada tingkat IV, V, dan VI oosit berwarna kemerah-merahan. Pada gonad jantan hasil histologi berwarna kebiru-biruan berbentuk buti ran kecil menyebar merupakan spermatosi t. Ada juga gonad hemaprodit yaitu terdapat spermatosit dan oosit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Muhajir, Masturi, Ni Wayan Kurniani Karja, Mohamad Agus Setiadi, and I. Ketut Mudite Adnyane. "Kompetensi Maturasi Oosit in vitro dan Kajian Histologi Folikel dari Ovarium Domba Pascapenyimpanan pada Suhu 4°C." Acta VETERINARIA Indonesiana 6, no. 2 (December 31, 2018): 16–23. http://dx.doi.org/10.29244/avi.6.2.16-23.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kompetensi maturasi oosit secara in vitro dan gambaran histologi ovarium pascapenyimpanan ovarium pada suhu 4°C selama empat hari. Ovarium dari rumah potong hewan dibagi menjadi 4 kelompok dan disimpan pada suhu 4°C selama 0 jam (kelompok H-0/kontrol), 24 jam (Kelompok H-1), 48 jam (Kelompok H-2), 72 jam (Kelompok H-3) dan 96 jam (Kelompok H4). Pada setiap akhir periode penyimpanan, oosit dikoleksi dan diseleksi berdasarkan keadaaan kekompakan sel-sel kumulus, kehomogenan dari sitoplasma (Grade A sampai C). Oosit dengan grade A dan B dimaturasi secara in vitro selama 24 jam. Gambaran folikel dalam ovarium pascapenyimpanan dikaji dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Terjadi penurunan yang signifikan (P<0.05) pada jumlah oosit dengan grade A setelah hari kedua penyimpanan. Kemampuan oosit untuk mencapai MII menurun setelah penyimpanan hari kedua (P<0.05). Seiring dengan penurunan jumlah oosit yang mencapai MII, terjadi peningkatan jumlah oosit yang mengalami degenerasi pada hari ketiga dan keempat pascapenyimpanan ovarium (P<0.05). Dari gambaran histologi, ditemukan adanya folikel yang mengalami piknotik setelah penyimpanan 24 jam. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas oosit persentase oosit mencapai MII menurun setelah penyimpanan 24 jam. Terjadi perubahan struktur sel dan degenerasi dari oosit pada gambaran histologi folikel dalam ovarium.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Ezraneti, Riri. "Pengaruh merkuri nitrat [Hg (NO3)2] dengan konsentrasi berbeda terhadap benih ikan kakap putih (Lates calcarifer Bloch): histologi insang." Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal 3, no. 1 (April 27, 2016): 18. http://dx.doi.org/10.29103/aa.v3i1.333.

Full text
Abstract:
Banyaknya industri yang berkembang dewasa menyebabkan meningkatnya kadar logam berat seperti merkuri dalam perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh [Hg (NO3)2] dengan konsentrasi yang berbeda terhadap benih ikan kakap putih (L. calcarifer): histologi insang. Dalam penelitian ini, ikan dipaparkan dengan konsentrasi 3,16 x 10-2 ppm, 9,99 x 10-2 ppm, 3,16 x 10-1 ppm dan 9,97 x 10-1 ppm. Total ikan yang digunakan untuk histologi adalah 15 ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi [Hg (NO3)2] maka kerusakan pada jaringan insang ikan juga akan meningkat dan mempercepat waktu kematian ikan. Kerusakan yang terjadi yaitu hipertropi dan hiperplasia pada sel epitel insang, fuse pada lamela sekunder dan haemorhage di insang pada konsentrasi [Hg (NO3)2] yang lebih tinggi.Many industries today lead to increased levels of heavy metals such as mercury in water. This research aims to determine the effect of different concentrations of [Hg (NO3) 2] to Asean Sea Bass (L. calcarifer): Gill Histology. In this study, this fishes was treated with 3,16 x 10-2 ppm, 9,99 x 10-2 ppm, 3,16 x 10-1 ppm, and 9,97 x 10-1 ppm. Total fishes used for histological study was 15 fishes. Results of this research showed that increasing the consentrations of the [Hg(NO3)2] will also increase the damage on the stomach structure and fasten the mortality time of the fish. Damage that occurs is hypertrophy and hyperplacia on epitel cells, fuse of secundary lamellae and haemorhage on gill that were exposed to high consentration of [Hg(NO3)2].
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Puji Lestari, Wahyu, Ngurah Intan Wiratmini, and A. A. Gde Raka Dalem. "STRUKTUR HISTOLOGI INSANG IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus L.) SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS AIR LAGOON NUSA DUA, BALI." SIMBIOSIS 6, no. 2 (September 28, 2018): 45. http://dx.doi.org/10.24843/jsimbiosis.2018.v06.i02.p03.

Full text
Abstract:
Nusa Dua is a popular tourist resort in Bali, where many hotels and other tourist facilities were built. In this resort, the sewage is centralized processed in a Sewage Treatment Ponds called “Unit Pengolahan Air Limbah PT ITDC” which is also often called Lagoon Nusa Dua. Nusa Dua sewage treatment ponds have 5 units of ponds, namely Pond 1A, 1B, 2A, 2B, and Pond 3. In ponds 2B and 3, tilapia fish (Oreochromis mossambicus Linn.) was raised as a water quality bio-indicator. The aim of this research was to determine the histology condition of the gill of tilapia fish that raised in the Nusa Dua sewage tretment ponds which were then used as an indicator of water quality in these ponds. The research employed a complete randomized design in which 16 samples were taken from two sampling sites with eight replications. Results of this research showed that histologic changes of the gill that were observed including edemas, fusions, and hyperplasias of secondary lamellas as well as telangiectases. Keywords: Nusa Dua sewage, Oreochromis mossambicus L., gills, histology, bioindicator
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Ellyawati, Ellyawati. "PENENTUAN WAKTU YANG TEPAT PADA PROSES STAINING DALAM PEMBUATAN PREPARAT HISTOLOGIS HATI." Jurnal TEMAPELA 1, no. 1 (July 26, 2018): 28–30. http://dx.doi.org/10.25077/temapela.1.1.28-30.2018.

Full text
Abstract:
Hematoxylin-Eosin merupakan salah satu jenis pewarnaan jaringan umum digunakan dalam pewarnaan jaringan seperti dalam pewarnaan jaringan hati. penelitian bertujuan untuk mengetahui waktu yang tepat dalam pembuatan preparat histologi hati dan memudahkan mahasiswa-mahasiswa praktikum dan penelitian mengenai histologi hati dalam menggunakan waktu pada proses staining Hematoxylin-Eosin. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Struktur Perkembangan Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan preparat jaringan hati yang diwarnai menggunakan Hematoxylin-Eosin stain dengan tiga jenis waktu yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Hematoxylin selama 20 detik dan Eosin selama 20 detik memberikan hasil yang paling baik dibandingkan lama waktu lainnya sehingga didapatkan hasil preparat yang lebih baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Listiana, Devia Eka, Hermawan Istiadi, and Viena Alodia. "Profil Ekspresi HER2 Dan Cyclin D1 Pada Pasien Adenokarsinoma Kolorektal Di RSUP Dr.Kariadi Semarang." Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine 8, no. 1 (March 23, 2021): 80–85. http://dx.doi.org/10.36408/mhjcm.v8i1.487.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Adenokarsinoma kolorektal merupakan keganasan yang paling sering ditemui dengan mortalitas ketiga terbanyak. Beberapa ekspresi protein diketahui berhubungan dengan karsinogenesis adenokarsinoma kolorektal, diantaranya adalah HER2 dan Cyclin D1. HER2 dan Cyclin D1 merupakan proto-onkogen yang dapat mengalami overekspresi pada adenokarsinoma kolorektal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil ekspresi HER2 dan Cyclin D1 dan hubungannya dengan parameter klinikopatologis pasien adenokarsinoma kolorektal. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional dengan sampel 40 blok paraffin pasien adenokarsinoma kolorektal di RSUP dr. Kariadi Semarang, Indonesia pada periode Januari 2019 hingga Desember 2019. Parameter klinikopatologis yang diamati meliputi : lokasi tumor, kedalaman infiltrasi tumor, derajat histologi serta metastasis pada kelenjar getah bening (KGB) regiona serta ekspresi HER2 dan Cyclin D1 dengan imunohistokimia. Hasil: Sebanyak 15% pasien memiliki ekspresi HER2 equivocal dan 5% pasien HER2 positif, sedangkan profil ekspresi Cyclin D1 menunjukkan low expresion sebanyak 60%, sedangkan high expresion sebanyak 40% sampel. Ekspresi HER2 positif ditemukan pada pasien dengan lokasi rectosigmoid dan rectum, infiltrasi serosa dan derajat histologi low grade, namun tidak bermakna. Ekspresi Cyclin D1 yang tinggi ditemukan pada pasien dengan lokasi rectosigmoid, infiltrasi serosa, derajat histologi low grade, tidak berbeda bermakna. Kesimpulan: Ekspresi HER2 dan Cyclin D1 memiliki hubungan yang tidak bermakna dengan parameter klinikopatologik pasien adenokarsinoma kolorektal. Kata kunci: adenokarsinoma kolorektal, HER2, Cyclin D1
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Hayati, Alifah, Binti Yunaida, I. B. Rai Pidada, Win Darmanto, and Dwi Winarni. "EFEK 2-METHOXYETHANOL TERHADAP STRUKTUR HISTOLOGI TESTIS MENCIT (Mus musculus)." Berkala Penelitian Hayati 10, no. 1 (December 31, 2004): 7–12. http://dx.doi.org/10.23869/bphjbr.10.1.20042.

Full text
Abstract:
This research has done to investigate the effect of 2-Methoxyethanol on the testicular histology of the male mice and also the influence the length of time after administration 2-ME stopped in the recovery of the spermatogenic cells and the diameter also the thicknes of seminiferous tubule. Thirty BALB/C male mice 8–9 week old, weighed 28–30 grams body weight. Those mice separated to 6 groups with 5 male mice each group. Those mice were treated with 2-ME 200 mg/kg body weight daily by intra peritoneal injection, within 3 weeks (K1). To investigate the influence the length of time after administration 2-ME stopped, the male mice after treated by 2-ME in 3 weeks also given by the length of time after 2-ME administration stopped 1, 2, 3 and 4 weeks (P1, P2, P3 and P4). The control animal given by intraperitoneal administration of saline. Histological observation was performed on the number of spermatogonium, primary spermatocyte, oval spermatid and the diameter also epithelial thickness of seminiferous tubules. The data were analyzed by One-Sample T-test to investigate the differences between K0 and K1. One Way ANOVA to investigate the influence the length of time after 2-ME administration stopped in the P1, P2, P3 and P4 and then continuing by LSD (Least Significant Difference) to show the differences groups of treatment. The result showed that administration 2-ME could destroy the seminiferous tubules in the testes. Its presented by the decreasing of the number spermatogonium, primary spermatocyte, oval spermatid and diameter also epithelial thickness of seminiferous tubule. The length of time after administration 2-ME stopped could recover seminiferous tubules condition. Its presented by the increasing of the number spermatogonium, primary spermatocyte, oval spermatid, and diameter also epithelial tickness of seminiferous tubules. The conclution of this research were, 2-ME could destroy the testicular histology of the male mice and the length of time after administration 2-ME stopped have linear correlation with seminiferous tubules recovery.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Pasaribu, Endi Taris, Benny Issakh, and Ziske Maritska. "Trend kanker payudara di Semarang: Analisis tipe histologi dan molekuler." Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 5, no. 3 (October 19, 2018): 108–13. http://dx.doi.org/10.32539/jkk.v5i3.6312.

Full text
Abstract:
Kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi pada wanita di dunia maupun di Indonesia. Kanker payudara juga menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian pada wanita akibat kanker di dunia dan di Indonesia. Tiap tahun ditemukan 1.200 kasus baru penderita kanker payudara pada usia dibawah 30 tahun, Status homonal melalui ekspresi estrogen receptors (ER) dan progesterone receptors (PR) telah lama digunakan untuk menentukan kesesuaian penderita terhadap terapi endokrin. Belakangan ini pemeriksaan human epidermal growth factor receptor-2 (HER-2/neu) telah digunakan sebagai petanda prognosis dan untuk memprediksi respon pengobatan. Untuk penderita dengan triple negative tumors ini perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menemukan petanda prognosis dan target terapi baru.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Yuliawati, Dwi, and Wuri Widi Astuti. "Efek Glycine Soja Terhadap Angiogenesis dan Histologi Aorta Tikus Ovariektomi." Jurnal Kesehatan Andalas 9, no. 4 (February 24, 2021): 392. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v9i4.1506.

Full text
Abstract:
Resiko CVD meningkat secara tajam pada menopause yang disebabkan oleh perkembangan aterosklerosis ditandai adanya penebalan intima patologis pada aorta. Tujuan: Membuktikan pemberian ekstrak kedelai hitam (Glycine soja) dapat meningkatkan ekspresi VEGF, diameter aorta dan menurunkan ketebalan media intima aorta tikus ovariektomi. Ovariektomi dilakukan untuk membuat hewan model menopause. Metode: Tikus dibagi menjadi lima kelompok: Kontrol Negatif, Positif, tiga Perlakuan (dosis 50,100,150 mg/200grBB/hari). Ovariektomi dilakukan pada kelompok kontrol positif dan perlakuan.Tiga puluh hari post ovariektomi, pada kelompok perlakuan diberikan ekstrak kedelai hitam sesuai dosis selama 30 hari. Terminasi dilakukan untuk pengambilan aorta pada seluruh kelompok. Pemeriksaan ketebalan media intima dan diameter aorta menggunakan HE, sedangkan VEGF menggunakan immunohistokimia. Hasil: Uji One Way Anova terhadap diameter aorta dan VEGF, didapatkan p = 0,000 (p<0,05 ), yang berarti terdapat pengaruh signifikan pemberian ekstrak kedelai hitam terhadap peningkatan diameter dan VEGF aorta tikus ovariektomi. Uji Post Hock Tukey menunjukkan peningkatan diameter aorta dan VEGF signifikan pada seluruh kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol positif. Uji One Way Anova terhadap ketebalan media intima didapatkan p = 0,410, yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan pemberian ekstrak kedelai hitam terhadap penurunan ketebalan media intima aorta tikus ovariektomi. Rerata ketebalan terendah terdapat pada kelompok Perlakuan 1 dibawah rerata ketebalan media intima kelompok kontrol positif. Simpulan: Pemberian ekstrak kedelai hitam meningkatkan secara signifikan ekspresi VEGF dan diameter aorta, namun tidak berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan ketebalan media intima aorta tikus ovariektomi.Kata kunci: diameter aorta, kedelai hitam, ketebalan media intima aorta, VEGF
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Nafiqoh, Nunak, Sukenda Sukenda, Muhamad Zairin Junior, Alimuddin Alimuddin, Angela Mariana Lusiastuti, and Jean-Christophe Avarre. "STATUS KESEHATAN IKAN LELE (Clarias gariepinus) YANG MENERIMA PAKAN BERSUPLEMEN KOMBINASI DAUN SIRIH (Piper betler leaf), JAMBU BIJI (Psidium guajava leaf), DAN KIPAHIT (Tithonia diversifolia leaf)." Jurnal Riset Akuakultur 13, no. 4 (May 23, 2019): 357. http://dx.doi.org/10.15578/jra.13.4.2018.357-365.

Full text
Abstract:
Tanaman obat telah banyak digunakan sebagai bahan pencegah dan pengobatan penyakit pada ikan budidaya. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui status kesehatan ikan lele (C. gariepinus) yang menerima pakan dengan suplemen tanaman obat kombinasi dari daun sirih, jambu biji, dan kipahit melalui pengamatan gambaran darah dan histologi ginjal sebagai organ yang memproduksi darah. Kombinasi satu merupakan kombinasi dari ketiga daun tanaman obat masing-masing sebanyak 33%, kombinasi dua juga terdiri dari daun sirih, jambu biji, dan kipahit masing-masing sebanyak 5%:19%:76%, dan kontrol yaitu pakan tanpa penambahan tanaman obat. Gambaran darah dan histologi ginjal diamati pada minggu ketiga setelah pemberian pakan. Hasil pengamatan gambaran darah menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah sel darah merah pada ikan yang menerima pakan perlakuan dibandingkan dengan kontrol (0,4 ± 0,14). Namun tidak terdapat perbedaan nyata antara jumlah sel darah merah dari kelompok perlakuan kombinasi satu dan dua (1,5 ± 0,17 dan 1,4 ± 0,1). Jumlah sel darah putih pada kelompok perlakuan juga meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol (10,5 ± 0,46), namun tidak terdapat perbedaan nyata antara kelompok perlakuan kombinasi satu dan dua (15,1 ± 1,19 dan 17,6 ± 1,14). Hasil pengamatan histologi terlihat jaringan hematopoietik organ ginjal dari kelompok yang menerima perlakuan berproliferasi lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol. Namun tidak ada pengaruh pada nilai hemoglobin dan persentase leukosit diferensiasi antara kelompok perlakuan dan kontrol. Penambahan daun tanaman obat dalam pakan ikan mampu meningkakan status kesehatan dari ikan lele.Medicinal herbs have been traditionally used as prophylactic and therapeutic supplement to treat diseases in aquaculture. This study was aimed to improve the health quality of catfish (C. gariepinus) through feeding on diets enriched with a combination of betel, guava, and tithonia as medicine by analyzing hematology and histology of kidney as blood producing organ. Diet-one was feed enrich with 33% of each plant. Diet-two was feed enriched with betel, guava, and tithonia at a proportion of 5%,19%, and 76%, respectively. Control diet was fed without the plants’ supplementation. Hematology and histology of fish kidney were observed after fish received three-week feed treatments. The results showed that there was an increase of erythrocyte levels in the treated fish groups fed with diet-one and diet-two compared with the control (0.4 ± 0.14). However, no significant differences of erythrocyte level were observed between fish groups fed with diet -one and die-two (1.5 ± 0.17 and 1.4 ± 0.1). Leucocyte levels also increased in the treated fish group with diet-one and diet-two compared to the control (10.5 ± 0.46). However, there was no significant difference of leucocyte level between the fish group feed with diet-one and diet-two (15.1 ± 1.19 and 17.6 ± 1.14). Histological observations found that there were more hematopoietic tissues in the fish kidney of proliferated treated group than the control group. However, there was no effect on hemoglobin level and leukocyte percentage differentiation between the treatment and control groups. This study concludes that medicinal herbs as enrichment ingredients in fish diet can increase the health quality of fish.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Dwiono, Agus, Bambang Widigdo, and Kadarwan Soewardi. "PENGARUH KOMPOSISI MINERAL AIR TANAH TERHADAP FISIOLOGI DAN HISTOLOGI UDANG VANAME Litopenaeus vannamei." Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 10, no. 3 (December 1, 2018): 535–46. http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v10i3.21049.

Full text
Abstract:
ABSTRAKBanyak petambak udang vaname L. vannamei di pantai utara Jawa menggunakan air tanah (groundwater) sebagai media budidaya dengan tujuan untuk menghindari berbagai kontaminan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi komposisi mineral utama air tanah di kabupaten Karawang (Jawa Barat), serta pengaruhnya terhadap performa pertumbuhan, fisiologi dan histologi udang vaname. Penelitian dengan metode ex post-facto didasarkan pada pengamatan tiga kolam budidaya selama 83 hari masa pemeliharaan. Antar kolam penelitian terdapat perbedaan nyata (p<0,05) pada parameter salinitas (12-16 ppt), SO42‾ (148-642 mg/L) dan Na/K (26,6-45,2). Hasil penelitian memperlihatkan udang memiliki bobot tubuh rata-rata (ABW) sebesar 8,83; 17,3; dan 18,5 g serta sintasan (SR) sebesar 37,7; 81,7; dan 78,3% masing-masing untuk kolam A, B dan C. Rendahnya ABW dan SR kolam A diperkirakan karena pengaruh infeksi Enterocytozoon hepatopenaei. Udang dari kolam C (Na/K=45,2) memiliki konsentrasi glukosa hemolim lebih tinggi dibanding kolam B (Na/K=26,6), yang mengindikasikan bahwa udang kolam C lebih terpapar stres. Hepatopankreas udang kolam C mengalami beberapa kelainan berupa atrofi tubulus, sloughing cell, dan penurunan jumlah sel sekretori, sementara kelainan tersebut tidak ditemukan pada kolam B. Meskipun relatif tidak ada perbedaan performa pertumbuhan antara kolam B dengan kolam C, namun secara fisiologis dan histologis terdapat perbedaan yang dimungkinkan akibat dari perbedaan rasio Na/K media. ABSTRACTMany shrimp farmers on the northern coast of Java used groundwater as a culture media in order to avoid various contaminants. This study aimed to evaluate the major mineral composition of inland saline groundwater (ISGW) in Karawang (West Java, Indonesia) and its effects on the growth, physiology, and histology of L. vannamei. Ex post-facto study was done based on observations of three ponds during 83 days of shrimp culture. Between ponds there were significant differences (p <0.05) on salinity (12-16 ppt), SO42‾ (148-642 mg/L) and Na/K (26.6-45.2). The results showed that shrimp’s average body weight (ABW) and survival rate (SR) of pond A, B and C was 8.83, 17.3, and 18.5 g; and 37.7, 81.7, and 78.3% respectively. The low ABW and SR of pond A were possibly due to the influence of Enterocytozoon hepatopenaei infection. Pond C (Na/K=45.2) significantly has a higher shrimp’s hemolymph glucose concentration than pond B (Na/K=26.6), indicated more exposed to stress. Similarly, shrimp’s hepatopancreas of pond C has some abnormalities that were not found in pond B. Although relatively there was no difference in the growth performance between pond B and pond C, but physiologically and histologically there were some differences that possibly due to the difference in Na/K ratio of the media.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Lestari, Shanon, Ngurah Intan Wiratmini, and Job Nico Subagio. "KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DAN STRUKTUR HISTOLOGI LAMBUNG IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) YANG HIDUP DI PERAIRAN UPAL PT. ITDC." SIMBIOSIS 8, no. 2 (September 3, 2020): 9098. http://dx.doi.org/10.24843/jsimbiosis.2020.v08.i02.p05.

Full text
Abstract:
Nusa Dua merupakan kawasan pariwisata dengan rancang bangun yang komprehensif dan terpadu sebagai sarana akomodasi wisata berkelas Internasional. Pengelolaan limbah cair dikelola secara terpadu pada Unit Pengelolaan Air Limbah (UPAL) milik PT. ITDC. Hotel – hotel membuang limbah cairnya melalui collection pit yang akan diakumulasikan di kolam UPAL. Tiga kolam terakhir digunakan sebagai kolam pemeliharaan ikan salah satunya ikan mujair, sebagai bioindikator. Ikan mujair dikolam itu dapat hidup namun belum diketahui bagaimana histologi dan anatomi organnya, sehingga perlu kajian histologis. Rancangan penelitian yang digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan pengambilan sampel ikan mujair pada dua titik pengambilan dari area lagoon. Sampel ikan mujair diambil sebanyak 8 kali sebagai ulangan, dari setiap kolam yaitu kolam nomor 2 B dan kolam nomor 3. Variabel yang diamati adalah kandungan timbal (Pb) pada daging ikan dan kerusakan jaringan pada organ lambung. Rerata kandungan timbal dalam daging ikan dari kolam 2B sebesar 1,85 mg/kg, sedangkan dari kolam 3 sebesar 1,24 mg/kg. Jumlah sel dengan inti karyoreksis dan jaringan yang mengalami desquamasi sel epitel pada lambung ikan mujair (O. mossambicus) dari kolam 3 lebih rendah secara nyata dibandingkan di kolam 2B. Peralihan dari kolam 2B ke kolam 3 mengurangi kandungan timbal dan kerusakan histologis. Kata Kunci: mujair, lambung, logam berat, Pb
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Sister Sianturi. "The Effect of Water Instant Noodle on Histologycal Appearance of Pregnant Mice (Mus musculus L.)." Jurnal Farmasi Etam (JFE) 1, no. 1 (June 9, 2021): 39–49. http://dx.doi.org/10.52841/jfe.v1i1.178.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan sebagai lanjutan dari penelitian sebelumnya yaitu uji pemberian air rebusan mie instan pada mencit betina bunting dan diperoleh hasil bahwa terdapat kelainan fetus tetapi pada analisis statistic kelainan tersebut tidak signifikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran histologi organ hepar mencit betina bunting setelah pemberian air rebusan mie instan. Tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut: persiapan hewan uji mencit betina bunting yang sudah diberi perlakuan air rebusan mie instan dari 3 merek yang berbeda yaitu P1, P2, dan P3.Masing-masing perlakuan tersebut terdiri atas pemberian air rebusan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 30%, 50%, dan 70% selama 14 hari, kemudian mencit dikorbankan lalu diambil organ hepar, pembuatan preparat histology, lalu diamati struktur histologinya. Metode pembuatan preparat histologi mengikuti prosedur pewarnaan HE (Haematoxyllin-Eosine). Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan struktur sel hepatosit hepar pada perlakuan yaitu degenerasi midzonal dan nekrosis. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian perlakuan air rebusan mi instan terhadap susunan sel hepar. Penelitian menggunakan jumlah sampel organ yang terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak dan diperlukan adanya analisis statistik untuk mengetahui tingkat derajat kerusakan sel. ABSTRACT This study was conducted based on previous research, to test of giving instant noodle boiled water to pregnant female mice and the results showed that there were fetal abnormalities but the statistical analysis of these abnormalities was not significant. This study was conducted to determine the histology of the liver of pregnant female mice after giving instant noodle boiled water. The stages of this research are as follows: preparation of pregnant female mice that have been treated with instant noodle boiled water from 3 different brands, namely P1, P2, and P3. Each treatment consisted of giving boiled water with different concentrations of 30 %, 50%, and 70% for 14 days, then the mice were sacrificed and then the liver was taken, histology preparations were made, then the histological structure was observed. The method of making histology preparations followed the HE (Haematoxyllin-Eosine) staining procedure. The results showed that there were changes in the structure of the liver hepatocyte cells in the treatment, namely midzonal degeneration and necrosis. This shows that there is an effect of giving instant noodle boiled water treatment on the composition of liver cells. The study used a limited number of organ samples, so it is necessary to do research with more samples and statistical analysis is needed to determine the degree of cell damage
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Mushawwir, Andi, An An Yulianti, and Nono Suwarno. "HISTOLOGI LIVER BURUNG PUYUH DENGAN PEMBERIAN MINYAK ATSIRI BAWANG PUTIH (Liver Histologic of Quail with Administeration of Garlic Volatile Oil)." Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan 8, no. 1 (January 10, 2020): 1–7. http://dx.doi.org/10.20956/jitp.v8i1.8329.

Full text
Abstract:
Sixty-four of female quails, twenty-two weeks old, were used in the current study to evaluate the potential of volatile oil from garlic extract in improving the histological liver of the quails. Volatile oil isolated from garlic by using destilated technique. This study was designed according to completely randomized design, consisted of four treatment groups and six replications. Each treatment group consisted of 16 quails, with supplemental volatile oil (VO) by orally, as follow L0=without of VO; L1= VO of 75 mL; L2= VO of 100 mL and L3= VO of 125 mL. Liver tissue samples were collected using a fixative solution and the liver samples were used to determine the liver histological parameters (necrosis, apoptosis, fat degeneration, hydropic degeneration, acute inflammation, hemorrhagic) by a Mallory-asan technique dan binocular microscope. The current study showed that overall results indicated a significant treatment effect (P<0,05) for the liver histological condition. In conclusion, VO resulted in supplemented levels that significantly raised protein and lipid anabolic and induced hormone signal related growth liver tissue
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Ervina, Ervina, and Sukarjati Sukarjati. "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) , EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadiracta indica A. Juss ) SERTA CAMPURAN EKSTRAK BIJI PEPAYADAN EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL DAN HATI MENCIT JANTAN (Mus musculus L)." WAHANA 68, no. 1 (June 1, 2017): 63–69. http://dx.doi.org/10.36456/wahana.v68i1.629.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh ekstrak biji pepaya (Caricapapaya L), ekstrak daun mimba (Azadiracta indica A, Juss) serta campuran ekstrak biji pepaya dan daun mimba terhadap gambaran histologi ginjal dan hati mencit jantan (Mus musculus L).Sejumlah 21 ekor menit dibagi menjadi 7 kelompok. Kelompok kontrol diberi aqudest secara per oral, kelompok ekstrak biji pepaya (dosis 50, 100 mg/kg bb), kelompok ekstrak daun mimba (dosis 50, 100 mg.kg bb) dan kelompok campuran ekstrak biji pepaya danekstrakdaunmimba (dosis 50,100 mg/kg bb). Pada hari ke 36 dilakukan pembedahan dan dilakukan pemeriksaan histopatologi pada organ ginjal dan hati. Hasil penelitian menunjukkan adanya kerusakan histologi hati berupa oedema, kongesti, hemoragi, degenerasi, sedangkan pada ginjal menuunjukkan adanya kerusakan yaitu degenerasi tubulus proksimal, degenerasi tubulus distal, dan perdarahan interstinal. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ekstrak biji pepaya, ekstrak daun mimba, dan campuran ekstrak biji pepaya dan daun mimba memberikan pengaruh significan (p
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Magfirah, Magfirah, Saiful Adhar, and Riri Ezraneti. "Efek surfaktan terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup dan struktur jaringan insang benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)." Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal 2, no. 2 (October 28, 2015): 90. http://dx.doi.org/10.29103/aa.v2i2.340.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh surfaktan terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup dan histologi insang benih ikan nila. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2014 diLaboratorium Hatchery dan Teknologi Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh Aceh Utara. Ikan diberi perlakuan dengan konsentrasi deterjen yang berbeda, perlakuan yang diberikan yaitu: perlakuan A (Kontrol), B (deterjen 3 %), C (Konsentrasi deterjen 6 %) dan D (Konsentrasi deterjen 9 %). Pengambilan data dilakukan setiap 7 hari sekali. Adapun rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 3 ulangan dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur jika terdapat perbedaan. Parameter yang diamati adalah parameter pada laju pertumbuhan, kelangsungan hidup, histologi insang dan efisiensi pakan serta parameter kualitas air (suhu dan pH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila yang diberi perlakuan konsentrasi deterjen 3 %, 6 %, 9 % berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Perlakuan kontrol menghasilkan nilai, laju pertumbuhan dan efisiensi paling baik, yaitu masing-masing sebesar 2,84 gram, 97,36 %, sedangkan untuk kelangsungan hidup menunjukkan hasil yang terbaik pada perlakuan konsentrasi deterjen 3 % yaitu 100 %. Parameter kualitas air selama penelitian yang diukur antara lain adalah suhu air dengan kisaran 26,6-28,1 ᵒC, dan pH 7,1-7,8. This study aimed to know the effect of surfactant on growth, survival rate and gill histology of tilapia fingerling. It carried out on October to November 2014 at Hatchery and Aquaculture Technology Laboratory, Aquaculture Department Agriculture Faculty Malikussaleh University North Aceh. Experimented fish was given different concentrations of detergent. The treatments were A: control, B (detergent 3%), C (detergent 6%), and D (detergent 9%). Sampling data was done every seven days. Experimental design used was Completely Randomized Design with four treatments and three replications then it was continued by BNT test. Observed parameters were growth rate, survival rate, gill histology, feed efficiency, and water quality (temperature and pH). The result showed that different concentrations of detergent (3%, 6%, 9%) affected on growth and survival rate of tilapia fish. Control gave the best growth rate and feed efficiency which were 2,84 grams and 97,36%. While the highest survival rate was obtained in treatment of detergent 3% which was 100%. The water quality parameters during experiment were temperature ranged 26,6-28,1 ᵒC and pH ranged 7,1-7,8.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Bastiawan, Dayat, Taukhid Taukhid, Mohamad Alifuddin, and Tri S. Dermawati. "PERUBAIIAN HEMA'TOLOGI DAN JARINGAN IKAN LELE DUMBO Clarias gariepinus YANG DIINFEKSI CENDAWA(Aphanomyces spt." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 1, no. 2 (April 18, 2017): 106. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.1.2.1995.106-115.

Full text
Abstract:
Tuiuh puluh ekor lele dumbo dikerok begian punggungnya, spora cendawan Aphanomyces sp. diinfeksikan dengan kepadatan 200 spora/ml, Setiap dua hari sekalidilakukan pengambilan sampel untuk pembuatan histologi dan pengamatan perubahangembaren dareh meliputi: kadar hematokrit, haemoglobin, iumlah eritrosit dandiferensisi leukosit meliputi limfosit, monosit den neutrofil.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Prasetyaning, Utari, Desy Andari, and SM Agustini. "PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN BERENERGI SUBAKUT TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR." Saintika Medika 9, no. 1 (March 20, 2017): 46. http://dx.doi.org/10.22219/sm.v9i1.4125.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh pemberian minuman berenergi subakut terhadap gambaran histologi ginjal tikus putih strain wistar. Metode : Eksperimen laboratoris dengan rancangan the post test only control group design. Sampel dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok I (K) tanpa pemberian minuman berenergi,kelompok II. III dan IV (P1, P2, P3) diberikan minuman berenergi 72 mg, 216 mg dan 360 mg. Analisis data menggunakan One Way Anova, uji Tukey, uji korelasi dan uji regresi. Hasil : Hasil uji One Way Anova dan uji Tukey didapatkan nilai sig=0,000 (p<0,05) artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan dengan jumlah sel nekrosis dan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok. Hasil uji korelasi dan regresi didapatkan r=0,988 dan R2=0,976 artinya semakin tinggi dosis akan diikuti oleh peningkatan jumlah sel nekrosis. Kesimpulan : Minuman berenergi dapat meningkatkan jumlah sel nekrosis pada sel epitel tubulus proksimal ginjal.Kata kunci : Minuman berenergi, kafein, histologi ginjal, nekrosis sel epitel tubulus proksimal ginjal
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Hartono, Eko Fauzi, Ning Iriyanti, and Sri Suhermiyati. "Efek Penggunaan Sinbiotik Terhadap Kondisi Miklofora dan Histologi Usus Ayam Sentul Jantan." Jurnal Agripet 16, no. 2 (October 1, 2016): 97. http://dx.doi.org/10.17969/agripet.v16i2.5179.

Full text
Abstract:
ABSTRAK. Sinbiotik merupakan gabungan dari probiotik dan prebiotik yang dapat memperbaiki mikroflora di saluran pencernaan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan sinbiotik sebagai feed aditif terhadap jumlah Bakteri Asam Laktat (BAL), Escherichia colli, histologi tinggi dan lebar vili usus. Perlakuan R0 = Pakan kontrol, R1 Sinbiotik alami (2%), R2 = Sinbiotik Alami (4%), R3 = Sinbiotik Alami (6%), R4 = Sinbiotik Komersil (2%), R5 = Sinbiotik Komersil (4%), R6 = Sinbiotik Komersil (6%). Analisis statistik yang digunakan adalah ANOVA (Analisis Varian) dan uji lanjut menggunakan Orthogonal kontras. Hasil penelitian menunjukkan pemberian sinbiotik alami berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kondisi mikroflora usus, meningkatkan jumlah bakteri asam laktat, dan menurunkan jumlah Escherichia colli) sedangkan pemberian perlakuan sinbiotik alami berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap histologi tinggi dan lebar vili usus. Simpulan dari penelitian adalah penggunaan Sinbiotik Alami 2% dapat meningkatkan, jumlah bakteri asam laktat di duodenum, jejenum dan ileum, menurunkan bakteri Escherichia colli di ileum. Penggunaan sinbiotik komersil 4% meningkatkan, tinggi vili usus duodenum, jejenum dan ileum, dan lebar vili di ileum. (Effect synbiotic usage toward microbiological and hystological states of sentul rooster intestine) ABSTRACT. Symbiotic is a combination of probiotic and prebiotic used to improve microflora in digestive system. This study aims to evaluate the symbiotic usage as a feed additive toward the number of lactic acid bacteria, Escherichia coli, the height and the width of villi. Treatment R0 = Diet control, R1 Natural Symbiotic (2%), R2 = Natural Symbiotic (4%), R3 = Natural Symbiotic (6%), R4 = Commercial Symbiotic (2%), R5 = Commercial Symbiotic (4%), R6 = Commercial Symbiotic (6%). Statistical analysis uses ANOVA (Analysis of Variant), while further test uses orthogonal contrast. The result showed that the given symbiotic was significantly (P<0,05) effect toward the condition of intestinal microflora, it increases the number of lactic acid bacteria and decreases Escherichia coli, as well as the treatment (P<0,05) toward histology of the height and the width of intestinal villi. As the conclusion, the use of 2% of natural symbiotic increases the amount of lactic acid bacteria in duodenum, jejunum, and ileum, but reduces Escherichia coli in ileum, the height of intestinal villi in duodenum and the width of intestinal villi in ileum, and administered 4% of commercial symbiotic increases the height of intestinal villi in duodenum, jejunum, ileum and the width of intestinal villi in ileum.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Yusasrini, N. L. Ari, and A. A. G. N. Anom Jambe. "Efek Hipoglikemik Diet Kacang Gude (Cajanus cajan (L) Millsp) pada Tikus Diabetik." Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno 3, no. 2 (February 6, 2019): 364. http://dx.doi.org/10.24843/jitpa.2018.v03.i02.p08.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek hipoglikemik diet kacang gude (Cajanus cajan (L) Millsp) pada tikus diabetik. Tahapan penelitian yang dilakukan diantaranya pembuatan tepung kacang gude, pembuatan pakan standar dan pakan perlakuan dan dilanjutkan dengan pengujian bioassay menggunakan tikus diabetes yang diinjeksi alloxan. Analisis yang dilakukan meliputi analisis proksimat, pada bahan baku, analisis gula darah dan pengamatan histologi pankreas di akhir perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah darah tikus diawal perlakuan berkisar antara 120,5 mg/dL – 125,4 mg/dL. Injeksi alloxan menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah pada kelompok PS-positif dan PKG yang berkisar antara 299,02 mg/dL - 341,88 mg/dL. Perlakuan diet selama 30 hari mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus kelompok PKG sebesar 33,40 %. Pengamatan histologi pankreas juga menunjukkan jumlah sel yang mengalami nekrosis pada kelompok PKG lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok PS positif dan mengarah pada proses regenerasi sel. Dengan demikian pemberian pakan kacang gude bersifat lebih hipoglikemik dibandingkan dengan pakan standar pada tikus diabetic.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Wahyuni, Sri, Lidya Elizabeth M. Manik, Srihadi Agungpriyono, Muhammad Agil, Tuty Laswardi Yusuf, Hamny, and I. Ketut Mudite Adnyane. "Morfologi Kelenjar Aksesori Kelamin Muncak (Muntiacus muntjak muntjak) Jantan." Acta VETERINARIA Indonesiana 1, no. 2 (September 4, 2013): 80–90. http://dx.doi.org/10.29244/avi.1.2.80-90.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi kelenjar aksesori muncak jantan secara makroanatomi dan mikroanatomi. Seekor muncak jantan dewasa berumur 4-5 tahun dengan bobot badan 19 kg digunakan pada penelitian ini. Muncak terlebih dahulu di-exanguinasi untuk dikoleksi kelenjar aksesori kelaminnya. Untuk memperoleh gambaran mikroanatomi, sampel kelenjar aksesori diproses dengan teknik histologi dan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE). Hasil pengamatan makroskopis menunjukkan bahwa kelenjar aksesori muncak jantan terdiri atas ampula, duktus deferens, kelenjar prostat, kelenjar vesikularis, dan kelenjar bulbouretralis. Karakteristik histologi kelenjar aksesori muncak adalah ditemukannya kelenjar prostat yang berbentuk pars diseminata dengan kelenjar-kelenjar sekretori tersebar di sekeliling lumen uretra pars pelvina dimana secara makroskopis kelenjar tersebut tidak dapat diamati. Tipe kelenjar sekresi pada ampula, kelenjar vesikularis, dan pars diseminata prostat adalah tubuloalveolar, sedangkan pada kelenjar bulbouretralis tipe tubular. Dapat disimpulkan bahwa morfologi kelenjar aksesori muncak jantan memperlihatkan kemiripan dengan kelenjar aksesori pada ruminansia kecil lainnya seperti kambing, domba, reeves muntjak, dan pampas deer.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Hartati, Retno, Widianingsih Widianingsih, and Ali Djunaedi. "Ultrastruktur Alimentary Canal Teripang Holothuria scabra dan Holothuria atra (Echinodermata : Holothuroidea)." BULETIN OSEANOGRAFI MARINA 5, no. 1 (April 3, 2016): 86. http://dx.doi.org/10.14710/buloma.v5i1.11793.

Full text
Abstract:
Abstrak Informasi tentang feeding biologi pada teripang, termasuk didalamnya tentang fungsional morfologi dan struktur dari organ – organ yang berfungsi dalam proses feeding sangat penting untuk diketahui untuk lebih memahami proses makan pada teripang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur jaringan alimentary canal Teripang Putih (H. scabra) dari Pantai Pejarakan Bali dan Teripang Keling (H. atra) dari Pantai Bandengan Jepara melalui analisa histologi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Alimentary canal Teripang Hitam dan teripang Pasir terdiri dari faring, esofagus, stomach, descending intestine 1, ascending intestine, descending intestine 2 dan cloaca. Berdasarkan analisa histologi, struktur alimentary canal Teripang Pasir dan Teripang Hitam memiliki 3 penyusun utama, yaitu lumen, vili usus dan jaringan ikat yang merupakan serabut otot. Tiap bagian saluran pencernaan memiliki tinggi lipatan epitel vili dan ukuran vili yang berbeda, dengan lipatan tertinggi dan vili paling kecil terdapat pada bagian 4, yaitu descending intestine 1. Kata kunci : ultrastruktur, alimentary canal, Holoturia scabra, Holoturia atra
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Mahriani, Mahhriani, Resa Miftahatu Yuniar, Masrurotul Hasanah, and Eva Tyas Utami. "Efek pemberian ekstrak kedelai hitam (Glycine soja) terhadap histologi femur pada mencit (Mus musculus) ovariektomi." Jurnal Biologi Udayana 25, no. 1 (June 25, 2021): 39. http://dx.doi.org/10.24843/jbiounud.2021.v25.i01.p05.

Full text
Abstract:
Tulang merupakan struktur yang dinamik dan mengalami remodeling atau proses regenerasi secara terus-menerus. Remodeling tulang meliputi proses formasi oleh osteoblas dan resorpsi oleh osteoklas.Keseimbangan antara formasi dan resorpsi dipengaruhi oleh hormon estrogen. Defisiensi estrogen dapat menyebabkan meningkatnya resorpsi tulang.Ovariektomi merupakan model untuk defesiensi estrogen dengan melakukan pengangkatan ovarium. Salah satu cara untuk mengatasi defesiensi estrogen dapat dilakukan dengan pemberian fitoestrogen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian ekstrak kedelai hitam (Glycine soja) terhadap histologi femur mencit (Mus musculus) ovariektomi. Pada penelitian ini digunakan dosis ekstrak kedelai hitam 0,42 g/ml/hari dan 0,63 g/ml/hari, yang diberikan secara oral selama 30 hari. Penelitian dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap, 4 perlakuan dan 6 ulangan.Pengamatan dilakukan terhadap jumlah sel osteoblas dan jumlah sel osteoklas pada preparat histologi femur.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kedelai hitam dengan dosis 0.42 g/ml/hari selama 30 hari,secara nyata dapat meningkatkan jumlah osteoblas dan menurunkan jumlah osteoklas pada femur mencit ovariektomi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Widhiantara, I. Gede, Anak Agung Ayu Putri Permatasari, Ferbian Milas Siswanto, and Ni Putu Eny Sulistya Dewi. "EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera) MEMPERBAIKI HISTOLOGI TESTIS TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK." Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) 5, no. 2 (December 26, 2018): 111. http://dx.doi.org/10.29122/jbbi.v5i2.2868.

Full text
Abstract:
Sembung (Blumea balsamifera) Leaf Extract Improves Testis Histology of High-Fat Diet-Induced RatsABSTRACTHigh fat and high cholesterol diet cause hyperlipidemia, leading to various health problems including reproductive health. The purpose of this study was to examine the effect of sembung (Blumea balsamifera) leaf extract on testicular histology profile of high-fat-diet-induced wistar. This research used 16 adult male rats (Rattus norvegicus), aged 3-4 month, weighing 150-200 g, and randomly divided into two groups. Eight rats were treated with distilled water and eight rats were treated with 2 mg/mL B. balsamifera extract. High-fat diet was a 30 days of porcine fat feed. The results showed that the diameter of seminiferous tubules, the number of spermatogenic cells of spermatogonium A, spermatocytes Pakiten and spermatid 16 were increased by giving sembung leaf extract for 50 days (p <0.05). These results suggested that the sembung leaf extract improves testis histology of high-fat diet-induced rats. Keywords: high-fat diet, rat, sembung leaf, seminiferous tubules, spermatogenic cellsABSTRAKMakanan tinggi lemak dan tinggi kolestrol menyebabkan hiperlipidemia yang menimbulkan masalah pada sistem reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pemberian ekstrak daun sembung (Blumea balsamifera) terhadap profil tubulus seminiferus dan sel-sel spermatogenik pada tikus wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak. Sebanyak 16 ekor tikus wistar jantan dewasa (Rattus norvegicus) umur 3-4 bulan, berat 150-200 g, secara random dibagi dua kelompok, yaitu 8 ekor tikus kelompok kontrol (aquades steril) dan 8 ekor tikus kelompok perlakuan (ekstrak daun sembung dosis 2 mg/mL). Tikus diinduksi pakan tinggi lemak berupa lemak babi selama 30 hari. Pada prettest dilakukan pemeriksaan diameter tubulus seminiferus dan sel-sel spermatogenik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata diameter tubulus seminiferus tikus meningkat signifikan setelah pemberian ekstrak daun sembung. Peningkatan secara signifikan juga diikuti oleh spermatogonium A, spermatosit Pakiten dan spermatid 16 (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sembung memperbaiki histologi testis tikus wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak.Kata Kunci: daun sembung, pakan tinggi lemak, sel spermatogenik, tikus, tubulus seminiferus
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Handono, Kusworini. "PERAN POLIMORFISME GEN INTERFERON-g (IFNG) PADA FENOTIP HISTOLOGI NEFRITIS LUPUS." INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY 17, no. 1 (March 26, 2018): 38. http://dx.doi.org/10.24293/ijcpml.v17i1.1045.

Full text
Abstract:
Lupus Nephritis (LN) is a serious complication of Systemic Lupus Erythematosus (SLE) with the development of end stage renaldisease in 10–70% patients within 5 years. The condition is classified into 6 different classes according WHO criteria. Several studiesshowed that there were significant clinical manifestation differences between class III, IV and class V LN. It has been suggested that theclass differences of LN was related to the cytokines balance and genetic factor. The objective of this study was to determine the role ofg-Interferron gene (IFNG) polymorphism in the class differences of LN. The study was conducted in 40 female SLE patients at the Dr.Saiful Anwar Hospital, Malang. Histologic phenotypes classification was based on World Health Organization (WHO) criteria (1995).Microsatelite polymorphism within the first intron of the IFNg gene on chromosome 12q24.1 was performed by DNA sequencing. Theallele difference between LN classes and healthy controle were analysed by Chi-square, the risk of LN in patients with certain IFNG allelewas calculated using Odds Ratio. The result showed that the frequency of IFNG 112 allele were higher in SLE patients compared withhealthy controls (succeptible allele) and the risk to have class V LN in patients with IFNG 112 was 6 times higher compared with patientswithout these allele. There is an association between IFNG polymorphism with the LN classes.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography