Academic literature on the topic 'Historisk morfologi'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Historisk morfologi.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Historisk morfologi"

1

Falah, Miftahul. "Morfologi Kota Bandung Pada Abad XX: Perspektif Historis." Metahumaniora 8, no. 3 (December 27, 2018): 335. http://dx.doi.org/10.24198/metahumaniora.v8i3.20712.

Full text
Abstract:
AbstrakKota Bandung merupakan salah satu kota penting sejak masa penjajahan Belanda. Berawal dari sebuah kampung, Bandung kemudian berkembang seiring dengan kedudukannya sebagai pusat pemerintahan. Penelitian terhadap perkembangan Bandung sudah banyak dilakukan. Namun, aspek morfologis dari pertumbuhan Kota Bandung belum dikaji secara mendalam. Bagaimana pertumbuhan Kota Bandung pada Abad XX ditinjau dari aspek morfologi kota yang mencakup masalah kependudukan dan luas wilayah, areal terbangun, dan simbol kota? Untuk menjawab pertanyaan itu, dilakukan penelitian historis dengan menerapkan metode sejarah yang meliputi empat tahap, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, secara morfologis terdapat hubungan yang erat antara pertambahan penduduk dan perluasan wilayah kota; kedua, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perluasan wilayah, areal terbangun menjadi semakin meluas; ketiga, simbol-simbol kota yang mencakup tugu atau monumen, nama jalan, gerbang kota, dan bangunan menunjukkan ciri/karakter Kota Bandung sesuai dengan jiwa zaman (zeitgeist)-nya.Kata kunci: kota Bandung, penduduk, areal terbangun, ruang terbuka, simbol kotaAbstractBandung is one of the important cities since the Dutch colonial period. Starting from a village, Bandung then developed along with its position as a center of government. Research on the development of Bandung city has been done, but the morphological aspects of the growth of Bandung city have not been studied in depth yet. How is the growth of Bandung city in 20th century in terms of morphological aspects of the city that includes demographic land area, city planning problems, built up area, and the symbol of the city? The method used in this reasearch is historical method that deals with four steps, namely heuristic, criticism, interpretation, and historiography. The results show that, first, morphologically there is a close relationship between population growth and the expansion of urban areas; second, along with population growth and the expansion of urban areas, the built up area becomes even more widespread; third, urban symbolism that includes pillar or monument, street name, city gates, and buildings show traits or characters of Bandung in accordance with zeitgeist.Keywords: city of Bandung, demography, built up Area, open space, urban symbolism
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Falah, Miftahul. "Morfologi Kota Bandung Pada Abad XX: Perspektif Historis." Metahumaniora 8, no. 3 (December 27, 2018): 335. http://dx.doi.org/10.24198/mh.v8i3.20712.

Full text
Abstract:
AbstrakKota Bandung merupakan salah satu kota penting sejak masa penjajahan Belanda. Berawal dari sebuah kampung, Bandung kemudian berkembang seiring dengan kedudukannya sebagai pusat pemerintahan. Penelitian terhadap perkembangan Bandung sudah banyak dilakukan. Namun, aspek morfologis dari pertumbuhan Kota Bandung belum dikaji secara mendalam. Bagaimana pertumbuhan Kota Bandung pada Abad XX ditinjau dari aspek morfologi kota yang mencakup masalah kependudukan dan luas wilayah, areal terbangun, dan simbol kota? Untuk menjawab pertanyaan itu, dilakukan penelitian historis dengan menerapkan metode sejarah yang meliputi empat tahap, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, secara morfologis terdapat hubungan yang erat antara pertambahan penduduk dan perluasan wilayah kota; kedua, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perluasan wilayah, areal terbangun menjadi semakin meluas; ketiga, simbol-simbol kota yang mencakup tugu atau monumen, nama jalan, gerbang kota, dan bangunan menunjukkan ciri/karakter Kota Bandung sesuai dengan jiwa zaman (zeitgeist)-nya.Kata kunci: kota Bandung, penduduk, areal terbangun, ruang terbuka, simbol kotaAbstractBandung is one of the important cities since the Dutch colonial period. Starting from a village, Bandung then developed along with its position as a center of government. Research on the development of Bandung city has been done, but the morphological aspects of the growth of Bandung city have not been studied in depth yet. How is the growth of Bandung city in 20th century in terms of morphological aspects of the city that includes demographic land area, city planning problems, built up area, and the symbol of the city? The method used in this reasearch is historical method that deals with four steps, namely heuristic, criticism, interpretation, and historiography. The results show that, first, morphologically there is a close relationship between population growth and the expansion of urban areas; second, along with population growth and the expansion of urban areas, the built up area becomes even more widespread; third, urban symbolism that includes pillar or monument, street name, city gates, and buildings show traits or characters of Bandung in accordance with zeitgeist.Keywords: city of Bandung, demography, built up Area, open space, urban symbolism
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Silva, Márcia Cabral da. ""Historias da nossa terra"." Revista Brasileira de História da Educação 20, no. 1 (July 24, 2020): e128. http://dx.doi.org/10.4025/10.4025/rbhe.v20.2020.e128.

Full text
Abstract:
Este artigo apresenta um recorte de um estudo sobre livros escolares de leitura em circulação no Brasil nas primeiras décadas do período republicano. De modo específico, examinou-se o livro Historias da nossa terra, escrito por Julia Lopes de Almeida e publicado originalmente em 1907. O estudo orientou-se pela seguinte questão: de que modo Historias da nossa terra e inseriu na morfologia dos livros escolares de leitura, cuja materialidade e conteúdo veicularam um padrão cívico e patriótico referido à nação brasileira republicana? A fundamentação teórica ancorou-se em estudos da história da educação e da história cultural. O livro se alinhou aos livros escolares do período e contribuiu para a construção da nação brasileira por meio do impresso.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Venâncio da Fonseca, Fernando Peixoto. "Morfologia das crónicas Portuguesas dos p.m.h. (artigos, numerais e pronomes)." Verba Hispanica 6, no. 1 (December 31, 1996): 107–12. http://dx.doi.org/10.4312/vh.6.1.107-112.

Full text
Abstract:
Dos cronicões dos Portugaliae Monumenta Historica (vol. Scriptores), Lisboa, 1856, publicados sob a direcção do insigne historiador Alexandre Herculano, vamos estudar agora a parte da morfologia que abrange os artigos, os numerais e os pronomes. Muitos outros aspectos ja foram por nós tratados quer em artigos, quer em comunicações, quer em livros, o último dos quais intitulado Crónica da Tomada de Lisboa (Lisboa, 1995). A grafia empregada é a dos originais, quando existem, ou a dos mais antigos apógrafos; no entanto, para facilitar a localização dos vocábulos, apresentamos aquela em que se acham nos Scriptores (página, coluna e linha), excepto nas ocorrências repetidas. Sempre que os termos estudados não se usam na actualidade, levam a indicação de antigos (ant.) ou arcaicos (arc., estes não posteriores a 1500).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Farida, Ida, Endang Rochmiatun, and Nyimas Umi Kalsum. "Peran Sungai Musi dalam Perkembangan Peradaban Islam di Palembang: Dari Masa Kesultanan sampai Hindia-Belanda." JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam) 3, no. 1 (July 1, 2019): 50. http://dx.doi.org/10.30829/juspi.v3i1.4079.

Full text
Abstract:
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; line-height: 115%; font-family: 'Segoe UI','sans-serif';">Artikel ini mengkaji tentang peran Sungai Musi dalam perkembangan peradaban Islam di Palembang yang dipengaruhi oleh Sungai Musi dan anak-anak sungainya. Kajian historis mengambil rentang waktu pada masa Kesultanan Palembang Darussalam sampai Hindia-Belanda. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Morfologi perkotaan Palembang mengikuti alur Sungai Musi mulai dari muara Sungai Ogan sampai ke muara Sungai Komering dengan bentuk seperti pita. Karena sangat ditentukan oleh sungai, maka ketika Islam berkembang di daerah ini membentuk peradaban sesuai dengan kondisi geografisnya. Pada masa Hindia-Belanda, beberapa warisan peradaban ini mengalami penyesuaian dengan kepentingan politik pembangunan. Morfologi Palembang berubah menjadi “kota daratan”. Meski belum sepenuhnya, ada upaya adaptasi dari masyarakat atas perubahan-perubahan itu. Morfologi kota berubah, dari <em>waterfront</em> menjadi <em>waterback</em>. Simbol-simbol Islam lokal mulai tergantikan dengan simbol-simbol kolonialis. Bahkan, arsitektur masjid dan keraton tidak luput dari unsur-unsur kolonialis.</span></p><span style="font-size: 9.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; line-height: 115%; font-family: 'Segoe UI','sans-serif'; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-no-proof: yes;">Kata Kunci: Sungai Musi, peradaban Islam, Palembang.</span><!--[if supportFields]><span style='font-size:12.0pt;mso-bidi-font-size:11.0pt; line-height:115%;font-family:"Constantia","serif";mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin;mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US; mso-bidi-language:AR-SA;mso-no-proof:yes'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]-->
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Piszczatowska, Marta. "Cis van Vuure, Retracing the aurochs. History, morphology and ecology of an extinct wild ox, Sofia – Moscow 2005, s. 431, Pensoft Publishers, ISBN 954–642–235–5." Studia Podlaskie, no. 18 (2010): 451–54. http://dx.doi.org/10.15290/sp.2009-2010.18.14.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Henilia, Henilia. "PENYIMPANGAN BAHASA DALAM SEBUAH PUISI." Juripol (Jurnal Institusi Politeknik Ganesha Medan) 4, no. 2 (August 31, 2021): 24–36. http://dx.doi.org/10.33395/juripol.v4i2.11064.

Full text
Abstract:
Puisi memiliki bahasa yang berbeda dengan karya prosa. Struktur yang padat dan penuh kontemplasi membuat penyair menggunakan berbagai penyimpangan bahasa. Penyimpangan bahasa terdiri dari penyimpangan leksikal, semantis, fonologis, morfologis, sintaksis, dialek, register, historis, dan grafologis. Puisi sebagai salah sebuah karya seni dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan struktur yang tersusun dari bermacam unsur atau ragam. Puisi juga dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Puisi termasuk salah satu jenis sastra yang digemari masyarakat. Karena kemajuan masyarakat dari waktu ke waktu terus meningkat, maka corak, sifat dan bentuk puisi pun berubah, mengikuti perkembangan jaman.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Martínez, Humberto, Bonell Patiño, Cyndi Arévalo, and Jaime Valdés. "Morfología de las células plasmáticas como marcador pronóstico en el mieloma múltiple." Revista Colombiana de Hematología y Oncología 6, no. 2 (October 1, 2019): 36. http://dx.doi.org/10.51643/22562915.97.

Full text
Abstract:
Introducción: el mieloma múltiple (MM) es una enfermedad heterogénea en la que se ha descrito la morfología como marcador pronóstico. Métodos: se incluye una revisión citomorfológica y de registros de historias clínicas de pacientes diagnosticados con MM tratados en el Instituto Nacional de Cancerología ESE (INC) desde febrero de 2008 a noviembre de 2016. Resultados: se realizó una búsqueda sistemática en los registros del servicio de patología del INC. Se describió la presencia de plasmocitos circulantes, cariotipo, alteraciones citoplasmáticas y nucleares en los aspirados de médula ósea al diagnóstico, respuesta al tratamiento, riesgo ISS, presencia de enfermedad extramedular, elegibilidad para trasplante, elevación de deshidrogenasa láctica, falla renal e hipercalcemia trombocitopenia. En total se incluyeron 50 pacientes, el 58% mujeres, con una mediana de edad de 60 años al diagnóstico, la mediana de supervivencia libre de progresión de 15,9 meses y una supervivencia global de 34,9 meses. Conclusión: los resultados animan al desarrollo de estudios que evalúen el rendimiento operativo de la citomorfología de las células plasmáticas dentro de los criterios diagnósticos y, eventualmente, de respuesta al tratamiento en los pacientes con MM.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Monserrat, Víctor J. "Los coniopterígidos de la Península Ibérica e Islas Baleares (Insecta: Neuropterida, Neuroptera: Coniopterygidae)." Graellsia 72, no. 2 (September 26, 2016): 047. http://dx.doi.org/10.3989/graellsia.2016.v72.157.

Full text
Abstract:
Se revisan las especies de coniopterígidos presentes en la fauna de la Península Ibérica e Islas Baleares donde, hasta la fecha, están representadas por 39 especies pertenecientes a 8 géneros. Partiendo de los datos generales conocidos, damos una diagnosis de la familia y citamos algunos elementos sobre su historial paleontológico y su distribución, y algunos datos sobre su morfología, su biología, sus estadios juveniles y comportamiento, y se comenta una breve introducción sobre el historial en el conocimiento de la familia, y en particular en la Península Ibérica y Baleares. Se propone revalidar a Coniopteryx (Holoconiopteryx) tullgreni Tjeder, 1930 sp. reval. como especie válida, se describe Helicoconis bachi n. sp. como nueva especie, y se mantiene, se discute y se argumenta nuestro criterio sobre la validez de Coniopteryx parthenia (Nav.s & Marcet, 1910) (sensu Meinander, 1972a) frente a Coniopteryx hoelzeli (sensu Günter, 1993). Se incluye una lista de las especies pertenecientes a la fauna de la Península Ibérica y Baleares, una clave de identificación de los imagos de las subfamilias, géneros y especies citadas, y una clave de sus larvas conocidas a nivel genérico. De cada una de estas especies se recopilan y se anotan todas las referencias bibliográficas existentes relativas a las especies de la zona estudiada, tanto con la denominación actualmente aceptada, como de sus sinonimias y/o cualquier otra combinación nomenclatural bajo las cuales hayan sido citadas. También de cada una de las especies se anotan los datos conocidos y los ahora aportados (1.800 nuevos ejemplares de 32 especies) sobre su distribución general, aspectos de su morfología externa y/o genital, as. como de su variabilidad, estadios juveniles, biolog.a, fenolog.a y distribuci.n altitudinal y geogr.fica en la Península y archipi.lago balear, en base a un total de 12.215 ejemplares estudiados.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

DE MATOS NOGUEIRA, JOÃO MIGUEL, LESLIE HARRIS, PAT HUTCHINGS, and MARCELO VERONESI FUKUDA. "Four terebellines (Polychaeta, Terebellidae) with problematic taxonomic histories." Zootaxa 2995, no. 1 (August 15, 2011): 1. http://dx.doi.org/10.11646/zootaxa.2995.1.1.

Full text
Abstract:
Four taxa of terebellines with problematic taxonomic histories are redescribed. One is a new species that has been misidentified for the last 37 years and one is allocated to a different genus from that to which it was previously assigned. Pista corrientis McIntosh, 1885 was described from Argentina and has been reported from several localities along the Brazilian coast. Examination of the holotype of P. corrientis revealed that the Brazilian specimens belong to a separate species, herein described as P. nonatoi sp. nov., and a redescription of the holotype of P. corrientis is provided. Pista sombreriana (McIntosh, 1885) was considered indeterminable due to the poor condition of the holotype. Our examination of the holotype showed that although it is poorly preserved most taxonomic characters are visible. The morphology of the lobes on anterior segments, especially those of segments 3–4, is closer to Lanicides than to Pista but considering that Lanicides is also poorly defined we redescribe P. sombreriana under its original designation. Finally, Eupolymnia turgidula (Ehlers, 1887) has been considered as a junior synonym of E. crassicornis (Schmarda, 1861) but a recent study resurrected it as a valid species of Terebella, which was the original generic designation. According to our examination of the holotype, E. turgidula does belong to Eupolymnia, but it is uncertain as to whether it is a valid species or a synonym of either E. crassicornis or E. magnifica (Webster, 1884).Quatro táxons de terebelíneos com história taxonômica problemática são aqui descritos. Um deles é uma espécie nova para a ciência, que foi equivocadamente identificada por cerca de 37 anos, e outro é alocado para um gênero diferente daquele no qual se encontrava incluído. Pista corrientis McIntosh, 1885 foi descrita da Argentina e posteriormente registrada em diversas localidades ao longo da costa brasileira. O estudo do holótipo de P. corrientis demonstrou que os espécimes brasileiros pertencem a outra espécie, aqui descrita como P. nonatoi spec. nov., e uma redescrição do holótipo de P. corrientis é também fornecida. Pista sombreriana McIntosh, 1885 foi considerada indeterminável devido ao mau estado de preservação do holótipo. O nosso estudo do holótipo demonstrou que, embora ele de fato esteja mal preservado, a maioria dos caracteres taxonômicos ainda é visível. Todavia, a morfologia dos lobos nos segmentos anteriores, principalmente aqueles dos segmentos 3–4, é mais próxima de Lanicides do que de Pista, mas como a diagnose de Lanicides também é confusa, nós redescrevemos P. sombreriana sob sua designação original. Finalmente, Eupolymnia turgidula (Ehlers, 1887) foi considerada como um sinônimo júnior de E. crassicornis (Schmarda, 1861), mas um estudo recente a revalidou como uma espécie de Terebella, gênero no qual este táxon havia sido inicialmente descrito. O nosso estudo do holótipo de E. turgidula demonstrou que se trata, de fato, de uma espécie de Eupolymnia, embora ainda não esteja definido se se trata de uma espécie válida, ou de um sinônimo de E. crassicornis ou E. magnifica (Webster, 1884).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources

Dissertations / Theses on the topic "Historisk morfologi"

1

Horn, af Åminne Adam. "Viljen I veta? : Om verbens pluralböjning i sydvästsvenska dialekter." Thesis, Uppsala universitet, Institutionen för nordiska språk, 2015. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:uu:diva-255446.

Full text
Abstract:
Så sent som vid 1900-talets början var pluralböjningen av verb ännu fullt levande på ett stort område i södra och västra Götaland. Den här studien undersöker det här pluralområdet på ett geografiskt, kronologiskt, och morfologiskt plan. Syftet är att fastställa var pluralformer fortfarande användes vid tiden för förra sekelskiftet, vilka ändelser som förekom och deras eventuella variation över tid, samt hur och när pluralböjningen slutligen försvann. Studien undersöker också pluralböjningens kronologiska utveckling i ljuset av morfologiska teorier om markering ('markedness'), för att på så sätt lämna ett bidrag till historisk-morfologisk teoribildning. Studiens huvudsakliga material utgörs av samlingarna till Ordbok över Sveriges dialekter på Institutet för språk och folkminnen i Uppsala. Ur dessa har pluralformer från tre specifika verb excerperats och analyserats. Studien preciserar området där pluralböjning förekom vid 1900-talets början och definierar fyra pluralparadigm som förekom inom detta, som vart och ett kan anses spegla olika historiska skeden i pluralformernas historiska utveckling. Kronologiskt är det möjligt att urskilja en geografisk tillbakagång tillsammans med morfologisk förenkling. Den morfologiska utvecklingen sammanfaller med de för studien aktuella teorierna och visar på att mer markerade ändelser har ersatts av mindre markerade. Dessa processer skedde dock långsamt, och var inte anledningen till att pluralböjningen slutligen försvann, vilket i stället tillskrivs riksspråklig påverkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Pinto, Carolina. "Paisagem e morfologia na Ilha de Santa Catarina." reponame:Repositório Institucional da UFSC, 2015. https://repositorio.ufsc.br/xmlui/handle/123456789/156887.

Full text
Abstract:
Dissertação (mestrado) - Universidade Federal de Santa Catarina, Centro Tecnológico, Programa de Pós-Graduação em Arquitetura e Urbanismo, Florianópolis, 2015.
Made available in DSpace on 2015-12-08T03:11:43Z (GMT). No. of bitstreams: 1 336274.pdf: 9233091 bytes, checksum: bdf73cbef1124287ace44d9d2b69c65c (MD5) Previous issue date: 2015
A cidade de Florianópolis, capital do Estado de Santa Catarina, possui sua maior porção territorial localizada na Ilha de Santa Catarina e uma parte menor que ocupa o continente próximo. A Ilha, conhecida por suas belezas naturais, possui peculiaridades históricas e culturais que destacam-se em sua paisagem. A colonização portuguesa deixou marcas em sua configuração territorial e além da Vila de Nossa Senhora do Desterro, hoje centro da cidade, o interior da Ilha recebeu imigrantes, vindos principalmente das Ilhas dos Açores, com o intuito de ocupar e defender o território. As localidades do Ribeirão da Ilha, Santo Antônio de Lisboa e Lagoa da Conceição ainda conservam características da configuração urbanística implantada com base na Provisão Régia de 9 de agosto de 1747, onde estava determinada a forma com que as novas povoações deveriam ocupar as terras brasileiras. Durante o século XX, o patrimônio edificado foi bastante ameaçado e na década de 1980 o Poder Público iniciou uma tentativa de preservação das edificações e conjuntos com valor histórico para o município, determinando que estes núcleos iniciais fossem caracterizados como Áreas de Preservação Cultural (APC). As localidades passaram a ser percebidas como parte da paisagem histórico-cultural do município. Nesta pesquisa, o processo formador do espaço colonial foi identificado por meio de análises morfológicas e um panorama da atualidade apresentado por meio de imagens com a finalidade de contribuir para a valorização da paisagem e do patrimônio formado pelos conjuntos de edificações remanescentes. Mapas das áreas das APC foram analisados para destacar o traçado urbano, a ocupação, as edificações com valor histórico e a aplicação da legislação vigente. Imagens permitiram observar a composição das edificações antigas e atuais e sua interferência na paisagem. Por fim concluiu-se que os traçados coloniais e a configuração urbanística implantada inicialmente ainda permanecem como elementos fundamentais para a caracterização histórica dos núcleos estudados e, a paisagem formada pelos conjuntos edificados determinou a qualidade visual e a ambiência urbana dos sítios estudados, aqui denominados núcleos iniciais.

Abstract : The city of Florianópolis, Santa Catarina´s state capital, has most of the lands on Santa Catarina´s Island and a small part on the continent. The Island is well-known by natural beauty, has historic and cultural peculiarities, which are highlighted by the landscape. The Portuguese colonization left traces over the territorial configuration, and besides Vila of Nossa Senhora do Desterro (known today as downtown), the country part of the Island received several immigrants, mostly from the Azores Islands, with the aim of occupying and defending the territory. Localities like Ribeirão da Ilha, Santo Antônio de Lisboa and Lagoa da Conceição still keep the configuration of the Regal Law established in August 9th of 1747, that determinate the occupation form of the Brazilian lands. During the XX century, the built heritage was quite threatened and since 1980, Public Administration began to preserve municipal historic edifications and sets and categorize those sites as Cultural Preservation Areas (APC). Sites are perceived as part of the historic and cultural landscape of the city. The former process of the colonial space is identified in this research through urban morphology analysis, and a current panorama is presented through images for the purpose of enhancement of the landscape and heritage remaining sets. Maps of the APC were analyzed to enhance the urban plan, occupation, historic edifications and the actual urban law. Images show the composition between the old and recent edifications and its landscape interference. At last, it is concluded that the colonial plan and the urban configuration initially deployed steel keeps fundamental elements to the historic characterization of the studied sites, the landscape formed by edification sets define visual quality and urban ambience enhances the occupation of the sites, known in this research as initial cores.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Fuentes, Bardelli Italo. "Morfología del Discurso Visionario y Poético, como Representación de la Historia, en Hildegard von Bingen." Tesis, Universidad de Chile, 2007. http://repositorio.uchile.cl/handle/2250/108987.

Full text
Abstract:
Aquí me interesa ingresar al estudio de la voz, escritura e imagen de una mujer del siglo XII, en el Occidente medieval. La revisión de su obra, posiblemente en lo más original de su creación, esto es, sus escritos basados en un particular modo de decir y de enunciar desde lo divino, a partir de una experiencia visionaria, que algunos estudios llaman escritura de revelación o profética, será nuestro cuerpo de estudio. También su obra poético-musical de carácter lírico y su Vita, (biografía que contiene relatos autobiográficos). Éstas y aquellas me permiten plantear la posibilidad de estudio de una trama discursiva, en torno a la historia, a partir de la cual es posible distinguir dispositivos morfológicos para su enunciación, particularmente, algunos referentes simbólicos, figurativos y metafóricos.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Muñoz, Armijo Laura. "La historia de los derivados en -ismo e -ista en el español moderno." Doctoral thesis, Universitat Autònoma de Barcelona, 2010. http://hdl.handle.net/10803/4906.

Full text
Abstract:
La tesis doctoral «La historia de los derivados en -ismo e -ista en el español moderno» es un estudio diacrónico y sincrónico del léxico español que se basa en la evolución del patrón morfológico de -ismo e -ista a lo largo de las veintidós ediciones del Diccionario de la lengua española de la Real Academia Española (DRAE).
La investigación se realiza por medio de una base empírica sólida y homogénea que permite caracterizar la historia de este vocabulario y de su recepción en la tradición lexicográfica académica. El corpus de carácter histórico y lingüístico del estudio está integrado por 3068 registros y se ha organizado en la aplicación informática Base de datos de voces en -ismo e -ista del español moderno, que se presenta en un CD-ROM adjunto a este trabajo.
El estudio se divide en tres partes. La primera de ellas corresponde a una Introducción en la que se tratan cuestiones teóricas y conceptuales del área de la morfología en los tres capítulos que la integran, como la relación derivativa, el patrón gramatical, el proceso de sufijación y la noción de productividad en los procesos de formación de palabras. Se lleva a cabo, además, un repaso sobre las nociones de préstamo y derivado y se destacan los problemas de delimitación entre ambas categorías. Las bases teóricas que se han establecido para analizar las diferentes relaciones interlingüísticas del paradigma de los sufijos -ismo e -ista parten del modelo asociativo entre el componente formal y semántico en los procesos de sufijación y de una propuesta teórica que integra la dimensión sincrónica y diacrónica en el estudio del léxico. Se tiene en cuenta, además, una metodología basada en criterios lingüísticos y en otros factores externos, como la importancia de la historia social y del marco cultural para la identificación de préstamos y derivados.
La segunda parte corresponde al análisis de la progresiva admisión de las voces formadas con ambos sufijos y éste se señala con la evolución del paradigma morfológico de -ismo e -ista en la tradición lexicográfica académica española. A lo largo de los cinco capítulos que la integran, se describen las principales tendencias morfológicas y semánticas de los términos formados con -ismo e -ista en el español moderno y en la actualidad. Entre ellas, destaca la creatividad neológica de -ismo e -ista cuando ambos se adjuntan a bases léxicas patronímicas, especialmente en el léxico político-social, artístico y deportivo.
Finalmente, en los cuatro capítulos de la tercera parte, se estudia el desarrollo del léxico de la terminología lingüística, como ejemplo de especialización semántica de ambos morfemas a lo largo de su historia.
La tesis demuestra que las voces en -ismo e -ista del léxico español tienen diferentes procedencias. En la clasificación genealógica presentada, se han diferenciado los cultismos procedentes de la lengua griega o de la latina, los préstamos de las lenguas modernas (inglés, francés, italiano, etc.) y los derivados españoles. La distinción entre estos tres orígenes no siempre es sencilla, como ocurre en el siglo XIX en el que es frecuente la presencia de internacionalismos en los que es difícil determinar la lengua originaria del préstamo. La rentabilidad de -ismo e -ista en la lengua española actual se explica, en parte, por la adopción y la transmisión de los patrones derivativos de otras lenguas. Hasta el siglo XVIII, las lenguas románicas siguen el esquema de -ismo e -ista de las lenguas clásicas. A partir del siglo XIX, en cambio, las creaciones modernas más tempranas tienen lugar en la lengua francesa y en la inglesa y ambas constituyen el modelo de -ismo e -ista que se transmite en el resto de idiomas. Finalmente, otra contribución del análisis realizado es la ampliación semántica de las voces formadas con los sufijos -ismo e -ista. La mayor parte de los derivados creados evolucionan internamente, como se demuestra a lo largo de las ediciones del DRAE en las que se incluyen nuevos significados. Las acepciones que se incorporan en la microestructura de los lemas en -ismo e -ista reflejan el devenir y el progreso de nuestra sociedad y de la cultura occidental en los tres últimos siglos.
The doctoral dissertation «The history of derivatives in -ism and -ist in modern Spanish» is a diachronic and synchronic study of the Spanish lexicon based on the morphological evolution of patron -ism and -ist along the twenty editions of the Dictionary of the Spanish language of the Spanish Royal Academy (DRAE).
Research is conducted through a homogeneous solid empirical basis to characterize the history of this vocabulary and its reception in the academic lexicographical tradition. The corpus of historical and linguistic study consists of 3068 records and organized into the software Database of voice in ism and -ist of modern Spanish, which comes in a CD-ROM attached to this work.
The study is divided into three parts. The first one corresponds to an introduction which addresses theoretical and conceptual issues in the area of morphology in the three chapters that comprise it, as the ratio derivative, grammatical patterns, the process of suffixation and the notion of productivity in the word formation processes. It takes place also goes over the concepts of lending and derivative and highlights the problems of demarcation between the two categories. The theoretical bases have been established to analyze the different paradigm interlingual relations between the suffixes -ism and -ist start of the partnership model between the formal and semantic component in the processes of suffixation and a theoretical proposal that integrates the synchronic and diachronic dimension in the study of the lexicon. Account is also a methodology based on linguistic criteria and other external factors, such as the importance of social history and cultural framework for the identification of loans and products.
The second part is for the analysis of the gradual acceptance of both suffixes trained voices and this is indicated by the evolution of morphological paradigm -ism and -ist in the Spanish academic lexicographical tradition. Throughout the five chapters that compose it, describes the main trends of morphological and semantic terms formed with -ism and -ist in modern Spanish and now. Among them, neologism creativity -ism and -ist when both are attached to lexical bases patronymic, especially in the political lexicon-social, artistic and sports.
Finally, in the four chapters of the third section, examines the development of linguistic terminology lexicon as an example of semantic specialization of both morphemes throughout its history.
The dissertation demonstrates that the voices in -ism and -ist of the Spanish lexicon have different backgrounds. The genealogical classification presented, were differentiated from the learned words of Greek or Latin, loans of modern languages (English, French, Italian, etc.) and Spanish derivatives. The distinction between these three sources is not always easy, as in the nineteenth century in what is often the presence of internationals in which it is difficult to determine the native language of the loan. The profitability of -ism and -ist in the current Spanish language is explained, in part, by the adoption and transmission of patterns derived from other languages. Until the eighteenth century, the Romance languages follow the pattern of -ism and -ist of the classics. From the nineteenth century, however, the earliest modern creations take place in the French language and in English and both are the model of -ism and -ist that is transmitted in other languages. Finally, another contribution of the analysis is the semantic extension of the voices formed with the suffix -ism and -ist. Most of the derivatives created evolve internally, as demonstrated over the DRAE issues included in new meanings. The meanings that are incorporated into the microstructure of the terms in -ism and -ist reflect the evolution and progress of our society and Western culture in the last three centuries.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Hanamoto, Lilian Satomi. "Blendas de polipropileno sindiotatico com EPDM : influencia do processamento e da historia termica nas propriedades fisicas e mecanicas." [s.n.], 2005. http://repositorio.unicamp.br/jspui/handle/REPOSIP/248787.

Full text
Abstract:
Orientador: Maria Isabel Felisberti
Tese (doutorado) - Universidade Estadual de Campinas, Instituto de Quimica
Made available in DSpace on 2018-08-05T05:18:11Z (GMT). No. of bitstreams: 1 Hanamoto_LilianSatomi_D.pdf: 13319819 bytes, checksum: 0e6b63b39a199cc970951da7436dd7f6 (MD5) Previous issue date: 2005
Doutorado
Físico-Química
Doutor em Ciências
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Gomér, Gabriel. "Två passiver och en deponens : Om nutida och historiskt passivum och deponensverb i svenska, danska och dialekter." Thesis, Uppsala universitet, Institutionen för nordiska språk, 2016. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:uu:diva-302096.

Full text
Abstract:
Här presenterar jag min undersökning av de ganska uppenbara skillnader som finns mellan svenska och danska språkets användning av de två olika passivumformerna perifrastisk och morfologisk, och därtill deponensverb. Jag har analyserat det flera forskare anser om passivumformernas (i synnerhet den morfologiska) och deponensverbens uppkomst och utveckling, i (riks-)språk och dialekter. Resultaten tydde på att denna skillnad språken emellan delvis är gammal, dock är det svårt att tala om någon definitiv brytpunkt, då man svårligen kan tala om riksspråk förrän tidigast långt in på 1800-talet. Jag kom också fram till att de moderna skillnaderna kan bottna i flera historiska anledningar, såsom begränsad användning av passivum pga. homonymitet med andra språkformer, eller negativ inställning till denna. Utöver det insåg jag att ingen allenarådande konsensus råder kring deponensverbens klassificering, och att olika försök att dela in dessa i undergrupper resulterar i att definitionerna ibland är vaga eller överlappar varandra.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Kaminski, Lucas Augusto. "Mirmecofilia em Parrahasius polibetes (Lepidoptera: Lycaenidae) = historia natural, custos, seleção de planta hospedeira e beneficios da co-correncia com hemipteros mirmecofilos." [s.n.], 2010. http://repositorio.unicamp.br/jspui/handle/REPOSIP/315760.

Full text
Abstract:
Orientadores: Andre Victor Lucci Freitas, Paulo Sergio Moreira Carvalho de Oliveira
Tese (doutorado) - Universidade Estadual de Campinas, Instituto de Biologia
Made available in DSpace on 2018-08-15T21:52:40Z (GMT). No. of bitstreams: 1 Kaminski_LucasAugusto_D.pdf: 5366154 bytes, checksum: ed93bc172265e9ea406a60744f12536a (MD5) Previous issue date: 2010
Resumo: Formigas constituem um dos mais proeminentes grupos de organismos terrestres em termos de diversidade, abundância relativa e biomassa animal. Sua importância se deve principalmente ao comportamento eusocial aliado a complexos sistemas de comunicação. A vegetação de áreas tropicais é rica em fontes de alimentos renováveis que induzem a visitação freqüente de formigas às plantas. Sobre a vegetação, as formigas podem atuar como predadoras e acarretar um forte efeito sobre a comunidade de insetos herbívoros. A presença de formigas sobre plantas pode afetar insetos herbívoros basicamente de duas formas: (1) limitando sua ocorrência na folhagem através de interações antagônicas (ex. agressão, predação) ou (2) propiciando espaços livres de inimigos naturais para herbívoros mirmecófilos (que mantêm associações simbióticas com formigas). Em Lepidoptera, a mirmecofilia é amplamente difundida em apenas duas famílias de borboletas (Lycaenidae e Riodinidae). Devido a grande importância da interação com formigas para a morfologia e biologia destas borboletas, acredita-se que grande parte da história evolutiva desses organismos, incluindo eventos de diversificação seja explicada pela mirmecofilia. No entanto, a maior parte da informação sobre borboletas mirmecófilas é baseada no conhecido para espécies das faunas Paleártica, Oriental e Australiana. Enquanto que a rica fauna de borboletas mirmecófilas Neotropicais permanece praticamente desconhecida. Dentre as cerca de 1.200 espécies de Lycaenidae Neotropicais, Parrhasius polibetes (Stoll) (Lepidoptera: Lycaenidae) foi reportada recentemente co-ocorrendo espaço-temporalmente com hemípteros mirmecófilos em Schefflera vinosa (Araliaceae). Neste trabalho são descritos novos aspectos relacionados à morfologia e história natural dos estágios imaturos de P. polibetes, incluindo custos da mirmecofilia, seleção de planta hospedeira, e benefícios da co-ocorrência com hemípteros trofobiontes. O ciclo de desenvolvimento de ovo a adulto é de aproximadamente 36 dias, e o estágio larval compreende quatro instares. Os ovos são depositados exclusivamente em tecidos reprodutivos (botões florais) das plantas hospedeiras. As larvas são polífagas, sendo registradas em 28 espécies em 16 famílias de plantas. A maioria da plantas hospedeiras de P. polibetes (78.57%) apresenta algum tipo de fonte de alimento líquido que promovem a visitação por formigas, sejam nectários extraflorais e/ou hemípteros produtores de exudatos. A partir do terceiro instar, as larvas são atendidas facultativamente por mais de quinze espécies de formigas em três subfamílias (Formicinae, Myrmicinae e Ectatomminae), principalmente formigas do gênero Camponotus Mayr. Assim como em outros Lycaenidae, as interações entre larvas e formigas são mediadas principalmente por uma glândula especializada (dorsal nectar organ) no sétimo segmento abdominal que produz recompensas calóricas para as formigas. Nesse sentido, é esperado que a produção dessas secreções acarrete em custos para as larvas. Para P. polibetes, é demonstrado que as formigas Camponotus crassus e Camponotus melanoticus apresentam diferentes intensidades de atendimento. C. melanoticus atende mais intensamente as larvas que C. crassus em condições de laboratório. Por sua vez, essa diferença pode acarretar em diferentes custos para as larvas. Por exemplo, quando atendidas por C. melanoticus demoram mais tempo para empupar. No entanto, o peso pupal e o tamanho dos adultos não são afetados pela diferença de atendimento, sugerindo que P. polibetes possui mecanismos compensatórios para minimizar os custos da mirmecofilia. Esta é a primeira demonstração de que diferenças específicas de intensidade de atendimento podem afetar parâmetros de desempenho de um inseto trofobionte. Em campo, é demonstrado através de experimentos pareados que o padrão previamente detectado de co-ocorrência espacial entre larvas de P. polibetes e hemípteros mirmecófilos é provocado por dois fatores: 1) fêmeas são capazes de detectar e ovipositar em plantas com associação membracídeos-formigas; 2) larvas que se desenvolvem perto da associação membracídeos-formigas sobrevivem melhor que larvas em plantas sem associação. Tal efeito ocorre porque a presença da interação entre membracídeos e formigas reduz a abundância de potenciais inimigos naturais das larvas (aranhas e vespas parasitóides). Além disso, as larvas são mais facilmente encontradas e atendidas pelas formigas que são recrutadas pelos membracídeos. Ou seja, a presença da associação membracídeos-formigas gera um "espaço livre de inimigos" sobre a planta hospedeira, que é explorado por P. polibetes. Esses resultados mostram que o enfoque tradicional no estudo de mutualismo, baseado em pares de espécies, é inapropriado para entender as pressões seletivas operando em sistemas multitróficos
Abstract: Ants are one of the most prominent groups of terrestrial organisms in terms of diversity, relative abundance and biomass. Their importance is due primarily to eusocial behavior combined with complex communication systems. Tropical foliage is rich in renewable feeding sources that promote ant foraging. As some of the most important predators on plants, ants strongly affect the herbivorous insects. The presence of ants on foliages may affect herbivores by two ways: (1) decreasing herbivore individual numbers due to antagonistic interactions (e.g., aggressiveness, predation); (2) providing an enemy-free space for myrmecophilous herbivores (i.e. those living in close associations with ants). The symbiotic interaction between Lepidoptera and ants is widespread but only among two butterfly families (Lycaenidae and Riodinidae). Due to the great importance of myrmecophily for the morphology and biology of these butterflies, it is supposed that much of the evolutionary history of organisms, including diversification, would be explained by their interactions with ants. However, most of the knowledge about the evolutionary ecology of lycaenids is based on studies of well known Palaearctic, Oriental, and Australian species while little is known about the rich Neotropical fauna, which contains nearly 1,200 species. Larvae of Parrhasius polibetes (Stoll) (Lepidoptera: Lycaenidae) co-occur spatially and temporally with honeydew-producing hemipterans on the host plant Schefflera vinosa (Araliaceae). This study describes new aspects of morphology and natural history of immature stages of P. polibetes, including costs of myrmecophily, host plant selection, and benefits of co-occurrence with hemipteran trophobionts. The development cycle from egg to adult is approximately 36 days, and includes four larval instars. The eggs are laid exclusively on reproductive tissues (flower buds) of the host plants. The larvae are polyphagous, and have already been recorded on 28 plant species from 16 families. Most of the observed host plants of P. polibetes present some kind of liquid reward potentially used by ants (78.57%), either honeydew-producing hemipterans and/or extrafloral nectaries. From the third instar on, the larvae are facultatively tended by more than fifteen ants species in three subfamilies (Formicinae, Myrmicinae, and Ectatomminae), especially ants of the genus Camponotus Mayr. As in other Lycaenidae, interactions between larvae and ants are mediated by a specialized gland (dorsal nectar organ) on the seventh abdominal segment, which produces caloric liquid rewards for ants. Therefore it is expected that the production of these secretions entail costs for the larvae. For P. polibetes, it is shown that Camponotus crassus and Camponotus melanoticus ants differ in the intensity of tending levels to larvae, with C. melanoticus presenting increased tending rates compared to C. crassus. This difference can lead to different costs for the larvae. For instance when tended by C. melanoticus, larvae take longer to pupate. However, the pupal weight and size of adults are not affected by ant tending, suggesting that P. polibetes has compensatory mechanisms to minimize the costs of myrmecophily. This is the first demonstration that specific differences in ant tending may affect performance parameters in an insect trophobiont. In the field, experiments involving the manipulation of ant-treehopper associations on host plants demonstrated that the spatial co-occurrence between P. polibetes caterpillars and honeydew-producing hemipterans is caused by two factors: 1) females are able to detect ant-treehopper associations on foliage before oviposition, and lay eggs in their vicinity; 2) larvae that develop near ant-tended treehoppers survive better than larvae on plants without such association. This effect occurs because the presence of ant-treehopper associations reduces the abundance of potential natural enemies (spiders and parasitoid wasps) of the caterpillars. Moreover, the larvae are more easily found by prospective tending ants that are recruited to nearby honeydew-producing treehoppers. That is, the presence of ant-treehopper associations creates an "enemy-free space" on the host plant, which is exploited by P. polibetes. These results show that a traditional pairwise approach is obviously inappropriate to assess the selective pressures operating within such multi-species systems
Doutorado
Ecologia
Doutor em Ecologia
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Lago, Patricia Alexandra Almeida dos Santos. "A utilização de quarteirões-tipo nas estratégias de regeneração urbana nos centros históricos." Master's thesis, Faculdade de Arquitectura de Lisboa, 2007. http://hdl.handle.net/10400.5/1220.

Full text
Abstract:
Tese de Mestrado em Regenerração Urbana e Ambiental
O objecto teórico da presente dissertação reside na articulação entre as características físicas do tecido urbano e a problemática da viabilidade económica das operações de regeneração urbana dos centros históricos. Deste modo, o estudo pretende detectar através da utilização de quarteirões-tipo, qual o papel das variáveis morfológicas na viabilidade económico/financeira das intervenções. Para a selecção dos quarteirões tipo foi criada uma metodologia de levantamento e processamento de informação que definiu de forma rápida e expedita através da utilização de parâmetros e coeficientes qualitativos de avaliação, quais os quarteirões prioritários em termos de intervenção, ou seja aqueles que apesar das alterações a que foram sujeitos ao longo dos anos ainda mantêm as características morfo-tipológicas iniciais e que necessitam de obras de reabilitação e finalmente o quarteirão-tipo. De forma a analisarmos qual o papel das variáveis morfológicas na viabilidade económico/financeira das intervenções efectuou-se uma análise de rentabilidade das operações de regeneração urbana nos dois quarteirões seleccionados, representativos de duas morfologias urbanas distintas – Chiado Norte e Baixa Pombalina, utilizando como indicadores comparativos a VAL, a TIR, e o PayBack.
The theoretical concept of the following dissertation is related to the direct association between the physical characteristics of the urban elements and the problematic issues within the economic viability of the historical centers. Therefore, this case study intends to detect the role of the morphologic variables in the economic/financial viability of the interventions, by the use of standard model blocks. An information gathering and processing method was created in order to select the standard model blocks that were categorized in a fast and prompt manner by the use of parameters and qualitative coefficients of evaluation, which in turn allowed the selection of the blocks with higher priority status that required intervention. In other words, the standard model blocks that despite of the modifications done along the years, still maintain certain initial morphologic characteristics and require rehabilitation work. In order to analyze the role of the morphologic variables within the economic/financial viability of interventions, one must proceed to access the yield of operations of urban regeneration within the two selected blocks, representing two distinct urban morphologies – Chiado Norte and Baixa Pombalina, and using as comparative indicators the VAL, TIR and PayBack.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Soriano, Fuenzalida Pablo. "Morfología, usos e impactos en los espacios públicos turísticos de la ciudad. El caso de los barrios Lastarria y Yungay en Santiago de Chile y del Cerro Concepción en Valparaíso." Doctoral thesis, Universitat de Barcelona, 2015. http://hdl.handle.net/10803/353626.

Full text
Abstract:
Cuando se analizan los espacios públicos de la ciudad desde una dimensión física y funcional, enfocada a los usos del espacio público y su relación con características formales, se puede encontrar distintas funciones que se les da a estos recintos y que están contenidos en barrios. La actividad turística es un nuevo uso que coexiste con otros usos tradicionales que han estado descritos en barrios que poseen atractivos turísticos y valores patrimoniales. El turismo de ciudad está caracterizado por ser consumido y producido en el territorio (Vera et al., 1997), generando impactos y usos en el mismo contexto donde se desarrolla. Para el caso del turismo de ciudad, el espacio público se comporta como un contenedor físico de la actividad turística donde se desarrolla y vive la actividad. Los elementos formales y espaciales componen un espacio urbano: un barrio, una parte de un territorio formada por ejemplo, por edificaciones, las vistas hacia la montaña, calles, arborizaciones, espacios públicos y atractivos turísticos, por entre otros. El destino turístico tiene preparado varios insumos, servicios, atractivos, gastronomía, que están contenidos en la ciudad -en este caso los barrios y sus espacios públicos-. Todo esto da origen a formas y espacios que son percibidos, valorados y habitados por los distintos actores que producen el denominado “Espacio Público de Uso Turístico” (EPUT), para esta investigación. Al realizar un primer acercamiento sobre la distribución espacial de los atractivos y la planta turística en las ciudades de Santiago y Valparaíso, se encuentran barrios que presentan una mayor concentración de la actividad turística con características patrimoniales que poseen atractivos y planta turística. Algunos presentan una mayor consolidación respecto a sus características formales y funcionales, bordes y límites (Lynch, 1997), características histórico-patrimoniales y niveles de participación de la comunidad. Contextos distintos y diferentes niveles de desarrollo del turismo, pero características comunes (barrios patrimoniales utilizados por el turismo), que los hacen comparables al análisis. Estas diferencias y similitudes en lo turístico y patrimonial, generan condiciones para una discusión y la aplicabilidad de unidades de estudios de caso. La investigación toma como casos de unidades de estudio a los barrios Lastarria y Yungay en Santiago y el cerro Concepción en Valparaíso, que además de poseer estos valores (atractivos, planta y una definición singular de barrio) también presentaron distintas etapas del “Desarrollo de un Destino” según el modelo de la teoría de destinos que Valls (2003) plantea. A su vez, se caracterizan por distintos procesos o atributos como barrios compactos o de alto o diverso uso, que se manifiestan en los aspectos formales de cada barrio, que se compararan y contrastaran. Consecuente con el uso de los espacios, la presente investigación aborda también el estudio de los impactos percibidos del turismo en destinos urbanos multifuncionales. En tal sentido asume el objetivo general de identificar los impactos del turismo sobre el patrimonio cultural en los barrios Yungay y Lastarria de Santiago y Cerro Concepción de Valparaíso, mediante la percepción de la población local con el propósito de proponer estrategias participativas orientadas al control de los efectos generados por la puesta en valor turístico del espacio urbano local. Desde un enfoque sistémico, exploratorio y deductivo analiza cómo el turismo va modificando los espacios públicos de la ciudad en su dimensión física (relación con características formales) y funcional (usos), identificando, aplicando y planteando nuevos modelos espaciales que permiten explicar su funcionamiento.. Aborda también los impactos del turismo mediante la percepción de la población local con el propósito de proponer estrategias participativas orientadas al control de los efectos generados por la puesta en valor turístico del espacio urbano local Los hallazgos de la tesis están relacionados con resultados que apuntan a la generación de nuevos modelos espaciales a escala barrio, que explican el funcionamiento del turismo mediante tipologías de “especialización espacial” en esta nueva escala de trabajo. La investigación ha permitido también el comprensión en de la estructura, composición y funcionamiento espacial de los barrios patrimoniales que son afectados por el turismo.
Tourist activity in the urban public space is a new use that coexists with traditional uses that have been described in neighborhoods that have attractions and heritage values. City tourism is characterized by being consumed and produced in the territory, generating transformations and uses the same context where it develops. The tourist destination has prepared several inputs, services, attractions, dining, they are valued and inhabited by different actors where public space acts as a physical and social container tourism. From a systemic approach and deductive exploratory research examines how tourism is changing public spaces in the city as a physical and dimension (relationship with formal characteristics) Functional (use), identifying, applying and creating new spatial models that explain your operation. Taking as case study units and Yungay The Lastarria neighborhoods in Santiago and Concepcion hill Valparaiso along with owning these securities, (attractive, plant and a singular definition of quarter) also presented different stages of the "Development of a Destination" and further consolidation on the model of the theory of destinations Valls (2003) posed. In turn, different processes or attributes as compact neighborhoods or high or different use that manifest in the formal aspects of each neighborhood are compared and contrasted. The findings of the thesis are related outcomes aimed at generating new neighborhood scale spatial models that explain the operation of tourism by types of "spatial specialization" in this new work scale. It has also permido the comprendimiento on the structure, composition and spatial functioning of heritage neighborhoods that are affected by tourism.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Oliveira, Nathalia Cantergiani Fagundes de. "Miolos de quarteirão : [ou a cidade pelo avesso] conceito e história do espaço no interior das quadras e o caso da face sul do Centro de Porto Alegre." reponame:Biblioteca Digital de Teses e Dissertações da UFRGS, 2009. http://hdl.handle.net/10183/18361.

Full text
Abstract:
As grandes cidades vivenciam constantes transformações na sua morfologia urbana e arquitetura. Estas mudanças influem diretamente na construção da imagem da cidade, assim como vão aos poucos, alterando a relação entre cheios e vazios no seu tecido. Este trabalho se propõe a investigar as morfologias de miolo de quarteirão - os vazios no interior das quadras e sua ocorrência num local determinado do Centro de Porto Alegre. O estudo se inicia no conceito do tema e segue posteriormente numa busca destas situações morfológicas em diversos momentos da arquitetura e urbanismo. Essa série de análises, chamada no trabalho de Paralelos Morfológicos, teve uma contextualização delimitada sobre modelos urbanos que tiveram influência direta na construção da forma do Centro de Porto Alegre. Um dos modelos é o da cidade tradicional, representado pelo traçado da cidade antiga. O outro, a cidade moderna, que trouxe novas relações de implantação, descolando os edifícios uns dos outros. Depois de apresentadas as situações de miolo de quarteirão nas cidades e nas edificações, o trabalho passa para montagem do estudo de caso. Primeiramente, com a pesquisa da evolução urbana da face sul e residencial do Centro Histórico de Porto Alegre. Uma análise da situação atual do bairro foi necessária para a compreensão e seleção das zonas potenciais. O objetivo final foi o mapeamento dos miolos de quarteirão na área de estudo, o qual, junto ao roteiro histórico e teórico do trabalho, pode contribuir com uma base para pesquisa sobre o espaço no interior das quadras em centros históricos.
Great cities are in constant transformation, changing their image and their urban morphology. This process also has an influence on the relation between free and constructed places in their urban tissue. This work proposes to investigate the morphology of empties places inside the blocks, researching the occurrence of these - in Porto Alegre downtown. The work begins studying the concept of these courtyards and then, follows to the search situations at different times in architecture and urbanism history. The cases presented were select from the mainly urban models that had constructed the shape of Porto Alegre Historic Center. One of these models is the traditional city, represented by the design of the old town. The other is the modern city, which brought new relations between buildings and their environments. After presenting the inside blocks situations in two scales - of the cities and architecture - the research gets into the case of Porto Alegre, where inumerous underutilized places are hidden. At this moment, the work passes through an analysis of the urban development of the residential south side of Porto Alegre Historic Center. A chapter about morphological and typological aspects was also necessary for selecting and understanding the potential areas. The ultimate goal was the mapping of the empty spaces inside the blocks at the district - the recognition of intervention possibilities. This work, within the historical and theoretical analysis presented before, contributes with a base for researching about empties spaces inside the blocks.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources

Books on the topic "Historisk morfologi"

1

Ginzburg, Carlo. Mify - e mblemy - primety: Morfologia i istoria : [sbornik statej]. Moskva: Novoe Izdatel'stvo, 2004.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Pottier, Bernard, and Manuel Alvar. Morfologia Historica del Espaol. Gredos, 2000.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Biojout de Azar, Irma Irene. De la evolución fonética del latín al nacimiento de una nueva lengua: el francés y su correlato en español. Editorial de la Universidad Nacional de La Plata (EDULP), 2015. http://dx.doi.org/10.35537/10915/45215.

Full text
Abstract:
El objetivo de nuestro recorrido diacrónico, desde la fonética del latín hasta la del francés actual y su paralelo vínculo con el español, es acercar al estudiante y a un público no especializado pero interesado y curioso, una síntesis de la evolución fonética del francés y eventualmente su equivalente en español a partir del latín, y las consecuencias de esta evolución en los otros sistemas de la lengua: morfología, sintaxis, léxico, semántica. En español esta evolución es más breve y afecta menos sistemas, en cambio en francés, debido a la influencia de las diferentes tribus celtas asentadas en su territorio, produjo modificaciones tales que hicieron de este idioma el más alejado de su fuente latina, solo superado por el rumano. El contenido y la estructura de este volumen están pensados para un público formado en éstas y otras lenguas o disciplinas conexas, deseoso de informarse y orientarse antes de profundizar en la investigación. Su fin primero es, sin embargo, iniciar en este largo, azaroso y apasionante recorrido lingüístico, sin abrumarlo, al estudiante universitario que cursa la asignatura Historia de la lengua francesa en el currículo de los Profesorados de Francés de las Universidades de la Argentina y de Latinoamérica y en los Institutos superiores de formación docente.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Samaniego, Mario. Estudios Interculturales desde el Sur: procesos, debates y propuestas. Ariadna Ediciones, 2021. http://dx.doi.org/10.26448/ae9789566095262.10.

Full text
Abstract:
Vivimos una época marcada por crisis de distintas naturalezas y contradicciones interpelantes. Un tiempo donde la crisis vital, ambiental, sanitaria, económica y social marcan el ritmo de los acontecimientos, la morfología de los imaginarios y las disposiciones hacia los demás y uno mismo. La situación descrita adquiere particulares ribetes en el Wallmapu, territorio en el que surge este libro; en el que están enraizadas directa o indirectamente sus ideas y propuestas, ya que, además de la crisis global señalada, la historia de este territorio está marcada por la injusticia, el menosprecio, la conflictividad y la falta de condiciones y disposiciones para encauzar productivamente la conflictividad como constante que da cuenta de su dinámica Las coordenadas que acabamos de señalar delinean los objetivos y expectativas de este trabajo, que surge académica y socialmente en el seno del Magíster en Estudios Interculturales de la Universidad Católica de Temuco, unidad académica vinculada al Doctorado en Estudios Interculturales y el Núcleo de Investigación en Estudios Interétnicos e Interculturales de la misma universidad, los que comparten un objetivo principal: dar respuesta a los conflictos históricos, socioculturales y territoriales de Wallmapu, teniendo en cuenta y dialogando con contextos que viven situaciones similares, todos ellos enmarcados y condicionados por los procesos de globalización.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Book chapters on the topic "Historisk morfologi"

1

Rini, Joel. "Historia del Español: Morfología." In Enciclopedia de Lingüística Hispánica, 1–564. Routledge, 2016. http://dx.doi.org/10.4324/9781315713441-124.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

"Definición lexicográfica y morfología léxica en un diccionario histórico: el caso de los sustantivos terminados en -ería en el DH." In Historia del léxico, 305–40. Vervuert Verlagsgesellschaft, 2012. http://dx.doi.org/10.31819/9783865278784-010.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Conference papers on the topic "Historisk morfologi"

1

Yunda, Juan G., and Germán Montenegro-Miranda. "Cualidades del paisaje construido de la vivienda y su impacto en la morfología y densidades de Bogotá." In ISUF-h 2019 - CIUDAD COMPACTA VERSUS CIUDAD DIFUSA. Valencia: Editorial Universitat Politècnica de València, 2019. http://dx.doi.org/10.4995/isufh2019.2019.9760.

Full text
Abstract:
Diferentes estudios internacionales han catalogado a Bogotá, Colombia, como una de las ciudades con mayor densidad del mundo, sin embargo, al interior esta densidad esta matizada por las características diferenciales del paisaje construido de la vivienda. Para entender y cuantificar este fenómeno, este estudio propone como metodología una clasificación de paisajes a través de un análisis morfológico y de densidades en una proyección espaciotemporal. Para identificar los tipos de paisajes utilizamos bases de datos espaciales y software SIG, parametrizando y cuantificando las diferencias morfológicas y demográficas a escala de manzana. Como resultado identificamos trece tipos de paisajes que representan diversas cualidades de aglomeración en relación a los patrones, continuidades o rupturas morfológicas de cada momento normativo del diseño urbano y la planificación en la historia de la ciudad. Estos resultados indican cómo las altas densidades de la ciudad presentan relación con la prevalencia del urbanismo informal y la implantación de un perímetro de crecimiento desde 1980. También se observa una distribución desequilibrada de las densidades y desigualdades en el espacio disponible de vivienda per cápita.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Yunda, Juan G., and Germán Montenegro-Miranda. "Cualidades del paisaje construido de la vivienda y su impacto en la morfología y densidades de Bogotá." In ISUF-h 2019 - CIUDAD COMPACTA VERSUS CIUDAD DIFUSA. Valencia: Editorial Universitat Politècnica de València, 2020. http://dx.doi.org/10.4995/isufh2019.2020.9760.

Full text
Abstract:
Diferentes estudios internacionales han catalogado a Bogotá, Colombia, como una de las ciudades con mayor densidad del mundo, sin embargo, al interior esta densidad esta matizada por las características diferenciales del paisaje construido de la vivienda. Para entender y cuantificar este fenómeno, este estudio propone como metodología una clasificación de paisajes a través de un análisis morfológico y de densidades en una proyección espaciotemporal. Para identificar los tipos de paisajes utilizamos bases de datos espaciales y software SIG, parametrizando y cuantificando las diferencias morfológicas y demográficas a escala de manzana. Como resultado identificamos trece tipos de paisajes que representan diversas cualidades de aglomeración en relación a los patrones, continuidades o rupturas morfológicas de cada momento normativo del diseño urbano y la planificación en la historia de la ciudad. Estos resultados indican cómo las altas densidades de la ciudad presentan relación con la prevalencia del urbanismo informal y la implantación de un perímetro de crecimiento desde 1980. También se observa una distribución desequilibrada de las densidades y desigualdades en el espacio disponible de vivienda per cápita.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Pianca, Guilherme Moreno. "Le Corbusier and São Paulo – 1929: Architecture and Landscape." In LC2015 - Le Corbusier, 50 years later. Valencia: Universitat Politècnica València, 2015. http://dx.doi.org/10.4995/lc2015.2015.937.

Full text
Abstract:
Abstract: This article looks into Le Corbusier’s urban proposal for the City of São Paulo, as formulated during his journey to South America in 1929. It highlights the relationship between Architecture and Landscape exposed by Le Corbusier’s plan. This paper sets out to investigate the analysis that the innovative Swiss architect performed of the geography and morphology of São Paulo. It contrasts to the works and plans carried out by technicians and engineers at that time. In order to explain how Le Corbusier’s treatment of nature and landscape differs from them, we study the extent to which Le Corbusier’s plans show design approaches, which were unusual in terms of Western History and Memory. He also looks into the relationship between Le Corbusier’s work, on the one hand, and new technological elements and changes in the visual culture at that time, on the other hand, thus seeking to highlight certain obscure spots within Le Corbusier’s work. This study aims at bringing forward some speculations and methods present in the work of Le Corbusier on cities. It deals with contradictory aspects in Le Corbusier’s work in order to deepen our understanding of contemporary urban problems. Resumen: Este artículo investiga la hipótesis de proyecto de Le Corbusier para la ciudad de San Pablo, propuesta durante su viaje a América Latina en 1929, focalizando en las relaciones entre arquitectura y paisaje. La primera cuestión analizada en este trabajo es el innovador análisis de la geografía y la morfología de San Pablo propuesto por el arquitecto suizo, que contrasta con la manera con que los técnicos e ingenieros locales desarrollaban sus propuestas en ese momento. Para explicar dicha diferencia en la manera de lidiar con la naturaleza y el paisaje, el autor de este articulo estudia como el trabajo de Le Corbusier presenta abordajes de proyecto inusuales para la Historia y la Memoria, y su relación con los nuevos elementos tecnológicos y de la cultura visual de la época, procurando así resaltar ciertos puntos oscuros en el trabajo del arquitecto. Esta discusión intenta cuestionar ciertas especulaciones proyectuales y metodologías de trabajo presentes en el trabajo de Le Corbusier sobre ciudades, utilizando sus aspectos contradictorios como modo de profundizar nuestro entendimiento de los problemas urbanos contemporáneos. Keywords: Modern Architecture; Modern Urbanism; Landscape Architecture; Le Corbusier; São Paulo. Palabras clave: Arquitectura Moderna; Urbanismo Moderno; Arquitectura Del Paisaje; Le Corbusier; São Paulo. DOI: http://dx.doi.org/10.4995/LC2015.2015.937
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

| estudi d’arquitectura, Nomarq. "ISH03. Benissa, Alicante. España." In 8º Congreso Internacional de Arquitectura Blanca - CIAB 8. Valencia: Universitat Politècnica València, 2018. http://dx.doi.org/10.4995/ciab8.2018.7401.

Full text
Abstract:
Un remanso desde el que contemplar la naturaleza en un paisaje que tiene como telón de fondo al Mar Mediterráneo… se concibe la totalidad del territorio como materia de proyecto. Respetar al máximo el lugar, la naturaleza y potenciar al máximo la contemplación y disfrute de este entorno natural son los factores que determinan los puntos de partida en el diseño de esta vivienda. La idea de este proyecto nace de la propia morfología del lugar, proyectando desde y para el entorno. Bajo esta premisa se lleva a cabo la construcción de este edificio, supeditando el uso y la ubicación de la vivienda a la geometría de la parcela y adaptándose tanto a la orientación como a las vistas del solar. Proponemos una arquitectura de territorio, que la presencia de nuestra construcción impulse a imaginarse el lugar donde se erige. Un edificio que parezca estar fuertemente enraizado en el suelo, que de la impresión de ser una parte natural de su entorno. Como dice Peter Zumthor en su libro Pensar la Arquitectura: “Despierta toda mi pasión poder proyectar edificios que, con el correr del tiempo, queden soldados de esta manera natural con la forma y la historia del lugar donde se ubican.***A haven in which one can contemplate nature in a landscape with the Mediterranean Sea as backdrop... the entire territory is conceived as an additional material in the project. The respect to the settings and the surrounding nature, as well as maximizing both contemplation and enjoyment of this natural environment, are the key factors that determine the starting points in the design of this dwelling. The idea of this project arises from the own morphology of the site, designing from and for its setting. Under this premise, the construction of a detached house is carried out, subjecting the use and location of the house to the plot’s geometry and adapting it both to the site’s orientation and the views. We propose architecture of territory, that the presence of our construction impels us to imagine the place where it is erected. A building that seems to be strongly rooted in the ground, that give us the impression of being a natural part of its environment. As Peter Zumthor says in his book Thinking Architecture: “It awakens all my passion to project buildings that, with the passage of time, remain anchored in this natural way with the form and history of the place where they are located
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography