To see the other types of publications on this topic, follow the link: Hoax.

Journal articles on the topic 'Hoax'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Hoax.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Haryati, Sri, and Diyah Nur Hidayati. "Hoax News: Promoting the Students’ Critical Thinking in Critical Reading Class." Register Journal 10, no. 2 (December 4, 2017): 122. http://dx.doi.org/10.18326/rgt.v10i2.122-139.

Full text
Abstract:
Critical thinking is vital for graduates in facing the dynamic life in order to strengthen their analysis ability and providing alternative solution towards the current problem. It is essential that units, courses, and material teach the critical thinking process have to provide an opportunity for students to excoriate certain problem and present the harmonious flow of thinking. Hoax news, the trending issue in a society as the reading materials, has abundance aspect to be criticized by students. Moreover, it has its own authenticity to be brought into a critical reading class as authentic materials which was not broadly discussed yet. This study aimed at paving the ways to improve the students’ critical thinking skills through reading hoax news. It is conducted to investigate the usage of hoax news in teaching critical reading for undergraduate students as well as particularize how far hoax news can enhance studenst’ critical thinking. This study employed classroom action research design. The subject of the study was the 31 students joining the critical reading class. The data were gotten from observation, document analysis and test. The essay test was the instrument used to assess the students’ critical thinking which later adopted the model of the Holistic Critical Thinking Scoring Rubric (HCTSR). The result of the study showed that using of hoax news significantly improve the students’ critical thinking followed by the development of interpretation, analysis and identification ability. The number students posed strong thinking increased from 6.45% to 72,2%. Using critical thinking can promote students’ high order thinking since it drives students to consider the fact and fake which demanding the high analysis and deep interpretation toward the presented text. Keywords: Critical thinking, hoax news, teaching materials. INDONESIAN ABSTRACT Berpikir kritis merupakan hal yang penting dalam mengahadapi hidup yang dinamis untuk memperkuat kemampuan analisis serta memberikan alternatif solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi saat ini. Sangatlah penting dalam setiap unit pembelajaran, perkuliahan dan materi mengajarkan proses berpikir kritis untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi berbagai masalah dan merepresentasikan pemikiran secara runtut. Hoax News (Berita Hoax), permasalahan aktual di masyarakat, sebagai bahan bacaan menyuguhkan berbagai aspek untuk siswa kritisi. Terlebih, berita hoak mempunyai nilai autentik untuk dapat digunakan di kelas critical reading sebagai materi otentik yang belum banyak dibahas. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan cara meningkatkan berpikir kritis siswa dengan menggunakan hoax news sebagai bahan bacaan. Selain itu, penelitian ini berupaya mengungkap penggunaan berita hoak dalam mengajarkan kritikal reading bagi siswa serta mengetahui seberapa jauh berita hoal dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Data diperoleh dari observasi, analisis dokumen dan tes. Tes berbentuk uraian (essay) merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat berpikir kritis siswa yang mana rubric penilaian model Holistic Critical Thinking Scoring Rubric (HCTSR) diadopsi untuk keperluan ini. Pengamatan juga dilakukan untuk mendukung perolehan data dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan hoax news secara signifikan dapat meningkatkan tingkat berpikir kritis siswa yang diikuti dengan meningkatnya kemampuan interpretasi, analisis dan identifikasi. Jumlah siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang kuat meningkat dari 6.45% menjadi 72,2%. Menggunakan berita hoak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis karena materi ini memacu siswa untuk berpikir kritis dan melakukan analisa mendalam pada teks yang disajikan. Kata kunci: berfikir kritis, berita Hoax, materi mengajar
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Berube, Michael. "Post Hoax, Ergo Propter Hoax." American Scientist 97, no. 1 (2009): 60. http://dx.doi.org/10.1511/2009.76.60.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Waluyo, Retno. "Sosialisasi Etika Bermedia Sosial Untuk Menyikapi Berita Hoax Di SMA Muhamadiyah 4 Purbalingga." Diklat Review : Jurnal manajemen pendidikan dan pelatihan 2, no. 3 (April 1, 2019): 246–50. http://dx.doi.org/10.35446/diklatreview.v2i3.295.

Full text
Abstract:
Teknologi digital menghadirkan ruang komunikasi dan media informasi yang tidak lagi terbatas oleh waktu dan jarak. Media sosial yang memungkinkan siapa saja untuk berpendapat. Hoax menjadi perbincangan hangat di media massa maupun media sosial belakangan ini karena dianggap meresahkan publik. Penggunaan smartphone dikalangan pelajar SMA/SMK sudah tidak dapat terhindarkan lagi dan terus meningkat, setiap waktu dapat menggunakan smartphone untuk membuka media sosial sehingga mendapatkan informasi dengan mudah. Pengetahuan siswa maupun Guru di SMA Muhamadiyah 4 Purbalingga terkait etika bermedia sosial internet masih terbatas sehingga tidak memberikan pengetahuan mengenai etika bermedia sosial. Upaya untuk mensosialisasikan etika bermedia sosial agar bisa membentengi Siswa-siswi SMA Muhamadiyah 4 Purbalingga dari berita Hoak yang beredar di internet/media sosial dan diharapkan dapat memutus berita hoax tersebar dan juga memberikan pemahaman agar para siswa tidak mudah percaya dengan berita yang ada di media sosial. Setelah dilaksanakan kegiatan Sosialisasi Etika Bermedia Sosial Untuk Menyikapi Berita Hoax Siswa mengetahui etika menggunakan media sosial untuk menyikapi berita Hoax.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Susanto, Ari. "TINDAK PIDANA PENYEBARAN BERITA HOAK YANG MENIMBULKAN KEBENCIAN DI KALANGAN MASYARAKAT." FOCUS: Jurnal of Law 3, no. 1 (October 25, 2022): 6–10. http://dx.doi.org/10.47685/focus.v3i1.310.

Full text
Abstract:
Berita hoax sekarang ini sedang marak tersebar di berbagai media. Baik itu media cetak maupun media online. Mirisnya, kebanyakan dari masyarakat kurang peduli dengan adanya hal tersebut. Kebanyakan dari masyarakat bisa dengan mudah mempercayai berita hoax dan tak segan-segan untuk menyebarluaskan kepada khalayak. Penerapan hukum tindak pidana penyebaran hoak yang menimbulkan kebencian sebagaimana, Pasal 45 ayat (2) Jo. Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Mundzir, Hudriyah, Khrisna Hadiwinata, Shohib Muslim, Sri Hudiarini, and Moh. Abdullah Anshori. "Sosialisasi Penangkalan Berita Hoax di Perkumpulan Ibu-Ibu PKK Kelurahan Karang Besuki Kecamatan Sukun Kota Malang." Jurnal Pengabdian Polinema Kepada Masyarakat 8, no. 2 (October 17, 2021): 38–43. http://dx.doi.org/10.33795/jppkm.v8i2.88.

Full text
Abstract:
Permasalahan saat ini adalah informasi hoax yang telah memecah belah publik. Hal itu diperparah dengan kondisi bahwa sejumlah media massa sudah berpihak kepada satu pihak sehingga kepercayaan masyarakat pada media mainstream sudah luntur. Masyarakat harus menyelidiki benar atau tidak informasi yang akan dibagikannya (cek sumber). Salah satu upaya untuk menangkal berita hoax adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bahaya berita hoax dan penangkalannya kepada perkumpulan ibu-ibu PKK sebagai bentuk kepedulian sosial. Pengetahuan yang diberikan kepada ibu-ibu adalah tentang bahaya berita hoax, dampak berita hoax, dan penangkalan berita hoax. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah ceramah dan tanya jawab, yaitu penyampaian materi tentang arti hoax, ciri informasi hoax, jenis informasi hoax, contoh berita hoax, cara cerdas menangkal berita hoax, dan ikut grup diskusi anti hoax. Selain ceramah juga dilakukan diskusi dan tanya jawab untuk memberikan kesempatan kepada peserta dalam memahami lebih lanjut tentang materi yang disampaikan.Hasil dari kegiatan ini ibu-ibu PKK khususnya di kelurahan Karang Besuki RT 11 RW 3 adalah wawasan penangkalan berita hoax dan mampu menjadi solusi dalam menangkal berita hoax melalui media sosial. Kata Kunci : berita hoax, ibu-ibu, penangkalan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Kurniawan, Siroy. "Sistem Pertandaan Semiotik Pada Iklan Layanan Masyarakat � Stop Hoax� Dalam Media Televisi Indosiar (Analisis Semiotik Jhon Fiske)." Jurnal Dakwah dan Komunikasi 4, no. 2 (December 2, 2019): 121. http://dx.doi.org/10.29240/jdk.v4i2.1237.

Full text
Abstract:
Berita Hoak menjadi sebuah kabar berita yang memiliki unsur kebohongan. Maraknya berita hoax menimbulkan kekawatiran yang cukup mendalam bagi masyarakat. Untuk itu sebuah media memberikan edukasi melalui iklan. Iklan yang dimuat bukan iklan seperti biasa yang hanya mempromosikan barang. Iklan Layanan Masyarakat memberikan edukasi yang dalam hal ini edukasi mengenai berita Hoax. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pertandaan dalam iklan Stop Hoax penulis menggunakan analisis semiotika model John Fiske yang terdiri dari level realistas, repsentasi dan level idiologi. Hasil analisis tersebut pada level realitas menggambarkan bagaimana suasana kesibukan pagi hari sehingga terjadi keteledoran hingga peristiwa ingin minum cairan pembersih kendaraan. Pada level ini menghasilkan bentuk ekspresi serta lingkungan perumahan. Pada level representasi menggambarkan bagaimana pengambilan gambar yang signifikan kemudia ditambah backsound music yang digunakan serta efek warna yang keseluruhan mempresentasi bagaimana kondisi yang terjadi dalam iklan tersebut. Level ke tiga ideologi, ideologi yang di pakai dalam iklan tersebut bagaimana iklan mampu mengemas sebuah informasi dalam bentuk iklan layanan masyarakat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Loris, Nemo, and David Wheatley. "Tibor's Hoax." Books Ireland, no. 223 (1999): 191. http://dx.doi.org/10.2307/20631884.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Ropikoh, Isnin Apriyatin, Rijal Abdulhakim, Ultach Enri, and Nina Sulistiyowati. "Penerapan Algoritma Support Vector Machine (SVM) untuk Klasifikasi Berita Hoax Covid-19." Journal of Applied Informatics and Computing 5, no. 1 (July 19, 2021): 64–73. http://dx.doi.org/10.30871/jaic.v5i1.3167.

Full text
Abstract:
Hoax merupakan informasi yang dibuat oleh orang tidak bertanggung jawab dengan tujuan membuat orang lain mempercayai sesuatu yang tidak benar. Berita hoax yang paling mudah beredar adalah hoax tentang kesehatan. Di Indonesia sendiri semenjak diberitakan masuknya virus Covid-19, berita hoax tentang hal itu terus meningkat berdasarkan data yang dirilis oleh Kominfo periode Januari-Agustus 2020. Agar terhindar dari berita hoax ialah dengan lebih teliti membaca judul berita pada situs yang terpercaya seperti Kompas. Karena itu penelitian ini akan mengembangkan dan menganalisis model klasifikasi berita hoax Covid-19 dengan menerapkan algoritma Support Vector Machine (SVM) dengan metodologi Knowledge Discovery in Databases (KDD). Studi kasus penelitian ini dibagi dalam 2 kategori yaitu berita hoax yang didapat dari situs Trunbackhoax & Hoax buster sedangkan berita bukan hoax diambil dari situs berita Kompas. Hasil penelitian menyatakan bahwa Algoritma Support Vector Machine (SVM) dengan kernel linear memiliki hasil prediksi yang bagus pada skenario 3 (80:20) karena model sanggup dalam mengklasifikasikan berita hoax dan bukan hoax Covid-19. Akurasi yang didapat pada skenario 3 juga memiliki nilai akurasi tertinggi sebesar 97,06%. Sedangkan pada kernel RBF memiliki akurasi terendah pada skenario 4 (90:10) yaitu 90.46% dan model kurang bagus dalam mengklasifikasikan berita hoax maupun bukan hoax Covid-19.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Usman, M., and Zubaidah A. "Motion Graphic Waspada Penyebaran Hoax Di Sosial Media." DEKAVE : Jurnal Desain Komunikasi Visual 11, no. 3 (September 30, 2021): 303. http://dx.doi.org/10.24036/dekave.v11i3.114590.

Full text
Abstract:
Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk membuat motion graphic terkait waspada penyebaran berita hoax di sosial media. Berita hoax banyak disebarkan di sosial media dan sangat cepat menyebar, masih banyak yang belum mengetahui berita hoax ini sehingga masih banyak orang-orang yang termakan berita hoax tersebut. Tujuan dari pembuatan motion graphic ini adalah memaparkan hakikat hoax, menjelaskan kenapa berita hoax bisa dengan cepat menyebar, menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari hoax dan bagaimana antisipasi dari penyebaran hoax. Metode Glass Box digunakan dalam melakukan perancangan, pengumpulan data melalui survey dan studi literatur. Metode analisis perancangan menggunakan AIDA sebagai upaya untuk membujuk agar target audience menerima pesan yang disampaikan dengan baik dan melakukan yang harus dilakukan. Penambahan media seperti upload Video Motion Graphic ke sosial media, baju kaos, poster, poster digital, stiker, dan videotron bertujuan sebagai pendukung media utama. Video Motion Graphic “Waspada Penyebaran Hoax di Sosial Media” dapat memberi informasi terkait akibat yang ditimbulkan hoax dan mengajak orang terutama pengguna sosial media untuk menghindari penyebaran hoax di sosial media dengan bijak menanggapi berita di sosial media.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Sosiawan, Edwi Arief, and Rudi Wibowo. "Kontestasi Berita Hoax Pemilu Presiden Tahun 2019 di Media Daring dan Media Sosial." Jurnal Ilmu Komunikasi 17, no. 2 (September 2, 2020): 133. http://dx.doi.org/10.31315/jik.v17i2.3695.

Full text
Abstract:
Penyebaran informasi berupa berita bohong (hoax) pada pemilihan presiden (pilpres) 2019 meningkat ekskalasinya dibandingkan pilpres 2014. Fenomena berita politik hoax tersebut banyak menyesatkan masyarakat dan digunakan untuk menyerang lawan politik, sehingga selama pilpres 2019 menjadi arena kontestasi antara pasangan calon presiden (capres). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap isi kontestasi berita hoax politik selama pilpres 2019. Metode yang digunakan adalah kuantitatif menggunakan metode analisis isi untuk memberikan gambaran tentang derasnya berita hoax politik yang membahayakan stabilitas politik negara serta memberikan literasi dan kesadaran tentang bahaya dan antisipasi berita hoax. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa lokus penyebaran berita hoax berada pada media sosial seperti Facebook dan WhatsApp. Berita hoax politik pilpres 2019 bersifat berantai dan memproduksi ulang berita hoax yang pernah ada sebelumnya pada pilpres 2014. Sasaran yang dituju oleh kontestasi berita hoax adalah capres 2019 serta pemerintah pusat. Penajaman berita hoax sangat ampuh dengan menggunakan media sosial dan mengarah pana kebencian antargolongan. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah agar aktif mengedukasi mengenai literasi media untuk semua golongan masyarakat agar selektif dalam menerima pesan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Suminar, Jenny Ratna, and Purwanti Hadisiwi. "Becoming a hoax buster in WhatsApp groups as an effort to limit the dissemination of misleading health information." Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) 5, no. 1 (February 16, 2021): 58. http://dx.doi.org/10.25139/jsk.v5i1.2408.

Full text
Abstract:
The dissemination of hoax information, especially about health, is spread quickly and massively through WhatsApp Group. The use of WhatsApp Group makes it easy to share and distribute information. This study raised Hoax Buster’s phenomenon, which is someone who checks the facts at WhatsApp Group. This study explored the answers to the following questions: how WhatsApp Group members act as Hoax Buster, reasons for being a Hoax Buster, and how Hoax Buster develops communication patterns. This research used a qualitative method with case studies where data was obtained through observation and in-depth interviews with several sources. The results of the study were: 1) The existence of Hoax Buster is due to the circulation of Hoax in WhatsApp Group, 2) The role of Hoax Buster arises because of concerns about health Hoaxes in WhatsApp Group and encourages WhatsApp Group members not easily to believe unclear information, 3) Hoax busters communicate through several stages
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Putri, Nabila Farahdila, Ellin Vionia, and Tomy Michael. "PENTINGNYA KESADARAN HUKUM DAN PERAN MASYARAKAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI PENYEBARAN BERITA HOAX COVID-19." Media Keadilan: Jurnal Ilmu Hukum 11, no. 1 (April 30, 2020): 98. http://dx.doi.org/10.31764/jmk.v11i1.2262.

Full text
Abstract:
Currently in Indonesia is being hit by corona virus, corona virus is a new disease called Covid-19. There are a lot of news about corona virus, even in this condition there are still many hoaxes or fake news events. With current technological developments, the spread of hoax news is very easy to occur through social media, namely the internet. In this journal the focus is on the problem of spreading false news related to covid-19 and the role of the public in fighting hoax news with digital literacy. This research method uses empirical research methods and content analysis related to hoax news dissemination. The purpose of this study explains the efforts to the public to deal with hoax news related to covid-19 with digital literacy. The novelty of the research in this study the researcher connects public awareness with legal responsibility for the perpetrators of hoax news dissemination. The results of this study, show that literacy culture through articles, YouTube makes it easier for people to identify hoax news. Digital literacy culture is a solution to avoid hoax news. Then the importance of the role of the community in facing the spread of hoax news so as not to harm themselves and others legally and socially.Keywords: covid-19, hoaxes, digital literacy, legal awareness ABSTRAKSaat ini di Indonesia sedang dilanda corona virus, corona virus merupakan penyakit baru yang disebut dengan istilah Covid-19. Banyak berita yang mengangkat topik corona virus, bahkan dalam kondisi seperti ini masih banyak peristiwa penyebaran berita hoax atau berita palsu. Dengan perkembangan teknologi saat ini, penyebaran berita hoax sangat gampang terjadi melalui media sosial yaitu internet. Dalam jurnal ini memfokuskan pada permasalahan penyebaran berita palsu yang terkait covid-19 dan peran masyarakat dalam menghadapi berita hoax dengan literasi digital. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian empiris dan content analysis terkait penyebaran berita hoax. Tujuan penelitian ini menjelaskan upaya kepada masyarakat untuk menghadapi berita hoax terkait covid-19 dengan literasi digital. Kebaruan riset dalam penelitian ini peneliti menghubungkan kesadaran masyarakat dengan tanggung jawab hukum atas pelaku penyebaran berita hoax. Hasil penelitian ini, menunjukkan banhwa budaya literasi melalui artikel, youtube membuat masyarakat lebih mudah dalam mengidentifikasi berita hoax. Budaya literasi digital menjadi solusi untuk menghindari berita hoax. Kemudian pentingnya peran masyarakat menghadapi penyebaran berita hoax agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain secara hukum dan sosial.Kata kunci: covid-19, hoax, kesadaran hukum, literasi digital
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Devina, Cindy Bella, Dissa Chandra Iswari, Go Christian Bryan Goni, and Devi Kimberly Lirungan. "Hukum Kriminalisasi Penyebaran Berita Hoax dalam Tinjauan: Refleksi atas Hoax Covid-19 dan Penolakan Omnibus Law." Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Hukum 18, no. 2 (December 28, 2020): 44. http://dx.doi.org/10.32694/010960.

Full text
Abstract:
Keberadaan hoax di Indonesia ada sejak lama. Perkembangan pesat penggunaan media sosial dan kemudahan pertukaran informasi mempercepat persebaran informasi hoax tersebut. Bahkan, dalam pandemi COVID-19 sekalipun, berita hoax mengenai virus corona dan hal-hal yang berkaitan dengannya tersebar luas di masyarakat. Berikutnya, ketika massa banyak menolak Omnibus Law, pemerintah Indonesia menyatakan bahwa penolakan tersebut disebabkan oleh hoax. Alhasil, ada beberapa orang yang ditangkap dengan menggunakan UU ITE sebagai landasan. Berbagai praktisi dan akademisi hukum mendukung pembuat dan penyebar berita hoax dapat dikriminalisasi, tapi tidak tanpa catatan. Artikel ini melakukan tinjauan hukum secara normatif mengenai kriminalisasi berita hoax. Tinjauan dilakukan memakai teori demokrasi deliberatif. Menggunakan kerangka teori ini, peneliti menemukan bahwa aspek-aspek demokrasi seperti substansi dialog dengan informasi yang akurat tidak terpenuhi akibat berita hoax. Hal ini sejalan dengan kehendak konstitusi Indonesia. Hanya saja, kriminalisasi hoax ini perlu dipastikan tidak disalahgunakan penguasa atau pihak yang lebih lemah untuk mengekang kebebasan berpendapat. Cara yang dapat digunakan untuk mencegahnya adalah dengan menambahkan aturan baru untuk melibatkan pihak ketiga independen dalam sengketa berita hoax yang melibatkan pihak pemerintah atau pejabat pemerintah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Devina, Cindy Bella, Dissa Chandra Iswari, Go Christian Bryan Goni, and Devi Kimberly Lirungan. "Hukum Kriminalisasi Penyebaran Berita Hoax dalam Tinjauan: Refleksi atas Hoax Covid-19 dan Penolakan Omnibus Law." Jurnal Surya Kencana Satu : Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan 12, no. 1 (April 7, 2021): 31. http://dx.doi.org/10.32493/jdmhkdmhk.v12i1.10205.

Full text
Abstract:
Keberadaan hoax di Indonesia ada sejak lama. Perkembangan pesat penggunaan media sosial dan kemudahan pertukaran informasi mempercepat persebaran informasi hoax tersebut. Bahkan, dalam pandemi COVID-19 sekalipun, berita hoax mengenai virus corona dan hal-hal yang berkaitan dengannya tersebar luas di masyarakat. Berikutnya, ketika massa banyak menolak Omnibus Law, pemerintah Indonesia menyatakan bahwa penolakan tersebut disebabkan oleh hoax. Alhasil, ada beberapa orang yang ditangkap dengan menggunakan UU ITE sebagai landasan. Berbagai praktisi dan akademisi hukum mendukung pembuat dan penyebar berita hoax dapat dikriminalisasi, tapi tidak tanpa catatan. Artikel ini melakukan tinjauan hukum secara normatif mengenai kriminalisasi berita hoax. Tinjauan dilakukan memakai teori demokrasi deliberatif. Menggunakan kerangka teori ini, peneliti menemukan bahwa aspek-aspek demokrasi seperti substansi dialog dengan informasi yang akurat tidak terpenuhi akibat berita hoax. Hal ini sejalan dengan kehendak konstitusi Indonesia. Hanya saja, kriminalisasi hoax ini perlu dipastikan tidak disalahgunakan penguasa atau pihak yang lebih lemah untuk mengekang kebebasan berpendapat. Cara yang dapat digunakan untuk mencegahnya adalah dengan menambahkan aturan baru untuk melibatkan pihak ketiga independen dalam sengketa berita hoax yang melibatkan pihak pemerintah atau pejabat pemerintah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Sari, Dewi Puspita, and Siti Sawanah. "PERAN PUSTAKAWAN PERGURUAN TINGGI NEGERI DI JAWA TIMUR DALAM MENGATASI BERITA HOAX." Jurnal Ilmiah Widya Sosiopolitika 4, no. 1 (July 11, 2022): 67. http://dx.doi.org/10.24843/jiwsp.2022.v04.i01.p06.

Full text
Abstract:
Abstrak Berita bohong (hoax) beberapa tahun terakhir menjadi suatu fenomena yang sangat ramai diperbincangkan oleh masyarakat di Indonesia. Perpustakaan sebagai salah satu lembaga pendukung pendidikan diharapkan mampu berperan menangkal bahaya hoax. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pustakawan perguruan tinggi di jawa timur dalam mengatasi berita hoax. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini akan memberi gambaran mengenai tingkat kepedulian pustakawan dalam melawan hoax. Kemudian kegiatan apa saja yang telah diselenggarakan perpustakaan dalam melawan berita hoax. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sepakat bahwa berita hoax adalah sesuatu hal yang harus dihindari. Pustakawan dan juga para pemustaka dalam mengambil informasi atau berita harus dipastikan kebenarannya. Informasi harus diambil dari sumber asalnya atau sumber yang dapat dipercaya. Pustakawan harus berperan aktif dalam mengatasi berita hoax, Peran tersebut dapat dilakukan melalui penguatan kemampuan literasi informasi Kata kunci; berita hoax, pustakawan, perpustakaan perguruan tinggi, Jawa Timur
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Roy, Jason, and Ahmad Junaidi. "Pengaruh Terpaan Media Berita Hoax di Instagram terhadap Opini Masyarakat Milenials Akan Sumber Berita." Koneksi 4, no. 2 (October 1, 2020): 280. http://dx.doi.org/10.24912/kn.v4i2.8138.

Full text
Abstract:
News that is often popupler among the millennial community is hoax news or hoax news that is often shared by a handful of irresponsible elements. Every day a lot of hoax news is spread by individuals who are not responsible for taking advantage in terms of political excellence or the economy. This hoax news about Covid-19 has a big impact, because Media Exposure for Instagram users who often read or watch a hoax news conveyed by the news, thus changing public opinion to believe the truth of the hoax news. This study aims to determine the effect of Instagram Media Exposed hoax news on Public Opinion. The research method used is quantitative methods. The number of respondents in this study were 70 people who were Instagram users and had seen or watched Hoax news. Analysis of the data used in this study is the Validity Test, Reliability Test, Normality Test, Correlation Test, Determination Test, Simple Linear Regression Analysis Test. From the results of the study, it was found that there is an influence of Instagram hoax news as Media Exposure to Public Opinion in the amount of 58.7% on the variable Y (Public Opinion). The remaining 41.3% is influenced by other factors not included in this study.Berita yang sering kali popupler di kalangan masyarakat milenial ini adalah berita hoax atau berita bohong yang sering dibagikan oleh segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab. Setiap harinya banyak berita hoax yang disebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mengambil keuntungan dalam segi keungguluan politik maupn perekonomian. Berita hoax tentang Covid-19 ini memiliki dampak yang besar, karena Terpaan Media bagi pengguna Instagram yang sering membaca atau menonton sebuah berita hoax yang di sampaikan oleh berita tersebut, sehingga merubah Opini masyarakat menjadi percaya akan benarnya berita hoax tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berita hoax Instagram Terpaan Media terhadap Opini Publik. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 70 orang yang merupakan Pengguna Instagram dan pernah melihat atau menonton berita Hoax. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Normalitas, Uji Korelasi, Uji Determinasi, Uji Analisis Regresi Linier Sederhana. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa terdapat pengaruh dari berita hoax Instagram sebagai Terpaan Media terhadap Opini Publik yaitu sebesar sebesar 58,7% terhadap variabel Y (Opini Publik). Sisanya sebesar 41,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Yuliani, SY, Shahrin Sahib, Mohd Faizal Abdollah, Mohammed Nasser Al-Mhiqani, and Aldy Rialdy Atmadja. "Review Study of Hoax Email Characteristic." International Journal of Engineering & Technology 7, no. 3.2 (June 20, 2018): 778. http://dx.doi.org/10.14419/ijet.v7i3.2.18754.

Full text
Abstract:
Hoax on email is one form of attack in the cyber world where an email account will be sent with fake news that has many goals to take advantage or raise the rating of sales of a product. A Hoax can affect many people by damaging the credibility of the image of a person or group. The phenomenon of this hoax would cause anxiety in the community and even more bad effects because of the potential for the wrong power of the news or information. In this paper we review the Hoax detection systems, Types of Hoax, and machine learning models that has been used to detect the Hoax. This work serves as a basis for further studies on Hoax detection systems.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Irwanto, Riko, Budi Afriyansyah, Robika Robika, and Anggraeni Anggraeni. "PENERAPAN LITERASI DIGITAL MENUJU MAHASISWA UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG MILENIAL ANTI HOAX." Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung 7, no. 1 (October 7, 2020): 23–28. http://dx.doi.org/10.33019/jpu.v7i1.1966.

Full text
Abstract:
Jumlah pengguna Internet di Indonesia telah mencapai 132.7 juta orang dari 256.2 juta orang populasi Indonesia. Kenyataan menunjukkan, banyaknya jumlah pengguna Internet di Indonesia, serta tingginya frekuensi mengakses konten informasi dan media sosial, tidak serta-merta menjamin ‘kedewasaan’ netizen Indonesia dalam menggunakan Internet. Selain kesenjangan yang terjadi, berbagai kasus penyalahgunaan Internet juga marak, mulai dari internet fraud, adiksi atau kecanduan, pelanggaran privasi, bias realitas, hingga yang paling mutakhir adalah meluasnya hoax. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian yaitu dengan memfasilitasi peningkatan pemahaman mahasiwa terhadap literasi digital dan informasi Hoax adalah dengan mengadakan pelatihan melalui (a) Metode ceramah (b) Metode praktek (c) Metode pendampingan. Kegiatan pengabdian ini melibatkan mahasiswa dilangsungkan di Gedung Babel IV Universitas Bangka Belitung. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pengertian hoax, latar belakang seseorang memproduksi dan menyebarkan hoax, siklus penyebaran informasi dan hoax, media penyebaran hoax, lingkaran penyebaran hoax, dan cara mengantisipasi hoax.. Adapun cara caranya yaitu berupa (a) Hati-hati dengan Judul Provokatif, (b) Mencermati Alamat situs (URL), (c) Memeriksa Fakta dan Memverifikasi kebenaran, (d) Terlibat dalam berbagai group anti hoax dan (e) Memeriksa keaslian foto. Kegiatan pengabdian yang dilakukan memberikan luaran berupa terbentuk pemahaman dalam literasi digital khususnya dalam menghindari dari berita hoax sebagai bentuk berita yang tidak benar sehingga menjadi masyarakat yang cerdas dalam berliterasi. Kegiatan sosialisasi Literasi digital menuju mahasiswa Universitas Bangka Belitung (UBB) milenial anti hoax diikuti oleh mahasiswa dengan narasumber dari Perpustakaan Universitas Bangka Belitung dan hasil kerjasama dengan UPT Perpustakaan Universitas Bangka Belitung
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Qorib, Fathul. "Persepsi Hoax Politik Caleg Perempuan pada Pemilihan Umum Legislatif 2019 di Kota Malang." Warta ISKI 3, no. 01 (June 28, 2020): 13–22. http://dx.doi.org/10.25008/wartaiski.v3i01.51.

Full text
Abstract:
Selama tiga tahun terakhir hoax terus dibicarakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas politik di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi calon legislatif perempuan terkait hoax yang terjadi selama pemilihan umum serentak tahun 2018 dan 2019. Konsep tentang persepsi di fase kognitif, afektif, dan konatif, digunakan untuk menganalisis hasil wawancara. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam kepada empat calon anggota legislatif perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara kognitif calon anggota legislatif perempuan memiliki pemahaman yang komprehensif terkait hoax tetapi kurang peduli untuk mengidentifikasi hoax. Pada aspek afektif, calon anggota legislatif perempuan tidak menyetujui penggunaan hoax dalam kampanye politik, dan pada kesempatan yang sama mereka mengklaim politisi pengguna hoax lebih banyak dibanding politisi yang jujur. Meskipun demikian, secara tindakan, tidak ada upaya pelaporan oleh calon anggota legislatif perempuan terhadap penyebar hoax karena beberapa hal; ketidakpahaman mekanisme pelaporan hoax, tidak mau melaporkan jika tidak menyinggung pribadi secara langsung, dan instruksi dari partai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Khairani, Aulian. "Konstrusi Hoax Melalui Fitur Media Sosial Dalam Persfektif Cyberculture Hoax Constructions through Social Media Features in a Cyberculture." DIALEKTIKA KOMUNIKA: Jurnal Kajian Komunikasi dan Pembangunan Daerah 7, no. 2 (January 21, 2020): 64–74. http://dx.doi.org/10.33592/dk.v7i2.360.

Full text
Abstract:
Fenomena kemunculan hoax di media sosial memang bukanlah hal baru, tetapi penyebarannya yang semakin meluas menjadi persoalan serius bukan hanya pada kasus hukumnya tetapi melihat bagaimana hoax menjadi masalah sosial karena perilaku pengguna media sosial yang telah melegitimasi perilaku manipulatif melalui akun media sosial. Penyebaran informasi bohong bahkan sengaja dilakukan menggunakan fitur-fitur di media sosial untuk tujuan dan kepentingan tertentu sehingga aktifitas menipu dalam ruang public digital kini telah menjadi tren atau budaya baru dikalangan pengguna sosial media. Fokus tulisan ini adalah untuk melihat “bagaimana konstruksi hoax melalui fitur media sosial dalam perspektif cyberculture” yang kemudia dijelaskan secara lebih dalam melalui sub bab bahasan antara lain: konsturksi hoax melalu fitur unggahan foto, konstruksi hoax menggunakan fitur tautan lokasi, konstruksi hoax pada fitur laman bio dan konstruksi hoax melalui fitur status,caption, dan tweet.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Dwinanda, Renza Ardhita. "Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyebaran Berita Bohong Di Sosial Media." Jurnal Panorama Hukum 4, no. 2 (December 30, 2019): 114–23. http://dx.doi.org/10.21067/jph.v4i2.3902.

Full text
Abstract:
Pesatnya Perkembangan Teknologi Informasi mempengaruhi perilaku dan gaya hidup masyarakat. Semakin banyaknya perangkat berbasis Teknologi Informasi dan akses internet berimbas kepada semakin banyaknya pengguna internet. Sebagian besar pengguna internet mengakses internet khususnya mengakses medsos, di sisi lain HOAX, ujaran kebencian, berkembang pesat melalui medsos. Efek HOAX, ujaran kebencian sangat besar di kehidupan sosial masyarakat. Media Sosial online menjadi sarana penyebaran HOAX, begitu banyak masyarakat yang terpengaruh HOAX, sehingga akhirnya dibentuklah Satgas Anti Hoax oleh pemerintah. Namun untuk menanggulangi HOAX pemerintah tidak cukup kuat untuk bekerja sendiri, masyarakat dan berbagai pihak harus ikut serta membantu melawan HOAX. berita bohong (hoax) diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 28 ayat (1) dan (2). Penyebaran berita bohong () bisa menjadi perbuatan pidana bila unsur – unsur yang ada dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 28 ayat (1) dan (2) terpenuhi. Pertanggungjawaban pelaku penyebaran berita bohong (hoax) ada pada Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juncto UndangUndang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 45A ayat (1) dan (2).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Rumbewas, Kalvin Koyomi. "Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Penyebaran Berita Bohong (Hoax)." JIHK 4, no. 1 (July 26, 2022): 21–29. http://dx.doi.org/10.46924/jihk.v4i1.161.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran Kepolisian Resort Biak Numfor dalam menanggulangi penyebaran berita hoax dan mengkaji berbagai kendala yang dihadapi dalam menanggulangi penyebaran berita hoax. Penelitian merupakan penelitian yuridis empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pihak kepolisian Resort Biak Numfor telah melakukan upaya berupa penal dan non penal dalam menanggulangi berita hoax. Upaya penal berupa penegakan hukum bagi orang yang secara jelas dan nyata telah menyebarkan berita hoax. Adapun upaya non penal adalah upaya yang dilakukan seperti penyuluhan dan memberikan pemahaman terkait bahaya berita hoax. Selain itu, terdapat berbagai faktor yang menjadi penghambat aparat penegak hukum dalam membrantas berita hoax yakni faktor hukuman, sarana atau fasilitas, penegak hukum dan budaya masyarkat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Safitri, Anis, Anisa Fitri, and Bayu Septian. "GAME EDUKASI LITERASI INFORMASI (GERASI) UNTUK MENGENALI INFORMASI HOAX PADA PELAJAR." Scripta: Jurnal Ilmiah Mahasiswa 1, no. 2 (December 20, 2019): 130–39. http://dx.doi.org/10.33019/scripta.v1i2.12.

Full text
Abstract:
Currently, Hoax in Indonesia is very urgent. According to the data from Kemenkominfo 2017, in total 800.000 sites in Indonesia was indicated as a hoax information disseminator. Nowadays, it is difficult to differentiate hoax and fact in the Internet. One of the cause is most of smartphone users shared the information without recheck them. Finally, it caused the great excitement. Information literacy is very important to face the scattered hoax. American Library Association defines that information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectively the needed information. Based on the problem, “Game EdukasiLiterasiInformasi (GERASI)” can be the appropriate solution. The concept of GERASi are: (1) the knowledge presentation in each level is about the ethic in sharing information and tips in identifying the hoax, (2) the training for being the smartphone users who use the ethic before sharing the information, (3) the learning about the important of critical thinking in understanding hoax pictures and news in the Internet. The educative game also provides the tutorial to use “Turn Back Hoax Website” made by Anti Hoax Community as the place for reporting the hoax. We hope that GERASI and Turn Back Hoax can be the facilitator in building the characters of smartphone users who are smart and iteration.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Tohari, Laila Afifah, Uwes Fatoni, and Atjep Muhlis. "Strategi Dakwah Santri Dalam Menghadapi Berita Hoax di Media Sosial." Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam 5, no. 2 (September 24, 2020): 148–67. http://dx.doi.org/10.15575/tabligh.v5i2.1349.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi dakwah pada santri dalam menghadapi berita hoax di media sosial. Bagaimana penerapan strategi dakwah santri serta metode apa yang digunakan dalam menghadapi berita di media sosial agar tidak terjebak pada hoax. Adapun untuk penelitian ini menggunakan metode studi kasus di Pondok Pesantren Mahasiswa Universal yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang berita hoax di kalangan santri. Sedangkan untuk hasil dari penelitian ini adalah santri menggunakan strategi dakwah reduksi dan strategi dakwah pencapaian dalam menghadapi berita hoax agar dirinya tidak terjebak ke dalam oknum berita hoax, sehingga santri mampu membedakan berita hoax dan berita fakta. This research aims to find out the da’wah strategies of students in facing hoax news on social media. How to implement the students propaganda strategy and what methods are used in dealing with news on social media so as not to get caught up in hoaxes. This research uses the case study method in universal student boarding schools which is carried out intensively, in detail and in depth about hoax news among students. The results of this study are that some students do not have the ability to distinguish between hoaxes and facts. And also the whole students can alrealy distinguish true news and hoax news, they have the ability to apply to themselves in order to avoid hoax news.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Mundhir, Mundhir, and Djurban Djurban. "Hoax Detection Program: Pendampingan Analisis Literasi Digital Konten Hoax untuk Majlis Taklim Muslimah di Jawa Tengah." Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan 21, no. 1 (May 27, 2021): 101–22. http://dx.doi.org/10.21580/dms.2021.211.7427.

Full text
Abstract:
Hoax dan fakta adalah dua hal yang berbeda tapi sering salah tebak. Keterbatasan informasi, identifikasi dan adanya keinginan berbagi informasi menjadi faktor utama hoax begitu mudah menyebar di tengah masyarakat. Majlis taklim muslimah di Jawa Tengah sebagai pusat kegiatan keagamaan ibu muslimah menjadi tempat diseminasi gagasan anti-hoax yang efektif karena selain menjadi forum kajian keagamaan dan spiritualitas, majlis taklim memiliki peran untuk penguatan persoalan sosial termasuk gerakan deteksi hoax. Proses pengabdian ini berlangsung dalam tiga tahap: assessment lapangan, FGD tentang literasi digital dan wawasan hoax, pelatihan dan pendampingan mengenai literasi digital untuk mendeteksi hoax serta tindak lanjut. Ada beberapa hasil dari pengabdian ini, antara lain subjek dampingan merupakan vulnerable communities dalam konteks informasi digital, dimana rentan usia didominasi 50-60 tahun yang memiliki kecakapan literasi digital rendah. Setelah program dampingan dilakukan, terjadi peningkatan kemampuan dalam proses deteksi hoax.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Fatmawati, Sukma, Rizky Salzabila, and Galang Aulia Rizkitama. "Hoax Analysis on Social Media Corpus to Develop “Kapak Hoaks (Hoax Axe)” Model: A Study on Critical Discourse Analysis." E-Structural 3, no. 01 (September 29, 2020): 69–81. http://dx.doi.org/10.33633/es.v3i01.4094.

Full text
Abstract:
Abstract. In globalization era, hoax has been widely spread on social media and disturbs the well-built relationship of Indonesian people. Even it often breaks the unity of people. Lack of knowledge in how to identify hoax has let readers be hypnotized to believe that the news is real. This study is aimed to develop "KAPAK HOAKS (HOAX AXE)" model (Reader's independence in analyzing hoax content). This study uses the theory of CDA model of Fairclough by Umar Fauzan (2013). The study method used in this article is qualitative method with critical linguistics study approach. The authors of this study have collected analysis theories of critical literature able to be used to analyze data of hoax circulating on social media. The analysis is conducted by matching data corpus with the chosen theory. Through the analysis, the authors have identified language aspects supporting self-checking improvement. It is also mentioned by Eriyanto (2001) about hoax analysis. To reach perfection, this study considers that the future research needs to involve response test on social media readers' positive independence in responding hoax.Keywords: corpus, hoax, linguistics, semiotics, social mediaAbstrak. Di era globalisasi, hoax telah merajalela di media sosial dan mengganggu silaturahmi masyarakat Indonesia yang terjalin baik. Bahkan seringkali merusak persatuan umat. Kurangnya pengetahuan tentang bagaimana mengidentifikasi hoax membuat pembaca terhipnotis untuk percaya bahwa berita itu nyata. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model "KAPAK HOAKS (HOAX AX)" (Kemandirian Pembaca dalam menganalisis konten hoax). Penelitian ini menggunakan teori model CDA Fairclough menurut Fauzan (2013). Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi linguistik kritis. Penulis penelitian ini telah mengumpulkan teori analisis literatur kritis yang dapat digunakan untuk menganalisis data hoax yang beredar di media sosial. Analisis dilakukan dengan mencocokkan korpus data dengan teori yang dipilih. Melalui analisis, penulis telah mengidentifikasi aspek bahasa yang mendukung peningkatan pemeriksaan diri. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Eriyanto (2001) tentang analisis hoax. Untuk mencapai kesempurnaan, penelitian ini memandang bahwa penelitian ke depan perlu melibatkan uji respon terhadap kemandirian positif pembaca media sosial dalam merespon hoax.Kata kunci: corpus, hoax, linguistics, semiotics, social media
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Afriza, Aulia, and Julio Adisantoso. "Metode Klasifikasi Rocchio untuk Analisis Hoax." Jurnal Ilmu Komputer dan Agri-Informatika 5, no. 1 (July 25, 2018): 1. http://dx.doi.org/10.29244/jika.5.1.1-10.

Full text
Abstract:
<p>Hoax adalah informasi sesat dan berbahaya karena menyesatkan persepsi manusia dengan menyampaikan informasi palsu sebagai kebenaran. Hoax sendiri dapat bertujuan untuk mempengaruhi pembaca dengan informasi palsu sehingga pembaca mengambil tindakan sesuai dengan isi hoax. Untuk mengetahui informasi yang tersebar, maka diperlukan klasifikasi untuk mengetahui apakah informasi tersebut hoax atau bukan. Klasifikasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi Rocchio, dimana hasil klasifikasi Rocchio akan dibandingkan dengan Multinomial Naive Bayes. Evaluasi pada penelitian ini menggunakan confusion matrix, dimana akurasi Rocchio didapatkan sebesar 83.501% sedangkan Multinomial Naive Bayes sebesar 65.835%.</p><p><br />Kata Kunci: Hoax, Non-Hoax, Rocchio, Multinomial Naive Bayes, confusion matrix.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Efendi, Bintang Muhammad Sahara, Nadia Mustikarani, Setyawan Triaditama, Tsamrotul Muqtashida, and Agung Wiradimadja. "SOSIALISASI PENCEGAHAN PENYEBARAN HOAX DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN APLIKASI HBT V2." Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial (JPDS) 4, no. 1 (April 30, 2021): 9. http://dx.doi.org/10.17977/um032v4i1p9-18.

Full text
Abstract:
Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Masyarakat mengalami berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka, salah satunya semakin maraknya penyebaran hoax. Pembelajaran IPS di tingkat SMP memanfaatkan berbagai sumber informasi seperti berita di media massa elektronik. Jika sumber pembelajaran yang digunakan terindikasi berita hoax akan berakibat pada pemberian informasi yang keliru terhadap para siswa. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilakukannya pencegahan berita hoax menggunakan aplikasi HBT (Hoax Buster Tools) V2 yang dapat memberikan kemudahan dalam memverifikasi berita yang ada fakta atau malah sebaliknya. Tim Pengabdian kepada masyarakat melakukan kegiatan sosialisasi pencegahan penyebaran hoax melalui media sosial WhatsApp Group. Kegiatan sosialisasi ini bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat dalam upaya pencegahan berita hoax melalui aplikasi HBT V2. Setelah kegiatan sosialisasi berakhir, tim pengabdian melakukan wawancara kepada para peserta berkaitan dengan kegiatan yang telah dilaksanakan. Data pendapat yang diperoleh dari peserta sosialisasi pencegahan penyebaran hoax melalui aplikasi HBT V2 sebanyak 43 orang yang terdiri dari kalangan mahasiswa, dosen, guru IPS, dan masyarakat umum. Adapun data diperoleh melalui wawancara, studi literatur, dan dokumentasi. Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 46,8 persen peserta berpendapat bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh tim pengabdian kepada masyarakat dinilai sangat baik. Sebanyak 59,6 persen peserta menyatakan bahwa sosialisasi ini bermanfaat untuk mencegah penyebaran hoax dalam diri sendiri. Sebanyak 46,8 persen peserta menyatakan aplikasi HBT V2 telah efektif dalam mencegah penyebaran hoax. Sebanyak 89,4 persen peserta memilih akan terus memanfaatkan aplikasi HBT V2 dalam pencegahan penyebaran hoax.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Santosa, Hedi Pudjo, Nurul Hasfi, and Triyono Lukmantoro. "Digital Media Unequality During the 2014th Indonesian Presidential Election." E3S Web of Conferences 73 (2018): 14006. http://dx.doi.org/10.1051/e3sconf/20187314006.

Full text
Abstract:
In the internet era, a hoax is a real threat for democracy, as it spreads misleading and fake information that creats uncertain political communication. During the 2014 Indonesian presidential election, a hoax was rapidly spreading thorough social media. Morover, in Indonesian political context, a hoax construct strategically by using primordialism issue. This study uses critical discourse analysis to identify a pattern of hoax during the 2014 Indonesian presidential election, particularly to show how primordialism constructs an unequel society. The data was taken from political discussion among 8 influential Twitter accounts, two months before the election. The study found that 1) A hoax was produced by using many techniques; 2) Mainstream ‘online media’ involved in the production of the hoax, particularly by constructing sensational headline. Meanwhile, fake news commonly produced and distributed by pseudonym Twitter accounts; 3) Both hoax and fake news generally run under a mechanism of primordialism issue.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Kumar, Guntha Venkata Dhanush, Mamatha V. Jadhav, Anvesh Tadisetti, and Kir an. "A Deep Model on Hoax Detection Using Feed Forward Neural Network and LSTM." Webology 17, no. 2 (December 21, 2020): 652–62. http://dx.doi.org/10.14704/web/v17i2/web17058.

Full text
Abstract:
The topic of hoax news detection on social media has recently pulled in enormous consideration. Social media not taking any credibility for the news being spread in it makes it more difficult to contain the hoax news. The essential counter measure of comparing websites against a list of labeled hoax news sources is inflexible, and so a machine learning approach is desirable. Our project aims to use Neural Networks to detect hoax news directly, based on the text content of news articles. The model concentrates on discovering hoax news origins, based on the many articles originating from it. When a source is spotted as a maker of hoax news, we can predict with high reliability that other articles from that will similarly be hoax news. Focusing on sources augments our article mis categorization resilience, since we at that point have various facts focuses originating from each source.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Dwi Prasetyo, Mohammad Iqbal, and Priyanto I. Wayan Midhio. "Analysis of the Impact of Hoax News during the Covid-19 Pandemic from the Perspective of National Defense." International Journal of Research and Innovation in Social Science 06, no. 03 (2022): 132–37. http://dx.doi.org/10.47772/ijriss.2022.6306.

Full text
Abstract:
Hoax is information that is engineered to cover up the actual information, in other words Hoax is defined as an attempt to distort the facts by using information that is convincing but cannot be verified, it can also be interpreted as an act of obscuring the true information, by flooding the media with false messages so that it can cover up the correct information. Hoax or fake news is one form of Cyber Crime that seems simple, easy to do but has a big impact on people’s social life. Furthermore, the search results obtained were grouped according to the research objectives, namely 1. Description of hoax news, 2. The concept of hoax news and its distribution in the Hoax community, 3. The Impact of Hoax News in Society and 4. National Defense and Security During the COVID-19 Pandemic. obtained then analyzed and discussed, and finally drawn conclusions. We cannot avoid the impact of hoax news in the community, this is because hoax news circulating in the community will directly have an impact on the formation of public opinion against them. Where in the formation of public opinion in the community will also have a very significant impact on social life. In fact, hoaxes are like a disease that can attack anyone at any time. If one person has been vaccinated, at least one person will be immune to various diseases. The same applies to hoax news. After preparing digital literacy protectors, the public hopes that hoax news will not enter. Adhere to digital literacy and expect someone to sift through information, regardless of whether the information is meaningful or not, whether there are arguments, data or facts.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Mustika, Rieka. "ETIKA BERKOMUNIKASI DI MEDIA ONLINE DALAM MENANGKAL HOAX." Diakom : Jurnal Media dan Komunikasi 1, no. 2 (December 28, 2018): 43–50. http://dx.doi.org/10.17933/diakom.v1i2.30.

Full text
Abstract:
Artikel ini berusaha membahas etika komunikasi dalam menangkal fenomena hoax dan bagaimana mengupayakan pencegahan penyebaran hoax. Berita hoax seringkali tersebar di berbagai media terutama di media online. Sebuah informasi bisa saja mengandung kesalahan atau bias. Namun, kekeliruan dalam hoax adalah buah dari kesengajaan. Apabila masyarakat mengetahui dan melaksanakan aturan-aturan yang telah ada, sangat mungkin jika berbagai informasi berbau hoax akan dapat ditangkal. Dari banyaknya masyarakat yang menggunakan media online ini, maka perlu adanya dorongan kepada semua lapisan masyarakat agar memiliki etika bagaimana berkomunikasi dengan baik di media online.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Suyanto, Totok, Ketut Prasetyo, Prasetyo Isbandono, Ita Mardiani Zain, Iman Pasu Purba, and Gading Gamaputra. "Persepsi mahasiswa terhadap kemunculan berita bohong di media sosial." Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan 15, no. 1 (May 31, 2018): 52–61. http://dx.doi.org/10.21831/jc.v15i1.17296.

Full text
Abstract:
Di era demokratisasi saat ini yang bercirikan adanya kebebasan berpendapat setiap warga baik secara lisan ataupun tertulis, maka fenomena hoax menjadi satu hal yang harus menjadi perhatian bersama. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Proses penyebaran berita dalam media sosial banyak melibatkan kaum perempuan. Hanya sebagian kecil saja yang mengakui sering mendapatkan berita-berita hoax tentang suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Dengan demikian, maraknya penyebaran berita hoax di media sosial merupakan satu bentuk pembodohan masyarakat dan respons terhadap kemunculan berita hoax dengan cara melakukan tindakan perlawanan.-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------In this democratization era characterized by the freedom of speech belongs to every citizen both written and spoken, the hoax should be considered seriously. It was a survey research. The spread of news through social media was conducted mostly by women. It was only small numbers who reported that they had received hoax relating SARA. Therefore, the spreading of hoax through social media is a kind of fooling and their response is through counter-narrative.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Epafras, Leonard Chrysostomos, Fransiskus Agustinus Djalong, and Hendrikus Paulus Kaunang. "BEYOND SIGNAL AND NOISE: ACADEMICS GOES HOAX AND HOAXTIVISM." Jurnal Kawistara 8, no. 3 (February 26, 2019): 247. http://dx.doi.org/10.22146/kawistara.34646.

Full text
Abstract:
This article is a research report on the perception of hoax among the Indonesian academic community. Hoax is ancient, but in the present digital age, it sneaks into the center stage. Reflecting upon the global trends and shifting of international political landscape, it appears that hoax and its troops, e.g. “false news,” “alternative facts,” “disinformation,” etc. – immersed into the political language and practice. It may corroborate with the condition of “post-truth society” lamented by some scholars, in particular when it echoed in the present Indonesian political and religious landscape. The research focuses on hoax in general, and to introduce a term “hoaxtivism” in framing specific practice revolved in producing and consuming “hoax” as a signifier. We gauge the conversation on hoax within academic community, and locate it in the larger social process. The objective is to understand hoax and hoaxtivism beyond the moralistic evaluation and alarmist position, as overwhelmingly displayed in the public discussion.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Juditha, Christiany. "Agenda Setting Penyebaran Hoaks di Media Sosial." Jurnal Penelitian Komunikasi 22, no. 2 (December 18, 2019): 155–68. http://dx.doi.org/10.20422/jpk.v22i2.669.

Full text
Abstract:
The purpose of this study is to get an overview of the agenda-setting for the spread of hoax on social media. The method used is quantitative content analysis. The results found that there were three themes of the most prominent hoax issues, namely politics, health, and governance issues. In this case, the media setting agenda on hoax was formed by the users of social media itself. Hoax themes about politics such as Elections have increased in a certain period because social media users or netizens have relatively the same concentration and attention about it. There have also been attempts by certain parties to neutralize a theme hoax for a specific purpose, such as to overthrow each presidential candidate who is fighting in the Election process, including to topple incumbent presidential candidates who are still in power. Likewise, with a content hoax, the media agenda formed on social media represents the interests of netizens. Even in health hoax content that includes the most hoax content, the agenda of social media settings is built because netizens consider the content important to be immediately known by other audiences regardless of whether or not the content is true.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Kuntarto, Kuntarto, Rindha Widyaningsih, and Muhamad Riza Chamadi. "The Hoax of SARA (Tribe, Religion, Race, and Intergroup) as a Threat to the Ideology of Pancasila Resilience." Jurnal Ilmiah Peuradeun 9, no. 2 (May 30, 2021): 413. http://dx.doi.org/10.26811/peuradeun.v9i2.539.

Full text
Abstract:
The subject of this research is to provide an overview of the mechanisms and schemes of hoax news spreading. Research is also trying to provide an explanation threat of hoaxes about SARA (Tribe, Religion, Race, and Intergroup) towards the resilience of the Pancasila ideology. The method used in this research is a descriptive qualitative method by describing the results of the 2019 Mastel survey of national hoax outbreaks using the Pancasila ideology approach as a perspective of the study. The results showed that the hoax on the issue of SARA was the second most widely hoax news content received by the public with the popular channels for hoax distribution is social media, with a kind of text messaging. A hoax about SARA is the most frequently accepted hoaxes in the community every day. The scheme of spreading hoax news is by spreading slander to political opponents, excessive branding of leader/figure, fake testimony, irresponsible quotation, and bombastic photos or titles. Hoax news about SARA issues poses a severe threat to Indonesia's unity because triggering controversy, public unrest, sectarian sentiment, intolerance of political instability, and security disturbances.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Metzger, Elizabeth. "The Exquisite Hoax." Iowa Review 46, no. 2 (September 2016): 121. http://dx.doi.org/10.17077/0021-065x.7753.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Greacen, Robert. "The Dreadnought Hoax." Books Ireland, no. 236 (2000): 372. http://dx.doi.org/10.2307/20632234.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Kileff, Clive. "The Tasady “Hoax”." Anthropology News 28, no. 9 (December 1987): 2. http://dx.doi.org/10.1111/an.1987.28.9.2.3.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Whitlock, Gillian. "REMEDIATING THE HOAX." Australian Feminist Studies 26, no. 69 (September 2011): 349–67. http://dx.doi.org/10.1080/08164649.2011.606605.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Bracey, Gerald W. "The Algebra Hoax." Phi Delta Kappan 90, no. 4 (December 2008): 306–7. http://dx.doi.org/10.1177/003172170809000414.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

&NA;. "1949: Sexual Hoax." Journal of Occupational and Environmental Medicine 42, no. 6 (June 2000): 675. http://dx.doi.org/10.1097/00043764-200006000-00020.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Hanlon, Joseph. "African debt hoax." Review of African Political Economy 25, no. 77 (September 1998): 487–92. http://dx.doi.org/10.1080/03056249808704329.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Rea, Christopher. "Hoax as Method." Prism 16, no. 2 (October 1, 2019): 236–59. http://dx.doi.org/10.1215/25783491-7978491.

Full text
Abstract:
Abstract The hoax is universally condemned as an underhanded method—a transaction that, while sometimes clever in design or execution, is injurious. Hoaxers act in bad faith, exploiting, and thus diminishing, the social trust society needs to function. Hoaxes harm individuals and undermine institutions, all the more reason to reconsider such deceptions from a functional, rather than purely moral, perspective. The hoax can be a method to do what? What are the outcomes of hoaxes, whether intended or unintended? This essay offers eight answers to these questions, drawing evidence from an array of Chinese writings and films. It argues that the hoax is a useful concept to explain certain practices, styles, and trends in Chinese literary history. Further it proposes that the hoax offers a theoretical paradigm for rethinking more venerated categories, such as creativity, art, and value, as well as method itself.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

van der Linden, Sander. "What a Hoax." Scientific American Mind 24, no. 4 (August 8, 2013): 40–43. http://dx.doi.org/10.1038/scientificamericanmind0913-40.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Nield, Ted. "A Helpful Hoax." Sciences 27, no. 3 (May 6, 1987): 12–13. http://dx.doi.org/10.1002/j.2326-1951.1987.tb02938.x.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Charles, Allan G. "The Hysterectomy Hoax." JAMA: The Journal of the American Medical Association 272, no. 3 (July 20, 1994): 244. http://dx.doi.org/10.1001/jama.1994.03520030088041.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Safitri, Priska Nur, Santi Indra Astuti, Nuril Hidayah, Cahya Suryani, Mizati Dewi Wasdiana, and Anita Wahid. "When Politics and Religion Become Disaster: An Annual Mapping of Hoax in Indonesia." Ultimacomm: Jurnal Ilmu Komunikasi 13, no. 2 (February 25, 2022): 343–57. http://dx.doi.org/10.31937/ultimacomm.v13i2.2104.

Full text
Abstract:
Since 2016, hoax has been massively circulated in Indonesia, due to low literacy rates and poor detection habit of disinformation among the people. Approaching general elections in April 2019, political hoax dominated in the scene. A content analysis toward 997 hoaxes in 2018 has found that half of hoaxes circulated among society was political hoaxes (49.94%), followed by hoaxes on religious themes (11.94%). Political hoaxes mixed with religion, racism, and any other topic has been creating multiplying effect that threaten democracy. The mapping toward hoaxes during 2018 showed how such possibility might appear due to political hoaxes that framed the issue or candidates of presidential election based on fictitious data or made-up stories. Both candidates were subjected to hoax. But deeper investigation revealed that hoaxes targeted Jokowi as the incumbent candidate surpassed the number of hoaxes toward Prabowo as Jokowi’s counterpart. Hoax to Jokowi was associated with Communist Party, and the arrival of ten thousands Chinese migrant work to replace native workers. Hoax toward Prabowo mainly concerned of gay-lesbian movement. Both candidates presidential election also became the target of religion hoax. Hoax to Jokowi concerned with the abolition of Islamic Boarding School, whereas hoax toward Prabowo targeted his manner that deemed inappropriate for religious community. Overall, serious disinformation was detected. This mapping also showed that over time, hoaxes become more sophisticated, complex and dfficult to encounter. Neither accident nor prank, hoax is an effort by design to disturb harmony and stability in the country. Keywords: hoax, political, religion, mapping 2018
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Kulbi, Sofia Zaini. "Penerapan Psikologi Kognitif Dalam Mengolah Berita Hoax Di Media Sosial Selama Pandemi Covid-19 Di Kampung Santren Surabaya." IJIP : Indonesian Journal of Islamic Psychology 2, no. 2 (December 1, 2020): 171–98. http://dx.doi.org/10.18326/ijip.v2i2.171-198.

Full text
Abstract:
Abstract Hoax news is considered to be an important problem faced by society today. Along with the covid-19 pandemic, it is possible for someone who is not responsible to misuse social media to spread hoax news about the Covid-19 pandemic for personal benefit. So, the understanding and processing information on social media requires cognitive abilities that each individual must have. This paper will discuss cognitive psychology, covid-19, and the characteristics and types of hoax news. Then the analysis of this paper is to describe how the application of cognitive thinking in processing hoax news during the covid-19 pandemic. The results of this analysis are that people do not get caught up in hoax news, there are 3 stages of cognitive thinking in processing hoax news during the Covid-19 pandemic, the first is the conceptual framework of thinking in seeing news, thesecond is thinking logically and critically in analyzing news, and third is makingdecisions on a news. AbstrakBerita hoax dinilai menjadi problematika penting yang sedang dihadapi masyarakat di zaman sekarang. Bersamaan dengan adanya pandemi covid-19, tidak menutup kemungkinan bagi seseorang yang tidak bertanggung jawab untuk menyalahgunakan media sosial guna menebar berita hoax tentang pandemi covid-19 demi keuntungan pribadi. Maka, dalam memahami dan mengolah informasi di media sosial diperlukan cognitive abilities (kemampuan kognitif) yang harus dimiliki oleh setiap individu. Dalam tulisan ini akan diulas mengenai psikologi kognitif, covid-19, serta ciri-ciri dan jenis berita hoax. Kemudian analisis dari tulisan ini adalah menjabarkan bagaimana penerapan pemikiran kognitif dalam mengolah berita hoax selama pandemi covid-19.Hasil dari analisis tersebut adalah agar masyarakat tidak terjebak ke dalam berita hoax, terdapat 3 tahapan pemikiran kognitif dalam mengolah berita hoax selama pandemi covid-19, yang pertama adalah kerangka konsep berpikir dalam melihat sebuah berita, kedua adalah berpikir logis dan kritis dalam menelaah sebuah berita dan ketiga adalah mengambil keputusan atas sebuah berita.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Fikry, Ahmad Habib Al. "Edukasi Anti-Hoax Untuk Remaja Desa: Perspektif Literasi Digital dan Hukum." Jurnal Dedikasi Hukum 2, no. 3 (December 26, 2022): 329–38. http://dx.doi.org/10.22219/jdh.v2i3.23835.

Full text
Abstract:
Revolusi industri 4.0 mengonvergensikan antara manusia dan manfaat teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupannya. Bagaikan mata uang dengan dua sisi, teknologi informasi dan komunikasi dapat memberikan dampak positif atau justru negatif bagi manusia. Hoax merupakan salah satu dampak negatif atas pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Fenomena problematik ini diperparah dengan adanya kemajuan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di belahan dunia dari berbagai lapisan masyarakat yang satu di antaranya adalah remaja. Penulisan berdasarkan pada kegiatan pengabdian yang bertujuan untuk: (i) menjelaskan hoax dalam perspektif literasi digital dan hukum; dan (ii) menjelaskan edukasi anti-hoax untuk remaja desa. Hasil menunjukkan bahwa: (i) hoax berkaitan dengan literasi digital dan hukum. Pengetahuan dan pemahaman tentang hoax dan pengaturan hukumnya yang baik dapat menjadi penanggulangan penyebaran hoax di era digital; (ii) remaja Desa Kajar diberikan edukasi anti-hoax seperti cara mengetahui kebenaran informasi dan ketentuan hukum tentang hoax. Anti-hoax Education for Rural Youth: Digital and Legal Literacy Perspectives The industrial revolution 4.0 converges between humans and the benefits of information and communication technology in their lives. Like a coin with two sides, information and communication technology can positively or negatively impact humans. Hoax is one of the negative impacts of information and communication technology use. This problematic phenomenon is exacerbated by the progress in the use of information and communication technology in various parts of the world from various walks of life, one of which is youth. The writing is based on community service activities that aim to: (i) explain hoaxes from the perspective of digital and legal literacy; and (ii) explain anti-hoax for rural youth. The results show that: (i) hoaxes are related to digital and legal literacy. Knowledge and understanding of hoaxes and good legal arrangements can be a countermeasure for the spread of hoaxes in the digital era; (ii) the youth of Kajar Village are given anti-hoax such as how to find out the truth of information and legal provisions regarding hoaxes.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography