To see the other types of publications on this topic, follow the link: Individualisme.

Journal articles on the topic 'Individualisme'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Individualisme.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Marie, Alain. "Communauté, individualisme, communautarisme : hypothèses anthropologiques sur quelques paradoxes africains." Sociologie et sociétés 39, no. 2 (October 7, 2008): 173–98. http://dx.doi.org/10.7202/019089ar.

Full text
Abstract:
Résumé Paradoxalement, communauté, individualisme et communautarisme ne sont pas des réalités antinomiques. La communauté (au sens anthropologique du terme) se caractérise par un anti-individualisme totalitaire qui réprime et refoule un individualisme irréductible. Or, le despotisme et le clientélisme postcoloniaux ont renforcé la « sur-communautarisation » et le « blocage » des sociétés, les empêchant d’entrer dans la « banalité » et la modernité de la conflictualité démocratique. Dès lors, les crises (économiques, sociales, politiques) débouchent sur des conflits communautaristes qui se nourrissent de l’énergie « ressentimentale » produite par la socialité communautaire et qui en détournent la violence paranoïaque contre des coupables émissaires. Les « élites » au pouvoir et leurs commanditaires ou soutiens internationaux neutralisent à leur avantage (et à quel prix !) l’autre solution à la violence individualiste dévoyée en communautarismes : celle des luttes sociales et de l’individualisme démocratique. Mais on peut préférer ces formes régulées de conflictualité aux violences apocalyptiques du fanatisme...
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Oka Prabawa, Ida Bagus, and Ni Putu Hartini. "Individualism: A Work of Musical Composition Experimental | Individualisme : Sebuah Karya Musik Eksperimental." GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan 3, no. 1 (March 1, 2023): 78–85. http://dx.doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v3i1.1013.

Full text
Abstract:
Karya musik eksperimental bejudul Individualisme ini bertujuan untuk menyampaikan sifat dari manusia yang memiliki paham berlebihan tentang idealisme. Mengungkapkan tentang bagaimana mereka menjalani hidup yang menganalogikan keyakinan mereka sendiri. Berawal dari sikap idealis mereka itulah, muncul karakteristik mereka yang cenderung ingin menyendiri, ingin memiliki kebebasan tersendiri, memenuhi kebutuhan hidup, menjalankan hidupnya sendiri, dan terkadang mereka melalukan hal apapun agar mencapai kepuasan. Sikap individualisme ini tidaklah dari secara perorangan, terkadang juga secara berkelompok yang menyatukan presepsi mereka dibawah kendali seseorang sebagai pemimpinnya. Penciptaan komposisi musik ini menggunakan metode penciptaan dari Alma H. Hawkins pada buku Metode Penyusunan Karya Musik (Sebuah Alternatif). Adapun tahap-tahap atau metode yang dimaksud yaitu penjelajahan (exploration), penuangan dan percobaan (improvisation), dan pembentukan (forming). Dari tahap-tahap atau metode tersebut, penata melakukan proses kreativitas sebuah konsep sifat dari individualisme yang berawal dari sebuah ide ini menjerumus ke penggunaan instrumen dan juga ke pola garap sebuah karya tersebut. Dari karya ini kita bisa bercermin untuk kelangsungan hidup kita agar kedepannya tidak menjadi kekecewaan dan juga penyesalan bagi diri kita, maupun orang lain. Karya ini dituangkan kedalam instrument yang memiliki ritme, timbre, dan dinamikanya sendiri, yang menggambarkan dari sikap masing-masing seorang idealisme.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Safinatunnajah and Ilmi Amalia. "Pengungkapan Marah di Jejaring Sosial." TAZKIYA JOURNAL OF PSYCHOLOGY 7, no. 2 (November 27, 2019): 155–75. http://dx.doi.org/10.15408/tazkiya.v7i2.13476.

Full text
Abstract:
AbstractThe aim of this study was to determine the effect of the big five personality, social support, collectivism-individualism, and anonymity on expressing anger on social networking sites (SNS). This research used quantitative with multiple regression analysis methods. The samples in this study were 210 respondents who posted anger content on social networking sites, aged at least more than 18 years old. Obtained by non-probability sampling technique. In this study, researcher adapted and collected the data with four questionnaires; the anger-out scale is from STAXI measuring instrument, Big Five Inventory (BFI), Interpersonal Support Evaluation List, and collectivism-individualism. To test the validity of the instrument, researcher was using Confirmatory Factor Analysis (CFA). The results showed there was a significant difference from the type of big five, social, collectivism-individualism and anonymity to expressing anger on social networking sites by 18.6.AbstrakJejaring sosial menjadi tempat bagi seseorang untuk mengungkapkan perasaan. Salah satunya adalah perasaan marah, pengungkapan perasaan marah di media sosial bisa memberikan dampak buruk tidak hanya bagi individu yang mengunggah tetapi juga pengikutnya di jejaring sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian big five, dukungan sosial, kolektivisme-individualisme dan anonimitas terhadap pengungkapan marah di jejaring sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis regresi berganda. Sampel pada penelitian ini berjumlah 210 responden pengunggah perasaan marah di jejaring sosial yang berusia 18 tahun keatas. Diperoleh dengan teknik non-probability sampling. Dalam penelitian ini peneliti mengadaptasi dan memodifikasi instrument pengumpulan data yaitu skala anger-out dalam alat ukur STAXI, Big Five Inventory (BFI), Interpersonal Support Evaluation List, dan kolektivisme-individualisme. Uji validitas instrument dilakukan dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari tipe kepribadian big five, dukungan sosial, kolektivisme-individualisme dan anonimitas terhadap pengungkapan marah di jejaring sosial yakni sebesar 18,6%. Dari keempat variabel besar tersebut, peneliti mengukur masing-masing pengaruh dimensi tiap variabel. Ditemukan bahwa terdapat tiga dimensi yang memiliki nilai koefisien regresi signifikan, yaitu: neuroticism dalam kepribadian, tangible support dalam dukungan sosial, individualisme dan faktor demografi jenis kelamin.Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat dikaji dan dikembangkan kembali pada penelitian selanjutnya. Misalnya dengan menambahkan variabel lain yang terkait dengan pengungkapan marah di jejaring sosial, seperti status sosial atau norma kelompok dengan paparan perilaku agresif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Reza, Hidayatul, and Franky Liauw. "HUNIAN VERTIKAL MONODUALISME (INDIVIDUALISME-KOLEKTIVISME)." Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) 3, no. 1 (May 30, 2021): 1111. http://dx.doi.org/10.24912/stupa.v3i1.10890.

Full text
Abstract:
The conflict between the two social understandings between individualism and collectivism does not need to be clashed, but instead it needs to be managed according to values, morals and ethics. So that it can become a social force for social life. In this issue, architects can play a role in cultivating a 'space' that is fit to the problem of individualism-collectivism. The research method used is a comparative and synergistic method. Literature in the form of journals and books on the phenomenon of individualism-collectivism is used as a reference and comparison. To be able to change a person's attitude, it is necessary to have an environmental role that creates events and events that occur repeatedly and continuously, gradually being absorbed into the individual and influencing the formation of an attitude. In order for this approach to be applied easily, this approach must be applied to basic human needs. In basic human needs there is a hierarchy of the most basic, namely physiological needs, the most basic needs to be fulfilled because they include things that are vital for survival, namely, clothing, food, and shelter. So in order to answer this issue, the vertical housing function is fixed. In addition, vertical housing is considered important because it responds to limited land and the increasing human population. Vertical housing with a collaborative space in grouped dwelling unit concept, because offers many possibilities, from people who live together sharing physical space to communities that share values, interests and philosophies of life. Grouping system is also be an important value and in community prefer to live in small community amount 4-10 members with various background. Consisted by good quality personal space and supporting facilities to develop self-potential as self-actualization. Keywords: collaborative; collectivism; individualism; monodualism; self actualization Abstrak Konflik dua paham sosial antara individualisme dengan kolektivisme tidak perlu dibenturkan, tetapi justru perlu dikelola menurut nilai-nilai, moral, dan etika, sehingga dapat menjadi kekuatan sosial bagi kehidupan bermasyarakat. Dalam isu ini, arsitek dapat berperan dalam mengolah ‘ruang’ yang fit terhadap permasalahan individualisme-kolektivisme. Metode penelitian yang digunakan adalah metode komparatif dan sinergis. Literatur berupa jurnal dan buku tentang fenomena individualisme-kolektivisme, dijadikan sebagai acuan dan pembanding. Untuk dapat mengubah sikap seseorang diperlukan peran lingkungan untuk menciptakan kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan memengaruhi terbentuknya suatu sikap. Agar pendekatan ini dapat diterapkan dengan mudah maka pendekatan ini harus diterapkan pada kebutuhan dasar manusia. Pada kebutuhan dasar manusia terdapat hierarki yang paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan yang paling dasar untuk dipenuhi karena meliputi hal-hal yang vital bagi kelangsungan hidup yaitu, sandang, pangan, dan papan. Sehingga untuk menjawab isu ini, ditetapkan fungsi hunian vertikal. Selain itu, hunian vertikal dinilai penting karena untuk mejawab keterbatasan lahan dan semakin tingginya populasi manusia. Hunian vertikal dengan mengusung konsep ruang kolaboratif pada setiap unit hunian yang dikelompokkan, karena menawarkan banyak kemungkinan, mulai dari orang-orang yang tinggal bersama dengan berbagi ruang fisik hingga komunitas yang juga berbagi nilai, minat, dan filosofi hidup. Sistem pengelompokan penghuni juga menjadi nilai penting dan dalam komunitas lebih menyukai jumlah yang sedikit 4-10 orang dengan latar belakang yang berbeda. Ditunjang dengan kualitas ruang pribadi yang baik dan fasilitas penunjang yang dapat mengembangkan potensi sebagai bentuk aktualisai diri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Cugno, Alain. "Modernité et individualisme." Projet 271, no. 3 (2002): 37. http://dx.doi.org/10.3917/pro.271.0037.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Andolfatto, Dominique. "Syndicalisme et individualisme." Projet 271, no. 3 (2002): 81. http://dx.doi.org/10.3917/pro.271.0081.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Agassi, Joseph. "« Individualisme institutionnel » (1975)." OEconomia, no. 2-4 (December 1, 2012): 487–501. http://dx.doi.org/10.4000/oeconomia.1233.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

de Vitry, Alexandre. "Individualisme, égotisme, solipsisme." Roman 20-50 Hors série n° 10, no. 1 (March 10, 2022): 79–91. http://dx.doi.org/10.3917/r2050.hs10.0079.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Baudart, Anne. "Individualisme et cosmopolitisme." Revue de métaphysique et de morale 61, no. 1 (2009): 5. http://dx.doi.org/10.3917/rmm.091.0005.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Es-Saïdi, Malika. "Art et individualisme." La Revue Nouvelle N° 2, no. 2 (March 1, 2020): 41–46. http://dx.doi.org/10.3917/rn.202.0041.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Bourdeau, Michel. "Individualisme et statistiques." Archives de Philosophie 80, no. 4 (2017): 763. http://dx.doi.org/10.3917/aphi.804.0763.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Bertaux, Daniel. "Individualisme et modernité." Espaces Temps 37, no. 1 (1988): 15–21. http://dx.doi.org/10.3406/espat.1988.3396.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Manent, Pierre. "Individualisme et christianisme." Commentaire Numéro 183, no. 3 (August 29, 2023): 555–60. http://dx.doi.org/10.3917/comm.183.0555.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Rahman, Fadel A., Amalia Nur Pratiwi, Citra Bihernelly, Handiki Alfrayudha, Monefy Hawa Vadia, Nessa Rahma Aulya, Zainab Zainab, and Zikri Fajar Maulid. "Menurunnya Sikap Nasionalisme Terhadap Meningkatnya Sikap Individualisme Dikalangan Mahasiswa Baru Fakultas Hukum Universitas Andalas." Jurnal Penelitian Multidisiplin Bangsa 1, no. 6 (November 29, 2024): 562–67. https://doi.org/10.59837/jpnmb.v1i6.111.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji fenomena menurunnya sikap nasionalisme dan meningkatnya sikap individualisme dikalangan mahasiswa baru fakultas hukum. Dalam penelitian ini kami menggunakan analisis secara detail dengan menggunakan survei agar mendapatkan hasil yang faktual, relevan, dan akurat. Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran tentang tantangan dalam membangun kesadaran nasionalisme dikalangan generasi muda, khususnya di lingkungan akademik dan perguruan tinggi. Penelitian ini juga dapat menganalisis dampak sikap individualisme yang terlalu berlebihan di kalangan mahasiswa baru. Untuk mengatasi sikap individualisme ini perlu adanya dorongan dari pembimbing yang lebih berpengalaman dalam mengatasi permasalahan ini. Di lingkungan mahasiswa baru banyak sekali tantangan yang dihadapi sehingga menimbulkan sikap individualisme. Perkembangan teknologi menjadi salah satu tantangan munculnya sikap individualisme. Masuknya budaya asing juga menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk mempertahankan sikap individualisme. Dengan adanya penelitian ini kita dapat melihat pengaruh dari menurunnya sikap nasionalisme yang disebabkan oleh sikap individualisme. Pengaruh ini dapat kita lihat dari lingkungan sosial dan maraknya perkembangan teknologi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi sikap individualisme yang terlalu berlebihan adalah dengan menyaring budaya asing yang masuk serta membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Penelitian ini akan memberikan pengetahuan tambahan kepada kita semua terhadap pentingnya menjaga sikap nasionalisme terlebih lagi dikalangan mahasiswa baru.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Yanto, Juli. "Pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja UMKM di Jabodetabek dengan Individualisme sebagai Variabel Moderasi." Jurnal Manajemen Bisnis dan Kewirausahaan 5, no. 2 (March 29, 2021): 207. http://dx.doi.org/10.24912/jmbk.v5i2.11233.

Full text
Abstract:
The purpose of this study is to examine the effects of Entrepreneurship Orientation conducted by SMEs on firm performance, and exploring new concepts regarding Executive’s Individualism to moderate Entrepreneurial Orientation on SMEs performance. The sample was selected using a non-probability sampling method. The total sample chosen was 259 SMEs in the Greater Jakarta area. The method of analysis used was PLS-SEM. The results of this study indicate that 1) Entrepreneurial Orientation has a positive effect on the performance of SMEs companies in the Greater Jakarta area 2) Executive’s Individualism strengthens the relationship between Entrepreneurship Orientation with SMEs Firm Performance in the Greater Jakarta area, specifically financial performance - profit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Orientasi Kewirausahaan yang dilakukan oleh UMKM terhadap kinerja perusahaan, dan mengeksplorasi konsep-konsep baru tentang Individualisme Eksekutif dalam memoderasi Orientasi Kewirausahaan terhadap kinerja UMKM. Sampel dipilih menggunakan metode sampling non-probabilitas. Total sampel yang dipilih adalah 259 UMKM di wilayah Jabodetabek. Metode analisis yang digunakan adalah PLS-SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Orientasi Kewirausahaan memiliki efek positif pada kinerja UMKM di wilayah Jabodetabek 2) Eksekutif Individualisme memperkuat hubungan antara Orientasi Kewirausahaan dengan Kinerja UMKM di wilayah Jabodetabek, khususnya kinerja keuangan - profit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Cantin, Serge. "L’homme de Marx est-il un sujet individuel ou un être social?" Articles 18, no. 1 (August 6, 2007): 25–60. http://dx.doi.org/10.7202/027140ar.

Full text
Abstract:
RÉSUMÉ Prenant le contre-pied de l'opinion généralement admise concernant l'anthropologie marxienne, Louis Dumont (dans son ouvrage Homo JEqualis. Genèse et épanouissement de l'idéologie économique} désigne celle-ci comme l'expression la plus achevée de l'idéologie individualiste moderne. Cet article examine les principaux arguments à l'appui de cette interprétation et s'interroge sur sa capacité à éclairer l'enjeu que recèle la conception marxienne de l'homme. Je me propose de montrer que l'opposition rigoureuse entre holisme et individualisme dans laquelle s'enferme la lecture dumontienne laisse échapper cet enjeu, que seule une juste appréhension du naturalisme marxien est, selon moi, en mesure de révéler. Le texte se divise en trois parties. La première expose les grandes lignes de la théorie dumontienne de l'idéologie moderne et attire l'attention sur les deux difficultés épistémologiques majeures auxquelles se heurte l'application de cette théorie à Marx. La seconde partie montre en quoi le naturalisme conséquent de Marx suppose le rejet et le dépassement de l'alternative holisme/individualisme. Dans la troisième partie, enfin, je m'efforce de poser quelques jalons en vue d'une recherche qui prendrait pour thème l'individualisme social de Marx.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Vike, Halvard. "Egalitarianisme og byråkratisk individualisme." Norsk antropologisk tidsskrift 24, no. 03-04 (December 12, 2013): 181–93. http://dx.doi.org/10.18261/issn1504-2898-2013-03-04-04.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Zondag, Hessel. "Expressief individualisme en religie." Religie & Samenleving 4, no. 1 (May 1, 2009): 16–36. http://dx.doi.org/10.54195/rs.13133.

Full text
Abstract:
This article reports on a study of the relation between expressive individualism and religiosity. Data were collected among participants of Internet forums about New Age and Christian Religiosity (N=422). By way of factor analyses four dimensions of expressive individualism were distinguished: autonomy, to set oneself apart from others, self-development and expression of emotions. The relationship between expressive individualism and religion turns out to be ambivalent and is negatively dominated by autonomy. After removing the effect of autonomy, two patterns are still visible, both characterized by a positive connection to religiosity. To distinguish oneself from others is connected to a more traditional and institutional religiosity, and self-development more to private religiosity. The explanation of this (hidden) longing for religion is sought in the pressure resulting from an expressive individualistic way of life. Some suggestions for further research are given at the end of the article.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

de Singly, François. "Individualisme et lien social." I. Liens personnels et individualisme positif, no. 39 (October 2, 2002): 33–45. http://dx.doi.org/10.7202/005238ar.

Full text
Abstract:
RÉSUMÉ Cet article veut contribuer à définir un individualisme positif, en réaction à une partie de la sociologie classique ayant la vision nostalgique d'un monde social régulé par un lien communautaire. Le fait que le modèle actuel de l'identité privilégie la dimension personnelle par rapport à la dimension statutaire contraint à une redéfinition des liens sociaux. Ces derniers n'unissent pas des individus réduits à des places, à des positions occupées dans l'espace des générations ou de la hiérarchie sociale. Ils associent des hommes et des femmes, engagés aussi à titre personnel. Il n'y a pas suppression de l'identité statutaire, il y a invention d'un dosage entre ces deux niveaux de l'identité, de telle sorte que l'individu puisse être reconnu dans sa complexité et qu'il puisse reconnaître aussi les autres.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Ollivier, Nicole. "Individualisme et mouvements sociaux." Le dossier Mouvements sociaux 3, no. 1 (January 22, 2008): 53–60. http://dx.doi.org/10.7202/301069ar.

Full text
Abstract:
Résumé Amorcée en rupture politique avec les années 70, marquée par les grandes mobilisations politiques et le non du référendum, la décennie des années 80 s'est fermée sur l'indétermination. L'individualisme s'impose, tant comme valeur guidant les conduites individuelles que comme mode d'appréhension du social. Au-delà de l'égoïsme ou du repli vers le privé, cet individualisme est peut-être aussi porteur de nouvelles identités et de nouveaux rapports sociaux à l'intérieur desquels les intérêts individuels et collectifs ne sont plus définis comme étant à priori contradictoires.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Burgio, Alberto, Didier Renault, and Jacques Texier. "Individualisme marché et démocratie." Actuel Marx 12, no. 2 (1992): 171. http://dx.doi.org/10.3917/amx.012.0171.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

BELLAH, Robert N. "Moedig en onverschillig individualisme." Ethische Perspectieven 8, no. 3 (October 1, 1998): 152–64. http://dx.doi.org/10.2143/epn.8.3.563120.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Di Iorio, Francesco. "Individualisme méthodologique et réductionnisme." L'Année sociologique 70, no. 1 (2020): 19. http://dx.doi.org/10.3917/anso.201.0019.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Ørnstrup, Henrik. "Individualisme - metode og tema." Slagmark - Tidsskrift for idéhistorie, no. 15 (February 9, 2018): 11–25. http://dx.doi.org/10.7146/sl.v0i15.103581.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Pasquier, Sylvain. "Convivialisme et individualisme altruiste." Revue du MAUSS 43, no. 1 (2014): 181. http://dx.doi.org/10.3917/rdm.043.0181.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Lundkvist, Anders. "SOLIDARITET, INDIVIDUALISME OG DEMOKRATI." Psyke & Logos 27, no. 2 (December 31, 2006): 13. http://dx.doi.org/10.7146/pl.v27i2.8307.

Full text
Abstract:
I et demokrati bestemmer vi alle på lige fod, efter princippet én person, én stemme, men derefter må vi alle bøje os for flertallet. Dette system indebærer politisk solidaritet og udelukker individuel frihed, dvs. friheden til at gøre, som den enkelte ønsker. Tilsvarende indebærer den universelle velfærdsstat økonomisk solidaritet ved at sikre alle pleje, uddannelse og pension. Denne solidaritet udgør den økonomiske basis for demokratiets politiske solidaritet.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Ilman, Siti Zidni. "Individualisme Agama Dalam Modernitas." Purwadita : Jurnal Agama dan Budaya 7, no. 1 (March 30, 2023): 22. http://dx.doi.org/10.55115/purwadita.v7i1.2564.

Full text
Abstract:
The purpose of this research is to know that the faith of religion is entirely based on their individual and personal achievement, and given by the pride given to the personal experience that guides everyone in their own way. Religion is a basic human necessity, because religion is a means of defending itself against all acts of violence that threaten human life. Religion gives meaning to individual life and also gives hope for survival after death. Religion can be a human tool to rise from the world's life of suffering, to achieve spiritual independence. Religion as a symbol of society is no longer visible since religion has been established as religious institutions, institutional religions in principle create a good institutional regime based on faith validation, using a secure president according to the authoritarian organisation that conforms to each tradition, in connection with the line of religious descent. Religion has become a legitimate tool for a group of people who have economic and political resources
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Arènes, Jacques. "Individualisme et (nouvelles) familles." Études Tome 417, no. 7 (July 1, 2012): 4–6. http://dx.doi.org/10.3917/etu.4167.0004.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Puspa, Leonora, and Simon Siamsa. "INDIVIDUALISME, KEMAUAN MENGAMBIL RESIKO, KREATIFITAS DAN KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN MERAUKE." JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL 10, no. 1 (August 11, 2019): 8–18. http://dx.doi.org/10.35724/jies.v10i1.1892.

Full text
Abstract:
The purpose of this study is to analyze whether individualism and high willingness to take risks significantly influence the performance of each workforce and whether creativity mediates between individualism and high willingness to take risks on the performance of all workers. The place of this research is located in the Regional Water Supply Company (PDAM) of Merauke Regency, Papua Province. The population and sample of this research are the total workforce of 99 people. The method of data collection uses the questionnaire method (questionnaire) which uses a list of questions directly from the respondent. Data analysis techniques in this study used SEM analysis through the operation of the AMOS program. The results of the study explained that 1) Individualime influences performance, 2) Willingness to take risks influences performance, 3) Creativity influences performance, 4) Individualime influences performance through creativity as mediation, 5) Willingness to take risks influences workforce performance through creativity as mediation in the Regional Water Company (PDAM) of the Merauke Regency, Papua Province.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Aldhian, Bagas, and Theresia Woro Damayanti. "Efek Budaya Negara Terhadap Agresivitas Pajak Dengan Moderasi Persepsi Atas Korupsi: Pendekatan Multicountry." Perspektif Akuntansi 4, no. 3 (October 30, 2021): 239–54. http://dx.doi.org/10.24246/persi.v4i3.p239-254.

Full text
Abstract:
Budaya nasional dalam setiap negara perlu diperhatikan karena dapat menjadi salah satu faktor agresivitas pajak. Dalam penelitian ini beberapa dimensi diantaranya jarak kekuasaan, individualisme, ketidakpastian dan maskulinitas seseorang bisa saja melakukan tindakan agresivitas pajak. Akan tetapi jarak kekuasaan, individualisme, ketidakpastian dan maskulinitas dapat berubah ketika ada korupsi di suatu negara tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh jarak kekuasaan, individualisme, ketidakpastian, dan maskulinitas dengan menambahkan variabel moderasi yaitu korupsi terhadap seseorang untuk melakukan tindakan agresivitas pajak. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yang diperoleh dari World Bank Enterprise Survey (WBES) pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2018. Dalam menganalisis data tersebut menggunakan Multinomial Logistic Regression (MLR). Hasil studi ini menunjukkan bahwa maskulinitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak namun jarak kekuasaan, individualisme dan ketidakpastian tidak terhadap agresivitas pajak. Selain itu hasil studi ini menunjukkan bahwa korupsi mempderasi pengaruh antara maskulinitas dengan agresivitas pajak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Adon, Mathias Jebaru, and Hyronimus Ario Dominggus. "Persekutuan (Koinonia) sebagai Budaya Tandingan di Tengah Merebaknya Fenomena Individualisme menurut Perspektif Gereja Katolik." Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja 6, no. 2 (October 21, 2022): 131–47. http://dx.doi.org/10.37368/ja.v6i2.347.

Full text
Abstract:
Fokus studi ini menggali konsep persekutuan dalam Gereja Katolik sebagai budaya tandingan di tengah merebaknya fenomena individualisme. Hal ini disebabkan karena modernitas tidak hanya melahirkan sisi positif tetapi juga membawa dampak negatif dalam hidup manusia. Perkembangan teknologi yang serba canggih seperti handphone, komputer dan berbagai macam media elektronik lain telah menjerumuskan manusia ke dalam sikap individualisme. Akibatnya mengaburkan aspek persekutuan dalam hidup bersama termasuk persekutuan hidup dalam Gereja Katolik. Saat ini, orang Katolik lebih banyak menyibukan diri dengan urusannya sendiri sehingga mengabaikan nilai-nilai kebersamaan. Padahal, kebersamaan atau persekutuan adalah perekat yang menghubungkan semua anggota Gereja. Karena itu di tengah zaman modern yang syarat dengan invidualisme ini aspek koinonia dari panca tugas Gereja menjadi budaya tandingan. Dengan kata lain, ersekutuan menjadi sarana untuk meretas kecenderungan individualisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan fenomenologis. Penelitian ini menemukan bahwa nilai-nilai persekutuan menjadi hal yang mutlak di tengah modernitas yang cenderung menampilkan sikap individualisme. Sebab dengan persekutuan, semangat iman, kebersamaan, solidaritas dan kesetiakawanan tetap terpelihara.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Renaud, Gilbert. "Individualisme, individualité et travail social." Nouvelles pratiques sociales 8, no. 2 (January 22, 2008): 139–55. http://dx.doi.org/10.7202/301333ar.

Full text
Abstract:
Résumé Dans cet article, l'auteur s'interroge sur le sens de l'action sociale, eu égard au débat sur l'individualisme propre aux sociétés contemporaines. De ce débat semblent, en fait, se dégager deux perspectives contradictoires qui confèrent au travail social un rôle bien différent. Ne faudrait-il pas, dès lors, conclure à la suite d'Yves Barel à l'indécidabilité du sens du travail social ?
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

LEYS, J. "Duurzame ontwikkeling van het individualisme?" Ethische Perspectieven 14, no. 3 (September 1, 2004): 331–43. http://dx.doi.org/10.2143/epn.14.3.504999.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Piguet, Marie-France. "Individualisme. Du Producteur à Tocqueville." Mots, no. 96 (September 5, 2011): 133–47. http://dx.doi.org/10.4000/mots.20321.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Maiz, Magdalena, Claudette Delhez-Sarlet, and Maurizio Catani. "Individualisme et autobiographie en Occident." Rocky Mountain Review of Language and Literature 39, no. 1 (1985): 68. http://dx.doi.org/10.2307/1346768.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Lagueux, Maurice. "Individualisme, subjectivisme et mécanismes économiques." Dialogue 40, no. 4 (2001): 691–722. http://dx.doi.org/10.1017/s0012217300004947.

Full text
Abstract:
ABSTRACTThe economists of the Austrian School count among the most consistent supporters of methodological individualism, but they were for the most part strongly opposed to clearly anti-holist trends such as constructivism, reductionism, and positivism. This article discusses why the sort of methodological individualism defended by the Austrians could not, for interconnected reasons, be rendered compatible with any one of these philosophical trends. The manner in which the Austrians managed to reconcile their analysis of economic mechanisms with a strictly subjectivist approach is especially considered. The discussion also underscores some ambiguous dimensions of the debate between holism and individualism.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Charmettant, Hervé, and Julien Reysz. "L’ « individualisme institutionnel » de Joseph Agassi : une via media entre individualisme et holisme méthodologiques." OEconomia, no. 2-4 (December 1, 2012): 475–85. http://dx.doi.org/10.4000/oeconomia.1214.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Dewi, Ni Gusti Ayu Susrami, and Ni Made Inna Dariwardani. "DIMENSI BUDAYA INDIVIDUALISM-COLLECTIVISM PADA EKSPATRIAT (TENAGA KERJA ASING) DALAM INDUSTRI PERHOTELAN DI BALI." Paryaṭaka Jurnal Pariwisata Budaya dan Keagamaan 2, no. 1 (September 5, 2023): 116–27. http://dx.doi.org/10.53977/pyt.v2i1.1155.

Full text
Abstract:
Pariwisata adalah salah satu sektor yang menghasilkan banyak migrasi tenaga kerja, baik antar negara maupun antar daerah. Bali sebagai salah satu sentra pariwisata Indonesia, memiliki sejumlah warga negara asing atau ekspatriat yang bekerja khususnya pada industri perhotelan dan umumnya mereka ada pada level manajerial. Penelitian ini mengkaji sejauh mana implikasi dimensi budaya individualisme-kolektivisme dari Hofstede (1980) pada ekspatriat di industri perhotelan dan bagaimana mereka dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya tersebut. Dilakukan analisis komparasi Individualism-Collectivism Index (IDV) dari negara – negara asal para ekspatriat untuk dibandingkan dengan nilai IDV Indonesia sebagai pendekatan nilai IDV Bali yang disajikan secara deskriptif berdasarkan kajian studi literatur. Ditemukan perbedaan yang cukup mencolok antara nilai IDV Bali dengan nilai IDV negara – negara asal para ekspatriat khususnya negara – negara barat seperti Amerika Serikat, Australia, dan Inggris yang memiliki nilai IDV yang tinggi (lebih dari 50) yang menunjukkan bahwa dimensi budaya mereka lebih kepada individualisme, sementara nilai IDV Indonesia termasuk Bali tergolong rendah sebagai cerminan budaya kolektivisme. Dengan demikian, ekspatriat yang ditugaskan pada hotel-hotel di Bali yang berasal dari negara dengan karakteristik individualistik hendaknya menyesuaikan diri dengan karakteristik karyawan lokal di Bali yang cenderung kolektif dengan mengimplementasikan karakteristik kolektivisme dalam manajemen sumber daya manusianya yaitu berbasis kinerja kelompok.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Kurniawan, Heru, and Dewi Pranitamotik. "Peran Marhabanan Terhadap Solidaritas Ekonomi Masyarakat Perum Taman Pelangi Kab. Cirebon." ABJIS: Al-Bahjah Journal of Islamic Community Service 1, no. 2 (July 1, 2024): 51–58. http://dx.doi.org/10.61553/abjis.v1i2.148.

Full text
Abstract:
Karakteristik warga di Perumahan cenderung bersifat individualisme dimana mereka memandang segaala aktivitas dilakukan kemampuan pribadi tanoa memandang sosial sebagai bagian dari kehidupan. Tujuan dari pengabian ini adalah untuk mengaplikasikan kegiatan marhabanan dalam menumbuhkan sikap solidaritas masyarakat Perumahan yang pada umumnya bersifat Individualisme, pengabdian ini dilakukan di Perum Taman Pelangi Kab. Cirebon selama 1 bulan 12 hari. Hasil penelitian yang berbasis pengabdian ini menunjukan bahwa sifat individualisme dapat di minimalisir melalui kegiatan marhabanan dengan menggandeng setiap warga secara terus menerus, kegiatan marhabanan yang telah berjalan menimbulkan solidaritas sosial yang baik, hal ini terlihat dari gotong royong dalam berbagai program yang berkaitan dengan keagamaan maupun lingkungan sekitar, dan solidaritas ekonomi terlihat dari semakin banyaknya pengguna jasa dan produk Masyarakat sekitar Perumahan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Knudsen, Britta Timm. "Franske individualismer!" Slagmark - Tidsskrift for idéhistorie, no. 15 (February 9, 2018): 58–67. http://dx.doi.org/10.7146/sl.v0i15.103585.

Full text
Abstract:
Jeg vil i det følgende se på hvilken skæbne individualisme-begrebet lider i tre franske samtidsdiagnostikeres mund. Disse er Michel Maffesoli (sociolog), Gilles Lipovetsky (filosof) og Jean Baudrillard (sociosof).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Tinah Febriyanti. "PENGEMBANGAN PEMASARAN DALAM EKONOMI SYARIAH." AL-MISBAH 1, no. 1 (January 1, 2020): 26–32. http://dx.doi.org/10.37753/al-misbah.v1i1.5.

Full text
Abstract:
Bangkitnya Individualisme Proliferasi individualisme, melindungi kebebasan individu dan otonomi dalam masyarakat postmodern menyenangkan sangat bertentangan dengan aturan institusi sosial dan agama. Bahkan, kepercayaan agama, terutama di monote agama istiadat, kolektivisme yang rawan dan minat untuk kesejahteraan orang lain dalam masyarakat yang sama. Sebenarnya itu kecenderungannya adalah penolakan terhadap nilai-nilai agama tradisional yang mendukung nilai-nilai sekuler yang individualistis, seperti pemenuhan diri bukannya kolektivisme dan religiusitas . Disintegrasi Agama di Dunia Muslim Sebagai bagian dari agama yang paling dipraktikkan, Islam menderita sekularisme, konsumerisme, individualisme, dan juga Islamoid. fobi. Sekularisme di Dunia Islam Budaya konsumen yang membuat konsumsi sakral juga telah menyebar di negara-negara Muslim melalui Proses yang terjadi dalam kontak langsung dan tidak langsung dalam konteks globalisasi, kecenderungan ini diperkuat oleh warisan kolonial yang menguntungkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

SELVARAJ, MADHUMITA, BADRUL REDZUAN ABU HASSAN, and ROSLINA ABDUL LATIF. "Penyertaan dalam Komuniti Filem: Sebuah Nota Penyelidikan." Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of Communication 39, no. 1 (March 31, 2023): 279–93. http://dx.doi.org/10.17576/jkmjc-2023-3901-16.

Full text
Abstract:
Konsep komuniti filem, berbanding kelab atau persatuan filem, merupakan istilah terbaru yang kini makin disantuni oleh penonton, peminat, pengkritik, pengkarya dan penguasa elit industri seni dan kebudayaan. Kesenjangan antara mereka yang mengetahui dan menyantuni komuniti filem, dan mereka di lingkaran sebuah komuniti filem yang tidak mengetahui atau menyedari sebesar apakah ruang atau kekangan itu? Tujuan utama penyelidikan ini ialah meninjau persepsi warga Wilayah Persekutuan dan Selangor terhadap konsep, program dan ekosistem komuniti filem. Penyelidikan ini telah menggunakan Teori Pilihan Rasional sebagai kerangka tindakan sosial yang berasaskan tiga konstruk: individualisme, struktur dan kerasionalan, yang mampu menjana ekosistem komuniti filem yang kondusif. Kerangka ini diterapkan ke atas sejumlah responden berstrata (n=875) berdasarkan umur, etnisiti, gender dan pendidikan. Analisis regresi berganda telah dilakukan untuk melihat sumbangan beberapa variabel terutamanya individualisme dan struktur komuniti filem terhadap ekosistem industri filem yang rasional secara amnya. Keputusan menunjukkan bahawa individualisme dan struktur komuniti filem mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ekosistem yang rasional dalam komuniti filem. Hal ini menunjukkan bahawa individualisme dan struktur program yang positif mampu menyelaras dan menambah fungsionalisme komuniti filem sebagai ekosistem seni dan kebudayaan perfileman yang independen demi memberikan nilai tambah besar kepada penonton, peminat, pengkritik dan pengkarya serta komuniti setempat. Kata kunci: Ekosistem komuniti filem, komuniti setempat, Teori Pilihan Rasional, tindakan sosial, sinefilia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Sazan, Darwalis. "SIMBOLISME NARATIF LISAN DALANG PAK MAJID DALAM EPISOD WAYANG KULIT SERI ASUN TERPILIH: PENELITIAN BERPANDUKAN WACANA KRITIS DAN TEKSDIALISME." Asian People Journal (APJ) 7, no. 2 (October 30, 2024): 172–85. http://dx.doi.org/10.37231/apj.2024.7.2.649.

Full text
Abstract:
Abstract: This study explores the oral narrative of Seri Asun Wayang Kulit based on the style of authorship, thought, and individualism led by mastermind Pak Majid based on the research of Critical Discourse Analysis and Textualism. The work for this study is based on the looseness of study based on the wayang kulit aspect since this traditional game of our ancestors is increasingly marginalized and is no longer the focus of the study. For this purpose, the study uses a qualitative method by applying the method of literature or library research and interpreting oral and written sources through the method of content analysis. The application and adaptation of this research theory is based on Critical Discourse Analysis (1998) and Textualism Theory (1996) in looking at authorship style based on ideas and thoughts, authorship thoughts and messages to the audience, stylistic forms, creativity, and individual actions. The application and adaptation of this research theory is based on Critical Discourse Analysis and Textualism Theory (1996) in looking at authorship style based on ideas and thoughts, authorship thoughts and messages to the audience, stylistic forms, creativity, and individual actions. Therefore, the Dalang figure will continue to be remembered and the wayang kulit Seri Asun will continue to be preserved because the principle in this idea symbolizes his character. Keywords: Styles; Individualism; Oral Narratives; Thought; Wayang Kulit Seri Asun Abstrak: Kajian ini meneroka naratif lisan wayang kulit Seri Asun berasaskan kepada gaya kepengarangan, pemikiran dan individualisme yang diterajui oleh dalang Pak Majid berpandukan kepada penelitian Analisis Wacana Kritis dan Teksdialisme. Gerak kerja bagi kajian ini bertitik tolak daripada kelompangan kajian yang berteraskan kepada aspek wayang kulit memandangkan permainan tradisi nenek moyang kita ini semakin terpinggir dan tidak lagi dijadikan fokus kajian. Untuk tujuan ini, kajian menggunakan kaedah kualitatif dengan mengaplikasikan kaedah literatur atau kajian kepustakaan dan kaedah pentafsiran sumber lisan dan tulisan melalui kaedah analisis kandungan. Penerapan dan penyesuaian teori kajian ini adalah berdasarkan Analisis Wacana Kritis (1998) dan Teori Teksdealisme (1996) dalam memperlihat gaya kepengarangan berdasarkan idea dan pemikiran, pemikiran dan mesej kepengarangan kepada khalayak, bentuk gaya, reka cipta dan tindakan individu. Hasil kajian ini menegaskan bahawa gagasan binaan kepengarangan, pemikiran dan individualisme dalang Pak Majid dalam naratif lisan wayang kulit Seri Asun seorang yang berkebolehan, unik dan dinamik akan sentiasa mempamerkan sifat jati diri yang menggunakan Subdialek Melayu Kedah Kunluang, watak yang dimainkan mempunyai makna simbolik menekankan nilai-nilai tradisional, identiti budaya, falsafah dan moral. Justeru, figura Dalang akan terus diingati dan wayang kulit Seri Asun akan terus dilestarikan kerana prinsipnya dalam gagasan ini melambangkan ketokohannya. Kata kunci: Gaya, Individualisme; Naratif Lisan; Pemikiran; Wayang Kulit Seri Asun
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Tjerbo, Trond, and Tore Hansen. "Individualisme, sosial kapital og politisk deltakelse." Norsk statsvitenskapelig tidsskrift 21, no. 01 (April 18, 2005): 29–51. http://dx.doi.org/10.18261/issn1504-2936-2005-01-02.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Seymour, Michel. "Quelques aspects politiques de l’anti-individualisme." Philosophiques 19, no. 2 (1992): 63. http://dx.doi.org/10.7202/027192ar.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Casilli, Antonio. "« Petites boîtes » et individualisme en réseau." Annales des Mines - Réalités industrielles Novembre 2010, no. 4 (2010): 54. http://dx.doi.org/10.3917/rindu.104.0054.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Dubost, Marie-Hélène. "Modernité, individualisme et crise de l'École." Le Télémaque 37, no. 1 (2010): 125. http://dx.doi.org/10.3917/tele.037.0125.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Boom, Hessel. "Morele principes als remedie tegen ­individualisme." Tijdschrift voor Religie, Recht en Beleid 13, no. 2 (June 2022): 71–90. http://dx.doi.org/10.5553/tvrrb/187977842022013002005.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Thibaud, Paul. "Triomphe et impotence du social-individualisme." Le Débat 173, no. 1 (2013): 149. http://dx.doi.org/10.3917/deba.173.0149.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Di Méo, Nicolas. "Individu et individualisme chez Marguerite Yourcenar." RELIEF - REVUE ÉLECTRONIQUE DE LITTÉRATURE FRANÇAISE 2, no. 2 (July 23, 2008): 128. http://dx.doi.org/10.18352/relief.152.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography