To see the other types of publications on this topic, follow the link: Indonesia. Departemen Kehutanan.

Journal articles on the topic 'Indonesia. Departemen Kehutanan'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 19 journal articles for your research on the topic 'Indonesia. Departemen Kehutanan.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Sukarman, Hendra. "KERANGKA HUKUM NEGARA DALAM MENGATUR AGRARIA DAN KEHUTANAN INDONESIA." Jurnal Ilmiah Galuh Justisi 3, no. 2 (2015): 202. http://dx.doi.org/10.25157/jigj.v3i2.419.

Full text
Abstract:
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, populasi keseluruhannya terbesar dan luas tanah kira-kira enam kali ukuran Inggris. Tanah dan semua sumber daya alam secara hukum dikuasai oleh negara. Selama dua dekade terakhir, sistem dual administrasi tanah telah muncul dimana sekitar 39% dari lahan berada dalam yurisdiksi Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan 61% dikelola oleh Departemen Kehutanan (Dephut). Menyadari konflik yang luas atas tanah di dalam area hutan dan implikasi untuk keamanan pangan, makalah ini mengeksplorasi asal-usul dualitas ini dan tantangan apakah ada dasar hukum u
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Inhazama, Tyas Ana, Adip Mustofa, and Ahmad Ali Syafi'i. "Analisis erosi menggunakan USLE pada area disposal dan sekatan Sump Angsana Pit Tutupan PT Adaro Indonesia." Jurnal Himasapta 8, no. 3 (2024): 201. http://dx.doi.org/10.20527/jhs.v8i3.11133.

Full text
Abstract:
Erosi merupakan kehilangan atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat oleh air atau angin. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Pengangkutan erosi yang terjadi di daerah iklim basah pada umumnya adalah pengangkutan erosi oleh air. Pengaruh iklim terhadap muka bumi serta segenap isinya, bukan saja besar, tetapi amat mendasar. Menurut pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa berbagai variable yang mempengaruhi prediksi erosi berperan sangat penting dalam nilai er
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Pamungkas, Bayu, Rahmat Kurnia, Etty Riani, and Taryono. "KLASIFIKASI LUASAN EKOSISTEM MANGROVE DI DESA PANTAI BAHAGIA, MUARA GEMBONG, KABUPATEN BEKASI DENGAN CITRA SENTINEL DENGAN METODE NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX." Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 12, no. 3 (2020): 821–31. http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v12i3.32241.

Full text
Abstract:
Ekosistem mangrove merupakan salah satu jenis sumber daya pesisir yang mempunyai manfaat baik secara fisik, biologis, dan ekonomis. Ekosistem mangrove di Kecamatan Muara Gembong merupakan ekosistem yang termasuk dalam kategori hutan lindung. Penelitian bertujuan mengestimasi luas hutan mangrove dan mengklasifikasi tutupan kanopi. Metode yang digunakan adalah Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dan menggunakan citra sentinel (resolusi spasial 10 m). Klasifikasi tutupan kanopi mengacu pada standar Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Data tutupan kanopi divalidasi dengan densiomete
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Sami, Rima Gulam. "IMPLIKASI PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL TERHADAP SWADAYA EKONOMI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL." Unes Journal of Swara Justisia 4, no. 2 (2020): 121–38. http://dx.doi.org/10.31933/ujsj.v4i2.158.

Full text
Abstract:
Pengelolaan hutan, industri kehutanan yang ekstraktif dan pencurian kayu ilegal yang berlangsung di akhir 1990-an telah mengurangi luas hutan Indonesia dari 162 juta hektar menjadi 98 juta hektar. Dari 70 ribu desa di Indonesia, 30 ribuan desa berada di dalam dan sekitar kawasan hutan, di mana 70% penduduknya menggantungkan hidupnya dari sumber daya hutan. Banyak komunitas lokal di lingkungan kawasan hutan yang tidak memiliki akses legal terhadap sumber daya hutan yang ada di sekitar mereka, dan hingga saat ini hanya terdapat kurang dari 1 juta hektar lahan di kawasan hutan yang secara legal t
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Ramdhoni, Fuad, Annisa Hana Fitriani, and Humam Abdurrasyid Afif. "IDENTIFIKASI DEFORESTASI MELALUI PEMETAAN TUTUPAN LAHAN DI KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN." Seminar Nasional Geomatika 3 (February 15, 2019): 465. http://dx.doi.org/10.24895/sng.2018.3-0.987.

Full text
Abstract:
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki luas hutan yang cukup besar yaitu sekitar 120,35 juta hektar (Departemen Kehutanan, 2008). Ketersediaan sumber daya yang ada di hutan Indonesia tergolong sangat melimpah, namun tidak dipungkiri bahwa sumber daya hutan yang ada di Indonesia memiliki fungsi ekonomis yang cukup menjanjikan yang berupa kayu atau batang pohon yang memiliki nilai ekonomis sehingga menyebabkan eksploitasi kayu secara besar – besaran yang dapat mengakibatkan terjadinya deforestasi. Laju deforestasi hutan sebesar 319.835,23 ha telah terjadi di Kalimantan Selatan dari tahu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Nurkholis, Muhamad Farid, Ussy Andawayanti, and Linda Prasetyorini. "Analisis Tingkat Bahaya Erosi dan Arahan Penggunaan Lahan di Sub DAS Bango Berbasis Sistem Informasi Geografis." Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air 3, no. 2 (2023): 672–85. http://dx.doi.org/10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.057.

Full text
Abstract:
Perkembangan jumlah penduduk yang semakin hari semakin bertambah dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, maka berdampak pada eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan pada lingkungan. Kegiatan eksploitasi dan eksplorasi pada Sub DAS Bango berakibat pada perubahan tata guna lahan. Pemanfaatan tata guna lahan yang tidak optimal akan menyebabkan peningkatan laju erosi. Sehingga diperlukan pemetaan laju erosi beserta tingkat bahaya erosi yang kemudian dapat diberikan skenario tata guna lahan baru. Penelitian ini dilakukan menggunakan met
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Firdiansyah, Risal. "EKSISTENSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP PELAKU KEJAHATAN PEMBALAKAN HUTAN." Jurnal Hukum dan Kenotariatan 6, no. 2 (2022): 882–94. http://dx.doi.org/10.33474/hukeno.v6i2.16355.

Full text
Abstract:
 Data Departemen Kehutanan tahun 2006, luas hutan yang rusak dan tidak dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta hektare kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi dalam lima tahun terakhir mencapai 2,83 juta hektare per tahun. Kejahatan yang berkaitan dengan tindakan pengrusakan atau penebangan kayu hasil hutan telah terbukti mengakibatkan problem yang serius di masyarakat, baik jangka pendek maupun masa mendatang. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Penceahan Dan Pemberantasan Perusakan Hutan disebutkan, bahwa pe
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Gaman, Sampang, Johanna Maria Rotinsulu, Raden Mas Sukarna, Penyang Penyang, and Nuwa Nuwa. "Potensi Pertumbuhan Tanaman Jelutung Rawa di Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau." HUTAN TROPIKA 19, no. 1 (2024): 192–98. http://dx.doi.org/10.36873/jht.v19i1.14448.

Full text
Abstract:
Budidaya tanaman jelutung rawa pada lahan rawa gambut telah banyak dilakukan oleh masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah. Namun upaya budidaya jelutung rentan mengalami kegagalan karena berbagai hal seperti kebakaran lahan dan faktor lainnya. Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kehutanan tahun 2003-2005 telah melakukan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yaitu kegiatan penanaman di kawasan hutan negara maupun di hutan masyarakat yang lahannya tidak produktif dengan jenis jenis lokal seperti jelutung, pulai, balangeran dan jenis lainnya. Setelah hampir 20 tahun penanaman Jelutung tersebu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Anye, Herman, and Novita Suryaningsih. "Evaluation of Forest and Climate Change Empowerment Programs of Long Laai Village, Kecamatan Segah Berau District." Progress In Social Development 2, no. 1 (2021): 13–20. http://dx.doi.org/10.30872/psd.v2i1.25.

Full text
Abstract:
ABSTRACT:
 The community participation program in conserving village forests is carried out by the Forest and Climate Change Program of Long Laai Village. Indonesia's forest is one of the third largest tropical forests in the world and is ranked second in terms of diversity. From an ecological, economic and social perspective, it turns out that the level of forest destruction in Indonesia is still relatively high from year to year due to uncontrolled exploitation activities carried out massively without paying attention to sustainability and sustainability. Kalimantan is one of the lungs
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Annisa, Winanda Rizky, and Siti Zunariyah. "PERUBAHAN POLA PENGELOLAAN HUTAN OLEH MASYARAKAT DI DESA KALIGUNTING (Studi Kasus PHBM di Desa Kaligunting, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur)." Journal of Development and Social Change 1, no. 1 (2018): 76. http://dx.doi.org/10.20961/jodasc.v1i1.20744.

Full text
Abstract:
<h1>Abstract : The existence of forest in Indonesia nowadays could be identified as under critical condition. It was not only caused by illegal logging phenomenon, but also the habit of forest village community which implicitly gives contribution towards the decay of forest ecosystem. This research used qualitative-descriptive method with approach case studies. The change that occurred in Kaligunting Village could be identified as two aspect, including physical aspect and non-physical aspect. Related to physical aspect, cultivating pattern that turned to 3m x 3m impacted on forest sustai
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Karimah, Selfiyah, and H. Hastuti. "THE DEVELOPMENT STRATEGY OF LAKE KELIMUTU TOURIST ATTRACTION IN ENDE REGENCY." Geosfera Indonesia 4, no. 2 (2019): 188. http://dx.doi.org/10.19184/geosi.v4i2.9222.

Full text
Abstract:
The purpose of this study is to analyze the potential and the development of Lake Kelimutu tourist attraction in Ende Regency. The data were collected through observation, documentation, and interviews with stakeholders, such as the Kelimutu National Park Office, Government Tourism Office, Community, and Visitors. The data was then analyzed descriptively for later determined of its development strategies using SWOT. The results of the study showed that the potential of Lake Kelimutu tourist attraction, besides the uniqueness of the three crater lakes, is also a diversity of flora and fauna, an
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Putri, Aulia Wara Arimbi, Janessa Angelica, and Kirana Kartawidjaja. "PEWARNAAN DAN PEMBERIAN MOTIF ALAMI KAIN CELUP IKAT ITAJIME SHIBORI DENGAN EKSTRAK INDIGOFERA DAN TUNJUNG." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 2 (2021): 541. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.28490.

Full text
Abstract:
The Increase in environtmentally friendly design products especially in fashion created by designers, artist and craftsmen in their work due to global trends and high demand for sustainable design products. Itajime shibori tie dyeing is one of the shape-resist techniques in textile design which usually using natural dyes in its application. The purpose of this research is to describe the process and to analyze the experimental result of natural dyeing and pattern from the combination of indigofera and tunjung extract on cotton silk fabrics with itajime shibori tie dyeing technique. The method
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Zahara, Meutia. "A REVIEW: MICROPROPAGATION OF PHALAENOPSIS sp FROM LEAF AND FLOWER STALK EXPLANTS." Jurnal Natural 17, no. 2 (2017): 91. http://dx.doi.org/10.24815/jn.v0i0.8130.

Full text
Abstract:
Abstract Phalaenopsis orchids are recognized as the most popular orchid genus in the world, especially in horticultural industry due to their large, colorful, and durable flowers as well as their wider adaptability to room conditions. The characteristics of seedling propagated by vegetative means are not uniform; therefore, propagation through tissue culture is desirable. Although the micro propagation of Phalaenopsis has shown very good development, but the wide spread of micro propagation still limited due some problems such as the exudation of phenolic compounds, the PGR concentration, the
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Zahara, Meutia. "A REVIEW: MICROPROPAGATION OF PHALAENOPSIS sp FROM LEAF AND FLOWER STALK EXPLANTS." Jurnal Natural 17, no. 2 (2017): 91–95. http://dx.doi.org/10.24815/jn.v17i2.8130.

Full text
Abstract:
Abstract Phalaenopsis orchids are recognized as the most popular orchid genus in the world, especially in horticultural industry due to their large, colorful, and durable flowers as well as their wider adaptability to room conditions. The characteristics of seedling propagated by vegetative means are not uniform; therefore, propagation through tissue culture is desirable. Although the micro propagation of Phalaenopsis has shown very good development, but the wide spread of micro propagation still limited due some problems such as the exudation of phenolic compounds, the PGR concentration, the
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Kaboel Suwardi. "KEBIJAKAN FORMULASI DELIK ILLEGAL LOGGING DALAM TINDAK PIDANA BIDANG KEHUTANAN." Cakrawala Hukum: Majalah Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma 18, no. 45 (2016). http://dx.doi.org/10.51921/can4sp47.

Full text
Abstract:
Illegal logging (penebangan liar) adalahistilah yang sering diperbincangkan di berbagaimedia, bahkan selalu menjadi topik yang sangathangat ditengah berbagai permasalahan mendasarbangsa ini. Ada yang menyatakan bahwa illegallogging adalah sebuah kejahatan yang takterkirakan. Yayasan Wahana Lingkungan Hidupyang disingkat WALHI menyatakan bahwa setiapmenitnya hutan Indonesia seluas 7,2 hektar musnahakibat destructive logging (penebangan yangmerusak). Dephut menyatakan bahwa kerugianakibat pencurian kayu dan peredaran hasil hutanilegal senilai 30,42 triliun rupiah per tahun,sementara Centre Indon
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Kaboel Suwardi. "KEBIJAKAN FORMULASI DELIK ILLEGAL LOGGING DALAM TINDAK PIDANA BIDANG KEHUTANAN." Cakrawala Hukum: Majalah Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma 18, no. 45 (2016). http://dx.doi.org/10.51921/chk.can4sp47.

Full text
Abstract:
Illegal logging (penebangan liar) adalahistilah yang sering diperbincangkan di berbagaimedia, bahkan selalu menjadi topik yang sangathangat ditengah berbagai permasalahan mendasarbangsa ini. Ada yang menyatakan bahwa illegallogging adalah sebuah kejahatan yang takterkirakan. Yayasan Wahana Lingkungan Hidupyang disingkat WALHI menyatakan bahwa setiapmenitnya hutan Indonesia seluas 7,2 hektar musnahakibat destructive logging (penebangan yangmerusak). Dephut menyatakan bahwa kerugianakibat pencurian kayu dan peredaran hasil hutanilegal senilai 30,42 triliun rupiah per tahun,sementara Centre Indon
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Muljono, Pudji. "REFLEKSI TERHADAP PROGRAM BINA DESA HUTAN : Intensifikasi Pertanian Sawah di Desa Tanjung Paku, Kecamatan Seruyan Hulu, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah." Jurnal Penyuluhan 4, no. 1 (2008). http://dx.doi.org/10.25015/penyuluhan.v4i1.2169.

Full text
Abstract:
Salah satu masalah klasik yang harus diatasi oleh Departemen Kehutanan dan perusahaan pemegang konsesi pengusahaan hutan menyangkut keberadaan masyarakat desa hutan adalah upaya untuk mengendalikan aktivitas perladangan berpindah. Dari segi demografis, menurut data FAO populasi masyarakat peladang yang ada di Indonesia berjumlah lebih kurang 12 juta jiwa dengan areal ladang seluas 35 juta hektar. Sementara menurut BPS, jumlah manusia Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sistem pertanian ladang sebanyak 5,6 juta jiwa dengan luas areal sebesar 10,4 juta hektar (Nugraha, 2005).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Riska. "Algoritma Backpropagation dalam Akurasi Memprediksi Kemunculan Titik Api (Hotspot) pada Wilayah Kerja Dinas Kehutanan." Jurnal Sistim Informasi dan Teknologi, September 5, 2022. http://dx.doi.org/10.37034/jsisfotek.v5i2.167.

Full text
Abstract:
Forest and land fires are an annual disaster issue in Indonesia. The forest area in West Sumatra is ± 2,286,883.10 Ha and 27% or an more than 630,695 Ha of forest area categorized as critical land that has the potential to burn and be damaged. Controlling for forest and land fires in West Sumatra Province was task for Forestry Departement, part of Sumatera Barat Government. One of is task was to reduce the rate of forest destruction. Forest and land fires are an annual disaster issue in Indonesia. The forest area in West Sumatra is ± 2,286,883.10 Ha and 27% or an more than 630,695 Ha of forest
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Budyatmojo, Winarno. "PENEGAKKAN HUKUM TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGING (ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN)." Yustisia Jurnal Hukum 2, no. 2 (2013). http://dx.doi.org/10.20961/yustisia.v2i2.10192.

Full text
Abstract:
<p align="center"><strong>Abstrak</strong></p><p>Tindak pidana illegal logging/penebangan liar menunjukan adanya suatu rangkaian kegiatan yang merupakan suatu mata rantai yang saling terkait, mulai dari sumber atau prosedur kayu illegal atau yang melakukan penebangan kayu secar illegal hingga ke konsumen atau pengguna bahan baku kayu. Kayu tersebut melalui proses penyaringan yang illegal, pengangkutan illegal dan proses eksport atau penjualan yang illegal. Proses penebangan liar ini, dalam perkembangannya semakin nyata terjadi dan sering kali kayu–kayu illegal has
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!