To see the other types of publications on this topic, follow the link: Inkompatibilitet.

Journal articles on the topic 'Inkompatibilitet'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Inkompatibilitet.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Purwaningsih, Avianti Dewi, and Lukito Mindi Cahyo. "Studi Inkompatibilitas Parenteral dan Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Surakarta." Jurnal Farmasi Indonesia 15, no. 2 (November 1, 2018): 109–14. http://dx.doi.org/10.31001/jfi.v15i2.452.

Full text
Abstract:
Pencampuran sediaan intravena merupakan suatu proses pencampuran obat steril dengan larutan intravena steril untuk menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk penggunaan intravena. Ruang lingkup dari intravenous admixtures adalah pelarutan atau rekonstitusi serbuk steril, penyiapan suntikan intravena sederhana, dan penyiapan suntikan intravena kompleks. Penelitian indentifikasi dan evaluasi kejadian inkompatibilitas tahap dispensing obat di rumah sakit bertujuan untuk mengetahui kejadian inkompatibilitas, mengetahui pola peresepan sediaan intravena,mengetahui proses rekostitusi (dispensing) obat, mengetahui pengaruh kemampuan farmasis pada kejadian inkompatibilitas, mengetahui hubungan inkompatibilitas dengan outcome terapi, dan kejadian inkompatibilitas pada penggunaan antibiotika. Penelitian menggunakan studi eksperimen, yaitu memberikan mengetahui pengaruh inkompatibilitas secara kuantitatif dan studi observasional untuk mengetahui kejadin inkompatibilitas antibiotika. Sampel yang digunakan yaitu pasien rawat inap di Rumah sakit , tidak termasuk pasien hemodialisa dan pasien persalinan. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif, untuk mendapatkan data kualitatif dan secara prospektif, untuk mendapatkan data kuantitatif. Hasil penelitian ini diperoleh penggunaan antibiotika terbesar adalah Ceftriaxone dengan pelarut NaCL. Inkompatibilitas yang terjadi sebesar 19,5% meliputi inkompatibilitas kimia dan Fisika. Penelitian ini dapat disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara penggunaan antibiotika dengan kejadian inkompatibilitas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Purwati, Desta, Zelly Dia Rofinda, and Husni Husni. "Karakteristik Pasien Transfusi Darah dengan Inkompatibilitas Crossmatch di UTD RSUP DR. M. Djamil Padang." Jurnal Kesehatan Andalas 9, no. 3 (November 29, 2020): 308. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v9i3.1328.

Full text
Abstract:
Transfusi adalah pelayanan kesehatan yang bagaikan pisau bermata dua. Disatu sisi terkadang merupakan satu-satunya cara penyelamatan pasien, tetapi disisi lain transfusi juga berisiko fatal. Transfusi yang aman dapat diperoleh dengan melakukan uji kompatibilitas diantaranya crossmatch. Inkompatibilitas pada crossmatch dipengaruhi banyak faktor. Tujuan: Menyajikan data karakteristik pasien transfusi darah dengan inkompatibilitas crossmatch di UTD RSUP DR.M.Djamil Padang Periode Juli-Desember 2018. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hasil pemeriksaan dengan inkompatibilitas crossmatch dikumpulkan dan dilihat karakteristik pasien berupa jenis kelamin, umur,, golongan darah, diagnosis, tipe inkompatibilitas dan riwayat transfusi. Hasil: Inkompatibilitas terbanyak didapatkan pada perempuan (61,6%), usia >50 tahun (54,36%), golongan darah A(37,86%), diagnosis infeksi (26,21%), tipe inkompatibilitas minor (87,3%) dan dengan riwayat transfusi berulang (58,25%). Simpulan: Inkompatibilitas crossmatch tidak dipengaruhi jenis kelamin tetapi dipengaruhi riwayat transfusi sebelumnya.Kata kunci: inkompatibilitas crossmatch, karakteristik pasien, transfusi darah
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Haqoiroh, Haqoiroh, Fita Rahmawati, and Syed Azhar Syed Sulaiman. "Problem Kompatibilitas Pemberian Obat secara Intravena pada Pasien di Intensive Care Unit." Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy) 7, no. 1, Oktober (May 29, 2019): 28–32. http://dx.doi.org/10.37013/jf.v7i1.48.

Full text
Abstract:
AbstractPemberian obat secara intravena umumnya digunakan pada pasien di rumah sakit yang membutuhkan efek farmakologis cepat atau bila pasien tidak dapat menerima pemberian secara oral. Persiapan pemberian obat intravena perlu kondisi khusus karena ada beberapa risiko yang dapat terjadi seperti inkompatibilitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi inkompatibilitas obat intravena pada pasien Intensive Care Units di RSUP Dr. Sardjito dan Rumah Sakit Akademik UGM, dan untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi inkompatibilitas obat seperti lama hari perawatan di rumah sakit, jumlah obat-obatan, dan jenis penyakit. Studi ini bersifat cross-sectional, prospektif, dan multisenter di RSUP. Dr. Sardjito dan RS. Akademik UGM, Yogyakarta. Lokasi penelitian ini berada di ICU, ICCU, dan HCU. Prevalensi inkompatibilitas obat dianalisis secara deskripsi dan statistik sedangkan hubungan antara potensi inkompatibilitas dan faktor risiko dianalisis dengan menggunakan uji T-test dan ANOVA dengan interval kepercayaan 95%. Dari 65 pasien yang didapat dari penelitian ini, prevalensi kejadian inkompatibilitas obat ditemukan pada 28 resep dengan rasio inkompatibilitas 2,4 PI/pasien. Jenis inkompatibilitas yang paling banyak terjadi adalah presipitasi 42 (83,35%), pasangan obat yang paling banyak memicu presipitasi adalah fentanil dan fenitoin; midazolam dan fenitoin. Jumlah obat yang digunakan pasien secara signifikan berpengaruh terhadap inkompatibilitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Akbar, Teuku Ilhami Surya, Ni Ken Ritchie, and Nurmala Sari. "INKOMPATIBILITAS ABO PADA NEONATUS DI UTD PMI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2018." AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 5, no. 2 (December 3, 2019): 59. http://dx.doi.org/10.29103/averrous.v5i2.2081.

Full text
Abstract:
Inkompatibilitas ABO atau ketidak cocokan golongan darah ABO pada neonatus merupakan salah satu penyebab ikterik patologis atau hiperbilirubinemia. Inkompatibilitas golongan darah ABO umumnya penyakit yang tidak berat, namun perlu penanganan sebaik-baiknya karena jika tidak dapat berdapak buruk bayi neonatus. Inkomptabilitas ABO terjadi pada 12% kehamilan, tetapi hanya 2% yang berkaitan dengan hemolisis berat. Ibu biasanya memiliki golongan darah O dan janin memiliki golongan darah A, B atau AB. Penelitian ini melihat prevalensi ABO inkompatibilitas pada neonatus dan penanganan yang dilakukan di UTD PMI Kota Banda Aceh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui presentase inkompatibilitas ABO di UTD PMI Kota Banda Aceh dan juga penanganan yang selama ini dilakukan. Metoda penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan pengambilan data menggunakan data sekunder. Total sampel berjumlah 4.500 kasus. Hasil penelitian menunjukkan presentase Inkompatibilitas ABO pada neonatus sebesar 0,5% dan diberikan penanganan berupa fototerapi dan transfusi darah. Kesimpulannya 1/20 neonatus yang diperiksakan darahnya di UTD PMI Kota Banda Aceh mengalami inkompatibilitas ABO, diharapkan ibu hamil dapat mengetahui golongan darahnya sebelum persalinan dan melakukan pemeriksaan terkait resiko inkompatibilitas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Miyashita, C., and M. Zeppezauer. "Biochemische Grundlagen der Inkompatibilität." Hämostaseologie 10, no. 02 (April 1990): 64–70. http://dx.doi.org/10.1055/s-0038-1655185.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungUm abzuschätzen, inwieweit körperfremde Oberflächen biokompatibel sind, ist es wichtig, die physikochemischen Eigenheiten künstlicher und biologischer Polymere wie die von Blutproteinen zu verstehen. Diese Eigenschaften der beiden Reaktionspartner bestimmen ihre Wechselwirkungen, z.B. die Art kovalenter und nichtkovalenter Bindungen, in denen die Konformation, Ladung und biologische Aktivität der Eiweißstoffe beeinflußt wird, die an der Oberfläche adsorbiert werden. Zahlreiche Techniken zur Charakterisierung der chemischen, physikalischen und biologischen Parameter von Proteinen stehen zur Verfügung. Allerdings können viele von ihnen in bestimmten Situationen nicht angewendet werden. Thermodynamische wie optische und spektroskopische Methoden für die Charakterisierung von Oberflächenbindungen werden in diesem Referat beschrieben und besprochen.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Fuith, L., A. Bichler, and D. Schönitzer. "Fetale Erythroblastose bei Kell-Inkompatibilität." Geburtshilfe und Frauenheilkunde 47, no. 02 (February 1987): 131–33. http://dx.doi.org/10.1055/s-2008-1035793.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Kasanah, Desi Amroni, Dina Christin Ayuning Putri, Sri Hartati Yuliani, and Rini Dwiastuti. "Kajian Potensi Inkompatibilitas dan Instabilitas: Studi Kasus Sediaan Racikan Mengandung Amitriptilin, Trifluoperazine Dihidroklorida dan Alprazolam." JPSCR : Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research 4, no. 2 (November 1, 2019): 120. http://dx.doi.org/10.20961/jpscr.v4i2.34187.

Full text
Abstract:
<p>Meracik obat merupakan salah satu tugas tenaga kefarmasian. Peracikan obat merupakan salah satu risiko penyebab <em>medication error</em>. Resep racikan yang mengandung amitriptilin, trifluoperazin dihidroklorida dan alprazolam adalah jenis peresepan dengan tingkat risiko tinggi, sedangkan informasi tentang sediaan racikan kombinasi obat tersebut masih sangat terbatas. Studi ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai risiko peracikan, potensi instabilitas, dan potensi inkompatibilitas pada resep racikan sediaan kapsul yang mengandung amitriptilin, trifluoperazin dihidroklorida dan alprazolam di sebuah rumah sakit di Semarang. Analisis risiko resep dilakukan dengan memperhatikan aspek risiko teknis dan risiko klinis, sedangkan pengkajian terhadap potensi instabilitas dan inkompatibilitas dilakukan secara sistematis menggunakan beberapa literatur sengan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil analisis risiko menunjukkan bahwa resep racikan mengandung amitriptilin, trifluoperazin dihidroklorida dan alprazolam memiliki risiko peracikan yang sangat tinggi. Berdasarkan penelusuran literatur sistematis, ditemukan adanya potensi ketidakstabilan dan inkompatibilitas yang mungkin terjadi yaitu penarikan lembab dan reaksi hidrolisis. Berbagai upaya teknis dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasian untuk meningkatkan kualitas obat dan menjamin keamanannya yaitu menggunakan cangkang kapsul HPMC, menyimpan sediaan dalam wadah tertutup kedap, terhindar dari cahaya langsung pada suhu ruang dan menambahkan silika gel. Meskipun demikian, potensi instabilitas dan inkompatibilitas yang ditemukan dalam studi ini masih berdasar pada kajian pustaka, sehingga perlu dilakukan penelitian eksperimental untuk mengetahui profil stabilitas dan kompatibilitas sediaan racikan tersebut.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Schuhmann, R., F. Stoz, and A. Schmid. "Histometrische Untersuchungen an Plazentazotten bei Rh-Inkompatibilität." Geburtshilfe und Frauenheilkunde 47, no. 04 (April 1987): 274–79. http://dx.doi.org/10.1055/s-2008-1035821.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Vogel Kahmann, I., R. B�rki, U. Denzler, A. H�fler, B. Schmid, and H. Splisgardt. "Inkompatibilit�tsreaktionen auf der Intensivstation." Der Anaesthesist 52, no. 5 (May 1, 2003): 409–12. http://dx.doi.org/10.1007/s00101-003-0481-3.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Bostedt, H., and Julia Amrhein. "Immunthrombozytopenie bei neugeborenen Ferkeln." Tierärztliche Praxis Ausgabe G: Großtiere / Nutztiere 31, no. 05 (2003): 260–63. http://dx.doi.org/10.1055/s-0038-1622986.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungDie neonatale Alloimmunthrombozytopenie (NAIT) wurde bisher bei Saugferkeln, Fohlen und Kindern beschrieben. Charakteristisch ist ein gesteigerter Thrombozytenabbau aufgrund einer fetomaternalen Inkompatibilität mit Immunisierung der Mutter gegen plättchenspezifische Alloantigene des Fetus, was zum klinischen Bild einer hämorrhagischen Diathese führt. Anhand einer Literaturübersicht wird die Erkrankung NAIT detailliert vorgestellt.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Würger, Wolfgang. "Überlegungen zum Organismusmodell der Homöopathie." Allgemeine Homöopathische Zeitung 262, no. 05 (September 2017): 10–16. http://dx.doi.org/10.1055/s-0043-115925.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungDas Organismusmodell der Homöopathie ist zentraler Bestandteil ihres wissenschaftlichen Paradigmas und wesentliche Grundlage für ihre Heilerfolge. Die Differenzbestimmungen zum schulmedizinischen Paradigma sind in ihm niedergelegt, darunter insbesondere das Konzept der Lebenskraft. Der Organismusbegriff Hahnemanns stellt einen Grenzbegriff zur konventionellen Medizin dar und markiert die Inkompatibilität der beiden Medizinen.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Siebers, J. "Rh-Inkompatibilität - Azidose bei Neugeborenen nach intrauteriner Transfusion." Geburtshilfe und Frauenheilkunde 45, no. 08 (August 1985): 552–53. http://dx.doi.org/10.1055/s-2008-1036367.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Schimmelpfeng-Schütte, Ruth. "Der Arzt im Spannungsfeld der Inkompatibilität der Rechtssysteme." MedR Medizinrecht 20, no. 6 (June 1, 2002): 286–92. http://dx.doi.org/10.1007/s00350-002-0710-9.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Eckmann, C., B. Hüneke, T. C. Schlotfeld, and C. R. Seitz. "Diagnostik und Management der pränatal therapiebedürftigen Rhesus-Inkompatibilität." Archives of Gynecology and Obstetrics 254, no. 1-4 (December 1993): 1420–21. http://dx.doi.org/10.1007/bf02266456.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Auliasari, Nimas Anggie, Risa Etika, Ilya Krisnana, and Pudji Lestari. "Faktor Risiko Kejadian Ikterus Neonatorum." Pediomaternal Nursing Journal 5, no. 2 (September 4, 2019): 183. http://dx.doi.org/10.20473/pmnj.v5i2.13457.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPendahuluan: Ikterus neonatorum merupakan manifestasi klinis pada neonatus yang ditandai dengan warna kuning pada kulit dan sklera akibat dari akumulasi produksi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih dalam jaringan. Berdasarkan data di RSUD Dr. Soetomo, tepatnya di ruang NICU dari 844 neonatus (46,8%) mengalami ikterus neonatorum. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum.Metode: Desain penelitian menggunakan analitik observasional dengan pendekatan case control. Sampel yang digunakan sebanyak 84 neonatus. Teknik pengambilan sampel menggunakan sequential sampling. Variabel independen yaitu inkompatibilitas ABO, prematuritas, BBLR, asfiksia, dan riwayat ibu DM, sedangkan variabel dependen adalah ikterus neonatorum. Pengumpulan data berupa data sekunder dari neonatus dan ibu. Analisis data menggunakan Contingency coefficient dengan α=0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 85,7% neonatus yang inkompatibilitas ABO mengalami ikterus neonatorum dan didapatkan nilai p=0,048, OR=6.833. Terdapat 57,4% neonatus yang prematur mengalami ikterus neonatorum dan didapatkan nilai p=0,028, OR=3,077. Terdapat 42,4% BBLR yang mengalami ikterus neonatorum dan didapatkan nilai p=0,032, OR=0,346. Terdapat 60% neonatus yang asfiksia mengalami ikterus neonatorum dan didapatkan nilai p=0,500. Terdapat 85,7% riwayat Ibu DM yang mengalami ikterus neonatorum dan didapatkan nilai p=0,048, OR=6,833.Kesimpulan: Kesimpulan penelitian ini, terdapat hubungan antara inkompatibilitas ABO, prematuritas, BBLR, dan riwayat Ibu DM dan tidak ada hubungan antara asfiksia dengan kejadian ikterus neonatorum di RSUD Dr. Soetomo.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Tobler, Stefan. "Unterschiede, aber keine Unvereinbarkeit. Zur Diskussion um die Menschenrechte zwischen der Russischen Orthodoxen Kirche und der Gemeinschaft Evangelischer Kirchen in Europa." Materialdienst 72, no. 3 (August 1, 2021): 149–53. http://dx.doi.org/10.1515/mdki-2021-0031.

Full text
Abstract:
Zusammenfassung Das russische Dokument zu den Menschenrechten von 2008 hat eine Diskussion ausgelöst, die zur Frage führt, ob eine theologische Fundamentaldifferenz in wichtigen Punkten einer Verständigung zwischen den Konfessionen im Wege steht. Der vorliegende Beitrag analysiert einige Aspekte und kommt zu einer nuancierten Antwort auf diese Frage. Von einer grundsätzlichen Inkompatibilität kann wohl nicht die Rede sein.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Hünecke, B., M. H. Carstensen, and R. C. Seitz. "Dopplersonografische Verlaufskontrollen bei der pränatalen Therapieüberwachung der Rh-Inkompatibilität." Archives of Gynecology and Obstetrics 245, no. 1-4 (July 1989): 102–4. http://dx.doi.org/10.1007/bf02417194.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Flommersfeld, Sabine, and Birgit Ertl. "Antikörpertitration bei der hämolytischen Erkrankung des Fetus und Neugeborenen – State of the Art." Transfusionsmedizin - Immunhämatologie, Hämotherapie, Immungenetik, Zelltherapie 8, no. 02 (May 2018): 90–94. http://dx.doi.org/10.1055/s-0043-121113.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungErgebnisse der immunhämatologischen Diagnostik stehen nicht immer in Einklang mit der klinischen Situation. Insbesondere bei der fetomaternalen Inkompatibilität, die zur hämolytischen Erkrankung des Fetus und Neugeborenen führen kann, ist eine Risikoabschätzung wichtig, um unnötige invasive Maßnahmen zu vermeiden. Hier hat sich die Antikörpertitration nach Antikörperspezifizierung durchgesetzt. Zu Methodik, Qualitätskontrollen und Interpretation gibt es keine differenzierten Handlungsempfehlungen in der Hämotherapie-Richtlinie der Bundesärztekammer. Wir stellen daher unsere Methodik vor und diskutieren die Vor- und Nachteile.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Kartikawati, Noor Khomsah. "TINGKAT INKOMPATIBILITAS BERSILANG SENDIRI PADA TANAMAN KAYU PUTIH." Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 2, no. 3 (October 2005): 141–47. http://dx.doi.org/10.20886/jpht.2005.2.3.141-147.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Kartika, Irna Diyana, Hilma Yuniar Thamrin, Rachmawati Muhiddin, Mansyur Arif, and Ibrahim Abdul Samad. "Analisis Antibodi Ireguler pada Reaksi Inkompatibel Darah Transfusi." UMI Medical Journal 5, no. 2 (December 30, 2020): 28–34. http://dx.doi.org/10.33096/umj.v5i2.93.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Terjadi kasus inkompatibilitas karena pemberian darah yang inkompatibel dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama akibat ketidakcocokan golongan darah saat melakukan transfusi sehingga terjadi reaksi hemolisis intravaskular akut dan juga dapat disebabkan oleh reaksi imunitas antara antigen dan antibodi karena adanya golongan darah lain atau antibodi ireguler. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis antibodi ireguler pada hasil inkompatibilitas darah transfusi uji silang serasi darah transfusi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan metode cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 70 sampel inkompatibel uji silang serasi yang ditemukan di Unit Bank Darah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan Unit Donor Darah PMI Makassar. Dilakukan pemeriksaan golongan darah dan uji silang serasi jika sampel yang telah di lakukan uji silang serasi dan hasilnya terjadi reaksi inkompatibel golongan darah maka sampel tersebut diambil kemudian di lanjutkan ke Direct antiglobulin test. Sampel yang Direct antiglobulin test positif dilanjutkan dengan pemeriksaan monospesifik yaitu tes IgG dan C3d. Analisis data menggunakan Metode analitik, yaitu dengan uji Chi Square untuk menilai variabel yang berhubungan dengan antibodi ireguler. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa, dari 70 sampel yang mengalami reaksi inkompatibilitas ternyata hanya 7 sampel yang positif memiliki antibodi ireguler, di antaranya Anti E 3 (4,29%), anti CDEd 1 (1,42%), dari ketujuh sampel yang positif terdapat 2 (2,86%) sampel yang positif semua pada sebelas sel panel tersebut dan terdapat 1 (1,42%) sampel yang positif pada sel panel kecil (sel 1 dan sel 2) untuk skrining antibodi. Kesimpulan: Kejadian inkompatibel golongan darah sebagian besar bukan karena adanya antibodi ireguler, hanya sekitar 10% inkompatibel akibat antibodi ireguler terjadi maka skrining antibodi ireguler belum menjadi urgensi di setiap Unit pelayanan Transfusi darah maupun di unit Bank darah Rumah sakit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Stoz, F., G. Keckstein, and R. Schuhmann. "Histometrische Kasuistik einer Plazenta nach intrauteriner Therapie einer Rhesus-Inkompatibilität." Geburtshilfe und Frauenheilkunde 47, no. 05 (May 1987): 349–50. http://dx.doi.org/10.1055/s-2008-1036135.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Cetin, E., B. Arabin, and K. H. Nicolaides. "Antepartale Blutgaswerte und Herzfrequenzmuster bei schwerer Wachstumsretardierung sowie RH-Inkompatibilität." Archives of Gynecology and Obstetrics 250, no. 1-4 (September 1991): 531–51. http://dx.doi.org/10.1007/bf02372885.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Safoklov, Yury. "Die Menschenwürde und die Orthodoxie: systemische Inkompatibilität oder profitable Koexistenz?" Kirche und Recht 27, no. 1 (2021): 53. http://dx.doi.org/10.35998/kur-2021-0004.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Irawaty, Irawaty, Rachmawati AM, and Mansyur Arif. "CHARACTERISTICS OF CROSSMATCH TYPES IN COMPATIBILITY TESTING ON DIAGNOSIS AND BLOOD TYPES USING GEL METHOD (Ciri Inkompatibilitas Uji Cocok Serasi Metode Gel terhadap Diagnosis dan Golongan Darah)." INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY 23, no. 1 (April 11, 2018): 36. http://dx.doi.org/10.24293/ijcpml.v23i1.1182.

Full text
Abstract:
Pemeriksaan uji cocok serasi adalah pemeriksaan kesesuaian darah pasien dan donor. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakahantigen eritrosit donor sesuai dengan antibodi di serum pasien (uji mayor) dan antigen eritrosit pasien terhadap antibodi di serum donor(uji minor). Pemeriksaan uji cocok serasi dapat dilakukan dengan metode tabung (metode konvensional) dan Gel. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui ciri golongan darah dan diagnosis di inkompatibilitas uji cocok serasi dengan menggunakan metode Gel. Rancanganpenelitian berupa observasional retrospektif di Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar denganmengambil data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan data rekam medis masa waktu Juni 2013-Juni 2014. Jumlah keseluruhan 213sampel dengan jumlah laki-laki 105 orang (49,3%) dan perempuan 108 orang (50,7%). Rentang umur terbanyak >17 tahun (83,6%).Kelompok di inkompatibilitas terbanyak di penyakit infeksi (36,2%) dengan golongan darah B (32,9%), rhesus positif (100%) dan tipeinkompatibilitas minor (81,2%). Pasien tanpa riwayat transfusi lebih banyak (97,7%) dibandingkan dengan riwayat transfusi (2,3%).Perlu diteliti lebih lanjut dengan anamnesis langsung di pasien untuk menghindari bias sehingga diperoleh hasil yang lebih sahih. Selainitu diperlukan penelitian lebih lanjut pemeriksaan penyaringan dan identifikasi antibodi di setiap ketidaksesuaian uji cocok serasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Führer, E. "Studien über intraspezifische Inkompatibilität bei Pityogenes chalcographus L. (Col., Scolytidae)1." Zeitschrift für Angewandte Entomologie 83, no. 1-4 (August 26, 2009): 286–97. http://dx.doi.org/10.1111/j.1439-0418.1977.tb02400.x.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Kitschke, H. J., A. Poschmann, M. Carstensen, C. Sprotte, K. Fischer, and I. Schreer. "Pränatale Diagnostik und Therapie des Morbus haemolyticus fetalis bei Rhesus-Inkompatibilität*." Geburtshilfe und Frauenheilkunde 45, no. 07 (July 1985): 470–72. http://dx.doi.org/10.1055/s-2008-1036354.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Schauf, B. "Klinische Einzelbeobachtung: Klinisches Management bei Rh-Inkompatibilität in sehr früher Schwangerschaftswoche." Geburtshilfe und Frauenheilkunde 59, no. 2 (February 1999): 91–93. http://dx.doi.org/10.1055/s-1999-14166.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Kingreen, T. "Inkompatibilität zwischen dem Amt des Oberbürgermeisters und der Mitgliedschaft im Kreistag." JURA - Juristische Ausbildung 42, no. 3 (February 7, 2020): 300. http://dx.doi.org/10.1515/jura-2019-2390.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Rahmawati, Reza, Fita Rahmawati, and Syed Azhar Syed Sulaiman. "Problem Kompatibilitas dan Stabilitas Pencampuran Sediaan Intravena Pada Pasien Anak di RSUP Dr. Sardjito." Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy) 7, no. 1, Oktober (May 29, 2019): 19–23. http://dx.doi.org/10.37013/jf.v7i1.46.

Full text
Abstract:
AbstractPenyiapan dan pemberian obat intravena yang tidak tepat dapat membahayakan dan menyebabkan kegagalan terapi pada pasien. Pada pasien anak, pemberian obat intravena sangat kritis karena keterbatasan pembuluh vena terutama ketika dilakukan pemberian obat secara bersamaan dalam satu waktu yang dapat memicu terjadinya inkompatibilitas. Kesalahan dalam pencampuran obat intravena juga dapat mempengaruhi stabilitas obat. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi kejadian inkompatibilitas dan stabilitas obat intravena pada pasien rawat inap anak. Pengambilan data dilakukan secara prospektif di RSUP Dr. Sardjito di ruang rawat inap intensif anak (PICU) dan bangsal anak dari November-Desember 2017. Pengambilan data dilakukan pada pasien rawat inap anak yang menggunakan minimal 1 obat intravena dan dilakukan analisis kompatibilitas dan stabilitas obat menggunakan referensi standar Handbook of Injectable Drugs dan referensi lain. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah 75 pasien, dimana 34 pasien dari PICU dan 41 pasien dari bangsal anak. Pemberian obat melalui rute intravena sebanyak 49.1% dengan rata-rata penggunaan obat intravena 3.3 obat/pasien. Pasangan obat yang kompatibel adalah sebanyak 73.7% dan unknown sebanyak 26.3%. Tidak ditemukan adanya pasangan obat yang inkompatibel dalam penelitian ini. Permasalahan stabilitas yang terjadi pada pemberian infus continue pada 3 pasangan obat apabila digunakan lebih dari waktu yang tertera pada literatur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Syahbarni, Siti, Maria Caecilia Nanny Setiawati, and Erna Prasetya Ningrum. "Gambaran Kompatibilitas Sediaan Obat Intravena Dengan Sediaan Lain Pada Pasien Di ICU." Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar 16, no. 1 (June 30, 2021): 83. http://dx.doi.org/10.32382/medkes.v16i1.1796.

Full text
Abstract:
Pencampuran sediaan parenteral memiliki beberapa kekurangan, salah satunya adalah kemungkinan terjadinya inkompatibilitas obat. Inkompatibilitas adalah suatu reaksi yang tidak diinginkan yang dapat mengubah stabilitas kimia, fisika, maupun maupun terapeutik dari suatu sediaan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien yang mendapat terapi sediaan parenteral IV dan memberikan gambaran kompatibilitas sediaan parenteral IV yang diberikan secara bersamaan pada pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit di Semarang bulan Februari 2020. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data rekam medis (RM). Metode penelitian yang digunakan adalah retrospektif dengan teknik sampling purposive sampling, kemudian dianalisis secara deskriptif non analitik yaitu dengan mendeskripsikan suatu keadaan secara obyektif serta melihat kesesuaian berdasarkan literatur. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik pasien di ruang ICU yang mendapat terapi sediaan parenteral IV berdasarkan diagnosa dokter dan usia pasien. Kelompok diagnosa terbanyak adalah gagal napas dari berbagai kausa sebesar 41,18%, sedangkan kelompok usia pasien terbanyak yang dirawat di ICU adalah usia >65 tahun sebesar 35,29%. Gambaran kompatibilitas sediaan parenteral IV yang diberikan secara bersamaan diklasifikasikan sebagai inkompatibel (I) sebesar 3,72%, kompatibel (K) sebesar 25,71%, not clear (NC) sebesar 1,53% dan no recommendation (NR) sebesar 0,41%. Hasil dari penelitian ini sebagian besar diklasifikasikan sebagai no information (NI) yaitu sebesar 68,64%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Riwanto, Agus. "INKOMPATIBILITAS ASAS PENGATURAN SISTEM PEMILU DENGAN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL DI INDONESIA." JURNAL HUKUM IUS QUIA IUSTUM 21, no. 4 (October 2014): 509–30. http://dx.doi.org/10.20885/iustum.vol21.iss4.art1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Maulydia, Maulydia, and Eddy Rahardjo. "Penanganan Inkompatibilitas Darah pada Wanita Hamil yang Menderita Lupus Eritematosus Sistemik." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 12, no. 1 (March 1, 2020): 40–46. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v12i1.27261.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah salah satu penyakit auto-imun yang ditandai dengan produksi antibodi terhadap komponen-komponen inti sel. Kehamilan pada wanita dengan LES dihubungkan dengan meningkatnya risiko bagi ibu dan bayi. Frekuensi kegagalan kehamilan di Amerika Serikat didapat sebesar 43% pada tahun 1960-1965 dan berkurang menjadi 17% pada tahun 2000-2003. RSUD Dr. Soetomo mendapatkan 166 penderita wanita dengan LES di dalam satu tahun (Mei 2003-April 2004). Dari setiap 2000 penderita, ditemukan 1-2 kasus dengan LES.Kasus: Seorang wanita berusia 25 tahun, dengan usia kehamilan 4 minggu datang ke instalasi gawat darurat (IGD) karena adanya perdarahan dari jalan lahir. Dia diketahui mengidap LES dan lupus nefritis sejak tahun 2003. Hasil ultrasonografi (USG) kandungan menunjukkan adanya kematian hasil konsepsi (IUFD). Obat yang rutin diminum adalah metilprednisolon, lansoprazole, asam folat, dan sandimun. Pada pemeriksaan lab didapatkan hemoglobin 5,2 gr/dl, platelet 146.000, albumin 1,56 dan peningkatan APTT. Pasien direncanakan untuk transfusi darah dan albumin. Keesokan harinya, pasien mengalami keguguran dengan plasenta tertinggal disertai dengan penurunan hb menjadi 3,7 gr/dl. Transfusi tertunda oleh karena adanya inkompatibilitas dengan 20 kantung darah. Akhirnya diputuskan untuk melakukan transfusi menggunakan 1 kantung washed erithrocyte dengan major cross match threshold <3. Pada akhirnya Hb berhasil naik menjadi 6.3 g/dl dan plasenta dapat keluar secara spontan.Pembahasan: Terjadinya abortus pada pasien ini dapat disebabkan oleh kehamilan sebelum remisi LES, maupun pengobatan untuk LES yang rutin dikonsumsi. Pada pasien LES yang mengandung, didapatkan peningkatan angka kejadian anemia. Anemia pada pasien ini membutuhkan tranfusi segera, namun karena pada pasien LES yang seringkali mengalami anemia hemolitik, tranfusi tertunda karena hasil cross test yang inkompatible. Keterbatasan biaya menyebabkan pemberian intravenous immunoglobuline tidak dapat dilakukan. Pada akhirnya, tranfusi menggunakan washed erithrocyte dengan major cross match <3 dapat menjadi alternatif pilihan.Kesimpulan: Kehamilan dengan LES dapat sebabkan terjadinya abortus dan anemia berat, sehingga tranfusi menggunakan washed erithrocyte dapat menjadi alternatif terapi yang baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Földényi, Monika, Anna Giovanoli, Friederike Tagwerker-Neuenschwander, Urs Schallberger, and Hans-Christoph Steinhausen. "Reliabilität und Retest-Stabilität der Testleistungen von 7-10jährigen Kindern in der computerunterstützten TAP." Zeitschrift für Neuropsychologie 11, no. 1 (February 2000): 1–11. http://dx.doi.org/10.1024//1016-264x.11.1.1.

Full text
Abstract:
Zusammenfassung: Die Studie diente der Untersuchung der Retest-Reliabilität und Stabilität der Testbatterie zur Aufmerksamkeitsprüfung (TAP) bei 7-10jährigen Schulkindern. Die Stichprobe bestand aus 52 Mädchen und 43 Jungen. Die Retest-Reliabilität der Gesamttestbatterie kann als gut bezeichnet werden. Die Untersuchung der Reliabilität der Untertests ergab folgende Resultate: Nur beim Untertest Visuelle Vigilanz wurde sowohl bezüglich der Tempo- als auch bezüglich der Leistungsgütemasse eine mittlere Zuverlässigkeit gefunden. allgemein erwies sich die Reliabilität der Leistungsgütemasse nur bei den längeren Untertests als genügend. Bei den kürzeren Untertests waren die Tempomasse insgesamt zuverlässiger als die Leistungsgütemasse. Als Faktoren, welche die Reliabilität einschränkten, wirkten im allgemeinen variable Übungsfortschritte aufgrund von unterschiedlichen Ausgangsleistungen; bei den Untertests Go/Nogo und Inkompatibilität schränkte der Stress, der durch den Zeitdruck verursacht wurde, die Reliabilität ein. In den meisten Untertests kam es zu Übungseffekten.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Schönitzer, D. "Die Stellung der Kell-Inkompatibilität im Rückblick auf 15 Jahre Mutter-Kind-Paß-Serologie." Transfusion Medicine and Hemotherapy 14, no. 2 (1987): 3–9. http://dx.doi.org/10.1159/000226161.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Lorenz, Bernd, and Dietrich Manzey. "Geschlechtsunterschiede bei Wahlreaktionsleistungen im eignungsdiagnostischen Kontext." Zeitschrift für Differentielle und Diagnostische Psychologie 22, no. 3 (September 2001): 173–84. http://dx.doi.org/10.1024//0170-1789.22.3.173.

Full text
Abstract:
Zusammenfassung: Bei 243 Bewerbern für die Ausbildung zum Flugverkehrslotsen (166 Männer, 77 Frauen) wurden Geschlechtsunterschiede in den Leistungen bei einem 8-fach Wahlreaktionstest mit Reiz-Reaktions-Inkompatibilität-- untersucht. Die Reaktionszeiten wurden aufgespalten in Entscheidungszeiten (= Zeitintervall zwischen Signal und Loslassen einer Ruhetaste) und Bewegungszeiten (= Zeitintervall zwischen Loslassen der Ruhetaste und Drücken der Zieltaste). Ergänzend wurden Geschlechtsunterschiede in einem weiteren perzeptiv-motorischen Leistungstest (Bourdon-Buchstabendurchstreichen) untersucht. Ergebnisse: (1) Während die Entscheidungszeiten sich in beiden Gruppen nicht unterschieden, zeigten Männer signifikant kürzere Bewegungszeiten als Frauen. (2) Frauen hatten signifikant häufigere Auslassungen (4.6%) als Männer (2.1%). (3) Frauen hatten signifikant schnellere Leistungen im Bourdon-Buchstabendurchstreichen. Anhand der Ergebnisse wird vermutet, daß sich das in der Literatur zu Geschlechtsdifferenzen bei Reaktionszeitaufgaben inkonsistente Befundbild einerseits auf Unterschiede im Stimulusmaterial (räumlich vs. verbal), andererseits auf die relative Bedeutung der Muskelkraft bei manuellen Zielbewegungen zurückführen läßt.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Hidayati, Nur, and Siti Husna Nurrohmah. "UJI SOMATIK INKOMPATIBILITAS YANG MENYERANG Ganoderma steyaertanum KEBUN BENIH DI WONOGIRI, JAWA TENGAH." Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 12, no. 2 (August 2015): 93–104. http://dx.doi.org/10.20886/jpht.2015.12.2.93-104.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Muzzammil, Sahel. "Memperkecil District Magnitude, Menuju Multipartai Sederhana di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia." Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Ilmu Sosial 2, no. 2 (August 30, 2021): 72. http://dx.doi.org/10.36722/jaiss.v2i2.544.

Full text
Abstract:
<p><em>Sejak memasuki Era Reformasi, Indonesia melalui amandemen Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) telah meneguhkan komitmen terhadap sistem pemerintahan presidensial, namun sistem kepartaian yang terbangun (multipartisme ekstrem) justru tidak kompatibel dengan sistem tersebut. Penelitian ini bertujuan memaparkan inkompatibilitas tersebut sepanjang perjalanannya hingga masa sekarang. Dengan metode penelitian doktrinal dan pendekatan sejarah di dalamnya, penelitian ini menemukan konsekuensi multipartisme ekstrem yang tidak menguntungkan bagi pemerintahan Indonesia mewujud ke dalam beberapa bentuk, mulai dari impeachment sampai dengan koalisi yang justru menyandera. Ini memberi sinyal bahwa secara subtil sesuatu perlu dilakukan untuk penyederhanaan sistem multipartai di Indonesia, termasuk dengan memperkecil apa yang dinamakan district magnitude.</em></p><p> <strong><em>Kata kunci</em></strong><em>: Presidensialisme; Multipartai; District Magnitude.</em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Mayer, Beate, and Alexander Weichert. "Frühe und schwer verlaufende hämolytische Erkrankung des Fetus und Neugeborenen." Transfusionsmedizin - Immunhämatologie, Hämotherapie, Immungenetik, Zelltherapie 10, no. 02 (May 2020): 89–93. http://dx.doi.org/10.1055/a-0972-6307.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungEine schwere Alloimmunisierung der Schwangeren gegen erythrozytäre Blutgruppenmerkmale kann insbesondere bei Antikörpern der Spezifität Anti-K bereits vor der 20. Schwangerschaftswoche zu einer fetalen Anämie führen. Wir berichten über eine 37-jährige Schwangere (Gravida 6, Para 5) mit bekanntem Anti-K. In der Vorgeschichte kam es aufgrund einer K-Inkompatibilität in der 4. Schwangerschaft in der 34. Schwangerschaftswoche (SSW) zu einem Hydrops fetalis und in der 5. Schwangerschaft in der 22. SSW zu einem intrauterinen Fruchttod. Mittels eines nicht invasiven Pränataltests (NIPT) wurde in der aktuellen Schwangerschaft erneut ein K-positiver Fetus bestätigt. Aufgrund der Vorgeschichte erfolgte eine prophylaktische hochdosierte i. v. Immunglobulingabe (IVIG) (1 g/kgKG/Woche) ab der 14. SSW. In der 29 + 1 SSW war bei beginnender fetaler Anämie eine intrauterine Transfusion (IUT) erforderlich. Der weitere Schwangerschaftsverlauf gestaltete sich unter Fortführung der wöchentlichen IVIG-Therapie unauffällig. Das Kind kam in der 40 + 2 SSW durch Spontangeburt zur Welt. Bei positivem direktem Coombs-Test ließ sich im Eluat das mütterliche Anti-K nachweisen. Postpartal kam es bei dem Neugeborenen nur zu einem leichten Abfall der Hämoglobinkonzentration von 11,7 auf 9,5 g/dl. Eine Therapie war nicht erforderlich.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Ziemann, Malte. "Bestrahlung zellulärer Blutprodukte – Änderungen in den neuen Querschnitts-Leitlinien." Transfusionsmedizin - Immunhämatologie · Hämotherapie · Transplantationsimmunologie · Zelltherapie 11, no. 02 (May 2021): 108–11. http://dx.doi.org/10.1055/a-1258-1216.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungDie transfusionsassoziierte Graft-versus-Host-Erkrankung (ta-GvHD) ist eine seltene, aber lebensbedrohliche Nebenwirkung der Transfusion zellulärer Blutprodukte, die durch restliche Lymphozyten des Blutspenders hervorgerufen wird. Risikofaktoren für eine ta-GvHD sind eine geschwächte T-zelluläre Abwehr des Patienten, eine hohe Zahl residueller Lymphozyten im Blutprodukt und eine einseitige HLA-Inkompatibilität zwischen Spender und Empfänger. Durch eine Bestrahlung zellulärer Blutkomponenten mit mindestens 25 Gray lässt sich eine ta-GvHD sicher verhindern. In der gerade erschienenen 5. Auflage der Querschnitts-Leitlinien der Bundesärztekammer zur Therapie mit Blutkomponenten und Plasmaderivaten wurden einige Indikationen zur Bestrahlung gelockert, da Erfahrungen aus Großbritannien zeigen, dass hier auch nach Transfusion unbestrahlter Blutprodukte kein Risiko für eine ta-GvHD besteht. So stellen lymphatische Neoplasien nicht mehr generell eine Bestrahlungsindikation dar, sondern nur, wenn ein Hodgkin-Lymphom oder ein schwerer T-Zell-Defekt vorliegt oder wenn bestimmte Therapien durchgeführt werden bzw. wurden (z. B. Gabe von Purinanaloga). Zu anderen Indikationen finden sich in den revidierten Querschnitts-Leitlinien erstmals Empfehlungen zur Verwendung bestrahlter Blutkomponenten: Dies betrifft z. B. hämatoonkologische Patienten unter Therapie mit ATG oder Alemtuzumab. Der Artikel fasst den aktuellen Erkenntnisstand zur ta-GvHD kurz zusammen und erläutert die Änderungen der revidierten Querschnitts-Leitlinien.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Puspitasari, Desy, and Anto Rimbawanto. "UJI SOMATIK INKOMPATIBILITAS Ganoderma philippii UNTUK MENGETAHUI POLA SEBARAN PENYAKIT BUSUK AKAR PADA TANAMAN Acacia mangium." JURNAL PEMULIAAN TANAMAN HUTAN 4, no. 1 (July 30, 2010): 49–61. http://dx.doi.org/10.20886/jpth.2010.4.1.49-61.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Reflinaldon, Reflinaldon, Damayanti Buchori, and Dwinardi Aprianto. "KERAGAMAN GENETIK, KEBUGARAN DAN INKOMPATIBILITAS REPRODUKSI Hemiptarsenus varicornis Girault (Hymenoptera: Eulophidae), PARASITOID LARVA Liriomyza huidobrensis (Diptera: Agromyzidae)." Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 11, no. 1 (January 5, 2011): 1–10. http://dx.doi.org/10.23960/j.hptt.1111-10.

Full text
Abstract:
Several experiments have been conducted to study genetic variation, fitness and reproductive incompatibility of H. varicornis from different geographic populations. Genetic variation from Pandai Sikek (PS), Alahan Panjang (AP) and Kayu Aro (KA) was analyzed by using random amplified polymorphic DNA-polymerase chain reaction (RAPD-PCR) technique and the similarity of genetics measured using NTSys program. The fitness of female wasps such as longevity, fecundity and preoviposition was observed and then compared among those populations. Incompatibility in reproduction was determined by accounting of reproductive compatibility (RC) index in crossing of intra and interpopulation both of PS and AP. The results showed high genetic variation of H. varicornis among population from Alahan Panjang, Pandai Sikek and Kayu Aro with similarity coefficient of 30 to 70%. The best fitness showed the female wasps from Kayu Aro that was significantly different (P= 0.00) in longevity (24.60 ± 6.4 days), fecundity (63.6 ± 28.6 eggs) and parasitization (53.60%) but not significantly different (P=0.07) in number of the first day eggs (1.1 ± 1.4 eggs). Crossing of AP and PS indicated incompatibility in reproduction among the population.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Husna Nurrohmah, Siti, and Nur Hidayati. "UJI INKOMPATIBILITAS SOMATIK DAN PERTUMBUHAN JAMUR GANODERMA DARI KEBUN BENIH GENERASI PERTAMA Acacia auriculiformis DI WONOGIRI, JAWA TENGAH." JURNAL PEMULIAAN TANAMAN HUTAN 8, no. 1 (July 30, 2014): 14–29. http://dx.doi.org/10.20886/jpth.2014.1.14-29.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Husna Nurrohmah, Siti, and Nur Hidayati. "UJI INKOMPATIBILITAS SOMATIK DAN PERTUMBUHAN JAMUR GANODERMA DARI KEBUN BENIH GENERASI PERTAMA Acacia auriculiformis DI WONOGIRI, JAWA TENGAH." JURNAL PEMULIAAN TANAMAN HUTAN 8, no. 1 (July 30, 2014): 14–29. http://dx.doi.org/10.20886/jpth.2014.8.1.14-29.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Vales, Anja, Hansjörg Steitzer, Irene Utz, Eva Unterberger, and Gerhard Jüngling. "Behandlung der hämolytischen Krankheit beim Fetus und Neugeborenen (HDFN) verursacht durch Anti-Jsb-Antikörper." Transfusionsmedizin - Immunhämatologie, Hämotherapie, Immungenetik, Zelltherapie 8, no. 02 (May 2018): 87–89. http://dx.doi.org/10.1055/s-0044-100253.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungDie Erstvorstellung der Patientin an unserer Abteilung fand in der 24. Schwangerschaftswoche (SSW) statt. Wie aus Vorbefunden bekannt, lag bei ihr ein erythrozytärer Antikörper vor, der sich gegen das hochfrequente Jsb-Antigen (KEL7, „Matthews“) richtet, das zum Kell-Blutgruppensystem gehört. Anti-Jsb-Antikörper können, wie alle Antikörper gegen Antigene des Kell-Systems, eine hämolytische Krankheit beim Fetus und Neugeborenen (HDFN) verursachen. Die Antigenfrequenz bei Kaukasiern liegt bei 100%, deshalb stehen kompatible Erythrozytenkonzentrate in Mitteleuropa in der Regel nur kryokonserviert zur Verfügung. In der 28. SSW entwickelte der Fetus eine schwere Anämie, die mit einer Intrauterintransfusion (IUT) behandelt werden musste. Da kompatible Erythrozytenkonzentrate nicht zur Verfügung standen, entschieden wir uns, für die IUT mütterliches Blut zu verwenden, obwohl eine Inkompatibilität zwischen Mutter (Blutgruppe B) und ungeborenem Kind (Blutgruppe A) im AB0-System vorlag. Diese Vorgehensweise ist aufgrund des Fehlens von Isoagglutininen bei Feten und Neugeborenen zu vertreten. Die IUT wurde insgesamt 2× durchgeführt, dabei traten keinerlei Komplikationen auf. Aufgrund einer drohenden Eklampsie und Anämie des Ungeborenen entschloss man sich, eine Sectio in der 34. SSW durchzuführen. Zu diesem Zeitpunkt waren für Mutter und Kind kompatible Erythrozytenkonzentrate verfügbar, die unsererseits durch internationale Zusammenarbeit extern beschafft wurden. Die Sectio verlief komplikationslos. Postnatal kam es zu einer Hyperbilirubinämie, die durch Phototherapie behandelt werden konnte. Transfusionen oder eine Austauschtransfusion wurden nicht erforderlich.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Arruum, Zainyah Salmah, and Budi Waluyo. "Keberhasilan dan kompatibilitas penyerbukan sendiri dan silang pada hibridisasi interspesifik ciplukan (Physalis spp)." Jurnal Agro 8, no. 1 (July 31, 2021): 84–99. http://dx.doi.org/10.15575/9368.

Full text
Abstract:
Tanaman ciplukan digunakan untuk menghasilkan buah segar, bahan baku nutraceutical, dan biofarmasi. Kapasitas genetik ciplukan dapat ditingkatkan dengan hibridisasi interspesifik. Ketidakcocokan adalah masalah yang muncul pada persilangan antarspesies. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari keberhasilan dan kompatibilitas penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang hibridisasi interspesifik ciplukan. Penelitian dilaksanakan di Seed and Nursery Industry, Agro Techno Park, Universitas Brawijaya pada bulan Januari sampai Juni 2020. Penelitian menggunakan bahan 5 spesies ciplukan, yaitu Physalis P. angulata, P. peruviana, P. pruinosa, P. pubescens, dan P. ixocarpa. Pola perkawinan dialel digunakan serta pengamatan terhadap hasil penyerbukan diamati. Hasil penyerbukan silang interspesifik memiliki derajat kompatibilitas yang berbeda. Kompatibilitas penyerbukan sendiri pada setiap spesies tinggi. Penyerbukan silang interspesifik P. pubescens (PPB-68154-04) x P. angulata (PAN-69281) kompatibel. Inkompatibilitas parsial terdapat pada penyerbukan silang interspesifik P. angulata (PAN-69281) x P. ixocarpa (PIX-4418-2), P. pubescens (PPB-68154-04) x P. ixocarpa (PIX-4418-2) , P. pruinosa (PPN+3101) x P. angulata (PAN-69281), dan P. pruinosa (PPN+3101) x P. ixocarpa (PIX-4418-2). Inkompatibilitas lengkap terjadi pada penyerbukan silang P. angulata (PAN-69281) x P. pubescens (PPB-68154-04), P. angulata (PAN-69281) x P. pruinosa (PPN+3101), P. pubescens (PPB-68154-04) x P. pruinosa (PPN+3101), P. pruinosa (PPN+3101) x P. pubescens (PPB-68154-04), P. pruinosa (PPN+3101) x P. ixocarpa (PIX-4418-2), P. peruviana (PPV-45311-03) dan P. ixocarpa (PIX-4418-2). Penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang yang kompatibel menghasilkan perbedaan pada karakteristik buah dan benih. P. pruinosa (PPN+3101), P. angulata (PAN-69281), dan P. pubescens (PPB-68154-04) menghasilkan jumlah benih yang berbeda pada penyerbukan silang interspesifik.AbstractCiplukan is used as a fresh fruit, nutraceutical raw materials, and biopharmaceuticals. Genetic capacity of ciplukan can be increased by interspecific hybridization. Incompatibility is an issue obtained during the interspecific hybridization. Research objective was to study success rate and compatibility of self-pollination and cross-pollination ciplukan interspecific hybridization. Research was conducted at Seed and Nursery Industry, Agro Techno Park, Universitas Brawijaya from January to June 2020. Physalis P. angulata, P. peruviana, P. pruinosa, P. pubescens, and P. ixocarpa were species included in this study. A diallel mating design pattern was used as well as observations of pollination. Interspecific cross pollination was found to have differing degrees of compatibility. Compatibility of self-pollination in each species is high. Interspecific cross-pollination of P. pubescens (PPB-68154-04) x P. angulata (PAN-69281) is compatible. Partial incompatibilities exist in interspecific cross-pollination of P. angulata (PAN-69281) x P. ixocarpa (PIX-4418-2), P. pubescens (PPB-68154-04) x P. ixocarpa (PIX-4418-2), P. pruinosa (PPN+3101) x P. angulata (PAN-69281), and P. pruinosa (PPN+3101) x P. ixocarpa (PIX-4418-2). Complete incompatibility occurred in cross-pollination of P. angulata (PAN-69281) x P. pubescens (PPB-68154-04), P. angulata (PAN-69281) x P. pruinosa (PPN+3101), P. pubescens (PPB-68154-04) x P. pruinosa (PPN+3101), P. pruinosa (PPN+3101) x P. pubescens (PPB-68154-04), P. pruinosa (PPN+3101) x P. ixocarpa (PIX-4418-2), P. peruviana (PPV-45311-03) and P. ixocarpa (PIX-4418-2). Compatible self-pollination and cross-pollination resulted differences in fruit and seed characteristics. P. pruinosa (PPN+3101), P. angulata (PAN-69281), and P. pubescens (PPB-68154-04) developed different numbers of seeds following interspecific cross-pollination.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Mutiawati, Vivi Keumala. "HEMOLYTIC DISEASE OF THE NEWBORN." Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 18, no. 2 (August 1, 2018): 104–9. http://dx.doi.org/10.24815/jks.v18i2.18001.

Full text
Abstract:
Abstrak. Pemahaman penyakit hemolitik pada bayi baru lahir telah berubah selama beberapa dekade terakhir. Penyakit hemolitik akibat inkompatibilitas ABO dan aloantibodi lainnya kini muncul sebagai penyebab utama. Banyak negara telah mengidentifikasi aloantibodi selain anti D sebagai penyebab penyakit hemolitik dengan gejala klinis sedang sampai dengan berat. Prevalensi dan frekuensi populasi antibodi anti-A dan anti B dari golongan darah ABO berguna dalam memprediksi perkiraan anak yang lahir oleh wanita golongan darah O yang menikahi suami golongan darah bukan O yang berisiko menjadi ABO HDN. Kelainan ABO HDN disebabkan oleh antibodi IgG pada ibu disebabkan kemampuan IgG untuk melewati sawar darah plasenta. Eritrosit yang peka oleh antibodi dihancurkan oleh makrofag pada limpa janin dengan gejala klinis hiperbilirubinemia. Kelainan ABO HDN memberikan gambaran klinis yang lebih ringan pada populasi, dan ditandai dengan derajat hemolisis yang ringan. Diagnosis biasanya dilakukan dengan pemeriksaan bayi baru lahir yang telah mengalami ikterus pada hari pertama kehidupan. Keywords: Penyakit hemolitik bayi baru lahir, aloantibodi golongan darah, ikterus Abstract. The spectrum of hemolytic disease of the newborn has changed over the last decades. Hemolytic disease due to ABO incompatibility and other alloantibodies has now emerged as major causes. Many countries have identified alloantibodies other than anti D as a cause of moderate-severe hemolytic disease. The prevalence of immune anti A and anti B antibodies and the population and gene frequencies of the various ABO blood groups are useful in predicting an estimate of children born by blood group O women married to non-group O husband who are at risk of developing ABO HDN. ABO HDN is caused by IgG maternal antibodies which have the ability to cross the placental barrier. The red cells which are sensitized by the antibodies are destroyed by macrophages in fetal spleen with consequent hyperbilirubinemai. ABO HDN is described as a condition having a very low incidence in the population and characterized by a a mild degree of hemolysis. Diagnosis is usually made by investigation of a newborn baby who has developed jaundice during the first day of life. Keywords: Hemolytic disease of the newborn, blood groups alloantibodies, joundice
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Wahidiyat, Pustika Amalia, Elida Marpaung, and Stephen Diah Iskandar. "Characteristics of Acute Transfusion Reactions and its related factors in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, Indonesia." Health Science Journal of Indonesia 10, no. 1 (July 26, 2019): 15–20. http://dx.doi.org/10.22435/hsji.v10i1.1847.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Reaksi transfusi akut (RTA) merupakan sekelompok kejadian yang tidak diinginkan akibat pemberian transfusi darah. Manifestasi dari RTA bervariasi dari yang ringan hingga mengancam nyawa. Saat ini, data mengenai reaksi transfusi di Indonesia masih sangat terbatas. Dalam studi ini, kami bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik RTA dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode: Studi ini merupakan studi retrospektif yang melibatkan 288 subyek dengan RTA. Studi dilakukan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, dimulai sejak Januari hingga Desember 2017. RTA dikelompokkan berdasarkan sistem tubuh yang mengalami manifestasi, serta derajat manifestasinya. Hasil: Sel darah merah merupakan produk darah utama yang ditransfusikan ke subyek, diikuti dengan konsentrat trombosit, plasma segar beku, dan kriopresipitat. Lima gejala utama dari RTA adalah gatal, demam/kenaikan suhu tubuh, menggigil, urtikaria, dan angioedema. Berdasarkan sistem tubuh yang terkena, umumnya RTA bermanifestasi sebagai gejala pada kulit (56.6%). Berdasarkan derajat manifestasinya, RTA umumnya dikategorikan dalam derajat ringan (55.9%). Anak-anak cenderung mengalami manifestasi yang ringan (64.8%) dan utamanya bermanifestasi pada kulit (65.4%). Riwayat transfusi mempengaruhi derajat RTA secara signifikan. RTA derajat sedang dan gejala konstitusional lebih banyak ditemukan pada subyek yang mendapat PRC dibanding produk darah lainnya. Kesimpulan: Umumnya RTA bermanifestasi sebagai gejala dermatologi. Hanya sedikit kasus RTA yang disebabkan oleh reaksi inkompatibilitas. Manifestasi dan derajat RTA juga dipengaruhi oleh umur, riwayat transfusi, dan jenis komponen darah. Kata kunci: Transfusi darah, reaksi transfusi akut, riwayat transfuse, usia Abstract Background: Acute transfusion reactions (ATRs) are a group of adverse events caused by blood transfusions. Manifestations of ATRs vary from mild to life threatening. At present, data about transfusion reactions in Indonesia are still limited. In this study, we aim to determine the characteristics of ATRs and its related factors. Methods: This was a retrospective study of 288 subjects with ATRs. The study was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital, started from January to December 2017. ATRs were categorized based on the body systems affected and degree of manifestations. Results: Packed red cells (PRC) was the predominant blood product (51.4%) which was transfused to subjects, followed by thrombocyte concentrate (TC), fresh frozen plasma (FFP), and cryoprecipitate. Five most common predominant symptoms of ATRs were pruritus/itch, febrile/increased temperature, chills, transient urticaria, and angioedema. Based on the affected body systems, the majority of ATRs manifested as dermatologic symptoms (56.6%). Based on the degree of manifestations, the majority of ATRs were categorized as mild degree (55.9%). Children tended to have milder symptoms (64.8%), which mostly manifested as dermatologic symptoms (65.4%). History of transfusion affected the degree of ATR significantly. Moderate degree of ATRs and constitutional symptoms were found more common in subjects who received PRC than other blood products. Conclusion: Most of ATRs manifest as dermatologic symptoms, which represent allergic reactions. Only a small portion of ATRs are caused by incompatibility reactions. The manifestation and degree of ATRs are also affected by age, history of transfusion, and type of blood components. Keywords: Blood transfusion, acute transfusion reaction, transfusion history, age
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Marpaung, Elida. "The safety of kidd-incompatible blood transfusion in a restricted setting: a case report." Health Science Journal of Indonesia 10, no. 2 (December 30, 2019): 137–39. http://dx.doi.org/10.22435/hsji.v12i2.2439.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Protein Kidd merupakan transporter urea pada sel darah merah. Walaupun jarang, adanya antibodi terhadap antigen ini dapat menyebabkan reaksi transfusi dan hemolytic disease of the newborn. Keberadaan anti-Jka dan anti-Jkb cukup jarang ditemukan pada pemeriksaan identifikasi antibodi pasien. Studi ini melaporkan kasus pasien dengan keberadaan anti-Jka and anti-Jkb, yang mendapat darah dengan kadar aglutinasi terendah pada kondisi dimana darah kompatibel sulit didapat sementara tindakan transfusi sangat dibutuhkan segera. Penyajian Kasus: Wanita, 36 tahun, G4P3A0, datang dengan perdarahan vaginam sejak sebulan terakhir. Dari hasil pemeriksaan USG, didapatkan adanya mola hidatidosa. Pasien memerlukan terapi kuret segera setelah anemia terkoreksi (Hb 8.3 g/dL). Pada uji kecocokan pre-transfusi dengan prosedur skrining antibodi yang dilanjutkan dengan identifikasi antibodi, ditemukan anti-Jka dan anti-Jkb. Dari setidaknya 50 darah donor yang dilakukan uji kecocokan, tidak ditemukan darah yang kompatibel, sehingga pasien diputuskan untuk mendapat transfusi menggunakan darah inkompatibel dengan derajat aglutinasi terendah (level 2) dari 5 level, disertai dengan pemantauan ketat terhadap potensi terjadinya reaksi transfusi. Demam dan pruritus dilaporkan dalam 24 jam setelah transfusi, dan membaik setelah pemberian injeksi difenhidramin, deksametason, dan parasetamol. Kesimpulan: Transfusi dengan darah yang inkompatibel merupakan pilihan terakhir bila tidak ditemukan darah donor yang kompatibel. Reaksi transfusi merupakan efek yang sulit dihindari, tetapi dapat dilakukan pemantuan ketat. Pemilihan darah dengan level aglutinansi terendah adalah keputusan terbaik, mengingat tindakan medis diperlukan segera untuk menyelamatkan nyawa. Pada kasus ini, pasien mendapat tatalaksana optimal dari aspek tindakan operasi dan respon transfusi, yang ditunjukkan melalui kenaikan nilai Hb yang bermakna. Sementara itu, efek samping reaksi transfusi yang muncul hanya ringan dan dapat ditanggulangi dengan pemberian obatobatan. (Health Science Journal of Indonesia 2019;10(2):137-9) Kata kunci: reaksi transfusi, inkompatibilitas, kelompok darah Kidd Abstract Background: Kidd protein is red blood cell’s (RBC) major urea transporter. Albeit rare, the presence of antibodies against Kidd antigen may cause significant hemolytic transfusion reaction and hemolytic disease of the newborn. Yet, anti-Jka and anti-Jkb are rare to be discovered during antibody identification. This paper reported “bestmatched” transfusion practice in a patient with anti-Jka and anti-Jkb, where compatible PRC cannot be found, but transfusion is urgently needed. Case Presentation: A 36 years old, G4P3A0 female, came with continuous vaginal bleeding for the past one month before admission. USG revealed hydatidiform mole. She needed immediate curettage following correction of her anemia (Hb 8.3g/dL). After antibody screening procedure followed by antibody identification, we found a positive anti-Jka and anti-Jkb in her blood sample. At least 50 blood donors were tested for compatibility and none was a match. She was then transfused with the lowest agglutination blood available (level 2 of 5 levels), with a closed monitoring to anticipate the possibility of transfusion reaction development. Fever and pruritus transpired within 24 hours post transfusion and it resolved following diphenhydramine, dexamethasone, and paracetamol injection. Conclusion: Incompatible blood transfusion is the last option when compatible blood cannot be found. The development of transfusion reaction is inevitable, but it can be anticipated by closed monitoring. In restricted setting, blood transfusion with the lowest level of agglutination is acceptable when transfusion is imperative. In this case, the patient got optimal treatment in term of the medical surgery and transfusion response, which was shown by the significant increase of Hb level. Meanwhile, the adverse transfusion reaction was only mild, and could be treated with medicine. (Health Science Journal of Indonesia 2019;10(2):137-9) Keywords: Transfusion reaction, incompatibility, Kidd blood group
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

DEWI IBRAHIM, MEYNARTI SARI, OTIH ROSTIANA, NURUL KHUMAIDA, and SUPRIADI SUPRIADI. "PENGGUNAAN FILTRAT Ralstonia solanacearum DALAM SELEKSI KALUS IN VITRO UNTUK KETAHANAN JAHE TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI." Jurnal Penelitian Tanaman Industri 16, no. 2 (June 19, 2020): 49. http://dx.doi.org/10.21082/jlittri.v16n2.2010.49-55.

Full text
Abstract:
<p>ABSTRAK</p><p>Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearummerupakan kendala utama budidaya jahe, yang menyebabkan kehilanganhasil lebih dari 90%. Upaya pengendalian yang dilakukan belum optimal,karena tidak tersedianya varietas jahe tahan patogen tersebut. Kendalautama untuk memperoleh varietas jahe yang tahan adalah terbatasnyasumber gen ketahanan dan adanya hambatan fisiologis pada prosespersilangan jahe karena sifat inkompatibilitas sendiri, serta rendahnyafertilitas polen menyebabkan persilangan jahe secara konvensional sulitdilakukan. Seleksi in vitro menggunakan medium selektif yangmengandung filtrat patogen merupakan salah satu metode inkonvensionaluntuk meningkatkan ketahanan tanaman. Penelitian ini dilakukan diLaboratorium Kultur Jaringan dan Laboratorium Penyakit Balai PenelitianTanaman Obat dan Aromatik (Balittro) dari bulan April 2008 sa,mpaiOktober 2008 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan jahepada stadia kalus terhadap filtrat R. solanacearum dan memperolehkonsentrasi filtrat yang tepat sehingga diperoleh varian kalus baru tahanterhadap filtrat patogen tersebut. Kalus embriogenik jahe putih besar asaleksplan meristem berumur 8 minggu, diseleksi selama 3 minggu di dalammedium proliferasi (MS + 3% manitol tanpa zat pengatur tumbuh),mengandung filtrat R. solanacearum. Seleksi bertingkat dilakukan denganmengaplikasikan filtrat R. solanacearum pada konsentrasi berbeda, yaitu:0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 1; 2; 3; 4; dan 5%, pada tahap pertama. Padaseleksi tahap kedua, kalus disubkultur ke dalam media yang sama dengankonsentrasi filtrat dinaikkan 10 kali dari konsentrasi awal. Penelitianmenggunakan rancangan acak lengkap, diulang 10 kali. Hasil penelitianmemperlihatkan penggunaan filtrat R. solanacearum di dalam mediumkultur in vitro jahe pada seleksi tahap pertama dan kedua menyebabkanterjadinya perubahan warna kalus dari putih kekuningan menjadi kuningkecoklatan dan coklat kehitaman. Berat dan diameter kalus, jumlahembrio globular serta embrio torpedo berkurang secara nyata setelahperlakuan filtrat, pada seleksi tahap pertama maupun kedua seiring denganbertambah tingginya konsentrasi filtrat. Konsentrasi filtrat R.solanacearum yang mampu menginduksi dan menyeleksi kalusembriogenik berkisar antara 0,3 - 2% dari volume medium seleksi kaluspada seleksi tahap 1 dan 3 - 20% pada seleksi tahap 2.</p><p>Kata kunci : Zingiber officinale Rosc., kalus, seleksi in vitro,ketahanan, filtrat R. solanacearum</p><p>ABSTRACT</p><p>The use of R. solanacearum filtrate in callus selection ofin vitro for ginger resistance to bacterial wilt disease</p><p>Bacterial wilt disease caused by Ralstonia solanacearum is the mainconstraint in ginger cultivation. It often causes significant yield loss ofmore than 90%. Various controlling techniques are not able to overcomethe disease, due to unavailability of resistant ginger cultivar. Limitation inobtaining resistant ginger variety is caused by several factors includingthe lack of resistant gene, physiological barrier due to the selfincompatibility, and low pollen fertility, these cause difficulty inconventional cross breeding. Therefore, genetic variability enhancementhas to be carried out unconventionally, to obtain ginger variety resistant tothe disease. In vitro selection using a selective medium containing filtrateof the pathogen is one of the potential unconventional method to improveginger plant resistance. The study was conducted at Meristem Culture andPlant Disease Laboratories of IMACRI from April to October 2008 aimingat determining the level of resistant ginger on stage of calli to the filtrateof R. solanacearum and to obtain an appropriate concentration of thefiltrate which induced calli variants resistant to the filtrate. Large whiteginger embryogenic calli meristems of 8 weeks old were selected for 3weeks in proliferation medium (MS + 3% mannitol without growthregulators), containing filtrate of R. solanacearum. For that purpose, twostages of in vitro selection were performed by applying differentconcentrations of R. solanacearum filtrate e.g; 0; 0.1; 0.2; 0.3; 0.4; 0.5; 1;2; 3; 4; and 5% at the first stage selection. Those concentrations were thenmultiplied 10 times at the second stage selection. Experiments werearranged in completely randomized design with 10 replicates. Resultsshowed that the use of R. solanacearum filtrate as selection agent in gingerin vitro culture medium has caused changes in calli color from theyellowish white into the blackish brown. In addition, increase of R.solanacearum filtrate concentration at the 1 st and 2 nd selection stages wasin line with the decreased of the calli weight and diameter, as well asnumber of globular and torpedo embryo. The concentration of R.solanacearum filtrate applied at 0.3 to 2% in the 1 st selection followed by3 to 20% in the 2 nd selection induced resistant embryogenic calli of ginger.</p><p>Key words : Zingiber officinale Rosc., calli, in vitro selection,resistance, R. solanacearum filtrate</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

"Allogene Stammzelltransplantation: Risikofaktor HLA-Inkompatibilität." Onkologie up2date 1, no. 01 (February 6, 2019): 8–9. http://dx.doi.org/10.1055/a-0830-3224.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography