Academic literature on the topic 'IT-forensik'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'IT-forensik.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "IT-forensik"

1

Freiling, Felix C., and Konstantin Sack. "Selektive Datensicherungen in der IT-Forensik." Datenschutz und Datensicherheit - DuD 38, no. 2 (2014): 112–17. http://dx.doi.org/10.1007/s11623-014-0043-7.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Gilani, Sayyid Mohammad Yunus, та K. M. Zakir Hossain Shalim. "Forensic Evidence in Proving Crimes: Exploring the Legal Frameworks of Sharīʿah Bukti Forensik Bagi Membuktikan Jenayah: Menerokai Rangka Kerja Guaman Sharīʿah". Journal of Islam in Asia (E-ISSN: 2289-8077) 13, № 1 (2016): 220–47. http://dx.doi.org/10.31436/jia.v13i1.530.

Full text
Abstract:
AbstractForensic evidence is an evolving science in the field of criminal investigation and prosecutions. It has been widely used in the administration of justice in the courts and the Western legal system, particularly in common law. To accommodate this new method of evidence in Islamic law, this article firstly, conceptualizes forensic evidence in Islamic law. Secondly, explores legal frameworks for its adoption in Islamic law. Keywords: Forensic Evidence, legal framework, Criminal Investigation, Sharīʿah.AbstrakBukti forensik adalah sains yang sentiasa berkembang dalam bidang siasatan jenayah dan pendakwaan. Ia telah digunakan secara meluas dalam pentadbiran keadilan di mahkamah dan sistem undang-undang Barat, terutamanya dalam undang-undang common (common law). Untuk menampung kaedah pembuktian baru ini dalam undang-undang Islam, artikel ini, pertamanya, konseptualisasikan bukti forensik dalam undang-undang Islam. Kedua, ia menerokai rangka kerja undang-undang untuk penerimaannya dalam undang-undang Islam.Kata Kunci: Bukti Forensik, Rangka Kerja Guaman, Siasatan Jenayah, Sharīʿah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Valerius, Brian. "Dennis Heinson: IT-Forensik. Zur Erhebung und Verwertung von Beweisen aus informationstechnischen Systemen." JuristenZeitung 72, no. 4 (2017): 192. http://dx.doi.org/10.1628/002268816x14744527286593.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Nasrulloh, Imam Mahfudl, Sunardi Sunardi, and Imam Riadi. "Analisis Forensik Solid State Drive (SSD) Menggunakan Framework Rapid Response." Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 6, no. 5 (2019): 509. http://dx.doi.org/10.25126/jtiik.2019651516.

Full text
Abstract:
<p class="Abstrak">Teknologi komputer pada empat tahun terahir ini mengalami perkembangan yang pesat. Bersamaan dengan itu juga berdampak negatif salah satunya adalah berupa kejahatan komputer. Kejahatan komputer akan meninggalkan jejak aktivitas kejahatan, maka perlu dilakukan analisa dengan ilmu dan metode forensik untuk mendapatkan barang bukti. Bagaimana jika terjadi kejahatan komputer pada media penyimpanan komputer berjenis <em>non-volatile memory</em> dan dilakukan secara <em>live</em> forensik<em>.</em> Pada penelitian ini dilakukan proses forensik pada <em>Solid State Drive</em> <em>(SSD)</em> dengan <em>framework</em> <em>Grr Rapid Response</em> pada kasus kehilangan <em>data (lost data)</em> suatu organisasi. Langkah kerja forensik mengimplementasikan dari <em>National Institute of Standards Technology (NIST).</em><em> Framework</em> <em>Grr Rapid Response</em> digunakan untuk memberikan tanggapan terhadap insiden forensik digital yang difokuskan pada lingkungan forensik jarak jauh, <em>f</em><em>ramework</em> ini berbasis arsitektur <em>client server</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan langkah kerja forensik <em>NIST</em> dapat diimplementasikan pada proses pengambilan bukti digital dengan metode akuisisi secara <em>live </em>forensik, kemampuan <em>tool</em> forensik pada proses eksaminasi <em>Grr Rapid Response</em> pada <em>Workstation (</em><em>Client Grr)</em> dengan media simpan <em>SSD</em><em>,</em> bukti digital dapat ditemukan dan dikembalikan. Bukti digital yang dapat dikembalikan berupa <em>file</em> dokumen, dan hasil validasi pada bukti digital tersebut memiliki nilai <em>hash</em> yang sama dari dua algoritma validasi bukti digital yang diimplementasikan, MD5 dan SHA-1. Sehingga hasil integritas dari dokumen tersebut menunjukkan bahwa bukti digital tersebut identik.</p><p class="Abstrak"> </p><p class="Abstrak"><em><strong>Abstract</strong></em></p><p class="Abstract"><em>Computer technology in the last four years has experienced rapid development. At the same time, it also has a negative impact, one of which is a computer crime. Computer crime will leave traces of criminal activity, so it is necessary to analyze with forensic science and methods to obtain evidence. What if there is a computer crime on a computer storage medium of a type of non-volatile memory and carried out live forensics In this study a forensic process on Solid State Drive (SSD) was carried out with the Grr Rapid Response framework for lost data in an organization. The forensic work step is implemented from the National Institute of Standards Technology (NIST). The Grr Rapid Response Framework is used to provide responses to incidents of digital forensics focused on remote forensic environments, this framework is based on a client server architecture. The results of this study indicate that NIST's forensic work steps can be implemented in the process of taking digital evidence with live forensic acquisition methods, the ability of forensic tools in the Grr Rapid Response examination process on Workstations (Client Grr) with SSD storage media, digital evidence can be found and returned. Digital evidence that can be returned is a document file, and the results of the validation of digital evidence have the same hash value from the two digital proof validation algorithms implemented, MD5 and SHA-1. So the results of the integrity of the document so that the digital evidence is identical.</em></p><p class="Abstrak"><em><strong><br /></strong></em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Putra, Roni Anggara, Abdul Fadlil, and Imam Riadi. "Forensik Mobile Pada Smartwatch Berbasis Android." Jurnal Rekayasa Teknologi Informasi (JURTI) 1, no. 1 (2017): 41. http://dx.doi.org/10.30872/jurti.v1i1.638.

Full text
Abstract:
Perkembangan teknologi pada saat ini berkembang sangat pesat. Salah satu contoh berkembangnya alat telekomunikasi yang dipadukan dengan jam tangan yang dikenal sebagai smartwatch. Perkembangan smartwatch telah menyamai kemampuaan yang ada di smatphone, sehingga tidak menutup kemungkinan smartwatch dapat digunakan sebagai alat tindak kejahatan. Hal ini merupakan tantangan bagi IT forensik dan penegak hukum untuk melakukan penyelidikan terhadap smartwatch dari seseorang yang melakukan kejahatan dijadikan tersangka dari sebuah kasus. Caranya adalah dengan menerapkan pengembangan metode-metode forensic yang ada, sehingga dari hasil yang didapatkan dari metode forensic yang dilakukan diharapakan menjadi hasil yang berguna bagi IT forensic dan penegak hukum.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Hatta, Muhammad, Zulfan Zulfan, and Srimulyani Srimulyani. "Bedah mayat (autopsi) ditinjau dari perspekif hukum positif Indonesia dan hukum Islam." Ijtihad : Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan 19, no. 1 (2019): 27–52. http://dx.doi.org/10.18326/ijtihad.v19i1.27-52.

Full text
Abstract:
Dalam hukum positif Indonesia, autopsi forensik diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Ketiga undang-undang tersebut membenarkan melakukan tindakan autopsi dengan tujuan untuk menegakkan keamanan, dan keadilan bagi masyarakat. Hasil pemeriksaan autopsi forensik akan tertuang dalam sebuah laporan tertulis dalam bentuk visum e repertum dapat digunkan sebaga alat bukti di pengadilan. Dalam hukum islam, autopsi forensik dilarang karena dapat merusak mayat dan melanggar kehormatan mayat. Namun, ada beberapa ulama membenarkan autopsi forensik dengan alasan untuk mewujudkan kemaslahatan ummat (mashalih mursalah) baik di bidang keamanan, keadilan, dan kesehatan. Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang Autopsi Jenazah menyebutkan bahwa pada dasarnya autopsi dilarang atau haram, namun dalam keadaan Darurat atau mendesak maka diperbolehkan. In Indonesia positive law, a autopsy is regulated in the Criminal Code, Law No. 8 of 1981 concerning the Criminal Procedure Code and Law Number 36 of 2009 concerning Health. The three laws justify carrying out autopsy actions with the aim of enforcing security, and justice for the community. The results of a forensic autopsy examination will be contained in a written report in the form of a post mortem report that can be used as evidence in court. In Islamic law, forensic autopsies are prohibited because they could damage a corpse and violate the honor of a corpse. However, there are some scholars who justify the forensic autopsy on the grounds of realizing the benefit of the ummah (mashalih mursalah) in the fields of security, justice and health. Based on the Fatwa of the Indonesian Ulema Council Number 6 of 2009 concerning the Body Autopsy states that basically autopsies are prohibited or haram, but in an emergency or urgent condition it is permissible.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Hatta, Muhammad. "Bedah mayat (autopsi) ditinjau dari perspekif hukum positif Indonesia dan hukum Islam." Ijtihad : Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan 19, no. 1 (2019): 27–52. http://dx.doi.org/10.18326/ijtihad.v1i1.27-52.

Full text
Abstract:
Dalam hukum positif Indonesia, autopsi forensik diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Ketiga undang-undang tersebut membenarkan melakukan tindakan autopsi dengan tujuan untuk menegakkan keamanan, dan keadilan bagi masyarakat. Hasil pemeriksaan autopsi forensik akan tertuang dalam sebuah laporan tertulis dalam bentuk visum e repertum dapat digunkan sebaga alat bukti di pengadilan. Dalam hukum islam, autopsi forensik dilarang karena dapat merusak mayat dan melanggar kehormatan mayat. Namun, ada beberapa ulama membenarkan autopsi forensik dengan alasan untuk mewujudkan kemaslahatan ummat (mashalih mursalah) baik di bidang keamanan, keadilan, dan kesehatan. Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang Autopsi Jenazah menyebutkan bahwa pada dasarnya autopsi dilarang atau haram, namun dalam keadaan Darurat atau mendesak maka diperbolehkan. In Indonesia positive law, a autopsy is regulated in the Criminal Code, Law No. 8 of 1981 concerning the Criminal Procedure Code and Law Number 36 of 2009 concerning Health. The three laws justify carrying out autopsy actions with the aim of enforcing security, and justice for the community. The results of a forensic autopsy examination will be contained in a written report in the form of a post mortem report that can be used as evidence in court. In Islamic law, forensic autopsies are prohibited because they could damage a corpse and violate the honor of a corpse. However, there are some scholars who justify the forensic autopsy on the grounds of realizing the benefit of the ummah (mashalih mursalah) in the fields of security, justice and health. Based on the Fatwa of the Indonesian Ulema Council Number 6 of 2009 concerning the Body Autopsy states that basically autopsies are prohibited or haram, but in an emergency or urgent condition it is permissible.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Suriyanto, Rusyad Adi. "ARKEOLOGI FORENSIK: PERKEMBANGAN DAN CAPAIANNYA DI INDONESIA." Berkala Arkeologi 36, no. 1 (2016): 45–70. http://dx.doi.org/10.30883/jba.v36i1.224.

Full text
Abstract:
Forensic archeology is defined as the application of archaeological principles and techniques in medico-legal and/or humanity context related to buried evidence. Forensic archaeologist has two roles, as the expert who unearth buried objects systematically and reconstruct them. This paper discusses the role of archeology and archaeologists in the excavation of criminal, humanitarian and disaster victims. Archaeologist’s role to revealpaleoanthropological materials smuggled and theft is also discussed in this paper. Humanitarian missions to investigate mass grave of victims of war, political strife and genocide in the past and the present are other archaeologist’s role discussed in this paper. The existence, condition and development of forensic archaeology in Indonesia emphasize the significance of new paradigm in Indonesian archaeology. Forensic archeology not merely focusess on the study of cultural materials of the past, education and museum development, cultural resource management and its advocacy, but it also has role in medico-legal works. Forensic archaeologist also engages in disaster victim identification (DVI) that addresses issues related to victims buried by either natural or human disasters.Arkeologi forensik didefinisikan sebagai penerapan prinsip-prinsip dan teknik-teknik arkeologis dalam konteks medico-legal dan/atau dalam konteks kemanusiaan yang berkaitan dengan bukti-bukti terkubur. Ahli arkeologi forensik berperan sebagai ahli yang mampu menemukan benda-benda yang terkubur secara sistematis dan merekonstruksi apa yang mereka temukan itu. Makalah ini mendiskusikan peran arkeologi dan para arkeolog dalam ekskavasi korban-korban kriminal, kemanusiaan dan bencana. Makalah ini berusaha melihat apa yang telah mereka kerjakan meliputi pembuktian kasus-kasus penyelundupan dan pencurian material-materialpaleoantropologis, dan keterlibatan dalam misi-misi kemanusian untuk penyelidikan dan pengungkapan korban-korban kubur massal akibat perang, pertikaian politik dan genosida di masa lalu dan masa kini.Keberadaan, kondisi dan perkembangan arkeologi forensik di Indonesia menegaskan pentingnya pengembangan paradigma baru dalam arkeologi Indonesia. Arkeologi tidak semata berkonsentrasi pada kajian material-material budaya masa lalu, pendidikan dan pengembangan museum, manajemen dan advokasi sumberdaya budaya, namun juga berperan untuk pekerjaan medico-legal. Ahli arkeologi forensik bahkan terlibat dalam disaster victim identification (DVI) yang menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan para korban yang terkubur oleh beragambencana baik yang diakibatkan oleh alam maupun manusia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Mualfah, Desti, and Rizdqi Akbar Ramadhan. "Analisis Forensik Metadata Kamera CCTV Sebagai Alat Bukti Digital." Digital Zone: Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi 11, no. 2 (2020): 257–67. http://dx.doi.org/10.31849/digitalzone.v11i2.5174.

Full text
Abstract:
Kejahatan konvensial yang terekam kamera CCTV (Closed Circuit Televison) semakin banyak ditemukan di masyarakat, setiap pelaku kejahatan yang terbukti melakukan tindak pidana tertentu akan dihukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kamera CCTV memiliki peran penting dalam keamanan, banyak diantaranya hasil tangkapan rekaman kamera CCTV dijadikan sebagai alat bukti digital. Tantangannya adalah bagaimana teknik yang diperlukan untuk penanganan khusus investigasi digital forensik dalam mencari bukti ditgital rekaman kamera CCTV menggunakan metode live forensik, yaitu ketika barang bukti dalam keadan aktif berdasarkan pedoman SNI 27037:2014 sesuai acuan kerangka kerja Common Phases of Computer Forensics Investigation Models untuk di implementasikan ke dalam dokumen Chain of Custody. Hasil penelitian ini berupa hasil analisis video rekaman kamera CCTV tentang karakteristik bukti digital dan informasi metadata yang digunakan untuk memberikan penjelasan komprehensif secara terstruktur serta acuan pengelolaan informasi data yang didapat dari hasil investigasi digital forensik yang dapat dipertanggungjawabkan dalam persidangan.
 
 Kata kunci: Bukti Digital, Live Forensik, Metadata, Kamera CCTV, Chain of Custody.
 
 Abstract
 Conventional crimes that are recorded on CCTV (Closed Circuit Television) cameras are increasingly being found in society, every crime that commits certain crimes will be in accordance with statutory regulations. CCTV cameras have an important role in security, many of which are recorded by CCTV cameras used as digital evidence. The challenge is how the techniques required for special handling, digital forensics in searching for digital evidence of CCTV camera footage using the live forensic method, namely when the evidence is in an active state based on the latest SNI 27037: 2014 according to the framework reference Common Phases of Computer Forensics Investigation Models for in implement it into the Chain of Custody document. These results of this research are in the form of analysis of CCTV camera video recordings about the characteristics of digital evidence and metadata information used to provide a structured comprehensive explanation and reference data management information obtained from the results of digital forensic investigations that can be accounted for in court. 
 Keywords: Digital Evidence, Live Forensic, Metadata, CCTV Camera, Chain of Custady.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Satrya, Gandeva Bayu, and A. Ahmad Nasrullah. "Analisis Forensik Android: Artefak pada Aplikasi Penyimpanan Awan Box." Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 7, no. 3 (2020): 521. http://dx.doi.org/10.25126/jtiik.2020732220.

Full text
Abstract:
<p>Sistem penyimpanan melalui cloud memiliki banyak keunggulan, seperti kemampuan akses dari lokasi manapun serta kemudahan penyimpanan pencadangan file-file pada komputer dan smartphone. Terdapat banyak pilihan layanan penyimpanan melalui cloud, seperti Dropbox, Microsoft OneDrive, Google Drive, dan Box. Dari beberapa jenis layanan peyimpanan tersebut Box adalah satu-satunya layanan penyimpanan cloud yang mampu menjamin tingkat reliability uptime hingga 99.9%. Awalnnya, Box hanya ditujukan untuk kegiatan bisnis saja, namun sekarang Box dapat digunakan oleh pengguna secara umum. Selain memberikan pengaruh yang positif, pertumbuhan penggunaan teknologi layanan penyimpanan cloud juga telah memberikan peningkatan dalam peluang terjadinya kejahatan di dunia maya. Forensik digital merupakan solusi terbaru dalam mengamati keamanan sistem dan jaringan, sementara forensik bergerak adalah pengembangan forensic digital yang sepenuhnya difokuskan pada media smartphone. Forensik bergerak dapat dilakukan dalam dua sisi, yaitu server dan client. Studi kasus dalam penelitian ini berfokus pada penggunaan smartphone OS Android yang terinstal Box sebagai layanan penyimpanan cloud. Sedangkan tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyediakan sebuah metode forensik bergerak untuk menemukan artefak pada smartphone Android yang telah terinstal dengan aplikasi Box.</p><p><em><strong>Abstract</strong></em></p><p class="Judul2"><em>Storing files in a cloud has many advantages, such as the ability to access them from any location and to keep backups of those files on computers and smartphones. There are many choices for cloud storage services, such as Dropbox, Microsoft OneDrive, Google Drive, and Box. Of these, Box is the only cloud storage service that guarantees uptime reliability 99.99% of the time. At first, Box was intended for business use only, but now it is also freely available for public use. Growth in cloud storage technology use has also resulted in increased opportunities for cybercrime to take place. Digital forensics is the latest solution for system and network security observers, while mobile forensics is a development of digital forensics that is fully focused on smartphone media. Mobile forensics can be performed on both the server and client sides. In this research, mobile forensics was performed on the client side. The case study in this paper focused on an Android operating system </em><em>(OS)</em><em> smartphone using Box cloud storage. The purpose of this study was to provide a mobile forensics method for finding artifacts on smartphones that have a Box application installed.</em></p><p><em><strong><br /></strong></em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography