Academic literature on the topic 'Jnana marga'

The core teaching of Candra Bairawa is Catur Yoga Marga implementation in its entirety which cannot be treated separately. From the concept of catur yoga marga there raises the teaching of karma sanyasa that includes karma marga, bhakti marga, jnana marga, and yoga marga while those who only take the jnana marga and the yoga marga will give rise to the concept of yoga sanyasa teaching. These two concepts are depicted by the main character, Candra Bairawa as the sanyasa yoga, and Yudhistira as the character of karma sanyasa. Both are equally reaching the realm of moksha by releasing their spirit; Yudhistira to the realm of Shiva, whereas Candra Bairawa takes the jnana yoga marga to reach the same realm. Essencially, both are equally regarded to have Samyajnana or having the right knowledge.

Konsep asli ajaran Catur Marga adalah jalan spiritualitas berdasarkan empat tingkatan untuk mendekatkan diri pada Tuhan, yakni; 1) Bhakti Marga, 2) Karma Marga, 3) Jnana Marga, dan 4) Raja Marga. Esensi dari Bhakti Marga adalah jalan ketaatan dan loyalitas pengabdian pada Tuhan, Karma Marga adalah jalan perbuatan untuk memupuk karma baik, Jnana Marga adalah jalan pengetahuan, dan Raja Marga adalah jalan pengendalian diri dan pengekangan hawa nafsu. Namun sesungguhnya ajaran Catur Marga juga dapat diadaptasi menjadi sebuah pola konstruksi karakter dan penguasaan profesionalisme berbagai perspektif keilmuan. Salah satunya mengkonstruksi profesionalisme bidang industri perhotelan. Studi yang dilakukan pada mahasiswa Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional (IPBI) yang melaksanakan On the Job Training (OJT) menemukan bahwa pada hakikatnya pola Catur Marga telah diimplementasikan secara hakiki dalam membentuk profesionalisme di bidang industri perhotelan. Implementasi tersebut meliputi; 1) Bhakti Marga, yaitu membentuk ketaatan, rasa hormat dan disiplin serta loyalitas terhadap swadharma dan industri tempat bekerja atau magang, 2) Karma Marga, yaitu melatih inisiatif dalam berbuat dan pelayanan tanpa pamrih, 3) Jnana Marga, yaitu melatih skill dan knowledge, dan 4) Raja Marga, yaitu melatih kendali diri untuk menjadi wise person dan low profile.
 
 Kata kunci: Catur Marga, Profesionalisme, On the Job Training

The purpose of this study is to explain that there is a linearity between the conceptions of Jnana Marga Yoga and jengah as a local narrative in an effort to build a learning mentality as well as the resilience capability of learners to face the reality and dynamics of the 21st century. This study found the fact that verstehen paradigm in collaboration with Hindu religious propositions (Jnana Marga Yoga) + local cultural values (jengah) + pasraman existence = academic resilience (learning ethos, not quickly satisfied, not quick to give up, has a desire to grow) which is applied in the world of education. The presence of Jnana Marga Yoga and Jengah as a compendium will be more organized by institutionalizing these teachings in local educational institutions with Hindu religious based, known as Pasraman. With the presence of Pasraman, the teachings of science and resilience skills will be well organized and systematized, as an effort to deal with the reality, fluctuations and dynamics of the 21st century. Keywords: Jnana Marga Yoga, jengah, pasraman

Religious values such as Catur Marga, namely Bhakti Marga, Karma Marga, Jnana Marga, and Raja Marga are needed to be guidelines for humans in carrying out their professions, including the health profession. The Catur Marga values provide guidance and regulate that human beings are on the path to attaining physical and spiritual well-being and happiness in this world and the hereafter, as well as accommodating all positive values that exist in all aspects of life that are needed by humans, including health, safety and security. This study generally aims to examine the Catur Marga value, the causal factors and the implications of the Catur Marga value in optimizing the role of medical personnel when handling COVID-19 patients at the Klungkung Regency General Hospital.

<p>Jnana marga adalah suatu jalan menuju moksa dengan mempergunakan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Dalam Bhagavad Gita IV.33 dijelaskan bahwa orang yang mempersembahkan ilmu pengetahua, lebih mulia dari pada persembahan materi. Secara keseluruhan, semua kerja berpusat pada ilmu pengetahuan.Sivanada (1993:133-134) menyatakan bahwa jñanayoga merupakan jalan pengetahuan.Dalam buku Sri Svami Sivananda juga mengatakan bahwa Samsara adalah kekuatan yang berlangsung terus menerus dalam kehidupan, bahkan dari sudut pandang duniawi begitu banyak mimpi dan begitu banyak ambisi yang dikejar belum terpenuhi, kaum muda perlahan-lahan jatuh kedalam usia tua dan kelemahan, dan bara api harapan yang sulit dipahami semakin pudar dan melemah namun nyalanya tetap berkedip oleh sebuah harapan yang tipis bahwa mungkin dalam kelahiran berikutnya mimpi-mimpi itu mungkin dapat dipenuhi.Pengetahuan membawa kita ketempat dimana nafsu itu berhenti, <em>a-kama, </em>dimana semua keinginan terpenuhi, <em>apta-kama, </em>diman <em>atman </em>sajalah yang menjadi keinginan <em>atma-kama </em>.dia yang mengerti dirinya tidak akan memiliki keinginan. Ketika yang maha tinggi terlihat semua ikatan hati akan terputus, keragu-raguan akan lenyap dan akibat dari perbuatan kita terbasmi. Tidak aka nada penderitaan, kesakitan, atau ketakutan. Jiwa yang terbebas adalah seperti orang buta yang yang memperoleh pengelihatannya, orang sakit yang sempurna. Dia mencapai sukacita yang maha tinggi, yang bila diumpamakan dengan perumpamaan yang dangkal adalah layaknya kebahagian perkawinan. Dia bisa mencapai dunia mana saja yang dia cari. Hukum karma berlaku dalam dunia <em>samsara </em>dimana perbuatan kita akan menuntun kita kedalam tempat yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam dunia waktu. Apabila kita memperoleh pengetahuan tentang kenyataan abadi <em>brahman</em>atau <em>atman </em>perbuatan tidak lagi mempunyai ikatan terhadap kita. Keadaan hidup abadi dikatakan berada diluar kaidah baik buruk.</p><p><strong><br /></strong></p>

The purposes of the study were to examine the concept of the quest for spiritual liberation of Hinduism and to analyze Siddhartha’s quest for moksa in Hesse’s novel that accords with the concept of Hinduism. The text used to analyze is Hesse’s novel, Siddhartha. The study found that Siddhartha’s quest for moksa is consistent with the concept on the quest for spiritual liberation of Hinduism in three aspects. Firstly, Siddhartha’s quest depicts the four stages of life as related to ages and duties (asramas), namely, religious student (brahmacarya), householder (grhastha), forest-dweller (vanaprastha), and renunciant (sannyasin). Secondly, the quest of the protagonist presents the pursuit of the four objectives of life (purusharthas) comprising sensual pleasures (kama), wealth (artha), righteousness and duty (dharma), and liberation (moksa). Finally, Siddhartha’s quest also portrays the means to liberation through the path of knowledge (jnana-marga) divided into two stages, viz., cultivation of detachment (vairagya) and acquisition of knowledge (jnana).