Academic literature on the topic 'Kabuyutan'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Kabuyutan.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Kabuyutan"

1

Indriani, Rini Sri. "Tukuh Ciburuy: Sebuah Kajian Étnografi." LOKABASA 10, no. 1 (April 30, 2019): 88. http://dx.doi.org/10.17509/jlb.v10i1.16944.

Full text
Abstract:
This research is an ethnographic study to collect cultural data from an ethnic or unique community in Kabuyutan Ciburuy, Kabupaten Garut, West Java Province. Qualitative analysis was carried out to understand Tukuh Ciburuy terminology as revealed by experts or communities outside of Kabuyutan Ciburuy. Whereas documentation and description were used to reveal various customs, taliparanti, or habits in Kabuyutan Ciburuy that represent the attitude or view of the people of Kabuyutan Ciburuy. Based on the results of the research, it can be concluded that in the Kabuyutan Ciburuy tradition, Tukuh Ciburuy means stick to the rules and implement it regularly. Tukuh Ciburuy manifested by Kabuyutan Ciburuy people and Ciburuy Village is in several ways such as in Pantangan and Seba ceremonies. In Kabuyutan Ciburuy tradition, Pantangan is manifested in activities or things that formally prohibit to be done by its society (taboo). These prohibitions have to be obeyed. If it is violated, it is believed that there will be a disaster for the person did it. The Seba ceremony is carried out by holding on the belief that the ceremony was considered an obligatory by the people of Kabuyutan Ciburuy. This belief is based on the assumption of wishful thinking that strong and magical phenomena will arise. If it is obeyed it will avoid the unwanted disaster. Conversely, if it is not fulfilled it will have a negative effect on Ciburuy people daily life.AbstrakPenelitian ini adalah sebuah penelitian etnografi untuk mengumpulkan data kebudayaan sebuah masyarakat etnik atau unik di Kabuyutan Ciburuy, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Analisis kualitatif dilaksanakan untuk memahami istilah tukuh Ciburuy sebagaimana diungkap oleh para ahli atau masyarakat di luar Kabuyutan Ciburuy. Sedangkan dokumentasi dan deskripsi digunakan untuk mengungkap berbagai adat, tali paranti, atau kebiasaan di Kabuyutan Ciburuy yang merepresentasikan sikap atau pandangan masyarakat Kabuyutan Ciburuy. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam tradisi Kabuyutan Ciburuy, tukuh Ciburuy bermakna teguh terhadap aturan-aturan yang harus dilaksanakan secara rutin. Tukuh Ciburuy oleh masyarakat Kabuyutan Ciburuy dan Kampung Ciburuy diwujudkan dalam beberapa hal seperti pantangan dan upacara seba. Dalam tradisi Kabuyutan Ciburuy, pantangan diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan atau hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh masyarakatnya. Pantangan-pantangan tersebut tidak boleh dilanggar. Jika dilanggar, dipercaya akan terjadi musibah terhadap orang yang melanggarnya. Upacara seba dilaksankan oleh masyarakat Ciburuy dengan berpegangan pada keyakinan bahwa upacara tradisi dianggap wajib dilaksanakan oleh masyarakat Kabuyutan Ciburuy. Hal tersebut diyakini dengan anggapan bahwa akan timbul hal-hal yang bersipat kuat dan magis. Jika dilaksankan, akan terhindar pula dari berbagai hal yang tidak diinginkan. Sebaliknya, jika tidak dilaksanakan akan menimbulkan akibat buruk bagi kehidupan sehari-hari masyarakat Ciburuy.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Yulifar, Leli. "KABUYUTAN CIPAGERAN CIMAHI DARI ZAMAN KE ZAMAN." Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 10, no. 3 (November 8, 2018): 471. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v10i3.416.

Full text
Abstract:
Komunitas Kabuyutan Cipageran Cimahi layaknya “museum” hidup yang menghubungkan masa lalu dan kini. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asal-usul dan eksistensi Kabuyutan Cipageran. Metode penelitian sejarah yang dimulai dari heuristik sampai dengan historiografi merupakan tahapan yang tidak mudah dilewati, mengingat keterbatasan sumber, terutama sumber tertulis. Melalui teknik pengumpulan data berupa sumber tertulis/dokumentasi, wawancara terhadap empat narasumber yakni pupuhu (tokoh), budayawan, wakil komunitas kabuyutan, dan observasi di lapangan, ditemukan bahwa Kabuyutan Cipageran diduga kuat mulai ada sejak zaman Kerajaan Sunda yang eksis antara akhir abad ke-7 sampai akhir abad ke-16. Mengacu pada perjalanan sejarahnya, Kabuyutan Cipageran merupakan salah satu bukti adanya tempat leluhur Sunda, dan replika kampung Sunda tempo dulu. Amanat leluhur Sunda yang sangat dihormati oleh generasi penerusnya, menunjukkan nilai-nilai tinggi dan strategis dalam kebudayaan, khususnya kebudayaan Sunda. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menjawab asal-usul Komunitas Kabuyutan dan sebagai bahan awal yang tertulis untuk penelitian selanjutnya. Kabuyutan Cipageran Cimahi Community is like a living "museum" that connects the past and present. Therefore, this study aims to determine the origin and existence of Kabuyutan Cipageran. Historical research methods starting from heuristics to historiography are stages that are not easily passed, given the limited resources, especially written sources. From some techniques of collecting data; in the form of written or documentation sources, interviews with four speakers, pupuhu (figures), cultural observers, representatives of the Kabuyutan community, and observations in the field, it was found that Kabuyutan Cipageran was strongly suspected to have existed since the 7th century of Sunda Empire to the end of the 16th century. Referring to its historical journey, Kabuyutan Cipageran is one proof of the existence of a Sundanese ancestral place, and a replica of the old Sundanese village. The mandate of Sundanese ancestors who are highly respected by their next generation shows high and strategic values in culture, especially Sundanese culture. The results of the study are expected to be able to answer the origins of the Kabuyutan Community as well as the starting written material for further research.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Darwis, Riadi. "EKSISTENSI KULINER DALAM ACARA TRADISI DI SITUS KABUYUTAN KABUPATEN CIAMIS SEBAGAI ASET WISATA BUDAYA JAWA BARAT." Tourism Scientific Journal 4, no. 1 (January 26, 2019): 48. http://dx.doi.org/10.32659/tsj.v4i1.48.

Full text
Abstract:
Situs kabuyutan Sunda di Kabupaten Ciamis jumlahnya mencapai 348 tempat. Ia merupakan peninggalan kebudayaan masyarakat Sunda kuno dari Kerajaan Galuh dan turunannya Kabuyutan dalam konteks budaya Sunda merupakan tempat yang disakralkan dan terkait dengan sistem tritangtu. Kabuyutan berfungsi sebagai pusat pembelajaran maupun ritual keagamaan bagi masyarakat maupun komunitas dari trah keturunan raja atau ratu sudah tentu terhubung dengan faktor logistik (kuliner) yang bersifat terikat dengan persyaratannya. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data tentang posisi, jenis, cara penyajian, waktu mengolah dan makan, peralatan yang digunakan, serta etiket makan dan penyajian kuliner setiap acara tradisi di situs kabuyutan.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Objeknya adalah delapan situs kabuyutan di Kabupaten Ciamis. Teknik pengumpulan data yang dipakai meliputi: observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Alat kumpul data berupa: daftar periksa, pedoman wawancara, dan alat dokumen. Teknis analisis yang dipakai adalah reduksi data, penyajian data, penarikan dan verifikasi kesimpulan. Simpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa posisi kuliner dalam acara tradisi di situs kabuyutan dianggap penting dan berfungsi sebagai salah satu media penyampaian pesan secara tidak tertulis atas nilai-nilai filosofis ajaran leluhur masyarakatnya; jumlah inventaris kuliner situs kabuyutan mencapai 209 jenis yang terbagi atas kategori makanan utama (tumpeng dan lauk pauknya), makanan pendamping (umbi-umbian), kue hahampangaan/ eentengan, dan pelengkap (upacara adat); cara penyajian kuliner di delapan situs kabuyutan penyajiannya relatif sama baik dalam penggunaan alat, bahan baku, maupun area penyajian; waktu pengolahan dan makan kuliner di delapan situs kabuyutan pada umumnya mengacu pada kalender adat yang telah disepakati bersama dengan durasi persiapan hingga pelaksanaan berkisar 1-4 bulan; alat pembuatan, penyajian dan piranti makan kuliner di delapan situs kabuyutan sebagain masih menggunakan alat tradisional karena di dalamnya tersimpan makna filosofis leluhur untuk generasi berikutnya; etiket penyajian makananan dan makan di delapan situs kabuyutan masih senantiasa didasarkan atas pakem yang ada karena di dalamnya masih mengandung nilai-nilai filosofis luhur masyarakat Ciamis (Galuh) untuk membentuk pribadi yang mulia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Sintia Dewi Wulanningrum. "KAJIAN POLA TATANAN KEHIDUPAN DI KABUYUTAN TRUSMI, CIREBON." Jurnal Koridor 9, no. 2 (July 15, 2018): 322–28. http://dx.doi.org/10.32734/koridor.v9i2.1374.

Full text
Abstract:
Seiring berkembangnya peradaban manusia yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, pola kehidupan manusia mengalir mengikuti zamannya. Akan tetapi perkembangan ini, tidak mempengaruhi pola kehidupan di Kabuyutan Trusmi, yang tetap mempertahankan ajaran leluhurnya. Pola kehidupan dan aktivitas Kabuyutan Trusmi merupakan perwujudan dari kearifan lokal masyarakat Jawa Barat. Kearifan lokal ini dapat dilihat seperti pada bentuk bangunan yang ramah lingkungan, pola kehidupan sehari-hari yang menghargai alam dan penggunaan peralatan rumah tangga yang masih orisinil. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola tatanan kehidupan Kabuyutan Trusmi yang mencerminkan kearifan lokal daerah setempat. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif mengenai tatanan kehidupan Kabuyutan Trusmi. Hasil temuan penelitian adalah pola tatanan kehidupan Kabuyutan Trusmi yang masih menjaga tradisi nenek moyang, seperti bentuk bangunan yang masih tradisional, penggunaan material ramah lingkungan, pola kehidupan yang menjaga tradisi, dan penggunaan alat-alat memasak yang masih tradisional.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Mujabuddawat, Muhammad Al. "Kompleks Situs Ki Buyut Trusmi Cirebon: Tinjauan Bangunan Kuna." Kapata Arkeologi 11, no. 2 (August 30, 2016): 139. http://dx.doi.org/10.24832/kapata.v11i2.293.

Full text
Abstract:
Ki Buyut Trusmi Complex Site is one of one hundred and twelve Kabuyutan Sites in Cirebon. The number of Kabuyutan Site in Cirebon is a phenomenon which makes the Kabuyutan Site become a feature of the development of Islam in this region. This Site is one of the largest and most important Kabuyutan in Cirebon because the large size of the complex sites, the history of its construction, along with pilgrims and an important tradition that is still preserved until now. This site has a number of relics of material objects in the form of objects and buildings that stand on the site of complex spatial patterns. This paper reviews all forms of attributes that provide evidence of the antiquity of the buildings standing on it. The research in this paper uses observation, description, and interpretation methods which is supported by bibliographical studies. The results of this paper reveals that almost all the buildings change with the addition in the structural parts of the buildings as a result of renovation, in addition to this, there are new buildings constructed to complement the facilities which support the pilgrims. This paper presents the results of antiquity identification of all existing buildings in the complex Site spatial scope which becomes a trusted reference of the characteristics of Islamic archaeological remains in Cirebon area.Kompleks Situs Ki Buyut Trusmi adalah salah satu dari 112 Situs Kabuyutan yang ada di Kabupaten Cirebon. Banyaknya Situs Kabuyutan di wilayah Cirebon merupakan sebuah fenomena yang membuat Situs Kabuyutan menjadi ciri dari perkembangan Islam di wilayah ini. Situs ini merupakan salah satu Situs Kabuyutan yang terbesar dan terpenting di Kabupaten Cirebon mengingat besarnya fisik kompleks situs, sejarah pembangunannya, serta para peziarah dan tradisi penting yang masih dipertahankan hingga saat ini. Situs ini memiliki sejumlah peninggalan objek material berupa benda dan bangunan yang berdiri di dalam pola keruangan kompleks situs. Tulisan ini meninjau segala bentuk atribut yang memberikan bukti-bukti kekunaan dari bangunan-bangunan yang berdiri di dalamnya. Penelitian dalam tulisan ini menggunakan metode observasi lapangan, deskripsi, dan penafsiran yang didukung oleh data referensi pustaka. Hasil dari tulisan ini mengungkapkan hampir seluruh bangunan berubah dengan penambahan pada bagian-bagian struktur bangunan sebagai akibat dari renovasi, selain itu terdapat pula bangunan-bangunan baru yang dibangun untuk melengkapi fasilitas-fasilitas yang mendukung peziarah yang datang. Tulisan ini menyajikan hasil identifikasi kekunaan dari seluruh bangunan yang ada di dalam lingkup keruangan kompleks Situs yang secara umum menjadi referensi dari ciri tinggalan arkeologi Islam di wilayah Cirebon.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Perdana, Garbi Cipta, and Wanny Rahardjo Wahyudi. "Rekonstruksi Lanskap Kabuyutan Bandung Utara." PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi 9, no. 1 (June 1, 2020): 1–14. http://dx.doi.org/10.24164/pw.v9i1.317.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Budimansyah, Budimansyah, Nina Herlina Lubis, and Miftahul Falah. "TATA RUANG IBUKOTA TERAKHIR KERAJAAN GALUH (1371 - 1475 M)." Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research 12, no. 2 (October 16, 2020): 123. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v12i2.596.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menguak tata ruang Galuh Pakwan sebagai ibukota terakhir Kerajaan Galuh, sejauhmana pola ruang kota tersebut berkaitan dengan nilai-nilai kelokalan sebagaimana tergambar dalam historiografi tradisional. Dalam penelitian ini metode sejarah akan dipergunakan sebagai fitur utama agar menghasilkan suatu hasil kajian yang komprehensif, dan menggunakan teori tata kota, serta metode deskriptif-kualitatif. Minimnya sumber terkait sejarah Galuh Pakwan, wawancara secara mendalam kepada para narasumber diharapkan bisa menjadi suatu bahan analisis historis. Berdasarkan fakta di lapangan, Galuh Pakwan sebagai ibukota kerajaan berawal dari sebuah kabuyutan. Pada masa pemerintahan Niskalawastu Kancana, kabuyutan tersebut dijadikan pusat politik dengan tetap menjalankan fungsi kabuyutannya. Seiring waktu, Galuh Pakwan menjelma menjadi sebuah kota yang tata ruangnya menunjukkan representasi dan implementasi konsep kosmologi Sunda. Galuh Pakwan terbentuk oleh pola radial-konsentris menerus, sebagai gambaran kosmologi Sunda sebagaimana terungkap dalam naskah-naksah Sunda kuna.The research is not only aimed at uncovering the spatial layout of Galuh Pakwan as the last capital of Galuh Kingdom, but also at exploring how well the relationship between the urban spatial patterns and the local values as depicted in the traditional historiography. Beside having the historical methods as the main feature to produce a comprehensive study result, the study also uses the urban planning theory, as well as the descriptive qualitative methods. The historical sources related to the history of the Galuh Pakuan are very limited. As a result, the in-depth interviews with the resource persons are expected to be appropriate as the observation material for historical analysis. Based on the facts found in the field, the Galuh Pakwan as the capital of the kingdom originated from a Kabuyutan. During the reign of Niskalawastu Kancana, Kabuyutan served as a political center while maintaining its original function as Kabuyutan. As the time passed, the Galuh Pakwan was transformed into a city whose spatial layout represented and implemented the Sundanese cosmological concept. The Galuh Pakwan was formed by a continuous radial-concentric pattern, as a description of Sundanese cosmology in the ancient Sundanese manuscript.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Ruhimat, Mamat. "Katalogisasi Naskah Sunda Kuno Koleksi Kabuyutan Ciburuy." Metahumaniora 7, no. 3 (December 3, 2017): 392. http://dx.doi.org/10.24198/metahumaniora.v7i3.18860.

Full text
Abstract:
ABSTRAKTradisi tulis merupakan bukti kemajuan peradaban suatu bangsa. Naskah-naskahSunda Kuno yang ada saat ini merupakan peninggalan sejarah perjalanan bahasa dan budayaNusantara. Penelitian terhadap naskah-naskah Sunda Kuno tidak begitu banyak karenajumlah penelitinya sedikit. Bahkan katalog yang khusus mencatat naskah Sunda Kuno dimasyarakat pun belum ada. Katalogisasi Naskah Sunda Kuno di Jawa Barat merupakanupaya menginventarisasi dan mendokumentasi naskah-naskah Sunda Kuno di masyarakat.Katalogisasi juga merupakan direktori penelitian yang dilakukan terhadap naskah SundaKuno sehingga menjadi pembuka jalan bagi para peneliti yang ingin menggali kekayaanintelektual masa lalu. Katalogisasi naskah Sunda Kuno dimulai dari koleksi KabuyutanCiburuy di Kabupaten Garut. Kabuyutan ini menyimpan kurang lebih 30 kropak naskahSunda Kuno yang diperkirakan ditulis pada abad XVI-XVIII Masehi. Sebagian besar naskahlontar ini kondisinya rusak parah dan perlu penanganan yang serius. Dari ketiga puluhnaskah tersebut baru 15 naskah yang dapat diidentifikasi dan dibuat deskripsi lengkapnya.Kata kunci: Naskah, Katalog, Bahasa, BudayaABST RACTWritten tradition is evidence of the development of civilization of a nation. OldSundanese manuscripts still existing today is a historical heritage of linguistic and culturaljourneys of the Indonesian Archipelago. Unfortunately, most of the manuscripts are notappropriately preserved and from time to time continue to be damaged. Furthermore,the research on the Old Sundanese manuscripts is not so many due to the limited numberof the researchers. Even a catalogue especially listing Old Sundanese manuscripts in thesociety has not been made yet. The existing catalogues have only listed the manuscriptskept by the official institutions such as libraries and museums. Cataloging the OldSundanese manuscripts in West Java is one of the efforts to inventory and document theOld Sundanese manuscripts that are still scattered in the society, both stored in customaryinstitutions and personal collections. Cataloging is also a research directory that has everbeen conducted on Old Sundanese manuscripts, so it can be a pioneer for researchers whowant to explore the intellectual property in the past. As the first stage, cataloging theOld Sundanese manuscripts is started from the collection of Kabuyutan Ciburuy in GarutRegency. Kabuyutan stores approximately 30 compartments (kropak) of Old Sundanesemanuscripts that are estimated to have been written in the 16 to 18 century AD. Most ofthese manuscripts are badly damaged and need to be seriously taken care of. From thethirty manuscripts, only 15 manuscripts can be identified and can be completely described.Keywords: manuscript, catalogue, language, culture
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Ruhimat, Mamat. "Katalogisasi Naskah Sunda Kuno Koleksi Kabuyutan Ciburuy." Metahumaniora 7, no. 3 (December 3, 2017): 392. http://dx.doi.org/10.24198/mh.v7i3.18860.

Full text
Abstract:
ABSTRAKTradisi tulis merupakan bukti kemajuan peradaban suatu bangsa. Naskah-naskahSunda Kuno yang ada saat ini merupakan peninggalan sejarah perjalanan bahasa dan budayaNusantara. Penelitian terhadap naskah-naskah Sunda Kuno tidak begitu banyak karenajumlah penelitinya sedikit. Bahkan katalog yang khusus mencatat naskah Sunda Kuno dimasyarakat pun belum ada. Katalogisasi Naskah Sunda Kuno di Jawa Barat merupakanupaya menginventarisasi dan mendokumentasi naskah-naskah Sunda Kuno di masyarakat.Katalogisasi juga merupakan direktori penelitian yang dilakukan terhadap naskah SundaKuno sehingga menjadi pembuka jalan bagi para peneliti yang ingin menggali kekayaanintelektual masa lalu. Katalogisasi naskah Sunda Kuno dimulai dari koleksi KabuyutanCiburuy di Kabupaten Garut. Kabuyutan ini menyimpan kurang lebih 30 kropak naskahSunda Kuno yang diperkirakan ditulis pada abad XVI-XVIII Masehi. Sebagian besar naskahlontar ini kondisinya rusak parah dan perlu penanganan yang serius. Dari ketiga puluhnaskah tersebut baru 15 naskah yang dapat diidentifikasi dan dibuat deskripsi lengkapnya.Kata kunci: Naskah, Katalog, Bahasa, BudayaABST RACTWritten tradition is evidence of the development of civilization of a nation. OldSundanese manuscripts still existing today is a historical heritage of linguistic and culturaljourneys of the Indonesian Archipelago. Unfortunately, most of the manuscripts are notappropriately preserved and from time to time continue to be damaged. Furthermore,the research on the Old Sundanese manuscripts is not so many due to the limited numberof the researchers. Even a catalogue especially listing Old Sundanese manuscripts in thesociety has not been made yet. The existing catalogues have only listed the manuscriptskept by the official institutions such as libraries and museums. Cataloging the OldSundanese manuscripts in West Java is one of the efforts to inventory and document theOld Sundanese manuscripts that are still scattered in the society, both stored in customaryinstitutions and personal collections. Cataloging is also a research directory that has everbeen conducted on Old Sundanese manuscripts, so it can be a pioneer for researchers whowant to explore the intellectual property in the past. As the first stage, cataloging theOld Sundanese manuscripts is started from the collection of Kabuyutan Ciburuy in GarutRegency. Kabuyutan stores approximately 30 compartments (kropak) of Old Sundanesemanuscripts that are estimated to have been written in the 16 to 18 century AD. Most ofthese manuscripts are badly damaged and need to be seriously taken care of. From thethirty manuscripts, only 15 manuscripts can be identified and can be completely described.Keywords: manuscript, catalogue, language, culture
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Rodiyah, Saleha, Ute Lies Siti Khodijah, and Nuning Kurniasih. "Ancient Manuscript as Cultural Identity in The Community of Kabuyutan Ciburuy Bayongbong Garut Residence." Record and Library Journal 3, no. 1 (January 9, 2018): 97. http://dx.doi.org/10.20473/rlj.v3-i1.2017.97-107.

Full text
Abstract:
The background of documenting manuscript of Kabuyutan Ciburuy is related to the process of community understanding towards conducting preservation, real value of documenting and looking at the connection between documentation and efforts of preserving the cultural values embodied in the ancient manuscript. This study uses qualitative ethnographic approach. Data was collected through literature study, interview and observation. The result is that the ancient manuscripts can be maintained and prevented from damaging by storing them in proper temperature and humidity, and culturally maintained appropriately, besides understanding in the cultural context. Beside that, transforming to digital media is also done to avoid the old manuscripts from physical damage, although the contents are used for various purposes. Furthermore, the value of ancient manuscripts from this documentation is not only informative, historical and educational, but more culturally nuanced because the main purpose of this documentation activities aimed at developing the culture so that people of Kabuyutan Ciburuy understand the benefit value of ancient manuscript.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources

Dissertations / Theses on the topic "Kabuyutan"

1

Mohammad, Zaini Dahlan. "KABUYUTAN SACRED SITES IN THE SUNDANESE LANDSCAPE OF INDONESIA: A REEVALUATION FROM THE PERSPECTIVE OF SUSTAINABLE LANDSCAPE MANAGEMENT." Kyoto University, 2017. http://hdl.handle.net/2433/227668.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography