To see the other types of publications on this topic, follow the link: Karismatik.

Journal articles on the topic 'Karismatik'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Karismatik.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Marpaung, Welko Henro. "Eklesiologi Hibrid Pentakostal: Liturgis, Karismatis, dan Oikoumenis." Indonesian Journal of Theology 10, no. 2 (December 20, 2022): 191–208. http://dx.doi.org/10.46567/ijt.v10i2.265.

Full text
Abstract:
Perkembangan Pentakostalisme yang masif tidak berjalan paralel dengan pengembangan teologi Pentakostal. Pentakostalisme perlu memperkuat pengartikulasian dari praktik teologi yang dijalankan. Salah satu bagian yang membutuhkan penguatan adalah eklesiologi Pentakostal. Tampaknya dalam lingkungan gereja-gereja Pentakostal cara menggereja yang dilakukan kurang memadai. Oleh karena itu, proses pencarian bentuk eklesiologi Pentakostal alternatif adalah suatu keniscayaan. Artikel ini mengangkat studi kasus dari Gereja Sidang-sidang Jemaat Allah di Indonesia (GSJA) International English Service (IES) Christ the King (CTK) sebagai model dari eklesiologi Pentakostal. Artikel ini menggunakan kerangka dan proses spiritualitas Pentakostal search-encounter-transformation (SET), buah pemikiran dari Mark J. Cartledge, seorang teolog Karismatik Anglikan, pakar teologi praktis Pentakostal dan Karismatik. Kerangka SET dihidupi oleh GSJA IES CTK, dan membuahkan eklesiologi hibrid Pentakostal yang bercorak liturgis, karismatis, dan oikoumenis. Artikel ini membahas latar belakang, corak dan praktik menggereja yang dijalankan oleh GSJA IES CTK dan proses konstruktif eklesiologis yang menghadirkan eklesiologi konstruktif alternatif Pentakostal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Sihombing, Adison Adrianus. "Gerakan Karismatik dalam Gereja Katolik dan Protestan." Penamas 32, no. 2 (December 31, 2019): 359. http://dx.doi.org/10.31330/penamas.v32i2.291.

Full text
Abstract:
Gerakan pentakostalisme mengalami perkembangan pesat yang melahirkan beberapa gerakan sektarian, karena sejumlah faktor internal dan eksternal. Artikel ini menggambarkan dan menganalisis perkembangan faham dan gerakan Pentakostalisme-Karismatik. Secara rinci, artikel mencoba memokus pada : (a) bagaimana kesejarahan gerakan pentakostalisme di dunia umumnya dan di Indonesia khususnya, (b) seperti apa gerakan pentakostalisme di Gereja Katolik dan Protestan, (c) apa perbedaan doktrinal gerakan Karismatik di Gereja Katolik dan Protestan, dan (d) Sejauhmana pengaruh Karismatik Katolik dan Protestan di Indonesia. Penelitian yang menggunakan pendekatan metoda fenomenologi agama ini, menyimpulkan sejumlah temuan, diantaranya adalah (i) Gerakan Pentakostalisme di Indonesia melahirkan gerakan Karismatik di tubuh Gereja Katolik dan Gereja Protestan, (ii) terdapat perbedaan signifikan antara doktrin Karismatik Katolik dan Protestan, diantaranya dalam dalam hal peribadatan (sistem ritual) dan cara penginjilan, dan (iii) Karismatik Katolik cenderung berkembang di daerah perkotaan, sedang Karismatik Protestan tersebar secara luas, baik di perkotaan maupun perdesaan. Kata kunci: aliran Karismatik, Pentakostalisme, fenomenologi agama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Maulana, Fikri, and Faiz Dzuddaroin. "Konsep Kepemimpinan Karismatik Kepala Sekolah TK Ibadurrahman Cipondoh Kota Tangerang." El-Athfal : Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan Anak 1, no. 02 (December 2, 2021): 81–94. http://dx.doi.org/10.56872/elathfal.v1i02.276.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan serta menganalisis kepemimpinan karismatik kepala sekolah TK Ibadurrahman Cipondoh Kota Tangerang. Penelitian ini memakai tata cara penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian lapangan (field research). Metode mengumpulkan informasi dicoba dengan wawancara, riset dokumentasi serta observasi lapangan. Metode analisis informasi memakai pola interaktif informasi. Hasil riset diperoleh ialah awal, penafsiran konsep serta penafsiran kepemimpinan karismatik dari bermacam komentar para pakar. Kedua, identitas kepemimpinan karismatik. Ketiga, kepemimpinan karismatik kepala sekolah TK Ibadurrahman Kota Tangerang yang dalam melaksanakan tugasnya telah cocok harapan buat menguasai sikap guru serta para partisipan didik, menguasai isi hati, perilaku, serta motif guru serta partisipan didik, buat berbicara secara jelas serta efisien kepada para partisipan didik, dan telah cocok harapan buat menghasilkan kerja sama yang efisien, kooperatif, instan, serta diplomatis. Tidak hanya itu, kepala Sekolah TK Ibadurrahman Kota Tangerang telah mempunyai jiwa kepemimpinan karismatik yang senantiasa mengatakan santun, bijak dalam mengalami tiap permasalahan, membagikan nasehat serta arahan kepada segala elemen baik murid, guru ataupun orang tua, adil dalam memutuskan suatu, berlagak mengayomi serta senantiasa muncul dalam tiap aktivitas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Safinah, Safinah, and Zainal Arifin. "Otoritas Kepemimpinan Karismatik Tuan Guru dalam Membentuk Budaya Religius." Journal EVALUASI 5, no. 2 (September 11, 2021): 311. http://dx.doi.org/10.32478/evaluasi.v5i2.754.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mendeskripsikan tentang otoritas karismatik TGH Syahri Ramadhan dalam membentuk budaya religius di pondok pesantren Darul Musthofa Nahdlatul Wathan Lombok Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan: (1) observasi rangkaian kegiatan santri di pondok pesantren untuk mengamati budaya religius sehari-hari dan (2) wawancara mendalam kepada para asatidz, tokoh masyarakat dan ketua yayasan untuk menggali otoritas kepemimpinan karismatik TGH Syahri Ramadhan. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, sumber otoritas karismatik TGH Syahri Ramadhan adalah kewibawaan dan karomah yang lahir dari amalan wirid serta didukung dengan tradisi pendidikan Islam Nahdlatun Wathann (NW) yang memiliki jargon“sami’na wa atho’na” artinya “kami mendengar dan kami taat” yang tertanam pada seluruh warga pondok pesantren. Kedua, strategi kepemimpinan karismatik TGH Syahri Ramadhan dalam membetuk budaya religius melalui: (1) penanaman ideologi Ahlusunnah Waljamaah (Aswaja) bermazab Imam asy-Syafi’I, (2) pembiasaan budaya religius seperti: (a) kegiatan rutin harian, (b) mewajibkan seluruh kegiatan keagamaan, (c) menciptakan lingkungan religius, (d) melibatkan seluruh warga sekolah. (3) tatanan simbol dalam bentuk atribut dan aktivifitas seni. Kata kunci: Otoritas Kepemimpinan, Karismatik, Tuan Guru, Budaya religius.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Sunjaya, Angga Putra Manggala. "Impresionisme Dan Ekspresionisme: Multiplisitas Spiritualitas Sebagai Tawaran Teologis Bagi Gereja Beraliran Karismatik." Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja 4, no. 2 (October 27, 2020): 115–31. http://dx.doi.org/10.37368/ja.v4i2.141.

Full text
Abstract:
Artikel ini memberikan tawaran teologis yang bersifat imajinatif konstruktif bagi model spiritualitas gereja beraliran Karismatik. Tesis dari artikel ini adalah perlunya menjaga keseimbangan antara Kristosentrisme dan Pneumatosentrisme guna menghadirkan spiritualitas yang utuh. Hanya mengedepankan salah satu antara Kristosentrisme atau Pneumatosentrisme sebagai sumber spiritualitas akan memunculkan model spiritualitas yang timpang. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah analisis komparatif antara model spiritualitas Richard Foster dan model spiritualitas gereja beraliran Karismatik. Hasil dari komparasi tersebut menunjukkan bahwa model spiritualitas gereja beraliran Karismatik yang didominasi oleh paham kuasa Roh menjadi sebuah leitmotif atau tema yang secara konstan muncul, yang dikhawatirkan akan gagal dalam menjaga keseimbangan antara Kristosentrisme dan Pneumatosentrisme. Hasil penelitian ini menawarkan gagasan impresionisme dan ekspresionisme sebagai pendekatan baru yang dipercaya dapat memunculkan multiplisitas spiritualitas. Multiplisitas spiritualitas dipercaya dapat menghadirkan Kristosentrisme dan Pneumatosentrisme yang seimbang. Studi komparasi ini juga menghasilkan beberapa kontribusi yang bermanfaat secara konseptual bagi teologi gereja beraliran Karismatik dalam mewujudkan spiritualitas yang utuh.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Pranoto, Minggus M. "Sisi Gelap Kepemimpinan Pentakostal-Karismatik." GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian 5, no. 2 (October 27, 2020): 175. http://dx.doi.org/10.21460/gema.2020.52.583.

Full text
Abstract:
Abstract This article highlights a critical question: why is Pentecostal-Charismatic leadership vulnerable to various scandals? This model of leadership often exposes the dark side of leadership characterized by the issues of money, sex, and power. This study suggests that Pentecostal-Charismatic leaders are often trapped in the model of personalized charismatic leadership that is based on misinterpretation of the doctrine of being Spirit-filled. The method used in this article is that of practical theology relating the framework of socialized charismatic leadership to the theological concept of the church (ekklesia) as the body of Christ and the fellowship of the Holy Spirit. Abstrak Tulisan ini menyoroti pertanyaan kritis: mengapa kepemimpinan Pentakostal-Karismatik rentan terkena berbagai skandal? Model kepemimpinan ini acap kali memunculkan sisi gelap kepemimpinan yang ditandai oleh masalah-masalah keuangan, seksual, dan kekuasaan. Kajian ini mengungkapkan bahwa para pemimpin Pentakostal-Karismatik seringkali terjebak dalam model personalized charismatic leadership yang didasari oleh penafsiran yang keliru atas doktrin being Spirit-filled. Metode tulisan ini termasuk dalam ranah teologi praktis yang mengaitkan kerangka berpikir socialized charismatic leadership dengan konsep teologis tentang gereja (ekklesia) sebagai tubuh Kristus dan persekutuan Roh Kudus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Johan, Muhammad, Gusti Nyoman Budiadnyana, Admiral Admiral, Masduki Asbari, and Dewiana Novitasari. "Kepemimpinan Karismatik dalam Perspektif Karyawan UMKM: dari Motivasi Intrinsik hingga Tacit Knowledge Sharing." Edumaspul: Jurnal Pendidikan 5, no. 1 (March 1, 2021): 598–613. http://dx.doi.org/10.33487/edumaspul.v5i1.1303.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemimpinan karismatik terhadap motivasi intrinsic dan tacit knowledge sharing. Penelitian ini mengadopsi metode simple random sampling dengan 85 sampel karyawan dari lima perusahaan UMKM di Banten. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan karismatik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi intrinsic dan tacit knowledge sharing. Penelitian ini dapat membuka jalan untuk meningkatkan kesiapan karyawan UMKM dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Sundari, Diyah Sundari Ayu, Indriyati Eko Purwaningsih, and Flora Grace Putrianti. "Motivasi kerja anggota Sat Sabhara Bintara Remaja ditinjau dari perpsepsi kepmimpinan karismatik." JURNAL SPIRITS 11, no. 1 (November 20, 2020): 99. http://dx.doi.org/10.30738/spirits.v11i1.9452.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif antarapersepsi kepemimpinan karismatik dengan motivasi kerja anggota Sat SabharaBintara Remaja Polresta Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan dalam penelitianini yaitu ada hubungan positif antara persepsi kepemimpinan karismatikdengan motivasi kerja anggota Sat Sabhara Bintara Remaja Polresta Yogyakarta.Subjek penelitian ini adalah anggota sabhara Polresta Yogyakarta berjumlah 90subjek. Skala yang digunakan adalah skala motivasi kerja yang mengacu padadimensi yang dikemukakan oleh Munandar (2001) dan persepsi kepemimpinankarismatik yang mengacu pada dimensi yang dikemukakan Banks dkk (2017.Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan positif antara persepsikepemimpinan karismatik dengan motivasi kerja anggota Sat Sabhara BintaraRemaja Polresta Yogyakarta yang artinya hipotesis penelitian diterima. Haltersebut ditunjukkan dari analisis korelasi product moment dari spearman'rhoyaitu r = 0,665 dengan signifikansi = 0,000 (p<0,05), serta diketahui sumbanganefektif sebesar 61.2 %Kata kunci: motivasi, persepsi kepemimpinan karismatik, sabhar
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Sasongko, Michael Hari. "IDIOM MUSIK KLASIK DI GEREJA KARISMATIK." Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni 1, no. 1 (November 26, 2018): 1–14. http://dx.doi.org/10.37368/tonika.v1i1.7.

Full text
Abstract:
Church music has long history and experiences in its periods. It began when they, the believers, mentioned themselves as the “Christian”. From the time that phenomenon the christians commenced their act of devotion tradition included their musical tradition of worship. The existence of church music more developed till Middle Age or Dark Age Period. It was dominantly covering to others music genre. At the Renaisance Period, the church reformation movement occured and it was pioneered by Martin Luther. Western music changed at the time. Luther changed of scene; He changed the tradition of Catholic church that used Latin lirics to folk language; He changed the gregorian chant tradition with folksong. The phenomenon was the first time of event of inculturation in world history of music after it undergone stagnancy during the authorization of Roman empire, especially when Pope Gregory created the standarization to all christian music. At the present day we are familiar with charismatic music tradition which is developed from American music tradition. It has a characteristic which is used as the band instrument in praise and worship by christian believers. But sometimes, the believers also use arpeggio or broken-chord as the main charracter on Classical Period in part the way of Western music history. Pass through the reasearch, the reasearcher look into the idioms are used in praise and worship in charismatic church. The reasearcher found that the using of idiom in Classical Period has enriched the nuance of music aesthetic in praise and worship.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Arifin, Zainal. "Authority of Spiritual Leadership at Pesantren Temboro Based on Jamaah Tabligh Ideology." Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (December 27, 2017): 265. http://dx.doi.org/10.14421/jpi.2017.62.265-292.

Full text
Abstract:
Kiai adalah tokoh karismatik yang memiliki pengaruh bagi eksistensi pesantren. Kepemimpinan spiritual merupakan tipologi kepemimpinan kiai yang berlandaskan pada nilai-nilai spiritualis Islam. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji sumber otoritas kepemimpinan spiritual kiai perspektif teori otoritas Weber. Pendekatan penelitian ini adalah fenomenologi agama dengan mengamati secara fenomenologis kepemimpinan spiritual kiai di Pondok Pesantren al-Fatah Temboro, yang menjadi pusat pengembangan ideologi Jamaah Tabligh terbesar se-Asia Tenggara. Data penelitian diperoleh dari wawancara mendalam, partisipasi aktif, dokumentasi, dan angket. Penelitian ini menemukan tiga otoritas kepemimpinan spiritual kiai di Pondok Pesantren al-Fatah Temboro, yaitu tradisional, karismatik, dan rasional. Pertama, otoritas tradisional bersumber pada tiga tradisi, yaitu: (1) pendidikan pesantren, (2) Jamaah Tabligh, dan (3) tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah. Kedua, otoritas karismatik bersumber pada kualitas spiritual kiai dan diperkuat dengan karomah. Ketiga, otoritas rasional bersumber pada usaha rasional kiai dalam membuka madrasah-madrasah formal sebagai bentuk modernisasi lembaga pendidikan Islam
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Juliarti, Ni Putu Trisna, and Rina Anindita. "Peran Kepemimpinan Karismatik dan Work-Life Balance Terhadap Komitmen Organisasional Melalui Kepuasan Kerja Karyawan pada Industri Broadcasting." JENIUS (Jurnal Ilmiah Manajemen Sumber Daya Manusia) 5, no. 2 (January 1, 2022): 298. http://dx.doi.org/10.32493/jjsdm.v5i2.16509.

Full text
Abstract:
Ketidakseimbangan dalam kehidupan kerja seorang karyawan telah menjadi masalah utama karena banyaknya isu yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan, tingkat produktivitas dan kebosanan di tempat kerja. Work-Life balance kini telah menjadi topik yang rentan karena menawarkan manfaat nyata bagi organisasi dan keberhasilannya, sehingga tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah memberikan penjelasan tentang pengaruh kepemimpinan karismatik dan Work-Life balance terhadap komitmen organisasional melalui kepuasan kerja karyawan pada industri broadcasting.Penelitian dilakukan dengan survey menggunakan kuesioner yang disebarkan pada bulan November-Desember 2019 dimana responden yang digunakan sebanyak 190 karyawan pada industri broadcasting di Jabodetabek. Data dianalisis dengan menggunakan Strucutural Equation Model (SEM).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwakepemimpinan karismatik yang baik akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan, Work-Life balance yang baik akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan, kepuasan kerja yang baik akan meningkatkan komitmen organisasional karyawan, kepemimpinan karismatik yang baik akan meningkatkan komitmen organisasional karyawan dan Work-Life balance yang baik tidak meningkatkan komitmen organisasional karyawan secara langsung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Lumoindong, Gilbert E. "Teologi Mujizat dalam Pelayanan Karismatik di Tengah Pandemi Covid 19 (Menjawab Isu Kekinian)." Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia 7, no. 1 (January 10, 2022): 317. http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v7i1.5730.

Full text
Abstract:
Pada akhir tahun 2019, seluruh dunia mulai digemparkan oleh sebuah virus berbahaya yaitu virus Covid-19. Begitu banyak orang yang terjangkit virus yang sangat mudah menular ini, sehingga harus diisolasi, dirawat di rumah sakit, hingga penyakit tersebut merenggut jutaan nyawa. Kaum Karismatik, termasuk para pendeta sangat mengharapkan mujizat Tuhan dinyatakan pada masa Covid-19 seperti ini, mereka sangat mengimani virus ini dapat segera lenyap dan orang percaya segera disembuhkan dengan kuasa nama Yesus. Pada faktanya, segala sesuatu yang terjadi dalam setiap kehidupan umat-Nya tidak pernah terlepas dari kedaulatan dan rencana Allah. Tulisan ini memaparkan pandangan Karismatik mengenai doktrin kesembuhan ilahi (baca: Mujizat) dan implikasinya pada era pandemi Covid 19. Artikel ini bermaksud menunjukkan bahwa mujizat kesembuhan yang dipercayai oleh kaum Karismatik masih berlaku di masa Pandemi ini, namun tidak dapat dijadikan sebagai pola yang pasti dialami semua orang yang terjangkit virus tersebut, karena mujizat kesembuhan tetap berada di dalam kedaulatan dan wewenang Allah dalam kehidupan setiap umat-Nya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Pranoto, Minggus Minarto. "Dasar Esensial dan Orientasi Pengalaman Mistik Pentakostal-Karismatik." Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja 6, no. 2 (October 19, 2022): 192–206. http://dx.doi.org/10.37368/ja.v6i2.437.

Full text
Abstract:
Gereja-gereja Pentakostal-Karismatik seringkali sulit untuk membedakan apakah pengalaman mistik mereka otentik atau palsu. Mereka butuh untuk membangun teologi mistik dan memiliki kemampuan untuk membedakan dan memverifikasi pengalaman mistik tersebut. Artikel ini menghubungkan pengalaman mistik yang dipercaya oleh gereja-gereja di atas dengan teologi mistik Gregorius dari Nyssa. Tiga cara pengalaman mistik yaitu jalan penyucian (purification/purgation atau via purgativa); jalan pencerahan (illumination atau via illuminativa); dan jalan kesatuan mistik orang percaya dengan Allah (mystical union atau via unitiva) dalam pemikiran Gregorius dari Nyssa akan disejajarkan dan dijadikan dasar esensial bagi pengalaman mistik dalam konteks gereja-gereja Pentakostal-Karismatik. Memperhatikan tiga jalan pengalaman mistik yang diteologikan oleh Gregorius dari Nyssa, teologi Pentakostal-Karismatik mungkin dapat memiliki standar teologi yang kuat untuk membedakan pengalaman mistik dengan benar. Penulis juga menambahkan bahwa hasil dari pengalaman mistik berorientasi mewartakan Injil, melakukan perbuatan baik dan kasih. Manifestasi tertinggi dari hasil pengalaman mistik terjadi dalam hidup martir untuk melakukan kehendak Tuhan dalam berbagai bidang kehidupan dan mendatangkan transformasi kehidupan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Kakauhe, Phanny Tandy, and Fransiskus Irwan Widjaja. "Karakteristik Kepemimpinan Pentakostal-Karismatik: Refleksi Daniel 6:4." DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika 3, no. 2 (December 31, 2020): 82–90. http://dx.doi.org/10.53547/diegesis.v3i2.81.

Full text
Abstract:
Pentecostal-Charismatic Leadership has often drawn criticism from controversy, and many have negative nuances. However, this leadership has dynamic strength which its character, and it must be realized by many parties. The purpose of the discussion in this article is to show the characteristics of Pentecostal-Charismatic leadership through the modeling shown by Daniel. With a qualitative approach and using a descriptive interpretive analysis method in the passage of Daniel 6: 4, the result is that Daniel's charismatic leadership is indicated by the phrase "extraordinary spirit". In conclusion, Pentecostal-Charismatic leadership must be characterized by the work or manifestation of the Holy Spirit within the leader, so as to make the leader have an extraordinary spirit, as the quality or value of his leadership.AbstrakKepemimpinan Pentakosta-Karismatik seringkali menuai kritik kontroversi, dan tidak sedikit yang bernuansa negatif. Namun demikian kepemimpinan ini memiliki kekuatan yang dinamis yang menjadi karakteristiknya, dan harus disadari oleh banyak pihak. Tujuan pembahasan da-lam artikel ini adalah untuk menunjukkan karakteristik kepemimpinan Pentakosta-Karismatik yang melalui permodelan yang ditunjukkan oleh Daniel. Dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskriptif analisis interpretatif pada nas Daniel 6:4, maka diperoleh hasil bahwa kepemimpinan karismatik Daniel ditunjukkan oleh frasa “roh yang luar biasa”. Kesim-pulannya, kepemimpinan Pentakostal-Karismatik haruslah dikarakterisasi oleh pekerjaan atau manifestasi Roh Kudus dalam diri pemimpinnya, sehingga membuat pemimpin tersebut memili-ki roh yang luar biasa, sebagai kualitas atau nilai kepemimpinannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Harun, Martin. "Craig S. Keener, Gift & Giver: Mengenal dan mengalami Kuasa Roh Kudus, terj. Helda Siahaan & Nancy Pingkan Poyoh, Jakarta: Literatur Perkantas, 2015, 300 hlm." DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA 14, no. 1 (April 20, 2015): 141–44. http://dx.doi.org/10.36383/diskursus.v14i1.75.

Full text
Abstract:
Bertepatan waktu dengan Seminar Sola Scriptura bulan Maret 2015, dengan topik Miracles: The Credibility Of The New Testament Accounts, yang dibawakan oleh Prof. Craig Keener, oleh Perkantas diterbitkan terjemahan bukunya yang berjudul Gift and Giver: The Holy Spirit for Today (2001). Apakah eksemplar yang dihadiahkan kepada saya, akan bernasib sama seperti yang selalu saya kira terjadi dengan buku yang tidak dibayar, yakni tidak dibaca? Penampilan Keener yang sederhana, berbobot dan spiritual dalam seminar tersebut, menantang saya untuk membuka dan membaca buku hadiah ini. Keener mau membantu kita untuk lebih memahami bagaimana Roh Kudus menolong kita menjalani kehidupan dan perutusan kristiani. Buku dimulai dari belajar mengenali suara Roh Kudus dan oleh Roh itu belajar mendengar Allah (bab 1-2). Selalu dengan bantuan Alkitab, Keener menguraikan bagaimana Roh Kudus memberdayakan kita untuk penginjilan (bab 3) dan mengerjakan peruba-han dalam pola hidup kita (bab 4). Sesudah itu Keener membicarakan aspek-aspek yang lebih kontroversial dalam karismatik, pertama-tama karunia-karunia Roh (bab 56), juga baptisan dalam Roh Kudus dan kapannya (bab 7-8), dan lebih khusus bahasa lidah (bab 9). Dalam beberapa bab ini Keener, sendiri seorang “karismatik” dalam arti mempraktikkan karunia-karunia Roh (hlm. 14), mempertahankannya terhadap orang-orang yang mengira tak perlu lagi mempraktikkannya setelah zaman rasul-rasul. Keener yakin bahwa karunia-karunia biblis dimaksud untuk terus dijalankan dalam masa sekarang di mana diberi. Ia juga membahas perbedaanperbedaan pemahaman antara pelbagai kelompok karismatik dan pentekostal tentang karunia-karunia tertentu, juga tentang momen pembaptisan dalam Roh, dan menjelaskan apa yang menurutnya dimaksudkan dalam Alkitab. Keener memang seorang pakar Perjanjian Baru yang disegani. Dalam bab terakhir, Mengapa menguji Roh (bab 10), Keener menjawab beberapa pra-sangka yang tidak benar terhadap gerakan karismatik, tetapi di lain pihak tidak menyembunyikan bahwa dalam jemaat karismatik dan pentekostal juga muncul ekses-ekses yang menurutnya menyimpang dari paham Alkitab dan bisa membahayakan iman pelaku dan kehidupan jemaat. Maka diberinya klarifikasi. ................................ Tekanan Keener pada Roh yang memberdayakan untuk penginjilan dalam arti berprakarsa memberitakan dan mengajarkan injil kepada semua orang, mungkin tak menimbulkan masalah di Amerika Serikat yang dominan Kristen, tetapi menjadi pertanyaan pelik bagi Gerejagereja di Asia. Orang kristen Asia yang didorong oleh Roh untuk hadir di tengah orang-orang beragama lain hanya dengan kesaksian hidup dan bekerja sama, dan —baru bila muncul kesempatan—berdialog dalam arti sharing iman dan bukan perdebatan, tidak menemukan pengarahan untuk itu dalam buku ini. Isu Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan, prinsip yang Keener percaya sebagai inti injil (267), isu yang ia takut dapat menjadi hal utama yang menimbulkan perpecahan di antara orang kristiani sekarang ini, memang rela ia agendakan di tempat kedua demi misi bersama yang mempersatukan kita sebagai Kristen. Apakah itu berarti bahwa ia juga mau berbuat demikian demi misi bersama seluruh umat manusia, semua agama? Eksklusivisme keselamatan dalam agama-agama tetap mengakibatkan perpecahan yang kini merupakan ancaman yang lebih besar lagi bagi dunia daripada perpecahan-perpecahan di dalam agama Kristen. Apakah sikap dialogal antar kristiani yang sangat mewarnai sikap Keener dalam buku ini, juga diperluas kepada semua orang beragama? Beberapa catatan ini tidak mengurangi penghargaan tinggi saya akan penjelasan Keener tentang pemberian-pemberian Roh Kudus dari dalam pemahamannya yang mendalam akan Alkitab, dan sharingnya. yang tulus, berbobot dan personal tentang pengalamannya sendiri akan karunia Roh Kudus itu dalam hidup dan penginjilannya sendiri. Suatu buku penting untuk setiap orang karismatik untuk memahami yang paling pokok, dan bagi orang non karismatik untuk lebih mengenal yang terbaik di dalam gerakan karismatik. (Martin Harun, Guru Besar Ilmu Teologi Emeritus, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Rizkianto, Anggit. "KEPEMIMPINAN KARISMATIK H.O.S. TJOKROAMINOTO DI SAREKAT ISLAM." INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah 2, no. 1 (August 21, 2020): 55–80. http://dx.doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v2i1.71.

Full text
Abstract:
Perkembangan dan kemajuan Sarekat Islam tidak dapat dilepaskan dari kepemimpinan Tjokroaminoto sebagai pimpinan organisasinya. Sudah cukup banyak peneliti yang mengungkapkan bahwa keberhasilan kepemimpinan Tjokroaminoto dipengaruhi karisma yang dimiliki sang tokoh, tetapi belum ada studi yang menelaah kepemimpinan karismatiknya lebih jauh. Studi ini hendak mengeksplorasi lebih dalam mengenai kepemimpinan Tjokroaminoto melalui perspektif kepemimpinan karismatik. Untuk pengumpulan data, studi ini menggunakan metode dokumentasi dengan menggunakan literatur-literatur sejarah yang berbicara tentang kepemimpinan Tjokroaminoto di Sarekat Islam. Kemudian metode triangulasi sumber data digunakan untuk menguji kredibilitas data. Hasil studi menunjukkan bahwa karakteristik kepemimpinan karismatik Tjokroaminoto adalah tidak bergantung pada otoritas dan membawa perubahan. Kemudian sumber karisma pada kepemimpinannya terbagi dalam dua bentuk. Pertama, yang bersumber pada hal-hal yang bersifat given/karunia, yang meliputi faktor keturunan, kelahiran, dan aspek-aspek fisik. Kedua, yang bersumber dari hasil konstruksi personal, yang meliputi kompetensinya dalam hal manajerial, orasi, dan tulis-menulis serta ilmu pengetahuannya dalam berbagai bidang. Dalam implementasinya, kepemimpinan Tjokroaminoto yang karismatik lebih mengoptimalkan kompetensinya (yang merupakan hasil konstruksi personal). Dengan kompetensinya, Tjokroaminoto mempersuasif dan mengedukasi pengikutpengikutnya, dengan menciptakan kesan, mengungkapkan cita-cita, memunculkan harapan, mendorong/memotivasi, dan menjadi teladan. Upaya itu berhasil menyelamatkan SI dari berbagai situasi krisis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Manurung, Kosma. "Mencermati Hakikat Uang dalam Perspektif Pentakosta-Karismatik." DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 6, no. 1 (October 31, 2021): 350–65. http://dx.doi.org/10.30648/dun.v6i1.528.

Full text
Abstract:
Abstract. This study was to explore the meaning of money in the Charismatic Pentecostal perspective. The method used was descriptive analysis through literature study. Through this study it was concluded that the Charismatic Pentecostals see the money is not merely needed to meet the daily life needs, it’s also as means of service to God. Service to God itself is not limited only in the form of ecclesiastical ministry, but also includes every work to promote a good life in this world.Abstrak. Penelitian ini berusaha mencermati pemaknaan uang dalam prespektif Pentakosta Karismatik. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis melalui kajian literatur. Berdasarkan kajian penelitian ini kaum Pentakosta Karismatik berpandangan bahwa uang selain dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, uang juga sebagai sarana pelayanan kepada Tuhan. Pelayanan kepada Tuhan itu sendiri tidak dibatasi hanya dalam bentuk pelayanan gerejawi, tetapi mencakup juga setiap karya untuk mewujudkan kehidupan yang baik di dunia ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Stevanus, Kalis. "Karya Roh Kudus yang Karismatik dalam Kehidupan Kristus Menurut Injil Lukas dan Implikasinya bagi Orang Percaya." CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 1, no. 2 (March 11, 2022): 193–207. http://dx.doi.org/10.54592/jct.v1i2.23.

Full text
Abstract:
This research method is a descriptive qualitative method with the aim of describing the role of the Holy Spirit in the life of Christ specifically from Luke's writings in the Gospel of Luke. This paper is expected to complement and add to the understanding of what has been written and understood by many theologians and Christians, so that readers can benefit from their Christian faith life. The search results in Luke's Gospel show that Luke emphasizes the charismatic work of the Holy Spirit. In Luke's charismatic theology, the Holy Spirit plays a key role in the history of salvation. This is shown especially in the life of Jesus as a charismatic prophet. Jesus was not only anointed by the Holy Spirit, but was filled and led by the Spirit. For Luke, it was impossible to separate Jesus' salvific mission from the charismatic work of the Holy Spirit.ABSTRAKMetode penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan maksud untuk memaparkan peran Roh Kudus dalam kehidupan Kristus secara khusus dari tulisan Lukas di dalam Injil Lukas. Tulisan ini diharapkan dapat melengkapi dan menambah pemahaman apa yang selama ini sudah ditulis dan dipahami oleh banyak teolog maupun umat Kristen, sehingga pembaca mendapat manfaat bagi kehidupan iman kristianinya. Hasil penelusuran di dalam Injil Lukas menunjukkan Lukas memberi penekanan pada karya karismatik Roh Kudus. Di dalam teologi karismatiknya Lukas, Roh Kudus memegang peran kunci dalam sejarah keselamatan. Hal itu ditunjukkan khususnya di dalam hidup Yesus sebagai nabi karismatik. Yesus bukan saja diurapi oleh Roh Kudus, tetapi dipenuhi dan dipimpin oleh Roh. Bagi Lukas, tidaklah mungkin untuk memisahkan misi keselamatan Yesus dari karya Roh Kudus yang karismatik dan misioner. Kata kunci: Injil Lukas, Karismatik, Kristus, Roh Kudus
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Manurung, Kosma. "Studi Analisis Kontekstual Ajaran Karunia Nubuat Rasul Paulus sebagai Dasar Evaluasi Kritis terhadap Fenomena Bernubuat di Gereja Beraliran Karismatik." DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 4, no. 1 (October 25, 2019): 37–54. http://dx.doi.org/10.30648/dun.v4i1.189.

Full text
Abstract:
Abstract. The purpose of this study was to evaluate the phenomenon of prophecy in Charismatic churches. The method used in writing this atricle was combining the analysis of the prophetic texts of Paul's writings and the study of phenomenology. Through this research it was revealed that the practice of prophecy is widely practiced among Charismatic churches in the city of Semarang. The results showed that the pastors in the Charismatic churches need to have a correct understanding of the practice of prophecy, especially understanding Paul's teaching about prophecy, in order to avoid the adverse effects for the church caused by the practice of prophecy.Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi fenomena nubuatan yang marak di gereja Karismatik. Ada pun metode yang digunakan dalam penulisan atrikel ini adalah memadukan analisis teks-teks nubuatan tulisan Paulus dan studi fenomenologi. Melalui penelitian ini terungkap bahwa praktik bernubuat banyak dipraktikan di kalangan gereja beraliran Karismatik di kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendeta-pendeta di kalangan gereja Karismatik perlu memiliki pemahaman yang benar tentang praktik bernubuat, khususnya memahami dengan benar pengajaran Paulus tentang nubuatan, supaya terhindar dari dampak yang merugikan gereja yang disebabkan oleh praktek nubuatan tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Rijal, Fikri, Damanhur Damanhur, and Naz’aina Naz’aina. "PENGARUH KOMPETENSI SDM DAN KEPEMIMPINAN KHARISMATIK TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN PADA PONDOK PESANTREN DI KABUPATEN BIREUEN." E-Mabis: Jurnal Ekonomi Manajemen dan Bisnis 23, no. 1 (September 8, 2022): 21–31. http://dx.doi.org/10.29103/e-mabis.v23i1.801.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh kompetensi sumber daya manusia dan kepemimpinan karismatik terhadap akuntabilitas keuangan pada pondok pesantren di Kabupaten Bireuen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yaitu menyebarkan daftar pertanyaan kepada 98 responden di pondok pesantren di Kabupaten Bireuen. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui berita online, artikel dan sumber berita lainnya yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi (observasi). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode struktural berdasarkan varians yaitu Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia dan kepemimpinan karismatik berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan pondok pesantren di Kabupaten Bireuen
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Hariyadi, Ahmad. "KEPEMIMPINAN KARISMATIK KIAI DALAM MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI PESANTREN." Equity In Education Journal 2, no. 2 (October 20, 2020): 96–104. http://dx.doi.org/10.37304/eej.v2i2.1694.

Full text
Abstract:
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepemimpinan karismatik Kiai dalam membangun budaya organisasi pesantren. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik: wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Penetapan informan sebagai sumber data dilakukan dengan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pola interaktif data. Pengecekan keabsahan data menggunakan derajat kredibilitas, transferabilitas, dan konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) budaya organisasi di pondok pesantren diterapkan melalui kegiatan-kegiatan santri, yang meliputi kegiatan harian, mingguan, bulanan, maupun tambahan; (2) kepemimpinan kiai karismatik di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin dan Al-Anwar memiliki perbedaan. KH. Ahmad Mustofa Bisri menerapkan sistem kepemimpinan demokrasi dalam menjalankan pondok pesantren, sedangkan KH. Maimoen Zubair menerapkan kepemimpinan terpimpin; dan (3) Kiai karismatik memiliki peran strategis dalam upaya mengembangkan budaya organisasi. Abstract: This study aims to describe the charismatic leadership of the Kiai in building a pesantren organizational culture. This research was conducted using a qualitative approach with a case study design. The data was collected by using the following techniques: in-depth interviews, participant observation, and documentation study. The determination of informants as data sources was carried out by using purposive sampling technique. Data analysis was performed using interactive data patterns. Data validity checks using the degree of credibility, transferability and confirmability. The results showed that: (1) organizational culture in Islamic boarding schools is implemented through santri activities, which include daily, weekly, monthly and additional activities; (2) the leadership of the charismatic kiai in the Raudlatut Thalibin and Al-Anwar Islamic Boarding Schools is different. KH. Ahmad Mustofa Bisri applies a democratic leadership system in running Islamic boarding schools, while KH. Maimoen Zubair applies guided leadership; and (3) Charismatic clerics have a strategic role in developing organizational culture. References: AlGhazali, I. (1997). Ihya’ Ulumuddin. Beirut: Darul Fikri. Amirin, T. M (2007). Kepemimpinan yang amanah. Dinamika Pendidikan, 1(14), 1-11. Bate, P. (1994). Strategies for Cultural Change. London: Butterworth-Heinemann. Bruinessen, M. V. (1994). Tradisi, Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru. Yogyakarta. LkiS. Dhofier, Z. (2009). Tradisi Pesantren: Memadu Modernitas untuk Kemajuan Bangsa. Yogyakarta: Newsea Press. Haedari, A., & Hanif, A. (2004). Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Globalitas. Jakarta: IRD Press. Hofl, H. (1992). The Making of The Corporate Acolyte: Some Thoughts on Charismatic Leadership and the Reality of Organizational Commitment. Journal of Management Studies, 29(1). Hofstede, G. (1980). Culture’s Consequences: International Differences in Work Related Values. California: Sage Publication. Javidan, M., & Waldman, D. A. (2003). Exploring Charismatic Leadership in The Public Sector: Measurement and Consequences. Public Administration Review, 63(2), 229–242. Kartono, K. (2008). Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: CV. Rajawali. Kast, F. E., & Rosenzweig, J. E. (2007). Organisasi dan Manjemen. Jakarta: Bumi Aksara. Kavanagh, M. H. & Ashkanasy, N. M., (2006). The Impact of Leadership and Change Management Strategy on Organisational Culture and Individual Acceptance of Change During a Merger. British Journal of Management17(1), S81–S103. https://doi.org/10.1111/j.1467-8551.2006.00480.x Ma’arif, S. (2003). Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo. Margono, S. (1997). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. McMillan, J. H., & Schumacher, S. (2006). Research in Education. New Jersey: Pearson. Nawawi, H. (2006). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press. Robbins, S. P., & Judge, J. A. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Shastari, R.K., Mishra, K. S., & Sinha, A. (2010). Charismatic Leadership and Organizational Commitment: An Indian Perspective. African Journal of Business Management, 4(10), 1946-1953. Sukamto, 1999. Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren. Jakarta: LP3ES Tika, M. P. (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Tunggal, A. W. (2010). Peran Budaya Organisasi dalam Keberhasilan Perusahaan. Jakarta: Harvarindo. Yukl, G. (2007). Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Prenhalindo. Ziemek, M. (1986). Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Ajan, A., Amir Mahruddin, and Muhammad Agus Mulyana. "EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KARISMATIK KYAI DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU." TADBIR MUWAHHID 2, no. 1 (July 9, 2018): 33. http://dx.doi.org/10.30997/jtm.v2i1.1143.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis data tentang efektivitas kepemimpinan kharismatik kyai dalam meningkatkan kinerja guru di Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh Perguruan YASPIDA Sukabumi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kepemimpinan kharismatik kyai di Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh adalah : kepemimpinan kharismatik “efektif”. Keefektifan tersebut diperoleh dari perhitungan kai kuadrat yang diperoleh harga x2o 119, 3925. Hasil ini kemudian dapat dibandingkan dengan harga kritik (taraf signifikansi) x2t 5% dengan dk 8 = 15,507. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa x2o (observasi) lebih besar dibandingkan x2t (tabel) pada taraf signifikansi 5%. Penelitian ini direkomendasika kepada Kyai dan Guru di Pondok Pesantren sebagai bahan referensi dalam meningkatkan efektivitas kepemimpinan kharismatik Kyai dalam meningkatkan kinerja guru Di Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh Perguruan YASPIDA Sukabumi.Kata kunci: efektivitas, kepemimpinan kharismatik, kinerja guru.THE EFFECTIVENESS OF KYAI KHARISMATIC LEADERSHIP IN IMPROVING TEACHER PERFORMANCETHE EFFECTIVENESS OF KYAI KHARISMATIC LEADERSHIP IN IMPROVING TEACHER PERFORMANCEABSTRACTThis study aims to find and analyze data about the effectiveness of kharismatic leadership of the Cleric in improving teacher performance in integrated islamic boarding school Darussyifa Al-Fithroh YASPIDA Sukabumi. This research is a kind of quantitative research. The results of this study suggest that the cleric charismatic leadership in in integrated islamic boarding school Darussyifa Al-Fithroh is "effective" charismatic leadership. The effectiveness is obtained from Kai Square calculations obtained by price x2o 119, 3925. This result can then be compared with the criticism price (significance level) x2t 5% with dk 8 = 15,507. Thus it can be concluded that x2o (observation) is greater than x2t (table) at 5% significance level. This research is recommended to cleric and teacher in boarding school as reference material in improving the effectiveness of cleric’s charismatic leadership in improving teacher performance In integrated islamic boarding school Darussyifa Al-Fithroh YASPIDA School of Sukabumi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Dwapatesty, Eldasisca, Nurhizrah Gistituati, and Rusdinal Rusdinal. "Hubungan Gaya Kepemimpinan Karismatik terhadap Motivasi Kerja Guru." EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN 3, no. 5 (July 28, 2021): 3000–3006. http://dx.doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.1001.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Sasongko, Michael Hari, and Hengki Bonifasius Tompo. "Menelusuri Makna Lirik dalam Lagu-lagu Pujian Kristen Karismatik." Jurnal Apokalupsis 12, no. 1 (June 30, 2021): 1–18. http://dx.doi.org/10.52849/apokalupsis.v12i1.13.

Full text
Abstract:
Psikologi musik adalah bidang kajian yang digunakan untuk menganalisis perilaku manusia yang disebabkan oleh unsur-unsur musikal. Namun pada dasarnya musik tidak hanya dapat dipahami dari perspektif psikologi untuk menganalisis perilaku manusia. Selama ini ini dalam konteks ibadah Kristen, perilaku manusia disebabkan oleh aspek-aspek musikal seperti melodi, ritme dan harmoni. Ketiga unsur ini bukanlah satu-satunya cara untuk melihat kekuatan musik dalam mengubah perilaku manusia. Di balik semua itu ada cara lain untuk mengkaji perilaku manusia, yaitu analisis makna. Kekuatan makna ini dipandang mampu mengubah perilaku manusia. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode studi pustaka dan kritik sastra, dibarengi dengan telaah teori komunikasi. Melalui teori komunikasi, kekuatan makna dapat diidentifikasi, melalui proses interpretasi dan asosiasi, hingga terjadi perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini juga karena adanya hubungan personal antara manusia dan transenden, bahkan hubungan ini memiliki makna yang lebih dalam dari musik itu sendiri. Dalam musik gereja, musik hanyalah sarana, tetapi lirik di dalamnya mengacu pada Alkitab, sehingga lirik dalam musik gereja dapat disebut "sastra doa Kristen”.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Rustam. "STRATEGI KEPEMIMPINAN KH ZAINAL ABIDIN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SANTRI." Mukaddimah: Jurnal Studi Islam 7, no. 2 (December 30, 2022): 251–68. http://dx.doi.org/10.14421/mjsi.72.2974.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mengulas Strategi KH. Zainal Abidin dalam Membentuk Karakter Santri di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Bantul, Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan leadership. Sumber data penelitian ini diambil dari Metode pengumpulan data seperti: pertama, pengamatan atau observasi langsung beberapa kali. Kedua, wawancara dengan pimpinan pesantren, pengurus, pengajar, santri, dan warga sekitar pesantren. Ketiga, dokumentasi diambil dari kajian field research berbagai informasi yang terkait. Teori yang dipakai untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah teori kepemimpinan karismatik dari Max Weber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, kepemimpinan karismatik KH. Zainal Abidin memiliki karakteristik sebagai berikut: keteladanan, Islam moderat, toleransi, menjunjung nilai kemanusiaan, dan religius. Kedua, segala tindakan dan aktivitas, yang dilakukan civitas pesantren (Dewan Dzuriyah, pengurus dan Santri) di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Bantul, Yogyakarta, membentuk karakter santri melalui pendidikan Ma’had Ali. Kata Kunci: Strategi Kepemimpinan, Karakter Aswaja, Pondok Pesantren
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Muhamad Matin Shopwan Amarullah, Mulyani, and Ari Prayoga. "Kepemimpinan Karismatik Kiai dalam Membangun Budaya Organisasi di Pesantren Salafiyah." Dirasah : Jurnal Studi Ilmu dan Manajemen Pendidikan Islam 3, no. 2 (August 8, 2020): 1–12. http://dx.doi.org/10.29062/dirasah.v3i2.122.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengungkap dan menganalisis bentuk budayaorganisasi di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Jawahir sebagai implikasi dari perankepemimpinan karismatik kiai di pesantren tersebut.Penelitian ini menggunakanpendekatan fenomenologis dengan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulandata dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studidokumenter. Sedangkan untuk teknik penentuan sumber data menggunakan samplingpurposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kiai karismatik memiliki peranstrategis dalam upaya mengembangkan budaya organisasi di pesantren. Budayaorganisasi di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Jawahir diterapkan melalui kegiatansantri yang meliputi; pertama, kegiatan harian, yaitu shalat berjamaah, pembelajaranNahwu-Sharaf, dan pembelajaran membaca dan menghafal Al-Qur’an; kedua,kegiatan mingguan, yaitu pembacaan kitab Al-Barzanji, shalawat, pembacaan yasin,dan pembacaan manakib, pengajian kitab Ta’lim Al-Muta’allim dan WasiatAl-Mustafa, pembelajaran tilawat Alquran, muhadarah, pembacaan istigasah, danpengajian untuk alumni; ketiga, kegiatan tahunan, yaitu memperingati Maulid NabiMuhammad SAW, memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, ziarah ke makamWalisongo, tahun baru hijriah, dan Idul Adha. Selain melalui kegiatan tersebut,budaya organisasi juga diterapkan dalam kehidupan pesantren melalui pendirianstruktur organisasi yang dikelola oleh santri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Prior, John Mansford. "REFORMASI PANTEKOSTAL SEBAGAI PEREMAJAAN KEKRISTENAN PALING RADIKAL SEJAK PEMBARUAN JOHN CALVIN." Jurnal Ledalero 15, no. 2 (December 6, 2016): 323. http://dx.doi.org/10.31385/jl.v15i2.42.323-346.

Full text
Abstract:
The Pentecostal Churches and Charismatic movements within the mainstream Churches are by far the fastest growing sectors of Christianity. In particular, migrants are attracted from their mainstream ecclesial roots to a myriad of Pentecostal communities in urban settings, to congregations that are small and welcoming, but also to the mega-Churches. This essay looks at key characteristics of urban migrants and the significant elements of the Pentecostal/charismatic communities that attract them as new members. Particular attention is given both to the evolving political dimension of these communities and to the “gender paradox” whereby women are more likely to join Pentecostal/Charismatic Churches where they discover a renewed dignity and identity while these very Churches are largely governed by men. Examples are given as diverse as that among Protestant urban migrants in mainland China, and Catholic domestic and international migrants within and from the Philippines. The essay concludes with an analysis that looks at the data as a reflection of modernity and its consequent challenge to mainstream Churches that have as yet failed to adapt. <b>Keywords:</b> Pentecostal Church, Charismatic Movement, the immigrants,Chinese immigrants, migrant Filipino, gender paradox of modernity ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Gereja-gereja Pantekostal, juga gerakan Karismatik dalam Gereja-Gereja arus utama, merupakan sektor kekristenan yang sedang bertumbuh secara paling pesat. Secara khusus, para migran yang tercabut dari akarnya dalam Gereja mereka di tempat asal, mengarah ke komunitas-komunitas Pantekostal di daerahdaerah perkotaan, baik dalam jemaat-jemaat kecil, maupun dalam Gereja-Gereja mega. Esai ini memperlihatkan ciri-ciri kunci dari migran perkotaan dan unsur-unsur yang signifikan dari kalangan Pantakostal/ Karismatik yang menarik mereka sebagai anggota baru. Perhatian khusus diberikan kepada dimensi politik yang berkembang dan pada “paradoks gender” di mana perempuan lebih mungkin bergabung dalam Gereja Pantekostal/gerakan Karismatik, di mana mereka menemukan martabat dan jatidiri baru. Walau demikian, sebagian besar Gereja Pantekostal masih diatur oleh kaum lelaki. Beragam contoh ditampilkan, seperti yang terjadi di kalangan migran perkotaan Protestan di Cina daratan, dan juga di kalangan migran domestik dan internasional Katolik dari Filipina. Esai ini diakhiri dengan analisis yang memperlihatkan data yang mencerminkan modernitas, dan karena itu tantangan bagi GerejaGereja arus utama yang sampai kini gagal menghadapnya. <b>Kata-kata kunci:</b> Gereja Pentakostal, Gerakan Karismatik, kaum perantau, perantau Cina, migran Filipina, gender paradoks, modernitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Holilah, Lilah, Rhini Fatmasari, and Tita Rosita. "Pengaruh Kepemimpinan Karismatik Dan Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Disiplin Kerja Guru." Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 7, no. 2 (May 7, 2021): 563. http://dx.doi.org/10.37905/aksara.7.2.563-576.2021.

Full text
Abstract:
<p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan karismatik dan kompetensi kepribadian terhadap disiplin kerja guru sekolah dasar. Data dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif dan inferensial yaitu SEM dan analisis jalur (metode simultan yaitu uji-F). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kepemimpinan Karismatik berpengaruh signifikan dan positif diterima terhadap disiplin kerja guru, hal ini dapat dibuktikan dengan T<sub>hitung </sub>&gt;T<sub>tabel </sub>(3,49&gt;1,97) dan nilai koefisien loading faktor sebesar 0,33; (2) kompetensi kepribadian guru berpengaruh signifikan dan positif diterima, hal ini dapat dibuktikan dengan T<sub>hitung </sub>&gt;T<sub>tabel </sub>(6,67&gt;1,97) dan nilai koefisien loading faktor 0,65; (3) hasil uji bersama-sama kepemimpin karismatik dan kompetensi kepribadian guru berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja guru, hal ini dapat dibuktikan dengan F hitung sebesar 5.155, nilai prob&lt;alpha (0.007&lt;5%), dan nilai R-square sebesar 51,44% sudah baik karena memiliki nilai lebih dari 50%. Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan karismatik dan kompetensi kepribadian guru yang baik memiliki tingkat disiplin kerja guru yang tinggi.</p><p><em>The research aims to analyze the influences charismatic leadership and personality competence of teacher towards the discipline of work of states elementary teacher. The primary data were analyzed by using descriptive and inferential statistics that is SEM and path analysis (simultan method that is uji-F). The result showed that: Firt, charismatic leadership significant influence and be accepted positively on the discipline of work of states elementary teacher, this was proved by T<sub>hitung </sub>&gt;T<sub>tabel </sub>(3,49&gt;1,97) and factor loading coefficient value equal to 0,33. Secondly, personality competence of teacher significant influence and be accepted positively on the discipline of work of states elementary teacher, this was proved by T<sub>hitung </sub>&gt;T<sub>tabel </sub>(6,67&gt;1,97) dan factor loading coefficient value equal to 0,65. Third, the test results together charismatic leadership and personality competence of teacher towards the discipline of work of states elementary teacher, this was proved by F hitung amounting to 5.155, prob score&lt;alpha (0.007&lt;5%), dan R-square equal to 51,44% is good because it has a value of more than 50%. So it can be concluded that charismatic leadership and good teacher personality competence have a high level of teacher work discipline.</em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Tajiri, Hajir. "Rijal al-Da’wah: Studi Faktor Karismatik Praktisi Dakwah di Kota Bandung." Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies 11, no. 2 (December 30, 2017): 293–310. http://dx.doi.org/10.15575/idajhs.v11i2.1914.

Full text
Abstract:
This study aims to describe charismatic characteristics inherent in some dakwah practitioners in the city of Bandung, which is related to personal quality, epektif communication ability, and social achievement. This research uses descriptive method with qualitative approach. The result shows some of the first charismatic dakwah practitioners, from the aspect of personal quality generally have good personality integrity characteristic, consistent in holding principle, uphold honesty in message delivery and in their daily life. They also aretiqomah carry out da'wah despite the exam at times come to them. Both epices of communication are characterized by intelligence in choosing words, strategies for initiating communication, using humor as a lecture insert, communication style, and their ability to convey diverse topics. Third, community achievement is characterized by their ability to take advantage of crisis situations in society with intelligent solutions provided. An accumulation of courage, intelligence and ability. The implication of one's charisma can be built not only one factor but must be integral starting from the personal quality, competence and context of the situation.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik karismatik yang melekat pada beberapa praktisi dakwah di kota Bandung, yaitu berkait dengan mutu personal, kemampuan komunikasi epektif, serta prestasi kemasyarakatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasilnya menunjukkan beberapa praktisi dakwah yang tergolong karismatik itu pertama, dari aspek mutu personal umumnya memiliki ciri integritas kepribadian yang baik, konsisten dalam memegang prinsip, menjunjung tinggi kejujuran dalam penyampaian pesan maupun dalam hidup kesehariannya. Mereka juga istiqomah menjalankan dakwah kendati ujian sewaktu-waktu datang menimpa mereka. Kedua kemampuan komunikasi epektif ditandai dengan kecerdasan dalam memilih kata, strategi mengawali komunikasi, penggunaan humor sebagai sisipan ceramah, gaya komunikasi, serta kemampuan mereka dalam menyampaikan topik yang beragam. Ketiga, prestasi kemasyarakatan ditandai dengan kemampuan mereka memanfaatkan situasi krisis di masyarakat dengan solusi-solusi cerdas yang diberikan. Suatu akumulasi keberanian, kecerdasan dan kemampuan. Implikasinya karisma seseorang dapat terbangun tidak hanya satu faktor saja melainkan harus integral mulai dari mutu personal, kompetensi dan konteks situasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Munawwaroh, Alfiatun, Farid Wajdi, and Vinesa Fitri. "GAYA KEPEMIMPINAN NYAI HAJAH MASRIYAH AMVA DI PONDOK PESANTREN KEBON JAMBU AL-ISLAMY BABAKAN CIWARINGIN KABUPATEN CIREBON." Eduprof : Islamic Education Journal 1, no. 2 (September 22, 2019): 78–92. http://dx.doi.org/10.47453/eduprof.v1i2.21.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gaya kepemimpinan nyai hajah masriyah amva di pondok pesantren kebon jambu al-islamy babakan ciwaringin kabupaten cirebon. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi fenomenologis. Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al- Islamy Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon Teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti yaitu Wawancara Observasi Studi, dokumenter, Triangulasi Analisis data dalam penelitian ini dilakukanpadasaatpengumpulan data, Reduksi Data, Penyajian data dan Verifikasi data. Gaya kepemimpinan yang dipakai Nyai Masriyah Amva bisa dibilang gaya kepemiminan karismatik dimana beliau selalu mengajak dalam hal kebaikan dan ibadah seperti yang dijabarkan dalam ciri-ciri pemimpin karismatik. Selain itu Ny.Hj.Masriyah Amva juga dikatan memiliki pola kepemimpinan kolektif dimana pesantren sendiri sudah berbentuk yayasan sebagai wadah dan menjadi organisasi impersonal, pembagian wewenang dalam tata laksana kepengurusan diatur secara fungsional, sehingga akhirnya semua itu diwadahi dan digerakkan menurut tata aturan manajemen modern.. Gaya kepemimpinan Ny.Hj.Masriyah Amva juga memiliki gaya kepemimpinan demokratis ini dintandai sikap beliau yang selalu terbuka, melibatkan segala elemen-elemen penting yang ada di Pondok Pesantren guna kemajuan pondok serta bersifat terbuka atas pilihan putra-putrinya dalam segala hal, menghargai pendapat dan pilihan orang lain.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Artatina Lase, Fachrudy Asj’ari, and Ferry Hariawan. "PENGARUH PERSONAL STYLE LEADERSHIP, KEPEMIMPINAN KARISMATIK DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN PT. DOULOS TRITUNGGAL LANCHANO." Journal of Sustainability Bussiness Research (JSBR) 1, no. 1 (December 30, 2020): 531–39. http://dx.doi.org/10.36456/jsbr.v1i1.3051.

Full text
Abstract:
Penelitian ini menunjukan nilai hasil penelitan dengan judul Pengaruh Personal Style Leadership, Kepemimpinan Karismatik Dan Kepemimpinan Transformasional Terhadap Turnover Intention Karyawan PT. Doulos Tritunggal Lanchano Di Sidoarjo. Populasi penelitian ini 53 orang dan sampel yang digunakan 53 orang, penelitian menggunakan teknik Nonprobability Sampling yang dipilih Sampling Jenuh (sensus), hasil perhitungan penelitian ini menunjukan dengan cara parsial dan simultan berpengaruh signifikan & juga positif terhadap variabel Turnover Intention pekerja PT. Doulos Tritunggal Lanchano Di Sidoarjo.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Sutianah, Elis, Widodo Sunaryo, and Adie E. Yusuf. "HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KARISMATIK KEPALA SEKOLAH DAN KEPRIBADIAN DENGAN KEINOVATIFAN GURU." JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN 6, no. 2 (July 23, 2018): 654–62. http://dx.doi.org/10.33751/jmp.v6i2.792.

Full text
Abstract:
The objective of this research is to analyze the correlation between The Charismatic Leadership Style and Personality with the Teachers Innovation. This research uses two independent variables, those are The Charismatic Leadership Style and Personality with the Teachers Innovation. The research was conducted at 15 states Junior High Schools at Cicurug Subdistrict Sukabumi West Java in 2017 with 130 samples selected from 193 of populations, selected by Proporsional Random Sampling . This research uses survey method by analyzing data with sample and multiple correlation statistic test. The research concludes that: First, there is positive and highly significant correlation between Charismatic Leadership Style (X1) and Teachers Innovation. (Y) with regression equation ? = 49,037 + 0,603 X1 and correlation coefficient ry1 = 0,7164 and determination coefficient r2y1 = 0,5132. Second; there was positive and highly significant correlation between Personality (X2) with Teachers Innovation. with regression equation ? = 46,384 + 0,634 X2 and correlation coefficient ry2 = 0,6989 and determination coefficient r2y2 = 0,4884; and the Third, there was positive highly significant correlation between Charismatic Leadership Style (X1) and Personality (X2) all together with Teachers Innovation. (Y) with regression eqution ? = 18,872 + 0,422 ,422 ????X + 0,419 X2. , correlation coefficient ry12 = 0,8290 and r_(y.12)^2 determination coefficient 0,6873, or it means that the contribution of pedagogical competencies and achivement motivation links to Teachers Innovation. Based on the description above,teachers innovation can be enhanced through Charismatic Leadership Style and Personality.Keywords: Charismatic Leadership, Personality, Teacher Innovation
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Diah Nur Amaliah, Irwan Ribowo, Disepti, M. Duratun Nasihin, Dr, Sukatin, M,Pd,I, Nur Amalia,. "UPAYAH MENJADIKAN PEMIMPIN KARISMATIK GUNA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SERTA WAWASAN DALAM PENDIDIKAN." Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak 7, no. 2 (July 29, 2021): 155. http://dx.doi.org/10.22373/bunayya.v7i2.10486.

Full text
Abstract:
Pendidikan, pengetahuan serta pola pikir merupakan suatu pembahasan melalui sebuah organisasi yang memberikan sebuah pengalaman serta pengetahuan yang akan membentuk pola pikir didalam diri siswa. Didalam pendidikan pengetahuan harus bersifat bermanfaat, agar kelak sebuah pengetahuan tersebut bisa berdampak kedalam pola pikir siswa yang kemudian bisa bermanfaat bagi diri siswa dan orang lain, Sehingga pengetahuan yang di dapat dalam pendidikan tersebut dapat di banggakan oleh masyarakat, baik di dalam daerah maupun luar daerah. Selain pengetahuan yang perlu ada di dalam pendidikan ialah seorang pemimpin, Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan pemimpin. Untuk itu, maka gaya seseorang di dalam memimpin akan amat berpengaruh terhadap organisasi yang dipimpinnya, baik pengaruh itu bersifat positif maupun negatif terhadap organisasi tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Lie, Bedjo. "Bagaimana Kaum Injili Memandang Gereja Katolik?" Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 9, no. 1 (April 1, 2008): 45–67. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v9i1.193.

Full text
Abstract:
Ribuan jemaat Katolik berkumpul di Supermall Surabaya Convention Center (SSCC) pada bulan November 2007 yang lalu. Kegiatan KKR yang bernuansa Katolik karismatik ini telah menjadi gerakan yang makin terasa di Indonesia. Sekilas, gerakan ini telah “mendekatkan” Katolik dengan kaum Protestan, khususnya kalangan karismatik. Di sisi lain, usaha pembelaan iman Katolik terhadap keberatan-keberatan teologis kaum Protestan juga makin terasa akhir-akhir ini di Indonesia. Tambah maraknya buku Katolik yang bernada apologetik terhadap Protestan semakin memperlebar jurang antara umat Katolik dan Kristen Protestan. Dalam rangka memikirkan relasi antara kaum Katolik dan Protestan ini, beberapa paradigma relasi muncul dalam benak penulis. Apakah gereja Katolik dapat dipandang sebagai saudara, pesaing, atau musuh? Bagaimana jika pilihan ini diajukan kepada Anda yang berasal dari golongan Protestan khususnya injili dalam memandang gereja Katolik Roma? Sebaliknya juga penting, bagaimanakah perspektif gereja Katolik dalam memandang kaum injili? ... Pembahasan tulisan ini akan mengalir sebagai berikut: Pertama, akan dipaparkan mengenai sekilas pandang pergeseran pandangan gereja Katolik terhadap doktrin kesatuan gereja yang meliputi sikap mereka terhadap gereja-gereja lain di luar gereja Katolik. Kedua, argumentasi biblis dan tradisi untuk mendukung doktrin kesatuan gereja menurut gereja Katolik. Ketiga, penulis akan menyampaikan suatu tinjauan kritis atas pandangan Katolik tersebut. Pada bagian akhir, beberapa pemikiran tentang hubungan antara kaum injili dan Katolik akan diajukan sebagai kesimpulan dan aplikasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Gossweiler, Christian. "KEPEMIMPINAN KARISMATIK DAN KEPEMIMPINAN YANG MELEMBAGA PADA MASA PERJANJIAN LAMA DAN DEWASA INI." Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen, dan Musik Gereja 3, no. 2 (November 22, 2019): 25–32. http://dx.doi.org/10.37368/ja.v3i2.102.

Full text
Abstract:
The judges of Israel (as described in the biblical book of Judges) had not only judicial functions; they were the leaders of the people. Their leadership can be described as a charismatic leadership: Firstly, they became leaders just by their God-given charisma and military success, not by any institutional mechanism, such as public vote, dynastical succession etc. Secondly, the judges ruled without any institutional basis, they had no capital city, no palace, no bureaucracy or public administration, no tax system, no standing army and no privileges as leaders. They gained their military victories by general draft of all Israelites (usually poorly armed) and very often by the terror of God, which overwhelmed their enemies as some kind of communal frenzy. Thus the power of God was very directly felt by the Israelites, which made them turn back to Yahweh, their God, whom they had forsaken. That is why George Pixley categorizes the reign of the judges as a theocracy or even as the Kingdom of God. But whenever a judge died, there was no mechanism of succession, which usually lead to a political and religious crisis after the death of most judges. Therefore the Israelites finally opted for monarchy as a more steady and institutionalized form of leadership, with a clear dynastical mechanism of succession, a professional army and professional public administration. The Israelites paid the price for this stable leadership in the form of taxes, forced labour and partly loss of their freedom. This article compares the leadership of judges as a model of charismatic leadership and the monarchy as a model of the institutionalized form of leadership.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Wiyono, Bagus, Andre Rahmanto, and Prahasitiwi Utari. "The Role of Stakeholders in the City Branding Policy “Madiun Karismatik” Madiun City Government." International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding 8, no. 1 (February 20, 2021): 510. http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v8i2.2397.

Full text
Abstract:
Conducting branding is now increasingly needed in government management. The main purpose of city branding is to bring out the regional identity and place a certain positioning of the area in order to compete with other regions. For a city branding strategy to be successful, it must involve various stakeholders in the city / region. City stakeholders are defined through the ABCGM concept, namely Academics, Business Sector, Communities, Government, and Media. Madiun City as one of the developing cities in the western part of East Java Province also develops city branding as a way to increase regional competitiveness in front of other regions. Madiun Charismatic was chosen to be the tagline for the city branding of Madiun. This study aims to determine the role of internal stakeholders of Madiun city in implementing the city branding strategy of Madiun City. The research method used is a case study method and uses data collection techniques through interviews, observation, and document searches. The results showed that the internal stakeholders of the city of Madiun have different roles in supporting this city branding policy. The involvement of the five internal stakeholders of the city of Madiun in this city branding program also complements one stakeholder with another so that it has a positive effect on the development of the city of Madiun.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Lukito, Daniel Lucas. "Baptisan dan Kepenuhan Roh: Sebuah Perbandingan antara Pandangan Kekinian dengan Data Kisah Para Rasul." Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 11, no. 1 (April 1, 2010): 97–110. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v11i1.223.

Full text
Abstract:
... umumnya kalangan Karismatik amat mementingkan baptisan Roh, kepenuhan Roh, dan bahasa roh. ... ada opini yang cukup khas di kalangan gereja atau persekutuan Karismatik mengenai topik ini, walaupun di satu sisi ada aspek positif di dalamnya, yaitu tema tentang Roh Kudus dibahas di mana-mana. Hal tersebut tidak lain merupakan pertanda adanya kepekaan di kalangan pimpinan gereja atau kaum awam untuk mengangkat topik ini ke permukaan, sehingga kita menyaksikan bahwa banyak berkat sungguh-sungguh diperoleh, bukan semata-mata karena topik itu dibicarakan, tetapi saya percaya hal ini juga merupakan berkat tersendiri dari Allah Roh Kudus. Selain itu, hal positif lain adalah akhir-akhir ini cukup banyak terdengar orang memberikan kesaksian bahwa mereka telah mengalami kelepasan yang baru, mendapatkan sukacita yang tak terhingga setelah mereka merasakan “pengalaman kedua,” “berkat tambahan” di luar pengalaman kelahiran baru yaitu ketika percaya Kristus sebagai Juruselamat. Tuhan menjadi lebih dekat dan lebih nyata, kedamaian dirasakan datang berlipat ganda, kuasa dan kemenangan selalu menjadi berita yang hangat setelah mendapatkan sentuhan dari Roh Kudus. ... Tetapi, bersamaan dengan itu dari sisi lain, harus pula secepatnya kita bertanya: Apakah dasar pengakuan dan ajaran yang marak belakangan ini dapat dipertanggungjawabkan secara alkitabiah? Apakah pengalaman dan kesaksian berbagai kalangan tersebut sesuai dengan prinsip firman Tuhan? Apakah doktrin yang berkembang di antara mereka solid dan konsisten dengan pengajaran yang sehat? Dari sudut inilah saya mengajak kita melihat pengertian tentang baptisan dan kepenuhan Roh. Secara ringkas saya akan mengetengahkan pandangan yang umum tentang topik ini dari aliran yang mendukung dan selanjutnya akan diberikan tanggapan berupa data utama dari kitab Kisah Para Rasul. Harapan saya ini akan menjadi sebuah perbandingan yang akan membawa semua kembali pada interpretasi yang tepat dari Alkitab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Wiratsih, Woro, and Yoachim Agus Tridiatno. "Mencipta lagu rohani katolik." Jurnal Atma Inovasia 2, no. 3 (May 20, 2022): 258–61. http://dx.doi.org/10.24002/jai.v2i3.5717.

Full text
Abstract:
Inkulturasi musik Gereja merupakan salah satu perwujudan dari hasil Konsili Vatikan II. Gereja Katolik Indonesia telah melaksanakan inkulturasi tersebut, antara lain dengan menciptakan lagu-lagu yang selaras dengan budaya daerah-daerah di Indonesia. Komunitas-komunitas dalam Gereja Katolik di Indonesia, khususnya Komunitas Karismatik Katolik sebagai salah satu komunitas yang besar dan khusus, berusaha memenuhi tuntutan inkulturasi tersebut agar dapat mengekspresikan iman sesuai dengan karakter komunitas-komunitas tersebut tanpa menyimpang dari ajaran dan teologi Katolik. Kegiatan pengabdian masyarakat yang berupa Lokakarya Mencipta Lagu Rohani Katolik ini diadakan atas inisiatif kerja sama dari Badan Pelayanan Provinsi Gerejawi Semarang Plus dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan lagu-lagu rohani yang sesuai dengan teologi Katolik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Innawati, Innawati. "PERANAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASI GEMBALA SIDANG BAGI PERTUMBUHAN GEREJA MASA KINI." Missio Ecclesiae 5, no. 1 (April 30, 2016): 74–89. http://dx.doi.org/10.52157/me.v5i1.59.

Full text
Abstract:
Gereja yang sehat adalah gereja yang Gembala Sidangnya (pemimpinnya) sehat jasmani, rohani dan spiritualitasnya. Gembala sidang sebagai seorang pemimpin rohani yang dipanggil Tuhan memiliki kepemimpinan transformasi yang dijiwai semangat kristiani; yang menentukan visi yang dari Allah bagi jemaat dan pertumbuhan gerejanya, yang mengubah pola pikir, sikap, perilaku dan karakter seseorang supaya sesuai dengan karakter Kristus yang bertujuan untuk memiliki nilai lebih bagi dirinya, keluarganya, gerejanya, pelayanannya, organisasinya, pekerjaannya, masyarakatnya dan bangsanya dan yang menentukan pertumbuhan gereja dari segi kuantitas dan kualitas serta kompleksitas organisasi gereja. Peranan gembala sidang transformatif adalah sebagai pemimpin katalisator yang berjiwa hamba yang karismatik dan berintegritas penuh kreativitas dan inovasi yang akan membawa perubahan dan pertumbuhan bagi gerejanya. Peranan gembala sidang transformatif adalah sebagai pelayan bagi jemaat dan gerejanya, ia mempraktikkan kepemimpinan hamba (servant leadership) dari Yesus Kristus. Peranan gembala sidang transformatif adalah sebagai komunikator dan koordinator yang baik; sebagai pemimpin yang memberdayakan jemaat di gerejanya. Gembala sidang yang transformatif adalah seorang mentor dan organisator (manajer) yang baik. Ia melatih, memberdayakan, mengkoordinir dan melibatkan jemaatnya dalam pelayanan dengan bijaksana. Peranan gembala sidang transformatif adalah sebagai pemimpin yang fleksibel, seorang komunikator dan katalisator yang handal. Kemampuan komunikasinya yang baik dan pribadinya yang karismatik, membuat orang lain mudah mengikutinya. Ia bisa bergaul, menjalin hubungan dan berkomunikasi dengan siapa saja. Seorang Gembala Sidang yang transformatif adalah seorang komunikator yang memiliki Identity, Integrity, Intimacy yang jelas tercermin di dalam Character, Competency, Conviction dan Commitment dalam kehidupan pelayanannya. Mengingat hasil kajian terhadap peranan kepemimpinan transformasi gembala sidang berpengaruh besar dan positif terhadap pertumbuhan gereja di masa kini, maka sebagai masukan, dapat disarankan kepada para gembala sidang untuk meningkatkan kepemimpinannya dengan mengimplementasikan prinsip kepemimpinan transformasi dalam perannya sebagai gembala sidang di gerejanya masing-masing. Kiranya kajian ini dapat memberikan wacana baru, membuka paradigma dan memberikan harapan baru terhadap para gembala sidang di dalam melaksanakan tugas penggembalaan yang telah dipercayakan Allah kepada mereka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Masnun, Masnun. "Krisis Karisma Kiai di Tengah Modernitas." Jurnal Pendidikan Islam 9, no. 1 (July 12, 2020): 25–32. http://dx.doi.org/10.38073/jpi.v9i1.201.

Full text
Abstract:
Dalam struktur hierarki masyarakat tradisional, dahulu kiai dianggap sebagai pemilik elit sosial dan keagamaan, karenanya ia memegang peran sentral dalam masyarakat. Namun, dengan adanya modernitas yang bersifat dinamis, progresif dan transparan setidaknya telah merubah orientasi ketokohan kiai dalam masyarakat. Kiai tidak dianggap lagi sebagai agen sentral-tunggal dalam perubahan sosial masyarakat dan negara, karena sifat modernitas yang melahirkan faktor-faktor yang menyebabkan memudarnya karisma kiai, seperti: munculnya generasi muda santri yang memang berkarakter modern dan meningkatnya jumlah kelas muslim yang terdidik, munculnya intelektual muda yang kebanyakan kemampuannya melebihi sosok kemampuan karisma kiai di zaman dahulu. Fungsi karisma kiai menjadi kurang dan terbatas sehingga menggusur sosok karismatik yang dahulu begitu dihormati oleh masyarakat karena keteladanannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Damanik, Siti Mariani, and Roymond Simamora. "Kajian Gaya Kepemimpinan Organisasi Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2009 RSUD Pirngadi Kota Medan." Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil 8, no. 1 (April 26, 2018): 13–18. http://dx.doi.org/10.55601/jwem.v8i1.475.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepemimpinan yang merupakan suatu hal yang diperlukan dalam pencapaian suatu organisasi dan hal yang vital dalam manajemen. Pimpinan yang diharapkan adalah sesoarang yang karismatik dan mengintegrasikan suatu tujuan dalam integrasi perusahaan. Kepemimpinan yang yang baik juga disesuaikan dalam kondisi dalam perusahaan. Dengan menggunakan metodologi secara kualitatif berdasarkan konsep ilmiah, rasional, empiris dan sistematis. Dari hasil penelitian Gaya Kepemimpinan Dan Komunikasi Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pirngadi Kota Medan didapat bahwa Pimpinan RSUD Pirngadi merupakan seorang??? pemimpin yang mampu memberikan arah bagi organisasi dan pengikut dengan tingkat disiplin yang tinggi, kepuasaan karyawan belum mencapai kepada??? tingkat yang tinggi dikarenakan kesibukan dari sisi diplomasi dari 2 jabatan dan penilaian yang posiitif sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2009.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Febdriyana, Melinda Fitria, Sultoni Sultoni, and Imron Arifin. "Kepemimpinan Karismatik Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Pendidikan Karakter Peserta Didik (Studi Kasus di SMK Telkom Malang)." Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, dan Pengelolaan Pendidikan 2, no. 3 (March 28, 2022): 272–77. http://dx.doi.org/10.17977/um065v2i32022p272-277.

Full text
Abstract:
Abstract: The focus of this research is a characteristic of charismatic leadership, the form of the involvement of the head of the school in the implementation of character education, supporting factor and inhibitor of charismatic leadership of principal in building character of student in SMK Telkom Malang and its solution. Qualitative method used in this research. Qualitative research - research that means to understand the phenomenon of about the behavior of the action, comprehensive condition on a subject of research. While the type of research used is case study research. The reason for using case studies is that this research method focuses on an intensive, detailed, and unique case. The unique case in this study is the way the principal leads. The principal characteristics of the research are: (1) Assertive in all respects; (2) Deft and dislike to procrastinate work; (3) Attention on the little things; (4) Open to all parties; (5) Friendly and courteous to everyone; and (5) Dare to risk. Form of involvement of principals in character education in SMK Telkom Malang, among others: (1) Principal always comes early; (2) The principal is polite and friendly to everyone; (3) The Schedule watch in front of the gate of the school to check the completeness of the uniform learners, built-in goods learners and hair learners for learners men; (4) Principals are not afraid to admonishing even punish that violated the rules; and (5) Principal always gives motivation. Factors supporting the charismatic leadership of the principal in building the character of learners in SMK Telkom Malang are: (1) Rules or policies made by the institution to discipline employees and students; (2) students try to comply with existing regulations; (3) Parents agree on all policies made by the school; and (4) Owners of the boarders will be invited to work together to build character in the homestay environment. In addition to supporting factors there are also obstacles that hamper the charismatic leadership of the principal in building the character of students in SMK Telkom Malang are: (1) Teachers forget to tell if not able to enter the class so that the class left empty; and (2) students vilify schools to their parents. The existence of barriers is not despite the settlement or solution to resolve obstacles. Now the solution of the obstacles are: (1) Do with consultation with the corresponding party; and (2) gives understanding to each individual with the language communicative and easy to understand. Abstrak: Fokus penelitian ini adalah ciri kepemimpinan karismatik, bentuk keterlibatan kepala sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter, faktor pendukung dan penghambat kepemimpinan karismatik kepala sekolah dalam membangun karakter peserta didik di SMK Telkom Malang beserta Solusinya. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang perilaku, tindakan, keadaan menyeluruh pada sebuah subjek penelitian. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus. Alasan menggunakan studi kasus adalah metode penelitian ini memusatkan perhatian pada suatu kasus yang unik secara intensif dan rinci. Kasus unik dalam penelitian ini adalah cara kepala sekolah dalam memimpin. Hasil penelitian karakteristik kepala sekolah adalah: (1) Tegas dalam segala hal; (2) Cekatan dan tidak suka menunda-nunda pekerjaan; (3) Perhatian pada hal-hal kecil; (4) Terbuka kepada semua pihak; (5) Ramah dan sopan kepada semua orang; dan (6) Berani menanggung resiko. Bentuk keterlibatan kepala sekolah dalam pendidikan karakter di SMK Telkom Malang antara lain: (1) Kepala sekolah selalu datang lebih pagi; (2) Kepala sekolah bersikap sopan dan ramah kepada semua orang; (3) Jadwal berjaga di depan gerbang sekolah untuk memeriksa kelengkapan seragam peserta didik, barang bawaan peserta didik dan rambut peserta didik bagi peserta didik laki-laki; (4) Kepala sekolah tidak segan untuk menegur bahkan menghukum yang melanggar peraturan; dan (5) Kepala sekolah selalu memberikan motivasi. Faktor pendukung kepemipinan karismatik kepala sekolah dalam membangun karakter peserta didik di SMK Telkom Malang adalah: (1) Aturan atau kebijakan yang dibuat lembaga untuk mendisiplinkan pegawai maupun peserta didik; (2) Peserta didik berusaha menaati peraturan yang ada; (3) Orang tua menyetujui atas semua kebijakan yanga dibuat sekolah; dan (4) Pemilik indekos mau diajak bekerjasama untuk mmbangun karakter di lingkungan indekos. Selain faktor pendukung ada pula faktor penghambat yang menghambat kepemimpinan karismatik kepala sekolah dalam membangun karakter peserta didik di SMK Telkom Malang yaitu: (1) Guru lupa memberitahu jika tidak dapat masuk kelas, sehingga kelas dibiarkan kosong; dan (2) Peserta didik menjelekkan sekolah kepada orang tua mereka. Adanya hambatan tidak terlepas penyelesaian atau solusi untuk menyelesaikan hambatan yang ada. Adapun solusi dari hambatan yang ada adalah: (1) Melakukan musyawarah dengan dengan pihak yang bersangkutan; dan (2) Memberikan pengertiaan kepada tiap individu dengan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Masruroh, Binti, and Syamsul Wathoni. "Peran Kiai Dalam Perlindungan Sosial (Studi Kegiatan Yatiman Di Pondok Pesantren Al-Kholily Ma’unah Sari Pilang Sampung Ponorogo)." Journal of Community Development and Disaster Management 1, no. 2 (July 23, 2019): 79–89. http://dx.doi.org/10.37680/jcd.v1i2.740.

Full text
Abstract:
Abstrak Kegiatan yatiman di Pondok Pesantren Al-Kholily Ma’unah Sari dilaksanakan setiap tangal 10 muharram. Yang langsung di pimpin oleh seorang kiai, Kiai adalah orang yang mengajarkan pengetahuan agama dengan cara berceramah, menyampaikan fatwa agam kepada masyarakat luas. Kiai secara etimologis (lughotan) menurut adaby darba kata kiyai berasal dari bahasa jawa kuno “kiya-kiya” yang artinya orang yang dihormati. Selain itu ada pula yang mengartikan man balagha sinnal arbain, yaitu orang-orang yang sudah tua umumya atau orang-orang yang mempunyai kelebihan. Sedangkan secara terminology Kiai menurut Manfred Ziemek adalah pendiri dan pemimpin sebuah pesantren yang sebagai muslim terpelajar, telah membaktikan hidupnya demi Allah serta menyebarluaskan dan mendalami ajaran-ajaran, padangan Islam melalui kegiatan pendidikan Islam. Kiai Pondok Pesantren Al-Kholily Ma’unah Sari yang bernama Kiai Agus Mahmud Isa Mudzofar selain pandai ilmu beliau juga dikenal arif dan karismatik, berkat kearifan dan karismatik beliau mampu menarik para donator-donatur yatiman. Abstract Compensation activities at the Al-Kholily Ma'unah Sari Islamic Boarding School are held every 10 muharrams. Directly led by a kiai, Kiai is a person who teaches religious knowledge by giving lectures, conveying religious fatwas to the wider community. Etymologically kiai (lughotan) according to adaby darba the word kiyai comes from the ancient Javanese language "kiya-kiya" which means people who are respected. In addition, there are also those who interpret man balagha sinnal arbain, namely people who are generally old or people who have advantages. Meanwhile, in terms of Kiai, according to Manfred Ziemek, he is the founder and leader of an Islamic boarding school who, as an educated Muslim, has dedicated his life to Allah and disseminates and deepens the teachings of Islam through Islamic education activities. The Kiai of Al-Kholily Ma'unah Sari Islamic Boarding School named Kiai Agus Mahmud Isa Mudzofar, apart from being good at knowledge, is also known as wise and charismatic, thanks to his wisdom and charismatic ability to attract Yatiman donors.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Pranoto, Minggus Minarto. "Pneumatologi Religionum dalam Pemikiran Stanley J. Samartha dan Amos Yong." Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja 5, no. 1 (April 29, 2021): 1–26. http://dx.doi.org/10.37368/ja.v5i1.239.

Full text
Abstract:
Penulisan ini bertujuan untuk mendialogkan pneumatologi religionum dari Stanley J. Samartha dan Amos Yong. Teolog pertama berasal dari konteks India dengan Hindu sebagai agama mayoritas dan termasuk dalam kelompok ekumenikal dan pluralisme. Samartha menekankan karya Roh Kudus tanpa menghubungkan dengan Yesus Kristus dalam hal keselamatan. Sedangkan teolog kedua berasal dari Malaysia tetapi ia lebih banyak melakukan teologi dalam konteks Amerika Utara dan tergabung dalam denominasi Pentakostal-Karismatik dalam kelompok teologi pembaharuan yang mengembangkan teologi Kristen dari dasar pneumatologi Trinitaris. Penulis menggunakan metode yang berfungsi untuk menggali pemikiran para teolog di atas dan mencari konvergensi dan divergensi dari sudut pandang kedua teolog tersebut. Kedua perspektif mengenai pneumatologi religionum tersebut akan didialogkan dan kemudian akan digunakan untuk mencapai beberapa kesimpulan yang pada akhirnya semakin memperkuat iman Kristen dan keterbukaan terhadap para pemeluk iman lain.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Azri, Bony Yulvira, and Ivan Muhammad Agung. "PAHLAWAN: Siapa mereka? Pendekatan psikologi indigenous." Jurnal Psikologi Sosial 15, no. 2 (August 28, 2017): 95–104. http://dx.doi.org/10.7454/jps.2017.9.

Full text
Abstract:
Pahlawan merupakan istilah yang banyak digunakan di budaya Indonesia. Pahlawan merujuk pada diri seseorang karena keberanian, kekuatan, pengorbanan dan kemampuan untuk mengatasi permasalahan. Beberapa penelitian tentang pahlawan dalam perpektif psikologi telah banyak dilakukan di Barat. Namun penelitian konsepsi pahlawan dalam perspektif psikologi di Indonesia masih jarang atau belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeskplorasi siapa dan apa karakteristik pahlawan pada mahasiswa. Penelitian menggunakan pendekatan psikologi indigenous dengan pertanyaan terbuka. Respon jawaban dikode, dikategori, dan dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Partisipan adalah mahaisswa UIN sultan Syarif Kasim Riau berjumlah 300 mahasiswa (rerata umur 21 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar menjadikan orangtua sebagai pahlawan (64,3%), tokoh nasional/komunitas (17,3%) dan pendidik (16,7%) dan terdapat delapan karakteristik pahlawan, yaitu, dominan (24.67%), peduli (19%), karismatik (13%), inspiratif (11,67%), tangguh (9,66%), tanpa pamrih (9%), mendidik (8,67%) dan terpercaya (4,33%). Implikasi hasil penelitian dibahas dalam konteks budaya Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Syarifudin, Encep. "TEORI KEPEMIMPINAN." ALQALAM 21, no. 102 (December 31, 2004): 459. http://dx.doi.org/10.32678/alqalam.v21i102.1644.

Full text
Abstract:
Dalam tulisan ini mengkaji beberapa paparan penting dari berbagai definisi dan teori yang berkenaan dengan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain baik di dalam organisasi maupun diluar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu. Hal ini sering melibatkan berbagai kekuasaan seperti ancaman, penghargaan, otoritas maupun bujukan.Dari aspek teoretis dapat ditemukan beberapa kategori teori kepemimpinan yaitu kepemimpinan sifat, perilaku dan situasional.Teori kepemimpinan sifat berusaha mengidentifikasikan karakteristik khas baik fisik, mental dan kepribadian yang diasosiasikan dengan keberhasilan kepemimpinan. Mengandalkan pada penelitian yang menghubungkan berbagai sifat dengan kriteria sukses tertentu.Teori kepemimpinan perilaku mengeksplorasi pemikiran bahwa bagaimana seseorang berperilaku menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang. Daripada berusaha menemukan sifat-sifat, mereka meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya.Teori kepemimpinan kemungkinan atau situasional adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum mengunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu.Pendekatan terbaru dalam kepemimpinan yaitu teori atribusi kepemimpinan, kepemimpinan karismatik, kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transfarmasional.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Fahmi, Riza. "Pemikiran Pendidikan Islam Soekarno." Al-Albab 5, no. 1 (June 1, 2016): 151. http://dx.doi.org/10.24260/alalbab.v5i1.373.

Full text
Abstract:
Soekarno sebagai seorang founding father Republik Indonesia memiliki kecerdasan, karismatik dan kemampuan lisan yang mampu menyihir jutaan rakyat Indonesia ketika menyampaikan orasi. Kemampuan orasinya membuat Rakyat Indonesia jatuh hati pada sosok pemuda yang lahir di Surabaya ini. Tentunya tidak mudah membuat jutaan rakyat jatuh hati terhadap sosok Soekarno jika ia sendiri tidak memiliki kecerdasan, keterampilan berorasi dan wibawa yang kuat. Ide-ide Soekarno, sejarah hidupnya sampai kehidupan pribadinya sampai saat ini masih sering diceritakan seolah-olah sosok Soekarno memancarkan aura daya tarik bagi penulis dan peneliti untuk membedah hingga menguliti latar belakang kehidupan beliau. Berapa banyak buku yang menceritakan kehidupan Soekarno, pemikirannya dan orang-orang disekeliling beliau seperti tulisan Cindy Adams (1982) berjudul Bung Karno penyambung lidah rakyat Indonesia, Soedjiato dkk (2001) Bung Karno dan wacana Islam, Badri Yatim (1999) Soekarno ; Islam dan Nasionalisme, Maslahul Falah (2003) Islam ala Soekarno, Jejak langkah pemikiran Islam Liberal Indonesia dan banyak buku-buku lainnya yang menceritakan sosok dan pemikiran Soekarno.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Gultom, Junifrius, Gernaida Krisna R. Pakpahan, Frans Pantan, and Valentino Wariki. "WEBINAR EDUKASI PENINGKATAN PENGETAHUAN DISKURSUS PENTAKOSTA BAGI KOMUNITAS ASPENKRIS." Jurnal PKM Setiadharma 3, no. 1 (April 30, 2022): 31–39. http://dx.doi.org/10.47457/jps.v3i1.246.

Full text
Abstract:
Komunitas akademis pentakosta memiliki tanggungjawab untuk menggemakan teologi dan spiritualitas pentakosta bagi jemaat lokal. Namun, keberanian dan kemampuan melaksanakan tanggungjawab ini harus terus ditingkatkan melalui pelatihan dan pendampingan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan inventaris diskursus pentakostalisme bagi sarjana pentakosta dan oikumene melalui pelaksanaan seminar disertasi dalam program Pentatalk oleh Asosiasi Sarjana Pentakostal/Karismatik Indonesia (Aspenkris). Dengan melakukan kajian disertasi para akademisi pentakosta, maka para pengajar pentakosta semakin menguatkan jati dirinya sebagai seorang pentakostalisme. Metode pelaksanaan yang dilakukan adalah webinar edukasi melalui platform zoom meeting. Dari kegiatan yang dilakukan ini ada beberapa hal yang telah dan sedang dicapai: Pertama memberikan wacana dan diskursus yang luas dari pentakostalitas baik itu dalam konteks Indonesia maupun luar negeri. Kedua, kegiatan ini mampu mereduksi stigma dan pengertian terhadap pentakostalisme yang hanya sekedar ‘ngeroh’ atau berkutat kepada Roh Kudus semata. Ketiga, melalui kegiatan ini menjalin serta meningkatkan dialog antara pentakostalisme dan oikumenis yang masih minim di kalangan teolog dan praktisi gerejawi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Mubarok, Atma, and Ahmad Arif Widianto. "Tokoh agama dalam penyebaran hoax di whatsapp group (ditinjau dengan teori dominasi Max Weber)." Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial 1, no. 2 (February 28, 2021): 204–13. http://dx.doi.org/10.17977/um063v1i2p204-213.

Full text
Abstract:
Saat ini, media sosial semakin masif penggunaanya di dunia atau bahkan di Indonesia. Sayangnya, peningkatan penggunaan internet dan media sosial juga diiringi dengan kenaikan penyebaran hoax di media sosial. Salah satu media sosial yang paling sering dijadikan penyebaran informasi hoax adalah WhatsApp group. Sehingga setiap pengguna dapat langsung mengirimkan pesan yang diterima tanpa melakukan crosschek terlebih dahulu. Lebih parah, tokoh agama ikut menjadi penyumbang kenaikan angka penyebaran informasi hoax. Seorang tokoh agama layaknya pemimpin bagi umatnya, sehingga apapun yang dilakukan oleh pemimpinnya, sedikit banyak akan mempengaruhi masyarakat yang ada. Dalam masyarakat desa, seorang tokoh agama dianggap suci dan sangat dihormati termasuk semua anggota keluarganya. Max Weber menjelaskan beberapa konsep mengenai kepemimpinan yang diuraikan dalam teori dominasi. Diantaranya adalah kepemimpinan tradisional dan karismatik yang kerap dijumpai di masyarakat pedesaan. Tanggung jawab untuk menjadi contoh dan panutan bagi sekitar mereka, menuntut mereka untuk selalu berusaha berperilaku sesusai norma. Sayangnya, hal itu belum bisa diimbangi dengan kemampuan mencerna informasi dari media sosial.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Siswanto, Iwan, and Erma Yulita. "EKSISTENSI PESANTREN DENGAN BUDAYA PATRONASE (Hubungan Kiai Dan Santri)." MITRA ASH-SHIBYAN: Jurnal Pendidikan dan Konseling 2, no. 1 (January 23, 2019): 87–107. http://dx.doi.org/10.46963/mash.v2i1.27.

Full text
Abstract:
Dunia pesantren dan kharisma kyai merupakan salah satu fenomena yang menarik untuk dikaji. Corak kehidupan kyai dan santri yang demikian besar membuat pesantren berfungsi multi dimensi: kyai tidak hanya berperan sebagai imam di bidang ubudiah dan ritual upacara keagamaan saja, namun sering pula diminta kehadirannya untuk menyelesaikan perkara atau kesulitan yang menimpa masyarakat. Dalam kontek ini peran kyai semakin mengakar di masyarakat ketika kehadirannya diyakini membawa berkah. Maka sudah banyak masyarakat yang mendidik anak-anak mereka ke lembaga pesantren. Hubungan Kiai-santri ada dua tipe: pertama pola hubungan guru dan murid adalah hubungan yang terjalin antara Kiai dan santri sebagaimana layaknya antara guru dengan murid dalam pola hubungan formal, kedua pola hubungan bapak-anak, yaitu pola hubungan yang terjalin antara Kiai dengan santrinya sebagaimana layaknya antara bapak dengan anak. Pola hubungan paternalisme yang terjalin antara Kiai dan santri di pesantren di pengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor yang menyebabkan budaya patronase dapat bertahan sampai sekarang antara lain: Kepemimpinan karismatik Kiai, nilai barakah dan nilai kualat: landasan spiritual realitas sosial Kiai, ikatan seumur hidup antara Kiai dengan santri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography