To see the other types of publications on this topic, follow the link: Kasta.

Journal articles on the topic 'Kasta'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Kasta.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Maulana, I. Putu Ari Putra, and Ida Bagus Gede Dharma Putra. "METAFORA KONSEPTUAL KASTA DALAM MASYARAKAT BALI: KAJIAN LINGUISTIK KOGNITIF." PRASI 16, no. 02 (December 3, 2021): 92. http://dx.doi.org/10.23887/prasi.v16i02.37578.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPenelitian ini menerapkan pendekatan linguistik kognitif dalam menelusuri metafora konseptual kasta dalam masyarakat Bali. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana masyarakat di Bali mengonseptualisasikan kasta, sehingga pemahaman terhadap kasta dapat diketahui. Sumber data diperoleh melalui aplikasi google form dengan jumlah responden 70 orang. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang menggunakan pendekatan linguistik kognitif dari Kovecses. Pengumpulan data dengan simak dan catat serta didukung wawancara. Analisis data dengan bagi unsur langsung. Hasil dari penelitian ini ditemukan adanya lima varian konseptualisasi terkait kasta seperti: 1) kasta adalah kendaraan, 2) kasta adalah pakaian, 3) kasta adalah unik, 4) kasta adalah kelompok, 5) kasta adalah keindahan. Frekuensi yang paling banyak muncul adalah “kasta adalah kelompok”, sedangkan frekuensi yang paling sedikit adalah “kasta adalah kendaraan”, dan “kasta adalah pakaian”. Metafora yang digunakan adalah metafora struktural. Metafora struktural adalah jenis metafora konseptual yang memetakan struktur ranah sumber ke struktur ranah target melalui cara partisipan memahami makna konsep tertentu dalam konsep lainnya. Hasil dari konseptualisasi kasta ini cenderung bersifat negatif, karena masyarakat masih menganggap bahwa kasta sebagai sesuatu yang dapat memecah belah.Kata kunci: linguistik kognitif, metafora konseptual, kasta ABSTRACT This study explores the conceptual metaphor of caste in Balinese society. The purpose of this research is to find out how people in Bali conceptualize caste, so that the understanding of casta can be known. The data source was obtained through the google form application with a total of 70 respondents. This study uses a cognitive linguistic approach from Kovecses. Collecting data by listening and taking notes and supported by interviews. Data analysis with direct element divison. This research is descriptive qualitative. The results of this study found that there were 5 variants of conceptualization related to caste such as First, caste is a vehicle. Second, caste is clothing. Third caste is unique. Fourth, caste is a group. Fifth caste is beauty. The frequency that appears the most is caste is a group, while the lowest frequency is caste is a vehicle and , caste is clothing. The metaphor used is a structural metaphor. Structural metaphor is type of conceptual metaphor that maps the structure of the source domain to the structure of the target domain through the way participants understands the meaning of certain concepts in other concepts. The results of this casta conceptualization tend to be negative, because people still perceive caste as something that can divide.Keywords: cognitive linguistic, conceptual metaphor, caste
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Alandari, Kadek Jossy, and Titik Muti’ah. "Konflik Psikologis Wanita “Nyerod” Dalam Perkawinan Adat Di Bali." JURNAL SPIRITS 10, no. 1 (January 15, 2020): 78. http://dx.doi.org/10.30738/spirits.v10i1.6540.

Full text
Abstract:
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konflik psikologis wanita Hindu Bali yang mengalami turun kasta “Nyerod”. Pernikahan yang identik dengan kebahagiaan tidak sepenuhnya dirasakan oleh wanita Hindu Bali yang mengalami turun kasta “Nyerod. Hal tersebut dikarenakan adanya berbagai peraturan adat yang harus dihadapi setelah turun kasta. Peristiwa turun kasta yang dialami setiap wanita berkasta bukanlah hal yang mudah, dimana akan ada banyak perubahan dan pertentangan dari keluarga besar maupun lingkungan serta perasaan dilematis terhadap orangtua yang akan berpengaruh pada konflik psikologis wanita tersebut. Subjek dalam penelitian ini berjumalah tiga wanita Hindu Bali yang mengalami turun kasta “Nyerod”. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara semi-terstruktur dan observasi non partisipan serta melihat keterkaitan antara konflik psikologis dengan narasi masing-masing informan melalui metode kualitatif dengan pendekatan studi naratif. Hasil penelitian menunjukan setelah menikah dan turun kasta ketiga subjek secara umum mengalami keadaan dilematis yang bersifat temporer saat dihadapkan dengan adat istiadat dan stigma negatif dimasyarakat. Hal tersebut telah menjadi kosekuensi bagi seluruh subjek yang dianggap telah melanggar peraturan adat. Namun disatu sisi subjek merasa bahwa berbagai hal negatif yang dialami setelah turun kasta, seimbang dengan kompensasi yang subjek dapatkan yaitu berupa cinta, dukungan dan pekerjaan/karier yang dapat subjek tunjukkan sebagai jati diri.Kata kunci: Konflik Psikologi, Kasta, Wanita Hindu Bali, Nyerod
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

NGABALIN, MARTHINUS. "SISTEM KASTA Kajian Teologi Sosial Terhadap Praktek Pelaksanaan Kasta di Kepulauan Kei Kabupaten Maluku Tenggara." KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi 1, no. 2 (February 5, 2019): 148–63. http://dx.doi.org/10.37196/kenosis.v1i2.26.

Full text
Abstract:
Sistem pelapisan sosial atau Kasta adalah bagian dari realitas hidup bermasyarakat di Kepulauan Kei. Melalui sistem Kasta masyarakat di kelompokkan dalam kelas-kelas sosial. Namun jika ditilik secara lebih mendalam, maka di dalam praktek pelaksanaan Kasta memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang basisnya adalah kebudayaan di dalam masyarakat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Mahardini, Ni Made Dwi, and David Hizkia Tobing. "PEREMPUAN HINDU-BALI YANG NYEROD DALAM MELAKUKAN PENYESUAIAN DIRI." Jurnal Psikologi Udayana 4, no. 02 (January 28, 2018): 390. http://dx.doi.org/10.24843/jpu.2017.v04.i02.p14.

Full text
Abstract:
Bali merupakan pulau yang memiliki warisan budaya leluhur yang beragam, salah satu warisan leluhur yang saat ini masih menjadi fenomena tersendiri dalam masyarakat Hindu di Bali adalah adanya sistem kasta, kasta adalah stratifikasi masyarakat India pada jaman dahulu, kasta di India membeda-bedakan harkat dan martabat manusia berdasarkan keturunan (Wiana & Santeri, 1993). Kasta hingga saat ini menjadi beban tersediri bagi perempuan Bali yang menyandang kasta tinggi dalam memilih pasangan, ketika perempuan dari kasta tinggi atau triwangsa menikah dengan laki-laki dari kasta yang paling rendah atau sudra wangsa atau yang disebut dengan perkawinan nyerod, beban dan diskriminasi yang dialami akan tampak beragam (Karmini, 2013). Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melihat bagaimana penyesuaian yang dilakukan perempuan Hindu di masyarakat Bali dalam menjalani peran sebagai perempuan nyerod. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi, dengan responden sebanyak 3 orang perempuan Hindu-Bali yang menjalani perkawinan nyerod, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah in depth-interview. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam melakukan penyesuaian diri para perempuan Hindu-Bali yang nyerod dibagi menjadi lima aspek penyesuaian diri, antara lain: penyesuaian diri pribadi dilakukan dalam konteks hubungan dengan suami, pnyesuaian sosial dengan keluarga responden dilakukan dengan tetap berusaha menjalin hubungan baik, penyesuaian sosial dengan keluarga suami dilakukan dengan berusaha menerima dan bersikap baik, penyesuaian sosial dengan masyarakat dengan melakukan rasionalisasi, dan harapan yang masih ingin dicapai tidak ada karena sudah merasa bahagia dan tidak merasakan diskriminasi lagi. Kata kunci: Kasta, Nyerod, Penyesuaian diri, Perempuan Bali
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Cika, I. Wayan, I. Made Madia, and Ni Wayan Arnati. "Narasi Berubah Pesan Moral Tetap: Transformasi Teks “Bhagawan Domya” ke dalam Cerita “Sang Eka Jala Resi”." Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) 11, no. 1 (April 2, 2021): 131. http://dx.doi.org/10.24843/jkb.2021.v11.i01.p08.

Full text
Abstract:
Tujuan artikel ini adalah untuk terlibat dengan dan memahami bahasa perempuan Bali berdasarkan sebuah studi kasus yang mengacu pada narasi dua perempuan Bali dengan latar belakang sosial kasta yang berbeda. Komunikasi antar-kasta membutuhkan tingkat tutur yang berbeda antara lawan bicara, maka, artikel ini mempunyai dua tujuan utama. Pertama, untuk mengeksplorasi bagaimana peristiwa kehidupan terjadi selama pernikahan antar-kasta dan bagaimana peristiwa kehidupan ini berdampak pada cara dua perempuan ini menentukan tingkat tutur mereka. Kedua, untuk mengkaji identitas yang dibangun melalui tingkat tutur mereka. Untuk itu, penulis ini menggunakan penelitian etnografis, analisis naratif, dan teori sosiolinguistik. Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan cerita bermakna yang dinarasikan oleh para dua perempuan tersebut. Hasilnya mengungkapkan bahwa perempuan Bali ini terus-menerus menggeser tingkat tutur mereka dalam konteks komunikasi perkawinan antar-kasta. Pergeseran tingkat tutur ini juga berkaitan dengan menunjukkan atau menegosiasikan pada konstruksi identitas para perempuan Bali ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Devi, I. Gusti Ayu Agung Istri Risna Prajna, and Nurchayati Nurchayati. "PENYESUAIAN DIRI PEREMPUAN BALI TURUN KASTA." Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora 10, no. 3 (December 1, 2021): 368. http://dx.doi.org/10.23887/jish-undiksha.v10i3.34273.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

I Made Purana. "Study Of Critical Disadvantages System Catur Varna To Concept Catur Kasta In Civil Society Bali Hindu." Kamaya: Jurnal Ilmu Agama 5, no. 1 (January 21, 2022): 20–27. http://dx.doi.org/10.37329/kamaya.v5i1.1524.

Full text
Abstract:
The people apanage of Bali know the concept of Kasta. Such stratification creates different views between the Tri Wangsa and jaba groups. The Tri Wangsa want an acribed status, whereas the Sudra or Jaba group want the achieved status, which in turn leads to polemics among the people of Bali apanage. As a qualitative study with a cultural perspective, this study aims to reveal and analyze more clearly the blurring of the varna system into a kasta concept in Balinese Hindu society. Data sources are extracted based on bibliographic or documentary data. Data collection using reading techniques and recording techniques. Data analysis on the problem is done by qualitative descriptive analysis and comparative analysis. The results showed that the blurring of the varna system into a kasta concept is inseparable from the royal politics of its time. The traditional educational system originating from Hindu literature and religion can only be enjoyed by the upper layers, the brahmins and the knights, while the sudra or jaba classes are strictly prohibited. The Kasta architects of Bali in the past few centuries, so expertly exploit the situation of the backwardness of Hindus outside the brahmans and the knights, so the teachings of Hinduism are manipulated in terms of caste naming. The elements of caste plagiarize the elements of varna that are indeed Hindu teachings. In addition, Dutch colonial politics is also very influential on the order of life in Bali, which causes problems in the system of social status. The Dutch government has not fully implemented the modern system of government. This is evident in the system of appointment of new employees (civil servants). The Dutch government has not carried out according to rational legal criteria, but still uses the traditional system of judging a person in terms of the height of the Kasta, not in terms of ability. Therefore, it is necessary to increase knowledge of village manners in the field of customary law and knowledge of village manners in the field of religion according to what is stated in the Hindu scriptures.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Mashuri, Mashuri. "Bahasa Pemberontakan Terhadap Tradisi Bali Dalam Novel Tempurung: Kajian Stilistika." ATAVISME 14, no. 2 (December 30, 2011): 228–41. http://dx.doi.org/10.24257/atavisme.v14i2.71.228-241.

Full text
Abstract:
Kajian ini membahas novel Tempurung karya Oka Rusmini dari perspektif stilistika. Novel tersebut dominan dengan bahasa pemberontakan terhadap tradisi Bali. Kajian ini akan terfokus pada gaya interferensi dan alih kode yang terkonstruksi dalam beberapa wacana. Di dalamnya, terdapat pola dalam bahasa pemberontakan dengan menggunakan gaya bahasa sarkasme, sinisme, dan ironi, bahkan paradoks, serta gaya perbandingan. Pola itu terkait dengan pandangan perempuan dari kasta Brahmana yang berikhtiar membaca kembali kebaliannya, terutama terkait sistem kasta, adat dan upacara kematian. Efek estetik dengan pemertahanan istilah lokal dan penggunaan gaya bahasa-gaya bahasa yang bernada muram itu memperkukuh latar novel, baik latar sosial maupun kulturnya. Seiring dengan itu, semakin menunjukkan ketajaman perspektif dalam melihat ambiguitas kultur Bali di antara tradisi dan modernitas. Abstract: This study of Oka Rusmini’s Tempurung is from stylistics perspectif. The novel is dominant with rebel language to the tradition of Bali. Focus of the study is interfensial and code-transformation style, constructing to some discourse. In there’s model of tradition subversive with use sarkasm, sinism, irony, paradox style and comparasion stylistics. The system related with women perspektif from kasta Brahmana. She effort to reread her-Balinesse in the kasta system, ordinary adat and the death ritual. Efect of the aestetics from using local etimology and styles with gloomy tone make install the novel setting-social and culture. Therewith, using stylistics is build sublime of perspective to know ambiguity in the culture of Bali, between tradition and modernity. Key Words: stylistics, interferensial, code-transformation, subversive, Bali tradition
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Rahabav, Fransiska, Tonjti Soumokil, Christwyn R. Alfons, and Jouverd F. Frans. "INTERAKSI SOSIAL ANTAR ORANG KEI DI NEGERI PASSO KECAMATAN BAGUALA KOTA AMBON." KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi 4, no. 1 (June 1, 2021): 62–77. http://dx.doi.org/10.30598/komunitasvol4issue1page62-77.

Full text
Abstract:
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bentuk-bentuk interaksi sosial antar orang Kei di Negeri Passo Kecamatan Baguala Kota Ambon. Penelitian ini dilaksanakan di Negeri Passo Kecamatan Baguala Kota Ambon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang Kei di Negeri Passo terdiri dari kasta Mel-Mel, Ren-Ren, Iriri. Namun dalam kehidupan sehari-hari, tidak tampak perbedaan kasta di antara mereka. Mereka hidup bersama atau berkelompok dengan perbedaan yang ada namun tidak pernah terjadi masalah. Hubungan interaksi sosial di antara mereka ketiga kasta terjalin dengan sangat baik sehingga tampak rukun dan aman. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang tampak dalam kehidupan bersama orang Kei di Negeri Passo seperti, Yelim dan Maren. Yelim dan Maren merupakan dua tradisi yang mengandung makna saling membantu dan saling menolong satu sama lain. Yelim dan Maren merupakan dua bentuk interaksi sosial yang mewujudkan serta memperkuat rasa solidaritas sosial orang Kei di Negeri Passo. Penguatan rasa solidaritas sosial orang Kei di Negeri Passo juga disebabkan oleh falsafah hidup mereka yaitu Ain Ni Ain yang artinya rasa persaudaraan yang berasal dari leluhur yang sama, suku yang sama, bahasa yang sama, adat istiadat yang sama, dan tidak membeda-bedakan latar belakang agama, kelas sosial, ekonomi, dan lain-lain.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Damayanti, G. A. Amanda Kristina. "Problematika Pernikahan Generasi Milenial Terhadap Kasta Di Bali." Satya Widya: Jurnal Studi Agama 3, no. 2 (December 30, 2020): 80–97. http://dx.doi.org/10.33363/swjsa.v3i2.513.

Full text
Abstract:
Catur varna adalah empat hal yang menjadi pilihan hidup dalam penggolongan masyarakat berdasarkan bakat (guna)/keahlian dan keterampilan (karma)/profesi seseorang. Namun para penjajah memanfaatkan kepolosan masyarakat dengan memberikan pemahaman yang salah tentang penggolongan masyarakat ini. kasta digunakan dengan menyerupai catur varna yang dalam penerapannya sangat berbeda jauh dengan makna yang ada dalam kitab suci. Kesalahpahaman ini terus berlanjut hingga saat ini yang menyebabkan banyak pertentangan yang terjadi di masyarakat hindu bali karena kurangnnya pemahaman dan ilmu mempelajari kitab suci. Namun seiring perkembangan peradaban dan teknologi tidak menjadikan hal ini menjadi hal yang terlalu rumit, karena semua orang bisa dengan mudah mendapatkan informasi. Di era yang serba canggih ini tak ada batasan-batasan yang mempersulit keadaan termasuk kalangan yang hidup di era ini yang dikenal dengan era milenial dimana semua kalangan telah saling terkoneksi satu dengan yang lainnya. Termasuk memudahkan generasi milenial dalam menemukan teman hidupnya baik online maupun offline, tak ada batasan jarak semua dengan mudah didapatkan akan tetapi adat dan istiadat yang masih berlaku terkadang menjadi hambatan. Masih banyak yang menjunjung tinggi budaya warisan hingga saat ini yang menjadikan kasta dan varna menjadi permasalahan yang terus-terusan terjadi hingga saat ini. adanya kasta ini juga bukan merupakan suatu hal yang fatal karena hal ini sudah mendarah daging dengan jati diri dan ciri-ciri daerah asal dengan tidak menerapkan prinsip yang berkasta yang berkuasa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Aryasuari, I. Gusti Ayu Putu Istri, and I. Gusti Ayu Putu Istri Aryasuari. "SATUAN LINGUAL DAN SISTEM SAPAAN ISTILAH KEKERABATAN BAHASA BALI KASTA KSATRI DI JERO TENGAH KABUPATEN TABANAN." Widya Accarya 11, no. 1 (March 31, 2020): 34–40. http://dx.doi.org/10.46650/wa.11.1.830.34-40.

Full text
Abstract:
Abstrak Penelitian ini meneliti satuan lingual sapaan istilah kekerabatan Bahasa Bali di kalangan kasta ksatria di Jero Tengah Kabupaten Tabanan. Penelitian ini khusus meneliti di satu keluarga besar Jero Tengah yang terletak di Banjar Tegal Baleran Kabupaten Tabanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui satuan lingual sapaan istilah kekerabatan Bahasa Bali kasta ksatria di Jero Tengah. Kasta Ksatria yang diteliti yaitu yang menggunakan nama Gusti. Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan metode wawancara dengan narasumber dan dilanjutkan dengan teknik catat. Metode analisis data digunakan dengan metode agih, yaitu metode yang alat penentunya itu justru bagian dari Bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal, yaitu hasil analisis disajikan dengan kata-kata dan kalimat. Satuan-satuan lingual sapaan istilah kekerabatan Bahasa Bali kasta ksatria di Jero Tengah yang ditemukan yaitu, kompyang ‘buyut’, ninik, mbah ‘nenek’, wayah ‘kakek’, ajik ‘ayah’, biang ‘ibu’, utik ‘ibu’, ‘ibu’, ji + urutan kelahiran ‘paman’, biang + urutan kelahiraan ‘bibi’, tik + urutan kelahiran ‘bibi’, bu + urutan kelahiran ‘bibi’, titu ‘bibi’, raka + urutan kelahiran ‘kakak laki-laki’, wi gus ‘kakak laki-laki’, mbok gek ‘kakak perempuan’, gung + nama, gung + urutan kelahiran / nama saja ‘adik laki-laki/perempuan’. Satuan lingual dan sistem sapaan istilah kekerabatan Bahasa Bali yang ditemukan beragam sesuai dengan penggunaannya. Kata kunci: satuan lingual, sapaan istilah kekerabatan, bahasa Bali, kasta ksatria Abstract This research examined the lingual units of greeting of Balinese kinship terms among ksatria caste in Jero Tengah Tabanan Regency. This study specifically examined a large family of Jero Tengah located in Banjar Tegal Baleran, Tabanan Regency. This study aimed to determine the lingual units of greeting of Balinese kinship terms among ksatria caste in Jero Tengah. The Ksatria caste studied were those whose names were Gusti. The data collection method was carried out by interviewing the interviewees and continued with note taking. The data analysis method used was the distribution method that is the method in which the determinant is precisely the part of the language itself. The method of presenting the results of the data analysis was informal method, in which the results of the analysis were presented by using words and sentences. The lingual units of greeting of Balinese kinship terms among ksatria caste in Jero Tengah found were kompyang 'great-grandfather', ninik, mbah 'grandmother', wayah 'grandfather', ajik 'father', biang 'mother', utik 'mother', ji + birth order 'uncle', biang + birth order 'aunt', tik + birth order 'aunt', bu + birth order 'aunt', titu 'aunt', raka + birth order 'older brother ', wi gus 'older brother', mbok gek 'older sister', gung + name, gung + birth order / name only 'younger brother / sister'. Lingual units and greeting systems of Balinese kinship terms found were various according to their use. Keywords: lingual units, greeting of kinship terms, Balinese, Ksatria caste
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Ruksin, Raudatul Ulum. "INSTITUSI MINORITAS DAN STRUKTUR SOSIAL DI INDIA." Harmoni 17, no. 1 (June 30, 2018): 7–26. http://dx.doi.org/10.32488/harmoni.v17i1.289.

Full text
Abstract:
Abstrak Minoritas di India diurus di dalam satu lembaga namanya National Commision for Minoritysebagai bentuk mewujudkan perintah Undang-Undang, Act 1992. setidaknya disebutkan tiga minoritas yang secara umum dikenal di India dan diberlakukan affirmatif policy. Minoritas agama, selain penganut Hindu, penganut agama lain sebagai minoritas agama, berikutnya suku-suku rentan yang sulit mengakses kebijakan, ketiga adalah backward caste. Kasta terbelakang adalah isu sosial paling rumit di India, selain empat kasta mainstream, Brahman-Ksatryan-Vide-Sudras, terdapat kasta kelima yang sejatinya belum diakui. Mereka dinamakan dengan Dalit, secara sosial menempati kelas terbawah dalam kultur India. Relasi sosial yang unik terjadi antara penganut Hindu yang berkasta rendah, dengan institusi muslim cukup unik, kebijakan Aligarh Muslim University yang memberikan beasiswa masyarakat miskin dan rentan cukup memberikan arti terhadap perubahan. Meksipun sistim sosial India secara umum memengaruhi masyarakat Islam yang secara ajaran mengajarkan norma tanpa kasta, namun dalam kenyataannya muncul istilah asraf, asykal dan ajlaf. Asraf adalah level sosial tersendiri ditarik secara politik dan sejarah merupakan keturunan aristokrat dan rohaniwan Islam. biasanya identifikasi pada khan dan syed. Kolonialisme Inggris semakin memertegas demarkasi level sosial melalui East Indian British, mereka kepala pasukan Inggris yang berasal dari India diberi gelar Sir, melengkapi seperangkat identitas Syed di depan nama, kemudian Khan di belakang nama. Kemudian posisi Asykal adalah level sosial konversi wangsa Sudra, sedangkan Ajlaf adalah mereka yang hidup dalam level sosial manusia kebanyakan, strata sosial terbawah. Institusi minoritas adalah kelembagaan khusus untuk memberikan perlakukan khusus pada kelompok agama agar nantinya berada dalam kondisi yang sama dengan kebijakan secara umum. Konflik antaragama juga bagian dari isu penting untuk menggambarkan keadaan masyarakat dan kebijakan di India. Muslim umumnya menganggap Hinduisme adalah wajah kultural di India, sampai pada perspektif membaca data sensuspun mereka meyakini jumlahnya bisa lebih besar dari yang disebutkan. Belum lagi menyangkut akses pada kebijakan dan urusan politik, muslim berjuang pada kesetaraan. Dalam hal ini pendekatan affimatif dan kesetaraan berada dalam diskusi serius sepanjang penelitian dilakukan. Penelitian ini memeroleh kesimpulan bahwa kebijakan negara menyangkut penanganan minoritas agama yang sekaligus mengurusi dua minoritas lainnya cukup baik namun tidak banyak mengubah sistem sosial yang sudah berlangsung sepanjang sejarah india.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Suryadi, Taufik. "PENENTUAN SEBAB KEMATIAN DALAM VISUM ET REPERTUM PADA KASUS KARDIOVASKULER." AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 5, no. 1 (July 25, 2019): 63. http://dx.doi.org/10.29103/averrous.v5i1.1629.

Full text
Abstract:
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian mendadak. Dari sudut pandang patologi forensik sangat penting ditentukan penyebab kematian apakah kematian wajar atau tidak wajar sehingga dilakukan pemeriksaan forensik guna penerbitan visum et repertum. Pada beberapa kesimpulan visum et repertum disebutkan bahwa dengan hanya pemeriksaan luar postmortem maka penyebab kematian mendadak kardiovaskuler tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam (autopsi). Penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan luar postmortem pada kasus kematian mendadak kardiovaskuler dapat ditentukan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk kondisi tersebut dengan mengumpulkan data-data personal dasar, kesaksian, wawancara dengan keluarga, riwayat medik, riwayat pengobatan dan hal-hal yang berhubungan dengan kematian serta melihat tanda-tanda klinis spesifik setelah kematian. Penentuan sebab kematian dengan pemeriksaan luar postmortem ini disebut sebab kematian klinis dengan mengenali kondisi klinis sebelum pasien meninggal dunia. Apabila dilakukan autopsi baik klinis maupun forensik maka dapat dikatakan sebagai sebab kematian epidemiologis dan jika ditambahkan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan histologi, patologi, toksikologi, biokimia dan biomolekuler maka disebut sebab kematian kausalitas. Dari sudut pembuktian medikolegal masing-masing sebab kematian mempunyai kasta yang berbeda yang tentu saja pemeriksaan lengkap mulai dari pemeriksaan luar postmortem, autopsi dan pemeriksaan penunjang berada pada kasta tertinggi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Windiyarti, Dara. "DISKRIMINASI KELAS DAN GENDER DALAM NOVEL KASTA KARYA WITRI PRASETYO AJI." Sirok Bastra 8, no. 1 (June 30, 2020): 47–60. http://dx.doi.org/10.37671/sb.v8i1.202.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan diskriminasi kelas dan gender dalam novel Kastakarya Witri Prasetyo Aji yang diterbitkan pada tahun 2017 oleh Bhuana Sastra, Jakarta. Tokoh perempuan bernama Ida Ayu Made Maharani (Rani) merupakan subjek yang digunakan pengarang untuk menggugat ketidakadilan atau diskriminasi kelas dan gender yang hidup dalam masyarakat Bali. Diskriminasi kelas dan gender yang dialami tokoh Rani adalah bahwa ia harus meninggalkan kekasihnya yang berbeda kelas (kasta) dan menikah dengan laki-laki yang sederajat demi mempertahankan kadar kebangsawanannya. Namun faktanya, ia harus menderita karena ia adalah perempuan (istri) yang dianggap tidak memiliki hak yang sama dengan laki-laki (suami). Sementara, kadar kebangsawanan juga tidak menjamin kemuliaan moral seseorang. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori feminisme. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif analisis dengan pendekatan feminis. Berdasarkan hasil pembacaan kritis dengan pendekatan feminisme kultural diperoleh kesimpulan bahwa perempuan Bali melalui tokoh utama perempuan dalam novel tersebut berupaya melakukan resistensi terhadap dominasi patriarki yang berlaku terhadap diri mereka. The purpose of this study is to reveal class and gender discrimination in the Kasta novel by Witri Prasetyo Aji published in 2017 by Bhuana Sastra, Jakarta. A female figure named Ida Ayu Made Maharani (Rani) is a subject used by the author to challenge injustice or class and gender discrimination living in Balinese society. Class and gender discrimination experienced by the character Rani is that he must leave his beloved of a different class (caste) and marry a man who is equal in order to maintain his level of nobility. But the fact is, she must suffer because she is a woman (wife) who is deemed not to have the same rights as a man (husband). Meanwhile, nobility also does not guarantee one's moral dignity. The theory used in this research is the theory of feminism. Data collection is done using library techniques. The method used in this study is descriptive analysis with feminist approach. Based on the results of the critical reading using the cultural feminism approach, it was concluded that Balinese women through the main female characters in the novel sought to resist the patriarchal domination that prevailed against them.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Rima, Grace. "Persepsi Mayarakat Toraja Pada Upacara Adat Rambu Solo’ Dan Implikasinya Terhadap Kekerabatan Masyarakat Di Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja." Phinisi Integration Review 2, no. 2 (August 21, 2019): 227. http://dx.doi.org/10.26858/pir.v2i2.10000.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang (i) Struktur kelembagaan masyarakat adat Toraja, (ii) Persepsi masyarakat Toraja pada Upacara Adat Rambu Solo’; (iii) Implikasi pelaksanaan Rambu Solo’ terhadap keeutuhan kekerabatan masyarakat di kecamatan makale kabupaten Tana Toraja. Penelitian ini adalah penelitian menggunakan kualitatif yang menggambarkan dan mendeskripsikan fenomena-fenomena yang realistis yang terjadi pada “Masyarakat Toraja Pada Upacara Adat Rambu Solo’ Dan Implikasinya Terhadap Kekerabatan Masyarakat”. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan (i) Pusat kelembagaan Masyarakat Adat Tana Toraja adalah Tongkonan. Lembaga adat terdiri dari pemangku adat (To Parenge’), hakim adat dan tokoh-tokoh masyarakat yang saling bekerjasama dalam menjalankan fungsinya. (ii) Masyarakat Tana Toraja dalam menanggapi upacara adat Rambu Solo’ beranggapan bahwa Rambu Solo’ merupakan upacara adat khusus kedukaan/kematian dimana jiwa dan roh manusia yang telah meninggal kembali ke tempat semula. Pada awalnya ketika masyarakat Tana Toraja hidup di dalam kasta-kasta, tidak semua orang bisa melasanakan upacara adat Rambu Solo. Upacara ini hanya bisa dilaksanakan oleh kaum bangsawan (puang) dan kaum golongan atas (to sugi’), akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman pandangan itu mulai bergeser sehingga upacara adat Rambu Solo’ ini pun juga bisa dilakukan oleh para kaum golongan bawah (kaunan). (iii) Implikasi dari pelaksanaan Rambu Solo’ terhadap keutuhan kekerabatan Masyarakat Di Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja yaitu Membentuk nilai-nilai yang mempererat tali persaudaraan antar keluarga dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sistem kekerabatan antara keluarga dengan keluarga, keluarga dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat lainnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Mahmuddin, Ronny, Saifullah bin Anshor, and Hamdan Ngaja. "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Beda Kasta (Studi Kasus Desa Ngafan Kabupaten Maluku Tenggara)." BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang Hukum Islam 2, no. 1 (April 22, 2021): 148–59. http://dx.doi.org/10.36701/bustanul.v2i1.314.

Full text
Abstract:
This study aims to determine the prohibition of inter-caste marriage in Ngafan Village, Southeast Maluku, and Islamic legal views on caste marriage in the customs of the Kei tribe, especially in Ngafan Village, Southeast Maluku Regency. This research is descriptive qualitative research with the type of field research (Field Research). The data collection techniques used were in-depth interviews and documentation. The results showed that: 1) The prohibition of inter-caste marriage (not equal) carried out by some people in Ngafan Village is the prohibition of marriage between women from the Mel-Mel caste (highest caste) and men from Riy-Riy (lowest caste). If there is a marriage between these castes, it depends on their family, if they agree then the marriage is still safe, but if they refuse the marriage can be canceled. 2) In Islamic law the scholars differ on the issue of caste (equality) in marriage. Jumhur ulama said that the caste referred to in marriage is religion, independence, social strata and, descent. Imam Malik said that the caste in question was the religion and was free from diseases that were deemed incurable. Meanwhile, the al-Ẓahiriyyah mazhab said that only Muslims were the conditions for marriage. The scholars do not require that caste be part of the legal requirements of marriage, but caste is included in the category of luzu> m requirements, a condition that allows a female guardian to request an annulment of marriage if the male partner is not in the same caste. So the prohibition of marriage is not equal in Ngafan Village can be justified based on the opinion of some scholars. The implementation of this research is expected to contribute theoretically and practically to religious leaders, parties with special interests, and society in general.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Rahmadi, Pitaya. "PEREMPUN YANG INGIN JADI PEREMPUAN." ALFABETA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya 2, no. 2 (October 31, 2019): 86–91. http://dx.doi.org/10.33503/alfabeta.v2i2.614.

Full text
Abstract:
Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai dimensi kehidupan adalah impian perempuan. Perempuan ialah hak. Perempuan memiliki hak untuk melakukan juga apa yang dilakukan laki-laki. Perempuan adalah sebuah kebebasan yang selalu diperjuangkan karena dianggap masih terpenjarakan. Tulisan ini adalah sebuah kajian tokoh perempuan dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini. Perempuan-perempuan yang digambarkan oleh Oka Rusmini tidak hanya menjadi sebuah satir yang keras terhadap kehidupan dan sistem budaya laki-laki Bali. Dunia perempuan dalam Tarian Bumi dicitrakan sebagai sosok-sosok yang begitu kuat, gelisah, mandiri, dan pemberontak.Tulisanini juga bertujuanmenjelaskanpembelajarankarakterperempuan (LuhSekar, Telaga, dan SagraPidada) yang berjuangmelawanderasnyatekananadat yang mestidijalanidengansegalaketerbatasan gender, kasta, dan interaksimasyarakat. Perjuangantokohperempuansebagai second sex untukbertahanhidupdengansegalaeksistensimenyuarakankeinginannya. Analisiskualitatifdeskriptiinimenggunakanperspektifpsikoanalisis Sigmund Freud dan metodekarakterisasitokoh.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Pratiwi, Wista Ayu, Baiq Annisa Yulfana, and Muh Fathan Zamani. "Konstruksi Budaya pada Tubuh Perempuan Bali dalam Novel Kenanga Karya Oka Rusmini." Jurnal Wanita dan Keluarga 1, no. 2 (December 28, 2020): 14–22. http://dx.doi.org/10.22146/jwk.1028.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi posisi perempuan kasta Brahmana di Bali yang di konstruksi oleh budaya Bali sebagai perempuan yang harus mematuhi aturan-aturan yang sudah digariskan. Kenanga menanggung kebusukan masa lalu, ketidakberdayaannya melawan dirinya yang berada dalam bayang-bayang sebuah peristiwa kelam yang dilakukan oleh lelaki. Laki-laki tersebut kini menjadi adik iparnya, yang mengawini adiknya yaitu Kencana. Terjadi pergolakan batin untuk melawan, tetapi tubuh menjadi saksi bisu ketidaksetaraan dalam kehidupan Kenanga. Penelitian ini akan menggunakan teori Judith Butler mengenai bagaimana ‘sex’ atau jenis kelamin sebagai fakta biologis dan ‘gender’ merupakan interpretasi kebudayaan. Dalam hal ini Kenanga sebagai gadis Bali terperangkap dalam kebudayaan, kenyataan bahwa adiknya Kencana menikah dengan lelaki yang Kenanga cintai dan telah menanamkan benih pada dirinya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Singh, Prashant Kumar, Nirmal Bhusal, and Binod Kumar Singh. "SIGNIFICANCE OF CLASSICAL AYURVEDA DOSE FORMS IN CURRENT PRACTICE – A REVIEW." Healer 2, no. 02 (July 31, 2021): 93–97. http://dx.doi.org/10.51649/healer.74.

Full text
Abstract:
Rasashastra & Bhaishajya kalpana is the science of Drugs including identification, procurement, processing, preparation and application. Rasashastra deals with Rasaushadis (herbo-mineral preparations) while Bhaishajya kalpana deals with Kasta-Aushadhi (herbal preparations). All classical text, in particular Charaka samhita, Sushruta samhita, Sharangadhara samhita, Kashyapa samhita etc. have described details of science of posology. The review is done to find the relevance of classical dose in current clinical practice. In this review concept of AushadhaMatra was studied in detail and conclusion was drawn. To get maximum benefit of Ausadha one should have to consider Aturabala and Rogabala before deciding the AushadhaMatra. The scientific approach, type of drug, time and route of administration, different forms and dosage and regimes in Ayurveda are highly significant in current scenario.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Wisnu Parta, Ida Bagus Made, I. Nyoman Suarka, I. Wayan Cika, and I. Made Suastika. "IDEOLOGICAL STRUGGLE FROM STRATIFICATION OF CATUR WANGSA AND CATUR WARNA IN POETRY GEGURITAN CHANDRA BHAIRAWA." Vidyottama Sanatana: International Journal of Hindu Science and Religious Studies 5, no. 2 (November 26, 2021): 169. http://dx.doi.org/10.25078/ijhsrs.v5i2.3028.

Full text
Abstract:
<p class="p2">Balinese society has debated on <em>Warna</em>, <em>Kasta </em>(caste), and <em>Wangsa </em>stratification has been going on for a long time because of a lack of understanding about cultural differences. Bali's social stratification is focused on <em>Wangsa</em>. The title inherited the male line. This fits the ancestral scheme, <em>Purusa</em>, or patrilineal. The author is interested in investigating one of Catur Wangsa's issues in the <em>Candra Bhairawa </em>text focused on group polemics about <em>Warna</em>, <em>Kasta </em>(caste), and <em>Wangsa </em>stratification discourse. The issues addressed in this study are how to stratify <em>Catur Wangsa</em>'s duties and responsibilities in <em>Candra Bhairawa </em>text. This study aimed to determine the ideological struggle to stratify <em>Catur Wangsa </em>and <em>Catur Warna </em>in Bali. The method used in this research is to study literature by gathering primary and secondary data. This study results in (1 ) identifying and charting <em>Catur Warna </em>and <em>Catur Warna </em>(2)Duties of <em>Wangsa Brahmana</em>, <em>Wangsa Ksatria</em>, <em>Wangsa Waisya</em>, <em>Wangsa Sudra </em>(3) The <em>Wangsa </em>philosophical conflict in society poses two points of view, notably, the desire to retain the Wangsa and release the Wangsa with several stages of the <em>Diks</em>a Ceremony.<span class="Apple-converted-space"> </span></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Sutana, I. Gede. "AKTUALISASI VARNᾹSRAMA DHARMA DALAM KESADARAN SOSIAL UMAT HINDU BALI." Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan 20, no. 1 (April 30, 2020): 43–52. http://dx.doi.org/10.32795/ds.v20i1.640.

Full text
Abstract:
Masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu di kehidupan sosial memiliki struktur kelas yang umum disebut oleh kalangan awam adalah kasta ataupun wangsa. Tetapi pada era kontemporer ini justru dari perkembangan rasional masyarakat mempertanyakan kebenaran dari perspektif Tri Wangsa dan Jaba Wangsa dengan Varnāsrama Dharma, yang mana menjadi dominan dalam keadaan sosial kolektif dewasa ini. Dengan berpijak pada pustaka Weda sebagai kebenaran tertinggi umat Hindu, maka dengan demikian kesadaran sosial masyarakat Hindu untuk lebih penting mengaktualisasikan konsep Varnāsrama Dharma. Dalam tulisan ini, untuk mengamati struktur dan sistem yang membentuk teraktualisasinya konsep Varnāsrama Dharma dalam kesadaran kelas masyarakat umat Hindu Bali, dianalisis menggunakan strukturalisme genetik Pierre Bourdieu sebagai alat untuk mengamati sistem-sistem yang membentuk atau membangun teraktualisasinya Varnāsrama Dharma. Dengan memperhatikan habitus, kapital, dan arena yang merupakan komponen strukturalisme genetik sehingga membentuk sistem dari aktualisasi Varnāsrama Dharma dalam kehidupan sosial masyarakat Hindu Bali.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Anwar, Anwar. "‘Ini Kan Bukan Bali’: Interaksi Antar-Kasta Masyarakat Transmigran di Desa Kertoraharjo, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan." ETNOSIA : Jurnal Etnografi Indonesia 1, no. 2 (April 4, 2017): 1. http://dx.doi.org/10.31947/etnosia.v1i2.1611.

Full text
Abstract:
To become Balinese is to become Hindu with all set of Hinduism and its social norms. This article is focused on the most visible and significant changes in the everyday interaction of Balinese in the transmigration area of Kertoraharjo. As transmigrants, they generally understand that there are 4 categories of Balinese caste (Brahmana, Ksatria, Waisya, and Sudra) and these still exist in Kertoraharjo. However, residential area makes a difference, the practical realities of caste in Kertoraharjo has shown significant changes. Bali coarse language (Bahasa Bali Kasar) has become their daily language, and Bahasa Indonesia is an alternative and casteless language used in every day interaction. For ‘Sudra Kaya’, Balinese names are avoided to eliminate caste identity. The embodiment of caste is reproduced depending the arena and whether the interaction is horizontal or vertical. However, when it comes to rituals, the norms of caste is maintained as this is related to the transedental relations between human being and God, and any violation will result in karma. Any change in the embodiment of caste is legitimated in a phrase: ‘Ini kan bukan Bali’ (‘this is not Bali’).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Hermawati, Yessy, and N. Yeffa Afnita Apriliyani. "LITERASI BUDAYA: MEMAHAMI LOKALITAS PEREMPUAN BALI DARI KUMPULAN CERPEN SAGRA." LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan 15, no. 2 (December 1, 2020): 93. http://dx.doi.org/10.26499/loa.v15i2.2339.

Full text
Abstract:
Salah satu cara memahamibudaya yaitu melalui kegiatan literasi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara membaca dan memaknai teks sastra. Tulisan ini membahas literasi budaya melalui pembacaan teks sastra yaitu cerpen tentang lokalitas perempuan. Lokalitas dalam hal ini merujuk pada unsur-unsur budaya baik tradisi maupun populer yang membentuk kehidupan perempuan. Adapun teks cerpen yang akan dibahas yaitu kumpulan cerpen karya Oka Rusmini (2017) yang berjudul Sagra. Teori yang digunakan dalam penelaahan teks cerpen yaitu teori Literasi dan lokalitas. Metode yang digunakan yaitu metode kajian pustaka dengan cara membaca, menandai dan menganalisis teks-teks dalam cerpen yang menunjukan lokalitas perempuan yang berlatar budaya Bali. Pembahasan makalah ini menunjukan bahwa perempuan Bali dengan latar kehidupan budaya yang masih menganut sistem kasta membentuk identitas dan lokalitas perempuan yang khas dibandingkan latar budaya lainnya di Indonesia. Pengaruh Agama Hindu, adat dan kuasa Patriaki masih kental memengaruhi lokalitas perempuan Bali dan teks cerpen Sagra.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Poliakov, Nikolai S. "“My Rap Is a Prayer but with a Razor in the Mouth”: Religious Themes in Russian Rap." Study of Religion, no. 3 (2019): 110–16. http://dx.doi.org/10.22250/2072-8662.2019.3.110-116.

Full text
Abstract:
The paper presents the analysis of religious themes in the lyrics of Russian rap artists. The songs of such musical groups and artists as “Kasta”, Detsl, FACE, Husky, Noize MC, “Sol’ Zemli”, “25/17” are considered. The article proves that rap in Russia has become a significant cultural phenomenon, and the lyrics of rap artists can be interpreted as poetry, inscribing it in the tradition of Russian literature. The article demonstrates that in Russian rap we can find such religious themes as God-seeking, anti-clericalism, criticism of religion as an institution, philippics against its individual representatives, a premonition of the coming Apocalypse, expressing a general sense of impending disaster. Musicians sensitively capture the atmosphere of the era and reflect it in their lyrics. Despite the fact that rap is a new form of art, in the world’s poetic tradition, dating back to the biblical texts, is reflected the works of Russian rap musicians, and at the same time it has a clear and sharp social character.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

I Gede Ngurah Mardiana Putra and Desak Made Sukma Widiyani, ST, MT. "TATA LETAK DAN PERANCANGAN PEMBANGUNAN BALE SAKARORAS." Jurnal Anala 7, no. 2 (February 17, 2021): 27–34. http://dx.doi.org/10.46650/anala.7.2.1044.27-34.

Full text
Abstract:
Arsitektur tradisional Bali sangat erat kaitannya dengan budaya dan agama hindu di Bali. Arsitektur tradisional Bali juga tidak terlepas dari filosofi-filosofi atau konsep yang terkandung didalamnya. Salah satu bale adat yang jarang ditemui adalah Bale Sakaroras, karena hanya beberapa kalangan masyarakat yang memiliki kasta tertentulah yang boleh mendirikan Bale Sakaroras. Bale sakaroras adalah suatu bangunan yang memiliki dua belas tiang juga menempati daerah di bagian kelod suatu pekarangan rumah dan juga tidak bisa di tiduri oleh orang yang sudah bersuami istri. Filosofi yang melandasi Bale Sakaroras adalah Panca Maha Bhuta dan Tri Angga. Fungsi Bale Sakaroras adalah tempat untuk melaksanakan upacara adat agama Hindu. Pembangunan dari Bale Sakaroras ini tediri dari tiga bagian yaitu bataran yang merupakan bagian bawah bangunan, bagian tengah dan juga bagian atas. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan menerangkan tata letak dan pembangunan Bale Sakaroras karena merupakan warisan dari pendahulu kita yang di dalamnya mengandung nilai-nilai filosofis dan sejarah dan tata letak bangunan Bali.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Rosińska-Mamej, Agnieszka, and Dorota Połowniak-Wawrzonek. "Nadzwyczajni i totalni w polskim życiu publicznym. O połączeniach nadzwyczajna kasta i totalna opozycja pochodzących z języka polityki." Poradnik Językowy, no. 1/2021(780) (January 31, 2021): 82–94. http://dx.doi.org/10.33896/porj.2021.1.7.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Syaukani, Syaukani, Husni Husni, Alfizar Alfizar, Elly Kesumawati, Novita Novita, Siti Rusdiana, Samsul Muarrif, and Teguh Pribadi. "Deskripsi ulang rayap tanah (Subulitermes-branch): Oriensubulitermes inanis (Haviland) (Termitidae: Nasutitermitinae) di Indonesia." Jurnal Entomologi Indonesia 16, no. 2 (October 5, 2019): 75. http://dx.doi.org/10.5994/jei.16.2.75.

Full text
Abstract:
Oriensubulitermes inanis (Haviland) merupakan salah satu jenis rayap endemik dari Wilayah Oriental dan berperan sangat penting dalam proses dekomposisi di hutan tropis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi ulang rayap O. inanis yang dikoleksi dari Indonesia sehingga dapat membantu berbagai pihak dalam identifikasi rayap di Indonesia. Pengoleksian rayap di lapangan dilakukan dengan Standardized Sampling Protocol (Jones & Eggketon 2000) dan konfirmasi keakuratan taksonomi dilakukan di the Natural History Museum UK) dan Florida University (USA). Koloni rayap O. inanis yang ditemukan sebanyak 21 koloni dari berbagai habitat dan ketinggian di Indonesia. Karakter mandible kasta pekerja merupakan karakter penting yang sangat efektif dalam identifikasi O. inanis. Rayap ini tersebar hampir di semua pulau-pulau utama di Kawasan Asia Tenggara, diantaranya Malay Peninsula, Borneo, dan Sumatra, akan tetapi tidak ditemukan di Jawa. Batang kayu lapuk, pangkal pohon, serta sarang rayap lainnya (epigeal mounds) merupakan media yang dipergunakan untuk mendirikan sarangnya. Jumlah individu dalam koloni yang relatif sedikit, kemampuan beradaptasi yang lemah terhadap perubahan lingkungan, kemampuan terbang laron yang terbatas, dan preferensi habitat sarang yang spesifik merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran rayap O. inanis di Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Waid, Abdul. "KULTURALISASI NILAI-NILAI DEMOKRASI DEMI KEPENTINGAN PEREMPUAN (Upaya Mewujudkan Kultur Ramah Perempuan Sejak Dini)." Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam 13, no. 2 (December 3, 2014): 119. http://dx.doi.org/10.14421/musawa.2014.132.119-126.

Full text
Abstract:
Perempuan telah lama berada dalam posisi yang selalu dirugikan. Bukan hanya akibat tindak kejahatan yang kerap terjadi pada perempuan, tetapi juga karena diskriminasi sosial yang lama mengakar kuat. Bahkan, perempuan seringkali tidak dianggap sebagai manusia, tetapi dianggap sebagai barang dan jasa yang bisa diperjualbelikan. Seiring dengan itu, harus diakui bahwa kultur yang tercipta di tengah masyarakat memang menempatkan perempuan sebagai makhluk kelas dua. Artinya, perempuan dianggap sebelah mata, baik dalam tatanan sosial, politik, pendidikan, maupun di tataran pemerintahan. Ironis sekali hal ini bisa terjadi di sebuah negara yang mengklaim sebagai negara demokrasi. Padahal, doktrin demokrasi adalah persamaan hak, keadilan, kesejahteraan, tanpa pandang bulu. Undang-Undang yang menaungi kepentingan serta memberi perlindungan kepada perempuan sebenarnya telah lama lahir. Tetapi, kultur di masyarakat tetap saja berlaku secara tidak adil dan selalu menempatkan perempuan berada dalam kasta yang paling bawah. Di sinilah diperlukan sebuah langkah serius dalam bentuk kulturalisasi nilai-nilai demokrasi dalam rangka menciptakan kultur ramah perempuan. Hal ini penting dilakukan karena sikap ramah perempuan tidak bisa hanya dipasrahkan kepada ketentuan undang-undang dan pemerintah, tetapi juga harus diperjuangan melalui proses budaya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Hasni, Hasni, Muhammad Ihsan Nur, Nurul Fauziah, and Alif Purwanto. "DILEMA IDENTITAS KEBUDAYAAN DALAM TRADISI MA’TINGGORO TEDONG ALA SUKU TORAJA DI ERA TURISTIFIKASI." Jurnal Sosialisasi: Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan, no. 3 (March 30, 2021): 7. http://dx.doi.org/10.26858/sosialisasi.v0i3.19951.

Full text
Abstract:
Suku Toraja merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia dengan budaya dan tradisi yang unik. Kebudayaan asli yang masih dimiliki suku ini menjadi daya tarik para wisatawan. Nuansa mistik yang melekat pada suku ini menjadi ciri khas yang membedakan suku ini dengan yang lain. Namun, yang menjadi masalah adalah hilangnya identitas pada suatu kebudayaan yang dipengaruhi oleh lingkungan seperti dijadikannya sebagai ojek wisata. Penulisan ini untuk menunjukaan dan menjelaskan betapa pentingnya menjaga kebudayaaan diera turistifikasi. Secara khusus ma’tinggoro tedong (pemotongan kerbau) ala suku Toraja adalah tradisi pada upacara adat kematian rambu solo’ yang harus dijaga keberadaannya. Metode penulisan yang digunakan pada ini adalah penulisan secara tematik yaitu membahas permasalahan pokok sesuai dengan tema yang diangkat oleh penulis. Dahulu rambu solo’ hanya boleh dilaksanakan oleh orang-orang dari kasta bangsawan. Namun seiring berjalannya waktu, setiap orang boleh melaksanakan upacara ini selama mampu dan memiliki biaya. Hadirnya turistifikasi dalam suatu budaya tentunya membawa dampak tersendiri, hal itu tidak dapat ditolak tetapi dijalani dengan melakukan penyaringan sehingga suatu kebudayaan tetap eksis tanpa menggeser nilai-nilai sakral yang ada di dalamnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Kuzo, Nataliia, and Nataliya Kosar. "E-commerce in Ukraine: current situation, industrial features and organizational forms." Marketing and Digital Technologies 5, no. 1 (March 14, 2021): 27–41. http://dx.doi.org/10.15276/mdt.5.1.2021.3.

Full text
Abstract:
The aim of the article. The aim of the article is to investigate the industry features of Internet commerce, the most popular business models in Ukraine, the specifics of their use and to identify the most popular online stores and sources of their traffic. Analyses results. Based on statistical data, it is established that the annual growth index of Internet trade in Ukraine in 2019 was 49.8% (with retail trade only 17.6%), in 2018 these figures were 35.4% and 14 , 1%. It was determined that the most popular goods that consumers bought online were clothing, footwear and accessories, but the largest increase in sales in 2019 was demonstrated by household goods, cosmetics and perfumes, and household appliances and electronics.Not only end consumers, but also organizations use the Internet to purchase goods. In 2019, the number of enterprises that purchased goods or services (excluding e-mail) via the Internet increased by 24.5% compared to 2017 and by 6.1% compared to 2018, and the number of enterprises that received orders via the Internet (excluding e-mail) in 2019 decreased by 6% compared to 2017 and by 1.4% compared to 2018 and has a small share. However, the volume of products sold by domestic enterprises in 2019 using the Internet increased by 28.4% compared to 2018. In 2019, the largest share of the e-commerce market was held by transport, warehousing, postal and courier activities (40% ), wholesale and retail trade (36%) and processing industry (19%). Bulletin boards and marketplaces have made the most progress in recent years. Analysis of secondary marketing information shows that the advantage of the latter business model is lower costs for infrastructure and customer relations, the ability to adjust services, less dependence on the product group or brand, the hryvnia exchange rate. At the same time, the segment of marketplaces is the fastest growing trend in the niche of online trade in Ukraine, significantly ahead of the classic online stores. The study analysis peculiarities of trading in some marketplaces of Ukraine, in particular Prom.ua, Rozetka, Bigl.ua, Lamoda, Kasta, Shafa.ua. The popularity of online shopping sites is determined by the number of user visits. Marketing research has shown that the TOP-20 largest online stores in Ukraine as of 29.11.2020 include: Rozetka, Allo, MakeUp, Citrus, Epicentrk.ua, Comfy, Kasta, Foxtrot, F.ua, Moyo, Apteka 911, Eldorado, Yakaboo, Parfums, Intertop, Stylus, Lamoda, Eva, Elmir, Panama. The article analyzes the structure of their traffic sources, which include direct, referrals, keyword search, social networks, mail and media advertising. It is determined that direct traffic is very important for every online store, as it reflects the level of brand awareness and customer loyalty. Conclusions and directions for further research. The current stage of economic development is characterized by the active introduction of Internet technologies, which simplify the problem of sales and promotion of domestic enterprises. In Ukraine, e-commerce sites are visited by approximately 67% of Internet users. The annual growth of global e-commerce during 2014-2019 ranged from 15.9% in 2015 to 29.2% in 2017. Research shows that in the Ukrainian e-commerce market there are mainly companies that use such business models as e-shop (supermarket), bulletin board, marketplace and price aggregator, or combinations thereof. It is established that the leaders in direct traffic among the listed online stores are MakeUp, Citrus, Rozetka, Elmir, Comfy and Kasta (over 30%). Search traffic depends on the ranking of the site in search engines by different keywords, it shows the effectiveness of SEO-optimization of a particular site. Research has shown that the highest search traffic is observed in such online stores as Moyo, Apteka911, F.ua, Yakaboo, Epicentrk.ua, Parfums, Allo (over 60%). To increase the volume of purchases of goods and increase the number of user visits to domestic online stores, it is advisable to focus on increasing direct traffic and forming the optimal structure of other types, taking into account their impact on brand awareness, security costs and business activities. Keywords: online store, e-commerce, marketplace, SEO-optimization, traffic sources
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Sawitri, Sawitri. "NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA TARI BEDHAYA CEMPE KARYA WASI BANTALA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP MASYARAKAT JAWA." Jurnal Sosialisasi: Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan, no. 2 (November 14, 2020): 83. http://dx.doi.org/10.26858/sosialisasi.v0i2.15978.

Full text
Abstract:
Karya tari bedhaya cempe sebuah karya yang difungsikan untuk memperingati natal, karya tari ini diciptakan oleh seniman/ koreografer yang mumpuni dan beliau dosen Isi Surakarta. Dari salah satu karya yang diciptakan penulis tertarik mengungkap tari bedhaya cempe yang dipersembahkan untuk mengagungkan nama Tuhan Yesus, Tuhan untuk umat yang beragama nasrani. Karya tari bedhaya cempe ditarikan oleh delapan orang penari putri. Durasi waktu pementasan lima puluh menit. Bedhaya cempe karya tari moderns yang menggunakan iringan gitar, gamelan Jawa, dan paduan suara. Menggunakan panggung terbuka antara penari dan penonton serta jemaat gereja jaraknya dekat. Tata cahaya yang digunakan adalah lampu sentral dan juga menggunakan penyinaran bawah ( down – lighter ). Karya tari yang bebas dalam gerak dan inovasi serta kebebasan dalam berkreativitas. Tata busana yang dipakai penari tata busana cempe dengan warna hitam dan putih. Bedhaya cempe diungkap secara nilai – nilai pendidikan karakter yaitu 1. Wujud ketaatan kepada Tuhan, 2. Kebersamaan, 3 Kegotong royongan, 4 Kekompakan, 5. Tidak membedakan kasta. Pendidikan karakter yang semua mencerminkan kebaikan dan kepatuhan kepada Tuhan Yesus. Nilai pendidikan karakter pada bedhaya cempe dapat digunakan sebagai pandangan hidup masyarakat Jawa.Bernilai yang dapat diterapkan bagi kehidupan masyarakat Jawa
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Budawati, Ni Nengah. "SEJARAH HUKUM KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM PERKAWINAN MENURUT HUKUM ADAT BALI ( KAITANNYA DENGAN PERKAWINAN NYENTANA BEDA WANGSA)." Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal) 5, no. 2 (July 31, 2016): 301. http://dx.doi.org/10.24843/jmhu.2016.v05.i02.p07.

Full text
Abstract:
This study aimed to know and understand about the legal culture of community on the phenomenon of different caste nyentana marriage. This research was empirical legal research legal research with behavioral approaches. The data source consisted of primary data sourced directly at the site of research and secondary data that included legislation, traditional laws, law books, magazines, dictionaries and newspapers. This study used qualitative data analysis which then produced descriptive data.Based on the national legal perspective, there are no differences in the position of husband and wife in different caste nyentana marriage. But in Balinese customary law, it resulted in the wife having a position that is more important than the husband in the family. As in the context of social life, especially in the capacity as krama in the sub-village, then the husband remains responsible for his obligations as krama muani while the wife still serves as krama luh. Related to the legal culture of indigenous people in Tabanan over different caste nyentana marriage, the fact that people are still of the view that marriage is an inter-caste marriage. Thus the legal culture of indigenous people in Tabanan tends to be static. This is motivated by many factors, one of which is either ignorance factor of traditional leaders or traditional krama of Decree of the Parliament No. 11 of 1951 which expressly has abolished inter-caste marriages that often lead to discrimination. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang budaya hukum masyarakat terhadap fenomena hukum perkawinan nyentana beda wangsa. Penelitian ini ialah penelitian hukum penelitian hukum empiris dengan pendekatan pendekatan prilaku (behavioral approach). Data primer bersumber langsung dari lokasi penelitian, sedangkan data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, awig-awig­, literature hukum, majalah, kamus dan surat kabar. Pada penelitian ini data dianalisis secara kualitatif yang kemudian menghasilkan data deskriptif. Berdasarkan perspektif hukum secara nasional, tidak terdapat perbedaan kedudukan suami-isteri dalam perkawinan nyentana beda wangsa. Namun dalam Hukum adat Bali, justru mengakibatkan istri memiliki kedudukan yang lebih penting dibanding suami di dalam keluarga. Adapun dalam konteks kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam kapasitas sebagai krama di banjar, maka si suami tetap bertanggung jawab pada kewajibannya sebagai krama muani sedangkan si istri tetap berkedudukan sebagai krama luh. Terkait dengan budaya hukum masyarakat hukum adat di Tabanan terhadap perkawinan nyentana beda wangsa, faktanya masyarakat tetap berpandangan bahwa perkawinan tersebut merupakan perkawinan antar kasta. Dengan demikian budaya hukum masyarakat hukum adat di Tabanan cenderung bersifat statis. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya ialah faktor ketidaktahuan baik dari pemuka adat maupun krama adat tentang Keputusan DPRD No. 11 Tahun 1951 yang secara tegas telah menghapus perkawinan antar kasta yang kerap menimbulkan diskriminasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Paster, Ari, Indri Hendarti, and Tris Haris Ramadhan. "UJI PATOGENISITAS NEMATODA PATOGEN SERANGGA (Steinernema carpocapsae) DARI TANAH GAMBUT TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus)." Perkebunan dan Lahan Tropika 8, no. 2 (November 24, 2018): 45. http://dx.doi.org/10.26418/plt.v8i2.29797.

Full text
Abstract:
Rayap tanah (Coptotermes curvignathus) merupakan salah satu hama yang menimbulkan kerugian ekonomis yang sangat besar karena banyak menyerang tanaman pertanian sehingga menyebabkan tanaman mati dan produksi menurun. Salah satu cara pengendalian yaitu secara biologis menggunakan nematoda patogen serangga (Steinernema carpocapsae). Penelitian ini bertujuan untuk melihat daya patogenisitas S. carpocapsae dari isolat tanah gambut terhadap rayap tanah (C. curvignathus). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak. Rancangan yang digunakan Rancangan acak kelompok (RAK) dengan menggunakan satu perlakuan dan 6 taraf konsentrasi S. carpocapsae (25 ji/ml, 50 ji/ml, 100 ji/ml, 200 ji/ml, 400 ji/ml, dan 800 ji/ml) dengan 5 kali pengulangan. Pengujian patogenisitas dilakukan terhadap C. curvignathus kasta pekerja. Kemampuan patogenisitas S. carpocapsae diukur berdasarkan mortalitas, jumlah S. carpocapsae yang keluar, periode letal dan virulensi. Hasil pengujian menunjukan bahwa S. carpocapsae mampu menyebabkan mortalitas sebesar 100% pada perlakuan 800 ji/ml dalam 96 jam setelah inokulasi. Priode letal yang dihasilkan sebesar 40,68 dan Virulensi sebesar 0,024. Jumlah S. carpocapsae yang dihasilkan tidak berbeda nyata antara satu perlakuan dengan perlakuan lainnya dikarenakan C. curvignathus merupakan serangga uji yang memiliki tubuh ukuran kecil antara 4,5-5,0 mm. Sehingga tiap perlakuan konsentrasi S. carpocapsae yang diinokulasikan memiliki kapasitas ruang yang sama untuk perkembangannya.Kata kunci : Inokulasi, Mortalitas, Priode letal, Virulensi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Arisal, Arisal, Andi Agustang, and Muhammad Syukur. "Diskriminasi Sosial Anak Penderita Kusta di Kota Makassar." Phinisi Integration Review 3, no. 2 (September 1, 2020): 297. http://dx.doi.org/10.26858/pir.v3i2.14970.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Bagaimana proses diskriminasi sosial terhadap anak penderita kusta di Kecamatan Tamalate Kota Makassar, 2) Bagaimana faktor penyebab diskriminasi sosial terhadap anak penderita kusta di Kecamatan Tamalate Kota Makassar, 3) Bagaimana dampak stigma masyarakat terhadap anak penderita kusta di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif dengan penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive simpling informanya adalah anak penderita kusta di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan 1) proses diskriminasi sosial terhadap anak penderita kusta antara lain: Mekanisme Pertahanan Psikologi, perasaan kecewa, adanya sejarah, perasaan tidak selamat dan rendah hati, persaingan dan eksploitasi, dan corak sosialisasi. 2) faktor penyebab diskriminasi sosial terhadap anak penderita kusta antara lain: Diskriminasi berdasarkan suku/etnis, ras, dan agama/keyakinan, diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan gender, diskriminasi terhadap penyandang cacat, dan deskriminasi kasta sosial. 3) Dampak stigma masyarakat terhadap anak penderita kusta adalah stigma masyarakat dengan adanya diskriminasi sosial anak penderita kusta sekarang sudah berkurang. Artinya, sudah banyak masyarakat yang tidak takut lagi berinteraksi dengan masyarakat penderita kusta maupun keluarganya karena sudah memahami bahwa penyakit kusta tidak akan menular ketika penderita sudah melakukan pengobatan secara rutin.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Kaimaris, Dimitris, George Karadedos, Charalampos Georgiadis, and Petros Patias. "Locating and Mapping the Traces of the Covered Ancient Theater of Amphipolis (Eastern Macedonia, Greece)." Heritage 1, no. 2 (November 1, 2018): 306–19. http://dx.doi.org/10.3390/heritage1020020.

Full text
Abstract:
Ancient Amphipolis (Eastern Macedonia, Greece) is one of the most important archaeological sites of Greece. Despite the restricted excavation studies, important monuments have been discovered, such as the city walls and the Macedonian burial site at the Kasta hill, etc. Currently, the location of the ancient theater is unknown and only assumptions can be made regarding its location. In the current study, we aim to detect the accurate location of the ancient theater using archaeological prospection tools, data collected from the excavated sites, and testimonies of people of the modern city. For the first step of the approach, the approximate location of the ancient theater was determined using information derived by archived geospatial data (multi-temporal aerial photographs, satellite image, and Digital Terrain Model (DTM) of the area) as well as information regarding the neighboring excavated sites. For the in-depth study of the area of interest, a drone was used for the acquisition of high-resolution geospatial data. The generated orthorectified image (3 cm spatial resolution), DTM, and Digital Surface Model (DSM) allowed the determination of the potential location of the buried orchestra’s center using geometric rules for the design of ancient theaters. Furthermore, using the produced DSM and DTM, terrain cross-sections were generated.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Siringoringo, V. Mangandar. "Teologi di Asia dari Perspektif Perjanjian Lama." SOTIRIA (Jurnal Theologia dan Pendidikan Agama Kristen) 2, no. 2 (January 28, 2020): 96–108. http://dx.doi.org/10.47166/sot.v2i2.10.

Full text
Abstract:
When Theology in Asia being compared to theology in the West is very different. Asia referred to here is India, Japan and Korea. Basically, in these three nations theology was built from the life experiences of the people, albeit differently from each nation. Basically, these three nations have a society that lives in agony controlled by people in power. In India, it is controlled by a higher caste; in Japan dominated by Buddhism; in Korea by the ruling class. Based on the experiences experienced by the people of these three nations, the Church struggled to free them from the suffering they experienced. Abstrak: Theologi di Asia jika dibandingkan dengan theologi di Barat sangat berbeda. Asia dimaksud di sini adalah India, Jepang dan Korea. Secara pokok pada ketiga bangsa ini theologi dibangun dari pengalaman hidup masyarakat, walaupun secara berbeda-beda dari setiap bangsa. Pada dasarnya ketiga bangsa ini mempunyai masyarakat yang hidup dalam penderitaan yang dikuasai oleh orang-orang yang berkuasa. Di India, dikuasai oleh kasta yang lebih tinggi; di Jepang dikuasai oleh agama Buddhis; di Korea oleh kelas yang berkuasa. Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh masyarakat dari ketiga bangsa ini, maka Gereja bergumul untuk membebaskan mereka dari penderitaan yang mereka alami.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Sari Adnyani, Ni Ketut. "STATUS OF WOMEN AFTER DISMISSED FROM MIXED MARRIAGE IN BALI'S LAW PERSPECTIVE." Ganesha Law Review 1, no. 2 (November 17, 2019): 73–89. http://dx.doi.org/10.23887/glr.v1i2.56.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji perlindungan hukum terhadap perempuan apabila terjadi perceraian dari perkawinan campuran; Tingkat keberterimaan desa adat terhadap perempuan yang mengalami perceraian dari perkawinan campuran. Pengaruhnya terhadap keberadaan kaum perempuan Bali setelah bercerai dari perkawinan campuran. Metode hukum normatif menggunakan pendekatan peraturan perundang- undangan, pendekatan konsep, pendekatan sejarah dan analisis hukum dengan menggunakan interpretasi hukum. Teori yang digunakan sebagai pisau analisis adalah teori hukum, serta teori pluralisme hukum. Hasil penelitian: Secara filosofis, perlindungan hukum untuk perempuan Bali yang mengalami perceraian akibat perkawinan campuran mulai memperoleh perhatian karena bersinggungan dengan keberadaannya sebagai bagian dari warga desa adat apalagi perempuan yang semula berkasta brahmana tidak bisa kembali ke rumah deha. Merespon keberadaan perempuan yang sudah nyerod (turun kasta) akibat perkawinan campuran, desa adat umumnya mau menerima perempuan yang bersangkutan dengan membayar uang penanjung batu sebagai prasyarat untuk bisa kembali diterima di desa adat sebagaimana layaknya krama istri (warga desa adat yang perempuan) lainnya. Secara Hukum, pengaruhnya bagi perempuan Bali perempuan Bali terhadap keberadaannya dalam lingkungan sosial di desa adat. Secara sosiologis. sejumlah desa adat menerima kembali dengan tangan terbuka perempuan dengan status bercerai dari perkawinan campuran, terkait kewajibannya ngayah dan haknya mendapatkan pengayoman dari desa adat juga diprioritaskan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Mažeikaitė, Daiva, and Boguslavas Gruževskis. "Darbo vertybių vieta ir kaita skirtingų Lietuvos gyventojų kartų kontekste." Socialinė teorija, empirija, politika ir praktika 17 (October 15, 2018): 108–31. http://dx.doi.org/10.15388/stepp.2018.17.11934.

Full text
Abstract:
[straipsnis, santrauka, reikšminiai žodžiai lietuvių kalba; santrauka ir reikšminiai žodžiai anglų kalba] Dėl ypatingos darbo įtakos žmogaus gyvenimui ir visuomenei darbo vertybės yra laikomos pamatinėmis. Jų realizavimas daugiausia lemia žmogaus vietą visuomenėje ir jo karjeros galimybes, šalies žmogiškojo ir ekonominio kapitalo potencialą, atskiros įmonės personalo panaudojimo efektyvumą ir kita. Vertinant skirtingų gyventojų grupių vertybių skirtumus, pastebėta reikšmingų skirtumų tarp skirtingų gyventojų kartų kohortų. Sąvoka „karta“ suvokiama skirtingais aspektais. Šiame straipsnyje sąvoka „karta“ vartojama pagal Mannheim, Steel and Taras bei Strauss and Howe supratimą. Išskirtos: veteranų, kūdikių bumo, X, Y ir Z kartos. Empirinio tyrimo metu buvo analizuoti Lietuvos gyventojų darbo vertybių pokyčiai XX–XXI amžių sandūroje kartų kaitos aspektu, remiantis Europos vertybių tyrimo (EVT) antros (1990), trečios (1999) ir ketvirtos (2008) bangų rezultatais. Tyrimas parodė, kad kartų kaita ir jų individualios savybės didžiausią poveikį daro emocinių darbo vertybių kaitai, o kognityvias ir instrumentines darbo vertybes veikia ir socialinio bei ekonominio konteksto pokyčiai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Anta, I. Made Nuhari. "FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONVERSI AGAMA DARI HINDU KE KRISTEN PROTESTAN DI DESA BALINGGI JATI KECAMATAN BALINGGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG." Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu 10, no. 1 (June 10, 2019): 17–25. http://dx.doi.org/10.36417/widyagenitri.v10i1.249.

Full text
Abstract:
Rumusan masalah:Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya konversi agama dari Hindu ke Kristen Protestan di Desa Balinggi Jati Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong?Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya konversi agama dari Hindu ke Kristen Protestan di Desa Balinggi Jati Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong.Untuk membedah permasalahan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori faktor penyebab terjadinya konversinya agama. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Analisis data menggunakan teori Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya konversi agama di Desa Balinggi Jati Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong adalah faktor pendidikan, faktor ketidakpuasan sistem adat dan pemimpin keagamaan, faktor sosiologis, dan faktor psikologis.Faktor pendidikan terdiri dari: 1) Kurangnya tenaga pendidik agama Hindu 2) Rendahnya pemahaman tentang agama Hindu. Faktor ketidakpuasan atas sistem adat dan pemimpin keagamaan terdiri dari: 1) Rumitnya pembuatan sarana upacara 2) Ketidakpuasan atas penerapan catur kasta 3) Ketidakpuasan terhadap pemimpin keagamaan Hindu. Faktor sosiologis terdiri dari 1) Pengaruh hubungan antar pribadi 2) Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang terdekat 3) Pengaruh kebiasaan yang rutin 4) Pengaruh kekuasaan pemimpin (tokoh masyarakat). Faktor psikologis terdiri dari: 1) Faktor keluarga 2) Faktor lingkungan tempat tinggal 3) Faktor perubahan status 4) Faktor kemiskinan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Marfu'ah, Uliyatul. "KONSEP HARKAT DAN MARTABAT PEREMPUAN DALAM BUKU HABIS GELAP TERBITLAH TERANG KARYA R.A KARTINI DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM." INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 25, no. 2 (November 11, 2020): 141–61. http://dx.doi.org/10.24090/insania.v25i2.4163.

Full text
Abstract:
Latar belakang penelitian ini berawal dari kekaguman penulis pada buku Habis Gelap Terbitlah Terang karya R.A. Kartini yang memiliki semangat luar biasa dalam memperjuangkan harkat dan martabat perempuan. Perempuan yang tidak dihargai, tidak diakui, dan tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri pada masa R.A. Kartini, kini telah memiliki kebebasan. Harkat dan martabatnya terakui oleh masyarakat. Namun seiring perkembangan zaman yang begitu luar biasa. Buku Habis Gelap Terbitlah Terang ini mulai terlupakan oleh masyarakat. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan jenis penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian kepustakaan (library research). Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan sejarah (histori). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengen jenis penelitian yang dilakukan, yaitu library research maka metode pengumpulan data yang tepat adalah metode pengumpulan dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode content analysis. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang konsep harkat dan martabat perempuan dalam pandangan R.A. Kartini dapat disimpulkan bahwa konsep harkat dan martabat perempuan dalam pandangan R.A. Kartini ada tujuh konsep yaitu: perempuan berpendidikan, perempuan berbudi luhur, perempuan berketerampilan, perempuan bebas yang beradab dan terpelajar, laki-laki bekerjasama dengan perempuan, perempuan yang berpengetahuan ilmu agama, serta menghapus sistem kasta di masyarakat. Ketujuh konsep tersebut memiliki hubungan yang erat terhadap pendidikan Islam yang difokuskan pada tujuan pendidikan Islam yaitu memfasilitasi perempuan untuk mengembangkan diri, baik dalam ranah individu, keluarga, sosial dan dalam berkarya sehingga terciptalah insan kamil.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Wereda, Dorota. "Kasata klasztoru bazylianów w Białej Podlaskiej." Roczniki Humanistyczne 68, no. 2 (February 3, 2020): 109–25. http://dx.doi.org/10.18290/rh20682-6.

Full text
Abstract:
Artykuł przedstawia proces realizacji kasaty klasztoru bazylianów w Białej Podlaskiej w aspekcie prawno-formalnym z uwzględnieniem kontekstu przemian politycznych i społecznych. Opisuje losy majątku klasztornego: nieruchomości i ruchomości klasztoru, budynku cerkwi i jego wyposażenia, losy księgozbioru biblioteki klasztornej. Przedstawia postawy zakonników wobec kasat oraz ich losy po opuszczeniu Białej Podlaskiej. Kasata bialskiej placówki wpisywała się w założenia polityki rosyjskiej, prowadzącej do likwidacji Cerkwi unickiej i wygaszenia kultu bł. Jozafata Kuncewicza, którego relikwie znajdowały się w bialskiej cerkwi i były otaczane szczególną czcią przez wiernych katolików zarówno obrządku łacińskiego, jak i greckiego. Likwidacja placówki z Białej Podlaskiej na trwale zmieniła krajobraz religijny i kulturowy miasta i okolic.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Anggraini, Desty. "HIERARCHY OF HUMAN NEEDS IN WILL TRAYNOR CHARACTER ME BEFORE YOU BY THEA SHARROCK." Scripta: Jurnal Ilmiah Mahasiswa 2, no. 2 (December 29, 2020): 104–14. http://dx.doi.org/10.33019/scripta.v2i2.39.

Full text
Abstract:
Karakter merupakan salah satu elemen penting dalam cerita dan pada setiap karakter memiliki psikologis yang berbeda. Penelitian ini tertarik untuk mengemukakan teori dari Abraham Maslow kepada karakter Will dengan teori psikologi yang dinamakan hierarki kebutuhan manusia dari Abraham Maslow. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hierarki kebutuhan dan karakter manusia yang terdapat pada tokoh utama bernama Will Traynor dalam film Me Before You yang disutradarai oleh Thea Sharrock. Mengenai metodologi, penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif untuk memberikan penjelasan tentang analisis yang dijumpai dalam satu karakter. Penelitian ini menemukan karakter kesebelas, yaitu: berhati dingin, temperamental, sensitif, individual, berpikiran terbuka,sabar, ramah, baik hati, percaya diri, rendah hati, dan keras kepala. Penelitian ini menemukan hierarki yang terdapat pada karakteristik Will hanya memiliki tiga hierarki. Pertama adalah kebutuhan rasa aman, kebutuhan ini muncul karena kondisi keinginan yang cacat, yang membuatnya sangat tidak nyaman dan takut akan gangguan yang akan dihadapinya jika tidak melindungi dirinya dengan baik dan benar. Kebutuhan kedua adalah kebutuhan cinta dan kepemilikan , kebutuhan ini banyak terjadi karena sudah paling dekat dengan Louisa dan juga karena genre yang romantis, oleh karena itu kebutuhan ini muncul sangat banyak. Kebutuhan dominan terakhir adalah harga diri, kebutuhan ini muncul karena kasta atau status yang sangat terlihat dalam film ini dan juga karena peran utamanya.karakter Will sebagai tuan dan Louisa yang hanya seorang pelayan dan tidak memiliki hak atau keunggulan dalam hidupnya untuk Will. Kata Kunci: Will Traynor, Karakter, Hierarki Kebutuhan Manusia, Film
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Arngrímsson, Arnar Davíð, Hersir Sigurgeirsson, and Jakob Már Ásmundsson. "Uppgjör afleiðusamninga: Mat á reglum út frá dómafordæmum." Tímarit um viðskipti og efnahagsmál 15, no. 1 (June 25, 2018): 1–36. http://dx.doi.org/10.24122/tve.a.2018.15.1.1.

Full text
Abstract:
Alþjóðlegar reglur og venjur um framkvæmd afleiðusamninga hafa í gegnum tíð- ina mótast af dómafordæmum. Saga afleiðusamninga á Íslandi er stutt og framan af komu ekki mörg deilumál til kasta dómstóla. Þetta breyttist í kjölfar banka- hrunsins árið 2008 þegar fjölmörg ágreiningsefni vegna afleiðusamninga rötuðu fyrir dómstóla. Í greininni er farið yfir helstu dóma, sem fjalla um uppgjör afleiðu- samninga, með það að markmiði að draga fram þær reglur og leiðbeiningar sem íslenskir dómstólar hafa gefið um uppgjör slíkra samninga undanfarin ár. Reifaðar eru niðurstöður 35 hæstaréttardóma. Ágreiningsefnum aðila er skipt í sjö flokka: (1) heimildir til afleiðuviðskipta, (2) gengisviðmiðun gjaldmiðlasamninga, (3) reiknireglur við uppgjör, (4) forsendu- brestur, (5) skuldajöfnun, (6) viðbrögð bankanna við yfirtöku Fjármálaeftirlitsins og (7) áhrif af yfirtöku Fjármálaeftirlitsins. Meðal helstu niðurstaðna er að öllum er heimilt samkvæmt lögum að gera af- leiðusamninga og framvirkir samningar um hlutabréf teljast ekki flóknir fjármála- gerningar. Miða skal við viðmiðunargengi Seðlabanka Íslands í uppgjöri gjald- miðlasamninga ef annað viðmið er ekki sérstaklega tiltekið og samningur, sem verður til við framlengingu á eldri samningi, telst nýr sjálfstæður samningur. Fjallað er um áhrif yfirtöku Fjármálaeftirlitsins á bönkunum á stöðu afleiðu- samninga og viðbrögð bankanna við yfirtökunni gagnvart viðskiptavinum með opna afleiðusamninga. Viðbrögðin voru mismunandi en Landsbanki Íslands og Glitnir ákváðu að senda viðskiptavinum sínum tilkynningu varðandi lokun samn- inganna. Tilkynning Landsbanka Íslands þótti óljós og túlka þurfti þýðingu hennar út frá viðbrögðum hvers viðskiptavinar sem leiddi til mismunandi meðferðar ein- stakra viðskiptavina.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Andim, Fauzul, and A. Saiful Aziz. "STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNAGRAHITA." Jurnal PROGRESS: Wahana Kreativitas dan Intelektualitas 9, no. 2 (December 30, 2021): 219. http://dx.doi.org/10.31942/pgrs.v9i2.5718.

Full text
Abstract:
AbstractEducation is the right of all citizens regardless of origin, caste or physical condition of a person, including children with disabilities. As mandated in the Constitution Number 20 of 2003 concerning the National Education System in article 5 paragraphs 1 and 2 it is stated that "Every citizen has the same right to obtain quality education and "Every citizen who has physical, mental, intellectual and or social workers have the right to special education” (UU Sisdiknas 2003). Therefore, Islamic religious education must also be given to children with special needs, one of which is mentally retarded children, of course in the learning process using different learning strategies from the learning strategies applied to formal school students.Keywords: Mental retardation, Learning StrategyAbstrakPendidikan sebagai hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul, kasta maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang memiliki kecacatan. Sebagaimana di amanatkan dalam UUD Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 5 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan “Setiap warga Negara yang memiliki kelainan fisik, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus” (UU Sisdiknas 2003). Oleh sebab itulah pendidikan agama Islam juga harus diberikan kepada anak berkebutuhan khusus salah satunya adalah anak Tunagrahita, tentunya dalam proses pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan strategi pembelajaran yang diterapkan pada siswa sekolah formal.Kata kunci: Tunagrahita, Strategi Pembelajaran
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Arifa Ainun Rondiyah. "Nilai Kearifan Lokal pada Cerpen Silariang dalam Antologi Cerpen Gadis Pakarena Karya Khrisna Pabichara." JURNAL KRIDATAMA SAINS DAN TEKNOLOGI 3, no. 01 (June 5, 2021): 59–66. http://dx.doi.org/10.53863/kst.v3i01.143.

Full text
Abstract:
Karya sastra menjadi bentuk karya yang di dalamnya memadukan unsur imajinasi dan kehidupan nyata baik sastra lisan maupun tulisan. Karya sastra mengandung babagi aspek salah satunya yakni aspek budaya yang mempunyai cakupan yang sangat luas. Budaya sendiri ada secara alamiah dan berkembang yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang. Nilai kearifan lokal merupakan bagian dari budaya menjadi kekhasan suatu karya sastra baik puisi , novel atau cerpen. Salah satu cerpen yang mengandung nilai kearifan lokal pada cerpen Salirang dalam buku antologi cerpen Gadis Pakarena karya Khrisna Pabichara. Cerpen yang menceritakan tentang nilai kearifan lokal masyarakat Bugis- Makassar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif memanfaatkan cara-cara penafsiran dalam menyajikan data dengan bentuk deskriptif. Pendekata yang digunakan dalan penelitian ini ialah antropologi sastra. Data dalam penelitian ini berupa kutipan teks dengan sumber data pada cerpen Salariangdalam buku antologi cerpen Gadis Pakarena karya Khrisna Pabichara. Data alamiah yang disajikn berupa fakta dan fenomena yang mencakup nilai-nilai, kearifan lokal. Teknik yang digunakan selama pengumpulan data yaitu mencatat dokumen atau arsip, maka penelitian ini menggunakan analisis dokumen dengan teknik cuplikan Ada tiga nilai kearifan local pada cerpen Salariang dalam buku antologi cerpen Gadis Pakarena karya Khrisna Pabichara. Pertama kasta dalam masyarakat Bugis Makassar terdapat status sosial yang di dalamnya mengatur terkait pernikahan. Kedua silariang adalah pelanggaran aturan adat berupa kawin lari yang disebabakan berbagai hal. Ketiga siri dan pacce bagi Bugis Makassar sesuatu yang sangat penting melebihi nyawa. Siri yang memiliki arti harga diri sedangkan pacce mempunyai makna rasa malu yang tidak akan pernah hilang. Kata kunci: karya sastra, budaya, kearifan lokal
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Setiawan, Benni. "Ilmuwan sosial berkarakter untuk Indonesia berkemajuan." HUMANIKA 18, no. 2 (December 31, 2019): 81–91. http://dx.doi.org/10.21831/hum.v18i2.29236.

Full text
Abstract:
Social science is often considered the second caste in the current system, whereas social science provides a humanist face for humanity and nationality. Therefore social scientists need to convey their thoughts to proclaim the truth. Social scientists should have a distinctive character that makes it no less competitive with science and technology scientists. Social scientists have an important role in building Indonesia. This paper presents the exposure of the character of social humanities scientists to be able to contribute to humanitarian and national development. At least, there is one main character for a humanities social scientist plus three other characters. The main character for a social scientist is intelligent and morally puritanical. The second character for a social scientist is being wasathiyyah. The third character that social scientists need to have is being able to work with anyone. The fourth character is social scientists could build a center of excellence.Ilmu sosial seringkali dianggap kasta kedua dalam sistem saat ini, padahal ilmu sosial memberikan wajah humanis bagi kemanusiaan dan kebangsaan. Oleh karena itu ilmuwan sosial perlu menunjukkan pemikirannya untuk mewartakan kebenaran. Ilmuwan sosial selayaknya memiliki karakter khas yang menjadikannya tidak kalah saing dengan ilmuwan sains dan teknologi. Ilmuwan sosial mempunyai peran penting dalam membangun Indonesia. Tulisan ini mengemukakan paparan karakter ilmuwan sosial humaniora untuk dapat berkontribusi bagi pembangunan kemanusiaan dan kebangsaan. Setidaknya, ada satu karakter utama bagi seorang ilmuwan sosial humaniora ditambah tiga karakter lanjutan. Karakter utama bagi seorang ilmuwan sosial ialah cerdas berilmu dan puritan secara moral. Karakter kedua bagi seorang ilmuwan sosial adalah bersikap wasathiyyah. Karakter ketiga yang perlu dimilki oleh ilmuwan sosial adalah mampu bekerjasama dengan siapa pun. Karakter keempat adalah ilmuwun sosial dapat membangun pusat keunggulan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Lestawi, I. Nengah, I. Made Pasek Subawa, and D. Bunga. "PEMBERIAN NAMA ADAT DALAM HUKUM PERKAWINAN ADAT DI DESA JULAH KECAMATAN TEJAKULA KABUPATEN BULELENG." DiH: Jurnal Ilmu Hukum 15, no. 2 (July 11, 2019): 187–200. http://dx.doi.org/10.30996/dih.v15i2.2508.

Full text
Abstract:
Perkawinan dalam tradisi masyarakat Hindu di Bali merupakan suatu proses yang sakral dengan melibatkan unsur spiritual dan material. Di Desa Julah Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng merupakan salah satu desa tua atau Desa Bali Aga yang memiliki tradisi unik dalam pemberian nama adat pada upacara perkawinan yang berlangsung bagi warga masyarakatnya. Bila sebelumnya identitas nama dalam sistem perkawinan mengacu pada sistem kasta yang menyebabkan adanya istilah jro dan pati wangi, namun di Desa Julah pasangan yang melangsungkan perkawinan diberikan identitas nama adat yang digunakan khusus sebagai nama yang tersurat dalam lingkungan Desa Julah. Dalam penelitian ini ada dua permasalahan yang akan dikaji yakni Faktor apa yang menjadi pendorong pemberian nama adat dalam upacara perkawinan masyarakat Hindu di Desa Julah, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng?Apa makna yang terkandung dari pemberian nama adat dalam upacara perkawinan masyarakat Hindu di Desa Julah, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng? Penelitian tentang identitas nama adat di Desa Julah ini, merupakan penelitian lapangan. Dilihat dari jenis dan ruanglingkup masalah yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Hukum Hindu. Faktor pendorong pemberian nama adat di Desa Julah adalah dipengaruhi oleh tiga hal, yakni faktor nilai-nilai budaya, faktor sistem religi, dan faktor sosial. Secara nilai-nilai budaya, pemberian nama adat ini merupakan sebuah kearifan lokal yang sudah diwarisi secara turun-temurun. Faktor sistem religi dalam kepercayaan masyarakat Julah, adanya sebuah konsepsi yakni pewarisan budaya memiliki supra natural power yang dapat mempengaruhi kehidupannya secara sekala dan niskala. Secara sosial adanya nilai solidaritas dan penyamabraya sebagai sebuah nilai luhur maysarakat Julah dalam menghargai, menghormati, dan menjalankan tradisi leluhur agar tetap dapat dijumpai sepanjang zaman. Makna yang terkandung dalam pemberian nama adat di Desa Julah adalah makna pembertahanan kearifan lokal, makna sosioreligius, makna penguatan identitas adat, makna penyetaraan status sosial, makna pemba-ngunan modal simbolik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Andayani, Ambar. "Transformasi Teks Dari Pancatantra India Ke Tantri Kamandaka Jawa Kuno: Telaah Sastra Bandingan." ATAVISME 14, no. 2 (December 30, 2011): 138–55. http://dx.doi.org/10.24257/atavisme.v14i2.65.138-155.

Full text
Abstract:
Motif cerita Tantri Kamandaka Jawa Kuno memiliki banyak kesamaan dengan Pancatantra India. Akan tetapi, jenis transformasi teks dari Pancatantra ke Tantri menunjukkan perubahan, baik ekserp, modifikasi, maupun ekspansi. Perbandingan warna lokal keduanya menunjukkan perbedaan. Pancatantra dicoraki ajaran Hindu dan Budha, sedangkan Tantri Kamandaka lebih diwarnai Hindu-Shiwa dan Tantrisme. Pancatantra lebih memuliakan Dewi Laksmi (ćakti Wishnu), sedangkan Tantri Kamandaka lebih mensakralkan Batari Uma (ćakti Shiwa). Pancatantra lebih menekankan pesan moral Karmaphala Hindu (perbuatan baik menghasilkan kebaikan, perbuatan buruk menghasilkan keburukan), sedangkan Tantri Kamandaka lebih menekankan Karma Budha (nilai suatu perbuatan bergantung pada niat pelakunya). Pancatantra mengajarkan Dharma Hindu bahwa tiap manusia mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan status kasta, sedangkan Tantri Kamandaka mengajarkan Kaladesa bahwa setiap tindakan harus menyesuaikan kondisi tempat dan waktu (empan papan). Abstract: The motifs of Old Javanese Tantri Kamandaka and Indian Pancatantra stories have so much in common. The texts of Pancatantra and Tantri Kamandaka however show types of transformation: excerpt, modification and expansion. The comparison of local color from both of them indicates differences. Pancatantra contains the lessons of Hindu and Buddha, while Tantri Kamandaka is colored more with Hindu-Siva and Tantrism. Dewi Laksmi is more respected in Pancatantra and Batari Uma (ćakti Shiwa) is more sacred in Tantri Kamandaka. Pancatantra more emphasizes on the moral value of Hindu Karmaphala (good deed results good, bad deed results bad), while Tantri Kamandaka more emphasizes on Buddha Karma (the value od deed depends on the will of the doer). Pancatantra educates Hindu Dharma that every human has right and duty depends on his caste status, and Tantri Kamandaka teaches Kaladesa that every conduct has to adapt with condition of the place and time (empan papan). Key Words: comparative literature, story motif, textual transformation, Tantrism, Kaladesa
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Hilman, Yusuf Adam. "PRAKTIK UPETI DALAM TRADISI HEGEMONI NUSANTARA (Tela’ah kritis terhadap praktik mengakar KKN di Indonesia)." HISTORIA Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah 6, no. 2 (September 4, 2018): 309. http://dx.doi.org/10.24127/hj.v6i2.1268.

Full text
Abstract:
Tradisi pemberian Upeti di era kerajaan, yang hadir melalui konsep penundukan dan juga perwujudan rasa kesetiaan terhadap kerajaan, memiliki relevansi terhadap aktivitas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang sedang terjadi di Indonesia beberapa dekade terakhir. persoalan yang muncul dan terjadi dalam praktik Upeti, merupakan pelaksanaan praktik hegemoni secara fisik ataupun kebudayaan, kondisi ini menyebabkan tidak sadarnya individu atau masyarakat yang sedang di hegemoni oleh Negara atau pemerintah yang memiliki kekuasaan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya praktik hegemoni yang menyebabkan tidak sadarnya masyarakat dalam melaksanakan praktik – praktik Upeti yang akhirnya memperkuat praktik KKN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologis historis, yang mencoba melihat prilaku masyarakat secara teratur berdasarkan pembabakan waktu. Tradisi upeti yang telah di temukan dalam beberapa pembabakan waktu, memberikan pola terhadap beberapa konsep, yakni kekuasaan dalam perspektif jawa, yakni: “manunggaling kaula gusti”, konsep ini menempatkan bentuk penghormatan terhadap raja atau kalangan bangsawan dalam posisi tinggi dan juga sangat di hormati, sehingga berkembang kepercayaan bahwa kalangan priyayi atau bangsawan bisa membawa rakyat jelata menuju surga dan kemakmuran di dunia, praktik upeti dalam kondisi saat itu, masih berada dalam pengaruh kebudayaan hindu – budha yang sangat kuat dalam tradisi sistem kelas sosial, sehingga pemerintah kolonial belanda, yang mencoba menekan masyarakat nusantara dengan cara kekerasan dan budaya, supaya struktur kelas tetap terjaga, sehingga kepentingan pemerintah kolonial, yakni: “Glory, Gold, dan Gospel”, dapat tetap terlaksana. Padahal dalam ajaran agama hindu tidak mengenal sistem kasta varnas melainkan model caturvanas yang lebih menekankan pada peranan, bukan pembagian kelas. Hal ini yang kemudian tereduksi dalam penyelenggaraan pemerintah di nusantara sebagai wujud budaya yang diyakini kebenaranyya, hingga dalam praktik kehidupan masyarakat pemberian upeti, sogokan, uang pelicin, gratifikasi, menjadi salah tafsir dan makna, hal ini yang membuat Indonesia mengalami kondisi darurat KKN.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Ga’a, Apolonius Kristoforus, Fathul Qorib, and M. Abd Ghofur. "MAKNA DAN IDENTITAS BUDAYA BAJAWA NUSA TENGGARA TIMUR DALAM FILM SAHABAT KECIL EPISODE 2." JISIP : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 11, no. 1 (April 1, 2022): 70–81. http://dx.doi.org/10.33366/jisip.v11i1.2464.

Full text
Abstract:
The film “Childhood Friend episode 2” is a film telling the story about the love of a couple who had to run aground because of the differences in social caste between the two families. The reason for choosing the film " Childhood Friend episode 2" is because in the film it displays elements of Bajawa (East Nusa Tenggara) culture. The purpose of this research is to find out the meaning of Bajawa cultural symbols contained in the scenes in the film. This study uses a qualitative research method using the method of semiotic analysis of the meaning triangle of Charles Sanders Pierce. Based on the results of this study, there is the meaning of the Bajawa cultural symbol like a traditional house Ngadhu, Bagha, traditional clothes like Boku, Kasa sese and the Bajawa traditional marriage system. For readers to be able to understand and tolerate each other with friends from different cultures so that there are no misunderstandings and miscommunications so that conflicts do not occur.Film “Sahabat Kecil episode 2” merupakan film yang bercerita tentang cinta sepasang kekasih yang harus kandas karena perbedaan kasta sosial antara kedua keluarga. Alasan memilih film “Sahabat Kecil episode 2” karena dalam film tersebut menampilkan unsur kebudayaan Bajawa (Nusa Tenggara Timur). Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui makna simbol-simbol budaya Bajawa yang terdapat dalam scene-scene dalam film tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis semiotika segitiga makna Charles Sanders Pierce. Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat makna simbol budaya Bajawa seperti rumah adat Ngadhu, Bagha, pakaian adat seperti Boku, kasa sesedan sistem perkawinan adat Bajawa. Bagi para pembaca agar mampu memahami dan saling bertoleransi dengan teman yang berbeda budaya agar tidak terjadi kesalahpahaman dan miskomunikasi sehingga tidak terjadinya konflik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography