To see the other types of publications on this topic, follow the link: Kesenian tradisional.

Journal articles on the topic 'Kesenian tradisional'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Kesenian tradisional.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Ari Hidayat, Made Mariada Rijasa, and Ayu Putu Utari Parthami Lestari. "PUSAT PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL LOMBOK DI PRAYA." Jurnal Anala 12, no. 1 (2024): 1–13. http://dx.doi.org/10.46650/anala.12.1.1474.1-13.

Full text
Abstract:
Secara umum, kebudayaan NTB terdiri dari tiga suku asli utama, yakni suku sasak di Lombok, suku Mbojo di Bima dan Dompu, suku Samawa di Sumbawa. Kebudayaan suku sasak di Lombok mengalami penurunan minat generasi muda untuk menekuni kesenian tradisional. Untuk menyokong pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional maka dibutuhkan gedung Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Tradisional Lombok di Praya, karena jarangnya pertunjukan menyebabkan tradisi Lombok ini berangsur-angsur dilupakan sehingga kepandaian-kepandaian teknik tradisionil yang merupakan salah satu ciri kepribadian setempat, juga terdampak. Agar bisa merangkum kebudayaan Lombok, dan dapat mempermudah akses wisatawan untuk melihat sekaligus mengenal kebudayaan Lombok. Fasilitas ini juga bertujuan untuk memberi informasi sekaligus pengembangan, pelestarian dan juga memperkenalkan kebudayaan Lombok sesuai dengan aspek kebudayaan Lombok meliputi keseniaan serta bangunan adat Lombok merupakan bagian dari wujud kebudayaan. Melalui metode desktiptif pada studi kasus di taman budaya NTB.
 Kata kunci: Pusat Kesenian, Kesenian tradisional Lombok, Neo Vernakular
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Ayuningrum, Ayuningrum, Ahmad Firdaus, and Ila Rosmilawati. "Nilai – Nilai Tradisi Kesenian Terbang Gembrung Kampung Naga dan Marawis sebagai Alternatif Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran Seni Musik di Sekolah Dasar." Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru 9, no. 2 (2024): 1112–18. http://dx.doi.org/10.51169/ideguru.v9i2.1023.

Full text
Abstract:
Kesenian rakyat atau tradisional seperti Terbang Gembrung dan Marawis mengandung nilai-nilai luhur warisan leluhur yang relevan untuk pendidikan karakter generasi muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-nilai tradisi pada kedua kesenian serta merumuskan model implementasinya ke dalam pembelajaran seni musik di sekolah dasar dengan mengaitkan kesenian Terbang Gembrung dengan kesenian Marawis. Kesenaian Marawis juga dikenal sebagai kesenian tradisional khas daerah pesisir utara Jawa dan Banten. Kesenian Marawis memiliki ciri khas tersendiri baik dari segi instrumen musik maupun lagu-lagu daerah yang dibawakan. Penelitian menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus terhadap kesenian Terbang Gembrung Kampung Naga dan Marawis. Hasil studi menunjukkan nilai-nilai utama yang dikandung adalah religiusitas, pelestarian tradisi, pendidikan moral, gotong royong, dan cinta alam. Nilai-nilai tersebut selanjutnya dirumuskan implementasinya sebagai materi alternatif dalam pembelajaran seni budaya khususnya seni musik yang bersifat kontekstual dan menyenangkan bagi siswa sekolah dasar. Rekomendasi diberikan agar pemerintah dan sekolah berupaya melestarikan kesenian rakyat beserta nilai-nilainya melalui integrasi ke dalam kurikulum dan pembelajaran seni budaya di sekolah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Utami, Ayuni Sri, and Akbar Al Masjid. "Kesenian Tari Bedhaya Ketawang Sebagai Kesenian Tradisional Indonesia." Jurnal Dinamika Sosial Budaya 23, no. 2 (2022): 190–201. https://doi.org/10.26623/jdsb.v23i2.3475.

Full text
Abstract:
Kesenian tradisional dilihat sebagai identitas kultural masyarakat yang berfungsi secara sosial dan ritual. Kesenian tradisional ini juga dipercaya masyarakat tidak sekedar sebagai hiburan yang menciptakan kegembiraan, namun ia juga menjadi media yang mampu memfasilitasi doa dan harapan mereka. Melalui kesenian tradisional tersirat pesan dari masyarakatnya berupa pengetahuan, gagasan, kepercayaan, nilai dan norma yang sejak dulu sudah melekat di masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia khususnya kesenian tradisional yaitu tarian bedhaya ketawang yang merupakan tarian yang dianggap sakral sebagai lambang kebesaran raja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode wawancara dari salah satu narasumber dibidangnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tari Bedhaya Ketawang adalah tarian sakral yang ada di lingkup Keraton Surakarta, tari Bedhaya Ketawang dianggap sebagai bedhaya yang tertua dan dijadikan kiblat dari tari bedhaya lain yang lebih muda, nilai filosofis yang terkandung dalam kesenian tari Bedhaya Ketawang yaitu nilai filosofi dari penari dan pola tarinya, dan tari Bedhaya Ketawang ini mengandung nilai pada pendidikan keagamaan yaitu religius.Kata kunci: Bedhaya Ketawang, kesenian tradisional, sakral
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Sapari, Yusuf. "Etnografi Etnografi Komunikasi Komunitas Walagri Dalam Pelestarian Kesenian Tradisional Karinding." SOSFILKOM : Jurnal Sosial, Filsafat dan Komunikasi 16, no. 2 (2023): 88–109. http://dx.doi.org/10.32534/jsfk.v16i2.3272.

Full text
Abstract:
Studi Pada Komunitas Walagri Desa Lame Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka
 Penelitian ini mengenai kesenian tradisional pada komunitas Walagri yang merupakan salah satu kesenian tradisional yang ada di Desa Lame Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka.Penelitian ini mengindentifikasi komunitas Walagri dalam melestarikan kesenian tradisional Karinding.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif yang terdapat pada komunitas Walagri dalam melestarikan kesenian tradisional Karinding. Metode Penelitian yang digunakan yakni kualitatif dengan pendekatan Etnografi Komunikasi. Teori yang digunakan yaitu etnografi komunikasi. Hasil penelitiandan pembahasan bahwa proses komunikatif pada komunitas Walagri dalam melestarikan kesenian tradisional karinding terdapat aspek etnografi komunikasi dalam komunitas Walagri menggunakan Karinding sebagai media untuk melestarikan kesenian tradisional, Pementasan komunitas Walagri dalam melestarikan kesenian tradisional Karinding dan Upaya komunitas Walagri dalam melestarikan kesenian tradisional Karindig. Saat ini kesenian tradisional Karinding pada komunitas Walagri dalam pelestatiannya dikemas dalam bentuk seni pertunjukan yang lebih mengedepankan aspek perkenalan, edukasi dan hiburan. Beberapa properti dalam yang digunakan adalah alat-alat musik tradisional Sunda terutama Karinding yang selalu digunakan dan ditonjolkan dalam setiap penampilan komunitas Walagri. Selain itu dalam upaya komunitas Walagri adanya tambahan aspek media sosial seperti Instagram, Youtube dan Tiktok membantu mereka dalam melestarikan dan menunjukan eksistensi mereka ke ranah yang lebih luas. Unsur Sunda dalam komunitas ini sangat dipertahankan seperti bahasa yang digunakan dalam setiap lagu serta makna dan sejarah dalam lagu, pementasan pada komunitas Walagri dan alat musik Karinding yang menjadi alat musik tradisional Sunda. Komunitas Walagri merupakan satu-satunya komunitas kesenian tradisional yang ada di Desa Lame oleh sebab itu komunitas Walagri muncul agar komunitas Walagri menjadi akar bangkitnya lagi kesenian-kesenian tradisional yang telah hilang di Desa Lame.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Nurhasanah, Lanny, Bintang Panduraja Siburian, and Jihan Alfira Fitriana. "PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP MINAT GENERASI MUDA DALAM MELESTARIKAN KESENIAN TRADISIONAL INDONESIA." Jurnal Global Citizen : Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan 10, no. 2 (2021): 31–39. http://dx.doi.org/10.33061/jgz.v10i2.5616.

Full text
Abstract:
Globalisasi merupakan suatu peristiwa yang menimbulkan banyak perubahan dalam segala aspek kehidupan masyarakat terutama generasi muda. Kemudahan dalam mendapatkan informasi mengubah pola pikir generasi muda menjadi lebih modern. Hal ini, dapat mempengaruhi minat generasi muda dalam melestarikan kesenian tradisional Indonesia. Oleh karena itu, penulisan paper ini bertujuan untuk memaparkan tentang pengaruh modernisasi terhadap minat generasi muda dalam melestarikan kesenian tradisional indonesia di era globalisasi. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yaitu dengan studi pustaka dengan mengumpulkan berbagai referensi baik sumber primer dan sekunder yang relevan dengan generasi muda dan kesenian tradisional di era globalisasi. Hasil dari kajian penelitian menunjukkan bahwa arus globalisasi sangat mempengaruhi kehidupan dan pola pikir generasi muda menjadi lebih modern, pemikiran ini membuat sebagian dari mereka berpikir bahwa sesuatu yang tradisional seperti kesenian tradisional itu sesuatu yang kuno sehingga ketertarikan dan minat mereka terhadap kesenian tradisional mulai berkurang dan mulai melupakan kesenian tradisional. Faktor lainnya adalah banyaknya generasi muda yang menganggap kesenian dari negara asing itu lebih baik dan lebih menarik daripada kesenian tradisional Indonesia, dan juga kurangnya kesadaran mereka akan pentingnya mempertahankan kesenian tradisional yang merupakan identitas nasional Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Fitrianti.A.R., Tarisa, Rahman Mulyawan, and Selvi Centia. "STRATEGI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA BANDUNG DALAM MENINGKATKAN PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL PADA TAHUN 2023." JDP (JURNAL DINAMIKA PEMERINTAHAN) 7, no. 2 (2024): 215–36. http://dx.doi.org/10.36341/jdp.v7i2.4948.

Full text
Abstract:
Penelitian mengenai Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung dalam meningkatkan Pelestarian Kesenian Tradisional dilatarbelakngi oleh permasalahan memudarnya ketertarikan masyarakat terhadap kesenian tradisional, Menurunnya hal tersebut menjadi salah satu urusan dari pemerintah yang mempunyai peran untuk mengembangkan, melindungi, memanfaakan dan membina kesenian tradisional. Tujuan penelitian ini yaitu dapat meningkatkan pelestarian kesenian tradisional di Kota Bandung. Maka dari itu, diperlukan upaya dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung untuk melestarikan kesenian tradisional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif pendekatan deskriptif. Data diperoleh melalui studi pustaka dan studi lapangan yang berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Peneliti menganalisa penelitian ini melalui analisa secara teoritik dan legalistik. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa ada yang sudah maksimal dan juga belum maksimal dalam usaha meningkatkan pelestarian kesenian tradisional. Ditinjau pada tahapan strategi pemerintah (Mulgan, 2009) yaitu aspek tujuan dalam melaksanakan pelestarian kesenian tradisional daerah belum optimal karena adanya keterbatasan SDM, dari aspek lingkungan kontribusi pemerintah dan pelaku seni sudah baik, namun terdapat kekurangan dari kontribusi masyarakat sehingga belum optimal, dari aspek pengarahan pemerintah sudah optimal dalam mengarahkan peningkatan pelestarian kesenian tradisional kepada pelaku seni dan masyarakat, dari aspek tindakan masih dirasakan oleh pemerintah, pelaku seni, dan masyarakat belum optimal karena penyelenggaraan kesenian dan pembinaan yang harus ditingkatkan, dari aspek belajar pengevaluasian dari tahun sebelumnya masih belum optimal dilaksanakan. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung belum optimal dalam upaya meningkatkan pelestarian kesenian tradisional. Kata Kunci : Strategi Pemerintah, Kesenian Tradisional
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Pahlevi, Farida Sekti. "Peran Kesenian Tradisional Dongkrek Sebagai Media Pendidikan Nilai Moral." Ibriez : Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains 3, no. 2 (2018): 221–34. http://dx.doi.org/10.21154/ibriez.v3i2.86.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang peran kesenian tradisional dongkrek sebagai media pendidikan nilai moral. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Alat pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Proses analisis data dengan mereduksi, menyajikan, dan menyimpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) kesenian tradisional Dongkrek tetap menjaga keaslian Kesenian tradisional Dongkrek; (b) Tata cara pagelaran kesenian tradisional Dongkrek di bagi menjadi tiga tahap yaitu tahap pra acara, tahap acara inti dan tahap penutupan; (c) Nilai moral yang terkandung dalam kesenian tradisional Dongkrek diantaranya adalah nilai kebersamaan/gotong royong, nilai keindahan, nilai kebenaran,nilai kebaikan, nilai tanggung jawab,nilai ketaatan, nilai keburukan atau kejahatan, nilai kejujuran, nilai kepercayaan; (d) Kesenian tradisional Dongkrek yang ada di Sanggar Krido Sakti tidak hanya sebagai ritual dan hiburan saja, tetapi dapat dijadikan sebagai media pendidikan pada waktu mengadakan latihan ataupun pagelaran; (e) Masyarakat Desa Mejayan sangat mendukung dikarenakan fungsi kesenian tradisional Dongkrek dinilai sangat potensial sebagai tontonan dan tuntunan bagi masyarakat.
 Kata kunci: kesenian tradisional dongkrek, media pendidikan, nilai, moral
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Kabnani, Jefri, Agustinus Oli Bunga, Devi Novita Sheldena, and Maria Laure. "Kajian Seni Pertunjukan Musik Tradisional Melalui Komunitas Musik Terhadap Pengembangan Nilai Budaya Dan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Sabu Raijua." Apostolos: Journal of Theology and Christian Education 4, no. 2 (2024): 138–51. https://doi.org/10.52960/a.v4i2.304.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan nilai-nilai budaya kesenian tradisional berbasis komunitas music oleh Dinas Pariwisata kabupaten Sabu Raijua. Bagaimana Dinas Pariwisata berperan aktif dalam mengembangkan kesenian music tradisional masyarakat Sabu dengan mengadakan pagelaran music tradisional, membuat lomba karya cipta music tradisional, bahkan sampai pada lomba karya cipta alat music tradisional sehingga muncullah pengrajin-pengrajin alat music tradisional yang mana dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Sabu pada umumnya. Data penelitian akan diperoleh dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dilihat dari model dan bentuk pertunjukan kesenian tradisional di masyarakat Sabu, maka melalui observasi awal peneliti menemukan bahwa yang paling menonjol dalam pertunjukan seni pada masyarakat Sabu adalah kesenian tarian tradisional, belum pada pertunjukan atau pagelaran seni music tradisi. Sedangkan masyarakat Sabu memiliki salah satu alat music tradisional “Ketadu Mara” yang sudah dikenal oleh masyarakat luas di Nusantara. Fenomena inilah yang menjadi ide berpikir peneliti, menjadi tertarik dan ingin menggali bagaimana Dinas Pariwisata berperan aktif dalam mengembangkan kesenian music tradisional masyarakat Sabu dengan mengadakan pagelaran music tradisional, membuat lomba karya cipta music tradisional, bahkan sampai pada lomba karya cipta alat music tradisional. Sebab dapat diketahui bahwa dalam pengembangan nilai-nilai budaya kesenian tradisional tidak hanya tarian tradisional saja, tetapi juga dalam bentuk pertunjukan seni melalui komunitas atau sanggar music tradisional. Hasil penelitian ini diharapkan akan mengangkat kesenian daerah tidak hanya berfokus pada destinasi wisata, pertunjukan tarian tradisional, tetapi juga berfokus pada pengembangan nilai-nilai budaya melalui pertunjukan music-musik tradisional.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Supriatna, Rica Nanda, and Nanang Supriatna. "PELESTARIAN KESENIAN GEMBYUNG DI PADEPOKAN DANGIANG DONGDO KABUPATEN SUBANG." SWARA - Jurnal Antologi Pendidikan Musik 3, no. 3 (2023): 95–102. http://dx.doi.org/10.17509/swara.v3i3.31407.

Full text
Abstract:
Penelitian yang berjudul “Pelestarian Kesenian Gembyung di Padepokan Dangiang Dongdo Kabupaten Subang” merupakan penelitian mengenai bagaimana sistem pewarisan yang terdapat pada kesenian tersebut khususnya di Padepokan Dangiang Dongdo Kabupaten Subang. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif serta menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dekumentasi. Hasil temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa adanya kekhawatiran dari pendiri kesenian gembyung dangiang dongdo terhadap apresiasi masyarakat terhadap keseniann tradisional khususnya gembyung yang mulai mengalami penurunan sehingga terbentuknya tekad yang kuat untuk terus mempertahankan kesenian gembyung tersebut. Tidak hanya itu melakukan pengembangan namun tetap menjaga keaslian terhadap kesenian tersebut juga merupakan upaya agar kesenian gembyung ini dapat dikenal dan dapat terus dilestarikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Tjaturrini, Dyah, and Nunung Supriadi. "KOMODIFIKASI KESENIAN TRADISIONAL CALENGSAI DAN PERKEMBANGAN BUDAYA CINA." Jurnal Cakrawala Mandarin 5, no. 2 (2022): 170. http://dx.doi.org/10.36279/apsmi.v5i2.139.

Full text
Abstract:
Komodifikasi adalah proses terjadinya perubahan barang atau layanan yang sebelumnya mengikuti aturan sosial non-pasar menjadi suatu subjek yang mengikuti aturan pasar. Kesenian tradisional yang semula sebagai subjek pengetahuan, kebijakan, dan kearifan lokal masyarakat pendukungnya, kemudian berubah menjadi objek berupa benda yang harus diperjualbelikan melalui proses produksi budaya. Dari sinilah lahir komodifikasi budaya berupa transaksi jual beli benda budaya berupa kesenian tradisional. Perkembangan suatu budaya dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi serta keinginan dari masyarakat itu sendiri untuk berkembang. Budaya merupakan cerminan sebuah masyarakat, salah satunya adalah kesenian tradisional. Sebagai salah satu sarana merepresentasikan identitas masyarakat pendukungnya, harus dilakukan satu upaya agar kesenian tradisional tersebut dapat terus hidup di dalam situasi masyarakat yang sudah mengalami perubahan baik sosial maupun budaya. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat bukan hanya dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga keinginan dari masyarakat itu sendiri untuk menyesuaikan dengan kemajuan zaman yang terjadi. Salah satu kesenian tradisional yang harus dipertahankan adalah barongsai. Agar mampu bertahan dalam masyarakat yang telah mengalami perubahan, barongsai berkolaborasi dengan kesenian tradisional Banyumas yaitu calung dan lengger. Kolaborasi ini menghasilkan satu kesenian baru yaitu calengsai yang mengalami komodifikasi untuk menjadikan kesenian tradisional bernilai jual. Selain bernilai jual, komodifikasi dalam calengsai juga merupakan upaya mempertahankan kesenian tradisional. Metode yang diterapkan di dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan teori Komodifikasi dari Vincent Mosco.Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi non partisipan dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini adalah seberapa jauh komodifikasi yang terjadi dalam calengsai mempengaruhi perkembangan budaya Tionghoa yang akan ditulis dalam sebuah artikel jurnal. Kata kunci : komodifikasi, calengsai, kolaborasi, representasi, perubahan sosial budaya
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Putri, Rani Sagita, Erda Fitriani, and Lia Amelia. "Tontoang Kayu: Revival Kesenian Tradisional Minangkabau." Culture & Society: Journal Of Anthropological Research 4, no. 2 (2022): 71–81. http://dx.doi.org/10.24036/csjar.v4i2.110.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan revival tontoang kayu serta proses yang dilakukan masyarakat dalam revival kesenian tontoang kayu. Tontoang kayu ini adalah jenis alat musik pukul, dimainkan sambil berdiri. Tontoang kayu ini digantung dengan kayu yang kuat dan dipukul dengan pemukul seperti talempong biasanya. Keberadaan tontoang kayu ini sudah lama hilang, kemudian masyarakat menghidupkan atau membangkitkan kembali kesenian tontoang kayu tersebut. Penelitian ini dianalisis dengan teori etnosains oleh James P. Spradley. Teknik pemilihan informan yaitu purposive sampling dengan jumlah informan 12 orang. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara mendalam dan observasi partisipasi aktif. Teknik triangulasi yang digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber dan analisis data yang digunakan merupakan model analisis data menurut J.P Spradley. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan ditemukan bahwa: faktor revival tontoang kayu adalah upaya memajukan pariwisata di Jorong Guguak menjadi daya tarik pariwisata serta kepedulian masyarakat terhadap kesenian tradisional yang ada di Jorong Guguak dalam rangka pelestarian budaya. Proses dalam revival kesenian tontoang kayu yaitu: menggali alat musik kesenian tradisional tontoang kayu, melatih generasi muda untuk memainkan alat musik kesenian tontoang kayu serta menari piring yang diiringi oleh alat musik, menampilkan kesenian tradisional tontoang kayu di pesta pernikahan, baik masyarakat Jorong Guguak maupun masyarakat luar Jorong Guguak, pertunjukan di depan wisatawan yang sedang menikmati keindahan alam serta mempromosikan kesenian tradisional tontoang kayu di media sosial.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Natasya, Irma, and Nisa' Khoirun. "Kesenian Musik Tradisional Gamelan Jawa." Javano Islamicus 2, no. 2 (2024): 277–89. http://dx.doi.org/10.15642/javano.2024.3.2.277-289.

Full text
Abstract:
Gamelan is a musical ensemble that often features instruments such as metallophones, xylophones, drums, and gongs. This gamelan music ensemble consists of several musical instruments which, when played together, create an instrument. Musicians can enjoy gamelan music just by listening to the sound, or use gamelan as an accompaniment in other artistic performances. The peculiarity of gamelan is that its sound is not visual, so it is easy to combine with various other types of art. Gamelan is said to have been created by Sang Hyang Guru, a god who ruled all of Java, and who had a palace on Mount Mahendra in the Madangkamalan region or what is now known as Mount Lawu. Initially, gamelan was created in the form of a gong which was used to summon the gods.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Rosyadi, Rosyadi. "ANGKLUNG: DARI ANGKLUNG TRADISIONAL KE ANGKLUNG MODERN." Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 4, no. 1 (2012): 25. http://dx.doi.org/10.30959/ptj.v4i1.122.

Full text
Abstract:
AbstrakAngklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari tanah Sunda, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan. Sebelum menjadi sebuah kesenian yang adiluhung seperti sekarang ini, kesenian Angklung telah mengalami perjalanan sejarah yang amat panjang. Berbagai perubahan telah dilaluinya mulai dari perubahan bentuk, fungsi, sampai pada perubahan nada. Demikian pula berbagai situasi telah dilaluinya, bahkan kesenian ini sempat mengalami keterpurukan pada awal abad ke-20. Angklung sebagai salah satu jenis kesenian yang berangkat dari kesenian tradisional, mengalami nasib yang tidak terlalu tragis dibandingkan dengan beberapa jenis kesenian tradisional lainnya. Kesenian ini hingga kini masih tetap bertahan, bahkan berkembang, dan sudah “mendunia” kendatipun dengan jenis irama dan nada yang berbeda dari nada semula. Kalau semula nada dasar kesenian Angklung adalah tangga nada pentatonis, kini telah berubah menjadi tangga nada diatonis yang memiliki solmisasi. Boleh dibilang, kesenian Angklung merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, sehingga ia mampu bertahan di tengah terjangan arus modernisasi. Bahkan kesenian Angklung ini telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai The Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. Angklung sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia yang dideklarasikan pada 16 Januari 2011. Abstract Angklung is a Sundanese musical instrument made of bamboo. We have to shake it to get the tune. Angklung has been through long period of times in history before it become a masterpiece of one of Sundanese artistry. It has been through many changes, beginning from its form, functions and tune itself. Angklung experienced its downturn at the beginning of 20th century. But it survived. Angklung can suit itself to this changing modern world by adjusting its musical scale from pentatonic to diatonic. UNESCO has granted angklung the Representative List of Intangible Heritage of Humanity on January 16, 2011.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Selensky, Regina, Gilar Permana, Sirniawati, et al. "PEMANFAATAN VIDEO PODCAST SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN RASA CINTA KESENIAN TRADISIONAL PADA GENERASI MILENIAL." BAKTIMU : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2, no. 2 (2022): 137–46. http://dx.doi.org/10.37874/bm.v2i2.385.

Full text
Abstract:
Kesenian tradisional adalah suatu bagian unsur kebudayaan, yang dibentuk dari berbagi hasil kreativitas dan inovasi dari masyarakat dan lingkungannya. Kesenian tersebut diwujudkan ke dalam berbagai bentuk ungkapan. Pada era milenial identik dengan budaya modern yang mengedepankan kebudayaan barat ditambah di Desa Klangenan ini masyarakatnya umumnya pendatang dan sering disebut sebagai desa urban yang dimana masih jarang dari masyarakat yang belum mengetahui tentang kesenian teradisional asli dari Cirebon ini. Tujuan diadakannya kegiatan pengabdian ini adalah untuk memperkenalkan kembali Kesenian Tradisional kepada generasi muda yang akan meneruskan Kesenian Tradisional ini. Diadakannya Pengabdian ini pada tanggal 28 Agustus 2021 yang bertempat di Blok Pengkolan RT. 003 RW. 003 Desa Klangenan Kecamatan Klangenan. Metode dari Program Kerja ini menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan hasil dengan pemaparan menggunakan video. Hasil kegiatan ini sekaligus menjadi kesimpulan penelitian ini bahwa keterlibatan masyarakat setempat dalam seni tidak lepas dari faktor lingkungan. Kata Kunci: Kesenian, Tradisional, Milenial, Lingkungan, Kebudayaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Florentianus, Dopo. "PESAN MORAL DALAM FOLK SONG "SEU AZI" PADA BUDAYA MASYARAKAT NGADA, FLORES, NTT." Imedtech: instructional Media, Design and Technology 3, no. 1 (2019): 162–68. https://doi.org/10.5281/zenodo.2573409.

Full text
Abstract:
Penelitian ini diawali oleh sebuah keprihatinan terhadap kelestarian kesenian daerah (tradisional) yang semakin banyak dilupakan.Kesenian-kesenian daerah sesungguhnya merupakan media yang selalu dipakai oleh para pendahulu sebagai media pendidikan untuk menyampaikan pesan-pesna moral penting bagi kehidupan sosial dan budaya. Sudah sejak lama, kesenian menempati peran sentral dalam proses pewarisan nilai. Akan tetapi, peran sentral kesenian tradisi rupanya sudah tidak memiliki daya pikat lagi ketika penetrasi kesenian-kesenian dari luar sudah menjadi begitu masif dan lebih digemari oleh generasi muda.Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini mengangkat kembali sebuah kesenian tradisional masyarakat Ngada yaitu <em>Seu Azi, </em>yang adalah sebuah tradisi menyanyi vokal dengan syair yang sarat makna untuk pendidikan.Dari hasil penelitian diperoleh beberapa pesan pendidikan dari syair <em>Seu Azi, </em>yang diharapkan dapat menjadi media pengajaran pendidikan nilai
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Florentianus, Dopo. "PESAN MORAL DALAM FOLK SONG "SEU AZI" PADA BUDAYA MASYARAKAT NGADA, FLORES, NTT." Imedtech: instructional Media, Design and Technology 3, no. 1 (2019): 162–68. https://doi.org/10.5281/zenodo.2595644.

Full text
Abstract:
Penelitian ini diawali oleh sebuah keprihatinan terhadap kelestarian kesenian daerah (tradisional) yang semakin banyak dilupakan.Kesenian-kesenian daerah sesungguhnya merupakan media yang selalu dipakai oleh para pendahulu sebagai media pendidikan untuk menyampaikan pesan-pesna moral penting bagi kehidupan sosial dan budaya. Sudah sejak lama, kesenian menempati peran sentral dalam proses pewarisan nilai. Akan tetapi, peran sentral kesenian tradisi rupanya sudah tidak memiliki daya pikat lagi ketika penetrasi kesenian-kesenian dari luar sudah menjadi begitu masif dan lebih digemari oleh generasi muda.Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini mengangkat kembali sebuah kesenian tradisional masyarakat Ngada yaitu <em>Seu Azi, </em>yang adalah sebuah tradisi menyanyi vokal dengan syair yang sarat makna untuk pendidikan.Dari hasil penelitian diperoleh beberapa pesan pendidikan dari syair <em>Seu Azi, </em>yang diharapkan dapat menjadi media pengajaran pendidikan nilai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Isbah, Mohammad Faliqul, and Joko Wiyoso. "KOMPOSISI DAN ARANSEMEN MUSIK BABALU SEBAGAI SEBUAH KAJIAN MUSIKALITAS TRADISIONAL." JURNAL SENI MUSIK 8, no. 1 (2019): 49–56. http://dx.doi.org/10.15294/jsm.v8i1.28698.

Full text
Abstract:
Kesenian babalu merupakan singkatan dari kata aba-aba dahulu. Kesenian babalu jaman dahulu digunakan untuk melawan penjajah dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati oleh masyarakat setempat. Kesenian ini belum terse-dianya kajian yang jelas mengenai komposisi musik. Keunikan Komposisi Musik dan aransemen dalam Kesenian babalu merupakan alasan penulis mengambil tema Komposisi Musik dan aransemen dalam Kesenian babalu sebagai objek dalam penelitian ini. Kurangnya perhatian terhadap ketetapan Komposisi Musik dalam Kesenian babalu juga termasuk salah satu alasan lain penulis mengambil tema Kom-posisi Musik Iringan dalam Kesenian babalu. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah konsep/ pandangan, ciri/ karakteristik, dan komposisi musik iringan dalam Kesenian babalu di Kabupaten Kendal. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kesenian babalu pada awalnya hanya menggunakan instrumen vokal saja, namun seiring perkembangan jaman kesenian ini mengalami penyesuaian yaitu aransemen, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengembangan teori mengenai Komposisi Musik Iringan yang dimiliki Kesenian babalu, sedangkan secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi seluruh warga masyarakat Kabupaten Batang mengenai pelestarian Kesenian babalu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Astuti, Aprilia Dewi, and Atiqa Sabardila. "Pelestarian Kesenian Reog di Desa Desen Brangkal Karanganom Klaten Sebagai Seni Pertunjukkan." Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran 8, no. 1 (2024): 66–78. http://dx.doi.org/10.29407/jbsp.v8i1.21723.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendekskripsikan 1) Mendeksripsikan Peran dan Keterlibatan Mayarakat Pada Seni Pertunjukkan Reog di Desa Desen, Brangkal, Karanganom, Kab. Klaten, 2) Mendeksripsikan Proses Pelestarian Kesenian Reog Sebagai Kegiatan Pelestarian Kesenian di Desa Desen, Karanganom, Kabupaten Klaten, serta 3) Mendeksripsikan Alasan Masyarakat Memiih Kesenian Reog Sebagai Salah Satu Pelestarian Kesenian Sebagai Seni Pertunjukkan di Desa Desen, Karanganom, Kabupat-en Klaten. Pada penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deksriptif. Pada pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Wawancara ini dilakukan kepada Ketua kegiatan,Pelatih kegiatan, Masyarakat, serta Anggota yang terlibat dalam kegiatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat Desa Desen Brangkal Karanganom Klaten, pelestarian kesenian reog tercemin melalui Tindakan pewarisan, perlindungan, serta pemeliharaan kesenian reog agar tetap terjaga melalui, 1) Masyarakat Desa Desen khususnya para orang tua memperkenalkan serta menumbuhkan rasa kecintaan terhadap kesenian tradisional khususnya kesenian reog mulai dari anak usia dini hingga anak remaja, 2) Dalam proses pelestariannya menggunakan media video dan menggunakan langsung perlengkapan kesenian reog dalam latihannya, 3) Alasan mengapa Masyarakat Desa Desen memilih kesenian reog sebagai salah satu pelestarian kesenian tradisional yaitu karena Masyarakat Desa Desen ingin menghargai warisan dari nenek moyang, dan juga mempertahankan nilai-nilai yang ada pada kesenian reog tersebut, dan salah satu bentuk rasa kecintaan terhadap budaya kesenian tradisional.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Azwar, Azwar, Alfia A. Hapulu, and Muh Faisal. "PERANCANGAN APLIKASI ENSIKLOPEDIA GORONTALO BERBASIS ANDROID." Simtek : jurnal sistem informasi dan teknik komputer 6, no. 1 (2021): 54–60. http://dx.doi.org/10.51876/simtek.v6i1.95.

Full text
Abstract:
Keragaman budaya dan adat istiadat yang dimiliki oleh Gorontalo memiliki ciri khas tersendiri. Suku Gorontalo yang mayoritas penduduknya beragama islam sangatlah mempengaruhi kehidupan budaya mereka. Dijaman serba modern sekarang ini, perkembangan kesenian tradisional mulai menurun. Munculnya tanda-tanda kepunahan budaya lokal tidak lain karena mulai menurunnya ketertarikan generasi muda terhadap tradisi dan budaya lokal. Saat ini sudah semakin banyak budaya barat yang masuk dan diadopsi oleh masyarakat Gorontalo yang pada waktu bersamaan akan berbenturan dengan budaya lokal. Menyikapi hal ini maka perlu dilakukan revitalisasi dan pelestarian kembali warisan budaya dan kesenian tradisional Gorontalo. Memperbanyak media informasi budaya lokal dan kesenian tradisional yang mudah diakses adalah salah satu upaya untuk promosi dan pelestarian budaya lokal dan kesenian tradisional Gorontalo. Alternative lain yang bisa dilakukan untuk tetap mempertahankan budaya lokal dan kesenian tradisional yaitu dengan digitalisasi warisan budaya lokal. Salah satu teknologi yang bisa digunakan untuk tetap bisa melestarikan kebudayaan tersebut yaitu dengan teknologi smartphone. Teknologi smartphone sudah merambah semua kalangan, tidak terkecuali pada anak-anak. Android adalah salah satu sistem operasi yang saat ini banyak digunakan pada perangkat mobile. Dari hasil pembuatan aplikasi ini diharapkan dapat digunakan oleh semua kalangan baik anak-anak maupun pemuda gorontalo untuk lebih mengetahui tentang budaya, adat istiadat, kesenian cagar budaya dan makanan khas gorontalo
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Triyono, Triyono. "Seni Kuda Lumping “Turangga Tunggak Semi” di Kampung Seni Jurang Belimbing Tembalang: Sebuah Alternatif Upaya Pemajuan Kebudayaan di Kota Semarang." Anuva: Jurnal Kajian Budaya, Perpustakaan, dan Informasi 4, no. 2 (2020): 247–54. http://dx.doi.org/10.14710/anuva.4.2.247-254.

Full text
Abstract:
Undang Undang Pemajuan Kebudayaan (UU No. 5 Tahun 2017) mengamanatkan untuk melakukan perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan berbagai jenis kebudayaan. Salah satu jenis dari kebudayaan adalah kesenian. Berbagai macam jenis kesenian yang ada di tengah masyarakat perlu mendapatkan perlindungan, pengembangan dan pembinaan. Kesenian tradisional Kuda Lumping “Turangga Tunggak Semi” yang berada di Kampung Seni Jurang Belimbing Kelurahan Tembalang merupakan kelompok kesenian tradisional yang masih didukung kederadaannya oleh masyarakat sekitarnya. Kelompok kesenian ini beranggotakan anak-anak muda yang berada di kampung seni Jurang Belimbing yang didukung oleh para sesepuh dan perangkat desa di kampung tersebut. Di era Global dimana anak-anak muda cenderung menggandrungi budaya dari luar, namun di kampung seni jurang belimbing generasi muda masih sangat memperhatikan bahkan melestarikan kesenian tradisional yang sudah mulai ditinggalkan masyarakat pada umumnya. Pemerintah Kota Semarang berupaya untuk melestarikan dan melakukan pembinaan terhadap Kesenian Kuda Lumping “Turangga Tunggak Semi” dengan menetapkan Kampung Jurang Belimbing sebagai Kampung Tematik Seni dan Budaya. Upaya ini dimaksudkan selain untuk melestarikan beberapa kesenian yang berada di Kampung tersebut, juga diharapkan akan membawa dampak pada peningkatan perekonomian masyarakat setempat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Wulansari, Agnes, and Hartono Hartono. "Regenerasi Kesenian Kuda Lumping Di Paguyuban Langen Budi Setyo Utomo." Jurnal Seni Tari 10, no. 2 (2021): 185–96. http://dx.doi.org/10.15294/jst.v10i2.46932.

Full text
Abstract:
Kuda Lumping merupakan kesenian yang perlu kita jaga kelestariannya agar tetap lestariseiring perkembangan zaman. Salah satu cara untuk melestarikan kesenian Kuda Lumping adalahdengan cara regenerasi. Tujuan penelitian untuk menganalisis regenerasi kesenian Kuda Lumpingdi Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo, pokok masalah yaitu sistem regenerasi dan prosesregenerasi kesenian Kuda Lumping di Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo melalui sistem verticaltransmission dan horizontal transmission. Proses regenerasi terjadi secara tradisional dan modern.Metode Penelitian menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatanetnografi. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknikkeabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Teknik analisis data dilakukan bersamaan denganreduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa prosesregenerasi terjadi secara genetik berlangsung melalui hubungan darah pada anggota. Prosesregenerasi kesenian Kuda Lumping Langen Budi Sedyo Utomo terjadi secara tradisional danmodern. Proses tradisional terjadi melalui keluarga dan lingkungan masyarakat. Proses regenerasisecara modern melalui pemanfaatan media sosial, pelatihan, dan pertunjukan kesenian KudaLumping Langen Budi Sedyo Utomo.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Aliya Nabilatunnisa, Salsa, and Alfa Salsabilah. "KESENIAN SEBAGAI CERMIN IDENTITAS BUDAYA." TANDA: Jurnal Kajian Budaya, Bahasa dan Sastra (e-ISSN: 2797-0477) 2, no. 04 (2022): 21–26. https://doi.org/10.69957/tanda.v2i04.1793.

Full text
Abstract:
Kesenian memegang peranan penting dalam menggambarkan dan mempertahankan identitas budaya suatu komunitas. Dalam hal ini, kesenian tidak sekadar berfungsi sebagai media hiburan, melainkan juga sebagai sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai budaya, sejarah, dan tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi. Tulisan ini membahas bagaimana kesenian, dalam wujud tari, musik, seni rupa, maupun kerajinan, berperan sebagai cermin identitas budaya dalam masyarakat. Dengan menganalisis berbagai contoh kesenian tradisional dari beragam wilayah di Indonesia, tulisan ini memperlihatkan bahwa kesenian tidak hanya mencerminkan ciri-ciri budaya suatu komunitas, tetapi juga memperkuat rasa kebanggaan dan solidaritas bersama. Melalui kajian mengenai hubungan antara kesenian dan identitas budaya, tulisan ini juga menekankan tantangan dalam menjaga keberlangsungan kesenian tradisional di masa globalisasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Irhandayaningsih, Ana. "Pelestarian Kesenian Tradisional sebagai Upaya dalam Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal di Masyarakat Jurang Blimbing Tembalang." Anuva 2, no. 1 (2018): 19. http://dx.doi.org/10.14710/anuva.2.1.19-27.

Full text
Abstract:
Artikel ini berjudul Pelestarian kesenian tradisional sebagai upaya dalam menumbuhkan kecintaan Budaya Lokal di masyarakat Jurang Blimbing Tembalang, memaparkan tentang berbagai permasalahan terkait dengan Pelestarian kesenian tradisional di masyarakat Jurang Blimbing Tembalang . Ada beberapa kajian dalam artikel ini yaitu : 1. Seni Sebagai Identitas Lokal, 2. Dokumentasi sebagai wadah Pelestarian, 3. Rancangan Pelestarian Kesenian melalui Kemasan Multimedia, 4. Proses Implementasi Rancangan Pelestarian, 5. Budaya Lokal. Dalam menguraikan pembahasan artikel ini faktor-faktor yang menghambat antara lain 1. Banyaknya masyarakat teruama generasi mudanya yang sudah tidak mengenal kesenian tradisional 2. Kesadaran masyarakat untuk melestarika kesenian tradisonal sangat kurang.. Desa Jurang Blimbing Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang merupakan Desa tematik yang dirintis sebagai salah satu Desa Tematik Seni dan Budaya di daerah Jawa Tengah. Dengan beragam kesenian didalamnya desa ini memiliki potensi lebih dalam peningkatan daya saing kesenian dan kebudayaan di daerah Jawa Tengah. Dalam artikel ini Penulis mencoba memaparkan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penulis melihat secara langsung permasalahan yang berada di tempat tersebut dan melihat pentingnya optimalisasi dokumentasi sebagai penunjang pelestarian serta mendorong rasa kebanggaan terhadap seni tradisional Desa Tematik Seni dan Budaya Desa Jurang Blimbing. Kemudian Penulis mengembangkan secara spesifik permasalahan yang ada di tempat dan membuat Rancangan Inovasi yang berupa pengimplementasian
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Wulanda, Gigih Alfajar Novra, and Suvina Suvina. "Tradisi Sakeco Tau Samawa Preservation and Innovation dalam Kolaborasi Pertunjukan Musik dan Tari Sebagai Pengembangan Pariwisata Berbasis Kesenian Masyarakat." JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 7, no. 10 (2024): 12155–61. http://dx.doi.org/10.54371/jiip.v7i10.6113.

Full text
Abstract:
Urgensi penelitian ini adalah kurangnya kreativitas dan inovasi pada penyajian kesenian tradisional “sakeco” sehingga berdampak pada eksistensi dari kebudayaan itu sendiri. Kesenian tradisional “sakeco” merupakan kesenian daerah kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dimana kesenian ini disajikan secara sederhana dalam menembangkan lawas terdiri dari dua orang, dengan memainkan alat musik tradisional yang disebut rabana. Tembang lawas yang disajikan berisi tentang cinta, kasih, pemujaan, pengorbanan, perjuangan, perjalanan hidup, nasehat, dan sebagainya. Kesenian “sakeco” itu sendiri merupakan salah satu aset budaya lokal suku Samawa maka penting untuk melakukan inovasi penyajian sakeco Sebagai Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat. Tentunya diperlukan ide dan kreativitas serta inovasi dalam strategi penyajian sebuah karya seni pertunjukan yang menarik dan mampu mengedukasikan kesenian tradisional daerah. Tujuan penelitian ini untuk pengembangan pariwisata berbasis kesenian masyarakat Sumbawa dalam preservation and innovation tradisi sakeco yang dikolaborasikan pada pertunjukan musik dan tari. Penelitian ini mampu menciptakan pengalaman baru pada penyajian karya seni pertunjukan sakeco. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif berbasis seni dengan metode penciptaan untuk menghasilkan inovasi baru dalam keilmuan seni pertunjukan elaborasi musik dan tari. Tahap pengumpulan data berbasis data primer dan data skunder yang meliputi; tahap observasi, tahap wawancara, tahap studi pustaka, dan tahap dokumentasi. Proses kerja kreativitas melalui tahapan ide gagasan, komposisi (susunan), dan produk/hasil karya (output).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Untari, Dhian Tyas, Budi Satria, and Widi Winarso. "Kegiatan Pendampingan Usaha Pada Sanggar Kesenian Sunda Di Tangerang." Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat UBJ 3, no. 2 (2020): 131–36. http://dx.doi.org/10.31599/jabdimas.v2i2.155.

Full text
Abstract:
Art is a product of human taste and initiative. At present, traditional arts are being eroded by the stream of modernization. So, the assistance in the "Art Studio" in order to stay afloat is needed. Community service activities were carried out in Tangerang and made the Elcitra Studio and Shamara Wedding Organizer (WO) partners. The activity was carried out by providing input related to costumes, managerial of the Studio, and found between the Studio and the WO so that they could collaborate more closely.&#x0D; Keywords: Art, Sundanese, Traditional, Community Service&#x0D; &#x0D; Abstrak&#x0D; &#x0D; Kesenian merupakan sebuah hasil cipta rasa dan karsa manusia, dan pada perkembangannya kesenian tradisional mulai tergerus oleh arus moderenisasi. Hal ini yang menyebabkan perlunya pendampingan pada Sanggar Kesenian agar tetap dapat bertahan. Kegiatan dilakukan di Tangerang dan menjadikan sanggar Elcitra dan Shamara Wedding Organizer (WO) sebagai mitra. Kegiatan dilakukan dengan memberikan masukan terkait kostum, manajerial Sanggar dan menemukan antara Sanggar dan WO agar kemudian mereka dapat berkerjasama secara lebih lajut.&#x0D; Kata kunci: Keseninan, Sunda, Tradisional, Abdimas&#x0D;
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Pani, Ni Made Harum Pranji, Nyoman Sri Manik Parasari, Ni Putu Yunita Anggreswari, and A. A. Istri Agung Maheswari. "Peran Media Digital dalam Pelestarian Kesenian Joged Bumbung untuk Mewujudkan Ketahanan Budaya Kota Denpasar." E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 16, no. 1 (2025): 122–28. https://doi.org/10.26877/e-dimas.v16i1.19930.

Full text
Abstract:
Kesenian tradisional Joged Bumbung adalah warisan budaya yang kaya akan sejarah dan makna, menjadi elemen penting dalam identitas Kota Denpasar. Dalam era digital yang terus berkembang, peran media digital menjadi kunci dalam mengangkat, mempromosikan, dan menjaga keberlangsungan kesenian ini. Jurnal ini mengeksplorasi berbagai strategi pemanfaatan media digital untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan kesenian tradisional serta memperkuat ketahanan budaya Kota Denpasar Melalui platform digital, kesenian Joged Bumbung dapat dihadirkan secara lebih luas dan menarik perhatian generasi modern yang terhubung dengan dunia digital.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Setiawan, Irvan. "STRATEGI KOLABORASI DALAM SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL DI KABUPATEN SUBANG." Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 5, no. 2 (2013): 294. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v5i2.146.

Full text
Abstract:
Abstrak Kesenian tradisional memegang peranan dalam pencirian dan menjadi kekhasan suatu daerah. Bagi wilayah administratif yang menjadi cikal bakal suatu kesenian daerah tentu saja tidak sulit untuk menyebut istilah kesenian khas dan menjadi milik daerah tersebut. Lain halnya dengan wilayah administratif yang tidak memiliki kesenian daerah sehingga akan berusaha menciptakan sebuah kesenian untuk dijadikan sebagai kesenian khas bagi daerahnya. Beruntunglah bagi Kabupaten Subang yang menjadi cikal bakal beberapa kesenian yang terlahir dan besar di daerahnya. Tidak hanya sampai disitu, Pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional tampak serius dilakukan. Hal tersebut terlihat dari papan nama berbagai kesenian (tradisional) di beberapa ruas jalan dalam wilayah Kabupaten Subang. Seiring berjalannya waktu tampak jelas terlihat adanya perubahan dalam pernak pernik atau tahapan pertunjukan pada beberapa seni pertunjukan tradisional. Kondisi tersebut pada akhirnya mengundang keingintahuan mengenai strategi kolaborasi apa yang membuat seni pertunjukan tradisional masih tetap diminati masyarakat Subang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang didukung dengan data lintas waktu baik dari sumber sekunder maupun dari pernyataan informan mengenai seni pertunjukan tradisional di Kabupaten Subang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kolaborasi yang dilakukan meliputi kolaborasi lintas waktu dan lintas ruang yang masih dibatasi oleh seperangkat aturan agar kolaborasi tidak melenceng dari identitas ketradisionalannya.AbstractTraditional arts play a role in the characterization of a region. The Regency of Subang became the pioneer for inventing and creating some traditional arts. They were born and grew in the area, and their preservation and development are seriously taken into consideration. It is evident that some changes occurred over time, for example in the accessories or phase of performances at several traditional performing arts. ThisNaskah Diterima: 28 Februari 2013Naskah Disetujui: 2 April 2013condition makes the author curious about the strategy of collaboration that makes the people of Subang interested in traditional performing art. The author conducted descriptive analytical method supported by cross-time data either from primary or secondary sources. The result shows that the strategy of collaboration across time and space in traditional performing
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Rohman, Fandy Aprianto. "DRUMBLEK, KESENIAN BARANG BEKAS DARI SALATIGA UNTUK DUNIA." Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya 10, no. 1 (2019): 11–22. http://dx.doi.org/10.36869/wjsb.v10i1.35.

Full text
Abstract:
Kesenian drumblek merupakan marching band tradisional yang berasal dari Kota Salatiga. Kesenian ini dipelopori oleh seorang seniman bernama Didik Subiantoro Masruri akibat keterbatasan biaya untuk membeli alat musik marching band dalam rangka memeriahkan acara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1986. Saat ini, drumblek diterima dengan baik oleh masyarakat Salatiga, bahkan semakin populer dan rutin ditampilkan dalam berbagai acara festival kesenian di Kota Salatiga. Dalam artikel ini dipaparkan mengenai perkembangan kesenian drumblek di Kota Salatiga hingga bentuk penyajiannya. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian mengenai kesenian tradisional bagi masyarakat, khususnya di Salatiga.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Limano, Ferric, Yasraf Amir Piliang, Irma Damajanti, and Rismiyati E. Koesma. "Studi Tentang Digitalisasi Ondel-Ondel Betawi Melalui Teknologi 3D Animasi." Rekam 17, no. 2 (2021): 135–45. http://dx.doi.org/10.24821/rekam.v17i2.5138.

Full text
Abstract:
Indonesia kaya akan warisan budaya, salah satu ragam warisan budaya yang terdapat di Indonesia adalah seni pertunjukan tradisional. Seni pertunjukan ini melibatkan peran individu atau kelompok di dalam satu waktu dan ruang. Kesenian tradisional merupakan identitas kultural masyarakat lokal. Hal ini merupakan wajib menjadi pertahanan identitas masyarakat tersebut, agar tidak kehilangan jati diri dalam masyarakat berbudaya. Terlebih lagi arus globalisasi yang membuat budaya tradisional mulai kurang di apresiasi, dibandingkan budaya global. Ondel-ondel merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional, memiliki nilai ikonik dan komersial. Apresiasi terhadap Ondel-ondel pun mulai pudar, melalui penelitian ini bagaimana membuat produksi animasi 3D digital untuk Ondel-ondel Betawi. Data didapatkan melalui experimental visual dan gerak, kemudian data di analisa dan di deskripsikan. Hasil dari penelitian ini adalah menjadi kajian prinsip gerak terhadap kesenian pertunjukan tradisional, sehingga masyarakat dapat menikmati kesenian tradisional Indonesia dalam media yang baru.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Dayat, Dayat, Gilang Muhamad Ulumudin, Olin Rizky Zazuli, and Andi Solehudin. "Kolaborasi Masyarakat dan Mahasiswa Dalam Praktik dan Pengenalan Seni Tutunggulan Di Desa Mekarjaya Kecamatan Kiarapedes Kabupaten Purwakarta." Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa 1, no. 8 (2023): 1390–99. http://dx.doi.org/10.59837/jpmba.v1i8.369.

Full text
Abstract:
Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk pengenalan kesenian tutunggulan di desa mekarjaya kecamatan kiarapedes kabupaten purwakarta yang terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahunnya khususnya dalam perkembangan fungsi. Masalah utama yang di bahas adalah bagaimana perkembangan kesenian tutunggulan di kabupaten Purwakarta Tahun 1990-2023. Metode yang digunakan adala observasi, yaitu dilakukan pengamatan secara langsung terhadap berbagai aktivitas kesenian Tutunggulan dan Dilakukan proses kolaborasi antara mahasiswa dengan seniman kesenian tutunggulan. Hasil pelaksana kegiatanan ini menunjukan bahwa kesenian tutunggulan merupakan kesenian yang telah ada sejak dahulu yang diwariskan secara turun-temurun yang lahir dari ide kreatif masyarakatnya, terdapat perkembangan fungsi dalam kesenian tradisional Tutunggulan fungsi sakral berubah menjadi hiburan yang bersifat propan. Kabupaten purwakarta kesenian tutunggulan tersebar diberbagai daerah, namun disini pelaksana kegiatan pengabdian hanya mengambil di desa yang masih mempertahankan kesenian tutunggulan yaitu di Desa Mekartajaya Kecamatan Kiarapedes. Dalam menyajikan kesenian Tutunggulan di Desa Mekarjaya memiliki fungsi ganda yaitu sebagai fungsi ritual dan hiburan, Perkembangan tersebut bertujuan untuk mempertahankan keberlangsungan kesenian tradisional ditengah-tengah perkembangan teknologi yang semakin maju.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Ratih, Dewi, and Wulan Sondarika. "ANALISIS POTENSI DESA DITINJAU DARI SOSIAL BUDAYA KESENIAN TRADISIONAL RONGGENG GUNUNG DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PRASEJAHTERA (Studi kasus di desa Ciulu Kec. Banjarsari Kab. Ciamis Jawa Barat)." Jurnal Artefak 4, no. 2 (2017): 161. http://dx.doi.org/10.25157/ja.v4i2.909.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi sosial budaya kesenian tradisional Ronggeng Gunung terhadap pendapatan masyarakat prasejahtera. Populasi penelitian adalah pemerintahan Desa Ciulu dan pelaku kesenian ronggeng gunung Bi Raspi dan kawan-kawan. Hasil dari penelitian ini diantaranya adalah; potensi sosial budaya kesenian tradisional Ronggeng Gunung di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis kurang memberikan dampak baik terhadap perekonomian masyarakat terutama bagi pelaku Ronggeng Gunung itu sendiri karena tidak adanya perhatian dari pihak pemerintah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Sentosa, Falda Bangkit, Muhammad Iqbal Qeis, and Widya Nuriyanti. "Pengenalan Cerita Rakyat Kesenian Sintren Cirebon melalui Perancangan Buku Pop Up." Cipta 2, no. 1 (2023): 12–22. http://dx.doi.org/10.30998/cipta.v2i1.1998.

Full text
Abstract:
Tari Sintren adalah budaya tradisi yang banyak berkembang di daerah pesisir utara Jawa. Salah satu daerah yang memiliki kesenian tari sintren ini adalah Cirebon. Secara etimologi, Sintren merupakan gabungan dari dua suku kata yaitu Si dan Tren yaitu bentuk lain dari kata putri. Sehingga Sintren merujuk pada Si Putri yang menjadi pemeran utama dalam kesenian ini. Banyak sanggar kesenian yang melakukan upaya pelestarian kesenian ini dengan melakukan kegiatan dan memperkenalkan tarian sintren melalui pertunjukan dari panggung ke panggung. Namun, keberadaan kesenian sintren hampir dilupakan karena kurangnya minat warga untuk mempelajari kesenian ini. Penelitian ini bertujuan untuk merancang media buku pop up berjudul “Sintren Cirebon” untuk mengenalkan kepada masyarakat, khususnya anak-anak tentang cerita legenda di balik kesenian sintren agar dapat menarik minat anak-anak untuk mengenal tarian khas Cirebon ini. Dengan adanya buku pop up ini, diharapkan minat anak-anak terhadap legenda dan kesenian tradisional meningkat serta dapat tertarik untuk ikut melestarikan kebudayaan tradisional di Indonesia, khususnya kesenian sintren di Cirebon.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Hanifah Nuryani, Berliana Hutagalung, Wahyu Purwaningsih, and Ali Mustadi. "IMPLEMENTASI KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA KESENIAN TRADISIONAL JAWA INDONESIA." Jurnal Pendidikan Dasar 11, no. 1 (2020): 75–86. http://dx.doi.org/10.21009/jpd.v11i1.15392.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memaknai implementasi karakter cinta tanah air pada kesenian tradisional Jawa Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan wawancara, observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Unit penelitian adalah kepala sekolah, guru karawitan, dan siswa. Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Data dianalisis dengan model interaktif Miles and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)Kesenian tradisional Jawa di SDN Grogol mecerminkan karakter cinta tanah air yang di implementasikan pada ekstrakurikuler karawitan. (2)Perencanaan yang matang dan pelaksanaan kegiatan kesenian karawitan yang rutin dilakukan tiap minggunya membentuk karakter cinta tanah air pada diri siswa, yaitu sikap menghargai dan melestarikan budaya bangsa. (3)Kesenian karawitan mampu memberi keteladanan yang mengandung nilai karakter cinta tanah air dan dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kesenian tradisional Jawa di SDN Grogol mecerminkan karakter cinta tanah air yang di implementasikan pada ekstrakulikuler karawitan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Irianto, Agus Maladi. "MENGEMAS KESENIAN TRADISIONAL DALAM BENTUK INDUSTRI KREATIF: Studi Kasus Kesenian Jathilan." HUMANIKA 22, no. 2 (2015): 66. http://dx.doi.org/10.14710/humanika.22.2.66-77.

Full text
Abstract:
The existence of traditional arts are often addressed as the expression and identity of a culture and at the same time it is based on the local wisdom and uniqueness of a society. Further more, traditional art is exist and developed through the traditions of a society, as well as to support and maintain social collectivity. However, traditional art in this post-modern time is often considered as not in line with the changing of time. Based on those facts, it needs effort to reconstruct, renovate, revitalize and recreate the traditional art which in line with the civilization development as well as the demand of the creative industry. Through the case study of Jathilan Art in Magelang Regency-Central Java, this study is trying to conduct inventory and to identify the problems. From the results of the inventory and identification of the problems, the study also will perform activities of reconstruction, renovation, revitalization and recreation of traditional art. The purpose of this study will produce the production designing, production packaging, and production marketing of traditional art which in line with the development of creative industry. The results of the production design, production packaging, and production marketing of traditional arts will make the television show program suitable with the demand of its audiences.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Purnama, Yuzar. "PERANAN SANGGAR DALAM MELESTARIKAN KESENIAN TRADISIONAL BETAWI." Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 7, no. 3 (2015): 461. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v7i3.112.

Full text
Abstract:
AbstrakIndonesia memiliki khasanah budaya yang relatif banyak, salah satunya adalah kesenian tradisional. Kondisi real kesenian tradisional sekarang ini sebagian punah dan sebagian lagi diujung kepunahan (hidup enggan mati tak mau). Upaya pelestarian yaitu perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sudah dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian terhadap wadah/tempat bernaung kesenian, sanggar. Tulisan ini mengupas peran sanggar dalam menjaga kelestarian kesenian tradisional, yang dibatasi pada sanggar yang terdapat di wilayah Betawi, dengan pertimbangan bagaimana kehidupan sanggar kesenian tradisional yang berada di wilayah paling modern di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang korelasi sanggar dengan kesenian tradisional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian didahului dengan studi pustaka, pengambilan data dengan observasi dan wawancara, dilanjutkan dengan klasifikasi data, analisis data, dan hasil. Kesimpulan penelitian adalah pentingnya eksistensi sanggar sebagai salah satu upaya untuk mengantisipasi kepunahan kesenian khususnya kesenian topeng Betawi, topeng blantek, dan tanjidor. Peranan sanggar dalam kesenian tradisional adalah sebagai wadah/ tempat bernaung sejumlah seni budaya, sebagai media edukasi baik pendidikan maupun latihan, sebagai media hiburan bagi masyarakat sekitar dan peminat seni, sebagai tempat mengatur strategi seputar seni yang ditekuni sebagai tempat bersilaturahmi (berkumpul dan berdiskusi) dalam rangka mempererat persaudaraan. AbstractRelatively, Indonesia has many cultural treasures, one of them is a traditional art. Real conditionsof traditional art today partly extinct and partly at the threshold of extinction (reluctant live, but do not want todead). The preservation effort that is the protection, development and utilization has been done either by the government or the public. One reason is the lack of attention to the shelter of art, a studio. This writing examines the role of studios in preserving traditional art, which is restricted to the studio located in the region of Batavia, with consideration of how the life of a traditional art studio located in the most modern in Indonesia. The research aims is to gain the informationrelated to the traditional art studio. This study used a qualitative approach with descriptive research method. Proceeded by doing literature research and collecting data through observation and interviews, followed by data classification, data analysis, and data findings. The results showed that the importance of the existence of the studio as an effort to anticipate the extinction of Betawi art, especially art masks, masks Blantek, and tanjidor. The role of studios in the traditional arts isas a shelter of a number of arts and culture, as a medium of education both education and training, as a medium of entertainment for the local community and art enthusiasts, as a set strategy in the art that occupied as a place to stay in touch (get together and discuss) in order to strengthen the brotherhood.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Pratiwi, Annisa, Sampoerno Sampoerno, and Sri Suwartiningsih. "STRATEGI KOMUNIKASI KELOMPOK KESENIAN SATRIO MUDHO BUDHOYO DI DUSUN PENDEN, DESA MANGGIHAN, KECAMATAN GETASAN." Jurnal Locus Penelitian dan Pengabdian 2, no. 10 (2023): 993–1001. http://dx.doi.org/10.58344/locus.v2i10.1726.

Full text
Abstract:
Kesenian tradisional merupakan hasil dari bentuk kehidupan budaya yang sebenarnya. Tujuan diadakannya tari tradisional soreng sebab masyarakat setempat sangat menghargai dan juga ingin melestarikan budaya nenek moyang. dengan adanya penelitian ini bakal menjadi wadah dan juga pengetahuan bagi masyarakat agar selalu mengembangkan budaya kesenian tarian tradisionalnya. Metode penelitian yang disgunakan adalah deskripif kualitatif dengan menggunakan teori Difusi Inovasi oleh Rogers ini menjelaskan tentang bagaimana upaya pembaharuan atau inovasi dapat tersampaikan melalui beberapa saluran tertentu dengan ditujukan kepada sekelompok anggota yang berasal dari sistem sosial. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh kelompok kesenian Satrio Mudho Budhoyo dalam mengembangkan tarian tradisional soreng ini meliputi pertemuan rutin kelompok, saling mengingatkan antar anggota kelompok, membuat jadwal Latihan ruti. Selain itu juga dengan menggunakan modernisasi Gerakan, kostum, dan juga make up nya sehingga tari tradisional soreng tetap diminati oleh kalangan masyrakat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Elisa, Yuniz. "Tari Sepen Tari Tradisional Belitung." Jurnal Dinamika Sosial Budaya 23, no. 2 (2022): 354–58. https://doi.org/10.26623/jdsb.v23i2.3465.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Tulisan ini menganalisis tari Sepen versi Bapak Idham sebagai ketua dari sanggar tari istana yuda tari yang lahir dari masyarakat Belitung. Tari Sepen lahir dari upacara marastaun, yaitu upacara keselamatan saat usai panen padi. Pada awalnya di setiap acara marastaun terdapat kesenian yang disebut besepen sebagai ungkapan kegembiraan seluruh masyarakat yang diwujudkan dengan menari secara berpasangan dalam suatu kelompok di mana gerakannya cenderung sederhana dan terus menerus diulang-ulang. Sekitar tahun 1980-an seorang seniman bernama Domra menggubah kesenian besepen ini menjadi tari Sepen, yang dikenal oleh masyarakat Belitung sampai saat ini.Kata kunci : Marastaun, Tari sepen, Nilai
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Fahrizal, Muhammad Reza, and Erda Fitriani. "Sanggar Anggun Nan Tongga: Pelestarian Kesenian Tradisional Randai (Suatu Kajian Fungsionalis)." Culture & Society: Journal Of Anthropological Research 3, no. 2 (2021): 127–35. http://dx.doi.org/10.24036/csjar.v3i2.96.

Full text
Abstract:
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi Sanggar Anggun Nan Tongga yang ada di Kota Pariaman, Sumatera Barat, dalam melestarikan kesenian tradisional randai Penelitian ini dianalisis dengan teori fungsionalisme dari Bronislaw Malinowski. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, tipe studi kasus. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Perolehan data penelitian didapatkan dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Untuk penelitian teknik analisis data digunakan model analisa data dari Miles dan Huberman. Hasil Penelitian yaitu fungsi Sanggar Anggun Nan Tongga dalam melestarikan kesenian tradisional Randai di Desa Talago Sariak Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman, yaitu: 1) fungsi pelestarian pewarisan nilai, 2) sanggar sebagai sarana edukasi generasi muda dalam mengenal kesenian tradisional randai, 3) Sanggar sebagai wadah pengembangan bakat masyarakat Desa Talago Sariak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Yudarta, I. Gede, and Tri Haryanto. "Eksistensi Kesenian Rebana Gending Desa Langko Dalam Masa Pandemik Covid-19 Di Lombok." Mudra Jurnal Seni Budaya 36, no. 2 (2021): 170–78. http://dx.doi.org/10.31091/mudra.v36i2.1460.

Full text
Abstract:
Tulisan bertujuan untuk mengungkap eksistensi kesenian Rebana Gending yang merupakan salah satu bentuk musik tradisional Sasak, Lombok. Merebaknya pandemic Corona Virus Disease (Covid) 19 pada tahun 2019 dan mengalami perkembangan di Indonesia pada awal tahun 2020, sangat berdampak dalam berbagai aspek kehidupan termasuk salah satunya di bidang budaya. Kesenian sebagai salah satu aspek kebudayaan mengalami stagnasi dimana banyak aktivitas berkesenian dibekukan sehingga berdampak secara negatif terhadap eksistensi berbagai bentuk kesenian yang terdapat di masyarakat. Fenomena ini juga terjadi pada eksistensi kesenian Rebana Gending yang terdapat di Desa Langko, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Rabana Gending merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat Sasak. Kesenian ini memiliki berbagai keunikan dalam bentuk, fungsi dan musikalitas sehingga berbeda dengan kesenian rebana yang secara umum berkembang di berbagai wilayah di Indonesia. Berkenaan dengan berbagai keunikan tersebut, topik yang dikaji secara khusus akan membahas bentuk dan fungsi kesenian Rebana Gending di dalam kehidupan masyarakat di Lombok. Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan organologi dan ethnomusikologi. Dari pembahasan topik ini selanjutkan akan diketahui dan dipahami bentuk dan fungsi kesenian Rebana Gending di dalam kehidupan masyarakat Sasak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Wibowo, Anjar Mukti, and Shoffikha Cahyanul Janah. "Sejarah Perkembangan Kesenian Tari Gaplik Di Desa Kendung Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi Tahun 1966-2014." AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA 5, no. 01 (2015): 139. http://dx.doi.org/10.25273/ajsp.v5i01.899.

Full text
Abstract:
Keberadaan tari gaplik diperkirakan sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Gaplik ini merupakan singkatan dari gambaran petunjuk liwat kesenian. latar belakang ditarikannya tari ini karena desa Kendung mengalami bencana pagebluk dan huru hara, dan setelah diadakan tari gaplik keadaan menjadi lebih baik. Tari Gaplik di desa Kendung ditarikan pada hari Jumat Wage. Orang yang menarikannya saat ini adalah saudara Hartono, yang menjadi penerus ayahnya yaitu saudara Kasno. Pada tahun 1966 tari gaplik mulai ditampilkan dalam acara-acara Nyadran di desa-desa yang lain. Diantaranya adalah desa Mbayem, desa Kincang kabupaten Magetan, desa Suratmajan Maospati, dan desa Kinandang kabupaten Magetan. Pada tahun 2005 tari gaplik mulai mewakili kota Ngawi dalam festival kesenian tradisional di Surabaya. Pada bulan januari 2006 tari gaplik kembali mengikuti festival kesenian tradisional se jawa timur di Surabaya. Setelah itu pada tahun 2008 tari gaplik dipercaya kembali dan diikut sertakan dalam lomba kesenian tradisional se Jawa Timur di Bojonegoro, dan untuk ke empat kalinya tari gaplik kembali diikutkan dalam lomba pada Agustus 2010 di Kediri. Setelah dikenal luas oleh masyarakat dan menjadi tari tradisional yang menghibur serta menarik banyak penonton, pada bulan Juni 2013 tari gaplik ditampilkan dalam hari jadi Ngawi di Benteng Pendem kota Ngawi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Sofyandini, Nenden. "Nilai Filosofis dalam Kesenian Calung Tarawangsa di Desa Parung, Kabupaten Tasikmalaya." LOKABASA 14, no. 2 (2023): 202–9. http://dx.doi.org/10.17509/jlb.v14i2.64923.

Full text
Abstract:
Kajian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya minat masyarakat untuk menonton atau mengapresiasi kesenian tradisional khususnya calung tarawangsa. Hal ini disebabkan di antaranya oleh kurangnya pemahaman terhadap makna dan fungsi dari kesenian tersebut. Kajian ini ditujukan untuk mendeskripsikan keberadaan dan pelaksanaan kesenian calung tarawangsa dan nilai filsafat yang terkandung di dalamnya. Metode yang digunakan yaitu deskriptif analitis dengan pendekatan kualitiatif. Hasilnya ditemukan bahwa calung tarawangsa merupakan kesenian tradisional dari Kampung Cigelap, Desa Parung, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Tasikmalaya. Kesenian ini mengandung nilai yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Hal ini terlihat dari seluruh aspek yang terdapat dalam kesenian tersebut, di antaranya dalam sesajian (sasajen), pakaian pangsi, kampret dan iket untuk laki-laki serta kebaya untuk perempuan atau juru kawih. Selain itu, juga dalam waditra seperti calung renteng, tarawangsa, kacapi dan suling, serta dalam lirik lagu yang dinyanyikan, di antaranya lagu salancar sebagai lagu pembuka, lagu ayun, lagu manuk hejo, lagu cipinangan (ngaleuseuhan), dan kawih mulang sebagai lagu penutup.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Sopandi, Andi. "PROSPEK PENGEMBANGAN POTENSI KESENIAN DAN BUDAYA TRADISIONAL." Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya 4, no. 2 (2014): 84–114. http://dx.doi.org/10.33558/makna.v4i2.1136.

Full text
Abstract:
In the context of cultural development in the area of Bekasi today indicate a growing phenomenon of marginalization and getting away from the life of its people. Therefore, the key is to make changes and the identification of potential database Bekasi Traditional Arts and Culture should be done soon, so that will impact on the implementation and regulation conducive to the development of lo-cal arts and culture and tourism. But also very berpengaruhi tripatriet role for the development of cultural arts: the role of government, non-governmental organiza-tions Non-government Organization (NGO) / College / Community arts and cul-ture Industrial World (DU / DI).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Ni Putu Widyasari and Sri Yuwanti. "STRATEGI KOMUNIKASI PADA PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL SRANDUL." Jurnal Ekonomi, Manajemen Pariwisata dan Perhotelan 1, no. 3 (2022): 348–53. http://dx.doi.org/10.55606/jempper.v1i3.732.

Full text
Abstract:
One of the national cultures of Srandul is recorded as a folk performance art originating from Yogyakarta. Diera today, especially in the younger generation, many are not familiar with traditional arts, especially Srandul, which has faded its existence. Many factors are the cause of the lack of public interest in traditional arts, one of which is the lack of information provided about traditional arts and technological advances that are not accompanied by readiness to compete with outside cultures, making local cultures begin to fade in demand. This research uses a qualitative approach and selects the types of data collection carried out in this study are observation, interviews and documentation. The communication strategy by using festivals as a medium in conveying efforts to preserve Srandul traditional art will be appropriate and in accordance with the younger generation who are targeted
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Nabillah, Gina, Jujun Junaedi, and Uwes Fatoni. "Motivasi Penggunaan Kesenian Tradisional dalam Dakwah Islam." Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam 10, no. 1 (2025): 55–78. https://doi.org/10.15575/tabligh.v10i1.39032.

Full text
Abstract:
This research is to determine the achievemnt motivation, power and affiliation of the Daway Group to preach using the traditional art of wayang golek. The research method used is descriptive qualitative using Needs Theory by David McClelland (1960). The research results showed that the Daway Group's motivation to achieve achievements was triggered by the desire to receive awards in the aspects of cultural preservation, becoming a professional group and developing business. Then, the Daway Group's motivation to have power was triggered by the desire to have popularity and religious authority. And finally, the Daway Group's motivation to have an affiliation was triggered by the desire to have an identity and the desire to develop a community.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Novalia, Ratih Juwita. "FUNGSI PERTUNJUKAN DABUIH DALAM ACARA MALEWA GALA PENGHULU DI NAGARI TALAOK KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN." Jurnal Pendidikan Vokasi dan Seni (JPVS) 1, no. 1 (2022): 10–20. http://dx.doi.org/10.52060/jpvs.v1i1.809.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan mengenai fungsi dari pertunjukan kesenian dabuihdalam acara melawa gala penghulu di Nagari Talaok Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Bentuk yang dipertunjukan dengan berbagai unsur dari pertunjukan dabuihmenjadi wilayah kajian dalam penelitian ini. Pada penyajian dan fungsi keberadaan pertunjukan kesenian dabuihyang berkonstribusi dalam acara malewa galapenghulu menjadi fokus penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif. Data dihimpun dengan teknik observasi, srudi kepustakaan, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah penulis sendiri sebagai instrumen kunci. Lokasi penelitian berada di kawasan Nagari Talaok Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.Informan penelitian adalah tetua dabuih, wali nagari, datuak/penghulu dan pemuka masyarakat.Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis data model Miles dan Huberman dalam Sugiyono. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertunjukan kesenian dabuih merupakan kesenian tradisional yang berumur cukup lama. Mulai perkembangan dabuihdari Makkah sampai di sebar luaskan dan dikembangkan di Nagari Talaok, kesenian dabuihcukup eksis dan selalu ditampilkan dalam berbagai acara di Nagari Talaok salah satunya dalam acara malewa gala penghulu. Kesenian dabuihmerupakan kesenian yang mempunyai bentuk penyajian fungsionalis. Fungsi kesenian dabuihmerupakan fungsi yang tidak mengikat dan sebagai sarana pelestarian kesenian dan hiburan estetis bagi masyarakat Nagari Talaok Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Kesenian dabuihjuga sudah menjadi media pendidikan tradisional bagi masyarakat Nagari Talaok dan sekitarnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Nathania, Patricia Orlantha, Suryo Sakti Hadiwijoyo, and Elly Esra Kudubun. "Analisis Peran Aktor dalam Pelestarian Kesenian Tradisional Tari Thengul." JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 7, no. 4 (2024): 4303–13. http://dx.doi.org/10.54371/jiip.v7i4.4019.

Full text
Abstract:
Tari Thengul merupakan kesenian tradisional asal Kabupaten Bojonegoro. Tari tradisional ini berhasil menjadi ikon budaya Kabupaten Bojonegoro, walaupun eksistensinya sempat mengalami masa kritis dan hampir hilang. Bagaimana peran aktor dalam pelestarian Kesenian Tradisional Tari Thengul merupakan fokus penelitian ini. Untuk menjawab masalah ini, Actor Network Theory (ANT) digunakan sebagai pisau analisis. Metode kualitatif dengan jenis deskriptif sebagai cara mendapatkan data dan informasi guna menjawab dan mengkonstruksikan peran aktor-aktor dalam pelestarian kesenian tari tersebut. Temuan dalam penelitian ini adalah 1) adanya perubahan serta penambahan aktor yang terjadi pada masa setelah revitalisasi (2011-sekarang) jika dibandingkan dengan masa awal (1992-2011); 2) jaringan yang ada pun berubah karena adanya perbedaan aktor yang terlibat; 3) Pada masa setelah revitalisasi, jaringan pelestarian Tari Thengul dapat dikatakan menjadi jaringan yang lebih sempurna jika dibandingkan dengan masa sebelumnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Supeno, M. Yoga. "Inovasi Pembelajaran Kesenian Ndolalak “Egol Langen Kredho Santosa” Dusun Jlarang, Desa Kalijoso, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang." Jurnal Pendidikan dan Penciptaan Seni 4, no. 1 (2024): 29–36. https://doi.org/10.34007/jipsi.v4i1.440.

Full text
Abstract:
Kesenian tradisional seringkali menghadapi tantangan dalam hal inovasi dan manajemen, termasuk kesenian Ndolalak “Egol Langen Kredo Santoso” yang mengalami kesulitan dalam pengembangan musik, gerak tari, dan manajemen. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sublimasi inovasi melalui transmisi kompetensi dan pengetahuan profesionalisme guna mengatasi permasalahan tersebut. Pendekatan konsep Pika digunakan sebagai kerangka teori dalam penelitian ini. Metode penelitian yang diterapkan adalah etnografi, dengan pengumpulan data melalui studi lapangan dan wawancara, sementara analisis data dilakukan melalui interaksi berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sublimasi inovasi pada aspek instrumentasi, pola tabuhan, pola gerakan, dan konsep manajemen dapat meningkatkan aspek estetika kesenian Ndolalak dan kualitas manajemennya. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional melalui pendekatan inovatif yang terstruktur dan berbasis kompetensi profesional.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Falah, M. Zidan Richal Fajril. "Eksistensi Kesenian Kuda Lumping Turangga Tunggak Semi di Era Globalisasi dan Endemi Covid-19: Suatu Pendekatan Budaya." Jurnal DinamikA 3, no. 2 (2022): 163–75. http://dx.doi.org/10.18326/dinamika.v3i2.163-175.

Full text
Abstract:
Kebudayaan merupakan salah satu bentuk hasil cipta dan karya dalam masyarakat yang dapat diekspresikan ke dalam berbagai bentuk. Salah satu unsur kebudayan yang disebutkan adalah kesenian tradisional. Kuda Lumping menjadi salah satu kesenian tradisional berupa tarian dengan gerakan-gerakan kuda.Kota Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah juga memiliki kesenian Kuda Lumping bernama Kuda Lumping Turangga Tunggak Semi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan emik. Dalam wawancara peneliti menggunakan teknik SLC dengan prespektif emik sehingga pengambilan datanya dalam bentuk narasi, cerita, dan bahasa asli hasil kontruksi para narasumber dalam bentuk rekaman, tanpa ada interpretasi dari peneliti. Data yang diperoleh ditranskrip dan direduksi lalu kemudian diabstraksikan yang bertujuan untuk menampilkan fakta. Kesenian Kuda Lumping Turangga Tunggak Semi ini dibawakan dari Demak oleh Mbah Sargi pada tahun 70 -an. Asal Usul kesenian Kuda Lumping Turangga Tunggak Semi berasal dari kisah Prabu Kelono Suwodhono dan pasukan kudanya melawan raksasa Buto Ijo. Kesenian ini sering dipertunjukan secara rutin tahuanan dalam acara “Merti Desa” di Kampung Jurang Belimbing Tembalang. Perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah setempat dengan cara yang tepat agar kesenian tersebut berkembang lebih baik.Kata Kunci: Kebudayaan; Kesenian; Kuda Lumping; Jurang Belimbing
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Bachtiar, Maryati. "NILAI STRATEGIS SENI TEATER TRADISIONAL RANDAI KUANTAN SINGINGI RIAU SEBAGAI SALAH SATU BUDAYA MELAYU (KAJIAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL)." Jurnal Ilmu Hukum 6, no. 1 (2017): 1. http://dx.doi.org/10.30652/jih.v6i1.4032.

Full text
Abstract:
Kesenian randai merupakan musik tradisional yang didalamnya terdapat seni musik, seni teater dan juga seni tari, bahkan seni sastra. Kesenian randai ini terdiri dari beberapa orang pemain musik, beberapa para penari, dan lebih uniknya dari kesenian randai ini ialah ada beberapa orang Bujang - Gadis yang menjadi pusat perhatian para penonton.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Korsini, Perseveranda Putra, Udi Utomo, and Syahrul Syah Sinaga. "The Form of Cakatinding Music Presentation at the Wela Rana Art Studio, Manggarai Regency." Edumaspul: Jurnal Pendidikan 8, no. 1 (2024): 2485–90. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v8i1.8272.

Full text
Abstract:
Cakatinding merupakan sebuah kesenian musik tradisional daerah Manggarai Nusa Tenggara Timur yang terbuat dari bahan bambu. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis Bentuk Penyajian Musik Cakatinding di Sanggar Seni Wela Rana, dengan harapan dapat mendokumentasikan dan menganalisis bagaimana kesenian ini dipertahankan dan dikembangkan. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode dengan jenis penelitian deskriptif yaitu untuk memberikan gambaran tentang Bentuk Penyajian musik Cakatinding di Sanggar Seni Wela Rana Kabupaten Manggarai. Hasil penelitian ini di analisis hingga menjadi sebuah laporan penelitian terkait seni musik Cakatinding. Alat musik ini memiliki bentuk yang mirip dengan kentongan, namun ada beberapa perbedaan mendasar yang membuatnya unik. Yang membedakan alat musik ini adalah keberadaan senar yang terbuat dari irisan tubuh alat musik itu sendiri. Senar tersebut kemudian diganjal menggunakan potongan bambu kecil untuk menciptakan tegangan yang diperlukan agar dapat menghasilkan nada. Kesenian Cakatinding merupakan kesenian tradisionak kabupaten Maanggarai, sehingga lagu-lagu yang dibawakan juga menggunakan lagu-lagu daerah Manggarai. Diantaranya, benggong, so inag so, dere ngkiong lain sebagainya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography