To see the other types of publications on this topic, follow the link: Ketouba.

Journal articles on the topic 'Ketouba'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Ketouba.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

De Lange, N. R. M. "Colette SIRAT, Patrice CAUDERLIER, Michèle DUKAN et Mordechai Akiva FRIEDMAN, La Ketouba de Cologne. Un contrat de mariage juif à Antinoopolis (Papyrologica Coloniensia XII), Westdeutscher Verlag, Opladen 1986, 72 pp. and XX pl., paper DM 52,-." Journal for the Study of Judaism 19, no. 1 (1988): 127–29. http://dx.doi.org/10.1163/157006388x00200.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Widowati, Putri Dwi, Qatrunnada Rafifa Zalfani, Adinda Vidya Lestari, Septivani Nur Syahbana, Nadhifa Razani Aksan Putri, Rival Yoga Sena, Dina Afifah Binti Wulandari, Agni Kartika Prabansari, Natasha Gebyta Fajrin, and Anila Impian Sukorini. "IDENTIFIKASI PENGETAHUAN DAN PENGGUNAAN PRODUK ANTIKETOMBE PADA MAHASISWA UPN VETERAN SURABAYA." Jurnal Farmasi Komunitas 7, no. 1 (August 27, 2020): 31. http://dx.doi.org/10.20473/jfk.v7i1.21661.

Full text
Abstract:
Ketombe merupakan salah satu permasalahan kulit yang sering terjadi di masyarakat. Prevalensi penderita ketombe di dunia mencapai 50% dari keseluruhan populasi. Meskipun demikian, kesadaran masyarakat akan masalah ketombe masih kurang. Sedangkan apabila ketombe tidak diatasi, dapat menimbulkan permasalahan kulit lain, masalah psikologis, dan menimbulkan kesan tidak higienis. Prevalensi ketombe pada laki-laki lebih besar daripada perempuan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan penggunaan produk antiketombe pada 98 mahasiswa laki-laki UPN Veteran Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian cross-sectional dan berupa penelitian deskriptif. Instrumen yang digunakan berupa self-administerred questionnaire. Berdasarkan hasil survei, responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai adanya efek samping dari produk antiketombe (39,8%; n=98) dan macam-macam penyebab ketombe (33,7%; n=98). Adapun dalam penggunaan produk antiketombe, dua faktor pertimbangan terbanyak yakni faktor merk (29,1%; n=55) dan faktor indikasi yang sesuai (27,3%; n=55). Hasil survey menunjukkan pula kurangnya kewaspadaan mahasiswa terhadap efek samping produk antiketombe (5,5%; n=55).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Accola, Kathy. "KETOA." Dimensions of Critical Care Nursing 7, no. 4 (July 1988): 227. http://dx.doi.org/10.1097/00003465-198807000-00009.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Suwendar, Suwendar, Sri Peni Fitrianingsih, Fetri Lestari, Dieni Mardliyani, and Nisa Fitriani. "Potensi Aktivitas Antiketombe dari Daun Jambu Air [Eugenia aqueum (Burm. F) Alston]." Jurnal Sains Farmasi & Klinis 6, no. 3 (December 30, 2019): 250. http://dx.doi.org/10.25077/jsfk.6.3.250-253.2019.

Full text
Abstract:
Daun jambu air telah banyak dikenal di masyarakat Indonesia sebagai pembungkus makanan sehingga makanan dapat disimpan lebih lama. Hal ini menunjukkan daun jambu air memiliki aktivitas antimikroba. Jambu air telah diketahui mengandung flavonoid and tanin yang memiliki khasiat anti jamur. Penyakit infeksi karena jamur, merupakan penyakit dengan tingkat penderita yang tinggi di Indonesia, salah satu diantaranya adalah ketombe. Ketombe disebabkan oleh Pityropsorum ovale. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah mengenai potensi aktivitas daun jambu air pada jamur penyebab ketombe. Evaluasi dilakukan secara in vitro dengan metode difusi agar menggunakan teknik sumur pada jamur penyebab ketombe yaitu Pityrosporum ovale dengan indikator capaian adalah terbentuknya zona hambatan pertumbuhan. Hasil menunjukkan bahwa bahan uji berupa ekstrak etanol dan fraksi ekstrak yaitu fraksi n-heksan, etil asetat maupun air memiliki khasiat menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale masing-masing pada konsentrasi hambat minimum (KHM) : 1, 1, 0,5 dan 4% b/v. Aktivitas pada Pityrosporum ovale yang tertinggi ditunjukkan oleh fraksi etil asetat karena memiliki nilai KHM terendah. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa daun jambu air berpotensi untuk dikembangkan menjadi sediaan yang berkhasiat anti ketombe.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Ginting, Ovalina Sylvia Br, Robiatun Rambe, Athaillah Athaillah, and Pinte Mahara HS. "FORMULASI SEDIAAN SAMPO ANTI KETOMBE EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifilia (Tenore) Steen) TERHADAP AKTIVITAS JAMUR Candida albicans SECARA IN VITRO." FORTE JOURNAL 1, no. 1 (January 30, 2021): 57–68. http://dx.doi.org/10.51771/fj.v1i1.40.

Full text
Abstract:
Rambut yang berketombe hingga kini masih menjadi salah satu penyebab berkurangnya kepercayaan diri yang dapat menghambat kenyamanan beraktivitas. Seiring berkembangnya pengobatan di Indonesia, perkembangannya kini mengarah kesistem pengobatan herbal, karena terbukti lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obat kimia. Salah satu faktor yang melatar belakangi penyebab ketombe adalah jamur Candida albicans.Ekstrak daun binahong (Anredera cordifilia (Tenore)Steen) merupakan bahan alam yang mengandung senyawa antijamur yaitu flavonoid dan saponin merupakan senyawa aktif yang dapat membunuh jamur candid albicans. Metode penelitian ini adalah eksperimental, yaitu Untuk mengetahui efektivitas sediaan sampo anti ketombe dari Ekstrak daun binahong (Anredera cordifilia (Tenore)Steen)terhadap aktivitas jamur Candida albicans penyebab ketombe dan mencari formula yang baik dan stabil secara fisika dan juga efektif digunakan sebagai anti ketombe.Metode penelitian ini menggunakan kontrol (-), kontrol (+), F1 (5%), F2(10%), dan F3 (15%). Hasil penelitian sediaan sampo anti ketombe Ekstrak daun binahong (Anredera cordifilia (Tenore)Steen)dari ketiga variasi konsentrasi menunjukkan bahwa uji organoleptis sediaan sampo antiketombe Ekstrak daun binahong berwarna hijau tua dan hijau muda dan hijau kehitaman, berbentuk cairan kental, sedikit busa dan beraroma khasdaun binahong. Uji pH sampo yaitu 6,0, 6,0, dan 5,0. Uji tinggi busa yaitu 7,7 cm, 6,8 cm, dan 6,5 cm. Dan uji aktivitas sampo anti ketombe yaitu pada kontrol (+), kontrol (-), konsentrasi sampo anti ketombe ekstrak daun binahong 5 %, 10% dan 15% yaitu 26,8 mm, 30,1mm, 34,6 mm, 35,3 mm, dan 35,2 mm. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa sediaan sampo anti ketombe ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 5%, 10% dan 10% telah memberikan daya hambat sangat kuat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.Konsentrasi ekstrak daun binahongyang memiliki aktivitas penghambatan paling kuat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans adalah 35,3 mm dihasilkan oleh Formula II dengan konsentrasi 15%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Moh. Heru Sulistyo P. Yusuf. "PENGARUH EKSTRAK DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L.) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Malassezia furfur PENYEBAB KETOMBE." Journal of Health, Technology and Science (JHTS) 1, no. 1 (September 28, 2020): 11–17. http://dx.doi.org/10.47918/jhts.v1i1.19.

Full text
Abstract:
Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) sering digunakan sebagai obat tradisional dalam menyembuhkan jamur kulit penyebab bercak putih. Namun sebagian besar masyarakat di perkotaan Manado meng-gunakan daun ketepeng Cina sebagai sampo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun Ketepeng Cina terhadap pertumbuhan jamur Malassezia furfur penyebab ketombe dan untuk mengetahui konsentrasi optimum daun Ketepeng Cina terhadap per-tumbuhan jamur Malassezia furfur penyebab ketombe. Metode eksperimental laboratorium yang digunakan dalam pene-litian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 kali perlakuan dengan 4 kali ulangan. Konsentrasi daun Ketepeng Cina yang digunakan pada penelitian kali ini adalah 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% dengan kontrol positif Ketokonazol 2%. Objek penelitian ini adalah pertumbuhan jamur Malassezia furfur. Hasilnya, setiap konsentrasi ekstrak daun ketepeng cina dan kontrol negatif (metanol) menunjukkan bahwa tidak ada zona hambat yang terbentuk terhadap pertumbuhan jamur Malassezia furfur penyebab ketombe, apalagi kontrol positif (Ketoconazole 2%) menunjukkan ada-nya zona hambat sekitar 17,98 mm. Berdasarkan hasil ini dapat disim-pulkan bahwa ekstrak daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) berpenga-ruh pada pertumbuhan jamur Malassezia furfur penyebab ketombe
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Ningrum, Dewi Puspita, Hery Ernawati, and Laily Isro'in. "EFEKTIVITAS GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP PENYEMBUHAN KETOMBE KERING di Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo." Health Sciences Journal 2, no. 2 (September 29, 2018): 45. http://dx.doi.org/10.24269/hsj.v2i2.158.

Full text
Abstract:
AbstractDandruff is often regarded as a mild thing. However, for patients it resulted in disruption of comfort and confidence. The use of natural ingredients without the side effects of chemicals for the treatment of dry dandruff is by using traditional materials obtained from the natural surroundings, one of which is aloe vera (Aloe vera). Aloe vera (Aloe vera), which chemically has elements of a compound that can replace chemical drugs to cope with dry dandruff such as phosphorus, vitamins A, B, amino acids, saponins and flavonoids. The design of this study using one group pra-post test design, with a population of 23 respondents, a sample of 23 respondents, using total sampling technique. Collecting data using questionnaires. Data processing with data normality test pre-post <30%, then using a paired t-test with significance <0.05.The results of this study obtained from 23 respondents, 17 respondents (73.9%) experienced a decline in scores, 4 respondents (17.4%) score remained, and 2 respondents (8.7%) decrease increase of dry dandruff score. Statistical analysis showed significant results with a p-value = 0.000 < 0.05. The conclusion of this study is aloe vera gel (Aloe vera) has an effect to healing dry dandruff. Therefore it is expected that sufferers of dry dandruff are more selective to choose the type of scalp treatment.Keywords: Aloe Vera Gel, Dry Dandruff.AbstrakKetombe kering sering dianggap sebagai hal yang ringan. Namun, bagi penderita hal tersebut mengakibatkan gangguan kenyamanan dan tidak percaya diri. Penggunaan bahan alami tanpa menimbulkan efek samping untuk pengobatan ketombe kering adalah dengan menggunakan bahan tradisional, salah satunya adalah lidah buaya (Aloe vera). Lidah buaya (Aloe vera) yang secara kimia memiliki unsur-unsur senyawa yang dapat menggantikan fungsi obat kimia untuk mengatasi ketombe kering diantaranya fosfor, vitamin A,B, asam amino, saponin dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian gel lidah buaya (Aloe vera) terhadap penyembuhan ketombe kering. Desain penelitian ini menggunakan one group pra-post test design, dengan jumlah populasi 23 responden, sampel 23 responden, dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengolahan data dengan uji normalitas data pre-post <30%, maka menggunakan uji paired t-test dengan kemaknaan <0,05. Hasil penelitian ini didapatkan dari 23 responden, 17 responden (73,9%) mengalami penurunan skor, 4 responden (17,4%) skor tetap, dan 2 responden (8,7%) mengalami penurunan peningkatan skor ketombe kering. Analisis statistika menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai = p-value 0.000 < 0.05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah gel lidah buaya (Aloe vera) mempunyai efek untuk penyembuhan ketombe kering. Maka dari itu diharapkan penderita ketombe kering lebih selektif untuk memilih jenis perawatan kulit kepala.Kata Kunci : Gel Lidah Buaya, Ketombe Kering.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Ketola, Kimmo. "Hare Krishna in Finland. Cultural adaptation of the global Hindu new religious movement." Mäetagused 49 (2011): 153–70. http://dx.doi.org/10.7592/mt2011.49.ketola.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Yusuf, Muhammad, Rugayyah Alyidrus, Wahyuni Irianti, and Nurfiddin Farid. "Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Kulit Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) Terhadap Pertumbuhan Pityrosporum ovale dan Candida albicans Penyebab Ketombe." Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar 15, no. 2 (December 26, 2020): 311. http://dx.doi.org/10.32382/medkes.v15i2.1762.

Full text
Abstract:
Ketombe adalah kondisi kulit kepala yang biasanya ditandai dengan gatal dan pengelupasan pada kulit kepala, hal ini dapat disebabkan oleh jamur Pityrosporum ovale dan Candida albicans. Kulit Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) merupakan suatu bahan alam yang mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai antijamur seperti flavonoid, alkaloid, tannin dan enzim bromelain. Selain itu, kandungan enzim bromelain yang terdapat pada kulit nanas (Ananas comosus (L.) Merr) juga berkhasiat sebagai antiinflamasi, antikanker dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifungi ekstrak etanol kulit nanas (Ananas comosus (L.) Merr) terhadap pertumbuhan Pityrosporum ovale dan Candida albicans penyebab ketombe. Uji aktivitas antifungi dilakukan dengan metode difusi cakram menggunakan kertas cakram terhadap lima konsentrasi yaitu 5%, 10%, 15%, kontrol positif ketokonazol 2% dan kontrol negatif DMSO 10%, ditanam pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan media Potato Dextrose Agar (PDA) yang sebelumnya telah ditanamkan biakan jamur uji dengan menggunakan metode swab kemudian diinkubasi pada temperatur 37oC selama 3-5 x 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga konsentrasi yaitu 5%, 10% dan 15% memiliki rata-rata diameter zona hambat berturut-turut terhadap Pityrosporum ovale sebesar 7,77 mm, 10,33 mm, 11,99 mm dan kontrol positif ketokonazol 2% sebesar 23 mm. Dimana, pada setiap konsentrasi terdapat perbedaan bermakna (p<0,05). Sedangkan terhadap Candida albicans sebesar 7,99 mm, 10,14 mm, 11,55 mm dan kontrol positif ketokonazol 2% sebesar 23 mm. Dimana, pada setiap konsentrasi terdapat perbedaan bermakna (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit nanas (Ananas comosus (L.) Merr) pada konsentrasi 5%, 10% dan 15% memiliki aktivitas antifungi terhadap pertumbuhan Pityrosporum ovale dan Candida albicans penyebab ketombe.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Ambarwati, Neneng Siti Silfi, Titin Supiani, Nilam Amelia Laksmi, and Dwi Atmanto. "PENINGKATAN KESEJAHTERAAN DENGAN PEMANFAATAN LIDAH BUAYA UNTUK PERAWATAN KULIT KEPALA DAN RAMBUT." JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan) 7, no. 02 (October 30, 2020): 117–29. http://dx.doi.org/10.21009/jkkp.072.01.

Full text
Abstract:
Background: Aloe vera is a medicinal plant that has been used since 1500 BC in many countries as a local medicine that has thick leaves flesh from the Liliaceae family. There are 75 compounds in Aloe vera leaves flesh have been found including 20 minerals (copper, iron, calcium, zinc, manganese, sodium, potassium, etc), 20 amino acids, vitamins (vitamins A, B, C, E, B12, folic acid ), salicylic acid, and water. Aloe vera is widely used for its antibacterial, anti-viral, anti-inflammatory, the lack of itching, and help prevent skin ulcers. Purpose: This study intends to investigate the effect of fresh Aloe vera gel mask in the reduction of scalp dandruff. Methods: Sampling was done by purposive sampling method as many as 10 people suffering from dry dandruff divided into 2 groups, namely 5 were given care using fresh Aloe vera gel mask and 5 were given control mask treatment. Each sample received 3 treatments a week for 4 weeks. Observations before and after treatment were carried out by experts using a research instrument sheet assisted by a skin and hair analyzer. Test requirements analysis using the normality test and homogeneity test, and data analysis using the T-test. Results: The test results show data are normally distributed and homogeneous, tcount (3.38) > ttable (1.86). This showed that the influence the used of Aloe vera to reduce dandruff on the scalp. Obtained the average value of the reduction in dandruff with use fresh Aloe vera gel mask (0.800) was greater than using a control (0.699). Conclusion: The results of this study indicate that there influence of used Aloe vera leaves flesh mask on reduced dandruff on the scalp. Abstrak Latar belakang masalah: Kesejahteraan keluarga merupakan kondisi keluarga yang memiliki keuletan, ketangguhan, kemampuan sehingga mampu hidup mandiri. Lidah buaya adalah tanaman obat yang telah digunakan sejak 1500 SM di banyak negara sebagai obat lokal yang memiliki daging daun tebal dari keluarga Liliaceae. Ada 75 senyawa dalam daging daun lidah buaya yang telah ditemukan termasuk 20 mineral (tembaga, besi, kalsium, seng, mangan, natrium, kalium, dll), 20 asam amino, vitamin (vitamin A, B, C, E, B12, asam folat), asam salisilat, dan air. Lidah buaya banyak digunakan untuk antibakteri, anti-virus, anti-inflamasi, kurangnya gatal, dan membantu mencegah borok kulit. Tujuan: Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki efek dari masker gel lidah buaya segar dalam mengurangi ketombe kulit kepala dan cara bagaimana lidah buaya ini dapat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kesehateraan keluarga. Metode: Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling sebanyak 10 orang penderita ketombe kering yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 5 orang diberikan perawatan menggunakan masker gel lidah buaya segar dan 5 orang diberi perlakuan masker kontrol. Perlakuan sampel dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu minggu selama 4 minggu. Pengamatan sebelum dan sesudah perawatan dilakukan oleh dua orang ahli kulit dan rambut dengan menggunakan lembar instrumen penelitian. Uji persyaratan analisis menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas, sedangkan analisis data menggunakan uji t. Selanjutnya dilakukan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan literatur untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan menggunakan lidah buaya ini. Hasil: Hasil tes menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen, dengan thitung (3,38) > ttabel (1,86). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan masker gel lidah buaya dalam mengurangi ketombe pada kulit kepala. Diperoleh nilai rata-rata pengurangan ketombe dengan menggunakan masker gel lidah buaya segar (0,800) lebih besar daripada menggunakan kontrol (0,699). Implikasi: Pembudidayaan lidah buaya dan pemanfaatan lidah buaya sebagai masker dapat meningkatkan kesehateraan keluarga. Kata kunci: kesejahteraan keluarga, masker gel lidah buaya segar, mengurangi ketombe
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Permadi, Yulian Wahyu, and Eko Mugiyanto. "FORMULASI DAN EVALUASI SIFAT FISIK SHAMPO ANTI KETOMBE EKSTRAK DAUN TEH HIJAU." Jurnal Farmasi Sains dan Praktis 4, no. 2 (November 2, 2018): 62–66. http://dx.doi.org/10.31603/pharmacy.v4i2.2324.

Full text
Abstract:
Ketombe adalah keadaan anomali kulit kepala dan salah satu penyebab jamur Candida albicans.Camellia sinensis Linn atau lebih dikenal dengan daun teh hijau, jenis tumbuhan yang daun dantunasnya digunakan untuk membuat teh. Tanaman ini termasuk genus camellia, genus tanamanberbunga dari keluarga theacea. Tumbuhan ini mengandung flavanol flavanoid utama. Ekstraksiadalah proses memotong-motong senyawa kimia dari bahan alami menggunakan pelarut etanol96%. Maserasi adalah cara menarik simplisia dengan proses menyederhanakan simplisia ke dalamcairan penari pada suhu. Konsentrasi masing-masing bahan adalah masing-masing 100 ml sampoyang mengandung 10 gram ekstrak teh hijau, 1 gram natrium lauril sulfat, 0,5 gram natrium klorida,PEG 400 1 gram. Nipagin 0,18 gram, mentol 0,25 gram. Tes pengujian fisik, uji viskositas, dari hasiluji fisik seluruh persediaan sesuai dengan rentang dan persyaratan yang telah ditetapkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Ramadhan, Rizki Akbar, Rehana Rehana, and Muhamad Salman Fareza. "Aktivitas Antifungi Esktrak Etanol Daun Kamboja Merah (Plumeria rubra L.) Terhadap Pityrosporum ovale." Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo 6, no. 2 (September 30, 2018): 77. http://dx.doi.org/10.20884/1.api.2018.6.2.2161.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metabolit sekunder dan konsentrasi hambat minimum (KHM) dari ekstrak etanol daun kamboja merah (Plumeria rubra L.) terhadap fungi Pityrosporum ovale penyebab ketombe. Ekstrak diperoleh dengan metode maserasi dalam pelarut etanol. Kandungan kimia pada ekstrak diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis. Aktivitas antifungi dilakukan dengan metode dilusi padat untuk memperoleh nilai KHM. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kamboja merah mengandung flavonoid dan terpenoid. KHM yang didapat adalah 1750 ppm.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Bonon, F., M. Brustolon, A. L. Maniero, and U. Segre. "Hindered motions in a ketonea-urea inclusion compound. An ESR and ENDOR study." Applied Magnetic Resonance 3, no. 5 (October 1992): 779–95. http://dx.doi.org/10.1007/bf03260111.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Arianto, Anayanti, Panal Sitorus, and Rodiah Ma'rufah. "Formulasi dan Evaluasi Aktivitas Antijamur Gel Sampo Anti ketombe Minyak Sereh Dapur (Cymbopogon citratus)." Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM) 1, no. 3 (December 19, 2018): 007–13. http://dx.doi.org/10.32734/tm.v1i3.253.

Full text
Abstract:
Salah satu penyebab adanya ketombe pada kulit kepala adalah jamur Pityrosporum ovale. Minyak sereh dapur (Cymbopogon citratus) mengandung α sitral dan β sitral yang mempunyai aktivitas antijamur. Bermacam-macam bahan antijamur telah digunakan dalam produk sampo anti-ketombe dan produk ini menunjukkan efek samping seperti rambut rontok, gatal-gatal dan iritasi pada kulit kepala. Tujuan Penelitian ini adalah memformulasi dan evaluasi aktivitas antijamur gel sampo anti ketombe dari minyak sereh dapur (Cymbopogon citratus). Minyak sereh dapur yang digunakan diuji aktivitas antijamur. Formulasi gel sampo antiketombe menggunakan minyak sereh dapur dengan konsentrasi 5%; 7,5% dan 10%. Evaluasi formulasi gel meliputi: penampilan fisik, homogenitas, kemampuan berbusa dan stabilitas busa, penentuan pH, pengukuran viskositas dan tegangan permukaan, daya pembasah, daya pembersih, stabilitas fisik selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar dan aktivitas anti-jamur terhadap Pityrosporum ovale. Hasil uji antijamur minyak atsiri sereh dapur terhadap jamur Pityrosporum ovale menunjukkan konsentrasi hambat minimum (KHM) adalah 5 mg/ml dengan rata-rata diameter hambat 7,23 mm dan konsentrasi hambat yang paling aktif adalah 100 mg/ml dengan rata-rata diameter hambat 27,46 mm. Gel shampoo antiketombe minyak sereh dapur yang dihasilkan memenuhi persyaratan uji homogenitas, kemampuan membusa dan stabilitas busa, pH, viskositas, daya pembasah dan pembersih, dan stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Aktivitas antijamur gel sampo antiketombe minyak sereh dapur dengan konsentrasi 5%; 7,5%; dan 10% memiliki rata-rata diameter hambat terhadap jamur Pityrosporum ovale masing-masing adalah 17,30; 18,76 dan 20,43 mm. Gel sampo antiketombe dengan minyak sereh dapur 10% adalah yang paling effektif menghambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. One of the causes of dandruff on the scalp is a fungi, Pityrosporum ovale. Lemongrass Oil (Cymbopogon citratus) consists of α sitral and β sitral which have anti-fungal activity. There are various anti-fungal agent as a component of anti-dandruff shampoo, however, they caused side effects such as hair loss, itchy and scalp iritation. This research aimed to formulate and evaluate the antifungal activity of lemongrass oil (Cymbopogon citratus) anti-dandruff gel shampoo. Anti-fungal activity of lemongrass oil was evaluated. The formula of anti-dandruff gel shampoo consists of lemongrass with various concentration of 5%; 7,5% and 10%. Evaluation of gel formula consists of physical performance, homogeneity, foaming ability, foam stability, pH measurement, determination of viscosity and surface tension, lubricant and hygiene ability, physical stability for 12 weeks at room temperature and anti-fungal activity against Pityrosporum ovale. The result of anti-fungal activity evaluation of Lemongrass oil against Pityrosporum ovale showed that it hadminimum inhibitory concentration (MIC) of 5 mg/mL with mean of inhibition zone diameter of 7,23 mm and the maximum inhibitiory concentration was 100 mg/ml with mean of inhibition zone diameter of 27,46 mm. Anti-dandruff gel shampoo of Lemongrass Oil met the criteria of homogenity, foaming ability and foam stability, pH, viscosity, lubricant and hygiene ability, and stable for 12 weeks strorage at room temperature. Anti-fungal activity of lemongrass oil (Cymbopogon citratus) anti-dandruff gel shampoo against Pityrosporum ovale with various concentrations of 5%; 7,5%; dan 10% showed mean of inhibition zone diamater of 17,30; 18,76 and 20,43 mm, respectively. Anti-dandruff gel shampoo with 10% lemongrass oil was the most potent sample to inhibit Pityrosporum ovale growth
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Mestel, B. D., and A. H. Osbaldestin. "Golden mean renormalization for a generalized Harper equation: The Ketoja–Satija orchid." Journal of Mathematical Physics 45, no. 12 (December 2004): 5042–75. http://dx.doi.org/10.1063/1.1797532.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Krvavica, Marina, Jelena Đugum, Munevera Begić, and Amir Ganić. "Hlapivi spojevi arome kupreške janjetine." Meso 22, no. 2 (2020): 129–41. http://dx.doi.org/10.31727/m.22.2.4.

Full text
Abstract:
U okviru projekta utvrđivanja aroma profila različitih hrvatskih vrsta janjetine čiji je osnovni cilj bio ponuditi jednostavnu i pouzdanu analitičku metodu kojom bi se mogla potvrditi njihova autentičnost povezujući ih sa zemljopisnim područjem uzgoja, izvršena je analiza hlapivih spojeve arome kupreške janjetine uzgojene na Kupreškoj visoravni (BiH) na oko 1200 m n.v. Znatna teritorijalna odvojenost (horizontalna i vertikalna) Kupreške visoravni od hrvatskih područja na kojima je istraživanje organizirano (Lika, Dalmatinska zagora, otoci Pag i Cres) te razlike u njihovim prirodnim obilježjima doprinos su sigurnijem donošenju zaključaka o mogućim biomarkerima janjećeg mesa koji bi se s obzirom na florni sastav mogli povezati s određenim zemljopisnim područjem uzgoja. Analizom hlapivih spojeva toplinski obrađene kupreške janjetine na GC-MS, metodom mikroekstrakcije na čvrstoj fazi (SPME) te određeni metodom plinske kromatografije s masenom spektrofotometrijom (GC-MS), izolirano je ukupno 66 spojeva, od čega 14 aldehida (61,55 % ukupne površine pikova), 10 alkohola (7,78 %),12 ketona (12,11 %), 8 alifatskih ugljikovodika (1,23 %), 7 aromatskih spojeva (9,63 %), 3 heterociklička spoja (0,95 %), 1 furan (1,34 %), 2 kiseline i 3 estera (3,75 %), 4 terpena (0,94 %) te 3 sumporna spoja (0,73 %). U odnosu na dalmatinsku, pašku, ličku i cresku janjetinu, aroma kupreške janjetine sadrži 3 hlapiva spoja (2 ketona i 1 ester) koja nisu utvrđena u navedenim vrstama janjetine. Nadalje, aroma kupreške janjetine sadrži znatno više C-7 aldehida (16,24 %), ketona 2,3-oktadienona i 2-oktanona (9,96 %) te dugolančanih alkana (0,71 %) koji se u literaturi navode kao pašni markeri, ali i znatno manji broj i udio terpena (0,94 %) koji se u literaturi spominju kao mogući pouzdani biomarkeri zemljopisnog područja uzgoja. S obzirom da su terpeni isključivo metaboliti biljaka (biljke dvosupnice ih sadrže znatno više nego jednosupnice) koji se uglavnom izravno iz hrane ugrađuju u životinjska tkiva, terpenski profil janjetine može ukazivati na područje uzgoja janjadi (efekt teritorija). Sudeći prema aroma profilu (markerima paše), a osobito terpenskom profilu kupreške janjetine, kupreški pašnjaci i livade obiluju bogatom biljnom masom u kojoj dominiraju trave, dok su biljke dvosupnice (bogate aromatskim spojevima) manje zastupljene. Za pouzdanije rezultate potrebno je provesti dodatna istraživanja botaničkog i kemijskog sastava flore kupreških pašnjaka i livada, čije će se rezultati povezati s odgovarajućim spojevima arome janjećeg mesa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

SANTOS, FRANKLIN NOEL DOS, and RICARDO SILVA ABSALÃO. "A new genus of Barleeidae Gray, 1857 (Mollusca, Gastropoda) and the first occurrence of the genus Pseudodiala Ponder, 1967 off the Brazilian coast." Zootaxa 1232, no. 1 (June 15, 2006): 59. http://dx.doi.org/10.11646/zootaxa.1232.1.2.

Full text
Abstract:
Ketosia new genus, Barleeidae, is described from off the Brazilian coast, based on conchological analysis of specimens collected through the REVIZEE Program and others from oil prospecting, off the coast of Rio de Janeiro State (24 o W). The new genus is characterised by: anteriorly convex to slightly convex shell profile; protoconch paucispiral, dome-shaped, its surface covered with irregular pits; and teleoconch smooth but with minute deep pits. The aperture is oval, and may be separated from the peripheral region of the teleoconch by a depression. Two new species belonging to this new genus are described herein. We also record, for the first time, the occurrence of the genus Pseudodiala Ponder, 1967 from the Brazilian coast, describing a new species.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Suryati, Lia, and Nyi Mekar Saptarini. "Formulasi Sampo Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia sinensis var. assamica)." Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology 3, no. 2 (June 28, 2016): 66. http://dx.doi.org/10.15416/ijpst.v3i2.8680.

Full text
Abstract:
Sampo digunakan untuk menghilangkan partikel yang tidak diinginkan, seperti minyak dan ketombe. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai sampo adalah teh hijau (Camellia sinensis var. assamica). Penelitian ini bertujuan membuat sampo ekstrak daun teh hijau yang stabil dan aman. Tahapan penelitian meliputi ekstraksi, penapisan fitokimia, formulasi sampo, uji stabilitas fisik meliputi organoleptik, pH, bobot jenis, viskositas, dan uji iritasi. Sampo diformulasikan dengan konsentrasi 5, 10, dan 15% ekstrak daun teh hijau dengan dan tanpa PEG-400. Ekstraksi menghasilkan rendemen sebesar 35%. Penapisan fitokimia menunjukkan simplisia dan ekstrak mengandung alkaloid, flavonoid, dan tanin. Sampo ekstrak daun teh hijau berwarna coklat muda yang homogen dengan rentang pH 5,2-7,0, bobot jenis sebesar 0,93-1,10 g/mL, viskositas 1230-3910 cps, tetapi menyebabkan mata merah pada kelinci.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Helvian, Fhirastika Annisha, Andi Irhamnia Sakinah, and Andi Faradilah. "Status keluhan penyakit kulit santri Pesantren Al Ikhlas, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan." Jurnal Pengabdian Masyarakat: Humanity and Medicine 1, no. 3 (November 30, 2020): 148–59. http://dx.doi.org/10.32539/hummed.v1i3.41.

Full text
Abstract:
Keluhan kulit merupakan keluhan yang paling banyak ditemukan pada anak pesantren. Faktor higienitas memegang peranan penting dalam munculnya penyakit kulit di pesantren. Pada kegiatan pengabdian masyarakat Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, kami bertujuan melakukan pemeriksaan serta intervensi pengobatan dan penyuluhan terkait penyakit kulit yang sering ditemukan pada santri pesantren. Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan pada 96 santri pesantren yang kesemuanya mengikuti semua tahapan yaitu penyuluhan, pemeriksaan kulit, dan pengobatan. Keluhan gatal mencapai prevalensi 87,5% diutarakan oleh santri pesantren sedangkan keluhan berupa kutu rambut dan ketombe dominan hanya dinyatakan oleh santri perempuan (santriwati). Keluhan penyakit kulit masih menjadi keluhan yang sering terjadi di kalangan santri pesantren. Kegiatan pengabdian masyarakat pada pesantren dengan mengambil tema penyakit kulit dan kelamin perlu terus digalakkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Indriyanti, Niken, I. Ketut Adnyana, and Elin Yulinah Sukandar. "AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI AKAR SINGAWALANG (Petiveria alliacea L. ) TERHADAP JAMUR PENYEBAB KETOMBE DENGAN METODE BROTH MICRODILUTION." Journal Of Tropical Pharmacy And Chemistry 2, no. 2 (June 30, 2013): 113–17. http://dx.doi.org/10.25026/jtpc.v2i2.56.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Silva de Oliveira, Luiz Henrique. "Antonio Olinto et le négrisme brésilien." Études littéraires africaines, no. 43 (August 25, 2017): 11–29. http://dx.doi.org/10.7202/1040912ar.

Full text
Abstract:
Ce travail présente le négrisme dans trois romans d’Antonio Olinto : La Maison d’eau, Le Roi de Ketou et Trono de vidro. Le négrisme brésilien peut être caractérisé à deux niveaux : soit à partir de sa thématique littéraire, soit à partir de l’ensemble des processus mis en oeuvre. Dans cet article, le négrisme est compris comme l’ensemble des processus de représentation de l’univers des Afro-descendants. Olinto valorise l’homme noir et le représente dans sa diversité, rompant ainsi avec les stéréotypes dominants de son temps.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Upton, A. F. "Kansalliseen Kansanvaltaan: Suomen Itsenäisyys, Sosialidemokraatit Ja Venäjän Vallankumous 1917. By Eino Ketola. Helsinki: Kustannusosakeyhtio Tammi, 1987. 520 pp. Cloth." Slavic Review 47, no. 2 (1988): 353–54. http://dx.doi.org/10.2307/2498504.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Altglas, Véronique. "Kimmo Ketola, An indian guru and his western disciples. Representation and communication of charisma in the hare Krishna movement." Archives de sciences sociales des religions, no. 128 (October 1, 2004): 53–158. http://dx.doi.org/10.4000/assr.2595.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Wahyudi, Gregorius, Made Suma Anthara, and I. Putu Gede Yudhi Arjentinia. "Studi Kasus: Demodekosis pada Anjing Jantan Muda Ras Pug Umur Satu Tahun." Indonesia Medicus Veterinus 9, no. 1 (January 31, 2020): 45–53. http://dx.doi.org/10.19087/imv.2020.9.1.45.

Full text
Abstract:
Demodekosis pada anjing merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi tungau Demodex sp dalam lapisan kulit dermis atau pada folikel rambut. Hewan kasus adalah anjing ras pug berjenis kelamin jantan, berumur ±1 tahun dan memiliki bobot badan 4,1 kg. Berdasarkan hasil anamnesis anjing mengalami gatal-gatal dan kemerahan selama kurang lebih satu bulan. Pada saat itu rambut anjing sudah mulai rontok dan teramati adanya ketombe. Anjing sering menggaruk pada bagian telinga, leher, punggung, dan wajah hingga merah. Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopik ditemukan tungau yaitu Demodex sp., sedangkan hasil pemeriksaan darah rutin menunjukkan anjing kasus mengalami anemia mikrositik hipokromik. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium, dapat disimpulkan bahwa anjing ini didiagnosis menderita demodekosis. Pengobatan secara kausatif untuk anjing kasus diberikan ivermektin dengan dosis anjuran 0,2-0,4 ml/kg berat badan dan diinjeksikan sebanyak 0,16 ml secara subkutan dengan interval pengulangan sekali seminggu. Chlorfeniramin meleat sebagai antihistamin dengan dosis anjuran 2-4 mg/kg berat badan pada kasus ini diberikan dua kali sehari secara oral dan fish oil sekali sehari. Hewan dimandikan dengan amitras sekali seminggu dengan dosis pemberian 1ml : 100 ml. Setelah lima hari paska terapi, hewan kasus menunjukkan berkurangnya frekuensi menggaruk dan kemerahan pada kulit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Paprocka, Natalia. "Translating Picturebooks: Revoicing the Verbal, the Visual and the Aural for a Child Audience. Riitta Oittinen, Anne Ketola and Melissa Garavini." International Research in Children's Literature 11, no. 2 (December 2018): 205–7. http://dx.doi.org/10.3366/ircl.2018.0276.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Wang, Yanmeng, and Linxin Liang. "Riitta Oittinen, Anne Ketola and Melissa Garavini. Translating Picturebooks: Revoicing the Verbal, the Visual and the Aural for a Child Audience." Babel. Revue internationale de la traduction / International Journal of Translation 66, no. 1 (January 31, 2020): 155–58. http://dx.doi.org/10.1075/babel.00139.wan.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Alya, Qonitah Anggara. "KETOKONAZOL 2% LEBIH EFEKTIF DIBANDING EKSTRAK BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa sinensis L.) SEBAGAI HERBAL POTENSIAL ANTI MIKOSIS." Jurnal Kedokteran RAFLESIA 6, no. 2 (December 1, 2020): 10–18. http://dx.doi.org/10.33369/juke.v6i2.13829.

Full text
Abstract:
Latar Belakang Malassezia furfur merupakan flora normal kulit kepala yang dapat menjadi patogen penyebab ketombe dan dermatitis seboroik. Penggunaan shampo antiketombe yang mengandung berbagai senyawa kimia dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping yang membahayakan. Beberapa isolat Malassezia furfur bersifat resisten terhadap golongan azol. Bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) mengandung senyawa metabolit antijamur. Tujuan Membandingkan efektivitas ketokonazol 2% dan ekstrak etanol bunga sepatu sebagai antijamur terhadap pertumbuhan Malassezia furfur. Metode Penelitian eksperimental laboratorium dengan post test only control group design dilakukan secara triplo menggunakan 6 kelompok perlakuan dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125%. Kontrol positif (+) berisi media Sabouraud Dextrose Broth (SDB) olive oil & suspensi jamur sedangkan kontrol negatif (-) berisi media SDB olive oil, suspensi jamur, & ketokonazol 2%. Penentuan Kadar Hambat Minimal (KHM) memperhatikan kekeruhan media SDB olive oil, dilanjutkan penggoresan pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA) olive oil dengan mengamati pertumbuhan koloni untuk menentukan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Sampel inkubasi 2-5 hari dengan suhu 37°C. Hasil Pengamatan semua konsentrasi ekstrak etanol bunga sepatu pada hari 1-5 ditemukan pertumbuhan jamur sedangkan pengamatan ketokonazol 2% pada hari 1-2 tidak ditemukan pertumbuhan jamur. Kesimpulan Ketokonazol 2% lebih efektif dibandingkan dengan ekstrak etanol bunga sepatu dalam menghambat pertumbuhan Malassezia furfur.Kata kunci : Efektivitas antijamur, Ketokonazol 2%, Ekstrak bunga sepatu, Malassezia furfur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Wijayanti, Ernanin Dyah, and Endang Susilowati. "Eksplorasi Ekstrak Etanol Beberapa Tumbuhan Berpotensi Sebagai Antiketombe." JRST: JURNAL RISET SAINS DAN TEKNOLOGI 1, no. 2 (September 19, 2017): 75. http://dx.doi.org/10.30595/jrst.v1i2.1671.

Full text
Abstract:
Abstrak Ketombe merupakan salah satu masalah rambut yang disebabkan oleh fungi Malassezia furfur sehingga untuk pengendaliannya diperlukan agen antifungi. Beberapa tumbuhan telah digunakan secara empiris untuk terapi antiketombe antara lain: inggu (Ruta angustifolia), bambu tali (Gigantochloa apus), johar (Senna siamea), jintan hitam (Nigella sativa), apukat (Persea americana), dadap serep (Erythrina lithosprema), nagasari (Palaquium rostratum), pisang (Musa paradisiaca), sidaguri (Sida rhombifolia), tomat (Solanum lycopersicum), kethuk (Alocasia macrorrhiza) dan komak (Dolichos lablab). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan aktivitas antifungi ekstrak etanol tumbuhan uji dan menentukan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimumnya (KBM). Masing-masing simplisia tumbuhan uji diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% selama 5 hari. Pengujian aktivitas antifungi terhadap Malassezia furfur menggunakan metode difusi sumuran, yang dilanjutkan dengan penentuan KHM dan KBM dengan metode dilusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ekstrak etanol tumbuhan uji memiliki aktivitas antifungi yang bervariasi terhadap Malassezia furfur. Aktivitas yang kuat ditunjukkan oleh ekstrak etanol kulit buah pisang, daun bambu tali, daun komak, biji jintan hitam dan daun inggu. Nilai KHM masing-masing ekstrak antara lain: kulit buah pisang, daun bambu tali dan daun komak (10%), biji jintan hitam (20%), daun inggu (30%), daun dadap serep dan daun johar (50%), daun tomat (60%), daun apukat dan daun nagasari (70%). Ekstrak etanol daun sidaguri dan daun kethuk tidak memiliki nilai KHM. Semua ekstrak etanol tumbuhan uji tidak memiliki nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM). Kata kunci: antifungi, ekstrak etanol, ketombe Abstract Dandruff is one of hair problem caused by Malassezia furfur, which can be controlled by antifungal agents. Empirically, some plants have been used as antidandruff treatment: rue (Ruta angustifolia), bamboo tali (Gigantochloa apus), blackwood cassia (Senna siamea), black cummin (Nigella sativa), avocado (Persea americana), Indian coral tree (Erythrina lithosprema), gutta percha (Palaquium rostratum), banana (Musa paradisiaca), cuban jute (Sida rhombifolia), tomato (Solanum lycopersicum), taro (Alocasia macrorrhiza) and lablab (Dolichos lablab). This research was aimed to observe antifungal activity, Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Fungicidal Concentration (MFC) of these 12 potential plants against Malassezia furfur. Each of plant simplisia was extracted by immersion in 70% ethanol for 5 days. Antifungal activity assay against Malassezia furfur were conducted using agar well diffusion, followed by dilution method to determine MIC and MFC. The results showed that all of plant ethanolic extract have various antifungal activity against Malassezia furfur. Strong activity showed by banana peels extract, bamboo tali leaves extract, lablab leaves extract, black cumin seeds extract and rue leaves extract. MIC values obtained were 10 % for banana peels extract, bamboo tali and lablab leaves extract, 20% for black cumin seeds extract, 30% for rue leaves extract, 50% for Indian coral and blackwood cassia leaves extract, 60% for tomato leaves extract, 70% for avocado and gutta percha leaves extract. Whereas cuban jute and taro leaves extract did not show MIC values. All of plant ethanolic extracts did not show MFC values. Key words: antifungal, dandruff, ethanolic extract
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Nurhikma, Eny, Dewi Antari, and Selfyana Austin Tee. "Formulasi Sampo Antiketombe Dari Ekstrak Kubis (Brassica oleracea Var. Capitata L.) Kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb)." Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4, no. 1 (July 3, 2018): 61–67. http://dx.doi.org/10.35311/jmpi.v4i1.25.

Full text
Abstract:
Sampo ekstrak kubis kombinasi daun pandan wangi adalah sediaan kosmetik yang dibuat dari bahan dasar ekstrak kubis dan daun pandan wangi serta penambahan bahan lain yang dapat digunakan pada kulit kepala tanpa menimbulkan iritas. Ekstrak kubis dan daun pandan wangi memiliki senyawa yang berkhasiat menghambat pertumbuhan ketombe pada kulit kepala , penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan sampo antiketombe dari ekstrak kubis kombinasi daun pandan wangi yang dapat memenuhi uji evaluasi fisik sediaan. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan beberapa evaluasi fisik sediaan diantaranya yaitu uji organoleptik, berdasarkan warna, bentuk dan aroma sediaan, uji pH, uji tinggi busa, uji homogenitas, dan uji viskositas. Hasil penelitian menunjukan formula sampo antiketombe ekstrak kubis dan daun pandan wangi hasilnya menunjukka bahwa uji evaluasi fisik sediaan sampo antiketombe ekstrak kubis kombinasi daun panan wangi memenuhi syarat secara fisik, pada uji organoleptik warna yang dihasilkan dari ketiga formula yaitu formula A, formula B dan formula C berwarna hijau gelap disebabkan oleh zat aktif yang digunakan yaitu daun pandan wangi, aroma yang dihasilkan adalah aroma dari penambahan pewangi yang digunakan dalam sediaan, pewangi yang digunakan yaitu minyak mawar serta bentuk dari sediaan yaitu kental. Pada uji pH ketiga formulasi telah memenuhi syarat mutu pH kulit kepala yaitu 4,5 – 6,5. Formula yang dihasilkan menghasilkan tinggi busa yang baik. Sediaan sampo yang dibuat dari ketiga formula homogen dan kental.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

B. Dakpogan, Hervé, Venant P. Houndonougbo, Juste Sègbédji, Guy A. Mensah, and Saïdou Salifou. "Antiparasitic activity of papaya seed extract (Carica papaya) in free-range local breed chicken (Gallus gallus) production system in Ketou District." Journal of Animal & Plant Sciences 41.2 (August 31, 2019): 6896–902. http://dx.doi.org/10.35759/janmplsci.v41-2.3.

Full text
Abstract:
A field study with a completely randomized design was carried out to evaluate the antiparasitic activity of dried seed meal of unripe mature papaya fruit on gastrointestinal parasites of the traditional chicken farming system in Ketou district. The targeted parasites were Ascaridia galli, Eimeria sp., Capillaria sp. and Heterakis sp. Nine chicken flock units of at least 10 local chicken were enrolled in the study which makes three experimental groups of chickens with three replications per treatment. The first group was treated with the Niclosamide-levamisole molecule complex, a conventional chicken antiparasitic drug (VPV: Vermifuge Polyvalent Volaille) with one tablet orally given to an individual adult and half a tablet orally given to an individual young chicken. The second group received, in drinking water, dried seed meal of papaya fruit at a dosage of 1 mg per chicken for 5 days. The third group received drinking water as a placebo. A total of 198 faecal samples were analysed in the laboratory with the quantitative flotation method using the McMaster Chamber. The results obtained demonstrated the effectiveness of Carica papaya extract treatment on coccidia in the first place and also on Ascaridia galli with effects comparable to that of the conventional antiparasitic drugs used in commercial chicken production system. The efficiency time period was 3 weeks for the extract of Carica papaya. This means that the treatment must be renewed every 3 weeks to guarantee its effectiveness. However, the most appropriate dose remains to be elucidated and the use of other organs of the plant for better efficacy will be the subjects of further investigations.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Sofyana, Neng Tanty, Jiawen Zheng, Yuki Manabe, Yuta Yamamoto, Shigenobu Kishino, Jun Ogawa, and Tatsuya Sugawara. "Gut microbial fatty acid metabolites (KetoA and KetoC) affect the progression of nonalcoholic steatohepatitis and reverse cholesterol transport metabolism in mouse model." Lipids 55, no. 2 (February 10, 2020): 151–62. http://dx.doi.org/10.1002/lipd.12219.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Lindfors, Oskari H., Kimmo S. Ketola, Tuomas K. Klockars, Tuomo K. Leino, and Saku T. Sinkkonen. "Middle Ear Barotraumas in Commercial Aircrew." Aerospace Medicine and Human Performance 92, no. 3 (March 1, 2021): 182–89. http://dx.doi.org/10.3357/amhp.5738.2021.

Full text
Abstract:
BACKGROUND: Middle ear (ME) barotraumas are the most common condition in aviation medicine, sometimes seriously compromising flight safety. Considering this and the ever-increasing amount of commercial aviation, a detailed overview is warranted.METHODS: In this survey study, an anonymous, electronic questionnaire was distributed to commercial aircrew of the three major commercial airlines operating in Finland (N 3799), covering 93% of the target population (i.e., all commercial aircrew operating in Finland, N 4083). Primary outcomes were self-reported prevalence, clinical characteristics, and health and occupational effects of ME barotraumas in flight. Secondary outcomes were adjusted odds ratios (OR) for frequency of ME barotraumas with respect to possible risk factors.RESULTS: Response rate was 47% (N 1789/3799), with 85% (N 1516) having experienced ME barotraumas in flight. Of those affected, 60% had used medications, 5% had undergone surgical procedures, and 48% had been on sick leave due to ME barotraumas (40% during the last year). Factors associated with ME barotraumas included a high number of upper respiratory tract infections [3 URTIs/yr vs. 0 URTIs/yr: OR, 9.02; 95% confidence interval (CI) 3.9920.39] and poor subjective performance in Valsalva (occasionally vs. always successful: OR, 7.84; 95% CI 3.9715.51) and Toynbee (occasionally vs. always successful: OR, 9.06; 95% CI 2.6730.78) maneuvers.CONCLUSION: ME barotraumas were reported by 85% of commercial aircrew. They lead to an increased need for medications, otorhinolaryngology-related surgical procedures, and sickness absence from flight duty. Possible risk factors include a high number of URTIs and poor performance in pressure equalization maneuvers.Lindfors OH, Ketola KS, Klockars TK, Leino TK, Sinkkonen ST. Middle ear barotraumas in commercial aircrew. Aerosp Med Hum Perform. 2021; 92(3):182189.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Batalden, Stephen K. "The Nationality Question in the Estonian Evangelical Lutheran Church, 1918–1939. By Mikko Ketola. Publications of the Finnish Society of Church History, 183. Helsinki: Finnish Society of Church History, 2000. 361 pp." Church History 72, no. 4 (December 2003): 892–93. http://dx.doi.org/10.1017/s0009640700097559.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Darma, Surya. "MISE EN SCENE PADA IKLAN REJOICE INDONESIA DENGAN ANALISIS SEMIOTIKA." PROPORSI : Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif 4, no. 2 (March 6, 2020): 159. http://dx.doi.org/10.22303/proporsi.4.2.2019.159-173.

Full text
Abstract:
<p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis <em>mise en scene </em>serta pemaknaan denotasi, konotasi, dan mitos analisis Roland Barthes pada iklan <em>Rejoice </em>Indonesia. Iklan <em>Rejoice</em> Indonesia menampilkan Fatin Shidqia Lubis sebagai <em>brand ambassador </em>pada penayangan iklan melalui media televisi dan <em>channel youtube</em> resmi <em>Rejoice </em>Indonesia. Musik kolaborasi video “Aku #Hijabisa” merupakan musik kolaborasi video <em>Rejoice</em> dan Fatin. Musik kolaborasi video ini memberi simbol sebagai wanita berhijab jangan takut meraih mimpi dan <em>Rejoice</em> membantu Fatin dan para hijabers untuk meraih mimpinya tanpa masalah rambut. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Objek Penelitian dan Unit Analisis pada penelitian ini adalah “<em>Mise en Scene</em> pada Iklan <em>Rejoice</em> Indonesia dengan Analisis Semiotika”. Sedangkan unit penelitian yaitu analisis keempat unsur <em>Mise en Scene</em> yaitu <em>setting </em>(latar), kostum dan tata rias (<em>make-up)</em>, pencahayaan, pemain dan pergerakan. Iklan <em>Rejoice </em>Indonesia dibedah menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Makna denotasi yang terlihat yaitu adegan beberapa wanita berhijab sedang menari mengikuti alunan musik dengan gerakan yang sama tanpa takut berkeringat di rambut yang menyebabkan ketombe. Makna konotasi yaitu menjelaskan bahwa seorang wanita berhijab mampu melakukan aktivitas diluar ruangan, hijab tidak menghalangi seorang wanita dalam melakukan beberapa aktivitas seperti bermain basket. Mitos pada Iklan <em>Rejoice </em>Indonesia berkonsep musik kolaborasi memboyong ketidak sengajaan wanita-wanita berhijab yang sedang sibuk dengan aktivitasnya untuk mengikuti lirik lagu dan menari bersama Fatin Shidqia Lubis sebagai <em>brand ambassador</em>. Unsur ketidak sengajaan mengikuti alunan musik dan menari tersebut seperti naluri alami, ditandai dengan kepura-puraan meninggalkan aktivitasnya untuk ikut menari dalam <em>frame </em>tersebut.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Ahogni, Idelphonse Bonaventure, Albert Sourou Salako, Jean Fortuné Dagnon, Wilfrid Sèwade, Prudenciène Agboho, Germain Padonou, and Martin C. Akogbeto. "Assessment of the Durability and Bio-effectiveness of Three Long-Lasting Insecticidal Nets in Three Different Communities After the 2017 Mass Net Distribution Campaign in Benin." Journal of Biology and Life Science 11, no. 2 (October 18, 2020): 263. http://dx.doi.org/10.5296/jbls.v11i2.17645.

Full text
Abstract:
Long-lasting insecticidal nets (LLINs) are an essential tool in the fight against malaria. Physical integrity, durability and bio-effectiveness are key variables in the effectiveness of LLINs. The objective of this study was to identify the main factors affecting the survival of three brands of LLINs with different physical characteristics and to assess their bio-effectiveness. A cohort consisting of 1500 LLINs (500 of each) of the brands: DawaPlus®2.0 (polyester, 150 denier, 40 g/m2 fabric weight), PermaNet®2.0 and Yorkool® (polyester, 75 denier, alternating knit pattern with 85 g/m2 fabric weight) was monitored every 6 months in the communes of Ketou, Dogbo and Djougou (from October 2017 to September 2019) based on attrition and integrity measures and median survival in years. We also determined bio-efficacy using the WHO cone test. The physical presence rate was 26.4%, 21.4% and 48.6% respectively for DawaPlus®2.0, PermaNet®2.0 and Yorkool®. The main cause of loss of the three LLINs was displacement, 43.6% (in rural areas) versus 43.2% (in urban areas) with no significant difference (p ˃ 0.05). The median proportional hole index (pHI) ranged from 578 (IQR: 219-843) at 6 months to 196 (IQR: 46-524.5). After 24 months of use, 86.1% were in good condition (0≤pHI<65), 9% were damaged (65≤pHI<643) and 4.2% were too torn (643≤pHI). A significant decrease in physical survival of LLINs (all brands) was observed at 24 months (37.9%, range 34.7-41.3%) compared to 6 months (90.3%, range 88.7-91.8%) (p<0.001). The 24-hour mortality of the three LLINs met WHO requirements for efficacy. The decline in LLIN survival rates during this study highlights the need to develop and implement new strategies to manage this important vector control tool.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Alexis, Hougni, Imorou Lucien, Dagoudo Augustin, and Zoumarou-Wallis Nouhoun. "Caractérisation Agro-Morphologique De Variétés De Cotonnier (Gossypium Hirsutum) Pour Une Régionalisation Economique Pour La Production Du Coton Au Bénin." European Scientific Journal, ESJ 12, no. 36 (December 31, 2016): 210. http://dx.doi.org/10.19044/esj.2016.v12n36p210.

Full text
Abstract:
To take more account of the terroir effect in varietal choice and address the concerns of cotton farmers who disapprove the agricultural policy of single variety, research on varietal regionalization was initiated during four campaigns, by the Agricultural Research Center for Cotton Fibers. This idea is reinforced by the diversity of agro-ecological zones of the country. The nonrenewal of the variety in extension since the 2002-2003 campaign is also an element of justification concerns of industry players. This study aims to exploit the terroir effect to identify the most suitable varieties for each agroecological zone and meet the needs of industry players including producers and ginners. The experiment was conducted in 2011-2012 on Angaradébou sites, Okpara, Savalou and Ketou respectively representing the zones 1 (Alibori / Atakora); 2 (Borgou / Donga); 3 (Hills) and 4 (Zou / Ouemé Plateau / Mono-Couffo). The adopted experimental device is a Fisher block with four replicate and eight treatments or varieties H 279-1 in extension witness. Other varieties include E 944-2; E 956-2; H 769-5; H 782-3; I 875-3; K 768-3 and K 787-2.The measured parameters are the earliness of production, seed cotton yield in the field, the weight of 100 seeds and the fiber ginning outturn. Data analysis revealed significant differences between and inside sites for most measured parameters. The results showed that varieties E 956-2 (1983.85 kg / ha), H 769-5 (1820.49 kg / ha), K 768-3 (1735.42 kg / ha) and H 782-3 (1533.59 kg / ha) in terms of seed cotton yield in the field and compared their performance to shattering were the best respectively in zones 1, 2, 3 and 4.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Trubiroha, P. "Accelerated and outdoor durability testing of organic materials. Hrsg. Warren D. Ketola und Douglas Grossmann, 271 S., ASTM special technical publication STP 1202, ASTM, Philadelphia 1994, £ 57.00, ISBN 0-8031-1863-5. In Europa zu beziehen durch: American." Materials and Corrosion 46, no. 11 (November 1995): 658. http://dx.doi.org/10.1002/maco.19950461118.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Henriksson, Anders. "The Nationality Question in the Estonian Evangelical Lutheran Church, 1918-1939. By Mikko Ketola. Series of the Finnish Society of Church History, no. 183. Helsinki: Suomen Kirkkohistoriallinen Seura, 2000. 361 pp. Appendix. Notes. Bibliography. Index. Illustrations. Photographs. Maps. Paper." Slavic Review 61, no. 1 (2002): 147–49. http://dx.doi.org/10.2307/2697003.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Weiss-Wendt, Anton. "Riho Saard, Eesti rahvusest luterliku pastorkonna väljakujunemine ja vaba rahvakiriku projekti loomine, 1870–1917 (The Formation of Estonian Lutheran Clergy and the Drafting of a Program of the Free National Church, 1870–1917). Helsinki: Finnish Society of Church History, 2000, 379 pp. - Mikko Ketola, The Nationality Question in the Estonian Evangelical Lutheran Church, 1918–1939. Helsinki: Finnish Society of Church History, 2000, 361 pp." Nationalities Papers 29, no. 4 (December 2001): 713–16. http://dx.doi.org/10.1017/s0090599200020390.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Agustin, Triana, Githa Rahmayunita, Rinadewi Astriningrum, Eliza Miranda, Erdina HD Pusponegoro, Arini Setiawati, and Sandra Widaty. "UJI KLINIS SAMPO FORMULASI KHUSUS PADA PASIEN KETOMBE DAN DERMATITIS SEBOROIK RINGAN PADA SKALP." Media Dermato Venereologica Indonesiana 46, no. 3 (September 9, 2019). http://dx.doi.org/10.33820/mdvi.v46i3.66.

Full text
Abstract:
Dermatitis seboroik (DS) merupakan kelainan inflamasi kulit di area seboroik berupa lesi eritematosa dan skuama, bersifat kronik-residif, sedangkan ketombe adalah DS derajat ringan berupa skuama pada skalp. Etiopatogenesis DS bersifat multifaktor, salah satunya berupa kolonisasi Malassezia. Studi pendahuluan ini menguji efikasi dan keamanan sampo dengan formulasi khusus yang mengandung climbazole 1% dan piroctone olamine 0,75%. Sebanyak 28 pasien ketombe dan 18 pasien DS ringan di skalp dibagi menjadi dua kelompok secara paralel, acak, dan tersamar ganda, yaitu kelompok uji dan kontrol. Kedua kelompok dilakukan pemeriksaan setiap 1 minggu selama 4 minggu. Efikasi dinilai menggunakan skor modifikasi Seborrheic Dermatitis Area and Severity Index (SDASI) dan penilaian pruritus menggunakan visual analogue scale (VAS). Analisis efikasi dilakukan secara intention-to-treat dan per-protokol. Pada kelompok pasien ketombe, didapatkan penurunan skor modifikasi SDASI, luas lesi, derajat skuama yang berbeda bermakna antara kelompok uji dan plasebo (p<0,05). Pada kelompok pasien DS ringan pada skalp, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada penurunan skor modifikasi SDASI, luas lesi, derajat skuama, lesi eritematosa, dan skor lesi papul antara kelompok uji dan plasebo (p>0,05). Sampo uji terbukti efektif mengobati ketombe, namun pada DS ringan di skalp sampo hanya efektif mengurangi jumlah skuama tetapi tidak mengurangi lesi inflamasi.Kata kunci: climbazole, dermatitis seboroik, ketombe, piroctone olamine, sampo
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Ibrena, Nanda Terin, Indri Okta Vielsa Siboro, Edlin Nadi, and Sri Wahyuni Nasution. "PERBANDINGAN EFEKTIFITAS DAUN SIRIH MERAH dan PERASAN JERUK PURUT DENGAN KETOKONAZOLE 2% Terhadap PITYROSPORUM OVALE." (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) 5, no. 1 (January 30, 2020). http://dx.doi.org/10.37887/jimkesmas.v5i1.11082.

Full text
Abstract:
Ketombe merupakan sel kulit mati berlebih yang mengelupas dari kulit kepala. Terjadi karena peningkatansekresi sebum yang menyebabkan pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. Daun sirih merah dan jeruk purutmerupakan bahan alam yang dapat gunakan untuk menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale. Tujuan daripenelitian ini untuk membandingkan efektivitas dan mengetahui mana yang lebih efektif antara daun sirihmerah, jeruk purut dan ketokonazole 2%. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakanmetode difusi cakram dengan rancangan Posttest Only Control Group Design, yang menilai zona hambatterhadap kertas cakram yang telah dibasahi ekstrak pada konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%, danketokonazole 2%. Uji penelitian ini dianalisis menggunakan One Way Anova dan dilanjutkan dengan Uji Post HocTurkey. Dari hasil data penelitian terdapat efektifitas dari ekstrak daun sirih merah, perasan jeruk purut danketokonazole 2% terhadap pertumbuhan jamur. Pada ekstrak daun sirih merah memiliki respon hambat yanglemah. Sedangkan pada perasan jeruk purut memiliki respon hambat yang kuat pada setiap konsentrasinya. Danpada ketokonazole 2% juga memiliki respon hambat yang kuat. Perasan jeruk purut memiliki efek antijamur yanglebih kuat dari ketokonazole 2% dan ekstrak daun sirih merah.Kata Kunci : Ketombe, PityrosporumOvale, Ekstrak Daun Sirih Merah, Perasan Jeruk Purut, Ketokonazole 2%
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Nieminen, Mirja. "Kuvakirja kääntäjän työpöydällä." AVAIN - Kirjallisuudentutkimuksen aikakauslehti 16, no. 3 (October 19, 2019). http://dx.doi.org/10.30665/av.84599.

Full text
Abstract:
Riitta Oittinen, Anne Ketola & Melissa Garavini (toim.): Translating Picturebooks: Revoicing the Verbal, the Visual, and the Aural for a Child Audience. New York & London: Routledge, 2018, 213 s.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Sambodo, Dwi Kurniawati, and Siti Salimah. "FORMULASI DAN AKTIVITAS SAMPO EKSTRAK KETEPENG CINA (Cassia alata Linn.) SEBAGAI ANTIKETOMBE TERHADAP Candida albicans." Jurnal Kefarmasian Akfarindo, March 31, 2021, 1–7. http://dx.doi.org/10.37089/jofar.vi0.95.

Full text
Abstract:
Prevalensi populasi masyarakat Indonesia yang menderita ketombe menurut data dari International Date Base, US Sensus Bureau tahun 2004 sebesar 43.833.262 dari 238.452.952 jiwa dan menempati urutan ke empat setelah China, India dan US. Mikroorganisme yang diduga sebagai penyebab ketombe adalah jamur Candida albicans. Sampo antiketombe yang banyak beredar dipasaran mengandung zat aktif yang bersifat fungisitik untuk mengobati infeksi kulit kepala untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan adalah daun ketepeng cina yang mengandung zat aktif yaitu tanin, saponin, alkaloid, steroid, terpenoid, flavonoid, karbohidrat, dan antrakuinon yang berpotensi sebagai antijamur Candida albicans. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan mengetahui efektivitas sediaan sampo ekstrak ketepeng cina (Cassia alata Linn.) sebagai antiketombe terhadap Candida albicans. Sampo diformulasikan menjadi 3 formula dengan perbedaan konsentrasi ekstrak kental ketepeng cina hasil. Sampo diuji sifat fisik dan efektifitas antiketombe menggunakan metode Diffusion Kirby-Bauer dengan indikator diameter daya hambat sampo. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sifat fisik dari ketiga formula sampo ekstrak ketepeng cina (Cassia alata Linn.) meliputi organoleptis, pengukuran pH, pengukuran tinggi busa, homogenitas, cycling test, dan viskositas dihasilkan sifat fisik yang baik sesuai dengan standar uji sifat fisik sampo. Ketiga formula sampo memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Desriani, D., Nur Azizah, Ririn Wahyuni, and Andi Eka Purnama Putri. "Formulasi Hair Tonic Ekstrak Buah Mentimun (Cucumis sativus) sebagai Solusi Ketombe dan Rambut Rontok pada Wanita Berhijab." Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan 4, no. 1 (April 11, 2018). http://dx.doi.org/10.33772/pharmauho.v4i1.4633.

Full text
Abstract:
Penggunaan hijab dahulu hanya dianggap sebagai item yang 'ketinggalan zaman', namun berbeda dengan saat ini. Hijab kini telah dijadikan sebagai salah satu item fashion wajib yang dikenakan oleh sebagian besar wanita muslim di Indonesia. Meskipun populasinya semakin meningkat, namun peningkatan ini tidak diimbangi dengan perawatan khusus rambut yang tertutup di balik hijab, karena sering mengalami masalah rambut akibat nutrisi shampo yang kurang mendukung bagi wanita berhijab, sehingga diperlukan suatu perawatan khusus selain shampoo untuk mengatasi masalah ini. Produksi buah mentimun yang cukup tinggi di Indonesia masih belum sebanding dengan pemanfaatan buah mentimun itu sendiri, mentimun umumnya hanya dikonsumsi di kalangan masyarakat, padahal ekstrak buah mentimun kaya akan metabolit sekunder seperti sulphur dan silikon yang dapat digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan rambut dan menutrisi rambut rontok pada wanita berhijab. Penelitian diawali dengan pembuatan hair tonic dengan menggunakan bahan yaitu ekstrak mentimun (C. sativus) 25%, dan bahan tambahan seperti etanol 96 %, menthol, propilenglikol, metil paraben, natrium metabisulfit, akuades, dengan berbagai konsentrasi. Setelah pembuatan hair tonic maka dilakukan beberapa evaluasi fisik pada sediaan untuk melihat kestabilannya pada masing-masing konsentrasi untuk memenuhi persyaratan sediaan hair tonic dan mengatasi masalah pada rambut berhijab.Kata Kunci: Ketombe, hair tonic, mentimun, hijab, kosmetik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

"Engineering characteristics of the pinnacled surface of the Ketona dolomite in the Birmingham Valley of Alabama." International Journal of Rock Mechanics and Mining Sciences & Geomechanics Abstracts 31, no. 2 (April 1994): A99. http://dx.doi.org/10.1016/0148-9062(94)93117-8.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Grandis, Lexandria, Linda Chiuman, Linda Leonando Wijaya, Vidya Indriani, and Gilbert Lister. "UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK RIMPANG KUNYIT PUTIH (Curcuma zedoaria) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR (Pityrosporum ovale) dan (Microsporum canis)." (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) 5, no. 1 (January 27, 2020). http://dx.doi.org/10.37887/jimkesmas.v5i1.10516.

Full text
Abstract:
Abstrak Kunyit putih memiliki kandungan minyak atsiri. Ketombe merupakan suatu keadaan abnormal yang muncul di lapisan kulit bagian terluar dan ditandai adanya peradangan serta gatal-gatal disekitar kulit kepala. Tujuan daripenelitian tersebut untuk mengetahui efektivitas antijamur ekstrak rimpang kunyit (Curcuma zedoaria) terhadappertumbuhan jamur Pityrosporum ovale dan Microsporum canis. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimentallaboratorium dilanjutkan Posttest Only Group Design guna mengetahui efektivitas jamur ekstrak etanol rimpangkunyit putih (Curcuma zedoaria) pada pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale dan Microsporum canis. Penelitian inimenggunakan metode difusi cakram dengan enam perlakuan yang terdiri dari kontrol negatif (aquadest), kontrolpositif untuk Pityrosporum ovale (miconazole), dan kontrol positif untuk Microsporum canis (itrakonazole) ekstrakrimpang kunyit putih konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%. Berdasarkan penelitian, ternyata ekstrak rimpang kunyitputih (Curcuma zedoaria) dapat menghambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale dan Microsporum canis padakonsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%. Kata Kunci : Ekstrak rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria), antijamur, Pityrosporum ovale, Microsporum canis
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Tercedor Sánchez, Maribel, and Alicia Casado Valenzuela. "Visual metaphors in medical knowledge representation." Linguistica Antverpiensia, New Series – Themes in Translation Studies 17 (February 21, 2019). http://dx.doi.org/10.52034/lanstts.v17i0.464.

Full text
Abstract:
Understanding the role of mental images and embodiment in metaphorical thought is fundamental to the study of metaphor in science in general, and in medicine in particular. And analysing typologies of metaphorical images and their function is a key issue in assessing their success in disseminating knowledge, since knowledge construction depends on the interaction between verbal and visual information (Ketola, 2016). In this article, we describe the premises and methodological steps followed in analysing and describing visual metaphorical information in medical texts for lay audiences. We follow a data-driven approach in which images were extracted from the VariMed database, a multimodal terminographical tool for translation, linguistic research and knowledge dissemination. An experiment was carried out to explore how successfully metaphorical images used as illustrations for specific medical concepts were identified and understood. We conclude that metaphorical images were preferred over non-metaphorical illustrations for medical concepts, which may point to lay audiences’ familiarity with metaphorical multimodal references.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Khusnul, Khusnul. "UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN KARUK (Piper sarmentosum Roxb) DAN RIMPANG LENGKUAS PUTIH (Alpinia galangal L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR PENYEBAB KETOMBE SECARA IN VITRO." Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi 18, no. 2 (September 5, 2018). http://dx.doi.org/10.36465/jkbth.v18i2.409.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Almukarramah, Almukarramah, Ibrahim Ibrahim, and Sufriadi Sufriadi. "Tanaman Berkhasiat Obat dari Sub Kelas Sympetaleae yang digunakan Masyarakat." Serambi Saintia : Jurnal Sains dan Aplikasi 7, no. 1 (April 18, 2019). http://dx.doi.org/10.32672/jss.v7i1.988.

Full text
Abstract:
Tumbuhan ini sebagian besar tumbuh di perkarangan rumah atau kebun masyarakat di kawasan Pagar air Aceh Besar baik dibudidaya atau secara liar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan lokasi penelitiannya adalah seluruh perkarangan rumah dan kebun yang terdapat di Gampong Tanjong Pagar Air Aceh Besar, Pengambilan data dengan cara observasi di lapangan dan mencatat jenis tanaman berkhasiat obat serta wawancara dengan ibu rumah tangga cara penggunaan sebagai obat. Hasil penelitian diperoleh 16 jenis tanaman dari sub kelas Sympetaleae yang terdapat di perkampungan dan bermanfaat sebagai obat, 10 jenis ditemukan banyak tumbuh di areal perkarangan rumah masyarkat sedangkan 6 jenis lagi tumbuh dikebun masyarakat atau sebagai bunga/hiasan rumah. Adapun organ tanaman yang banyak dipakai untuk obat berupa, akar, batang, daun, kulit, buah, herba, rimpang, biji, getah, atau umbi sekalipunt. Berbagai macam khasiat dari jenis-jenis tanaman obat yang dijumpai dilokasi penelitian antara lain dapat menyembuhkan radang paru-paru, demam/ influenza, masuk angin, sebagai anti kanker, batuk rejan, bisul, radang saluran pernafasan, jerawat, batu saluran kencing, diare, rematik, tekanan darah tinggi, sakit perut, wasir, cacing keremi, beri-beri, sakit kunig, batuk berdahak, kudis, cacar air, radang tenggorokan, darah manis/gula, terlambat haid, ketombe, panu/kurap, asam lambung, diare dan meningkatkan nafsu makan serta penambah vitalitas untuk orang dewasa. Pada umumnya dapat digunakan oleh masyarakat tanpa efek samping dan biaya yang terjangkau kalangan warga miskin. Kata Kunci : Tanaman Obat, Sympetalae
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Terroe, Ranita O., Marlyn G. Kapantow, and Renate T. Kandou. "PROFIL DERMATITIS SEBOROIK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012." e-CliniC 3, no. 1 (February 11, 2015). http://dx.doi.org/10.35790/ecl.3.1.2015.6823.

Full text
Abstract:
Abstract: Seborrheic dermatitis (SD) is a chronic, recurrent skin disease in areas which are abundant in sebaceous glands, with a prevalence of 3-5% worldwide. Though its pathogenesis is still unknown, SD is related to sebum overproduction and the fungus Malassezia. SD can be suffered by all kinds of ages, most commonly found in men. The skin lesions found are erythematous, yellowish, oily squamas with uncircumscribed border. Pitiriasis sika, also known as dandruff, is a mild type of SD often suffered by people.This research is a retrospective descriptive study based on the number of cases, gender, age, location of lesion, and type of medication. Results shown that out of 134 seborrheic dermatitis cases (3,3%), this disease is often suffered by the age group 45-65 years old (55,2%) and male (67,2%), with most lesions located on the face (53,7%) and with combined medication of corticosteroid + antifungal agent (62,7%).Keywords: seborrheic dermatitisAbstrak: Dermatitis seboroik (DS) adalah penyakit kulit kronis berulang pada area yang memiliki banyak kelenjar sebasea, dengan prevalensi 3-5% di dunia. Patogenesis DS belum diketahui, namun DS memiliki hubungan terhadap produksi sebum yang berlebih dan adanya jamur Malassezia.DS dapat diderita oleh semua golongan umur, biasanya lebih sering diderita laki-laki.Kelainan kulit DS berwujud ritema dan skuama berminyak dan agak kekuningan dengan batas kurang tegas.Pitiriasis sika, atau ketombe, adalah jenis ringan DS yang paling sering diderita.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif berdasarkan jumlah kasus, jenis kelamin, umur, lokasi lesi, dan jenis pengobatan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 134 kasus dermatitis seboroik (3,3%), penyakit ini sering terjadi pada kelompok umur 45-65 tahun (55,2%), jenis kelamin laki-laki (67,2%), lokasi lesi wajah (53,7%), dan pengobatan kombinasi topikal antara kortikosteroid + antijamur (62,7%).Kata kunci: dermatitis seboroik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography