Academic literature on the topic 'Kirurgi i regional anestesi'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Kirurgi i regional anestesi.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Kirurgi i regional anestesi"

1

Drageset, Sigrunn, Maren-Sofie Brakstad-Pilskog, Venke A. Johansen, and Astrid Karin Berland. "Pasienters opplevelser og erfaringer med regional anestesi i den perioperative fasen." iNSPIRA 16, no. 1 (2021): 16–29. http://dx.doi.org/10.23865/inspira.v16.3039.

Full text
Abstract:
Bakgrunn: Operasjonspasienter som får regional anestesi, er ofte våkne perioperativt og møter flere profesjonsgrupper i det perioperative forløpet. Det er derfor viktig å få økt innsikt i pasienters opplevelser og erfaringer. Hensikt: Beskrive og øke forståelsen om hvordan pasienter opplever og erfarer den perioperative fasen i regional anestesi, noe som kan bidra til økt trygghet hos pasienten gjennom en enda bedre ivaretakelse. Metode: Studien har et kvalitativ deskriptivt design og omfatter femten individuelle intervju av urologiske og ortopediske pasienter som har fått utført et kirurgisk inngrep. Intervjuene er analysert ved bruk av Malteruds systematiske tekstkondensering. Resultat: Det var viktig å kjenne seg ivaretatt og trygg gjennom hele det perioperative forløpet. Flere opplevde det trygt å ha flere profesjonsgrupper rundt seg. I tillegg var det viktig å få detaljert informasjon under forløpet, samt at personalet opptrådte rolig og vennlig. Noen pasienter ønsket å sove for å unngå å oppleve smerter og annet ubehag, mens andre ønsket å være våkne under operasjonen på grunn av et behov for å ha kontroll. Flere opplevde hjelpeløshet og at det var vanskelig å være avhengig av hjelp under og etter operasjon. I tillegg opplevde noen en krenkelse av bluferdigheten og tap av kontroll i forbindelse med intime gjøremål. Pasientene opplevde at det var utfordrende å uttrykke sine smerter på en smerteskala. Erfaringer fra tidligere operasjoner hadde betydning. Konklusjon: Det er viktig å tilpasse forholdene til den enkelte pasient slik at de får best mulig opplevelser og erfaringer. God ivaretagelse, som ved tilstrekkelig informasjon, god smertelindring og rolig opptreden, er sentralt. Å ha flere profesjonsgrupper rundt seg i den perioperative fase oppleves trygt.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Nurcahyo, Widya Istanto. "Anestesi Regional pada Pasien dengan Penyakit Jantung/ Hemodinamik Tidak Stabil." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 11, no. 1 (2019): 48. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v11i1.23934.

Full text
Abstract:
Pembiusan pasien dengan penyakit jantung sebelumnya merupakan tantangan yang menarik. Penyebab paling umum morbiditas dan mortalitas perioperatif pada pasien jantung adalah penyakit jantung iskemik (PJI). Goldman dkk. melaporkan bahwa 500.000 hingga 900.000 infark miokard terjadi setiap tahun di seluruh dunia dengan mortalitas 10-25%. Keputusan untuk menggunakan anestesi regional tergantung pada banyak faktor. Karakteristik pasien, jenis operasi yang direncanakan, dan potensi risiko anestesi semuanya akan berdampak pada pilihan anestesi dan manajemen perioperatif.Kerugian dari anestesi regional termasuk hipotensi dari blokade simpatis yang tidak terkendali dan kebutuhan untuk loading volume dapat menyebabkan iskemia. Pemberian anetesi lokal dalam dosis besar juga harus mempertimbangkan risiko toksisitas depresi miokard. Pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, teknik anestesi regional (baik tunggal atau dengan anestesi umum) bermanfaat perioperatif dalam mengurangi respon stres, simpatektomi jantung, ekstubasi lebih awal, lama rawat di rumah sakit lebih pendek, dan analgesia pascaoperasi yang baik. Selain jenis operasi yang dilakukan, dalam pelaksanaannya juga harus mempertimbangkan masalah yang ada pada masing-masing pasien. Anestesi umum juga memberikan peranan penting karena bersifat kardioprotektif dan dapat meningkatkan suplai oksigen. Keputusan untuk menggunakan anestesi regional harus dilakukan dengan hati-hati dan dilakukan dengan pemantauan yang tepat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Wijayanto, Nurhadi, Ery Leksana, and Uripno Budiono. "Pengaruh Anestesi Regional dan General pada Sectio Cesaria pada Ibu dengan Pre Eklampsia Berat terhadap Apgar Score." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 4, no. 2 (2012): 114–24. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v4i2.6430.

Full text
Abstract:
Latar belakang : pada pasien preeklampsia berat intubasi merupakan tindakan yang berbahaya karena berkaitan dengan menejeman jalan napas dan gejolak hemodinamik yang mungkin terjadi. Anestesi spinal banyak dihindari berkaitan dengan resiko hipotensinya namun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anestesi spinal adalah aman bagi ibu maupun janin . perdebatan tentang pengaruh anestesi umum dan anestesi spinal terhadap Apgar score adalah sesuatu yang menarik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan anestesi pada keduanya namun pada penelitian lainnya dikatakan bahwa dengan apresiasi umum akan menghasilkan anestesi yang lebih rendah daripada anestesi spinal.Tujuan : untuk membandingkan pengaruh anestesi umum dan anestesi spinal terhadap anak yang dilahirkan oleh ibu dengan sectio caesaria karena preeklampsia berat.Metode : merupakan penelitian eksperimental dengan desain penelitian prospective randomized control trial, kelompok penelitian dibagi menjadi dua (n:8), kelompok I merupakan kelompok yang mendapat anestesi umum dengan pentothal dosis 5mg/bb dan pelumpuh otot suksinilkholis dosis 1.5mg/bbKesimpulan : Apgar score pada kelompok anesthesi spinal lebih tinggi daripada anestesi umum pada pasien sectio caesaria karena preeklampsia berat, tetapi secara klinis berdasarkan kategori Apgar score kedua kelompok sama
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Nurcahyo, Widya Istanto, and Gatot Nurbianto. "Pemilihan Anestesi Regional dan Anestesi Umum Untuk Pasien COVID-19 Sebagai Upaya Mengurangi Risiko Penularan." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 12, no. 2 (2020): 37–46. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v12i2.30757.

Full text
Abstract:
Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah sebuah pandemik yang dinyatakan oleh World Health Organization pada tanggal 11 Maret 2020. Pandemi ini dalam waktu singkat menyebar ke seluruh dunia. Dengan adanya pandemi ini, tenaga dan pelayanan kesehatan melakukan langkah-langkah tertentu dalam menghadapi pandemik ini. Di ruang operasi, seorang ahli anestesi diharuskan untuk meningkatkan tindakan-tindakan yang bersifat mencegah dan menyesuaikan praktik-praktik anestesi untuk setiap pasien. Diharapkan, dengan meminimalisir sebagian besar prosedur yang menghasilkan aerosol yang biasanya terjadi selama anestesi umum, ahli anestesi mampu mengurangi pajanan terhadap sekret atau droplet pernapasan pasien dan risiko penularan virus secara perioperatif ke petugas-petugas kesehatan dan pasien-pasien lainnya. Anestesi umum dengan intervensi jalan napas serta manipulasi jalan napas yang menyebabkan pembentukan aerosol, yang dapat meningkatkan risiko kontaminasi COVID-19 di ruang operasi dan secara signifikan dapat menyebarkan pada tenaga kesehatan terhadap infeksi COVID-19 selama intubasi dan ekstubasi trakea. Karena itu, penggunaan anestesi regional menjadi kunci selama pandemi ini, karena dapat mengurangi kebutuhan untuk anestesi umum dan risiko terkait dari prosedur yang menghasilkan aerosol. Namun, pedoman tentang kinerja aman anestesi umum dan regional mengingat pandemi COVID-19 terbatas. Penulisan tinjauan pustaka ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan masukan pada manajemen anestesi umum dan regional pada era pandemi COVID-19.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Arif, Syafri Kamsul, and Iwan Setiawan. "Perbandingan Efek Kecepatan Injeksi 0,4 ml/dtk Dan 0,2 ml/dtk Prosedur Anestesi Spinal Terhadap Kejadian Hipotensi Pada Seksio Sesaria." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 7, no. 2 (2015): 79. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v7i2.9821.

Full text
Abstract:
Latar belakang : Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang paling sering digunakan pada prosedur seksio sesaria, selain karena teknik yang sederhana juga memiliki kualitas blok yang kuat walaupun dengan volume dan dosis yang kecil, efek samping yang minimal bila dibandingkan dengan anestesi umum. Efek yang biasanya muncul pasca anestesi spinal antara lain hipotensi. Insiden hipotensi pasca anestesi spinal mencapai 30-80% pada persalinan seksio sesaria.Tujuan : Untuk mengetahui apakah injeksi anestesi spinal yang lebih lambat dapat mengurangi insiden hipotensi pada seksio sesaria tanpa memengaruhi onset blok anestesi.Metode : Penelitian ini menggunakan metode acak tersamar tunggal, sampel penelitian sebanyak 48 orang yang memenuhi criteria inklusi. Sampel dipilih secara acak dan dibagi ke dalam dua kelompok. Anestesi spinal menggunakan bupivakain 0,5% 10mg dan fentanyl 25mcg, kelompok IC dilakukan injeksi anestesi spinal dengan kecepatan 0,4 mL/dtk, sedangkan kelompok IL dilakukan injeksi anestesi spinal dengan kecepatan 0,2 mL/dtk. Insiden hipotensi, onset blok dan insiden efek samping pasca anestesi spinal dicatat dan dilakukan analisis statistik.Hasil : Penelitian ini mendapatkan Injeksi anestesi dengan kecepatan 0,2 mL/dtk dapat mengurangi insiden hipotensi pasca anestesi spinal tanpa memengaruhi onset dan tinggi blok.Kesimpulan : Anestesi spinal dengan kecepatan 0,2 mL/dtk dapat mengurangi insiden hipotensi pasca anestesi spinal tanpa memengaruhi onset dan tinggi blok.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Wiranto, Eduardus, Soni Sunarso, and Christijogo Sumartono. "Kaudal Epidural Kontinyu Pada Pasien Pediatri yang Menjalani Pembedahan Abdomen dan Rectum." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 8, no. 1 (2016): 41. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v8i1.11863.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Anestesi epidural caudal adalah teknik anestesi regional yang paling popular digunakan pada anak-anak, umumnya digunakan bersamaan dengan anestesi umum intra operasi, dan digunakan untuk manajemen nyeri pasca operasi. Tidak seperti caudal blok injeksi tunggal, blok caudal kontinyu akan menghasilkan durasi analgesi yang adekuat. Bila digunakan bersamaan dengan anestesi umum dapat mengurangi kebutuhan agen anestesi. Kasus: anak usia 5 tahun dengan diagnosa prolaps rectum dilakukan operasi repair prolaps, dan anak 6 bulan dengan undecensus testis bilateral, malformasi anorektal, fistel recto uretra dan hipospadia penoscrotal dilakukan operasi orchidopexy unilateral dan sigmoidostomiRingkasan: Kedua operasi berjalan lancar dan tanpa kejadian khusus. Pasca operasi pasien tidak mengalami keluhan nyeri. Kedua pasien mendapatkan efek analgesi yang baik dan tidak perlu menambahkan analgesik melalui injeksi intravena, injeksi obat analgesik dilanjutkan pasca operasi melalui kateter epidural dengan menggunakan naropin.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Isngadi, Isngadi, Rafidya Indah Septica, and Susilo Chandra. "Tatalaksana Anestesi pada Operasi Obstetri dengan Covid-19." Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia 3, no. 1 (2020): 35–46. http://dx.doi.org/10.47507/obstetri.v3i1.41.

Full text
Abstract:
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan masalah utama kesehatan dunia. Kasus COVID-19 terus meningkat secara ekponensial di berbagai belahan dunia. Wanita hamil juga mengalami peningkatan kejadian infeksi COVID-19. Manifestasi klinis COVID-19 bervariasi, dengan sebagian besar pasien memiliki gejala saluran pernapasan. Pasien terinfeksi covid-19 yang asimpomatis atau pasien yang terinfeksi sebelum munculnya manifestasi klinis mampu menularkan penyakit. Sehingga perlu dilakukan deteksi dini kepada semua maternal yang akan dilakukan tindakan operasi, terutama di daerah dengan kejadian inveksi COVID-19 yang tinggi. Tatalaksana anestesi pada operasi obstetri dengan COVID-19 harus memperhatikan beberapa hal dengan tujuan pengendalian infeksi untuk mencegah penularan COVID-19, kepada petugas kesehatan, anak yang baru dilahirkan serta orang lain lingkungan sekitar. Tenaga kesehatan yang terpapar COVID-19 berisiko terinfeksi apabila tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar, sehingga penggunaan APD sesuai standart secara benar sangat penting,untuk mencegah tertularnya COVID-19 pada petugas. Tehnik anestesi yang menjadi pilihan utama untuk operasi obstetri dengan COVID-19, adalah dengan tehnik anestesi regional (epidural dan atau spinal), karena dengan tehnik tersebut mengindari timbulnya aerosol. Tehnik anestesi umum hanya digunakan apabila : gagal dengan tehnik anestesi regional, ada kontraindikasi dengan tehnik anestesi regional atau maternal mengalami desaturasi(saturasi <93%). Apabila menggunakan tehnik anestesi umum maka dalam pelaksanaanya harus dengan prinsip pencegahan terjadinya penyebaran infeksi.
 Anesthesia Management for obstetric surgery with COVID-19 infected
 Abstract
 The coronavirus disease 19 (COVID-19) is a global health problem. The number of cases of COVID-19 continue to rise exponentially in many parts of the world. Pregnant women have also increasing COVID-19 infection. The clinical manifestations of COVID-19 are varied, with most patients having respiratory symptom. The asymptomatic covid-19 infected patients or infected patients before clinical manifestations can transmit the disease. So early detection should be done for all mothers who will perform surgery, especially in areas with a high incidence of COVID-19 infection. Anesthesia management in obstetric surgery with COVID-19 must pay attention to several things with the aim of controlling infection to prevent transmission of COVID-19, for health workers, newborn babies and other people in the surrounding environment. Health workers who are exposed to COVID-19 are at risk of infection if they do not use personal protective equipment (PPE) according to the standard, so the use of PPE according to proper standards is very important, to prevent the transmission of COVID-19 to the officerExpected health workers, COVID-19, the risk of coverage, do not use personal protective equipment (PPE) according to standards, so the use of PPE according to the standard, is very important. The first choice of Anesthesia techniques for obstetric surgery in maternal COVID-19 infection are regional anesthesia techniques (epidural and or spinal), because with these techniques avoid the emergence of aerosols. General anesthesia techniques are only used if: fail with regional anesthesia techniques, there are contraindications to regional anesthesia or maternal desaturation (saturation <93). If using general anesthesia techniques, the prevention of infection is a major concern.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Harahap, C. O., Satrio Adi Wicaksono, Doso Sutiyono, and Himawan Sasongko. "Perbandingan Kadar Substansi P Serum pada Pasien Pre dan Post Operasi Tiroid yang Diberi Analgetik Bupivakain 0,25% dengan Teknik Bilateral Superficial Cervical Plexus Block (BSCPB)." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 9, no. 1 (2017): 31. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v9i1.19822.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Operasi tiroid dapat menyebabkan rasa sakit sehingga untuk mencegah masalah ini dengan berbagai modalitas, seperti anestesi regional bilateral superficial cervical plexus block (BSCPB) dengan menggunakan bupivakain 0,25% yang dikombinasikan dengan anestesi umum.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian klinis acak tersamar ganda dengan jumlah sampel 36 pasien. Sampel dibagi kedalam 2 kelompok yang diberikan anestesi regional melalui teknik BSCPB dengan kelompok perlakuan diberikan bupivakain 0,25% dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberikan NaCl 0,9% terhadap kadar substansi P serum pre dan post operasi pada pasien yang menjalani operasi tiroid.Hasil: Data penelitian diperoleh subjek laki-laki sebanyak 7 (19,4%) orang dan subjek perempuan sebanyak 29 (80,6%) orang. Data substansi P post operasi kelompok control dibandingkan kelompok perlakuan didapatkan perbedaan bermakna (p = 0,001). Substansi P pre operasi dibandingkan substansi P post operasi kelompok perlakuan didapatkan perbedaan bermakna (p = 0,004). Simpulan: Pemberian bupivakain konsentrasi 0,25% melalui teknik BSCPB terbukti menurunkan kadar substansi P serum post operasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Rizki, Aulia Nailufar, and Isngadi Isngadi. "Anestesi Low-Dose Spinal dan Epidural pada Pasien Syok Hemoragik yang akan Dilakukan Histerektomi dengan Suspek COVID-19." Journal of Anaesthesia and Pain 2, no. 1 (2021): 48–55. http://dx.doi.org/10.21776/ub.jap.2021.002.01.06.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Syok hemoragik atau kondisi hipovolemia berat merupakan kontraindikasi anestesi neuraxial. Anestesi regional baik spinal maupun epidural merupakan pilihan utama untuk operasi obstetri ginekologi dengan COVID-19, untuk menghindari manipulasi jalan napas dan meminimalkan tindakan aerosol serta mengurangi risiko transmisi virus antara pasien dan tenaga kesehatan. Laporan kasus ini menggambarkan manajemen anestesi pada pasien yang mengalami syok hemoragik dengan kecurigaan COVID-19 yang dilakukan histerektomi darurat, menggunakan kombinasi anestesi spinal dosis rendah dan epidural. Kasus: Perempuan 38 tahun dengan keluhan utama pendarahan aktif pervaginam, dengan riwayat demam datang ke IGD reguler dalam keadaan syok hemoragik dan dilakukan resusitasi cairan, transfusi darah, dan vasopressor. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia, trombositopenia, neutrofilia, limpofenia, peningkatan NLR, hipoalbuminemia; peningkatan CRP dan procalcitonin. X-Ray thorax menunjukkan pneumonia tipikal kesan viral. Penapisan pre-hospital dan intra-hospital menunjukkan kecurigaan infeksi COVID-19. Pasien direncanakan histerektomi darurat dengan anestesi spinal dosis rendah dan epidural di kamar operasi INCOVIT. Paska operasi pasien dirawat di ruang IGD dikarenakan ruang rawat dan ICU INCOVIT penuh. Hemodinamik paska operasi stabil, vasopressor dihentikan. Setelah swab 2 hari berturut-turut didapatkan hasil negatif dan pasien dipindahkan ke ruang rawat reguler. Kesimpulan: Pasien syok hemoragik disertai kecurigaan COVID-19 dengan tindakan histerektomi dapat dilakukan anestesi kombinasi spinal dosis rendah dan epidural, serta memberikan outcome yang baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Indah Septica, Rafidya, and Isngadi Isngadi. "Kardiomiopati Peripartum: Manajemen Anestesi Terbaru." Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia 4, no. 1 (2021): 55–62. http://dx.doi.org/10.47507/obstetri.v4i1.60.

Full text
Abstract:
Kardiomiopati peripartum (KMPP) atau Peripartum cardiomyopathy (PPCM) adalah kelainan jantung idiopatik dengan karakteristik disfungsi sistolik dan simptom gagal jantung pada akhir masa kehamilan atau beberapa bulan setelah kehamilan tanpa sebab lain yang mengancam jiwa maternal dengan risiko morbiditas dan mortalitas postpartum cukup tinggi. Penelitian terbaru dalam pemahaman tentang patofisiologi PPCM menunjukkan proses yang melibatkan faktor endotel dan faktor toksik kardio, seperti sFlt-1 dan 16 kDa prolaktin, sehingga kemampuan jantung beradaptasi terhadap kehamilan normal terlampaui pada ibu yang sudah rentan terhadap serangan jantung. Terapi spesifik PPCM belum dapat ditentukan. Bromokriptin yang bekerja memblok pelepasan prolaktin dari glandula pituitaria, pada beberapa penelitian awal menghasilkan perbaikan fraksi ejeksi ventrikel kiri secara bermakna. Penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar masih harus dilakukan untuk terapi ini. Prinsip manajemen direkomendasikan sesuai dengan patofisiologi yang terjadi. Optimalisasi atau reduksi preload baik dengan reduksi natrium maupun cairan dan penggunaan diuretika, menurunkan afterload dengan vasodilator, dan memperbaiki kontraktilitas jantung dengan inotropik, dromotropik, atau inodilator adalah strategi utama yang direkomendasikan. Tidak ada perubahan strategi dalam manajemen terapi ini, tetapi pilihan teknik anestesi saat ini lebih berkembang ke analgesi/anestesi regional. Pemahaman penggunaan dosis dan konsentrasi anestetika lokal menjadi penting untuk mencapai target dalam strategi yang direkomendasikan.
 
 Peripartum Cardiomyopathy: Update in Anesthesia Management
 Abstract
 Peripatum cardiomyopathy (PPCM) is an idiopathic cardiomyopathy presenting with heart failure secondary to left ventricle systolic dysfunction towards the end of pregnancy or in the months following delivery, where no other cause for heart failure is identified, life-threatening, and postpartum high morbidity and mortality risk. Recent studies in the understanding of PPCM pathophysiology indicate that there’s processes involving endothelial and cardio-toxic factors such as e.g. sFlt-1 and 16 kDa prolactin, leading the heart’s capacity to adapt to a normal pregnancy may be exceeded in some women already susceptible to cardiac insult. Spesific therapy for PPCM can not be determined. Bromocriptine that blocks the release of a hormone called prolactine from the pituitary gland in some preliminary studies improved left ventricular ejection fraction significantly. Further research with larger sample size remains to be done for this therapy. Management principles for PPCM are recommended in accordance with the pathophysiology. Depending on the volume status, preload has to be optimized by either fluid administration or sodium restriction and diuretics, decrease afterload using vasodilator, and improve contractility by using inotropic, dromotropic, or inodilator are the main strategies. There is no change in management strategy for PPCM, but regional analgesia/anesthesia preferably for now. Understanding the dose and concentration administration of local anesthethic drugs are important to achieve targets recommendation.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography