To see the other types of publications on this topic, follow the link: Kitin-kitosan.

Journal articles on the topic 'Kitin-kitosan'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Kitin-kitosan.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Kanto, Dhini Annisa Rahmasari, Agus Dana Permana, and Rukman Hertadi. "EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI KITIN DAN KITOSAN DARI LALAT SERDADU HITAM (Hermetia illucens)." Jurnal Ilmiah Farmako Bahari 10, no. 1 (2019): 23. http://dx.doi.org/10.52434/jfb.v10i1.521.

Full text
Abstract:
Kitin dan kitosan merupakan polimer yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi. Polimer jenis ini banyak ditemukan di organisme krustaseae dan serangga. Hermetia illucens merupakan salah satu serangga yang memiliki kandungan kitin pada cangkangnya. Sumber organisme kitin menentukan sifat fisikokimia dari kitin yang diekstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengekstraksi kitin dari H. illucens dan mengubahnya menjadi kitosan. Kitin dan kitosan yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan spektroskopi inframerah dan mikroskop elektron. Ekstraksi kitin dari H. illucens menghasilkan randemen sebanyak 17,93%. Hasil deasetilasi kitin tersebut menunjukkan bahwa kitosan yang diperoleh memiliki sifat yang khas untuk kitosan. Derajat deasetilasi yang diperoleh sebesar 74,74%. Pencitraan dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan morfologi permukaan kitosan lebih kasar dan rapat daripada morfologi permukaan kitin.
 
 Kata kunci: deasetilasi, kitin, kitosan, hermetia illucens
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Azizati, Zidni. "PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KITOSAN KULIT UDANG GALAH." Walisongo Journal of Chemistry 2, no. 1 (2019): 10. http://dx.doi.org/10.21580/wjc.v3i1.3878.

Full text
Abstract:
Kitosan merupakan biopolimer yang diturunkan dari kitin, sumber alam yang dapat diperbarui yang sangat berlimpah di dunia setelah selulosa. Kitosan disintesis dari sumber alam yang berasal dari limbah krustasea, ikan, dan kulit udang. Salah satu aplikasi limbah kulit udang yang paling umum yaitu isolasi kitosan. Preparasi kitosan terbagi menjadi tiga tahap. Deproteinasi, dealuminasi, dan deasetilasi. Isolasi kitosan meliputi preparasi limbah kulit udang menjadi kitin dan deasetilasi kitin menjadi kitosan. Kitin dan kitosan dikarakterisasi dengan FTIR dan XRD. Derajat deasetilasi kitosan pada penelitian ini diukur menggunakan FTIR sebesar 93,47%. Berat molekul kitosan ditentukan dengan viskosimeter kinematik sebesar 19.000 g/mol. Pola XRD kitosan menunjukkan bahwa struktur kristal kitosan merupakan ortorombik. Hasil analisis dengan FTIR dan XRD menunjukkan bahwa kitosan telah berhasil disintesis pada penelitian ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Mahatmanti, F. W., E. Kusumastuti, Jumaeri Jumaeri, et al. "PEMBUATAN KITIN DAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG UDANG SEBAGAI UPAYA MEMANFAATKAN LIMBAH MENJADI MATERIAL MAJU." Inovasi Kimia, no. 1 (May 17, 2022): 1–38. http://dx.doi.org/10.15294/ik.v1i1.60.

Full text
Abstract:
Abstrak pada Bab ini menyajikan tentang pembuatan kitin dan kitosan dari limbah cangkang udang. Cangkang udang merupakan bagian dari udang yang sering dibuang atau dibuat sebagai campuran pakan ternak. Penggunaan limbah cangkang udang sebagai bahan bahan dasar pembuatan kitin dan kitosan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai ekonomi cangkang udang. Dalam pembuatan kitin dan kitosan paling banyak dilakukan menggunakan limbah cangkang udang yang mengandung tiga komponen utama yaitu protein (25%-44%), kalsium karbonat (45%-50%) dan kitin (20%-30%). Karakterisasi kitin dan kitosan meliputi penentuan kadar air menggunakan metode gravimateri, penentuan kadar abu, perhitungan derajad deasetilasi menggunakan metode Base Line pada spektrum hasil pengujian menggunakan spektrometri infra merah yang dibandingkan dengan metode titrimetri. Kitin dan kitosan dari cangkang udang berhasil disintesis dan memiliki karakteristik sesuai dengan Protan Laboratories dan SNI 7949:2013. Hasil karakterisasi kitin meliputi kadar air sebesar 1,92%, kadar abu 2,06% serta nilai derajat deasetilasi sebesar 51,55%. Hasil karakterisasi kitosan meliputi kadar air sebesar 1,92%, kadar abu 2,06% serta nilai derajat deasetilasi sebesar 71,20%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Setiati, Rini, Septoratno Siregar, Deana Wahyuningrum, and M. Taufik Fathaddin. "POTENSI KEBERHASILAN KULIT UDANG SEBAGAI BAHAN DASAR POLIMER KITOSAN: STUDI LITERATUR." JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI 6, no. 1 (2021): 154. http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8637.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari potensi yang dimiliki oleh kulit udang sebagai bahan baku polimer kitosan. Penelitian ini diawali dengan proses pemisalahan kulit udang kitin dan proses kitin menjadi kitosan serta menguji karakteristiknya. Kulit udang dapat diolah menjadi kitosan karena kandungan kitin yang terdapat di dalamnya. Kitin merupakan bahan organik utama terdapat pada kelompok hewan crustacea, insekta, fungi, mollusca dan arthropoda. Cangkang kepiting, udang dan lobster juga merupakan sumber bahan dasar produksi kitin karena kandungan kitinnya cukup tinggi. Kitin merupakan biopolimer alam paling melimpah kedua setelah selulosa yang tidak beracun dan diproduksi dari limbah kulit udang. Kitosan diolah dari kulit udang melalui proses deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Reagen yang digunakan adalah NaOH dan KOH. Kemudian kitosan diuji sifat fisiknya melalui uji kadar air, kadar abu, kadar nitrogen, viskositas, derajat deasetilasi, analisis gugus fungsi dengan spektroskopi IR dan kristalinitas dengan difraksi sinar X. Sifat fisik kitosan dilihat dari bentuk fisik, analisis gugus fungsi dan kristalinitas. Potensi penerapan kitosan, sebagai turunan kitin yang terdeasetilasi, bersifat multidimensi, seperti dalam makanan dan gizi, bioteknologi, ilmu material, obat-obatan dan farmasi, pertanian dan perlindungan lingkungan. Isolasi kitin dari kulit udang dan sintesanya menjadi kitosan, menjadikan kulit udang lebih barmanfaat untuk bidang-bidang lain. Kulit udang yang diolah menjadi kitosan polimer dapat berpotensi untuk digunakan dalam bidang <em>Enhanced Oil Recovery</em> sebagai fluida injeksi kimiawi dalam upaya menaikkan produksi minyak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Kusumawati, Endang, Mira Rachmawati Syabila, Pipit Febrianti, and Irwan Hidayatulloh. "Uji Kinerja Biokoagulan Kitin dan Kitosan dalam Jamur Merang pada Air Limbah Laundry." Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar 14, no. 1 (2023): 321–27. http://dx.doi.org/10.35313/irwns.v14i1.5406.

Full text
Abstract:
Limbah tidak hanya dihasilkan dari kegiatan industri, namun usaha kecil yang dilakukan masyarakat, salah satu contohnya yaitu usaha laundry. Air limbah laundry memiliki kekeruhan berkisar 58-256 NTU. Air limbah dapat diolah melalui koagulasi menggunakan koagulan. Jamur merang dipilih menjadi bahan baku koagulan alami karena kandungan kitin yang dapat mengikat partikel negatif dengan baik, kitin yang diekstraksi menjadi kitosan dapat mengikat partikel negatif dengan kinerja yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisasi biokoagulan kitosan dan kitin dari jamur merang, menentukan dosis dan pH optimum, dan melakukkan uji kinerja biokoagulan pada reaktor kontinyu. Kitin dan kitosan didapat dari tahapan deproteinasi dengan NaOH 3,5%, depigmentasi dengan NaOCl 0,315% dan deasetilasi dengan NaOH 50%. Rendemen kitin yang dihasilkan sebesar 16,821% dan rendemen kitosan yang dihasilkan sebesar 6,028%. Hasil penelitian menunjukkan adanya puncak pada 3429,43 cm-1 menunjukkan adanya amida dan amina (NH) sekunder 1629,85 cm-1 pada kitin, sedangkan kitosan menunjukkan adanya puncak 3450,65 cm-1 akibat tumpang tindih OH dan amina (NH). Dosis optimum kitin dan kitosan yang didapat dari pengujian jar test yaitu 600 ppm dan 650 ppm, dengan pH optimum yang didapat adalah 10 dengan efisiensi penurunan sebesar 88,37% dan 89,06%. Hasil reaktor kontinyu menunjukkan koagulan terbaik adalah kitosan dibandingkan dengan kitin, dengan nilai rata-rata efisiensi 68,09% dan 55,43%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Cahyono, Eko. "Karakteristik Kitosan Dari Limbah Cangkang Udang Windu (Panaeus monodon)." Akuatika Indonesia 3, no. 2 (2018): 96. http://dx.doi.org/10.24198/jaki.v3i2.23395.

Full text
Abstract:
Kitin merupakan biopolimer yang tersusun atas unit N-asetil-D-Glukosamin. Struktur kitin sangat mirip dengan selulosa yang membedakan pada gugus asetaminda diganti oleh gugus hidroksil pada atom karbonnya. Kitosan sebagai polimer yang tersusun dari 2-amino-2-deoksi-β-D-glukosa dapat diperoleh dengan cara ekstraksi kitin. Pengubahan molekul kitin menjadi kitosan diperoleh dengan cara mengubah gugus asetamida (–NHCOCH) pada kitin menjadi gugus amina (–NH3) pada kitosan. Tujuan penelitian ini adalah mengkarakterisasi kitosan limbah kulit udang meliputi perhitungan rendemen, analisis proksimat dan logam berat. Tahap penelitian terdiri atas proses deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi. Kitosan yang dihasilkan selanjutnya dianalisis proksimat, kadar logam berat, dan derajat deasetilasi. Hasil analisis karakteristik kitosan menunjukkan rendemen 14%. Nilai kadar air 12,29%; kadar abu 0,99%; total nitrogen 2,20%; kadar lemak 3,13%; dan karbohidrat 81,39%. Viskositas 1713,04 cps; derajat deasetilasi 98,65%. Kandungan logam berat merkuri 0,00001±2,7735 ppm, kadmium 0,00079±3,4641 ppm, tembaga 0,01105±1,7320 ppm, timbal 0,00316±2,3094 dan arsen 0.00098±1,7320.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Iyan, Iyan, and Dessy Agustina Sari. "TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG YANG DIOPTIMALKAN KEGUNAANNYA DALAM BERBAGAI BIDANG." Barometer 5, no. 1 (2020): 224–26. http://dx.doi.org/10.35261/barometer.v5i1.3808.

Full text
Abstract:
Indonesia terkenal dengan hasil maritimnya yang sangat kaya, banyak hasil laut yang bisa dikelola dalam berbagai bidangnya seperti pangan, kosmetik dan lainnya. Kulit udang di Indonesia sebagai limbah sampingan dari produksi udang baku yang dimanfaatkan dalam aspek kehidupan. Peneliti dalam penelitiannya banyak menggunakan teknologi dan metode untuk mengelola limbah kulit udang yang tidak terpakai yang dijadikan berbagai macam hasil prodak yang bernilai. Kitin dan kitosan yang dimanfaatkan dari limbah kulit udang. Kitin dan kitosan tersebut merupakan polimer alam yang keberadaan di alam sangat melimpah. Kitin dan kitosan dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang misalnya industri, pangan kosmetik, dan kesehatan. Kitosan diperoleh dari mentransformasikan kitin dengan larutan basa konsentrasi tinggi, dari kitosan yang dihasilkan oleh kitin dapat memunsulkan pemanfaatan lain seperti membuat membran ultrafiltrasi untuk penyaring dalm proses pemisahan air, edible coating berperan sebagai lapisan tipis untuk menjaga buah buahan tetap segar, dan glukosamin untuk menjaga kesehatan sendi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Alawiyah, Tuty. "SINTESIS KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KEPITING SEBAGAI PENJERNIH AIR." Jurnal Ilmiah Mandala Education 2, no. 2 (2016): 356. http://dx.doi.org/10.58258/jime.v2i2.706.

Full text
Abstract:
Pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah sintesis kitosan dari limbah cangkang kepiting selanjutnya dapat diaplikasikasi untuk penjernihan air. Cangkang kepiting memiliki senyawa kitin sekitar 70%. Kitin tersebut dapat dideasetilasi menjadi senyawa yang disebut dengan kitosan. Proses untuk memperoleh zat kitin dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu demineralisasi, deproteinasi, dan depigmentasi, sedangkan kitosan diperoleh dari proses deasetilasi kitin dengan larutan basa konsentrasi tinggi. Pada penelitian ini tahap demineralisasi dilakukan dengan menggunakan HCl 1 N kemudian tahap deproteinasi dilakukan dengan menggunakan larutan basa dengan konsentrasi 3,5% pada suhu 65 °C selama 2 jam. Selanjutnya dilakukan tahap deasetilasi kitin menjadi kitosan dengan menggunakan larutan basa konsentrasi tinggi yaitu 50% pada suhu 100 °C selama 6 jam. Hasil yang diperoleh dikarakterisasi dengan menggunakan Spektrofotometer Infra Merah untuk mengatahui derajat deasetilasi dengan panjang gelombang 4000 cm-1 sampai 450 cm-1
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Djaenudin, Djaenudin, Emil Budianto, Endang Saepudin, and Muhamad Nasir. "EKSTRAKSI KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA LAMA DAN PENGULANGAN PERENDAMAN YANG BERBEDA." Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan 10, no. 1 (2019): 49–59. http://dx.doi.org/10.24319/jtpk.10.49-59.

Full text
Abstract:
Penelitian mengenai pembuatan kitosan dari cangkang rajungan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu dan pengulangan perendaman dalam larutan NaOH terhadap kenaikan nilai derajat deasetilasi kitosan. Sebelumnya dilakukan ekstraksi kitin dari cangkang rajungan melalui dua tahap, yaitu deproteinasi dan demineralisasi. Proses deasetilasi terhadap kitin dilakukan dengan variasi waktu perendaman dalam larutan NaOH (2, 3, dan 4) jam serta dilakukan pengulangan perendaman 3, 4, dan 5 kali. Proses deasetilasi menggunakan larutan NaOH 50% (b/v) dengan perbandingan kitin terhadap larutan NaOH sebesar 1:20 (b/v) pada suhu 120°C. Kitosan yang diperoleh kemudian dianalisis gugus fungsi menggunakan FTIR dan dianalisis Derajat Deasetilasi (DD) dengan metode titrasi. Kitin yang diperoleh sebanyak 12,4% dari tepung cangkang rajungan. Derajat Deasetilasi kitosan terbesar (terbaik) didapatkan pada waktu proses deasetilasi selama 4 jam dan jumlah pengulangan deasetilasi sebanyak 5 kali dengan DD sebesar 44,26% dan rendemen kitosan 83%. Lamanya waktu perendaman dalam larutan NaOH merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai derajat deasetilasi kitosan yang dihasilkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Sartika, Irza Dewi. "Isolasi dan Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus)." Jurnal Biosains Pascasarjana 18, no. 2 (2016): 98. http://dx.doi.org/10.20473/jbp.v18i2.2016.98-111.

Full text
Abstract:
AbstrakRajungan (Portunus pelagicus) merupakan spesies (Crustacean),cangkangnya tidak dimanfaatkan sehingga menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan untuk itu perlu diolah menjadi bahan yang bernilai ekonomi seperti kitosan. Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan melakukan karakterisasi kitin dan kitosan dari cangkang Rajungan.Hasil penelitian menunjukkan rendemen kitin diperoleh 23,9873 ± 5,5573 % kitosan dari cangkang Rajungan diperoleh 13,2724 ± 1,9338 % dengan derajat deasetilasi 70,73 ± 2,9143 %. Hasil penelitian ini menunjukkan kitosan dapat diisolasi dari cangkang rajungan . Kata kunci: Rajungan (Portunus pelagicus), Kitosan, Isolasi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Maulidina, Mira, Muhammad Rifqi, and Siswanto. "Karakteristik Fisikokimia Kitosan Cangkang Pupa Maggot Black Soldier Fly (Hemertia illucens) : Sebuah Ulasan." Karimah Tauhid 3, no. 5 (2024): 5264–69. https://doi.org/10.30997/karimahtauhid.v3i5.13134.

Full text
Abstract:
Kitosan adalah hasil modifikasi dari kitin yang telah melalui proses deasetilisasi. Pembuatan kitosan melibatkan tiga langkah penting, yaitu demineralisasi, deproteinisasi, dan deasetilisasi. Kitin adalah materi alami yang melimpah dan dapat diperbaharui. Ini adalah komponen utama dari sel-sel jamur, kerangka luar arthropoda seperti kepiting, lobster, dan udang, serta berbagai jenis serangga, moluska, dan cephalopoda. Kitin juga ditemukan pada sisik ikan. Kitin juga terkandung pada pupa lalat tentara hitam (Black Soldier Fly, Hemertia illucens). Pertanian larva lalat ini semakin meningkat di Indonesia karena larva BSF biasanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya protein, dengan kandungan protein mencapai 30-45%. Oleh karena itu semakin banyak juga limbah cangkang pupa maggot BSF yang dihasilkan. Limbah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kitosan sehingga dapat meningkatkan nilai jualnya. Selain itu, dilakukan juga karakterisasi fisikokimia pada kitosan yang dihasilkan untuk mengetahui apakah kualitas kitosan memenuhi persyaratan yang berlaku sesuai dengan SNI 7949:2022 dengan parameter kenampakan, kadar abu, nitrogen total dan derajat deasetilisasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Azizi, Aqil, Sirin Fairus, and Eli Jamilah Mihardja. "Pemanfaatan Limbah Cangkang Rajungan Sebagai Bahan Kitin Dan Kitosan Di Purchasing Crap Unit Eretan “Atul Gemilang”, Indramayu." Jurnal SOLMA 9, no. 2 (2020): 411–19. http://dx.doi.org/10.22236/solma.v9i2.4902.

Full text
Abstract:
Indramayu terkenal sebagai salah satu sentra produk kelautan dengan adanya pusat pemprosesan dan pengolahan rajungan. Salah satu perusahaan pengolahan rajungan bernama Purchasing Crap Unit Eretan “Atul Cemerlang” yang dalam proses pengolahan dan pengambilan dagingnya menghasilkan limbah kulit (cangkang) hingga mencapai sekitar 40-60% dari total berat rajungan. Limbah cangkang rajungan tersebut belum dimanfaatkan secara baik, bahkan sebagian besar merupakan buangan yang juga berpotensi ikut andil dalam mencemari lingkungan. Melalui program kemitraan bagi masyarakat (PkM) Universitas Bakrie telah melakukan abdimas dengan Purchasing Crap Unit Eretan “Atul Cemerlang” yang bertujuan memanfaatan cangkang rajungan dengan mengolah menjadi kitin dan kitosan yang kemudian diperuntukan untuk berbagai kebutuhan seperti nutrisi pangan, farmasi dan biomedis, kosmetik, lingkungan dan pertanian. Tim abdimas bertindak sebagai fasilitator dan instruktur dalam kegiatan pelatihan yang meliputi kegiatan (a) pembuatan kitin dan kitosan skala laboratorium, (b) pelatihan dan diseminasi teknologi pembuatan kitin dan kitosan serta aplikasinya dalam berbagai bidang. Hasil dari pelatihan diketahui dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan mitra dalam (a) mengolah limbah cangkang menjadi kitin dan kitosan (b) aplikasi kitin dan kitosan dalam berbagai bidang industri. Harapan kedepannya adalah meningkatnya pendapatan mitra dan juga kesejahteraan masyarakat nelayan secara luas.
 
 
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Seprianto, Seprianto, Fiddini Alham, Siska Rita Mahyuny, and Siti Komariyah. "PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN MENJADI KITIN DAN KITOSAN PADA UMKM RAJUNGAN KUPAS KOTA LANGSA." Jurnal Abdi Insani 12, no. 5 (2025): 1824–32. https://doi.org/10.29303/abdiinsani.v12i5.1640.

Full text
Abstract:
Desa Kuala Langsa, yang terletak di Kota Langsa, adalah sebuah wilayah pesisir di mana penduduknya terutama bekerja sebagai nelayan, yang menghasilkan rajungan sebagai hasil tangkapan ikan. Pelaku UMKM lokal UD Langsa Jaya menghasilkan banyak limbah cangkang rajungan yang selama ini dibuang ke laut. Limbah ini dapat diproses untuk menghasilkan kitin dan kitosan, yang keduanya sangat berharga dan ramah lingkungan. Namun, mitra tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, atau alat yang diperlukan untuk mengelola limbah secara efektif. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam proses pengolahan limbah cangkang rajungan menjadi kitin dan kitosan, yang merupakan produk yang bernilai ekonomi dan ramah lingkungan. Metode kegiatan meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi. Selain itu, kegiatan ini mencakup identifikasi masalah mitra, sosialisasi pemanfaatan limbah cangkang rajungan, pelatihan pembuatan kitin dan kitosan, dan evaluasi berkelanjutan dari setiap langkah. Di UD Langsa Jaya, pelatihan berhasil mengajarkan lima ibu pekerja cara mengubah limbah cangkang rajungan menjadi kitin dan kitosan. Mereka belajar tentang pengolahan limbah dan keuntungan ekonomi dan lingkungan dari produk yang dihasilkan. Pelatihan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan peserta, tetapi juga mengurangi pencemaran laut. Penggunaan kitosan sebagai pengawet alami juga dapat menurunkan biaya produksi UD Langsa Jaya dan membuat produknya lebih kompetitif. Kegiatan ini meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam pengolahan limbah rajungan menjadi kitin dan kitosan yang bernilai ekonomi dan ramah lingkungan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Pişkin, Mehmet. "Su arıtma için etkin malzeme." International Conference on Scientific and Innovative Studies 1, no. 1 (2023): 155–64. http://dx.doi.org/10.59287/icsis.593.

Full text
Abstract:
Farklı kirleticilerin atık sudan uzaklaştırılması için yeni ve daha etkili malzeme ve teknolojilergeliştirmeye olan ilgi sürekli artmaktadır. Bu amaçla kitin ve kitosan, suda çözünen organikler ve ağır metaliyonları gibi bazı tehlikeli kirleticileri ilginç bir şekilde uzaklaştırma kapasiteleri nedeniyle birçokaraştırmacının dikkatini çekmiştir. Kitin ve kitosan bolluğu, biyolojik olarak parçalanabilirliği, toksikolmaması, biyouyumluluğu, yenilenebilir doğası, düşük maliyeti, çok yönlülüğü ve kimyasal modifikasyonkolaylığı ile bilinir. Özelliklerine bağlı olarak, bu polisakkaritler, atık su arıtma alanındaki uygulamalar içingüçlü adaylardır. Ayrıca, bu biyouyumlu ve biyolojik olarak parçalanabilen karbonhidrat polimerleri, bolve yenilenebilir kaynaklar olan düşük maliyetli sorbentler kategorisine girer. Kitinin sınırlı çözünürlüğü vekitosanın pH'ına karşı yüksek hassasiyeti bazı fizibilite sorunları da oluşturur. Bu bağlamda, birçok çalışma,su arıtma amacıyla iyileştirilmiş özelliklere sahip türevler ve kompozitler geliştirmek için kitin ve kitosanınkimyasal modifikasyonunu önermektedir. Bu çalışmada, adsorpsiyon, pıhtılaşma/flokülasyon ve UFsaflaştırma süreçleri gibi kitin/kitosan materyallerini içeren su saflaştırması için en uygun yöntemlereodaklanılmış olup, kitin ve kitosan, türevleri ve bileşikleri ile, su arıtma uygulamaları perspektifindenincelenerek, temsili organik kirleticilerin ve ağır metallerin sulu çözeltilerden uzaklaştırılmasındakiavantajları bildirilmiş olup adsorpsiyon, pıhtılaşma/flokülasyon ve ultrafiltrasyon gibi saflaştırmaişlemlerini yöneten prensipler ve mekanizmalar da irdelenmiştir.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Pratiwi, Audry, and Ridwanto Ridwanto. "UJI TOKSISITAS KITOSAN CANGKANG KERANG TAHU (Meretrix meretrix L.) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)." Jurnal Farmasi Klinik dan Sains 2, no. 2 (2022): 7. http://dx.doi.org/10.26753/jfks.v2i2.984.

Full text
Abstract:
Kerang tahu (Meretrix meretrix L) merupakan salah satu sumber daya perikanan Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui tingkat toksisitas kitosan dari cangkang Kerang tahu dengan melihat nilai LC50 yang diujikan pada metode BSLT. Penelitian ini meliputi Isolasi kitin dan kitosan: Deproteinasi, Demineralisasi, Depigmentasi dan deasetilasi kitin menjadi kitosan, karakterisasi kitosan, FTIR, dan Uji Toksisitas kitosan dengan menggunakan metode BSLT untuk melihat jumlah kematian larva Artemia salina L diperoleh data (LC50). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Kitosan Cangkang Kerang tahu memiliki LC50 4383.287934 μg/ml. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kitosan cangkang Kerang tahu bersifat tidak toksik (LC50> 1000 μg/ml) pada uji BSLT.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Isnawati, Noor, Wahyuningsih Wahyuningsih, and Erfanur Adlhani. "PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR." Jurnal Teknologi Agro-Industri 2, no. 2 (2016): 1. http://dx.doi.org/10.34128/jtai.v2i2.12.

Full text
Abstract:
Kitosan merupakan modifikasi senyawa kitin yang banyak terdapat dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae seperti udang dan kepiting. Khasiat kitosan sebagai bahan antibakteri dan kemampuannya untuk mengimobilisasi bakteri menjadikan kitosan dapat digunakan sebagai pengawet makanan. Daya hambat kitosan terhadap bakteri tergantung dari konsentrasi pelarut kitosan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan lama waktu pengawetan udang segar dengan menggunakan larutan kitosan serta mengidentifikasi pengaruh kitosan terhadap sifat fisis udang segar baik dari segi bau maupun tekstur udang. Percobaan dibagi dalam 3 tahap. Tahap pertama Isolasi kitin dari kulit udang putih (Penaeus merguiensis) dengan dua perlakuan yaitu deproteinisasi dengan menggunakan NaOH 1 M dan demineralisasi dengan menggunakan CH3COOH 1 M dan HCl 1 M. Tahap kedua adalah proses deasetilasi kitin menjadi kitosan dengan menggunakan NaOH 1 M. Tahap ketiga adalah tahap aplikasi penambahan kitosan pada udang segar dengan variasi konsentrasi kitosan 0,5 g; 1 g; 1,5 g; dan 2 g dalam 1% CH3COOH dengan variabel waktu perendaman udang segar selama 15, 30, 45, dan 60 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa udang segar yang direndam dalam larutan asam asetat encer 1% pada semua konsentrasi yang diuji memiliki daya simpan selama 2 hari, dengan teksturnya masih bagus dan bau masih berbau udang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Hardani, Prisma Trida, Dewi Perwito Sari, and Asti Rahayu. "Isolasi dan Identifikasi Kitosan dari Cangkang Kreca (Bellamya javanica) dengan Spektroskopi Inframerah." FARMASIS: Jurnal Sains Farmasi 2, no. 2 (2022): 36–40. http://dx.doi.org/10.36456/farmasis.v2i2.5191.

Full text
Abstract:
Bellamya javanica atau yang lebih dikenal dengan nama kreca merupakan hewan dalam kelas gastropoda yang mengandung senyawa seperti kalsium, kitin, protein dan mineral. Kitosan dari cangkang umumnya diperoleh dari deasetilasi kitin dengan hidrolisis basa. Metode yang dilakukan untuk memperoleh kitosan meliputi deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi, kemudian hasil yang diperoleh di analisis dengan FT-IR. Hasil penelitian menunjukkan rendemen kitosan yang dihasilkan dari cangkang kreca (Bellamya javanica) adalah 10,768%. Derajat deasetilasi kitosan dari cangkang kreca adalah 84%. Hasil karakterisasi dengan spektroskopi inframerah menunjukkan bahwa senyawa hasil ekstraksi yang diperoleh adalah kitosan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Mursida, Mursida, Tasir Tasir, and Sahriawati Sahriawati. "EFEKTIFITAS LARUTAN ALKALI PADA PROSES DEASETILASI DARI BERBAGAI BAHAN BAKU KITOSAN." Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 21, no. 2 (2018): 358. http://dx.doi.org/10.17844/jphpi.v21i2.23091.

Full text
Abstract:
Bahan organik utama yang terdapat pada kelompok hewan crustaceae, insekta, fungi, moluska,<br />arthropoda disebut kitin. Serbuk kitin dideasetilasi untuk memperoleh senyawa kitosan. Karakterisasi<br />kitosan yang sangat penting adalah derajat deasetilasi (DD) yang tergantung pada jenis bahan baku dan<br />proses produksinya. Deasetilasi merupakan proses penghilangan gugus asetil dengan cara penambahan<br />larutan alkali. Efektifitas jenis alkali pada beberapa sumber perlu diteliti untuk mendapatkan kemurnian<br />kitosan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis alkali (NaOH, KOH dan CaOH2)<br />yang paling efektif pada proses deasetilasi serbuk kitin serta menentukan karakteristik kitosan yang<br />dihasilkan. Sumber kitin yang di deasetilasi dari cangkang kepiting bakau, cangkang rajungan, kulit udang<br />windu, kulit udang vannamei, cangkang kerang hijau dan cangkang bekicot. Penelitian terdiri atas dua tahap,<br />tahap pertama adalah preparasi bahan baku dan analisis kandungan kimia bahan baku, sedangkan tahap<br />kedua yaitu produksi dan karakterisasi kitosan. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis kandungan<br />kimia, derajat deasetilasi dan kadar N kitosan. Hasil penelitian menunjukan Karakteristik kitosan yang<br />dihasilkan yaitu rendemen 4,25-28,43%, abu 0,42-1,30%, N-total 5,08-5,73%, derajat deasetilasi 83,40-<br />83,45%. NaOH merupakan alkali yang cenderung lebih baik memberikan derajat deasetilasi kitosan<br />tertinggi dari masing-masing sumber bahan baku kitosan.<br /><br />
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Tobing, Mike T. L., Nor Basid Adiwibawa Prasetya, and Khabibi Khabibi. "Peningkatan Derajat Deasetilasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dengan Variasi Konsentrasi NaOH dan Lama Perendaman." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 14, no. 3 (2011): 83–88. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.14.3.83-88.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan penelitian tentang derajat deasetilasi kitosan dari cangkang rajungan. Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh konsentrasi NaOH dan lama perendaman terhadap derajat deasetilasi kitosan. Penelitian dimulai dengan mengisolasi kitin melalui tahap deproteinasi, demineralisasi, dan depigmentasi menggunakan NaOH 1M, HCl 1M dan H2O2 3% secara berurutan. Selanjutnya kitin yang diperoleh dianalisis dengan FTIR. Produksi kitosan dilakukan dengan cara deasetilasi kitin dengan melakukan dua variasi yaitu waktu perendaman selama 2, 4, 6, dan 8 jam dan variasi konsentrasi NaOH dengan konsentrasi 40, 50, 60, dan 70%. Selanjutnya kitosan yang diperoleh dianalisis dengan metode FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat deasetilasi terbesar pada kondisi perendaman selama 8 jam dengan DD sebesar 77,99% dan konsentrasi NaOH 70% dengan DD sebesar 77%. Kenaikan derajat deasetilasi dipengaruhi oleh kenaikan waktu perendaman dan konsentrasi NaOH.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Mangallo, Bertha. "Potential of Carbon-Chitosan Composite as Biosorbent of Heavy Metal Cu(II)." Jurnal Natural 18, no. 2 (2022): 84–91. http://dx.doi.org/10.30862/jn.v18i2.181.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi adsorpsi dari sumber-sumber bahan alam (biosorben), khususnya mengoptimalkan potensi komposit kitosan sebagai biosorben untuk pengolahan limbah logam berat. Target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memperoleh teknologi pembuatan komposit carbon-kitosan dengan formulasi dan karakteristik dari komposit kitosan yang memiliki daya adsorpsi maksimum terhadap logam Cu(II). Studi karakteristik dari komposit kitosan dilakukan dengan menggunakan FT-IR, sedang kapasitas adsorpsi ditentukan dengan AAS. Tahapan penelitian meliputi tahap isolasi kitin dari cangkang udang, tahap konversi kitin menjadi kitosan, tahap sintesis karbon aktiv dari kernel inti kelapa sawit, tahap sintesis komposit carbon–kitosan (KCK), dan tahap karakterisasi dan uji adsorpsi komposit kitosan terhadap logam Cu(II). Hasil analisis daya adsorpsi komposit kitosan menunjukkan bahwa formulasi komposit Carbon-Kitosan (KCK) yang memberikan daya adsorpsi terbesar terhadap logam Cu(II) adalah pada perbandingan 1:10 (w/v), yaitu sebesar 2,3037 x 10-4 mol/g.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Nadirah, Olivia Aldisa Welly, Andi Artiningsih, and Muh Arman. "PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG UDANG SEBAGAI PENGAWETAN BAKSO DAGING SAPI." Journal of Materials Processing and Environment 1, no. 2 (2023): 8–16. https://doi.org/10.33096/jmpe.v1i2.560.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi kitosan terbaik untuk mempertahankan lama penyimpanan bakso dan mengrtahui pengaruh konsentrasi kitosan dari cangkang terhadap uji organoleptik bakso yang disimpan selama 24 jam setelah pengawetan. Penelitian Produksi kitin menjadi kitosan dilakukan dengan proses isolasi kitin yang terdiri dari tahap deproteinasi, tahap demineralisasi dengan penambahan, dan tahap deasetilasi. Pada proses Pengawetan Bakso dilakukan dengan penambahan 1% asam asetat. Dari penelitian ini diperoleh karakteristik kitosan terbaik terdapat pada penambahan konsentrasi NaOH 3N yaitu dengan nilai derajat deasetilasi 99,04%, kadar abu 0,05% dan kadar air 0,07%. Berdasarkan karakteristik kitosan menunjukkan bahwa memenuhi standar mutu kitosan. Hasil uji lama penyimpanan bakso daging sapi yang telah direndam dengan kitosan dapat menunjukkan bahwa penambahan kitosan 3 % dapat mempertahankan kesegarannya hingga hari ke-4. Sedangkan Hal uji organoleptik pada bakso daging sapi yang telah direndam dengan larutan kitosan dapat menunjukkan bahwa larutan kitosan dengan konsentrasi 3% memperoleh hasil yang lebih baik daripada konsentrasi kitosan yang lainnya dari segi bau yang masih bagus, tekstur yang masih kenyal dan warnanya masih putih abu-abu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Ika Devi Adiana and Lasminda Syafiar. "PENGGUNAAN KITOSAN SEBAGAI BIOMATERIAL DI KEDOKTERAN GIGI." Dentika Dental Journal 18, no. 2 (2014): 190–93. http://dx.doi.org/10.32734/dentika.v18i2.2029.

Full text
Abstract:
Pengunaan produk-produk alam di bidang kedokteran saat ini semakin berkembang pesat. Salah satu bahan alami yangdigunakan adalah kitosan. Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan kegunaan kitosan di bidang kedokteran gigi.Kitosan (poly-β-1,4-glukosamine) merupakan makalah biopolymer alami di alam yang memiliki rantai linear denganrumus struktur (C6H11NO4)n yang dapat diperoleh dari proses destilasi kitin. Kitin ditemukan banyak pada hewan lautberkulit keras seperti blankas, kepiting, kerang, udang, rajungan, cumi-cumi, jenis serangga dan jamur. Kitosan memilikibeberapa sifat yang menguntungkan seperti biokompatibel, biodegradable, tidak beracun serta mucoadhesion sehinggakitosan sering digunakan pada pengaplikasian biomedis. Sebagai kesimpulan, kitosan dapat digunakan sebagai antibakteri, menghambat/ membunuh mikroorganisme, menurunkan rasa nyeri, serta memperbaiki sifat-sifat material dibidang kedokteran gigi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Masruriati, Eni. "PERBANDINGAN PENGAWET KITOSAN DARI CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SEBAGAI PENGAWET UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN IKAN PARI (Dasyatis sp.)." Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy) 1, no. 1 (2019): 23–28. http://dx.doi.org/10.37013/jf.v1i1.71.

Full text
Abstract:
Pengawetan merupakan salah satu cara untuk membuat udang dan ikan memiliki daya simpan yang lama sehingga dapat mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan. Kitosan merupakan alternatif pengawetan ikan dan udang. Kitosan didapat dari hasil deasetilasi kitin dari cangkang kerang bulu yang ada di Kendal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pengawetan dengan menggunakan kitosan pada udang vename dan ikan pari. Metodologi pada penelitian ini menggunakan metode deasetilasi kitin dari cangkang kerang bulu. Hasil dianalisa univariate dan bivariat dengan uji t-test. Hasil penelitian menunjukan rendemen kitosan cangkang kerang bulu adalah 7,12%b/v. Hasil t-test menunjukan nilai > 0,05 taraf kepercayaan 95%, dapat diartikan bahwa pada pengawetan udang vename dan ikan pari tidak berbeda siqnifikan. Kesimpulan perbandingan pengawetan udang vename dan ikan pari menggunakan kitosan tidak berbeda signifikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Kurniawan, Yuda. "EFEKTIVITAS LIMBAH CANGKANG KEPITING SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM PENURUNAN KADAR KEKERUHAN DAN WARNA AIR BAKU SUNGAI KAPUAS." Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah 10, no. 1 (2021): 001. http://dx.doi.org/10.26418/jtllb.v10i1.48540.

Full text
Abstract:
Abstrak Koagulasi-flokulasi merupakan salah satu proses di Instalasi Pengolahan Air yang bertujuan menghilangkan partikel tersuspensi dan koloid. Koagulan yang paling banyak digunakan di instalasi pengolahan air saat ini adalah tawas. Namun, penggunaan tawas dapat menimbulkan efek bagi lingkungan dan kesehatan manusia dikarenakan sifatnya yang tidak mudah terbiodegradasi. Cangkang kepiting mengandung zat yang mampu berfungsi sebagai kitin terdeasetilasi yaitu kitin dan kitosan. Kitosan memiliki kemampuan sebagai koagulan karena memiliki banyak kandungan nitrogen pada gugus aminanya. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui efektivitas dari kitosan cangkang kepiting dalam menurunkan kadar kekeruhan dan warna air baku Sungai Kapuas dibandingkan dengan koagulan sintetis yaitu tawas. Adapun tahapan penelitian ini meliputi pembuatan kitosan dan uji karakteristik kitosan cangkang kepiting, penentuan pH dan dosis optimum dengan metode jar test, uji parameter kekeruhan dan warna, dan analisis data. Hasil uji karakteristik kitosan menunjukkan nilai rendemen kitosan cangkang kepiting adalah 17,57%, kadar air kitosan cangkang kepiting yaitu 3,93%, dan derajat deasetilasi sebesar 94,97%. Pada uji jar test, didapatkan dosis optimum kitosan adalah 300 mg/l pada pH optimum 3 untuk penurunan parameter kekeruhan dan warna. Efektivitas penurunan kekeruhan oleh kitosan cangkang kepiting sebesar 61,4% dan penurunan kadar warna sebesar 86,35%. Kata Kunci: kepiting, kitosan, koagulan, koagulasi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Aldila, Herman. "Ekstraksi Kitosan dari Limbah Cangkang Udang sebagai Adsorben Ion Logam Cu pada Air Kolong Timah Bangka." PROMINE 8, no. 2 (2021): 65–71. http://dx.doi.org/10.33019/promine.v8i2.2070.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi NaOH pada tahap deasetilasi terhadap adsorpsi kitosan ion logam Cu pada kolong timah Bangka. Ekstraksi kitosan dilakukan dalam empat tahap yaitu deproteinisasi, demineralisasi, dekolorisasi dan deasetilasi kitin. Pengaruh konsentrasi NaOH pada proses deasetilasi dipelajari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi NaOH dari 20% menjadi 60% maka kitosan DD meningkat. Laju difusi OH- menyebabkan peningkatan serangan OH- ke gugus amino sehingga mewujudkan deasetilasi kitin yang efektif. Kadar logam Cu pada penelitian ini mencapai 0,32 ppm. Adsorpsi kitosan pada ion logam cu menurunkan kadar terlarut rata-rata 99,67% dari kadar awal. Kandungan gugus hidroksil pada kitosan menyebabkan terjadinya reaksi pembentukan senyawa hidroksida dari ion logam Cu terlarut. Senyawa Cu hidroksida secara terpisah akan membentuk dan membentuk endapan. Semakin besar nilai derajat deasetilasi menyebabkan peningkatan kandungan gugus hidroksil dan menyebabkan peningkatan adsorpsi ion logam Cu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Negara, Mellani Cindera. "PERBEDAAN KARAKTERISTIK FILM KITOSAN (SCYLLA SERRATA) DENGAN PENGENTAL GELATIN DAN XANTHAN GUM SEBAGAI MEDIA PENGHANTARAN OBAT DALAM TERAPI PERIODONTAL." Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) 6, no. 2 (2024): 162–68. https://doi.org/10.36086/jkgm.v6i2.2591.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Produksi limbah cangkang kepiting bakau yang mencapai 75% dari total produksi memiliki kandungan kitin. Kandungan kitin yang ada di dalam cangkang kepiting dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kitosan. Kitosan yang dikombinasikan dengan pengental gelatin dan xanthan gum dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan film periodontal. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik film kitosan (Scylla serrata) dengan pengental gelatin dan xanthan gum sebagai media penghantaran obat dalam terapi periodontal. Metode: penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan subjek berupa film dari kitosan (Scylla serrata) dengan pengental gelatin dan xanthan gum. Sampel terdiri dari 1 jenis film kitosan-gelatin dan 1 jenis film kitosan-xanthan gum yang dipotong dengan ukuran sesuai standar alat uji karakteristik film. Hasil: karakteristik film kitosan-xanthan gum lebih baik dan memenuhi standar dalam penilaian karakteristik film periodontal, sehingga disimpulkan bahwa film dari kitosan (Scylla serrata) dengan pengental xanthan gum memiliki nilai karakteristik film yang lebih baik dan memenuhi syarat dibandingkan dengan penggunaan kombinasi bahan kitosan dengan pengental gelatin sebagai sediaan dalam sistem penghantaran obat khususnya untuk terapi periodontal. Kata Kunci: Film, kitosan (Scylla serrata), terapi periodontal, gelatin, xanthan gum
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Pratiwi, Fika Dewi, Hartoyo Notonegoro, and Denny Syaputra. "Valorisasi Limbah Cangkang Kepiting Bakau (Scylla serrata) Sebagai Sumber Kitin dan Kitosan." Jurnal Laut Khatulistiwa 8, no. 1 (2025): 66–71. https://doi.org/10.26418/lkuntan.v8i1.86819.

Full text
Abstract:
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan komoditas unggulan di Pulau Bangka. Terdapat preferensi yang tinggi dari masyarakat untuk mengkonsumsi kepiting bakau, sehingga tidak sedikit rumah makan yang menyediakan menu kepiting di warung makan seafood di sekitar wilayah Pulau Bangka. Hal tersebut tentu saja menghasilkan banyak sisa cangkang yang dianggap limbah, tidak bermanfaat dan berakhir di tempat sampah. Valorisasi limbah cangkang kepiting, bisa dilakukan dengan transformasi limbah cangkang tersebut menjadi material memiliki nilai manfaat berupa kitin dan kitosan. Pada penelitian ini, 250 g cangkang rajungan akan diproses menjadi kitosan melalui deproteinasi (NaOH 3,5%), demineralisasi (HCl 1,5 M) dan deasetilasi (NaOH 15%) dengan waktu pemrosesan masing-masing 2 jam. Rendemen kitin yang dihasilkan yaitu 26%, sedangkan kitosan sebanyak 10,04 %. Berdasarkan perhitungan derajat deasetilasi (DD) kitin pada bilangan gelombang A1650/A3450 menghasilkan nilai 39,58 %, sedangkan kitosan 51,11 %. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan NaOH dengan konsentrasi yang lebih pekat 60% pada saat proses deasetilasi untuk menghasilkan nilai DD yang lebih tinggi. Selain itu, penelitian lanjutan dapat menggunakan metode penetralan pH yang lebih cepat dan efisien. Analisis DD juga dapat dilakukan dengan metode sederhana, biaya terjangkau serta cepat memperoleh hasilnya secara kuantitatif dengan metode titrasi asam basa dengan methyl orange.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Agusta, Ignatius. "EKSTRAKSI KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG DENGAN PROSES DEASETILASI." CHEMTAG Journal of Chemical Engineering 2, no. 2 (2021): 38. http://dx.doi.org/10.56444/cjce.v2i2.1935.

Full text
Abstract:
<em>Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai “sisa/buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia”. Kulit udang termasuk limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri manusia yang selama ini pemanfaatannya hanya dibuang, bahan industri terasi, dan menjadi limbah ekspor. Limbah kulit udang mudah membusuk, menimbulkan bau tidak sedap dan sukar terdegradasi sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Salah satu alternatif pemanfaatan limbah udang agar memiliki nilai daya guna lebih adalah dengan mengubah kandungan kitin yang pada umumnya ada di dalam cangkang kulit udang menjadi kitosan. Secara umum, cangkang kulit udang mengandung 27,6% mineral, 34,9% protein, 18,1% kitin, dan komponen lain seperti zat terlarut, lemak dan protein tercerna sebesar 19.4 % (Suhardi, 1992). Oleh karena itu untuk memperoleh (isolasi) kitin dari cangkang udang melibatkan proses-proses pemisahan mineral (demineralisasi) dan pemisahan protein (deproteinasi). Kitin yang diperoleh dari proses demineralisasi dan deproteinasi diubah menjadi kitosan dengan proses deasetilasi. Analisa kualitatif dengan metode FTIR dilakukan untuk mengetahui derajat deasetilasi yang menentukan kualitas dari produk kitosan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa diantara tiga variabel berubah yaitu lamanya waktu pada tahap deasetilasi, konsentrasi NaOH, dan variasi suhu, diperoleh bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap hasil produksi kitosan adalah konsentrasi NaOH. Kondisi optimum saat proses deasetilasi didapat pada variabel dengan konsentrasi NaOH 70%, suhu 80<sup>o</sup>C, dan dalam waktu 1,5 jam dengan persamaan yield y = -0.0036x<sup>2</sup> + 0.6131x + 17.106.</em>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Ni Luh Dian Saptari Amelia Putri and Ni Kadek Diana Novita Alisia Putri. "Review: Potensi Biopolimer Kitosan Dalam Sistem Penghantaran Obat." Prosiding Workshop dan Seminar Nasional Farmasi 3 (June 8, 2025): 33–47. https://doi.org/10.24843/wsnf.2024.v03.p04.

Full text
Abstract:
Kitosan merupakan polisakarida alami yang bersifat kationik sehingga dapat melekat pada jaringan keras dan lunak. Kitosan diperoleh dari kitin melalui proses deasetilasi dan berasal dari sumber alam seperti cangkang crustacea, jamur, dan insekta sehingga cenderung tidak toksik pada dosis terapi. Kitosan dikembangkan sebagai pembawa dalam sistem penghantaran obat karena sifat fisikokimianya yaitu mucoadhesive, biocompatible, biodegradable, antigenitas rendah, kemampuan mengantarkan obat pada target spesifik. Tujuan dari ulasan ini untuk mengetahui perkembangan penggunaan biopolimer kitosan sebagai pembawa dalam sistem penghantaran obat sehingga memberikan beberapa wawasan tentang potensi masa depan. Pencarian data diperoleh dari literatur internasional dan nasional yang open access melalui website dan database berbasis ilmiah seperti Google Scholar, Science Direct, PubMed dari tahun 2019 hingga 2024 yang membahas perkembangan penggunaan kitosan dalam sistem penghantaran obat. Berdasarkan review pustaka yang dikumpulkan, kitosan memiliki sifat fisikokimia larut dalam larutan asam, mengendap dan membentuk gel pada pH rendah, memiliki gugus amino reaktif, membentuk kelat dengan beberapa ion logam. Gugus amina kitosan diperoleh dari deasetilasi dengan mengkonversi kitin menjadi kitosan sehingga rantai polimer kitosan akan semakin reaktif. Dalam mendukung sistem penghantaran obat, kitosan yang memiliki kelarutan buruk pada pH fisiologis harus dimodifikasi dan dikembangkan dengan beberapa pendekatan seperti kitosan pembawa nanopartikel, hidrogel, mikropartikel, film dan enkapsulasi agar meningkatkan stabilitas dan kontrol pelepasan obat. Potensi kitosan menjadi zat tambahan dalam penghantar obat terus berkembang seperti berpotensi pada penghantaran obat oral, parenteral, vaksin, hingga penghantaran obat anti kanker. Kitosan juga memiliki aktivitas antimikroba dan antibakteri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Chasanah, Ekowati, Yusro Nuri Fawzya, Asri Pratitis, and Tati Nurhayati. "Penapisan Bakteri Penghasil Enzim Kitosanase Yang Berasosiasi Dengan Spons Laut." Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 2, no. 2 (2007): 161. http://dx.doi.org/10.15578/jpbkp.v2i2.460.

Full text
Abstract:
Informasi pasar dunia menunjukkan bahwa 50% keperluan dunia akan produk turunan kitin, digunakan untuk produk suplemen kesehatan. Untuk menunjang proses produksi kitosan yang bersifat ramah lingkungan dan aman untuk konsumsi manusia, maka enzim pendegradasi kitin/ kitosan sangat berperan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri penghasil enzim pendegradasi kitosan dari spons. Spons dipilih karena biota laut tersebut dikenal kaya akan senyawa bioaktif dan sebagian besar masa tubuhnya didominasi oleh bakteri. Dari 24 spons, telah berhasil diisolasi 86 isolat bakteri dan 22 di antaranya menghasilkan enzim pendegradasi kitin, termasuk di antaranya enzim kitosanase. Berdasarkan pada nilai indeks kitinolitik (IK) dan waktu produksi enzim, isolat KBJ 12 SB telah dipilih sebagai isolat penghasil kitosanase. lsolat tersebut menghasilkan enzim kitosanase maksimal pada hari ke‑5, dengan aktivitas enzim sebesar 0,797 U/mg. Enzim kitosanase yang dihasilkan bekerja optimal pada suhu 60 0C dan pH 8. Enzim stabil pada suhu 370C dengan sisa aktivitas > 50% ketika diinkubasi selama 90 menit. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa bakteri KBJ 12 SB memiliki sifat mirip dengan jenis Bacillus sp.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Imtihani, Hilya Nur, and Silfiana Nisa Permatasari. "Sintesis dan Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Udang Kaki Putih (Litopenaeus vannamei)." SIMBIOSA 9, no. 2 (2020): 129. http://dx.doi.org/10.33373/sim-bio.v9i2.2699.

Full text
Abstract:
Udang kaki putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu krustasea yang banyak dikomsumsi dan dibudidayakan di Indonesia sehingga menghasilkan banyak limbah kulit udang. Limbah tersebut dapat menyebabkan terjadinya permasalahan lingkungan seperti pencemaran karena baunya yang tidak sedap. Dilain hal kulit udang mengandung zat yang dapat disajikan sebagai bahan baku kitosan yang bermanfaat untuk berbagai keperluan terutama bidang kesehatan berperan sebagai antihiperlipidemia dan antibakteri. Tujuan penelitian adalah melakukan sintesis kitosan yang merupakan turunan dari kitin yang diambil dari kulit udang kaki putih (L. vannamei) dan dilakukan karakterisasi. Metode sintesis dilakukan dengan menggunakan metode Knorr yaitu proses pre-treatment, demineralisasi dan deproteinasi untuk menghasilkan kitin selanjutnya dilakukan deasetilasi untuk menghasilkan kitosan. Karakterisasi kitosan dilakukan dengan menguji Derajat Deasetilasi (DD) menggunakan spektroskopi FTIR, uji rendemen, uji ninhidrin, dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan uji kemurnian DD mendapatkan nilai sebesar 76,24%, hasil uji rendemen sebanyak 16,21%, uji ninhidrin positif berwarna ungu, dan uji organoleptik menghasilkan serbuk berwarna putih kekuningan. Hasil ini menunjukkan bahwa kitosan yang dihasilkan memiliki kemurnian yang sangat baik dan sesuai dengan persyaratan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Hajijah, Hajijah, Nasrul ZA, Suryati Suryati, Meriatna Meriatna, and Sulhatun Sulhatun. "PENGARUH KONSENTRASI PELARUT ASAM SITRAT DAN SUHU PADA TAHAP DEMINERALISASI TERHADAP KARAKTERISTIK KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG VANNAMEI (LITOPENEUS VANNAMEI)." Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) 3, no. 4 (2023): 517. http://dx.doi.org/10.29103/cejs.v3i4.11116.

Full text
Abstract:
Kitosan merupakan senyawa varian senyawa kitin yang ditemukan dikulit banyak mengandung krustasea salah satunya yaitu udang. Pembuatan kitosan adalah proses yang paling sederhana dan efektif. Kitosan pada penelitian ini yang digunakan adalah kulit udang vannamei. Udang vannamei dapat dibuat kitosan karena mengandung senyawa kitin. penelitian dibuat untuk bertujuan mengkaji pelarut pengaruh konsentrasi asam sitrat dan suhu pada tahap demineralisasi proses dalam pembuatan kitosan dari limbah kulit udang vannamei. Parameter digunakan untuk membuat kitosan dari kulit udang vannamei. Parameter digunakan untuk mengkaji kadar air, rendemen, kelarutan,viskositas, derajat deastilasi, dan gugus fungsi. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya menggunakan HCL sebagai pelarut pada tahap demineralisasi dari konsentrasi 20%, 30%, 40% dan 50% dan suhu 400C, 500C,600C dan 700C. Pada penelitian ini digunakan konsentrasi pelarut asam sitrat dan suhu dari tahap demeniralisasi pada proses pembuatan kitosan. Hasil pengujian yang terbaik adalah pada konsentrasi pelarut asam sitrat 50% dengan suhu 700C yakni berupa kadar air air sebesar 0,03%, rendemen sebesar 0,25%, kelarutan sebesar 87,9%, viskositas sebesar 3,18%, derajat deastilasi (DD) sebesar 64,58%. Hasil uji FTIR diperoleh gugus fungsi amina ulur vibrasi pada gelombang 3251,98 cm-1, gugus asetamida ulur vibrasi pada gelombang 1660,71 cm-1 dan vibrasi ulur pada gelombang 1259,52 cm-1 menunjukkan pada gugus fungsi asam karboksilat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Khairi, Syahrul, Pradika Wibowo, Raden Bayu Trisno Wijoyo, and Sri Rezeki. "Pengaruh Konsentrasi NaOH pada Deasetilasi Kitin dari Cangkang Udang Putih (Litopenaeus vannamei) dan Aktivitasnya pada Air Gambut." Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah 7, no. 1 (2019): 037. http://dx.doi.org/10.26418/jtllb.v7i1.37374.

Full text
Abstract:
Abstract The potential of shrimp shells as a source of chitosan for the processing of West Kalimantan peat water has been studied. Chitin as a precursor of chitosan was extracted from the shrimp shells by means of deproteination and demineralization processes. Deproteination was performed by suspending the shrimp shells to 3,5% NaOH at 65oC for 4 hours. The demineralization process was done by using 1.5M HCl at the same temperature and time. Difference concentration of NaOH (30 – 70%) was applied in deacetylation of chitin to chitosan in order to obtain informations on the effect of base on chitosan deacetylation degree. The results obtained showed that the higher the concentration of NaOH, the higher the chitosan deacetylation degree. The highest deacetylation degree was obtained when chitin was deacetylation using 70% NaOH with the value of 87.5%. Performance of the chitosan was examined in the peat water treatment process. Some test parameters showed that chitosan added to peat water causes coagulation and flocculation with peat water components. This was indicated by the decreasing in color parameter value of 337 PtCo, the decreasing of organic substances in peat water of 10 mg/L and the increasing of pH value to 7.9. Keywords: chitin, chitosan, coagulation, flocculation, peat water Abstrak Potensi cangkang udang putih sebagai sumber kitosan untuk proses pengolahan air gambut Kalimantan Barat telah dipelajari. Kitin sebagai prekursor dari kitosan diekstrak dari kulit udang putih melalui dua tahap yaitu deproteinasi dan demineralisasi. Deproteinasi dilakukan dengan menggunakan NaOH 3,5% pada suhu 65oC selama 4 jam dan dilanjutkan dengan proses demineralisasi menggunakan HCl 1,5M dengan suhu dan waktu yang sama. Variasi konsentrasi basa NaOH sebesar 30 – 70 % dilakukan pada proses deasetilasi kitin menjadi kitosan guna mendapatkan informasi pengaruh konsentrasi basa terhadap derajat deasetilasi kitosan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi basa NaOH yang digunakan maka semakin tinggi pula derajat deasetilasi kitosan yang diperoleh. Konversi tertinggi diperoleh ketika kitin dideasetilasi menggunakan NaOH 70% dengan nilai derajat deasetilasi sebesar 87,5%. Performa kitosan hasil deasetilasi terbaik diuji pada proses pengolahan air gambut. Beberapa parameter uji menunjukkan bahwa kitosan yang ditambahkan pada air gambut menyebabkan terjadinya koagulasi dan flokulasi dengan komponen air gambut. Hal ini ditandai dengan menurunnya nilai parameter warna sebesar 337 PtCo kandungan zat organik di dalam air gambut sebesar 10 mg/L dan nilai pH yang meningkat menjadi 7,9. Kata kunci: kitin, kitosan, koagulasi, flokulasi, air gambut
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Arifin, Zainal. "PEMANFAATAN TEKNOLOGI SONIKASI TAK LANGSUNG DALAM RANGKA PRODUKSI KITOSAN." Konversi 1, no. 1 (2012): 1. http://dx.doi.org/10.20527/k.v1i1.66.

Full text
Abstract:
Keberhasilan produksi kitosan dengan metode termokimiawi telah diketahui. Kitosan dihasilkan melalui proses deasetilasi kitin menggunakan alkali kuat pada konsentrasi tinggi, suhu tinggi, dan waktu yang lama. Inovasi teknologi diperlukan untuk mendapatkan proses produksi kitosan yang lebih efisien dengan hasil optimal. Ultrasonikasi-kimia adalah inovasi teknologi yang digunakan pada penelitian ini dalam rangkaproduksi kitosan berbasis limbah udang dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik 42 kHz. Sejumlah kitin (2 g) ditambahkan larutan NaOH dengan variasi konsentrasi antara 55-70% menurut rasio tertentu dalam erlenmeyer yang terpasang pada ultrasonic bath bersuhu 70oC. Ultrasonik dijalankan dengan berbagai variasi waktu (10-30 menit). Kitosan yang dihasilkan dicuci hingga netral dan dikeringkan kemudian dianalisis derajat deasetilasinya menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Interpretasi nilai derajat deasetilasi dilakukan dengan metode baseline Sabnis and Block. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik deasetilasi tercapai pada konsentrasi NaOH 70% dan waktu reaksi 30 menit. Penggunaan gelombang ultrasonik untuk deasetilasi mampu mereduksi waktu reaksi deasetilasi sehingga dapat dikatakan lebih efisien. Hasil uji kualitas kitosan dengan parameter kadar air, kadar abu, viskositas, dan derajat deasetilasi masing-masing adalah 9.94%, 0.34%, 3.2 cP, dan 85.02%. Kitosan yang dihasilkan larut sempurna dalam asam asetat 1% dan secara umum sesuai untuk aplikasi bidang pangan.Kata kunci: derajat deasetilasi, kitin, kitosan, ultrasonik Abstrack-Thermochemically preparation of chitosanis as well as known. Chitosanis producedthroughthedeacetylationof chitinusingstrongalkaliat high concentrations, high temperatures,and a long time. Technological innovationhas requiredtoobtainchitosanproduction processmore efficient. In this paper indirect sonocationtechnology used to produce ofchitosan-based shrimp wasteusingultrasonicbath which offrequency 42kHz. A number ofchitin(2g) was added a solution ofNaOHwithconcentration between55-70% toa certain ratio.The mixture was irradiated in the ultrasonic bath at a set temperature (70oC) for a controlled period (10-30min). Chitosanwas neutralizedand driedthen analyzedof degree of deacetylation usingFourier Transform InfraredSpectroscopy(FTIR). The degree of deacetylation was interpreted by the SabnisandBlock baseline method. The results showedthat thebestcondition fordeacetylationwas achieved in70%of NaOH and reaction time30 min. Theparameters moisture content, ash content, viscosity, anddegree ofdeacetylation were found to be 9.94%, 0.34%, 3.2 cP, 85.02%, respectively. Chitosancompletely dissolvedin1%of aceticacidand suitablefor food application as edible film. Keywords: chitin, chitosan, degree of deacetylation, ultrasound
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Chempro, Moch Nuril Maulidi A., Ananditto Caesario Putera A. Chempro, Titi Susilowati, Retno Dewati, and Laurentius Urip Widodo. "Sintesis Kitosan Limbah Tulang Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Dengan Proses Deasetilasi Bertingkat Sebagai Edible Coating pada Buah Anggru Merah." Chempro 4, no. 1 (2023): 29–36. http://dx.doi.org/10.33005/chempro.v4i1.288.

Full text
Abstract:
Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu komoditas perikanan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Tulang ikan bandeng selama ini hanya dibuang dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Tulang ikan bandeng ini mengandung kitin yang dapat diekstraksi menjadi kitosan yang memiliki sifat biodegradable ,antibakteri dan tidak beracun , sehingga sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai edible coating pada buah. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh kandungan kitosan dari tulang ikan bandeng yang sesuai dengan SNI serta meningkatkan nilai derajat deasetilasi melalui proses deasetilasi bertingkat. Tahapan ekstraksi diawali dengan deproteinasi yang menggunakan NaOH 3% dalam suhu 65˚C selama 2 jam. Setelah proses deproteinasi, berlanjut ke proses demineralisasi pada suhu 65˚C menggunakan larutan HCl 1.25N selama 2 jam. Kitin yang didapat dari proses demineralisasi maka dilanjutkan dengan proses deasetilasi menggunakan NaOH dengan variasi konsentrasi (0.25;0.375;0.5; 0.625;0.834)M, pada suhu 75°C selama 5 jam, dengan variasi regenerasi NaOH deasetilasi bertingkat; 1x5jam; 2x5jam; 3x5jam; 4x5jam; 5x5jam. Karakterisasi kitosan dengan parameter derajat deasetilasi melalui metode analisa FTIR. Hasil terbaik kitosan dari tulang ikan bandeng dicapai pada perlakuan 0,834M NaOH dengan regenerasi NaOH deasetilasi bertingkat 3x5 jam yang pada kondisi operasi tersebut mencapai nilai derajat deasetilasi 68% dengan rendemen 20%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Kurniasih, Mardiyah, Kapti Riyani, Tien Setyaningtyas, and Ira Sufyana. "Studi Adsorpsi Ion Ni(II) Menggunakan Crosslink Kitosan Tripolifosfat." Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan 13, no. 2 (2018): 174–81. http://dx.doi.org/10.23955/rkl.v13i2.11725.

Full text
Abstract:
Kitosan adalah polisakarida alami. Kitosan memiliki gugus amino dan hidroksi sehingga memungkinkan untuk memodifikasi kitosan secara kimia untuk memperluas aplikasi. Modifikasi kitosan dengan agen crosslinker dapat meningkatkan kapasitas adsorpsinya. Tripolifosfat merupakan agen crosslinker yang non toksik. Kitosan bersifat polikationik dan tripolifosfat bersifat polianionik sehingga dapat berinteraksi membentuk crosslink kitosan tripolifosfat. Tujuan dari penelitian ini yaitu mensintesis crosslink kitosan tripolifosfat dan studi adsorpsi ion Ni(II). Kitosan diperoleh dari deasetilasi kitin. Crosslink kitosan tripolifosfat disintesis dengan mereaksikan larutan kitosan dan larutan sodium tripolifosfat pH 3. Studi adsorpsi ion Ni(II) menggunakan crosslink kitosan tripolifosfat dilakukan pada variasi pH, waktu kontak dan perbandingan adsorben dan adsorbat. Variasi perbandingan adsorben dan adsorbat pada larutan Ni(II) digunakan untuk kajian adsorpsi isotermal. Hasil analisis menggunakan FTIR menunjukkan serapan pada daerah bilangan gelombang 1535,34 cm-1 yang menandakan adanya interaksi ion ammonium dan ion fosfat. Crosslink kitosan tripolifosfat dapat menurunkan ion Ni(II) sebanyak 50,536 % dengan kapasitas adsorpsi 8,205 mg/g dan mengikuti pola adsorpsi isotermal Freundlich.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Naiu, Asri Silvana, and Nikmawatisusanti Yusuf. "Viskositas dan aktivitas antibakteri kitin berpartikel nano yang dihidrolisis dengan volume HCl berbeda." Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27, no. 7 (2024): 611–21. http://dx.doi.org/10.17844/jphpi.v27i7.50979.

Full text
Abstract:
Kitin dan kitosan memiliki sifat antibakteri. Kitin bersifat tidak mudah larut sehingga harus diubah menjadi partikel yang mudah larut. Pembentukan kitin menjadi partikel yang mudah larut dapat dilakukan melalui memodifikasi menjadi bentuk nano menggunakan senyawa asam dan proses destruksi berkecepatan tinggi. Proses pengecilan partikel diduga dapat memengaruhi aktivitas antibakteri dan viskositas kitin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbandingan kitin dan HCl terbaik untuk menghasilkan nano kitin berdasarkan zona hambat bakteri yang maksimum dan viskositas larutan nanokitin. Bakteri yang diuji adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella sp. Perlakuan yang diberikan adalah perbandingan kitin dan HCl, yaitu 1:8, 1:10, dan 1:12 (b/v). Parameter yang dianalisis meliputi rendemen partikel nanokitin, zona hambat bakteri, dan viskositas larutan nanokitin. Perbandingan kitin dan HCl 1:8 merupakan hasil terbaik menghasilkan nanokitin 70,44%. Perbedaan jumlah HCl dalam menghidrolisis kitin berpengaruh terhadap zona hambat bakteri. Zona hambat terhadap Salmonella sp. yaitu 7,4 mm dan S. Aureus, yaitu 8,10 mm. Zona hambat untuk E. coli hanya terdapat pada perlakuan perbandingan 1:10. Nilai viskositas tidak dipengaruhi oleh perbedaan perbandingan kitin dan HCl. Nanokitin dari perbandingan 1:8 berpotensi sebagai bahan aktif dalam pembuatan edible film.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Wulandari, Winda Trisna, Rizky Nur Alam, and Ade Yeni Aprillia. "Aktivitas Antibakteri Kitosan Hasil Sintesis dari Kitin Cangkang Kerang Hijau (Perna viridis L.) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus." PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) 18, no. 2 (2021): 345. http://dx.doi.org/10.30595/pharmacy.v18i2.7936.

Full text
Abstract:
Masyarakat masih belum memanfaatkan cangkang kerang hijau (Perna viridis L.) secara optimal, padahal senyawa kitin yang terkandung dalam limbah tersebut dapat dimodifiksi menjadi kitosan melalui reaksi kimia. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menguji aktivitas antibakteri kitosan dari limbah cangkang kerang hijau terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Kitosan dibuat melalui tiga proses yaitu deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Metode sumuran digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri dengan variasi konsentrasi kitosan 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8% (b/v). Kitosan yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebanyak 59,3% dengan nilai derajat deasetilasi sebesar 74,34%. Kitosan dengan konsentrasi sebesar 0,8% (b/v) memberikan zona hambat sebesar 12,5 mm terhadap Staphylococcus aureus dan 16,5 mm terhadap Escherichia coli. Dengan demikian kitosan dari cangkang kerang hijau memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik terhadap Escherichia coli dibandingkan dengan Staphylococcus aureus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Maulinda, Baiq. "ANALISIS PERKEMBANGAN PENELITIAN KITOSAN MENGGUNAKAN METODE BIBLIOMETRIK." PETROGAS: Journal of Energy and Technology 5, no. 2 (2023): 36–44. http://dx.doi.org/10.58267/petrogas.v5i2.156.

Full text
Abstract:
Kitosan adalah salah satu senyawa polisakarida yang berasal dari proses deasitelasi kitin yangjumlahnya melimpah kedua setelah selulosa, dan banyak terkandung dalam cangkang kepiting, udang, serangga, mollusca, serta beberapa dinding sel alga dan jamur. Secara komersial pemanfaatan kitosan dapat digunakan dalam berbagai industry seperti kosmetik, kesehatan, pertanian, farmasi, industry pangan, dan pengolahan limbah. Tingginya kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh kitosan membuktikan bahwa kitosan sangat berprospek di masa mendatang. Dalam sepuluh tahun terakhir penelitian terkait kktosan terus dikembangkan. Analisis bibliometric berperan penting dalam peninjauan dan perkembangan publikasi ilmiah terkait kitosan. Data publikasi dikumpulkan dari tahun 2012 sampai tahun 2021 menggunakan software Harzing’s Publish or Perish terkait kitosan. Selanjutnya, data yang terkumpul dipetakan menggunakan VOSviewer. Berdasarkan tahun publikasi terlihat bahwa penulisan dengan tema terkait kitosan terus berkembang menjadi isu yang lebih baru. Dan seiring waktu jumlah publikasi terkait pengembangan kitosan terus bertambah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Suprianto. "Karakterisasi Kitin dan Kitosan Udang Swallo (Metapenaeus monoceros)." Akademia 16, no. 2 (2012): 60–65. https://doi.org/10.5281/zenodo.3752740.

Full text
Abstract:
The preliminary research included chitin flour production. Later on, production and characterization of chitin and chitosan. Characteristics of chitin and chitosan included solubility, the degree of deacetylation, intrinsic viscosity and molecular weight. The degree of deacetylation was analyzed by Infra Red Method, intrinsic viscosity by Brookfield LVT and molecular weight by Mark-Houwink equation. The result showed that characteristics of chitin that included the degree of water, ash, and deacetylation for each were 4,347%, 1,184%, and 65,944 % and chitosan that included the degree of water, ash and deacetylation, intrinsic viscosity and molecular weight for each was 2,750 %; 0,702 %; 80,737 %; 12,725 cps and 2,418 x 105. Characteristic of chitosan was suitable for pharmacy field application.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Natalia, Dessy Atika, Niken Dharmayanti, and Fera Roswita Dewi. "Produksi Kitosan dari Cangkang Rajungan (Portunus sp.) pada Suhu Ruang." Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 24, no. 3 (2021): 301–9. http://dx.doi.org/10.17844/jphpi.v24i3.36635.

Full text
Abstract:
Limbah cangkang rajungan dapat dimanfaatkan menjadi kitosan yang dihasilkan dari proses deasetilasi kitin dengan basa kuat serta menggunakan suhu tinggi. Penggunaan suhu tinggi selama proses berisiko tinggi, sehingga produksi kitosan tanpa tahap pemanasan dapat menjadi solusi untuk mengurangi risiko kecelakaan. Tujuan penelitian ini adalah memproduksi kitosan dari cangkang rajungan pada suhu ruang tanpa adanya pemanasan. Kitosan dibuat melalui tahapan- tahapan berikut yaitu deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi. Proses pembuatan kitosan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada waktu yang berbeda dengan metode yang sama dan terukur. Kitosan yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi. Kitosan yang dihasilkan memiliki warna putih kekuningan, berbentuk serpihan dan tidak berbau, dengan kadar air 11,25–12,93%, kadar abu 1,62–1,75%, kadar nitrogen 5,12–5,45%, kadar lemak 0,25–0,49%, viskositas 37,50–38,33 cPs, kelarutan 99,50–99,57% dan derajat deasetilasi 57,64%. Dapat disimpulkan bahwa kitosan dapat dibuat tanpa menggunakan proses pemanasan dan memenuhi standar mutu kitosan komersial kecuali nilai derajat deasetilasi rendah. Pembuatan kitosan tanpa pemanasan diharapkan dapat diterapkan pada miniplant rajungan sehingga dapat memberi nilai tambah untuk cangkang rajungan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Yudhantara, Sandi Mahesa, Warlan Sugiyo, and Buanasari Buanasari. "PERBANDINGAN KUALITAS KITOSAN PADA LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS DAN MENTAH DITINJAU DARI % N-DEASETILASI." Jurnal Farmasi & Sains Indonesia 6, no. 2 (2023): 200–204. http://dx.doi.org/10.52216/jfsi.vol6no2p200-204.

Full text
Abstract:
Kitosan merupakan Kitin yang terdeasetilasi sebanyak mungkin yang kualitasnya dapat diukur melalui nilai % N-Deasetilasi. Kitosan mempunyai potensi yang digunakan dalam berbagai bidang industri dan kesehatan, sehingga keperluannya dipengaruhi oleh standar kualitasnya. Cangkang Rajungan yang merupakan salah satu sumber bahan pembuatan Kitosan sampai saat ini pemanfaatannya belum maksimal, terutama cangkang dari limbah hasil konsumsi (restoran). Peneliti bermaksud untuk menguji Kitosan yang berasal dari cangkang Rajungan mentah dan yang telah dimasak untuk membandingkannya kualitasnya. Proses pembuatan Kitosan melalui tiga tahapan utama yaitu deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi, sedangkan pada tahapan analisisnya menggunakan metode base line dengan menggunakan alat spektrofotometer FT-IR. Hasilnya diperoleh harga % N-Deasetilasi sebesar 74,8640% pada sampel cangkang Rajungan mentah (A), sedangkan pada sampel cangkang Rajungan masak (B), harga % N-Deasetilasi sebesar 68,9313 %. Selisih antara sampel A dengan sampel B hanya terpaut 5,9327%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Ananda, R. Tri Rizky, and Irma Ervina. "PERANAN KITOSAN DALAM TERAPI PERIODONTAL." Cakradonya Dental Journal 14, no. 1 (2022): 26–34. http://dx.doi.org/10.24815/cdj.v14i1.27298.

Full text
Abstract:
Penyakit periodontal disebabkan oleh plak dan bakteri yang mempengaruhi jaringan pendukung gigi. Terapi periodontal secara mekanik bertujuan untuk menghilangkan biofilm dan kalkulus subgingiva untuk mencegah rekolonisasi bakteri dan pembentukan biofilm. Dalam beberapa kasus di mana terapi mekanis memiliki keterbatasan, maka terapi penunjang seperti terapi antibiotik diberikan. Kitosan adalah sejenis selulosa polisakarida alami, banyak ditemukan pada serangga, cangkang krustasea dan dinding sel jamur, juga dikenal sebagai kitin terlarut yang tidak beracun, biokompatibel dan biodegradable. Kitosan memiliki beberapa karakteristik seperti efek antibakteri terhadap bakteri patogen periodontal, antiinflamasi, sistem penghantar obat, meningkatkan aktivitas modulasi regeneratif, hemostatik dan aktivitas penyembuhan. Makalah ini menjelaskan manfaat kitosan sebagai biomaterial alami yang aman dan dapat digunakan dalam berbagai bidang di bidang kedokteran gigi. Kitosan juga memiliki sifat biologis yang baik, sehingga kitosan cukup menjanjikan bila digunakan dalam pengelolaan terapi periodontal non bedah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Bharita, Wahyu Giatri, Dewi Yunita, and Anshar Patria. "Kitosan dari Kulit Udang sebagai Pendeteksi Borak pada Mie Basah, Formalin pada Tahu dan Merkuri pada Ikan Segar." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian 4, no. 1 (2019): 547–57. http://dx.doi.org/10.17969/jimfp.v4i1.6440.

Full text
Abstract:
Abstrak: Kitosan adalah turunan dari kitin yang merupakan komponen penyusun dari kulit udang. Kitosan berfungai untuk mendeteksi bahan kimia berbahaya seperti boraks, formalin dan merkuri, didasari oleh kemampuan kitosan sebagai absorben. Ekstraksi kitosan dari kulit udang dilakukan secara kimiawi dengan melibatkan beberapa proses yaitu deproteinisasi, demineralisasi, depigmentasi dan deasetilasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahuan pengaruh perbedaan jumlah kitosan (0,2 g, 0,4 g dan 0,6 g) dan perbedaan bahan kimia (boraks, formalin dan merkuri) terhadap perubahan fisik dari mie basah, tahu dan ikan segar. Hasil analisis kitosan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis menunjukkan nilai penyerapan tertinggi oleh merkuri, kedua boraks dan ketiga formalin. Analisis Lab color pada kitosan memiliki hasil yang berkesinambungan dengan nilai absorbansi kitosan. Hasil analisis pada bahan makanan mie basah, tahu dan ikan segar, perubahan terbaik diperoleh pada interaksi konsentrasi kitosan 15 g dan waktu 20 menit. Chitosan of Shirimp Shells to Detect Hazardous Chemicals in Food such as Borax of Wet Noodle, Formalin of Tofu and Mercury of Fresh Fish Abstract: Chitosan is derivative of kitin which is the constituent component of shrimp shells. Chitosan serves to detect hazardous chemicals in food such as borax, formalin and mercury, which is based on the ability of chitosan as absorbent. Chitosan extraction from shrimp shells is done chemically though several processes that are deproteinization, demineralization, depigmentation, deasetilation. The aim of this study was to analyze the effect of difference of chitosan (0.2 g, 0.4 g dan 0.6 g) and difference of chemical (borax, formalin and mercury) toward physical changes of wet noodle, tofu and fresh fish. The result of chitosan using UV-Vis Spechtrofotometer showed the highest value of absorbance is mercury, the second is borax an the third is formalin. The analyze of chitosan Lab color has the same result with chitosan absorbance. Analysis results on wet noodle, tofu and fresh fish, the best changes was obtained with inteaction treatment 15 g consentration of chitosan and 20 minutes.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Sahubauwa, Laila, Emilia Mau, and Heni Mutmainnah. "Pengaruh POC Kitosan Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus) Terhadap Pertumbuhan Jagung Gigi Kuda (Zea mays sindetat)." Biosel Biology Science and Education 14, no. 1 (2025): 37–44. https://doi.org/10.33477/bs.v14i1.7809.

Full text
Abstract:
Kitosan merupakan hasil deastilisasi kitin yang memiliki banyak manfaat, termasuk dalam bidang pertanian. Kitosan telah terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Limbah Cangkang rajungan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kitosan. Dalam industri pertanian kitosan dapat digunakan sebagai POC. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh POC kitosan cangkang rajungan (P. Pelagicus) terhadap pertumbuhan jagung gigi kuda (Z. mays sindetat). Tipe penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen lapangan menggunakan perlakuan POC kitosan 1% dari cangkang rajungan jantan, betina dan campuran jantan betina, sebanyak 20 ml kitosan 1%/1 liter air. Indikator yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun. Menggunakan RAK (rancangan acak lengkap) dengan analisis Anova (one way) program SPSS. Penelitian dilaksanakan pada 10 April sampai 10 Mei 2023 di Kebun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon. Hasil penelitian menunjukan bahwa POC kitosan cangkang rajungan jantan, betina dan campuran berpengaruh (sig < 0,05) terhadap tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun. Pengaruh terbaik ditunjukan oleh POC kitosan campuran terhadap tinggi tanaman (89.00), POC kitosan jantan terhadap diameter batang (15.61) dan POC kitosan jantan, betina, campuran terhadap jumlah daun (10.00). Kata kunci: POC Kitosan, Limbah Cangkang Rajungan, Jagung Gigi Kuda.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

SETIAWAN, NONNY. "Efektivitas Kitosan Cangkang Keong Mas (Pomacea Canaliculata) Terhadap Penurunan Logam Timbal (Pb) Kerang Darah (Anadara Granosa)." Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian 4, no. 2 (2021): 197–207. http://dx.doi.org/10.26877/jiphp.v4i2.7045.

Full text
Abstract:
Kerang darah (Anadara Granosa) merupakan komoditas perikanan yang penting dan digemari oleh masyarakat di sekitar Pantai Kenjeran Surabaya. Kerang darah dapat mengakumulasi logam berat seperti Pb karena hidupnya yang menetap di sedimen. Kitosan yang berasal dari cangkang keong mas dapat mengikat kadar logam Pb pada kerang darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kitosan cangkang keong mas terhadap penurunan logam Pb kerang darah. Kitosan dihasilkan melalui proses deproteinasi dengan NaOH 4%, demineralisasi dengan HCL 1,25 N, dan deasetilisasi kitin dengan larutan NaOH 60%. Derajat deasetilisasi kitosan cangkang keong mas yang dihasilkan sebesar 77,38%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL faktorial dengan dua faktor. Faktor I adalah konsentrasi kitosan (1%, 2% dan 3%), sedangkan faktor II adalah lama perendaman kitosan (90 menit, 120 menit, dan 180 menit). Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA, jika ada perbedaan yang nyata, dengan Uji Duncan (DMRT). Perlakuan terbaik yang dihasilkan yaitu dengan kitosan konsentrasi 3% dan lama perendaman kitosan 180 menit yang menurunkan kadar logam Pb kerang darah sebesar 96,93%. Kata Kunci: Kitosan; Keong Mas; Logam Pb
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Suryani, Suryani, Nur Aisyah Abdullah, Nur Illiyyin Akib, et al. "Optimasi Depolimerisasi Kitosan Menggunakan Asam Asetat dengan Variasi Suhu, Waktu, dan Konsentrasi." Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 9, no. 2 (2023): 364–73. http://dx.doi.org/10.35311/jmpi.v9i2.283.

Full text
Abstract:
Kitosan adalah biopolimer alam yang dihasilkan dari deasetilasi kitin. Parameter utama yang mengontrol sifat fisikokimia dan biologi kitosan adalah derajat deasetilasi dan berat molekul (BM). Pemanfaatan kitosan belum optimal karena rantai kitosan yang panjang dan mengakibatkan kelarutan yang rendah. Oleh karena itu dilakukannya depolimerisasi untuk memotong ikatan kitosan menjadi rantai pendek. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum metode depolimerisasi kitosan menggunakan asam asetat (CH3COOH) serta untuk mengetahui karakteristik kitosan berat molekul rendah hasil depolimerisasi. Optimasi proses depolimerisasi menggunakan Design Expert versi 13 dengan metode Box Behnken Design (BBD). Desain eksperimen terdiri dari 17 run dengan 5 center point. Variabel proses dalam penelitian ini, yaitu suhu dengan variasi 60oC; 70oC; 80oC, waktu dengan variasi 30 menit; 45 menit; 60 menit, dan konsentrasi kitosan dengan variasi 1%; 1,5%; 2%. Variabel respon pada penelitian ini yaitu rendemen, berat molekul, dan kelarutan kitosan. Hasil dari penelitian ini diperoleh kondisi optimum pada suhu 80oC, waktu pengadukan 34 menit, dan konsentrasi 1% dengan rendemen sebesar 98.0667%, berat molekul 31.662 kDa, dan kelarutan 19.7%, derajat deasetilasi 98.57%, dan indeks kristalinitas sebesar 32.28%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Sivia Nindi Pratiwi, Nastiti Utami, and Prashinta Nita Damayanti. "KARAKTERISASI KITOSAN DAN PEMBUATAN NANOPARTIKEL KITOSAN DARI CANGKANG PUPA BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens)." Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian 7, no. 4 (2022): 963–72. http://dx.doi.org/10.37874/ms.v7i4.516.

Full text
Abstract:
Larva Black Soldier Fly (BSF) termasuk dalam larva lalat pengurai yang bukan merupakan vector penyakit. Cangkang pupa merupakan hasil samping budidaya BSF yang belum banyak dimanfaatkan. Cangkang pupa mengandung kitin yang dapat diubah menjadi kitosan yang dapat dimanfaatkan sebagai media penghantaran obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi kitosan cangkang pupa BSF berdasarkan SNI No.7949-2013 dan aplikasinya dalam sediaan nanopartikel. Tahap isolasi kitosan meliputi: demineralisasi dengan HCl 3M, deproteinasi dengan NaOH 2M, depigmentasi dengan 2% dan asam oksalat 2%, serta deasetilasi dengan NaOH 50%. Kitosan hasil isolasi dikarakterisasi dan formulasi nanopartikel dengan metode gelasi ionik. Analisis nanopartikel kitosan dilakukan dengan PSA (Particle Size Analizer) dan FTIR (Fourier Transform Infra-red). Hasil penelitian yang didapat menunjukkan analisis spektra infra-red kitosan hasil isolasi menunjukkan gugus fungsi khas pada kitosan, rendemen kitosan 11,93%. Karakterisasi kitosan berupa serpihan serbuk, berwarna putih kecoklatan, tidak berbau, kadar air 6,683%, kadar abu 0,33%, kadar nitrogen 4,091%, derajat deasetilasi 94,41% sehingga memenuhi SNI No.7949-2013. Formulasi nanopartikel kitosan memberikan hasil ukuran partikel 495,7 nm, gugus OH hidroksil tumpang tindih NH dan C=O karbonil muncul pada spektra nanopartikel kitosan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Hargono, Hargono, Abdullah Abdullah, and Indro Sumantri. "PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG UDANG SERTA APLIKASINYA DALAM MEREDUKSI KOLESTEROL LEMAK KAMBING." Reaktor 12, no. 1 (2008): 53. http://dx.doi.org/10.14710/reaktor.12.1.53-57.

Full text
Abstract:
Kitosan adalah hasil proses deasetilasi dari senyawa kitin yang banyak terdapat dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae seperti udang dan kepiting. Bila dikonsumsi di dalam tubuh manusia Kitosan bisa berfungsi menyerap lemak. Kemampuan Kitosan untuk menyerap lemak tergantung pada derajat deasetilasinya. Percobaan dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pembuatan Kitosan dari kulit udang, dengan variasi konsentrasi NaOH masing-masing 20, 30, 40 dan 50% (% berat). Kitosan yang dihasilkan dari proses ini dianalisis derajat deasetilasinya dengan FTIR. Tahap kedua adalah proses penyerapan lemak menggunakan Kitosan dengan derajad deasetilasi paling besar. Variabel penelitian adalah ekstrasi masing-masing 10, 30, 45, 60 menit. massa lemak yang ditambahkan ke dalam 50 ml lemak masing-masing 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 gr. Lemak kemudian dianalisis kadar kolesterolnya dengan Spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat deasetilasi Kitosan paling tinggi adalah 82,98% yang didapat dari proses deasetilasi menggunakan konsentrasi NaOH 50%, sedangkan kondisi yang efektif proses penyerapani lemak adalah pada konsentrasi (g/ml) berat Kitosan 5 gr di dalam 50 ml lemak serta waktu penyerapani lemak 60 menit menunjukkan derajad penyerapan kolesterol sebesar 45,46%
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Mursal, Iin Lidia Putama, Lia Fikayuniar, Neni Sri Gunarti, Sudrajat Sugiharta, and Rodiah Empon. "PENGARUH WAKTU DEASETILASI TERHADAP HASIL PREPARASI DAN KARAKTERISASI KITOSAN DARI LIMBAH TULANG SOTONG (Sepiella inermis)." Jurnal Buana Farma 1, no. 3 (2021): 47–55. http://dx.doi.org/10.36805/jbf.v1i3.206.

Full text
Abstract:
Tulang sotong (Sepiella inermis) berpotensi sebagai sumber kitosan. Kitosan merupakan polimer alami yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang salah satunya farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis kitosan dari limbah tulang sotong serta mempelajari pengaruh variasi waktu deasetilasi terhadap nilai rendemen, kadar air, kadar abu dan derajat deasetilasi. Untuk mensintesis kitosan dilakukan sintesis kitin terlebih dahulu dengan dua proses yaitu : demineralisasi dan deproteinisasi. Selanjutnya untuk sintesis kitosan ada pada proses deasetilasi menggunakan NaOH 60 % dengan perbandingan antara sampel dan pelarut yaitu 1:10 (b/v) dan variasi waktu deasetilasi yaitu 4 jam, 6 jam dan 8 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rendemen, kadar air, kadar abu dan derajat deasetilasi telah memenuhi persyaratan standar mutu kitosan dan nilai yang diperoleh menurun dikarenakan bertambahnya waktu deasetilasi namun untuk kadar air, tidak dipengaruhi oleh waktu deasetilasi, dan juga tulang sotong ini berpotensi untuk dijadikan bahan untuk membuat kitosan, hal ini didasarkan pada hasil FTIR karena memiliki gugus -OH, gugus -NH, serta tidak munculnya gugus C=O dari gugus amida yang merupakan karakteristik dari terbentuknya kitosan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography