Academic literature on the topic 'Komparative manner'

Ideal types and fuzzy sets -Exemplified by Nordic family policy in the 1990s Fuzzy-set theory is a new method for the social sciences. It allows for a precise operationalisation of theoretical concepts, the configuration of concepts into analytical constructs such as idealtypes, and the categorisation of cases. In a Weberian sense ideal types are analytical constructs used as yardsticks to measure the similarity and difference between concrete phenomena. Ideal type analysis involves differentiation of categories and degrees of membership of such categories. In social science jargon, this means analysis involving the evaluation of qualitative and quantitative differences or, in brief, of diversity. Fuzzy set theory is useful for ideal type analysis as it combines the study of qualitative and quantitative differentiation in a single instrument. It allows the measurement and computation of theoretical concepts and analytical constructs in a manner that is true to their original formulation and meaning. This paper sets out elements and principles of fuzzy-set theory that are useful for ideal type analysis and presents an illustrative example of how it can be used in comparative studies. The example concerns changing Nordic family policies in the 1990s in relation to their conformity to the ideal typical Social Democratic family policy model characterised by generous family allowances coupled with universal child care of a high quality. All Nordic countries expanded the universality of childcare, but its quality remained only fairly good, when measured by number of children, staff, which was 4.7 in 1993 in Denmark. Generosity was increased in Denmark, but reduced in Sweden and Finland. As a result of numerous changes, the most traditional country, Norway, got more in line with the other Nordic countries and Sweden lost its role as the examplar country of Social Democratic family policy. However, none of the countries experienced a qualitative shift in family policy towards a Conservative or Liberal model of family policy. The analysis demonstrates how fuzzy-set theory allows for fine-grained assesments, and is particularly well-suited to the analysis of diversity for a medium number of cases.

Penelitian ini mengkaji revitalisasi peran strategis Sekretaris Daerah dalam akselerasi reformasi birokrasi, dengan metode penelitian deskriptif kualitatif, dan desain penelitian evaluatif, analitik, eksploratif, eksplanatif dan komparative, serta teknik analisis kualitatif. Hasilnya, secara umum dan keseluruhan, ada 8 (delapan) dimensi pokok dan utama satu kesatuan kelompok peran strategis seorang Sekretaris Daerah dalam birokrasi pemerintahan yaitu: (1) Pemimpin (Leader) birokrasi dan ASN. (2) Manajer (Manager) birokrasi dan ASN, (3) Konseptor, konsultan, desainer, formulator kebijakan daerah, organisasi birokrasi dan ASN, (4) Administrator birokrasi, ASN dan pelayanan public, (5) Koordinator, komunikator, fasilitator, mediator, motivator, dinamisator, energisator organisasi birokrasi, ASN dan pelayanan public, (6) Supervisor, educator, trainer, learner, advocator, promotor dan empower organisasi birokrasi, ASN dan pelayanan public, (7) Implementor dan eksekutor kebijakan organisasi birokrasi, ASN dan pelayanan public, (8) Controller, monitor dan evaluator organisasi birokrasi, ASN dan pelayanan publik. Model revitalisasi peran strategis Sekretaris Daerah dalam akselerasi reformasi birokrasi adalah revitalisasi peran Sekda sebagai aktor Reinventer Government, Leader Manager birokrasi, Entrepreuner birokrasi, aktor New Public Management (NPM), aktor Strategi Banishing Bureucracy reformasi birokrasi, dan aktor reformasi birokrasi berbasis kearifan budaya lokal. Disarankan untuk mempertimbangkan penerapan model revitalisasi peran strategis Sekretaris Daerah dalam akselerasi reformasi birokrasi tersebut. This research explore revitalization a strategic role of Local Secretary owned Local Government to accelerate bureaucracy reformation, by use a qualitative descriptive as method, and an evaluative, analytic, explorative, explanative and comparative as investigation design, and a qualitative as analyses. Results, by all dan generally, there are eight main dimensions as unity at strategic role played by Local Government Secretary within government bureaucracy include: (1) Leader, (2) Manager, (3) Conseptor, consultant, designer and formulator for local policy and officer or employment, (4) Administrator for public service and employment, (5) Coordinator, communikator, facilitator, mediator, motivator, dynamisator, energizer, (6) Supervisor, educator, trainer, learner, advocator, promotor and empower for bureaucracy, public service and employment, (7) Implementor and executor, (8) Controller, monitor and evaluator. Revitalization model of strategic role of Local Government Secretrary to accelerate bureaucracy reformation are revitalization as Reinventer Government actor, Leader Manager, Entrepreuner, New Public Management (NPM) actor, Banishing Bureucracy Strategy actor, and actor bureaucracy reformation based local wisdom. Recommended to actualize those revitalization model as mentioned above in order to accelerate any strategic role of Local Government Secretary into bureaucracy reformation it.

Abstract: Fear of death is experienced by most people, especially pensioners. This fear can be reduced by the feeling of Obedience to religion. The discipline for carrying out dawn prayer at the mosque can be used as a standard of faith and it can be an indicator for religious manner. The study aims to determine whether there is a different fear of death in elders based on the dawn prayer habits in at the mosque. The population of this comparative study was the elderly population at the age of 55 years or more who lives in densely populated villages and the distance of mosques and their houses is 1-500 meters. The instrument employed in this study was the Collett-Lester Original Fear of Death Scale. The result of validity and reliability degree was 92,995 and 0.627 respectively. The results showed that there was a difference in fear of death among seniors based on their dawn prayer habits in at the mosque. It can be seen from the result of ttest was 3.386 and higher than ttable, then Ho was rejected. Finally, it is recommended to rise worship as an effort to prepare provisions for facing death, one of them is by conducting dawn praying at the mosque.ملخص: يشعر معظم الناس بالخوف من الموت، خاصة كبار السن. يمكن لطاعة الدين أن تقلل من هذا الخوف. ويمكن استخدام صلاة الفجرجماعة فيالمسجد كمعيار للإيمان ودلالة على شخص أكثر دينية. وتهدف هذه الدراسة إلى معرفة ما إذا كانت هناك خلافات في الخوف من الموت في كبار السن على أساس عادات صلاة الفجرجماعة فيالمسجد. وهذا البحث مقارن، وكبار السن الذين يبلغون 55 سنة فما فوق ، مسلم ، يعيشون في قرى مكتظة بالسكان، ومسافة بينالمسجد والمنازل هي 1-500 متر، والصحة البدنية، ومستويات التعليم، قد تمالحج/ليس بعد، والناس العاديون/الشخصيات. صك The Collett-Lester Fear of Death Scale Original، محتويات التحقق 92،995، دقة 0.627. تحليل البيانات مع اختبار t، مستوى دلالة α = 0.05. وأظهرت النتائج أن هناك فرقا في الخوف من الموت في كبار السن على أساس عادات صلاةالفجرجماعة فيالمسجد، thitung=3.386 و Sig.t 0.001<0.05، ثم رفضHo.Mean1<Mean2، كبار السن الذين ليسوا مجتهدين لصلاة الجماعة في المسجد عند الفجر هم أكثر خوفا من الموت. يُنصح بزيادة العبادة كجهد لإعداد كنز لمواجهة الموت، أحدها بالصلاة عند طلوع الفجر في المسجد.Abstrak: Ketakutan terhadap kematian dialami sebagian besar orang, terutama manula. Ketaatan pada agama mampu mengurangi ketakutan tersebut. Kerajinan shalat subuh berjamaah di masjid dapat dijadikan standar keimanan dan indikasi seseorang lebih religius. Penelitian bertujuan mengetahui apakah ada perbedaan ketakutan terhadap kematian pada manula berdasarkan kebiasaan shalat subuh berjamaah di masjid. Jenis penelitian ini komparatif, populasi manula berusia 55 tahun ke atas, Islam, tinggal di perkampungan padat penduduk, jarak masjid dan rumah 1-500 m, sehat fisik, tingkat pendidikan bermacam-macam, status haji/belum, masyarakat biasa/tokoh. Instrument The Collett-Lester Fear of Death Scale Original, validasi isi 92,995, reliabilitas 0.627. Analisis data dengan uji t, taraf signifikansi α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan ketakutan terhadap kematian pada manula berdasarkan kebiasaan shalat subuh berjamaah di masjid, thitung = 3,386 dan Sig.t 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak. Mean1 <Mean2, manula yang tidak rajin shalat subuh berjamaah di masjid lebih takut terhadap kematian. Disarankan agar meningkatkan ibadah sebagai usaha mempersiapkan bekal menghadapi kematian, salah satunya dengan shalat subuh berjamaah di masjid.

Kinerja merupakan salah satu faktor pendukung tercapainya tujuan perusahaan. Baik atau buruknya kinerja manajemen dapat dilihat dari penilaian kinerja. Salah satu yang dapat dipergunakan sebagai dasar penilaian kinerja adalah akuntansi pertanggungjawaban. Dalam penelitian ini membahas penilaian kinerja terhadap pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban yang dimaksud adalah pimpinan perusahaan atau disebut dengan kepala cabang. Pengukuran hasil kinerja para manajer merupakan penilaian pusat pertanggungjawaban. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja pusat pertanggungjawaban pada PT. Taspen (Persero) KC Bogor. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif, yaitu menganalisis struktur organisasi, penyusunan anggaran, penggolongan biaya, susunan kode rekening, dan laporan pertanggungjawaban serta penilaian kinerja pusat pertanggungjawaban dengan menggunakan data relevan yang tersedia dan dibandingkan dengan landasan teori yang ada. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja pusat pertanggungjawaban dapat dikatakan cukup baik. Perusahaan sebaiknya melakukan pengidentifikasian jenis pusat pertanggungjawaban untuk mempermudah penilaian kinerja para manajer. Kata Kunci: Akuntansi Pertanggungjawaban, Penilaian Kinerja Pusat Pertanggungjawaban

Purpose: The research is devoted to the potential of economic development of regions of Central Federal District, in a section of determination of regularities, trends, and features of their social and economic state and development. Methodology: The conducted research is based on materials of official state statistics, with the use of a method of komparativny analysis. The carried-out analysis allows revealing a row specific, observed on regions of Central Federal District, regularities, trends and features of a social and economic state and development. Result: Essential distinctions on the analyzed territorial subjects of the federation, investments and bank deposits making considerable specific weight in the consumer investment portfolio of potential of development of regional economy are revealed. Integrated assessment of the indicators demonstrating the many-sided nature of specialization of regional production is carried out taking into account their correlation importance information of a gross regional product. Applications: This research can be used for universities, teachers, and students. Novelty/Originality: In this research, the model of the Formation and use of the Development Capacity of Regional Economies Central Federal is presented in a comprehensive and complete manner.

ABSTRACTThis study aims to examine the differences in the performance of kriya tellers (contract employees) and organic tellers (permanent employees) of PT Bank Syariah Mandiri. This research is a comparative study using quantitative methods. Data management using Mann Whitney. The object this research is PT Bank Syariah Mandiri. The sample in this study were leaders, from officers to managers. The results this study indicate that there is no significant difference between the performance of kriya tellers (contract employees) and organic tellers (permanent employees) of PT. Bank Syariah Mandiri. Keywords : Performance, Kriya Teller, Organic Teller.ABSTRAKPenelitian ini berfokus dalam menguji perbedaan kinerja teller kriya (karyawan kontrak) dan teller organik (karyawan tetap) PT Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini adalah penelitian komparatif (perbandingan) dengan menggunakan metode kuantitatif. Pengelolaan data dengan menggunakan Mann Whitney. PT Bank Syariah Mandiri sebagai objek dalam penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah pimpinan, mulai dari officer hingga manager. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja teller kriya (kayawan kontrak) dengan teller organik (karyawan tetap) PT. Bank Syariah Mandiri. Kata kunci : Kinerja, Teller Kriya, Teller Organik.

Sistem logistik yang efektif dan efisien tidak hanya menjadi ujung tombak pembangunan industri dan perdagangan nasional namun juga sebagai daya tarik investasi asing. Kinerja logistik pada tingkat makro atau nasional dievaluasi menggunakan LPI (Logistics Performance Index) yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Disisi lain ada indikator perekonomian yang berupa M-PMI (Manufacturing Purchasing Manager Index) yang mengevaluasi perkembangan ekonomi suatu negara dengan menilai ada tidaknya peningkatan dari tingkat produksi, pengiriman barang oleh pemasok, dan tingkat persediaan dalam industri pengolahan. Penelitian ini mengisi celah dalam mengkaji hubungan mPMI dengan LPI. Penelitian ini membahas tiga hal, pertama kondisi LPI Indonesia dan potensi perbaikannya, kedua kondisi M-PMI Indonesia tahun 2013 – 2015, dan ketiga, hubungan mPMI dengan LPI yaitu membahas kondisi perubahan mPMI Indonesia untuk capaian nilai LPI yang berbeda-beda. Metode yang digunakan adalah metode komparatif secara kualitatif. Dari analisa data didapatkan bahwa untuk LPI Indonesia dibandingkan Negara ASEAN lainnya adalah Indonesia masih memerlukan banyak perbaikan pada komponen kepabeanan dan pengiriman. Adapun untuk kurva M-PMI, untuk LPI = 2,94 pada tahun 2012 M-PMI Indonesia mengalami variasi yang cukup lebar yaitu 2,29 sedangkan pada nilai LPI 3,08 pada tahun 2014 nilai M-PMI Indonesia lebih stabil dengan variasi sebesar 1,69. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitan ini adalah walaupun kondisi M-PMI lebih stabil pada saat LPI lebih tinggi, namun pergerakan M-PMI tidak secara signifikan dipengaruhi oleh LPI itu sendiri namun lebih pada kondisi ekonomi terutama tingkat suku bunga, daya beli masyarakat, dan produktivitas industri manufaktur.

Tujuan penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli mini melalui bantuan tutor sebaya siswa kelas v sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif (dengan menampilkan angka-angka sebagai ukuran prestasi), dan data kualitatif (dengan menampilkan angka sebagai perbandingan). Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran. Tahapan dalam tindakan menganalisis data meliputi reduksi data, penyajian data,dan penarikan kesimpulan. Subjek yang digunakan berjumlah 40 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pratindakan dari 40 siswa, terdapat 18 siswa (45%) yang tuntas belajar. Pada akhir siklus I dari 40 siswa, terdapat 20 siswa (50%) yang tuntas belajar. Pada akhir siklus II dari 40 siswa, 32 siswa (82,87%) telah tuntas belajar. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode bantuan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli mini siswa kelas V Sekolah Dasar.The use of the tentor assistance method in order to improve passing over mini volleyball for class V elementary school students AbstractThe purpose of this study is an effort to improve the results of learning to pass over mini volleyball through the help of peer tutors for grade V elementary school students. The research method used is classroom action research. The data analyzed included quantitative data (by presenting numbers as a measure of achievement), and qualitative data (presenting numbers as a comparison). Data analysis was carried out in a descriptive comparative manner which aims to compare the conditions before and after the learning corrective action was taken. The stages in the action of analyzing data include data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The subjects used were 40 students. The results showed that in the pre-action of 40 students, there were 18 students (45%) who had finished learning. At the end of the first cycle of 40 students, there were 20 students (50%) who had finished learning. At the end of the second cycle of 40 students, 32 students (82.87%) have finished learning. Thus it can be concluded that the application of the peer tutor assistance method can improve the learning outcomes of passing on mini volleyball for fifth grade elementary school students.

This article aims to review more concretely how the fatwa position of DSN-MUI toward Sharia Insurance in Indonesia's legal system and how this fatwa is transformed by insurance companies in the form of Unit Link products. Researchers used library research methods, comparative and correlative approaches, and content analysis techniques to answer this. Based on the analysis, the position of the fatwa of DSN-MUI toward Sharia Insurance is hierarchically equivalent to the position of the laws and regulations based on the provisions stated in Article 1 paragraph 3 of Law No. 40 of 2014 on Insurance. Furthermore, from the aspect of transformation, it is found that there are three patterns of transformation used by insurance companies; there are patterns of adoption, expansion, and narrowing. The narrowing pattern is widely used because of the technical nature of the Unit Link. However, from the aspect of conformity with the fatwa, after the transformation process is carried out, especially in the fatwa of the DSN-MUI regarding wakalah bil ujrah by expanding the meaning of ujrah, it is resulted in deviations from sharia principles, especially considering the types of ujrah as stated in a limited manner in the fatwa. wakalah bil ujrah. This research contributes to providing a way to resolve the implementation of Unit Link.Artikel ini bertujuan untuk mengulas secara lebih konkrit bagaimana posisi fatwa DSN-MUI tentang Asuransi Syariah dalam sistem hukum di Indonesia dan bagaimana fatwa ini ditransformasikan oleh perusahaan asuransi dalam produk unit link. Untuk menjawab hal ini, peneliti menggunakan metode library research, pendekatan komparatif dan korelatif serta teknik content analysis. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan fatwa DSN-MUI tentang Asuransi Syariah secara hierarkis setara dengan kedudukan peraturan perundang-undangan berdasarkan ketentuan yang tersurat dalam Pasal 1 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. Selanjutnya, dari aspek transformasi, ditemukan tiga pola transformasi yang digunakan oleh perusahaan asuransi yakni pola adopsi, perluasan, dan penyempitan. Pola penyempitan banyak digunakan lantaran sifat teknis dari unit link. Sedangkan dari aspek kesesuaian dengan fatwa setelah dilakukan proses transformasi, khususnya dalam fatwa DSN-MUI tentang wakalah bil ujrah dengan melakukan perluasan makna ujrah mengakibatkan adanya penyimpangan terhadap prinsip syariah khususnya tentang jenis ujrah sebagaimana disebutkan secara limitatif dalam fatwa wakalah bil ujrah. Penelitian ini berkontribusi dalam memberikan jalan penyelesaian implementasi unit link yang selama ini dianggap bermasalah.

Indonesia is an agricultural country because most of the population has a livelihood in agriculture. In addition, agriculture is the second largest contributor to national economic growth and Gross Domestic Product (GDP). Rural areas have vast agricultural land, but not all communities have land so most farmers work on land owned by other people and then get a share of the results by a variety of methods. The research objective is to analyze the implementation of muẓāraʻah contract based on Law No. 2 of 1960 and Islamic law and It’s implications for the socio-economic life of the society in Cianjur. Data collection was carried out using the method of observation, interview and documentation (library) and data analysis deductively, inductively and comparatively, then presented in a qualitative descriptive manner. The population in this study was 120 people, and the study sample was 12 people (10%) who were selected by purposive sampling method. The results of the research are (1) the implementation of muẓāraʻah contract in Cianjur, West Java is not fully in accordance with Law No. 2 of 1960 and Islamic law, (2) The implications of muẓāraʻah on the economic life of farmers are the fulfillment of ḍarūriyyah needs, namely consumption and secondary education, while landowners can meet more complex needs., including fulfillment of ḍarūriyyah, can allocate part of the funds to go on pilgrimage, charity to other people in need. And (3) The Implications of muẓāraʻah contract on the social life of society is a concern between landowners and farmers that is realized by helping each other when in trouble. However, attention from the government is still needed to ensure good relations between the two parties that are cooperating.[Indonesia merupakan negara agraris karena sebagian besar penduduk mempunyai pencaharian di bidang pertanian. Selain itu, pertanian merupakan kontributor kedua terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan Produk Domestik Bruto (PDB). Daerah pedesaan mempunyai lahan pertanian yang sangat luas, namun tidak semua masyarakat mempunyai lahan sehingga sebagian besar petani menggarap lahan milik orang lain kemudian mendapatkan bagi hasil dengan metode yang beragam. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pelaksanaan konsep muẓāraʻah berdasarkan UU No. 2 Tahun 1960 dan hukum Islam dan implikasinya terhadap kehidupan social ekonomi masyarakat di Cianjur. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi (perpustakaan) dan analisis data secara deduktif, induktif dan komparatif, kemudian disajikan secara deskriptif kualitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini 120 orang, dan sampel penelitian sebanyak 12 orang (10%) yang dipilih dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian adalah (1) pelaksanaan perjanjian bagi hasil akad muẓāraʻah di Cianjur belum sepenuhnya sesuai dengan UU No. 2 Tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil lahan pertanian dan hukum Islam dalam kerjasama pertanian. Hambatan dalam melaksanakan peraturan No 2 Tahun 1960 dan hukum Islam dalam kerjasama pertanian adalah tidak ada sosialisasi dari pihak manapun terkait UU No. 2 Tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil tanah pertanian dan hukum Islam dalam kerjasama pertanian. Adanya kebiasaan-kebiasaan yang telah berlangsung turun temurun. (2) Implikasi akad muẓāraʻah terhadap kehidupan ekonomi petani adalah pemenuhan kebutuhan ḍarūriyyah yaitu konsumsi dan pendidikan keturunanya, sedangkan pemilik lahan dapat memenuhi kebutuhan yang lebih kompleks, antaranya pemenuhan ḍarūriyyah, dapat mengalokasikan sebagian dana untuk pergi haji, bersedekah dan zakat kepada orang lain yang membutuhkan. Dan (3) Implikasi akad muẓāraʻah kehidupan sosial adalah adanya kepedulian antara pemilik lahan dan petani yang diwujudkan dengan saling membantu ketika dalam kesulitan. Namun demikian, perhatian dari pemerintah tetap diperlukan untuk menjamin hubungan baik antara kedua belah pihak yang bekerjasama.]

The introductory part of the thesis deals with the overall issue of valuation, explaining the basic concepts that are necessary for the valuation. Then followed the analysis of market with the real estates and characteristic description of the specified location. For the purposes of the valuation was selected 10 real estates of type garage, which are valued at cost and comparative manner according to the announcement and comparative manner with the database. The real estates were selected around the city Protivin. A local investigation was carried out and the documentation was made for the each garage. The acquired data are evaluated and the result describes the effect of the location on the price of the property.

1974 införde Sverige, som första landet i världen, en föräldraförsäkring som gav både mammor och pappor rätt till en inkomstrelaterad ersättning för att vara föräldralediga med sina barn. Trots samma möjligheter till föräldraledighet har pappor, genomgående sedan reformen infördes, tagit ut betydligt färre föräldradagar än mammor. Statistik visar däremot på en progression som indikerar på att allt fler pappor både tar ut samt tar en längre föräldraledighet än tidigare. I och med denna successiva förändring i åtanke väcktes en nyfikenhet gällande bakomliggande orsaker för detta. Tidigare forskning har belyst möjliga förklaringar till pappors resonemang kring föräldraledighet och pappors roll i familjen. Denna studie syftar därför till att anta en ny synvinkel, där en jämförelse av papparollens eventuella förändring över ett kvarts sekel undersöks. Detta för att ta reda på om en eventuell förändring av papparollen har skett och om så, hur denna förändring ser ut. Vidare vill studien undersöka om den eventuella förändringen kan ligga till grund för det ökade uttaget av föräldraledighet hos pappor boende i Stockholm. För att besvara studiens syfte och frågeställningar har kvalitativa intervjuer utförts med heterosexuella pappor från två generationer i åldrarna 30-35 år och 55-60 år bosatta i Stockholm. Det empiriska materialet har sedan analyserats med hjälp av teorierna doing gender och specialiseringsteorin samt Lars Jalmerts och Elisabeth Bekkengens tidigare studier som berör svenska män och i synnerhet faderskap. Resultatet av denna studie visar på att papporna från de två generationerna har olika syn på vad papparollen innebär och det blir tydligt att de gör papparollen på olika sätt. Den äldre generationen ser föräldraskapet som bestående av två kompletterande roller där mammor och pappor fyller olika funktioner. Den yngre generationen har en annan syn på föräldraskapet och menar på att mammor och pappor utgör en heltäckande föräldraroll där båda föräldrarna ansvarar lika för allt. Deras två olika definitioner av papparollen respektive föräldrarollen grundas ur hur de ser på och gör kön vilket också tycks vara en påverkande faktor till hur papporna har tagit ut sina föräldradagar.

Abstract Uppsatsens syfte är att genomföra en komparativ studie av hur de två teateruppsättningarna Bonsai och Som man sår kommunicerar med sin ungdomspublik kring temat maskulinitetsnormer. I studien ingår även publikens reaktioner under och resonemang efter framförandena. De metoder som setts som lämpliga för studien är uppsättningsanalyser, deltagande publikobservationer, enkätundersökningar och intervjuer. Som teoretisk ram används tillämpliga delar av R W Connells maskulinitetsteori och G L Mosses idéer om ideala manlighetstyper och dess mottyper i kombination med ett intersektionelltoch queerinriktat perspektiv. Medan Bonsai är en turnerande klassrumsföreställning som spelats i skolor i Stockholm med omnejd, är Som man sår en uppsättning som framförts i Unga Klaras egna lokaler. Rummets storlek, skådespelarantal, teknik, dramaturgi och tilltal är exempel på faktorer som skiljer de båda uppsättningarna åt. Resultaten visar även på många likheter. I båda föreställningarna gestaltas maskulinitet som något män gör. Stereotypa framställningar av män för att synliggöra maskulinitetsnormer är ett tillvägagångssätt som används i båda uppsättningarna, men framför allt är detta något som gäller Som man sår. Gemensamt för dem båda är vidare att maskulinitetsnormer ses som en maktfaktor, men också som destruktiva och begränsande för männen själva. I de två uppsättningarna framkommer ideala maskulinitetsegenskaper som själv- och känslokontroll, disciplin, prestation och styrka liksom dess paradoxer som yttrar sig i form av aggressivitet, våld och våldtäkter. Stereotyper, inverterade förhållanden, överdrifter och absurditeter i kontrast till stort allvar används för att skapa distans och ifrågasättande, men också med hjälp av direkta frågor som vävs in i de olika handlingarna. Den stereotypa framställningen i Som man sår bryts genom att två kvinnliga skådespelare gestaltar två manliga karaktärer. I Bonsai förekommer även alternativa maskuliniteter i kontrast till stereotypen. Överdrivna normativa eller normbrytande beteenden och egenskaper både roar och oroar publiken. Av reaktionerna framkommer att de kan mötas av skratt men också upplevas som obehagliga och skapa en del förvirring.

Uppsatsen är en komparativ och narratologisk karaktärs- och motivstudie av de svarta karaktärerna Manne i Pija Lindenbaums småbarnsbilderbok Jag älskar Manne (2012) och Lilla Hjärtat i Stina Wirséns småbarnsbokserie om Brokigagänget som består av sex böcker utgivna mellan 2010-2012. Den kronologiska ordningen på Brokigaböckerna är Hej! och Oj! (2010), Aj! och Bang! (2011) och Gul! och Sov! (2012). Uppsatsen syfte är att undersöka hur de svarta karaktärerna Manne och Lilla Hjärtat framställs och porträtteras i böckerna för att sedan analysera hur och om det kan ha påverkat böckernas skilda mottaganden under 2012. Under året 2012 nominerades Jag älskar Manne till Augustpriset för Årets svenska barn- och ungdomsbok, medan Brokigaböckerna efter en het debatt under hösten 2012 på författarens egen begäran drogs tillbaka från den svenska bokmarknaden Uppsatsens fokus ligger på olika aspekter och element i böckerna som har tagits upp och påverkat debatten kring Lilla Hjärtat och undersökningen är därefter indelad i fyra avdelningar: Den svarta karaktärens utseende, Mångfaldsaspekten, Genusaspekten och Den svarta karaktären som ett berättartekniskt verktyg. Varje avdelning avslutas med en kort och jämförande sammanfattning och hela uppsatsen avslutas med en slutdiskussion. Uppsatsens undersökning bygger på både text och bild i böckerna med grund i svensk- och engelskspråkig teoretisk litteratur, där bland annat Toni Morrisons och Richard Dyers teorier om hudfärg och ras i litterära och visuella framställningar är centrala. Uppsatsens undersökning visar att den svarta karaktären kan ha haft avgörande betydelse för böckernas mottaganden under 2012, då framför allt hur den svarta karaktärens utseende har tecknats i bild kan bidra till skilda uppfattningar om den svarta karaktären är en bild av en svart stereotyp eller en illustration av ett svart barn, vilket i sin tur kan ha påverkat det skilda mottagandet av böckerna. Undersökningen visar även att böckernas skilda djur- och människosammanhang där den svarta karaktären framställs kan ha påverkat och bidragit till böckernas skilda mottaganden. Uppsatsen studerar också hur hudfärg och ras kan fungera som ett berättartekniskt verktyg för vad författaren vill förmedla eller framställa i sitt verk, vilket framkommer tydligast i en närstudie av Jag älskar Manne. Uppsatsens bisyfte är även att undersöka hur några svenska barnböcker utgivna på 2010-talet framställer och arbetar med sina svarta karaktärer.

Diploma thesis - abstract Due managerial care and diligence as a criterion for the determination of liability (a legal and comparative analysis) Lucie Krtoušová The purpose of this thesis is to critically analyse the interpretation of the concept of the due managerial care and diligence and consider the requirements that a director must comply with. The method used in this paper is the comparative analysis. As a basis of the comparative analysis it is chosen the British concept of fiduciary duties and duty of care, skill and diligence which is compared with the Czech concept of the care of a prudent manager. The thesis is composed of five chapters, each of them dealing with different aspects of the concept of the due managerial care and diligence. Chapter One is introductory and defines basic terminology used in the thesis such as the director, the care of a prudent manager, the duty of loyalty, fiduciary duties and the duty of care, skill and diligence. Chapter Two examines the British concept of fiduciary duties. The chapter consists of five parts. Part One focuses on introduction into the system of general duties of directors. Part Two explains the fiduciary position of a director. Part Three and Four address the two aspects of the duty of loyalty, i.e. the duty to act in the interest of the company and...