To see the other types of publications on this topic, follow the link: Kristologia.

Journal articles on the topic 'Kristologia'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Kristologia.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Gašpar, Veronika s. Nela, and Marin Batur. "Mesijanska obećanja i ispunjenje prema dokumentu Biblija i kristologija te kristologiji C. Schönborna." Diacovensia 30, no. 2 (2022): 287–307. http://dx.doi.org/10.31823/d.30.2.6.

Full text
Abstract:
Papinska biblijska komisija objavila je dokument Biblija i kristologija kao kriterij i normu suvremenoj kristologiji. Njegova važnost leži ponajprije u inzistiranju na cjelovitosti biblijske slike Krista, a kao temeljnu biblijsku strukturu ističe odnos obećanje – ispunjenje. Pitanje o Kristu, Mesiji, i zahtjevu cjelovite biblijske slike Krista prema dokumentu Biblija i kristologija te kristologije C. Schönborna u središtu je ovoga članka. Dok je prvo poglavlje posvećeno mesijanskim obećanjima u Starom zavjetu, drugo poglavlje govori o njihovu ispunjenju u Isusu iz Nazareta. Treće poglavlje ovoga rada usredotočeno je na kristologiju C. Schönborna i njezino poštovanje cjelovitosti biblijskoga svjedočanstva o Kristu. U zaključku rada autor upozorava na to da suvremene biblijske znanosti ističu potrebu novoga propitivanja o odnosu obećanja prisutnih u Starom zavjetu i gledanju Novoga zavjeta na ta obećanja i njihovo ispunjenje. To znači da i pred kristologijom stoji novi zahtjev promišljanja odnosa Biblije i kristologije.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Galuh Pandandari and Erni M.C. Efruan. "Integrasi Kristologi dan Misiologi Berdasarkan Lukas 24:44-49 Bagi Pelayanan Misi di Gereja Persekutuan Oikoumene Umat Kristen (POUK) ICHTHUS Bumi Dirgantara Permai - Bekasi." Missio Ecclesiae 9, no. 2 (October 30, 2020): 17–44. http://dx.doi.org/10.52157/me.v9i2.129.

Full text
Abstract:
Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengemukakan sebuah model dari integrasi Kristologi dan Misiologi berdasarkan Lukas 24:44-49, yang memberi pengaruh terhadap keterlibatan jemaat dalam pelayanan misi di Gereja POUK ICHTHUS BDP, dengan menggunakan kombinasi model atau desain sequential explanatory yang menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan. Beberapa prinsip yang terdapat dalam model tersebut adalah : (1) Kristologi dan Misiologi yang dibangun di atas dasar penggalian Alkitab, (2) Kristologi yang misiologis dan Misiologi yang kristologis. (3) Kristologi tanpa Misiologi menjadi Kristologi tanpa sasaran, Misiologi tanpa Kristologi menjadi Misiologi tanpa dasar, (4) Integrasi Kristologi dan Misiologi meningkatkan mutu pelayanan misi, (5) Integrasi Kristologi dan Misiologi yang diajarkan secara maksimal menghasilkan keterlibatan dalam misi global, (6) Kristologi dan Misiologi yang terintegrasi melalui ketaatan menjadi Saksi Kristus, dan (7) Efektivitas Integrasi Kristologi dan Misiologi bergantung pada kuasa Roh Kudus. Rekomendasi diberikan kepada Gembala Jemaat, Para Pengajar Kelas Pembinaan Jemaat dan Penggiat Misi di Gereja POUK ICHTHUS Bumi Dirgantara Permai dan di gereja-gereja mitra misi, dalam mengemban misi Allah sampai Parousia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Petrus Tukan. "KRISTOLOGI LOGOS DALAM INJIL YOHANES." JURNAL REINHA 14, no. 2 (December 19, 2023): 88–101. http://dx.doi.org/10.56358/ejr.v14i2.286.

Full text
Abstract:
Salah satu tema utama dalam Injil Yohanes adalah kristologinya. Injil Yohanes secara jelas dan tegas berbicara tentang Kristologi Logos, siapa identitas pribadi dan peran Kristus. Tulisan ini hendak menguraikan konteks yang melatarbelakangi Kristologi Logos dalam Injil Yohanes mulai dari siapa penulisnya, asal usul gagasan Logos dan apa maksud Logos dalam Injil Yohanes. Penulis hendak menunjukkan bahwa dalam Injil Yohanes, Yesus itu Logos Allah. Yesus itu pra-eksistensi yaitu bahwa Yesus itu ada sebelum segala makhluk ada. Logos Allah itu menjadi manusia dalam diri Yesus dari Nazaret.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Takaliuang, Jammes Juneidy. "KRISTOLOGI BAHARI." Missio Ecclesiae 8, no. 1 (April 29, 2019): 1–16. http://dx.doi.org/10.52157/me.v8i1.92.

Full text
Abstract:
Kristologi merupakan doktrin yang paling mendasar dalam iman Kristen karena Kristologi semacam engsel yang menggerakkan pintu. Jika pemahaman Kristologinya salah maka hal ini akan memberi dampak kepada pengajaran yang lain dalam iman Kristen. Karena Kristologi yang sehat akan menghasilkan pengajaran yang sehat. Dan Kristologi yang “sehat” adalah Kristologi yang dibangun atas dasar Alkitab. Dalam perkembangan sejarah gereja Kristologi telah menjadi pembicaraan hangat selama berabad-abad bahkan perdebatan itu pun masih terjadi di era Post Modern ini dengan mengikuti alur berpikir post modern. Kristologi mendapat tantangan khusus.Semua hal ini terjadi bukan hanya dalam lingkup gereja tetapi juga diluar gereja. Kristologi dipandang sebagai kekayaan gereja tetapi dalam implementasinya Kristologi mengalami banyak kesulitan karena Kristologi hanya dianggap doktrin bahkan dipersempit “milik” sekelompok orang dalam denominasi gereja tertentu. Kristologi “dipersulit” dengan rumusan-rumusan doktrinal yang membuatnya menjadi sangat sulit untuk diterima dan dipahami. Dalam konteks kehidupan beragama yang Majemuk di Indonesia, Kristologi harus di implementasikan dengan berbagai macam pendekatan tetapi bukan dalam pengertian kompromi. Sebagaimana kristologi dengan pendekatan empati yaitu suatu upaya penjelasan kristologi lebih personal.Jadi Kristologi tidak hanya menjadi sebuah “pajangan” indah dalam Gereja tetapi menjadi nyata dalam kehidupan sosial masyarakat.Kristologi Bahari yang dikaji dalam tulisan singkat ini menjadi pertimbangan khusus bagi masyarakat SATAS demi membangun pemahaman yang mendasar tentang siapakah Yesus Kristus yang pada akhirnya pemahaman ini menjadi dasar dan kemudian memberi pengaruh bagi kehidupan religius dan juga dalam kehidupan sosial masyarkat.Karena sangat tidak mungkin memisahkan kedua bentuk kehidupan ini. Pemahaman yang benar tentang siapa Yesus Kristus dan apa karyaNya bagi kehidupan manusia akan memberi warna tersendiri dalam kehidupan sosial mayarakat. Jadi seorang yang religius pasti akan memberukan pengaruh yang positif dalam kehidupan sosial masyarakat. Kristologi mampu memberikan jawaban bagi kehidupan sosial masyarakat. Kristologi bukan hanya sekedar sebuah rumusan tetapi Kristologi adalah kehidupan itu sendiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Sutrisno, Tonny, and Billy Kristanto. "DYOTHELITISME DALAM KRISTOLOGI YOHANES CALVIN." VERBUM CHRISTI: JURNAL TEOLOGI REFORMED INJILI 6, no. 1 (April 15, 2019): 45–59. http://dx.doi.org/10.51688/vc6.1.2019.art3.

Full text
Abstract:
Kesinambungan di dalam pemahaman ortodoks mengenai dua kehendak Kristus, berdasarkan dua natur-Nya (Dyothelitisme) merupakan hal yang sangat penting untuk mengerti mengenai Pribadi Kristus dan bagaimana pekerjaan penebusan dilaksanakan dengan sempurna oleh Pribadi-Nya, di dalam inkarnasi Sang Logos yang mengambil natur manusia. Dyothelitisme yang diwakili oleh pemikiran Maximus the Confessor merupakan acuan di dalam memahami Kristologi dua natur – satu pribadi dari Chalcedon, yang diterima sebagai ortodoksi Gereja di dalam melawan ajaran Monothelitisme dan Monoenergisme. Kesinambungan antara pemikiran Dyothelitisme Maximus the Confessor tersebut dengan pemikiran serta karya Yohanes Calvin di dalam Kristologinya, adalah sangat penting bagi pemahanan mengenai pelaksanaan dan penggenapan sempurna karya penebusan Kristus di dalam pandangan teologia Reformed sebagaimana diwakili oleh Calvin. Kata kunci: Dyothelitisme; Monothelitisme; hypostasis; pribadi; ousia; essence; natur; ke-ilahian; kemanusiaan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Corneles, Herry Sonya, Jefry Yopie Afner Suak, and Veydy Yanto Mangantibe. "Analisis Kritis Terhadap Konsep Kristologi Penganut Kristen Tauhid." TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 1, no. 2 (December 1, 2021): 130–43. http://dx.doi.org/10.53674/teleios.v1i2.34.

Full text
Abstract:
Abstrak: Artkel ini membahas konsep kristologi penganut krsiten tauhid. Persoalan doktrin Kristologi, khususnya tentang hubungan antara natur keilahian dan natur keinsanian Yesus Kristus sudah ada sejak abad mula-mula, sehingga gereja merumuskan rumusan Chalcedon pada konsili Chalcedon yang diadakan tahun 451. Tetapi persoalan Kristologi tetap berlanjut meskipun gereja sudah memiliki rumusan Chalcedon tersebut. Salah satu ajaran yang menentang Trinitas dan doktrin keilahian Yesus Kristus adalah unitarianisme, yang muncul pada abad reformasi. Paham unitarianisme merupakan paham yang meyakini bahwa hanya ada satu Allah saja, baik eksistensi maupun persona. Dalam ajaran tentang Kristus, paham ini lebih menekankan kemanusiaan Yesus Kristus dan menolak natur keilahian Yesus Kristus. Dibuktikan pada bagian Alkitab bahwa Yesus adalah Allah dalam beberapa cara. Karena Kristus benar-benar tokoh yang pernah hadir dalam sejarah dunia ini. Penulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kajian literatur, sehingga diperoleh data tentang latar belakang sejarah dan ajaran penganut Kristen Tauhid, presuposisi penganut Kristen Tauhid, pokok-pokok pemikiran Kristologis penganut Kristen Tauhid, analisis terhadap konsep Kristologi penganut Kristen Tauhid dan implikasinya bagi Theologia Kristen.Abstract: This article discusses the christology concept of monotheistic Christians. The issue of the doctrine of Christology, especially regarding the relationship between the divine nature and the human nature of Jesus Christ, has existed since the early centuries, so the church formulated the Chalcedon formula at the Chalcedon council which was held in 451. But the Christological problem continued even though the church already had the Chalcedon formula. One of the teachings that opposed the Trinity and the doctrine of the divinity of Jesus Christ was unitarianism, which emerged in the Reformation century. Unitarianism is an understanding that believes that there is only one God, both existence and person. In the teachings of Christ, this understanding emphasizes the humanity of Jesus Christ and rejects the divinity of Jesus Christ. This writing uses a descriptive research method with a literature review approach, in order to obtain data on the historical background and teachings of monotheistic Christians, presuppositions of monotheistic Christians, the main points of Christological thoughts of monotheistic Christians, analysis of the concept of Christology of monotheistic Christians and their implications for Christian Theology
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Karlau, Sensius Amon. "FINALITAS YESUS MENURUT KLAUSA “SESUNGGUHNYA AKULAH PINTU KE DOMBA-DOMBA ITU”: EKSEGESIS INJIL YOHANES 10:7." VOX DEI: Jurnal Teologi dan Pastoral 1, no. 2 (December 27, 2020): 131–48. http://dx.doi.org/10.46408/vxd.v1i2.27.

Full text
Abstract:
Klaim yang sering dilontarkan oleh pengikut Yesus mengenai finalitas-Nya sebagai satu-satunya Juruselamat terus ditentang oleh kelompok yang berspekulasi menolak pernyataan dimaksud seperti halnya kaum liberal dan konservatif yang membangun pemahaman secara subjektif. Hal ini berdampak pada upaya pertanggungjawaban iman yang semakin mengalami distorsi religiusitas iman pada masa lampau hingga saat ini. Artikel ini bertujuan mengetengahkan mengenai finalitas Yesus sebagaimana Ia kemukakan bagi kelompok yang menolak maupun juga kepada pengikut-Nya dalam upaya pemerkayaan pengajaran kristologi masa kini. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan eksegesis dengan teknik pengumpulan data yaitu telaah pustaka guna memahami makna “sesungguhnya Akulah Pintu ke domba-domba itu” menurut Injil Yohanes 10:7. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa secara terbuka Yesus menyampaikan bagi para pendengar-Nya agar dapat mengakui finalitas-Nya sebagai satu-satunya “Jalan masuk” melalui “Sang Pintu” yang sekaligus adalah “Sang Gembala yang baik” dan tidak ada lagi sarana lain selain diri-Nya. Dan pemahaman kristologis tidak dapat dilakukan berdasarkan asumsi subjektivitasmanusia melainkan berdasarkan pernyataan Yesus sendiri sebagaimana dinarasikan “sesungguhnya Akulah Pintu ke domba-domba itu”.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Pranoto, Irwan. "Hubungan antara Kristologi Paulus dan Ajaran tentang Makanan Persembahan Berhala (Eidolothuta)." Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 12, no. 2 (October 1, 2011): 257–77. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v12i2.246.

Full text
Abstract:
Ajaran tentang eidolothuta (makanan persembahan berhala) dalam 1 Korintus 8:1-11:1 dapat dikatakan sebagai salah satu bagian paling kompleks dalam diskusi tentang surat-surat Paulus. Para sarjana, khususnya dalam tiga dekade terakhir telah mengemukakan berbagai penafsiran tentang bagian ini dan menantang apa yang telah dikenal selama ini sebagai pandangan tradisional. Adapun dari berbagai kemajuan kesepakatan para sarjana tersebut perihal topik ini, sedikitnya masih ada dua diskusi besar yang tertinggal, yaitu berkenaan dengan kemungkinan-kemungkinan gambaran situasi pada saat itu dan sikap dasar dari ajaran Paulus tentang eidolothuta itu sendiri. Diskusi tentang gambaran situasi yang mungkin terjadi pada waktu itu menyuguhkan empat konteks yang berbeda: pertama, makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala-berhala di kuil mereka (8:7-13, 10:14-22); kedua, makan makanan yang dibeli dari pasar yang tanpa diketahui asal usulnya (10:23-26); ketiga, makan makanan di pesta-pesta atau pertemuan-pertemuan dimana orang Kristen telah diundang, dan yang kemungkinan diadakan di rumah orangorang kafir (10:27-31); atau keempat, makan makanan yang berhubungan dengan kultus kekaisaran Romawi. Jika semua pandangan ini diterima, maka apakah itu berarti bahwa Paulus telah mendasarkan ajarannya secara fleksibel pada berbagai situasi tersebut? Apakah ia menentang eidolothuta adalah karena masalah tempat makan? Apakah ia tidak setuju dengan eidolothuta adalah karena urusan asal-usul makanan tersebut? Paulus jelas mengarahkan ajarannya secara situasional, tetapi adalah penting juga untuk tidak hanya berfokus pada titik tersebut, melainkan untuk melihat apakah ada konsep dasar tertentu yang Paulus pegang dalam menghadapi situasi ini. Karena itu, adalah perlu untuk melihat kemungkinan adanya sebuah konsep yang dapat diterima sebagai pokok dominan dalam teologi Paulus dan yang sekaligus relevan bagi permasalahan terkait di Korintus, dalam hal ini kristologi tentu dapat diusulkan sebagai yang paling cocok dan substansial. Dengan demikian, tujuan dari artikel ini adalah untuk membahas dan menegaskan hubungan antara kristologi Paulus dan ajarannya soal eidolothuta, sehingga solusi alternatif yang tepat terhadap pergumulan memahami 1 Korintus 8:1-11:1 dapat diperoleh. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembahasan ini perlu dimulai dengan memperhatikan ciriciri yang relevan dari kristologi Paulus dalam pengajarannya, khususnya terkait dengan ide yang terkandung dalam 1 Korintus 8:6 yang sering dianggap sebagai pernyataan terpenting Paulus berkenaan dengan konsep kristologinya. Dengan perhatian itu, pembahasan akan dilanjutkan dengan melihat bagaimana kristologi Paulus tersebut diterapkan dalam usaha memahami ajarannya tentang eidolothuta.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Putra, Adi, and Charisal B. S. Manu. "ANALISIS KRITIS TERHADAP KRISTOLOGI DALAM ISLAM." BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 2, no. 1 (June 22, 2021): 1–24. http://dx.doi.org/10.46558/bonafide.v2i1.53.

Full text
Abstract:
Penelitian ini meneliti tentang Kristologi Islam. Tujuannya untuk mengungkap seperti apa sebenarnya Islam mengajarkan tentang Yesus Kristus. Hal ini dimungkinkan karena memang dalam Islam juga mengenal Yesus sebagai nabi Isa. Dengan menggunakan metode kualitatif yang memusatkan pada kajian literatur, maka diharapkan dapat mengungkapkan natur kristologi dalam Islam guna melihat kelemahan dan kekeliruannya. Setelah diteliti, ternyata memang Kristologi Islam adalah kristologi yang sesat dan keliru karena di dalamnya mereka mengklaim Yesus bukan Tuhan / Allah, Yesus hanyalah nabi, Yesus tidak pernah mati, Yesus sebagai Anak Allah adalah sesat, bahkan ajaran tentang Trinitas juga ditolak. Itulah sebabnya, melalui penelitian ini disimpulkan bahwa kristologi Islam merupakan kristologi yang sesat sehingga tidak dapat dijadikan referensi untuk belajar dan berbicara tentang Kristus. Abstrak: Penelitian ini meneliti tentang Kristologi Islam. Tujuannya untuk mengungkap seperti apa sebenarnya Islam mengajarkan tentang Yesus Kristus. Hal ini dimungkinkan karena memang dalam Islam juga mengenal Yesus sebagai nabi Isa. Dengan menggunakan metode kualitatif yang memusatkan pada kajian literatur, maka diharapkan dapat mengungkapkan natur kristologi dalam Islam guna melihat kelemahan dan kekeliruannya. Setelah diteliti, ternyata memang Kristologi Islam adalah kristologi yang sesat dan keliru karena di dalamnya mereka mengklaim Yesus bukan Tuhan / Allah, Yesus hanyalah nabi, Yesus tidak pernah mati, Yesus sebagai Anak Allah adalah sesat, bahkan ajaran tentang Trinitas juga ditolak. Itulah sebabnya, melalui penelitian ini disimpulkan bahwa kristologi Islam merupakan kristologi yang sesat sehingga tidak dapat dijadikan referensi untuk belajar dan berbicara tentang Kristus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Janice, Nyssa. "Kristologi Feminis." Indonesian Journal of Theology 4, no. 2 (December 1, 2017): 172–93. http://dx.doi.org/10.46567/ijt.v4i2.39.

Full text
Abstract:
Virtually zero room is afforded in everyday speech, let alone in formal ecclesiastical doctrine, for talk (discourse) concerning the Christ as Female, or even as feminist. This essay considers contingencies concerning a multiplicity of identity regarding the Christ figure, particularly the notion of a womanized Christ. In doing so, this paper aims to minimize the historical contradiction of even having such a conversation, as such pertains to the incarnation of God in the (male) body of Jesus, by first making an appeal to the Creative Christology line of inquiry developed by Muriel Orevillo-Montenegro. Following this initial contingency [concerning Christ], I forward a second contingency [concerning Jesus] by appealing to the perspective of Elizabeth Johnson concerning a multiplicity of identity regarding the prophet of Nazareth, thereby envisaging the womanly face of Jesus. Finally, in order to forward a third contingency [concerning the (social) Trinity], I investigate the notion of a multiplicity of identity regarding the divine Triunity in tandem with the articulation of perichoresis put forth by Miroslav Volf and Catherine Mowry LaCugna. All the while, I interrogate the act of naming God from within a feminist critical frame, thereby drawing upon the linguistic theory of Brian Wren; as well, I engage the constructive ecclesiology of Elisabeth Schüssler-Fiorenza (concerning household of God). This essay thus envisages the relationality within the Triune Godhead by virtue of engaging with a robustly trinitarian ecclesiology serving as portrait for gendered, mutual, interpersonal relationality.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Abialtar, Abialtar, Alfari Lino’, and Lidya K. Tandirerung. "Kristologi Pembebasan." KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen 4, no. 1 (June 5, 2023): 35–53. http://dx.doi.org/10.34307/kamasean.v4i1.223.

Full text
Abstract:
This study aims to (1) describe the views of the Toraja people about the tana' system; (2) Analyzing the Christology of Liberation in correlation with the practice of the tana' system in Toraja and (3) Constructing a Christology of Liberation which brings a transformative function to the self-understanding of the Kaunan (servants) in church and social life. The method used is a qualitative method with an anthropological paradigm and an ethnographic approach through literature review and field research (interviews and observations). The results of this study found that the tana' system is understood as a social stratum or level in society that leads to duties and responsibilities that are accepted as a way of regulating social life. The Christology of liberation brings a transformative function to every land' that gives birth to love and justice. Love moves the nobility (the highest tana') to embrace and express concern for the people who are accepted as fellow creatures who are in the same image and similar to God as well as co-workers with God in the sphere of service. Likewise, love brings you to understand yourself as a creation that is in the same image and similar to God who has also been redeemed through Jesus Christ to feel worthy, embraced and loved.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Purdaryanto, Samuel. "DESKRIPSI HISTORIS DOKTRIN KRISTOLOGI." SESAWI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 2, no. 1 (December 27, 2020): 156–69. http://dx.doi.org/10.53687/sjtpk.v2i1.19.

Full text
Abstract:
Kristologi merupakan doktrin penting dan central bagi iman Kristen. Oleh karena itu, melihat sejarah doktrin Kristologi diperlukan untuk melihat asal dan perkembangannya. Penelitian ini merupakan deskripsi sejarah asal-mula dan perkembangan doktrin Kristologi. Peneletian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Metode ini dipilih agar lebih mudah dalam mengumpulkan data-data literatur yang berkaitan dengan topic penelitian. Pembahasan mengenai kehidupan dan pribadi Kristus sudah dimulai sejak abad permulaan. Penyesatan doktrin Kristologi sudah terjadi pada abad permulaan. Pandangan yang berbeda tentang doktrin kristologi membawa kepada pertikaian yang pada akhirnya harus diselesaikan melalui konsili. Diskusi mengenai Kristologi ini masih terus berkembang hingga mencapai puncaknya pada abad ke-19.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Armand Barus. "THE KNOWN CHRIST OF ISLAM IN RELIGIOUS DIALOGUE." Jurnal Amanat Agung 13, no. 1 (June 1, 2017): 109–53. http://dx.doi.org/10.47754/jaa.v13i1.38.

Full text
Abstract:
Kristologi Yohanes dari Damsyik sering dilihat sebagai crypto-Monophysitism. Ini disebabkan beberapa teolog Barat kurang memahami konteks historis pergumulannya. Dengan meletakkan kristologi Yohanes dari Damsyik dalam konteks politik, sosial dan religiusnya terungkap bahwa kristologinyamenekankan ke-Allah-an Yesus disusun dalam rangka dialog dengan kristologi Quran yang menekankan kemanusiaan Yesus. Yohanes dari Damsyik jelas berjalan dalam kristologi Chalcedonian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Ban Garcia, Hidalgo. "Pluralisme Agama dan Paradoks Kasih Karunia : Studi Mengenai Pemakaian Kristologi Donald Baillie oleh John Hick ." Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 7, no. 2 (October 1, 2006): 149–64. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v7i2.175.

Full text
Abstract:
Karena kesadaran akan adanya pemikiran religius-pluralis zaman sekarang dan buruknya pemutlakan agama-agama termasuk kekristenan, dan juga karena hasil-hasil studi kritis Perjanjian Baru, John Hick beberapa tahun yang lalu menawarkan sebuah pendekatan atau peninjauan baru terhadap kristologi. ... Dalam mengembangkan pendekatan kristologi yang baru ini, ia memakai pemahaman Donald Baillie mengenai paradoks kasih karunia (paradox of grace) sebagai sebuah pemahaman yang bisa menjelaskan signifikansi Yesus dari segi metafora inkarnasi ilahi. ... Tujuan artikel ini adalah untuk memeriksa pemikiran Baillie yang dipakai oleh Hick sehubungan dengan pemikiran kembali kristologi yang diajukan Hick. Lalu kita ingin melihat apakah memang benar kristologi Baillie tentang paradoks kasih karunia secara logika telah menerabas parameter-parameter Chalcedon, dan akhirnya, mengarah ke posisi religius-pluralis. Untuk mencapai tujuan ini, penulis akan menganalisis pemahaman Hick tentang kristologi Baillie dan bagaimana ia sampai pada pandangannya bahwa Baillie gagal dalam menjelaskan inkarnasi sesuai dengan terminologi Chalcedon dan oleh karena itu membuka kemungkinan-kemungkinan bagi kristologi yang pluralis. Saya juga akan menganalisis kristologi Baillie dalam God was in Christ, kemudian membandingkan dan mengontraskan pemahamannya dengan pemahaman Hick. Kesimpulan penulis adalah bahwa Hick telah keliru memahami pandangan Baillie dan sesungguhnya pandangan Baillie masih berdiri dalam parameter-parameter rumusan Chalcedon dan oleh karena itu tidak bisa dipakai menjadi dasar kristologi yang pluralis. Di sepanjang bahasan, penulis mencoba untuk tetap mengacu pada sudut pandang isu religius pluralis, yang tidak diperhatikan secara langsung dalam studi yang berhubungan dengan kristologi Baillie.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Viktor Deni Siregar, Yohana br Tarigan, Teti Tri Pujianti Gea, and Candra Gunawan Marisi. "Menyingkap Kristologi dalam Bingkai Nusantara (Batak Parmalim) dan Integrasinya dalam Pendidikan Agama Kristen." Pietas: Jurnal Studi Agama dan Lintas Budaya 1, no. 1 (December 13, 2023): 51–66. http://dx.doi.org/10.62282/pj.v1i1.51-66.

Full text
Abstract:
Kristologi menjadi bagian fundamental bagi penganut ajaran kekristenan di seluruh dunia. Menjadikan kristologi sebagai pusat central pengajaran tentu memberikan polemik tersendiri dalam cakupan suku dan ras. Kristologi kontekstual juga harus hadir untuk menjadi jembatan yang akan menjangkau atau menerobos batasan-batasan sehingga adanya capaian tujuan dalam penyampaian injil dan penuaian jiwa-jiwa bagi Tuhan, baik itu berbentuk nilai dan juga pendidikan karakter. Kajian ini bertujuan untuk memberikan penyingkapan kristologi kontekstual yang ada dalam batak parmalim dan tentunya mengintegrasikannya dalam pendidikan agama kristen (PAK), pasti memiliki nilai keluhuran yang dapat diterapkan. Manfaat yang ditemukan bahwa kristologi kontekstual dapat menyentuh jauh kepada suku dan menarik nilai yang ada pada suku tersebut untuk diintegrasikan pada PAK baik itu pada Sekolah, Keluarga, Gereja, dan Masyarakat. Pentingnya dilakukan penelitian ini tentu untuk menyingkap kristologi yang terdapat dalam kontekstual yang dilakukan sehingga terlihat bahwa kristologi dapat di kontekstualisasikan dalam kebudayaan batak parmalim. Metodologi penelitian yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode literature review atau tinjauan kepustakaan. Dengan mengumpulkan data-data primer melalui buku, artikel jurnal, majalah, bahkan wawancara dan lain sebagainya yang kemudian dianalisis dan berikan argumen sehingga mendapatkan simpulan melalui hasil analisis yang dilakukan. Hasil yang ditemukan bahwa dalam batak parmalim telah dilakukan kontekstualisasi kristologi untuk memenangkan suku batak parmalim dan kontekstualisasinya dapat diintegrasikan dalam PAK.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Sunarto. "Tanggapan Terhadap Demitologisasi Bultmann dalam Hubungannya dengan Konsep Kristologi." TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) 1, no. 1 (April 15, 2021): 27–40. http://dx.doi.org/10.51828/td.v1i1.67.

Full text
Abstract:
Salah satu topik teologi Kristen yang selalu menarik untuk dibahas adalah masalah Kristologi. Doktrin Kristologi bukan hanya menjadi pergumulan bagi gereja, teolog dan masyarakat Kristen pada masa kini, tetapi pergumulan ini sudah terjadi di era Gereja Purba. Pergumulan doktrin Kristologi telah menjadi perdebatan di kalangan teolog dan masyarakat Kristen, bahkan di luar Kristen pun ikut-ikutan untuk menanggapinya. Persoalan teologi Kristen pada masa kini dapat dikatakan karena berakar dari pemahaman Kristologi yang berbeda-beda. Munculnya bidat Arianisme juga berkaitan dengan masalah Kristologi. Arius memiliki pemahaman bahwa Allah Anak (Kristus) tidak setara dengan Allah Bapa dan pandangan Arius akhirnya dikutuk pada Konsili di Nicea 325 M. Pemahaman Kristologi yang berbeda-beda juga menyebabkan gereja menjadi terpolarisasi dalam berbagai dominasi, bahkan ratusan denominasi Kristen. Terpecahnya Gereja Timur (Gereja Ortodok) dan Gereja Barat (Katolik Roma) juga tidak terlepas dari perbedaan pemahaman tentangan masalah doktrin.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Harefa, Febriaman Lalaziduhu, Jeane Paath, and Ferdinan Pasaribu. "Konstruksi Kristologi Di Bumi Indonesia." SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 7, no. 1 (June 24, 2020): 85–98. http://dx.doi.org/10.47154/scripta.v7i1.62.

Full text
Abstract:
Kristologi adalah pusat dari disiplin ilmi teologi, karena dalam studi Kristologi memuat tentang Pribadi dan Karya Yesus Kristus dalam rangka penyelamatan umat manusia dari dosa agar manusia memperoleh hidup yang kekal. Namun dewasa ini khususnya di Indonesia, finalitas doktrin Kristologi mengalami pergeseran makna oleh karena studi interpretasi radikal dari beberapa teolog. Bertolak dari pergumulan konteks dan didukung oleh filsafat Postmodern, mereka berusaha untuk melakukan Re-Kristologi yang selama ini diajarkan di dalam gereja-gereja dan menghasilkan model-model Kristologi Kontekstual khususnya yang berkenaan dengan konteks bumi Indonesia. Pendekatan Kristologi ini telah kehilangan makna serta identitasnya dan sangatlah berbeda dengan doktrin Kristologi sebagaimana yang dinyatakan oleh teks-teks Alkitab firman Allah. Kristologi yang benar adalah Kristologi yang bertolak dari pernyataan teks-teks Alkitab kemudian Kristologi tersebut menjawab problematika konteks khususnya di bumi Indonesia. Christology is the center of the scientific discipline of theology, because in the study of Christology it contains the Person and Work of Jesus Christ in the context of saving mankind from sin so that humans can have eternal life. But today especially in Indonesia, the finality of the Christology doctrine has shifted in meaning because of the study of radical interpretations of some theologians. Starting from the struggle of context and supported by Postmodern philosophy, they tried to do Re-Christology that had been taught in the churches and produced contextual Christology models especially with regard to the context of the Indonesian earth. This Christological approach has lost its meaning and identity and is very different from the Christological doctrine as stated by the biblical texts of God's word. The correct Christology is a Christology that departs from the statement of the biblical texts and then the Christology answers the problematic context especially in Indonesian soil.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Lele, Jeni Isak, Santriana A. Luruk, Yanti E. Sole, and Ezra Tari. "KRISTOLOGI OA MATA MUSAN: Kajian Kristologi dalam Budaya Tetun." Jurnal Misioner 1, no. 1 (March 13, 2021): 60–76. http://dx.doi.org/10.51770/jm.v1i1.4.

Full text
Abstract:
The understanding of Christ in local customs and culture is still very minimal. Christ has been known only from the western face. Discussions around the nature of Jesus as God or man. There are several writings on Christology in culture, for example, wayang in Javanese culture. Papuan also knew Jesus is known as the Reconciler. In Toraja, Jesus is known as Pangala Tondok. So the author wants to offer one of the Christologies in the Tetun culture. This research explores the Belu people's lives, especially in performing the oa mata musan ritual. This paper does not address the theological debate about the nature of Jesus. However, this study discusses how local people can understand Jesus in their existence. The research method used by the author is phenomenology. Phenomenology is used as a tool to understand facts in the field. This paper contains an offer to the Belu people regarding how they know Christology through their custom. They can realise Christ incarnate in the form of Oa Mata Musan. Oa Mata Musan as a mediator or mediator for conflicting families. Thus Jesus is present as a peacemaker.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Jenbise, Diana. "KRISTOLOGI (Kristologi Menurut Kitab- Kitab Injil Dan Surat – Surat Paulus)." MURAI: Jurnal Papua Teologi Konstekstual 5, no. 2 (July 25, 2024): 149–58. http://dx.doi.org/10.58983/jmurai.v5i2.144.

Full text
Abstract:
Studi ini menyoroti pentingnya untuk memahami gagasan Kristologi dalam keempat kitab Injil dan Surat – Surat Paulus. Kristologi merupakan inti iman Kristiani yang menjadi landasan dogmatis gereja untuk memahami siapa Yesus. Dalam tradisi Kekristenan di dunia ada berbagai pandangan mengenai pendapat mengenai siapa Yesus, namun untuk memahami siapa Yesus harus mendalami kembali intisari Kitab – Kitab Injil dan Surat – Surat Paulus. Konsep – konsep dasar Kristologi yang dikemukakan dalam Kitab – Kitab Injil dan Surat – Surat Paulus tidak serumit apa yang diperdebatkan paska Perjanjian Baru oleh para Bapa – Bapa Gereja dalam konsili – konsili yang menghasilkan pengakuan – pengakuan iman klasik. Secara sederhana Kristologi Kitab – Kitab Injil dan Surat – Surat Paulus menyatakan iman mereka tentang siapa Yesus dan bagaimana Yesus yang adalah Kristus bagi mereka. Dalam implementasi Kristologi menurut Kitab – Kitab Injil dan Surat – Surat Paulus memberi peluang bagi Gereja – Gereja di Papua mengembangkan Kristologi menurut konteks pengalaman hidup dan budaya Papua.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Santoso, David Iman. "Kristologi Kitab Wahyu." Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 6, no. 1 (April 1, 2005): 29–43. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v6i1.137.

Full text
Abstract:
Kitab Wahyu ditulis adalah untuk menghibur dan menguatkan orang Kristen dan gereja pada waktu itu, yang mengalami banyak kekecewaan, penderitaan dan penganiayaan di bawah pemerintahan Romawi. Kitab ini ditulis agar mereka membaca dan menjadi tabah dan tetap bertahan menghadapi segala penderitaan, tetap setia dan berpegang teguh pada iman mereka, serta selalu berharap dan memandang pada Kristus yang adalah Anak Domba Allah yang menang, sebab orang Kristen dan gereja pada waktu mengalami banyak penganiayaan di bawah pemerintahan Romawi, bahkan banyak yang mati syahid (6:9-11; 7:14.) Oleh sebab itu dalam kitab Wahyu ini ajaran tentang person Kristus sangat ditonjolkan, yang sering kali digambarkan penuh dengan kemenangan dan kemuliaan. Kristus sebagai Anak Domba Allah, sebagai Alfa dan Omega di dalam banyak hal bahkan dikisahkan setara dengan Allah. Rasul Yohanes bisa menulis semuanya ini karena memang Kristus menyatakan diri-Nya dan memberikan visi-Nya kepadanya. Dr. Walvoord mengatakan bahwa tujuan penulisa kitab Wahyu adalah “to reveal Jesus Christ as the glorified One in contrast to the Christ of the Gospels, who was seen in humiliation and suffering.” Oleh sebab itu dalam tulisan ini kami berusaha untuk memaparkan person Kristus yang begitu berkuasa dan mulia, namun yang juga begitu peduli dan memperhatikan gereja-Nya. Dan kemuliaan Kristus itu pada akhirnya akan dinyatakan sepenuhnya dalam parousia, suatu pengharapan yang terakhir dan yang selalu dinantikan oleh setiap orang yang percaya. Bagi kami, gereja dan orang Kristen di Indonesia hari ini perlu sekali banyak membaca dan merenungkan kitab Wahyu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Djadi, Jermia. "Apologetika tentang Kristologi." Jurnal Jaffray 1, no. 1 (May 29, 2003): 42–55. http://dx.doi.org/10.25278/jj.v1i1.167.42-55.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Djadi, Jermia. "Apologetika tentang Kristologi." Jurnal Jaffray 1, no. 1 (January 3, 2005): 42. http://dx.doi.org/10.25278/jj71.v1i1.167.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Budiselić, Ervin. "Kristologija u Evanđelju po Ivanu kao okidač za učeništvo." Kairos 18, no. 1 (May 21, 2024): 21–43. http://dx.doi.org/10.32862/k1.18.1.2.

Full text
Abstract:
U ovome članku razmatra se tema učeništva u poveznici s kristologijom budući da se ističe kako je kristologija pokretač ili okidač za to da netko postane Isusov učenik te se ponekad koristi i za revitalizaciju učenika. U svrhu dokazivanja ove teze, u prvome dijelu članka istražuje se korištenje pojma mathētēs: koga se sve direktno ili indirektno naziva Isusovim učenikom. U drugome dijelu članka istražuju se pojmovi koji spadaju u domenu učeništva, a sve to služi kao temelj za treći dio članka u kojemu se istražuje zašto netko postaje Isusov učenik, tj. što je to što neku osobu potakne ili motivira da postane Isusovim učenikom. Zbog širine same teme, u ovome dijelu razmatraju se samo dijelovi evanđelja u kojima se javljaju eksplicitne kristološke titule i gdje je odgovor na Isusovu osobu pozitivan. Budući da u Evanđelju po Ivanu kristologija pokreće učeništvo, u četvrtom dijelu razmatra se je li primarni sadržaj poruke evanđelja kristologija ili soteriologija te kako različite poruke evanđelja utječu na učeništvo. U članku se zaključuje kako Ivanovo evanđelje zorno pokazuje da je središte poruke evanđelja kristologija, a ne čovjek, njegovo palo stanje i potreba za spasenjem, kako je kristologija okidač za učeništvo te kako je kristologija ključna u današnjoj crkvi za motiviranje vjernika na predanje, revnost, posvećenje i požrtvovno služenje.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Aliyanto, Deky Nofa. "Tanggapan Terhadap Kristologi Saksi Yehuwa Kristus adalah Ciptaan Yang Pertama Berdasarkan Kolose 1:15." FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 2 (December 10, 2019): 244–361. http://dx.doi.org/10.34081/fidei.v2i2.39.

Full text
Abstract:
“Kristus adalah Ciptaan yang Pertama” merupakan doktrin Kristologi yang diyakini oleh saksi Yehuwa yang dibangun terutama dari Kolose 1: 15. Meyakini Yesus Kristus sebagai ciptaan pertama yang diciptakan oleh Allah, maka pada saat yang bersamaan menolak bahwa Yesus Kristus sepenuhnya Allah. Penelitian ini bertujuan untuk menanggapi Kristologi dari Saksi Yehuwa tersebut dengan cara menginterpretasi Kolose 1: 15 dengan menggunakan metode riset Teologi biblika yaitu pendekatan hermeneutik dan pengkajian Alkitab untuk memahami makna teks dalam konteks penulis mula-mula. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa εἰκὼν menyatakan Kristus dalam wujud manusia memiliki kesetaran dengan Allah. Sedangkan πρωτότοκος menyatakan bahwa Kristus lebih tinggi dari segala yang diciptakan. Kristus bukan diciptakan pertama kali oleh Allah sebagaimana Kristologi saksi Yehuwa.Kata Kunci: Saksi Yehuwa, Kristologi, Gambar, Ciptaan Pertama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Curkpatrick, Stephen. "Christian Scripture vs The Bible." SIAP: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 10, no. 2 (December 20, 2021): 1–14. http://dx.doi.org/10.55087/siap.v10i2.2.

Full text
Abstract:
Penerimaan dan penggunaan Kitab Suci Kristen terjadi melalui prisma kristologis dalam memperhatikan bahasa bernuansa dimana kasih karunia diungkapkan dengan tulus. Tanpa adanya prisma ini, Alkitab dapat dengan cepat menjadi alat ukuran moral sebagai bentuk identitas Kristen; selain itu, Alkitab dapat mengasumsikan status katalog budaya dinamika sosiologis. Sebagai orientasi inheren kristologis, Kitab Suci Kristen adalah sumber imperatif Kristen khusus yang melampaui teks, bertekstur kristologis dan nuansa penafsirannya hadir di tengah kemanusiaan. Secara khusus Kitab Suci Kristen memiliki pusat referensi dalam Kristus sebagai Firman sebagaimana disaksikan oleh Kitab Suci itu sendiri. Key words: Scripture, interpretation
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Mulait, Meki. "MENGIMANI YESUS KRISTUS SANG PEMBEBAS: SUATU UPAYA BERKRISTOLOGI DALAM KONTEKS PEMISKINAN GEREJA INDONESIA." Studia Philosophica et Theologica 18, no. 1 (December 7, 2019): 71–91. http://dx.doi.org/10.35312/spet.v18i1.24.

Full text
Abstract:
In the Gospels there are various titles for Jesus. The name is given by the peoples of his name when he meets Jesus. There are times when they call Jesus “Christ the Son of the living God” (Matthew 16:16). They also call Jesus a teacher or rabbi. Jesus is also called the savior of the world for delivering salvation from God to the world. The meaning of Jesus’ titles based on the encounter provides an opportunity for the reflection of Christology in the context of different problems. Jesus the Liberator who is to be reflected in this article is a part of Christological reflection in the context of mission tension and religious plurality and culture on the one hand and socio-political issues and impoverishment on the other. Jesus liberator becomes an alternative reflection of christology in response to the question. Dalam Injil ada berbagai sebutan untuk Yesus. Sebutandiberikan oleh orangorang yangberjumpa dengan Yesus. Suatu waktu mereka memanggil Yesus “Kristus Anak Allah yang hidup” (Matius 16:16). Ada juga yang menyebut Yesus sebagai seorang Guru atau Rabi. Yesus juga disebut Penyelamat Dunia karena Dia diutus Allah untuk menyelamatkan dunia. Arti gelar-gelar Yesus yang didasarkan pada perjumpaan itu, memberi kesempatan bagi refleksi Kristologi dalam konteks persoalan yang beragam. Yesus Pembebas yang akan dibahas dalam artikel ini merupakan bagian dari refleksi Kristologis dalam konteks ketegangan antara misi dan pluralitas agama dan budaya di satu sisi dan masalah sosial-politik dan pemiskinan di sisi lain. Berhadapan dengan ketegangan dialektis di atas, dalam artikel ini penulis nenawarkan refleksi tentang Yesus Pembebas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Simanjuntak, Roy Martin. "Kristologi dalam Injil Yohanes." JURNAL TERUNA BHAKTI 1, no. 2 (March 19, 2019): 75. http://dx.doi.org/10.47131/jtb.v1i2.15.

Full text
Abstract:
The issue of Christology from time to time is one very interesting theological topics to be discussed, both in intellectual circles, even church leaders in communities grow together in a group of local churches. The spread understanding or information about Christology are numerous and easy to find, therefore believers should to select sources so as not to cause a false understanding that led to the loss of the substance of Christology. It’s inevitable that people who are in this modern era of greatly affect the issue and the development of Christology. This discussion includes the concept Christology from the Bible, and then outlines how where fathers or figures of Christian thinkers to formulate it in a Christian doctrine that Christians are ultimately used in the history of Christianity. Christology that comes from understanding the Bible is acceptable and justified by the believer. In particular, in the Gospel of John is very fullgar when talking about Christology, both His nature as well as the work of God and man and his mission for the salvation of mankind. Abstrak Persoalan Kristologi dari zaman ke zaman merupakan sala satu topik teologi yang sangat menarik untuk dibahas, baik di kalangan intelektual, pemimpin jemaat bahkan juga di komunitas-komunitas kelompok tumbuh bersama dalam sebuah gereja lokal. Pemahaman-pemahaman yang beredar atau informasi tentang Kristologi sangatlah banyak dan mudah untuk menemukannya, oleh karenanya orang percaya mestinya menyeleksi sumber tersebut sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang keliru dan berujung pada hilangnya substansi Kristologi tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat yang berada dalam era modern ini sangat mempengaruhi isu dan perkembangan Kristologi. Pembahasan ini meliputi konsep Kristologi yang bersumber dari Alkitab, dan kemudian menguraikan bagaimana bapa-bapa gereja atau tokoh-tokoh pemikir Kristen merumuskannya dalam sebuah doktrin Kristen yang akhirnya dipakai orang Kristen dalam sepanjang sejarah kekristenan. Kristologi yang bersumber dari Alkitab merupakan pemahaman yang dapat diterima dan dibenarkan oleh orang percaya. Secara khusus Injil Yohanes sangat terbuka membahas tentang Kristologi, baik hakikatNya sebagai Allah dan manusia maupun karya dan misiNya untuk keselamatan umat manusia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Tumbel, Daniel. "Kristologi Dalam Injil Sinoptik." Journal Kerusso 1, no. 2 (September 6, 2016): 42–56. http://dx.doi.org/10.33856/kerusso.v1i2.45.

Full text
Abstract:
Confusion may occur in considering Jesus’ function in the Gospels without comprehending the different terminology used for Him. Without a clear understanding of such terms that are appled to Jesus, one will be left with a fragmentary perspective of the person of Jesus, which will result in misinterpreting God’s Word and miss His will for believers. The Gospels are the biographies that develop the life of Jesus Christ. They are the seed-bed from which Jesus’ twelve apostles and other followers derived most their theology and information about Him. Within the study Christology found in gospel genre, understanding the following five terms gives a complete picture of Jesus: Christ, Lord, Servant of Yahweh, the Son of Man, and the Son of God.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Henriksen, Jan-Olav. "Begjærets kristologi, begjærets frigjøring." Dansk Teologisk Tidsskrift 72, no. 1 (May 17, 2009): 1–17. http://dx.doi.org/10.7146/dtt.v72i1.106447.

Full text
Abstract:
The article explores how an analysis of how desire in human life may prove a fruitful approach to develop a contemporary Christology, i.e., an actual and relevant interpretation of the work and ministry of Jesus Christ. Taking its point of departure in desire as a pre-subjective and relational element in human life, it develops its importance in the life of Jesus, interpreting his ministry as shaped by a desire for the kingdom of God, understood as an open and lifegiving community. By understanding Jesus’ desire for the Kingdom as an open and opening desire, it also becomes possible to see the opposition against him and his death as a result of a closed and closingdesire, that strives for control and negates the community he desired. Moreover, by analyzing how desire is at play also in different encounters between Jesus and others, the article displays ways of reading his life and work from the angle of desire in a way that allows for developing a close connection between his ministry and his death. This proves an important supplementary approach to a Christology that focuses more exclusively only on theological notions like sin and redemption.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Nielsen, Helge Kjær. "Kristologi i nytestamentlige apokryfer." Collegium Biblicum Årsskrift (CBÅ) 8 (February 1, 2005): 31–47. http://dx.doi.org/10.7146/cb.v8i0.19906.

Full text
Abstract:
Kristologien spiller en betydelig vigtigere rolle i de nytestamentlige skrifter end i apokryferne. Dog er de kristologiske udsagn i apokryferne af interesse af flere grunde. De beskriver, hvilke kristologiske opfattelser der gjorde sig gældende i den ældste kirke. Desuden er apokryferne væsentlige som vidnesbyrd om de nytestamentlige skrifters virkningshistorie. Endelig skal det nævnes, at apokryferne også selv har haft en virkningshistorie
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Karlić, Ivan, and Antonio Musa. ""Primijenjena kristologija" fra Didaka Buntića." Nova prisutnost XIV, no. 3 (November 16, 2016): 409–27. http://dx.doi.org/10.31192/np.14.3.4.

Full text
Abstract:
Vrijeme u kojem živimo, kao niti jedno vrijeme prije, obilježeno je potragom za autentičnim kršćanskim svjedočanstvom kao svojevrsnim "apologetskim" odgovorom na pitanja koja Kristovim učenicima postavlja svijet postmoderne. To toliko željeno i potrebno svjedočanstvo vjere koja ima ljubavlju biti djelotvorna ispunja praznine napuknutih koncepata života te daje nadu prevladavanja duboke podijeljenosti koju u sebi osjeća moderan čovjek. U toj stalnoj potrebi za obnovom pojedinca, Crkve i društva dragocjeno mjesto imaju svjedoci vjere, ljudi koji su u svome vremenu prošli zavojiti put obnove te postali istinski svjetionici vjere, nade i ljubavi. Jedan od tih svjetionika zasigurno je i fra Didak Buntić, hercegovački franjevac, svećenik, preporoditelj, učitelj i zaštitnik sirotinje. U svojem višedesetljetnom radu na uzdignuću duhovnoga, vjerskoga, moralnoga, kulturnoga, gospodarskoga i političkog života u Hercegovini, fra Didak je – vođen istinskim bogoljubljem i čovjekoljubljem – postao "oživljeno evanđelje" iz kojeg izvire snaga Kristove ljubavi. Kao ustrajan navjestitelj i svjedok kraljevstva Božjega fra Didak Buntić je svojim životom dao odgovor na temeljno kristološko pitanje i jedno od temeljnih pitanja koja si postavlja kršćanska teologija uopće: Tko si ti, Isuse Kriste? Ovaj rad nastoji pratiti Buntićeve odgovore na više razina.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Panjaitan, Firman, and Hendro Siburian. "Misi Kristologi dalam Konteks Kebudayaan." Logia 1, no. 1 (2019): 44–61. http://dx.doi.org/10.37731/log.v1i1.19.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Simanjuntak, Junihot M., and Ferry Simanjuntak. "Percaya Pada Tuhan Dalam Situasi Pandemi Covid-19." EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 20, no. 3 (December 24, 2022): 309–22. http://dx.doi.org/10.32729/edukasi.v20i3.1249.

Full text
Abstract:
Abstract This study explains the urgency and neutrality of Christology teaching in fostering the congregation's faith during the Covid-19 pandemic by developing teaching materials in supporting modules. This study used the qualitative method. The results of this study: 1) 69.8% of the congregation needed Christology teaching during the Covid-19 pandemic; 2) The Christology teaching module is acceptable in terms of content validity and readability and shows that all sub-modules have an average percentage of 86.9% in the easy category; 3) The response of the congregation after the teaching of Christology obtained an average percentage of 93.3% in the very strong category. As an implication, in carrying out the task of coaching in the Church during the Covid-19 pandemic, so that coaching is carried out effectively and answers the congregation's needs, the Church should start with a review of the introduction of God introduced through Christology in the Bible. Abstrak Kajian ini menjelaskan tentang urgensi dan netralitas pengajaran Kristologi dalam pembinaan iman jemaat di masa pandemi Covid-19 melalui pengembangan bahan ajar berupa modul pendukung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini: 1) 69,8% jemaat membutuhkan pengajaran Kristologi di masa pandemi Covid-19; 2) Modul ajar Kristologi dapat diterima dari segi validitas isi dan keterbacaan, dan menunjukkan bahwa semua sub modul memiliki persentase rata-rata 86,9% dalam kategori mudah; 3) Respon jemaat setelah pengajaran Kristologi diperoleh persentase rata-rata 93,3% dalam kategori sangat kuat. Sebagai implikasinya, dalam menjalankan tugas pembinaan di Gereja masa pandemic Covid-19, agar pembinaan terlaksana secara efektif dan menjawab kebutuhan jemaat, sebaiknya Gereja perlu memulai dengan ulasan tentang pengenalan tentang Allah yang diperkenalkan melalui Kristologi dalam Alkitab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Panjaitan, Johannes, and Pardomuan Munthe. "Kajian Teologi-Dogmatis Terhadap Pemahaman Kristologi Disabilitas di Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera." In Theos : Jurnal Pendidikan dan Theologi 1, no. 2 (April 17, 2021): 32–39. http://dx.doi.org/10.56393/intheos.v1i2.197.

Full text
Abstract:
Kristologi Disabilitas adalah pandangan dan pemahaman orang disabilitas mengenai Kristus. Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan semua manusia tanpa terkecuali, sebagaimana Kristologi Fungsional yang memperlihatkan karya-karya Kristus bagi yang non disabilitas atau pun yang disabilitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pandangan Alkitab dan pandangan umum mengenai Kristologi dan disabilitas. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan. Selain itu, peneliti juga melakukan penelitian lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui angket dan wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian lapangan YAPENTRA dengan populasi yang ada berjumlah 117 jiwa, peneliti menetapkan sampel 10% dari keseluruhan jumlah jiwa di YAPENTRA yaitu 12 orang, diantaranya 6 orang siswa/i tunanetra, 3 orang guru tunanetra, 3 orang pegawai YAPENTRA. Hasil penelitian menemukan bahwa tunanetra memiliki pemahaman yang baik tentang Kristus setelah mereka berada di YAPENTRA, karena YAPENTRA selalu memberikan pengajaran tentang Kristus kepada mereka, sehingga mereka mampu menerima diri dan kondisi mereka sebagai tunanetra, sehingga hipotesa yang dibuat oleh peneliti terbukti kebenarannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Nehe, Evarisman, Esron Sibuea, Etaprida Zai, and Candra Gunawan Marisi. "Inkarnasi Yesus Kristus: Sebagai Langkah Interupsi Praktek Bully di Kalangan Siswa Abad 21." Pietas: Jurnal Studi Agama dan Lintas Budaya 1, no. 1 (December 13, 2023): 29–50. http://dx.doi.org/10.62282/pj.v1i1.29-50.

Full text
Abstract:
Masalah utama dialami oleh para pelaku pedagogi abad 21 ini adalah memudarnya nilai – nilai karakter peserta didik diantaranya terkait perundungan siber atau cyberbullying. Praktek Bully menimbulkan rasa malu, sakit secara fisik, terhina, terancam, dan bila terus berulang berdampak pada psikologis korban. Oleh karenannya masalah yang dirumuskan adalah Apakah itu inkarnasi dalam bingkai kristologi? dan Bagaimanakah persoalan Bully yang terjadi di kalangan siswa abad 21 ini? Dan tujuan penelitian hendak mengkaji makna inkarnasi Yesus Kristus dalam bingkai kristologi dan bagaimana integrasinya dalam menginterupsi praktek bully dalam sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan tafsir biblikal dengan mengeksegese Injil Yohanes 1:1,14 diharapkan diperoleh penjelasan teologis tentang dasar kristologi yang kuat dan mampu memberi solusi praktis menginterupsi praktek bully di kalangan siswa abad 21. Hasil kajian penelitian ini mengusung suatu konsep baru bagi penanganan praktek bully di sekolah yang mengajak guru berkolaborasi dan siswa untuk menghidupi makna Inkarnasi Yesus Kristus yang memandang kelemahan dan kekurangan bahkan kehinaan manusia dengan tindakan kasih yang nyata, memulihkan, bukan justru membuly. Konsep inilah yang saya bahasakan sebagai inkarnasi menginterupsi bully.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Valen-Sendstad, Fartein. "Torleiv Austad: Kristologi – En innføring." Teologisk tidsskrift 2, no. 03 (September 13, 2013): 302–4. http://dx.doi.org/10.18261/issn1893-0271-2013-03-08.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

KALAY, NELSON SEMOL. "KRISTOLOGI “LOGOS” DAN KONTEKS PLURALISME AGAMA." KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi 1, no. 2 (February 5, 2019): 108–28. http://dx.doi.org/10.37196/kenosis.v1i2.24.

Full text
Abstract:
Inkarnasi Logos merupakan suatu tema yang penting dalam wacana teologi Kristen. Dalam konteks pluralisme saat ini Kristologi ini ditinjau kembali secara kritis oleh para teolog (terutama teolog agama-agama) berdasarkan pada asumsi bahwa gagasan ini sangat eksklusif dan tidak mempromosikan dialog antar agama. Dalam artikel ini saya mencoba untuk menguji kembali asumsi ini dengan didasarkan pada investigasi biblis terhadap konsep Logos, terutama konsep Injil Yohanes. Menurut Yohanes, Logos memiliki tiga peran penting sebagai agen penciptaan, agen penyataan, dan agen penyelamatan. Sebagai agen penciptaan Logos diperkenalkan sebagai mitra Allah dalam penciptaan ‘semua’ (panta). Dalam hal peran penyataan dan penyelamatan, Logos ditampilkan sebagai yang berinkarnasi yang membebaskan orang dari penderitaan melalui ‘tanda-tanda’ sebagaimana dicatat di dalam Injil Yohanes. Tiga ide yang menarik tentang Logos Yohanes ini – terutama gagasan universalitas Logos dan Kristologi pembebasan agama-agama – pada akhirnya akan direfleksikan dalam konteks pluralisme agama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Nielsen, Jakob Fløe. "Kristologien i Grundtvigs salmer." Grundtvig-Studier 41, no. 1 (January 1, 1989): 121–40. http://dx.doi.org/10.7146/grs.v41i1.16024.

Full text
Abstract:
The Christology in the Hymns of GrundtvigBy Jakob Fløe NielsenThe intention of the paper is to show the coherent and complete Christological conception that lies behind the many specific christological expressions in Grundtvig’s hymns, a christology that was never thoroughly elaborated by Grundtvig himself. The superior christological scheme is the descent and abasement of the Son of God from heaven to the land of death and the following exaltation to divine glory. Grundtvig’s strong emphasis upon man’s preserved image of God in spite of the Fall has, however, the consequence that the exaltation mentioned becomes a threefold presentation: 1. the resurrection and ascension of Christ in person repeating itself in history, 2. Christ passing through the seven leading churches of Christianity in his Word (especially in the words of the sacraments) towards the final transfiguration of the world, and 3. at the same time Christ fulfilling his own exaltation in the form of "the hope of glory" (Colossians 1.27) within each baptized. The background to this third aspect is Grundtvig’s concept of the fact that Christ offers himself to the faith in the words at baptism and Eucharist. In spite of the fall he here melts together with the preserved image of God within the believer. So at the same time as the fallen human being is reborn through baptism as the child of God, Christ is born as the tender hope of glory in the believer in the meeting of the word of the Holy Spirit and the human faith. The growth of Christ within the believing baptized is identical with that person’s transfiguration, as man’s destination from creation is realized: to be in the image of his God.In this process the Eucharist plays a decisive part. Where the words of institution are heard and believed, it signifies Christ’s victory over Satan within the baptized, and is also an expression of Christ inspiring his heavenly love into man to strengthen and glorify his earthly and powerless love. Thus, the christology in Grundtvig’s hymns in addition to being a description of a past event also becomes the rendering of the ongoing struggle between God and Satan in history and within the life of each Christian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Sitorus, Novita Grace. "Dari “Ableist” menuju “Dis-ableist”: Membangun Gereja Yang Inklusiv Bagi Penyandang Disabilitas." Jurnal Teologi Cultivation 7, no. 1 (August 7, 2023): 31–45. http://dx.doi.org/10.46965/jtc.v7i1.2051.

Full text
Abstract:
“Ableism” merupakan tindakan diskriminasi/penghinaan/ejekan yang dilakukan kepada penyandang disabilitas. Tindakan tersebut acap kali menimbulkan efek negatif yang tentu sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan penyandang disabilitas. Tulisan ini membahas tentang upaya transformasi gereja dari yang ‘ableist’ menuju “dis-ableist”. Kacamata kristologi dan ekklesiologi akan membantu rekontruksi pemikiran mengenai sikap gereja serta masyarakat seharusnya terhadap penyandang disabilitas. Baik kristologi dan ekklesiologi mengungkapkan model solidaritas serta penebusan universal yang membuka jalan bagi seluruh umat manusia, termasuk mereka yang disabilitas. Jadi dalam upaya membangun gereja yang inklusiv, gereja harus menjadi agen damai dalam transformasi pola pikir yang terbuka dalam menanggapi para penyandang disabilitas sebagai manusia yang utuh.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Yuliana, Fitri. "Redemptive-Historical Approach: Suatu Pendekatan Hermeneutis Injili Yang Kristosentris." Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 17, no. 2 (December 1, 2018): 147–61. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v17i2.313.

Full text
Abstract:
Di satu sisi, penekanan modernisme pada rasionalitas dan historisitas telah menghasilkan kristologi yang kritis-objektif. Di sisi lain, pascamodernisme yang berepistemologi pluralis menghasilkan kristologi yang subjektif. Menanggapi dan menjembatani dua sisi persoalan ini, pendekatan hermeneutis redemptive-historical diajukan sebagai pendekatan alternatif injili. Pendekatan yang berpusat pada Kristus sebagai kulminasi sejarah penebusan (seperti yang disaksikan Alkitab) ini mengaitkan tiga horizon yaitu: textual, epochal, dan canonical untuk menginterpretasikan teks Kitab Suci secara holistik. Pendekatan ini menganalisis sintaksis, konteks sastra, konteks sejarah dan genre-nya (textual horizon), mengaitkannya dengan sejarah penebusan (epochal horizon), dan melihatnya dalam terang keutuhan kanon (canonical horizon). Penggabungan ketiga unsur tersebut menekankan dinamika pemenuhan janji Allah dalam kulminasi tersebut. Dengan demikian, pendekatan hermeneutis redemptive historical dapat mengarahkan orang Kristen pembacaan dan penafsiran Alkitab yang kristosentris. Kata-kata kunci: Pendekatan Redemptive-Historical, Epistemologi, Kristologi Modern Kristologi Pascamodern, Hermeneutika Injili Kristosentris On the one hand, the emphasis of modernism on rationality and historicity has produced a critical-objective Christology. On the other hand, post-modernism with a pluralist epistemology produces subjective Christology. Responding to, and bridging the two sides of this problem, the redemptive-historical hermeneutical approach is proposed as an alternative evangelical approach. The Christ-centered approach as the culmination of the history of redemption (as witnessed to in the Bible) links three horizons, namely: textual, epochal, and canonical to interpret the text of the Scriptures holistically. This approach analyzes syntax, literary context, historical context and its genre (textual horizon), links it to the history of redemption (epochal horizon), and sees it in the light of the canon (canonical horizon). The combination of these three elements emphasizes the dynamic fulfillment of God’s promises. Thus, the historical redemptive hermeneutical approach can lead Christians to read and interpret the Christocentric Bible. Keywords: Redemptive-Historical Approach, Epistemology, Modernist Christology, Post-modernist Christology, Christ-centered Evangelical Hermeneutics
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Gündüz, Şinasi. "Doketik Kristoloji ve Kur’an." İslam Tetkikleri Dergisi / Journal of Islamic Review 12, no. 1 (March 30, 2022): 441–71. http://dx.doi.org/10.26650/iuitd.2022.1028480.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Usiel, Yupe, Vicky BGD Paat, Maywan Sinaga, Rosnita Temba Kagu, and Selvyen Sophia. "Implementasi Pemahaman Kristologi dalam Pendidikan Agama Kristen di Sekolah pada Era Industri 4.0." REAL DIDACHE: Journal of Christian Education 2, no. 2 (September 28, 2022): 123–33. http://dx.doi.org/10.53547/rdj.v2i2.193.

Full text
Abstract:
There is a lot of understanding about Christology in various literatures and social media. Therefore, every believer should select the source so as not to cause misunderstanding. It cannot be denied that society in this modern era greatly influences the issue and development of Christological understanding. In this paper, the researcher uses a descriptive qualitative method with a literature study approach to analyze the documents that are the focus of the research discussion. The results of this study are Christian Religious Education in schools in the Industrial 4.0 era can provide Christology teaching to students through schools from primary sources, namely the Bible through digital technology without eliminating the essence of biblical truth based on accountable sources, as well as conducting coaching and maintenance faith. Essentially, Christian Religious Education exists to facilitate students to experience encounters with God personally, both through the presence of educators and in their independence. Thus, the continued understanding of Christology and the inheritance of Christian values will give birth to a generation that is strong, militant, tough, and wise in facing the developments and changes of the times that have disrupted all areas of life.Keywords: industrial era 4.0; implementation; christology; Christian educationAbstrakPemahaman tentang Kristologi sangat banyak di berbagai literatur maupun media sosial. Oleh karena itu, setiap orang percaya seharusnya menyeleksi sumber tersebut sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang keliru. Hal ini tidak bisa dibantah bahwa masyarakat yang berada dalam era modern ini sangat mempengaruhi isu dan perkembangan pemahaman Kristologi. Dalam tulisan ini, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kepustakaan untuk menganalisis dokumen yang menjadi fokus bahasan penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah Pendidikan Agama Kristen di sekolah pada era Industri 4.0 dapat memberikan pengajaran Kristologi kepada peserta didik melalui sekolah dari sumber primer yaitu Alkitab melalui teknologi digital tanpa menghilangkan esensi kebenaran yang Alkitabiah berdasarkan sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, serta melakukan pembinaan dan pemeliharaan iman. Hakekatnya Pendidikan Agama Kristen ada untuk memfasilitasi peserta didik supaya mengalami perjumpaan dengan Allah secara pribadi, baik melalui kehadiran pendidik maupun dalam kemandiriannya. Dengan demikian, kelangsungan pemahaman akan Kristologi dan pewarisan nilai-nilai Kristen akan melahirkan generasi yang kuat, militan, tangguh, serta berhikmat dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman yang telah mendisrupsi segala bidang kehidupan. Kata kunci: era industri 4.0; implementasi; kristologi; pendidikan agama kristen
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Sigurdson, Ola. "Kristna kroppar? Om kristologi, kroppslighet och kön." Tidskrift för genusvetenskap 27, no. 1 (June 14, 2022): 29–44. http://dx.doi.org/10.55870/tgv.v27i1.3967.

Full text
Abstract:
In this article Sigurdson poses three questions: Is there a specific notion of embodiment in the Christian tradition? If so, would a Christian body be a sexed body? And would a theological notion of embodiment have something to contribute to the ongoing philosophical discussion of the body, especially in feminist theory? The answer to all three questions is yes, and Sigurdson then shows how a Christian theology of embodiment takes its cue from the doctrine of incarnation. He develops this further through examples from the history of theology on how the body has been thematized in its existential, social and gendered dimensions: the apostle Paul as not concerned with a dualistic conception of soul and body but with the finiteness and fallibility of the body; patristic and medieval theology as understanding the body as both social and transgressive; medieval women mystics as developing a sense of embodiment as a direct communion with the divine through the suffering Christ. This does not mean that there is just one theological notion of embodiment throughout history that would be considered genuine. The Christian tradition displays a large variety of ideas on bodies, and these could be developed for a theology of the body in deep resonance with contemporary feminist concerns, among them the development of a gendered symbolic horizon that respects the asymmetric sexual embodiment of men and women. Even if parts of the Christian tradition have been somatofobic and androcentric, this does not necessarily mean that it is characteristic for the entire tradition. With and against its own tradition, theology in our time has the resources to conceptualize a more fruitful theology of the body.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Manurung, Frans Setiadi. "Teologi Keramahan Allah: Sebuah Pembacaan Kristologi Lukas." GEMA TEOLOGIKA 3, no. 2 (October 26, 2018): 185. http://dx.doi.org/10.21460/gema.2018.32.410.

Full text
Abstract:
This paper is an attempt to present a hospitable christology model that is relevant for answering issues of plurality in the Indonesian context. The author raises one of the problems of christology, namely the controversy over the idea of Jesus’ subordination to and belief in God in both Luke’s writings. Developing the synthesis approach of Douglas H. Buckwalter, it is suggested that Luke’s Christology is traditional and does not show any conflict with these two ideas. Luke’s ability to build a synthesis in his Christology is precisely an important point for Luke in depiciting Jesus as a manifestation of God’s hospitality and a model for his community. Luke’s Christology that presents the idea of the hospitality of God, is an important contribution for the construction of a model of Christian life in the Indonesian context.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Sunjaya, Angga Putra. "Kristosentrisme Pneumatik sebagai Tawaran Teologis bagi Spiritualitas Kaum Muda Gereja." Theologia in Loco 4, no. 1 (April 30, 2022): 33–53. http://dx.doi.org/10.55935/thilo.v4i1.235.

Full text
Abstract:
Artikel ini membahas hasil penelitian kualitatif terhadap spiritualitas kaum muda di Gereja Bethel Indonesia jemaat Bless Impact Generation (GBI BIG) dengan menggunakan metode investigatif dari Christian Smith dan Melinda Denton. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kaum muda memiliki spiritualitas yang bersifat moralistik, terapeutik, dan deisme. Artikel ini mengkritik spiritualitas yang demikian dari sudut bidik dogmatis. Melalui pandangan Kristologi David Wells sebagai aparatus teologis, penulis meyakini bahwa spiritualitas moralistik, terapeutik, dan deisme akan menghasilkan kegagalan dalam pertumbuhan iman Kristen karena menggeser Kristus sebagai titik pusat keimanan. Melengkapi pemikiran Wells, artikel ini mengangkat gagasan Kristosentrisme Pneumatik sebagai tawaran teologis. Kristosentrisme Pneumatik memusatkan perhatian pada Kristologi, yang kemudian memiliki watak Roh. Penulis mengangkat gagasan Kristosentrisme Pneumatik guna melengkapi aspek ritual, pastoral, dan komunal dalam membangun spiritualitas kaum muda gereja.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

ALAKAMAN, MARLEN TINEKE. "YESUS SEBAGAI HAMBA Kajian Kristologi Dan Relevansinya Pada Pelayan Gereja Di Jemaat GPM Nehemia Sektor Petra." KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi 4, no. 1 (December 1, 2018): 15–34. http://dx.doi.org/10.37196/kenosis.v1i1.20.

Full text
Abstract:
Konsep Yesus sebagai hamba adalah sebuah konsep Kristologi yang mewarnai konsep Kristologi Yesus lainnya dalam teologi Perjanjian Baru. Dalam konsep ini Yesus menunjukkan sebuah teladan yang baik dalam melayani banyak orang dimana, menyadari dirinya sebagai Anak Allah dan tahu benar bahwa Ia memiliki kekuasaan tetapi Ia rela mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia melayani dengan setia dan taat bahkan ketaatan itu ditunjukkan-Nya lewat pengorbanan dan mengambil keputusan untuk meyerahkan diri-Nya disalibkan demi banyak orang. Menjadi seorang hamba yang memimpin dan menjadi seorang pemimpin yang menghamba, itulah yang dilakukan Yesus.Dengan demikian, realita ini menjadi menarik jika dilihat dan direlevansikan pada semua pelayan atau pun pemimpin umat yang melayani dan mewartakan Injil Kerajaan Allah, khusunya pelayan gereja sektor Petra Jemaat GPM Nehemia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Tulak, Yohanes Maria Vianney Bandaso'. "Yesus Kristus Sang Eran Dilangi’ dan Tomanurun Sejati: Kristologi Kontekstual dalam Budaya Toraja." Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual 1, no. 1 (January 1, 2023): 113–24. http://dx.doi.org/10.24071/div.v1i1.6627.

Full text
Abstract:
Selama berabad-abad Gereja terus berupaya untuk terus menerus merefleksikan Yesus dan seluruh karya-Nya sehingga kita bisa menerima ajaran iman tentang-Nya sebagaimana yang ada dalam Kitab Suci, ajaran Konsili, tradisi, dll. Rumusan iman mengenai Yesus Kristus itu lahir dan berkembang dalam konteks waktu dan tempat tertentu. Usaha untuk menemukan wajah Yesus dalam konteks tertentu inilah yang dimaksud dengan kristologi kontekstual. Gereja menyadari perlunya mengakarkan iman akan Yesus Kristus sesuai konteks di mana ajaran itu berkembang secara hic et nunc. Muncullah pertanyaan “Siapakah Yesus bagi orang Toraja ?” Orang Toraja dalam menghayati imannya berupaya menemukan Yesus Kristus dalam budayanya. Artikel ini akan membahas mengenai persoalan dasar kristologi kontekstual, latar budaya Toraja, dan bagaimana orang Toraja menghayati Yesus dalam budaya mereka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Butarbutar, Marlon. "Kristologi Biblika Menurut Kaum Reformed Sebagai Salah Satu Dasar Apologetika Dalam Menghadapi Pengajaran Gnostik Di Era Postmodern." SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 6, no. 2 (June 18, 2020): 116–28. http://dx.doi.org/10.47154/scripta.v6i2.49.

Full text
Abstract:
Kristologi adalah merupakan pokok terpenting dalam ajaran iman Kristen. Kristologi juga bisa disebut sebagai pusat kekristenan itu sendiri, dengan itu kristologi adalah pusat dari ilmu theologia. Karenanya mempelajari Pribadi dan karya Kristus, berarti sedang berada pada pusat theologi Kristen. Yesus Kristuslah yang memberikan identitas kepada kekristenan, yang sekaligus membedakannya dari agama atau kepercayaan yang lain. Keistimewaan doktrin ini terletak dalam pribadi dan karya Yesus Kristus sebagai Tuhan yang menjadi finalitas jalan menuju kepada keselamatan yang kekal. Pemahaman yang benar terhadap doktrin kristologi tidak lepas dari pengetahuan yang sehat terhadap Alkitab, sebab Alkitablah satu-satunya sumber utama yang dengan jujur dan terbuka memberikan kesaksian mengenai pribadi Yesus sebagai juruselamat dunia. Memang realita historis tulisan-tulisan di dalam Alkitab itu ditulis oleh manusia, akan tetapi proses penulisannya diilhami oleh Allah melalui pimpinan Roh Kudus sehingga apa yang diucapkan atau ditulis sesuai dengan kehendak Tuhan (bnd. 2Tim 3:16). Alkitab secara keseluruhan dipercaya dengan akurat dalam mengambarkan Yesus Kristus. Akan tetapi dalam prosesnya banyak ditemukan bahwa kristologi yang dihasilkan bertentangan dengan Alkitab. Sejarah membuktikan bahwa gereja selalu berhadapan dengan pengajaran-pengajaran sesat yang menyerang gereja dari dalam. Dalam hal ini berbentuk ajaran-ajaran (doktrin) yang menyesatkan atau bidat-bidat yang menyelewengkan ajaran murni Alkitab. Bahaya ajaran-ajaran sesat ini tidak saja timbul pada abad-abad belakangan ini, melainkan sudah ada sejak gereja didirikan. Karenanya penulis hendak menguraikan kristologi yang akan menjadi dasar apologetika di era postmodern sekarang ini. Christology is the most important point in the teachings of the Christian faith. Christology can also be called the center of Christianity itself, so that Christology is the center of theological science. Therefore studying the Person and work of Christ, means being at the center of Christian theology. It is Jesus Christ who gives identity to Christianity, which also distinguishes it from other religions or beliefs. The specialty of this doctrine lies in the person and work of Jesus Christ as Lord who becomes the finality of the path to eternal salvation. A correct understanding of the doctrine of Christology is inseparable from a healthy knowledge of the Bible, because the Bible is the only major source that honestly and openly testifies about the person of Jesus as the savior of the world. Indeed the historical reality of the writings in the Bible was written by humans, but the process of writing was inspired by God through the leadership of the Holy Spirit so that what was said or written was according to God's will (cf. 2Tim 3:16). The Bible as a whole is believed to be accurate in describing Jesus Christ. However, in the process it was found that the resulting christology was in conflict with the Bible. History proves that the church is always dealing with false teachings that attack the church from within. In this case the form of teachings (doctrines) are misleading or heretics who distort the pure teachings of the Bible. The danger of these heresies has not only arisen in recent centuries, but has existed since the church was founded. Therefore the author wants to elaborate on the Christology that will be the basis of apologetics in the current postmodern era.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Gunawan, Suliana. "Rahasia Jati Diri Yesus dalam Injil Markus : Suatu Tinjauan terhadap Tesis William Wrede." Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 2, no. 1 (April 1, 2001): 113–21. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v2i1.48.

Full text
Abstract:
Kristologi dimulai ketika manusia mulai mengungkapkan kesaksian imannya di dalam nama Yesus. Momentum paling krusial yang tercatat di dalam Kitab Injil adalah ketika Petrus memberikan pengakuan kepada Yesus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat. 16:16; Mrk. 8:29; Luk. 9:20). Suatu pengakuan yang dibenarkan oleh Yesus sendiri, sesuai dengan kesadaran diri-Nya sebagai Mesias yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Dalam sejarah kekristenan studi kristologi yang signifikan telah banyak dilakukan dan telah memunculkan tantangan terhadap pemahaman kristologi tradisional gereja-gereja Kristen yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Pemahaman-pemahaman yang baru selalu berupaya untuk mencapai suatu konklusi yang berbeda dengan pemahaman sebelumnya dengan cara mempertanyakan kembali kesadaran Mesianik dari Yesus. Akibatnya pertanyaan ini telah menimbulkan banyak perdebatan di kalangan para teolog karena setiap mereka berusaha untuk memberikan jawaban menurut sudut pandangnya masing-masing. Salah seorang dari antara jajaran teolog yang terlibat dalam perdebatan yang sengit ini adalah William Wrede. Ia adalah pelopor yang berinisiatif menganalisa dan menghargai natur teologi kitab-kitab Injil Sinoptik. Ia jugalah yang pertama kali memprakarsai studi Injil Markus dengan teorinya yang disebut Messianic Secret. Karena upaya inilah Injil Markus dapat dikenal sebagai Injil yang mengandung berita teologis yang berbeda, bukan hanya sekadar mengisahkan kembali sejarah pelayanan Yesus. Sebelum Wrede Injil Markus secara tradisional diperlakukan sebagai kitab yang paling sedikit bernilai teologis meskipun kitab ini diterima sebagai kitab yang paling dapat dipercaya dan sebagai dokumen historis dari antara keempat Injil.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Sondegau, Kleopas. "Yesus Kristus Peagabega, Terobosan Kristologis Suku Migani, Papua." Perspektif 13, no. 1 (June 1, 2018): 51–71. http://dx.doi.org/10.69621/jpf.v13i1.104.

Full text
Abstract:
The writer argues that doing Christology among the Migani people of Papua is underway. Ever since the Catholic missionaries have been among the Miganese and proclaimed Jesus Christ and his Gospel, they were reminded to their ideal figure named Peagabega. Peagabega was an ideal, storico-mythical figure for the Miganese , whose life reflects some similarities to Jesus’ life and preaching, who was so close and identified himself to the powerless and the very least in the society. The Miganese found out that the life story of Peagabega, retold from generation to generation, has helped them much in holding on steadfastly to Jesus Christ, the culmination of the divine revelation and the source of Christian faith. The Catholics of Bilogai Parish in the Diocese of Timika, Papua, always use the figure of Peagabega in celebrating the Good Friday. People are impressed by such inculturated celebration which makes them more rooted in their own religious culture as well as in the Catholic faith.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography